Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING (PBL) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA


GOOGLE CLASSROOM TERHADAP MOTIVASI
BERPRESTASI DAN HASIL BELAJAR DALAM MATA
PELAJARAN INFORMATIKA PADA SISWA SMP

Oleh :

NI MADE STHITI NUR HITA


NIM. 1929071005

JURUSAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu bidang yang mempunyai peran penting
dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan upaya dalam
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Oleh karena itu, pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan
yang wajib dipenuhi sepanjang hayat. Tidak ada batasan bagi setiap individu
untuk dapat memperoleh pendidikan. Dalam Kemendikbud (2003) menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 3 disebutkan bahwa, “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.”
Dalam proses pembelajaran, pendidik dituntut untuk mampu memilih model
pembelajaran yang tepat, memilih dan menggunakan fasilitas pembelajaran,
mampu memilih dan menggunakan alat evaluasi, mampu mengelola pembelajaran
di kelas maupun secara online, menguasai materi, dan memahami karakteristik
peserta didik. Dalam menentukan strategi pembelajaran, pemilihan model
pembelajaran hendaknya sesuai dengan karakteristik materi dan peserta didik,
agar dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Apabila model pembelajaran
yang digunakan tepat, maka akan tercipta suasana yang menyenangkan sehingga
tujuan pembelajaran akan tercapai dengan mudah. Dalam proses pembelajaran,
pengembangan potensi-potensi peserta didik harus dilakukan secara menyeluruh
dan terpadu. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak cukup hanya
berbekal pengetahuan berkenaan dengan bidang studi yang diajarkan, akan tetapi
perlu memperhatikan segala aspek pembelajaran yang mendukung terwujudnya
pengembangan potensi peserta didik.
Belajar merupakan suatu proses perubahan dari dalam kepribadian manusia
dimana perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain (Hakim, 2005).
Setiap proses pembelajaran memerlukan suatu media yang dinamakan media
pembelajaran. Menurut Sadiman et.al (2005) media pembelajaran merupakan
segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan (materi ajar), dapat merangsang
pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong
terciptanya proses belajar pada setiap diri peserta didik. Tanpa media
pembelajaran, maka komunikasi akan sulit terlaksana sehingga proses
pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak dapat berlangsung secara
optimal. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada guru dan siswa kelas VIII di
SMPN 1 Abiansemal ditemukan beberapa kendala. Adapun kendala yang sering
terjadi dalam proses pembelajaran Informatika diantaranya : 1) proses
pembelajaran masih berpusat pada guru bukan peserta didik, 2) peserta didik
cenderung kurang aktif dan kurang termotivasi untuk belajar, 3) tidak adanya
interaksi antara peserta didik dalam membahas materi pelajaran, 4) hasil belajar
siswa masih rendah, 5) peserta didik menginginkan guru menggunakan media
pembelajaran yang dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik, 6) peserta
didik tidak dapat berinteraksi langsung dengan media pembelajaran.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu adanya tindak lanjut
dengan menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran yang
diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar Informatika peserta
didik di SMPN 1 Abiansemal. Salah satu model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan serta memenuhi kebutuhan belajar peserta didik yang beragam yaitu
model Problem Based Learning (PBL) dengan bantuan media google classroom.
Model PBL dapat mengatasi masalah tersebut, karena model pembelajaran ini
menuntut keaktifan dan keterlibatan dari setiap peserta didik. Model PBL adalah
salah satu alternatif model pembelajaran yang diterapkan dalam proses
pembelajaran mata pelajaran informatika. Model ini lebih menekankan pada
kegiatan-kegiatan yang berpusat dalam pemecahan masalah maupun
pengembangan kreativitas belajar peserta didik (Ramlawati, Yunus, & Insani,
2017). Penerapan model PBL dapat membantu pendidik dalam menyampaikan
materi pembelajaran untuk dapat menumbuhkan motivasi peserta didik untuk
belajar lebih dalam, akan mendorong rasa ingin tahu peserta didik lebih lanjut
serta mendorong peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar. Berkembangnya
rasa ingin tahu dan rasa kepuasan dalam belajar siswa kiranya dapat digunakan
dalam pengelolaan proses pembelajaran agar mencapai hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan terkait dengan
pengaruh model Problem Based Learning didapatkan beberapa hasil penelitian
yang relevan, yaitu (Sumitro, et al, 2017) menyatakan bahwa penelitian yang
dilakukan melalui 2 siklus. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa
setelah menerapkan problem based learning terjadi peningkatan motivasi siswa
pada keempat aspek dengan rincian, pada aspek attention sebesar 11,28% dari
73,04% pada siklus I menjadi 84,32% pada siklus II, pada aspek relevance
meningkat sebesar 9,64% dari 76,55% pada siklus I menjadi 86,19% pada siklus
II, pada aspek confidence meningkat sebesar 10,62% dari 71,56% pada siklus I
menjadi 82,18% pada siklus II, dan pada aspek satisfaction meningkat sebesar
14,88% dari 71,79% pada siklus I menjadi 86,67% pada siklus II. Hasil belajar
meningkat sebesar 14,29% dari 71,42% pada siklus I menjadi 85,71% pada siklus
II. Hasil ini menunjukkan bahwa model Problem Based Learning dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Sedangkan dari hasil penelitian
(Pelawi & Sinulingga, 2016) diperoleh data bahwa pengambilan sampel dilakukan
dengan cara purposive sampling, sedangkan penentuan penarikan kelas sampel
dilakukan secara random. Penelitian ini menggunakan Two Group Pretest-
Posttest Design. Analisis data menggunakan ANAVA dua jalur. Dari penelitian
ini didapatkan bahwa hasil belajar fisika siswa yang menerapkan model Problem
Based Learning lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran
konvensional, hasil belajar Fisika siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
lebih baik dibandingankan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, dan
terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap
hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai
pengaruh model Problem Based Learning terhadap motivasi berprestasi dan hasil
belajar pada mata pelajaran Informatika dengan melaksanakan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dengan
Menggunakan Media Google Classroom Terhadap Motivasi Berprestasi dan Hasil
Belajar Dalam Mata Pelajaran Informatika Pada Siswa SMP”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan
untuk dicari solusinya adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara menggunakan model
pembelajaran PBL menggunakan media google classroom dan model
pembelajaran konvensional tanpa menggunakan media google classroom
siswa kelas VIII di SMPN 1 Abiansemal terhadap motivasi berprestasi ?
2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara menggunakan model
pembelajaran PBL menggunakan media google classroom dan model
pembelajaran konvensional tanpa menggunakan media google classroom
siswa kelas VIII di SMPN 1 Abiansemal terhadap hasil belajar siswa ?
3. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran PBL menggunakan media
google classroom terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa
kelas VIII di SMPN 1 Abiansemal ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh antara menggunakan
model pembelajaran PBL menggunakan media google classroom dan
model pembelajaran konvensional tanpa menggunakan media google
classroom siswa kelas VIII di SMPN 1 Abiansemal terhadap motivasi
berprestasi.
2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh antara menggunakan
model pembelajaran PBL menggunakan media google classroom dan
model pembelajaran konvensional tanpa menggunakan media google
classroom siswa kelas VIII di SMPN 1 Abiansemal terhadap hasil belajar
siswa.
3. Mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran PBL
menggunakan media google classroom terhadap motivasi berprestasi dan
hasil belajar siswa kelas VIII di SMPN 1 Abiansemal.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah yang terdapat dalam penelitian yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Materi yang akan disajikan pada penelitian ini yaitu mengenai materi
Informatika untuk Kelas VIII di SMPN 1 Abiansemal
2. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran PBL dengan media
google classroom pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional
tanpa menggunakan google classroom pada kelas kontrol.
3. Hasil belajar yang digunakan untuk mengukur ketercapaian hasil belajar
ialah pada aspek ranah kognitif siswa. Cara memperoleh hasil belajarnya
ialah dari nilai dengan diadakannya post test.

1.5 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Teoritis


Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan kajian dalam
mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang faktor yang mempengaruhi
motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa.

1.5.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Peserta Didik
1) Membantu peserta didik untuk dapat menemukan masalah dari suatu
peristiwa yang nyata, mengumpulkan informasi melalui strategi yang
telah ditentukan sendiri untuk mengambil satu keputusan pemecahan
masalahnya
2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
berpikir
3) Model PBL dapat menumbuhkan keaktifan dalam belajar
4) Peserta didik dapat memiliki keterampilan belajar mandiri (skills for
independent learning).
5) Membiasakan peserta didik untuk tidak terjebak pada solusi atas
pikiran yang sempit.

b. Bagi Pendidik
1) Menambah referensi pendidik mengenai model pembelajaran
khususnya Problem Based Learning untuk diterapkan dalam
pembelajaran Informatika
2) Membantu pendidik mengaitkan materi pelajaran (content) dengan
situasi dunia nyata siswa (context)
3) Membantu pendidik untuk menerapkan pembelajaran yang berpusat
pada siswa sesuai tuntutan kurikulum

c. Bagi Sekolah
Diharapkan dapat berguna untuk memotivasi belajar peserta didik
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran informatika serta dapat memberikan masukan untuk lebih
mengembangkan sistem pendidikan yang ada dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

d. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan pengetahuan bagi peneliti untuk mengetahui
Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap
Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Informatika Pada Siswa SMP dan untuk menambah pengalaman dalam
mendidik sebagai seorang pendidik.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Model Problem Based Learning


a. Model Pembelajaran
Model merupakan suatu bentuk representasi akurat sebagai proses
aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model tersebut. Model PBL merupakan salah satu
model pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual,
dimana proses pembelajaran dihadapkan pada suatu masalah, yang
kemudian diselesaikan melalui pemecahan masalah, dimana melalui
masalah tersebut siswa belajar keterampilan-keterampilan yang lebih
mendasar (Fitriyanto, Sudiana, & Wijaya, 2020).
Menurut Joice dan Weil, model pembelajaran adalah suatu pola atau
rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk
menyusun Kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk
mengenai proses pembelajaran (Duraisy, 2003). Sedangkan menurut
Depdiknas dalam (Sari, et al, 2017) istilah model pembelajaran mempunyai
empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh metode tertentu yaitu: rasional
teoritik dan logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Penerapkan model pembelajaran
yang tepat pada suatu materi pelajaran juga akan mendukung peserta didik
dalam meningkatkan hasil belajar, sehingga hasil belajar yang diperoleh
akan berbeda nilainya dengan sebelum di beri perlakuan khusus (Komariah,
et al, 2019).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran merupakan pola pembelajaran yang sistematis dan
terencana yang dilengkapi dengan tahapan-tahapan tertentu (sintaks) untuk
memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Model pembelajaran dapat
digunakan untuk menyusun kurikulum, merancang bahan pembelajaran, dan
pedoman dalam proses pembelajaran.

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran


Menurut Rusman dalam (Wijanarko, 2017) menyebutkan bahwa ada
enam ciri-ciri model pembelajaran yakni:
1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli
tertentu
2. Mempunyai sisi atau tujuan pendidikan tertentu
3. Dapat dijelaskan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran
4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan :
a) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax);
b) adanya prinsip-prinsip reaksi;
c) sistem sosial;
d) sistem pendukung.
Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru
akan melaksanakan suatu model pembelajaran
5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran yang
meliputi :
a) Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur;
b) Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan
pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

c. Model Pembelajaran Problem Based Learning


Menurut Duch et al (Kaharuddin, 2018), pembelajaran berbasis masalah
adalah model pembelajaran yang dimulai dengan mengajukan masalah atau
pertanyaan, yang membuat peserta didik ingin menyelesaikannya. Menurut
Ariani (Kaharuddin, 2018) juga menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis
masalah adalah model pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa dan
mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik, sehingga nantinya
dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai. Prinsip pembelajaran berbasis masalah dimana peserta didik yang
secara aktif mencari jawaban mereka sendiri untuk masalah yang diberikan
oleh guru sehingga guru hanya sebagai mediator dan fasilitator untuk
membantu peserta didik membangun pengetahuan mereka secara efektif.
PBL merupakan suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan peserta
didik untuk mengatasi masalah yang nyata melalui tahap-tahap metode
ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan memiliki keterampilan untuk
mengatasi masalah yang nyata (Komariah, et al, 2019).
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, model
pembelajaran PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang berfokus
pada peserta didik dimana pembelajaran akan dilakukan dengan cara
pemberian masalah yang menuntut peserta didik untuk berpikir agar dapat
menemukan solusi terbaik untuk menjawab permasalahan yang diberikan
kepada peserta didik.

d. Karakteristik Problem Based Learning


PBL merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada pandangan
konstruktivistik yang memuat karakteristik kontekstual, kolaboratif, berpikir
metakognisi, dan memfasilitasi pemecahan masalah. Peserta didik
dimungkinkan belajar secara bermakna yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi melalui pemecahan masalah (Sofyan &
Komariah, 2016). Lebih lanjut beberapa karakteristik pembelajaran PBL
antara lain:
1. Peserta didik harus peka terhadap lingkungan belajarnya
2. Simulasi problem yang digunakan hendaknya berbentuk ill-
structured, dan memancing penemuan bebas (free for inquiry)
3. Pembelajaran diintegrasikan dalam berbagai subjek
4. Pentingnya kolaborasi
5. Pembelajaran hendaknya menumbuhkan kemandirian peserta didik
dalam memecahkan masalah
6. Aktivitas pemecahan masalah hendaknya mewakili pada situasi
nyata
7. Penilaian hendaknya mengungkap kemajuan peserta didik untuk
mencapai tujuan dalam pemecahan masalah
8. PBL hendaknya merupakan dasar dari kurikulum bukan hanya
pembelajaran

e. Sintaks Problem Based Learning


Sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) adalah sebagai berikut :
1. Orientasi peserta didik pada masalah
Dalam hal ini pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Tahapan
ini sangat penting dalam penggunaan PBL, dimana guru harus
menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta
didik dan guru sendiri. Guru menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk
memunculkan masalah, sehingga dapat memotivasi peserta didik
untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
Pemecahan suatu masalah yang membutuhkan kerjasama dan
sharing antar anggota mendorong peserta didik untuk belajar
berkolaborasi. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok, dimana
masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah
yang berbeda. Namun, tidak menutup kemungkinan guru dapat
memberikan permasalahan yang harus diselesaikan oleh setiap
individu siswa tanpa perlu membentuk suatu kelompok. Guru
membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut. Hal penting yang dilakukan guru adalah
memonitor dan mengevaluasi kerja peserta didik. Selanjutnya guru
dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik,
tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Pada fase ini guru memantau keterlibatan peserta didik dalam
pengumpulan data atau bahan selama proses penyelidikan. Peserta
didik diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat
menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang
dihadapinya.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada fase ini guru memantau diskusi dan membimbing peserta
didik dalam penyelesaian masalah. Hasil karya yang dimaksud
lebih dari sekedar laporan tertulis, termasuk hal-hal seperti
rekaman video yang memperlihatkan situasi yang bermasalah dan
solusi yang diusulkan, model-model yang mencakup representasi
fisik dari situasi masalah atau solusinya, dan program komputer
serta presentasi multimedia.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Fase terakhir PBL ini melibatkan kegiatan-kegiatan untuk
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses
berpikirnya sendiri maupun keterampilan investigasi dan
keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Guru meminta
peserta didik untuk merekonstruksikan pikiran dan kegiatan mereka
selama berbagai fase pelajaran. Tantangan utama bagi guru dalam
tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif
terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil
penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap
permasalahan tersebut. Guru membantu peserta didik untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-
proses yang digunakan.
2.2 Media Pembelajaran Google Classroom
Google Classroom merupakan sebuah aplikasi yang memungkinkan
terciptanya ruang kelas di dunia maya. Selain itu, google classroom juga bisa
dijadikan sebagai sarana distribusi tugas, submit tugas bahkan menilai tugas-tugas
yang dikumpulkan (Nirfayanti & Nurbaeti, 2019). Dengan demikian, aplikasi ini
dapat membantu memudahkan pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan
proses belajar dengan lebih mendalam. Hal ini disebabkan karena baik peserta
didik maupun pendidik dapat mengumpulkan tugas, mendistribusikan tugas,
menilai tugas dari rumah atau dimanapun tanpa terikat batas waktu atau jam
pelajaran. Google classroom sesungguhnya dirancang untuk mempermudah
interaksi pendidik dan peserta didik dalam dunia maya. Aplikasi ini memberikan
kesempatan kepada para pendidik untuk mengeksplorasi gagasan keilmuan yang
dimilikinya kepada peserta didik. Pendidik memiliki keleluasaan waktu untuk
membagikan kajian keilmuan dan memberikan tugas mandiri kepada peserta
didik. Selain itu, pendidik juga dapat membuka ruang diskusi bagi para peserta
didik secara online. Namun demikian, terdapat syarat mutlak dalam
mengaplikasikan google classroom yaitu membutuhkan akses internet yang
mumpuni.
Aplikasi google classroom dapat digunakan oleh siapa saja yang tergabung
dengan kelas tersebut. Kelas tersebut adalah kelas yang didesain oleh pendidik
yang sesuai dengan kelas sesungguhnya atau kelas nyata di sekolah. Terkait
dengan anggota kelas dalam google classroom, Herman dalam (Nirfayanti &
Nurbaeti, 2019) menjelaskan bahwa google classroom menggunakan kelas
tersedia bagi siapa saja yang memiliki Google Apps for Education, serangkaian
alat produktivitas gratis termasuk gmail, dokumen, dan drive. Rancangan kelas
yang mengaplikasikan google classroom sesungguhnya ramah lingkungan. Hal ini
dikarenakan peserta didik tidak menggunakan kertas dalam mengumpulkan
tuganya. Dalam google classroom, kelas dirancang untuk membantu pendidik
membuat dan mengumpulkan tugas tanpa kertas, termasuk fitur yang menghemat
waktu seperti kemampuan untuk membuat salinan google dokumen secara
otomatis bagi setiap peserta didik. Dalam kelas juga dapat membuat folder drive
untuk setiap tugas dan setiap peserta didik, agar semuanya tetap teratur. Berikut
ini tampilan awal google classroom.

Gambar 1. Tampilan Awal Google Classroom

2.3 Motivasi Berprestasi


Motivasi merupakan konsep personal yang merupakan faktor pendorong

untuk meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkannya agar meraih kesuksesan.

Untuk mencapai kesuksesan setiap orang mempunyai hambatan-hambatan yang

berbeda, namun dengan memiliki motivasi yang tinggi, diharapkan hambatan

tersebut akan dapat diatasi dan kesuksesan yang diinginkan dapat diraih menurut

Marina dalam (Udayani, Agustini, & Divayana, 2017). Motivasi berprestasi

adalah dorongan atau daya penggerak dalam diri seorang individu untuk mencapai

taraf prestasi setinggi mungkin, sesuai dengan yang ditetapkan oleh individu itu

sendiri demi penghargaan kepada diri sendiri.

2.3.1 Ciri Individu Yang Mempunyai Motivasi Berprestasi Tinggi


McClelland pada tahun 1976 mengungkapkan bahwa individu yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi akan menunjukkan tingkah laku atau ciri
yang berbeda dengan individu yang motivasi berprestasinya rendah bahwa ciri
individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi antara lain :

1. Berorientasi sukses
Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi selalu berkeyakinan
dan optimis untuk sukses, yakin akan bakat dan potensi yang dimiliki akan
mengantarkannya pada kesuksesan, dan selalu mempunyai keyakinan untuk
memperoleh prestasi yang lebih baik.
2. Berpandangan jauh ke depan dan menghargai waktu
Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi selalu mempunyai
kehendak dan tujuan yang luhur di masa depan, mau mengembangkan hobi dan
kegemaran, selalu memanfaatkan waktu secara optimal untuk meraih prestasi,
serta cenderung memiliki target untuk berhasil dan program – program untuk
mencapainya.
3. Bertanggung jawab terhadap tugas
Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan selalu
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya dengan selalu
berusaha menyelesaikan tugas–tugas yang diberikan kepadanya dengan sebaik–
baiknya, berusaha mencapai prestasi terbaik yang bisa ia raih, dan akan selalu
bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
4. Memperhatikan umpan balik
Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi juga membutuhkan
adanya umpan balik dari orang lain sebagai suatu pertimbangan. Ia tetap
memperhatikan masukan dari orang lain untuk meningkatkan kualitas dirinya dan
berupaya memperbaiki diri berdasarkan masukan dari orang lain.
5. Menyukai tantangan
Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi menyukai tugas yang
berbeda dan memiliki tingkat kesulitan, berani mengambil resiko, tidak cepat puas
dengan prestasi yang telah dicapai, dan menyukai tugas yang menuntutnya
berkreativitas dan berinovasi.
6. Tangguh dalam bekerja
Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi selalu tekun dan ulet
dalam menghadapi tugas, tidak mudah putus asa (menyerah) menghadapi
kesulitan, bersemangat dan penuh vitalitas dalam bekerja, dan selalu berusaha
bekerja mandiri tanpa bantuan orang lain.
2.3.2 Prinsip – Prinsip Motivasi
Uno (2014) menyatakan enam prinsip motivasi, yaitu : (1) kita harus
termotivasi agar dapat memotivasi. Jika anda ingin memotivasi orang lain, anda
harus memotivasi diri anda terlebih dulu; (2) motivasi memerlukan sasaran adalah
mustahil bagi siapapun atau, dalam hal ini, suatu regu atau sekelompok orang
untuk menjadi termotivasi tanpa adanya suatu sasaran yang jelas dan terinci; (3)
motivasi, sekali tercapai, tidak pernah berlangsung selamanya artinya seseorang
dapat termotivasi di tempat kerja mereka dan menjadi kurang termotivasi dalam
lingkungan rumah mereka, dan sebaliknya; (4) motivasi memerlukan pengakuan
datang dalam berbagai bentuk dari ucapan selamat teman sejawat sampai surat
ucapan terimakasih dari cara anda memperkenalkan seseorang sampai pengiriman
vas bunga ke rumah; (5) partisipasi membangkitkan motivasi artinya seringkali
orang lebih termotivasi oleh bagaimana mereka diperlakukan; (6) Tantangan
hanya akan memotivasi bila ada kesempatan menang artinya tantangan dapat
sungguh-sungguh memotivasi. Tantanglah mereka untuk mendapatkan sesuatu
yang berharga untuk dilakukan, maka sembilan dari sepuluh mereka akan
menerima tantangan itu.

2.4 Hasil Belajar


a. Definisi Hasil Belajar
Hamalik&Oemar (2001) menyatakan bahwa belajar mengandung
makna terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku, termasuk juga
perbaikan prilaku, seperti pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi
secara lengkap. Perubahan-perubahan itu dapat berupa hasil yang baru atau
pula penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh sebelumnya. Hasil yang
diperoleh tersebut yang disebut dengan hasil belajar. Menurut Hermawan, et
al dalam (Kusumantara, Santyadiputra, & Sugihartini, 2017) menjelaskan
bahwa hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik
peserta didik sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Oleh karena itu, setiap mata pelajaran mempunyai tugas tersendiri dalam
membentuk pribadi siswa, hasil belajar untuk satu mata pelajaran berbeda
dari mata pelajaran yang lain.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Menurut Rusman dalam (Kusumantara, Santyadiputra, & Sugihartini,
2017) faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain yaitu sebagai
berikut :
1. Faktor Internal
a) Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti
kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak
dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat
mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.
b) Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik
pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda,
tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa
faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat,
bakat, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik
2. Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil
belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Selain itu lingkungan alam juga dapat
mempengaruhi misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar
pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara
akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada
pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan
dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.
b) Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor
yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan
hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat
berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan belajar yang
direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum,
sarana dan guru.

2.5 Kerangka Berpikir


Sesuai dengan Gambar 2 langkah pertama dalam penelitian ini adalah
melaksanakan obervasi lapangan di SMPN 1 Abiansemal. Pada observasi
lapangan ditemukan beberapa kendala atau masalah pada proses pembelajaran
yaitu 1) proses pembelajaran masih berpusat pada guru bukan peserta didik, 2)
peserta didik cenderung kurang aktif dan kurang termotivasi untuk belajar, 3)
tidak adanya interaksi antara peserta didik dalam membahas materi pelajaran, 4)
hasil belajar siswa masih rendah, 5) peserta didik menginginkan guru
menggunakan media pembelajaran yang dapat diakses dengan mudah oleh peserta
didik, 6) peserta didik tidak dapat berinteraksi langsung dengan media
pembelajaran.
Guru merupakan salah satu unsur terpenting dalam pelaksanaan proses
pembelajaran, dimana peran seorang guru dalam merealisasikan pendidikan yang
berkualitas. Dalam menghasilkan kegiatan pembelajaran yang berkualitas, guru
perlu memperhatikan beberapa aspek yaitu kegiatan pembelajaran, penggunaan
model dan media pembelajaran yang menarik dan bervariasi dalam menunjang
kegiatan pembelajaran, dan prilaku belajar peserta didik.
Solusi dari masalah yang di temukan pada saat observasi lapangan adalah
penggunaan model pembelajaran PBL dengan menggunakan media google
classroom. Google classroom digunakan karena media ini memiliki layanan yang
dapat digunakan yaitu courses (kelas), disscussion (diskusi), dan quis (evaluasi
belajar). Selain itu google classroom tampilannya sangat user friendly sehingga
peserta didik dapat dengan mudah mempelajari bagaimana menggunakan media
tersebut.
Setelah dipilihnya solusi dari masalah yang ada, peneliti melaksanakan
penelitian dengan menerapkan model pembelajaran PBL menggunakan media
google classroom pada kelas yang diberi nama kelompok eksperimen dan kelas
tanpa menggunakan model pembelajaran PBL serta tanpa menggunakan media
google classroom pada kelas yang diberi nama kelompok kontrol. Setelah
memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, kedua
kelas tersebut diberikan sebuah post-test yang sama. Kemudian peneliti
melakukan analisis perhitungan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
hasil belajar peserta didik yang menggunakan model pembelajaran PBL
menggunakan media google classroom dan kelompok siswa yang tanpa
menggunakan model pembelajaran PBL berbantuan google classroom.
Kemudian langkah terakhir dalam penelitian ini adalah penyusunan laporan tesis
dengan judul penelitian “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Dengan Menggunakan Media Google Classroom Terhadap
Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar Dalam Mata Pelajaran Informatika Pada
Siswa SMP”.

Melaksanakan wawancara dan observasi


lapangan

Merancang perangkat pembelajaran dan instrument


penelitian

Kelas Eksperimen Implementasi Kelas Kontrol Implementasi


model pembelajaran PBL pembelajaran konvensional
menggunakan media google tanpa menggunakan media
classroom google classroom

Mengadakan tes (post-test) di kelas eksperimen


dan kelas kontrol untuk mengetahui hasil belajar
siswa dan melakukan penyebaran angket
motivasi berprestasi untuk mengetahui motivasi
berprestasi peserta didik

Menganalisis data dan menguji hipotesis

Pembuatan Laporan
Gambar 2. Kerangka Berpikir

2.6 Hipotesis Penelitian


Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Terdapat pengaruh model pembelajaran PBL dengan menggunakan
media google classroom terhadap motivasi berprestasi siswa kelas VIII
SMP Negeri 1 Abiansemal.
b. Terdapat pengaruh model pembelajaran PBL dengan menggunakan
media google classroom terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Abiansemal.
c. Terdapat pengaruh model pembelajaran PBL dengan menggunakan
media google classroom terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar
siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Abiansemal.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen. Penelitian Eksperimen ini
memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning yang menggunakan media google classroom terhadap
motivasi berpestasi dan hasil belajar siswa kelas VIII di SMPN 1 Abiansemal
pada mata pelajaran Informatika. Kelas pertama, diberikan perlakuan berupa
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dengan bantuan media
google classroom. Kelas kedua, diterapkan pembelajaran dengan model
pembelajaran konvensional tanpa bantuan google classroom.

3.2 Desain Penelitian


Desain penelitian dalam penelitian ini yaitu Quasi Experimental. Bentuk
desain quasi experimental yang digunakan adalah post-test only control group
design. Desain penelitian ini dipilih karena peneliti hanya ingin mengukur hasil
belajar siswa sesudah perlakuan. Pada desain ini peneliti memberikan perlakuan
eksperimental pada salah satu kelompok (kelas eksperimen) dan memberikan
perlakuan biasa pada kelompok lain (kelas kontrol). Sesuai dengan Gambar 3
dalam desain penelitian ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih
secara random. Kelompok pertama diberi perlakuan dan kelompok kedua tidak
diberi perlakuan. Desain eksperimen tersebut ditunjukkan pada Gambar 3
berikut :

Kelompok Eksperimen X O1
---------------------------------------------------------
Kelompok Kontrol - O2

Gambar 3.
Desain Penelitian (Dimodifikasi dari Neuman, 2003)
Keterangan :
O1, O2 = Posttest yaitu pemberian tes sesudah perlakuan
X = Perlakuan dengan model pembelajaran PBL dengan bantuan google
classroom
- = Dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional tanpa bantuan
google classroom

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah objek atau subyek yang berada pada suatu wilayah tertentu
dan memenuhi syarat-syarat yang bekaitan dengan masalah penelitian (Sugiyono,
2014). Populasi ini yang nantinya digunakan sebagai obyek dalam sebuah
penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kelas VIII SMP Negeri 1
Abiansemal Tahun Pelajaran 2020/2021 yang terdiri dari VIII A, VIII B, VIII C,
VIII D, VIII E, VIII F, VIII G, VIII H, dan VIII I. Semua kelas dalam populasi
tersebut tidak terdapat kelas unggulan, artinya kemampuan akademik semua siswa
terdistribusi homogen. Adapun komposisi anggota populasi masing-masing kelas
dapat dilihat pada Tabel1.
Tabel 1. Komposisi Anggota Populasi
No Kelas Populasi Jumlah Siswa
1 VIII A 34 Orang
2 VIII B 34 Orang
3 VIII C 34 Orang
4 VIII D 35 Orang
5 VIII E 35 Orang
6 VIII F 35 Orang
7 VIII G 35 Orang
8 VIII H 35 Orang
9 VIII I 34 Orang
Total Populasi 312 Orang
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan suatu bagian dari populasi yang akan diteliti serta
dianggap dapat menggambarkan populasinya (Sugiyono, 2014). Mengingat
keterbatasan waktu, tenaga, dan kemampuan yang tidak memungkinkan peneliti
untuk meneliti seluruh populasi yang ada, maka peneliti sangat membutuhkan
pengambilan sampel.
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random
assignment. Teknik ini digunakan sebagai teknik pengambilan sampel karena
individu-individu pada populasi telah terdistribusi ke dalam kelas-kelas sehingga
tidak mungkin untuk melakukan pengacakan individu dalam populasi. Setiap
kelas mendapat kesempatan yang sama untuk dijadikan anggota sampel. Dalam
penelitian ini diambil dua kelas dari sembilan kelas yang ada secara random
melalui pengundian di mana kelas yang muncul dalam undian langsung dijadikan
kelas sampel. Kelas yang terpilih sebagai sampel adalah kelas VIII A dan VIII C.
Masing-masing kelas sampel diberi perlakuan berbeda. Hasil random assignment
selanjutnya menetapkan: (1) Kelas VIII A akan menjadi kelas eksperimen yang
akan mendapatkan perlakukan menggunakan model pembelajaran PBL dengan
menggunakan media google classroom dan (2) Kelas VIII C akan menjadi kelas
kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional tanpa
menggunakan google classroom.

3.4 Variabel Penelitian


Menurut Sudaryono (2012) mengatakan bahwa secara teoritis variabel dapat
didefiniskan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara
satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini terdapat 1 variabel bebas, 2
variabel terikat, dan variabel kontrol.

3.4.1 Variabel Bebas


Menurut Sudaryono (2012) variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,
predictor, atau antecedent. Sesuai dengan Gambar 4, variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran PBL dengan menggunakan media
google classroom.

3.4.2 Variabel Terikat


Menurut Sugiyono (2014) variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Sesuai
dengan Gambar 4, variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi berprestasi
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Informatika di SMPN 1 Abiansemal
yang diperoleh setelah proses pembelajaran. Hubungan variabel dalam penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut.

R Y1

X
Y2
R

Gambar 4. Variabel Penelitian

Keterangan :
X = Media Pembelajaran PBL dengan Media Google Classroom
Y1 = Motivasi Berprestasi
Y2 = Hasil Belajar Siswa
R = Korelasi antara X dengan Y1 dan Y2

3.4.3 Variabel Kontrol


Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variabel independent atau variabel bebas terhadap variabel
dependent atau variabel terikat, tidak dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang
tidak diteliti (Sugiyono, 2012). Variabel kontrol dalam penelitian ini dapat berupa
media, tempat, dll.
3.5 Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dari awal
sampai akhir penelitian adalah sebagai berikut :
1. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat untuk mengadakan
penelitian
2. Melakukan kunjungan dan meminta ijin kepada kepala sekolah untuk
mengadakan penelitian di sekolah tersebut
3. Melakukan observasi serta menentukan sampel penelitian
4. Menyusun perangkat pembelajaran
5. Merancang instrument penelitian yang akan digunakan dalam penelitian
6. Menguji intrumen yang telah dibuat
7. Menganalisis hasil uji instrument. Setelah menganalisis instrument
maka akan ditentukan butir-butir soal yang layak digunakan sebagai
alat tolak ukur dalam penelitian
8. Memberikan perlakuan dengan mengimplementasikan model
pembelajaran PBL dengan media google classroom kepada kelas
eksperimen dan pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional tanpa menggunakan media google classroom kepada
kelas kontrol
9. Mengadakan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui hasil belajar Informatika kelas VIII
10. Melakukan analisis data sesuai dengan yang telah di peroleh pada post-
test
11. Melakukan analisis terhadap data motivasi berprestasi untuk menguji
hipotesis
12. Menyusun laporan penelitian sesuai dengan hasil data yang diperoleh

3.6 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


3.6.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang akurat dapat diperoleh jika proses pengumpulan data telah
dipersiapkan dengan matang. Pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Sudaryono,
Margono, & Rahayu, 2013). Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa cara
untuk mengumpulkan data selama proses penelitian, yaitu:

1. Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes merupakan instrumen alat ukur untuk
pengumpulan data yang membutuhkan respon dari pertanyaan yang disediakan,
peserta didorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya. Tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis.
Menurut Mulyatiningsih dalam (Kusumantara, Santyadiputra, & Sugihartini,
2017) menjelaskan bahwa metode tes merupakan metode pengumpulan data
penelitian yang berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang. Tes dilakukan
pada akhir pembelajaran kepada kedua kelas setelah diberikan perlakuan. Pada
kelas eksperimen dan kontrol diberikan post-test yang bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa setelah melalui kegiatan
pembelajaran. Teknik ini dilaksanakan dengan cara menjawab soal yang sudah
teruji. Setelah selesai dikerjakan, semua lembar jawaban dikumpulkan kemudian
dikoreksi, dan selanjutnya dianalisis. Sebuah instrumen yang baik umumnya perlu
memiliki dua syarat penting yaitu valid dan reliabel.
a. Uji Validitas
Validitas merupakan syarat terpenting dalam suatu alat evaluasi.
Instrumen evaluasi dikatakan valid apabila instrumen yang digunakan dapat
mengukur apa yang sebenarnya akan diukur. Pengujian validitas isi
dilakukan dengan meminta petimbangan 3 orang ahli yaitu, dua orang
berasal dari dosen teknologi pembelajaran Undiksha dan 1 orang merupakan
guru Informatika di SMP Negeri 1 Abiansemal. Adapun kriteria dalam tes
hasil belajar yang perlu di telaah adalah sebagai berikut:
(1) Ketepatan penggunaan bahasa atau kata
(2) Kesesuaian soal antara materi dan indikatornya
(3) Soal yang hendak diujikan tidak memiliki penafsiran ganda.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil
pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat ukur tersebut
dikatakan reliabel. Dengan kata lain reliabilitas menunjukkann konsistensi
suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama. Perhitungan
reliabilitas ini menggunakan bantuan SPSS 16 dengan uji reliability.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
Nilai Cronbach’s Alpha :
(1) Jika nilai alphacronbach 0,00-0,20, berarti kurang reliabel
(2) Jika nilai alphacronbach 0,21-0,40, berarti agak reliabel
(3) Jika nilai alphacronbach 0,41-0,60, berarti cukup reliabel
(4) Jika nilai alphacronbach 0,61-0,80, berarti reliabel
(5) Jika nilai alphacronbach 0,81-1,00, berarti sangat reliabel.

2. Angket
Teknik angket (kuesioner) merupakan suatu pengumpulan data dengan
memberikan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden dengan harapan
responden akan memberikan respons terhadap daftar pertanyaan tersebut. Angket
dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui motivasi berprestasi, jenis
angket yang digunakan adalah model tertutup yaitu angket yang telah disediakan
jawabannya, sehingga responden tinggal memilih dengan cara memberi tanda
centang pada jawaban yang dipilih.
Dalam penelitian ini, angket diukur dengan menggunakan skala Likert
untuk mengungkapkan perasaan responden dengan memilih lima alternatif
jawaban yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju.
3. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang
terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan. Observasi adalah upaya
merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu
berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Dalam penelitian ini, observasi
dipusatkan pada proses maupun hasil tindakan beserta segala peristiwa yang
melingkupinya. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan pembelajaran.
Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan subjek
penelitian yang meliputi situasi serta aktivitas siswa dan guru terhadap kegiatan
pembelajaran.
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara memperoleh informasi dari bermacam-macam
sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden. Metode ini dilakukan
dengan melihat dokumen-dokumen resmi seperti; catatan-catatan serta buku-buku
peraturan yang ada. Dokumen sebagai metode pengumpulan data adalah setiap
pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan
pengujian suatu peristiwa. Untuk lebih memperkuat hasil penelitian ini peneliti
menggunakan dokumentasi berupa foto pada saat siswa melakukan proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL.

3.6.2 Instrumen Penelitian


Menurut Arikunto (2005) mengatakan bahwa instrumen penelitian diartikan
sebagai alat bantu yang merupakan sarana dan dapat diwujudkan dalam bentuk
angket, lembar pengamatan, tes, skala, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini
akan menggunakan instrumen tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Bentuk tes kognitif yang digunakan adalah tes objektif pilihan ganda (multiple
choice item test). Tes objektif adalah bentuk tes yang mengharapkan siswa
memilih jawaban yang sudah ditentukan (Sanjaya, 2009). Hasil tes ini nantinya
akan dianalisis untuk mengetahui hasil belajar siswa. Sedangkan untuk mengukur
motivasi berprestasi akan menggunakan instrumen angket motivasi.

3.7 Teknik Analisis Data


Alat yang digunakan dalam analisis data disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Dalam penelitian kuantitatif memakai metode kuantitatif atau biasa
disebut dengan metode statistik. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang
digunakan adalah Uji MANOVA. Uji MANOVA dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam
analisis ini, peneliti akan menunjukkan pengaruh model pembelajaran PBL
dengan menggunakan media google classroom terhadap motivasi berprestasi dan
hasil belajar siswa.
3.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen
dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan berdistribusi normal atau tidak. Nilai
yang digunakan adalah posttest dan uji yang digunakan adalah uji Kolmogorov-
Smirnov (K-S) dengan bantuan SPSS dengan hipotesis :
H0 = data berdistribusi normal
H1 = data tidak berdistribusi normal
Dengan langkah sebagai berikut :
a. Menentukan skor besar dan kecil
b. Menentukan rentangan (R)
c. Menentukan banyaknya kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 Log n (Rumus Sturgess)
d. Menentukan panjang kelas (i)
R
i=
BK
e. Menentukan rata-rata ( X ¿

X=
∑x
n
f. Menentukan simpangan baku (s)

s=
√ ∑ x2
n−1
g. Membuat daftar frekuensi
h. Memilih |P(z ≤ zi) – S(zi)| yang terbesar

3.7.2 Uji Homogenitas


Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kelas kontrol dan
kelas eksperimen setelah diberi perlakuan mempunyai varian yang sama
(homogen) atau tidak. Statistik yang digunakan untuk uji homogenitas sampel
adalah dengan uji F, dengan rumus :
varians terbesar
F=
varians terkecil

Hipotesis yang digunakan :


H0 : σ 21=σ 22
H1 : σ 21 ≠ σ 22
Kedua kelompok mempunyai varian yang sama, dimana H0 diterima apabila
menggunakan α = 5% menghasilkan Fhitung ≤ Ftabel.

3.7.3 Uji MANOVA


Uji perbedaan rata-rata digunakan untuk menguji hipotesis yang
menyatakan adanya perbedaan hasil belajar siswa yang menerapkan model PBL
dengan media google classroom dengan hasil belajar siswa secara konvensional
tanpa menggunakan media google classroom. Untuk uji perbedaan rata-rata
digunakan Uji MANOVA. Uji MANOVA merupakan metode statistik untuk
mengeksplorasi hubungan di antara beberapa variabel independen yang berjenis
kategorikal (bisa data nominal atau ordinal) dengan beberapa variabel dependen
yang berjenis metrik (bisa data interval atau rasio), yang tujuannya untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan antara variabel dependen dan variabel
independen. Dengan uji MANOVA, jika nantinya ada perbedaan maka terdapat
pengaruh penerapan pembelajaran model PBL dengan media google classroom
terhadap Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar. Uji MANOVA dilakukan dengan
bantuan SPSS.
Model Uji MANOVA :
Y1 + Y2 + … + Yn = X1 + X2 + … + Xn
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum uji dilakukan.
Adapun serangkaian pengujian tersebut sebagai berikut :
a) Merumuskan hipotesis
H0 : (µ1 = µ2) Tidak adanya pengaruh model pembelajaran PBL dengan
menggunakan media google classroom terhadap motivasi
berprestasi dan hasil belajar pada mata pelajaran Informatika kelas
VIII SMP Negeri 1 Abiansemal
H1 : (µ1 ≠ µ2) Adanya pengaruh model pembelajaran PBL dengan
menggunakan media google classroom terhadap motivasi
berprestasi dan hasil belajar pada mata pelajaran Informatika kelas
VIII SMP Negeri 1 Abiansemal
Keterangan :
µ1 = Rata-rata kelompok eksperimen.
µ2 = Rata-rata kelompok kontrol.
b) Kriteria keputusan
Jika angka Sig. > 0,05, maka H0 diterima.
Jika angka Sig. < 0,05, maka H0 ditolak.
c) Uji hipotesis
Analisis varian multivariate merupakan terjemah dari Multivariate
Analisis Of Varian. Bedanya dalam ANOVA varian yang dibedakan
berasal dari satu variabel terikat, sedangkan pada MANOVA, varian
yang dibedakan berasal dari lebih dari satu variabel terikat. Adapun
persyaratan untuk uji MANOVA, yaitu:
(1) Uji Homogenitas Varian, Uji homogenitas dapat dilihat dari hasil
uji Leven’s dengan kriteria nilai Sig. > 0,05, maka dapat dikatakan
memiliki varian homogen.
(2) Uji homogenitas Matriks Covarian dapat dilihat dari hasil uji Box’s
M, dengan kriteria hasil uji Box’s memiliki nilai Sig. > 0,05, maka
dapat disimpulkan covarian dependen sama.
d) Sedangkan untuk melihat pengaruh variabel secara individu kita dapat
melihat pada output between subject dengan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis pertama :
H0 : Tidak adanya pengaruh model pembelajaran PBL dengan
menggunakan media google classroom terhadap motivasi
berprestasi pada mata pelajaran Informatika kelas VIII SMP
Negeri 1 Abiansemal.
H1 : Adanya pengaruh model pembelajaran PBL dengan
menggunakan media google classroom terhadap motivasi
berprestasi pada mata pelajaran Informatika kelas VIII SMP
Negeri 1 Abiansemal.

Hipotesis kedua :
H0 : Tidak adanya pengaruh model pembelajaran PBL dengan
menggunakan media google classroom terhadap hasil belajar
pada mata pelajaran Informatika kelas VIII SMP Negeri 1
Abiansemal.
H1 : Adanya pengaruh model pembelajaran PBL dengan
menggunakan media google classroom terhadap hasil belajar
pada mata pelajaran Informatika kelas VIII SMP Negeri 1
Abiansemal.
Kriteria keputusan :
Jika angka Sig. > 0,05, maka H0 diterima.
Jika angka Sig. < 0,05, maka H0 ditolak.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.


Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Candiasa, I. M. (2010). Statistik Multivariat Disertai Aplikasi SPSS. Singaraja:
Unit Penerbit Undiksha.
Duraisy, B. R. (2003). Model-Model Pembelajaran (Empat Model Joyce And
Weil). Retrieved 2020, from Academia:
https://www.academia.edu/13180393/MODEL-
MODEL_PEMBELAJARAN_EMPAT_MODEL_JOYCE_AND_WEIL_
Fitriyanto, H., Sudiana, K., & Wijaya, M. A. (2020). Pengaruh Model
Pembelajaran Berbantuan Aplikasi Google Classroom Terhadap Hasil
Belajar Bola Basket. JURNAL PENJAKORA, 7(1), 57-68.
Hakim, T. (2005). Belajar Secara Efektif. Jakarta: Pustaka Pembangunan
Swadaya Nusantara.
Hamalik, O. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Puspa.
Kaharuddin, A. (2018). Effect of Problem Based Learning Model on
Mathematical Learning Outcomes of 6th Grade Students of Elementary
School Accredited B in Kendari City. International Journal of Trends in
Mathematics Education Research, 1(2), 43-16.
Kemendikbud, T. S. (2003, Juli 8). UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Retrieved Juli 29, 2020, from Sistem Informasi
Manajemen Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI:
http://simkeu.kemdikbud.go.id/index.php/peraturan1/8-uu-undang-
undang/12-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sistem-pendidikan-nasional
Komariah, N., Mujasam, Yusuf, I., & Widyaningsih, S. W. (2019). Pengaruh
Penerapan Model PBL Berbantuan Media Google Classroom Terhadap
HOTS, Motivasi, dan Minat Peserta Didik. Silampari Jurnal Pendidikan
Ilmu Fisika, 1(2), 102-114.
Kusumantara, K. S., Santyadiputra, G. S., & Sugihartini, N. (2017). Pengaruh E-
Learning Schoology Terhadap Hasil Belajar Simulasi Digital Dengan
Model Pembelajaran SAVI. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan ,
14(2), 126-135.
Nirfayanti, & Nurbaeti. (2019). Pengaruh Media Pembelajaran Google Classroom
Dalam Pembelajaran Analisis Real Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa.
Jurnal Penelitian Matematika dan Pendidikan Matematika, 2(1), 50-59.
Pelawi, H. S., & Sinulingga, K. (2016). Pengaruh Model Problem Based Learning
dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas X SMA
Swasta Sinar Husni. Jurnal Pendidikan Fisika, 5(1), 32-37.
Ramlawati, Yunus, S. R., & Insani, A. (2017). Pengaruh Model PBL (Problem
Based Learning) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA Peserta Didik.
Jurnal Sainsmat, VI(1), 1-14.
Sadiman, A., Rahardjo, R., Haryono, A., & Rahardjito. (2005). Media
Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, W. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Sari, I. N., Wahyudi, & Hendrias. (2017). Application of problem based learning
model to learning outcomes of student in light matter in the class VIII
SMP Negeri 1 Ledo kabupaten Bengkayang. Journal of Physics: Theories
and Applications, 1(1), 75-82.
Sofyan, H., & Komariah, K. (2016). Pembelajaran Problem Based Learning
Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi,
6(3), 260-271.
Sudaryono. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sudaryono, Margono, G., & Rahayu, W. (2013). Pengembangan Instrumen
Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudijono, A. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sumitro, A., Setyosari, P., & Sumarmi. (2017). Penerapan Model Problem Based
Learning Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPS. Jurnal
Pendidikan, 2(9), 1188-1195.
Suryabrata, S. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi,
Susana, Tjipto.
Udayani, M. K., Agustini, K., & Divayana, D. G. (2017). Hubungan Motivasi
Berprestasi Dan Minat Berorganisasi Terhadap Indeks Prestasi Belajar
Mahasiswa Pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika. KARMAPATI,
6(2), 267-276.
Uno, H. B., & Koni, S. (2012). Assesment Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Askara.
Wijanarko, Y. (2017). Model Pembelajaran Make A Match Untuk Pembelajaran
IPA yang Menyenangkan. Jurnal Taman Cendekia, 1(1), 52-59.

Anda mungkin juga menyukai