Jurnal
ADI KARSA
Teknologi Komunikasi Pendidikan
iii
iv JURNAL ADIKARSA Volume XV No.16
Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Aktif
Oleh: Sudarmadi
Pengawas SMA Balai Dikmen Kulon Progo, Dikpora DIY
ABSTRACT
This action research aims to: improve teacher performance in 3 public high schools
targeted in implementing active learning through the Coaching method with the GROW
model. This study was designed as a School Action Research (PTS), with an action
procedure consisting of two cycles. The subjects of this study were state high school
teachers (2 Wates, Lendah, and Galur). This research was conducted in two cycles,
each cycle carried out in four stages, namely stages (planning, action, observation
and reflection), the data collected was an assessment of the implementation of active
learning by the teacher. The results of the study concluded that through the Coaching
method with the GROW model can improve teacher performance in carrying out active
learning, increasing its performance from 85 pre cycles, to 92 cycles I and 96 cycles II
with an average value of 91 very good categories
Keywords: Performance, Active Learning, Coaching, GROW
1
22 tahun 2016 tentang Standar Proses) salah terutama pada permasalahan pelaksanaan
satu penentu produktifitas pembelajaran pembelajaran berbasis siswa aktif melalui
adalah pendidik/guru. penelitian tindakan melalui metode Coaching
dengan model GROW.
Proses Pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, Kinerja Guru
inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi Kinerja guru adalah merupakan sebuah
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi rangakian yang terintegrasi kerja guru.
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai Pekerjaan seorang guru tidak hanya mengajar
dengan bakat, minat, dan perkembangan saja melainkan banyak hal yang harus
fisik serta psikologis peserta didik. Untuk dikerjakan oleh guru dengan tugas utamanya
itu setiap satuan pendidikan melakukan adalah merencanakan, melaksanakan,
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan menilai, dan menindaklanjuti hasil penilaian.
proses pembelajaran serta penilaian proses Di samping tugas utama tersebut, masih
pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi banyak tugas tambahan yang lain diantaranya
dan efektivitas ketercapaian kompetensi pengembangan profesional, pengembangan
lulusan. Keberhasilan dari pelaksanaan kurikulum, mendampingi dan membimbing
pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh peserta didik dalam meningkatkan prestasi
factor guru, peserta didik, sarana sekolah akademik maupun prestasi kepribadiannya.
dan kenyamanan lingkangan sekolah namun Kebijakan Kemendiknas dalam
juga tidak kalah penting adalah skenario peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing
pembelajaran yang dibuat oleh guru. menyatakan bahwa standar profesi guru
Dari catatan hasil supervisi akademik merupakan dasar bagi penilaian kinerja guru
terutama pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara berkelanjutan atas
ditemukan bahwa sebagian guru-guru di dasar kinerjanya, baik pada tingkat kelas
sekolah dalam mengimplementasikan maupun satuan pendidikan. Kinerja guru
kurikulum 2013 belum sesuai dengan akan terus diukur berdasarkan standar profesi
Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang guru yang telah ditetapakan oleh Pemerintah
standar proses di tiga SMA binaan dengan melalui PP Nomor 74 tahun 2008 pasal 52,
mengambil sampel 21 orang guru baru 8 Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang
orang atau 38,09 % telah melaksanakan standar kompetensi guru dan Permendiknas
pembelajaran aktif, sedangkan 13 oarang guru Nomor 39 tahun 2009 tentang guru dan
lainnya atau 61,90% belum melaksanakan pengawas.
pembelajaran aktif dan belum sesuai
Guru profesional berdasarkan
dengan Permendikbud Nomor 22 tahun
2016 tentang standar proses. Kenyataan Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang
ini terlihat bahwa guru kurang memiliki standar kompetensi guru adalah guru yang
kompetensi pelaksanaan pembelajaran siswa memiliki empat kompetensi profesi guru,
aktif sesuai dengan Permendikbud Nomor yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
22 tahun 2016 tentang standar proses. kepribadian, kompetensi sosial, dan
Berdasarkan permasalahan di atas penulis kompetensi profesional.
berupaya mememecahkan pemasalahan yang Kompetensi pedagogik adalah
dihadapi oleh guru-guru SMA binaan dalam kompetensi yang berhubungan dengan tugas-
mengimplementasikan kurikulum 2013 tugas pendidikan dan keguruan. Kompetensi
3
Guru sebagai pengajar, mengajar siswa agar penjelasan uraian kegiatan sesuai
dapat belajar dan menguasi pelajaran. silabus.
Sedangkan menurut Hamalik dalam 2. Kegiatan Inti
Lefudin (2017:13) pembelajaran merupakan Kegiatan inti menggunakan model
suatu kombinasi antara unsur manusiawi, pembelajaran, metode pembelajaran, media
material, fasilitas, dan rencana yang saling pembelajaran, dan sumber belajar yang
mempengaruhi untuk mencapai suatu tujuan. disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik dan /atau tematik terpadu dan/atau
adalah kegiatan membuat orang belajar saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan
dengan interaksi peserta didik dengan (discovery) dan/atau pembelajaran yang
pendidik serta sumber belajar pada suatu menghasilkan karya berbasis pemecahan
lingkungan belajar untuk mencapai tujuan masalah (project based learning) disesuaikan
belajar dengan karakteristik kompetensi dan jenjang
pendidikan.
Pelaksanaan Pembelajaran Aktif
Sikap
Pelaksanaan pembelajaran merupakan
implementasi dari RPP, meliputi kegiatan Sesuai dengan karakteristik sikap,
pendahuluan, inti dan penutup. maka salah satu alternatif yang dipilih
adalah proses afeksi mulai dari menerima,
1. Kegiatan Pendahuluan menjalankan, menghargai, menghayati,
Dalam kegiatan pendahuluan, guru hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas
wajib: pembelajaran berorientasi pada tahapan
1. menyiapkan peserta didik secara kompetensi yang mendorong peserta didik
psikis dan fisik untuk mengikuti untuk melakuan aktivitas tersebut.
proses pembelajaran; Pengetahuan
2. memberi motivasi belajar peserta Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas
didik secara kontekstual sesuai mengetahui, memahami, menerapkan,
manfaat dan aplikasi materi ajar menganalisis, mengevaluasi, hingga
dalam kehidupan sehari-hari,
mencipta. Karakteritik aktivititas belajar
dengan memberikan contoh dan
dalam domain pengetahuan ini memiliki
perbandingan lokal, nasional dan
internasional, serta disesuaikan perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas
dengan karakteristik dan jenjang belajar dalam domain keterampilan. Untuk
peserta didik; memperkuat pendekatan saintifik, tematik
terpadu, dan tematik sangat disarankan
3. mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menerapkan belajar berbasis
yang mengaitkan pengetahuan
penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
sebelumnya dengan materi yang
learning). Untuk mendorong peserta didik
akan dipelajari;
menghasilkan karya kreatif dan kontekstual,
4. menjelaskan tujuan pembelajaran baik individual maupun kelompok,
atau kompetensi dasar yang akan disarankan yang menghasilkan karya
dicapai; dan berbasis pemecahan masalah (project based
5. menyampaikan cakupan materi dan learning).
5
2. Kenyataan (Reality) 4. Kesimpulan (Wrap Up)
Langkah selanjutnya, para pembimbing Pada langkah terakhir, proses coaching
(coach) mengajukan pertanyaan-pertanyaan akan menyimpulkan dan membenahi
dari segala arah/penjuru dengan tujuan penemuan-penemuan dari langkah
mengungkapkan semua realitas kehidupan sebelumnya. Para terbimbing (coachee)
para terbimbimbing untuk menemukan akhirnya membuat sebuah rencana tindakan
kesadaran diri dan kesadaran baru dalam (action plan) untuk mewujudnyatakan opsi-
melakukan penemuan-penemuan diri para opsi solusi.
terbimbimbing (self discoveries).
Pada pelaksanaannya, Metode
Berdasarkan hasil penemuan ini, Pemanduan (Coaching) haruslah dilakukan
pembimbing (coach) kemudian akan dengan prinsip-prinsip seperti berikut ini :
membantu dalam merefleksikannya. Dengan
1. Permasalahan datang dari Coachee
demikian, para terbimbing (coachee)
(guru-guru)
akhirnya dapat melihat jalan ke luar atau
solusi sebagai jawaban atas sasaran-sasaran 2. Pengawas sebagai coach
yang ingin dicapai. Pada langkah ini, belum 3. Non directive , pengambilan
bersifat opsi atas solusinya, namun masih keputusan sepenuhnya di tangan
bersifat penjajakan atau asesmen. coachee.
3. Options (Pilihan)
4. Demokratis, coachee diberi
Pada langkah ketiga , setelah melalui kebebasan dalam pengambilan
suatu proses berpikir yang kreatif, para keputusan
terbimbing (coachee) sampai pada situasi
dimana mereka mulai menemukan berbagai Metodologi Penelitian Tindakan
opsi, dan sampai pada sebuah daftar opsi Penelitian tindakan ini dilaksanakan di
sebanyak mungkin selama opsi tersebut 3 SMA Negeri binaan Kulon Progo yaitu (1)
adalah bersifat spesifik, realistis dan SMA N 2 Wates; (2) SMA N Lendah; dan (3)
terjangkau untuk diwujudkannya. SMA N Galur. Subyek penelitian tindakan
Dari daftar opsi tersebut, para terbimbing ini adalah sejumlah 21 guru yang berada di 3
(coachee) kemudian akan melakukan seleksi (tiga) sekolah binaan diatas. Objek penelitian
opsi mana yang paling mungkin yang bisa adalah komponen-komponen pembelajaran
membawa dampak perubahan yang signifikan aktif kurikulum 2013. Aspek-aspek yang
sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan diamati Pelaksanaan Pembelajaran aktif yang
pada langkah pertama. Dalam praktiknya, dilakukan guru-guru yang menjadi subyek
sangat mungkin ada lebih dari satu opsi yang penelitian adalah (1) kegiatan pendahuluan;
tersedia. Di sini yang paling penting pilihan (2) Kegiatan Inti (kegiatan guru, kegiatan
opsi ini bukan dari pembimbing (coach), siswa); (3) Kegiatan Penutup; (4) Metode/
tapi pilihan terbimbing (coachee) sendiri, Pendekatan Pembelajaran; (5) Media
sehingga terbimbing (coachee) bertanggung Pembelajaran. Waktu penelitian tindakan ini
jawab terhadap pilihannya dan dalam dilaksanakan selama 4 bulan yakni Agustus
pelaksanaannya. 2017 sampai dengan November 2017
Tabel Peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran aktif dari pra siklus,
siklus I dan siklus II
7
Keterangan:
KOMPONEN PENILAIAN KATEGORI
A: Materi Pelajaran B: Metode Pembelajaran < 75 = Kurang
C: Pemilihan Alat/Media/ sumber D: Kegiatan Pendahuluan 76 – 85 = Cukup
E: Kegiatan Inti F: Kegiatan Penutup 86 – 90 = Baik
91 -100 = Amat Baik
9
Komponen F kegiatan pembelajaran Saran
(kegiatan penutup): dari 21 guru-guru di 1. Kepada Guru
3 SMA binaan dalam menentukan metode
pembelajaran mengalami peningkatan Guru-guru di 3 (tiga) SMA binaan
skor dari 75 pada pra siklus, menjadi 90 Kabupaten Kulon Progo diharapkan
siklus I, menjadi 92 siklus II dan rata-rata selalu meningkatkan kinerjanya dalam
perolehan skor 86 dengan kategori baik. melaksanakan pembelajaran aktif.
Untuk mengakhiri proses pembelajaran Guru-guru menemukan metode/model
sebelum guru meninggalkan ruang kelas pembelajaran yang sesuai dengan materi
guru wajib mengakhiri pembelajaran yang pembelajaran.
berisi membuat simpulan materi, melakukan
2. Kepada Sekolah
evaluasi dan memberikan penugasan serta
doa. Kepala sekolah diharapkan
memfasilitasi guru-guru dalam melaksanakan
Penutup pembelajaran aktif.
Kesimpulan Kepala sekolah diharapkan
Berdasarkan hasil penelitian dan meningkatkan kinerja guru melalui
pembahasan maka penelitian tindakan yang pembinaan yang lebih intensif.
dilakukan kepada guru-guru di 3 (tiga)
Kepala sekolah dalam melakukan
SMA binaan melalui metode Coaching
pembinaannya diharapkan bekerja sama
dengan model GROW dapat disimpulkan
dengan pengawas sekolah binaanya.
bahwa kinerja guru – guru di 3 (tiga) SMA
binaan Kabupaten Kulonprogo dalam
melaksanakan pembelajaran aktif melalui
metode Coaching dengan model GROW
mengalami peningkatan, langkah yang
dilakukan oleh peneliti untuk meningkatkan
kinerja guru- guru di 3 (tiga) SMA binaan
Kabupaten Kulon Progo melalui metode
Coaching dengan model GROW adalah
pengawas menjelaskan: (1) prinsip-prinsip
pembelajaran aktif (mengalami, interaksi,
komunikasi, dan refleksi); (2) Langkah-
langkah kegiatan pembelajaran aktif
(pendahuluan, inti, dan penutup); (3) Metode/
pendekatan pembelajaran; (4) Media/Alat/
Sumber belajar, peningkatan kenerja guru-
guru di 3 (tiga) SMA Negeri binaan dalam
melaksanakan pembelajaran aktif melalui
metode Coaching dengan model GROW
mengalami peningkatan dari 85 pada pra
siklus , menjadi 82 pada siklus I dan menjadi
96 pada siklus II dengan nilai rata-rata 91
dengan kategori amat baik.
11
PENERAPAN STRATEGI “REACT” DALAM PEMBELAJARAN
FISIKA DI SMA MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA
ABSTRACT: The article describes the research result on improving student knowledge
in physical concept after implementation of REACT learning method. This research
conducted at SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. The type of research is student
classroom action research consist in two cycle follows by 37 students on XI Sciences
1 class. The data was collected by conceptual comprehension test and activities
observation test. Then, it was analyszed by qualitative and quantitative. The research
results show the effectively REACT learning method in cycle I and II by improving
student physical concept capability. The problem solving test show significant increasing
student capability to solve the problem such 53.75% in cycle I or 19 students pass or
complete the test with 60.80 average class number and 81% for cycle II or 30 students
pass or complete with 76.30 average class number so in the end of cycle II conclude the
class learning is success.
Keywords: REACT learning method, analytical (problem solving) capability
konsep yang nantinya dapat diaplikasikan Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
dalam memecahkan suatu permasalahan penilaian tengah semester (PTS) semester
secara aktif. Proses, yang dikembangkan 1 sebesar 58, nilai ini dibawah nilai standar
saat ini lebih bersifat pasif dan menghafal kelulusan, yakni 76. Pada penilaian tengah
yang banyak mendorong siswa dapat semester (PTS) soal-soal yang diujikan
menguasai materi pelajaran dengan target merupakan soal pemecahan masalah,
supaya dapat menjawab semua soal ujian dimana indikator soal tersebut aplikasi
yang diberikan. Kenyataan ini menunjukkan dari pengetahuan-pengetahuan yang telah
adanya kecenderungan siswa kurang aktif diperoleh sebelumnya. Rendahnya nilai yang
dalam kegiatan belajar. Siswa lebih banyak diperoleh dapat menjadi salah satu petunjuk
mendengar, mengingat dan menulis apa yang ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran
diterangkan atau ditulis oleh guru di papan fisika. Ketidakberhasilan pembelajaran fisika
tulis, sehingga kemampuan pemahaman ini bila dianalisis dipengaruhi oleh salah
konsep fisika siswa dalam memecahkan satu faktor yakni kemampuan siswa dalam
suatu permasalahan fisika masih rendah. pemahaman konsep fisika masalah rendah.
SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta Dalam pembelajaran fisika, pemahaman
merupakan salah satu sekolah yang konsep merupakan suatu tingkatan dimana
menerapkan kurikulum 2013, sehingga peserta didik mampu menangkap makna dari
penjurusan kelas dilaksanakan sejak kelas suatu konsep baik yang berupa verbal maupun
X. Berdasarkan hasil observasi kelas yang tulisan sehingga menghasilkan perubahan
dilakukan, pada siswa kelas XI IPA 1 terlihat perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud
bahwa pembelajaran fisika dimulai dengan adalah perubahan kemampuan mentranslasi,
membahas definisi, lalu menjelaskan kepada menginterpretasi dan mengekstrapolasi.
siswa rumus-rumus yang terkait dengan
Pemahaman konsep sebagai bagian dari
topik tersebut, diikuti dengan membahas
proses pembelajaran fisika memerlukan pra-
contoh contoh soal, dan diakhiri dengan
syarat yang berkaitan dengan kesiapan siswa
meminta siswa untuk mengerjakan soal-
dalam menelaah materi. Menurut Bloom et
soal latihan. Pendekatan yang digunakan
al. (1956: 89) pemahaman konsep dibagi da-
kurang memberikan akses bagi siswa untuk
lam 3 bagian yaitu translasi (translation),
mengembangkan proses berpikirnya, siswa
interpretasi (interpretation) dan ekstrapo-
cenderung mengikuti langkah-langkah,
lasi (extrapolation). Ketiga bagian tersebut
aturan-aturan, atau contoh-contoh yang
adalah translasi sebagai kemampuan seseo-
diberikan guru. Oleh sebab itu, siswa
rang untuk memahami sesuatu yang dinya-
mengalami kesulitan dalam menggunakan
takan dengan cara lain dari pernyataan asli
konsep yang telah dimilikinya ketika siswa
yang telah dikenal sebelumnya, Interpretasi
diberikan suatu masalah yang berkaitan
merupakan kemampuan sesorang untuk me-
dengan kehidupan nyata karena siswa
mahami sesuatu, Ekstrapolasi sebagai ke-
cenderung mengingat atau menghafal konsep
mampuan seseorang menyimpulkan dan
maupun prosedur penyelesaian soal-soal
menyatakan lebih eksplisit tentang data.
fisika. Hal ini menunjukkan kemampuan
pemahaman konsep fisika siswa masih Strategi pemahaman konsep yang
rendah. Kemampuan pemahaman konsep dikembangkan dalam penelitian ini berpijak
fisika siswa yang rendah mengakibatkan pada teori yang di kembangkan Ausbel
hasil belajar fisika siswa juga rendah. (dalam Dahar, 2011: 64), menyatakan bahwa
13
pemahaman konsep merupakan merupakan Strategi REACT adalah salah satu strategi
proses induktif dan merupakan belajar pembelajaran kontekstual. Pembelajaran
penemuan yang diperuntukkan untuk orang kontekstual adalah konsep belajar yang
yang lebih tua dalam kehidupan nyata dan membantu guru mengaitkan materi yang
laboratorium dengan tingkat kesukaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
lebih tinggi. Asimilasi konsep merupakan dan mendorong siswa membuat hubungan
proses deduktif dengan menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
atribut-atribut tertentu dengan gagasan- penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
gagasan yang relevan yang sudah ada dalam Materi pelajaran yang disajikan melalui
struktur kognitif mereka. konteks kehidupan siswa mengakibatkan
pembelajaran akan lebih bermakna dan
Berdasarkan fakta yang telah
menyenangkan Crawford (2001: 25).
dipaparkan, maka salah satu solusi
dalam rangka meningkatkan outcome Pembelajaran REACT merupakan
pendidikan dalam prestasi belajar, dengan pembelajaran yang dapat membantu guru
menitikberatkan pada proses pembelajaran untuk menanamkan konsep pada siswa. Siswa
khususnya pembelajaran fisika adalah di diajak menemukan sendiri konsep yang
terapkannya suatu strategi pembelajaran dipelajarinya, bekerja sama, menerapkan
yang dapat mengembangkan kemampuan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari
pemahaman konsep fisika siswa. Penentuan dan mentransfer dalam kondisi baru.
strategi pembelajaran merupakan kunci
Menurut Crawford (2001) langkah-
awal sebagai usaha pendidik mengingkatkan
langkah pembelajaran dengan strategi
kemampuan fisika peserta didik. Strategi
pembelajaran REACT pada dasarnya
pembelajaran yang bervariatif dan
mengikuti tahapan-tahapan: (1) relating
menyediakan banyak pilihan belajar yang
atau mengaitkan; (2) experiencing atau
memungkinkan berkembangnya potensi
mengalami; (3) applying atau menerapkan;
peserta didik. Dengan demikian peserta
(4) cooperating atau kerjasama; dan (5)
didik diberi kesempatan untuk berkembang
transferring atau memindahkan.
sesuai dengan kapasitas, gaya belajar,
maupun pengalaman belajar. Kreativitas Sintaks Pelaksanaan Model REACT
dan kemampuan analisis pendidikan dalam ditunjukkan pada Tabel.1 dibawah ini
mendesain pembelajaran yang sesuai
karakteristik siswa mutlak diperlukan.
Sampai saat ini berbagai upaya
peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah terus dilakukan, di antaranya melalui
pengembangan strategi fisika yang inovatif
berbasis kerja laboratorium, pengembangan
bahan ajar, pengembangan media
pembelajaran serta pemanfaatan teknologi
informasi (TIK) dalam pembelajaran fisika.
Pengembangan strategi pembelajaran
yang inovatif berbasis kerja laboratorium
diantarnya adalah strategi REACT.
Fase-fase Kegiatan
Relating Guru menghubungkan konsep yang dipelajari dengan materi pengetahuan yang
dimiliki siswa
Experiencing Siswa melakukan kegiatan eksperimen (hands-on activity) dan guru memberikan
penjelasan untuk mengarahkan siswa menemukan pengetahuan baru
15
Metode tes yang digunakan meliputi: Tes Pembelajaran REACT.
akhir, dilakukan setelah dilaksanakannya
2. Pelaksanaan Tindakan
pembelajaran dengan menerapkan
pembelajaran REACT. Pada siklus I materi yang diberikan
Gelombang Cahaya.
Perancangan penelitian terdiri dari
beberapa tahap yakni: tahap perencanaan Pembelajaran diawali dengan
yang meliputi penyusunan skenario memberikan situasi masalah dan menjelaskan
pembelajaran REACT, menyiapkan RPP, serta prosedur pembelajaran REACT dimana
soal yang akan di ujikan, tahap pelaksanaan guru menggali konsep awal siswa dengan
yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran, memberikan pertanyaan, menyampaikan
tahap observasi yaitu melakukan evaluasi tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agar
terhadap palaksanaan tindakan dengan tertarik mengikuti proses pembelajaran,
lembar tes, tahap refleksi yaitu menganalisis memerintahkan siswa untuk menmbentuk
hasil observasi serta hasil evaluasi apakah 8 kelompok, dalam setiap kelompok ada 5
kegiatan yang dilakukan dapat meningkatkan orangdan memberikan kesempatan pada siswa
kemampuan pemahaman konsep fisika oleh untuk bertanya.Pada tahap 2 (Experiencing):
siswa sesuai dengan indikator yang telah guru mengajak dan mengarahkan siswa untuk
ditetapkan. Apabila belum dapat menerima mengadakan percobaan tentang kisi difraksi.
dengan baik maka dicari upaya pemecahan Percobaan bertujuan untuk mengubah gaya
dan tindakan ulang untuk meningkatkan belajar anak, membangkitkan rasa ingin
kemampuan pemahaman fisika oleh siswa tahunya, dan menghubungkan konsep yang
pada metode selanjutnya yang lebih baik. akan dipelajari dengan alam sekitar.
17
2. Pelaksanaan Tindakan Data tersebut menunjukkan bahwa rata-
Sebagai hasil refleksi dari siklus I, rata nilai siswa dengan tingkat keberhasilan
peneliti berupaya lebih mengaktifkan siswa sebanyak 82,40 % atau sebanyak 30
siswa dalam kelompoknya. Materi yang siswa yang memperoleh nilai lebih atau
diberikan tentang Gelombang Bunyi. Siswa sama dengan 76.
diberi kesempatan tanya jawab atau diskusi Peningkatan kemampuan pemecahan
kemudian guru memberikan ringkasan masalah fisika dapat dilihat dari table berikut:
materi yang akan dipelajari.
Tabel 4.Data nilai tes akhir siklus 1 dan 2
3. Pengamatan
Dalam siklus ini dari hasil pengamatan Nilai
Nilai tes
siswa mengalami banyak peningkatan baik No Data tes
siklus 1
dalam segi kognitif, afektif, dan psikomotorik. siklus 2
Dari segi kognitif kemampuan siswa dalam
1 Nilai Terendah 40 50
memecahkan masalah meningkat.
4. Refleksi 2 Nilai Tertinggi 77 83
19
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Kaswan. 2004. Peningkatan Pemahaman
Penelitian (Suatu pendekatan Konsep dan Kemampuan Berfikir
Praktek). Jakarta: Rineka Cipta. Kritis Siswa Melalui Kegiatan
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Laboratorium Berbasis Inkuiri pada
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Pokok Bahasan Rangkaian Listrik
Bumi Aksara: Jakarta. arus Searah. Tesis pada DPs UPI
Bandung: Tidak diterbitkan
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian
Tindakan Kelas Untuk Guru, Kepala Ruwanto, Bambang.2006.Asas-Asas Fisika
Sekolah & Pengawas. Bumi Aksara: 2A.Yogyakarta.Yudhistira
Jakarta. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran
Anton. 2014.Penerapan Strategi Berorientasi Standar Proses
Pembelajaran REACT untuk Pendidikan. Prenada Media: Jakarta
meningkatkan hasil belajar siswa. Supriadi. 2010. Teknologi Pembelajaran
Fakultas Teknik Universitas Negeri Fisika. FMIPA Universitas Negeri
Surabaya:Surabaya. Yogyakarta:Yogyakarta.
Crawford, M. 2001. Teaching Contextually: Suparwoto,2001.Pengembangan alat
Research, Rationale, And Techniques Evaluasi Hasil Belajar Siswa.
For Improving Student Motivation Makalah.FMIPA Universitas Negeri
And Achievement In Mathematic and Yogyakarta.
Science. Waco: CORD.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Learning: Teori dan Aplikasi
Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.
PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Fadhila El Husna. 2014. Penerapan
Strategi React Dalam meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa Kelas X SMAN
1 Batang Anai. Universitas Negeri
Palangka Raya
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar
Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta
Abstract : This study aims is to find out how the model of Group Investigation can
improve the activity and learning achievement of students of class XII. This Action
Research is following Kemmis and Taggart syntax’s, there are 1). determine the problem,
2). plan of investigation, 3). investigation, 4). planning presentation, 5). presentation, 6).
evaluate the results of the investigation. This study was carried out in two cycles, each
cycle consisting of 4 meeting. The results showed that there was an increase of learning
achievement from the average of daily exercise, from 61.68 in cycle 1 increase to 65,39
in cycle 2. Mastery learning outcomes rose 9.38% up to 30.30%. The percentage of non-
completion decreased from 90.63% down to 69.70%. There are also increasement in the
student activity, such as presented by teachers, sense of curiosity, active in discussion
activities, complete the task, explain the argument, and receive new knowledge.
Key Words : Group Investigation, learning achievement, activity
21
siswa kelas XII SMK. Penelitian ini 3. Penafsiran
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
Tahapan penafsiran terjadi ketika
penerapan model Group Investigation dalam
anggota kelompok bertemu, mengumpulkan
pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan
berbagai macam gagasan dan informasi dari
dan hasil belajar siswa kelas XII di SMK.
hasil penggalian secara personal maupun
Group Investigation merupakan kelompok kecil, kemudian dilakukan
salah satu model pembelajaran kooperatif. penafsiran secara bersama-sama.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
4. Motivasi intrinsik
kelompok yang berpusat pada aktivitas siswa
(student center), untuk mencapai tujuan Group Investigation memotivasi siswa
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif untuk berperan aktif dalam menentukan
mengedepankan tanggung jawab siswa atas apa yang mereka pelajari dan bagaimana
pembelajaran mereka sendiri, sehingga cara mereka belajar. Bila siswa dibiasakan
guru hampir tidak terlibat dalam proses untuk berhadapan langsung dengan masalah
pengiriman informasi secara langsung tanpa ada pemberitahuan bagaimana
kepada siswa. Kelompok tersebut harus cara memecahkannya, maka siswa akan
benar-benar bertanggung jawab atas perilaku berusaha mencari solusi masalah sesuai
anggota kelompoknya. (Sharan, 2014 : 448). dengan kemampuan berpikir, pengetahuan,
Pembelajaran kooperatif dikembangkan rasa keingintahuan, dan perasaan mereka
untuk mencapai sedikitnya tiga tujuan, yaitu sendiri.
hasil belajar akademik, penerimaan terhadap Kelompok yang dibentuk dalam Group
individu, dan pengembangan keterampilan Investigation adalah kelompok formal
sosial (Hosnan.M, 2014 : 244). yang bersifat heterogen. Kelompok formal
Karakter utama dalam Group dibentuk untuk bekerja sama guna mencapai
Investigation adalah investigasi, interaksi, tujuan yang lebih kompleks. Kelompok
penafsiran, dan motivasi intrinsik. heterogen lebih produktif karena terdiri
dari beragam tipe orang dengan berbagai
1. Investigasi
macam ide, latar belakang, dan pengalaman
Tahapan investigasi dimulai ketika guru (Barkley.E, Cross K.P, dan Major. C.H,
memberikan masalah kepada siswa. Proses 2012 : 68)
investigasi lebih menekankan pada inisiatif
siswa, yang bisa dilihat dari pertanyaan- METODE PENELITIAN
pertanyaan yang diajukan oleh siswa, Penelitian model Group Investigation
sumber-sumber informasi yang digunakan, dalam pembelajaran IPA ini mengambil
serta jawaban yang dirumuskan oleh siswa. data dari siswa kelas XII jurusan Busana
2. Interaksi Butik di SMK Negeri 1 Saptosari. Penelitian
dilaksanakan dalam rentang waktu 2 bulan.
Tahapan interaksi muncul ketika siswa Tahapan pengambilan data dalam kegiatan
melakukan kegiatan investigasi. Adanya pembelajaran dilaksanakan dalam 8 kali
kontak, percakapan, saling membantu, dan tatap muka. Jenis penelitian yang dilakukan
saling mendukung di antara siswa dalam adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
kelompok kecil merupakan bagian dari yang mengacu pada sintaks Kemmis dan
proses investigasi kelompok atau Group Taggart, yang terdiri dari empat tahapan
Investigation.
Peningkatan
Menyele-
keaktifan
- Hasil belajar saikan
dalam
di bawah masalah
pembelajaran
KKM
- Keaktifan Investigasi,
Penerapan
siswa kurang diskusi
model Group
- Sarana kelompok,
Investigation
laboratorium presentasi
kurang
mendukung
Ulangan Peningkatan
harian hasil belajar
23
HASIL DAN PEMBAHASAN 3) Pertemuan 3 siklus 1
Data hasil pengamatan kegiatan Kegiatan pembelajaran pada
pembelajaran melalui penerapan model pertemuan ini adalah evaluasi gagasan
Group Investigation pada materi bioteknologi hasil penyelidikan masing-masing
adalah sebagai berikut. kelompok, dilanjutkan dengan
1. Keaktifan dan hasil belajar siswa setelah menggabungkan semua informasi-
tindakan siklus 1 informasi baru dari masing-masing
kelompok.
a. Tahap pelaksanaan tindakan siklus 1
Inti permasalahan yang menjadi
1) Pertemuan 1 siklus 1 bahan penyelidikan adalah membedakan
Kegiatan pembelajaran pada tahap produk bioteknologi dengan produk
awal meliputi konfigurasi kelompok yang bukan bioteknologi. Guru
yang terdiri dari 6-7 siswa, pemaparan menyajikan 6 gambar produk, yaitu
tujuan pembelajaran, memotivasi siswa gerobak sapi, yogurt, tepung mocaf, nata
untuk berperan aktif, dan meminta de coco, pudding coklat, dan sayuran
siswa untuk mengingat kembali konsep hidroponik.
bioteknologi pada jenjang sebelumnya. 4) Pertemuan 4 siklus 1
Pada kegiatan inti, guru mengarahkan
siswa untuk menyusun pertanyaan Kegiatan pembelajaran yang
sebagai bahan diskusi kelompok. dilakukan adalah tes tertulis untuk
Siswa diminta melakukan penyelidikan menilai hasil pembelajaran siswa pada
melalui diskusi kelompok, curah indikator konsep dasar bioteknologi.
pendapat masing-masing anggota, Menurut Tabel 1. Hasil Belajar (Nilai
pembagian tugas untuk setiap anggota UH) Siklus 1 Kelas XII, rata-rata hasil
(tugas rumah), kemudian mengisi kolom belajar siswa berada di bawah nilai
‘alasan’ yang terdapat dalam LKS. minimal (KKM 75), yaitu 61,68. Dari
Tahapan berikutnya, siswa diminta 33 siswa yang mengikuti kegiatan
merencanakan presentasi hasil diskusi penilaian harian, 25 siswa atau sekitar
mengenai konsep dasar bioteknologi, 75,76% belum tuntas, dan sisanya 8
serta menentukan media yang akan siswa atau sekitar 24,24% tuntas.
digunakan. Tabel 1. Hasil Belajar (Nilai UH) Siklus 1
Siswa Kelas XII
2) Pertemuan 2 siklus 1
Kegiatan pembelajaran yang Nilai UH
Keterangan
dilakukan mempresentasikan Bioteknologi
hasil diskusi kelompok yang telah Jumlah 2035.50
diselesaikan pada pertemuan
Rata-rata 61.68
sebelumnya. Sisa waktu digunakan guru
untuk memberikan penguatan tentang Persentase Ketidaktuntasan 75.76 %
materi yang telah dipresentasikan,
Persentase Ketuntasan 24.24 %
memberi motivasi untuk tetap kompak
bekerja sama dalam tim, dan menutup
kegiatan pembelajaran.
Jumlah 88 88 86 99 87 91 95 90 724 94
Rata-rata 2.67 2.67 2.61 3.00 2.64 2.76 2.88 2.73 21.94 2.85
Persentase
88.89 88.89 86.87 100.00 87.88 91.92 95.96 90.91 731.31 94.95
Kemunculan
Hasil pengamatan kolaborator pada saat dari hasil tindakan pada siklus 1, dapat
mengikuti kegiatan pembelajaran, beberapa disimpulkan bahwa terdapat 2 indikator
indikator kegiatan guru belum muncul keaktifan yang memilki skor terendah, yaitu
menurut lembar observasi keterlaksanaan pada indikator terlibat aktif dalam kegiatan
model Group Investigation, yaitu : 1). diskusi dan indikator menyelesaikan tugas
melakukan observasi keaktifan siswa saat kelompok tepat waktu. Sedangkan data
kegiatan presentasi, 2). memeriksa hasil hasil belajar siswa dari tindakan pada siklus
pekerjaan siswa dan memberikan penilaian, 1, nilai rata-rata penilaian harian 61,68,
serta 3). melakukan evaluasi. persentase ketuntasan rata-rata 24,24%, dan
persentase ketidaktuntasan rata-rata 75,76%
c. Tahap Refleksi Setelah Tindakan
atau sebanyak 25 siswa.
Siklus 1
Hasil diskusi penulis dengan kolaborator
Berdasarkan data keaktifan siswa
menghasilkan rekomendasi diantaranya
25
adalah : 1).guru kurang mendorong siswa 1) Siswa wajib menggunakan teknologi
untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan informasi untuk memecahkan masalah.
penyelidikan, terutama dalam hal pemanfaatan
2) Kelompok melakukan pembagian tugas
sumber belajar, 2).guru belum membawa
dengan deskripsi tugas yang jelas untuk
siswa kepada pengalaman langsung untuk
masing-masing anggota.
mengaplikasikan pengetahuan tentang
bioteknologi konvensional, 3).waktu diskusi 3) Kelompok yang tidak tepat waktu
yang disediakan oleh guru sangat terbatas, mengumpulkan tugas diminta untuk
sehingga hasil diskusi belum maksimal, menambah informasi baru terkait
4).guru belum menerapkan sanksi bagi bioteknologi konvensional.
kelompok yang terlambat mengumpulkan
2. Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa
tugas.
Setelah Tindakan Siklus 2
Sedangkan hal-hal yang perlu diperbaiki
a. Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus
berkaitan dengan aktivitas siswa adalah :
2
1).siswa belum memaksimalkan teknologi
informasi untuk memecahkan masalah, 1) Pertemuan 5 Siklus 2
2).siswa kurang aktif terlibat dalam kegiatan
Kompetensi dasar pada pertemuan
diskusi, dan cenderung bergantung pada satu
ini adalah mendiskripsikan peran
orang, 3).pembagian tugas setiap anggota
mikroorganisme dalam proses
kelompok belum terlaksana, dan 4).beberapa
bioteknologi. Indikator yang dicapai
kelompok tidak tepat waktu mengumpulkan
adalah mengidentifikasi produk-produk
tugas.
bioteknologi makanan, mendeskripsikan
d. Tahap Perencanaan Setelah proses pembuatan produk bioteknologi
Tindakan Siklus 1 makanan, dan mengidentifikasi peranan
mikroorganisme dalam bioteknologi.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus
Kegiatan pembelajaran pada tahap awal
1, rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
meliputi pemaparan tujuan pembelajaran,
pada siklus 2 adalah:
memotivasi untuk terlibat aktif dalam
1) Guru perlu mendorong siswa untuk kegiatan pembelajaran, dan meminta siswa
terlibat secara aktif dalam kegiatan untuk mengingat konsep dasar bioteknologi.
penyelidikan, terutama dalam hal Kegiatan berikutnya adalah masing-masing
pemanfaatan sumber belajar. kelompok menetapkan 1 objek penyelidikan
dari 5 pilihan yang disediakan, yaitu tempe
2) Guru perlu membawa siswa kepada
kedelai, tempe manding, tempe koro, tempe
pengalaman langsung untuk
benguk, dan tempe gembus.
mengaplikasikan pengetahuan tentang
bioteknologi konvensional. Kegiatan selanjutnya adalah menentukan
lokasi penyelidikan. Lokasi industri yang
3) Diskusi bisa dilanjutkan oleh kelompok
diambil oleh siswa berada di wilayah
di luar jam pelajaran.
Kecamatan Saptosari dan sekitarnya. Lokasi
4) Guru harus menerapkan sanksi bagi tersebut di antaranya adalah :
kelompok yang terlambat mengumpulkan
1. Industri tempe gembus oleh Ibu Wasiyem,
tugas.
Sumber Mulyo RT 04/ RW 03 Kecamatan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus Wonosari
1, hal-hal yang perlu diperbaiki berkaitan
2. Industri tempe manding oleh Mbok
dengan aktivitas siswa adalah:
Sarikem, Dilatan,Baros Monggol,Rt 03/
27
91,92%. Indikator memberi kesempatan gagasannya dengan dasar yang ilmiah dan
anggota tim untuk menjelaskan argumen sesuai konteks, persentase kemunculannya
persentase kemunculannya 95,96%. Indikator 90,91%, seperti yang tampak pada Tabel
menerima pengetahuan baru yang diperoleh 4. Skor Keaktifan Siswa Setelah Tindakan
saat diskusi, persentase kemunculannya Siklus 2.
100%. Indikator mempertahankan
Rata-rata 2.73 2.70 2.79 3.00 2.76 2.88 3.00 2.73 22.58 2.86
Persentase Kemu-
90.91 89.90 92.93 100.00 91.92 95.96 100.00 90.91 752.53 95.33
nculan
Mengacu data skor keaktifan siswa dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi pada
pada siklus 1, terdapat 2 indikator dengan hampir semua indikator. Diantaranya pada
skor terendah, yaitu indikator terlibat aktif indikator A1-1, yaitu indikator
dalam kegiatan diskusi sebesar 86,87% mendengarkan penjelasan yang
dan indikator menyelesaikan tugas disampaikan guru, mengalami kenaikan 2,
kelompok tepat waktu sebesar 87,88%. poin, dari 88% menjadi 90%. Indikator
Pada siklus 2, indikator menunjukkan A1-2, yaitu menunjukkan sikap rasa ingin
sikap rasa ingin tahu persentase tahu naik sebesar 1 poin, dari 88% naik
kemunculannya
28 JURNAL ADIKARSApaling Volume
rendah,XV yaitu
No.16 menjadi 90%. Indikator A2-3, terlibat
sebesar 89,90%. Persentase keaktifan rata- aktif dalam kegiatan diskusi naik sebesar
Gambar 3. Perbandingan Keaktifan Siklus 1 dan 2
Penerapan Model Grup Investigation Untuk Meningkatkan Keaktifan
Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas XII SMK
Mengacu data skor keaktifan siswa dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi pada
pada siklus 1, terdapat
Mengacu 2 indikator
data skor dengan
keaktifan siswahampir
yaitusemua indikator.
sebesar 89,90%.Diantaranya
Persentase pada
keaktifan
skor terendah, yaitu indikator terlibat aktif indikator A1-1, yaitu indikator
pada siklus 1, terdapat 2 indikator dengan rata-rata siswa pada siklus 1 (pertemuan ke-
dalam kegiatan yaitu
skor terendah, diskusiindikator
sebesarterlibat
86,87%aktifmendengarkan
1) sebesar 94,95%, penjelasan yangsiklus
sedangkan pada
dan indikator menyelesaikan tugas disampaikan guru, mengalami
dalam kegiatan diskusi sebesar 86,87% dan 2 (pertemuan ke-6) persentasenya mencapaikenaikan 2,
kelompok tepat waktu sebesar 87,88%. poin, dari 88% menjadi 90%. Indikator
indikator menyelesaikan tugas kelompok 95,33%, atau mengalami kenaikan sebesar
Pada siklus 2, indikator menunjukkan A1-2, yaitu menunjukkan sikap rasa ingin
tepat waktu
sikap rasa sebesar
ingin 87,88%.
tahu Pada siklus 2,tahu0,38
persentase naikpoin, seperti
sebesar yang tampak
1 poin, dari 88%dalam
naikgrafik
indikator menunjukkan
kemunculannya paling sikap rasa ingin
rendah, yaitutahumenjadi
pada Gambar 3.
90%. Indikator A2-3, terlibat
persentase
sebesar kemunculannya
89,90%. paling rata-
Persentase keaktifan rendah,aktif dalam kegiatan diskusi naik sebesar
Berdasarkan grafik pada Gambar 3, Mengacu pada data hasil belajar siswa
tampak bahwa peningkatan skor keaktifan dari sebelum dan setelah tindakan, tampak 9bahwa
siklus 1 ke siklus 2 terjadi pada hampir semua model pembelajaran Group Investigation
indikator. Diantaranya pada indikator A1- mampu meningkatkan pencapaian hasil
1, yaitu indikator mendengarkan penjelasan belajar. Hal tersebut didukung dengan data
yang disampaikan guru, mengalami pada Tabel 5 Perbandingan Hasil Belajar
kenaikan 2, poin, dari 88% menjadi 90%. Siswa Sebelum dan Setelah Tindakan. Nilai
Indikator A1-2, yaitu menunjukkan sikap rata-rata penilaian harian siswa sebelum
rasa ingin tahu naik sebesar 1 poin, dari 88% tindakan adalah 59,77, setelah dilakukan
naik menjadi 90%. Indikator A2-3, terlibat tindakan dengan model Group Investigation,
aktif dalam kegiatan diskusi naik sebesar menunjukkan peningkatan menjadi
6 poin, dari nilai 86% naik menjadi 92%. 63,54. Persentase ketuntasan hasil belajar
Indikator A2-5, yaitu menyelesaikan tugas sebelum tindakan adalah 9,38%, selanjutnya
kelompok tepat waktu naik 4 poin, dari nilai menunjukkan peningkatan menjadi
87% menjadi 91%. Indikator A3-6, memberi 30,30% setelah penerapan model Group
kesempatan anggota tim untuk menjelaskan Investigation. Persentase ketidaktuntasan
argumennya naik 4 poin, dari nilai 91% nilai ulangan materi bioteknologi mengalami
menjadi 95%. Sedangkan Indikator A4-7, penurunan. Sebelum dilakukan tindakan
menerima pengetahuan baru naik sebesar 4 penerapan model Group Investigation,
poin, dari 95% menjadi 99%. persentase ketidaktuntasan mencapai
90,63%, sedangkan setelah tindakan turun
menjadi 69,70%.
29
Peningkatan hasil belajar ini tentu dapat digunakan sebagai acuan kegiatan
saja tidak lepas dari perubahan sikap siswa pembelajaran dikatakan berhasil adalah
selama pembelajaran berlangsung. Sejalan siswa mengalami perubahan tingkah laku
dengan yang disampaikan oleh Sumiati dalam berpikir, bersikap, dan terampil dalam
dan Asra (2007), bahwa indikator yang melakukan suatu kegiatan.
Nilai Rata-Rata
Melalui kegiatan investigasi langsung cepat busuk. Pada titik ini, siswa diarahkan
di tempat produksi tempe, siswa tampak untuk berdiskusi, apakah alasan produsen
berusaha menggabungkan pengetahuan yang tempe tersebut secara ilmiah dapat
diperoleh di kelas, dengan pengetahuan yang dipertanggungjawabkan. Siswa dipersilakan
sifatnya aplikasi. untuk mencari literatur yang mendukung
pernyataan produsen tempe tersebut.
Pembelajaran model Group
Guru mengambil peran sebagai mediator
Investigation meningkatkan interaksi siswa
untuk menjembatani siswa menuju kepada
bila dibandingkan dengan pebelajaran
pengetahuan yang berhubungan dengan
menggunakan video. Siswa harus melakukan
proses fermentasi tempe.
komunikasi dengan kelompoknya untuk
membahas pembagian tugas, menyusun Poin penting dalam kegiatan
daftar pertanyaan yang akan diajukan pembelajaran model Group Investigation
kepada narasumber, serta membicarakan adalah adanya interaksi sosial dan intelektual
hal-hal yang berkaitan dengan teknis untuk mengolah pengetahuan personal
pemberangkatan menuju lokasi investigasi. masing-masing anggota, dalam rangka
memecahkan pengetahuan lain yang sifatnya
Berdasarkan hasil investigasi siswa,
baru (Sharan, 2014 : 133).
diperoleh data di lapangan bahwa beberapa
produsen tempe memiliki keyakinan bahwa Masalah yang muncul di lapangan
biji bahan pembuat tempe harus dicuci di lainnya adalah perbedaan penggunaan
telaga (semacam danau) dahulu sebelum ragi tempe buatan pabrik dengan ragi
direbus, dengan alasan hasil tempe akan buatan sendiri (disebut usar = terbuat dari
lebih “bagus”. Sedangkan pengetahuan tempe yang dikeringkan di atas daun waru
yang diperoleh siswa di kelas menyatakan Hibiscus tilliaceus). Tempe yang dibuat
bahwa ketika tempe terkontaminasi oleh dengan ragi buatan pabrik hasilnya lebih
mikroorganisme lain selain jamur tempe, lunak, sedangkan tempe dengan ragi usar
maka kualitas tempe akan menurun dan lebih keras. Berdasarkan hasil wawancara
31
KESIMPULAN Majid.A. (2013), Strategi Pembelajaran,
Bandung, PT Remaja Rosdakarya
Pembelajaran IPA materi Bioteknologi
Offset
dengan model Group Investigation secara
umum dilakukan melalui tahapan : 1). Paryanto. (2010), Penerapan Metode
menentukan masalah, 2). merencanakan Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group
penyelidikan, 3). menjalankan penyelidikan, Investigation untuk Meningkatkan
4). merencanakan presentasi, 5). Kualitas Pembelajaran Teori
Pemesinan Dasar, Jurnal Pendidikan
melakukan presentasi, 6). mengevaluasi
Teknologi dan Kejuruan : vol.19,
hasil penyelidikan. Penerapan model
No.2, Oktober 2010 : hal. 169
Group Investigation dalam pembelajaran
menunjukkan terjadi peningkatan nilai rata- Sharan.S. (2014), The Handbook of
rata penilaian harian dari siklus 1 sebesar Cooperative Learning, Yogyakarta :
Istana Media
61,68 ke siklus 2 sebesar 65,39. Peningkatan
juga terjadi pada persentase ketuntasan hasil Sumiati dan Asra. (2008), Metode
pembelajaran, bila sebelum tindakan adalah Pembelajaran, Bandung : CV.Wacana
9,38%, maka setelah tindakan menjadi Prima
30,30%. Sedangkan untuk persentase Susy.P, Rayandra.A, dan Asrial. (2016),
ketidaktuntasan nilai ulangan mengalami Pengaruh Penerapan Model
penurunan sebelum dan setelah tindakan, Pembelajaran Group Investigation
yaitu dari 90,63% menjadi 69,70%. Keaktifan dan Motivasi Terhadap Hasil
siswa juga mengalami peningkatan dari Belajar Siswa Kelas VII SMP dalam
siklus 1 ke siklus 2 pada beberapa indikator, Pembelajaran IPA Terpadu pada
diantaranya adalah indikator mendengarkan Materi Asam, Basa, dan Garam,
Jurnal Edu-Sains : vol.5, No.2, Juli
penjelasan yang disampaikan guru, indikator
2016 : hal. 27
menunjukkan sikap rasa ingin tahu, indikator
terlibat aktif dalam kegiatan diskusi, indikator Tim Konsorsium Sertifikasi. (2013),
menyelesaikan tugas kelompok tepat waktu, Modul PLPG : Ilmu Pengetahuan
indikator memberi kesempatan anggota Alam, Konsorsium Sertfikasi Guru
Universitas Negeri Yogyakarta
tim untuk menjelaskan argumennya, dan
indikator menerima pengetahuan baru yang Wibawa.B. (2004), Penelitian Tindakan
diperoleh. Kelas, Jakarta, Departemen
Pendidikan Nasional, Dirjen
DAFTAR PUSTAKA DikdasMen Direktorat Tenaga
Kependidikan
Barkley.E, Cross K.P., dan Major.C.H.
(2012), Collaborative Learning
Techniques, Bandung : Penerbit Nusa
Media
Campbell.N.A. dan Reece.J.B (2010),
Biologi : edisi kedelapan jilid 1,
Jakarta : Penerbit Erlangga
Hosnan.M. (2014), Pendekatan Saintifik dan
Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21, Bogor : Penerbit Ghalia
Indonesia
ABSTRACT: This research was pre-Experiment Design study using the One-Group
Pretest Posttest Design method. The preliminary research found that the chemistry
learning at SMA Negeri 1 Yogyakarta was not oriented to 21st century skills, especially
creativity. Ideally, to welcome the industrial revolution students should not only be
prepared to continue to a higher education level, but also to be competent to solve the
daily life challenges and problems. The research purpose was to determine the effect
of STEM-based learning towards understanding concepts and creative thinking skills
on voltaic cells. The implementation of STEM-based learning on voltaic cells could
improve students’ understanding about the concepts with an average pre-posttest value
of 61.19 to 90 with an N gain score of 0.74 with a high category. The results showed a
positive influence on STEM-based learning on creative thinking skills with a score of
98.7%.
Keywords: 21st century skills, STEM, voltaic cells
PENDAHULUAN yang dapat mengakomodir karakteristik
Kurikulum 2013 yang sudah pembelajaran abad 21 tersebut adalah
berjalan dan diterapkan belum dapat pendekatan Science, Technology,
mengatasi permasalahan kualitas dan Engineering, and Mathematics atau
kuantitas sumberdaya manusia Indonesia disingkat dengan STEM. STEM merupakan
yang berdaya saing global jika tidak suatu pendekatan dimana Sains, Teknologi,
secara sistematik menyiapkan mereka Enjiniiring, dan Matematika diintegrasikan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dengan fokus pada proses pembelajaran
dan sikap yang dipersyaratkan dunia pemecahan masalah dalam kehidupan
kerja Abad ke-21. Kuriukulum 2013 nyata, pembelajaran STEM memperlihatkan
mengisyaratkan bahwa Kurikulum 2013 kepada peserta didik bagaimana konsep-
memberikan ruang bagi pengembangan dan konsep, prinsip-prinsip Sains, Teknologi,
implementasi pendidikan modern seperti Enjiniring, dan Matematika digunakan
pendekatan pendidikan berbasis STEM secara integrasi untuk mengembangkan
(Science, Technology, Engineering, and produk, proses, dan sistem yang memberikan
Mathemeatics). Pendekatan Pendidikan manfaat untuk kehidupan manusia. Untuk
yang mengutamakan integrasi S, T, E dan M menyiapkan peserta didik Indonesia
secara multi- dan trans-disiplin memberikan memperoleh keterampilan abad 21, yaitu
ruang bagi pengembangan pemikiran kritis, keterampilan cara berpikir melalui berpikir
kreativitas, inovasi, dan kemampuan siswa kritis, kreatif, mampu memecahkan masalah
dalam memecahkan masalah. dan mengambil keputusan serta cara bekerja
sama melalui kolaborasi dan komunikasi,
Salah satu pendekatan pembelajaran maka pendekatan STEM diadopsi untuk
33
menguatkan impelementasi Kurikulum Untuk memecahkan masalah sains dan
Nasional (Kurikulum 2013). Pendekatan teknologi diperlukan keterampilan berpikir
STEM diyakini sejalan dengan ruh Kurikulum dan berkreasi.
2013 yang dapat diimplementasikan melalui
Dengan latar belakang masalah maka
penggunaan model pembelajaran berbasis
dapat disusun rumusan masalah dalam
proyek (PJBL) dengan menggunakan
penelitian ini yaitu bagaimana deskripsi
scientific dan engineering practices.
Pembelajaran Berbasis STEM Pada Materi
Banyak topik materi dalam mata Pokok sel volta terhadap Pemahaman
pelajaran Kimia yang dapat digunakan Konsep siswa serta bagaimana pengaruh
sebagai titik awal pembelajaran berbasis Pembelajaran Berbasis STEM Pada Materi
STEM. Pada penelitian ini, materi pokok Pokok sel volta terhadap Pemahaman Konsep
sel volta akan digunakan sebagai tema siswa serta Keterampilan Berfikir Kreatif.
sentral selama proses KBM terintegrasi
xdengan mata pelajaran lain seperti Fisika PEMBAHASAN
dan Matematika serta desain enjiniring dan Abad ke-21 ditandai dengan derasnya
teknologi terapan. Sel volta atau pembangkit arus globalisasi serta cepatnya perkembangan
listrik dapat dijadikan tema utama di mana teknologi. Berbagai sekat yang memisahkan
siswa diminta untuk mendesain rangkaian batas-batas geografis saat ini dengan mudah
sel volta. dihilangkan dengan berbagai kemajuan
Pembelajaran berbasis STEM sudah teknologi informasi dan komunikasi.
diimplementasikan di SMA Negeri 1 Berbagai informasi dan pengetahuan baru
Yogyakarta. Sekolah ini memiliki intake bukanlah hal yang sulit untuk didapatkan
siswa yang cukup tinggi di DI Yogyakarta dan dikumpulkan pada era ini. Hal ini
sangat cocok untuk dilaksanakan menunjukkan bahwa konsep pembelajaran
pembelajaran dengan model STEM PJBL, yang diperlukan harus dapat membangun
yaitu pembelajaran yang dirancang dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh peserta
menggunakan pendekatan STEM: science, didik untuk dapat berhasil di abad ke-21 ini
technology, engineering, and mathematics. yaitu pembelajaran yang dapat berkontribusi
Melalui pembelajaran dengan pendekatan pada pengembangan kemampuan kerjasama,
STEM, peserta didik belajar tentang sains, memecahkan masalah, kreativitas, dan
teknologi, teknik dan matematika untuk inovatif yang berpotensi menopang ekonomi.
menjadi pemecah masalah, inovator, Pembelajaran berbasis STEM menjadi salah
pencipta, dan kolaborator dan terus mengisi satu solusi dalam menjawab tantangan
jalur kritis insinyur, ilmuwan, dan inovator pendidikan ini.
yang sangat penting bagi masa depan. Pendidikan STEM memberi kesempatan
Tujuan Pendidikan STEM menurut pendidik peluang untuk menunjukkan
Bybee (2013) diantaranya adalah peserta kepada peserta didik betapa konsep,
didik melek STEM, yang mempunyai prinsip, dan teknik dari STEM digunakan
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk secara terintegrasi dalam pengembangan
mengidentifikasi pertanyaan dan masalah produk, proses, dan sistem yang digunakan
dalam kehidupannya, menjelaskan fenomena dalam kehidupan sehari-hari mereka. Oleh
alam, mendesain serta menarik kesimpulan karena itu, definisi pendidikan STEM
berdasar bukti mengenai isu terkait STEM. diadopsi sebagai pendekatan interdisiplin
pada pembelajaran (Reeve, 2013). Dalam karena itu, pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran berbasis STEM peserta didik STEM mendukung pencapaian keterampilan
menggunakan sains, teknologi, rekayasa, di abad 21. Penyajian pembelajaran dengan
dan matematika dalam konteks nyata yang pendekatan STEM harus memenuhi beberapa
menghubungkan sekolah, dunia kerja, dan aspek dalam Scientific & Engineering
dunia global guna mengembangkan literasi Practice, juga menggambarkan adanya
STEM yang memungkinkan peserta didik Crosscutting Concept atau irisan konsep
mampu bersaing dalam abad 21 menuju era di antara pengetahuan sains, teknologi,
revolusi industri 4.0. enjiniring dan matematika. Selain itu Higher
Order Thinking Skills (HOTS) menjadi
Penggunaan pendekatan STEM dalam
keharusan di dalam proses pembelajaran
bidang pendidikan memiliki tujuan untuk
maupun penilaiannya. Pada penelitian ini
mempersiapkan peserta didik agar dapat
akan dipaparkan pembelajaran dan penilaian
bersaing dan siap untuk bekerja sesuai
HOTS.
bidang yang ditekuninya. Penelitian yang
dilakukan oleh lembaga penelitian Hannover Penggunaan pendekatan STEM dalam
(2011) menunjukkan bahwa tujuan utama bidang pendidikan memiliki tujuan untuk
dari STEM Education adalah sebuah usaha mempersiapkan peserta didik agar dapat
untuk menunjukkan pengetahuan yang bersaing dan siap untuk bekerja sesuai
bersifat holistik antara subjek STEM. bidang yang ditekuninya. Penelitian yang
dilakukan oleh lembaga penelitian Hannover
Pembelajaran sains dengan pendekatan
(2011) menunjukkan bahwa tujuan utama
STEM melatih peserta didik dalam
dari STEM Education adalah sebuah usaha
berpikir kritis, kreatif, berkolaborasi dan
untuk menunjukkan pengetahuan yang
berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran
bersifat holistik antara subjek STEM.
dengan pendekatan STEM mendukung
tuntutan pendidikan dalam menghadapi abad Dalam konteks pendidikan dasar dan
21 yang juga merupakan target kompetensi menengah, pendidikan STEM bertujuan
di dalam Kurikulum 2013. Pembelajaran mengembangkan peserta didik yang
Abad 21 merupakan pembelajaran yang STEM literate (Bybee, 2013), dengan
mengintegrasikan kemampuan literasi, rincian sebagai berikut: 1) memiliki
kecakapan pengetahuan, keterampilan dan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk
sikap, serta penguasaan terhadap teknologi. mengidentifikasi pertanyaan dan masalah
Kecakapan yang dibutuhkan di Abad 21 dalam situasi kehidupannya, menjelaskan
juga merupakan keterampilan berpikir fenomena alam, mendesain, serta menarik
tingkat tinggi (Higher Order Thinking kesimpulan berdasar bukti mengenai isu-isu
Skills (HOTS)) yang sangat diperlukan terkait STEM; 2) memahami karakteristik
dalam mempersiapkan peserta didik dalam khusus disiplin STEM sebagai bentuk-
menghadapi tantangan global. bentuk pengetahuan, penyelidikan, dan
desain yang digagas manusia; 3) memiliki
Agar siswa mampu memecahkan masalah
kesadaran bagaimana disiplindisiplin STEM
sains dan teknologi, diperlukan keterampilan
membentuk lingkungan material, intelektual
berpikir dan berkreasi. Pembelajaran
dan kultural, 4) memiliki keinginan
sains dengan pendekatan STEM melatih
untuk terlibat dalam kajian isu-isu terkait
peserta didik dalam berpikir kritis, kreatif,
STEM (misalnya efisiensi energi, kualitas
berkolaborasi dan berkomunikasi. Oleh
35
lingkungan, keterbatasan sumberdaya alam) Keterlibatan siswa mulai dari merencanakan,
sebagai warga negara yang konstruktif, membuat rancangan, melaksanakan, dan
peduli, serta reflektif dengan menggunakan melaporkan hasil kegiatan berupa produk dan
gagasan-gagasan sains, teknologi, rekayasa, laporan pelaksanaanya. Model pembelajaran
dan matematika. ini menekankan pada proses pembelajaran
jangka panjang, terlibat secara langsung
Tahapan-tahapan pembelajaran
dengan berbagai isu dan persoalan kehidupan
menggunakan Engineering Design Process
sehari-hari, belajar bagaimana memahami
sesuai dengan siklus model pembelajaran
dan menyelesaikan persoalan nyata, bersifat
yang umum diterima salah satunya model
interdisipliner, dan melibatkan siswa sebagai
pembelajaran yang banyak digunakan
pelaku mulai dari merancang, melaksanakan
adalah model 5E (Bybee & Landes, 1988),
dan melaporkan hasil kegiatan (student
yang menyediakan urutan langkah-langkah
centered).
pembelajaran yang terstruktur.
Model Project Based Learning
Sains proses dan desain enjiniring
(PJBL) merupakan model yang disarankan
proses secara bersama dibutuhkan untuk
dalam implementasi Kurikulum 2013,
melakukan analisis apakah teori serta
sedangkan STEM merupakan sebuah
model yang diajukan bisa memecahkan
strategi pembelajaran. Karakteristik dari
masalah dengan cara mengumpulkan,
STEM yaitu menekankan pada proses
menguji dan menganalisis solusi pemecahan
mendesain, enjiniring atau merekayasa.
masalah untuk kemudian di evaluasi dan
Menurut (Capraro, et al, 2013) Design
disempurnakan.
process adalah pendekatan sistematis dalam
Menurut George Lucas Educational mengembangkan solusi dari masalah dengan
Foundation (2005) Project based learning well define outcome, yaitu menentukan
(PJBL) adalah pendekatan pembelajaran solusi/proses terbaik dari ide-ide yang
yang dinamis di mana siswa secara aktif muncul.
mengeksplorasi masalah di dunia nyata,
Deskripsi sintak model PjBL STEM
memberikan tantangan, dan memperoleh
dapat dijelaskan sebagai berikut (Laboy-
pengetahuan yang lebih mendalam. Saat
Rush, 2010) : 1) Reflection, tujuan dari tahap
ini penelitian dalam Project based learning
pertama untuk membawa siswa ke dalam
(PjBL) menunjukan bahwa projek dapat
konteks masalah dan memberikan inspirasi
meningkatkan minat siswa dalam science,
kepada siswa agar dapat segera mulai
technology, engineering, and math (STEM)
menyelidiki/investigasi (Fortus, Krajcikb,
karena dengan STEM melibatkan siswa
Dershimerb, Marx, & Mamlok-Naamand,
dalam pemecahan masalah secara otentik,
2005). Fase ini juga dimaksudkan untuk
kerjasama antar siswa, serta membangun
menghubungkan apa yang diketahui dan
kemampuan untuk menciptakan solusi nyata
apa yang perlu dipelajari (Diaz & King,
(Fortus, Krajcikb, Dershimerb, Marx, &
2007), 2) Research, tahap kedua adalah
Mamlok-Naamand, 2005).
bentuk penelitian siswa. Guru memberikan
Menurut Laboy Rush bahwa Project pembelajaran sains, memilih bacaan, atau
Based Learning atau Pembelajaran Berbasis metode lain untuk mengumpulkan sumber
Proyek adalah model pembelajaran yang informasi yang relevan (Fortus, Krajcikb,
melibatkan peserta didik dalam suatu kegiatan Dershimerb, Marx, & Mamlok-Naamand,
(proyek) yang menghasilkan suatu produk.
2005). Proses belajar lebih banyak terjadi menerapkan umpan balik yang konstruktif
selama tahap ini, kemajuan belajar siswa (Diaz & King, 2007). Seringkali penilaian
mengkonkritkan pemahaman abstrak dari dilakukan berdasarkan penyelesaian langkah
masalah (Diaz & King, 2007). Selama fase akhir dari fase ini (Satchwell & Loepp,
research, guru lebih sering membimbing 2002).
diskusi untuk menentukan apakah siswa
Menurut Bybee yang dikenal dengan
telah mengembangkan pemahaman
Model 5E bahwa tuntutan untuk karier
konseptual dan relevan berdasarkan proyek
yang sukses di abad 21 benar-benar
(Satchwell & Loepp, 2002), 3) Discovery,
berbeda dari pada abad ke-20. Dengan
tahap penemuan umumnya melibatkan
kemajuan teknologi yang selalu berubah
proses menjembatani research dan informasi
dan masalah baru yang muncul, kita harus
yang diketahui dalam penyusunan proyek.
mempersiapkan siswa untuk pekerjaan dan
Ketika siswa mulai belajar mandiri dan
tantangan yang mungkin bahkan tidak ada
menentukan apa yang masih belum diketahui
untuk saat ini. Oleh karena itu, siswa harus
(Satchwell & Loepp, 2002). Beberapa model
dilengkapi dengan keterampilan pemecahan
dari STEM PjBL membagi siswa menjadi
masalah yang memungkinkan mereka untuk
kelompok kecil untuk menyajikan solusi
secara sistematis mencari solusi dari masalah
yang mungkin untuk masalah, berkolaborasi,
yang mereka hadapi. Selain itu, Internet
dan membangun kerjasama antar teman
telah membuat informasi mudah dan cepat
dalam kelompok (Fortus, Krajcikb,
diakses, yang telah menyebabkan pergeseran
Dershimerb, Marx, & Mamlok-Naamand,
dari kebutuhan untuk menghafal menjadi
2005). Model lainnya menggunakan langkah
belajar bagaimana memperoleh informasi
ini dalam mengembangkan kemampuan
yang valid dan membuat informasi baru
siswa dalam membangun habit of mind
berdasarkan hasil pengamatan dan analisis.
dari proses merancang untuk mendesain
Mesin juga telah mengurangi kebutuhan akan
(Diaz & King, 2007), 4) Application, tahap
tenaga kerja yang tidak terampil, sehingga
aplikasi tujuannya untuk menguji produk/
penting bagi siswa kami untuk mengetahui
solusi dalam memecahkan masalah. Dalam
bagaimana menerapkan konsep daripada
beberapa kasus, siswa menguji produk
hanya memahami konsep. Tuntutan baru
yang dibuat dari ketentuan yang ditetapkan
ini adalah alasan proses rekayasa, Project-
sebelumnya, hasil yang diperoleh digunakan
Based Learning (PJBL), dan Design Process
untuk memperbaiki langkah sebelumnya
sekarang menjadi fokus dalam kurikulum
(Diaz & King, 2007). Di model lain, pada
abad 21.
tahapan ini siswa belajar konteks yang lebih
luas di luar STEM atau menghubungkan Engineering Design Process
antara disiplin bidang STEM (Satchwell adalah pendekatan sistematis ketika
& Loepp, 2002), 5) Communication, tahap mengembangkan solusi untuk menyelesaikan
akhir dalam setiap proyek dalam membuat masalah dengan hasil yang jelas (well
produk/solusi dengan mengkomunikasikan defined outcome). Mengikuti struktur design
antar teman maupun lingkup kelas. process yang baik sangat penting karena
Presentasi merupakan langkah penting dalam akan menghasilkan solusi terbaik, serta
proses pembelajaran untuk mengembangkan dapat membangun kemampuan dan logika
keterampilan komunikasi dan kolaborasi pemecahan masalah. Salah satu sumber lain
maupun kemampuan untuk menerima dan Engineering design dapat direpresentasikan
37
oleh 7 tahap yaitu sebagai berikut: Identify METODE PENELITIAN
Problem and Constraints; Research; Ideate; Penelitian ini merupakan bentuk pre-
Analyze Ideas; Build; Test and Refine; Experimental Design. Sugiyono (2018:74),
Communicate and Reflect. menyatakan pre-Experimen desain ini belum
Keterampilan abad 21 yang merupakan eksperimen sungguh-sungguh
dikembangkan melalui pembelajaran materi karena masih terdapat variable luar yang
sel volta dengan pendekatan STEM meliputi ikut berpengaruh terhadap terbentuknya
berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan variable dependen. Hasil eksperimen yang
kolaboratif. Contoh berpikir kritis, berpikir merupakan variabel bukan semata-mata
kreatif, komunikatif dan kolaboratif adalah dipengaruhi oleh variabel independen. Hal
memahami interkoneksi antara konsep ini karena tidak adanya variabel control,
potensial sel, elektrokimia, dan sel volta untuk dan sampel tidak dipilih secara random.
memecahkan masalah pada perancangan Bentuk desain dari penelitian ini adalah One-
dan uji coba rangkaian, kemampuan Group Pretest-Posttest Design yaitu diberi
dalam mengembangkan, melaksanakan, perlakuan pretest sebelum diberi perlakuan
dan menyampaikan gagasan-gagasan pada agar hasil perlakuan dapat diketahui lebih
saat merancang prosedur dan set alat sel akurat. Keadaan sebelum diberi perlakuan
volta, mengemukakan ide-ide kreatif secara dapat dibandingkan dengan keadaan
konseptual dan praktikal dalam merancang setelah diberi perlakuan. Desain ini dapat
prosedur dan set alat pembangkit listrik digambarkan sebagai berikut:
berbahan sekitar (PLBS), kemampuan untuk
mengutarakan ide-ide, baik itu pada saat O1 X O2
berdiskusi tentang konsep sel volta, ujicoba Keterangan ;
menyusun rangkaian, dan memecahkan
O1 = nilai pretest sebelum diberi
masalah dan mengomunikasikan hasil uji perlakuan pembelajaran STEM
coba rancangan baik secara lisan maupun
tulisan, kemampuan dalam kerjasama O2 = nilai posttest sesudah diberi
dalam kelompok pada saat berdiskusi dan perlakuan pembelajaran STEM
eksperimen sel volta berbahan sekitar dan O2 – O1 = Pengaruh pembelajaran STEM
bekerja secara produktif dengan temannya terhadap kemampuan pemahaman
satu kelompok. konsep
Perilaku ilmiah peserta didik yang Dalam penelitian ini peneliti melibatkan
dikembangkan melalui pembelajaran dengan beberapa pastisipan yaitu SMA Negeri
pendekatan STEM pada topic Sel Volta 1 Yogyakarta sebagai tempat penelitian
ini menunjukkan perilaku rasa ingin tahu, yang beralamat di Jl. HOS Cokroaminoto
disiplin, teliti, bertanggung jawab, kritis, No 10 Yogyakarta, Kepala Sekolah yang
kreatif, komunikatif dalam merancang dan memberi fasilitas dan membantu proses
melakukan percobaan sel volta berbahan perizinan dalam penelitian yang dalam
sekitar. pertimbangannya kepala sekolah dapat
memberikan informasi tentang profil
sekolah, akademik kesiswaan, kurikulum,
fasilitas, dan kegiatan siswa Ekstra kurikuler,
guru Kimia SMA Negeri 1 Yogyakarta.
Kegiatan penelitian ini memerlukan
39
Kegiatan penelitian dilaksanakan siswa. Harapan guru dengan materi pretest
selama empat kali pertemuan dengan rincian ini akan mendorong siswa untuk mencari
kegiatan pada pertemuan pertama seluruh tahu dan belum siap mempelajari sel volta
siswa diberikan tes awal (pretest) untuk dengan segenap potensinya.
mengetahui kemampuan awal pemahaman
Pada pertemuan ke dua dan ke tiga ( 3
konsep siswa. Hasil pre test ternyata jauh dari
dan 7 September) siswa kelas eksperimen
KKM yang ditentukan standar kurikulum
mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran
sekolah, rata- rata yang diperoleh adalah
berbasis STEM. Pada pertemuan kedua
61,19. Nilai ini sangat jauh dari kenyataan
pembelajaran dilangsungkan di ruang
yang sebenarnya karena nilai input siswa
kelas, dan pertemuan ketiga pembelajaran
di sekolah ini rata-rata di atas 90. Hal ini
dilaksanakan di ruang laboratorium kimia.
mungkin karena kondisi siswa yang masih
Sedangkan pada pertemuan terakhir seluruh
lelah seusai mengikuti kegiatan sekolah dan
siswa diberikan tes akhir (post-test) untuk
belum sempat belajar materi elektrolisis,
dan angket respon untuk mengetahui respon
apalagi type soalnya sangat HOTS dan
kemampuan akhir berpikir kritis siswa. Rata-
realwords yang belum terbiasa diterima
rata nilai posttest adalah 90.
siswa melakukan uji coba hasil rancangan instrument yang telah disusun dan divalidasi
proses dan prosedur electroplating yang telah oleh pakar widya iswara PPPPTK IPA. Pada
disepakati pada pertemuan sebelumnya. pertemuan ketiga dilakukan posttest dengan
Pada kegiatan ini semua siswa antusias dan menggunakan butir soal yang sama pada pre
berhasil menyelasaikan uji coba rancangan test, hal ini untuk mengukur peningkatan
yang merupaka desain enginering proses pemahaman konsep siswa tentang materi
yang menjadi karakteristik pembelajaran pokok sel volta dan penerapannya dalam
berbasis STEM. Pembelajaran diakhiri kehidupan nyata. Selanjutnya siswa
dengan presentasi kelompok dan review oleh melakukan self assessment dan penilaian
guru bersama semua siswa. Aktivitas siswa antar teman untuk kegiatan dari fase
dicatat oleh observer untuk memperoleh data reflection hingga communication.
nilai keterampilan dengan berpedoman pada
Gambar 2. Siswa melakukan uji coba Telah dijelaskan bahwa pada penelitian
rancangan hasil kerja kelompok pada ini tidak menggunakan analisis statistik. Data
fase application, mengukur potensial sel yang diperoleh merupakan data penelitian
dari wortel serta menyusun rangkaian sel eksperimen semu dengan satu variabel
volta bahan buah belimbing yang dapat terikat yaitu pembelajaran berbais STEM
menyalakan lampu. dan dua variabel terikat yaitu kemampuan
pemahaman konsep dan keterampilan
Penilaian sikap juga dilakukan pada
berfikir kreatif.
pembelajaran berbasis STEM, siswa
mengisi angket untuk mengetahui respon
siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran.
Penilaian sikap meliputi self assessment,
penilaian antar teman, dan jurnal yang dibuat
oleh guru model bersama-sama observer.
41
Gambar 3. Hasil uji coba kerja kelompok eksperimen telah mencapai standar.
setelah menyepakati desain rancangan sel Demikian juga keterampilan berfikir kreatif
volta dari buah pisang yang dapat memberi telah mencapai standar yaitu dengan rata-
daya listrik pada sebuah HP rata skor 2,96 atau sama dengan 98,72
%. Hanya ada 1 (satu) dari 28 siswa yang
Data utama yang dipakai untuk melihat
memiliki nilai mendekati standar pada nilai
pengaruh pembelajaran berbasis STEM
keterampilan berfikir kritis dan keterampilan
terhadap peningkatan kemapuan pemahaman
komunikasi. Sesuai dengan indikator dalam
konsep adalah data hasil pretest dan posttest.
instrumen yang telah mendapat validasi dari
Data tersebut dianalisis untuk melihat skor
pakar SEAQIS PPPPTK IPA maka secara
hasil tes. Selanjutnya hasil tes tersebut
umum dinyatakan bahwa semua siswa dalam
dihitung rataratanya. Serta menghitung N-
kelas eksperimen telah mencapai standar.
Gain antara pretest dan posttest.
Pada penilaian aspek sikap melalui self
Dari data diperoleh bahwa telah
assessment diperoleh hasil bahwa hampir
terjadi peningkatan pemahaman konsep
semua siswa menyatakan telah memahami
sebagaimana yang disajikan pada dari tabel
konsep sel volta secara benar. Hampir semua
1 yaitu nilai pretest dengan rata-rata 61, 19
siswa juga telah melakukan kerjasama
sedangakan nilai rata-rata posttest adalah
dengan teman di kelompoknya maupun
90, maka perolehan skor N gain adalah 0,74.
dengan kelompok lain dalam berdiskusi dan
Dengan demikian karena g > 0,70 yaitu
menyelesaikan tugas proyek. Pada penilaian
sebesar 0,74, dengan N gain sebesar itu
antar teman sebagian besar siswa dipandang
maka berada pada kategori tinggi. Dengan
memiliki integritas kedisiplinan, tenggang
demikian pembelajaran berbasis STEM
rasa, kerja sama dan menerima perbedaan
sangat berpengaruh terhadap pemahaman
pendapat. Sedangkan penilaian sikap di
konsep.
jurnal guru menyatakan bahwa semua siswa
Secara keseluruhan nilai rata-rata memiliki sikap sangat baik dan mampu
pretest, post-test, dan N-gain kemampuan melakukan pembelajaran sesuai dengan
pemahaman konsep pada siswa kelas skenario rencana pembelajaran.
43
4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan Kemdikbud. (2016). Permendikbud No. 24
dan motivasi bagi guru untuk segera Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti
melakukan inovasi pembelajaran untuk dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada
menyongsong era revolusi industri 4.0 Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA
Puskurbuk
Anni, C. (2004). Psikologi Belajar. UPT
Pembelajaran Online. (2011). Analisis
MKK Universitas Negeri Semarang.
tentang membangunpengetahuan
Bybee. Roger W. (2013). Translating NGSS awal atau apersepsi siswa dalam
for Classroom Instruction. Arlington, kegiatan pembelajaran. Poojetz.
National Science Teacher Assosiation. Wordspress
Press
PPPPTK IPA . (2018). Unit Pembelajaran
Capraro. (2013). Project Based Leraning STEM Mata Pelajaran Kimia Kelas
An Integrated Science Technology, XII PLBS . Bandung: Overview
Enginering and Mathematics (STEM)
Sugiyono, 2018. Metode Penelitian
Approach. SENSE PUBLISHERS.
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Texas.
Bandung: Alfabeta
Devi, Poppy, K., Siti Kalsum., dkk. (2009).
Kimia 3, Kelas XII SMA dan MA.
Edisi BSE. Jakarta. Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Dir PSMK. 2013. IImplementasi Kecakapan
Abad 21, Kurikulum 2013.di SMA.
Jakarta , Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas
ABSTRACT : This research aimed to know the relationship between students perception
of Mathematics and support from friends of the same age with learning motivation of
students in Junior High School. The sample of research were 90 students in Junior High
School 1 Wates. The hypotheses in this research are : 1) There was positive relation
between students perception of Mathematics with Motivation in learning Mathematics.
2) There was positive relation between support from friends of the same age with
Motivation in learning Mathematics 3) There was positive relation between students
perception of Mathematics and support from friends of the same age with Motivation
in learning Mathematics. The data analysis were done by product moment correlation
and multiple linear regression. Based on correlation analysis done was known that the
result of research does appropriate with the hypotheses. It is based on the significant
result of F testing, i.e. < 0,05. The determination of coefficient was 0.497 meant that the
percentage of perception of Mathematics and support from friends of the same age with
Motivation in learning Mathematics was 49.7% while the rest of 50.3% was influenced
by other variables which were not included in this research.
Key Words : Motivation, perception, support, correlation and regression.
45
Namun kenyataannya motivasi belajar Gagne (dalam Olson & Hergenhahn,
matematika siswa masih rendah, hal ini 2009) memberikan dua definisi belajar
dapat dilihat dari hasil belajar siswa, meski yaitu (1) belajar adalah suatu proses untuk
ada beberapa siswa yang berprestasi pada memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
matematika. ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku; (2)
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
Berdasarkan dinamika uraian di atas
ketrampilan yang diperoleh dari instruksi.
maka penulis merumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu Apakah ada hubungan McClelland (dalam Purwanto,
antara persepsi siswa terhadap matematika 2005) menjelaskan bahwa individu yang
dan dukungan teman sebaya dengan motivasi mempunyai motivasi belajar tinggi lebih
belajar matematika? memiliki keinginan yang besar untuk
menemukan pemecahan masalah dengan
Manfaat penelitian adalah : (1)
mengerahkan upaya kemampuan sendiri
Menambah khasanah teoritis peranan
bukan kemampuan yang didapat atau
persepsi terhadap matematika dan dukungan
diberikan orang lain, dengan aspek-aspek
teman sebaya terhadap motivasi belajar.
sebagai berikut :
(2) Sebagai masukan bagi guru untuk
memperhatikan faktor-faktor lain di luar 1. Usaha yang terus menerus, siswa
kemampuan kognitif siswa. (3) Memberi memiliki sifat ulet dan tekun saat
masukan kepada siswa agar siswa saling menyelesaikan suatu masalah dalam
memberi dukungan terkait pelajaran belajar matematika.
matematika kepada teman sebayanya
2. Keyakinan akan berhasil, siswa merasa
yaitu dukungan emosional, dukungan
yakin akan keberhasilan yang akan diraih
penghargaan, dukungan instrumen.
pada pelajaran matematika.
TINJAUAN PUSTAKA 3. Respon yang kuat terhadap persoalan,
siswa memiliki sifat mudah tertarik
A. Motivasi Belajar Matematika terhadap permasalahan yang ada
Menurut Mc. Donald yang dikutip dan saat mendapat masalah dalam
oleh Sardiman (2011), motivasi adalah matematika siswa cenderung ingin cepat
suatu perubahan energi di dalam diri pribadi menyelesaikannya.
seseorang yang ditandai dengan timbulnya
4. Hasil upaya sendiri, siswa lebih
afektif, dan reaksi untuk mencapai tujuan,
senang menyelesaikan suatu masalah
juga sebagai dorongan dari dalam diri
matematika, dalam mengerjakan ulangan
seseorang dan dorongan ini merupakan
atau tes secara mandiri tanpa meminta
motor penggerak. Oleh karena itu,
bantuan orang lain.
motivasi sebagai proses batin atau proses
psikologis yang terjadi pada diri seseorang Menurut Sardiman (2011) motivasi
sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal belajar secara umum dipengaruhi oleh faktor
(lingkungan), dan faktor internal yang internal (dari dalam) dan eksternal (dari
melekat pada setiap orang (pembawaan), luar). Faktor internal ada dua macam yaitu
tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, faktor fisiologis atau keadaan fungsi-
keinginan atau harapan masa depan.
47
sama. Dukungan yang positif dari teman Winkel (2003) mengemukakan
sebaya tentang matematika akan memberi bahwa perasaan senang atau gembira akan
dampak yang positif pula. menggiatkan aktivitas belajar, sedangkan
perasaan kecewa akan melemahkan kegiatan
Crow & Crow (1994) menjelaskan
belajar. Dukungan teman sebaya besar
bahwa banyak individu mengembangkan
pengaruhnya terhadap motivasi belajar,
motivasi belajar sebagai hasil pengaruh dan
lebih-lebih siswa SMP, seorang siswa
dukungan yang diterimanya dari guru, teman
membutuhkan dukungan agar motivasi
atau keluarga. Maka dari itu dukungan teman
belajarnya lebih tinggi dan dukungan
sebaya sangat diperlukan oleh siswa, karena
tersebut diperoleh melalui hubungan yang
dukungan teman sebaya sangat berpengaruh
akrab dan erat dengan orang lain yang selalu
bagi terbentuknya kerja dan prestasi.
memberikan dukungan. Karena menurut
Dukungan itu berupa dukungan emosional,
Monks, Knoers & Hadinoto, 2006) bahwa
dukungan instrumen, dukungan penghargaan
siswa SMP adalah masa remaja awal yang
dan dukungan informasi, terkait matematika.
akan mencari jati diri, perlu didukung
Karena mendapat dukungan dari teman
motivasi yang positif dari luar, salah satunya
sebaya, maka motivasi belajar matematika
adalah dukungan positif dari teman sebaya.
akan meningkat.
Persepsi yang positif terhadap
E. Hubungan Antara Persepsi Siswa matematika, dibarengi dengan dukungan
Terhadap Pelajaran Matematika dan positif dari teman sebaya tentang matematika
Dukungan Teman Sebaya Dengan sangat efektif dalam meningkatkan motivasi
Motivasi Belajar. belajar matematika.
Motivasi belajar matematika dapat
dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor METODE PENELITIAN
dari luar. Salah satu faktor dari dalam yang A. Identifikasi dan Operasionalisasi
dapat mempengaruhi adalah persepsi siswa Variabel
terhadap matematika, persepsi yang positif
terhadap akan meningkatkan motivasi belajar Variabel yang diteliti dibedakan ke
matematika siswa. dalam 2 kategori, yaitu (1) variabel bebas atau
independent variable (variabel berpengaruh)
Toha (2003) menyebutkan bahwa adalah variabel yang mempengaruhi
persepsi adalah suatu proses kognitif atau disebut variabel penyebab, dengan
yang dialami oleh setiap orang di dalam menggunakan simbol (X1) untuk persepsi
memahami informasi tentang lingkungannya, siswa terhadap pelajaran matematika dan
baik melalui penglihatan, pendengaran, (X2) untuk dukungan teman sebaya; (2)
penghayatan, perasaan dan penciuman. variabel tak bebas (variable terikat) atau
Jika siswa yang memiliki persepsi positif dependent variable, dengan menggunakan
terhadap matematika, maka motivasi belajar simbol (Y), dalam penelitian ini adalah
matematika akan tinggi karena kognisinya motivasi belajar matematika pada siswa.
akan dipengaruhi oleh informasi yang positif
tentang matematika, sehingga motivasi untuk B. Populasi dan Sampel Penelitian
belajar matematika tinggi.
Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VII dan VIII SMP N 1 Wates
Tahun Pelajaran 2015/2016, yang terdiri dari
kelas VIIA sampai VIIF, kelas VIIIA sampai (SS) mendapat nilai 1.
VIIIG yang berjumlah 361 siswa. Dipilih
siswa kelas VII dan VIII karena siswa D. Metode Analisis Data
kelas ini punya waktu luang lebih banyak Untuk menguji ada tidaknya hubungan
dibandingkan siswa kelas IX yang akan antara variabel secara parsial digunakan
menghadapi Ujian Nasional. analisis statistik korelasi product moment
Sampel adalah individu dari populasi (Sugiyono, 2003). Untuk menguji ada
yang diteliti atau sebagian saja dari hal-hal tidaknya hubungan antara variabel secara
yang sebenarnya akan diteliti (Sugiyono, bersama-sama digunakan analisis regresi
2003). Pengambilan sampel penelitian ini linier berganda (Sugiyono, 2003).
berdasarkan pendapat Arikunto (2003), yaitu
HASIL PENELITIAN
apabila subyeknya kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya Data-data yang diperoleh dari skala
penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah persepsi siswa terhadap matematika, skala
subyek lebih besar, dapat diambil 10-15%, dukungan teman sebaya dan skala motivasi
atau 20-25% atau lebih. Dalam penelitian belajar matematika digunakan untuk
ini mengambil 25% dari populasi, teknik mendeskripsikan hasil penelitian dengan
pengambilan sampel dengan menggunakan menggunakan skor hipotetik dan empirik.
Ramdom Sampling yaitu memilih secara Dalam data skor hipotetik dan skor empirik,
acak dari populasi tersebut, masing-masing yang dideskripsikan adalah nilai minimum,
individu mempunyai kesempatan yang sama maksimum, jarak sebaran (range), standar
untuk dapat diambil (Arikunto, 2003). deviasi, dan rata-rata (mean).
49
Berdasar hasil uji K-S (Z) untuk variabel C. Uji Hipotesis
persepsi siswa terhadap matematika adalah Hipotesis 1 dan 2 diuji dengan
0,725 dengan p = 0,670 > 0,05. Hal ini menggunakan uji korelasi product moment,
menunjukkan bahwa distribusi sebaran data sedangkan hipotesis 3 diuji dengan
variabel persepsi siswa terhadap matematika menggunakan uji regresi linear berganda.
adalah normal. Pada hasil uji K-S (Z) untuk Hasil uji hipotesis 1 dan 2 dapat dilihat pada
variabel dukungan teman sebaya adalah tabel di bawah ini.
1,342 dengan p = 0,055 > 0,05.
Diketahui bahwa koefisien korelasi
Hal ini menunjukkan bahwa distribusi (r) antara variabel persepsi siswa terhadap
sebaran data variabel dukungan teman matematika dengan variabel motivasi belajar
sebaya adalah normal. Hasil uji K-S (Z) matematika sebesar rX1.Y = 0,705 dengan
untuk variabel motivasi belajar matematika p < 0,05. Hal ini berarti ada hubungan
adalah 0,907 dengan p = 0,383 > 0,05. Hal yang positif antara variabel persepsi siswa
ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran terhadap matematika dengan variabel
data variabel motivasi belajar matematika motivasi belajar matematika. Semakin
adalah normal. positif persepsi siswa terhadap matematika
2. Uji Linearitas semakin tinggi motivasi belajar matematika.
Sebaliknya, semakin negatif persepsi siswa
Pedoman yang digunakan untuk
terhadap semakin rendah motivasi belajar
menguji linearitas garis regresi dilakukan
matematika. Koefisien korelasi (r) antara
dengan jalan menguji signifikansi nilai F.
variabel dukungan teman sebaya dengan
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui
variabel motivasi belajar matematika sebesar
apakah variabel yang dianalisis korelasinya
rX2.Y = 0,369 dengan p < 0,05. Hal ini berarti
mempunyai hubungan linear.
ada hubungan yang positif antara variabel
Berdasarkan hasil analisis uji linearitas dukungan teman sebaya dengan variabel
variabel persepsi siswa terhadap matematika motivasi belajar matematika. Semakin positif
dengan motivasi belajar matematika, dukungan teman sebaya pada matematika
diperoleh nilai F = 105,248 (p<0,05) maka semakin tinggi motivasi belajar matematika.
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan Sebaliknya, semakin negatif dukungan
linear secara signifikan antara variabel teman sebaya pada matematika semakin
Persepsi Siswa Terhadap Matematika rendah motivasi belajar matematika.
(X1) dengan variabel Motivasi Belajar
Hipotesis 3, diuji dengan uji regresi.
Matematika (Y).
Dari hasil analisis diketahui bahwa R =
Hasil analisis uji linearitas variabel 0.705, p<0,05. Ini menunjukkan bahwa ada
dukungan teman sebaya dengan motivasi hubungan yang signifikan antara variabel
belajar matematika, diperoleh nilai F = persepsi siswa terhadap matematika dan
14,807 (p<0,05) maka dapat disimpulkan variabel dukungan teman sebaya secara
bahwa terdapat hubungan linear secara bersama-sama terhadap variabel motivasi
signifikan antara variabel Dukungan Teman belajar matematika. Artinya, semakin positif
Sebaya (X2) dengan variabel Motivasi persepsi siswa terhadap matematika dan
Belajar Matematika (Y). dukungan teman sebaya semakin tinggi
motivasi belajar matematika. Sebaliknya,
semakin negatif persepsi siswa terhadap
matematika dan dukungan teman sebaya persepsi. Persepsi siswa terhadap matematika
semakin rendah motivasi belajar matematika. mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Siswa yang mempersepsikan positif pada
Angka R Square antara Koefisien
matematika akan tinggi. Hal ini diperkuat
Determinasi adalah 0.497, artinya 49,7%
oleh penelitian dari Effendy (2011) tentang
variasi dari motivasi belajar matematika
hubungan antara persepsi siswa SMP Kristen
dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua
Tri Tunggal semarang terhadap matematika
variabel independen, yaitu persepsi siswa
dengan motivasi belajar matematika, hasilnya
terhadap matematika dan dukungan teman
adalah ada hubungan positif antara persepsi
sebaya. Sedangkan sisanya yaitu 50,3%
siswa terhadap matematika dengan motivasi
dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain.
belajar matematika. Variabel persepsi
Hasil analisis regresi linier berganda siswa terhadap matematika memberikan
didapat F=42,911 dengan p <0,01. Dengan sumbangan efektif 45,50% terhadap motivasi
demikian model regresi ini bisa dipakai belajar matematika. Semakin positif persepsi
untuk memprediksi hubungan persepsi siswa terhadap matematika, semakin tinggi
siswa terhadap matematika dan dukungan motivasi belajar matematika. Besarnya
teman sebaya secara bersama-sama terhadap koefisien determinasi sebesar 0,162 artinya
motivasi belajar matematika. besarnya sumbangan efektif variabel
motivasi belajar matematika, persepsi
PEMBAHASAN terhadap matematika dan pendidikan orang
Berdasarkan uji korelasi product moment tua terhadap prestasi belajar matematika
diketahui bahwa ada hubungan positif antara siswa adalah 16,2%.
persepsi siswa terhadap matematika dengan Nilai koefisien determinasi untuk
motivasi belajar matematika, terdapat persepsi siswa tentang matematika terhadap
hubungan positif antara dukungan teman motivasi belajar matematika adalah sebesar
sebaya dengan motivasi belajar matematika. 0,497. Ini berarti besarnya pengaruh persepsi
Hasil uji linear berganda dapat diketahui siswa tentang matematika terhadap motivasi
secara bersama-sama ada hubungan antara belajar matematika adalah sebesar 49,7%.
persepsi siswa terhadap matematika dan Pada penelitian ini persepsi siswa terhadap
dukungan teman sebaya dengan motivasi matematika klasifikasi tinggi sebanyak
belajar matematika. 71% dan rendah sebanyak 29%. Hasil ini
Hasil penelitian menunjukkan terdapat menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap
hubungan positif yang signifikan antara matematika subjek cenderung tinggi. Hasil
persepsi siswa terhadap matematika penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
dengan motivasi belajar matematika. persepsi siswa terhadap matematika positif.
Menurut Sardiman (2011) ada dua hal yang Hal itu diperkuat oleh penelitian dari
mempengaruhi motivasi belajar termasuk Apriani (2008) yaitu dukungan teman sebaya
belajar matematika yaitu faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap motivasi belajar
berasal dari dalam diri individu (faktor siswa. Nilai koefisien determinasi untuk
internal) dan faktor-faktor yang berasal dari dukungan teman sebaya 0,199 ini berarti
luar diri indivdu (faktor eksternal). Faktor- bahwa besarnya pengaruh dukungan teman
faktor yang berasal dari dalam individu terdiri sebaya terhadap motivasi belajar adalah
dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. 19,9%.
Salah satu aspek dari faktor psikologis adalah
51
Pada penelitian ini nilai koefisien orang tua, sistem pendidikan di sekolah,
determinasi untuk dukungan teman sebaya serta kematangan usia dan jenis kelamin.
terhadap motivasi belajar matematika
Variabel yang dominan mempengaruhi
adalah 0,136 ini berarti besarnya pengaruh
motivasi belajar berdasarkan hasil penelitian
dukungan teman sebaya terhadap motivasi
adalah dukungan teman sebaya. Penelitian ini
belajar matematika siswa adalah 13,6%.
menunjukkan bahwa subyek yang memiliki
Pada penelitian ini dukungan teman sebaya
dukungan teman sebaya klasifikasi tinggi
klasifikasi tinggi sebanyak 74% dan rendah
sebanyak 74%, kategori sedang sebanyak
sebanyak 2%. Hasil ini menunjukkan bahwa
26% dan kategori rendah 0%. Hasil ini dapat
dukungan teman sebaya pada matematika
disimpulkan dukungan teman sebaya bagi
subjek cenderung positif. Dapat disimpulkan
subyek cenderung positif.
bahwa dukungan teman sebaya terhadap
matematika positif. KESIMPULAN
Hasil uji regresi linear berganda
A. Kesimpulan
dapat diketahui secara bersama-sama ada
hubungan antara persepsi siswa terhadap Ada hubungan positif antara persepsi
matematika dan dukungan teman sebaya siswa terhadap matematika dengan motivasi
dengan motivasi belajar matematika. belajar matematika, hal itu dapat dilihat dari
Dimana semakin positif persepsi siswa nilai koefisien korelasi (r) antara variabel
terhadap matematika dan dukungan teman persepsi siswa terhadap matematika dengan
sebaya pada pelajaran matematika maka variabel motivasi belajar matematika
motivasi belajar matematika siswa pun rX1.Y = 0,750 dengan p < 0,05. Para siswa
semakin tinggi. Sebaliknya, semakin negatif mempersepsikan positif terhadap matematika
persepsi siswa terhadap matematika dan maka motivasi belajar matematika tinggi.
dukungan teman sebaya pada matematika Ada hubungan yang positif antara dukungan
maka motivasi belajar matematika siswa teman sebaya dengan motivasi belajar
pun semakin rendah. Hal ini sejalan dengan matematika, hal itu dapat dilihat dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh Aminah nilai koefisien korelasi (r) antara variabel
(2008) bahwa ada hubungan yang positif dukungan teman sebaya dengan variabel
antara persepsi siswa terhadap metode motivasi belajar matematika rX2.Y = 0,365
mengajar guru matematika dan dukungan dengan p < 0,005. Siswa saling memberi dan
teman sebaya dengan motivasi belajar memperoleh dukungan dari teman sebayanya
matematika. yaitu dukungan emosional yang berupa rasa
empati, menghibur, kepedulian; dukungan
Koefisien determinasi (R²) sebesar 0,497
penghargaan yang berupa pemberian
mempunyai arti bahwa besarnya sumbangan
semangat, pembertian tanggapan positif,
efektif persepsi siswa terhadap matematika
mengingatkan untuk belajar matematika,
dan dukungan teman sebaya secara bersama-
memberi apresiasi; dukungan instrumen
sama terhadap motivasi belajar matematika
yang berupa bantuan pinjaman alat-alat
siswa sebesar 49,7% sedangkan sisanya
yang digunakan dalam belajar matematika;
sebesar 50,3 % di pengaruhi variabel lain
dan dukungan informasi yang berupa solusi
yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini
terhadap masalah, saran kiat-kiat sukses
seperti inteligensia anak, kebudayaan, gen
belajar matematika, pemberian informasi jika
atau keturunan orangtua, tingkat pendidikan
siswa ada yang kurang jelas; maka motivasi
belajar matematika siswa tersebut akan Beberapa saran dari hasil penelitian ini
meningkat. Semakin tinggi dukungan teman antara lain :
sebaya maka motivasi belajar matematika
1. Bagi siswa, diharapkan agar memiliki
akan semakin tinggi, sebaliknya semakin
persepsi positif terhadap matematika
rendah dukungan teman sebaya maka
dan saling memberikan dukungan positif
motivasi belajar matematika akan semakin
terhadap teman sebayanya.
rendah. Ada hubungan secara bersama-sama
antara persepsi siswa terhadap matematika 2. Bagi pendidik, agar guru matematika
dan dukungan teman sebaya dengan motivasi selalu memberikan motivasi kepada
belajar matematika, hal itu dapat dilihat siswa dan menyarankan agar siswa
dari nilai R = 0,075 dan p = 0,05. Persepsi saling memberi dukungan terhadap
siswa terhadap pelajaran matematika positif teman sebayanya.
secara bersama-sama memperoleh dukungan 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
dari teman sebaya terkait pada pelajaran dapat melihat faktor-faktor lain yang
matematika, efektif dalam meningkatkan tidak dimasukkan dalam penelitian ini
motivasi belajar matematika. Semakin yang dapat mempengaruhi motivasi
positif persepsi siswa terhadap matematika belajar matematika seperti inteligensia
dan semakin tinggi dukungan teman sebaya, anak, kebudayaan, gen atau keturunan
semakin tinggi motivasi belajar matematika, orangtua, sistem pendidikan di sekolah,
sebaliknya semakin negatif persepsi siswa serta kematangan usia dan jenis kelamin,
terhadap matematika dan semakin rendah karena berdasarkan hasil penelitian
dukungan teman sebaya maka motivasi diketahui besarnya sumbangan variabel
belajar matematika akan semakin rendah. persepsi siswa terhadap pelajaran
Koefisien determinasi (R2) sebesar matematika dan variabel dukungan teman
0,497 artinya besaran sumbangan efektif sebaya pada motivasi belajar matematika
variabel persepsi siswa terhadap pelajaran hanya sebesar 49,7%.
matematika dan variabel dukungan teman
sebaya secara bersama-sama terhadap DAFTAR PUSTAKA
kemandirian siswa sebesar 49,7% sedangkan Aminah, S. (2008). Pengaruh
sisanya sebesar 50,3 % di pengaruhi variabel Persepsi Siswa Terhadap Metode
lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian Mengajar Guru dan Dukungan
ini. Sosial Teman Sebaya Terhadap
Faktor-faktor psikologis lain yang Motivasi Belajar. Jurnal, 5(7), 369-
berpengaruh terhadap motivasi belajar tetapi 382.
tidak dimasukkan dalam penelitian ini antara Apriani, F. (2008). Peran Dukungan Orang
lain inteligensia anak, kebudayaan, gen atau Tua dan Teman Sebaya Terhadap
keturunan orangtua, tingkat pendidikan Motivasi Belajar Siswa SMP. (Tesis
orang tua, sistem pendidikan di sekolah, tidak dipublikasikan). Universitas
serta kematangan usia dan jenis kelamin. Islam Indonesia, Yogyakarta.
Arikunto, S. (2003). Prosedur penelitian.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan validitas.
B. Saran Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
53
Crow, L.D. & Crow, A. (1994). Psikologi : Gramedia Widya Sarana.
pendidikan. Alih Bahasa :
Sugiyono. (2003). Statistik untuk
Marsifan, Z. Jakarta : Erlangga.
penelitian. Bandung : Alfa Beta.
Effendy, E. (2011). Hubungan Antara
Sugiyono. (2010). Statistik untuk
Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran
penelitian. Bandung : Alfa Beta.
Matematika Dengan Motivasi
Belajar Matematika. (Skripsi yang Suryabrata, S. (2001). Pembimbing ke
dipublikasikan on line). psikodiagnostik II. Yogyakarta :
Universitas Diponegoro, Semarang. Rake Sarasin I.
Diunduh tanggal 15 Juli 2015. Taylor, S.E. (2009). Health psychology.
Gibson, J.L. (1998). Organisasi dan Newyork : Mc Graw Hill Inc.
manajemen. Edisi Keempat. Alih Toha, M. (2003). Perilaku organisasi
Bahasa : D.J. Wahid. Jakarta konsep dasar dan aplikasinya.
: Erlangga. Kejenuhan Dalam Jakarta: Grafindo Persada.
Belajar Matematika. Diunduh
Walgito, B. (2003). Pengantar psikologi
dari http://muhammad- irfani.
umum. Yogyakarta : BPP UGM.
wordpress.com/2009/01/12/ pada
tanggal 21 Desember 2015. Winkel, W.S. (2003). Psikologi Pengajaran.
Yogyakarta : Media Abadi.
Mappiare, A.M. (1992). Psikologi Remaja.
Surabaya : Usaha Nasional.
Monks, F.J, Knoers A.M.P, & Haditono,
S.R. (2006). Psikologi
perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Olson, M.H. & Hergenhahn, B.R. (2009).
An Introduction to Theories of
Learning. USA : Prentice Hall.
Poerwadarminta, W.J.S. (2004). Kamus
besar bahasa Indonesia. Jakarta
: PT. Balai Pustaka.
Purwanto. (2005). Psikologi pendidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Rusefendi, E. T. (1990). Peranan matematika
modern. Bandung : Tarsito.
Santrock, J.W. (2009). Psikologi
pendidikan. (Terjemahan). Jakarta
: Salemba Humanika.
Sardiman, A.M. (2011). Interaksi dan
motivasi belajar mengajar. Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada.
Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta
Abstract : This classroom action research is an effort to increase SMP students’ writing
skill. The students have difficulties in writing, especially how to write descriptive text.
This research has a purpose to give variations of teaching strategies or approaches to
English teachers as well.
The research uses descriptive research. The approach used in this research is cooperative
learning STAD. The students hopefully have willingness to cooperate with their peers.
The results of the research after three (3) treatments are as follows: grammar mistake
85 %, diction mistake 75 %, punctuation mistake 70 % , getting idea mistake 75 % and
readibility mistake 80 %. The result of the post-test is as follows: grammar mistake 10
%, diction mistake 10 %, punctuation mistake 5 % and getting idea mistake 5 % and
readibility mistake 10 %.
Key words: Cooperative Learning, STAD, descriptive paragraph
55
Penelitian ini menggunakan pendekatan Beberapa hasil penelitian tindakan kelas
Cooperative Learning dengan menerapkan ini berguna bagi siswa agar dapat mengetahui
metode Student-Team-Achievement Divisors kesalahan gramatikal dalam menulis paragraf
(STAD). Pendekatan Cooperative Learning deskriptif dan mampu memperbaikinya
memuat berbagai teori yang diperkuat dan siswa dengan teman sebayanya
dengan beberapa penelitian atau kajian dan termotivasi meningkatkan keterampilannya
telah dipraktekkan dalam dunia pendidikan. untuk menulis paragraf deskriptif. Hasil
Cooperative learning dinyatakan oleh Slavin penelitian tindakan kelas ini juga berguna
(1994: ix) sebagai pendekatan yang efektif bagi guru, yaitu agar guru dapat menerapkan
untuk meningkatkan pencapaian siswa. pendekatan atau metode yang tepat dalam
memberi tugas kepada siswa untuk menulis
As a result of many years of
paragraf deskriptif, guru dapat menilai
research and practical applications
dan mengevaluasi hasil menulis paragraph
by hundreds of thousands of teachers,
deskriptif milik siswa secara obyektif dan
effective cooperative learning methods
guru dapat meningkatkan kemampuan
now exist for virtually every imaginable
kebahasaan, keterampilan berbahasa dan
instructional purpose. Further, we now
cara menulis paragraf deskriptif.
know a great deal about the effects
of cooperative learning on students Pengertian Tes Menulis
and the conditions necessary to Penyusunan tes dimaksudkan sebagai
make cooperative learning effective, alat untuk mendorong dan memotivasi
especially for achievement outcomes. siswa atau sebagai sarana untuk menilai
Salah satu ciri pendekatan performansi siswa dalam berbahasa. Tes
Cooperative Learning ialah pembentukkan yang baik memberi kesempatan kepada siswa
kelompok kecil dan juga diberikannya untuk menunjukkan kemampuan mengenali
penghargaan bagi kelompok siswa yang dan menghasilkan bentuk-bentuk kebahasaan
lebih berhasil dalam mengerjakan dan yang benar sebagaimana dinyatakan Heaton
menyelesaikan tugas. (1979:2) sebagai berikut.
Research on classroom cooperative A well-constructed classroom
learning techniques, in which students test will provide the student with an
work in small groups and receive opportunity to show his ability to
rewards or recognition based on their recognize and produce correct forms of
group performance, has been increasing the language.
in the past few years (http://rer.sagepub. Menulis (writing) merupakan salah
com/cgl/content/abstract/50/21/315). satu keterampilan berbahasa di samping
Rumusan masalah di dalam keterampilan mendengarkan (listening),
penelitian ini adalah bagaimana penggunaan berbicara (speaking) dan membaca (reading).
Cooperative Learning Learning Together, Beberapa aspek yang diujikan dalam tes
bagaimana peningkatan minat belajar siswa menulis di antaranya tatabahasa, diksi, tanda
dan bagaimana peningkatan keterampilan baca, keruntutan gagasan dan keterbacaan.
menulis teks deskriptif pada tataran paragraf. Di dalam penelitian ini, siswa diajarkan
cara dan diberi pengujian menulis paragraph
deskriptif. Tes menulis diberikan setelah ada
proses belajar mengajar dan produk berupa
57
Dengan kata lain, kontribusi tiap kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
anggota kelompok bersifat interaktif yang tugas di dalam kelompok, memberi
saling membantu dalam hal pemahaman, kesempatan anggota kelompok yang sudah
belajar, berrtukar informasi, dan memberikan memahami materi untuk menjelaskan apa
umpan balik dan dorongan agar tiap anggota yang sudah dimengertinya kepada anggota
memiliki motivasi untuk memahami materi kelompok lain, memberikan kuis atau
yang diajarkan. pertanyaaan kepada seluruh siswa, memberi
kesempatan kepada siswa mengerjakan kuis
Pengertian STAD (Student Teams-
atau pertanyaan tersebut secara individu,
Achievement Divisors).
meminta siswa menulis paragraf deskriptif,
Minat pada bidang akademis menjadi mengevaluasi hasil kerja siswa dalam hal tata
salah satu motivasi belajar siswa. Perwujudan bahasa, isi dan pilihan kata, dan menerangkan
tersebut tampak pada tingginya presensi kembali arti dan struktur paragraf atau teks
siswa masuk sekolah untuk mengikuti deskriptif.
pembelajaran dan upayanya memahami
materi pembelajaran. Ia merasa berhak METODE PENELITIAN
mencapai hasil akademis maksimal yang Tempat penelitian dilakukan di SMP
sama dengan siswa yang lain. Motivasi Negeri 2 Mlati, Sinduadi, Mlati, Sleman.
internal tersebut memunculkan sikap terbuka Jenis penelitian adalah penelitian tindakan
pada kerja kelompok atau menerima pendapat kelas. Subyek penelitian adalah siswa
siswa yang lain. Cara pikir dan cara kerja kelas VIIIA yang terdiri dari 30 siswa (15
siswa yang demikian ini memungkinkan siswa perempuan, 15 siswa laki-laki) yang
diterapkannya STAD dalam proses belajar pelaksanaannya ialah tahun pelajaran 2017/
mengajar. 2018.
Kelompok dalam STAD terdiri dari 4atau Referensi yang digunakan sebagai bahan
5 siswa yang heterogen. Tiap anggota dapat untuk merancang penulisan deskriptif adalah
saling menjelaskan materi yang diajarkan buku Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa
bila ada yang belum memahaminya namun Inggris, Departemen Pendidikan Nasional.
tidak diperkenankan saling membantu Rancangan tersebut kemudian diuji-cobakan
memberikan jawaban atas pertanyaan yang di dalam kelas. Langkah selanjutnya adalah
diberikan oleh guru. Cara ini bertujuan untuk memberi penilaian pada uji coba. Langkah
mengetahui sejauh mana mereka menguasai terakhir adalah mengujicobakan bentuk baru
materi pembelajaran. Skor tiap anggota rancangan penulisan paragraf deskriptif yang
kelompok kemudian dijumlahkan. Akhirnya, reliable.
akan diketahui skor kelompok yang tertinggi.
Berikutnya adalah analisis data.
Beberapa langkah STAD dalam Analisis data diadakan untuk mengukur
penulisan paragraf deskriptif ialah tingkat keterampilan menulis paragraf
pembentukan kelompok beranggotakan 4 deskriptif siswa SMP. Harapannya, data
atau 5 siswa secara heterogen, memberikan yang diinginkan berupa rancangan penulisan
contoh paragraf atau teks deskriptif, paragraf deskriptif yang reliable. Hasil akhir
menjelaskan struktur paragraf atau teks, dari penelitian ini adalah melalui beberapa
memberikan tugas kepada siswa untuk siklus yang dijalankan ternyata metode
mengkaji teks secara gramatikal dan struktur Cooperative Learning STAD mampu
paragraf atau teks deskriptif, memberi
59
students answer the questions given by the satu cara menambah perbendaharaan
teacher, 6. Students answer the questions, kosakata.
7. Students arrange the answers into a
Kesulitan lain ialah menerapkan
paragraph, 8. Students write the paragraph
kosakata sesuai dengan konteks berupa
on the blackboard, 9. Students and teacher
gambar yang ditempelkan di papan tulis.
check and give corrections together, 10.
Kosakata dalam bahasa Inggris agak
Students make 8 groups, each group consists
menyulitkan pembelajar bahasa Inggris
of 4 students, 11. The students choose a
karena sebuah kata dapat berupa kata kerja
picture by lottering, 12. Each group writes the
dan kata benda, misalnya kata work. Juga,
paragraph in a large paper, 13. The leader of
sebuah kata bahasa Inggris dapat berarti
the group demonstrates the result by pinning
lebih dari satu arti, misalnya kata drain.
it on the white board, 14. The other groups
Oleh karena itu, pemahaman terhadap arti
make correction(s), 15. Students in the group
atau makna sebuah kata bahasa Inggris tidak
write down the revisions, 16. The students
boleh lepas dari konteks.
give the revised writing to the teacher.
Siklus 2
c. Observasi Tindakan
Topik siklus 2 adalah Sports and Athletes
1. Peserta didik antusias ketika
(Olah Raga dan Atlet). Siklus 2 dilaksanakan
menyebutkan beberapa tempat
pada hari Selasa, 18 September 2017 yang
wisata di sekitarnya. Suasana kelas
dihadiri 30 peserta didik, terdiri dari 15 laki-
menjadi ramai dengan suara peserta
laki dan 15 perempuan. Pelaksanaan tindakan
didik yang menyebutkan nama-
dari jam 10.35 – 12.50 (3 jam pelajaran).
nama tempat wisata.
a. Perencanaan
2. Beberapa peserta didik mengalami
kesulitan dalam menuliskan noun 1. Standar kompetensi
phrase atau frasa benda. Guru Menulis
kemudian menerangkan bahwa
sistem kebahasaan antara bahasa Mengungkapkan makna dalam teks
Inggris dan bahasa Indonesia tulis fungsional dan esei pendek sederhana
berbeda dalam membentuk noun
phrase atau frasa benda. berbentuk descriptive, dan recount untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
3. Peserta didik tampak senang melihat
hasil tulisannya ditempelkan di 2. Kompetensi dasar
papan tulis. Dia juga dengan sukarela Mengungkapkan makna dan langkah
(tanpa disuruh oleh guru) menulis retorika dalam esei pendek sederhana
hasil tulisan kelompok lainnya. dengan menggunakan ragam bahasa tulis
d. Refleksi secara akurat, lancar dan berterima untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitar dalam
Peserta didik merasa sangat terbatas teks berbentuk descriptive dan recount
dalam penguasaan kosakata. Salah satu cara
yang dilakukan guru ialah mengijinkannya 3. Indikator
membuka kamus Indonesia-Inggris. a. Review ungkapan-ungkapan yang
Kelemahan ini biasa dialami oleh pembelajar mendeskripsikan benda, orang atau
bahasa Inggris. Menghafalkan ialah salah tempat.
61
Siklus 3 e) Write a sentence on about a hospital
Topik siklus 3 adalah Hospital and around him/ her.
Health Equipment Siklus 3 dilaksanakan f) Write a descriptive paragraph related
pada hari Selasa, 25 September 2017 yang to a hospital or health equipments at
dihadiri 30 peserta didik, terdiri dari 15 laki- least eight sentences.
laki dan 15 perempuan. Pelaksanaan tindakan
b. Implementasi Tindakan
dari jam 10.25 – 11.45 (3 jam pelajaran).
1. Greeting, 2. Lead in by asking the
a. Perencanaan
names of health equipments and a building,
1. Standar kompetensi a hospital, 3. One of a student takes health
Menulis equipments and shows them to their
friends, 4. The students ask him about the
Mengungkapkan makna dalam teks tool and he/ she answer their questions, 5.
tulis fungsional dan esei pendek sederhana Collaborator writes their answers and make
berbentuk descriptive, dan recount untuk a short descriptive paragraph based the
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. the students’answer, 6. The class repeats
1. Kompetensi dasar activities no 3 and 4, 7. The students write
descriptive paragraph, 8. Students submit
2. Mengungkapkan makna dan their works to the teacher.
langkah retorika dalam esei pendek
sederhana dengan menggunakan c. Observasi Tindakan
ragam bahasa tulis secara akurat, Pada siklus 3 peserta didik memahami
lancar dan berterima untuk generic structure dan ciri-ciri kebahasaan
berinteraksi dengan lingkungan teks descriptive. Peserta didik juga lancar
sekitar dalam teks berbentuk menyebutkan kosakata yang berkaitan
descriptive dan recount. dengan topik, misalnya: ambulance,
3. Indikator crutch, bandage, stethoscope, medicine,
surgery, drugstore, wheelchair, infuse,
4. Menulis paragraf descriptive patient, oxygen, tube, operation tools,
5. Skenario pembelajaran ophsalmologist, dentist, laboratory,
midwifery, glove, wardrobe, dsb. Tampak
The students/ Siswa: bahwa peserta didik semakin menyukai
a) Identify a hospital and health cara guru menumbuhkan keterampilan
equipments and their functions. menulisnya dengan menggunakan media
gambar.
b) Mention hospital and some health
equipments and their materials to Pada siklus 3 juga diterangkan
make them. Tenses lain di dalam teks descriptive perlu
dijelaskan. Misalnya:
c) Write a sentence by using a name of
health equipments and its function. 1. Past Tense
d) Write the material used to make Past Tense ialah keterangan waktu
health equipments. lampau. Kata kerja yang digunakan ialah kata
kerja bentuk kedua (V2). Penanda waktunya
ialah last, yesterday, ago. Kata kerja bentuk
kedua (V2) ada yang regular (berakhiran -ed) descriptive sesuai dengan waktu sebuah
dan irregular (tidak selalu berakhiran -ed). peristiwa terjadi atau konteks.
2. Present Perfect Tense Keuntungan latihan keterampilan
menulis paragraf descriptive ialah peserta
Present Perfect Tense ialah
didik dituntut untuk menguasai lebih banyak
keterangan waktu yang dimulai pada masa
jumlah kata kerja dan kata sifat. Bila kata kerja
lampau dan saat ini masih dalam proses.
dikaitkan dengan penggunaan Tense, kata
Penanda waktunya ialah for dan since. Kata
sifat dikaitkan dengan degree of comparison
kerja yang digunakan ialah has/ have + V3.
atau tingkat membandingkan, misalnya:
Kata kerja bentuk ketiga (V3) ialah Past
smart – smarter than – the smartest.
Participle.
3. Degree of Comparison KESIMPULAN DAN SARAN
Penjelasan lain yang dibutuhkan oleh A. Kesimpulan
peserta didik ialah Degree of Comparison.
Penelitian tindakan kelas ini
Jenis kata yang dapat diterapkan di
menyimpulkan bahwa proses belajar mengajar
dalam Degree of Comparison adalah kata
penulisan paragraph deskriptif menunjukkan
sifat. Degree of comparion adalah upaya
peningkatan siswa dalam keterampilan
membandingkan sesuatu dengan bentuk
menulis, keberhasilan penerapan metode
positive, comparative dan superlative.
Cooperative learning, peningkatan motivasi
d. Refleksi siswa mempelajari bahasa Inggri dan
Peningkatan keterampilan menulis guru termotivasi mempelajari jenis teks,
membutuhkan latihan. Beberapa aspek pendekatan atau metode pengajaran bahasa
yang perlu diperhatikan dalam keterampilan Inggris dan pengelolaan kelas.
menulis bersifat kompleks, misalnya
B. Saran
tatabahasa, pemilihan kosakata (diksi), tanda
baca, keruntutan gagasan dan keterbacaan. Ada dua saran di dalam penelitian
Melalui 3 siklus latihan menulis paragraf tindakan kelas ini, yaitu guru lebih selektif
descriptive, keterampilan peserta didik dalam memilih dan menggunakan metode
menunjukkan hasil yang membaik. Ketiga atau pendekatan pembelajaran bahasa
siklus menggunakan sarana visualisasi, yaitu Inggris dan guru lebih sering menggunakan
gambar untuk menumbuhkan minat peserta media dalam proses belajar mengajar bahasa
didik dalam menulis paragraf descriptive. Inggris.
Yang perlu diperhatikan guru dalam
membimbing peserta didik dalam menulis
ialah penggunaan Tense. Tense ialah penanda
waktu dalam sebuah kalimat, written dan
orally (tertulis dan ujaran). Penanda waktu
tersebut mempengaruhi bentuk dan makna
kata kerja. Dalam teks descriptive, Tense
yang digunakan dalam kalimat ialah Present
Tense. Meskipun demikian, kadangkala
ada Tense lain yang digunakan dalam teks
63
DAFTAR PUSTAKA
Bima, Bachtiar. (2005), Let’s Talk. Pakar
Raya: Bandung
Heaton, J. B. (1979), Writing English
Language Tests. Longman: Singapore.
Lado, Robert. (1981), Linguistics Across
Cultures. The University of Michigan
Press: Canada.
Kep. Mendikbud No 060/1993, Kurikulum
Pendidikan Dasar, LPP
Moeliono, Anton. (1989), Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Balai Pustaka:
Indonesia.
Muhammad, Hamid. (2005), Materi
Pelatihan Terintegrasi Bahasa
Inggris. Departemen Pendidikan
Nasional: Jakarta.
Paulston, Bratt Christina and Mary Newton
Bruder. (1976), Teaching English
as a Second Language Techniques
and Procedures. Little, Brown and
Company: Canada.
Slavin, E. Robert. (1994), Cooperative
Learning. The John Hopkins
University: Boston.
Soukhanov, Anne H.(1992), American
Heritage Dictionary. Houghton
Mifflin Company:
Boston. New York.
--------------. Forum Magazine. April 2002
Volume 40 Number 2.
h t t p : / / r e r. s a g e p u b . c o m / c g l / c o n t e n t /
abstract/50/21/315
www.belajarbahasainggris.us.
www.kuliahbahasaInggris.com
www.sekolahok.com
Wajnryb, Ruth. (1992), Classroom
Observation Tasks. Cambridge
University Press: United Kingdom.
Oleh: Yulianto
Guru BK SMP N 1 Wates Kulon Progo,
email: yuliyanto91@yahoo.co.id
65
tercapai. Supratiknya (2009) berpendapat keterampilan berhubungan dengan orang lain
salah satu faktor yang menjadi penghambat agar dapat bergaul baik dengan kelompok
dalam hubungan antar pribadi yang intim sosialnya. Dalam membentuk keterampilan
adalah kesulitan mengkomunikasikan komunikasi interpersonal diperlukan peran
perasaan secara efektif. Yustiana (2011) dari konselor di sekolah, hal ini dialami oleh
menegaskan komunikasi dikatakan efektif siswa SMP N 1 Wates Kulon Progo.
apabila (1) pesan dapat tersampaikan dan
Kenyataan dilapangan pada saat peneliti
dipahami dengan cara dan bahasa yang
melaksanakan observasi di sekolah SMP N
jelas, terstruktur, dan tidak menimbulkan
1 Wates ditemukan terdapat siswa yang
penafsiran yang berbeda, (2) berlangsung dua
keterampilan komunikasi inerpersonalnya
arah, (3) menimbulkan saling pemahaman
rendah, hal ini dapat dilihat (1) saat bertanya
dan komitmen, (4) mendorong adanya relasi
spontan kepada beberapa siswa, terdapat
interpersonal yang sehat.
siswa yang tidak menanggapi pertanyaan
Kesulitan berkomunikasi dapat dialami bahkan justru asyik memainkan gadgetnya,
oleh setiap orang termasuk siswa SMP. dari pada pertanyaan yang diajukan, (2)
Rentang usia siswa SMP antara 13 sampai 16 ditemukan beberapa siswa yang kurang
tahun dimana usia tersebut berada pada masa bersikap hangat, tidak menunjukkan rasa
remaja awal. Hurlock (1980) menjelaskan senang serta kurang memberikan respon.
remaja berasal dari kata adolenscence yang Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran
berarti tumbuh menjadi dewasa. Cakupan ditemukan: (1) Ketika akan dibentuk
istilah adolenscence memiliki arti yang lebih kelompok terdapat siswa yang lebih memilih
luas yaitu kematangan mental, emosional, teman sepermainan di sekolah, (2) Siswa
sosial dan fisik. Piaget dalam Hurlock (1980) tersebut cenderung menutup diri pada teman
mengatakan secara psikologis, masa remaja yang baru dikenal.
adalah usia dimana individu berintegrasi
Hasil wawancara dengan siswa diperoleh
dengan masyarakat dewasa, dan berada pada
data terdapat siswa malu mengungkapkan
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya
pendapat ketika pelajaran berlangsung,
dalam masalah hak.
memilih diam bila tidak ditunjuk oleh guru
Pada usia SMP, siswa mengalami serta kurang antusias ketika maju di depan
perubahan fisik maupun psikis sehingga pada kelas. Hasil wawancara dengan kolaboran
masa itu akan mengalami masalah-masalah, diperoleh data terdapat beberapa siswa kelas
salah satunya adalah masalah keterampilan VIII memiliki keterampilan komunikasi
komunikasi interpersonal. William Kay rendah. Perilaku yang nampak di dalam kelas
dalam Yusuf (2006) mengemukakan salah adalah siswa tidak berani mengemukakan
satu dari tugas perkembangan remaja adalah pendapat di depan umum, takut mendapat
mengembangkan keterampilan komunikasi kritikan, gugup saat bicara dengan orang yang
interpersonal dan belajar bergaul dengan belum dikenal. Hambatan yang dialami oleh
teman sebaya/orang lain, baik individu siswa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
maupun kelompok. Remaja yang memiliki faktor internal antara lain kurang percaya diri
keterampilan komunikasi interpersonal yang serta kurang terbuka dengan orang lain dan
baik berarti remaja tersebut sudah memenuhi faktor eksternal antara lain faktor keluarga,
tugas perkembangan. Untuk itu remaja faktor lingkungan dan faktor siswa lain.
memerlukan kompetensi sosial yang berupa
Penyebab lain yang menjadikan siswa
67
Berdasarkan pemaparan diatas, pengembangan kajian keilmuan BK dalam
penulis melakukan penelitian dengan judul bidang bimbingan pribadi dan sosial, (2)
“Peningkatan Keterampilan Komunikasi bermanfaat dalam pengembangan kajian
Interpersonal Siswa Melalaui Teknik Diskusi strategi layanan bimbingan kelompok
Kelompok Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 dengan teknik diskusi kelompok.
Wates’.
B. Secara praktis:
Pentingnya penelitian ini adalah
kurangnya keterampilan komunikasi Jika hipotesis penelitian terbukti,
interpersonal yang dimiliki oleh memberikan sumbangan dan harapan kepada
siswa sehingga menghambat tugas fihak terkait antara lain:
perkembangannya. Adapaun diagnosis Bagi siswa, untuk memperoleh
permasalahan kelas adalah sbb: (1) sebagian pengetahuan mengenai pentingnya
siswa memiliki keterampilan komunikasi komunikasi interpersonal untuk hidup
interpersonal yang kurang, ditandai dengan bermasyarakat.
siswa tidak berani mengemukakan pendapat,
tidak menunjukkan rasa senang, secara Bagi Konselor, adalah sebagai bahan
tidak disengaja saat berbicara menyinggung masukan dalam penerapan model diskusi
perasaan teman, gugup (nervous) saat kelompok sebagai upaya meningkatkan
berhadapan dengan orang banyak, lebih keterampilan komunikasi interpersonal siswa
senang bermain dengan gadget daripada Bagi penentu kebijakan hasil penelitian
dengan teman dan kurang respon saat ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
diajak bicara teman yang lain, (2) siswa dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
kurang tertarik dengan suasana bimbingan
kelompok. METODE PENELITIAN
Dari permasalahan diatas maka dapat Tempat kegiatan penelitian di SMP
dirumuskan permasalahan dalam penelitian N 1 Wates Kulon Progo. Waktu kegiatan
ini sebagai berikut: Apakah teknik diskusi penelitian bulan Oktober 2017 – Mei 2018.
kelompok dapat meningkatkan keterampilan Subjek penelitian siswa kelas VIII dengan
komunikasi interpersonal siswa pada siswa jumlah 192 siswa (7 kelas) laki-laki : 95
kelas VIII SMP N 1 Wates kulon Progo? siswa perempuan : 97 siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk Alat dan teknik pengumpulan data dalam
mengetahui apakah teknik diskusi penelitian ini adalah membuat pedoman
kelompok dapat meningkatkan keterampilan observasi untuk mengobservasi saat dan
komunikasi interpersonal siswa kelas VIII setelah dilaksanakan tindakan peningkatan
SMP N 1 Wates Kulon Progo. keterampilan komunikasi interpersonal
siswa melalui diskusi kelompok, membuat
Hasil pengetrapan teknik diskusi skala / alat ukur keterampilan komunikasi
kelompok diharapkan dapat memberikan interpersonal siswa untuk mengumpulkan
manfaat : data tentang keterampilan komunikasi
interpersonal siswa.
A. Secara teoritis:
Hasil pengetrapan diskusi kelompok Penjelasan secara rinci sebagai berikut:
diharapkan dapat: (1) digunakan untuk
A. Obervasi
69
Item = 1x51=51 = 1/4x100%=25% Tabel 3 Hasil Pre Test Keterampilan
Komunikasi Interpersonal Siswa
Menghitung skor ideal (M) yaitu ½(skor
tertinggi+skor terendah) No Nama Sub- Skor Pre Kategori
M = ½(204+51) = ½(255)=127,5. yek Test
1 AFH 100 Rendah
Menghitung standar deviasi (SD) yaitu
2 DO 101 Rendah
1/6(skor tertinggi - skor terendah)
3 SDA 99 Rendah
SD = 1/6(204-51) = 1/6(153)=25,5
4 YNL 98 Rendah
Tabel 2 Kategori Penilaian Tingkatan 5 UZN 100 Rendah
Skala Keterampilan Komunikasi 6 AANF 88 Rendah
Interpersonal Siswa 7 RBA 98 Rendah
Batas (Interval) Rumus Kategori
8 HRBN 90 Rendah
9 TM 100 Rendah
Skor ≤ 102 ˂ (M - 1SD) Rendah 10 JNH 100 Rendah
102 ≤ Skor ˂ (M - 1SD) s/d Sedang
153 (M+1SD) Berdasarkan hasil pre test tsb
Skor ≥ 153 ≥ (M+1SD) Tinggi peneliti berupaya untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi interpersonal
siswa melalui teknik diskusi kelompok.
B. Indikator Keberhasilan Dalam pelaksanaannya peneliti mengikut
Peneliti akan menghentikan penelitian sertakan semua siswa kelas VIII per kelas,
apabila telah mencapai kriteria baik atau namun peneliti lebih memfokuskan pada
keterampilan komunikasi interpersonal upaya peningkatan keterampilan komunikasi
siswa sudah mencapai 75%. interpersonal siswa kepada 10 siswa yang
masuk kategori rendah, lihat tabel 3 diatas.
HASIL PENELITIAN
Kegiatan belajar mengajar di SMP N 1 A. Gambaran keterampilan komunikasi
Wates berjalan dengan baik karena didukung interpersonal siswa setelah diskusi
oleh 48 guru dari berbagai disiplin ilmu kelompok.
yang sudah lulus S1 dan 8 guru yang sudah
Peneliti menggunakan 2 siklus yaitu
lulus S2, yang tentu mempunyai dedikasi
siklus I dan siklus II.
mengajar yang tinggi, pengalaman mengajar
yang memadahi, penggunaan metode dan Pelaksanaan Tindakan dan
alat peraga yang variatif. Dengan fasilitas Observasi Siklus I
dan kegiatan belajar mengajar yang
1. Tahap Persiapan: 1) Pada persiapan
memadahi seharusnya siswa SMP N 1
tindakan pertama pada siklus I peneliti
Wates KP diharapkan memiliki keterampilan
menetapkan topik yang sesuai dengan
komunikasi interpersonal yang baik atau
masalah keterampilan komunikasi
tinggi.
interpersonal siswa, 2) Melakukan
Namun hasil pre test yang diberikan kesepakatan dengan siswa tentang waktu
kepada siswa kelas VIII dari 192 siswa, dan tempat pelaksanaan, 3) Menyiapkan
terdapat 10 siswa yang memiliki keterampilan RPL dan materi yang akan diberikan, 4)
komunikasi interpersonal dalam kategori Menyiapkan alat yang akan digunakan
rendah selengkapnya dapat dilihat pada tabel untuk melakukan kegiatan diskusi
3 berikut. kelompok.
71
sehingga kemudian menunjuk satu persatu berkomunikasi yang efektif sehingga dapat
agar siswa mau bicara. Selanjutnya guru BK dengan mudah bergaul dengan orang lain
memberikan kesimpulan kegiatan pertama. serta mempunyai hubungan yang baik
Hasil diskusi kelompok diarahkan pada dengan orang lain. Setelah siswa mengerti
keterampilan komunikasi interpersonal yang yang dimaksud keterampilan komunikasi
dimiliki siswa. interpersonal, guru BK memberikan informasi
mengenai diskusi kelompok dengan teknik
Berdasarkan hasil observasi pada
buzz group yang akan dilaksanakan oleh
tindakan pertama, siswa masih belum
siswa. Kegiatan inti pada pertemuan ini sbb:
memahami tentang komunikasi interpersonal
(1) Kelompok dibagi menjadi 2, masing-
yang baik dan benar. Hanya 3 siswa yang
masing 5 siswa. (2) Mengulas kembali hasil
sudah cukup aktif sisanya masih pasif
diskusi pertemuan pertama. (3) Menjelaskan
dan malu-malu, belum mau memberikan
materi yang akan didiskusikan. Materi kedua
pendapatnya saat proses diskusi kelompok
cara berkomunikasi yang fektif yang terbagi
berlangsung. Peneliti menyampaikan apapun
menjadi materi berkomunikasi yang efektif
pendapat yang dikemukakan tidak akan
dengan menunjukkan perilaku hangat,
disalahkan dan akan diperbaiki bersama-
berkomunikasi efektif dengan menunjukkan
sama.
rasa senang, berkomunikasi efektif dengan
2. Pelaksanaan Tindakan II mendengarkan penuh perhatian. (4) Siswa
a. Persiapan. diberi kesempatan untuk bertanya jika ada
yang belum jelas. (5) Membagi kertas HVS
Pada tindakan kedua, peneliti menyiapkan untuk menuliskan hasil diskusi kelompok.
tempat untuk pelaksanaan diskusi kelompok. (6) Memberi waktu untuk berdiskusi
Menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan kelompok. (7) Setelah selesai diskusi
untuk menulis hasil diskusi kelompok serta kelompok, meminta perwakilan kelompok
alat dokumentasi. Adapun materi diskusi untuk maju kedepan mempersentasikan hasil
“Cara Berkomunikasi Yang Efektif” yang diskusinya. (8) Hasil dari semua kelompok
terbagi menjadi materi berkomunikasi yang sudah mempersentasikan hasil diskusi
yang efektif dengan menunjukkan perilaku kelompok adalah humoris, suasana tidak
hangat, berkomunikasi efektif dengan tegang, memakai bahasa mereka, tidak
menunjukkan rasa senang, berkomunikasi menyinggung perasaan, tidak membosankan,
efektif dengan mendengarkan dengan penuh mencari tempat yang nyaman, tidak
perhatian. Kelompok akan dibagi menjadi mengerjakan hal lain dan menyukai hal yang
dua kelompok kecil yang masing-masing sedang dibicarakan. (9) Siswa diminta untuk
akan mendiskusikan materi yang berbeda. merefleksikan hasil dari pertemuan kedua.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Dari pada saat pertemuan pertama siswa
dan Observasi. yang mau mengungkapkan pendapatnya
sudah bertambah. Hasil diskusi kelompok
Kegiatan dibuka dengan bermain ini diarahkan pada keterampilan komunikasi
kartu yang bertujuan untuk menciptakan interpersonal yang dimiliki oleh siswa.
suasana yang lebih hidup agar diskusi
kelompok berjalan efektif. Selanjutnya Berdasarkan hasil observasi yang
peneliti menjelaskan kembali pentingnya dilakukan siswa sudah sedikit memahami
siswa mempunyai keterampilan komunikasi tentang komunikasi interpersonal yang
interpersonal terutama dengan cara baik dan benar. Lima siswa sudah cukup
aktif sedang yang lainnya masih pasif dan dari diskusi kelompok dan hal-hal lainnya.
masih malu-malu tidak mau menyampaikan Kegiatan inti pada pertemuan ini sbb: (1)
pendapatnya saat proses diskusi kelompok Membagi kelompok menjadi 2, masing-
berlangsung. masing 5 siswa, (2) Mengulas kembali hasil
diskusi pertemuan kedua, (3) Menjelaskan
3. Pelaksanaan Tindakan III
materi yang akan didiskusikan. Materi ketiga
a. Persiapan berlatih “mendukung dan menolong” yang
Pada tindakan ketiga, peneliti terbagi menjadi materi rela menempatkan diri
menyiapkan tempat untuk pelaksanaan setara dengan orang lain, tidak memaksakan
diskusi kelompok. Menyiapkan bahan kehendak, memberikan persetujuan dengan
dan alat yang dibutuhkan untuk menulis orang lain, memberi respon yang spontan dan
hasil diskusi kelompok antara lain pulpen, lugas, serta bersedia menolong, (4) Siswa
kertas HVS, alat dokumentasi. Adapun diberi kesempatan bertanya bila ada yang
materi diskusi “ Berlatih mendukung dan belum jelas, (5) Membagi kertas HVS untuk
menolong” yang terbagi menjadi materi rela menuliskan hasil diskusi kelompok, (6)
menempatkan diri setara dengan orang lain, Memberi waktu untuk berdiskusi kelompok,
tidak memaksakan kehendak, memberikan (7) Setelah selesai diskusi kelompok,
persetujuan dengan orang lain, memberi meminta perwakilan kelompok untuk maju
respon yang spontan dan lugas, serta bersedia kedepan mempersentasikan hasil diskusinya,
menolong. (8) Hasil dari semua kelompok yang sudah
mempersentasikan hasil diskusi kelompok
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan adalah menganggap semua teman sama,
dan Observasi. menghargai dan menghormati pendapat
Kegiatan dilaksanakan dua hari karena orang lain walaupun berbeda, memberi
mengingat banyaknya materi yang diberikan. respon positif dan tepat dan menolong siapa
Kegiatan dibuka dengan bermain tebak kata saja yang membutuhkan, (9) Siswa diminta
yang bertujuan untuk menciptakan suasana untuk merefleksikan hasil dari pertemuan
yang lebih hidup agar diskusi kelompok ketiga. Pada pertemuan ketiga ini, masih
berjalan efektif. Selanjutnya membahas terdapat siswa yang malu berbicara dan
kegiatan pada pertemuan sebelumnya. mengutarakan pendapatnya. Selanjutnya
peneliti, memberikan kesimpulan pada
Peneliti menjelaskan pentingnya siswa kegiatan ketiga ini. Hasil diskusi kelompok
mempunyai keterampilan komunikasi diarahkan pada keterampilan komunikasi
interpersonal terutama dengan cara interpersonal yang dimiliki oleh siswa.
berkomunikasi yang efektif sehingga dapat
dengan mudah bergaul dengan orang lain Berdasarkan observasi yang dilakukan
serta mempunyai hubungan yang baik dengan pada tindakan ketiga dapat dilihat siswa
orang lain. Setelah siswa mengerti yang sudah lebih memahami tentang komunikasi
dimaksud denga keterampilan komunikasi interpersonal yang baik dan benar dari pada
interpersonal, guru BK memberikan pertemuan pertama dan kedua. Sebanyak 6
informasi mengenai diskusi kelompok teknik siswa sudah cukup aktif yang lainnya masih
buzz group yang akan dilaksanakan oleh pasif dan malu-malu. Peneliti menyampaikan
siswa. Informasi tersebut berkaitan dengan apapun pendapat yang dikemukakan oleh
langkah-langkah diskusi kelompok, tujuan siswa tidak akan disalahkan tetapi akan
73
diperbaiki sama-sama. Terdapat 3 siswa materi yang akan didiskusikan. Materi
yang tidak mau memberikan pendapatnya keempat cara memecahkan konflik dalam
saat proses diskusi kelompok berlangsung. komunikasi yang terdiri dari materi cara
mengatasi perbedaan pendapat dan cara
4. Pelaksanaan Tindakan IV
mengatasi konflik. Siswa diberi kesempatan
a. Persiapan untuk bertanya jika ada yang tidak jelas, (4)
Pada tindakan keempat, peneliti Membagi kertas HVS untuk menuliskan
menyiapkan tempat untuk diskusi kelompok. hasil diskusi kelompok, (5) Memberi
Menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan kesempatan untuk berdiskusi kelompok, (6)
untuk menulis hasil diskusi kelompok antara Setelah selesai diskusi kelompok, meminta
lain pulpen, kertas HVS, alat dokumentasi. perwakilan kelompok untuk maju kedepan
Adapun materi diskusi adalah “Cara mempersentasikan hasil diskusinya, (7)
Memecahkan Konflik dalam Komunikasi” Hasil diskusi kelompok: berfikir terbuka,
yang terdiri dari materi cara mengatasi menampung dan memikirkan kembali
perbedaan pendapat dan cara mengatasi pendapat yang berbeda, mencari solusi yang
konflik. terbaik, instrospeksi diri dan menghadirkan
pelerai jika terjadi komflik yang berlarut-
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan larut, (8) Siswa diminta untuk merefleksikan
dan Observasi. hasil dari pertemuan keempat. Untuk
Kegiatan dibuka dengan bermain pertemuan keempat masih terdapat siswa
tebak kata yang bertujuan untuk yang malu berbicara dan mengutarakan
menciptakan suasana yang lebih hidup pendapatnya. Selanjutnya memberikan
agar diskusi kelompok berjalan efektif. kesimpulan pada kegiatan keempat ini.
Selanjutnya peneliti melakukan flashback Hasil diskusi kelompok diarahkan pada
kegiatan sebelumnya agar siswa kembali keterampilan komunikasi interpersonal yang
mengingatnya. dimiliki siswa.
Tabel 4. Hasil Skor Post Test I Tabel 5 Prosentase Peningkatan Skor Siswa.
No Nama Sub- Skor Post kategori Skor
yek Test Pre Post
No Nama Pening- Prosen-
1 AFH 155 Tinggi Subjek Test Test katan tase
75
Pelaksanaan Tindakan dan ini dapat dilihat melalui pengamatan dan
Observasi Siklus II post test. Data keterampilan komunikasi
1. Tahap Persiapan interpersonal siswa setelah dilaksanakan
post test dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
a. Pelaksanaan Tindakan Kelima
Tabel 6. Hasil skor post test II
a) Persiapan, sama seperti pada siklus
No Nama Subyek Skor Post Kategori
I, adapun materi “Berlatih Memahami Diri
Test
Dan Orang Lain”
b) Tindakan Dan Observasi, sama seperti 1 AFH 180 Tinggi
siklus I, adapun hasil diskusi kelompok
setelah semua melakukan persentasi: jujur, 2 DO 182 Tinggi
tidak membeda-bedakan teman, menghargai 3 SDA 190 Tinggi
oarng lain, menyadari kekurangan yang
dimiliki. Sedangkan hasil observasi dapat 4 YNL 140 Sedang
dilihat: siswa sudah memahami tentang
5 UZN 161 Tinggi
komunikasi interpersonal yang baik dan
benar. Tindakan kelima ini sudah terjadi 6 AANF 180 Tinggi
perubahan siswa secara signifikan, sebagian
besar siswa sudah mau memberikan 7 RBA 182 Tinggi
pendapatnya/aktif saat proses diskusi 8 HRBN 173 Tinggi
kelompok berlangsung.
9 TM 152 Sedang
2) Pelaksanaan Tindakan Keenam
10 JNH 181 Tinggi
a) Persiapan, sama seperti pada siklus I,
adapun materi diskusi “Cara Berkomunikasi
Yang Efektif”, sedangkan kelompok akan Berdasarkan data hasil post test
dibagi menjadi dua kelompok kecil yang pada siklus II menunjukkan sudah ada
masing-masing akan mendiskusikan materi peningkatan dari kategori rendah ke tinggi
yang berbeda. yang ditunjukkan adanya peningkatan
keterampilan komunikasi interpersonal
b) Tahap Pelaksanaan Tindakan Dan
siswa. Hasil observasi selama tindakan
Observasi, pada intinya sama dengan siklus
mengalami perubahan yang signifikan. Siswa
I, hasil diskusi kelompok siswa: senyum,
sudah memiliki keterampilan komunikasi
humoris, suasana tidak tegang bahasa
interpersonal yang tinggi yang ditunjukkan
sesuai usia, tidak menyinggung perasaan,
dengan sikap terbuka, perilaku hangat,
tidak membosankan, mencari tempat yang
memberi respon dari pendapat teman dan
nyaman, tidak mengerjakan hal lain, dan
berani mengeluarkan pendapat.
menyukai hal yang sedang dibicarakan.
Hasil observasi: perubahan yang dialami d. Refleksi
siswa dalam komunikasi interpersonal sudah Berdasarkan hasil post test I dan hasil
signifikan. post test II pada siklus II, sudah menunjukkan
c. Hasil Tindakan adanya peningkatan keterampilan komunikasi
interpersonal siswa, selengkapnya dapat
Hasil dari tindakan dalam penelitian
dilihat pada tabel 7 berikut:
77
DAFTAR PUSTAKA Kurniasih,R. dan Muslim ,M.(2014).
Ahmad. (2011).”Konsep dasar bimbingan .... Teknik diskusi buzz group untuk
dan konseling perkembangan”. meningkatkan perilaku asertif antar
sebaya peserta didik kelas VIII Mts
Dalam Mamat Supriatna (Ed), Bimbingan Negeri Karanganyar TP 2014/2015. .
dan konseling kompetensi: Orientasi Prodi Bimbingan dan Konseling,FKIS
dasar pengembengan profesi UNS.
konselor. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Hal. 29-60. Mugiharso, H. (2005). Bimbingan dan
Konseling. Semarang: UPT UNNES
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala Press
psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Segrin,C. dan Theis,J. (2000). Poor social
skills are a vurnerability factor in
Berko,R.at al. (2010). Interpersonal concept the development of pychological
and competencies foundadation of problems. Human Communication
interpersonal communication. USA: Research 26:489-514.
Rowman & Little field Publishers.
Supratiknya. (2009). Tinjauan psikologis
Devito,J.A. (2011). Komunikasi antar komunikasi antar pribadi. Yogyakarta
manusia edisi kelima. Tangerang: Kanisius
Kharisma Publishing Group.
Tohirin. (2007). Bimbingan Konseling
Fahad, G.A. (1986). Group discussion: A di Sekolah Madrasah (Berbasis
Misunderstood technique. Jurnal Integrasi). Jakarta: PT. Raja Grafindo.
of Marketing Management. 1986, I,
No.3.3,315-327. Yusuf,S. (2006). Psikologi Perkembangan
Anak Dan Remaja. Bandung: PT.
Fitriana,A.A. dan Soetarno. (2013). Remaja.
Keefektifan bimbingan kelompok
dengan teknik diskusi untuk Yustiana,Y.R.(2011). “Pengembangan Proses
meningkatkan motivasi siswa Kelompok Dan Jejaring Dalam
menyampaikan pendapat dalam Bimbingan Dan Konseling”.
proses pembelajaran kelas VIII SMP Dalam Mamat Supriatna (Ed). Bimbingan
N 2 Puhpelem TP 2013/2014. dan konseling berbasis kompetensi:
Hargie,O. Dan Dickson, D.(2004). Skilled Orientasi dasar pengembangan
interpersonal communication profesi konselor. Jakarta: PT. Raja
research, theory, and practice fourth Grafindo Persada. Hal. 235-252.
edition. London and New York:
Routledge Taylor and Francis Group.
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi
perkembangan suatu pendekatan
sepanjang rentang kehidupan.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Oleh : Supriyono
Guru BK SMP N 2 Imogiri.
supriyono3172@yahoo.com/supriyono07071972@gmail.com
79
Kelompok yang baik menurut Mungin rasa bahagia dalam waktu yang relatif
Eddy Wibowo (2005) ialah kelompok yang lama.
diwarnai oleh semangat tinggi, dinamis,
5. S
tatus sosial ekonomi keluarga yang
hubungan harmonis, kerja sama baik dan
memuaskan atau sesuai dengan harapan
mantap serta saling mempercayai di antara
mendatangkan kebahagiaan dalam waktu
anggota-anggotanya. Kelompok yang baik
yang relatif lama bagi seorang remaja.
seperti itu akan terwujud apabila para anggota
saling bersikap sebagai kawan, menghargai, Kebahagiaan taraf yang relatif lama atau
mengerti dan menerima tujuan bersama konstan, merupakan bentuk kebahagiaan
secara positif, setia kepada kelompok, serta tertinggi yang dapat dicapai oleh seseorang
mau bekerja keras dan berkorban untuk (dari segi psikologis). Menurut Andi
kelompok. Mappiare (1982:181), kebahagiaan taraf
relatif lama atau konstan merupakan hasil
Sedangkan Prayitno (1995)
dari proses pertumbuhan dan perkembangan
mendefinisikan dinamika kelompok
yang prima dalam masa remaja. Yakni
sebagai berbagai kualitas positif yang ada
berhasil dicapainya keadaan-keadaan positif,
dalam kelompok itu bergerak, bergulir
tugas-tugas perkembangan masa remaja
yang menandai dan mendorong kehidupan
yang dijalani dengan baik dan diperolehnya
kelompok. Kekuatan yang mendorong
penyesuaian-penyesuaian pribadi dan sosial
untuk menggerakan dan mengoperasikan
yang optimal.
kehidupan kelompok itu dikenal sebagai
dinamika kelompok. Andi Mappiare menjelaskan
kebahagiaan taraf relatif lama atau konstan
Kebahagiaan taraf menengah atau dalam
itu sebagai berikut:
jangka waktu cukup lama, bagi remaja awal
dijelaskan oleh Andi Mappiare (1982:179) 1. D
ialaminya pertumbuhan dan
bisa bersumber pada hal-hal berikut ini: perkembangan jasmani yang normal.
Pertumbuhan dan perkembangan jasmani
1. K
eadaan tampang, artinya tampang
yang terlalu menyimpang dari keadaan
yang memuaskan dan sesuai dengan
umum dapat mendatangkan kekecewaan.
yang diharapkan akan mendatangkan
kebahagiaan bagi remaja. 2. D
ialaminya pertumbuhan kelenjar-
kelenjar seks dan perkembangan seksual
2. D
iterima dalam kelompok, dan populer
secara wajar dan dapat dikendalikannya.
di dalamnya mendatangkan kebahagiaan
bagi banyak remaja. 3. D
ialaminya pertumbuhan otak dan
perkembangan kemampuan pikir yang
3. M
endapatkan teman baru umumnya
normal sehingga mampu memecahkan
mendatangkan rasa senang bagi remaja.
persoalan-persoalan yang dihadapi,
Teman baru lawan jenis kelamin
sehingga menimbulkan kepuasan.
mendatangkan rasa senang dan bahagia
dalam waktu yang relatif lama. 4. D
ialaminya perkembangan (dan
pertumbuhan) sikap, perasaan/emosi
4. A
danya keberhasilan; misalnya dalam
secara wajar dan dapat dikendalikan,
berkarya (seni), hasil belajar, kerja dalam
sehingga menimbulkan ketenteraman
kelompok mendatangkan kebahagiaan;
perasaan.
adanya penghargaan dari orang lain
terhadap keberhasilannya mendatangkan 5.
Dialaminya perkembangan minat/cita-
cita yang terarah. Hal ini menimbulkan sampai dengan Maret, semester II tahun
rasa pasti dan menghindari rasa bingung. pelajaran 2015-2016.
6. D
ialaminya perkembangan pribadi, sosial Subyek dalam penelitian adalah siswa
dan moral secara baik serta disadarinya. kelas VII E, kelompok 3. Kelas ini dipilih
(1982:181-182) sebagai subyek penelitian karena peneliti
bertugas memberikan layanan bimbingan
Berdasar landasan teori di atas,
dan konseling pada kelas tersebut. Siswa
menggambarkan bahwa remaja merasa
kelas VII belum pernah mengikuti layanan
senang dan bahagia kalau dapat diterima
Bimbingan Kelompok (BKp). Selain itu
dalam kelompoknya. Karena di dalam
kelompok ini mempunyai kemampuan
kelompok yang dinamis ada semangat
menemukan masalah dan solusi yang rendah.
untuk saling bercerita, berbagi, bertukar
pengalaman dalam menemukan dan mencari Penelitian Tindakan Bimbingan dan
masalah dan solusinya. Konseling (PTBK) ini menggunakan proses
siklus spiral dari Kemmis dan Taggart,
Rumusan masalah yang penulis
diawali dengan perencanaan, pelaksanaan
ajukan dalam penelitian ini adalah apakah
tindakan, observasi dan refleksi yang
pemanfaatan dinamika kelompok dalam
merupakan satu rangkaian dalam satu siklus.
layanan bimbingan kelompok dapat
Penelitian tersebut dilanjutkan sampai pada
meningkatkan kemampuan siswa dalam
siklus kedua.
menemukan masalah dan solusinya?
Langkah setiap siklus penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
ini meliputi kegiatan: (1) perencanaan
mengetahui pengembangan model layanan
(planning), (2) pelaksanaan tindakan
bimbingan kelompok melalui dinamika
(acting), (3) observasi (observing), dan (4)
kelompok dalam peningkatan kemampuan
refleksi (reflecting). Siklus I dilaksanakan
menemukan masalah dan solusinya pada
proses bimbingan kelompok dengan
siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Imogiri.
memanfaatkan dinamika kelompok.
Tujuan lain dari penelitian ini, secara Pembelajaran difokuskan pada aktivitas
teori adalah untuk mengembangkan layanan siswa pada saat proses dan hasil belajar, serta
bimbingan kelompok dalam menciptakan pelaksanaan tindakan oleh guru.
pendekatan, metode atau model yang efektif
Demikian juga dengan siklus
dalam membantu menangani permasalahan
II, dilaksanakan dengan mengacu pada
siswa.
hasil pengamatan dan catatan lapangan
Secara praktis, penelitian ini dari hasil observasi, evaluasi dan refleksi
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pada kegiatan siklus I. Kegiatan apa yang
siswa dalam menemukan masalah dan masih kurang, perlu diperbaiki, dan perlu
solusinya sebagai landasan membantu ditingkatkan, direncanakan untuk diterapkan
mengatasi masalah. pada kegiatan siklus II dan kegiatan apa yang
masih kurang pada siklus II perlu diperbaiki
METODOLOGI PENELITIAN dan perlu ditingkatkan, direncanakan untuk
Penelitian dilaksanakan di SMP dilaksanakan pada kegiatan di siklus III
Negeri 2 Imogiri, Kabupaten Bantul. Waktu dan seterusnya hingga diperoleh hasil sesuai
pelaksanaan penelitian pada bulan Januari harapan.
81
Pengumpulan data pada penelitian ini Wawancara atau interviu menurut
menggunakan metode angket, observasi, Anwar Sutoyo (2012), dipandang sebagai
dan wawancara. Masing-masing instrumen teknik pengumpulan data dengan cara tanya
dibuat dan dipergunakan sesuai dengan jawab lisan yang dilakukan secara sistematis
kebutuhannya. guna mencapai tujuan penelitian. Pada
umumnya interviu dilakukan oleh dua orang
Angket atau kuesioner menurut Anwar
atau lebih, satu pihak sebagai pencari data
Sutoyo (2012) adalah pertanyaan atau
(interviewer) pihak yang lain sebagai sumber
pernyataan tertulis tentang data faktual atau
data (interviewee) dengan memanfaatkan
opini yang berkaitan dengan diri responden,
saluran-saluran komunikasi secara wajar dan
yang dianggap fakta atau kebenaran yang
lancar.
diketahui dan perlu dijawab oleh responden.
Sebagai pencari informasi, interviewer
Observasi menurut Anwar Sutoyo
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, menilai
(2012) adalah pengamatan yang dilakukan
jawaban-jawaban, meminta penjelasan,
secara langsung maupun tidak langsung
melakukan para prase, mencatat atau
terhadap obyek yang sedang diteliti.
mengingat-ingat jawaban dan melakukan
Pengamatan yang dilakukan dalam observasi
penggalian keterangan lebih dalam (prodding)
harus dilakukan dengan penuh perhatian
jawaban-jawaban dari interviewee.
(attention). Hal ini berarti bahwa dalam
kegiatan observasi bukan hanya proses fisik, Penelitian ini berupa layanan kelompok,
tetapi juga proses psikis. Dalam penelitian sehingga wawancara atau interviu dilakukan
ini yang diamati adalah dinamika kelompok, oleh peneliti terhadap anggota kelompok dan
meliputi semangat, kerja sama, saling wawancara antar anggota kelompok.
percaya, kesetiaan pada kelompok dan saling
Angket digunakan untuk mengumpulkan
bertukar pendapat.
data tentang tingkat kemampuan menemukan
Lebih lanjut, Anwar Sutoyo masalah dan solusinya. Angket dalam
menjelaskan salah satu jenis pengamatan penelitian ini berupa pernyataan-pernyataan
adalah direct observation. Direct observation yang harus diisi/dijawab oleh responden.
adalah observasi yang menggunakan daftar Wawancara antara guru pembimbing dengan
isian sebagai pedoman. Daftar ini dapat anggota kelompok berupa dialog atau diskusi
berupa checklist kategori tingkah laku yang tentang kesanggupan ikut melaksanakan
diobservasi. kegiatan.
Untuk membantu observasi yang Wawancara antar anggota kelompok
dilakukan oleh peneliti, digunakan daftar berupa dialog atau diskusi sesuai tema yang
cek. Gibson, yang dikutip oleh Anwar Sutoyo disepakati. Sebagian contoh skrip wawancara
(2012), memandang daftar cek (rating scale), dalam layanan bimbinga kelompok sebagai
sebagaimana tersirat dari nama itu, adalah berikut:
skala untuk mengukur setiap karakteristik
atau aktivitas dari seseorang yang ingin
diamati.
PK:
“Bimbingan Kelompok adalah proses layanan yang membantu siswa dalam
menemukan diri dan lingkungannya sehingga mampu mengatasi masalah
yang dihadapi dengan memanfaatkan dinamika kelompok.”
AK:
“Oh, ya.”
PK:
“Dinamika kelompok adalah kualitas positif yang ada dalam kelompok, yang
bergerak, bergulir memberi kehidupan kelompok. Dinamika kelompok akan
tumbuh apabila kelompok diwarnai semangat, kerja sama, saling percaya dan
saling memberi pendapat/tanggapan.”.
AK:
“Oh, ya. Boleh tahu tidak, apa tujuan bimbingan kelompok?”
PK:
“Tujuan bimbingan kelompok secara umum adalah mengembangkan kemam-
puan sosialisasi terutama berkomunikasi.”
AK:
“Terus cara pelaksanaannnya bagaimana?”
PK:
“Oh, caranya. Nanti kita akan melakukan empat kegiatan, pembentukan, pera-
lihan, kegiatan dan penutup. Di sela-sela itu kita akan membuat suasana gem-
bira dengan melakukan selingan berupa nyanyian dan permainan.”
AK:
“Emms, boleh tahu nggak, waku kegiatan kita berapa lama?”
PK:
“Emms, boleh saja to. Nanti kita akan melakukan kegiatan bimbimgan kelom-
pok beberapa kali. Ya, paling tidak tiga kali. Setiap kegiatan lamanya sekitar
empat puluh sampai dengan enam puluh menit.”
AK:
“Oh, begitu.”
PK:
“Nah, sekarang saya beritahukan asas-asas kegiatan bimbingan kelompok.
Satu saja dulu yaitu asas kerahasiaan. Asas kerahasiaan adalah asas layanan
yang menuntut konselor atau guru bimbingan dan konseling merahasiakan se-
genap data dan keterangan tentang peserta didik/konseli, sebagaimana diatur
dalam kode etik bimbingan dan konseling.
AK:
“Emms, berarti nanti kalau ada hal rahasia dari kami akan dirahasiakan ya?”
PK:
“Iya, teman-teman tidak usah khawatir, nanti saya akan menjaga kerahasiaan
semua hal yang sekiranya perlu dirahasiakan.”
83
Metode observasi digunakan untuk Penelitian tindakan kelas bimbingan
mengamati keaktifan anggota kelompok konseling dilakukan di kelas VII E,
dalam mengikuti kegiatan. Di samping itu kelompok 3. Kelompok ini berjumlah 10
metode observasi juga digunakan untuk orang yang terdiri dari 6 orang putri dan 4
mengamatai kinerja guru pembimbing dalam orang putra. Siswa kelas VII E berjumlah 30
melakukan layanan bimbingan kelompok. orang, dibagi menjadi 3 kelompok, masing-
masing kelompok beranggotakan 10 orang
INDIKATOR KEBERHASILAN siswa. Kelas ini dipilih karena beberapa
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila: alasan. Salah satu alasannya adalah peserta
didik kelas VII E masih mengalami kesulitan
1. M
inimal 75% anggota kelompok dalam menemukan permasalahan dan solusi
mengalami peningkatan dalam mengatasinya. Hal ini secara tidak sengaja
kemampuan menemukan masalah dan penulis ketahui ketika memberikan layanan
solusinya. klasikal di kelas. Ketika peserta didik ditanya
2. M
inimal 70% anggota kelompok tentang masalah yang mereka hadapi, masih
berpartisipasi aktif dalam proses kegiatan. banyak yang belum dapat menjawab.
3. M
inimal 75% guru pembimbing Siklus I
melaksanakan kegiatan sesuai prosedur Kegiatan yang dilakukan pada tahap
yang direncanakan. perencanaan tindakan adalah menyusun
Data tentang kemampuan menemukan rencana pelaksanaan layanan (RPL) untuk
masalah dan solusinya terdiri atas 4 (empat) kegiatan 1 dan 2, menyusun daftar isian
indikator, sesuai dengan bidang bimbingan kemampuan menemukan masalah dan
konseling yaitu: Bidang pribadi, bidang solusinya, menyusun pedoman pengamatan
sosial, bidang belajar dan bidang karir. keaktifan anggota kelompok dan menyusun
Masing-masing indikator terdiri dari 3 (tiga) pedoman pengamatan kinerja guru
pernyataan. bimbingan konseling.
85
guru bimbingan dan konseling dalam ditingkatkan. Menilik hasil pengamatan,
melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok keaktifan anggota kelompok memperoleh
(BKp) memperoleh skor 80,0. skor 71,6 masih jauh dari rencana sebesar
75,0.
Pelaksanaan layanan bimbingan
kelompok melalui dinamika kelompok untuk B. PEMBAHASAN
siklus II kegiatan keempat dilaksanakan pada
tanggal 27 Februari 2016. Pada kegiatan Dinamika kelompok dalam kegiatan
keempat tema yang dibahas melanjutkan layanan bimbingan kelompok belum dapat
bahasan pada kegiatan sebelumnya yaitu berjalan maksimal. Berdasarkan hasil
potensi aspek psikis. pengamatan pada kegiatan 1, keaktifan
anggota kelompok memperoleh prosentase
Hasil Pengamatan bimbingan kelompok skor 57,8. Berdasarkan hasil pengamatan
kegiatan 4 pada kegiatan 2, keaktifan anggota kelompok
a. P
engamatan keaktifan anggota kelompok memperoleh prosentase skor 56,9. Keaktifan
dalam mengikuti kegiatan. anggota kelompok dalam kegiatan 1 dan
2 mengalami penurunan skor sebesar 0,9.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan
kegiatan 4, keaktifan anggota kelompok 3, keaktifan anggota kelompok memperoleh
memperoleh prosentase skor 90,9. prosentase skor 80,2. Berdasarkan hasil
b. P
engamatan kinerja guru bimbingan dan pengamatan pada kegiatan 4, keaktifan
konseling. anggota kelompok memperoleh prosentase
skor 90,9. Keaktifan anggota kelompok
Hasil pengamatan terhadap kinerja
dalam kegiatan 3 dan 4 mengalami kenaikan
guru bimbingan dan konseling dalam
skor sebesar 10,7. Rata-rata keaktifan
melaksanakan kegiatan bimbingan
anggota kelompok dalam kegiatan di
kelompok (BKp) memperoleh skor 90,0.
siklus I sebesar 57,35. Sedangkan rata-
c. P
engamatan kemampuan menemukan rata keaktifan anggota kelompok dalam
masalah dan solusinya. kegiatan di siklus II sebesar 85,55. Rata-rata
keaktifan anggota kelompok dalam kegiatan
Hasil isian siswa dalam menemukan
di siklus I ke siklus II mengalami kenaikan
masalah dan solusinya setelah bimbingan
sebesar 28,2. Sedangkan rata-rata keaktifan
kelompok kegiatan kedua memperoleh skor
anggota kelompok dalam kegiatan di siklus
80,0.
I dan II sebesar 71,45. Kalau dibandingkan
Setelah kegiatan 4 selesai, peneliti persyaratan penelitian sebesar 70%, rata-
mengadakan refleksi dengan kedua rata skor keaktifan anggota kelompok dalam
pengamat. Dari refleksi ini didapatkan kegiatan sebesar 71,45 sudah memenuhi
masukan dari kedua pengamat antara lain: kriteria. Artinya keaktifan anggota kelompok
1. L
ayanan bimbingan kelompok pada dalam kegiatan siklus I dan siklus II sudah
siklus I dan II sudah dapat berjalan memenuhi kriteria persyaratan hasil
dengan baik. Peneliti relatif sudah dapat penelitian.
berperan sesuai tugas dan fungsinya. Kelompok yang baik menurut Mungin
2. K
eaktifan anggota kelompok dalam Eddy Wibowo (2005) ialah kelompok yang
mengikuti kegiatan masih perlu diwarnai oleh semangat tinggi, dinamis,
hubungan harmonis, kerja sama baik dan
mantap serta saling mempercayai di antara memperoleh skor 80,0 untuk kemampuan
anggota-anggotanya. Kelompok yang baik menemukan solusi. Rata-rata skor siswa
seperti itu akan terwujud apabila para anggota dalam menemukan masalah sebesar 63,8
saling bersikap sebagai kawan, menghargai, dan 63,6 untuk kemampuan menemukan
mengerti dan menerima tujuan bersama solusi. Jika dilihat dari skor rata-rata ini
secara positif, setia kepada kelompok, serta belum memenuhi kriteria keberhasilan
mau bekerja keras dan berkorban untuk penelitian sebesar 75%. Artinya kemampuan
kelompok. menemukan masalah dan solusinya dalam
kegiatan siklus I dan siklus II belum
Dengan demikian layanan bimbingan
memenuhi kriteria persyaratan hasil
kelompok di sini mampu membangkitkan
penelitian.
semangat, dinamis, hubungan harmonis,
kerja sama yang baik dan mantap serta saling Walaupun belum dapat memenuhi
mempercayai di antara anggota kelompok. syarat keberhasilan penelitian, namun secara
Dinamika kelompok yang terbentuk mampu kuantitas dan kualitas terjadi peningkatan
menghadirkan keaktifan anggota kelompok. kemampuan menemukan masalah dan solusi
dari anggota kelompok. Paling tidak sudah
Dengan dinamika kelompok yang
dapat membangun dinamika kelompok.
berjalan dengan baik anggota kelompok
Dinamika kelompok yang terbentuk akan
dapat belajar meningkatkan kemampuan
mengarahkan anggota kelompok untuk
menemukan masalah dan solusinya.
belajar pada anggota yang lain, bagaimana
Hasil isian anggota kelompok menemukan masalah dan solusinya.
menunjukkan bahwa kemampuan
Hasil pengamatan kinerja guru
menemukan masalah dan solusinya
pembimbing dalam melaksanakan kegiatan
memperoleh hasil yang baik sekali. Di
layanan bimbingan kelompok memperoleh
samping itu kemampuan menemukan
hasil yang baik sekali. Berdasarkan hasil
masalah dan solusi mengalami kenaikan
pengamatan pada kegiatan 1, kinerja guru
skor dari kegiatan 1 dan 2 di siklus I, dan
pembimbing memperoleh prosentase
kegiatan 3 sampai ke kegiatan 4 di siklus
skor 0,9. Berdasarkan hasil pengamatan
II. Hasil isian siswa dalam menemukan
pada kegiatan 2, kinerja guru pembimbing
masalah dan solusinya sebelum kegiatan
memperoleh prosentase skor 0,7. kinerja
bimbingan kelompok dimulai memperoleh
guru pembimbing dalam kegiatan 1 dan
skor 49,1 untuk kemampuan menemukan
2 mengalami penurunan skor sebesar 0,2.
masalah dan memperoleh skor 48,3 untuk
Berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan
kemampuan menemukan solusi. Sedangkan
3, kinerja guru pembimbing memperoleh
hasil isian siswa dalam menemukan masalah
prosentase skor 0,8. Berdasarkan hasil
dan solusinya setelah kegiatan bimbingan
pengamatan pada kegiatan 4, kinerja guru
kelompok kedua memperoleh skor 59,7
pembimbing memperoleh prosentase skor
untuk kemampuan menemukan masalah dan
0,9. Kinerja guru pembimbing dalam kegiatan
memperoleh skor 62,5 untuk kemampuan
3 dan 4 mengalami kenaikan skor sebesar 0,1.
menemukan solusi. Hasil isian siswa dalam
Rata-rata kinerja guru pembimbing dalam
menemukan masalah dan solusinya setelah
kegiatan di siklus I sebesar 0,8. Sedangkan
kegiatan bimbingan kelompok keempat/
rata-rata kinerja guru pembimbing dalam
terakhir memperoleh skor 82,5 untuk
kegiatan di siklus II sebesar 0,85. Rata-rata
kemampuan menemukan masalah dan
87
kinerja guru pembimbing dalam kegiatan kelompok saling aktif berkomunikasi,
di siklus I ke siklus II mengalami kenaikan bekerja sama, saling membantu, simpati,
sebesar 0,5. Sedangkan rata-rata kinerja saling menghargai.
guru pembimbing dalam kegiatan di siklus
Kemampuan menemukan masalah
I dan II sebesar 0,83. Kalau dibandingkan
pada kelas VIIE kelompok 3 SMP Negeri
persyaratan penelitian sebesar 75%, rata-
2 Imogiri meningkat setelah memanfaatkan
rata skor kinerja guru pembimbing dalam
kegiatan sebesar 0,83 sudah memenuhi dinamika kelompok. Dinamika kelompok
kriteria. Artinya kinerja guru pembimbing yang baik dapat membangkitkan semangat,
dalam kegiatan siklus I dan siklus II sudah dinamika kelompok, hubungan harmonis,
memenuhi kriteria persyaratan hasil kerja sama yang baik dan mantap serta saling
penelitian. mempercayai di antara anggota kelompok.
semangat tinggi, dinamis, hubungan
PENUTUP harmonis, kerja sama baik dan mantap serta
Hasil penelitian tindakan bimbingan saling mempercayai di antara anggota-
konseling tentang meningkatkan kemampuan anggotanya. Dengan semangat inilah anggota
menemukan masalah dan solusinya pada kelompok saling aktif berkomunikasi, bekerja
peserta didik kelas VIIE SMP Negeri 2 sama, saling membantu, simpati, saling
Imogiri, dapat disimpulkan sebagai berikut: menghargai. Dan pada akhirnya anggota
kelompok dapat saling belajar bagaimana
Layanan bimbingan kelompok di kelas mereka dapat menemukan masalah dan
VIIE kelompok 3 SMP Negeri 2 Imogiri solusinya.Hal ini ditunjukkan dengan respon
dapat meningkatkan keaktifan anggota siswa sebesar 63,8% dengan kriteria baik.
kelompok dalam mengikuti kegiatan. Sedangkan kemampuan menemukan solusi
Dengan memanfaatkan dinamika kelompok, juga meningkat ditunjukkan respons siswa
keaktifan anggota kelompok dapat sebesar 63,6% dengan kriteria baik.
meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan rata-
rata respon peserta didik berupa keaktifan Kinerja guru bimbingan konseling
dalam mengikuti layanan sebesar 71,6%, SMP Negeri 2 Imogiri khususnya dalam
dengan kriteria baik. Dinamika kelompok melaksanakan layanan bimbingan kelompok
yang baik dapat membangkitkan semangat, mengalami peningkatan. Peningkatan
dinamika kelompok, hubungan harmonis, kinerja ini ditunjukkan dengan skor hasil
kerja sama yang baik dan mantap serta saling pengamatan sebesar 90,0% dengan kriteria
mempercayai di antara anggota kelompok. sangat baik. Peningkatan kinerja guru
semangat tinggi, dinamis, hubungan pembimbing diperoleh karena perencanaan
harmonis, kerja sama baik dan mantap serta kegiatan sebelumya.
saling mempercayai di antara anggota- Berdasarkan hasil penelitian ini,
anggotanya. Kelompok yang baik seperti penulis merekomendasikan beberapa saran :
itu akan terwujud apabila para anggota Bagi peserta didik, memanfaatkan dinamika
saling bersikap sebagai kawan, menghargai, kelompok dalam layanan bimbingan
mengerti dan menerima tujuan bersama kelompok dapat menjadi alternatif
secara positif, setia kepada kelompok, serta untuk dapat meningkatkan kemampuan
mau bekerja keras dan berkorban untuk menemukan masalah dan solusinya. Bagi
kelompok. Dengan semangat inilah anggota guru pembimbing, dapat memanfaatkan
89
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS KOMPETENSI DASAR
CARA MENGHADAPI BENCANA ALAM DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN SATRIA OEL
ABSTRACT. This research is aimed to improve the IPS learning results on the basic
competence how to face natural disaster Grade VI SDN Pengkol in academic year
2017/2018 through OEL Satria learning model. The subject of the research are the 25
studenta of Grade VI of SDN Pengkol. This research is conducted as action research with
2 cycles. Each cycle consists of 3 meetings and cover four act components such as act
planning, act implementation, observation and reflection. The data collection technique
using teacher observation sheet, students observation sheet and evaluation test. After
the data collected then proceeded using qualitative descriptive data analysis. The data
analysis results show there is a significant improvement in the learning result because
the classical completeness mastery before the cycle is 52% and in the end of cycle II
reach 92%. The result reached in the cycle II is already passed the success indicator
determined that is 85%. OEL Satria learning model is proven can improve the learning
result on how to face natural disaster in SDN Pengkol academic year 2017/2018.
Keywords: learning result, how to face natural disaster, OEL Satria model
PENDAHULUAN Pembelajaran IPS di SD Negeri Pengkol
Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai kelas VI pada kompetensi dasar cara
salah satu disiplin ilmu memegang peranan menghadapi bencana alam hasil ketuntasan
penting dalam mengenal konsep-konsep, klasikalnya hanya mencapai 52 % artinya
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai siswa yang mencapai nilai diatas KKM baru
sosial dan kemanusiaan di dalam masyarakat. mencapai 13 anak dari seluruh siswa yaitu 25
Dengan pembelajaran IPS diharapkan siswa anak. Sedangkan ketuntasan klasikal minimal
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir yang harus dicapai pada pembelajaran IPS di
logis dan kritis, memiliki rasa ingin tahu, SD Negeri Pengkol adalah 85 %. Nilai rata-
inkuiri, mampu memecahkan masalah, rata yang dicapai juga masih rendah yaitu 61.
dan ketrampilan dalam kehidupan sosial Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
sehingga kelak di kemudian hari siswa bisa IPS kelas VI di SD Negeri Pengkol masih
berkompetisi dalam masyarakat majemuk perlu diperbaiki dan ditingkatkan
di tingkat lokal, nasional, dan global. Mata
Aktivitas pembelajaran IPS di SD
pelajaran IPS merupakan mata pelajaran
dengan kajian pengetahuan yang tidak Negeri Pengkol sekilas tampak siswanya
saja menuntut siswa memiliki dimensi hanya sekedar menghafal materi saja. Hal
pengetahuan namun mereka juga harus tersebut jauh dari tujuan yang diharapkan
terampil, memiliki nilai dan sikap sehingga sampai pada tahap pemecahan masalah
mampu berkomunikasi dan memecahkan meskipun pada tingkat yang sederhana.
masalah. Kepekaan mereka terhadap lingkungan alam
dan lingkungan sosial juga belum terlatih.
91
stimulus berupa keterangan singkat dan permasalahan dengan cara mereka sendiri,
permasalahan yang harus diselesaikan secara siswa secara intrinsik termotivasi untuk
berkelompok maupun individu. 2) Mendesain memberikan bukti atau penjelasan dan
pembelajaran; siswa dibentuk menjadi siswa memiliki pengalaman banyak untuk
beberapa kelompok dan disajikan lembar menemukan sesuatu dalam menjawab
kerja siswa untuk membantu siswa pada permasalahan.
proses pemecahan masalah. LKS dibagikan
kepada tiap individu untuk mengetahui METODE PENELITIAN
cara masing-masing siswa mengungkapkan Penelitian ini berlokasi di SD
ide dan memecahkan masalah sehingga Negeri Pengkol, Kecamatan Karangmojo
diharapkan solusi dan penyelesaian masalah Kabupaten Gunungkidul. SD Negeri
memiliki jawaban yang terbuka dan beragam. Pengkol beralamat di Pengkol, Jatiayu,
Penilaian diakumulasi per kelompok. Karangmojo, Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Salah satu mewakili kelompoknya untuk Perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada
membacakan hasil diskusi dan temuannya bulan Februari sampai dengan April 2018
sementara kelompok lain menanggapi dan yang terdiri dari dua siklus, setiap siklus tiga
guru meluruskan. 3) Memperhatikan dan kali pertemuan.
mencatat respon siswa; guru mencatat hasil
Teknik pengumpulan data dalam
dari pendapat, ide dan cara pemecahan
penelitian ini diperoleh dengan beberapa
masalah masing-masing siswa dan
cara 1) lembar observasi untuk mengamati
kelompoknya. Ide dan pendapat yang paling
aktivitas siswa selama kegiatan belajar
cemerlang mendapatkan kartu dan siswa
mengajar berlangsung. Aktivitas yang
yang bersangkutan bergelar ksatria demikian
diamati meliputi aktivitas melihat,
juga dengan kelompok yang terakumulasi
mendengar, berbicara, motorik, mental dan
memperoleh solusi dan pemecahan
emosional; 2) Lembar observasi guru; 3)
masalah paling tepat. 4) Membimbing dan
tes yang merupakan cara untuk melakukan
mengarahkan siswa. Guru menampung
penilaian dalam bentuk tugas yang harus
semua pendapat dan jawaban dari masing-
dilakukan siswa untuk mendapatkan hasil
masing kelompok dan mengarahkan siswa
belajar; 4) dokumentasi berupa foto kegiatan
jika terdapat jawaban yang kurang tepat.
selama pembelajaran. Setelah data terkumpul
Guru memberikan motivasi kepada siswa.
diolah dengan menggunakan analisis data
5) Membuat kesimpulan; siswa dan guru
deskriptif kualitatif. Penelitian ini dikemas
membuat kesimpulan dari materi yang
dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas
dibahas. 6) Pemberian reward; hadiah
(Classroom Action Research). Model
diberikan kepada siswa dan kelompok yang
Penelitian yang dipilih adalah model
paling banyak memperoleh gelar ksatria.
siklus yang dilakukan secara berulang dan
Keunggulan model ksatria open berkelanjutan. Penelitian ini meliputi empat
ended learning adalah siswa berpartisipasi komponen yaitu : 1) perencanaan tindakan,
lebih aktif dalam pembelajaran dan 2) implementasi tindakan dan monitoring, 3)
sering mengekspresikan idenya, siswa observasi, 4) refleksi hasil tindakan.
memiliki kesempatan lebih banyak dalam
Secara rinci prosedur penelitian
memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan
tindakan ini dapat dijabarkan sebagai
secara komprehensif, selain itu siswa
berikut 1) Perencanaan dengan membuat
dengan kemampuan rendah dapat merespon
93
baik di dalam negeri atau di luar negeri masing-masing kemudiandirangkum oleh
seperti gambar gempa bumi, letusan gunung siswa dan mengambil jawaban yang menurut
berapi, tanah longsor, dan tsunami. Beberapa mereka paling tepat untuk memecahkan
siswa maju ke depan memilih beberapa masalah tentang bencana alam geologis
gambar yang tersedia dan bersama teman dengan panduan guru. Setelah diskusi selesai
kelompoknya menunjukkan gambar gejala dilaksanakan setiap kelompok melaporkan
atau tanda-tanda akan terjadinya bencana jawabannya di muka kelas. Kelompok yang
alam geologis sesuai dengan pengalaman berhasil memecahkan jawaban paling bagus
mereka dengan dipandu guru. Kelompok memperoleh gelar satria dan diberi tepuk
yang paling banyak mengungkapkan tangan oleh kelompok lain.
jawabanya akan bergelar ksatria. Pada pertemuan ke tiga siswa
Kemudian pembelajaran dilanjutkan mengerjakan soal secara tertulis yang berupa
dengan menyajikan video tanda-tanda soal essay dan uraian. Setelah siswa selesai
mengerjakan soal kemudian dibahas bersama
terjadinya bencana alam geologis. Selanjutnya
antara siswa dan guru.
guru menerangkan tentang bencana alam
geologis sekaligus menceritakan kepanikan, Pada akhir pelajaran menyimpulkan
kerugian, dan keadaan yang terjadi ketika materi tentang bencana alam geologis
bencana alam geologis terjadi tersebut terjadi yang mereka pelajari tersebut dan guru
sehingga seolah-olah mereka mengalaminya. memberikan kesempatan kepada siswa
Siswa mengungkapkan pendapatnya secara untuk bertanya materi yang belum mereka
lisan jika mereka mengalami bencana mengerti.
tersebut secara bergantian. Siswa dengan Observasi siklus pertama yang dilakukan
dipandu guru mengerjakan tugas LKS. oleh kolaborator pada pembelajaran IPS
Didalam mengisi tugas LKS siswa dapat tentang cara-cara menghadapi bencana
mengungkapkan ide, gagasan maupun alam dengan menggunakan model satria
pendapat secara terbuka sesuai dengan apa OEL meliputi observasi terhadap guru dan
yang mereka pikirkan. Setelah selesai salah hasil observasi siswa. Observasi terhadap
satu siswa maju untuk membacakan hasil aktivitas siswa yang diamati meliputi
tugasnya di muka kelas dan siswa lain dapat aktivitas penglihatan, mendengar, berbicara,
bertanya jika ada hal yang belum mereka motorik, mental, dan emosional. Berikut
ketahui. Guru memerintahkan kepada merupakan rekap hasil observasi aktivitas
siswa agar jawaban mereka di lembar kerja siswa pada siklus pertama adalah sebagai
siswa ditampung untuk didiskusikan dalam berikut :
kelompok pada pertemuan selanjutnya. Tabel 1. Hasil Observasi Aktivitas
Pada pertemuan ke dua guru juga SiswaSiklus I
mengingatkan kembali tentang diskusi satria No. Jenis Aktivitas Jumlah Prosentase
OEL yang akan mereka lakukan. Sebelum Skor
diskusi dimulai guru bertanya kepada 1. Melihat 63 84 %
siswa tentang pelajaran sebelumnya. Guru 2. Mendengar 64 85 %
memberikan kembali kepada siswa lembar 3. Berbicara 54 72 %
kerja siswa yang berisikan pendapat, ide dan 4. Motorik 39 52 %
gagasan tentang bencana alam. Kemudian ide 5. Mental 45 60 %
dan pendapat yang mereka tuangkan dalam
6. Emosional 55 73 %
LKS mereka diskusikan bersama kelompok
95
terbiasa untuk melakukan langkah-langkah pada materi bencana alam klimatologis
pembelajaran dengan model satria OEL. 4) dan ekstraterestrial. Selain itu guru juga
Guru belum maksimal dalam memberikan menyiapkan bahan ajar, lembar kerja siswa,
stimulan agar siswa bersemangat, percaya media pembelajaran berupa video bencana
diri, dan peka terhadap suatu permasalahan alam dan video keadaaan setelah terjadi
yang timbul. 5) Masih terdapat siswa yang bencana, media berupa gambar bencana
merasa bahwa kegiatan belajar mereka alam, serta instrumen penilaian yang akan
tidak menyenangkan karena kesulitan yang digunakan. Seluruh perencanaan untuk
mereka hadapi. siklus II berdasarkan hasil refleksi dari siklus
I yang telah dilakukan peneliti bersama
Berdasarkan kekurangan yang ada maka
kolaborator.
untuk siklus ke dua direncanakan membuat
suasana pembelajaran lebih menyenangkan, Adapun hasil penelitian siklus ke dua
bersemangat, dan menumbuhkan sikap peka dapat dilihat dari tabel 3. Hasil pengamatan
terhadap masalah serta percaya diri pada siklus dua pada aktivitas siswa menunjukkan
siswa. Pada siklus ke dua direncanakan bahwa semua aspek memperoleh kategori
kegiatan yang dapat menutup kekurangan pada baik.
siklus pertama antara lain dengan kegiatan
Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
1) Siswa yang berani mengungkapkan Siklus II
ide, pendapat dan gagasannya secara lisan
tetap mendapatkan nilai meski jawabannya No. Jenis Aktivitas Jumlah Prosen-
Skor tase
belum tepat. 2) Jalannya diskusi akan dinilai
dari tingkat keaktifan dari masing-masing 1. Melihat 70 98 %
individu untuk mendapatkan kartu ksatria. 2. Mendengar 65 87 %
3) Pada awal dan akhir pembelajaran guru 3. Berbicara 64 85 %
menerangkan secara lebih jelas jalannya 4. Motorik 64 85 %
model pembelajaran dengan menggunakan
5. Mental 60 80 %
satria OEL. 3) Guru menyajikan gambar
6. Emosional 63 84 %
video saat terjadinya bencana alam sekaligus
peristiwa pasca terjadinya bencana alam Sedangkan hasil observasi terhadap
untuk menggugah kepekaan siswa terhadap aktivitas guru pada saat pembelajaran dengan
suatu permasalahan yang timbul di sekitar menggunakan model satria OEL hasilnya
mereka. 4) Setiap siswa yang menjawab dapat dilihat pada tabel 2.
benar menadapatkan pujian sempurna
sedangkan jawaban yang belum betul tidak Tabel 4. Tabel Aktivitas Guru Siklus II
mendapat salah dari siswa maupun guru Skor
sebab model satria OEL merupakan model No Aktifitas Guru
1 2 3 4
pembelajaran terbuka.
1. Kegiatan pendahuluan - - 3 8
Siklus ke Dua
Pada perencanaan kegiatan yang 2. Kegiatan Inti - - 18 28
dilakukan adalah menyusun silabus dan 3. Kegiatan Akhir - - 3 8
RPP untuk pembelajaran yang akan Jumlah - - 24 44
disampaikan dengan kompetensi dasar Jumlah skor perolehan
cara-cara menghadapi bencana alam 68
Jumlah nilai aktivitas guru = Jumlah skor dengan menggunakan model pembelajaran
perolehan x 100 % satria OEL akan dilanjutkan pada siklus ke
dua dengan kompetensi dasar yang sama
Jumlah skor maksimal = 68 x 100%
yaitu cara-cara menghadapi bencana alam
76
dengan materi selanjutnya yaitu bencana
= 89,47 %
alam klimatologis dan ekstraterestrial. Hal
ini disebabkan karena dari hasil refleksi
Dengan melihat persentase hasil yang diperoleh pada aktivitas siswa pada
pengamatan terhadap aktivitas guru di atas aspek berbicara, mental dan emosional
maka mendapat kategori baik sekali. Jika masih diperoleh kategori cukup. Bahkan
dibandingkan dengan hasil persentase pada aspek motorik masih memperoleh
aktivitas siswa pada siklus pertama yang kategori kurang. Sedangkan pada hasil tes
memperoleh kategori baik maka mengalami tertulis masih terdapat sembilan orang siswa
kenaikan aktivitas pada guru. Hal ini yang memperoleh nilai di bawah KKM.
dikarenakan guru sudah melakukan refleksi Sedangkan pada aktivitas guru pada siklus
untuk melakukan pembelajaran pada siklus pertama telah menunjukkan hasil yang baik
ke dua ini. namun masih perlu ditingkatkan pada siklus
ke dua.
Hasil tes tertulis siswa pada siklus ke
dua mencapai rata-rata 80 maka dilihat dari Terdapat beberapa hal yang perlu dibenahi
nilai rata-ratanya mengalami peningkatan pada siklus pertama seperti ditambahnya
yang cukup signifikan demikian pula dari media pembelajaran berupa video pasca
segi ketuntasan klasikal juga mengalami terjadinya bencana alam untuk menggugah
peningkatan dibandingkan dengan siklus kepekaan dan emosi siswa ketika melihat
pertama. Pada siklus ke dua ketuntasannya dampak dan kondisi pasca bencana alam.
mencapai 92 %. Pada siklus ke dua masih Selain itu proses pembelajaran dilakukan
terdapat dua siswa yang nilainya berada di penambahan berupa pemberian skor ketika
bawah KKM namun demikian pembelajaran menjawab pertanyaan, jalannya penilaian
sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu individu ketika diskusi juga ditambah
ketuntasan minimal yang diperoleh minimal dengan kartu ksatria bagi siswa yang lebih
85 %. aktif dalam diskusi, dan guru menerangkan
lebih jelas jalannya pembelajaran dengan
B. Pembahasan menggunakan satria OEL baik pada awal
maupun akhir pembelajaran.
Pembelajaran pada siklus pertama,
aktivitas siswa menunjukkan antusias dalam Adapun pelaksanaan tindakan pada
mengikuti pembelajaran sehingga terjadi siklus ke dua pada dasarnya sama dengan
komunikasi yang baik antara siswa dan guru pelaksanaan tindakan siklus pertama.
begitu pula sebaliknya. Hal ini berdampak Hanya terdapat perbedaan pelaksanaan
pada hasil pembelajaran yang dicapai serta pembelajaran dengan perbaikan beberapa
penguasaan siswa pada materi yang mereka hal dalam pembelajaran sesuai dengan hasil
pelajari. refleksi dengan kolaborator. Pelaksanaan
pembelajaran siklus ke dua sesuai dengan
Dari hasil refleksi yang dilaksanakan
RPP yang dibuat guru dan semua terlaksana
kolaborator dengan guru diperoleh
sesuai dengan yang telah direncanakan.
kesimpulan bahwa pembelajaran IPS
97
Adapun hasil dari pengamatan dibandingkan dengan siklus pertama. Hasil
kolaborator terhadap siswa selama siklus perbandingan aktivitas siswa ditunjukkan
kedua berlangsung menunjukkan peningkatan dengan grafik sebagai berikut :
99
PEMBIASAAN MENYIKAT GIGI
MELALUI PEMBERIAN REWARD STICKER PICTURED
Oleh : Sutarmi
TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal Gulon
sutarmisutarjo@gmail.com
ABSTACT: This study aims to increase the activity in the habit of brusing teeth through
the provision of pictured reward stickers and the improvement of tooth brusing skills
with the target of achieving a grade above 75% developing according to expectations
and/or developing very well. This type of research is class room action research
conducted in two cycles, with a population of 18 students in the B2 group Aisyiyah
Gulon B2 kindergaden. The results of the research data were analyzed using quantitative
descriptive and discrete statistical analysis methods.The results showed that there was
an increase in activity in the habitat of brushing teeth through the provision of pictured
sticker rewards and there was an increase in the brushing skills of the class performance
achieved above 75% developed according toexpectations and/or developed very well.
Hope to get a prize or award.
Keywords: Refining brushing teeth, giving pictured stickers rewards
membantu orang tua dalam pembiasaan penerus bangsa kita dimasa mendatang.
menyikat gigi. Dengan pembiasaan yang
Dengan melihat permasalahan dan
dilakukan di sekolah secara terus menerus
data di atas kegiatan pembiasaan menyikat
akan membantu orang tua dan ataupun anak
gigi perlu dilakukan lebih intensif lagi,
itu sendiri agar terbiasa menyikat gigi sendiri
sehingga harapan memiliki generasi yang
secara teratur setiap hari. dengan pembiasaan
sehat dan cerdas dapat terwujud dimasa-
menyikat gigi yang baik dan benar, anak
masa yang akan datang. Melalui pemberian
akan terhindar dari penyakit gigi dan mulut.
reward sticker pictured diharapkan dapat
Dengan gigi yang sehat, akan berpengaruh
meningkatkan pembiasaan menyikat gigi.
pula terhadap semangat dan prestasi belajar
anak didik lebih baik. Pembiasaan tidak hanya bertujuan
agar tindakan berjalan rutin, tetapi kegiatan
Akan tetapi belum semua guru
tersebut menjadi jati diri bagi orang yang
menganggap bahwa kegiatan menyikat gigi
dibiasakan. Faizah (2009) menyatakan
adalah penting dilakukan, di sekolah PAUD,
bahwa pembiasaan (habbits) merupakan
mereka masih beranggapan bahwa menyikat
proses penanaman nilai kebajikan yang
gigi adalah tugas orang tua anak didik.
akan membentuk tumbuh kembang
Bahkan pendidik sering lupa memberikan
kepribadian anak selanjutnya melalui proses
motivasi kepada anak didik yang telah
berkelanjutan sepanjang hayat, perilaku yang
melakukan sikat gigi secara rutin, hal ini
telah terbiasa disebut pembiasaan. Dalam
juga akan menurunkan semangat anak didik
pendidikan pembiasaan merupakan proses
untuk membiasakan menyikat gigi secara
pembentukan sikap dan perilaku melalui
teratur. Lebih parah lagi adanya anggapan
pembelajaran dan latihan yang dilakukan
dari pendidik bahwa kegiatan menyikat
secara berulang-ulang sehingga sikap dan
gigi bukan materi utama yang harus
perilaku yang sudah menjadi kebiasaan
dikembangkan di lembaga PAUD, sehingga
memiliki ciri antara lain perilaku itu dikenal
pendidik enggan melaksanakan kegiatan
atau tidak asing bagi pelaku, perilaku tersebut
menyikat gigi.
relatif menetap pada pelaku dalam konteks
Melihat kenyataan dari data hasil yang semestinya, pelaku akan melakukan
pemeriksaan kesehatan TK ‘Aisyiyah Gulon kelakuan tersebut secara spontan, perilaku
Tahun Pelajaran 2016-2017 terdapat 55 yang sudah menjadi kebiasaan tidak mudah
anak didik menderita karies gigi, dari hasil berubah karena pengaruh sesaat oleh pihak
pemeriksaan sejumlah 73 anak didik, hal ini lain. Bila ada perilaku yang berbeda pada
dapat diartikan bahwa 75% anak didik TK konteks yang seharusnya, perilaku tersebut
‘Aisyiyah Gulon menderita caries. Begitu akan dipertanyakan atau dikritik (Pedoman
pula dari hasil pemeriksaan kesehatan yang Pembelajaran Bidang Pengembangan
telah dilakukan oleh Puskesmas Pundong Pembentukan Perilaku di TK, 2010:5).
terhadap anak didik TK sejumlah 729
Sejalan dengan pentingnya pembiasaan
pada Tahun Pelajaran 2016-2017 Semester
di atas, John Dewey meyakini bahwa
II terdapat 538 menderita karies, berarti
belajar akan memperoleh hasil yang baik
terdapat 73% anak didik menderita karies
apabila anak melakukan bukan hanya
gigi. Apabila keadaan karies gigi dibiarkan,
sekedar membaca, mendengar sesuatu.
tanpa ada pembiasaan dan perawatan, maka
Atas dasar kehidupan lembaga PAUD harus
akan mempengaruhi kesehatan generasi
berhubungan langsung dengan masyarakat.
101
Dalam kategori perkembangan moral, John pendukung dari norma yang dibiasakan.
Dewey menggolongkan anak PAUD pada
Menurut Campbell dan Campbell,
tahap awal memasuki covertional ketika
perilaku dapat dilakukan dengan metode: 1)
anak suka meniru atau mengikuti nilai moral
Modifikasi Perilaku (Behavior Modifikation),
orang tua dan masyarakat.
yaitu mengubah perilaku atau mengurangi
Piaget menyatakan bahwa seorang anak perilaku yang berlebihan atau membentuk
akan mengganggap bahwa tindakannya perilaku baru yang sebelumnya belum
benar, jika orang dewasa yang memiliki ada pada individu. Dilakukan dengan cara
otoritas (orang tua, guru, kakak, orang memberikan penguatan (reinforment) positif
dewasa lainnya) menyetujuinya. Anak berupa (pengakuan, pembenaran, hadiah)
PAUD dalam pandangan Piaget berada pada pada perilaku baru yang diharapkan, serta
tahap heteronom, yaitu tahap anak patuh, memberikan penguatan negatif (teguran)
tergantung pada orang dewasa, tanggap pada perilaku yang berlebihan; 2)Teknik
terhadap hadiah dan hukuman. Pembelajaran (Instructional Technique),
teknik ini dilakukan dengan memberikan
Selanjutnya B.F Skinner, hasil belajar
pengajaran khusus tentang perilaku yang
didasarkan pada a) hadiah dan penguatan
diharapkan serta perilaku yang harus dihindari.
(reward and reinforcement); b) ancaman,
Oleh sebab itu instruksi tersebut berfungsi
hukuman atau tindakan mendapat hadiah jika
untuk mengoreksi perilaku yang keliru, serta
hasil belajar tidak disukai; c) percontohan
mengajarkan perilaku baru; 3) Dasar-dasar
yang dilakukan oleh guru melalui demonstrasi
Berhubungan (Relationship-Based), teknik
dan latihan.
ini dilakukan untuk mendukung efektivitas
Teori Skinner ini diakui efektif untuk proses belajar, dengan cara memperlakukan
training atau pelatihan serta membiasakan anak secara manusiawi, nyaman, dan merasa
perilaku tertentu yang tidak membutuhkan tidak tertekan, agar hubungan antara guru
pemahaman kognitif tingkat tinggi. Atas dangan anak terjalin dengan baik, maka guru
dasar pemikiran di atas maka pembiasaan harus: a) berempati kepada anak, seperti mau
nilai-nilai agama moral dan sosial di mendengar kesulitan anak dengan sabar,
PAUD sangat perlu dilakukan, dengan menghargai usaha anak, berusaha memahami
memperhatikan keberhasilan pembiasaan kebutuhan anak dsb; b) mengidentifikasikan
tergantung pada: a) guru menjadi teladan kesulitan anak, baik kesulitan kognitif, bebas
untuk perilaku pembiasaan; b) guru psikologis, gangguan motorik dan lainnya; c)
memberi perhatian, pujian, hadiah terhadap memberikan rasa aman dan nyaman kapada
tindakan anak dari perilaku pembiasaan anak, baik melalui kata-kata, sentuhan, sikap
yang dibiasakan; c) guru berusaha memberi maupun bahasa tubuh (gestural).
pendampingan agar dapat mencegah,
4) Penguatan Kelompok (Group
perilaku yang bertentangan dari norma yang
Reinforcement), penguatan melalui
dibiasakan. Adanya kontinuitas dari perilaku
kelompok dilakukan dengan cara
yang dibiasakan, tingkat kekonsentrasian
menampilkan perilaku yang dikehendaki
perilaku sehingga mudah ditiru oleh anak,
melalui kelompoknya. Perilaku kelompok
perlu ada suasana yang mendukung agar
sering lebih diterima oleh anak sebab mereka
perilaku tersebut kondusif untuk dilakukan,
mempercayai teman sebayanya. Kekuatan
seperti adanya dukungan orang tua, adanya
kelompok dapat memberi penguatan kepada
pendekatan metode belajar, simbol-simbol
anak melalui tindakan: a) pemodelan dini, mengingat masa anak usia dini adalah
(modelling), yaitu kelompok mencontohkan masa emas, masa aktif pertumbuhan dan
perilaku yang diharapkan sehingga anak perkembangan. Disamping itu berdampak
lain dalam kelompoknya dapat melakukan pula terhadap pertumbuhan rahang.
peniruan terhadap perilaku temannya; b) Rahang tidak akan bertumbuh maksimal
Bermain Peran (role playing), yaitu kegiatan karena fungsi pengunyahan yang juga
anak untuk memerankan peran yang bukan tidak maksimal, mengakibatkan gigi-gigi
peran dirinya, atau di tempat yang tidak permanen penggantinya kekurangan ruang
biasanya peran itu terjadi (seperti bermain sehingga gigi berjejal (crowded), posisi gigi
peran dokter kecil) Role playing dapat depan maju (prostrusi); b) Fungsi Bicara
membantu mengubah sikap dan perilaku (fonetik), gigi berperan dalam pengucapan
yang selama ini dilakukan; c) simulasi, huruf-huruf tertentu seperti F,V,S,Z,Th.
yaitu kegiatan yang dilakukan kelompok Ketika gigi, terutama gigi depan hilang
anak untuk menggambarkan situasi atau atau rusak berat maka pelafalan beberapa
perilaku yang sebenarnya (seperti simulasi huruf akan kurang tepat (cedal); c) Fungsi
menolong temannya yang sakit; d) balikan Kecantikan (estetik), anak usia dini dengan
penampilan (performance feedback), yaitu gigi utuh dan rapi akan terlihat semakin
penilaian anak terhadap kegiatan anak lain cantik atau tampan. Yang perlu dicermati
yang telah dilakukan dalam bermain peran adalah beban psikologis anak ketika teman-
atau simulasi. Seperti dalam bentuk pujian, temannya mengolok dengan sebutan
kritikan, pemberian penguatan dan dorongan; “sipongah” karena giginya gigis (caries)
e) Alih keterampilan (transfers of training), dan tinggal akar. Fungsi mempertahankan
yaitu anak yang telah bisa melakukan sesuatu ruang dalam lengkung gigi sebagai
dijadikan contoh dan anak lain disuruh untuk persiapan pertumbuhan gigi permanen
meniru perilaku yang dicontohkan temannya sekaligus menentukan arah pertumbuhan
gigi permanen. Gigi susu karena suatu
Bentuk penguatan atau pemberian
sebab terpaksa dicabut sebelum waktunya,
reward yang dapat dilakukan dalam bentuk
maka gigi yang terletak di depan atau
penguatan fisik, seperti sentuhan, tepukan,
belakangnya akan bergeser ke ruang bekas
salaman, hadiah, piagam, stiker, gambar dan
gigi yang dicabut. Hal ini mengakibatkan
sebagainya. Penguatan sosial, seperti pujian,
gigi permanent kekurangan ruang untuk
penerimaan dan penghargaan. Penguatan
tumbuhnya kelak. Gigi permanent akan
sendiri (self reinforcement), seperti rasa
kehilangan penuntun arah, akibatnya gigi
puas, bangga, dan gembira atas prestasi diri.
tumbuh dengan arah yang salah.
A. Perawatan Gigi dan Mulut Disamping itu kesehatan gigi dan mulut
Perawatan gigi pada masa anak usia juga berpengaruh terhadap estitika individu,
dini sangat penting karena kondisi gigi susu ketika mengikuti seleksi pendidikan tinggi,
saat ini sangat menentukan keadaan gigi- seperti seleksi calon mahasiswa kedokteran,
gigi permanent penggantinya. Beberapa IPDN, Kepolisian, AKABRI, Calon
fungsi dan peran gigi susu adalah: a) Fungsi Penerbang, dan sebagainya, gigi sebagai
Pengunyahan (mastikasi), anak yang sering salah satu uji penilaian kesehatan fisik, disini
sakit gigi tentu akan malas untuk mengunyah diperlukan gigi yang sehat, bersih dan rapi.
makanan, hal ini berdampak pada asupan gizi Dengan gigi yang sehat, bersih dan rapi
yang tentunya sangat dibutuhkan anak usia seseorang dapat tersenyum tampil dengan
103
lebih menarik, bahkan prestasi kerja akan sebab pada anak yang berair ludah pekat
lebih baik. Takterkecuali pada anak-anak, dan sedikit maka sisa makanan akan mudah
anak yang memiliki gigi yang sehat dia akan menempel pada permukaan gigi. (Moestopo,
bermain dan belajar dengan semangat penuh 1982)
keceriaan.
Faktor genetik selain perawatan gigi
B. Faktor yang Mempengaruhi susu, kerapihan gigi tetap pada anak usia
Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak dini juga dipengaruhi oleh faktor keturunan.
Karena itu tak jarang ada anak yang kondisi
Dalam hal ini banyak sekali yang gigi susunya baik namun gigi tetapnya
mempengaruhi kesehatan gigi, antara lain: berjejalan.
1) Gizi makanan, perlu kita ketahui bahwa
benih gigi sudah terbentuk waktu janin C. Cara Menggosok Gigi dengan Benar
(embrio) berusia ½ bulan dalam kandungan.
Kesehatan gigi dan mulut sangat
Makanan-makanan ini sudah tercakup dalam
penting karena gigi dan gusi yang rusak
menu seimbang. Dalam hal ini makanan
dan tidak dirawat akan menyebabkan rasa
mempunyai 2 pengaruh: a) Pengaruh selama
sakit, gangguan pengunyahan dan dapat
pembentukan gigi, zat kapur merupakan
mengganggu kesehatan tubuh lainnya.
bahan utama dalam pembentukan enamel,
Banyaknya karies, gingivitis dan gigi berjejal
disamping vitamin C, D, dan lain-lain. b) Bila
harus segera ditangani dan semuanya dapat
gigi sudah tumbuh, makanan yang empuk
dicegah. Memelihara kesehatan gigi dan
dan lunak tidak memerlukan pengunyahan
mulut sangat penting untuk memperoleh
yang sulit. Sering tidaknya kita makan juga
kesehatan tubuh kita. Khususnya pada anak-
mempengaruhi. Pengaruh asam dari zat hidrat
anak, karena kondisi gigi susu saat ini sangat
arang dalam mulut terjadi selama 40 menit
menentukan keadaan gigi-gigi permanent
pertama sesudah makan. Kalau kita makan 3
penggantinya. Untuk mencapai kesehatan
kali sehari maka pengaruh asam hanya terjadi
gigi dan mulut yang optimal, maka harus
selama 3 x 30 menit = 1 ½ jam/hari. c) Jenis
dilakukan perawatan secara berkala.
makanan, makanan yang mudah lengket dan
menempel di gigi seperti permen dan coklat, Perawatan dapat dimulai dari
makanan ini sangat disukai oleh anak-anak. memperhatikan diet makanan, dan jangan
Hal ini yang mengakibatkan gangguan. terlalu banyak makanan yang mengandung
Makanan tadi mudah tertinggal dan melekat gula dan makanan yang lengket. Pembersihan
pada gigi dan bila terlalu sering dan lama plaks dan sisa makanan yang tersisa dengan
akan berakibat tidak baik. Makanan yang menyikat gigi, teknik dan cara yang benar
manis dan lengket tersebut akan bereaksi di jangan sampai merusak struktur gigi dan
mulut dan asam yang merusak email gigi. gusi.
d) Kebersihan gigi, biasakanlah anak-anak Pembersihan karang gigi dan
agar selalu menyikat giginya atau minimal penambalan gigi yang berlubang oleh dokter
berkumur-kumur setiap selesai makan atau gigi, serta pencabutan gigi yang sudah tidak
sebelum tidur. e) Kepekatan air ludah, pada bisa dipertahankan lagi dan merupakan fokal
orang-orang yang mempunyai air ludah yang infeksi. Kunjungan berkala ke dokter gigi
sangat pekat dan sedikit akan lebih mudah setiap enam bulan sekali baik, ada keluhan
giginya menjadi berlubang dibandingkan ataupun tidak ada keluhan. Menyikat gigi
dengan air ludah yang encer dan banyak, secara teratur dan benar penting dilakukan
105
METODE PENELITIAN benar. Teknik dokumentasi observasi
Metode penelitian yang akan digunakan digunakan untuk mengetahui tingkat
untuk menjawab rumusan masalah dan partisipasi aktif dan keterampilan menyikat
hipotesis tindakan adalah dengan tindakan gigi anak didik sebelum tindakan dan setelah
yang dilakukan secara berulang, dengan tindakan dilakukan.
dua siklus atau lebih. Dalam penelitian Teknik analisis data yang digunakan
tindakan ini, perlakuannya adalah untuk menguji hipotesis pada setiap siklus
pemberian reward sticker pictured terhadap adalah dengan analisis statistik deskriptif.
kegiatan pembiasaan menyikat gigi untuk Analisis ini digunakan untuk menguji
meningkatkan keaktifan dan keterampilan hipotesis tindakan melalui perbandingan
menyikat
observasigigi dengan benar.
digunakan untuk mengetahui terhadap
tingkat nilai hasilaktif
partisipasi menyikat gigi sebelum
dan keterampilan
menyikatPENGUMPULAN
gigi anak didik sebelum
dan sesudah diajar dengan menggunakan
TEKNIK DATA tindakanmetode dan setelah tindakan dilakukan.
pembiasaan melalui pemberian
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada setiap
Teknik pengumpulan data yang reward sticker pictured.
siklus
digunakanadalah
dengan dengan analisisobservasi,
dokumentasi statistik deskriptif. Analisis ini digunakan untuk
menguji
dan kuis hipotesis
unjuk kerja,tindakan
catatanmelalui HASIL DAN
perbandingan
lapangan, PEMBAHASAN
terhadap nilai hasil menyikat
lembar penilaian.Teknik
gigi sebelum dan sesudahpengumpulan
diajar data
dengan menggunakan metode pembiasaan
A. HASIL PENELITIAN
yang digunakan
melalui pemberianpadareward
setiap sticker
siklus adalah
pictured.
lembar observasi dan lembar penilaian. Berikut hasil pelaksanaan Siklus I
Obsevasi dilakukan pada saat prasiklus dan peningkatan partisipasi aktif kegiatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
saat pelaksanaan kegiatan menyikat gigi menyikat gigi dengan pemberian reward
HASILpemberian
dengan PENELITIAN reward sticker pictured. stiker pictured dari pra siklus pertemuan 1,
Pada saat proses
Berikut kegiatan
hasil Siklus Isiklus
berlangsung
pelaksanaan I pertemuan
peningkatan 2 sampaiaktif
partisipasi pertemuan 4 di
kegiatan
akan diamatigigi
menyikat bagaimana
dengan langkah-langkah
pemberian reward Kelompok TK ‘Aisyiyah
stikerB2 pictured dari Gulon dengan
pra siklus
pelaksanaan materi kegiatan menyikat gigi, terlihat pada
pertemuan kegiatan
1, siklus menyikat gigi dengan
I pertemuan 2 sampai pertemuan 4 di Kelompok B2 TK
tabel 4.1.
‘Aisyiyah Gulon dengan materi kegiatan menyikat gigi, terlihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Tabel
Hasil Kegiatan Menyikat Gigi 4.1.
Pra Siklus dan Siklus I
Hasil Kegiatan Menyikat Gigi Pra Siklus dan Siklus I
Pra Siklus Siklus I
No Nama Anak
Skor Pertemuan Pertemuan Pertemuan Retata
Kategori Kategori
Pert.1 2 3 4 Skor
1 In 7 Cukup 8 8 8 8.00 Baik
2 Ri 9 Baik 9 9 9 9.00 Baik
3 Fa 6 Cukup 7 8 7 7.33 Cukup
4 Vi 9 Baik 9 9 9 9.00 Baik
5 Yu 9 Baik 7 7 9 7.67 Baik
6 Zu 6 Cukup 8 9 9 8.67 Baik
7 Da 7 Cukup 8 9 10 9.00 Baik
8 Na 7 Cukup 7 9 9 8.33 Baik
9 Dz 6 Cukup 6 7 7 6.67 Baik
10 Kh 8 Baik 8 9 9 8.67 Baik
11 Dan 8 Baik 8 9 9 8.67 Baik
12 Fi 8 Baik 8 9 9 8.67 Baik
13 Bi 6 Cukup 6 8 8 7.33 Cukup
14 Sh 9 Baik 9 9 9 9.00 Baik
15 Qo 8 Baik 8 9 10 9.00 Baik
16 Dhi 8 Baik 8 9 9 8.67 Baik
17 Sil 9 Baik 9 9 9 9.00 Baik
18 Sha T 6 Cukup 8 9 9 8.67 Baik
Total Skor 136 141 155 158 151.33
Retata 7.56 7.83 8.61 8.78 8.41
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebanyak 16 anak (88, 89%) masuk dalam
pencapaian kemampuan menyikat gigi kategori baik, akan tetapi kotegori sangat
dengan pemberian reward sticker pictured baik masih kosong. Untuk memperjelas data
pra siklus ditemukan 8 anak (4,44%) peningkatan kegiatan pembiasaan menyikat
kategori cukup dan 10 anak (55,56%) masuk gigi dapat dilihat dari hasil kegiatan
dalam kategori baik. Kondisi ini mengalami pembiasaan menyikat gigi pra siklus dan
peningkatan setelah dilakukan sebanyak 3 siklus I, ditunjukkan pada tabel 4.2 sebagai
kali pertemuan pada siklus I, yaitu sebanyak berikut:
2 anak (11,11%) masuk kategori cukup dan
Tabel 4.2
Perkembangan Pembiasaan Menyikat Gigi Pra siklus dan Siklus I
Kondisi Awal/Pra Sikus Siklus I
Kategori
Jumlah Anak Prosentase Jumlah Anak Prosentase
Kurang - - - -
Cukup 8 44.44 2 11.11
Baik 10 55.56 16 88.89
Baik Sekali - - - -
Berikut hasil pelaksanaan Siklus II pada materi kegiatan pembiasaan menyikat gigi
peningkatan pembiasaan menyikat gigi di pada Siklus II, disajikan dalam tabel 4.4.
Kelompok B2 TK ‘Aisyiyah Gulon dengan
Tabel 4.4.
Hasil Kegiatan Pembiasaan Menyikat Gigi
Siklus II
Nama
No Pertemuan 5 Pertemuan 6 Pertemuan 7 Hasil Akhir
Anak
Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Retata Kategori
1 In 10 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11 Baik Sekali 10.67 Baik Sekali
2 Ri 9 Baik 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 11.00 Baik Sekali
3 Fa 10 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 11.33 Baik Sekali
4 Vi 11 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 11.67 Baik Sekali
5 Yu 11 Baik Sekali 10 Baik Sekali 10 Baik Sekali 10.33 Baik Sekali
6 Zu 11 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11.00 Baik Sekali
7 Da 11 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 11.67 Baik Sekali
8 Na 11 Baik Sekali 10 Baik Sekali 10 Baik Sekali 10.33 Baik Sekali
9 Dz 8 Baik 8 Baik 9 Baik 8.33 Baik
10 Kh 11 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11.00 Baik Sekali
11 Da 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12.00 Baik Sekali
12 Fi 12 Baik Sekali 11 Baik Sekali 12 Baik Sekali 11.67 Baik Sekali
13 Bi 10 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11 Baik Sekali 10.67 Baik Sekali
14 Sh 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12.00 Baik Sekali
15 Qo 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12.00 Baik Sekali
16 Dh 9 Baik 11 Baik Sekali 12 Baik Sekali 10.67 Baik Sekali
17 Si 12 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11 Baik Sekali 11.33 Baik Sekali
18 Sh T 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12 Baik Sekali 12.00 Baik Sekali
Total Skor 194 201 204 199.67
Retata 10.78 11.17 11.33 11.09
107
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada sangat baik). Pertemuan 7 Siklus II skor
Siklus II Pertemuan 5 pembiasaan menyikat retata pembiasaan menyikat gigi dilihat dari
gigi anak didik perolehan skor retata 10,78 skor retata juga mengalami peningkatan dari
dengan kategori baik sekali, terdapat 3 anak pertemuan 6 memperoleh skor retata 11,17
(11,11%) dengan kategori baik dan 16 anak pertemuan 7 menjadi 11,33 atau naik 0.16,
(88,89%) kategori baik sekali. Pertemuan hal ini sebabkan masih terdapat satu anak
6 Siklus II pembiasaan menyikat gigi bisa menunjukkan posisi kanan tetapi dalam
mengalami peningkatan dengan skor retata praktik kegiatan menyikat gigi masih belum
diperoleh 11,17 berarti mayoritas anak didik menunjukkan menyikat gigi dari posisi
memiliki kebiasaan menyikat gigi dalam kanan.
kategori amat baik (9,5-12); sebanyak 1 anak
Diskripsi hasil penilaian pembiasaan
didik (5,56%) kategori baik (berkembang
menyikat gigi siklus I dan siklus II, dapat
sesuai harapan) dan 17 anak (94,44%) masuk
dilihat dalam tabel 4.5.
dalam kategori baik sekali (berkembang
Tabel 4.5
Perkembangan Kegiatan Pembiasaan Menyikat Gigi Siklus I dan II
Siklus I Siklus II
Kategori
Jumlah Anak Prosentase Jumlah Anak Prosentase
Kurang - - -
Cukup 2 11.11 -
Baik 16 88.89 1 5.56
Baik Sekali - - 17 94.44
PEMBAHASAN
Deskrepsi Penilaian Pembiasaan Menyikat Gigi Pra Siklus, Siklus I & II
Tabel 4.7
HasilPenilaianPembiasaanMenyikat Gigi
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nama
No Skor Skor
Anak Skor Kategori Kategori Kategori
Retata Retata
1 In 7 Cukup 8.00 Baik 10.67 Baik Sekali
2 Ri 9 Baik 9.00 Baik 11.00 Baik Sekali
3 Fa 6 Cukup 7.33 Cukup 11.33 Baik Sekali
4 Vi 9 Baik 9.00 Baik 11.67 Baik Sekali
5 Yu 8 Baik 7.67 Baik 10.33 Baik Sekali
6 Zu 6 Cukup 8.67 Baik 11.00 Baik Sekali
7 Da 7 Cukup 9.00 Baik 11.67 Baik Sekali
8 Na 7 Cukup 8.33 Baik 10.33 Baik Sekali
9 Dz 6 Cukup 6.67 Baik 8.33 Baik
10 Kh 8 Baik 8.67 Baik 11.00 Baik Sekali
11 Da 8 Baik 8.67 Baik 12.00 Baik Sekali
12 Fi 8 Baik 8.67 Baik 11.67 Baik Sekali
13 Bi 6 Cukup 7.33 Cukup 10.67 Baik Sekali
14 Sh 9 Baik 9.00 Baik 12.00 Baik Sekali
15 Qo 8 Baik 9.00 Baik 12.00 Baik Sekali
16 Dh 8 Baik 8.67 Baik 10.67 Baik Sekali
17 Si 9 Baik 9.00 Baik 11.33 Baik Sekali
18 Sh T 6 Cukup 8.67 Baik 12.00 Baik Sekali
Total Skor 135 151.33 199.67
Retata 7.50 8.41 11.09
Tabel 4.7. menunjukkan bahwa hasil yaitu ditemukan sebanyak 17 anak (94,44%)
penilaian pembiasaan menyikat gigi memiliki pembiasaan menyikat gigi dengan
melalui pemberian reward sticker pictured kategori baik sekali dan sebanyak 1 anak
menunjukkan bahwa pada pra siklus (5,56%) memiliki pembiasaan menyikat
ditemukan sebanyak 8 anak (44,44%) masuk gigi dengan kategori baik. Skor rerata kelas
ke dalam kategori cukup, 10 anak (55,56%) pada pelaksanaan Siklus II sebesar 11,09
masuk kategori baik. Kondisi ini mengalami yang berarti bahwa rata-rata kelas memiliki
peningkatan setelah dilakukan sebanyak 3 pembiasaan menyikat gigi dengan kategori
kali pertemuan pada pelaksanaan siklus I, baik sekali.
yaitu sebanyak 2 anak (11,11%) masuk ke
Deskrepsi rerata hasil penilain
dalam kategori cukup, 16 anak (88,89%)
pembiasaan menyikat antar siklus dari pra
masuk dalam kategori baik. Peningkatan
siklus, Siklus I, dan Siklus II ditunjukan pada
terus berlanjut pada pelaksanaan Siklus II,
tabel 4.8. dan diperjelas pada diagram 4.1.
Tabel 4.8.
Rerata Perkembangan Pembiasaan Menyikat Gigi
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Kategori Jumlah Jumlah Jumlah
Prosentase Prosentase Prosentase
Anak Anak Anak
Kurang - - - - - -
Cukup 8 44.44 2 11.11 - -
Baik 10 55.56 16 88.89 1 5.56
Baik Sekali - - - - 17 94.44
Diagram 4.1
Diagram Batang Retata Antar Siklus
Diagram 4.1
Diagram Batang Retata Antar Siklus
109
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
KESIMPULAN DAN SARAN B. SARAN
Sebagai penutup dalam penelitian
A. KESIMPULAN
ini, saran yang perlu diperhatikan adalah
Berdasarkan uraian pembahasan di Pemberian reward sticker pictured sebagai
atas, dapat disimpulkan bahwa pembiasaan upaya meningkatkan pembiasaan menyikat
menyikat gigi melalui pemberian reward gigi pada anak kelompok B2 TK ‘Aisyiyah
sticker pictured hasil rerata anak kelompok Gulon memerlukan persiapan yang cukup
B2 TK ‘Aisyiyah Gulon, dapat meningkatkan matang, sehingga guru harus mampu
keaktifan pembiasaan menyikat gigi, menentukan atau memilih media dan alat
meningkatkan keterampilan menyikat gigi pembelajaran yang tepat sehingga diperoleh
dengan benar, sekaligus dapat meningkatkan hasil yang optimal. Kemudian dalam rangka
semangat, dan rasa antusias anak didik, meningkatkan pembiasaan menyikat gigi,
sehingga rerata nilai pembiasaan menyikat guru hendaknya lebih sering memberi
gigi dapat meningkat baik dari kondisi awal/ motivasi, sehingga anak merasa senang dan
pra siklus cukup, menjadi baik pada Siklus terbiasa menyikat gigi, menceritakan tentang
I, dan meningkat menjadi baik sekali pada kegiatan menyikat gigi sehingga dapat
Siklus II. Adapun hasil rerata kelas nilai memberikan motivasi semangat anak didik
kegiatan menyikat gigi yang dicapai pada untuk terbiasa menyikat gigi. Dan Terakhir
pra siklus 7,56 Siklus I dengan rerata 8,44, Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut,
dan rerata Siklus II 11,09 Jadi antara siklus I karena hasil penelitian ini hanya dilakukan
dan Siklus II ada peningkatan 2,65 kegiatan pada anak kelompok B2 TK ‘Aisyiyah Gulon
pembiasaan menyikat gigi dengan pemberian dan hanya dilakukan di sekolah. Untuk
reward sticker pictured. penelitian yang serupa hendaknya dilakukan
perbaikan-perbaikan khususnya media yang
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
111