Anda di halaman 1dari 9

BAB.

X
FITOGEOGRAFI DAN SEBARAN VEGETASI

1. Pendahuluan
Geografi sebagai salah satu kajian ilmu pengetahuan alam adalah studi
dan pertelaan mengenai perbedaan fenomena alam tentang sebaran makhluk
hidup yang di bumi dan mencakup semua factor yang dapat mengubah atau
mempengaruhi permukaan bumi secara fisik, perubahan iklim, dan berbagai
proses kegiatan makhluk hidup atau bukan.

Salah satu cabang geografi adalah biogeografi atau geografi biologi.


Biogeografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sebaran secara spasial
makhluk hidup pada saat yang lalu dan saat ini. Untuk tujuan praktis sesuai
dengan pembagian makhluk hidup menjadi tumbuhan dan hewan, biogeografi
pada umumnya dibagi atas “ geografi tumbuhan ( fitogeografi ) “ dan “ geografi
hewan ( zoogeografi ) “.

Tujuan kajian geografi tumbuhan terutama adalah untuk memperoleh


pemahaman dan penjelasan tentang bermacam – macam “ flora “ yang terdapat
di wilayah yang berbeda – beda. Menurut Misra ( 1980 ) terdapat dua cara
penelaahan geografi tumbuhan, yaitu melalui pendekatan :
1. Geografi tumbuhan deskriptif atau fitogeografi statis, adalah kajian yang
bertujuan untuk memperoleh data floristic.
2. Geografi tumbuhan interpretative, adalah suatu kajian yang bertujuan
memperoleh pemahaman dan pengertian tentang dinamika migrasi dan
evolusi tumbuh – tumbuhan.

A. Fitogeografi
Secara luas, yang dimaksud fitogeografi adalah suatu kajian tentang
sebaran makhluk hidup di bumi pada saat yang lalu dan pada saat ini. Shukla dan
Chandel (1996) mendefenisikan fitogeografi sebagai suatu kajian tentang migrasi
dan penyebaran tumbuh – tumbuhan di daratan atau perairan.
Secara deskriptif, fitogeografi adalah studi dan deskripsi tentang
perbedaan fenomena distribusi tumbuhan di bumi, mencakup semua hal yang
mengubah atau mempengaruhi permukaan bumi, baik oleh pengaruh fisik, iklim
atau interaksi dari makhluk hidup dari lingkungannya.
Pada umumnya penelaahan tentang fitogeografi mempunyai hubungan
yang erat dengan analisis dan penjelasan tentang pola distribusi tumbuhan dan
makhluk hidup lainnya di bumi, yang variasi jenis – jenisnya sebagian besar
dipengaruhi lingkungan fisik tempat tumbuhnya yang berlangsung pada saat ini
dan masa lalu. Factor fisik, antara lain adalah iklim dan tipe tanah di suatu
habitat terestris, variasi suhu, salinitas, cahaya dan tekanan air disuatu habitat.

Pola dsitribusi tumbuhan dapat mempunyai sebaran yang luas atau hanya
pada wilayah tertentu. Sifat distribusinya dapat berhubungan atau sambung
menyambung dengan wilayah lainnya ( continue ), atau dapat pula terpisah
dengan wilayah lain berjauhan ( discontinue atau disjunct ).

Berdasarkan pada ada tidaknya tumbuh – tumbuhan di berbagai wilayah


bumi maka terdapat distribusi 3 kelompok taksa tumbuhan, yaitu :

1. Tumbuhan tersebar luas


Tumbuhan yang tersebar luas ( wides ) adlah kelompok taksa tumbuhan
yang penyebarannya hampir terdapat di seluruh dunia di wilayah yang memiliki
bermacam – macam zona iklim. Tumbuhan demikian yang sebarannya luas
dinamakan “ tumbuhan kosmopolit “ contohnya Taraxacum officinale,
Chenopodium album.

Tumbuhan kosmopolit yang tersebar luas di daerah tropis dinamakan


tumbuhan “ pantropis “ contohnya adalah kelompok tumbuhan yang termasuk
suku Zingiberaceae yang terdapat di beberapa kepulauan dan daratan Asia.
Sedangkan tumbuhan yang tersebar secara luas di daerah beriklim dingin di
wilayah zona artik dan zona alpin, dikenal sebagai tumbuhan “ artik – alpin “.

2. Tumbuhan endemic
Tumbuhan endemic adalah tumbuhan yang jenis – jenisnya tumbuh di
wilayah terbatas dan terdapat pada daerah yang tidak terlalu luas. Daerah
sebarannya pada umumnya di batasi oleh adanya penghalang ( barrier ), seperti
lembah, bukit atau pulau. Dikenal beberapa tipe tumbuhan endemic yaitu
tumbuhan “ endemic benua “, “ endemic regional “, “ endemic local “.
Tumbuhan endemic dapat berasal dari jenis tumbuhan purba yang tersebar
luas yang sampai saat ini mampu bertahan dan beradaptasi pada wilayah yang
terbatas. Tumbuhan jenis ini kemudian menjadi tumbuhan endemic karena
sebarannya yang sempit, contohnya : Ginko biloba ( di Jepang dan Cina ),
Sequioa sempervirens ( di California ). Jenis tumbuhan endemic lainnya adalah
tumbuhan masa kini ( modern ) yang dalam proses evolusinya tidak mempunyai
kesempatan dan waktu yang cukup untuk tersebar secara luas melalui migrasi,
contohnya : Rafflesia arnoldii, Mecanopsis sp.

3. Tumbuhan discontinue
Tumbuhan discontinue adalah tumbuhan yang terpisah pada dua atau
lebih wilayah yang berjarak puluhan, ratusan atau ribuan kilometer oleh adanya
penghalang yang terdiri dari pegunungan atau gunung yang tinggi di daratan atau
pulau – pulau di laut. Contohnya : Empetrum nigrum, Larrea tridentate,
Phacelia magellanica, Sanigula cranicaulis.
Tumbuhan discontinue terdapat, antara lain karena :”

1. Tumbuhannya berevolusi di beberapa wilayah yang sesuai dengan ekologinya,


tetapi gagal bermigrasi dari habitat aslinya oleh adanya penghalang tertentu.
2. Tumbuhan yang jenis – jenisnya pada suatu saat pada masa lalu tersebar luas,
kemudian oleh karena kondisi lingkungannya berubah akan lenyap atau
musnah. Tetapi di antara jenis – jenis tumbuhan tersebut terdapat jenis yang
dapat beradaptasi dan mampu bertahan, sehingga akhirnya pada wilayah atau
habitat tertentu akan terbentuk kantung – kantung tumbuhan discontinue.
3. Iklim yang berubah dalam skala evolusi juga dapat menyebabkan adanya
tumbuhan discontinue karena pada umumnya tumbuhan mempunyai
kebutuhan iklim tertentu yang akan menemukan kehidupannya.
4. Secara geologis daratan di masa lampau sekarang sangat berbeda dengan
daratan masa kini.

B. Sebaran Vegetasi

1. Pola Sebaran Vegetasi


Dalam konsep dinamika fitogeografi, terdapat pola dasar distribusi
vegetasi di berbagai wilayah. Menurut Weis ( 1963 ) dan Misra ( 1980 ) pola dasar
distribusi vegetasi dipengaruhi oleh :
a. Habitat, sebagai tempat tumbuh tumbuhan yang mempunyai hubungan sangat
erat dengan iklim.
b. Respon vegetasi dan sifat adaptasi tumbuhan terhadap lingkungannya bersifat
khas dan sering menjadi karakteristik suatu jenis tumbuhan.
c. Migrasi berbagai flora setempat telah berlangsung sepanjang sejarah geologi,
selama itu persebaran, pengangkutan dan penguasaan wilayah akan turut
menentukan pola distribusi vegetasi.
d. Kelanjutan hidup jenis vegetasi tertentu tergantung oleh proses migrasi dan
evolusi.
Sesuai dengan sifat toleransi dan adaptasi terhadap kondisi habitat dan
iklim, dikenal beberapa kelompok distribusi tumbuhan, yaitu kelompok :
a. Tumbuhan kosmopolit dan sub kosmopolit ( Gramineae )
b. Tumbuhan wilayah tropis ( Araceae ).
c. Tumbuhan wilayah sub tropis ( Salicaceae ).
d. Tumbuhan discontinue ( Papaveraceae ).
e. Tumbuhan endemis ( Bixaceae ).
f. Tumbuhan wilayah extrim.
Beberapa jenis tumbuhan mungkin mempunyai sifat toleransi yang luas
terhadap satu atau beberapa factor ekologis, seperti kondisi lingkungan habitat.
Tumbuhan yang demikian dinamakan tumbuhan ektopik ( eurytopic ), tetapi
mungkin juga terdapat hanya satu jenis tumbuhan yang mempunyai toleransi
yang sempit terhadap kondisi lingkungan habitat tersebut, dinamakan jenis
tumbuhan stenotopik ( stenotopic ). Sifat – sifat ektopik dan stenotopik sering
dapat menjadikan suatu jenis tumbuhan dalam suatu komunitas vegetasi dapat
bersifat kosmopolit atau endemic.
Sifat – sifat toleransi demikian dinamakan sebagai sifat toleransi dengan
rentang yang optimum, misalnya secara geografis karakteristik factor tanah
dengan rentang optimum tertentu mejadi satu factor ekologi paling penting yang
akan mempengaruhi sebaran spasial berbagai jenis tumbuhan di bumi.
Factor pembatas yang akan berpenagruh terhadap pertumbuhan,
reproduksi dan distribusi tumbuhan menurut Brown dan Gibson ( 1983 ) antara
lain :
a. Jenis tumbuhan karena jenis tumbuhan setempat cenderung mempunyai
reproduksi yang sesuai dengan kondisi setempat.
b. Kepekaan dan sifat adaptasi tumbuhan terhadap spectrum cahay.
c. Preferensi tumbuhan terhadap sifat – sifat fisik tanah.
d. Ada dan tidak adanya jenis tumbuhan tertentuyang berhubungan erat dengan
kemampuannya menghadapi gangguan secara periodic, seperti banjir,
pencemaran.
e. Interaksi spesifik antara tumbuhan dengan tumbuhan atau antara tumbuhan
dengan hewan.

2. Distribusi Vegetasi di Alam


Secara fitogeografis, Shukla dan Chandel ( 1996 ) menyatakan bahwa
terdapat beberapa factor ekologi yang berpengaruh terhadap distribusi
tumbuhan. Factor ekologi tersebut adalah :
a. Factor sejarah geografi dan sebarannya.
Suatu wilayah di bumi yang menjadi asal tumbuhan pertama kali
dinamakan pusat asal tumbuhan ( centre of origin ). Dalam skala evolusi dan
geologi proses terbentuknya species biota cenderung berlangsung lama dan
kontinyu. Dalam proses evolusi tersebut beberapa jenis tumbuhan telah
berdiferensiasi membentuk species baru dan dapat menjadi flora sekarang.
Dalam evolusi proses diferensiasi terbentuknya jenis – jenis species baru
pada umumnya berkaitan dengan proses hibridisasi dan proses mutasi antara
jenis – jenis tumbuhan yang mempunyai kekerabatan yang dekat, serta proses
seleksi alam dari populasi hybrid dan mutan.

b. Factor migrasi.
Jenis tumbuhan baru yang berhasil dalam proses evolusi, kemudian akan
mungkin akan bermigrasi pada suatu habitat baru. Di habitatnya species baru
tersebut akan tumbuh, berkembang dan beradaptasi pada kondisi lingkungan
setempat tanpa mengalami perubahan sebagai jenis baru dan melangsungkan
persebaran dan pemencaran turunannya, yang berlangsung bersamaan dengan
proses evolusinya sendiri.
Persebaran ( dispersal ) atau pemencaran bibit dan biji dilakukan oleh
berbagai agen persebaran, seperti angin, air, serangga, burung atau hewan
lainnya termasuk manusia. Dalam migrasi, proses dispersal akan dilanjutkan
dengan proses ekesis, yaitu proses berkecambah, tumbuh dan beradaptasi,
berkembang biak dan menetap di habitatnya yang baru. Proses migrasi dapat
terhalang bahkan berhenti oleh sebab tertentu karena terdapatnya barrier.

C. Amplitude ekologi
Kondisi lingkungan tidak saja mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan vegetasi di suatu wilayah, tetapi kehidupan, migrasi dan sebaran
vegetasi tersebut juga ditentukan oleh amplitude ekologi wilayah tersebut
berupa :
1. Ada atau tidaknya kehadiran jenis tumbuhan.
2. Kekuatan dan kelemahan jenis tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang.
3. Keberhasilan dan kegagalan dari vegetasi dalam bermigrasi.
Setiap jenis tumbuhan dalam suatu komunitas biotic pada dasarnya
mempunyai rentang toleransi terhadap amplitude ekologi berupa kondisi factor
lingkungan fisik dan biotic tertentu, sehingga adanya atau terdapatnya satu
species di suatu habitat akan menunjukan bahwa kondisi lingkungannya sesuai
dengan amplitude ekologi species tersebut.

Factor amplitude ekologi suatu jenis tumbuhan sering dipengaruhi oleh


perubahan waktu ( temporal ), yang dapat menentukan dan mempengaruhi
distribusi vegetasinya. Contohnya adalah tumbuhan yang reproduksinya
berlangsung secara generative, proses hibiridisasi antara jenis – jenis tumbuhan
yang sejenis akan menghasilkan keturunan yang secara genetic sama. Tetapi
karena terjadi perubahan kondisi lingkungannya, tumbuhan tersebut harus
beradaptasi sesuai dengan lingkungannya dan amplitude ekologinya yang baru
dengan perangkat genetic baru pula sebagai hasil seleksi alam atau mutasi.

Perangkat genetic sebagai hasil adaptasi pada kondisi lingkungan yang


baru akan menyertai perubahan genotip atau proses mutasi dari jenis tersebut.
jenis – jenis atau populasi tumbuhan tersebut dinamakan “ tumbuhan ekotip “.

C. Fitogeografi dan Distribusi Flora Indonesia

Indonesia sebagai wilayah kepulauan mempunyai 6 kawasan biogeografi


yang terpusat di pulau-pulau dan kepulauan utama. Kawasan biogeografi
tersebut adalah :
1. Sumatera dan pulau-pulau lepas pantai.
2. Jawa dan Bali
3. Kalimantan, Natuna dan Anambas, dan Sulawesi dan pulau-pulau lepas pantai
4. Nusa Tenggara dan Maluku
5. Papua atau Irian dan Irian Jaya.
Kawasan yang beragam tersebut mempunyai habitat dan lingkungan fisik,
yang beragam sehingga secara alami Indonesia diperkirakan
mempunyai 47 macam ekosistem, dari ekosistem pantai, rawa, dataran rendah
sampai dengan ekosistem pegunungan.
Pada dasarnya flora dan sebaran atau distribusinya terdiri dari flora yang
mempunyai tipe tumbuhan sebaran lua, tumbuhan indomik dan tumbuhan
discontinue.
Wilayah Indonesia secara fitogeografis termasuk kawasan malesia, yaitu
kawasan Asia Tenggara yang terdiri dari Thailand Selatan, Malaysia, Indonesia,
Brunei, Serawak, Sabah, Filipina dan New Guinea. Distribusi Indonesia termasuk
dalam kawasan Melesia Barat, Malesia Selatan dan Malesia Timur.
Secara fitogeografis distribusi flora Indonesia dipengaruhi oleh tumbuhan
dari benua Asia dan Australia, yang terbagi lagi atas wilayah berdasarkan garis
Wallace, Garis Lyddecker dan Garis Weber. Garis Weber yang terletak di antara
garis Wallace dan Garis Lyddecker telah membagi biota Indonesia bagian barat
dan timur perbandingannya 1 : 1.
Dengan adanya Garis Wallace, secara umum di Indonesia diketahui
terdapat 3 zonasi distribusi flora, yaitu zona vegetasi bagian barat, zona
vegetasi bagian timur, dan zona vegetasi peralihan.
Distribusi atau sebaran flora di berbagai wilayah tersebut pada umumnya
sangat dipengaruhi factor lingkungan fisik, seperti habitat dan factor iklim yaitu
curah hujan dan ketersediaan air. Sebarannya dapat dikelompokan menurut
fisiognomi, tipe habitat dan iklim. Jenis-jenis vegetasi pada umumnya yang
memiliki cirri-ciri yang spesifik berdasarkan zona pantai dan rawa bakau atau air
tawar, zona dataran rendah, zona padang dan savana, tanah kwarsa, kapur.
Nusa Tenggara dan kepulauan Maluku adalah Wilayah yang terletak pada
dangkalan sunda dan dangkalan sahul dengan berbagai pulau utama seperti
Lombok, Flores, Sumbawa (Nusa Tenggara) dan Kepulauan Maluku. Berdasarkan
curah hujan daerah tersebut sebaran floranya dapat dikelompokan berdasarkan
interaksi curah hujan, bulan kering dan kelembaban. Sesuai dengan vegetasi
klimaks maka flora Nusa Tenggara dan Maluku terdapat vegetasi dataran rendah
tropika basah selalu hujan, vegetasi kerangas, vegetasi ultra basah, vegetasi
batu kapur, vegetasi musiman, vegetasi pegunungan bawah dan pegunungan
atas, vegetasi hutan monsum dan sebagainya. Di antara jenis tumbuhan yang
khas di wilayah ini adalah cendana (Santalum album) dan asosiasi antara
Borassus corypha atau jenis-jenis lain (Zizipus mauritiana) yang terdapat di
padang savanna di Nusa Tenggara dan daerah Maluku yang beriklim kering.
Papua atau Irian Jaya bersama New Guinea adalah sebuah pulau nomor
dua yang terbesar di dunia. Topografi wilayahnya sangat beragam. Menurut
Pijmans (Petoez 2000), distribusi flora di Papua terdiri dari 6 wilayah
penyebaran, yaitu wilayah pantai dan hutan mangrove, wilayah rawa dataran
rendah, wilayah hutan basah dataran rendah, zona pegunungan bawah, zona
pegunungan atas/sub-alpin dan zona Alpin. Tumbuhan yang bentuknya khas dan
endemic Papua antara lain adalah Mimecodia brassii sebagai tumbuhan
epifit tempat sarang semut yang bentuknya bulat dan cendawan Mycena sp.
yang tumbuh di lantai hutan dan bercahaya di waktu malam.

Anda mungkin juga menyukai