Anda di halaman 1dari 13

BAB II

DASAR TEORI

Untuk menjelaskan kejadian atau proses yang berkaitan dengan atom,digunakan


berbagai model atom. Atom dimodelkan antara lain sebagai sistem yang terdiri
dari bagian yang sangat mampat di bagian tengahnya yang disebut inti, dan
sejumlah elektron yang mengelilingi inti dalam lintasan masing-masing. Inti atom
terdiri atas kumpulan proton, zarah dasar yang bermuatan listrik positif, dan
neutron, zarah dasar sama proton tetapi tidak bermuatan listrik.
Proton dan neutron dalam inti atom saling berdekatan dengan bangunan
yang sangat mampat. Inti atom hidrogen yang hanya terdiri atas satu proton
merupakan kekecualian. Proton dan neutron dalam inti disebut nukleon. Jumlah
nukleon, yaitu jumlah proton bersama dengan neutron disebut nomer massa atom,
dilambangkan dengan A. Jumlah proton, yang dalam atom normal selalu sama
dengan jumlah elektron yang disebut nomer atom, dan membagi lambang Z.
A
Dengan model atom dapat dilambangkan dengan Z X. Inti atom yang tidak
membuang dengan sifat kimianya, hanya diisi dengan jumlah proton dan neutron
di dalamn yang disebut nuklida
Di dalam alam, hampir semua memiliki lebih dari satu bentuk atom, satu
dengan yang lain dalam jumlah yang berbeda dalam intinya. Keluarga yang
memiliki jumlah proton (dan dengan sendirinya dan jumlah elektron) sama, tetapi
dengan jumlah neutron yang berbeda, dinamakan isotop. Isotop adalah tidak
memiliki sifat kimia yang sama, tetapi dengan sifat fisika yang berbeda. Sebagai
contoh, ada tiga isotop yaitu hidrogen biasa, hidrogen berat atau deuterium, dan
1 2 3
tritium; berturut-turut dilambangkan dengan 1H, 1 H, 1 H. ketiga inti isotop
hydrogen memiliki satu elektron dan satu proton, tetapi inti hydrogen berat selain
mempunya satu proton proton juga memiliki satu neutron, sedangkan inti tritium
selain memiliki satu proton juga memiliki dua neutron.
Di antara isotop-isotop yang ada yang ada dalam keadaan tidak stabil,
isotop yang seperti itulah yang digunakan untuk mengubah dirinya (sola inti)
menjadi isotop yang lain dengan melepaskan lebih banyak energi dalam bentk
radiasi. Radiasi tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan padat, cair, atau gas,
dapat menyebabkan pengionan dalam bahan itu; karena itu disebut juga radiasi
pengion. Juga dianggap sebagai proses peluruhan radioaktif atau radioaktivitas.
Isotoptida atau nuklida yang berperilaku semacam itu disebut nuklida radioaktif
atau radionuklida. Jadi radioaktivitas dapat diartikan sebagai perubahan besar
secara spontan yang menghasilkan unsur baru. Perubahan itu terlaksana melalui
berbagai cara, antara lain dengan memancarkan zarah alfa (a), zarah beta (B-),
positron (B+), dan penarik elektron atomnya sendiri. Reaksi itu, masing-masing
bisa atau tidak dengan pemancaran radiasi gamma (y).
Berbagai kegiatan yang menggunakan peralatan radioaktif. Alat atau
perlengkapan semacam itu dengan sendirinya dapat dikeluarkan sebagai radiasi.
Sebagai contoh, kamera gamma dalam kegiatan radiografi industri menggunakan
iridium-192, atau saesium-137 atau kobalt-60; sistem pengendalian volum pada
kilang minyak atau pabrik semen, sistem pengawasan mutu (ketebalan, kepadatan)
pada pabrik baja, pabrik rokok atau kertas; dan pabrik pengemasan ada yang
menggunakan zat radioaktif pemancar gamma.
Radioaktivitas dan sifat radioaktif inti sepenuhnya hanya ditentukan oleh
keadaan inti dan tidak bergantung pada keadaan kimia maupun fisika unsurnya.
Karena itu sifat radioaktif zat atau tidak dapat diubah dengan cara apa pun, dan
merupakan sifat khas radioaktif itu. Proses perubahan radioaktif bergantung pada
dua faktor, yaitu beroperasi ketidakmantapan Tertentu Suatu inti, hearts arti
apakah nisbah neutron-proton inti induk terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan
pada hubungan massa energi inti induk, turunan inti, dan radiasi Yang
dipancarkan. Saat X nyatakan nuklida induk, Y nuklida turunan, R radiasi yang
dipancarkan, dan jumlah energi total yang dalam proses peluruhan.
Energi total Q sama dengan jumlalh energi atom yang dikeluarkan dan
energi radiasi yang dipancarkan. Energi atom yang biasanya sangat rendah, dan
karena itu sering sama dengan total energi. Sinar-y adalah radiasi elektromagnet
ekaenergi yang dipancarkan dari inti atom tereksitas yang mengikuti proses
radioaktif, seperti cara mengeluarkan energi eksitasi untuk menuju ke tingkat
dasarnya. Dari kerentanan proteksi radiasi, selain sinar-y perlu juga radiasi
elcktromagnet yang lain tidak dapat dibedakan dengan sinar-y, yaitu sinar-X.
Sinar-X dapat terbentuk melalui berbagai cara. Radiasi elektromagnetik dalam
proses muksa positron dan elektron dalam peluruhan radioaktif yang
memancarkan positron perlu juga diperhatikan. Seperti salah dalam peluruhan
22
Na, dua foton muksa yang terbentuk, harus juga diperhatikan bersama radiasi -r
yang berenergi 1,275 MeV. Sebagai ketentuan umum radiasi, dengan
mengirimkan hasil radiasi perisai radiasi, dosimetri, dan intensitas radiasi, sctiap
pemancaran positron harus dikeluarkan dengan akibatnya radiasi y.
Berbeda dengan sistem alat cacah, sistem spektrometer energi
mendasarkan kerjanya pada pembuatan ion di dalam bahan semikonduktor, atau
pada saat terbentuknya cahaya tampak pada alat pengesan pendar cahaya yang
menggunakan kristal atau cairan pendar cahaya. Pada dasarnya sistem
spektrometer energi juga mencacah setiap radiasi yang masuk ke dalam volume
peka alat pengesan. Bedanya hanya bahwa pengolah sinyal dalam sistem
spektrometer memilah milah energi radiasi yang datang, dapat dibedakan dari
berbagai energi radiasi yang datang.
Sistem peralatan spektromèter pendar cahaya. Perbodaan utama antara
pengaturan alat dengan spektrometer pada sistem yang disebut penganalisis rin
denyut. Dengan adanya penganalisis tinggi, terutama pada jenis penganalisis
tinggi denyut saluran ganda, memungkinkan diketahuinya kurva sebaran tinggi
menyangkal yang menentukan spektrum iasi un pengesan, dan sebagainya dapat
digunakan untuk energi radiasi yang masuk ke dalam alat penge yang masuk,
dapat dikenali jenis radionuklida yang memancarkannya.
Dalam proteksi radiasi sistem spektrometer yang paling banyak digunakan
ialah spectrometer radiasi gamma. Untuk keperluan ini alat pengesan
menggunakan trometer yang paling banyak digunakan adalah kristal (CTI) atau
kadang-kadang kristal CsI (TT). Kristal Nal (TI) atau Csl (TT) sangat sesuai
untuk mengesan radiasi gamma karena kerapatan dan nomor atomnya yang nisbi
tinggi. Radiasi gamma digunakan dengan kristal Nal (TI) terutama melalui efck
fotolistrik, efek Compton, dan produksi pasangan. Dalam proses ini, sebagian
energi radiasi yang masuk ke dalam energi diubah menjadi energi dan energi
untuk proses produksi pasangan. Sebagian lagi diubah menjadi foton sekunder
dalam proses Compton. Selanjutnya energy electron ini, kecuali yang keluar dari
kristal, berubah menjadi energi cahaya tampak.
Luaran total cahaya tampak sebanding dengan energi foton primer yang
masuk. Dalam proses fotolistrik, sebagai proses ikutan timbul sinar-X dengan
energi yang sangat rendah; sinar-X ini umumnya akan terserap juga di dalam
kristal. Dalam proses Compton, energi foton datang atau foton primer sebagian
berubah menjadi foton sekunder atau foton hamburan dengan energi yang nisbi
masih tinggi; meskipun diusahakan agar radiasi gamma sekunder ini tidak keluar
dari kristal dengan cara menggunakan pemantul yang berlaku kristal, mungkin
sebagian akan keluar juga dari kristal. Proses produksi menggunakan energi
radiasi gamma sekurang-kekurangan 1,02 MeV, yang tidak lain sama dengan
energi dengan massa diam elektrom positron. Karena itu energi kinetik total
pasangan yang terbentuk hanyalah sama dengan selisih antara energi radiasi
gamma primer dengan 1,02 MeV.
Positron mudah sekali bergabung dengan elektron di sekitanya, dan jika
demikian lalu muksa dengan membentuk dua foton, masing-masing dengan energi
0,51 MeV. Foton bentukan ini akan tampak pada spektrum energi pada kedudukan
yang sesuai dengan energi 0,51 MeV. Spektrum energi yang berasal dari radiasi
gamma ekaenergi mempunyai pola. Disebelah kiri atau daerah energi rendah akan
tergambar kurva yang berasal dari radiasi energi rendah, misalnya foton
hamburan, y hamburan balik dan / atau sinar-X yang farik. (Suwarno, 1995)
Pada tahun 1896 Becquerel menemukan bahwa suatu senyawa uranium
mempengaruhi suatu pelat fotografi terbungkus dalam kertas pembuktian cahaya,
dan dia menyebutnya radioaktivitas phenomenon. Radiasi dari uranium
dipisahkan ke dalam tiga komponen ketika suatu medan magnetik B diberikan
tegak lurus ke hulu radiasi, dan mereka disebut sinar alpa, beta, dan gamma. Sinar
alpa dan sinar beta dibelokkan oleh medan dan dengan demikian secara tepat
mengisi partikel, tetapi sinar gamma tidak dipengaruhi.
Sinar beta dan sinar gamma oleh pembelokan partikel beta tegak lurus
dengan medan magnetik dan medan listrik, perbandingan massa dan muatan
mereka dapat ditentukan. Ini serupa dengan eksperimen Thomson. Eksperimen ini
menunjukkan bahwa partikel beta merupakan elektron yang bergerak pada
kecepatan tinggi.Secara umum, partikel beta mempunyai suatu daya penetrasi
material lebih besar daripada partikel alpa. Ini berkaitan dengan ionisasi udara
lebih lemah oleh partikel beta dibandingkan dengan partikel alpa, jadi energi
mereka hilang sedikit secara cepat daripada partikel alpa dan jika mereka lewat
terlalu jauh.
Sinar gamma alami ditunjukkan oleh eksperimen dengan kristal.
Fenomena pembiasan dijelaskan dalam kasus ini, yang mana menyarankan sinar
gamma merupakan gelombang elektromagnetik. Pengukuran panjang gelombang
mereka, oleh teknik spesial dengan kristal, menunjuk mereka lebih pendek
daripada panjang gelombang sinar X. Sinar gamma dapat menetrasi logam yang
ketebalannya lebih besar, tetapi mereka mempunyai daya mengionisasi kurang
jauh dalam gas daripada partikel beta.
Pada tahun 1930 Bothe dan Becker menemukan bahwa suatu radiasi
sangat penetrasi dihasilkan ketika partikel alpa berada pada peristiwa berilium.
Radiasi tidak mempunyai muatan karena itu jadi bisa melewati radiasi gamma
yang sangat hebat energinya. Pada tahun 1932 Curie-Juliot menempatkan suatu
blok paraffin di depan radiasi penetrasi, dan menunjukkan bahwa pertimbangan
jarak proton ditolak dari paraffin. Energi radiasi dapat dihitung dari jarak
penolakan proton, dan itu kemudian ditemukan dengan kemungkinan yang tinggi.
Pada tahun 1932 Chadwick mengukur kecepatan proton ketia mereka
ditolak oleh penetrasi radiasi dari material seperti paraffin yang mengandung
hidrogen. Dia menggunakan polonium A sebagai suatu sumber partikel alpa dan
tidak diketahui radiasi X dibangun oleh dampak berilium B yang kemudian terjadi
pada paraffin C. Kecepatan proton tertolak dari C yang dapat ditemukan dari jarak
mereka dalam udara, yang mana ditentukan oleh banyaknya penempatan
ketebalan penyerapan lempengan aluminium D di depan suatu tempat
pengionisasian E sampai tidak ada efek yang dihasilkan di sana.
Dengan kalibrasi ketebalan lempengan aluminium sebelumnya diistilahkan
dalam ketebalan udara, jarak dalam udara ditemukan. Suatu partikel beta, suatu
elektron, dan suatu sinar gamma, suatu gelombang elektromagnetik, hanya
mempunyai dampak yang kecil dalam massa suatu inti ketika mereka
dipancarkan. Suatu partikel beta mempunyai muatan –e. Sekarang thorium
mempunyai suatu muatan inti +90e dan nomor massa 234, dan memancarkan
sinar beta dan sinar gamma. Dengan akibatnya nomor massa tidak ada, tetapi
muatan inti meningkat ke +91e, dan jika suatu elemen baru dibentuk nomor atom
91. Ini merupakan isotop protatinium secara tepat. Simbol elemen baru terbentuk
ditunjukkan dalam kurung pada kolom elemen dalam tabel. Satuannya
mengandung isotope Pb yang paling banyak, thorium Th dan bismuth Bi, elemen
yang mana mempunyai nomor atom yang sama tetapi nomor massa yang berbeda.
Peluruhan radioaktivitas, yang menghasilkan pemancaran dari partikel
alpa, beta, dan sinar gamma merupakansuatu proses yang acak. Kita tidak
meramalkan atom akan meluruh pada suatu fakta yang praktis. Semuanya kita
tahu bahwa laju rata-rata pemancaran dari suatu contoh radioaktif yang ideal pada
bilangan tidak mengubah atom yang menghadirkannya secara praktis. Pada
perhitungan acak yang pemancarannya alami, perhitungan nomor pemancaran
dalam pemberian waktu seperti satu menit yang akan ditemukan fluktuasinya,
walaupun sumber aktivitasnya konstan. Ini baik diilustrasikan oleh radiasi layar
yang berkaitan dengan sinar kosmik ketika mereka dibelokkan oleh suatu tabung
G-M dan skalar.
Radiasi dapat dipertimbangkan berkaitan dengan sumber aktivitas konstan
yang lebih merupakan keaslian dari sinar kosmik yang memasuki atmosfer bumi.
Dalam kasus ini, perhitungan membuat fluktuasi dalam konsekutif menit setelah
dipertimbangkan. Dalam cara yang sama, pencacah per menit dalam eksperimen
dengan sumber radiasi laboratorium akan memfluktuasikan, meskipun tidak
sebanyak kasus sinar kosmik yang mana merupakan suatu sumber relativitas yang
lemah. (M. Nelkon, 1966)
Detektor GM merupakan salah satu detektor isian gas, bila dikenai radiasi
yang mempunyai energi lebih besar daripada energi ikat elektron maka di dalam
detektor isian gas akan terjadi proses ionisasi, yaitu proses pembentukan ion
positif dan ion negatif dari suatu atom yang netral. Hal ini karena sejumlah
elektron dari atom pengisi detektor akan lepas menjadi ion negatif sedangkan sisa
atom yang ditinggalkan elektron akan bermuatan positif (ion positif). Dengan
adanya medan listrik, ionion tersebut akan diarahkan sehingga bergerak menuju
dua elektroda yang berbeda, elektron menuju anoda sedangkan ion positif menuju
katoda. Terkumpulnya ion-ion pada dua elektroda tersebut akan menghasilkan
sinyal listrik yang mempunyai tinggi sebanding dengan energi radiasi yang
datang. E N w= (1) dimana : N : jumlah ion (elektron) E : energi setiap radiasi
yang datang w : energi ikat elektron (untuk gas ± 34 eV) Karena bahan detektor
yang digunakan berbentuk gas maka detektor ini mempunyai efisiensi yang sangat
rendah untuk radiasi gamma. Sebagai detektor radiasi gamma, digunakan detektor
NaI(Tl) yang merupakan detektor sintilasi. Detektor sintilasi terdiri dari bahan
sintilator dan tabung photomultiplier.
Bahan sintilator berfungsi untuk menangkap radiasi dan mengubah
energinya menjadi percikan cahaya tampak, sedangkan photomultiplier berfungsi
untuk mengubah percikan cahaya yang dihasilkan bahan sintilator menjadi pulsa
listrik. Di dalam photomultiplier terdapat photokatoda yang akan melepaskan
elektron bila dikenai percikan cahaya (efek fotolistrik) Bila di antara photokatoda
dan beberapa dinoda diberi beda potensial secara bertingkat, maka elektron yang
dilepaskan oleh photokatoda akan dipercepat menuju ke dinoda pertama sehingga
ketika elektron yang berenergi tersebut menubruknya maka akan dilepaskan
beberapa elektron demikian seterusnya sampai beberapa buah dinoda. Pada
dinoda terakhir akan terkumpul elektron dengan jumlah yang sangat banyak.
Kumpulan elektron tersebut dapat diukur sebagai tegangan (pulsa) ataupun arus
listrik. Metode kromatografi kertas telah lama digunakan pada penentuan
kemurnian radiokimia suatu radiofarmaka karena metode ini aman, mudah
dilakukan, efisien, dan cepat.
Adanya perbedaan nilai cacahan dari pencacah beta dan pencacah gamma,
hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1) adanya peluruhan
dari radionuklida 188/186Re karena perbedaan selang waktu antara pencacahan
dengan pencacah beta dan pencacah gamma, semakin lama selang waktu antara
kromatografi dengan pencacahan maka semakin kecil nilai cacahannya, 2)
perbedaan prinsip kerja dari sistem pencacah beta dan pencacah gamma, pencacah
beta menggunakan detektor isian gas Geiger Mueller (GM), detektor ini hanya
dapat mendeteksi radiasi yang mempunyai daya ionisasi yang cukup besar seperti
radiasi beta, 3) perbedaan sifat dari radiasi beta dan gamma, yaitu radiasi gamma
mempunyai daya tembus yang lebih besar dari radiasi beta sehingga dapat
terdeteksi detektor sintilasi seperti detektor NaI(Tl). (Teguh Hafiz Ambar, 2009)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tenaga atom itu pada dasarnya merupakan suatu bentuk energi yang terjadinya
tidak begitu berbeda dengan enegi yang timbul pada reaksi kimia.
Perbedaannya terletak dalam pengaturan kembali di dalam inti atom, tidak
seperti pada reaksi kimia, pengaturan kembali terjadi antara atom – atom.
Molekul tersusun atas satu atom yang terikat pada satu atom atau beberapa
atom lain. Penyusunan kembali seperti di atas membebaskan tenaga. Atom
sendiri tersusun oleh inti, yang terdiri terutama dari proton dan neutron dan
mengikat elektron. Pengaturan kembali dari susunan inti atom ini dinamakan
reaksi inti.Radiasi sinar X atau sinar gamma dari inti yang tereksitasi. Sebuah
inti dapat berada dalam keadaan ikat yang energinya lebih tinggi daripada
keadaan dasar, seperti juga atom bisa berada berada dalam keadaan seperti
itu. Inti tereksitasi kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan foton yang
energinya bersesuaian dengan perbedaan energi antara berbagai keadaan awal
dan keadaan akhir dalam transisi yang bersangkutan.
Kita dapat membayangkan proses yang dikenal sebagai konversi internal
ini sebagai sejenis efek fotolistrik dimana sebuah foton nuklir diserap oleh
elektron atomik; lebih cocok dengan eksperimen jika kita menganggap
konversi internal menyatakan transfer langsung energi eksitasi diri sebuah inti
ke elektron. Elektron yang terpancar memiliki energi kinetik sama energi
eksitasi nuklir yang hilang dikurangi energi ikat elektron itu dalam sebuah
atom.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagian dan fungsi detektor sintilasi naI(Tl).
2. Untuk mengetahui prinsip kerja MCA.
3. Untuk mengetahui spektrum isotop Cs-137 dan Co-60.
4. Untuk mengetahui aplikasi percobaan.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Bahan


3.1.1 Peralatan
1. Power Supply/High Voltage
Berfungsi sebagai sumber tegangan tinggi
2. Detektor NaI(Tl)
Berfungsi sebagai untuk mendeteksi radiasi, mencacah jumlah
partikel radioaktif dan energi radiasi
3. Absorber Pb dan Fe
Berfungsi sebagai penyerap radiasi yang dipancarkan unsur
radioaktif
4. CPU
Berfungsi sebagai unit control sebagai pengatur jalannya suatu
program
5. Register
Berfungsi sebagai penyimpan instruksi yang diberikan.
6. ALU (Aritmatika Logic Unit)
Berfungsi sebagai pemproses instruksi aritmatika pada program
7. Praamplifier dan amplifier
Berfungsi sebagai penguat sinyal / pulsa yang dimunculkan unsur
Cs-137 dan unsur X yang dideteksi
8. PMT
Berfungsi untuk memutus arus ketika terdapat beban.
9. Monitor
Berfungsi sebagai layar penampil hasil deteksi
10. Mouse
Berfungsi sebagai alat pendukung computer untuk menggerakkan
kursor.
11. MCA
Berfungsi sebagai alat pencacah
12. Keyboard
Berfungsisebagai alat untuk memasukkan input

3.1.2 Bahan
1. Co-60
Berfungsi sebagai sumber radioaktif beta
2. Cs-137
Berfungsi sebagai sumber radiasi sinar gamma

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Kalibrasi MCA
1. Disiapkan peralatan yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Dihubungkan detektor NaI(TI) ke alat cacah.
3. Dihidupkan pencacah dan ditunggu beberapa menit sehingga
tegangan sebesar 1000 volt .
4. Diletakkan sumberradioaktif Cs-137 dan bahan-bahan X dan ukur
cacah dan laju cacah.
5. Dihitung besar energi yang dihasilkan unsur Cs-137 dan bahan X.
6. Ditentukan unsur dan bahan X dengan membandingkan hasil dari
energi yang dihasilkan dalam buku text book(Kaplan).
7. Dicatat hasil cacahannya pada kertas data percobaan.

3.2.2 Menentukan Interaksi Dengan Cs-137, Cacah Latar Belakang


(Background), Cacah Interaksi Dengan Absorber Fe Dan Absorber
Pb
1. Disiapkan peralatan yang akan digunakan dalam percobaan.
2. Disusun rangkaian percobaan.
3. Dimasukkan Cs-137 dan dihitung cacah interaksinya.
4. Diletakkan Pb sebagai absorbernya.
5. Divariasikan tegangan dari 0-900 Kev.
6. Dicatat jumlah cacah yang dihasilkan.
7. Diukur cacah untuk interaksi Cs-137 dengan menggunakan Fe dan
background.
8. Dicatat jumlah cacah yang dihasilkan pada kertas data percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Nelkon M. 1966. Principes of Atom Physics and Elektronics. London: Heinemann
Educational Books.
Pages : 34 – 47
Wibawa, Teguh Hafif Ambar. 2009. Evaluasi Penggunaan Pencacah Beta Dan
Gamma Pada Penentuan Kemurnian Radiokimia 188/186re-Ctmp.
Halaman : 2-4
Wiryosimin, suwarno. 1995. Mengenal Asas Proteksi Radiasi. Bandung: Intitut
Teknik Bandung
Halaman : 4-5, 11, 171-173

SPEKTROSKOPI SINAR BETA DAN GAMMA

JURNAL PRAKTIKUM PERCOBAAN V


INGGIT ANASTASYA WARZUKNI
160801029

LABORATORIUM FISIKA INTI


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Anda mungkin juga menyukai