Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan Alam (IPA) sebagai disiplin ilmu adalah salah satu mata
pelajaran yang penting untuk diberikan kepada peserta didik di Sekolah Dasar (SD).
Dalam pembelajarannya Hakikat IPA ada tiga yaitu IPA sebagai proses, produk,
dan pengembangan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, teori, hukum,
sedangkan proses IPA merupakan proses yang dilakukan oleh para ahli dalam
menemukan produk IPA. Proses IPA di dalamnya terkandung cara kerja dan cara
berpikir. Sikap yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA adalah sikap ilmiah
yang antara lain terdiri atas obyektif, berhati terbuka, tidak mencampur adukkan
fakta dan pendapat, bersifat hati-hati dan ingin tahu. Oleh karena itu proses
pembelajaran IPA harus mengacu pada hakikat IPA baik IPA sebagai produk,
proses, dan pengembangan sikap.
Namun hal ini berbanding terbalik dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di SDN Ciomas
1 khusus nya di kelas V, proses belajar mengajar masih berpusat pada guru.
Kegiatan pembelajan IPA masih dilakukan secara konvensional, dengan guru lebih
banyak menerangkan materi pembelajaran dan peserta didik hanya berperan
sebagai penyimak. Pembelajaran IPA yang demikian tidak atau belum memberi
kesempatan maksimal kepada peserta didik untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Di mana proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada
kemampuan peserta didik untuk menghafal informasi, peserta didik dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya dengan situasi dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu dalam proses belajar mengajar, guru hanya
terpaku pada buku teks sebagai satu-satunya sumber pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
Merujuk pada latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti merumuskan
masalah utama dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah penerapan Model
Discovery Learning untuk meningkatkan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya di
kelas V SDN Ciomas 1?”. Secara spesifik rumusan masalah dalam penelitian ini
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya melalui
penerapan Model Discovery Learning di SDN Ciomas 1?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran IPA
materi sifat-sifat cahaya melalui penerapan Model Discovery Learning di SDN
Ciomas 1?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini secara umum adalah “Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data
mengenai penerapan Model Discovery Learning untuk meningkatkan pembelajaran
konsep sifat-sifat cahaya di kelas V SDN Ciomas 1. Secara khusus tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Melalui kegiatan penelitian ini diharapkan diperoleh suatu model pembelajaran
yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran IPA sebagai salah satu upaya
meningkatkan pemahaman pembelajaran IPA khususnya materi Sifat-Sifat Cahaya
yang nantinya dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta didik
1. Meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai materi sifat-sifat
cahaya
2. Mendorong peserta didik lebih aktif, kreatif, dan berani
mengungkapkan pendapat
3. Mendapatkan pengajaran yang konkrit yaitu tidak hanya sekedar
konsep melainkan proses suatu kejadian
4. Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga
peserta didik termotivasi dan merasa antusias dalam mengikuti
pembelajaran.
b. Bagi guru
1. Meningkatnya kemampuan guru dalam mengatasi kendala pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2. Dapat memberikan inspirasi bagi guru untuk melakukan proses belajar
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif
sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
3. Melatih keprofesionalan seorang guru dalam mengembangkan model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
c. Bagi sekolah
1. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi
pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi.
2. Sebagai masukan dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran secara intensif dan menggunakan model pembelajaran
yang lebih inovatif agar kualitas pembelajaran lebih efektif khususnya
pada kualitas sekolah.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Karakteristik Pembelajaran IPA
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar
beserta isinya. IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif
tentang alam sekitar beserta isinya. Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau
IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa
latin yaitu scienta yang berarti “saya tahu”. Dalam bahasa inggris, kata
sains berasal dari kata science yang berarti “pengetahuan”. Science
kemudian berkembang menjadi social science yang dalam bahasa
indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Menurut Ahmad
Susanto (2012: 167) menyatakan bahwa Sains atau IPA adalah usaha
manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat
pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan
penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. IPA merupakan
cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA
didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan
fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan
ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan
menggunakan metode ilmiah.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA atau
sains merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan
dalam bentuk fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji
kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode
ilmiah.
b. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
1) IPA sebagai produk
IPA sebagai disiplin ilmu disebut produk IPA karena isinya
merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik
yang dilakukan oleh para ilmuan selama berabad-abad. Bentuk IPA
sebagai produk adalah fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori
IPA. Jika ditelaah lebih lanjut, fakta-fakta merupakan hasil
kegiatan empirik dalam IPA, sedangkan konsep, prinsip, hukum,
dan teori-teori dalam IPA merupakan hasil kegiatan analitik.
2) IPA sebagai proses
Memahami IPA bukan hanya memahami fakta-fakta dalam
IPA. Memahami IPA berarti juga memahami proses IPA yaitu
memahami bagaimana mengumpulkan fakta dan memahami
bagaimana menghubungkan fakta untuk
menginterpretasikannya. Para ilmuan mempergunakan berbagai
prosedur empirik dan prosedur analitik dalam usaha untuk
memahami alam semesta ini. Prosedur-prosedur
tersebut disebut proses ilmiah atau proses sains. Keterampilan
proses IPA disebut juga keterampilan belajar seumur
hidup. Sebab keterampilan ini dapat juga dipakai di bidang lain
dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan proses IPA adalah
keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuan, di antaranya
adalah: Mengamati, mengukur, menarik kesimpulan,
mengendalikan variabel, merumuskan hipotesa, membuat
grafik, membuat tabel data, membuat definisi operasional, dan
melakukan eksperimen.
3) IPA sebagai sikap ilmiah
Sikap yang dimaksud antara lain: 1) obyektif terhadap fakta,
2) tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup
data yang mendukung, 3) berhati terbuka, 4) tidak
mencampuradukan fakta dengan pendapat, 5) bersifat hati-hati,
dan 6) ingin menyelidiki.
C. DEFINISI OPERASIONAL
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengertian judul penelitian, maka
penulis mendefinisikannya sebagai berikut:
D. Hipotesis Tindakan
Menurut Ir. I Made Wirartha, MSi, (2006:25) Hipotesis merupakan tesis
(kesimpulan) yang hipo (tarafnya rendah), Jadi hipotesis merupakan
kesimpulan yang tarafnya rendah, disebut demikian karena belum diuji oleh
kenyataan empiriknya. Oleh sebab itu pula disebut kesimpulan teoritik. Dan
jika telah teruji oleh data empirik dan ternyata benar maka hipotesis itu menjadi
tesis.
Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan dalam masalah penelitian
tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut: “ada peningkatan dalam
pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya dengan menggunakan Model Discovery
Learning di kelas V SDN Ciomas 1”
E. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Ciomas 1 pada tanggal 12 Januari
2024. Waktu pelaksanaan observasi dilaksanakan pukul 07:00 WIB di kelas
V SD Negeri Ciomas 1 pada saat mata pelajaran IPA.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
tindakan kelas. Menurut Suharsimi, dkk (2010) penelitian tindakan kelas
merupakan siatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa suatu
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam suatu kelas secara
bersama. Menurut Kemmis dan Mc Taggart, (1988) bahwa penelitian
tindakan kelas adalah bentuk refleksi diri secara kolektif yang melibatkan
partisipan dalam suatu situasi social untuk mengembangkan rasionalisasi
dan justifikasi dari praktik pendidikan.
Penelitian ini berbasis kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya
penelitian dilakukan melalui kerja sama dengan guru wali kelas V SDN
Ciomas 1. Peneliti berperan sebagai guru untuk melakukan tindakan
pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang dibuat.
3. Prosedur Penelitian
Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart.
Penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari
penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi),
dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral
berikutnya.
Jasmanyah76.wordpress.com
Dalam pelaksanaannya penilitian secara rinci terdiri dari langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Perencanaan tindakan, menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu
dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, diuraikan sebagai berikut:
a. Mendiskusikan dengan guru tentang langkah-langkah, model, dan media
yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
b. Menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
d. Mempersiapkan media yang akan digunakan untuk mengaplikasikan kegiatan
eksperimen
e. Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan dan
dikembangkan, yaitu: lembaran-lembaran evaluasi dan instrumen lain berikut
kriteria penilaian dan kunci jawaban yang akan disiapkan dan dikembangkan.
f. Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran
2) Pelaksanaan tindakan berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang akan
dilakukan oleh peneliti, observer, dan peserta didik dalam pembelajaran.
Pelaksanaan dilakukan pada tanggal 12 Januari 2024. Uraian dari tahapan
pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dalam tahap ini kegiatan pembelajaran
yang dirumuskan diaplikasikan dalam kelas. Dengan rincian kegiatan sebagai
berikut:
• Peneliti sebagai guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model Discovery Learning.
• Langkah pembelajaran diawali dengan pengeksplorasian pengetahuan
awal peserta didik mengenai materi cahaya, kemudian menyebutkan sifat-
sifat cahaya. Pada langkah ini, guru sebagai motivator mmembangun
motivasi peserta didik.
• Pembelajaran dilanjutkan dengan penayangan obyek yang dipilih (media
pembelajaran interaktif sifat-sifat cahaya). Penayangan CD interaktif ini
menjadi salah satu langkah dalam membangun motivasi peserta didik
sekaligus memberikan penginderaan mengenai materi pembelajaran yang
dilakukan.
• Guru memberikan penjelasan sedikit tentang materi dengan bantuan media
diatas, kemudian memberikan pertanyaan kepada peserta didik
berhubungan dengan materi yang disampaikan.
• Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk melakukan eksperimen
berkaitan dengan sifat-sifat cahaya. Kegiatan eksperimen ini dilakukan
untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik untuk
menemukan sendiri konsep-konsep dalam materi sifat-sifat cahaya
sehingga lebih memahami materi tersebut.
• Peserta didik membuat kesimpulan dari hasil pengamatannya berupa
laporan sederhana.
• Salah satu perwakilan peserta didik mempresentasikan masing-masing
hasil percobaan yang telah dilakukan kelompoknya.
• Pada akhir pembelajaran, pembelajaran ditutup dengan menyimpulkan dan
merespon kegiatan yang telah dialami. Tahap ini merupakan salah satu
bentuk konfirmasi dalam pembelajaran.
3) Observasi, menggambarkan mengenai pengamatan observer terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan sembilan orang peserta didik.
Mengobservasi kesesuaian rencana dengan aplikasinya pada saat
berlangsungnya proses belajar mengajar serta mengobservasi ketercapaian
indikator kognitif dan indikator afektif pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh observer dengan
menggunakan instrument yang telah disiapkan oleh peserta didik.
4) Refleksi, dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan proses
belajar mengajar pada siklus I. Kekurangan dapat diperbaiki pada siklus
berikutnya
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam beberapa siklus. Apabila pada siklus II
belum juga mengarah kepada perubahan proses pembelajaran dan hasil belajar
maka dapat dilakukan siklus III. Siklus dapat dihentikan jika hasil belajar yang
diinginkan telah tercapai. Refleksi Awal, perencanaan tindakan, pelaksanaaan
tindakan, dan refleksi pada siklus II dapat dilakukan atas hasil evaluasi dari siklus
I dan begitu juga dengan siklus selanjutnya.
Pengamatan KBM
Pendahuluan
• Memotivasi siswa
• Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
• Mendiskusikan langkah-langkah
kegiatan bersama siswa
• Membimbing siswa melakukan
kegiatan
• Membimbing siswa mendiskusikan
I
hasil kegiatan dalam kelompok
• Memberikan kesempatan pada siswa
untuk mempresentasikan hasil
kegiatan belajar mengajar
• Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
Penutup
II Pengelolaan Waktu
Antusiasme Kelas
III
• Siswa Antusias
• Guru Antusias
Jumlah
Keterangan :
Nilai Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
Keterangan :
Nilai Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
Keterangan presentase dan pengkategorian sikap
Presentase (%) = 𝑛 x 100 %
𝑁
Ket :
n : skor yang diperole 81%-100% : sangat baik
61%-80% : Baik
N : Skor maksimal 41%-60% : Cukup
% : Tingkat presentase yang dicapai 21%-40% : Kurang Baik
<20% : Sangat kurang
I PERENCANAAN PEMBELAJARAN
II PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
JUMLAH SKOR
Gambar 1. Penerapan model Discovery Learning Gambar 2. Penerapan model Discovery Learning