Anda di halaman 1dari 10

Meningkatan Motivasi Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Informatika Materi

Flowchart Melalui Pembelajaran Problem-Based Learning di Laboratorium Komputer


(Penelitian Tindakan Kelas)

Ilham Fauzi Romadhoni1 Budi Santosa2


Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Indonesia
email : ilhamfauzi.romadhoni@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa kelas X pada mata
pelajaran Informatika dengan fokus pada materi Flowchart melalui penerapan pembelajaran
Problem-Based Learning di laboratorium komputer. Penelitian ini menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas dan dilakukan di salah satu SMK di Cimanggu. Penelitian
dilaksanakan selama dua bulan, yaitu dari bulan Mei 2023. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas X TJKT (Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi) I dengan jumlah total 27
siswa. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dan setiap siklusnya melibatkan dua pertemuan
pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan melalui tes pada akhir setiap siklus pembelajaran.
Setiap siklus penelitian melibatkan tahapan perencanaan, pelaksanaan, analisis, refleksi, dan
revisi. Hasil pra-siklus menunjukkan bahwa hanya 11 siswa (31,4%) yang mencapai standar
ketuntasan minimal, sedangkan siswa lainnya (24 siswa) belum mencapai ketuntasan
minimal. Namun, hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar pada
setiap siklus. Pada siklus I, sebanyak 22 siswa (62,8%) sudah mencapai ketuntasan minimal,
sedangkan 13 siswa lainnya (37,2%) belum mencapai ketuntasan minimal. Pada siklus II,
terjadi peningkatan lebih lanjut, dengan 31 siswa (88,5%) mencapai ketuntasan belajar,
sementara 4 siswa (11,4%) masih belum mencapai ketuntasan belajar pada topik Flowchart.
Temuan ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Problem-Based Learning dengan
menggunakan laboratorium komputer dapat efektif dalam meningkatkan motivasi siswa dan
mencapai ketuntasan belajar pada mata pelajaran Informatika, khususnya pada materi
Flowchart. Implikasi dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam merancang
pembelajaran yang lebih interaktif dan mendorong partisipasi aktif siswa dalam proses
pembelajaran.
Kata kunci: Peningkatan motivasi siswa, Mata pelajaran Informatika, Materi Flowchart,
Pembelajaran Problem-Based Learning, Laboratorium computer, Penelitian Tindakan Kelas

PENDAHULUAN
Pada era perkembangan teknologi informasi saat ini, pembelajaran Informatika menjadi
sangat penting dalam pendidikan. Mata pelajaran Informatika memiliki lingkup yang luas dan
relevan dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang kehidupan. Salah satu materi
yang diajarkan dalam mata pelajaran Informatika adalah Flowchart, yang merupakan alat
visual untuk memodelkan langkah-langkah dalam suatu proses. Menurut Wahyuning (2022)
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada abad-21 saat ini semakin
pesat mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam bidang pendidikan. Kegiatan proses
pembelajaran yang efektif dan efisien tersebut mengharuskan guru mampu untuk menguasai
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan
berbagai jenis teknologi informasi untuk kepentingan pembelajaran. Sehingga berbagai
fasilitas sekolah yang berbasis TIK dapat dimanfaatkan oleh guru dengan maksimal.
Namun, dalam proses pembelajaran Informatika, terdapat permasalahan yang perlu
diatasi. Salah satunya adalah rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran,
khususnya pada materi Flowchart. Motivasi belajar sangat penting dalam proses
pembelajaran, karena dapat mempengaruhi minat, partisipasi, dan hasil belajar siswa. Oleh
karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan motivasi siswa dalam mata pelajaran
Informatika, khususnya pada materi Flowchart. Menurut Roni Sulistiyono dkk. (2017),
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk
memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan
segala potensinya sehingga ia mencapai kualitas diri yang lebih baik. Inti pendidikan adalah
usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh orang lain maupun oleh
dirinya sendiri, dalam arti tuntutan agar anak didik memiliki kemerdekaan berpikir, merasa,
berbicara, dan bertindak serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap
tindakan dan perilaku kehidupannya sehari-hari. Menurut Emda (2017) “motivasi sangat
menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa adanya
motivasi kiranya akan sangat sulit untuk berhasil. Sebab, seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar”. Rahman (2021)
mengemukakan “anak yang mempunyai intelegensi tinggi mungkun gagal karena kurang
motivasi. Hasil baik tercapai dengan motivasi yang tepat. Anak gagal tak begitu saja
dipersilahkan, mungkin gurulah yang tidak berhasil memberi motivasi yang membangkitkan
pada anak”. Menurut Slameto dalam Rangga (2016:19) “mengingat pentingnya motivasi bagi
peserta didik dalam belajar, maka guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar
peserta didiknya dalam usaha ini banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan
kondisi-kondisi tertentu yang dapat membangkitkan motivasi belajar”. Menurut Sage
Weinberg dan Gould dalam Komarudin (2013:23) “motivation can defined simply as the
direction and intensity of one’s effort”. Menurut Hamanik dalam Kompri (2015:231)
“motivasi sangat menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa. Belajar
tanpa adanya motivasi kiranya akan sangat sulit untuk berhasil. Sebab, seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar”
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan adalah Problem-Based
Learning (PBL). PBL merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada pemecahan
masalah nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran PBL, siswa
terlibat secara aktif dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan memecahkan masalah. Metode
pembelajaran ini melibatkan siswa dalam proses belajar-mengajar yang kolaboratif, di mana
mereka bekerja secara mandiri dan dalam kelompok untuk mencapai pemahaman yang
mendalam tentang materi pembelajaran. Menurut (Wijayanti (2017); Zabit dkk. (2016)), Basri
(2018), Problem-Based Learning (PBL) merupakan pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada pemecahan masalah dunia nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-
hari. Dalam PBL, siswa terlibat secara aktif dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan
memecahkan masalah. Metode pembelajaran kolaboratif ini melibatkan siswa bekerja secara
mandiri dan berkelompok untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang materi yang
dipelajari. Beberapa karakteristik utama Pembelajaran Berbasis Masalah meliputi: Masalah
dunia nyata: PBL berfokus pada menyajikan siswa dengan masalah yang otentik dan
kompleks yang relevan dengan kehidupan mereka. Masalah-masalah ini membutuhkan
pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan masalah untuk menemukan solusi. Keterlibatan
siswa aktif: Dalam PBL, siswa mengambil peran aktif dalam proses pembelajaran mereka.
Mereka bertanggung jawab untuk mengidentifikasi isu-isu kunci, melakukan penelitian, dan
menemukan solusi untuk masalah yang disajikan. Pembelajaran kolaboratif: PBL mendorong
siswa untuk bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah. Pendekatan
kolaboratif ini mempromosikan kerja tim, komunikasi, dan berbagi ide dan pengetahuan.
Guru sebagai fasilitator: Dalam PBL, guru lebih berperan sebagai fasilitator daripada dosen.
Mereka membimbing dan mendukung siswa selama proses pembelajaran, menyediakan
sumber daya dan umpan balik sesuai kebutuhan. Integrasi pengetahuan dan keterampilan:
PBL mempromosikan integrasi pengetahuan dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.
Siswa didorong untuk memanfaatkan pengetahuan mereka sebelumnya dan menerapkannya
pada proses pemecahan masalah. Secara keseluruhan, Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
pendekatan pendidikan yang efektif karena mempromosikan pemikiran kritis, keterampilan
memecahkan masalah, kolaborasi, dan penerapan pengetahuan pada situasi dunia nyata. Ini
membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang materi pelajaran dan
mempersiapkan mereka untuk tantangan yang mungkin mereka hadapi dalam karir dan
kehidupan masa depan mereka.
Dalam konteks pembelajaran Informatika, PBL dapat diimplementasikan di
laboratorium komputer. Laboratorium komputer menyediakan lingkungan yang cocok untuk
siswa berinteraksi dengan teknologi komputer dan mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka pelajari dalam memecahkan masalah nyata. Dengan menggunakan PBL di
laboratorium komputer, diharapkan siswa dapat lebih termotivasi dan terlibat dalam
pembelajaran Informatika, terutama pada materi Flowchart. Penerapan PBL di laboratorium
komputer dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan penyembuhan
masalah, kreativitas, dan inovasi. Selain itu, siswa juga dapat belajar tentang kolaborasi,
komunikasi, dan manajemen waktu yang efektif. Dalam konteks pembelajaran Informatika,
PBL dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit dan kompleks,
seperti Flowchart. Flowchart adalah diagram yang digunakan untuk merepresentasikan
algoritma atau proses. Flowchart sangat penting dalam pembelajaran Informatika karena
dapat membantu siswa untuk memahami algoritma atau proses dengan lebih mudah dan
sistematis. Dalam PBL di laboratorium komputer, siswa dapat diberikan proyek atau tugas
yang memerlukan pembuatan Flowchart. Siswa kemudian dapat belajar tentang konsep
Flowchart dan mengembangkan keterampilan dalam membuat Flowchart yang efektif dan
efisien. Dengan demikian, PBL di laboratorium komputer dapat menjadi pendekatan
pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran Informatika, terutama pada materi Flowchart.
PBL dapat membantu siswa untuk lebih termotivasi dan terlibat dalam pembelajaran, serta
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah nyata.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa kelas X dalam mata
pelajaran Informatika, khususnya pada materi Flowchart, melalui pembelajaran Problem-
Based Learning di laboratorium komputer. Penelitian ini dilaksanakan selama beberapa bulan
di sebuah sekolah menengah atas di Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap. Data
penelitian dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara, dan tes kemajuan siswa.
Hasil belajar siswa dianalisis untuk melihat perubahan dan peningkatan yang terjadi setelah
penerapan pembelajaran PBL di laboratorium komputer. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan informasi yang berguna bagi pengembangan pembelajaran Informatika di
sekolah menengah atas.
Diharapkan dengan penerapan metode pembelajaran PBL di laboratorium komputer,
motivasi siswa meningkat, dan mereka akan mencapai hasil belajar yang lebih baik dalam
mata pelajaran Informatika, khususnya pada materi Flowchart. Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan pembelajaran yang inovatif dan efektif
di bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran Informatika.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran Problem-Based Learning di
laboratorium komputer untuk meningkatkan motivasi siswa kelas X pada mata pelajaran
Informatika, khususnya pada materi Flowchart. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan,
yaitu bulan Mei 2023, di SMK Muhammadiyah Cimanggu. Subjek penelitian terdiri dari 27
peserta didik kelas X TJKT I, dengan rincian 13 peserta didik laki-laki dan 14 peserta didik
perempuan, pada tahun pelajaran 2022/2023. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang saling
terkait. Pada siklus I, dilakukan penerapan metode Problem-Based Learning dengan
menggunakan konteks materi Flowchart. Siswa diberikan tugas-tugas yang mengharuskan
mereka menggunakan pengetahuan tentang Flowchart untuk memecahkan masalah nyata.
Pada siklus II, diterapkan metode yang sama dengan siklus sebelumnya, namun dengan
penekanan pada kerja kelompok kecil (small group discussion) di dalam laboratorium
komputer. Setiap siklus penelitian melibatkan langkah-langkah sebagai berikut: perencanaan
tindakan (planning), pelaksanaan tindakan sesuai rencana (acting), pengamatan terhadap
tindakan yang dilakukan (observing), dan refleksi atas pelaksanaan tindakan (reflecting).
Setiap siklus berlangsung selama dua pertemuan (4 jam pelajaran). Data penelitian diperoleh
dari peserta didik sebagai subjek penelitian. Data yang dikumpulkan meliputi hasil tes tulis
dan observasi. Tes tulis dilaksanakan pada akhir setiap siklus, sedangkan observasi dilakukan
untuk mengumpulkan data mengenai partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dengan
menerapkan model Problem-Based Learning di laboratorium komputer. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif, dengan melakukan analisis deskriptif
komparatif terhadap perkembangan kognitif siswa, dengan membandingkan hasil belajar pada
siklus I dan siklus II. Diharapkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran
Problem-Based Learning di laboratorium komputer, motivasi siswa dapat meningkat, dan
mereka akan mencapai hasil belajar yang lebih baik pada mata pelajaran Informatika,
khususnya pada materi Flowchart.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pra-Siklus
Kondisi Pra-Siklus ini dilakukan tes kemampuan awal (pre-test) kepada siswa kelas X
TJKT I materi Flowchart. Tes ini dilakukan untuk mendapatkan data awal mengenai tingkat
motivasi belajar siswa terhadap hasil pembelajaran sebelum dilakukan penerapan
pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) di laboratorium komputer. Tujuan dari tes ini
adalah untuk memperoleh pemahaman awal tentang tingkat motivasi siswa dalam mata
pelajaran Informatika dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu ditingkatkan. Adapun
data hasil pre-tes pengetahuan dan kemampuan peserta didik didapatkan pada tabel berikut:

Tabel 1 - Hasil Pra-Siklus


Hasil Hasil Jumlah
No Arti Lambang Persentase
(Angka) (Huruf) Peserta Didik
1 90-100 A Sangat Baik 0 0%
2 80-89 B Baik 4 14,8%
3 70-79 C Cukup 11 40,7%
4 60-69 D Kurang 11 40,7%
5 <60 E Sangat Kurang 1 3,7%
Jumlah 27 100%
Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa jumlah peserta didik yang mendapat nilai A
(Sangat Baik) sebanyak 0% atau tidak ada, yang mendapat nilai B (Baik) sebanyak 14,8%
atau sebanyak 4 peserta didik, yang mendapat nilai C (Cukup Baik) sebanyak 40,7% atau
sebanyak 11 peserta didik, yang mendapat nilai D (Kurang) sebanyak 40,7% atau sebanyak
11 peserta didik, dan yang mendapat nilai E (Sangat Kurang) sebanyak 3,7% atau sebanyak 1
peserta didik.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Pra-Siklus
No Uraian Hasil Pra-Siklus
1 Nilai Terendah 56
2 Nilai Tertinggi 86
3 Nilai rata-rata 72
4 Jumlah Tuntas 15
5 Jumlah Belum Tuntas 12
6 Persentase ketuntasan belajar 55,5%
Dari tabel 2 Rekapitulasi Hasil Pra-Siklus dapat dijelaskan bahwa
pengetahuan dan pemahaman peserta didik sebelum diberikan
tindakan memiliki rekapitulasi nilai terendah 56, nilai tertinggi
86, dan nilai rata-rata dari 27 peserta didik berada pada nilai 72.
Jumlah peserta didik yang memiliki nilai tuntas belajar sebanyak
15 peserta didik, sedangkan 12 peserta didik lainnya belum
mencapai nilai tuntas belajar karena nilai tuntas belajar pada
nilai ≥ 70 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 55,5%
lebih kecil dari nilai persentase yang diharapkan yaitu sebesar
85%. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan ketuntasan belajar peserta didik di kelas X
TJKT I melalui pembelajaran Problem-Based Learning.
Deskripsi Hasil Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
1. Menyusun perencanaan pembelajaran bersama guru pamong dan rekan sejawat yang
bertugas sebagai observer dalam penelitian.
2. Menentukan standar kompetensi yang akan dijadikan bahan penelitian. Materi yang
dijadikan bahan penelitian adalah Flowchart pada mata pelajaran Informatika, dengan
fokus pada keterampilan siswa dalam memahami dan mengaplikasikan Flowchart
dalam pemecahan masalah.
3. Mengembangkan format evaluasi berupa tes akhir siklus dengan pertanyaan
terstruktur yang menguji pemahaman siswa tentang Flowchart serta kemampuan
mereka dalam menerapkan Flowchart dalam konteks yang relevan.
4. Penyusunan Lembar Kerja yang berisi panduan dan langkah-langkah praktikum
berbasis problem-based learning (PBL) yang melibatkan penggunaan Flowchart
sebagai alat untuk memecahkan masalah. Lembar kerja ini akan disusun dengan
memperhatikan tahapan-tahapan pemecahan masalah yang relevan dengan materi
Flowchart.
5. Mengembangkan format observasi pembelajaran yang terdiri dari observasi kegiatan
guru dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung di laboratorium
komputer. Observasi ini akan mencakup interaksi antara siswa, kerja sama dalam
kelompok, serta kemampuan siswa dalam memecahkan masalah menggunakan
Flowchart.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan dan kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 8
Mei 2023 di laboratorium komputer dengan jumlah 27 siswa kelas X TJKT I. Dalam hal
ini, penulis bertindak sebagai pengajar yang didampingi oleh guru pamong dan rekan
sejawat sebagai observer. Kegiatan pembelajaran mengacu pada rencana pembelajaran
yang telah disusun. Pengamatan dilakukan secara simultan dengan pelaksanaan
pembelajaran. Tahapan pelaksanaan pada siklus I meliputi:
1. Guru memulai dengan pertanyaan awal untuk mengukur pengetahuan dan
pemahaman awal siswa tentang materi Flowchart pada mata pelajaran Informatika.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan.
3. Guru menyampaikan materi terkait pengertian, fungsi, dan langkah-langkah dalam
pembuatan Flowchart.
4. Guru dan siswa terlibat dalam sesi tanya jawab guna memperdalam pemahaman
tentang materi yang diajarkan.
5. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil untuk melaksanakan pembelajaran berbasis
problem-based learning (PBL) dengan menggunakan Flowchart sebagai alat untuk
memecahkan masalah.
6. Guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk menyusun Flowchart terkait
dengan permasalahan yang diberikan.
7. Setiap kelompok menganalisis Flowchart yang telah disusun, termasuk pengertian,
fungsi, dan langkah-langkah yang terkait.
8. Setiap kelompok menyajikan hasil analisis mereka kepada seluruh kelas.
9. Kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan pertanyaan dan tanggapan
terhadap presentasi kelompok lain.
10. Guru mengarahkan siswa untuk mengikuti post-test I melalui platform quizizz untuk
mengukur pemahaman mereka setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
c. Analisis Data
Pada akhir proses belajar mengajar peserta didik diberi tes formatif I dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar yang
telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada Siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 3 - Hasil Tes Formatif Pada Siklus I
Hasil Hasil Jumlah
No Arti Lambang Persentase
(Angka) (Huruf) Peserta Didik
1 90-100 A Sangat Baik 0 0%
2 80-89 B Baik 10 37,0%
3 70-79 C Cukup 9 33,3%
4 60-69 D Kurang 8 29,6%
5 <59 E Sangat Kurang 0 0%
Jumlah 27 100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah peserta yang tuntas
adalah sebanyak 19 orang peserta didik dengan nilai 70-100. Sedangkan jumlah peserta
didik yang tidak tuntas sebanyak 8 orang peserta didik. Rata-rata nilai yang diperoleh
adalah sebesar 74,8 dengan persentase ketuntasan sebesar 70,3%. Untuk melihat
rekapitulasi hasil tes formatif peserta didik pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4 - Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai Terendah 64
2 Nilai Tertinggi 84
3 Nilai rata-rata 74,8
4 Jumlah Tuntas 19
5 Jumlah Belum Tuntas 8
6 Persentase ketuntasan belajar 70,3%
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa dengan penerapan model Problem-Based
Learning diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar peserta didik
yaitu 74,8 dan ketuntasan belajar mencapai 70,3% atau terdapat
19 peserta didik sudah tuntas belajar. Adapun siklus pertama ini
memiliki nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 64. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal peserta
didik belum tuntas belajar seluruhnya, karena peserta didik
yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 70,3% lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang diharapkan yaitu sebesar 85%. Hal
ini disebabkan karena peserta didik masih merasa memahami
materi baru dan belum memahami secara keseluruhan konsep
materi yang dimaksud dan model pembelajaran yang diterapkan
yaitu Problem-Based Learning.
d. Refleksi dan Revisi
Dalam kegiatan pembelajaran siklus I diperoleh informasi dari hasil pengamatan
sebagai berikut:
1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi peserta didik dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran.
2) Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu.
3) Peserta didik kurang aktif selama pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I masih terdapat kekurangan, sehingga perlu
adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. Adapun revisi dan rencana tindak
lanjut pada siklus II yaitu :
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi peserta didik dan lebih jelas dalam
menyampaikan konsep dan tujuan pembelajaran. Peserta didik perlu diajak untuk
terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mengelola waktu secara baik dengan menambahkan informasi-
informasi yang berkaitan materi pembelajaran.
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi peserta didik
sehingga peserta didik dapat lebih antusias dalam pembelajaran.
Deskripsi Hasil Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Dalam tahapan perencanaan ini, penulis melakukan persiapan untuk pembelajaran siklus
II dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyusun perencanaan pembelajaran siklus II secara kolaboratif dengan guru
pamong dan rekan sejawat.
2. Mengembangkan format evaluasi berupa tes akhir siklus II yang terdiri dari soal
pilihan ganda terstruktur, bertujuan untuk melihat proses pemikiran langkah demi
langkah siswa.
3. Menyusun Lembar Kerja berupa soal-soal uraian yang akan digunakan dalam
kegiatan small group discussion, berdasarkan latihan pada siklus I.
4. Mengembangkan format observasi pembelajaran yang mencakup pengamatan
terhadap kegiatan guru dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran
berlangsung di laboratorium komputer.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan dan kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2023
di laboratorium komputer dengan kelas X TJKT I sebagai subjek penelitian. Penulis
bertindak sebagai pengajar dan dibantu oleh guru pamong serta rekan sejawat yang
bertugas sebagai observer. Kegiatan belajar mengajar mengacu pada rencana
pembelajaran siklus II yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan tindakan pada siklus
II terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
1. Guru mereview kembali materi pembelajaran tentang Flowchart pada pertemuan
sebelumnya.
2. Guru memberikan penjelasan terperinci tentang konsep dan penggunaan Flowchart
dalam informatika.
3. Peserta didik diberikan tugas berupa permasalahan yang harus diselesaikan dengan
menggunakan Flowchart sebagai alat bantu.
4. Peserta didik bekerja secara mandiri atau dalam kelompok untuk merancang
Flowchart yang sesuai dengan permasalahan yang diberikan.
5. Setelah selesai, peserta didik menyajikan dan menjelaskan Flowchart yang telah
mereka buat di depan kelas.
6. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan, komentar, dan
masukan terhadap Flowchart yang telah disajikan oleh teman-teman mereka.
7. Guru memberikan umpan balik dan evaluasi terhadap kinerja peserta didik serta
memberikan penjelasan tambahan jika diperlukan.
8. Peserta didik mengisi post-test II melalui media quizizz untuk mengukur
pemahaman mereka setelah pembelajaran siklus II. Dengan demikian, tahapan
pelaksanaan siklus II bertujuan untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam
mata pelajaran informatika dengan menggunakan pendekatan problem-based
learning dan menerapkan pembelajaran di laboratorium komputer.
c. Analisis Data
Pada akhir proses pembelajaran, peserta didik diberi tes formatif II dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran yang
telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun hasil
penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Tes Formatif Pada Siklus II
Hasil Hasil Jumlah Peserta
No Arti Lambang Persentase
(Angka) (Huruf) Didik
1 90-100 A Sangat Baik 5 18,5%
2 80-89 B Baik 8 29,6%
3 70-79 C Cukup 11 40,7%
4 60-69 D Kurang 3 11,1%
5 <59 E Sangat Kurang - 0%
Jumlah 27 100%
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak
24 orang peserta didik. Sedangkan jumlah peserta didik yang tidak tuntas sebanyak 3
orang peserta didik. Rata-rata nilai yang diperoleh peserta didik sebesar 80 dengan
persentase ketuntasan sebesar 88,8%. Untuk melihat rekapitulasi hasil tes formatif II
pada pembelajaran siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus II
No Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai Terendah 68
2 Nilai Tertinggi 96
3 Nilai rata-rata 80
4 Jumlah Tuntas 24
5 Jumlah Belum Tuntas 3
6 Persentase ketuntasan belajar 88,8%
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif II sebesar 80. Dari
jumlah 27 peserta didik, terdapat sebanyak 24 orang peserta didik yang telah mencapai
ketuntasan belajar dan 3 orang peserta didik lainnya belum mencapai ketuntasan belajar.
Maka, secara klasikal ketuntasan belajar yang telah dicapai sebesar 88,8% (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus
sebelumnya. Adapun peningkatan hasil belajar pada siklus ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran Problem-Based
Learning dan peningkatan media pembelajaran yang digunakan, sehingga peserta didik
menjadi terbiasa dan menunjukkan peningkatan motivasi belajar dalam pembelajaran ini
serta peserta didik lebih mudah memahami materi yang telah diberikan.
d. Refleksi dan Revisi
Dalam pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus ini diperoleh
informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut :
1) Selama proses pembelajaran, guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan
baik dan maksimal. Meskipun terdapat beberapa aspek yang belum sempurna
dalam pelaksanaannya tetapi masing-masing memiliki peningkatan yang cukup
baik.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa peserta didik cukup aktif
dalam pembelajaran.
3) Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
yang lebih baik.
4) Hasil belajar peserta didik pada siklus II memiliki peningkatan dan mencapai
ketuntasan.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini, guru telah berhasil menerapkan
pendekatan Problem-Based Learning dalam mata pelajaran informatika dengan
menggunakan metode Flowchart di laboratorium komputer. Dalam pelaksanaannya,
terlihat peningkatan motivasi peserta didik dan hasil belajar yang positif. Meskipun
demikian, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya guna
memaksimalkan dan mempertahankan kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Hal ini bertujuan agar pembelajaran di masa depan dapat terus meningkatkan kualitas
pembelajaran dan hasil belajar peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan.

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama dua siklus, hasil
keseluruhan pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1) Model pembelajaran Problem-Based Learning dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran Bahasa Inggris.
2) Model pembelajaran Problem-Based Learning memiliki dampak positif dalam
peningkatan prestasi belajar peserta didik yang dilakukan pada setiap siklus, yaitu siklus I
sebesar 70,3% dan siklus II sebesar 88,8%.
3) Peserta didik dapat bekerja sama dan bekerja secara mandiri, serta mampu
bertanggungjawab atas tugas yang diberikan baik secara kelompok maupun mandiri.
4) Penerapan model pembelajaran Problem-Based Learning mempunyai pengaruh positif
yaitu dapat meningkatkan minat perhatian, motivasi belajar dan kreativitas belajar peserta
didik.

DAFTAR PUSTAKA

Basri, H. (2018). PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKANAGAMA


ISLAM MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEMBASED LEARNING (PBL)
DENGAN MENGGUNAKANMEDIA VIDEO DI SMA NEGERI 6 KENDARI.
Emda, A. (2017). KEDUDUKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN.
Lantanida Journal, 5(2), 93-196.
Rahman, S. (2021). PENTINGNYA MOTIVASI BELAJAR DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR. PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN DASAR “Merdeka Belajar dalam Menyambut
Era Masyarakat 5.0”.
Roni Sulistiyono, Pujiati Suyata, dan Rahayu, T. (2017). Contrastive Analysis of Indonesian
and Javanese Languages and Its Prospective Implication for Language Learning.
Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), 66.
Wahyuning, S. (2022). Literature Review: Media Pembelajaran Digital untuk
Memberdayakan Keterampilan Berpikir Abad 21 dalam Pembelajaran IPA. Prosiding
SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains).
Wijayanti, A. P. (2017). PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEMBASED LEARNING (PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN
5MTERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN PRACTICALSKILL PESERTA DIDIK
KELAS XI SMA PADAMATERI KIMIASISTEM KOLOID.
Zabit, M. N. M., Karagiannidou, E., dan Zachariah, T. Z. (2016). Stimulating pre-service
teacher academic achievement through problembased learning (PBL). International
Journal of Advanced and Applied Sciences, 3, 30-35.

Anda mungkin juga menyukai