Anda di halaman 1dari 50

PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU


DALAM MENYUSUN SILABUS DAN RPP
MELALUI SUPERVISI AKADEMIK YANG BERKELANJUTAN
DI SMP NEGERI 3 BAJAWA

Oleh:
Mbalo Antonius. S.Pd.
NIP. 19710117 199702 1 004

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 3 BAJAWA


DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN NGADA
TAHUN 2017

1
LEMBAR PENGESAHAN
Penelitian Tindakan Sekolah yang berjudul

“UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS DAN


RPP MELALUI SUPERVISI AKADEMIK YANG BERKELANJUTAN
DI SMP NEGERI 3 BAJAWA”

telah diperiksa oleh pengawas Pembina SMP NEGERI 3 BAJAWA


dan dapat dijadikan sebagai referensi oleh segenap guru dan kepala sekolah yang berada di
bawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Ngada.

Kisaraghe, Oktober 2017


Pengawas Pembina SMP Negeri 3 Bajawa
Kabupaten Ngada

Drs. Urbanus Muga


NIP. 196212181993031005

i 2
ABSTRAK

Mbalo Antonius,S.Pd.2017. Upaya Peningkatan Kompetensi Guru Dalam


Menyusun Silabus Dan RPP Melalui Supervisi Akademik Yang Berkelanjutan Di
SMP Negeri 3 Bajawa. Pendidikan adalah proses mengubah manusia menjadi lebih
baik, lebih mahir dan lebih terampil. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan
berbagai metode dan strategi. Strategi yang paling umum digunakan adalah strategi
pembelajaran. Tiga hal pokok dalam pembelajaran yakni perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Berdasarkan pengamatan Peneliti pada tahun pelajaran 2016/2017 di SMP
Negeri 3 Bajawa mendapatkan data sebagai berikut;(1) Hanya 45% guru yang menyusun
silabus dan RPP (2) Secara kualitas, silabus dan RPP yang baik baru mencapai angka
30% dari silabus dan RPP yang dibuat oleh guru. Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, peneliti yang berkedudukan sebagai kepala sekolah, merencanakan untuk
melakukan supervisi akademik yang berkelanjutan. Dengan metode tersebut diharapkan
setelah kegiatan, guru yang menyusun silabus dan RPP meningkat menjadi 90% dan
kualitas silabus dan RPP yang baik menjadi 80%. Permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini antara lain ;(1)Rendahnya kompetensi guru dalam menyusun rencana
pembelajaran khususnya silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (2)
Sedikitnya jumlah guru yang menyusun silabus dan RPP sebelum kegiatan mengajar di
kelas (hanya 45%) (3) Rendahnya kualitas silabus dan RPP yang disusun oleh guru,
(hanya 30% silabus dan RPP yang berkualitas baik) (4) Sulitnya kepala sekolah
mengevaluasi kinerja guru (5) Sulitnya kepala sekolah mengevaluasi hasil pembelajaran.
Dengan rumusan masalahnya adalah (1) Apakah supervisi akademik yang berkelanjutan
dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)? (2) Bagaimanakah langkah-langkah pemberian supervisi akademik
yang dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)? Tujuan Penelitian antara lain ;(1)Membuktikan secara
ilmiah apakah supervisi akademik berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru
dalam menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (2)Mengetahui
langkah-langkah yang tepat dalam melakukan supervisi akademik agar mampu
meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) (3)Mengukur peningkatan prosentase kompetensi guru dalam
menyusun silabus dan RPP setelah supervisi akademik berkelanjutan kepada guru yang
sudah menyusun silabus dan RPP di tahun sebelumnya dan pada guru yang belum
menyusun silabus dan RPP sedangkan manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat
memberi manfaat bagi kepala sekolah dalam memecahkan masalah guru, meningkatkan
kompetensi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga menjadi lebih
professional, meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran, dan pada akhirnya
meningkatkan kinerja dan mutu sekolah secara keseluruhan. Hasil yang diperoleh setelah
peneliti melaksanakan penelitian antara lain Supervisi akademik secara berkelanjutan
terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan
RPP di SMP Negeri 3 Bajawa. Ini terbukti dengan meningkatnya jumlah silabus hasil
kerja guru yang baik dari 61,53% menjadi 84,61% setelah supervisi akademik. Selain itu
jumlah RPP yang berkualitas baik juga meningkat dari 69,53% menjadi 92,30%. Dan
juga terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP yang baik
meningkat sebesar 45,59% dan 81,82%.

Kata Kunci : Kompetensi Guru, Silabus,RPP,Supervisi Akademik

3
KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas penyertaan-Nya kepada saya, sehingga

saya dapat menyelesaikan kegiatan peneliatian ini. Hanya dengan bimbingan dan berkat-Nya,

kegiatan ini dapat berjalan dengan baik.

Penelitian Tindakan Sekolah ini saya susun sebagai rasa kepedulian saya terhadap masa

depan pendidikan dan demi terselenggaranya pembelajaran yang terarah dan terpadu. Sebuah

pekerjaan yang dilakukan dengan perencanaan yang matang akan sangat berbeda hasilnya

dengan pekerjaan yang tidak direncanakan. Pekerjaan yang terencana secara baik, akan

membuahkan sebuah hasil serta pencapaian tujuan yang lebih baik dan akurat.

Selain perencanaan, pengawasan yang baik dan konsturktif juga sangat penting. Dengan

pengawasan yang baik dan konstruktif, sebuah rencana yang matang akan dapat dilaksanakan

dengan baik. Akibatnya hasil yang dicapai berpeluang besar sesuai rencana, walaupun dalam

prosesnya akan selalu mengalami perubahan dan perbaikan.

Sebagai rasa syukur berkenaan dengan selesainya penyusunan laporan kegiatan penelitian

ini, saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan

diantaranya adalah:

1. Pengawas Pembina SMP Negeri 3 Bajawa Kabupaten Ngada

2. Wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Bajawa

3. Dewan guru SMP Negeri 3 Bajawa.

4. Keluarga saya yang selalu menjadi pemicu utama semangat saya dalam menjalani tugas

dan beban kerja yang berat ini

5. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.

Akhirnya, penyusun hanya berdoa. semoga semua bantuan yang diberikan, mendapat

imbalan yang luar biasa dari Tuhan yang Maha Baik. Saya menyadari bahwa tiada manusia yang

sempurna. Demikian halnya dengan kegiatan laporan penelitian tindakan sekolah yang saya

kerjakan. Karenanya saya sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi

sempurnanya laporan penelitian tindakan sekolah ini dan kemajuan lembaga pendidikan.

Penyusun

4
DAFTAR ISI

Halama

Judul

Lembar Pengesahan............................................................................................... i

Abstrak.................................................................................................................. ii

Kata Pengantar...................................................................................................... iii

Daftar Isi............................................................................................................... iv

Daftar Tabel.......................................................................................................... vi

Daftar Lampiran................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah............................................................................ 2

C. Pembatasan Masalah............................................................................ 2

D. Rumusan Masalah................................................................................ 3

E. Pemecahan Masalah............................................................................. 3

F. Tujuan Penelitian................................................................................. 3

G. Manfaat Penelitian............................................................................... 4

H. Sistematika Laporan............................................................................ 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengantar............................................................................................. 5

B. Kompetensi Guru................................................................................ 7

C. Tupoksi Kepala Sekolah...................................................................... 11

D. Supervisi Akademik............................................................................ 11

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 20

B. Personalia............................................................................................. 20

C. Perencanaan Tindakan......................................................................... 20

D. Pelaksanaan Tindakan......................................................................... 22

5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Kompetensi Guru Sebelum Kegiatan Penelitian................................. 26

1. Kuantitas Silabus dan RPP Tahun Pelajaran 2016/2017.............. 26

2. Kualitas silabus dan RPP Tahun Pelajaran 2016/2017................. 27

B. Kompetensi Guru Dalam Menyusun Silabus dan RPP setelah Siklus 1 28

1. Kuantitas Guru Yang Menyusun Silabus dan RPP setelah Siklus 1 28

2. Kualitas Silabus dan RPP setelah Siklus 1 29

C. Kompetensi Guru Dalam Menyusun Silabus dan RPP setelah Siklus 2 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan......................................................................................... 32

B. Saran................................................................................................... 33

Daftar Pustaka...................................................................................................... 34

Lampiran

6
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tahap Perencanaan Siklus ke-1.................................................................. 23

Tabel 2 Tahap Pelaksanaan Siklus ke-1.................................................................. 23

Tabel 3 Tahap Observasi siklus ke-1...................................................................... 24

Tabel 4 Tahap Refleksi Siklus ke-1........................................................................ 24

Tabel 5 Tahap Perencanaan Siklus ke-2................................................................. 24

Tabel 6 Tahap Pelaksanaan Siklus ke-2................................................................. 25

Tabel 7 Tahap Observasi siklus ke-2...................................................................... 25

Tabel 8 Tahap Refleksi Siklus ke-2........................................................................ 25

Tabel 9 Daftar Setoran Perangkat Pembelajaran tahun Pelajaran 2016/2017........ 26

Tabel 10 Rekapitulasi Guru Yang Menyetorkan Perangkat Pembelajaran ............. 26

Tabel 11 Daftar Nilai Kualitas Silabus dan RPP Tahun Pelajaran 2016/2017......... 28

Tabel 12 Rekapitulasi Perhitungan Jumlah Silabus dan RPP pada Siklus ke-1....... 29

Tabel 13 Rekapitulasi Penilaian Kualitas Silabus dan RPP pada Siklus ke-1......... 30

Tabel 14 Rekapitulasi Penilaian Kualitas Silabus dan RPP Setelah Siklus ke-1..... 30

Tabel 15 Hasil Penilaian Supervisi Kelas................................................................ 31

7
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penilaian Silabus dan RPP Tahun Pelajaran 2016/2017

Lampiran 2 Sampel silabus tahun pelajaran 2016/2017

Lampiran 3 Sampel RPP tahun pelajaran 2016/2017

Lampiran 4 Pengumuman Supervisi

Lampiran 5 Lembar Kontrol Penyerahan Silabus dan RPP tanggal 4 Oktober 2009

Lampiran 6 Jadwal Supervisi Individual

Lampiran 7 Lembar Penilaian Silabus dan RPP tanggal 5-6 Oktober 2009

Lampiran 8 Sampel silabus pada siklus ke-1

Lampiran 9 Sampel RPP pada siklus ke-1

Lampiran 10 Lembar Penilaian Silabus dan RPP tanggal 11 Oktober 2009

Lampiran 11 Sampel silabus revisi setelah siklus ke-1

Lampiran 12 Sampel RPP revisi setelah siklus ke-1

Lampiran 13 Jadwal Kunjungan Kelas

Lampiran 14 Lembar Penilaian Kunjungan Kelas (Siklus ke-2)

8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses mengubah manusia menjadi lebih baik, lebih mahir dan lebih

terampil. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan berbagai metode dan strategi. Strategi

yang paling umum digunakan adalah strategi pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran

terkandung tiga hal pokok yakni perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Perencanaan program berfungsi untuk memberikan arah pelaksanaan pembelajaran

sehingga proses pembelajaran menjadi terarah, efektif, dan efisien. Salah satu bagian dari

perencanaan pembelajaran yang sangat penting dibuat oleh guru sebagai pengarah

pembelajaran adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Silabus memberikan arah dan cara yang digunakan untuk menggapai tujuan

pembelajaran. Selain itu silabus juga memuat teknik penilaian yang berfungsi untuk menguji

sejauh mana keberhasilan pembelajaran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah instrumen perencanaan yang lebih

spesifik dari silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini dibuat untuk memandu guru

dalam mengajar agar tidak melebar jauh dari tujuan pembelajaran.

Dengan melihat pentingnya penyusunan perencanaan pembelajaran ini, guru yang

mengajar mestinya berpijak pada rencana yang telah dibuat. Namun faktanya, perencanaan

pembelajaran yang mestinya dapat diukur oleh kepala sekolah ini, dibuat oleh guru sendiri.

Guru mengambil peran dan inovasi atas pikirannya sendiri, sehinggga indikator pencapaian

tujuan pembelajaran dalam RPP menjadi tidak dapat diukur oleh kepala sekolah. Akibatnya

kepala sekolah tidak dapat mengevaluasi kinerja guru secara akademik. Kinerja yang dapat

diukur oleh kepala sekolah hanyalah kehadiran tatap muka, tanpa mengetahui apakah

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah sesuai dengan harapan atau belum,

atau sudahkah kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa terkuasai dengan benar.

9
Hasil pengamatan pada tahun pelajaran 2016/2017 di SMP Negeri 3 Bajawa

mendapatkan data sebagai berikut:

1. Hanya 45% guru yang menyusun silabus dan RPP

2. Secara kualitas, silabus dan RPP yang baik baru mencapai angka 30% dari silabus dan

RPP yang dibuat oleh guru.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti yang berkedudukan sebagai kepala sekolah,

merencanakan untuk melakukan supervisi akademik yang berkelanjutan. Dengan metode

tersebut diharapkan setelah kegiatan, guru yang menyusun silabus dan RPP meningkat

menjadi 90% dan kualitas silabus dan RPP yang baik menjadi 80%.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah yang ingin dipecahkan oleh peneliti.

antara lain:

1. Rendahnya kompetensi guru dalam menyusun rencana pembelajaran khususnya silabus

dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Sedikitnya jumlah guru yang menyusun silabus dan RPP sebelum kegiatan mengajar di

kelas (hanya 45%).

3. Rendahnya kualitas silabus dan RPP yang disusun oleh guru, (hanya 30% silabus dan

RPP yang berkualitas baik).

4. Sulitnya kepala sekolah mengevaluasi kinerja guru.

5. Sulitnya kepala sekolah mengevaluasi hasil pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah:

Dari hasil identifikasi masalah yang ditemukan, peneliti membatasi permasalahan pada

masalah rendahnya kompetensi guru dalam menyusun rencana pembelajaran khususnya

silabus dan RPP.

10
D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah supervisi akademik yang berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru

dalam menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)?

2. Bagaimanakah langkah-langkah pemberian supervisi akademik yang dapat meningkatkan

kompetensi guru dalam menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)?

E. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah utama dalam penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah

supervisi akademik secara berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam

menyusun silabus dan RPP serta bagaimana langkah-langkah supervisi akademik untuk

mencapai tujuan tersebut.

Untuk memecahkan masalah tersebut, peneliti merencanakan pemecahan masalah dengan

melakukan supervisi akademik secara berkelanjutan. Metode penelitian ini akan dicobakan

selama dua siklus dengan target penelitian semua guru yang berada di lingkungan SMP

Negeri 3 Bajawa pada tahun pelajaran 2016/20117.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Membuktikan secara ilmiah apakah supervisi akademik berkelanjutan dapat

meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).

2. Mengetahui langkah-langkah yang tepat dalam melakukan supervisi akademik agar

mampu meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

3. Mengukur peningkatan prosentase kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP

setelah supervisi akademik berkelanjutan kepada guru yang sudah menyusun silabus dan

RPP di tahun sebelumnya dan pada guru yang belum menyusun silabus dan RPP

11
G. Manfaat penelitian

Penelitian tindakan sekolah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi kepala sekolah

dalam memecahkan masalah guru, meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan

tugas-tugasnya sehingga menjadi lebih professional, meningkatkan prestasi siswa dalam

pembelajaran, dan pada akhirnya meningkatkan kinerja dan mutu sekolah secara

keseluruhan.

Disamping itu langkah-langkah yang tepat dalam melaksanakan supervisi akademik terutama

untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP dapat menjadi

referensi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan guna penanganan kasus serupa bagi

pembaca dan pihak –pihak yang berkepentingan.

H. Sistematika Laporan

Untuk memudahkan pemahaman pembaca terhadap laporan penelitian ini, penyusun

menyajikan laporan ini dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, pemecahan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan Sistematika laporan

Bab II Kajian Pustaka, terdiri dari Pengantar, Kompetensi Guru, Kompetensi Pedagogik,

Tupoksi Kepala Sekolah, Supervisi Akademik.

Bab III Metode Penelitian, terdiri dari: Lokasi dan Waktu Penelitian, Personalia,

Perencanaan Tindakan, Pelaksanaan penelitian yang terdiri dari dua siklus

Bab IV Hasil Dan Pembahasan Penelitian, terdiri dari: Hasil penelitian yang meliputi

Kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP sebelum supervisi, hasil

setelah siklus pertama, hasil setelah siklus kedua dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V Kesimpulan Dan Saran, terdiri dari: Kesimpulan, dan Saran

12
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengantar

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia, guru merupakan

komponen utama yang harus dibina dan dikembangkan kompetensinya secara terus-menerus.

Sumber daya guru itu perlu terus ditumbuhkan dan dikembangkan agar guru dapat

melakukan fungsinya secara potensial. Selain itu pengaruh perubahan yang serba cepat

menuntut guru untuk terus-menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta mobilitas masyarakat.

Masyarakat mempercayai, mengakui dan menyerahkan kepada guru untuk mendidik

generasi muda dan membantu mengembangkan potensinya secara professional.

Kepercayaan, keyakinan, dan penerimaan ini merupakan substansi dari pengakuan

masyarakat terhadap profesi guru.

Implikasi dari pengakuan tersebut mensyaratkan guru harus memiliki kualitas yang

memadai. Tidak hanya pada tataran normatif saja namun mampu mengembangkan

kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi personal, professional, maupun kemasyarakatan

dalam selubung aktualisasi kebijakan pendidikan.

Profesionalisme menjadi tuntutan dari setiap pekerjaan. Guru sebagai salah satu profesi

yang sehari-hari menangani peserta didik dengan berbagai karakteristik, menuntut

profesionalitas yang memadai sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Pekerjaaan sebagai

guru menjadi lebih berat tatkala guru dituntut untuk meningkatkan kemampuan anak

didiknya. Peningkatan profesionalitas guru menjadi keharusan manakakala kemampuan guru

mengalami stagnasi.

Guru yang profesional adalah mereka yang memiliki kemampuan profesional dengan

berbagai kapasitasnya sebagai pendidik. Studi yang dilakukan oleh Ace Suryani

menunjukkan bahwa guru yang bermutu dapat diukur dengan lima indikator, yaitu:

Pertama; kemampuan profesional (professional capacity), sebagaimana terukur dari ijazah,

jenjang pendidikan, jabatan dan golongan, serta pelatihan.

13
Kedua; upaya profesional (professional efforts), sebagaimana terukur dari kegiatan

mengajar, pengabdian dan penelitian

Ketiga; waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional (teacher’s time), sebagaimana

terukur dari masa jabatan, pengalaman mengajar serta lainnya.

Keempat; kesesuaian antara keahlian dan pekerjaannya (link and match), sebagaimana

terukur dari mata pelajaran yang diampu, apakah telah sesuai dengan

spesialisasinya atau tidak,

Kelima, serta tingkat kesejahteraan (prosperiousity) sebagaimana terukur dari upah, honor

atau penghasilan rutinnya. Tingkat kesejahteraan yang rendah bisa mendorong

seorang pendidik untuk melakukan kerja sambilan, dan bilamana kerja sambilan

ini sukses, bisa jadi profesi mengajarnya berubah menjadi sambilan.

Guru yang profesional amat berarti bagi pembentukan sekolah unggulan. Guru

profesional memiliki pengalaman mengajar, kapasitas intelektual, moral, keimanan,

ketaqwaan, disiplin, tanggungjawab, wawasan kependidikan yang luas, kemampuan

manajerial, trampil, kreatif, memiliki keterbukaan profesional dalam memahami potensi,

karakteristik dan masalah perkembangan peserta didik, mampu mengembangkan rencana

studi dan karir peserta didik serta memiliki kemampuan meneliti dan mengembangkan

kurikulum.

Kuatnya tuntutan akan profesionalisme guru bukan hanya berlangsung di Indonesia,

melainkan di negara-negara maju. Seperti Amerika Serikat, isu tentang profesionalisme guru

ramai dibicarakan pada pertengahan tahun 1980-an. Jurnal terkemuka manajemen

pendidikan, Educational Leadership edisi Maret 1993 menurunkan laporan mengenai

tuntutan guru professional. Menurut Jurnal tersebut, untuk menjadi professional, seorang

guru dituntut memiliki lima hal, yakni:

a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa

komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.

b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara

mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan.

14
c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi,

dimulai dengan pengamatan perilaku siswa sampai tes hasil belajar.

d. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari

pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu bagi guru untuk mengadakan refleksi

dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia

harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses

belajar siswa.

e. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan

profesinya, misalnya PGRI dan organisasi profesi lainnya (Supriadi, 1999:98).

B. Kompetensi Guru

1. Pengertian

Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan

menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam

bentuk penguasaan pengetahuan dan profesionalitas dalam menjalankan fungsinya

sebagai guru. Diyakini Robotham (1996:27), kompetensi yang diperlukan oleh seseorang

dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman.

Syah (2000:229) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan

atau kecakapan. Usman (1994:1) mengemukakan, kompentensi berarti suatu hal yang

menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun

yang kuantitatif. McAhsan (1981:45), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38)

mengemukakan bahwa kompetensi: “…is a knowledge, skills, and abilities or

capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he

or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor

behaviors”.

Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,

sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan

sebaikbaiknya.

15
Sejalan dengan itu, Finch & Crunkilton (1979:222), sebagaimana dikutip oleh

Mulyasa (2003:38) mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas,

keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Sofo

(1999:123) mengemukakan “A competency is composed of skill, knowledge, and attitude,

but in particular the consistent applications of those skill, knowledge, and attitude to the

standard of performance required in employment”.

Dengan kata lain kompetensi tidak hanya mengandung pengetahuan, keterampilan

dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan. Robbins (2001:37) menyebut

kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai

tugas dalam suatu pekerjaan.

Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu

faktor kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah

kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan

fisik adalah kemampuan yang di perlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut

stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan.

Spencer & Spencer (1993:9) mengatakan “Competency is underlying

characteristic of an individual that is causally related to criterion-reference effective

and/or superior performance in a job or situation”. Jadi kompetensi adalah karakteristik

dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam

suatu pekerjaan dan situasi tertentu.

Selanjutnya Spencer & Spencer menjelaskan, kompetensi dikatakan underlying

characteristic karena karakteristik merupakan bagian yang mendalam dan melekat pada

kepribadian seseorang yang dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis pekerjaan.

Dikatakan causally related, karena kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku

dan kinerja. Dikatakan criterion-referenced, karena kompetensi itu benar-benar

memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik atau buruk, berdasarkan kriteria atau

standar tertentu.

16
Muhaimin (2004:151) menjelaskan kompetensi adalah seperangkat tindakan

intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk

dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat

intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak.

Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari

sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika.

Depdiknas (2004:7) merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan,

keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan

bertindak. Menurut Syah (2000:230), “kompetensi” adalah kemampuan, kecakapan,

keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya masih

menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru

dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.

Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai

penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan

dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru (dikutip

dari Kompetensi Guru oleh Rastodio, 29 Juli 2009)

2. Kompetensi Pedagogik

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10

ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan

profesi. Salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru seperti diamanatkan

dalam Peraturan pemerintah diatas adalah kompetensi pedagogik.

Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi

pengelolaan pembelajaran”. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan

merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau

mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.

17
Seperti uraian diatas, unsur pertama dalam kompetensi pedagogik seorang guru

adalah kemampuan merencanakan program belajar mengajar. Menurut Joni (1984:12),

kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan:

1) Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran,

2) Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar,

3) Merencanakan pengelolaan kelas,

4) Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan

5) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana

pembelajaran meliputi:

1) Mampu mendeskripsikan tujuan,

2) Mampu memilih materi,

3) Mampu mengorganisir materi,

4) Mampu menentukan metode/strategi pembelajaran,

5) Mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran,

6) Mampu menyusun perangkat penilaian,

7) Mampu menentukan teknik penilaian, dan

8) Mampu mengalokasikan waktu.

Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan

proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran

berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan

bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber

belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.

Perangkat perencanaan pembelajaran yang mengandung unsur-unsur tersebut

diatas dan merupakan perangkat pembelajaran paling utama adalah silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Pengertian Kompentensi pedagogik

Kompetensi Pedagogik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari empat


kompetensi utama yang harus dimiliki seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan
seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik.Tim Direktorat

18
Profesi Pendidik Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(2006) telah merumuskan secara substantif kompetensi pedagogik yang
mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.Kompetensi
dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilam dan kemampuan yang
dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat
melakukan perilaku-perilaku kognitif, efektif dan pskimotorik dengan sebaik-
baiknya.

Dari pengertian di atas perlu diketahui juga bahwa banyak para ahli
mendefinisikannya dengan cara yang berbeda akan tapi masih dalam satu konteks
yang sama. Adapun pengertian dari kompetensi pedagogik dari para ahli
diantaranya:

1) Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang


mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya
kelak ia “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”.
2) Menurut Suwarno istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan
kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak.
Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti, kritis dan objektif
mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakekat manusia, hakekat
anak, hakekat tujuan pendidikan serta hakekat proses pendidikan.
3) Menurut Kunandas Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan
tritunggal ayah – ibu – anak, dimana terjadi pembudayaan anak. Dia berproses
untuk akhirnya membudaya sendiri sebagai manusia purnawan. Pendidikan
adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah – ibu – anak, dimana
terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa
melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan.

Syarat-syarat kompetensi pedagogik ialah, sebagai berikut:

1) Kedewasaan, Langeveld berpendapat seorang pendidik harus orang


dewasa,sebab hubungan antara anak dengan orang yang belum dewasa
tidak dapat menciptakan situasi pendidik dalam arti yang sebenarnya.
2) Identifikasi norma,artinya menjadi satu dengan norma yang
disampaikan kepada anak,misalnya pendidikan agama tidak akan
berhasil diberikan oleh orang yang sekedar tahu tentang agama tetapi
tidak menganut agama yang diajarkan tersebut;di sinilah letak
keistimewaan pekerjaan mendidik,dimana mendidik anak itu tidak
hanya sekedar persoalan teknis saja menguasai bahan atau cara
menyampaikan saja,Tetapi juga persoalan batin dalam arti pendidik

19
harus menjadi satu dengan norma yang disampaikan kepada anak
didik.
3) Identifikasi dengan anak,artinya pendidik dapat menempatkan diri
dalam kehidupan anak,hingga usaha pendidikan tidak bertentangan
dengan kodrat anak.
4) Knowledge,mempunyai pengetahuan yang cukup perihal pendidikan
5) Skill,mempunyai keterampilan mendidik
6) Attitude,mempunyai sikap jiwa yang positif terhadap pendid
C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

a. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) merupakan pegangan seorang guru


dalam menajar di dalam kelas. RPP dibuat oleh seorang guru untuk membantu dalam
mengajar supaya selesai dengan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi pada hari itu.

1. Hakikat RPP Menurut Ahli

Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan suatu rencana kegiatan pembelajaran
tatap muka untuk satu pertemuan ataupun lebih. RPP brekembang dari silabus untuk
lebih mengarahkan kegiatan pembelajaran sperta didik untuk mencapai Kompetensi
Dasar.

Dan selanjutnya menurut Permandikbud 81A Tahun 2013 lampiran IV tentang


Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, yang pertama dalam
pembelajaran menurut standar proses merupakan perencanaan pembelajaran yang
diwujudkan dengan kegiatan dalam penyusunan suatu Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. RPP merupakan sebuah rencana pembelajaran yang dikembangkan
dengan rinci dari materi pokok atau tema tertentu mengacu pada silabus.

Meurut Panduan Teknis Penyusunan RPP di Sekolahan Dasar, RPP


merupakan sebuah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemua
atau lebih. RPP dikembangkan dengan rinci dari materi pokok ataupun tema tertentu
yang mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam
upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).

Setiap pendidik pada suatu pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara


lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,memotivasi
siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis siswa. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema dan dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan atau lebih.

Setiap pedidik pada pendidikan berkewajiban menyusun RPP dengan lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, efisien, menyenangkan,

20
menantang, inspiratif, motivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup untuk prakarsa, kreativitas, serta kemandirian yang sesuai bakat,
minat, serta perkembangan fisik serta psikologis siswa.

2. Komponen dan sistematika RPP

Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 Lampiran IV tentang


Implemenatasi Kurikulum Pedoman Pembelajaran, RPP paling sedikit memuat:

1. Tujuan pembelajaranMateri pembelajaran


2. Metode pembelajaran
3. Sumber belajar
4. Penilaian

3. Langkah-langkah mengembangkan RPP

Pengembangan RPP disusun dengan mengakomondasikan pembelajaran tematik atau


RPP tematik. RPP tematik meripakan suatu rencana pembelajaran tematik terpadu
yang telah dikembangkan dengan terinci dari subuah tema. Langkah-langkah
pengembangan RPP tematik yaitu:

1. Mengkaji silabus
2. Mengidentifikasi materi pembelajaran
3. Menentukan tujuan
4. Mengembangkan kegiatan Pembelajaran
5. Penjabaran jenis penilaian
6. Menentukan alokasi waktu
7. Menentukan sumber belajar

4. Pengertian Pembelajaran menurut para ahli

1) Menurut Munif Chatib

Pembelajaran merupakan proses tranfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi
informasi dan siswa sebagai penerima informasi.

2) Menurut Warsita

Pembelajaran merupakan suatau usaha untuk membuat peserta didik belajar atau
suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik.

3) Menurut Corey

Pembelajaran merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja


dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkat laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.

21
4) Menurut Sudjana

Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk
menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak yaitu antara
peserta didik “warga belajar” dan pendidik “sumber belajar” yang melakukan
kegiatan membelajarkan.

5) Menurut Oemar Hamalik

Pembelajaran merupakan kombinasi yang tertata meliputi segala unsur manusiawi,


perlengkapan, fasilitas, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
dari pembelajaran. Beliau mengemukakan tiga rumusan yang dianggap penting
tentang pembelajaran yaitu:

 Pembelajaran merupakan upaya dalam mengorganisasikan lingkungan


pendidikan untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar bagi siswa.
 Pembelajaran merupakan upaya penting dalam mempersiapkan siswa untuk
menjadi warga masyarakat yang baik dan diharapkan.
 Pembelajaran merupakan proses dalam membantu siswa untuk menghadapi
kehidupan atau terjun di lingkungan masyarakat.

6) Menurut Dimyati Dan Mudjiono

Pembelajaran merupakan kegiatan guru secara terprogram dalam desain


instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar.

7) Menurut Trianto

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks yang tidak


sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapar diartikan sebagai
produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.
Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk
membelajarkan siswanya “mengarahkan interaksi siswa dengan sumber lainnya”
dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.

8) Menurut Knowles

Pembelajaran merupakan cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan


pendidikan.

9) Menurut UU No. 20 tAHUN 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.

22
10) Menurut Slavin

Pembelajaran didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan


oleh pengalaman.

11) Menurut Woolfolk

Pembelajaran berlaku apabila sesuatu pengalaman secara relatifnya menghasilkan


perubahan kekal dalam pengetahuan dan tingkah laku.

12) Menurut Rahil Mahyuddin

Pembelajaran merupakan perubahan tingkah laku yang melibatkan ketrampilan


kognitif yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelek.

13) Menurut Achjar Chalil

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.

14) Menurut David Ausubel

Menurutnya teori belajar yaitu teori belajar bermakna, belajar dapat diklasifikasikan
dalam dua dimensi yaitu:

 Dimensi yang berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran


disajikan kepada siswa melalui penerimaan atau penemuan.
 Dimensi yang menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengabaikan
informasi pada struktur kognitif yang ada, Struktur kognitif adalah fakta,
konsep, dan generalisasinya yang telah dipelajari dan diingat siswa.

Dalam implementasinya teori ini terdiri dari dua fase, yaitu mula-mula ia
menyangkut pemberian “the organizer” atau materi pendahuluan diberikan sebelum
kegiatan berlangsung dan dalam tingkat abstraksi, fase berikutnya dimana
organisasinya lebih spesifik dan terarah.

15) Menurut G.A Kimbleg

Pembelajaran merupakan perubahan kekal secara relatif dalam keupayaan kelakukan


akibat latihan yang diperkukuh.

16) Menurut Syaiful Sagala

Pembelajaran merupakan membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan


maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan pihak
guru sebagai pendidik, sedangkan belajar oleh peserta didik.

23
17) Menurut Briggs

Pembelajaran merupakan seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar


sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi
berikutnya dengan lingkungan.

Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan
ditentukan kriteriannya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna proses
pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan

Para pakar pendidikan telah banyak menegaskan bahwa seseorang akan bekerja
secara profesional apabila ia memiliki kompetensi yang memadai. Maksudnya
adalah seseorang akan bekerja secara profesional apabila ia memiliki kompetensi
secara utuh. Seseorang tidak akan bisa bekerja secara profesional apabila ia hanya
memenuhi salah satu kompetensi di antara sekian kompetensi yang dipersyaratkan.
Kompetensi tersebut merupakan perpaduan antara kemampuan dan motivasi.
Betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional
apabila ia tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-
tugasnya.Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja seseorang,ia tidak akan
bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki kemampuan yang tinggi dalam
mengerjakan tugas-tugasnya.

Selaras dengan penjelasan ini adalah satu teori yang dikemukakan oleh Glickman
(1981). Menurutnya ada empat prototipe guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Prototipe guru yang terbaik,menurut teori ini, adalah guru prototipe profesional.
Seorang guru bisa diklasifikasikan ke dalam prototipe profesional apabila ia
memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high
level of commitment).

Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16


Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru ditegaskan
bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi
guru yang berlaku secara nasional. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Di dalam
permendiknas tersebut dirinci kompetensi inti guru dan kompetensi guru dalam mata
pelajaran.

Dalam kompetensi pedagogik, disebutkan beberapa kompetensi inti yang harus


dikuasai oleh seorang guru mata pelajaran, diantaranya sebagai berikut:

Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

a) Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.


b) Menentukan tujuan pembelajaran yang diampu.
c) Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diampu.

24
d) Memilih materi pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman
belajar dan tujuan pembelajaran.
e) Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang
dipilih dan karakteristik peserta didik.
f) Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.
g) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
h) Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yangmendidik.
i) Mengembangkan komponenkomponen rancangan pembelajaran.
j) Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam
kelas,laboratorium, maupun lapangan.
Dalam kurikulum 2004, guru diberi kebebasan untuk mengubah, memodifikasi,
bahkan membuat sendiri atau bersama-sama dengan guru-guru lain dalam mata
pelajaran yang sama, silabus yang sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya, dan
menjabarkannya menjadi persiapan mengajar yang siap dijadikan pedoman
pembentukan kompetensi peserta didik.

D. Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Kepala Sekolah

Dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), kepala sekolah

merupakan “the key person” keberhasilan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Ia

adalah orang yang diberi tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan berbagai

potensi masyarakat serta orang tua untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Oleh

karena itu dalam implementasi MBS kepala sekolah harus memiliki visi, misi, dan wawasan

yang luas tentang sekolah yang efektif serta kemampuan profesional dalam mewujudkan visi

dan misi melalui perencanaan, kepemimpinan, manajerial, dan supervisi pendidikan. Ia juga

dituntut untuk menjalin kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dalam

program pendidikan di sekolah.

Singkatnya, dalam implementasi MBS kepala sekolah harus mampu berperan sebagai

berikut:

1. Kepala sekolah sebagai Educator

2. Kepala Sekolah sebagai Manajer

3. Kepala Sekolah sebagai Administrator

4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

5. Kepala Sekolah sebagai Leader

6. Kepala Sekolah sebagai Innovator

7. Kepala Sekolah sebagai Motivator

Tujuh kompetensi kepala sekolah diatas sering disingkat dengan EMASLIM.

25
E. Supervisi Akademik

1. Pengertian Supervisi

Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut:

“Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation”.

Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik.

Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi

belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment).

Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan

kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi mencakup seluruh aspek dari

penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.

Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi. Inspeksi lebih

menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih

menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan

kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena supervisi bersifat demokratis.

Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi), bentuk

perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu ( semantik).

1) Etimologi

Istilah supervisi diambil dari kata bahasa Inggris “ Supervision” artinya pengawasan

di bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.

2) Morfologis

Supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiri dari dua

kata. Super berarti atas, lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor

memang mempunyai posisi di atas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang

yang disupervisinya.

3) Semantik

Pada hakekatnya isi rumusan tentang sesuatu yang terkandung dalam sebuah definisi

sangat tergantung dari orang yang mendefinisikannya. Wiles secara singkat telah

merumuskan bahwa supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi belajar

mengajar agar lebih baik. Adam dan Dickey merumuskan supervisi sebagai

pelayanan khususnya menyangkut perbaikan proses belajar mengajar. Sedangkan

26
Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut : “ Pembinaan yang

diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan

untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik “.

27
Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi

belajar mengajar yang lebih baik. Dalam hal ini ada dua aspek yang perlu diperhatikan

dalam kegiatan supervisi, yaitu:

a. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

b. Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar

Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus

lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam

mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki kemampuan

personal, kemampuan profesional dan kemampuan sosial (Depdiknas, 1982).

Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai

berikut: “serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan

profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan

pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar”.

Karena supervisi lebih menekankan pada pembinaan guru, maka tersebut pula

“Pembinaan profesional guru” yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya

memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.

Secara umum kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu:

supervisi umum dan supervisi akademik. Supervisi umum dilakukan untuk seluruh

kegiatan teknis administrasi sekolah, sedangkan supervisi akademik lebih diarahkan pada

peningkatan kualitas pembelajaran. Pada penelitian ini, pembahasan lebih kepada

supervisi akademik karena supervisi akademik berkaitan erat dengan penyusunan

perangkat perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru.

2. Tujuan dan fungsi supervisi akademik

Tujuan supervisi akademik adalah:

a. Membantu guru mengembangkan kompetensinya

b. Mengembangkan kurikulum

c. Mengembangkan kelompok kerja guru dan membimbing penelitian tindakan kelas

(Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987)

28
3. Prinsip-prinsip supervisi akademik

a. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.

b. Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang

dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

c. Objektif, artinya masukan yang diberikan sesuai aspek-aspek yang termuat dalam

instrument

d. Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya

e. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi

f. Konstruktif, artinya mengembangkan kreatifitas dan inovasi guru dalam

mengembangkan pembelajarann

g. Kooperatif, artinya ada kerjasama yang baik antara supervisor dan guru dalam

mengembangkan pembelajaran

4. Model supervisi akademik

Merunut pada materi Supervisi Akademik pada pelatihan penguatan kemampuan Kepala

sekolah oleh Direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

kementrian pendidikan nasional tahun 2010, model supervisi akademik terbagi ke dalam

dua model.

a. Model Supervisi Tradisional

1) Observasi langsung

Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung kepada guru yang

sedang mengajar melalui prosedur pra observasi dan post observasi.

a. Pra Observasi

Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan wawancara serta

diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi didkusi dan wawancara tersebut

mencakup kurikulum, pendekatan, metode dan strategi, media pembelajaran,

evaluasi dan analisis.

29
b. Observasi

Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan guru

dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian supervisor mengadakan observasi

kelas. Observasi kelas meliputi pendahuluan (apersepsi), pengembangan,

penerapan dan penutup.

c. Post Observasi

Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan wawancara

dan diskusi tentang kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi

keberhasilan dan kelemahan guru, identifikasi ketemapilan-keterampilan

mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan

dilakukan.

2) Supervisi akademik tidak langsung

a. Tes dadakan

Sebaiknya soal yang digunakan pada saat tes dadakan sudah diketahui

validitas, realibilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya. Soal yang

diberikan sesuai dengan materi yang sudah dipelajari peserta didik waktu itu.

b. Diskusi kasus

Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada observasi proses

pembelajaran, laporan-laporan atau hasil studi dokumentasi. Supervisor

dengan guru mendiskudikan kasus demi kasus, mencari akar permasalahan

dan mencari berbagai alternatif jalan keluarnya.

c. Metode angket

Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan

mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan guru dengan

siswanya dan sebagainya.

30
d. Model Supervisi Kontemporer (Masa kini)

Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis,

sehingga disebut juga supervisi klinis. Supervisi model ini merupakan supervisi

akademik yang bersifat kolaboratif. Prosedur pelaksanaannya sama dengan

supervisi akademik langsung yakni observasi kelas namun dengan pendekatan

yang berbeda. Supervisi klinis adalah pembinaan kinerja guru dalam mengelola

proses pembelajaran (Sullivan & Glanz, 2005). Menurut Sergiovanni (1987) ada

dua tujuan supervisi klinis: pengembangan professional dan motivasi kerja guru.

Dalam pelaksanaannya menurut Sullivan & Glanz (2005) setidaknya ada empat

langkah yaitu:

1. Perencanaan pertemuan

2. Observasi

3. Pertemuan berikutnya

4. Refleksi kolaborasi.

Langkah-langkah perencanaan pertemuan meliputi: memutuskan fokus observasi

(pendekatan umum, informasi langsung, kolaboratif, atau langsung diri sendiri),

menetapkan metode dan formulir observasi, mengatur waktu observasi dan

pertemuan berikutnya. Langkah-langkah observasi meliputi: memilih alat

observasi, melaksanakan observasi, memverifikasi hasil observasi dengan guru

pada pertemuan berikutnya, menganalisis data hasil verifikasi dan

menginterpretasi, memilih pendekatan interpersonal setelah pertemuan

berikutnya. Langkah-langkah pertemuan berikutnya adalah menentukan fokus dan

waktu. Langkah-langkah refleksi kolaborasi meliputi: menemukan nilai-nilai apa?,

mana yang kurang bernilai, dan apa saran-saran yang diberikan oleh supervisor.

Supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru tidak harus disupervisi atas

keinginan kepala sekolah melainkan karena kesadaran guru yang datang ke

supervisor untuk meminta bantuan mengatasai masalahnya.

31
5. Teknik supervisi akademik

Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk

melaksanakan supervisi akademik secara efektif, diperlukan keterampilan konseptual,

interpersonal dan teknikal (Glickman, at al: 2007). Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah

harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik

supervisi akademik yang tepat.

Menurut Gwyn (1961) teknik supervisi akademik ada dua macam, yaitu: teknik

supervisi individual dan teknik supervisi kelompok.

1. Teknik supervisi individual

Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi persorangan terhadap guru.

Supervisor hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini

akan diketahui kualitas pembelajarannya.

Teknik-teknik supervisi individual ada lima macam, yaitu:

a. Kunjungan kelas

Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk

mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru

dalam mengatasi masalah di dalam kelas.

b. Observasi kelas

Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas.

Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif yang berkaitan dengan aspek-

aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki

proses pembelajaran. Aspek-aspek yang diobservasi adalah: usaha-usaha dan

aktifitas guru-siswa dalam proses pembelajaran, cara menggunakan media

pengajaran, variasi metode, ketepatan penggunaan media dengan materi,

ketapatan mengunakan metode dengan meteri, reaksi mental para siswa dalam

proses belajar mengajar. Adapun pelaksanaan observasi kelas malalui tahap

persiapan, pelaksanaan, penutupan, penilaian hasil observasi, dan tindak lanjut.

32
c. Pertemuan individual

Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, tukar pikiran

antara supervisor dan guru. Tujuannya adalah untuk berkonsultasi guna

memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan. Swearingen (1961)

mengklasifikasi empat jenis pertemuan individual sebagai berikut:

1. Classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di

dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas

2. Office-conference, yakni percakapan individual yang dilaksanakan di ruang

kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat

bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan kepada guru.

3. Causal-conference, yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang

secara kebetulan bertemu dengan guru

4. Observational visitation, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan

setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.

d. Kunjungan antar kelas

Kunjuangan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di

sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam

pembelajaran.

e. Menilai diri sendiri

Menilai diri sendiri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri sendiri secara

objektif. Kejujuran pada diri sendiri sangat menetukan keberhasilan pada kegiatan

ini.

2. Teknik supervisi kelompok

Teknik supervisi kelompok adalah cara melaksanakan program supervisi yang

ditujukan kepada dua orang guru atau lebih. Supervisi ini dilakukan kepada kelompok

guru yang memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama.

33
Menurut Gwynn (1961) terdapat tiga belas teknik supervisi kelompok, yaitu:

1. kepanitiaan,

2. kerja kelompok,

3. laboratorium,

4. membaca terpimpin,

5. demonstrasi pembelajaran,

6. darmawisata,

7. kuliah/studi,

8. diskusi panel,

9. perpustakaan,

10. organisasi professional,

11. bulletin supervisi,

12. pertemuan guru,

13. lokakarya atau konferensi kelompok.

34
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di SMP Negeri 3 Bajawa yang beralamat di Jln Raya Soa – Lindi,

Desa Nabelena, Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada. Waktu pelaksanaan

direncanakan selama satu bulan mulai 01 Agustus sampai 21 Oktober 2017.

B. Personalia

Penelitian ini dilaksanakan sendiri oleh Kepala SMP Negeri 3 Bajawa

C. Perencanaan Tindakan

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan kelas yang berlangsung selama 2

siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi. Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah dengan melaksanakan supervisi

akademik yang meliputi supervisi tradisional dan supervisi klinis yang secara rinci dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan Awal

Langkah awal yang direncanakan pada penilitian tindakan sekolah ini terdiri dari

beberapa kegiatan, yakni:

a. Identifikasi masalah

b. Pengajuan proposal

c. Mempersiapkan instrument

35
2. Siklus pertama.

a. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti merencanakan langkah-langkah sebagi berikut:

1) Mengidentifikasi jumlah guru yang sudah membuat silabus dan RPP

2) Meminta guru untuk mengumpulkan perangkat pembelajaran

3) Peneliti memeriksa administrasi guru secara kuantitas dan kulitatif.

4) Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan.

5) Menyusun rencana tindakan (berupa penjadwalan supervisi individual atau

kelompok disesuaikan dengan temuan pada identifikasi masalah)

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana tindakan supervisi individual/kelompok

untuk menilai administrasi guru yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Pelaksanaan

supervisi dilakukan dengan pertemuan individual office-conference. Hal ini dilakukan

terutama kepada guru yang tidak mengumpulkan perangkat pembelajaran, untuk

mengetahui penyebab/masalahnya. Tahap ini peneliti rencanakan berlangsung selama

2 minggu dan dilaksanakan bersama-sama dengan kolaborator.

c. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi terhadap seluruh kejadian yang

terjadi selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil awal yang dicapai pada

pelaksanaan tindakan siklus 1. Selain itu peneliti juga mengidentifikasi masalah-

masalah lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan di siklus 1.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-data yang

diperoleh. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan bersama kolaborator untuk

membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah untuk siklus kedua.

3. Siklus kedua

a. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus kedua ini, peneliti melakukan pertemuan dengan

kolaborator untuk menyusun penjadwalan supervisi kelas dan menyiapkan instrument

supervisi untuk siklus kedua.

36
b. Pelaksanaan

Pada tahap ini, guru-guru yang sudah siap perangkat perencanaan pembelajarannya

disupervisi kelas oleh peneliti. Hal ini untuk melihat kesesuaian perencanaan

pembelajaran dengan pelaksanaan pemelajaran.

c. Observasi

Pada tahap observasi siklus kedua, peneliti mengobservasi kesesuaian perencanaan

pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran serta melihat keberterimaan siswa

dalam proses belajar mengajar. Pada tahap ini pula, peneliti mengumpulkan data-data

yang terjadi selama tahap pelaksanaan.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi siklus kedua, peneliti melakukan evaluasi bersama guru yang

disupervisi terhadap hasil observasi di siklus kedua.

D. Pelaksanaan Tindakan

Untuk melihat kesesuaian perencanaan tindakan, berikut ini peneliti melaporkan pelaksanaan

tindakan sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan Awal

Langkah awal yang direncanakan pada penilitian tindakan sekolah ini terdiri dari

beberapa kegiatan, yakni:

a. Identifikasi masalah

Pengidentifikasian masalah dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan data

penyerahan perangkat pembelajaran tahun pelajaran 2016/2017. Ini dilakukan pada

bulan Agustus 2017.

b. Penyusunan proposal

Penyusunan proposal dilaksanakan oleh peneliti pada tanggal 26 Agustus 2017

dengan judul “Upaya Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Menyusun Silabus dan

RPP Melalui Supervisi Akademik Yang Berkelanjutan Di SMP Negeri 3 Bajawa,

Kecamatan Bajawa Utara, Kabupaten Ngada”.

37
c. Mempersiapkan instrument

Pada tahap ini, peneliti menyiapkan seluruh instrument penelitian berupa lembar

pengamatan supervisi yang terdiri dari data jumlah guru yang membuat silabus dan

RPP dan data kualitas silabus dan RPP yang dibuat oleh guru.

2. Siklus pertama.

a. Perencanaan

Tahap perencanaan pelaksanaan siklus 1 dilaksanakan peneliti pada minggu pertama

Agustus 2017. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini dapat dilihat pada tabel

pelaksanaan kegiatan dibawah ini.

TABEL 1

TAHAP PERENCANAAN SIKLUS 1

No. Jenis Kegiatan Tanggal Pelaksanaan


1. Meminta guru mengumpulkan perangkat
01-02 Agustus 2017
pembelajaran terutama silabus dan RPP
2. Mengidentifikasi jumlah guru yang sudah 03-05 Agustus 2017
menyusun silabus dan RPP secara rutin
3 Menganalisa silabus dan RPP guru secara
07-09 Agustus 2017
kualitatif
4. Mengidentifikasi masalah yang ditemukan 10-12 Agustus 2017
5. Menyusun rencana tindakan 14-16 Agustus 2017

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dilaksanakan pada minggu ke-4 Agustus

2017. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 2

TAHAP PELAKSANAAN SIKLUS 1

No Jenis Kegiatan Tanggal Pelaksanaan


1. Supervisi individual terhadap seluruh guru 21-26 Agustus 2017
2. Penugasan menyusun contoh revisi silabus dan RPP 28-31 Agustus 2017

38
c. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi terhadap seluruh kejadian yang

terjadi selama tahap pelaksanaan tindakan siklus 1. Selain itu peneliti juga

mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan di

siklus 1.

TABEL 3

TAHAP OBSERVASI SIKLUS 1

No. Jenis Kegiatan Tanggal Kegiatan


1 Pengolahan data-data siklus 01-09 September 2017

d. Refleksi

Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-data yang

diperoleh. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan bersama kolaborator untuk

membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah untuk siklus kedua.

Jadwal kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 4

TAHAP REFLEKSI SIKLUS 1

No. Jenis Kegiatan Tanggal Kegiatan


1. Mengidentifikasi masalah yang timbul di siklus 1 12-14 September 2017
2. Mengevaluasi kegiatan di siklus 1 15-16 September 2017

3. Siklus kedua

a. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus kedua ini, peneliti melakukan pertemuan dengan

kolaborator untuk menyusun jadwal supervisi kelas dan menyiapkan instrument

supervisi untuk siklus kedua.

TABEL 5

TAHAP PERENCANAAN SIKLUS 2

No. Jenis Kegiatan Tanggal Kegiatan


1 Menyusun perencanaan siklus 2 17 September 2017
2 Mengumpulkan contoh revisi silabus dan RPP 17-18 September 2017
3 Membuat jadwal supervisi kelas dan
19 September 2017
mengumumkannya kepada guru
4 Menganalisa sampel revisi silabus dan RPP 20-23 September 2017

39
b. Pelaksanaan

Pada tahap ini, guru-guru yang sudah siap perangkat perencanaan pembelajarannya

disupervisi kelas oleh peneliti. Hal ini dilakukan untuk melihat kesesuaian

perencanaan pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran.

TABEL 6

TAHAP PELAKSANAAN SIKLUS 2

No. Jenis Kegiatan Tanggal Kegiatan


1 Melakukan supervisi kelas pada guru 25-30 September 2017
2 Melakukan supervisi individual terhadap guru yang 02-07 Oktober 2017
sudah disupervisi kelas

c. Observasi

Di tahap observasi siklus kedua, peneliti mengobservasi kesesuaian antara Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pelaksanaan pembelajaran serta melihat

keberterimaan siswa dalam proses belajar mengajar. Pada tahap ini pula, peneliti

mengumpulkan data-data yang terjadi selama tahap pelaksanaan.

TABEL 7

TAHAP OBSERVASI SIKLUS 2

No. Jenis Kegiatan Tanggal Kegiatan


1 Mengolah data-data hasil siklus 2 09-11 Oktober 2017

d. Refleksi

Pada tahap refleksi siklus kedua, peneliti melakukan evaluasi bersama guru yang

disupervisi terhadap hasil observasi di siklus kedua

TABEL 8

TAHAP REFLEKSI SIKLUS 2

No. Jenis Kegiatan Tanggal Kegiatan


1 Mengevaluasi kegiatan siklus 2 12 Oktober 2017
2 Menyelesaikan laporan PTS 13-21 Oktober 2017

40
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Kompetensi Guru Sebelum Kegiatan Penelitian

1. Kuantitas silabus dan RPP tahun pelajaran 2016/2017

Pada akhir tahun pelajaran 2016/2017, peneliti mencatat guru yang menyetorkan

perangkat pembelajaran untuk ditandatangani. Hasil perhitungan perangkat pembelajaran

yang dikumpulkan dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 9

DAFTAR SETORAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

Tahun Pelajaran 2016/2017

Silabus/Kelas RPP/Kelas
No Mata Pelajaran
VII VIII IX VII VIII IX
1. Pendidikan Agama katolik √ √ √ √ √ √
2. PKn √ √
3. Bahasa Indonesia √ √
4. Bahasa Inggris √ √ √ √
5. Matematika √ √ √ √
6. IPA √ √ √ √
7. IPS √ √
8. PJOK √ √
9. Keterampilan/Prakarya √ √
10. TIK √ √
11. Muatan Lokal √ √
Sumber : Lembar control setoran perangkat pembelajaran 2016/2017

Lebih jelasnya, prosentase jumlah guru yang mengumpulkan perangkat pembelajaran

sebelum kegiatan adalah:

TABEL 10
REKAPITULASI GURU YANG MENYETORKAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
Jumlah yang Jumlah yang % yang
No Komponen
seharusnya dikumpulkan mengumpulkan
1. Standar Isi Mapel 33 11 33,33
2. Kalender pendidikan 33 9 27,27
3. Program Tahunan 33 10 30,30
4. Program Semester 33 9 27,27
5. KKM 33 11 33,33
6. Analisis Tujuan Mata Pelajaran 33 12 36,36
7. Analisis Materi Mata Pelajaran 33 11 33,33
8. Analisis pemetaan SK/KD 33 13 39,39
9. Silabus 33 11 33,33
10. RPP 33 11 33,33
11. Agenda Kegiatan Harian 14 10 71,42
12. Pelaksanaan Prog. Semester 14 9 64,28
13 Daftar hadir siswa 33 11 33,33

41
Jumlah yang Jumlah yang % yang
No Komponen
seharusnya dikumpulkan mengumpulkan
14. Daftar nilai 6 3 50,00
15. Analisis Hasil Ulangan harian 33 20 60,60
16. Analisis hasil UTS 33 20 60,60
17. Analisis butir soal 33 20 60,60
18. Bank Soal 33 20 60,60
19 Program perbaikan dan
33 20 60,60
Pengayaan
20. Laporan hasil perbaikan 33 20 60,60
Jumlah 45,59
Sumber : lembar control pengumpulan silabus dan RPP Wakasek Kurikulum

Dari tabel di atas jelas terlihat bahwa data dasar guru yang meyusun perangkat

pembelajaran adalah sebesar 45,49%. Dari silabus dan RPP yang terkumpul ini,

kemudian penulis melakukan penelaahan terhadap kualitas dari perangkat pembelajaran

yang dikumpulkan terutama pada silabus dan RPP. Data yang diperoleh dari penelaahan

tersebut dapat digambarkan pada tabel kualitas silabus dan RPP SMP Negeri 3 Bajawa

pada sub berikut.

2. Kualitas silabus dan RPP guru tahun pelajaran 2016/2017

Kualitas silabus dan RPP yang dibuat oleh guru SMP Negeri 3 Bajawa secara umum

dapat dikatakan kurang baik. Hal ini dikarenakan masih banyak silabus dan RPP yang

masih menggunakan format lama dan terkesan tidak original (copy paste dari orang lain).

Hal ini terlihat dari tidak timbulnya visi dan misi serta tujuan sekolah pada silabus dan

RPP yang dibuat oleh guru.

Secara lebih jelas berikut penulis gambarkan hasil penilaian penulis terhadap kualitas

silabus dan RPP 13 orang guru SMP Negeri 3 Bajawa tahun pelajaran 2016/2017.

42
TABEL 11
DAFTAR NILAI KUALITAS SILABUS DAN RPP TAHUN PELAJARAN 2016/2017
No. Nama Guru Silabus RPP Rata-Rata
1 Yohanes Longa Bay, A.Md. 71 74 72,50
2 Marteda Suan, S.Pd. 75 77 76,00
3 Valentina Viktoria lame Dolu, S.Ag. 77 79 78,00
4 Fransiskus A.Loy Pety, S.Pd. 75 77 76,00
5 Maria Herima Bebhe, S.Pd. 63 75 69,00
6 Maria Delvin Titu, S.Pd. 43 52 47,50
7 Marieta Bupu, S.Pd. 40 51 45,50
8 Erlina, S.Pd. 44 54 49,00
9 Maria Aurelia No’o, S.Pd. 52 71 61,50
10 Anselmus Lodo, S.Pd. 54 64 59,00
11 Yohanes Brachans Sina, S.Pd. 54 63 58,50
12 Ardriana Mesu, S.Pd. 59 60 59,50
13 Alfonsia Maksima Obe, S.Pd. 51 61 56,00
Nilai tertinggi 77 79 78,00
Nilai terrendah 40 51 45,50
Rata-rata 58,50 65,00 61,75
Jumlah > 70 4 6
Jumlah < 70 9 7
Prosentase < 70 69,23 69,23
Sumber : Data penilaian silabus dan RPP SMP Negeri 3 Bajawa Tahun 2016/2017

Dari tabel di atas, jelas terlihat bahwa kualitas silabus dan RPP guru SMP Negeri 3

Bajawa pada tahun pelajaran 2016/2017 masih sangat rendah. Dari 13 orang guru yang

silabus dan RPP-nya dianalisa oleh peneliti, hanya rata-rata 38,46% guru yang memiliki

silabus dan RPP yang sesuai dan dinilai baik. Lebih rinci, prosentase guru yang

silabusnya baik (di atas 70) adalah 30,77% dan guru yang RPP-nya baik (di atas 70)

adalah 46,13%.

B. Kompetensi Guru dalam menyusun silabus setelah siklus ke-1

1. Kuantitas Guru yang menyusun silabus dan RPP setelah siklus ke-1

Pada rapat awal tahun pelajaran 2017/2018, peneliti memerintahkan kepada seluruh guru

untuk membuat perangkat pembelajaran. Setelah berjalan selama hampir tiga bulan,

peneliti mengumumkan kepada seluruh guru bahwa pada bulan Oktober 2017 akan

dilakukan supervisi terhadap administrasi guru. Pada siklus ini seluruh guru diminta

untuk mengumpulkan perangkat pembelajaran tersebut.

43
Selanjutnya peneliti melakukan analisis dan penilaian terhadap kuantitas guru yang

mengumpulkan perangkat pembelajaran terutama silabus dan RPP. Dari hasil perhitungan

peneliti terhadap jumlah guru yang mengumpulkan silabus dan RPP didapatkan data

sebagai berikut:

TABEL 12
REKAPITULASI PERHITUNGAN
PENGUMPULAN SILABUS DAN RPP PADA SIKLUS 1
Silabus RPP
No Kelas Seharus- Mengum- % mengum- Seharus- Mengum- % mengum-
nya pulkan pulkan nya pulkan pulkan
1 VII 11 9 81,82 22 16 72,73
2 VIII 11 10 90,91 22 20 90,91
3 IX 11 8 72,73 22 19 86,36
Rata-rata 33 27 81,82 66 46 83,33
Prosentase 100 81,82 81,82 100 83,33 83,33
Total 33 27 81,82 66 46 83,33
Sumber: Lembar control pengumpulan silabus dan RPP tanggal 04 Oktober 2010
Dari data jumlah guru yang mengumpulkan silabus dan RPP pada awal siklus 1, dapat

terlihat bahwa dengan informasi adanya supervisi akademik terhadap guru dapat

meningkatkan kuantitas jumlah guru yang menyusun silabus dan RPP yang sebelumnya

hanya 60% , mengalami peningkatan kuantitas menjadi 83,33%.

Dari data tersebut juga dapat dilihat ada guru yang hanya menyerahkan silabus tanpa

disertai RPP-nya serta ada yang belum mengumpulkan silabus dan RPP (Klasifikasi D)

2. Kualitas silabus dan RPP setelah siklus ke-1

Sebelum melakukan supervisi individual terhadap seluruh guru terutama kepada guru

yang belum mengumpulkan silabus dan RPP, peneliti melakukan analisa kedua terhadap

sampel silabus dan RPP yang dibuat oleh guru.

44
Hasil analisis kualitas silabus dan RPP tersebut dapat terlihat pada tabel berikut:

TABEL 13
REKAPITULASI PENILAIAN SILABUS DAN RPP PADA SIKLUS 1
No. Klasifikasi penilaian Rentang nilai f %
A. SILABUS :
1. A = Baik sekali 80 - 100 3 27,04
2. B = Baik 60 - 79 5 38,46
3. C = Cukup 41 - 59 4 30,77
4. D = Kurang ≤ 40 1 7,69
Jumlah 13 100
Prosentase A dan B 8 61,53
B. RPP :
1. A = Baik sekali 80 - 100 6 46,15
2. B = Baik 60 - 79 3 27,04
3. C = Cukup 41 - 59 4 30,77
4. D = Kurang ≤ 40 0 0
Jumlah 13 100
Prosentase A dan B 9 69,23
Sumber: Lembar penilaian silabus dan RPP tanggal 5-6 Oktober 2010

Sementara itu, hasil analisa kualitas penyusunan silabus dan RPP setelah dilakukan

supervisi individual (setelah direvisi) dapat dilihat pada table berikut:

TABEL 14
REKAPITULASI PENILAIAN SILABUS DAN RPP PADA SIKLUS 1
No. Klasifikasi penilaian Rentang nilai f %
A. SILABUS :
1. A = Baik sekali 80 - 100 5 38,46
2. B = Baik 60 - 79 6 46,15
3. C = Cukup 41 - 59 2 15,38
4. D = Kurang ≤ 40 0 0
Jumlah 13 100
Prosentase A dan B 11 84,61
B. RPP :
1. A = Baik sekali 80 - 100 6 46,15
2. B = Baik 60 - 79 6 46,15
3. C = Cukup 41 - 59 1 15,38
4. D = Kurang ≤ 40 0 0
Jumlah 13 100
Prosentase A dan B 12 92,30
Sumber : Lembar penilaian kualitas silabus tanggal 11 Oktober 2010

Hasil analisa revisi silabus dan RPP pada tabel diatas memperlihatkan terjadinya

peningkatan kualitas silabus dan RPP. Dimana kualitas A dan B meningkat dari 61,53%

dan 69,23% menjadi 84,61% dan 92,30%. Dari sini pula terlihat bahwa jumlah guru yang

mengumpulkan sampel silabus dan RPP menjadi 100%.

45
C. Kompetensi guru menyusun silabus dan RPP setelah siklus ke-2

Pada siklus kedua ini, penelitian dilanjutkan dengan menganalisa/menguji keaslian

silabus dan RPP yang disusun oleh guru. Metode yang digunakan adalah dengan

melakukan supervisi kelas. Dari pelaksanaan rencana pembelajaran ini, dapat terlihat

keaslian penyusunannya. Hasil dari analisa penguat tersebut, menunjukkan bahwa silabus

dan RPP yang dikumpulkan benar disusun oleh guru yang bersangkutan. Karena terjadi

kesesuaian skenario antara perencanaan dan pelaksanaan di kelas.

Data kesesuaian tersebut dapat dilihat dari table berikut:

TABEL 15
HASIL PENILAIAN SUPERVISI KELAS
No. Klasifikasi penilaian Rentang Nilai f %
1. A = Baik sekali 80 - 100 5 38,46
2. B = Baik 60 - 79 7 53,84
3. C = Cukup 41 - 59 1 15,38
4. D = Kurang ≤ 40 0 0
Jumlah 13 100
Sumber: Lembar penilaian pelaksanaan silabus dan RPP

Dari hasil perhitungan pada tabel di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa

silabus dan RPP yang dikumpulkan guru adalah bersifat original. Hal ini terlihat dengan

cukup besarnya guru mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang

dibuat.

46
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang terurai pada bab IV, peneliti menyimpulkan bahwa:

1. Supervisi akademik secara berkelanjutan terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan

kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP di SMP Negeri 3 Bajawa. Ini terbukti

dengan meningkatnya jumlah silabus hasil kerja guru yang baik dari 61,53% menjadi

84,61% setelah supervisi akademik. Selain itu jumlah RPP yang berkualitas baik juga

meningkat dari 69,53% menjadi 92,30%.

2. Langkah-langkah yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kompetensi guru dalam

menyusun silabus dan RPP tersebut meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Pengumuman rencana supervisi terhadap guru.

2) Pelaksanaan supervisi individual, dimana setiap guru diminta mempresentasikan

silabus dan RPP-nya kepada kepala sekolah, kemudian kepala sekolah memberikan

masukan terhadap kekurangan silabus dan RPP guru.

3) Untuk mengecek originalitas silabus dan RPP yang disusun guru, kepala sekolah

melakukan supervisi kelas. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan rencana yang

dimuat dalam silabus dan RPP dengan penerapannya di kelas. Jika sesuai maka dapat

dipastikan, kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP tersebut benar (bukan

jiplakan atau dibuat orang lain). Jika banyak ketidaksesuaian maka ada kemungkinan

silabus dan RPP tersebut dibuatkan oleh orang lain.

3. Peningkatan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP yang baik meningkat

sebesar 45,59% dan 81,82%.

47
B. Saran

1. Untuk kawan-kawan kepala sekolah, pelaksanaan supervisi individual sangat cocok

digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun silabus dan RPP yang

selama ini masih menjadi administrasi yang masih sulit diminta dari guru-guru kita.

Untuk mengujinya, kita dapat menggunakan supervisi kelas.

2. Untuk pengawas diharapkan dapat memberikan masukan yang lebih jelas dan terarah

dalam pembinaan terhadap guru.

48
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. Idochi. 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan.
Bandung: Alfabeta
Depdiknas. 1997. Petunjuk Pengelolaan Adminstrasi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2010. Supervisi Akademik; Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala
Sekolah; Jakarta: Depdiknas.
Harahap, Baharuddin. 1983. Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Kepala
Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya
Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E., 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sapari, Achmad. 2002. Pemahaman Guru Terhadap Inovasi Pendidikan. Artikel. Jakarta:
Kompas (16 Agustus 2002).
Supandi. 1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama
Universitas Terbuka.
Suprihatin, MD. 1989. Administrasi Pendidikan, Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala
Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah. Semarang: IKIP Semarang Press.
Surya, Muhammad. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan
Bhakti Winaya
Suryasubrata.1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, Moh. Uzer. 1994. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wahidin; 13 Faktor untuk menjadi Kepala Sekolah Yang Efektif, 2008
Wardani, IGK. 1996. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Jakarta: Dirjen Dikti.

49
Riwayat Hidup

Mbalo Antonius, Anak kelima dari delapan bersaudara lahir di Wangka,


tanggal 17 Januari 1971. Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar
di SDI Mulu tahun 1985, SMP Swasta Katolik Nusa Putra Kupang tahun
1988, SMA Swasta Katolik Nusa Putra Kupang tahun 1991. Pada tahun
1996 Penulis menyelesaikan pendidikan Sarjana Biologi di Universitas Nusa
Cendana Kupang. Pada tahun 1997 Penulis di angkat menjadi CPNS dan
ditempatkan SMP Negeri 3 Bajawa. Tahun 1997 di angkat menjadi Kepala Sekolah
pada SMPN Satu Atap 1 Riung. Pada tahun 2012 penulis kembali menjadi guru
pada SMPN 3 Bajawa. Pada tahun 2017, Penulis diangkat menjadi Kepala Sekolah
pada SMP Negeri 3 Bajawa sampai sekarang. Penulis memiliki satu orang isteri dan
tiga orang anak.

50

Anda mungkin juga menyukai