Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains
EDUSAINS, 7 (1), 2015, 36-47
Research Artikel
PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT
Rizki Nurhidayah, Dedi Irwandi, Nanda Saridewi
Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, rizkinurhidayah@gmail.com
Abstract
This research aims to develop a guided inquiry-based modules in the material of the electrolyte and non-
electrolytes solution. Module development using 4-D models (Define, Design, Develop and Disseminate).
In this study, the development of modules is limited at the stage of develop. Data obtained from the
development of guided inquiry-based modules and the results of questionnaire responses by student.
Validation of the contents of the module is done by two expert lecturers and one chemistry teacher. The
trial of the module is conducted by 36 students of X MIA 2 class in SMAN 66 Jakarta. Based on data
from the test results of questionnaire responses by students, obtained a percentage of each component.
Module characteristics component at 80.12%, The quality element of the module component at 77.24%,
inquiry learning component at 75.96%, consistency component at 75.53% and 74.25% of the linguistic
component. Overall, the average percentage of modules is at76.62% with good criteria.
Keywords: module; guided inquiry; electrolyte and non-electrolyte solution; questionnaire
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan
elektrolit dan non-elektrolit. Pengembangan modul menggunakan model 4-D (Define, Design, Develop,
dan Disseminate). Namun, dalam penelitian ini hanya dibatasi pada tahap Develop saja. Data diperoleh
dari proses pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbing dan hasil angket respon siswa. Validasi isi
modul dilakukan oleh dua orang dosen ahli dan satu orang guru kimia dan uji coba modul dilakukan
terhadap 36 siswa kelas X MIA 2 di SMAN 66 Jakarta. Berdasarkan data hasil uji coba dari angket respon
siswa diperoleh persentase rata-rata tiap aspek komponen, yaitu komponen karakteristik modul sebesar
80,12%, komponen elemen mutu modul sebesar 77,24%, komponen pembelajaran inkuiri sebesar
75,96%, komponen konsistensi sebesar 75,53% dan komponen kebahasaan sebesar 74,25%. Secara
keseluruhan, persentase rata-rata modul sebesar 76,62% dengan kriteria baik.
Kata Kunci: modul; inkuiri terbimbing; larutan elektrolit dan non-elektrolit; angket
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/es.v7i1.1397
kompetensi agar siswa dapat memahami alam karena itu dalam pelaksanaannya inkuiri dilakukan
sekitar melalui proses “mencari tahu” dan dengan menyediakan bimbingan atau petunjuk pada
“berbuat”, hal tersebut membantu siswa siswa yang dikenal dengan inkuiri terbimbing.
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
Inkuiri terbimbing adalah salah satu
(Zulfiani dkk., 2009).
pendekatan di mana siswa memperoleh pedoman
Peningkatan kualitas dan efisiensi sesuai yang mereka butuhkan. Pedoman-pedoman
pembelajaran IPA khususnya pada mata pelajaran tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan
kimia, diperlukan pengembangan bahan ajar yang yang membimbing siswa. Pendekatan ini terutama
sesuai dengan pembelajaran IPA. Salah satu jenis digunakan oleh siswa yang belum berpengalaman
bahan ajar yang digunakan guru di sekolah adalah belajar menggunakan pendekatan inkuiri, dalam hal
bahan ajar cetak. Realitas pendidikan di lapangan ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan
kebanyakan memiliki persoalan yaitu guru masih yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan
menggunakan bahan ajar yang konvensional, yaitu diberikan guru lebih banyak, dan sedikit demi
bahan ajar yang siap pakai seperti membeli dari sedikit dikurangi sesuai dengan perkembangan
agen buku tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, pengalaman siswa. Pada pelaksanaannya sebagian
dan menyusunnya sendiri. Padahal resikonya besar perencanaan dibuat oleh guru. Siswa tidak
adalah tidak semua bahan ajar tersebut sesuai merumuskan permasalahan. Petunjuk yang cukup
dengan kondisi sekolah dan kondisi siswa, tidak luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat
menarik, dan monoton (Prastowo, 2013). Bahan data diberikan oleh guru (E. Mulyasa, 2005).
ajar yang digunakan di sekolah yang dijadikan Tahapan dalam inkuri terbimbing ketika melakukan
tempat uji coba peneliti pada saat ini adalah buku proses pembelajaran adalah mencocokkan kejadian
teks pelajaran dan LKS. dan menghadapi masalah, pertanyaan dan
pengumpulan data, eksperimen dan menghasilkan
Setiap siswa dalam proses pembelajaran
hipotesis, penutupan dan merumuskan hipotesis,
memiliki kecepatan dan kemampuan yang berbeda-
analisis, dan perluasan (Lasley, 2002).
beda dalam menerima materi pembelajaran. Selain
itu keterbatasan waktu di kelas juga membuat siswa Salah satu materi yang harus dipelajari dan
tidak optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran. cocok diterapkan dalam pembelajaran inkuiri
Oleh karena itu dibutuhkan suatu bahan ajar yang terbimbing dalam pembelajaran kimia di kelas X
dapat membuat siswa belajar secara mandiri di adalah larutan elektrolit dan non-elektrolit. Pada
samping pembelajaran di dalam kelas. Kurikulum 2013, dalam Kompetensi Inti 3 dan
Pembelajaran mandiri tersebut dapat dicapai salah Kompetensi Dasar 3.8 menuntut siswa untuk
satunya dengan menggunakan modul. Menurut menganalisis sifat larutan elektrolit dan larutan
Ashyar (2012), modul merupakan salah satu bentuk non-elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya.
bahan ajar cetak yang dirancang untuk belajar Pada kompetensi dasar KD 4.8, siswa dituntut
secara mandiri oleh siswa. Karena itu modul untuk merancang, melakukan, dan menyimpulkan
dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri. serta menyajikan hasil percobaan. Kegiatan tersebut
menekankan pada pengalaman langsung yang
Pembelajaran inkuiri merupakan salah satu
bertujuan untuk mengembangkan kompetensi siswa
model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk
melalui proses mencari tahu dan berbuat.
pembelajaran IPA. Hal ini sesuai dengan pendapat
Pembelajaran yang cocok dengan kegiatan tersebut
Suyanti (2010), salah satu strategi pembelajaran
adalah pembelajaran inkuiri karena pembelajaran
yang bisa diterapkan ketika melakukan
inkuiri dirancang untuk mengajak siswa
pembelajaran kimia adalah strategi pembelajaran
berpartisipasi secara langsung ke dalam proses
inkuiri. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk
ilmiah. Salah satunya adalah inkuiri terbimbing.
mengajak siswa berpartisipasi secara langsung ke
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,
dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif
maka peneliti merumuskan masalah sebagai
singkat (Trianto, 2011). Pembelajaran inkuri ketika
berikut: “Bagaimana proses pengembangan modul
di terapkan di sekolah tanpa melalui tahapan-
tahapan tertentu tidaklah mudah dilaksanakan. Oleh
Proses pengembangan produk dilakukan 2015. Uji coba produk dilakukan di SMAN 66
dari bulan September 2014 sampai dengan Jakarta, yang berlokasi di Jalan Bango III
November 2014, kemudian dilakukan proses Pondok Labu, Jakarta Selatan.
validasi produk kepada tim ahli dan guru kimia Instrumen yang digunakan pada
pada bulan Desember 2014 dan proses uji coba penelitian ini adalah lembar validitas isi dan
produk hasil pengembangan dilaksanakan pada angket respon siswa. Lembar penilaian/validasi
bulan Januari 2015 dari tanggal 14-28 Januari isi dalam penelitian ini bertujuan sebagai alat
Peneliti kemudian melakukan analisis tugas dengan kebutuhan yang ada pada tahap
dan analisis konsep/materi. Dalam hal ini materi perencenaan. Desain modul menggunakan format
pembelajaran yang dipilih adalah larutan elektrolit modul yang dikemukakan oleh Prastowo. Desain
dan non-elektrolit dengan tiga sub pokok bahasan modul yang ditentukan peneliti dapat dilihat pada
yang terdiri dari larutan elektrolit dan non- Tabel 2.
elektrolit, pengelompokkan larutan elektrolit
Tabel 2 merupakan penentuan desain modul
berdasarkan kemampuan menghantarkan listrik,
yang dibuat peneliti. Desain modul digunakan
dan pengelompokkan larutan elektrolit berdasarkan
peneliti untuk membuat modul berbasis inkuiri
ikatannya. Langkah selanjutnya yang dilakukan
terbimbing.
peneliti adalah perumusan tujuan pembelajaran.
Pada tahap ini, peneliti menentukan tujuan Rancangan modul dihasilkan peneliti sebagai
pembelajaran umum dan khusus dengan cara produk awal modul berbasis inkuiri terbimbing.
melakukan analisis kompetensi inti dan kompetensi Outline modul umumnya terdiri dari tiga bagian
dasar. Kompetensi dasar yang dipilih adalah KD yaitu pendahuluan, bagian inti, dan bagian penutup.
3.8 dan 4.8 yang merupakan materi pembelajaran Bagian awal modul terdiri dari sampul, kata
larutan elektrolit dan non-elektrolit. Karena modul pengantar, daftar isi, peta kedudukan modul, dan
yang akan dikembangkan peneliti merupakan pendahuluan. Pada bagian sampul modul terdapat
modul berbasis inkuiri terbimbing, maka aktivitas judul modul. Judul modul ini adalah “Modul Kimia
pembelajaran yang dibuat juga disesuaikan dengan Berbasis Inkuiri Terbimbing Larutan Elektrolit dan
tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing. Non-elektrolit Untuk SMA/MA Kelas X Semester
genap”. Selain judul, pada bagian sampul modul
2. Tahap Perancangan (Design)
juga terdapat kolom yang berisi nama, nomor
Tahap ini terdiri dari penyusunan tes acuan absen, kelas, dan sekolah yang akan diisi oleh
patokan, pemilihan media yang sesuai dengan siswa. Sedangkan bagian pendahuluan modul
tujuan, pemilihan format, dan rancangan awal. Pada terdiri dari latar belakang, deskripsi, waktu,
tahap penyusunan tes acuan patokan, peneliti prasyarat, petunjuk penggunaan modul, manfaat,
menentukan bagaimana penilaian hasil belajar tujuan akhir, kompetensi, peta konsep, dan cek
siswa yang terdapat dalam modul dengan kemampuan.
mempertimbangkan siapa yang akan menilai, kapan Tabel 2 Penentuan Desain Modul Bebasis Inkuiri
penilaian dilakukan, dan bagaimana cara Terbimbing
penilaiannya. Penilaian dilakukan dengan
Sebelum Mulai Bagian Inti Setelah
menggunakan tugas individu dan tugas kelompok Materi Pemberian
serta uji kompetensi di akhir pembelajaran sebagai Materi:
penilaian akhir apakah proses belajar menggunakan a. Judul a. Kompetensi a. Tes Mandiri
b. Kata Dasar b. Post Test
modul dapat tercapai sesuai dengan tujuan Pengantar b. Materi Pokok c. Tindak Lanjut
pembelajaran. c. Daftar Isi c. Uraian Materi d. Harapan
d. Latar d. Heading e. Glosarium
Media yang digunakan untuk menyampaikan Belakang e. Ringkasan f. Daftar Pustaka
e. Deskripsi f. Latihan: Kunci Jawaban
materi pelajaran pada penelitian ini adalah modul Singkat Penyajian
berbasis inkuiri terbimbing. Meskipun f. Standar Masalah
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan Kompetensi Daftar
g. Peta Pertanyaan
modul, media sebagai pendukung dalam kegiatan Konsep Membuat
belajar dengan modul tetap diperlukan (Daryanto, h. Manfaat Hipotesis
2013). Peneliti mempertimbangkan pemilihan
i. Tujuan Eksperimen
Pembelajaran Evaluasi
media yang mendukung pembelajaran melalui j. Petunjuk Hipotesis
penggunaan modul, khususnya untuk memperkuat Penggunaan Analisis data
Modul Kesimpulan
pembelajaran yang memerlukan praktikum.
dan
Peneliti kemudian menentukan format modul Komunikasi
Tugas
yang digunakan untuk mendesain modul sesuai Individu
Revisi yang dilakukan peneliti mengenai dilakukan pada bagian rangkuman. Awalnya hanya
isi/konten modul yang disarankan untuk diperbaiki terdapat satu rangkuman keseluruhan materi pada
oleh validator terdaftar dalam Tabel 3. bagian akhir modul. Setelah direvisi, tiap sub bab
materi pembelajaran terdapat rangkumannya
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat
masing-masing. Bagian lainnya yang direvisi
bagian-bagian modul yang mengalami revisi.
adalah adanya referensi spesifik pada tiap materi.
Bagian yang direvisi meliputi bagian evaluasi,
Siswa yang ingin mendalami materi tersebut dapat
rangkuman, referensi materi, isi materi,
mencarinya pada sumber yang telah disebutkan
penambahan bagian yang dapat menyesuaikan
secara detail. Revisi lainnya adalah penambahan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
materi pembelajaran agar memenuhi syarat
dan spasi pada bagian kesimpulan. Pada bagian
keutuhan materi (self contained). Dan terakhir
evaluasi modul ditambahkan instrumen skor
adalah penambahan kolom “Update informasi
penilaian berupa rubrik penilaian uji kompetensi.
pengetahuan terbaru” pada tiap sub bab modul.
Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat melakukan
Penambahan tersebut dilakukan untuk memenuhi
penilaian mandiri dan dapat mengukur sejauh mana
komponen modul yaitu adaptif. Revisi tifografi
kemampuan mereka dalam menguasai materi
modul dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
pembelajaran. Selain itu, revisi konten juga
Tabel 4 Daftar Revisi Tipografi
No. Aspek dan Halaman Sebelum Revisi Setelah Revisi
1. Halaman 4 Kompetensi Inti Penulisan “Kompetensi Inti” Diganti menjadi “Kompetensi” dan di bagian
bawahnya ditambahkan “Kompetensi Inti”
2. Halaman 43 nomor 11 Penulisan “C. Kovalen koordinasi” Diganti menjadi “C. Kovalen non polar”
3. Halaman 43 nomor 13 Penulisan “asam cuka” Diganti menjadi “CH3COOH”
4. Halaman 43 nomor 13 Penulisan “C. 1, 4, dan 6” Diganti menjadi “C. 1, 4, dan 5”
5. Halaman 43 nomor 13 Penulisan “E. 2, 3, dan 6” Diganti menjadi “E. 2, 3, dan 5”
6. Halaman 46 kunci jawaban Penulisan “7. E” Diganti menjadi “7. C”
pilihan ganda nomor 7
7. Halaman v Penulisan “A. Uji Kompetensi” dan Diganti menjadi “Uji Kompetensi” dan warna
warna huruf hitam huruf biru
8. Halaman v Penulisan “1. Pilihan Ganda” Diganti menjadi “A. Pilihan Ganda”
9. Halaman v Penulisan “2. Essay” Diganti menjadi “B. Essay”
10. Halaman v Penulisan “B. Kunci Jawaban” Diganti menjadi “C. Kunci Jawaban”
11. Halaman v Posisi kalimat “Umpan Balik” setelah Diganti setalah “D. Rubrik Penilaian Uji
“1. Essay” Kompetensi”
12. Halaman v Penulisan “Rubrik Penilaian Uji Diganti menjadi “D. Rubrik Penilaian Uji
Kompetensi” dan warna huruf biru Kompetensi” dan warna huruf hitam
Tabel 4 menunjukkan bahwa revisi tipografi sudah valid atau layak untuk diuji coba kepada
paling banyak terdapat pada bagian uji kompetensi. siswa. Modul juga sudah dapat digunakan sebagai
Selain itu juga terdapat revisi tipografi pada bagian bahan ajar. Tahap validasi ini juga dilakukan oleh
daftar isi. Hasil penilaian awal validator terhadap peneliti untuk memvalidasi angket respon siswa
modul disajikan dalam Tabel 5 berikut ini. kepada dua orang dosen ahli dan satu orang guru
Tabel 5 Hasil Skor Awal Validasi Isi Modul Berbasis
kimia sebelum angket digunakan.
Inkuiri Terbimbing b. Simulasi dan Uji Coba
Validator Rata-Rata Kriteria Pada tahap ini modul yang telah divalidasi dan
Persentase
Validator I (Ahli Pendidikan) 90,24 Sangat Baik direvisi, diuji coba secara terbatas kepada 36 siswa
Validator II (Ahli Materi) 92,86 Sangat Baik kelas X MIA 2 SMAN 66 Jakarta semester genap.
Validator III (Guru Kimia) 100 Sangat Baik
Setelah siswa menggunakan modul tersebut dalam
Tabel 5 menunjukkan hasil skor awal validasi pembelajaran, maka siswa diminta untuk mengisi
isi modul menurut dua dosen ahli dan guru kimia. angket yang telah divalidasi mengenai modul
Kemudian peneliti melakukan revisi untuk berbasis inkuiri terbimbing yang mereka gunakan.
memperbaiki modul baik dari segi konten maupun Respon siswa terhadap modul berbasis inkuiri
segi tipografi. Hasil penilaian akhir validator terbimbing pada materi larutan elektrolit dan non-
terhadap modul disajikan dalam Tabel 6 berikut ini. elektrolit diperoleh dengan menggunakan angket
Tabel 6 Hasil Skor Akhir Validasi Isi Modul Berbasis respon siswa. Data mengenai respon siswa yang
Inkuiri Terbimbing diperoleh setelah melakukan uji coba disajikan
dalam Tabel 7.
Validator Rata-Rata Kriteria
Persentase Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa urutan
Validator I (Ahli 100 Sangat Baik
Pendidikan) persentase rata-rata tertinggi untuk penilaian modul
Validator II (Ahli Materi) 100 Sangat Baik adalah komponen karakteristik modul yaitu sebesar
Validator III (Guru 100 Sangat Baik
Kimia)
80,12%, kemudian komponen elemen mutu modul
sebesar 77,24%, komponen pembelajaran inkuiri
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil sebesar 75,96%, komponen konsistensi dengan
akhir yang diberikan oleh setiap validator pada tiap sebesar 75,53%, dan komponen kebahasaan yaitu
aspek memiliki rata-rata persentase 100%. Dengan
74,25%. Hasil persentase rata-rata menunjukkan
persentase tersebut, modul berbasis inkuiri
bahwa respon siswa terhadap penggunaan modul
terbimbing yang dikembangkan tersebut dinyatakan
termasuk dalam kategori baik.
Tabel 7 Hasil Angket Respon Siswa
Komponen Indikator Persentase Persentase Rata- Kriteria
Rata
Instruksi Mandiri (Self Instruction) 79,98%
Keutuhan Materi (Self Contained) 85,56%
Karakteristik Modul 80,12% Baik
Adaptif 79,4%
Bersahabat/akrab (user friendly) 75,55%
Format 79, 72%
Organisasi 75,72%
Elemen Mutu Modul Daya tarik 74,17% 77,24% Baik
Bentuk dan ukuran huruf 77,2%
Ruang (spasi kosong) 79,4%
Konsistensi bentuk dan ukuran huruf 75,5%
Konsistensi 75,53% Baik
Konsistensi jarak spasi 75,56%
Keterbacaan 72,78%
Kejelasan informasi 73,3%
Kebahasaan 74,25% Baik
Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik 76,67%
dan benar
Mencocokkan kejadian dan menghadapi masalah 77,2%
Pertanyaan dan pengumpulan data 79,4%
Eksperimen dan menghasilkan hipotesis 74,72%
Pembelajaran inkuiri 75,96% Baik
Penutupan dan merumuskan hipotesis 70%
Analisis 72,78%
Perluasan 81,67%
Rata-rata hasil pengembangan modul 76,62% Baik
Pembelajaran inkuiri
modul dapat mengikuti perkembangan ilmu
72,00%
70,00%
pengetahuan dan teknologi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Daryanto (2013) bahwa dikatakan adaptif
Gambar 5 Grafik Persentase Rata-rata Tiap Komponen apabila modul tersebut dapat menyesuaikan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pada modul, peneliti
Aspek karakteristik modul memiliki
menyajikan karakteristik adaptif dalam kolom
persentase rata-rata tertinggi yaitu sebesar 80,12%.
“Update Informasi Pengetahuan Terbaru” yang
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengembangan
terdapat pada tiap sub bab modul.
modul tersebut mampu meningkatkan motivasi
belajar siswa (Daryanto, 2013). Indikator pada Indikator pada aspek komponen elemen mutu
aspek komponen karakteristik modul meliputi modul meliputi format, organisasi, daya tarik,
instruksi mandiri (self instruction), keutuhan metri bentuk dan ukuran huruf, dan ruang (spasi kosong).
(self contained), adaptif, dan bersahabat/akrab (user Pada aspek komponen elemen mutu modul
friendly). Hasil angket respon siswa menunjukkan memiliki persentase rata-rata 77,24%. Hasil
bahwa sebagian besar siswa menilai aspek tersebut menunjukkan bahwa pengembangan modul
komponen karakteristik modul dengan baik. Untuk tersebut mampu memerankan fungsi dan perannya
indikator yang mendapat persentase rata-rata dalam pembelajaran yang efektif (Daryanto, 2013).
tertinggi adalah indikator keutuhan materi (self Pada Gambar 7 berikut disajikan grafik persentase
contained) yaitu 85,56%. Siswa menilai bahwa rata-rata penilaian siswa pada aspek komponen
modul yang dikembangkan menyajikan sebagian elemen mutu modul.
besar materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Persentase Rata-rata Elemen Mutu Modul
81,00%
Self contained bertujuan untuk memberikan 80,00% 79,72% 79,40%
79,00%
kesempatan siswa untuk mempelajari materi 78,00%
Format
77,20% Organisasi
pembelajaran secara tuntas karena materi dikemas 77,00%
75,72%
76,00% Daya tarik
secara utuh (Widodo dan Jasmadi, 2008). Pada 75,00%
74,17% Bentuk dan ukuran huruf
74,00%
Gambar 6 berikut disajikan grafik persentase rata- 73,00% Ruang (spasi kosong)
rata penilaian siswa pada aspek komponen 72,00%
71,00%
karakteristik modul.
Gambar 7 Grafik Persentase Rata-rata Elemen Mutu
Modul
75,58%
Persentase Rata-rata Konsistensi digunakan dalam bahan ajar sulit dipahami. Hal ini
75,56%
75,56% bisa disebabkan karena bahasa yang digunakan
75,54% 75,50%
Konsistensi bentuk dan kurang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
ukuran huruf
75,52%
Konsistensi jarak spasi Secara keseluruhan, berdasarkan hasil
75,50%
persentase yang diperoleh dari angket respon siswa
75,48%
pada penelitian ini modul mendapatkan persentase
75,46%
rata-rata sebesar 76,62%. Berdasarkan kriteria
Gambar 9 Grafik Persentase Rata-rata Konsistensi interpretasi skor yang terdapat dalam Buku
Riduwan dan Sunarto (2013), hal tersebut
Gambar 9 dapat diketahui bahwa kedua
menunjukkan bahwa respon siswa terhadap
persentase rata-rata indikator dari komponen
keseluruhan aspek komponen modul termasuk
konsistensi tidak berbeda jauh. Konsistensi jarak
dalam kategori baik.
spasi mendapat persentase rata-rata 75,56% dan
indikator konsistensi bentuk dan ukuran huruf PENUTUP
mendapat 75,50%. Hasil persentase rata-rata Penelitian ini bertujuan untuk
tersebut menunjukkan bahwa respon siswa terhadap mengembangkan modul berbasis inkuiri terbimbing
konsistensi modul termasuk dalam kategori baik. pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
Indikator pada aspek komponen kebahasaan Proses pengembangan modul berbasis inkuiri
meliputi keterbacaan, kejelasan informasi, dan terbimbing pada materi larutan elektrolit dan non-
kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang elektrolit menggunakan model 4-D. Penelitian ini
baik dan benar. Pada Gambar 10 berikut disajikan hanya terbatas sampai tahap pengembangan
grafik persentase rata-rata penilaian siswa pada (develop), karena peneliti tidak meneliti keefektifan
aspek komponen kebahasaan. kegiatan pembelajaran dengan modul yang
dikembangkan. Hasil respon siswa yang diperoleh
Persentase Rata-rata Kebahasaan
77,00% melalui angket siswa pada saat uji coba
Keterbacaan
76,00% 76,67% menunjukkan bahwa kelima aspek komponen
75,00% Kejelasan informasi
modul yang dikembangkan mendapatkan kriteria
74,00%
72,78%
73,30%
Kesesuaian dengan kaidah rata-rata penilaian “baik” dengan persentase rata-
73,00% Bahasa Indonesia
72,00%
rata sebesar 76,62%. Dengan rincian komponen
71,00%
karakteristik modul 80,12%, komponen elemen
70,00% mutu modul 77,24%, komponen pembelajaran
inkuiri 75,96%, komponen konsistensi 75,53% dan
Gambar 10 Grafik Persentase Rata-rata Komponen komponen kebahasaan 74,25%.
Kebahasaan
Untuk perbaikan pada penelitian selanjutnya,
Gambar 10 dapat diketahui bahwa pada ada beberapa saran yang dikemukakan oleh
aspek komponen kebahasaan, indikator kesesuaian peneliti. Di antaranya adalah sebagai berikut:
dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan
1. Bagi guru kimia khususnya di sekolah tempat
benar mendapat persentase rata-rata 76,67%,
peneliti melakukan uji coba, disarankan
kemudian indikator kejelasan informasi sebesar
dapat membuat bahan ajar sendiri yang
73,3%, dan indikator keterbacaan sebesar 72,78%.
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
agar siswa dapat untuk melatih siswa dalam
Apriliyana dkk., (2012) kriteria kebahasaan yang
menemukan konsep sendiri melalui langkah-
didapatkan dari respon siswa mendapatkan respon
langkah ilmiah.
terendah dari keseluruhan kriteria yang ada.
Kriteria kebahasaan yang didapatkan dengan rata- 2. Bagi siswa disarankan untuk dapat belajar
rata sebesar 78,33% tetapi masih dikategorikan secara mandiri dan dapat menerapkan tahap
layak. Dari hasil penilaian siswa menunjukkan pembelajaran inkuiri terbimbing dalam
bahwa beberapa siswa menganggap istilah yang pembelajaran berikutnya.
3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar Ratna AS, Sulistyo S, dan Agung NCS.
dapat membuat modul berbasis inkuiri Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia
terbimbing pada materi lainnya. Berbasis Blog untuk Materi Struktur Atom
dan Sistem Periodik dan Sistem Periodik
DAFTAR PUSTAKA
Unsur SMA Kelas XI. 2014. Jurnal
Abdul M. 2011. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Kimia (JPK) 3: 7-15.
Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.
Rayandra A. 2012. Kreatif Mengembangkan Media
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta.
Affa AS. “Pengembangan Modul Fisika Berbasis
Retno DS. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia.
Metakognisi Pada Materi Pokok Elastisitas
Yogyakarta: Graha Ilmu.
dan Gerak Harmonik Sederhana.” 2013.
Skripsi pada Universitas Islam Negeri Sunan Riduwan dan Sunarto. 2013. Pengantar Statistika
Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta: tidak untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial,
dipublikasikan. Ekonomi Komunikasi, dan Bisnis. Bandung:
Alfabeta.
Andi P. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan
Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Siti M, Herlina F, dan Yuni SR. Pengembangan
LKS Berbasis Inkuiri Materi Pemerolehan
Azti K, Utiya A, dan Laily R. Pengembangan
Nutrisi Tumbuhan SMP Kelas VIII. 2013.
Lembar Kerja Siswa Inkuiri Tema Hujan
Jurnal BioEdu 2: 175-178.
Asam Untuk IPA SMP. 2013. Jurnal
Pendidikan Sains e-Pensa 01: 131-140. Thomas JL II, Thomas JM, and James BR. 2002.
Instructional Models Strategies for Teaching
Chomsin SW dan Jasmadi. 2008. Panduan
in a Diverse Society. USA: Wadsworth.
Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi.
Jakarta: PT Elex Media Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran
Komputindo. Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat
Daryanto. 2013. Menyusun Modul (Bahan Ajar
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
untuk Persiapan Guru dalam Mengajar).
Kencana.
Yogyakarta: Gava Media.
Trianto IBA. 2013. Mendesain Model
Depdiknas,. 2008. Panduan Pengembangan Bahan
Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan
Kontekstual Konsep, Landasan,
Nasional.
dan Implementasinya Pada Kurikulum 2013
Dyah SD, Nur N, dan Eko SK. 2013. (Kurikulum Tematik Integratif/KTI).
Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Jakarta: Prenadamedia Group.
Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing
Uski A, Herlina F, dan Rahardjo. Pengembangan
Untuk Mengoptimalkan Kemampuan
Perangkat Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi
Pada Materi Pencemaran Lingkungan
Listrik Dinamis SMA Negeri 3 Purworejo
Dalam Upaya Melatih Keterampilan Berpikir
Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013.
Kritis Siswa Kelas X SMA. 2012. Jurnal
Jurnal Radiasi 3: 58-62.
BioEdu 1: 39-44.
Mulyasa E. 2005. Menjadi Guru Profesional
Zulfiani, Tonih F, dan Kinkin S. 2009. Strategi
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga
Menyenangkan. Bandung: PT Remaja
Penelitian UIN Jakarta.
Rosdakarya.