Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERBIMBING

BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA

MATERI HUKUM NEWTON DI SMA NEGERI 1 MAUMERE

TAHUN AJARAN 2017/2018

PROPOSAL

YUVENSIA GOBA

NIM: 082 140 014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA NIPA

MAUMERE

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi

sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

belajar mereka. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “Pendidiklan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa” (Trianto, 2010). Cita-cita

luhur bangsa Indonesia yang secara tegas dinyatakan dalam pembukaan undang-undang

dasar 1945 alinea ke-4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan pembentukan manusia

Indonesia seutuhnya. Menyadari betapa pentingnya peranan pendidikan dalam

mencerdaskan bangsa, maka bidang pendidikan mendapat prioritas utama dalam program

yang dikembangkan, sehingga untuk merealisasikan cita-cita luhur tersebut pihak

pemerintah telah melaksanakan berbagai upaya antara lain pembangunan gedung sekolah

lengkap dengan perabotanya dan pengangkatan tenaga guru serta pengadaan buku-buku

pelajaran. Semuanya ini dilakukan demi terwujudnya cita-cita luhur yang dimaksud

yakni menjadi manusia Indonesia yang cerdas dan berkualitas.

Untuk melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga pendidikan

(guru) sampai pada usaha peningkatan mutu tenaga pendidik. Dengan demikian, kualitas

pendidikan perlu ditingkatakan karena mengingat dengan kemajuan dalam bidang

IPTEK dan kemajuan IPTEK yang dialami seiring dengan bertambahnya permasalahan

yang kita hadapi setiap hari. Untuk itu, harus memenfaatkan IPTEK yang telah ada untuk

memecahkan masalah-masalah yang timbul.


Permasalahan yang terjadi atau yang dihadapi setiap hari tidak terlepas dari jasa

perkembangan ilmu ilmu eksakta, khususnya dalam bidang fisika. Karena fisika

mempunyai peranan penting dalam perkembangan IPTEK maka setiap individu

diberikan kebebasan untuk mempelajari fisika. Kemampuan dan kesiapan siswa untuk

mengikuti pelajaran fisika harus mampu ditunjukan lewat sikap, minat serta motivasi

yang tumbuh dalam diri siswa itu sendiri.

Tujuan pengajaran fisika di SMA yang tertuang dalam GBPP 1994 adalah “agar

siswa menguasai konsep-konsep Fisika dan saling keterkaitannya serta mampu

menggunakan metode ilmiah yang dilandasi dengan sikap ilmiah untuk memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang

Maha Esa” (Depdiknas, 2003). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

pengajaran Fisika di SMA berfungsi untuk memberikan pengetahuan dasar kepada siswa

dan melatih siswa untuk melakukan penelitian sesuai proses/metode ilmiah baik didalam

laboratorium maupun di alam sekitar kehidupan siswa. Selain itu siswa diharapkan

mampu mengembangkan pengetahuan dasar tersebut sehingga akan terbentuk sikap

ilmiah dalam diri siswa yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat

digunakan untuk mengembangkan daya kreasi dan inovasi yang dimiliki siswa sejalan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi seperti sekarang

ini.

Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan suatu pokok bahasan

disebabkan pada saat proses belajar mengajar guru kurang membangkitakan perhatian

dan aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Proses pembelajaran khususnya

pembelajaran fisika akan lebih efektif dan bermakna apabila siswa berpartisipasi aktif,

dengan kata lain diperlukan model pembelajaranr yang tepat sehingga dapat membuat

siswa lebih aktif. Untuk itu sebelum tampil kedepan kelas guru harus sudah
mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan tersebut antara lain kondisi

ruang kelas, materi yang diajarkan, model pembelajaran dan sebagainya. Berbagai usaha

yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran fisika tersebut ternyata

belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Secara umum, siswa memandang

pelajaran fisika sebagai pelajaran yang tidak menarik, tidak menyenangkan, dan bahkan

dibenci. Rendahnya minat siswa terhadap pelajaran fisika berdampak pada rendahnya

hasil belajar mereka.

Berdasarkan hasil observasi melalui wawancara dengan guru fisika di SMA Negeri 1

Maumere hasil belajar siswa kelas X sangat bervariasi, ada yang baik, sedang dan juga

ada yang tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Maksimal) dengan KKMnya 75.

Rendahnnya hasil belajar tersebut diakibatkan karena kurangnya pengetahuan terhadap

konsep dasar matematika yang berkaitan dengan persoalan fisika, kurangnya minat dan

kemauan untuk belajar secara mandiri serta faktor luar yang mempengaruhi siswa dalam

mengikuti pelajaran dikelas seperti ketidakdisiplinan siswa dalam lingkungan sekolah

khususnya dikelas dan kemampuan berpikir kritis siswa yang sangat rendah dalam

menganalisis soal sehingga siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal fisika pada saat

evaluasi.

Guru dalam mempersiapkan pelaksanaan pembelajaran dituntut harus mampu

membuat pembelajaran yang menarik salah satunya dalam hal metode maupun model

pembelajaran yang akan digunakan pada materi hukum newton tentang gravitasi. Karena

selama ini masih menganut pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang

berpusat pada guru dan selama itu pula kemampuan peserta didik untuk aktif dalam

proses pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak tampak. Salah satu model

pembelajaran yang dapat membuat pembelajaran lebih menarik yaitu pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen.


Dimana inkuiri merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas dan

pemberian pengalaman belajar secara langsung pada peserta didik. Pembelajaran inquiri

terbimbing berbasis eksperimen ini akan membawa dampak belajar bagi perkembangan

mental positif peserta didik, sebab melalui pembelajaran ini, peserta didik mempunyai

kesempatan yang luas untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang dibutuhkannya

terutama dalam pembelajaran yang bersifat abstrak.

Melalui model pembelajaran ini, peserta didik dapat terlibat aktif dalam kegiatan

yang bersifat ilmiah. Dalam hal ini peserta didik dapat memperoleh kesempatan untuk

mengamati, menanyakan, menjelaskan, merancang dan menguji hipotesis yang dilakukan

dapat melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analisis dan dapat merumuskan sendiri

penemuannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut dengan

judul “PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING TERHADAP FISIKA SISWA PADA MATERI HUKUM

NEWTON“.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, masalah utama dalam penulisan ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis

eksperimen dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada hukum newton

2. Apakah model pembelajaran inkuirí terbimbing berbasis eksperimen dapat

mempengaruhi hasil belajar fisika siswa pada materi hokum newton?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing

berbasis eksperimen dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hukum

newton

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran Inkuiri terbimbing

berbasis eksperimen pada materi hukum newton terhadap peningkatkan hasil belajar

siswa

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah/Pendidikan Pada Umumnya

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai

bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan disetiap sekolah,

khususnya pada mata pelajaran eksata lebih khususnya lagi mata pelajaran IPA

fisika.

2. Bagi Guru

Dapat menciptakan kreatifitas dan memperkaya wawasan dalam memilih dan

menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran.

3. Bagi Siswa

a. Memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir, bertanya serta menemukan

hasilnya sendiri.

b. Menumbuhkan sikap mandiri dan sikap keaktifan yang tinggi dalam proses

pembelajaran.

4. Bagi Peneliti
a. Memperkaya wawasan penyajian materi dengan menggunakan model

pembelajaran inquiri terbimbing berbasis eksperimen

b. Sebagai salah satu bahan referensi, sebelum peneliti nantinya menjadi seorang

guru, sehingga guru dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang

tepat sesuai dengan materi yang diajarkannya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

a. Pengertian model pembelajaran

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar Peserta didik

di dalam kelas. Salah satunya adalah model pembelajaran yang telah banyak

dicetuskan oleh para ahli. Menurut Joyce (2015) : Model pembelajaran adalah

suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk

menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,

film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancangan

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar Soekamto, dkk (2015). Model pembelajaran adalah suatu rencana atau

pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran

jangka panjang), merancang bahan bahan pembelajaran, dan membimbing

pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce & Weil , 2013).

b. Model Pembelajaran Inkuiri

1. Pengertian model pembelajaran inkuiri

Menurut Kuhlthau dalam Dwi, dkk (2012) Menyampaikan bahwa inkuiri

adalah pendekatan pembelajaran dimana peserta didik mencari menggunakan


macam-macam sunber informasi dan gagasan untuk meningkatkan

pemahaman mereka terhadap masalah, topik, dan isu. Lebih lanjut Sudrajat

dalam Nita (2014) mengatakan bahwa: pembelajaran inkuiri merupakan

pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda., manusia, atau peristiwa)

secara sistematis, kritis, logis, analitis sehinga dapat merumuskan sendiri

penemuanya dengan percaya diri. Pembelajaran menggunakan inkuiri pertama

kali dikembangkan oleh Richard Suchman yang menginginkan agar siswa

bertanya mengapa suatu peristiwa, kemudian siswa melakukan kegiatan,

mengumpulkan dan menganalisis data sampai akhirnya siswa dapat

menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Pembelajaran inkuiri

merupakan rangkaian pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir

kritis dan analitis untuk menemukan jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan.

Menurut Rizal (2014) mengatakan juga bahwa Proses pembelajaran

inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman

belajar yang nyata dan aktif sehingga siswa terlatih dalam memecahkan

masalah sekaligus membuat keputusan.

Menarik kesimpulan dari pernyataan di atas bahwa, ciri pada pembelajaran

inkuiri yaitu menekankan kepada aktifitas Peserta didik secara maksimal untuk

mencari dan menemukan informasi, aktifitas yang dilakukan oleh seluruh

Peserta didik diarahkan mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu

yang di pertanyakan sehingga menumbulkan percaya diri terhadap diri Peserta

didik, dan pembelajaran inquiri ini mengembangkan kemampuan Peserta didik

untuk berpikir secar sistematis, logis dan kritis.


2. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran inkuiri:

Pembelajaran inkuiri banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan

antara lain:

a) Menekankan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang

b) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai

dengan gaya belajarnya

c) Sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yaitu belajar

merupakan proses perubahan tingkah laku karena adanya pengalaman.

Disamping kelebihannya, model pembelajaran inkuiri juga memiliki

beberapa kekurangan seperti:

a) Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan

kebiasaan peserta didik dalam belajar

b) Memerlukan waktu yang panjang dalam mengimplementasikannya

(Hosnan, 2014).

3. Macam-macam pembelajaran inkuiri

Pemelajaran inkuiri dapat dibedakan menjadi, inkuiri terbimbing

(guided inquiry), inkuiri yang dimodifikasi (modified inqury), inkuiri bebas

(free inquiry), mengundang ke dalam inkuiri (invitation into inquiry),

inkuiri pendekatan peranan (inquiry role approach), teka-teki bergambar

(pictorial riddle) pembelajran sinektig (synectics lesson) dan kejelasan nilai-

nilai (value clarification).

c. Model pembelajaran inkuiri terbimbing

1. Pengertian model pembelajaran inkuiri terbimbing

Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang

dapat melatih keterampilan siswa dalam melaksanakan proses investigasi


untuk mengumpulkan data berupa fakta dan memproses fakta tersebut

sehingga siswa mampu membangun kesimpulan secara mandiri guna

menjawab pertanyaan atau permasalahan yang diajukan oleh guru (teacher-

proposed research question) (Bell dan Smetana dalam Maguire dan Lindsay,

2010).

Pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) adalah model

pembelajaran yang dalam pelaksanaannya guru memberikan atau menyediakan

petunjuk/bimbingan yang luas terhadap Peserta didik pada model

pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) ini guru telah memberikan

petunjuk petunjuk mengenai materi yang akan diajarkan kepada Peserta didik

seperlunya. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan agar Peserta didik

mampu menemukan atau mencari informasi sendiri mengenai pertanyaan

tersebut ataupun tindakan-tindakan yang diberikan guru yang harus dilakukan

untuk memecahkan permasalahan. Pengerjaan ini dapat dilakukan secra sendiri

maupun kelompok. Menurut Tangkas (2012) lebih lanjut mengatakan bahwa:

Tujuan umum dari model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)

adalah membantu Peserta didik mengembangkan keterampilan intelektual dan

keterampilan keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan

menemukan (mencari) jawaban yang berasal dari keingintahuan mereka.

Pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) memiliki 6 karakteristik

yaitu:

a) Peserta didik belajar dengan aktif dan memikirkan sesuatu berdasarkan

pengalaman

b) Peserta didik belajar dengan aktif membangun apa yang telah diketahuinya

c) Peserta didik mengembangkan daya pikir yang lebih tinggi melalui


pentunjuk atau bimbingan pada proses belajar

d) Perkembangan Peserta didik terjadi pada serangkaian tahap,

e) Peserta didik memiliki cara belajar yang berbeda satu sama lainnya

f) Peserta didik belajar melalui interaksi sosial dengan lainnya.

Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided Inquiry) ini, guru

memberikan petunjuk-petunjuk kepada peserta didik seperlunya. Petunjuk

tersebut dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar peserta

didik mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus

dilakukan untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Pengerjaannya

dapat dilakukan sendiri atau dapat diatur secara kelompok.

2. Ciri utama pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Pelaksanaan penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided

Inquiry) mempunyai ciri utama dalam menjalankan proses pembelajaran pada

peserta didik antara lain sebagai berikut:

a) Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal

mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan peserta

didik sebagai subjek belajar

b) Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik, peserta didik diarahkan

untuk mencari dan menemukan sendiridari suatu yang dipertanyakan,

sehingga diharapkan dapat membunuh sikap percaya diri.

c) Tujuan dan penggunan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing

(Guided Inquiry), adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai

bagian dari mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri peserta didik

tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi peserta didik

dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.


3. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)

Menurut Nuryani dalam Dessy (2014, h. 30) lebih lanjut mengatakan

bahwa pada inkuiri terbimbing guru membimbing peserta didik melakukan

kegiatan dengan memberi pertanyan awal dan mengarahkan pada suatu

diskusi. Kemudian guru mengemukakan masalah, memberi pengarahan

mengenai pemecahan, dan membimbing peserta didik dalam mencatat data.

Adapun tahapan/sintaks dari pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry)

sebagai berikut:

Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing

Fase ke Indikator Kegiatan guru

1 Perumusan  Guru membimbing peserta didik

masalah mengidentifkasi masalah dan dituliskan

dipapan tulis

 Guru membagi peserta didik kedalam

beberapa kelompok

2 Membuat  Guru meminta Peserta didik untuk

hipotesis mengajukan jawaban semntara tentang

masalah itu.

 Guru membimbing Peserta didik dalam

menentukan hipotesis.

3 Merancang  Guru memberikan kesempatan pada

percobaan Peserta didik untuk menentukan langkah-

langkah yang sesuai dengan hipotesis yang

akan dilakukan.

 Guru membimbing Peserta didik dalam


menentukan langkah langkah percobaan.

4 Melakukan  Guru membimbing Peserta didik

percobaan untuk mendapatkan data melalui percobaan dan

mengolah data pegamatan langsung

5 Mengumpulkan  Guru memberikan kesempatan kepada tiap

data dan kelompok untuk menuliskan percobaan ke

menganalisis dalam seuah media pembelajaran dan

data menyampaikan hasil pengelolaan data

yang terkumpul

6 Membuat  Guru membimbing Peserta didik dalam

kesimpulan membuat kesimpulan berdasarkan data

yang telah diperoleh.

Sumber: (Tangkas , 2012, h.13 )

Diantara model-model inkuiri yang lebih cocok untuk siswa adalah inkuiri

terbimbing. Dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau

gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data, untuk ditarik

kesimpulan. Pada inkuiri terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi

informasi dan siswasebagai penerima informasi, tetapi guru membuat rencana

pembelajaran atau langkah-langkah percobaan. Siswa melakukan percobaan atau

penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru.

2.1.2. Model Pembelajaran Konvensional

1. Pengertian model pembelajaran konvensional

Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak

digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional.Pembelajaran

konvensional adalah suatu konsep belajar yang digunakan guru dalam membahas
suatu pokok materi yang telah biasa digunakan dalam proses pembelajaran.

Menurut Ahmadi (dalam Widiantari, 2012:24) “model pembelajaran konvensional

menyandarkan pada hafalan belaka, penyampain informasi lebih banyak dilakukan

oleh guru, siswa secara pasif menerima informasi, pembelajaran sangat abstrak dan

teoritis serta tidak bersadar pada realitas kehidupan, memberikan hanya tumpukan

beragam informasi kepada siswa, cenderung fokus pada bidang tertentu, waktu

belajar siswa sebagaian besar digunakan untuk mengerjakan buku tugas,

mendengar ceramah guru, dan mengisi latihan (kerja individual)”. Sedangkan

menurut Santyasa (dalam Widiantari, 2012) model pembelajaran konvensional

adalah “pembelajaran yang lazim atau sudah biasa diterapkan, seperti kegiatan

sehari-hari di kelas oleh guru.

Pembelajaran konvensional masih dilaksanakan atas asumsi bahwa suatu

pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa. Metode

pengajaran secara konvensional selama ini lebih ditekankan pada tugas guru untuk

memberikan intruksi atau ceramah selama proses pembelajaran berlangsung,

sementara itu siswa hanya menerima pembelajaran secara pasif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, bahwa pembelajaran konvensional adalah

pembelajaran yang sudah biasa dilakukan oleh guru di kelas, pembelajaran

berlangsung terpusat pada guru sebagai pusat informasi, dan siswa hanya

menerima materi secara pasif.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Konvensional

Menurut Kholik (2011) ciri-ciri pembelajaran konvensional, sebagai berikut:

1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima

pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari

informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.


2. Belajar secara individual.

3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis.

4. Perilaku dibangun atas kebiasaan.

5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final.

6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik.

8. Interaksi di antara siswa kurang.

9. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar.

3. Langkah-langkah pembelajaran konvensional

Menurut syahrul (2013), langkah-langkah pembelajaran konvensional

sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin

dicapai pada pelajaran tersebut.

2. Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa secara tahap

demi tahap dengan metode ceramah.

3. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Guru mengecek

keberhasilan siswa dan memberikan umpan balik.

4. Memberikan kesempatan latihan lanjutan-Guru memberikan tugas tambahan

untuk dikerjakan di rumah.

4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Konvensional

Menurut Kholik (2011) kelebihan pembelajaran konvensional adalah:

1. Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain.

2. Menyampaikan informasi dengan cepat.Membangkitkan minat akan informasi.

3. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan.


4. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan kekurangan pembelajaran konvensional adalah:

1. Tidak semua siswa memiliki cara belajar dengan mendengarkan.

2. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa

yang dipelajari.

3. Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu.

4. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

5. Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.

2.1.4. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah apa yang di peroleh peserta didik setelah melakukan

aktifitas belajar. Menurut Syamsuduha. St dan Muh. Rapi (2012, h.21) lebih lanjut

mengatakan mengenai hasil belajar sebagai berikut:

Hasil belajar dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan Peserta didik yang

berkaiatan dengan aspek–aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar

Peserta didik dalam bidang studi tertentu dapat diketahui dengan melakukan

pengukuran yang dikenal dengan istilah pengukuran hasil belajar. Pengukuran hasil

belajar ialah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauhmana tujuan

intruksional dapat dicapai oleh Peserta didik setelah menampilkan proses belajar

mengajar. Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan di atas,

maka dapat dipahami bahwa hasil belajar adalah ukuran yang menyatakan seberapa

jauh tujuan pembelajaran yang telah dicapai.

Hasil belajar Peserta didik pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

dari tahu menjadi tidak tahu, seperti telah dijelaskan dimuka. Tingkah laku sebagai

hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan

psikomotor (Sudjana, 2014 h.3).


Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat dilihat dari perilakunya baik

perilaku dalam aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek keterampilan. Menurut

Suryabrata (dalam St. Syamsudduha dam Muh. Rapi, 2012, h.21) faktor – faktor

yang mempengaruhi hasil belajar di tinjau dari berbagai aspek sebagai berikut :

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari diri individu, baik sebagai

pendidik maupun sebagai peserta didik. Kedua unsur ini sangat berpengaruh

terhadap hasil belajar. Keduanya merupakan unsur yang tak terpisahkan dalam

kegiatan individu. Yang termasuk faktor intenal yaitu spek fisiologi (yang bersifat

jasmani), Aspek psikologis (yang besifat rohani). Yang tergolong faktor eksternal

adalah:

1. Lingkungan sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

masyarakat dan kelompok.

2. Lingkungan non-sosial yang terdiri atas : lingkungan sekolah dan letaknya,

rumah tempat tinggal keluarga Peserta didik dan letaknya, alat–alat belajar.

2.1.5. Hukum Newton

1.1 Kerangka Berpikir

Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran dimana peserta

didik dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran, peserta didik juga mendapatkan

kesempatan untuk meningkatkan wawasan dan mengembangkan konsep-konsep

yang mereka temukan sendiri. Dalam penerapannya inkuiri terbimbing menuntut peran
guru dan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas. Peran guru dalam

inkuiri terbimbing yaitu merumuskan masalah atau memberi pertanyaan masalah atau

menyediakan data, dan membimbing dan membantu siswa pada saat percobaan untuk

mengarahkan peserta didik agar peserta didik dapat menemukan sendiri jawaban/konsep

yang dipelajari melalui pertanyaan atau perumusan masalah yang telah diberikan oleh

guru. Selain itu, guru juga berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran inkuiri

yaitu membantu siswa agar peserta didik dapat mengeksplorasi ide ide,

mengembangkan konsep yang mereka dapatkan, serta merangsang keaktifan siswa

dalam mengembangkan dan meningkatkan pula keterampilan dan pengetahuan yang

sudah dipelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Dari dasar pemikiran diatas dapat dituangkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.
Model Pembelajaran inkuiri terbimbing

Guru Peserta didik

 Merumuskan masalah atau  Melakukan percobaan untuk


memberi pertanyaan pada memecahkan masalah
saat percobaan untuk  Mencari jawaban atas
mengarahkan siswa pertanyaan yang telah
 Sebagai pembimbing dan dirumuskan guru
fasilitator

 Siswa aktif pada saat pembelajaran


 Siswa berpartisipasi pada saat pembelajaran
 Siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajari

Hasil Belajar Lebih Baik


1.2 Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang

dirumuskan adalah:

“Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Berpengaruh Positif

Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Materi Hukum Newton Tentang Gravitasi Di

SMA Negeri I Maumere.”


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu. Dimana pada penelitian

eksperimen semu peneliti tidak memiliki keluasan untuk memanipulasi subjek

(Setyosari, P. 2013). Penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen terhadap hasil

belajar fisika pada materi usaha dan energi.

Adapun desain penelitian yang digunakan yaitu pre-test dan post-test control

group desaign dengan pola sebagai berikut

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 O O2

Keterangan:

Eksperimen : Kelas eksperimen diajarkan dengan model pembelajara inkuri

terbimbing

Control : Kelas kontrol diajarkan dengan model pembelajaran konvensional

O1 : Tes kemampuan awal

O2 : Tes kemampuan akhir

X : Perlakuan kelas eksperimen

O : Perlakuan kelas eksperimen


3.2 Defenisi Operasional Variabel

1. Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kutikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan

bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce

& Weil , 2013).

2. Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang melibatkan secara

maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda.,

manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehinga dapat

merumuskan sendiri penemuanya dengan percaya diri (Sudrajat dalam Nita, 2014)

3. Model pembelajaran konvensional merupakan model tradisional, dimana pada model

pembelajaran konvensional pendidik akan memulai pembelajaran dengan tujuan

pembelajaran dan memberikan materi pembelajaran kepada peserta didik (Jacobson,

Eggen, & Kauchak (2009)

4. Hasil belajar Peserta didik pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dari tahu

menjadi tidak tahu. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas

mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor (Sudjana, 2014 h.3).

3.3 Variabel Penelitian

1. Variabel terikat (Dependen)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2010). Variabel dependen atau variable terikat dalam

penelitian ini adalah hasil belajar.

2. Variabel bebas (independen)

Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2010). Variabel

independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam

penelitian adalah seluruh siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Maumere

Sampel adalah bagian dari karateristik yang dimiliki oleh populasi yang diteliti

tersebut (Sugiyono, 2011). Kelas atau sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi

kelas X MIA1 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X MIA2 sebagai kelas kontrol.

3.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang direncanakan dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1

Maumere.

2. Waktu pelaksanaan penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada semester II tahun ajaran

2017/2018.

3.6 Data dan sumber data

Untuk keperluan ini data diperoleh dari sumber data primer dan sumber data

sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan data tes, sedangkan data sekunder

diperoleh dengan menggunakan data dokumentasi.

3.7 Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh data sebagai bahan penelitian maka peneliti membagi dua

kelas yaitu kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran

inkuiri terbimbing dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran


konvensional. Setelah memberikan pelajaran kedua kelas tersebut diberi tes (post–test)

berupa tes objektif untuk memperoleh data.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Yang dilakukan pada tahap ini adalah menyiapkan semua hal yang dibutuhkan dalam

menjalankan penelitian.

Hal-hal yang dibutuhkan dalam menjalankan penelitian diantaranya:

1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dan LKS yang sesuai dengan materi pembelajaran yang

diajarkan.

2. Menyusun soal–soal test awal yang berkaitan dengan materi yang diajarkan

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan akan dilakukan beberapa kegiatan yaitu:

a. Memberikan test awal.

b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) pada materi hukum newton dan

perpindahan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada

kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol serta

memberikan test akhir.

3. Tahap Akhir

Analisis data

3.9 Uji Instrumen Penelitian

Instrumen sangat penting dalam sebuah penelitian. Sebuah instrumen harus

memenuhi dua syarat yakni, valid dan reliabel. Valid artinya instrumen tersebut dapat

mengukur apa yang hendak diukur. Reliabel artinya sebuah instrumen dapat digunakan
untuk mengukur berkali-kali dan data yang dihasilkan harus konsisten. Menurut

Sugiyono (2015), instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk

mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

1. Validitas Instrumen

Sugiyono (2015) menjelaskan instrumen yang valid berarti alat ukur yang

digunakan dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas

yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Untuk mendapatkan

validitas isi maka instrumen dikonsultasikan kepada para ahli untuk diperiksa dan

evaluasi secara sistematis apakah instrument tersebut telah mewakili apa yang

diukur, ahli yang dimaksud adalah dosen validator dan guru mata pelajaran.

Kemudian peneliti melakukan revisi berdasarkan masukan validator.

Salah satu statistik yang menunjukkan validitas isi aitem adalah

sebagaimana yang diusulkan oleh Aiken. Aiken telah merumuskan formula Aiken’s

V untuk menghitung content validity coeficient yang didasarkan pada hasil penilaian

dari panel ahli sebanyak n orang terhadap suatu aitem dari segi sejauh mana aitem

tersebut mewakili konstrak yang diukur. Dalam hal ini, mewakili konstrak yang

diukur berarti aitem yang bersangkutan adalah relevan dengan indicator

keperilakuannya. Statistik Aiken’s V dirumuskan sebagai: (Saifudin, 2016)

∑𝑠
𝑉= [𝑛(𝑐−1)]

dengan,

𝑠 = 𝑟 − 𝑙𝑜

𝑙𝑜 = angka penilaian validitas yang terendah

𝑐 = angka penilaian validitas yang tertinggi

𝑟 = angka yang diberikan oleh seorang penilai

2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas merupakan gambaran bahwa suatu instrumen dapat dipercaya

untuk digunakan untuk proses pengumpulan data. Instrumen dikatakan reliabel

apabila setiap kali mengukur dengan instrumen tersebut hasilnya akan tetap dan

konsisten. Untuk mengukur reliabilitas digunakan rumus sebagai berikut: (Arikunto,

2012)

𝑘 ∑ 𝜎𝑖2
𝑟11 = [𝑘−1] [1 − ]
𝜎𝑡2

Keterangan:

𝑟11= reliabilitas instrument

𝑘 = banyaknya butir soal

∑ 𝜎𝑖2 = jumlah varians skor butir ke-i, i = 1, 2, 3, …, n

𝜎𝑡2 = varians total

Untuk mengetahui reliabilitas butir soal dapat menggunakan bantuan

program ITEMAN. Tingkatan reliabilitas dihitung dengan teknik Alpha Cronbach,

diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai dengan skala 1.

3. Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal

Suatu soal dikatakan dalam kategori baik apabila soal tersebut tidak terlalu

mudah atau tidak terlalu sulit. Tingkat kesukaran butir soal ditentukan dengan

persamaan berikut: (Mundilarto, 2012)


𝐵
𝑃= 𝑇

dengan,

𝑃 = tingkat kesukaran butir soal

𝐵 = jumlah peserta tes yang menjawab benar

𝑇 = jumlah seluruh peserta tes


Tingkat kesukaran (P) memiliki rentang antara 0 sampai 1. Tingkat kesukaran butir

soal dikategorikan menjadi tiga kelompok seperti pada table dibawah :

Tabel Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat Kesukaran Butir Soal Kategori Soal

P > 0,70 Mudah

0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

0,30 < P Sukar

(Mundilarto, 2012).

Pengujian tingkat kesukaran butir soal dalam penelitian ini menggunakan bantuan

program ITEMAN 3.00. Berdasarkan pengujian tingkat kesukaran butir soal dengan

program ITEMAN 3.00 dapat dilihat pada Prop. Correct.

Daya beda butir soal berfungsi untuk menentukan dapat tidaknya suatu

butir soal membedakan kelompok peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan

kelompok peserta tes yang berkemampuan rendah. Kategori daya beda butir soal

dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel Kategori Daya Beda Butir Soal

Daya Beda Butir Soal Kategori Soal

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik sekali

(Mundilarto, 2012)
3.10 Teknik analisis data

Tahap-tahap analisis data penelitian meliputi pengujian prasyarat analisis dan

pengujian hipotesis. Tahan-Tahap-tahap analisis data adalah sebagai berikut.

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data. Uji

normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov-

Smirnov. Uji ini dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 21. Hipotesis

statistik yang digunakan pada uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

Dalam hal ini, H0 diterima atau data berdistribusi normal jika nilai signifikansi

lebih besar dari 0,05.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kesamaan atau

keseragaman varians pada kelompok dalam sebuah penelitian. Uji homogenitas

dilakukan berdasarkan dari data motivasi dan hasil belajar peserta didik pada

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada penelitian ini menggunakan uji

Levene dengan menggunakan bantuan program SPSS 21. Hipotesis statistik

yang digunakan pada uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0 : data mempunyai varians yang homogeni

H1 : data tidak mempunyai varians yang homogen

Dalam hal ini, H0 diterima atau data dinyatakan homogen apabila nilai

signifikan lebih besar dari 0,05.

2. Uji Hipotesis
Setelah data dianalisis dengan uji prasyarat, analisis dilanjutkan dengan uji

hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan Uji T. Uji T merupakan uji untuk

mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan rata-rata antar kelompok

anggota populasi. Uji T dapat dilakukan jika kelas eksperimen dan kelas kontrol

terdistribusi secara normal dan variansi kedua kelompok sampel adalah homogen.

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus uji-t. Untuk mempermudahkan

perhitungan digunakan bantuan program SPSS. Untuk menjawab rumusan

masalah, dilakukan pengujian hipotesis.

a. Uji hipotesis pengaruh model pembelajaran kooperatif inkuiri terbimbing

terhadap hasil belajar peserta didik

Uji Paired T Test digunakan untuk menguji hipotesis dua kelompok data

berpasangan berskala interval atau rasio. Data hasil belajar merupakan data

interval. Adapun rumusan hipotesis dari uji Paired T Test adalah sebagai

berikut:

H0 = Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing

terhadap hasil belajar peserta didik

H1 = Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing

terhadap hasil belajar peserta didik

b. Uji hipotesis pengaruh model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar

peserta didik

Uji Paired T Test digunakan untuk menguji hipotesis dua kelompok data

berpasangan berskala interval atau rasio. Data hasil belajar merupakan data

interval. Adapun rumusan hipotesis dari uji Paired T Test adalah sebagai

berikut:

H0 = Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran konvensional terhadap


hasil belajar peserta didik

H1 = Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran konvensional

terhadap hasil belajar peserta didik

c. Uji hipotesis perbedaan keefektifan antara model pembelajaran inkuiri

terbimbing dan model pembelajaran konvensional ditinjau dari hasil belajar

peserta didik

Uji Independen Sample T Test digunakan untuk menguji hipotesis dua

kelompok data berpasangan berskala interval atau rasio. Data hasil belajar

merupakan data interval. Adapun rumusan hipotesis dari uji Independen

Sample T Test adalah sebagai berikut:

H0 = Ada perbedaan keefektifan antara penggunaan model pembelajaran inkuiri

terbimbing dan model pembelajaran konvensional ditinjau dari hasil

belajar peserta didik

H1 = Tidak ada perbedaan keefektifan antara penggunaan model pembelajaran

inkuiri terbimbing dan model pembelajaran konvensional ditinjau dari

hasil belajar peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, S.B., dan Zain, A. 2013. Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka

Cipta.

E. Mulyasa. (2011). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Heri, H. 2013 “Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Siswa

Kelas V Pada Mata Pelajaran Ipa Sdn Sukomulyo Ngaglik Sleman”.

Hosnan. (2014). Pendekatan scientifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21. Bogor:

Ghalia Indonesia.

http ://www.inforppsilabus.com/2012/03/pengertian-hasil-belajar-menurut-para-ahli

Kemendikbud. 2013. Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi

Kurikulum. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia pendidikan dan

Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Kholik, M. (2011). Metode Pembelajaran Konvensional.

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen terhadap

Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 Mataram Tahun Pelajaran

2016/2017 “Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume II

No 4, Oktober 2016”
Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Minat Dan Hasil Belajar Peserta

Didik Kelas X Teknik Audio Video Smk N 3 Mataram Mata Pelajaran Teknik

Elektronika Dasar

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana

Setyosari, P. 2013. Metode penelitian dan pengembangan. Jakarta: kencana

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rinekacipta

Sudjana, N. 2014. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru Algesindo.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R &

D. Bandung: Alfabeta

Syahrul. (2013). Model dan Sintak Pembelajaran Konvensional

Undang-undang Satuan Pendidikan No. 20 Tahun 2003

Anda mungkin juga menyukai