Anda di halaman 1dari 7

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA SIMULATIF KIMIA BERBASIS INKUIRI


TERBIMBING PADA MATERI ANALISIS KUALITATIF KATION
GOLONGAN 1
Rani Fathonah S1, Mohammad Masykuri2 dan Sulistyo Saputro3
1MagisterPendidikan Sains, FKIP, UNS
Surakarta, 57126, Indonesia
ranifa90@gmail.com
2MagisterPendidikan Sains, FKIP, UNS
Surakarta, 57126,Indonesia
mmasykuri@yahoo.com
3MagisterPendidikan Sains, FKIP, UNS
Surakarta, 57126,Indonesia
sulistyo68@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hasil dari proses pengembangan multimedia simulatif kimia
berbasis inkuiri terbimbing pada materi analisis kualitatif kation golongan I; (2) kelayakan multimedia
simulatif kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi analisis kualitatif kation golongan I; (3) efektivitas
penggunaan multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi analisis kualitatif kation
golongan I. Penelitian pengembangan multimediamenggunakan prosedur R&D menurut Borg & Gall yang
telah dimodifikasi menjadi 9 tahapan yaitu: 1) penelitian dan pengumpulan informasi; (2) perencanaan; (3)
pengembangan draf produk; (4) uji coba lapangan awal; (5) revisi hasil uji coba; (6) uji coba lapangan; (7)
revisi produk hasil uji lapangan; (8) uji pelaksanaan lapangan dan (9) revisi produk akhir. Analisis data yang
digunakan selama pengembangan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan: (1)
pengembangan multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri terbimbing telah dilaksanakan melalui prosedur
R&D dan telah direvisi berdasarkan saran dan masukan dari validator dan praktisi serta telah diujicobakan
kepada siswa pada uji coba skala kecil, menengah dan luas; (2) kelayakan produk dikategorikan sangat baik
dan sangat layak digunakan dengan persentase penilaian 86% dari validator dan 87% berdasarkan penilaian
praktisi; (3) produk yang dikembangkan efektif untuk meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif dan
afektif.

Kata Kunci: multimedia simulatif, inkuiri terbimbing, dan analisis kualitatif kation golongan I

Pendahuluan terdapat pada standar proses sebesar 5,26%,


oleh karenanya pada standar tersebut perlu
Era globalisasi sekarang ini menuntut dilakukan pembenahan.
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan Dari hasil observasi, penyebab
teknologi. Bersamaan dengan hal itu, kesenjangan dalam standar proses disebabkan
pemerintah telah melakukan berbagai upaya oleh beberapa hal, antara lain karena proses
untuk meningkatkan mutu pendidikan. pembelajaran yang masih berorientasi pada
Keberhasilan mutu pendidikan di sekolah produk, dalam hal ini siswa dituntut
salah satunya bisa dilihat dari pemenuhan menguasai materi tanpa diberikan pemahaman
delapan Standar Nasional Pendidikan (SNP) konsep, misalnya saja dengan cara menghafal.
melalui angket. Hasil angket yang diujikan di Materi pembelajaran yang diperoleh dengan
SMK Bhakti Mulia Wonogiri pada tanggal 20 cara menghafal akan lebih mudah terlupakan
Januari 2014 menunjukkan bahwa pemenuhan oleh siswa, sehingga pembelajaran kurang
SNP hanya sebesar 80,86% sehingga bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang
persentase kesenjangan antara skor ideal terjadi cenderung teacher centered, sehingga
dengan skor implementasinya sebesar 19,14%. proses pembelajaran kurang optimal.
Berdasarkan hasil angket tersebut juga dapat Pembelajaran yang tidak memberikan
diketahui kesenjangan yang paling besar pengalaman belajar menjadikan siswa

120
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

cenderung pasif terhadap perkembangan ilmu nilai ulangan harian yang menunjukkan bahwa
pengetahuan sains. Hal ini diperkuat dengan persentase anak yang mencapai KKM sebesar
hasil survey Programme for International 31%. Hal tersebut diperparah dengan kurang
Student Assessment (PISA) tahun 2012, yang optimalnya penggunaan media pada proses
menginformasikan bahwa kemampuan sains di pembelajaran. Menurut hasil wawancara guru,
Indonesia berada pada peringkat ke 64 dari 65 salah satu materi yang sulit diajarkan adalah
negara peserta dengan skor 382 yang mana materi analisis kualitatif. Hasil belajar pada
nilai tersebut berada di bawah rata-rata nilai materi ini cenderung rendah, 69% siswa yang
standar dari PISA yakni 501 mencapai nilai KKM. Hal tersebut diperkuat
(www.oecd.org/pisa), oleh karenanya dengan hasil angket kebutuhan yang
kemampuan sains termasuk juga pelajaran disebarkan pada 30 siswa SMK Bhakti Mulia
kimia dapat ditingkatkan dengan perubahan Wonogiri yang menunjukkan bahwa 53,33%
cara belajar sains yakni berorientasi pada siswa memilih materi analisis kualitatif
proses, produk dan sikap. Pendidikan sains sebagai materi yang sulit dimengerti. Hal ini
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang disebabkan karena pada materi ini bersifat
fenomena alam secara sistematis, sehingga fakta, mengandung banyak konsep dan
sains bukan hanya penguasaan pengetahuan prosedural, terlebih berupa persamaan reaksi
yang berupa fakta, konsep atau prinsip saja kimia, oleh karenanya akan tepat jika
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. dijelaskan dengan media berbantu komputer
Menurut Permendikbud (2013), kurikulum ataupun simulasi. Hal ini sesuai dengan
2013 menerapkan pembelajaran berbasis pemilihan media menurut isi pelajaran dimana
penyingkapan/penelitian atau biasa disebut komputer atau simulasi memberikan
discovery/inquiry learning. persentase tinggi kecocokan media dengan isi
Salah satu cabang ilmu sains yang pelajaran yang bersifat fakta, mengandung
berperan sebagai central science adalah ilmu banyak konsep dan prosedural (Arsyad, 2013).
kimia. Kimia sebagai salah satu ilmu dasar Materi analisis kation dapat divisualisasikan
memiliki peran yang sangat penting dalam dengan menggunakan multimedia simulatif
memberikan jawaban atas suatu masalah agar siswa mudah memahami materi. Salah
yang telah banyak dikaji oleh cabang ilmu satu contoh media berbantu komputer adalah
lain. Pada Sekolah Menengah Kejuruan multimedia dengan menggunakan aplikasi
(SMK) kesehatan, mata pelajaran kimia Macromedia Flash. Menurut Munir (2013),
khususnya pada mata pelajaran kimia analitik multimedia dapat mengembangkan
sangatlah penting. Hal ini dikarenakan materi kemampuan indera dan menarik perhatian
pada kimia analitik digunakan untuk serta minat. Berdasarkan kenyataan di
menentukan berbagai unsur atau senyawa lapangan, siswa lebih tertarik dengan media
dalam sampel seperti air, darah, urin, dan yang tidak hanya menampilkan tulisan saja
lainnya, akan tetapi berdasarkan analisis tetapi disertai gambar, suara dan animasi
kebutuhan dapat diketahui persentase siswa gerak. Solusi dari permasalahan tersebut, maka
yang menganggap pelajaran kimia analitik diperlukan pemanfaatan komputer untuk
adalah pelajaran yang tidak menarik sebesar membuat multimedia. Menurut Sunardi dan
77% dan pelajaran yang sulit sebesar 93%. Stefanus (2010), pembelajaran dengan
Pada kenyataannya, ketika proses multimedia terbukti dapat menarik perhatian
kegiatan belajar mengajar (KBM) khususnya siswa karena adanya kombinasi dari berbagai
mata pelajaran kimia analisis/kimia analitik, aspek sehingga media terasa lebih hidup. Hal
guru sering mengalami kesulitan ini juga didukung oleh prinsip pembelajaran
menyampaikan materi yang dikarenakan sekarang ini yakni memanfaatan teknologi
materi yang bersifat fakta, mengandung informasi dan komunikasi untuk
banyak konsep dan prosedural sehingga pesan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
yang disampaikan guru sulit diterima oleh pembelajaran (Permendikbud, 2013).
siswa. Hal tersebut berdampak pada Perkembangan ilmu pengetahuan dan
pemahaman siswa.Siswa menjadi kurang teknologi semakin lama akan semakin maju
paham sehingga nilai yang didapat pun untuk dapat mendorong upaya-upaya
cenderung rendah. Hal ini dapat terbukti dari pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil

121
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

teknologi dalam proses belajar (Kuhlthau et. dan mengumpulkan informasi tentang
al., 2010). Berdasarkan uraian latar belakang kebutuhan pengembangan. Sebagai bentuk
tersebut, maka perlu dilakukan penelitian penelitian yang menggunakan desain
mengenai pengembangan multimedia simulatif deskriptif, penulis melakukan ekplorasi
kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi dengan mengumpulkan data deskriptif
analisis kualitatif kation golongan 1. sebanyak mungkin dan menuangkannya
Tujuan dari pengembangan produk ini dalam bentuk laporan dan uraian. 2)
untuk mengetahui: 1) proses pengembangan Perencanaan (Planning). Pada tahapan ini
multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri dilakukan penentuan konsep dari media
terbimbing pada materi analisis kualitatif pembelajaran yang akan dikembangkan
kation golongan 1, 2) kelayakan produk dengan cara memasukkan sintaks inkuiri
multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri terbimbing di dalamnya. 3) Pengembangan
terbimbing pada materi analisis kualitatif draft produk (Develop preliminary form of
kation golongan 1, dan 3) efektivitas produk product). Pada tahap ini dilakukan dengan
multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri membuat naskah pengembangan media.
terbimbing pada materi analisis kualitatif Desain media yang dirancang dalam bentuk
kation golongan 1. naskah kemudian dikembangkan yang terdiri
Metode Penelitian dari objek-objek yang akan digunakan dalam
pembuatan media pembelajaran seperti narasi,
Penelitian ini dilakukan di SMK text, animasi, simulasi dan suara menggunakan
Bhakti Mulia Wonogiri, yang beralamat di software Macromedia Flash CS4. Pada
Desa Joho Lor RT 02 RW 05 Giriwono, tahapan ini rancangan produk (draft) ditelaah
Kecamatan Wonogiri, Jawa Tengah. oleh validasi ahli, yakni ahli materi,
Waktu pelaksanaannya adalah bulan multimedia dan praktisi. Validator diminta
Januari 2014 hingga bulan Januari 2015. untuk memberikan saran, komentar, kritik dan
Penelitian ini termasuk penelitian penilaian terhadap produk yang telah
pengembangan atau biasa disebut research dikembangkan dengan cara mengisi angket
and development (R&D). Menurut Borg dan penilaian produk yang telah disiapkan. 4) Uji
Gall (1983), pengembangan berbasis coba lapangan awal (Preliminary field testing).
penelitian yaitu proses yang digunakan Jika rancangan produk sudah dikatakan baik
untuk mengembangkan dan memvalidasi kelayakannya menurut 3 validator tadi maka
produk-produk yang digunakan dalam dilakukan pengujian awal produk di lapangan
pendidikan. Model pengembangan yang dengan menyebar produk dan diuji cobakan
digunakan dalam penelitian ini adalah pada siswa dengan skala kecil (jumlah subyek
model prosedural yaitu model yang bersifat 6-12). Siswa diminta melakukan penilaian dan
deskriptif, menunjukkan langkah-langkah komentar terhadap produk. 5) Revisi
yang harus diikuti untuk menghasilkan hasil uji coba (Main product revision).
produk berupa media pembelajaran. Produk Berdasarkan tahapan nomor 4, produk
yang dikembangkan dalam penelitian ini direvisi/dilakukan perbaikan jika memang
berupa media pembelajaran dalam bentuk terdapat saran perbaikan dari siswa. Revisi
multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri dilakukan ketika pengembangan media yang
terbimbing pada materi analisis kation dibuat masih terdapat kekurangan. 6) Uji
golongan pertama (I). coba lapangan (Main field testing). Pada
Penelitian pengembangan ini mengacu tahapan ini dilakukan uji coba yang lebih
pada model R&D Borg&Gall (1983) yang luas pada 30 sampai dengan 100 orang
dimodifikasi sampai pada tahap ke sembilan. subjek uji coba. Data kuantitatif prestasi
Sumber data pada penelitian ini berupa data sebelum dan sesudah menggunakan
validasi, data uji coba awal, data uji coba multimedia dikumpulkan. Hasil-hasil
utama, dan data uji coba operasional. pengumpulan data dievaluasi dan
Tahapan R&D yang dilakukan adalah dibandingkan dengan kelompok pembanding.
sebagai berikut: 1) Penelitian dan Uji coba luas ini dilakukan dengan
pengumpulan data (Research and information menggunakan desain eksperimen. Uji ini
collection). Tahapan ini adalah proses meneliti dilakukan untuk mengetahui efektivitas

122
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

produk yang telah dikembangkan dalam pemahaman konsep, misalnya saja dengan
pembelajaran. 7) Penyempurnaan produk cara menghafal. Materi pembelajaran yang
hasil uji lapangan (Operational product diperoleh dengan cara menghafal akan lebih
revision). Inti dari tahapan ini adalah mudah terlupakan oleh siswa, sehingga
menyempurnakan produk hasil uji lapangan pembelajaran kurang bermakna bagi siswa.
berdasarkan masukan dan saran dari angket Terlebih kegiatan pembelajaran yang
respon siswa, kemudian multimedia kembali dilakukan guru masih bersifat teacher-
direvisi untuk meningkatkan kualitas dan centered yakni pembelajaran yang bersifat satu
kelayakan produk. 8) Uji pelaksanaan arah. Metode pembelajaran yang diterapkan
lapangan (Operational field testing). Uji masih bersifat konvensional dimana siswa
pelaksanaan lapangan dilaksanakan dengan langsung diberi konsep dengan
melibatkan 40 sampai dengan 200 subjek. memperhatikan dan mendengarkan apa yang
Data kuantitatif dan kualitatif juga dijelaskan guru, tanpa siswa mengalami
dikumpulkan. Pengujian dilakukan melalui pengalaman belajar. Pengalaman belajar yang
angket respon siswa untuk memberi masukan dimaksud menurut Depdiknas (2009)
demi kesempurnaan produk. 9) merupakan kegiatan fisik maupun mental yang
Penyempurnaan produk akhir (Final product dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan
revision). Berdasarkan hasil uji pelaksanan bahan ajar.
lapangan maka dilakukan perbaikan produk Berdasarkan angket analisis kebutuhan,
operasional. Hasil revisi akhir inilah yang kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam
disebut produk akhir. belajar kimia dan mengganggap pelajaran
Instrumen yang digunakan dalam tersebut tidak menarik. Penyebab ini
penelitian ini terdiri dari lembar observasi, menjadikan siswa cenderung tidak menyukai
wawancara, angket, dan tes. Analisis yang mata pelajaran kimia. Ilmu kimia memiliki
dilakukan menggunakan analisis deskriptif karakteristik, yaitu (1) bersifat abstrak,
kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan dan (2) penyederhanaan dari keadaan sebenarnya,
memaknai data yang bersifat kualitatif. (3) berurutan dan berjenjang. Karakteristik
Sebelum dianalisis, dilakukan proses inilah yang membuat ilmu kimia merupakan
kuantifikasi data dari kuesioner selanjutnya salah satu ilmu yang sulit untuk dipelajari oleh
data tersebut dianalisis secara kualitatif. Data siswa, sehingga diperlukan suatu media
hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis pembelajaran yang berfungsi untuk
dengan analisis kualitatif dan hasil tes mengkonkritkan konsep-konsep kimia yang
dianalisis secara kuantitatif. bersifat abstrak tersebut. Salah satu cabang
Penentuan kriteria penilaian terhadap mata pelajaran kimia yang ada di SMK
media pembelajaran yang telah Kesehatan adalah kimia analitik.Salah satu
dikembangkan dilakukan berdasarkan materi pada mata pelajaran tersebut adalah
kriteria seperti yang digunakan oleh Sugiyono materi analisis kualitatif yang bersifat fakta,
(2010) berdasarkan angket rating scale. mengandung banyak konsep dan prosedural.
Apabila hasil persentase 61%, produk baik Sesuai dengan pemilihan media menurut isi
digunakan dalam proses pembelajaran, dan pelajaran dimana komputer atau simulasi
untuk analisis hasil tes menggunakan uji-t memberikan persentase tinggi kecocokan
guna mengetahui keefektifan dari produk yang media dengan isi pelajaran yang bersifat fakta,
dikembangkan. mengandung banyak konsep dan prosedural
Hasil Penelitian dan Pembahasan (Arsyad, 2013) maka materi analisis kation
dapat divisualisasikan dengan menggunakan
Berdasarkan hasil observasi tahap multimedia simulatif agar siswa mudah
pengumpulan informasi, dapat diketahui memahami materi. Selain itu penggunaan
kesenjangan yang cukup besar pada proses media diharapkan dapat membuat siswa
sebesar 5,26%, penyebab kesenjangan dalam tertarik untuk belajar. Hal ini berdasarkan
standar proses disebabkan oleh beberapa hal, pernyataan Munir (2013) bahwa multimedia
antara lain karena proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan indera dan
masih berorientasi pada produk, dimana siswa menarik perhatian serta minat. Pembelajaran
dituntut menguasai materi tanpa diberikan dengan multimedia terbukti dapat menarik

123
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

perhatian siswa karena adanya kombinasi dari Revisi hasil uji coba skala kecil selain
berbagai aspek baik suara, animasi, dan warna dari saran yang diberikan siswa, dilihat dari
yang berbeda-beda sehingga media terasa capaian rata-rata tiap aspek. Berdasarkan
lebih hidup. Tabel 4.6, aspek pembelajaran memiliki
Berdasarkan data yang didapat tersebut persentase ketercapaian paling tinggi yakni
dilakukan perencanaan pembuatan produk. sebesar 87%. Hal ini berarti penggunaan
Kegiatan yang dilakukan adalah merancang produk multimedia simulatif kimia berbasis
prototype produk yang di dalamnya termuat inkuiri terbimbing dapat menunjang siswa
desain flowchart dan story board dalam melakukan proses kegiatan
pengembangan multimedia. Produk yang pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan
dikembangkan berupa multimedia simulatif pernyataan Munir (2013) bahwa multimedia
kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi sangatlah efektif untuk menjadi alat yang
analisis kualitatif kation golongan I. lengkap dalam proses pengajaran dan
Perencanaan dimulai dengan menterjemahkan pembelajaran karena multimedia dapat
tujuan pembelajaran atau pokok bahasan serta menyajikan informasi yang dapat dilihat,
waktu yang dibutuhkan di tiap-tiap pokok didengar dan dilakukan. Secara keseluruhan,
bahasan, mengurutkan unit bahasan sesuai produk multimedia simulatif kimia berbasis
tujuan pembelajaran, merancang story board inkuiri terbimbing memiliki persentase
desain multimedia yang akan dikembangkan, ketercapaian sebesar 85% yang berarti produk
dan mengumpulkan materi analisis kualitatif sangat baik dan sangat layak digunakan untuk
dari berbagai sumber untuk memperoleh tahapan selanjutnya.
gambaran hal apa saja yang akan dimasukkan
dalam media pembelajaran. Multimedia yang Tabel 2. Hasil Penilaian Uji Coba Skala Menengah
dikembangkan didesain dengan Skor Siswa
No Aspek Penilaian Kategori
mengintegrasikan tahapan inkuiri terbimbing (%)
didalamnya. Tahapan inkuiri terbimbing
1 Pembelajaran 78 Baik
menurut Sanjaya (2009) terdiri dari orientasi, 2 Materi 80 Baik
perumusan masalah, pengajuan hipotesis, 3 Media 83 Sangat Baik
Rerata 80 Baik
pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan
perumusan kesimpulan. Draft awal ini
selanjutnya divalidasikan kepada 3 orang Pada uji coba skala menengah,
validator sebagai ahli materi, ahli media, dan kelayakan multimedia yang telah
praktisi. Penilaian yang didapat dari validasi dikembangkan diujikan kepada 25 siswa kelas
ahli materi didapatkan sebesar 84%, ahli eksperimen. Berdasarkan Tabel 2, aspek media
media sebesar 88%, dan praktisi sebesar memiliki persentase ketercapaian paling tinggi
87%.Ketiga penilaian ini masuk dalam yakni sebesar 83%. Hal ini berarti produk
kategori sangat baik. Produk pengembangan multimedia simulatif kimia berbasis inkuiri
direvisi berdasarkan masukan dari validator. terbimbing mendapat respon positif dari siswa.
Produk selanjutnya diujicobakan pada Poin tertinggi yang didapatkan pada aspek
uji coba awal, uji coba lapangan, dan uji media adalah poin pembelajaran menggunakan
pelaksanaan lapangan. Pada setiap akhir uji media yang sesuai perkembangan zaman. Hal
coba, siswa memberikan penilaian dan ini terbukti bahwa siswa juga menghendaki
masukan dengan mengisi angket respon siswa. adanya media yang sesuai perkembangan
Penilaian siswa terhadap produk yang zaman yang berbasis teknologi. Hal ini sesuai
dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 1 dengan pernyataan Kuhlthau et. al, (2010)
sampai dengan Tabel 3. bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin lama akan semakin maju
Tabel 1. Hasil Penilaian Uji Coba Kelompok Kecil untuk dapat mendorong upaya-upaya
Skor pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil
No Aspek Penilaian Kategori
(%) teknologi dalam proses belajar. Hasil angket
1 Pembelajaran 87 Sangat Baik kelayakan produk ini diperoleh persentase
2 Materi 82 Sangat Baik
3 Media 86 Sangat Baik nilai sebesar 80% dengan kategori baik dan
Rerata 85 Sangat Baik layak untuk digunakan.

124
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Tabel 4.19. Hasil Penilaian Uji Coba Skala Luas efektif. Hal ini dikarenakan siswa tidak cukup
untuk mendefinisikan dan menghafal urut-
No Aspek Penilaian Skor (%) Kategori
urutan konsep serta menghubungkan antar
konsep.
1 Pembelajaran 80 Baik
2 Materi 82 Sangat Kesimpulan dan Rekomendasi
Baik
3 Media 85 Sangat Berdasarkan hasil analisis data
Baik
Rerata 82 Sangat penelitian tentang pengembangan multimedia
Baik simulatif kimia berbasis inkuiri terbimbing
pada materi analisis kation golongan I untuk
Dari ketiga aspek tersebut pada kelas X, dapat disimpulkan bahwa: 1) Hasil
penilaian uji coba skala luas, aspek yang
akhir langkah pengembangan produk melalui
memiliki persentase ketercapaian paling tinggi
prosedur R&D adalah tersusunnya multimedia
yakni pada aspek media sebesar 85%. Hal ini
simulatif kimia yang telah direvisi berdasarkan
berarti produk multimedia simulatif kimia saran dan masukan dari validator dan praktisi
berbasis inkuiri terbimbing juga mendapat serta telah diujicobakan kepada siswa pada uji
respon positif dari siswa. coba skala kecil, menengah dan luas. 2)
Berdasarkan tahapan uji coba skala Kelayakan produk yang dikembangkan
menengah dan luas didapatkan data berupa
dikategorikansangat baik dengan persentase
hasil belajar siswa. Data hasil belajar siswa ketercapaian skor sebesar 86% berdasarkan
yang diambil meliputi data hasil belajar
penilaian dari validator, dan 87% berdasarkan
kognitif dan afektif. Pada tabel menunjukkan penilaian praktisi. Produk yang dikembangkan
bahwa pada penilaian kognitif dan afektif dikatakan baik dan layak digunakan dalam
kelas eksperimen mendapatkan nilai rata-rata
pembelajaran berdasarkan angket respon siswa
yang lebih tinggi daripada kelas base line.
dengan persentase 85% pada saat uji coba
Hasil belajar kognitif dan afektif siswa yang
awal, 80% pada saat uji coba lapangan skala
telah diketahui berdistribusi normal dan menengah, 82% pada saat uji coba
berasal dari populasi yang homogen,
pelaksanaan lapangan skala luas. 3)
selanjutnya efektivitas pembelajaran kedua Produk yang dikembangkan efektif untuk
kelas diukur dengan menggunakan uji t dua meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif
sampel tidak berhubungan (Independent
dan afektif.
Samples t-test). Hasil analisis uji-t Berdasarkan kesimpulan maka peneliti
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil mengajukan rekomendasi sebagai berikut:
belajar kognitif dan afektif siswa antara kelas
1. Saran untuk guru
eksperimen dengan kelas base line. Hal ini
Sebelum menggunakan multimedia
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Strom
simulatif kimia berbasis inkuiri
(2012) yang menunjukkan bahwa metode terbimbing, hendaknya guru memahami
inkuiri terbimbing dapat meningkatkan model pembelajaran inkuiri terbimbing
pengetahuan siswa dan mengembangkan dan karakteristik siswa terlebih dahulu,
ketrampilan proses yaitu ketrampilan
agar hasil yang diperoleh dapat maksimal.
melakukan pengamatan, bertanya dan
2. Saran untuk peneliti
berkomunikasi. Barbara dan Allen (2007)
Hasil penelitian ini dapat digunakan
menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri
sebagai acuan untuk penelitian berikutnya
terbimbing dapat meningkatkan konseptual yang sejenis dengan materi yang berbeda.
pemahaman. Hal tersebut dikarenakan siswa Selain itu, penelitian pengembangan
cenderung lebih tertarik dan belajar lebih baik.
dapat dilanjutkan pada tahap diseminasi
Hal tersebut juga diperkuat oleh penelitian
atau penyebarluasan produk.
Zehra dan Nermin (2009), bahwa inkuiri
3. Saran untuk siswa
terbimbing yang merupakan kegiatan ilmiah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan
terbukti efektif untuk mengembangkan sikap
dan teknologi, siswa hendaknya
siswa terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan seoptimal mungkin
pengajaran ilmu pengetahuan. Bilgin fasilitas yang dimiliki untuk mendukung
menyatakan bahwa untuk mengajarkan konsep
pembelajaran.
pendekatan secara tradisional tidak cukup

125
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 3, 2015 (hal 120-126)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Daftar Pustaka
Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Barbara, AG. dan Allen, MS. 2007. Incorporating


Guided-Inquiry Learning into the Organic
Chemistry Laboratory. Journal of Chemical
Education 84(5):848-851.

Bilgin, I. 2009. The Effect of Guided Inquiry


Instruction Incorporating a Cooperative
Learning Approach on University Students
Achievement of Acid Bases Concepts and
Attitude toward Guided Inquiry Instruction.
Scientific Research and Essay 4(10): 1038-
1046.

Borg, WR dan Gall, MD. 1983. Educational


Research. New York and London: Longman
Inc.

Depdiknas. 2009. Analisis Butir Soal. Jakarta:


Direktorat Pendidikan Menengah Umum

Kuhlthau, CC., Maniotes, LK., dan Caspari, AK.


2010. Guided Inquiry Design: A Framework
for Inquiry in Your School. The Journal of the
New Members Round Table 4(1): 36-40.

Munir. 2013. Multimedia Konsep & Aplikasi dalam


Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Permendikbud. 2013. Standar Proses Pendidikan


Dasar dan Menengah. Jakarta.

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran


Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Storm, RK. 2012. Using Guided Inquiry to Improve
Process Skills and Content Knowledge in
Primary Science. Thesis. Montana: Montana
State University.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif


Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunardi dan Stefanus, S. 2010. Multimedia


Pembelajaran Tata Surya dengan Pendekatan
Inkuiri bagi Kelas X SMK. Jurnal Teknologi
Informasi 6(1): 45-52.

Zehra, O and Nermin, B. 2009.The Effect of a


Guided Inquiry Method on Pre-service
Teachers Science Teaching Self-Efficacy
Beliefs. Journal of Turkish Science Education
6(2):24-42.

126

Anda mungkin juga menyukai