Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

A. JUDUL
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA SISWA
KELAS IV SD NEGERI 2 SUKANEKA.
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN 2 Sukaneka Semester Genap Tahun
Pelajaran 2022/23).
B. BIDANG KAJIAN
Bidang kajian dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pendekatan saintifik terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA kelas IV
SD Negeri Sukaneka.
C. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah suatu kebutuhan dalam membentuk karakter bangsa seiring
perkembangan zaman pendidikan memegang peran yang sangat fundamental
untuk meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Dalam proses
pembelajaran keaktifan siswa dapat menentukan keberhasilan pendidikan.
Semakin aktif peserta didik dalam proses pembelajaran, maka semakin mudah
tercapainya tujuan pendidikan. Keaktifan ini dapat berupa kegiatan membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, menyimpulkan hasil
percobaan, dan lain sebagainya. Menurut Haryanto, ada enam hal yang
mempengaruhi keaktifan siswa dikelas, yaitu: “siswa, guru, materi, tempat, waktu,
dan fasilitas”. Sebagai tenaga pendidik, tentunya peran guru sangatlah penting
dalam kegiatan pembelajaran. Selain memiliki kemampuan dalam mengajar, guru
juga harus mampu menumbuhkan sikap positif siswa dan kesukaannya pada
pelajaran.
Dalam pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa ini, memandang
bahwa siswa itu sebagai “subjek dalam kegiatan belajar sehingga siswa memiliki
kesempatan yang terbuka untuk melakukan kreativitas dan mengembangkan
potensinya melalui aktivitas secara langsung sesuai dengan minat dan
keinginannya”. Adapun pendekatan pembelajaran yang dianggap berpusat pada
siswa dan cukup menarik perhatian para pendidik dalam kurikulum 2013 adalah
pendekatan saintifik (scientific approah). “Pendekatan saintifik dimaksudkan
untuk memberi pemahaman kepada peserta didik untuk mengetahui, memahami,
mempraktikan apa yang sedang dipelajari secara ilmiah”. Pendekatan saintifik
adalah pendekatan yang menggunakan langkahlangkah serta kaidah ilmiah yang
diterapkan dalam proses pembelajaran, seperti menemukan masalah, merumuskan
masalah, mangajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan
menarik kesimpulan. Dari pemaparan tentang pendekatan pembelajaran saintifik
diatas, peneliti dapat memahami bahwa pendakatan saintifik adalah pendekatan
yang berpusat pada siswa dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah dalam
proses pembelajarannya.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perlu kiranya lakukan penelitian
guna memperbaiki pelaksanaan pemnbelajaran-pembelajaran sebelumnya dengan
topik penelitian berjudul : Implementasi Pendekatan Saintifik Untuk
Meningkatkan Keaktifan Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Pada Siswa Kelas IV
SD Negeri 2 Sukaneka.
D. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang dapat diidentifikasi dari latar belakang di atas antara lain:
1. Pembelajaran IPA pada kelas IV masih menggunakan metode
konvensional;
2. Pemilihan pendekatan/strategi pembelajaran belum sesuai dengan tujuan
pembelajaran;
3. Kurangnya kreasi guru di dalam pembelajaran;
4. Belum terlibatnya siswa di saat proses pembelajaran secara aktif;
5. Nilai hasil belajar IPA di SDN 2Sukaneka belum memuaskan;
6. Pendekatan Saintifik belum pernah diterapkan.
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diaras maka masalah
penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Saintifik untuk meningkatkan keaktifan belajar;
2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Saintifik untuk meningkatkan keaktifan belajar;
3. Bagaimana penguasaan tentang pendekatan Saintifik untuk meningkatkan
keaktifan belajar siswa.
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil belajar IPA pada
siswa kelas IV SDN 2 Sukaneka.
Manfaat Penelitian:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan
informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan pendekatan
pembelajaran Saintifik untuk meningkatkan proses dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran IPA;
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan dan pedoman
untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang menerapkan
pendekatan pembelajaran Saintifik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Sebagai bahan informasi seberapa besar peningkatan proses dan hasil
belajar IPA melalui penggunaan pendekatan pembelajaran Saintifik.
b. Bagi Guru
1) Memberikan arahan dan pedoman dalam proses belajar mengajar
yang kaitannya dengan variasi pembelajaran agar proses dan hasil
belajar siswa baik;
2) Sumbangan pemikiran dan pertimbangan dalam menentukan
metode pembelajaran atau pendekatan yang tepat;
3) Membantu guru meningkatkan proses pembelajaran di kelasnya,
sebagai upaya meningkatkan proses dan hasil belajar siswa;
4) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran bagaimana
penerapan pembelajaran IPA melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran Saintifik.
c. Bagi Siswa
Dapat menambah dan memperluas wawasan dan pengalaman belajar
bagi siswa kelas IV SDN 2 Sukaneka.
d. Bagi Sekolah
Sebagai sumbangan pemikiran untuk usaha-usaha peningkatan kualitas
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, khususnya kelas IV SDN 2 Sukaneka.
F. CARA MEMECAHKAN MASALAH
Masalah yang terjadi dikelas IV SDN 2 Sukaneka adalah kurangnya keaktifan siswa
dalam pemberlajaran IPA dan solusi alternatifnya adalah dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran Saintifin yang mengutamakan kepada peserta didik untuk
meningkatkan aktifitas belajar siswa.
G. KAJIAN PUSTAKA
Pendekatan saintifik merupakan model pembelajaran yang diterapkan pada
kurikulum 2013 dengan menggunakan metode ilmiah dalam kegiatan
pembelajarannya. Pendekatan yang berpusat pada siswa atau (student centered
approach) ini, bertujuan supaya siswa nantinya mampu memiliki kapabilitas dalam
berpikir (thinking skill) kritis, ilmiah, dan analitis.
Kemendikbud
Pendekatan saintifik adalah model pembelajaran yang dimulai dari pengumpulan data
melalui pengamatan, melakukan eksperimen, menanyakan, mengolah informasi atau
data, hingga mengomunikasikannya dalam proses penerapan prinsip-prinsip
keilmuan.
Menurut Rusman (2015) Pendekatan saintifik adalah model belajar yang
menyediakan ruang pada siswa untuk mengeksplorasi dan mengelaborasi materi yang
dipelajari. Selain itu, model pendidikan ini juga memberikan kesempatan pada para
siswa untuk mengasah kemampuan melalui kegiatan belajar yang telah dirancang
oleh guru.
Tujuan Pendekatan Saintifik:
1. Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Salah satu tujuan pendekatan saintifik, yaitu untuk meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skill)
pada siswa. Para peserta didik diharapkan dapat berpikir kritis, analitis, serta
mampu menciptakan ide-ide baru terkait dengan materi yang tengah dipelajari.
2. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif, Aktif, dan Produktif
Dengan menerapkan pendekatan yang terpusat pada peserta didik ini. Diharapkan
kegiatan belajar mengajar menjadi kondusif, melalui serangkaian aktivitas yang
dirancang secara sistematis serta terciptanya lingkungan belajar yang aktif dan
produktif.
3. Meningkatkan Kemampuan Berpikir secara Sistematis
Karakteristik utama pendekatan saintifik adalah tahapan pembelajaran yang
berjalan dengan berurutan dan sistematis. Hal itulah yang mendorong siswa untuk
mulai berpikir secara sistematis serta perlahan meningkatkan kemampuannya,
baik itu, dalam memahami sebuah masalah, maupun saat menyelesaikan masalah.
4. Meningkatkan Pemahaman Konsep
Pada praktiknya, pendekatan saintifik mengarahkan kegiatan belajar secara
mandiri untuk menemukan dan mengembangkan konsep dari materi yang
dipelajari. Siswa akan dapat memperoleh konsep dan pemahaman secara
bermakna melalui model pembelajaran ini. Selain itu, para siswa tidak hanya
menerima konsep dalam bentuk hafalan saja, tapi mereka juga akan mendapatkan
pemahaman lebih mendalam terhadap konsep tersebut.
5. Meningkatkan Motivasi Belajar
Sebagai bentuk aktivitas belajar yang berpusat pada siswa, pendekatan ini
diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar para peserta didik. Sebab,
kegiatan pembelajaran yang mengharuskan para pelajar untuk lebih aktif dan
inovatif ini, bisa menciptakan suasana belajar baru yang tidak monoton, sehingga
tidak mudah untuk merasa bosan.
Prinsip Pendekatan Saintifik:
Berikut prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran menurut Hosnan
(2014).
1. Kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
2. Aktivitas pembelajaran membentuk students self concept.
3. Dalam pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4. Pembelajaran memberikan ruang pada siswa untuk simulasi dan mengakomodasi
konsep, hukum, dan prinsip dari materi yang sedang dipelajari.
5. Pembelajaran mendorong terciptanya peningkatan kemampuan berpikir peserta
didik.
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi bagi siswa dan guru, yaitu motivasi dalam
belajar dan mengajar.
7. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam
berkomunikasi.
8. Adanya proses validasi atau uji coba terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang
dibangun siswa dalam struktur kognitifnya.
Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik:
1. Mengamati (Observing)
Langkah pertama pada model pembelajaran saintifik adalah proses mengamati.
Para siswa dapat memanfaatkan panca indra mereka untuk mengamati kejadian di
sekitar yang sesuai dengan apa yang akan dipelajari. Dalam praktiknya, siswa bisa
mengamati lingkungan secara langsung maupun dengan menggunakan multimedia
pada berita dan video.
Keterlibatan siswa melalui langkah mengamati ini dapat memunculkan masalah
baru yang sebelumnya tidak memiliki solusi. Dengan adanya masalah tersebut,
para pengajar atau guru pun bisa membimbing siswa untuk menginvestigasi
(mengamati) masalahnya.
2. Menanya (Questioning)
Kegiatan menanya tentunya adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk
membuat dan mengajukan pertanyaan yang relevan dengan materi yang dipelajari.
Langkah ini kerap berkaitan dengan diskusi dalam kelas tentang informasi yang
belum dipahami, informasi tambahan, maupun klarifikasi informasi yang belum
jelas.
Guru dalam hal ini harus memiliki kesiapan yang matang untuk menentukan cara
atau memilih media yang sesuai dengan karakteristik siswa dan relevan dengan
materi yang dipelajari, sehingga peserta didik pun akan tertarik dan aktif dalam
menanya.
3. Mengumpulkan Informasi atau Mencoba (Experimenting)
Langkah mengumpulkan informasi merupakan lanjutan dari menanya di tahap
sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini bisa dilakukan dengan menggali
atau mengumpulkan informasi dari beragam sumber dengan berbagai cara.
Siswa dapat melakukan pengumpulan data dan informasi dengan berbagai metode.
Contohnya dengan bereksperimen atau melakukan uji coba mandiri, mencermati
kejadian di lingkungan sekitar, bertanya dengan narasumber, membaca buku,
mencari di internet, melihat ensiklopedia, hingga statistik. Guru pun diharapkan
dapat menjadi fasilitator untuk referensi belajar siswa dalam mengumpulkan data.
Hasil belajar siswa pada tahap ini adalah jumlah dan kualitas sumber informasi
yang telah dikaji oleh peserta didik. Mulai dari kelengkapan informasi yang
dikumpulkan, kebenaran informasi yang diperoleh, serta media yang digunakan
dalam penghimpunan data atau informasi.
4. Mengolah/Menganalisis Data (Associating)
Langkah mengolah atau menganalisis data ini juga disebut sebagai tahap
penalaran siswa. Sebab, peserta didik harus melakukan proses berpikir secara logis
dan sistematis terhadap fakta yang dapat diamati dari data dan informasi yang
telah dihimpun, guna mendapatkan kesimpulan dalam bentuk ilmu pengetahuan
yang baru.
Siswa akan memanfaatkan data serta informasi yang telah dikumpulkan untuk
memecahkan masalah dengan menyusun pertanyaan. Kemudian, guru dapat
membimbing siswa supaya bisa menghubungkan data yang telah terhimpun serta
menemukan pola dan membuat kesimpulan akhir.
Aktivitas ini digunakan agar siswa dapat menganalisis hasil kerja yang telah
mereka lakukan dan bisa membandingkan hasil kerjanya dengan siswa lainnya.
Kegiatan penalaran ini pun dilakukan dengan menggali dan menghimpun data dari
beragam sumber dan berbagai cara, di antaranya:
a. Mengolah informasi yang telah dikumpulkan;
b. Menganalisis data dengan membuat beberapa kategori atau pengelompokan;
c. Menghubungkan data atau informasi ke dalam suatu pola; dan
d. Membuat kesimpulan akhir.
5. Mengomunikasikan (Communicating)
Langkah terakhir, guru harus memberikan kesempatan kepada para siswanya
untuk mengomunikasikan hasil dari proses belajar yang telah mereka lakukan.
Peserta didik dapat menyatakannya dalam bentuk laporan atau makalah yang di
dalamnya berisi bagan, diagram, atau grafik.
Pada tingkat yang lebih lanjut, para siswa dapat menyusun hasil pembelajarannya
dalam bentuk laporan tertulis dan menyajikannya secara sistematis. Mulai dari
proses, hasil, sampai kesimpulan secara lisan dengan presentasi di depan kelas.
Hasil belajar yang dapat dilihat dari langkah ini adalah kemampuan siswa dalam
menyajikan hasil analisis mereka dalam bentuk tulisan, grafik, media elektronik,
maupun bentuk kreatif lainnya. Dalam bentuk fisik yang dapat guru nilai secara
langsung, misalnya bisa berupa laporan tertulis, karya ilmiah, atau video yang
diunggah di media sosial peserta didik.
Selanjutnya, guru dapat memberikan umpan balik dengan cara memberikan
masukan, meluruskan, dan menegaskan agar siswa bisa memahami kejadian yang
dianalisisnya secara mendalam dan luas. Guru juga bisa membimbing siswanya
untuk memutuskan hal-hal penting yang dapat disimpulkan sebelum presentasi
kelas dimulai.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam
sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di
alam, peristiwa dan gejala-gejala yang muncul di alam, ilmu dapat diartikan
sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif. IPA berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga
merupakan proses penemuan kurikulum KTSP (depdiknas : 2006).
Istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif tentang alam sekitar
beserta isinya. James Conant 1997 (dalam Samatowa Usman 2010:1)
mendefinisikan sains sebagai “suatu deretan konsep serta skema konseptual yang
berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasilnya eksperimentas dan
observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut.
Fowler dalam Trianto (2010:136) berpendapat IPA adalah pengetahuan yang
sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan
dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Beberapa definisi dan juga
pendapat yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA di SD merupakan mata pelajaran yang tersusun sistematis,
mempelajari tentang gejala-gejala alam, melalui serangkaian proses yang dikenal
dengan proses ilmiah, sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah
yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori
yang berlaku secara universal.
Pembelajaran IPA SD
Pembelajaran IPA merupakan interaksi antara komponen-komponen pembelajaran
seperti pendidik, peserta didik, alat atau media belajar dalam bentuk kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan serta kompetensi yang telah ditetapkan.
Samatowa Usman (2010:26). Oleh karena struktur kognitif anak-anak tidak dapat
dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan, perlu adanya modifikasi sesuai
dengan tahap perkembangan kognitif mereka mengenai ketrampilan-ketrampilan
proses IPA (Samatowa Usman 2010:5).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka disimpulkan pembelajaran adalah
suatu
proses interaksi dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat
siswa belajar, guru harus mengetahui kegunaan yang diperoleh dari pelajaran IPA.
Perlu adanya modifikasi pembelajaran sehingga siswa pun merasa senang dalam
pembelajaran dan tidak merasa pembelajaran itumonoton ataupun membosankan.
Tujuan Pembelajaran IPA yaitu :
1. IPA merupakan dasar teknologi sebagai dasar yang cukup luas;
2. IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih atau mengembangkan
kemampuan berpikir kritis;
3. IPA merupakan mata pelajaran yang diajarkan melalui percobaan-
percobaan yang dilakukan oleh anak;
4. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat
membentuk kepribadian anak secara keseluruhan (Samatowa Usman,
2010:6).
H. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
1. Setting penelitian
Penelitian dillaksanakan di SDN 2 Sukaneka jumlah peserta didik kelas IV
adalahb 20 orang yang terdiri dari 5 orang peserta didik pria dan 15 orang peserta
didik wanita.
2. Subjek penelitian
untuk mampu menjawab permasalahan diatas ada dua subjek penelitian yaitu 1.
Peserta didik dengan melihat kemampuan peserta didik kelas IV SDN 2
Sukaneka dalam meningkatkan aktifitas belajar siswa. 2. guru, melihat cara guru
dalam merencanakan pembelajaran dan bagaimana pelaksanaanya di dalam kelas
apakah sudah menggunakan pendekatan saintifik sesuai dengan tujuan untuk
meningkatkan keaktifan siswa.
I. HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan keatifan belajar
siswa dengan meenerapkan pendekatan Saintifik.
J. JADWAL PENELITIAN
Bulan Ke -
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7
Proposal  
Pelaksanaan Siklus Pertama 
1. Pelaksanaan tindakan session 1 
2. Pelaksanaan tindakan session 2 
3. Pelaksanaan tindakan session 3 
Pelaksanaan siklus ke 2 
4. Pelaksanaan tindakan session 1 
5. Pelaksanaan tindakan session 2 
6. Pelaksanaan tindakan session 3 
Pelaksanaan siklus ke 3 
7. Pelaksanaan tindakan session 1 
8. Pelaksanaan tindakan session 2 
9. Pelaksanaan tindakan session 3 
Tabulasi dan analisi data      
10. Penyusunan draft hasil
  
penelitian
11. Seminar draft hasil penelitian 
12. Pembuatan laporan 
13. Pengumpulan laporan akhir 
14. Penelitian 

Anda mungkin juga menyukai