Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN

JUDUL PENELITIAN
Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Bahan Alam Sebagai Upaya Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 2 Singaraja
IDENTITAS PENELITI
Nama

: Ayu Candra Dewi Wesnawati

NIM/Kelas

: 1313021025 /VI-B

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global
sebagai upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan agar mampu mengembangkan
sumber daya manusia dalam memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Berbagai
upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menghadapi tuntutan global salah satunya
dengan penetapan standar mutu pendidikan nasional. Standar mutu pendidikan yang
digunakan pada sistem pendidikan Indonesia telah menetapkan delapan standar mutu yaitu
standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik, standar sarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian (Engkoswara dan Komariah,
2010). Kedelapan standar mutu pendidikan tersebut akan dimaksimalkan dalam reformasi
pendidikan.
Menurut Baker (2005), standar sekolah yang bermutu baik salah satunya memiliki guru
guru yang profesional dan handal dibidangnya. Sikap profesional guru tersebut akan
berdampak pada proses pembelajaran. Guru yang profesional mampu mendidik, mengajar dan
melatih siswanya dengan berbagai macam

metode mengajar

yang disesuaikan dengan

kondisi siswa di suatu sekolah. Pemilihan metode mengajar yang tepat akan membangkitkan
keinginan dan rasa ingin tahu siswa untuk belajar terkait konten yang diajarkan. Guru yang
profesional juga mampu menggunakan metode andalan yang mampu memotivasi siswa untuk
ingin belajar dan memahami pentingnya belajar bagi dirinya sendiri dan orang disekitarnya.
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu sains yang berdampak besar bagi ilmu
pengetahuan dan teknologi. Fisika juga dikatakan sebagai jantung ilmu pengetahuan dan
teknologi karena banyak alat alat teknologi yang diproduksi menggunakan konsep fisika.
Menurut Adeyamo (2011), apabila masyarakat memahami ilmu fisika, masyarakat dapat
dengan mudah menggunakan teknologi. Selain teknologi ilmu fisika juga dapat menjawab
fenomena fenomena alam yang terjadi dilingkungan.
Namun faktanya banyak pelajar baik dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi
mengaku kesulitan dalam memahami konsep fisika. Bagi mereka fisika tergolong dalam ilmu

yang membutuhkan analisis yang tinggi. Mereka menganggap fisika memiliki konsep yang
abstrak dan susah untuk dibayangkan serta dalam satu pokok bahasan banyak rumus berbeda
untuk kasus yang berbeda pula. Hal tersebut yang menyebabkan fisika kurang diminati siswa.
Hasil penelitian Williams (2003) yang membandingkan pandangan siswa terhadap pelajaran
biologi dan fisika, menunjukkan bahwa 48% siswa menganggap fisika sulit dan 29% siswa
menganggap biologi itu sulit. Data tersebut dapat menunjukkan bahwa pelajaran fisika relatif
lebih sulit dari pelajaran biologi. Selain sulit dipahami penyampaian materi oleh guru yang
kurang menarik perhatian siswa juga menjadi masalah.
Berdasarkan hal tersebut salah satu upaya yang hendaknya dilakukan guru dalam rangka
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar fisika adalah melibatkan lebih dari satu indera
saat proses pembelajaran. Guru sebaiknya meninggalkan model pembelajaran konvensional
yang bersifat teacher centered kepada siswa. Pelibatan siswa dalam mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan tentu akan lebih
menghidupkan suasana pembelajaran.
Bahan alam dan lingkungan siswa dapat dijadikan alat untuk belajar. Belajar dengan
melibatkan lebih dari satu indera akan menjadi kegiatan belajar yang menyenangkan bagi
peserta didik. Guru dalam hal ini dituntut untuk peka dan kreatif mengolah sumber daya alam
yang tersedia untuk dijadikan bahan ajar. Bahan ajar tersebut sangat diperlukan guru untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Majid, 2008). Bahan ajar berbasis
bahan alam sangat tepat digunakan pada pembelajaran sains.
Pemilihan bahan alam yang dekat dengan lingkungan siswa sehari hari dapat guru
kaitkan dengan materi fisika untuk membangkitkan rasa ingin tahu dan keantusiasan siswa
dalam belajar. Penggunaan bahan ajar berbasis alam juga sebagai langkah awal dalam
penanaman konsep fisika untuk siswa. Bahan alam yang dekat dengan lingkungan siswa
tersebut baik digunakan untuk demonstrasi maupun praktikum sederhana dalam pembelajaran
fisika.
SMA Negeri 2 Singaraja merupakan salah satu SMA di Kabupaten Buleleng yang telah
menerapkan Kurikulum 2013 dalam kegiatan belajar mengajar. Namun belum ada data yang
menginformasikan upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
menggunakan bahan ajar berbasis bahan alam. Oleh sebab itu dalam proposal ini digagas
sebuah penelitian yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Bahan Alam
Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fisika di
SMA Negeri 2 Singaraja.
1.2 Rumusan Masalah

Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana bahan ajar berbasis bahan alam
ini mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi
dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah upaya yang telah dilakukan guru dalam rangka meningkatkan motivasi
belajar siswa di kelas X SMA dalam pembelajaran fisika?
2. Bagaimanakah rancangan bahan ajar berbasis bahan alam yang dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas X SMA dalam pembelajaran fisika?
3. Bagaimanakah tanggapan ahli isi, ahli media dan ahli desain terhadap bahan ajar berbasis
bahan alam yang dikembangkan?
4. Bagaimanakah tanggapan siswa dalam uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan
uji coba lapangan terhadap bahan ajar berbasis bahan alam yang dikembangkan?
5. Bagaimanakah efektivitas penerapan bahan ajar berbasis bahan alam dalam
meningkatkan motivasi siswa kelas X SMA pada pembelajaran fisika?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Mengetahui upaya yang telah dilakukan guru dalam rangka meningkatkan motivasi
belajar siswa di kelas X SMA dalam pembelajaran fisika.
2. Menghasilkan rancangan bahan ajar berbasis bahan alam yang dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas X SMA dalam pembelajaran fisika.
3. Mendeskripsikan tanggapan ahli isi, ahli media dan ahli desain terhadap bahan ajar
berbasis bahan alam yang dikembangkan.
4. Mendeskripsikan tanggapan siswa dalam uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil,
dan uji coba lapangan terhadap bahan ajar berbasis bahan alam yang dikembangkan.
5. Menganalisa efektivitas penerapan bahan ajar berbasis bahan alam dalam meningkatkan
motivasi siswa kelas X SMA pada pembelajaran fisika.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, diantaranya manfaat teoritis dan
manfaat praktis. Manfaat teoritisnya adalah sebagai informasi dan referensi upaya
peningkatan motivasi belajar siswa melalui bahan ajar berbasis bahan alam pada pembelajaran
fisika di SMA Negeri 2 Singaraja. Manfaat praktisnya meliputi: (1) Bagi guru, penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan sebuah bahan ajar berbasis bahan alam yang dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam pembelajaran fisika di kelas X SMA; (2) Bagi siswa, penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan sebuah bahan ajar berbasis bahan alam yang dapat digunakan
oleh siswa dalam pembelajaran fisika di kelas X SMA; dan (3) Bagi peneliti, diharapkan hasil
penelitian ini menjadi salah satu rujukan yang relevan untuk penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup dan Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 2 Singaraja. Pokok bahasan dan
kedalaman materi yang digunakan disesuaikan dengan tujuan kurikulum yang berlaku pada
tingkat SMA.
Variabel yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas (independent) dan
variabel terikat (dependent). Variabel bebas yang dimaksud adalah bahan ajar berbasis bahan
alam pada mata pelajaran fisika, sedangkan variabel terikatnya yaitu motivasi belajar siswa.
1.6 Definisi Konseptual dan Operasional
1.6.1 Definisi Konseptual
1) Bahan ajar merupakan seperangkat fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan generalisasi
yang dirancang khusus untuk memudahkan pengajaran (Yunus, 2014).
2) Bahan alam dapat digunakan sebagai basis bahan ajar agar pembelajaran fisika bersifat
lebih nyata dan menarik untuk dipelajari (Nchunga dan Kira, 2016).
3) Motivasi belajar adalah usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengerahkan dan
menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu dalam belajar (Kurnia, 2015).
1.6.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa yang dapat
ditentukan presentasenya setelah diberikan perlakuan. Perlakuan dalam hal ini adalah
penggunaan bahan ajar berbasis bahan alam pada pembelajaran fisika. Presentase jumlah
siswa yang mengalami peningkatan motivasi belajar dapat diketahui dengan
menggunakan kuisioner dan tes pemahaman konsep pada pre-test dan post-test.
II. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan materi yang dikemas sebagai bahan untuk disajikan dalam
proses pembelajaran (Andi, 2014). Bahan ajar juga dapat diartikan sebagai seperangkat
fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan generalisasi yang dirancang khusus untuk
memudahkan pengajaran (Yunus, 2014). Bahan ajar berdasarkan fungsinya dapat
dibedakan menjadi dua yaitu sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara langsung
dan sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung. Sebagai sumber
belajar yang dimanfaatkan secara langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan ajar
utama yang menjadi rujukan wajib dalam pembelajaran. Contohnya adalah buku teks,
modul, handout, dan bahan bahan panduan utama lainnya. Bahan pembelajaran
dikembangkan mengacu pada kurikulum yang berlaku, khususnya yang terkait dengan

tujuan dan materi kurikulum seperti kompetensi, standar materi dan indikator pencapaian.
Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung, bahan pembelajaran
merupakan bahan penunjang yang berfungsi sebagai pelengkap. Contohnya adalah buku
bacaan, majalah, program video, leaflet, poster, dan komik pengajaran. Bahan
pembelajaran ini pada umumnya disusun di luar lingkup materi kurikulum, tetapi
memiliki keterkaitan yang erat dengan tujuan utamanya yaitu memberikan pendalaman
dan pengayaan bagi siswa.
Jenis bahan ajar dibedakan menjadi lima yaitu bahan ajar pandang (visual), bahan
ajar dengar (audio), bahan ajar pandang dengar (audio visual) dan bahan ajar multimedia
interaktif (interaktif teaching material). Bahan ajar dapat disusun dengan menggunakan
teknik penyusunan diantaranya analisis kebutuhan bahan ajar, analisis SK KD
Indikator, analisis sumber belajar, dan pemilihan dan penentuan bahan ajar.
Menurut Abdul Majid, bahan ajar disusun dengan tujuan yaitu (1) membantu siswa
dalam mempelajari sesuatu, (2) menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar, (3)
memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, (4) agar kegiatan pembelajaran
menjadi menarik.
Peranan bahan ajar menurut Iskandar Wassid dan Dadang Sunendar dalam (Andi,
2014), meliputi:
1) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inisiatif mengenai pengajaran
serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang disajikan.
2) Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi,
sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik.
3) Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap.
4) Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta
didik.
5) Menjadi penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis.
6) Menyajikan bahan/ sarana evaluasi dan remidial yang serasi dan tepat guna.
2.1.2 Pembalajaran Berbasis Bahan Alam
Piaget dalam penelitiannya menyimpulkan organisme bukanlah agen yang pasif
melainkan mengadakan interaksi terhadap lingkungannya untuk membelajarkan diri.
Lingkungan menyediakan bahan alam untuk dijadikan sarana belajar yang menarik.
Bahan alam dalam hal ini seperti batu, karet gelang, air, balon, potongan kayu, api dan
lainnya (Nchunga dan Kira, 2016). Bahan alam ini digunakan untuk memusatkan
perhatian siswa hingga menjadikan siswa aktif belajar dari lingungan tempat tinggal

mereka sendiri untuk memperoleh fakta fakta menarik. Fisika bukan hanya sekedar
kumpulan fakta dan prinsip tetapi lebih dari itu fisika juga mengandung cara memperoleh
fakta dan prinsip tersebut (Supriyono, 2013). Selain untuk meningkatkan rasa ingin tahu
siswa, pada pembelajaran berbasis bahan alam ini indera siswa terlibat secara aktif dalam
eksperimen, pertanyaan dan penyelidikan terkait dengan pokok bahasan tertentu
(Nchunga dan Kira, 2016)
2.1.3 Motivasi Belajar
Motivasi

adalah

proses

internal

yang

mengaktifkan,

menuntun

dan

mempertahankan prilaku dari waktu ke waktu (Slavin, 2011). Motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang
menjammin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Jenis
jenis motivasi belajar ada dua yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
instrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam
diri individu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang didasari akibat adanya
dorongan dari luar misalnya pujian, nilai, penghargaan, hadiah dan lainnya. Cara guru
dalam meningkatkan motivasi instrinsik siswa dalam belajar yaitu membangkitkan
ketertarikan siswa, mempertahankan keingintahuan, menggunakan berbagai cara
presentasi, dan memberi kesempatan siswa menentukan sasaran mereka sendiri. Guru
juga dapat melakukan pengungkapan harapan yang jelas, pemberian umpan balik,
peningkatan nilai, dan menyediakan imbalan untuk meningkatkan motivasi ekstrinsik
siswa dalam belajar (Slavin, 2011).
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Nchunga dan Kira (2016) terkait Inclusion

of Real Life Materials in Teaching Physics Concepts: Students Experiences and


Perceptions bahwa Real Life Matherials (RLM) berhasil diterapkan dan hasilnya baik untuk
siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil kuisioner yang dilakukan peneliti yakni 68 siswa
(97,1%) pelajaran lebih mudah dipahami. 67 siswa (95,7%) berpendapat kelas menjadi tempat
yang menyenangkan. 59 siswa (84,2%) ingin untuk mencoba belajar mandiri. 65 siswa
(92,9%) ingin menghubungkan percobaan ke situasi kehidupan. 66 siswa (94,3%) guru
memberikan penjelasan tambahan untuk siswa. 66 siswa (94,3%) setuju bahwa guru menjadi
fasilitator di kelas.
Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Stephen (2016) terkait Teachers
Resourcefullness and Physics Students Performance in Senior Secondary School in Akwa
Ibom State, Nigeria menyatakan bahwa improvisasi bahan ajar dalam pembelajaran fisika

sangat diperlukan. Hal ini dibuktikan dengan terdapat pengaruh yang signifikan antara strategi
guru dalam improvisasi guru terhadap kinerja akademik siswa dengan P<0,5. Serta terdapat
pengaruh yang signifikan antara manfaat improvisasi bahan ajar dengan kinerja akademik
siswa dalam pelajaran fisika dengan P<0,5.
2.3 Kerangka Berpikir
Pada dasarnya motivasi belajar siswa ditentukan oleh guru dalam penyajian materi.
Guru dalam persiapan menyajikan materi menggunakan bahan ajar yang dipandang efektif
bagi guru untuk memaksimalkan proses pembelajaran. Selain proses pembelajaran yang
menjadi tujuan lain dari persiapan tersebut adalah siswa dapat aktif dan memahami materik
pokok yang dibahas dalam proses pembelajaran tersebut.
Beberapa bahan ajar yang telah tersedia pada dasarnya sudah baik seperti buku, modul,
LKS, dan lainnya. Namun perlu diadakannya improvisasi bahan ajar dengan basis bahan
alam. Pembelajaran fisika yang erat dengan alam sebagai objek telitinya yang seharusnya
menjadi acuan dalam pembuatan bahan ajar agar menarik minat siswa untuk belajar dan
memiliki rasa ingin tahu yang lebih untuk mendalami ilmu fisika.

Kesulitan Siswa dalam


Memahami Konsep Fisika

Bahan Ajar
Cetak

Performansi Guru

Fasilitas

Bahan Alam

Modul
Motivasi Siswa Meningkat

Siswa Aktif dalam Pembelajaran


Gambar 1. Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berfikir, maka hipotesis dari penelitian ini
adalah Melalui Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Bahan Alam, Motivasi Siswa Kelas X di
SMA Negeri 2 Singaraja dapat Meningkat dalam Pembelajaran Fisika.

III.
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (research and
development) karena peneliti bertujuan untuk menghasilkan produk pendidikan dan menguji
keefektifan produk berupa bahan ajar berbasis bahan alam dalam pembelajaran fisika.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Singaraja berdasarkan
pertimbangan sebagai berikut: (1) SMA Negeri 2 Singaraja adalah salah satu sekolah favorit
di Kabupaten Buleleng yang terletak di Jalan Srikandi Singaraja dengan lingkungan yang asri
sehingga mudah memperoleh bahan alam sebagai fasilitas; (2) pembelajaran fisika di SMA
Negeri 2 Singaraja sering dilakukan dalam diskusi kelompok, oleh sebab itu peneliti ingin
mengembangkan bahan ajar dalam hal ini modul berbasis bahan alam tersebut untuk lebih
meningkatkan motivasi diri siswa dalam belajar memahami konsep fisika.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 2 Singaraja.
Kemudian akan dipilih satu kelas saja yang akan dijadikan sumber data melalui model
pemilihan sampel simple random sampling.
3.4Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan model penelitian pengembangan yang diadaptasi dari
pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto dan Sartinem dalam (Rendiyansah et
al, 2013) yang terdiri atas:
1) Analisis kebutuhan
Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi bahwa diperlukan adanya
pengembangan bahan ajar berbasis bahan alam pada pembelajaran fisika kelas X SMA.
Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi langsung.
2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan,
Identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan menginventaris
segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya guru maupun sumber daya sekolah
seperti ketersediaan media dan sumber belajar lainnya yang mendukung kegiatan
pembelajaran. Hasil identifikasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan
spesifikasi produk yang akan dikembangkan.
3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna
Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menentukan topik atau materi pokok pembelajaran yang akan dikembangkan.

b) Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan identifikasi materi pelajaran dan


indikator ketercapaian dalam pembelajaran.
c) Menentukan format pengembangan bahan ajar berbasis bahan alam pada pembelajaran
fisika kelas X SMA.
4) Pengembangan produk
Tahap pengembangan produk ini dilakukan pembuatan pengembangan bahan ajar berbasis
bahan alam pada pembelajaran fisika kelas X SMA
5) Uji internal
Dalam penelitian pengembangan, sebuah desain model pembelajaran memerlukan kegiatan
uji coba secara bertahap dan berkesinambungan.Pada tahap pengembangan ini dilakukan
uji internal atau uji kelayakan produk.Uji internal yang dikenakan pada produk terdiri dari
uji ahli desain dan uji ahli isi/materi pembelajaran. Produk yang telah dibuat diberi nama
prototipe I, kemudian dilakukan uji kelayakan produk dengan berpedoman pada instrumen
uji yang telah dibuat.Setelah dilakukan uji internal produk, maka prototipe I akan mendapat
saran-saran perbaikan dari ahli desain dan ahli isi/materi. Selanjutnya produk hasil
perbaikan dan konsultasi kemudian disebut prototipe II.
6) Uji eksternal
Uji eksternal merupakan uji coba kemanfaatan produk oleh pengguna. Hal-hal yang
diujikan yaitu: kemenarikan, kemudahan menggunakan produk oleh pengguna, dan
keefektifan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang harus terpenuhi. Uji ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu: uji satu
lawan satu dan uji kelompok kecil. Tahap uji satu lawan satu ini bertujuan untuk melihat
kesesuaian produk dalam pembelajaran sebelum tahap uji coba produk pada uji kelompok
kecil. Uji kelompok kecil dilakukan untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan
dalam menggunakan produk dan keefektifan produk.Siswa melakukan pembelajaran
dengan menggunakan produk berupa

bahan aja berbasis bahan alam dan setelah

pembelajaran siswa diberikan posttest untuk mengetahui tingkat kemenarikan dan


kemudahan dalam menggunakan produk.

7) Produksi.
Setelah dilakukan perbaikan dari uji eksternal maka dihasilkan prototipe III kemudian
dilakukan tahap selanjutnya yaitu produksi.Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian
pengembangan.

3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan, meliputi:(1) tes pemahaman konsep sebelum
diberikan dan dilatih penggunaan modul bahan ajar berbasis bahan

(pretest); (2) tes

pemahaman konsep setelah diberikan dan dilatih penggunaan modul bahan ajar berbasis
bahan (postest) untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran ini; serta (3) angket untuk
mengetahui respon dari siswa.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis atau pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan.
Pertama, analisis validasi ahli sebagai bahan untuk merevisi produk. Kedua, analisisdata
kuntitatif berupa nilai pretest dan posttest.Dalam hal ini akan dilakukan uji kelayakan dan uji
keefektifan. Melalui uji kelayakan, bahan ajar berbasis bahan alam dalam pembelajaran fisika
dikatakan layak apabila O2>O1 secara signifikan. Melalui uji keefektifan, bahan ajar berbasis
bahan alam dalam pembelajaran fisika dikatakan efektif untuk diterapkan apabila O2kriteria
keberhasilan. Mengacu dari hal tersebut, maka akan diketahui berhasil atau tidakkah
penerapan bahan ajar berbasis bahan alam dalam pembelajaran fisika.

DAFTAR PUSTAKA
Adeyemo, S. A. 2011. The Effect of teachers perception and students perception of physics
classroom learning environment on their academic achievement in senior secondary schools
physics. International Journal of Educational Research and Technology, 2(1), 74-81.

Baker, E. 2005. A Good School. First Editon by the Office of Superintendent of Publick
Instruction, Olympia, Washington
Engkoswara & Komariah, A. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung : CV.Alfabeta
Kurnia, T. A. 2015. Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Team
Assisted
Individualization
pada
Kalor
di
SMP.
Tersedia
pada
:
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/13109/11870
Majid, A. 2008. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru).
Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Nchunga, A. & Kira, E. 2016. Inclusion of Real Life Materials in Teaching Physics Concepts:
Students Experiences and Perceptions. International Journal of English and Education
ISSN: 2278-4012,Volume:5, Issue:1. Tersedia pada: http:// ijee.org/ yahoo_site_
admin/assets/docs /1_ Ernest_Kira.0232716.pdf. Diakses pada: 29 Februari 2016.

Rendiyansah, & Nyeneng, I. D. P., & Suyanto, E. 2013. Pengembangan modul pembelajaran
fisika berbasis multi representasi pada materi pokok suhu dan kalor.Artikel Ilmiah
Dosen Pendidika
Fisika FKIP Universitas Lampung. Tersedia pada
http://digilib.unila.ac.id/1046/9/ BAB%20III.pdf. Diakses pada tanggal 31 Mei 2015.
Slavin, R. E. 2011. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. (Alih Bahasa: Drs. Marianto
Samosir). Jakarta: PT Indeks.
Stephen, A. S. 2016. Teachers Resourcefullness and Physics Students Performance in Senior
Secondary School in Akwa Ibom State, Nigeria. International Journal of Education
Benchmark (IJEB) pISSN: 2489-4162, Volume: 2, Issue: 1. Tersedia pada : http://
benchmarkjournals .com/ volume-2-issue-1/. Diakses pada : 9 Maret 2016.
Setyosari, P. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Kharisma Putra
Utama : Jakarta
Williams, C. 2003. Why arent secondary students interested in physics? Journal Physics.
38(4):0031-9120. Tersedia pada: http//www.tand fonline.com/doi/ pdf/ 10.1080/
09500690110098912. Diakses pada: 5 September 2014.
Yunus, A. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung:
PT.Refika Aditam

Anda mungkin juga menyukai