Anda di halaman 1dari 10

Spektum Sinar Gamma:

Sinar gamma adalah radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang
sangat pendek (dalam orde Angstrom) yang dipancarkan oleh inti atom yang tidak stabil yang bersifat
radioaktif. Setelah inti atom memancarkan partikel , (elektron), (positron), atau setelah
peristiwa tangkapan elektron, inti yang masih dalam keadaan tereksitasi tersebut akan turun ke
keadaan dasarnya dengan memancarkan radiasi gamma. Sebagai contoh, peluruhan unsur 137Cs
menjadi 137Ba melalui peluruhan yang diikuti pemancaran radiasi .
137Cs 137Ba + -1 + -2 +
Skema peluruhan 137Cs dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Skema peluruhan 137Cs[2]


Detektor yang umum digunakan dalam spektroskopi gamma adalah detektor sintilasi NaI (Tl).
Detektor ini terbuat dari bahan yang dapat memancarkan kilatan cahaya apabila berinteraksi dengan
sinar gamma. Efisiensi detektor bertambah dengan meningkatnya volume kristal sedangkan resolusi
energi tergantung pada kondisi pembuatan pada waktu pengembangan kristal. Sinar gamma yang
masuk ke dalam detektor berinteraksi dengan atom-atom bahan sintilator menurut efek fotolistrik,
hamburan Compton dan pasangan produksi, yang akan menghasilkan kilatan cahaya dalam sintilator.
Keluaran cahaya yang dihasilkan oleh kristal sintilasi sebanding dengan energi sinar gamma.
Kilatan cahaya oleh pipa cahaya dan pembelok cahaya ditransmisikan ke fotokatoda dari
photomultiplier tube (PMT) kemudian digandakan sebanyak-banyaknya oleh bagian pengganda
elektron pada PMT. Arus elektron yang dihasilkan membentuk pulsa tegangan pada input penguat
awal (preamplifier) . Pulsa
ini setelah melewati alat pemisah dan pembentuk pulsa dihitung dan dianalisis oleh
Mulichannel Analyzer (MCA) dengan tinggi pulsa sebanding dengan energi gamma.

Gambar 2. Skema bagan spektrometer sinar gamma.


Jika energi radiasi yang dipancarkan oleh unsur radioaktif 137Cs diserap seluruhnya oleh
elektron-elektron pada kristal detektor NaI(Tl) maka interaksi ini disebut efek fotolistrik yang
menghasilkan puncak energi (photopeak) pada spektrum gamma (gambar 3) pada daerah energi
661,65 keV. Apabila foton gamma berinteraksi dengan sebuah elektron bebas atau yang terikat lemah,
misal elektron pada kulit terluar suatu atom, maka sebagian energi photon akan diserap oleh elektron
dan kemudian terhambur. Interaksi ini disebut dengan hamburan Compton.

Gambar 3. Spektrum gamma dari 137Cs


Titik batas antara interaksi Compton dan foto listrik menghasilkan puncak energi yang disebut
Compton edge. Puncak Backscatter disebabkan oleh foton yang telah dihamburkan keluar ternyata
didefleksi balik kedalam detektor sehingga terdeteksi ulang. [3]
Spektrometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang terdiri dari sprektrometer dan
fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi
spektrometer digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif, jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Suatu
spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang sinambung dan monokromatis.
Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbsi antara cuplikan dengan blanko ataupun
pembanding.

Fisika Inti ( Peluruhan GAMMA )


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Radioaktivitas
Radioaktivitas adalah peristiwa pemancaran sinar-sinar radioaktif secara spontan
karena terjadinya peluruhan inti atom menjadi inti atom yang lain. Sehingga radioaktif
merupakan kemampuan inti atom yang tak-stabil untuk memancarkan radiasi dan berubah
menjadi inti stabil. Proses perubahan ini disebut peluruhan dan inti atom yang tak stabil
disebut radionuklida. Materi yang mengandung radionuklida disebut zat radioaktif. Jadi
bahan radioaktif (radionuklida) adalah bahan radioaktif yang dapat memancarkan radiasi.
Perkenalan manusia dengan gejala radioaktivitas dimulai ketika fisikawan Perancis
Antonie Henry Becquerel pada tahun 1896 menemukan unsur uranium (U) yang
menunjukkan gejala aneh dan belum pernah diketahui sebelumnya. Gejala radioaktivitas
tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh Becquerel. Pada saat itu beliau sedang
mempelajari sifat-sifat fosforisensi dan fluoresendi bahan-bahan. Fluoresendi adalah sifat dari
bahan yang berpendar ketika disinari, sedangkan fosforisensi adalah sifat dari bahan yang
dapat berpendar terus meskipun tidak disinari. Namun di luar dugaan beliau mendapatkan
bahwa unsur-unsur uranium menunjukkan gejala radiasi tertentu dengan daya tembus yang
sangat kuat sama seperti daya tembus sinar-X, yang ditemukan satu tahun sebelumnya (1895)
oleh Wilhelm C. Roentgen.
Kemudian beberapa waktu setelah itu, Pierre dan Marie Curie telah menemukan dua
unsur lain yang juga radioaktif, ketika sedang melakukan ekstraksi uranium dari bahan
tambang pitchblende. Unsur yang pertama dimanakan polonium sesuai dengan negara asal
Marie Curie yaitu Polandia. Unsur kedua yang ternyata seribu kali lebih radioaktif daripada
uranium disebut radium.
Selanjutnya ilmuwan lain yaitu
Rutherford dan teman sekerjanya,
membedakan tiga komponen dalam
radiasi radionuclide. Komponen ini
disebut alfa, beta dan gama yang
akhirnya dikenal sebagai inti , eklektron,
dan foton.
Berdasarkan
asalnya,
radioaktivitas
dikelompokkan menjadi radioaktivitas alam, dan radioaktivitas buatan, yaitu hasil kegiatan
yang dilakukan manusia. Dalam radioaktivitas alam, ada yang berasal dari alam dan dari
radiasi kosmik. Radioaktivitas buatan dipancarkan oleh radioisotop yang sengaja dibuat
manusia, dan berbagai jenis radionuklida dibuat sesuai dengan penggunaannya.
Adapun jenis-jenis radiasi dari bahan radioaktif alam ada 3, yaitu:
1. Radiasi alfa (), dengan sifat-sifat sabagai berikut:
- Dibelokkan oleh medan magnet kea rah kutub negative
- Bermuatan listrik positif

- Merupakan partikel bermassa


- Dari hasil penyelidikan diketahui bahwa partikel alfa merupakan inti atom Helium (He)
2. Radiasi beta (), dengan sifat-sifat sebagai berikut:
- Dibelokkan oleh medan magnet kea rah kutub positif
- Bermuatan listrik negative
- Tidak mempunyai massa
- Dari hasil penyelidikan diketahui bahwa partikel beta merupakan electron (e-)
3. Radiasi gamma (), dengan sifat-sifat sebagai berikut:
- Tidak dibelokkan oleh medan magnet
- Tidak bermuatan listrik
- Tidak bermassa
- Mempunyai sifat yang sama dengan sinar-X, tetapi panjang gelombangnya lebih pendek
- Merupakan gelombang elektromagnetik
1.2 Kestabilan inti atom
Peristiwa radioaktivitas berkaitan erat dengan kestabilan inti suatu atom. Inti atom
yang stabil tidak menunjukkan gejala radioaktivitas, sebaliknya inti atom yang tidak stabil
dapat menunjukkan gejala radioaktivitas. Kestabilan suatu inti atom ditandai dengan
perbandingan jumlah proton (p) dan neutron (n) yang ada dalam inti atom tersebut. Untuk
atom-atom ringan, jika nilai perbandingan antara jumlah n dan p sama dengan satu (n/p = 1),
maka inti atom tersebut bersifat stabil. Sedangkan jika nilai n/p tidak sama dengan satu (n/p <
1 atau n/p > 1), maka ada kemungkinannya inti atom tersebut tidak stabil.
1.3 Peluruhan
Suatu bahan bersifat radioaktif pada prinsipnya karena inti atom bahan tersebut tidak
stabil. Oleh karena tidak stabil, maka inti atom terus-menerus meluruh disertai pemancaran
radiasi hingga dicapai suatu keadaan inti baru yang stabil, artinya inti tersebut tidak radioaktif
dan tidak mampu memancarkan radiasi lagi.
Pemancaran radiasi secara terus-menerus sepanjang waktu dari inti radioaktif akan
mengakibatkan berkurangnya jumlah inti atom radioaktif. Peristiwa penyusutan jumlah inti
atom ini disebut peluruhan. Berkurangnya jumlah inti radioaktif akan disertai dengan
berkurangnya jumlah radiasi yang dipancarkannya. Laju peluruhan setiap zat radioaktif
bergantung pada jenis zat radioaktifnya. Jumlah peluruhan yang terjadi juga bergantung pada
jumlah zat radioaktif mula-mula.
Aktifitas zat radioaktif hanya menunjukkan jumlah inti radioaktif melakukan
peluruhan, tetapi tidak menunjukkan jumlah radiasi yang dipancarkannya. Dalam setiap kali
melakukan peluruhan, zat radioaktif dapat memancarkan lebih dari satu macam radiasi. Dan
jumlah atom radioaktif selalu berkurang setiap saat karena terjadinya peluruhan. Deban
demikian. Aktivitas zat radioaktif pun selalu berkurang setiap saat.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Sinar Gamma ()
Sinar adalah radiasi gelombang elektomagnetik dengan daya tembus tinggi dengan
panjang gelombang 10-7 10-11 cm. Sinar dipancarkan dari inti atom yang tidak stabil
(radioaktif) atau pada inti dalam keadaan tereksitasi(excited state), kemudian sinar terpancar
ke keadaan dasar dengan jalan memancarkan radiasi elektromagnetik yang disebut
sebagai Sinar . Dengan kata lain, jika suatu inti berada dalam keadaan tereksitasi namun
karena ketakstabilan dari keadaan tereksitasi, inti tersebut akan berpinduh ke keadaan stabil,
inti tersebut akan memancarkan sinar . Sinar sama seperti radiasi sinar elektromagnetik
lainnya biasa dipandang sebagai paket-paket energi yang disebut foton (). Massa dan muatan
suatu inti yang memancarkan sinar tidak berubah.
Sinar ini memiliki energi yang sama dengan selisih antara tingkat-tingkat energi
tersebut. Sebagai contoh tinjau peluruhan 60Co27 menjadi 60Ni28 melalui emisi partikel beta.
60
60
Co27
Ni28 + + n
Dimana n (neutrino) adalah zarah elementer yang mempunyai massa hampir sama dengan nol
dan tidak bemuatan listrik sehingga sangat sukar dibuktikan keberadaannya. 60Ni28 yang
dalam keadaan teruja ini mempunyai energi sebesar 2,5057 Mev. Dia akan meluruh dengan
memancarkan dua sinar .
Gambar 1. Skema pancaran dari peluruhan [1][3]
Sinar gamma () tidak dibelokkan oleh
medan listrik maupun medan magnet. Berdasarkan
penyelidikan diketahui bahwa sinar ini merupakan
radiasi elektromagnetik yang tidak bermassa dan
tidak bermuatan sehingga diberi notasi 00.
Sinar mempunyai sifat yang sama dengan sinar-X,
namun panjang gelombangnya lebih pendek
dibandingkan sinar-X. Atom yang memancarkan
sinar- tidak akan mengalami pengurangan nomor
atom maupun nomor massa, hanya atomnya saja
yang berada dalam keadaan tereksitasi kembali ke keadaan dasar. Atom yang tereksitasi
biasanya terjadi pada atom yang melakukan pemancaran sinar- maupun sinar-, dan untuk
mencapai tingkat energy dasar atau keadaan stabil atom tersebut melakukan pelepasan energy
melalui pemancaran sinar- . Oleh sebab itu, pemancaran sinar- ini biasanya menyertai
pemancaran sinar- maupun sinar-.
2.2 Peluruhan Gamma ()
Setelah peluruhan alfa dan beta, inti biasanya dalam keadaan tereksitasi. Seperti halnya
atom, inti akan mencapai keadaan dasar (stabil) dengan memancarkan foton (gelombang
elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma (). Dalam proses pemancaran foton ini,
baik nomor atom atau nomor massa inti tidak berubah.

Setelah inti meluruh menjadi inti baru biasanya terdapat energi kelebihan pada ikatan
intinya sehingga seringkali disebut inti dalam keadaan tereksitasi. Inti yang kelebihan energinya
ini biasanya akan melepaskan energinya dalam bentuk sinar gamma yang dikenal dengan
peluruhan gamma, sinarnya ini adalah foton dan termasuk ke dalam gelombang elektromagnetik
yang mempunyai energi yang sangat besar melebihi sinar X.
Peluruhan gamma () merupakan radiasi gelombang elektromagnetik dengan energi
sangat tinggi sehingga memiliki daya tembus yang sangat kuat. Sinar gamma dihasilkan oleh
transisi energi inti atomdari suatu keadaan eksitasi ke keadaan dasar. Saat transisi berlangsung
terjadi radiasi energi tinggi (sekitar 4,4 MeV) dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Sinar
gamma bukanlah partikel sehingga tidak memiliki nomor atom (A=0) maka dalam peluruhan
sinar- tidak dihasilkan inti atom baru.
Energitiapfotonadalahbedaenergiantarakeadaanawaldankeadaanakhirinti,dikurangidengan
sejumlah koreksi kecil untuk energi pental inti. Energi ini berada pada kisaran 100 KeV hingga
beberapaMeV.Intidapatpuladieksitasidarikeadaandasarkekeadaaneksitasiden
Gambar. Diagram Tingkat Energi
Pada gambar, memperlihatkan suatu diagram tingkat energi yang khas dari keadaan
eksitasi inti dan beberapa transisi sinar gamma yang dipancarkan. Wakto paro khas bagi tingkat
eksitasi inti adalah 10-9 hingga 10-12 s.
Sebagaimana penyelesaian persamaangelombang yang menampilkan persamaan
Helmholtz, di dalam sistem koordinat sferis dapat dinyakan sebagai superposisi atau jumlah
gelombang- gelombang dari berbagai bagai bilangan dalam wujud fungsi harmonik sferis Y1,
m, dimana dalam mekanika kuantum, itu bersangkutan dengan momentum rotasi, maka sinar
yang dipancarkan dari inti yang tengah mengalami deexitas itu dikatakan membawa serta
momentum rotasi sedemikian hingga azas kekelan momentum rotasi dalam proses transisi
keadaan inti itu dipenuhi. Seandainya momentum rotasi inti mula mula adalah Li dan
kemudian menjadi Lf , maka momentum rotasi yang dibawa serta oleh sinar itu adalah I= Li Lf yang oleh adanya kaidah kuantisasi ruang, berlaku aturan pilih
Li - Lf 1 Li + Lf
Selanjutnya mengingat persamaan laplance di
terdefenisakanlah apa yang dinamakan multipol elektrik

dalam

sistem

koordinat

sferis,

Q 1,m = r 1 Y*1,m d
Pada umumnya radiasi multipol hanya bersangkutan dengan nilai yang kecil saja
misalnya sampai = 3 saja, sebab berdasarkan analisa dengan mekanika kuantum, dapat
ditunjukkan bahwa kebolehjadian transisi akan sebanding dengan ( R/) 21 dimana R adalah jari
jarivolum inti dan = 2 adalah panjang gelombang sinar selaku gelombang
elektromahnetikdibagi 2. Dengan mengingat frekuensi sinar harus sama dengan frekuensi
perputaran proton didalam inti yang menmbulkan, maka tentulah c/ = v/2 R dengan v adalah
kecepatan proton melingkari inti selain didapat
R/ = v/c << 1
Yang memperlihatkan bahwa ( R/ )21 cepat merosot terdapat naiknya nilai .
Selanjutnya tetapan peluruhan atau tepatnya tetapan transmisi keadaan yang dalam hal
ini berupa deexsitasi, sudah tentu sebabding dengan kebolehjadian terjadinya transisi, sehingga
umur keadaan terexsitasinya akan sebanding terbalik dengan ( R/ ) 21 yang mengingat bilangan
massa unsur yakni A menyatakan banyaknya nukleon di dalam inti yang sebanding dengan

volume inti, yang berarti R sebanding dengan A , serrta mengingat pula tenaga foton ,E = hv =
hc/ yakni sebanding terbalik dengan , umur keadaan terexitasi itu akan berbanding terbalik
denangan E21 A21/3 yang memperlihatkan kepekaannya terhadap vareasi tenaga sinar yaitu E,
bilangan massa unsur A, serta multipolaritas radiasi yang dinyatakan oleh nilai 1.
2.3 Adsorbsi Sinar Gamma ()
Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang membawa energi dalam
bentuk paket-paket yang disebut foton. Jika sinar gamma masuk ke dalam suatu bahan, juga
menghasilkan ionisasi, hanya saja ionisasi yang dihasilkan sebagian besar melalui proses
ionisasi sekunder. Jadi, sinar gamma berinteraksi dengan materi hanya beberapa pasang ion
primer saja yang terbentuk. Ion-ion primer itu selanjutnya melakukan proses ionisasi sekunder
sehingga diperoleh pasangan ion yang lebih banyak dibandingkan yang terbentuk pada proses
ionisasi primer.
Apabila sinar gamma (radiasi elektromagnetik) memasuki bahan penyerap, maka
intensitas radiasi saja yang akan berkurang, sedangkan energi tetap tidak berubah.
dengan I = Intensitas yang diteruskan
I0 = Intensitas mula-mula
d = ketebalan bahan penyerap
= koefisien serapan linear bahan penyerap
Karena d tidak memiliki satuan, maka satuan dan d menyesuaikan. Jika d dalam cm,
maka dalam 1/cm.
Ditinjau dari daya tembusnya, radiasi elektromagnetik memiliki daya tembus paling kuat
dibandingkan dengan radiasi partikel yang dipancarkan inti radioaktif lainnya. Sedangkan daya
ionisasinya paling lemah bila dibandingkan dengan sinar- dan sinar-. Hal itu disebabkan oleh
sifatnya sebagai gelombang elektromagnetik, meka kecepatan gerak radiasi elektromagnetik ini
di udara sama besanya dengan kecepatan cahaya.

2.4 Interaksi Sinar Gamma () dan Materi


Terdapat tiga proses utama yang dapat terjadi apabila radiasi elektromagnetik
melewati suatu bahan penyerap, yaitu efek fotolistrik, hamburan Compton, dan produksi
pasangan. Ketiga proses tersebut melepaskan electron yang selanjutnya dapat mengionisasi
atom-atom lain dalam bahan. Peluang terjadinya interaksi antara radiasi elektromagnetik
dengan bahan ditentukan oleh koefisien absorbs linier (). Hal tersebut dikarenakan
penyerapan intensitas elektromagnetik melalui tiga proses utama, maka nilai juga
ditentukan oleh peluang terjadinya ketiga proses tersebut. Sedangkan koefisien absorbs total
merupakan jumlah dari ketiga koefisien absorbs tersebut.
2.4.1 Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik adalah peristiwa diserapnya energi foton seluruhnya oleh elektron
yang terikat kuat oleh suatu atom sehingga elektron tersebut terlepas dari ikatan atom.
Dengan kata lain, efek fotolistrik timbul karena adanya interaksi antara radiasi
elektromagnetik dengan electron-elektron dalam atom bahan. Pada peristiwa ini energi foton
diserap seluruhnya oleh electron yang terikat kuat oleh suatu atom sehingga electron tersebut
terlepas dari ikatan inti atom. Elektron yang terlepas dinamakan fotoelektron. Efek fotolistrik
terutama terjadi antara 0,01 MeV hingga 0,5 MeV.

2.4.2 Hamburan Compton


Hamburan Compton terjadi apabila foton dengan energi hf berinteraksi dengan elektron
bebas atau elektron yang tidak terikat dengan kuat oleh inti, yaitu elektron terluar dari atom.
Elektron itu dilepaskan dari ikatan inti dan bergerak dengan energi kinetik tertentu disertai
foton lain dengan energi lebih rendah dibandingkan foton datang.Foton lain ini dinamakan
foton hamburan.
Kemungkinan terjadinya hamburan Compton berkurang bila energi foton yang datang
bertambah dan bila Z bertambah.
Dalam hamburan Compton ini, energi foton yang datang yang diserap atom diubah
menjadi energi kinetik elektron dan foton hamburan. Perubahan panjang gelombang foton
hamburan dari menjadi dirumuskan
= = h/me c ( 1 cos )
dengan memasukkan nilai-nilai h, m dan c diperoleh
( A ) = (0242,0 ) ( 1 cos )
Hamburan foton penting untuk radiasi elektromagnetik dengan energi 200 keV hingga 5
MeV dalam sebagian besar unsur-unsur ringan.
2.4.3 Produksi pasangan
Produksi pasangan terjadi karena interaksi antara foton dengan medan listrik dalam inti
atom berat. Jika interaksi itu terjadi, maka foton akan lenyap dan sebagai gantinya akan
timbul sepasang elektron-positron. Karena massa diam elektron ekivalen dengan energi 0,51
MeV, maka produksi pasangan hanya dapat terjadi pada energi foton 1,02 MeV (2mec2).
Energi kinetik total pasagan elektron-positron sesuai dengan persamaan:
hf = Ke + Kp + me c2 + mp c2
Kedua partikel ini akan kehilangan energinya melalui proses ionisasi atom bahan.
Positron yang terbentuk juga bisa bergabung dengan elektron melalui suatu proses yang
dinamakn annihiliasi.

Peluruhan Gamma (Gamma Decay)


Suatu inti unsur radioaktif yang mengalami peluruhan, baik peluruhan maupun
peluruhan atau mengalami tumbukan dengan netron biasanya berada pada keadaan
tereksitasi. Pada saat kembali ke keadaan dasarnya inti tersebut akan melepas energi
dalam bentuk radiasi gamma.
Radiasi gamma mempunyai energi yang diskrit. Gambar 2.9. menunjukkan salah satu
contoh energi gamma dari atom cesium 137 (137Cs).

Gambar 2.9. Spektrum energi peluruhan gamma atom cesium 137 (Rapach, 2010)
Radiasi gamma mempunyai energi yang diskrit. Energi sinar gamma () akan berkurang
atau terserap oleh suatu material yang dilewatinya. Karena ada penyerapan energi olah
bahan maka intensitas dari sinar gamma akan berkurang setelah melewati material
tersebut.
I = Io.e-x
I
: intensitas sinar gamma yang berhasil melewati material
Io : intensitas mula-mula
x : tebal material
: koefisien atenuasi linier atau koefisien pembanding yang besarnya tergantung sifat
material penyerap dan energi sinar gamma.
Jika tebal material penyerap L, maka:

Jika intensitas I yaitu intensitas sinar gamma yang berhasil melewati material tinggal
separoh dari intensitas awal, maka tebal material tersebut dinamakan Lapisan Harga
Paroh (Half Value Layer = hvl).

Anda mungkin juga menyukai