Anda di halaman 1dari 9

JPII 2 (1) (2013) 67-75

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii

PENERAPAN MODEL SCIENCE CREATIVE LEARNING (SCL) FISIKA


BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF

F.C. Wibowo1*, A. Suhandi2

Prodi IPA Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)


1

2
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Diterima: 29 Januari 2013. Disetujui: 3 April 2013. Dipublikasikan: April 2013

ABSTRAK

Tujuan studi ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampi-
lan berpikir kreatif sebagai dampak penerapan model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah penerapan
model pembelajaran sebagian besar hasil belajar dan keterampilan berpikir kreatif meningkat kategori sedang.
Hal ini diindikasikan oleh rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> hasil belajar kognitif dan <g> keterampilan
berpikir kreatif meningkat sebesar 0,44. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa model SCL fisika berbasis proyek
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan
berpikir kreatif.

ABSTRACT

This study propose to determine the increasing of concept mastery’s and creative thinking skills’s students impact
to application of learning model. The result showed that the application of learning model enhance the most of
concept mastery’s and creative thinking skills’s moderately category of medium. This is indicated by the score
mean gain normalization <g> concept mastery and <g> of creative thinking skills is about 0,44. These results in-
dicate that the SCL based learning is one of the most effective learning models to be used in order to rise concept
mastery’s and creative thinking skills’s.

© 2013 Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNNES Semarang

Keywords: SCL Project-based learning Model; Heat; concept mastery; creative thinking skills

PENDAHULUAN ngetahuan itu. IPA merupakan produk dan pro-


ses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan both product and process, inseparably Joint”. Kelom-
mata pelajaran yang berkaitan dengan cara men- pok mata pelajaran IPA, termasuk di dalamnya
cari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika, diselenggarakan di sekolah dalam rangka
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan penge- mengenalkan IPA secara utuh baik proses mau-
tahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, pun produk kepada para peserta didik.
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
suatu proses penemuan. Sementara Stone (da- Pendidikan (KTSP), mata pelajaran fisika di
lam Wibowo, 2012) menyebutkan bahwa IPA Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan agar
adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara siswa memiliki kemampuan: 1) Mengembang-
untuk mendapatkan dan mempergunakan pe- kan pemahaman tentang berbagai macam gejala
alam, konsep, dan prinsip IPA yang bermanfaat
*Alamat korespondensi: dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
E-mail: firmanul27@yahoo.co.id
68 F.C. Wibowo dkk. / JPII 2 (1) (2013) 67-75

hari; 2) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap sudah tentu motivasi siswa untuk mempelajari fi-
positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan sika akan tumbuh. Ketika motivasi siswa mening-
yang saling mempengaruhi antara IPA, lingku- kat maka sudah tentu mereka akan terlibat dalam
ngan, teknologi, dan masyarakat; 3) Meningkat- pembelajaran fisika secara sungguh-sungguh dan
kan pengetahuan, konsep, dan keterampilan ber- antusias. Sangatlah penting untuk senantiasa
pikir sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan memberikan motivasi kepada siswa pada setiap
ke jenjang selanjutnya; 4) Melakukan inkuiri il- awal pelaksanaan pembelajaran fisika. Banyak
miah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, cara yang dapat ditempuh untuk memotivasi sis-
bersikap, dan bertindak ilmiah serta berkomuni- wa agar mau belajar fisika secara antusias.
kasi. Agar mata pelajaran fisika di sekolah dapat Salah satu cara yang dapat digunakan un-
memenuhi tuntutan dalam mencapai tujuan yang tuk memotivasi siswa dalam pembelajaran ada-
telah dipaparkan di atas, maka tidak dapat dita- lah berupa pemberian stimulus berupa pengajuan
war lagi bahwa pembelajaran fisika harus dikon- tantangan dari guru. Tantangan yang diajukan
struksi sedemikian rupa, sehingga proses pendi- dapat berupa tugas menyelesaikan masalah, tu-
dikan dapat benar-benar terjadi dalam prosesnya. gas menjelaskan fenomena alam, tugas menjelas-
Menurut KTSP SMA, Pembelajaran IPA kan pengalaman fisis yang dialami dalam kese-
termasuk di dalamnya fisika sebaiknya dilak- harian siswa, atau berupa tugas proyek membuat
sanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) prakarya dengan menggunakan dasar konsep
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, be- fisika yang dipelajari (Yalcin, 2009). Salah satu
kerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunika- model pembelajaran yang menyajikan tantangan
sikannya sebagai aspek penting kecakapan hi- berupa tugas proyek di awal pembelajaran ada-
dup (Wenning, 2010). Akan tetapi, pelaksanaan lah model Science Creative Learning (SCL) fisika
pembelajaran fisika yang terjadi di lapangan ma- berbasis proyek. Misalnya tugas proyek membuat
sih sangat jauh dari yang diharapkan oleh KTSP termos air, tugas proyek membuat desain penyu-
SMA. Penelitian pendahuluan yang dilakukan liangn air sederhana.
oleh Wibowo (2012), menunjukkan bahwa: per- Dalam praktik pendidikan, terutama se-
tama, pembelajaran fisika yang dilakukan di se- tengah abad terakhir, telah terjadi pergeseran
kolah pada umumnya masih bersifat tradisional, teori-teori belajar, dari aliran teori belajar beha-
dimana pembelajaran cenderung berpusat pada vioristik ke kognitif, dari kognitif ke konstrukti-
guru dengan proses cenderung bersifat transfer vistik (Mayer, 1992). Strategi pembelajaran yang
pengetahuan; kedua, rata-rata capaian hasil bela- menonjol dalam pembelajaran konstruktivistik
jar fisika siswa pada aspek yang dievaluasi tergo- antara lain adalah strategi belajar kolaboratif,
long rendah, bahkan pada tataran kognitif. Pro- mengutamakan aktivitas siswa daripada aktivitas
ses pembelajaran seperti itu terjadi pula di salah guru, mengenai kegiatan laboratorium, pengala-
satu SMA negeri di kabupaten Kudus yang men- man lapangan, studi kasus, pemecahan masalah,
jadi tempat penelitian, hal tersebut teramati oleh diskusi, dan simulasi. Simons dalam Wibowo
peneliti pada saat melakukan observasi langsung (2012) menyatakan bahwa Pembelajaran Berba-
terhadap proses pembelajaran yang dilakukan sis Proyek merupakan strategi belajar kolaboratif
oleh salah seorang guru fisika di sekolah tersebut, dan konstruktif yang diposisikan amat penting.
menunjukkan bahwa proses pembelajaran fisika “Learning together with other learners can be a very
didominasi oleh metode ceramah. powerful form of learning, in which learners help each
Fisika telah mendasari perkembangan ber- other’s construction processes. Project-based learning
bagai produk teknologi yang memudahkan kehi- can be development of thinking skills and understan-
dupan manusia. Namun hal ini jarang terkomu- ding the other science”. Dewey memandang belajar
nikasikan pada pembelajaran siswa di kelas yang sebagai “process of making determinate the indeter-
mengaitkan antara konsep yang dipelajari de- minate experience”. Pembelajaran berbasis proyek
ngan produk teknologi yang telah dikembangkan. mengajarkan siswa belajar keterampilan dengan
Kebanyakan mereka tidak sadar bahwa produk melalui interaksi  dalam kelompok kecil, me-
teknologi yang mereka gunakan, dasarnya ada- ngidentifikasi masalah bagaimana mencari infor-
lah konsep fisika yang mereka pelajari. Dalam masi relevan dan keterampilan presentasi (Costa,
pembelajaran kurang mengajak siswa untuk bela- et al., 2007). Salah satunya adalah penelitian yang
jar mengaplikasikan konsep fisika yang dipelajari dilakukan oleh Renata (2008) pembelajaran Ber-
dalam membuat suatu karya. Padahal ketika sis- basis Proyek membantu siswa dalam mengem-
wa tahu bahwa konsep fisika yang dipelajarinya bangkan kemampuan berpikir dan meningkatkan
sangat berguna dan besar perannya dalam me- pemahaman IPA dengan melakukan penyelidi-
ngembangkan berbagai produk teknologi, maka kan. Pembelajaran SCL fisika berbasis proyek
F.C. Wibowo dkk. / JPII 2 (1) (2013) 67-75 69

dilakukan melalui penyelidikan yang mengacu ini dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yang
pada aktivitas siswa. Siswa mengembangkan ide hanya ingin melihat dampak penerapan model
sendiri terhadap pengetahuan dan pemahaman SCL fisika berbasis proyek terhadap peningkatan
ilmiah. hasil belajar kognitif dan keterampilan berpikir
Tampaknya pembelajaran SCL fisika ber- kreatif siswa. Desain penelitian yang digunakan
basis proyek dapat dijadikan sebagai model da- seperti pada Gambar 1.
lam pembelajaran Fisika. Tampilan berbagai
otentik-kontekstual (goal-directed activities) yang
akan memperkuat hubungan antara aktivitas
dan pengetahuan konseptual. Pembelajaran ber-
basis proyek mengedepankan otonomi siswa
Gambar 1. Desain Penelitian
(self-regulation) dan guru sebagai pembimbing
dan partner belajar, yang akan mengembangkan
Pembelajaran SCL fisika berbasis proyek
kemampuan berpikir produktif. Belajar kolabora-
yang digunakan dalam membahas konsep-kon-
tif dalam mengerjakan proyek memberi peluang
sep yang tercakup dalam mater kalor meliputi (1)
siswa saling belajar yang akan meningkatkan pe-
pengaruh kalor terhadap suhu, wujud, dan ben-
mahaman konseptual maupun kecakapan tekni-
tuk. (2) azas black. (3) perpindahan kalor. Taha-
kal. Berorientasi pada belajar aktif memecahkan
pan-tahapan pembelajaran fisika berbasis proyek
masalah riil, yang memberi kontribusi pada pe-
dapat dilihat pada Tabel 1.
ngembangan keterampilan berpikir kreatif mela-
Populasi penelitian adalah seluruh sis-
lui proyek.
wa kelas X pada salah satu SMA di Kabupaten
Berdasarkan latar belakang yang telah dike-
Kudus semester genap tahun ajaran 2011/2012.
mukakan di atas, peneliti tertarik untuk melaku-
Sampel penelitian adalah kelas X.5. dengan jum-
kan penelitian tentang implementasi model SCL
lah siswa sebanyak 34 siswa yang diambil secara
fisika berbasis proyek untuk melihat dampaknya
purpossive sampling yaitu teknik penentuan sampel
terhadap peningkatan kemampuan kognitif dan
dengan pertimbangan tertentu. Untuk keperluan
keterampilan berpikir kreatif siswa. Permasala-
pengumpulan data, telah dikonstruk instrumen
han yang ingin dijawab melalui penelitian ini di-
penelitian berupa tes kemampuan kognitif ten-
rumuskan sebagai berikut: “Sejauhmana penerapan
tang konsep Kalor dalam bentuk tes obyektif je-
model Science Creative Learning (SCL) fisika berbasis
nis pilihan ganda dan tes keterampilan berpikir
proyek dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan
kreatif dalm bentuk tes uraian.
keterampilan berpikir kreatif siswa SMA?”.
Tes hasil
������������������������������������
belajar kognitif mencakup jen-
Penelitian ini memaparkan proses dan ha-
jang kognitif taksonomi Bloom yaitu: C1 (aspek
sil penelitian yang telah dilakukan terkait pene-
mengingat), C2 (aspek memahami), C3 (aspek
rapan model SCL fisika berbasis proyek serta
menerapkan), dan C4 (aspek menganalisis) ter-
bagimana peningkatannya terhadap hasil belajar
kait materi Kalor. Sementara Torrance (dalam
kognitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa
Wibowo, 2012) Tes keterampilan berpikir krea-
SMA. Materi ajar yang ditinjau adalah tentang
tif mencakup keterampilan bertanya, keterampi-
Kalor.
lan menerka sebab suatu kejadian, keterampilan
menerka akibat suatu kejadian, dan keterampilan
METODE
memperbaiki hasil keluaran terkait materi Kalor.
Implementasi model SCL fisika berbasis
Metode yang digunakan dalam penelitian
proyek dalam meningkatkan hasil belajar kog-
ini adalah pre-eksperimental dengan desain one
nitif dan keterampilan berpikir kreatif siswa,
group posttest only. Sementara Millan (dalam Wi-
ditentukan berdasarkan skor rata-rata gain yang
bowo, 2012) langkah desain ini diawali dengan
dinormalisasi.
subyek yang dilakukan pretest selanjutnya diberi
perlakuan berupa pembelajaran SCL fisika ber-
HASIL DAN PEMBAHASAN
basis proyek, selanjutnya dilakukan posttest untuk
mengukur hasil belajar kognitif dan keterampilan
Penelitian dilaksanakan selama tiga kali
berpikir kreatif siswa pada konsep Kalor setelah
pertemuan pada kelas eksperimen yang diberi
proses pembelajaran selesai dilaksanakan. Hasil
perlakuan (treatment) berupa penerapan model
pretest dan posttest kemudian dianalisis untuk men-
SCL fisika berbasis proyek. Sebelum dilakukan
dapatkan nilai Gain yang dinormalisasi (g) yang
treatment, terlebih dahulu dilakukan tes awal un-
mengakibatkan peningkatan kemampuan kog-
tuk mengetahui hasil belajar kognitif awal siswa
nitif dan keterampilan berpikir kreatif. Metode
70 F.C. Wibowo dkk. / JPII 2 (1) (2013) 67-75

Tabel 1. Tahapan-tahapan Model Science Creative Learning (SCL) Fisika Berbasis Proyek

Tahapan Pembelajaran Aktivitas Guru


Fase 1 Melakukan apersepsi melalui pertanyaan

Penyajian tugas proyek Melakukan penggalian konsepsi awal

Memotivasi siswa untuk belajar dengan menyajikan tugas proyek


Fase 2 Membagi siswa dalam kelompok kecil

Pengorganisasian siswa Membagikan LKS dan memberikan arahan untuk melakukan


untuk belajar kegiatan belajar
Fase 3 Memfasilitasi siswa dalam melakukan eksperimen sesuai LKS

Penanaman pemahaman Membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan dan menyu-


konsep melalui kegiatan sun laporan
eksperimen
Memberikan kesempatan pada kelompok siswa untuk mempresen-
tasikan hasil eksperimen

Memfasilitasi siswa untuk melakukan diskusi kelas terkait hasil


percobaan eksperimen
Fase 4 Memfasilitasi siswa untuk menyelesaikan tugas proyek

Pembuatan dan penyajian Memberi kesempatan kepada kelompok siswa untuk menyajikan
tugas proyek hasil tugas proyek
Fase 5 Melakukan refleksi terkait pelaksanaan pembelajaran berbasis
proyek
Penguatan dan Tindak lanjut
belajar Memberikan latihan soal

Memberikan tugas terstruktur kepada siswa berupa tugas membaca


literatur dari internet tentang aplikasi dari konsep-konsep Kalor
dalam kehidupan sehari-hari

dan tes awal keterampilan berpikir kreatif awal ideal 30. Peningkatan <g> hasil belajar kognitif
siswa terkait konsep Kalor. Kemudian dilakukan siswa sebesar 0,44, apabila dikonfirmasi dengan
penerapan model SCL berbasis proyek. Setelah kategori dari Hake termasuk pada kategori se-
proses perlakuan selesai, kegiatan diakhiri de- dang. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
ngan pemberian tes akhir hasil belajar kognitif kognitif siswa konsep Kalor meningkat dengan
dan tes akhir keterampilan berpikir kreatif, yang kategori sedang setelah penerapan model SCL
dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan fisika berbasis proyek.
kognitif dan peningkatan keterampilan berpikir Peningkatan hasil belajar kognitif siswa
kreatif siswa setelah proses pembelajaran dilak- pada setiap aspek kognitif dapat diketahui dari
sanakan. hasil skor tes yang diperoleh siswa pada tiap
Dari kegiatan penelitian yang telah dila- butir soal yang diberikan pada tes awal dan tes
kukan, diperoleh data tentang skor tes awal (pre- akhir yang menguji sub konsep yang dimaksud.
test) dan tes akhir (posttest) tentang hasil belajar Jumlah soal yang digunakan terdiri atas 30 butir
kognitif siswa. Berdasarkan data skor pretest dan soal pilihan ganda, terdapat empat aspek kognitif
posttest tersebut dapat ditentukan peningkatan yang tercakup dalam konsep Kalor. Empat aspek
hasil belajar kognitif siswa melalui perhitungan kognitif yang tercakup dalam konsep Kalor yaitu
<g>. (1) aspek C1, (2) aspek C2, (3) aspek C3, dan (4) as-
Rata-rata skor tes awal hasil belajar kog- pek C4 skor tes akhir untuk setiap aspek kognitif
nitif siswa sebelum pembelajaran sebesar 6,18 dapat dilihat pada Gambar 2.
dan setelah pembelajaran sebesar 16,82 dari skor Rata-rata skor perolehan tes hasil belajar
F.C. Wibowo dkk. / JPII 2 (1) (2013) 67-75 71

Rata-rata Skor Hasil Belajar Kognitif


6.09
6
5.35
5

4
3.24
2.97
3
2.15
2 1.82

1 0.62 0.76

0
Tes Tes Tes Tes Tes Tes Tes Tes
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir

C₁ C₂ C₃ C₄

Keterangan:
C1: Aspek Mengingat
C2: Aspek Memahami
C3: Aspek Menerapankan
C4: Aspek Menganalisis

Gambar 2. Diagram Batang Perbandingan, Rata-rata Tes Awal, Rata-rata Tes Akhir Setiap Aspek
Kognitif

0.6
0.54
0.5 0.47

0.4

0.3 0.27
<g>

0.24
0.2

0.1

0
Aspek Kognitif Aspek Kognitif Aspek Kognitif Aspek Kognitif

C₁ C₂ C₃ C₄

Keterangan:
C1: Aspek Mengingat
C2: Aspek Memahami
C3: Aspek Menerapankan
C4: Aspek Menganalisis

Gambar 3. Diagram Batang Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi <g> pada Setiap Aspek Kognitif

kognitif siswa pada setiap aspek kognitif, dike- siswa hasil belajar kognitif siswa terjadi pada C1
tahui bahwa rata-rata skor terendah rata-rata tes sebesar 2,97 dari skor ideal 9.
awal hasil belajar kognitif siswa terjadi pada as- Penigkatan <g> tertinggi hasil belajar
pek C3, sebesar 0,62 dari skor ideal 4. Rata-rata kognitif siswa terjadi pada aspek C2 sebesar 0,54,
skor tes awal siswa hasil belajar kognitif siswa aspek C4 sebesar 0,47, aspek C3 sebesar 0,27 dan
pada aspek C4 sebesar 0,76 dari skor ideal 6. Rata- terendah pada C1 sebesar 0,24. Peningkatan hasil
rata skor tes awal siswa hasil belajar kognitif sis- belajar siswa pada keempat aspek kognitif ber-
wa pada aspek C2, sebesar 1,82 dari skor ideal 11. dasarkan kriteria <g> oleh Hake dalam katogori
Rata-rata skor tertinggi rata-rata tes awal siswa sedang dan rendah. Aspek kognitif yang menga-
hasil belajar kognitif siswa terjadi pada C1 sebe- lami peningkatan katogori sedang yaitu aspek C2
sar 6,09 dari skor ideal 9. Rata-rata skor teren- dan aspek C4. Aspek C1 dan aspek C3 meningkat
dah rata-rata tes akhir hasil belajar kognitif siswa katogori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi pada aspek C3 sebesar 2,15 dari skor ideal secara umum hasil belajar kognitif siswa pada
4. Rata-rata skor tes awal siswa hasil belajar kog- empat aspek kognitif meningkat dengan katego-
nitif siswa pada aspek C4 sebesar 3,24 dari skor ri sedang setelah penggunaan model SCL fisika
ideal 6. Rata-rata skor tes awal siswa hasil bela- berbasis proyek.
jar kognitif siswa pada aspek C2 sebesar 5,35 dari Keterampilan berpikir kreatif siswa dini-
skor ideal 11. Rata-rata skor tertinggi tes awal lai dari jawaban tes awal (pretest) dan tes akhir
72 F.C. Wibowo dkk. / JPII 2 (1) (2013) 67-75

22 0.5
19.71 0.44
20

Rata-rata Skor Katerampilan Berpikir Kreatif


0.45

Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi


18
0.4
16
0.35
14
0.3
12 11.44
0.25
10
0.2
8
0.15
6

4 0.1

2 0.05

0 0
Tes Awal Tes Akh ir <g>

Gambar 4. Diagram Batang Tes Awal, Tes Akhir, dan Skor Gain yang dinormalisasi <g>
Keterampilan Berpikir Kreatif

10
9.50
Rat-rata Skor Keterampilan Berpikir Kreatif

6 5.59

5
4.09 4.15
4

3
2.41
1.97
2
1.12
1
0.20
0
Tes Awal Tes Akhir Tes Awal Tes Akhir Tes Awal Tes Akhir Tes Awal Tes Akhir

1 2 3 4

Keterangan:
Aktivitas kemampuan berpikir kreatif: bertanya
Aktivitas kemampuan berpikir kreatif: menerka sebab suatu kejadian
Aktivitas kemampuan berpikir kreatif: menerka akibat suatu kejadian
Aktivitas kemampuan berpikir kreatif: memperbaiki hasil keluaran

Gambar 5. Diagram Batang Perbandingan Rata-rata Tes Awal, Rata-rata Tes Akhir, Setiap Aktivitas
Keterampilan Berpikir Kreatif

(posttest) siswa setelah mengikuti SCL fisika ber- siswa sebelum pembelajaran sebesar 11,44 sete-
basis proyek yang dilaksanakan. Keterampilan lah pembelajaran sebesar 19,71 dari skor ideal 10.
berpikir siswa untuk setiap aktivitas dapat di- Peningkatan <g> keterampilan berpikir kreatif
ketahui dari hasil skor tes yang diperoleh siswa siswa sebesar 0,44, apabila dikonfirmasi dengan
pada tiap butir soal yang diberikan pada tes awal kategori gain dari Hake termasuk pada kategori
dan tes akhir yang menguji untuk setiap aktivitas sedang. Hal ini menunjukkan bahwa keterampi-
keterampilan berpikir kreatif. Jumlah soal yang lan berpikir kreatif siswa setelah penerapan mo-
digunakan terdiri atas 10 butir soal yang semu- del SCL berbasis proyek.
anya berbentuk uraian, yang menguji empat akti- Peningkatan setiap aktivitas keterampilan
vitas yang tercakup dalam keterampilan berpikir berpikir kreatif dapat diketahui dari hasil skor tes
kreatif. Secara spesifik indikator keterampilan yang diperoleh siswa pada tiap butir soal yang
berpikir kreatif yang dinilai dalam penelitian ini diberikan pada tes awal dan tes akhir yang me-
difokuskan pada empat aktivitas keterampilan nguji untuk setiap aktivitas keterampilan berpikir
berpikir kreatif yaitu (1) aktivitas bertanya, (2) kreatif. Jumlah soal yang digunakan terdiri atas
aktivitas menerka sebab suatu kejadian, (3) akti- 10 butir soal yang semuanya berbentuk uraian.
vitas menerka akibat suatu kejadian dan (4) akti- Berdasarkan Gambar 5 diperoleh informasi bah-
vitas memperbaiki hasil keluaran. Hasil penilai- wa rata-rata skor terendah keterampilan berpikir
an keterampilan berpikir kreatif berupa rata-rata kreatif pada saat tes akhir terjadi pada aktivitas
skor siswa. memperbaiki hasil keluaran sebesar 1,97 dari
Gambar 4 diperoleh informasi bahwa rata- skor ideal 3. Rata-rata skor tes akhir keterampi-
rata skor tes awal ketarampilan berpikir kreatif lan berpikir kreatif pada aktivitas bertanya sebe-
F.C. Wibowo dkk. / JPII 2 (1) (2013) 67-75 73

0.5 0.47
0.43 0.43
0.41
0.4

0.3

<g>
0.2

0.1

0
Aktivitas Aktivitas Aktivitas Aktivitas

1 2 3 4

Keterangan:
Aktivitas kemampuan berpikir kreatif: bertanya
Aktivitas kemampuan berpikir kreatif: menerka sebab suatu kejadian
Aktivitas kemampuan berpikir kreatif: menerka akibat suatu kejadian
Aktivitas kemampuan berpikir kreatif: memperbaiki hasil keluaran

Gambar 6. Diagram Batang Perbandingan Rata-rata Skor Gain yang dinormalisasi <g> Setiap Akti-
vitas Keterampilan Berpikir Kreatif

sar 4,09 dari skor ideal 6. Rata-rata skor tes ak- perimen berdasarkan LKS sudah dianggap men-
hir keterampilan berpikir kreatif pada aktivitas guasai konsep.
menerka akibat suatu kejadian, sebesar 4,15 dari Peningkatan <g> hasil belajar kognitif
skor ideal 6. Rata-rata skor tertinggi tes akhir ter- pada aspek C1 sebesar 0,24 dengan kategori ren-
jadi pada aktivitas menerka sebab suatu kejadian dah dan tidak meningkat kategori tinggi seperti
sebesar 9,50 dari skor ideal 15. yang diharapkan. Bahkan, peningkatan pada
Peningkatan <g> tertinggi keterampilan aspek ini tergolong terendah diantara keempat
berpikir kreatif terjadi pada aktivitas menerka aspek kognitif lainya. Hal ini dikarenakan pem-
akibat suatu kejadian sebesar 0,47, aktivitas ber- belajaran ini tidak bersifat hafalan dan disinilah
tanya dan aktivitas memperbaiki hasil keluaran letak perbedaan model SCL fisika berbasis pro-
masing-masing sebesar 0,43 dan terendah pada yek dengan model pembelajaran konvensional,
aktivitas menerka sebab suatu kejadian sebesar yang biasanya pada pembelajaran konvensional
0,41. Peningkatan <g> terendah keterampilan aspek pengetahuan meningkat dengan kategori
berpikir kreatif terjadi pada aktivitas menerka tinggi. Selain faktor diatas, walaupun pada aspek
sebab suatu kejadian sebesar 0,41. Peningkatan pengetahuan dalam proses pembelajaran sudah
<g> ini apabila dikonfirmasi dengan kategori terfasilitasi, tetapi kebanyakan siswa belum ter-
dari Hake termasuk kategori sedang. Hal ini me- biasa dalam melakukan diskusi sehingga proses
nunjukkan bahwa keterampilan beripikir kreatif elaborasi kognitif masih kurang dan mempenga-
pada setiap aktivitas siswa pada konsep Kalor ruhi siswa dalam menangkap serta memahami
meningkat dengan kategori sedang setelah pene- informasi yang diterima. Oleh karena itu, hen-
rapan model SCL fisika berbasis proyek. daknya guru meningkatkan kemampuan dasar
Penerapan model Science Creative Lear- dalam mengajar.
ning (SCL) fisika berbasis proyek ternyata dapat Peningkatan <g> hasil belajar kognitif ter-
meningkatkan rata-rata skor gain hasil belajar jadi pada aspek C2 sebesar 0,54 dengan kategori
kognitif sebesar 0,44 dengan kategori sedang. sedang. Peningkatan dalam kategori sedang ini
Peningkatan ini tidak sesuai dengan yang diha- dimungkinkan karena aspek pemahaman selalu
rapkan yaitu meningkat kategori tinggi. Beberapa dilatihkan dalam proses SCL fisika berbasis proy-
hal yang menyebabkan diantarnya; (1) SCL fisika ek, diantaranya ketika dalam penyelidikan den-
berbasis proyek memang memotivasi siswa me- gan eksperimen, dalam memecahkan permasala-
lalui tantangan tugas proyek yang diajukan oleh han dari tugas proyek, dan dalam mengerjakan
guru diawal pembelajaran tetapi sedikit latihan latihan soal.
soal-soal yang berkaitan dengan aspek kognitif Pada kegiatan-kegiatan tersebut, siswa
pemahaman, penerapan, dan analisis. (2) tidak mampu memahami konsep yang telah dipelajari
ada pematauan terhadap pemahaman konsep ke dalam situasi baru baik dengan penyelidikan
terlihat apabila siswa selesai melaksanakan eks- melalui eksperimen, pemecahan permasalahan
74 F.C. Wibowo dkk. / JPII 2 (1) (2013) 67-75

melalui ide kreatif, dan pengerjaan latihan soal. pat malakukan analisis terhadap konsep-konsep
Contohnya, pemahaman konsep melalui eksperi- Kalor. Hal ini didukung hasil penelitian Chanlin
men yang telah dipelajari seperti perpindahan ka- (2008) Pembelajaran Berbasis Proyek dapat me-
lor secara konduksi, konveksi, dan radiasi dapat ningkatkan hasil belajar siswa dan mengembang-
diterapkan konsep-konsep tersebut pada pembu- kan keterampilan mensintesis pengetahuan kare-
atan tugas proyek. Misalnya mampu memahami na terlibat dalam tugas eksplorasi ilmiah.
konsep perpindahan kalor sehingga siswa dapat Berdasarkan hasil analisis data yang telah
menyelesaikan tugas proyek dengan membuat dipaparkan, peningkatan <g> keterampilan ber-
WANI (wadah nasi) dan memanfaatkan konsep pikir kreatif sebesar 0,44 termasuk pada kategori
kalor dapat mengubah wujud zat, pengembunan, sedang. Peningkatan ini tidak sesuai dengan yang
dan pemanasan dalam kehidupan sehari-hari diharapkan yaitu meningkat kategori tinggi. Be-
dengan membuat desain beserta prinsip kerjanya berapa hal yang menyebabkan diantarnya; (1) ti-
alat destilasi sederhana. Selain itu, pada tahapan dak ada latihan secara kontinyu yang dilakukan
ini untuk menanamkan kosep Kalor siswa difa- siswa untuk menguasai keempat aktivitas kete-
silitasi melalui eksperimen yang dipandu dengan rampilan berpikir kreatif. (2) keterbatasan waktu
LKS sehingga pemahaman siswa dikonstruk oleh sehingga tidak ada pematauan terhadap aktivitas
dirinya sendiri. Sehingga dari situlah siswa dapat keterampilan berpikir kreatif siswa, karena siswa
membangun konsep sendiri atau hubungan antar apabila sudah menyelesaikan tugas proyek sudah
konsep. Peningkatan pada aspek ini tergolong dianggap menguasai keterampilan berpikir krea-
tertinggi diantara keempat aspek kognitif lainnya tif.
dengan kategori sedang dan tidak pada katego- Peningkatan <g> keterampilan berpikir
ri tinggi seperti yang diharapkan. Hal ini dika- kreatif pada aktivitas menerka sebab 0,41 dengan
renakan tidak ada pemantauan terhadap aspek kategori sedang. Peningkatan dalam kategori se-
pemahaman yang disebabkan oleh keterbatasan dang dan tidak meningkat kategori tinggi seper-
waktu untuk memfasilitasi siswa dalam melatih- ti yang diharapkan ini karena aktivitas menerka
kan kemampuan ini. sebab walaupun sudah dilatihkan dalam proses
Peningkatan <g> hasil belajar aspek C3 se- pembelajaran tetapi tidak adanya pemantuan
besar 0,27 dengan kategori rendah dan meningkat terhadap aktivitas ini. Diantaranya ketika dalam
kategori tinggi seperti yang diharapkan. Hal ini penyelidikan dengan eksperimen, memecahkan
dikarenakan kurang adanya latihan secara kon- permasalahan dari tugas proyek, apabila kegia-
tinu terhadap aspek penerapan. Hal ini terlihat, tan tersebut sudah selesai dilaksanakan siswa
apabila siswa telah selesai melaksanakan eksperi- maka sudah dianggap memahami sebab. Selain
men berdasarkan LKS sudah dianggap menerap- itu, dikarenakan soal-soal pada aktivitas menerka
kan konsep. Ataupun telah selesai menyelesaikan sebab pada konsep Kalor terdapat soal-soal yang
tugas proyek berdasarkan panduan proyek siswa mengandalkan keterampilan berpikir yang men-
sudah dianggap dapat menerapkan konsep. dalam.
Peningkatan <g> hasil belajar aspek C4 Soal-soal pada aktivitas menerka sebab
sebesar 0,47 dengan kategori sedang. Peningka- suatu kejadian memerlukan pemahamam konsep
tan kategori sedang ini dikarenakan pada model terlebih dahulu sebelum menjawab dengan me-
SCL fisika berbasis proyek yang dilakukan terda- nentukan penyebab dari suatu kejadian. Misal-
pat tahapan penguatan dan tindak lanjut belajar. nya pada kasus soal keterampilan berpikir kreatif
Pada tahapan ini siswa difasilitasi dengan diberi nomor 7; “Nelayan di pantai bandengan Jepara bia-
latihan-latihan tugas mencari literatur dari inter- sanya pergi melaut pada waktu malam hari”, apakah
net tentang aplikasi dari konsep-konsep Kalor yang menyebabkan angin darat terjadi pada waktu
dalam kehidupan sehari-hari, tujuan pemberian malam hari?. Berdasarkan soal tersebut apabila
tugas ini analisis ini adalah untuk memfasilitasi siswa tidak memahami konsep fisika dari perma-
siswa untuk menajamkan keterampilan berpikir. salahan yang disajikan, sehingga hanya kelompok
Aspek analisis meningkat kategori sedang tetapi atas saja yang dapat menjawab. Kelompok bawah
tidak meningkat kategori tinggi seperti yang di- dan sedang rata-rata menjawab dengan salah
harapkan. Hal ini dikarenakan kurang adanya la- dengan menentukan penyebab tetapi tidak ber-
tihan secara kontinu terhadap aspek analisis. Hal hubungan dengan kontek soal yang ditanyakan.
ini terlihat, apabila siswa telah selesai melakukan Peningkatan keterampilan berpikir kreatif pada
eksperimen berdasarkan LKS sudah dianggap da- aktivitas ini tergolong rendah jika dibandingkan
pat menganalisis konsep-konsep Kalor. Ataupun dengan aktivitas yang lain. Hal ini dikarenakan
telah selesai menyelesaikan tugas proyek berda- pada aktivitas menerka sebab siswa belum terfa-
sarkan panduan proyek siswa sudah dianggap da- silitasi secara optimal dan proses eksplorasi kog-
F.C. Wibowo dkk. / JPII 2 (1) (2013) 67-75 75

nitif yang masih kurang terlihat belum terbiasa terhadap aktivitas menerka akibat yang disebab-
dalam melakukan eksperimen yang dapat mela- kan oleh keterbatasan waktu untuk memfasilitasi
tihkan keterampilan menentukan sebab-sebab se- siswa dalam melatihkan keterampilan ini. Hal
hingga mempengaruhi siswa dalam menangkap ini sesuia dengan hasil penelitian Renata (2008),
serta mamahaminya. Oleh karena itu, guru harus pembelajaran berbasis proyek membantu siswa
meningkatkan kemampuan-kemampuan dasar dalam mengembangkan kemampuan berpikir
dalam mengajar. dan meningkatkan pemahaman IPA. Hal ini juga
Peningkatan keterampilan berpikir kreatif sesuia dengan hasil penelitian Yalcin (2009) bah-
pada aktivitas bertanya dan aktivitas memper- wa pembelajaran berbasis proyek dapat mempe-
baiki hasil keluaran memiliki nilai yang sama ngaruhi sikap, motivasi belajar fisika dan pen-
yaitu sebesar 0,43 dengan kategori sedang. Pe- gembangan keterampilan berpikir.
ningkatan aktivitas memperbaiki hasil keluaran
dengan kategori sedang, lebih disebabkan adanya PENUTUP
latihan yang memfasilitasi pada aktivitas ini teta-
pi tidak secara terus-menerus. Siswa sudah difa- Berdasarkan data-data hasil penelitian
silitasi tetapi belum ada pemantuan terhadap ak- dapat ditarik simpulan bahwa penerapan model
tivitas ini. Contonya, pada panduan tugas proyek Science Creative Learning (SCL) fisika berbasis
membuat termos air sederhana disajikan perma- proyek dapat meningkatkan hasil belajar kognitif
salahan yang harus diselesaikan dengan jalan di- dan keterampilan berpikir kreatif konsep Kalor
perbaiki atau siswa diajak berpikir untuk mene- pada siswa SMA. Oleh karena itu penerapan mo-
mukan jalan keluaran yang kreatif. Siswa dilatih del ini nampaknya layak dipertimbangkan untuk
dalam memahami dan memilih jalan keluar yang digunakan dalam pembelajaran fisika pada mate-
tepat, tetapi latihan ini tidak secara kontinu ka- ri lainnya, maupun dalam pembelajaran fisika di
rena apabila termos air sederhana sudah selesai jenjang pendidikan formal lainnya.
dibuat dan berfungsi siswa sudah dianggap da-
pat menguasai keterampilan memperbaiki hasil DAFTAR PUSTAKA
keluaran. Aktivitas memperbaiki hasil keluaran
meningkat dengan kategori sedang dan tidak Chanlin, L. J. 2008. Technology Integration applied to
meningkat dengan ketegori tinggi seperti yang Project-Based Learning in Science. Innovations
diharapkan. Hal ini dikarenakan kurang adanya in Education and Teaching International Journal
Taylor & Fraricis. Vol. 45 (1): 55-65.
latihan secara kontinu terhadap aktivitas berta-
Costa. A.L. et al. 2007. Applying the Problem-Based
nya dalam SCL fisika berbasis proyek. Hal ini Learning Approach to Teach Elementary Cir-
terlihat, apabila siswa telah selesai melaksanakan cuit Analysis, IEEE Education Society. Vol. 50:
eksperimen berdasarkan LKS sudah dianggap 41–48.
memiliki keterampilan bertanya. Ataupun telah Hake, R.R. 1998. Interactive-engagement vs tradition-
selesai menyelesaikan tugas proyek berdasarkan al methods: A six-thousand-student survey of
panduan proyek siswa sudah dianggap mahir da- mechanics test data for introductory physics
lam keterampilan bertanya. courses. American Journal of Physics. Vol. 66:
Peningkatan keterampilan berpikir kre- 64-74.
Mayer, R. E. 1992. Cognition and Instruction: Their
atif pada aktivitas menerka akibat sebesar 0,47
Historic Meeting Within Educational Psychol-
dengan kategori sedang. Peningkatan kategori ogy. Journal of Educational Psychology. Vol. 84
sedang ini dimungkinkan karena terfasilitasinya (4): 405-412.
aktivitas menerka akibat dalam model SCL fisi- Wibowo, F. C. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Fisi-
ka berbasis proyek. Hal ini terjadi karena siswa ka Berbasis Proyek Untuk Meningkatkan Hasil Be-
sudah dilatih dalam menerka akibat pada saat pe- lajar Kognitif Dan Keterampilan Berpikir Kreatif.
nanaman konsep melalui eksperimen. Selain itu, Tesis tidak diterbitkan. Bandung: SPs UPI.
salah satu kelebihan model SCL fisika berbasis Renata, H. 2008. Effective Teaching Methods Project-
proyek ini adalah adanya tantangan untuk me- based Learning in Physics. US-China Education
Review. Vol. 5 (12): 27-36.
ngerjakan tugas proyek. Pada tahapan tantangan
Yalcin. A. et al. 2009. The Effect of Project Based
ini siswa termotivasi untuk mengerjakan tugas Learning on Science Undergraduates’ Learn-
proyek yang diajukan oleh guru. Hal ini dapat ing of Electricity, Attitude towards Physics and
membuat siswa termotivasi untuk belajar seca- Scientific Process Skills. International Online
ra sungguh-sungguh. Peningkatan keterampilan Journal of Educational Sciences. Vol. 1 (1): 81-
berpikir kreatif pada aktivitas ini tergolong tinggi 105.
jika dibandingkan dengan aktivitas yang lain teta- Wenning, J. 2010. Level Of Inquiry: Using Inqui-
pi tidak pada kategori tinggi seperti yang diharap- ry Spectrum Learning Sequences to Teach
kan. Hal ini dikarenakan tidak ada pemantauan Scinece. Journal Physic Teacher Online. Vol. 5 (4).

Anda mungkin juga menyukai