Anda di halaman 1dari 10

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA KELAS XI

IIS 1 DI SMA MUHAMMADIYAH 2 YOGYAKARTA MELALUI PENERAPAN


PEMBELAJARAN SEA

Sri Lestari
Guru SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta
Jln. Kapas. No.7 Yogyakarta

ABSTRAK
Salah satu kekhasan Kurikulum 2013 adalah penggunaan pendekatan saintifik dalam proses
pembelajaran dan adanya peminatan dalam pemilihan jurusan. Pembelajaran SEA dalam
pengembangannya mengedepankan pengalaman personal melalui observasi, asosiasi, bertanya,
mengkomunikasikan dan pembelajaran berpusat pada peserta didik, pembelajaran dengan pendekatan
SEA, guru dapat memunculkan kemampuan dasar fisika yang dimiliki siswa yakni metodologi,
konseptualisasi, pemahaman konsep, aplikasi konsep, tatanilai, dan dimensi sosial melalui
pengamatan langsung maupun tak langsung. Kemampuan berpikir dan mengamati sangat diharapkan
sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah.Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah fisika setelah mengimplementasikan
pembelajaran SEA.
Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas yang terdiri atas 2 siklus dengan subjek penelitian adalah siswa kelas XI
Ilmu Ilmu Sosial (IIS 1) yang berjumlah 25 orang pada semester I tahun ajaran 2016/2017. Penetapan
subyek penelitian ini didasarkan pada karakteristik anak jurusan Ilmu Ilmu Sosial yang cenderung
mempunyai gaya belajar diverger (perasaan dan pengamatan). Pembelajaran yang digunakan adalah
pembelajaran SEA. Data dikumpulkan dengan tes kemampuan memecahkan masalah, dan lembar
observasi aktifitas siswa. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I sampai pada siklus II pembelajaran
menggunakan SEA dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah fisika. Hasil kemampuan
menyelesaikan soal mengalami peningkatan yang signifikan, pada siklus I adalah 54,44 % atau 14
orang yang dinyatakan lulus atau tuntas dengan rata-rata nilai kelas 60,70, pada siklus II adalah 78,89
% atau 20 orang yang dinyatakan lulus atau tuntas dengan rata-rata nilai kelas 76,10, sehingga standar
keberhasilan kelas telah terpenuhi pada akhir siklus kedua. Hasil analisis dapat dijelaskan bahwa pembelajaran
melalui SEA dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah fisika.

Kata kunci: Pembelajaran SEA, kemampuan memecahkan masalah

I. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah sektor yang strategis jurusan IIS (Ilmu Ilmu Sosial) yang berminat
dalam upaya mencerdaskan kehidupan mengambil mata pelajaran Fisika sebagai mata
bangsa.Sekolah merupakan tempat pelajaran lintas peminatan. Berdasarkan hasil
berlangsungnya pendidikan formal dan tempat observasi kelas yang dilakukan, pada saat
untuk memperoleh pendidikan pembelajaran fisika siswa kelas XI IIS 1
dalamcabangilmu yang beragam.Pelaksanaan terbatas hanya pada apa yang di peroleh dari
kegiatan pendidikan di sekolah dalam satuan paparan guru. Tipe belajar yang mereka
pendidikan didasarkan atas kurikulum yang lakukan hanya mengandalkan kemampuan
berlaku saat ini yakni kurikulum 2006 dan melihat dan mendengar saja, dan sedikit sekali
kurikulum 2013. melakukan aktivitas bertanya, menyampaikan
Pembelajaran pada kurikulum 2013 pendapat, atau melakukan kerja ilmiah,
adalah pembelajaran kompetensi dengan sedangkan pemahaman konsep sains akan
memperkuat proses pembelajaran dan lebih kuat apabila siswa dapat menemukan
penilaian autentik untuk mencapai kompetensi permasalahan sendiri, berpikir, menganalisis,
sikap, pengetahuan dan keterampilan. bertanya, menyampaikan pendapat, dan
Penguatan proses pembelajaran dilakukan memberikan penjelasan bagi temannya.
melalui pendekatan saintifik, yaitu Disamping itu kemampuan dasar Fisika siswa
pembelajaran yang mendorong peserta didik cenderung masih rendah.
lebih mampu dalam mengamati, menanya, Dalam hal ini dapat dilihat dari nilai rata-
mencoba/mengumpulkan data,mengasosiasi, rata ulangan tengah semester (UTS) pada
dan mengomunikasikan. semester 1 sebesar 48, nilai ini dibawah nilai
Sesuai dengan pendekatan saintifik pada standar kelulusan, yakni 66,67. Pada ulangan
pembelajaran fisika di sekolah, siswa tengah semester (UTS) soal-soal yang diujikan
seharusnya belajar bukan dengan cara merupakan soal pemecahan masalah, dimana
menghafal tetapi harus terlibat aktif dalam indikator soal tersebut aplikasi dari
pembelajaran, dengan demikian hasil pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh
pembelajaran yang diharapkan adalah adanya sebelumnya. Rendahnya nilai yang diperoleh
perubahan kemampuan dan perilaku pada dapat menjadi salah satu petunjuk
siswa, yaitu perubahan sebagai hasil dari ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran
pembelajaran, seperti bertambahnya fisika. Ketidakberhasilan pembelajaran fisika
pengetahuan siswa, perubahan pemahaman, ini bila dianalisis dipengaruhi oleh salah satu
sikap dan tingkah laku, keterampilan, dan faktor yakni kemampuan dasar siswa dalam
sebagainya. menyelesaikan masalah masih rendah.
Permasalahan besar dalam proses Berdasarkan fakta yang telah dipaparkan,
pembelajaran fisika di SMA saat ini adalah maka salah satu solusi dalam rangka
kurangnya usaha pengembangan berpikir meningkatkan kualitas outcome pendidikan
yang menuntun siswa untuk memecahkan dalam prestasi belajar, dengan
suatu permasalahan secara aktif. Proses, yang menitikberatkan pada proses pembelajaran
dikembangkan saat ini lebih bersifat pasif dan khususnya pembelajaran fisika adalah
menghafal yang banyak mendorong siswa diterapkannya pembelajaran yang banyak
dapat menguasai materi pelajaran dengan melibatkan siswa. Hal ini antara lain dapat
target supaya dapat menjawab semua soal dicapai melalui pembelajaran SEA.
ujian yang diberikan. Kenyataan ini Pada pembelajaran SEA guru dapat
menunjukkan adanya kecenderungan siswa memunculkan kemampuan dasar fisika yang
kurang aktif dalam kegiatan belajar. Siswa dimiliki siswa yakni metodologi,
lebih banyak mendengar, mengingat dan konseptualisasi, pemahaman konsep, aplikasi
menulis apa yang diterangkan atau ditulis oleh konsep, tata nilai, dan dimensi sosial melalui
guru di papan tulis, sehingga kemampuan pengamatan langsung maupun tak langsung.
berpikir siswa dalam memecahkan suatu Kemampuan berpikir dan mengamati sangat
permasalahan fisika masih rendah. diharapkan sehingga terjadi peningkatan
SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta penguasaan konsep yang nantinya diharapkan
merupakan salah satu sekolah yang dapat meningkatkan kemampuan dalam
menerapkan kurikulum 2013, sehingga ada memecahkan masalah.
program lintas peminatan. Pada tahun Berdasarkan uraian diatas peneliti
pelajaran 2016/2017 terdapat satu kelas merasakan pentingnya menciptakan
pembelajaran yang variatif dan seperti perubahan pengetahuan, pemahaman,
memungkinkan berkembangnya potensi sikap dan tingkah laku, keterampilan,
peserta didik sesuai dengan kapasitas, gaya kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-
belajar, maupun pengalaman belajarnya agar aspek lain yang ada pada individu yang
berprestasi lebih baik. Oleh karena itu peneliti belajar.
melakukan sebuah studi yang berjudul “ Dari definisi-definisi yang dikemukakan
Meningkatkan kemampuan pemecahan diatas dapat diketahui adanya beberapa elemen
masalah fisika kelas XI IIS 1 di SMA penting yang merupakan ciri pengertian
Muhammadiyah 2 Yogyakarta tahun ajaran belajar, yaitu bahwa belajar merupakan suatu
2016/2017 melalui penerapan pembelajaran perubahan yang terjadi melalui latihan atau
SEA”. pengalaman.Untuk dapat dikatakan belajar
maka perubahan ini harus relative menetap,
sedangkan aspek kepribadian baik fisik
II. LANDASAN TEORI maupun psikis, seperti perubahan dalam
pengertian, pemecahan suatu masalah,
1. Pengertian Pembelajaran Fisika keterampilan, kecakapan ataupun sikap.
Berkaitan dengan pembelajaran fisika,
Belajar merupakan masalah setiap orang, perubahan diawali dari pengertian fisika
sehingga tidak mengherankan bila belajar sebagai bagian dari sains. Sains didefinisikan
merupakan istilah yang tidak asing bagi kita. sebagai ilmu yang dirumuskan, dalam artian
Dahar,R.W (1996: 65), mendefinisikan bahwa keilmuan yang diperoleh dengan aturan main
belajar adalah setiap perubahanyang relatif terstandar atau baku. Supriyadi (2010 :1).
menetap dalam tingkah laku yang terjadi Pernyataan ini memberikan arti bahwa fisika
sebagai suatu hasil dari latihan atau bagian dari sains yang mempunyai aturan baku
pengalaman. Pendapat ini memberi gambaran dan dapat dirumuskan. Seperti Pernyataan
bahwa belajar akan membuat perubahan Teller (1991:4) yang dikutip Supriyadi
pengetahuan bagi kita yang berasal dari latihan (2010:1) menyatakan bahwa tinjauan yang
atau pengalaman. Dengan belajar, seseorang penting dari sains adalah studi tentang alam
yang semula tidak dapat melakukan apa-apa dan pengertiannya dapat dipakai sebagai dasar
akan berubah menjadi dapat melakukan munculnya suatu pengetahuan baru yang
sesuatu. didasari atas kekuatannya di dalam
Selanjutnya Surya (1981: 25) yang meramalkan dan keterpakaianya di dalam
dikutip Rumini (1995:59) menyatakan belajar kehidupan manuasia. Definisi di atas
ialah suatu proses usaha yang dilakukan memberikan gambaran bahwa fisika
individu untuk memperoleh suatu perubahan merupakan ilmu yang menguraikan dan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, menganalis struktur dari peristiwa alam dan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri kemudian menjelaskan dengan cara sederhana
dalan aksinya dengan lingkungan. Dua kutipan sehingga menghasilkan aturan-aturan hukum
diatas memberi gambaran bahwa belajar yang dirumuskan sehingga fisika dapat
merupakan aktivitas individu dalam digunakan dalam kehidupan manusia sehari-
perkembangan hidupnya untuk memperoleh hari.
suatu perubahan kecakapan baru.Perubahan Dalam pembelajaran fisika, dewasa ini
tersebut meliputi pengetahuan, pemahaman, banyak pendapat dilontarkan bahwa
keterampilan, nilai dan sikap yang semuanya pembelajaran IPA khususnya fisika,
terjadi karena adanya usaha serta kemauan kebanyakan seperti mengajarkan sejarah
dalam diri individu tersebut. Sumarna (1993:3).Pernyataan ini mengandung
Selain itu, belajar juga merupakan suatu arti bahwa dalam pembelajaran fisika
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil cenderung menghafal rumus-rumus dan
atau tujuan semata-mata. Belajar bukan hanya definisi yang telah ada.Pendapat tersebut tak
mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu seluruhnya salah, karena disadari bahwa
mengalami. Hasil belajar bukan suatu pengajaran fisika saat ini cenderung menghafal
penguasaan hasil melainkan perubahan rumus. Bahkan akhir-akhir ini banyak
kelakuan Hamalik (2001: 27). Perubahan yang berkembang kecenderungan untuk membuat
dimaksud adalah hasil dari proses belajar rumus praktis yang dalam waktu singkat
seperti ditunjukkan dalam berbagai bentuk diyakini dapat menyelesaikan soal-soal.Dalam
kondisi seperti ini konsep-konsep fisika hanya lingkungan sebagai penyulut (starter)
menjadi alat yang bersifat teknis saja, tidak selanjutnya, pembelajaran dilakukan dengan
lebih dari sekedar rumus matematika.Kondisi memperaktekan prinsip-prinsip metode ilmiah
semacam ini merupakan pembelajaran yang meliputi pengamatan, dugaan, desain
tidak menguntungkan bagi siswa maupun guru percobaan, eksperimen dan laporan hasil
dalam upaya penanaman konsep fisika secara penelitian.
benar. Menurut Schoenher (1996: 98) unsur-
Belajar fisika akan lebih bermakna bagi unsur PSE yaitu: 1) mulai dengan pengamatan
siswa apabila mereka membangun sendiri lingkungan, 2) memisahkan langkah-langkah
pengetahuannya. Proses belajar klasikal penting seperti pengamatan, dugaan awal dan
merupakan cara meningkatkan prestasi belajar perumusan konsep, 3) bekerja dalam
dalam diri siswa, sehingga perlu menciptakan kelompok untuk menentukan langkah-langkah
suasana belajar yang baikSumarna (1993:8). dan pelaksanaannya dalam percobaan
Suasana belajar yang baik yang dimaksud di pembuktian, 4) menyampaikan gagasan,
sini adalah suasana proses belajar dapat pendekatan, konsep, dan penerapan, 5)
berjalan sebaik mungkin, diantaranya : 1) mendefinisikan kembali peranan guru sebagai
siswa harus mengalami kemajuan, 2) siswa simulator dan organisator dalam proses
harus menghargai pelajaran yang disajikan, 3) belajar, 6) melampaui batas pengetahuan
mengajar harus memperoleh kepuasan hatinya (ingatan) menjadi pemahaman dan 7)
dan 4) adanya pembejaran efektif. Dari hal di memberikan motivasi kepada siswa dan guru
atas dapat diungkapkan bahwa proses belajar matematika.
dapat dikatakan berhasil jika ada interaksi Menurut Memes (2000:20) dikutip dalam
dalam pembelajaran yang efektif dari siswa Arinal (2009:23) Starter Experiment
maupun guru. Siswa yang belajar harus Approach (SEA) merupakan pendekatan
menghargai dan senang dengan pelajaran itu komprehensif untuk pengajaran IPA (Fisika,
sehingga siswa dapat mengalami kemajuan Biologi, dan Kimia) yang biasanya mencakup
sedangkan guru dalam mengajar harus berawal berbagai strategi pembelajaran dan diterapkan
dari hati sehingga akan memperoleh kepuasan secara terpisah dan sering tanpa rencana.
hati juga. Berdasarkan kajian teoritis tersebut
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PSE lebih menekankan pada
bahwa pembelajaran fisika merupakan keterampilan proses dalam pembelajarannya.
serangkaian kegiatan belajar mengajar yang Kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan PSE
melibatkan guru fisika sebagai pengajar dan ialah bila kegiatan belajar bisa dilakukan
siswa sebagai subyek didik yang belajar, dengan percobaan. PSE mempunyai ciri
dituntut adanya profil kualifikasi tertentu khusus yaitu mengetengahkan alam
dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap lingkungan sebagai penyulut (starter)
dan tata guru mengembangkan berbagai selanjutnya, pembelajaran dilakukan dengan
pengetahuan, metode pembelajaran, memperaktekan prinsip-prinsip metode ilmiah
pengelolaan pengajaran, dan tata nilai selama meliputi pengamatan, dugaan, desain
pembelajaran yang dapat menunjang proses percobaan, eksperimen dan laporan hasil
belajar-mengajar. penelitian.
Pembelajaran dengan Starter Experiment
2. Pembelajaran SEA Approach (SEA) mengikuti langkah-langkah
pokok yang telah ditetapkan Schoenher (1996:
Pendekatan Starter Eksperimen (PSE) 98). Tiap-tiap langkah yang ada mempunyai
adalah terjemahan dari “Starter Experiment tujuan yang pasti dan terpusat pada
Approach“, merupakan pendekatan perkembangan proses belajar anak. Adapun
komprensif untuk pengajaran sains, yang langkah-langkah proses pembelajaran SEA
mencakup berbagai strategi pembelajaran yang menurut Schoenher (1996: 99) dikutip dalam
biasanya diterapkan secara terpisah dan Arinal (2009:29) adalah sebagai berikut: a)
berorientasi pada keterampilan proses Memes Percobaan Awal (Starter experiment)
(2000:21). Kegiatan belajar mengajar (KBM) Percobaan awal ini bertujuan untuk mengubah
dengan PSE ialah bila kegiatan belajar bisa belajar anak, membangkitkan rasa ingin
dilakukan dengan percobaan. PSE mempunyai tahunya, dan menghubungkan konsep yang
ciri khusus yaitu mengetengahkan alam akan dipelajari dengan alam sekitar. Dengan
percobaan awal ini diharapkan siswa berpikir dan kreativitas secara optimal
termotivasi untuk belajar Fisika sehingga sehingga mampu menemukan sendiri jawaban
Starter Experiment sedapat mungkin diambil dari permasalahan yang dihadapinya pada saat
langsung dari alam sekitar yang sedang percobaan. Dalam proses menemukan jawaban
menggejala. b) Pengamatan (Observasi) ini, guru hanya bertindak sebagai pangarah
Pengamatan terhadap obyek merupakan pada awalnya. Menurut Winatapura
langkah pertama dari siklus IPA (Science (1994:220) Jika siswa sudah terbiasa
Cycle). c) Rumusan masalah yang operasional menggunakan metode ini pada berbagai topik,
akan membantu siswa dalam merumuskan peranan guru sebagai pengarah dapat
dugaan. d) Dugaan sementara, perumusan dikurangi sedikit demi sedikit, sampai siswa
dugaan ini sangat membantu siswa untuk mampu menemukan konsep secara mandiri.
mengemukakan pra konsepnya sehingga guru Berdasarkan karakteristik dan penemuan-
mengetahui pra konsep yang dimiliki oleh para penemuan dalam analisis materi getaran
siswa. e) Percobaan pengujian disusun untuk harmonik, tentu sangatlah sesuai bila konsep-
membuktikan dugaan sementara dari masalah konsep getaran harmonik disajikan dan
yang telah dirumuskan. f) Penyusunan konsep, divisualisaikan dalam bentuk percobaan
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dengan pendekatan SEA. Diharapkan dari
dari percobaan, siswa secara bersama-sama pembelajaran dengan SEA dapat digunakan
diajak untuk menyusun konsep. Guru dapat untuk meningkatkan penguasaan konsep yang
membantu siswa dalam menyempurnakan dimiliki siswa terutama dalam aspek
susunan rumusan konsep. Dalam penyusunan pengetahuan (C1), pemahaman (C2),
konsep kadang-kadang diperlukan kata kunci penerapan (C3), dan analisis (C4) sehingga
untuk membantu siswa, tetapi tidak boleh ada dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
pemaksaan dalam penerimaan konsep. g) masalah siswa dalam hal kemampuan mencari
Mencatat pelajaran merupakan bagian yang persamaan dan perbedaan, menggeneralisasi
tidak kalah penting bagi siswa karena dengan (data, tabel, dan grafik), membuat hipotesis,
catatan yang baik, siswa dapat belajar di membuat kesimpulan, menerapkan konsep,
rumah dengan baik pula. h) Penerapan konsep, mempertimbangkan alternatif, dan
Kemampuan siswa menerapkan konsep dalam kemampuan memberi alasan.
situasi lain merupakan salah satu bentuk
evaluasi dari keberhasilan proses pembelajaran
yang memberikan indikasi bahwa siswa telah
memahami konsep secara komprehensif. 3. Kemampuan Pemecahan Masalah
Berdasarkan kajian teori tentang langkah-
langkah pada Pembelajaran dengan Starter Dalam pembelajaran fisika, penyelesaian
Experiment Approach (SEA), maka salah satu masalah merupakan bagian yang tak
solusi yang dapat membantu siswa dalam terpisahkan dari proses pemerolehan
upaya meningkatkan kemampuan pemecahan pengetahuan melalui latihan berulang. Soal
masalah adalah melalui visualisasi konsep- dalam pembelajaran fisika dapat dipandang
konsep fisika yang dikemas dalam bentuk sebagai sarana dalam upaya (1) rekonstruksi
model pembelajaran dengan Pendekatan SEA. pembelajaran fisika di kelas (2) menetapkan
Pendekatan SEA metode eksperimen tercapainya tujuan pembelajaran terkait
merupakan suatu strategi pembelajaran dimana dengan penerapan kemampuan dan berfikir
menggabungkan suatu pendekatan yang dapat siswa (3) membangkitkan motivasi dan minat
memunculkan kemampuan penemuan, belajar fisika di kalangan siswa dan (4)
penguasaan dan penerapan konsep fisika siswa membangun interaksi sosial budaya
dengan metode eksperimen.Menurut Suparwoto(2001 : 22). Upaya merekonstruksi
Schoenher (1996: 57) metode eksperimen pembelajaran fisika dikelas, soal/masalah
adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran merupakan representasi tampilan
sains, karena metode eksperimen mampu pengembangan bidang/cabang ilmu sehingga
memberikan kondisi belajar yang dapat implementasinya di sekolah seharusnya mulai
mengembangkan kemampuan berpikir dan dipikirkan pengembangan bidang studi fisika
kreativitas secara optimal. Melalui pendekatan yang direpresentasikan dengan soal yang
SEA dan metode eksperimen diharapkan disusun. Sebab melalui soal ini akan dapat
siswa dapat mengembangkan kemampuan ditelusuri mata rantai hubungan antara soal
yang disusun dengan tujuan pembelajaran. memeriksa kembali soal menelaah langkah
Soal yang dibahas dan cara pembahasannya penyelesaian yang telah dilakukan untuk
dapat melalui pengetahuan baru dari menemukan kesalahannya dan perbaikannya.
pemecahan masalah tersebut. Melalui soal Gerace (2005:79) dikutip dalam
juga diharapkan dapat menjadi tantangan Widayatun (2001:28), menyatakan bahwa
siswa dalam belajar dengan pemecahan kemampuan pemecahan masalah seorang
masalah dalam kehidupannya, sehingga soal siswa tidak hanya tergantung pada tingkat
mampu menarik minat dan motivasi untuk kematangannya tetapi juga ditentukan dari
selalu belajar lebih baik.Interaksi budaya permasalahan yang mereka sendiri
mengacu pada upaya untuk menjalin mengalaminya. Hal ini dapat disimpulkan
komunikasi antara guru dengan siswa.Soal bahwa kemampuan untuk memecahkan suatu
juga dapat menghubungkan pihak siswa masalah, tidak hanya ditentukan oleh pola
dengan guru melalui interaksi lewat pikir melainkan dipengaruhi oleh kerja atau
pemecahan masalah. pelatihan.
Pemecahan masalah sebagai proses Dengan demikian pembelajaran yang
pembelajaran fisika memerlukan prasyarat bernuansa pemecahan masalah harus
yang berkaitan dengan kesiapan siswa dalam dirancang sedemikian rupa sehingga mampu
menghadapi masalah. Kesiapan ini mengacu merangsang siswa untuk berfikir dan
pada upaya memahami persoalan yang mendorong menggunakan pikirannya secara
dipecahkan secara memadai. Apabila sadar untuk memecahkan masalah. Belajar
pemecahan masalah yang terkait dengan soal pemecahan masalah pada hakekatnya adalah
maka sejalan dengan uraian pada kegiatan belajar berpikir (learning to think) atau belajar
belajar, upaya mengembangkan evaluasi bernalar (learning to reason), yaitu berpikir
pemecahan masalah perlu didasarkan pada atau bernalar mengaplikasikan pengetahuan-
langkah penyelesaian soal/masalah secara pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya
sistematis. Hal ini didasarkankan pada asumsi untuk memecahkan masalah-masalah baru
bahwa belajar fisika adalah pemecahan yang belum pernah dijumpai.
masalah/soal. Ada beberapa ahli yang mengemukakan
Penyelesaian masalah Fisika secara tentang strategi pemecahan masalah
sistematis perlu dilatihkan kepada siswa agar diantaranya Mettes dikutip dalam Herman
pemahaman konsep menjadi semakin (2006:56), menyatakan tahap-tahap dalam
utuh.Menurut Metters dan Pilot (1990:56) memecahkan masalah yaitu: tahap analisa,
dikutip dalam Marda (2008:38) penyelesaian tahap perencanaan, tahap pemecahan masalah,
masalah Fisika dibagi dalam 4 tahap yakni tahap melakukan perhitungan, dan tahap
tahap analisis, rencana, penyelesaian dan pengecekan. Menurut Polya dikutip dalam
penilaian. Keempat langkah tersebut adalah Herman (2006: 74) dinyatakan bahwa
memahami soal, merencanakan penyelesaian pemecahan masalah merupakan suatu tingkat
soal, melaksanakan rencana dan memeriksa aktivitas intelektual yang sangat tinggi.
jawaban kembali. Tahap analisis/ memahami Aktivitas intelektual disini merupakan sebagai
soal merupakan tahap yang mengharuskan usaha mencari jalan ke luar dari suatu
siswa membaca secara cermat dengan kesulitan mencapai suatu tujuan yang tidak
memberikan tanda tertentu, hal-hal yang begitu saja dengan serta-merta dapat dicapai.
diketahui ditulis secara ekplisit dan disusun Heller, et. al. Huffman (1997:59) menyatakan
dalam skema otak, lalu diperkirakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan
jawabannya. pemecahan masalah (problem solving) yang
Tahap rencana penyelesaian soal, dihadapi siswa dalam ilmu fisika dapat
merupakan upaya menerjemahkan soal ke dilakukan dengan memberikan strategi
dalam soal tersebut.Tahap penyelesaian/ bagaimana memecahkan masalah tersebut.
melaksanakan rencana adalah upaya Strategi pemecahan masalah yang
memasukkan besaran yang diketahui dan dikembangkan dalam penelitian ini berpijak
diupayakan dinyatakan dalam bentuk baru pada teori strategi pemecahan masalah yang
dengan memuat besaran yang dicari, dikembangkan oleh Heler, et.al. Tahapan-
seterusnya lalu dihitung (bila soal memerlukan tahapan terhadap penerapan pemecahan
perhitungan).Tahap penilaian/memeriksa masalah dalam penelitian ini dikembangkan
kembali jawaban merupakan tahap akhir yakni dengan beberapa tahapan, yaitu memfokuskan
masalah (focus the problem) dan menguraikan terhadap palaksanaan tindakan dengan lembar
secara konsep fisika (describe the physics), tes, tahap refleksi yaitu menganalisis hasil
merencanakan solusi (plan the solution), observasi serta hasil evaluasi apakah kegiatan
melaksanakan rencana pemecahan masalah yang dilakukan dapat meningkatkan
(execute the plan), memberikan evaluasi pada kemampuan pemecahan masalah fisika oleh
solusi (evaluate the solution). siswa sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan. Apabila belum dapat menerima
dengan baik maka dicari upaya pemecahan
III. INSTRUMEN PENELITIAN dan tindakan ulang untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah fisika oleh
Instrumen yang digunakan dalam siswa pada metode selanjutnya yang lebih
penelitian ini berupa tes, untuk mengetahui baik.
peningkatan kemampuan pemecahan masalah Analisis data dengan analisis deskriptif
fisika siswa sesuai dengan pokok bahasan komparatif yaitu membandingkan nilai tes
yang telah diajarkan guru. Dalam hal ini setelah siklus I dan nilai tes setelah siklus II.
digunakan tes essay, soal tipe ini baik untuk Oleh karena itu pembelajaran ini
mengukur kemampuan pemecahan masalah dilangsungkan dengan dua tes yang berbeda
secara utuh, karena melibatkan pengembangan dalam selang waktu yang berbeda. Penelitian
persepsi dan penalaran. Soal - soal yang berhasil jika telah mencapai standar nilai
digunakan merupakan soal-soal berstandar minimal yaitu 66, 7 dan standar keberhasilan
BSNP dan mengacu pada buku paket yang kelas ada 75% dari jumlah siswa.
digunakan oleh guru bidang studi. Instrumen
ini terdiri dari 15 butir soal dan dikerjakan
dalam waktu 60 menit. V. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN
1. Hasil Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah
Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Siklus I
karena tujuan penelitian ini adalah untuk a. Perencanaan
meningkatkan kemampuan pemecahan Pada tahap perencanaan meliputi,
masalah melalui metode tertentu. Subyek penyusunan skenario pembelajaran SEA,
penelitian ini adalah siswa kelas XI IIS 1 menyiapkan RPP, serta soal yang akan di
semester I SMA Muhammadiyah 2 Tahun ujikan.
Pelajaran 2016/2017. Dalam siklus I peneliti melakukan
Langkah pertama dalam penelitian ini pembelajaran tiga pertemuan. Metode
adalah identifikasi masalah, identifikasi pembelajaran yang dipakai adalah
melalui pra observasi, dari identifikasi Pembelajaran SEA.
masalah ini, peneliti dapat menarik b. Pelaksanaan Tindakan
kesimpulan bahwa kemampuan pemecahan Pada siklus I materi yang diberikan
masalah fisika dikelas tersebut perlu Karakteristik getaran harmonik.
ditingkatkan. Pada pertemuan pertama pembelajaran
Alat pengumpulan data yang digunakan diisi percobaan awal (Starter Experiment).
adalah metode dokumentasi, dan metode tes. Percobaan awal bertujuan untuk
Metode tes yang digunakan meliputi: Tes mengubah belajar anak, membangkitkan
akhir, dilakukan setelah dilaksanakannya rasa ingin tahunya, dan menghubungkan
pembelajaran dengan menerapkan konsep yang akan dipelajari dengan alam
pembelajaran SEA . sekitar. Guru mengarahkan siswa
Perancangan penelitian terdiri dari membuat rumusan masalah dari hasil
beberapa tahap yakni: tahap perencanaan percobaan awal yang telah dilakukan.
yang meliputi penyusunan skenario Masalah dirumuskan sedemikian rupa agar
pembelajaran SEA, menyiapkan RPP, serta mengarah pada konsep yang ingin didapat
soal yang akan di ujikan, tahap pelaksanaan dalam proses pembelajaran. Pertemuan
yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran, kedua pembelajaran dilaksanakan dengan
tahap observasi yaitu melakukan evaluasi percobaan pengujian. Percobaan yang
dilaksanakan dengan percobaan Gerak Siklus II
harmonis pada pegas, berdasarkan a. Perencanaan
temuan-temuan yang diperoleh dari Dalam siklus II ini materi yang
percobaan, siswa secara berdiskusi diajak disampaikan adalah Persamaan
untuk menyusun konsep. Selanjutnya simpangan, kecepatan, dan percepatan
siswa menyajikan hasil kerjanya dan getaran harmonis. Pada siklus II
mencatat hasil diskusi yang berupa konsep dilaksanakan dalam tiga pertemuan.
materi yang telah dikembangkan oleh Pada siklus II, rencana tindakan berbeda
guru. Pertemuan ketiga diisi dengan dengan siklus I. Siswa dikelompokan
penerapan konsep yang telah ditemukan berdasarkan kemampuaanya masing-
dan dipelajari untuk memecahkan masing, setiap kelompok terdiri atas siswa
masalah. Guru membantu siswa yang mempunyai tingkat kemampuan
melakukan refleksi atau mengevaluasi beragam ada yang pintar, sedang dan
proses berpikir mereka sendiri terhadap kurang
penyelesaian masalah yang telah b. Pelaksanaan Tindakan
ditemukan mulai dari langkah awal hingga Sebagai hasil refleksi dari siklus I, peneliti
sampai menemukan penyelesaiannya berupaya lebih mengaktifkan siswa dalam
c. Pengamatan kelompoknya. Materi yang diberikan
Pengamatan terhadap proses pelaksanaan tentang karakteristik getaran pada getaran
tindakan dilakukan oleh kolaborator, ada pegas. Siswa diberi kesempatan tanya
keributan kecil pada saat pembentukan jawab atau diskusi kemudian guru
anggota kelompok karena siswa diberi memberikan ringkasan materi yang akan
kebebasan untuk memilih anggota dipelajari.
kelompok masing-masing, keributan yang c. Pengamatan
timbul tidak menganggu kelancaran PBM. Dalam siklus ini dari hasil pengamatan
d. Refleksi siswa mengalami banyak peningkatan baik
Secara keseluruhan pelaksanaan tindakan dalam segi kognitif, afektif, dan
sesuai dengan perencanaan yang telah psikomotorik. Dari segi kognitif
dibuat sebelumnya. Masih ada kelemahan, kemampuan siswa dalam memecahkan
yaitu beberapa siswa yang mempunyai masalah meningkat.
kemampuan pemecahan masalah rendah d. Refleksi
menggantungkan diri pada temannya yang Hasil yang didapat dari siklus II cukup
pintar. Namun SEA ini mereka yang lemah memuaskan, siswa mengalami berbagai
menjadi lebih semangat dalam praktikum, peningkatan kearah yang lebih baik. Hal
walaupun dalam tes secara individu akan ini membuktikan bahwa pembelajaran
terlihat mana yang berhasil dalam SEA mampu meningkatkan kemampuan
belajarnya. pemecahan masalah pada siswa.
Data statistik kemampuan pemecahan masalah
Data statistik kemampuan siswa pada siklus II
siswa pada siklus I dinyatakan pada Tabel
dinyatakan pada Tabel dibawah ini:
dibawah ini:
Tabel 2. Data nilai tes pada siklus II
Tabel 1. Data nilai tes pada siklus 1 No Data Nilai tes akhir
N Data Nilai 1 Nilai Terendah 56,10
o 2 Nilai Tertinggi 85,00
1 Nilai Terendah 52 3 Mean 76,10
2 Nilai Tertinggi 78 4 Standar Deviasi 7,47
3 Mean 60,70
Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata
4 Standar Deviasi 8,79
nilai siswa dengan tingkat keberhasilan siswa
Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata sebanyak 78,89 % atau sebanyak 20 siswa
nilai siswa dengan tingkat keberhasilan siswa yang memperoleh nilai lebih atau sama dengan
sebanyak 54,44 % atau sebanyak 14 siswa 66,67.
yang memperoleh nilai lebih atau sama dengan
66,67.
2. Pembahasan
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian
Peningkatan kemampuan pemecahan Tindakan Kelas Untuk Guru, Kepala
masalah fisika dapat dilihat dari table berikut: Sekolah & Pengawas. Bumi Aksara:
Tabel 3.Data nilai tes akhir siklus 1 dan 2 Jakarta
No Data Nilai tes Nilai tes
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar
siklus 1 siklus 2
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
1 Nilai Bumi Aksara: Jakarta.
52 56,10
Terendah
2 Nilai Benny S. Brotosiswoyo.2000. Pembelajaran
78 85,00
Tertinggi MIPA diperguruan Tinggi
3 Mean 60,70 76,10 Jakarta :Direktorat Jenderal
4 Standar
8,79 7,47
Deviasi Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta
Data tersebut menunjukkan rata-rata nilai
tes akhir pada siklus 2 sebesar 76,10 atau naik Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar
48 jika dibandingkan dengan rata-rata nilai tes Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta
akhir pada siklus I. Dengan membandingkan
tingkat keberhasilan siswa pada tiap siklus Lestari, Sri. 2012. Meningkatkan Penguasaan
diperoleh bahwa kenaikan kemampuan Konsep Fisika Dengan Melibatkan
pemecahan fisika naik 40 % setelah dilakukan Kemampuan Analisis Sintesis,
kegiatan pembelajaran SEA. Karena pada Kemampuan Numerik Siswa
siklus II sebanyak 20 siswa telah mencapai Melalui Pembelajaran Dengan
nilai standart minimal dengan rata-rata nilai Pendekatan Starter Eksperiment
66,67 ,maka siklus dihentikan karena standar Approach (SEA). Tesis. Yogyakarta:
keberhasilan kelas telah terpenuhi. Universitas Ahmad Dahlan
VI. KESIMPULAN Mazdarwan. 2011. Beberapa Metode Belajar
Fisika. Diakses tanggal 20 April
Dari hasil penelitian diketahui bahwa 2012.
pembelajaran yang menerapkan pendekatan
saintifik dengan model pembelajaran SEA Marda Nurhayati.2008. Penerapan
dapat meningkatkan kemampuan pemecahan Penyelesaian Soal-Soal Uraian
masalah Fisika. Dalam Program Pengayaan dan
Penerapan pembelajaran SEA berdasarkan Perbaikan untuk Meningkatkan
hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu Penguasaan Konsep Fisika Materi
solusi untuk meningkatkan kemampuan Optika Kelas VIII SMP NEGERI 3
pemecahan masalah fisika sehingga dapat KLATEN. Skripsi.Yogyakarta:
memperbaiki prestasi belajar siswa dalam FMIPA Universitas Negeri
proses pembelajaran. Yogyakarta

Ruwanto, Bambang.2006. Asas-Asas Fisika


DAFTAR PUSTAKA 2A.Yogyakarta.Yudhistira
Arinal Muna.2009. Perbedaan Peningkatan Sumarna.1993. Strategi Pembelajaran Fisika.
prestasi belajar Siswa Dengan Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
menggunakan Pendekatan Generik
Metode Iqra’ Dalam Pembelajaran Sri Rumini. 1995. Psikologi Pendidikan.
Fisika Di SMU Muhammadiyah 2 Yogyakarta: FIPUniversitas Negeri
Yogyakarta Kelas X Tahun Ajaran Yogyakarta
2008/2009.Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Prenada Media: Jakarta
Supriadi. 2010. Teknologi Pembelajaran
Fisika. FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta:Yogyakarta.

Susilo, Herawati. Dkk. 2009. Penelitian


Tindakan Kelas Sebagai Sarana
Pengembangan Keprofesionalan
Guru dan Calon Guru.
Bayumedia:Malang.

Suparwoto,2001. Pengembangan alat


Evaluasi Hasil Belajar Siswa.
Makalah. FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta

Tipler, Paul. 1998. Fisika untuk Sains dan


Teknik. Erlangga: Jakarta.

Young, Hugh D. dan Freedman, Roger A.


2002. Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai