Anda di halaman 1dari 2

Refleksi Hari Air Sedunia

Oleh : Indra Yusuf

Peringatan Hari Air Sedunia (World Water Day) tahun 2019 yang jatuh pada 22 Maret
mengangkat tema ‘Leaving no one behind’. This is an adaptation of the central promise of the
2030 Agenda for Sustainable Development: as sustainable development progresses, everyone
must benefit. Dalam terjemahan bebasnya “Tidak meninggalkan siapa pun di belakang’. Ini
adalah adaptasi dari janji utama Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan: seiring
kemajuan pembangunan berkelanjutan, setiap orang harus mendapat manfaat. Tema ini
menunjukan pentingnya air dalam agenda pembangunan berkelanjutan. Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan 6 meliputi target untuk memastikan ketersediaan dan pengelolaan air yang
berkelanjutan untuk semua pada tahun 2030.
Bagaimanapun Hari Air Sedunia adalah sebuah kampanye global akan pentingnya air
bagi kehidupan dan perlindungan serta pengelolaan sumber daya air yang dilakukan secara
berkelanjutan. Menurut sejarahnya, Hari Air Sedunia, ditetapkan melalui Resolusi PBB Nomor
147/1993. Resolusi ini menetapkan pelaksanaan peringatan Hari Air se-Dunia setiap tanggal 22
Maret dan mulai diperingati pertama kali pada tahun 1993. Tentu peringatan hari harus dijadikan
momentum bagi pemerintah maupun masyarakat untuk terus menjaga kelestarian sumberdaya
air. Karena air sejak dulu air merupakan kebutuhan universal seluruh umat manusia dan mahluk
hidup lainnya.
Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan sekarang tetapi tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa
depan serta memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Sehingga pemanfaatan sumberdaya air
saat ini harus memperhatikan kelangsungan sumberdaya tersebut untuk kebutuhan generasi yang
akan datang. Namun pada kenyataanya kesulitan untuk mendapatkan air bersih makin dirasakan
oleh sebagian masyarakat dibeberapa daerah di Indonesia.
Hal ini karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian sumberdaya
air dan belum terbangunnya perilaku hemat air dalam kehidupan sehari-hari. Laju kerusakan dan
pencemaran pada lokasi tubuh-tubuh air semakin semakin cepat seiring laju pertumbuhan jumlah
penduduk yang pesat. Bahkan menurut United States Agency for International Development
(USAID) dalam laporannya (2007), disebutkan bahwa hasil dari penelitiannya di berbagai kota
di Indonesia menunjukkan hampir 100 persen sumber air minum kita tercemar oleh bakteri E
Coli dan Coliform. Tentu hal ini sangat memperihatinkan sekaligus sebagai sebuah ironi di
negeri yang berlimpah air.
Oleh karenanya mengapa kita perlu memperingati Hari Air Sedunia sebagai bentuk
kampanye global tentang pentingnya air bagi kelangsungan hidup kita semua. Dengan adanya
peringatan Hari Air Sedunia tentu diharapkan agar seluruh masyarakat dunia selalu diingatkan
betapa pentingnya membangun kesadaran lingkungan, serta memikirkan bagaimana melakukan
pengelolaan sumberdaya air secara bijak dan berkelanjutan. Sehingga sumberdaya air yang ada
tetap terjaga kelestariannya. Karena itu pula PBB mendeklarasikan bahwa air merupakan
kebutuhan dan hak asasi manusia.
Memang sejak dulu keberadaan air telah menjadi sebuah simbol penting dalam setiap
legenda dan perkembangan peradaban manusia. Demikian juga dalam budaya masyarakat sunda,
air merupakan simbol identitas dari suatu komunitas. Sehingga ada beberapa ahli yang
berpendapat bahwa identitas masyarakat Sunda adalah masyarakat air. Salah satunya adalah
Hidayat Suryalaga (2004), yang mengatakan bahwa Sunda itu air, karena kata Sunda dalam
bahasa Sanksakerta bermakna air.
Selanjutnya Karl A. Witfogel (2003), seorang sarjana Jerman yang mengkategorikan
masyarakat sunda sebagai hydrolic society. Masyarakat jenis ini hidupnya tidak terlepas dari air,
bahkan pandangan hidupnya terbentuk dari refleksinya atas air. Hal ini dapat kita dari banyaknya
nama daerah berawalan dari kata ci, yang memiliki makna air. Seperti Cirebon, Cianjur, Ciamis
dan masih banyak yang lainnya.
Jika kita kaji secara geografis maupun klimatologis seharusnya wilayah Indonesia
merupakan wilayah yang terbebas dari masalah air. Mengingat wilayah Indonesia berada di
daerah beriklim tropis basah, yakni daerah yang memiliki rata-rata curah hujan sebesar 2.779
mm pertahunnya. Secara geografis pun 2/3 wilayah Indonesia, merupakan wilayah perairan.
Didukung wilayah Indonesia memiliki lebih dari 500 danau yang berfungsi sebagai sumber
sekaligus cadangan air tawar di permukaan. Cekungan air di Indonesia diperkirakan mempunyai
total volume sebesar 308 juta meter kubik.
Selain Indonesia juga memiliki potensi air tawar sebesar 1.957 miliar miliar m 3/tahun.
Dari jumlah tersebut, hampir 87% di antara potensi aliran air permukaan terkonsentrasi di Pulau
Kalimantan, Papua, dan Sumatera. Sisanya tersebar secara tidak merata di Jawa Madura, Bali,
Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. Pulau Jawa yang memiliki luas 7% dari total luas daratan
Indonesia memiliki 4,5% (1.600m3/kapita/tahun) dari total cadangan air tawar nasional. Faktanya
pulau ini dihuni oleh 65% (148 juta jiwa) dari total penduduk Indonesia.
Permasalahan sumberdaya air juga turut mempengaruhi ketahanan pangan, karena
kekeringan menyebabkan menurunnya hasil panen atau bahkan kegagalan panen. Kekeringan
terjadi karena daerah-daerah yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan air telah beralih fungsi
menjadi bangunan atau pemukiman. Demikian juga dengan kerusakan hutan yang pada akhirnya
bermuara pada terganggunya sumber-sumber air yang ada.
Oleh karenanya melalui momentum peringatan Hari Air Sedunia maka perlu dilakukan
tindakan secara massif, terintegrasi dan berkelanjutan oleh segenap lapisan masyarakat dalam
menjaga sumberdaya air. Tindakan dan upaya penyelamatan tersebut dapat dilakukan melalui:
(1) Kampanye gerakan berhemat air.bersih. (2) Menggalakkan gerakan menanam pohon melalui
program one man one tree. (3) Melakukan konservasi tanah dan air di daerah aliran sungai
(DAS). (4) Pembangunan dan normalisasi tubuh-tubuh air yang berfungsi sebagai tempat
penampungan air hujan dan cadangan air dimusim kemarau. (5) Mencegah seminimal mungkin
air hujan (run of) terbuang langsung ke laut dengan membuat sumur resapan air atau lubang
resapan biopori. (6) Mengurangi pencemaran air baik oleh limbah rumah tangga, industri,
pertanian maupun pertambangan. (7) Menanamkan pendidikan lingkungan hidup sejak dini, baik
melalui lembaga formal, non formal maupun informal. Dengan demikian diharapkan persoalan
air atau pun krisis air yang terjadi dimasyarkat akan teratasi.

Penulis adalah Ketua MGMP Geografi Kota Cirebon.


Alamat : Jl Majalengka No 11/ B 7 Nuansa Majasem Kota Cirebon 45135
No HP. 081324229522

Anda mungkin juga menyukai