Anda di halaman 1dari 9

BAB.

1
PENDAHULUAN DAN
BEBERAPA KONSEP DASAR
1. Pendahuluan
1.1.  Tujuan dan Ruang Lingkup Kimia Analisis
Kimia analisis merupakan cabang Ilmu Kimia yang meliputi teori dan cara-cara melakukan analisis
kimia terhadap suatu bahan atau zat kimia. Bahan atau zat yang dianalisis itu dapat berupa unsur kimia,
senyawa kimia atau campuran unsur atau senyawa. Analisis kimia terhadap suatu bahan dapat berupa
analisis kualitatif maupun analisis kuantitatif. Tujuan dari analisis kualitatif adalah untuk menemukan
dan mengidentifikasi jenis unsur, jenis senyawa dan kadang-kadang juga jenis gugusan yang terdapat
dalam bahan yang dianalisis. Sedang analisis kuantitatif bertujuan untuk menetapkan jumlah banyaknya
unsur, senyawa atau gugusan yang terdapat dalam bahan tersebut. Jumlah unsur, senyawa atau gugusan
itu biasanya dinyatakan sebagai kadar atau konsentrasi dan dinyatakan dalam satuan prosen atau dalam
satuan konsentrasi tertentu. Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa Kimia Analisis mempelajari teori
dan cara-cara melakukan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dan masing-masing bertujuan untuk
menetapkan susunan kualitatif dan susunan kuantitatif bahan yang dianalisis.
Pada dasarnya, sebelum suatu bahan dianalisis secara kuantitatif, perlu dilakukan analisis kualitatif
terlebih dahulu, terutama kalau susunan bahan yang diperiksa sama sekali belum diketahui sebelumnya.
Tetapi kalau susunan kualitatif bahan yang dianalisis sudah diketahui, maka analisis kuantitatif dapat
segera dilakukan terhadap bahan tersebut tanpa didahului oleh analisis kualitatif. Namun bila belum
diketahui, sangat berguna untuk melakukan analisis kualitatif bahan tersebut terlebih dahulu sebelum
menganalisis secara kuantitatif. Hal ini penting terutama apabila cara analisis yang akan dipakai untuk
menetapkan konsentrasi suatu unsur akan mengalami gangguan dari unsur-unsur lain yang ada pada
bahan tersebut. Jika ternyata ada, maka cara penetapan kuantitatif unsur yang dicari dapat diubah
seperlunya untuk meniadakan atau mengurangi gangguan tersebut, atau jika hal ini tidak mungkin maka
perlu dipilih cara penetapan yang lain.
Baik dalam analisis kualitatif maupun dalam analisis kuantitatif, reaksi-reaksi kimia memegang peranan
penting, yaitu reaksi-reaksi kimia anorganik maupun organik, demikian juga hukum-hukum yang
mendasari reaksi-reaksi tersebut.
Banyak reaksi kimia yang berguna dalam analisis kualitatif dapat dipakai untuk keperluan analisis
kuantitatif, kalau perlu setelah mengalami penyesuaian mengenai kondisi dan cara melakukan reaksinya.
Tetapi tidak selamanya hal itu dapat dilakukan. Di samping itu, banyak juga reaksi-reaksi kimia yang
penting artinya untuk analisis kuantitatif, tetapi tidak dapat dipakai untuk keperluan analisis kualitatif.
Dari uraian di atas jelas kiranya bahwa kimia analisis, walaupun merupakan salah satu cabang tersendiri
dalam ilmu kimia, dengan tujuan pokoknya yang tersendiri pula, tidaklah terpisah sama sekali dari
cabang-cabang ilmu kimia yang lainnya seperti kimia anorganik, kimia organik, kimia fisika dan
lainnya. Dapat dikatakan bahwa antara kimia analisis dan cabang-cabang ilmu kimia yang lainnya itu
ada hubungan timbal balik yang erat. Pada satu pihak, kimia analisis menggunakan reaksi-reaksi kimia
anorganik dan reaksi-reaksi kimia organik dan mempelajari reaksi-reaksi tersebut berdasarkan teori dan
hukum-hukum yang diketahui dari kimia fisik, dengan maksud menerapkan reaksi-reaksi tersebut untuk
tujuan analisis, yaitu menetapkan susunan kualitatif dan susunan kuantitatif suatu bahan. Pada pihak
lain, kimia analisis telah memberikan dan terus memberikan sumbangan yang besar sekali dan bersifat
azasi kepada pengembangan cabang-cabang ilmu kimia lainnya. Dapat diberikan beberapa contoh
mengenai hal ini, misalnya, dalam meneliti reaksi-reaksi kimia, baik dalam bidang kimia anorganik

1
maupun dalam bidang kimia organik, perlu diketahui perubahan-perubahan kualitatif maupun kuantitatif
yang menyertai reaksi-reaksi tersebut.
Jelaslah kiranya bahwa untuk keperluan itu diperlukan kimia analisis. Penyusunan hukum-hukum kimia
dan teori-teori yang menerapkan hukum-hukum tersebut, sebagaimana dilakukan dalam kimia fisik,
sebagian besar adalah berdasarkan data hasil analisis kuantitatif. Penetapan struktur molekul berbagai
senyawa organik seringkali tidak terlepas dari cara-cara atau teknik-teknik kimia analisis. Demikian juga
penetapan nilai berat atom unsur-unsur kimia yang diperlukan disemua cabang ilmu kimia, dilakukan
berdasarkan teknik-teknik kimia analisis. Tetapi peranan kimia analisis tidak terbatas hanya dalam
lingkungan ilmu kimia sendiri saja, melainkan juga dalam bidang ilmu pengetahuan alam lainnya,
misalnya dalam bidang-bidang ilmu kedokteran, farmasi, biologi, pertanian, geologi, mineralogi,
geokimia dan lain-lain. Program-program penelitian dalam bidang kedokteran, farmasi dan biologi
misalnya sangat tergantung dari berbagai macam cara analisis kimia dalam usaha mengembangkan
pengetahuan ummat manusia mengenai berbagai penyakit, berbagai proses jasad hidup dan dalam
penemuan obat-obatan baru guna menyembuhkan berbagai penyakit. Hal yang sama berlaku bagi
bidang-bidang ilmu pengetahuan alam lainnya.
Selanjunya tidak boleh dilupakan peranan utama yang dimainkan oleh kimia analisis dalam kehidupan
praktis sehari-hari dalam berbagai aspeknya yang amat luas, seperti perindustrian, perekonomian,
kesehatan masyarakat. Dalam berbagai industri, seperti industri kimia, industri farmasi dan sebagainya
diperlukan pemeriksaan kualitatif atau kuantitatif (quality control) yang terus menerus, sejak produk
yang dihasilkan industri tersebut masih dalam proses pembuatan sampai selesai, guna menjamin
ketinggian dan kestabilan mutunya. Pemeriksaan kualitas produk hasil industri ini dilakukan
berdasarkan analisis kimia, baik kualitatif maupun kuantitatif. Untuk keperluan tersebut banyak
perusahaan-perusahaan industri besar mempunyai laboratorium pemeriksaan analisisnya sendiri.
Selanjutnya, dalam pelaksanaan jual beli bahan dasar untuk industri, seperti mineral, bijih dan
sebagainya, perlu diketahui kadar zat dalam bahan yang diperjual belikan itu, dan untuk ini dengan
sendirinya diperlukan analisis kimia. Agar dapat dilakukan diagnosa yang tepat mengenai penyakit yang
diderita seseorang, perlu dilakukan analisis kimia yang cermat pada darah dan cairan-cairan tubuh
lainnya yang dilakukan dalam berbagai laboratorium klinis yang juga terdapat pada rumah sakit-rumah
sakit. Selanjutnya, guna menjamin terpeliharanya kesehatan masyarakat umum, maka oleh pemerintah
dari semua negara yang maju didirikan berbagai laboratorium yang ditugaskan untuk terus menerus
memeriksa dengan jalan analisis berbagai bahan makanan, minuman, obat-obatan, air minum, bahan
kosmetika dan lain-lain yang setiap hari dipergunakan masyarakat. Contoh-contoh lain mengenai
peranan dan kegunaan kimia analisis, baik dalam berbagai bidang ilmu maupun dalam bidang-bidang
lain yang menyangkut kehidupan umat manusia, masih banyak sekali dan tidaklah mungkin untuk
menyebutkannya semua di sini. Tetapi dari uraian di atas, dapatlah kiranya diperoleh gambaran
mengenai pentingnya peranan kimia analisis dalam berbagai bidang itu.
 
1.2. Langkah-Langkah Analisis Kuantitatif
Telah dikatakan di atas bahwa tujuan dari analisis kuantitatif adalah menetapkan susunan kuantitatif
suatu bahan, yaitu menetapkan kadar (atau konsentrasi) zat-zat, baik berupa unsur, senyawa ataupun
gugusan, yang menjadi bagian atau komponen-komponen bahan tersebut. Pada umumnya bahan yang
akan dianalisis itu terdapat dalam jumlah yang besar. Dengan sendirinya analisis tidak dilakukan
terhadap bahan itu seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil dari padanya saja. Bagian kecil bahan
yang diambil untuk keperluan analisis itu lazim disebut cuplikan (atau contoh) bahan itu. Pengambilan
cuplikan bahan yang akan dianalisis itu tidak dilakukan begitu saja secara sembarangan, melainkan
menurut cara-cara dan aturan-aturan tertentu yang tidak akan dibicarakan di sini. Cara pengambilan
cuplikan itu pada pokoknya harus sedemikian rupa sehingga cuplikan yang akan dianalisis itu
mempunyai susunan yang dapat dianggap "mewakili", atau tidak jauh berbeda dengan susunan bahan
dari mana cuplikan itu diambil.
2
Bahan dari cuplikan yang akan dianalisis secara kuantitatif itu dapat berupa bahan anorganik (bijih,
mineral, air, campuran logam dan sebagainya) dan dapat pula berupa bahan organik, yaitu campuran
berbagai senyawa organik atau senyawa karbon. Yang akan dibahas selanjutnya di sini terutama adalah
analisis zat-zat anorganik saja.
Analisis kuantitatif dapat dilakukan untuk menetapkan kadar semua zat atau semua komponen,
berdasarkan hasil analisis kualitatif yang diketemukan dalam suatu bahan. Analisis yang demikian itu
disebut analisis yang lengkap. Tetapi biasanya analisis yang lengkap itu tidak diperlukan dan lebih
sering analisis kuantitatif dilakukan untuk menetapkan konsentrasi hanya satu atau beberapa komponen
saja dalam bahan yang dianalisis, yaitu komponen-komponen yang dianggap penting untuk sesuatu
keperluan atau penelitian.
Jumlah banyaknya cuplikan yang diambil untuk analisis, selain tergantung dari cara analisis yang
dipakai, tergantung pula dari tinggi rendahnya kadar komponen yang ditetapkan. Jumlah cuplikan itu
dapat bertaraf makro, semi mikro dan mikro. Jumlah makro adalah kira kira antara 0,1 sampai 1 atau 2
gram, jumlah semi mikro antara 10 sampai 50 atau 100 miligram dan jumlah mikro antara lebih kecil
dari 1 miligram sampai beberapa miligram. Untuk penimbangan jumlah mikro ini harus dipakai neraca
mikro yang mempunyai kepekaan sampai 0,0001 miligram atau yang lebih peka lagi.
Akhirnya perlu disebutkan berbagai cara atau metoda analisis kuantitatif yang dapat dipakai. Ikhtisar
dan pembicaraan singkat mengenai berbagai cara analisis kuantitatif itu akan diberikan dalam bagian
berikut.
Secara umum, suatu analisis kuantitatif memiliki langkah-langkah:
1)      Pemilihan metode analisis
2)      Pengambilan sampel yang mewakili
3)      Penyiapan sampel yang akan dikerja di laboratorium
4)      Penentuan pengukuran sampel
5)      Penyiapan larutan dari sampel
6)      Eliminasi pengganggu
7)      Pengukuran sifat sampel dan kalibrasi
8)      Perhitungan hasil
9)      Evaluasi hasil dan kadang pengolahan statistika (pernyataan reabilitasnya)
Coba illustrasikan langkah di atas untuk mempelajari masalah di bawah dalam penggunaan Kimia
Analisis terhadap keracunan rusa di daerah Kentucky oleh suatu zat yang bersifat beracun.
Masalah:
Pada suatu waktu beberapa pemburu menemukan beberapa rusa mati di daerah Kentucky, maka mereka
meminta bantuan kepada ahli kimia untuk menelitinya dilaboratorium agar diperoleh penyebab matinya
rusa itu supaya dapat dilakukan langkah pencegahan. Mula-mula ditemukan disekitar situ ada rumput
yang mau mati dan warnanya hilang/pudar. Mereka berspekulasi bahwa telah digunakan herbisida
terhadap rumput tersebut. Zat yang biasanya digunakan pada herbisida adalah senyawa arsen seperti:
arsen trioksida, natrium arsenit, mononatrium metanarsenat, atau dinatrium metanarsenat. Zat yang
terakhir adalah garam dinatrium dari asam metanarsenit, CH3AsO(OH)2, yang sangat larut dalam air dan
digunakan sebagai zat aktif pada banyak herbisida dan ini juga reaktif terhadap gugus sulfuhidril pada
asam amino sistein. Bila sistein pada enzim tanaman bereaksi dengan komponen arsen, fungsi enzim
akan terhambat dan akhirnya tanaman mati, tetapi terjadi juga efek kimia yang sama terhadap binatang
seperti di atas.
Pemilihan metode:
Metode analisis kuantitatif arsen dalam sampel biologi ditemukan bahwa sampel didestilasi dulu baru
ditentukan dengan alat kolorimetri.
Lengkapi langkah selanjutnya (Baca di buku SKOOG, Analytical Chemistry, An introduction, edisi ke-6
halaman 5 sampai 10)

3
1.3 Ikhtisar Cara Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan berbagai cara. Untuk mudahnya, berbagai cara itu dapat
dibagi menjadi 3 golongan yaitu:
1.   cara gravimetri
2.   cara volumetri
3.  cara-cara lain yang biasa disebut cara-cara instrumen atau kadang-kadang disebut juga cara fisiko
kimia, yaitu antara lain kolorimetri, spektrofotometri, polarografi, potensiometri dan sebagainya.
Sebetulnya baik cara gravimetri maupun cara volumetri dapat dianggap cara instrumen juga, mengingat
kedua cara itu menggunakan berbagai instrumen atau alat walaupun sederhana, seperti neraca analisis,
buret, pipet dan sebagainya. Ada juga yang menamakan gravimetri dan volumetri itu cara-cara "klasik",
oleh karena sudah dikenal dan dilakukan orang sejak zaman dahulu kala. Akan tetapi istilah klasik itu
dapat menimbulkan tafsiran yang keliru, seolah-olah kedua cara itu sudah ketinggalan zaman dan tidak
dilakukan lagi. Padahal, walaupun memang benar bahwa kebanyakan analisis baik dalam industri
maupun dalam penelitian-penelitian ilmiah sekarang dilakukan dengan cara instrumen atau cara-cara
fisiko kimia, tetapi penetapan dengan cara gravimetri dan volumetri masih tetap penting.
Di bawah ini diberikan ikhtisar, disertai penjelasan singkat, mengenai ketiga golongan cara penetapan
kuantitatif tersebut di atas.
 
1.3.1. Cara Gravimetri
Zat yang dicari konsentrasinya dipisahkan dari cuplikan dalam keadaan murni dan ditimbang, tetapi cara
ini jarang dapat dilakukan, kecuali pada penetapan logam secara elektrolisis. Pada cara gravimetri yang
biasa dilakukan pada komponen yang dicari konsentrasinya, dengan pertolongan suatu pereaksi kimia
diubah menjadi senyawa hasil reaksi yang berupa endapan yang akhirnya ditimbang. Misalnya
konsentrasi perak dalam cuplikan logam dapat ditetapkan secara gravimetri dengan jalan mula-mula
melarutkan cuplikan tersebut dalam asam nitrat dan kemudian kepada larutan yang terjadi ditambahkan
larutan ion klorida secara berlebihan, sehingga seluruh ion Ag+ yang ada dalam larutan pertama
mengendap sempurna sebagai AgCl : Ag+ + Cl-  AgCl. Setelah dilakukan pencucian, endapan AgCl
dikeringkan dan akhirnya ditimbang. Berat endapan AgCl ini dikalikan faktor BA. Ag/BM. AgCl (=
faktor gravimetri atau faktor kimia) memberikan berat perak yang terdapat dalam jumlah cuplikan yang
dianalisis. Dalam contoh ini, seperti halnya pada kebanyakan penetapan secara gravimetri, komponen
yang dicari (Ag+) dipisahkan berupa endapan (AgCl) dengan pertolongan reaksi kimia. Pemisahan
komponen yang dicari untuk keperluan penetapan secara gravimetri (penimbangan) dapat juga
dilakukan dengan pertolongan arus listrik (elektrolisis) dan dengan penguapan. Cu, Pb, Ni dan logam-
logam lain dapat ditetapkan secara gravimetri elektrolisis dengan menempatkan larutan logam-logam
tersebut dalam sel elektrolisis. Oleh pengaruh arus listrik dalam sel tersebut, maka logam yang dianalisis
akan diendapkan pada elektroda negatif atau katoda. Selisih berat katoda dan endapan dengan berat
katoda tanpa endapan adalah berat logam yang dicari. Gravimetri dengan cara penguapan dilakukan
misalnya untuk menetapkan banyaknya air kristal dalam suatu garam, seperti BaCl2.2H20. Cuplikan itu
mula-mula ditimbang, kemudian dipanaskan dalam tungku sampai suhu yang cukup tinggi untuk
menguapkan air kristal seluruhnya (tanpa menguraikan yang bersangkutan). Setelah pemanasan itu
cuplikan ditimbang lagi. Selisih kedua hasil penimbangan itu memberikan berat air yang menguap atau
berat air kristal dalam cuplikan.
 
1.3.2. Cara-Cara Volumetri
Penetapan dilakukan dengan jalan pengukuran volume sesuatu fasa (larutan, gas) yang mempunyai
hubungan kuantitatif dengan komponen yang dicari.
Cara volumetri ini dapat dibagi pula menjadi:
a). Cara Titrimetri

4
Cara ini lazim disebut juga titrasi, kadang kadang disebut volumetri. Tetapi istilah ini dapat pula
diartikan lebih luas, bukan hanya mencakup volumetri larutan (titrasi), melainkan juga volumetri gas.
Pada cara titrimetri atau titrasi ini cuplikan yang dianalisis, setelah dilarutkan, dibiarkan bereaksi dengan
zat yang konsentrasinya diketahui. Larutan pereaksi dengan konsentrasi tertentu ini disebut larutan
standar atau baku dan ditambahkan dari buret (bejana pengukur volume) kepada larutan cuplikan yang
dianalisis (atau zat lain yang ekivalen dengan zat ini) berlangsung tepat sempurna. Keadaan dimana
kedua zat itu tepat ekivalen disebut titik ekivalensi. Saat tercapainya titik ekivalensi dapat ditunjukkan
oleh suatu zat indikator yang dimasukkan ke dalam larutan yang dititrasi dan yang akan berubah
warnanya disekitar titik ekivalensi tercapai. Saat dimana kita berhenti melakukan titrasi ini disebut titik
akhir titrasi. Selisih antara titik akhir titrasi dengan titik ekivalensi disebut kesalahan titrasi.
Cara titrasi ini dapat dibagi pula sekurang kurangnya menjadi empat macam, tergantung dari jenis reaksi
yang bersangkutan dan kondisinya, yaitu titrasi penetralan (asam-basah), titrasi oksidasi reduksi,
titrasi pengendapan dan titrasi pembentukan kompleks serta titrasi bebas air (tidak dibahas disini).
 
b). Cara Volumetri Gas (atau Analisis Gas)
Yang diukur pada cara ini adalah volume gas, yaitu misalnya gas yang dikeluarkan oleh zat dalam
cuplikan sebagai hasil suatu reaksi tertentu. Volume gas itu mempunyai hubungan tertentu dengan
konsentrasi zat tersebut. Dapat juga menggunakan zat penyerap untuk gas tertentu sehingga volume gas
terebut dapat diketahui terutama di udaraseperti cara Orsat. Atau gas yang terlarut misalnya penentuan
BOD.
 
1.3.3. Cara Instrumen atau Cara-cara Fisiko Kimia
Yang diukur pada analisis dengan cara ini adalah besaran-besaran lain selain berat atau volume dan yang
mempunyai hubungan kuantitatif tertentu dengan konsentrasi zat yang dianalisis. Kebanyakan dari cara-
cara ini adalah berdasarkan pengukuran besaran-besaran optik atau besaran-besaran listrik. Oleh karena
itu cara analisis instrumen yang terpenting dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu cara-cara optik dan
cara-cara elektrometrik. Cara-cara optik pada pokoknya adalah berdasarkan sifat-sifat energi cahaya dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada antaraksi antara energi cahaya dengan zat yang dianalisis.
Misalnya pada kolorimetri dan spektrofotometri, banyaknya energi cahaya yang diserap oleh zat yang
dapat diukur mempunyai hubungan kuantitatif tertentu dengan konsentrasi zat tersebut. Cara-cara
elektrometrik berdasarkan pengukuran besaran-besaran listrik tertentu yang mempunyai hubungan
kuantitatif tertentu dengan konsentrasi zat yang dianalisis. Misalnya dalam analisis secara polarografi
yang diukur adalah arus difusi yang besarnya berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang dianalisis.
Cara elektrometri ini dapat juga dipergunakan dalam berbagai macam titrasi, sebab besaran-besaran
listrik tertentu, seperti potensial dan daya hantar, akan mengalami perubahan dengan sekonyong-
konyong pada titik akhir titrasi. Jadi pengukuran perubahan besaran listrik demikian itu dapat
menggantikan pemakaian zat indikator dalam titrasi.
Akhirnya perlu diberi catatan di sini bahwa dalam melakukan analisis suatu cuplikan, terutama cuplikan
yang tidak terlalu sederhana, umumnya tidak langsung dilakukan pengukuran gravimetri, titrasi atau
secara instrumen. Kalau cuplikan yang dianalisis berupa larutan suatu zat atau suatu ion yang murni, hal
itu masih dapat dilakukan. Akan tetapi analisis suatu cuplikan yang merupakan campuran berbagai zat
umumnya meliputi urutan langkah-langkah pekerjaan sebagai berikut:
1. Pengambilan cuplikan agar diperoleh cuplikan dengan susunan yang sesuai dengan susunan
bahan yang dianalisis
2. Melarutkan cuplikan dan mengubah komponen yang dicari menjadi bentuk yang sebaik-baiknya
untuk pengukuran.
3. Pengukuran.
4. Perhitungan dan penilaian hasil analisis.

5
Gravimetri, titrasi atau pengukuran dengan suatu instrumen baru dilakukan pada langkah ketiga. Pada
latihan-latihan analisis yang dilakukan oleh mahasiswa pada pelajaran dasar-dasar analisis kuantitatif,
cuplikan yang dianalisis biasanya berupa larutan yang hanya mengandung satu atau dua komponen (ion)
yang harus ditetapkan. Untuk menganalisis larutan cuplikan sederhana seperti itu pada umumnya
langsung dapat dilakukan langkah pengukuran tersebut di atas, baik secara gravimetri, titrasi maupun
dengan salah satu cara analisis instrumen.
Mengingat bahwa cara-cara melakukan analisis kuantitatif itu banyak sekali macamnya, timbul
pertanyaan, cara manakah yang terbaik untuk menganalisis suatu cuplikan tertentu?.
Pemilihan cara analisis yang terbaik itu tergantung dari banyak faktor yang harus dipertimbangkan, dan
tidaklah mungkin untuk memberikan suatu pedoman yang berlaku secara umum. Beberapa hal yang
dapat disebutkan di sini adalah antara lain bahwa cara gravimetri dan cara titrasi hanya dapat dilakukan
untuk menetapkan komponen-komponen cuplikan yang konsentrasinya cukup besar (jumlah makro),
walaupun untuk keperluan-keperluan khusus dapat dilakukan juga teknik gravimetri dan titrasi secara
mikro, dimana jumlah cuplikan yang dianalisis kecil sekali. Tetapi untuk gravimetri dan titrasi mikro itu
diperlukan alat gravimetri dan alat alat titrasi yang khusus pula yang berukuran mikro. Untuk analisis
komponen cuplikan yang konsentrasinya sangat kecil sebaiknya dipakai cara-cara instrumen seperti
kolorimetri, spektrofotometri serapan atom, fotometri nyala dan sebagainya, oleh karena cara-cara ini
mempunyai kepekaan yang tinggi. Tetapi cara-cara instrumen ini umumnya memerlukan kalibrasi
terlebih dahulu untuk menetapkan hubungan antara besaran yang akan diukur pada analisis dan
konsentrasi zat yang dicari. Untuk keperluan kalibrasi ini harus dibuat terlebih dahulu sejumlah larutan
standar zat yang akan ditetapkan, dengan konsentrasi berbeda-beda yang diketahui. Terhadap larutan-
larutan standar yang konsentrasinya diketahui itu lakukan pengukuran besaran yang sama seperti yang
akan diukur pada larutan cuplikan. Berdasarkan hasil-hasil pengukuran itu dibuat berupa grafik yang
menyatakan hubungan antara nilai besaran yang diukur dan konsentrasi. Grafik ini disebut kurva
kalibrasi atau kurva standar. Konsentrasi zat yang dicari dapat diketemukan berdasarkan kurva kalibrasi
ini. Setelah dibuat kurva kalibrasi tersebut, penetapan konsentrasi zat, dapat dilakukan dalam waktu
yang singkat. Jadi keuntungan dari cara-cara instrumen pada umumnya adalah :
1). Mempunyai kepekaan yang tinggi.
2). Analisis dapat dilakukan dengan cepat.
Mengingat singkatnya waktu yang diperlukan, maka cara-cara instrumen ini banyak sekali dipakai di
laboratorium-laboratorium dalam industri dan lain-lain, dimana sering harus dianalisis ratusan cuplikan
dalam waktu yang singkat. Tetapi tidak boleh dilupakan bahwa cara-cara instrumen itu sebenarnya
hanyalah cara perbandingan jadi bukan cara penetapan yang mutlak seperti gravimetri atau titrasi.
Sebagaimana telah diterangkan di atas, perbandingan itu dilakukan berdasarkan suatu kurva kalibrasi
dan untuk pembuatan kurva tersebut diperlukan zat berupa larutan standar. Kemurnian dari zat standar
itu pada taraf terakhir harus ditetapkan berdasarkan cara-cara analisis yang mutlak (bukan perbandingan)
seperti gravimetri dan titrasi. Dengan demikian terlihat bahwa walaupun cara-cara instrumen itu
sekarang ini mempunyai peranan yang dominan dalam analisis kimia, akan tetapi untuk keperluan
kalibrasinya dalam taraf terakhir masih tergantung juga dari cara-cara gravimetri dan titrasi yang
"klasik" itu. Untuk keperluan analisis rutin, misalnya di laboratorium-laboratorium industri, cara
gravimetri memang tidak memadai, oleh karena memakan waktu terlalu lama. Cara titrasi masih lebih
cepat dari pada cara gravimetri, tetapi masih kurang cepat dibandingkan dengan banyak cara instrumen.
Gravimetri dan titrasi mungkin lebih baik dipakai dari pada cara instrumen kalau jumlah cuplikan yang
akan dianalisis hanya satu atau beberapa buah, sebab waktu untuk pembuatan kurva kalibrasi mungkin
akan lebih lama, demikian juga dalam sampel yang dianalisis konsentrasi zat yang dicari tidak terlalu
kecil. Untuk sampel yang sangat kompleks komposisinya atau sangat kecul konsentrasinya maka kadang
digunakan metode instrumen ini dengan memodifikasi cara penetapnnya seperti dengan metode standar
addisi atau standar dalam.
 
6
2. Beberapa Konsep Dasar
2.1. Beberapa Satuan Penting pada Pengukuran
2.2.1. Satuan Internasional (SI)
Pada satuan Internasional ini, satuan massa dinyatakan dengan kilogram (kg) sedang satuan panjang
dinyatakan dengan meter (m) demikian juga waktu dinyatakan dengan second atau detik (s) sedang
temperatur dalan kelvin (K) serta satuan zat dengan mol, arus listrik dengan ampere (A) serta intensitas
cahaya dengan candle (cd).

2.2.2. Mol
Jumlah zat kimia dinyatakan dengan mol yang sesuai dengan banyaknya partikel yang sama dengan
bilangan Avogadro (6,023x1023). Massa molar (M) adalah banyaknya massa dalam satuan gram bila ada
zat sebanyak 1 mol. Contoh massa molar formaldehid (CH 2O) adalah 30,0 g/mol CH2O yang berarti bila
ada 1 mol formaldehid massanya = 30,0 g dan 1 mol glukosa mempunyai massa 180,0 g. Biasanya
dalam perhitungan lebih banyak digunakan millimol yang nilainya 1/1000 mol
Tugas:
Jelaskan perbedaan massa dengan berat
Jelaskan apa yang dimaksud: massa relatif, satuan massa atom

2.2. Larutan dan Konsentrasi


Ahli Kimia biasanya menyatakan konsentrasi zat dalam suatu larutan dengan beberapa cara:
Konsentrasi Molar
Konsentrasi Molar (cx) larutan zat kimia X adalah banyaknya mol zat X yang ada dalam 1 liter larutan
(bukan 1 liter pelarut), jadi satuannya mol/liter larutan.
Tugas:
Hitung konsentrasi molar etanol dalam larutan air yang mengandung 2,30 g C 2H5OH (46,07 g/mol) yang
ada dalam 3,50 L larutan.
Konsentrasi dalam Persen
Kadang juga konsentrasi dinyatakan dengan persen (bagian perseratus). Dalam pernyataan satuan persen
ini ada beberapa cara yaitu:
persen berat/berat (w/w)
persen volume (v/v)
persen berat/volume (w/v)
Ppm (bpj)
Untuk larutan yang sangat encer biasanya dinyatakan dengan ppm (part per million)
Perbandingan Volume zat terlarut dengan Larutan
Misalnya larutan HCl 1:4, ini berarti larutan ini mengandung 4 volume air setiap 1 volume HCl pekat
Fungsi p
Konsentrasi spesies juga dapat dinyatakan sebagai fungsi-p atau nilai-p. p menyatakan nilai negatif
logaritma dasar 10 sedang konsentrasi dalam molar.
pX = - log [X]

2.3. Perhitungan Stoikhiometri


Stoikhiometri didefinisikan sebagai massa yang bersesuaian dengan spesies kimia yang bereaksi.
Misalnya pada suatu kesetimbangan kimia antara zat pereaksi dan hasil reaksi:
2 NaI (cair) + Pb(NO 3)2 (cair) PbI2 (padat) + 2NaNO 3 (cair)
Ini menunjukkan bahwa 2 mol natrium iodida cair dengan 1 mol timbal nitrat cair menghasilkan 1 mol
timbal iodida padat dan 2 mol natrium nitrat cair.
Tugas:

7
Berapa massa AgNO3 (169,9 g/mol) diperlukan untuk merubah 2,33 g Na2CO3 (106,0 g/mol) menjadi
Ag2CO3 ?. Berapa massa Ag2CO3 (275,7 g/mol) yang dihasilkan ?
 
 

8
Bab. 1. Pendahuluan dan Beberapa Konsep  Dasar
1.1 Pendahuluan
1.1.1 Tujuan dan Ruang Lingkup Kimia Analisis
1.1.2 Langkah-langkah Analisis Kuantitatif
1.1.3 Ikhtisar Cara Analisis Kuantitatif
1.1.1.1 Gravimetri
1.1.1.2 Cara volumetri
1.1.1.3 Cara-cara lain yang disebut cara-cara instrum
1.2 Bebarapa Konsep Dasar
1.2.1 Beberapa Satuan Penting pada Pengukuran
1.2.2 Larutan dan Konsentrasi
1.2.3 Perhitungan Stoikhiometri

Anda mungkin juga menyukai