Anda di halaman 1dari 168

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan ialah hal yang penting bagi individu, dengan adanya pendidikan

dapat mengembangkan potensi individu tersebut. Menurut Permendikbud No 20

Tahun 2017 tentang SISDIKNAS dinyatakan pembelajaran ialah interaksi timbal

balik antara pendidik, anak didik dan lingkungan belajar. Arsyad (2014)

Mengemukakan, belajar ialah proses menyeluruh pada diri sendiri sepanjang

hayat karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Lebih lanjut

Yamin (2007) mengatakan pembelajaran merupakan sistem organisasi dalam

bidang cakupan luas, operasional kompleks yang saling mempengaruhi berbagai

sub-sub lainnya, oleh sebab itu sub sistem dalam pembelajaran tidak berhasil

secara maksimal jika tidak berinteraksi dengan baik.

Dalam proses pembelajaran yang diterapakan pada jenjang pendidikan,

pendekatan yang digunakan yaitu seperti model pembelajaran. Terkait

pelaksanaan dijenjang SD Suharjo (2006) mengutarakan kemampuan peserta

didik berupa aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik perlu ditanamkan sesuai

tingkat kemampuan serta menyiapkan kejenjang selanjutnya.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ialah Mata pelajaran yang belajarkan di

Sekolah Dasar. Samatowa (2011) berpendapat IPA merupakan ilmu yang

membahas situasi alam, baik yang berkaitan biotik dan abiotik. Dengan prinsip

IPA bisa mempersiapkan peserta didik untuk mempunyai pengetahuan dan

keterampilan serta membantu memahami gejala alam secara komperehenship.


2

Sikap ilmia serta keterampilan proses terdapat dalam pembelajaran IPA, hal

ini dikarenakan sikap ilmiah dalam IPA mencakup rasa ingin tahu, kerjasama,

bertanggung jawab, disiplin, dan tidak mudah putusasa. Sikap tersebut dapat

ditanamkan pada peserta dengan menggunakan model yang bervariasi.

Model pembelajaran yang bervariasi sejauh ini belum di terapkan di SD

Negeri 1 Naioni kota kupang. Sejauh pengamatan penulis pada kegiatan kampus

mengajar perintis (KMP). Pembelajaran dilakukan masih banyak menggunakan

yang menempatkan guru sebagai sumber belajar. Bahkan peserta didik hanya

mendengarkan apa yang disampaikan pendidik. Sehingga keterampilan untuk

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) belum tercapai secara maksimal.

Studi awal yang dilakukan peneliti di SDN 1 Naioni pada tanggal 12 oktober

2020 di sela-sela kegiatan program kampus mengajar perintis, dalam proses

kegiatan pembelajaran ditemukan kurang efektif dalam menerapkan literasi

numerasi. Adapun kendala-kendala pada saat observasi yakni; 1). Dalam peserta

didik kurang aktif, 2). Kurangnya siswa dalam menerima kegiatan belajar

mengejar dikelas 3). Ditemukan sebagaian peserta belum dapat membaca menulis

dan menghitung dengan baik. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan penulis

menawarkan model pembelajaran yang dapat berpengaruh aktivitas peserta didik

dalam belajar dan lebih melibatkan peserta didik dalam proses belajar yakni

dengan menerapkan model pembelajaran CTL type Course Rivew Horay (CRH).

Model CTL type CRH ialah model yang membantu pendidik menghubungkan

materi dengan kenyataan yang ada disekitarnya. Suriati,(2019). CTL type CRH

memilki kelebihan diantaranya, pembelajaran menjadi lebih kongkret dan ril,


3

artinya peserta didik dapat memahami kaitan antara pengalaman belajar disekolah

dengan fakta dilingkungan.

Model pembelajan sangat berperan dalam proses belajar. Jika pendidik

memakai model yang tepat maka hasilnya dapat maksimal. Mengingat objekstudi

dari mata pelajaran IPA tentang Bermain di lingkunganKu maka perlu

menerapkan model pembelajaran yang konteks atau nyata, oleh karenanya guru

menerapkan CTL type CRH yang dianggap tepat dalam pembelajaran. CRH

merupakan pembelajaran kontektual yang dapat meningkatkan kemampuan

peserta dan bersifat menyenangkan. oleh karna itu siswa perlu adanya

keterampilan dalam proses belajar mengajar.

Keterampilan numerasi dibutuhkan dalam semua aspek kehidupan, baik di

rumah maupun dimasyarakat. Pembelajaran numerasi yaitu pembelajaran yang

bisa langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat. Selain

pembelajaran numerasi yang dapat membantu kemampuan peserta didik dalam

pembelajaran secara langsung akan tetapi pemebelajaran literasi ini juga sangat

penting kaitannya dalam dunia pendidikan. Pembelajaran literasi ialah

kemampuan individu dalam membaca, menulis, menghitung serta memecahkan

masalah, sehingga ada kaitannya dengan model digunakan. Model CTL type CRH

ialah pembelajaran yang pemahamannya jika jawabannya benar langsung

berteriak horrraaayyy (Dwitantra, 2010).

Guru diharapkan untuk lebih kreatif menciptakan suasana pembelajaran yang

lebih efektif serta meningkatkan literasi numerasi peserta didik pada proses

pembelajaran berlangsung sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran yang


4

lebih baik. Salah satu dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model

pembelajaran yang lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep

dan dapat meningkatkan literasi numerasi peserta didik. Berdasarkan

permasalahan, kenyataan dan harapan yang telah diuraikan diatas, maka perlu

dilakukan penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran CTL type Course

Rivew Horay dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi Numerasi Peserta Didik

Tema2 Bermain Di Lingkunganku Kelas 2 SD Negeri 1 Naioni Tahun Ajaran

2020/2021.”

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran CTL type CRH pada peserta

didik SD Negeri 1 Naioni Tahun Ajaran 2020/2021?

2. Apakah ada peningkatan kemampuan literasi numerasi setelah menerapkan

model pembelajaran CTL type CRH pada peserta didik di SDN 1 Naioni

Tahun Ajaran 2020/2021?

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini yakni:

1. Untuk mendeskripsikan penerapan modelpembelajaran CTL type CRH pada

peserta didik kelas 2 SD Negeri 1 Naioni Tahun Ajaran 2020/2021.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi numerasi setelah

menerapkan model pembelejaran CTL type CRH pada peserta didik kelas 2

SDN 1 Naioni Tahun Ajaran 2020/2021.


5

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan membawa manfaat secara langsung maupun tidak

langsung untuk dunia pendidikan, adapun manfaat dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan wawasan

dan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya Pendidikan

Guru Sekolah Dasar yang nantinya setelah menjadi guru dapat membantu

peserta didik dalam meningkatkan literasi numerasi yang ada di sekolah.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

Memberikan masukan dalam upaya meningkatkan kemampuan peserta

didik dalam literasi numerasi dengan menggunaka model pembelajaran

CTL type CRH.

b. Bagi guru

Sebagai bahan masukan bagi guru dalam upaya mengembangkan model

pembelajaran CTL type CRH yang dapat meningkatkan literasi numerasi

peserta didik.

c. Peneliti

Dapat menerapkan model CTL type CRH dalam proses pembelajaran

sehingga dapat menjadi bekal awal menjadi guru professional


6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran CTL

Pembelajaran kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan pembelajaran yang digunakan untuk memahami makna materi

pelajaran yang dipelajari peserta didik dengan mengkaitkan materi tersebut

dalam konteks kehidupan peserta didik sehari-hari. Menurut Ariestuti, dkk

(2014) CTL merupakan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik

menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada

masalah-masalah dunia nyata, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih

berarti dan menyenangkan. Model pembelajran CTL menekankan pada

keaktifan siswa dalam mempelajari materi. Dalam prosesnya pembelajaran

dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, melalui kerjasama, pengalaman

langsung siswa, konsep aplikasi dan dalam situasi yang menyenangkan

Maghfiroh, (2014).

Pembelajaran dengan menerapkan model CTL dimaksudkan supaya

peserta didik mampu dan terbiasa belajar secara kontekstual dan membangun

pengetahuannya sendiri yang didapat dari pengalaman nyata yang dialami

peserta didik itu sendiri. Dimana dalam proses pembelajarannya peserta didik

menjadi lebih aktif dan dapat memahami makna dari materi yang diberikan.

Model ini diasumsikan mampu meningkatkan pemahaman belajar peserta didik

yang berujung pada prestasi belajar yang baik. CTL memperluas konteks
7

pribadi peserta didik lebih lanjut melalui pemberian pengalaman segar yang

akan merangsang otak guna menjalin hubungan baru untuk menemukan makna

yang baru.

Berdasarkan pandangan para ahli di atas, dapat disimpulkan CTL adalah

suatu proses pembelajaran yang mengkaitkan materi yang akan dipelajari

dengan kehidupan nyata atau lingkungan sekitar agar pembelajaran dapat lebih

bermakna dan pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin

informasi untuk menemukan makna yang baru.

2.1.2. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL)

Menurut Wina Sanjaya (2009), mengemukakan bahwa Contextual

Teaching and Learning merupakan suatu model pembelajaran yang memiliki

7 jenis ialah;

1. Konstruktivistik (Constructivist)

Konstruktivistik (Constructivist) merupakan landasan berfikir

pembelajaran kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia

sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang

terbatas (sempit) dan tidak tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat

fakta-fakta, konsep, dan kaidah yang konstruksi pengetahuan itu dan

memberi makna melalui pengalaman nyata.

2. Bertanya (Questioning)

Bertanya (Questioning) merupakan strategi utama pembelajaran yang

berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai


8

kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan

berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting

dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali

informasi, menkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan

perhatian pada aspek yang belum diketahui.

3. Menemukan (Inquiry)

Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh

siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi

hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang

merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat Belajar (Learning Community) merupakan pembelajaran yang

diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari

sharing antar teman, antar kelompok, antar mereka yang tahu, ke mereka

yang belum tahu. Dalam CTL, kegiatan pembelajaran dapat dilakukan

dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa yang pandai mengajari siswa

yang lemah, dan yang tahu memberi tahu yang belum tahu. Masyarakat

belajar bisa tercipta apabila ada proses komunikasi dua arah.

5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan (Modeling) adalah sebuah pembelajaran keterampilan atau

pengetahuan tertentu. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan

yang dipikirkan, mendemonstrasikan, dan melakukan apa yang guru


9

inginkan agar siswa ikut serta dalam kegiatan pemodelan. Dalam

pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat

dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk

memberi contoh kepada teman-temannya

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi (Reflection) merupakan bagian penting dari pembelajaran CTL.

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir

ke belakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu.

Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang

baru saja diterima. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya se

bagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau

revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap

kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment) adalah proses yang

dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan

belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui

apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Apakah pengalaman belajar

siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik

intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara

terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara

terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu,

tekanannya diarahkan pada proses belajar bukan pada hasil belajar.


10

2.1.3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL)

Langkah-langkah model pembelajaran CTL lebih jelas di uraikan

Wardoyo (2013) pada tabel 2.1 sebagai berikut.

Tahap Pengenalan Sebelum memulai pembelajaran siswa di minta


untuk memperkenalkan dengan hal baru yang akan
di pelajari
Tahap Pengaitan Siswa di minta untuk mengaitkan pengetahuan baru
yang di dapatkan dengan pengetahuan awal yang
telah mereka milik
Tahap Penafsiran Siswa di tuntut untuk menemukan dan
menyimpilkan pengetahuan yang di dapatkannnya
dengan implementasi atau penafsiranmyang di
dasarkan pada pengetahuan yang di milikinya
Tahap Tahapan yang dilakukan oleh siswa dengan cara
Implementasi mengimplementasikan materi keterampilan atau
pengetahuan yang didapatkan mereka dari proses
belajar ke dalam konteks kehidupan yang nyata
Tahap Refleksi Tahapan ini penting dilakukan agar pengalaman-
pengalaman yang didapatkannya selama proses
pembelajaran dapat terekam secara baik dalam
struktur kognisi peserta didik.
Tahap Evaluasi Siswa pada tahapan ini dinilai secara auntentik
untuk menentukan sampai dimana pengetahuan dan
kemampuan siswa setelah dilakukannya proses
pembelajaran

2.1.4. Kelebihan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning

(CTL)

Menurut Trianto (2010) menjelaskan bahwa kelebihan CTL adalah

sebagai berikut:

1) Menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif

dalam proses pembelajaran.

2) Pembelajaran kontekstual siswa belajar dalam kelompok, kerjasama

diskusi, saling menerima dan memberi.


11

3) Berkaitan secara riil dengan dunia nyata.

4) Kemampuan berdasarkan pengalaman.

5) Dalam pembelajaran kontekstual perilaku dibangun atas kesadaran

sendiri

6) Pengetahuan siswa selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang

dialaminya. Pembelajaran dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan

kebutuhan.

7) Pembelajaran kontekstual dapat diukur melalui beberapa cara, misalnya

evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, observasi, rekaman,

wawancara, dan lain-lain.

2.1.5. Kekurangan model pembelajaran contextual teaching and learning

(CTL)

Selain kelebihan seperti yang telah disebutkan di atas, CTL juga

memiliki kelemahan. Menurut Trianto (2010) “penerapan pembelajaran

kontekstual merupakan pembelajaran yang kompleks dan sulit dilaksanakan

dalam konteks pembelajaran, kemudian pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kontekstual juga membutuhkan waktu yang lama.

Uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kekurangan pembelajaran

kontekstual adalah pembelajaran yang kompleks dan dibutuhkan waktu yang

relatif lama untuk mengumpulkan informasi dalam konteks pembelajaran.


12

2.2. Model Pembelajaran CTL Type Course Review Horay (CRH)

2.2.1. Pengertian model pembelajaran CTL type CRH

Model Pembelajara CTL type CRH merupakan salah satu model

pembelajaran kontekstual yang bersifat menyenangkan dan meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam pembelajaran karena salah satu komponen

CTL yaitu masyarakat belajar (learning community) dimana peserta didik dapat

bertukar informasi dengan temannya melalui kelompok belajar. Menurut

Setiyawan (2019) course review horay merupakan model pembelajaran dapat

membuat siswa lebih aktif dan tidak merasa bosan. Disamping itu, penerapan

model pembelajaran course review horay juga dapat memfokuskan peseta

didik dalam pembelajaran, sehingga peserta didik akan lebih mudah menerima

materi dengan baik. Sedangkan Nahar, dkk (2016) course review horay

merupakan suatu model pembelajaran kontekstual yang akan menimbulkan

pembelajaran yang menyenangkan karena dalam pembelajaran diselinggi

dengan hiburan dan pembelajaran yang dikaitkan dengan dunia nyata sehingga

membuat peserta didik lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dianalisis bahwa course

review horay merupakan suatu model pembelajaran kontekstual yang dapat

digunakan guru agar dapat tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas yang

lebih menyenangkan, sehingga peserta didik merasa lebih tertarik. Karena

dalam pelaksanaan course review horay ini, apabila peserta didik dapat

menjawab pertanyaan secara benar maka peserta didik tersebut diwajibkan


13

meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh

kelompok maupun individu siswa itu sendiri.

2.2.2. Kelebihan Course Review Horay (CRH)

Menurut Rusman (2014) kelebihan course review horay adalah sebagai

berikut:

1) Pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun

kedalamnya.

2) Pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan

sehingga suasana tidak menegangkan.

3) Siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung

menyenangkan

4) Melatih kerjasama

2.2.3. Kekurangan Course Review Horay

Menurut Rusman (2014) kekurangan course review horay adalah

sebagai berikut:

1) Peserta didik aktif dan peserta didik yang tidak aktif nilai disamakan;

Artinya, gur u hanya akan menilai kelompok yang banyak mengatakan

horey. Oleh karena itu, nilai yang diberikan guru dalam satu kelompok

tersebut sama tanpa bisa membedakan mana peserta didik yang aktif

dan yang tidak aktif.

2) Adanya peluang untuk berlaku curang; Artinya, guru tidak akan dapat

mengontrol siswanya dengan baik apakah ia menyontek ataupun tidak.


14

Guru akan memperhatiakan perkelompok yang menjawab horey,

sehingga peluang adanya sangat besar.

2.2.4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran CTL Type Course Review

Horay

Menurut (Aqib, 2014) sintaks pembelajaran CTL type Course Review

Horay dapat di lihat pada tabel dibawah ini

Tabel 2.2. Langkah-Langkahn model pembelajaran CTL type Course Review

Horay

Tahap Deskripsi Kegiatan


Tahap 1: Guru menyampaikan kompetensi yang akan di capai.
Menyampaikan
Tujuan Pembelajaran

Tahap 2: Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok


Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok
Tahap 3: 1. Peserta didik di beri kesempatan untuk mencari objek
Menyajikan yang akan di pelajari
Informasi dan 2. Peserta didik diminta untuk menjelaskan obyek yang
penugasan akan di pelajari
3. Peserta didik melakukan pengamatan atau ekperimen
terhadap hasil pengamatan atau eksperimen
4. Peserta didik membuat kesimpulan terhadap hasil
pengamatan atau ekperimen
5. Peserta didik menyampaikan kesimpulan di depan
kelompok lain, lalu kelompok lainnya di minta untuk
menanggapi atau memberikan kartu sesuai kebutuhan.
Kemudian sertiap kartu di isi angka sesuia dengan
selera masingn-masing
6. Untuk menguji pemahaman siswa, guru memberikan
soal pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan
menulis jawaban di dalam kartu.
7. Guru memberikan soal pada setiap kelompok untuk di
diskusikan dan menulis jawaban di dalam kartu.
Tahap 4: 1. Setalah waktu habis, guru mulai menunjuk beberapa
Evaluasi siswa untuk membacakan jawabannya. Jika benar,
kartu di isi tanda benar (√) sedangkan jawaban salah
diisi tanda silang (x).
2. Peserta didik yang sudah mendapat tanda (√) harus
15

berteriak “Hore”.
3. Nilai peserta didik di hitung dari jawaban yang benar
jumlah “Hore” yang diperoleh

2.3. Teori Belajar Vygotsky yang Melandasi Model Pembelajaran Corse

Review Horay

Teori Vygotsky adalah seorang psikologi yang berasal dari Rusia dan hidup

pada masa revolusi Rusia. Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan

yang pada hakekatnya adalah pembelajaran sosiocultural. Inti teori Vygotsky

adalah penekanan interaksi antara aspek internal dan eksternal dan pembelajaran

dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut Vygotsky

perkembangan intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan

pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk

memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan

pemahaman, individu berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan

pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian membangun pengertian baru.

Untuk mendukung perkembangan anak Vygotsky memperkenalkan konsep

zona perkembangan proksimal (ZPD) yang membagi perkembangan kemampuan

seseorang kedalam dua tingkat yaitu tingkat perkembangan aktual (actual

development) dan tingkat perkembangan potensial (potential development).

Dimana (actual development) ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan

sesuatu tanpa bantuan guru. Sedangkan (potential development) seorang anak

dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah dibawah petunjuk guru atau

kolaborasi dengan teman sebaya. Zona perkembangan proksimal merupakan

jarak antara tingakat perkembangan aktual (actual development) dan


16

perkembangan potensial (potential development) dimana antara apakah seorang

anak dapat melakukan sesuatu tanpa arahan guru atau independen dan apakah

seorang anak dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah dibawah petunjuk

guru atau kolaborasi dengan teman-teman yang lebih mampu.

Konsep lainnya yang dikemukakan oleh Vigotsky dalam teorinya adalah

scaffolding. Dalam pelaksanaan scaffolding ini, guru memberikan sejumlah

bantuan kepada siswa pada tahap-tahap awal pembelajaran, bantuan tersebut

dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, dan menguraikan masalah.

Kemudian menguranginya dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu.

Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual tipe

CRH memiliki sinergi dengan teori Vigotsky dimana penekanan interaksi antara

aspek internal dan eksternal dalam pembelajaran dan penekanannya pada

lingkungan sosial pembelajaran.

2.4. Literasi

2.4.1. Pengertian Literasi

Pemerintah dalam membangun suatu bangsa dalam ranah pendidikan

dengan meningkatkan keterampilan pada abad ke-21 yang harus dimiliki suatu

bangsa. Keterampilan tersebut yaitu literasi dasar, kompetensi, dan karakter.

Kompetensi yang dimiliki dengan berpikir kritis atau memecahkan

masalah, memiliki kreativitas, dan mampu berkomunikasi atau berkolaborasi

dengan baik. Karakter yang dipenuhi meliputi iman dan takwa, jiwa

kepemimpinan, berani, bertanggung jawab, berakyat, dan mampu beradaptasi


17

dengan lingkungan. Literasi dasar memiliki 6 literasi yaitu literasi baca tulis,

numerasi, sains, digital, finansial, dan budaya kewarganegaraan.

Literasi merupakan kemampuan dalam proses pengetahuan dan

memahami secara menyeluruh melalui berbagai aktivitas, antara lain

membaca, menulis, menyimak, berbicara. Literasi disebut juga dengan istilah

multiliterasi. Istilah multiliterasi merupakan keterampilan dengan berbagai cara

untuk memahami konsep-konsep dan informasi dalam berbagai bentuk teks atau

media untuk meningkatkan hasil belajar (Abidin ,2017) Literasi menurum

UNESCO merupakan rangkaian atau kemampuan membaca, menulis, dan

berhitung yang didapatkanmelalui pelaksanaan pembelajaran dan penerapan di

sekolah, keluarga, dan masyarakat. Menurut (Ibrahim, 2017) literasi juga

sebagai proses pembelajaran dengan kegiatan membaca dan menulis untuk

menyelidiki, menanyakan, mengkritisi ilmu yang dipelajari. Pembelajaran

literasi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta

didik dalam literasi teknologi, visual, literasi media, dan literasi lintas

kurikulum (IPS, Matematika, IPA, Seni, Budaya).

Berbagai penjelasan diatas dapat di simpulkan literasi merupakan gerakan

untuk meningkatkan keterampilan yang di miliki peserta didik. Literasi diajarkan

sejak dini kepada peserta didik untuk di jadikan bekal dalam menacapai suatu

bangsa yang berkualitas. Pemerintaha dalam meningkatkan kualitas suatu bangsa

dengan menggerakkan literasi dengan adanya sekolah yang berliterasi.


18

2.4.2. Sekolah Literasi

Peserta didik sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki tingkat

literasi yang tinggi di sekolah. Sekolah yang mampu membudayakan peserta

didiknya dengan memperoleh berbagai macam keterampilan yang dapat

berguna bagi kehidupannya. Sekolah literasi merupakan sekolah yang dapat

menumbuhkan dan menciptakan kemampuan berliterasi atau potensi peserta

didik diberbagai kegiatan disekolah. Sekolah literasi memiliki beberapa ciri-ciri

sebagai berikut (Abidin, 2017) (1)Bervisi Literasi, (2) Memiliki Sumber Daya

Manusia yang Peduli Literasi, (3)Memiliki Sarana Literasi, (4)Memiliki

Program Literasi, (5)Menerapkan Pembelajaran Literasi. Pemerintah dalam

dunia pendidikan harus mampu menciptakan sekolah dengan lingkungan

belajar yang sehat dan bersih, baik di sekolah, keluarga, maupun

masyarakat dalam mengembangkan tempat belajar, peningkatan kualitas guru

atau tenaga pendidikan (Atmazaki, 2017).

Sekolah literasi berupaya untuk mewujudkan sekolah yang berliterasi

dengan upaya yang dilakukan seluruh warga sekolah untuk meningkatkan dan

membangun sekolah literasi. Sekolah literasi dapat diterapkan dengan

dibangunkannya sekolah atas dasar visi dan misi untuk mengembangkan

sekolah yang berliterasi. Program literasi dikembangkan dengan adanya sarana

dan prasarana yang mendukung kegiatan literasi disekolah sehingga peserta

didik termotivasi untuk menggunakan dan memanfaatkan sarana yang ada

seperti adanya perpustakaan, pojok baca disetiap kelas, dan mading. Seorang
19

guru juga harus menggunakan model dan metode pembelajaran tematik yang

berliterasi.

Pembahasan diatas bahwa sekolah literasi merupakan sekolah yang

mampu membangun anak bangsa yang berliterat. Mewujudkan sekolah literasi

dengan dibangun dari visi dan misi yang bertujuan membangun peserta didik

yang literat dan bertekat untuk menumbuhkan motivasi kepada peserta didik

untuk mencapai cita-citanya. Dukungan oleh seluruh warga sekolah agar

terlaksananya dan membangun sekolah yang berliterasi. Program literasi juga

ditingkatkan dengan adanya gerakan literasi nasional secara menyeluruh

diseluruhbangsa.

2.4.3. Gerakan Literasi Nasional (GLN)

GLN sebagai bagian dari implementasi dari peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti

untuk membangun budaya literasi pada seluruh lembaga pendidikan sekolah.

GLN merupakan sebuah tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui

peningkatan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang dibutuhkan pada

abad ke-21 (Koesoema, 2017) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak

tahun 2016, menggerakkan Gerakan Literasi Nasional sebagai upaya untuk

mengembangkan dan membudayakan literasi di Indonesia. Gerakan ini

sebagai upaya untuk memperluas keterlibatan publik dalam mengembangkan

dan menumbuhkan potensi literasi di Indonesia (Atmazaki, 2017).

Pembahasan tersebut menunjukkan bahwa GLN merupakan program yang

dibuat kemendikbud untuk menyelenggarakan dan membudayakan literasi di


20

seluruh bangsa Indonesia. GLN bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup

dalam ranah pendidikan. Gerakan Literasi Nasional dilaksanakan secara

menyeluruh melalui tiga ranah, yaitu keluarga (Gerakan literasi Keluarga),

masyarakat (Gerakan Literasi Masyarakat), dan sekolah (Gerakan Literasi

Sekolah).

2.4.4. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Pemerintah dalam menumbuhkan budaya literasi di sekolah dengan

menggerakkan GLS. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016

menjelaskan bahwa GLS merupakan suatu kegiatan yang bersifat partisipatif,

dengan melibatkan warga sekolah (kepala sekolah, guru, peserta didik, tenaga

kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, dan orang tua peserta

didik).

Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya untuk mewujudkan organisasi

pembelajar yang literat dan meningkatkan penumbuhan budi pekerti bagi warga

sekolah melalui berbagai aktivitas yang meliputi kegiatan membaca buku non

pelajaran selama 15 menit (Prihartini, 2017). Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan (Mursyid, 2016), mengatakan

gerakan literasi sekolah bertujuan untuk memupuk kebiasaan dan motivasi

membaca untuk menumbuhkan budi pekertinya melalui buku bacaan.

Ada tiga tahapan dalam membentuk gerakan literasi sekolah yaitu

tahap pembiasaan, tahap pengembangan dan tahap pembelajaran.

Peraturan dalam kurikulum tersebut salah satu kegiatannya adalah

kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar


21

dimulai. Kemudian setelah selesai membaca, siswa diwajibkan menulis

ringkasan dari buku yang sudah dibaca. Diterapkannya kegiatan membaca agar

siswa mampu memahami konsep-konsep pembelajaran melalui pembelajaran

tematik.

Pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa gerakan literasi sekolah

adalah gerakan yang diciptakan oleh pemerintah untuk meningkatkan budaya

membaca dan menulis di sekolah melalui kurikulum pembelajaran. GLS tidak

berjalan jika tidak dudukung oleh masyarakat sekolah seperti guru, peserta

didik, orang tua, masyarakat sekolah. GLS memiliki berbagai macam literasi

dasar untuk diajarkan kepada peerta didik salah satunya yaitu literasi numerasi.

2.5. Literasi Numerasi

2.5.1. Pengertian Literasi Numerasi

Program besar yang dibuat pemerintah salah satunya literasi dasar.

Literasi dasar salah satunya yaitu literasi numerik atau numerasi. Literasi

Numerik atau Numerasi adalah kemampuan seseorang untuk terlibat dalam

penggunaan penalaran. Penalaran berarti memahami dan menganalisis suatu

pernyataan, melalui aktivitas memanipulasi bahasa matematika yang ditemukan

dalam kehidupan sehari-hari, serta mengungkapkannya baik secara lisan

maupun tulisan (Abidin, dkk 2017). Komponen-komponen dalam pelaksanaan

literasi numerasi tidak lepas dari materi yang ada dalam pembelajaran

matematika. Matematika merupakan ilmu yang berkaitan dengan pengetahuan

eksak yang telah terorganisir secara sistematik meliputi aturan-aturan,ide-ide,

penalaran bentuk serta struktur-struktur yang abstrak (Yuliana, 2018).


22

Menurut Morris Kline bahwa kemajuan suatu Negara dapat dikembangkan

melalui pemahaman di bidang matematika. Oleh karena itu, pembelajaran

matematika berpengaruh dengan kemajuan suatu Negara. Mendorong dan

memotivasi peserta didik untuk meningkatkan minat atau pertisipasi peserta

didik dengan penuh perhatian dan rasa senang untuk belajar matematika,

sehingga penerapan literasi numerasi pada anak sekolah dasar sangat

berpengaruh penting bagi perkembangan suatu bangsa Indonesia.

Kompetensi matematika tidaklah sama dengan numerasi. Pengetahuan

matematika saja tidak dapat membuat seseorang memiliki kemampuan

numerasi karena numerasi mencakup keterampilan dengan mengaplikasikan

konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, peserta didik

belajar membagi bilangan bulat dengan bilangan bulat lainnya. Peserta didik

diajarkan untuk menuliskan hasil bagi dengan sisa dan mereka juga belajar

menyatakan hasil bagi dalam bentuk desimal.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, hasil bagi yang presisi (dengan

decimal) sering kali tidak diperlukan sehingga sering kali dilakukan

pembulatan. Secara matematis, kaidah pembulatan ke bawah dilakukan jika

nilai desimalnya lebih kecil daripada 5, pembulatan ke atas jika nilai desimalnya

lebih besar daripada 5. Namun, dalam konteks real, kaidah itu tidaklah selalu

dapat diterapkan. Contohnya, jika 40 orang yang akan bertamasya dengan

menaiki minibus yang memuat 12 orang, secara hasil pembagian jumlah

minibus yang dibutuhkan untuk memuat semua orang itu adalah 3,33. Jumlah

tersebut dibulatkan ke bawah menjadi 3 minibus. Akan tetapi, jika sebuah


23

tempat duduk hanya boleh diduduki oleh satu orang saja, artinya ada 4 orang

tidak mendapatkan tempat duduk. Oleh karena itu, jumlah minibus yang

seharusnya dipesan adalah 4 buah minibus (Han, 2017).

Numerasi membutuhkan pengetahuan matematika yang dipelajari dalam

kurikulum, tetapi pembelajaran matematika itu sendiri belum tentu

menumbuhkan kemampuan numerasi. Pembahasanan diatas dapat disimpulkan

bahwa literasi numerasi merupakan keterampilan dan kemampuan peserta didik

dalam memahami dan menggunakan konsep matematika dalam proses

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan

dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan numerasi melalui berbagai

indikator dalam kehidupan sehari-hari.

2.5.2. Indikator Literasi Numerasi

Literasi numerasi dapat diterapkan melalui tiga ranah, yaitu Literasi

Numerasi di Sekolah, Literasi Numerasi di keluarga, dan Literasi

Numerasi di Masyarakat. Literasi numerasi dilaksanakan untuk membudayakan

dan menumbuhkan literasi numerasi diberbagai ranah. Salah satunya di sekolah,

indikator literasi numerasi di sekolah memiliki tiga basis untuk diterapkan di

sekolah, yaitu sebagai berikut (Han, 2017).

1. Basis Kelas

a) Jumlah pelatihan guru matematika dan guru nonmatematika

b) Jumlah pembelajaran matematika berbasis permasalahan dan

pembelajaran matematika berbasis proyek


24

c) Jumlah pembelajaran nonmatematika melibatkan unsur literasi

numerasi

d) Nilai matematika pada peserta didik

2. Basis Budaya Sekolah

a) Jumlah dan variasi buku pada literasi numerasi

b) Frekuensi peminjaman buku literasi numeras

c) Jumlah penyajian informasi dalam bentuk presensi numerasi

d) Akses situs daring yang berhubungan pada literasi numerasi

e) Jumah pada kegiatan bulan literasi numerasi

f) Alokasi dana untuk kegiatan literasi numerasi

g) Adanya tim literasi disekolah

h) Adanya kebijakan pada sekolah mengenai literasi numerasi

3. Basis Masyarakat

a) Jumlah ruang publik dilingkungan sekolah untuk literasi

numerasi

b) Jumlah dalam keterlibatan orang tua didalam tim literasi sekolah

c) Jumlah sharing session pada publik, mengenai literasi

numerasi

Mewujudkan sekolah yang berliterasi numerasi dapat diterapkan

melalui berbagai ranah indikator, dengan dilaksanankannya upaya untuk

mewujudkan indikator-indikator tersebut dengan baik. Tercapainya indikator

literasi numerasi memiliki berbagai manfaat bagi peserta didik untuk

meningkatkan generasi yang unggul dalam suatu bangsa.


25

Berdasarkan indikator literasi numerasi yang sudah dijabarkan diatas

maka indikator literasi numerasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Dapat meningkatkan baca-tulis peserta didik

2. Dapat meningkatkan kemampuan literasi integrasi antara menyimak,

berbicara, membaca, menulis dan berpikir

3. Mampu menggunakan berbagai macam angka atau simbol yang terkait dngan

matematika dasar dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari

4. Mampu menganalisis informasi yang disajikan.

2.5.3. Manfaat Literasi Numerasi

Pemerintah dalam menggerakan literasi di sekolah dengan

mewujudkan generasi emas pada abad ke-21. Literasi numerasi dapat

meningkatkan peserta didik agar mampu mengatasi masalah dengan cara

mengolah angka dengan benar. Literasi numerasi diajarkan kepada peserta didik

bukan hanya dalam mata pelajaran matematika saja, tetapi diberikan melalui

berbagai mata pelajaran lainnya untuk menggunakan matematika diberbagai

situasi (Han, 2017). Literasi bersifat praktis (digunakan dalam kehidupan sehari-

hari), professional (dalam pekerjaan), dengan kewarganegaraan (memahami isu-

isu dalam berbagai daerah), bersifat rekreasi (memahami skor penilaian dalam

pertandingan olahraga) (Ibrahim, 2017). Memperluas atau memperdalam

pemahaman numerasi melalui kegiatan-kegiatan di dalam lingkungan

sekolah, untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik

mempraktikkan keterampilan literasi numerasi.


26

Keterampilan literasi numerasi bermanfaat untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan taraf hidup manusia.

Pembelajaran numerasi penting untuk diajarkan kepada peserta didik sejak dini

untuk menentukan kemajuan dan perkembangan sebuah bangsa. Literasi

numerasi berguna untuk mewujudkan peserta didik dalam mengatasi masalah

dalam sehari-hari dan ruang lingkup literasi numerasi sangat luas untuk

diterapkannya.

2.5.4. Ruang Lingkup Literasi Numerasi

Literasi numerasi tidak hanya di dalam mata pelajaran matematika

saja, bahwa literasi numerasi memiliki ruang lingkup yang luas. Pada mata

pelajaran lainnya numerasi juga bisa diterapkan melalui numerasi lintas

kurikulum. Berikut ini contoh numerasi lintas kurikulum untuk mata pelajaran

nonmatematika: 1) Ilmu Pengetahuan Alam, mengesimasi perubahan wujud

benda. 2) Ilmu pengethuan sosia, membuat grafik penggunaan air pribadi dan

membandingkannya dengan ketersediaan air di berbagai daerah di Indonesia. 3)

PJOK. Membandingkan memperkirakan berapa kalori yang dibakar untuk

kegiatan fisik tertentu.

2.6. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan model

pembelajran contextual teaching and learning (CTL) type Course Review Horay

(CRH) adalah sebagai berikut:

1. Dianti R. Rini, dkk, Judul penelitiannya adalah Pengaruh Model

Pembelajaran CTL tipe CRH Terhadap Hasil Belajar IPS peserta didik.
27

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran

CTL tipe CRH dapat meningkatkan hasil belajar IPS peserta didik kelas V

SD Negeri 1 Kampung Baru. Hal ini dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar

peserta didik yang menggunakan model pembelajaran CTL tipe CRH

pada kelas eksperimen yaitu 79,34 lebih tinggi dari nilai rata-rata hasil

belajar peserta didik yang menggunakan metode ceramah pada kelas

kontrol yaitu 66,81.

Letak perbedaan penelitian yang saya lakukan dengan peneliti terdahulu

oleh Dianti R. Rini, dkk, terletak pada mata pelajaran IPA materi benda-

benda di sekitar pada peserta didik kelas II dan mata pelajaran IPS V, dan

jenis penelitian yang digunakan, yakni saya menggunakan desain

penelitian PTK dan Dianti R. Rini, dkk menggunakan penelitian

eksperimen.

2. Nahar Arifatun, dkk, Judul penelitiannya adalah Keefektifan Model

Pembelajaran Course Review dengan Pendekatan Kontekstual terhadap

Kemampuan Komunis Matematis pada Materi Segitiga Kelas VII. Hasil

yang diperoleh dari penelitian ini, peserta didik yang menggunakan model

pembelajaran Course Review Horay dengan pendekatan kontekstual

mencapai ketuntasan klasikal 90%. Pengaruh minat dan keaktifan

terhadap kemampuan komunikasi matematis sebesar 91,6%. Terdapat

perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol.


28

Letak perbedaan penelitian yang saya lakukan dengan peneliti terdahulu

oleh Nahar Arifatun, dkk, terletak pada jenjang pendidikan SD dengan

pendidikan SMP, dan jenis penelitian yang digunakan, yakni saya

menggunakan desain penelitian PTK dan Nahar Arifatun, dkk,

menggunakan penelitian eksperimen.

3. Suriati, Yulia Novi, dkk, Judul penelitiannya adalah Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay (CRH) untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Swasta

Yayasan Pendidikan Persada Indah Perawang. Hasil pengamatan

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas IV

SD Swasta Yayasan Pendidikan Persada Indah Perawang. Hal ini terlihat

dari presentase skor dasar yakni 37,5% meningkat pada siklus I menjadi

40,6% dan meningkat pada siklus II menjadi 43,7%. Letak perbedaan

penelitian yang saya lakukan dengan peneliti terdahulu oleh Suriati,

Yulia. Novi dkk, terletak pada materi yang diajarkan.

Berpijak dari beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan adalah

sebagian besar mengkaji tentang kemampuan kompetensi pengetahuan, hasil

belajar dan motivasi belajar. Dalam penelitian ini peneliti mencoba menerapkan

model pembelajran CTL type CRH untuk meningkatkan literasi dan numerasi

peserta didik kelas II di sekolah dasar.

2.7. Tinjauan Materi

Tema 2 : Bermain di Lingkunganku

Subtema 4 : Bermain di Rumah Teman


29

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

A. Kompetensi Dasar

3.4. Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat

tertentu

4.4. Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair kepadat, padat

kecair, cair kegas,gas ke cair, padat kegas

B. Indikator

3.4.1. Menyebutkan atau mengelompokkan perubahan wujud benda padat,

cair, dan gas.

3.4.2. Menjelaskan perubahan wujud benda cair ke padat, padat ke cair,

serta faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda melalui

percobaan.

4.4.1 Menunjukan perubahan dan wujud benda (lilin, es batu,plastisin)

akibat kondisi tertentu

4.4.2 Mengelompokkan kesesuaian sifat perubahan wujud benda dengan

kegunaannya

C. Materi Pelajaran: Perubahan Wujud Benda

Perubahan wujud benda adalah peristiwa perubahan bentuk suatu benda

menjadi bentuk benda lain yang berbeda. Ini terjadi karena peristiwa pelepasan

dan penyerapan kalor. Biasanya ini terjadi akibat tindakan seperti pemanasan,

pendinginan dan pengembunan.


30

Perubahan wujud benda dapat di golongkan menjadi beberapa peristiwa:

1. Membeku

Membeku merupakan peristiwa perubahan wujud benda dari cair

menjadi padat. Dalam peristiwa ini, zat melepaskan energi panas.

2. Mencair

Mencair adalah perubahan wujud dari padat menjadi cair. Peristiwa

ini memerlukan energi panas dengan suhu tinggi. Benda yang telah

mencair itu sepenuhnya disebut sebagai benda cair.

3. Mengembun

Mengembun ini adalah peristiwa perubahan wujud dari gas mencair

cair. Pada proses ini zat memerlukan energi panas.

4. Menguap

Menguap merupakan peristiwa wujud air menjadi gas. Pada proses

ini bagaimana zat memerlukan energi panas.

2.8. Kerangka Pemikiran

Proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini di SD Negeri 1 Naioni

dinilai kurang melatih kemampuan literasi dan numerasi peserta didik. Untuk itu,

salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah

dengan menerapkan model pembelajran CTL type CRH untuk meningkatkan

literasi dan numerasi.


31

Model pembelajaran yang diterapkan saat ini telah bergeser dari pembelajaran

berpusat pada guru menjadi pembelajar berpusat pada peserta didik. Model

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dikembangkan berdasarkan teori

belajar konstruktivis. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak

dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa

peserta didik harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya

berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dalam teori konstruktivisme,

peserta didik harus aktif dalam mengelola pengetahuan yang dipelajari, sementara

peran guru hanya sebagai fasilitator.

Permasalahan di lapangan menunjukan bahwa proses pembelajaran yang

berlangsung selama ini di Sekolah Dasar Negeri 1 Naioni belum memperoleh

hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh perencanaan pembelajaran yang

kurang efektif. Proses pembelajaran masih bersifat tradisional (konvensional) dan

berpusat pada guru. Hal ini menyebabkan peserta didik kurang perhatikan dan

fokus terhadap apa yang disampaikan guru. Untuk itu salah satu upaya yang dapat

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan model

pembelajran CTL type Course Review untuk meningkatkan literasi dan numerasi.

Model pembelajaran CTL type CRH dinilai merupakan pembelajaran yang

tepat diterapkan kepada peserta didik dikarenakan konsep pembelajarannya yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia

nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat.


32

Menurut teori Vygotsky sebaiknya proses pembelajaran dapat melibatkan

siswa secara aktif sehingga terjadi proses asimilasi, akomodasi, dan organisasi

dalam struktur kognitif siswa. Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan

intelektual terjadi pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan

menantang serta ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang

dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu berusaha

mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya

kemudian membangun pengertian baru.

Berdasarkan uraian di atas serta didukung dengan teori-teori yang ada,

kemampuan literasi dan numerasi peserta didik lebih mudah dicapai dengan

menerapkan model pembelajran CTL type Course Review Horay. Secara singkat

dapat digambarkan pada gambar di berikut ini:


33

SD NEGERI 1
NAIONI

Harapan Kenyataan

Proses pembelajaran di 1. Proses pembelajaran masih


Gab bersifat tradisional
kelas lebih melatih 2. Guru kurang mengaitkan
kemampuan literasi materi yang diajarkan dengan
situasi nyata yang ada di
numerasi peserta didik lingkungan peserta didik

solusi

Menerapkan model pembelajaran contextuak teaching and


learning (CTL) type Course Review Horay (CRH)

Hasil

Meningkatkan Pembelajaran
Literasi Numerasi peserta didik

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran penelitian


34

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah di laksanakan pada bulan februari

2021 sedangkan lokasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah SD Negeri 1

Naioni Tahun Ajaran 2020/2021.

3.2. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas

adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui

refleksi, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru sehingga prestasi

belajar peserta didik menjadi meningkat. Ebbutt (Wiriaatmadja, 2009)

mengemukakan penelitian tindakan kelas merupakan kajian sistematik dari upaya

perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan

melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka

mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Pelaksanaan penelitian tindakan

kelas menggabungkan tindakan bermakna dengan prosedur penelitian yang

merupakan suatu upaya memecahkan sekaligus mencari dukungan ilmiah.

Kesimpulan dari penelitian tindakan kelas adalah peneliti yang melakukan

tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkkatkan kualitas

pembelajaran.
35

Dalam penelitian ini prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua

siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai

sehingga keterlaksanaan dalam bentuk siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu,

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Identifikasi masalah

Refleksi
Siklus I
observasi
Perencanaan

Pelaksanaan

Hasil Refleksi
revleksiRefleksi

Refleksi

Perencanaan
observasi Siklus 2

Pelaksanaan

Lanjut
Keterangan :
kesiklus?
: kegiatan
: hasil kegiatan
: kegiatan berlangsung secara bersamaan
: urutan pelaksanaan kegiatan

Gambar 3.1 Desan PTK model Kemmis dan McTaggart (Yuliawati,


dkk. 2012).
3.3. Prosedur Penelitian

Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas. Tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut: Penelitian tindakan kelas
36

dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan,

tindakan dan observasi, refleksi.

SIKLUS 1

1. Perencanaan Tindakan

Dalam tahap perencanaan ini peneliti membuat perencanaan sebagai berikut:

a. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa, silabus Rencana Pelaksanaan

pembelajaran, dan instrumen dengan subtema bermain di lingkunganku.

b. Menyiapkan alat dan bahan yang berkaitan dengan pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan berupa kegiatan pembelajaran di kelas II Sekolah Dasar

Negeri 1 Naioni. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini sebagai

berikut:

1. Peneliti menyampaikan kompetensi yang akan di capai.

2. Peneliti membagi siswa dalam beberapa kelompok

3. Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari objek yang akan di pelajari

4. Peserta didik diminta untuk menjelaskan obyek yang akan di pelajari

5. Peserta didik melakukan pengamatan atau ekperimen terhadap hasil

pengamatan atau eksperimen

6. Peserta didik membuat kesimpulan terhadap hasil pengamatan atau

ekperimen
37

7. Peserta didik menyampaikan kesimpulan di depan kelompok lain, lalu

kelompok lainnya di minta untuk menanggapi atau memberikan kartu sesuai

kebutuhan. Kemudian sertiap kartu di isi angka sesuia dengan selera

masing-masing

8. Untuk menguji pemahaman siswa, guru memberikan soal pada setiap

kelompok untuk didiskusikan dan menulis jawaban di dalam kartu.

9. Peneliti memberikan soal pada setiap kelompok untuk di diskusikan dan

menulis jawaban di dalam kartu.

10. Setelah waktu habis, guru mulai menunjuk beberapa siswa untuk

membacakan jawabannya. Jika benar, kartu di isi tanda benar (√) sedangkan

jawaban salah diisi tanda silang (x).

11. Peserta didik yang sudah mendapat tanda (√) harus berteriak “Hore”.

12. Nilai peserta didik di hitung dari jawaban yang benar jumlah “Hore” yang

diperoleh

3. Pengamatan atau Observasi

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

Pengamat atau observer yang bertugas mengamati dan mengisi lembar observasi

guru dan peserta didik selama proses pembelajaran.

4. Refleksi

Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari

tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh

pengamat dan hasil tes peserta didik.

Siklus II
38

Tahapan kegiatan dalam siklus II mengikuti pola tahapan pada siklus I. Siklus II

akan dilaksanakan jika hasil pelaksanaan siklus I belum mencapai kriteria

keberhasilan tindakan.

3.4. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan di SD Negeri 1 Naioni

Kecamatan Alak Kota Kupang, dimana waktu penelitian mengacu pada penentuan

kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang

membutuhkan proses belajar mengajar secara efektif di kelas.

3.4.1. Letak Sekolah

Sekolah Dasar Negeri 1 Naioni terletak di Kecamatan Alak, Kota Kupang.

Didirikan pada pada tahun 2003 berdasarkan instruksi Presiden Republik

Indonesia oleh pemerintah Kota Kupang, dan dilaksanakan kegiatan belajar

mengajar hingga saat ini. Adapun batas-batas wilayahnya Sekolah Dasar Negeri

1 Naioni sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan tanah milik warga,

Timur dengan tanah milik warga, Selatan dengan pemukiman warga, sebelah

Barat dengan pekarangan GMIT jama’at pukan aknino. Sekolah ini didirikan di

atas tanah seluas ± 2.356 m2 yang didalamnya termasuk lapangan upacara.

3.4.2. Visi dan Misi Sekolah Dasar Negeri 1 Naioni

Setiap sekolah memiliki visi dan misi yang berbeda. Visi dan Misi SD

Negeri 1 Naioni antara lain:

a) Visi : Menjadikan SD Negeri 1 Naioni unggul dalam prestasi, berbudi

pekerti luhur, jujur dan bertanggung jawab


39

b) Misi :

1. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran secara

berkelanjutan dengan berbagai cara, sesuai dengan kurikulum dan standar

pendidikan nasional

2. Menyelenggarakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan

menyenangkan (PAIKEM).

3. Menghasilkan lulusan yang berprestasi, bermoral dan berbudi pekerti

luhur sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi.

4. Menjalin kerja sama dengan pihak terkait untuk menumbuhkan

partisipasi masyarakat agar peduli terhadap sekolah.

3.4.3. Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasarana di SD negeri 1 Naioni dapat disajikan pada

tabel 3.1. sebagai berikut:

Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana Sekolah

No Sarana dan Prasarana Jumlah


1 Ruang Belajar 6
2 Ruang Kepsek 1
3 Ruang Guru 1
4 Ruang Perpus 1
5 Ruang Tata Usaha 1
6 Ruang UKS 1
7 Ruang WC Guru 2
8 Ruang WC Peserta didik 3
9 Kamar Mandi 1
Jumlah 16
(Sumber: SD Negeri 1 Naioni)

3.4.4. Keadaan Peserta Didik SD Negeri 1 Naioni


40

Peserta didik SD Negeri 1 Naioni secara keseluruhan berjumlah 117 orang.

Jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin maka jumlah peserta didik perempuan

yakni 59 orang sedangkan peserta didik Laki-laki 58 orang dengan rincian pada

tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Keadaan Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin

Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah


I 11 8 19
II 15 12 27
III 11 11 22
IV 8 9 17
V 6 8 14
IV 7 11 18
Jumlah 58 59 117
(Sumber: SD Negeri 1 Naioni)

3.4.5. Keadaan Guru dan Pegawai SD Negeri 1 Naioni

Jumlah guru dan pegawai SD Negeri 1 Naioni adalah 14 orang yang terdiri

dari 9 orang guru PNS, 3 orang guru honor, 1 orang pegawai perpustakaan dan 1

orang pegawai tata usaha dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3 Daftar Nama Guru dan Pegawai

No Nama JK Jabatan
1 Marselinus Juang, S.Pd L Kepala Sekolah
2 Maaka Y. Nenotek, S.Pd P Guru Kelas
3 Maria Jeni Runa, S.Pd P Guru Mapel
4 Bernadina Deran Koten, S.Pd P Guru Kelas
5 Herlinda Doke Meo, S.Pd P Guru Kelas
6 Tharince A. Wadu Netu, S.Pd P Guru Kelas
7 Yustus Nenotek, S.Pd L Guru Mapel
8 Fransiska Kehi, S.Ag P Guru Mapel
9 Vicrtyne S. Seubelan, S.Pd P Guru Mapel
10 Yuanita Honin, S.Pd P Guru Kelas
11 Hendrik Amnesi, S.Sos, MM L Guru Kelas
12 Maksimon Denres Tokael L Tenaga Administrasi
41

13 Denz Palambu L Pengelola Perpustakaan


14 Simson Tamael L Penjaga Sekolah
(Sumber: SD Negeri 1 Naioni)

3.5. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam PTK ini adalah peserta didik Kelas II SD Negeri 1

Naioni yang berjumlah 27 orang dengan umur rata-rata 8-9 tahun, laki-laki

berjumlah 12 orang dan perempuan 15 orang.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah teknik

observasi, teknik tes literasi dan numerasi, dan Angket.

1. Teknik Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2010). Metode Observasi dalam

penelitian ini berisi catatan yang menggambarkan bagaimana aktivitas peserta

didik dalam pembelajaran dengan melalui model pembelajaran CTL type CRH.

Observasi ini dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi.

2. Teknik Tes Literasi Numerasi

Teknik tes digunakan untuk mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai peserta

didik selama kurung waktu tertentu (Sukmadinata, 2010). Metode tes dalam

penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan literasi numerasi peserta


42

didik. Tes diberikan kepada peserta didik secara individu untuk mengetahui

kemampuan literasi dan numerasi peserta didik. Bentuk tes yang digunakan

adalah tes tertulis dengan tujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik

dalam memahami materi yang diajarkan guru dengan menerapkan model

pembelajaran CTL type CRH.

3. Angket

Angket atau kuesioner motivasi berprestasi belajar Kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya ( Djaali dan Muljono, 2017)

Penilaiannya berbentuk non tes yang dilakukan pada peserta didik untuk

memperoleh data berkaitan dengan sikap atau pendapat siswa dalam

melaksanakan pembelajaran IPA materi perubahan wujud benda untuk

mengetahui meningkatnya literasi numerasi peserta didik.

3.7. Teknik Analisis Data

Data yang dibutuhkan dalam PTK ini diperoleh dengan instrumen ukur tes

untuk memperoleh data hasil literasi numerasi, dan instrumen observasi untuk

mengukur aktivitas proses pembelajaran.

1. Teknik Analisa Data Observasi

Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan

rumus sebagai berikut:

X
%= X 100 %
∑X
Keterangan :

% = Presentase
43

X = Skor setiap aspek

∑ X = Jumlah skor keseluruhan

Tingkat keberhasilan ditentukan dengan menggunakan kriteria penilaian

pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3.4. Kriteria Penilaian Literasi Numerasi

No Tingkat Keberhasilan Nilai Keterangan


1. 91 – 100 A Baik Sekali
2. 81 – 90 B Baik
3. 71 – 80 C Cukup
4. 61 – 70 D Kurang
5. 0 – 60 E Kurang Sekali
Sumber: (Daryanto, 2011).

2. Teknik Analisis Data Tes

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh peserta didik,

yang selanjutnya dibagi dengan jumlah peserta didik yang ada dikelas

tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

x=
∑X
∑N
Keterangan:
X = Nilai rata-rata
∑ X = Jumlah semua nilai siswa
∑ N = Jumlah Peserta didik.
3. Analisis data angket

Data respon siswa yang diperoleh dari pemberian angket kepada siswa

dianalisis dengan menghitung banyaknya siswa memberikan respon positif

pada setiap aspek yang ditanyakan, kemudian menghitung presentasenya

dengan menggunakan rumus sebagai berikut


44

F
P= ×100 %
N

Keterangan:

P = Presentase respon siswa tiap indikator variabel


F = Jumlah respon siswa
N = Jumlah siswa keseluruhan di dalam kelas
Sumber:(Djaali dan Muljono, 2017)
4. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar, seorang

peserta didik telah tuntas belajar bila mencapai skor 65% atau nilai 65, dan

kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah

mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65. Untuk menghitung

presentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P¿
∑ Siswa yang tuntas belajar X 100
∑ siswa
Sumber: (Daryanto, 2011).
45

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Kondisi Kelas

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Naioni semester ganjil tahun ajaran

2020/2021. SDN 1 Naioni terletak di kecamatan alak kota kupang yang berlokasi

di JLN Naioni. Sekolah ini berlokasi sangat strategis yang dekat dengan

pemukiman warga sekitar. Sekolah sangat mendukung proses pembelajaran yang

kondusif di SDN 1 Naioni. Hal ini dapat dilihat dari beberapa fasilitas yang

mendukung bagi keterlaksanaannya kegiatan belajar mengajar tersebut seperti

perpustakaan yang menjadi tempat literasi numerasi peserta didik.

Setiap ruangan yang ada disekolah tersebut terlihat sangat rapih. Guru

membagikan buku tema kepada peserta didik untuk digunakan dalam mengikuti

proses pembelajaran. Jumlah Peserta didik kelas II SD Negeri 1 Naioni berjumlah

27 peserta didik yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 15 orang perempuan,

serta memiliki 1 papan tulis dan lemari yang berisikan buku mata pelajaran.

4.2. Deskripsi Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran

Sebelum digunakan dalam pembelajaran perangkat pembelajara dan

instrument penelitian yang telah disusun kemudian divalidasi oleh dua orang
46

validator yang berkompeten dibidang nya masing-masing. Validasi dilakukan agar

perangkat dan instrument pembelajaran yang telah disusun memperoleh nilai baik

dan layak digunakan dalam penelitian. Berikut nama-nama validator di sajikan

dalam Table 4.1 di bawah ini:

Table 4.1. Nama-Nama Validator Perangkat Pembelajaran dan Intrumen

No Nama Jabatan Ket


1 Julhidayat Muhsam, Dosen PGSD Universitas Validator I
S.Pd, M.Pd Muhammadiyah Kupang
2 Yuanita Honin, S.Pd. Wali kelas II SD Negeri 1 Validator II
Naioni
Berikut hasil validasi perangkat dan intrumen pembelajaran disajikan tabel

4.2 berikut ini:

Tabel 4.2.Hasil Validasi Perangkat dan Instrumen Pembelajaran

No Perangkat Pembelajaran Penilaian Rata-rata Kriteria


VI V II
1 Silabus 3,69 3,61 3,65 Sangat Valid
2 RPP 3,61 3,38 3,49 Valid
3 LKPD 3,25 3,58 3,41 Valid
4 Materi 3,27 3,38 3,32 Valid
5 Soal Evaluasi 3,62 3,75 3,68 Sangat Valid
Berdasarkan Tabel 4.2. Secara keseluruhan hasil validasi perangkat

pembelajaran yang dilakukan validator membuktikan bahwa perangkat yang

digunakan peneliti memperoleh penelitian secara umum dikatakan valid.

selanjutnya disajikan pada lampiran 7. Berdasarkan hasil validasi tersebut, peneliti

menerapkan perangkat pembelajaran dalam penelitian di SD Negeri 1 Naioni.

Lebih lanjut terkait hasil rekapitulasi lembar validasi perangkat pembelajaran


47

yang terdiiri dari silabus, RPP,LKPD, Materi, Soal Evaluasi dapat dihat pada

Gambar 4.1 berikut ini:

3.8
3.7
3.6
3.5 Silabus
RPP
3.4
LKPD
3.3 Materi
3.2 Soal
3.1
Silabus RPP LKPD Materi Soal
Evaluasi

Gambar 4.1 Diagram validasi Perangkat Pembelajaran

4.3. Deskripsi Hasil Penelitian

PTK ini dilaksanakan di SDN 1 Naioni dimana dalam penelitian tersebut

dilakukan dalam duasiklus yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi guna meningkatkan literasi numerasi peserta didik adapun hasil penelitian

ini dideskripskan sebagaiberikut:

4.3.1. Hasil Siklus I

Hasil penlitian siklus1 yakni deskripsi proses dan penyajian data penelitian

pada meningkatnya kemampuan literasi numerasi peserta dengan menggunakan

model CTL type CRH. Deskripsi proses meliputi perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi,dan refleksi.

4.3.1.1 . Tahap Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan siklus I peneliti mempersiapkan hal-hal yang

dibutuhkan selama pelaksanaan tindakan. Pada tahap perencanaan ini lebih


48

difokuskan dalam penyusunan silabus, RPP, yang sesuai dengan model

pembelajaran CTL type CRH, LKPD, materi pembelajaran dan soal tes evaluasi.

4.3.1.2 . Pelaksanaan Tindakan

Siklus I dilakukan hari Senin 8-Selasa 9 Februari 2021 di kelas II SD

Negeri 1 Naioni dengan jumlah peserta didik 27 orang, matapelajaan yang

diterapkan dalam penelitian yaitu mata pelajaran IPA materi perubahan wujud

benda. Siswa melakukan pre-test lisan sebelum memulai materi untuk

mengetahui kemampuan pengetahuan siswa berkaitan materi perubahan wujud

benda. Pada proses ini, peneliti berperan sebagai pengajar yang mengajar

sedangkan walikelas berperan sebagai pengamat. Sementara itu, proses

berpedoman pada RPP yang telah disiapkan. RPP di lampiran pada lampiran 2

4.3.1.3 Observasi

Setelah tahap tindakan, tahap berikutnya adalah tahap observasi. Dimana

guru kelas II berperan sebagai observer berpedoman berdasarkan format

observasi yang diberikan oleh peneliti.

1. Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Peserta Didik

Pada kegiatan observasi aktivitas guru dan peserta didik dilakukan saat

proses belajar mengajar dengan menerapkan modelpembelajaran CTL type

CRH dilaksanakan. Pengamatan peserta didik dengan menggunakan format

pengamatan yang telah disusun. Berikut merupakan hasil observasi aktivitas

guru dan peserta didik pada siklusI dapat disajikan Tabel 4.3 dan Gambar 4.2

berikut ini:
49

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Peserta Didik Siklus I
No Hasil Observasi Presentase
1 Observasi Aktivitas Guru 66,1%
2 Observasi Aktivitas Peserta Didik 63%

Berdasarkan Tabel 4.3. Diatas tingkat keberhasilan mencapai 66,1%

dengan berpredikat cukup sedangkan aktivitas peserta didik mencapai 63%

dengan berpredikat baik. Dikarenakan proses pembelajaran masih

menyesuaiakan dengan model yang di terapkan yaitu model CTL type Course

Review Horay . Untuk lebih jelasnya terlampir pada lampiran 8 dan 9

66%

65%

64%
Guru
63% Peserta Didik

62%

61%
Aktivitas Guru Aktivitas PD

Gambar 4.2. Diagram Observasi Aktivitas Guru dan Peserta Didik


Siklus I
2. Hasil Tes Peserta Didik

Hasil tes peserta didik siklus1 dapat disajikan dalam Tabel 4.4. dan Gambar

4.3 berikut ini:

Tabel 4.4.Hasil Tes Peserta Didik Siklus 1


Hasil Tes Tuntas Tidak Tuntas Rata-rata
Hasil Tes peserta didik 33,3% 66,7% 63,5
Dari Tabel 4.4. Jumlah peserta didik yang telah tuntas sebanyak 9

anak atau sebesar 33,3% dan data yang belum tuntas sebanyak 18 anak atau
50

sebesar 66,7% sedangkan nilai tertinggi adalah 75 dan nilai terendah 45 serta

rata-rata nilai kelas 63,5 hal ini belum mencapai ketuntasan secara klasikal.

Untuk lebih jelasnya terlampir pada lampiran 10

70%
60%
50%
40%
Tuntas
30% Tidak Tuntas
20%
10%
0%
9 PD 18 PD

Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Test Peserta Didik

Siklus I

4.3.1.4 Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran tes serta pengamatan

terhadap aktivitas guru dan peserta didik maka peneliti melakukan refleksi.

Tahap ini merupakan tahap untuk menganalisi dan menelaah kegiaatan

pembelajaran yang telah dilakukan untuk direncanakan perbaikan pada siklus II

agar lebih baik lagi, hasil refleksi terhadap kegiatan yang telah di laksanakan

adalah sebagai berikut:

Pada observasi aktivitas guru dan peserta didik, hasil observasi

memperoleh tingkat keberhasilan sebesar 66,1% sedangkan pada observasi

aktivitas peserta didik memperoleh 63%. Maka pada siklus1, observasi aktivitas

guru dan peserta didik berada pada kriteria cukup. Hal ini dikarenakan guru

masih menyesuaikan diri dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran


51

sedangkan pada peserta didik masih belum terlihat aktif dalam kegiatan belajar

karenakan prosespembelajaran masih berorioentasi pada guru atau teacher

centered. Dengan menerapakan model CTL type CRH peserta didik masih

banyak yang belum terlihat partisipasi dalam melakukan pengamatan, masih di

temukan peserta didik yang masih malu-malu dengan temannya untuk

berdiskusi, kurang memberikan perhatian ketika guru ataupun temannya

melakukan pengamatan serta masih ada beberapa peserta didik yang memilih

sibuk sendiri dan kurang disiplin ketika pembelajaran sedang berlangsung

sehingga membuat suasana menjadi kurang kondusif. Oleh karena itu dari data

observasi aktivitasguru dan peserta didik perlu meningkatkan kualitas aktivitas

dengan melakukan perbaikkan-perbaikkan pada beberapa kegiatan, misalnya

pengelolaan kelas untuk guru dan peserta didik harus lebih memberikan

perhatian serta meningkatkan keaktifannya agar memperoleh nilai yang lebih

baik pada pelaksanaan siklus selanjutnya.

4.3.2. Hasil Siklus 2

Pelaksanaan siklus II di lakukan pada hari Senin tanggal 15- Selasa

tanggal 16 Februari 2021 dengan penerapan sebagai berikut:

4.3.2.1. Tahap Perencanaan Tindakan

Perencanaan yang dilakukan pada siklus II ini didasarkan hasil refleksi

siklus I, peneliti berserta guru merencanakan tindakan siklus ke II. Pada siklusII

ini peneliti lebih menekankan pada pengamatan prosedur kegiatan pembelajaran

dengan menerapkan model pembelajaran CTL type CRH. Hal-hal yang perlu

diperbaiki pada siklus II yaitu:


52

1. Peneliti harus lebih memotivasi peserta didik untuk belajar serta

memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang hakikat dan tujuan

belajar dengan menggunkan model pembelajaran CTL type Course Review

Horay.

2. Peneliti harus lebih memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang

memerlukan bimbingan

3. Peneliti harus lebih mengoptimalkan waktu sehingga pembelajaran dapat

berjalan dengan efektif dan efesien.

Pada tahap ini, peneliti berpedoman pada RPP yang telah disiapkan serta

perangkat pembelajaran lainnya dan menyiapkan lembar observasi aktivitas

gurudan pesertadidik.

4.3.2.2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaa kegiatan pemebelajaran pada siklus II laksanakan pada hari

Senin 15- Selasa 16 Februari 2021 di kelas II dengan jumlah peserta didik 27

orang, kegiatanpembelajaran dilakukan sama seperti pelaksanaan tindakan

siklusI sambil memperbaiki kekurangan-kekurangan pada saat proses

pelaksanaan tindakan siklus I sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I

tidak terjadi lagi pada siklus II, pembelajaran berpedoman pada RPP yang telah

di siapkan. Rpp terlampir pada lampiran 2

4.3.2.3. Tahap Observasi

Tahap observasi atau pengamatan diamati oleh observer selama proses

belajar berlangsung. Berikut akan disajikan hasil pengamatan terhadap aktivitas

guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.


53

1. Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Peserta Didik

Hasil observasi aktivitas gurudan peserta didik siklus II, Hasil observer pada

aktivitas guru dan peserrta didik dapat disajiikan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.4

sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Peserta Didik Siklus II
No Hasil Observasi Presentase
1 Observasi Aktivitas Guru 94,6%
2 Observasi Aktivitas Peserta Didik 81,5%
Dari Tabel 4.5 hasil observasi guru dan peserta didik tingkat keberhasilan

mencapai 94,6% sedangkan hasil pengamatan aktivitas peserta didik

mencapai 81,5%. Oleh karena itu pada siklus II kriteria pencapaian aktivitas

guru dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan

modelpembelajaan CTL type CRH adalah sangat baik . Untuk lebih jelasnya

pada lampiran 8 dan 9

95.00%

90.00%

85.00%
Guru
80.00% Peserta Didik

75.00%

70.00%
Aktivitas Guru Aktivitas PD
Gambar 4.4 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Peserta Didik
Siklus II

2. Hasil Tes Peserta Didik Siklus II


54

Nilai hasil tes belajar peserta didik yang telah dilaksanaka pada siklus II

diperoleh melalui kegiatan tes yang juga merupakan evaluasi berupa masing-

masing peserta didik yang dilaksanakan pada akhir kegiatan pembelajaran.

Oleh karena itu dapat diketahui seberapa besar peningkatan peserta didik.

Berdasarkan hasil tes siklus II dapat disajikan pada Tabel 4.6. dan Gambar 4.5

berikut ini:

Tabel 4.6.Hasil Tes PesertaDidik Siklus II


Hasil Tes RataRata Presentase
Hasil Tes PD 89,4 100%

Dari tabel 4.6 Mendapatkan hasil yang baik karena senua peserta didik

tuntas dengan presentasi ketuntasan sebesar 100%. Sedangkan nilai tertiinggi 100

dan nilai rendah 80 dengan rata-rata kelas 89,4. Untuk lebih lanjut hasil tes pesert

didik siklus II dipaparkan dalam bentuk grafik. Tabel hasil tes peserta didik

siklusII yang berada pada lampiran 10

100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00% Tuntas
40.00% Tidak Tuntas
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
27 PD 0 PD

Gambar 4.5 Diagram Ketuntasan Klasikal Hasil Test Peserta Didik


Siklus II
4.3.2.4. Refleksi
55

Berdasarkan hasil siklus II peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui

apakah ada peningkatan terhadap ativitas observer dan peserta didik terhadap hasil

tes dengan menerapkan model CTL type CRH sebagai berikut:

1. Observasi aktivitas guru dan peserta didik

Dari hasil observasi aktivitas guru dan peserta didik yang telah

dilaksnakan pada siklus II dapat diketahui tingkat keberhasilan mencapai

94,6% sedangkan pada peserta didik mencapai 81,5%. Hal ini masih terlepas

adanya peserta ddik yang masih pasif dalam kegiatan belajar mengajar bahkan

terlalu aktif sehingga membuat suasana pembelajaran dengan menerapkan

model CTL type CRH menjadi gaduh namun kualitas APD pada siklus II

memperoleh kriteria baik.

2. Hasil belajar peserta didik

Berdasarkan hasil tes siklus II yang telah dilakukan oleh pesertadidik

dengan menerapkan modelpembelajaran CTL type CRH maka pesertadidik

yang mengikuti kegiatan pembeljaran mengalami peningkatan membaca dan

menghitung dalalam kriteria tuntas secara klasikal dan apabila di presentasikan

menjadi 100%. Dapat diperoleh nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 80

dengan rata-rata yang diperoleh pada siklus II 89,4. Penerapan model CTL type

CRH pada siklus II ini dapat meningkatkat kemampuan literasi numerasi

peserta didik meningkat lebih baik dari siklus I yakni dari 66,7% menjadi

100%. Hal ini di dukung dengan semakin baiknya keaktifan peserta didik

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran serta meningkatnya perhatian dan


56

tanggung jawab yang diberikan terhadap kegiatan pembelajaran dengan

menerapkan model CTL type CRH.

Berdasarkan hasil refleksi siklusII, bahwa kualitas aktivitas peserta

didik, guru dan kemampuan lirasi numerasi peserta didik yang diperoleh

melalui kegiatan tes mengalami peningkatan dan kemajuan yang cukup

signifikan mencapai 100%, kemajuan ini telah memenuhi bahkan melewati

indikator keserhasilan yang ditentukan yakni 85%. Dengan tercapainya

indikator keberhasilan ini maka penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

peningkatan kemampuan literasi numerasi peserta didik dengan menerapkan

model CTL type CRH dihentikan pada siklus ke II

3. Perbandingan Hasil Observasi AktivitasGuru, Aktivitas PesertaDidik dan Hasil

Tes Peserta Didik Siklus I dan II

Berdasarkan hasil observasi aktivitas dan hasil tes peserta didik siklus I dan II

berikut ini akan disajikan grafik untuk mengetahui peningkatan aktivitas guru,

peserta didik dan hasil tes peserta didik.

a. Hasil observasi aktivitas guru

Untuk mengetahui peningkatan aktivitas guru, peneliti menggunakan hasil

obsrvasi pada siklusI dan II yang disajkan dalaam bentuk Tabel 4.7. dan

Gambar 4.6.berikut ini:

Tabel 4.7 Penigkatan Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II


Siklus I Siklus II
66,1 % 94,6%
57

100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00% Siklus I
40.00% Siklus II
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Siklus I Siklus II
Gambar 4.6 Diagram peningkatan aktivitas guru siklus I dan II

b. Hasil observasi aktivitaspeserta didik

Untuk mengetahui peningkatanaktivitas peserta didik pada siklus I dan II

yang teleh diamati rata-rata yang di peroleh dapat di sajikan pada Tabel

4.8 dan Gambar 4.7 berikut ini:

Tabel 4.8 Peningkatan Hasil Obsertvasil Peserta Didik Siklus I dan II


Siklus I Siklus II
75,2 82

82.00%

80.00%

78.00%

76.00% Siklus I
Siklus II
74.00%

72.00%

70.00%
Siklus I Siklus II

Gambar 4.7 Diagran Peningkatan Aktivitas Peserta Didik Siklus I


dan Siklus II

c. Hasil tes peserta didik siklus I dan II


58

Untuk mengetahui peningkatan hasil tes peserta didik pada siklusI dan II

dapat disajikan pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.8 berikut ini:

Tabel 4.9 Peningkatan Hasil Tes Peserta Didik Siklus I dan II


Siklus I Siklus II
66,7% 100%

Gambar 4.8 Diagram Peningkatan Hasil Tes Peserta Didik Siklus I dan
Siklus II

4.3.3. Angket
Hasil respon siswa terhadap model pembelajaran CTL type CRH materi

perubahan wujud benda pada akhir pembeajaran di peroleh banyaknya peserta

didik yang dapat menerima dengan baik yakni 84% anak dan peserta didik yang

masih belum bisa menerima denganbaik yakni 16%. Untuk lebih jelasnya hasil

respon peserta didik dapat di lihat pada lampiran 11

4.4. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peninngkatan kemampuan literasi

numerasi peserta didik melalui model CTL type Course review horay dengan

melakukan pengamatan perubahan wujud benda di SDN 1 Naioni. CTL type

CRH merupakan modelpembelajaran kontektual yang akan menimbulkan


59

pembelajaran yang menyenangkan karena dalam pembelajaran diselingi dengan

hiburan dan pembelajaran yang dikaitkan dengan dunia nyata sehingga membuat

peserta didik lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan belajar. Hal ini didukung

dengan hasil observasi aktivitas peserta didik dan hasil observasi aktivitas guru

yang menunjukkan adanya peningkatan yakni: hasil obsevasi aktivitas peserta

didik siklus I 63% sedangkan hasil observasi aktivitas guru pada ssiklus I

66,1% dengan predikat cukup. Peningkatan terjadi pada siklus II yakni pada

observasi aktivitas peserta didik mencapai 81.5% sedangkan observasi aktivitas

guru mencapai 96,4% dengan predikat baik.

Hal ini sejalan dengan prinsip belajar yang menekankan pada aktivitas

peserta didik yang dikemukakan oleh hasniyati (2013) yakni prinsip

pembelajaran seperti memberikan perhatian,motivasi,keaktifan,keterlibatan

langsung, pengulangan, tantangan danperbedaan individu. Berrdasarkan prinsip

belajar yang dikemukakan merupakan sebagai landasan dalam proses belajar

untuk mencapai hasil dalam bentuk apapun. Pemahaman yang menjadi inti

prinsip belajar ini, bukan hanya melandasi kemampuan afektif tetapi kognitif

dan psikomotorik (keterampilan), bahkan dengan diperolehnya kemampuan

afektif, kognitif dan psikomotorik yang tinggi dapat memberi pengaruh terhadap

kemampuan membaca dan menulis pesertadidik.

Dalam siklusI hasil tes peserta didik mencapai 66.67 % yang belum tuntas

hal ini dikarenakan proses pembelajaran masih berorientasi pada guru atau

teacher centered. Peserta didik belum terlihat aktif dalam kegiatan belajar

dengan menerapkan model CTL type Course review horay, kerena masih banyak
60

peserta didik yang belum terlihat dalam melakukan pengamatan dan masih di

temukan peserta didik yang kurang perhatian ketika guru atau temannya

melakukan pengamatan sehingga dalam proses pembelajaran kurang efektif dan

efien. Sedangkan pada siklus II hasil tes peserta didik mencapai ketuntasan

100% dengan rata-rata 89,4. Sesuai penelitian Dianti (2020) dengan hasil

penelitiannya menunjukan model CTL type CRH dapat meningkatkan literasi

numerasi peserta didik. Hasil penelitian ini sejalan dengan teory belajar vigotsky

yang proses belajarnya menekankan pada perkembnagn intelektual peserta didik

yang berhadapan langsung dengan pengelaman baru dan menantang sehingga

peserta didik dapat memecahkan masalah yang dimunculkan.

Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu mengaiitkan pengetahuan

baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian membangun

pengertian baru, berdasarkan terori tersebut maka penerapan model CTL type

CRH lebih menekankan pada proses belajar secara kontektual kepada peserta

didik. Sehingga kriteria dari proses keberhasilan peserta didik bukan hanya

ditentukan sejauh mana peserta didik dapat memahami materi yang dipelajarkan,

akan tetapi sejauh mana peserta didik memecahkan masalah yang dimunculkan.

Keberhasilan ini ditandai dengan keaktifan peserta didik, perhatian yang baik

dan lebih fokus pada saat prosespembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran CTL type CRH.


61

BAB 5 PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil tindakan dan pembahasan penelitian dengan menerapkan model

pembelajaran CTL type course Review Horay dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran CTL type Course Review Horay dapat

merangsang peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran melalui kegiatan

pengamatan atau eksperimen, peserta didik dapat melakukan penemuan

terhadap suatu masalah dan belajar memecahkan masalah sendiri dengan

keterampilan yang dimilikinya sesuai dengan situasi nyata .

2. Adanya peningkatan peserta didik dalam literasi numerasi dari siklus I ke

siklus II. Hal ini terlihat dari persentase ketuntasan siklus I sebesar 66,67

% dan siklus II sebesar 100%. Dari hasil ketuntasan Persentase ketuntasan

tersebut, terlihat jelas bahwa melalui model pembelajaran CTL type

Course Review Horay dapat meningkatkan kemampuan literasi numerasi

peserta didik.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dengan penerapan

model pembelajaran CTL type Course Review Horay peserta didik kelas II SD
62

Negeri 1 Naioni maka saran-saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan mutu

pendidikan serta meningkatkan potensi peserta didik SD Negeri 1 Naioni adalah

sebagai berikut:

1. Bagi guru kelas, hendaknya dapat memilih model atau metode pembelajaran

yang tepat sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan kemampuan

peserta didik serta dapat membangun komunikasi dan interaksi yang baik

dengan peserta didik agar pada saat proses pembelajaran berlangsung dapat

diterima dengan baik oleh peserta didik.

2. Bagi peserta didik, dalam kegiatan pembelajaran peserta didik hendaknya

aktif dalam berpartisipasi terhadap materi yang dipelajari sehingga ilmu

yang diperoleh dapat dipahami dalam peningkatan kemampuan literasi

numerasi sehingga meningkatnya prestasi belajar.

3. Bagi sekolah, proses pembelajaran hendaknya lebih memberikan penekatan

kepada kondisi langsung seacara contextual agar peserta didik mampu

menyimpan dan mengingat pengetahuan, serta dapat meningkatkan

kemampuan literasi numerasi peserta didik sehinga meningkatnya prestasi

belajar.
63

Daftar Pustaka

Abidin, Yunus, dkk. 2017. Pembelajarn literasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Aqib, Zainal. 2014. Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Kontektual


(Inovatif), Bandung, Yrama Widya

Ariestuti D. Putu, dkk. 2014. Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and


Learning (CTL) untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas VI SDN 3 Tonja Tahun Ajaran 2014/2015. Jurnal
Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.2. No.1. Pp
35-43.

Aris Shoimin. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


Yogyakarta. Ar-ruzz Media.

Atmazaki. 2017. Gerakan Literasi Nasional. Jakarta Timur. Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan.

Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah.


Yogyakarta: Gava Media.

Dianti R. Rini, dkk .2020. Pengaruh Model Pembelajaran CTL tipe CRH
Terhadap Hsil Belajar IPS Siswa. Jurnal Pedagogi. Vol. 1. No.1. Pp.
2-12.

Djaali, & Pudji Muljono 2017. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasind.

Dwitantra. 2010. Model Pembelajaran Course Review Horay


(CRH).http://cheliemarlangen.blogspot.com/2013/02/model-
pembelajaran-crh-pada-matematika_4365.html. Diakses pada
tanggal 22 Oktober 2020.

Han Weilin, dkk. 2017. Literasi Numerasi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
64

Hartatik S & Nafiah. 2020. Kemampuan Numerasi Mahasiswa Pendidikan Profesi


Guru Sekolah Dasar dalam Menyelesaikan Masalah Matematika.
Education and Human Development Journal. Vol.5. No.1. Pp. 32-
42.
Gani Hasniyati. 2013. Rinsip-Prinsip Pembelajaran Dan Implikasinya Terhadap
Pendidik Dan Peserta Didik. Jurnal Al-Ta’dib. Vol. 6. No. 1. Pp. 31-
34.

Ibrahim, dkk. 2017. Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Indriyani V, dkk. 2019. Literasi Baca Tulis dan Inovasi Kurikulum Bahasa. Jurnal
keilmuan dan bahasa, sastra, dan Pengajarannya. Vol. 5.No .1. Pp
1-3.

Koesoema, dkk.2017. Pedoman Penilaian dan Evaluasi Gerakan Literasi


Nasional. Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaa.

Kusmana, Suherli. 2017. Pengembangan Literasi dalam Kurikulum Pendidikan


Dasar dan Menengah. Jurnal Diglosia. Vol.1, No.1, 140-150.

Maghfiroh L & Julianto. 2014. Penerapan Model Pembelajaran CTL untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V
Sekolah Dasar. Jurnal JPGSD. Vol.2. No.2. Pp. 1-11.

Musyid M. 2016. Strategi PembelajaranLiterasi Sains Untuk Anak Usia Dini.


Jurnal Ilmiah Potensia. Vol.4. No.2. Pp 121-130.

Nahar, Arifatun, dkk. 2016. Keefektifan Model Pembelajaran Course Review


Horay dengan Pendekatan Kontekstual terhadap Kemampuan
Komunikasi Matematis pada Materi Segitiga Kelas VII. Jurnal
Unimus. Vol.3. No.1. Pp. 48-59.

Prihartini, Fitria Widi. 2017. Analisis Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah


( GLS) pada Kelas Rendah di SDN Punten 1 Batu. [Skripsi].
Malang: Universitas Muhammadiyah Malan.

Rini, Jekti Prihatin, Pujiastuti. 2017 “Pengaruh penerapan model pembelajaran


course review horay berbasis problem based learning terhadap
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar biologi”. Bioedukasi
Vol. XV No 1. Pp 21-30

Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesional Guru).


Jakarta: Raja Grafindo Persada.
65

Samatowa, Usman 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT


Indeks.

Setiyawan H & Abdillah. 2019. Course Review Horay (CRH) Learning Model To
Improve Mathematical Learning Outcomes Of Integers Materials.
Jurnal Matematika dan Pembelajaran. Vol.7. No.2. Pp. 31-41.

Suharjo. 2006. Mengenal pendidikan sekolah dasar teori dan praktek. Jakarta:
Dikti.

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi, 2009. Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, N, Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosdakarya Offset.

Sumiati. 2011. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Suriati, Y. Novi, dkk. 2019. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe course
review horay (CRH) untuk meningkatkan hasil belajar matematika
sisa Kelas IV SD. Jurnal Aksiomatik. Vol. 7. No. 2. Pp. 17-24.

Trianto. 2015. Mendesaun Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan


Kontektual. Jakarta: Pt Kharisma Putra Utama.

Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wiriaatmadja, R. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja


Rosdakarya Offset.

Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP. Jakarta:


Gaung Persada Press.

Yuliana. 2018. Pengembangan Media Pembeljaran Matematika Berbantuan


Sarkol Vidio Scribe. Lampung: FTK .

Yuliawati, Fitri, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas untuk Tenaga Pendidik
Profesional. Yogyakarta: Insan Madani.
66

N
67

ILABUS
Lampiran 1
SILABUS

Satuan Pendidikan : SD NEGERI 1 NAIONI


Kelas / Semester : II/ I
Tema 2 : Bermain di Lingkungan Ku
Subtema 4 : Bermain di Rumah Teman
Alokasi Waktu :4 X 35 Menit
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianut.
KI 2 : Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru dan tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
68

Kompetensi Dasar Materi Alokasi


Tujuan Pembelajaan Kegiatan Pembelajaran Penilaian Sumber Belajar
dan Indikator Pelajaran Waktu
IPA 1. Setelah melakukan Perubahan Kegiatan Pendahuluan: 1.Penilaian 4 × 35  Buku pedoman
 Kompetensi kegiatan wujud 1. Guru membuka pelajaran pengetahua menit guru (buku tematik
Dasar pembelajaran dengan benda dengan salam n terpadu kurikulum
3.4.Mengidentifikasi menerapkan model 2. Guru mengajak siswa untuk 2.Penilaian 2013)
wujud benda CTL type CRH siswa berdo’a bersama-sama sesuai Sikap  Buku Siswa
padat, cair, dan dapat dengan keyakinan masing- Tema : Bermain di
gas memiliki sifat mengelompokkan masing. Lingkunganku
tertentu perubahan wujud 3. Guru mengecek kehadiran Kelas 2 (Buku
4.4Mendeskripsikan benda padat, cair, dan siswa dan mengkondisikan Tematik Terpadu
terjadinya gas. siswa untuk siap belajar. Kurikulum 2013
perubahan wujud 2. Setelah melakukan 4. Guru menyampaikan secara Rev.2017, Jakarta:
cair ke padat, kegiatan pengamatan singkat garis besar materi Kementerian
padat ke cair, cair siswa dapat yang akan disajikan selama Pendidikan dan
ke gas, gas ke Mengidentifikasi pembelajaran. Kebudayaan, 2013
cair, padat ke gas. benda-benda di 5. Guru memberikan pretest Rev.2017).
 Indikator sekitar yang dapat untuk mengetahui  Materi yang telah
1. Menyebutkan atau merubah bentuk dari kemampuan awal siswa di susun
mengelompokkan padat ke cair, cair ke tentang materi bermain di
perubahan wujud padat. lingkungan sekolah
benda padat, cair, 3. Setelah melakukan Kegiatan Inti
dan gas. pengamatan siswa Tahap 1
2. Menjelaskan dapat menjelaskan Guru menyampaikan
perubahan wujud perubahan wujud kompetensi yang akan di capai.
benda cair ke benda akibat kondisi Tahap 2
padat, padat ke tertentu seperti (lilin, Guru membagi peserta didik
cair, serta faktor es batu dan platisin) ke dalam beberapa kelompok
69

yang 4. Setelah melakukan


mempengaruhi kegiatan pengamatan Tahap 3
perubahan wujud siswa dapat 1. Peserta didik diberi
benda melalui mengidentifikasi kesempatan untuk mencari
percobaan. benda-benda yang di objek yang akan dipelajari
3. Menunjukan kenal dan 2. Peserta didik diminta
perubahan dan kegunaannya melalui menjelaskan objek yang akan
wujud benda(lilin, pengamatan. dipelajar
es batu,plastisin) 3. Peserta didik melakukan
akibat kondisi pengamatan atau eksperimen
tertentu terhadap objek yang
4. Mengelompokkan dipelajari
kesesuaian sifat 4. Peserta didik membuat
perubahan wujud kesimpulan terhadap hasil
benda dengan pengamatan atas eksperimen
kegunaannya 5. Peserta didik menyampaikan
kesimpulan di depan
kelompok lain, lalu
kelompok lainnya diminta
untuk menanggapi atau
memberi masukan.
6. Untuk menguji pemahaman
peserta didik, guru
memberikan kartu sesuai
kebutuhan Kemudian setiap
kartu diisi angka sesuai
dengan selera masing-
masing.
70

7. Guru memberikan soal pada


setiap kelompok untuk di
diskusikan dan menulis
jawaban di dalam kartu
Tahap 4
1. Setelah waktu habis, guru
mulai menunjuk beberapa
peserta didik untuk
membacakan jawabannya.
Jika benar, kartu diisi tanda
benar (√ ), sedangkan bila
salah diisi tanda silang (×).
2. Peserta didik yang sudah
mendapat tanda (√ ) harus
berteriak “hore”
3. Nilai peserta didik dihitung
dari jawaban benar jumlah
“hore” yang diperoleh.
Kegiatan Penutup
1. Guru bersama siswa
membuat simpulan tentang
pembelajaran yang telah
dipelajari dengan tanya
jawab.
2. Guru mengakhiri kegiatan
pembelajaran dengan do’a
bersama
3. Melakukan refleksi atau
71
72

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Siklus 1
Satuan Pendidikan : SD NEGERI 1 NAIONI
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas / Semester : II / 1
Tema 2 : Bermain di Lingkunganku
Subtema 4 : Bermain di Rumah Teman
Alokasi Waktu : 2 × 35 menit
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang
dianut.
KI 2 : Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman guru dan tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. Kompetensi Dasar (KD) & Indikator
IPA
Kompetensi Dasar (KD)
3.4 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat
tertentu
4.4. Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair kepadat, padat kecair,
cair kegas,gas ke cair, padat kegas
Indikator
1. Menyebutkan atau mengelompokkan perubahan wujud benda padat,
cair, dan gas.
2. Menjelaskan perubahan wujud benda cair ke padat, padat ke cair, serta
faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda melalui percobaan.
73

3. Menunjukan perubahan dan wujud benda(lilin, es batu,lem cair) akibat


kondisi tertentu
4. Mengelompokkan kesesuaian sifat perubahan wujud benda dengan
kegunaannya
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model
CTL type CRH siswa dapat mengelompokkan perubahan wujud
benda padat, cair, dan gas.
2. Setelah melakukan kegiatan pengamatan siswa dapat Mengidentifikasi
benda-benda di sekitar yang dapat merubah bentuk dari padat ke cair,
cair ke padat.
3. Setelah melakukan pengamatan siswa dapat menjelaskan perubahan
wujud benda akibat kondisi tertentu seperti (lilin, es batu dan lem cair)
4. Setelah melakukan kegiatan pengamatan siswa dapat mengidentifikasi
benda-benda yang di kenal dan kegunaannya melalui pengamatan.
D. Model Pembelajaran
Model : contextual teaching learning type course review horay
E. Media Pembelajaran
Lilin, es batu, gelas, kompor, panci,dll
G. Sumber Belajar
1. Buku pedoman guru (buku tematik terpadu kurikulum 2013)
2. Buku Siswa Tema : Bermain di Lingkunganku Kelas 2 (Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013 Rev.2017, Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2013 Rev.2017).
3. Materi yang telah di susun
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1.
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
Kegiatan 1. Guru memberikan salam dan mengajak 10 Menit
pendahuluan semua siswa berdo’a menurut agama
dan keyakinan masing-masing.
2. Guru mengecek kesiapan diri dengan
mengisi lembar kehadiran dan
74

memeriksa kerapihan pakaian, posisi


dan tempat duduk disesuaikan dengan
kegiatan pembelajaran.
3. Guru menyampaikan materi perubahan
wujud benda padat ke cair, cair ke
padat dan sifatnya yang akan disajikan
selama pembelajaran.
4. Guru memberikan pretest untuk
mengetahui kemampuan awal siswa
tentang materi perubahan wujud benda
Kegiatan inti Tahap 1
Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin di capai
Tahap 2 50 Menit
Guru membagi peserta didik ke dalam
beberapa kelompok
Tahap 3
1. Peserta didik diberi kesempatan untuk
mencari objek yang akan dipelajari
2. Peserta didik diminta menjelaskan
objek yang akan dipelajan
3. Peserta didik melakukan pengamatan
atau eksperimen terhadap objek yang
dipelajari
4. Peserta didik membuat kesimpulan
terhadap hasil pengamatan atas
eksperimen
5. Peserta didik menyampaikan
kesimpulan di depan kelompok lain,
lalu kelompok lainnya diminta untuk
menanggapi atau memberi masukan.
6. Untuk menguji pemahaman peserta
didik, guru memberikan kartu sesuai
kebutuhan Kemudian setiap kartu diisi
angka sesuai dengan selera masing-
masing.
7. Guru memberikan soal pada setiap
kelompok untuk di diskusikan dan
menulis jawaban di dalam kartu
Tahap 4
1. Setelah waktu habis, guru mulai
menunjuk beberapa peserta didik untuk
membacakan jawabannya. Jika benar,
kartu diisi tanda benar (√ ), sedangkan
bila salah diisi tanda silang (×).
2. Peserta didik yang sudah mendapat
75

tanda (√ ) harus berteriak “hore”


3. Nilai peserta didik dihitung dari
jawaban benar jumlah “hore” yang
diperoleh.
1. Guru bersama siswa membuat simpulan
tentang pembelajaran yang telah
Kegiatan
dipelajari dengan tanya jawab. 10menit
penutup
2. Guru mengakhiri kegiatan
pembelajaran dengan do’a bersama.

Pertemuan 2
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
1. Guru memberikan salam dan mengajak
semua siswa berdo’a menurut agama
dan keyakinan masing-masing.
2. Guru mengecek kesiapan diri dengan
mengisi lembar kehadiran dan
memeriksa kerapihan pakaian, posisi
dan tempat duduk disesuaikan dengan
Kegiatan
kegiatan pembelajaran. 10 Menit
pendahuluan
3. Guru menyampaikan secara garis besar
materi perubahan wujud benda cair-
kegas beserta kegunaannya yang akan
disajikan selama pembelajaran.
4. Guru memberikan pretest untuk
mengetahui kemampuan awal siswa
tentang materi perubahan wujud benda
Kegiatan inti Tahap 1
Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin di capai
Tahap 2 i.
Guru membagi peserta didik ke dalam
beberapa kelompok
Tahap 3
1. Peserta didik diberi kesempatan untuk
mencari objek yang akan dipelajari
2. Peserta didik diminta menjelaskan
objek yang akan dipelajar
3. Peserta didik melakukan pengamatan
atau eksperimen terhadap objek yang
dipelajari
4. Peserta didik membuat kesimpulan
terhadap hasil pengamatan atas
eksperimen
76

5. Peserta didik menyampaikan


kesimpulan di depan kelompok lain,
lalu kelompok lainnya diminta untuk
menanggapi atau memberi masukan.
6. Untuk menguji pemahaman peserta
didik, guru memberikan kartu sesuai
kebutuhan Kemudian setiap kartu diisi
angka sesuai dengan selera masing-
masing.
7. Guru memberikan soal pada setiap
kelompok untuk di diskusikan dan
menulis jawaban di dalam kartu
Tahap 4
1. Setelah waktu habis, guru mulai
menunjuk beberapa peserta didik untuk
membacakan jawabannya. Jika benar,
kartu diisi tanda benar (√ ), sedangkan
bila salah diisi tanda silang (×).
2. Peserta didik yang sudah mendapat
tanda (√ ) harus berteriak “hore”
3. Nilai peserta didik dihitung dari
jawaban benar jumlah “hore” yang
diperoleh.
1. Guru bersama siswa membuat simpulan
tentang pembelajaran yang telah
Kegiatan 10menit
dipelajari dengan tanya jawab.
penutup
2. uru mengakhiri kegiatan pembelajaran
dengan do’a bersama.
I. Penilaian
1. Prosedur Penelitian
a. Penilaian Kognitif/Pengetahuan
Jenis : Soal Evaluasi
Bentuk : Uraian (Percoaan)
b. Penilaian Efektif/ Sikap
Bentuk : Lembar Pengamatan PD
2. Instrumen Penilaian
a. Penilaian Kognitif
Jenis Penilaian Bentuk Intrumen Instrumen
Soal Individu Uraian
 Pedoman Pensekoran/ Rubik Penilaian
No Kunci Jawaban Skor
1
2
3
4
77

5
78

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Siklus 2
Satuan Pendidikan : SD NEGERI 1 NAIONI
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas / Semester : II / 1
Tema 2 : Bermain di Lingkunganku
Subtema 4 : Bermain di Rumah Teman
Alokasi Waktu : 2 × 35 menit
1. Kompetensi Inti
KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang
dianut.
KI 2 : Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya dri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman guru dan tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
2. Kompetensi Dasar (KD) & Indikator
IPA
Kompetensi Dasar (KD)
3.4 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat
tertentu
4.4. Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair kepadat, padat kecair,
cair kegas,gas ke cair, padat kegas
Indikator
1. Menyebutkan atau mengelompokkan perubahan wujud benda padat,
cair, dan gas.
2. Menjelaskan perubahan wujud benda cair ke padat, padat ke cair, serta
faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda melalui
percobaan.
3. Menunjukan perubahan dan wujud benda(lilin, es batu,lem cair) akibat
kondisi tertentu
79

4. Mengelompokkan kesesuaian sifat perubahan wujud benda dengan


kegunaannya
3. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model
CTL type CRH siswa dapat mengelompokkan perubahan wujud
benda padat, cair, dan gas.
2. Setelah melakukan kegiatan pengamatan siswa dapat Mengidentifikasi
benda-benda di sekitar yang dapat merubah bentuk dari padat ke cair,
cair ke padat.
3. Setelah melakukan pengamatan siswa dapat menjelaskan perubahan
wujud benda akibat kondisi tertentu seperti (lilin, es batu dan lem cair)
4. Setelah melakukan kegiatan pengamatan siswa dapat mengidentifikasi
benda-benda yang di kenal dan kegunaannya melalui pengamatan.
D. Model Pembelajaran
Model : contextual teaching learning type course review horay
E. Media Pembelajaran
Lilin, es batu, gelas, kompor, panci,dll
F. Sumber Belajar
1. Buku pedoman guru (buku tematik terpadu kurikulum 2013)
2. Buku Siswa Tema : Bermain di Lingkunganku Kelas 2 (Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013 Rev.2017, Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2013 Rev.2017).
3. Materi yang telah di susun
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1.
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
Kegiatan 1. Guru memberikan salam dan mengajak 10 Menit
pendahuluan semua siswa berdo’a menurut agama
dan keyakinan masing-masing.
2. Guru mengecek kesiapan diri dengan
mengisi lembar kehadiran dan
memeriksa kerapihan pakaian, posisi
dan tempat duduk disesuaikan dengan
80

kegiatan pembelajaran.
3. Guru menyampaikan materi perubahan
wujud benda padat ke cair, cair ke
padat dan sifatnya yang akan disajikan
selama pembelajaran.
4. Guru memberikan pretest untuk
mengetahui kemampuan awal siswa
tentang materi perubahan wujud benda
Kegiatan inti Tahap 1
Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin di capai
Tahap 2 50 Menit
Guru membagi peserta didik ke dalam
beberapa kelompok
Tahap 3
1. Peserta didik diberi kesempatan untuk
mencari objek yang akan dipelajari
2. Peserta didik diminta menjelaskan
objek yang akan dipelajar
3. Peserta didik melakukan pengamatan
atau eksperimen terhadap objek yang
dipelajari.
4. Peserta didik membuat kesimpulan
terhadap hasil pengamatan atas
eksperimen
5. Peserta didik menyampaikan
kesimpulan di depan kelompok lain,
lalu kelompok lainnya diminta untuk
menanggapi atau memberi masukan.
6. Untuk menguji pemahaman peserta
didik, guru memberikan kartu sesuai
kebutuhan Kemudian setiap kartu diisi
angka sesuai dengan selera masing-
masing.
7. Guru memberikan soal pada setiap
kelompok untuk di diskusikan dan
menulis jawaban di dalam kartu
Tahap 4
1. Setelah waktu habis, guru mulai
menunjuk beberapa peserta didik untuk
membacakan jawabannya. Jika benar,
kartu diisi tanda benar (√ ), sedangkan
bila salah diisi tanda silang (×).
2. Peserta didik yang sudah mendapat
tanda (√ ) harus berteriak “hore”
3. Nilai peserta didik dihitung dari
81

jawaban benar jumlah “hore” yang


diperoleh.
1. Guru bersama siswa membuat simpulan
tentang pembelajaran yang telah
Kegiatan
dipelajari dengan tanya jawab. 10menit
penutup
2. Guru mengakhiri kegiatan
pembelajaran dengan do’a bersama.

Pertemuan 2
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
1. Guru memberikan salam dan mengajak
semua siswa berdo’a menurut agama
dan keyakinan masing-masing.
2. Guru mengecek kesiapan diri dengan
mengisi lembar kehadiran dan
memeriksa kerapihan pakaian, posisi
dan tempat duduk disesuaikan dengan
Kegiatan
kegiatan pembelajaran. 10 Menit
pendahuluan
3. Guru menyampaikan secara garis besar
materi perubahan wujud benda cair-
kegas beserta kegunaannya yang akan
disajikan selama pembelajaran.
4. Guru memberikan pretest untuk
mengetahui kemampuan awal siswa
tentang materi perubahan wujud benda
Kegiatan inti Tahap 1
Guru menyampaikan kompetensi yang
ingin di capai
Tahap 2 i.
Guru membagi peserta didik ke dalam
beberapa kelompok
Tahap 3
1. Peserta didik diberi kesempatan untuk
mencari objek yang akan dipelajari
2. Peserta didik diminta menjelaskan
objek yang akan dipelajar
3. Peserta didik melakukan pengamatan
atau eksperimen terhadap objek yang
dipelajari
4. Peserta didik membuat kesimpulan
terhadap hasil pengamatan atas
eksperimen
5. Peserta didik menyampaikan
kesimpulan di depan kelompok lain,
lalu kelompok lainnya diminta untuk
82

menanggapi atau memberi masukan.


6. Untuk menguji pemahaman peserta
didik, guru memberikan kartu sesuai
kebutuhan Kemudian setiap kartu diisi
angka sesuai dengan selera masing-
masing.
7. Guru memberikan soal pada setiap
kelompok untuk di diskusikan dan
menulis jawaban di dalam kartu
Tahap 4
1. Setelah waktu habis, guru mulai
menunjuk beberapa peserta didik untuk
membacakan jawabannya. Jika benar,
kartu diisi tanda benar (√ ), sedangkan
bila salah diisi tanda silang (×).
2. Peserta didik yang sudah mendapat
tanda (√ ) harus berteriak “hore”
3. Nilai peserta didik dihitung dari
jawaban benar jumlah “hore” yang
diperoleh.
1. Guru bersama siswa membuat simpulan
tentang pembelajaran yang telah
Kegiatan
dipelajari dengan tanya jawab. 10menit
penutup
2. Guru mengakhiri kegiatan
pembelajaran dengan do’a bersama.
H. Penilaian
1. Prosedur Penelitian
a. Penilaian Kognitif/Pengetahuan
Jenis : Soal Evaluasi
Bentuk : Uraian (Percoaan)
b. Penilaian Efektif/ Sikap
Bentuk : Lembar Pengamatan PD
2. Instrumen Penilaian
a) Penilaian Kognitif
Jenis Penilaian Bentuk Intrumen Instrumen
Soal Individu Uraian
 Pedoman Pensekoran/ Rubik Penilaian
No Kunci Jawaban Skor
1
2
3
4
5
6
83

Skor Maksimal 100


84

Lampiran 3

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK


(LKPD)
PERUBAHAN WUJUD BENDA

Nama :

Kelas :

Anggota kelompok :

Mata Pelajaran :

Semester :

Alokasi Waktu :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG

2020
85

A. Indikator

1. Menyebutkan atau mengelompokkan perubahan wujud benda


padat, cair, dan gas.
2. Menjelaskan perubahan wujud benda cair ke padat, padat ke cair,
serta faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda melalui
percobaan.
3. Menunjukan perubahan dan wujud benda(lilin, es batu,plastisin)
akibat kondisi tertentu
4. Mengelompokkan kesesuaian sifat perubahan wujud benda
dengan kegunaannya

B. Tujuan Pembelajaran

1. Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan


model CTL type CRH siswa dapat mengelompokkan
perubahan wujud benda padat, cair, dan gas.
2. Setelah melakukan kegiatan pengamatan siswa dapat
Mengidentifikasi benda-benda di sekitar yang dapat merubah
bentuk dari padat ke cair, cair ke padat.
3. Setelah melakukan pengamatan siswa dapat menjelaskan
perubahan wujud benda akibat kondisi tertentu seperti (lilin, es
batu dan plastisin)
4. Setelah melakukan kegiatan pengamatan siswa dapat
mengidentifikasi benda-benda yang di kenal dan kegunaannya
melalui pengamatan.
86

D. Materi Perubahan Wujud Benda

Membuktikan Perubahan Wujud Benda


Padat Kecair

Percobaan 1.
Alat dan Bahan:
1. Es batu
2. Baskom
3. Stopwatch

Cara Kerja

1. Letakkan es batu di dalam baskom


2. Simpanlah baskom yang berisi es tersebut di tempat yang terkena sinar
matahari
3. Amati perubahan pada es batu tersebut
4. Hitunglah berapa lama proses perubahan wujud benda dari padat ke cair
menggunakan stopwach
5. Catatlah hasil pengamatan mu

Pertanyaan !
87

1. Apa yang terjadi ketika es batu diletakan di terik matahari? Mengapa


demikian?
2. Berapa lama waktu yang di butuhkan dalam proses perubahan wujud
padat ke cair?
Jawab!

Membuktikan Perubahan Wujud Benda cair


ke padat
88

Percobaan 2.

Alat dan Bahan:

1. Lem cair
2. Gunting
3. kertas
4. stopwatch

Cara Kerja

1. Bukalah tutupan lem dengan menggunakan gunting.

2. Lelehkan lem cair ke kertas yang sudah disiapkan.

3. Setelah dilelehkan ke kertas, amati perubahan yang terjadi pada lem cair

tersebut.

4. Catatlah hasil pengamatan mu.

Pertanyaan !
89

1. Apakah yang terjadi setelah lem cair dilelehkan dikertas, dan dibiarkan
beberapa menit!
2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam proses berubahan wujud
benda dari cair ke padat?
Jawab!

Membuktikan Perubahan Wujud Benda cair


ke gas
90

Alat dan Bahan:


1. Air

2. Korek api

3. Periuk masak

4. Kompor

5. Gayung

6. Minyak tanah

7. Stopwach

Cara Kerja

1. Isilah minyak ke dalam komfor, lalu hidupkan komfor dengan

menggunakan korek api.

2. Isilah air secukupnya ke dalam periuk

3. Letakkan priuk yang sudah diisi air di atas komfor beberapa menit

4. Bukalah tutupan priuk dengan hati-hati

5. Perhatikan apa yang terjadi saat tutupan priuk dibuka

1. Catatlah hasil pengamatan mu

Pertanyaan !
91

1. Apakah benar air yang ada di dalam priuk jika dipanaskanakan menguap?

Mengapa dmikin?

2. Berap lama proses terjadinya perubahan wujud benda tersebut

Jawab!

Membuktikan Perubahan Wujud Benda

padat ke cair
92

Alat dan Bahan:

1. Lilin

2. Korek api

3. Stopwatch

Cara Kerja

1. Siapkan lilin.

2. Nyalakan lilin dengan korek api

3. Perhatikan apa yang terjadi jika lilin dipanaskan

4. Catatlah hasil pengamatan mu

Pertanyaan !
93

1. Apayang terjadi jika lilin dipanaskan?

2. Berapa alama waktu yang di butuhkan pada proses terjadinya perubahan

wujud benda padat ke cair?

Jawab!

Lampiran 4
94

MATERI

PERUBAHAN WUJUD BENDA


ILMU PENGETAHUAN ALAM

Setiap hari aku melakukan berbagai kegiatan. Belajar, sekolah, membantu ibu di
rumah, dan bermain.
Aku sekarang sedang membantu ibu bersama teman-temanku.
Aku sedang menjemur pakaian. Ayo perhatikan benda di sekitarku. Di sana ada
ember, baju,pagar,tiang,. Di sana juga ada temanku ynag lagi makan es cream.
Benda-benda tersebut ada yang berwujud padat dan cair.
Apa saja benda-benda yang berwujud padat?
Apa saja benda-benda yang berwujud cair?

A. Ciri Benda Padat, Cair dan gas


95

Benda-benda cair dapat ditemui dengan mudah di sekitarmu. Pengertian benda


cair adalah suatu benda yang berbentuk cair, yang mempunyai sifat mengalir,
basah, bentuk tidak tetap atau menyesuaikan dengan tempat yang ditempatinya
Contoh benda gas udara yang kita hirup, asap hasil pembakaran dan lain-lain.
Bensin pada jerigen yang terbuka lama-lama habis Air merupakan benda yang
bisa terdapat dalam tiga wujud, yaitu: padat (batu), cair (air), dan gas (uap air).
B. Perubahan Wujud Benda
Benda padat, cair dan gas dapat mengalami perubahan wujud. Jika diamati
proses perubahan wujud benda, ada beberapa benda yang dapat kembali ke wujud
semula, misalnya perubahan dari wujud padat menjadi cair, kemudian berubah
menjadi ke wujud padat kembali.
Perubahan wujud seperti pada  pernyataan di atas dapat terjadi pada benda
cair yang berubah menjadi padat dan kembali wujud cair lagi. Air dapat berubah
menjadi padat jika dibekukan. Proses pembekuan ini dapat dilakukan dengan
memasukkan air ke dalam kulkas. Air yang telah menjadi padat namanya es batu.
Sedangkan es batu dapat berubah menjadi air kembali jika dibiarkan dalam tempat
terbuka. Air bisa berubah menjadi gas jika dipanaskan.
Perubahan wujud seperti pada kegiatan tersebut dinamakan perubahan
bolak-balik. Oleh karena para ahli disebut perubahan fisika. Perubahan fisika
merupakan perubahan wujud atau fisik dari satu benda, namun benda tersebut
96

dapat kembali ke wujud semula. Contoh lain perubahan fisika adalah perubahan
wujud pada garam. Garam termasuk benda padat. Jika garam dimasukkan ke
dalam air akan berubah menjadi larutan garam. Setelah dipanaskan hingga airnya
habis menguap, larutan garam berubah menjadi kristal-kristal padat. Kristal-kristal
garam akan berubah menjadi larutan garam kembali jika ditambahkan air lagi.
Perubhan wujud benda dapat di golongkan menjadi beberapa peristiwa:
A. Membeku

Membeku merupakan peristiwa perubahan wujud benda dari cair menjadi


padat. Dalam peristiwa ini, zat melepaskan energi panas.
B. Mencair

Mencair adalah perubahan wujud dari padat menjadi cair. Peristiwa ini
memerlukan energi panas dengan suhu tinggi. Benda yang telah mencair itu
sepenuhnya disebut sebagai benda cair.

C. Menguap
97

Menguap merupakan peristiwa wujud air menjadi gas. Pada proses ini
bagaimana zat memerlukan energi panas

Lampiran 5
98

KISI- KISI SOAL


Dimensi
Nomer
Indikator C C2 C C Kunci Jawaban
Soal
1 3 4

5. Menyebutkan atau 3,4.5.6,9 3. B,A,A,A,C


mengelompokkan 4.
perubahan wujud benda 5.
padat, cair, dan gas.
6.
9

6. Menjelaskan perubahan 1,2. 1,2. B,A


wujud benda cair ke padat,
padat ke cair, serta faktor Essay Essay Essay:
yang mempengaruhi no1,2,3,4 no1,2,
perubahan wujud benda 3,4 1. Padat-cair
melalui percobaan. ( ±15 menit)
2. Cair-padat
(±10 menit)
3. Cair-gas
(±5 menit)
4. Padat-Cair
(±5 menit)
7. Menunjukan perubahan 7,8 7, A,B
dan wujud benda(lilin, es 8
batu,lem cair) akibat
kondisi tertentu
8. Mengelompokkan 6,10 6, A,C
kesesuaian sifat 1
perubahan wujud benda 0
dengan kegunaannya

Lampiran 6
SOAL EVALUASI
99

SIKLUS 1
Kelas : 2 (Dua)

Tema 2 : Bermain di Lingkungan Ku

Sub tema 4 : Bermain di Rumah Teman

Berilah tanda silang (X) pada jawaban a,b dan c ynag kamu anggap benar!

1. Susu adalah benda berwujud…


a. Padat
b. Cair
c. Gas
2. Kertas dan kain termasuk benda……..
a. Padat
b. Cair
c. Gas
3. Benda berikut yang sulit dipegang adalah……
a. Pensil
b. Air
c. Penghapus
4. Udara yang kita hirup termasuk benda….
a. Gas
b. Cair
c. Padat
5. Contoh benda padat adalah..
a. Agar-agar
b. Minyak
c. susu
6. contoh benda cir adalah..
a. susu
b. kertas
c. kain
7. jika air di panaskan dalam panci, peristiwa apa yang terjadi….
a. Wujud air menjadi gas
b. Wujud padat menjadi cair
c. Wujud cair menjadi padat
8. Benda padat berubah menjadi cair jika…
100

a. Di dinginkan
b. Di panaskan
c. Di cairkan
9. Berikut ini adalah contoh benda padat, Kecuali..
a. kertas
b. agar-agar
c. air
10.

Kegiatan Perubahan wujud


1. Memanaskan mentega a. Mencair
2. Pembuatan garam b. Padat
3. Memanaskan es krim c. Menguap
4. Mendinginkan coklat d. Meleleh
Pasangan yang tepat antara kegiatan dengan perubahan wujud benda..
a. 1-a, 2-c, 3-d, 4-b
b. 1-b, 2-a, 3-b, 4-c
c. 1-d, 2-c, 3-a, 4-b

B. ESSAY
1. Berdasarkan hasil pengamatan yang terjadi pada Es batu jika di
letakkan di terik matahari, menurut anda proses apa yang terjadi dan
berapa lama waktu yang dibutuhkan!
2. Berdasarkan hasil pengamatan yang terjadi pada air jika di panaskan
di atas komfor, menurut anda proses apa yang terjadi dan berapa lama
waktu yang dibutuhkan!
3. Berdasarkan hasil pengamatan yang terjadi pada Lem jika di
lektakkan di atas kertas, menurut anda proses apa yang terjadi dan
berapa lama waktu yang dibutuhkan!
4. Berdasarkan hasil pengamatan yang terjadi pada lilin jika di panaskan,
menurut anda proses apa yang terjadi dan berapa lama waktu yang
dibutuhkan!
101

Kunci Jawaban Soal Evaluasi

1. B

2. A

3. B

4. A

5. A

6. A

7. A

8. B

9. C

10. C

Essay!

1. Perubahanwujud benda dari padat ke cair,waktu yang dibutuhkan 15 menit.

2. Perubahan wujud benda dari cair ke padat, waktu yang dibutuhkan 10 menit.

3. Perubahan wujud benda dari cair ke gas, waktu yang dibutuhkan 5 menit.

4. Perubahan wujud benda dari padat ke cair, waktu yang dibutuhkan 5 menit.
102

SOAL EVALUASI SIKLUS 2

Kelas : 2 (Dua)

Tema 2 : Bermain di Lingkungan Ku

Sub tema 4 : Bermain di Rumah Teman

Berilah tanda silang (X) pada jawaban a,b dan c ynag kamu anggap benar!

1. Susu adalah benda berwujud…


c. Padat
d. Cair
e. Gas
2. Kertas dan kain termasuk benda……..
a. Padat
b. Cair
c. Gas
3. Benda berikut yang sulit dipegang adalah……
a. Pensil
b. Air
c. Penghapus
4. Udara yang kita hirup termasuk benda….
a. Gas
b. Cair
c. Padat
5. Contoh benda padat adalah..
a. Agar-agar
b. Minyak
c. susu
6. contoh benda cir adalah..
a. susu
b. kertas
c. kain
7. jika air di panaskan dalam panci, peristiwa apa yang terjadi….
a. Wujud air menjadi gas
b. Wujud padat menjadi cair
c. Wujud cair menjadi padat
103

8. Benda padat berubah menjadi cair jika…


a. Di dinginkan
b. Di panaskan
c. Di cairkan
9. Berikut ini adalah contoh benda padat, Kecuali..
a. Minyak
b. Air
c. Agar-agar
10.

Kegiatan Perubahan wujud


1. Memanaskan mentega a. mencair
2. Pembuatan garam b. padat
3. Memanaskan es krim c. menguap
4. Mendinginkan coklat d. Meleleh
Pasangan yang tepat antara kegiatan dengan perubahan wujud benda..
d. 1-a, 2-c, 3-d, 4-b
e. 1-b, 2-a, 3-b, 4-c
f. 1-d, 2-c, 3-a, 4-b

C. ESSAY
1. Berdasarkan hasil pengamatan yang terjadi pada Es batu jika di
letakkan di terik matahari, menurut anda proses apa yang terjadi
dan berapa lama waktu yang dibutuhkan!
2. Berdasarkan hasil pengamatan yang terjadi pada air jika di
panaskan di atas komfor, menurut anda proses apa yang terjadi
dan berapa lama waktu yang dibutuhkan!
3. Berdasarkan hasil pengamatan yang terjadi pada Lem jika di
lektakkan di atas kertas, menurut anda proses apa yang terjadi dan
berapa lama waktu yang dibutuhkan!
4. Berdasarkan hasil pengamatan yang terjadi pada lilin jika di
panaskan, menurut anda proses apa yang terjadi dan berapa lama
waktu yang dibutuhkan!
104

Kunci Jawaban Soal Evaluasi

1. B

2. A

3. B

4. A

5. A

6. A

7. A

8. B

9. C

10. C

Essay!

1. Perubahanwujud benda dari padat ke cair,waktu yang dibutuhkan 15

menit.

2. Perubahan wujud benda dari cair ke padat, waktu yang dibutuhkan 10

menit.

3. Perubahan wujud benda dari cair ke gas, waktu yang dibutuhkan 5 menit.

4. Perubahan wujud benda dari padat ke cair, waktu yang dibutuhkan 5

menit.
105

Lampiran 7

Lembar Validasi Perangkat


106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116

L
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126

a
127
128
129
130
131
132
133
134
135

Lampiran 8

LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS GURU


136
137
138
139

Lampiran 9

Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Siklus I dan siklus II


140

Lampiran 10
141

Data Hasil Tes Ketuntasan Peserta Didik Siklus 1


Keterangan
No Nama Nilai Tidak
Tuntas
Tuntas
1  Alfredo Delrio Tamael  55 √
2  Ardin Fasira Lona  55 √
3  Brayen Adista Lensini  55 √
4   Bruno Gilangdo Tanon  60 √
5 Cheysa Wulandari Amnesi  58 √
6  Christiano Perdama Amnesi  55 √
7 Derlian Aprilian Margareth  60 √
8  Djovan Melkior  75 √
9  Elimelek Manafe  60 √
10 Febriani Magdalena Lensini  60 √
11 Fiki Anando Nenosaban 55 √
12 Gimon Israfil Saputra L 75 √
13 Gwenda M. Marleni N 60 √
14 Ivan Rivano Tamael 75 √
15 Jannuar Arifin Anin 65 √
16 Juwinda Amanda Noni 75 √
17 Marini Lensini 45 √
18 Naila Aluna Bota 60 √
19 Regina Soefeto 60 √
20 Richard Ricardo Anin 75 √
21 Sendi Refino Sabneno 75 √
22 Taroci Arwati Penun 75 √
23 Theresia Angreina Nembo 55 √
24 Tiara Yorisma Loasana 75 √
25 William Geri Anin 75 √
26 Yosafat Hibu 55 √
27 Zheryl Vania Pong 57 √

Jumlah 1.715 9 18
Presentase ketuntasan 33,33% 66,67%
Rata-rata 63,5
Nilai tertinggi 75
Nilai terendah 45
142

Data Hasil Tes Ketuntasan Peserta Didik Siklus II

Keterangan
No Nama Nilai Tidak
Tuntas
Tuntas
1  Alfredo Delrio Tamael  80 √
2  Ardin Fasira Lona  100 √
3  Brayen Adista Lensini  90 √
4   Bruno Gilangdo Tanon  85 √
5 Cheysa Wulandari Amnesi  93 √
6  Christiano Perdama Amnesi  80 √
7 Derlian Aprilian Margareth  93 √
8  Djovan Melkior  97,5 √
9  Elimelek Manafe  82,5 √
10 Febriani Magdalena Lensini  85 √
11 Fiki Anando Nenosaban 85 √
12 Gimon Israfil Saputra L 85 √
13 Gwenda M. Marleni N 82,5 √
14 Ivan Rivano Tamael 85 √
15 Jannuar Arifin Anin 97,5 √
16 Juwinda Amanda Noni 85 √
17 Marini Lensini 85 √
18 Naila Aluna Bota 100 √
19 Regina Soefeto 85 √
20 Richard Ricardo Anin 97,5 √
21 Sendi Refino Sabneno 85 √
22 Taroci Arwati Penun 97,5 √
23 Theresia Angreina Nembo 80 √
24 Tiara Yorisma Loasana 92,5 √
25 William Geri Anin 85 √
26 Yosafat Hibu 95 √
27 Zheryl Vania Pong 100 √

Jumlah 2.309 27
Presentase ketuntasan 100%
Rata-rata 89,4
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 80
143

Lampiran 11

Lembar Penilaian Angket Respon Peserta Didik Terhadap Proses Pembelajaran Dengan Menggunakan Model Contextual Teaching
and Learning Type Course Review Horay

Pertanyaan
No Nama Siswa I II III IV V VI VII
A b C d E f G a b c d e f g a b c d e a b c D e a b a a
1  Alfredo Delrio T 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2  Ardin Fasira Lona 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3  Brayen Adista L 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
4 Bruno Gilangdo T 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 Cheysa Wulandari 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 Christiano Perdama 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 Derlian Aprilian M 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
8 Djovan Melkior 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 Elimelek Manafe 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
10 Febriani Magdalena 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
11 Fiki Anando N 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 Gimon Israfil S.L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 Gwenda M. Marleni 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
14 Ivan Rivano Tamael 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 Jannuar Arifin Anin 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 Juwinda Amanda N 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1
17 Marini Lensini 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 Naila Aluna Bota 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19 Regina Soefeto 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
144

20 Richard Ricardo A 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
21 Sendi Refino S 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
22 Taroci Arwati Penun 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1
23 Theresia Angreina N 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
24 Tiara Yorisma L 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
25 William Geri Anin 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
26 Yosafat Hibu 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1
27 Zheryl Vania Pong 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 24 26 20 23 25 23 25 21 21 22 20 20 22 24 22 22 23 24 24 25 24 23 24 25 27 27 25 27
145

ANALISIS HASIL RESPON SISWA


No Uraian Jumlah Presentase
Respon Siswa Respon Siswa (%)
1. Bagaimanakah pendapat anda terhadap komponen Sangat Tidak Sangat Tidak
berikut ini: Tertarik Tertarik Tertarik Tertarik
a. Mata pelajaran IPA yang dipelajari 24 3 88,9 11,1
b. Buku/Materi ajar siswa 26 1 96,3 3,7
c. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 26 1 96,3 3,7
d. Model dan metode pembelajaran 23 4 85 14,8
e. Cara guru mengajar 25 2 92,6 7,4
f. Suasana belajar yang dilatihkan guru 23 4 85 14.8
g. Media pembelajaran yang digunakan 25 2 92,6 7,4
Rata-rata 24,6 2,4 91 17,5
II. Apakah anda merasa baru terhadap komponen berikut Sangat Tidak Sangat Tidak
ini: Baru Baru Baru Baru
a. Mata pelajaran IPA yang dipelajari 21 6 77,8 22,2
b. Buku/Materi ajar siswa 21 6 77,8 22.2
c. Lembar kerja Peserta Didik (LKPD) 22 5 81,5 18,5
d. Model dan metode pembelajaran 20 7 74,0 25,9
e. Cara guru mengajar 20 7 74,0 25,9
f. Suasana belajar yang dilatihkan guru 22 5 81,5 18,5
g. Media pembelajaran yang digunakan 24 3 88,9 11,1
Rata-rata 21,4 5,6 69,4 20,6
146

No Uraian Jumlah Presentase


Respon Siswa Respon Siswa (%)
III.Bagaimanakah pendapat anda terhadap bahan Ya Tidak Ya Tidak
ajar/materi ajar dan LKPD CTL type CRH ?
a. Apakah bahasanya mudah dimengerti? 22 5 81,5 18,5
b. Apakah isi bahan ajar/materi ajar dan LKPD menarik? 22 5 81,5 18,5
c. Apakah gambar-gambar dalam bahan ajar/materi ajar dan 23 4 85,1 14,8
LKPD menarik?
d. Apakah kegiatan-kegiatan yang ada dalam bahan 24 3 88,9 11,1
ajar/materi ajar dan LKPD menarik?
e. Apakah isi kegiatan dalam bahan ajar/materi ajar dan 24 3 88,9 11.1
LKPD dapat memberikan kebebasan dalam
mengemukakan pendapat?
Rata-rata 23 4 85,1 14,7
IV. Apakah anda merasa baru terhadap LKS CTL type Sangat Tidak Sangat Tidak
CRH? Baru Baru Baru Baru
a. Mengorganisasikan masalah 25 2 96,2 7,4
b. Melakukan investigasi 24 3 88.9 11,1
c. Mengumpulkan dan menganalisis data 23 4 85.1 14,8
d. Mengembangkan hasil karya 24 3 88,9 11.1
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan 25 2 96,5 7,4
masalah
26,4 2,8 91,1 51,8
Rata-rata
147

No Uraian Jumlah Presentase


Respon Siswa Respon Siswa (%)
V. Bagaimanakah pendapat anda terhadap: Jelas Tidak Jelas Tidak
Jelas Jelas
a. Penjelasan guru terhadap materi yang dipelajari? 27 0 100 0
b. Bimbingan guru pada saat menemukan konsep melalui 27 0 100 0
eksperimen/mengerjakan LKPD terhadap CTL type CRH
selama pembelajaran?
Rata-rata 27 0 10,0 0
VI. Bagaimanakah pendapat anda terhadap tes yang Mudah Sulit Mudah Sulit
diberikan?
a. Apakah anda dengan mudah menjawab butir soal Literasi 25 2 9,6 7,4
numerasi?
Rata-rata 25,0 2,0 9,6 7,4
VII. Apakah anda berminat jika pokok bahasan selanjutnya Berminat Tidak Berminat Tidak
menggunakan model pembelajaran CTL type CRH? berminat berminat
27 0 100 0
Rata-rata 23,0 0 10.0 0
Rata-rata Respon Siswa (%) 84 16
148

Lampiran 12

Lembar jawaban Peserta didik


149
150
151
152
153

Jawaban Siklus 2
154
155
156

Jawaban soal Evaluasi siklus I dan II


157
158
159
160

Lampiran 13

DOKUMENTASI
SIKLUS I

Gambar 1. Peneliti Menyampaikan Gambar 2. Peneliti Membagikan peserta


kompetensi yang akan di capai didik kedalam beberapa kelompok

Ganbar 3. Peneliti Membagikan LKS Gambar 4. Peserta didik Sedang


membuktikan perubahan wujud benda
padat-cair dan menghitung waktu dengan
stopwatch

Gambar 5. Peserta didik Membuktikan Gambar 6. Peserta didik membuktikan


perubahan wujud benda cair-padat dan perubahan wujud benda cair-gas dan
menghitung waktu dengan stopwatch mengitung waktu dengan stopwacth
161

Gambar 7. Peserta didik membuktikan Gambar 8. Peserta didik mengerjakan soal


perubahan wujud benda padat-cair dan evaluasi
menghitung waktu menggunakan
stowacth

Gambar 9. Peserta didik mengumpulkan hasil pekerjaan

SIKLUS II
162

Gambar 1. Peneliti menyampaikan Gambar 2. Peneliti membagikan peserta


kompetensi yang akan dicapai didik kedalam beberapa kelompok

Gambar 3. Peneliti membagikan LKPD Gambar 4. Peserta didik membuktikan


perubahan wujud benda padat-cair dan
menghitung waktu menggunakan
stopwach

Gambar 5. Peserta didik membuktikan Gambar 6. Peserta didik membuktikan


perubahan wujud benda cair-padat dan perubahan wujud benda cair-gas dan
menghitung waktu menggunakan menghitung waktu menggunakan
stopwacth stopwacth
163

Gambar 7. Peserta didik membuktikan gambar 8. Peserta didik mempresentasikan


perubahan wujud benda padat-cair dan hasil pengamatan
menghitung waktu menggunakan
stopwacth

G
Gambar 9. Peserta didik mengerjakan ambar 10. Peserta didik mengumpulkan
soal evaluasi hasil pekerjaan

Gambar 11. Peserta didik mengerjakan Gambar 12. Sebelum dan sesudah
angket setalah melaksanakan memulai pembelajaran selalu di dahulukan
pembelajaran pada siklus I dan II dan di akhiri dengan do’a
164

Lampiran 14

Surat Penelitian
165
166
167

z
168

RIWAYAT HIDUP

Nani Muliandani dilahirkan di Desa Bumiayu Kecamatan

Bantarkawung Kabupaten Brebes, Jawa Tengah pada taggal

31 desember 1995, sebagai anak ke tiga dari empat

bersaudara, dari pasangan bapak ikrom dan ibu sarifah.

Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh SD Negeri 1

Bantarkawung, tamat 2010, Mts Negeri Nubatukan pada tahun 2013 dan melanjutkan

Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Nubatukan pada tahun 2016. Pada tahun

2017 penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi dan diterima sebagai

mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Kupang, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Anda mungkin juga menyukai