Anda di halaman 1dari 115

ISSN 2088 - 186X

Jurnal

ADI KARSA
Teknologi Komunikasi Pendidikan

BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DIY
ii JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16
Daftar Isi

Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Aktif Melalui Metode


Coaching Dengan Model Grow
Oleh : Sudarmadi............................................................................................................ 1
Penerapan Strategi “React” Dalam Pembelajaran Fisika Di SMA Muhammadiyah 2
Yogyakarta
Oleh : Sri Lestari............................................................................................................. 12
Penerapan Model Grup Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar
Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas XII SMK
Oleh : Nanik Yuniastuti ................................................................................................... 21
Pembelajaran Berbasis STEM Pada Materi Sel Volta Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berfikir Kreatif Siswa
Oleh: Eny Triastuti .......................................................................................................... 33
Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Matematika Dan Dukungan Teman Sebaya Dengan
Motivasi Belajar Siswa SMP
Oleh : Ida Supadmi ......................................................................................................... 45
Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII
Menggunakan Metode Kooperatif Stad
Oleh : Yohanes Mei Setiyanta.......................................................................................... 55
Peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa Melalui Teknik Diskusi
Kelompok Pada Siswa Kelas VIII
Oleh: Yulianto ................................................................................................................. 65
Meningkatkan Kemampuan Menemukan Masalah Dan Solusinya Dalam Bimbingan
Kelompok Melalui Dinamika Kelompok
Oleh: Supriyono .............................................................................................................. 79
Peningkatan Hasil Belajar Ips Kompetensi Dasar Cara Menghadapi Bencana Alam
Dengan Model Pembelajaran Satria Oel
Oleh : Idha Fitriastuti ..................................................................................................... 90
Pembiasaan Menyikat Gigi Melalui Pemberian Reward Sticker Pictured
Oleh: Sutarmi .................................................................................................................. 100

iii
iv JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16
Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Aktif

Melalui Metode Dengan Model Grow


MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM MELAKSANAKAN
PEMBELAJARAN AKTIF MELALUI METODE COACHING
DENGAN MODEL GROW

Oleh: Sudarmadi
Pengawas SMA Balai Dikmen Kulon Progo, Dikpora DIY

ABSTRACT
This action research aims to: improve teacher performance in 3 public high schools
targeted in implementing active learning through the Coaching method with the GROW
model. This study was designed as a School Action Research (PTS), with an action
procedure consisting of two cycles. The subjects of this study were state high school
teachers (2 Wates, Lendah, and Galur). This research was conducted in two cycles,
each cycle carried out in four stages, namely stages (planning, action, observation
and reflection), the data collected was an assessment of the implementation of active
learning by the teacher. The results of the study concluded that through the Coaching
method with the GROW model can improve teacher performance in carrying out active
learning, increasing its performance from 85 pre cycles, to 92 cycles I and 96 cycles II
with an average value of 91 very good categories
Keywords: Performance, Active Learning, Coaching, GROW

Pendahuluan yang demokratis serta bertanggung jawab.


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 tentang perubahan kedua atas Peraturan
angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan Standar Nasional Pendidikan.
suasana belajar dan proses pembelajaran agar Standar proses meliputi perencanaan
peserta didik secara aktif mengembangkan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
potensidirinya untuk memiliki kekuatan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
spiritual keagamaan, pengendalian diri, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, terlaksananya proses pembelajaran yang
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, efektif dan efisien. Dalam PP nomor 13
masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pasal tahun 2015 pasal 1 ayat 19 Pembelajaran
pasal 3 yang berbunyi:“Pendidikan nasional adalah proses interaksi antarpeserta didik,
berfungsi mengembangkan kemampuan antara peserta didik dengan pendidik dan
dan membentuk watak serta peradaban sumber belajar pada suatu lingkungan
bangsa yang bermartabat dalam rangka belajar. Terkait dengan proses interaksi
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan belajar mengajar, menuntut terjadinya
untuk berkembangnya potensi peserta didik retensi tinggi, terkontrol dan berlangsung
agar menjadi manusia yang beriman dan sesuai perencanaan pembelajaran, sehingga
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, proses pembelajaran yang terjadi menjadi
efektif, efisien sebagaimana ditetapkan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
dalam standar proses (Permendikbud Nomor
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara

1
22 tahun 2016 tentang Standar Proses) salah terutama pada permasalahan pelaksanaan
satu penentu produktifitas pembelajaran pembelajaran berbasis siswa aktif melalui
adalah pendidik/guru. penelitian tindakan melalui metode Coaching
dengan model GROW.
Proses Pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, Kinerja Guru
inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi Kinerja guru adalah merupakan sebuah
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi rangakian yang terintegrasi kerja guru.
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai Pekerjaan seorang guru tidak hanya mengajar
dengan bakat, minat, dan perkembangan saja melainkan banyak hal yang harus
fisik serta psikologis peserta didik. Untuk dikerjakan oleh guru dengan tugas utamanya
itu setiap satuan pendidikan melakukan adalah merencanakan, melaksanakan,
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan menilai, dan menindaklanjuti hasil penilaian.
proses pembelajaran serta penilaian proses Di samping tugas utama tersebut, masih
pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi banyak tugas tambahan yang lain diantaranya
dan efektivitas ketercapaian kompetensi pengembangan profesional, pengembangan
lulusan. Keberhasilan dari pelaksanaan kurikulum, mendampingi dan membimbing
pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh peserta didik dalam meningkatkan prestasi
factor guru, peserta didik, sarana sekolah akademik maupun prestasi kepribadiannya.
dan kenyamanan lingkangan sekolah namun Kebijakan Kemendiknas dalam
juga tidak kalah penting adalah skenario peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing
pembelajaran yang dibuat oleh guru. menyatakan bahwa standar profesi guru
Dari catatan hasil supervisi akademik merupakan dasar bagi penilaian kinerja guru
terutama pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara berkelanjutan atas
ditemukan bahwa sebagian guru-guru di dasar kinerjanya, baik pada tingkat kelas
sekolah dalam mengimplementasikan maupun satuan pendidikan. Kinerja guru
kurikulum 2013 belum sesuai dengan akan terus diukur berdasarkan standar profesi
Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang guru yang telah ditetapakan oleh Pemerintah
standar proses di tiga SMA binaan dengan melalui PP Nomor 74 tahun 2008 pasal 52,
mengambil sampel 21 orang guru baru 8 Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang
orang atau 38,09 % telah melaksanakan standar kompetensi guru dan Permendiknas
pembelajaran aktif, sedangkan 13 oarang guru Nomor 39 tahun 2009 tentang guru dan
lainnya atau 61,90% belum melaksanakan pengawas.
pembelajaran aktif dan belum sesuai
Guru profesional berdasarkan
dengan Permendikbud Nomor 22 tahun
2016 tentang standar proses. Kenyataan Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang
ini terlihat bahwa guru kurang memiliki standar kompetensi guru adalah guru yang
kompetensi pelaksanaan pembelajaran siswa memiliki empat kompetensi profesi guru,
aktif sesuai dengan Permendikbud Nomor yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
22 tahun 2016 tentang standar proses. kepribadian, kompetensi sosial, dan
Berdasarkan permasalahan di atas penulis kompetensi profesional.
berupaya mememecahkan pemasalahan yang Kompetensi pedagogik adalah
dihadapi oleh guru-guru SMA binaan dalam kompetensi yang berhubungan dengan tugas-
mengimplementasikan kurikulum 2013 tugas pendidikan dan keguruan. Kompetensi

2 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Aktif

Melalui Metode Dengan Model Grow


pedagogik merupakan kompetensi utama bagi pendidik dan sumber belajar pada suatu
seorang pendidik. Dalam mendidik, seorang lingkungan belajar”.
guru harus menguasai karakteristik peserta
Menurut Trianto (2010:17)
didik sehingga proses pendidikan yang
“Pembelajaran merupakan aspek kegiatan
dilakukan tidak mengalami hambatan dalam
manusia yang kompleks, yang tidak
berkomunikasi. Karakteristik peserta didik
sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran
itu meliputi fisik, psikhis, sosial, dan budaya
secara simpel dapat diartikan sebagai produk
tempat tinggal peserta didik. Kompetensi
interaksi berkelanjutan antara pengembangan
pedagogik merupakan komptensi karakter
dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam
seorang guru.
makna kompleks adalah usaha sadar dari
Kompetensi profesional merupakan seorang guru untuk membelajarkan siswanya
kompetensi yang berhubungan dengan (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber
bidang akademik. Kompetensi ini terdiri belajar lainnya) dalam rangkan mencapai
atas: 1) Menguasai materi, struktur, konsep tujuan yang diharapkan.
dan pola pikir keilmuan yang mendukung
Sedangkan Sudjana (2004:28)
mata pelajaran yang diampu; 2) Menguasai
“Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap
standar kompetensi dan kompetensi dasar
upaya yang sistematik dan sengaja untuk
mata pelajaran/bidang pengembangan
menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi
yang diampu; 3) Mengembangkan materi
edukatif antara dua pihak, yaitu antara
pembelajaran yang diampu secara kreatif;
peserta didik (warga belajar) dan pendidik
4) Mengembangkan keprofesionalan
(sumber belajar) yang melakukan kegiatan
secara berkelanjutan dengan melakukan
membelajarkan”.
tindakan reflektif; 5) Memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk Berdasarkan beberapa pendapat diatas
berkomunikasi dan mengembangkan diri. disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
merupakan kegiatan sengaja yang dilakukan
Dari kedua kompetensi guru yaitu
oleh seorang guru dalam suatu kelas dengan
kompetensi pedagogik dan kompetensi
mengharapkan terjadinya interaksi aktif
professional diatas menunjukkan bahwa
untuk mencapai tujuan tertentu.
sorang guru harus sadar bahwa dengan secara
sungguh-sungguh melaksakan kompetensi Pengertian Pembelajaran
tersebut dalam rangka meningkatkan kualitas Aktivitas guru dalam menciptakan
sumber daya manusia Indonesia. proses belajar yang kondusif disebut
dengan kegiatan pembelajaran. Menurut
Pembelajaran Aktif
Gora & Sunarto (2010:1) pembelajaran
Hakikat Pembelajaran adalah proses membuat orang belajar. Guru
Pembelajaran adalah merupakan proses bertugas membantu orang belajar dengan
interaksi antara guru dengan siswa dalam cara memanipulasi lingkungan sehingga
suatu kegiatan untuk mencapai kemampuan siswa dapat belajar dengan mudah.
tertentu. Pembelajaran adalah proses interaksi
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang peserta didik dengan pendidik dan sumber
Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran belajar pada suatu lingkungan belajar (Rafli
adalah proses interaksi peserta didik dengan & Lustyantie, 2016:419). Pembelajaran akan
membantu siswa dapat belajar lebih baik.

3
Guru sebagai pengajar, mengajar siswa agar penjelasan uraian kegiatan sesuai
dapat belajar dan menguasi pelajaran. silabus.
Sedangkan menurut Hamalik dalam 2. Kegiatan Inti
Lefudin (2017:13) pembelajaran merupakan Kegiatan inti menggunakan model
suatu kombinasi antara unsur manusiawi, pembelajaran, metode pembelajaran, media
material, fasilitas, dan rencana yang saling pembelajaran, dan sumber belajar yang
mempengaruhi untuk mencapai suatu tujuan. disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik dan /atau tematik terpadu dan/atau
adalah kegiatan membuat orang belajar saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan
dengan interaksi peserta didik dengan (discovery) dan/atau pembelajaran yang
pendidik serta sumber belajar pada suatu menghasilkan karya berbasis pemecahan
lingkungan belajar untuk mencapai tujuan masalah (project based learning) disesuaikan
belajar dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan.
Pelaksanaan Pembelajaran Aktif
Sikap
Pelaksanaan pembelajaran merupakan
implementasi dari RPP, meliputi kegiatan Sesuai dengan karakteristik sikap,
pendahuluan, inti dan penutup. maka salah satu alternatif yang dipilih
adalah proses afeksi mulai dari menerima,
1. Kegiatan Pendahuluan menjalankan, menghargai, menghayati,
Dalam kegiatan pendahuluan, guru hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas
wajib: pembelajaran berorientasi pada tahapan
1. menyiapkan peserta didik secara kompetensi yang mendorong peserta didik
psikis dan fisik untuk mengikuti untuk melakuan aktivitas tersebut.
proses pembelajaran; Pengetahuan
2. memberi motivasi belajar peserta Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas
didik secara kontekstual sesuai mengetahui, memahami, menerapkan,
manfaat dan aplikasi materi ajar menganalisis, mengevaluasi, hingga
dalam kehidupan sehari-hari,
mencipta. Karakteritik aktivititas belajar
dengan memberikan contoh dan
dalam domain pengetahuan ini memiliki
perbandingan lokal, nasional dan
internasional, serta disesuaikan perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas
dengan karakteristik dan jenjang belajar dalam domain keterampilan. Untuk
peserta didik; memperkuat pendekatan saintifik, tematik
terpadu, dan tematik sangat disarankan
3. mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menerapkan belajar berbasis
yang mengaitkan pengetahuan
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
sebelumnya dengan materi yang
learning). Untuk mendorong peserta didik
akan dipelajari;
menghasilkan karya kreatif dan kontekstual,
4. menjelaskan tujuan pembelajaran baik individual maupun kelompok,
atau kompetensi dasar yang akan disarankan yang menghasilkan karya
dicapai; dan berbasis pemecahan masalah (project based
5. menyampaikan cakupan materi dan learning).

4 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Aktif

Melalui Metode Dengan Model Grow


Keterampilan Metode Coaching
Keterampilan diperoleh melalui Efektivitas metode pemanduan/
kegiatan mengamati, menanya, mencoba, coaching selain ditentukan oleh peran coach
menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi juga ditentukan oleh model coaching yang
materi (topik dan sub topik) mata pelajaran digunakan. Model coaching adalah kerangka
yang diturunkan dari keterampilan harus berpikir yang mendukung kekuatan intuitif
mendorong peserta didik untuk melakukan dan keterampilan coaching. Terdapat banyak
proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk model yang dapat digunakan dalam coaching
mewujudkan keterampilan tersebut perlu antara lain emotional quotient (EQ), GROW,
melakukan pembelajaran yang menerapkan EXACT, Model Johari Window, Model
modus belajar berbasis penyingkapan/ forming, storming, norming, performing
penelitian (discovery/inquiry learning) dan pengembangan tim, model kepemimpinan
pembelajaran yang menghasilkan karya situasional dan lainlain.
berbasis pemecahan masalah (project based
Pendekatan yang dapat digunakan
learning).
adalah model GROW. Model GROW
Kegiatan Penutup sebagaimana pendapat Djong (2014) yang
Dalam kegiatan penutup, guru bersama dikutip dari http://humancapitaljournal.com
peserta didik baik secara individual maupun ini terdiri atas 4 langkah yang bertujuan untuk
kelompok melakukan refleksi untuk melakukan pemecahan masalah (problem
mengevaluasi: solving) dan juga untuk melakukan proses
penetapan sasaran (goal setting) dalam upaya
1. seluruh rangkaian aktivitas untuk memaksimalkan potensi dari para
pembelajaran dan hasil-hasil yang terbimbing (coachee) oleh para pembimbing
diperoleh untuk selanjutnya secara (coach) melalui percakapan.
bersama menemukan manfaat
langsung maupun tidak langsung Lebih lanjut Djong (2014) menjelaskan
dari hasil pembelajaran yang telah langkah-langkah Model GROW adalah
berlangsung; sebagai berikut.

2. memberikan umpan balik terhadap 1. Sasaran (Goal)


proses dan hasil pembelajaran; Langkah pertama dalam proses coaching
adalah goal. Akan tetapi, pada dasarnya goal
3. melakukan kegiatan tindak lanjut
merupakan tujuan akhir yang akan dicapai
dalam bentuk pemberian tugas, baik
oleh para terbimbing (coachee). Oleh
tugas individual maupun kelompok;
karena itu, para terbimbing (coachee) harus
dan
mendefinisikan dengan sejelas mungkin
4. menginformasikan rencana kegiatan sasaran mereka dapat lebih fokus terhadap
pembelajaran untuk pertemuan sasarannya. Begitupun bagi para coach akan
(Lampiran Permendikbud Nomor 22 sangat bermanfaat, karena dalam proses
Tahun 2016 tentang Standar Proses coaching dalam pelaksanaanya sudah jelas
Pendidikan Dasar dan Menengah) fokus dan arah percakapannya, sehingga
tidak bertele-tele, membuang-buang waktu,
atau berjalan dengan lamban.

5
2. Kenyataan (Reality) 4. Kesimpulan (Wrap Up)
Langkah selanjutnya, para pembimbing Pada langkah terakhir, proses coaching
(coach) mengajukan pertanyaan-pertanyaan akan menyimpulkan dan membenahi
dari segala arah/penjuru dengan tujuan penemuan-penemuan dari langkah
mengungkapkan semua realitas kehidupan sebelumnya. Para terbimbing (coachee)
para terbimbimbing untuk menemukan akhirnya membuat sebuah rencana tindakan
kesadaran diri dan kesadaran baru dalam (action plan) untuk mewujudnyatakan opsi-
melakukan penemuan-penemuan diri para opsi solusi.
terbimbimbing (self discoveries).
Pada pelaksanaannya, Metode
Berdasarkan hasil penemuan ini, Pemanduan (Coaching) haruslah dilakukan
pembimbing (coach) kemudian akan dengan prinsip-prinsip seperti berikut ini :
membantu dalam merefleksikannya. Dengan
1. Permasalahan datang dari Coachee
demikian, para terbimbing (coachee)
(guru-guru)
akhirnya dapat melihat jalan ke luar atau
solusi sebagai jawaban atas sasaran-sasaran 2. Pengawas sebagai coach
yang ingin dicapai. Pada langkah ini, belum 3. Non directive , pengambilan
bersifat opsi atas solusinya, namun masih keputusan sepenuhnya di tangan
bersifat penjajakan atau asesmen. coachee.
3. Options (Pilihan)
4. Demokratis, coachee diberi
Pada langkah ketiga , setelah melalui kebebasan dalam pengambilan
suatu proses berpikir yang kreatif, para keputusan
terbimbing (coachee) sampai pada situasi
dimana mereka mulai menemukan berbagai Metodologi Penelitian Tindakan
opsi, dan sampai pada sebuah daftar opsi Penelitian tindakan ini dilaksanakan di
sebanyak mungkin selama opsi tersebut 3 SMA Negeri binaan Kulon Progo yaitu (1)
adalah bersifat spesifik, realistis dan SMA N 2 Wates; (2) SMA N Lendah; dan (3)
terjangkau untuk diwujudkannya. SMA N Galur. Subyek penelitian tindakan
Dari daftar opsi tersebut, para terbimbing ini adalah sejumlah 21 guru yang berada di 3
(coachee) kemudian akan melakukan seleksi (tiga) sekolah binaan diatas. Objek penelitian
opsi mana yang paling mungkin yang bisa adalah komponen-komponen pembelajaran
membawa dampak perubahan yang signifikan aktif kurikulum 2013. Aspek-aspek yang
sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan diamati Pelaksanaan Pembelajaran aktif yang
pada langkah pertama. Dalam praktiknya, dilakukan guru-guru yang menjadi subyek
sangat mungkin ada lebih dari satu opsi yang penelitian adalah (1) kegiatan pendahuluan;
tersedia. Di sini yang paling penting pilihan (2) Kegiatan Inti (kegiatan guru, kegiatan
opsi ini bukan dari pembimbing (coach), siswa); (3) Kegiatan Penutup; (4) Metode/
tapi pilihan terbimbing (coachee) sendiri, Pendekatan Pembelajaran; (5) Media
sehingga terbimbing (coachee) bertanggung Pembelajaran. Waktu penelitian tindakan ini
jawab terhadap pilihannya dan dalam dilaksanakan selama 4 bulan yakni Agustus
pelaksanaannya. 2017 sampai dengan November 2017

6 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Aktif

Melalui Metode Dengan Model Grow


Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah :mengalami, interaksi, komunikasi dan
juga melibatkan kolaborator untuk ikut refleksi); (3) Tahap Observasi (Penelliti
bersama dalam meningkatkan kinerja guru (coah) mengamati pelaksanaan pembelajaran
dalam melaksanakan pembelajaran aktif. yang dilakukan oleh guru (coachee) dengan
Model penelitian tindakan pada penelitian instrument yang telah disiapkan); (4) Tahap
ini mengacu pada model spiral dari Hopkins analisis dan refleksi (Refleksi terhadap
(1993) dalam Wina Sanjaya (2011: 53) pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
menjelaskan bahwa ada 4 hal yang harus oleh guru (coachee), Menentukan perbaikan
dilakukan dalam proses penelitian tindakan pembimbingan terhadap guru dalam
yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan melakukan pembelajaran aktif
refleksi. Setiap siklus tindakan dievaluasi
Tolok ukur keberhasilan penelitian ini
untuk menentukan apakah perlu perbaikan
adalah jika guru-guru SMA Di 3 SMA Negeri
pelaksanaan pembelajaran aktif yang
yang menjadi subyek penelitian telah mampu
dilakukan oleh guru-guru SMA binaan
melaksanakan pembelajaran aktif telah
di Kulon Progo. Adapaun Pada tahapan
mencapai 80% dengan kategori baik, maka
ini peneliti menjelaskan prosedur yang
tindakan melalui metode Coaching model
dilakukan antara lain: (1) Tahap Perencanaan
Grow dihentikan. Disamping itu guru-guru
(Pengawas/peneliti mendiskusikan hasil
SMA yang terlibat dalam penelitian ini telah
supervisi pelaksanaan pembelajaran kepada
meningkat kenerjanya dalam melaksanakan
guru-guru, Pengawas/peneliti menyiapkan
pembelajaran aktif.
materi pembelajaran aktif, Pengawas/peneliti
menyiapkan Permendikbud nomor 22 tahun HASIL PENELITIAN DAN
2016 dan juknis pembelajaran kurikulum PEMBAHASAN
2013, Pengawas/peneliti mempersiapkan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
instrumen penilaian kinerja guru dalam yang dilakukan melalui metode Coaching
pelaksanaan pembelajaran aktif; (2) Tahap dengan model GROW kepada 21 guru
pelaksanaan (Pengawas menjelaskan prinsip- di 3 SMA binaan dalam melaksanakan
prinsip pembelajaran aktif sesuai dengan pembelajaran aktif dapat di jelaskan
implementasi kurikulum 2013 dan juknis perubahan peningkatan kinerja guru dari pra
implementasi kurikulum 2013 diantaranya siklus , siklus I, dan siklus II sebagai berikut:

Tabel Peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran aktif dari pra siklus,
siklus I dan siklus II

KOMPONEN KINERJA RA-


NO SIKLUS JUMLAH TA-RA- KATEGORI
A B C D E F TA

1 Pra Siklus 100 77 88 93 75 75 508 85 Cukup

2 Siklus I 100 83 96 94 88 90 551 92 Amat Baik

3 Siklus II 100 93 99 95 95 92 553 96 Amat baik

RATA-RATA 100 84 94 94 86 86 91 Amat Baik

7
Keterangan:
KOMPONEN PENILAIAN KATEGORI
A: Materi Pelajaran B: Metode Pembelajaran < 75 = Kurang
C: Pemilihan Alat/Media/ sumber D: Kegiatan Pendahuluan 76 – 85 = Cukup
E: Kegiatan Inti F: Kegiatan Penutup 86 – 90 = Baik
91 -100 = Amat Baik

Gambar diagram kompetensi kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran aktif

Berdasarkan Permendiknas Nomor yang dilakukan oleh guru harus berdasar


16 tahun 2007 tentang standar kompetensi pembelajaran siswa aktif. Sedangakan
guru wajib memiliki komptensi profesional. Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat
Kompetensi profesional merupakan diartikan sebagai setiap upaya yang
kompetensi yang berhubungan dengan sistematik dan sengaja untuk menciptakan
bidang akademik. Kompetensi ini terdiri agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara
atas: 1) Menguasai materi, struktur, konsep dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga
dan pola pikir keilmuan yang mendukung belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang
mata pelajaran yang diampu; 2) Menguasai melakukan kegiatan membelajarkan”.
standar kompetensi dan kompetensi dasar
Berdasarkan hasil penelitian menujukkan
mata pelajaran/bidang pengembangan
bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh
yang diampu; 3) Mengembangkan materi
21 guru di 3 SMA Negeri binaan sebelum
pembelajaran yang diampu secara kreatif;
dilakukan tindakan hasilnya masih rendah
4) Mengembangkan keprofesionalan
baru memperoleh skor 84 dengan kategori
secara berkelanjutan dengan melakukan
cukup, setelah diberikan tindakan melalui
tindakan reflektif; 5) Memanfaatkan
metode Coaching dengan model GROW
teknologi informasi dan komunikasi untuk
selama dua siklus hasil pembelajaran
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
yang dilakukan guru, siswa menjadi lebih
Dalam melakasanakan pembelajaran guru
aktif. Untuk meningkatakan kinerja guru
harus berpedoman pada perundangan
dalam melakukan pembelajaran aktif
dan teori pembelajaran. Dalam Lampiran
pengawas/ pembimbing (coach) mengajukan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
pertanyaan-pertanyaan dari segala arah/
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
penjuru terkait dengan pembelajaran aktif
Menengah menjelaskan bahwa pembelajaran

8 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Aktif

Melalui Metode Dengan Model Grow


dengan tujuan mengungkapkan semua Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 yaitu
realitas kehidupan para terbimbimbing untuk model-model pembelajaran discover
menemukan kesadaran diri dan kesadaran discovery learning, inquiry learning, problem
baru dalam melakukan penemuan-penemuan based learning, project based learning dan
diri para terbimbimbing (self discoveries). cooperative learning.
Langkah-langkah peningkatan kinerja
Komponen C (pemilihan Alat/Media/
guru dalam metode ini adalah (1) Sasaran
sumber): dari 21 guru-guru di 3 SMA binaan
(Goal) para terbimbing (coachee) harus
dalam menentukan metode pembelajaran
mendefinisikan dengan sejelas mungkin
mengalami peningkatan skor dari 88 pada pra
sasaran mereka dapat lebih fokus terhadap
siklus, menjadi 96 siklus I, menjadi 99 siklus
sasarannya; (2) Kenyataan (Reality) para
II dan rata-rata perolehan skor 94 dengan
terbimbing (coachee) akhirnya dapat melihat
kategori amat baik. Dalam pembelajaran
jalan ke luar atau solusi sebagai jawaban
aktif guru mengupayakan alat/media/sumber
atas sasaran-sasaran yang ingin dicapai;
belajar dengan tepat sehingga siswa menjadi
(3) Pilihan (Options) suatu proses berpikir
aktif dalam proses pembelajarannya.
yang kreatif, para terbimbing (coachee)
sampai pada situasi dimana mereka mulai Komponen D kegiatan pembelajaran
menemukan berbagai opsi, dan sampai (kegiatan penduluan): dari 21 guru-guru di
pada sebuah daftar opsi sebanyak mungkin 3 SMA binaan dalam menentukan metode
selama opsi tersebut adalah bersifat pembelajaran mengalami peningkatan skor
spesifik, realistis dan terjangkau untuk dari 93 pada pra siklus, menjadi 94 siklus I,
diwujudkannya; (4) Kesimpulan (Wrap Up) menjadi 95 siklus II dan rata-rata perolehan
para terbimbing (coachee) akhirnya membuat skor 94 dengan kategori amat baik.
sebuah rencana tindakan (action plan) Kegiatan pendahuluan adalah merupakan
untuk mewujudnyatakan opsi-opsi solusi. pengkondisian siswa dalam mengahadapi
Komponen kinerja guru dalam melakukan pembelajaran yaitu melakukan apersepsi dan
pembelajaran aktif seperti terlihat pada tabel motivasi siswa.
diatas adalah Komponen E kegiatan pembelajaran
Komponen A (Materi Pelajaran): dari 21 (kegiatan inti): dari 21 guru-guru di 3
guru-guru di 3 SMA binaan dalam menetukan SMA binaan dalam menentukan metode
materi pembelajaran menunjukkan amat pembelajaran mengalami peningkatan skor
baik karena sesuai dengan KD yang telah dari 75 pada pra siklus, menjadi 88 siklus I,
ditetapkan dalam permendikbud Nomor 24 menjadi 92 siklus II dan rata-rata perolehan
tahun 2016 tentang KI dan KD. skor 86 dengan kategori baik. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru-
Komponen B (metode pembelajaran):
guru di 3 SMA binaan menunjukkan bahwa
dari 21 guru-guru di 3 SMA binaan
setelah dilkukan tindakan melalui metode
dalam menentukan metode pembelajaran
Coaching dengan model GROW mengalami
mengalami peningkatan dari 77 pada pra
peningkatan yang signifikan karena siswa
siklus, menjadi 83 siklus I dan 93 pada siklus
menjadi lebih aktif dalam menyingkap
2 dan memperoleh rata-rata skor 84 dengan
konsep pada materi pelajaran baik fakta,
kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa
konsep, prosedur dan meta kognitif.
guru dalam menentukan model dan metode
pembelajaran telah sesuai dengan lampiran

9
Komponen F kegiatan pembelajaran Saran
(kegiatan penutup): dari 21 guru-guru di 1. Kepada Guru
3 SMA binaan dalam menentukan metode
pembelajaran mengalami peningkatan Guru-guru di 3 (tiga) SMA binaan
skor dari 75 pada pra siklus, menjadi 90 Kabupaten Kulon Progo diharapkan
siklus I, menjadi 92 siklus II dan rata-rata selalu meningkatkan kinerjanya dalam
perolehan skor 86 dengan kategori baik. melaksanakan pembelajaran aktif.
Untuk mengakhiri proses pembelajaran Guru-guru menemukan metode/model
sebelum guru meninggalkan ruang kelas pembelajaran yang sesuai dengan materi
guru wajib mengakhiri pembelajaran yang pembelajaran.
berisi membuat simpulan materi, melakukan
2. Kepada Sekolah
evaluasi dan memberikan penugasan serta
doa. Kepala sekolah diharapkan
memfasilitasi guru-guru dalam melaksanakan
Penutup pembelajaran aktif.
Kesimpulan Kepala sekolah diharapkan
Berdasarkan hasil penelitian dan meningkatkan kinerja guru melalui
pembahasan maka penelitian tindakan yang pembinaan yang lebih intensif.
dilakukan kepada guru-guru di 3 (tiga)
Kepala sekolah dalam melakukan
SMA binaan melalui metode Coaching
pembinaannya diharapkan bekerja sama
dengan model GROW dapat disimpulkan
dengan pengawas sekolah binaanya.
bahwa kinerja guru – guru di 3 (tiga) SMA
binaan Kabupaten Kulonprogo dalam
melaksanakan pembelajaran aktif melalui
metode Coaching dengan model GROW
mengalami peningkatan, langkah yang
dilakukan oleh peneliti untuk meningkatkan
kinerja guru- guru di 3 (tiga) SMA binaan
Kabupaten Kulon Progo melalui metode
Coaching dengan model GROW adalah
pengawas menjelaskan: (1) prinsip-prinsip
pembelajaran aktif (mengalami, interaksi,
komunikasi, dan refleksi); (2) Langkah-
langkah kegiatan pembelajaran aktif
(pendahuluan, inti, dan penutup); (3) Metode/
pendekatan pembelajaran; (4) Media/Alat/
Sumber belajar, peningkatan kenerja guru-
guru di 3 (tiga) SMA Negeri binaan dalam
melaksanakan pembelajaran aktif melalui
metode Coaching dengan model GROW
mengalami peningkatan dari 85 pada pra
siklus , menjadi 82 pada siklus I dan menjadi
96 pada siklus II dengan nilai rata-rata 91
dengan kategori amat baik.

10 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Aktif

Melalui Metode Dengan Model Grow


DAFTAR PUSTAKA
Djong, Gani Gunawan. (2014). Pendekatan
Grow dalam Proses Coaching.
(online). Tersedia:
http://humancapitaljournal.com/pendekatan-
grow-dalam-proses-coaching/. ..........
diakses 30 Mei 2017
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang
standar kompetensi guru
Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang
Standar Proses
Sudjana (2004) dalam http://
w w w. s e p u t a r p e n g e t a h u a n .
com/2015/03/15-pengertian-
pembelajaran-menurut-para-ahli.
html diakses Senin tgl 30/5/2016 jam
20.43
Trianto (2010). Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim
Pendidikan Nasional, Jakarta:
Lembar Negara Republik Indonesia

11
PENERAPAN STRATEGI “REACT” DALAM PEMBELAJARAN
FISIKA DI SMA MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA

Oleh : Sri Lestari


Guru SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta

ABSTRACT: The article describes the research result on improving student knowledge
in physical concept after implementation of REACT learning method. This research
conducted at SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. The type of research is student
classroom action research consist in two cycle follows by 37 students on XI Sciences
1 class. The data was collected by conceptual comprehension test and activities
observation test. Then, it was analyszed by qualitative and quantitative. The research
results show the effectively REACT learning method in cycle I and II by improving
student physical concept capability. The problem solving test show significant increasing
student capability to solve the problem such 53.75% in cycle I or 19 students pass or
complete the test with 60.80 average class number and 81% for cycle II or 30 students
pass or complete with 76.30 average class number so in the end of cycle II conclude the
class learning is success.
Keywords: REACT learning method, analytical (problem solving) capability

PENDAHULUAN maupun kegiatan lapangan, sedangkan


Kurikulum 2013 yang dalam pengalaman proses sains berkaitan dengan
implementasinya untuk mata pelajaran fisika interaksi indera dengan objek atau gejala
sebagai salah satu cabang pendidikan sains alam. Dari interaksi ini dapat diperoleh
menekankan pada pemberian pengalaman persepsi yang seterusnya secara berulang di
belajar langsung kepada siswa untuk dapat pemahaman konsep sains. Pemahaman
mengembangkan kompetensi. Tujuannya terhadap konsep merupakan kemampuan
adalah agar siswa mampu menjelajahi dan dasar untuk mancapai kemampuan yang
memahami alam sekitar lewat cara berpikir lebih tinggi seperti penalaran, koneksi,
dan berbuat sesuai dengan sifat fisika. komunikasi, representasi, dan pemecahan
Dalam kurikulum mata pelajaran fisika, masalah.
yang di dasarkan pada pola bahwa fisika Berdasarkan hasil penelitian
sebagai pendidikan sains perlu diarahkan (Kaswan,2004: 16-19) menjelaskan bahwa
pada “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga metode ceramah dengan guru menulis di papan
dapat membantu siswa untuk memperoleh tulis merupakan metode yang paling sering
pemahaman yang lebih mendalam tentang digunakan di sekolah. Hal ini menyebabkan
alam sekitar. Oleh karena itu, pendekatan isi mata pelajaran fisika dianggap sebagai
yang diterapkan dalam upaya menyajikan bahan hafalan rumus, sehingga penguasaan
pembelajaran sains adalah memadukan antara konsep fisika dikalangan siswa rendah.
pengalaman proses sains dan pemahaman
Permasalahan besar dalam proses
produk sains dalam bentuk pengalaman
pembelajaran fisika di SMA saat ini adalah
langsung. Pengalaman langsung dapat
kurangnya usaha pengembangan berpikir
berupa upaya melibatkan indera dan pikiran,
yang menuntun siswa untuk memahami
misalnya berupa kegiatan laboratorium

12 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Penerapan Strategi “React” Dalam Pembelajaran Fisika Di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta

konsep yang nantinya dapat diaplikasikan Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
dalam memecahkan suatu permasalahan penilaian tengah semester (PTS) semester
secara aktif. Proses, yang dikembangkan 1 sebesar 58, nilai ini dibawah nilai standar
saat ini lebih bersifat pasif dan menghafal kelulusan, yakni 76. Pada penilaian tengah
yang banyak mendorong siswa dapat semester (PTS) soal-soal yang diujikan
menguasai materi pelajaran dengan target merupakan soal pemecahan masalah,
supaya dapat menjawab semua soal ujian dimana indikator soal tersebut aplikasi
yang diberikan. Kenyataan ini menunjukkan dari pengetahuan-pengetahuan yang telah
adanya kecenderungan siswa kurang aktif diperoleh sebelumnya. Rendahnya nilai yang
dalam kegiatan belajar. Siswa lebih banyak diperoleh dapat menjadi salah satu petunjuk
mendengar, mengingat dan menulis apa yang ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran
diterangkan atau ditulis oleh guru di papan fisika. Ketidakberhasilan pembelajaran fisika
tulis, sehingga kemampuan pemahaman ini bila dianalisis dipengaruhi oleh salah
konsep fisika siswa dalam memecahkan satu faktor yakni kemampuan siswa dalam
suatu permasalahan fisika masih rendah. pemahaman konsep fisika masalah rendah.
SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta Dalam pembelajaran fisika, pemahaman
merupakan salah satu sekolah yang konsep merupakan suatu tingkatan dimana
menerapkan kurikulum 2013, sehingga peserta didik mampu menangkap makna dari
penjurusan kelas dilaksanakan sejak kelas suatu konsep baik yang berupa verbal maupun
X. Berdasarkan hasil observasi kelas yang tulisan sehingga menghasilkan perubahan
dilakukan, pada siswa kelas XI IPA 1 terlihat perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud
bahwa pembelajaran fisika dimulai dengan adalah perubahan kemampuan mentranslasi,
membahas definisi, lalu menjelaskan kepada menginterpretasi dan mengekstrapolasi.
siswa rumus-rumus yang terkait dengan
Pemahaman konsep sebagai bagian dari
topik tersebut, diikuti dengan membahas
proses pembelajaran fisika memerlukan pra-
contoh contoh soal, dan diakhiri dengan
syarat yang berkaitan dengan kesiapan siswa
meminta siswa untuk mengerjakan soal-
dalam menelaah materi. Menurut Bloom et
soal latihan. Pendekatan yang digunakan
al. (1956: 89) pemahaman konsep dibagi da-
kurang memberikan akses bagi siswa untuk
lam 3 bagian yaitu translasi (translation),
mengembangkan proses berpikirnya, siswa
interpretasi (interpretation) dan ekstrapo-
cenderung mengikuti langkah-langkah,
lasi (extrapolation). Ketiga bagian tersebut
aturan-aturan, atau contoh-contoh yang
adalah translasi sebagai kemampuan seseo-
diberikan guru. Oleh sebab itu, siswa
rang untuk memahami sesuatu yang dinya-
mengalami kesulitan dalam menggunakan
takan dengan cara lain dari pernyataan asli
konsep yang telah dimilikinya ketika siswa
yang telah dikenal sebelumnya, Interpretasi
diberikan suatu masalah yang berkaitan
merupakan kemampuan sesorang untuk me-
dengan kehidupan nyata karena siswa
mahami sesuatu, Ekstrapolasi sebagai ke-
cenderung mengingat atau menghafal konsep
mampuan seseorang menyimpulkan dan
maupun prosedur penyelesaian soal-soal
menyatakan lebih eksplisit tentang data.
fisika. Hal ini menunjukkan kemampuan
pemahaman konsep fisika siswa masih Strategi pemahaman konsep yang
rendah. Kemampuan pemahaman konsep dikembangkan dalam penelitian ini berpijak
fisika siswa yang rendah mengakibatkan pada teori yang di kembangkan Ausbel
hasil belajar fisika siswa juga rendah. (dalam Dahar, 2011: 64), menyatakan bahwa

13
pemahaman konsep merupakan merupakan Strategi REACT adalah salah satu strategi
proses induktif dan merupakan belajar pembelajaran kontekstual. Pembelajaran
penemuan yang diperuntukkan untuk orang kontekstual adalah konsep belajar yang
yang lebih tua dalam kehidupan nyata dan membantu guru mengaitkan materi yang
laboratorium dengan tingkat kesukaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
lebih tinggi. Asimilasi konsep merupakan dan mendorong siswa membuat hubungan
proses deduktif dengan menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
atribut-atribut tertentu dengan gagasan- penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
gagasan yang relevan yang sudah ada dalam Materi pelajaran yang disajikan melalui
struktur kognitif mereka. konteks kehidupan siswa mengakibatkan
pembelajaran akan lebih bermakna dan
Berdasarkan fakta yang telah
menyenangkan Crawford (2001: 25).
dipaparkan, maka salah satu solusi
dalam rangka meningkatkan outcome Pembelajaran REACT merupakan
pendidikan dalam prestasi belajar, dengan pembelajaran yang dapat membantu guru
menitikberatkan pada proses pembelajaran untuk menanamkan konsep pada siswa. Siswa
khususnya pembelajaran fisika adalah di diajak menemukan sendiri konsep yang
terapkannya suatu strategi pembelajaran dipelajarinya, bekerja sama, menerapkan
yang dapat mengembangkan kemampuan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari
pemahaman konsep fisika siswa. Penentuan dan mentransfer dalam kondisi baru.
strategi pembelajaran merupakan kunci
Menurut Crawford (2001) langkah-
awal sebagai usaha pendidik mengingkatkan
langkah pembelajaran dengan strategi
kemampuan fisika peserta didik. Strategi
pembelajaran REACT pada dasarnya
pembelajaran yang bervariatif dan
mengikuti tahapan-tahapan: (1) relating
menyediakan banyak pilihan belajar yang
atau mengaitkan; (2) experiencing atau
memungkinkan berkembangnya potensi
mengalami; (3) applying atau menerapkan;
peserta didik. Dengan demikian peserta
(4) cooperating atau kerjasama; dan (5)
didik diberi kesempatan untuk berkembang
transferring atau memindahkan.
sesuai dengan kapasitas, gaya belajar,
maupun pengalaman belajar. Kreativitas Sintaks Pelaksanaan Model REACT
dan kemampuan analisis pendidikan dalam ditunjukkan pada Tabel.1 dibawah ini
mendesain pembelajaran yang sesuai
karakteristik siswa mutlak diperlukan.
Sampai saat ini berbagai upaya
peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah terus dilakukan, di antaranya melalui
pengembangan strategi fisika yang inovatif
berbasis kerja laboratorium, pengembangan
bahan ajar, pengembangan media
pembelajaran serta pemanfaatan teknologi
informasi (TIK) dalam pembelajaran fisika.
Pengembangan strategi pembelajaran
yang inovatif berbasis kerja laboratorium
diantarnya adalah strategi REACT.

14 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Penerapan Strategi “React” Dalam Pembelajaran Fisika Di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta

Tabel.1. Sintaks PelaksanaanPembelajaran Model REACT

Fase-fase Kegiatan

Relating Guru menghubungkan konsep yang dipelajari dengan materi pengetahuan yang
dimiliki siswa

Experiencing Siswa melakukan kegiatan eksperimen (hands-on activity) dan guru memberikan
penjelasan untuk mengarahkan siswa menemukan pengetahuan baru

Applying Siswa menerapkan pengetahuan yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari

Cooperating Siswa melakukan diskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan dan


mengembangkan kemampuan berkolaborasi dengan teman

Transferring Siswa menunjukkan kemampuan terhadap pengetahuan yang dipelajarinya dan


menerapkannya dalam situasi dan konteks baru

Dugaan model pembelajaran ini dapat menggunakankonsep yang diperoleh dalam


meningkatkan pemahaman konsep dan menyelesaikan masalahyang berkaitan
hasil belajar siswa juga didukung oleh dengan kehidupan sehari-hari sehinggasiswa
hasil penelitian yang diperoleh Khuzaimah lebih merasakan manfaat dari materi
(2012) yang berjudul “Penerapan Model yangdipelajari dan untuk kemudian dapat
Pembelajaran REACT Pada Siswa Kelas menerapkan konsepyang telah dimilikinya
VIII-D MTs Negeri 1 Bangil Untuk dalam kehidupan sehari-hari.
Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika dan
Keterampilan Proses Sains” menyatakan METODE PENELITIAN
terjadinya peningkatan pemahaman konsep, Metode penelitian yang digunakan
aktivitas dan prestasi belajar fisika siswa adalah Metode Penelitian Tindakan
setelah diterapkan model pembelajaran Kelas (PTK), karena tujuan penelitian ini
REACT. adalah untuk meningkatkan kemampuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pemahaman konsepmelalui metode tertentu.
salah satu solusi yang dapat membantu siswa Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI
dalam upaya meningkatkan kemampuan IPA1 semester genap SMA Muhammadiyah
pemahaman konsep fisika adalah melalui 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.
pembelajaran dengan Strategi REACT, Langkah pertama dalam penelitian ini
karena pada pembelajaran denganstrategi adalah identifikasi masalah, identifikasi
REACT siswa tidak sekedar menghafal melalui pra observasi, dari identifikasi
rumus, tetapi siswalah yang mengkonstruksi masalah ini, peneliti dapat menarik
pengetahuannyadengan mengaitkan konsep kesimpulan bahwa kemampuan pemahaman
yang dipelajari dengankonteks yang dikenali konsep fisika dikelas tersebut perlu
siswa dan ikut aktif dalammenemukan konsep ditingkatkan.
yang dipelajari sehingga pembelajaran
lebih bermakna. Pada strategi REACT, Alat pengumpulan data yang digunakan
siswa juga diberikan kesempatan untuk adalah metode dokumentasi, dan metode tes.

15
Metode tes yang digunakan meliputi: Tes Pembelajaran REACT.
akhir, dilakukan setelah dilaksanakannya
2. Pelaksanaan Tindakan
pembelajaran dengan menerapkan
pembelajaran REACT. Pada siklus I materi yang diberikan
Gelombang Cahaya.
Perancangan penelitian terdiri dari
beberapa tahap yakni: tahap perencanaan Pembelajaran diawali dengan
yang meliputi penyusunan skenario memberikan situasi masalah dan menjelaskan
pembelajaran REACT, menyiapkan RPP, serta prosedur pembelajaran REACT dimana
soal yang akan di ujikan, tahap pelaksanaan guru menggali konsep awal siswa dengan
yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran, memberikan pertanyaan, menyampaikan
tahap observasi yaitu melakukan evaluasi tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agar
terhadap palaksanaan tindakan dengan tertarik mengikuti proses pembelajaran,
lembar tes, tahap refleksi yaitu menganalisis memerintahkan siswa untuk menmbentuk
hasil observasi serta hasil evaluasi apakah 8 kelompok, dalam setiap kelompok ada 5
kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan orangdan memberikan kesempatan pada siswa
kemampuan pemahaman konsep fisika oleh untuk bertanya.Pada tahap 2 (Experiencing):
siswa sesuai dengan indikator yang telah guru mengajak dan mengarahkan siswa untuk
ditetapkan. Apabila belum dapat menerima mengadakan percobaan tentang kisi difraksi.
dengan baik maka dicari upaya pemecahan Percobaan bertujuan untuk mengubah gaya
dan tindakan ulang untuk meningkatkan belajar anak, membangkitkan rasa ingin
kemampuan pemahaman fisika oleh siswa tahunya, dan menghubungkan konsep yang
pada metode selanjutnya yang lebih baik. akan dipelajari dengan alam sekitar.

Analisis data dengan analisis deskriptif Pelaksanaan tindakan pada pertemuan 2


komparatif yaitu membandingkan nilai guru mengarahkan siswa dalam menerapkan
tes setelah siklus I dan nilai tes setelah pengetahuan yang dipelajari dalam
siklus II.Oleh karena itu pembelajaran ini menyelesaikan permasalahan yang berkaitan
dilangsungkan dengan dua tes yang berbeda dengan gelombang cahaya dalam kehidupan
dalam selang waktu yang berbeda. Penelitian sehari-haridanmengarahkanserta melatih
berhasil jika telah mencapai standar nilai siswa dalam melakukan diskusi kelompok
minimal yaitu 76 dan standar keberhasilan untuk memecahkan permasalahan dan
kelas ada 75% dari jumlah siswa. mengembangkan kemampuan berkolaborasi
dengan teman. Setiap siswa bekerjasama dan
HASIL PENELITIAN DAN berani mengemukakan ide atau pendapatnya.
PEMBAHASAN Guru mengamati jalannya diskusi,
mengarahkan siswa memahami masalah,
A. Siklus I mengidentifikasi apa yang diketahui, apa
1. Perencanaan yang harus dicari dan membantu siswa
dalam menyempurnakan susunan rumusan
Pada tahap perencanaan meliputi,
konsep. Selanjutnya siswa menyajikan hasil
penyusunan skenario pembelajaran
kerjanya. Siswa yang lain mengamati dan
REACT, menyiapkan RPP, serta soal yang
membandingkan dengan hasil yang telah
akan di ujikan. Dalam siklus I peneliti
mereka temukan. Guru berperan sebagai
melakukan pembelajaran tiga pertemuan.
fasilitator.Siswa mencatat hasil diskusi
Metode pembelajaran yang dipakai adalah
yang berupa konsep materi yang telah

16 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Penerapan Strategi “React” Dalam Pembelajaran Fisika Di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta

dikembangkan oleh guru. lebih aktif lagi dalam pembelajaran dan


ketika melakukan percobaan
Pada pertemuan3 siswa menunjukkan
kemampuan terhadap pengetahuan yang 2. Lebih melibatkan siswa pada percobaan
dipelajarinya dan menerapkannya dalam dan siswa diberi kebebasan untuk
situasi dan konteks baru. Penerapan konsep mengembangkan percobaan awal.
yang telah ditemukan dan dipelajari untuk
3. Memberi contoh latihan soal-soal yang
memecahkan masalah. Guru membantu
akan diujikan secara optimal
siswa melakukan refleksi atau mengevaluasi
proses berpikir mereka sendiri terhadap 4. Membagi kelompok kerja sesuai dengan
penyelesaian masalah yang telah ditemukan mempertimbangkan komposisi putra dan
mulai dari langkah awal hingga sampai putri.
menemukan penyelesaiannya. Pengamatan Data statistik kemampuan
Pengamatan terhadap proses pelaksanaan pemecahanmasalah siswa pada siklus I
tindakan dilakukan oleh kolaborator, ada dinyatakan pada Tabel dibawah ini:
keributan kecil pada saat pembentukan Tabel 2. Data nilai tes pada siklus 1
anggota kelompok karena siswa diberi
kebebasan untuk memilih anggota kelompok No Data Nilai
masing-masing, keributan yang timbul tidak 1 Nilai Terendah 40
menganggu kelancaran PBM. 2 Nilai Tertinggi 77
3. Refleksi 3 Mean 60,80
Secara keseluruhan pelaksanaan 4 Presentase Kelulusan 53,7 %
tindakan sesuai dengan perencanaan yang 5 Ranah afektif 70,50%
telah dibuat sebelumnya. Berdasarkan 6 Ranah psikomotor 72,48%
perolehan nilai tes dan lembar observasi
aktifitas siswa, peneliti berdiskusi dengan Data tersebut menunjukkan bahwa rata-
kolaborator mengenai hasil yang telah rata nilai siswa dengan tingkat keberhasilan
diperoleh, dan mencari solusi agar siswa siswa sebanyak 53,70 %atau sebanyak 19
yang belum tuntas belajar bisa mendapatkan siswa yang memperoleh nilai lebih atau
nilai yang baik. Hasil yang diperoleh sama dengan 76.
yaitu pada percobaan, siswa lebih banyak
dilibatkan, dan siswa diberi kebebasan B. Siklus II
untuk mengembangkan percobaan yang
1. Perencanaan
dilakukan, serta dalam mencatat hasil diskusi
guru merangkumkan materi hasil diskusi. Dalam siklus II ini materi yang
Pada tahapan penerapan konsep untuk disampaikan adalah Gelombang Bunyi. Pada
menyelesaikan masalah, perlu dilakukan siklus II dilaksanakan dalam tiga pertemuan.
pembahasan soal mengenai penerapan rumus Pada siklus II, rencana tindakan berbeda
yang akan dipelajari oleh siswa dalam bentuk dengan siklus I. Siswa dikelompokan
soal-soal latihan. Dari hasil diskusi, maka berdasarkan kemampuaanya masing-masing,
penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan setiap kelompok terdiri atas siswa yang
perencanaan yang menekankan pada: mempunyai tingkat kemampuan beragam
1. Memberi motivasi kepada siswa agar ada yang pintar, sedang dan kurang

17
2. Pelaksanaan Tindakan Data tersebut menunjukkan bahwa rata-
Sebagai hasil refleksi dari siklus I, rata nilai siswa dengan tingkat keberhasilan
peneliti berupaya lebih mengaktifkan siswa sebanyak 82,40 % atau sebanyak 30
siswa dalam kelompoknya. Materi yang siswa yang memperoleh nilai lebih atau
diberikan tentang Gelombang Bunyi. Siswa sama dengan 76.
diberi kesempatan tanya jawab atau diskusi Peningkatan kemampuan pemecahan
kemudian guru memberikan ringkasan masalah fisika dapat dilihat dari table berikut:
materi yang akan dipelajari.
Tabel 4.Data nilai tes akhir siklus 1 dan 2
3. Pengamatan
Dalam siklus ini dari hasil pengamatan Nilai
Nilai tes
siswa mengalami banyak peningkatan baik No Data tes
siklus 1
dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. siklus 2
Dari segi kognitif kemampuan siswa dalam
1 Nilai Terendah 40 50
memecahkan masalah meningkat.
4. Refleksi 2 Nilai Tertinggi 77 83

Hasil yang didapat dari siklus II cukup 3 Mean 60,80 76,30


memuaskan, siswa mengalami berbagai
peningkatan kearah yang lebih baik. Hal 4 Presentase Kelulu- 53,7 % 81 %
ini membuktikan bahwa pembelajaran san
REACT mampu meningkatkan kemampuan 5 Ranah afektif 70,50% 78,25%
pemahaman konsep yang nantinya akan 6 Ranah psikomotor 72,48% 82,40%
bermuara pada peningkatan pemecahan
masalah pada siswa.
Data statistik kemampuan siswa pada Data tersebut menunjukkan rata-rata
siklus II dinyatakan pada Tabel dibawah ini: nilai tes akhir pada siklus 2 sebesar 76,30
atau naik 18,30 jika dibandingkan dengan
Tabel 3. Data nilai tes pada siklus II rata-rata nilai tes akhir pada siklus I. Dengan
membandingkan tingkat keberhasilan siswa
No Data Nilai
pada tiap siklus diperoleh bahwa kenaikan
1 Nilai Terendah 50 kemampuan pemahaman fisika naik 29,5%
setelah dilakukan kegiatan pembelajaran
2 Nilai Tertinggi 83
REACT. Karena pada siklus II sebanyak 30
3 Mean 76,30 siswa telah mencapai nilai standart minimal
dengan rata-rata nilai 76, maka siklus
4 Presentase Kelulusan 81 %
dihentikan karena standar keberhasilan kelas
5 Ranah afektif 78,25% telah terpenuhi.
6 Ranah psikomotor 82,40% Dengan acuan hasil tes pemahaman
konsep fisika dan lembar observasi aktifitas
siswa dari siklus I sampai dengan siklus
II, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan strategi pembelajaran
REACT untuk meningkatkan kemampuan

18 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Penerapan Strategi “React” Dalam Pembelajaran Fisika Di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta

pemahaman konsep fisika dan mangaktifkan pembelajaran yang dapat meningkatkan


siswa pada saat pembelajaran dalam rasa keingintahuan siswa untuk menguasai
penelitian ini terbukti. Hal ini disebabkan konsep sehingga dapat dikembangkan
karena dalam pembelajaran dengan strategi menuju kemampuan pemecahan masalah.
REACT memberikan kesempatan bagi
Pendekatan REACT merupakan
siswa untuk melakukan pengamatan secara
suatu strategi pembelajaran dimana
langsung tentang gejala fisis yang abstrak
pada gelombang cahaya dan gelombang menggabungkan suatu pendekatan yang
bunyi, sehingga siswa dapat menemukan dapat memunculkan kemampuan penemuan,
konsep dari materi yang dipelajari dan penguasaan dan penerapan konsep fisika
menemukan pemecahan permasalahan yang siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan
ditemui selama pembelajaran. Crawford (2001) metode pembelajaran
dengan strategi REACT merupakan strategi
Terlepas dari hal-hal yang diuraikan yang sesuai untuk pembelajaran sains,
di atas, konsep konsep dalam materi karena mampu memberikan kondisi belajar
gelombang masih menjadi sesuatu yang sulit yang dapat mengembangkan kemampuan
untuk dipahami bagi sebagian besar siswa. berpikir dan kreativitas secara optimal.
Selain mengandung prinsip-prinsip dan Melalui pendekatan REACT siswa dapat
rumus-rumus yang menuntut kemampuan mengembangkan kemampuan berpikir
operasional matematis, konsep-konsep dan kreativitas secara optimal sehingga
gelombang juga memiliki tingkat keabsrakan mampu menemukan sendiri jawaban
yang tinggi. dari permasalahan yang dihadapi dengan
Sering kali siswa mengalami konflik menerapkan konsep- konsep yang telah
kognitif dalam memahami konsep-konsep dikuasai.
abstrak. Keadaan konflik kognitif ini salah
satunya disebabkan karena skema awal dan PENUTUP
kemampuan penalaran yang dimiliki siswa Dari hasil penelitian diketahui
tidak mampu digunakan untuk memahami bahwapembelajaran yang menerapkan
informasi baru yang abstrak dan kompleks. pendekatan saintifik dengan model
Rendahnya kemampuan penalaran siswa pembelajaran REACT dapat meningkatkan
salah satunya disebabkan karena siswa kemampuan Pemahanan Konsep Fisika.
tidak dibiasakan menggunakan kemampuan
Penerapanpembelajaran REACT
penalarannya dalam proses pembelajaran
berdasarkan hasil penelitian ini dapat menjadi
sehari-hari di kelas.
salah satu solusi untuk meningkatkan
Kemampuan dalam memecahkan kemampuan pemahaman konsep fisika
masalah fisika dibutuhkan pemahaman dan sehingga dapat memperbaiki prestasi belajar
penguasaan terhadap konsep-konsep dasar siswa dalam proses pembelajaran.
yang matang. Kemampuan pemecahan
masalah akan lebih cepat diperoleh bila
sejak awal siswa dalam pembelajaran di
kelas dilatih menguasai konsep dengan cara
menemukannya sendiri. Untuk itu, jelaslah
dibutuhkan suatu model, metode atau media

19
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Kaswan. 2004. Peningkatan Pemahaman
Penelitian (Suatu pendekatan Konsep dan Kemampuan Berfikir
Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. Kritis Siswa Melalui Kegiatan
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Laboratorium Berbasis Inkuiri pada
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Pokok Bahasan Rangkaian Listrik
Bumi Aksara: Jakarta. arus Searah. Tesis pada DPs UPI
Bandung: Tidak diterbitkan
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian
Tindakan Kelas Untuk Guru, Kepala Ruwanto, Bambang.2006.Asas-Asas Fisika
Sekolah & Pengawas. Bumi Aksara: 2A.Yogyakarta.Yudhistira
Jakarta. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran
Anton. 2014.Penerapan Strategi Berorientasi Standar Proses
Pembelajaran REACT untuk Pendidikan. Prenada Media: Jakarta
meningkatkan hasil belajar siswa. Supriadi. 2010. Teknologi Pembelajaran
Fakultas Teknik Universitas Negeri Fisika. FMIPA Universitas Negeri
Surabaya:Surabaya. Yogyakarta:Yogyakarta.
Crawford, M. 2001. Teaching Contextually: Suparwoto,2001.Pengembangan alat
Research, Rationale, And Techniques Evaluasi Hasil Belajar Siswa.
For Improving Student Motivation Makalah.FMIPA Universitas Negeri
And Achievement In Mathematic and Yogyakarta.
Science. Waco: CORD.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Learning: Teori dan Aplikasi
Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.
PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Fadhila El Husna. 2014. Penerapan
Strategi React Dalam meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa Kelas X SMAN
1 Batang Anai. Universitas Negeri
Palangka Raya
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar
Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta

20 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Penerapan Model Grup Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan
Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas XII SMK

PENERAPAN MODEL GRUP INVESTIGATION


UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR
MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS XII SMK

Oleh : Nanik Yuniastuti


Guru SMAN 2 Yogyakarta

Abstract : This study aims is to find out how the model of Group Investigation can
improve the activity and learning achievement of students of class XII. This Action
Research is following Kemmis and Taggart syntax’s, there are 1). determine the problem,
2). plan of investigation, 3). investigation, 4). planning presentation, 5). presentation, 6).
evaluate the results of the investigation. This study was carried out in two cycles, each
cycle consisting of 4 meeting. The results showed that there was an increase of learning
achievement from the average of daily exercise, from 61.68 in cycle 1 increase to 65,39
in cycle 2. Mastery learning outcomes rose 9.38% up to 30.30%. The percentage of non-
completion decreased from 90.63% down to 69.70%. There are also increasement in the
student activity, such as presented by teachers, sense of curiosity, active in discussion
activities, complete the task, explain the argument, and receive new knowledge.
Key Words : Group Investigation, learning achievement, activity

PENDAHULUAN Kendala utama pembelajaran IPA


Pendidikan yang baik harus dilandasi materi bioteknologi pada jenjang SMK
oleh empat pilar pendidikan yang kokoh, adalah akses informasi dan keterbatasan
yaitu belajar melakukan (learning to do), sarana laboratorium. Upaya untuk mengatasi
belajar hidup dalam kebersamaan (learning hal tersebut adalah menayangkan video
to live together), belajar menjadi diri sendiri pembelajaran yang berkaitan dengan materi
(learning to be), dan belajar seumur hidup bioteknologi. Respon yang ditunjukkan oleh
(life long learning) (Mulyasa.E, 2014). siswa adalah antusias terhadap tayangan
Belajar bukan sekedar menghafalkan kalimat video, mengajukan pertanyaan yang berkaitan
saja, tetapi lebih pada cara merubah diri dengan tayangan, dan berusaha menunjukkan
siswa menjadi lebih baik melalui serangkaian level pengetahuannya melalui paparan yang
aktivitas belajar. Salah satu indikator disampaikan pada sesi presentasi. Namun,
keberhasilan kegiatan pembelajaran adalah masih ada beberapa indikator yang belum
siswa mengalami perubahan tingkah laku, muncul selama kegiatan pembelajaran
baik berupa kecakapan berpikir, sikap, berlangsung, diantaranya adalah minat
maupun keterampilan dalam melakukan mengembangkan pengetahuan, inisiatif
suatu kegiatan (Sumiati dan Asra, 2007). untuk menggali informasi baru, serta sikap
Menurut Dewey, pembelajaran yang kerja sama dalam tim kurang terbangun.
bermakna dapat dihasilkan jika melalui Berdasarkan latar belakang tersebut,
tahapan-tahapan penelitian ilmiah, yang rumusan masalah dalam penelitian ini
mana melalui kegiatan tersebut pengetahuan adalah bagaimana penerapan model Group
siswa akan diperoleh (Sharan, 2014 : 131). Investigation dalam pembelajaran untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

21
siswa kelas XII SMK. Penelitian ini 3. Penafsiran
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
Tahapan penafsiran terjadi ketika
penerapan model Group Investigation dalam
anggota kelompok bertemu, mengumpulkan
pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan
berbagai macam gagasan dan informasi dari
dan hasil belajar siswa kelas XII di SMK.
hasil penggalian secara personal maupun
Group Investigation merupakan kelompok kecil, kemudian dilakukan
salah satu model pembelajaran kooperatif. penafsiran secara bersama-sama.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
4. Motivasi intrinsik
kelompok yang berpusat pada aktivitas siswa
(student center), untuk mencapai tujuan Group Investigation memotivasi siswa
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif untuk berperan aktif dalam menentukan
mengedepankan tanggung jawab siswa atas apa yang mereka pelajari dan bagaimana
pembelajaran mereka sendiri, sehingga cara mereka belajar. Bila siswa dibiasakan
guru hampir tidak terlibat dalam proses untuk berhadapan langsung dengan masalah
pengiriman informasi secara langsung tanpa ada pemberitahuan bagaimana
kepada siswa. Kelompok tersebut harus cara memecahkannya, maka siswa akan
benar-benar bertanggung jawab atas perilaku berusaha mencari solusi masalah sesuai
anggota kelompoknya. (Sharan, 2014 : 448). dengan kemampuan berpikir, pengetahuan,
Pembelajaran kooperatif dikembangkan rasa keingintahuan, dan perasaan mereka
untuk mencapai sedikitnya tiga tujuan, yaitu sendiri.
hasil belajar akademik, penerimaan terhadap Kelompok yang dibentuk dalam Group
individu, dan pengembangan keterampilan Investigation adalah kelompok formal
sosial (Hosnan.M, 2014 : 244). yang bersifat heterogen. Kelompok formal
Karakter utama dalam Group dibentuk untuk bekerja sama guna mencapai
Investigation adalah investigasi, interaksi, tujuan yang lebih kompleks. Kelompok
penafsiran, dan motivasi intrinsik. heterogen lebih produktif karena terdiri
dari beragam tipe orang dengan berbagai
1. Investigasi
macam ide, latar belakang, dan pengalaman
Tahapan investigasi dimulai ketika guru (Barkley.E, Cross K.P, dan Major. C.H,
memberikan masalah kepada siswa. Proses 2012 : 68)
investigasi lebih menekankan pada inisiatif
siswa, yang bisa dilihat dari pertanyaan- METODE PENELITIAN
pertanyaan yang diajukan oleh siswa, Penelitian model Group Investigation
sumber-sumber informasi yang digunakan, dalam pembelajaran IPA ini mengambil
serta jawaban yang dirumuskan oleh siswa. data dari siswa kelas XII jurusan Busana
2. Interaksi Butik di SMK Negeri 1 Saptosari. Penelitian
dilaksanakan dalam rentang waktu 2 bulan.
Tahapan interaksi muncul ketika siswa Tahapan pengambilan data dalam kegiatan
melakukan kegiatan investigasi. Adanya pembelajaran dilaksanakan dalam 8 kali
kontak, percakapan, saling membantu, dan tatap muka. Jenis penelitian yang dilakukan
saling mendukung di antara siswa dalam adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
kelompok kecil merupakan bagian dari yang mengacu pada sintaks Kemmis dan
proses investigasi kelompok atau Group Taggart, yang terdiri dari empat tahapan
Investigation.

22 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Penerapan Model Grup Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan
Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas XII SMK

dasar meliputi 1). Perencanaan (planning), terkontrol.


2). Pelaksanaan (acting), 3). Pengamatan
2. Melaporkan meliputi: persetujuan
(observing), dan 4). Refleksi (reflecting).
merespon, kesediaan merespon,
Data yang diambil dalam penelitian ini
komitmen.
meliputi keaktifan siswa saat mengikuti
kegiatan pembelajaran dan hasil belajar 3. Menilai, yaitu penerimaan nilai
siswa melalui kegiatan penilaian harian. 4. Organisasi meliputi : konseptualisasi
Teknik pengumpulan data adalah teknik nilai dan organisasi suatu sistem nilai
non tes dengan lembar observasi, teknik Sedangkan indikasi bahwa hasil
tes dengan instrumen soal ulangan, dan belajar siswa meningkat selama kegiatan
dokumentasi. Data hasil belajar dianalisis pembelajaran dengan model Group
dengan analisis deskriptif kuantitatif, dengan Investigation adalah:
tetap mengacu pada indikator keberhasilan
penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara 1. Peningkatan persentase jumlah siswa
mendeskripsikan dan menggambarkan data yang mendapatkan nilai tuntas (nilai
yang terkumpul, tanpa bermaksud membuat KKM = 75) pada materi bioteknologi
kesimpulan general. Sedangkan data dari siklus 1 ke siklus 2.
keaktifan siswa diukur dari total skor yang 2. Peningkatan nilai rata-rata kelas nilai
diperoleh pada lembar observasi. penilaian harian pada materi bioteknologi,
Indikasi bahwa siswa aktif mengikuti bila dibandingkan dengan perolehan nilai
kegiatan pembelajaran dengan model Group pada periode tahun pelajaran sebelumnya.
Investigation adalah terjadi peningkatan Kerangka berpikir penulis dalam
persentase kemunculan sikap dari siklus 1 ke menerapkan model Group Investigation pada
siklus 2, yang terdiri dari aspek: materi bioteknologi digambarkan dengan
1. Kemauan menerima, meliputi: kesadaran, bagan pada Gambar 1.
kesediaan menerima, dan perhatian

Peningkatan
Menyele-
keaktifan
- Hasil belajar saikan
dalam
di bawah masalah
pembelajaran
KKM
- Keaktifan Investigasi,
Penerapan
siswa kurang diskusi
model Group
- Sarana kelompok,
Investigation
laboratorium presentasi
kurang
mendukung
Ulangan Peningkatan
harian hasil belajar

Gambar 1. Bagan kerangka berpikir penerapan model pembelajaran Group


Investigation

23
HASIL DAN PEMBAHASAN 3) Pertemuan 3 siklus 1
Data hasil pengamatan kegiatan Kegiatan pembelajaran pada
pembelajaran melalui penerapan model pertemuan ini adalah evaluasi gagasan
Group Investigation pada materi bioteknologi hasil penyelidikan masing-masing
adalah sebagai berikut. kelompok, dilanjutkan dengan
1. Keaktifan dan hasil belajar siswa setelah menggabungkan semua informasi-
tindakan siklus 1 informasi baru dari masing-masing
kelompok.
a. Tahap pelaksanaan tindakan siklus 1
Inti permasalahan yang menjadi
1) Pertemuan 1 siklus 1 bahan penyelidikan adalah membedakan
Kegiatan pembelajaran pada tahap produk bioteknologi dengan produk
awal meliputi konfigurasi kelompok yang bukan bioteknologi. Guru
yang terdiri dari 6-7 siswa, pemaparan menyajikan 6 gambar produk, yaitu
tujuan pembelajaran, memotivasi siswa gerobak sapi, yogurt, tepung mocaf, nata
untuk berperan aktif, dan meminta de coco, pudding coklat, dan sayuran
siswa untuk mengingat kembali konsep hidroponik.
bioteknologi pada jenjang sebelumnya. 4) Pertemuan 4 siklus 1
Pada kegiatan inti, guru mengarahkan
siswa untuk menyusun pertanyaan Kegiatan pembelajaran yang
sebagai bahan diskusi kelompok. dilakukan adalah tes tertulis untuk
Siswa diminta melakukan penyelidikan menilai hasil pembelajaran siswa pada
melalui diskusi kelompok, curah indikator konsep dasar bioteknologi.
pendapat masing-masing anggota, Menurut Tabel 1. Hasil Belajar (Nilai
pembagian tugas untuk setiap anggota UH) Siklus 1 Kelas XII, rata-rata hasil
(tugas rumah), kemudian mengisi kolom belajar siswa berada di bawah nilai
‘alasan’ yang terdapat dalam LKS. minimal (KKM 75), yaitu 61,68. Dari
Tahapan berikutnya, siswa diminta 33 siswa yang mengikuti kegiatan
merencanakan presentasi hasil diskusi penilaian harian, 25 siswa atau sekitar
mengenai konsep dasar bioteknologi, 75,76% belum tuntas, dan sisanya 8
serta menentukan media yang akan siswa atau sekitar 24,24% tuntas.
digunakan. Tabel 1. Hasil Belajar (Nilai UH) Siklus 1
Siswa Kelas XII
2) Pertemuan 2 siklus 1
Kegiatan pembelajaran yang Nilai UH
Keterangan
dilakukan mempresentasikan Bioteknologi
hasil diskusi kelompok yang telah Jumlah 2035.50
diselesaikan pada pertemuan
Rata-rata 61.68
sebelumnya. Sisa waktu digunakan guru
untuk memberikan penguatan tentang Persentase Ketidaktuntasan 75.76 %
materi yang telah dipresentasikan,
Persentase Ketuntasan 24.24 %
memberi motivasi untuk tetap kompak
bekerja sama dalam tim, dan menutup
kegiatan pembelajaran.

24 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Penerapan Model Grup Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan
Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas XII SMK

b. Tahap pengamatan setelah tindakan sebesar 94,95%. Persentase kemunculan


siklus 1 untuk indikator mendengarkan penjelasan
yang disampaikan guru adalah 88,89%.
Pengamatan yang berkaitan dengan
Indikator menunjukkan sikap rasa ingin
keaktifan siswa di kategorikan ke dalam
tahu persentase kemunculannya 88,89%.
8 indikator, meliputi : 1). Mendengarkan
Indikator terlibat aktif dalam kegiatan diskusi
penjelasan yang disampaikan guru (A1-1), 2).
persentasenya kemunculannya 86,87%.
Menunjukkan sikap rasa ingin tahu (A1-2),
Indikator terlibat aktif menyelesaikan
3). Terlibat aktif dalam kegiatan diskusi (A2-
masalah persentasenya kemunculannya
3), 4). Terlibat aktif dalam menyelesaikan
100%. Indikator menyelesaikan tugas
masalah (A2-4), 5). Menyelesaikan tugas
kelompok tepat waktu persentasenya
kelompok tepat waktu (A2-5), 6). Memberi
kemunculannya 87,88%. Indikator memberi
kesempatan anggota tim untuk menjelaskan
kesempatan anggota tim untuk menjelaskan
argumennya (A3-6), 7). Menerima
argumen persentase kemunculannya 91,92%.
pengetahuan baru yang diperoleh (A4-7), dan
Indikator menerima pengetahuan baru saat
8). Mempertahankan gagasannya dengan
diskusi persentase kemunculannya 95,96%.
dasar ilmiah dan sesuai konteks (A4-8).
Indikator siswa mempertahankan gagasan
Tabel 2. Skor Keaktifan Siswa Setelah persentase kemunculannya 90,91%.
Tindakan Siklus 1 menunjukkan rata-rata
kemunculan indikator keaktifan siswa
Tabel 2. Skor Keaktifan Siswa Setelah Tindakan Siklus 1

Indikator Penilaian Sikap


Keterangan
Rata-
A1-1 A1-2 A2-3 A2-4 A2-5 A3-6 A4-7 A4-8 Jumlah
rata

Jumlah 88 88 86 99 87 91 95 90 724 94

Rata-rata 2.67 2.67 2.61 3.00 2.64 2.76 2.88 2.73 21.94 2.85

Persentase
88.89 88.89 86.87 100.00 87.88 91.92 95.96 90.91 731.31 94.95
Kemunculan

Hasil pengamatan kolaborator pada saat dari hasil tindakan pada siklus 1, dapat
mengikuti kegiatan pembelajaran, beberapa disimpulkan bahwa terdapat 2 indikator
indikator kegiatan guru belum muncul keaktifan yang memilki skor terendah, yaitu
menurut lembar observasi keterlaksanaan pada indikator terlibat aktif dalam kegiatan
model Group Investigation, yaitu : 1). diskusi dan indikator menyelesaikan tugas
melakukan observasi keaktifan siswa saat kelompok tepat waktu. Sedangkan data
kegiatan presentasi, 2). memeriksa hasil hasil belajar siswa dari tindakan pada siklus
pekerjaan siswa dan memberikan penilaian, 1, nilai rata-rata penilaian harian 61,68,
serta 3). melakukan evaluasi. persentase ketuntasan rata-rata 24,24%, dan
persentase ketidaktuntasan rata-rata 75,76%
c. Tahap Refleksi Setelah Tindakan
atau sebanyak 25 siswa.
Siklus 1
Hasil diskusi penulis dengan kolaborator
Berdasarkan data keaktifan siswa
menghasilkan rekomendasi diantaranya

25
adalah : 1).guru kurang mendorong siswa 1) Siswa wajib menggunakan teknologi
untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan informasi untuk memecahkan masalah.
penyelidikan, terutama dalam hal pemanfaatan
2) Kelompok melakukan pembagian tugas
sumber belajar, 2).guru belum membawa
dengan deskripsi tugas yang jelas untuk
siswa kepada pengalaman langsung untuk
masing-masing anggota.
mengaplikasikan pengetahuan tentang
bioteknologi konvensional, 3).waktu diskusi 3) Kelompok yang tidak tepat waktu
yang disediakan oleh guru sangat terbatas, mengumpulkan tugas diminta untuk
sehingga hasil diskusi belum maksimal, menambah informasi baru terkait
4).guru belum menerapkan sanksi bagi bioteknologi konvensional.
kelompok yang terlambat mengumpulkan
2. Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa
tugas.
Setelah Tindakan Siklus 2
Sedangkan hal-hal yang perlu diperbaiki
a. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus
berkaitan dengan aktivitas siswa adalah :
2
1).siswa belum memaksimalkan teknologi
informasi untuk memecahkan masalah, 1) Pertemuan 5 Siklus 2
2).siswa kurang aktif terlibat dalam kegiatan
Kompetensi dasar pada pertemuan
diskusi, dan cenderung bergantung pada satu
ini adalah mendiskripsikan peran
orang, 3).pembagian tugas setiap anggota
mikroorganisme dalam proses
kelompok belum terlaksana, dan 4).beberapa
bioteknologi. Indikator yang dicapai
kelompok tidak tepat waktu mengumpulkan
adalah mengidentifikasi produk-produk
tugas.
bioteknologi makanan, mendeskripsikan
d. Tahap Perencanaan Setelah proses pembuatan produk bioteknologi
Tindakan Siklus 1 makanan, dan mengidentifikasi peranan
mikroorganisme dalam bioteknologi.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus
Kegiatan pembelajaran pada tahap awal
1, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
meliputi pemaparan tujuan pembelajaran,
pada siklus 2 adalah:
memotivasi untuk terlibat aktif dalam
1) Guru perlu mendorong siswa untuk kegiatan pembelajaran, dan meminta siswa
terlibat secara aktif dalam kegiatan untuk mengingat konsep dasar bioteknologi.
penyelidikan, terutama dalam hal Kegiatan berikutnya adalah masing-masing
pemanfaatan sumber belajar. kelompok menetapkan 1 objek penyelidikan
dari 5 pilihan yang disediakan, yaitu tempe
2) Guru perlu membawa siswa kepada
kedelai, tempe manding, tempe koro, tempe
pengalaman langsung untuk
benguk, dan tempe gembus.
mengaplikasikan pengetahuan tentang
bioteknologi konvensional. Kegiatan selanjutnya adalah menentukan
lokasi penyelidikan. Lokasi industri yang
3) Diskusi bisa dilanjutkan oleh kelompok
diambil oleh siswa berada di wilayah
di luar jam pelajaran.
Kecamatan Saptosari dan sekitarnya. Lokasi
4) Guru harus menerapkan sanksi bagi tersebut di antaranya adalah :
kelompok yang terlambat mengumpulkan
1. Industri tempe gembus oleh Ibu Wasiyem,
tugas.
Sumber Mulyo RT 04/ RW 03 Kecamatan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus Wonosari
1, hal-hal yang perlu diperbaiki berkaitan
2. Industri tempe manding oleh Mbok
dengan aktivitas siswa adalah:
Sarikem, Dilatan,Baros Monggol,Rt 03/

26 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Penerapan Model Grup Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan
Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas XII SMK

Rw 03 Kecamatan Saptosari 4) Pertemuan 8 Siklus 2


3. Industri tempe benguk oleh Bapak Kegiatan pembelajaran yang dilakukan
Sukamto dan Ibu Watini, Namberan adalah penilaian harian untuk menilai
Kecamatan Paliyan hasil belajar pada kompetensi dasar
4. Industri tempe kedelai oleh Ibu Darjo, mendiskripsikan peran mikroorganisme
Klampok, Giripurwo Kecamatan dalam proses bioteknologi, yang hasilnya
Purwosari tampak pada Tabel 3. Hasil Belajar (Nilai
UH) Siklus 2 Siswa Kelas XII.
5. Industri tempe koro oleh Ibu Ratinah,
Legundi, Planjan, Kecamatan Saptosari Tabel 3. Hasil Belajar (Nilai UH) Siklus 2
Siswa Kelas XII
2) Pertemuan 6 Siklus 2
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan Nilai UH
Keterangan
adalah presentasi hasil diskusi kelompok Bioteknologi
yang telah diselesaikan pada pertemuan
Jumlah 2158
sebelumnya. Kelompok menunjukkan cara
pembuatan tempe berdasar informasi yang Rata-rata 65.39
diperoleh di lapangan.
Persentase Ketidaktuntasan 63.64 %
Setelah melakukan penyelidikan di
lapangan, siswa mendapatkan pengetahuan Persentase Ketuntasan 36.36 %
baru tentang hal-hal yang berkaitan dengan
proses produksi tempe, diantaranya adalah Mencermati dari Tabel 3, rata-rata hasil
: pemilihan biji yang baik, jenis daun yang belajar siswa masih di bawah nilai minimal
baik untuk pembungkus, perendaman biji, (KKM 75), yaitu 65,39. Dari 33 siswa
pemeraman tempe, dan proses produksi yang mengikuti kegiatan penilaian harian,
yang higienis agar menghasilkan tempe yang sebanyak 21 siswa atau sekitar 63,64%
segar dan tidak beracun. nilainya belum tuntas, sedangkan sisanya 12
siswa atau sekitar 36,36% nilainya tuntas.
3) Pertemuan 7 Siklus 2
a. Tahap Pengamatan Setelah Tindakan
Indikator yang dicapai pada pertemuan
Siklus 2
ini adalah mengidentifikasi produk-produk
bioteknologi dalam bidang makanan, Hasil pengamatan keaktifan siswa pada
mendeskripsikan proses pembuatan tindakan siklus 2, rata-rata kemunculan
produk makanan hasil bioteknologi, dan indikator keaktifan siswa adalah 95,33%.
mengidentifikasi peranan mikroorganisme Indikator mendengarkan penjelasan yang
dalam bioteknologi. Kegiatan pembelajaran disampaikan guru adalah 90,91%. Indikator
pada pertemuan ini adalah evaluasi gagasan menunjukkan sikap rasa ingin tahu, persentase
hasil penyelidikan masing-masing kelompok, kemunculannya 89,90%. Indikator terlibat
dilanjutkan dengan menggabungkan semua aktif dalam kegiatan diskusi, persentasenya
informasi-informasi baru dari masing-masing kemunculannya 92,93%. Indikator terlibat
kelompok. Pada pertemuan ini, kolaborator aktif dalam menyelesaikan masalah
kembali mengikuti kelas untuk melakukan persentasenya kemunculannya 100%.
pengamatan keterlaksanaan model Group Indikator menyelesaikan tugas kelompok
Investigasi pada siklus 2. tepat waktu, persentasenya kemunculannya

27
91,92%. Indikator memberi kesempatan gagasannya dengan dasar yang ilmiah dan
anggota tim untuk menjelaskan argumen sesuai konteks, persentase kemunculannya
persentase kemunculannya 95,96%. Indikator 90,91%, seperti yang tampak pada Tabel
menerima pengetahuan baru yang diperoleh 4. Skor Keaktifan Siswa Setelah Tindakan
saat diskusi, persentase kemunculannya Siklus 2.
100%. Indikator mempertahankan

Tabel 4. Skor Keaktifan Siswa Setelah Tindakan Siklus 2

Indikator Penilaian Sikap


Keterangan Jum- Ra-
A1-1 A1-2 A2-3 A2-4 A2-5 A3-6 A4-7 A4-8
lah ta-rata
Jumlah 90 89 92 99 91 95 99 90 745 94.375

Rata-rata 2.73 2.70 2.79 3.00 2.76 2.88 3.00 2.73 22.58 2.86
Persentase Kemu-
90.91 89.90 92.93 100.00 91.92 95.96 100.00 90.91 752.53 95.33
nculan

Hasil pengamatan kolaborator pada b. Tahap Refleksi Setelah Tindakan


pertemuan ke 6, terdapat beberapa indikator Siklus 2
Pada siklus 1 nilai rata-rata rata siswa pada siklus 1 (pertemuan ke-1)
kegiatan guru yang tidak muncul, diantaranya
penilaian harian siswa 61,68, sebesar Pada 94,95%,siklus 1 nilai pada
sedangkan rata-rata
sikluspenilaian
2
adalah : 1).membantu
sedangkan dengan2 keterampilan
pada siklus menjadi (pertemuan ke-6) persentasenya mencapai
harian siswa 61,68, sedangkan pada siklus
meneliti,
65,39, 2).membantu memeriksa
atau mengalami sumber-95,33%,
kenaikan atau mengalami
2 menjadi 65,39, ataukenaikan sebesar
mengalami kenaikan
sumber,
sebesardan3,713).membantu menemukan0,38sebesar
poin. Perbandingan poin, seperti yang tampak dalam
3,71 poin. Perbandingan nilai
nilai ulangan
hubungan 1 padasumber-sumber.
baru diantara siklus 1 dan 2 grafikulangan 1 pada 3.
pada Gambar siklus 1 dan 2 dapat dilihat
dapat dilihat dalam grafik pada Berdasarkan grafik pada Gambar 3,
dalam grafik pada Gambar 2.
Gambar 2. tampak bahwa peningkatan skor keaktifan

Gambar 2. Perbandingan Nilai Ulangan Harian Siklus 1 dan 2

Mengacu data skor keaktifan siswa dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi pada
pada siklus 1, terdapat 2 indikator dengan hampir semua indikator. Diantaranya pada
skor terendah, yaitu indikator terlibat aktif indikator A1-1, yaitu indikator
dalam kegiatan diskusi sebesar 86,87% mendengarkan penjelasan yang
dan indikator menyelesaikan tugas disampaikan guru, mengalami kenaikan 2,
kelompok tepat waktu sebesar 87,88%. poin, dari 88% menjadi 90%. Indikator
Pada siklus 2, indikator menunjukkan A1-2, yaitu menunjukkan sikap rasa ingin
sikap rasa ingin tahu persentase tahu naik sebesar 1 poin, dari 88% naik
kemunculannya
28 JURNAL ADIKARSApaling Volume
rendah,XV yaitu
No.16 menjadi 90%. Indikator A2-3, terlibat
sebesar 89,90%. Persentase keaktifan rata- aktif dalam kegiatan diskusi naik sebesar
Gambar 3. Perbandingan Keaktifan Siklus 1 dan 2
Penerapan Model Grup Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan
Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas XII SMK
Mengacu data skor keaktifan siswa dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi pada
pada siklus 1, terdapat
Mengacu 2 indikator
data skor dengan
keaktifan siswahampir
yaitusemua indikator.
sebesar 89,90%.Diantaranya
Persentase pada
keaktifan
skor terendah, yaitu indikator terlibat aktif indikator A1-1, yaitu indikator
pada siklus 1, terdapat 2 indikator dengan rata-rata siswa pada siklus 1 (pertemuan ke-
dalam kegiatan yaitu
skor terendah, diskusiindikator
sebesarterlibat
86,87%aktifmendengarkan
1) sebesar 94,95%, penjelasan yangsiklus
sedangkan pada
dan indikator menyelesaikan tugas disampaikan guru, mengalami
dalam kegiatan diskusi sebesar 86,87% dan 2 (pertemuan ke-6) persentasenya mencapaikenaikan 2,
kelompok tepat waktu sebesar 87,88%. poin, dari 88% menjadi 90%. Indikator
indikator menyelesaikan tugas kelompok 95,33%, atau mengalami kenaikan sebesar
Pada siklus 2, indikator menunjukkan A1-2, yaitu menunjukkan sikap rasa ingin
tepat waktu
sikap rasa sebesar
ingin 87,88%.
tahu Pada siklus 2,tahu0,38
persentase naikpoin, seperti
sebesar yang tampak
1 poin, dari 88%dalam
naikgrafik
indikator menunjukkan
kemunculannya paling sikap rasa ingin
rendah, yaitutahumenjadi
pada Gambar 3.
90%. Indikator A2-3, terlibat
persentase
sebesar kemunculannya
89,90%. paling rata-
Persentase keaktifan rendah,aktif dalam kegiatan diskusi naik sebesar

Gambar 3. Perbandingan Keaktifan Siklus 1 dan 2

Berdasarkan grafik pada Gambar 3, Mengacu pada data hasil belajar siswa
tampak bahwa peningkatan skor keaktifan dari sebelum dan setelah tindakan, tampak 9bahwa
siklus 1 ke siklus 2 terjadi pada hampir semua model pembelajaran Group Investigation
indikator. Diantaranya pada indikator A1- mampu meningkatkan pencapaian hasil
1, yaitu indikator mendengarkan penjelasan belajar. Hal tersebut didukung dengan data
yang disampaikan guru, mengalami pada Tabel 5 Perbandingan Hasil Belajar
kenaikan 2, poin, dari 88% menjadi 90%. Siswa Sebelum dan Setelah Tindakan. Nilai
Indikator A1-2, yaitu menunjukkan sikap rata-rata penilaian harian siswa sebelum
rasa ingin tahu naik sebesar 1 poin, dari 88% tindakan adalah 59,77, setelah dilakukan
naik menjadi 90%. Indikator A2-3, terlibat tindakan dengan model Group Investigation,
aktif dalam kegiatan diskusi naik sebesar menunjukkan peningkatan menjadi
6 poin, dari nilai 86% naik menjadi 92%. 63,54. Persentase ketuntasan hasil belajar
Indikator A2-5, yaitu menyelesaikan tugas sebelum tindakan adalah 9,38%, selanjutnya
kelompok tepat waktu naik 4 poin, dari nilai menunjukkan peningkatan menjadi
87% menjadi 91%. Indikator A3-6, memberi 30,30% setelah penerapan model Group
kesempatan anggota tim untuk menjelaskan Investigation. Persentase ketidaktuntasan
argumennya naik 4 poin, dari nilai 91% nilai ulangan materi bioteknologi mengalami
menjadi 95%. Sedangkan Indikator A4-7, penurunan. Sebelum dilakukan tindakan
menerima pengetahuan baru naik sebesar 4 penerapan model Group Investigation,
poin, dari 95% menjadi 99%. persentase ketidaktuntasan mencapai
90,63%, sedangkan setelah tindakan turun
menjadi 69,70%.

29
Peningkatan hasil belajar ini tentu dapat digunakan sebagai acuan kegiatan
saja tidak lepas dari perubahan sikap siswa pembelajaran dikatakan berhasil adalah
selama pembelajaran berlangsung. Sejalan siswa mengalami perubahan tingkah laku
dengan yang disampaikan oleh Sumiati dalam berpikir, bersikap, dan terampil dalam
dan Asra (2007), bahwa indikator yang melakukan suatu kegiatan.

Tabel 5 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Setelah Tindakan

Nilai Rata-Rata

NO Keterangan Penilaian harian


Rata-rata
Sebelum GI Setelah GI

1 Rata-rata nilai ulangan 59,77 63,54 61,66

2 Persentase ketuntasan 9,38% 30,30% 19,84%

3 Persentase ketidaktuntasan 90,63% 69,70% 80,17%

Melalui kegiatan investigasi langsung cepat busuk. Pada titik ini, siswa diarahkan
di tempat produksi tempe, siswa tampak untuk berdiskusi, apakah alasan produsen
berusaha menggabungkan pengetahuan yang tempe tersebut secara ilmiah dapat
diperoleh di kelas, dengan pengetahuan yang dipertanggungjawabkan. Siswa dipersilakan
sifatnya aplikasi. untuk mencari literatur yang mendukung
pernyataan produsen tempe tersebut.
Pembelajaran model Group
Guru mengambil peran sebagai mediator
Investigation meningkatkan interaksi siswa
untuk menjembatani siswa menuju kepada
bila dibandingkan dengan pebelajaran
pengetahuan yang berhubungan dengan
menggunakan video. Siswa harus melakukan
proses fermentasi tempe.
komunikasi dengan kelompoknya untuk
membahas pembagian tugas, menyusun Poin penting dalam kegiatan
daftar pertanyaan yang akan diajukan pembelajaran model Group Investigation
kepada narasumber, serta membicarakan adalah adanya interaksi sosial dan intelektual
hal-hal yang berkaitan dengan teknis untuk mengolah pengetahuan personal
pemberangkatan menuju lokasi investigasi. masing-masing anggota, dalam rangka
memecahkan pengetahuan lain yang sifatnya
Berdasarkan hasil investigasi siswa,
baru (Sharan, 2014 : 133).
diperoleh data di lapangan bahwa beberapa
produsen tempe memiliki keyakinan bahwa Masalah yang muncul di lapangan
biji bahan pembuat tempe harus dicuci di lainnya adalah perbedaan penggunaan
telaga (semacam danau) dahulu sebelum ragi tempe buatan pabrik dengan ragi
direbus, dengan alasan hasil tempe akan buatan sendiri (disebut usar = terbuat dari
lebih “bagus”. Sedangkan pengetahuan tempe yang dikeringkan di atas daun waru
yang diperoleh siswa di kelas menyatakan Hibiscus tilliaceus). Tempe yang dibuat
bahwa ketika tempe terkontaminasi oleh dengan ragi buatan pabrik hasilnya lebih
mikroorganisme lain selain jamur tempe, lunak, sedangkan tempe dengan ragi usar
maka kualitas tempe akan menurun dan lebih keras. Berdasarkan hasil wawancara

30 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Penerapan Model Grup Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan
Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas XII SMK

dengan produsen tempe, tempe yang keras Sedangkan untuk indikator


disebabkan karena jenis kedelai yang menyelesaikan tugas kelompok tepat waktu
digunakan adalah kedelai lokal yang ukuran juga mengalami peningkatan persentase
bijinya lebih kecil dan keras. Sedangkan pencapaian karena berdasar hasil refleksi
berdasarkan studi literatur siswa diperoleh siklus 1, penulis menetapkan sanksi bagi
data bahwa ragi usar jumlah sporanya tidak kelompok yang terlambat mengumpulkan
sebanyak ragi buatan pabrik, sehingga tugas, yaitu mengumpulkan tugas berupa
fermentasinya tidak maksimal. tambahan informasi baru terkait bioteknologi
konvensional. Sanksi ini dirasa efektif
Pada tahapan ini, berperan aktif dalam
untuk meningkatkan pencapaian indikator
menentukan apa yang harus mereka pelajari
menyelesaikan tugas kelompok tepat waktu
untuk memecahkan masalah yang dijumpai
. Peningkatan pencapaian skor pada kedua
di lapangan. Pengetahuan yang diperoleh
indikator keaktifan ini tentu saja secara umum
dengan didasari motivasi intrinsik akan
akan meningkatkan persentase keaktifan
lebih lama mengendap dalam otak siswa.
siswa selama kegiatan pembelajaran.
Hal tersebut karena secara sadar siswa
berusaha mencari solusi masalah sesuai Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
dengan kemampuan berpikir, pengetahuan, secara umum, pembelajaran dengan model
rasa keingintahuan, dan perasaan mereka Group Investigation mampu meningkatkan
sendiri. keaktifan siswa, yang juga berkorelasi
dengan peningkatan hasil belajar siswa. Hal
Mengacu data hasil pengamatan
tersebut senada dengan pernyataan Karli dan
keaktifan siswa pada siklus 1, terdapat 2
Yuliariatiningsih (Hosnan.M, 2014 : 262),
indikator sikap yang memperoleh skor
bahwa keuntungan yang diperoleh dengan
terendah, yaitu indikator terlibat aktif
menerapkan model pembelajaran Group
dalam kegiatan diskusi sebesar 86,87% dan
Investigation diantaranya adalah :
indikator menyelesaikan tugas kelompok
tepat waktu sebesar 87,88%. 1. Melibatkan siswa secara aktif dalam
mengembangkan pengetahuan, sikap,
Menurut pengamatan peneliti,
dan keterampilan dalam suasana
peningkatan skor pada indikator terlibat
pembelajaranyang bersifat terbuka dan
aktif dalam kegiatan diskusi dari siklus 1
demokratis.
ke siklus 2 terjadi karena kelompok harus
mendiskusikan rencana kegiatan sebelum 2. Siswa tidak hanya sebagai objek belajar,
terjun ke lapangan. Kelompok harus melainkan juga sebagai subjek belajar
menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang karena siswa dapat menjadi tutor sebaya
akan dipakai sebagai bahan penyelidikan bagi siswa lain.
di lapangan. Selain itu, berdasarkan hasil 3. Siswa dilatih untuk bekerja sama karena
refleksi kegiatan pembelajaran pada siklus tuntutan untuk mengembangkan potensi
1, peneliti mewajibkan pembagian tugas dirinya demi kesuksesan kelompok.
kelompok yang jelas untuk setiap anggotanya, 4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
dan harus dituangkan dalam LKS. Hal ini belajar memperoleh dan memahami
tentu saja membawa konsekuensi bahwa pengetahuan yang dibutuhkan secara
harus terjadi kesepakatan internal mengenai langsung, sehingga apa yang dipelajari
ketugasan yang dibebankan pada setiap menjadi lebih bermakna.
anggota kelompok.

31
KESIMPULAN Majid.A. (2013), Strategi Pembelajaran,
Bandung, PT Remaja Rosdakarya
Pembelajaran IPA materi Bioteknologi
Offset
dengan model Group Investigation secara
umum dilakukan melalui tahapan : 1). Paryanto. (2010), Penerapan Metode
menentukan masalah, 2). merencanakan Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group
penyelidikan, 3). menjalankan penyelidikan, Investigation untuk Meningkatkan
4). merencanakan presentasi, 5). Kualitas Pembelajaran Teori
Pemesinan Dasar, Jurnal Pendidikan
melakukan presentasi, 6). mengevaluasi
Teknologi dan Kejuruan : vol.19,
hasil penyelidikan. Penerapan model
No.2, Oktober 2010 : hal. 169
Group Investigation dalam pembelajaran
menunjukkan terjadi peningkatan nilai rata- Sharan.S. (2014), The Handbook of
rata penilaian harian dari siklus 1 sebesar Cooperative Learning, Yogyakarta :
Istana Media
61,68 ke siklus 2 sebesar 65,39. Peningkatan
juga terjadi pada persentase ketuntasan hasil Sumiati dan Asra. (2008), Metode
pembelajaran, bila sebelum tindakan adalah Pembelajaran, Bandung : CV.Wacana
9,38%, maka setelah tindakan menjadi Prima
30,30%. Sedangkan untuk persentase Susy.P, Rayandra.A, dan Asrial. (2016),
ketidaktuntasan nilai ulangan mengalami Pengaruh Penerapan Model
penurunan sebelum dan setelah tindakan, Pembelajaran Group Investigation
yaitu dari 90,63% menjadi 69,70%. Keaktifan dan Motivasi Terhadap Hasil
siswa juga mengalami peningkatan dari Belajar Siswa Kelas VII SMP dalam
siklus 1 ke siklus 2 pada beberapa indikator, Pembelajaran IPA Terpadu pada
diantaranya adalah indikator mendengarkan Materi Asam, Basa, dan Garam,
Jurnal Edu-Sains : vol.5, No.2, Juli
penjelasan yang disampaikan guru, indikator
2016 : hal. 27
menunjukkan sikap rasa ingin tahu, indikator
terlibat aktif dalam kegiatan diskusi, indikator Tim Konsorsium Sertifikasi. (2013),
menyelesaikan tugas kelompok tepat waktu, Modul PLPG : Ilmu Pengetahuan
indikator memberi kesempatan anggota Alam, Konsorsium Sertfikasi Guru
Universitas Negeri Yogyakarta
tim untuk menjelaskan argumennya, dan
indikator menerima pengetahuan baru yang Wibawa.B. (2004), Penelitian Tindakan
diperoleh. Kelas, Jakarta, Departemen
Pendidikan Nasional, Dirjen
DAFTAR PUSTAKA DikdasMen Direktorat Tenaga
Kependidikan
Barkley.E, Cross K.P., dan Major.C.H.
(2012), Collaborative Learning
Techniques, Bandung : Penerbit Nusa
Media
Campbell.N.A. dan Reece.J.B (2010),
Biologi : edisi kedelapan jilid 1,
Jakarta : Penerbit Erlangga
Hosnan.M. (2014), Pendekatan Saintifik dan
Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21, Bogor : Penerbit Ghalia
Indonesia

32 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Pembelajaran Berbasis Stem Pada Materi Sel Volta Untuk Meningkatkan Keterampilan

PEMBELAJARAN BERBASIS STEM PADA MATERI SEL VOLTA


UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
BERFIKIR KREATIF SISWA

Oleh: Eny Triastuti


Guru Kimia SMA Negeri 1 Yogyakarta

ABSTRACT: This research was pre-Experiment Design study using the One-Group
Pretest Posttest Design method. The preliminary research found that the chemistry
learning at SMA Negeri 1 Yogyakarta was not oriented to 21st century skills, especially
creativity. Ideally, to welcome the industrial revolution students should not only be
prepared to continue to a higher education level, but also to be competent to solve the
daily life challenges and problems. The research purpose was to determine the effect
of STEM-based learning towards understanding concepts and creative thinking skills
on voltaic cells. The implementation of STEM-based learning on voltaic cells could
improve students’ understanding about the concepts with an average pre-posttest value
of 61.19 to 90 with an N gain score of 0.74 with a high category. The results showed a
positive influence on STEM-based learning on creative thinking skills with a score of
98.7%.
Keywords: 21st century skills, STEM, voltaic cells
PENDAHULUAN yang dapat mengakomodir karakteristik
Kurikulum 2013 yang sudah pembelajaran abad 21 tersebut adalah
berjalan dan diterapkan belum dapat pendekatan Science, Technology,
mengatasi permasalahan kualitas dan Engineering, and Mathematics atau
kuantitas sumberdaya manusia Indonesia disingkat dengan STEM. STEM merupakan
yang berdaya saing global jika tidak suatu pendekatan dimana Sains, Teknologi,
secara sistematik menyiapkan mereka Enjiniiring, dan Matematika diintegrasikan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dengan fokus pada proses pembelajaran
dan sikap yang dipersyaratkan dunia pemecahan masalah dalam kehidupan
kerja Abad ke-21. Kuriukulum 2013 nyata, pembelajaran STEM memperlihatkan
mengisyaratkan bahwa Kurikulum 2013 kepada peserta didik bagaimana konsep-
memberikan ruang bagi pengembangan dan konsep, prinsip-prinsip Sains, Teknologi,
implementasi pendidikan modern seperti Enjiniring, dan Matematika digunakan
pendekatan pendidikan berbasis STEM secara integrasi untuk mengembangkan
(Science, Technology, Engineering, and produk, proses, dan sistem yang memberikan
Mathemeatics). Pendekatan Pendidikan manfaat untuk kehidupan manusia. Untuk
yang mengutamakan integrasi S, T, E dan M menyiapkan peserta didik Indonesia
secara multi- dan trans-disiplin memberikan memperoleh keterampilan abad 21, yaitu
ruang bagi pengembangan pemikiran kritis, keterampilan cara berpikir melalui berpikir
kreativitas, inovasi, dan kemampuan siswa kritis, kreatif, mampu memecahkan masalah
dalam memecahkan masalah. dan mengambil keputusan serta cara bekerja
sama melalui kolaborasi dan komunikasi,
Salah satu pendekatan pembelajaran maka pendekatan STEM diadopsi untuk

33
menguatkan impelementasi Kurikulum Untuk memecahkan masalah sains dan
Nasional (Kurikulum 2013). Pendekatan teknologi diperlukan keterampilan berpikir
STEM diyakini sejalan dengan ruh Kurikulum dan berkreasi.
2013 yang dapat diimplementasikan melalui
Dengan latar belakang masalah maka
penggunaan model pembelajaran berbasis
dapat disusun rumusan masalah dalam
proyek (PJBL) dengan menggunakan
penelitian ini yaitu bagaimana deskripsi
scientific dan engineering practices.
Pembelajaran Berbasis STEM Pada Materi
Banyak topik materi dalam mata Pokok sel volta terhadap Pemahaman
pelajaran Kimia yang dapat digunakan Konsep siswa serta bagaimana pengaruh
sebagai titik awal pembelajaran berbasis Pembelajaran Berbasis STEM Pada Materi
STEM. Pada penelitian ini, materi pokok Pokok sel volta terhadap Pemahaman Konsep
sel volta akan digunakan sebagai tema siswa serta Keterampilan Berfikir Kreatif.
sentral selama proses KBM terintegrasi
xdengan mata pelajaran lain seperti Fisika PEMBAHASAN
dan Matematika serta desain enjiniring dan Abad ke-21 ditandai dengan derasnya
teknologi terapan. Sel volta atau pembangkit arus globalisasi serta cepatnya perkembangan
listrik dapat dijadikan tema utama di mana teknologi. Berbagai sekat yang memisahkan
siswa diminta untuk mendesain rangkaian batas-batas geografis saat ini dengan mudah
sel volta. dihilangkan dengan berbagai kemajuan
Pembelajaran berbasis STEM sudah teknologi informasi dan komunikasi.
diimplementasikan di SMA Negeri 1 Berbagai informasi dan pengetahuan baru
Yogyakarta. Sekolah ini memiliki intake bukanlah hal yang sulit untuk didapatkan
siswa yang cukup tinggi di DI Yogyakarta dan dikumpulkan pada era ini. Hal ini
sangat cocok untuk dilaksanakan menunjukkan bahwa konsep pembelajaran
pembelajaran dengan model STEM PJBL, yang diperlukan harus dapat membangun
yaitu pembelajaran yang dirancang dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh peserta
menggunakan pendekatan STEM: science, didik untuk dapat berhasil di abad ke-21 ini
technology, engineering, and mathematics. yaitu pembelajaran yang dapat berkontribusi
Melalui pembelajaran dengan pendekatan pada pengembangan kemampuan kerjasama,
STEM, peserta didik belajar tentang sains, memecahkan masalah, kreativitas, dan
teknologi, teknik dan matematika untuk inovatif yang berpotensi menopang ekonomi.
menjadi pemecah masalah, inovator, Pembelajaran berbasis STEM menjadi salah
pencipta, dan kolaborator dan terus mengisi satu solusi dalam menjawab tantangan
jalur kritis insinyur, ilmuwan, dan inovator pendidikan ini.
yang sangat penting bagi masa depan. Pendidikan STEM memberi kesempatan
Tujuan Pendidikan STEM menurut pendidik peluang untuk menunjukkan
Bybee (2013) diantaranya adalah peserta kepada peserta didik betapa konsep,
didik melek STEM, yang mempunyai prinsip, dan teknik dari STEM digunakan
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk secara terintegrasi dalam pengembangan
mengidentifikasi pertanyaan dan masalah produk, proses, dan sistem yang digunakan
dalam kehidupannya, menjelaskan fenomena dalam kehidupan sehari-hari mereka. Oleh
alam, mendesain serta menarik kesimpulan karena itu, definisi pendidikan STEM
berdasar bukti mengenai isu terkait STEM. diadopsi sebagai pendekatan interdisiplin

34 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Pembelajaran Berbasis Stem Pada Materi Sel Volta Untuk Meningkatkan Keterampilan

pada pembelajaran (Reeve, 2013). Dalam karena itu, pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran berbasis STEM peserta didik STEM mendukung pencapaian keterampilan
menggunakan sains, teknologi, rekayasa, di abad 21. Penyajian pembelajaran dengan
dan matematika dalam konteks nyata yang pendekatan STEM harus memenuhi beberapa
menghubungkan sekolah, dunia kerja, dan aspek dalam Scientific & Engineering
dunia global guna mengembangkan literasi Practice, juga menggambarkan adanya
STEM yang memungkinkan peserta didik Crosscutting Concept atau irisan konsep
mampu bersaing dalam abad 21 menuju era di antara pengetahuan sains, teknologi,
revolusi industri 4.0. enjiniring dan matematika. Selain itu Higher
Order Thinking Skills (HOTS) menjadi
Penggunaan pendekatan STEM dalam
keharusan di dalam proses pembelajaran
bidang pendidikan memiliki tujuan untuk
maupun penilaiannya. Pada penelitian ini
mempersiapkan peserta didik agar dapat
akan dipaparkan pembelajaran dan penilaian
bersaing dan siap untuk bekerja sesuai
HOTS.
bidang yang ditekuninya. Penelitian yang
dilakukan oleh lembaga penelitian Hannover Penggunaan pendekatan STEM dalam
(2011) menunjukkan bahwa tujuan utama bidang pendidikan memiliki tujuan untuk
dari STEM Education adalah sebuah usaha mempersiapkan peserta didik agar dapat
untuk menunjukkan pengetahuan yang bersaing dan siap untuk bekerja sesuai
bersifat holistik antara subjek STEM. bidang yang ditekuninya. Penelitian yang
dilakukan oleh lembaga penelitian Hannover
Pembelajaran sains dengan pendekatan
(2011) menunjukkan bahwa tujuan utama
STEM melatih peserta didik dalam
dari STEM Education adalah sebuah usaha
berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi dan
untuk menunjukkan pengetahuan yang
berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran
bersifat holistik antara subjek STEM.
dengan pendekatan STEM mendukung
tuntutan pendidikan dalam menghadapi abad Dalam konteks pendidikan dasar dan
21 yang juga merupakan target kompetensi menengah, pendidikan STEM bertujuan
di dalam Kurikulum 2013. Pembelajaran mengembangkan peserta didik yang
Abad 21 merupakan pembelajaran yang STEM literate (Bybee, 2013), dengan
mengintegrasikan kemampuan literasi, rincian sebagai berikut: 1) memiliki
kecakapan pengetahuan, keterampilan dan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk
sikap, serta penguasaan terhadap teknologi. mengidentifikasi pertanyaan dan masalah
Kecakapan yang dibutuhkan di Abad 21 dalam situasi kehidupannya, menjelaskan
juga merupakan keterampilan berpikir fenomena alam, mendesain, serta menarik
tingkat tinggi (Higher Order Thinking kesimpulan berdasar bukti mengenai isu-isu
Skills (HOTS)) yang sangat diperlukan terkait STEM; 2) memahami karakteristik
dalam mempersiapkan peserta didik dalam khusus disiplin STEM sebagai bentuk-
menghadapi tantangan global. bentuk pengetahuan, penyelidikan, dan
desain yang digagas manusia; 3) memiliki
Agar siswa mampu memecahkan masalah
kesadaran bagaimana disiplindisiplin STEM
sains dan teknologi, diperlukan keterampilan
membentuk lingkungan material, intelektual
berpikir dan berkreasi. Pembelajaran
dan kultural, 4) memiliki keinginan
sains dengan pendekatan STEM melatih
untuk terlibat dalam kajian isu-isu terkait
peserta didik dalam berpikir kritis, kreatif,
STEM (misalnya efisiensi energi, kualitas
berkolaborasi dan berkomunikasi. Oleh

35
lingkungan, keterbatasan sumberdaya alam) Keterlibatan siswa mulai dari merencanakan,
sebagai warga negara yang konstruktif, membuat rancangan, melaksanakan, dan
peduli, serta reflektif dengan menggunakan melaporkan hasil kegiatan berupa produk dan
gagasan-gagasan sains, teknologi, rekayasa, laporan pelaksanaanya. Model pembelajaran
dan matematika. ini menekankan pada proses pembelajaran
jangka panjang, terlibat secara langsung
Tahapan-tahapan pembelajaran
dengan berbagai isu dan persoalan kehidupan
menggunakan Engineering Design Process
sehari-hari, belajar bagaimana memahami
sesuai dengan siklus model pembelajaran
dan menyelesaikan persoalan nyata, bersifat
yang umum diterima salah satunya model
interdisipliner, dan melibatkan siswa sebagai
pembelajaran yang banyak digunakan
pelaku mulai dari merancang, melaksanakan
adalah model 5E (Bybee & Landes, 1988),
dan melaporkan hasil kegiatan (student
yang menyediakan urutan langkah-langkah
centered).
pembelajaran yang terstruktur.
Model Project Based Learning
Sains proses dan desain enjiniring
(PJBL) merupakan model yang disarankan
proses secara bersama dibutuhkan untuk
dalam implementasi Kurikulum 2013,
melakukan analisis apakah teori serta
sedangkan STEM merupakan sebuah
model yang diajukan bisa memecahkan
strategi pembelajaran. Karakteristik dari
masalah dengan cara mengumpulkan,
STEM yaitu menekankan pada proses
menguji dan menganalisis solusi pemecahan
mendesain, enjiniring atau merekayasa.
masalah untuk kemudian di evaluasi dan
Menurut (Capraro, et al, 2013) Design
disempurnakan.
process adalah pendekatan sistematis dalam
Menurut George Lucas Educational mengembangkan solusi dari masalah dengan
Foundation (2005) Project based learning well define outcome, yaitu menentukan
(PJBL) adalah pendekatan pembelajaran solusi/proses terbaik dari ide-ide yang
yang dinamis di mana siswa secara aktif muncul.
mengeksplorasi masalah di dunia nyata,
Deskripsi sintak model PjBL STEM
memberikan tantangan, dan memperoleh
dapat dijelaskan sebagai berikut (Laboy-
pengetahuan yang lebih mendalam. Saat
Rush, 2010) : 1) Reflection, tujuan dari tahap
ini penelitian dalam Project based learning
pertama untuk membawa siswa ke dalam
(PjBL) menunjukan bahwa projek dapat
konteks masalah dan memberikan inspirasi
meningkatkan minat siswa dalam science,
kepada siswa agar dapat segera mulai
technology, engineering, and math (STEM)
menyelidiki/investigasi (Fortus, Krajcikb,
karena dengan STEM melibatkan siswa
Dershimerb, Marx, & Mamlok-Naamand,
dalam pemecahan masalah secara otentik,
2005). Fase ini juga dimaksudkan untuk
kerjasama antar siswa, serta membangun
menghubungkan apa yang diketahui dan
kemampuan untuk menciptakan solusi nyata
apa yang perlu dipelajari (Diaz & King,
(Fortus, Krajcikb, Dershimerb, Marx, &
2007), 2) Research, tahap kedua adalah
Mamlok-Naamand, 2005).
bentuk penelitian siswa. Guru memberikan
Menurut Laboy Rush bahwa Project pembelajaran sains, memilih bacaan, atau
Based Learning atau Pembelajaran Berbasis metode lain untuk mengumpulkan sumber
Proyek adalah model pembelajaran yang informasi yang relevan (Fortus, Krajcikb,
melibatkan peserta didik dalam suatu kegiatan Dershimerb, Marx, & Mamlok-Naamand,
(proyek) yang menghasilkan suatu produk.

36 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Pembelajaran Berbasis Stem Pada Materi Sel Volta Untuk Meningkatkan Keterampilan

2005). Proses belajar lebih banyak terjadi menerapkan umpan balik yang konstruktif
selama tahap ini, kemajuan belajar siswa (Diaz & King, 2007). Seringkali penilaian
mengkonkritkan pemahaman abstrak dari dilakukan berdasarkan penyelesaian langkah
masalah (Diaz & King, 2007). Selama fase akhir dari fase ini (Satchwell & Loepp,
research, guru lebih sering membimbing 2002).
diskusi untuk menentukan apakah siswa
Menurut Bybee yang dikenal dengan
telah mengembangkan pemahaman
Model 5E bahwa tuntutan untuk karier
konseptual dan relevan berdasarkan proyek
yang sukses di abad 21 benar-benar
(Satchwell & Loepp, 2002), 3) Discovery,
berbeda dari pada abad ke-20. Dengan
tahap penemuan umumnya melibatkan
kemajuan teknologi yang selalu berubah
proses menjembatani research dan informasi
dan masalah baru yang muncul, kita harus
yang diketahui dalam penyusunan proyek.
mempersiapkan siswa untuk pekerjaan dan
Ketika siswa mulai belajar mandiri dan
tantangan yang mungkin bahkan tidak ada
menentukan apa yang masih belum diketahui
untuk saat ini. Oleh karena itu, siswa harus
(Satchwell & Loepp, 2002). Beberapa model
dilengkapi dengan keterampilan pemecahan
dari STEM PjBL membagi siswa menjadi
masalah yang memungkinkan mereka untuk
kelompok kecil untuk menyajikan solusi
secara sistematis mencari solusi dari masalah
yang mungkin untuk masalah, berkolaborasi,
yang mereka hadapi. Selain itu, Internet
dan membangun kerjasama antar teman
telah membuat informasi mudah dan cepat
dalam kelompok (Fortus, Krajcikb,
diakses, yang telah menyebabkan pergeseran
Dershimerb, Marx, & Mamlok-Naamand,
dari kebutuhan untuk menghafal menjadi
2005). Model lainnya menggunakan langkah
belajar bagaimana memperoleh informasi
ini dalam mengembangkan kemampuan
yang valid dan membuat informasi baru
siswa dalam membangun habit of mind
berdasarkan hasil pengamatan dan analisis.
dari proses merancang untuk mendesain
Mesin juga telah mengurangi kebutuhan akan
(Diaz & King, 2007), 4) Application, tahap
tenaga kerja yang tidak terampil, sehingga
aplikasi tujuannya untuk menguji produk/
penting bagi siswa kami untuk mengetahui
solusi dalam memecahkan masalah. Dalam
bagaimana menerapkan konsep daripada
beberapa kasus, siswa menguji produk
hanya memahami konsep. Tuntutan baru
yang dibuat dari ketentuan yang ditetapkan
ini adalah alasan proses rekayasa, Project-
sebelumnya, hasil yang diperoleh digunakan
Based Learning (PJBL), dan Design Process
untuk memperbaiki langkah sebelumnya
sekarang menjadi fokus dalam kurikulum
(Diaz & King, 2007). Di model lain, pada
abad 21.
tahapan ini siswa belajar konteks yang lebih
luas di luar STEM atau menghubungkan Engineering Design Process
antara disiplin bidang STEM (Satchwell adalah pendekatan sistematis ketika
& Loepp, 2002), 5) Communication, tahap mengembangkan solusi untuk menyelesaikan
akhir dalam setiap proyek dalam membuat masalah dengan hasil yang jelas (well
produk/solusi dengan mengkomunikasikan defined outcome). Mengikuti struktur design
antar teman maupun lingkup kelas. process yang baik sangat penting karena
Presentasi merupakan langkah penting dalam akan menghasilkan solusi terbaik, serta
proses pembelajaran untuk mengembangkan dapat membangun kemampuan dan logika
keterampilan komunikasi dan kolaborasi pemecahan masalah. Salah satu sumber lain
maupun kemampuan untuk menerima dan Engineering design dapat direpresentasikan

37
oleh 7 tahap yaitu sebagai berikut: Identify METODE PENELITIAN
Problem and Constraints; Research; Ideate; Penelitian ini merupakan bentuk pre-
Analyze Ideas; Build; Test and Refine; Experimental Design. Sugiyono (2018:74),
Communicate and Reflect. menyatakan pre-Experimen desain ini belum
Keterampilan abad 21 yang merupakan eksperimen sungguh-sungguh
dikembangkan melalui pembelajaran materi karena masih terdapat variable luar yang
sel volta dengan pendekatan STEM meliputi ikut berpengaruh terhadap terbentuknya
berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan variable dependen. Hasil eksperimen yang
kolaboratif. Contoh berpikir kritis, berpikir merupakan variabel bukan semata-mata
kreatif, komunikatif dan kolaboratif adalah dipengaruhi oleh variabel independen. Hal
memahami interkoneksi antara konsep ini karena tidak adanya variabel control,
potensial sel, elektrokimia, dan sel volta untuk dan sampel tidak dipilih secara random.
memecahkan masalah pada perancangan Bentuk desain dari penelitian ini adalah One-
dan uji coba rangkaian, kemampuan Group Pretest-Posttest Design yaitu diberi
dalam mengembangkan, melaksanakan, perlakuan pretest sebelum diberi perlakuan
dan menyampaikan gagasan-gagasan pada agar hasil perlakuan dapat diketahui lebih
saat merancang prosedur dan set alat sel akurat. Keadaan sebelum diberi perlakuan
volta, mengemukakan ide-ide kreatif secara dapat dibandingkan dengan keadaan
konseptual dan praktikal dalam merancang setelah diberi perlakuan. Desain ini dapat
prosedur dan set alat pembangkit listrik digambarkan sebagai berikut:
berbahan sekitar (PLBS), kemampuan untuk
mengutarakan ide-ide, baik itu pada saat O1 X O2
berdiskusi tentang konsep sel volta, ujicoba Keterangan ;
menyusun rangkaian, dan memecahkan
O1 = nilai pretest sebelum diberi
masalah dan mengomunikasikan hasil uji perlakuan pembelajaran STEM
coba rancangan baik secara lisan maupun
tulisan, kemampuan dalam kerjasama O2 = nilai posttest sesudah diberi
dalam kelompok pada saat berdiskusi dan perlakuan pembelajaran STEM
eksperimen sel volta berbahan sekitar dan O2 – O1 = Pengaruh pembelajaran STEM
bekerja secara produktif dengan temannya terhadap kemampuan pemahaman
satu kelompok. konsep
Perilaku ilmiah peserta didik yang Dalam penelitian ini peneliti melibatkan
dikembangkan melalui pembelajaran dengan beberapa pastisipan yaitu SMA Negeri
pendekatan STEM pada topic Sel Volta 1 Yogyakarta sebagai tempat penelitian
ini menunjukkan perilaku rasa ingin tahu, yang beralamat di Jl. HOS Cokroaminoto
disiplin, teliti, bertanggung jawab, kritis, No 10 Yogyakarta, Kepala Sekolah yang
kreatif, komunikatif dalam merancang dan memberi fasilitas dan membantu proses
melakukan percobaan sel volta berbahan perizinan dalam penelitian yang dalam
sekitar. pertimbangannya kepala sekolah dapat
memberikan informasi tentang profil
sekolah, akademik kesiswaan, kurikulum,
fasilitas, dan kegiatan siswa Ekstra kurikuler,
guru Kimia SMA Negeri 1 Yogyakarta.
Kegiatan penelitian ini memerlukan

38 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Pembelajaran Berbasis Stem Pada Materi Sel Volta Untuk Meningkatkan Keterampilan

pengetahuan tentang bagaimana interaksi menelaah instrumen mengenai keterampilan


antara Guru dan siswa dalam proses belajar- abad 21 (4C) meliputi instrument penilaian
mengajar, khususnya dalam penelitian ini berfikir kreatif.
berfokus pada kimia yang dalam penelitian
Instrument yang digunakan untuk
ini berperan sebagai peneliti dan sekaligus
mengumpulkan data adalah tes hasil belajar
sebagai model. Pada penelitian memerlukan
materi elektroplting berbentuk obyektif
observer untuk mengamati aktivitas guru
digunakan untuk mengetahui pemahaman
dan siswa dalam kelas selama pembelajaran
konsep sebelum dan sesudah diberi
berlangsung.
perlakuan pembelajaran STEM. Sedangkan
Subyek penelitian ini adalah siswa untuk mengukur nilai keterampilan dan
kelas XII program MIPA-1 SMA Negeri 1 sikap analisis data dilakukan secara
Yogyakarta pada tahun ajaran 2018/2019. deskriptif kuantitatif dengan skala Likert.
Pengambilan sampel tidak dipilih secara Tahap mengumpulkan data ini dilaksanakan
random, namun telah ditentukan yaitu semua ketika peneliti melakukan pengumpulan
siswa kelas XII Mipa-1 yang berjumlah 28 data dengan alat pengumpul data yang
siswa. Dalam penelitian ini terdapat satu sebelumnya telah ditentukan. Tahap tabulasi
variabel bebas dan dua variabel terikat yang data yaitu mencatat atau entri data kedalam
berdiri sendiri-sendiri untuk memberikan tabel induk penelitian. Desain penelitian ini
gambaran data dan informasi yang diperlukan adalah One-Group Pretest Posttest tanpa
untuk menyelesaikan masalah penelitian. kelas kontrol sehingga tidak dilakukan
Variabel bebas (X) adalah pembelajaran analisa data secara statistik.
STEM sedangkan dua variael terikat adalah
hasil belajar sebagai pemahaman konsep HASIL PENELITIAN DAN
siswa kelas XII MIA 2 SMA N 1 Yogyakarta PEMBAHASAN
pada mata pelajaran Kimia materi sel volta Penelitian ini untuk mengetahui
dan penilaian keterampilan berfikir kreatif. pengaruh pembelajaran berbasis STEM
Dengan variabel penelitian yang terdiri terhadap peningkatan pemahaman konsep,
dari 2 (dua) variabel yang berdiri sendiri- keterampilan berfikir kreatif siswa pada kelas
sendiri karena tidak adanya kelas control eksperimen yang mendapatkan perlakuan
maka dalam dalam ini ada 2 instrumen yaitu pembelajaran berbasis STEM. Pembelajaran
instrument untuk mengukur pemahaman tatap muka untuk penelitian dilakukan
konsep atau hasil belajar serta instrument sebanyak 4 (empat) kali pertemuan.
untuk mengukur keterampilan berfikir Observasi lapangan untuk mengetahui
kreatif. aktivitas dan pengambilan nilai keterampilan
dilakukan sebanyak 2 (dua) kali pertemuan
Uji validitas isi (content validity) yang
yaitu pada hari Selasa dan Kamis ttanggal
digunakan untuk instrumen peneliti berupa
3 dan 7 September 2018 di kelas XII MIPA
angket variabel pada variabel X adalah
2 SMA Negeri Yogyakarta yang berjumlah
melalui pendapat ahli (expert judgment),
28 (dua puluh delapan) siswa oleh observer
peneliti meminta bantuan kepada pakar ahli
Ibu Askariyah. Observasi dilakukan untuk
dari Widya Iswara PPPPTK IPA sebagai
mengetahui dan mengukur keterampilan
pakar ahli model pembelajaran dan materi
dan sikap siswa selama berlangsunya
instrumen yang berkaitan dengan Instrument
pembelajaran.
yang digunakan dalam penelitian ini untuk

39
Kegiatan penelitian dilaksanakan siswa. Harapan guru dengan materi pretest
selama empat kali pertemuan dengan rincian ini akan mendorong siswa untuk mencari
kegiatan pada pertemuan pertama seluruh tahu dan belum siap mempelajari sel volta
siswa diberikan tes awal (pretest) untuk dengan segenap potensinya.
mengetahui kemampuan awal pemahaman
Pada pertemuan ke dua dan ke tiga ( 3
konsep siswa. Hasil pre test ternyata jauh dari
dan 7 September) siswa kelas eksperimen
KKM yang ditentukan standar kurikulum
mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran
sekolah, rata- rata yang diperoleh adalah
berbasis STEM. Pada pertemuan kedua
61,19. Nilai ini sangat jauh dari kenyataan
pembelajaran dilangsungkan di ruang
yang sebenarnya karena nilai input siswa
kelas, dan pertemuan ketiga pembelajaran
di sekolah ini rata-rata di atas 90. Hal ini
dilaksanakan di ruang laboratorium kimia.
mungkin karena kondisi siswa yang masih
Sedangkan pada pertemuan terakhir seluruh
lelah seusai mengikuti kegiatan sekolah dan
siswa diberikan tes akhir (post-test) untuk
belum sempat belajar materi elektrolisis,
dan angket respon untuk mengetahui respon
apalagi type soalnya sangat HOTS dan
kemampuan akhir berpikir kritis siswa. Rata-
realwords yang belum terbiasa diterima
rata nilai posttest adalah 90.

Gambar 1. Diskusi kelompok pada fase reflection dan research


Selama 2 (dua) kali kegiatan di kelas fase pembelajaran ini siswa terbagi menjadi
dengan perlakuan pembelajaran berbasis 6 kelompok dan semua kelompok telah
STEM peneliti dibantu observer melakukan berhasil membuat rancangan rekayasa
pengamatan mengenai aktivitas siswa desain proses dan prosedur sel volta dan
dan mencatatnya dengan instrument yaitu dipresentasikan dalam diskusi kelas. Pada
instrument keterampilan berfikir kritis, akhir kegiatan telah disepakati model
keterampilan komunikasi, dan kerja sama. rekayasa rangkaian alat pembangkit listrik
Pertemuan kedua yaitu tanggal 3 September berbahan sekitar. Sedangkan pada tanggal
2018 pembelajaran dengan kegiatan fase 7 September kegiatan pembelajaran fase
reflection, research, dan discovery. Pada Application dan communication, yaitu tahap

40 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Pembelajaran Berbasis Stem Pada Materi Sel Volta Untuk Meningkatkan Keterampilan

siswa melakukan uji coba hasil rancangan instrument yang telah disusun dan divalidasi
proses dan prosedur electroplating yang telah oleh pakar widya iswara PPPPTK IPA. Pada
disepakati pada pertemuan sebelumnya. pertemuan ketiga dilakukan posttest dengan
Pada kegiatan ini semua siswa antusias dan menggunakan butir soal yang sama pada pre
berhasil menyelasaikan uji coba rancangan test, hal ini untuk mengukur peningkatan
yang merupaka desain enginering proses pemahaman konsep siswa tentang materi
yang menjadi karakteristik pembelajaran pokok sel volta dan penerapannya dalam
berbasis STEM. Pembelajaran diakhiri kehidupan nyata. Selanjutnya siswa
dengan presentasi kelompok dan review oleh melakukan self assessment dan penilaian
guru bersama semua siswa. Aktivitas siswa antar teman untuk kegiatan dari fase
dicatat oleh observer untuk memperoleh data reflection hingga communication.
nilai keterampilan dengan berpedoman pada

Gambar 2. Siswa melakukan uji coba Telah dijelaskan bahwa pada penelitian
rancangan hasil kerja kelompok pada ini tidak menggunakan analisis statistik. Data
fase application, mengukur potensial sel yang diperoleh merupakan data penelitian
dari wortel serta menyusun rangkaian sel eksperimen semu dengan satu variabel
volta bahan buah belimbing yang dapat terikat yaitu pembelajaran berbais STEM
menyalakan lampu. dan dua variabel terikat yaitu kemampuan
pemahaman konsep dan keterampilan
Penilaian sikap juga dilakukan pada
berfikir kreatif.
pembelajaran berbasis STEM, siswa
mengisi angket untuk mengetahui respon
siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran.
Penilaian sikap meliputi self assessment,
penilaian antar teman, dan jurnal yang dibuat
oleh guru model bersama-sama observer.

41
Gambar 3. Hasil uji coba kerja kelompok eksperimen telah mencapai standar.
setelah menyepakati desain rancangan sel Demikian juga keterampilan berfikir kreatif
volta dari buah pisang yang dapat memberi telah mencapai standar yaitu dengan rata-
daya listrik pada sebuah HP rata skor 2,96 atau sama dengan 98,72
%. Hanya ada 1 (satu) dari 28 siswa yang
Data utama yang dipakai untuk melihat
memiliki nilai mendekati standar pada nilai
pengaruh pembelajaran berbasis STEM
keterampilan berfikir kritis dan keterampilan
terhadap peningkatan kemapuan pemahaman
komunikasi. Sesuai dengan indikator dalam
konsep adalah data hasil pretest dan posttest.
instrumen yang telah mendapat validasi dari
Data tersebut dianalisis untuk melihat skor
pakar SEAQIS PPPPTK IPA maka secara
hasil tes. Selanjutnya hasil tes tersebut
umum dinyatakan bahwa semua siswa dalam
dihitung rataratanya. Serta menghitung N-
kelas eksperimen telah mencapai standar.
Gain antara pretest dan posttest.
Pada penilaian aspek sikap melalui self
Dari data diperoleh bahwa telah
assessment diperoleh hasil bahwa hampir
terjadi peningkatan pemahaman konsep
semua siswa menyatakan telah memahami
sebagaimana yang disajikan pada dari tabel
konsep sel volta secara benar. Hampir semua
1 yaitu nilai pretest dengan rata-rata 61, 19
siswa juga telah melakukan kerjasama
sedangakan nilai rata-rata posttest adalah
dengan teman di kelompoknya maupun
90, maka perolehan skor N gain adalah 0,74.
dengan kelompok lain dalam berdiskusi dan
Dengan demikian karena g > 0,70 yaitu
menyelesaikan tugas proyek. Pada penilaian
sebesar 0,74, dengan N gain sebesar itu
antar teman sebagian besar siswa dipandang
maka berada pada kategori tinggi. Dengan
memiliki integritas kedisiplinan, tenggang
demikian pembelajaran berbasis STEM
rasa, kerja sama dan menerima perbedaan
sangat berpengaruh terhadap pemahaman
pendapat. Sedangkan penilaian sikap di
konsep.
jurnal guru menyatakan bahwa semua siswa
Secara keseluruhan nilai rata-rata memiliki sikap sangat baik dan mampu
pretest, post-test, dan N-gain kemampuan melakukan pembelajaran sesuai dengan
pemahaman konsep pada siswa kelas skenario rencana pembelajaran.

42 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Pembelajaran Berbasis Stem Pada Materi Sel Volta Untuk Meningkatkan Keterampilan

Selengkapnya data hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

No Aspek data penilaian Skor/nilai Kategori

1 Pre-test 61,79 Belum tuntas

2 Post-test 90,00 Tuntas


98,72 %
3 Keterampilan berfikir kreatif 2,96
(Mencapai standar)
4 Sikap 93,32 Sangat baik

5 N gain 0,74 Tinggi

Berdasarkan pembahasan di atas pemahaman konsep siswa.


dimengerti bahwa pembelajaran berbasis
3. Pembelajaran Berbasis STEM pada
STEM telah terbukti mengambil peran dalam
Materi Pokok Elektrolisis terbukti
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional
berpengaruh peningkatan terhadap
dan perkembangan jaman, dan menuntut
Keterampilan Berfikir Kreatif siswa
keterampilan berpikir kritis oleh karena itu
ditunjukkan oleh perolehan nilai rata-rata
akan menumbuhkan kreativitas siswa . Siswa
dari data observer sebesar 2,96 atau 98,7
dipersiapkan tidak hanya untuk melanjutkan
% dengan predikat mencapai standar.
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
tetapi juga menyelesaikan tantangan dan Berdasarkan kesimpulan di atas maka
masalah-masalah yang dihadapinya dalam penulis memberikan saran-saran kepada
kehidupan sehari-hari untuk menyambut pihak-pihak terkait sebagai berikut:
abad 21. 1. Pembelajaran berbasis STEM dapat
PENUTUP dijadikan salah satu alternatif bagi guru
untuk menambah variasi pendekatan
Berdasarkan pembahasan analisis data pembelajaran dalam meningkatkan
pada penelitin ini maka dapat dipeoleh pemahaman konsep sehingga hasil
simpulan sebagai berikut: belajar siswa pada materi pokok sel volta
1. Pembelajaran berbasis STEM pada materi meningkat.
pokok sel Volta dapat dilakukan melalui 2. Pembelajaran berbasis STEM dapat
lima fase kegiatan yaitu reflection, dijadikan salah satu alternatif bagi guru
research, discovery, application, dan untuk menambah variasi pendekatan
communication. pembelajaran dalam meningkatkan
2. Pembelajaran Berbasis STEM pada keterampilan yang dibutuhkan
materi pokok Sel Volta dapat abad 21 yaitu keterampilan berfikir
meningkatkan pemahaman konsep kritis, keterampilan komunikasi, dan
siswa dengan nilai pre-posttest 61,79 kemampuan kerja sama siswa.
menjadi 89,93 dengan skor N gain 3. Guru dapat mengembangkan lagi pola
sebesar 0,74 dengan kategori tinggi, pikir siswa dengan menggunakan model
maka pembelajaran berbasis STEM STEM PJBL pada materi lain.
disimpulkan berpengaruh terhadap

43
4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan Kemdikbud. (2016). Permendikbud No. 24
dan motivasi bagi guru untuk segera Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti
melakukan inovasi pembelajaran untuk dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada
menyongsong era revolusi industri 4.0 Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA
Puskurbuk
Anni, C. (2004). Psikologi Belajar. UPT
Pembelajaran Online. (2011). Analisis
MKK Universitas Negeri Semarang.
tentang membangunpengetahuan
Bybee. Roger W. (2013). Translating NGSS awal atau apersepsi siswa dalam
for Classroom Instruction. Arlington, kegiatan pembelajaran. Poojetz.
National Science Teacher Assosiation. Wordspress
Press
PPPPTK IPA . (2018). Unit Pembelajaran
Capraro. (2013). Project Based Leraning STEM Mata Pelajaran Kimia Kelas
An Integrated Science Technology, XII PLBS . Bandung: Overview
Enginering and Mathematics (STEM)
Sugiyono, 2018. Metode Penelitian
Approach. SENSE PUBLISHERS.
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Texas.
Bandung: Alfabeta
Devi, Poppy, K., Siti Kalsum., dkk. (2009).
Kimia 3, Kelas XII SMA dan MA.
Edisi BSE. Jakarta. Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Dir PSMK. 2013. IImplementasi Kecakapan
Abad 21, Kurikulum 2013.di SMA.
Jakarta , Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas

44 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Matematika
Dan Dukungan Teman Sebaya Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MATEMATIKA


DAN DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA SMP

Oleh : Ida Supadmi


SMP N 1 Wates, Kulon Progo
idasupadmi5@gmail.com

ABSTRACT : This research aimed to know the relationship between students perception
of Mathematics and support from friends of the same age with learning motivation of
students in Junior High School. The sample of research were 90 students in Junior High
School 1 Wates. The hypotheses in this research are : 1) There was positive relation
between students perception of Mathematics with Motivation in learning Mathematics.
2) There was positive relation between support from friends of the same age with
Motivation in learning Mathematics 3) There was positive relation between students
perception of Mathematics and support from friends of the same age with Motivation
in learning Mathematics. The data analysis were done by product moment correlation
and multiple linear regression. Based on correlation analysis done was known that the
result of research does appropriate with the hypotheses. It is based on the significant
result of F testing, i.e. < 0,05. The determination of coefficient was 0.497 meant that the
percentage of perception of Mathematics and support from friends of the same age with
Motivation in learning Mathematics was 49.7% while the rest of 50.3% was influenced
by other variables which were not included in this research.
Key Words : Motivation, perception, support, correlation and regression.

PENDAHULUAN Menurut Sardiman (2011) kata


Dalam dunia pendidikan, matematika motif diartikan sebagai daya upaya yang
merupakan salah satu pelajaran yang mendorong seseorang untuk melakukan
menduduki peranan yang sangat penting, sesuatu. Berawal dari kata motif itu, maka
karena matematika mempunyai karakteristik motivasi dapat diartikan sebagai daya
dalam melatih seseorang antara lain untuk penggerak yang telah menjadi aktif.
berpikir logis, kritis, sistematis, tekun dan Suryabrata (2001) berpendapat bahwa
kreatif, hal itu sejalan dengan pendapat motivasi belajar adalah kondisi psikologis
Gardner bahwa salah satu kecerdasan yang yang mendorong seseorang untuk melakukan
dimiliki manusia adalah kacerdasan logis kegiatan belajar.
matematis (Brower dalam Rusefendi, 1990).
Menurut Santrock (2009) teman sebaya
Kecerdasan ini berkaitan dengan berhitung
(peers) adalah anak-anak atau remaja dengan
atau menggunakan angka dalam kehidupan
tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang
sehari-hari. Oleh karena itu pelajaran
sama. Dukungan teman sebaya dapat menjadi
matematika diberikan kepada siswa mulai
positif dan negatif. Salah satu fungsi dari
dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai
teman sebaya adalah untuk menyediakan
Perguruan Tinggi supaya siswa berlatih
berbagai informasi mengenai dunia luar
berpikir logis, kritis, sistematis, tekun dan
keluarga.
kreatif .

45
Namun kenyataannya motivasi belajar Gagne (dalam Olson & Hergenhahn,
matematika siswa masih rendah, hal ini 2009) memberikan dua definisi belajar
dapat dilihat dari hasil belajar siswa, meski yaitu (1) belajar adalah suatu proses untuk
ada beberapa siswa yang berprestasi pada memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
matematika. ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku; (2)
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
Berdasarkan dinamika uraian di atas
ketrampilan yang diperoleh dari instruksi.
maka penulis merumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu Apakah ada hubungan McClelland (dalam Purwanto,
antara persepsi siswa terhadap matematika 2005) menjelaskan bahwa individu yang
dan dukungan teman sebaya dengan motivasi mempunyai motivasi belajar tinggi lebih
belajar matematika? memiliki keinginan yang besar untuk
menemukan pemecahan masalah dengan
Manfaat penelitian adalah : (1)
mengerahkan upaya kemampuan sendiri
Menambah khasanah teoritis peranan
bukan kemampuan yang didapat atau
persepsi terhadap matematika dan dukungan
diberikan orang lain, dengan aspek-aspek
teman sebaya terhadap motivasi belajar.
sebagai berikut :
(2) Sebagai masukan bagi guru untuk
memperhatikan faktor-faktor lain di luar 1. Usaha yang terus menerus, siswa
kemampuan kognitif siswa. (3) Memberi memiliki sifat ulet dan tekun saat
masukan kepada siswa agar siswa saling menyelesaikan suatu masalah dalam
memberi dukungan terkait pelajaran belajar matematika.
matematika kepada teman sebayanya
2. Keyakinan akan berhasil, siswa merasa
yaitu dukungan emosional, dukungan
yakin akan keberhasilan yang akan diraih
penghargaan, dukungan instrumen.
pada pelajaran matematika.
TINJAUAN PUSTAKA 3. Respon yang kuat terhadap persoalan,
siswa memiliki sifat mudah tertarik
A. Motivasi Belajar Matematika terhadap permasalahan yang ada
Menurut Mc. Donald yang dikutip dan saat mendapat masalah dalam
oleh Sardiman (2011), motivasi adalah matematika siswa cenderung ingin cepat
suatu perubahan energi di dalam diri pribadi menyelesaikannya.
seseorang yang ditandai dengan timbulnya
4. Hasil upaya sendiri, siswa lebih
afektif, dan reaksi untuk mencapai tujuan,
senang menyelesaikan suatu masalah
juga sebagai dorongan dari dalam diri
matematika, dalam mengerjakan ulangan
seseorang dan dorongan ini merupakan
atau tes secara mandiri tanpa meminta
motor penggerak. Oleh karena itu,
bantuan orang lain.
motivasi sebagai proses batin atau proses
psikologis yang terjadi pada diri seseorang Menurut Sardiman (2011) motivasi
sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal belajar secara umum dipengaruhi oleh faktor
(lingkungan), dan faktor internal yang internal (dari dalam) dan eksternal (dari
melekat pada setiap orang (pembawaan), luar). Faktor internal ada dua macam yaitu
tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, faktor fisiologis atau keadaan fungsi-
keinginan atau harapan masa depan.

46 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Matematika
Dan Dukungan Teman Sebaya Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP

B. Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran C. Hubungan Persepsi Siswa Terhadap


Matematika Matematika Dengan Motivasi Belajar
Poerwadarminta (2004) mengartikan Matematika
persepsi sebagai tanggapan atau penerimaan Motivasi belajar kadang naik, kadang
langsung dari sesuatu. Sedangkan Walgito turun bahkan bisa hilang, demikian juga
(2003) berpendapat bahwa persepsi adalah motivasi belajar matematika. Menurut
pengorganisasian, penginterpretasian Sardiman (2011) , motivasi belajar
terhadap stimulus yang diterima oleh dipengaruhi oleh dua faktor yaitu dari dalam
individu sehingga merupakan sesuatu yang (internal) dan dari luar individu (eksternal).
berarti. Poerwadarminta (2004) mengartikan
persepsi sebagai tanggapan atau penerimaan
Menurut Taylor (2009), persepsi
langsung dari sesuatu.
merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan, yaitu proses yang berujud Jika siswa mempersepsikan matematika
diterimanya stimulus oleh individu melalui itu mata pelajaran yang menarik, banyak
alat reseptornya. Stimulus itu diteruskan manfaatnya, ada hubungannya dengan
ke pusat susunan syaraf (otak) sehingga dunia nyata dimana siswa berpersepsi
individu menyadari apa yang dilihat, posotif terhadap matematika, maka akan
didengar (individu mengalami persepsi). mempengaruhi kognisi siswa sehingga
muncul daya dorong dari dalam diri siswa
Menurut Smet (1994) membedakan
untuk belajar matematika. Dengan demikian
empat aspek dukungan sosial, yaitu sebagai
persepsi positif terhadap matematika akan
berikut :
meningkatkan motivasi belajar matematika.
1. Dukungan emosional : mencakup
ungkapan empati, kepedulian, dan D. Hubungan Antara Dukungan Teman
perhatian terhadap orang lain. Sebaya Dengan Motivasi Belajar Siswa
2. Dukungan penghargaan : dorongan maju Gibson (1998) menyebutkan bahwa
atau persetujuan dengan gagasan atau dukungan adalah kesenangan yang diterima
perasaan individu dengan orang lain. seseorang melalui hubungan formal dan
informal dengan yang lain atau kelompok.
3. Dukungan instrumen : mencakup bantuan Menurut Sardiman (2011), faktor eksternal
langsung sesuai dengan kebutuhan yang mempengaruhi motivasi belajar
individu. meliputi lingkungan sosial dan non sosial.
4. Dukungan informasi : mencakup Lingkungan sosial antara lain guru, teman
memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, sebaya, staf administrasi dan sebagainya.
saran-saran atau umpan balik terhadap Menurut Mappiare (1992) kelompok
sesuatu yang dilakukannya. teman sebaya merupakan lingkungan sosial
pertama di mana siswa belajar untuk hidup
bersama orang lain yang bukan anggota
keluarganya.
Menurut Santrock (2003) teman sebaya
(peers) adalah anak-anak atau remaja dengan
tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang

47
sama. Dukungan yang positif dari teman Winkel (2003) mengemukakan
sebaya tentang matematika akan memberi bahwa perasaan senang atau gembira akan
dampak yang positif pula. menggiatkan aktivitas belajar, sedangkan
perasaan kecewa akan melemahkan kegiatan
Crow & Crow (1994) menjelaskan
belajar. Dukungan teman sebaya besar
bahwa banyak individu mengembangkan
pengaruhnya terhadap motivasi belajar,
motivasi belajar sebagai hasil pengaruh dan
lebih-lebih siswa SMP, seorang siswa
dukungan yang diterimanya dari guru, teman
membutuhkan dukungan agar motivasi
atau keluarga. Maka dari itu dukungan teman
belajarnya lebih tinggi dan dukungan
sebaya sangat diperlukan oleh siswa, karena
tersebut diperoleh melalui hubungan yang
dukungan teman sebaya sangat berpengaruh
akrab dan erat dengan orang lain yang selalu
bagi terbentuknya kerja dan prestasi.
memberikan dukungan. Karena menurut
Dukungan itu berupa dukungan emosional,
Monks, Knoers & Hadinoto, 2006) bahwa
dukungan instrumen, dukungan penghargaan
siswa SMP adalah masa remaja awal yang
dan dukungan informasi, terkait matematika.
akan mencari jati diri, perlu didukung
Karena mendapat dukungan dari teman
motivasi yang positif dari luar, salah satunya
sebaya, maka motivasi belajar matematika
adalah dukungan positif dari teman sebaya.
akan meningkat.
Persepsi yang positif terhadap
E. Hubungan Antara Persepsi Siswa matematika, dibarengi dengan dukungan
Terhadap Pelajaran Matematika dan positif dari teman sebaya tentang matematika
Dukungan Teman Sebaya Dengan sangat efektif dalam meningkatkan motivasi
Motivasi Belajar. belajar matematika.
Motivasi belajar matematika dapat
dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor METODE PENELITIAN
dari luar. Salah satu faktor dari dalam yang A. Identifikasi dan Operasionalisasi
dapat mempengaruhi adalah persepsi siswa Variabel
terhadap matematika, persepsi yang positif
terhadap akan meningkatkan motivasi belajar Variabel yang diteliti dibedakan ke
matematika siswa. dalam 2 kategori, yaitu (1) variabel bebas atau
independent variable (variabel berpengaruh)
Toha (2003) menyebutkan bahwa adalah variabel yang mempengaruhi
persepsi adalah suatu proses kognitif atau disebut variabel penyebab, dengan
yang dialami oleh setiap orang di dalam menggunakan simbol (X1) untuk persepsi
memahami informasi tentang lingkungannya, siswa terhadap pelajaran matematika dan
baik melalui penglihatan, pendengaran, (X2) untuk dukungan teman sebaya; (2)
penghayatan, perasaan dan penciuman. variabel tak bebas (variable terikat) atau
Jika siswa yang memiliki persepsi positif dependent variable, dengan menggunakan
terhadap matematika, maka motivasi belajar simbol (Y), dalam penelitian ini adalah
matematika akan tinggi karena kognisinya motivasi belajar matematika pada siswa.
akan dipengaruhi oleh informasi yang positif
tentang matematika, sehingga motivasi untuk B. Populasi dan Sampel Penelitian
belajar matematika tinggi.
Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VII dan VIII SMP N 1 Wates
Tahun Pelajaran 2015/2016, yang terdiri dari

48 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Matematika
Dan Dukungan Teman Sebaya Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP

kelas VIIA sampai VIIF, kelas VIIIA sampai (SS) mendapat nilai 1.
VIIIG yang berjumlah 361 siswa. Dipilih
siswa kelas VII dan VIII karena siswa D. Metode Analisis Data
kelas ini punya waktu luang lebih banyak Untuk menguji ada tidaknya hubungan
dibandingkan siswa kelas IX yang akan antara variabel secara parsial digunakan
menghadapi Ujian Nasional. analisis statistik korelasi product moment
Sampel adalah individu dari populasi (Sugiyono, 2003). Untuk menguji ada
yang diteliti atau sebagian saja dari hal-hal tidaknya hubungan antara variabel secara
yang sebenarnya akan diteliti (Sugiyono, bersama-sama digunakan analisis regresi
2003). Pengambilan sampel penelitian ini linier berganda (Sugiyono, 2003).
berdasarkan pendapat Arikunto (2003), yaitu
HASIL PENELITIAN
apabila subyeknya kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya Data-data yang diperoleh dari skala
penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah persepsi siswa terhadap matematika, skala
subyek lebih besar, dapat diambil 10-15%, dukungan teman sebaya dan skala motivasi
atau 20-25% atau lebih. Dalam penelitian belajar matematika digunakan untuk
ini mengambil 25% dari populasi, teknik mendeskripsikan hasil penelitian dengan
pengambilan sampel dengan menggunakan menggunakan skor hipotetik dan empirik.
Ramdom Sampling yaitu memilih secara Dalam data skor hipotetik dan skor empirik,
acak dari populasi tersebut, masing-masing yang dideskripsikan adalah nilai minimum,
individu mempunyai kesempatan yang sama maksimum, jarak sebaran (range), standar
untuk dapat diambil (Arikunto, 2003). deviasi, dan rata-rata (mean).

C. Metode Pengumpulan Data A. Kategori Hasil


Metode pengumpulan data yang Klasifikasi hasil dilakukan dengan
digunakan dalam penelitian ini yaitu metode mengasumsikan bahwa skor populasi subjek
Skala Psikologi yang meliputi skala motivasi mempunyai distribusi normal, sehingga skor
belajar matematika, skala persepsi siswa hipotetik terdistribusi menurut model normal
terhadap matematika, dan skala dukungan (Azwar, 2009).
teman sebaya. Skala-skala terdiri atas dua Penetapan kategorisasi skor subjek
kelompok, yaitu item yang mendukung terlebih dahulu. Kategorisasi Skor subjek
pernyataan (favorable) dan aitem yang tidak pada penelitian ini dikelompokan menjadi
mendukung pernyataan (unfavorable). Pada 2 kategori, yaitu: tinggi dan rendah. Hasil
pernyataan yang bersifat favorable subjek kategorisai pada skor persepsi siswa terhadap
akan memperoleh nilai 4 jika menjawab matematika, dukungan teman sebaya dan
Sangat Sesuai (SS), nilai 3 jika menjawab motivasi belajar matematika.
Sesuai (S), nilai 2 jika menjawab Tidak
Sesuai (TS) dan jawaban Sangat Tidak Sesuai B. Uji Prasyarat
(STS) nilai 1. Sedangkan pada pernyataan
Uji prasyarat dilakukan sebelum analisis
unfavorable subyek akan memperoleh
data. Uji prasyarat yang dilakukan yaitu uji
nilai 4 jika menjawab Sangat Tidak Sesuai
normalitas dan uji linearitas.
(STS), nilai 3 jika jawaban Tidak Sesuai
(TS) sedangkan untuk jawaban Sesuai (S) 1. Uji Normalitas
mendapat nilai 2 dan jawaban Sangat Sesuai

49
Berdasar hasil uji K-S (Z) untuk variabel C. Uji Hipotesis
persepsi siswa terhadap matematika adalah Hipotesis 1 dan 2 diuji dengan
0,725 dengan p = 0,670 > 0,05. Hal ini menggunakan uji korelasi product moment,
menunjukkan bahwa distribusi sebaran data sedangkan hipotesis 3 diuji dengan
variabel persepsi siswa terhadap matematika menggunakan uji regresi linear berganda.
adalah normal. Pada hasil uji K-S (Z) untuk Hasil uji hipotesis 1 dan 2 dapat dilihat pada
variabel dukungan teman sebaya adalah tabel di bawah ini.
1,342 dengan p = 0,055 > 0,05.
Diketahui bahwa koefisien korelasi
Hal ini menunjukkan bahwa distribusi (r) antara variabel persepsi siswa terhadap
sebaran data variabel dukungan teman matematika dengan variabel motivasi belajar
sebaya adalah normal. Hasil uji K-S (Z) matematika sebesar rX1.Y = 0,705 dengan
untuk variabel motivasi belajar matematika p < 0,05. Hal ini berarti ada hubungan
adalah 0,907 dengan p = 0,383 > 0,05. Hal yang positif antara variabel persepsi siswa
ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran terhadap matematika dengan variabel
data variabel motivasi belajar matematika motivasi belajar matematika. Semakin
adalah normal. positif persepsi siswa terhadap matematika
2. Uji Linearitas semakin tinggi motivasi belajar matematika.
Sebaliknya, semakin negatif persepsi siswa
Pedoman yang digunakan untuk
terhadap semakin rendah motivasi belajar
menguji linearitas garis regresi dilakukan
matematika. Koefisien korelasi (r) antara
dengan jalan menguji signifikansi nilai F.
variabel dukungan teman sebaya dengan
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui
variabel motivasi belajar matematika sebesar
apakah variabel yang dianalisis korelasinya
rX2.Y = 0,369 dengan p < 0,05. Hal ini berarti
mempunyai hubungan linear.
ada hubungan yang positif antara variabel
Berdasarkan hasil analisis uji linearitas dukungan teman sebaya dengan variabel
variabel persepsi siswa terhadap matematika motivasi belajar matematika. Semakin positif
dengan motivasi belajar matematika, dukungan teman sebaya pada matematika
diperoleh nilai F = 105,248 (p<0,05) maka semakin tinggi motivasi belajar matematika.
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan Sebaliknya, semakin negatif dukungan
linear secara signifikan antara variabel teman sebaya pada matematika semakin
Persepsi Siswa Terhadap Matematika rendah motivasi belajar matematika.
(X1) dengan variabel Motivasi Belajar
Hipotesis 3, diuji dengan uji regresi.
Matematika (Y).
Dari hasil analisis diketahui bahwa R =
Hasil analisis uji linearitas variabel 0.705, p<0,05. Ini menunjukkan bahwa ada
dukungan teman sebaya dengan motivasi hubungan yang signifikan antara variabel
belajar matematika, diperoleh nilai F = persepsi siswa terhadap matematika dan
14,807 (p<0,05) maka dapat disimpulkan variabel dukungan teman sebaya secara
bahwa terdapat hubungan linear secara bersama-sama terhadap variabel motivasi
signifikan antara variabel Dukungan Teman belajar matematika. Artinya, semakin positif
Sebaya (X2) dengan variabel Motivasi persepsi siswa terhadap matematika dan
Belajar Matematika (Y). dukungan teman sebaya semakin tinggi
motivasi belajar matematika. Sebaliknya,
semakin negatif persepsi siswa terhadap

50 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Matematika
Dan Dukungan Teman Sebaya Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP

matematika dan dukungan teman sebaya persepsi. Persepsi siswa terhadap matematika
semakin rendah motivasi belajar matematika. mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Siswa yang mempersepsikan positif pada
Angka R Square antara Koefisien
matematika akan tinggi. Hal ini diperkuat
Determinasi adalah 0.497, artinya 49,7%
oleh penelitian dari Effendy (2011) tentang
variasi dari motivasi belajar matematika
hubungan antara persepsi siswa SMP Kristen
dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua
Tri Tunggal semarang terhadap matematika
variabel independen, yaitu persepsi siswa
dengan motivasi belajar matematika, hasilnya
terhadap matematika dan dukungan teman
adalah ada hubungan positif antara persepsi
sebaya. Sedangkan sisanya yaitu 50,3%
siswa terhadap matematika dengan motivasi
dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain.
belajar matematika. Variabel persepsi
Hasil analisis regresi linier berganda siswa terhadap matematika memberikan
didapat F=42,911 dengan p <0,01. Dengan sumbangan efektif 45,50% terhadap motivasi
demikian model regresi ini bisa dipakai belajar matematika. Semakin positif persepsi
untuk memprediksi hubungan persepsi siswa terhadap matematika, semakin tinggi
siswa terhadap matematika dan dukungan motivasi belajar matematika. Besarnya
teman sebaya secara bersama-sama terhadap koefisien determinasi sebesar 0,162 artinya
motivasi belajar matematika. besarnya sumbangan efektif variabel
motivasi belajar matematika, persepsi
PEMBAHASAN terhadap matematika dan pendidikan orang
Berdasarkan uji korelasi product moment tua terhadap prestasi belajar matematika
diketahui bahwa ada hubungan positif antara siswa adalah 16,2%.
persepsi siswa terhadap matematika dengan Nilai koefisien determinasi untuk
motivasi belajar matematika, terdapat persepsi siswa tentang matematika terhadap
hubungan positif antara dukungan teman motivasi belajar matematika adalah sebesar
sebaya dengan motivasi belajar matematika. 0,497. Ini berarti besarnya pengaruh persepsi
Hasil uji linear berganda dapat diketahui siswa tentang matematika terhadap motivasi
secara bersama-sama ada hubungan antara belajar matematika adalah sebesar 49,7%.
persepsi siswa terhadap matematika dan Pada penelitian ini persepsi siswa terhadap
dukungan teman sebaya dengan motivasi matematika klasifikasi tinggi sebanyak
belajar matematika. 71% dan rendah sebanyak 29%. Hasil ini
Hasil penelitian menunjukkan terdapat menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap
hubungan positif yang signifikan antara matematika subjek cenderung tinggi. Hasil
persepsi siswa terhadap matematika penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
dengan motivasi belajar matematika. persepsi siswa terhadap matematika positif.
Menurut Sardiman (2011) ada dua hal yang Hal itu diperkuat oleh penelitian dari
mempengaruhi motivasi belajar termasuk Apriani (2008) yaitu dukungan teman sebaya
belajar matematika yaitu faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap motivasi belajar
berasal dari dalam diri individu (faktor siswa. Nilai koefisien determinasi untuk
internal) dan faktor-faktor yang berasal dari dukungan teman sebaya 0,199 ini berarti
luar diri indivdu (faktor eksternal). Faktor- bahwa besarnya pengaruh dukungan teman
faktor yang berasal dari dalam individu terdiri sebaya terhadap motivasi belajar adalah
dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. 19,9%.
Salah satu aspek dari faktor psikologis adalah

51
Pada penelitian ini nilai koefisien orang tua, sistem pendidikan di sekolah,
determinasi untuk dukungan teman sebaya serta kematangan usia dan jenis kelamin.
terhadap motivasi belajar matematika
Variabel yang dominan mempengaruhi
adalah 0,136 ini berarti besarnya pengaruh
motivasi belajar berdasarkan hasil penelitian
dukungan teman sebaya terhadap motivasi
adalah dukungan teman sebaya. Penelitian ini
belajar matematika siswa adalah 13,6%.
menunjukkan bahwa subyek yang memiliki
Pada penelitian ini dukungan teman sebaya
dukungan teman sebaya klasifikasi tinggi
klasifikasi tinggi sebanyak 74% dan rendah
sebanyak 74%, kategori sedang sebanyak
sebanyak 2%. Hasil ini menunjukkan bahwa
26% dan kategori rendah 0%. Hasil ini dapat
dukungan teman sebaya pada matematika
disimpulkan dukungan teman sebaya bagi
subjek cenderung positif. Dapat disimpulkan
subyek cenderung positif.
bahwa dukungan teman sebaya terhadap
matematika positif. KESIMPULAN
Hasil uji regresi linear berganda
A. Kesimpulan
dapat diketahui secara bersama-sama ada
hubungan antara persepsi siswa terhadap Ada hubungan positif antara persepsi
matematika dan dukungan teman sebaya siswa terhadap matematika dengan motivasi
dengan motivasi belajar matematika. belajar matematika, hal itu dapat dilihat dari
Dimana semakin positif persepsi siswa nilai koefisien korelasi (r) antara variabel
terhadap matematika dan dukungan teman persepsi siswa terhadap matematika dengan
sebaya pada pelajaran matematika maka variabel motivasi belajar matematika
motivasi belajar matematika siswa pun rX1.Y = 0,750 dengan p < 0,05. Para siswa
semakin tinggi. Sebaliknya, semakin negatif mempersepsikan positif terhadap matematika
persepsi siswa terhadap matematika dan maka motivasi belajar matematika tinggi.
dukungan teman sebaya pada matematika Ada hubungan yang positif antara dukungan
maka motivasi belajar matematika siswa teman sebaya dengan motivasi belajar
pun semakin rendah. Hal ini sejalan dengan matematika, hal itu dapat dilihat dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Aminah nilai koefisien korelasi (r) antara variabel
(2008) bahwa ada hubungan yang positif dukungan teman sebaya dengan variabel
antara persepsi siswa terhadap metode motivasi belajar matematika rX2.Y = 0,365
mengajar guru matematika dan dukungan dengan p < 0,005. Siswa saling memberi dan
teman sebaya dengan motivasi belajar memperoleh dukungan dari teman sebayanya
matematika. yaitu dukungan emosional yang berupa rasa
empati, menghibur, kepedulian; dukungan
Koefisien determinasi (R²) sebesar 0,497
penghargaan yang berupa pemberian
mempunyai arti bahwa besarnya sumbangan
semangat, pembertian tanggapan positif,
efektif persepsi siswa terhadap matematika
mengingatkan untuk belajar matematika,
dan dukungan teman sebaya secara bersama-
memberi apresiasi; dukungan instrumen
sama terhadap motivasi belajar matematika
yang berupa bantuan pinjaman alat-alat
siswa sebesar 49,7% sedangkan sisanya
yang digunakan dalam belajar matematika;
sebesar 50,3 % di pengaruhi variabel lain
dan dukungan informasi yang berupa solusi
yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini
terhadap masalah, saran kiat-kiat sukses
seperti inteligensia anak, kebudayaan, gen
belajar matematika, pemberian informasi jika
atau keturunan orangtua, tingkat pendidikan
siswa ada yang kurang jelas; maka motivasi

52 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Hubungan Persepsi Siswa Terhadap Matematika
Dan Dukungan Teman Sebaya Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP

belajar matematika siswa tersebut akan Beberapa saran dari hasil penelitian ini
meningkat. Semakin tinggi dukungan teman antara lain :
sebaya maka motivasi belajar matematika
1. Bagi siswa, diharapkan agar memiliki
akan semakin tinggi, sebaliknya semakin
persepsi positif terhadap matematika
rendah dukungan teman sebaya maka
dan saling memberikan dukungan positif
motivasi belajar matematika akan semakin
terhadap teman sebayanya.
rendah. Ada hubungan secara bersama-sama
antara persepsi siswa terhadap matematika 2. Bagi pendidik, agar guru matematika
dan dukungan teman sebaya dengan motivasi selalu memberikan motivasi kepada
belajar matematika, hal itu dapat dilihat siswa dan menyarankan agar siswa
dari nilai R = 0,075 dan p = 0,05. Persepsi saling memberi dukungan terhadap
siswa terhadap pelajaran matematika positif teman sebayanya.
secara bersama-sama memperoleh dukungan 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
dari teman sebaya terkait pada pelajaran dapat melihat faktor-faktor lain yang
matematika, efektif dalam meningkatkan tidak dimasukkan dalam penelitian ini
motivasi belajar matematika. Semakin yang dapat mempengaruhi motivasi
positif persepsi siswa terhadap matematika belajar matematika seperti inteligensia
dan semakin tinggi dukungan teman sebaya, anak, kebudayaan, gen atau keturunan
semakin tinggi motivasi belajar matematika, orangtua, sistem pendidikan di sekolah,
sebaliknya semakin negatif persepsi siswa serta kematangan usia dan jenis kelamin,
terhadap matematika dan semakin rendah karena berdasarkan hasil penelitian
dukungan teman sebaya maka motivasi diketahui besarnya sumbangan variabel
belajar matematika akan semakin rendah. persepsi siswa terhadap pelajaran
Koefisien determinasi (R2) sebesar matematika dan variabel dukungan teman
0,497 artinya besaran sumbangan efektif sebaya pada motivasi belajar matematika
variabel persepsi siswa terhadap pelajaran hanya sebesar 49,7%.
matematika dan variabel dukungan teman
sebaya secara bersama-sama terhadap DAFTAR PUSTAKA
kemandirian siswa sebesar 49,7% sedangkan Aminah, S. (2008). Pengaruh
sisanya sebesar 50,3 % di pengaruhi variabel Persepsi Siswa Terhadap Metode
lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian Mengajar Guru dan Dukungan
ini. Sosial Teman Sebaya Terhadap
Faktor-faktor psikologis lain yang Motivasi Belajar. Jurnal, 5(7), 369-
berpengaruh terhadap motivasi belajar tetapi 382.
tidak dimasukkan dalam penelitian ini antara Apriani, F. (2008). Peran Dukungan Orang
lain inteligensia anak, kebudayaan, gen atau Tua dan Teman Sebaya Terhadap
keturunan orangtua, tingkat pendidikan Motivasi Belajar Siswa SMP. (Tesis
orang tua, sistem pendidikan di sekolah, tidak dipublikasikan). Universitas
serta kematangan usia dan jenis kelamin. Islam Indonesia, Yogyakarta.
Arikunto, S. (2003). Prosedur penelitian.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan validitas.
B. Saran Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

53
Crow, L.D. & Crow, A. (1994). Psikologi : Gramedia Widya Sarana.
pendidikan. Alih Bahasa :
Sugiyono. (2003). Statistik untuk
Marsifan, Z. Jakarta : Erlangga.
penelitian. Bandung : Alfa Beta.
Effendy, E. (2011). Hubungan Antara
Sugiyono. (2010). Statistik untuk
Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran
penelitian. Bandung : Alfa Beta.
Matematika Dengan Motivasi
Belajar Matematika. (Skripsi yang Suryabrata, S. (2001). Pembimbing ke
dipublikasikan on line). psikodiagnostik II. Yogyakarta :
Universitas Diponegoro, Semarang. Rake Sarasin I.
Diunduh tanggal 15 Juli 2015. Taylor, S.E. (2009). Health psychology.
Gibson, J.L. (1998). Organisasi dan Newyork : Mc Graw Hill Inc.
manajemen. Edisi Keempat. Alih Toha, M. (2003). Perilaku organisasi
Bahasa : D.J. Wahid. Jakarta konsep dasar dan aplikasinya.
: Erlangga. Kejenuhan Dalam Jakarta: Grafindo Persada.
Belajar Matematika. Diunduh
Walgito, B. (2003). Pengantar psikologi
dari http://muhammad- irfani.
umum. Yogyakarta : BPP UGM.
wordpress.com/2009/01/12/ pada
tanggal 21 Desember 2015. Winkel, W.S. (2003). Psikologi Pengajaran.
Yogyakarta : Media Abadi.
Mappiare, A.M. (1992). Psikologi Remaja.
Surabaya : Usaha Nasional.
Monks, F.J, Knoers A.M.P, & Haditono,
S.R. (2006). Psikologi
perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Olson, M.H. & Hergenhahn, B.R. (2009).
An Introduction to Theories of
Learning. USA : Prentice Hall.
Poerwadarminta, W.J.S. (2004). Kamus
besar bahasa Indonesia. Jakarta
: PT. Balai Pustaka.
Purwanto. (2005). Psikologi pendidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Rusefendi, E. T. (1990). Peranan matematika
modern. Bandung : Tarsito.
Santrock, J.W. (2009). Psikologi
pendidikan. (Terjemahan). Jakarta
: Salemba Humanika.
Sardiman, A.M. (2011). Interaksi dan
motivasi belajar mengajar. Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada.
Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta

54 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Bahasa Inggris
Siswa Kelas VIII Menggunakan Metode Kooperatif STAD

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF


DESKRIPTIF BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIII
MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF STAD

Oleh:Yohanes Mei Setiyanta


Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 2 Mlati Sleman
Email: ninyogya@gmail.com

Abstract : This classroom action research is an effort to increase SMP students’ writing
skill. The students have difficulties in writing, especially how to write descriptive text.
This research has a purpose to give variations of teaching strategies or approaches to
English teachers as well.
The research uses descriptive research. The approach used in this research is cooperative
learning STAD. The students hopefully have willingness to cooperate with their peers.
The results of the research after three (3) treatments are as follows: grammar mistake
85 %, diction mistake 75 %, punctuation mistake 70 % , getting idea mistake 75 % and
readibility mistake 80 %. The result of the post-test is as follows: grammar mistake 10
%, diction mistake 10 %, punctuation mistake 5 % and getting idea mistake 5 % and
readibility mistake 10 %.
Key words: Cooperative Learning, STAD, descriptive paragraph

PENDAHULUAN Tujuan penelitian ini meningkatkan


Kep. Mendikbud No 060/1993, kemampuan siswa menulis teks deskriptif
pada tataran paragraf. Beberapa aspek yang
Kurikulum Pendidikan Dasar, LPP
dikaji adalah isi, tatabahasa, ketepatan,
menyatakan bahwa Keterampilan menulis
kesesuaian tema dan kosa kata. Aspek-
(writing) merupakan salah satu keterampilan
aspek tersebut menjadi kendala yang
berbahasa di samping membaca (reading),
menyulitkan siswa ketika mencoba menulis
berbicara (speaking) dan mendengar
teks deskriptif. Siswapun belum paham
(listening).
sepenuhnya tentang teori teks deskriptif.
Di dalam kurikulum 2013 SMP, Keadaan tersebut mengakibatkan siswa
pengajaran bahasa Inggis menekankan belum mampu menggunakan teks deskriptif
keterampilan menulis teks deskriptif, naratif, untuk menuangkan gagasan atau ide-idenya
recount, dan teks-teks pendek. Bermacam sehingga siswa belum mampu mendapatkan
tulisan di dalam textbook acuanpun hasil seperti yang diinginkannya di dalam
kemudian berisi jenis-jenis teks tersebut ujian nasional.
yang bertujuan memberikan pengetahuan Faktor lain yang menghambat
dan memeberikan pembelajaran kepada kemampuan siswa menulis paragraph
siswa tentang bagaimana menulis. Bachtiar, deskriptif ialah guru yang belum sepenuhnya
dkk, 2005 (iii) menyatakan bahwa tulisan- mampu mengajarkannya, entah karena
tulisan tersebut dapat menjadi contoh yang belum menggunakan metode pengajaran
baik ketika siswa menulis. menulis teks deskriptif yang menarik atau
keengganannya mengajari siswa yang agak
lamban belajar.

55
Penelitian ini menggunakan pendekatan Beberapa hasil penelitian tindakan kelas
Cooperative Learning dengan menerapkan ini berguna bagi siswa agar dapat mengetahui
metode Student-Team-Achievement Divisors kesalahan gramatikal dalam menulis paragraf
(STAD). Pendekatan Cooperative Learning deskriptif dan mampu memperbaikinya
memuat berbagai teori yang diperkuat dan siswa dengan teman sebayanya
dengan beberapa penelitian atau kajian dan termotivasi meningkatkan keterampilannya
telah dipraktekkan dalam dunia pendidikan. untuk menulis paragraf deskriptif. Hasil
Cooperative learning dinyatakan oleh Slavin penelitian tindakan kelas ini juga berguna
(1994: ix) sebagai pendekatan yang efektif bagi guru, yaitu agar guru dapat menerapkan
untuk meningkatkan pencapaian siswa. pendekatan atau metode yang tepat dalam
memberi tugas kepada siswa untuk menulis
As a result of many years of
paragraf deskriptif, guru dapat menilai
research and practical applications
dan mengevaluasi hasil menulis paragraph
by hundreds of thousands of teachers,
deskriptif milik siswa secara obyektif dan
effective cooperative learning methods
guru dapat meningkatkan kemampuan
now exist for virtually every imaginable
kebahasaan, keterampilan berbahasa dan
instructional purpose. Further, we now
cara menulis paragraf deskriptif.
know a great deal about the effects
of cooperative learning on students Pengertian Tes Menulis
and the conditions necessary to Penyusunan tes dimaksudkan sebagai
make cooperative learning effective, alat untuk mendorong dan memotivasi
especially for achievement outcomes. siswa atau sebagai sarana untuk menilai
Salah satu ciri pendekatan performansi siswa dalam berbahasa. Tes
Cooperative Learning ialah pembentukkan yang baik memberi kesempatan kepada siswa
kelompok kecil dan juga diberikannya untuk menunjukkan kemampuan mengenali
penghargaan bagi kelompok siswa yang dan menghasilkan bentuk-bentuk kebahasaan
lebih berhasil dalam mengerjakan dan yang benar sebagaimana dinyatakan Heaton
menyelesaikan tugas. (1979:2) sebagai berikut.
Research on classroom cooperative A well-constructed classroom
learning techniques, in which students test will provide the student with an
work in small groups and receive opportunity to show his ability to
rewards or recognition based on their recognize and produce correct forms of
group performance, has been increasing the language.
in the past few years (http://rer.sagepub. Menulis (writing) merupakan salah
com/cgl/content/abstract/50/21/315). satu keterampilan berbahasa di samping
Rumusan masalah di dalam keterampilan mendengarkan (listening),
penelitian ini adalah bagaimana penggunaan berbicara (speaking) dan membaca (reading).
Cooperative Learning Learning Together, Beberapa aspek yang diujikan dalam tes
bagaimana peningkatan minat belajar siswa menulis di antaranya tatabahasa, diksi, tanda
dan bagaimana peningkatan keterampilan baca, keruntutan gagasan dan keterbacaan.
menulis teks deskriptif pada tataran paragraf. Di dalam penelitian ini, siswa diajarkan
cara dan diberi pengujian menulis paragraph
deskriptif. Tes menulis diberikan setelah ada
proses belajar mengajar dan produk berupa

56 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Bahasa Inggris
Siswa Kelas VIII Menggunakan Metode Kooperatif STAD

tulisan. Dengan kata lain, produk tulisan Sedangkan Learning dirumuskan


adalah hasil belajar berbahasa siswa melalui sebagai
tanda-tanda yang dapat dilihat. Bloomfield
1. The act, process, or experience
(dalam Lado, 1981: 93) menyatakan bahwa
of gaining knowledge or skill, 2.
writing is a way of recording language by
knowledge or skill gained through
means of visible marks.
schooling or study (1992: 1025).
Pengertian Menulis Paragraf
Dengan demikian, pengertian
Deskriptif
Cooperative Learning kurang lebih adalah
Moeliono (1989: 968) merumuskan sebuah tindakan, proses atau pengalaman
kata menulis sebagai melahirkan pikiran untuk mendapatkan pengetahuan atau
atau perasaan (seperti mengarang, membuat ketrampilan melalui proses belajar mengajar
surat) dengan tulisan. Sedangkan deskriptif di sekolah yang dilakukan secara kelompok.
dirumuskan sebagai pemaparan atau Kelompok tersebut mengerjakan sebuah
penggambaran dengan kata-kata secara tugas atau aktifitas. Secara teoritis Ruth
jelas dan terinci. Kedua acuan tersebut Wajnryb (1992: 108) menambahkan bahwa:
menyiratkan bahwa menulis deskriptif
A group of people is likely to be
adalah keterampilan melahirkan pikiran
more reliable than any one individual
dan perkataan dengan tulisan berupa
when it comes to completing a task or
penggambaran dengan kata-kata secara
activity.
jelas dan terinci. Penggambaran dalam
teks deskriptif dapat berupa penggambaran Pendekatan Cooperative Learning
tentang benda, orang atau hewan tertentu mengenalkan bahwa kelompok yang
dan sebagainya. Tujuan teks deskriptif dimaksudkan adalah kelompok yang terdiri
adalah memberi informasi dan struktur teks dari 4 sampai 5 siswa yang berbeda dalam
deskriptif adalah identifikasi dan deskripsi hal jenis kelamin, tingkat kemampuan,
sebagaimana dinyatakan oleh Hamid (2005: latar belakang suku, ras, agama dan tingkat
4) dan Bachtiar, dkk (2005: 15) sebagai sosial. Artinya, kelompok tersebut bersifat
berikut. heterogen. Beberapa tujuan pendekatan
Cooperative Learning adalah meningkatkan
It (descriptive text) is to describe a
prestasi belajar siswa dalam memperbaiki
particular person, place or thing. The
nilai ulangan, khususnya nilai ulangan
structure of the text is Identification and
keterampilan menulis paragraf deskriptif
Description.
bahasa Inggris, meningkatkan pencapaian
Pengertian Pendekatan Cooperative nilai (minimal) kelulusan dan memberikan
Learning tanggung jawab pada tiap anggota kelompok
Secara etimologis, Shoukanov (1992: untuk memahami teori menulis paragraf
414) merumuskan Cooperative sebagai deskriptif. Pencapaian tujuan-tujuan tersebut
terealisasi bila tiap anggota kelompok
Done in cooperation with others. benar-benar mempelajari materi yang
diterangkan dan tiap anggota kelompok
saling menjelaskan bila ada satu atau lebih
anggota kelompok belum memahami materi
yang diterangkan.

57
Dengan kata lain, kontribusi tiap kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
anggota kelompok bersifat interaktif yang tugas di dalam kelompok, memberi
saling membantu dalam hal pemahaman, kesempatan anggota kelompok yang sudah
belajar, berrtukar informasi, dan memberikan memahami materi untuk menjelaskan apa
umpan balik dan dorongan agar tiap anggota yang sudah dimengertinya kepada anggota
memiliki motivasi untuk memahami materi kelompok lain, memberikan kuis atau
yang diajarkan. pertanyaaan kepada seluruh siswa, memberi
kesempatan kepada siswa mengerjakan kuis
Pengertian STAD (Student Teams-
atau pertanyaan tersebut secara individu,
Achievement Divisors).
meminta siswa menulis paragraf deskriptif,
Minat pada bidang akademis menjadi mengevaluasi hasil kerja siswa dalam hal tata
salah satu motivasi belajar siswa. Perwujudan bahasa, isi dan pilihan kata, dan menerangkan
tersebut tampak pada tingginya presensi kembali arti dan struktur paragraf atau teks
siswa masuk sekolah untuk mengikuti deskriptif.
pembelajaran dan upayanya memahami
materi pembelajaran. Ia merasa berhak METODE PENELITIAN
mencapai hasil akademis maksimal yang Tempat penelitian dilakukan di SMP
sama dengan siswa yang lain. Motivasi Negeri 2 Mlati, Sinduadi, Mlati, Sleman.
internal tersebut memunculkan sikap terbuka Jenis penelitian adalah penelitian tindakan
pada kerja kelompok atau menerima pendapat kelas. Subyek penelitian adalah siswa
siswa yang lain. Cara pikir dan cara kerja kelas VIIIA yang terdiri dari 30 siswa (15
siswa yang demikian ini memungkinkan siswa perempuan, 15 siswa laki-laki) yang
diterapkannya STAD dalam proses belajar pelaksanaannya ialah tahun pelajaran 2017/
mengajar. 2018.
Kelompok dalam STAD terdiri dari 4atau Referensi yang digunakan sebagai bahan
5 siswa yang heterogen. Tiap anggota dapat untuk merancang penulisan deskriptif adalah
saling menjelaskan materi yang diajarkan buku Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa
bila ada yang belum memahaminya namun Inggris, Departemen Pendidikan Nasional.
tidak diperkenankan saling membantu Rancangan tersebut kemudian diuji-cobakan
memberikan jawaban atas pertanyaan yang di dalam kelas. Langkah selanjutnya adalah
diberikan oleh guru. Cara ini bertujuan untuk memberi penilaian pada uji coba. Langkah
mengetahui sejauh mana mereka menguasai terakhir adalah mengujicobakan bentuk baru
materi pembelajaran. Skor tiap anggota rancangan penulisan paragraf deskriptif yang
kelompok kemudian dijumlahkan. Akhirnya, reliable.
akan diketahui skor kelompok yang tertinggi.
Berikutnya adalah analisis data.
Beberapa langkah STAD dalam Analisis data diadakan untuk mengukur
penulisan paragraf deskriptif ialah tingkat keterampilan menulis paragraf
pembentukan kelompok beranggotakan 4 deskriptif siswa SMP. Harapannya, data
atau 5 siswa secara heterogen, memberikan yang diinginkan berupa rancangan penulisan
contoh paragraf atau teks deskriptif, paragraf deskriptif yang reliable. Hasil akhir
menjelaskan struktur paragraf atau teks, dari penelitian ini adalah melalui beberapa
memberikan tugas kepada siswa untuk siklus yang dijalankan ternyata metode
mengkaji teks secara gramatikal dan struktur Cooperative Learning STAD mampu
paragraf atau teks deskriptif, memberi

58 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Bahasa Inggris
Siswa Kelas VIII Menggunakan Metode Kooperatif STAD

meningkatkan kemampuan menulis paragraf berterima untuk berinteraksi dengan


deskriptif siswa kelas VIIIA. lingkungan sekitar.

HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Indikator:

Nilai Pre-test diadakan untuk • Menulis teks fungsional pendek


mengetahui kemampuan awal siswa dalam • Menulis teks essai (berbentuk
penulisan paragraf deskriptif. Tema dalam paragraf) dalam bentuk teks
pre-test adalah tentang rekreasi, olahraga descriptive
dan kesehatan. Data yang didapatkan adalah
perihal beberapa kesalahan dalam penulisan 4. Skenario pembelajaran
paragraph deskriptif. Rata-rata kesalahannya Peserta didik: a.membaca teks
adalah tatabahasa 85%, diksi 75%, tanda descriptive berjudul Your Hotel, b. bersama
baca 70%, keruntutan gagasan 75% dan teman sekelompok mendiskusikan dan
keterbacaan 80%. mengidentifikasikan generic structures dan
Post-test diadakan setelah dilakukan 3 ciri-ciri kebahasaan teks descriptive, c.
siklus. Tiap siklus terdiri dari perencanaan, mengamati beberapa gambar tempat wisata
implementasi tindakan, observasi tindakan yang ditempelkan di papan tulis, d. memilih
dan refleksi. Rerata hasil post-test yang gambar tempat wisata yang akan dijadikan
berisi tentang kesalahan siswa dalam menulis bahan penulisan teks descriptive pada tataran
paragraph deskriptif, yaitu tatabahasa paragraph, e. bersama teman sekelompok
10%, diksi 10%, tanda baca 5%, keruntutan menulis teks descriptive pada tataran paragraf
gagasan 5% dan keterbacaan 10%. dengan menggunakan kata yang tepat dalam
bentuk present tense, f. menempelkan hasil
Siklus 1: di papan tulis dan bersama teman sekelas
Topik siklus 1 adalah Tourism in dan g. memperhatikan penjelasan guru dan
Yogyakarta (Pariwisata di Yogyakarta). membetulkan beberapa kesalahan yang ada.
Siklus1 dilaksanakan pada hari Selasa, 11 5. Media yang digunakan adalah
September 2017 yang dihadiri 30 peserta beberapa gambar tempat wisata di
didik, terdiri dari 15 laki-laki dan 15 lingkungan tempat tinggal peserta
perempuan. Pelaksanaan tindakan dari jam didik.
10.35 – 12.50 (3 jam pelajaran).
6. Instrumen penelitian adalah
a. Perencanaan pedoman observasi dan catatan
1. Standar kompetensi: Menulis. refleksi.
Mengungkapkan makna dalam teks b. Implementasi Tindakan
tulis fungsional dan esei pendek
sederhana berbentuk descriptive, Implementasi tindakan berupa 1.
dan recount untuk berinteraksi Greeting, 2. Lead-in by asking the students to
dengan lingkungan sekitar. mention some places of tourism around them,
3. The students answer the questions given
2. Kompetensi dasar: Mengungkapkan by the teacher about the location of some
makna dalam bentuk teks tulis places of the tourism, 4. The students look
fungsional pendek sederhana at a picture of a place of tourism (Gembira
dengan menggunakan ragam bahasa Loka Zoo) pinned on the white board, 5. The
tulis secara akurat, lancar dan

59
students answer the questions given by the satu cara menambah perbendaharaan
teacher, 6. Students answer the questions, kosakata.
7. Students arrange the answers into a
Kesulitan lain ialah menerapkan
paragraph, 8. Students write the paragraph
kosakata sesuai dengan konteks berupa
on the blackboard, 9. Students and teacher
gambar yang ditempelkan di papan tulis.
check and give corrections together, 10.
Kosakata dalam bahasa Inggris agak
Students make 8 groups, each group consists
menyulitkan pembelajar bahasa Inggris
of 4 students, 11. The students choose a
karena sebuah kata dapat berupa kata kerja
picture by lottering, 12. Each group writes the
dan kata benda, misalnya kata work. Juga,
paragraph in a large paper, 13. The leader of
sebuah kata bahasa Inggris dapat berarti
the group demonstrates the result by pinning
lebih dari satu arti, misalnya kata drain.
it on the white board, 14. The other groups
Oleh karena itu, pemahaman terhadap arti
make correction(s), 15. Students in the group
atau makna sebuah kata bahasa Inggris tidak
write down the revisions, 16. The students
boleh lepas dari konteks.
give the revised writing to the teacher.
Siklus 2
c. Observasi Tindakan
Topik siklus 2 adalah Sports and Athletes
1. Peserta didik antusias ketika
(Olah Raga dan Atlet). Siklus 2 dilaksanakan
menyebutkan beberapa tempat
pada hari Selasa, 18 September 2017 yang
wisata di sekitarnya. Suasana kelas
dihadiri 30 peserta didik, terdiri dari 15 laki-
menjadi ramai dengan suara peserta
laki dan 15 perempuan. Pelaksanaan tindakan
didik yang menyebutkan nama-
dari jam 10.35 – 12.50 (3 jam pelajaran).
nama tempat wisata.
a. Perencanaan
2. Beberapa peserta didik mengalami
kesulitan dalam menuliskan noun 1. Standar kompetensi
phrase atau frasa benda. Guru Menulis
kemudian menerangkan bahwa
sistem kebahasaan antara bahasa Mengungkapkan makna dalam teks
Inggris dan bahasa Indonesia tulis fungsional dan esei pendek sederhana
berbeda dalam membentuk noun
phrase atau frasa benda. berbentuk descriptive, dan recount untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
3. Peserta didik tampak senang melihat
hasil tulisannya ditempelkan di 2. Kompetensi dasar
papan tulis. Dia juga dengan sukarela Mengungkapkan makna dan langkah
(tanpa disuruh oleh guru) menulis retorika dalam esei pendek sederhana
hasil tulisan kelompok lainnya. dengan menggunakan ragam bahasa tulis
d. Refleksi secara akurat, lancar dan berterima untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitar dalam
Peserta didik merasa sangat terbatas teks berbentuk descriptive dan recount
dalam penguasaan kosakata. Salah satu cara
yang dilakukan guru ialah mengijinkannya 3. Indikator
membuka kamus Indonesia-Inggris. a. Review ungkapan-ungkapan yang
Kelemahan ini biasa dialami oleh pembelajar mendeskripsikan benda, orang atau
bahasa Inggris. Menghafalkan ialah salah tempat.

60 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Bahasa Inggris
Siswa Kelas VIII Menggunakan Metode Kooperatif STAD

b. Menulis kalimat yang mendeskripsikan descriptive, yaitu Identification dan


benda, tempat, orang atau binatang Description. Permasalahan muncul ketika
berdasarkan gambar/realia. peserta didik menyebutkan penggunaan
kalimat yang menggunakan Present Tense,
c. Melengkapi rumpang dalam teks
yaitu ketika membuat kalimat yang memiliki
descriptive dengan kata yang tepat.
subyek He, She dan It.
d. Menyusun kalimat acak menjadi teks
Guru kemudian menjelaskan bahwa
deskriptive yang terpadu.
ketiga subyek tersebut harus menambahkan
5. Skenario pembelajaran akhiran -s/ -es pada kata kerjanya. Misalnya:
Peserta didik: a. memperhatikan 1.Van Persie kicks away, 2.The woman swims
penjelasan kembali perihal generic structure fast, 3.The ball goes to the suporters.
dan ciri-ciri kebahasaan teks descriptive, Selama proses pembelajaran, peserta
b. menulis satu atau dua kalimat yang didik bersikap tenang mendengarkan
mendeskripsikan benda, orang, bangunan, penjelasan guru. Peserta didik aktif
tempat-tempat tertentu, dsb. yang ada di melakukan beberapa koreksi pada kalimat
lingkungannya, c. melengkapi paragraf sederhana yang dibuatnya perihal pemakaian
rumpang berbentuk descriptive dengan subyek He, She dan It dengan topik atlit-atlit
menggunakan kata-kata yang sesuai, terkenal, misalnya Robin Van Persie atau
menyusun kalimat-kalimat menjadi paragraf macam olah raga, misalnya Swimming.
descriptive, dan d. menulis paragraf
Dalam siklus 2 siswa kesulitan dalam
descriptive berdasarkan gambar tentang
menguasai kosakata karena sebuah kata
benda, orang, bangunan, tempat-tempat
dapat berupa kata kerja dan kata benda,
tertentu, dsb.
misalnya kata work.
Implementasi tindakan berupa 1.
c. Refleksi
Greeting, 2. Lead in by asking: kinds of
sports, the cheapest sport, famous sportmen Agar peserta didik lebih mampu
or sport women.,3. The students fill in the menguasai teks descriptive. Ada baiknya
blank, 4. The students arrange the jumble guru sering mereview generic structure
sentences into a descriptive paragraph, 5. dan ciri-ciri kebahasaan. Penjelasan guru
Teacher gives an example of an interview yang demikian ini membuat peserta didik
between an interviewer and an athlete. (done memiliki internalisasi pengetahuan.
by a presenter and a collabolator), 6. Based Dalam pembuatan paragraf descriptive
on the interview, the collaborator writes lebih disarankan agar guru meminta peserta
a short paragraph, 7. Students in group of didik untuk membuat kalimat-kalimat
4 write descriptive paragraphs on famous sederhana bukan kalimat-kalimat kompleks
athletes done in large paper, 8. Students karena ide lebih mudah disampaikan satu
demonstrate their writings and ask other per satu dalam kalimat sederhana. Alasan
groups to make correction if any, 9. Students lainnya, siswa masih sering kesulitan dalam
give corrections to other groups. pembuatan frasa dan lebih akan sering
b. Observasi Tindakan merasa kesulitan bila peserta didik diminta
untuk membuat klausa atau anak kalimat dan
Peserta didik dengan lancar dapat
induk kalimat.
menyebutkan generic structure teks

61
Siklus 3 e) Write a sentence on about a hospital
Topik siklus 3 adalah Hospital and around him/ her.
Health Equipment Siklus 3 dilaksanakan f) Write a descriptive paragraph related
pada hari Selasa, 25 September 2017 yang to a hospital or health equipments at
dihadiri 30 peserta didik, terdiri dari 15 laki- least eight sentences.
laki dan 15 perempuan. Pelaksanaan tindakan
b. Implementasi Tindakan
dari jam 10.25 – 11.45 (3 jam pelajaran).
1. Greeting, 2. Lead in by asking the
a. Perencanaan
names of health equipments and a building,
1. Standar kompetensi a hospital, 3. One of a student takes health
Menulis equipments and shows them to their
friends, 4. The students ask him about the
Mengungkapkan makna dalam teks tool and he/ she answer their questions, 5.
tulis fungsional dan esei pendek sederhana Collaborator writes their answers and make
berbentuk descriptive, dan recount untuk a short descriptive paragraph based the
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. the students’answer, 6. The class repeats
1. Kompetensi dasar activities no 3 and 4, 7. The students write
descriptive paragraph, 8. Students submit
2. Mengungkapkan makna dan their works to the teacher.
langkah retorika dalam esei pendek
sederhana dengan menggunakan c. Observasi Tindakan
ragam bahasa tulis secara akurat, Pada siklus 3 peserta didik memahami
lancar dan berterima untuk generic structure dan ciri-ciri kebahasaan
berinteraksi dengan lingkungan teks descriptive. Peserta didik juga lancar
sekitar dalam teks berbentuk menyebutkan kosakata yang berkaitan
descriptive dan recount. dengan topik, misalnya: ambulance,
3. Indikator crutch, bandage, stethoscope, medicine,
surgery, drugstore, wheelchair, infuse,
4. Menulis paragraf descriptive patient, oxygen, tube, operation tools,
5. Skenario pembelajaran ophsalmologist, dentist, laboratory,
midwifery, glove, wardrobe, dsb. Tampak
The students/ Siswa: bahwa peserta didik semakin menyukai
a) Identify a hospital and health cara guru menumbuhkan keterampilan
equipments and their functions. menulisnya dengan menggunakan media
gambar.
b) Mention hospital and some health
equipments and their materials to Pada siklus 3 juga diterangkan
make them. Tenses lain di dalam teks descriptive perlu
dijelaskan. Misalnya:
c) Write a sentence by using a name of
health equipments and its function. 1. Past Tense

d) Write the material used to make Past Tense ialah keterangan waktu
health equipments. lampau. Kata kerja yang digunakan ialah kata
kerja bentuk kedua (V2). Penanda waktunya
ialah last, yesterday, ago. Kata kerja bentuk

62 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Deskriptif Bahasa Inggris
Siswa Kelas VIII Menggunakan Metode Kooperatif STAD

kedua (V2) ada yang regular (berakhiran -ed) descriptive sesuai dengan waktu sebuah
dan irregular (tidak selalu berakhiran -ed). peristiwa terjadi atau konteks.
2. Present Perfect Tense Keuntungan latihan keterampilan
menulis paragraf descriptive ialah peserta
Present Perfect Tense ialah
didik dituntut untuk menguasai lebih banyak
keterangan waktu yang dimulai pada masa
jumlah kata kerja dan kata sifat. Bila kata kerja
lampau dan saat ini masih dalam proses.
dikaitkan dengan penggunaan Tense, kata
Penanda waktunya ialah for dan since. Kata
sifat dikaitkan dengan degree of comparison
kerja yang digunakan ialah has/ have + V3.
atau tingkat membandingkan, misalnya:
Kata kerja bentuk ketiga (V3) ialah Past
smart – smarter than – the smartest.
Participle.
3. Degree of Comparison KESIMPULAN DAN SARAN
Penjelasan lain yang dibutuhkan oleh A. Kesimpulan
peserta didik ialah Degree of Comparison.
Penelitian tindakan kelas ini
Jenis kata yang dapat diterapkan di
menyimpulkan bahwa proses belajar mengajar
dalam Degree of Comparison adalah kata
penulisan paragraph deskriptif menunjukkan
sifat. Degree of comparion adalah upaya
peningkatan siswa dalam keterampilan
membandingkan sesuatu dengan bentuk
menulis, keberhasilan penerapan metode
positive, comparative dan superlative.
Cooperative learning, peningkatan motivasi
d. Refleksi siswa mempelajari bahasa Inggri dan
Peningkatan keterampilan menulis guru termotivasi mempelajari jenis teks,
membutuhkan latihan. Beberapa aspek pendekatan atau metode pengajaran bahasa
yang perlu diperhatikan dalam keterampilan Inggris dan pengelolaan kelas.
menulis bersifat kompleks, misalnya
B. Saran
tatabahasa, pemilihan kosakata (diksi), tanda
baca, keruntutan gagasan dan keterbacaan. Ada dua saran di dalam penelitian
Melalui 3 siklus latihan menulis paragraf tindakan kelas ini, yaitu guru lebih selektif
descriptive, keterampilan peserta didik dalam memilih dan menggunakan metode
menunjukkan hasil yang membaik. Ketiga atau pendekatan pembelajaran bahasa
siklus menggunakan sarana visualisasi, yaitu Inggris dan guru lebih sering menggunakan
gambar untuk menumbuhkan minat peserta media dalam proses belajar mengajar bahasa
didik dalam menulis paragraf descriptive. Inggris.
Yang perlu diperhatikan guru dalam
membimbing peserta didik dalam menulis
ialah penggunaan Tense. Tense ialah penanda
waktu dalam sebuah kalimat, written dan
orally (tertulis dan ujaran). Penanda waktu
tersebut mempengaruhi bentuk dan makna
kata kerja. Dalam teks descriptive, Tense
yang digunakan dalam kalimat ialah Present
Tense. Meskipun demikian, kadangkala
ada Tense lain yang digunakan dalam teks

63
DAFTAR PUSTAKA
Bima, Bachtiar. (2005), Let’s Talk. Pakar
Raya: Bandung
Heaton, J. B. (1979), Writing English
Language Tests. Longman: Singapore.
Lado, Robert. (1981), Linguistics Across
Cultures. The University of Michigan
Press: Canada.
Kep. Mendikbud No 060/1993, Kurikulum
Pendidikan Dasar, LPP
Moeliono, Anton. (1989), Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Balai Pustaka:
Indonesia.
Muhammad, Hamid. (2005), Materi
Pelatihan Terintegrasi Bahasa
Inggris. Departemen Pendidikan
Nasional: Jakarta.
Paulston, Bratt Christina and Mary Newton
Bruder. (1976), Teaching English
as a Second Language Techniques
and Procedures. Little, Brown and
Company: Canada.
Slavin, E. Robert. (1994), Cooperative
Learning. The John Hopkins
University: Boston.
Soukhanov, Anne H.(1992), American
Heritage Dictionary. Houghton
Mifflin Company:
Boston. New York.
--------------. Forum Magazine. April 2002
Volume 40 Number 2.
h t t p : / / r e r. s a g e p u b . c o m / c g l / c o n t e n t /
abstract/50/21/315
www.belajarbahasainggris.us.
www.kuliahbahasaInggris.com
www.sekolahok.com
Wajnryb, Ruth. (1992), Classroom
Observation Tasks. Cambridge
University Press: United Kingdom.

64 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa
Melalui Teknik Diskusi Kelompok Pada Siswa Kelas VIII

PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI


INTERPERSONAL SISWA MELALUI TEKNIK DISKUSI
KELOMPOK PADA SISWA KELAS VIII

Oleh: Yulianto
Guru BK SMP N 1 Wates Kulon Progo,
email: yuliyanto91@yahoo.co.id

ABSTRACT:. This research is aimed to know whether group discussion techniques


can increase the students’ interpersonal communication skills of class VIII SMP N 1
Wates Kulon Progo. The tool of data collection used observation, scale of the students’
interpersonal communication skills. This research population took sample all of the
students of class VIII SMP N 1 Wates Kulon Progo with selection of subjects based on
observations and scales. The tenth of students showed that the students’ interpersonal
communication skills is low.The techniques of this research used techniques structured
with observation guides, scale of the students’ interpersonal communication skills. The
results of research showed that after doing the group discussion techniques (1) the
students were change including being open; (2) the students are dare to express their
opinion; (3) the students can be respond to friends’ opinions; (4) the students are also
active to involve in group discussion.
Keywords: the students’ interpersonal communication skills, group discussion.

PENDAHULUAN untuk berkomunikasi dan mampu lebih baik


Manusia terlahir sebagai makluk sosial mereka lakukan agar keberadaan mereka
dan makluk individu. Sebagai makluk lebih memuaskan dan bermanfaat.
sosial manusia akan mempunyai keinginan Menurut Devito (2011), komunikasi
untuk berbicara, bertukar ide, mengirim ada dua yaitu komunikasi intrapersonal
dan menerima informasi serta bekerja sama dan komunikasi interpersonal. Komunikasi
untuk memenuhi kebutuhan. Keinginan intrapersonal adalah melalui berbicara dengan
tersebut dapat terpenuhi jika terjadi kegiatan diri sendiri, mengevaluasi diri sendiri, dan
interaksi dengan orang lain. Interaksi yang menyiapkan pesan yang akan disampaikan
terjadi salah satunya dapat dilakukan dengan kepada orang lain, sedangkan komunikasi
komunikasi. Menurut Hargie dan Dickson interpersonal adalah melalui interaksi dengan
(2004) menyebutkan komunikasi merupakan orang lain, mengenal mereka dan diri sendiri
esensi dari kondisi manusia. Dengan adanya dan mengungkapkan diri sendiri kepada
komunikasi, terjadilah pertukaran arti dan orang lain. Sejalan dengan pendapat diatas,
makna tertentu dari seseorang dengan orang Berko at al (2010) menyebutkan komunikasi
lain. Penelitian Segrin & Flora (2000), interpersonal merupakan interaksi antara dua
menyebutkan komunikasi yang baik orang yang satu dengan lainnya tergantung
memberikan banyak keuntungan dalam pada keterampilan komunikasi interpersonal
kehidupan manusia. Memperkuat pendapat masing-masing. Perilaku dalam komunikasi
Segrin & Flora, Hargie (2011) mengatakan interpersonal yang sesuai dengan situasi
orang memiliki kebutuhan yang mendalam dan tujuan sehingga komunikasi akan

65
tercapai. Supratiknya (2009) berpendapat keterampilan berhubungan dengan orang lain
salah satu faktor yang menjadi penghambat agar dapat bergaul baik dengan kelompok
dalam hubungan antar pribadi yang intim sosialnya. Dalam membentuk keterampilan
adalah kesulitan mengkomunikasikan komunikasi interpersonal diperlukan peran
perasaan secara efektif. Yustiana (2011) dari konselor di sekolah, hal ini dialami oleh
menegaskan komunikasi dikatakan efektif siswa SMP N 1 Wates Kulon Progo.
apabila (1) pesan dapat tersampaikan dan
Kenyataan dilapangan pada saat peneliti
dipahami dengan cara dan bahasa yang
melaksanakan observasi di sekolah SMP N
jelas, terstruktur, dan tidak menimbulkan
1 Wates ditemukan terdapat siswa yang
penafsiran yang berbeda, (2) berlangsung dua
keterampilan komunikasi inerpersonalnya
arah, (3) menimbulkan saling pemahaman
rendah, hal ini dapat dilihat (1) saat bertanya
dan komitmen, (4) mendorong adanya relasi
spontan kepada beberapa siswa, terdapat
interpersonal yang sehat.
siswa yang tidak menanggapi pertanyaan
Kesulitan berkomunikasi dapat dialami bahkan justru asyik memainkan gadgetnya,
oleh setiap orang termasuk siswa SMP. dari pada pertanyaan yang diajukan, (2)
Rentang usia siswa SMP antara 13 sampai 16 ditemukan beberapa siswa yang kurang
tahun dimana usia tersebut berada pada masa bersikap hangat, tidak menunjukkan rasa
remaja awal. Hurlock (1980) menjelaskan senang serta kurang memberikan respon.
remaja berasal dari kata adolenscence yang Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran
berarti tumbuh menjadi dewasa. Cakupan ditemukan: (1) Ketika akan dibentuk
istilah adolenscence memiliki arti yang lebih kelompok terdapat siswa yang lebih memilih
luas yaitu kematangan mental, emosional, teman sepermainan di sekolah, (2) Siswa
sosial dan fisik. Piaget dalam Hurlock (1980) tersebut cenderung menutup diri pada teman
mengatakan secara psikologis, masa remaja yang baru dikenal.
adalah usia dimana individu berintegrasi
Hasil wawancara dengan siswa diperoleh
dengan masyarakat dewasa, dan berada pada
data terdapat siswa malu mengungkapkan
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya
pendapat ketika pelajaran berlangsung,
dalam masalah hak.
memilih diam bila tidak ditunjuk oleh guru
Pada usia SMP, siswa mengalami serta kurang antusias ketika maju di depan
perubahan fisik maupun psikis sehingga pada kelas. Hasil wawancara dengan kolaboran
masa itu akan mengalami masalah-masalah, diperoleh data terdapat beberapa siswa kelas
salah satunya adalah masalah keterampilan VIII memiliki keterampilan komunikasi
komunikasi interpersonal. William Kay rendah. Perilaku yang nampak di dalam kelas
dalam Yusuf (2006) mengemukakan salah adalah siswa tidak berani mengemukakan
satu dari tugas perkembangan remaja adalah pendapat di depan umum, takut mendapat
mengembangkan keterampilan komunikasi kritikan, gugup saat bicara dengan orang yang
interpersonal dan belajar bergaul dengan belum dikenal. Hambatan yang dialami oleh
teman sebaya/orang lain, baik individu siswa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
maupun kelompok. Remaja yang memiliki faktor internal antara lain kurang percaya diri
keterampilan komunikasi interpersonal yang serta kurang terbuka dengan orang lain dan
baik berarti remaja tersebut sudah memenuhi faktor eksternal antara lain faktor keluarga,
tugas perkembangan. Untuk itu remaja faktor lingkungan dan faktor siswa lain.
memerlukan kompetensi sosial yang berupa
Penyebab lain yang menjadikan siswa

66 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa
Melalui Teknik Diskusi Kelompok Pada Siswa Kelas VIII

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi kelompok.


karena terjadi banyak perubahan kebiasaan
Tohirin (2007) menyebutkan bahwa
dalam lingkungan hidup manusia sebagai
penyelenggaraan bimbingan kelompok
dampak dari kemajuan teknologi yang
dimaksudkan untuk membantu mengatasi
senantiasa meningkat dan memungkinkan
masalah bersama atau membantu seorang
manusia berkomunikasi dengan cepat dan
individu yang menghadapi masalah dengan
efisien. Komunikasi dapat melalui email,
menempatkannya dalam suatu kehidupan
mesin faks, telepon,SMS, konferensi lewat
kelompok. Metode bimbingan kelompok
vidio, radio, TV, jejaring sosial (face book,
yang dapat diterapkan dalam pelayanan
friensdster, twitter), dan lain-lain. Sarana
bimbingan kelompok antara lain home room
komunikasi tersebut membuat komunikasi
program, karyawisata, diskusi kelompok,
antar manusia cepat dan efisien, tetapi
kegiatan kelompok, organisasi siswa,
mendorong seseorang menjadi individualis.
sosiodrama, psikodrama, dan pengajaran
Dalam membentuk kecakapan remedial. Metode bimbingan kelompok
komunikasi interpersonal siswa tidak yang dipandang tepat untuk meningkatkan
terlepas dari peran bimbingan dan konseling keterampilan komunikasi interpersonal siswa
di sekolah. Tujuan khusus layanan BK di adalah diskusi kelompok. Fahad (1986)
sekolah adalah membantu siswa agar mampu menyebutkan diskusi kelompok adalah
memenuhi tugas-tugas perkembangan yang salah satu teknik penelitian yang paling
berkaitan dengan aspek pribadi sosial, sering digunakan dalam ilmu sosial. Teknik
pendidikan, karier sesuai dengan tuntutan diskusi kelompok cukup fleksibel harus
lingkungan. Ahmad (2011) menyebutkan ada disesuaikan dengan masalah yang berbeda
delapan aspek perkembangan pribadi sosial dan pengaturan yang berbeda relatif cepat.
layanan BK, yaitu layanan BK membantu Hal ini dibuktikan dari beberapa penelitian
siswa agar (1) memiliki pemahaman diri, BK yang didalamnya menggunakan
(2) mengembangkan sikap positif, (3) diskusi kelompok sebagai salah satu teknik
membuat pilihan kegiatan secara sehat, (4) yang efektif antara lain penelitian yang
mampu menghargai orang lain, (5) memiliki dilakukan oleh Fitriana dan Soetarno (2013)
rasa tanggung jawab, (6) mengembangkan tentang Keefektifan Layanan Bimbingan
keterampilan hubungan antar pribadi, (7) Kelompok Dengan Metode Diskusi Untuk
dapat menyelesaikan masalah, (8) dapat Mengembangkan Konsep Diri. Hasil
membuat keputusan secara baik. Hal ini penelitiannya menununjukkan layanan
menjadi penguat bahwa salah satu aspek bimbingan kelompok dengan metode diskusi
bidang bimbingan pribadi sosial yang efektif untuk mengembangkan konsep diri.
harus diberikan oleh guru BK adalah Kurniasih & Muslim (2014) melakukan
memberikan layanan yang berkaitan dengan penelitian “Teknik Diskusi Buzz Group
pengembangan keterampilan hubungan Untuk Meningkatkan Perilaku Asertif
antar pribadi. Pengembangan keterampilan Antar Sebaya Peserta Didik” hasilnya
hubungan antar pribadi dapat dilakukan menyatakan teknik diskusi buzz group
oleh guru BK dengan layanan bimbingan dapat meningkatkan perilaku asertif. Dari
dan konseling. Strategi layanan bimbingan paparan tsb metode diskusi kelompok dapat
dan konseling berdasarkan jenis dan digunakan untuk meningkatkan kemampuan
intensitas masalah yang dihadapi siswa dapat siswa yang rendah.
dilaksanakan antara lain melalui bimbingan

67
Berdasarkan pemaparan diatas, pengembangan kajian keilmuan BK dalam
penulis melakukan penelitian dengan judul bidang bimbingan pribadi dan sosial, (2)
“Peningkatan Keterampilan Komunikasi bermanfaat dalam pengembangan kajian
Interpersonal Siswa Melalaui Teknik Diskusi strategi layanan bimbingan kelompok
Kelompok Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 dengan teknik diskusi kelompok.
Wates’.
B. Secara praktis:
Pentingnya penelitian ini adalah
kurangnya keterampilan komunikasi Jika hipotesis penelitian terbukti,
interpersonal yang dimiliki oleh memberikan sumbangan dan harapan kepada
siswa sehingga menghambat tugas fihak terkait antara lain:
perkembangannya. Adapaun diagnosis Bagi siswa, untuk memperoleh
permasalahan kelas adalah sbb: (1) sebagian pengetahuan mengenai pentingnya
siswa memiliki keterampilan komunikasi komunikasi interpersonal untuk hidup
interpersonal yang kurang, ditandai dengan bermasyarakat.
siswa tidak berani mengemukakan pendapat,
tidak menunjukkan rasa senang, secara Bagi Konselor, adalah sebagai bahan
tidak disengaja saat berbicara menyinggung masukan dalam penerapan model diskusi
perasaan teman, gugup (nervous) saat kelompok sebagai upaya meningkatkan
berhadapan dengan orang banyak, lebih keterampilan komunikasi interpersonal siswa
senang bermain dengan gadget daripada Bagi penentu kebijakan hasil penelitian
dengan teman dan kurang respon saat ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
diajak bicara teman yang lain, (2) siswa dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
kurang tertarik dengan suasana bimbingan
kelompok. METODE PENELITIAN
Dari permasalahan diatas maka dapat Tempat kegiatan penelitian di SMP
dirumuskan permasalahan dalam penelitian N 1 Wates Kulon Progo. Waktu kegiatan
ini sebagai berikut: Apakah teknik diskusi penelitian bulan Oktober 2017 – Mei 2018.
kelompok dapat meningkatkan keterampilan Subjek penelitian siswa kelas VIII dengan
komunikasi interpersonal siswa pada siswa jumlah 192 siswa (7 kelas) laki-laki : 95
kelas VIII SMP N 1 Wates kulon Progo? siswa perempuan : 97 siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk Alat dan teknik pengumpulan data dalam
mengetahui apakah teknik diskusi penelitian ini adalah membuat pedoman
kelompok dapat meningkatkan keterampilan observasi untuk mengobservasi saat dan
komunikasi interpersonal siswa kelas VIII setelah dilaksanakan tindakan peningkatan
SMP N 1 Wates Kulon Progo. keterampilan komunikasi interpersonal
siswa melalui diskusi kelompok, membuat
Hasil pengetrapan teknik diskusi skala / alat ukur keterampilan komunikasi
kelompok diharapkan dapat memberikan interpersonal siswa untuk mengumpulkan
manfaat : data tentang keterampilan komunikasi
interpersonal siswa.
A. Secara teoritis:
Hasil pengetrapan diskusi kelompok Penjelasan secara rinci sebagai berikut:
diharapkan dapat: (1) digunakan untuk
A. Obervasi

68 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa
Melalui Teknik Diskusi Kelompok Pada Siswa Kelas VIII

Menurut Mugiharso (2005), observasi Alat pengumpul data yang digunakan


merupakan teknik pengumpulan data adalah skala keterampilan komunikasi
yang dilakukan secara sistematik gejala- interpersonal siswa yang dikembangkan oleh
gejala tingkah laku yang tampak. Alasan peneliti berdasarkan teori yang ada. Dalam
menggunakan metode observasi sebagai penelitian ini data yang akan diungkap berupa
metode pengumpulan data adalah untuk konstruk untuk menggambarkan tingkat
memperoleh gambaran dan pengetahuan keterampilan komunikasi interpersonal
serta pemahaman mengenai diri subjek. dalam diskusi kelompok dalam bentuk
Peran peneliti dalam kegiatan ini adalah pertanyaan atau pernyataan sebagai stimulus
melaksanakan diskusi kelompok. Peneliti yang tertuju pada indikator untuk memancing
mengamati jalannya diskusi kelompok jawaban yang merupakan refleksi dari
sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi keadaan pada subjek yang biasanya tidak
selama diskusi kelompok berlangsung. disadari oleh responden yang bersangkutan.
Berikut gambaran alternatif jawaban skala
1. Skala Psikologi
keterampilan komunikasi interpersonal
Untuk mengukur keterampilan siswa dalam diskusi kelompok, lihat tabel 1.
komunikasi interpersonal siswa
Tabel 1 Penskoran Item Jawaban Skala
menggunakan metode skala psikologi. Skala
Psikologi
psikologi adalah bentuk alat ukur atribut
non-kognitif yang disajikan dalam format Penyataan (+) Nilai Pernyataan (-) Nilai
tulis yang berupa pertanyaan atau pernyataan
yang tidak langsung mengungkap atribut Sangat Sesuai 4 Sangat Sesuai 1
yang hendak diukur melainkan mengungkap Sesuai 3 Sesuai 3
indikator perilaku dari atribut yang Tidak Sesuai 2 Tidak Sesuai 2
bersangkutan (Azwar, 2012). Sangat Tidak 1 Sangat Tidak 1
Sesuai Sesuai
Terdapat beberapa karakteristik skala
(Azwar, 2012)
psikologi sebagai alat ukur yaitu:
Selanjutnya untuk menginterpretasikan
1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau
tingkat keterampilan komunikasi
pernyataan yang tidak langsung
interpersonal siswa, maka jumlah skor tiap
mengungkap atribut yang hendak
responden ditransformasi dalam bentuk
diukur melainkan mengungkap
prosentase skor dengan cara membagi
indikator perilaku dari atribut yang
dengan skor idealnya dan dikalikan dengan
bersangkutan.
100%. Dalam mendiskripsikan tingkat
2. Atribut psikologi diungkap secara kepercayaan diri memiliki rentangan skor 1 -
tidak langsung lewat indikator- 5 yang dikategorikan kedalam kriteria sangat
indikator perilaku sedangkan tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat
indikator perilaku diterjemahkan rendah. Adapun kriteria tingkat keterampilan
dalam bentuk item-item. komunikasi interpersonal siswa ditentukan
dengan cara sebagai berikut:
3. Respons subjek tidak diklasifikasi
sebagai jawaban ‘benar’ atau ‘salah’ Data maksimal = Skor tertinggi x Jumlah
tetapi semua jawaban dapat diterima Item = 4x51 = 204=4/4x100%=100%
sepanjag diberikan secara jujur dan
Data minimal = Skor terendah x Jumlah
sungguh-sungguh (Azwar, 2012).

69
Item = 1x51=51 = 1/4x100%=25% Tabel 3 Hasil Pre Test Keterampilan
Komunikasi Interpersonal Siswa
Menghitung skor ideal (M) yaitu ½(skor
tertinggi+skor terendah) No Nama Sub- Skor Pre Kategori
M = ½(204+51) = ½(255)=127,5. yek Test
1 AFH 100 Rendah
Menghitung standar deviasi (SD) yaitu
2 DO 101 Rendah
1/6(skor tertinggi - skor terendah)
3 SDA 99 Rendah
SD = 1/6(204-51) = 1/6(153)=25,5
4 YNL 98 Rendah
Tabel 2 Kategori Penilaian Tingkatan 5 UZN 100 Rendah
Skala Keterampilan Komunikasi 6 AANF 88 Rendah
Interpersonal Siswa 7 RBA 98 Rendah
Batas (Interval) Rumus Kategori
8 HRBN 90 Rendah
9 TM 100 Rendah
Skor ≤ 102 ˂ (M - 1SD) Rendah 10 JNH 100 Rendah
102 ≤ Skor ˂ (M - 1SD) s/d Sedang
153 (M+1SD) Berdasarkan hasil pre test tsb
Skor ≥ 153 ≥ (M+1SD) Tinggi peneliti berupaya untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi interpersonal
siswa melalui teknik diskusi kelompok.
B. Indikator Keberhasilan Dalam pelaksanaannya peneliti mengikut
Peneliti akan menghentikan penelitian sertakan semua siswa kelas VIII per kelas,
apabila telah mencapai kriteria baik atau namun peneliti lebih memfokuskan pada
keterampilan komunikasi interpersonal upaya peningkatan keterampilan komunikasi
siswa sudah mencapai 75%. interpersonal siswa kepada 10 siswa yang
masuk kategori rendah, lihat tabel 3 diatas.
HASIL PENELITIAN
Kegiatan belajar mengajar di SMP N 1 A. Gambaran keterampilan komunikasi
Wates berjalan dengan baik karena didukung interpersonal siswa setelah diskusi
oleh 48 guru dari berbagai disiplin ilmu kelompok.
yang sudah lulus S1 dan 8 guru yang sudah
Peneliti menggunakan 2 siklus yaitu
lulus S2, yang tentu mempunyai dedikasi
siklus I dan siklus II.
mengajar yang tinggi, pengalaman mengajar
yang memadahi, penggunaan metode dan Pelaksanaan Tindakan dan
alat peraga yang variatif. Dengan fasilitas Observasi Siklus I
dan kegiatan belajar mengajar yang
1. Tahap Persiapan: 1) Pada persiapan
memadahi seharusnya siswa SMP N 1
tindakan pertama pada siklus I peneliti
Wates KP diharapkan memiliki keterampilan
menetapkan topik yang sesuai dengan
komunikasi interpersonal yang baik atau
masalah keterampilan komunikasi
tinggi.
interpersonal siswa, 2) Melakukan
Namun hasil pre test yang diberikan kesepakatan dengan siswa tentang waktu
kepada siswa kelas VIII dari 192 siswa, dan tempat pelaksanaan, 3) Menyiapkan
terdapat 10 siswa yang memiliki keterampilan RPL dan materi yang akan diberikan, 4)
komunikasi interpersonal dalam kategori Menyiapkan alat yang akan digunakan
rendah selengkapnya dapat dilihat pada tabel untuk melakukan kegiatan diskusi
3 berikut. kelompok.

70 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa
Melalui Teknik Diskusi Kelompok Pada Siswa Kelas VIII

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I Penelti menjelaskan pentingnya siswa


1. Pelaksanaan Tindakan I mempunyai keterampilan komunikasi
interpersonal terutama dengan memahami
a. Persiapan diri dan orang lain sehingga dapat dengan
Peneliti menyiapkan RPL diskusi mudah bergaul dengan orang lain serta
kelompok dengan materi “Berlatih mempunyai hubungan yang baik dengan
Memahami Diri dan Orang Lain”. Melalui orang lain. Setelah siswa mengerti yang
RPL diskusi kelompok diharapkan siswa dimaksud dengan keterampilan komunikasi
mampu meningkatkan keterampilan interpersonal, kemudian diberikan informasi
komunikasi interpersonal sehingga mengenai diskusi kelompok dengan teknik
memudahkan berhubungan dengan orang “buzz group” yang akan dilaksanakan oleh
lain. Selain itu menyiapkan lembar observasi siswa. Informasi tersebut berkaitan dengan
untuk mengamati perubahan perilaku siswa langkah-langkah diskusi kelompok, tujuan
sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan. dari diskusi kelompok dan lain-lain.
Melalui observasi diharapkan dapat Adapun kegiatan inti sbb: (1) Peneliti
memperkuat data yang diperoleh dari hasil membagi kelompok menjadi 2, masing-
penelitian. masing berisi 5 siswa, (2) Peneliti menjelaskan
b. Tindakan dan Observasi materi yang akan didiskusikan. Materi
pertama berlatih memahami diri dan orang
Diberikan tindakan berupa permainan
lain. Kelompok pertama mendiskusikan
tebak kata. Peneliti memberikan tebak kata,
mengenai materi bagaimana menumbuhkan
bertujuan untuk mengakrabkan peserta
sikap percaya dan sikap terbuka, sedang
sehingga suasana kelas menjadi hidup.
kelompok kedua mendiskusikan bagaimana
Semua peserta, guru BK duduk melingkar
menumbuhkan sikap sadar diri dan sikap
di dalam kelas, kemudian guru BK memulai
memaafkan diri sendiri, (3) Siswa diberi
dengan membisikkan beberapa kata kepada
kesempatan untuk bertanya jika ada yang
salah satu peserta, kemudian peserta tersebut
tidak jelas, (4) Membagi kertas HVS
membisikkan kepada peserta yang lain
untuk menuliskan hasil diskusi kelompok,
sampai dengan peserta terakhir. Peserta
(5) Menyuruh siswa untuk membentuk
terakhir akan menyebutkan kata yang
struktur kelompok, dengan menunjuk
didengarnya. Apabila ada kesalahan dicari
ketua dan sekretaris, (6) Memberikan
sumber kesalahan ada pada siswa yang
kesempatan untuk berdiskusi kelompok,
mana. Siswa yang melakukan kesalahan
(7) Setelah selesai diskusi kelompok,
akan diberi hukuman.
meminta perwakilan kelompok untuk maju
Permainan ini bertujuan untuk kedepan mempersentasikan hasil diskusi,
mendekatkan guru BK dan semua peserta (8) Hasil dari semua kelompok yang sudah
agar dalam kegiatan diskusi kelompok lebih mempersentasikan hasil diskusi kelompok
akrab dan efektif, dapat membantu siswa adalah siswa mempunyai kecenderungan
lebih mengenal teman yang lain sehingga jujur, tidak membeda-bedakan teman,
dapat menunjang keterampilan komunikasi menghargai orang lain, menyadari
interpersonal siswa. Kegiatan dilanjutkan kekurangan yang dimiliki, (9) Siswa diminta
dengan pemberian informasi mengenai untuk merefleksikan hasil dari pertemuan
keterampilan komunikasi interpersonal. pertama. Sebagian besar siswa memilih
diam dan tidak memberikan pendapatnya

71
sehingga kemudian menunjuk satu persatu berkomunikasi yang efektif sehingga dapat
agar siswa mau bicara. Selanjutnya guru BK dengan mudah bergaul dengan orang lain
memberikan kesimpulan kegiatan pertama. serta mempunyai hubungan yang baik
Hasil diskusi kelompok diarahkan pada dengan orang lain. Setelah siswa mengerti
keterampilan komunikasi interpersonal yang yang dimaksud keterampilan komunikasi
dimiliki siswa. interpersonal, guru BK memberikan informasi
mengenai diskusi kelompok dengan teknik
Berdasarkan hasil observasi pada
buzz group yang akan dilaksanakan oleh
tindakan pertama, siswa masih belum
siswa. Kegiatan inti pada pertemuan ini sbb:
memahami tentang komunikasi interpersonal
(1) Kelompok dibagi menjadi 2, masing-
yang baik dan benar. Hanya 3 siswa yang
masing 5 siswa. (2) Mengulas kembali hasil
sudah cukup aktif sisanya masih pasif
diskusi pertemuan pertama. (3) Menjelaskan
dan malu-malu, belum mau memberikan
materi yang akan didiskusikan. Materi kedua
pendapatnya saat proses diskusi kelompok
cara berkomunikasi yang fektif yang terbagi
berlangsung. Peneliti menyampaikan apapun
menjadi materi berkomunikasi yang efektif
pendapat yang dikemukakan tidak akan
dengan menunjukkan perilaku hangat,
disalahkan dan akan diperbaiki bersama-
berkomunikasi efektif dengan menunjukkan
sama.
rasa senang, berkomunikasi efektif dengan
2. Pelaksanaan Tindakan II mendengarkan penuh perhatian. (4) Siswa
a. Persiapan. diberi kesempatan untuk bertanya jika ada
yang belum jelas. (5) Membagi kertas HVS
Pada tindakan kedua, peneliti menyiapkan untuk menuliskan hasil diskusi kelompok.
tempat untuk pelaksanaan diskusi kelompok. (6) Memberi waktu untuk berdiskusi
Menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan kelompok. (7) Setelah selesai diskusi
untuk menulis hasil diskusi kelompok serta kelompok, meminta perwakilan kelompok
alat dokumentasi. Adapun materi diskusi untuk maju kedepan mempersentasikan hasil
“Cara Berkomunikasi Yang Efektif” yang diskusinya. (8) Hasil dari semua kelompok
terbagi menjadi materi berkomunikasi yang sudah mempersentasikan hasil diskusi
yang efektif dengan menunjukkan perilaku kelompok adalah humoris, suasana tidak
hangat, berkomunikasi efektif dengan tegang, memakai bahasa mereka, tidak
menunjukkan rasa senang, berkomunikasi menyinggung perasaan, tidak membosankan,
efektif dengan mendengarkan dengan penuh mencari tempat yang nyaman, tidak
perhatian. Kelompok akan dibagi menjadi mengerjakan hal lain dan menyukai hal yang
dua kelompok kecil yang masing-masing sedang dibicarakan. (9) Siswa diminta untuk
akan mendiskusikan materi yang berbeda. merefleksikan hasil dari pertemuan kedua.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Dari pada saat pertemuan pertama siswa
dan Observasi. yang mau mengungkapkan pendapatnya
sudah bertambah. Hasil diskusi kelompok
Kegiatan dibuka dengan bermain ini diarahkan pada keterampilan komunikasi
kartu yang bertujuan untuk menciptakan interpersonal yang dimiliki oleh siswa.
suasana yang lebih hidup agar diskusi
kelompok berjalan efektif. Selanjutnya Berdasarkan hasil observasi yang
peneliti menjelaskan kembali pentingnya dilakukan siswa sudah sedikit memahami
siswa mempunyai keterampilan komunikasi tentang komunikasi interpersonal yang
interpersonal terutama dengan cara baik dan benar. Lima siswa sudah cukup

72 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa
Melalui Teknik Diskusi Kelompok Pada Siswa Kelas VIII

aktif sedang yang lainnya masih pasif dan dari diskusi kelompok dan hal-hal lainnya.
masih malu-malu tidak mau menyampaikan Kegiatan inti pada pertemuan ini sbb: (1)
pendapatnya saat proses diskusi kelompok Membagi kelompok menjadi 2, masing-
berlangsung. masing 5 siswa, (2) Mengulas kembali hasil
diskusi pertemuan kedua, (3) Menjelaskan
3. Pelaksanaan Tindakan III
materi yang akan didiskusikan. Materi ketiga
a. Persiapan berlatih “mendukung dan menolong” yang
Pada tindakan ketiga, peneliti terbagi menjadi materi rela menempatkan diri
menyiapkan tempat untuk pelaksanaan setara dengan orang lain, tidak memaksakan
diskusi kelompok. Menyiapkan bahan kehendak, memberikan persetujuan dengan
dan alat yang dibutuhkan untuk menulis orang lain, memberi respon yang spontan dan
hasil diskusi kelompok antara lain pulpen, lugas, serta bersedia menolong, (4) Siswa
kertas HVS, alat dokumentasi. Adapun diberi kesempatan bertanya bila ada yang
materi diskusi “ Berlatih mendukung dan belum jelas, (5) Membagi kertas HVS untuk
menolong” yang terbagi menjadi materi rela menuliskan hasil diskusi kelompok, (6)
menempatkan diri setara dengan orang lain, Memberi waktu untuk berdiskusi kelompok,
tidak memaksakan kehendak, memberikan (7) Setelah selesai diskusi kelompok,
persetujuan dengan orang lain, memberi meminta perwakilan kelompok untuk maju
respon yang spontan dan lugas, serta bersedia kedepan mempersentasikan hasil diskusinya,
menolong. (8) Hasil dari semua kelompok yang sudah
mempersentasikan hasil diskusi kelompok
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan adalah menganggap semua teman sama,
dan Observasi. menghargai dan menghormati pendapat
Kegiatan dilaksanakan dua hari karena orang lain walaupun berbeda, memberi
mengingat banyaknya materi yang diberikan. respon positif dan tepat dan menolong siapa
Kegiatan dibuka dengan bermain tebak kata saja yang membutuhkan, (9) Siswa diminta
yang bertujuan untuk menciptakan suasana untuk merefleksikan hasil dari pertemuan
yang lebih hidup agar diskusi kelompok ketiga. Pada pertemuan ketiga ini, masih
berjalan efektif. Selanjutnya membahas terdapat siswa yang malu berbicara dan
kegiatan pada pertemuan sebelumnya. mengutarakan pendapatnya. Selanjutnya
peneliti, memberikan kesimpulan pada
Peneliti menjelaskan pentingnya siswa kegiatan ketiga ini. Hasil diskusi kelompok
mempunyai keterampilan komunikasi diarahkan pada keterampilan komunikasi
interpersonal terutama dengan cara interpersonal yang dimiliki oleh siswa.
berkomunikasi yang efektif sehingga dapat
dengan mudah bergaul dengan orang lain Berdasarkan observasi yang dilakukan
serta mempunyai hubungan yang baik dengan pada tindakan ketiga dapat dilihat siswa
orang lain. Setelah siswa mengerti yang sudah lebih memahami tentang komunikasi
dimaksud denga keterampilan komunikasi interpersonal yang baik dan benar dari pada
interpersonal, guru BK memberikan pertemuan pertama dan kedua. Sebanyak 6
informasi mengenai diskusi kelompok teknik siswa sudah cukup aktif yang lainnya masih
buzz group yang akan dilaksanakan oleh pasif dan malu-malu. Peneliti menyampaikan
siswa. Informasi tersebut berkaitan dengan apapun pendapat yang dikemukakan oleh
langkah-langkah diskusi kelompok, tujuan siswa tidak akan disalahkan tetapi akan

73
diperbaiki sama-sama. Terdapat 3 siswa materi yang akan didiskusikan. Materi
yang tidak mau memberikan pendapatnya keempat cara memecahkan konflik dalam
saat proses diskusi kelompok berlangsung. komunikasi yang terdiri dari materi cara
mengatasi perbedaan pendapat dan cara
4. Pelaksanaan Tindakan IV
mengatasi konflik. Siswa diberi kesempatan
a. Persiapan untuk bertanya jika ada yang tidak jelas, (4)
Pada tindakan keempat, peneliti Membagi kertas HVS untuk menuliskan
menyiapkan tempat untuk diskusi kelompok. hasil diskusi kelompok, (5) Memberi
Menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan kesempatan untuk berdiskusi kelompok, (6)
untuk menulis hasil diskusi kelompok antara Setelah selesai diskusi kelompok, meminta
lain pulpen, kertas HVS, alat dokumentasi. perwakilan kelompok untuk maju kedepan
Adapun materi diskusi adalah “Cara mempersentasikan hasil diskusinya, (7)
Memecahkan Konflik dalam Komunikasi” Hasil diskusi kelompok: berfikir terbuka,
yang terdiri dari materi cara mengatasi menampung dan memikirkan kembali
perbedaan pendapat dan cara mengatasi pendapat yang berbeda, mencari solusi yang
konflik. terbaik, instrospeksi diri dan menghadirkan
pelerai jika terjadi komflik yang berlarut-
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan larut, (8) Siswa diminta untuk merefleksikan
dan Observasi. hasil dari pertemuan keempat. Untuk
Kegiatan dibuka dengan bermain pertemuan keempat masih terdapat siswa
tebak kata yang bertujuan untuk yang malu berbicara dan mengutarakan
menciptakan suasana yang lebih hidup pendapatnya. Selanjutnya memberikan
agar diskusi kelompok berjalan efektif. kesimpulan pada kegiatan keempat ini.
Selanjutnya peneliti melakukan flashback Hasil diskusi kelompok diarahkan pada
kegiatan sebelumnya agar siswa kembali keterampilan komunikasi interpersonal yang
mengingatnya. dimiliki siswa.

Peneliti menjelaskan pentingnya siswa Berdasarkan observasi yang dilakukan


mempunyai keterampilan komunikasi pada tindakan keempat dapat dilihat: siswa
interpersonal terutama dengan cara sudah lebih memahami tentang komunikasi
berkomunikasi yang efektif sehingga dapat interpersonal yang baik dan benar dari pada
dengan mudah bergaul dengan orang lain saat pertemuan yang lalu. Delapan siswa
serta mempunyai hubungan yang baik sudah cukup aktif, dua siswa masih pasif dan
dengan orang lain. Setelah siswa mengerti malu-malu. Peneliti telah menyampaikan
yang dimaksud dengan keterampilan apapun pendapat yang dikemukakan tidak
komunikasi interpersonal, kemudian akan disalahkan tetapi akan diperbaiki
memberikan informasi diskusi kelompok bersama-sama.
teknik buzz group yang akan dilaksanakan 5. Hasil Tindakan
oleh siswa. Informasi tersebut berkaitan
dengan langkah-langkah diskusi kelompok, Hasil dari empat tindakan dapat dilihat
tujuan dari diskusi kelompok dll. Kegiatan melalui pengamatan dan post test. Adapun
inti pada pertemuan ini sbb: (1) Peneliti hasil post test I sbb:
membagi kelompok menjadi 2, masing-
masing 5 siswa, (2) Mengulas kembali hasil
diskusi pertemuan ketiga, (3) Menjelaskan

74 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa
Melalui Teknik Diskusi Kelompok Pada Siswa Kelas VIII

Tabel 4. Hasil Skor Post Test I Tabel 5 Prosentase Peningkatan Skor Siswa.
No Nama Sub- Skor Post kategori Skor
yek Test Pre Post
No Nama Pening- Prosen-
1 AFH 155 Tinggi Subjek Test Test katan tase

2 DO 160 Tinggi 1 AFH 100 155 55 35,48%

3 SDA 154 Tinggi 2 DO 101 160 59 36,87%

4 YNL 100 Rendah 3 SDA 99 154 55 35,71%


4 YNL 98 100 2 2%
5 UZN 102 Rendah
5 UZN 100 102 2 1,96%
6 AANF 148 Sedang
6 AANF 88 148 60 40,54%
7 RBA 156 Tinggi
7 RBA 98 156 58 37,17%
8 HRBN 142 Sedang
8 HRBN 90 142 52 36,61%
9 TM 140 Sedang
9 TM 100 140 40 28,57%
10 JNH 155 Tinggi
10 JNH 100 155 55 35,48%
Berdasarkan hasil post test I Rata-Rata 97,4 141,2
menunjukkan sudah adanya peningkatan % Kenaikan
dari hasil pre test. Masih ada dua siswa yang Dari Pre
keterampilan komunikasinya masih rendah Test ke Post
yaitu YNL & UZN. Berdasarkan hasil Test I
45,0%
tersebut peneliti memutuskan melaksanakan
siklus kedua.
Berdasarkan hasil pre test dan post
6. Refleksi test pada siklus I, menunjukkan adanya
Dari hasil post test siklus I dan hasil peningkatan keterampilan komunikasi
pengamatan yang dilakukan, sudah ada interpersonal siswa, pada AANF sebesar
peningkatan keterampilan komunikasi 40,54% adapun prosentase peningkatan
interpersonal siswa sebelum tindakan terkecil pada UZN sebesar 1,96%. Hasil
sampai setelah tindakan siklus pertama, observasi menunjukkan ada peningkatan
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5. keterampilan komunikasi interpersonal
siswa sebesar 45,0%. Jadi peningkatan pada
siklus I sudah cukup baik, namun belum
sesuai dengan target yang diharapkan yaitu
sebesar 75%.

75
Pelaksanaan Tindakan dan ini dapat dilihat melalui pengamatan dan
Observasi Siklus II post test. Data keterampilan komunikasi
1. Tahap Persiapan interpersonal siswa setelah dilaksanakan
post test dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
a. Pelaksanaan Tindakan Kelima
Tabel 6. Hasil skor post test II
a) Persiapan, sama seperti pada siklus
No Nama Subyek Skor Post Kategori
I, adapun materi “Berlatih Memahami Diri
Test
Dan Orang Lain”
b) Tindakan Dan Observasi, sama seperti 1 AFH 180 Tinggi
siklus I, adapun hasil diskusi kelompok
setelah semua melakukan persentasi: jujur, 2 DO 182 Tinggi
tidak membeda-bedakan teman, menghargai 3 SDA 190 Tinggi
oarng lain, menyadari kekurangan yang
dimiliki. Sedangkan hasil observasi dapat 4 YNL 140 Sedang
dilihat: siswa sudah memahami tentang
5 UZN 161 Tinggi
komunikasi interpersonal yang baik dan
benar. Tindakan kelima ini sudah terjadi 6 AANF 180 Tinggi
perubahan siswa secara signifikan, sebagian
besar siswa sudah mau memberikan 7 RBA 182 Tinggi
pendapatnya/aktif saat proses diskusi 8 HRBN 173 Tinggi
kelompok berlangsung.
9 TM 152 Sedang
2) Pelaksanaan Tindakan Keenam
10 JNH 181 Tinggi
a) Persiapan, sama seperti pada siklus I,
adapun materi diskusi “Cara Berkomunikasi
Yang Efektif”, sedangkan kelompok akan Berdasarkan data hasil post test
dibagi menjadi dua kelompok kecil yang pada siklus II menunjukkan sudah ada
masing-masing akan mendiskusikan materi peningkatan dari kategori rendah ke tinggi
yang berbeda. yang ditunjukkan adanya peningkatan
keterampilan komunikasi interpersonal
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan Dan
siswa. Hasil observasi selama tindakan
Observasi, pada intinya sama dengan siklus
mengalami perubahan yang signifikan. Siswa
I, hasil diskusi kelompok siswa: senyum,
sudah memiliki keterampilan komunikasi
humoris, suasana tidak tegang bahasa
interpersonal yang tinggi yang ditunjukkan
sesuai usia, tidak menyinggung perasaan,
dengan sikap terbuka, perilaku hangat,
tidak membosankan, mencari tempat yang
memberi respon dari pendapat teman dan
nyaman, tidak mengerjakan hal lain, dan
berani mengeluarkan pendapat.
menyukai hal yang sedang dibicarakan.
Hasil observasi: perubahan yang dialami d. Refleksi
siswa dalam komunikasi interpersonal sudah Berdasarkan hasil post test I dan hasil
signifikan. post test II pada siklus II, sudah menunjukkan
c. Hasil Tindakan adanya peningkatan keterampilan komunikasi
interpersonal siswa, selengkapnya dapat
Hasil dari tindakan dalam penelitian
dilihat pada tabel 7 berikut:

76 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa
Melalui Teknik Diskusi Kelompok Pada Siswa Kelas VIII

Tabel 7. Prosentase Peningkatan Skor Siswa PENUTUP


Skor Hasil penelitian sudah berjalan dengan
Pen- baik dengan tingkat keberhasilan sudah
Nama Post ing- Prosen- mencapai target 75% memiliki keterampilan
No Post
Subjek ka- tase komunikasi interpersonal dalam kategori
Te s t
Test I tan tinggi. Pelaksanan tindakan berjalan lancar
II
dan tidak ada hambatan yang berarti,
1 AFH 155 180 25 13,88% sehingga peneliti memutuskan untuk tidak
melanjutkan ke siklus berikutnya.
2 DO 160 182 22 12,08%
Berdasarkan hasil tindakan pada siklus I
3 SDA 154 190 36 18,94% dan siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa
4 YNL 100 140 40 28,57% keterampilan komunikasi interpersonal
siswa kelas VIII SMP N 1 wates mengalami
5 UZN 102 161 59 36,64%
peningkatan setelah melaksanakan teknik
6 AANF 148 180 32 17,77% diskusi kelompok, selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 8.
7 RBA 156 182 26 14,28%
Tabel 8. Skor Rata-Rata Pre Test dan Post
8 HRBN 142 173 31 17,91% Test
9 TM 140 152 12 7,89%
Skor Rata - Rata
10 JNH 155 181 26 14,36%
Subyek P r e Post Test Post Tst II
Rata-Rata 141,2 172,1 Test I

% Kenaikan Kelas VIII 97,4 141,2 172,1


Dari Pre Test
76,7%
ke Post Test % Kenaikan
II Pre Test –
Post Test 76,7%
Berdasarkan data tersebut (lihat tabel 7)
peningkatan terbesar pada siswa UZN dengan
prosentase 36,64%, sedangkan peningkatan Berdasarkan tabel 8 tersebut diatas
terkecil pada siswa TM dengan prosentase bahwa prosentase skor rata-rata 76,7% berarti
7,89%. Hasil observasi menunjukkan sudah keterampilan komunikasi interpersonal
ada peningkatan keterampilan komunikasi siswa kelas VIII SMP N 1 Wates mengalami
inter personal pada siswa yaitu terlibat aktif peningkatan setelah dilakukan tindakan
dalam kegiatan dan berani mengeluarkan melalui diskusi kelompok
pendapat. Selain itu siswa merasa senang
mengikuti kegiatan diskusi kelompok dan
merasakan perubahan setelah mengikuti
tindakan.

77
DAFTAR PUSTAKA Kurniasih,R. dan Muslim ,M.(2014).
Ahmad. (2011).”Konsep dasar bimbingan .... Teknik diskusi buzz group untuk
dan konseling perkembangan”. meningkatkan perilaku asertif antar
sebaya peserta didik kelas VIII Mts
Dalam Mamat Supriatna (Ed), Bimbingan Negeri Karanganyar TP 2014/2015. .
dan konseling kompetensi: Orientasi Prodi Bimbingan dan Konseling,FKIS
dasar pengembengan profesi UNS.
konselor. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Hal. 29-60. Mugiharso, H. (2005). Bimbingan dan
Konseling. Semarang: UPT UNNES
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala Press
psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Segrin,C. dan Theis,J. (2000). Poor social
skills are a vurnerability factor in
Berko,R.at al. (2010). Interpersonal concept the development of pychological
and competencies foundadation of problems. Human Communication
interpersonal communication. USA: Research 26:489-514.
Rowman & Little field Publishers.
Supratiknya. (2009). Tinjauan psikologis
Devito,J.A. (2011). Komunikasi antar komunikasi antar pribadi. Yogyakarta
manusia edisi kelima. Tangerang: Kanisius
Kharisma Publishing Group.
Tohirin. (2007). Bimbingan Konseling
Fahad, G.A. (1986). Group discussion: A di Sekolah Madrasah (Berbasis
Misunderstood technique. Jurnal Integrasi). Jakarta: PT. Raja Grafindo.
of Marketing Management. 1986, I,
No.3.3,315-327. Yusuf,S. (2006). Psikologi Perkembangan
Anak Dan Remaja. Bandung: PT.
Fitriana,A.A. dan Soetarno. (2013). Remaja.
Keefektifan bimbingan kelompok
dengan teknik diskusi untuk Yustiana,Y.R.(2011). “Pengembangan Proses
meningkatkan motivasi siswa Kelompok Dan Jejaring Dalam
menyampaikan pendapat dalam Bimbingan Dan Konseling”.
proses pembelajaran kelas VIII SMP Dalam Mamat Supriatna (Ed). Bimbingan
N 2 Puhpelem TP 2013/2014. dan konseling berbasis kompetensi:
Hargie,O. Dan Dickson, D.(2004). Skilled Orientasi dasar pengembangan
interpersonal communication profesi konselor. Jakarta: PT. Raja
research, theory, and practice fourth Grafindo Persada. Hal. 235-252.
edition. London and New York:
Routledge Taylor and Francis Group.
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi
perkembangan suatu pendekatan
sepanjang rentang kehidupan.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

78 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Masalah
Dan Solusinya Dalam Bimbingan Kelompok Melalui Dinamika Kelompok

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENEMUKAN MASALAH


DAN SOLUSINYA DALAM BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI
DINAMIKA KELOMPOK

Oleh : Supriyono
Guru BK SMP N 2 Imogiri.
supriyono3172@yahoo.com/supriyono07071972@gmail.com

ABSTRACT: The purpose of this research is know skill improvement in finding


problem and its solution in group guidance through group dynamics. Kind of classroom
action research with model spiral cycle process by Kemmis and Taggart. The data of
research is gained from the result of skill on finding problem and its solution filler list,
the observation result data of group member activity in following service with guidance
counseling teachers’s enterprise observation. Based on research result can be concluded
that through group dynamics can improve (1) skill of finding problem about 82,50%, in
very good criteria, skill of finding solution about 80,00%, in good criteria, (2) group
member activity in following service about 71,60%, in good criteria, (3) counselor
teacher’s enterprise in bringing out group counseling service about 99,00%, in very
good criteria.
Key words: problems solving, group dynamics

PENDAHULUAN mengenali, dan mengetahui secara dini


Bagi seorang siswa sekolah menengah masalah-masalah yang mereka alami,
pertama, proses menemukan masalah dan mengidentifikasikan sumber-sumber
solusinya ternyata tidak mudah. Bahkan masalah, mengukur kemampuan diri
untuk tingkat masalah dan solusi yang paling dalam menghadapi masalah, merumuskan
sederhana sekalipun. Jika siswa diminta cara-cara mengatasi masalah dan terakhir
untuk menyebutkan masalah dan solusi apa mengupayakan langkah-langkah mengatasi
saja yang mereka alami dalam satu hari, masalah.
umumnya mereka mengalami kesulitan. Kemampuan menemukan masalah dan
Dengan ringan mereka akan menyatakan solusinya memiliki peran penting dalam
tidak ada masalah yang dialami. Padahal para proses pemahaman diri bagi para siswa.
siswa mengalami begitu banyak masalah. Guru pembimbing diharapkan berperan aktif
Contoh masalah sederhana yang dihadapi untuk membantu siswa mengembangkan
adalah, sewaktu mereka bersitegang dengan kemampuan menemukan masalah dan
orang tua, atau bertengkar dengan adik dan solusinya. Ada berbagai pendekatan untuk
kakak sebelum berangkat sekolah. memberikan bantuan pada siswa dalam
menemukan masalah dan solusi itu. Salah
Oleh karena itu, perlu upaya untuk satu pendekatan yang dipakai oleh penulis
mengembangkan kemampuan siswa dalam melalui layanan bimbingan kelompok
menemukan masalah dan solusinya. Upaya dengan memanfaatkan dinamika kelompok.
ini bertujuan mendorong siswa mampu

79
Kelompok yang baik menurut Mungin rasa bahagia dalam waktu yang relatif
Eddy Wibowo (2005) ialah kelompok yang lama.
diwarnai oleh semangat tinggi, dinamis,
5. S
tatus sosial ekonomi keluarga yang
hubungan harmonis, kerja sama baik dan
memuaskan atau sesuai dengan harapan
mantap serta saling mempercayai di antara
mendatangkan kebahagiaan dalam waktu
anggota-anggotanya. Kelompok yang baik
yang relatif lama bagi seorang remaja.
seperti itu akan terwujud apabila para anggota
saling bersikap sebagai kawan, menghargai, Kebahagiaan taraf yang relatif lama atau
mengerti dan menerima tujuan bersama konstan, merupakan bentuk kebahagiaan
secara positif, setia kepada kelompok, serta tertinggi yang dapat dicapai oleh seseorang
mau bekerja keras dan berkorban untuk (dari segi psikologis). Menurut Andi
kelompok. Mappiare (1982:181), kebahagiaan taraf
relatif lama atau konstan merupakan hasil
Sedangkan Prayitno (1995)
dari proses pertumbuhan dan perkembangan
mendefinisikan dinamika kelompok
yang prima dalam masa remaja. Yakni
sebagai berbagai kualitas positif yang ada
berhasil dicapainya keadaan-keadaan positif,
dalam kelompok itu bergerak, bergulir
tugas-tugas perkembangan masa remaja
yang menandai dan mendorong kehidupan
yang dijalani dengan baik dan diperolehnya
kelompok. Kekuatan yang mendorong
penyesuaian-penyesuaian pribadi dan sosial
untuk menggerakan dan mengoperasikan
yang optimal.
kehidupan kelompok itu dikenal sebagai
dinamika kelompok. Andi Mappiare menjelaskan
kebahagiaan taraf relatif lama atau konstan
Kebahagiaan taraf menengah atau dalam
itu sebagai berikut:
jangka waktu cukup lama, bagi remaja awal
dijelaskan oleh Andi Mappiare (1982:179) 1. D
ialaminya pertumbuhan dan
bisa bersumber pada hal-hal berikut ini: perkembangan jasmani yang normal.
Pertumbuhan dan perkembangan jasmani
1. K
eadaan tampang, artinya tampang
yang terlalu menyimpang dari keadaan
yang memuaskan dan sesuai dengan
umum dapat mendatangkan kekecewaan.
yang diharapkan akan mendatangkan
kebahagiaan bagi remaja. 2. D
ialaminya pertumbuhan kelenjar-
kelenjar seks dan perkembangan seksual
2. D
iterima dalam kelompok, dan populer
secara wajar dan dapat dikendalikannya.
di dalamnya mendatangkan kebahagiaan
bagi banyak remaja. 3. D
ialaminya pertumbuhan otak dan
perkembangan kemampuan pikir yang
3. M
endapatkan teman baru umumnya
normal sehingga mampu memecahkan
mendatangkan rasa senang bagi remaja.
persoalan-persoalan yang dihadapi,
Teman baru lawan jenis kelamin
sehingga menimbulkan kepuasan.
mendatangkan rasa senang dan bahagia
dalam waktu yang relatif lama. 4. D
ialaminya perkembangan (dan
pertumbuhan) sikap, perasaan/emosi
4. A
danya keberhasilan; misalnya dalam
secara wajar dan dapat dikendalikan,
berkarya (seni), hasil belajar, kerja dalam
sehingga menimbulkan ketenteraman
kelompok mendatangkan kebahagiaan;
perasaan.
adanya penghargaan dari orang lain
terhadap keberhasilannya mendatangkan 5.
Dialaminya perkembangan minat/cita-

80 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Masalah
Dan Solusinya Dalam Bimbingan Kelompok Melalui Dinamika Kelompok

cita yang terarah. Hal ini menimbulkan sampai dengan Maret, semester II tahun
rasa pasti dan menghindari rasa bingung. pelajaran 2015-2016.
6. D
ialaminya perkembangan pribadi, sosial Subyek dalam penelitian adalah siswa
dan moral secara baik serta disadarinya. kelas VII E, kelompok 3. Kelas ini dipilih
(1982:181-182) sebagai subyek penelitian karena peneliti
bertugas memberikan layanan bimbingan
Berdasar landasan teori di atas,
dan konseling pada kelas tersebut. Siswa
menggambarkan bahwa remaja merasa
kelas VII belum pernah mengikuti layanan
senang dan bahagia kalau dapat diterima
Bimbingan Kelompok (BKp). Selain itu
dalam kelompoknya. Karena di dalam
kelompok ini mempunyai kemampuan
kelompok yang dinamis ada semangat
menemukan masalah dan solusi yang rendah.
untuk saling bercerita, berbagi, bertukar
pengalaman dalam menemukan dan mencari Penelitian Tindakan Bimbingan dan
masalah dan solusinya. Konseling (PTBK) ini menggunakan proses
siklus spiral dari Kemmis dan Taggart,
Rumusan masalah yang penulis
diawali dengan perencanaan, pelaksanaan
ajukan dalam penelitian ini adalah apakah
tindakan, observasi dan refleksi yang
pemanfaatan dinamika kelompok dalam
merupakan satu rangkaian dalam satu siklus.
layanan bimbingan kelompok dapat
Penelitian tersebut dilanjutkan sampai pada
meningkatkan kemampuan siswa dalam
siklus kedua.
menemukan masalah dan solusinya?
Langkah setiap siklus penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
ini meliputi kegiatan: (1) perencanaan
mengetahui pengembangan model layanan
(planning), (2) pelaksanaan tindakan
bimbingan kelompok melalui dinamika
(acting), (3) observasi (observing), dan (4)
kelompok dalam peningkatan kemampuan
refleksi (reflecting). Siklus I dilaksanakan
menemukan masalah dan solusinya pada
proses bimbingan kelompok dengan
siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Imogiri.
memanfaatkan dinamika kelompok.
Tujuan lain dari penelitian ini, secara Pembelajaran difokuskan pada aktivitas
teori adalah untuk mengembangkan layanan siswa pada saat proses dan hasil belajar, serta
bimbingan kelompok dalam menciptakan pelaksanaan tindakan oleh guru.
pendekatan, metode atau model yang efektif
Demikian juga dengan siklus
dalam membantu menangani permasalahan
II, dilaksanakan dengan mengacu pada
siswa.
hasil pengamatan dan catatan lapangan
Secara praktis, penelitian ini dari hasil observasi, evaluasi dan refleksi
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pada kegiatan siklus I. Kegiatan apa yang
siswa dalam menemukan masalah dan masih kurang, perlu diperbaiki, dan perlu
solusinya sebagai landasan membantu ditingkatkan, direncanakan untuk diterapkan
mengatasi masalah. pada kegiatan siklus II dan kegiatan apa yang
masih kurang pada siklus II perlu diperbaiki
METODOLOGI PENELITIAN dan perlu ditingkatkan, direncanakan untuk
Penelitian dilaksanakan di SMP dilaksanakan pada kegiatan di siklus III
Negeri 2 Imogiri, Kabupaten Bantul. Waktu dan seterusnya hingga diperoleh hasil sesuai
pelaksanaan penelitian pada bulan Januari harapan.

81
Pengumpulan data pada penelitian ini Wawancara atau interviu menurut
menggunakan metode angket, observasi, Anwar Sutoyo (2012), dipandang sebagai
dan wawancara. Masing-masing instrumen teknik pengumpulan data dengan cara tanya
dibuat dan dipergunakan sesuai dengan jawab lisan yang dilakukan secara sistematis
kebutuhannya. guna mencapai tujuan penelitian. Pada
umumnya interviu dilakukan oleh dua orang
Angket atau kuesioner menurut Anwar
atau lebih, satu pihak sebagai pencari data
Sutoyo (2012) adalah pertanyaan atau
(interviewer) pihak yang lain sebagai sumber
pernyataan tertulis tentang data faktual atau
data (interviewee) dengan memanfaatkan
opini yang berkaitan dengan diri responden,
saluran-saluran komunikasi secara wajar dan
yang dianggap fakta atau kebenaran yang
lancar.
diketahui dan perlu dijawab oleh responden.
Sebagai pencari informasi, interviewer
Observasi menurut Anwar Sutoyo
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menilai
(2012) adalah pengamatan yang dilakukan
jawaban-jawaban, meminta penjelasan,
secara langsung maupun tidak langsung
melakukan para prase, mencatat atau
terhadap obyek yang sedang diteliti.
mengingat-ingat jawaban dan melakukan
Pengamatan yang dilakukan dalam observasi
penggalian keterangan lebih dalam (prodding)
harus dilakukan dengan penuh perhatian
jawaban-jawaban dari interviewee.
(attention). Hal ini berarti bahwa dalam
kegiatan observasi bukan hanya proses fisik, Penelitian ini berupa layanan kelompok,
tetapi juga proses psikis. Dalam penelitian sehingga wawancara atau interviu dilakukan
ini yang diamati adalah dinamika kelompok, oleh peneliti terhadap anggota kelompok dan
meliputi semangat, kerja sama, saling wawancara antar anggota kelompok.
percaya, kesetiaan pada kelompok dan saling
Angket digunakan untuk mengumpulkan
bertukar pendapat.
data tentang tingkat kemampuan menemukan
Lebih lanjut, Anwar Sutoyo masalah dan solusinya. Angket dalam
menjelaskan salah satu jenis pengamatan penelitian ini berupa pernyataan-pernyataan
adalah direct observation. Direct observation yang harus diisi/dijawab oleh responden.
adalah observasi yang menggunakan daftar Wawancara antara guru pembimbing dengan
isian sebagai pedoman. Daftar ini dapat anggota kelompok berupa dialog atau diskusi
berupa checklist kategori tingkah laku yang tentang kesanggupan ikut melaksanakan
diobservasi. kegiatan.
Untuk membantu observasi yang Wawancara antar anggota kelompok
dilakukan oleh peneliti, digunakan daftar berupa dialog atau diskusi sesuai tema yang
cek. Gibson, yang dikutip oleh Anwar Sutoyo disepakati. Sebagian contoh skrip wawancara
(2012), memandang daftar cek (rating scale), dalam layanan bimbinga kelompok sebagai
sebagaimana tersirat dari nama itu, adalah berikut:
skala untuk mengukur setiap karakteristik
atau aktivitas dari seseorang yang ingin
diamati.

82 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Masalah
Dan Solusinya Dalam Bimbingan Kelompok Melalui Dinamika Kelompok

PK:
“Bimbingan Kelompok adalah proses layanan yang membantu siswa dalam
menemukan diri dan lingkungannya sehingga mampu mengatasi masalah
yang dihadapi dengan memanfaatkan dinamika kelompok.”
AK:
“Oh, ya.”
PK:
“Dinamika kelompok adalah kualitas positif yang ada dalam kelompok, yang
bergerak, bergulir memberi kehidupan kelompok. Dinamika kelompok akan
tumbuh apabila kelompok diwarnai semangat, kerja sama, saling percaya dan
saling memberi pendapat/tanggapan.”.
AK:
“Oh, ya. Boleh tahu tidak, apa tujuan bimbingan kelompok?”
PK:
“Tujuan bimbingan kelompok secara umum adalah mengembangkan kemam-
puan sosialisasi terutama berkomunikasi.”
AK:
“Terus cara pelaksanaannnya bagaimana?”
PK:
“Oh, caranya. Nanti kita akan melakukan empat kegiatan, pembentukan, pera-
lihan, kegiatan dan penutup. Di sela-sela itu kita akan membuat suasana gem-
bira dengan melakukan selingan berupa nyanyian dan permainan.”
AK:
“Emms, boleh tahu nggak, waku kegiatan kita berapa lama?”
PK:
“Emms, boleh saja to. Nanti kita akan melakukan kegiatan bimbimgan kelom-
pok beberapa kali. Ya, paling tidak tiga kali. Setiap kegiatan lamanya sekitar
empat puluh sampai dengan enam puluh menit.”
AK:
“Oh, begitu.”
PK:
“Nah, sekarang saya beritahukan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok.
Satu saja dulu yaitu asas kerahasiaan. Asas kerahasiaan adalah asas layanan
yang menuntut konselor atau guru bimbingan dan konseling merahasiakan se-
genap data dan keterangan tentang peserta didik/konseli, sebagaimana diatur
dalam kode etik bimbingan dan konseling.
AK:
“Emms, berarti nanti kalau ada hal rahasia dari kami akan dirahasiakan ya?”
PK:
“Iya, teman-teman tidak usah khawatir, nanti saya akan menjaga kerahasiaan
semua hal yang sekiranya perlu dirahasiakan.”

83
Metode observasi digunakan untuk Penelitian tindakan kelas bimbingan
mengamati keaktifan anggota kelompok konseling dilakukan di kelas VII E,
dalam mengikuti kegiatan. Di samping itu kelompok 3. Kelompok ini berjumlah 10
metode observasi juga digunakan untuk orang yang terdiri dari 6 orang putri dan 4
mengamatai kinerja guru pembimbing dalam orang putra. Siswa kelas VII E berjumlah 30
melakukan layanan bimbingan kelompok. orang, dibagi menjadi 3 kelompok, masing-
masing kelompok beranggotakan 10 orang
INDIKATOR KEBERHASILAN siswa. Kelas ini dipilih karena beberapa
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila: alasan. Salah satu alasannya adalah peserta
didik kelas VII E masih mengalami kesulitan
1. M
inimal 75% anggota kelompok dalam menemukan permasalahan dan solusi
mengalami peningkatan dalam mengatasinya. Hal ini secara tidak sengaja
kemampuan menemukan masalah dan penulis ketahui ketika memberikan layanan
solusinya. klasikal di kelas. Ketika peserta didik ditanya
2. M
inimal 70% anggota kelompok tentang masalah yang mereka hadapi, masih
berpartisipasi aktif dalam proses kegiatan. banyak yang belum dapat menjawab.

3. M
inimal 75% guru pembimbing Siklus I
melaksanakan kegiatan sesuai prosedur Kegiatan yang dilakukan pada tahap
yang direncanakan. perencanaan tindakan adalah menyusun
Data tentang kemampuan menemukan rencana pelaksanaan layanan (RPL) untuk
masalah dan solusinya terdiri atas 4 (empat) kegiatan 1 dan 2, menyusun daftar isian
indikator, sesuai dengan bidang bimbingan kemampuan menemukan masalah dan
konseling yaitu: Bidang pribadi, bidang solusinya, menyusun pedoman pengamatan
sosial, bidang belajar dan bidang karir. keaktifan anggota kelompok dan menyusun
Masing-masing indikator terdiri dari 3 (tiga) pedoman pengamatan kinerja guru
pernyataan. bimbingan konseling.

Data tentang partisipasi anggota Pelaksanaan layanan bimbingan


kelompok dalam mengikuti kegiatan terdiri kelompok melalui dinamika kelompok untuk
atas lima indikator, yaitu: Semangat, kerja siklus I kegiatan pertama pada tanggal 2
sama, saling percaya, kesetiaan pada Februari 2016. Tema yang telah disepakati
kelompok atau anggota kelompok dan saling akan dibahas pada kegiatan pertama adalah:
bertukar informasi/pendapat. Masing-masing Ada beberapa teman siswa putri yang tidak
indikator terdiri dari 3 (tiga) pernyataan. mengikuti shalat dluhur berjama’ah, padahal
sedang tidak berhalangan.
Data tentang kinerja guru bimbingan
konseling dalam layanan bimbingan a. P
engamatan keaktifan anggota kelompok
kelompok (BKp) terdiri atas empat indikator, dalam mengikuti kegiatan.
yaitu: tahap pembentukan, tahap peralihan, Berdasarkan hasil pengamatan pada
tahap kegiatan dan tahap pengakhiran. kegiatan 1, keaktifan anggota kelompok
memperoleh prosentase skor 57,8.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN b. P
engamatan kinerja guru bimbingan dan
konseling.
A. HASIL PENELITIAN

84 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Masalah
Dan Solusinya Dalam Bimbingan Kelompok Melalui Dinamika Kelompok

Hasil pengamatan terhadap kinerja 2. K


eaktifan anggota kelompok dalam
guru bimbingan dan konseling dalam mengikuti kegiatan masih perlu
melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok ditingkatkan.
(BKp) memperoleh skor 0,90.
3. A
nggota kelompok masih kesulitan
Kegiatan bimbingan kelompok memilah-milah masalah dan solusi yang
dilanjutkan kegiatan kedua pada tanggal 6 mereka hadapi. Kadang kala mereka
Februari 2016. Tema yang telah disepakati masih mencampur adukan antara masalah
akan dibahas pada kegiatan kedua adalah: di bidang pribadi dengan masalah di
Ada beberapa teman siswa yang bermain bidang belajar, atau lainnya.
hand phone, saat guru sedang mengajar di
4. A
tas persetujuan kedua pengamat,
kelas.
peneliti merubah item isian dalam
a. P
engamatan keaktifan anggota kelompok daftar keaktifan anggota kelompok pada
dalam mengikuti kegiatan. aspek IV Kesetiaan pada Kelompok dan
Anggota lain.
Berdasarkan hasil pengamatan pada
kegiatan 2, keaktifan anggota kelompok 5. M
engganti kartu identitas dengan nama
memperoleh skor 56,9. anggota kelompok yang lebih besar dan
dipakai di dada atau punggung, sehingga
b. P
engamatan kinerja guru bimbingan dan
kedua pengamat tidak mengalami
konseling.
kesulitan mengenali anggota kelompok.
Hasil pengamatan terhadap kinerja
Siklus II
guru bimbingan dan konseling dalam
melaksanakan kegiatan bimbingan Kegiatan yang dilakukan pada tahap
kelompok (BKp) memperoleh skor 0,70. perencanaan tindakan adalah menyusun
rencana pelaksanaan layanan (RPL) untuk
c. P
engamatan kemampuan menemukan
kegiatan 3 dan 4, menyusun pedoman
masalah dan solusinya.
pengamatan keaktifan anggota kelompok,
Pada akhir kegiatan kedua peneliti pedoman pengamatan kinerja guru bimbingan
memberikan daftar isian untuk mengetahui konseling dan daftar isian kemampuan
perkembangan kemampuan menemukan menemukan masalah dan solusinya.
masalah dan solusinya. Hasil isian siswa
Pelaksanaan layanan bimbingan
dalam menemukan masalah dan solusinya
kelompok melalui dinamika kelompok
setelah bimbingan kelompok kegiatan kedua
untuk siklus II kegiatan ketiga dilaksanakan
memperoleh skor 62,5.
pada tanggal 16 Februari 2016. Tema
Waktu jeda antara siklus I dan II yang dibahas pada kegiatan ketiga adalah:
dimanfaatkan untuk refleksi dengan kedua Bagaimana memahami potensi, kelebihan
pengamat. Dari refleksi ini didapatkan dan kelemahan diri baik fisik atau psikis.
masukan dari kedua pengamat antara lain: Pada kegiatan ketiga tema yang dibahas
dibatasi pada potensi aspek fisik.
1. L
ayanan bimbingan kelompok pada
siklus I kegiatan pertama dan kedua Berdasarkan hasil pengamatan pada
sudah dapat berjalan dengan baik. Guru kegiatan 3, keaktifan anggota kelompok
pembimbing relatif sudah dapat berperan memperoleh prosentase skor 80,2.
sesuai tugas dan fungsinya.
Hasil pengamatan terhadap kinerja

85
guru bimbingan dan konseling dalam ditingkatkan. Menilik hasil pengamatan,
melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok keaktifan anggota kelompok memperoleh
(BKp) memperoleh skor 80,0. skor 71,6 masih jauh dari rencana sebesar
75,0.
Pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok melalui dinamika kelompok untuk B. PEMBAHASAN
siklus II kegiatan keempat dilaksanakan pada
tanggal 27 Februari 2016. Pada kegiatan Dinamika kelompok dalam kegiatan
keempat tema yang dibahas melanjutkan layanan bimbingan kelompok belum dapat
bahasan pada kegiatan sebelumnya yaitu berjalan maksimal. Berdasarkan hasil
potensi aspek psikis. pengamatan pada kegiatan 1, keaktifan
anggota kelompok memperoleh prosentase
Hasil Pengamatan bimbingan kelompok skor 57,8. Berdasarkan hasil pengamatan
kegiatan 4 pada kegiatan 2, keaktifan anggota kelompok
a. P
engamatan keaktifan anggota kelompok memperoleh prosentase skor 56,9. Keaktifan
dalam mengikuti kegiatan. anggota kelompok dalam kegiatan 1 dan
2 mengalami penurunan skor sebesar 0,9.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan
kegiatan 4, keaktifan anggota kelompok 3, keaktifan anggota kelompok memperoleh
memperoleh prosentase skor 90,9. prosentase skor 80,2. Berdasarkan hasil
b. P
engamatan kinerja guru bimbingan dan pengamatan pada kegiatan 4, keaktifan
konseling. anggota kelompok memperoleh prosentase
skor 90,9. Keaktifan anggota kelompok
Hasil pengamatan terhadap kinerja
dalam kegiatan 3 dan 4 mengalami kenaikan
guru bimbingan dan konseling dalam
skor sebesar 10,7. Rata-rata keaktifan
melaksanakan kegiatan bimbingan
anggota kelompok dalam kegiatan di
kelompok (BKp) memperoleh skor 90,0.
siklus I sebesar 57,35. Sedangkan rata-
c. P
engamatan kemampuan menemukan rata keaktifan anggota kelompok dalam
masalah dan solusinya. kegiatan di siklus II sebesar 85,55. Rata-rata
keaktifan anggota kelompok dalam kegiatan
Hasil isian siswa dalam menemukan
di siklus I ke siklus II mengalami kenaikan
masalah dan solusinya setelah bimbingan
sebesar 28,2. Sedangkan rata-rata keaktifan
kelompok kegiatan kedua memperoleh skor
anggota kelompok dalam kegiatan di siklus
80,0.
I dan II sebesar 71,45. Kalau dibandingkan
Setelah kegiatan 4 selesai, peneliti persyaratan penelitian sebesar 70%, rata-
mengadakan refleksi dengan kedua rata skor keaktifan anggota kelompok dalam
pengamat. Dari refleksi ini didapatkan kegiatan sebesar 71,45 sudah memenuhi
masukan dari kedua pengamat antara lain: kriteria. Artinya keaktifan anggota kelompok
1. L
ayanan bimbingan kelompok pada dalam kegiatan siklus I dan siklus II sudah
siklus I dan II sudah dapat berjalan memenuhi kriteria persyaratan hasil
dengan baik. Peneliti relatif sudah dapat penelitian.
berperan sesuai tugas dan fungsinya. Kelompok yang baik menurut Mungin
2. K
eaktifan anggota kelompok dalam Eddy Wibowo (2005) ialah kelompok yang
mengikuti kegiatan masih perlu diwarnai oleh semangat tinggi, dinamis,
hubungan harmonis, kerja sama baik dan

86 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Masalah
Dan Solusinya Dalam Bimbingan Kelompok Melalui Dinamika Kelompok

mantap serta saling mempercayai di antara memperoleh skor 80,0 untuk kemampuan
anggota-anggotanya. Kelompok yang baik menemukan solusi. Rata-rata skor siswa
seperti itu akan terwujud apabila para anggota dalam menemukan masalah sebesar 63,8
saling bersikap sebagai kawan, menghargai, dan 63,6 untuk kemampuan menemukan
mengerti dan menerima tujuan bersama solusi. Jika dilihat dari skor rata-rata ini
secara positif, setia kepada kelompok, serta belum memenuhi kriteria keberhasilan
mau bekerja keras dan berkorban untuk penelitian sebesar 75%. Artinya kemampuan
kelompok. menemukan masalah dan solusinya dalam
kegiatan siklus I dan siklus II belum
Dengan demikian layanan bimbingan
memenuhi kriteria persyaratan hasil
kelompok di sini mampu membangkitkan
penelitian.
semangat, dinamis, hubungan harmonis,
kerja sama yang baik dan mantap serta saling Walaupun belum dapat memenuhi
mempercayai di antara anggota kelompok. syarat keberhasilan penelitian, namun secara
Dinamika kelompok yang terbentuk mampu kuantitas dan kualitas terjadi peningkatan
menghadirkan keaktifan anggota kelompok. kemampuan menemukan masalah dan solusi
dari anggota kelompok. Paling tidak sudah
Dengan dinamika kelompok yang
dapat membangun dinamika kelompok.
berjalan dengan baik anggota kelompok
Dinamika kelompok yang terbentuk akan
dapat belajar meningkatkan kemampuan
mengarahkan anggota kelompok untuk
menemukan masalah dan solusinya.
belajar pada anggota yang lain, bagaimana
Hasil isian anggota kelompok menemukan masalah dan solusinya.
menunjukkan bahwa kemampuan
Hasil pengamatan kinerja guru
menemukan masalah dan solusinya
pembimbing dalam melaksanakan kegiatan
memperoleh hasil yang baik sekali. Di
layanan bimbingan kelompok memperoleh
samping itu kemampuan menemukan
hasil yang baik sekali. Berdasarkan hasil
masalah dan solusi mengalami kenaikan
pengamatan pada kegiatan 1, kinerja guru
skor dari kegiatan 1 dan 2 di siklus I, dan
pembimbing memperoleh prosentase
kegiatan 3 sampai ke kegiatan 4 di siklus
skor 0,9. Berdasarkan hasil pengamatan
II. Hasil isian siswa dalam menemukan
pada kegiatan 2, kinerja guru pembimbing
masalah dan solusinya sebelum kegiatan
memperoleh prosentase skor 0,7. kinerja
bimbingan kelompok dimulai memperoleh
guru pembimbing dalam kegiatan 1 dan
skor 49,1 untuk kemampuan menemukan
2 mengalami penurunan skor sebesar 0,2.
masalah dan memperoleh skor 48,3 untuk
Berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan
kemampuan menemukan solusi. Sedangkan
3, kinerja guru pembimbing memperoleh
hasil isian siswa dalam menemukan masalah
prosentase skor 0,8. Berdasarkan hasil
dan solusinya setelah kegiatan bimbingan
pengamatan pada kegiatan 4, kinerja guru
kelompok kedua memperoleh skor 59,7
pembimbing memperoleh prosentase skor
untuk kemampuan menemukan masalah dan
0,9. Kinerja guru pembimbing dalam kegiatan
memperoleh skor 62,5 untuk kemampuan
3 dan 4 mengalami kenaikan skor sebesar 0,1.
menemukan solusi. Hasil isian siswa dalam
Rata-rata kinerja guru pembimbing dalam
menemukan masalah dan solusinya setelah
kegiatan di siklus I sebesar 0,8. Sedangkan
kegiatan bimbingan kelompok keempat/
rata-rata kinerja guru pembimbing dalam
terakhir memperoleh skor 82,5 untuk
kegiatan di siklus II sebesar 0,85. Rata-rata
kemampuan menemukan masalah dan

87
kinerja guru pembimbing dalam kegiatan kelompok saling aktif berkomunikasi,
di siklus I ke siklus II mengalami kenaikan bekerja sama, saling membantu, simpati,
sebesar 0,5. Sedangkan rata-rata kinerja saling menghargai.
guru pembimbing dalam kegiatan di siklus
Kemampuan menemukan masalah
I dan II sebesar 0,83. Kalau dibandingkan
pada kelas VIIE kelompok 3 SMP Negeri
persyaratan penelitian sebesar 75%, rata-
2 Imogiri meningkat setelah memanfaatkan
rata skor kinerja guru pembimbing dalam
kegiatan sebesar 0,83 sudah memenuhi dinamika kelompok. Dinamika kelompok
kriteria. Artinya kinerja guru pembimbing yang baik dapat membangkitkan semangat,
dalam kegiatan siklus I dan siklus II sudah dinamika kelompok, hubungan harmonis,
memenuhi kriteria persyaratan hasil kerja sama yang baik dan mantap serta saling
penelitian. mempercayai di antara anggota kelompok.
semangat tinggi, dinamis, hubungan
PENUTUP harmonis, kerja sama baik dan mantap serta
Hasil penelitian tindakan bimbingan saling mempercayai di antara anggota-
konseling tentang meningkatkan kemampuan anggotanya. Dengan semangat inilah anggota
menemukan masalah dan solusinya pada kelompok saling aktif berkomunikasi, bekerja
peserta didik kelas VIIE SMP Negeri 2 sama, saling membantu, simpati, saling
Imogiri, dapat disimpulkan sebagai berikut: menghargai. Dan pada akhirnya anggota
kelompok dapat saling belajar bagaimana
Layanan bimbingan kelompok di kelas mereka dapat menemukan masalah dan
VIIE kelompok 3 SMP Negeri 2 Imogiri solusinya.Hal ini ditunjukkan dengan respon
dapat meningkatkan keaktifan anggota siswa sebesar 63,8% dengan kriteria baik.
kelompok dalam mengikuti kegiatan. Sedangkan kemampuan menemukan solusi
Dengan memanfaatkan dinamika kelompok, juga meningkat ditunjukkan respons siswa
keaktifan anggota kelompok dapat sebesar 63,6% dengan kriteria baik.
meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan rata-
rata respon peserta didik berupa keaktifan Kinerja guru bimbingan konseling
dalam mengikuti layanan sebesar 71,6%, SMP Negeri 2 Imogiri khususnya dalam
dengan kriteria baik. Dinamika kelompok melaksanakan layanan bimbingan kelompok
yang baik dapat membangkitkan semangat, mengalami peningkatan. Peningkatan
dinamika kelompok, hubungan harmonis, kinerja ini ditunjukkan dengan skor hasil
kerja sama yang baik dan mantap serta saling pengamatan sebesar 90,0% dengan kriteria
mempercayai di antara anggota kelompok. sangat baik. Peningkatan kinerja guru
semangat tinggi, dinamis, hubungan pembimbing diperoleh karena perencanaan
harmonis, kerja sama baik dan mantap serta kegiatan sebelumya.
saling mempercayai di antara anggota- Berdasarkan hasil penelitian ini,
anggotanya. Kelompok yang baik seperti penulis merekomendasikan beberapa saran :
itu akan terwujud apabila para anggota Bagi peserta didik, memanfaatkan dinamika
saling bersikap sebagai kawan, menghargai, kelompok dalam layanan bimbingan
mengerti dan menerima tujuan bersama kelompok dapat menjadi alternatif
secara positif, setia kepada kelompok, serta untuk dapat meningkatkan kemampuan
mau bekerja keras dan berkorban untuk menemukan masalah dan solusinya. Bagi
kelompok. Dengan semangat inilah anggota guru pembimbing, dapat memanfaatkan

88 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Meningkatkan Kemampuan Menemukan Masalah
Dan Solusinya Dalam Bimbingan Kelompok Melalui Dinamika Kelompok

layanan bimbingan kelompok untuk DAFTAR PUSTAKA


menghadirkan kualitas kelompok yang Mappiare, Andi, Psikologi Remaja, Usaha
dinamis. Kelompok yang dinamis akan dapat Nasional, Surabaya, 1982.
meningkatkan kemampuan menemukan
Sutoyo, Anwar, Pemahaman Individu,
masalah dan solusi, terutama bagi peserta Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2012.
didik yang mengalami kesulitan. Bagi
Eddy Wibowo, Mungin, Konseling
kepala sekolah dapat memfasilitasi guru
Kelompok Perkembangan, UPT
pembimbing melakukan kegiatan bimbingan
UNNES Press, 2005.
kelompok yang mampu membangkitkan
dinamika kelompok. Dinamika kelompok Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling
Kelompok (Dasar dan Profil), Ghalia,
yang tumbuh dapat menghadirkan keaktifan
Jakarta, 1995.
anggota kelompok. Dengan keaktifan
anggota kelompok yang baik akan tumbuh Winkel, W. S., Hastuti, Sri, M. M., Bimbingan
disiplin, kesadaran bekerja sama, simpati, dan Konseling di Institusi Pendidikan,
Media Abadi, Yogyakarta, 2005.
tanggung jawab, saling bertukar pikiran,
bertukar perasaan dan lainnya. Dengan Madya, Suwarsih, Teori dan Praktik,
demikian anggota kelompok akan dapat Penelitian Tindakan, Alfabeta,
Bandung, 2009.
saling belajar, saling membantu menemukan
masalah dan solusinya. Salinan Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 111
Tahun 2014, tentang Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah, Pedoman
Bimbingan dan Konseling, 2014.

89
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS KOMPETENSI DASAR
CARA MENGHADAPI BENCANA ALAM DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN SATRIA OEL

Oleh : Idha Fitriastuti


Guru kelas SD Negeri Pengkol
idha881@gmail.com

ABSTRACT. This research is aimed to improve the IPS learning results on the basic
competence how to face natural disaster Grade VI SDN Pengkol in academic year
2017/2018 through OEL Satria learning model. The subject of the research are the 25
studenta of Grade VI of SDN Pengkol. This research is conducted as action research with
2 cycles. Each cycle consists of 3 meetings and cover four act components such as act
planning, act implementation, observation and reflection. The data collection technique
using teacher observation sheet, students observation sheet and evaluation test. After
the data collected then proceeded using qualitative descriptive data analysis. The data
analysis results show there is a significant improvement in the learning result because
the classical completeness mastery before the cycle is 52% and in the end of cycle II
reach 92%. The result reached in the cycle II is already passed the success indicator
determined that is 85%. OEL Satria learning model is proven can improve the learning
result on how to face natural disaster in SDN Pengkol academic year 2017/2018.
Keywords: learning result, how to face natural disaster, OEL Satria model
PENDAHULUAN Pembelajaran IPS di SD Negeri Pengkol
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai kelas VI pada kompetensi dasar cara
salah satu disiplin ilmu memegang peranan menghadapi bencana alam hasil ketuntasan
penting dalam mengenal konsep-konsep, klasikalnya hanya mencapai 52 % artinya
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai siswa yang mencapai nilai diatas KKM baru
sosial dan kemanusiaan di dalam masyarakat. mencapai 13 anak dari seluruh siswa yaitu 25
Dengan pembelajaran IPS diharapkan siswa anak. Sedangkan ketuntasan klasikal minimal
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir yang harus dicapai pada pembelajaran IPS di
logis dan kritis, memiliki rasa ingin tahu, SD Negeri Pengkol adalah 85 %. Nilai rata-
inkuiri, mampu memecahkan masalah, rata yang dicapai juga masih rendah yaitu 61.
dan ketrampilan dalam kehidupan sosial Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
sehingga kelak di kemudian hari siswa bisa IPS kelas VI di SD Negeri Pengkol masih
berkompetisi dalam masyarakat majemuk perlu diperbaiki dan ditingkatkan
di tingkat lokal, nasional, dan global. Mata
Aktivitas pembelajaran IPS di SD
pelajaran IPS merupakan mata pelajaran
dengan kajian pengetahuan yang tidak Negeri Pengkol sekilas tampak siswanya
saja menuntut siswa memiliki dimensi hanya sekedar menghafal materi saja. Hal
pengetahuan namun mereka juga harus tersebut jauh dari tujuan yang diharapkan
terampil, memiliki nilai dan sikap sehingga sampai pada tahap pemecahan masalah
mampu berkomunikasi dan memecahkan meskipun pada tingkat yang sederhana.
masalah. Kepekaan mereka terhadap lingkungan alam
dan lingkungan sosial juga belum terlatih.

90 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Hasil Belajar Ips Kompetensi Dasar Cara Menghadapi Bencana Alam
Dengan Model Pembelajaran Satria Oel

Aktivitas siswa ketika mengikuti yang berlangsung dalam interaksi aktif


pelajaran IPS juga masih sangat pasif ketika dengan lingkungan yang menghasilkan
guru menyampaikan pelajaran dengan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
metode ceramah, kebanyakan mereka tidak ketrampilan, dan nilai-sikap. “Hasil belajar
tertarik dengan materi yang disampaikan adalah kemampuan yang dimiliki siswa
guru. Pada umumnya siswa hanya setelah ia menerima pengalaman belajar”
mendengarkan penjelasan dari guru dengan (Sudjana,1989) dalam (Jana Budianto, 2013).
konsentrasi yang rendah dan kebanyakan
Model pembelajaran menurut
dari siswa hanya mendengarkan pada tahap
Soekamto dan winaputra ( dalam Supinah,
awal saja kemudian di tengah pembelajaran
2016: 9) sebagai kerangka konseptual yang
mereka berkurang konsentrasinya dan akan
menggambarkan prosedur sistematis dalam
semakin menurun pada tahap akhir. Pada
mengorganisasikan pengalaman belajar bagi
akhirnya tidak ada pembelajaran bermakna
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang mereka peroleh di dalam kelas karena
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
dengan mudah mereka melupakan informasi
perancang pembelajaran dan pengajar dalam
yang telah disampaikan guru. Menjelang
merencanakan dan melaksakan aktivitas
tes formatif sebagian siswa akan belajar
belajar mengajar. Menurut shimada (dalam
kembali dengan membaca dan menghafal
Halimah, 2012: 16) model open-ended adalah
pelajaran yang ada di dalam buku teks dan
model pembelajaran yang menyajikan suatu
sebagian yang lain hanya membaca saja
permasalahan dengan banyak cara yang
tanpa mengingat apa yang mereka baca. Hal
memungkinkan siswa untuk menumbuhkan
inilah yang menyebabkan rendahnya nilai
kemampuan berpikir kreatif dan membuat
IPS di SD Negeri Pengkol.
mereka terlibat aktif dalam kegiatan
Adapun tindakan yang dapat dilakukan pembelajaran di kelas. Sedangkan menurut
guru untuk mengatasi masalah tersebut Hannafin (dalam Huda, 2014: 279) model
adalah dengan pemilihan pendekatan open-ended learning atau pembelajaran
berpikir dan berbasis masalah dengan terbuka merupakan pembelajaran yang di
memilih model pembelajaran Satria OEL dalamnya tujuan dan keinginan individu
(open-ended learning) pada kompetensi dibangun dan dicapai secara terbuka.
dasar cara menghadapi bencana alam. Tidak hanya tujuan OEL juga bisa merujuk
Materi pembelajaran ini menuntut siswa pada cara-cara untuk mencapai maksud
untuk peka terhadap lingkungannya terutama pembelajaran itu sendiri.
lingkungan alam.
Model pembelajaran satria OEL adalah
Berdasarkan latar belakang di atas model pembelajaran yang menyajikan suatu
rumusan masalah dalam penelitian ini permasalahan dengan banyak cara yang
yaitu “Bagaimana penggunaan model memungkinkan siswa untuk menumbuhkan
pembelajaran satria OEL dapat meningkatkan kreativitas dan keaktifan di dalam kelas
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS untuk mendapatkan gelar satria baik secara
kompetensi dasar cara-cara menghadapi individu maupun kelompok. Adapun
bencana alam kelas VI SD Negeri Pengkol langkah-langkah pembelajaran satria
tahun pelajaran 2017 / 2018 ?”. OEL adalah 1) Menyajikan masalah; guru
menyajikan masalah terbuka yang menjadi
Definisi belajar menurut winkel (1987:
materi pelajaran dengan memberikan
36) adalah aktivitas mental atau psikis

91
stimulus berupa keterangan singkat dan permasalahan dengan cara mereka sendiri,
permasalahan yang harus diselesaikan secara siswa secara intrinsik termotivasi untuk
berkelompok maupun individu. 2) Mendesain memberikan bukti atau penjelasan dan
pembelajaran; siswa dibentuk menjadi siswa memiliki pengalaman banyak untuk
beberapa kelompok dan disajikan lembar menemukan sesuatu dalam menjawab
kerja siswa untuk membantu siswa pada permasalahan.
proses pemecahan masalah. LKS dibagikan
kepada tiap individu untuk mengetahui METODE PENELITIAN
cara masing-masing siswa mengungkapkan Penelitian ini berlokasi di SD
ide dan memecahkan masalah sehingga Negeri Pengkol, Kecamatan Karangmojo
diharapkan solusi dan penyelesaian masalah Kabupaten Gunungkidul. SD Negeri
memiliki jawaban yang terbuka dan beragam. Pengkol beralamat di Pengkol, Jatiayu,
Penilaian diakumulasi per kelompok. Karangmojo, Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Salah satu mewakili kelompoknya untuk Perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada
membacakan hasil diskusi dan temuannya bulan Februari sampai dengan April 2018
sementara kelompok lain menanggapi dan yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus tiga
guru meluruskan. 3) Memperhatikan dan kali pertemuan.
mencatat respon siswa; guru mencatat hasil
Teknik pengumpulan data dalam
dari pendapat, ide dan cara pemecahan
penelitian ini diperoleh dengan beberapa
masalah masing-masing siswa dan
cara 1) lembar observasi untuk mengamati
kelompoknya. Ide dan pendapat yang paling
aktivitas siswa selama kegiatan belajar
cemerlang mendapatkan kartu dan siswa
mengajar berlangsung. Aktivitas yang
yang bersangkutan bergelar ksatria demikian
diamati meliputi aktivitas melihat,
juga dengan kelompok yang terakumulasi
mendengar, berbicara, motorik, mental dan
memperoleh solusi dan pemecahan
emosional; 2) Lembar observasi guru; 3)
masalah paling tepat. 4) Membimbing dan
tes yang merupakan cara untuk melakukan
mengarahkan siswa. Guru menampung
penilaian dalam bentuk tugas yang harus
semua pendapat dan jawaban dari masing-
dilakukan siswa untuk mendapatkan hasil
masing kelompok dan mengarahkan siswa
belajar; 4) dokumentasi berupa foto kegiatan
jika terdapat jawaban yang kurang tepat.
selama pembelajaran. Setelah data terkumpul
Guru memberikan motivasi kepada siswa.
diolah dengan menggunakan analisis data
5) Membuat kesimpulan; siswa dan guru
deskriptif kualitatif. Penelitian ini dikemas
membuat kesimpulan dari materi yang
dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas
dibahas. 6) Pemberian reward; hadiah
(Classroom Action Research). Model
diberikan kepada siswa dan kelompok yang
Penelitian yang dipilih adalah model
paling banyak memperoleh gelar ksatria.
siklus yang dilakukan secara berulang dan
Keunggulan model ksatria open berkelanjutan. Penelitian ini meliputi empat
ended learning adalah siswa berpartisipasi komponen yaitu : 1) perencanaan tindakan,
lebih aktif dalam pembelajaran dan 2) implementasi tindakan dan monitoring, 3)
sering mengekspresikan idenya, siswa observasi, 4) refleksi hasil tindakan.
memiliki kesempatan lebih banyak dalam
Secara rinci prosedur penelitian
memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan
tindakan ini dapat dijabarkan sebagai
secara komprehensif, selain itu siswa
berikut 1) Perencanaan dengan membuat
dengan kemampuan rendah dapat merespon

92 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Hasil Belajar Ips Kompetensi Dasar Cara Menghadapi Bencana Alam
Dengan Model Pembelajaran Satria Oel

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang bermacam-macam bencana alam


dengan menggunakan model satria OEL, geologis, gambar bermacam-macam bencana
membuat dan mempersiapkan instrument alam geologis, lembar kerja siswa dan
penelitian berupa lembar observasi siswa instrumen penilaian yang akan digunakan.
dan guru, tes tertulis untuk siswa, media Instrumen berupa lembar observasi guru
pembelajaran serta lembar kerja siswa. 2) dan siswa juga dipersiapkan sebelum siklus
Tindakan; pelaksanaan tindakan diawali pertama dilaksanakan. Validitas instrumen
dengan kegiatan guru menyiapkan ditentukan oleh kepala sekolah.
proses pembelajaran, mengadakan tanya
Pada pelaksanaan tindakan dengan
jawab sebagai apersepsi. Dilanjutkan
menggunakan model pembelajaran satria
dengan kegiatan inti yang meliputi guru
OEL pada siklus pertama terdiri dari tiga kali
menunjukkan kepada siswa bermacam-
pertemuan. Pada pertemuan pertama siklus
macam gambar dan video peristiwa bencana
pertama kegiatan dimulai oleh guru dengan
alam geologis yang terjadi baik di dalam
mengkondisikan siswa untuk siap menerima
negeri atau di luar negeri sebagai stimulus.
pelajaran. Selanjutnya guru menjelaskan
Siswa mengungkapkan pendapatnya secara
kepada siswa tujuan pembelajaran dan materi
lisan jika mereka mengalami bencana
yang akan dipelajari yaitu tentang bencana
tersebut secara bergantian. Siswa membentuk
alam geologis. Siswa dan guru meneriakkan
kelompok dan mengungkapkan ide serta
yel kelas VI untuk menambah semangat dan
pendapatnya mengenai bencana alam dengan
sebagai motivasi belajar.
dipandu LKS dan guru. Siswa dan kelompok
yang memiliki ide kreatif dan jawaban tepat Kemudian Siswa diingatkan kembali
paling banyak mendapatkan gelar ksatria. tentang pelajaran sebelumnya yaitu tentang
3) Penutup; merupakan refleksi yang telah macam-macam bencana alam berdasarkan
dilaksanakan selama pembelajaran dan penyebabnya. Siswa diberikan stimulus
pemberian hadiah bagi kelompok beserta dengan cara memberikan contoh bencana
peserta yang mendapat gelar ksatria. alam geologis yang pernah terjadi di sekitar
mereka. Guru memberikan stimulus
Pengamatan dilakukan selama proses
dengan mengungkapkan kondisi setelah
pembelajaran berlangsung. Data yang
terjadi bencana agar siswa berfikir dan
diperoleh pada siklus I akan dijadikan
mengungkapkan perasaanya ketika mereka
sebagai bahan refleksi pada siklus II.
mengalami bencana alam geologis. Setelah
itu guru menerangkan pembelajaran
A. Hasil Pembahasan
satria OEL yang akan mereka laksanakan.
Siklus I Setiap siswa dan kelompok yang mampu
Kegiatan Perencanaan pada menjawab, mengungkapkan ide dan
pembelajaran siklus pertama yang dilakukan mengatasi permasalahan tentang persoalan
guru adalah menyusun rencana pelaksanaan yang diajukan guru akan mendapat gelar
pembelajaran dan menyiapkan alat peraga ksatria dan mendapat nilai tambahan.
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Siswa bersama dengan guru membagi
kegiatan pembelajaran cara menghadapi kelas menjadi lima kelompok. Guru
bencana alam dengan model pembelajaran menunjukkan kepada siswa bermacam-
satria OEL. Alat peraga yang dipersiapkan macam gambar dengan menggunakan LCD
pada pembelajaran siklus satu adalah video peristiwa bencana alam geologis yang terjadi

93
baik di dalam negeri atau di luar negeri masing-masing kemudiandirangkum oleh
seperti gambar gempa bumi, letusan gunung siswa dan mengambil jawaban yang menurut
berapi, tanah longsor, dan tsunami. Beberapa mereka paling tepat untuk memecahkan
siswa maju ke depan memilih beberapa masalah tentang bencana alam geologis
gambar yang tersedia dan bersama teman dengan panduan guru. Setelah diskusi selesai
kelompoknya menunjukkan gambar gejala dilaksanakan setiap kelompok melaporkan
atau tanda-tanda akan terjadinya bencana jawabannya di muka kelas. Kelompok yang
alam geologis sesuai dengan pengalaman berhasil memecahkan jawaban paling bagus
mereka dengan dipandu guru. Kelompok memperoleh gelar satria dan diberi tepuk
yang paling banyak mengungkapkan tangan oleh kelompok lain.
jawabanya akan bergelar ksatria. Pada pertemuan ke tiga siswa
Kemudian pembelajaran dilanjutkan mengerjakan soal secara tertulis yang berupa
dengan menyajikan video tanda-tanda soal essay dan uraian. Setelah siswa selesai
mengerjakan soal kemudian dibahas bersama
terjadinya bencana alam geologis. Selanjutnya
antara siswa dan guru.
guru menerangkan tentang bencana alam
geologis sekaligus menceritakan kepanikan, Pada akhir pelajaran menyimpulkan
kerugian, dan keadaan yang terjadi ketika materi tentang bencana alam geologis
bencana alam geologis terjadi tersebut terjadi yang mereka pelajari tersebut dan guru
sehingga seolah-olah mereka mengalaminya. memberikan kesempatan kepada siswa
Siswa mengungkapkan pendapatnya secara untuk bertanya materi yang belum mereka
lisan jika mereka mengalami bencana mengerti.
tersebut secara bergantian. Siswa dengan Observasi siklus pertama yang dilakukan
dipandu guru mengerjakan tugas LKS. oleh kolaborator pada pembelajaran IPS
Didalam mengisi tugas LKS siswa dapat tentang cara-cara menghadapi bencana
mengungkapkan ide, gagasan maupun alam dengan menggunakan model satria
pendapat secara terbuka sesuai dengan apa OEL meliputi observasi terhadap guru dan
yang mereka pikirkan. Setelah selesai salah hasil observasi siswa. Observasi terhadap
satu siswa maju untuk membacakan hasil aktivitas siswa yang diamati meliputi
tugasnya di muka kelas dan siswa lain dapat aktivitas penglihatan, mendengar, berbicara,
bertanya jika ada hal yang belum mereka motorik, mental, dan emosional. Berikut
ketahui. Guru memerintahkan kepada merupakan rekap hasil observasi aktivitas
siswa agar jawaban mereka di lembar kerja siswa pada siklus pertama adalah sebagai
siswa ditampung untuk didiskusikan dalam berikut :
kelompok pada pertemuan selanjutnya. Tabel 1. Hasil Observasi Aktivitas
Pada pertemuan ke dua guru juga SiswaSiklus I
mengingatkan kembali tentang diskusi satria No. Jenis Aktivitas Jumlah Prosentase
OEL yang akan mereka lakukan. Sebelum Skor
diskusi dimulai guru bertanya kepada 1. Melihat 63 84 %
siswa tentang pelajaran sebelumnya. Guru 2. Mendengar 64 85 %
memberikan kembali kepada siswa lembar 3. Berbicara 54 72 %
kerja siswa yang berisikan pendapat, ide dan 4. Motorik 39 52 %
gagasan tentang bencana alam. Kemudian ide 5. Mental 45 60 %
dan pendapat yang mereka tuangkan dalam
6. Emosional 55 73 %
LKS mereka diskusikan bersama kelompok

94 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Hasil Belajar Ips Kompetensi Dasar Cara Menghadapi Bencana Alam
Dengan Model Pembelajaran Satria Oel

Jika memperhatikan dari hasil observasi Jumlah nilai aktivitas guru =


aktivitas siswa di atas maka aktivitas siswa
Jumlah skor perolehan x 100 %
perlu ditingkatkan pada aktivitas motorik
karena baru memperoleh kategori kurang
demikian juga pada aktivitas berbicara, Jumlah skor maksimal
mental dan emosional masih memperoleh = 55 x 100%
aktivitas cukup sehingga perlu ditingkatkan
76
aktivitas pembelajaran pada siklus ke dua.
Sedangkan untuk aktivitas melihat dan = 72,37 %
mendengar harus dipertahankan karena Aktivitas guru pada pembelajaran
telah memperoleh kategori baik jika perlu IPS Kompetensi dasar cara menghadapi
ditingkatkan lagi. bencana alam dengan menggunakan model
Kegiatan observasi selanjutnya adalah pembelajaran satria OEL ini dilaksanakan
observasi pada aktivitas guru. Aktivitas yang guru dengan kategori baik. Namun
dilakukan guru diobservasi oleh kolaborator demikian perlu ditingkatkan lagi pada siklus
mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti selanjutnya agar pembelajaran juga dapat
sampai dengan kegiatan penutup selama berhasil sesuai dengan tujuan yang akan
proses pembelajaran dengan menggunakan dicapai. Selain itu agar guru tidak canggung
satria OEL berlangsung. Disini guru lagi melaksanakan pembelajaran dengan
diobservasi oleh kolaborator apakah guru model pembelajaran satria OEL ini.
telah melaksanakan pembelajaran sesuai Hasil tes tertulis pembelajaran siklus
dengan tahapan-tahapan yang direncanakan pertama menunjukkan bahwa ketuntasan
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. klasikalnya mencapai 64 % artinya masih
Kegiatan observasi selanjutnya adalah terdapat 36 % dari seluruh siswa yang belum
observasi pada aktivitas guru. Adapun hasil menuntaskan belajarnya dan nilainya berada
dari aktivitas guru adalah sebagai berikut : di bawah nilai KKM yaitu 68. Sedangkan
nilai rata-rata yang dicapai baru memperoleh
Tabel 2. Tabel Aktivitas Guru Siklus I
69. Penelitian ini dikatakan berhasil jika
Skor ketuntasan klasikal siswa telah mencapai 85
No Aktifitas Guru % maka akan dilanjutkan pada penelitian
1 2 3 4
siklus berikutnya.
1. Kegiatan - 2 3 4
pendahuluan Refleksi dari kegiatan pembelajaran
dilakukan pada akhir siklus I bersama dengan
2. Kegiatan Inti - 6 24 8 kolaborator. Dari hasil refleksi yang telah
3. Kegiatan Akhir - 2 6 - dilakukan maka disampaikan kekurangan
pelaksanaan pembelajaran siklus pertama
Jumlah - 10 33 12
dengan menggunakan satria OEL sehingga
Jumlah skor hasil yang dicapai kurang maksimal. Adapun
perolehan
55 kekurangan tersebut adalah 1) Siswa masih
kurang berani untuk mengemukakan ide,
pendapat dan gagasan terhadap permasalahan
yang ada. 2) Diskusi masih didominasi oleh
siswa yang pintar saja. 3) Siswa belum

95
terbiasa untuk melakukan langkah-langkah pada materi bencana alam klimatologis
pembelajaran dengan model satria OEL. 4) dan ekstraterestrial. Selain itu guru juga
Guru belum maksimal dalam memberikan menyiapkan bahan ajar, lembar kerja siswa,
stimulan agar siswa bersemangat, percaya media pembelajaran berupa video bencana
diri, dan peka terhadap suatu permasalahan alam dan video keadaaan setelah terjadi
yang timbul. 5) Masih terdapat siswa yang bencana, media berupa gambar bencana
merasa bahwa kegiatan belajar mereka alam, serta instrumen penilaian yang akan
tidak menyenangkan karena kesulitan yang digunakan. Seluruh perencanaan untuk
mereka hadapi. siklus II berdasarkan hasil refleksi dari siklus
I yang telah dilakukan peneliti bersama
Berdasarkan kekurangan yang ada maka
kolaborator.
untuk siklus ke dua direncanakan membuat
suasana pembelajaran lebih menyenangkan, Adapun hasil penelitian siklus ke dua
bersemangat, dan menumbuhkan sikap peka dapat dilihat dari tabel 3. Hasil pengamatan
terhadap masalah serta percaya diri pada siklus dua pada aktivitas siswa menunjukkan
siswa. Pada siklus ke dua direncanakan bahwa semua aspek memperoleh kategori
kegiatan yang dapat menutup kekurangan pada baik.
siklus pertama antara lain dengan kegiatan
Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
1) Siswa yang berani mengungkapkan Siklus II
ide, pendapat dan gagasannya secara lisan
tetap mendapatkan nilai meski jawabannya No. Jenis Aktivitas Jumlah Prosen-
Skor tase
belum tepat. 2) Jalannya diskusi akan dinilai
dari tingkat keaktifan dari masing-masing 1. Melihat 70 98 %
individu untuk mendapatkan kartu ksatria. 2. Mendengar 65 87 %
3) Pada awal dan akhir pembelajaran guru 3. Berbicara 64 85 %
menerangkan secara lebih jelas jalannya 4. Motorik 64 85 %
model pembelajaran dengan menggunakan
5. Mental 60 80 %
satria OEL. 3) Guru menyajikan gambar
6. Emosional 63 84 %
video saat terjadinya bencana alam sekaligus
peristiwa pasca terjadinya bencana alam Sedangkan hasil observasi terhadap
untuk menggugah kepekaan siswa terhadap aktivitas guru pada saat pembelajaran dengan
suatu permasalahan yang timbul di sekitar menggunakan model satria OEL hasilnya
mereka. 4) Setiap siswa yang menjawab dapat dilihat pada tabel 2.
benar menadapatkan pujian sempurna
sedangkan jawaban yang belum betul tidak Tabel 4. Tabel Aktivitas Guru Siklus II
mendapat salah dari siswa maupun guru Skor
sebab model satria OEL merupakan model No Aktifitas Guru
1 2 3 4
pembelajaran terbuka.
1. Kegiatan pendahuluan - - 3 8
Siklus ke Dua
Pada perencanaan kegiatan yang 2. Kegiatan Inti - - 18 28
dilakukan adalah menyusun silabus dan 3. Kegiatan Akhir - - 3 8
RPP untuk pembelajaran yang akan Jumlah - - 24 44
disampaikan dengan kompetensi dasar Jumlah skor perolehan
cara-cara menghadapi bencana alam 68

96 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Hasil Belajar Ips Kompetensi Dasar Cara Menghadapi Bencana Alam
Dengan Model Pembelajaran Satria Oel

Jumlah nilai aktivitas guru = Jumlah skor dengan menggunakan model pembelajaran
perolehan x 100 % satria OEL akan dilanjutkan pada siklus ke
dua dengan kompetensi dasar yang sama
Jumlah skor maksimal = 68 x 100%
yaitu cara-cara menghadapi bencana alam
76
dengan materi selanjutnya yaitu bencana
= 89,47 %
alam klimatologis dan ekstraterestrial. Hal
ini disebabkan karena dari hasil refleksi
Dengan melihat persentase hasil yang diperoleh pada aktivitas siswa pada
pengamatan terhadap aktivitas guru di atas aspek berbicara, mental dan emosional
maka mendapat kategori baik sekali. Jika masih diperoleh kategori cukup. Bahkan
dibandingkan dengan hasil persentase pada aspek motorik masih memperoleh
aktivitas siswa pada siklus pertama yang kategori kurang. Sedangkan pada hasil tes
memperoleh kategori baik maka mengalami tertulis masih terdapat sembilan orang siswa
kenaikan aktivitas pada guru. Hal ini yang memperoleh nilai di bawah KKM.
dikarenakan guru sudah melakukan refleksi Sedangkan pada aktivitas guru pada siklus
untuk melakukan pembelajaran pada siklus pertama telah menunjukkan hasil yang baik
ke dua ini. namun masih perlu ditingkatkan pada siklus
ke dua.
Hasil tes tertulis siswa pada siklus ke
dua mencapai rata-rata 80 maka dilihat dari Terdapat beberapa hal yang perlu dibenahi
nilai rata-ratanya mengalami peningkatan pada siklus pertama seperti ditambahnya
yang cukup signifikan demikian pula dari media pembelajaran berupa video pasca
segi ketuntasan klasikal juga mengalami terjadinya bencana alam untuk menggugah
peningkatan dibandingkan dengan siklus kepekaan dan emosi siswa ketika melihat
pertama. Pada siklus ke dua ketuntasannya dampak dan kondisi pasca bencana alam.
mencapai 92 %. Pada siklus ke dua masih Selain itu proses pembelajaran dilakukan
terdapat dua siswa yang nilainya berada di penambahan berupa pemberian skor ketika
bawah KKM namun demikian pembelajaran menjawab pertanyaan, jalannya penilaian
sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu individu ketika diskusi juga ditambah
ketuntasan minimal yang diperoleh minimal dengan kartu ksatria bagi siswa yang lebih
85 %. aktif dalam diskusi, dan guru menerangkan
lebih jelas jalannya pembelajaran dengan
B. Pembahasan menggunakan satria OEL baik pada awal
maupun akhir pembelajaran.
Pembelajaran pada siklus pertama,
aktivitas siswa menunjukkan antusias dalam Adapun pelaksanaan tindakan pada
mengikuti pembelajaran sehingga terjadi siklus ke dua pada dasarnya sama dengan
komunikasi yang baik antara siswa dan guru pelaksanaan tindakan siklus pertama.
begitu pula sebaliknya. Hal ini berdampak Hanya terdapat perbedaan pelaksanaan
pada hasil pembelajaran yang dicapai serta pembelajaran dengan perbaikan beberapa
penguasaan siswa pada materi yang mereka hal dalam pembelajaran sesuai dengan hasil
pelajari. refleksi dengan kolaborator. Pelaksanaan
pembelajaran siklus ke dua sesuai dengan
Dari hasil refleksi yang dilaksanakan
RPP yang dibuat guru dan semua terlaksana
kolaborator dengan guru diperoleh
sesuai dengan yang telah direncanakan.
kesimpulan bahwa pembelajaran IPS

97
Adapun hasil dari pengamatan dibandingkan dengan siklus pertama. Hasil
kolaborator terhadap siswa selama siklus perbandingan aktivitas siswa ditunjukkan
kedua berlangsung menunjukkan peningkatan dengan grafik sebagai berikut :

Gambar 1. Aktivitas Siswa

Adapun hasil aktivitas guru Pada siklus ke dua aktivitas guru


juga mengalami peningkatan pada siklus mengalami peningkatan, kategori yang
ke dua baik kegiatan awal, kegiatan inti diperoleh adalah sangat baik. Hal
dan kegiatan akhir. Pada siklus pertama ini dikarenakan guru sudah terbiasa
guru telah menampakkan kegiatan menggunakan model pembelajaran ini
pembelajaran dengan menggunakan begitupun dengan siswanya. Adapun hasil
model pembelajaran satria OEL dan observasi kolaborator tentang aktivitas
mendapatkan hasil baik. Guru berusaha guru pada siklus pertama dan ke dua dapat
agar pembelajaran berjalan bermakna, digambarkan dengan diagram batang sebagai
menyenangkan, dan komunikatif. berikut :

Gambar 2 Aktivitas Guru


Pada hasil tes tertulis siswa juga mencapai 64 % dan pada siklus ke dua
menunjukkan peningkatan pada siklus ke mencapai 92 %. Pada akhir siklus ke dua
dua. Nilai rata-rata yang diperoleh pada siswa yang belum tuntas belajarnya tinggal
siklus pertama adalah 69 sedangkan pada dua orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa
siklus ke dua mencapai nilai 80. Sedangkan ketuntasan belajarnya telah tercapai karena
pada ketuntasan klasikalnya menunjukkan telah melampaui 85 %. Jika digambarkan
kenaikan yang cukup signifikan sebesar 28 %. dengan menggunakan diagram batang adalah
Pada siklus pertama ketuntasan klasikalnya sebagai berikut :

98 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Peningkatan Hasil Belajar Ips Kompetensi Dasar Cara Menghadapi Bencana Alam
Dengan Model Pembelajaran Satria Oel

Gambar 3. Hasil Tes Tertulis DAFTAR PUSTAKA


Mencermati hasil yang dicapai pada Budianto, Jana dkk. 2013. Peningkatan Hasil
tes tertulis, aktivitas siswa maupun aktivitas Belajar IPS Siswa SD melalui Model
guru siklus ke dua maka proses pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe
kompetensi dasar cara-cara menghadapi Quiz Team. Antologi PGSD. Vol. 1/
no.3/2013.
bencana alam telah tercapai ketuntasannya.
Oleh sebab itu penelitian ini dilaksanakan Halimah. 2012. Penerapan Pembelajaran
sampai pada siklus ke dua. Kooperatif Dengan Pendekatan
Open Ended dalam Pembelajaran
C. Simpulan Matematika Pada Siswa Kelas VIII
SMP N I Keriting Inhil Riau. Padang:
Berdasarkan hasil pembahasan yang Universitas Bung Hatta.
dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran ksatria OEL Huda, Miftahul. 2014. Model-Model
Pengajaran dan Pembelajaran.
pada mata pelajaran IPS dengan kompetensi
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
dasar cara-cara menghadapi bancana alam
dapat meningkatkan hasil belajar pada Supinah. 2016. Modul Pelatihan SD Kelas
siswa kelas VI SD Negeri Pengkol. Hal ini Tinggi Koelompok Kompetensi D.
ditandai dengan ketuntasan klasikal siswa Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan.
pada siklus ke dua yang mencapai 92 %
dan mengalami peningkatan dibandingkan Winkel, W.S. 1987. Psikhologi Pendidikan.
hasil pembelajaran sebelumnya. Ketuntasan Jakarta: Gramedia.
individual yang dicapai oleh siswa juga
mengalami peningkatan yakni terdapat 23
siswa yang dapat tuntas belajar dan masih
terdapat dua orang siswa yang memerlukan
bimbingan khusus.

99
PEMBIASAAN MENYIKAT GIGI
MELALUI PEMBERIAN REWARD STICKER PICTURED

Oleh : Sutarmi
TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal Gulon
sutarmisutarjo@gmail.com

ABSTACT: This study aims to increase the activity in the habit of brusing teeth through
the provision of pictured reward stickers and the improvement of tooth brusing skills
with the target of achieving a grade above 75% developing according to expectations
and/or developing very well. This type of research is class room action research
conducted in two cycles, with a population of 18 students in the B2 group Aisyiyah
Gulon B2 kindergaden. The results of the research data were analyzed using quantitative
descriptive and discrete statistical analysis methods.The results showed that there was
an increase in activity in the habitat of brushing teeth through the provision of pictured
sticker rewards and there was an increase in the brushing skills of the class performance
achieved above 75% developed according toexpectations and/or developed very well.
Hope to get a prize or award.
Keywords: Refining brushing teeth, giving pictured stickers rewards

PENDAHULUAN mencuci tangan sebelum dan sesudah makan,


Pendidikan anak usia dini sebagai dasar mencuci piring sendiri, buang air kecil/air
membangun karakter anak dikembangkan besar dengan sedikit bantuan, dan menyikat
melalui kegiatan pembiasaan dan gigi sendiri, kegiatan ini dilakukankan agar
keteladanan. Dalam membangun karakter anak memiliki kemampuan menolong diri
anak usia dini, pembentukan sikap ini menjadi sendiri tidak tergantung pada rang lain.
prioritas utama dibanding pengetahuan dan Menurut CNN Indonesi, menyikat gigi
keterampilan. Pengembangan sikap dalam secara teratur dan benar penting dilakukan
kegiatan pembelajaran anak usia dini harus untuk menjaga kesehatan gigi. Kerusakan
memperhatikan karateristik cara belajar gigi seperti gigi berlubang, masalah pada
anak usia dini. Salah satunya adalah dengan gusi dan bau mulut dapat dihindari jika
mengembangkan pendidikan kecakapan rutin menyikat gigi. Menyikat gigi adalah
hidup. Pendidikan kecakapan hidup adalah membersihkan sisa makanan yang menempel
kemampuan untuk menolong diri sendiri pada gigi sehingga dapat terhindar dari
tidak tergantung secara fisik atau pikiran plak. Agar dapat membersihkan gigi secara
kepada orang lain. Pengembangan kecakapan menyeluruh, sikat gigi pun harus dilakukan
hidup dilakukansecara terpadu baik melalui dengan benar.
pembiasaan, keteladanan, maupun kegiatan
Kurangnya perhatian orang tua sejak
terprogram. Diantara pendidikan kecakapan
dini dalam merawat gigi putra-putrinya
hidup yang dikembangkan di PAUD adalah
menyebabkan banyak anak usia TK,
kebiasaan memakai dan melepas sepatu
mengalami gigi caries. Sebagai pendidik
sendiri, memakai melepas baju sendiri,
PAUD alangkah baiknya apabila turut serta

100 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Pembiasaan Menyikat Gigi Melalui Pemberian Reward Sticker Pictured

membantu orang tua dalam pembiasaan penerus bangsa kita dimasa mendatang.
menyikat gigi. Dengan pembiasaan yang
Dengan melihat permasalahan dan
dilakukan di sekolah secara terus menerus
data di atas kegiatan pembiasaan menyikat
akan membantu orang tua dan ataupun anak
gigi perlu dilakukan lebih intensif lagi,
itu sendiri agar terbiasa menyikat gigi sendiri
sehingga harapan memiliki generasi yang
secara teratur setiap hari. dengan pembiasaan
sehat dan cerdas dapat terwujud dimasa-
menyikat gigi yang baik dan benar, anak
masa yang akan datang. Melalui pemberian
akan terhindar dari penyakit gigi dan mulut.
reward sticker pictured diharapkan dapat
Dengan gigi yang sehat, akan berpengaruh
meningkatkan pembiasaan menyikat gigi.
pula terhadap semangat dan prestasi belajar
anak didik lebih baik. Pembiasaan tidak hanya bertujuan
agar tindakan berjalan rutin, tetapi kegiatan
Akan tetapi belum semua guru
tersebut menjadi jati diri bagi orang yang
menganggap bahwa kegiatan menyikat gigi
dibiasakan. Faizah (2009) menyatakan
adalah penting dilakukan, di sekolah PAUD,
bahwa pembiasaan (habbits) merupakan
mereka masih beranggapan bahwa menyikat
proses penanaman nilai kebajikan yang
gigi adalah tugas orang tua anak didik.
akan membentuk tumbuh kembang
Bahkan pendidik sering lupa memberikan
kepribadian anak selanjutnya melalui proses
motivasi kepada anak didik yang telah
berkelanjutan sepanjang hayat, perilaku yang
melakukan sikat gigi secara rutin, hal ini
telah terbiasa disebut pembiasaan. Dalam
juga akan menurunkan semangat anak didik
pendidikan pembiasaan merupakan proses
untuk membiasakan menyikat gigi secara
pembentukan sikap dan perilaku melalui
teratur. Lebih parah lagi adanya anggapan
pembelajaran dan latihan yang dilakukan
dari pendidik bahwa kegiatan menyikat
secara berulang-ulang sehingga sikap dan
gigi bukan materi utama yang harus
perilaku yang sudah menjadi kebiasaan
dikembangkan di lembaga PAUD, sehingga
memiliki ciri antara lain perilaku itu dikenal
pendidik enggan melaksanakan kegiatan
atau tidak asing bagi pelaku, perilaku tersebut
menyikat gigi.
relatif menetap pada pelaku dalam konteks
Melihat kenyataan dari data hasil yang semestinya, pelaku akan melakukan
pemeriksaan kesehatan TK ‘Aisyiyah Gulon kelakuan tersebut secara spontan, perilaku
Tahun Pelajaran 2016-2017 terdapat 55 yang sudah menjadi kebiasaan tidak mudah
anak didik menderita karies gigi, dari hasil berubah karena pengaruh sesaat oleh pihak
pemeriksaan sejumlah 73 anak didik, hal ini lain. Bila ada perilaku yang berbeda pada
dapat diartikan bahwa 75% anak didik TK konteks yang seharusnya, perilaku tersebut
‘Aisyiyah Gulon menderita caries. Begitu akan dipertanyakan atau dikritik (Pedoman
pula dari hasil pemeriksaan kesehatan yang Pembelajaran Bidang Pengembangan
telah dilakukan oleh Puskesmas Pundong Pembentukan Perilaku di TK, 2010:5).
terhadap anak didik TK sejumlah 729
Sejalan dengan pentingnya pembiasaan
pada Tahun Pelajaran 2016-2017 Semester
di atas, John Dewey meyakini bahwa
II terdapat 538 menderita karies, berarti
belajar akan memperoleh hasil yang baik
terdapat 73% anak didik menderita karies
apabila anak melakukan bukan hanya
gigi. Apabila keadaan karies gigi dibiarkan,
sekedar membaca, mendengar sesuatu.
tanpa ada pembiasaan dan perawatan, maka
Atas dasar kehidupan lembaga PAUD harus
akan mempengaruhi kesehatan generasi
berhubungan langsung dengan masyarakat.

101
Dalam kategori perkembangan moral, John pendukung dari norma yang dibiasakan.
Dewey menggolongkan anak PAUD pada
Menurut Campbell dan Campbell,
tahap awal memasuki covertional ketika
perilaku dapat dilakukan dengan metode: 1)
anak suka meniru atau mengikuti nilai moral
Modifikasi Perilaku (Behavior Modifikation),
orang tua dan masyarakat.
yaitu mengubah perilaku atau mengurangi
Piaget menyatakan bahwa seorang anak perilaku yang berlebihan atau membentuk
akan mengganggap bahwa tindakannya perilaku baru yang sebelumnya belum
benar, jika orang dewasa yang memiliki ada pada individu. Dilakukan dengan cara
otoritas (orang tua, guru, kakak, orang memberikan penguatan (reinforment) positif
dewasa lainnya) menyetujuinya. Anak berupa (pengakuan, pembenaran, hadiah)
PAUD dalam pandangan Piaget berada pada pada perilaku baru yang diharapkan, serta
tahap heteronom, yaitu tahap anak patuh, memberikan penguatan negatif (teguran)
tergantung pada orang dewasa, tanggap pada perilaku yang berlebihan; 2)Teknik
terhadap hadiah dan hukuman. Pembelajaran (Instructional Technique),
teknik ini dilakukan dengan memberikan
Selanjutnya B.F Skinner, hasil belajar
pengajaran khusus tentang perilaku yang
didasarkan pada a) hadiah dan penguatan
diharapkan serta perilaku yang harus dihindari.
(reward and reinforcement); b) ancaman,
Oleh sebab itu instruksi tersebut berfungsi
hukuman atau tindakan mendapat hadiah jika
untuk mengoreksi perilaku yang keliru, serta
hasil belajar tidak disukai; c) percontohan
mengajarkan perilaku baru; 3) Dasar-dasar
yang dilakukan oleh guru melalui demonstrasi
Berhubungan (Relationship-Based), teknik
dan latihan.
ini dilakukan untuk mendukung efektivitas
Teori Skinner ini diakui efektif untuk proses belajar, dengan cara memperlakukan
training atau pelatihan serta membiasakan anak secara manusiawi, nyaman, dan merasa
perilaku tertentu yang tidak membutuhkan tidak tertekan, agar hubungan antara guru
pemahaman kognitif tingkat tinggi. Atas dangan anak terjalin dengan baik, maka guru
dasar pemikiran di atas maka pembiasaan harus: a) berempati kepada anak, seperti mau
nilai-nilai agama moral dan sosial di mendengar kesulitan anak dengan sabar,
PAUD sangat perlu dilakukan, dengan menghargai usaha anak, berusaha memahami
memperhatikan keberhasilan pembiasaan kebutuhan anak dsb; b) mengidentifikasikan
tergantung pada: a) guru menjadi teladan kesulitan anak, baik kesulitan kognitif, bebas
untuk perilaku pembiasaan; b) guru psikologis, gangguan motorik dan lainnya; c)
memberi perhatian, pujian, hadiah terhadap memberikan rasa aman dan nyaman kapada
tindakan anak dari perilaku pembiasaan anak, baik melalui kata-kata, sentuhan, sikap
yang dibiasakan; c) guru berusaha memberi maupun bahasa tubuh (gestural).
pendampingan agar dapat mencegah,
4) Penguatan Kelompok (Group
perilaku yang bertentangan dari norma yang
Reinforcement), penguatan melalui
dibiasakan. Adanya kontinuitas dari perilaku
kelompok dilakukan dengan cara
yang dibiasakan, tingkat kekonsentrasian
menampilkan perilaku yang dikehendaki
perilaku sehingga mudah ditiru oleh anak,
melalui kelompoknya. Perilaku kelompok
perlu ada suasana yang mendukung agar
sering lebih diterima oleh anak sebab mereka
perilaku tersebut kondusif untuk dilakukan,
mempercayai teman sebayanya. Kekuatan
seperti adanya dukungan orang tua, adanya
kelompok dapat memberi penguatan kepada
pendekatan metode belajar, simbol-simbol

102 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Pembiasaan Menyikat Gigi Melalui Pemberian Reward Sticker Pictured

anak melalui tindakan: a) pemodelan dini, mengingat masa anak usia dini adalah
(modelling), yaitu kelompok mencontohkan masa emas, masa aktif pertumbuhan dan
perilaku yang diharapkan sehingga anak perkembangan. Disamping itu berdampak
lain dalam kelompoknya dapat melakukan pula terhadap pertumbuhan rahang.
peniruan terhadap perilaku temannya; b) Rahang tidak akan bertumbuh maksimal
Bermain Peran (role playing), yaitu kegiatan karena fungsi pengunyahan yang juga
anak untuk memerankan peran yang bukan tidak maksimal, mengakibatkan gigi-gigi
peran dirinya, atau di tempat yang tidak permanen penggantinya kekurangan ruang
biasanya peran itu terjadi (seperti bermain sehingga gigi berjejal (crowded), posisi gigi
peran dokter kecil) Role playing dapat depan maju (prostrusi); b) Fungsi Bicara
membantu mengubah sikap dan perilaku (fonetik), gigi berperan dalam pengucapan
yang selama ini dilakukan; c) simulasi, huruf-huruf tertentu seperti F,V,S,Z,Th.
yaitu kegiatan yang dilakukan kelompok Ketika gigi, terutama gigi depan hilang
anak untuk menggambarkan situasi atau atau rusak berat maka pelafalan beberapa
perilaku yang sebenarnya (seperti simulasi huruf akan kurang tepat (cedal); c) Fungsi
menolong temannya yang sakit; d) balikan Kecantikan (estetik), anak usia dini dengan
penampilan (performance feedback), yaitu gigi utuh dan rapi akan terlihat semakin
penilaian anak terhadap kegiatan anak lain cantik atau tampan. Yang perlu dicermati
yang telah dilakukan dalam bermain peran adalah beban psikologis anak ketika teman-
atau simulasi. Seperti dalam bentuk pujian, temannya mengolok dengan sebutan
kritikan, pemberian penguatan dan dorongan; “sipongah” karena giginya gigis (caries)
e) Alih keterampilan (transfers of training), dan tinggal akar. Fungsi mempertahankan
yaitu anak yang telah bisa melakukan sesuatu ruang dalam lengkung gigi sebagai
dijadikan contoh dan anak lain disuruh untuk persiapan pertumbuhan gigi permanen
meniru perilaku yang dicontohkan temannya sekaligus menentukan arah pertumbuhan
gigi permanen. Gigi susu karena suatu
Bentuk penguatan atau pemberian
sebab terpaksa dicabut sebelum waktunya,
reward yang dapat dilakukan dalam bentuk
maka gigi yang terletak di depan atau
penguatan fisik, seperti sentuhan, tepukan,
belakangnya akan bergeser ke ruang bekas
salaman, hadiah, piagam, stiker, gambar dan
gigi yang dicabut. Hal ini mengakibatkan
sebagainya. Penguatan sosial, seperti pujian,
gigi permanent kekurangan ruang untuk
penerimaan dan penghargaan. Penguatan
tumbuhnya kelak. Gigi permanent akan
sendiri (self reinforcement), seperti rasa
kehilangan penuntun arah, akibatnya gigi
puas, bangga, dan gembira atas prestasi diri.
tumbuh dengan arah yang salah.
A. Perawatan Gigi dan Mulut Disamping itu kesehatan gigi dan mulut
Perawatan gigi pada masa anak usia juga berpengaruh terhadap estitika individu,
dini sangat penting karena kondisi gigi susu ketika mengikuti seleksi pendidikan tinggi,
saat ini sangat menentukan keadaan gigi- seperti seleksi calon mahasiswa kedokteran,
gigi permanent penggantinya. Beberapa IPDN, Kepolisian, AKABRI, Calon
fungsi dan peran gigi susu adalah: a) Fungsi Penerbang, dan sebagainya, gigi sebagai
Pengunyahan (mastikasi), anak yang sering salah satu uji penilaian kesehatan fisik, disini
sakit gigi tentu akan malas untuk mengunyah diperlukan gigi yang sehat, bersih dan rapi.
makanan, hal ini berdampak pada asupan gizi Dengan gigi yang sehat, bersih dan rapi
yang tentunya sangat dibutuhkan anak usia seseorang dapat tersenyum tampil dengan

103
lebih menarik, bahkan prestasi kerja akan sebab pada anak yang berair ludah pekat
lebih baik. Takterkecuali pada anak-anak, dan sedikit maka sisa makanan akan mudah
anak yang memiliki gigi yang sehat dia akan menempel pada permukaan gigi. (Moestopo,
bermain dan belajar dengan semangat penuh 1982)
keceriaan.
Faktor genetik selain perawatan gigi
B. Faktor yang Mempengaruhi susu, kerapihan gigi tetap pada anak usia
Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak dini juga dipengaruhi oleh faktor keturunan.
Karena itu tak jarang ada anak yang kondisi
Dalam hal ini banyak sekali yang gigi susunya baik namun gigi tetapnya
mempengaruhi kesehatan gigi, antara lain: berjejalan.
1) Gizi makanan, perlu kita ketahui bahwa
benih gigi sudah terbentuk waktu janin C. Cara Menggosok Gigi dengan Benar
(embrio) berusia ½ bulan dalam kandungan.
Kesehatan gigi dan mulut sangat
Makanan-makanan ini sudah tercakup dalam
penting karena gigi dan gusi yang rusak
menu seimbang. Dalam hal ini makanan
dan tidak dirawat akan menyebabkan rasa
mempunyai 2 pengaruh: a) Pengaruh selama
sakit, gangguan pengunyahan dan dapat
pembentukan gigi, zat kapur merupakan
mengganggu kesehatan tubuh lainnya.
bahan utama dalam pembentukan enamel,
Banyaknya karies, gingivitis dan gigi berjejal
disamping vitamin C, D, dan lain-lain. b) Bila
harus segera ditangani dan semuanya dapat
gigi sudah tumbuh, makanan yang empuk
dicegah. Memelihara kesehatan gigi dan
dan lunak tidak memerlukan pengunyahan
mulut sangat penting untuk memperoleh
yang sulit. Sering tidaknya kita makan juga
kesehatan tubuh kita. Khususnya pada anak-
mempengaruhi. Pengaruh asam dari zat hidrat
anak, karena kondisi gigi susu saat ini sangat
arang dalam mulut terjadi selama 40 menit
menentukan keadaan gigi-gigi permanent
pertama sesudah makan. Kalau kita makan 3
penggantinya. Untuk mencapai kesehatan
kali sehari maka pengaruh asam hanya terjadi
gigi dan mulut yang optimal, maka harus
selama 3 x 30 menit = 1 ½ jam/hari. c) Jenis
dilakukan perawatan secara berkala.
makanan, makanan yang mudah lengket dan
menempel di gigi seperti permen dan coklat, Perawatan dapat dimulai dari
makanan ini sangat disukai oleh anak-anak. memperhatikan diet makanan, dan jangan
Hal ini yang mengakibatkan gangguan. terlalu banyak makanan yang mengandung
Makanan tadi mudah tertinggal dan melekat gula dan makanan yang lengket. Pembersihan
pada gigi dan bila terlalu sering dan lama plaks dan sisa makanan yang tersisa dengan
akan berakibat tidak baik. Makanan yang menyikat gigi, teknik dan cara yang benar
manis dan lengket tersebut akan bereaksi di jangan sampai merusak struktur gigi dan
mulut dan asam yang merusak email gigi. gusi.
d) Kebersihan gigi, biasakanlah anak-anak Pembersihan karang gigi dan
agar selalu menyikat giginya atau minimal penambalan gigi yang berlubang oleh dokter
berkumur-kumur setiap selesai makan atau gigi, serta pencabutan gigi yang sudah tidak
sebelum tidur. e) Kepekatan air ludah, pada bisa dipertahankan lagi dan merupakan fokal
orang-orang yang mempunyai air ludah yang infeksi. Kunjungan berkala ke dokter gigi
sangat pekat dan sedikit akan lebih mudah setiap enam bulan sekali baik, ada keluhan
giginya menjadi berlubang dibandingkan ataupun tidak ada keluhan. Menyikat gigi
dengan air ludah yang encer dan banyak, secara teratur dan benar penting dilakukan

104 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Pembiasaan Menyikat Gigi Melalui Pemberian Reward Sticker Pictured

untuk menjaga kesehatan gigi. Kerusakan Sebagai seorang pendidik memegang


gigi, seperti gigi berlubang, masalah pada peranan penting dalam pemberian informasi
gusi, dan bau mulut, dapat dihindari jika baik kepada anak maupun wali murid tentang
rutin menyikat gigi. pemeliharaan gigi susu dan dalam mencegah
kerusakan gigi. Hal ini akan membantu
Dengan menyikat gigi, gigi dibersihkan
dalam mencegah kebiasaan yang tidak
dari plak dan sisa makanan yang menempel
normal dan merencanakan koreksi yang
pada gigi. Agar dapat membersihkan gigi
diperlukan untuk setiap ketidaknormalan
secara menyeluruh, sikat gigi pun harus
yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan
dilakukan dengan benar. Sebelum menyikat
di masa depan. Hal yang perlu dilakukan
gigi, siapkan sikat dan pasta gigi. Pilih pasta
para pendidik adalah dengan memberikan
gigi yang mengadung flouride dan pilih
bantuan untuk anak-anak meliputi: a)
sikat gigi yang sesuai dengan bentuk mulut.
penjagaan kesehatan mulut sejak dini,
Sesuaikan kepala sikat gigi dengan lebar
dengan menekankan cara menyikat gigi yang
mulut. Kepala sikat dengan ujung lancip
benar, floss (benang gigi), dan pentingnya
memudahkan sikat menjangkau bagian gigi
fluoride terutama untuk anak usia dini. b)
terdalam. Pilih juga sikat dengan gagang
menanamkan kebiasaan makan yang sehat,
yang nyaman dipegang sehingga sikat gigi
seperti buah dan sayuran. c) mengadakan
dilakukan dengan benar tanpa melukai gusi.
kegiatan promosi kesehatan pada anak usia
Disamping itu perlu melakukan menyikat
dini seperti lomba menyikat gigi dengan
lidah terlebih dahulu sebelum menyikat
benar, agar anak terbiasa menyikat gigi. d)
gigi. Membersihkan lidah penting dilakukan
kunjungan ke puskesmas, cara ini juga dapat
untuk menghilangkan bakterian aerob
mengenalkan anak pada suasana ruangan
yang menyebabkan bau mulut. Dengan
dokter gigi, suara-suara mesin, dan peralatan
menggunakan sikat, bulu sikat yang halus
yang digunakan dokter. Anak juga dapat
dan juga menggunakan pasta gigi, sikatlah
melihat bagaimana pasien tetap tenang
lidah sejauh yang bisa dijangkau. Semakin
saat dokter gigi melakukan perawatan. e)
jauh ke dalam lidah, semakin bagus karena
memberikan motivasi atau reaward terhadap
di bagian paling dalam lidah, banyak bakteri
kegiatan yang telah dilakukan anak didik.
bersarang. Sikat lidah dengan lembut agar
jangan sampai melukai lidah. E. Kegiatan Menyikat Gigi
D. Peran Pendidik Kegiatan menyikat gigi di TK ‘Aisyiyah
Gulon, dilaksanakan pada waktu istirahat
Pendidik berperan membantu
setelah anak makan menu kudapan. Sebelum
meningkatkan derajat kesehatan gigi dan
kegiatan ini dilaksanakan pada awal tahun
mulut pada anak usia dini, melalui kegiatan
pelajaran telah disosialisasikan kepada
membangun rasa kepercayaan anak usia orang tua anak didik agar menyediakan
dini kepada dokter gigi sangatlah penting. perlengkapan untuk kegiatan menyikat gigi
Pendidik dan orang tua haruslah mengetahui seperti: sikat, pasta gigi dan gelas untuk
pertumbuhan gigi pada anak usia dini, kumur-kumur. Disarankan pula kepada
bagaimana cara pengendalian psikologi orang tua anak didik untuk selalu menjaga
serta perilaku anak. Komunikasi secara kebersihan gigi dan mulut tidak hanya di
verbal dan non-verbal sangatlah penting sekolah tetapi yang lebih utama di rumah
untuk digunakan. Mereka juga terlatih dalam minimal dua kali sehari, malam hari sebelum
pengelolaan perilaku farmakologis.  tidur dan pagi hari sesudah makan.

105
METODE PENELITIAN benar. Teknik dokumentasi observasi
Metode penelitian yang akan digunakan digunakan untuk mengetahui tingkat
untuk menjawab rumusan masalah dan partisipasi aktif dan keterampilan menyikat
hipotesis tindakan adalah dengan tindakan gigi anak didik sebelum tindakan dan setelah
yang dilakukan secara berulang, dengan tindakan dilakukan.
dua siklus atau lebih. Dalam penelitian Teknik analisis data yang digunakan
tindakan ini, perlakuannya adalah untuk menguji hipotesis pada setiap siklus
pemberian reward sticker pictured terhadap adalah dengan analisis statistik deskriptif.
kegiatan pembiasaan menyikat gigi untuk Analisis ini digunakan untuk menguji
meningkatkan keaktifan dan keterampilan hipotesis tindakan melalui perbandingan
menyikat
observasigigi dengan benar.
digunakan untuk mengetahui terhadap
tingkat nilai hasilaktif
partisipasi menyikat gigi sebelum
dan keterampilan
menyikatPENGUMPULAN
gigi anak didik sebelum
dan sesudah diajar dengan menggunakan
TEKNIK DATA tindakanmetode dan setelah tindakan dilakukan.
pembiasaan melalui pemberian
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada setiap
Teknik pengumpulan data yang reward sticker pictured.
siklus
digunakanadalah
dengan dengan analisisobservasi,
dokumentasi statistik deskriptif. Analisis ini digunakan untuk
menguji
dan kuis hipotesis
unjuk kerja,tindakan
catatanmelalui HASIL DAN
perbandingan
lapangan, PEMBAHASAN
terhadap nilai hasil menyikat
lembar penilaian.Teknik
gigi sebelum dan sesudahpengumpulan
diajar data
dengan menggunakan metode pembiasaan
A. HASIL PENELITIAN
yang digunakan
melalui pemberianpadareward
setiap sticker
siklus adalah
pictured.
lembar observasi dan lembar penilaian. Berikut hasil pelaksanaan Siklus I
Obsevasi dilakukan pada saat prasiklus dan peningkatan partisipasi aktif kegiatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
saat pelaksanaan kegiatan menyikat gigi menyikat gigi dengan pemberian reward
HASILpemberian
dengan PENELITIAN reward sticker pictured. stiker pictured dari pra siklus pertemuan 1,
Pada saat proses
Berikut kegiatan
hasil Siklus Isiklus
berlangsung
pelaksanaan I pertemuan
peningkatan 2 sampaiaktif
partisipasi pertemuan 4 di
kegiatan
akan diamatigigi
menyikat bagaimana
dengan langkah-langkah
pemberian reward Kelompok TK ‘Aisyiyah
stikerB2 pictured dari Gulon dengan
pra siklus
pelaksanaan materi kegiatan menyikat gigi, terlihat pada
pertemuan kegiatan
1, siklus menyikat gigi dengan
I pertemuan 2 sampai pertemuan 4 di Kelompok B2 TK
tabel 4.1.
‘Aisyiyah Gulon dengan materi kegiatan menyikat gigi, terlihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Tabel
Hasil Kegiatan Menyikat Gigi 4.1.
Pra Siklus dan Siklus I
Hasil Kegiatan Menyikat Gigi Pra Siklus dan Siklus I
Pra Siklus Siklus I
No Nama Anak
Skor Pertemuan Pertemuan Pertemuan Retata
Kategori Kategori
Pert.1 2 3 4 Skor
1 In 7 Cukup 8 8 8 8.00 Baik
2 Ri 9 Baik 9 9 9 9.00 Baik
3 Fa 6 Cukup 7 8 7 7.33 Cukup
4 Vi 9 Baik 9 9 9 9.00 Baik
5 Yu 9 Baik 7 7 9 7.67 Baik
6 Zu 6 Cukup 8 9 9 8.67 Baik
7 Da 7 Cukup 8 9 10 9.00 Baik
8 Na 7 Cukup 7 9 9 8.33 Baik
9 Dz 6 Cukup 6 7 7 6.67 Baik
10 Kh 8 Baik 8 9 9 8.67 Baik
11 Dan 8 Baik 8 9 9 8.67 Baik
12 Fi 8 Baik 8 9 9 8.67 Baik
13 Bi 6 Cukup 6 8 8 7.33 Cukup
14 Sh 9 Baik 9 9 9 9.00 Baik
15 Qo 8 Baik 8 9 10 9.00 Baik
16 Dhi 8 Baik 8 9 9 8.67 Baik
17 Sil 9 Baik 9 9 9 9.00 Baik
18 Sha T 6 Cukup 8 9 9 8.67 Baik
Total Skor 136 141 155 158 151.33
Retata 7.56 7.83 8.61 8.78 8.41

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pencapaian kemampuan menyikat gigi


JURNALpemberian
106dengan ADIKARSAreward
Volume XV No.16
sticker pictured pra siklus ditemukan 8 anak (4,44%)
kategori cukup dan 10 anak (55,56%) masuk dalam kategori baik. Kondisi ini
mengalami peningkatan setelah dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan pada
Pembiasaan Menyikat Gigi Melalui Pemberian Reward Sticker Pictured

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebanyak 16 anak (88, 89%) masuk dalam
pencapaian kemampuan menyikat gigi kategori baik, akan tetapi kotegori sangat
dengan pemberian reward sticker pictured baik masih kosong. Untuk memperjelas data
pra siklus ditemukan 8 anak (4,44%) peningkatan kegiatan pembiasaan menyikat
kategori cukup dan 10 anak (55,56%) masuk gigi dapat dilihat dari hasil kegiatan
dalam kategori baik. Kondisi ini mengalami pembiasaan menyikat gigi pra siklus dan
peningkatan setelah dilakukan sebanyak 3 siklus I, ditunjukkan pada tabel 4.2 sebagai
kali pertemuan pada siklus I, yaitu sebanyak berikut:
2 anak (11,11%) masuk kategori cukup dan
Tabel 4.2
Perkembangan Pembiasaan Menyikat Gigi Pra siklus dan Siklus I
Kondisi Awal/Pra Sikus Siklus I
Kategori
Jumlah Anak Prosentase Jumlah Anak Prosentase
Kurang - - - -
Cukup 8 44.44 2 11.11
Baik 10 55.56 16 88.89
Baik Sekali - - - -

Berikut hasil pelaksanaan Siklus II pada materi kegiatan pembiasaan menyikat gigi
peningkatan pembiasaan menyikat gigi di pada Siklus II, disajikan dalam tabel 4.4.
Kelompok B2 TK ‘Aisyiyah Gulon dengan
Tabel 4.4.
Hasil Kegiatan Pembiasaan Menyikat Gigi
Siklus II
Nama
No Pertemuan 5 Pertemuan 6 Pertemuan 7 Hasil Akhir
Anak
Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Retata Kategori
1 In 10 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11 Baik Sekali 10.67 Baik Sekali
2 Ri 9 Baik 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 11.00 Baik Sekali
3 Fa 10 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 11.33 Baik Sekali
4 Vi 11 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 11.67 Baik Sekali
5 Yu 11 Baik Sekali 10 Baik Sekali 10 Baik Sekali 10.33 Baik Sekali
6 Zu 11 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11.00 Baik Sekali
7 Da 11 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 11.67 Baik Sekali
8 Na 11 Baik Sekali 10 Baik Sekali 10 Baik Sekali 10.33 Baik Sekali
9 Dz 8 Baik 8 Baik 9 Baik 8.33 Baik
10 Kh 11 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11.00 Baik Sekali
11 Da 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12.00 Baik Sekali
12 Fi 12 Baik Sekali 11 Baik Sekali 12 Baik Sekali 11.67 Baik Sekali
13 Bi 10 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11 Baik Sekali 10.67 Baik Sekali
14 Sh 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12.00 Baik Sekali
15 Qo 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12.00 Baik Sekali
16 Dh 9 Baik 11 Baik Sekali 12 Baik Sekali 10.67 Baik Sekali
17 Si 12 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11.33 Baik Sekali
18 Sh T 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12.00 Baik Sekali
Total Skor 194 201 204 199.67
Retata 10.78 11.17 11.33 11.09

107
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada sangat baik). Pertemuan 7 Siklus II skor
Siklus II Pertemuan 5 pembiasaan menyikat retata pembiasaan menyikat gigi dilihat dari
gigi anak didik perolehan skor retata 10,78 skor retata juga mengalami peningkatan dari
dengan kategori baik sekali, terdapat 3 anak pertemuan 6 memperoleh skor retata 11,17
(11,11%) dengan kategori baik dan 16 anak pertemuan 7 menjadi 11,33 atau naik 0.16,
(88,89%) kategori baik sekali. Pertemuan hal ini sebabkan masih terdapat satu anak
6 Siklus II pembiasaan menyikat gigi bisa menunjukkan posisi kanan tetapi dalam
mengalami peningkatan dengan skor retata praktik kegiatan menyikat gigi masih belum
diperoleh 11,17 berarti mayoritas anak didik menunjukkan menyikat gigi dari posisi
memiliki kebiasaan menyikat gigi dalam kanan.
kategori amat baik (9,5-12); sebanyak 1 anak
Diskripsi hasil penilaian pembiasaan
didik (5,56%) kategori baik (berkembang
menyikat gigi siklus I dan siklus II, dapat
sesuai harapan) dan 17 anak (94,44%) masuk
dilihat dalam tabel 4.5.
dalam kategori baik sekali (berkembang

Tabel 4.5
Perkembangan Kegiatan Pembiasaan Menyikat Gigi Siklus I dan II
Siklus I Siklus II
Kategori
Jumlah Anak Prosentase Jumlah Anak Prosentase
Kurang - - -
Cukup 2 11.11 -
Baik 16 88.89 1 5.56
Baik Sekali - - 17 94.44

PEMBAHASAN
Deskrepsi Penilaian Pembiasaan Menyikat Gigi Pra Siklus, Siklus I & II
Tabel 4.7
HasilPenilaianPembiasaanMenyikat Gigi
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nama
No Skor Skor
Anak Skor Kategori Kategori Kategori
Retata Retata
1 In 7 Cukup 8.00 Baik 10.67 Baik Sekali
2 Ri 9 Baik 9.00 Baik 11.00 Baik Sekali
3 Fa 6 Cukup 7.33 Cukup 11.33 Baik Sekali
4 Vi 9 Baik 9.00 Baik 11.67 Baik Sekali
5 Yu 8 Baik 7.67 Baik 10.33 Baik Sekali
6 Zu 6 Cukup 8.67 Baik 11.00 Baik Sekali
7 Da 7 Cukup 9.00 Baik 11.67 Baik Sekali
8 Na 7 Cukup 8.33 Baik 10.33 Baik Sekali
9 Dz 6 Cukup 6.67 Baik 8.33 Baik
10 Kh 8 Baik 8.67 Baik 11.00 Baik Sekali
11 Da 8 Baik 8.67 Baik 12.00 Baik Sekali
12 Fi 8 Baik 8.67 Baik 11.67 Baik Sekali
13 Bi 6 Cukup 7.33 Cukup 10.67 Baik Sekali
14 Sh 9 Baik 9.00 Baik 12.00 Baik Sekali
15 Qo 8 Baik 9.00 Baik 12.00 Baik Sekali
16 Dh 8 Baik 8.67 Baik 10.67 Baik Sekali
17 Si 9 Baik 9.00 Baik 11.33 Baik Sekali
18 Sh T 6 Cukup 8.67 Baik 12.00 Baik Sekali
Total Skor 135 151.33 199.67
Retata 7.50 8.41 11.09

108 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Pembiasaan Menyikat Gigi Melalui Pemberian Reward Sticker Pictured

Tabel 4.7. menunjukkan bahwa hasil yaitu ditemukan sebanyak 17 anak (94,44%)
penilaian pembiasaan menyikat gigi memiliki pembiasaan menyikat gigi dengan
melalui pemberian reward sticker pictured kategori baik sekali dan sebanyak 1 anak
menunjukkan bahwa pada pra siklus (5,56%) memiliki pembiasaan menyikat
ditemukan sebanyak 8 anak (44,44%) masuk gigi dengan kategori baik. Skor rerata kelas
ke dalam kategori cukup, 10 anak (55,56%) pada pelaksanaan Siklus II sebesar 11,09
masuk kategori baik. Kondisi ini mengalami yang berarti bahwa rata-rata kelas memiliki
peningkatan setelah dilakukan sebanyak 3 pembiasaan menyikat gigi dengan kategori
kali pertemuan pada pelaksanaan siklus I, baik sekali.
yaitu sebanyak 2 anak (11,11%) masuk ke
Deskrepsi rerata hasil penilain
dalam kategori cukup, 16 anak (88,89%)
pembiasaan menyikat antar siklus dari pra
masuk dalam kategori baik. Peningkatan
siklus, Siklus I, dan Siklus II ditunjukan pada
terus berlanjut pada pelaksanaan Siklus II,
tabel 4.8. dan diperjelas pada diagram 4.1.
Tabel 4.8.
Rerata Perkembangan Pembiasaan Menyikat Gigi
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Kategori Jumlah Jumlah Jumlah
Prosentase Prosentase Prosentase
Anak Anak Anak
Kurang - - - - - -
Cukup 8 44.44 2 11.11 - -
Baik 10 55.56 16 88.89 1 5.56
Baik Sekali - - - - 17 94.44
Diagram 4.1
Diagram Batang Retata Antar Siklus

Diagram 4.1
Diagram Batang Retata Antar Siklus

109
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
KESIMPULAN DAN SARAN B. SARAN
Sebagai penutup dalam penelitian
A. KESIMPULAN
ini, saran yang perlu diperhatikan adalah
Berdasarkan uraian pembahasan di Pemberian reward sticker pictured sebagai
atas, dapat disimpulkan bahwa pembiasaan upaya meningkatkan pembiasaan menyikat
menyikat gigi melalui pemberian reward gigi pada anak kelompok B2 TK ‘Aisyiyah
sticker pictured hasil rerata anak kelompok Gulon memerlukan persiapan yang cukup
B2 TK ‘Aisyiyah Gulon, dapat meningkatkan matang, sehingga guru harus mampu
keaktifan pembiasaan menyikat gigi, menentukan atau memilih media dan alat
meningkatkan keterampilan menyikat gigi pembelajaran yang tepat sehingga diperoleh
dengan benar, sekaligus dapat meningkatkan hasil yang optimal. Kemudian dalam rangka
semangat, dan rasa antusias anak didik, meningkatkan pembiasaan menyikat gigi,
sehingga rerata nilai pembiasaan menyikat guru hendaknya lebih sering memberi
gigi dapat meningkat baik dari kondisi awal/ motivasi, sehingga anak merasa senang dan
pra siklus cukup, menjadi baik pada Siklus terbiasa menyikat gigi, menceritakan tentang
I, dan meningkat menjadi baik sekali pada kegiatan menyikat gigi sehingga dapat
Siklus II. Adapun hasil rerata kelas nilai memberikan motivasi semangat anak didik
kegiatan menyikat gigi yang dicapai pada untuk terbiasa menyikat gigi. Dan Terakhir
pra siklus 7,56 Siklus I dengan rerata 8,44, Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,
dan rerata Siklus II 11,09 Jadi antara siklus I karena hasil penelitian ini hanya dilakukan
dan Siklus II ada peningkatan 2,65 kegiatan pada anak kelompok B2 TK ‘Aisyiyah Gulon
pembiasaan menyikat gigi dengan pemberian dan hanya dilakukan di sekolah. Untuk
reward sticker pictured. penelitian yang serupa hendaknya dilakukan
perbaikan-perbaikan khususnya media yang
digunakan.

110 JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16


Pembiasaan Menyikat Gigi Melalui Pemberian Reward Sticker Pictured

DAFTAR PUSTAKA

Erlis Supartini.2017. Karateristik Anak


Usia Dini, PPPPTK TK dan PLB.
Bandung.
Kemendikbud. Dirjen PAUD dan Dikmas
.2015. Pedoman Pembelajaran
Kurikulum 2013 PAUD. Jakarta:
Depdiknas.
Kemdikbud RI . 2014. Permendikbud 137
Tahun 2014 tentang Standar Nasional
PAUD. Jakarta: Depdiknas.
Kemendikbud PAUD dan Dikmas, Dirjen
PAUD dan Dikmas. 2015. Pedoman
Penanaman Sikap PAUD. Jakarta:
Depdiknas.
Kemendiknas Dirjen Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah Direktorat
Pembinaan TK dan SD. 2010.
Pedoman Pembelajaran Bidang
Pembentukan Perilaku di TK.Perilaku
Tertib. Jakarta: Dediknas.
Suharsimi Arikunto. 2007.Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Indonesia. Kemenkes RI. 2012. Pedoman
Pelaksanaan Usaha Kesehatan
Gigi dan Mulut di Sekolah.Jakarta:
Kemenkes RI.
Indonesia. Kemenkes RI. 2012. Pedoman
Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut Ibu Hamil dan Anak Balita
bagi Tenaga Kesehatan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.Jakarta:
Kemenkes RI.
https://m.cnnindonesia.com>gaya .hidup.
Syanne Susita , CNN Indonesia |
Selasa, 06/06/2017 diakses 2 Januari
2018 jam 05.09 WIB.

111

Anda mungkin juga menyukai