Anda di halaman 1dari 34

PEMBUATAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK TERINTEGRASI

SET EKPERIMEN GELOMBANG BUNYI BERBASIS ANDROID


TERINSTAL SOFTWARE SOUND ANALYZER BASIC 1.10.2

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Yunita Jeliyah Jalis Putri
NIM 18033023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan bertujuan untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan tugasnya dan
mencapai keberhasilan dalam karirnya. Untuk mewujudkan pendidikan maka diperlukan kerja
sama antara guru dan pemerintah dalam merencanakan pembelajaran yang terencana dan
terstruktur. Salah satu kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
Indonesia adalah menerapkan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menuntut peserta didik aktif
dalam proses pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator guru memiliki
peran dalam merancang pembelajaran dan membimbing peserta didik untuk aktif dalam
menyelesaikan permasalah-permasalahan yang berhubungan dengan aplikasi fisika dalam
kehidupan sehari-hari. Pada kurikulum 2013 proses pembelajaran yang dilakasanakan oleh guru
harus berpedoman pada standar proses. Standar proses merupakan panduan penting bagi guru
untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Guru harus membuat proses pembelajaran yang
interaktif, sehingga peserta didik merasa senang dalam proses pembelajaran. Guru harus bisa
memberikan ruang agar peserta didik dapat berkreasi, berkolaborasi, berinovasi serta
menginspirasi peserta didik dalam menciptakan ide-ide kreatif (Permendikbud, 2016). Oleh
karena itu, satuan pendidikan harus menyusun perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran dan penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efektivitas serta efisiensi
pecapaian kompetensi lulusan.

Pada abad 21 kemajuan teknologi berkembang dengan sangat pesat. Hal ini menuntut
guru untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan memiliki keterampilan dalam
memanfaatkan teknologi. Melalui pendidikan, peserta didik dibimbing agar memiliki inovasi,
dapat menggunakan teknologi dan memanfaatkan media informasi serta berkolaborasi untuk
bertahan hidup dengan menggunakan keterampilan yang dimilikinya (Putri, Resmila Rahmadani,
dkk, 2019 : 377). Dalam rangka meningkatkan kompetensi belajar untuk memenuhi tuntutan
kurikulum 2013 maka dalam pembelajaran fisika dianjurkan memanfaatkan smartphone (Prisma,
Muhammad, dkk , 2020: 1). Smartphone memiliki banyak kegunaan, salah satunya untuk
menunjang proses pembelajaran fisika. Sudah banyak software yang dapat digunakan untuk
mengukur besaran-besaran fisika dan dapat diakses menggunakan smartphone. Smartphone juga
dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif dalam melakukan eksperimen.

Salah satu mata pelajaran yang banyak penerapannya dalam kehidupan sehari-hari adalah
fisika. Fisika merupakan ilmu yang bersifat empiris, dimana setiap hal yang dipelajari oleh fisika
berdasarkan fakta dan hasil pengamatan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran fisika memerlukan kemampuan berpikir logis dan ketelitian dalam mengumpulkan
informasi berdasarkan pengamatan, kemudian menganalisis informasi tersebut untuk
memecahkan masalah. Artinya pembelajaran fisika memberikan ruang kepada peserta didik
untuk menemukan pengetahuannya sendiri, kemudian mengaplikasikan pengetahuan yang
didapatnya di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sejalan dengan
Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang standar proses bahwa pembelajaran fisika dilakukan
secara inspiratif, interaktif, menyenangkan, dan memotivasi peserta didik untuk aktif dalam
proses pembelajaran serta guru memberikan ruang kepada peserta didik untuk berkreativitas
sesuai dengan bakat dan minat yang dimilkinya.

Maka dalam pembelajaran fisika sangat diperlukan adanya kegiatan eksperimen yang
menyediakan waktu untuk peserta didik menemukan pengetahuannya sendiri. Eksperimen adalah
kegiatan proses belajar mengajar yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan percobaan di laboratorium ataupun di luar laboratorium. Sebagai suatu proses, fisika
merupakan proses untuk mempelajari obejk studi, menemukan dan mengembangkan produk
sains, sebagai aplikasi teori-teori yan telah ada ke dalam kehidupan sehar-hari (Mardiana, dkk,
2013:2). Melalui eksperimen, peserta didik akan mangalami peningkatan baik dari segi
pengetahuan maupun keterampilan. Proses pembelajaran di laboratorium dengan metode
eksperimen dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam mengamati
sebuah fenomena. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan seseorang untuk kritis
dalam bertanya, mengumpulkan informasi yang akurat, menganalisis informasi, dan mengambil
solusi yang tepat untuk memecahkan masalah (Ariyani, Septi, dkk, 2020 : 62).

Untuk mendukung kegiatan eksperimen maka perlu sumber belajar. Sumber belajar
adalah segala sesuatu baik tempat ataupun lingkungan sekitar, benda, maupun orang yang dapat
menjadi sumber informasi (Depdiknas, 2010). Salah satu sumber belajar adalah bahan ajar.
Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun sistematis sehingga dapat menunjang proses
pembelajaran (Depdiknas, 2008). Salah satu bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran
fisika adalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). LKPD sangat penting untuk menuntun
peserta didik melakukan kegiatan ekperimen secara mandiri. Pada proses pembelajaran fisika
LKPD berfungsi untuk menciptakan pembelajaran yang menarik perhatian peserta didik
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, dan menimbulkan penggunaan metode
pembelajaran yang bervariasi sehingga peserta didik merasa pembelajaran fisika menjadi
menyenangkan (Sudjana, 2009).

Akan tetapi pada akhir pada akhir tahun 2019, munculah wabah Corona Virus. Corona
virus merupakan virus yang menyerang sistem pernapasan. Selama pandemi COVID-19 banyak
sekolah di Indonesia yang tutup dan tidak bisa menjalankan pembelajaran tatap muka. Hal ini
berdampak kepada proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah. Permasalahan
yang timbul akibat Corona Virus yaitu peserta didik tidak dapat melakukan eksperimen secara
langsung dengan memanfaatkan fasilitas sekolah. Salah satu materi fisika yang memerlukan
kegiatan eksperimen yaitu materi gelombang bunyi. Pada kegiatan eksperimen peserta didik
memerlukan LKPD. LKPD sangat diperlukan untuk menuntut kegiatan ekperimen pada materi
gelombang bunyi dengan memanfaatkan peralatan sederhana yang berada di sekita peserta didik.

Pada penelitian ini peneliti melakukan studi literature untuk mengetahui faktor faktor
yang menyebabkan permasalahan dalam proses pembelajaran fisika di sekolah. Penelitian yang
dilakukan oleh Winda Sari (2015 : 122) di SMAN 13 Padang didapat data bahwa permasalahan
dalam pembelajaran fisika disebakan oleh: (1) Kurangnya motivasi peserta didik dalam
pembelajaran fisika karena pembelajaran fisika masih bersifat teori; (2) Waktu pembelajaran
fisika yang singkat tidak cukup untuk menjelaskan materi fisika yang banyak dan padat; (3) Guru
menggunakan model pembelajaran yang kurang bervariasi; (4) Kegiatan eksperimen jarang
dilakukan padahal kegiatan eksperimen dapat membantu peserta didik menemukan konsep,
memahami dan mengaplikasikan konsep fisika; (5) Penggunaan LKPD belum dapat menuntun
peserta didik untuk berpikir kreative dan mandiri dalam pembelajaran; (6) Guru fisika kurang
menerapkan materi pembelajaran fisika ke dalam kehidupan sehari-hari yang mengakibatkan
peserta didik menjadi kurang kreatif, kurang terampil dan membuat pola pikir perseta didik tidak
berkembang. Hal ini berarti bahwa dalam proses pembelajaran fisika perlu LKPD yang dapat
menuntun kegiatan eksperimen peserta didik secara mandiiri dan mengaplikasikan materi fisika
dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun sehingga tidak
dibatasi oleh waktu pelajaran yang singkat dan tempat pelaksanaan ekperimen.

Peneliti juga melakukan observasi di empat sekolah yaitu SMA Negeri 3 Painan, SMA
Negeri 1 Lembah Melintang, SMA Negeri 7 Bengkulu Utara, dan SMA Negeri 16 Bengkulu
Utara untuk mengetahui keadaan yang terjadi di lapangan mengenai pelaksanaan proses
pembelajaran fisika khususnya materi gelombang bunyi. Berdasarkan observasi di empat sekolah
yang berbeda didapat data bahwa terjadi perbedaan antara keadaan yang terjadi di lapanangan
dengan keadaan ideal yang diharapkan. Ini menunjukkan adanya permasalahan yang harus
diangkat dan dicari solusinya. Dari observasi di dapat data bahawa peserta didik lebih menyukai
pembelajaran fisika yang melakukan kegiatan eksperimen karena mengaitkan pembelajaran
fisika secara langsung dengan kehidupan di sekitarnya. Dari hasil Observasi di dapat data bahwa
melalui eksperimen, peserta didik dapat melatih kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan
masalah dan lebih menguasai materi tersebut. Berdasarkan observasi peserta didik tidak pernah
melakukan eksperimen secara real mengenai materi gelombang bunyi pada masa pandemi. Hal
tersebut terjadi karena peserta didik kesulitan melakukan kegiatan eksperimen dikarenakan
jumlah peralatan set eksperimen yang terbatas di rumah.

Untuk mengatasi masalah keterbatasan peralatan dalam kegiatan eksperimen, peneliti


membagikan angket analisis penggunaan android. Angket ini bertujuan untuk melihat bagaimana
penggunaan android sebagai media pembelajaran fisika. Persentase penggunaan android di
empat sekolah yang berbeda dapat dilihat pada Tabel. 1 dibawah ini :

Tabel 1. Persentase penggunaan android


Persentase Respon Peserta Didik (%)
SMAN 3 SMAN 1 SMAN 7 SMAN 16
Painan Lembah Bengkulu Bengkulu
No Pernyataan Melintang Utara Utara
Ya Tida Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
k
1. Saya mempunyai
smartphone/android 98,3 1,7 100.0% 0.0% 100,0 0,0 100,0 0,0
2. Saya menggunakan android untuk
belajar 98,3 1,7 96.6% 3.4% 90,7 9,3 91,7 8,3
3. Saya lebih sering menggunakan 5,2 94.8 27.6% 72.4% 26,7 73,3 91,7 8,3
android untuk bermain game dari
pada belajar
4. Saya lebih sering menggunakan
android untuk bermain sosial media
dari pada belajar 60.3 39,7 79.3% 20.7% 86,7 13,3 58,3 41,7
5. Saya belajar gelombang bunyi
menggunakan android 62,1 37,9 41.4% 58.6% 64,0 36,0 8,3 91,7
6. Saya sudah tahu Software Sound
Analyzer 10,3 89,7 0.0% 100.0% 2,7 97,3 0,0 100,0
7. Saya memiliki Software Sound
Analyzer 0,0 100,0 0.0% 100.0% 0,0 100,0 0,0 100,0
8. Saya menggunakan Software
Sound Analyzer pada praktikum
bunyi dengan android 0,0 100,0 0.0% 100.0% 0,0 100,0 0,0 100,0
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di sekolah dengan pembagian angket analisis
penggunaan android, 99,6% peserta didik telah memiliki android. Penggunaan android untuk
belajar sudah dilakukan oleh peserta didik tetapi belum maksimal. Android lebih sering
digunakan peserta didik untuk bermain game dan media sosial. Penggunaan android untuk media
pembelajaran dalam kegiatan eksperimen tidak pernah dilakukan. Hal ini didukung dengan data
angket yang diperoleh bahwa 96,75 % peserta didik belum mengetahui Software Sound
Analyzer. Kemudian 100 % peserta didik belum memiliki Software Sound Analyzer dan belum
pernah menggunakan Software Sound Analyzer pada praktikum bunyi dengan android. Hal ini
menunjukan pemanfaatan android yang belum maksimal sebagai media pembelajaran.

Peneliti juga membagikan angket kepada guru. Berdasarkan hasil observasi di dapat
kesimpulan bahwa pembelajaran fisika selama pandemi tidak pernah dilakukan kegiatan
eksperimen secara real pada materi gelombang bunyi. Guru juga tidak pernah memanfaatkan
android sebagai media pembelajaran dalam kegiatan eksperimen materi gelombang bunyi.
Padahal pendidikan bersifat dinamis yang mengikuti perkembangan zaman. Guru seharusnya
bisa memanfaatkan teknologi dengan maksimal sebagai media pembelajaran fisika.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, salah satu solusi yang dapat diterapkan
untuk mengatasi masalah tersebut yaitu perlunya LKPD yang dapat menuntun peserta didik
untuk melaksanakan kegiatan ekperimen gelombang bunyi menggunakan peralatan yang berada
disekitar peserta didik. Peralalatan dan bahan yang dibutuhkan pada kegiatan eksperimen ini
mudah ditemukan dan harganya murah. LKPD ini dirancang dengan mengintegrasikan set
ekperimen gelombang bunyi berbasis android terinstal software Sound Analyzer Basic 1.10.2
agar kegiatan eksperimen dapat dilakukan dimana saja sehingga tidak terikat harus dilaksanakan
di laboratorium, dan dapat dilakukan kapanpun peserta didik mau. LKPD ini sangat cocok pada
era New Normal untuk mengatasi permasalahan sekolah daring yang membuat peserta didik
tidak dapat menggunakan fasilitas sekolah dan dapat mencegah terjadinya kerumunan antar
peserta didik. LKPD ini dapat membantu peserta didik untuk mandiri dalam melakukan kegiatan
eksperimen, berpikir kritis, dan memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran. Melalui
LKPD ini diharapkan peserta didik dapat mencari pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman
konsep yang didapat peserta didik dapat langsung diaplikasikan pada kehidupannya. Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul
“Pembuatan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Terintegrasi Set Ekperimen Gelombang
Bunyi Berbasis Android Terinstal Software Sound Analyzer Basic 1.10.2”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH
Adapun identifikasi masalah yaitu :
1. Kegiatan eksperimen secara real tidak pernah dilakukan pada masa pandemi untuk materi
gelombang bunyi.
2. Pemanfaatan android sebagai media pembelajaran dalam kegiatan ekperimen gelombang
bunyi tidak pernah dilakukan
3. Belum adanya LKPD untuk materi gelombang bunyi yang dapat digunakan oleh peserta
didik melakukan kegiatan eksperimen dimanapun dan kapanpun peserta didik inginkan.
4. LKPD yang digunakan di sekolah belum mampu memfasilitasi peserta didik untuk
mandiri dan membangun pengetahuannya sendiri sehingga hasil belajar fisika peserta
didik rendah.
C. PEMBATASAN MASALAH
Adapun pembatasan masalah pada penelitian yaitu :
1. Penelitian ini berfokus untuk membuat LKPD yang terintegrasi set ekperimen gelombang
bunyi berbasis android terinstal software Sound Analyzer Basic 1.10.2.
2. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Reseacrch and Development)
menggunakan model ADDIE sampai validasi pada tahapan development.

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang dapat dikemukan dalam penelitian
ini, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah LKPD yang terintegrasi set
ekperimen gelombang bunyi berbasis android terinstal software Sound Analyzer Basic 1.10.2
valid?

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan pada penelitian ini yaitu untuk menghasilkan LKPD yang terintegrasi set
ekperimen gelombang bunyi berbasis android terinstal software Sound Analyzer Basic 1.10.2
yang valid.

F. SPESIFIKASI PRODUK YANG DIHASILKAN

Spesifikasi produk yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu :

1. LKPD yang terintegrasi set ekperimen gelombang bunyi berbasis android terinstal
software Sound Analyzer Basic 1.10.2.
2. LKPD ini dibuat sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 pada materi gelombang bunyi
untuk peserta didik kelas XI Semester II.
3. LKPD yang dihasilkan berisikan bagian-bagian yaitu bagian kompetensi dasar, indicator,
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, langkah kerja, latihan dan evaluasi.

G. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini yaitu :
1. LKPD yang terintegrasi set ekperimen gelombang bunyi berbasis android terinstal
software Sound Analyzer Basic 1.10.2 yang menunjang kegiatan eksperimen.
2. Penelitian ini bermanfaat untuk guru sebagai bahan ajar alternatif untuk mengajarkan
materi gelombang bunyi dan mencapai tujuan pembelajaran.
3. Penelitian ini bermanfaat untuk peserta didik sebagai salah satu bahan ajar yang dapat
menuntun peserta didik mandiri dan mencari pengetahuannya sendiri serta memberikan
ruang untuk peserta didik berpikir kritis.
4. Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi
Pendidikan Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA).
5. Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain sebagai pedoman dan studi literatur dalam
mengembangkan penelitian di masa yang akan datang.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. KAJIAN PUSTAKA
a. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN FISIKA
Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling berhubungan erat dalam
pendidikan. Belajar adalah proses atau upaya yang dilakukan oleh peserta didik untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan mengambil nilai positif dari berbagai
pengalaman yang diperoleh dari berbagai materi yang sudah dipelajari (Djamaluddin, Ahdar, &
Wardana, 2019 : 6). Belajar bukan hanya mencari pengetahuan akan tetapi melalui belajar
peserta didik akan mengalami perubahan baik sikap maupun keterampilan menjadi lebih baik.
Hal ini didukung menurut Thursan Hakim bahwa belajar adalah proses perubahan kepribadian
manusia yang dapat dilihat dengan peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan dalam berbicara, pengetahuan, sikap dalam bertindak, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan melakukan sesuatu, daya fikir dan kemampuan lainnya (Djamaluddin,
Ahdar, & Wardana, 2019:7). Belajar dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mental (psikis) yang
berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya seperti sekolah sehingga menghasilkan
perubahan terhadap peserta didik yang bersifat relatif konstan (Yuberti, 2014 : 3). Artinya belajar
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
peserta didik dalam rangka meningkatkan kualitas diri yang diperlukan bagi dirinya sendiri
maupun masyarakat disekitarnya.
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar seperti sekolah (Djamaluddin, Ahdar, &
Wardana, 2019:13). Pembelajaran merupakan proses kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
rangka membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan. Pembelajaran yang dilakukan
oleh guru bertujuan untuk membentuk sikap serta keterampilan peserta didik sehingga setelah
proses pembelajaran diharapkan peserta didik mengalami peningkatan sikap dan keterampilan
menjadi lebih baik. Menurut Miarso (1993) pembelajaran adalah usaha yang dilakukan secara
sengaja melalui pendidikan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelum proses pembelajaran
dan pelaksanaanya terkendali (Yuberti, 2014 : 13). Pembelajaran adalah proses membelajarkan
peserta didik dengan memanipulasi lingkungan dan merekayasa kegiatan untuk menciptakan
pengalaman belajar dimana peserta didik aktif untuk mencari pengetahuannya sehingga akan
terbentuk pemahaman konsep yang baik, pembentukan sikap dan keterampilan (Helmiati, 2012 :
5). Menurut Budimansyah (2002 :1) dalam Sri Hayati (2017 :2) pembelajaran adalah perubahan
kemampuan, sikap, dan prilaku yang terjadi akibat pengalaman yang diperoleh ketika belajar.
Pembelajaran merupakan kegiatan penyampaian informasi melaui pendidikan dengan pemberian
latihan keterampilan dan pemberian pengalaman kepada peserta didik (Yono, Nur Tri., dkk, 2016
:65). Artinya pembelajaran merupakan transfer ilmu dan pengetahuan yang dilakukan oleh guru
kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuannya, keterampilan dan usaha pembentukan
sikap dan prilaku yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat menghasilkan
peserta didik yang memiliki pemahaman, daya pikir, keterampilan yang baik.
Fisika adalah bagian dari sains yang menjelaskan mengenai gejala alam yang terjadi
(Azhar, 2011 : 172). Ilmu fisika menjelaskan bagaimana fenomena-fenomena yang terjadi pada
alam semesta secara ilmiah. Hal ini didukung menurut Arkundanto (2007:73) bahwa ilmu fisika
adalah ilmu yang mempelajari bagaimana terjadinya kejadian-kejadian alam disekitar kita. Fisika
adalah ilmu yang mempelajari mengenai konsep, fakta, prinsip, hukum serta mempelajarai
bagaimana konsep tersebut ditemui melalui proses penemuan (Anggraini, Rivalia, dkk, 2016 :
350). Melalui fisika peserta didik diajak untuk melakukan pengamatan terhadap lingkungan yang
ada disekitarnya dan menemukan konsep fisika dari pengalaman yang ditemuinya. Ilmu fisika
dekat dengan alam sehingga semua yang berada dilingkungan peserta didik dapat menjadi
sumber belajar bagi peserta didik. Ilmu Fisika terbentuk melalui proses pengkajian dan
pengamatan fenomena alam yang dilakukan melalui metode ilmiah sehingga dapat membangun
pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik (Ilmi, Nazwatul, dkk, 2016 : 57). Hal ini
berarti bahwa dalam pembelajaran fisika tidak hanya mengutamakan hasil akhir nilai dari peserta
didik tetapi, bagaimana poses untuk menemukan konsep melalui pengamatan dan penyelidikan
ilmiah untuk membangun pengetahuan peserta didik. Melalui fisika diharapkan terjadi
keseimbangan diantara alam dan manusia, dimana peserta didik dapat merawat alam dan
menjaga alam setelah mempelajari fisika dan dapat mengaplikasi pelajaran fisika yang telah
didapat di sekolah untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran fisika mengutamakan proses bagaimana peserta didik menemukan
pengetahuannya melalui pengalaman belajar. Oleh karena itu proses pembelajaran fisika
diupayakan untuk memberi pengalaman belajar langsung kepada peserta didik dalam rangka
mengembangkan kompetensi yang bertujuan agar peserta didik mampu memahami hakikat fisika
dalam memecahkan masalah dengan dilandasi sikap ilmiah (Fadillah, Ninik, Uswatum &
Suparwoto, 2016 : 78). Melalui pemecahan masalah dalam pembelajaran fisika diharapkan
peserta didik dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Proses pembelajaran fisika di
sekolah menurut kurikulum 2013 menekankan pada penggunaan pendekatan saintifik yang
bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir, bekerja, sikap ilmiah, dan komunikasi
(Sukiminiandari, Yunieka, Putri, dkk, 2015 : 161). Langkah-langkah pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik menurut kurikulum 2013 yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba,
membentuk jaringan (Sukiminiandari, Yunieka, Putri, dkk, 2015 : 161). Dalam menerapkan
pendekatan saintifik guru harus dapat membimbing peserta didik aktif dalam mengamati
persoalan atau khasus yang diberikan, kemudian guru merangsang keingintahuan peserta didik
untuk kritis dalam bertanya, dilanjutkan dengan guru membimbing peserta didik untuk menalar
dan membuat kesimpulan sementara yang dipastikan dengan kegiatan mecoba untuk
membuktikan teori. Kegiatan tersebut hendaknya dilakukan dalam kelompok kecil sehingga
peserta didik dapat membentuk jaringan, melatih kolaborasi dan komunikasi dalam bertukar
pikiran. Jadi dalam pembelajaran fisika peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan, sikap,
maupun melatih keterampilan. Hal ini akan membuat pembelajaran fisika yang dipelajari di
sekolah lebih bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan peserta didik.
b. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

Untuk mendukung kegiatan pembelajaran dan mecapai tujuan pembelajaran maka


diperlukan bahan ajar yang menunjang proses pembelajaran. Menurut Prastowo bahan ajar
merupakan semua bentuk bahan yang digunakan dan disiapkan dalam rangka menunjang
kegiatan belajar mengajar (Anggraini, Rivalia, dkk, 2016 :350-351). Bahan ajar memiliki peran
penting dalam proses pembelajaran. Melalui bahan ajar peserta didik dapat mempelajari
kompetensi dasar secara sistematis sehingga peserta didik mampu menguasai semua kompetensi
secara utuh dan terpadu (Mussani, dkk, 2015 : 105). Menurut Hermawan bahan ajar yang baik
dan bermutu dapat menjadi sumber pengetahuan peserta didik, dan meningkatkan hasil belajar
peserta didik, serta menciptakan proses pembelajaran yang bermutu (Mussani, dkk, 2015 : 105).
Artinya penggunaan bahan ajar yang disusun secara baik dan terpadu sangat penting dalam
membimbing peserta didik untuk memahami konsep fisika dengan baik dan melatih
keterampilan peserta didik baik keterampilan berpikir kritis, kreatif, kolaborasi, dan komunikasi.

Lembar kerja peserta didik merupakan salah satu dari bahan ajar. Lembar kerja peserta
didik adalah lembar yang berisi ringkasan, materi, maupun tugas yang akan dikerjakan peserta
didik (Anggraini, Rivalia, dkk, 2016 :351). Melalui lembar kerja peserta didik maka peserta
didik akan dituntun untuk melakukan suatu kegiataan belajar dengan mandiri sehingga peserta
didik dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran. LKPD akan memberikan instruksi yang
terstruktur dan sistematis kepada peserta didik sehingga peserta didik lebih mudah memahami
materi yang dipelajari. Dengan adanya LKPD akan mengurangi peran guru sehingaga
pembelajaran tidak berpusat kepada guru dan kurikulum 2013 akan terlaksana dengan
semestinya bahwa guru berperan sebagai fasilitator yang akan membimbing peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajar. LKPD juga sangat membantu menuntun peserta didik dalam
kegiatan belajar yang meliputi penyelidikan, pemecahan masalah, dan penarikan kesimpulan
(Sari, Winda, dkk, 2015 : 122).

Menurut Depdiknas (2008) LKPD memiliki dua jenis yaitu LKPD eksperimen dan LKPD
non eksperimen (Sari, Winda, dkk, 2015 : 122). LKPD eksperimen digunakan untuk menuntun
peserta didik melaksanakan kegiatan praktikum dalam rangka menemukan konsep dan fakta
melalui eksperimen nyata di laboratorium (Sari, Winda, dkk, 2015 : 122). LKPD eksperimen
akan membimbing peserta didik dalam melakukan kegiatan eksperimen dengan metode ilmiah
dimana peseta didik akan mengembangkan sendiri fakta dan konsep fisika. LKPD non
eksperimen biasanya digunakan dalam diskusi untuk menemukan konsep dalam pembelajaran
fisika (Sari, Winda, dkk, 2015 : 122). Melalui LKPD non eksperimen peserta didik akan
disajikan sebuah permasalahan kemudian LKPD tersebut akan menuntun peserta didik untuk
menemukan konsep fisika secara mandiri dan solusi dari permasalahan yang diangkat.
Permasalahan yang diangkat tersebut akan menjadi topik diskusi yang akan mengasah
keterampilan berpikir kritis peserta didik, dan melatih kemampuan komunikasi dalam
mengemukan pendapat.

Pada kurikulum 2013 LKPD sangat erat kaitannya dengan kegiatan laboratorium dimana
LKPD memiliki peran penting untuk menunjang kegiatan pembelajaran (Khasannah, Ainun
&Sunarti, Titin, 2016 : 46). Salah satu peran LKPD yaitu merangsang keingintahuan peserta
didik dan mengasah keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam menyelesaikan suatu
masalah. Menurut widjajanti fungsi dari LKPD yaitu: (1) sebagai pilihan alternatif oleh guru
untuk mengarahkan pembelajaran; (2) untuk menghemat waktu dalam kegiatan belajar dan
mempercepat proses pembelajaran; (3) membuat peserta didik menjadi aktif dalam proses
pembelajaran; (4) LKPD yang disusun secara sistematis, rapi, dan mudah dipahami oleh peserta
didik dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar; (5) meningkatkan keingintahuan
peserta didik dalam mempelajari fisika dan menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik; (6)
meningkatkan keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah (Gazali, Rahmita
Yuliana, 2016 : 184). Jadi dalam suatu proses pembelajaran LKPD sangat dibutuhkan oleh guru
untuk menarik perhatian peserta didik dalam belajar fisika.

Pembelajaran fisika di sekolah sering menggunakan LKPD yang kurang menarik dimana
guru biasanya menyiapkan LKPD yang di download dari internet. LKPD eksperimen yang
digunakan guru terpaku pada peralatan laboartorium. Jika peralatan laboratorium tidak lengkap
atau mengalami kerusakan maka kegiatan eksperimen tidak dapat dilaksanakan. Salah satu
materi yang memerlukan kegiatan eksperimen adalah materi gelombang bunyi. Maka diperlukan
LKPD yang dapat memfasilitasi peserta didik bekerja secara ilmiah dan menemukan sendiri
konsep fisika. Peserta didik membutuhkan LKPD yang dapat menuntun peserta didik melakukan
kegiatan eksperimen dimanapun dan kapanpun menggunakan peralatan sederhana yang berada
disekitar peserta didik dan memanfaatkan teknologi yang ada. LKPD tersebut diharapkan dapat
menuntun peserta didik meningkatkan kreativitasnya melalui aktivitas mencoba, mengamati,
mengolah data, dan merumuskan sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif
untuk meningkatkan kemampuan keterampilan ilmiah peserta didik.

c. GELOMBANG BUNYI
1. PENGERTIAN GELOMBANG BUNYI

Bunyi merupakan bentuk energi yang merambat membutuhkan medium dan berbentuk
gelombang longitudinal. Gelombang bunyi adalah gelombang mekanis longitudinal. (Resnick,
1991 :656). Bunyi ditimbulkan oleh benda yang bergetar. Bunyi merupakan gelombang yang
memerlukan medium dalam perambatannya baik itu melalui udara, zat padat, dan zat cair. Dalam
ruang hampa udara, bunyi tidak dapat merambat, karena tidak ada medium perambatannya.
Bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia normal yaitu dalam rentang 20-20.000 Hz
(Satwiko, Prasasto, 2009 : 264). Syarat terjadinya bunyi ada tiga buah yaitu adanya benda yang
bergetar sebagai sumber bunyi, adanya medium dalam perambatannya, adanya penerima bunyi
atau pendengar (Astuti, 2016).

2. GELOMBANG BUNYI MERAMBAT KESEGALA ARAH

Gelombang bunyi merupakan gelombang mekanik yang dapat merambat ke segala


arah di dalam ruang tiga dimensi dengan kecepatan rambat bunyi tertentu (Rifai, 2014 : 1).
Contoh dari peristiwa gelombang bunyi merambat kesegala arah adalah ketika sumber bunyi
mengeluarkan bunyi di dalam ruangan maka bunyi tersebut akan merambat ke segala arah
sehingga semua pendengar yang berada di dalam ruangan akan dapat mendengar bunyi tersebut.

3. GELOMBANG BUNYI DAPAT DAPAT DIPANTULKAN

Gelombang bunyi yang mengenai suatu permukaan sebagian akan dipantulkan dan
sebagian akan diserap. Bunyi akan dipantulkan bila mengenai suatu permukaan zat cair atau
padat. Permukaan bunyi menentukan jumlah energi bunyi yang dipantulkan. Benda yang
memiliki permukaan keras seperti logam, dinding, merupakan pemantul yang baik. Sedangkan
bahan yang memiliki tekstur lembut dan berpori seperti spons, kain, akan menyerap gelombang
bunyi. Semakin keras permukaan benda maka benda tersebut memiliki kemampuan pemantulan
bunyi yang semakin baik (Siregar, dkk, 2013). Bunyi memiliki dua jenis pemantulan yaitu gema
dan gaung. Gema merupakan bunyi yang terdengar seperti suara aslinya dan terdengar sesaat
setelah suara asli berbunyi. Contoh dari gema adalah ketika seseorang berteriak di goa maka
bunyi aka dipantulkan seperti suara aslinya. Sedangkan gaung adalah bunyi yang terdengar
kurang jelas karena bunyi aslinya terdengar bersamaan dengan bunyi pantul sehinga suara bunyi
tercampur mengakibatkan bunyi yang terdengar tidak jelas. Contohnya adalah ruangan radio
akan membuat bunyi aslinya bercampur dengan bunyi pantulnya. Untuk itu perlu adanya
peredam suara untuk mengatasi masalah tersebut.

4. GELOMBANG BUNYI DAPAT DIBELOKKAN

Difraksi merupakan pembelokkan gelombang bunyi yang dihamburkan ke sekeliling


penghalang. Penghalang tersebut dapat berupa kolom, sudut, tembok mapun balok. Gelombang
bunyi yang dibelokkan pada batas tertentu terjadi ketika sebagian muka gelombang dibatasi.
Peristiwa difraksi atau pembelokkan bunyi terjadi lebih mudah diamati pada frekuensi rendah
dari pada frekuensi tingggi. Hal tersebut diakibatkan karena panjang gelombang bunyi yang
tentang dari centi meter sampai meter dan seringkali lebih besar jika dibandingkan dengan
perintang atau lubang sehingga pembelokkan gelombang bunyi di sekitar suatu pojokan adalah
fenomena biasa.

5. INTERFERENSI

Interferensi terjadi apabila dua gelombang yang berbeda yang memiliki frekuensi yang
sama saling tumpeng tindih dalam daerah ruang yang sama (Young, Hough, D., & Freedman,
Roger, A., 2003 :67). Sebagai contoh perhatikan gambar 1 yaitu dua buah pengeras suara A dan
B yang berjarak d satu sama lain. Pengeras suara memiliki frekuensi yang sama dan berfase yang
sama dimana satu pengeras suara melakukan penekanan yang lain juga melakukan penekanan.
Pada gelombang bunyi merupakan pucak merupakan penekanan di uadara sementara lembah
merupakan penipisan. Dapat dilihat pada gambar 1 dibagian titik C maka akan terjadi interferensi
konstruktif dimana suara yang terdengar akan lebih keras, sedangkan pada titik D terjadi
interferensi destruktif dimana suara yang terdengar hanya sedikit (Giancoli, 1999 : 425).

Gambar 1. Gelombang Bunyi Dari Dua Pengeras Suara Berinterferensi

(Giancoli, 1999 : 425).

6. INTENSITAS BUNYI DAN TARAF INTENSITAS BUNYI

Intensitas didefinisikan sebagai energi yang dibawa sebuah gelombang per satuan waktu
melalui satuan luas. Intensitas memiliki satuan daya per satuan luas, atau watt/meter 2 (W/m2).
Telinga manusia dapat mendengar bunyi dengan intensitas minimal 10 -12 W/m2 dan intensitas
maksimal yang dapat didengar manusia adalah 1 W/m2 (Giancoli, 1999: 410-411). Jika sebuah
sumber bunyi di tinjau sebagai sebuah titik maka intensitas dari suatu jarak r dari sumber itu
berbanding terbalik dengan r2 (Young, Hough, D., & Freedman, Roger, A., 2003 :65). Jika daya
keluaran dari sumber itu adalah P, maka intensitas rata-rata I melalui sebuah bola dengan jari-jari
r dan luas permukaan 4πr2 adalah :

P
I= 2
… … … … … … … … … … … … … … … … … …(1)
4πr

Taraf intensitas dari bunyi dapat ditulis sebagai berikut:

I
TI = 10 log ……….……………………………...……(2)
I0

Dimana:

TI = Taraf Intensitas (dB)


I = Intensitas Bunyi (W/m2)
I 0=Intensitas ambang (10−12 W /m2)
7. RESONANSI BUNYI
Resonansi bunyi merupakan peristiwa ikut bergetarnya suatu sistem fisis karena
bergetarnya system fisis lain dengan frekuensi tertentu. Peristiwa resonansi dapat dilihat ketika
garpu tala yang digetarkan pada sebuah tabung. Akibat dari garpu tala yang bergetar maka
tabung ikut bergetar dan merapat pada pipa organa tertutup (Nurkholis, dkk, 2014 : 164).
Pantulan gelombang resonansi pada pipa organa tertutup berupa simpul sedangkan pada pipa
organa terbuka pantulan gelombang resonansi berupa perut. Simpangan udara pada pipa organa
terbuka dapat dilihat pada gambar 2:
Gambar 2. Simpangan Udara Pipa Organa Terbuka
(Giancoli, 1999: 420).
Untuk persamaan pipa organa terbuka pada harmoni pertama = dasar :
λ1
L= atau λ 1=2. L …………………………….(2)
2
v v
f 1= = ……………………………………….(3)
λ1 2 L
Untuk persamaan pipa organa terbuka pada harmoni kedua :
L= λ2 atau λ 2=L… … … … … … … … … … … … … . ( 4 )

v v v
f 2= = =2 x =2 f 1 … … … … … … … … .… (5)
λ2 L 2L

Untuk persamaan pipa organa terbuka pada harmoni ketiga :

3
L= λ .. … … … … … … … … … … … … ….
2 3

3v
f 3= =3 f 1 …… …… … …… …… … …… …… … …… …… … …
2L

Simpangan udara pada pipa organa tertutp dapat dilihat pada gambar 3:
Gambar 3. Simpangan Udara Pipa Organa Tetutp
(Giancoli, 1999: 421).
Untuk persamaan pipa organa tertutup pada harmoni pertama = dasar :
λ1
L= atau λ 1=4 . L … … … … … … … … . …(6)
4
v v
f 1= = … … … … … … … … … … … …... … (7)
λ1 4 L
Untuk persamaan pipa organa tertutup pada harmoni kedua :
3 4L
L= λ atau λ3 = … … … … … … … … … …. … . ( 8 )
4 3 3
v v 3v
f 3= = = =3 f 1 … … … … … … … . … . ( 9 )
λ3 4 L 4 L
3
Untuk persamaan pipa organa tertutup pada harmoni ketiga:
5 4L
L= λ atau λ5 = … … … … … … … … … …. … . ( 8 )
4 5 5

v 5v
f 5= = =5 f 1 … … … … … … … … ….... …(10)
λ5 4 L

8. EEK DOPLER

Efek doppler adalah gejala yang terjadi ketika frekuensi gelombang yang dipancarkan
oleh sumber berbeda dengan frekuensi yang diterima oleh pengamat. Hal tersebut dapat terjadi
karena adanya gerak relatif antara penerima atau pengamat dengan sumber gelombang.
Fenomena efek dopler pertama kali dijelaskan oleh seorang ilmuan Bernama Austria Cristian
Doppler pada abad ke 19. Untuk menganalisis efek doppler pada gelombang bunyi maka harus
dicari hubungan antara pergeseran frekuensi, kecepatan sumber, dan pendengar relatif. Untuk
menyederhanakannya maka hanya dapat ditinjau dari kasus khusus dimana kecepatan sumber
dan pendengar keduanya terletak sepanjang garis yang menghubungkan keduanya (Young,
Hough, D., & Freedman, Roger, A., 2003 :69).

Menurut Zemansky (1962: 401) ada beberapa persamaan efek doppler dengan berbagai
keadaan yaitu :

a) SUMBER BUNYI BERGERAK DAN PENGAMAT DIAM

Gambar 4. Sumber Bergerak Mendekati Pengamat Yang Diam

f p=
( )v
f
v−v s s

b) SUMBER BUNYI BERGERAK MENJAUH DAN PENGAMAT DIAM

Gambar 5. Sumber Bunyi Bergerak Menjauh Dan Pengamat Diam

f p=
( v +vv ) f
s
s

c) PENDENGAR YANG BERGERAK MENDEKAT DAN SUMBER BUNYI DIAM

Seorang pendengar p bergerak dengan kecepatan vp menuju sebuah sumber S. Sumber


memancarkan gelombang bunyi dengan frekuensi fs dan panjang gelombang λ = v/ fs. Pendengar
yang bergerak mendekati sumber stasioner akan mendengar frekuensi yang lebih tinggi dari pada
frekuensi sumber karena laju relatif dari pendengar dan gelombang lebih besar dari pada laju
gelombang. Maka frekuensi pendengar yang bergerak dapat melalui persaman :

f p= ( v +vλ )=( v+v /fv )


p p

atau
f p= ( ) ( )
v +v p
v
f s= 1+
vp
v s
f ( Pendengar bergerak , sumber stasioner ) … … … . .

Gambar 6. Pendengar Yang Bergerak Mendekat Dan Sumber Bunyi Diam

d) PENDENGAR YANG BERGERAK MENJAUH DAN SUMBER BUNYI DIAM

Gambar 7. Pendengar Yang Bergerak Menjauh Dan Sumber Bunyi Diam

f p= ( v−v p
v )fs

e) SUMBER BUNYI BERGERAK MENDEKAT DAN PENDENGAR MENDEKAT

Gambar 8. Sumber Bunyi Bergerak Mendekat Dan Pendengar Mendekat

f p= ( )
v+vp
f
v−v s s
f) SUMBER BUNYI BERGERAK MENJAUH DAN PENGAMAT MENJAUH

Gambar 9. Sumber Bunyi Bergerak Menjauh Dan Pengamat Menjauh


f p=
( )
v−v p
f
v +v s s
d. SOUND ANALYZER BASIC VERSI 1.10.2
Sound Analyzer Basic Versi 1.10.2 adalah aplikasi yang digunakan untuk mengukur
frekuensi suatu sumber bunyi dan dapat mengukur intensitas bunyi. Aplikasi ini akan
menampilkan gelombang bunyi dengan bentuk sinusloida. Rentang frekuensi pada aplikasi
ini dapat daiatur maksimum dan minimumnya sesuai dengan frekuensi sumber bunyi dan
taraf intensitas bunyi yang akan kita ukur. Selain itu aplikasi ini dapat menangkap layar
ketika mengukur frekuensi sumber bunyi dan taraf intensitas bunyi. Layar pada aplikasi ini
dapat diatur dalam bentuk potrat maupun landscape sehingga memudahkan pengguna dalam
mengukur frekensi dan taraf intensitas bunyi. Aplikasi ini dapat di download melalui Play
Store dengan ruang penyimpanan 1,7 MB. Ruang penyimpanan yang digunakan sangat kecil
sehingga tidak menghabiskan banyak ruang penyimpanan di HP. Aplikasi ini sangat bagus
digunakan untuk mengukur frekuensi sumber bunyi dengan akurat dan mendapat nilai
bintang 4,3 di Play Store untuk kepuasan pengguna dalam penggunaan aplikasi. Aplikasi
Sound Analyzer Basic Versi 1.10.2 digunakan untuk menyelidiki gelombang bunyi. Berikut
tampilan dari aplikasi Sound Analyzer Basic Versi 1.10.2

Gambar 10. Tampilan Sound Analyzer Basic Versi 1.10.2 di layar HP

Gambar 11. Tampilan frekuensi maksimum yang dapat diukur oleh


Sound Analyzer Basic Versi 1.10.2 di layar HP
Gambar 12. Tampilan frekuensi minimum yang dapat diukur oleh
Sound Analyzer Basic Versi 1.10.2 di layar HP

Gambar 13. Tampilan pengaturan taran intensitas bunyi yang akan diukur maksimum atau
minimum oleh aplikasi Sound Analyzer Basic Versi 1.10.2 di layar HP

Gambar 14. Tampilan layar frekuensi dan taraf intensitas bunyi dalam bentuk gelombang
sinusloida pada aplikasi Sound Analyzer Basic Versi 1.10.2 di layar HP
e. AUDIO FREQUENCY GENERATOR
Frequency Generator adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi dan
menunjukkan nilai frekuensi bunyi yang dikeluarkan. Sumber bunyi yang dikeluarkan oleh
alat-alat ini dapat diatur dari rentang 1 Hz- 20.000 Hz. Aplikasi memiliki beberapa pilihan
dimana bentuk gelombang dari sumber bunyi yang ditampilkan dapat diatur ke dalam bentuk
sine, square, triangle, sawtooth. Memori penyimpanan yang dipakai oleh alat ini sangat kecil
sehingga tidak menghabiskan ruang penyimpanan. Keuntungan penggunaan aplikasi ini yaitu
dapat dibuka bersamaan dengan penggunaan aplikasi lain sehingga suara akan tetap
dihasilkan oleh sumber bunyi ini.
Gambar 15. Tampilan Frequency Generator di layar HP

Gambar 16. Tampilan layar Frequency Generator ketika mengeluarkan sumber


bunyi
dalam bentuk gelombang sinusloida

Gambar 17. Tampilan pilihan bentuk gelombang yang akan ditampilkan pada layar
Frequency Generator sebagai sumber bunyi
Gambar 18. Tampilan timer pada Frequency Generator untuk mengatur berapa lama
frekuensi generator mengeluarkan bunyi.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN


Berikut adalah beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis:
1. Yosita Permata Sari, “Pengembangan LKPD Elektronik Dengan 3D Pageflip
Professional Berbasis Literasi Sains Pada Materi Gelombang Bunyi”. Hasil penelitian ini
adalah LKPD eketronik pada materi gelombang bunyi dengan menggunakan software 3D
Pageflip Professional berbasis literasi sains yang valid dan praktis. Persamaan penelitian
yang akan dilakukan peneliti dengan penelitian ini yaitu sama sama membuat LKPD pada
materi gelombang bunyi. Sedangkan perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan
penelitian tersebut yaitu penelitian tersebut hanya membuat LKPD elektronik berbasis
literasi sains sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti membuat LKPD
terintegrasi set eksperimen Sound Analyzer Basic 1.10.2 pada materi gelombang bunyi
yang dapat menuntun peserta didik melakukan kegiatan eksperimen dimanapun dan
kapanpun peserta didik mau dan yangterpenting adalah memanfaatkan teknologi yang
dekat dengan peserta didik yaitu android.
2. Arif Muhafid, M. Reza Primadi, “Pengembangan Alat Eksperimen Bunyi Dengan Sistem
Akuisisi Data Berbasis Smartphone Android”. Hasil penelitian ini adalah set eksperimen
yang dirangkai dengan sistem kerja pipa organa terbuka dan tertutup yang dihubungkan
ke microphone. Kemudian microphone akan menangkap sinyal bunyi yang akan
dianalisis oleh Software Mictester yang akan menampilkan hasil pengukuran frekuensi
bunyi. Persamaan penelitian yang akan dilakukan peneliti dengan penelitian ini yaitu
sama sama menyelidiki resonansi bunyi dan menentukan cepat rambat bunyi di udara.
Sedangkan perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian ini yaitu pada
Software yang dingunakan. Penelitian ini menggunakan Software Mictester sedangkan
penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan Software Sound Analyzer Basic Versi
1.10.2.
3. Heptiana Nurul Karimah, “Pengembangan Alat Peraga Doppler Effect of Sound Wave
(DEoSW) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Bunyi Mahasiswa”. Hasil penelitian
ini adalah alat peraga Sound Wave Of Doppler Effect yang sudah teruji kelayakannya.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama sama
menyelidiki mengenai gelombang bunyi dengan memanfaatkan aplikasi dan menentukan
frekuensi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu
penelitian ini membahas mengenai pengembangan alat peraga efek dopler dengan
berbantuan Software Soundcard Oscilloscope VI. 40, sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti yaitu pembuatan set eksperimen untuk menyelidiki resonansi
bunyi dengan memanfaatkan Software Sound Analyzer Basic Versi 1.10.2.

Kelebihan penelitian ini yaitu LKPD ini memanfaatkan software yang mudah dipakai
dalam kegiatan eksperimen dan tidak memakan ruang penyimpanan yang besar di dalam HP.
Adapun kelebihan lain yaitu LKPD ini yaitu memanfaatkan peralatan sederhana yang ada
disekitar peserta didik sehingga mudah diitemukan. LKPD ini dapat menuntun peserta didik
untuk melakukan percobaan kapan pun dan dimanapun peserta didik. LKPD ini juga akan
membuat peserta didik aktif dan mengurangi tugas guru sehinga pembelajaran tidak berpusat
pada guru. Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan, judul
penelitian saya yang berjudul pembuatan lembar kerja peserta didik terintegrasi set ekperimen
gelombang bunyi berbasis android terinstal software sound analyzer basic 1.10.2 layak
dilakukan penelitian.
C. KERANGKA BERPIKIR
Fisika adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dapat berkembang secara
pesat melaui langkah-langkah observasi, merumuskan masalah yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari, membuat hipotesis, dan membuktikan hipotesis melalui percobaan serta menarik
kesimpulan yang didapat dari percobaaan sehingga munculah sebuah teori dan konsep (Trianto,
2014 :37). Dalam proses pembelajaran pada implementasi kurikulum 2013, guru memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk berpikir menganalisa masalah, merencanakan strategi
untuk menyelesaikan masalah dan dapat menggunakan ide-ide secara bebas dan kreatif. Untuk
memancing penguasaan materi dan keterampilan peserta didik sesuai dengan implemenetasi
kurikulum 2013 maka perlu adanya LKPD eksperimen pada materi gelombang bunyi. Pada
materi gelombang bunyi masih banyak LKPD eksperimen yang masih terpaku pada peralatan di
laboratorium.
LKPD ini terintegrasi set ekperimen gelombang bunyi berbasis android terinstal software
sound analyzer basic 1.10.2. Kegiatan eksperimen pada LKPD ini menggunakan peralatan yang
berasal dari alat-alat sederhana di sekitar peserta didik dan yang terpenting adalah memanfaatkan
teknologi berupa android. LKPD ini digunakan untuk menyelidiki materi gelombang bunyi
khususnya efek doppler, resonansi bunyi, gelombang bunyi dapat dipantulkan, gelombang bunyi
merambat ke segala arah, gelombang bunyi dapat dibelokkan, dan interferensi gelombang bunyi.
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 19.

Kurikulum 2013

Pembelajaran Fisika
di Masa Pandemi

Terintegrasi
Lembar Kerja Peserta Materi Gelombang Set Ekperimen Valid
Didik (LKPD) Bunyi
Gelombang Bunyi
Berbasis Android
Gambar 19. Kerangka Berpikir

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian dan pegembangan
(Research and Development). Menurut Sugiyono (2013:407), penelitian dan pegembangan
(Research and Development) adalah penelitian yang bertujuan untuk menciptakan sebuah produk
baru atau mengembangkan sebuah produk yang sudah ada dan menguji kelayakan produk
tersebut. Pada penelitian ini, menggunakan model ADDIE sampai validasi pada tahapan
development. Produk yang akan dibuat adalah LKPD terintegrasi set ekperimen resonansi bunyi
dengan menggunakan Software Sound Analyzer Basic Versi 1.10.2 dan menggunakan Software
Frequency Generator untuk menyelidiki gelombang bunyi.
Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) memiliki
beberapa keunggulan diantaranya yaitu :
1. Menghasikan produk baru yang telah diuji kelayakannya untuk memecahkan masalah.
2. Mengembangkan produk yang telah ada sehingga produk tersebut memiliki keunggulan dari
produk awal.
3. Meningkatkan kreativitas dan inovasi peneliti dalam menciptakan dan mengembangkan
sebuah produk.
4. Menjadi pedoman untuk penelitian yang dilakukan dimasa yang akan datang yang sudah ada
dengan nilai validitas yang tinggi.

B. PROSEDUR PENELITIAN
Jenis penelitian ini yaitu penelitian dan pegembangan (Research and Development)
dengan menggunakan model ADDIE dalam Mulyatiningsih (2011: 199). ADDIE adalah
singkatan dari Analysis, Design, Development or production, Implementation or Deliveri and
Evaluation. Langkah ADDIE dikembangkan oleh Dick & Carry (1996) untuk merancang
system pembelajaran. Pada penelitian ini, menggunakan model ADDIE sampai validasi pada
tahapan development. Langkah-langkah penelitian dengan model ADDIE yaitu:

Analisys Design Development Implementation Evaluation

Gambar 20. Prosedur Penelitian R & D dengan model ADDIE

Adapun prosedur pada penelitian ini yaitu :

1. Analysis
Untuk mengangkat masalah dalam proses pembelajaran yang dialami guru dan peserta
didik maka dibutuhkan analisis. Dalam penelitian ini, untuk mencari masalah yang dialami oleh
guru dan peserta didik, penulis melakukan observasi di empat sekolah. Adapun sekolah yang
dilakukan observasi oleh penulis yaitu SMA Negeri 3 Painan, SMA Negeri 1 Lembah
Melintang, SMA Negeri 7 Bengkulu Utara, dan SMA Negeri 16 Bengkulu Utara.
Peneliti melakukan observasi dengan cara membagikan angket kepada peserta didik
dan guru. Angket yang diberikan kepada peserta didik terdiri dari angket analisis penggunaan
android dan angket analisis proses pembelajaran fisika. Sedangkan angket yang diberikan
kepada pendidik berupa angket mengenai analisis pelaksanaan proses pembelajaran fisika.
Kemudian peneliti melakukan analisis dari angket yang telah dibagikan untuk menemukan
masalah yang dialami guru dan peserta didik. Adapun analisis yang dilakukan penulis meliputi
empat komponen yaitu :
a) Analisis Kebutuhan

Pada penelitian ini dilakukan analisis kebutuhan mengenai ketersediaan bahan ajar yang
digunakan oleh guru saat mengajar. Pada tahapan ini peneliti menentukan bahan ajar yang perlu
dibuat untuk menuntun peserta didik melakukan kegiatan eksperimen. Berdasarkan hasil
observasi di empat sekolah didapat data bahwa penggunaan bahan ajar yang sering digunakan
adalah buku paket pelajaran yang difasilitasi oleh sekolah. Akan tetapi penggunaan LKPD untuk
kegiatan eksperimen masih jarang dilakukan untuk kelas XI khususnya materi gelombang bunyi.
LKPD yang disediakan oleh guru untuk kegiatan eksperimen hanya beberapa materi saja dan
tidak mencakup semua materi. Selain itu LKPD yang disediakan oleh guru tidak dapat menuntun
peserta didik untuk aktif dalam melakukan kegiatan eksperimen karena pembelajaran masih
berpusat kepada guru yang didominasi dengan metode ceramah. Untuk itu perlu adanya LKPD
yang dapat mengatasi masalah tersebut.

b) Analisis Kurikulum

Pada tahapan ini langkah awal yang dilakukan peneliti adalah memperhatikan kurikulum
yang digunakan oleh sekolah tersebut. Setelah mengetahui kurikulum yang digunakan peneliti
melakukan analisis terhadap kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang harus di capai
peserta didik pada setiap materi. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis terhadap kegiatan
eksperiemen yang diperlukan pada setiap materi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peneliti
menganalisis kompetensi dasar dan melakukan observasi ketersediaan KIT fisika SMA di
Laboratorium fisika UNP dan di empat sekolah. Melalui observasi ini maka di dapat data
mengenai set eksperimen yang belum ada mengenai materi gelombang bunyi dan kelengkapan
KIT fisika SMA yang berada di sekolah.

c) Analisis Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Analisis proses pembelajaran dilakukan oleh peneliti dengan membagikan angket


kepada peserta didik untuk mengetahui proses pembelajaran fisika yang berlangsung di sekolah-
sekolah. Angket yang dibagikan kemudian dianalisis untuk mengetahui masalah-masalah yang
dialami peserta didik selama proses pembelajaran fisika. Analisis pelaksanaan proses
pembelajaran dilakukan penulis dengan membagikan angket pelaksanaan proses pembelajaran
kepada guru-guru yang mengajar di sekolah. Angket ini kemudian di analisis untuk mengetahui
permasalahan-permasahan yang dialami guru ketika mengajar. Angket ini juga digunakan untuk
mengetahui penggunaan media pembelajaran yang digunakan guru.

Pada tahapan analisis pelaksanaan proses pembelajaran didapat data bahwa pelakanaan
pembelajaran untuk kegiatan eksperimen pada materi gelombang bunyi belum terlaksana. Hal
tersebut terjadi karena masa pandemi sekolah dilakukan dari rumah sehingga pesera didik tidak
dapat memanfaatkan peralatan yang berada di laboratorium dalam melakukan kegiatan
eksperimen. LKPD yang digunakan guru masih terpaku pada peralatan laboratorium dan belum
memanfaatkan teknologi dan peralatan sederhana yang berada di sekita peserta didik. Untuk itu
perlu LKPD yang dapat digunakan dimanapun dan kapanpu dengan menggunakan teknologi dan
peralatan sederhana yang berada di sekitar peserta didik. Jadi kegiatan eksperimen pada materi
gelombang bunyi dapat berlangsung dengan baik tanpa harus terkendala dengan waktu dan
tempat.

d) Analisis Penggunaan Android

Analisis penggunaan android dilakukan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan


teknologi sebagai media pembelajaran dalam kegiatan eksperimen. Peneliti membagikan angket
penggunaan android untuk melihat bagaimana penggunaan android oleh peserta didik secara
tepat.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka peneliti menemukan masalah yang
dialami oleh guru dan peserta didik di sekolah sebagai berikut:

1. Tidak tersedianya LKPD yang memfasilitasi peserta didik untuk melakukan kegiatan
eksperimen dimanapun dan kapanpun peserta didik mau. Pada masa pandemi peserta didik
tidak dapat melalukan kegiatan eksperimen dengan memanfaatkan peralatan di laboratorium.
2. Berdasarkan observasi di sekolah, beberapa guru kurang memanfaatkan peralatan yang ada di
laboratorium untuk materi gelombang bunyi sehingga kegiatan eksperimen sangat jarang
dilakukan walaupun sekolah tatap muka telah diterapkan.
3. Guru kurang memanfaatkan teknologi dan peralatan sederhana sebagai media pembelajaran
pada kegiatan eksperimen untuk materi gelombang bunyi.
Informasi tersebut menjadi dasar untuk peneliti membuat LKPD terintegrasi set
eksperimen pada materi gelombang bunyi menggunakan android terinstal software sound
analyzer 1.10.2.
2. DESIGN

Desain produk merupakan rancangan kerja dari produk yang akan dihasilkan. Desain
produk berfungsi sebagai pedoman dalam pembuatan produk. Desain produk ini disajikan dalam
bentuk gambar atau bagan. Setelah dilakukan observasi di sekolah maka ditemukan masalah
mengenai kegiatan eksperimen untuk menyelidiki gelombang bunyi. Hasil observasi diperoleh
penelitian yang akan teliti yaitu pembuatan LKPD terintegrasi set ekperimen gelombang bunyi
berbasis android terinstal software sound analyzer basic 1.10.2. Desain produk penelitian ini
yaitu: LKPD

Terintegrasi Set Ekperimen Gelombang Bunyi Berbasis Android


Terinstal Software Sound Analyzer Basic 1.10.2

Efek Resonansi Gelombang Interferensi


Gelombang Gelombang
Doppler Bunyi Bunyi Bunyi Dapat Gelombang
Bunyi Dapat
Merambat Ke Dibelokkan
Dipantulkan bunyi.
Segala Arah
Gambar 21. Desain Produk

3. DEVELOPMENT

Tahap ini merupakan tahap realisasi produk. Pada tahap ini melakukan pembuatan LKPD
terintegrasi set eksperimen gelombang bunyi menggunakan android terinstal Software Sound
Analyzer Basic 1.10.2. Dalam penelitian ini tahap yang dilakukan yaitu (a) Pembuatan LKPD
terintegrasi set eksperimen gelombang bunyi menggunakan android terinstal Software Sound
Analyzer Basic 1.10.2, (b) melakukan validasi, (c) melakukan analisis validasi. Pembuatan
Validasi produk adalah kegiatan yang dilakukan untuk menguji kelayakan dan kefektifan produk.
Pada penelitian ini, validasi produk adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai LKPD
terintegrasi set eksperimen gelombang bunyi untuk mengetahui kelemahan yang harus
diperbaiki. Validasi produk pada penelitian ini bertujuan untuk menyempurnakan kegunaan
LKPD ini. Penilaian validasi LKPD terintegrasi set eksperimen gelombang bunyi menggunakan
android terinstal Software Sound Analyzer Basic 1.10.2 dilakukan oleh validator yang memiliki
pengalaman di bidang fisika. Rancangan produk LKPD terintegrasi set eksperimen gelombang
bunyi menggunakan android terinstal Software Sound Analyzer Basic 1.10.2 akan dinilai oleh
dosen FMIPA jurusan Fisika di Universitas Negeri Padang. Adapun langkah-langkah yang
peneliti lakukan pada tahap validasi adalah sebagai berikut:

Menemui validator dengan membawa materi

Menjelaskan tujuan dalam pembuatan set eksperimen

Meminta saran dan masukan dari validator melalui angket

Gambar 22. Validasi Media Kepada Validator

C. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrument penilaian validitas


produk dari tenaga ahli dosen Fisika FMIPA UNP.
Adapun lembar validasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu ;
a. LEMBAR VALIDASI MEDIA

Lembar validasi ini berisi tampilan dari LKPD terintegrasi set eksperimen gelombang
bunyi menggunakan android terinstal Software Sound Analyzer Basic 1.10.2 sebagai LKPD yang
dapat menuntun kegiatan eksperimen peserta didik dengan memanfaatkan peralatan sederhana
dan teknologi yang berada di sekitar peserta didik. Pada lembar validasi ini berisi pernyataan-
pernyataan mengenai LKPD untuk mencari kekurangan dan menyempurnakan LKPD. Lembar
validasi ini diisi oleh tenaga ahli dosen Fisika FMIPA UNP.
b. LEMBAR VALIDASI MATERI

Lembar validasi ini berisi kelayakan materi set eksperimen resonansi bunyi sebagai alat
praktikum sederhana. Pada lembar validasi ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai set
eksperimen resonansi bunyi untuk mencari kekurangan set eksperimen resonansi bunyi dan
menyempurnakan set eksperimen ini. Lembar validasi ini diisi oleh tenaga ahli dosen Fisika
FMIPA UNP.

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data melalui observasi di sekolah untuk
mengetahui permasahan yang dialami oleh guru dan peserta didik. Peneliti melakukan
pengumpulan data pra-penelitian melalui angket. Angket yang dibagikan kepada peseta didik
terdiri dari angket analisis penggunaan android dan analisis proses pembelajaran fisika pada
materi gelombang bunyi. Angket ini digunakan untuk menganalisis pemanfaatan android pada
kegiatan praktikum gelombang bunyi dan menganalisis pelaksanaan kegiatan praktikum
gelombang bunyi. Peneliti melakukan observasi ke sekolah kemudian menemukan permasalahan
yang dialami oleh peserta didik sehingga peneliti melakukan penelitian pembuatan LKPD
terintegrasi set eksperimen terinstal software sound analyzer 1.10.2 pada materi gelombang
bunyi.

Teknik analisis data merupakan point penting untuk mencari validitas suatu produk.
Adapun teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif.
Menurut Sugiyono (2016:9) metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang
berdasarkan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci
teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Pada penelitian ini analisis validitas produk diuraikan sebagai berikut :

1. ANALISIS VALIDITAS PRODUK

Penelitian ini menggunakan LKPD terintegrasi set eksperimen terinstal software sound
analyzer 1.10.2 pada materi gelombang bunyi kelas XI semester dua. Pada tahap validitas ini,
peneliti akan membagikan angket validiasi ahli. Uji validitas pada set ekperimen resonansi bunyi
ini dilakukan oleh dosen Fisika FMIPA UNP yang ahli dibidangnya. Angket yang digunakan
untuk menguji validitas produk disusun berdasarkan skala likert pada Tabel 2.

Tabel 2. Skala Likert

Skala Penilaian
Likert
1 Sangat tidak setuju
2 Tidak Setuju
3 Setuju
4 Sangat setuju
Responden yang telah merespon melalui angket validitas produk akan diberi nilai. Nilai
tersebut dihitung dengan cara menjumlahkan semua bobot nilai dari angket validasi produk yang
diberikan sehingga didapat nilai bobot total. Selanjutnya nilai bobot total yang telah didapatkan
dibagi dengan bobot maksimum, kemudian di kali 100 persen. Untuk persamaan mencari nilai
secara matematis sebagai berikut :

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai= x 100 %=… %
Jumlah skor maksimal

Nilai validitas produk pembuatan LKPD terintegrasi set eksperimen terinstal software sound
analyzer 1.10.2 pada materi gelombang bunyi didapat dari instrument penilaian validitas berupa
lembar instrument penilaian validitas LKPD terintegrasi set eksperimen terinstal software sound
analyzer 1.10.2 pada materi gelombang bunyi yang berisi indikator-indikator penilaian. Lembar
instrumen penilaianan diisi oleh tenaga ahli yaitu dosen Fisika FMIPA Universitas Negeri
Padang. Penilaian validitas berpedoman pada kriteria interpretasi skor yang didapatkan. Adapun
kriteria yang digunakan dalam menentukan validasi LKPD terintegrasi set eksperimen terinstal
software sound analyzer 1.10.2 pada materi gelombang bunyi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria validitas produk

Persentas Kriteria Keterangan


e (%)
0-20 Sangat rendah Tidak dapat digunakan
21-40 Rendah Dapat digunakan dengan revisi banyak sekali
41-60 Cukup Tinggi Dapat digunakan dengan revisi sedang
61-80 Tinggi Dapat digunakan dengan revisi sedikit
81-100 Sangat Tinggi Dapat digunakan tanpa revisi
(Riduwan, 2015 :98).

Anda mungkin juga menyukai