Anda di halaman 1dari 57

Beranda

My Gallery
Komik Ngasal
Fav. VideoSempril
Fashion Si Mpril
Kuliner & Trip
Meme-Rage

Sabtu, 30 Juni 2012


Aplikasi Fisika Statistika

Fisika statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat atau perilaku sistem yang
terdiri dari banyak partikel. Generalisasi perilaku partikel merupakan ciri pokok dari
pendekatan statistik. Sampai saat ini pendekatan statistik cukup memadai untuk
merepresentasikan keadaan sistem dan perilaku partikel penyusunnya. Oleh karena itu perlu
disusun cara memahami keadaan suatu sistem dan perilaku partikel pada sistem partikel yang
memenuhi hukum-hukum fisika klasik maupun fisika modern.

Sistem yang tersusun oleh partikel-partikel tidak identik (terbedakan) dan mematuhi
hukum-hukum fisika klasik dapat didekati dengan statistik klasik Maxwell-Boltzmann.
Sedangkan pada sistem yang tersusun oleh partikel-partikel identik (tidak terbedakan),
hukum-hukum fisika klasik tidak cukup memadai untuk merepresentasikan keadaan sistem
dan hanya dapat diterangkan dengan hukum-hukum fisika kuantum. Sistem semacam ini
dapat didekati dengan statistik modern, yaitu statistik Fermi-Dirac dan Bose-Einstein.
Statistik Fermi-Dirac sangat tepat untuk menerangkan perilaku partikel-partikel identik yang
memenuhi larangan Pauli, sedangkan statistik Bose-Einstein sangat tepat untuk menerangkan
perilaku partikel-partikel identik yang tidak memenuhi larangan Pauli.

Energi Fermi yaitu tingkat energi tertinggi yang terisi pada suhu 0 K disebut tingkat
Fermi atau energi Fermi. Pada suhu diatas 0 K, elektron-elektron mendapat tambahan energi
sehingga sejumlah elektron yang semula berada di bawah namun dekat dengan energi Fermi
naik ke atas dan meninggalka beberapa tingkat energi kosong yang semula ditempatinya.
Distribusi Fermi-Dirac. Dalam tinjauan ini partikel dianggap identik dan tak dapat
dibedakan satu terhadap lainnya, partikel-partikel ini juga mengikuti prinsip eksklusi Pauli
sehingga tidak lebih dari dua pastikel berada pada status yang sama. Partikel dengan sifat
demikian biasa disebut fermion (Enrico Fermi 1901-1954).
Aplikasi dari distribusi Fermi-dirac adalah untuk menghitung emisi pada logam. Ada
dua macam emisi pada logam yaitu emisi elektron dan emisi termal. Dan emisi elektron
dibagi lagi menjadi beberapa macam, yaitu emisi termoelektron, emisi dingin, emisi
sekunder, emisi fotolistrik. Emisi fotolistrik dapat disebabkan oleh cahaya yang mengenai
material tertentu. Tenaga cahaya akan diterima oleh elektron, bila tenaga ini cukup untuk
mengatasi daya tarik ion positif material maka akan terjadi emisi. Kecepatan emisi tergantung
pada frekuensi cahaya sedang jumlah emisi tergantung pada intensitas cahaya. Material yang
dapat mengeluarkan emisi bila terkena cahaya matahari ialah: seng, kalium dan logam alkali.
Penggunaan emisi fotolistrik pada sel fotolistrik dan kamera tv. Aplikasi emisi foto listrik
dalam bidang kimia adalah terdapat pada detektor dalam spektrofotometer.
Detektor merupakan komponen yang memiliki kepekaan tinggi dalam daerah spektral,
respon yang linier terhadap radiasi, waktu respon yang cepat, dapat digandakan, dan
kestabilan yang tinggi dengan tingkat noise yang rendah. Detektor merespon perubahan
fotokimia (terutama fotografi), efek fotolistrik dan efek termolistrik, dalam spektrofotometer,
detektor yang digunakan adalah detektor fotolistrik (baik berupa tabung foto atau tabung
photomultiplier).
Pada spektrofotometer serapan atom (SSA), digunakan dua macam detektor yaitu
detektor cahaya atau detektor foton dan detektor infra merah serta detektor panas. Detektor
foton bekerja berdasarkan efek fotolistrik, dalam hal ini setiap foton akan membebaskan
elektron (satu foton, satu elektron) dari bahan yang sensitive terhadap cahaya. Bahan foton
dapat berupa Si/Ga, Ga/As, Cs/Na.
Statistika Bose-Einstein menentukan distribusi statistik bagi boson pada berbagai
tingkat energi di dalam kesetimbangan termal. Tidak seperti fermion, boson adalah materi
berspin bulat sehingga tidak mematuhi larangan Pauli; sejumlah besar materi boson dapat
menempati keadaan yang sama pada saat yang sama pula. Hal itu dapat menjelaskan
mengapa pada suhu rendah boson dapat berperilaku sangat berbeda dengan fermion; semua
materi akan menggumpal bersama-sama pada keadaan energi yang paling rendah. Proses
yang demikian itu disebut sebagai kondensasi Bose-Einstein, misalnya pada fenomena
superfluida di dalam helium cair.
Superfluida didasari oleh kemajuan teknologi cair-cair menggunakan superkritis,
kritis atau mendekati kritis seperti CO2 dan gas biner lainnya. Penerapan pada bidang kimia
ada pada kromatografi fluida super kritis, dimana digunakan CO2 superfluida sebagai fase
gerak untuk proses pemisahan. Metode ini digunakan untuk pemisahan komponen-komponen
pada unsur yang mudah terurai pada suhu yang tinggi.
Aplikasi lain dari kondensasi Bose-Einstein adalah superkonduktor. Superkonduktor
merupakan material yang dapat menghantarkan arus listrik tanpa adanya hambatan, sehingga
dapat mengalirkan arus listrik tanpa kehilangan daya sedikitpun. Superkonduktor adalah
unsure atau alloy metal yang jika didinginkan sampai mendekati suhu nol mutlak (0 K),
menjadi hilang tahanannya.
Perkembangan bahan superkonduktor dari saat pertama kali ditemukan sampai
sekarang dapat diikuti pada table di bawah ini:
Pada bidang kimia, telah dilakukan sintesis superkonduktor BPSCCO/Ag dengan
menggunakan metode reaksi padatan, langkahnya yaitu menggerus bahan sampai benar-benar
halus, dikalsinasi, digerus ulang, dipeletisasi, disinterring dan dikarakterisasi dengan uji
Meissner, uji Tc dan uji XRD. Sampel superkonduktor BPSCCO/Ag ini dibuat sebanyak 2
sampel dengan rumus kimia yang berbeda yaitu Bi1,6Pb0,4Sr2Ca2Cu3AgxO10+ dengan nilai x=
0,5 dan 1,0.
Distribusi Maxwell-Boltzmann menggambarkan kecepatan partikel dalam gas, di
mana partikel bergerak bebas antara tumbukan kecil , tetapi tidak berinteraksi satu sama lain,
sebagai fungsi suhu dari sistem, massa partikel, dan kecepatan partikel. Distribusi Maxwell-
Boltzmann berlaku untuk gas ideal di dalam kesetimbangan termodinamika dengan efek
kuantum yang dapat diabaikan dan di kecepatan non-relativistik.
Karena energi aktivasi memegang peranan penting dalam menentukan suatu
tumbukan menghasilkan reaksi, hal ini sangat berguna untuk menentukan bagaimana macam
bagian partikel berada untuk mendapatkan energi yang cukup ketika mereka bertumbukan.
Di dalam berbagai sistem, keberadaan partikel-partikel akan memiliki berbagai variasi
besar energi. Untuk gas, dapat diperlihatkan melalui diagram yang disebut dengan Distribusi
Maxwell-Boltzmann dimana setiap kumpulan beberapa partikel memiliki energinya masing-
masing
Ketika reaksi berlangsung, partikel-partikel harus bertumbukan guna memperoleh
energi yang sama atau lebih besar daripada energi aktivasi untuk melangsungkan reaksi. Dan
untuk mengetahui dimana energi aktivasi berlangsung didapat dari distribusi Mazwell-
Boltzmann.

Perhatikan bahwa sebagian besar dari partikel-partikel tidak memiliki energi yang cukup
untuk bereaksi ketika mereka bertumbukan. Untuk membuat mereka bereaksi kita dapat
mengubah bentuk dari kurva atau memindahkan aktivasi energi lebih ke kanan.

Daftar Pustaka
Csuros M. 1997. Environmental Sampling and Analysis Lab Manual. CRC Press. Hal. 23-27
Wei YJ, Li KA, Tong SY. 1997. A linear regression method for the study of the coomassie
brilliant blue protein assay. Talanta 44(5): 923-930.
Triyono, W. 2011. Spektrofotometri Ultra Violet Visibel. http://waris-triyono.blogspot.com/
2011/12/spektrofotometri-ultra-violet-visibeluv.html
Rizqi, D. 2012. Archive. http://rizqidiaz.blogspot.com/2012_01_01_archive.html

Diposting oleh Aprianti Ramdhani di 19.48


Label: Science

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

<a href="http://aurelia-aur

Aprianti Ramdhani
Lihat profil lengkapku

Facebook
Scribd
Twitter
2011 (58)

2012 (15)
o Februari (5)
o Maret (2)
o April (3)
o Juni (3)
Tokoh Mistis Terpopuler Versi Si Mpril
Cinta Areta
Aplikasi Fisika Statistika
o Juli (1)
o September (1)

2013 (9)

2014 (16)

2015 (6)

Google+ Followers

Home
Posts RSS
Comments RSS
Edit
Mengenai Saya

rizqi diaz

jember, jember, Indonesia

Alumni fisika MIPA Universitas Jember

Lihat profil lengkapku

Sekilas tentang Fisika Statistik


23.38 | 4 Comments

Mengenai persamaan kajian dari Termodinamika dan Fisika Statistika yakni Termodinamika
adalah contoh cabang ilmu fisika yang menerapkan pandangan makroskopik seperti suhu, volume
dan tekanan, yang menggambarkan fisik, sistem termodinamika. Sedangkan berkenaan dengan
kajian fisika statistik ini sama merupakan cabang dari kajian fisika yang sebetulnya hubungan antara
termodinamika dan fisika statistik sangatlah erat di antara keduanya. Pada dasarnya kajian antara
termodinamika dan fisika statistik adalah sama kedudukanya di dalam ilmu fisika. Kedudukan
termodinamika dan fisika statistik ibarat pemahaman yang kontinu tentang suatu cabang ilmu
pengetahuan dimana terdapat hubungan kekerabatan yang sangat dekat sebab pokok bahasan dari
fisika statistik tidak lain adalah termodinamika lanjut.

Berkenaan dengan pemahaman kajian perbedaan termodinamika dan fisika statistik dimana
untuk pemahaman secara mikroskopik suatu sistem meliputi beberapa ciri khas seperti adanya
pengandaian bahwa sistem terdiri atas sejumlah molekul, dan kuantitas-kuantitas yang diperinci
tidak dapat diukur secara makroskopis. Contoh penerapan pandangan mikroskopik untuk cabang
ilmu fisika yaitu dalam fisika statistik itu sendiri. Bila kedua pandangan itu diterapkan pada sistem
yang sama maka keduanya harus meghasilkan kesimpulan yang sama. Ruang lingkup fisika statistik
meliputi dua bagian besar, yaitu teori kinetik dan mekanika statistik. Berdasarkan pada teori peluang
dan hukum mekanika, teori kinetik mampu menggambarkan sistem dalam keadaan tak seimbang,
seperti: proses efusi, viskositas, konduktivitas termal, dan difusi. Disini, molekul suatu gas ideal tidak
dianggap bebas sempurna tetapi ada antar aksi ketika bertumbukan dengan molekul lain atau
dengan dinding. Bentuk antar aksi yang terbatas ini diacukan sebagai antar aksi lemah atau kuasi
bebas. Ruang lingkup ini tidak membahas partikel berantaraksi kuat Tidak seperti pada teori kinetik,
mekanika statistik tidak membahas perincian mekanis gerak molekular, tetapi berurusan dengan
segi energi molekul. Mekanika statistik sangat mengandalkan teori peluang untuk menentukan
keadaan seimbang sistem. Berbicara termodinamika dan fisika statistik ini akan di jembatani oleh
Termodinamika Statistik dimana metode termodinamika statistik dikembangkan pertama kali
beberapa tahun terakhir oleh Boltzmann di Jerman dan Gibbs di Amerika Serikat. Dengan
ditemukannya teori kuantum, Bose, Einstein, Fermi, dan Dirac memperkenalkan beberapa modifikasi
ide asli Boltzmann dan telah berhasil dalam menjelaskan beberapa aspek yang tidak dipenuhi oleh
statistik Boltzmann. Pendekatan statistik memiliki hubungan dekat dengan termodinamika dan teori
kinetik. Untuk sistem partikel di mana energi partikel bisa ditentukan, kita bisa menurunkan dengan
statistik mengenai persamaan keadaan dari suatu bahan dan persamaan energi bahan tersebut.
Termodinamika statistik memberikan sebuah penafsiran tambahan tentang konsep dari entropi.

Dasar pokok bahasan fisika statistik khususnya kajian mekanika statistik yaitu merupakan kajian
tentang jenis partikel tertentu dapat dibedakan antara satu dengan yang lain. Dalam statistika
kuantum secara garis besar digunakan untuk menentukan probabilitas partikel dari sebuah group
yang memiliki energi partikel yang similar/ sama. Suatu sistem kuantum memiliki diskritisasi energi.
Dengan kata lain dapat dibedakan antara tingkat energinya dan keadaan energinya. Tingkat energi
(energy level) dalam kajian ilmu fisika bisa disebut dengan keadaan energi, tetapi tingkat energi
bersifat umum sedangkan keadaan energi lebih bersifat khusus pemahamannya. Tingkat energi
merupakan sebuah nilai yang dihasilkan dari hubungan antara energi sebuah partikel dan panjang
gelombangnya. Dengan mengetahui tingkat energi suatu atom, maka akan diketahui karakteristik
dari atom tersebut. Adapun cara teori statistik yang di gunakan yaitu untuk menentukan probabiltas
partikel dilakukan :

a. Melihat semua keadaan-keadaan yang mungkin,

b. Menentukan besarnya probilitas atau peluan keadaan yang mungkin,

c. Partikel dibedakan,

d. Penyisihan prisip Paulli semisal untuk integer fermion spin .

Kajian atau pembahasan ruang fasa sangat di perlukan hal ini di karenakan definisi dari ruang
fasa ini merupakan suatu ruang dimana semua kemungkinan keadaan dari semua sistem
direpresentasikan, dengan tiap kemungkinana keadaan dari sistem dihubungkan pada satu titik
tertentu dalam ruang fase. Ruang fase terdiri dari semua kemungkinan nilai posisi dan momentum.
Saat sebuah partikel bergerak dalam ruang tiga dimensi (x, y, z) dan memiliki momentum pada
ketiga arah tersebut (px, py, pz), keadaan partikel tersebut setiap saat secara lengkap
dispesifikasikan dengan enam koordinat yaitu (x, y, z, px, py, pz). Ruang di mana partikel
dispesifikasikan dengan enam koordinat tersebut disebut sebagai ruang enam dimensi atau ruang
(gamma). Dalam bahasan energi keadaan (state energy) dan energi tingkat (level energy)
merupakan kajian dari energi dimana dalam bahasan ruang fasa ini salah satunya penerapannya
dalam kajian energi secara rumusan yakni :

Energi setiap partikel dalam bentuk energi kinetik terkait dengan momentumnya adalah melalui
hubungan

sehingga dapat dituliskan bahwa

d =

Rumuskan d dalam bentuk d

Dengan menggunakan = d = .dan d = 4V dapat diperoleh

d = 4V

d = 4V ) (

d = 2V (2m)3/2 1/2 d

Rumusan di atas merupakan rumusan energi yang berhubungan dengan integral volume ruang
fasa untuk energi. Selain rumusan energi ruang fasa juga di rumuskan momentum,
kecepatan,frekuensi dan panjang gelombang. Jadi perumusan ruang fasa merupakan alat matematis
untuk membantu membahasakan fisika statistik khususnya berkenaan dengan kajian tingkat energi
(energy level) dan keadaan energi (energy state).

Statistika Maxwell-Boltzmann sering digambarkan sebagai statistika bagi partikel klasik yang
terbedakan. Sistem partikel klasik terbedakan merupakan sistem partikel yang konfigurasinya
berbeda ketika dua atau lebih partikel dipertukarkan. Dengan kata lain, konfigurasi partikel A di
dalam keadaan 1 dan partikel B di dalam keadaan 2 berbeda dengan konfigurasi ketika partikel B
berada dalam keadaan 1 sedangkan partikel A dalam keadaan 2. Ketika gagasan di atas
diimplementasikan akan dihasilkan distribusi (Boltzmann) biasa bagi partikel dalam berbagai tingkat
energi. Fungsi distribusi ini menghasilkan hasil yang kurang fisis untuk entropi, sebagaimana
ditunjukkan dalam paradoks Gibbs. Namun, masalah itu tidak muncul pada peninjauan statistik
ketika semua partikel dianggap tak terbedakan. Pada statistik statistik Maxwell-Boltzmann
dipandang enam dimensi dari pergerakan molekul, yakni tiga dimensi kedudukan dan tiga dimensi
kecepatan. Ruang enam dimensi seperti yang dimaksudkan ini disebut ruang fasa. Selanjutnya ruang
fasa ini masih dibagi lagi ke dalam volume kecil enam dimensi yang disebut sel. Molekul terbagi ke
dalam sel ini dan terjadilah distribusi molekul menurut sel. Distribusi jumlah molekul dalam sel tanpa
memandang molekul secara individu disebut status makro dari sistem sedangkan penentuan
molekul tertentu (secara individu) dalam tiap status makro disebut status mikro dari sistem.
Kemudianjumlah status mikro terhadap status makro tertentu dinamakan probabilitas
termodinamik. Dalam metoda statistik ini dilakukan penentuan probabilitas termodinamik dan
selanjutnya ditentukan pula hubungan dari probabilitas termodinamik dengan masalah tenaga-
dalam untuk selanjutnya memperoleh jumlah molekul dalam sel. Secara khusus, statistika Maxwell-
Boltzmann berguna untuk mempelajari berbagai sifat gas mampat.

a. Statistik Kuantum

Statistika kuantum adalah paradigma statistik bagi partikel atau sistem partikel yang perilaku
penyusunnya harus digambarkan oleh mekanika kuantum, alih-alih mekanika klasik karena ukuran
mikroskopiknya. Sebagaimana di dalam statistika klasik (statistika Maxwell-Boltzmann), pusat
permasalahannya adalah mencari fungsi distribusi yang tepat untuk berbagai temperatur
(melukiskan energi kinetik rerata sistem gas). Meskipun demikian, mengingat fungsi distribusi di
dalam mekanika statistik klasik menggambarkan jumlah partikel di dalam unsur ruang fase pada
jangkau posisi dan momentum tertentu, di dalam statistika kuantum fungsi distribusi memberikan
jumlah partikel di dalam grup tingkat-tingkat energi. Cacahan partikel yang menghuni setiap tingkat
energi individual dapat satu atau dapat berlebih, tergantung pada derajat kemerosotan energi serta
sifat simetri fungsi gelombang terkait dengan pertukaran partikel. Untuk fungsi gelombang
antisimetrik, hanya ada sebuah partikel yang dapat menghuni sebuah keadaan, sedangkan untuk
fungsi gelombang simetrik, sejumlah partikel dapat menghuni sebuah keadaan (pada saat yang
sama). Berdasarkan batasan ini, terdapat dua distribusi kuantum terpisah, yaitu distribusi Fermi-
Dirac untuk sistem yang digambarkan oleh fungsi gelombang antisimetrik dan distribusi Bose-
Einstein untuk sistem yang digambarkan oleh fungsi gelombang simetrik.

Statistika Bose-Einstein menentukan distribusi statistik bagi boson pada berbagai tingkat energi di
dalam kesetimbangn termal. Tidak seperti fermion, boson adalah zarah berspin bulat sehingga tidak
mematuhi asas larangan Pauli;sejumlah besar zarah boson dapat menempati keadaanyang sama
pada saat yang sama pula. Hal itu dapat menjelaskan mengapa pada temperatur rendah boson
dapat berperilaku sangat berbeda dengan fermion; semua zarah akan menggumpal bersama-sama
pada keadaan energi yang paling rendah. Proses yang demikian itu disebut sebagai kondensasi
Bose- Einstein, misalnya fenomena superfluida di dalam helium cair. Di samping itu sejumlah zarah
tergandeng secara efektif juga dapat bertindak sebagai boson, misalnya, di dalam teori
superkonduktor BCS, sejumlah pasangan elektron tergandeng bertindak seperti boson dan
berkumpul atau menggumpal ke sebuah keadaan yang mengakibatkan resistansi elektrik nol.
Statistika Bose-Einstein diperkenalkan oleh Bose (untuk foton) pada tahun 1920 dan diperluas oleh
Einstein untuk atom pada tahun 1924.

a. Statistik Fermi-Dirac

Statistika Fermi-Dirac menentukan distribusi statistik bagi fermion pada berbagai tingkat energi
untuk sebuah sistem di dalam kesetimbangan termal. Dengan kata lain, statistika ini merupakan
probabilitas bagi suatu tingkat energi untuk dihuni fermion. Fermion adalah zarah tak terbedakan
berspin tengahan dan karena itu mematuhi asas larangan Pauli,yaitu pada saat yang sama tidak
boleh ada lebih dari satu zarah yang dapat menempati keadaan kuantum yang sama. Kumpulan
fermion yang tak saling berinteraksi disebut sebagai gas Fermi ideal. Statistika Fermi-Dirac
diperkenalkan oleh Enrico Fermi dan Paul Dirac pada tahun 1926. Pada tahun itu pula, Ralph Fowler
memanfaatkannya untuk menggambarkan keruntuhan bintang menjadi katai putih, dan pada tahun
1927, Arnold Sommerfeld menerapkannya untuk elektron di dalam logam.

4 komentar:

tri suryani mengatakan...

terimaksih informasinya,,sangat membantu untuk presentasi hari esok,,,

6 Juni 2015 06.55

Nova sihombing mengatakan...


terimaksih

22 Februari 2016 21.13

Vhida_Nelvida mengatakan...

Terimah kasih kakak atas infonya

22 Agustus 2016 05.40

sintia rahma dewi mengatakan...

boleh tanya gan, apa contoh aplikasi dari statistik fermi dirack??

8 Desember 2016 01.21

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Subscribe RSS
Search

Rumah Belajar
https://www.facebook.com/rizqi.dias

Archives
2017 (1)

2016 (9)

2015 (4)

2014 (57)

2013 (27)

2012 (70)
o November (3)
o Oktober (15)
o September (1)
o Mei (22)
o April (17)
o Maret (6)
o Februari (2)
o Januari (4)
Spektrometer Kisi
Sekilas tentang Fisika Statistik
manfaat daun salam
fisika kuantum

2011 (13)

2010 (7)

Blogroll
aplikasi integral
dioda
molecullar
noninersia
piranti keluaran
struktur sel
unsur-unsur kebudayaan

Popular Posts
Kreativitas Dalam Wirausaha

BAB 2 2.1 Kreativitas Dalam Wirausaha Seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki
jiwa dan kemamp...

PENGERTIAN BUDAYA ,KEBUDAYAAN,ADAT ISTIADAT,DAN KEBIASAAN

Apakah Perbedaan Antara Kebudayaan , Budaya , Adat Istiadat ,dan Kebiasaan ? Sebelum
kita mencari perbedaan diantara keempatnya maka kit...

Mekanisme Transport Pada Tumbuhan

Tumbuhan memerlukan air dan mineral. Air dan mineral ini diserap dari dalam tanah
menggunakan akar. Pengambilan zat-zat ini dilakukan se...

Cita - Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia

Cita-cita bangsa Indonesia sangat sederhana. Bangsa Indonesia hanya ingin mewujudkan
suatu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil ...
Penerapan Konsep Reaksi Redoks Dalam Kehidupan Sehari-Hari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita mengamati sungai di daerah perkotaan,
seringkali koto...

Sekilas tentang Fisika Statistik

Mengenai persamaan kajian dari Termodinamika dan Fisika Statistika yakni Termodinamika
adalah contoh ...

landasan pendidikan pancasila

1. Jelaskan landasan landasan pendidikan MKU ( Pancasila ) dan jelaskan satu persatu
serta berikut contohnya! Landasan ...

Fungsi Sumber Daya Alam dalam Kehidupan Manusia dan Pembangunan Nasional

A. Fungsi dan Peran Sumber Daya Alam dalam Kehidupan Manusia Fungsi dan Peran
Sumber Daya Alam Hayati Sumber daya alam hayati...

aplikasi gerak lurus , melingkar dan parabola

1. APLIKASI GERAK LURUS Gerak lurus adalah gerak suatu obyek yang lintasannya berupa
garis lurus. Dapat pula jenis gerak ini d...

Pertumbuhan & Perkembangan Kacang Hijau VS Kacang Tanah

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan 2.1.1 Pertumbuhan Pertumbuhan adalah : Peristiwa


perubahan biologi yang terjadi pada makhluk ...

Pengikut
Diberdayakan oleh Blogger.

My Blog List
About
Copyright 2008 Rumah Belajar. All Rights Reserved.
Design by Padd IT Solutions - Blogger Notes Template by Blogger Templates
Distributed by Deluxe Templates


SM-3T
CPNS
UN
Login Siswa




FISIKA CERIA
berbagi demi Perkembangan dan Kemajuan Pendidikan

Home
Buku
Media
Makalah
Fisika
Eksperimen
Fenomena
Jurnal
RPP
Learning Model

Search...

FISIKA CERIA Fisika Makalah Statistik Fermi-Dirac

Statistik Fermi-Dirac
Komang Suardika 01:24:00 Fisika Makalah

Dalam mekanika statistik, statistik Fermi-Dirac merupakan kasus tertentu dalam statistik

partikel yang dikembangkan oleh Enrico Fermi dan Paul Dirac dalam menentukan distribusi statistik

keadaan energi fermion dari sistem kesetimbangan termal. Dengan kata lain distribusi peluang tiap

kemungkinan level-level energi yang diduduki oleh suatu fermion.


Pada umumnya, statistik Fermi-Dirac membahas tentang fungsi gelombang dari fermion

yang antisimetris di bawah pengaruh pertukaran fermion. Fermion merupakan partikel yang tak

dapat dibedakan dan mengikuti asas larangan Pauli: tidak boleh suatu partikel mepunyai bilangan

kuantum yang sama dalam waktu yang sama. Fermion mempunyai spin setengah. Statistik

thermodinamika digunakan untuk mendeskripsikan perilaku partikel dalam jumlah besar.

Kumpulan dari fermion tanpa interaksi disebut dengan gas fermi. Statistik Fermi-Dirac

diperkenalkan pada tahun 1926 oleh Enrico Fermi dan Paul Dirac yang diaplikasikan pada tahun yang

sama oleh Ralph Fawler dalam menggambarkan kehancuran bintang kerdil putih. Dan pada tahun

1927 oleh Arnold Sommerfeld digunakan untuk menggambarkan elektron dalam logam.

Mempelajari statistik Fermi-Dirac mengikuti aturan larangan pauli. Namun ketentuan dalam statistik

Fermi-Dirac ini lebih ketat dalam pengisian titik fase. Misalkan suatu kompartemen bervolume h3

tidak boleh lebih dari dua titik fase. Implikasinya, prinsip larangan pauli ini mempengaruhi susunan

elektron di dalam atom yang sama yang mempunyai bilangan kuantum yang sama. Koordinat

kompartemen di dalam ruang fase berkorespondensi dengan bilangan kuantum. Dengan alasan itu,

maka boleh terdapat dua titik fase di dalam kompartemen yakni elektron-elektron yang mana titik

representatif mempunyai arah spin yang berlawanan. Jumlah maksimum titik representatif

mempunyai arah spin yang berlawanan. Jumlah maksimum titik representatif di dalam sel dua kali

jumlah kompartemen (sudah tentu kondisi aktual mungkin kurang karena mungkin ada

kompartemen yang kosong).

Makalah Selengkapnya dapat didownload dalam bentuk PDF

Author : Komang Suardika


Share this
Google Facebook Twitter More

Related Posts

Laporan Eksperimen

Karya-karya Einstein

Mengukur volume benda tak beraturan

Teori Atom Mekanika Kuantum


Next
Perlunya Menggali Pengetahuan Awal (prior knowledge) Siswa dalam Pembelajaran
Previous
Atmosfer

2 komentar

Write komentar

Arn

16 September 2013 at 15:14 delete

Mantappp

Reply

Komang Suardika

13 April 2014 at 01:38 delete

terima kasih

Reply

Silakan berkomentar dengan kalimat yang sopan. Terima Kasih atas kunjungan anda.
Emoticon

LAYANAN UNTUK SISWA


Login Siswa
Upload Tugas

Fans Facebook
Popular
Archive
Followers

Download Buku Fisika Dasar Universitas

Silabus SMA Kurikulum 2013

Mengukur volume benda tak beraturan

Hubungan Roda-roda pada Gerak Melingkar Beraturan

Soal dan Kunci Jawaban SNMPTN 2012

Labels
Alat Optik Buku CPNS Dinamika Gerak Eksperimen Fenomena Fisika Fisika Atom Fisika Inti Fisika
Modern Fluida Statis Hindu Jurnal Kinematika Gerak Kurikulum 2013 LKS Makalah Matematika
Media Model Pembelajaran Momentum Nilai Fisika Pengukuran RPP Silabus Skripsi SM-3T Statistik
Teori Kinetik Gas Ujian Nasional Virtual Lab

Statistik Pengunjung
Translate
Diberdayakan oleh Terjemahan

About Me

Komang Suardika

View my complete profile

Advertise
Total Pageviews

947269

Gallery

Copyright 2017 FISIKA CERIA All Right Reserved

Created by Arlina Design


Distributed By fisika Templates

Enjoy My Jouney...

Inicio
Blog
Fotos
Perfil
Soporte

Senin,28

Semikonduktor

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Secara sederhana zat padat dikelompokkan sebagai isolator, semikondukor, dan kondukor.
Bahan Isolator adalah material yang susah menghantarkan arus lisrik, sedangkan bahan konduktor
adalah material yang dapat menghantarkan arus lisrik. Bahan Semikondukor adalah sutau material
dengan sifat konduktivitas di antara konduktor dan isolator, contohnya silicon, germanium. Untuk
menjelaskan konduktivias bahan seringkali menggunakan konsep pita energy. Ada dua pita energy
yaitu pita valensi dan pita konduksi. Pita valensi adalah pita energy yang mungkin diisi oleh electron
dari zat padat hingga komplit. Setiap pita memiliki 2N electron dengan N adalah jumlah atom. Bila
masih ada elektron yang tersisa akan mengisi pita konduksi. Pada suhu 0 K, pita konduksi terisi
sebagian untuk bahan konduktor, sedangkan untuk isolator dan semikonduktor tidak ada elektron
yang mengisi pita konduksi.

1.2 PERMASALAHAN

Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah :

a. Bagaimana konsep struktur pita energy pada bahan ?

b. Bagaimana pengaruh temperature terhadap kondukivitas listrik ?


c. Apakah yang dimaksud distribusi Fermi-dirac ?

d. Apakah yang dimaksud bahan konduktor, isolator, dan semikonduktor ?

1.3 TUJUAN

Tujuan pembuatan makalah ini adalah :

a. Menjelaskan konsep struktur pita energy

b. Menjelaskan pengaruh temperature terhadap kondukivitas listrik

c. Menjelaskan tentang distribusi Fermi-dirac

d. Menjelaskan tentang bahan konduktor, isolator, dan semikonduktor

1.4 SISTEMATIKA LAPORAN

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab. Pada bab I adalah pendahuluan yang
berisi latar belakang penulisan, tujuan penulisan, permasalahan dan sistematika penulisan. Bab II
adalah dasar teori. Dan Bab III adalah penutup yang berisi kesimpulan dari makalah.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Proses terbentuknya Pita Energi

Dalam pembahasan mengenai ikatan atom kita lihat bahwa dua atom akan
membentuk membentuk ikatan yang stabil jika kedua atom berjarak ro yaitu jarak yang
memberikan energi terendah. Dua atom H misalnya, setelah membentuk H2 yang stabil,
keduanya berada pada jarak keseimbangan ro dimana dua elektron dengan spin berlawanan
menempati orbital 1s. Tingkat energi elektron yang berperan dalam pembentukan ikatan akan
terpecah menjadi dua, sebagaimana diperlihatkan oleh gambar 2.1. Satu kurva akan diikuti
oleh terbentuknya ikatan stabil dan satu kurva lagi menggambarkan situasi yang tidak
memungkinkan tercapainya ikatan stabil; dalam hal terakhir ini kedua elektron yang seharusnya
berperan dalam pembentukan ikatan, memiliki spin berlawanan.

Gambar 2.1 Energi pada H2 sebagai fungsi jarak atom

Jika dua atom H berdekatan menyebabkan terpecahnya tingkat energi pertama terpecah
menjadi dua, maka jika ada enam atom H tingkat energi tersebut akan terpecah menjadi
enam (terjadinya banyak atom hidrogen berdekatan adalah di sekitar titik beku; gas hidrogen
membeku pada 252,70C. Jika ada N atom hidrogen, maka tingkat energi s akan terpecah
menjadi N. Jika N makin besar maka perbedaan antara dua tingkat yang berdekatan akan
semakin kecil dan mendekati kontintyu. Kita katakan bahwa orbital s telah berubah menjadi
pita energi s. Terbentuknya pita energi bisa terjadi pada semua orbital. Jadi kita memperoleh
pita energi 1s, 2s, 2p, dan seterusnya, yang ditunjukkan secara skematis pada gambar 2.2 di
bawah ini.
Gambar 2.2 Pita Energi

Peristiwa ini tentu tidak terjadi hanya pada atom H saja, akan tetapi terjadi pula pada
kumpulan sejumlah besar atom-atom yang menyusun padatan. Gejala terbentuknya pita energi
inilah yang menjadi dasar dikembangkannya teori pita energi yang akan kita bahas berikut ini.
Tingkat-tingkat energi elektron dalam atom makin rumit jika nomer atom makin besar. Gambar 2.3.
memperlihatkan tingkat-tingkat energi atom Na yang memiliki konfigurasi elektron 1s2,2s2 ,2p6 3s1.
Orbital terluar yang ditempati elektron adalah 3s.
Gambar 2.3 Tingkat energy pada atom Na

Jika ada N atom Na maka tingkat-tingkat energi terpecah menjadi N tingkat dengan
perbedaan energi yang kecil dan tingkat energi berubah menjadi pita energi, seperti
diperlihatkan oleh Gb.2.4. Gambar ini memperlihatkan pita-pita energi yang terbentuk pada
tingkat energy ke-3 dari Na. Perhatikan bahwa mulai pada jarak atom tertentu, pita 3s bertumpang-
tindih dengan pita 3p; pita 3p bertumpang-tindih dengan pita 3d mulai pada jarak atom tertentu
pula. Kita perhatikan pula bahwa tumpang-tindih pita energi sudah terjadi pada jarak ro, yaitu
jarak keseimbangan antar atom.
Gambar 2.4 Pita energy pada Na

2.2 Struktur Pita energi

2.2.1 Pengaruh temperature terhadap konduktivitas listrik

Konduktivitas Listrik. Aplikasi medan listrik pada metal menyebabkan seluruh elektron-
bebas bergerak dalam metal, sejajar dan berlawanan arah dengan arah medan listrik. Gerakan
elektron sejajar medan listrik ini merupakan tambahan pada gerak thermal yang acak, yang telah
dimiliki elektron sebelum ada medan listrik. Gerak thermal yang acak tersebut memiliki nilai
rata-rata nol sehingga tidak menimbulkan arus listrik. Jika terdapat medan listrik sebesar Ex
maka medan ini akan memberikan percepatan pada elektron sebesar :

(1.1)

dengan e adalah muatan elektron, m adalah massa elektron, dan F adalah gaya yang bekerja pada
elektron. Percepatan pada elektron memberikan kecepatan pada elektron sebesar v yang kita
sebut kecepatan hanyut (drift velocity). Dalam perjalanannya sejajar arah medan, elektron ini
membentur ion, dan electron dianggap kehilangan seluruh energi kinetiknya sesaat setelah
benturan sehingga ia mulai lagi dengan kecepatan nol sebelum mendapat percepatan lagi.
Dengan demikian kecepatan hanyut elektron berubah dari nol (sesaat setelah benturan) sampai
maksimum sesaat sebelum benturan.

Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus
listrik. Jika suatu beda potensial listrik ditempatkan pada ujung-ujung sebuah konduktor, muatan-
muatan bergeraknya akan berpindah, menghasilkan arus listrik. Konduktivitas listrik merupakan sifat
penting suatu bahan sehubungan dengan medan magnet luar. Ketika suatu medan listrik diberikan
pada sebuah dielektrik, akan terjadi polarisasi terhadap dielektrik tersebut. Tetapi jika medan
tersebut diberikan ke daerah yang memiliki muatan bebas tersebut akan bergerak dan timbul arus
listrik sebagai ganti polarisasi medium tersebut. Tidak seluruhnya zat merupakan konduktor listrik
dan diantaranya zat-zat yang menghantarkan listrik tidak semua mengikuti hukum ohm. Masih
banyak campuran antar logam yang menunjukkan perilaku superkonduktor.

Konduktivitas merupakan respon bahan terhadap medan listrik dan rapat arus J melalui
persamaan J = . Dalam suatu bahan dengan panjang L dan luas penampan A, sedangkan
konduktivitas adalah kebalikan dari resistivitas, yaitu = 1/ . sehingga dengan A : luas penampang
( m2 )

R : tahanan penghantar ( ohm )

: Konduktivitas (ohm m)

Konduktivitas merupakan sifat listrik yang diperlukan dalam berbagai pemakaian sebagai
penghantar tenaga listrik; dan sebagaimana diketahui mempunyai rentang harga yang sangat luas.
Logam / material yang merupakan penghantar listrik yang baik memiliki konduktivitas listrik yang
baik dengan orde 107 ( ohm.meter ) -1. Sebaliknya material isolator memiliki konduktivitas yang
sangat rendah; yaitu antara 10-10 sampai 10-20 ( ohm.m )-1. Diantara kedua sifat ekstrim tersebut,
ada material semi konduktor yang konduktivitasnya berkisar antara 10-6 sampai dengan 10-4 (
ohm.m )-1. Berbeda pada kabel tegangan rendah pada kabel tegangan menengah, untuk
pemenuhan fungsi pengahantar dan pengaman terhadap penggunaan, ketiga jenis / sifat
konduktivitas tersebut diatas digunakan semuanya.

Kenaikan suhu mengakibatkan kenaikan nilai konduktivitas listriknya. Hal ini dikarenakan jika
suatu atom dipanasi maka atom tersebut akan bergetar (vibrasi). Bergetarnya atom ini menimbulkan
jarak antar atom semakin besar, sehingga atom tidak mudah mengikat elektron dan mengakibatkan
elektron mudah bergerak bebas. Gerakan elektron bebas ini akan meningkatkan konduktivitas listrik.
Jadi konduktivitas listrik bergantung pada suhu. Penambahan suhu dapat menyebabkan transisi fase,
perubahan struktur Kristal, perubahan jarak atom terdekat dan sudut atom terdekat serta
parameter kisi. Suatu bahan akan mengalami transisi dari sifat konduktif ke sifat resistif akibat
pengaruh suhu .Konduktivitas listrik sangat dipengarui oleh mudah tidaknya elektron bergerak
dalam kisi.

2.2.2 Distribusi Fermi-dirac (Statistik kuantum)

Distribusi Fermi-Dirac. Dalam tinjauan ini partikel dianggap identik dan tak dapat dibedakan satu
terhadap lainnya; partikel partikel ini juga mengikuti prinsip eksklusi Pauli sehingga tidak lebih dari
dua partikel berada pada status yang sama. Partikel dengan sifat demikian ini biasa disebut fermion
(Enrico Fermi 1901$1954). Untuk gerak partikel dibawah pengaruh gaya sentral, energi tidak
tergantung dari orientasi momentum sudut di orbital sehingga terjadi degenerasi sebesar 2l + 1 dan
ini merupakan probabilitas intrinksik dari tingkat energi yang bersangkutan. Jika partikel
memiliki spin maka total degenerasi adalah 2(2l + 1). Prinsip eksklusi tidak memperkenankan lebih
dari dua partikel berada pada satu status energi dengan bilangan kuantum yang sama, maka
jumlah probabilitas intrinksik merupakan jumlah maksimum partikel (fermion) yang boleh
berada pada tingkat energi tersebut. Pengertian mengenai probabilitas intrinsik yang kita
kenal dalam pembahasan statisik klasik Maxwell$ Boltzmann berubah menjadi status kuantum
dalam pembahasan statistik kuantum ini. Jika gi adalah jumlah status dalam suatu tingkat energi
Ei, dan ni adalah jumlah partikel pada tingkat energi tersebut, maka haruslah ni gi.

Cara penempatan partikel adalah sebagai berikut. Partikel pertama dapat menempati
salah satu diantara gi; partikel kedua dapat menempati salah satu dari (gi1); partikel ketiga
dapat menempati salah satu dari (gi2) dan seterusnya.

Jumlah cara untuk menempatkan n1 partikel di tingkat E1, adalah .

Karena partikel tidak dapat dibedakan satu sama lain, maka jumlah cara untuk menempatkan n1
partikel di tingkat E1 menjadi

(1.2)

Jumlah keseluruhan cara untuk menempatkan partikel adalah


(1.3)

Seperti halnya pada distribusi Maxwell Boltzmann, kita cari maksimum P melalui

lnP. Dengan menggunakan pendekatan Stirling kita peroleh

(1.4)

Dengan mengintroduksi parameter dan seperti pada distribusi Maxwell$

Boltzmann, diperoleh

(1.5)

Dari sini diperoleh distribusi Fermi Dirac

(1.6)
Parameter berperan sama seperti pada distribusi Maxwell$ Boltzmann, =1/kBT. Parameter
berkaitan dengan EF melalui hubungan EF = kBT sehingga persamaan 1.6 menjadi

(1.7)

Jika diperhatikan persamaan 1.7 di atas, maka dapat kita lihat bahwa

Oleh karena itu persamaan (1.7) ini menunjukkan bahwa jika T = 0 maka ni = gi yang berarti
semua tingkat energi sampai EF terisi penuh dan di atas EF tidak terisi (ni = 0). EF inilah temperatur
Fermi. Jika kita gambarkan kurva ni/gi terhadap E kita peroleh bentuk kurva seperti pada gambar
2.5 (a) sedangkan gambar 2.5 (b) memperlihatkan pengisian tingkat energi pada temperatur
diatas 0oK. Bila dibandingkan dengan pengisian pada 0oK pada gambar 2.5 (b), terlihat bahwa
pada temperatur > 0oK perubahan pengisian hanya terjadi di sekitar tingkat Fermi.

Gambar 2.5 ni/gi pada tiga temperature berbeda menurut statistic Fermi-dirac dan pengisian
tingkat-tingkat energy pada T > 0oK
2.3 Konduktor

Kita ambil contoh padatan Na. Konfigurasi atom Na adalah 1s2 2s2 2p6 3s1 . Sesudah membentuk
padatan, diagram pita energi padatan Na dapat digambarkan seperti terlihat pada gambar 2.6

Gambar 2.6 : Diagram pita energy padatan Na

Pada atom Na orbital 3s yang seharusnya dapat memuat 2 elektron hanya terisi 1
elektron; inilah elektron valensi atom Na. Oleh karena itu pita energi 3s pada padatan Na
hanya setengah terisi, dan disebut pita valensi. Orbital berikutnya 3p tidak terisi elektron
(kosong). Diantara pita-pita energi terdapat celah energi yang merupakan celah terlarang bagi
elektron.

Sesungguhnya pembagian pita-pita energi padatan Na agak lebih rumit dari gambar 2.5. Jika
kita kembali ke gambar 2.4 akan kita lihat bahwa pada jarak antar atom ro, yang merupakan
jarak keseimbangan antar atom, pita 3s telah bertumpang tindih dengan pita 3p. Akibatnya adalah
bahwa elektron di pita konduksi 3s mempunyai peluang lebih banyak bertemu dengan orbital
yang belum terisi. Keadaan bertumpang tindihnya pita energi semacam ini biasa terjadi pada
metal. Kita ambil contoh padatan magnesium. Konfigurasi elektron atom Mg adalah 1s2 2s2 2p6 3s2
; orbital 3s terisi penuh. Pita valensi 3s pada padatan juga akan terisi penuh. Namun pada jarak
keseimbangan antar atom, pita 3s telah bertumpang tindih dengan pita 3p. Diagram pita valensi
padatan ini dapat kita gambarkan seperti pada gambar 2.7. yang memperlihatkan bertumpang
tindihnya pita 3s dan 3p.
Gambar 2.7 : Diagram pita energy padatan Mg

Sebagian elektron di 3s akan menempati bagian bawah 3p sampai keseimbangan


tercapai. Jumlah tingkat energi elektron di 3s semula adalah 2N dan dengan bertumpang
tindihnya 3s dan 3p tersedia sekarang 2N + 6N = 8N tingkat energi; dan padatan Mg adalah
konduktor yang baik. Jadi elemen yang memiliki orbital terisi penuh, dapat menjadi padatan
yang bersifat sebagai konduktor jika terjadinya tumpang tindih antara pita energi yang terisi
penuh dengan pita energi yang kosong.

Pita energi yang tumpang-tindih dapat dipandang sebagai pelebaran pita. Elektron yang
berada pada pita yang tumpang-tindih mempunyai kesempatan lebih luas untuk berpindah tingkat
energi karena adanya tambahan tingkat energi dari orbital yang lebih tinggi. Dalam kasus atom
Na, elektron di orbital 3s dengan mudah pindah ke 3p dan 3d; elektron ini berada dalam pita
energi gabungan yang jauh lebih lebar dari pita s dimana semula ia berada.

Pada 0o K elektron terdistribusi dalam pita valensi sampai tingkat tertinggi yang disebut
tingkat Fermi, EF (akan kita bahas di bab berikutnya). Pada temperatur kamar elektron di
sekitar tingkat energi Fermi mendapat tambahan energi dan mampu naik ke orbital di atasnya
yang masih kosong. Elektron yang naik ini relatif bebas sehingga medan listrik dari luar akan
menyebabkan elektron bergerak dan terjadilah arus listrik. Oleh karena itu material dengan
struktur pita energi seperti ini, di mana pita energi yang tertinggi tidak terisi penuh, merupakan
konduktor yang baik (juga disebut metal). Pita valensi 3s pada padatan Na yang setengah
terisi disebut juga pita konduksi.

Terbentuknya pita energi dapat pula kita lihat sebagai terjadinya perluasan kotak
potensial sebagai akibat kotak-kotak yang tumpang-tindih. Ruang di sekitar suatu ion dapat
kita pandang sebagai kotak potensial. Dalam kotak inilah elektron terjebak. Jika ion-ion
tersusun secara rapat, maka kotak-kotak potensial ini saling tumpang-tindih sehingga
membentuk kotak potensial yang lebih besar. Dengan membesarnya kotak potensial maka
tingkat energy menjadi rapat. Rapatnya tingkat energi memudahkan elektron berpindah ke
tingkat energi yang lebih tinggi dengan hanya sedikit tambahan energi, misalnya dari medan
listrik. Oleh karena itu metal memiliki konduktivitas listrik yang tinggi.

2.4 Isolator

Kita lihat sekarang situasi di mana pita valensi terisi penuh dan tidak tumpang-tindih dengan
pita di atasnya. Diagram pita energi digambarkan pada gambar 2.8. Karena pita valensi terisi penuh
maka elektron dalam pita ini tidak dapat berganti status. Satu-satunya cara untuk berganti status
adalh dengan melompati celah energi dan masuk ke pita konduksi. Namun jika celah energi cukup
lebar, beberapa eV, perpindahan ini hampir tidak mungkin kecuali ditambahkan energi yang
cukup besar misalnya dengan pemanasan. Material yang memiliki diagram pita energi seperti
ini tidak mudah menghantarkan arus listrik; mereka termasuk dalam kelompok material
isolator seperti misalnya intan, quartz, dan kebanyakan padatan dengan ikatan kovalen dan
ikatan ion.

Gambar 2.8 : Diagram pita energy material isolator

Intan merupakan kristal karbon C yang memiliki konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p2 ; tingkat energi
kedua sebenarnya mampu memuat sampai 8 elektron, yaitu 2 di 2s dan 6 di 2p, namun elektron
yang ada di tingkat kedua ini hanya 4. Jika jarak atom makin dekat, 2s dan 2p mulai tumpang tindih.
Pada jarak atom yang lebih kecil lagi pita energi ini pecah lagi menjdi dua pita yang masing-masing
dapat menampung 4 elektron. Oleh karena itu 4 elektron yang ada akan menempati empat
tingkat energi terendah dan menyisakan empat tingkat energy yang lebih tinggi yang kosong.
Dalam jarak keseimbangan, celah energi antara pita yang terisi dan pita yang kosong di atasnya
adalah sekitar 5 eV. Oleh karena itu intan merupakan material isolator.

2.5 Semi Konduktor


Diagram pita energi utnuk germanium dan silikon mirip dengan intan dengan
perbedaan celah energi hanya sekitar 1 eV. Konfigurasi atom Ge [Ar] 3d10 4s2 4p2 dan Si [Ne] 3s2
3p2; kedua macam atom ini memiliki 4 elektron di tingkat energi terluarnya. Tumpang-tindih
pita energi di tingkat energi terluar akan membuat pita energi terisi penuh 8 elektron. Karena
celah energi sempit maka jika temperatur naik, sebagian elektron di pita valensi naik ke pita
konduksi mudah dan dengan meninggalkan tempat kosong (hole) di pita valensi. Baik elektron
yang telah berada di pita konduksi maupun hole di pita valensi akan bertindak sebagai pembawa
muatan untuk terjadinya arus listrik. Konduktivitas listrik naik dengan cepat dengan naiknya
temperatur.

Gambar 2.9 : Diagram pita energy semikonduktor

Konduktivitas listrik tersebut di atas disebut konduktivitas intrinksik. Konduktivitas material


semikonduktor juga dapat ditingkatkan dengan penambahan atom asing tertentu (pengotoran,
impurity).

Jika atom pengotor memiliki 5 elektron terluar (misalnya P atau As) maka akan ada
kelebihan satu elektron tiap atom. Kelebihan elektron ini akan menempati tingkat energi sedikit di
bawah pita konduksi (beberapa perpuluh eV) dan dengan sedikit tambahan energi akan sangat
mudah berpindah ke pita konduksi dan berkontribusi pada konduktivitas listrik. Atom pengotor
seperti ini disebut donor (karena ia memberikan elektron lebih) dan semikonduktor dengan
donor disebut semikonduktor tipe n. Jika atom pengotor memiliki 3 elektron terluar (misalnya B atau
Al) maka akan ada kelebihan satu hole tiap atom. Kelebihan hole ini akan menempati tingkat
energi sedikit di atas pita valensi dan dengan sedikit tambahan energi akan sangat mudah elektro
berpindah dari pita valensi ke hole di atasnya dan meninggalkan hole di pita valensi yang akan
berkontribusi pada konduktivitas listrik. Atom pengotor seperti ini disebut akseptor (karena ia
menerima elektron dari pita valensi) dan semikonduktor dengan akseptor disebut semikonduktor
tipe p.
Untuk membuat perubahan konduktivitas yang memadai di material semikonduktor, cukup
ditambahkan sekitar 1 pengotor per sejuta atom semikonduktor.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari makalah yang telah ditulis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pita energy digunakan untuk menjelaskan konduktivitas suatu bahan, ada 2 macam pita energy yaitu
pita valensi dan pita konduksi. Pita valensi adalah pita energy yang mungkin diisi oleh electron dari
zat padat hingga komplit. Setiap pita memiliki 2N electron dengan N adalah jumlah atom. Bila masih
ada elektron yang tersisa akan mengisi pita konduksi. Pada suhu 0 K, pita konduksi terisi sebagian
untuk bahan konduktor, sedangkan untuk isolator dan semikonduktor tidak ada elektron yang
mengisi pita konduksi

2. Konduktivitas listrik adalah ukuran dari kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik.
Kenaikan suhu mengakibatkan kenaikan nilai konduktivitas listriknya. Hal ini dikarenakan jika suatu
atom dipanasi maka atom tersebut akan bergetar (vibrasi). Bergetarnya atom ini menimbulkan jarak
antar atom semakin besar, sehingga atom tidak mudah mengikat elektron dan mengakibatkan
elektron mudah bergerak bebas. Gerakan elektron bebas ini akan meningkatkan konduktivitas listrik.
Jadi konduktivitas listrik bergantung pada suhu.

3. Distribusi Fermi-dirac adalah suatu persamaan yang menjelaskan bahwa konsep atom hanya berlaku
pada kondisi tekanan dan temperature yang sama.

4. Bahan Isolator adalah material yang susah menghantarkan arus lisrik, sedangkan bahan konduktor
adalah material yang dapat menghantarkan arus lisrik. Bahan Semikondukor adalah sutau material
dengan sifat konduktivitas di antara konduktor dan isolator

DAFTAR PUSTAKA

www.biomed.ee.itb.ac.id/.../BAB%208%20b5%20Konduktor,%20Isolator,%20Semikonduktor.pdf

id.wikipedia.org/wiki/Statistik_Fermi-Dirac
staff.ui.ac.id/internal/131645339/material/05_Semikonduktor.pdf

lovefisika.wordpress.com/.../konduktor-isolator-dan-semikonduktor

id.wikipedia.org/wiki/Konduktivitas_listrik

matsci.fisika.ui.ac.id/abstrak/abstrak/gunawan.htm

Diposting oleh Nining kusmahetiningsih di 00.03

Label: Material

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Tema
Elektronika (1)
Energi (1)
Fotonik (1)
Lirik lagu (1)
Material (2)

Read Me
2011 (9)
o Februari (7)
PLTMH
Lirik Lagu M2M
Semikonduktor
SUPERKONDUKTOR
Sensor dan Pengukuran
Praktikum Optical fiber coupling
Praktikum optical device
o Januari (2)

My profile

Nining kusmahetiningsih

Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Lihat profil lengkapku

My Facebook
Nining Kusmahetiningsih

Buat Lencana Anda


Follower
My visitor
My Guest

47283

Diberdayakan oleh Blogger.

Diseo de FCT | A Blogger por Blog Ingeniera

Home
Showcase
Works
News
Agency
Shop

HIDUP, CINTA, DAN FISIKA.

Setiap kita punya cerita yang sangat berharga untuk dibagikan. Then di halaman ini saya
mencoba membagikan 3 hal penting bagi saya : semua yang berkaitan dengan hidup, cinta,
dan the spesial one Fisika. Happy Reading. :-)

IKATAN ATOM PADA ZAT PADAT


by LSandra Oey 05:28 0 comments FISIKA

Zat padat adalah sebuah objek yang cenderung mempertahankan bentuknya ketika gaya
luar mempengaruhinya. Karena kepadatannya itu, bahan padat digunakan dalam bangunan yang
semua strukturnya komplek yang berbentuk. Susunan zat padat merupakan kumpulan dari atom,
electron, dan inti atom, proton dan neutron dan quark.
Bahan padat dapat diklasifikasikan berdasarkan keteraturan susunan atom-atom atau ion-ion
penyusunnya. Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur letaknya dan berulang
(periodik) disebut bahan kristal. Dikatakan bahwa bahan kristal mempunyai keteraturan atom
berjangkauan panjang. Sebaliknya, zat padat yang tidak memiliki keteraturan demikian disebut
bahan amorf atau bukan-kristal. Perbedaan susunan Kristal dan amorf dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :

Bahan kristal, untuk yang selanjutnya cukup disebut kristal (saja), dapat dibentuk dari
larutan, lelehan, uap, atau gabungan dari ketiganya. Bila proses pertumbuhannya lambat, atom-
atom atau pertikel penyusun zat padat dapat menata diri selama proses tersebut untuk mrenempati
posisi yang sedemikian sehingga energi potensialnya minimum. Keadaan ini cenderung membentuk
susunan yang teratur dan juga berulang pada arah tiga dimensi, sehingga terbentuklah keteraturan
susunan atom dalam jangkauan yang jauh, inilah yang mencirikan keadaan kristal.

Sebaliknya, dalam proses pembentukan yang berlangsung cepat, atom-atom tidak


mempunyai cukup waktu untuk menata diri dengan teratur. Hasilnya terbentuklah susunan yang
memiliki tingkat energi yang lebih tinggi. Susunan atom ini umumnya hanya mempunyai keteraturan
yang berjangkauan terbatas, dan keadaan inilah yang mencerminkan keadaan amorf. Dalam bahan
amorf, jangkauan keteraturan atom biasanya sampai tetangga kedua.

Di antara kedua kristal sempurna (tunggal) di satu pihak, dan keadaan omorf di pihak lain, terdapat
keadaan yang disebut polikristal (kristal jamak). Zat padat pada keadaan ini tersusun oleh kristal-
kistal kecil. Bila ukuran kristalnya dalam ukuran orde mikrometer, bahan yang bersangkutan
termasuk kristal mikro (microcrystalline); dan bila ukuran kristalnya dalam orde nanometer, maka
bahannya digolongkan sebagai kristal nano (nanocrystalline).

Secara umum, perbedaan Kristal dan amorf dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Partikel-partikel zat padat begitu erat terikat satu sama lain karena adanya suatu gaya tarik menarik
yang terjadi antara partikel-partikel tersebut. Jenis ikatan atom pada zat padat antara lain :

1.1.1 Ikatan Ionik

Ikatan ionik terbentuk karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatik (Coulomb) antara ion
positif dan ion negatif. Terbentuknya ion-ion tersebut disebabkan oleh terjadinya transfer elektron
antar atom-atom yang membentuk ikatan. Beberapa contoh kristal ionik antara lian : NaCl, CsCl, KBr,
NaI, dst. Untuk NaCl, elektron pada atom Na ditransfer kepada atom Cl :

+
Selanjutnya, ion Na dan ion Cl yang dalam keadaan gas berikatan satu sama lain dan membentuk
kristal dengan melepaskan energi kisi (kohesi) sebesar 7,9 eV :
(1.1.)

+
Apabila ion Na dan ion Cl berdekatan pada jarak r, besarnya energi (potensial) tarik-menarik
Coulomb adalah :

coul = e2 / 4or (1.2.)

dengan e muatan listrik ion dan o permitivitas hampa. Gaya tarik-menarik ini tidak mengakibatkan

kedua ion terus mendekat, sampai jarak yang sedekat-dekatnya, karena orbital-tertutup yang terisi
penuh elektron pada masing-masing atom juga saling berdekatan. Sebagai akibatnya, timbul gaya
tolak antar elektron pada orbital atom, sebagai konsekuensi larangan Pauli. Besarnya energi tolak-
menolak (repulsif) dapat diungkapkan sebagai berikut :

n
Erop = A/r

atau

: Erop = B exp (-r/) (1.3.)

A, B dan adalah tetapan, sedangkan n = 12. Dalam persamaan (1.3) terlihat bahwa energi tolak-
menolak menurun dengan cepat dengan bertambahnya jarak antar ion. Hal ini menunjukkan bahwa
interaksi tolak-menolak tersebut adalah berjangkauan pendek, terutama bila dibandingkan dengan
interaksi elektrostatik Coulomb. Dengan demikian, setiap ion hanya merasakan interaksi tolak-
menolak dengan ion tetangga terdekatnya saja.

Di pihak lain, dalam interaksi elektrostatik setiap ion akan berinteraksi baik dengan ion tetangga
terdekatnya maupun dengan ion tetangga berikutnya, karena interaksi ini berjangkauan lebih jauh.
Dengan ini kita perlu memperhitungkan pengaruh tetangga yang lebih jauh tersebut dalam
perhitungan energi interaksinya. Perhatikan kembali gambar 1.1a. Anggap bahwa ion di pusat kisi (di
+
pusat ruang kubus) adalah ion Na , sebagai ion acuan yang ditinjau. Ion-ion yang mengelilingi ion
+
Na tersebut adalah seperti ditunjukkan pada tabel 1.1.
Dengan mengggunakan data tersebut, besarnya energi elektrostatik setiap pasangan ion dapat
dituliskan sebagai berikut :

(1.4.)

disebut tetapan Madelung. Untuk selanjutnya, merupakan karakteristik kisi terutama untuk
kristal ionik, karena nilainya bergantung pada struktur kristal yang bersangkutan. Berikut ini dapat
dibandingkan nilai untuk beberapa kristal ionik :

NaCl : = 1,748

ZnS : = 1,638

CsCl : = 1,736
Gambar 1.1 Empat tampilan kisi sel satuan garam meja (NaCl) : a. Sel satuan secara umum,

. Konfigurasi oktahedral, setiap atom dikelilingi 6 atom tetangga terdekat,

c. Susunan mampat, dan d. Susunan atom pada salah satu bidang sisi kubus.

Gambar 1.2.
Berdasarkan persamaan (1.2) dan (1.3) di atas selanjutnya dapat dibahas lebih lanjut perumusan
+
energi kisi. Untuk itu diambil contoh kristal NaCl, lihat gambar 1.1. Ion-ion Na dan Cl berada pada
+
keadaan seimbang pada jarak keseimbangan ro, yaitu jarak terdekat antara ion Na dan Cl pada

gambar 1.1 a dan d. Besarnya energi total sebagai fungsi jarak antar ion :

2
E(r) = Ecoul + Erep = -e /4or + B exp (-r/) (1.4.)

Energi kisi adalah energi total pada r = ro. Dalam grafik pada gambar 1.2, E (ro ) adalah nilai energi

keseimbangan pada titik minimum dari kurva E(r). Hal ini berarti turunan pertama dari E(r) terhadap
r pada r = ro adalah sama dengan nol. Jadi,
2 2
dE(r)/drrr = 0= (e /4oro ) -B/) exp (-r0/)

menghasilkan :

2 2
B = (e /4oro ) exp (ro /) (1.5.)

Masukkan nilai ini ke pers. (1.4), diperoleh :

2 2 2
E = -(e /4or ) [1 - (r/ro ) exp {(ro-r)/}] (1.6.)

pada keadaan seimbang, r = ro, didapatkan ungkapan bagi energi kisi :

2
Ekisi = -(e /4oro) [1 - (/ro)] (1.7.)

Terlihat pada persamaan terakhir ini bahwa nilai energi kisi bergantung pada tetapan
Madelung, sementara itu nilai tetapan biasanya hanya beberapa persen dari nilai ro. Mott dan

Gurney melaporkan bahwa = 0,345 angstrom untuk 20 macam kristal ionik alkali-halida. Distribusi
elektron di sekitar ion pada kristal NaCl ditunjukkan pada gambar 1.3. Angka-angka yang tersaji pada
kontur menunjukkan konsentrasi relatif elektron di lokasi yang bersangkutan.
Gambar 1.3. Distribusi rapat elektron pada bidang dasar kristal NaCl. Konsentrasi relatif elektron
ditunjukkan oleh angka-angka yang tercantum.

Gambar 1.4. Energi molekul hidrogen (H2) sebagai fungsi jarak antar atom.
1.1.2. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen, sering disebut ikatan valensi atau homopolar, dibangun oleh sepasang
elektron dari dua atom yang berikatan. Setiap atom menyumbang sebuah elektron untuk
membentuk sebuah ikatan kovalen. Elektron-elektron yang membentuk ikatan tersebut bersifat
lokal (hanya terdapat) di daerah antara dua atom, menempati orbital ikatan () dengan spin yang
berlawanan arahnya (anti-paralel). Untuk membahas secara lebih rinci tentang mekanisme
pembentukan ikatan ini diperlukan teori kuantum yang lebih lanjut, sehingga tidak di sajikan dalam
catatan ini demi penyederhanaan. Karena memerlukan teori kuantum inilah, maka ikatan kovalen
sering juga disebut ikatan kuantum.

Molekul hidrogen (H2) merupakan contoh molekul dengan ikatan kovalen yang paling

sederhana, perhatikan gambar 1.4. Keadaan ikatan paling kuat terjadi bilamana spin kedua elektron
saling anti-paralel (state S). Sewdangkan apabila keadaan spinnya parelel (state A), kedua atom
hidrogen berada pada keadaan anti-ikatan; atom-atom saling menolak, karena elektron-elektronnya
saling menjauhi (ingat prinsip larangan Pauli).

Gambar 1.5 Distribusi konsentrasi elektron valensi di sekitar atom Ge dalam kristal germanium

Ikatan kovalen termasuk ikatan yang kuat. Ikatan pada dua atom karbon dalam kristal inti
membentuk struktur tetrahedral, artinya setiap atom karbon dikelilingi oleh 4 buah atom karbon
tetangga terdekat. Kristal lain yang temasuk dalam struktur intan adalah kristal silikon dan
germanium. Arah ikatan kovalen nampak jelas dalam ruang tetrahedral, misalnya untuk kristal
germanium, lihat gambar 1.5. Dalam gambar ini, distribusi elektron pada daerah di skitar atom-atom
yang berikatan kovalen diwakili oleh angka-angka pada kontur yang bersangkutan.
1.1.3. Ikatan logam

Logam dicirikan oleh tingginya konduktivitas listrik dan termal, banyak mengandung elektron
bebas yang dapat bergerak diseluruh kristal. Elektron valensi yang dimiliki oleh setiap atom logam,
akan menjadi elektron bebas bila atom-atom tersebut membentuk Kristal logam. Sebagai contoh,
perhatikan atom natrium (11Na) dengan konfigurasi elektron dalam orbital atom sebagai berikut :

2 2 6 1
Na : 1s -2s -2p -3s
11

Gambar 1.6 Struktur ikatan logam. Ikatan antar teras atom yang dikelilingi oleh elektron-elektron bebas

Orbital atom yang terisi penuh elektron bersama-sama inti atom membentuk teras atom
(core). Dalam kristal logam, teras-teras atom saling berkaitan, dan elektron valensi menjadi elektron
bebas (satu elektron untuk setiap teras Na). Dalam gambar ini, ikatan logam dapat dipandang
sebagai kumpulan teras atom dalam lautan elektron bebas. Lihat gambar 1.6.

1.1.4. Ikatan Van der Waals

Gas-gas inert (He, Ne, Ar, dst) dapat membentuk kristal-kristal sederhana. Kristal tersebut
umumnya transparan, bersifat isolator, berikatan lemah dan memiliki titik leleh yang sangat rendah.
Bila diperhatikan, atom-atom gas ini memiliki orbital valensi yann terisi penuh elektron, sehingga
elektron-elektron valensi tidak lagi memungkinkan untuk membentuk ikatan. Lalu, gaya apakah yang
membuat atom-atom tersebut dapat bertahan dalam menyusun kristal ?

Atom-atom gas inert dapat mengalami distorsi yang sangat kecil pada distribusi elektronnya dalam
orbital kulit penuh yang berbentuk simetri bola. Meskipun kecil, penyimpangan ini cukup mengubah
atom-atom menjadi dipol-dipol listrik. Interaksi antar dipol inilah yang menghasilkan gaya tarik-
menarik yang disebut gaya Van der Waals. Gaya ini sangat lemah, dan energi interaksinya memiliki
bentuk :

6
EVDW = -A/r (1.8.) (1.8.)

A tetapan dan r jarak antar atom. Untuk menjaga agar atom-atom berada dalam keseimbangan,
pada jarak yang sangat dekat akan terjadi gaya tolak-menolak sebagai akibat berlakunya prinsip
larangan pauli (lihat gambar ikatan ionik) yang menghasilkan energi tolak-menolak :

12
Erep = B/r (1.9.) (1.9.)

Dengan demikian bentuk lengkap energi interaksi dalam ikatan Van der Waals adalah :

6 12
E(r) = -A/r + B/r (1.10.) (1.10.)

Persamaan (1.10) dirumuskan lebih lanjut oleh Lennard-Jones dalam bentuk :

12 6
E(r) = 4[(/r) - (/r ] (1.11.)

dan disebut energi potensial Lennard-Jones. Besaran dan adalah parameter yang dapat
ditentukan dari eksperimen. Selain pada gas-gas inert/mulia, ikatan Van der Waals juga ditentukan
pada kristal molekul-molekul organik.

1.1.5. Ikatan Hidrogen

Karena hanya memiliki sebuah elektron, atom hidrogen hanya dapat berikatan dengan
sebuah atom lain. Akan tetapi, keadaan tertentu, sering dijumpai bahwa atom hidrogen dapat pula
berikatan cukup kuat dengan dua buah atom lain. Pada keadaan demikian terbentuklah ikatan
hidrogen di antara atom-atom tersebut dan atom H dengan energi ikat 0,1 eV. Dalam ikatan
hidrogen, atom H bersifat sebagai ion positif terutama bila berikatan dengan atom-atom yang
elektronegatif, seperti F, O dan N.
Gambar 1.7. Susunan kristal es (H2O padat), setiap atom oksigen dikelilingi oleh 4 atom H. Jarak antar atom 0-0 terdekat 2,76

angstrom dan antara atom-atom H-O 1,75 angstrom dan H-H 1,01 angstrom. Bandingkan dengan jarak antar
atom H-O dalam molekul air 0,96 angstrom.

Ikatan hidrogen berperanan penting dalam interaksi antar molekul H2O, dan bersama-sama interaksi

elektrostatik dari dipol-dipol listrik (H2O molekul polar) berperanan dalam pembentukan molekul air

dan kristal es; perhatikan gambar 1.7.

1.1.6. Ikatan Campuran

a. Ionik-kovalen

Ikatan ionik yang sempurna dapat terbentuk pada suatu molekul bilamana atom-atom yang
terlibat dapat membentuk ion-ion yang elektropositif dan elektronegatif kuat. Syarat ini terpenuhi
oleh molekul ionik alkali-halida, oleh karena atom-atom alkali dan halida memiliki kecenderungan
yang kuat untuk melepaskan dan menerima elektron. Bagi atom-atom yang kurang
keelektropositifan dan keelektronegatifannya, transfer elektron kation ke anion kurang dari 100%.
Sebagai contoh, logam-logam transisi (golongan B) memiliki energi ionisasi yang lebih besar daripada
logam alkali, sehingga perak-halida (AgX) kurang ionik dibandingkan alkali-halida. Dapat didefinisikan
:
(1.12.)

adalah parameter derajad keionikan yang di ungkapkan menurut persamaan :

(1.13.)

,,koviondan berturut-turut menyatakan fungsi gelombang elektron terikat, fungsi gelombang


ikatan kovalen dan fungsi gelombang ikatan ionik.

b. Kovalen - Van der Waals

Ikatan campuran antara kovalen dan Van der Waals banyak ditemmukan pada kristal
molekul. Pada gambar 1.8 ditunjukkan kristal telurium (Te) dan grafit (C), yang masing-masing
mengandung ikatan kovalen dan ikatan Van der waals. Ikatan kovalen terjadi antara atom-atom Te
yang membentuk spiral, sedangkan pada kristal grafit, ikatan kovalen terjadi antar atom-atom C
pada satu lapis tertentu, serta ikatan Van der Waals terjadi antar lapisan (gambar 1.8b).
Gambar 1.8. Kristal dengan ikatan campur kovalen-Van der Waals; a. Krsital telurium, ikatan antar atom di
sepanjang rantai kovalen dan ikatan antar rantai Van der Waals, b. Kristal grafik c. Ikatan antar atom di setiap
lapisan adalah kovalen, sedangkan ikatan antar lapisan adalah Van der Waals.

DAFTAR PUSTAKA

[files.indowebster.com]-bab1-1-.pdf

MklhZatPdt-1.pdf (application/pdf Object)

Zat Padat dan Semikonduktor

SusunanAtomdalamBendaPadat.pdf (application/pdf Object)

TAGS : FISIKA |

SHARE :





LSandra Oey
Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor.
Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

IKATAN ATOM PADA ZAT PADAT

Mengenal POLONIUM

0 comments:

Post a Comment

Saya sangat berterima kasih anda bersedia memberikan komentar untuk tulisan saya. :-)

Newer Posts Older Posts

Archives
2016 (1)

2015 (2)
2014 (23)
o October (1)
o July (3)
o June (3)
o May (15)
PENYEBARAN ILMU ALAM DI ZAMAN AWAL
SEJARAH PERKEMBANGAN ASTRONOMI
IKATAN ATOM PADA ZAT PADAT
Mata, telinga dan hati
Membedah penggunaan multimedia dalam pembelajaran ...
Mengenal POLONIUM
Ringkasan Cara Kerja Elektrokardiogram (EKG), CT S...
SEJARAH PEMBENTUKAN BUMI DAN DINAMIKANYA.
TEORI BELAJAR SOSIAL (Social Learning Theory)
MAKALAH KEBUDAYAAN PASCA MELAHIRKAN SEBAGIAN WARGA...
Arti "Punk" menurut dia.
SERDADU DAN HATINYA.
I WILL SURVIVE, I STAY ALIVE FOR YOU.
WANITA = MAKHLUK TUHAN YANG LUAR BIASA.
Tentang Kehidupan
o April (1)

Popular Posts
IKATAN ATOM PADA ZAT PADAT
Mata, telinga dan hati
Mengenal POLONIUM
SEJARAH PERKEMBANGAN ASTRONOMI
Ringkasan Cara Kerja Elektrokardiogram (EKG), CT Scan, USG, dan Ultrasonografi.

SURAT UNTUK TEMAN (DEAR MAMA)

WANITA = MAKHLUK TUHAN YANG LUAR BIASA.

Sang Ratu dan Otaknya.


Ini tentang MELAWAN.

Telah dibuka! "FLOBAMORA Book Shop"

Facebook Like Box


Labels
ASRAMA MAHASISWA
CERPEN
FISIKA
Puisi
SEHARI-HARI
TUGAS KULIAH S1

Popular Posts
IKATAN ATOM PADA ZAT PADAT
Mata, telinga dan hati
Mengenal POLONIUM
SEJARAH PERKEMBANGAN ASTRONOMI
Ringkasan Cara Kerja Elektrokardiogram (EKG), CT Scan, USG, dan Ultrasonografi.

SURAT UNTUK TEMAN (DEAR MAMA)

WANITA = MAKHLUK TUHAN YANG LUAR BIASA.


Sang Ratu dan Otaknya.

Ini tentang MELAWAN.

Telah dibuka! "FLOBAMORA Book Shop"

About Me

LSandra Oey

Menyukai fisika dan ilmu psikologi sejak SMP. Selain membaca buku dan menonton
berita (gosip juga :D), film kartun jadi favorit saya. Saya suka juga berolahraga (renang, lari,
dll). Terakhir, saya suka masak. walaupun masih keasinan. haha..

Contact me, Facebook : https://www.facebook.com/Lusiana.Sandra.Oey


Twitter : https://twitter.com/SandraOey

View my complete profile

Powered by Blogger.

Categories
ASRAMA MAHASISWA (1)
CERPEN (2)
FISIKA (5)
Puisi (7)
SEHARI-HARI (5)
TUGAS KULIAH S1 (5)

FOLLOW ME
FISIKA
CORETAN BERMAKNA
CERPEN

Flickr Images
Video of the Day
Copyright 2015 HIDUP, CINTA, DAN FISIKA. - All Rights Reserved Created by ThemeXpose

Back to Top

Anda mungkin juga menyukai