Anda di halaman 1dari 8

STRATEGI SEA DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

FISIKA PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA.

Sri Lestari
Guru SMA Negeri 1 Yogyakarta
bcl.fisika@gmail.com
085868292044

ABSTRACT: This study aims to identify the development of physics problem solving abilities of
students and to know the significant improvement in students' problem solving abilities in physics
with the SEA strategy. Research through pre-experimental methods with the design one group pre-
test and post test. Respondents in the study were 32 students of class X-MIPA 8 in SMA N 1
Yogyakarta. Identifiers the development physics problem solving abilities were analyzed by one
group T-test pre-test and post-test.
The results showed students' physics problem solving abilities increased 11.29% in understanding
problems, 14.13% in describing problems, 32.57% in designing problem solutions, 30.46% in
testing solutions and 20.39% in evaluating solutions . Based on the data analysis there is an
increase in the value from 60.78 to 76.28 with N-gain 0.67 and sig * 0.00 <0.05. These results
indicate that application of the SEA strategy can help improve students' physics problem solving
abilities.

Keywords: SEA learning method, analytical (problem solving) capability

PENDAHULUAN sehingga dapat membantu siswa untuk


Salah satu tujuan pembelajaran sains memperoleh pemahaman yang lebih
dimaksudkan untuk memperhatikan mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena
keteraturan alam semesta dan menekankan itu, pendekatan yang diterapkan dalam upaya
pada pemberian pengalaman langsung yang menyajikan pembelajaran fisika adalah
dapat membantu siswa untuk memperoleh memadukan antara pengalaman proses sains
pemahaman yang lebih mendalam tentang dan pemahaman produk sains dalam bentuk
alam sekitar. Sehingga pembelajaran sains pengalaman langsung. Pengalaman langsung
tidak hanya disampaikan agar siswa dapat berupa upaya melibatkan indera dan
memahami konsep, namun juga siswa pikiran, misalnya berupa kegiatan
dilibatkan langsung dalam proses penemuan laboratorium maupun kegiatan lapangan,
pengetahuan. Jadi dalam proses pembelajaran sedangkan pengalaman proses sains berkaitan
guru tidak hanya menyampaikan informasi dengan interaksi indera dengan objek atau
namun juga membantu siswa agar mampu gejala alam. Dari interaksi ini dapat diperoleh
menghadapi tantangan era globalisasi dengan persepsi yang seterusnya secara berulang di
membekali kemampuan memecahkan dapat pemahaman konsep sains. Pemahaman
masalah. terhadap konsep merupakan kemampuan
Dalam kurikulum mata pelajaran dasar untuk mancapai kemampuan yang lebih
fisika, yang di dasarkan pada pola bahwa tinggi seperti penalaran, koneksi,
fisika sebagai pendidikan sains perlu komunikasi, representasi, dan pemecahan
diarahkan pada “mencari tahu” dan “berbuat” masalah.
Pemecahan masalah merupakan menulis apa yang diterangkan atau ditulis
suatu proses kompleks yang penting bagi oleh guru di papan tulis, sehingga
siswa dalam belajar fisika. Permasalahan kemampuan berpikir siswa dalam
dalam fisika biasanya berhubungan dengan memecahkan suatu permasalahan fisika
konteks kehidupan sehari-hari. Santrock masih rendah.
(2011) menyatakan bahwa problem solving Sampai saat ini berbagai upaya
melibatkan penemuan cara yang tepat untuk peningkatan kualitas pembelajaran fisika di
mencapai tujuan. Masalah yang diberikan sekolah terus dilakukan, diantaranya melalui
guru bisa berupa permasalahan cerita, pengembangan model pembelajaran yang
permasalahan yang berhubungan dengan inovatif berbasis riset, pengembangan model
membuat keputusan, masalah yang asesmen, pengembangan bahan ajar, dan
berhubungan dengan penyelesaian dan media pembelajaran serta pemanfaatan
diagnosis, strategi-performance masalah, teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
menganalisis masalah, dan mendesain dalam pembelajaran. Pengembangan model
penyelesaian masalah (Jonassen, 2004). pembelajaran fisika yang inovatif berbasis
Kemampuan pemecahan masalah membantu riset diantaranya adalah pembelajaran SEA.
siswa dalam memecahkan masalah Pada pembelajaran SEA guru dapat
berdasarkan teori dan konsep yang relevan. memunculkan kemampuan dasar fisika yang
Dalam proses pemecahan masalah siswa dimiliki siswa yakni metodologi,
akan memperoleh pemahaman yang konseptualisasi, pemahaman konsep, aplikasi
mendalam tentang bidang topik, konsep, tata nilai, dan dimensi sosial melalui
mengkonstruk pengetahuan, pemahaman pengamatan langsung maupun tak langsung.
baru dan mampu mengambil keputusan Kemampuan berpikir dan mengamati sangat
(Rohanum, 2013). diharapkan sehingga terjadi peningkatan
Permasalahan besar dalam proses penguasaan konsep yang nantinya diharapkan
pembelajaran fisika di SMA saat ini adalah dapat meningkatkan kemampuan dalam
kurangnya usaha pengembangan berpikir memecahkan masalah. Pembelajaran dengan
yang menuntun siswa untuk memecahkan Starter Experiment Approach (SEA)
suatu permasalahan secara aktif. Proses, yang mengikuti langkah-langkah pokok yang telah
dikembangkan saat ini lebih bersifat pasif ditetapkan Schoenher (1996: 98). Tiap-tiap
dan menghafal yang banyak mendorong langkah yang ada mempunyai tujuan yang
siswa dapat menguasai materi pelajaran pasti dan terpusat pada perkembangan proses
dengan target supaya dapat menjawab semua belajar anak. Adapun langkah-langkah proses
soal ujian yang diberikan. Kenyataan ini pembelajaran SEA (Starter Experiment
menunjukkan adanya kecenderungan siswa Approach) sebagai berikut: a) Percobaan
kurang aktif dalam kegiatan belajar. Siswa Awal (Starter experiment). b) Pengamatan
lebih banyak mendengar, mengingat dan (Observasi) Pengamatan terhadap obyek
merupakan langkah pertama dari siklus IPA fisika dibutuhkan pemahaman dan
(Science Cycle). c) Rumusan masalah yang penguasaan terhadap konsep-konsep dasar
operasional akan membantu siswa dalam yang matang. Kemampuan pemecahan
merumuskan dugaan. d) Dugaan sementara, masalah akan lebih cepat diperoleh bila sejak
perumusan dugaan ini sangat membantu awal siswa dalam pembelajaran di kelas
siswa untuk mengemukakan pra konsepnya dilatih menguasai konsep dengan cara
sehingga guru mengetahui pra konsep yang menemukannya sendiri. Pendekatan SEA
dimiliki oleh para siswa. e) Percobaan merupakan suatu strategi pembelajaran
pengujian disusun untuk membuktikan dimana menggabungkan suatu pendekatan
dugaan sementara dari masalah yang telah yang dapat memunculkan kemampuan
dirumuskan. f) Penyusunan konsep, penemuan, penguasaan dan penerapan
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh konsep fisika siswa dengan metode
dari percobaan, siswa secara bersama-sama eksperimen, sehingga dapat meningkatkan
diajak untuk menyusun konsep. g) Mencatat penguasaan konsep Fisika. Mayariasari (2008
pelajaran merupakan bagian yang tidak kalah : 98) dalam penelitiannya yang berjudul
penting bagi siswa karena dengan catatan Keterkaitan antar Konsep secara Matematis
yang baik, siswa dapat belajar di rumah dengan kemampuan Memecahkan Masalah
dengan baik pula. h) Penerapan konsep, Fisika Pada Pokok bahasan Kinematika dan
Kemampuan siswa menerapkan konsep dinamika Gerak Lurus untuk Siswa Kelas X
dalam situasi lain merupakan salah satu semester 1 SMAN I Wonosari menyatakan
bentuk evaluasi dari keberhasilan proses bahwa siswa harus memiliki konsep yang
pembelajaran yang memberikan indikasi benar untuk memecahkan masalah fisika.
bahwa siswa telah memahami konsep secara Pada penelitian tersebut juga diungkapkan
komprehensif. bahwa kunci pokok proses belajar
Dari kajian teori tentang langkah- pemahaman konsep adalah pemahaman,
langkah pada Pembelajaran dengan SEA penguasaan, dan kemantapan konsep-konsep
(Starter Experiment Approach), maka salah dalam struktur hubungan. Dari hasil
satu solusi yang dapat membantu siswa penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
dalam upaya meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah fisika harus
pemecahan masalah adalah melalui benar-benar menguasai konsep-konsep dan
visualisasi konsep-konsep fisika yang hubungan antar konsep.
dikemas dalam bentuk model pembelajaran Berdasarkan uraian diatas penulis
dengan Strategi SEA (Starter Experiment merasakan pentingnya menciptakan
Approach). pembelajaran yang dapat meningkatkan
Hasil penelitian yang dilaksanakan kemampuan pemecahan masalah Fisika
Sri Lestari (2015:32), menunjukkan bahwa peserta didik menjadi lebih baik. Oleh karena
kemampuan dalam memecahkan masalah itu penulis melakukan sebuah penelitian yang
berjudul “Strategi SEA (Starter Experiment ini adalah peserta didik kelas X MIPA SMA
Approach) dalam Peningkatan Kemampuan Negeri 1 Yogyakarta, yang terdiri dari 280
Pemecahan Masalah Fisika Peserta Didik peserta didik, sedangkan sampelnya adalah
SMA Negeri 1 Yogyakarta Materi Gerak kelas X-MIPA 8 dengan jumlah 32 peserta
Melingkar” didik. Pengolahan data dalam penelitian ini
Metode yang digunakan dalam dimulai dengan menghitung nilai pre-test dan
penelitian ini adalah penelitian pra- post-test. Selanjutnya, nilai pre-test dan post-
eksperimental. Desain penelitian adalah satu test dianalisis juga menggunakan uji- T one
kelompok dengan pre-test dan post-test. group pre-test dan post-test menggunakan
Dalam penelitian ini, pada pertemuan awal software SPSS-21. Dengan Hipotesis Ho:
siswa diberi soal pre-test berupa tes uraian jika tidak ada peningkatan kemampuan
yang telah dikembangkan dari setiap aspek pemecahan masalah dan Ha: terdapat
indikator kemampuan pemecahan masalah. peningkatan peningkatan kemampuan
Setelah itu, peserta didik memperoleh pemecahan masalah. Dengan kriteria
pembelajaran dengan menggunakan strategi pengambilan keputusan jika sig* > 0,05
SEA (Starter Experiment Approach). maka Ho diterima sedangkan jika sig* < 0,05
Kemudian, aktivitas terakhir adalah peserta maka Ho ditolak. Kemudian, pengaruh
didik diberikan soal post-test. Desain penerapan strategi SEA (Starter Experiment
penelitian ditunjukkan pada Gambar 1 Approach) yang diajarkan terhadap
sebagai berikut. kemampuan pemecahan masalah peserta
didik yang ditentukan dengan menggunakan
Q Pre- X Q Post- analisis keuntungan yang dinormalisasi.
Test Perlakuan Test
Perkembangan sebelum dan sesudah
pembelajaran strategi SEA (Starter
Gambar .1. Desain penelitian satu kelompok
Experiment Approach) pada materi gerak
pre-test dan post-test
melingkar dihitung dengan menggunakan
persamaan gain normal < g> sebagai berikut:
Nilai Posttest−Nilai Pretest
N=
Nilai Maksimal−Nilai Pretest
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN Dengan kriteria gain dinormalisasi yang
disusun oleh Hake dapat dilihat pada tabel 1.
Pada penelitian ini data yang
diperoleh adalah data kuantitatif hasil pre-test Gain normal (g) Kriteria
dan post-test dalam bentuk skor tes uraian. (<g>) ≥ 0.7 Tinggi
0.3 < (<g>) < 0.7 Sedang
Dengan instrument penelitian divalidasi oleh (<g>) < 0.3 Rendah
dua guru Fisika SMA Negeri 1 Yogyakarta
dengan hasil validasi bahwa instrument yang Data hasil test kemampuan
digunakan valid. Populasi dalam penelitian pemecahan masalah peserta didik pada
materi gerak melingkar yang telah diperoleh Aspek KPS Pre- Pos- N- Kategori
Test Test Gain
dianalisis mengguanakan gain untuk melihat memahami Sedang
72,92 84,21 0,42
masalah
selisih nilai post-test dan pre-test. Kemudian
mendiskripsikan Sedang
63,58 77,71 0,39
untuk mengetahui peningkatannya KPS masalah
merancang Tinggi
digunakan rumus N-gain dan nilai signifikan 53,76 86,33 0,70
solusi masalah
digunakan uji-T one group pre-test dan post- menguji solusi Sedang
51,62 82,08 0,63
masalah
test dengan menggunakan SPSS 21. Rata-rata mengevaluasi Sedang
48,74 69,13 0,40
solusi masalah
nilai pretest, posttest, dan nilai sig*, gain, dan
N-gain dapat dilihat pada tabel 2.
Hasil perkembangan rata-rata pre-
test dan pos-test pada setiap aspek
Tabel.2. Rata-rata Nilai Pretest, Postest,
Rata-rata Sig*, Gain, N-gain Kategori kemampuan pemecahan masalah dapat

RATA-RATA
dilihat pada gambar.2 di bawah ini.
N Pretes Postes Sig* Gain N-gain Kat
3
60,78 76,28 0,00 15,50 0,67 Sedang
2
*Level signifikan 0,05
Berdasarkan Tabel 2, jika
diperhatikan terlihat hasil tes kemampuan
pemecahan masalah fisika peserta didik pada
materi gerak melingkar memiliki rata-rata
post-test 8sebesar 76,29 dengan nilai sig*
0,00. Dikarenakan angka sig* yaitu
0,00<0,05, maka hipotesis Ho secara
otomatis ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Gambar .2. Grafik perkembangan rata-
rata pre-test dan post-test pada setiap
nilai rata-rata post-test kemampuan
aspek kemampuan pemecahan masalah.
pemecahan masalah fisika meningkat secara
signifikan diatas nilai pre-test sebesar 60,78
dengan skor gain 15,50 dan skor gain
ternormalisasi sebesar 0,67 dengan kategori
sedang.
Kemampuan peserta didik dalam
memecahkan masalah ini ditinjau dari setiap
langkah pemecahan masalah dapat dilihat
dalam pada Tabel 3.
Gambar .3. Grafik perkembangan N-gain
pada setiap aspek kemampuan pemecahan
Tabel.3. Perkembangan normalisasi gain masalah
pada setiap aspek kemampuan pemecahan
masalah
Perkembangan kemampuan peserta
Rata-rata skor didik dalam memecahkan masalah ini
ditinjau dari setiap aspek pemecahan masalah Untuk aspek menguji solusi masalah (execute
dapat dilihat dalam tabel 3. Pada aspek the solution) terdapat kenaikan nilai rata-rata
memahami masalah (focus the problem) pre-test dan post-test dengan skor N-Gain
terdapat kenaikan nilai rata-rata pre-test dan (<g>) pada 0,63 dengan kategori sedang.
post-test dengan skor N-Gain (<g>) pada Dalam aspek ini peserta didik diharapkan
0,42 dengan kategori sedang. Pada aspek ini mampu mengambil dan menganalisis data
menjadi acuan terpenting dalam kegiatan yang berkaitan dengan masalah yang
pemecahan masalah. Dari hasil penelitian, dimiliki. Pelaksanaan aspek ini seharusnya
diperoleh bahwa sebagian besar peserta didik mengacu pada indikator sebelumnya. Dengan
telah mampu merumuskan masalah dengan kata lain, jika peserta didik mampu
tepat dengan format penulisan yang sesuai melaksanakan indikator sebelumnya dengan
dengan indikator. Pada aspek tepat, maka seharusnya mampu
mendeskripsikan masalah (describe the mengeksekusi indikator ini dengan tepat
problem) diukur melalui kemampuan pula.
menentukan variabel masalah dan menyusun Berdasarkan hasil pengamatan yang
hipotesis terdapat kenaikan nilai rata-rata dilakukan selama pembelajaran, peserta didik
pre-test dan post-test dengan skor N-Gain telah memahami bagaimana memproses dan
(<g>) pada 0,39 dengan kategori sedang. menginterpretasikan data, baik dari tabel ke
Pada aspek ini peserta didik dituntut untuk grafik, serta cara mengamati suatu hubungan
memahami bagaimana teori dan konsep dari antar variable, menarik kesimpulan sebagai
masalah tersebut. Dari hasil penelitian jawaban dari rumusan masalah, dan sebagai
diperoleh bahwa peserta didik mayoritas kesimpulan dari hasil penyelidikan masalah.
benar pada penulisan hipotesis. Mereka telah Hal ini disebabkan karena strategi
mampu menuliskan hipotesis yang sesuai pembelajaran yang diterapkan adalah SEA
dengan rumusan masalah. Beberapa peserta (Starter Experiment Approach) yang lebih
didik benar menuliskan hipotesis namun menekankan pada keterampilan proses dalam
hanya berdasar pada teori yang mereka pembelajarannya. Kegiatan belajar mengajar
pahami mengingat mereka tidak mampu (KBM) dengan SEA (Starter Experiment
menyusun rumusan masalah yang tepat. Pada Approach) dilakukan dengan percobaan.
aspek merancang solusi masalah (plan the yang mengetengahkan alam lingkungan
solution) terdapat kenaikan nilai rata-rata sebagai penyulut (starter) selanjutnya,
pre-test dan post-test dengan skor N-Gain pembelajaran dilakukan dengan
(<g>) pada 0,70 dengan kategori tinggi. Pada memperaktekan prinsip-prinsip metode
aspek ini menuntut peserta didik agar mampu ilmiah meliputi pengamatan, dugaan, desain
merancang langkah kerja penyelidikan percobaan, eksperimen dan laporan hasil
mengacu pada alat, bahan yang tersedia dan penelitian. Pembelajaran ini sesuai dengan
variabel serta konsep masalah yang dimiliki. pembelajaran Starter Experiment Approach
(SEA) yang ditetapkan Schoenher (1996: 98). Pendekatan Generik Metode Iqra’ Dalam
Pembelajaran Fisika Di SMU
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
Muhammadiyah 2 Yogyakarta Kelas X
menunjukkan bahwa penerapan strategi SEA Tahun Ajaran 2008/2009.Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
(Starter Experiment Approach) pada
pembelajaran Fisika dapat meningkatkan Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bumi
kemampuan pemecahan masalah fisika
Aksara: Jakarta.
peserta didik.
Benny S. Brotosiswoyo.2000. Pembelajaran
MIPA diperguruan Tinggi Jakarta:
KESIMPULAN Direktorat Jenderal
Berdasarkan hasil penelitian yang
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta
penerapan strategi SEA (Starter Experiment
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar
Approach) pada pembelajaran Fisika materi Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta
gerak melingkar untuk peserta didik SMA
Kustijono R.2011. Implementasi Student
mampu meningkatkan kemampuan Centered Learning Dalam Praktikum Fisika
Dasar. Jurnal Penelitian Fisika dan
pemecahan masalah Fisika peserta didik
Aplikasinya Vol 1 No. 2.
secara signifikan dengan skor gain normal
Lestari, Sri. 2015. Meningkatkan
yang dinormalisasi pada materi gerak
Penguasaan Konsep Fisika Dengan
melingkar yang dipelajari. Peningkatan Melibatkan Kemampuan Analisis Sintesis,
Kemampuan Numerik Siswa Melalui
kemampuan pemecahan masalah peserta
Pembelajaran Dengan Pendekatan Starter
didik dapat ditemukan di setiap aspek dengan Eksperiment Approach (SEA). Tesis.
Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan
peningkatan tertinggi pada aspek merancang
solusi, sedangkan peningkatan terendah Marda Nurhayati.2008. Penerapan
Penyelesaian Soal-Soal Uraian Dalam
terdapat pada aspek mendiskripsikan
Program Pengayaan dan Perbaikan untuk
masalah. Dengan demikian, penerapan Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika
Materi Optika Kelas VIII SMP NEGERI 3
strategi dapat SEA (Starter Experiment
KLATEN. Skripsi.Yogyakarta: FMIPA
Approach) dalam pembelajaran dapat Universitas Negeri Yogyakarta
digunakan sebagai alternatif untuk
Muthmainnah, Nurul.2018. Analisis
meningkatkan kemampuan pemecahan Kemampuan Memecahkan Masalah Fisika
Melalui Kegiatan Praktikum Pada Peserta
masalah peserta didik.
Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 10
Makassar. Jurnal Sains dan Pendidikan
Fisika. Universitas Negeri Makasar
DAFTAR PUSTAKA
Anderson L.W. dan Krathwol D.R. 2010. Ruwanto, Bambang.2006. Asas-Asas Fisika
Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, 2A. Yogyakarta.Yudhistira
Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi
Pendidikan Bloom. Yogyakarta: PUSTAKA Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran
PELAJAR Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Prenada Media: Jakarta
Arinal Muna.2009. Perbedaan Peningkatan
prestasi belajar Siswa Dengan menggunakan
Supriadi. 2010. Teknologi Pembelajaran
Fisika. FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta: Yogyakarta.

Susilo, Herawati. Dkk. 2009. Penelitian


Tindakan Kelas Sebagai Sarana
Pengembangan Keprofesionalan Guru dan
Calon Guru. Bayumedia: Malang.

Suparwoto,2001. Pengembangan alat


Evaluasi Hasil Belajar Siswa. Makalah.
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

Taale KD. 2011. Improving Physics Problem


Solving Skills of Students of Somanya Senior
High Secondary Technical School in the Yilo
Krobo District of Eastern Region of Ghana.
Journal of Education and Practice ISSN
2222-1735 (Paper) ISSN 2222-288X
(Online) Vol 2, No 6. Department of Physics
Education University of Education, Winneba

Tipler, Paul. 1998. Fisika untuk Sains dan


Teknik. Erlangga: Jakarta.

Young, Hugh D. dan Freedman, Roger A.


2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh
Jilid 1. Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai