Anda di halaman 1dari 136

MAKALAH HASIL PENELITIAN

MODEL LITERASI KEWACANAAN CALISLAUJI UNTUK


MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL
PROGRAM GURU PEMBELAJAR

DISUSUN OLEH:

DR. AI SOFIYANTI, M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
TAHUN 2016
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH HASIL PENELITIAN

MODEL LITERASI KEWACANAAN CALISLAUJI UNTUK MENINGKATKAN


KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PROGRAM GURU PEMBELAJAR

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH


KEPALA PPPPTK TK DAN PLB

DRS. SAM YHON,MM


NIP. 195812061980031003

i
ABSTRAK

Makalah hasil penelitian ini berjudul Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI untuk
Meningkatkan Kompetensi Pedagogik dan Profesional Program Guru Pembelajar.
Rumusan masalahnya adalah: (1) Bagaimanakah skenario Model Literasi
Kewacanaan CALISLAUJI Program Guru Pembelajar Mapel Bahasa Sunda Moda
Tatap Muka? (2) Bagaimanakah produk Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI
Program Guru Pembelajaran Mapel Bahasa Sunda Moda Tatap Muka? (3)
Bagaimanakah perolehan dan perubahan nilai postes kompetensi pedagogik dan
profesional 2016? (4) Bagaimanakah pendapat peserta tentang pelaksanaan
Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI Program Guru Pembelajar Mapel Bahasa
Sunda Moda Tatap Muka? (5) Bagaimanakah pendapat peserta tentang
keterkaitan konten materi pedagogik dan profesional dengan kisi-kisi soal? (5)
Bagaimanakah pendapat peserta tentang materi modul yang sulit, materi modul
yang mudah, serta hambatan dalam pelaksanaan guru pembelajar. Landasan
teoretik dan data yang yang digunakan mencakup: (1) Teori Literasi Kewacanaan,
(2) Gerakan Literasi Sekolah (3) Budaya Membaca sebagai Praktik Literasi
Kewacanaan, (4) Budaya Menulis sebagai Praktik Literasi Kewacanaan, (5)
Kompetensi Pedagogik dan Profesional, (6) Teori Model Pembelajaran (7) Model
Literasi Kewacanaan, dan (8) Moda Peningkatan Kompetensi Program Guru
Pembelajar. Metodenya adalah deskriptif kualitatif. Hasilnya adalah: (1) Skenario
pelatihan berbasis Literasi Kewacanaan CALISLAUJI, dan (2) Model Pelatihan
Literasi Kewacanaan CALISLAUJI yang berguna untuk meningkatkan kompetensi
pedagogik dan profesional pada program guru pembelajar. Temuannya adalah: (1)
secara umum hasil postes sudah bagus, hal ini dinyatakan dengan terdapatnya
peserta yang memperoelh skor nilai 100, 98,95,dan 93, (2) rata-rata nilai
kompetensi pedagogik lebih rendah dari kompetensi profesional, (3) perubahan
nilai UKG 2015 dibandingkan postes 2016 diklasifikasikan ke dalam lima kondisi,
(4) secara umum pendapat peserta tentang penerapan model literasi kewacanaan
sudah dilaksanakan oleh fasilitator secara komperehensif. Rekomendasinya
adalah: (1) Mengadakan postes ulang untuk peserta yang nilai nya di bawah KCM
6.5, (2) mengadakan penelitian lanjutan dalam mapel yang lain dengan
menggunakan Model lietrasi Kewacanaan CALISLAUJI, (3) Diadakannya Pelatihan
Program Guru Pembelajaran untuk 75 KKG MGPM Mapel Bahasa Sunda tahun
2017, (4) merevisi Modul Mapel Bahasa Sunda untuk disusun sesuai dengan
jenjang sekolah, yang mencakup: 10 Modul Mapel Bahasa Sunda jenjang SD, 10
Modul Mapel Bahasa Sunda jenjang SMP, 10 Modul Mapel Bahasa Sunda jenjang
SMA dengan keluasan dan kedalaman materi yang berbeda-beda, (5) Merevisi
kisi-kisi dan soal postes Mapel Bahasa Sunda disesuaikan dengan jenjang sekolah
yang meliputi SD, SMP, SMA/SMK.

ii
KATA PENGANTAR

Ungkapan syukur alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Pemurah. Atas perkenan-Nyalah, akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah
hasil penelitian. Makalah ini berjudul Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI untuk
Meningkatkan Kompetensi Pedagogik dan Profesional Program Guru Pembelajar. Makalah
ini dilatarbelakangi oleh rendahnya nilai UKG 2015 mapel Bahasa Sunda jenjang SMP
khususnya untuk modul KK E dan I.
Secara garis besar makalah hasil penelitian ini berisi lima bab. Bab I berisi: (1) latar belakang,
(2) identifikasi dan rumusan masalah, (3) tujuan, (4) manfaat. Bab II berisi: (1) Teori Literasi
Kewacanaan, (2) Gerakan Literasi Sekolah, (3) Budaya Membaca sebagai Praktik Literasi
Kewacanaan, (4) Budaya Menulis sebagai Praktik Literasi Kewacanaan, (5) Kompetensi
Pedagogik dan Profesional, (6) Teori Model Pembelajaran (7) Model Literasi Kewacanaan,
dan (8) Moda Peningkatan Kompetensi Program Guru Pembelajar. Bab III berisi: (1) prosedur
penelitian, (2) metode penelitian, (3) lokasi dan waktu penelitian, (4) populasi dan sampel
penelitian, (5) variabel penelitian, (6) instrumen penelitian, dan (7) teknik pengumpulan
data Bab IV berisi (1) deskripsi, analisis, dan interpretasi data perolehan serta perubahan
nilai postes modul KK E dan KK I Kab. Bandung Barat tahun 2016, (2) deskripsi, analisis, dan
interpretasi data perolehan dan perubahan nilai postes modul KK E dan KK I Kab.
Majalengka tahun 2016, dan (3) deskripsi, analisis, dan interpretasi data pendapat peserta
tentang guru pembelajar: Bab V berisi: simpulan dan rekomendasi. Pada bagian ini
disimpulkan hasil penelitian secara keseluruhan, menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian, dan diakhiri dengan rekomendasi.
Akhir kata, peneliti mohon maaf jika karya ini masih banyak kekurangan. Namun demikian,
makalah hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan dunia keilmuan
secara luas dan menjadi catatan amal sholeh bagi kita semua. Amin.

Bandung, Desember 2016


Peneliti

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................................. 6
C. Rumusan Masalah ................................................................................................ 8
D. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................ 12


A. Teori Literasi Kewacanaan .......................................................................... 12
B. Gerakan Literasi Sekolah .......................................................................... 16
C. Budaya Membaca sebagai Praktik Literasi Kewacanaan 29
D. Budaya Menulis sebagai Praktik Literasi Kewacanaan ....................................................... 31
E. Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru .......................
............ 332
F. Teori Model Pembelajaran ........................................................................... 38
G. Program Peningkatan Kompetensi Guru ................................................................ 46

BAB III METODOLOGI ........................................................................ 49


A. Prosedur Penelitian ................................................................................................... 49
B. Metode Penelitian ....................................................................................................... 63
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................................... 63
D. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................... 64
E. Variabel Penelitian .................................................................................................. 65
F. Instrumen Penelitian ................................................................................................... 65
G. Teknik Pengumpulan Dataa ............................................................................................ 70

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL .............................................. 71


A. Perolehan serta Perubahan Nilai Postes Kompetensi Pedagogik dan Profesional Modul
KK E dan KK I Peserta Guru Pembelajar Jenjang SMP Kab. Bandung Barat ............................ 71
B. Perolehan serta Perubahan Nilai Postes Kompetensi Pedagogik dan Profesional Modul
KK E dan KK I Peserta Guru Pembelajar Jenjang SMP Kab. Majalengka ................................ 80
C. Pendapat Peserta Guru Pembelajar ..................................................................................... 85

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................................ 99


A. Simpulan .................................................................................................................. 99
B. Rekomendasi .............................................................................................. 114

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 115


LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................................... 127

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, guru adalah tenaga ahli yang mempunyai tugas membimbing, mengajar, dan
atau melatih siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi citra guru bahasa Sunda antara
lain: (1) kesejahteraan khususnya imbal jasa yang diterima; (2) rasa aman dalam
melaksanakan tugas; (3) adanya hubungan antarpribadi dengan kolega; (4) kondisi
lingkungan tempat bekerja; (5) kesempatan untuk mengembangkan diri; dan (6) status
sosial yang layak.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, bahwa Standar kompetensi guru
dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam
kinerja guru.
Kinerja guru dalam pembelajaran yang unggul memerlukan para guru yang profesional
sebagai produk dari profesionalisasi secara berkelanjutan melalui pendidikan dan
pelatihan secara khusus sehingga melahirkan para guru yang memiliki (1)
profesionalitas, yaitu sikap mental merasa bangga dan komitmen terhadap
pekerjaannya, dan (2) profesionalisme, yaitu sikap mental yang komitmen terhadap
kinerja bermutu sesuai dengan standar yang diharapkan baik dari sisi pengetahuan,
sikap, maupun keterampilan
Guru sebagai pelaku otonomi kelas, memiliki kewenangan untuk melalukan reformasi
kelas (classroom reform) dalam rangka melakukan perubahan perilaku peserta didik
secara berkelanjutan dan sejalan dengan tugas perkembangannya dan tuntutan
lingkungan sekitarnya. Guru sebagai arsitek perubahan perilaku peserta didik sekaligus
sebagai model panutan para peserta didik dituntut memiliki kompetensi yang paripurna
yang meliputi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Fokus penelitian ini
adalah kompetensi pedagogik dan profesional.
Kenyataan di lapangan menunjukkan, bahwa kompetensi pedagogik dan profesional
guru masih rendah, khususnya guru Mapel Bahasa Sunda. Hal ini tercermin dari data
UKG 2015 Mapel Bahasa Sunda. Hal ini menjadi salah satu motif yang mendorong
peneliti untuk mengadakan penelitian.
Rendahnya kompetensi pedagogik dan profesional guru Bahasa Sunda menuntut
adanya reformasi pendidikan yang bertujuan meningkatkan kompetensi tersebut, lebih
spesifiknya lagi meningkatkan nilai UKG 2016 yang meliputi kompetensi pedagogic dan
profesional. Salah satu alternatif model pelatihan, yakni Model Literasi Kewacanaan
CALISLAUJI untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional Program Guru
Pembelajaran di PPPPTK TK PLB.
Data UKG 2015 dapat dijelaskan di bawah ini. Secara nasional peserta UKG berjumlah
2.921.896 orang. Peserta yang mengikuti ujian berjumlah 2.670.776 orang atau 91.41%.
Jadi, 8,86% tidak mengikuti UKG. Lebih jelasnya ada dalam gambar di bawah ini.

Tahun 2015 UKG dilaksanakan secara nasional untuk 182 mata pelajaran/ guru kelas.
UKG ditujukan untuk memetakan kompetensi guru yang hasilnya akan menjadi entry
point program pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam bentuk guru
pembelajaran. UKG untuk memastikan bahwa guru pembelajar bahasa Sunda sudah
mempunyai standar minimal kompetesi pedagogik dan profesional. Hasil UKG Guru
pembelajaran bahasa Sunda digunakan untuk menentukan moda pelatihan yang akan
diikuti guru.
Hasil UKG 2015 secara nasional nilai maksimal 100, nilai minimal 10, rerata 56,69,
standar deviasi 12,67. Nilai UKG Kompetensi Pedagogik nilai maksimal 100, nilai
minimal 0, rerata 52,3. Nilai UKG Kompetensi profesional maksimal 100 mnimal 6,13
rerata 58,55.
Berdasarkan data UKG tidak ada perbedaan hasil UKG antara kabupaten dengan kota.
Hasil UKG berdasarkan umur dan jenis kelamin, yakni antara umur 41-45 mempunyai

2
skor niali paling tinggi. Setelah umur 45 hasil UKG menurun tajam. Hasil UKG
berdasarkan status guru PNS atau non-PNS, guru non-PNS sekolah negeri mempunyai
nilai UKG paling bawah. Guru-guru yang sudah disertifikasi mempunyai nilai UKG lebih
tinggi dibandingkan dengan guru-guru yang belum disertifikasi. Jadi ada hubungan yang
sangat signifikan PLPG untuk mendukung nilai UKG. Kualifikasi pendidikan guru juga
sangat berpengaruh pada nilai UKG. Ada hubungan yang sanagt signifikan antara tingkat
kualifikasi akademik guru dengan nilai UKG. Sebaran hasil UKG secara nasional dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Berdasarkan data di atas, tanda artinya kurang dari Kriteria Capaian Minimal
(KCM). Tanda artinya melebihi KCM. Tanda melebihi rerata nasional. Untuk
UKG Guru Pembelajaran Bahasa Sunda dilaksanakan di Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten,
dan Jateng. Keempat provinsi tersebut termasuk dalam tanda , artinya nilai UKG
melebihi rerata nasional.
UKG guru pembelajar bahasa Sunda diikuti oleh PNS dan non-PNS. Peseta UKG Guru
Pembelajaran Bahasa Sunda terdapat di empat provinsi, yakni di Jawa Barat untuk
semua kota/ kabupaten dan Banten untuk Tangerang, Serang, Lebak, dan Pandeglang.
Guru bahasa Sunda harus mampu meningkatkan keprofesionalannya dan kinerjanya.
Untuk menjaga keprofesionalannya, guru bahasa Sunda harus melaksakan beberapa
regulasi sesuai dengan kebijakan Kemdikbud dalam hal ini Direktorat Guru Tenaga
Kependidikan.
Strategi pelaksanaan Program Guru Pembelajaran Bahasa Sunda sama dengan mapel
yang lainnya. Terdapat empat moda Program untuk pengelompokkan peserta: (1) tatap
muka untuk peserta UKG yang tidak menguasai modulnya 8 ≤ TM ≤ 10; (2) Daring
(dalam jaringan) untuk peserta UKG yang tidak menguasai modulnya 6 ≤ Daring ≤ 7; (3)
Daring penuh pikeun peseta UKG yang tidak mengusai modulnya 3 ≤ Daring Full ≤ 5;
jeung (4) IN/Mentor untuk peserta UKG yang tidak mengusasi modulnya ≤ 2. Untuk
Standar Pengelompokkan peseta dapat dilihat pada gambar berikut ini.

3
Berdasarkan standar pengelompokkan di atas, maka untuk guru pembelajaran bahasa
Sunda bisa dideskripsikan berdasarkan hal-hal di bawah ini: (1) TM berjumlah 2.181
(30,97%) peserta, (2) Daring Kombinasi berjumlah 1.892 (26,87%) peserta; (3) Daring
Penuh berjumlah 1.911 (27,14%) peserta; dan (4) IN/Mentor berjumlah 914 (12,98)
peserta. Data peserta UKG yang sekarang pensiun berjumlah 39 (2,04%) peserta. Jadi
jumlah total peserta UKG Guru pembelajar Mapel Bahasa Sunda berjumlah 7.041
(100%) peserta. Program Guru Pembelajaran bahasa Sunda Program Moda tatap Muka
berjumlah 2197 orang (Sumber: Seksi Data dan Informasi PPPPTK TK PLB).
Berdasarkan data pengelompokkan peserta, Moda Program Tatap Muka berjumlah
2.181 (30,97%) peserta, jumlah yang paling besar jika dibandingkan dengan jumlah
moda program lainnya. Oleh karena itu, kegiatan Moda Tatap Muka harus menjadi ajang
untuk meningkatkan nilai kompetensi pedagogik dan profesional melalui penerapan
Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa, pelaksanaan Program Guru Pembelajar Mapel
Bahasa Sunda memberdayakan KKG dan MGMP Mapel Bahasa Sunda. Data Ditjen Guru
dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan kebudayan terdapat data KKG
dan MGMP seluruh Indonesia seperti tertera dalam tabel di bawah ini.

Sumber: Rakor Persiapan UN dan USBN Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016

4
Dari jumlah KKG dan MGMP di atas, di dalamnya terdapat KKG dan MGMP Mapel
Bahasa Sunda. KKG dan MGMP Mapel Bahasa Sunda di provinsi Jawa Barat dan Banten
berjumlah 93 KKG GMP dengan rincian sebagai berikut: 31 KKG SD, 31 MGMP SMP, dan
31 MGMP SMA/SMK yang tersebar di dua provinsi yakni Jawa Barat dan Banten. Data
terakhir sampai dengan Desember 2016, KKG SD dan MGMP SMP, SMA/SMK yang sudah
berkoordinasi dengan PPPPTK TK PLB untuk melaksanakan Program Guru Pembelajar
Tatap Muka Penuh, Tatap Muka in-on-in, dan Darkom sebanyak 18. Jadi, terdapat 75
KKG MGPM belum melaksanakan Program Guru Pembelajar. Lebih jelasnya tertera
dalam tabel di bawah ini.

No. Jenis Total Sudah Melaksanakan Belum Melaksanakan


Guru Pembelajar Guru Pembelajar
1. KKG SD 31 3 28
2. MGMP SMP 31 10 21
3. MGMP SMA/SMK 31 5 26
Jumlah 93 18 75

Delapan belas KKG dan MGMP yang sudah melaksanakan Program Guru Pembelajaran
rincianya sebagai berikut: 3 KKG SD (kota Tasikmalaya, kota Bandung, dan kab. Cianjur);
10 MGMP SMP (kab. Sukabumi, kota Sukabumi, kota Tasikmalaya, kota Bandung, kab.
Kuningan, kab. Tasikmalaya, kab. Bandung Barat, kab. Majalengka, kab. Purwakarta, dan
kab. Depok); 5 MGMP SMA/SMK (kota Tasikmalaya, kab. Majalengka, kota Sukabumi,
kota Bandung, dan kab. Tasikmalaya.
Berdasarkan sumber dana untuk pelaksanaan Program Guru Pembelajar tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: 4 kota/kab mendapat dana bantuan dari PPPPTK TK PLB,
6 kota/kab mendapat dana Block Grant Dari Dikdas dan Dikdasmen Kemdikbud, dan 8
kota/kab dana mandiri.
Model literasi kewacanaan CALISLAUJI dalam Program Guru Pembelajar Mapel Bahasa
Sunda diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional guru
pembelajaran bahasa Sunda melalui program moda tatap muka. Arah program akan
difokuskan pada terbangunnya budaya literasi kewacaan melalui pembiasaan membaca,
menulis rangkuman, bertanya, berdiskusi, latihan soal pemantapan, dan tes akhir.

5
Pembelajaran berbasis budaya literasi dalam dunia pendidikan memiliki keunggulan
karena model literasi bukan hanya dimaksudkan agar peserta memiliki kapasitas
mengerti makna konseptual dari wacana melainkan kemampuan berpartisipasi aktif
secara penuh dalam menerapkan pemahaman sosial dan intelektual (White, 1985:56).
Pembelajaran berbasis literasi akan mengondisikan peserta untuk menjadi seorang
literat. Peningkatan kemampuan literasi dalam pembelajaran sejalan dengan tujuan
pendidikan yaitu berkembangnya kompetensi pedagogik dan profesional peserta.
Proses pengembangan kemampuan berbahasa dan bersastra dilaksanakan dengan cara
mengembangkan kemampuan kognitif, analisis, evaluasi, dan kreasi melalui suatu kajian
langsung terhadap modul dengan menggunakan kemampuan berpikir cermat dan kritis.
Peserta harus terbiasa dengan membaca berbagai informasi pendidikan dan mengakses
informasi dari media elektronis maupun media tertulis. Selain itu, peserta perlu
mengikuti perkembangan peradaban yang sedang terjadi secara faktual. Oleh karena
itu, dalam mengembangkan kompetensi berbahasa dan bersastra berbasis literasi perlu
didukung oleh ketersediaan fasilitas dalam membangun insan literat.
Aktivitas fasilitator dalam kelas ketika melaksanakan Program Guru Pembelajar Moda
Tatap Muka Mapel Bahasa Sunda Berbasis Literasi CALISLAUJI mencakup: (1)
mengarahkan aktivitas peserta; (2) memilih dan menyiapkan materi; (3) memeriksa
hasil kerja peserta; (4) mengarahkan sistem berkomunikasi keilmuan; (5) berkoordinasi
dalam menyiapkan latar kelas untuk kegiatan literasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI
untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik dan Profesional Program Guru
Pembelajar dharapkan mampu meningkatkan kompetensi guru. Topik ini baru dan
sejalan dengan kebijakan Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud yang
menggulirkan Program Guru Pembelajar pada tahun 2016, serta pertama dilakukan di
lingkungan PPPPTK TK PLB.

B. Identifikasi Masalah
Proses pembelajaran dalam pelatihan/program guru pembelajar haruslah model
pembelajaran yang berorientasi pada meningkatnya kompetensi pedagogik dan
profesional. Peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional ini salah satu
alternatifnya guru pembelajar haruslah menguasai materi modul dengan cara membaca

6
modul secara komprehensif, menulis rangkuman pokok-pokok materi modul, menyimak
penjelasan fasilitator, berlatih mengisi tugas LK, dan berlatih mengerjakan soal-soal
pemantapan.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa: pertama, pelatihan terhadap guru
biasanya diawali dengan input materi dari fasilitator tanpa memberi kesempatan pada
peserta untuk membaca secara intensif modul pada awal pembelajaran. Kedua, pada
umumnya fasilitator kurang memberi kesempatan pada peserta untuk menulis
rangkuman pokok-pokok materi isi modul. Ketiga, latihan soal yang bermanfaat untuk
meungkapkan kembali materi yang terkait dengan modul jarang diberikan. Keempat,
ujian akhir/ postes pada akhir pelatihan dengan cara Ujian Berbasis Komputer baru
sekarang diadakan.
Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI merupakan salah satu alteratif model pelatihan
Guru Pembelajaran yang diorientasikan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dan
profesional guru. Tahapan Model kewacanaan CALISLAUJI mencakup: Baca, Tulis, Input
Materi dan Mengerjakan LK, Latihan Soal dan Pemantapan Materi, dan Ujian.
Atas dasar keinginan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional guru
pembelajar, maka makalah hasil penelitian ini diarahkan pada upaya menciptakan
budaya literasi di kelas guru pembelajar. Dengan budaya literasi, diharapkan guru
mampu memahami dan menguasai isi modul secara komperehensif, yang bersignifikan
pada meningkatnya nilai kompetensi pedagogik dan profesional.
Pertanyaan makalah hasil penelitian ini adalah: Bagaimanakah Model Literasi
Kewacanaan CALISLAUJI untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional
Program Guru Pembelajar Mapel Bahasa Sunda Moda Tatap Muka?

7
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah skenario Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI Program Guru
Pembelajar Mapel Bahasa Sunda Moda Tatap Muka?
2. Bagaimanakah produk Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI Program Guru
Pembelajaran Mapel Bahasa Sunda Moda Tatap Muka?
3. Bagaimanakah perolehan dan perubahan nilai postes kompetensi pedagogik dan
profesional 2016?
4. Bagaimanakah pendapat peserta tentang pelaksanaan Model Literasi Kewacanaan
CALISLAUJI Program Guru Pembelajar Mapel Bahasa Sunda Moda Tatap Muka?
5. Bagaimanakah pendapat peserta tentang keterkaitan konten materi pedagogik dan
profesional dengan kisi-kisi soal?
6. Bagaimanakah pendapat peserta tentang materi modul yang sulit, materi modul
yang mudah, serta hambatan dalam pelaksanaan guru pembelajar.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional melalui penerapan Model
Literasi Kewacanaan CALISLAUJI pada Program Guru Pembelajar Mapel Bahasa
Sunda Moda Tatap Muka.

2. Tujuan Khusus
a. Menciptakan skenario Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI Program Guru
Pembelajar Mapel Bahasa Sunda Moda Tatap Muka.
b. Menciptakan produk Model Literasi Kewacaan CALISLAUJI Program Guru
Pembelajar Mapel Bahasa Sunda Moda Tatap Muka.
c. Mengetahui perolehan dan perubahan nilai postes kompetensi pedagogik dan
profesional 2016?
d. Mengetahui pendapat peserta terhadap pelaksanaan Model Literasi
Kewacanaan CALISLAUJI Program Guru Pembelajar Mapel Bahasa Sunda Moda
Tatap Muka

8
e. Mengetahui pendapat peserta tentang keterkaitan konten materi pedagogik
dan profesional dengan kisi-kisi soal.
f. Mengetahui pendapat peserta tentang tentang materi modul yang sulit, materi
modul yang mudah, serta hambatan dalam pelaksanaan guru pembelajar.

E. Manfaat
Produk makalah hasil penelitian ini berupa Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI. Hasil
penelitian akan berupa temuan empiris tentang kompetensi pedagogik dan profesional
serta pengaruh model literasi kewacanaan pada program guru pembelajaran bahasa
Sunda moda tatap muka. Temuan ini akan bermanfaat baik secara teoretis maupun
praktis.
1. Manfaat Teoretis
a. Sumbangan konseptual untuk memperkaya hasil penelitian kemampuan literasi guru
pembelajar.
b. Para ahli bahasa diharapkan dapat mengembangkan temuan empiris ini untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional guru bahasa.
2. Manfaat Praktis
a. Model literasi kewacanaan dapat dijadikan salah satu alternatif praktik pembelajaran
program guru pembelajar moda tatap muka.
b. Bagi institusi PPPPTK TK dan PLB dapat djadikan bahan masukan untuk mendapatkan
informasi berkualitas tentang keterkaitan isi modul dengan kisi-kisi soal postes, serta
kompetensi pedagogik dan profesional guru pembelajar Mapel Bahasa Sunda.

E. Definisi Operasional
Untuk menghindari ketaksaan dalam memahami beberapa konsep dalam makalah hasil
penelitian ini, dirasa sangat perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam
judul penelitian ini dalam uraian di bawah ini.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
yang meliputi kemampuan untuk: menguasasi karakteristik peserta didik, menguasai
teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang menarik, mengembangkan
kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, menyelenggarakan

9
pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan pembelajaran, memfasilitasi pengembangan potensi peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, menyelenggarakan penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran, dan melakukan tindakan reflektif.
2. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
yang meliputi kemampuan untuk menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, mengembangkan
materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
3. Program Guru Pembelajar
Guru pembelajar adalah guru yang ideal yang terus belajar dan mengembangkan
(upgrade) diri di setiap saat dan di manapun. Guru terus belajar dan
mengembangkan diri bukan untuk pemerintah atau kepala sekolah, tapi memang
sejatinya setiap pendidik atau guru adalah pembelajar. Hanya dari guru yang terus
belajar dan berkarya akan muncul generasi pembelajar sepanjang hayat yang terus
menerus berkontribusi pada masyarakat dan lingkungannya. Guru pembelajar
adalah guru yang senantiasa terus belajar selama dia mengabdikan dirinya di dunia
pendidikan. Oleh karena itu, ketika seorang guru memutuskan untuk berhenti atau
tidak mau belajar maka pada saat itu dia berhenti menjadi guru atau pendidik.
4. Moda Tatap Muka
Moda tatap muka merupakan bagian dari sistem pembelajaran di mana terjadi
interaksi secara langsung antara fasilitator dengan peserta pembelajaran. Interaksi
pembelajaran yang terjadi dalam tatap muka meliputi pemberian input materi, tanya
jawab, diskusi, latihan, kuis, praktik, dan penugasan.
Moda tatap muka diperuntukkan bagi guru yang memerlukan peningkatan
kompetensi yang lebih intensif dengan mempelajari 8-10 modul. Di samping itu,
untuk memberikan pilihan penyelenggaraan pembelajaran bagi guru yang tidak

10
punya cukup pilihan karena berbagai keterbatasan sehingga tidak memungkinkan
untuk mengikuti pembelajaran moda lainnya, misalnya karena alasan geografis,
tidak/kurang tersedianya aliran listrik dan jaringan internet, ketersediaan anggaran,
literasi teknologi informasi dan komunikasi, serta alasan lain yang rasional, maka
moda tatap muka dapat dilaksanakan dengan beberapa alternatif, yaitu: tatap muka
penuh.
5. Model Literasi Kewacanaan
Model literasi kewacanaan adalah kemampuan untuk membaca, menulis, dan
berbicara berkaitan dengan kemampuan mempersepsikan informasi (perceiving),
mengomunikasikan, menalar, dan pengambilan kesimpulan pribadi tentang isi
bacaan modul. Keterampilan literasi adalah keterampilan yang dibutuhkan dalam
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan dalam literasi
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Keterampilan literasi yang baik akan
membantu peserta dalam memahami isi modul. Budaya literasi harus ada dalam
proses pembelajaran program guru pembelajar.

G. Asumsi
1. Membangun budaya literasi sangat berguna untuk meningkatkan pemahaman
materi modul pedagogik dan profesional guru pembelajar.
2. Kompetensi pedagogik harus dimiliki seorang guru pembelajar yang mencakup:
memahami peserta didik, menguasai teori pembelajaran, mengembangkan
kurikulum, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan
teknologi informasi, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun, serta
menyelenggarakan penilaian.
3. Kompetensi profesional harus dimiliki seorang guru pembelajar yang mencakup:
kemampuan untuk menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu, menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

11
BAB II
LANDASAN TEORI

Landasan teoretik dan data yang yang digunakan dalam makalah hasil penelitian ini
mencakup: 1) Teori Literasi Kewacanaan, 2) Gerakan Literasi Sekolah 3) Budaya Membaca
sebagai Praktik Literasi Kewacanaan, 4) Budaya Menulis sebagai Praktik Literasi
Kewacanaan, 5) Kompetensi Pedagogik dan Profesional, 6) Teori Model Pembelajaran 7)
Model Literasi Kewacanaan, dan 8) Moda Peningkatan Kompetensi Program Guru
Pembelajar

F. Teori Literasi Kewacanaan


1. Pengertian Literasi
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital,
dan auditori. Di abad 21 ini kemampuan ini disebut sebagai literasi informasi, yang
selanjutnya menurut Ferguson (dalam Ditjen Dikdasmen Kemendikbud, 2016: 2)
menjabarkan komponen literasi informasi berikut ini.

a. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara,


membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan
dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan
informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi
(drawing) berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.

b. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), yaitu kemampuan lanjutan untuk bisa


mengoptimalkan Literasi Perpustakaan yang ada. Maksudnya, pemahaman tentang
keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi. Pada
dasarnya literasi perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara
membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan
periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang

12
memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog
dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika
sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi
masalah.

c. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai


bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio,
media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan
penggunaannya. Secara gamblang saat ini bisa dilihat di masyarakat kita bahwa
media lebih sebagai hiburan semata. Kita belum terlalu jauh memanfaatkan media
sebagai alat untuk pemenuhan informasi tentang pengetahuan dan memberikan
persepsi positif dalam menambah pengetahuan.

d. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan


yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software),
serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, dapat memahami
teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam
praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di
dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan
mengelola data, serta menjalankan program perangkat lunak. Sejalan dengan
membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan
pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.

e. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi
media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan
belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan
bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang setiap hari membanjiri kita, baik
dalam bentuk tercetak, di televisi maupun internet, haruslah terkelola dengan baik.
Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu
disaring berdasarkan etika dan kepatutan.

13
Literasi yang komprehensif dan saling terkait ini memampukan seseorang untuk
berkontribusi kepada masyarakatnya sesuai dengan kompetensi dan perannya
sebagai warga negara global (global citizen). Dalam konteks Indonesia, kelima
keterampilan tersebut perlu diawali dengan literasi usia dini yang mencakup fonetik,
alfabet, kosakata, sadar dan memaknai materi cetak (print awareness), dan
kemampuan menggambarkan dan menceritakan kembali (narrative skills).
Pemahaman literasi dini sangat penting dipahami oleh masyarakat karena
menjamurnya lembaga bimbingan belajar baca-tulis-hitung bagi batita dan balita
dengan cara yang kurang sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Oleh
karena itu, perlu diberi perhatian terhadap keberlangsungan pendidikan literasi usia
dini berlanjut ke literasi dasar.

Dalam pendidikan formal, peran aktif para pemangku kepentingan, yaitu kepala
sekolah, guru, tenaga pendidik, dan pustakawan sangat berpengaruh untuk
memfasilitasi pengembangan komponen literasi peserta didik. Selain itu, diperlukan
juga pendekatan cara belajar-mengajar yang keberpihakannya jelas tertuju kepada
komponen-komponen literasi ini. Kesempatan peserta didik terpajan dengan kelima
komponen literasi akan menentukan kesiapan peserta didik berinteraksi dengan
literasi visual. Sebagai langkah awal, dapat disimpulkan bahwa diperlukan perubahan
paradigma semua pemangku kepentingan untuk terciptanya lingkungan literasi ini.

Literasi adalah sarana utama transmisi budaya, yang pada dasarnya adalah prestasi
sosial (Scribner , 1984). Hasan (1996:378 ) menyatakan bahwa: tujuan literasi dalam
konteks lingkungan sosial akan lebih luas dibandingkan literasi untuk diri pribadi.
Model literasi mengacu kepada kerangka pedagogik tentang teori tentang praktik
literasi serta konsep tentang bagaimana dan makna apa yang dapat diperoleh di teks
dan konteks. Model literasi tidak merupakan teknik instruksional. Jika kita akan
menilai literasi peserta, akan tidak efektif tanpa memperhitungkan pengetahuan
yang mereka miliki, dan konteks di mana peserta berada.

Keterampilan literasi adalah keterampilan yang dibutuhkan dalam mendengarkan,


berbicara, membaca, dan menulis. Mengapa literasi penting? Literasi sangat penting

14
bagi peserta pelatihan, karena keterampilan dalam literasi berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar. Keterampilan literasi yang baik akan membantu peserta dalam
memahami isi modul (Afriki, dkk, 2015: 181).
Keterampilan literasi akan berkembang dengan baik karena pembiasaan. Fasilitator
dalam hal ini Instruktur Nasional dapat melakukan kegiatan pembiasaan literasi
dalam program guru pembelajaran dengan cara membimbing peserta untuk:
pembiasaan membaca, pembiasaan menulis rangkuman, dan pembiasaan berbicara
dalam diskusi, tanya jawab, dan brainstorming, dan mengerjakan LK.

Kegiatan pembiasaan literasi dalam program guru pembelajaran hanya


membutuhkan waktu 15-20 menit setiap kegiatan pembelajaran. Fasilitator harus
memprogramkan literasi dengan konsisten agar kompetensi pedagogik dan
profesional peserta diklat dapat meningkat dengan baik. Setiap hari peserta harus
membaca mandiri, menulis rangkuman, dan berbahasa lisan, dan mengerjakan LK.
Sementara itu, Toeri Psikologi Eksperimental berpendapat bahwa literasi berkaitan
dengan “de-coding” teks yang melibatkan proses persepsi: a) fonologi dan grafis, b)
struktur kata (morfologi), dan c) teknis keterampilan menulis (ejaan). Namun, yang
penting dalam perspektif ini adalah proses kognitif yang mendasari keterampilan
membaca dan belajar membaca (Stanovich,1986; Goswami dan Bryant, 1990).

Mengajar literasi adalah mengajarkan keterampilan membaca dan menulis (Oakhill


dan Beard, 1995 : 69). Artinya, bagaimana peserta program guru pembelajar
membaca seluruh isi modul sampai memahami isinya, kemudian peserta menulis
rangkuman materi yang dibacanya.

Literasi ilmiah merupakan teknologi yang netral. Menurut Gough (1995:80): Teori
Psikologi Eksperimental merupakan suatu disiplin ilmu tahun 1970-an, yang
dipengaruhi oleh dominasi literasi kebijakan pendidikan. Hal ini juga dinilai sebagai
disiplin ilmu tentang literasi dalam lingkungan sosial. Hasil literasi adalah ukuran
dalam hal mehahami isi bacaan, memperoleh keterampilan berbahasa lisan dan
tulisan, yang sangat bermanfaat untuk pribadi maupun lingkungan sosial. Mampu
membaca pemahaman dan menulis rangkuman dipandang sebagai pusat

15
peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional atau untuk perubahan hidup
yang lebih baik.
Gough (1995:80) menggarisbawahi dalam keterangannya bahwa ia percaya bahwa
membaca pemahaman dan menulis rangkuman berkontribusi untuk untuk
perkembangan kognitif. Hal ini sejalan dengan pandangan Teori Kognitivismen dan
Psikologi Sosial seperti Goody dan Watt (1968) serta ong (1982) mengenal nilai
intrinsik dari literasi untuk perkembangan kecerdasan dan pergaulan dalam
perkembangan masyarakat.

B. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)


1. Tujuan GLS
GLS yang digagas oleh Ditjen Dikdasmen Kemendikbud mempunyai Tujuan Umum
untuk: menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah agar
menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sementara itu, Tujuan Khususnya, adalah: (a)
menumbuhkembangkan budi pekerti; (b) membangun ekosistem literasi sekolah; (c)
menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran (learning organization) (Senge,
1990); (d) mempraktikkan kegiatan pengelolaan pengetahuan (knowledge
management); dan (e) menjaga keberlanjutan budaya literasi.

2. Sasaran GLS
Ekosistem sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

3. Prinsip-prinsip Pelaksanaan GLS


Menurut Beers (2009), praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah
menekankan prinsip-prinsip berikut ini.
a. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang bisa diprediksi.
b. Program literasi yang baik bersifat berimbang
Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa tiap
peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian,
diperlukan berbagai strategi membaca dan jenis teks yang bervariasi pula.
c. Program literasi berlangsung di semua area kurikulum

16
Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua
guru di semua mata pelajaran. Pembelajaran di mata pelajaran apapun
membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian,
pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru
semua mata pelajaran.
d. Tidak ada istilah terlalu banyak untuk membaca dan menulis yang bermakna
Kegiatan membaca dan menulis di kelas perlu dilakukan kapan pun kondisi di
kelas memungkinkan. Untuk itu, perlu ditekankan bentuk kegiatan yang bermakna
dan kontekstual. Misalnya, ‘menulis surat untuk wali kota’ atau ‘membaca untuk
ibu’ adalah contoh-contoh kegiatan yang bermakna dan memberikan kesan kuat
kepada peserta didik.
e. Diskusi dan strategi bahasa lisan sangat penting
Kelas berbasis literasi yang kuat akan melakukan berbagai kegiatan lisan berupa
diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini juga harus
membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir
kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan perasaan dan
pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan pandangan
satu sama lain.

4. Tiga Tahap Pelaksanaan GLS


Program GLS dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan
sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah
(ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga
sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan
kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan). Untuk memastikan
keberlangsungannya dalam jangka panjang, GLS dilaksanakan dengan tahap (1)
pembiasaan, (2) pengembangan, dan (3) pembelajaran, seperti gambar berikut ini.

17
Gambar 2.4 Tahapan Pelaksanaan GLS

Kegiatan pembelajaran sendiri dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan


kapasitas peserta sehingga dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam 3 tahap
pelaksaan, yaitu: tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap
pembelajaran.

5. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah


Sekolah memiliki peran yang amat penting dalam menanamkan budaya literat pada
anak didik. Untuk itu, tiap sekolah tanpa terkecuali harus memberikan dukungan
penuh terhadap pengembangan literasi. Di sekolah dengan budaya literasi yang
tinggi, peserta didik akan cenderung lebih berhasil dan guru lebih bersemangat
mengajar.

Perlu dipahami bahwa program membaca seperti membaca dalam hati dan
membaca nyaring hanyalah bagian dari kerangka besar untuk membangun budaya
literasi sekolah. Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan
budaya literat, Beers, dkk. (2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy
Instruction menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi
yang positif di sekolah.

18
(1) Mengkondisikan
Lingkungan Fisik Ramah
Literasi

(2) Mengupayakan
Lingkungan Sosial dan Afektif
sebagai Model Komunikasi
dan Interaksi yang Literat

(3) Mengupayakan Sekolah


sebagai Lingkungan
Akademik yang Literat

Gambar 2.3 Strategi untuk Menciptakan Budaya Literasi yang Positif

Strategi menciptakan budaya literasi jika diadopsi ke dalam program guru pembelajaran
adalah sebagai berikut.
a. Mengkondisikan Lingkungan Fisik Ramah Literasi
Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan pihak-pihak yang terkait
dalam pelatihan program Guru Pembelajar. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu
terlihat ramah dan kondusif untuk pembelajaran. Fasilitator yang mendukung
pengembangan budaya literasi sebaiknya memajang karya peserta pelatihan dipajang
di seluruh area kelas pelatihan. Selain itu, karya-karya peserta diganti secara rutin untuk
memberikan kesempatan kepada semua peserta. Selain itu, peserta dapat mengakses
buku dan bahan bacaan lain di dalam atau luar kelas.

b. Mengupayakan Lingkungan Sosial dan Afektif sebagai Model Komunikasi dan


Interaksi yang Literat
Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh
komponen pelatihan: baik fasilitator, peserta, atau panitia. Hal itu dapat dikembangkan
dengan pengakuan atas capaian peserta. Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat
akhir pelatihan untuk menghargai kemajuan peserta di semua aspek. Prestasi yang
dihargai bukan hanya akademik, tetapi juga sikap dan keterampilan peserta. Dengan
demikian, setiap peserta mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan.

19
c. Mengupayakan Lingkungan Pelatihan sebagai Lingkungan Akademik yang Literat
Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan akademik. Ini
dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di kelas. Fasilitator
sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi.
Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati selama 15 menit
sebelum pelajaran berlangsung.

6. Parameter Sekolah yang Telah Membangun Budaya Literasi


Tabel di bawah ini mencantumkan beberapa parameter yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk mengukur budaya literasi sekolah yang baik (Ditjen Dikdasmen Kemdikbud,
2016).
Ekosistem Sekolah Literasi
a. Ekosistem Sekolah yang Literat
1. Karya peserta didik dipajangg di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor dan
kantor (kepala sekolah, guru, administrasi, bimbingan konseling)

2. Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang
seimbang kepada semua peserta didik.

3. Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas.

4. Buku dan materi dan bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang
tua/pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas.

5. Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan untuk anak.

6. Kantor kepala sekolah mudah di aksess oleh warga sekolah

b. Lingkungan Sosial dan Afektif

1. Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademik dan non-akademik) diberikan


secara rutin (tiap minggu/bulan). Upacara hari Senin merupakan satu kesempatan
yang tepat untuk pemberian penghargaan mingguan.

2. Kepala sekolah mengenali peserta didik bila masuk ruang kelas (bukan hanya peserta
didik yang berprestasi atau yang bermasalah)

3. Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi.

4. Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya merayakan
hari Kartini dengan membaca surat-surat nya.

20
5. Terdapat budaya kolaborasi antarguru dan staf, dengan mengakui kepakaran masing-
masing (dan tidak saling menjatuhkan)

6. Terdapat waktu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi menjalankan program
literasi dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaannya.

7. Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam


menjalankan program literasi.

c. Lingkungan Akademik

1. Terdapat Tim Literasi Sekolah yang berfungsi melakukan asesmen dan perenncanaan.
Bila diperlukan, ada pendampingan dari pihak eksternal.

2. Disediakan waktu khusus dan cukup banyak utuk pembelajaran dan pembiasaan literasi:
membaca dalam hati (sustauned silent reading), membacakan buku dengan nyaring
(reading aloud), membaca bersama (shared reading), mambaca terpadu (guided
reading), diskusi buku, bedah buku, prestasi (show-and-tell presentation)

3. Waktu berkegiatan literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk kepentingan lain yang
dianggap tidak perlu.

4. Disepakati waktu berkala untuk Tim Literasi Sekolah membahas pelaksanaan gerakan
literasi sekolah.

5. Ada kesempatan pengembangan profesional tentang literasi yang diberikan untuk staf,
melalui kerja sama dengan institusi terkait (perguruan tingi, dinas pendidikan, dinas
perpustakaan, atau berbagai pengalaman dengan sekolah lain).

6. Seluruh warga sekolah antusias menjalankan program literasi, dengan tujuan


membangun organisasi sekolah yang suka belajar.

Aspek-aspek tersebut adalah karakteristik penting dalam pengembangan budaya


literasi di sekolah. Dalam pelaksanaannya, sekolah dapat mengadaptasinya sesuai
dengan situasi dan kondisi sekolah. Guru dan pimpinan sekolah perlu bekerjasama
untukmengimplementasikan strategi tersebut.

7. Literasi dalam Wacana Akademik


Literasi dalam wacana akademik dianggap sebagai multidimensi karena dipandang
melayani berbagai tujuan sosial, ekonomi, ideologi dan politik. Penjelasananya sebagai
berikut.

21
a. Tujuan sosial berasal dari praktik literasi yang ditampilkan dalam kehidupan sehari-
hari seperti membaca informasi, belajar, kesenangan, rekreasi dan agama.
b. Tujuan ekonomi dilihat dalam kaitannya dengan keterampilan literasi dan tuntutan
pengetahuan yang membuat seseorang ditempatkan dalam pekerjaannya. Orang
berusaha untuk meningkatkan kemampuan mereka sebagai pekerja seperti mereka
yang berliteras, yang dianggap memiliki peluang kerja yang lebih baik di pasar tenaga
kerja, dan dengan demikian literasi dianggap sebagai nilai tukar. Literasi dianggap
sebagai investasi human capital. Teori human capital menekankan hubungan
langsung antara pendidikan, produktivitas pekerja dan ekonomi, serta ditegaskan oleh
prinsip bahwa orang perlu untuk berinvestasi dalam diri mereka sendiri dalam
memperoleh keterampilan untuk membuat mereka lebih. Tujuan ekonomi juga
berkaitan dengan nilai tertentu, kemahiran resmi yang terkait dengan profesi yang
berbeda, dan peran sosial.
c. Tujuan politik mengacu pada praktik literasi yang terlibat dalam peran ganda sebagai
warga negara, aktivis, atau anggota masyarakat yang memungkinkan seseorang untuk
menentukan posisi sosialnya. Pada saat yang sama, juga menggambarkan hubungan
yang lebih luas antara literasi dan kepentingan tertentu dalam masyarakat struktur
sosial dengan kepentingan yang berbeda-beda, seperti bentuk literasi dan pengaruh
dari berbagai tipe dan bentuk literasi sesuai dengan kelompok sosialnya.
d. Tujuan ideologis berhubungan dengan nilai-nilai, asumsi, keyakinan dan harapan yang
membingkai literasi dalam konteks sosial tertentu. Dengan demikian literasi dapat
mempengaruhi akal sehat kita secara pribadi.

Psikologi Eksperimental vs Psikolinguistik tentang Literasi


Apa yang disebut polemik dari “perang literasi” (Stanovich dan Stanovich, 1995) pertama
kali dimulai sebagai sebuah serangan psikologi eksperimental pada pemahaman yang
berkembang selama tahun 1970-an, penekanan oleh psikolinguis pada proses membaca
dan membuat makna melalui isyarat kontekstual. Psikolinguis beranggapan bahwa: Tiga
sistem bahasa dalam interaksi tertulis yaitu: graphophonic (suara dan surat), sintaksis
(pola kalimat) dan semantiK (makna).

22
Kita dapat mempelajari bagaimana aktivitas membaca dan menulis, dan keduanya tidak
dapat dihilangkan dari perintah tanpa menciptakan non-bahasa. Selama membaca,
pembaca membangun sebuah makna dan pengetahuan sebelumnya untuk memahami
teks (Goodman, 1986). Dengan demikian, literasi didefinisikan dalam hal menafsirkan
makna yang dihasilkan oleh seorang pembaca dengan teks, strategi linguistik, serta
pengetahuan budaya yang digunakan untuk memahami makna dalam teks.

Pendekatan ini merupakan model top-down dalam perkembangan literasi, yaitu terlihat
dari pengembangan literasi, yaitu terlihat dari pengembangan dari setiap bagian (makna
dari unit bahasa), dari abstrak sampai tepat, dari buruk menjadi baik, dari sangat
kongkret dan kontekstual menjadi abstrak (Goodman, 1986: 39, informasi tambahan).
Goodman (1986: 26) berargumen bahwa: “Perkembangan bahasa adalah
memberdayakan pelajar dalam prosesnya, membuat keputusan mengenal kapan
menggunakannya, untuk apa dan dengan hasil seperti apa… . Literasi adalah
memberdayakan pelajar sebagai pemegang kendali dengan apa yang dilakukan. Belajar
bahasa adalah belajar bagaimana berarti, bagaimana memahami dunia dalam kenteks
bagaimana orangtua kita, keluarga dan budaya masuk pada pikiran. (dikutip dalam
Weaver,1990: 5).”

Pendekatan filosofis untuk literasi, yang melibatkan kedua teksdan konteks, telah dikritik
dalam psikologi eksperimental sebagai proses asumsi dan tidak memiliki data empiris
yang cukup. Dengan demikian, hal itu dipandang sebagai kurangnya validitas ilmiah
(Stanovich dan Stanovich, 1995).

Meskipun fokus yang berbeda dalam psikolinguistik dan paradigma psikologi


eksperimental, keduanya memiliki beberapa kesamaan. Misalnya secara keseluruhan
keduanya berada pada diri individu anak dan proses pengembangannya “anak dipandang
memiliki kemajuan apabila telah melalui tahap yang lebih kompleks, masing-masing
ditandai dengan penataan kemampuan kognitif dan afektif (Cole dan Scriber,1981:12).
Demikian pula literasi dalam kedua paradigma tersebut memiliki orientasi pedagogic,
pribadi individu, dan focus anak.Banyak menekankan pada pendekatan psikolinguistik
untuk literasi yang berpusat pada keterampilan persepsi dan pengetahuan ortografi,

23
meskipun dari persfektif berbeda. Tetapi ada juga perbedaan, yang satu menekankan
pada konteks dan makna, sementara yang lain menekankan pada keterampilan individu
tertentu.

Psikologi eksperimental memiliki tujuan utama yaitu bahwa anak-anak harus belajar
bagaimana sistem menulis.Ini berarti, untuk menulis abjad mereka harus dipastikan
belajar prinsip abjad, sesuatu yang membutuhkan perhatian untuk membina kesadaran
siswa (Perfetti, 1995: 112).

Literasi melibatkan pengajaran dan keterampilan penguatan langsung. Hal ini hanya
keterampilan literasi dasar yang diperolehdengan menerapkan dan diperluas dengan
sejumlah cara yang mungkin datang (Oakhill dan Beard, 1995: 69). Stanovich dan
Stanovich (1995: 98) meringkas dasar perselisihan antara 2 kubu sebagai: Fokus
pemilihan membutuhkan intruksi analitik eksplisit dalam symbol-simbol pada tahun awal
bersekolah. Asumsi tentang proses membaca yang hadir dalam perdebatan tentang top-
down vs model bottom-up sejak 20 tahun lalu. Selama 2 dekade sebagian besar
perdebatan ini dimenangkan oleh model bottom-up.

Literasi memiliki arti kemampuan membaca atau menulis dan dengan mengandalkan
kemampuan tersebut, seseorang mampu melihat fenomena yang terjadi pada dirinya.
Kemampuan ini sangat bermakna agar literasi dapat terlihat masuk akal. (Hasan, 1996:
379). Dengan kata lain, literasi secara integral terkait dengan sistem semiotik yang
berlandaskan bahasa, budaya dan masyarakat.

Kritik dari psikologi eksperimental dan juga diperkuat oleh pandangan studi literasi-
literasi baru (NLS) yang berpusat pada aspek-aspek sosial budaya dalam literasi (Street,
1993: barton, 1994; Barton dan Ivanic, 1991: Barton dan Padmon, 1991) berpendapat
bahwa, konsep literasi bersifat universal dan mengusulkan penerimaan keterampilan
yang berbeda dalam berbagai konteks sosial dan budaya. NLS mengacu pada konsep
kerja analistis termasuk antropologi sosial, sosiologi, linguistik kritis, dan teori wacana.
Banyak perbedaan antara NLS dengan Psikologi Eksperimental terkait literasi. Perhatian
tentang mengajar membaca pemahaman dan menulis berhubungan dengan tingkat

24
keterampilan berbahasa dengan mendiagnosis kemampuan mambaca dan mengatasi
masalah literasi.

Teori yang terkait erat dengan literasi salah satunya adalah Psikologi Kognitif. Psikologi
Kognitif berkaitan dengan dampak literasi pada perkembangan intelektual dan
keterampilan berfikir, khususnya berfikiran abstrak. Fokus utamanya terletak pada
keterampilan menafsirkan simbol, yang berkaitan dengan pengembangan keterampilan
Berfikir tingkat tinggi dalam membaca dan proses kognitif.

Disisi lain, Psikologi Sosial mengacu pada unsur-unsur psikologi kognitif, yaitu hubungan
antara bahasa dan pikiran, tetapi menempatkan argumen dalam lingkungan yang
berbudaya dan bermasyarakat. Berbagai pandangan mengenai literasi ada disini. Adanya
perbedaan antara literasi dan lisan menjadi hal yang penting, menurut Goody dan Watt
(1968), Ong (1982) dan Hildyard serta Olson.Termasuk Vygotsky (1962) dan Luria (1979).
Fokus utama mereka terletak pada kognitif, politik dan ideologi akusisi literasi.

Psikologi sosial sangat memperdulikan praktik pendidikan dan budaya sebagai dampak
dan efek dari literasi pada banyak orang, dengan mengalihkan keterampilan literasi
kognitif untuk proses hidup dalam masyarakat. Baru-baru ini psikologi sosial juga
difokuskan pada penggunaan yang pengetahuan keaksaraan, materi yang orang baca,
jumlah bacaan, tujuan, dan efek dari membaca' (Edwards, 1997: 119, original tekanan).

Literasi menurut sosiolinguistik umumnya memperhitungkan bentuk dan fungsi bahasa


lisan dan tertulis yang berbeda dalam berbagai konteks sosial dan budaya. Penekanan
ditempatkan pada fungsi komunikatif bicara dan bahasa di dalam masyarakat bahasa
yang berbeda tertulis. Psikolinguistik, baik pembaca dan penulis membawa makna teks
dalam hal pengetahuan sistem bahasa serta konteks sosial budaya.

Menurut Verhoeven (1994: 6) literasi fungsional melibatkan pengembangan berbagai


tingkat kompetensi yaitu:
a. kompetensi gramatikal yang berkaitan dengan fonologis, kemampuan leksikal dan
morfo-sintaksis,

25
b. kompetensi wacana berkaitan dengan kohesi dan koherensi dalam teks,
c. kompetensi kode yang melibatkan konvensi kode dan automisation, yaitu,
“menangkap esensi kode bahasa tertulis itu sendiri;
d. Kompetensi strategis berpusat pada kemampuan metakognitif yang terlibat dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi teks tertulis; dan
e. Kompetensilingustik sosialbergulir pada sekitar pemahaman konvensi keaksaraan,
dan pengetahuan latar belakang budaya (Verhoeven, 1994: 9).

Menurut Stubbs (1980 : 3 ) terdapat masalah dalam literasi, yakni: salah satu alasan
mengapa literatur bacaan begitu luas dan tidak terintegrasi adalah bahwa topik telah
didekati dari arah yang berbeda dari dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk psikologi,
pendidikan dan linguistik.
Fokus Literasi dari berbagai disiplin ilmu dapat terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1
Fokus Literasi dari Berbagai Disiplin Ilmu
Fokus Literasi
No. Disiplin Ilmu
1. Eksperimen Fokus pada: Psikologi Individu
Behavior Proses Persepsi
Psikologi Pengetahuan Logografic
Kesadaran Fonologi
Keterampilan Menulis
Decoding Teks
Fungsi Literasi
Metode Pengajaran
2. Psikologi Fokus pada:
Kognitif Individu dan kelompok
Dampak Literasi pada pengembangan intelektual
Kemampuan Berfikir Abstrak
3. Psikologi Fokus terhadap kelompok dengan berbagai posisi:
Sosial a. Besar-membagi teori-perbedaan antara lisan dan
budaya literasi (Goody & Watt ; Hildyard & Olson )
b. Penekanan pada pengembangan kognisi dan
kesadaran dalam kaitannya dengan hubungan
sosial dalam aspek dunia - ideologi dan politik
eksternal literasi ( mis Luria ; Vygotsky ).
c. Penekanan pada kebutuhan untuk memahami
berbagai cara di mana masyarakat dan budaya yang
berbeda memahami dunia - tantangan teori besar -
membagi mereka ( Scribner ; Cole & Scribner )

26
4. Psikolinguistik Fokus pada individu:
Proses membaca dan menulis
hubungan internal antara proses persepsi ,
sistem ortografi dan pengetahuan pembaca bahasa
Berarti produksi di antarmuka orang dan teks
5. Sosiolinguistik Fokus pada individu dan kelompok
Berbagai bentuk dan fungsi menulis dan berbicara
Bahasa dalam berbagai contexs sosial
Bilingualisme dan subjek register
Kompetensi komunikatif
6. Antropologi Focus pada kelompok
Sosial Interpretasi dari konsekuensi sosial dari literasi terkait
Untuk kelompok orang dalam konteks perubahansosial
budaya mereka

Literasi meliputi kajian yang luas dalam berbagai subjek disiplin ilmu. Hal ini secara
kompleksitas memerlukan pendekatan yang menggabungkan banyak makna literasi.
Tingkat tumpang tindih ditunjukkan pada Gambar 2.1 menandakan hubungan dialogis
antara pengetahuan literasi dan disiplin ilmu lainnya.

Gambar 2.1
Literasi sebagai Bidang Regionalisasi Studi

Tumpang tindih, atau interistik, mewakili bidang regionalisasi dalam penemuan konsep
literasi. Secara bersamaan, literasi merupakan praktik sosial, praktik ideologi, praktik
budaya dan praktik pendidikan. Pembahasan aspek-aspek yang saling terkait akan sangat
menarik untuk digunakan dalam fremeworks lintas disiplin ilmu. Melintasi batas-batas
dengan cara ini memberikan kesempatan untuk menganalisis interaksi dinamis yang ada
antara praktik literasi dengan struktur sosial, budaya, ekonomi dan politik.

27
Tingkatan-tingkatan yang saling berkaitan dengan teori literasi dapat terlihat dalam tabel
di bawah ini. Penjelasan lebih lanjut terdapat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.2
Tingkatan-tingkatan yang Saling Berkaitan dengan Teori Literasi
Penggunaan Jenis-jenis
Literasi
Sebagai Wahana Kehidupan Sosial
Kegiatan Sosial Lembaga Resmi: Negara, perindustrian,
perdagangan, keuangan, media, pendidikan. Proses
sosial contoh kebijakan bahasa nasional, kebijakan
pendidikan, kebijakan sosial (kesehatan, pekerjaan,
ekonomi)
Sistem sosial : model pemerintahan, aturan sosial
Kerangka contoh kebijakan sosial, aturan berbahasa,
kesukuan, jenis kelamin, posisi sosial
Wahana keagamaan dan kebudayaan
Sebagai Wahana Produksi dalam wacana sosial yang berarti contoh
Ideologis kebijakan, media, kecenderungan perkumpulan
politik, perindustrian, pendanaan lembaga
penyensoran
Menerjemahkan naskah dan kalimat secara langsung
Kritik literasasi/diskusi ilmiah
Sebagai Wahana Hubungan dengan sejarah
Kebudayaan Seleksi tempat kerja literasi
Seleksi ketertarikan pada literasi
Literasi untuk bebagai fungsi kebahasaan dalam
kehidupan sehari-hari contoh teknologi, perbankkan,
kesehatan, pelayanan sosial, perumahan, perjanjian
masyarakat
Pengertian dari wilyah hasil kebudayaan seperti nilai,
kepercayaan, keinginan dan harapan
Pengaruh dari kepercayaan agama dan kebudayaan
dari berbagai tingkatan
Literasi yang digunakan pada grup tertentu seperti
wanita, minoritas agama dan grup kebudayaan
Sebagai Wahana Jenis dan bentuk dari pengetahuan
Pendidikan Kemampuan teknik literasi
Kemampuan teknologi dan pengetahuan
Teori-teori pengetahuan
Jenis-jenis pedagogis
Metodelogi pengajaran
Sumber pengajaran dan pembelajaran
Pendemokrasian bentuk dan proses sosil politik
Literasi untuk kegiatan demokrasi seperti
pembuatan keputusan
Kebebasan dalam memperoleh informasi,
pengetahuan dan sistem sosial, kewarganegaraan,
kritik pengetahuan

28
C. Budaya Membaca sebagai Praktik Literasi Kewacaan
Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu
kebiasaan (Tampubolon, 1987: 227). Mebaca adalah kegiatan fisik dan mental. Kebiasaan
membaca membutuhkan waktu relatif lama. Dalam membentuk kebiasan membaca,
terdapat dua aspek yang sangat penting, yakni minat ( perpaduan antara keinginan,
kemauan, dan motivasi), serta keterampilan membaca (Tampubolon, 1987, 228).
Ketrampilan membaca di sini adalah keterampilan mata dan penguasaan teknik-teknik
membaca. Kalau minat tidak berkembang (tidak ada), maka kebiasaan membaca sudah
tentu tidak akan berkembang. Dapat juga terjadi, bahwa minat membaca telah
berkembang, tetapi keterampilan membaca yang efisien tidak berkembang. Maka, akan
terdapat kebiasaan membaca yang tidak atau kurang efisien.

Bagaimanakah membudayakan kebiasaan membaca yang efisien pada usia dewasa


peserta program guru pembelajar? Hal yang perlu dikembangkan adalah minat
membaca. Pada usia dewasa, pengembangan minat dapat dilakukan dengan disiplin diri,
dimulai dengan membaca hal yang mudah dan menarik setiap hari, misalnya setengah
jam. Kemudian waktu membaca tersebut semakin ditingkatkan, dan selanjutnya bahan-
bahan bacaan dapat diganti dengan bahan-bahan nonfiksi. Hal yang terpenting, adalah
mendisiplinkan diri agar setiap hari membaca bahan bacaan tertentu, bukan hanya surat
kabar namun juga buku-buku. Jika disiplin ini telah berjalan, maka minat membaca akan
terbentuk, dan akhirnya kebiasaan membaca akan tercapai. Kebiasaan membaca ini akan
efisien, jika teknik kebiasaan membaca efisien telah dikuasai.

Apakah yang dimaksud dengan kebiasaan membaca efisien? Kebiasaan membaca efisien
meliputi: a) membaca dalam hati, b) membaca tanpa gerakan bibir, c) membaca tanpa
diiringi gerakan kepala mengikuti baris bacaan, e) membaca tanpa menunjuk baris
bacaan, f) tidak membaca kata demi kata, g) konsentrasi, h) menemukan pikiran pokok isi
bacaan secara cepat, i) menemukaninformasi tertentu dengan cepat, j) banyak
meluangkan waktu untuk membaca (Tampubolon, 1987: 11).

29
Membaca modul diperlukan membaca pemahaman. Membaca pemahaman merupakan
bagian dari membaca lanjut. Membaca lanjut pada dasarnya merupakan proses kognitif.
Kegiatan pada tahap membaca lanjut ini memerlukan kegiatan pikiran dan penalaran
termasuk ingatan. Dalam hal ini peserta berupaya untuk menemukan dan memahami
informasi yang dikomunikasikan oleh penulis modul. Dalam hal proses mamahami
informasi, peserta mempelajari cara-cara penulis modul menyajikan pikirannya. Peserta
memperoleh dua jenis pengetahuan, yaitu mempelajari informasi dalam modul dan cara-
cara penulis modul menyampaikan pikirannya. Jadi, selain untuk memperkaya
pengetahuan tentang isi modul, juga meningkatkan daya nalar peserta.

Dalam aktivitas membaca lanjut, literature berbahasa Inggris menyandingkannya dengan


istilah “speed reading” atau “rapid reading” yang umumnya digunakan untuk
menyatakan kecepatan membaca. Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat,
seorang lulusan SMA (Senior Hight School) diharapkan sudah mempunyai kecepatan
membaca minimum kira-kira 250 kata per menit dengan pemahaman isi bacaan
minimum 70%. Kecepatan ini sering juga dijadikan salah satu syarat untuk masuk ke
perguruan tinggi. Bagaimanakah cara mengukur kemampuan membaca? Tampubolo
(1987:11) menjelaskan bahwa, cara mengukur kemampuan membaca adalah: jumlah
kata yang dapat dibaca per menit dikalikan prosentase pemahaman isi bacaan.

Misalnya, Ibu Heni Guru SMP Mapel Bahasa Sunda di Kab. Bandung Barat dapat
membaca 200 kata per menit, dan jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan isi
bacaan itu adalah 60%, maka kemampuan membaca Ibu Heni adalah 200 x 60% =120kcp
(kata per menit). Namun, demikian dalam penelitian ini jika dikaitkan dengan
kemampuan literasi, maka kemampuan membaca adalah kecepatan membaca modul
yang disertai dengan pemahaman isi modul secara keseluruhan.

Membaca dalam penelitian ini lebih difokuskan pada membaca untuk studi. Membaca
studi adalah aktivitas membaca untuk memahami isi modul secara keseluruhan, serta
pokok pikiran utamanya, sehingga peserta memperoleh pemahaman yang komprehensif
tentang isi modul. Tujuan membaca pada penelitian ini sesuai dengan teori tujuan
membaca tingkat mahir/lanjut, seperti yang diutarakan oleh Iskandarwassid dan

30
Sunendar (2008:290) bahwa tujuan membaca tingkat mahir/lajut adalah: menemukan
ide pokok pikiran utama dan ide penunjang, menafsirkan isi bacaan, membuat
intisari/rangkuman membaca, dan menceritakan kembali isi bacaan modul bahasa Sunda.
Membaca untuk studi memerlukan konsentrasi. Agar dapat membaca dengan penuh
konsentrasi, maka setidaknya diperlukan tiga kondisi: a) kesehatan, kesegaran, dan
ketenangan jasamani dan rohani, b) kebersihan dan ketenangan tempat, dan c)
keteraturan waktu.

D. Budaya Menulis sebagai Praktik Literasi


1. Pengertian Menulis
Menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran
dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu adalah bahasa. Ekspresi gagasan, ide,
pendapat, atau pikiran dan perasaan melalui bahasa itu akan dimegerti orang lain
atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan
mudah dimengerti (Jago Tarigan: 1995). Sejalan dengan itu, Semi juga mengatakan
bahwa menulis pada hakikatnya
merupakanpemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang bahasa
(Semi:1990). Berdasarkan konsep di atas, dapat dikatakan bahwa menulis
merupakanpemindahan pikiran atau perasaan denganmenggunakan tulisan, struktur
bahasa, dan kosakata dengan menggunakansimbol-simbol sehingga dapat dibaca.

2. Tujuan Menulis
Seorang tergerak menulis karena memiliki tujuan-tujuan yang bisa
dipertanggungjawabkan di hadapan pembacanya, karena tulisan pada dasarnya
adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat dipahami
dan diterima orang lain. Adapun tujuan penulisan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa
termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data, dan peristiwa.
b. Membujuk, melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pembaca dapat
menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakan
dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif atau gaya bahasa yang
menarik, akrab, bersahabat, dan mudah dicerna.

31
c. Mendidik adalah salah satu tujuan komunikasi melalui tulisan. Melalui membaca
hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah. Orang-
orang yang berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh
toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan lebih rasional.
d. Menghibur, fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi, bukan monopoli
media massa, radio, televisi, namun media cetak dapat pula berperan dalam
menghibur khalayak pembacanya, seperti anekdot dan cerita pengalaman lucu
bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan dan
kepenatan setelah seharian sibuk beraktivitas.

2. Kompetensi Pedagogik dan Profesional Guru


Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, bahwa Standar kompetensi guru
dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut
terintegrasi dalam kinerja guru. Dari keempat kompetensi tersebut, fokus penelitian
ini hanya pada kompetensi pedagogik dan profesional. Di bawah ini Kompetensi Inti
dan Kompetensi Guru Mata Pelajaran Kompetensi Pedagogik dan Profesional yang
akan menjadi rujukan materi penelitian secara umum.
No. KOMPETENSI INTII GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN
Kompetensi Pedagogik
1. Menguasai karakteristik 1.1 Memahami karrakterstik peserta didik
peserta didik dari asperk yang berkaitan dengan aspek fisik,
fisik, moral, spiritual, intelektualm sosial-emosional, moral,
sosial, kultura, emosional, spiritual, dan latar belakang sosial-
dan intelektual. budaya.
1.2 Mengidentifikasi potensi peserta didik
dalam mata pelajaran yang diampu
1.3 Mengidentifikasi bekal-ajar awal
peserta didik dalam mata pelajaran
yang diampu
1.4 Mengidentifikasi kesulitan belajar
peserta didik dalam mata pelajaran
yang diampu

2. Menguasai teori belajar 2.1 Memahami berbagai teori belajar dan


dan prinsip-prinsip prinsip-prinsip pembelajran yang
pembelajaran yang mendidik terkait dengan mata elajaran

32
mendidik. yang diampu
2.2 Menerapkan berbagai pendekatan,
strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik secara
kreatif dalam mata pelajaran yang
diampu
3. Mengembangkan 3.1 Memahami pinsip-prnsip
kurikulum yang terkait pengembangan kurikulum
dangan mata pelajaran 3.2 Menentukan tujuan pembelajaran
yang diampu. yang diampu
3.3 Menentukan pengalaman belajr yang
sesuai untuk mencapai tujuaan
pembalajran yang diampu
3.5 Menata materi pembelajaran secara
benar sesuai dengan pendekatan yang
dipilih dan karakteriskti peserta didik
3.6 Mengembangakan indikator dan
instrumen penilaian
4. Menyelenggarakan 4.1 Memahami prinsip-rinsip
pembelajaran yang peranvcangan pembelajaran yang
mendidik. mendidik
4.2 Mengembangkan komponen
rancangan pembelajaran
4.3 Menyusun rancangan pembelajran
yang mendidik dikelas, dilaboratorium,
dan dilapangan dengan
memperhatikan standar keamanan
yang dipersyaratkan
4.4 Menyusun rancangan pembelajaran
yang lengkap, nbaik untuk kegatan di
dalam kelas, laboratorium, maupun
lapangan
4.5 Menggunakan media pembelajran dan
sumber belajar yang relevan dengan
karakteristik peserta didik dan mata
pelajaran secara utuh
4.6 Mengambil keputusan transaksional
dalam situasi yang berkembang
5. Memanfaatkan teknologi 5.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan
informasi dan komunikasi komunikasi dalam pembelajaran yang
untuk kepentingan diampu
pembelajaran.
6. Memfasilitasi 6.1 Menyediakan berbagai kegiatan
pengembangan potensi pembelajran untuk mendorong oeserta
peserta didik untuk didik mencapai prestadi secara optimal
mengaktualisasikan 6.2 Menyediakan berbagai kegiatan
berbagai potensi yang pembelajaran untuk
dimiliki. mengaktualisasikan potensi pesrta
didik, termasuk kreativitasnya
7. Berkomunikasi secara 7.1 Memahami berbagai strategi
efektif, empatik, dan berkomunikasi yang efektif, empatik,

33
santun dengan peserta dan santun, secara lisan, tulisan,
didik. dan/atau bentuk lain
7.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik,
dan santun dengan peserta didik
dengan bahasa yang khas dalam
interaksi kegiatan/permainan yang
mendidik yang terbangun secara
siklikal dari (a) penyiapan kondsi
psikologis peserta didik untuk ambil
bagian dalam permainan melalui
bujukan dan conton (b) ajakan kepada
peserta didik untuk ambil bagian, (c)
respon pesrta didik terhadap ajakan
guru, dan (d) reaksi guru terhadap
peserta didik, dan seterusnya
8. Menyelenggarakan 8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian
penilaian dan evaluasi dan evaluasi proses dan hasil belajra
proses dan hasil belajar. sesuai dengan karakteristik aa
pelajaran yang diampu.
8.2 Menentukan aspek-aspek proses dan
hasil belajar yang penting untuk diniai
dan dievaluasi sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran yang
diampu.
8.3 Menentukan prosedur penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar.
8.4 Mengembangkan instrumen penilaian
dan evaluasi proses dan hasil belajar.
8.5 Mengadministrasika penilaian proses
dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan
menggunakan berbagai instrumen
8.6 Menganalisi hasil penilaian prosesd an
hasil belajar untuk berbagai tujuan.
8.7 Melakukan evaluasi proses dan hasil
belajar.
9. Memanfaatkan hasil 9.1 Menggunakan informasi hasil penilaian
penilaian dan evaluasi dan evaluasi untuk menentukan
untuk keentingan ketuntasan belajar
pembelajaran. 9.2 Menggunakan informasi hasil penilaian
dan evaluasi untuk merancang
program remedial dan pengayaan.
9.3 Mengkomunikasikan hasil penilaian
dan evaluasi kepada pemangku
kepentingan.
9.4 Memanfaatkan informasi hasil
penelitian dan evaluasi pebelajaran
untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
10. Melakukan tindakan 10.1 Melakukan refleksi terhadap
reflektif untuk pembelajaran yang telah dilaksanakan.

34
peningkatan kualitan 10.2 Memanfaatkan hasil refleksi untuk
pembelajaran. perbaikan dan pengaembangan
pembeljran dalam mata pelajaran yang
diampu.
10.3 Melakukan penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan kualitan
pembelajaran dalam mata pelajaran
yang diampu
Kompetensi Profesional
20. Menguasai materi, Jabaran kompetensi Butir 20 utuk masing-
strukturm konsep, dan masing guru mata pelajaran disajikan setelah
pola pikir keilmuan yang tabel ini
mendukung mata
pelajaran yang diampu
21. Menguasai standar 21.1 Memahami standar kompetensi mata
kompetensi dan pelajaran yang diampu
kompetensi dasar mata 21.2 Memahami kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu pelajaran yang diampu
21.3 Memahami tujuan pembalajaran yang
diampu.
22. Mengembangkan materi 22.1 Memilih materi pelajaran yanng
pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat
diampu secara kreatif perkemangan peserta didik
22.2 Mengolah materi pelajaran yang
diampu secara kreatif sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik
23. Mengembangkan 23.1 Melakukan refleksi terhadap kinerja
keprofesionalan secara sendiri secara terus menerus.
berkelanjutan dengan 23.2 Memanfaatkan hasil refleksi dalam
melakukan tindakan rangka peningkatan keprofesionalan
reflektif 23.3 Melakukan penelitian tindakan kelas
untuk peningkatan keprofesionalan
23.4 Mengikuti kemajuan zaman dengan
belajar dari berbagai sumber
24. Memanfaatkan teknologi 24.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan
informasi dan komunikasi komunikasi dalam berkomunikasi
untuk mengembangkan 24.2 Memanfaatkan teknologi informasi dan
diri komunikasi untuk pengembangan diri

Dalam pelaksanaan penyusunan modul dan soal UKG Mapel Bahasa Sunda diperkaya
dengan Pergub Provinsi Jawa Barat No. 69 tahun 2013 tentang Pembelajaran Mata Pelajaran
Bahasa Daerah jenjang SD/ MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK yang berisi: (1) Struktur
Program Kurikulum 2013 Mapel Bahasa Sunda, dan Bahasa Cirebon, (2) KI KD Mapel Bahasa
Sunda, dan (3) KI KD Bahasa Cirebon.
Sejalan dengan itu, menurut Hanafiah dan Suhana (2012: 101) pembelajaran yang unggul
memerlukan para guru yang profesional sebagai produk dari profesionalisasi secara

35
berkelanjutan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus sehingga melahirkan para
guru yang memiliki (1) profesionalitas, yaitu sikap mental merasa bangga dan komitmen
terhadap pekerjaannya, dan (2) profesionalisme, yaitu sikap mental yang komitmen
terhadap kinerja bermutu sesuai dengan standar yang diharapkan baik dari sisi
pengetahuan, sikap, maupun keterampilan
Guru sebagai pelaku otonomi kelas, memiliki kewenangan untuk melalukan reformasi kelas
(classroom reform) dalam rangka melakukan perubahan perilaku peserta didik secara
berkelanjutan dan sejalan dengan tugas perkembangannya dan tuntutan lingkungan
sekitarnya. Guru sebagai arsitek perubahan perilaku peserta didik sekaligus sebagai model
panutan para peserta didik dituntut memiliki kompetensi yang paripurna yang meliputi
pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam gambar di bawah ini lebih fokus pada
kompetensi pedagogik dan profesional.

1. Aspek peserta didik.


Pemahaman
peserta didik, 2. Teori belajar dan
pembelajaran, strategi
perancangan,
pelaksanaan, dan kompetensi dan isi, serta
merancang pembelajaran.
evaluasi
3. Menata latar dan
pembelajaran,
PEDAGOGIK melaksanakan pembelajaran
serta
pengembangan 4. Asesmen proses dan hasil.
5. Pengembangan akademik
peserta didik
dan nonakademik

1. Paham materi, struktur,


Menguasai konsep, metode keilmuan
keilmuan bidang yang menaungi, menerapkan
ROFESIONAL studi dan langkah dalam kehidupan sehari-hari.
kajian kritis 2. Metode pengembangan
pendalaman isi ilmu, telaah kritis, kreatif,
bidang studi dan inovatif terhadap bidang
studi.

Bagan 2.1 Kompetensi Pedagogik dan Profesional


(Sumber: Hanafiah dan Suhana, 2012: 101)

36
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yang harus dikuasai seorang guru/ pendidik adalah berikut
ini.
a. Menguasai karakteristik peserta didik, dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
b. Menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diajarkan.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h. Menyelenggarakan penilaian evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut.
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diajarkan.
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diajarkan.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diajarkan secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
reflektif.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunnikasi untuk mengembangkan diri.
Selanjutnya menurut Hanafiah dan Suhana (2012:106) guru dalam melaksanakan
perannya, yaitu sebagai pendidik, pengajar, pemimpin, administrator, harus mampu
melayani peserta didik yang dilandasu kesadaran (awareeness), keyakinan (belief),
kedisiplinan (discipline), dan tanggung jawab (responsibility).
Khusus untuk materi pedagogik dan profesional yang termuat dalam modul KK E dan KK
I adalah, untuk materi pedagogik modul KK E mencakup: Ruang Lingkup Bahan Ajar

37
Bahasa Sunda, Ruang Lingkup Bahan Ajar Sastra Sunda, Memilih Bahan Ajar Bahasa dan
Sastra Sunda, Mengolah Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunda. Sementara untuk Materi
Profesional Modul KK E Mencakup: Struktur Kecap Asal Bahasa Sunda, Kecap Rundayan
Bahasa Sunda, Kecap Rajekan Bahasa Sunda, Kecap Kantetan Jeung Wancahan Bahasa
Sunda, serta Wangun dan Unsur Intrinsik Wawacan.
Untuk materi pedagogik dan profesional modul KK I mecakup: materi pedagogik:
Program Remedial Pembelajaran Bahasa Sunda, Program Pengayaan Pembelajaran
Bahasa Sunda, dan Manfaat Informasi Hasil Penilaian untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Bahasa Sunda. Sementara untuk materi profesional modul KK I
mencakup: Teks Narasi Bahasa Sunda, Teks Deskripsi Bahasa Sunda, Teks Eksposisi
Bahasa Sunda, Teks Argumentasi Bahasa Sunda, Teks Laporan Hasil Observasi Bahasa
Sunda, Teks Opini Bahasa Sunda, Teks Sejarah Bahasa Sunda, dan Novel Bahasa Sunda.

E. Teori Model Pembelajaran


1. Pengertian Model Pembelajaran
Terdapat dua istilah yang memiliki subtansi yang sama dalam hal ini, yakni models of
teaching ‘model mengajar’ dan models of learning ‘model mengajar’. Model mengajar
pada hakekatnya selaras dengan model belajar, sama-sama mempunyai tujuan
membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, ide, keterampilan, dan nilai-nilai. Hal
ini selaras dengan pandangan Joyce and Weils (2008:8) yang menyatakan bahwa:
“ models of teaching are really models of learning. As we help student
Acquire information, ideas, skills, values, ways of thingking, and means
Of expressing themselves, we are also teaching them how to learn.”

Pendapat di atas menunjukkan, bahwa model mengajar pada hakekatnya adalah model
belajar, karena kita membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, keterampilan,
nilai-nilai, dan cara berpikir, serta cara berekspresi. Kita juga mengajarnya bagaimana
untuk belajar. Siswa lebih mudah dan efektif dalam memperoleh pengetahuan dan
keterampilan karena mereka memiliki acuan proses belajar.
Selanjutnya, Sofiyanti (2010: 19) menyatakan bahwa model pembelajaran dirancang
untuk mencapai perubahan spesifik perilaku peserta didik, maka pemilihan modle

38
pembelajaran harus relevan dan mendukung tujuan pembelajaran. Baik yang terdapat
dalam Standar Kompetensi maupun Kompetensi Dasar.
Sementara itu, Sudaryat (2015:20) menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan
pedoman bagi guru dan siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Model
pembelajaran (models of teaching) merupakan suatu perencanaan yang digunakan
dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberi petunjuk
kepada pengajar di kelas dalam latar pengajaran maupun latar lainnya.

1. Komponen yang Membentuk Model-model Mengajar


Menurut Wahab (dalam Alimin, 2008: 23-24) terdapat beberapa komponen yang
membentuk model-model mengajar, antara lain berikut ini.
1) Fokus
Fokus merupakan aspek sentral sebuah model. Fokus dari sebuah sistem merujuk
pada paradigma yang mendasari pengembangan sebuah model. Tujuan-tujuan
pengajaran yang hendak dicapai dari aspek-aspek lingkungan pada dasarnya
membentuk fokus sebuah model.
2) Sintaks
Sintak atau tahapan merupakan gabaran model yang diuraikan ke dalam
serangkaian kegiatan yang konkret di dalam kelas.
3) Sistem Sosial
Siste sosial yang dibangun dalam model mengajar menggambarkan hubungan
antara guru dan pesaerta didik yang mengarah pada peranan guru dan peserta
didik, khususnya hubungan hirarkis atau hubungan kesewenangan serta norma
perilaku peserta didik yang dianggap baik.
4) Sistem Pendukung
Sistem pendukung merupakan unsur yang penting dalam model mengajar yang
bertujuan untuk menyiapkan kemudahan untuk guru dan peserta didik supaya
strategi yang ditetapkan berhasil dengan baik.

39
2. Rumpun-rumpun Model Mengajar
Semua model mengajar dipilih, dikelompokkan ke dalam empat rumpun model, yang
tiap rumpunnya menonjolkan orientasi yang berbeda dan cara belajar siswa yang
berbeda juga. Hal ini selaras dengan pendapat Joy and Weils (1980: 9) bahwa: ‘The
family of models of teaching: a) information-processing models, b) personal models, c)
social interaction models, and d) behavioral models’.
a. Information-Processing Models
Model mengajar rumpun ini berorientasi ke arah kemampuan peserta untuk
memproses informasi dan cara-cara peserta agar mereka dapat meningkatkan
kemampuannya untuk menguasai informasi. Model ini mengarahkan peserta untuk
mampu merespon stimulus lingkungan, mengorganisasikan data, memformulasikan
masalah, membangun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol
verbal dan nonverbal. Dalam model ini dijumpai juga, peserta memecahkan masalah.
Model mengajar yang termasuk rumpun ini adalah: model inkuiri, model advance
organizer, dan model pengembangan berpikir.

b. Personal Model
Model ini berorientasi pada arah perkembangan individu. Penekananya diarahkan
kepada proses membantu individu dalam membentuk dan mengorganisasikan realita
yang unik. Model ini lebih banyak memperhatikan kehidupan emosional peserta.
Model mengajar yang termasuk rumpun ini adalah: model nondirektif, model latihan
kesadaran, model sinektik, model sistem konseptual, dan model pertemuan kelas.

c. Social Interaction Models


Rumpun model mengajar ini mengutakan hubungan individu dengan masyarakat
atau orang lain, dan memusatkan pada proses-proses realita yang ada yang
dipandang suatu organisasi sosial. Konsekuensi dari mengajar dengan rumpun ini
mengutakan priorotas kecakapan individu dalam hubungannya dengan lingkungan.
Individu dihadapkan pada situasi demokratis aehingga dapat bekerja lebih produktif.
Model mengajar yang termasuk rumpun ini adalah investigasi kelompok, inkuiri
sosial, laboratory, jurisprudensial, bermain peran, dan simulasi sosial.

40
d. Behavioral Models
Rumpun model perilaku didasarkan oleh teori perilaku dengan sebutan teori-teori
belajar, teori belajar sosial, pengembangan perilaku, dan terapi perilaku. Ciri rumpun
model mengajar ini adalah adanya kecenderungan memecahkan tugas belajar
kepada sejumlah perilaku kecil yang berurutan. Belajar tidak dipandang sebagai
sesuai yang menyeluruh melainkan dirinci ke dalam langkah-langkah konkret. Model
mengajar yang termasuk rumpun ini adalah: model mengelola kemungkinan, model
kontrol diri, model reduksi stres, dan model latihan terarah.

Di antara keempat rumpun model dia atas tidaklah saling bertentangan, melainkan
saling melengkapi. Penelitian ini menggunakan gabungan model Information-
Processing Models dan Behavioral Models. Mengapa? Hal ini berdasarkan argumen
bahwa model Literasi Kewacanaan menuntut kemampuan peserta untuk
memproses informasi materi modul dan cara-cara peserta agar mereka dapat
meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesionalnya. Peserta diarahkan untuk
membangun konsep dan memecahkan masalah materi dalam modul. Selain itu,
dalam model Literasi Kewacaannya ini terdapat kecenderungan memecahkan tugas
belajar yang tertuang dalam LK serta melakukan latihan pemantapan materi yang
terarah untuk meningkatkan kemampuan kompetensi pedagogik dan profesional.

3. Model Literasi Kewacanaan dalam Program Guru Pembelajar


Menurut Hanafiah dan Suhana (2012:41) model pembelajaran merupakan salah satu
pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif
maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar
peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style).
Model Literasi dikenal dalam membaca untuk kepentingan studi. Dua model yang paling
umum, yaitu CATU (Cari-Tulis Kembali-Uji) dan SURTABAKU (Survey, Tanya-Baca-
Katakan-Ulang). Model literasi yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan model
CATU tapi sudah mengalami modifikasi dan adaptasi menjadi CALISLAUJI (Baca-Tulis-
Input Materi dan mengerjakan LK-Latihan Soal dan Pemantapan Materi-Ujian). Oleh
karena itu, tahapan pelaksanaan Model Literasi pada Program guru pembelajaran moda
tatap muka dapat terlihat pada gambar berikut ini.

41
Tahap 1:
Baca

Tahap 5: Tahap 2:
Ujian Tulis

Tahap 4: Tahap 3: Input


Latihan Soal Materi dan
Pemantapan Mengerjakan
Materi LK

Gambar: 2.3 Tahapan Model Literasi CALISLAUJI

Tahap 1: Baca
Langkah-langkahnya
a. Fasilitator dan peserta menentukan modul yang akan dibaca.
b. Fasilitator memastikan bahwa semua peserta memegang modul.
c. Fasilitator meminta peserta untuk membaca senyap (membaca dalam hati)
secara mandiri selama 15 menit untuk satu kegiatan belajar pada awal
pembelajaran.
d. Pada kesempatan ini fasilitator juga membaca kegiatan belajar yang sama.
Partisipasi fasilitator dalam membaca sangat bermanfaat bagi peserta diklat,
karena fasilitator menjadi model bagi peserta.
e. Membaca yang dilakukan oleh peserta adalah membaca studi yang berfokus
pada membaca untuk memahami isi modul secara keseluruhan pokok pikiran
demi pokok pikiran utamanya, sehingga peserta memperoleh pemahaman yang
komprehensif tentang isi modul.
f. Fasilitator berkeliling untuk memastikan semua peserta berpartisipasi secara
aktif dalam membaca.

Modul yang dipelajari pada Program Guru Pembelajar adalah Modul KK E dan I. Dalam
Modul KK E terdapat 10 materi Kegiatan Belajar yang terdiri atas: 4 materi kegiatan

42
belajar Pedagogik, dan 6 kegiatan belajar materi profesional. Dalam praktiknya, untuk
Modul KK E ini tahap 1 Membaca dilakukan 10 x 15 menit pada awal pembelajaran yang
dilakukan secara mandiri. Pembelajaran modul KK E dilakukan pada hari pertama,
kedua, dan ketiga. Dalam Modul KK I terdapat 10 Kegiatan Belajar yang terdiri atas: 3
materi kegiatan Belajar Pedagogik, dan 7 kegiatan belajar materi profesional. Dalam
parktiknya, untuk modul KK I tahap 1 Membaca dilakukan 10 x 15 menit pada awal
pembelajaran yang dilakukan secara mandiri. Pembelajaran modul KK I dilakukan pada
hari keempat, kelima, dan keenam.

Tahap 2: Tulis
Langkah-langkahnya
a. Peserta menuliskan pokok-pokok pikiran utama modul yang dibacanya dengan cara
merangkum dengan kata-kata sendiri secara lugas, dengan menggunakan format
Jurnal Literasi yang sudah disiapkan.
b. Peserta merangkum dengan cara: menulis durasi waktu membaca, menulis dengan
kata-kata sendiri pokok-pokok materi, dan menulis hal-hal yang sulit dipahami pada
kolom catatan. Berikut ini jurnal literasi yang digunakan untuk menulis rangkuman.

43
Jurnal Literasi Kewacanaan

JURNAL LITERASI

Judul Modul : .........................


KK : ..........................
Hari, Tanggal : .........................
No. Waktu Baca Ringkasan Isi Catatan

1. Pkl............s.d.........

2. Pkl............s.d..........

3. Pkl............s.d..........

4. Pkl............s.d..........

5. Pkl............s.d..........

Tahap 3: Input Materi dan Mengerjakan LK


Pada tahap ini, fasiltator dan peserta berdiskusi, bertanya jawab, menyampaikan
materi, brainstormin tentang pengisian LK materi modul.
a. Setelah kegiatan menulis selesai, fasilitator dapat meminta peserta untuk
membacakan tulisannya kepada teman di kelompoknya.

44
b. Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan satu kata sulit di potongan kertas
kecil, kemudian menempelkannya di papan tulis.
c. Fasilitator dan peserta berdiskusi membahas kata sulit. Fasilitator bertanya pada
peserta, siapa yang dapat menemukan arti salah satu kata sulit tersebut.
d. Peserta harus menjelaskan arti kata sulit tersebut. Peserta lain menanggapi.
Selanjutnya fasilitator membahas kata sulit yang lainnya. Begitu selanjutnya.
e. Peserta diklat mencatat kata-kata sulit yang telah didiskusikan.
f. Fasilitator menyampaikan materi dengan menggunakan bahan tayang, sesuai
dengan materi pada setiap kegiatan belajar.
g. Peserta lain diminta untuk menyimak serta diberi kesempatan untuk bertanya.
h. Peserta diberi kesempatan untuk mengerjakan LK secara kelompok.
i. Fasilitator meminta peserta untuk maju ke depan menyamakan persepsi tentang isi
LK.

Tahap 4: Latihan Soal Pemantapan Materi


a. Fasilitator menyiapkan soal-soal latihan pilihan ganda mengacu pada kisi-kisi untuk
tiap kegiatan belajar.
b. Soal tersebut diperoleh dari Bank Soal saat pelatihan Instruktur Nasional ditambah
soal yang dibuat oleh IN sendiri jika diperlukan.
c. Peserta mengerjakan soal dengan cara berdiskusi berpasangan.
d. Setelah selesai membahas soal secara berpasangan, maka satu persatu soal dibahas
bersama-sama dalam satu kelas.
e. Peserta menuliskan soal dan isinya untuk bahan hapalan menjelang postes.
f. Latihan soal dilakukan terus menerus, agar peserta lancar mengerjakan postes.

Tahap 5: Ujian
a. Semua peserta dipastikan mengikuti tes akhir berbasis computer di TUK yang telah
ditentukan, sesuai dengan jadwal yang telah dipilih peserta.
b. TUK disarankan yang terdekat dengan peserta.

45
c. Tes akhir yang diujikan adalah untuk dua modul. Setiap satu modul diujikan 30 soal
(10 soal pedagogik dan 20 soal profesional) Pilihan Ganda untuk durasi waktu 45
menit.
d. Setelah selesai tes akhir, peserta langsung bisa mengetahui jumlah skor yang
diperolehnya.
e. Tes akhir dilajutkan pada modul kedua, dengan jumlah soal dan durasi waktu yang
sama dengan modul pertama, yakni 30 soal (10 soal pedagogik dan 20 soal
profesional) Pilihan Ganda untuk durasi untuk 45 menit.
f. Untuk tahun 2016 KCM 6,5 atau sama dengan skor 20 (6,6) dari 30 soal.
g. Hasil postes ini digunakan untuk memperbaiki profil rapor peserta tahun 2015.

E. Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar


Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar dilakukan melalui tiga moda, yaitu:
Moda Tatap Muka, Moda Daring, dan Moda Daring Kombinasi (Ditjen GTK Kemdikbud,
2016: 12). Lebih rinci dijelaskan berikut ini.

Tatap Muka

Moda Program
Peningkatan
Kompetensi Guru
Pembelajar

Daring Daring
Kombinasi

Gambar 2.1. Moda Program Peningkatan Kompetensi Guru Pembelajar

1. Moda Tatap Muka


Moda tatap muka merupakan bagian dari sistem pembelajaran di mana terjadi interaksi
secara langsung antara fasilitator dengan peserta pembelajaran. Interaksi pembelajaran
yang terjadi dalam tatap muka meliputi pemberian input materi, tanya jawab, diskusi,

46
latihan, kuis, praktik, dan penugasan.
Moda tatap muka diperuntukkan bagi guru yang memerlukan peningkatan kompetensi
yang lebih intensif dengan mempelajari 8-10 modul.

Di samping itu, untuk memberikan pilihan penyelenggaraan pembelajaran bagi guru yang
tidak punya cukup pilihan karena berbagai keterbatasan sehingga tidak memungkinkan
untuk mengikuti pembelajaran moda lainnya, misalnya karena alasan geografis,
tidak/kurang tersedianya aliran listrik dan jaringan internet, ketersediaan anggaran,
literasi teknologi informasi dan komunikasi, serta alasan lain yang rasional, maka moda
tatap muka dapat dilaksanakan dengan beberapa alternatif, yaitu: tatap muka penuh,
tatap muka tidak penuh (in-on-in), dan tatap muka dalam kegiatan kolektif guru yaitu PKG
(Pusat Kegiatan Gugus) untuk guru PAUD, KKG (Kelompok Kerja Guru) untuk guru SD,
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) untuk guru SMP/SMA/SMK, dan MGBK
(Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling). Pemilihan berbagai alternatif moda tatap
muka tetap harus mempertimbangkan hasil UKG yang tercermin dari jumlah modul yang
perlu dipelajari oleh guru. Penjelasan lebih lanjut pelaksanaan program guru pembelajar
moda tatap muka dijelaskan dalam juknis moda tatap muka.

2. Moda Daring
Moda Dalam Jaringan (Daring) adalah program guru pembelajar yang dilaksanakan
dengan memanfaatkan teknologi jaringan komputer dan internet. Moda Daring dapat
dilaksanakan dengan mempersiapkan sistem pembelajaran yang secara mandiri
memberikan instruksi dan layanan pembelajaran kepada peserta tanpa melibatkan
secara langsung para pengampu dalam proses penyelenggaraannya. Sistem instruksional
yang dimaksud meliputi proses registrasi, pelaksanaan pembelajaran, tes akhir, dan
penentuan kelulusan peserta serta penerbitan sertifikat. Dalam hal tertentu, keterlibatan
pengampu masih diperlukan, misalnya dalam memeriksa dan menilai tugas-tugas yang
belum bisa dilaksanakan oleh sistem, atau untuk membantu peserta apabila mengalami
kesulitan yang belum mampu diatasi oleh sistem. Moda Daring diperuntukkan bagi guru
yang memerlukan peningkatan kompetensi dengan mempelajari 3-5 modul.

47
3. Moda Daring Kombinasi
Moda daring kombinasi adalah moda yang mengkombinasikan antara tatap muka dengan
daring. Fasilitator di satu sisi dapat direpresentasikan oleh sistem pembelajaran yang
terdiri dari firmware, brainware, dan software; dan peserta di sisi lain melaksanakan
instruksi yang diberikan oleh sistem, mulai registrasi, pelaksanaan pembelajaran, sampai
dengan evaluasi.

Moda Daring Kombinasi dilaksanakan dengan mempersiapkan sistem pembelajaran yang


membutuhkan keterlibatan secara langsung para pengampu dalam proses pembelajaran.
Keterlibatan para mentor dapat dilakukan dengan 2 cara: (1) bertemu muka secara langsung
dengan peserta; atau (2) bertemu muka secara virtual, baik melalui video, audio, maupun
teks. Moda Daring Kombinasi diperuntukkan bagi guru yang memerlukan peningkatan
kompetensi dengan mempelajari 6-7 modul.

48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Bab III dari makalah hasil penelitian ini menguraikan metodologi penelitian yang mencakup:
1) prosedur penelitian, 2) metode penelitian, 3) lokasi dan waktu penelitian, 4) populasi dan
sampel penelitian, 5) variabel penelitian, 6) instrumen penelitian, dan 7) teknik
pengumpulan data.

A. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini secara garis besar mencakup lima tahapan, yakni: 1) tahap
prapenelitian, 2) tahap mendesain rancangan model, 3) tahap uji kelayakan model, 4)
tahap perbaikan rancangan model, dan 5) tahap penelitian. Prosedur penelitian dapat
digambarkan berikut ini.

1. Tahap
Prapenelitian 2. Tahap
Mendesain
Rancangan Model
a. Kajian Pustaka a. Tujuan
b. Bahan
Interpretasi
b. Studi Lapangan c.Skenario
d. Media
d. Evaluasi

5. Tahap Penelitian 3.Tahap Uji Kelayakan


a. Menetapkan Model
4. Tahap a. Analisis Kualitas
sampel
Perbaikan Model
penelitian
Rancang b. Uji Coba
b. Pelaksanaan
Model lapangan
penelitian
c. Pengolahan hasil
d. Pelaporan

Gambar 3.1
Prosedur Penelitian

49
1. Tahap Prapenelitian
a. Studi Pustaka
Pada tahap ini peneliti melakukan studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka
dilakukan untuk mencari, menganalisis, dan menginterpretasi teori-teori yang berkaitan
erat dengan penelitian, yang mencakup: 1) Teori Literasi Kewacanaan, 2) Gerakan Literasi
Sekolah 3) Teori Membaca Pemahaman, 4) Teori Menulis, 5) Kompetensi Pedagogik dan
Profesional, 6) Perencanaan Program Guru Pembelajar, 7) Tahapan Pelaksanaan Model
Pembelajaran Literasi, dan 8) Evaluasi Program Guru Pembelajar.

b. Studi Lapangan
Tujuan studi lapangan ini adalah untuk mengidentifikasi dan menetapkan Peserta
Program Guru Pembelajar Moda Tatap Muka yang memungkinkan dilakukannya
penelitian. Fokus kajiannya adalah menggali data tentang: (a) identitas peserta termasuk
kompetensi pedagogik dan profesional guru (b) kemampuan IN dalam menyampaikan
materi dan mengelola kelas, (c) Skenario yang digunakan, (d) modul yang digunakan, (e)
media pembelajaran, (f) alokasi waktu, (g) cakupan materi pedagogik dan profesional
pada modul yang digunakan, dan (h) model literasi kewacanaan, dan (i) persiapan dan
pelaksanaan postes. Sehingga hal tersebut dapat dijadikan peluang penelitian. Studi
lapangan tahap prapenelitian dilakukan sebanyak 1 kali.

Teknik yang digunakan untuk mengungkap penyelenggaraan Penerapan Model Literasi


Kewacaan untuk Program Guru Pembelajar ini, antara lain: Focus Group Discussion (FGD),
dengan (1) MGMP sebagai penyelenggara diklat (2) fasilitator sebagai pelaksana model,
dan 3) observasi langsung ke kelas.

2. Tahap Mendesain Rancangan Model


Dalam tahap mendesain rancangan model, akan diuraikan tentang: (a) penyusunan
Skenario (b) mengkaji modul, (c) menyiapkan bahan tayang, (d) penyusunan rancangan
pelaksanaan model, (e) menyiapkan LK, dan (f) menyiapkan latihan soal.

50
a. Penyusunan Skenario
Penyusunan Skenario pelatihan khususnya untuk modul KK E dan KK I sudah dilakukan
pada awal taun. Namun,untuk kepentingan penelitian, Skenario modul KK E dan KK I
mengalam perubahan. GBPP dan Skenario diubah sesuai dengan tahapan modul Literasi
Kewacanaan.

b. Mengkaji Modul
Modul yang akan digunakan untuk pelatihan ini adalah Modul KK E dan KK I. Untuk
materi pedagogik modul KK E mencakup: Ruang Lingkup Bahan Ajar Bahasa Sunda, Ruang
Lingkup Bahan Ajar Sastra Sunda, Memilih Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunda,
Mengolah Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunda. Sementara untuk Materi Profesional
Modul KK E Mencakup: Struktur Kecap Asal Bahasa Sunda, Kecap Rundayan Bahasa
Sunda, Kecap Rajekan Bahasa Sunda, Kecap Kantetan Jeung Wancahan Bahasa Sunda,
serta Wangun dan Unsur Intrinsik Wawacan.
Untuk materi pedagogik dan profesional modul KK I mecakup: materi pedagogik:
Program Rémédial Pembelajaran Bahasa Sunda, Program Pengayaan Pembelajaran
Bahasa Sunda, dan Manfaat Informasi Hasil Penilaian untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Bahasa Sunda. Sementara untuk materi profesional modul KK I mencakup:
Teks Narasi Bahasa Sunda, Teks Deskripsi Bahasa Sunda, Teks Eksposisi Bahasa Sunda,
Teks Argumentasi Bahasa Sunda, Teks Laporan Hasil Observasi Bahasa Sunda, Teks Opini
Bahasa Sunda, Teks Sejarah Bahasa Sunda, dan Novel Bahasa Sunda.

c. Menyiapkan Bahan Tayang


Bahan tayang modul KK E dan KK I sudah disiapkan tim pengembang modul. Namun,
untuk pemahaman yang lebih mendalam, IN boleh menambah merevisi bahan tayang
sesuai dengan isi modul atau dari bahan rujukan lainnya yang relevan. Bahan tayang
disiapkan per kegiatan belajar sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia.

d. Penyusunan Rancangan Pelaksanaan Model


Rancangan model Literasi Kewacaan mencakup 5 tahapan yakni: CALISLAUJI (Baca- Tulis-
Input Materi, LK-Latihan Soal, dan Ujian). Tahap 1: Baca, peserta ditugaskan untuk
membaca modul secara intensif untuk menemukan materi pokok modul. Tahap 2: Tulis,

51
peserta menulis rangkuman materi yang dibacanya dengan menggunakan format jurnal
literasi. Tahap 3: Input materi dan Mengisi LK, fasilitator menjelaskan materi-materi
yang dimuat dalam modul, tanya jawab, diskusi, selanjutnya mengisi LK secara
berkelompok. Tahap 4: Latihan Soal Pemantapan Materi, hal ini sangat perlu dilakukan
untuk materi pemantapan. Soal sebelumnya sudah dipersiapkan. Fasilitator mempunyai
Bank Soal modul KK E dan Modul KK I yang diperoleh saat pelatihan Instruktur Nasional.
Tahap 5: Ujian, peserta melaksanakan postes di TUK yang terdekat dengan lokasi peserta
dan jadwal yang sudah ditetapkan di masing-masing TUK.

e. Menyiapkan LK
Fasilitator menyiapkan LK Modul KK E dan KK I yang diharus dikerjakan oleh peserta
dengan cara diskusi. Untuk Modul KK-E disiapkan 3 LK untuk dikerjakan peserta,
sementara untuk Modul KK-I disiapkan 5 LK untuk dikerjakan peserta. LK terdapat dalam
lampiran.

f. Menyiapkan Latihan Soal untuk Pemantapan Materi


Soal yang dilatihkan untuk pemantapan materi diberikan sebanyak-banyaknya
disesuaikan dengan materi pedagogik dan profesional pada modul KK E dan modul KK I.
Fasilitator mendapat soal latihan dari Bank Soal waktu pelatihan Instruktur Nasional
ditambah dengan soal yang dibuat oleh fasilitator sendiri. Soal dibuat dalam bentuk
Piligan Ganda dengan 4 option.
Peserta melakukan drill/ latihan soal terus menerus untuk mensukseskan postes. Hal ini
dilakukan agar peserta mempunyai ingatan, pemahaman, dan penalaran yang kuat saat
postes. Latihan soal diberikan sebagai pemantapan materi. Soal merupakan intisari dari
setiap materi pokok.
Soal yang diujikan pada saat postes berjumlah 30 soal terdiri atas: 10 soal pedagogik fan
20 soal profesional. Pada tahun 2016 ini, untuk mencapai KCM 6,5 maka peserta minimal
harus lulus 20 dari 30 soal.

52
3. Tahap Uji Kelayakan Model
Pengujian kelayakan model dilakukan melalui dua tahapan kegiatan, yakni: a) analisis dan
penilaian kualitas model serta b) uji coba lapangan.

a. Analisis Kualitas Model


Tujuan analisis kualitas model ini adalah untuk menguji kelayakan rancangan Model
Literasi Kewacaan yang dilakukan dengan cara mengkaji isi setiap komponen, serta
melihat kesinambungan dan keterkaitan antara komponen yang satu dengan komponen
lainnya. Model Literasi Kewacanaan menggunakan pendekatan sistem yang memandang
model ini dibentuk oleh berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Analisis kualitas model dilakukan dengan mengkaji ulang model yang dikembangkan,
mengadakan diskusi dengan teman-teman IN, MGMP, Widyaiswara, Penulis Modul
lainnya. Diskusi dilakukan untuk mendapatkan masukan, tanggapan, saran, pemecahan
masalah, terhadap model yang sedang dikembangkan.

b. Uji Coba Lapangan


Uji coba Model Literasi Kewacanaan ini dilakukan pada Program Guru Pembelajar Bahasa
Sunda di MGMP SMP Kabupaten Sukabumi.

4. Tahap Perbaikan Rancangan Model


Berdasarkan hasil uji coba di lapangan, maka rancangan model awal mengalami
perbaikan untuk penyempurnaan. Hasil perbaikan inilah yang digunakan dalam penelitian
ini. Produk penelitian Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI dapat dilihat pada gambar
dan penjelasan berikut ini.

53
Produk Penelitian Model Literasi Kewacanaan CALIS:AUJI

Tahap 1:
Baca

Tahap 5: Tahap 2:
Ujian Tulis

Tahap 4: Tahap 3: Input


Latihan Soal Materi dan
Pemantapan Mengerjakan
Materi LK

Tahapan Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI

Tahap 1: Baca
Langkah-langkahnya
g. Fasilitator dan peserta menentukan modul yang akan dibaca.
h. Fasilitator memastikan bahwa semua peserta memegang modul.
i. Fasilitator meminta peserta untuk membaca senyap (membaca dalam hati)
secara mandiri selama 15 menit untuk satu kegiatan belajar pada awal
pembelajaran.
j. Pada kesempatan ini fasilitator juga membaca kegiatan belajar yang sama.
Partisipasi fasilitator dalam membaca sangat bermanfaat bagi peserta diklat,
karena fasilitator menjadi model bagi peserta.
k. Membaca yang dilakukan oleh peserta adalah membaca studi yang berfokus
pada membaca untuk memahami isi modul secara keseluruhan pokok pikiran
demi pokok pikiran utamanya, sehingga peserta memperoleh pemahaman yang
komprehensif tentang isi modul.
l. Fasilitator berkeliling untuk memastikan semua peserta berpartisipasi secara
aktif dalam membaca.

54
Modul yang dipelajari pada Program Guru Pembelajar adalah Modul KK E dan I. Dalam
Modul KK E terdapat 10 materi Kegiatan Belajar yang terdiri atas: 4 materi kegiatan
belajar Pedagogik, dan 6 kegiatan belajar materi profesional. Dalam praktiknya, untuk
Modul KK E ini tahap 1 Membaca dilakukan 10 x 15 menit pada awal pembelajaran yang
dilakukan secara mandiri. Pembelajaran modul KK E dilakukan pada hari pertama,
kedua, dan ketiga. Dalam Modul KK I terdapat 10 Kegiatan Belajar yang terdiri atas: 3
materi kegiatan Belajar Pedagogik, dan 7 kegiatan belajar materi profesional. Dalam
parktiknya, untuk modul KK I tahap 1 Membaca dilakukan 10 x 15 menit pada awal
pembelajaran yang dilakukan secara mandiri. Pembelajaran modul KK I dilakukan pada
hari keempat, kelima, dan keenam.

Tahap 2: Tulis
Langkah-langkahnya
c. Peserta menuliskan pokok-pokok pikiran utama modul yang dibacanya dengan cara
merangkum dengan kata-kata sendiri secara lugas, dengan menggunakan format
Jurnal Literasi yang sudah disiapkan.
d. Peserta merangkum dengan cara: menulis durasi waktu membaca, menulis dengan
kata-kata sendiri pokok-pokok materi, dan menulis hal-hal yang sulit dipahami pada
kolom catatan. Berikut ini jurnal literasi yang digunakan untuk menulis rangkuman.

55
Jurnal Literasi Kewacanaan

JURNAL LITERASI

Judul Modul : .........................


KK : ..........................
Hari, Tanggal : .........................
No. Waktu Baca Ringkasan Isi Catatan

1. Pkl............s.d.........

2. Pkl............s.d..........

3. Pkl............s.d..........

4. Pkl............s.d..........

5. Pkl............s.d..........

Tahap 3: Input Materi dan Mengerjakan LK


Pada tahap ini, fasiltator dan peserta berdiskusi, bertanya jawab, menyampaikan
materi, brainstormin tentang pengisian LK materi modul.
j. Setelah kegiatan menulis selesai, fasilitator dapat meminta peserta untuk
membacakan tulisannya kepada teman di kelompoknya.

56
k. Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan satu kata sulit di potongan kertas
kecil, kemudian menempelkannya di papan tulis.
l. Fasilitator dan peserta berdiskusi membahas kata sulit. Fasilitator bertanya pada
peserta, siapa yang dapat menemukan arti salah satu kata sulit tersebut.
m. Peserta harus menjelaskan arti kata sulit tersebut. Peserta lain menanggapi.
Selanjutnya fasilitator membahas kata sulit yang lainnya. Begitu selanjutnya.
n. Peserta diklat mencatat kata-kata sulit yang telah didiskusikan.
o. Fasilitator menyampaikan materi dengan menggunakan bahan tayang, sesuai
dengan materi pada setiap kegiatan belajar.
p. Peserta lain diminta untuk menyimak serta diberi kesempatan untuk bertanya.
q. Peserta diberi kesempatan untuk mengerjakan LK secara kelompok.
r. Fasilitator meminta peserta untuk maju ke depan menyamakan persepsi tentang isi
LK.

Tahap 4: Latihan Soal Pemantapan Materi


g. Fasilitator menyiapkan soal-soal latihan pilihan ganda mengacu pada kisi-kisi untuk
tiap kegiatan belajar.
h. Soal tersebut diperoleh dari Bank Soal saat pelatihan Instruktur Nasional ditambah
soal yang dibuat oleh IN sendiri jika diperlukan.
i. Peserta mengerjakan soal dengan cara berdiskusi berpasangan.
j. Setelah selesai membahas soal secara berpasangan, maka satu persatu soal dibahas
bersama-sama dalam satu kelas.
k. Peserta menuliskan soal dan isinya untuk bahan hapalan menjelang postes.
l. Latihan soal dilakukan terus menerus, agar peserta lancar mengerjakan postes.

Tahap 5: Ujian
h. Semua peserta dipastikan mengikuti tes akhir berbasis computer di TUK yang telah
ditentukan, sesuai dengan jadwal yang telah dipilih peserta.
i. TUK disarankan yang terdekat dengan peserta.

57
j. Tes akhir yang diujikan adalah untuk dua modul. Setiap satu modul diujikan 30 soal
(10 soal pedagogik dan 20 soal profesional) Pilihan Ganda untuk durasi waktu 45
menit.
k. Setelah selesai tes akhir, peserta langsung bisa mengetahui jumlah skor yang
diperolehnya.
l. Tes akhir dilajutkan pada modul kedua, dengan jumlah soal dan durasi waktu yang
sama dengan modul pertama, yakni 30 soal (10 soal pedagogik dan 20 soal
profesional) Pilihan Ganda untuk durasi untuk 45 menit.
m. Untuk tahun 2016 KCM 6,5 atau sama dengan skor 20 (6,6) dari 30 soal.
n. Hasil postes ini digunakan untuk memperbaiki profil rapor peserta tahun 2015.

5. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian diisi oleh skenarip pelatihan yang menggambarkan tahapan
pelaksanaan model Literasi Kewacanaan Program Guru Pembelajar Mapel Bahasa Sunda
SMP Modul KK E dan KK I. Lebih lanjut penjelasannya dapat terlihat dalam skenario
pembelajaran berikut ini.

Skenario Pembelajaran Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI Modul KK E

Mapel : Bahasa Sunda SMP


Kelompok Kompetensi :E
Kompetensi : Pedagogik dan Profesional
Judul Modul : Bahan Ajar Basa jeung Sastra Sunda
Wangun Kecap jeung Wawacan

TAHAPAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN
PERSIAPAN Mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti LCD 10 Menit
Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran lainnya.
KEGIATAN Pengkondisian peserta dan suasana kelas. 20 Menit
PENDAHULUAN Fasilitator mengucapkan salam, berdoa, dan menyapa
peserta diklat.
Fasilitator menyampaikan kompetensi dan judul
materi pedagogik: Bahan Ajar Basa jeung Sastra Sunda

58
TAHAPAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN
materi profesional: Wangun Kecap jeung Wawacan
Fasilitator menjelaskan tujuan, indikator, alokasi
waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran.
Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika
kelompok agarsaling mengenal, serius, semangat, dan
bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI Tahap 1: Baca. Peserta secara mandiri membaca 270 Menit
intensif materi pedagogik: Bahan Ajar Basa jeung
Sastra Sunda yang mencakup:, Ruang Lingkup Bahan
Ajar Sastra Sunda, Memilih Bahan Ajar Bahasa dan
Sastra Sunda, Mengolah Bahan Ajar Bahasa dan Sastra
Sunda
Tahap 2: Tulis. Peserta menulis rangkuman materi 270 Menit
pedagogik: Bahan Ajar Basa jeung Sastra Sunda yang
mencakup:, Ruang Lingkup Bahan Ajar Sastra Sunda,
Memilih Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunda,
Mengolah Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunda pada
jurnal literasi
Ice Breaking 5 Menit
Tahap 3: Input Materi dan Mengerjakan LK: Fasilitator 270 Menit
menjelaskan materi Ruang Lingkup Bahan Ajar Bahasa
Sunda yang mencakup:, Ruang Lingkup Bahan Ajar
Sastra Sunda, Memilih Bahan Ajar Bahasa dan Sastra
Sunda, Mengolah Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunda.
tanya jawab, kemudian peserta secara berkelompok
mengerjakan LK.
Presentasi perwakilan kelompok. 15 Menit
Ice Breaking 5 Menit
Tahap 4: Latihan Soal untuk Pemantapan Materi 270 Menit
Ruang Lingkup Bahan Ajar Bahasa Sunda yang
mencakup: Ruang Lingkup Bahan Ajar Sastra Sunda,
Memilih Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunda,
Mengolah Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunda.
Ice Breaking 5 Menit
Tahap 1: Baca. Peserta secara mandiri membaca 400 Menit
intensif materi profesional Wangun Kecap jeung
Wawacan modul KK E yang mencakup: Struktur Kecap
Asal Bahasa Sunda, Kecap Rundayan Bahasa Sunda,

59
TAHAPAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN
Kecap Rajekan Bahasa Sunda, Kecap Kantetan Jeung
Wancahan Bahasa Sunda, serta Wangun dan Unsur
Intrinsik Wawacan.
Ice Breaking 5 menit
Tahap 2: Tulis. Peserta menulis rangkuman materi 400 Menit
materi Profesional Wangun Kecap jeung Wawacan
modul KK E mencakup: Struktur Kecap Asal Bahasa
Sunda, Kecap Rundayan Bahasa Sunda, Kecap Rajekan
Bahasa Sunda, Kecap Kantetan Jeung Wancahan
Bahasa Sunda, serta Wangun dan Unsur Intrinsik
Wawacan.
Tahap 3: Input Materi dan Mengerjakan LK. Fasilitator 400 Menit
menjelaskan materi Profesional Wangun Kecap jeung
Wawacan modul KK E Mencakup: Struktur Kecap Asal
Bahasa Sunda, Kecap Rundayan Bahasa Sunda, Kecap
Rajekan Bahasa Sunda, Kecap Kantetan Jeung
Wancahan Bahasa Sunda, serta Wangun dan Unsur
Intrinsik Wawacan. Dilanjtkan dengan tanya jawab,
kemudian peserta secara berkelompok mengerjakan
LK.
Presentasi kelompok 10 Menit
Tahap 4: Latihan Soal untuk Pemantapan Materi 400 Menit
Materi Profesional Wangun Kecap jeung Wawacan
Modul KK E Mencakup: Struktur Kecap Asal Bahasa
Sunda, Kecap Rundayan Bahasa Sunda, Kecap Rajekan
Bahasa Sunda, Kecap Kantetan Jeung Wancahan
Bahasa Sunda, serta Wangun dan Unsur Intrinsik
Wawacan.
KEGIATAN Refleksi dan umpan balik tentang proses 25 Menit
PENUTUP pembelajaran.
Fasilitator mengingatkankan peserta agar membaca
referensi yang relevan dengan materi yang dibahas.
Fasilitator menutup pembelajaran dan berdoa.
Tahap 5: Ujian Modul KK E di TUK 45 Menit
Jumlah alokasi waktu 2700 Menit
(60JP)

60
Skenario Pembelajaran Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI Modul KK I

Mapel : Bahasa Sunda SMP


Kelompok Kompetensi :I
Kompetensi : Pedagogik dan Profesional
Judul Modul : Pedagogik: Program Remedial jeung Pengayaan
dina Pangajaran Bahasa Sunda
Profesional: Wanda Teks jeung Novel

TAHAPAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN
PERSIAPAN Mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti LCD 10 Menit
Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser
Pointer, atau media pembelajaran lainnya.
KEGIATAN Pengkondisian peserta dan suasana kelas. 20 Menit
PENDAHULUAN Fasilitator mengucapkan salam, berdoa, dan menyapa
peserta diklat.
Fasilitator menyampaikan kompetensi dan judul
materi pedagogik: Program Remedial jeung Pengayaan
Dina Pangajaran Basa Sunda
materi profesional: Wanda Teks jeung Novel
Fasilitator menjelaskan tujuan, indikator, alokasi
waktu, dan skenario kegiatan pembelajaran.
Fasilitator memotivasi peserta, mengajak berdinamika
kelompok agarsaling mengenal, serius, semangat, dan
bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.
KEGIATAN INTI Tahap 1: Baca. Peserta secara mandiri membaca 270 Menit
intensif materi pedagogik: Program Rémédial
Pembelajaran Bahasa Sunda, Program Pengayaan
Pembelajaran Bahasa Sunda, dan Manfaat Informasi
Hasil Penilaian untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Bahasa Sunda.
Tahap 2: Tulis. Peserta menulis rangkuman materi 225 Menit
pedagogik: Program Rémédial Pembelajaran Bahasa
Sunda, Program Pengayaan Pembelajaran Bahasa
Sunda, dan Manfaat Informasi Hasil Penilaian untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Sunda.
Ice Breaking 5 Menit
Tahap 3: Input Materi dan Mengerjakan LK: Fasilitator 225 Menit
menjelaskan materi pedagogik: Program Rémédial

61
TAHAPAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN
Pembelajaran Bahasa Sunda, Program Pengayaan
Pembelajaran Bahasa Sunda, dan Manfaat Informasi
Hasil Penilaian untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Bahasa Sunda. tanya jawab, kemudian
peserta secara berkelompok mengerjakan LK.
Presentasi perwakilan kelompok. 15 Menit
Ice Breaking 5 Menit
Tahap 4: Latihan Soal untuk Pemantapan Materi 225 Menit
Program Rémédial Pembelajaran Bahasa Sunda,
Program Pengayaan Pembelajaran Bahasa Sunda, dan
Manfaat Informasi Hasil Penilaian untuk Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran Bahasa Sunda.
Ice Breaking 5 Menit
Tahap 1: Baca. Peserta secara mandiri membaca 445 Menit
intensif materi profesional modul KK I mencakup: Teks
Narasi Bahasa Sunda, Teks Deskripsi Bahasa Sunda,
Teks Eksposisi Bahasa Sunda, Teks Argumentasi Bahasa
Sunda, Teks Laporan Hasil Observasi Bahasa Sunda,
Teks Opini Bahasa Sunda, Teks Sejarah Bahasa Sunda,
dan Novel Bahasa Sunda.
Ice Breaking 5 menit
Tahap 2: Tulis. Peserta menulis rangkuman materi 445Menit
materi Profesional modul KK I mencakup: Teks Narasi
Bahasa Sunda, Teks Deskripsi Bahasa Sunda, Teks
Eksposisi Bahasa Sunda, Teks Argumentasi Bahasa
Sunda, Teks Laporan Hasil Observasi Bahasa Sunda,
Teks Opini Bahasa Sunda, Teks Sejarah Bahasa Sunda,
dan Novel Bahasa Sunda.
Tahap 3: Input Materi dan Mengerjakan LK. Fasilitator 445 Menit
menjelaskan materi Profesional modul KK I mencakup:
Teks Narasi Bahasa Sunda, Teks Deskripsi Bahasa
Sunda, Teks Eksposisi Bahasa Sunda, Teks Argumentasi
Bahasa Sunda, Teks Laporan Hasil Observasi Bahasa
Sunda, Teks Opini Bahasa Sunda, Teks Sejarah Bahasa
Sunda, dan Novel Bahasa Sunda. Dilanjutkan dengan
tanya jawab, kemudian peserta secara berkelompok
mengerjakan LK.
Presentasi kelompok 10 Menit

62
TAHAPAN
DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU
KEGIATAN
Tahap 4: Latihan Soal untuk Pemantapan Materi 400 Menit
profesional modul KK I mencakup: Teks Narasi Bahasa
Sunda, Teks Deskripsi Bahasa Sunda, Teks Eksposisi
Bahasa Sunda, Teks Argumentasi Bahasa Sunda, Teks
Laporan Hasil Observasi Bahasa Sunda, Teks Opini
Bahasa Sunda, Teks Sejarah Bahasa Sunda, dan Novel
Bahasa Sunda.
KEGIATAN Refleksi dan umpan balik tentang proses 25 Menit
PENUTUP pembelajaran.
Fasilitator mengingatkankan peserta agar membaca
referensi yang relevan dengan materi yang dibahas.
Fasilitator menutup pembelajaran dan berdoa.
Tahap 5: Ujian Modul KK I di TUK 45 Menit
Jumlah alokasi waktu 2700 Menit
(60JP)

B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut
Syaodih Sukmadinata (2005: 72) penelitian deskriptif dalah suatu bentuk penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada
yang bersifat alamiah atau rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan dengan fenomena
lainnya.
Dalam penelitian ini akan dideskripsikan: skenario program, proses tahapan
pembelajaran Model Pembelajaran Literasi Kewacanaan CALISLAUJI, perubahan nilai
postes 2016, dan respon peserta tentang keterlaksanaan Model Literasi Kewacanaan
CALISLAUJI serta keterkaitan konten materi pedagogik dengan kisi-kisi soal postes.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP N 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Waktu
penelitian adalah 6 hari, yakni pada tanggal 1, 2, 3, 7, 11, 12 November 2016. Di SMP N 2
Majalengka Kabupaten Majalengka. Waktu pelaksanaan 6 hari, yakni pada tanggal 7 s.d
13 November 2016 di SMP N 2 Kab Majalengka.

63
Tabel 3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
No. MGMP Lokasi Waktu

1. SMP Kab. Bandung Barat SMP N 1 Cisarua 1, 2, 3, 7, 11,


12 November
2016
2. SMP Kab. Majalengka SMP N 2 7 s.d 13
Majalengka November
2016

D. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi penelitian ini Peserta Program guru Pembelajar Bahasa Sunda SMP Moda Tatap
Muka Penuh 6-7 hari. Program Guru Pembelajar Bahasa Sunda SMP Moda Tatap Muka
Penuh 6-7 hari ini baru dilaksanakan di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Bandung Barat,
Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Depok. Pengambilan sampel dilakukan secara
random. Pengambilan sampel secara acak artinya, setiap individu dalam populasi
tersebut mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel (Syaodih, 2005:253).
Sampel penelitian ini adalah Peserta di kabupaten Bandung Barat dan kabupaten
Majalengka.
Peserta Program Guru Pembelajar Bahasa Sunda SMP Moda Tatap Muka Penuh di
Kabupaten Bandung Barat. Jumlah peserta adalah 60 orang yang terbagi ke dalam 3
kelas. Peserta Program Guru Pembelajar Bahasa Sunda SMP Moda Tatap Muka Penuh di
Kab Majalengka. Jumlah peserta adalah 18 orang yang terbagi ke dalam 1 kelas.
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No. Sekolah Jumlah Sampel

1. MGMP Kab. Bandung Barat 60


2. MGMP Kab. Majalengka 18
Total 78

64
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini mencakup variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya
adalah penerapan model Literasi Kewacaan. Variabel terikatnya adalah peningkatan
kompetensi pedagogik dan profesional guru mapel bahasa Sunda jenjang SMP.

F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Tes
Tes akhir dilakukan untuk mengukur pengetahuan peserta secara menyeluruh setelah
mengikuti proses pembelajaran. Penilaian menggunakan metode penilaian acuan
patokan (PAP). KCM untuk tahun 2016 adalah 6,5. Tes mencakup kompetensi profesional
dan pedagogik pada aspek pengetahuan berdasarkan indikator pencapaian kompetensi.

Tes akhir dilakukan oleh peserta secara modular, yakni Modul KK E dan KK I di Tempat
Uji Kompetensi (TUK) yang telah ditentukan. Untuk peserta dari Kabupaten Bandung
Barat TUK di PPPPTK TK PLB. Untuk peserta dari kabupaten Majalengka TUK di SMK 1
Maja Kabupaten Majalengka.

Tes yang dikembangkan dalam bentuk pilihan ganda dan bersifat modular. Jumlah soal
untuk menguji penguasaan materi profesional dan pedagogik dalam satu kelompok
kompetensi sejumlah 30 soal dengan proporsi 10 soal kompetensi pedagogik dan 20 soal
kompetensi profesional. Artinya, untuk modul KK E soal yang diujikan berjumlah 30, dan
untuk modul KK I juga 30. Hal ini tertera pada tabel berikut ini.

Tabel 3.3
Jumlah Soal yang Diujikan
No. Modul Jumlah Soal yang Diujikan

1. KK E 30
2. KK I 30

Tes dilaksanakan di TUK yang telah ditetapkan dalam situasi yang terbebas dari hal-hal
yang mengancam reliabilitas, antara lain: (1) jarak tempat duduk; (2) penerangan lampu;
(3) ketenangan suasana; (4) kesehatan peserta; (5) kerahasiaan perangkat tes; (6)
ketersediaan lembar jawaban; (7) kejelasan petunjuk pengerjaan; (8) kecukupan alokasi

65
waktu; (9) pengawasan dari penguji/panitia; dan (10) hal-hal lain yang dapat mengganggu
pelaksanaan tes. Tes memerlukan alokasi waktu selama 1 jam pelajaran atau 45 menit
untuk satu kelompok kompetensi. Jadi, tes yang dilakukan untuk dua modul 2 x 45 menit.
Berikut ini kisi-kisi soal postes modul KK E dan KK I.
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Soal Tes Akhir Moda Tatap Muka
Guru Pembelajar Bahasa Sunda KK E Jenjang SMP
Standar Kompetensi Guru
Kompetensi Kompetensi Inti
Kompetensi Guru Mata Indikator Pencapaian
Utama Guru
Pelajaran Kompetensi
a. b. c. d.
Pedagogik 3.Memilih 3.4Menyusun materi 3.4.2 Memilih bahan ajar bahasa
materipembelajaran pembelajaran bahasa Sunda dan sastra Sunda.
yang diampu yang yang terkait dengan
terkait dengan pengalaman belajar.
pengalaman belajar . 3.4.4 Menentukan ambahan
dan tujuan bahan bahasa dan sastra Sunda.
pembelajaran.

3.5 Menata materi 3.5.2 Menunjukkan urutan


pembelajaran secara benar penyampaian materi
sesuai dengan pendekatan pembelajaran bahasa Sunda
yang dipilih dan karakteristik sesuai dengan karakteristik
peserta didik peserta didik.

Profesional 20. Menguasai 20.3 Menguaai kaidah 20.3.4 Menentukan struktur


materi, struktur, bahasa Sunda sebagai kecap asal bahasa Sunda.
konsep, dan pola rujukan penggunaan
pikir keilmuan bahasa Sunda yang baik 20.3.5 Mengidenrifikasi
yang mendukung dan benar. kecap rundayan bahasa
mata pelajaran Sunda.
yang diampu 20.3.6 Mengidenrifikasi
kecap rajekan bahasa Sunda.

20.3.7 Mengidenrifikasi
kecap kantetan bahasa
Sunda.
20.3.8 Mengidentifikasi kecap
wancahan bahasa Sunda.

20.5 Memahami teori dan 20.5.9 Mengidentifikasi


genre sastra Sunda. wangun wawacan.
20.6 Mampu
mengapresiasi karya 20.6.9 Menemukan unsur-
sastra Sunda, secara unsur intrinsik wawacan.
reseptif dan produktif.

66
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Soal Tes Akhir Moda Tatap Muka
Guru Pembelajar Bahasa Sunda KK I Jenjang SMP
Kompetensi Standar Kompetensi Guru Indikator Pencapaian
Utama Kompetensi
Kompetensi Kompetensi Guru
Inti Guru Mata Pelajaran
a b c d
Pedagogik 9.Memanfaat 9.2 Menggunakan 9.2.1 Menentukan
kan hasil informasi hasil penilaian program remedial
penilaian dan dan evaluasi untuk pembelajaran bahasa
evaluasi untuk merancang program Sunda berdasarkan
kepentingan rémédial dan pengayaan. informasi hasil penilaian.
pembelajaran
9.4 Memanfaatkan 9.4.1 Menggunakan manfaat
informasi hasil penilaian informasi hasil penilaian
dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
untuk meningkatkan pembelajaran bahasa Sunda.
kualitas pembelajaran.

Profesional 20. Menguasai 20.4 Memiliki keterampilan 20.4.3 Membedakan


materi, berbahasa Sunda beragam teks (wacana)
struktur, (menyimak, berbicara, bahasa Sunda.
konsep, dan membaca, dan menulis). 20.4.4 Menemukan isi teks
pola pikir (wacana) narasi bahasa
keilmuan yang Sunda
mendukung 20.4.5 Menemukan isi teks
mata (wacana) deskripsi
pelajaran yang bahasa Sunda
diampu. 20.4.6 Menemukan isi teks
(wacana) eksposisi bahasa
Sunda
20.4.7 Menemukan isi teks
(wacana) argumentasi
bahasa Sunda
20.4.20 Mengidentifikasi
struktur dan kaidah teks
laporan hasil observasi.
20.4.21 Menjelaskan teks
opini.
20.4.22. mengidentifikasi
struktur jeung kaidah teks
carita sajarah.
20.5 Memahami teori 20.5.13 Mengidentifikasi
dan génre sastra Sunda bentuk novel

20.6 Mampu 20.6.13


mengapresiasi karya sastra Menemukan unsur-unsur
Sunda, secara reseptif dan intrinsik novel.
produktif.

67
2.Instrumen Angket
Instrumen angket diperlukan untuk mengungkap data-data respon dari peserta yang
mencakup: (1) implementasi model literasi kewacanaan dalam Program Guru
Pembelajar, (2) keterkaitan konten materi pedagogik modul KK E dengan kisi-kisi soal, (3)
keterkaitan konten materi profesional modul KK E dengan kisi-kisi soal, (4) keterkaitan
konten materi pedagogik modul KK I dengan kisi-kisi soal, (5) keterkaitan konten materi
profesional modul KK E dengan kisi-kisi soal, dan (6) komentar peserta tentang materi
sulit dan materi mudah serta hambatan-hambatan dalam mengikuti program guru
pembelajar. Setiap komponen tersebut di atas, dideskripsikan dalam beberapa aspek
seperti tertera pada penjelasan berikut ini.

a. Implementasi Model Literasi Kewacanaan dalam Program Guru Pembelajar


No. Aspek

1. Fasilitator Menguasai Materi


2. Model pembelajaran Literasi Kewacaan yang memuat tahapan: Membaca,
Menulis Rangkuman, Input Materi dan mengerjakan LK, Latihan Soal
Pemantapan Materi, dan Ujian diterapkan fasilitator secara sistematis di
dalam kelas.
3. Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacaan tahapan
1. Membaca, bermanfaat untuk memahami dan mengeksplor isi modul
secara konprehensif.
4. Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacaan tahapan
2. Menulis Rangkuman bermanfaat untuk sebagai perekam ulang yang jitu
untuk mengingat isi modul.
5. Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacaan tahapan
3: Input Materi dan Mengerjakan LK bermanfaat untuk memperjelas
pemahaman, bertanya, dan berdiskusi.
6. Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacaan tahapan
4: Latihan Soal Pemantapan Materi bermanfaat untuk memahami isi
modul secara komperehensif dan persiapan postes.
7. Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacaan tahapan
5: Ujian bermanfaat untuk memperbaiki profil rapot dan mengetahui
kemmampuan kompetensi saya setelah mengikuti Program Guru
Pembelajar.
8. Keinginan mendapat lebih banyak materi terkait isi modul sebagai bahan
tambahan pengetahuan dan keterampilan khususnya pedagogik dan
profesional
9. Keinginan mendapatkan sumber belajar lain terkait isi modul sebagai
tambahan pengetahuan dan keterampilan khusunya pedagogik dan
profesional.

68
10. Gagasan di balik Program Guru Pembelajar sangat sulit untuk
diimplementasikan di tempat saya bekerja.

b. Keterkaitan Konten Materi Pedagogik Modul KK E dan Kisi-kisi Soal


No. Aspek
1. Topik materi yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran modul KK E jika
dikaitkan dengan implementasi pembelajaran bahasa Sunda di sekolah.
2. Materi Ruang Lingkup bahan Ajar Bahasa Sunda dalam Modul KK E jika
dihubungkan dengan kisi-kisi Soal Tes Akhir
3. Materi Ruang Lingkup bahan Ajar Sastra Sunda dalam Modul KK E jika
dihubungkan dengan kisi-kisi Soal Tes Akhir
4. Materi Memilih Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunda dalam modul KK E
jika dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
5. Materi Mengolah Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunda dalam modul KK E
jika dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.

c. Keterkaitan Konten Materi Profesional Modul KK E dan Kisi-kisi Soal


No. Aspek
1. Materi Struktur Kecap Asal Bahasa Sunda dalam modul KK E jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir
2. Materi Kecap Rundayan Bahasa Sunda dalam modul KK E jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir
3. Materi Kecap Rajekan Bahasa Sunda dalam modul KK E jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
4. Materi Kecap kantetan jeung Wancahan Bahasa Sunda dalam modul KK E
jika dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
5. Materi Wangun jeung Unsur Intrinsik Wawacan Bahasa Sunda dalam
modul KK E jika dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.

d. Keterkaitan Konten Materi Pedagogik Modul KK I dengan Kisi-kisi Soal


No. Aspek

1. Materi Program Remedial Pembelajaran Bahasa Sunda dalam modul KK I


jika dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
2. Materi Program Pengayaan Pembelajaran Bahasa Sunda dalam modul KK
I jika dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
3. Materi Manfaat Informasi Hasil Penilaian untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Bahasa Sunda dalam modul KK I jika dihubungkan dengan
Kisi-kisi Soal Tes Akhir.

69
e. Keterkaitan Konten Materi Profesional Modul KK I dengan Kisi-kisi Soal
No. Respon Peserta
1. Materi Teks Narasi Bahasa Sunda dalam modul KK I jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
2. Materi Teks Deskripsi Bahasa Sunda dalam modul KK I jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
3. Materi Teks Eksposisi Bahasa Sunda dalam modul KK I jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
4. Materi Teks Argumentasi Bahasa Sunda dalam modul KK I jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
5. Materi Teks Laporan Hasil Observasi Bahasa Sunda dalam modul KK I jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
6. Materi Teks Opini Bahasa Sunda dalam modul KK I jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
7. Materi Teks Sajarah Bahasa Sunda dalam modul KK I jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
8. Materi Novel Bahasa Sunda dalam modul KK I jika dihubungkan dengan
Kisi-kisi Soal Tes Akhir.

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu tes dan angket. Tes diperlukan
untuk mengumpulkan data hasil postes pedadogik dan profesional peserta guru
pembelajar tahun 2016. Angket merupakan suatu cara pengumpulan data secara
tidak langsung (Syaodih Sukmadina, 2005: 219). Angket berisi respon peserta guru
pembelajar yang mencakup: (1) implementasi model literasi kewacanaan dalam
Program Guru Pembelajar, (2) keterkaitan konten materi pedagogik modul KK E
dengan kisi-kisi soal, (3) keterkaitan konten materi profesional modul KK E dengan
kisi-kisi soal, (4) keterkaitan konten materi pedagogik modul KK I dengan kisi-kisi
soal, (5) keterkaitan konten materi profesional modul KK E dengan kisi-kisi soal, dan
(6) komentar peserta tentang materi sulit, materi mudah serta hambatan-hambatan
dalam mengikuti program guru pembelajar.

70
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL

Secara garis besar bagian ini memuat pembahasan dan hasil : (1) perolehan serta
perubahan nilai postes modul KK E dan KK I Kab. Bandung Barat tahun 2016, (2)
perolehan dan perubahan nilai postes modul KK E dan KK I Kab. Majalengka tahun 2016,
dan (3) pendapat peserta tentang guru pembelajar.

A. Pembahasan dan Hasil Perolehan serta Perubahan Nilai Postes Kompetensi Pedagogik
dan Profesional Modul KK E dan KK I Peserta Guru Pembelajar Jenjang SMP Kab.
Bandung Barat
1. Perolehan Nilai Postes Modul KK E Kab. Bandung Barat
Perolehan nilai peserta Guru Pembelajar Moda tatap Muka untuk KK E mata pelajaran
Bahasa Sunda jenjang SMP di Kabupaten Bandung Barat dideskripsikan dalam tabel
berikut ini.
Tabel 4.1
Perolehan Nilai Peserta untuk KK E
Mata Pelajaran Bahasa Sunda jenjang SMP
di Kabupaten Bandung Barat tahun 2016

NILAI
NO. RESPONDEN
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
1. 90 65 78
2. 70 85 78
3. 30 45 38
4. 60 65 63
5. 70 30 50
6. 90 95 93
7. 90 80 85
8. 40 85 63
9. 60 65 63
10. 70 80 75
11. 60 45 53
12. 50 100 75
13. 90 70 80
14. 80 95 88
15. 50 100 75
16. 50 90 70
17. 30 55 43
18. 70 95 83
19. 50 60 55
20. 70 85 78

71
21. 80 90 85
22. 70 55 63
23. 80 70 75
24. 70 80 75
25. 70 85 78
26. 80 90 85
27. 70 85 78
28. 90 55 73
29. 70 100 85
30. 60 85 73
31. 70 75 73
32. 90 80 85
33. 70 85 78
34. 80 85 83
35. 70 70 70
36. 60 85 73
37. 100 100 100
38. 80 100 90
39. 70 75 73
40. 90 60 75
41. 50 65 58
42. 70 35 53
43. 60 70 65
44. 40 30 35
45. 50 90 70
46. 70 90 80
47. 40 40 40
48. 70 100 85
49. 100 80 90
50. 80 65 73
51. 50 90 70
52. 90 85 88
53. 80 95 88
54. 70 40 55
55. 90 90 90
56. 70 65 68
57. 80 95 88
58. 60 80 70
59. 80 95 88
60. 70 80 75
Nilai Terbesar 100 100 100
Nilai Terkecil 30 30 35
Rata-rata 69,33 76,33 72,83

72
Berdasarkan data pada tabel di atas terdapat enam puluh peserta program Guru
Pembelajar Moda Tatap Muka 2016 mata pelajaran bahasa Sunda untuk KK E pada
jenjang SMP di Kabupaten Bandung Barat. Nilai terendah kompetensi pedagogik yang
dicapai adalah 30, sedangkan nilai tertinggi adalah 100. Nilai terendah kompetensi
profesianal yang dicapai adalah 30, sedangkan nilai tertinggi adalah 100. Apabila
dirata-ratakan, capaian nilai untuk kompetensi pedagogik mencapai 69,33, sedangkan
kompetensi profesional mencapai 76,33. Rata-rata nilai postes pedagogik lebih rendah
dari profesional. Untuk capaian nilai akhir KK E, nilai terendah adalah 35 dan nilai
tertinggi 100. Rata-rata untuk nilai akhir KK E adalah 72,83. Terdapat satu orang yang
nilainya 100, 1 orang yang nilainya 93, dan satu orang yang nilainya 90. Peserta yang
memperoleh nilai di atas KCM 6,5 sebanyak 46 peserta (76,66%), sedangkan yang
tidak memperoleh nilai di atas KCM sebanyak 14 peserta (23,34%). Lebih singkatnya,
bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.1 Nilai Postes KK E GP TM 2016 kab. Bandung Barat

Melihat data di atas, bisa diinterpretasikan bahwa perolehan nilai KK E di Kab.


Bandung Barat secara umum sudah berhasil dengan bagus. Hal ini dinyatakan dengan
adanya peserta yang memperolehan nilai 100, 93, dan 90. Terdapat lebih dari 76,66%
peserta memperoleh nilai dia atas KCM. Namun demikian, perolehan nilai KK E perlu
ditingkatkan lagi, khususnya bagi peserta yang belum mencapai KCM yakni sekitar
23,3%. Hal ini bisa dilakukan dengan cara: (1) peserta lebih konsentrasi membaca
ulang isi modul, menulis rangkuman, mengerjakan LK, dan lebih intensif latihan soal,
agar pemeroleh nilai di atas KCM dan (2) perlu adanya usaha dari fasilitator untuk

73
terus membimbing dan melayani peserta yang mendapat nilai di bawah KCM secara
individual.

2. Perolehan Nilai Postes Modul KK I Kab. Bandung Barat


Perolehan nilai peserta Guru Pembelajar Moda tatap Muka untuk KK I mata pelajaran
Bahasa Sunda jenjang SMP di Kabupaten Bandung Barat dideskripsikan dalam tabel
berikut ini.
Tabel 4.2
Perolehan Nilai Peserta untuk KK I
Mata Pelajaran Bahasa Sunda jenjang SMP
di Kabupaten Bandung Barat tahun 2016
NO. NILAI
RESPONDEN PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
1. 80 95 88
2. 70 80 75
3. 30 25 28
4. 40 65 53
5. 60 95 78
6. 80 90 85
7. 60 90 75
8. 70 65 68
9. 70 75 73
10. 70 80 75
11. 40 50 45
12. 70 90 80
13. 70 90 80
14. 60 85 73
15. 40 40 40
16. 80 75 78
17. 60 70 65
18. 70 95 83
19. 50 60 55
20. 70 85 78
21. 70 75 73
22. 80 50 65
23. 50 80 65
24. 70 90 80
25. 90 90 90
26. 80 100 90
27. 90 100 95
28. 60 65 63
29. 80 90 85

74
NO. NILAI
RESPONDEN PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
30. 70 85 78
31. 100 90 95
32. 70 85 78
33. 70 80 75
34. 80 80 80
35. 50 90 70
36. 70 55 63
37. 80 90 85
38. 60 90 75
39. 100 100 100
40. 60 60 60
41. 80 60 70
42. 30 45 38
43. 60 95 78
44. 30 45 38
45. 50 90 70
46. 60 95 78
47. 40 65 53
48. 90 95 93
49. 100 80 90
50. 50 80 65
51. 30 55 43
52. 80 80 80
53. 80 80 80
54. 50 65 58
55. 80 75 78
56. 60 75 68
57. 50 90 70
58. 50 85 68
59. 70 100 85
60. 80 80 80
Nilai
Terbesar 100 100 100
Nilai
Terkecil 30 25 28
Rata-rata 65,67 78,00 71,83

Berdasarkan data pada tabel di atas terdapat enam puluh peserta program Guru
Pembelajar Moda Tatap Muka 2016 mata pelajaran bahasa Sunda untuk KK I pada
jenjang SMP di Kabupaten Bandung Barat. Nilai terendah kompetensi pedagogik yang
dicapai adalah 30, sedangkan nilai tertinggi adalah 100. Nilai terendah kompetensi
profesianal yang dicapai adalah 25, sedangkan nilai tertinggi adalah 100. Apabila dirata-

75
ratakan, capaian nilai untuk kompetensi pedagogik mencapai 65,67, sedangkan
kompetensi profesional mencapai 78,00. Rata-rata nilai pedagogik lebih rendah daripada
profesional. Untuk capaian nilai akhir KK I, nilai terendah adalah 28 dan nilai tertinggi
100. Rata-rata untuk nilai akhir KK I adalah 71,83. Terdapat seorang yang memperoleh
nilai 100, terdapat 2 orang yang memperoleh nilai 95, terdapat 1 orang yang
memperoleh nilai 93, dan terdapat 3 yang mendapat nilai 90. Terdapat 47 (78%) peserta
yang memperoleh nilai dia atas KCM 6,5, dan terdapat 13 (21,67%) peserta yang
memperoleh nilai di bawah KCM 6,5. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar di
bawah ini.

Gambar 4.2 Nilai Postes Modul KK I tahun 2016 Kab. Bandung Barat

Melihat data di atas, bisa diinterpretasikan bahwa perolehan nilai KK I di Kab. Bandung
Barat secara umum sudah berhasil dengan bagus. Hal ini dinyatakan dengan adanya
peserta yang memperolehan nilai 100, 95, 93, dan 90. Terdapat lebih dari 78% peserta
memperoleh nilai dia atas KCM. Namun demikian, perolehan nilai KK I perlu
ditingkatkan lagi, khususnya bagi peserta yang belum mencapai KCM yakni sekitar
21,67%. Hal ini bisa dilakukan dengan cara: (1) peserta lebih konsentrasi membaca
ulang isi modul, menulis rangkuman, mengerjakan LK, dan lebih intensif latihan soal,
agar pemeroleh nilai di atas KCM dan (2) perlu adanya usaha dari fasilitator untuk
terus membimbing dan melayani peserta yang mendapat nilai di bawah KCM secara
individual.

76
Di Kab. Bandung Barat rata-rata untuk nilai akhir KK E adalah 72,83. Rata-rata untuk
nilai akhir Modul KK I adalah 71,83. Jadi, nilai akhir modul KK E lebih besar daripada
modul KK I.

Untuk modul KK E, rata-rata capaian nilai untuk kompetensi pedagogik mencapai


69,33, sedangkan kompetensi profesional mencapai 76,33. Rata-rata nilai postes
pedagogik lebih rendah daripada profesional. Untuk modul KK I, rata-rata capaian nilai
untuk kompetensi pedagogik mencapai 65,67, sedangkan kompetensi profesional
mencapai 78,00. Rata-rata nilai pedagogik lebih rendah daripada profesional.

3. Perubahan Perolehan Nilai Postes Tahun 2016 dibandingkan Nilai Postes 2015
Modul KK E dan I di Kab. Bandung Barat
Perubahan maksudnya adalah naik dan turunnya nilai postes tahun 2016 dibandingkan
dengan tahun 2015. Perubahan perolehan nilai postes Modul KK E dan I peserta tahun
2016 dibandingkan tahun 2015 setelah mengikuti Model Literasi Kewacanaan
CALISLAUJI pada Program Guru Pembelajar Moda Tatap Muka Mapel Bahasa Sunda
jenjang SMP di Kabupaten Bandung Barat dideskripsikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.3
Perubahan Nilai Postes Tahun 2016 dibandingkan Tahun 2015
Peserta Guru Pembelajar Tatap Muka Mata Pelajaran Bahasa Sunda SMP
di Kabupaten Bandung Barat
PERUBAHAN NILAI (Point)
NO.
KK-E KK-I
RESPONDEN
PED. PRO. NA PED. PRO. NA
1. -10 -6 -2 47 24 28
2. 45 14 20 70 51 55
3. 30 16 17 30 -32 -12
4. 10 36 27 7 -6 -7
5. 20 -41 -15 27 24 18
6. 65 9 25 13 4 5
7. 40 -6 10 -7 33 15
8. 15 -1 -5 3 -21 -13
9. 10 22 17 3 32 22
10. 20 23 20 37 37 35
11. 60 45 53 40 50 45
12. -50 29 -5 70 19 30
13. 40 -16 5 37 19 20
14. -20 38 18 -40 42 12
15. 0 0 -10 40 -31 -10
16. 0 4 -5 80 18 38
17. -20 12 -3 27 13 15

77
PERUBAHAN NILAI (Point)
NO.
KK-E KK-I
RESPONDEN
PED. PRO. NA PED. PRO. NA
18. 20 24 18 3 38 23
19. 50 60 55 50 60 55
20. -30 28 8 70 -1 18
21. 30 33 30 70 32 42
22. 70 -2 23 47 -7 15
23. 80 41 55 50 37 35
24. 20 -6 0 37 4 10
25. -30 14 -2 90 -10 20
26. 30 4 10 80 14 30
27. -30 -1 -12 -10 14 5
28. 40 12 27 27 36 32
29. 70 14 25 13 19 15
30. 60 14 23 3 14 8
31. -30 -25 -28 0 4 5
32. 90 -6 25 -30 28 8
33. 20 -15 -8 37 23 25
34. 30 42 37 13 -6 0
35. 70 -16 10 17 47 30
36. -40 42 12 70 -16 13
37. 50 43 45 47 19 25
38. 30 14 15 27 47 35
39. 20 -11 -2 67 29 40
40. 40 -26 0 -7 -26 -20
41. 0 -6 -7 80 3 30
42. 70 -51 -7 30 2 7
43. 60 -1 15 -7 9 -3
44. 15 -13 -3 -3 2 -3
45. 50 90 70 50 90 70
46. 20 47 35 27 24 18
47. -10 -31 -25 7 -35 -27
48. 20 29 20 23 9 13
49. 50 37 45 100 51 70
50. 80 51 62 17 23 15
51. -50 4 -20 -3 -31 -27
52. 65 14 30 13 23 20
53. 30 9 13 13 23 20
54. 70 40 55 50 65 58
55. 40 4 15 80 46 57
56. 70 65 68 60 75 68
57. 80 38 48 -50 33 0
58. 10 -6 -5 17 28 18
59. 80 24 38 37 86 65
60. -30 9 -5 47 -6 10
Nilai
Terbesar 90 90 70 100 90 70
Nilai
Terkecil -50 -50,7 -27,5 -50 -35 -27,49
Rata-rata 27,25 13,49 16,21 30,67 19,92 20,68

78
Berdasarkan tabel di atas, dapat dianalisis bahwa perubahan nilai postes modul KK E
tahun 2016 jika dibandingkan nilai postes tahun 2015 di Kab Bandung Barat, terdapat
lima kondisi: (1) kondisi I, nilai pedagogik dan profesional naik sebanyak 30 peserta
(50%), (2) kondisi II, nilai pedagogik naik sedangkan nilai profesional turun sebanyak 16
peserta (26,67%), (3) kondisi III, nilai pedagogik turun sedangkan nilai profesional naik
sebanyak 8 peserta (13,33%), (4) kondisi IV, nilai pedagogik dan profesional turun
sebanyak 4 peserta (6,67%), dan (5) kondisi V, nilai pedagogik dan profesional tidak naik
dan tidak turun sebanyak 2 peserta (3,33).

Hal ini bisa diinterpretasikan bahwa, perubahan nilai postes modul KK E menunjukkan
kecenderungan hal yang positif. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya peserta yang
memperoleh nilai yang naik (kondisi I) dibandingkan dengan yang memperoleh nilai
turun. Namun, demikian masih perlu adanya usaha-usaha untuk menaikkan peserta
yang berada pada kondisi II, III, IV, dan V.

Sementara itu, perubahan nilai postes modul KK I tahun 2016 jika dibandingkan nilai
postes tahun 2015 di Kab Bandung Barat, terdapat lima kondisi: (1) kondisi I, nilai
pedagogik dan profesional naik sebanyak 38 peserta (63,33%), (2) kondisi II, nilai
pedagogik naik sedangkan nilai profesional turun sebanyak 11 peserta (18,33%), (3)
kondisi III, nilai pedagogik turun sedangkan nilai profesional naik sebanyak 8 peserta
(13,33%), (4) kondisi IV, nilai pedagogik dan profesional turun sebanyak 2 peserta
(3,33%), dan (5) kondisi V, nilai pedagogik dan professional tidak naik dan tidak turun
sebanyak 1 peserta (1,67%).

Hal ini bisa diinterpretasikan bahwa, perubahan nilai postes modul KK I menunjukkan
kecenderungan hal yang positif. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya peserta yang
memperoleh nilai yang naik (kondisi I) dibandingkan dengan yang memperoleh nilai
turun. Namun, demikian masih perlu adanya usaha-usaha untuk menaikkan peserta
yang berada pada kondisi II, III, IV, dan V.

79
B. Pembahasan dan Hasil Perolehan dan Perubahan Nilai Postes Modul KK E dan KK I
Kab. Majalengka
1. Perolehan Nilai Postes Modul KK E
Perolehan nilai postes modul KK E peserta Guru Pembelajar Moda Tatap Muka untuk KK
E mata pelajaran Bahasa Sunda jenjang SMP di Kabupaten Majalengka dideskripsikan
dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.4
Perolehan Nilai Peserta untuk KK E
Mata Pelajaran Bahasa Sunda jenjang SMP
di Kabupaten Majalengka Tahun 2016
NO. NILAI
RESPONDEN PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
1. 50 80 65
2. 70 85 78
3. 90 85 88
4. 100 100 100
5. 70 95 83
6. 90 95 93
7. 100 95 98
8. 70 80 75
9. 100 95 98
10. 40 75 58
11. 50 75 63
12. 70 90 80
13. 70 80 75
14. 70 95 83
15. 80 85 83
16. 50 85 68
17. 90 85 88
Nilai Terbesar 100 100 100
Nilai Terkecil 40 75 57,5
Rata-rata 74,12 87,06 80,59

Berdasarkan data pada tabel di atas terdapat tujuh belas peserta program Guru
Pembelajar Moda Tatap Muka 2016 mata pelajaran bahasa Sunda untuk KK E pada
jenjang SMP di Kabupaten Majalengka. Nilai terendah kompetensi pedagogik yang
dicapai adalah 40, sedangkan nilai tertinggi adalah 100. Nilai terendah kompetensi
profesianal yang dicapai adalah 75, sedangkan nilai tertinggi adalah 100. Apabila dirata-

80
ratakan, capaian nilai untuk kompetensi pedagogik mencapai 74,12, sedangkan
kompetensi profesional mencapai 87,06. Artinya, rata-rata nilai modul KK E kompetensi
pedagogik lebih rendah dari profesional. Untuk capaian nilai akhir KK E, nilai terendah
adalah 57,50 dan nilai tertinggi 100. Rata-rata untuk nilai akhir KK E adalah 80,59.
Terdapat seorang peserta yang memperoleh nilai 100, dua orang peserta yang
memperoleh nilai 98, dan seorang peserta yang memperoleh nilai 93. Peserta yang
memperoleh nilai di atas KCM sebanyak 15 peserta (88,24%), sedangkan yang
memperoleh nilai di bawah KCM 6,5 sebanyak 2 orang (11,76%). Untuk lebih jelasnya
bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.3 Nilai Postes Modul KK E tahun 2016 kab. Majalengka

Melihat data di atas, bisa diinterpretasikan bahwa perolehan nilai KK E di Kab.


Majalengka secara umum sudah berhasil dengan bagus. Hal ini dinyatakan dengan
adanya peserta yang memperolehan nilai 100, 98, dan 93. Terdapat lebih dari 88,74%
peserta memperoleh nilai dia atas KCM. Namun demikian, perolehan nilai KK E perlu
ditingkatkan lagi, khususnya bagi peserta yang belum mencapai KCM yakni sekitar
11,76%. Hal ini bisa dilakukan dengan cara: (1) peserta lebih konsentrasi membaca
ulang isi modul, menulis rangkuman, mengerjakan LK, dan lebih intensif latihan soal,
agar pemeroleh nilai di atas KCM dan (2) perlu adanya usaha dari fasilitator untuk
terus membimbing dan melayani peserta yang mendapat nilai di bawah KCM secara
individual.

2. Perolehan Nilai Postes KK I

Perolehan nilai peserta Guru Pembelajar Moda tatap Muka untuk KK I mata pelajaran
Bahasa Sunda jenjang SMP di Kabupaten Majalengka dideskripsikan dalam tabel
berikut ini.
81
Tabel 4.5
Perolehan Nilai Peserta untuk KK I
Mata Pelajaran Bahasa Sunda jenjang SMP
di Kabupaten Majalengka Tahun 2016
NO. NILAI
RESPONDEN PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
1. 70 57,1 80
2. 70 85,7 73
3. 90 100 93
4. 80 85,7 85
5. 80 71,4 80
6. 70 100 70
7. 70 57,1 78
8. 50 90 58
9. 80 75 88
10. 70 95 85
11. 60 90 60
12. 90 80 93
13. 70 70 83
14. 70 85 83
15. 90 65 93
16. 70 95 80
17. 90 100 85
Nilai Terbesar 90 100 92,5
Nilai Terkecil 50 60 58
Rata-rata 74,71 85,59 80,15

Berdasarkan data pada tabel di atas terdapat tujuh belas peserta program Guru
Pembelajar Moda Tatap Muka 2016 mata pelajaran bahasa Sunda untuk KK I pada
jenjang SMP di Kabupaten Majalengka. Nilai terendah kompetensi pedagogik yang
dicapai adalah 45, sedangkan nilai tertinggi adalah 90. Nilai terendah kompetensi
profesianal yang dicapai adalah 60, sedangkan nilai tertinggi adalah 100. Apabila dirata-
ratakan, capaian nilai untuk kompetensi pedagogik mencapai 74,71, sedangkan
kompetensi profesional mencapai 85,59. Jadi, rata-rata nilai postes komepetnsi
pedagogik lebih rendah dibandingkan profesional. Untuk capaian nilai akhir KK I, nilai
terendah adalah 58 dan nilai tertinggi 92,50. Rata-rata untuk nilai akhir KK I adalah
80,15. Terdapat 15 orang (88,24%) yang mendapatkan nilai dia atas KCM 6,5, dan
terdapat 2 orang (11,76%) yang mendapatkan nilai di bawah KCM 6,5. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

82
Gambar 4.4 Nilai Postes Modul KK I tahun 2016 kab. Majalengka

Melihat data di atas, bisa diinterpretasikan bahwa perolehan nilai KK I di Kab.


Majalengka secara umum sudah berhasil dengan bagus. Hal ini dinyatakan dengan
adanya 3 peserta peserta yang memperolehan nilai 93. Terdapat lebih dari 88,74%
peserta memperoleh nilai dia atas KCM. Namun demikian, perolehan nilai KK E perlu
ditingkatkan lagi, khususnya bagi peserta yang belum mencapai KCM yakni sekitar
11,76%. Hal ini bisa dilakukan dengan cara: (1) peserta lebih konsentrasi membaca
ulang isi modul, menulis rangkuman, mengerjakan LK, dan lebih intensif latihan soal,
agar pemeroleh nilai di atas KCM dan (2) perlu adanya usaha dari fasilitator untuk
terus membimbing dan melayani peserta yang mendapat nilai di bawah KCM secara
individual.

3. Perubahan Perolehan Nilai Postes Tahun 2016 dibandingkan Nilai Postes 2015
Modul KK E dan I di Kab. Majalengka
Perubahan maksudnya adalah naik dan turunnya nilai postes tahun 2016 dibandingkan
dengan tahun 2015. Perubahan perolehan nilai postes Modul KK E dan I peserta tahun
2016 dibandingkan tahun 2015 setelah mengikuti Model Literasi Kewacanaan
CALISLAUJI pada Program Guru Pembelajar Moda Tatap Muka Mapel Bahasa Sunda
jenjang SMP di Kabupaten Majalengka dideskripsikan dalam tabel berikut ini.

83
Perubahan perolehan nilai peserta setelah mengikuti program guru Pembelajar Moda
tatap Muka tahun 2016 mata pelajaran Bahasa Sunda jenjang SMP di Kabupaten
Majalengka dideskripsikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.6
Perubahan Nilai Peserta Guru Pembelajar Tatap Muka Tahun 2016
Mata Pelajaran Bahasa Sunda SMP Kabupaten Majalengka
PENINGKATAN NILAI (Point)
NO.
KK-E KK-I
RESPONDEN
PED. PRO. NA PED. PRO. NA
1. 50 23 25 37 19 20
2. -30 -1 -12 -30 32 12
3. 40 -15 3 57 52 52
4. 50 14 25 80 33 45
5. -30 24 3 47 9 20
6. 40 -5 8 70 27 40
7. 50 38 43 3 42 27
8. 20 37 30 17 22 17
9. 0 9 8 13 38 28
10. -60 18 -12 70 57 55
11. 50 32 32 -7 17 10
12. 20 4 5 57 24 33
13. 20 23 20 3 81 52
14. 20 38 28 37 66 52
15. 80 42 52 23 52 42
16. 50 -1 8 70 33 40
17. 40 14 23 23 9 15
Nilai
Terbesar 80 42,1 52,47 80 80,7 54,97
Nilai
Terkecil -60 -15 -12,49 -30 8,6 9,96
Rata-rata 24,12 17,32 16,77 33,53 36,00 33,08

Berdasarkan tabel di atas, dapat dianalisis bahwa perubahan nilai postes modul KK E
tahun 2016 jika dibandingkan nilai postes tahun 2015 di Kab. Majalengka, terdapat lima
kondisi: (1) kondisi I, nilai pedagogik dan profesional naik sebanyak 10 peserta (58,82%),
(2) kondisi II, nilai pedagogik naik sedangkan nilai profesional turun sebanyak 3 peserta
(17,64%%), (3) kondisi III, nilai pedagogik turun sedangkan nilai profesional naik
sebanyak 2 peserta (11,76%), (4) kondisi IV, nilai pedagogik dan profesional turun
sebanyak 1 peserta (5,88 %), dan (5) kondisi V, nilai pedagogik dan profesional tidak
naik dan tidak turun sebanyak 1 peserta (5,88%).

Hal ini bisa diinterpretasikan bahwa, perubahan nilai postes modul KK E menunjukkan
kecenderungan hal yang positif. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya peserta yang
memperoleh nilai yang naik (kondisi I) sebanyak 88,23% dibandingkan dengan yang
memperoleh nilai turun. Namun, demikian masih perlu adanya usaha-usaha untuk
menaikkan peserta yang berada pada kondisi II, III, IV, dan V.

84
Sementara itu, perubahan nilai postes modul KK I tahun 2016 jika dibandingkan nilai
postes tahun 2015 di Kab majalengka , terdapat lima kondisi: (1) kondisi I, nilai
pedagogik dan profesional naik sebanyak 15 peserta (88,23 %), (2) kondisi II, nilai
pedagogik naik sedangkan nilai profesional turun sebanyak 0 peserta (0 %), (3) kondisi
III, nilai pedagogik turun sedangkan nilai profesional naik sebanyak 2 peserta (11,76%),
(4) kondisi IV, nilai pedagogik dan profesional turun sebanyak 0 peserta (0%), dan (5)
kondisi V, nilai pedagogik dan professional tidak naik dan tidak turun sebanyak 0
peserta (0%).

Hal ini bisa diinterpretasikan bahwa, perubahan nilai postes modul KK I menunjukkan
kecenderungan hal yang positif. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya peserta yang
memperoleh nilai yang naik (kondisi I) dibandingkan dengan yang memperoleh nilai
turun. Namun, demikian masih perlu adanya usaha-usaha untuk menaikkan peserta
yang berada pada kondisi II, III, IV, dan V.

C. Pembahasan dan Hasil Pendapat Peserta Guru Pembelajar


Data-data pendapat peserta guru pembelajar mencakup: (1) implementasi model literasi
kewacanaan CALISLAUJI dalam Program Guru Pembelajar, (2) keterkaitan konten materi
pedagogik modul KK E dengan kisi-kisi soal, (3) keterkaitan konten materi profesional
modul KK E dengan kisi-kisi soal, (4) keterkaitan konten materi pedagogik modul KK I
dengan kisi-kisi soal, (5) keterkaitan konten materi profesional modul KK E dengan kisi-
kisi soal, dan (6) pendapat peserta tentang materi sulit, materi mudah serta hambatan-
hambatan dalam mengikuti program guru pembelajar, dideskripsikan berikut ini.

1. Pendapat Peserta tentang Implementasi Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI


dalam Program Guru Pembelajar
Data tabel di bawah ini berisikan pendapat peserta tentang Implementasi Model Literasi
Kewacanaan CALISLAUJI dalam Program Guru Pembelajar Mapel Bahasa Sunda. Untuk
lebih jelasnya lihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.7
Pendapat Peserta tentang Implementasi Model Literasi Kewacanaan
CALISLAUJI dalam Program Guru Pembelajar
No. Aspek Pendapat Peserta
Sangat Setuju Tidak Tidak Sangat
Setuju Pasti Setuju Tidak
Setuju
1. Fasilitator Menguasai 29 49 - - -
Materi Modul KK E dan I.
2. Model pembelajaran 54 23 1 - -
Literasi Kewacaan yang
memuat tahapan:

85
Membaca, Menulis, Input
Materi dan mengerjakan LK,
Latihan Soal Pemantapan
Materi, dan Ujian
diterapkan fasilitator secara
sistematis di dalam kelas.
3. Dalam Model Pembelajaran 55 23 - - -
Literasi Kewacaan tahapan
1. Membaca secara mandiri
bermanfaat untuk
memahami dan
mengeksplor isi modul
secara komprehensif.
4. Dalam Model Pembelajaran 26 52
Literasi Kewacaan tahapan
2. Menulis Rangkuman
bermanfaat sebagai
perekam ulang yang jitu
untuk mengingat isi modul.
5. Dalam Model Pembelajaran 26 52
Literasi Kewacaan tahapan
3: Input Materi dan
Mengerjakan LK
bermanfaat untuk
memperjelas pemahaman,
bertanya, dan berdiskusi.
6. Dalam Model Pembelajaran 33 45 - - -
Literasi Kewacaan tahapan
4: Latihan Soal Pemantapan
Materi bermanfaat untuk
memahami isi modul secara
komperehensif dan
persiapan postes.
7. Dalam Model Pembelajaran 64 14
Literasi Kewacaan tahapan
5: Ujian bermanfaat untuk
memperbaiki profil rapot
dan mengetahui
kemmampuan kompetensi
saya setelah mengikuti
Program Guru Pembelajar.
8. Keinginan mendapat lebih 44 31 2 1 -
banyak materi terkait isi
modul sebagai bahan
tambahan pengetahuan
dan keterampilan
khususnya pedagogik dan

86
profesional
9. Keinginan mendapatkan 44 51 3 - -
sumber belajar lain terkait
isi modul sebagai
tambahan pengetahuan
dan keterampilan khusunya
pedagogik dan profesional.
10. Gagasan di balik Program - - - 40 38
Guru Pembelajar sangat
sulit untuk
diimplementasikan di
tempat saya bekerja.

Data tabel di atas berisikan pendapat peserta tentang Implementasi Model Literasi
Kewacanaan CALISLAUJI dalam Program Guru Pembelajar Mapel Bahasa Sunda yang
memuat hal-hal di bawah ini.

b. Fasilitator menguasai materi modul KK E dan KK I secara komprehensif. Peserta yang


merespon Sangat Setuju 37,2%, Setuju 62,8%, dan Tidak Setuju 0%.
c. Model pembelajaran Literasi Kewacanaan CALISLAUJI yang memuat tahapan:
Membaca, Menulis, Input Materi dan mengerjakan LK, Latihan Soal Pemantapan
Materi, dan Ujian diterapkan fasilitator secara sistematis di dalam kelas. Peserta yang
merespon Sangat Setuju 69,2%, Setuju 29,5%, dan Tidak Setuju 0,12%
d. Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacanaan CALISLAUJI tahapan 1. Membaca
secara mandiri bermanfaat untuk memahami dan dan mengeksplor isi modul secara
komprehensif. Peserta yang merespon Sangat Setuju 70,5%, Setuju 29,5%, dan Tidak
Setuju 0%
e. Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacanaan CALISLAUJI tahapan 2. Menulis
Rangkuman bermanfaat sebagai perekam ulang yang jitu untuk mengingat isi modul.
Peserta yang merespon Sangat Setuju 33,3%, Setuju 66,7%, dan Tidak Setuju 0%
f. Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacanaan CALISLAUJI tahapan 3: Input Materi
dan Mengerjakan LK bermanfaat untuk memperjelas pemahaman, bertanya, dan
berdiskusi. Peserta yang merespon Sangat Setuju 33,3%, Setuju 66,7%, dan Tidak Setuju
0%

87
g. Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacanaan CALISLAUJI tahapan 4: Latihan
Soal Pemantapan Materi bermanfaat untuk memahami isi modul secara komperehensif
dan persiapan postes. Peserta yang merespon Sangat Setuju 43,3%, Setuju 57,7%, dan
Tidak Setuju 0%
h. Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacanaan CALISLAUJI tahapan 5: Ujian
bermanfaat untuk memperbaiki profil rapot dan mengetahui kemampuan kompetensi
saya setelah mengikuti Program Guru Pembelajar. Peserta yang merespon Sangat
Setuju 82,1%, Setuju 17,9%, dan Tidak Setuju 0%
i. Keinginan mendapat lebih banyak materi terkait isi modul sebagai bahan tambahan
pengetahuan dan keterampilan khususnya pedagogik dan profesional. Peserta yang
merespon Sangat Setuju 56,4%, Setuju 39,7%, dan Tidak Setuju 0,38%
j. Keinginan mendapatkan sumber belajar lain terkait isi modul sebagai tambahan
pengetahuan dan keterampilan khusunya pedagogik dan profesional. Peserta yang
merespon Sangat Setuju 30,8%, Setuju 65,4%, Tidak Pasti 0,25%, dan Tidak Setuju
0,12%
k. Gagasan di balik Program Guru Pembelajar sangat sulit untuk diimplementasikan di
tempat saya bekerja. Peserta yang merespon Sangat Setuju 0%, Setuju 0%, Tidak Setuju
51,2% dan Sangat Tidak setuju 48,7%.

Dari hasil deskripsi dan analisis data tentang Implementasi Model Literasi Kewacanaan
CALISLAUJI dalam Program Guru Pembelajar Mapel Bahasa Sunda, dapat diinterpretasikan
bahwa Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI sudah dilaksanakan secara sistematis oleh
fasilitator, fasilitator menguasai materi secara komprehensif, tahapan dalam model literasi
sangat membantu peserta untuk memahami dan dan mengeksplor isi modul secara
komprehensif, perekam ulang yang jitu untuk mengingat isi modul, memperjelas
pemahaman, bertanya, dan berdiskusi, latihan persiapan postes, memperbaiki profil rapot,
serta mengetahui kemampuan kompetensi saya setelah mengikuti Program Guru
Pembelajar. Adanya keinginan peserta untuk mencari sumber/ suplemen terkait materi
agar pengetahuan lebih luas. Gagasan dibalik Program Guru Pembelajar tidak sulit untuk
dilaksanakan di tempat kerja peserta.

88
2. Pendapat Peserta tentang Keterkaitan Konten Materi Pedagogik Modul KK E dengan
Kisi-Kisi Soal

Di bawah ini pendapat peserta tentang keterkaitan konten materi pedagogik Modul KK E
dan kisi-kisi soal. Jebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.8
Pendapat Peserta tentang Keterkaitan Konten Materi Pedagogik Modul KK E
dan Kisi-kisi Soal

No. Aspek Pendapat Peserta


Sangat Terkait Kurang Tidak
Terkait Terkait Terkai
t
1. Topik materi yang dibahas dalam 28 48 2 -
kegiatan pembelajaran modul KK E
jika dikaitkan dengan implementasi
pembelajaran bahasa Sunda di
sekolah.
2. Materi Ruang Lingkup bahan Ajar 24 49 5 -
Bahasa Sunda dalam Modul KK E jika
dihubungkan dengan kisi-kisi Soal Tes
Akhir
3. Materi Ruang Lingkup bahan Ajar 20 56 2 -
Sastra Sunda dalam Modul KK E jika
dihubungkan dengan kisi-kisi Soal Tes
Akhir
4. Materi Memilih Bahan Ajar Bahasa 25 54 1 -
dan Sastra Sunda dalam modul KK E
jika dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal
Tes Akhir.
5. Materi Mengolah Bahan Ajar Bahasa 29 47 2 -
dan Sastra Sunda dalam modul KK E
jika dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal
Tes Akhir.

Data tabel di atas berisikan pendapat peserta tentang Keterkaitan Konten Materi Pedagogik
Modul KK E dan Kisi-kisi Soal yang memuat hal-hal di bawah ini.
1) Topik materi yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran modul KK E jika dikaitkan
dengan implementasi pembelajaran bahasa Sunda di sekolah.Peserta yang merespon
Sangat Terkait 35,9%, Terkait 61,5%, dan Kurang Terkait 0,25%, 0% Tidak Terkait.

89
2) Materi Ruang Lingkup bahan Ajar BahasaSunda dalam Modul KK E jika dihubungkan
dengan kisi-kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait 30,8%, Terkait
62,8%, dan Kurang Terkait 0,16%, Tidak Terkait 0%.
3) Materi Ruang Lingkup bahan Ajar Sastra Sunda dalam Modul KK E jika dihubungkan
dengan kisi-kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait 25,6%, Terkait
71,7%, dan Kurang Terkait 0,25%, Tidak Terkait 0%.
4) Materi Memilih Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunda dalam modul KK E jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait
32,1%, Terkait 69,2%, Kurang Terkait 0,12%, dan Tidak Terkait 0%.
5) Materi Mengolah Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunda dalam modul KK E jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait
37,2%, Terkait 60,3%, dan Kurang Terkait 0%, Tidak Terkait 0,25%.

Dari hasil deskripsi dan analisis data tentang Keterkaitan Konten Materi Pedagogik Modul
KK E dan Kisi-kisi Soal, dapat diinterpretasikan bahwa secara umum konten materi
pedagogik dalam Modul KK E sangat terkait dan atau terkait dengan kisi-kisi soal. Namun
demikian, terdapat sedikit peserta yang merespon tidak terkait.

3. Pendapat Peserta tentang Keterkaitan Konten Materi Pedagogik Modul KK E dengan


Kisi-Kisi Soal

Berikut ini pendapat peserta tentang keterkaitan konten materi profesional Modul KK E
dan kisi-kisi soal. Hal ini bisa dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.9
Keterkaitan Konten Materi Profesional Modul KK E dan Kisi-kisi Soal
No. Aspek Pendapat Peserta
Sangat Terkait Kurang Tidak
Terkait Terkait Terkait
1. Materi Struktur Kecap Asal Bahasa 20 58 - -
Sunda dalam modul KK E jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal
Tes Akhir
2. Materi Kecap Rundayan Bahasa 20 58 - -
Sunda dalam modul KK E jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal
Tes Akhir.

3. Materi Kecap Rajekan Bahasa Sunda 21 57 - -

90
dalam modul KK E jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
4. Materi Kecap kantetan jeung 27 51 - -
Wancahan Bahasa Sunda dalam
modul KK E jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
5. Materi Wangun jeung Unsur 19 59 - -
Intrinsik Wawacan Bahasa Sunda
dalam modul KK E jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.

Data tabel di atas berisikan respon peserta tentang Keterkaitan Konten Materi Profesional
Modul KK E dan Kisi-kisi Soal yang memuat hal-hal di bawah ini.
1) Materi Struktur Kecap Asal Bahasa Sunda dalam modul KK E jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait 25,6%, Terkait
74,3%, Kurang Terkait 0%, dan Tidak Terkait 0%.
2) Materi Kecap Rundayan Bahasa Sunda dalam modul KK E jika dihubungkan dengan
Kisi-kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait 25,6%, Terkait 74,3%,
Kurang Terkait 0%, dan Tidak Terkait 0%.
3) Materi Kecap Rajekan Bahasa Sunda dalam modul KK E jika dihubungkan dengan Kisi-
kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait 26,9%, Terkait 73,1%,
Kurang Terkait 0%, dan Tidak Terkait 0%.
4) Materi Kecap kantetan jeung Wancahan Bahasa Sunda dalam modul KK E jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait
34,6%, Terkait 65,4%, Kurang Terkait 0%, dan Tidak Terkait 0%.
5) Materi Wangun jeung Unsur Intrinsik Wawacan Bahasa Sunda dalam modul KK E jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait
23,1%, Terkait 75,6%, Kurang Terkait 0%, dan Tidak Terkait 0%.

91
4. Pendapat Peserta tentang Keterkaitan Konten Materi Profesional Modul KK I dan
Kisi-kisi Soal
Di bawah ini pendapat peserta tentang keterkaitan konten materi pedagogik modul
KK I dan kisi-kisi soal.
Tabel 4.10
Pendapat Peserta tentang Keterkaitan Konten Materi Pedagogik
Modul KK I dan Kisi-kisi Soal
No. Aspek Pendapat Peserta
Sangat Terkait Kurang Tidak
Terkait Terkait Terkait
1. Materi Program Remedial 31 46 1 -
Pembelajaran Bahasa Sunda dalam
modul KK I jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
2. Materi Program Pengayaan 27 50 1 -
Pembelajaran Bahasa Sunda dalam
modul KK I jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
3. Materi Manfaat Informasi Hasil 31 46 1 -
Penilaian untuk Meningkatkan
Kualitas Pembelajaran Bahasa
Sunda dalam modul KK I jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal
Tes Akhir.

Data tabel di atas berisikan pendapat peserta tentang Keterkaitan Konten Materi Pedagogik
Modul KK I dan Kisi-kisi Soal yang memuat hal-hal di bawah ini.
1) Materi Program Remedial Pembelajaran Bahasa Sunda dalam modul KK I jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait
39,7%, Terkait 59,0%, Kurang Terkait 1,3%, Tidak Terkait 0%.
2) Materi Program Pengayaan Pembelajaran Bahasa Sunda dalam modul KK I jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait
34,6%, Terkait 64,1%, Kurang Terkait 1,3%, Tidak Terkait 0%.
3) Materi Program Pengayaan Pembelajaran Bahasa Sunda dalam modul KK I jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait
39,7%, Terkait 58,97%, Kurang Terkait 1,3%, Tidak Terkait 0%.

92
Dari hasil deskripsi dan analisis data tentang Keterkaitan Konten Materi Pedagogik
Modul KK I dan Kisi-kisi Soal, dapat diinterpretasikan bahwa konten materi profesional
Modul KK I secara umum sangat terkait dan atau terkait dengan kisi-kisi soal. Namun
demikian, terdapat 1,3% peserta yang menyatakan kurang terkait, dan 0% menyatakan
tidak terkait.

5. Pendapat Peserta tentang Keterkaitan Konten Materi Profesional Modul KK I dan Kisi-
kisi Soal
Di bawah ini pendapat peserta tentang keterkaitan konten materi profesional modul KK
I dan kisi-kisi soal.

Tabel 4.11
Pendapat peserta tentang Keterkaitan Konten Materi Profesional
Modul KK I dan Kisi-kisi Soal

No. Aspek Pendapat Peserta


Sangat Terkait Kurang Tidak
Terkait Terkait Terkait
1. Materi Teks Narasi Bahasa 28 49 1 -
Sunda dalam modul KK I
jika dihubungkan dengan
Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
2. Materi Teks Deskripsi 30 47 1 -
Bahasa Sunda dalam
modul KK I jika
dihubungkan dengan Kisi-
kisi Soal Tes Akhir.
3. Materi Teks Eksposisi 32 45 1 -
Bahasa Sunda dalam
modul KK I jika
dihubungkan dengan Kisi-
kisi Soal Tes Akhir.
4. Materi Teks Argumentasi 32 46 - -
Bahasa Sunda dalam
modul KK I jika
dihubungkan dengan Kisi-
kisi Soal Tes Akhir.
5. Materi Teks Laporan Hasil 26 49 2 -
Observasi Bahasa Sunda
dalam modul KK I jika
dihubungkan dengan Kisi-
kisi Soal Tes Akhir.

93
6. Materi Teks Opini Bahasa 28 47 3 -
Sunda dalam modul KK I
jika dihubungkan dengan
Kisi-kisi Soal Tes Akhir.
7. Materi Teks Sajarah 28 46 4 -
Bahasa Sunda dalam
modul KK I jika
dihubungkan dengan Kisi-
kisi Soal Tes Akhir.
8. Materi Novel Bahasa 31 45 2 -
Sunda dalam modul KK I
jika dihubungkan dengan
Kisi-kisi Soal Tes Akhir.

Data tabel di atas berisikan pendapat peserta tentang Keterkaitan Konten Materi
Profesional Modul KK I dan Kisi-kisi Soal yang memuat hal-hal di bawah ini.
1) Materi Teks Narasi Bahasa Sunda dalam modul KK I jika dihubungkan dengan Kisi-kisi
Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait 35,89%, Terkait 62,82%, dan
KurangTerkait 1,3%, dan Tidak Terkait 0%.
2) Materi Teks Deskripsi Bahasa Sunda dalam modul KK I jika dihubungkan dengan Kisi-
kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait 38,46%, Terkait 60,25%,
dan KurangTerkait 1,3%, dan Tidak Terkait 0%.
3) Materi Teks Eksposisi Bahasa Sunda dalam modul KK I jika dihubungkan dengan Kisi-
kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait 41,02%, Terkait 57,69%,
dan KurangTerkait 1,3%, dan Tidak Terkait 0%.
4) Materi Teks Argumentasi Bahasa Sunda dalam modul KK I jika dihubungkan dengan
Kisi-kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait 41,02%, Terkait
58,97%, dan KurangTerkait 0%, dan Tidak Terkait 0%.
5) Materi Teks Laporan Hasil Observasi Bahasa Sunda alam modul KK I jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait 33,33%,
Terkait 62,82%, dan KurangTerkait 2,56%, dan Tidak Terkait 0%.
6) Materi Teks Sajarah Bahasa Sunda dalam modul KK I jika dihubungkan dengan Kisi-
kisi Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait 35,90%, Terkait 60,25%,
dan Kurang Terkait 3,84%, dan Tidak Terkait 0%.

94
7) Materi Teks Opini Bahasa Sunda dalam modul KK I jika dihubungkan dengan Kisi-kisi
Soal Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait 35,90%, Terkait 58,97%, dan
Kurang Terkait 5,12%, dan Tidak Terkait 0%.
8) Materi Novel Bahasa Sunda dalam modul KK I jika dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal
Tes Akhir. Peserta yang merespon Sangat Terkait 39,74%, Terkait 57,69%, dan
KurangTerkait 2,56%.

Dari hasil deskripsi dan analisis data tentang Keterkaitan Konten Materi Profesional
Modul KK I dan Kisi-kisi Soal, dapat diinterpretasikan bahwa konten materi profesional
Modul KK I secara umum sangat terkait dan atau terkait dengan kisi-kisi soal. Namun
demikian, sedikit peserta yang menyatakan kurang terkait, dan 0% menyatakan tidak
terkait.

6. Pendapat Peserta tentang Materi yang Paling Sulit Dipahami dalam Modul KK E dan
KK I
Di bawah ini pendapat peserta tentang materi modul KK E dan KK I yang paling sulit
dipahami
Tabel 4.12
Pendapat Peserta tentang Materi yang Paling Sulit Dipahami
dalam Modul KK E dan KK I
No. Materi yang Paling Sulit Dipahami dalam
Modul KK E dan KK I
1. Teks Opini
2. Penilaian Berbasis Kelas
3. Program Remedial dan Program Pengayaan
4. Milih Bahan Ajar
5. Wawacan
6. Teks Laporan Hasil Observasi

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diurutkan pendapat peserta tentang materi yang
paling sulit dipahami dalam modul KK E dan KK I, yakni: (1) Teks Opini, (2) Penilaian Berbasis
Kelas, (3) Program Remedial dan Program Pengayaan, (4) Milih Bahan Ajar, dan (5)
Wawacan Teks Laporan Hasil Observasi. Hal ini dikarenakan genre-genre teks tersebut yakni
genre Teks Opini dan Teks Laporan Hasil Observasi merupakan genre teks baru yang
terdapat dalam Kurikulum 2013 yang didalamnya teks tersebut ada analisis struktur teks

95
dan kebahasaannya. Selain itu, materi penilaian dan program remedial serta pengayaan
merupakan materi sulit dan jarang dipraktikkan guru di kelas. Selain itu, teks wawancan
merupakan genre teks sastra buhun yang panjang sehingga sulit dipahami. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar di berikut ini.

Gambar 4.5 Pendapat Peserta tentang Materi yang Paling Sulit Dipahami
dalam Modul KK E dan KK I

7. Pendapat Peserta tentang Materi yang Modul KK E dan KK I yang Mudah Dipahami

Berikut ini dirinci juga pendapat peserta tentang materi-materi yang mudah dipahami
dalam modul KK E dan KK I seperti tertera pada tabel berikut ini.

Tabel. 4.13
Pendapat Peserta tentang Materi yang Mudah Dipahami
Modul KK E dan KK I
No Materi yang Mudah Dipahami
.
1. Kecap Asal
2. Kecap Rundayan
3. Kecap Wancahan
4. Kecap Kantetan
5. Tesk Narasi
6. Teks Argumentasi
7. Teks Eksposisi
8. Teks Deskripsi

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diurutkan materi yang mudah dipahami dalam
modul KK E dan KK I, yakni: (1) Kecap Asal, (2) Kecap Rundayan, (3) Kecap Wancahan, (4)
Kecap Kantetan, (5) Tesk Narasi, (6) Teks Argumentasi, (7) Teks Eksposisi, dan (8) Teks

96
Deskripsi. Materi tersebut adalah materi yang sehari-hari guru ajarkan ke peserta didik
sehingga mudah dipahami. Untuk lebih jelasnya daoat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 4.6 Pendapat Peserta tentang Materi yang Mudah Dipahami


dalam modul KK E dan KK I

8. Pendapat Peserta tentang Hambatan dalam mengikuti Program Guru Pembelajar

Terdapat sejumlah pendapat peserta tentang hambatan-hambatan yang dirasakan


peserta selama mengikuti program guru pembelajar dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.14
Hambatan dalam Mengikuti Program Guru Pembelajar
No. Hambatan dalam Mengikuti Program Guru Pembelajar
A. Hambatan Pribadi
1. Saat belajar kurang konsentrasi.
2. Jarang membaca
3. Mudah lupa
4. Tidak mengajar bahasa Sunda dan bukan latar belakang bahasa Sunda tetapi di
UKG bahasa Sunda
5. Kurang menguasai materi modul karena kurang belajar.
6. Bentrok dengan jadwal PLPG
7. Bentrok dengan kegiatan pendampingan
B. Hambatan Lingkungan
7. Meninggalkan kelas/ KBM/ siswa
8. Jadwal pelatihan sangat padat, dari pagi sampai sore.
9. Waktu pelatihan sangat singkat, sehingga banyak materi yang belum dipahami.
10. Jarak Jauh menuju tempat pelatihan
C. Hambatan tentang Modul
11. Modul terlalu padat materi, sehingga harus disederhanakan atau dipecah
menjadi beberapa modul.

97
12. Kualitas modul, bahasanya rancu, isinya kurang menunjukkan isi yang
memadai sehingga harus direvisi
13. Modul sedikit gambar dan foto, kurang contoh sebaiknya ada revisi modul
yang dilengkapi dengan gambar, foto, dan contoh.

Hambatan dalam mengikuti program guru pembelajar secara garis besar bisa dibagi menjadi
tiga, yakni: (1) hambatan pribadi, (2) hambatan lingkungan, dan (3) hambatan tentang
modul. Secara rinci hambatan pribadi seperti: Saat belajar kurang konsentrasi Jarang
membaca Mudah lupa Tidak mengajar bahasa Sunda dan bukan latar belakang bahasa
Sunda tetapi di UKG bahasa Sunda Kurang menguasai materi modul karena kurang belajar.
Bentrok dengan jadwal PLPG Bentrok dengan kegiatan pendampingan. Secara lebih rinci
hambatan lingkungan seperti: sering meninggalkan kelas/ KBM/ siswa, Jadwal pelatihan
terlalu padat, waktu pelatihan sangat singkat, sehingga banyak materi yang belum dipahami
Jarak Jauh menuju tempat pelatihan. Secara lebih rinci hambatan modul, seperti: Modul
terlalu padat materi, sehingga harus disederhanakan atau dipecah menjadi beberapa modul,
Kualitas modul, bahasanya rancu, isinya kurang menunjukkan isi yang memadai sehingga
harus direvisi. Modul sedikit gambar dan foto, kurang contoh sebaiknya ada revisi modul
yang dilengkapi dengan gambar, foto, dan contoh. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.

Gambar 4.7 Hambatan dalam Mengikuti Program Guru Pembelajar

98
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
1. Produk Penelitian berupa: Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI

Tahap 1:
Baca

Tahap 5: Tahap 2:
Ujian Tulis

Tahap 4: Tahap 3: Input


Latihan Soal Materi dan
Pemantapan Mengerjakan
Materi LK

Tahapan Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI

Tahap 1: Baca
Langkah-langkahnya
a. Fasilitator dan peserta menentukan modul yang akan dibaca.
b. Fasilitator memastikan bahwa semua peserta memegang modul.
c. Fasilitator meminta peserta untuk membaca senyap (membaca dalam hati) secara
mandiri selama 15 menit untuk satu kegiatan belajar pada awal pembelajaran.
d. Pada kesempatan ini fasilitator juga membaca kegiatan belajar yang sama.
Partisipasi fasilitator dalam membaca sangat bermanfaat bagi peserta diklat,
karena fasilitator menjadi model bagi peserta.
e. Membaca yang dilakukan oleh peserta adalah membaca studi yang berfokus pada
membaca untuk memahami isi modul secara keseluruhan pokok pikiran demi
pokok pikiran utamanya, sehingga peserta memperoleh pemahaman yang
komprehensif tentang isi modul.
f. Fasilitator berkeliling untuk memastikan semua peserta berpartisipasi secara aktif
dalam membaca.

99
Tahap 2: Tulis
Langkah-langkahnya
a. Peserta menuliskan pokok-pokok pikiran utama modul yang dibacanya dengan cara
merangkum dengan kata-kata sendiri secara lugas, dengan menggunakan format
Jurnal Literasi yang sudah disiapkan.
b. Peserta merangkum dengan cara: menulis durasi waktu membaca, menulis dengan
kata-kata sendiri pokok-pokok materi, dan menulis hal-hal yang sulit dipahami pada
kolom catatan. Berikut ini jurnal literasi yang digunakan untuk menulis rangku
Jurnal Literasi Kewacanaan

JURNAL LITERASI

Judul Modul : .........................


KK : ..........................
Hari, Tanggal : .........................
No. Waktu Baca Ringkasan Isi Catatan

1. Pkl............s.d.........

2. Pkl............s.d..........

3. Pkl............s.d..........

4. Pkl............s.d..........

5. Pkl............s.d..........

100
Tahap 3: Input Materi dan Mengerjakan LK
Pada tahap ini, fasiltator dan peserta berdiskusi, bertanya jawab, menyampaikan materi,
brainstormin tentang pengisian LK materi modul.
a. Setelah kegiatan menulis selesai, fasilitator dapat meminta peserta untuk membacakan
tulisannya kepada teman di kelompoknya.
b. Fasilitator meminta peserta untuk menuliskan satu kata sulit di potongan kertas kecil,
kemudian menempelkannya di papan tulis.
c. Fasilitator dan peserta berdiskusi membahas kata sulit. Fasilitator bertanya pada
peserta, siapa yang dapat menemukan arti salah satu kata sulit tersebut.
d. Peserta harus menjelaskan arti kata sulit tersebut. Peserta lain menanggapi. Selanjutnya
fasilitator membahas kata sulit yang lainnya. Begitu selanjutnya.
e. Peserta diklat mencatat kata-kata sulit yang telah didiskusikan.
f. Fasilitator menyampaikan materi dengan menggunakan bahan tayang, sesuai dengan
materi pada setiap kegiatan belajar.
g. Peserta lain diminta untuk menyimak serta diberi kesempatan untuk bertanya.
h. Peserta diberi kesempatan untuk mengerjakan LK secara kelompok.
i. Fasilitator meminta peserta untuk maju ke depan menyamakan persepsi tentang isi LK.

Tahap 4: Latihan Soal Pemantapan Materi


a. Fasilitator menyiapkan soal-soal latihan pilihan ganda mengacu pada kisi-kisi untuk tiap
kegiatan belajar.
b. Soal tersebut diperoleh dari Bank Soal saat pelatihan Instruktur Nasional ditambah soal
yang dibuat oleh IN sendiri jika diperlukan.
c. Peserta mengerjakan soal dengan cara berdiskusi berpasangan.
d. Setelah selesai membahas soal secara berpasangan, maka satu persatu soal dibahas
bersama-sama dalam satu kelas.
e. Peserta menuliskan soal dan isinya untuk bahan hapalan menjelang postes.
f. Latihan soal dilakukan terus menerus, agar peserta lancar mengerjakan postes.
Tahap 5: Ujian
a. Semua peserta dipastikan mengikuti tes akhir berbasis computer di TUK yang telah
ditentukan, sesuai dengan jadwal yang telah dipilih peserta.
b. TUK disarankan yang terdekat dengan peserta.

101
c. Tes akhir yang diujikan adalah untuk dua modul. Setiap satu modul diujikan 30 soal (10
soal pedagogik dan 20 soal profesional) Pilihan Ganda untuk durasi waktu 45 menit.
d. Setelah selesai tes akhir, peserta langsung bisa mengetahui jumlah skor yang
diperolehnya.
e. Tes akhir dilajutkan pada modul kedua, dengan jumlah soal dan durasi waktu yang sama
dengan modul pertama, yakni 30 soal (10 soal pedagogik dan 20 soal profesional)
Pilihan Ganda untuk durasi untuk 45 menit.
f. Untuk tahun 2016 KCM 6,5 atau sama dengan skor 20 (6,6) dari 30 soal.
g. Hasil postes ini digunakan untuk memperbaiki profil rapor peserta tahun 2015.

2. Perolehan dan perubahan nilai postes kompetensi pedagogik dan profesional tahun 2015
di kab. Bandung Barat dan Kab. Majalengka sebagai berikut.
a. Kabupaten Bandung Barat.
Perolehan nilai KK E di Kab. Bandung Barat secara umum sudah berhasil dengan bagus. Hal
ini dinyatakan dengan adanya peserta yang memperolehan nilai 100, 93, dan 90. Terdapat
lebih dari 76,66% peserta memperoleh nilai dia atas KCM. Namun demikian, perolehan nilai
KK E perlu ditingkatkan lagi, khususnya bagi peserta yang belum mencapai KCM yakni sekitar
23,3%. Hal ini bisa dilakukan dengan cara: (1) peserta lebih konsentrasi membaca ulang isi
modul, menulis rangkuman, mengerjakan LK, dan lebih intensif latihan soal, agar pemeroleh
nilai di atas KCM dan (2) perlu adanya usaha dari fasilitator untuk terus membimbing dan
melayani peserta yang mendapat nilai di bawah KCM secara individual. Untuk modul KK I
pada jenjang SMP di Kab. Bandung Barat. Perolehan nilai KK I di Kab. Bandung Barat secara
umum sudah berhasil dengan bagus. Hal ini dinyatakan dengan adanya peserta yang
memperolehan nilai 100, 95, 93, dan 90. Terdapat lebih dari 78% peserta memperoleh nilai
dia atas KCM. Namun demikian, perolehan nilai KK I perlu ditingkatkan lagi, khususnya bagi
peserta yang belum mencapai KCM yakni sekitar 21,67%. Hal ini bisa dilakukan dengan cara:
(1) peserta lebih konsentrasi membaca ulang isimodul, menulis rangkuman, mengerjakan
LK, dan lebih intensif latihan soal, pemeroleh nilai di atas KCM dan (2) perlu adanya usaha
dari fasilitator untuk terus membimbing dan melayani peserta yang mendapat nilai di bawah
KCM secara individual.

102
Rata-rata nilai postes pedagogik lebih rendah daripada profesional. Untuk modul KK I,
rata-rata capaian nilai untuk kompetensi pedagogik mencapai 65,67, sedangkan
kompetensi profesional mencapai 78,00. Rata-rata nilai pedagogik lebih rendah daripada
profesional.
Perubahan perolehan nilai postes Modul KK E dan I peserta tahun 2016 dibandingkan
tahun 2015 setelah mengikuti Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI. Perubahan nilai
postes modul KK E tahun 2016 jika dibandingkan nilai postes tahun 2015 di Kab Bandung
Barat, terdapat lima kondisi: (1) kondisi I, nilai pedagogik dan profesional naik sebanyak
30 peserta (50%), (2) kondisi II, nilai pedagogik naik sedangkan nilai profesional turun
sebanyak 16 peserta (26,67%), (3) kondisi III, nilai pedagogik turun sedangkan nilai
profesional naik sebanyak 8 peserta (13,33%), (4) kondisi IV, nilai pedagogik dan
profesional turun sebanyak 4 peserta (6,67%), dan (5) kondisi V, nilai pedagogik dan
profesional tidak naik dan tidak turun sebanyak 2 peserta (3,33).

c. Kab. Majalengka
Perolehan nilai KK E di Kab. Majalengka secara umum sudah berhasil dengan bagus. Hal
ini dinyatakan dengan adanya peserta yang memperolehan nilai 100, 98, dan 93.
Terdapat lebih dari 88,74% peserta memperoleh nilai dia atas KCM. Namun demikian,
perolehan nilai KK E perlu ditingkatkan lagi, khususnya bagi peserta yang belum
mencapai KCM yakni sekitar 11,76%. Hal ini bisa dilakukan dengan cara: (1) peserta lebih
konsentrasi membaca ulang isi modul, menulis rangkuman, mengerjakan LK, dan lebih
intensif latihan soal, agar pemeroleh nilai di atas KCM dan (2) perlu adanya usaha dari
fasilitator untuk terus membimbing dan melayani peserta yang mendapat nilai di bawah
KCM secara individual.
Untuk KK I pada jenjang SMP di Kabupaten Majalengka. Perolehan nilai KK I di Kab.
Majalengka secara umum sudah berhasil dengan bagus. Hal ini dinyatakan dengan
adanya 3 peserta peserta yang memperolehan nilai 93. Terdapat lebih dari 88,74%
peserta memperoleh nilai dia atas KCM. Namun demikian, perolehan nilai KK E perlu
ditingkatkan lagi, khususnya bagi peserta yang belum mencapai KCM yakni sekitar
11,76%. Hal ini bisa dilakukan dengan cara: (1) peserta lebih konsentrasi membaca ulang
isi modul, menulis rangkuman, mengerjakan LK, dan lebih intensif latihan soal, agar
pemeroleh nilai di atas KCM dan (2) perlu adanya usaha dari fasilitator untuk terus

103
membimbing dan melayani peserta yang mendapat nilai di bawah KCM secara individual.
Perubahan perolehan nilai postes Modul KK E dan I peserta tahun 2016 dibandingkan
tahun 2015 setelah mengikuti Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI

Perubahan nilai postes modul KK E tahun 2016 jika dibandingkan nilai postes tahun 2015
di Kab. Majalengka, terdapat lima kondisi: (1) kondisi I, nilai pedagogik dan profesional
naik sebanyak 10 peserta (58,82%), (2) kondisi II, nilai pedagogik naik sedangkan nilai
profesional turun sebanyak 3 peserta (17,64%%), (3) kondisi III, nilai pedagogik turun
sedangkan nilai profesional naik sebanyak 2 peserta (11,76%), (4) kondisi IV, nilai
pedagogik dan profesional turun sebanyak 1 peserta (5,88 %), dan (5) kondisi V, nilai
pedagogik dan profesional tidak naik dan tidak turun sebanyak 1 peserta (5,88%).

3. Pendapat peserta tentang Implementasi Model Literasi Kewacanaan CALISLAUJI dalam


Program Guru Pembelajar Mapel Bahasa Sunda, bahwa Model Literasi Kewacanaan
CALISLAUJI sudah dilaksanakan secara sistematis oleh fasilitator, fasilitator menguasai
materi secara komprehensif, tahapan dalam model literasi sangat membantu peserta
untuk memahami dan dan mengeksplor isi modul secara komprehensif, perekam ulang
yang jitu untuk mengingat isi modul, memperjelas pemahaman, bertanya, dan berdiskusi,
latihan persiapan postes, memperbaiki profil rapot, serta mengetahui kemampuan
kompetensi saya setelah mengikuti Program Guru Pembelajar. Adanya keinginan peserta
untuk mencari sumber/ suplemen terkait materi agar pengetahuan lebih luas. Gagasan
dibalik Program Guru Pembelajar tidak sulit untuk dilaksanakan di tempat kerja peserta.

4. Pendapat peserta tentang keterkaitan konten materi pedagogik modul KK E dan kisi-kisi
Soal, dapat diinterpretasikan bahwa secara umum konten materi pedagogik dalam Modul
KK E sangat terkait dan atau terkait dengan kisi-kisi soal. Namun demikian, terdapat
sedikit peserta yang merespon tidak terkait. Konten materi profesional Modul KK I secara
umum sangat terkait dan atau terkait dengan kisi-kisi soal. Namun demikian, terdapat
1,3% peserta yang menyatakan kurang terkait, dan 0% menyatakan tidak terkait.
Keterkaitan konten materi profesional Modul KK I dan kisi-kisi soal, dapat
diinterpretasikan bahwa konten materi profesional Modul KK I secara umum sangat

104
terkait dan atau terkait dengan kisi-kisi soal. Namun demikian, sedikit peserta yang
menyatakan kurang terkait, dan 0% menyatakan tidak terkait.

5. Pendapat peserta tentang materi yang paling sulit dipahami dalam modul KK E dan KK I,
yakni: (1) Teks Opini, (2) Penilaian Berbasis Kelas, (3) Program Remedial dan Program
Pengayaan, (4) Milih Bahan Ajar, dan (5) Wawacan Teks Laporan Hasil Observasi. Hal ini
dikarenakan genre-genre teks tersebut yakni genre Teks Opini dan Teks Laporan Hasil
Observasi merupakan genre teks baru yang terdapat dalam Kurikulum 2013 yang
didalamnya teks tersebut ada analisis struktur teks dan kebahasaannya. Selain itu, materi
penilaian dan program remedial serta pengayaan merupakan materi sulit dan jarang
dipraktikkan guru di kelas. Selain itu, teks wawancan merupakan genre teks sastra buhun
yang panjang sehingga sulit dipahami
Pendapat peserta tentang materi yang mudah dipahami dalam modul KK E dan KK I,
yakni: (1) Kecap Asal, (2) Kecap Rundayan, (3) Kecap Wancahan, (4) Kecap Kantetan, (5)
Tesk Narasi, (6) Teks Argumentasi, (7) Teks Eksposisi, dan (8) Teks Deskripsi. Materi
tersebut adalah materi yang sehari-hari guru ajarkan ke peserta didik sehingga mudah
dipahami.
Pendapat peserta tentang hambatan dalam mengikuti program guru pembelajar secara
garis besar bisa dibagi menjadi tiga, yakni: (1) hambatan pribadi, (2) hambatan
lingkungan, dan (3) hambatan tentang modul. Secara rinci hambatan pribadi seperti: Saat
belajar kurang konsentrasi Jarang membaca Mudah lupa Tidak mengajar bahasa Sunda
dan bukan latar belakang bahasa Sunda tetapi di UKG bahasa Sunda Kurang menguasai
materi modul karena kurang belajar. Bentrok dengan jadwal PLPG Bentrok dengan
kegiatan pendampingan. Secara lebih rinci hambatan lingkungan seperti: sering
meninggalkan kelas/ KBM/ siswa, Jadwal pelatihan terlalu padat, waktu pelatihan sangat
singkat, sehingga banyak materi yang belum dipahami Jarak Jauh menuju tempat
pelatihan. Secara lebih rinci hambatan modul, seperti: Modul terlalu padat materi,
sehingga harus disederhanakan atau dipecah menjadi beberapa modul, Kualitas modul,
bahasanya rancu, isinya kurang menunjukkan isi yang memadai sehingga harus direvisi.
Modul sedikit gambar dan foto, kurang contoh sebaiknya ada revisi modul yang
dilengkapi dengan gambar, foto, dan contoh.

105
B. Rekomendasi
1. Mengadakan postes ualng untuk peserta yang nilaianya di bawah KCM 6.5.
2. Mengadakan penelitian lanjutan dalam mapel yang lain dengan menggunakan
Model lietrasi Kewacanaan CALISLAUJI.
3. Merekomendasikan diadakannya Pelatihan Program Guru Pembelajaran untuk 75
KKG MGPM Mapel Bahasa Sunda tahun 2017.
4. Merevisi Modul Mapel Bahasa Sunda untuk disusun sesuai dengan jenjang
sekolah, yang mencakup: 10 Modul Mapel Bahasa Sunda jenjang SD, 10 Modul
Mapel Bahasa Sunda jenjang SMP, 10 Modul Mapel Bahasa Sunda jenjang SMA
dengan keluasan dan kedalaman materi yang berbeda-beda.
5. Merevisi kisi-kisi dan soal postes Mapel Bahasa Sunda disesuaikan dengan jenjang
sekolah yang meliputi SD, SMP, SMA/SMK.
6. Mengadakan penelitian lanjutan pada program Guru Pembelajar dengan model
Pembelajaran yang berbeda atau dengan topik penelitian yang berbeda di tahun
2017

106
DAFTAR PUSTAKA

Afriki, dkk. 2015. Selamatkan Makhluk Hidup. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Ditjen Dikdasmen. 2016. Desain Induk Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Jakarta:
Kemendikbud.

Ditjen Dikdasmen. 2016. Panduan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SMP. Jakarta:
Kemendikbud.

Hanafiah dan Suhana, Cucu. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika
Aditama.

Iskandarwassid dan Sunendar, Dadang. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:


Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonedia kerjasaa dengan PT Remaja
Rosdakarya.

Joyce, Bruce and Marsha Weil. 2005. Models of Teaching. The United State of America:
Prentice/ Hall Intertational, Inc.

Syaodih Sukmadinata, Nana. 2005: Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Program


Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya.

Sofiyanti, Ai. 2010. Model Permainan Bahasa untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa
Tunagrahita Ringan jenjang SDLB. Bandung: Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan I ndonesia Bandung. Tidak Diterbitkan.

Sofiyanti, Ai. 2016. Modul Guru Pembelajar Bahasa Sunda Jenjang SMP Pedagogik: Remedial jeung
Pengayaan dina Pangajaran Bahasa Sunda, Profesional: Wanda Teks jeung Novel (KK I). Bandung:
PPPPTK TK PLB

Sudaryat, Yayat. 2015. Metodologi Pembelajaran (Aplikasinya dalam Pembelajaran Bahasa dan
Sastra). Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudaryat, Yayat. 2016. Modul Guru Pembelajar Bahasa Sunda Jenjang SMP Pedagogik: Bahan
Pangajaran Basa jeung Sastra Sunda, Profesional: Adegan Kecap jeung Wawacan (KK E). Bandung:
PPPPTK TK PLB.

Tampubolon, DP. 1987. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung: Angkasa.
LAMPIRAN

107
1. Lampiran Perolehan Nilai Postes Peserta KK E kab. Bandung Barat tahun 2016
NILAI
NO. NO. PESERTA RESPONDEN
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
1. 201510215500 AHMAD HADI 100 71.4 79.98
2. 201503283587 AHMAD MURTADO 25 71.4 57.48
3. 201501140328 ASEP JAELANI 0 28.6 20.02
4. 201503565588 ASEP SOLIHIN 50 28.6 35.02
5. 201511834874 DEWI ROHAENI 50 71.4 64.98
6. 201509515397 DINI NOVIANTI RINALDIANI 25 85.7 67.49
7. 201510742860 ENDANG TRI LESTARI AP 50 85.7 74.99
8. 201502922190 ERLIAN PERMATA SARI 25 85.7 67.49
9. 201503946511 ETI RAHMAWATI 50 42.9 45.03
10. 201510580087 EUIS TUTI SUNIARNINGSIH 50 57.1 54.97
11. 201511036117 EULIS SUHESTI 0 0 0
12. 201503557803 FANY NOVIANTI 100 71.4 79.98
13. 201510355853 GOJAL BUDIANA 50 85.7 74.99
14. 201503772687 HANA IGAN SUSANA 100 57.1 69.97
15. 201501118769 HANIFAH SITI NURAZIZAH 50 100 85
16. 201500478937 HARIST SULAEMAN 50 85.7 74.99
17. 201500814645 IDA MAETI 50 42.9 45.03
18. 201510015580 JAJAT 50 71.4 64.98
19. 201511763120 KARMINI 0 0 0
20. 201511009892 LELAH 100 57.1 69.97
21. 201511934574 LIA YULIANI 50 57.1 54.97
22. 201511623611 LILI HERMAWAN 0 57.1 39.97
23. 201512378360 LIS SINTANINGSIH 0 28.6 20.02
24. 201503829344 M. RIZA KHAIRILLAH 50 85.7 74.99
25. 201512108236 MAMAN SURAHMAN 100 71.4 79.98
26. 201503729379 MELAWATI 50 85.7 74.99
27. 201511324322 N. RINI RAHMATIN 100 85.7 89.99
28. 201511419998 NENENG DASIMAH 50 42.9 45.03
29. 201510032160 NENENG R. AGUSTINI 0 85.7 59.99
30. 201510824407 NUR ALIAWATI ALIYAH 0 71.4 49.98
31. 201511534727 NURHAYATI 100 100 100
32. 201502580490 PUPUN ROSMANAH 0 85.7 59.99
33. 201511163999 RADEN RATNA PUSPITA 50 100 85
34. 201507799228 RAHMALIA ULFAH 50 42.9 45.03
35. 201501936281 RAHMAT HIDAYAT 0 85.7 59.99
36. 201503815639 RANDI HERAWAN 100 42.9 60.03
37. 201511651163 RD. LILIS SETIANINGSIH 50 57.1 54.97
38. 201501608813 RIKA SITI QORIAH 50 85.7 74.99
39. 201510561179 RITA SUTIHAT 50 85.7 74.99
40. 201511753582 RUSNAWATI 50 85.7 74.99
41. 201511893927 S. RUHIANA 50 71.4 64.98
42. 201502018791 SAMBAS PERMANA 0 85.7 59.99

108
NILAI
NO. NO. PESERTA RESPONDEN
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
43. 201510775898 SARWIN 0 71.4 49.98
44. 201507538876 SATRIO DWI SAPUTRO 25 42.9 37.53
45. 201503104040 SISKA NURSALAM 0 0 0
46. 201501689906 SITI RAHMAWATI 50 42.9 45.03
47. 201507472299 SOPIAN KURNIA NUGRAHA 50 71.4 64.98
48. 201510991379 SRI ELASWATI 50 71.4 64.98
49. 201500606034 SRI YUSMA EKA PURWANTI 50 42.9 45.03
50. 201503848135 TINI HARTINI 0 14.3 10.01
51. 201510733103 TITIK KARTIKA 100 85.7 89.99
52. 201503480997 TRI KURNIA DEWI 25 71.4 57.48
53. 201510881361 YANI MALIYANINGSIH 50 85.7 74.99
54. 201512279637 YENNY ARYANI 0 0 0
55. 201511727354 YEYET ROCHAYATI 50 85.7 74.99
56. 201512501843 YUSTINA RINI PRASTUTI 0 0 0
57. 201501242917 YUYUN YUHANA 0 57.1 39.97
58. 201512302817 YUYUN YUNICA 50 85.7 74.99
59. 201501825228 YUYUNG KARNINGSIH 0 71.4 49.98
60. 201511234589 ZAENAL ARIEF RAKHMAN 100 71.4 79.98
Nilai Terbesar 100 100 100
Nilai Terkecil 0 0 0
Rata-rata 42,08 62,85 56,62

109
2. Lampiran Perolehan Nilai Postes KK I Kab Bandung Barat Tahun 2015
NILAI
NO. NO. PESERTA NAMA
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
1. 201510215500 AHMAD HADI 33,3 71,4 59,97
2. 201503283587 AHMAD MURTADO 0 28,6 20,02
3. 201501140328 ASEP JAELANI 0 57,1 39,97
4. 201503565588 ASEP SOLIHIN 33,3 71,4 59,97
5. 201511834874 DEWI ROHAENI 33,3 71,4 59,97
DINI NOVIANTI
6. 201509515397 66,7 85,7 80
RINALDIANI
7. 201510742860 ENDANG TRI LESTARI AP 66,7 57,1 59,98
8. 201502922190 ERLIAN PERMATA SARI 66,7 85,7 80
9. 201503946511 ETI RAHMAWATI 66,7 42,9 50,04
10. 201510580087 EUIS TUTI SUNIARNINGSIH 33,3 42,9 40,02
11. 201511036117 EULIS SUHESTI 0 0 0
12. 201503557803 FANY NOVIANTI 0 71,4 49,98
13. 201510355853 GOJAL BUDIANA 33,3 71,4 59,97
14. 201503772687 HANA IGAN SUSANA 100 42,9 60,03
15. 201501118769 HANIFAH SITI NURAZIZAH 0 71,4 49,98
16. 201500478937 HARIST SULAEMAN 0 57,1 39,97
17. 201500814645 IDA MAETI 33,3 57,1 49,96
18. 201510015580 JAJAT 66,7 57,1 59,98
19. 201511763120 KARMINI 0 0 0
20. 201511009892 LELAH 0 85,7 59,99
21. 201511934574 LIA YULIANI 0 42,9 30,03
22. 201511623611 LILI HERMAWAN 33,3 57,1 49,96
23. 201512378360 LIS SINTANINGSIH 0 42,9 30,03
24. 201503829344 M. RIZA KHAIRILLAH 33,3 85,7 69,98
25. 201512108236 MAMAN SURAHMAN 0 100 70
26. 201503729379 MELAWATI 0 85,7 59,99
27. 201511324322 N. RINI RAHMATIN 100 85,7 89,99
28. 201511419998 NENENG DASIMAH 33,3 28,6 30,01
29. 201510032160 NENENG R. AGUSTINI 66,7 71,4 69,99
30. 201510824407 NUR ALIAWATI ALIYAH 66,7 71,4 69,99
31. 201511534727 NURHAYATI 100 85,7 89,99
32. 201502580490 PUPUN ROSMANAH 100 57,1 69,97
33. 201511163999 RADEN RATNA PUSPITA 33,3 57,1 49,96
34. 201507799228 RAHMALIA ULFAH 66,7 85,7 80
35. 201501936281 RAHMAT HIDAYAT 33,3 42,9 40,02
36. 201503815639 RANDI HERAWAN 0 71,4 49,98
37. 201511651163 RD. LILIS SETIANINGSIH 33,3 71,4 59,97
38. 201501608813 RIKA SITI QORIAH 33,3 42,9 40,02
39. 201510561179 RITA SUTIHAT 33,3 71,4 59,97
40. 201511753582 RUSNAWATI 66,7 85,7 80
41. 201511893927 S. RUHIANA 0 57,1 39,97

110
NILAI
NO. NO. PESERTA NAMA
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
42. 201502018791 SAMBAS PERMANA 0 42,9 30,03
43. 201510775898 SARWIN 66,7 85,7 80
44. 201507538876 SATRIO DWI SAPUTRO 33,3 42,9 40,02
45. 201503104040 SISKA NURSALAM 0 0 0
46. 201501689906 SITI RAHMAWATI 33,3 71,4 59,97
SOPIAN KURNIA
47. 201507472299 33,3 100 79,99
NUGRAHA
48. 201510991379 SRI ELASWATI 66,7 85,7 80
SRI YUSMA EKA
49. 201500606034 0 28,6 20,02
PURWANTI
50. 201503848135 TINI HARTINI 33,3 57,1 49,96
51. 201510733103 TITIK KARTIKA 33,3 85,7 69,98
52. 201503480997 TRI KURNIA DEWI 66,7 57,1 59,98
53. 201510881361 YANI MALIYANINGSIH 66,7 57,1 59,98
54. 201512279637 YENNY ARYANI 0 0 0
55. 201511727354 YEYET ROCHAYATI 0 28,6 20,02
56. 201512501843 YUSTINA RINI PRASTUTI 0 0 0
57. 201501242917 YUYUN YUHANA 100 57,1 69,97
58. 201512302817 YUYUN YUNICA 33,3 57,1 49,96
59. 201501825228 YUYUNG KARNINGSIH 33,3 14,3 20
60. 201511234589 ZAENAL ARIEF RAKHMAN 33,3 85,7 69,98
Nilai Terbesar 100 100 89,99
Nilai Terkecil 0 0 0
Rata-rata 35,00 58,09 51,16

111
3. Lampiran Perolehan Nilai Postes Peserta KK E kab. Majalengka tahun 2015
NILAI
NO. NO. PESERTA NAMA
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
1. 201512344135 AAH ROHAENAH 0 57,1 39,97
2. 201500532000 ASEP MULYAWAN 100 85,7 89,99
3. 201510640402 CUCU MULYATI 50 100 85
4. 201502250255 DEWI NURLIANINGSIH 50 85,7 74,99
5. 201511667717 DEDI SURAHMAN 100 71,4 79,98
6. 201510186525 ETI ROHAETI SUSSANTI 50 100 85
7. 201510552075 EUIS TARSINAH 50 57,1 54,97
8. 201510770080 HENI JUARIAH 50 42,9 45,03
9. 201511660881 IHAT SOLIHAT 100 85,7 89,99
10. 201503584418 IIN SUHINAH 100 57,1 69,97
11. 201501540767 IMAS DINY ADVENTI 0 42,9 30,03
12. 201500839454 IMAS KHOERUNNISA 50 85,7 74,99
13. 201511571140 INNAYATUL IKHSAN 50 57,1 54,97
14. 201511840576 JULAEHA 50 57,1 54,97
15. 201510470092 NINING NURLIDIAWATI 0 42,9 30,03
16. 201510553552 SUHERMAN 0 85,7 59,99
17. 201511776625 TATI HARYATI 50 71,4 64,98
Nilai Terbesar 100 100 89,99
Nilai Terkecil 0 42,9 30,03
Rata-rata 50,00 69,74 63,81

112
4. Lampiran Nilai Postes KK I kab. Majalengka Tahun 2015
NILAI
NO. NO. PESERTA NAMA
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
1. 201512344135 AAH ROHAENAH 33,3 71,4 59,97
2. 201500532000 ASEP MULYAWAN 100 42,9 60,03
3. 201510640402 CUCU MULYATI 33,3 42,9 40,02
4. 201502250255 DEWI NURLIANINGSIH 0 57,1 39,97
5. 201511667717 DEDI SURAHMAN 33,3 71,4 59,97
6. 201510186525 ETI ROHAETI SUSSANTI 0 42,9 30,03
7. 201510552075 EUIS TARSINAH 66,7 42,9 50,04
8. 201510770080 HENI JUARIAH 33,3 42,9 40,02
9. 201511660881 IHAT SOLIHAT 66,7 57,1 59,98
10. 201503584418 IIN SUHINAH 0 42,9 30,03
11. 201501540767 IMAS DINY ADVENTI 66,7 42,9 50,04
12. 201500839454 IMAS KHOERUNNISA 33,3 71,4 59,97
13. 201511571140 INNAYATUL IKHSAN 66,7 14,3 30,02
14. 201511840576 JULAEHA 33,3 28,6 30,01
15. 201510470092 NINING NURLIDIAWATI 66,7 42,9 50,04
16. 201510553552 SUHERMAN 0 57,1 39,97
17. 201511776625 TATI HARYATI 66,7 71,4 69,99
Nilai Terbesar 100 71,4 69,99
Nilai Terkecil 0 14,3 30,01
Rata-rata 41,18 49,59 47,06

113
5. Lampiran Perolehan Nilai Postes KK E kab. Bandung Barat Tahun 2016
NILAI
NO. NO. PESERTA NAMA
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
1. 201510215500 AHMAD HADI 90 65 78
2. 201503283587 AHMAD MURTADO 70 85 78
3. 201501140328 ASEP JAELANI 30 45 38
4. 201503565588 ASEP SOLIHIN 60 65 63
5. 201511834874 DEWI ROHAENI 70 30 50
DINI NOVIANTI
6. 201509515397
RINALDIANI 90 95 93
7. 201510742860 ENDANG TRI LESTARI AP 90 80 85
8. 201502922190 ERLIAN PERMATA SARI 40 85 63
9. 201503946511 ETI RAHMAWATI 60 65 63
EUIS TUTI
10. 201510580087
SUNIARNINGSIH 70 80 75
11. 201511036117 EULIS SUHESTI 60 45 53
12. 201503557803 FANY NOVIANTI 50 100 75
13. 201510355853 GOJAL BUDIANA 90 70 80
14. 201503772687 HANA IGAN SUSANA 80 95 88
HANIFAH SITI
15. 201501118769
NURAZIZAH 50 100 75
16. 201500478937 HARIST SULAEMAN 50 90 70
17. 201500814645 IDA MAETI 30 55 43
18. 201510015580 JAJAT 70 95 83
19. 201511763120 KARMINI 50 60 55
20. 201511009892 LELAH 70 85 78
21. 201511934574 LIA YULIANI 80 90 85
22. 201511623611 LILI HERMAWAN 70 55 63
23. 201512378360 LIS SINTANINGSIH 80 70 75
24. 201503829344 M. RIZA KHAIRILLAH 70 80 75
25. 201512108236 MAMAN SURAHMAN 70 85 78
26. 201503729379 MELAWATI 80 90 85
27. 201511324322 N. RINI RAHMATIN 70 85 78
28. 201511419998 NENENG DASIMAH 90 55 73
29. 201510032160 NENENG R. AGUSTINI 70 100 85
30. 201510824407 NUR ALIAWATI ALIYAH 60 85 73
31. 201511534727 NURHAYATI 70 75 73
32. 201502580490 PUPUN ROSMANAH 90 80 85
33. 201511163999 RADEN RATNA PUSPITA 70 85 78
34. 201507799228 RAHMALIA ULFAH 80 85 83
35. 201501936281 RAHMAT HIDAYAT 70 70 70
36. 201503815639 RANDI HERAWAN 60 85 73
37. 201511651163 RD. LILIS SETIANINGSIH 100 100 100
38. 201501608813 RIKA SITI QORIAH 80 100 90
39. 201510561179 RITA SUTIHAT 70 75 73
40. 201511753582 RUSNAWATI 90 60 75

114
NILAI
NO. NO. PESERTA NAMA
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
41. 201511893927 S. RUHIANA 50 65 58
42. 201502018791 SAMBAS PERMANA 70 35 53
43. 201510775898 SARWIN 60 70 65
44. 201507538876 SATRIO DWI SAPUTRO 40 30 35
45. 201503104040 SISKA NURSALAM 50 90 70
46. 201501689906 SITI RAHMAWATI 70 90 80
SOPIAN KURNIA
47. 201507472299
NUGRAHA 40 40 40
48. 201510991379 SRI ELASWATI 70 100 85
SRI YUSMA EKA
49. 201500606034
PURWANTI 100 80 90
50. 201503848135 TINI HARTINI 80 65 73
51. 201510733103 TITIK KARTIKA 50 90 70
52. 201503480997 TRI KURNIA DEWI 90 85 88
53. 201510881361 YANI MALIYANINGSIH 80 95 88
54. 201512279637 YENNY ARYANI 70 40 55
55. 201511727354 YEYET ROCHAYATI 90 90 90
56. 201512501843 YUSTINA RINI PRASTUTI 70 65 68
57. 201501242917 YUYUN YUHANA 80 95 88
58. 201512302817 YUYUN YUNICA 60 80 70
59. 201501825228 YUYUNG KARNINGSIH 80 95 88
ZAENAL ARIEF
60. 201511234589
RAKHMAN 70 80 75
Nilai Terbesar 100 100 100
Nilai Terkecil 30 30 35
Rata-rata 69,33 76,33 72,83

6. Perolehan Nilai Postes KK E Kab. Majalengka Tahun 2016


NILAI
NO. NO. PESERTA NAMA
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
1. 201512344135 AAH ROHAENAH 50 80 65
2. 201500532000 ASEP MULYAWAN 70 85 78
3. 201510640402 CUCU MULYATI 90 85 88
4. 201502250255 DEWI NURLIANINGSIH 100 100 100
5. 201511667717 DEDI SURAHMAN 70 95 83
6. 201510186525 ETI ROHAETI SUSSANTI 90 95 93
7. 201510552075 EUIS TARSINAH 100 95 98
8. 201510770080 HENI JUARIAH 70 80 75
9. 201511660881 IHAT SOLIHAT 100 95 98
10. 201503584418 IIN SUHINAH 40 75 58
11. 201501540767 IMAS DINY ADVENTI 50 75 63
12. 201500839454 IMAS KHOERUNNISA 70 90 80
13. 201511571140 INNAYATUL IKHSAN 70 80 75

115
NILAI
NO. NO. PESERTA NAMA
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
14. 201511840576 JULAEHA 70 95 83
15. 201510470092 NINING NURLIDIAWATI 80 85 83
16. 201510553552 SUHERMAN 50 85 68
17. 201511776625 TATI HARYATI 90 85 88
Nilai Terbesar 100 100 100
Nilai Terkecil 40 75 57,5
Rata-rata 74,12 87,06 80,59

7. Lampiran Perolehan Nilai Peserta KK I kab. Bandung Barat Tahun 2016


NILAI
NO. NO. PESERTA NAMA
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
1. 201510215500 AHMAD HADI 80 95 88
2. 201503283587 AHMAD MURTADO 70 80 75
3. 201501140328 ASEP JAELANI 30 25 28
4. 201503565588 ASEP SOLIHIN 40 65 53
5. 201511834874 DEWI ROHAENI 60 95 78
6. 201509515397 DINI NOVIANTI RINALDIANI 80 90 85
7. 201510742860 ENDANG TRI LESTARI AP 60 90 75
8. 201502922190 ERLIAN PERMATA SARI 70 65 68
9. 201503946511 ETI RAHMAWATI 70 75 73
10. 201510580087 EUIS TUTI SUNIARNINGSIH 70 80 75
11. 201511036117 EULIS SUHESTI 40 50 45
12. 201503557803 FANY NOVIANTI 70 90 80
13. 201510355853 GOJAL BUDIANA 70 90 80
14. 201503772687 HANA IGAN SUSANA 60 85 73
15. 201501118769 HANIFAH SITI NURAZIZAH 40 40 40
16. 201500478937 HARIST SULAEMAN 80 75 78
17. 201500814645 IDA MAETI 60 70 65
18. 201510015580 JAJAT 70 95 83
19. 201511763120 KARMINI 50 60 55
20. 201511009892 LELAH 70 85 78
21. 201511934574 LIA YULIANI 70 75 73
22. 201511623611 LILI HERMAWAN 80 50 65
23. 201512378360 LIS SINTANINGSIH 50 80 65
24. 201503829344 M. RIZA KHAIRILLAH 70 90 80
25. 201512108236 MAMAN SURAHMAN 90 90 90
26. 201503729379 MELAWATI 80 100 90
27. 201511324322 N. RINI RAHMATIN 90 100 95
28. 201511419998 NENENG DASIMAH 60 65 63
29. 201510032160 NENENG R. AGUSTINI 80 90 85
30. 201510824407 NUR ALIAWATI ALIYAH 70 85 78
31. 201511534727 NURHAYATI 100 90 95
32. 201502580490 PUPUN ROSMANAH 70 85 78

116
NILAI
NO. NO. PESERTA NAMA
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
33. 201511163999 RADEN RATNA PUSPITA 70 80 75
34. 201507799228 RAHMALIA ULFAH 80 80 80
35. 201501936281 RAHMAT HIDAYAT 50 90 70
36. 201503815639 RANDI HERAWAN 70 55 63
37. 201511651163 RD. LILIS SETIANINGSIH 80 90 85
38. 201501608813 RIKA SITI QORIAH 60 90 75
39. 201510561179 RITA SUTIHAT 100 100 100
40. 201511753582 RUSNAWATI 60 60 60
41. 201511893927 S. RUHIANA 80 60 70
42. 201502018791 SAMBAS PERMANA 30 45 38
43. 201510775898 SARWIN 60 95 78
44. 201507538876 SATRIO DWI SAPUTRO 30 45 38
45. 201503104040 SISKA NURSALAM 50 90 70
46. 201501689906 SITI RAHMAWATI 60 95 78
47. 201507472299 SOPIAN KURNIA NUGRAHA 40 65 53
48. 201510991379 SRI ELASWATI 90 95 93
49. 201500606034 SRI YUSMA EKA PURWANTI 100 80 90
50. 201503848135 TINI HARTINI 50 80 65
51. 201510733103 TITIK KARTIKA 30 55 43
52. 201503480997 TRI KURNIA DEWI 80 80 80
53. 201510881361 YANI MALIYANINGSIH 80 80 80
54. 201512279637 YENNY ARYANI 50 65 58
55. 201511727354 YEYET ROCHAYATI 80 75 78
56. 201512501843 YUSTINA RINI PRASTUTI 60 75 68
57. 201501242917 YUYUN YUHANA 50 90 70
58. 201512302817 YUYUN YUNICA 50 85 68
59. 201501825228 YUYUNG KARNINGSIH 70 100 85
60. 201511234589 ZAENAL ARIEF RAKHMAN 80 80 80
Nilai Terbesar 100 100 100
Nilai Terkecil 30 25 28
Rata-rata 65,67 78,00 71,83

8. Lampiran Perolehan Nilai Postes KK I kab. Majalengka 2016


NILAI
NO. NO. PESERTA NAMA
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
1. 201512344135 AAH ROHAENAH 70 57,1 80
2. 201500532000 ASEP MULYAWAN 70 85,7 73
3. 201510640402 CUCU MULYATI 90 100 93
4. 201502250255 DEWI NURLIANINGSIH 80 85,7 85
5. 201511667717 DEDI SURAHMAN 80 71,4 80
6. 201510186525 ETI ROHAETI SUSSANTI 70 100 70
7. 201510552075 EUIS TARSINAH 70 57,1 78
8. 201510770080 HENI JUARIAH 50 90 58

117
NILAI
NO. NO. PESERTA NAMA
PEDAGOGIK PROFESIONAL AKHIR KK-E
9. 201511660881 IHAT SOLIHAT 80 75 88
10. 201503584418 IIN SUHINAH 70 95 85
11. 201501540767 IMAS DINY ADVENTI 60 90 60
12. 201500839454 IMAS KHOERUNNISA 90 80 93
13. 201511571140 INNAYATUL IKHSAN 70 70 83
14. 201511840576 JULAEHA 70 85 83
15. 201510470092 NINING NURLIDIAWATI 90 65 93
16. 201510553552 SUHERMAN 70 95 80
17. 201511776625 TATI HARYATI 90 100 85
Nilai Terbesar 90 100 92,5
Nilai Terkecil 50 60 58
Rata-rata 74,71 85,59 80,15

118
9. Lampiran Instrumen Angket

Instrumen Penelitian
Penerapan Model Literasi Kewacanaan dalam Peningkatan Kompetensi Pedagogik dan
Profesional Moda Tatap Muka (Full) Guru Pembelajaran Bahasa Sunda

Nama:........................................................
Sekolah: ....................................................
Modul yang Dujikan KK: ...........................
Hari, Tanggal: ............................................
TUK: ..........................................................

Petunjuk: Berilah tanda ceklis pada sesuai dengan pendapat Saudara!

A.Implementasi Model Literasi Kewacaan

1. Saya merasa Fasilitator menguasai materi modul dan memiliki pengetahuan yang luas
tentang isi modul.

Sangat Setuju Setuju Tidak Pasti Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

2. Model Pembelajaran Literasi yang memuat tahapan: Membaca Mendiri Modul, Menulis
Rangkuman, Input Materi dan Mengerjakan LK, Latihan Soal Pemantapan, dan Ujian
diterapkan fasilitator secara sistematis di dalam Kelas.
Sangat Setuju Setuju Tidak Pasti Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

3.Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacaan tahapan 1.Membaca mandiri bermanfaat


untuk memahami dan mengeksplor isi modul secara komperehensif.
Sangat Setuju Setuju Tidak Pasti Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

4. Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacaan tahapan 2.Menulis Rangkuman


bermanfaat sebagai perekam ulang yang jitu untuk mengingat isi modul secara
keseluruhan.
Sangat Setuju Setuju Tidak Pasti Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

5. Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacaan tahapan 3:Input Materi dan Mengerjakan
LK bermanfaat untuk memperjelas pemahaman, bertanya, dan berdiskusi.
Sangat Setuju Setuju Tidak Pasti Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

119
6. Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacaan tahapan 4:Latihan Soal Pemantapan
Materi bermanfaat untuk memahami isi modul secara komperehensif dan pengkondisian
latihan soal seperti postes.
Sangat Setuju Setuju Tidak Pasti Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

7. Dalam Model Pembelajaran Literasi Kewacaan tahapan 5:Ujian bermanfaat untuk


memperbaiki profil rapot dan mengetahui kemmampuan kompetensi saya setelah
mengikuti Program Guru Pembelajar.
Sangat Setuju Setuju Tidak Pasti Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

8. Saya ingin mendapatkan lebih banyak lagi materi terkait isi modul sebagai sebagai
tambahan pengetahuan dan keterampilan saya khususnya kompetensi pedagogik dan
profesional.
Sangat Setuju Setuju Tidak Pasti Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

9. Saya ingin mendapatkan lebih banyak lagi sumber belajar terkait isi modul sebagai
sebagai tambahan pengetahuan dan keterampilan saya khususnya kompetensi
pedagogik dan profesional.
Sangat Setuju Setuju Tidak Pasti Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

10. Gagasan di balik Program Guru Pembelajar sangat sulit untuk diimplementasikan di
tempat saya bekerja saat ini.
Sangat Setuju Setuju Tidak Pasti Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

B. Keterkaitan Konten Materi Modul KK-E dengan Kisi-kisi Soal Postes

11. Saya merasa topik-topik yang dibahas dalam Kegiatan Pembelajaran Modul KK-E jika
dikaitkan dengan implementasi pembelajaran bahasa Sunda di sekolah.
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

12. Materi Pedagogik: Ruang Lingkup Bahan Ajar Bahasa Sunda dalam modul KK-E jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

13. Materi Pedagogik: Ruang Lingkup Bahan Ajar Sastra Sunda dalam modul KK-E jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

14. Materi Pedagogik: Memilih Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunda dalam modul KK-E jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..

120
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

15. Materi Pedagogik: Mengolah Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Sunda dalam modul KK-E jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

16. Materi Profesional: Struktur Kecap Asal Bahasa Sunda dalam modul KK-E jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

17. Materi Profesional: Kecap Rundayan Bahasa Sunda dalam modul KK-E jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

18. Materi Profesional: Kecap Rajekan Bahasa Sunda dalam modul KK-E jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

19. Materi Profesional: Kecap Kantetan jeung Wancahan Bahasa Sunda dalam modul KK-E
jika dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

20. Materi Profesional: Wangun dan Unsur Intrinsik wawacan dalam modul KK-E jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

C. Keterkaitan Konten Materi Modul KK-I dengan Kisi-kisi Soal Postes

21. Materi Pedagogik: Program Rémédial Pembelajaran Bahasa Sunda dalam modul KK-I jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

22. Materi Pedagogik:Program Pengayaan Pembelajaran Bahasa Sunda dalam modul KK-I
jika dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

23.Materi Pedagogik: Manfaat Informasi Hasil Penilaian untuk Meningkatkan Kualitas


Pembelajaran Bahasa Sunda dalam modul KK-I jika dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes
Akhir menurut pendapat saya adalah..

121
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

24. Materi Profesional: Teks Narasi Bahasa Sunda dalam modul KK-I jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

25. Materi Profesional: Teks Deskripsi Bahasa Sunda dalam modul KK-I jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

26. Materi Profesional: Teks Eksposisi Bahasa Sunda dalam modul KK-I jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

27. Materi Profesional: Teks Argumentasi Bahasa Sunda dalam modul KK-I jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

28. Materi Profesional: Teks Laporan Hasil Observasi Bahasa Sunda dalam modul KK-I jika
dihubungkan dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

29. Materi Profesional: Teks Opini Bahasa Sunda dalam modul KK-I jika dihubungkan dengan
Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

30. Materi Profesional: Teks Sejarah Bahasa Sunda dalam modul KK-I jika dihubungkan
dengan Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

31. Materi Profesional: Novel Bahasa Sunda dalam modul KK-I jika dihubungkan dengan
Kisi-kisi Soal Tes Akhir menurut pendapat saya adalah..
Sangat Terkait Terkait Kurang Terkait Tidak Terkait

122
Komentar:
Isilah titik-titik di bawah ini sesuai dengan pendapat Saudara!
1. Materi yang sulit dipahami dalam modul adalah
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
2. Materi yang paling mudah dalam modul adalah
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
3. Materi yang paling disukai dalam modul adalah
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
4. Hambatan terbesar yang dirasakan dalam mengikuti program Guru Pembelajaran
bahasa Sunda adalah
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
5. Dalam materi Modul KK-E Pemilihan Bahan saya ingin mendapatkan hal yang baru
tentang
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
6. Dalam materi Modul KK-I Program Remedial dan Pengayaan saya ingin mendapatkan
hal yang baru tentang
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................

123
LK E.1
Lampiran LK Modul KK –E

Ambahan Bahan Ajar Basa Sunda


Pituduh ngeusian LK 1.1

1. Pék buka modul. Tengetan Kagiatan Diajar 1, baca tiap-tiap babagian pedaran bahan.
2. Pilih sasalahiji matéri tina tabél bahan ajar basa Sunda di salasahiji satuan atikan (SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA). Geus kitu, jieun bahan ajarna!

No. Aspek Bahan Ajar

1. Fakta

2. Konsép
(Tiori)

3. Prosédur

4. Ajén-
inajén

124
Rubrik Peniléyan Ambahan Bahan Ajar Basa Sunda

Ieu rubrik digunakeun ku fasilitator pikeun meunteun hasil gawé guru pembelajar dina nyusun bahan
ajar basa Sunda dina modul luyu jeung lambaran kerja (gawé) nu geus disadiakeun.

Lengkah-lengkah peniléyan hasil analisis.


1. Titénan pancén nu ditugaskeun ka pamilon pelatihan dina LK -5.1!
2. Béré peunteun dina hasil analisis luyu jeung peniléyan Sadérék kana hasil gawé pamilon luyu
jeung ieu rubrik!

PERINGKAT NILAI KRITERIA

Alus Pisan ( AP) 90 < A ≤ 100 Bisa nyontoan bahan ajar basa Sunda saluyu jeung
sakabéh aspek (4) kaédah milih jeung nangtukeun
bahan ajar tina salasahiji satuan atikan.
Alus (A) 80 < B ≤ 90 Bisa nyontoan bahan ajar basa Sunda saluyu jeung
sabagian gedé aspék (3) kaédah milih jeung
nangtukeun bahan ajar tina salasahiji satuan atikan.
Cukup (C) 70 < C ≤ 80 Bisa nyontoan bahan ajar basa Sunda saluyu jeung
sababaraha aspék (2) kaédah milih jeung nangtukeun
bahan ajar tina salasahiji satuan atikan.
Kurang (K) ≤ 70 Bisa nyontoan bahan ajar basa Sunda saluyu jeung
sabagian leutik aspék (1) kaédah milih jeung
nangtukeun bahan ajar tina salasahiji satuan atikan.

125
LK E.2

Adegan Kecap Rundayan Basa Sunda

Pituduh ngeusian LK 5.6

1. Pék buka modul. Tengetan Kagiatan Diajar 6, baca tiap-tiap babagian pedaran bahan.
2. Téangan salasahiji téks bacaan tina koran atawa majalah basa Sunda. Salin éta téks
téh, tuluy catet jeung analisis sakabéh wangun, fungsi, jeung harti rarangkénna!

No. Aspek Aspék

1. Wangun
Rarangkén

2. Wanda
Rarangkén

3. Fungsi
Rarangkén

4. Harti
Rarangkén

126
Rubrik Peniléyan Adegan Kecap Asal Basa Sunda

Ieu rubrik digunakeun ku fasilitator pikeun meunteun hasil gawé guru pembelajar dina nyusun bahan
ajar basa Sunda dina modul luyu jeung lambaran kerja (gawé) nu geus disadiakeun.

Lengkah-lengkah peniléyan hasil analisis.


1. Titénan pancén nu ditugaskeun ka pamilon pelatihan dina LK -5.6!
2. Béré peunteun dina hasil analisis luyu jeung peniléyan Sadérék kana hasil gawé pamilon
luyu jeung ieu rubrik!

PERINGKAT NILAI KRITERIA

Alus Pisan ( AP) 90 < A ≤ 100 Bisa ngadadarkeun 4 aspék rarangkén hasil analisis
kecap rundayan tina téks nu dicutat tina majalah
atawa koran basa Sunda.

Alus (A) 80 < B ≤ 90 Bisa ngadadarkeun 3 aspék rarangkén hasil analisis


kecap rundayan tina téks nu dicutat tina majalah
atawa koran basa Sunda.

Cukup (C) 70 < C ≤ 80 Bisa ngadadarkeun 2 aspék rarangkén hasil analisis


kecap rundayan tina téks nu dicutat tina majalah
atawa koran basa Sunda.

Kurang (K) ≤ 70 Bisa ngadadarkeun 1 aspék rarangkén hasil analisis


kecap rundayan tina téks nu dicutat tina majalah
atawa koran basa Sunda.

127
LK E.3

Wangun Jeung Eusi Wawacan

Pituduh ngeusian LK 5.9

1. Pék buka modul. Tengetan Kagiatan Diajar 9, baca tiap-tiap babagian pedaran bahan.
2. Baca téks bacaan tina pancén nu disayagikeun dina Kagiatan Diajar 9. Catet jeung
analisis wangun jeung eusi wawacan!

No. Aspék Pedaran

1. Watesan
Wawacan

2. Ciri-ciri
Wawacan

3. Kamekaran
Wawacan

4. Fungsi
Wawacan

5. Papasingan
Wawacan

6. Sasmita
Pupuh
Dina
Wawacan

7. Struktur
Intrinsik
Wawacan

128
Rubrik Peniléyan Wangun jeung Eusi Wawacan

Ieu rubrik digunakeun ku fasilitator pikeun meunteun hasil gawé guru pembelajar dina nyusun bahan
ajar basa Sunda dina modul luyu jeung lambaran kerja (gawé) nu geus disadiakeun.

Lengkah-lengkah peniléyan hasil analisis.


1. Titénan pancén nu ditugaskeun ka pamilon pelatihan dina LK -5.9!
2. Béré peunteun dina hasil analisis luyu jeung peniléyan Sadérék kana hasil gawé pamilon
luyu jeung ieu rubrik!

PERINGKAT NILAI KRITERIA

Alus Pisan ( AP) 90 < AB ≤ 100 Bisa ngadadarkeun 5-6 aspék wawacan dina sastra
Sunda.

Alus (A) 80 < B ≤ 90 Bisa ngadadarkeun 3-4 aspék wawacan dina sastra
Sunda.

Cukup (C) 70 < C ≤ 80 Bisa ngadadarkeun 2 aspék wawacan dina sastra


Sunda.

Kurang (K) ≤ 70 Bisa ngadadarkeun 1 aspék wawacan dina sastra


Sunda.

129
Foto-foto pembelajaran

130
131

Anda mungkin juga menyukai