Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Susunan dalam atom-atom suatu zat sangat mempengaruhi sifat kimia dan sifat
fisika dari zat tersebut. Susunan elektron ini juga berpengaruh pada pembentukan
molekul yang akan kita pelajari. Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri
atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom
terdiri atas proton yang bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral
(kecuali pada inti atom Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron
pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Sekumpulan
atom demikian pula dapat berikatan satu sama lainnya, dan membentuk sebuah
molekul.
Menurut model Bohr untuk atom hidrogen, lintasan elektron dalam atom
hidrogen berbentuk lingkaran.

Dengan model ini kita telah menurunkan rumus

tingkat-tingkat energi elektron atom hidrogen yang dinyatakan dalam bilangan


kuantum n. Aggapan bahwa lintasan elektron berbentuk lingkaran terlalu sederhana.
Gerakan elektron mengelilingi atom dipengaruhi oleh gaya yang merupakan fungsi 1/
r

.
Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya

elektromagnetik. Demikian pula sekumpulan atom dapat berikatan satu sama lainnya
membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton dan elektron
yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron
yang berbeda bersifat positif atau negatif dan merupakan ion. Atom dikelompokkan
berdasarkan jumlah proton dan neutron pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada

atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop
unsur tersebut.
Susunan elektron yang dinyatakan oleh ke-4 bilangan kuantum.

Dalam

penyusunan ini kita akan berpedoman pada asas larangan Pauli yang menyatakan
tidak ada dua elektron sejenis yang menempati keadaan (state) yang sama. Kita juga
akan mempelajari tentang spektrum emisi dan absorpsi suatu zat. Bab ini akan
diakhiri pembahasan tentang kopel LS Dan kopel JJ.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari atom berelektron ?
2. Sebutkan struktur Inti Atom ?
3. Sebutkan susunan Elektron ?
4. Apakah Bilangan Atom Berelektron Banyak itu ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang atom berelektron
2. Mengetahui struktur inti atom
3. Mengetahui susunan elektron
4. Mengetahui bilangan atom berelektron banyak

BAB II
PEMBAHASAN
1.1.

ATOM ELEKTRON
Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani (/tomos, -), yang berarti

tidak dapat dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom
sebagai komponen yang tak dapat dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh para
filsuf India dan Yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18, para kimiawan meletakkan
dasar-dasar pemikiran ini dengan menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat
dibagi-bagi lebih jauh lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20, para fisikawan berhasil menemukan struktur dan
komponen-komponen subatom di dalam atom, membuktikan bahwa 'atom' tidaklah
tak dapat dibagi-bagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang digunakan para
fisikawan kemudian berhasil memodelkan atom.
Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri
atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif
yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton
yang

bermuatan

positif,

dan

neutron

yang

bermuatan netral (kecuali pada inti atom Hidrogen1, yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron
pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya
elektromagnetik. Sekumpulan atom demikian pula
dapat berikatan satu sama lainnya, dan membentuk
sebuah molekul.
Atom yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat
netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda
bersifat positif atau negatif dan disebut sebagai ion. Atom dikelompokkan

berdasarkan jumlah proton dan neutron yang terdapat pada inti atom tersebut. Jumlah
proton pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron
menentukan isotop unsur tersebut.
A. Partikel subatom
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Partikel subatom walaupun awalnya kata
atom berarti suatu partikel yang tidak dapat dipotong-potong lagi menjadi partikel
yang lebih kecil, dalam terminologi ilmu pengetahuan modern, atom tersusun atas
berbagai partikel subatom. Partikel-partikel penyusun atom ini adalah elektron,
proton, dan neutron. Namun hidrogen-1 tidak mempunyai neutron. Demikian pula
halnya pada ion hidrogen positif H+.
Dari kesemua partikel subatom ini, elektron adalah yang paling ringan, dengan
massa elektron sebesar 9,11 1031 kg dan mempunyai muatan negatif. Ukuran
elektron sangatlah kecil sedemikiannya tiada teknik pengukuran yang dapat
digunakan untuk mengukur ukurannya.[32] Proton memiliki muatan positif dan massa
1.836 kali lebih berat daripada elektron (1,6726 1027 kg). Neutron tidak bermuatan
listrik dan bermassa bebas 1.839 kali massa elektron[33] atau (1,6929 1027 kg).
Dalam model standar fisika, baik proton dan neutron terdiri dari partikel
elementer yang disebut kuark. Kuark termasuk kedalam golongan partikel fermion
dan merupakan salah satu dari dua bahan penyusun materi dasar (yang lainnya adalah
lepton). Terdapat enam jenis kuark dan tiap-tiap kuark tersebut memiliki muatan listri
fraksional sebesar +2/3 ataupun 1/3. Proton terdiri dari dua kuark naik dan satu
kuark turun, manakala neutron terdiri dari satu kuark naik dan dua kuark turun.
Perbedaan komposisi kuark ini memengaruhi perbedaan massa dan muatan antara dua
partikel tersebut. Kuark terikat bersama oleh gaya nuklir kuat yang diperantarai oleh
gluon. Gluon adalah anggota dari boson tolok yang merupakan perantara gaya-gaya
fisika.

B. Inti atom
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Inti atom
Energi

pengikatan

yang

diperlukan

oleh

nukleon untuk lolos dari inti pada berbagai


isotop. Inti atom terdiri atas proton dan neutron
yang terikat bersama pada pusat atom. Secara
kolektif, proton dan neutron tersebut disebut
sebagai nukleon (partikel penyusun inti).
Diameter inti atom berkisar antara 1015 hingga 1014m. Jari-jari inti diperkirakan
sama dengan

fm, dengan A adalah jumlah nukleon. Hal ini sangatlah kecil

dibandingkan dengan jari-jari atom. Nukleon-nukleon tersebut terikat bersama oleh


gaya tarik-menarik potensial yang disebut gaya kuat residual. Pada jarak lebih kecil
daripada 2,5 fm, gaya ini lebih kuat daripada gaya elektrostatik yang menyebabkan
proton saling tolak menolak.
Atom dari unsur kimia yang sama memiliki jumlah proton yang sama, disebut
nomor atom. Suatu unsur dapat memiliki jumlah neutron yang bervariasi. Variasi ini
disebut sebagai isotop. Jumlah proton dan neutron suatu atom akan menentukan
nuklida atom tersebut, sedangkan jumlah neutron relatif terhadap jumlah proton akan
menentukan stabilitas inti atom, dengan isotop unsur tertentu akan menjalankan
peluruhan radioaktif.
Neutron dan proton adalah dua jenis fermion yang berbeda. Asas
pengecualian Pauli melarang adanya keberadaan fermion yang identik (seperti
misalnya proton berganda) menduduki suatu keadaan fisik kuantum yang sama pada
waktu yang sama. Oleh karena itu, setiap proton dalam inti atom harusnya menduduki
keadaan kuantum yang berbeda dengan aras energinya masing-masing. Asas Pauli ini
juga berlaku untuk neutron. Pelarangan ini tidak berlaku bagi proton dan neutron
yang menduduki keadaan kuantum yang sama.

Untuk atom dengan nomor atom yang rendah, inti atom yang memiliki jumlah
proton lebih banyak daripada neutron berpotensi jatuh ke keadaan energi yang lebih
rendah melalui peluruhan radioaktif yang menyebabkan jumlah proton dan neutron
seimbang. Oleh karena itu, atom dengan jumlah proton dan neutron yang berimbang
lebih stabil dan cenderung tidak meluruh. Namun, dengan meningkatnya nomor
atom, gaya tolak-menolak antar proton membuat inti atom memerlukan proporsi
neutron yang lebih tinggi lagi untuk menjaga stabilitasnya. Pada inti yang paling
berat, rasio neutron per proton yang diperlukan
untuk

menjaga

stabilitasnya

akan

meningkat

menjadi 1,5. Gambaran proses fusi nuklir yang


menghasilkan inti deuterium (terdiri dari satu proton
dan satu neutron). Satu positron (e+) dipancarkan
bersamaan dengan neutrino elektron.
Jumlah proton dan neutron pada inti atom dapat diubah, walaupun hal ini
memerlukan energi yang sangat tinggi oleh karena gaya atraksinya yang kuat. Fusi
nuklir terjadi ketika banyak partikel atom bergabung membentuk inti yang lebih
berat. Sebagai contoh, pada inti Matahari, proton memerlukan energi sekitar 310
keV untuk mengatasi gaya tolak-menolak antar sesamanya dan bergabung menjadi
satu inti.[41] Fisi nuklir merupakan kebalikan dari proses fusi. Pada fisi nuklir, inti
dipecah menjadi dua inti yang lebih kecil. Hal ini biasanya terjadi melalui peluruhan
radioaktif. Inti atom juga dapat diubah melalui penembakan partikel subatom
berenergi tinggi. Apabila hal ini mengubah jumlah proton dalam inti, atom tersebut
akan berubah unsurnya.
Jika massa inti setelah terjadinya reaksi fusi lebih kecil daripada jumlah massa
partikel awal penyusunnya, maka perbedaan ini disebabkan oleh pelepasan pancaran
energi (misalnya sinar gamma), sebagaimana yang ditemukan pada rumus kesetaraan
massa-energi Einstein, E = mc2, dengan m adalah massa yang hilang dan c adalah
kecepatan cahaya. Defisit ini merupakan bagian dari energi pengikatan inti yang baru.

C. Struktur Atom
Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta
awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom mengandung
campuran proton yang bermuatan positif dan neutron yang bermuatan netral
(terkecuali pada Hidrogen-1 yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron pada
sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Demikian pula
sekumpulan atom dapat berikatan satu sama lainnya membentuk sebuah molekul.
Atom yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral,
sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat
positif atau negatif dan merupakan ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah
proton dan neutron pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom menentukan
unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut.
Relatif terhadap pengamatan sehari-hari, atom merupakan objek yang sangat
kecil dengan massa yang sama kecilnya pula. Atom hanya dapat dipantau
menggunakan peralatan khusus seperti mikroskop penerowongan payaran. Lebih dari
99,9% massa atom berpusat pada inti atom, dengan proton dan neutron yang
bermassa hampir sama. Setiap unsur paling tidak memiliki satu isotop dengan inti
yang tidak stabil yang dapat mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat
mengakibatkan transmutasi yang mengubah jumlah proton dan neutron pada inti.
Elektron yang terikat pada atom mengandung sejumlah aras energi, ataupun orbital,
yang stabil dan dapat mengalami transisi di antara aras tersebut dengan menyerap
ataupun memancarkan foton yang sesuai dengan perbedaan energi antara aras.
Elektron pada atom menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur dan memengaruhi
sifat-sifat magnetis atom tersebut.

D. Elektron
Elektron adalah partikel subatom yang bermuatan negatif dan umumnya ditulis
sebagai e-. Elektron tidak memiliki komponen dasar ataupun substruktur apapun yang
diketahui, sehingga ia dipercayai sebagai partikel elementer. Elektron memiliki massa
sekitar 1/1836 massa proton. Momentum sudut (spin) instrinsik elektron adalah
setengah nilai integer dalam satuan , yang berarti bahwa ia termasuk fermion.
Antipartikel elektron disebut sebagai positron, yang identik dengan elektron, tapi
bermuatan positif. Ketika sebuah elektron bertumbukan dengan positron, keduanya
kemungkinan dapat saling berhambur ataupun musnah total, menghasilan sepasang
(atau lebih) foton sinar gama.
Elektron, yang termasuk ke dalam generasi keluarga partikel lepton pertama,
berpartisipasi dalam interaksi gravitasi, interaksi elektromagnetik dan interaksi
lemah. Sama seperti semua materi, elektron memiliki sifat bak partikel maupun bak
gelombang (dualitas gelombang-partikel), sehingga ia dapat bertumbukan dengan
partikel lain dan berdifraksi seperti cahaya. Oleh karena elektron termasuk fermion,
dua elektron berbeda tidak dapat menduduki keadaan kuantum yang sama sesuai
dengan asas pengecualian Pauli.
Konsep muatan listrik yang tidak dapat dibagi-bagi lagi diteorikan untuk
menjelaskan sifat-sifat kimiawi atom oleh filsuf alam Richard Laming pada awal
tahun 1838; nama electron diperkenalkan untuk menamakan muatan ini pada tahun
1894 oleh fisikawan Irlandia George Johnstone Stoney. Elektron berhasil
diidentifikasikan sebagai partikel pada tahun 1897 oleh J. J. Thomson.
Dalam banyak fenomena fisika, seperti listrik, magnetisme dan konduktivitas
termal, elektron memainkan peran yang sangat penting. Suatu elektron yang bergerak
relatif terhadap pengamat akan menghasilkan medan magnetik dan lintasan elektron
tersebut juga akan dilengkungkan oleh medan magnetik eksternal. Ketika sebuah

elektron dipercepat, ia dapat menyerap ataupun memancarkan energi dalam bentuk


foton. Elektron bersama-sama dengan inti atom yang terdiri dari proton dan neutron,
membentuk atom. Namun, elektron hanya mengambil 0,06% massa total atom. Gaya
tarik Coulomb antara elektron dengan proton menyebabkan elektron terikat dalam
atom. Pertukaran ataupun perkongsian elektron antara dua atau lebih atom merupakan
sebab utama terjadinya ikatan kimia.
Menurut teorinya, kebanyakan elektron dalam alam semesta diciptakan pada
peristiwa Big Bang (ledakan besar), namun ia juga dapat diciptakan melalui
peluruhan beta isotop radioaktif maupun dalam tumbukan berenergi tinggi, misalnya
pada saat sinar kosmis memasuki atmosfer. Elektron dapat dihancurkan melalui
pemusnahan dengan positron, maupun dapat diserap semasa nukleosintesis bintang.
Peralatan-peralatan laboratorium modern dapat digunakan untuk memuat ataupun
memantau elektron individual. Elektron memiliki banyak kegunaan dalam teknologi
modern, misalnya dalam mikroskop elektron, terapi radiasi, dan pemercepat partikel.
E. Awan elektron
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Orbital atom
dan Konfigurasi elektron Sumur potensial yang
menunjukkan energi minimum V(x) yang diperlukan
untuk mencapai tiap-tiap posisi x. Suatu partikel
dengan energi E dibatasi pada kisaran posisi antara
x1 dan x2.
Elektron dalam suatu atom ditarik oleh proton
dalam inti atom melalui gaya elektromagnetik.
Gaya ini mengikat elektron dalam sumur potensi elektrostatik di sekitar inti.
Hal ini berarti bahwa energi luar diperlukan agar elektron dapat lolos dari atom.
Semakin dekat suatu elektron dalam inti, semakin besar gaya atraksinya, sehingga

elektron yang berada dekat dengan pusat sumur potensi memerlukan energi yang
lebih besar untuk lolos.
Elektron, sama seperti partikel lainnya, memiliki sifat seperti partikel maupun
seperti gelombang (dualisme gelombang-partikel). Awan elektron adalah suatu daerah
dalam sumur potensi di mana tiap-tiap elektron menghasilkan sejenis gelombang
diam (yaitu gelombang yang tidak bergerak relatif terhadap inti) tiga dimensi.
Perilaku ini ditentukan oleh orbital atom, yakni suatu fungsi matematika yang
menghitung probabilitas suatu elektron akan muncul pada suatu lokasi tertentu ketika
posisinya diukur. Hanya akan ada satu himpunan orbital tertentu yang berada
disekitar inti, karena pola-pola gelombang lainnya akan dengan cepat meluruh
menjadi bentuk yang lebih stabil.
Fungsi gelombang dari lima orbital atom
pertama. Tiga orbital 2p memperlihatkan
satu biidang simpul. Tiap-tiap orbital atom
berkoresponden

terhadap

aras

energi

elektron tertentu. Elektron dapat berubah


keadaannya ke aras energi yang lebih tinggi
dengan menyerap sebuah foton.
Selain dapat naik menuju aras energi yang lebih tinggi, suatu elektron dapat pula
turun ke keadaan energi yang lebih rendah dengan memancarkan energi yang berlebih
sebagai foton.
Energi yang diperlukan untuk melepaskan ataupun menambah satu elektron
(energi pengikatan elektron) adalah lebih kecil daripada energi pengikatan nukleon.
Sebagai contohnya, hanya diperlukan 13,6 eV untuk melepaskan elektron dari atom
hidrogen. Bandingkan dengan energi sebesar 2,3 MeV yang diperlukan untuk
memecah inti deuterium. Atom bermuatan listrik netral oleh karena jumlah proton
dan elektronnya yang sama. Atom yang kekurangan ataupun kelebihan elektron

disebut sebagai ion. Elektron yang terletak paling luar dari inti dapat ditransfer
ataupun dibagi ke atom terdekat lainnya. Dengan cara inilah, atom dapat saling
berikatan membentuk molekul.

F. Elektron valensi
Dalam bidang kimia, elektron valensi adalah elektron-elekron sebuah atom yang
dapat ikut membentuk ikatan kimia dengan atom lainnya. Elektron-elektron valensi
yang terdapat di sebuah atom netral bebas dapat berikatan dengan elektron-elektron
valensi atom lain untuk membentuk ikatan kimia. Dalam ikatan kovalen tunggal,
kedua atom menyumbang satu elektron valensi untuk membentuk pasangan bersama.
Untuk unsur golongan utama, elektron-elektron dalam kulit terluar merupakan
elektron valensinya. Untuk logam transisi, beberapa elektron kulit yang lebih dalam
juga merupakan elektron valensi.
Elektron valensi dapat menentukan bagaimana ciri-ciri kimia unsur tersebut dan
apakah unsur tersebut dapat berikatan dengan yang lain atau tidak. Elektron valensi
memiliki kemampuan, seperti elektron dalam kulit yang lebih dalam, untuk menyerap
atau melepas energi dalam bentuk foton. Terserapnya atau terlepasnya energi dapat
membuat sebuah elektron berpindah (melompat) ke kulit yang lain atau bahkan
terlepas dari atom dan kulit valensinya.

G. Konfigurasi elektron

Orbital-orbital molekul dan atom elektron


Dalam fisika atom dan kimia kuantum, konfigurasi elektron adalah susunan
elektron-elektron pada sebuah atom, molekul, atau struktur fisik lainnya. Sama
seperti partikel elementer lainnya, elektron patuh pada hukum mekanika kuantum dan
menampilkan sifat-sifat bak-partikel maupun bak-gelombang. Secara formal, keadaan
kuantum elektron tertentu ditentukan oleh fungsi gelombangnya, yaitu sebuah fungsi
ruang dan waktu yang bernilai kompleks. Menurut interpretasi mekanika kuantum
Copenhagen, posisi sebuah elektron tidak bisa ditentukan kecuali setelah adanya aksi
pengukuran yang menyebabkannya untuk bisa dideteksi. Probabilitas aksi
pengukuran akan mendeteksi sebuah elektron pada titik tertentu pada ruang adalah
proporsional terhadap kuadrat nilai absolut fungsi gelombang pada titik tersebut.
Elektron-elektron dapat berpindah dari satu aras energi ke aras energi yang
lainnya dengan emisi atau absorpsi kuantum energi dalam bentuk foton. Oleh karena
asas larangan Pauli, tidak boleh ada lebih dari dua elektron yang dapat menempati
sebuah orbital atom, sehingga elektron hanya akan meloncat dari satu orbital ke
orbital yang lainnya hanya jika terdapat kekosongan di dalamnya.

1.2.

ATOM BERELEKTRON BANYAK


A. Bilangan kuantum
Menurut model Bohr untuk atom hidrogen, lintasan elektron dalam atom hidrogen

berbentuk lingkaran. Dengan model ini kita telah menurunkan rumus tingkat-tingkat
energy electron atom hydrogen yang dinyatakan dalam bilangan kuantum n.
Aggapan bahwa lintasan elektron berbentuk lingkaran terlalu sederhana. Gerakan
2
elektron mengelilingi atom dipengaruhi oleh gaya yang merupakan funsi 1/ r .

Telah dipelajari hokum Keppler bahwa gaya jenis ini akan memberikan lintasan elips.
Itulah sebab nya lasan elektron lebih tepat mengatakan bahwa lintasan elektron
berupa elips bukan lingkaran.
Lintasan elips elektron memerlukan 3 bilangan kuantum:
1. Bilangan kuantum utama (n) mengatur besar kecilnya lintasan (berhubungan
dengan jari-jari rata-rata lintasan).
2. Bilangan kuantum orbital (l) mengatur kepipihan elips.
3. Bilangan kuantum magnetic (m) mengatur kemiringan elips.
Bilangan kuantum utama n, rumus jari-jari orbit
bahwa n menentukan jari-jari lintasan elektron (

a0

rn

n2 a0

menunjukkan

adalah jari-jari atom Bohr).

Bilangan kuantum orbital l dan bilangan kuantum magnetic m akan kita bahas
dibawah ini.
B. Bilangan kuantum orbital
Bilangan orbital berhubungan erat dengan besar momentum sudut. Momentum
sudut ini lah yang mengatur kepipihan elips. Pada lintasan lingkaran dalam model
atom Borh, besar momentum sudut elektron adalah L = nh di mana h (baca: h-bar) =
h/2

dan h adalah konstantas Planck. Menurut Schrodinger rumus diatas tidak

berlaku jika lintasan elektron berbentuk elips.

Dengan menganggap elektron

berkelakuan seperti gelombang, Schrodinger menurunkan rumus momentum sudut


elektron.
L

l(l+1)

(h/2 )

l ( l+1 )

.(1.1)
Dengan l menyatakan bilangan kuantum orbital yang merupakan bilangan bulat
dari 0 sampai n 1 (n = bilangan kuantum utaman)
l = 0, 1, 2, .. , n 1
Pada Gambar 1.1, ditunjukan lintasan elips
untuk berbagai nilai l pada kulit n = 4. Jari-jari
rata-rata elips (r = (a + b)/2, a = panjang sumbu
mayor; b = panjang sumbu minor), dari keempat
elips tersebut sama besar. Besar r ditentukan
oleh bilangan kuantum n.

Orbit dengan nilai l terbesar (l = n -1) memiliki momentum sudut terbesar

(momentum sudut diukur terhadap inti atom). Orbitnya terbentuk lingkaran.


Semua nila l yang lebih kecil akan memberikan elips yang lebih pipih.
Pada l = 0 elips sangat pipih. Sumbuh minor lintasan ini hamper sama dengan
jari-jari inti atom. Jika inti atom dianggap titik, lintasan l = 0 berbentuk garis
lurus. Ini sesuai dengan konsep momentum sudut di mana ketika L = 0,
partikel bergerak lurus melewati titik awan.

Besar momentum sudut untuk tiap nilai l adalah:

l = 0 memberikan L = 0

l = 1 memberikan L = h

l = 2 memberikan L = h

2 ( 2+1 )

=h

l = 3 memberikan L = h

3 ( 3+ 1 )

=h

12

C. Bilangan kuantum magnetik


Momentum sudut merupakan besaran vector yang mempunyai komponen x, y,
dan z. Membuat para tokoh pengembang fisika kuantum (Schrodinger, Heisenberg),
komponen x dan y dari momentum sudut dapat mempunyai besar sembarang
tetapikomponen z tidak.

Komponen z dari momentum sudut terkuantisasi, dan

besarnya adalah:
LZ

ml

.......

..(1.2)
ml

dinamakan bilangan kuantum magnetik (atau bilangan kuantum magnetic

orbital) yang nilanya dibatasi dari l sampai + 1 yaitu,


ml

Banyaknya

ml

= -l, -l + 1, , 0, l 1, l

......(1.3)

yang mungkin adalah 2l + dan tiap ml berhubungan dengan satu

kemungkinan proyeksi L pada arah sumbu z. Misalnya, lintasan elektron dengan l =


1 dan L = h
ml

=0

l(l+1)
ml

2h memilih 3 kemungkinan proyeksi L yaitu ml = 1;

= -1. Jadi 3 kemungkinan proyeksi momentum sudut pada sumbu z,

yaitu:
Cos

LZ

/ L = 1/

2 ; cos 1 = 45 o

Cos

LZ

/ L = 0 ; Cos

o
= 90

Cos
Bilangan

ml

LZ

/ L = 1/

2 ; Cos 3 = 135o

dinamakan bilangan kuantum magnetic karena bilangan kuantum ini

sangat erat hubungannya dengan medan magnetic yang dapat memiringkan lintasan
elektron.

D. Bilangan kuantum spin


Dalam tahun 1925, S.A Goudsmit dan G. E. Uhlenbec mengusulkan bahwa
sebuah elektron memiliki momentum sudut intrinsic yang disebut spin. Momen
magnetic spin (

terhadap sumbu Z (
magnetic spin (

ms

) berkaitan dengan momentum sudut spin (S) dan komponen S


SZ

). Arah dari setiap

SZ

ditentukan oleh bilangan kuantum

). Elektron inilah yang menyebabkan terjadinya penyimpangan

berkas atom yang menyimpang kearah kutub magnetic S, seperti yang diamati oleh
Stren-Gerlach. Oleh karena orientasi dari
persamaan
2s + 1 = 2
S=

1
2

..

................................................(1.4)

ms

hanyan dua buah, dapat ditulis

Vector momentum sudut spin S adalah


S=

s (s +1)

..(1.5)

Komponen S terhadap sumbu-z adalah


Sz

ms

....

..(1.6)
Harga-haraga

ms

yang mungkin adalah dari +s sampai s tanpa melalui 0, yaitu


ms

1
2

dan

ms

1
2

.....(1.7)
E. Konfigurasi elektron
Kaidah yang menentukan struktur elektron dari atom berelktron banyak.

Sebuah system zarah mantap (stabil) bila energy totalnya minimum


Hanya satu elektron yand dapat berada dalam keadaan kuantum tertentu
dalam atom.

Elektron yang memiliki bilangan kuantum utama yang sama terletak pada jarak
rata-rata yang sama dari inti.

Secara konvensional dikatakan bahwa elektron

menempati kulit yang sama.


Kulit atom n = 1 2 3 4 5 ..
K L M N O
Energi elektron pada kulit tertentu disamping bergantung pada bilangan kuantum
utama n, juga bergantung kuantumorbital l. elektron dalam masing-masing kulit akan
bertambah besar enrginya jika l bertambah besar.

Elektron-elektron yang memiliki harga l yang sama dalam satu kulit dikatakan
menempati

subkulit

dikatakan

menempati

kepergantungan energy elektron pada

ml

dan

subkulit
ms

yang

sama,

karena

sangat kecil. Keadaan pada

bilangan kuantum orbital l dinotasikan dengan huruf kecil sebagai berikut:


l = 0 1 2 3 4 5 .
s p d

f g h .

Lambang-lambang tersebut diperoleh dari klarifikasi empiris spektrum deret


sharp (tajam), principal (utama), diffuse (kabur), dan fundamental (pokok) yang
terjadi sebelum teori atom dikembangkan.
Aturan Aufbau dalam konfigurasi elektron dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.2. Urutan Pengisian Elektron dalam Subkulit


Konfigurasi elektron pada atom Na bernomor atom 11 dapat dituliskan sebagai
berikut:
1 s2 2 s2

2 p6

3 s1

Hal ini berarti bahwa subkulit 1s (n = 1, l = 0) dan subkulit 2s (n = 2, l = 0)


masing-masing berisi dua elektron, subkulit 2p (n = 2, l = 1) berisi enam elektron,
dan subkulit 3s (n = 3,l = 0) berisi satu elektron. Sebuah subkulit bercirikan bilangan

kuantum

utama

dan

bilangan

kuantum

orbital

dengan:

l = 0, 1, 2, 3, , (n-1)
Untuk setiap I terdapat 2l+1 bilangan kuantum magnetik

ml

yang berbeda sebagai

berikut:
ml

Dan untuk setiap


ms

= +1/2 dan

ms

= 0, 1, 2, 3, , , l
ml

terdapat 2 bilangan kuantum spin yang berbeda yakni

= -1/2. Masing-masing subkulit dapat berisi maksimum

2
2(2l + 1) elektron. Dan jumlah maksimum elektron dalam kulit ke-n adalah 2 n .

Aturan Hund
Aturan ini menyatakan : pada umumnya electron dalam atom tetap tak berpasangan
(spinnya sejajar) bila memungkinkan.
N

O:
Gambar 1.3. Penerapan Aturan Hund pada Atom N dan O
Aturan ini timbul karena elektron atomik saling tolak menolak.

Karena

tolakkan ini elektron akan saling berjauhan sehingga energy atomnya akan mengecil.
Elektron berspin sejajar lebih terpisah dalam ruang dibandingkan dengan jika
elektron itu berpasangan., sehingga konfigurasi semacam ini mempunyai energy yang
lebih kecil dan lebih mantap.
F. Momentum sudut total

Setiap elektron dalam sebuah atom memiliki momentum sudut orbital L dan
momentum sudut spin S tertentu, keduanya memberikan sumbangan pada momentum
sudut total J dari atom.
Momentum sudut total dari atom terkuantisasi dengan persamaan:
J=
Komponen

dari

J ( J +1 ) h

..(1.8)

momentum

Js

sudut

totala

atom

memenuhi:

MJ

Jz

..(1.9)
dengan J dan

MJ

menyatakan bilangan kuantum yang mengatur J dan

Besar L dari momentum sudut orbital L ditentukan oleh bilangan kuantum l menurut
persamaan:
L=

l(l+1)

....(1.10)

Komponen momentum sudut orbital pada sumbuh z,


kuantum magnetik

ml

Lz

ditentukan oleh bilangan

:
Lz

ml

...(1.11)
Besar S dari momentum sudut spin S ditentukan oleh bilangan kuantum spin s (yang
harganya +1/2 saja) menurut persamaan:
S=

s ( s+1 )

....(1.12)

Komponen momentum sudut spin pada sumbu z,


ms

kuantum magnetic spin

SZ

Sz

ditentukan dari bilangan

:
=

ms

..

.(1.13)
Momentum sudut total J merupakan jumlah dari L dan S:
J=L+S
Biasanya dipakai lambing j dan
J=
JZ

(1.14)
mj

j ( j+1 )
=

mj

untuk J dan

Jz

untuk elektron tunggal.

h
h

..

(1.15)
Hubungan antara berbagai bilangan kuantummomentum sudut:
JZ

mj

h=

mj

Lz
ml
ml

sz

ms

ms

(1.16)
Harga m yang mungkin berkisar antara +j melewati 0, sampai ke-j dalam langkah
bilangan bulat. Untuk setiap harga l, bilangan kuantum j memenuhi:
J=l s

(1.17)

Harga

mj

dan j adalah setengah bulat

Karena kuantitas setentak dari J, L, dan S, maka vector itu hanya bias
memiliki orientasirelatif yang khusus.

Dalam kasus atom dengan satu elektron,

hanya terdapat 2 orientasi relative yang diizinkan.

Pertama bersesuaian dengan

j = l + s sehingga J > L dan kedua, bersesuaian dengan j = l s, sehingga J < L.


S

J = l + s = 3/2

j = l s = 1/2

Gambar 1.3. Cara penjumlahan L dan S menjadi J pada l = 1 dan s =


J
Kerucut orbit L
L
S

Kerucut orbit S
Atom
Gambar 1.4. Vektor momentum sudut orbital L dan momentum sudut
spin S berprestasi disekitar momentum sudut total J

Momentum sudut L dan S berinteraksi dengan medan magnet eksternal B.


Akibatnya momentum sudut total J akan berpresisi disekitar medan magnet B,
sedangkan L dan S berpresisi disekitar J.
Koper LZ
Kopel ini berlaku pada hampir semua atom dan pada medan lemah. Pola yang
umum selain pada atom sangat berat adalah: momentum sudut orbital

Li

dari

berbagai elektron terkoper bersama secara elektrik menjadi resultan tunggal L.


Si

Momentum sudut spin

terkoper bersama menjadi resultan tunggal S secara

bebas. Momentum L dan S berinteraksi magnetis melalui efek spin-orbit untuk


membentuk momentum sudut total J.

Skema kopel LS dapat dituliskan secara

singkat sebagai berikut:


L=

Li

L=

Si

J=L+S

(1.18)

Kuntisasi pada kopel LS :


L=
Lz

S=
Sz

L ( L+1 )
=

ML

S (S +1)
=

MS

J=
Jz

J (J +1)
=

MJ

h
h

...

.(1.19)
L dan

ML

adalah bilangan bulat, sedangkan bilangan kuantum lainnya

ialah setengah bulat bila menyangkut jumlah elktron ganjil, dan bilangan bulat atau
nol jika jumlah elektron genap.
Kopel JJ
Kopel ini berlaku pada atom berat dan medan magnet kuat. Prinsip dari
pengkopelan ini adalah momentum sudut total

Ji

dari masing-masing elektron

dapat dijumlahkan membentuk momentum sudut total keseluruhan atom J. Masingmasing J diberikan dengan bilangan kuantum J.
Ji

J=

Li

=
Ji

Si

(1.20)

BAB II
PENUTUP

KESIMPULAN
1. Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta
awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri
atas proton yang bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral
(kecuali pada inti atom Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron).
2. Struktur atom merupakan satuan dasar materi yang terdiri dari
inti atom beserta awan elektron bermuatan negatif yang
mengelilinginya. Inti atom mengandung campuran proton yang
bermuatan

positif

dan

neutron

yang

bermuatan

netral

(terkecuali pada Hidrogen-1 yang tidak memiliki neutron).

3. Susunan elektron yang dinyatakan oleh ke-4 bilangan kuantum. Dalam


penyusunan ini kita akan berpedoman pada asas larangan Pauli yang
menyatakan tidak ada dua elektron sejenis yang menempati keadaan

(state) yang sama. Kita juga akan mempelajari tentang spektrum emisi
dan absorpsi suatu zat.
4. Bilangan-bilangan atom berelektron banyak terdiri dari:
a. Bilangan kuantum
b. Bilangan kuantum orbital
c. Bilangan kuantum magnetik
d. Bilangan kuatum spin

SARAN

Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan
elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang
bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral (kecuali pada inti atom
Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron).
DAFTAR PUSTAKA

Wiyatmo, Y. (2010). Fisika Atom Dalam Perpektif Klasik, Semiklasik dan Kuantum.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Krane, K.(2006). Fisika Modern. Jakarta: Universitas Indonesia.
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/03/model-dan-kelemahan-teori-atomthomson-pengertian gambar.html#ixzz2oY5M1nhB

Anda mungkin juga menyukai