Anda di halaman 1dari 4

Mitigasi Bencana Alam Berbasis Pembelajaran Bervisi

Science Environment Technology and Society (SETS).


Oleh : Sri Lestari, M.Pd.Si *)

Pendahuluan

Wilayah Negara Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, klimatologis, dan


demografis yang berpotensi terhadap terjadinya berbagai bencana alam. Indonesia
merupakan salah satu negara paling rawan terhadap bencana di dunia. Hal itu mengacu
pada data UN-ISDR yang dirilis detikcom pada Rabu, 10 Agustud 2011. Indonesia memiliki
berbagai jenis bencana seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah
longsor, kekeringan dan kebakaran hutan. Indonesia berada dalam posisi puncak dunia dari
ancaman tsunami.

Banyaknya korban jiwa pada rangkaian bencana alam selama ini menunjukkan bahwa
mitigasi menghadapi bencana masih lemah. Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri RI
No. 131 Tahun 2003, mitigasi atau penjinakan adalah upaya dan kegiatan yang dilakukan
untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana, yang
meliputi kesiapsiagaan, kewaspadaan dan berbagai kemampuan untuk mengatasinya.
Dapat dinyatakan bahwa mitigasi berarti tindakan preventif untuk mengurangi resiko
kerugian, baik harta maupun nyawa yang meliputi aktivitas dan tindakan perlindungan yang
dapat diawali dari persiapan sebelum bencana itu berlangsung, menilai bahaya bencana,
penanggulangan bencana, berupa penyelamatan, rehabilitasi dan relokasi.

Masyarakat sering menjadi korban dalam setiap peristiwa bencana yang disebabkan
ketidaksiapan mereka menghadapi peristiwa tersebut. Masyarakat masih mengandalkan
peran pemerintah dalam mengatasi bencana, sedangkan kemampuan pemerintah sangat
terbatas, untuk itu partisipasi dan ketangguhan masyarakat menghadapi bencana sangat
diperlukan. Fakta tersebut menyadarkan kepada kita betapa pentingnya pembelajaran
wawasan kebencanaan, baik bagi masyarakat umum maupun siswa. Masyarakat perlu
diberi wawasan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana yang terjadi di sekitar
mereka. Masyarakat harus jadi komunitas siaga bencana. Masyarakat perlu diberdayakan
melalui pelatihan yang sesuai dengan karakter lingkungan masing masing agar tangguh dan
bersikap profesional dalam mengelola sumber daya yang ada.
Sekolah perlu mengajarkan kepada siswa tentang bagaimana bersikap bijak terhadap
lingkungan dan mempunyai keterampilan tindakan ketika terjadi bencana. Sekolah perlu
memberikan wawasan kebencanaan kepada siswa melalui desain fisik dan aktivitas di
sekolah yang dikemas dalam pembelajaran berwawasan kebencanaan. Bagi guru, potensi
bencana menjadi tantangan untuk melaksanakan pembelajaran yang memberikan
pengetahuan, dan keterampilan serta sikap positif terhadap lingkungan. Rekonstruksi
pembelajaran kebencanaan menggunakan pendekatan saintifik merupakan salah satu
alternatif yang dapat dilakukan guru.

Pembahasan
Pendidikan kebencanaan di sekolah lebih dari sekedar menyelamatkan diri. Banyak
dimensi yang digali dalam pendidikan kebencanaan yang sesungguhnya lebih mendasar.
Dimensi paling utama adalah dimensi pengetahuan dan keterampilan. Kegiatan
pembelajaran kebencanaan di sekolah mengajarkan pengetahuan tentang aspek-aspek
bencana itu sendiri. Di dalamnya memuat cara mengetahui apa saja ancaman-ancaman
yang bisa berpotensi menimbulkan bencana, baik ancaman dari alam maupun sosial. Disini
digali apa saja penyebabnya, bagaimana cara menanggulanginya. Dari dimensi
keterampilan, pelajaran kebencanaan juga membekali anak didik dengan keterampilan
khusus kaitannya dengan bencana, baik sebelum, saat maupun sesudah terjadi bencana.
Aktivitas pembelajaran sebagai wujud sekolah berwawasan kebencanaan dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Melalui pembelajaran
intrakurikuler, sekolah dapat “menitipkan” materi kebencanaan pada mata pelajaran yang
relevan dengan masalah kebencanaan. Misalnya geografi, biologi, fisika, dan mata pelajaran
lain yang dianggap cocok. Jika pembelajaran kebencanaan dititipkan pada mata pelajaran
tertentu, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan: a) pengetahuan tentang resiko
kebencanaan, b) kebijakan, peraturan, dan panduan dan kewenangan, c) sistem peringatan
dini, d) sistem informasi kebencanaan, e) partisipasi dalam mitigasi bencana, f) kearifan
lokal, dan g) perencanaan keadaan darurat. Aspek-aspek tersebut merupakan kunci dalam
melaksanakan pembelajaran kebencanaan di sekolah, karena sasaran utama pembelajaran
kebencanaan di sekolah adalah memberikan pemahaman kepada seluruh warga sekolah
tentang kondisi nyata bahaya bencana dan upaya yang dapat dilaksanakan untuk
mengurangi resiko bencana.
Pembelajaran kebencanaan di sekolah seperti yang disampaikan oleh Ani Rusilowati,
dkk (2012) melalui Mitigasi bencana alam berbasis pembelajaran bervisi Science
Environment Technology And Society (SETS). Kon¬sep bencana alam ini akan mudah
dipahami jika dijelaskan dengan menggunakan model pembelajaran bervisi SETS, yaitu
keterpaduan antara ilmu (Science), lingkungan (Environ¬ment), teknologi (Technology), dan
masyarakat (Society). Model pembelajaraan ini dikemas dan diintegrasikan ke dalam
kurikulum sekolah yang dilaksanakan mulai pada jenjang pendidi¬kan dasar dengan alasan:
a) hasil pendidikan bersifat tahan lama dan berjangka panjang, b) menjangkau populasi
yang cukup besar untuk masa depan bangsa, dan c) merupakan masa sangat tepat untuk
menyemaikan nilai-nilai so¬sio-moral kepada peserta didik.
Model pembelajaran bervisi SETS, menuntun peserta didik untuk mengaitkan kon¬sep
sains dengan unsur lain dalam SETS. Cara ini memungkinkan peserta didik memperoleh
gambaran lebih jelas tentang keterkaitan kon¬sep tersebut dengan unsur lain dalam SETS,
baik dalam bentuk kelebihan ataupun kekuran¬gannya (Binadja, 2001; 2005). Setiap
peserta didik memiliki kemampuan dasar berbeda-be¬da, melalui penerapan
konstruktivisme peserta didik dapat melakukan pembelajaran dari ber¬bagai titik awal yang
mereka kenal dekat den¬gan konsep sains yang akan dipelajari. Model pembelajaran bervisi
dan bervisi SETS dengan Sains sebagai titik awal yang disesuaikan dengan minat dan bakat
peserta didik diharapkan mendorong keingintahuan dan memperkuat inisiatif peserta didik
untuk mengaitkan dengan unsur-unsur SETS lainnya.

Penutup
Sektor pendidikan menjadi sektor penting yang berkontribusi dalam tindakan preventif
dengan melaksanakan pendidikan penanggulangan bencana melalui mitigasi bencana.
Sebab sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang dianggap efektif dalam
mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat. Aktivitas pembelajaran sebagai wujud
sekolah berwawasan kebencanaan dapat dilaksanakan melalui pembelajaran intrakurikuler
dan ekstrakurikuler. Pembelajaran kebencanaan di sekolah melalui Mitigasi bencana alam
berbasis pembelajaran bervisi Science Environment Technology And Society (SETS)
bisa dijadikan sebagai alternative pembelajaran yang memungkinkan siswa mengkonstruksi
pengetahuan, menumbuhkan kecerdasan sosial, dan mendorong siswa lebih peduli dan siap
menghadapi kemungkinan peristiwa bencana.

Anda mungkin juga menyukai