Anda di halaman 1dari 12

Tersedia online di EDUSAINS

Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains
EDUSAINS, 7 (1), 2015, 36-47

Research Artikel
PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT
Rizki Nurhidayah, Dedi Irwandi, Nanda Saridewi
Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, rizkinurhidayah@gmail.com

Abstract
This research aims to develop a guided inquiry-based modules in the material of the electrolyte and non-
electrolytes solution. Module development using 4-D models (Define, Design, Develop and Disseminate).
In this study, the development of modules is limited at the stage of develop. Data obtained from the
development of guided inquiry-based modules and the results of questionnaire responses by student.
Validation of the contents of the module is done by two expert lecturers and one chemistry teacher. The
trial of the module is conducted by 36 students of X MIA 2 class in SMAN 66 Jakarta. Based on data
from the test results of questionnaire responses by students, obtained a percentage of each component.
Module characteristics component at 80.12%, The quality element of the module component at 77.24%,
inquiry learning component at 75.96%, consistency component at 75.53% and 74.25% of the linguistic
component. Overall, the average percentage of modules is at76.62% with good criteria.
Keywords: module; guided inquiry; electrolyte and non-electrolyte solution; questionnaire
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan
elektrolit dan non-elektrolit. Pengembangan modul menggunakan model 4-D (Define, Design, Develop,
dan Disseminate). Namun, dalam penelitian ini hanya dibatasi pada tahap Develop saja. Data diperoleh
dari proses pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbing dan hasil angket respon siswa. Validasi isi
modul dilakukan oleh dua orang dosen ahli dan satu orang guru kimia dan uji coba modul dilakukan
terhadap 36 siswa kelas X MIA 2 di SMAN 66 Jakarta. Berdasarkan data hasil uji coba dari angket respon
siswa diperoleh persentase rata-rata tiap aspek komponen, yaitu komponen karakteristik modul sebesar
80,12%, komponen elemen mutu modul sebesar 77,24%, komponen pembelajaran inkuiri sebesar
75,96%, komponen konsistensi sebesar 75,53% dan komponen kebahasaan sebesar 74,25%. Secara
keseluruhan, persentase rata-rata modul sebesar 76,62% dengan kriteria baik.
Kata Kunci: modul; inkuiri terbimbing; larutan elektrolit dan non-elektrolit; angket

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/es.v7i1.1397

PENDAHULUAN sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan


untuk inkuiri dan berbuat sehingga pendidikan IPA
Dunia pendidikan di Indonesia selalu
dapat membantu siswa untuk memperoleh
melakukan pembaruan guna memperbaiki mutunya.
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
Dalam meningkatkan mutu pendidikan, ada banyak
sekitar (Zulfiani, dkk., 2009).
faktor dan cara untuk mengimplementasikannya.
Salah satunya dengan cara peningkatan kualitas Persoalan yang terjadi saat ini menurut
pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran penelitian yang dilakukan oleh Dyah dkk., (2013)
bisa dilakukan dengan cara menyediakan bahan ajar adalah pada setiap pembelajaran guru sering kali
yang berkualitas. Proses pembelajaran IPA menjadi pusat pembelajaran. Sedangkan, siswa
menekankan pada pemberian pengalaman langsung hanya menjadi objek penerima saja. Padahal
yang tujuannya adalah untuk mengembangkan pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam langsung yang bertujuan mengembangkan

Copyright © 2015, p-ISSN 1979-7281 e-ISSN 2443-1281


Nurhidayah R, Dedi I, Nanda S.

kompetensi agar siswa dapat memahami alam karena itu dalam pelaksanaannya inkuiri dilakukan
sekitar melalui proses “mencari tahu” dan dengan menyediakan bimbingan atau petunjuk pada
“berbuat”, hal tersebut membantu siswa siswa yang dikenal dengan inkuiri terbimbing.
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
Inkuiri terbimbing adalah salah satu
(Zulfiani dkk., 2009).
pendekatan di mana siswa memperoleh pedoman
Peningkatan kualitas dan efisiensi sesuai yang mereka butuhkan. Pedoman-pedoman
pembelajaran IPA khususnya pada mata pelajaran tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan
kimia, diperlukan pengembangan bahan ajar yang yang membimbing siswa. Pendekatan ini terutama
sesuai dengan pembelajaran IPA. Salah satu jenis digunakan oleh siswa yang belum berpengalaman
bahan ajar yang digunakan guru di sekolah adalah belajar menggunakan pendekatan inkuiri, dalam hal
bahan ajar cetak. Realitas pendidikan di lapangan ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan
kebanyakan memiliki persoalan yaitu guru masih yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan
menggunakan bahan ajar yang konvensional, yaitu diberikan guru lebih banyak, dan sedikit demi
bahan ajar yang siap pakai seperti membeli dari sedikit dikurangi sesuai dengan perkembangan
agen buku tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, pengalaman siswa. Pada pelaksanaannya sebagian
dan menyusunnya sendiri. Padahal resikonya besar perencanaan dibuat oleh guru. Siswa tidak
adalah tidak semua bahan ajar tersebut sesuai merumuskan permasalahan. Petunjuk yang cukup
dengan kondisi sekolah dan kondisi siswa, tidak luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat
menarik, dan monoton (Prastowo, 2013). Bahan data diberikan oleh guru (E. Mulyasa, 2005).
ajar yang digunakan di sekolah yang dijadikan Tahapan dalam inkuri terbimbing ketika melakukan
tempat uji coba peneliti pada saat ini adalah buku proses pembelajaran adalah mencocokkan kejadian
teks pelajaran dan LKS. dan menghadapi masalah, pertanyaan dan
pengumpulan data, eksperimen dan menghasilkan
Setiap siswa dalam proses pembelajaran
hipotesis, penutupan dan merumuskan hipotesis,
memiliki kecepatan dan kemampuan yang berbeda-
analisis, dan perluasan (Lasley, 2002).
beda dalam menerima materi pembelajaran. Selain
itu keterbatasan waktu di kelas juga membuat siswa Salah satu materi yang harus dipelajari dan
tidak optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran. cocok diterapkan dalam pembelajaran inkuiri
Oleh karena itu dibutuhkan suatu bahan ajar yang terbimbing dalam pembelajaran kimia di kelas X
dapat membuat siswa belajar secara mandiri di adalah larutan elektrolit dan non-elektrolit. Pada
samping pembelajaran di dalam kelas. Kurikulum 2013, dalam Kompetensi Inti 3 dan
Pembelajaran mandiri tersebut dapat dicapai salah Kompetensi Dasar 3.8 menuntut siswa untuk
satunya dengan menggunakan modul. Menurut menganalisis sifat larutan elektrolit dan larutan
Ashyar (2012), modul merupakan salah satu bentuk non-elektrolit berdasarkan daya hantar listriknya.
bahan ajar cetak yang dirancang untuk belajar Pada kompetensi dasar KD 4.8, siswa dituntut
secara mandiri oleh siswa. Karena itu modul untuk merancang, melakukan, dan menyimpulkan
dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar sendiri. serta menyajikan hasil percobaan. Kegiatan tersebut
menekankan pada pengalaman langsung yang
Pembelajaran inkuiri merupakan salah satu
bertujuan untuk mengembangkan kompetensi siswa
model pembelajaran yang cocok diterapkan untuk
melalui proses mencari tahu dan berbuat.
pembelajaran IPA. Hal ini sesuai dengan pendapat
Pembelajaran yang cocok dengan kegiatan tersebut
Suyanti (2010), salah satu strategi pembelajaran
adalah pembelajaran inkuiri karena pembelajaran
yang bisa diterapkan ketika melakukan
inkuiri dirancang untuk mengajak siswa
pembelajaran kimia adalah strategi pembelajaran
berpartisipasi secara langsung ke dalam proses
inkuiri. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk
ilmiah. Salah satunya adalah inkuiri terbimbing.
mengajak siswa berpartisipasi secara langsung ke
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,
dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif
maka peneliti merumuskan masalah sebagai
singkat (Trianto, 2011). Pembelajaran inkuri ketika
berikut: “Bagaimana proses pengembangan modul
di terapkan di sekolah tanpa melalui tahapan-
tahapan tertentu tidaklah mudah dilaksanakan. Oleh

EDUSAINS. Volume 7 Nomor 01 Tahun 2015, 37-47


Copyright © 2015 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Pengembangan Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing

berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan METODE PENELITIAN


elektrolit dan non-elektrolit?”
Penelitian ini mengacu pada model
Untuk mengarahkan penelitian ini, maka pengembangan 4-D. Model ini disarankan oleh
permasalahan dibatasi pada hal-hal berikut, yaitu Thiagarajan, Semmel, dan Semmel. Pada model ini
bahan ajar yang dikembangkan dibatasi hanya pada terdiri dari empat tahap pengembangan. Di
modul saja, penelitian ini hanya terfokus pada antaranya adalah define, design, develop, dan
proses pengembangan modul berbasis inkuiri desseminate. Model ini diadaptasikan menjadi
terbimbing. Materi dalam modul berbasis inkuiri model 4-P, yaitu pendefinisian, perancangan,
terbimbing yang dikembangkan hanya berfokus pengembangan, dan penyebaran (Trianto, 2013).
pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit, Dalam penelitian ini hanya terbatas sampai tahap
dan uji coba modul pada siswa untuk mengetahui pengembangan (develop), karena peneliti tidak
tanggapan siswa setelah belajar menggunakan meneliti keefektifan kegiatan pembelajaran dengan
modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi modul yang dikembangkan. Tahapan desain
larutan elektrolit dan non-elektrolit. penelitian yang dilakukan peneliti dapat
disederhanakan melalui Gambar 1 berikut ini:

Gambar 1 Bagan Desain Penelitian

Proses pengembangan produk dilakukan 2015. Uji coba produk dilakukan di SMAN 66
dari bulan September 2014 sampai dengan Jakarta, yang berlokasi di Jalan Bango III
November 2014, kemudian dilakukan proses Pondok Labu, Jakarta Selatan.
validasi produk kepada tim ahli dan guru kimia Instrumen yang digunakan pada
pada bulan Desember 2014 dan proses uji coba penelitian ini adalah lembar validitas isi dan
produk hasil pengembangan dilaksanakan pada angket respon siswa. Lembar penilaian/validasi
bulan Januari 2015 dari tanggal 14-28 Januari isi dalam penelitian ini bertujuan sebagai alat

EDUSAINS. Volume 7 Nomor 01 Tahun 2015, 38-47


Copyright © 2015 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Nurhidayah R, Dedi I, Nanda S.

pengumpul data untuk mengetahui penilaian HASIL DAN PEMBAHASAN


dosen ahli dan guru kimia SMA terhadap 1. Tahap Pendefinisian (Define)
modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi
Tahap ini bertujuan untuk menetapkan dan
larutan elektrolit dan non-elektrolit. Angket
mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap
respon siswa disusun untuk mendapatkan data ini terdiri dari lima langkah pokok, yaitu analisis
mengenai pendapat siswa setelah menggunakan ujung depan, analisis siswa, analisis tugas, analisis
modul yang dikembangkan. Pada penelitian ini konsep/materi, dan perumusan tujuan
data diperoleh dari proses pengembangan pembelajaran. Peneliti melakukan analisis ujung
modul dan angket penilaian/respon siswa yang depan di SMAN 66 Jakarta. Tujuannya adalah
diberikan kepada siswa setelah melaksanakan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar
pembelajaran menggunakan modul. yang dihadapi dalam pembelajaran kimia sehingga
dibutuhkan pengembangan bahan ajar. Langkah
Teknik pengumpulan data pada lembar yang digunakan peneliti dalam analisis ujung depan
validasi menggunakan alternatif jawaban “Ya” adalah dengan pengamatan dan wawancara dengan
dan “Tidak”. Peneliti hanya menjumlahkan saja guru kimia di sekolah. Permasalahan yang sering
berapa banyak jawaban “Ya” dan jawaban terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah
“Tidak”. Penskoran data menggukan kriteria adalah guru sering kali menjadi pusat pembelajaran.
skala Guttman. Untuk penskoran data dari hasil Hal tersebut juga serupa dengan penelitian yang
angket siswa menggunakan angket skala Likert dilakukan oleh Sari dkk. (2014), bahwa kebanyakan
yang jawaban setiap item instrumennya sekolah masih menerapkan pembelajaran teacher
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai centered sehingga siswa kurang terlibat secara aktif
pada proses pembelajaran. Langkah selanjutnya
sangat negatif. Pada tahap analisis data, data
yang dilakukan peneliti adalah analisis siswa.
yang diperoleh ditabulasikan dan dicari
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti di
presentasinya untuk kemudian dianalisis. SMAN 66 Jakarta, sebagian siswa berminat dengan
Perhitungan persentase menggunakan rumus pembelajaran kimia, hanya saja bahan ajar yang
berikut (Riduwan dan Sunarto, 2013) : digunakan di sekolah beberapa masih tergolong
konvensional. Bahan ajar tersebut di antaranya
Persentase = x 100% adalah LKS (Lembar Kerja Siswa) dan buku paket
Untuk memudahkan dalam menafsirkan kimia yang dibeli dari agen buku. LKS dan buku
yang digunakan sudah menggunakan kurikulum
data pada angket siswa, data angket siswa yang
2013, hanya saja masih terdapat beberapa
sudah dihitung kemudian diberi interval skor
kekurangan.
seperti pada Tabel 1 sebagai berikut:
Hasil wawancara dengan guru kimia juga
Tabel 1 Interval Skor Analisis Data (Riduwan dan
dapat disimpulkan bahwa ketika proses
Sunarto, 2013)
pembelajaran berlangsung, setiap siswa memiliki
No. Interval Skor Kategori kecepatan dan kemampuan yang berbeda-beda
1. 81%-100% Sangat Baik dalam menerima materi pembelajaran. Selain itu
adanya keterbatasan waktu di kelas yang membuat
2. 61%-80% Baik
siswa tidak optimal dalam mencapai tujuan
3. 41%-60% Cukup pembelajaran. Oleh sebab itu, siswa membutuhkan
4. 21%-40% Kurang bahan ajar yang dapat membuat siswa belajar
secara mandiri di samping pembelajaran di dalam
5. 0%-20% Sangat Kurang
kelas. Salah satu solusi dari pembelajaran mandiri
tersebut dapat dicapai dengan menggunakan modul.
Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak yang
bertujuan agar siswa belajar secara mandiri (Majid
2011).

EDUSAINS. Volume 7 Nomor 01 Tahun 2015, 39-47


Copyright © 2015 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Pengembangan Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing

Peneliti kemudian melakukan analisis tugas dengan kebutuhan yang ada pada tahap
dan analisis konsep/materi. Dalam hal ini materi perencenaan. Desain modul menggunakan format
pembelajaran yang dipilih adalah larutan elektrolit modul yang dikemukakan oleh Prastowo. Desain
dan non-elektrolit dengan tiga sub pokok bahasan modul yang ditentukan peneliti dapat dilihat pada
yang terdiri dari larutan elektrolit dan non- Tabel 2.
elektrolit, pengelompokkan larutan elektrolit
Tabel 2 merupakan penentuan desain modul
berdasarkan kemampuan menghantarkan listrik,
yang dibuat peneliti. Desain modul digunakan
dan pengelompokkan larutan elektrolit berdasarkan
peneliti untuk membuat modul berbasis inkuiri
ikatannya. Langkah selanjutnya yang dilakukan
terbimbing.
peneliti adalah perumusan tujuan pembelajaran.
Pada tahap ini, peneliti menentukan tujuan Rancangan modul dihasilkan peneliti sebagai
pembelajaran umum dan khusus dengan cara produk awal modul berbasis inkuiri terbimbing.
melakukan analisis kompetensi inti dan kompetensi Outline modul umumnya terdiri dari tiga bagian
dasar. Kompetensi dasar yang dipilih adalah KD yaitu pendahuluan, bagian inti, dan bagian penutup.
3.8 dan 4.8 yang merupakan materi pembelajaran Bagian awal modul terdiri dari sampul, kata
larutan elektrolit dan non-elektrolit. Karena modul pengantar, daftar isi, peta kedudukan modul, dan
yang akan dikembangkan peneliti merupakan pendahuluan. Pada bagian sampul modul terdapat
modul berbasis inkuiri terbimbing, maka aktivitas judul modul. Judul modul ini adalah “Modul Kimia
pembelajaran yang dibuat juga disesuaikan dengan Berbasis Inkuiri Terbimbing Larutan Elektrolit dan
tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing. Non-elektrolit Untuk SMA/MA Kelas X Semester
genap”. Selain judul, pada bagian sampul modul
2. Tahap Perancangan (Design)
juga terdapat kolom yang berisi nama, nomor
Tahap ini terdiri dari penyusunan tes acuan absen, kelas, dan sekolah yang akan diisi oleh
patokan, pemilihan media yang sesuai dengan siswa. Sedangkan bagian pendahuluan modul
tujuan, pemilihan format, dan rancangan awal. Pada terdiri dari latar belakang, deskripsi, waktu,
tahap penyusunan tes acuan patokan, peneliti prasyarat, petunjuk penggunaan modul, manfaat,
menentukan bagaimana penilaian hasil belajar tujuan akhir, kompetensi, peta konsep, dan cek
siswa yang terdapat dalam modul dengan kemampuan.
mempertimbangkan siapa yang akan menilai, kapan Tabel 2 Penentuan Desain Modul Bebasis Inkuiri
penilaian dilakukan, dan bagaimana cara Terbimbing
penilaiannya. Penilaian dilakukan dengan
Sebelum Mulai Bagian Inti Setelah
menggunakan tugas individu dan tugas kelompok Materi Pemberian
serta uji kompetensi di akhir pembelajaran sebagai Materi:
penilaian akhir apakah proses belajar menggunakan a. Judul a. Kompetensi a. Tes Mandiri
b. Kata Dasar b. Post Test
modul dapat tercapai sesuai dengan tujuan Pengantar b. Materi Pokok c. Tindak Lanjut
pembelajaran. c. Daftar Isi c. Uraian Materi d. Harapan
d. Latar d. Heading e. Glosarium
Media yang digunakan untuk menyampaikan Belakang e. Ringkasan f. Daftar Pustaka
e. Deskripsi f. Latihan: Kunci Jawaban
materi pelajaran pada penelitian ini adalah modul Singkat  Penyajian
berbasis inkuiri terbimbing. Meskipun f. Standar Masalah
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan Kompetensi  Daftar
g. Peta Pertanyaan
modul, media sebagai pendukung dalam kegiatan Konsep  Membuat
belajar dengan modul tetap diperlukan (Daryanto, h. Manfaat Hipotesis
2013). Peneliti mempertimbangkan pemilihan
i. Tujuan  Eksperimen
Pembelajaran  Evaluasi
media yang mendukung pembelajaran melalui j. Petunjuk Hipotesis
penggunaan modul, khususnya untuk memperkuat Penggunaan  Analisis data
Modul  Kesimpulan
pembelajaran yang memerlukan praktikum.
dan
Peneliti kemudian menentukan format modul Komunikasi
 Tugas
yang digunakan untuk mendesain modul sesuai Individu

EDUSAINS. Volume 7 Nomor 01 Tahun 2015, 40-47


Copyright © 2015 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Nurhidayah R, Dedi I, Nanda S.

Desain sampul modul dapat dilihat pada


Gambar 2 berikut ini.
Bagian penutup modul terdiri dari bagian evaluasi,
glosarium, dan daftar pustaka. Untuk bagian
evaluasi terdiri dari uji kompetensi berupa soal
pilihan ganda dan essay, kunci jawaban, dan umpan
balik. Berikut ini merupakan contoh tampilan uji
kompetensi pada modul. Contoh tampilan uji
kompetensi modul dapat dilihat pada Gambar 4
berikut.

Gambar 2 Desain Sampul Modul Sebelum dan Sesudah


Revisi

Bagian inti modul, materi larutan elektrolit dan


non-elektrolit dikemas sedemikian rupa sehingga
siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri
dan berpartisipasi secara aktif pada proses
pembelajaran. Penyajian materi dalam modul ini
diintegrasikan pada tahapan inkuiri terbimbing
yang terdiri dari mencocokkan kejadian dan
menghadapi masalah, pertanyaan dan pengumpulan
data, eksperimen dan menghasilkan hipotesis,
penutupan dan merumuskan hipotesis, analisis, dan
perluasan. Contoh tampilan bagian inti modul dapat
dilihat pada Gambar 3 berikut:
Gambar 4 Contoh Tampilan Uji Kompetensi Sebelum
dan Sesudah Revisi

3. Data Tahap Pengembangan (Develop)


a. Validasi Modul
Pada tahap ini, validasi modul dilakukan oleh
dua orang dosen ahli dan satu orang guru kimia.
Validasi dilakukan sebelum modul diuji coba
kepada siswa. Penilaian validator terhadap modul
meliputi beberapa aspek komponen. Di antaranya
adalah aspek karakteristik modul, konsistensi,
kebahasaan, elemen mutu modul, dan pembelajaran
inkuiri. Untuk penyempurnaan modul yang
dikembangkan, saran dari validator dijadikan
pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan revisi
modul agar dihasilkan modul yang lebih matang
dan siap diuji coba terbatas pada siswa.

Gambar 3 Contoh Tampilan Bagian Inti Modul


(Penyajian Masalah) Sebelum dan Sesudah Revisi

EDUSAINS. Volume 7 Nomor 01 Tahun 2015, 41-47


Copyright © 2015 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Pengembangan Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing

Tabel 3 Daftar Revisi Konten


No. Sebelum Revisi Setelah Revisi
1. Pada bagian penutup (evaluasi) tidak terdapat Terdapat instrumen skor penilaian berupa rubrik penilaian
instrumen skor penilaian agar siswa dapat uji kompetensi agar siswa dapat melakukan penilaian
melakukan penilaian mandiri mandiri
2. Terdapat hanya satu rangkuman pada bagian Terdapat rangkuman pada masing-masing bagian akhir sub
akhir keseluruhan materi pembelajaran materi pembelajaran
3. Tidak terdapat referensi spesifik dalam setiap Terdapat referensi spesifik pada tiap materi (lengkap
materi dengan bab dan halaman)
4. Materi pembelajaran belum lengkap Materi pembelajaran dilengkapi beberapa sub materi
tambahan
5. Tidak terdapat bagian yang dapat menyesuaikan Tidak terdapat bagian yang dapat menyesuaikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu
berupa kolom “Update informasi pengetahuan terbaru”
yang berasal dari jurnal penelitian terbaru.
6. Penggunaan spasi tidak proporsional pada bagian Spasi di bagian kesimpulan diperbaiki sehingga
kesimpulan proporsional

Revisi yang dilakukan peneliti mengenai dilakukan pada bagian rangkuman. Awalnya hanya
isi/konten modul yang disarankan untuk diperbaiki terdapat satu rangkuman keseluruhan materi pada
oleh validator terdaftar dalam Tabel 3. bagian akhir modul. Setelah direvisi, tiap sub bab
materi pembelajaran terdapat rangkumannya
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat
masing-masing. Bagian lainnya yang direvisi
bagian-bagian modul yang mengalami revisi.
adalah adanya referensi spesifik pada tiap materi.
Bagian yang direvisi meliputi bagian evaluasi,
Siswa yang ingin mendalami materi tersebut dapat
rangkuman, referensi materi, isi materi,
mencarinya pada sumber yang telah disebutkan
penambahan bagian yang dapat menyesuaikan
secara detail. Revisi lainnya adalah penambahan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
materi pembelajaran agar memenuhi syarat
dan spasi pada bagian kesimpulan. Pada bagian
keutuhan materi (self contained). Dan terakhir
evaluasi modul ditambahkan instrumen skor
adalah penambahan kolom “Update informasi
penilaian berupa rubrik penilaian uji kompetensi.
pengetahuan terbaru” pada tiap sub bab modul.
Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat melakukan
Penambahan tersebut dilakukan untuk memenuhi
penilaian mandiri dan dapat mengukur sejauh mana
komponen modul yaitu adaptif. Revisi tifografi
kemampuan mereka dalam menguasai materi
modul dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
pembelajaran. Selain itu, revisi konten juga
Tabel 4 Daftar Revisi Tipografi
No. Aspek dan Halaman Sebelum Revisi Setelah Revisi
1. Halaman 4 Kompetensi Inti Penulisan “Kompetensi Inti” Diganti menjadi “Kompetensi” dan di bagian
bawahnya ditambahkan “Kompetensi Inti”
2. Halaman 43 nomor 11 Penulisan “C. Kovalen koordinasi” Diganti menjadi “C. Kovalen non polar”
3. Halaman 43 nomor 13 Penulisan “asam cuka” Diganti menjadi “CH3COOH”
4. Halaman 43 nomor 13 Penulisan “C. 1, 4, dan 6” Diganti menjadi “C. 1, 4, dan 5”
5. Halaman 43 nomor 13 Penulisan “E. 2, 3, dan 6” Diganti menjadi “E. 2, 3, dan 5”
6. Halaman 46 kunci jawaban Penulisan “7. E” Diganti menjadi “7. C”
pilihan ganda nomor 7
7. Halaman v Penulisan “A. Uji Kompetensi” dan Diganti menjadi “Uji Kompetensi” dan warna
warna huruf hitam huruf biru
8. Halaman v Penulisan “1. Pilihan Ganda” Diganti menjadi “A. Pilihan Ganda”
9. Halaman v Penulisan “2. Essay” Diganti menjadi “B. Essay”
10. Halaman v Penulisan “B. Kunci Jawaban” Diganti menjadi “C. Kunci Jawaban”
11. Halaman v Posisi kalimat “Umpan Balik” setelah Diganti setalah “D. Rubrik Penilaian Uji
“1. Essay” Kompetensi”
12. Halaman v Penulisan “Rubrik Penilaian Uji Diganti menjadi “D. Rubrik Penilaian Uji
Kompetensi” dan warna huruf biru Kompetensi” dan warna huruf hitam

EDUSAINS. Volume 7 Nomor 01 Tahun 2015, 42-47


Copyright © 2015 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Nurhidayah R, Dedi I, Nanda S.

Tabel 4 menunjukkan bahwa revisi tipografi sudah valid atau layak untuk diuji coba kepada
paling banyak terdapat pada bagian uji kompetensi. siswa. Modul juga sudah dapat digunakan sebagai
Selain itu juga terdapat revisi tipografi pada bagian bahan ajar. Tahap validasi ini juga dilakukan oleh
daftar isi. Hasil penilaian awal validator terhadap peneliti untuk memvalidasi angket respon siswa
modul disajikan dalam Tabel 5 berikut ini. kepada dua orang dosen ahli dan satu orang guru
Tabel 5 Hasil Skor Awal Validasi Isi Modul Berbasis
kimia sebelum angket digunakan.
Inkuiri Terbimbing b. Simulasi dan Uji Coba
Validator Rata-Rata Kriteria Pada tahap ini modul yang telah divalidasi dan
Persentase
Validator I (Ahli Pendidikan) 90,24 Sangat Baik direvisi, diuji coba secara terbatas kepada 36 siswa
Validator II (Ahli Materi) 92,86 Sangat Baik kelas X MIA 2 SMAN 66 Jakarta semester genap.
Validator III (Guru Kimia) 100 Sangat Baik
Setelah siswa menggunakan modul tersebut dalam
Tabel 5 menunjukkan hasil skor awal validasi pembelajaran, maka siswa diminta untuk mengisi
isi modul menurut dua dosen ahli dan guru kimia. angket yang telah divalidasi mengenai modul
Kemudian peneliti melakukan revisi untuk berbasis inkuiri terbimbing yang mereka gunakan.
memperbaiki modul baik dari segi konten maupun Respon siswa terhadap modul berbasis inkuiri
segi tipografi. Hasil penilaian akhir validator terbimbing pada materi larutan elektrolit dan non-
terhadap modul disajikan dalam Tabel 6 berikut ini. elektrolit diperoleh dengan menggunakan angket
Tabel 6 Hasil Skor Akhir Validasi Isi Modul Berbasis respon siswa. Data mengenai respon siswa yang
Inkuiri Terbimbing diperoleh setelah melakukan uji coba disajikan
dalam Tabel 7.
Validator Rata-Rata Kriteria
Persentase Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa urutan
Validator I (Ahli 100 Sangat Baik
Pendidikan) persentase rata-rata tertinggi untuk penilaian modul
Validator II (Ahli Materi) 100 Sangat Baik adalah komponen karakteristik modul yaitu sebesar
Validator III (Guru 100 Sangat Baik
Kimia)
80,12%, kemudian komponen elemen mutu modul
sebesar 77,24%, komponen pembelajaran inkuiri
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil sebesar 75,96%, komponen konsistensi dengan
akhir yang diberikan oleh setiap validator pada tiap sebesar 75,53%, dan komponen kebahasaan yaitu
aspek memiliki rata-rata persentase 100%. Dengan
74,25%. Hasil persentase rata-rata menunjukkan
persentase tersebut, modul berbasis inkuiri
bahwa respon siswa terhadap penggunaan modul
terbimbing yang dikembangkan tersebut dinyatakan
termasuk dalam kategori baik.
Tabel 7 Hasil Angket Respon Siswa
Komponen Indikator Persentase Persentase Rata- Kriteria
Rata
Instruksi Mandiri (Self Instruction) 79,98%
Keutuhan Materi (Self Contained) 85,56%
Karakteristik Modul 80,12% Baik
Adaptif 79,4%
Bersahabat/akrab (user friendly) 75,55%
Format 79, 72%
Organisasi 75,72%
Elemen Mutu Modul Daya tarik 74,17% 77,24% Baik
Bentuk dan ukuran huruf 77,2%
Ruang (spasi kosong) 79,4%
Konsistensi bentuk dan ukuran huruf 75,5%
Konsistensi 75,53% Baik
Konsistensi jarak spasi 75,56%
Keterbacaan 72,78%
Kejelasan informasi 73,3%
Kebahasaan 74,25% Baik
Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik 76,67%
dan benar
Mencocokkan kejadian dan menghadapi masalah 77,2%
Pertanyaan dan pengumpulan data 79,4%
Eksperimen dan menghasilkan hipotesis 74,72%
Pembelajaran inkuiri 75,96% Baik
Penutupan dan merumuskan hipotesis 70%
Analisis 72,78%
Perluasan 81,67%
Rata-rata hasil pengembangan modul 76,62% Baik

EDUSAINS. Volume 7 Nomor 01 Tahun 2015, 43-47


Copyright © 2015 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Pengembangan Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa urutan 88,00%


Persentase Rata-rata Karakteristik Modul
85,56% Self instruction
persentase rata-rata tertinggi untuk penilaian modul 86,00%
84,00%
adalah komponen karakteristik modul yaitu sebesar 82,00% 79,98% 79,40% Self contained
80,00%
80,12%, kemudian komponen elemen mutu modul 78,00%
75,55% Adaptif
76,00%
sebesar 77,24%, komponen pembelajaran inkuiri 74,00%
Bersahabat/akrab (user
72,00%
sebesar 75,96%, komponen konsistensi dengan 70,00%
friendly)

sebesar 75,53%, dan komponen kebahasaan yaitu


74,25%. Hasil persentase rata-rata menunjukkan Gambar 6 Grafik Persentase Rata-rata Karakteristik
bahwa respon siswa terhadap penggunaan modul Modul
termasuk dalam kategori baik. Gambar 6 menunjukkan bahwa indikator
Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh karakteristik modul berikutnya adalah indikator
dari angket siswa, rata-rata persentase keseluruhan instruksi mandiri (self instruction) dengan
dari kelima komponen penilaian dapat dilihat pada persentase rata-rata 79,98%. Penelitian yang
Gambar 5 berikut. dilakukan oleh Saputri (2013) menunjukkan bahwa
persentase rata-rata penilaian yang berasal dari
82,00%
Persentase Rata-rata Tiap Komponen
80,12% angket siswa dalam uji coba terbatas pada aspek
80,00% Karakteristik modul
self instruction memiliki persentase tertinggi yaitu
78,00% 77,24%
Elemen mutu modul
75,53% 75,96% sebesar 100%. Pada indikator adaptif memiliki
76,00% Konsistensi
74,25% persentase rata-rata 79,4%. Siswa menilai bahwa
74,00% Kebahasaan

Pembelajaran inkuiri
modul dapat mengikuti perkembangan ilmu
72,00%

70,00%
pengetahuan dan teknologi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Daryanto (2013) bahwa dikatakan adaptif
Gambar 5 Grafik Persentase Rata-rata Tiap Komponen apabila modul tersebut dapat menyesuaikan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pada modul, peneliti
Aspek karakteristik modul memiliki
menyajikan karakteristik adaptif dalam kolom
persentase rata-rata tertinggi yaitu sebesar 80,12%.
“Update Informasi Pengetahuan Terbaru” yang
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengembangan
terdapat pada tiap sub bab modul.
modul tersebut mampu meningkatkan motivasi
belajar siswa (Daryanto, 2013). Indikator pada Indikator pada aspek komponen elemen mutu
aspek komponen karakteristik modul meliputi modul meliputi format, organisasi, daya tarik,
instruksi mandiri (self instruction), keutuhan metri bentuk dan ukuran huruf, dan ruang (spasi kosong).
(self contained), adaptif, dan bersahabat/akrab (user Pada aspek komponen elemen mutu modul
friendly). Hasil angket respon siswa menunjukkan memiliki persentase rata-rata 77,24%. Hasil
bahwa sebagian besar siswa menilai aspek tersebut menunjukkan bahwa pengembangan modul
komponen karakteristik modul dengan baik. Untuk tersebut mampu memerankan fungsi dan perannya
indikator yang mendapat persentase rata-rata dalam pembelajaran yang efektif (Daryanto, 2013).
tertinggi adalah indikator keutuhan materi (self Pada Gambar 7 berikut disajikan grafik persentase
contained) yaitu 85,56%. Siswa menilai bahwa rata-rata penilaian siswa pada aspek komponen
modul yang dikembangkan menyajikan sebagian elemen mutu modul.
besar materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Persentase Rata-rata Elemen Mutu Modul
81,00%
Self contained bertujuan untuk memberikan 80,00% 79,72% 79,40%
79,00%
kesempatan siswa untuk mempelajari materi 78,00%
Format
77,20% Organisasi
pembelajaran secara tuntas karena materi dikemas 77,00%
75,72%
76,00% Daya tarik
secara utuh (Widodo dan Jasmadi, 2008). Pada 75,00%
74,17% Bentuk dan ukuran huruf
74,00%
Gambar 6 berikut disajikan grafik persentase rata- 73,00% Ruang (spasi kosong)
rata penilaian siswa pada aspek komponen 72,00%
71,00%
karakteristik modul.
Gambar 7 Grafik Persentase Rata-rata Elemen Mutu
Modul

EDUSAINS. Volume 7 Nomor 01 Tahun 2015, 44-47


Copyright © 2015 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Nurhidayah R, Dedi I, Nanda S.

Gambar 7 menunjukkan bahwa indikator 84,00%


Persentase Rata-rata Pembelajaran Inkuiri
Mencocokkan kejadian dan
yang mendapat persentase rata-rata tertinggi adalah 82,00%
81,67%
menghadapi masalah
79,40%
indikator format modul dengan persentase 79,72%. 80,00%
Pertanyaan dan
78,00% 77,20% pengumpulan data
Hal ini menunjukkan bahwa format yang terdapat Eksperimen dan
76,00% 74,72%
dalam modul menggunakan format yang sesuai 74,00% 72,78%
menghasilkan hipotesis

Penutupan dan merumuskan


baik format kolom dan juga paragrafnya (Widodo 72,00% hipotesis
70%
dan Jasmadi, 2008). Indikator selanjutnya adalah 70,00% Analisis
68,00%
indikator ruang (spasi kosong) yaitu dengan Perluasan
66,00%
persentase rata-rata 79,4%. Penilaian siswa 64,00%
menunjukkan bahwa penempatan spasi kosong
pada modul sudah proporsional. Pada indikator Gambar 8 Grafik Persentase Rata-rata Komponen
bentuk dan ukuran huruf mendapat persentase rata- Pembelajaran Inkuiri
rata 77,2%. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran Dari Gambar 8 dapat diketahui bahwa
huruf yang dipilih sesuai dengan siswa. Yaitu indikator yang memiliki persentase rata-rata
bentuk dan ukuran huruf mudah dibaca (Daryanto, tertinggi pada aspek pembelajaran inkuiri adalah
2013). indikator perluasan yaitu sebesar 81,67%. Hal ini
Indikator organisasi modul mendapat menunjukkan bahwa siswa mendapatkan arahan
persentase rata-rata 75,72%. Hasil angket yang berasal dari analisis data untuk merumuskan
menunjukkan siswa menilai indikator organisasi kesimpulan. Selanjutnya indikator yang memiliki
modul tergolong dalam kategori baik. Bahan ajar persentase rata-rata tertinggi berikutnya adalah
yang terorganisasi baik akan memudahkan siswa indikator pertanyaan dan pengumpulan data yaitu
dan meningkatkan semangat siswa untuk sebesar 79,4%. Pada indikator ini menunjukkan
mempelajarinya (Widodo dan Jasmadi, 2008). bahwa dapat membuat daftar pertanyaan yang
Untuk indikator daya tarik modul mendapat mereka temukan dari penyajian masalah. Indikator
persentase rata-rata 74,17%. Hasil data angket lainnya adalah indikator mencocokkan kejadian dan
menunjukkan bahwa siswa menilai kombinasi menghadapi masalah dengan persentase rata-rata
warna, gambar, bentuk dan ukuran huruf pada sebesar 77,2% diikuti dengan indikator eksperimen
bagian cover modul serasi. Serupa dengan dan menghasilkan hipotesis dengan persentase rata-
penelitian yang dilakukan oleh Mu’ammaroh dkk., rata sebesar 74,72%, kemudian indikator analisis
(2013) aspek yang mendapat respon positif dari dengan persentase rata-rata sebesar 72,78%, dan
siswa yakni sebesar 100% karena telah memenuhi persentase rata-rata terendah terdapat pada
beberapa hal di antaranya bahan ajar menggunakan indikator penutupan dan merumuskan hipotesis
desain, warna dan gambar-gambar yang menarik. dengan persentase rata-rata sebesar 70%. Hal ini
Selain itu bahan ajar juga menyediakan aktivitas- dikarenakan siswa baru pertama kali menggunakan
aktivitas yang berpusat pada siswa dan membuat pembelajaran inkuiri di dalam kelas sehingga siswa
siswa menjadi aktif. butuh menyesuaikan. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kurniasari dkk., (2013)
Indikator pada aspek komponen
menunjukkan bahwa hasil respon siswa terhadap
pembelajaran inkuiri meliputi mencocokkan
kelayakan bahan ajar berdasarkan kriteria
kejadian dan menghadapi masalah, pertanyaan dan
kesesuaian dengan model pembelajaran inkuiri
pengumpulan data, eksperimen dan menghasilkan
diperoleh persentase sebesar 99,26%.
hipotesis, penutupan dan merumuskan hipotesis,
analisis, dan perluasan. Pada Gambar 8 berikut Indikator pada aspek komponen konsistensi
disajikan grafik persentase rata-rata penilaian siswa meliputi konsistensi bentuk dan ukuran huruf, dan
pada aspek komponen pembelajaran inkuiri. konsistensi jarak spasi. Pada Gambar 9 berikut
disajikan grafik persentase rata-rata penilaian siswa
pada aspek komponen konsistensi.

EDUSAINS. Volume 7 Nomor 01 Tahun 2015, 45-47


Copyright © 2015 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Pengembangan Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing

75,58%
Persentase Rata-rata Konsistensi digunakan dalam bahan ajar sulit dipahami. Hal ini
75,56%
75,56% bisa disebabkan karena bahasa yang digunakan
75,54% 75,50%
Konsistensi bentuk dan kurang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
ukuran huruf
75,52%
Konsistensi jarak spasi Secara keseluruhan, berdasarkan hasil
75,50%
persentase yang diperoleh dari angket respon siswa
75,48%
pada penelitian ini modul mendapatkan persentase
75,46%
rata-rata sebesar 76,62%. Berdasarkan kriteria
Gambar 9 Grafik Persentase Rata-rata Konsistensi interpretasi skor yang terdapat dalam Buku
Riduwan dan Sunarto (2013), hal tersebut
Gambar 9 dapat diketahui bahwa kedua
menunjukkan bahwa respon siswa terhadap
persentase rata-rata indikator dari komponen
keseluruhan aspek komponen modul termasuk
konsistensi tidak berbeda jauh. Konsistensi jarak
dalam kategori baik.
spasi mendapat persentase rata-rata 75,56% dan
indikator konsistensi bentuk dan ukuran huruf PENUTUP
mendapat 75,50%. Hasil persentase rata-rata Penelitian ini bertujuan untuk
tersebut menunjukkan bahwa respon siswa terhadap mengembangkan modul berbasis inkuiri terbimbing
konsistensi modul termasuk dalam kategori baik. pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.
Indikator pada aspek komponen kebahasaan Proses pengembangan modul berbasis inkuiri
meliputi keterbacaan, kejelasan informasi, dan terbimbing pada materi larutan elektrolit dan non-
kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang elektrolit menggunakan model 4-D. Penelitian ini
baik dan benar. Pada Gambar 10 berikut disajikan hanya terbatas sampai tahap pengembangan
grafik persentase rata-rata penilaian siswa pada (develop), karena peneliti tidak meneliti keefektifan
aspek komponen kebahasaan. kegiatan pembelajaran dengan modul yang
dikembangkan. Hasil respon siswa yang diperoleh
Persentase Rata-rata Kebahasaan
77,00% melalui angket siswa pada saat uji coba
Keterbacaan
76,00% 76,67% menunjukkan bahwa kelima aspek komponen
75,00% Kejelasan informasi
modul yang dikembangkan mendapatkan kriteria
74,00%
72,78%
73,30%
Kesesuaian dengan kaidah rata-rata penilaian “baik” dengan persentase rata-
73,00% Bahasa Indonesia
72,00%
rata sebesar 76,62%. Dengan rincian komponen
71,00%
karakteristik modul 80,12%, komponen elemen
70,00% mutu modul 77,24%, komponen pembelajaran
inkuiri 75,96%, komponen konsistensi 75,53% dan
Gambar 10 Grafik Persentase Rata-rata Komponen komponen kebahasaan 74,25%.
Kebahasaan
Untuk perbaikan pada penelitian selanjutnya,
Gambar 10 dapat diketahui bahwa pada ada beberapa saran yang dikemukakan oleh
aspek komponen kebahasaan, indikator kesesuaian peneliti. Di antaranya adalah sebagai berikut:
dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan
1. Bagi guru kimia khususnya di sekolah tempat
benar mendapat persentase rata-rata 76,67%,
peneliti melakukan uji coba, disarankan
kemudian indikator kejelasan informasi sebesar
dapat membuat bahan ajar sendiri yang
73,3%, dan indikator keterbacaan sebesar 72,78%.
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
agar siswa dapat untuk melatih siswa dalam
Apriliyana dkk., (2012) kriteria kebahasaan yang
menemukan konsep sendiri melalui langkah-
didapatkan dari respon siswa mendapatkan respon
langkah ilmiah.
terendah dari keseluruhan kriteria yang ada.
Kriteria kebahasaan yang didapatkan dengan rata- 2. Bagi siswa disarankan untuk dapat belajar
rata sebesar 78,33% tetapi masih dikategorikan secara mandiri dan dapat menerapkan tahap
layak. Dari hasil penilaian siswa menunjukkan pembelajaran inkuiri terbimbing dalam
bahwa beberapa siswa menganggap istilah yang pembelajaran berikutnya.

EDUSAINS. Volume 7 Nomor 01 Tahun 2015, 46-47


Copyright © 2015 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281
Nurhidayah R, Dedi I, Nanda S.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar Ratna AS, Sulistyo S, dan Agung NCS.
dapat membuat modul berbasis inkuiri Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia
terbimbing pada materi lainnya. Berbasis Blog untuk Materi Struktur Atom
dan Sistem Periodik dan Sistem Periodik
DAFTAR PUSTAKA
Unsur SMA Kelas XI. 2014. Jurnal
Abdul M. 2011. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Kimia (JPK) 3: 7-15.
Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.
Rayandra A. 2012. Kreatif Mengembangkan Media
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta.
Affa AS. “Pengembangan Modul Fisika Berbasis
Retno DS. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia.
Metakognisi Pada Materi Pokok Elastisitas
Yogyakarta: Graha Ilmu.
dan Gerak Harmonik Sederhana.” 2013.
Skripsi pada Universitas Islam Negeri Sunan Riduwan dan Sunarto. 2013. Pengantar Statistika
Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta: tidak untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial,
dipublikasikan. Ekonomi Komunikasi, dan Bisnis. Bandung:
Alfabeta.
Andi P. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan
Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Siti M, Herlina F, dan Yuni SR. Pengembangan
LKS Berbasis Inkuiri Materi Pemerolehan
Azti K, Utiya A, dan Laily R. Pengembangan
Nutrisi Tumbuhan SMP Kelas VIII. 2013.
Lembar Kerja Siswa Inkuiri Tema Hujan
Jurnal BioEdu 2: 175-178.
Asam Untuk IPA SMP. 2013. Jurnal
Pendidikan Sains e-Pensa 01: 131-140. Thomas JL II, Thomas JM, and James BR. 2002.
Instructional Models Strategies for Teaching
Chomsin SW dan Jasmadi. 2008. Panduan
in a Diverse Society. USA: Wadsworth.
Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi.
Jakarta: PT Elex Media Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran
Komputindo. Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat
Daryanto. 2013. Menyusun Modul (Bahan Ajar
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
untuk Persiapan Guru dalam Mengajar).
Kencana.
Yogyakarta: Gava Media.
Trianto IBA. 2013. Mendesain Model
Depdiknas,. 2008. Panduan Pengembangan Bahan
Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan
Kontekstual Konsep, Landasan,
Nasional.
dan Implementasinya Pada Kurikulum 2013
Dyah SD, Nur N, dan Eko SK. 2013. (Kurikulum Tematik Integratif/KTI).
Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Jakarta: Prenadamedia Group.
Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing
Uski A, Herlina F, dan Rahardjo. Pengembangan
Untuk Mengoptimalkan Kemampuan
Perangkat Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Berpikir Kritis Peserta Didik Pada Materi
Pada Materi Pencemaran Lingkungan
Listrik Dinamis SMA Negeri 3 Purworejo
Dalam Upaya Melatih Keterampilan Berpikir
Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013.
Kritis Siswa Kelas X SMA. 2012. Jurnal
Jurnal Radiasi 3: 58-62.
BioEdu 1: 39-44.
Mulyasa E. 2005. Menjadi Guru Profesional
Zulfiani, Tonih F, dan Kinkin S. 2009. Strategi
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga
Menyenangkan. Bandung: PT Remaja
Penelitian UIN Jakarta.
Rosdakarya.

EDUSAINS. Volume 7 Nomor 01 Tahun 2015, 47-47


Copyright © 2015 | EDUSAINS | p-ISSN 1979-7281 | e-ISSN 2443-1281

Anda mungkin juga menyukai