Anda di halaman 1dari 305

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA SUKU SAMIN

DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP-KONSEP

MATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister

Pendidikan Matematika

Disusun oleh:

FAIQ AL AHADI

0401517047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis Dengan Judul ―EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA

SUKU SAMIN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP-

KONSEP MATEMATIKA‖

Nama : FAIQ AL AHADI

NIM : 0401517047

Program Studi : Pendidikan Matematika (S2)

Telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Ujian Tesis.

Semarang, 04 - 02 - 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Zaenuri Mastur, S.E, M.Si, Akt Dr. rer.nat. Adi Nur Cahyono, M.Pd

NIP: 196412231988031001 NIP: 198203112008121003

i
PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya

Nama : FAIQ AL AHADI

Nim : 0401517047

Program studi : PENDIDIKAN MATEMATIKA

Menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis yang berjudul ―EKSPLORASI


ETNOMATEMATIKA PADA SUKU SAMIN DAN HUBUNGANNYA
DENGAN KONSEP-KONSEP MATEMATIKA‖ ini benar-benar karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya secara
pribadi siap menanggung resiko/sanksi hukum yang dijatuhkan apabila
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.

Semarang, 04 Februari 2020

Yang membuat pernyataan,

FAIQ AL AHADI

NIM. 0401517047

ii
PENGESAHAN UJIAN TESIS

Tesis dengan judul ―EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA

SUKU SAMIN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP-


KONSEP MATEMATIKA‖ karya,
Nama : FAIQ AL AHADI
NIM : 0401517047
Program Studi : PENDIDIKAN MATEMATIKA
telah dipertahankan dalam sidang panitia ujian tesis Program Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang pada hari Selasa, tanggal 04 Februari 2020.
Semarang, 04- 02- 2020

Ketua, Sekretaris,

(Prof. Dr. Agus Nuryatin, M. Hum.) (Prof. Dr. Kartono, M. Si.)


NIP (196008031989011001) NIP (195602221980031002)

Penguji I, Penguji II,

(Dr. Tri Sri Noor Asih, S. Si., M. Si) (Dr. rer.nat. Adi Nur Cahyono, M. Pd)
NIP (197706142008122002) NIP (198203112008121003)

Penguji III,

Prof. Dr. Zaenuri Mastur, S. E, M. Si, Akt


NIP (196412231988031001)

iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN

Motto
Pembelajaran bahan ajar bernuansa Etnomatematika suku Samin dengan model
CTL efektif untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa.

Persembahan

Almamater Pascasarjana Universitas

Negeri Semarang

iv
ABSTRAK

Ahadi, Faiq Al. 2020. Eksplorasi Etnomatematika pada Suku Samin dan
Hubungannya dengan Konsep-Konsep Matematika Dalam Pembelajaran
Kontekstual. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Zaenuri, S.E,
M.Si, Akt., Pembimbing II Dr. rer. Nat. Adi Nur Cahyono, M.Pd.

Kata Kunci: Etnomatematika Budaya Suku Samin, Konsep-Konsep Matematika.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan konsep-konsep matematika


pada budaya Suku Samin. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 4
Ngawen. Jenis penelitian ini adalah mixed methods. Desain penelitian One Group
Pretest Posttest Design. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes,
observasi, dokumentasi, dan wawancara.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 1) bentuk-bentuk
etnomatematika di Suku Samin termuat dalam upacara adat berupa waktu
pelaksanaan upacara adat, tidak memiliki kesenian, bangunan berupa rumah
Bekuk Lulang, mata pencaharian berupa tani (kelender musim Suku Samin, taun,
tuwan/wulan,dino, wengi,suro, mangsa udan,mangsa garing ) dan peternak (sapi
dan kambing), anyaman berupa Klasa Pandan, tenunan berupa ikat kepala
(Blangkon), permainan tradisional berupa Dakon ,delikan dan jamuran, makanan
tradisional berupa Tumpeng dan Ketupat. 2) Hubungan bentuk-bentuk
etnomatematika Suku Samin dengan konsep-konsep matematika yaitu pola
bilangan, operasi bilangan bulat, geometri dan pengukuran. 3) Pembelajaran
matematika di kelas VIII-A dengan model Kontekstual efektif meningkatkan hasil
belajar siswa.

v
ABSTRACT

Ahadi, Faiq Al. 2020. Exploration of Ethnomatematics in the Samin Tribe and Its
Relationship with Mathematical Concepts In The Contextual Learning.
Tesis. Mathematics Education Study Program. Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang. Advisor I Prof. Dr. Zaenuri, S.E, M.Si, Akt., Advisor II
Dr. rer. Nat. Adi Nur Cahyono, M.Pd.

Keywords: Ethnomatematics of Samin Culture, Mathematical Concepts.

This study aims to find mathematical concepts in the culture of the Samin
Tribe. The subjects of this study were grade VIII students of SMP N 4 Ngawen.
This type of research is mixed methods. research design is One Group Pretest
Posttest Design. Data collection techniques using tests, observations,
documentation, and interviews.
Based on the research results 1) Ethnomatematics forms in the Samin
tribe contained in traditional ceremonies in the form of the implementation of
traditional ceremonies, do not have art, buildings in the form of Bekuk Lulang
house, livelihood in the form of farmers (Samin tribal calendar, taun, tuwan /
wulan, dino, wengi , suro, mangso udan, mangso garing) and breeders (cows and
goats), woven in the form of Klasa Pandan, woven in the form of a headband
(Blangkon), traditional games in the form of Dakon, delikan and jamuran,
traditional food in the form of Tumpeng and Ketupat. 2) Relationship between
ethnomatematic forms of the Samin tribe with mathematical concepts namely
number patterns, integer operations, geometry and measurements. 3) Learning
mathematics in class VIII-A with the Contexrual model effectived to improved
the result of students learning.
.

vi
PRAKARTA

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke-hadirat Allah


SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis tesis
yang berjudul ― Eksplorasi Etnomatematika pada Suku Samin dan Hubungannya
dengan Konsep-Konsep Matematika Dalam Pembelajaran Kontekstual” dapat
terselesaikan. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar
Magister pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang.
Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih peneliti
sampaikan kepada para pembimbing: Prof. Dr. Zaenuri, S.E, M.Si, Akt
(Pembimbing I) dan Dr. Rer. Nat. Adi Nur Cahyono, M. Pd. (Pembimbing II).
Peneliti juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya:
1. Direksi Pascasarjana UNNES, Koordinator Program Studi dan Sekretaris
Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNNES yang telah
memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.
2. Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana UNNES, yang telah memberikan
bimbingan dan ilmu selama menempuh pendidikan.
3. Kepada Bapak dan Ibu serta keluarga yang telah memberikan motivasi dalam
menempuh jenjang pendidikan di Pascasarjana UNNES.
4. Kepada Faiz Al Ahadi, M. Pd dan Silvi Prisha Bahri, M. Pd yang telah
menemani proses berlangsungnya penyelesaian tesis.
5. Rekan-rekan sejawat PPS A2 Reguler angkatan 2017.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Semarang, 04-02-2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................................ii

PENGESAHAN UJIAN TESIS .......................................................................iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................iv

ABSTRAK .........................................................................................................v

ABSTRACT .......................................................................................................vi

PRAKARTA ......................................................................................................vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................viii

DAFTAR TABEL..............................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................5

1.3 Rumusan Masalah .........................................................................................5

1.4 Tujuan ...........................................................................................................6

1.5 Manfaat penelitian.........................................................................................6

1.6 Penegasan Istilah ...........................................................................................7

1.7 Kajian Teori ..................................................................................................9

viii
BAB II LANDASAN TEORI ..........................................................................31

2.1 Kerangka Teoritis ..........................................................................................31

2.2 Kerangka Berfikir .........................................................................................33

2.3 Hipotesis .......................................................................................................36

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................37

3.1 Desain Penelitian...........................................................................................37

3.2 Strategi Penelitian .......................................................................................37

3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................37

3.4 Variabel Penelitian .......................................................................................38

3.5 Lokasi Penelitian ...........................................................................................38

3.6 Data dan sumber Data Penelitian .................................................................38

3.7 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ............................................................40

3.8 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................42

3.8.1 Teknik Pengumpulan Data Kualitatif.........................................................42

3.8.2 TeknikPengumpulan Data Kuantitatif........................................................44

3.9 Teknik Analisis dan Keabsahan Data ..........................................................45

3.10Teknik Analisis dan Keabsahan Data Kualitatif .........................................45

3.10.1 Teknik Analisis Data Kualitatif ..............................................................45

3.10.2 Teknik Keabsahan Data Kualitatif ...........................................................51

3.11 Teknik Analisis dan Keabsahan Data Kuantitatif ......................................57

3.11.1 Metode Tes ...............................................................................................57

3.11.2 Uji Normalitas ..........................................................................................63

3.11.3 Analisis Validitas Suplemen Bahan Ajar .................................................65

ix
3.11.4 Analisis Validitas Perangkat Pembelajaran .............................................67

3.11.5 Uji Hipotesis ............................................................................................67

3.11.6 Analisis Angket Respon Siswa ...............................................................70

3.11.7 Analisis Aktivitas Guru dalam Pembelajaran ..........................................73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................75

4.1 Hasil Penelitian ...........................................................................................75

4.1.1Bentuk-bentuk Etnomatematika pada kebudayaan Masyarakat Suku Samin

.............................................................................................................................75

4.1.2Hubungan Bentuk-bentuk Etnomatematika pada kebudayaan Masyarakat

Suku Samin dengan Konsep-Konsep Matematika ....................................89

4.1.3 Efektifitas model kontekstual dengan memasukkan unsur kebudayaan

masyarakat suku samin .............................................................................103

4.1.3.1.Uji Hipotesis ...........................................................................................103

4.1.3.1.1 Uji Hipotesis I (Uji Rata-Rata Terhadap KKM) .................................103

4.1.3.1.2 Uji Hipotesis II (Ketuntasan Belajar) ..................................................104

4.2 Pembahasan .................................................................................................106

4.2.1Bentuk-bentuk Etnomatematika pada kebudayaan Masyarakat Suku

Samin .........................................................................................................106

4.2.2 Hubungan Bentuk-bentuk Etnomatematika pada kebudayaan Masyarakat

Suku Samin dengan Konsep-Konsep Matematika .....................................112

4.2.3 Efektifitas model kontekstual dengan memasukkan unsur kebudayaan

masyarakat suku samin ..............................................................................114

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................119

x
5.1 Simpulan ......................................................................................................119

5.2 Saran .............................................................................................................120

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................122

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................133

Lampiran A ........................................................................................................134

Lampiran B .........................................................................................................197

Lampiran C .........................................................................................................250

Lampiran D ........................................................................................................257

Lampiran E ..........................................................................................................284

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Sintaks Pembelajaran Model Kontekstual Bernuansa Etnomatematika

................................................................................................................................27

Tabel 1.2Kalender................................................................................. ................ 29

Tabel 2.1Kerangka Teoritis ............................... ................................................... 32

Tabel 2.2Skema Kerangka Berfikir....................................................................... 35

Tabel 3.1Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data............................ ................. 40

Tabel 3.2Kriteria Validitas Bahan Ajar............................. ....................................51

Tabel 3.3Tingkat Kesukaran Soal......................... ................................................ 61

Tabel 3.4Daya Pembeda Soal .......................................................................... .... 62

Tabel 3.5Uji Liliefors ............................................................... ........................... 64

Tabel 3.6Analisis Data Awal dengan Excel....................................................... .. 65

Tabel 3.7Analisis Data Awal dengan SPSS......................................................... . 65

Tabel 3.8 Kriteria Validitas Bahan Ajar .............................................................. 66

Tabel 3.9 Kriteria Validitas Perangkat Pembelajaran ........................ .................. 67

Tabel 3.10 Kriteria Penilaian Respon Siswa........................ ................................. 71

Tabel 3.11 Angket Respon Siswa dalam Pembelajaran........................ ................ 72

Tabel 3.12 Kriteria Penilaian Observasi Terhadap Aktivitas Guru dalam

Pembelajaran........................ .............................................................. 73

Tabel 3.13 Data Observer........................ ............................................................. 73

Tabel 3.14 Analisis Pelaksanaan Model Konterkstual dalam

Pembelajaran........................ .............................................................. 74

Tabel 4.1 Bentuk-Bentuk Etnomatematika Pada Kebudayaan Suku Samin ..........88

xii
Tabel 4.2 Pengukuran Waktu ...............................................................................102

Tabel 4.3 Hubungan Bentuk-Bentuk Etnomatematika Dengan Konsep-Konsep

Matematika ..........................................................................................103

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data Miles &Huberman......................... 47

Gambar 3.2 Komponen dalam Analisis Data ....................... ................................ 47

Gambar 3.3 Analisis Pelaksanaan Model Konterkstual dalam

Pembelajaran.................................................................................... 74

Gambar 4.1 Suronan.............................................................................................. 77

Gambar 4.2 Sedekah Bumi........................ ........................................................... 78

Gambar 4.3 Ngalungi Sapi........................ ............................................................ 79

Gambar 4.4 Jamasan........................ ..................................................................... 79

Gambar 4.5 Pernikahan Suku Samin........................ ............................................ 80

Gambar 4.6 Upacara Campur Bawur........................ ............................................ 81

Gambar 4.7 Rumah Bekuk Lulang........................................................................ 82

Gambar 4.8 Padi dan Jagung................................................................................. 83

Gambar 4.9 Hewan Sapi dan Kambing........................ ......................................... 84

Gambar 4.10 Klasa Pandan........................ ........................................................... 84

Gambar 4.11 Ikat (Blangkon) dan Baju Masyarakat Samin........................ ......... 85

Gambar 4.12 Jamuran........................ ................................................................... 86

Gambar 4.13Dakoni........................ ...................................................................... 87

Gambar 4.14 Delikan........................ .................................................................... 88

Gambar 4.15 Tumpeng dan Ketupat........................ ............................................. 88

Gambar 4.16 Hubungan Tradisi Ngalungi Sapi Kebudayaan Suku Samin dengan

Konsep Pola Bilangan Segitiga........................ .............................90

xiv
Gambar 4.17 Hubungan Klasa Pandan Kebudayaan Suku Samin dengan Konsep

Pola Bilangan Persegi........................ ............................................ 91

Gambar 4.18 Hubungan Klasa Pandan Kebudayaan Suku Samin dengan Konsep

Pola Bilangan Persegi Panjang........................ ............................. 92

Gambar 4.19 Hubungan Petak Umpet Kebudayaan Suku Samin dengan Konsep

Pola Bilangan Pascal........................ ............................................. 93

Gambar 4.20 Hubungan Jamasan Kebudayaan Suku Samin dengan Konsep Pola

Bilangan Fibonacci........................ ................................................ 95

Gambar 4.21 Hubungan Rumah Adat Bekuk Lulang Suku Samin dengan Konsep

Trapesium........................ .............................................................. 96

Gambar 4.22 Hubungan Klasa Pandan Suku Samin dengan Konsep

Persegi........................ ................................................................... 97

Gambar 4.23 Hubungan Ikat Kepala Suku Samin dengan Konsep

Tabung........................ ................................................................... 98

Gambar 4.24 Hubungan Permainan Dakon Suku Samin dengan Konsep

Bola.................................................................................................99

Gambar 4.25 Hubungan Permainan Jamuran Suku Samin dengan Konsep

Lingkaran......................... ............................................................ 100

Gambar 4.26 Hubungan Tumpeng Suku Samin dengan Konsep

Kerucut........................ ................................................................ 101

Gambar 4.27 Hubungan Mkanan Khas (Ketupat) Suku Samin dengan Konsep

Belah Ketupat........................ ...................................................... 102

xv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Lampiran A.1 Silabus...........................................................................................135

Lampiran A.2 RPP..................... ..........................................................................138

Lampiran A.3 Soal Uji Coba Tipe A dan Soal Uji Coba Tipe B.................... .....146

Lampiran A.4 Jawaban Uji Coba Tipe A dan Soal Uji Coba Tipe B................. 152

Lampiran A.5 Angket...........................................................................................158

Lampiran A.6 Lembar Observasi....................... ..................................................160

Lampiran A.7 Lembar Wawancara....................... ...............................................164

Lampiran A.8 Lembar Aktivitas Guru...................... ...........................................171

Lampiran A.9 Reduksi... ......................................................................................173

Lampiran A.10 Modul....................... ...................................................................174

LAMPIRAN B

Lampiran B.1 Hasil Uji Coba Soal Tipe A dan B...................... ..........................198

Lampiran B.2 Soal Pretest dan Jawaban....................... .......................................204

Lampiran B.3 Soal Postest dan Jawaban..............................................................209

Lampiran B.4 Hasil Angket Respon Siswa Kelas Eksperimen...........................214

Lampiran B.5 Hasil Observasi....................... ......................................................215

Lampiran B.6 Hasil Wawancara...................... ....................................................222

Lampiran B.7 Hasil Aktivitas Guru....................... ..............................................242

LAMPIRAN C

Lampiran C.1 Uji Normalitas...............................................................................251

Lampiran C.2 Uji Rata-Rata Mengacu pada KKM...................... ........................253

xvi
Lampiran C.3 Uji Ketuntasan Klasikal...................... ..........................................256

LAMPIRAN D

Lampiran D.1 Lembar Validasi Silabus............. ..................................................258

Lampiran D.2 Lembar Validasi RPP............. ......................................................264

Lampiran D.3 Lembar Validasi Bahan Ajar............. ...........................................270

Lampiran D.4 Lembar Validasi Soal............. ......................................................276

Lampiran D.5 Lembar Validasi Angket............. ..................................................280

LAMPIRAN E

Lampiran E.1 Surat Penelitian dari Kampus....... .................................................285

Lampiran E.2 Dokumentasi Penelitian ................................................................286

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah pembudayaan dan pembiasaan hidup dengan tata nilai

yang diyakini kebenarannya (Maharani, 2018). Pendidikan matematika sebagai

salah satu aspek pendidikan memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

pendidikan khususnya di dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

berkualitas (Pramono, 2017). Penelitian tersebut sejalan dengan (Wardono &

Mariani, 2014: 362) yaitu salah satu penyebabnya adalah karena mutu

pendidikan yang masi rendah masyarakat Indonesia juga masih kurang sadar akan

pentingnya pendidikan, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat

dari manfaat belajar.

Matematika dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa dipisahkan, hal ini

karena pertumbuhan dan perkembangan matematika terjadi karena adanya

tantangan hidup yang dihadapi manusia diberbagai wilayah dengan berbagai latar

belakang budaya yang berbeda sehingga hasil dari pemecahan masalah/olah pikir

adalah matematika itu sendiri. Matematika mempelajari tentang keteraturan,

tentang struktur yang terorganisir, konsep-konsep matematika tersusun secara

hirarkis, berstruktur dan sistematika, mulai dari konsep yang paling sederhana

sampai matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sehingga disebut

objek mental, objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu meliputi:

1
2

Simbol, merupakan suatu lambang dari suatu objek atau pernyataan. Konsep,

merupakan suatu lambang dari suatu ide abstrak yang digunakan untuk

menggolongkan sekumpulan objek. Simbol dan konsep itu merupakan bagian dari

budaya sehingga sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sembiring (Wahyuni,

2012) bahwa matematika adalah kontruksi budaya manusia. Proses pembelajaran

tidak bisa dipungkiri bahwa budaya memiliki peran yang sangat penting. Rahman

(2014) mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika tidak hanya untuk

melatih pola pikir siswa agar dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis,

cermat dan tepat, akan tetapi juga agar terbentuk kepribadian siswa yang terampil

menggunakan matematika dalam kehidupan nyata. Oleh sebab itu sangat

beralasan dengan adanya pembelajaran yang dikaitkan dengan budaya diharapkan

dapat membuat pembelajaran tersebut lebih menyenangkan sehingga siswa dapat

menerima dan memahami materi yang diajarakan dengan baik.

Memudarnya nilai-nilai tradisional, serta dengan berkembangnya

teknologi dan ditambahnya budaya asing yang masuk dikawatirkan bisa mengikis

budaya sendiri. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman

mengenai nilai budaya. Budaya sebagai cara hidup dibentuk oleh nilai, tradisi,

kepercayaan, objek material, dan wilayah, memiliki sifat dinamis, secara

fundamental bertahan lama dalam masyarakat tetapi juga berubah dalam

komunikasi dan interaksi sosial yang rutin (Williams (Rahayu, 2014: 56)). Taylor

(Haviland, 2002) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan dari

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan dan kecakapan

lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu
3

budaya dalam kehidupan bermasyarakat tidak bisa dipisahkan karena budaya itu

sendiri adalah cerminan kehidupan bersosialisai dalam bermasyarakat dan

begitupun juga budaya dan pendidikan. Budaya sebagai ungkapan suatu tingkah

laku atau perilaku yang tercermin dari proses kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan sebagai landasan negara yang memperkokoh suatu bangsa sehingga

peran budaya dan pendidikan sangatlah penting.

Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Eddy (Wahyuni, 2013)

bahwa pelestarian kebudayaan daerah dan pengembangan kebudayaan nasional

melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal, dengan

mengaktifkan kembali segenap wadah dan kegiatan pendidikan. Pendidikan dan

budaya adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari,

karena budaya merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh, berlaku dalam

suatu masyarakat dan pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap

individu dalam masyarakat.

Nilai budaya yang terkandung memiliki banyak aspek-aspek yang

dibutuhkan dalam pembelajaran seperti nilai-nilai adat istiadat, perilaku, benda-

benda dan lain-lain. Nilai budaya haruslah ditanamkan sejak dini pada setiap

individu agar tiap individu bisa memahami, menjalani serta menghargai. Salah

satunya adalah adat samin. Masyarakat Samin merupakan suatu kelompok

masyarakat tradisional yang tinggal di daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa

Timur yang mempunyai budaya unik dan banyak menyimpan nilai-nilai tradisi

(Jumari, 2012). Istilah Samin ada dua pengertian yaitu pertama, berasal dari

kiratabasa kata Samin, yakni tiyang sami-sami atau sami-sami amin yang berarti
4

bahwa semua orang adalah sama atau bersaudara (sedulur). Mereka juga

mempunyai persepsi bahwa orang non-Samin yang bersedia untuk berinteraksi

sosial dengan mereka pun dianggapnya sedulur (Icuk, 2015). Pengertian kedua,

berasal dari nama Surontiko atau Surosentiko, yakni Samin, orang yang dianggap

sebagai pemimpin komunitas mereka (Endrayadi, 2013: 86 (Alamsyah, 2015)).

Sebuah pembelajaran banyak aspek yang saling terkait, dalam pembelajaran

matematika salah satunya keterkaitan matematika terhadap budaya yang

mempengaruhi pembelajaran. Matematika dan budaya adalah dua hal yang saling

terkait erat (Hardiarti, 2017). Pembelajaran matematika akan lebih efektif apabila

contoh diambil dari konteks budaya daerah tertentu (Barton, 1996: 203).Suatu

pembelajaran terutama di daerah yang memiliki bahasa budaya daerah sendiri

harus ada yang menjembatani antara pendidikan dan budaya yaitu

etnomatematika. Etnomatematika merupakan istilah baru dalam matematika yang

mengaitkan budaya dengan konsep matematika. Istilah etnomatematika berasal

dari kata ethnomathematics, yang diperkenalkan oleh D’Ambrosio seorang

matematikawan Brazil pada tahun 1977. Terbentuk dari kata ethno, mathema, dan

tics. Awalan ethno mengacu pada kelompok kebudayaan yang dapat dikenali,

seperti perkumpulan suku di suatu negara dan kelas-kelas profesi di masyarakat,

termasuk pula bahasa dan kebiasaan mereka sehari-hari. Kemudian, mathema

disini berarti menjelaskan, mengerti, dan mengelola hal-hal nyata secara spesifik

dengan menghitung, mengukur, mengklasifikasi, mengurutkan, dan memodelkan

suatu pola yang muncul pada suatu lingkungan. Akhiran tics mengandung arti seni

dalam teknik. Secara istilah etnomatematika diartikan sebagai matematika yang


5

dipraktikkan di antara kelompok budaya diidentifikasi seperti masyarakat nasional

suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas

professional (D’Ambrosio, 1985: 44-48 (Putri, 2017)).

Menurut Barton (1996), ethnomathematics mencakup ide-ide matematika,

pemikiran dan praktik yang dikembangkan oleh semua budaya. Ethnomathematics

juga dapat dianggap sebagai sebuah program yang bertujuan untuk mempelajari

bagaimana siswa untuk memahami, memahami, mengartikulasikan, mengolah,

dan akhirnya menggunakan ide-ide mate-matika, konsep, dan praktek-praktek

yang dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari

mereka. Menurut Shirley (2001: 86) etnomatematika adalah belajar tentang

model-model belajar tentang budaya

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Eksplorasi etnomatematika suku Samin berupa aktivitas dan artefak

masyarakat suku Samin dan hubungannya dengan konsep-konsep

matematika.

1.2.2 Penelitian ini dilaksanakan di dukuh Karangpace Desa Klopoduwur

Kecamatan Bajarejo Kabupaten Blora.

1.2.3 Kurangnya pemahaman konsep dalam proses pembelajaran matematika.

1.2.4 Belum tersedianya buku suplemen matematika pada tingkat smp yang

bernuansa budaya lokal.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


6

1.3.1 Bagaimana bentuk-bentuk kebudayaan yang ada pada budaya masyarakat

suku Samin di Kabupaten Blora?

1.3.2 Bagaimana hubungan bentuk-bentuk kebudayaan dalam budaya

masyarakat suku Samin dengan konsep-konsep matematika?

1.3.3 Apakah model pembelajaran kontekstual dengan memasukkan unsur

kebudayaan masyarakat suku Samin efektif meningkatkan hasil belajar

siswa?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1.4.1 Mengeksplor bentuk-bentuk kebudayaan yang ada pada budaya

masyarakat suku Samin di Kabupaten Blora

1.4.2 Menganalisis hubungan bentuk-bentuk kebudayaan dalam budaya

masyarakat suku Samin dengan konsep-konsep matematika

1.4.3 Untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran kontekstual dengan

memasukkan unsur kebudayaan masyarakat suku Samin dalam

meningkatkan hasil belajar siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Bagi masyarakat dan peserta didik, diharapkan adanya penelitian ini sadar

akan pentingnya pendidikan matematika yang tanpa disadari masyarakat

dan peserta didik telah menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-

hari dengan adanya kesadaran itu mereka termotivasi dalam pendidikan.


7

1.5.2 Untuk guru dan peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber

informasi/referensi dalam mengembangkan bahan ajar bernuansa

etnomatematika.

1.5.3 Bagi Pemda Kabupaten Blora, penelitian ini menjadi bahan masukan

dalam mengembangkan mutu pendidikan di Kabupaten Blora.

1.6 Penegasan Istilah

1.6.1 Etnomatematika

Penelitian tentang etnomatematika pertama kali diperkenalkan pada tahun

1977 oleh D’Ambrosio, yang merupakan seorang metematikawan Brasil. Beliau

mendefinisikan etnomatematika sebagai berikut: ―the prefix etho accepted as a

very broad term that refers the socialcultural context and therefore includes

language, jargon, and codes of behavior, myths, and symbols. The derivation of

mathema is difficult, but tends to mean to explain, to know, to understand, and to

do activities such as ciphering, measuring, classifying, inferring, and modeling.

The suffixtics is derived from techne, and has the same root as technigue‖ (Rosa

& Orey, 2011).

1.6.2 Budaya

Taylor (Haviland, 2002) mendefinisikan budaya sebagai seluruh aktivitas

manusia termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum adat istiadat dan

kebiasaan-kebiasaan lainnya.

1.6.3 Matematika

Hudojo (1988) menyimpulan matematika sebagai ilmu yang berkenaan

dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarki dan


8

penalarannya deduktif. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai

disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia (Amiluddin R & Sugiman

S, 2016).

1.6.4 Konsep

Konsep merupakan ide abstrak yang dapat digunakan untuk

menggolongkan atau mengklarifikasikan sekumpulan objek. Konsep berhubungan

erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang membatasi suatu konsep.

Dengan adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambing

dari konsep yang didefinisikan.

1.6.5 Konsep matematika

Konsep matematika merupakan unsur sistem matematika yang

mengkomunikasikan pengertian atau menjelaskan sesuatu yang bersifat abstrak.

Suherman (2003) mengatakan bahwa konsep adalah ide abstrak yang

memungkinkan kita dalam mengelompokian objek ke dalam contoh dan non

contoh. Dalam penelitian ini bentuk-bentuk etnomatematika dikaitkan dengan

kosep-konsep matematika dalam proses pembelajaran.

1.6.6 Keefektifan pembelajaran

Efektifitas pembelajaran mengarah pada berhasil tidaknya seluruh

komponen pembelajaran untuk mencapai tujuan pebelajaran. Pembelajaran

kontekstual berbantuan buku pelajaran matematika bernuansa etnomatematika

kebudayaan masyarakat suku Samin dikatakan efektif jika (1) kemampuan siswa

dalam pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen bahan ajar


9

matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin

mencapai rata-rata kriteria ketuntasan minimal (KKM); (2) kemampuan siswa

dalam pembelajaran pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen

bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku

Samin mencapai ketuntasan klasikal; (3) respon siswa terhadap pembelajaran

baik.

1.7 Kajian Teori

1.7.1 Matematika

James dan james (1976) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu

tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang

berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi

ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.

Bruner dalam Hudoyo (1990: 48) belajar matematika adalah belajar

mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam

materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan

struktur-struktur matematika itu. Selanjutnya pengembangan keterampilan

intelektual anak dalam mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep

matematika), maka materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap

perkembangan kognitif/ pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat

diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi

akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara

optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan

yaitu model tahap enaktif, model ikonik dan model tahap simbolik.
10

Matematika yang diajarkan tidak hanya melatih siswa untuk berpikir dan

berargumentasi yang merupakan fungsi otak kiri tetapi juga mengasah fungsi otak

kanan untuk berpikir alternatif, eksploratif, kreatif, mendesain, dan optimasi,

sehingga melalui matematika siswa dibiasakan bekerja efisien, berusaha mencari

jalan keluar yang sederhana atau singkat, cermat, tidak ceroboh serta ketat dalam

berargumentasi (Sunismi & Nu’man, 2012). Rahman (2014) mengungkapkan

bahwa pembelajaran matematika tidak hanya untuk melatih pola pikir siswa agar

dapat memecahkan masalah dengan kritis, logis, cermat dan tepat, akan tetapi juga

agar terbentuk kepribadian siswa yang terampil menggunakan matematika dalam

kehidupan nyata. Serta diperhatikan bahwa siswa dapat dilihat dari keseriusannya

mengikuti pelajaran, menyelesaikan tugas dengan baik, berpartisipasi aktif selama

belajar, menyelesaikan tugas secara menyeluruh dan tepat waktu, dan merespons

dengan baik tantangan yang diberikan oleh guru (Fajri, 2016).

Tjiptiani (2016: 1939) siswa hendaknya belajar melalui partisi pasi aktif

dengan konsep - konsep dan prinsip -prinsip agar mereka memper oleh

pengalaman serta melakukan eksperimen - eksperimen sehingga mereka

menemukan konsep - konsep dan prinsip - prinsip itu sendiri. Siswa juga perlu

diberi kesempatan berperan sebagai pemecah masalah seperti yang dilakukan para

ilmuwan. Dengan cara tersebut diharapkan siswa mampu memahami konsep -

konsep dalam bahasa mereka sendiri

Oleh karena itu, pembelajaran matematika bisa dikaitkan dengan objek-

objek budaya. Dalam hal ini objek-objek budaya tersebut berupa artefak,

bangunan, makanan, upacara adat, pakaian, bahasa.


11

1.7.2 Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddayah yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Menurut

Koentjaningrat (2000) mengartikan kebudayaan sebagai seluruh gagasan dan

karya manusia yang dibiasakan dari belajar beserta keseluruhan hasil budi dan

karya manusia itu sendiri. Kebudayaan memiliki hal-hal yang saling terkait yan

bias digunakan untuk membangun karakter seseorang yang baik.

Kebudayaan adalah wujud ideal yang bersifat abstrak dan tak dapat diraba

yang ada dalam pikiran manusia berupa gagasan, ide, norma, keyakinan dan

sebagainya. Dalam setiap kebudayaan terdapat unsur-unsur yang juga dimiliki

oleh kebudayaan lain. Koentjaraningrat (2000) menyebutkan sebagai unsur-unsur

kebudayaan yang universal yang meliputi sistem religi dan upacara keagamaan,

mata pencaharian, dan sistem teknologi dan peralatan.. Koentjaningrat membagi

bentuk-bentuk kebudayaan yang universal ini menjadi 7 (tujuh) unsur kebudayaan

yang merupakan isi pokok kebudayaan yaitu kesenian, sistem teknologi dan

peralatan, sistemorgaisasi masyarakat, bahas, sistem mata pencaharian dan sistem

ekonomi, sistem pengetahuan dan sistem religi. Tiap-tiap unsur kebudayaan

universal tersebut menjelma ke dalam tiga wujud kebudayaan, yaitu (1) wujud

kebudayaan sebagai sebuah kompleks dari ide, gagasan, nilai, dan norma-norma.

(2) wujud kebudayaan sebagai sebuah kompleks aktivitas serta tindakan berpola

dari manusia dalam suatu masyarakat seta (3) wujud kebudayaan sebagai benda-

benda hasil karya manusia.


12

Hoeningnam dalam Koentjaningrat (2000) mengemukakan bahwa

kebudayaan diwujudkan manusia dalam gagasan (wujud ideal), aktivitas

(tindakan) dan artefak (karya). Hal ini disebabkan karena budaya lahir dari

tindakan dan kegiatan manusia dan budaya hadir dalam kehidupan manusia

sehari-hari. Gagasan (wujud ideal) kebudayaan adalah kebudayaan yang

berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan

sebagainya yang sifatnya astrak, tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud

kebudayaan ini terletak dalam alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat

menyatakan gagsan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari

kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para

penulis warga masyarakat tersebut. Aktivitas (tindakan) adalah wujud kebudayaan

sebagai suatu tindakanberpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini

sering pula disebut dengan sistem social. Sistem social ini terdiri dari aktivitas-

aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul

dengan mausia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata

kelakuan. Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari

akrivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-

benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya

paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Kenyataan dalam kehidupan

bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bias dipisahkan dari

wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur

dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
13

Berdasarkan penjelasan para ahli, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan

merupakan peninggalan hasil karya manusia yang berupa ide, aktivitas dan

artefak.

1.7.3 Etnomatematika

Secara bahasa, etnomatematika terdiri tiga kata yaitu awalan ―etno‖

diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial

budaya, termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos, dan simbol. Yang kedua

kata dasar ―mathema‖ cenderung berarti menjelaskan, mengetahui, memahami

dan melakukan kegiata seperti pengkodean, mengukur, mengklarifikasi,

menyimpulkan, dan yang terakhir pemodelan. Akhiran ―tik‖ berasal dari techne,

dan bermakna sama seperti teknik. Istilah tersebut kemudia disempurnakan

menjadi ―Saya telah menggunakan Etnomatematika sebagai mode, gaya, dan

teknik (tics) menjelaskan, memahami, dan menghadapi lingkungan alam dan

budaya (mathema) dalam sistem budaya berbeda (ethnos)‖ (Rachmawati, 2012:

4). Sama dengan pernytaan (Rosa, 2017: 11) etnomatematika berasal dari bahasa

Yunani ethno, mathema, dan tics. Ethno mengacu pada anggota kelompok dalam

lingkungan budaya yang diidentifikasi oleh tradisi budaya mereka, kode, simbol,

mitos, dan cara-cara khusus yang digunakan untuk berpikir dan menyimpulkan.

Mathema berarti menjelaskan dan memahami dunia untuk melampaui, mengelola

dan mengatasi kenyataan sehingga anggota kelompok budaya dapat bertahan

hidup dan berkembang, dan tics mengacu pada teknik seperti menghitung,

memesan, menyortir, mengukur, menimbang, menyandikan, mengklasifikasi,

menyimpulkan, dan memodelkan.


14

Menurut D’Ambosio (1985) menyatakan bahwa tujuan dari adanya

etnomatematika adalah untuk mengakui bahwa ada cara-cara berbeda dalam

melakukan matematika dengan mempertimbangkan pengetahuan matematika

akademik yang dikembangkan oleh berbagai sektor masyarakat serta dengan

mempertimbangkan modus yang berbeda dimana budaya yang berbeda

merundingkan praktek matematika mereka (cara mengelompokkan, berhitung,

mengukur merancang bangunan atau alat, bermain dan lainnya). Menurut Rosa

(2011: 35), berpendapat bahwa etnomatematika mencoba untuk membangun

hubungan antara ide dan prosedur matematika tertanam dalam praktik lokal dan

kerangka kerja konseptual akademik.

Dengan demikian, D’Ambrosio menjelaskan bahwa sebagai hasil dari

sejarah budaya matematika dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda dan

berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat pemakainya.

Etnomatematika menggunakan konsep matematika secara luas yang terkait

dengan berbagai aktivitas matematika, meliputi aktivitas mengelompokkan,

berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain, menentukan

lokasi, dan lain sebagainya (Rachmawati, 2012: 4).

Merujuk pada pendapat Rosa dan Orey (2014) serta Katsap dan Silverman

(2008), indikator etnomatematika adalah sebagai berikut:

a. Bentuknya konsisten

b. Memiliki sifat-sifat tertentu (seperti pada geometri)

c. Mempunyai pola matematis

d. Mempunyai aturan main yang matematis


15

e. Mempunyai kaitan dengan menghitung, mengukur, menimbang, dan

mengurutkan secara sistematis.

Tun (2014) mengatakan bahwa etnomatematika adalah ilmu

yang mempelajari hubungan antara matematika dengan budaya. Dengan

demikian, gagasan etnomatematika akan dapat memperkaya pengetahuan

matematika yang telah ada. Rubio (2016) mengatakan bahwa ethnomathematic

belajar adalah aplikasi pembelajaran yang diadaptasi dari konsep matematika

dalam kegiatan sehari-hari.

Adam, Alangui & Barton (2003) menyatakan bahwa terdapat lima

kemungkinan kurikulum etnomatematika dapat diterapkan, yaitu (1)

etnomatematika harus dirancang dalam konteks yang sesuai dan berarti; (2)

disampaikan dalam bentuk conten atau isi budaya khusus yang berbeda dengan

konsep matematika umumnya; (3) konsep berikutnya dalam kurikulum

etnomatematika adalah membangun ide bahwa etnomatematika berada pada

tahapan pengembangan pemikiran matematika yang terapkan dalam bidang

pendidikan; (4) penerapan kurikulum etnomatematika dapat menjadi bagian ide

matematika; dan (5) Kurikulum etnomatematika merupakan integrasi konsep dan

praktek matematika ke dalam budaya siswa.

Etnomatematika dipersepsikan sebagai lensa untuk memandang dan

memahami matematika sebagai produk budaya (Puspadewi & Gst. Ngurah Nila

Putra, 2014). Seperti penelitian yang dilakukan oleh Muhtadi (2017) bahwa kajian

etnomatematika bisa berupa kebudayaan suatu etnis, misal etnis Sunda. Hal ini

etnomatematika dikaitkan dengan budaya Suku Samin di Blora Jawa Tengah.


16

1.7.4 Kebudayaan masyarakat suku Samin

Liliweri (2003: 10) kebudayaan merupakan satu unit interpretasi, ingatan,

dan makna yang ada di dalam manusia dan bukan sekadar dalam kata-kata,

meliputi kepercayaan, nilai-nilai, dan normal, serta mempengaruhi perilaku

(tindakan) manusia yang melibatkan karakteristik suatu kelompok manusia dan

bukan sekedar pada individu.

Koendjaraningrat (1990) mengungkapkan ada tujuh unsur kebudayaan

yang sifatnya universal dan yang dapat ditemuakaan pada semua bangsa di dunia

yaitu (1) bahasa, dengan wujud ilmu komunikasi dan kesusteraan mencakup

bahasa daerah, pantun,syair, novel-novel, dan lain sebagainya; (2) sistem

pengetahuan, meliputi science (ilmuilmu eksak) dan humanities (sastra,

filsafat,sejarah, dsb); (3) organisasi sosial, seperti upacara-upacara (kelahiran,

pernikahan, kematian); (4) sistem peralatan hidup dan teknologi, meliputi pakaian,

makanan, alat-alat upacara, dan kemajuan teknologi lainnya; (5) sistem mata

pencaharian hidup; (6) sistem religi, baik sistem keyakinan, dan gagasan tentang

Tuhan, dewa-dewa, roh, neraka, surga, maupun berupa upacara adat maupun

benda-benda suci dan benda-benda religius (candi dan patung nenek moyang) dan

lainnya; dan (7) kesenian, dapat berupa seni rupa (lukisan), seni pertunjukan (tari,

musik,) seni teater (wayang), seni arsitektur (rumah, bangunan, perahu, candi,

dsb), berupa benda-benda indah, atau kerajinan.

Tiap-tiap unsur kebudayaan universal menjelma ke dalam tiga wujud

kebudayaan, yaitu (1) wujud kebudayaan sebagai sebuah kompleks dari ide,

gagasan, nilai dan norma-norma, (2) wujud kebudayaan sebagai sebuah kompleks
17

aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam sutu masyarakat, (3) wujud

kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningat, 2000).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan

merupakan hasil karya manusia dalam suatu kelompok dan lingkungan

lingkungan dimana seorang manusia berada baik berupa ide, aktivitas dan artefak,

hasil dari kebudayaan ini menjadi arah kehidupan bersama kelompok yang harus

dipatuhi.

Pembagian sebuah wilayah budaya tidak hanya mengacu pada batas-batas

fisik dan geografis. Sebuah wilayah budaya mengacu pada sebuah kawasan yang

memiliki konsep budaya yang sama, selanjutnya wilayah budaya tersebut dapat

menggambarkan adanya sumber budaya yang sama sehingga memiliki unsur

budaya yang sama pula (Wiradnyana, 2015).

Masyarakat Suku Samin merupakan masyarakat yang tinggal di daerah

jawa tengah salah satunya dikota Blora propinsi Jawa Tengah. Kata ‟Samin‟

berasal dari kata ‖sami-sami‖, ‖podo-podo‖ atau sama-sama. Artinya semua

manusia itu sama, ‖sing ora podo yoiku karepe‖, yang tidak sama adalah

keinginannya (wawancara dengan Wargono dan Nitirahayu, 2015). Berdasarkan

versi yang lain kata Samin berasal dari kata ‟sama‟ atau ‟samin‟ yang bermakna

―sami-sami amin‖, kata Samin diilhami nama tokoh komunitas Samin yakni Ki

Samin Surosentiko, kata Samin bermakna Sami Wonge (sesama manusia adalah

bersaudara), kata Samin bermakna sami-sami tiyange (sesama manusia) (Rosyid,

2012: 64).
18

Istilah Samin ada dua pengertian yaitu pertama, berasal dari kiratabasa

kata Samin, yakni tiyang sami-sami atau sami-sami amin yang berarti bahwa

semua orang adalah sama atau bersaudara (sedulur). Mereka juga mempunyai

persepsi bahwa orang non-Samin yang bersedia untuk berinteraksi sosial dengan

mereka pun dianggapnya sedulur (Wawancara dengan Icuk, 2015). Pengertian

kedua, berasal dari nama Surontiko atau Surosentiko, yakni Samin, orang yang

dianggap sebagai pemimpin komunitas mereka (Endrayadi, 2013: 86).

Kearifan (wisdom) adalah kebijaksanaan, sedangkan Samin merupakan

sebuah komunitas. Jadi kearifan komunitas Samin adalah adalah gagasan setempat

yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti

oleh anggota masyarakatnya. Beberapa nilai-nilai kearifan komunitas Samin

antara Ora seneng digunggung, ora serek di olo. Wong urip iku kudu: bener,

rukun, eling marang sepodo-podo kanti laku seng ati-ati, eleng, waspodo, sabar,

semeleh, lan seneng ati (Tidak suka puja, tidak marah jika dicerca, orang hidup

harus benar, rukun, memahami sesama, perilakunya hati-hati, memahami diri,

waspada, sabar, pasrah, dan berbahagia batin) (Rosyid, 2012: 64).

Interaksi dengan sesama bagi warga Samin memiliki pantangan.

Pantangan tersebut terpilah dalam tiga hal yakni ucapan, perbuatan, dan tabiat.

Interaksi antarsesama jika tidak memahami karakter dikhawatirkan terjadi

ketersinggungan. Untuk mengantisipasinya, ajaran Samin memberi rambu-rambu

berinteraksi bagi warganya dalam hal ucapan berupa pantangan yakni nyabdo,

pisoh-pisoh, sepoto, sumpah, lan nyumpahi awae dewe. Nyabdo adalah ungkapan

yang berisi sumpah-serapah kepada pihak lain karena merasa memiliki daya
19

linuwih (hebat). Pisoh-pisoh merupakan ungkapan bernada negatif sebagai

ekspresi kekecewaan kepada pihak lain karena dirugikan/dikecewakan. Sepoto

merupakan ekspresi lisan yang meneguhkan ketidakbenaran atau mengokohkan

kebenaran aktifitas yang telah dilakukannya kepada mitrakomunikasi. Sumpah

merupakan pernyataan secara lisan dari pengujar kepada pihak lain yang biasanya

karena faktor dakwaan. Nyumpahi awae dewe merupakan pernyataan secara lisan

dari pengujar kepada dirinya yang biasanya pembelaan karena faktor dakwaan

dari pihak lain yang merugikan dirinya (Rosyid, 2010: 65)

Segala barang/materi yang digunakan atau dikonsumsi warga Samin

berprinsip demunung te-e dewe (yang hanya miliknya). Hal ini dijadikan dasar

prinsip berinteraksi sosial berupa pertama, lung-tinulung, tang-piutang, nyileh

kudu mbalekno, lan utang kudu nyaur (saling menolong, saling menghutangi,

meminjam harus mengembalikan, dan hutang harus membayarnya). Kedua,

dipager betis tembok, ijeh aman dipager mangkok (jika mengharapkan keamanan

sosial, bukan karena rumah dipagar tembok, tetapi memagarnya dengan membagi

makanan. Ketiga, sedulur sikep kudu iso nglakoni ngalah, gunem sekecap tutuke

pangan secokotan. Barang apik nak iso ora kanggo dewe (Samin harus mengalah,

sedikit berbicara hingga makanan satu gigitan). Keempat, gunemem iki, sak iki

mbok dol sewu ora payu. Mbesok, mbok dol sekethi ora ngedoli, kuwe mbesok

diluru dulur (ungkapanmu sekarang dijual murah tidak laku, besuk, dibeli mahal

tidak kau jual, kamu besuk dicari saudaramu) (Rosyid, 2012: 144-153). Prinsip

beretikanya tidak berujar norak (saru, tidak sopan, dsb.) dengan ungkapan tindak
20

sepecak (dalam beraktivitas selalu dipikirkan terlebih dahulu) dan gunem sekecap

kanti bener (jika berbicara harus benar).

Pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan

belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya

sebagai bagian dari proses pembelajaran. (Muzakki & Fauziah, 2015). Karena itu,

para guru diharapkan dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran itu

memanfaatkan kearifan lokal sebagai sumber belajar (Rosdiyah, 2013). Adanya

kebudayaan yang dikaitkan dengan matematika tidak lepas dengan suatu model

pembelajaran yang mana guru dituntut untuk menciptakan lingkungan yang

kondusif bagi siswa. Dengan model pembelajaran yang tepat, siswa tidak hanya

mendengarkan dan menghafal materi yang diberikan oleh guru, tetapi peserta

didik juga aktif dalam mencari materi yang akan dipelajarinya. Dengan demikian

siswa terdorong/termotivasi untuk lebih memahami konsep mateatika yang baik

yang berkaitan dengan sekolah maupun masalah yang terjadi dalam kehidupan

masyarakat. Menurut Rochmad dan Masrukan (2016) pendukung utama dalam

keberhasilan pembelajaran yang dilakukan di kelas karena guru atau dosen

menggunakan model pembelajaran yang tepat, bervariasi, mengajar denganbaik

(good teaching) dan menggunakan pertanyaan yang baik (good question). Hal ini

cocok dengan model pembelajaran kontekstual.

1.7.5 Model kontekstual

Tujuan utama dari pembelajaran matematika adalah untuk membangun

kemampuan Matematika (Hendikawati, 2016). Menurut Marsigit (2014: 2)

Kehadiran inovasi pembelajaran sangat diperlukan agar pembelajaran matematika


21

bisa lebih menyenangkan. Serta dalam pembelajaran di kelas guru perlu melatih

dan membiasakan siswa untuk mengaitkan konsep-konsep dalam matematika

maupun dengan di luar matematika (Romli, 2016: 162). Salah satu hakekat

belajar adalah terjadinya perubahan seseorang berkat adanya pengalaman-

pengalaman (Khomsiatun & Retnawati, 2015). Menurut Putra (2017)

pembelajaran dapat dilakukan di kelas atau di lingkungan sekolah baik individu

maupun kelompok secara mandiri maupun membutuhkan bantuan agar lebih

fokus dan tertib dalam menjalankan aktivitasnya. Kompetensi tersebut diperlukan

agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,

tidak pasti dan kompetitif (Lahinda& Jailani, 2015). Salah satu kemampuan

pendidik yang harus diperhatikan adalah kemampuan pedagogik dalam

pengelolaan pembelajaran, seperti penggunaan strategi atau pendekatan, dan

perencanaan pembelajaran sesuai kondisi siswa (Rizka, 2014).

Definisi secara bahasa kata Contextual berasal dari kata contex yang

berarti ―hubungan, konteks, suasana, atau keadaan‖. Dengan demikian, contextual

diartikan ―yang berhubungan dengan suasana (konteks)‖. Sehingga, contextual

teaching and learning (CTL) dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran yang

berhubungan dengan suasana tertentu (Hosnan, 2014: 267).

CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan

kurikulum berbasis kompetensi dan cukup relevan untuk diterapkan di sekolah.

CTL adalah suatu konsep belajar di mana guru menghadirkan situasi dunia nyata

dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
22

dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan, sementara siswa memperoleh

pengetahuan sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai

bekal memecahkan masalah dalam kehidupannya (Nurhadi, 2004: 16). Dengan

kata lain CTL sebagai salah satu model pembelajaran dapat digunakan dapat

mengefektifkan dan menyukseskan implementasi dari kurikulum, dimana

pembelajaran ini menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran

dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu

menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan

sehari-hari (Elaine, 2008: 65).

Materi pelajaran akan tambah berarti jika siswa mempelajari materi

pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti

di dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan menjadi lebih

berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan

pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya

untuk membangun pengetahuan baru. Dan, selanjutnya siswa memanfaatkan

kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam berbagai konteks

di luar sekolah untuk menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks, baik

secara mandiri maupun dengan berbagai kombinasi dan struktur kelompok. Dalam

CTL, proses KBM dilakukan secara alamiah sehingga peserta didik dapat

mempraktekkan secara langsung materi yang dipelajarinya (Mulyasa, 2003: 65).

Keterkaitan materi dengan model CTL dituangkan dalam bahan ajar. Bahan ajar

merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam

pembelajaran, dengan bahan ajar yang baikguru beserta siswa akan lebih mudah
23

mencapai tujuan pembelajaran seperti yang ditetapkan kurikulum (Lestari dkk,

2018). Serta Penggunaan modul akan membantu siswa masuk mempelajari materi

yang akan dipelajari (Fathonah, 2019). Dengan demikian tujuan proses

pembelajaran matematika merupakan representasi dari proses-proses belajar yang

telah dilalui oleh siswa, sehingga pembelajaran diharapkan dilakukan secara

efektif yang berorientasi pada tujuan pendidikan matematika (Bahri, 2018).

Pembelajaran dengan menerapkan sistem CTL, mencakup delapan

komponen utama yang dijelaskan sebagai berikut.

a. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, CTL membuat siswa-siswi

mampu menghubungkan isi dari subjek-subjek akademik dengan konteks

kehidupan keseharian mereka untuk menemukan makna.

b. Melakukan pekerjaan yang berarti, ilmu saraf dan psikologi dengan jelas

menunjukkan betapa pentingnya pengaruh makna terhadap pembelajaran dan

kemampuan mengingat, sehingga dengan melakukan pekerjaan yang berarti

akan semakin memudahkan peserta didik untuk menanamkan konsep baru

dan memungkinkan untuk terus berada dalam long term memory nya.

c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri; ketika siswa-siswi

menghubungkan materi dengan konteks keadaan pribadi mereka sendiri,

maka mereka terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan

diri dan mereka akan menemukan minatnya, keterbatasan mereka sehingga

mereka akan menemukan siapa diri mereka sendiri.


24

d. Bekerja sama; dalam suatu kelas yang menggunakan model CTL, maka akan

selalu mengusung sistem kerja sama dalam kelompok untuk meningkatkan

kehidupan sosial dalam kelas.

e. Berpikir kritis dan kreatif.

f. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang.

g. Mencapai standar yang tinggi; standar tinggi yang dimaksud bukan hanya

meliputi standar akademis semata, melainkan pula standar tinggi dari

lingkungannya secara nyata, tugas ini menantang peserta didik untuk

menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam situasi dunia nyata

untuk tujuan tertentu.

h. Menggunakan penilaian autentik; penilaian ini memberi kesempatan pada

peserta didik untuk memperoleh umpan balik terhadap isi pelajaran dengan

lingkungannya sendiri (Elaine, 2008: 65).

Guru harus mendesain pembelajaran yang dapat membuat siswa mengatur

belajar sendiri seperti memberikan tugas terstruktur yang mendorong siswa untuk

mempersiapkan diri mereka (Millaty, 2019).

1.7.6 Konsep matematika

Menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001: 116) pemahaman konsep

(conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami konsep, operasi

dan relasi dalam matematika. menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001:

116) kompetensi strategis (strategic competence) merupakan suatu kemampuan

untuk merumuskan, merepresentasikan, serta menyelesaikan permasalahan

matematika. Serta konsep dan prosedur matematika maju yang baru dapat
25

diterapkan untuk memecahkan masalah lain dalam matematika dan disiplin ilmu

lainnya (Rohendi, 2012: 3).

Salah satu kecakapan (proficiency) dalam matematika yang penting

dimiliki oleh siswa adalah pemahaman konsep (conceptual understanding).

Menurut Kilpatrick, Swafford, & Findell (2001: 116), pemahaman konsep

(conceptual understanding) adalah kemampuan dalam memahami konsep, operasi

dan relasi dalam matematika.

Adapun indikator dari pemahaman konsep matematis siswa adalah sebagai

berikut.

a. Menyatakan ulang secara verbal konsep yang telah dipelajari.

b. Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya

persyaratan untuk membentuk konsep tersebut.

c. Menerapkan konsep secara algoritma.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematika.

e. Mengaitkan berbagai konsep (internal dan eksternal matematika).

Berdasarkan hasil penelitian dalam pembelajaran matematika, Kilpatrick,

Swafford, & Findell (2001: 116) menyatakan bahwa kompetensi strategis

(strategic competence) merupakan suatu kemampuan untuk merumuskan,

merepresentasikan, serta menyelesaikan permasalahan matematika.

Adapun indikator dari kompetensi strategis matematis siswa adalah

sebagai berikut.

a. Memahami situasi serta kondisi dari suatu permasalahan.


26

b. Menemukan kata-kata kunci serta mengabaikan hal-hal yang tidak relevan

dari suatu permasalahan.

c. Menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk.

d. Memilih penyajian yang cocok untuk membantu memecahkan permasalahan.

e. Menemukan hubungan matematik yang ada di dalam suatu masalah.

f. Memilih dan mengembangkan metode penyelesaian yang efektif

dalammenyelesaikan suatu permasalahan.

g. Menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan.

1.7.7 Hubungan konsep matematika dengan budaya suku Samin dengam model

kontekstual

Konsep merupakan pola pikir yang sistematis yang digunakan untuk

mempermudah dalam pembelajaran. Dalam hal ini konsep yang dituju adalah

konsep matematika yang dikaitkan dengan suatu budaya, budaya yang dimaksud

adalah budaya Suku Samin. Menurut Sunandar (2018) untuk membangun

Pemahaman yang baik, diharapkan matematika bahan bernuansa etnomatik ada

beberapa benda yang bisa diamati langsung oleh siswa. Samo (2017) mengatakan

bahwa soal konteks budaya memiliki tantangan tersendiri karena melatih siswa

untuk melihat masalah dalam konteks yang tidak umum.

Hal-hal yang konkret dan berhubungan dengan pengalaman siswa sehari-

hari dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang menarik. Hal terbaik dan

termudah dalam membantu siswa memahami matematika yaitu dengan

memberikan contoh cerita penggunaan permasalahan matematika dalam

penggunaan permasalahan matematika pada kehidupan sehari-hari (Priambodho


27

& Indrojarwo, 2016). Gambar konsep siswa terbentuk selama proses belajar

mengajar, dan terkadang gambar konsep siswa salah atau terbatas akibat dari

pengajaran yang tidak tepat (Kjildsen & Petersen, 2014).

Pembelajaran matematika mengaitkan materi pembelajaran dengan

kehidupan siswa sehari-hari dalam pembelajaran dapat dikatakan dengan

model kontekstual.

Langkah-langkah atau sintaks pembelajaran matematika dengan model

kontekstual bernuansa etnomatematika dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Sintaks Pembelajaran Model Kontesktual

Bernuansa Etnomatematika

Fase Peran Guru


Berpikir a. Guru memaparkan tentang
(thinking) budaya lokal dengan
menampilkan benda-benda
artefak yang ada dalam
kebudayaan Suku Samin,
kemudian guru mengajukan
beberapa pertanyaan mengenai
benda tersebut.
b. Guru memberikan contoh
permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari mengenai materi
matematika dan terkait dengan
kebudayaan lokal Suku Samin.
c. Guru meminta siswa-siswa
untuk berpikir sendiri jawaban
atas pertanyaan atau masalah
tersebut.
Belajar kelompok Guru secara heterogen
(learning community) mengelompokan siswa dalam
kelompok-kelompok kecil dan
memberikan tugas untuk
mendiskusikan masalah tersebut
Pemodelan (modeling) Guru berusaha membuat suatu
model yang menggambarkan
28

situasi nyata yang berhubungan


dengan budaya masyarakat
Suku Samin yang terkait dengan
materi yang dipelajari.
Berbagi (sharing) Guru meminta kelompok atau
perwakilan untuk menyampaikan
hasil kerja dan diskusi
kelompoknya di depan kelas.
Kelompok lain bertugas
menanggapi dengan memberikan
masukan atau pertanyaan.
Refleksi (refleksion) Guru bersama siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap proses pembelajaran.

Menurut Samo (2017) mengatakan bahwa soal konteks budaya memiliki

tantangan tersendiri karena melatih siswa untuk melihat masalah dalam konteks

yang tidak umum. Salah satu contoh hubungan bentuk budaya dengan matematika

yang ada pada Suku Samin Kabupaten Blora adalah konsep barisan

aritmatika.Dalam menghubungkan budaya dengan matematika bisa dilihat aspek

Apa saja yang terdapat dalam suku Samin salah satunya dari aspek peternakan.

Masyarakat Samin memiliki tradisi untuk hewan peliharaan seperti kambing dan

sapi setiap hari jumat pahing mereka akan memberikan bau-bau ketupat dan

sayurnya kepada hewan ternak, dengan harapan hewan tersebut akan

mendapatkan kesuburan dan kesehatan. Kebiasaan yang dilakukan suku Samin

dalam beternak merupakan konsep dari barisan aritmatika. Misalkan pada bulan

Januari memiliki kalender di bawah ini.


29

Tabel 1.2. Kalender

Hari nasional Hari (jawa) Proses


Senin Kliwon -
Selasa Legi -
Rabu Pahing -
Kamis pon -
Jumat Pahing V
sabtu Pon -
Minggu Wage -

Barisan Aritmatika

( )

: suku ke-n

: suku pertama

: beda/selisih

1.7.8 Efektifitas pembelajaran

Menurut Supardi (2013) pembelajaran efektif adalah kombinasi

yang tersusun meliputi manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur diarahkan untuk mengubah perilaku siswa ke arah yang positif

dan lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Efektifitas pembelajaran merujuk pada berdaya atau berhasil guna seluruh

komponen pembelajaran yang diorganisisr untuk mencapai tujuan pebelajaran.

Pembelajaran yang efektif mencakup keseluruhan tujuan pembelajaran baik yang

berdimensi mental, fisik, maupun sosial. Pembelajaran yang efektif memudahkan

siswa belajar sesuatu yang bermanfaat (Suprijono, 2012: 11). Pembelajaran yang
30

efektif menekankan ada bagaimana siswa mampu belajar, bagaimana cara belajar,

dan melalui kreativitas guru pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktivitas yang

menyenangkan (Witanto, 2012).

Efektifitas pembelajaran matematika dalam penelitian ini adalah

ketercapaian atau keberhasilan dicapai siswa yang mencakup: (1) hasil belajar

siswa dalam pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen bahan ajar

matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin

mencapai rata-rata kriteria ketuntasan minimal (KKM); (2) hasil belajar siswa

dalam pembelajaran pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen bahan

ajar matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin

mencapai ketuntasan klasikal. (3) respon siswa terhadap pembelajaran baik.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teroritis

Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah ―agar peserta didik

memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah‖ (Depdiknas, 2006). Dahar (1988:

95) menyebutkan ―Jika diibaratkan, konsep-konsep merupakan batu-batu

pembangunan dalam berpikir‖. Sesuai dengan kutipan di atas, dapat dikatakan

mengembangkan kemampuan pemahaman konsep siswa merupakan salah satu

tujuan utama pembelajaran matematika di sekolah. Diharapkan dalam setiap

pembelajaran matematika, siswa dapat memahami konsep matematika dengan

baik, serta mampu menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan

konsep tersebut (Zevika, 2012).

Para ahli telah banyak mencetuskan teori belajar yang bervariasi, salah

satunya adalah teori Bruner, dalam terorinya menyebutkan bahwa belajar sesorang

itu melalui tiga tahap yaitu tahap enaktif, tahap iconic dan tahap simbolik.

Tahapan-tahapn tersebut berbeda-beda tergantung pada tingkat pemahaman setiap

individu/orang. Memahami suatu konsep dalam matematika baik itu konsep murni

matematika, konsep notasi maupun konsep terapan seperti yang dikemukakan

Dienes diperlukan objek langsung mauapun objek tak langsung untuk membantu

pemahaman konsep yang sebagaimana yang diungkapkan Gagne.

31
32

Dalam kehidupan sehari-hari telah banyak kita jumpai objek/benda yang

berkaitan dengan matematika. Hubungan objek dengan matematika disebut

dengan etnomatematika yang mana sesuai dengan teori para ahli bahwa

penggunaan dan penerapan etnomatematika tergantung pada hubungan yang

dimiliki antara suatu budaya dengan konsep matematika. Teoei-teori yang

menjadi acuan dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Kerangka Teoritis

Tujuan pembelajaran matematika adalah ―agar peserta didik memiliki


kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah

Hubungan antara bentuk-bentuk kebudayaan dengan konsep matematika


disebut Etnomatematika.

Gerdes, 1994

Etnomatematika adalah matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya


tertentu, kelompok buruh/petani, anak-anak dari masyarakat kelas tertentu,
kelas-kelas professional, dsb.

Teori Bruner Teori Dienes


Teori Gagne
Dalam terorinya Memahami suatu konsep
menyebutkan bahwa dalam matematika baik Objek matematika
belajar sesorang itu itu konsep murni berupa objek langsung
melalui tiga tahap yaitu matematika, konsep mauapun objek tak
tahap enaktif, tahap iconic notasi maupun konsep langsung
dan tahap simbolik terapan
33

2.2 Kerangka Berfikir

Budaya merupakan suatu ciri khas dari suatu komunitas masyarakat dan

beranekaragam dalam menggambarkan kekahasannya tersebut sebagai tanda yang

berbeda satu sama lain. Apalagi di Indonesia banyak budaya yang dapat kita

eksplore. Dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan menggunakan

pendekatan etnografi terhadap lingkup budaya yang menjadi subjek atau sumber

data untuk dilakukan eksplorasi bentuk-bentuk etnomatematika kemudian

dihubungkan dengan konsep-konsep matematika. Subjek atau sumber data yang

akan dieksplorasi berasal dari budaya masyarakat suku Samin di kabupaten Blora.

Eksplorasi budaya dilakukan untuk mencoba menguak apa yang ada di

lingkungan masyarakat berupa aktivitas, artefak dan ide. Dalam penelitian ini

berfokus pada aktivitas dan artefak masyarakat suku Samin. Selanjutnya yang

akan di eksplor dari aktivitas dan artefak masyarakat suku Samin adalah bentuk-

bentuk etnomatematika berupa upacara adat, bangunan, tarian tradiosional,

makanan tradisonal, dan sebagainya. Kemudian bentuk-bentuk etnomatematika

akan dihubungkan dengan konsep-konsep matematika.

Etnomatematika merupakan penghubung antara pembelajaran yang

dikaitkan dengan budaya yang memiliki karakteristik/khas yang berbeda-beda.

Sehingga dengan demikian hubungan konsep-konsep matematika dengan

etnomatematika berbeda pula.

Hasil dari ekplorasi etnomatematika suku Samin dianalisis dan

dhubungkan dengan konsep-konsep matematika. Sehingga hasil dari analisi

tersebut diimplementasikan dalam bentuk bahan ajar. Kemudian bahan ajar


34

tersebut digunakan untuk pembelajaran di sekolah sehingga diharapkan dapat

membantu siswa dalam memhami konsep-konsep matematika.

Efektifitas model kontekstual dengan memasukkan unsur kebudayaan

masyarakat suku samin diharapkan dapat memberikana hasil yang efektif.

Efektifitas pembelajaran dapat dilihat dari adanya (1) hasil belajar siswa dalam

pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen bahan ajar matematika

bernuansa etnomatematikan kebudayaan masyarakat Suku Samin mencapai rata-

rata kriteria ketuntasan minimal (KKM); (2) hasil belajar siswa dalam

pembelajaran pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen bahan ajar

matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin

mencapai ketuntasan klasikal; (3) respon siswa terhadap pembelajaran baik.

Kerangka berfikir di atas dijelaskan pada tabel 2.2.


35

Tabel 2.2. Skema Kerangka Berfikir

Matematika Bernuansa
Budaya Kabupaten Blora

Budaya Bentuk Konsep


Masyarakat Samin Etnomatematika Matematika

upacara adat, Peluang, pola bilangan,


bangun datar (trapesium,
bangunan, tarian
Artefak Aktivitas persegi, persegi panjang,
tradiosional, lingkaran, belah ketupat),
makanan tradisonal bangun ruang (tabung, bola,
kerucut)

Eksplorasi budaya kedalam Hubungan antara bentuk


bentuk etnomatematika etnomatematika dan konsep
matematika

Eksplorasi etnomatematika dan hubungannya dengan konsep matematika


pada suku Samin kabupaten Blora

Mengimplementasikan hasil analisis dan hubungannya dengan konsep


matematika pada suku Samin kabupaten Blora (bahan ajar) dengan model
kontekstual

Pembelajaran matematika dengan model


kontestual berbantuan suplemen bahan ajar
etnomatematika yang efektif
36

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan untuk menjawab rumusan masalah No.3 yaitu

―Apakah model pembelajaran kontekstual untuk mengajarkan bentuk-bentuk

kebudayaan dalam budaya masyarakat suku Samin dengan konsep-konsep

matematika efektif meningkatkan hasil belajar siswa". Keefektifan pembelajaran

dilihat dari adanya peningkatan (1) hasil belajar siswa dalam pembelajaran

kontekstual berbantuan buku suplemen bahan ajar matematika bernuansa

etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin mencapai rata-rata kriteria

ketuntasan minimal (KKM); (2) hasil belajar siswa dalam pembelajaran

pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen bahan ajar matematika

bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin mencapai

ketuntasan klasikal.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut dan terori-teori yang dikemukan

maka pada penelitian ini diajukan rumusan hipotesis yaitu:

a. Dengan pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen pembelajaran

matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan suku Samin dapat

mencapai rata-rata KKM yaitu 65.

b. Dengan pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen pembelajaran

matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan suku Samin, proporsi

para siswa yang mencapai nilai 65 sebanyak 70%.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan desain one group pretest posttest

design . Penelitian ini melibatkan satu kelas utuh dipilih secara acak dari populasi.

Pada design penelitian ini terdapat pretest-posttest sebelum dan sesudah perlakuan

dengan model pembelajaran kontekstual.

3.2 Strategi Penelitian

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif.

Menurut Creswell (2014: 5) penelitian kualitatif merupakan metode-metode

untuk mengeksplorasi dan memahamj makna yang oleh sejumlah individu atau

sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusian.

Sedangkan penellitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori-

teori (theories) tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Variabel-

variabel ini diukur biasanya dengan instrumen-instrumen penelitian sehingga data

yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur

statistik.

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2006) populasi adalah keseluruhan objek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP N 4 Ngawen.

Dalam penlitian ini teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah

Cluster Sampling, yaitu pengambilan bukan berdasarkan pada individual, tetapi

37
38

lebih berdasarkan pada kelompok, daerah atau kelompok subjekyang secara alami

berkumpul bersama.

Atas persetujuan antara peneliti dengan guru matematika terpilih kelas

VIII-A sebagai kelas ekperimen dan dalam pengambilan sampel ini karena

populasi di asumsikan berdistribusi normal dan dalam keadaan homogen.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pembelajaran kontekstual berbantuan

buku suplemen matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat

Suku Samin.Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu peningkatan hasil belajar

matematika siswa SMP N 4 Ngawen kelas 8.

3.5 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah kabupaten Blora, provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat suku Samin untuk mencapai tujuan

pengeksplorasian. Suku Samin terletak di dukuh Karangpace Desa Klopoduwur

Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Budaya yang dieksplor berupa aktivitas

dan artefak masyarakat suku Samin. Aktivitas dan artefak masyarakat dieksplor

ke dalam bentuk etnomatematika kemudian dihubungkan terhadap konsep-konsep

matematika dan diimpilikasikan di SMP N 4 Ngawen yang berda di Sranggragan

Bandungrojo kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.

3.6 Data dan Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitin ini ada dua yaitu sumber data kualitatif dan

kuantitatif. Sumber informasi data pertama kualitatif bersumber dari kebudayaan


39

masyarakat Suku Samin berupa informasi dari subjek penelitian, hasil observasi,

fakta-fakta, hasil wawancara, dokumen yang sesuai dengan fokus penelitian. Hasil

observasi diperoleh dari pengamatan peneliti pada budaya masyarakat yang

menjadi subjek penelitian. Hasil informasi dari subjek penelitian diperoleh

melalui wawancara secara verbal atau dalam bentuk tulisan melalui analisis

dokumen. Menurut Arikunto (1993), sumber data adalah subjek dari mana data

tersebut diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini menurut cara

memperolehnya dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sekunder.

Sumber data primer yaitu data yang dikumpulkan, yang diolah dan

disajikan oleh peneliti dari data sumber pertama. Sumber informasi yang langsung

mempunyai wewenang dan bertanggungjawab terhadap pengumpulan data dan

penyimpanan data. Data ini diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti langsung

dari lapangan pada proses penelitian melalui wawancara, observasi dan catatatn di

lapangan (dokumentasi). Data sumber primer adalah tokoh masyarakat, tokoh adat

dan guru serta aktivitas dan atefak yang dimiliki oleh masyarakat suku Samin.

Sumber data sekunder yaitu data yang dikumpulkan, diolah, an disajikan

oleh pihak lain yang biasanya disajikan dalam bentuk publikasi dan jurnal.

Sumber data ini diperoleh oleh peneliti dari pihak lain yang tidak langsung

diperoleh oleh peneliti. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang sudah

diolah dalam bentuk dokumen-dokumen atau naskah tertulis, seperti buku,

majalah, jurnal sumber dari arsip, dokumen pribadi atau dokumen resmi. Sumber

data sekunder adalah berasal dari library research dan field research. library

research yaitu data yang diperoleh dari perpustakaan dengan menelaah,


40

mempelajari dan mengkasi buku-buku yang relevan dengan penelitian, yang

dipandang perlu dan dapat melengkapi data yang dipelajari dalam penelitian. field

research yaitu data yang diperoleh dari lapangan penelitian. Data dalam penelitian

ini meliputi 2 (dua) sumber yaitu manusia (tokoh masyarakat, tokoh adat dan guru

tiap jenjang pada sekolah yang ada dilokasi penelitian) dan nonmanusia (aktivitas

dan artefak yang dimiliki oleh masyarakat suku Samin) yaitu mbah lasio selaku

ketua Suku Samin. Sumber nonmanusia adalah data yang diperoleh dari hasil

mencatat atau melihat dokumen sejarah budaya atau segala yang berhubungan

dengan budaya baik filosofi, struktur masyarakat, kondisi masyarakat, dan lain-

lain.

Sumber data yang kedua adalah data kuantitatif. Data kuantitatif

bersumber hasil belajar dari siswa-siswa di SMP N 4 Ngawen. Hasil belajar

tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kefektifitasan bahan ajar matematika

bernuansa kebudayaan masyarakat Suku Samin dengan bahan ajar matematika.

3.7 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini di sajikan dalam Tabel 3.1

Tabel 3.1. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Tahapan data Sumber Instrumen Teknik


penelitian informasi data pengumpulan data
kualitatif Etnomatematika Aktivitas dan
dalam artefak
Pedoman
kebudayaan kebudayaan Observasi
observasi
masyarakat masyarakat
Suku Samin Suku Samin
Responden:
Pedoman
Tua adat Wawancara
wawancara
Tokoh
41

masyarakat
Foto dan
Aktivitas dan catatan
artefak lapangan
kebudayaan terkait Dokumentasi
masyarakat budaya
Suku Samin Suku
Samin
Kualitas buku
suplemen
pelajaran
Lembar Validasi revisi
matematika Validator
validasi bahan
bernuansa
bahan ajar ajar
etnomatematika
kebudayaan
Suku Samin
Kuantitatif Keefektifitasan
buku
suplemen
pelajaran
Siswa Kelas soal tes
matematika Tes
delapan uraian
bernuansa
etnomatematika
kebudayaan
Suku Samin
Aktivitas guru
dan siswa Pedoman
Observasi Observasi
dalam observasi
pembelajaran
Respon siswa
terhadap
penggunaan
buku
Angket suplemen Angket
etnomatematika
bernuansa
kebudayaan
Suku Samin
42

3.8 Teknik Pengumpulan Data

3.8.1 Teknik Pengumpulan Data Kualitatif

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi yang

terdiri dari observasi, wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi

Dalam melakukan observasi peneliti kualitatif dapat menempatkan

diri sebagai partisipan dan non partisipan (Sugiyono, 2012: 205). Ada tiga

jenis observasi menurut Sugiyono (2016: 311) yaitu observasi partisipatif,

observasi terus terang dan tersamar, dan observasi tek terstruktur. Penelitian

ini menggunakan observasi partisipatif, yaitu penliti terlibat dalam kegiatan

seharihari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data

penelitian.

Observasi partisipasif dilakukan pada tahapan eksplorasi budaya

masyarakat dengan cara peneliti melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat

suku Samin sebagai sumber data serta mengamati aktivitas dan artefak yang

dimiliki masyarakat. Observasi terstruktur dilakukan pada tahap

menghubungkan bentuk-bentuk etnomatematika ke dalam konsep-konsep

matematika.

b. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari informan

yang disesuaiakan dengan kebutuhan dalam penelitian ini. Maka wawancara

adalah kegiatan tanya jawab secara lisan dengan bertemu secara tatap muka.

Menurut Sugiyono (2013) teknik wawancara terdiri dari tiga jenis yaitu
43

wawancara terstruktur (structured interview), wawancara semi terstruktur

(semistructured interview), dan wawancara tidak terstruktur (unstructured

interview).

Dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara semi

terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara

yang sesuai dengan pedoman penelitian, apabila muncul kejadian di luar

pedoman maka hal tersebut tidak dihiraukan. Wawancara semi terstruktur

adalah wawancara yang dilakukan dengan mengembangkan instrument

penelitian. Wawancara ini sudah termasuk dalam kategori wawancara

mendalam yang pelaksanaannya bebas dan terbuka dibandingkan dengan

wawancara terstruktur. Wawancara mendalam biasanya disebut dengan

wawancara tidak terstruktur karena menerapkan metode interview secara

lebih mendalam, luas dan terbuka dibandingkan wawancara terstruktur, hal

ini dilakukan untuk mengetahui pendapat, persepsi, pengalaman seseorangan.

Pendapat, persepsi, motivasi dan hal-hal lainnya merupakan unsur

yang diperhatikan dalam penelitian ini dengan tokoh masyarakat, tokoh adat

dan guru matematika pada lokasi penelitian sebagai informan. Alat perekam,

kamera dan catatan merupakan bukti yang bias menjamin kevalidan data.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa masa lampau.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya monumental

seseorang. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012: 72).


44

Guba dan Lincoln dalam Moleong (2014) menjelaskan dokumentasi

merupakan setiap bahan tertulis maupun dalam bentuk film. Dokumentasi

bersifat tetap dan tidak berubah. Dokumentasi digunakan sebagai bukti,

adapaun metode ini adalah untuk mencari data yang kaitannya dengan

penelitian yang akan dilaksanakan. Metode dokumentasi ini mencakup

keseluruhan data yang tidak hanya berupa arsip atau catatan yang berkaitan

dengan penelitian namun didukung dengan foto aktivitas dan artefak

masyarakat suku Samin.

3.8.2 Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif

Teknik pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan cara studi lapangan

atau langsung pada saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Data-data yang

dipeoleh berupa nilai-nilai hasil belajar siswa yang menggunakan bahan ajar

etnomatematika budaya Suku Samin yang berupa angka. Teknik yang digunakan

peneliti dalan studi lapangan adalah tes.

a. Tes

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

b. Observasi

Observasi dilakukan dalam proses pembelajaran. Observasi digunakan untuk

mengetahui memperoleh data tentang aktivitas guru dalam pembelajaran

dengan menerapkan model kontektual berbantuan buku suplemen metematika

bernuansa etnomatematika budaya suku Samin.


45

c. Angket

Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang diakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono,2013: 199). Dalam penelitian ini

angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan buku

suplemen etnomatematika bernuansa kebudayaan suku Samin dalam

pembelajaran.

3.9 Teknik Analisis dan Keabsahan Data

Analisis data dilakukan dengan mengumpulan informasi melalui

wawancara, observasi, dokumentasi, sehingga hasil dari pengumpulan tersebut

dapat diorganisasaikan/dikelompokan, dijabarkan tiap aspek, melakukan sintesa,

menyusun pola, memilah-milah hal-hal yang penting yang mendukung penelitian,

membuat kesimpulan. Sesuai dengan yang digunakan dalam penelitian yaitu

penelitian mixed method, maka teknik analisis data penelitian terdiri dari dua

teknik yaitu teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis kuantitatif.

3.10 Teknik Analisis dan Keabsahan Data Kualitatif

3.10.1 Teknik Analisis Data Kualitatif

Sugiyono (2013) mengatakan bahwa analisis data merupakan suatu

langkah yang paling kritis dalam penelitian, karena penelitian dipastikan pada

analisis yang tepat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik analisis statistic deskriptif yang bertujuan membri gambaran

terhadap data-data pada variabel penelitian. Semua data terkumpul, langkah

selanjutnya adalah menganalisis data.


46

Bogdan & Biklen mengatakan teknik analisis data adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain

(Moleong, 2007: 248).

Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan peneliti

menggunakan model Miles and Huberman. Analisis data dalam penelitian

kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai

pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah

melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Miles and Huberman

(1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu, data reduction, data

display, dan conclusion drowing/verification (Sugiyono, 2007: 246).

Dalam analisis data, peneliti menggunakan model interactive model, yang

unsur-unsurnya meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data

display), dan conclutions drowing/verifiying. Alur teknik analisis data dapat

dilihat seperti gambar 3.1 dan komponen dalam analisis data (flow model) 3.2.
47

Gambar 3.1. Komponen dalam analisis data (interactive model) Miles &

Huberman (Sugiyono, 2007: 247)

Periode Pengumpulan

Reduksi Data

Antisipasi Selama Setelah

Display Data
ANALISIS

Selama Kesimpulan/Verivikasi Setelah

Selama Setelah

Gambar 3.2. Komponen dalam analisis data (flow model)

Teknik analisis data pada penelitian ini penulis menggunakan tiga

prosedur perolehan data.


48

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan

terhadap data yang dianggap kurang perlu dan tidak relevan, maupun

penambahan data yang dirasa masih kurang. Data yang diperoleh di lapangan

mungkin jumlahnya sangat banyak. Reduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya. Dengan demikian data yang akan direduksi memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono,

2007: 247).

b. Penyajian Data/ Display

Dengan mendisplay atau menyajikan data akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi selama penelitian berlangsung. Setelah itu perlu

adanya perencanaan kerja berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam

penyajian data selain menggunakan teks secara naratif, juga dapat berupa

bahasa nonverbal seperti bagan, grafik, denah, matriks, dan tabel. Penyajian

data merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun berdasarkan

kategori atau pengelompokan-pengelompokan yang diperlukan.

Miles and Huberman dalam penelitian kualitatif penyajian data bias

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori,

flowchart dan sejenisnya. Ia mengatakan ―yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif‖ (Sugiyono, 2007: 249).


49

c. Verifikasi Data (Conclusions drowing/verifiying)

Langkah terakhir dalam teknik analisis data adalah verifikasi data.

Verifikasi data dilakukan apabila kesimpulan awal yang dikemukan masih

bersifat sementara, dan akan ada perubahan perubahan bila tidak dibarengi

dengan bukti-bukti pendukung yang kuat untuk mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Bila kesimpulan yag dikemukan pada tahap

awal, didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penelitian

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukan

merupakan kesimpulan yang kredibel atau dapat dipercaya (Sugiyono, 2007:

252).

Dalam penelitian kualitatif, kesimpulan yang didapat kemungkinan

dapat menjawab fokus penelitian yang sudah dirancang sejak awal penelitian.

Ada kalanya kesimpulan yang diperoleh tidak dapat digunakan untuk

menjawab permasalahan. Hal ini sesuai dengan jenis penelitian kualitatif itu

sendiri bahwa masalah yang timbul dalam penelitian kualitatif sifatnya masih

sementara dan dapat berkembang setelah peneliti terjun ke lapangan.

Harapan dalam penelitian kualitatif adalah menemukan teori baru.

Temuan itu dapat berupa gambaran suatu objek yang dianggap belum jelas,

setelah ada penelitian gambaran yang belum jelas itu bisa dijelaskan dengan

teori-teori yang telah ditemukan. Selanjutnya teori yang didapatkan

diharapkan bisa menjadi pijakan pada penelitian-penelitian selanjutnya.

Adapun langkah-langkah analisis data kualitatif dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.


50

1) Data diperoleh dari hasil observasi, wawancara, rekaman, foto, studi

dokumentasi lainnya terhadap artefak dan aktivitas masyarakat dalam

budaya Suku Samin.

2) Kumpulan data berupa artefak dan aktivitas masyarakat Suku Samin

direduksi dengan cara memilih yang penting, membuat kategori, dan

membuang yang tidak dipakai kemudian dianalisis sehingga

menghasilkan bentuk-bentuk etnomatematika. Bentuk-bentuk

etnomatematika dikaitkan dan dianalisis dengan konsep-konsep

matematika.

3) Hasil analisis hubungan tersebut disajikan dengan penjelasan dan uraian

yang jelas.

4) Verifikasi data untuk membuktikan kebenaran dari hasil analisis data

yang telah dilakukan peneliti. Verifikasi data bentuk-bentuk

etnomatematika dapat dilakukan dapat dilakukan dengan diskusi bersama

tua adat (lakimosa) Suku Samin. Verifikasi data keterkaitan antara

bentuk-bentuk etnomatematika dan konsep-konsep matematika oleh

dosen pembimbing dan guru SMP N 4 Ngawen.

5) Hasil analisis keterkaiatan bentuk-bentuk etnomatematika diintegrasikan

dalam bahan ajar matematika. Bahan ajar tersebut divalidasi oleh

validator ahli sehingga tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah

mendeskripsikan hasil validasi dari validator. Bahan ajar matematika

dikatakan valid jika termasuk dalam kriteria baik atau sangat baik.
51

Kriteria kevalidan bahan ajar (Arikunto, 2012: 89) dapat dilihat pada

tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kriteria Validitas Bahan Ajar

Rata-rata nilai Kriteria


1,00 ≤ Va < 1,80 Tidak baik
1,80 ≤ Va < 2,60 Kurang baik
2,60 ≤ Va < 3,40 Cukup baik
3,40 ≤ Va < 4,20 Baik
4,20 ≤ Va < 5,00 Sangat baik

3.10.2 Teknik Keabsahan Data Kualitatif

Kevaliditan suatu data dilihat dari substansi, sumber data, maupun

teknik pengumpulan data. Menurut Moleong (2007: 327) ada empat

kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability).

Adapun uji keabsahan data yang dapat dilaksanakan (Sugiyono,

2007: 270).

1) Kepercayaan (credibility)

Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil

penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang

dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.

a) Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas/

kepercayaan data. Dengan perpanjangan pengamatan berarti

peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara


52

lagi dengan sumber data yang ditemui maupun sumber data yang

lebih baru. Perpanjangan pengamatan berarti hubungan antara

peneliti dengan sumber akan semakin terjalin, semakin akrab,

semakin terbuka, saling timbul kepercayaan, sehingga informasi

yang diperoleh semakin banyak dan lengkap.

Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data

penelitian difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah

diperoleh. Data yang diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan

benar atau tidak, ada perubahan atau masih tetap. Setelah dicek

kembali ke lapangan data yang telah diperoleh sudah dapat

dipertanggungjawabkan/benar berarti kredibel, maka perpanjangan

pengamatan perlu diakhiri.

b) Meningkatkan kecermatan dalam penelitian

Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara

berkelanjutan maka kepastian data dan urutan kronologis peristiwa

dapat dicatat atau direkam dengan baik sistematis. Meningkatkan

kecermatan merupakan salah satu cara mengontrol/mengecek

pekerjaan apakah data yang telah dikumpulkan, dibuat, dan

disajikan sudah benar atau belum.

Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan

dengan cara membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitian

terdahulu, dan dokumen-dokumen terkait dengan membandingkan

hasil penelitian yang telah diperoleh. Dengan cara demikian, maka


53

peneliti akan semakin cermat dalam membuat laporan yang pada

akhirnya laporan yang dibuat akan smakin berkualitas.

c) Triangulasi

Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi dalam

pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan demikian

terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data,

dan waktu (Sugiyono, 2007: 273).

(1) Triangulasi Sumber

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga

menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan

kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data

(Sugiyono, 2007: 274).

(2) Triangulasi Teknik

Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Misalnya untuk mengecek data bisa melalui

wawancara, observasi, dokumentasi. Bila dengan teknik

pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang

berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada


54

sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data mana

yang dianggap benar (Sugiyono, 2007: 274).

(3) Triangulasi Waktu

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari

pada saat narasumber masih segar, akan memberikan data

lebih valid sehingga lebih kredibel. Selanjutnya dapat

dilakukan dengan pengecekan dengan wawancara, observasi

atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila

hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan

secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian

datanya (Sugiyono, 2007: 274).

d) Analisis Kasus Negatif

Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari

data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang

telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau

bertentangan dengan temuan, berarti masih mendapatkan data-data

yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti

mungkin akan mengubah temuannya (Sugiyono, 2007: 275).

e) Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud referensi adalah pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam

laporan penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu


55

dilengkapi dengan foto foto atau dokumen autentik, sehingga

menjadi lebih dapat dipercaya (Sugiyono, 2007: 275).

f) Mengadakan Membercheck

Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa

jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh

pemberi data. Jadi tujuan membercheck adalah agar informasi yang

diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai

dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan (Sugiyono,

2007: 276).

2) Keteralihan (transferability)

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut

diambil (Sugiyono, 2007: 276).

Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai transfer sampai saat ini

masih dapat diterapkan/dipakai dalam situasi lain. Bagi peneliti nilai

transfer sangat bergantung pada si pemakai, sehingga ketika penelitian

dapat digunakan dalam konteks yang berbeda di situasi sosial yang

berbeda validitas nilai transfer masih dapat dipertanggungjawabkan.

3) kebergantungan (dependability)

Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain

beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang

sama. Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian


56

apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses

penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula.

Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit

terhadap keseluruhan proses penelitian. Dengan cara auditor yang

independen atau pembimbing yang independen mengaudit keseluruhan

aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.

Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana peneliti mulai menentukan

masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber data, melaksanakan

analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan

laporan hasil pengamatan.

4) Kepastian (confirmability)

Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji

confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila

hasil penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian

kualitatif uji confirmability berarti menguji hasil penelitian yang

dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian

merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka

penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.

Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak berbeda

antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi

sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang

telah disajikan dapat dipertanggungjawabkan.


57

3.11 Teknik Analisis dan Keabsahan Data Kuantitatif

3.11.1 Metode tes

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian.

Sebelum diujikan kepada sampel maka soal tersebut harus diuji coba dahulu untuk

mengetahui kriteria validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda

soal.

a. Validitas

Validitas merupakan kualitas yang menunjukkan hubungan antara

suatu pengukuran dengan arti maupun tujuan. Valid merupakan ketepatan.

Validitas merupakan syarat terpenting dari evaluasi.

Untuk mengetahui validitas soal dapat dicari dengan rumus korelasi product

moment:

∑ (∑ )(∑ )
√{ ∑ (∑ ) }{ ∑ (∑ ) }

Keterangan :

: koefisien korelasi antara x dan y

: jumlah subjek atau peserta didik yang diteliti

∑ : jumlah skor tiap butir soal

∑ : jumlah skor total

∑ : Jumlah kuadrat skor butir soal

∑ : Jumlah kuadrat skor total

∑ : Jumlah perkalian antara skor butir soal dengan skor total


58

Setelah didapat harga , kemudian dikonsultasikan dengan harga

kritik product moment yang ada pada tabel dengan taraf nyata , apabila

lebih besar dari harga tabel, maka butir soal tersebut valid (Arikunto,

2007: 72). Dengan klasifikasi validitas sebagai berikut 0,81 1,00

yaitu sangat tinggi.

0,61 0,80 : tinggi

0,41 0,60 : cukup

0,21 0,40 : rendah

0,00 0,20 : sangat rendah

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan di kelas IX A

sejumlah 28 siswa dan IX B sejumlah 28 siswa. Maka diperoleh

untuk kelas VIII A dan untuk kelas IX B, dengan taraf

signifikan , sehingga butir soal dikatakan valid jika dan

. Pada analisis hasil tes uji coba didapatkan, dari 14 soal

uraian yang diujicobakan diperoleh hasil bahwa soal nomor 1a, 2b, 3a, 3b, 6a,

5b, 7a, 7b masuk dalam kriteria valid, dan nomor 2a, 1b, 4a, 4b, 5a, 6b tidak

valid. Perhitungan validitas soal dapat dilihat pada lampiran.

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan/ ketelitian suatu alat evaluasi, reliabilitas

juga bisa dikatakan sebagai keandalan suatu tes. Suatu tes dapat dikatakan

mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika suatu tes tersebut memberikan

hasil yang tetap (Arikunto, 2007: 86). Maka pengertian reliabilitas tes

berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Rumus Alpha Crombath


59

merupakan rumus yang akan digunakan untuk menguji reliabilitas tes, seperti

di bawah ini:


[ ][ ]

Keterangan:

= Reliabilitas yang dicari

n = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ = Jumlah varians skor tiap butir soal

= Varians total (Arikunto, 2013: 122)

Hasil perhitungan ( ) kemudian dikonsultasikan dengan yang

diperoleh dari tabel product moment pada taraf signifikan . Jika

signifikan , maka tes tersebut reliabel. Dengan kriteria

penafsiran reliabilitas.

Jika 0,000 < r11 ≤ 0,200 : sangat rendah

Jika 0,200 < r11 ≤ 0,400 : rendah

Jika 0,400 < r11 ≤ 0,600 : cukup

Jika 0,600 < r11 ≤ 0,800 : tinggi

Jika 0,800 < r11 ≤ 1,000 : sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh untuk kelas

IX A dan untuk kelas IX B. Sedangkan dengan taraf

diperoleh untuk kelas IX A dan untuk kelas IX

B. Karena sehingga dapat disimpulkan bahwa soal uji coba


60

uraian tersebut reliabel dengan kategori cukup. Oleh sebab itu, perhitungan

reliabel dapat dilihat di lampiran.

c. Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu

sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa mempertinggi usaha

memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan

siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi

karena di luar jangkauannya (Arikunto, 2007: 207).

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut

indek kesukaran yang besarnya antara 0,00-1,00 dan diberi dengan simbol P.

Rumus mencari P adalah.

B
P=
JS

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = jumlah siswa yang menjawab benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Dengan klasifikasi indeks kesukaran sebagai berikut:

<P  : sukar

<P  : sedang

<P  : mudah (Arikunto, 2007: 210).

Penyusunan soal dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kesukaran

soal, sebagai berikut.


61

a) Soal sukar 25%, soal sedang 50%, soal mudah 25%, atau

b) Soal sukar 20%, soal sedang 60%, soal mudah 20%, atau

c) Soal sukar 15%, soal sedang 70%, soal mudah 15%. (Arifin, 2011: 271)

Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang dilakukan, diperoleh Hasil

pengujian tingkat kesukaran soal pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Tingkat Kesukaran Soal

Kriteria 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b 7a 7b
Mudah √ √ √ √ √
Sedang √ √ √ √ √ √ √
Sukar √ √

Sehingga dari perhitungan tersebut dihasilkan bahwa perbandingan

soal mudah: sedang: sukar adalah 5: 7: 2. Perbandingan tersebut tidak sesuai

dengan ketentuan yang berlaku tetapi peneliti tetap menggunakan soal

tersebut. Perhitungan mengenai tingkat kesukaran soal selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran.

d. Daya pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah) (Arikunto, 2007: 214). Untuk menguji daya

pembeda soal uraian digunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menghitung jumlah skor setiap peserta didik.

b) Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor

terkecil.

c) Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah.


62

d) Menghitung rata – rata skor untuk masing – masing kelompok.

e) Menghitung daya pembeda soal dengan rumus.

J = jumlah peserta tes.

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar.

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

JA= banyaknya peserta kelompok atas.

JB = banyaknya peserta kelompok bawah.

Dengan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut.

0,00 0,20 : jelek

0,21 0,40 : cukup

0,41 0,70 : baik

0,71 1,00 : baik sekali

D : negatif, semuanya tidak baik

Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks

diskriminasi 0,4 sampai 0,7 (Arikunto, 2007: 214).

Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang dilakukan, diperoleh hasil

pengujian daya pembeda soal pada tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.4 Daya Pembeda Soal

Kriteria 1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b 7a 7b
Baik Sekali
Baik √ √ √
Cukup √ √ √ √ √ √ √ √
Jelek √ √ √
63

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa butir soal 2a, 5a, 6b memiliki

daya jelek sehingga berdasarkan kriteria di atas, soal tidak dipakai.

Pada dasarnya hasil analisis uji coba intrumen tes yang meliputi

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal diperoleh

bahwa butir soal nomor 1a, 2b, 3a, 3b, 6a, 5b, 7a, 7b layak digunakan sebagai

soal tes. Uji coba soal dilaksanakan pada kelas uji coba dengan alokasi waktu

2 × 40 menit. Analisis data untuk kelas uji coba dapat dilihat pada lampiran.

3.11.2 Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji sampel berasal dari populasi yang

berdistribusi normal atau tidak, maka digunakan uji lilliefors, langkah-langkahnya

(Sudjana, 2005: 466-467).

1) Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Ha : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.

2) Prosedur untuk uji Normalitas adalah sebagai berikut:

a) Pengamatan dijadikan bilangan baku


̅
dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

̅ : rata-rata

: Simpangan baku sampel

√∑( ̅)
64

b) Data dari sampel tersebut diurutkan dari skor terendah ke skor

tertinggi.

c) Dengan data distribusi normal baku dihitung peluang

( ) ( )

d) Selanjutnya dihitung proporsi yang lebih kecil atau

sama dengan . Jika proporsi ini dinyatakan oleh S( ).

banyaknya 1, 2, , n yang ≤ i
( )
n

e) Menghitung selisih ( ) ( ) dan menentukan harga

mutlaknya.

f) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlaknya

selisih tersebut, harga terbesar ini dinamakan .

Untuk memudahkan perhitungan dipersiapkan tabel 3.5 sebagai berikut.

Tabel 3.5 Uji Lilliefors untuk Mencari

| ( ) ( )|
F( ) S( )
| ( ) ( )|
F( ) S( )
| ( ) ( )|
F( ) S( )
: : : : :
: : : : :
: : : : :
F( ) S( ) | ( ) ( )|

g) Bandingkan dengan , pada taraf signifikan 5%.

h) Kesimpulan

(1) Jika maka diterima atau sampel berasal dari populasi

berdistribusi normal.
65

(2) Jika maka ditolak atau sampel berasal dari populasi

berdistribusi tidak normal.

Uji normalitas dalam penelitian ini adalah uji Liliefors dengan bantuan

Microsoft Excel 2010 dan SPSS. Analisis data awal awal kelas eksperimen dapat

dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 Analisis Data Awal

Kelas Uji Liliefors Taraf signifikan


L0 Ltabel
Kelas Eksperimen 0,0963 0,1658 5%

Berdasarkan pada tabel 3.6 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa L0 <

Ltabel sehingga H0 diterima artinya data awal berasal dari populasi berdistribusi

normal. Untuk analisis lengkapnya bisa dilihat pada lampiran.

Tabel 3.7 Analisis Data Awal

Berdasarkan nilai sig. Tabel test of normality diperoleh nilai sig. Pada nilai

awal kelas esperimen 0,200 > 0,05 maka H0 diterima artinya data awal berasal dari

populasi berdistribusi normal.

3.11.3 Analisis Validitas Suplemen Bahan Ajar

Validasi dilakukan sebelum suplemen bahan ajar digunakan. Validasi

tersebut untuk mendapatkan masukan mengenai kekurangan materi pembelajaran

dalam suplemen bahan ajar tersebut yang menyangkut aspek: struktur bahan ajar,
66

organisasi penulisan materi, dan bahasa sehingga bahan ajar tersebut valid dan

layak digunakan. Aspek-aspek validasi tersebuat dijabarkan dalam indikator-

indikator yang termuat dalam lembar validasi bahan ajar.

Suplemen bahan ajar matematika dikembangkan dari hasil observasi

terhadap masyarakat Suku Samin. Hal tersebut sejalan dengan Zaenuri (2017)

yang mengembangkan suplemen bahan ajar untuk siswa SMP di pesisiran.

Suplemen bahan ajar tersebut dikembangkan berdasarkan hasil observasi terhadap

budaya pesisir, sehingga suplemen bahan ajar tersebut dapat digunakan oleh siswa

SMP wilayah pesisir dalam membantu memahami konsep matematika.

Suplemen bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan

masyarakat Suku Samin tersebut sebelum digunakan divalidasi oleh validator ahli.

Para validator ahli terdiri dari dosen pembimbing sebagai validator 1 dan 2. Untuk

menganalisis hasil validasi digunakan analisis rata-rata yaitu dengan menghitung

rata-rata dari setiap butir aspek yang telah divalidasi. Suplemen bahan ajar

dikatakan valid jika rata-rata hasil validasi berada pada kriteria baik atau sangat

baik. Skala nilai untuk setiap aspek adalah 1 sampai 5 dengan kriteria seperti

terdapat pada tabel 3.8.

Tabel 3.8. Kriteria Validitas Bahan Ajar

Rata-rata nilai Kriteria


1,00 ≤ Va < 1,80 Tidak baik
1,80 ≤ Va < 2,60 Kurang baik
2,60 ≤ Va < 3,40 Cukup baik
3,40 ≤ Va < 4,20 Baik
4,20 ≤ Va < 5,00 Sangat baik
67

Dalam hal ini hasil dari validasi bahan ajar oleh Validator dapat dilihat

pada tabel

3.11.4 Analisis Validitas Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran meliputi silabus, RPP dan silabus. Perangkat

pembelajaran sebelum digunakan terlebih dahulu divalidasi oleh validator ahli.

Validator ahli terdiri dari dosen pembimbing sebagai validator 1 dan 2. Lembaran

validasi ini digunakan untuk menyatakan kelayakan perangkat yang akan

digunakan. Aspekaspek validasi perangkat pembelajaran dijabarkan dalam

indikator-indikator yang termuat dalam lembar validasi. Untuk menganalisis hasil

validasi digunakan analisis rata-rata yaitu dengan menghitung rata-rata dari setiap

butir aspek yang telah divalidasi. Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika

rata-rata hasil validasi berada pada kriteria baik atau sangat baik. Skala nilai untuk

setiap aspek adalah 1 sampai 5 dengan kriteria seperti terdapat pada tabel 3.9.

Tabel 3.9. Kriteria Validitas Perangkat Pembelajaran

Rata-rata nilai Kriteria


1,00 ≤ Va < 1,80 Tidak baik
1,80 ≤ Va < 2,60 Kurang baik
2,60 ≤ Va < 3,40 Cukup baik
3,40 ≤ Va < 4,20 Baik
4,20 ≤ Va < 5,00 Sangat baik

3.11.5 Uji Hipotesis

1) Uji Hipotesis 1

Hipotesis 1 yang diajukan yaitu ‖Dengan pembelajaran kontekstual

berbantuan buku suplemen pembelajaran matematika bernuansa


68

etnomatematikakebudayaan suku Samin dapat mencapai rata-rata KKM

65‖.Oleh karena itu dapat dirumuskan sebagai berikut.

Ho: Hasil belajar siswa dalam pembelajaran kontekstual berbantuan buku

suplemen pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika

kebudayaan suku Samin tidak mencapai KKM.

Ha: Hasil belajar siswa dalam pembelajaran kontekstual berbantuan buku

suplemen pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika

kebudayaan suku Samin mencapai KKM.

Secara statistik sepeti di bawah ini.

: (hasil belajar siswa kelas sampel tidak mencapai rata-rata

ketuntasan belajar).

: (hasil belajar siswa kelas sampel mencapai rata-rata ketuntasan

belajar).

Dengan diketahui (KKM).

a) diketahui

Digunakan statistik.

̅

Statistik ini berdistribusi normal baku, sehingga untuk menentukan

kriteria pengujian, kita tolak jika dengan didapat

dari daftar normal baku menggunakan peluang ( ). Dalam hal

lainnya kita terima.


69

b) tidak diketahui

Digunakan statistik.

̅

Uji rata-rata terhadap KKM dilakukan dengan bantuan microsoft excel

2010. Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi Student dengan

dk (n - 1) dan peluang (1- ). Jadi kita tolak jika dan

terima dalam hal lainnya.

2) Uji Hipotesis II

Hipotesis II yang diajukan yaitu ‖Dengan pembelajaran kontekstual

berbantuan buku suplemen pembelajaran matematika bernuansa

etnomatematika kebudayaan suku Samin, proporsi para siswa yang mencapai

nilai 65 sebanyak 70%‖. Oleh karena itu dapat dirumuskan sebagai berikut.

Ho: Proporsi siswa pada pembelajaran kontekstual berbantuan buku

suplemen bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika

kebudayaan masyarakat suku Samin yang mencapai KKM yaitu 65

mencapai kurang dari atau sama dengan 70 %.

Ha: Proporsi siswa pada pembelajaran kontekstual berbantuan buku

suplemen bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika

kebudayaan masyarakat suku Samin yang mencapai KKM yaitu 65

mencapai lebih 70 %
70

Secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut.

H 0
:   0

H a
:   0

Dengan menggunakan rumus statistik sederhana (Sudjana, 2005):

( )

Keterangan.

= proporsi sample

= nilai statistik hasil perhitungan

= proporsi yang ditetapkan sebesar 70 %

Dalam hal ini, tolak jika , di mana didapat dari daftar

normal baku dengan peluang ( ). Untuk terima jika

(Sudjana, 2005: 234).

a) Ketuntasan belajar secara individu

Contoh perhitungan prosentase penguasaan siswa (individu).

b) Ketuntasan belajar secara klasikal

3.11.6 Analisis Angket Respon Siswa

Data hasil analisis respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran

Konstekstual dianalisis dengan mencari nilainya. Kriteria penilaian dalam angket


71

respon siswa tersebut menggunakan skala guttman terdiri dari dua kategori yaitu

tidak baik (nilai 0), baik (nilai 1). Respon siswa terhadap penerapan model

pembelajaran Konstekstual dikatakan efektif jika rata-rata respon dalam kategori

baik. Kriteria penilaian respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran

Konstekstual terlihat pada tabel 3.9. Persentase jawaban dengan angket

menggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan.

presentase jawaban

frekuensi jawaban

banyaknya responden

Tabel 3.10. Kriteria Penilaian Respon Siswa

Interval rata-rata skor Kriteria


0,00 rata-rata 0,50 Tidak baik
0,50 rata-rata 1,00 Baik

Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kontektual berbantuan

suplemen bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan

masyarakat Suku Samin tersebut dalam proses pembelajaran. Angket respon

berdasarkan beberapa kriteria yang dapat dilihat pada lampiran. Hasil analisis

angket respon siswa disajikan pada Tabel 3.11 di bawah ini.


72

Tabel 3.11. Angket Respon Siswa dalam Pembelajaran

Hasil analisis angket pada tabel 3.10 menunjukan bahwa pembelajaran

matematika dengan model kontekstual berbantuan suplemen bahan ajar bernuansa

etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin dapat diterima dengan baik

oleh siswa. Ditunjukan pada tabel angket yang mana pada rerata pertanyaan ke-1

yaitu 0,96, rerata pertanyaan ke-2 = 0,75, rerata pertanyaan ke-3 = 0,89, rerata

pertanyaan ke-4 = 0,68, rerata pertanyaan ke-5 = 0,71, rerata pertanyaan ke-6 =

0,54, rerata pertanyaan ke-7 = 0,86, rerata pertanyaan ke-8 = 0,93, rerata

pertanyaan ke-9 = 0,79, rerata pertanyaan ke-10 = 0,89 jadi dengan rata-rata

respon siswa terhadap pembelajaran 0,80 dan termasuk dalam kriteria baik.
73

3.11.7 Analisis Aktivitas Guru dalam Pembelajaran

Data hasil analisis terhadap lembar observasi aktivitas guru dalam

pembelajaran dianalisis dengan mencari nilainya. Aktivitas guru dalam

pembelajaran dikatakan efektif jika rata-rata memperoleh hasil dalam kategori

baik. Kriteria penilaian observasi aktivitas guru dalam pembelajaran terlihat pada

tabel 3.12.

Tabel 3.12. Kriteria Penilaian Observasi Terhadap Aktivitas Guru

dalam Pembelajaran

Interval rata-rata skor Kriteria


̅ Tidak Baik
̅ Kurang Baik
̅ Cukup
̅ Baik
̅ Sangat Baik

Tahap ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas guru selama

melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan model kontekstual

berbantuan suplemen bahan ajar bernuansa etnomatematika kebudayaan

masyarakat suku Samin. Aktivitas guru selama proses tersebut diamati oleh

observer dengan menggunakan lembar observasi yang berisi indikator-indikator

keterlaksanaan langkah-langkah kegiatan pembelajaran. data observer dapat

dilihat pada tabel 3.13.

Tabel 3.13. Data Observer

No Nama Pekerjaan Kode


1 Faiz Al Ahadi, M.Pd Mahasiswa PPS UNNES A-1
2 Maryati, S.Pd Guru Matematika A-2
74

Hasil analisis observasi pelaksanaan model kontekstual dalam

pembelajaran matematika disajikan pada Tabel 3.14 dan gambar 3.3.

Tabel 3.14. Analisis Pelaksanaan Model Kontektual dalam

Pembelajaran

Kualitas Keterlaksanaan
No A-1 A-2 Rata-rata Kategori
Pembelajaran
1 Pertemuan 1 3,89 3,78 3,83 Baik
2 Pertemuan 2 4,00 4,11 4,05 Baik

Gambar .3.3. Analisis Pelaksanaan Model Kontekstual dalam

Pembelajaran

Berdasarkan Tabel 3.14 dan gamabr 3.3 dapat dilihat bahwa proses

pembelajaran matematika dengan model kontekstual berbantuan suplemen bahan

ajar bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat suku Samin dilaksanakan

sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model kontekstual. Hal tersebut

ditunjukan dengan retata hasil analisis penilaian terhadap guru dalam proses

pembelajaran yaitu 0,97 dan termasuk dalam kriteria baik.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 Bentuk-Bentuk Etnomatematika pada Kebudayaan Masyarakat Suku

Samin

Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah.

Analisis data kualitatif yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan

model analisis interaktif Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007: 247), sedangkan

analisis data kuantitatif menggunakan analisis data statistik dengan bantuan

program Microsoft excel 2010 dan SPSS.

Tahapan analisis data kualitatif model analisis interaktif Miles dan

Huberman (Sugiyono, 2007: 247) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi dilakukan terhadap

aktivitas masyarakat dan benda artefak yang digunakan masyarakat Suku

Samin. Pada tahapan ini peneliti dalam menghimpun/mengumpulkan data

ialah melakukan wawancara dan diskusi bentuk-bentuk etnomatematika yang

ada dalam masyarakat suku Samin. Hasil observasi dapat dilihat pada

lampiran.

Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi lebih lanjut

mengenai aktivitas dan artefak yang digunakan masyarakat suku Samin dalam

75
76

kehidupannya sehari-hari. Wawancara dilakukan kepada beberapa tokoh

masyarakat suku Samin. Tokoh-tokoh yang diwawancarai tersebut yaitu

Bapak Lasio (sebagai ketua adat suku Samin) dan ibu Waini (sebagai istri

ketua suku Samin). Hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran.

Dokumentasi merupakan proses pengumpulan data selain observasi

dan wawancara. Informasi yang diperoleh dari dokumentasi merupakan

penggambaran dari apa yang peneliti amati dan telusuri. Dokumentasi berupa

foto dari lokasi penelitan, foto dari informan yang teridentifikasi mengenai

bentuk-bentuk etnomatematika yang ada di kebudayaan masyarakat suku

Samin. Hasil dokumentasi dapat dilihat pada lampiran.

Data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian

ditranskipkan dan disusun secara teratur. Sehingga mempermudah peneliti

dalam menyusun tahapan selanjutnya.

2) Uji Kevalidan atau Keabsahan Data

Uji kevalidan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi

metode dan sumber. Data yang valid adalah data ―yang tidak berbeda‖ antara

data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi

pada obyek penelitian. Hasi uji kevalidan dapat dilihat pada lampiran.

3) Reduksi Data

Hasil dari pengumpulan data merupakan hasil secara umum yang

belum sepenuhnya sesuai dengan fokus penelitian, sehingga diperlukan

reduksi data untuk memilah dan mengklasifikasikan data berdasarkan fokus

penelitian dan kerangka berpikir. Pada penelitian ini reduksi data dilakukan
77

dengan cara menggolongkan, mengelompokan dan memilah data tersebut

berdasarkan upacara adat, kesenian, bangunan, mata pencaharian, anyaman,

aktivitas tenun ikat, permainan tradisional dan makanan tradisional. Hasil

reduksi data dapat dilihat pada lampiran.

4) Penyajian Data

Penyajian data merupakan tahap setelah reduksi data selesai. Data

tersebut disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data disajikan

dengan mendeskripsikan bentuk-bentuk etnomatematika yang ada dalam

kebuadayaan masyarakat suku Samin dan menghubungkan bentuk-bentuk

etnomatematika tersebut dengan konsep-konsep matematika di SMP. Data-

data yang telah direduksi selanjutnya disajikan dengan penjelasan dan uraian

yang jelas.

a) Upacara Adat

Suronan atau brukohan masyarakat Sedulur Sikep Samin sembari

mengenakan pakaian serba hitam, warga berkumpul menggelar acara

syukuran. Dalam syukuran tersebut, masyarakat Samin juga berdoa

bersama agar mendapat kelancaran rezeki, keamanan dan kesehatan.

Gambar 4.1 Suronan (Sumber: Kompasiana.com)


78

Sedekah bumi atau Gas Deso dilaksanakan pada jumat wage, para

warga Sedulur Sikep akan membuat tumpeng serta jajanan dan makanan

tradisional serta dilaksanakan ditempat seperti waduk, sumur, balai desa,

makam sesepuh dan tempat yang disepakati oleh masyarakatnya. Pada

intinya sedekah bumi adalah menghargai, mensyukuri dan menghormati

tanah serta sedekah bumi merupakan acara untuk mengucapkan dan

mencurahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunia

yang diberikan. Dapat di lihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Sedekah bumi (Sumber:

pecelewongbloro.blogspot.com)

Tradisi Ngalungi sapi ini bertujuan untuk mendoakan agar diberi

keselamatan, tradisi ini dilaksanakan 3 kali selama kurang lebih setahun

pada saat laboh (musim hujan persiapan bercocok tanam), bakda tandur

(sesudah tanam), bakda panen (sesudah panen). Inti dari tradisi ini

memohonkan keselamatan sapi yang merupakan kekayaan (rojo koyo)

bagi masyarakat Samin. Seperti gambar 4.3.


79

Gambar 4.3 Ngalungi sapi (Sumber: blora-

online.blogspot.com)

Jamasan atau memandikan alat pertanian dilakukan untuk

membersihkan alat pertanian seperti cangkul, arit, bendo (golok), ganco.

Upacara ini dilaksanakan pada saat menjelang hari Raya Idul Fitri

tepatnya malam takbiran, tujuannya agar peralatan pertanian tetap

berfungsi dengan baik dalam bercocok tanam.

Gambar 4.4 Jamasan (Sumber: infoblora.com)


80

Menurut ajaran kesaminan, perkawinan adalah wadah prima bagi

manusia untuk belajar karna melalui lembaga ini kita dapat menekuni

ilmu kesunyatan. Bukan saja karena perkawinan nanti membuahkan

keturunan yang akan meneruskan sejarah hidup tetapi juga karena sarana

ini menegaskan hakekat ketuhanan, hubungan antara pria dan wanita,

rasa sosial dan kekeluargaan, dan tanggungjawab. Selanjutnya pada

dasarnya adat perkawinan yang berlaku dalam masyarakat Samin adalah

endogami yaitu pengambilan jodoh dalam kelompok sendiri dan

menganut prinsip monogami. Dalam pola perkawinan ini yang dipandang

ideal adalah istri cukup hanya satu untuk selamanya: bojo siji kanggo

selawase kanggo turun temurun.sebagai landasan berlangsungnya

perkawinan adalah kesepakatan antara seorang laki-laki dengan seorang

perempuan. Kesepakatan ini merupakan ikatan mutlak dalam lembaga

perkawinan masyarakat Samin.

Gambar 4.5 Pernikahan Suku Samin (Sumber:

elsaonline.com)
81

Upacara campur bawur (tolak balak) dilakukan pada pergantian

musim atau pancaroba (hujan pertama). Tolak balak atau campur bawur

juga dilakukan oleh masyarakat yang pendukuhannya dilewati sungai,

seperti Klopo duwur, Sumengko dan Wotrangkul. Tradisi ini dilakukan

masyarakat yang tinggal ditepi hutan seperti komunitas Sikep di

Karangpace tujuannya untuk mengusir binatang buas.

Gambar 4.6 Upacara Campur bawur (Sumber:

bloranews.com)

b) Kesenian

Masyarakat Suku Samin tidak memiki kesenian yang berupa

tarian tradisional.

c) Bangunan

Dalam masayarakat Samin memiliki bangunan rumah berbentuk

Bekuk Lulang. Rumah model bekuk lulang merupakan salah satu jenis

dari Dapur Griya (isu yang berhubungan dengan sistem struktur

kerangka bangunan serta dengan rupa bangunan). Dapur Griya


82

merupakan salah satu jenis Kaweruh Griya yang artinya naskah terhadap

awam merupakan perkenalan akan ―lingkungan binaan Jawa‖ sedangkan

bagi para Undhagi merupakan pengkayaan pengetahuan. Seperti gambar

4.7.

Gambar 4.7 Rumah Bekuk Lulang (Sumber:

netralnews.com)

Bangunan berarsitektur Jawa bermakna sebagai tempat berteduh.

Bangunanberarsitektur Jawa bersifat terbuka atau tanpa sekat-sekat

kususnya bentuk dari rumah bekuk lulang berbentuk mujur. Pada

arsitektur Jawa, penaung/peneduh muncul berupa empyak/payon meliputi

usuk. Kemudian soko dan papan.

Dalam masyarakat Samin dalam membangun rumah secara

gotong royong. Tampilan rumah, Griya Jawa memberikan sebutan yang

tersendiri dan semuanya diambil dari ciri-ciri manusia yakni jaler-estri

(lelaki-perempuan) atau enom-sepuh (muda-tua) tampilan yang

cendereung berkesan meninggi atau menulang dan ramping dikatakan

sebagai penampilan yang jaler (lelaki) atau enom (muda) sedangkan


83

yang merendah dan tidak ramping dikatakan sebagai estri (perempuan

atau sepuh (tua).

d) Mata Pencaharian

Masyarakat suku Samin memiliki mata pencaharian yaitu dari

aspek pertanian dan peternakan. Petani Samin menanam tanaman padi

sebagai salah satu tanaman yang wajib ditanam. Selain padi ada juga

yang menanam ketela dan jagung. Dalam bertani, Petani Samin juga

diatur oleh adat yaitu tidak boleh menjual seluruh hasil panennya. Setelah

panen mereka akan menyimpan hasil panennya untuk digunakan

konsumsi keluarga dan digunakan sebagai sumbangan jika ada

masyarakat Samin lainnya sedang hajatan perkawinan atau sunatan.

Dalam bercocok tanam bergantung pada musiman tidak memiliki aturan

khusus di dalamnya.

Padi kisaran 4-5 bulan sedangkan ketela dan jagung hanya

membutuhkan kisaran 2-3 bulan. Mengukur hasil panen biasanya

menggunakan perbandingan antara modal awal berupa pembelian bibit,

pupuk, dsb dengan hasil panen yang didapat.

Gambar 4.8 Padi dan Jagung (Sumber: madenurbawa.com &

infoblora.com)
84

Sedangkan dari aspek peternakan masyarakat suku Samin

memlihara Sapi dan Kambing. Dalam memelihara dilakukan seperti biasa

tidak ada cara khusus.

Gambar 4.9 Hewan Sapi dan Kambing (Sumber: infoblora.

Com & bertaniorganik.com)

e) Anyaman

Masyarakat Samin memiliki anyaman yang berupa Klasa pandan.

Klasa pandan berbentuk persegi dan persegi panjang, digunakan sebagai

alas sesaji untuk acara-acara adat di desa seperti gambar 4.10.

Gambar 4.10 Klasa Pandan (Sumber: picdeer.com)

Bahan utama Klasa pandan adalah daun pandan. Pemilihan bahan

utama tersebut haruslah masih segar dan memiliki tekstur yang bagus.

Klasa pandan ini terbuat dari anyaman daun pandan berduri yang sudah
85

disuir, dihaluskan dan dikeringkan lalu dianyam dengan anyaman

menyilang. Dalam pembuatan anyaman klasa pandan biasanya dilakukan

sebelum adanya acara-acara adat.

f) Tenunan

Masayarakat Samin tidak melakukan kegiatan tenun jadi tidak

memiliki hasil tenun khas Samin tetapi memiliki aksesoris yang

digunakan masyarakat Samin berupa ikat (blangkon) dan baju khas

Samin. Baju khas Samin bermotif potong Jawa berwarna irang/hitam

yang memiliki arti bahwa manusia itu tidak lepas dari dosa. Sedangkan

ikat (blangkon) yang berwarna polos item atau lireng kuning dan celana

kompreng yang digunkan masyarakat Samin. Bahan yang digunakan

adalah bahan sederhana dan tidak terbuat dari bahan mahal penting yang

berwarna hitam.

Gambar 4.11 Ikat (blankon) dan Baju Masyarakat Suku Samin (Sumber:

liputan6.com & youtube.com)

g) Permainan Tradisional

Suku Samin memiliki beberapa permainan tradisional yang

meliputi jamuran, dakon (congkak), delikan atau petak umpet.


86

Permainan jamuran biasanya disuguhkan untuk menyambut tamu

atau wisatawan yang berkunjung, biasanya dilakukan oleh anak-anak

setempat. Cara bermain Jamuran sangatlah sederhana. Diawali dengan

hompimpa untuk menentukan siapa yang harus jaga. Yang kalah

hompimpa harus berada di lingkaran (boleh duduk boleh berdiri), lantas

sisanya membuat lingkaran besar sambil bergandengan tangan dengan

bernyanyi ―jamuran ya gege thok ya jamur apa ya gege jamur gajih

mbejijih sa ora-ora sira mbadhe jamur apa‖ (berjamur hanya gege jamur

apa hanya gege jamur beras mbejijih dilapangan kamu mau jamur apa).

Gambar 4.12 Jamuran (Sumber: docplayer.info)

Dalam permainan tradisional Dakon banyak manfaat yang bisa

didapatkan atau mempunyai nilai filosofi yang baik seperti melatih untuk

memberanikan diri bersikap sportif, berbuat jujur dan ahli strategi biar

tidak berhenti di lubang kosong karena kalau berhenti di lubang kosong

kita akan mati. Tidak hanya itu saja manfaat yang didapat, ternyata ada

filosofi yang menarik dalam permainan dakon tersebut. Terdapat 14

lubang kecil yang mana bagian atas berjumlah 7 lubang begitupula


87

bagian bawah berjumlah 7 lubang. 7 lubang tersebut yang menandakan

jumlah hari dalam setiap minggunya, lalu ketika menjalankan biji demi

bijinya ternyata terkandung bahwa kita dituntut untuk terus beraktivitas

di setiap harinya supaya kita berbagi (sedekah) terhadap lingkungan kita

ataupun bersedekah juga kepada lawan (musuh). Tak lupa juga mengajari

kita untuk menabung di lubang besar. Seperti gambar 4.13.

Gambar 4.13 Dakon

Permainan petak umpet mengajarkan kejujuran, berani,

tanggungjawab. Permainan petak umpet dilakukan oleh anak-anak

minimal tiga orang yang kalah harus berjaga dipohon dinding, tiang dan

lain sebagainya sedangkan yang lainnya bersembunyi. Bagi yang jaga

harus mencari pemain yang bersembunyi dan saat ketemu harus

menyebutkan nama pemain tersebut yang artinya pemain itu telah gugur.

Permainan Delikan dapat dilihat pada gambar 4.14.


88

Gambar 4.14 Delikan (Sumber: kotawates.com)

h) Makanan tradisional

Makanan tradisional suku Smin tidak jauh beda dengan makanan

tradisional Jawa yaitu Tumpeng dan Ketupat.

Gambar 4.15 Tumpeng dan Ketupat (Samin:

travelingyuk.com & bloranews.com)

Tabel 4.1 Bentuk-Bentuk Etnomatematika pada Kebudayaan Suku

Samin

No Aspek yang diamati Bentuk-bentuk Etnomatematika


1 Upacara adat Waktu pelaksanaan upacara adat
2 Kesenian Tidak memiliki kesenian
3 Bangunan Bekuk lulang
4 Mata pencaharian Kalender dalam bercocok tanam
(Jawa)/menyesuaikan musim.
5 Anyaman Klasa pandan
6 Tenunan Ikat kepala (blangkon) dan baju khas
89

Samin
7 Permaninan tradisional Jamuran, dakon (cangkok) dan delikan
atau petak umpet
8 Makanan tradisional Tumpeng dan Ketupat

4.1.2 Hubungan Bentuk-Bentuk Etnomatematika pada Kebudayaan

Masyarakat suku Samin dengan Konsep-Konsep Matematika

Dari hasil observasi terhadap aktivitas dan artefak yang ada

dalam masyarakat suku Samin yang dapat dieksplor dalam penelitian ini berupa

bentuk-bentuk etnomatematika masyarakat suku Samin yang terdapat pada

upacara adat, kesenian, bangunan, mata pencaharian, anyaman, tenunan,

permainan tradisional dan makanan tradisional.

Hasil eksplorasi terhadap bentuk-bentuk etnomatematika pada budaya

masyarakat suku Samin, ditemukan keterkaitan bentuk-bentuk etnomatematika

dengan konsep-konsep matematika yaitu pola bilangan, geometri dan pengukuran.

Beberapa bentuk budaya suku Samin dapat digunakan sebagai sarana untuk

mengajarkan pola bilangan. Konsep-konsep geometri yang mempunyai hubungan

dengan bentuk-bentuk etnomatematika meliputi konsep lingkaran, persegi

panjang, persegi, belah ketupat, segitiga, balok, tabung, kerucut, limas segitiga,

prisma segienam, dan bola. Pengukuran meliputi pengukuran panjang, isi dan

waktu.

1) Konsep Pola Bilangan

a) Konsep Pola Bilangan Segitiga

Konsep Pada tradisi Ngalungi Sapi dibutuhkan sejumlah potong

tali. Misalnya pada kandang pertama terdapat satu ekor sapi dengan satu
90

potongan tali yang melingkar di lehernya, kandang kedua terdapat 3 ekor

sapi dengan masing-masing terdapat satu potong tali yang melingkar pada

lehernya. Kemudian kandang ketiga terdapat 6 ekor sapi dengan masing-

masing terdapat satu potong tali yang melingkar pada lehernya dan

seterusnya. Hingga membuat pola bilangan 1,3,6,..,n. Konsep pola

bilangan segitiga bisa dilihat pada gambar 4.16.

Gambar 4.16 Hubungan tradisi Ngalungi Sapi Kebudayaan Suku Samin

dengan Konsep Pola Bilangan Segitiga

Pola bilangan dapat digambarkan di atas melalui noktah yang

mengikuti pola segitiga. Untuk lebih jelasnya, coba kamu perhatikan lima

bilangan yang mengikuti pola segitiga berikut ini. Jadi, bilangan yang

mengikuti pola segitiga dapat dituliskan sebagai berikut 1, 3, 6, 10, 21,

28, 36, 45, ....

b) Konsep Pola Bilangan Persegi

Klasa pandan berbentuk persegi digunakan sebagai alas sesaji

untuk acara-acara adat didesa. Ukurannya ada dua kecil dan besar

kemudian bahan utama klasa pandan adalah daun pandan. Pemilihan

bahan utama tersebut haruslah masih segar dan memiliki tekstur yang
91

bagus kemudian daun pandan berduri yang sudah disuir, dihaluskan dan

dikeringkan lalu dianyam dengan anyaman menyilang. Dalam pembuatan

anyaman Klasa pandan biasanya dilakukan sebelum adanya acara-acara

adat.

Pola bilangan persegi adalah 1, 4, 8, 16, 25, .... Apabila pola

anyaman yang menyilang memiliki jumlah yang sama dalam menganyam

dimulai dengan 1 daun pandan kemudian ditambah 3 daun pandan

menjadi 4 daun pandan, selanjutnya ditambah 5 daun pandan menjadi 9

daun pandan dan seterusnya. Konsep pola bilangan persegi bisa dilihat

pada gambar 4.17.

Gambar 4.17 Hubungan Klasa Pandan kebudayaan Suku Samin

dengan konsep pola bilangan persegi (Sumber: hotfrog.co.id)

Persegi merupakan bangun datar yang semua sisinya memiliki

ukuran yang sama panjang. Begitu pula dengan penulisan pola bilangan

yang mengikuti pola persegi.

c) Konsep Pola Bilangan Persegi Panjang

Pola bilangan persegi panjang adalah 2, 6, 12, 20, ... Pada

umumnya penulisan bilangan yang didasarkan pada pola persegi panjang


92

hanya digunakan oleh bilangan bukan prima. Pada pola ini, noktah-noktah

disusun menyerupai bentuk persegi panjang.

Pola anyaman apabila mengikuti pola bilangan persegi panjang

dimulai dengan 2 daun pandan kemudian ditambah 4 daun pandan

menjadi 6 daun pandan, selanjutnya ditambah 6 daun pandan menjadi 12

daun pandan dan seterusnya. Konsep pola bilangan persegi panjang bisa

dilihat pada gambar 4.18.

Gambar 4.18 Hubungan Klasa Pandan Kebudayaan Suku Samin

dengan Konsep Pola Bilangan Persegi Panjang

d) Konsep Pola Bilangan Pascal

Permainan petak umpet dilakukan oleh anak-anak minimal tiga

orang yang kalah harus berjaga dipohon, dinding, tiang dan lain

sebagainya sedangkan yang lainnya bersembunyi. Bagi yang jaga harus

mencari pemain yang bersembunyi dan saat ketemu harus menyebutkan

nama pemain tersebut yang artinya pemain itu telah gugur. Permainan

petak umpet mengajarkan kejujuran, berani, tanggung jawab.

Dalam permainan delikan ada dua peran yang harus dilakukan

yaitu sebagai penjaga dan pencuri. Untuk menerapkan pola bilangan


93

pascal, dibuat skenario permainan sebagai berikut: Terdapat 3 zona yang

digunakan oleh pencuri untuk bersembunyi yaitu zona A (taman desa),

zona B (halaman rumah), zona C (halaman sekolah) . Pada saat

permainan berlangsung penjaga berhasil menemukan 2 pencuri di zona A

kemudian di zona B penjaga menemukan 4 pencuri sedangkan di zona C

menemukan 8 pencuri. Sehingga dengan adanya pola tersebut membentuk

maka bisa dihubungkan dengan pola bilangan pascal. Konsep

tersebut bisa dilihat pada gambar 4.19.

Gambar 4.19 Hubungan Petak Umpet Kebudayaan Suku Samin dengan

Konsep Pola Bilangan Pascal (Sumber:

sahabatkeluarga.kemdikbud.co.id)

Bilangan-bilangan yang disusun menggunakan pola segitiga

Pascal memiliki pola yang unik. Hal ini disebabkan karena bilangan yang

berpola segitiga Pascal selalu diawali dan diakhiri oleh angka 1. Selain

itu, di dalam susunannya selalu ada angka yang diulang.


94

Serta permainan juga memiliki keterkaitannya dengan konsep

menghitung bilangan.

e) Konsep pola bilangan fibonacci

Jamasan atau memandikan alat pertanian dilakukan untuk

membersihkan alat pertanian seperti cangkul, arit, bendo (golok), ganco.

Upacara ini dilaksanakan pada saat menjelang hari Raya Idul Fitri

tepatnya malam takbiran, tujuannya agar peralatan pertanian tetap

berfungsi dengan baik dalam bercocok tanam.

Tradisi Jamasan ini dapat mengikuti konsep pola bilangan

fibonacci apabila dilakukan dengan urutan sebagai berikut: Sebagai ketua

adat suku Samin memulai pemandian alat pertanian kemudian disusul

oleh kepala desa. Selanjutnya setelah ketua adat dan kepala desa disusul

lagi oleh 1 warga desa maka sudah ada 3 orang yang terlibat dalam

prosesi Jamasan kemudian dari ketiga orang tersebut diikutkan lagi 2

orang warga untuk mengikuti prosesi tersebut sehingga menjadi 5 warga.

Selanjutnya ditambahkan 3 warga menjadi 8 warga. Dikarenakan tidak

ada batasan berapa banyak warga yang boleh mengikuti prosesi Jamasan

maka dari ke-8 warga bisa ditambahkan 5 warga lagi menjadi 13 warga ,

sehingga jumlah warga yang akan diikutsertakan mengikuti prosesi

Jamasan menyesuaikan jumlah warga sebelumnya. Dengan pola tersebut

sehingga membentuk konsep pola bilangan fibonacci, konsep dapat

dilihat pada gambar 4.20.


95

Pola bilangan fibanocci adalah pola bilangan dimana jumlah

bilangan setelahnya merupakan hasil dari penjumlahan dari dua bilangan

sebelumnya. Pola bilangan Fibonacci adalah 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34,

.....

Gambar 4.20 Hubungan tradisi Jamasan Kebudayaan Suku Samin

dengan Konsep Pola Bilangan Fibonacci

2) Konsep Geometri

a) Konsep Trapesium

Bangunan berarsitektur Jawa bersifat terbuka atau tanpa sekat-

sekat kususnya bentuk dari rumah bekuk lulang berbentuk mujur. Pada

arsitektur Jawa, penaung/peneduh muncul berupa empyak/payon: usuk.

Soko, papan.

Dalam bentuk atap dari rumah bekuk lulang terlihat seperti salah

satu bangun ruang yaitu trapesium. Trapesium merupakan bangun datar

segiempat yang memiliki satu pasang sisi yang sejajar. Dalam kaitannya

dengan rumah tradisional masyarakat Suku Samin maka atap tersebut

berbentuk trapesium samakaki.


96

Trapesium sama kaki merupakan trapesium yang kedua sisinya

sejajar dan kedua kakinya atau sisi tegaknya sama panjang, serta sudut-

sudutnya tidak ada yang siku-siku. Seperti gambar 4.21.

Gambar 4.21 Hubungan rumah adat Bekuk Lulang Suku Samin dengan

Konsep Trapesium

Sifat-sifat trapesium samakaki adalah

̅̅̅̅ ̅̅̅̅

̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅

̅̅̅̅

b) Konsep Persegi dan Persegi Panjang

Dalam kebudayaan masyarakat Suku Samin memiliki beberapa

aspek yang bisa dilihat bahwa aspek tersebut memiliki keterkaitan dengan

konsep matematika, seperti kerajinan Klasa Pandan ini yang memili

bentuk persegi dan persegi panjang.

Persegi merupakan bangun datar segiempat yang paling khusus,

denga sifat semua sudut siku-siku, semua sisi sama panjang dan semua

pasang sisi sejajar. Sedangkan persegi panjang merupakan bangun datar


97

segiempat yang keempat sudutnya siku-siku dan sisi-sisi yang berhadapan

sama panjang. Seperti pada gambar 4.22.

Gambar 4.22 Hubungan Klasa Pandan Suku Samin dengan Konsep

Persegi

Persegi memiliki sifat-sifat yaitu

̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅

̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅

̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅

Sifat-sifat persegi panjang yaitu:

Sisi yang berhadapan sama panjang.

Keempat sudutnya siku-siku.


98

Diagonal-diagonalnya sama panjang dan membagi dua sama panjang.

c) Konsep Tabung

Ikat kepala masyarakat Samin memiliki keunikan yang mana

bentuk dari ikat kepala tersebut berbentuk tabung. Tabung adalah bangun

ruang yang dibatasi oleh dua daerah yang sejajar dan sama ukurannya

serta sebuah bidang lengkung yang berjarak sama jauh keporosnya dan

yang simetris terhadap porosnya memotong kedua daerah lingkaran

tersebut tepat pada kedua daerah lingkaran.

Gambar 4.23 Hubungan Ikat Kepala Suku Samin dengan Konsep Tabung

Sifat-sifat tabung yaitu

1)) Memiliki 2 sisi berbentuk lingkaran dan 1 sisi berbentuk bidang

lengkung.

2)) Memiliki 2 rusuk lengsung.

3)) Tidak memiliki titik sudut.

d) Konsep Bola

Dalam permainan tradisional suku Samin terdapat permainan

Dakon yang mana alat permainan tersebut memiliki beberapa lubang yang

bisa dilihat bahwa lubang tersebut berupa setengah bola. Bola merupakan
99

bangun ruang (permukaannya rapat dan bagian dalamnya berongga).

Semua titik pada sisinya (permukaan bangun ruang itu) berjarak sama ke

titik pusat.

Bola

Setengah bola

Gambar 4.24 Hubungan permainan Dakon Suku Samin dengan Konsep

Bola

Sifat-sifat bola yaitu

1)) Memiliki 1 sisi berbentuk bidang lengkung (selimut bola).

2)) Tidak memiliki rusuk.

3)) Tidak memiliki titik sudut.

Serta permainan ini berkaitan dengan konsep penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian pada bilangan bulat.

e) Konsep Lingkaran

Seperti permainan tradisional lainnya anak masyarakat Suku

Samin juga memainkan permainan tradisional salah satunya yaitu

permainan tradisional Jamuran. Permainan dimainkan oleh beberapa

pemain sehingga dalam permainannya satu pemain ditengah dan yang


100

lainnya mengelilingi pemain tersebut membentuk lingkaran yang mana

pemain yang ditengah sebagai pusat dalam permainan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lingkaran merupakan

bangun datar yang sisinya selalu berjarak sam dengan titik pusatnya atau

dengan kata lain, lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik yang

terletak pada suatu bidang, dan berjarak sama terhadap titik tertentu. Titik

tertentu tersebut biasa disebut dengan pusat lingkaran.

Gambar 4.25 Hubungan permainan Jamuran Suku Samin dengan Konsep

Lingkaran

Sifat-Sifat Lingkaran yaitu

1)) Mempunyai Sebuah Titik Pusat.

2)) Hanya Terdiri Dari Satu Sisi

3)) Tidak mempunyai titik sudut dan jumlah sudutnya adalah 360 derajat.

4)) Mempunyai jari-jari (R) dan diameter (d)

5)) Mempunyai simetri lipat yang tidak terhingga.

6)) Mempunyai simetri putar yang tidak terhingga.


101

f) Konsep Kerucut

Dalam acara adat /syukuran masyrakat Suku Samin memliki

makanan yang selalu dihidangkan dalam setiap acara adat, yang dimaksud

yaitu tumpeng , tumpeng ini memiliki bentuk kerucut.

Kerucut adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh daerah

lingkaran dan sebuah lengkung yang simetris terhadap porosnya yang

melalui titik pusat lingkaran tersebutkeurucut

Gambar 4.26 Hubungan Tumpeng Suku Samin dengan Konsep Kerucut

Sifat-sifat kerucut adalah

1)) Memiliki 1 sisi alas berbentuk lingkaran dan 1 sisi berbentuk bidang

lengkung (selimut kerucut).

2)) Memiliki 1 rusuk lengkung.

3)) Tidak memiliki titiksudut.

4)) Memiliki 1 titik puncak.

g) Konsep Belah Ketupat

Makanan ini sering kita jumpai dalam setiap makanan tradisioanl

masyarakat Jawa, hal ini tidak jauh beda masyarakat Suku Samin juga

memliki makan tersebut yang biasa kita sebut yaitu ketupat. Bila dilihat

bentuk makanan tersebut berbentuk belah ketupat.


102

Belah ketupat merupakan jajar genjang yang keempayt sisi-

sisinya sama panjang dan diagonal-diagonalnya berpotongan saling tegak

lurus.

Gambar 4.27 Hubungan makanan khas (Ketupat) Suku Samin dengan

Konsep Belah Ketupat

Perhatikan belah ketupat PQRS di atas maka.

Sisi ̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅

̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅

3) Konsep Pengukuran

Pengukuran waktu

Tabel 4.2 Pengukuran Waktu

Pengukuran tradisional Pengukuran waktu


Taun Tahun
Tuwan/wulan Bulan
Dina Hari
Wengi Malam
Suro Mukharam
Mangsa udan Bulan Januari sampai April
Mangsa garing Bulan Mei sampai November
103

Tabel 4.3 Hubungan Bentuk-Bentuk Etnomatematika dengan Konsep-Konsep

Matematika

No Aspek yang Bentuk-bentuk etnomatematika Konsep matematika


diamati
1 Upacara adat Suronan Pengukuran waktu
Gas deso
Ngalungi sapi
Jamasan
Ngantenan
Campur bawur
2 Kesenian - -
3 Bangunan Rumah Bekuk lulang Trapesium
4 Mata Bertani dan berternak Pengukuran waktu
pencaharian
5 Anyaman Klasa pandan Persegi dan persegi
panjang
6 Tenunan Ikat kepala(bamhlon) Tabung
Baju Samin -
7 Permainan Dakon Bola,konsep penjumlahan,
tradisional pengurangan, perkalian
dan pembagian pada
bilangan bulat
Delikan Bilangan pascal, konsep
menghitung bilangan bulat
Jamuran Lingkaran
8 Makanan Tumpeng Kerucut
khas Ketupat Belah ketupat

4.1.3 Efektifitas Model Kontekstual Dengan Memasukkan Unsur

Kebudayaan Masyarakat Suku Samin

4.1.3.1 Uji Hipotesis

4.1.3.1.1 Uji Hipotesis I (Uji Rata-Rata Terhadap KKM)

Hipotesis I yang diajukan yaitu ‖Dengan pembelajaran kontekstual berbantuan

buku suplemen pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan

suku Samin dapat mencapai rata-rata KKM yaitu 65‖.Oleh karena itu dapat

dirumuskan sebagai berikut.


104

Ho: Hasil belajar siswa dalam pembelajaran kontekstual berbantuan buku

suplemen pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan

suku Samin tidak mencapai KKM

Ha: Hasil belajar siswa dalam pembelajaran kontekstual berbantuan buku

suplemen pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan

suku Samin mencapai KKM

Rumus yang digunakan adalah

̅

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan oleh peneliti didapat

nilai t hitung = 6,9203 dan t tabel = 1,700 dengan taraf signifikan 5% sehingga t

hitung ≥ t tabel 6,9203 ≥ 1,700 maka dapat disimpulkan Ho ditolak yang

artinya rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran kontekstual berbantuan

buku suplemen pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan

suku Samin mencapai lebih dari 65. Analisis lengkapnya bisa dilihat pada

lampiran.

4.1.3.1.2 Uji Hipotesis II (Ketuntasan Belajar)

Uji ketuntasan siswa kelas eksperimen menggunakan uji rata-rata dan uji

proporsi. Uji rata-rata dilakukan untuk menguji ketuntasan individu sedangkan uji

proporsi digunakan untuk menguji ketuntasan klasikal. Uji klasikal dilakukan

untuk mengetahui pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen


105

pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan suku Samin

mencapai ketuntasan klasikal. Uji proporsi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji proporsi pihak kanan dengan proporsi siswa yang mencapai KKM yaitu

65 sekurang-kurangnya dari jumlah siswa yang ada di dalam kelas.

Hipotesisnya sebagai berikut.

, Proporsi siswa pada pembelajaran kontekstual berbantuan buku

suplemen bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika

kebudayaan masyarakat suku Samin yang mencapai KKM yaitu 65

mencapai kurang dari atau sama dengan 70 %.

, Proporsi siswa pada pembelajaran kontekstual berbantuan buku

suplemen bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika

kebudayaan masyarakat suku Samin yang mencapai KKM yaitu 65

mencapai lebih dari 70 %.

Analisis data akhir hasil belajar pada kelas ekperimen menunjukkan bahwa

24 siswa tuntas dari 28 siswa. Kriteria ketuntasan minimal pada siswa yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 65. Uji statistik yang digunakan adalah uji

z sebagai berikut.

√ ( ) √ ( )

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh

dan dengan taraf signifikan . Maka dapat

disimpulkan bahwa sehingga ditolak yang artinya Proporsi

siswa pada pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen bahan ajar


106

matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat suku Samin yang

mencapai KKM mencapai lebih dari 70 %. Analisis selengkapnya mengenai

ketuntasan belajar individu (KBI) dan ketuntasan belajar klasikal (KBK) dapat

dilihat pada lampiran.

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Bentuk-Bentuk Etnomatematika pada Kebudayaan Masyarakat Suku

Samin

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa masyarakat suku Samin telah

menggunakan konsep matematika sejak zaman dulu dalam kehidupan sehari-hari.

Bentuk-bentuk etnomatematika yang diamati dalam kebudayaan masyarakat Suku

Samin terdiri dari aspek upacara adat, kesenian, bangunan, mata pencaharian,

anyaman, tenunan, permainan tradisional dan makanan tradisional. Sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati bahwa bangunan bersejarah seperti

ruah adat, rancang bangun, candi, tempat ibadah, bangunan tempat tinggal, motif

kain tapis, permainan tradisional dan berbagai bentuk bagunan yang merupakan

hasil cipta manusia yang membentuk kebudayaan (Zaenuri, 2018; Rakhmawati,

2016).

Bentuk etnomatematika yang terdapat upacara adat masyarakat Suku

Samin, yaitu waktu pelaksanaan upacara adat. Waktu pelaksanaan upacara adat

tersebut terkait dengan konsep kelipatan bilangan dan pengukuran waktu tidak

baku. Sesuai dengan pendapat Suarjana (2014) mengungkapkan etnomatematika

dalam sistem kelender bali dan menyatakan bahwa etnomatematika dalam sistem

kelender bali berupa pengulangan dan pertemuan dua atau lebih wewaran. Bentuk
107

pengulangan tersebut dalam konsep matematika formal dikenal dengan

penjumalah berulang atau kelipatan dan kelipatan persekuatuan.

Bentuk etnomatematika yang terdapat dalam bangunan rumah adat Suku

Samin yaitu Bekuk Lulang yang memiliki keterkaitannya dengan konsep

trapesium. Hal tersebut sependapat dengan Zaenuri dan Dwidayanti (2018) yang

menemukan nilai etnomatematika dari bangunan non cagar budaya dan cagar

budaya di Jawa Tengah yang terkait dengan konsep matematika seperti bangun

datar, bangun ruang, himpunan, simetris, aritmatika sosial dan trigonometri.

Sedangkan menurut Hariastuti (2018) yaitu konsep-konsep matematika yang

terdapat pada komponen rumah adat Using. Konsep-konsep tersebut diantaranya

adalah: konsep bentuk geometris baik dimensi dua maupun dimensi tiga, konsep

kesebangunan dann kekongruenan, konsep transformasi geometri, serta konsep

geometri fraktal. Selanjutnya Haryanto (2016) menemukan nilai etnomatematika

yang terkandung dalam rumah adat suku Arfak Papua Barat dimana metode

pembuatan simpul pada bingkai mengandung unsur matematis yaitu segitiga.

Yanuarto (2017) mengungkapkan terdapat nilai-nilai matematis yaitu geometri

dan alogaritma pada bangunan candi Borobudur.

Dalam kehidupan berbudaya salah satu aktivitas manusia adalah bertani.

Tanpa sadari dalam aktivitas bertani, masyarakat telah melakukan berbagai

aktivitas yang menggunakan konsep dasar matematika. Misalnya pada aktivitas

mengukur, masyarakat mampu menentukan panjang dan lebar lahan sawah, serta

menentukan luas lahan. Selain itu, dalam aktivitas bertani yaitu menyiapkan bibit

dan pupuk yang akan digunakan dalam satu lahan sawah, konsep perbandingan.
108

Aktivitas yang demikian ini dikenal dengan istilah etnomatematika menurut

Juhria (2015: 101). Masyarakat Suku Samin memiliki mata pencaharian yaitu

dari aspek pertanian dan peternakan. Petani Samin menanam tanaman padi

sebagai salah satu tanaman yang wajib ditanam. Selain padi ada juga yang

menanam ketela dan jagung. Dalam bertani, Petani Samin juga diatur oleh Adat

yaitu tidak boleh menjual seluruh hasil panennya. Setelah panen mereka akan

menyimpan hasil panennya untuk digunakan konsumsi keluarga dan digunakan

sebagai sumbangan jika ada masyarakat Samin lainnya sedang hajatan

perkawinan atau sunatan. Dalam bercocok tanam bergantung pada musiman tidak

memiliki aturan khusus di dalamnya. Sesuai dengan pendapat Wahyuni (2016)

yang mengeksplorasi etnomatematika dalam kehidupan masyarakat pesisir selatan

Puger Kabupaten Jember dan mengemukakan bahwa berbagai bentuk kegiatan

sehari-hari masyarakat pesisir selatan kecamatan Puger mempunyai nilai

etnomatematika. Bentuk aktivitas masyarakat kecamatan Puger bernuansa

etnomatematika yaitu operasi hitung yang dipraktekkan dalam masyarakat seperti

cara-cara menjumlah, mengurang, membilang, mengukur, menentukan lokasi,

merancang bangunan, serta permainan yang terkait dengan konsep pembelajaran

matematika di sekolah. Menurut Rachmawati (2012) etnomatematika

menggunakan konsep matematika secara luas yang terkait dengan berbagai

aktivitas matematika, meliputi aktivitas mengelompokkan, berhitung, mengukur,

merancang bangunan atau alat, bermain, menentukan lokasi, dan lain sebagainya.

Serta sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tandililing (2013)

etnomatematika berbasis budaya lokal di Kalimantan Barat menunjukkan bahwa


109

terdapat bentuk aktivitas masyarakat Dayak Kanayatu yang bernuansa matematika

yang bersifat operasi hitung (seperti menjumlah, mengurang, membilang,

mengukur, menentukan lokasi, merancang bangun dan bermain), materi bilangan

dan lambangnya, membandingkan dan mengurutkan bilangan, serta geometri

(seperti titik, garis, sudut, pojok, bangun datar dan bangun ruang).

Menganyam adalah teknik menghubungkan dua atau lebih benda atau

bahan untuk mengayam dengan cara saling menyilangkan sehingga tidak saling

lepas (Anandhita & Gustav, 2017). Masyarakat Samin memiliki anyaman yang

berupa Klasa pandan. Klasa pandan berbentuk persegi, digunakan sebagai alas

sesaji untuk acara-acara adat didesa. Dari bentuk kerajinan tersebut diketahui

bahwa memiliki keterkaitan dengan geometri yaitu konsep persegi. Sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Prabawati (2016) mengkaji etnomatematika

anyaman Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya dan mengemukkan bahwa

etnomatematika yang terkandung dalam kerajinan anyaman Rajapolah dikaitkan

dengan konsep geometri serta dapat digunakan sebagai sumber belajar. Sesuai

dengan Teselasi pada kajian geometri bahwa Teselasi merupakan pola khusus

yang terdiri dari bangun-bangun datar yang disusun tanpa pemisah atau jarak

untuk menutupi suatu bidang datar. Teselasi merupakan konsep antar cabang ilmu

pengetahuan yaitu matematika dan seni ketika teknik teselasi digunakan oleh

seniman tukang batu, teselasi mengacu pada konsep artistik. Sedangkan dalam

pembelajaran matematika, teselasi meliputi beberapa konsep matematika yang

lebih dalam seperti segi banyak beraturan, segi banyak tidak beraturan,
110

kekongruenan, sudut dalam, jumlah sudut dalam suatu segi banyak, simetri,

translasi, refkleksi, dan rotasi (Puspadewi, 2014: 82).

Masayarakat Samin tidak melakukan kegiatan tenun jadi tidak memiliki

hasil tenun khas Samin tetapi memiliki aksesoris yang digunakan masyarakat

Samin berupa ikat (blangkon) dan baju khas Samin. Baju khas Samin bermotif

potong Jawa berwarna irang/hitam yang memiliki arti bahwa manusia itu tidak

lepas dari dosa. Sedangkan ikat (blangkon) yang berwarna polos item atau lireng

kuning dan celana kompreng yang digunkan masyarakat Samin. Bahan yang

digunakan adalah bahan sederhana dan tidak terbuat dari bahan mahal penting

yang berwarna hitam.Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abi (2015)

tentang eksplorasi etnomatematika pada suku Amanuban dan hubungannya

dengan konsep-konsep matematika menunjukkan bahwa konsep matematika telah

dimiliki dan dihidupi masyarakat sejak lama. Hal ini terealisasi dari bentk

etnomatematika suku Amanuban yang memuat banyak konsep-konsep

matematika terutama dalam bidang geometri dan aljabar. Serta penelitian oleh

Laurens (2016) tentang analisis etnomatematika dan penerapannya dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran menunjukkan bahwa beberapa konsep

matematika yang diajarkan melalui budaya Maluku dapat digunakan untuk

memahami konsep bilangan, pecahan dan geometri.

Bentuk etnomatematika suku Samin memiliki beberapa permainan

tradisional yang meliputi Jamuran, dakon (congkak), delikan atau petak umpet.

Permainan jamuran dalam formasinya membentuk lingkaran, untuk dakon

(congkak) memiliki konsep bola pada bentuk alat tersebut dan konsep
111

penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pada bilangan bulat,

selanjutnya pada permainan delikan (petak umpet) dalam penambahan pemain

dapat dikaitkan dengan konsep bilangan pascal pada materi pola bilangan dan

konsep menghitung bilangan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Wahyuni (2016) Beberapa jenis permainan yang terdapat di masyarakat

Puger telah dimainkan oleh anak-anak di dalamnya mengandung unsur-unsur

matematika seperti permainan Angklik, permainan dakon, permainan bekel,

permainan layangan, dan permainan pasir di pinggir pantai.

Makanan tradisional suku Samin tidak jauh beda dengan makanan

tradisional Jawa yaitu Tumpeng dan Ketupat. makanan tradisional ini memiliki

keterkaitannya dengan konsep gemoetri yang mana Tumpeng memiliki bentuk

seperti kerucut sedangkan Ketupat memliki bentuk belah ketupat. hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Huda (2018) menyebutkan bahwa wilayah

Yogyakarta diperoleh beberapa unsur etnomatematika diantaranya unsur geometri

bidang seperti lingkaran, elips, segitiga, segiempat, dan trapesium kemudian

untuk geometri ruang ada bentuk bola, silinder atau tabung, balok dan kerucut

terhadap bentuk jajanan pasar. Dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dwidayati (2018) mengkaji etnomatematika dalam produk budaya yang ada di

Kabupaten Kudus salah satunya berupa makanan tradisonal Kudus yaitu Puli

Cake dan Awug-awung yang masing-masing berelasi terhadap konsep matematika

yaitu konsep kubus dan limas segitiga.


112

4.2.2 Hubungan Bentuk-Bentuk Etnomatematika pada Kebudayaan

Masyarakat Suku Samin dengan Konsep-Konsep Matematika

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas dan aktefak yang ada dalam

masyarakat suku Samin, bentuk-bentuk etnomatematika masyarakat suku Samin

terdapat dalam upacara adat, kesenian, bangunan, mata pencaharian, anyaman,

tenunan, permainan tradisional dan makanan tradisional. Hasil eksplorasi terhadap

bentuk-bentuk etnomatematika pada budaya masyarakat suku Samin, ditemukan

keterkaitan bentuk-bentuk etnomatematika dengan konsep-konsep matematika

yaitu pola bilangan, operasi bilangan bulat, geometri dan pengukuran.

Pola bilangan mempunyai hubungan dengan bentuk etnomatematika yaitu

konsep pola bilangan segitiga, konsep pola bilangan persegi, konsep pola bilangan

persegi panjang, konsep pola bilangan pascal, konsep pola bilangan fibonacci.

Operasi bilangan mempunyai hubungan dengan bentuk etnomatematika yaitu

konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Bentuk Konsep-konsep geometri yang mempunyai hubungan dengan

bentuk-bentuk etnomatematika meliputi konsep lingkaran, trapesium, persegi,

tabung, bola, kerucut, belah ketupat. Bentuk-bentuk etnomatematika kebudayaan

suku Samin yang terhubung dengan konsep geometri yaitu bangun datar dan

bangun ruang terdapat dalam bentuk rumah Bekuk lulang, anyaman Klasa

pandan, tenunan ikat kepala (blangkon), bentuk alat permaian tradisional suku

Samin, makanan khas suku Samin. Bentuk-bentuk etnomtematika terebut

dianalisis berdasarkan bentuknya, sifat, aturan penggunaanya kemudian

dihubungkan dengan konsep matematika yang ada dalam pembelajaran


113

matematika di SMP. Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Hartoyo (2012)

mengeksplorasi dan mengungkapkan bentuk-bentuk etnomatematika yang ada di

masyarakat budaya Dayak

Penelitian lainnya oleh Abi (2015) tentang eksplorasi etnomatematika

pada suku Amanuban dan hubungannya dengan konsep-konsep matematika

menunjukkan bahwa konsep matematika telah dimiliki dan dihidupi masyarakat

sejak lama. Hal ini terealisasi dari bentuk etnomatematika suku Amanuban yang

memuat banyak konsep-konsep matematika terutama dalam bidang geometri dan

aljabar.

Konsep pengukuran waktu terkait dengan kalender tradisonal masyarakat.

Kalender tradisonal masyarakat digunakan untuk menentukan hari untuk

pelaksanaan tradisi yang sudah ada dan penentuan bercocok tanam pada musim

kemarau maupun musim hujan. Berkaitan dengan konsep pengukuran yang

ditemukan dalam masyarakat suku Samin.

Penelitian tentang etnomatematika dalam sistem pembilangan pada

masyarakat Melayu Riau yang dilakukan Nuh dan Dardiri (2016) menunjukkan

bahwa aktivitas membilang, masyarakat Melayu Riau sudah menguasai konsep

membilang, hal ini dapat dilihat dari terbitnya naskah A Vocabulary of the

English, Bugis and Malay Language pada tahun 1833. Pada naskah tersebut

memuat terjemahan bilangan dalam bahasa Melayu, seperti salaksa (sepuluh ribu)

dan saketi (seratus ribu). Aktivitas Membilang selain diterpakan pada bilangan

/angka, juga terdapat pada proses membangun rumah dan bahkan berhubungan
114

dengan tradisi keagamaan berupa kenduri kematian (niga hari, nujuh hari, empat

puluh dan seratus hari) dan kelahiran.

4.2.3 Efektifitas Model Kontekstual Dengan Memasukkan Unsur

Kebudayaan Masyarakat Suku Samin

Efektifitas model kontekstual dengan memasukkan unsur kebudayaan

masyarakat suku samin tersebut dilakukan di SMP N 4 Ngawen dengan jumlah

subjek sebanyak 28 siswa tiap kelas. Setelah penelitian dilaksanakan dan analisis

data hasil penelitian, diperoleh bahwa (1) pembelajaran matematika pada kelas

dengan menggunakan model kontekstual berbantuan suplemen bahan ajar

bernuansa etnomatematika kebudayaan suku Samin mencapai KKM ketuntasan

rata-rata; (2) pembelajaran matematika pada kelas dengan menggunakan model

kontekstual berbantuan suplemen bahan ajar bernuansa etnomatematika

kebudayaan suku Samin mencapai ketuntasan klasikal (3) respon siswa terhadap

pembelajaran matematika dengan model kontekstual berbantuan suplemen bahan

ajar bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat Suku Samin baik. Jadi

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan model kontekstual

berbantuan suplemen bahan ajar bernuansa etnomatematika kebudayaan

masyarakat suku Samin efektif.

Efektivitas pada suatu pembelajaran menjadi indikator keberhasilan

pembelajaran yang dilaksanakan (Prabawa & Zaenuri, 2017). Selain beberapa hal

tersebut di atas, keberhasilan pembelajaran juga ditentukan oleh aktivitas guru

dalam pembelajaran. Njagi (2015) kemampuan seseorang memecahan masalah

matematika yang dimodifikasi menjadi ekspresi matematika memiliki efek positif


115

pada peningkatan prestasi matematika siswa. Hal tersebut terlihat dari hasil

observasi yang dilakukan terhadap guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran

matematika dengan menerapkan model kontekstual berbantuan suplemen bahan

ajar bernuansa etnomatematika kebudayaan masyarakat suku Samin. Berdasarkan

hasil observasi tersebut terlihat sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran

model kontekstual dan ditunjukan oleh hasil analisis penilaian terhadap guru

termasuk dalam kriteria baik.

Arisetyawan (2019) hal yang menarik adalah bahwa setiap objek yang

digunakan sebagai media dalam pembelajaran di kelas secara umum, khususnya

metamatika, pasti dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu dari unsur

pembentuk kebudyaan tersebut. Suherman (2003) Gagne dalam

mengklasifikasikan objek matematika ke dalam objek langsung dan objek tak

langsung. Objek langsung mencakup fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan.

Objek tak langsung mencakup kemampuan berpikir logis, kemampuan

memecahkan masalah, bersikap positif, tekun, teliti, kerja sama, dan jujur, yang

memiliki keterkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik. Pendapat Gagne

juga didukung oleh Dienes yang mengungkapkan bahwa setiap konsep (atau

prinsip) matematika dapat dipahami dengan tepat hanya jika mulamula disajikan

melalui berbagai representasi konkret/fisik. Dienes menggunakan istilah konsep

untuk menunjuk suatu struktur matematika, suatu definisi tentang konsep yang

jauh lebih luas daripada definisi Gagne. Abi (2016) sifat keabstrakan matematika

ini memberi kesempatan kepada guru dalam memilih strategi, model dan media

dalam mengajarkan matematika agar tujuan pembelajaran yang dimaksud dapat


116

tercapai. Contextual Teaching and Learning (CTL) atau yang dikenal dengan

pembelajaran kontekstual merupakan sebuah model pembelajaran yang

mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata peserta didik. Model pembelajaran

ini mendorong peserta didik mendefinisikan hubungan antara pengetahuan yang

telah dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

masyarakat.

Sarie (2016) Salah satu manfaat pendekatan kontekstual adalah membantu

siswa memahami konsep pembelajaran, karena materi pembelajaran dihubungkan

dengan dunia nyata yang ada disekitarnya sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Hal ini dibenarkan oleh Lestari, S (2014) yang membuktikan bahwa penerapan

pembelajaran kontekstual bermedia objek nyata meningkatkan hasil belajar

peserta didik secara signifikan. Sesuai dengan Setiawan dan Harta (2014)

mengungkapkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

matematika terbukti efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa, meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dan sikap siswa terhadap matematika. Samo

(2018) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual berbasis budaya dalam

pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Geni (2017) menyatakan bahwa

Pembelajaran matematika yang mengangkat tema-tema budaya lokal secara

konseptual dikenal sebagai etnomatematika, dimana unsur-unsur budaya tempat

tinggal siswa dapat digunakan sebagai sumber belajar siswa (Abdullah, 2015)

Abi (2016) etnomatematika sebagai sebuah produk baru, mulai

diintegrasikan ke dalam kurikulum matematika sekolah dengan asumsi awal untuk


117

melestarikan nilai dari kebudayaan yang semakin hilang ditelan perkembangan

zaman. Richardo (2016) etnomatematika juga dapat memfasilitasi siswa untuk

mengkonstruksi konsep matematika dengan pengetahuan awal yang sudah

dimiliki siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat tercipta sebuah iklim

belajar yang meyenangkan.

Hal tersebut diatas sejalan dengan Fujiati (2014) mengungkapkan

matematika dengan pendekatan etnomatematika berupa alat peraga dalam

pembelajaran matematika, sehingga membuat siswa terlibat aktif mencari budaya

lokal di Batang yang berkaitan dengan konsep geometri serta dapat meningkat

motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika.

Nofitasari (2015) siswa lebih termotivasi dan lebih mudah memahami

materi yang dipelajari karena budaya-budayanya sering dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini bahwa etnomatematika bisa mengubah persepsi

siswa tentang matematika yang abstrak menjadi matematika yang kontekstual.

dikarenakan matematika sekolah sangatlah berbeda dengan matematika yang ada

dimasyarakat maka dalam beberapa hal penggunaan istilah matematika tidak

dapat digantikan oleh istilah dalam kebudayaan atau penggunaan bahasa daerah.

Pernyataan di atas didukung oleh Chitera (2017) mengungkapkan bahwa

penggunaan bahasa daerah dalam pembelajaraan matematika di kelas membuat

guru dilema antara penggunaan istilah matematika formal dan informal yang

menggunakan bahasa daerah, hal tersebut karena tidak semua istilah matematika

dapat digantikan dengan istilah dalam bahasa daerah. Oleh karena itu dalam
118

menerapkan pembelajaran matematika yang bernuansa etnomatematika perlu

dianalisis terlebih dahulu sehingga tidak terjadi kesalahan konsep.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh 4 simpulan adalah sebagai berikut:

5.1.1 Bentuk-Bentuk Etnomatematika pada Kebudayaan Masyarakat Suku

Samin

Bentuk-bentuk etnomatematika di suku Samin termuat dalam upacara adat

berupa waktu pelaksanaan upacara adat, tidak memiliki kesenian, bangunan

berupa rumah Bekuk Lulang, mata pencaharian berupa kelender musim Suku

Samin, taun, tuwan/wulan,dino, wengi,suro, mangsa udan,mangsa garing,

anyaman berupa Klasa Pandan, tenunan berupa ikat kepala (Blangkon),

permainan tradisional berupa Dakon,delikan dan jamuran, makanan tradisional

berupa Tumpeng dan Ketupat.

5.1.2 Hubungan Bentuk-Bentuk Etnomatematika Masyarakat Suku Samin

dengan Konsep-Konsep Matematika

Hubungan keterkaitan bentuk-bentuk etnomatematika dengan konsep-

konsep matematika yaitu pola bilangan, operasi bilangan bulat, geometri dan

pengukuran. Beberapa bentuk budaya suku Samin dapat digunakan sebagai sarana

untuk mengajarkan pola bilangan. Operasi bilangan mempunyai hubungan dengan

bentuk etnomatematika yaitu konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian. Konsep-konsep geometri yang mempunyai hubungan dengan bentuk-

bentuk etnomatematika meliputi konsep trapesium, tabung, lingkaran, persegi,

119
120

belah ketupat, kerucut, dan bola. Pengukuran meliputi pengukuran panjang, isi

dan waktu.

5.1.3 Efektifitas Model Kontekstual Dengan Memasukkan Unsur

Kebudayaan Masyarakat Suku Samin

Penerapan salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran matematika di

kelas VIII yaitu Pola bilangan. Pembelajaran dengan model kontekstual

berbantuan suplemen bahan ajar matematika bernuansa etnomatematika

kebudayaan masyarakat suku Samin terbukti efektif, yang ditunjukkan dengan;

a. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran kontekstual berbantuan buku

suplemen pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan

suku Samin mencapai KKM.

b. Proporsi siswa pada pembelajaran kontekstual berbantuan buku suplemen

pembelajaran matematika bernuansa etnomatematika kebudayaan suku Samin

yang mencapai KKM yaitu 65 mencapai lebih dari 70%.

c. Respon siswa dalam pembelajaran masuk dalam kategori baik.

5.2 Saran

a. Penggunaan bahan ajar bernuansa etnomatematika dimanfaatkan sebagai

sarana untuk memotivasi, menstimulasi, mengatasi kejenuhan dan kesulitan

dalam belajar matematika. Dalam memanfaatkannya perlu dilakukan analisis

terlebih dahulu sehingga guru perlu mengemasnya dengan baik.

b. Mengintegrasikan etnomatematika ke dalam pembelajaran matematika

terbukti mampu membantu siswa untuk menyadari dan berpikir matematik

menurut budaya dan kebiasaaan masyarakat. Hal ini menyebabkan perbedaan


121

cara pandang yang berdampak pada perbedaan pengetahuan. Oleh karena itu

perlu adanya pemberian pemahaman konsep matematika tingkat lanjut agar

tidak terjadi perbedaan pengetahuan antara matematika bernuansa

etnomatematika dan matematika yang sebernarnya.

c. Untuk mempertahankan fokus siswa saat pembelajaran berlangsung

diperlukan perhatian khusus dari guru, misalnya dengan berkeliling keseluruh

bagian kelas.

d. Perlu adanya perhatian khusus oleh Pemda Kabupaten Blora terhadap hasil

eksplorasi etnomatematika pada budaya suku Samin.

e. Penerapan pola bilangan yang dibahas dalam tesis ini adalah dalam bentuk

skenario. Penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menggali pola

bilangan yang sesungguhnya dilaksanakan oleh suku Samin.


Daftar Pustaka

Abdullah, D. I., Zaenuri, & Sutarto, H. 2015. Keefektifan Model Pembelajaran


Problem Based Learning Bernuansa Etnomatematika Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII. Journal of
Mathematics Education. 4 (3): 287-291. ISSN. 2252-6927

Abi, A. M. 2015. Eksplorasi Etnomatematika pada Suku Amanuban dan


Hubungannya dengan Konsep-Konsep Matematika. (Thesis). Universitas
Negeri Semarang. Semarang

Abi, A. M. (2016). Integritas Etnomatematika dalam Kurikulum Matematika


Indonesia. Jurnal Pendidikan Metamatika Indonesia. 1. (1): 1-6. ISSN.
2477-8443

Adam, S., Alangui, W., & Barton, B. 2003. A Comment on: Rowlands &
Carson``Where would formal, academic mathematics stand in a
curriculum informed by ethnomathematics? A critical review. Educational
Studies in Mathematics, 52 (3): 327-335

Alamsyah. 2015. Eksistensi dan Nilai-Nilai Kearifan Komunitas Samin Di Kudus


dan Pati. HUMANIKA, 21.(1). 63-74. ISSN.1412-9418

Alo Liliweri, M.S. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Amiluddin R, Sugiman S. 2016.Pengaruh Problem Posing dan PBL Terhadap


Prestasi Belajar, dan Motivasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Matematika.
Jurnal Riset Pendidikan Matematika: Jurnal UNY. 3. (1): 100 - 108. ISSN:
2477-1503

Anandhita, G. 2017. Anyaman Bambu Sebagai Tulangan Panel Beton Pracetak.


Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia. 6. (2): 130-135. ISSN. 2622-095

Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arisetyawan, A & Supriadi. 2019. Pentingnya Pembelajaran Etnomatematika


dalam Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa Dan Bagaimana

122
123

Mendisain Bahan Ajar Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Basicedu. 3. (2):


621-626. ISSN. 2580-1147

Bahri, S., P. (2018). Problem Solving Ability on Independent Learning and


Problem Based Learning with Based Modules Ethnomatematics Nuance.
UJMER. 7. (2): 218-224

Barton, B. 1996. ―Making Sense Of Ethnomathematics: Ethnomathematics Is


Making Sense‖. Educational Studies in Mathematics, 201-233.

Chitera, N. Dun Kasoka, E Thomo. 2016. There is more to the Teaching and
Learning of Mathematics than the use of Local Languages: Mathematics
Teacher Practices. Journal of Education and Learning. 10 (4): 308-319

Creswell John. W. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Dahar, R.W. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

D’Ambrosio, U. 1985. Ethnomathematics and its place in the history and


pedagogy of mathematics. For the Learning of Mathematics. 5. 44-48

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan


Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.

Dwidayati, N. 2018. Pengintegrasian Etnomatematika Dalam Pembelajaran


Berbasis Masalah. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika.
1: 516-521

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 : Panduan Pembelajaran KBK,


(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), 137

Elaine B. Jhonson, Contextual Teachning & Learning : Menjadikan Kegiatan


Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, Terj. Ibnu Setiawan,
(Bandung : MLC, 2008), 65.

Endrayadi, Eko Chrys, 2013. Perjuangan Identitas Komunitas Sedulur Sikep Di


Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Disertasi S3 Udayana.
124

Fajri, H., Johar, R., & Ikhsan. 2016. ―Peningkatan kemampuan spasial dan self-
efficacy siswa melalui model discovery learning berbasis multimedia‖.
Jurnal Tradis Matematika. 9. (2):180-196

Fathonah ,I., A. (2019). Mathematics Connections Based on Self Regulated


Learning Through Project Based Learning with Ethnomathematics
Nuances and Independent learning with assisted of Module and Whatsapp.
UJMER. 10. (1): 92-98

Fujiati, I. & Zaenuri. 2014. Keefektifan Model Pogil Berbantuan Alat Peraga
Berbasis Etnomatematika Terhadap Kemampuan Komunikasi
Matematis. Unnes Journal of Mathematics Education. 3 (3): 174-180.
ISSN 2252-6927

Geni, P. R. L., & Hidayah, I. 2017. Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada
Pembelajaran Problem Based Learning Bernuansa Etnomatematika
Ditinjau dari Gaya Kognitif. Journal of Mathematics Education
Research. 6 (1): 11-17. ISSN. 2502-4507

Hadi, Samsul. 2017. Kolaborasi Budaya Matematika Berpantun Dan Metode Nht
(Number Head Together) dalam Meningkatkan Minat Dan Aktivitas
Belajar Matematika Siswa Kelas Xii Pbk Smk Negeri 1 Singkep
Kabupaten Lingga Tahun Pelajaran 2017/2018. Edumatica. 07. (02).
ISSN: 2088-2157

Hake, R. R. 1999. Analizing Change/ Gain Scores. AERA-D. Tersedia di


www.Physics.indiana.edu

Hardiarti, S. 2017. ―Etnomatematika: Aplikasi Bangun Datar Segiempat pada


Candi Muaro Jambi‖. Aksioma, 8(2): 100-110.

Hariastuti, Rachmawati. M. 2018. Kajian Konsep-Konsep Geometris Dalam


Rumah Adat Using Banyuwangi Sebagai Dasar Pengembangan
Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika. AKSIOMA. 7. (1): 1-
9

Hartoyo, A. 2012. Eksplorasi Etnomatematika pada Budaya Masyarakat dayak


Perbatasan Indonesia-Malaysia Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.
Jurnal Penelitian Pendidikan. 13. (1): 14-23.
125

Haryanto, Nusantara, T., Subanji & Abadyo. 2016. Ethnomathematics in Arfak


(West Papua–Indonesia): Hidden Mathematics on knot of Rumah Kaki
Seribu. Educational Research and Reviews. 11. (7): 420-425. ISSN 1990-
3839. DOI: 10.5897/ERR2015.2620

Haviland, W. A. 2002. Antropologi Edisi Keempat. Terjemahan Soekadijo R. A.


Jakarta: Erlangga

Hendikawati, P. Sunarmi,. Mubarok D. 2016. Meningkatkan Pemahaman dan


Mengembangkan Karakter Mahasiswa Melalui Pembelajaran Kolaboratif
Berbasis Proyek. Jurnal Matematika Kreatif - Inovatif. 7. (2): 123-130:
Universitas Negeri Semarang. ISSN 2442-4218

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad


21. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Huda, N,T. 2018. Etnomatematika Pada Bentuk Jajanan Pasar di Daerah Istemewa
Yogyakarta. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika). 2.(2): 217-
232. ISSN. 2549-4937

Hudojo, H. 1990. Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Jakarta :


DepDikbud.

Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: P21.PTK

James & James, V. 1976. Mathematic Dictionary. Nostrand Rienhold

Juhria Siti, J, et all. 2015. Etnomatematika Pada Aktivitas Petani Madura Di


Kranjingan Sumbersari Jember Sebagai Bahan Ajar Lembar Proyek Siswa.
Kadikma. 6. (3): 99-111

Jumari, dkk. 2012. Pengetahuan Lokal Masyarakat Samin Tentang


Keanekaragaman Tumbuhan dan Pengelolaannya. 17. (2): 71-78

Katsap, A. dan Siverman, F.L.R. 2008. A Case Study of the Role of


Ethnomathematics among Teacher Education Students From Highly
Diverse Cultural Backgrounds. Journal of Mathematics & Culture. 3. (1):
66-102. ISSN. 1558-5336
126

Khomsiatun S &Retnawati H. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Dengan Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah. Jurnal Riset Pendidikan Matematika:
journal.uny.ac.id. 2. (1): 92 – 106. ISSN: 2477-1503

Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findell, B. (Eds.). (2001). Adding it Up: Helping
ChildrenLearn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press

Kjildsen, T., H. & Petersen, P., H. (2014). Bridging History of the Concept of
Functionwith Learning of Mathematics: Students’Meta-Discursive Rules,
Concept Formationand Historical Awareness. Sci & Educ. Springer. 23:
29-45

Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Universitas


Indonesia Press

Koedjaningrat. 2000. Kebudayaan Mentalitas dan Pmebangunan. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

Lahinda Y, Jailani. 2015. Analisis Proses Pemecahan Masalah Matematika Siswa


Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Riset Pendidikan Matematika: Journal
UNY. 2. (1). ISSN: 2477-1503

Laurens, T. 2016. Analisis Etnomatematika dan Penerapannya dalam


Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. LEMMA. 3. (1): 86-96.

Lestari, S. (2014). Pembelajaran Kontekstual Bermedia Objek Nyata pada


Perkalian dan pembagian untuk Meningkatkan Motivasi dan hasil Belajar.
Jurnal Pendidikan Sains. 4. (2): 238-249. ISSN. 2338-9117

Lestari dkk. 2018. Pengembangan LKS Berbasis Teori Apos Materi Bangun
Ruang Sisi Datar Konteks Rumah Adat Musi Banyuasin. Jurnal
Matematika Kreatif - Inovatif. 9. (1): 1-9: UNNES. ISSN: 2442-4218

Maharani dkk. 2018. Efektifitas Model Concept Attainment BerBudaya Akademik


Islami Berbantuan Pop-Up Bookpada Materi Bangun Ruang Sisi Datar.
Jurnal Matem atika Kreatif - Inovatif. 9. (1): 100-106. ISSN: 2442-4218

Marsigit, Mareta, N, & Rizkianto, I. 2014. Pengembangan Perangkat


Pembelajaran Etnomatematika untuk Meningkatkan Kompetensi
Mahasiswa Pendidikan Matematika. Jurdikmat FMIPA: UNY
127

Millaty, V.N. 2019. Students’ Mathematical Connection Ability and Self


Regulated Learning on MiC Learning with Recitation and Peer
Assessment Based on Semarang Culture. UJMER. 8. (2): 173 - 179. ISSN
2252-6455

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT


Remaja Rosdakarya Offset

Moleong, L. 2012. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Moleong, L. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakary

Muhtadi, D., Sukirwan, Warsito, dan Rully C. I. P. 2017. ―Sundanese


Ethnomathematics: Mathematical Activities In Estimating, Measuring,
And Making Patterns‖. .J.M.E. 8.(2): 185-198. ISSN 2087-8885

Muzakki, & Fauziah, P. Y. (2015). Implementasi Pembelajaran Anak Usia Dini


Berbasis Budaya Lokal di PAUD Full Day School. Jurnal Pendidikan Dan
Pemberdayaan Masyarakat. 2. (1): 39–54.

Njagi, M. W. (2015). Language issues on mathematics achievement. International


Journal of Education and Research. 3. (6): 167–178.

Nofitasari, L., Zaenuri, & Mashuri. 2015. Keefektifan Model Pembelajaran Tutor
Sebaya Bernuansa Etnomatematika terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Peserta Didik pada Materi Segiempat. Unnes Journal
Mathematics Education. 5 (1): 54-61. ISSN. 2460-5840

Nuh, M. Z. & Dardiri. 2016. Etnomatematika dalam Sistem Pembilangan pada


Masyarakat Melayu Riau. Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial
keagamaan. 19. (2): 220-238

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam


Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Malang : Universitas Negeri Malang),
16

Orey, D. C. & Rosa, M. 2011. Ethnomatemathics: the cultural aspects of


mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatematica. 4. (2): 32-54
128

Prabawa, E. A. & Zaenuri. 2017. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah


Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa pada Model Project Based Learning
Bernuansa Etnomatematika. Unnes Journal Mathematics Education.
6. (1): 120-129. ISSN. 2502-4507

Prabawati, M. N. 2016. Etnomatematika Masyarakat Pengrajin Anyaman


Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya. Infinity. 5 (1): 25-31

Pramono, AJ. 2017. Aktivitas Metakognitif Siswa SMP dalam Pemecahan


Masalah Matematika Berdasarkan KemampuanMatematika. Jurnal
Matematika Kreatif - Inovatif. 8. (2): 133-142. ISSN: 2442-4218

Priambodo, N. B., Indrojarwo, B. T. 2016. Perancangan Komik Edukasi


Matematika tentang Geometri untuk Kelas 5 SD dengan Konsep
Seharihari. Jurnal Sains dan Seni ITS. 5 (2): 173-177. ISSN: 2337-3520

Pujianto, E., & Masrukan, M. 2016. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis


Model Round Club dengan Self Assesment Bernuansa Etnomatematika
Berdasarkan Gaya Kognitif. Unnes Journal of Mathematics Education
Research. 5. (1): 81-89

Puspadewi, K. R., & Gst. Ngurah Nila Putra, I. (2014). Etnomatematika di Balik
Kerajinan Anyaman Bali. Jurnal Matematika. 4. (2): 80–89.

Putra, R. A., Mustofa, K., & Joni, R.P. 2017. ―Penerapan Metode Pembelajaran
Mandiri Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik (Studi pada
Program Pendidikan Kesetaraan Paket C di PKBM Bina Mandiri
Cipageran)‖. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah. I. (1).

Putri, Linda Indiyarti. 2017. Eksplorasi Etnomatematika Kesenian Rebana


Sebagai Sumber Belajar Matematika pada Jenjang MI. Pendidikan Dasar.
IV. (1): 21-31

Puspadewi, K.R, & Gst. Ngurah Nila Putra, I. 2014. Etnomatematika dibalik
kerajinan anyaman Bali. Jurnal matematika. 4. (2): 105-121. ISSN. 1693-
1394
129

Rachmawati, I. 2012. Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo, 1 (1): 1-8


http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/mathedunesa/article/view/24
9/pdf

Rahayu, N. T., 2014. Model Pewarisan Nilai-Nilai Budaya Jawa Melalui


Pemanfaatan Upacara Ritual. Jurnal Ilmu Komunikasi. 12. (1): 55-69

Rahman A. F., Yanti, W. 2014. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Siswa Melalui Penggunaan Model Learning Cycle (LC) Pada Materi
Pecahan di Kelas VII. Jurnal Pendidikan Matematika: Pendidikan
Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat. 2. (1): 80 – 86.

Rakhmawati, R. 2016. ―Aktivitas Matematika Berbasis Budaya pada Masyarakat


Lampung‖. Al-jabar: Jurnal Pendidikan Matematika. 7. (2): 221-230.

Richardo, R. 2016. Peran Etnomatematika dalam Penerapan Pembelajaran


Matematika pada Kurikulum 2013. Jurnal Literasi. 7. (2): 118-125

Rizka S, Zaenuri, Rocmad. 2014. Model Project Based Learning Bermuatan


Etnomatematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika.
Unnes Journal of Mathematics Education Researc. UJMER. 3. (2). ISSN
2252-6455

Rochmat,. Masrukan. 2016. Studi Kinerja Mahasiswa Dalam Menganalisis


MateriPada Pembelajaran Kooperatif Resiprokal. Jurnal Matem atika
Kreatif - Inovatif. 6. (2): 47-57: Universitas Negeri Semarang. ISSN:
2442-4218

Rohendi, D. 2012. ―Developing E-Learning Based on Animation Content for


Improving Mathematical Connection Abilities in High School Students‖.
International Journal of Computer Science Issues. 9. (1): 1-5.

Romli, M. 2016. Profil Koneksi Matematis Siswa Perempuan SMA Dengan


Kemampuan Matematika Tinggi Dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika. Journal of Mathematics Education, Science and Technology.
Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. 1. (2): 144 – 163.

Rosa, M. & Orey, D. C. 2011. ―Ethnomathematics: the cultural aspects of


mathematics‖. RevistaLatinoamericana de Etnomatemática. 4(2): 32-54.
130

Rosa, M., Shirley, L., Gavarrete, M. E., & Alangui, W., V. (Eds). (2017).
Ethnomathematics and its Diverse Approaches for Mathematics
Education. ICME-13 Monographs

Rosdiyah, A. N., Sudarmin, S. S., & Siadi, K. K. 2013. Pengembangan Modul


IPA Berbasis Etnosains Zat Aditif dalam Bahan Makanan untuk Kelas
VIII SMP Negeri 1 Pegandon Kendal. Unnes Science Education Journal
2(1): 133-139

Rosyid, Moh, 2010. Kodifikasi Ajaran Samin. Yogyakarta: Kepel Press

Rosyid, Moh. 2012. Perkembangan Komunitas Samin Di Kudus dan


Perlawanannya Terhadap Program Pembangunan Irigasi Tahun 1986.
Semarang. Tesis S2 Jurusan Sejarah Undip. Rosyid, Moh., 2012,
Perlawanan Samin, Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta.

Rubio, J. S. 2016. The ethnomathematics of the Kabihug tribe in Jose Panganiban,


Camarines Norte, Philippines. Malaysian Journal of Mathematical
Sciences. 10: 211–231

Samo, DD. 2017. Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Tahun Pertama


pada Masalah Geometri Konteks Budaya. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika. Universitas Nusa Cendana. 4. (2): 141-152. ISSN 2477 -
1503

Samo, D. D., Darhim, & Kartasasmita, B. G. 2018. Culture-Based Contextual


Learning to Increase Problem-Solving Ability of First Year University
Student. Journal on Mathematics Education. 9. (1): 81-94. ISSN. 2407-
0610

Sarie, F. N., Rahayu, E. S., & Isnaeni, W. 2016. Pendekatan Contextual Teaching
and Learning Bervisi SETS dalam Mengoptimalkan Multiple Intelligence
dan Hasil Belajar. Journal of Primary Education. 5 (2): 81-87. ISSN.
2502-4515

Setiawan, R. H. & Harta, I. 2014. Pengaruh Pendekatan Open-Ended dan


Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Sikap Siswa Terhadap Matematika. Jurnal Riset Pendidikan Matematika.
1. (2): 240-256
131

Shirley, L. 2001. ―Ethnomathematics as a fundamental of instructional


methodology‖. ZDM, 33(3).

Suarjana, I M., Suharta, I G. P., Japa, I G. N. 2014. Etnomatematika Sistem


Kelender Bali. Prosiding Seminar Nasional Riset Inovatif II. 177-182

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2007. Metode


Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Elfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Bandung:


Alfabeta

Sugiyono. 2016. Metode penelitian kombinasi (mixed method). Bandung: Alfabeta

Suherman, Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA


UPI

Sunandar, M. A.2018. Mathematical Problem Solving Ability Of Vocational


School Students On Problem Based Learning Model Nuanced
Ethnomatematics Reviewed From Adversity Quotient. UJMER. 7. (1): 1 –
8. ISSN 2252-6455

Suprijono, A. 2012. Metode dan Model-Model Mengajar.Bandung: Alfabeta.

Tandililing, E. (2013). Pengembangan Pembelajaran Matematika Sekolah dengan


Pendekatan Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya Untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran matematika di Sekolah. Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (pp. MP 193-MP 202).
Yogyakarta: FMIPA UNY.

Tjiptiani dkk, 2016. Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Dengan


Pendekatan Inkuiri Untuk Membantu Siswa Sma Kelas X Dalam
Memahami Materi Peluang. Jurnal Pendidikan. 1. (10): 1938—1942

Wahyuni, I. 2016. Eksplorasi Etnomatematika Mayarakat Pesisir Selatan


Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Fenomena. 15. (2): 225-238
132

Wardono & Mariani, S. 2014. ―Metakognitive Aspect of Mathematics Problem


Solving‖. Makalah. Seminar MARA University of Technology Malaysia
.
Wiradyana, K. 2015. Paradigma Perubahan Evolusi Pada Budaya Megalitik Di
Wilayah Budaya Nias. Kapata Arkeologi. 11. (2): 2015:87-96

Witanto, Y. 2012. Strategi Pembelajaran Aktif Modelling The Way Berbasis


Teori Bruner pada Pembelajaran Matematika. Journal of Primary
Education. 1. (1): 125-130. ISSN. 2252-6404

Yanuarto, W. N. 2017. Ethnic vs Number: The Secret inside Borobudur


Temple, Indonesia. Journal of Education and Learning. 11. (1): 75-82

Zaenuri & Dwidayati, N. 2018. Menggali Etnomatematika: Matematika Sebagai


Produk Budaya. Prisma Journal Unnes. (1): 471-476

Zaenuri, Suyitno, H., Rokhman, F., & Suyitno, A. 2017. Developing of


Supplementary Books of Mathematics Teaching-Learning Process
Based-on Coastal Culture for JHS Students. International Electronic
Journal of Mathematics Education. 12. (4): 421-430. ISSN. 1306-3030
LAMPIRAN

133
Lampiran A

1. Silabus

2. RPP

3. Soal uji coba tipe A dan soal uji coba tipe B

4. Jawaban soal uji coba tipe A dan uji coba tipe B

5. Angket

6. Lembar observasi

7. Lembar wawancara

8. Lembar aktivitas guru

9. Reduksi

10. Modul

134
Silabus

SILABUS

Satuan Pendidikan : SMP N 4 NGAWEN


Mata pelajaran : Matematika
Kelas/ semester : VIII/ 1

Kompetensi Materi Alokasi Sumber


Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Dasar Pokok Waktu Belaja
3.1 Membuat Pola 3.1.1. Mengidentifikasikan Pembelajaran dilaksanakan Teknik: tes 2 x 40 Buku siswa K-
generalisasi dari bilangan pola bilangan bulat. dengan pendekatan tertulis menit (2x 13 edisi revisi
pola pada 3.1.2 3.1.2. Mengidentifikasikan kontekstual bernuansa Bentuk: pertemuan) 2017 dan Bahan
barisan bilangan pola bilangan segitiga. etnomatematika kebudayaan uraian ajar
dan barisan 3.1.3 3.1.3. Mengidentifikasikan masyarakat Suku Samin. suplemen
konfigurasi pola bilangan persegi. a. Memahami konsep pola matematika
objek 3.1.4 3.1.4. Mengidentifikasikan bilangan (Inkuiri, bernuansa
pola bilangan persegi panjang Konstruktivisme) etnomatematika
3.1.5 31.5. Mengidentifikasikan b. Mengetahui bentuk pola kebudayaan

135
pola bilangan pascal. bilangan. (Inkuiri, masyarakat
3.1.6 3.1.6. Mengidentifikasikan Konstruktivisme) Suku Samin
barisan bilangan. d. Menyelesaikan LKS
3.1.7 3.1.7. Mengidentifikasikan tentang
deret bilangan konsep dan bentuk pola
4.1 4.1.1 Menggunakan pola bilngan dalam kelompok
Menyelesaikan bilangan segitiga dalam (Masyarakat Belajar)
masalah yang menyelesaikan masalah. e. Melaporkan hasil kerja
berkaitan 4.1.2 Menggunakan pola kelompok dan melakukan
dengan pola bilangan persegi dalam diskusi (Masyarakat Belajar)
pada barisan menyelesaikan masalah. f. Menyebutkan contoh yang
bilangan dan 4.1.3 Menggunakan pola aktivitas sehari-hari
barisan bilangan persegipanjang masyarakat Samin yang
konfigurasi dalam menyelesaikan berhubungan
objek masalah. dengan pola bilangan
4.1.4 Menggunakan segitiga (Inkuiri, Konstruktivisme)
pascal dalam menyelesaikan g. Menyelesaikan masalah
masalah. yang berkaitan dengan pola
4.1.5 Menggunakan barisan bilangan campur dalam

136
bilangan dalam kebudayaan masyarakat
menyelesaikan masalah suku Samin (Inkuiri,
4.1.6 Menggunakan deret Konstruktivisme)
bilangan dalam
menyelesaikan masalah

BLORA, 2019

Peneliti Guru mata pelajaran matematika

137
138

RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Satuan Pendidikan : SMP N 4 NGAWEN


Mata pelajaran : Matematika
Kelas/ semester : VIII/ 1
Alokasi Waktu : 2× 40 menit (pertemuan 1)

A. Kompetensi inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, displin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan dan
keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
B. Kompetensi dasar
3.1 Membuat generalisasi dari pola pada barisan bilangan dan barisan
konfigurasi objek
C. Indikator bulat.
3.1.8 Mengidentifikasikan pola bilangan segitiga.
3.1.9 Mengidentifikasikan pola bilangan persegi.
3.1.10 Mengidentifikasikan pola bilangan persegi panjang
3.1.11 Mengidentifikasikan pola bilangan pascal.
139

3.1.12 Mengidentifikasikan barisan bilangan.


3.1.13 Mengidentifikasikan deret bilangan.
D. Tujuan pembelajara
1. Siswa mampu mengidentifikasikan pola bilangan segitiga.
2. Siswa mampu mengidentifikasikan pola bilangan persegi.
3. Siswa mampu mengidentifikasikan pola bilangan persegi panjang
4. Siswa mampu mengidentifikasikan pola bilangan pascal.
5. Siswa mampu mengidentifikasikan barisan bilangan.
6. Siswa mampu mengidentifikasikan deret bilangan.
E. Materi pembelajaran
Pola bilangan
F. Metode pembelajaran
Model kontekstual
G. Sumber belajar
1. Buku siswa K-13 edisi revisi 2017
2. Buku suplemen pembelajaran matematika SMP bernuansa etnomatematika
kebudayaan Suku Samin
H. Alat pembelajaran
1. Spidol
2. Papan tulis
I. Penilaian
1. Teknik : tes tertulis
2. Bentuk : uraian
3. Instrumen (terlampir)
J. Langkah-Langkah pembelajaran

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
1) Guru memberi salam dan mengkondisikan
Kegiatan awal keadaan siswa (berdoa, mengecek kehadiran) 10 menit
2) Guru memberikan motivasi kepada siswa
140

1) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok


kecil secara heterogen (masyarakat belajar)
2) Guru mempelihatkan gambar dan siswa
memperhatikannya (pemodelan)
3) Siswa diminta menjelaskan kegiatan
berdasarkan pengalamannya sehari-hari (inkuiri)
4) Siswa dan guru bertanya jawab mengenai
gambar tersebut (bertanya, inkuiri)
5) Siswa diminta untuk memperhatikan contoh
yang ada dalam buku suplemen pembelajaran
matematika bernuansa kebudayaan masyarakat
Suku Samin untuk memahami konsep pola
bilangan (Pemodelan, Inkuiri, Konstruktivisme)
Kegiatan inti 6) Siswa dan guru melakukan tanya jawab 50 menit
mengenai konsep pola bilangan (bertanya)
7) Siswa memperhatikan informasi dari guru
mengenai urutan atau aturan pengerjaan
dalam pola bilangan (Konstruktivisme)
8) Guru memberikan soal latihan kepada siswa
9) Siswa mengerjakan soal latihan tentang konsep
pola bilangan (Masyarakat Belajar).
10) Siswa dan guru bersama-sama melakukan
diskusi membahas perkerjaan siswa.
(Masyarakat Belajar)
11) Guru memberikan penilaian terhadap hasil
pengerjaan soal latihan siswa (Penilaian
Autentik)
1) Siswa merangkum pembelajaran hari ini
dengan bantuan guru
Kegiatan akhir 20 menit
2) Siswa bersama dengan guru membuat
kesimpulan pembelajaran
141

3) Pemberian tugas rumah


4) Penguatan dari guru

BLORA, 2019

Peneliti Guru mata pelajaran matematika


142

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Satuan Pendidikan : SMP N 4 NGAWEN


Mata pelajaran : Matematika
Kelas/ semester : VIII/ 1
Alokasi Waktu : 2× 40 menit (pertemuan 2)

A. Kompetensi inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, displin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan dan
keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
B. Kompetensi dasar
4.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pola pada barisan
bilangan dan barisan konfigurasi objek
C. Indikator pembelajaran
4.1.1 Menggunakan pola bilangan segitiga dalam menyelesaikan masalah.
4.1.2 Menggunakan pola bilangan persegi dalam menyelesaikan masalah.
4.1.3 Menggunakan pola bilangan persegipanjang dalam menyelesaikan
masalah.
4.1.4 Menggunakan segitiga pascal dalam menyelesaikan masalah.
143

4.1.5 Menggunakan barisan bilangan dalam menyelesaikan masalah


4.1.6 Menggunakan deret bilangan dalam menyelesaikan masalah
D. Tujuan pembelajaran
1. Siswa mampu menggunakan pola bilangan segitiga dalam menyelesaikan
masalah.
2. Siswa mampu menggunakan pola bilangan persegi dalam menyelesaikan
masalah.
3. Siswa mampu menggunakan pola bilangan persegipanjang dalam
menyelesaikan masalah.
4. Siswa mampu menggunakan segitiga pascal dalam menyelesaikan
masalah.
5. Siswa mampu menggunakan barisan bilangan dalam menyelesaikan
masalah
6. Siswa mampu menggunakan deret bilangan dalam menyelesaikan
masalah
E. Materi pembelajaran
Pola bilangan
F. Metode pembelajaran
Model kontekstual
G. Sumber belajar
1. Buku siswa K-13 edisi revisi 2017
2. Buku suplemen pembelajaran matematika SMP bernuansa
etnomatematika kebudayaan Suku Samin
H. Alat pembelajaran
1. Spidol
2. Papan tulis
I. Penilaian
1. Teknik : tes tertulis
2. Bentuk : uraian
3. Instrumen (terlampir)
J. Langkah-Langkah pembelajaran
144

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
1) Guru memberi salam dan mengkondisikan
keadaan siswa (berdoa, mengecek kehadiran)
Kegiatan awal 2) Guru melakukan tanya jawab mengenai 10 menit
pembelajaran terdahulu (apersepsi)
3) Guru memberikan motivasi kepada siswa
1) Siswa dibagi dalam kelompok kecil secara
heterogen (Masyarakat Belajar)
2) Siswa memperhatikan contoh masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
pola bilangan buku suplemen pembelajaran
matematika bernuansa kebudayaan masyarakat
suku Samin (Konstruktivisme)
3) Berdasarkan contoh siswa diminta untuk
menyebutkan contoh permasalahan sehari hari
yang berkaitan dengan pola bilangan (inkuiri)
4) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang
Kegiatan inti menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari- 50 menit
hari yang berhubungan dengan pola bilangan
(Bertanya, Inkuiri)
5) Siswa mengerjakan soal latihan tentang konsep
pola bilangan pada halaman 16 pada buku
suplemen bahan ajar bernuansa etnomatematika
suku Samin (Masyarakat Belajar).
6) Siswa dan guru bersama-sama melakukan
diskusi membahas perkerjaan siswa.
(Masyarakat Belajar)
7) Guru memberikan penilaian terhadap hasil
pengerjaan soal latihan siswa (Penilaian
145

Autentik)
1) Bersama siswa merangkum pembelajaran
(Konstruktivisme, Releksi) dengan bimbingan
Kegiatan akhir 20 menit
guru, siswa merangkum hasil pembelajaran
2) Siswa mengerjakan evaluasi akhir

BLORA, 2019

Peneliti Guru mata pelajaran matematika


146

Soal uji coba tipe A

Nama: Materi: pola bilangan


Kelas: Jenis soal: A
PETUNJUK
Isilah soal-soal di bawah ini dengan cermat.

1. Pertanian merupakan sektor pencaharian yang mendominasi masyarakat Samin.


Slamet adalah warga masyarakat Samin sebagai seorang petani ketela. Bisa
dilihat pada gambar di bawah ini

Tanaman Ketela

Pada tahun ini Slamet memperoleh hasil panen sebesar 43 karung ketela. Untuk
membuat tepung ketela, hari pertama penggilingan menghabiskan 3 karung
ketela, hari kedua menghabiskan 7 karung ketela, hari ketiga menghabiskan 11
karung ketela maka hari keberapa Slamet menyelesaikan proses penggilingan
tersebut?
2. Pada tradisi sedekah bumi masyarakat Suku Samin. Bisa dilihat pada gambar

Tradisi sedekah
bumi
Imron adalah panitia yang bertugas membagikan makanan tersebut setiap rumah. Jika
dalam waktu 10 menit imron dapat mengantarkan kesatu rumah, 20 menit bisa
mengantarkan ketiga rumah, 30 menit bisa mngantarkan keenam rumah, 40 menit
147

mengantarkan kesepuluh rumah. Berapa rumah yang dapat dihantarkan imron dalam
waktu 1 jam?
3. Dalam tradisi ngalungi sapi masyarakat Samin memotong tali yang panjangnnya 4
meter menjadi dua bagian. Bisa dilihat pada gambar:

Tradisi Ngalungi Sapi


Hasil potongan tersebut dipotong kembali menjadi dua dan seterusnya. Banyak
potongan tali setelah 8 kali proses pemotongan?
4. Pak Sukimen adalah peternak sapi dari masyarakat Samin. Mula-mula hanya memiliki
sepasang sapi. sapi akan beranak setiap tahun sekali. Berapa banyaknya sapi setelah 4
tahun?
5. Tradisi Campur bawur masyarakat Suku Samin diadakan dibalai desa pada hari sabtu
pukul 15.00 WIB. Bisa dilihat pada gambar.

Tradisi campur bawur


Pada pukul 14.30 satu warga sampai ditempat yang telah ditentukan, 5 menit kemudian
datang 2 warga, 5 menit kemudian tambah lagi 4 warga dan begitu seterusnya setiap 5
menit sekali. Jika batas waktu yang ditentukan sampai pukul 15.00 WIB berapa warga
yang datang untuk merayakan tradisi Suronan?
6. Pak sukir merupakan salah satu masyarakat Samin yang mempunyai mata
pencaharian bertani padi. Dapat dilihat pada gambar

Tanaman Tanaman Tanaman


Padi tipe A padi tipe B padi tipe C
148

Pada panen kali ini, pak sukir menanam 3 jenis padi yaitu padi tipe A, tipe B dan
tipe C. Setiap jenis padi membutuhkan waktu 1 hari untuk menyesaikan proses
pengeringan yang dimulai dari padi tipe A selanjutnya tipe B dan tipe C. Pada
tipe manakah yang selesai dikeringkan pada urutan ke 15?

7. Permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak masyarakat Samin yaitu


petak umpet. Dapat dilihat pada gambar

Permainan Petak Umpet


Bejo adalah anak dari masyarakat samin yang mana pada hari senin pagi bejo
dan kawan-kawan berkumpul untuk bermain permainan petak umpet yang
berjumlah 9 anak. Pada pukul 08.00 sudah ada 2 anak. Pukul 08.05 bertambah
menjadi 4 anak, pukul 08.10 bertambah 6 anak. Pada pukul berapa anak ke 10
berkumpul ditempat yang disepakati?
149

Soal uji coba tipe B

Nama: Materi: pola bilangan


Kelas: Jenis soal: B
PETUNJUK
Isilah soal-soal di bawah ini dengan cermat.
1. Tradisi jamasan masyarakat Suku Samin diadakan dibalaidesa pada hari minggu
pukul 09.30 WIB. Bisa dilihat pada gambar di bawah ini

Tradisis khas desa


Pada pukul 08.55 WIB satu warga sampai ditempat yang telah ditentukan, 5 menit
kemudian datang 2 warga, 5 menit kemudian tambah lagi 4 warga dan begitu
seterusnya setiap 5 menit sekali. Jika batas waktu yang ditentukan sampai pukul 09.30
WIB berapa warga yang datang untuk merayakan tradisi Jamasan?
2. Klasa pandan merupakan kerajinan dari masyarakat suku Samin. Ada beberapa
jenis Klasa pandan yang bisa dibuat dan dikasih warna sesuai permintaan.
Seperti pada gambar di bawah ini

Tipe A Tipe B
Tipe C
Jika dalam proses pengeringannya seorang pengerajin membutukan waktu setiap 5
menit untuk menyelesaikan proses pengeringan Klasa pandan, yang pertama Klasa
pandan tipe A, kedua Klasa pandan tipe B, Klasa pandan tipe C. Maka Klasa pandan
manakah yang dikeringkan pada urutan ke 15?
3. Petak umpet yaitu permainan anak-anak suku Samin. Permainan tersebut memiliki
rute tempat bermain yang teratur seperti gambar
150

Dalam gambar tersebut menunjukan ada 4 rute yang terseda. Jika rute tempat petak
umpet tersebut selalu bertambah maka tentukan:
a. Banyak rute ke-8
b. Jumlah rute sampai rute ke-8
4. Sala adalah peternak kambing dari masyarakat Samin. Mula-mula hanya memiliki
sepasang kambing. Kambing akan beranak setiap tahun sekali. Berapa banyaknya
kambing setelah 6 tahun?
5. Kliwon adalah salah satu warga masyarakat suku Samin yang berprofesi sebagai
seorang petani jagung. Bisa dilihat pada gambar di bawah ini

Tanaman Jagung
Pada tahun ini Kliwon memperoleh hasil panen sebesar 50 karung jagung. Untuk
membuat tepung jagung, hari pertama penggilingan menghabiskan 2 karung jagung,
hari kedua menghabiskan 6 karung jagung, hari ketiga menghabiskan 10 karung
jagung maka hari keberapa Kliwon menyelesaikan proses penggilingan tersebut?
6. Baju adat masyarakat Suku Samin berwarna hitam polos terdiri dari sebuah baju dan
celana. Seorang penjahit mampu membuat sepasang (baju+celana) untuk masyarakat
Suku Samin, 2 penjahit mampu membuat 3 baju + 3 celana, 3 penjahit mampu
membuat 6 baju + 6 celana, 4 penjahit 10 baju + 10 celana dan seterusnya. Berapa baju
+ celana jika dikerjakan oleh 20 penjahit?
151

7. Upacara adat brukohan atau suronan, masayarakat Samin berkumpul untuk syukuran
dan berdoa. Bisa diliat pada gambar
Ditempat perkumpulan sudah disusun kursi
dengan baris paling depan terdiri dari 12 buah
kursi, baris kedua berisi 14 buah kursi, baris
ketiga berisi 16 buah dan seterusnya. Banyak
Tradisi Suronan
kursi pada baris ke 20 adalah?
152

Jawaban soal uji coba tipe A

1. D1: 43 karung ketela


Hari pertama 3 karung ketela
Hari kedua 7 karung ketela
Hari ketiga 11 karung ketela
D2: Hari keberapa Slamet menyelesaikan proses penggilingan tersebut?
D3:
Hari Jumlah karung ketela
1 3
2 7
3 11
4 15
5 19
6 23
7 27
8 31
9 35
10 39
11 43
2. 1 jam = 60 menit jadi 60 menit: 10 menit=6
Misalkan 10 menit adalah
20 menit adalah dan seterusnya
( )

3. D1: Potongan pertama yaiu 4 meter menjadi dua bagian


D2: Banyak potongan tali setelah 8 kali proses pemotongan?
D3:
153

4.

Pemisalan ( )
Sepasang = 1 jantan ( ) ( )
1 betina ( ) ( )
= 8+5
2 ( ) = 13
Tahun pertama 3 ( )
Tahun kedua 5 ( )

5. 14.30= 1 warga
14.35= 2 warga
14.40= 4 warga
14.45= 8 warga
14.50=16 warga
14.55= ...warga
15.00= ...warga

Jadi jumlah warga adalah 1+2+4+8+16+32+64= 127 warga


6. D1: Padi tipe A
Padi tipe B
Padi tipe C
D2: Pada tipe manakah yang selesai dikeringkan pada urutan ke 15?
D3: Dikerjakan dengan menggunakan tabel
Pengeringan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
ke-
Klasa A B C A B C A B C A B C A B C
pandan
154

Dengan memperhatikan pola tersebut , maka dapat di tulis:


Padi tipe A: 1,4,7,10,13,...
Padi tipe B: 2.5.8.11.14,...
Padi tipe C: 3,6,9,12,15,...
Dengan melihat pola tersebut, ternyata urutan ke-15 adalah Padi tipe C
7. D1:
Pukul 08.00 08.05 08.10
Anak 2 4 6
D2: Pada pukul berapa anak ke 10 berkumpul ditempat yang disepakati?
D3:
Pukul 08.00 08.05 08.10 08.15 08.20
Anak 2 4 6 8 10
Penambahan 2 2 2 2 2
anak
155

Jawaban soal uji coba tipe B

1. 08.55= 1 warga
09.00= 2 warga
09.05= 4 warga
09.10= 8 warga
09.15= 16 warga
09.20= 32 warga
09.25= ...warga
09.30= ...warga

Jadi jumlah warga adalah 1+2+4+8+16+32+64+128= 255 warga


2. D1: Klasa A
Klasa B
Klasa C
D2: Klasa pandan manakah yang selesai dikeringkan pada urutan ke 15?
D3: Dikerjakan dengan menggunakan tabel
Pengeringan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
ke-
Klasa A B C A B C A B C A B C A B C
pandan

Dengan memperhatikan pola tersebut , maka dapat di tulis:


Klasa A: 1,4,7,10,13,...
Klasa B: 2.5.8.11.14....
Klasa C: 3,6,9,12,15,...
Dengan melihat pola tersebut, ternyata urutan ke-15 adalah Klasa pandan tipe
C
3. D1: rute 1 =1 jalan, rute 2 =2 jalan, rute 3=4, rute 4=8
D2: a. Banyak rute ke-8
156

b. Jumlah rute sampai rute ke-8


D3: Dengan tabel
Rute ke- Jalan Total jalan
1 1 1
2 2 3
3 4 7
4 8 15
5 16 31
6 32 63
7 64 127
8 128 255

Jadi, banyak rute ke-8=128 dan jumlah rute sampai rute ke-8=255
4.

Pemisalan ( )
Sepasang = 1 jantan ( ) ( )
1 betina ( ) ( )
= 21+13
2 ( ) = 34
Tahun pertama 3 ( )
Tahun kedua 5 ( )

5. D1: 50 karung jagung


Hari pertama 2 karung jagung
Hari kedua 6 karung jagung
Hari ketiga 10 karung jagung
D2: Hari keberapa andi menyelesaikan proses penggilingan tersebut?
D3:
Hari Jumlah karung jagung
1 2
2 6
157

3 10
4 14
5 18
6 22
7 26
8 30
9 34
10 38
11 42
12 46
13 50
6.

Misalkan n adalah jumlah penjahit ( )


adalah jumlah baju+celana yang ( )
dihasilkan = 20(21)
= 1 baju + 1 celana = 420 (210 baju + 210 celana)
= 3 baju + 3 celana
= 6 baju + 6 celana
= 10 baju + 10 celana

7. D1: Baris pertama ada 12 kursi


Baris kedua ada 14 kursi
Baris ketiga 15 kursi
D2: Banyak kursi pada baris ke 20 adalah?
D3:
( )
( )
( )

kursi
158

Angket

ANGKET RESPON SISWA

Mata Pelajaran : Matematika Nama : ...


Kelas : VIII No. Absen : ...

PETUNJUK
Berikut ini diajukan daftar pendapatmu terhadap kegiatanmu selama
mengikuti pembelajaran pola bilangan, seberapa sering kamu melakukan
kegiatan atau berpendapat seperti berikut ini. Berikan tanda cek ( ) pada
kolom yang sesuai dengan kegiatan dan pendapatmu. Apapun jawabanmu
tidak akan mempengaruhi hasil belajarmu. Oleh karena itu, isilah kolom-
kolom dengan sungguh sesuai dengan pendapatmu.
Keterangan pilihan jawaban:
a. Ya :1
b. Tidak : 0

SELAMAT BEKERJA

Penilaian angket
No Item angket
Ya Tidak
1 Belajar matematika dengan model kontekstual bernuansa
etnomatematika membuat saya lebih memahami materi
matematika
2 Belajar matematika menggunakan model kontekstual
bernuansa etnomatematika membuat saya tertekan
3 Belajar matematika menggunakan model kontekstual
bernuansa etnomatematika membuat saya menemukan
ide-ide baru
4 Saya mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
persoalan matematika dengan menggunakan model
kontekstual bernuansa etnomatematika
159

5 Pembelajaran matematika menggunakan model


konstekstual bernuansa etnomatematika membuat saya
merasa bosan
6 Saya merasa kurang senang belajar matematika
menggunakan model kontekstual bernuansa
etnomatematika
7 Belajar matematika menggunakan model kontekstual
bernuansa etnomatematika melatih saya mengemukakan
pendapat
8 Belajar matematika menggunakan model kontekstual
bernuansa etnomatematika membuat saya lebih aktif
belajar
9 Belajar matematika menggunakan model kontekstual
bernuansa etnomatematika membuat saya lebih terampil
dalam memahami permasalahan matematika
10 Model kontekstual bernuansa etnomatematika membuat
pelajaran matematika lebih menarik untuk dipelajari
160

Lembar observasi

Lembar Observasi artefak dan aktifitas masyarakat suku Samin


Tujuannya:
Mengeksplorasi etnomatematika dari artefak dan aktifitas masyarakat Suku Samin
yang berkaitan dengan konsep matematika di SMP
Petunjuk:
Melakukan pengamatan terhadap aftefak dan aktifitas dalam kebudayaan
masyarakat Suku Samin yang memiliki unsur etnomatematika yang berkaitan
dengan konsep matematika di SMP
Budaya dan Indikator yang
Deskripsi hasil Prediksi
bentuk Etnomate diamati (aspek
penelitian Matematika
matika yang dikaji)
Aktivitas
Tarian Busana Pola, motif Geometri
Musik Ketukan Himpunan bilangan
Susunan Aturan Geometri bentuk
penyusunan bangun datar dan
pengukuran
Gerakan Pola gerakan Operasi bilangan
Aksesoris Bentuk,motif Geometri bangun
datar dan
pengukuran
Jumlah penari jumlah Himpunan bilangan
Upacara adat Perlengkapan Perlengkapan Bentuk geometri
upacara adat yang digunakan bangun datar dan
bangun ruang,
pengukuran
waktu Waktu Bilangan
penyelenggaraan
upacara adat
161

Permainan Aturan Aturan permainan Operasi bilangan


tradisional Jumlah pemain Banyaknya peserta Himpunan bilangan
Alat yang Bentuk Bentuk geometri
digunakan bangun datar dan
bangun ruang,
pengukuran
Kegiatan bertani Bentuk geometri
Alat yang
Bentuk bangun datar dan
digunakan
bangun ruang
Waktu yang perlu
waktu digunakan dalam Bilangan
mengolah
Biaya yang
dibutuhkan
biaya Bilangan
dalam kegiatan
bertani
Cara pengukuran Bilangan, operasi
Pengukuran hasil
hasil bilangan dan
panen
panen pengukuran
Bilangan, operasi
Kegiatan Jenis hewan yang Jenis hewan
bilangan,
beternak diternakan ternak
pengukuran
Kegiatan Alat yang
Bentuk Bentuk geometri
melaut/ digunakan
nelayan Waktu untuk Perhitungan,
waktu
melaut bilangan
Artefak
Bangunan Bentuk geometri
Jenis bangunan Model dan macam bangun datar dan
bangun ruang,
162

pengukuran
Bentuk geometri
bangun datar dan
Bentuk bangunan Bentuk
bangun
ruang
Bentuk geometri
Bagian-bagian Bentuk dari setiap bangun datar dan
bangunan bangunan bangun
ruang
Cara membuat
Cara membangun perhitungan
bangunan
Waktu yang
Waktu diperlukan Perhitungan,
membangun dalam bilangan
membangun
Lama pemakaian
Ketahanan bangunan sebelum Perhitungan,
bangunan di bilangan
renovasi ulang
Anyaman Macam-macam
Jenis anyaman Bentuk geometri
bangunan
Bentuk geometri
bangun datar dan
Bentuk Bentuk anyaman
bangun ruang,
pengukuran
Bilangan,
Ukuran Ukuran anyaman
pengukuran
Proses Bilangan,
Cara menganyam
menganyam pengukuran
Motif Motif yang Pengukuran, bentuk
163

perlengkapan mempercantik geometri dan


bilangan
Tenunan Motif masing- Pengukuran, bentuk
Motif tenunan masing geometri dan
tenunan bilangan
Bahan yang Bilangan, operasi
Bahan
digunakan bilangan
Pengukuran, bentuk
Alat tenun Alat-alat tenun
geometri
Bilangan dan
Proses menenun Proses menenun
pengukuran
Biaya yang Bilangan, operasi
Biaya
diperlukan bilangan
Waktu yang Operasi bilangan
Waktu
dibutuhkan dan pengukuran
164

Lembar wawancara

Pedoman Wawancara Tahap Eksplorasi


Deskripsi Deskripsi
No Pertanyaan
Pengamatan Jawaban
Pertanyaan inti
a. Tari tradisional
Apa saja tarian yang ada dan sering
1 Jenis tarian
ditarikan oleh masyarakat?
Apa tujuan dari tarian-tarian tersebut?
Apakah memiliki makna atau hanya
2 Filosofi
sekedar dimasukan untuk mengisi
waktu luang dan bersenang-senang?
Kapan tarian-tarian tersebut
ditampilkan?
3 Aturan
Apakah ada aturan yang menentukan
kapan tarian tersebut ditampilkan?
Bahasa apakah yang digunakan bila
4 Busana
akan menampilkan setiap jenis tarian?
Alat music dan lagu apa yang
5 Musik digunakan dalam mengiringi masing-
masing tarian?
Lagu apa yang digunakan dalam
6 Lagu
mengiringi masing-masing tarian?
Bagaimana susunan dari para penari?
7 Susunan
Apakah ada aturan khusus?
Bagaimana pola gerakan dari setiap
8 Gerakan
tarian?
Aksesoris apa yang melengkapi
9 Aksesoris
busana yang digunakan?
10 Jumlah Adakah batasan dalam keikutsertaan
165

penari sebuah tarian?


Bahasa/ istilah apa yang digunakan
dalam tarian-tarian tersebut?
11 Bahasa
Bagaimana menyebut nama dari
masing-masing tarian?
b. Upacara adat
Apa saja jenis upacara yang sering
1 Jenis upacara
dilaksanakan masyarakat?
Apa makna dari setiap upacara adat
2 Filosofi
yang dilakukan?
Bagaimana tata cara pelaksanaan
3 Tata cara
masing masing upacara adat tersebut?
Bagaimana aturan yang harus
4 Aturan dipenuhi dalam pelaksanaan masing-
masing upacara adat?
6 Aksesoris Aksesoris apa saja yang digunakan?
Perlengkapan Perlengkapan apa saja yang
7
upacara adat diperlukan?
Bahasa apa yang digunakan?
Bahasa dan
8 Apa maksud dari perkataan-perkataan
maksud
dan tindakan yang ada?
c. Permainan tradisional
Apa saja permainan yang ada dan
Jenis
1 sering dimainkan oleh masyarakat
permainan
khususnya anak anak?
Apa tujuan dari permainan tersebut?
Apakah memiliki makna atau hanya
2 Filosofi
sekedar dimainkan untuk mengisi
waktu luang dan bersenang-senang?
3 Aturan Kapan permainan tersebut
166

dimainkan?
Apakah ada aturan yang menentukan
kapan dimainkan?
Jumalah Adakah batasan dalam jumlah
4
pemain pemain?
Alat yang Alat apa saja yang digunakan dalam
5
digunakan setiap permainan?
Pembuatan
6 Bagaimana membuat alat permainan?
alat
Bahasa apa yang digunakan?
7 Bahasa Bagaimana dengan penyebutan dan
pengertianbahasa yang digunakan?
d. Kegiatan bertani
Bagaimana memilih lahan dan
1 Jenis lahan
tanaman yang akan ditanam?
Apa saja alat yang digunakan dalam
kegiatan bertani masyarakat?
Alat yang
2 Bagaimana membuat dan
digunakan
menggunakannya?
Apakah membeli atau dibuat sendiri?
Bagaimana pengolahan lahan
3 Pengolahan
pertanian?
Berapa lama waktu yang diperlukan
4 waktu mulai dari mengolah lahan sampai
masa panen setiap tanaman?
Bagaimana dengan kisaran biaya
5 biaya
dalam kegiatan bertani masyarakat?
Apa istilah atau pengertian yang
6 bahasa
digunakan dalam kegiatan bertani?
7 Pengukuran Bagaimana cara mengukur hasil
167

hasil panen panen?


e. Kegiatan beternak
Jenis hewan
Apa saja hewan yang sering
1 yang
diternakan?
diternakan
Pengukuran Bagaimana cara mengukur besar
2
hewan kecilnya hewan?
f. Kegiatan melaut
Alat yang Alat dan perlengkapan apa saja yang
1
digunakan digunakan dalam melaut?
Berapa lama waktu yang digunakan
2 waktu
untuk berlayar?
Bahasa/ Apakah ada istilah yang digunakan
3
istilah dalam kegiatan melaut tersebut?
g. Bangunan
Jenis Bangunan apa saja yang ada dalam
1
bangunan masyarakat?
Bagaimana filosofi dari setiap
2 Filosofi
bangunan
Fungsi
3 Apa fungsi dari setiaqp bangunan?
bangunan
Apa saja bagian-bagian dari setiap
Bagian
bangunan?
4 bagian
Bagaimana penyebutannya dan arti
bangunan
dari setiap bangunan tersebut?
Bagaimana cara membangun dan
Cara
5 bagaimana menentukan setiap bagian
membangun
dari bangunan tersebut?
Waktu Berapa lama waktu yang dibutuhkan
6
membangun dalam membuat sebuah bangunan?
168

Bahan apa saja yang dibutuhkan


dalam membangun?
7 Bahan
Bagaimana memilih bahan agar
bertahan dalam waktu yang lama?
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
sebuah bangunan sebelum diperbaiki
Ketahanan
8 atau dirobohkan?
bangunan
Bagaimana dengan ketahanan bahan-
bahan yang digunakan?
h. Anyaman
Jenis Apa saja anyaman yang dihasilkan
1
anyaman masyarakat?
Bagaimana bentuk dari setiap jenis
2 Bentuk
anyaman?
Fungsi dan Apa saja fungsi dan kegunaan dari
3
kegunaan setiap anyaman?
4 Ukuran Bagaimana dengan ukuran anyaman?
Bagaimana cara menganyam?
Cara
5 Apa saja aturan yang harus ditaati
menganyam
dalam menganyam?
Bahan
Bahan apa saja yang digunakan?
(pemilihan
6 Bagaimana memilih dan menyiapkan
dan
bahan sebelum dianyam?
penyiapan)
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
7 Waktu untuk menyelesaikan sebuah
anyaman?
Motif Selain bahan dasar anyaman, bahan
8
perlengkapan apa saja yang dibutuhkan untuk
169

mempercantik dan menambah nilai


jual dari anyaman?
Bagaimana menyebut nama dari
setiap anyaman?
Apakah nama yang diberikan untuk
9 Bahasa
masing-masing anyaman sesuai
dengan bentuk dan fungsinya atau
hanya penyebutan secara umum?
i. Tenunan
Apa saja jenis tenunan yang
1 Jenis tenunan
dihasilkan oleh masyarakat?
Motif Bagaimana dengan motif dari setiap
2
tenunan tenunan?
Bahan dasar apa saja yang digunakan
3 Bahan dalam menenun?
Apakah ada tambahan lainnya?
Bagaimana bentuk masing-masing
alat yang digunakan dalam menenun
4 Alat tenun
maupun dalam proses penyiapan
bahan?
Apakah ada aturan atau perhitungan
Proses
5 pukulan dalam menenun agar tenunan
menenun
yang dihasilkan tidak mudah robek?
Berapa banyak biaya yang digunakan
6 Biaya dalam menyelesaikan setiap satu buah
jenis tenunan?
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
7 Waktu dalam menyelesaikan sebuah
tenunan?
8 Aturan Aturan apa saja yang harus dipenuhi
170

agar hasil tenunan bertahan lama dan


rapi?
Apakah alat-alat tenunan berpengaruh
pada hasil tenunan?
Bagaimana penamaan setiap tenunan
9 Penyebutan
yang dihasilkan masyarakat?
171

Lembar aktivitas guru

Nama:
Pertemuan:

A. Petunjuk
1. Berilah penilaian anda dengan memberikan tanda cek (v) pada kolom
skor sesuai hasil pengamatan anda.
2. Berilah skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda.
3. Pedoman penilaian pemberian skor adalah sebagai berikut.
Skor Keterangan
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang Baik
1 Tidak Baik

B. Penilaian
No Aktivitas yang diamati Skor penilaian
1 2 3 4 5
Pendahuluan
1 Apersepsi: memperkenalkan diri dan
menjelaskan sedikit banyaknya tahapan proses
pembelajaran (Bertanya)
Kegiatan inti
1 Membagi siswa dalam kelompok (masyarakat
belajar)
2 Memberikan stimulus dengan menyajikan
gambar yang terkait dengan konsep materi pola
bilangan (pemodelan) dan siswa diminta untuk
menjelaskan.
172

3 Menjelaskan konsep dengan contoh pada


materi pola bilangan (pemodelan, inkuiri,
kontruktivisme).
4 Melakukan tanya jawab konsep pola bilangan
(bertanya).
5 Memberikan latihan tentang materi pola
bilangan (pemodelan)
6 Melakukan diskusi (masyarakat belajar).
7 Memberikan penilaian terhadap hasil kerja
kelompok siswa (penilaian autentik)
Penutup
1 Evaluasi dalam pembelajaran (kontruktivisme,
refleksi).

C. Kriteria Penilaian
Interval rata-rata skor Kriteria
̅ Tidak Baik
̅ Kurang Baik
̅ Cukup
̅ Baik
̅ Sangat Baik

D. Komentar/saran
........................................................................................................................
........................................................................................................................
.....................................................................................................................

Blora, 2019

............................
173

Reduksi

Aktivitas yang di teliti berupa tarian, upacara adat, permainan tradisional,


kegiatan bertani, kegiatan beternak, kegiatan melaut. Sedangkan dari artefak
berupa bangunan, anyaman dan tenunan.

Masyarakat Suku Samin tidak memiliki aktivitas berupa tarian. Aktivitas


upacara adat Suku Samin berupa Suronan dilakukan pada bulan Suro, Sedekah
bumi atau Gas Deso dilaksanakan pada jumat wage, tradisi Ngalungi sapi
dilaksanakan 3 kali setahun pada saat laboh (musim hujan persiapan bercocok
tanam), bakda tandur (sesudah tanam), bakda panen (sesudah panen), Jamasan
atau memandikan alat pertanian dilaksanakan pada saat menjelang hari Raya Idul
Fitri tepatnya malam takbiran, perkawinan dilakukan dihari baik sesuai
kesepakatan kedua belah pihak, upacara Campur Bawur (tolak balak) dilakukan
pada pergantian musim atau pancaroba (hujan pertama). Permainan tradisional
berupa jamuran, dakon dan petak umpet. Untuk kegiatan bertani masyarakat
Samin bercocok tanam berupa padi, ketela dan jagung. Waktu bertani padi kisaran
4-5 bulan sedangkan ketelah dan jagung hanya membutuhkan kisaran 2-3 bulan.
Kegiatan beternak berupa sapi dan kambing. Sedangkan kegiatan melaut
masyarakat Samin tidak melakukannya karena letak tempat masyarakat Suku
Samin jauh dari laut.

Artefak masyarakat Suku Samin berupa bangunan yaitu rumah adat


Bekuk Lulang. Bangunan berarsitektur Jawa bersifat terbuka atau tanpa sekat-
sekat khususnya bentuk dari rumah Bekuk Lulang berbentuk mujur. Pada
arsitektur Jawa, penaung/peneduh muncul berupa empyak/payon (usuk), Soko,
papan. Anyaman di masyarakat Suku Samin yaitu Klasa Pandan. Klasa Pandan ini
terbuat dari anyaman daun pandan berduri yang sudah disuir, dihaluskan dan
dikeringkan lalu dianyam dengan anyaman menyilang. Tenunan berupa baju khas
Samin bermotif potong Jawa berwarna irang/hitam yang memiliki arti bahwa
manusia itu tidak lepas dari dosa. Sedangkan ikat (blangkon) yang berwarna polos
item atau lireng kuning dan celana kompreng yang digunkan masyarakat Samin.
174
175

Kata Pengantar
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., karena
hidayahnya dan inayahnya penulis suplemen bahan ajar siswa ini dapat
terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Serta terimakasih atas bimbingannya oleh
Prof.Dr. Zaenuri,S.E, M.Si, Akt selaku pembimbing 1 dan Dr. Rer, Nat. Adi Nur
Cahyono, M.Pd selaku pembimbing 2
Suplemen bahan ajar pola bilangan ini merupakan bahan ajar mata
pelajaran matematika untuk siswa jenjang sekolah menengah pertama/madrasah
tsanawiyah berdasarkan kurikulum 2013 yang dengan tujuan untuk membantu
siswa dalam proses belajar matematika.
Matematika adalah hasil abstraksi (pemikiran) manusia terhadap objek-
objek disekitar kita sehingga dalam mempelajarinya siswa harus memikirkannya
kembali.
Suplemen bahan ajar siswa matematika kelas VIII SMP/MTs kurikulum
2013 ini ditulis dengan berdasarkan pada materi dan kompetensi yang sesuai
dengan standart internasional tersebut.
Suplemen bahan ajar ini diawali dengan pengajuan masalah yang
bersumber dari fakta dan lingkungan budaya blora yaitu sikep samin, terkait
dengan materi yang akan diajarkan. Tujuannya agar siswa mampu menemukan
konsep dan prinsip matematika melalui pemecahan masalah yang diajukan dan
mendalami sifat-sifat yang terkandung didalamnya yang sangat berguna untuk
memecahkan masalah kehidupan.
Halaman pertama pada suplemen bahan ajar ini adalah kover suplemen
bahan ajar itu sendiri yang kemudian dihalaman berikutnya berisi kata pengantar,
kata kunci, kompetensi dasar serta materi pola bilangan yang akan siswa capai
namun oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca untuk memberikan saran,
kritikan dan masukan untuk suplemen bahan ajar yang lebih baik lagi.
Siswa dapat mengasah pemahaman dengan memecahkan masalah dan
tugas yang tersedia. Di sana adalah masalah otentik/nyata dan teka teki untuk
memampukan siswa berpikir logis, cermat, jujur dan tangguh menghadapi
masalah. Terapkan pengetahuan yang telah kamu miliki, cermati apa yang
diketahui, apa yang ditanyakan, konsep dan rumus mana yang akan digunakan
untuk menyelesaikan. Semuanya sangat berguna bagi siswa.
Selamat belajar, semoga suplemen bahan ajar ini bermanfaat dan dapat
membantu siswa kompeten bermatematika dan memecahkan masalah kehidupan.
Penulis
Faiq al ahadi
0401517047
176

Daftar Isi

Kata pengantar ................................................................................................................. i


Peta konsep ....................................................................................................................... 1
Pola bilangan .................................................................................................................... 3
Pola bilangan segitiga ............................................................................................. 4
Pola bilangan persegi .............................................................................................. 7
Pola bilangan persegi panjang ................................................................................ 9
Pola bilangan pascal ............................................................................................. 12
Pola bilangan fibonacci ......................................................................................... 14
Soal latihan ...................................................................................................................... 16
Rangkuman .................................................................................................................... 17
Penyelesaian soal latihan ................................................................................................ 18
177

PETA
KONSEP

POLA
BILANGAN

Konsep pola
bilangan bernuansa
etnomatematika pada
Suku Samin

Menerapkan
konsep pola
bilangan bernuansa
etnomatematika
pada Suku Samin

Menyelesaikan
permasalahan
yang berkaitan
dengan pola
bilangan
178
179

POLA BILANGAN
Kompetensi dasar:

3.1 Menentukan Persamaan Dari Suatu Barisan Bilangan

4.1 Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Pola Pada Barisan Bilangan
Dan Barisan Konfigurasi Objek

Apa yang kalian


ketahui tentang pola
bilangan? Dan ada
berapa pola bilangan
yang kalian ketahui
180

POLA BILANGAN SEGITIGA

Konsep pola bilangan pada


tradisi Ngalungi sapi

Tradisi Ngalungi sapi ini bertujuan untuk mendoakan agar diberi


keselamatan, tradisi ini dilaksanakan 3 kali selama kurang lebih setahun pada saat
laboh (musim hujan persiapan bercocok tanam), bakda tandur (sesudah tanam),
bakda panen (sesudah panen). Inti dari tradisi ini memohonkan keselamatan sapi
yang merupakan kekayaan (rojo koyo) bagi masyarakat Samin. Upacara Ngalungi
sapi dilakukan dibutuhkapada hari selasa kliwon serta dilakukan pada sore hari
sewaktu sapi pulang dari sawah atau tempat mencari makan/hutan. Caranya sapi
yang baru sampai rumah diberi ketupat dengan menempelkan kupat dimulutnya
dan pecut (terbuat dari jalur) ditempelkan di buntu sapi lalu kupat dan sayur diiris-
iris dicampurkan kemakanan sapi dan lainnya dimakan keluarga.

Konsep Pada tradisi Ngalungi Sapi dibutuhkan sejumlah potong tali.


Misalnya pada kandang pertama terdapat satu ekor sapi dengan satu potongan tali
yang melingkar dilehernya, kandang kedua terdapat 3 ekor sapi dengan masing-
masing terdapat satu potong tali yang melingkar pada lehernya. Kemudian
kandang ketiga terdapat 6 ekor sapi dengan masing-masing terdapat satu potong
tali yang melingkar pada lehernya dan seterusnya. Konsep pola bilangan segitiga
bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Coba kamu perhatikan bilangan yang memiliki pola segitiga. Ternyata bilangan-
bilangan tersebut dibentuk mengikuti pola sebagai berikut.
181

Pola bilangan segitiga yang terbentuk adalah 1,3,6,10,15,21,...

Amati pola berikut ini

Jika susunan bola di bawah garis dengan pola ke-n adalah suatu
bilangan bulat positif, tentukan:

Banyaknya bola di bawah garis pada pola ke-n (𝑈𝑛 )

Banyaknya bola di bawah garis pada pola ke-10 (𝑈 )

Banyaknya bola di bawah garis pada pola ke-1000 (𝑈 )

Untuk melihat banyaknya pol asusunan ke-n (𝑈𝑛 ) mari amati


ilustrasi berikut!

Perhatikan banyaknya lingkaran yang di bawah garis adalah setengah bagian dari
bola yang disusun menjadi persegi panjang.
182

Dengan memperhatikan pola susunan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola ke-
n( )

Pola ke-n yaitu ( ) ( )

Dengan menggunakan rumus pola yang sudah ditemukan, maka kita dapat menentukan
jawaban dari pertanyaan di atas, yaitu:

Pola ke-10 ( ) ( )

Pola ke-1000 ( ) ( )

Rumus mencari jumlah suku pada bilangan genap adalah

( )( )
183

POLA BILANGAN PERSEGI

Konsep pola bilangan pada


anyaman Klasa Pandan

Klasa Pandan berbentuk persegi digunakan sebagai alas sesaji untuk


acara-acara adat didesa. Ukurannya ada dua kecil dan besar, Bahan utama Klasa
pandan adalah daun pandan. Pemilihan bahan utama tersebut haruslah masih segar
dan memiliki tekstur yang bagus. Klasa pandan ini terbuat dari anyaman daun
pandan berduri yang sudah disuir, dihaluskan dan dikeringkan lalu dianyam
dengan anyaman menyilang. Dalam pembuatan anyaman klasa pandan biasanya
dilakukan sebelum adanya acara-acara adat.

Apabila pola anyaman yang menyilang memiliki jumlah yang sama dalam
menganyam dimulai dengan 1 daun pandan kemudian ditambah 3 daun pandan
menjadi 4 daun pandan, selanjutnya ditambah 5 daun pandan menjadi 9 daun
pandan dan seterusnya. Konsep pola bilangan persegi bisa dilihat pada gambar di
bawah ini
184

Gambar pola bilangan persegi adalah sebagai berikut

Pola bilangan persegi adalah 1,4,9,16,25,.. untuk melihat banyaknya pola susunan
ke-n( ) mari amati ilustrasi berikut.

Dengan memperhatikan pola di atas, dapat disimpulkan bahwa pola ke-n


adalah.
185

Pola di atas dinamakan pola segitiga, dengan pola ke-n yaitu

Jadi untuk menentukan jumlah suku ke-n pada pola persegi adalah.

( ) ( )
186

POLA BILANGAN PERSEGI PANJANG

Konsep pola bilangan pada


anyaman Klasa Pandan

Klasa Pandan berbentuk persegi panjang digunakan sebagai alas sesaji


untuk acara-acara adat didesa. Ukurannya ada dua kecil dan besar, Bahan utama
Klasa pandan adalah daun pandan. Pemilihan bahan utama tersebut haruslah
masih segar dan memiliki tekstur yang bagus. Klasa pandan ini terbuat dari
anyaman daun pandan berduri yang sudah disuir, dihaluskan dan dikeringkan lalu
dianyam dengan anyaman menyilang. Dalam pembuatan anyaman klasa pandan
biasanya dilakukan sebelum adanya acara-acara adat.

Pola anyaman apabila mengikuti pola bilangan persegi dimulai dengan 2


daun pandan kemudian ditambah 4 daun pandan menjadi 6 daun pandan,
selanjutnya ditambah 6 daun pandan menjadi 12 daun pandan dan seterusnya.
Konsep pola bilangan persegi panjang bisa dilihat pada gambar di bawah ini
187

Gambar pola bilangan persegi panjang adalah sebagai berikut.

Pola bilangan persegi panjang adalah 2,6,12,20,..untuk melihat banyaknya pola


susunan ke-n( ) mari amati ilustrasi berkut.

Dengan memperhatikan pola di atas, dapat disimpulkan bahwa pola ke –n ( )


adalah:
188

Pola di atas disebut pola persegi panjang dengan pola ke-n

( ) atau ( )
189

POLA BILANGAN PASCAL

Konsep pola bilangan pada


permainan petak umpet

Permainan petak umpet dilakukan oleh anak-anak minimal 3 orang yang


kalah harus berjaga dipohon, dinding, tiang dan lain sebagainya. Sedangkan yang
lainnya bersembunyi. Bagi yang jaga harus mencari pemain yang bersembunyi
dan saat ketemu harus menyebutkan nama pemain tersebut yang artinya pemain
itu telah gugur. Permainan petak umpet mengajarkan kejujuran, berani, tanggung
jawab.

Dalam permainan delikan ada dua peran yang harus dilakukan yaitu
sebagai penjaga dan pencuri. Untuk menerapkan pola bilangan pascal, dibuat
skenario permainan sebagai berikut: Terdapat 3 zona yang digunakan oleh
pencuri untuk bersembunyi yaitu zona A (taman desa), zona B (halaman rumah),
zona C (halaman sekolah) . Pada saat permainan berlangsung penjaga berhasil
menemukan 2 pencuri di zona A kemudian di zona B penjaga menemukan 4
pencuri sedangkan di zona C menemukan 8 pencuri. sehingga dengan adanya pola
tersebut membentuk maka bisa dihubungkan dengan pola bilangan
pascal. Konsep tersebut bisa dilihat pada gambara di bawah ini.
190

Untuk jelasnya, perhatikan pola segitiga pascal berikut.


191

POLA BILANGAN FIBONACCI

Konsep pola bilangan pada


tradisi Jamasan

Jamasan atau memandikan alat pertanian dilakukan untuk membersihkan


alat pertanian seperti cangkul, arit, bendo (golok), ganco. Upacara ini
dilaksanakan pada saat menjelang hari Raya Idul Fitri tepatnya malam takbiran,
tujuannya agar peralatan pertanian tetap berfungsi dengan baik dalam bercocok
tanam.
Tradisi Jamasan ini dapat mengikuti konsep pola bilangan fibonacci
apabila dilakukan dengan urutan sebagai berikut. Sebagai ketua adat suku Samin
memulai pemandian alat pertanian kemudian disusul oleh kepala desa.
Selanjutnya setelah ketua adat dan kepala desa disusul lagi oleh 1 warga desa
maka sudah ada 3 orang yang terlibat dalam prosesi Jamasan kemudian dari
ketiga orang tersebut diikutkan lagi 2 orang warga untuk mengikuti prosesi
tersebut sehingga menjadi 5 warga. Selanjutnya ditambahkan 3 warga menjadi 8
warga. Dikarenakan tidak ada batasan berapa banyak warga yang boleh mengikuti
prosesi Jamasan maka dari ke-8 warga bisa ditambahkan 5 warga lagi menjadi 13
warga , sehingga jumlah warga yang akan diikutsertakan mengikuti prosesi
Jamasan menyesuaikan jumlah warga sebelumnya. Dengan pola tersebut
sehingga membentuk konsep pola bilangan fibonacci, konsep dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
192

Untuk jelasnya, bisa dilihat gambar di bawah ini.


193
194

Soal latihan

1. Bejo adalah salah satu anak dari masyarakat Suku Samin. Bejo dan teman-teman
sepakat bermain petak umpet pada pukul 14.15 WIB. Pada pukul 13.55 satu anak
sampe ditempat yang telah ditentukan, 5 menit kemudian datang 2 anak, 5 menit
kemudian tambah lagi 4 anak dan begitu seterusnya setiap 5 menit sekali. Jika batas
waktu yang ditentukan sampai pukul 14.15 Wib berapa anak yang datang untuk
bermain petak umpet?
2. Pada tradisi sedekah bumi masyarakat Suku Samin membagikan makanan untuk
syukuran kepada setiap warga. Paimen adalah panitia yang bertugas membagikan
makanan tersebut setiap rumah. Jika dalam waktu 10 menit paimen dapat
mengantarkan kesatu rumah, 20 menit bisa mengantarkan ketiga rumah, 30 menit
bisa mngantarkan keenam rumah, 40 menit mengantarkan kesepuluh rumah. Berapa
rumah yang dapat dihantarkan paimen dalam waktu 2 jam?
3. Suku Samin merupakan adat yang memiliki aspek budaya salah satunya yaitu
tentang ikat kepala yang digunakan setiap prosesi tradisi Suku Samin kuhususnya
laki-laki. Bila dalam pembuatan ikat Kepala 2 pengerajin menghasilkan 4 ikat
kepala, 3 pengerajin menghasilkan 9 ikat kepala, 4 pengerajin menghasilkan 16 ikat
kepala. Berapa pengarajin yang dibutuhkan untuk menghasilkan 100 ikat kepala?
4. Mata pencaharian masyarakat Suku Samin beternak dan bertani. Pak joko
merupakan warga masyarakat Suku Samin yang berternak sapi. Mula-mula hanya
memiliki sepasang sapi. Sapi akan beranak setiap setahun sekali. Berapa banyak sapi
setelah 5 tahun?
5. Masyarakat Suku Samin memiliki baju adat yang khas berwarna hitam tanpa corak.
pakaian ini terdiri dari sebuah baju dan celana. Seorang penjahit mampu membuat
sepasang (baju+celana) untuk masyarakat Suku Samin, 2 penjahit mampu membuat
3 baju + 3 celana, 3 penjahit mampu membuat 6 baju + 6 celana, 4 penjahit 10 baju +
10 celana dan seterusnya. Berapa baju + celana jika dikerjakan oleh 17 penjahit?
195

Pembahasan soal latihan

8. 13.55= 1 pemain
14.00= 2 pemain
14.05= 4 pemain
14.10= ...pemain
14.15= ...pemain

Jadi jumlah pemain adalah 1+2+4+8+16=31 pemain

Atau dengan menggunakan tabel, yaitu

Pukul 13.55 14.00 14.05 14.10 14.15


Pemain 1 2 4 8 16
Jadi jumlah pemain adalah 1+2+4+8+16=31 pemain

9. 1 jam = 60 menit
2 jam =120 menit jadi 120 menit :10 menit =12
Misalkan 10 menit adalah
20 menit adalah dan seterusnya
( )

3.
2 pengerajin sebagai 4 ikat kepala
3 pengerajin sebagai 9 ikat kepala
4 pengerajin sebagai 16 ikat kepala

4.

Pemisalan ( )
Sepasang = 1 jantan ( ) ( )
1 betina ( ) ( )
196

= 13+8
2 ( ) = 21
Tahun pertama 3 ( )
Tahun kedua 5 ( )

5.

Misalkan n adalah jumlah penjahit ( )


adalah jumlah baju+celana yang ( )
dihasilkan = 17(18)
= 1 baju + 1 celana = 306 (153 baju + 153 celana)
= 3 baju + 3 celana
= 6 baju + 6 celana
= 10 baju + 10 celana
Lampiran B

1. Hasil uji coba soal tipe A dan B

2. Soal pretest dan jawaban

3. Soal postest dan jawaban

4. Hasil angket respon siswa kelas eksperimen

5. Hasil observasi

6. Hasil wawacara

7. Hasil aktivitas guru

197
Hasil uji coba soal tipe A

NO KODE BUTIR SOAL TES UJI COBA 𝑌


1 2 3 4 5 6 7 Y
1 UC-1 10 10 5 10 15 7 9 66 4356
2 UC-2 10 8 5 10 5 5 10 53 2809
3 UC-3 10 11 5 5 10 10 10 61 3721
4 UC-4 10 15 10 10 10 10 15 80 6400
5 UC-5 5 15 5 5 10 5 5 50 2500
6 UC-6 10 10 5 10 5 10 10 60 3600
7 UC-7 9 10 9 10 10 10 15 73 5329
8 UC-8 10 11 5 10 10 7 10 63 3969
9 UC-9 5 12 7 10 10 8 15 67 4489
10 UC-10 10 10 5 5 15 10 7 62 3844
11 UC-11 10 9 4 10 10 10 10 63 3969
12 UC-12 10 13 7 5 10 5 10 60 3600
13 UC-13 10 10 5 10 10 10 5 60 3600
14 UC-14 10 6 5 10 10 5 9 55 3025
15 UC-15 10 13 6 5 5 10 15 64 4096
16 UC-16 5 10 4 10 10 10 10 59 3481
17 UC-17 10 13 5 10 5 8 5 56 3136
18 UC-18 5 10 4 5 10 10 8 52 2704
19 UC-19 10 9 9 5 10 7 10 60 3600
20 UC-20 10 10 7 10 5 10 14 66 4356

198
21 UC-21 5 13 4 6 10 10 11 59 3481
22 UC-22 10 15 8 10 10 15 14 82 6724
23 UC-23 5 15 5 5 5 5 10 50 2500
24 UC-24 10 10 5 10 10 13 10 68 4624
25 UC-25 7 10 4 7 10 10 9 57 3249
26 UC-26 10 10 10 5 9 9 11 64 4096
27 UC-27 10 15 9 10 10 10 14 78 6084
28 UC-28 10 15 11 5 10 10 10 71 5041
1759 112383

∑X 246 318 173 223 259 249 291


∑X² 60516 101124 29929 49729 67081 62001 84681
Y 1753 1753 1753 1753 1753 1753 1753
Validitas

Y² 111591 111591 111591 111591 111591 111591 111591


∑XY 15661 20171 11191 14213 16421 15987 18739
r 0,438003588 0,350670511 0,67390178 0,372828205 0,2545916 0,626720528 0,68653209
r tabel 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374
Kriteria Valid Invalid Valid Invalid Invalid Valid Valid

σi² 4,396825397 6,015873016 4,522486772 5,887566138 6,86111111 5,951058201 8,76587302


Reliabilitas

∑(σi²) 42,40079365
69,63359788
N 28

199
N-1 27
0,405571843
r tabel 0,374
kriteia Reliable

X bar 8,785714286 11,35714286 6,178571429 7,964285714 9,25 8,892857143 10,3928571


Kesukaran

skor
Taraf

max 10 15 20 10 15 15 15
P 0,878571429 0,757142857 0,308928571 0,796428571 0,61666667 0,592857143 0,69285714
kriteria Mudah Mudah Sukar Mudah Sedang Sedang Sedang

skor
D. Pembeda

max 10 15 20 10 15 15 15
Ma 9,6 11,8 7,2 8,6 9,9 9,9 12,1
Mb 8,0 10,9 5,1 7,4 8,6 7,9 8,7
D 0,157 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2
kriteria Cukup Kurang baik Cukup Cukup Kurang baik Cukup Baik

Ma: rata-rata kelompok atas


Mb: rata-rata kelompok bawah

200
Hasil uji coba soal tipe B

NO KODE BUTIR SOAL UJI COBA 𝑌


1 2 3 4 5 6 7 Y
1 UC-1 5 15 10 14 8 9 12 73 5329
2 UC-2 10 14 11 13 13 6 15 82 6724
3 UC-3 7 11 14 9 4 5 6 56 3136
4 UC-4 8 12 9 11 4 4 12 60 3600
5 UC-5 6 13 10 9 6 10 10 64 4096
6 UC-6 10 6 9 7 5 7 10 54 2916
7 UC-7 9 8 8 8 7 10 13 63 3969
8 UC-8 8 7 6 5 5 10 12 53 2809
9 UC-9 5 10 5 10 4 6 14 54 2916
10 UC-10 10 5 5 11 6 8 11 56 3136
11 UC-11 4 15 7 12 4 4 5 51 2601
12 UC-12 10 10 9 14 4 10 6 63 3969
13 UC-13 10 8 10 5 5 9 9 56 3136
14 UC-14 8 6 8 9 6 5 10 52 2704
15 UC-15 8 9 12 8 7 7 8 59 3481
16 UC-16 7 11 6 10 4 8 8 54 2916
17 UC-17 9 12 15 11 9 10 12 78 6084
18 UC-18 5 5 10 13 5 9 10 57 3249
19 UC-19 10 9 11 5 4 9 12 60 3600
20 UC-20 10 8 12 4 4 10 14 62 3844

201
21 UC-21 10 13 14 10 11 7 12 77 5929
22 UC-22 7 14 9 15 6 6 11 68 4624
23 UC-23 10 12 7 15 4 4 13 65 4225
24 UC-24 6 9 8 7 5 8 15 58 3364
25 UC-25 5 5 5 7 5 9 10 46 2116
26 UC-26 9 8 4 11 4 10 5 51 2601
27 UC-27 9 10 7 4 6 7 4 47 2209
28 UC-28 10 15 9 6 18 9 10 77 5929
1696 105212

∑X 225 280 250 263 173 216 289


∑𝑋 50625 78400 62500 69169 29929 46656 83521
∑Y 1696 1696 1696 1696 1696 1696 1696
∑𝑌
Validitas

105212 105212 105212 105212 105212 105212 105212


∑XY 13795 17485 15595 16236 11085 13132 17884
r 0,32294802 0,6365143 0,6092045 0,3550078 0,729446 0,091410797 0,4807691
r tabel 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374
kriteria invalid valid valid invalid valid invalid valid

σi² 3,96164021 10,148148 8,2169312 11,062169 10,30026 4,211640212 9,2632275


Reliabilitas

∑(σi²) 57,1640212
91,957672
N 28

202
N-1 27
0,39237949
r tabel 0,374
kriteria reliable
Taraf kesukaran

X bar 8,03571429 10,0000 8,9285714 9,3928571 6,178571 7,714285714 10,321429


Skor
max 10 15 15 15 20 10 15
P 0,80357143 0,6666667 0,5952381 0,6261905 0,308929 0,771428571 0,6880952
kriteria mudah sedang sedang sedang sukar mudah sedang

skor
max 10 15 15 15 20 10 15
D. Pembeda

Ma 8,71 11,71 10,43 10,21 7,50 7,93 11,43


Mb 7,36 8,29 7,43 8,57 4,86 7,50 9,21
D 0,14 0,23 0,20 0,11 0,13 0,04 0,15
kriteria cukup baik baik cukup cukup kurang baik cukup

Ma: rata-rata kelompok atas


Mb: rata-rata kelompok bawah

203
204

Soal pretest

Nama :
Kelas :
Waktu :
Materi : Pola Bilangan

PETUNJUK
Isilah soal-soal di bawah ini dengan cermat.
1. Pertanian merupakan sektor pencaharian yang mendominasi masyarakat
Samin. Slamet adalah warga masyarakat Samin sebagai seorang petani ketela.
Bisa dilihat pada gambar di bawah ini

Tanaman Ketela
Pada tahun ini Slamet memperoleh hasil panen sebesar 43 karung ketela.
Untuk membuat tepung ketela, hari pertama penggilingan menghabiskan 3
karung ketela, hari kedua menghabiskan 7 karung ketela, hari ketiga
menghabiskan 11 karung ketela maka hari keberapa Slamet menyelesaikan
proses penggilingan tersebut?

2. Dalam tradisi ngalungi sapi masyarakat Samin memotong tali yang


panjangnnya 4 meter menjadi dua bagian. Bisa dilihat pada gambar
205

Tradisi Ngalungi Sapi


Hasil potongan tersebut dipotong kembali menjadi dua dan seterusnya.
Banyak potongan tali setelah 8 kali proses pemotongan?

3. Pak sukir merupakan salah satu masyarakat Samin yang mempunyai mata
pencaharian bertani padi. Dapat dilihat pada gambar

Tanaman Padi tipe A Tanaman padi tipe B Tanaman padi tipe C

Pada panen kali ini, pak sukir menanam 3 jenis padi yaitu padi tipe A, tipe B
an tipe C. Setiap jenis padi membutuhkan waktu 1 hari untuk menyesaikan
proses pengeringan yang dimulai dari padi tipe A selanjutnya tipe B dan tipe
C. Pada tipe manakah yang selesai dikeringkan pada urutan ke 15?

4. Permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak masyarakat Samin


yaitu petak umpet. Dapat dilihat pada gambar
206

Permainan Petak Umpet


Bejo adalah anak dari masyarakat samin yang mana pada hari senin pagi bejo
dan kawan-kawan berkumpul untuk bermain permainan petak umpet yang
berjumlah 9 anak. Pada pukul 08.00 sudah ada 2 anak. Pukul 08.05
bertambah menjadi 4 anak, pukul 08.10 bertambah 6 anak. Pada pukul berapa
anak ke 10 berkumpul ditempat yang disepakati?
207

Jawaban soal pretest

1. D1: 43 karung ketela


Hari pertama 3 karung ketela
Hari kedua 7 karung ketela
Hari ketiga 11 karung ketela
D2: Hari keberapa Slamet menyelesaikan proses penggilingan tersebut?
D3:
Hari Jumlah karung ketela
1 3
2 7
3 11
4 15
5 19
6 23
7 27
8 31
9 35
10 39
11 43

2. D1: Potongan pertama yaiu 4 meter menjadi dua bagian


D2: Banyak potongan tali setelah 8 kali proses pemotongan?
D3:

3. D1: Padi tipe A


Padi tipe B
208

Padi tipe C
D2: Pada tipe manakah yang selesai dikeringkan pada urutan ke 15?
D3: Dikerjakan dengan menggunakan tabel
Pengeringan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
ke-
Klasa A B C A B C A B C A B C A B C
pandan

Dengan memperhatikan pola tersebut , maka dapat di tulis:


Padi tipe A: 1,4,7,10,13,...
Padi tipe B: 2.5.8.11.14,...
Padi tipe C: 3,6,9,12,15,...
Dengan melihat pola tersebut, ternyata urutan ke-15 adalah Padi tipe C
4. D1:
Pukul 08.00 08.05 08.10
Anak 2 4 6
D2: Pada pukul berapa anak ke 10 berkumpul ditempat yang disepakati?
D3:
Pukul 08.00 08.05 08.10 08.15 08.20
Anak 2 4 6 8 10
Penambahan 2 2 2 2 2
anak
209

Soal postest

Nama :
Kelas :
Waktu :
Materi : Pola Bilangan

PETUNJUK
Isilah soal-soal di bawah ini dengan cermat.
1. Klasa pandan merupakan kerajinan dari masyarakat suku Samin. Ada
beberapa jenis Klasa pandan yang bisa dibuat dan dikasih warna sesuai
permintaan. Seperti pada gambar di bawah ini

Tipe A Tipe B Tipe C


Jika dalam proses pengeringannya seorang pengerajin membutukan waktu
setiap 5 menit untuk menyelesaikan proses pengeringan Klasa pandan, yang
pertama Klasa pandan tipe A, kedua Klasa pandan tipe B, klasa Klasa pandan
tipe C. Maka Klasa pandan manakah yang dikeringkan pada urutan ke 15?

2. Salah satu permainan anak-anak suku Samin yaitu petak umpet, dalam
permainan tersebut memiliki rute tempat bermain yang teratur seperti gambar
di bawah ini
210

Dalam gambar tersebut menunjukan ada 4 rute yang terseda. Jika rute tempat
petak umpet tersebut selalu bertambah maka tentukan:
c. Banyak rute ke-8
d. Jumlah rute sampai rute ke-8
3. Pencaharian suku Samin didominasi oleh petani. Kliwon adalah salah satu
warga masyarakat suku Samin yang berprofesi sebagai seorang petani jagung.
Bisa dilihat pada gambar di bawah ini

Tanaman Jagung
Pada tahun ini Kliwon memperoleh hasil panen sebesar 50 karung jagung.
Untuk membuat tepung jagung, hari pertama penggilingan menghabiskan 2
karung jagung, hari kedua menghabiskan 6 karung jagung, hari ketiga
menghabiskan 10 karung jagung maka hari keberapa Kliwon menyelesaikan
proses penggilingan tersebut?

4. Dalam upacara adat brukohan atau suronan, masayarakat Samin berkumpul


untuk syukuran dan berdoa. Bisa diliat pada gambar
211

Tradisi Suronan

Ditempat perkumpulan sudah disusun kursi dengan baris paling depan terdiri
dari 12 buah kursi, baris kedua berisi 14 buah kursi, baris ketiga berisi 16
buah dan seterusnya. Banyak kursi pada baris ke 20 adalah?
212

Jawaban soal postest

1. D1: Klasa A
Klasa B
Klasa C
D2: Klasa pandan manakah yang selesai dikeringkan pada urutan ke 15?
D3: Dikerjakan dengan menggunakan tabel
Pengeringan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
ke-
Klasa A B C A B C A B C A B C A B C
pandan

Dengan memperhatikan pola tersebut , maka dapat di tulis:


Klasa A: 1,4,7,10,13,...
Klasa B: 2.5.8.11.14....
Klasa C: 3,6,9,12,15,...
Dengan melihat pola tersebut, ternyata urutan ke-15 adalah Klasa pandan tipe
C
2. D1: rute 1 =1 jalan, rute 2 =2 jalan, rute 3=4, rute 4=8
D2: a. Banyak rute ke-8
b. Jumlah rute sampai rute ke-8
D3: Dengan tabel
Rute ke- Jalan Total jalan
1 1 1
2 2 3
3 4 7
4 8 15
5 16 31
6 32 63
7 64 127
8 128 255

Jadi, banyak rute ke-8=128 dan jumlah rute sampai rute ke-8=255
213

3. D1: 50 karung jagung


Hari pertama 2 karung jagung
Hari kedua 6 karung jagung
Hari ketiga 10 karung jagung
D2: Hari keberapa andi menyelesaikan proses penggilingan tersebut?
D3:
Hari Jumlah karung jagung
1 2
2 6
3 10
4 14
5 18
6 22
7 26
8 30
9 34
10 38
11 42
12 46
13 50
4. D1: Baris pertama ada 12 kursi
Baris kedua ada 14 kursi
Baris ketiga 15 kursi
D2: Banyak kursi pada baris ke 20 adalah?
D3:
( )
( )
( )

kursi
Hasil angket respon siswa kelas eksperimen

214
Hasil observasi

HASIL OBSERVASI ARTEFAK DAN AKTIFITAS MASYARAKAT SUKU SAMIN

Budaya dan Indikator yang


bentuk Etnomate diamati (aspek yang Deskripsi hasil penelitian Prediksi Matematika
matika dikaji)
Aktivitas
Tarian Busana Tidak ada Tidak ada
Musik Tidak ada
Susunan Tidak ada
Gerakan Tidak ada
Aksesoris Tidak ada
Jumlah penari Tidak ada
Upacara adat Perlengkapan upacara 1. Pakaian serba hitam, menyediakan tumpeng serta Bentuk geometri bangun
adat dilaksanakan untuk menyambut datangnya bulan suro datar dan bangun ruang,
2. Tumpeng dan makanan tradisional. Pola bilangan
3. Ketupat, pecut, meja

215
4. Alat pertanian seperti sabit dan cangkul.
5. Lamaran tanpa mas kawin dan perantara.
waktu Bulan suro, Sedekah bumi atau Gas Deso dilaksanakan
pada jumat wage, Tradisi Ngalungi sapi dilaksanakan 3
kali setahun pada saat laboh (musim hujan persiapan
bercocok tanam), bakda tandur (sesudah tanam), bakda
panen (sesudah panen), Jamasan atau memandikan alat
pertanian dilaksanakan pada saat menjelang hari Raya Idul
Fitri tepatnya malam takbiran, perkawinan dilakukan dihari
baik sesuai kesepakatan kedua belah pihak, Upacara
campur bawur (tolak balak) dilakukan pada pergantian
musim atau pancaroba (hujan pertama).
Permainan Aturan 1. Cara bermain Jamuran sangatlah sederhana. Diawali Pola bilangan, bentuk
tradisional dengan hompimpa untuk menentukan siapa yang harus geometri bangun datar
jaga. Yang kalah hompimpa harus berada di lingkaran dan bangun ruang
(boleh duduk boleh berdiri), lantas sisanya membuat
lingkaran besar sambil bergandengan tangan dengan
bernyanyi ―jamuran ya gege thok ya jamur apa ya gege
jamur gajih mbejijih sa ora-ora sira mbadhe jamur apa‖

216
(berjamur hanya gege jamur apa hanya gege jamur beras
mbejijih dilapangan kamu mau jamur apa).
2. Pada umumnya permainan ini khususnya di Indonesia
terdiri dari 14 lubang dan 2 lubang besar. Permainan ini
dimainkan oleh 2 orang dimana 1 orang berkuasa pada 7
lubang kecil dan 1 lubang besar di sebelah kanannya.
Cara bermainnya pun mudah, awalnya mengisi 7 biji di
setiap lubang kecil dengan total 98 buah biji, lalu
dimulailah permainannya. Mengambil biji tersebut lalu
dipindahkan dari lubang kecil ke lubang kecil yang
lainnya, naruh satu demi satu di setiap lubang kecil dan
di lubang besar. Hingga permainan pun berakhir kalau
biji yang berjumlah 98 buah itu telah habis dimasukkan
ke lubang besar semuanya.
3. Permainan petak umpet dilakukan oleh anak-anak
minimal tiga orang yang kalah harus berjaga dipohon
dinding, tiang dan lain sebagainya sedangkan yang
lainnya bersembunyi. Bagi yang jaga harus mencari
pemain yang bersembunyi dan saat ketemu harus

217
menyebutkan nama pemain tersebut yang artinya
pemain itu telah gugur.
Jumlah pemain 1. Permainan jamuran minimal dimainkan dengan 3 orang
2. Permainan dakon dilakukan oleh dua orang.
3. Dalam permainan petak umpet terdapat minimal tiga
orang
Alat yang digunakan 1. Permainan jamuran tidak menggunakan alat melainkan
langsung dimainkan pemain.
2. Alat yang digunakan yaitu terbuat dari bahan kayu yang
telah diberi cekungan berjumlah tujuh cekungan atau
membuat tujuh cekungan dipermukaan tanah.
3. Tiang, dinding, pohon dan sebagainya
Kegiatan bertani Alat yang digunakan bertani oleh masyarakat Samin
Alat yang digunakan
meliputi cangkul, arit, penumbuk
Untuk padi kisaran 4-5 bulan sedangkan ketelah dan Bentuk geometri bangun
waktu
jagung hanya membutuhkan kisaran 2-3 bulan. datar dan bangun ruang
Biaya untuk bertani tergantung pada hasil dan proses pola bilangan
biaya perawatannya jdi tidak dapat ditentukan berapa biaya
bertani.

218
Mengukur hasil panen biasanya menggunakan
Pengukuran hasil
perbandinagn antara modal awal brupa pembelian
panen
bibit,pupuk, dsb dengan hasil panen yang didapat.
Kegiatan Jenis hewan yang
Sapi, kambing Pola bilangan
beternak diternakan
Kegiatan Alat yang digunakan Tidak ada
melaut/ Tidak ada
nelayan waktu Tidak ada

Artefak
Bangunan Dalam masayarakat Samin memiliki bangunan rumah
Jenis bangunan
berbentuk bekuk lulang.
Bentuk bangunan rumah bekuk lulang berbentuk mujur. Bentuk geometri bangun
Bangunan berarsitektur Jawa bersifat terbuka atau tanpa datar dan bangun ruang,
Bagian-bagian sekat-sekat kususnya bentuk dari rumah bekuk lulang pola bilangan
bangunan berbentuk mujur. Pada arsitektur Jawa, penaung/peneduh
muncul berupa empyak/payon: usuk. Soko, papan.
Cara membangun Dalam masyarakat Samin dalam membangun rumah secara

219
hotong royong. Tampilan rumah, Griya Jawa memberikan
sebutan yang tersendiri dan semuanya diambil dari ciri-ciri
manusia yakni jaler-estri (lelaki-perempuan) atau enem-
sepuh (muda-tua) tampilan yang cendereung berkesan
meninggi atau menulang dan ramping dikatakan sebagai
penampilan yang jaler (lelaki) atau enem (muda)
sedangkan yang merendah dan tidak ramping dikatakan
sebagai estri (perempuan atau sepuh (tua).
Semua hari baik kecuali hari gekblak orang tua (hari
Waktu membangun meninggalnya orng tua, bulan sela. Selain itu bisa
membangun dibulan suro, bulan besar.
Ketahanan rumah bisa dikatakan seumur hidup. Bahan-
Ketahanan bangunan
bahan yang digunakan sangatlah kuat yaitu pohon jati.
Anyaman Jenis anyaman Anyaman di masyarakat Samin adalah klasa pandan.
Bentuk Klasa pandan berbentuk persegi dan persegi panjang.
Bangun datar
Ukurannya ada dua kecil dan besar tetapi bentuknya
Ukuran
persegi dan persegi panjang.
Cara menganyam Klasa pandan ini terbuat dari anyaman daun pandan berduri

220
yang sudah disuir, dihaluskan dan dikeringkan lalu
dianyam dengan anyaman menyilang.
Klasa pandan tidak memiliki bahan–bahan lain sebagai
Motif perlengkapan
aksesoris.
Tenunan Baju khas Samin bermotif potong Jawa berwarna
irang/hitam yang memiliki arti bahwa manusia itu tidak
Motif tenunan lepas dari dosa. Sedangkan ikat (blangkon) yang berwarna
polos item atau lireng kuning dan celana kompreng yang
digunkan masyarakat Samin.
Bahan yang digunakan adalah bahan sederhana dan tidak Bentuk bangun datar dan
Bahan
terbuat dari bahan mahal penting yang berwarna hitam. pola bilangan
Alat tenun Masayarakat Samin tidak memiliki alat tenun khusus.
Masyarakat Samin tidak menenun tetepi langsung membeli
Proses menenun
kain dipasar.
Biaya Rp. 250.000
Semua hari baik kecuali hari geblak orang tua (hari
Waktu
kematian orang tua).

221
Hasil wawancara

DESKRIPSI WAWANCARA TAHAP EKSPLORASI

Deskripsi
No Pertanyaan Deskripsi Jawaba
Pengamatan
Pertanyaan inti
a. Tari tradisional
Apa saja tarian yang ada dan sering Suku samin tidak memiliki tarian tradisional .
1 Jenis tarian
ditarikan oleh masyarakat?
Apa tujuan dari tarian-tarian tersebut? Tidak ada
Apakah memiliki makna atau hanya
2 Filosofi
sekedar dimasukan untuk mengisi
waktu luang dan bersenang-senang?
Kapan tarian-tarian tersebut Tidak ada
ditampilkan?
3 Aturan
Apakah ada aturan yang menentukan
kapan tarian tersebut ditampilkan?

222
Bahasa apakah yang digunakan bila Tidak ada
4 Busana
akan menampilkan setiap jenis tarian?
Alat music dan lagu apa yang Tidak ada
5 Musik digunakan dalam mengiringi masing-
masing tarian?
Lagu apa yang digunakan dalam Tidak ada
6 Lagu
mengiringi masing-masing tarian?
Bagaimana susunan dari para penari? Tidak ada
7 Susunan
Apakah ada aturan khusus?
Bagaimana pola gerakan dari setiap Tidak ada
8 Gerakan
tarian?
Aksesoris apa yang melengkapi Tidak ada
9 Aksesoris
busana yang digunakan?
Jumlah Adakah batasan dalam keikutsertaan Tidak ada
10
penari sebuah tarian?
Bahasa/ istilah apa yang digunakan Tidak ada
11 Bahasa dalam tarian-tarian tersebut?
Bagaimana menyebut nama dari

223
masing-masing tarian?
b. Upacara adat
Apa saja jenis upacara yang sering Suronan, sedekah bumi, ngalungi sapi, jamasan, ngantenan, campur
1 Jenis upacara
dilaksanakan masyarakat? bawur
1. Suronan atau brukohan masyarakat Sedulur Sikep Samin sembari
mengenakan pakaian serba hitam, warga berkumpul menggelar acara
syukuran. Dalam syukuran tersebut, masyarakat Samin juga berdoa
bersama agar mendapat kelancaran rezeki, keamanan dan kesehatan.
2. Sedekah bumi atau Gas Deso dilaksanakan pada jumat wage, para
warga Sedulur Sikep akan membuat tumpeng serta jajanan dan
makanan tradisional serta dilaksanakan ditempat seperti waduk,
Apa makna dari setiap upacara adat
2 Filosofi sumur, balai desa, makam sesepuh dan tempat yang disepakati oleh
yang dilakukan?
masyarakatnya. Pada intinya sedekah bumi adalah menghargai,
mensyukuri dan menghormati tanah serta sedekah bumi merupakan
acara untuk mengucapkan dan mencurahkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas nikmat dan karunia yang diberikan.
3. Tradisi Ngalungi sapi ini bertujuan untuk mendoakan agar diberi
keselamatan, tradisi ini dilaksanakan 3 kali selama kurang lebih

224
setahun pada saat laboh (musim hujan persiapan bercocok tanam),
bakda tandur (sesudah tanam), bakda panen (sesudah panen). Inti dari
tradisi ini memohonkan keselamatan sapi yang merupakan kekayaan
(rojo koyo) bagi masyarakat Samin
4. Jamasan atau memandikan alat pertanian dilakukan untuk
membersihkan alat pertanian seperti cangkul, arit, bendo (golok)
ganco. Upacara ini dilaksanakan pada saat menjelang hari Raya Idul
Fitri tepatnya malam takbiran, tujuannya agar peralatan pertanian tetap
berfungsi dengan baik dalam bercocok tanam.
5. Menurut ajaran kesaminan, perkawinan adalah wadah prima bagi
manusia untuk belajar karna melalui lembaga ini kita dapat menekuni
ilmu kesunyatan. Bukan saja karena perkawinan nanti membuahkan
keturunan yang akan meneruskan sejarah hidup tetapi juga karena
sarana ini menegaskan hakekat ketuhanan, hubungan antara pria dan
wanita, rasa sosial dan kekeluargaan, dan tanggungjawab. Selanjutnya
pada dasarnya adat perkawinan yang berlaku dalam masyarakat Samin
adalah endogami yaitu pengambilan jodoh dalam kelompok sendiri
dan menganut prinsip monogami. Dalam pola perkawinan ini yang
dipandang ideal adalah istri cukup hanya satu untuk selamanya: bojo

225
siji kanggo selawase kanggo turun temurun.sebagai landasan
berlangsungnya perkawinan adalah kesepakatan antara seorang laki-
laki dengan seorang perempuan. Kesepakatan ini merupakan ikatan
mutlak dalam lembaga perkawinan masyarakat Samin.
6. Upacara campur bawur (tolak balak) dilakukan pada pergantian musim
atau pancaroba (hujan pertama). Tolak balak atau campur bawur juga
dilakukan oleh masyarakat yang pendukuhannya dilewati sungai,
seperti Kelopo duwur, Sumengko dan Wotrangkul. Tradisi ini
dilakukan masyarakat yang tinggal ditepi hutan seperti komunitas
Sikep di Karangpace tujuannya untuk mengusir binatang buas.
1. Suronan dalam masyarakat Samin berpakaian serba hitam dan mereka
berkumpul bersama. Pada umumnya mereka menyuguhkan tumbeng
yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah warga kemudian terdapat
sajian lainnya seperti botok, nasi jagung, urap, ikan asin,buah-buahan
Bagaimana tata cara pelaksanaan dan bubur 4 warna sebagai lambang 4 penjuru arah manusia. Kamu
3 Tata cara
masing masing upacara adat tersebut? juga akan menemukan makanan yang diolah dari ayam, kambing atau
sapi.
2. Para warga Sedulur Sikep akan membuat tumpeng serta jajanan dan
makanan tradisional, serta dilanjutkan berdoa bersama. Upacara

226
tersebut akan dilaksanakan ditempat seperti waduk, sumur, balai desa,
makam sesepuh dan tempat yang disepakati oleh masyarakatnya.
3. Upacara Ngalungi sapi dilakukan dengan pada hari selasa kliwon serta
dilakukan pada sore hari sewaktu sapi pulang dari sawah atau tempa
mencari makan/hutan. Caranya sapi yang baru sampai rumah diberi
ketupat dengan menempelkan kupat dimulutnya dan pecut (terbuat dari
jalur) ditempelkan di buntu sapi lalu kupat dan sayur diiris-iris
dicampurkan kemakanan sapi dan lainnya dimakan keluarga.
4. Alat pertanian seperti sabit dan cangkul di siapkan lalu dibersihkan
satu persatu.
5. Perkawinan dimulai dengan lamaran dan prai lamaran. Prai lamaran
mrupakan persesuaian paham antara pihak lelaki dan orang tua
perempuan antara sijejaka dan sigadis, baru sesudah itu meningkat
kesatu tingkatan yang lebih maju lagi yang biasa disebut oleh orang
sekarang lamaran. Lamaran dan prai lamaran dilalui dengan jalan yang
biasa saja dan tidak berliku-liku. Cukup diselesaikan oelh orang tua
lelaki dengan orang tua sigadis saja ataupun adakalanya hanya diurus
langsung oleh sijejaka dan sigadis yang bersangutan sendiri.
Masyaralat Samin tidak mengenal telangkai atau perantara untuk

227
menghubungkan perkawinan anaknya. Sesudah antara orang tua
silelaki dengan orang tua siperempuan atau sijejaka dan sigadis
bersesuaian paham maka itu berarti sudah terikat dalam suatu
pertunangan dan berarti pula sudah dilaluinya masa peminangan atau
pelamaran. Kesepakatan itu terwujud apabila calon suami dan istri
saling menyatakan podo demene (saling suka, sama suka). Pernyataan
ini bukan sekedar ucapan, tetapi diikuti dengan bukti tindakan dengan
melakukan hubungan sexual. Selesai melakukan hubungan sexual,
laki-laki calon suami memberitahukan orang tua sigadis calon istri.
Hal itu dilakukan setelah orang tua laki-laki melamar kepada keluarga
pihak perempuan dan terima.
6. Pelaksanaan disesuaikan dengan hari kelahiran pendukuhan untuk
Kelopo duwur dilaksanakan pada hari kamis pon, Wotrangkul pda hari
jumat wage dengan menyelenggarakan tayuban disendang. Badong
geneng/badong kidul elaksanaannya pada hari rebo wage bertempat
disendang dan menyelenggarakan tayuban.
1. Masyarakat Samin berkumpul dalam satu tempat dengan pakaian serba
Bagaimana aturan yang harus
hitam, menyediakan tumpeng serta dilaksanakan untuk menyambut
4 Aturan dipenuhi dalam pelaksanaan masing-
datangnya bulan suro.
masing upacara adat?

228
2. Dalam menyelenggarakan Sedekah bumi komunitas Sedulur Sikep
membaur dengan masyarakat pedukuan. Kegiatan ini dilakukan pda
hari selasa pahing tepatnya dibulan sela atau apit.
3. Ketupat beserta perlengkapannya diletakkan dimeja, dikelilingi oleh
keluarga atau siapa saja boeh mengikuti untuk menyakskan dan
menghiakan apa yang diucapkan pemimpin yang dalam komunitas
Sikep disebut kabul atau tanduk. Kalimat kabul diucapkan dengan
bahasa Jawa. Selesai dikabulkan kupat dimakan bersama.
4. Dilaksanakan pada saat menjelang hari Raya Idul Fitri tepatnya malam
takbiran
5. Adat perkawinan yang berlaku dalam masyarakat Samin adalah
endogami yaitu pengambilan jodoh dalam kelompok sendiri dan
menganut prinsip monogami. Dalam pola perkawinan ini yang
dipandang ideal adalah istri cukup hanya satu untuk selamanya: bojo
siji kanggo selawase kanggo turun temurun.sebagai landasan
berlangsungnya perkawinan adalah kesepakatan antara seorang laki-
laki dengan seorang perempuan. Kesepakatan ini merupakan ikatan
mutlak dalam lembaga perkawinan masyarakat Samin.
6. Upacara dilakukan ditempat yang telah disepakati oleh masyarakat

229
Suku Samin atua Sedulur Sikep dan waktu pelaksanaannya dilakukan
sesuai dengan kelahiran pedukuhan masing-masing.
1. Pakaian hitam, blangkon.
2. Tidak ada aksesoris khusus dalam upacara tersebut.
3. Tidak ada aksesoris khusus dalam upacara tersebut.
6 Aksesoris Aksesoris apa saja yang digunakan?
4. Tidak ada aksesoris khusus dalam upacara tersebut.
5. Tidak ada mas kawin.
6. Tidak ada aksesoris khusus dalam upacara tersebut.
6. Pakaian serba hitam, menyediakan tumpeng serta dilaksanakan untuk
menyambut datangnya bulan suro
7. Tumpeng dan makanan tradisional.
Perlengkapan Perlengkapan apa saja yang 8. Ketupat, pecut, meja
7
upacara adat diperlukan? 9. Alat pertanian seperti sabit dan cangkul.
10. Lamaran tanpa mas kawin dan perantara.
11. Sarana upacara nasi uduk dicampur apem disebar/ditaruh dipojok-
pojok lahan garapan, pertigaan atau perempatan jalan
Bahasa apa yang digunakan? Masyarakat Samin menggunakan bahasa Jawa Ngoko
Bahasa dan
8 Apa maksud dari perkataan-perkataan
maksud
dan tindakan yang ada?

230
c. Permainan tradisional
Apa saja permainan yang ada dan Suku samin memiliki beberapa permainan tradisional yang meliputi
Jenis
1 sering dimainkan oleh masyarakat jamuran, dakon (congkak), delikan atau petak umpet
permainan
khususnya anak anak?
1. Permainan jamuran biasanya disuguhkan untuk menyambut tamu atau
wisatawan yang berkunjung, biasanya dilakukan oleh anak-anak
setempat.
2. Dalam permainan tradisional ini banyak manfaat yang bisa didapatkan
atau mempunyai nilai filosofi yang baik seperti melatih untuk
memberanikan diri bersikap sportif, berbuat jujur dan ahli strategi biar
Apa tujuan dari permainan tersebut? tidak berhenti di lubang kosong karena kalau berhenti di lubang
Apakah memiliki makna atau hanya kosong kita akan mati. Tidak hanya itu saja manfaat yang didapat,
2 Filosofi
sekedar dimainkan untuk mengisi ternyata ada filosofi yang menarik dalam permainan dakon tersebut.
waktu luang dan bersenang-senang? Terdapat 14 lubang kecil yang mana bagian atas berjumlah 7 lubang
begitupula bagian bawah berjumlah 7 lubang. 7 lubang tersebut yang
menandakan jumlah hari dalam setiap minggunya, lalu ketika
menjalankan biji demi bijinya ternyata terkandung bahwa kita dituntut
untuk terus beraktivitas di setiap harinya supaya kita berbagi (sedekah)
terhadap lingkungan kita ataupun bersedekah juga kepada lawan

231
(musuh). Tak lupa juga mengajari kita untuk menabung di lubang
besar.
3. Permainan petak umpet mengajarkan kejujuran, berani,
tanggungjawab.
1. Cara bermain Jamuran sangatlah sederhana. Diawali dengan
hompimpa untuk menentukan siapa yang harus jaga. Yang kalah
hompimpa harus berada di lingkaran (boleh duduk boleh berdiri),
lantas sisanya membuat lingkaran besar sambil bergandengan tangan
dengan bernyanyi ―jamuran ya gege thok ya jamur apa ya gege jamur
gajih mbejijih sa ora-ora sira mbadhe jamur apa‖ (berjamur hanya
Kapan permainan tersebut gege jamur apa hanya gege jamur beras mbejijih dilapangan kamu mau
dimainkan? jamur apa).
3 Aturan
Apakah ada aturan yang menentukan 2. Pada umumnya permainan ini khususnya di Indonesia terdiri dari 14
kapan dimainkan? lubang dan 2 lubang besar. Permainan ini dimainkan oleh 2 orang
dimana 1 orang berkuasa pada 7 lubang kecil dan 1 lubang besar di
sebelah kanannya. Cara bermainnya pun mudah, awalnya mengisi 7
biji di setiap lubang kecil dengan total 98 buah biji, lalu dimulailah
permainannya. Mengambil biji tersebut lalu dipindahkan dari lubang
kecil ke lubang kecil yang lainnya, naruh satu demi satu di setiap

232
lubang kecil dan di lubang besar. Hingga permainan pun berakhir
kalau biji yang berjumlah 98 buah itu telah habis dimasukkan ke
lubang besar semuanya.
3. Permainan petak umpet dilakukan oleh anak-anak minimal tiga orang
yang kalah harus berjaga dipohon dinding, tiang dan lain sebagainya
sedangkan yang lainnya bersembunyi. Bagi yang jaga harus mencari
pemain yang bersembunyi dan saat ketemu harus menyebutkan nama
pemain tersebut yang artinya pemain itu telah gugur.
1. Permainan jamuran minimal dimainkan dengan 3 orang
Jumalah Adakah batasan dalam jumlah
4 2. Permainan dakon dilakukan oleh dua orang.
pemain pemain?
3. Dalam permainan petak umpet terdapat minimal tiga orang
1. Permainan jamuran tidak menggunakan alat melainkan langsung
dimainkan pemain.
Alat yang Alat apa saja yang digunakan dalam 2. Alat yang digunakan yaitu terbuat dari bahan kayu yang telah diberi
5
digunakan setiap permainan? cekungan berjumlah tujuh cekungan atau membuat tujuh cekungan
dipermukaan tanah.
3. Tiang, dinding, pohon dan sebagainya
1. Permainan tanpa menggunakan alat melainkan hanya pemain.
Pembuatan
6 Bagaimana membuat alat permainan? 2. Permainan ini membutuhkan benda yang terbuat dari kayu yang
alat

233
dimana kayu tersebut diberi lubang berjumlah 14 atau mebuat lubang
di permukaan tanah sebagai wadah pengganti.
3. Tergantung media yang digunakan misal pohon.
Bahasa apa yang digunakan? Bahasa yang digunakan adalah bahaja Jawa ngaka
7 Bahasa Bagaimana dengan penyebutan dan
pengertianbahasa yang digunakan?
d. Kegiatan bertani
Petani Samin menanam tanaman padisebagai salah satu tanaman yang
wajib ditanam. Selain padi ada juga yang menanam ketela dan jagung.
Dalam bertani, Petani Samin juga diatur oleh Adat yaitu tidak boleh
Bagaimana memilih lahan dan menjual seluruh hasil panennya. Setelah panen mereka akan menyimpan
1 Jenis lahan
tanaman yang akan ditanam? hasil panennya untuk digunakan konsumsi keluarga dan digunakan
sebagai sumbangan jika ada masyarakat Samin lainnya sedang hajatan
perkawinan atau sunatan. Dalam bercocok tanam bergantung pada
musiman tidak memiliki aturan khusus di dalamnya.
Apa saja alat yang digunakan dalam Alat yang digunakan bertani oleh masyarakat Samin meliputi cangkul,
kegiatan bertani masyarakat? arit, penumbuk padi. Alat pertanian suku Samin diunakan dalam
Alat yang
2 Bagaimana membuat dan pertanian pda umumnya misal cangkul digunakan untuk menggemburkan
digunakan
menggunakannya? tanah/melunakan tanah, arit digunakan untuk memotong rumput serta

234
Apakah membeli atau dibuat sendiri? tumbuk padi digunakan untuk memisahkan padi dengan kulitnya yang
biasa kita sebut beras. Alat tersebuttidak dibuat sendiri melainkan beli
dipasar.
Lahan yang digunakan untuk menanam padi disiapkan terlebih dahulu
Bagaimana pengolahan lahan
3 Pengolahan dengan cara mencangkul sawah setelah itu baru mulai menanam bibit
pertanian?
padi dan untuk jagung, ketelah prosesnya sama.
Berapa lama waktu yang diperlukan Untuk padi kisaran 4-5 bulan sedangkan ketelah dan jagung hanya
4 waktu mulai dari mengolah lahan sampai membutuhkan kisaran 2-3 bulan.
masa panen setiap tanaman?
Bagaimana dengan kisaran biaya Biaya untuk bertani tergantung pada hasil dan proses perawatannya jdi
5 biaya
dalam kegiatan bertani masyarakat? tidak dapat ditentukan berapa biaya bertani.
Apa istilah atau pengertian yang Tidak ada istilah khusus dalam kegiatan bertani biasa menggunakan
6 bahasa
digunakan dalam kegiatan bertani? bahasa Jawa Ngaka.
Mengukur hasil panen biasanya menggunakan perbandinagn antara
Pengukuran Bagaimana cara mengukur hasil
7 modal awal brupa pembelian bibit,pupuk, dsb dengan hasil panen yang
hasil panen panen?
didapat.
e. Kegiatan beternak
Jenis hewan Apa saja hewan yang sering Sapi, kambing
1
yang diternakan?

235
diternakan
Pengukuran Bagaimana cara mengukur besar Pengukuran hewan ternak tidakada pengukuran khusus.
2
hewan kecilnya hewan?
f. Kegiatan melaut
Alat yang Alat dan perlengkapan apa saja yang Tidak ada
1
digunakan digunakan dalam melaut?
Berapa lama waktu yang digunakan Tidak ada
2 waktu
untuk berlayar?
Bahasa/ Apakah ada istilah yang digunakan Tidak ada
3
istilah dalam kegiatan melaut tersebut?
g. Bangunan
Jenis Bangunan apa saja yang ada dalam Dalam masayarakat Samin memiliki bangunan rumah berbentuk bekuk
1
bangunan masyarakat? lulang.
Rumah model bekuk lulang merupakan salah satu jenis dari Dapur Griya
(isu yang berhubungan dengan sistem struktur kerangka bangunan serta
Bagaimana filosofi dari setiap
2 Filosofi dengan rupa bangunan). Dapur Griya merupakan salah satu jenis
bangunan
Kaweruh Griya yang artinya naskah terhadap awam merupakan
perkenalan akan ―lingkungan binaan Jawa‖ sedangkan bagi para

236
Undhagi mrupakan pengkayaan pengetahuan.
Fungsi Bangunan berarsitektur Jawa bermakna sebagai tempat berteduh.
3 Apa fungsi dari setiap bangunan?
bangunan
Apa saja bagian-bagian dari setiap Bangunan berarsitektur Jawa bersifat terbuka atau tanpa sekat-sekat
Bagian
bangunan? kususnya bentuk dari rumah bekuk lulang berbentuk mujur. Pada
4 bagian
Bagaimana penyebutannya dan arti arsitektur Jawa, penaung/peneduh muncul berupa empyak/payon: usuk.
bangunan
dari setiap bangunan tersebut? Soko, papan.
Dalam masyarakat Samin dalam membangun rumah secara gotong
royong. Tampilan rumah, Griya Jawa memberikan sebutan yang
tersendiri dan semuanya diambil dari ciri-ciri manusia yakni jaler-estri
Bagaimana cara membangun dan
Cara (lelaki-perempuan) atau enem-sepuh (muda-tua) tampilan yang
5 bagaimana menentukan setiap bagian
membangun cendereung berkesan meninggi atau menulang dan ramping dikatakan
dari bangunan tersebut?
sebagai penampilan yang jaler (lelaki) atau enem (muda) sedangkan yang
merendah dan tidak ramping dikatakan sebagai estri (perempuan atau
sepuh (tua).
Waktu Semua hari baik kecuali hari gekblak orang tua (hari meninggalnya orng
Berapa lama waktu yang dibutuhkan
6 membangun tua, bulan sela. Selain itu bisa membangun dibulan suro, bulan besar.
dalam membuat sebuah bangunan?

237
Bahan apa saja yang dibutuhkan Bahan yang dibutuhkan adalah papan dari pohon jati, genteng, soko.
dalam membangun? Kayu jati dipilih yang sudah mateng/tua (sekitar 25 tahun).
7 Bahan
Bagaimana memilih bahan agar
bertahan dalam waktu yang lama?
Berapa lama waktu yang dibutuhkan Ketahanan rumah bisa dikatakan seumur hidup. Bahan-bahan yang
sebuah bangunan sebelum diperbaiki digunakan sangatlah kuat yaitu pohon jati.
Ketahanan
8 ataudirobohkan?
bangunan
Bagaimana dengan ketahanan bahan-
bahan yang digunakan?
h. Anyaman
Jenis Apa saja anyaman yang dihasilkan Anyaman di masyarakat Samin adalah klasa pandan.
1
anyaman masyarakat?
Bagaimana bentuk dari setiap jenis Klasa pandan berbentuk persegi dan persegi panjang.
2 Bentuk
anyaman?
Fungsi dan Apa saja fungsi dan kegunaan dari Digunakan sebagai alas sesaji untuk acara-acara adat didesa.
3
kegunaan setiap anyaman?
Ukurannya ada dua kecil dan besar tetapi bentuknya persegi dan persegi
4 Ukuran Bagaimana dengan ukuran anyaman?
panjang.

238
Bagaimana cara menganyam? Klasa pandan ini terbuat dari anyaman daun pandan berduri yang sudah
Cara
5 Apa saja aturan yang harus ditaati disuir, dihaluskan dan dikeringkan lalu dianyam dengan anyaman
menganyam
dalam menganyam? menyilang.
Bahan Bahan utama klasa pandan adalah daun pandan. Pemilihan bahan utama
Bahan apa saja yang digunakan?
(pemilihan tersebut haruslah masih segar dan memiliki tekstur yang bagus.
6 Bagaimana memilih dan menyiapkan
dan
bahan sebelum dianyam?
penyiapan)
Berapa lama waktu yang dibutuhkan Dalam pembuatan anyaman klasa pandan biasanay dilakukan sebalaum
7 Waktu untuk menyelesaikan sebuah adanaya acara-acara adat.
anyaman?
Selain bahan dasar anyaman, bahan Klasa pandan tidak memiliki bahan–bahan lain sebagai aksesoris.
Motif apa saja yang dibutuhkan untuk
8
perlengkapan mempercantik dan menambah nilai
jual dari anyaman?
Bagaimana menyebut nama dari Dalam penyebutan biasanya menggunakan bahasa Jawa Ngaka yang
setiap anyaman? secara umum disebut Klasa pandan.
9 Bahasa Apakah nama yang diberikan untuk
masing-masing anyaman sesuai

239
dengan bentuk dan fungsinya atau
hanya penyebutan secara umum?
i. Tenunan
Masayarakat Samin tidak melakukan kegiatan tenun jadi tidak memiliki
Apa saja jenis tenunan yang
1 Jenis tenunan hasil tenun khas Samin tetapi memiliki aksesoris yang digunakan
dihasilkan oleh masyarakat?
masyarakat Samin berupa ikat (blangkon) dan baju khas Samin.
Baju khas Samin bermotif potong Jawa berwarna irang/hitam yang
Motif Bagaimana dengan motif dari setiap memiliki arti bahwa manusia itu tidak lepas dari dosa. Sedangkan ikat
2
tenunan tenunan? (blangkon) yang berwarna polos item atau lireng kuning dan celana
kompreng yang digunkan masyarakat Samin.
Bahan dasar apa saja yang digunakan Bahan yang digunakan adalah bahan sederhana dan tidak terbuat dari
3 Bahan dalam menenun? bahan mahal penting yang berwarna hitam.
Apakah ada tambahan lainnya?
Bagaimana bentuk masing-masing Masayarakat Samin tidak memiliki alat tenun khusus.
alat yang digunakan dalam menenun
4 Alat tenun
maupun dalam proses penyiapan
bahan?
Proses Apakah ada aturan atau perhitungan Masyarakat Samin tidak menenun tetepi langsung membeli kain dipasar.
5
menenun pukulan dalam menenun agar tenunan

240
yang dihasilkan tidak mudah robek?
Berapa banyak biaya yang digunakan Rp. 250.000
6 Biaya dalam menyelesaikan setiap satu buah
jenis tenunan?
Berapa lama waktu yang dibutuhkan Semua hari baik kecuali hari geblak orang tua (hari kematian orang tua).
7 Waktu dalam menyelesaikan sebuah
tenunan?
Aturan apa saja yang harus dipenuhi Tdak ada aturan khusus.
agar hasil tenunan bertahan lama dan
8 Aturan rapi?
Apakah alat-alat tenunan berpengaruh
pada hasil tenunan?
Bagaimana penamaan setiap tenunan Penyebutan baju khas Samin yaitu batik Samin (batik ireng/hitam).
9 Penyebutan
yang dihasilkan masyarakat?

241
242

Hasil aktivitas guru

Pertemuan 1
Nama : Faiz al ahadi
Pertemuan: 1
A. Petunjuk
1. Berilah penilaian anda dengan memberikan tanda cek (v) pada kolom
skor sesuai hasil pengamatan anda.
2. Berilah skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda.
3. Pedoman penilaian pemberian skor adalah sebagai berikut.
Skor Keterangan
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang Baik
1 Tidak Baik
4. Penilaian
No Aktivitas yang diamati Skor penilaian
1 2 3 4 5
Pendahuluan
1 Apersepsi: memperkenalkan diri dan v
menjelaskan sedikit banyaknya tahapan proses
pembelajaran (Bertanya)
Kegiatan inti
1 Membagi siswa dalam kelompok (masyarakat v
belajar)
2 Memberikan stimulus dengan menyajikan v
gambar yang terkait dengan konsep materi pola
bilangan (pemodelan) dan siswa diminta untuk
menjelaskan.
3 Menjelaskan konsep dengan contoh pada
materi pola bilangan (pemodelan, inkuiri,
kontruktivisme).
243

4 Melakukan tanya jawab konsep pola bilangan V


(bertanya).
5 Memberikan latihan tentang materi pola V
bilangan (pemodelan)
6 Melakukan diskusi (masyarakat belajar). V
7 Memberikan penilaian terhadap hasil kerja V
kelompok siswa (penilaian autentik)
Penutup
1 Evaluasi dalam pembelajaran (kontruktivisme, V
refleksi).

5. Kriteria Penilaian
Interval rata-rata skor Kriteria
̅ Tidak Baik
̅ Kurang Baik
̅ Cukup
̅ Baik
̅ Sangat Baik

6. Komentar/saran
........................................................................................................................
................................................................................... ....................................

Blora, 2019

FAIZ AL AHADI
NIM. 0401517008
244

Nama : Maryati, S.Pd


Pertemuan: 1
A. Petunjuk
1. Berilah penilaian anda dengan memberikan tanda cek (v) pada kolom
skor sesuai hasil pengamatan anda.
2. Berilah skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda.
3. Pedoman penilaian pemberian skor adalah sebagai berikut.
Skor Keterangan
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang Baik
1 Tidak Baik

4. Penilaian
No Aktivitas yang diamati Skor penilaian
1 2 3 4 5
Pendahuluan
1 Apersepsi: memperkenalkan diri dan V
menjelaskan sedikit banyaknya tahapan proses
pembelajaran (Bertanya)
Kegiatan inti
1 Membagi siswa dalam kelompok (masyarakat V
belajar)
2 Memberikan stimulus dengan menyajikan V
gambar yang terkait dengan konsep materi pola
bilangan (pemodelan) dan siswa diminta untuk
menjelaskan.
3 Menjelaskan konsep dengan contoh pada v
materi pola bilangan (pemodelan, inkuiri,
kontruktivisme).
4 Melakukan tanya jawab konsep pola bilangan V
245

(bertanya).
5 Memberikan latihan tentang materi pola V
bilangan (pemodelan)
6 Melakukan diskusi (masyarakat belajar). V
7 Memberikan penilaian terhadap hasil kerja V
kelompok siswa (penilaian autentik)

Penutup
1 Evaluasi dalam pembelajaran (kontruktivisme, V
refleksi).

5. Kriteria Penilaian
Interval rata-rata skor Kriteria
̅ Tidak Baik
̅ Kurang Baik
̅ Cukup
̅ Baik
̅ Sangat Baik

6. Komentar/saran
........................................................................................................................
......................................................................................................................
Blora, 2019
246

Pertemuan 2
Nama : Faiz al ahadi
Pertemuan: 2
A. Petunjuk
1. Berilah penilaian anda dengan memberikan tanda cek (v) pada kolom
skor sesuai hasil pengamatan anda.
2. Berilah skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda.
3. Pedoman penilaian pemberian skor adalah sebagai berikut.
Skor Keterangan
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang Baik
1 Tidak Baik

4. Penilaian
No Aktivitas yang diamati Skor penilaian
1 2 3 4 5
Pendahuluan
1 Apersepsi: memperkenalkan diri dan V
menjelaskan sedikit banyaknya tahapan proses
pembelajaran (Bertanya)
Kegiatan inti
1 Membagi siswa dalam kelompok (masyarakat V
belajar)
2 Memberikan stimulus dengan menyajikan V
gambar yang terkait dengan konsep materi pola
bilangan (pemodelan) dan siswa diminta untuk
menjelaskan.
3 Menjelaskan konsep dengan contoh pada V
materi pola bilangan (pemodelan, inkuiri,
kontruktivisme).
247

4 Melakukan tanya jawab konsep pola bilangan V


(bertanya).
5 Memberikan latihan tentang materi pola V
bilangan (pemodelan)
6 Melakukan diskusi (masyarakat belajar). V
7 Memberikan penilaian terhadap hasil kerja V
kelompok siswa (penilaian autentik)
Penutup
1 Evaluasi dalam pembelajaran (kontruktivisme, V
refleksi).

5. Kriteria Penilaian
Interval rata-rata skor Kriteria
̅ Tidak Baik
̅ Kurang Baik
̅ Cukup
̅ Baik
̅ Sangat Baik

6. Komentar/saran
........................................................................................................................
..................................................................................
Blora, 2019

FAIZ AL AHADI
NIM. 0401517008
248

Nama : Maryati, S.Pd


Pertemuan: 2
A. Petunjuk
1. Berilah penilaian anda dengan memberikan tanda cek (v) pada kolom
skor sesuai hasil pengamatan anda.
2. Berilah skor yang sesuai dengan hasil pengamatan anda.
3. Pedoman penilaian pemberian skor adalah sebagai berikut.
Skor Keterangan
5 Sangat Baik
4 Baik
3 Cukup
2 Kurang Baik
1 Tidak Baik

4. Penilaian
No Aktivitas yang diamati Skor penilaian
1 2 3 4 5
Pendahuluan
1 Apersepsi: memperkenalkan diri dan V
menjelaskan sedikit banyaknya tahapan proses
pembelajaran (Bertanya)
Kegiatan inti
1 Membagi siswa dalam kelompok (masyarakat V
belajar)
2 Memberikan stimulus dengan menyajikan V
gambar yang terkait dengan konsep materi pola
bilangan (pemodelan) dan siswa diminta untuk
menjelaskan.
3 Menjelaskan konsep dengan contoh pada V
materi pola bilangan (pemodelan, inkuiri,
kontruktivisme).
4 Melakukan tanya jawab konsep pola bilangan V
249

(bertanya).
5 Memberikan latihan tentang materi pola V
bilangan (pemodelan)
6 Melakukan diskusi (masyarakat belajar). V
7 Memberikan penilaian terhadap hasil kerja V
kelompok siswa (penilaian autentik)

Penutup
1 Evaluasi dalam pembelajaran (kontruktivisme, V
refleksi).

5. Kriteria Penilaian
Interval rata-rata skor Kriteria
̅ Tidak Baik
̅ Kurang Baik
̅ Cukup
̅ Baik
̅ Sangat Baik

6. Komentar/saran
........................................................................................................................
......................................................................................................................
Blora, 2019
Lampiran C

1. Uji Normalitas

2. Uji rata-rata mengacu pada KKM

3. Uji ketuntasan klasikal

250
251

Uji normalitas

UJI NORMALITAS AWAL KELAS EKSPERIMEN


(Dengan Menggunakan Microsoft Office Excel)

Hipotesis :
Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Ha : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Kriteria Pengujian :
Ho diterima apabila Lo < Ltabel
Ho ditolak apabila Lo ≥ Ltabel

z
Xi2 Zi F(Zi) S(Zi) │F(Zi)-S(Zi)│
NO KODE Xi tabel
1 E-17 40 1600 -2,05682 0,4798 0,0202 0,035714 0,015514286
2 E-2 48 2304 -1,44819 0,4251 0,0749 0,071429 0,003471429
3 E-26 49 2401 -1,37212 0,4147 0,0853 0,107143 0,021842857
4 E-20 50 2500 -1,29604 0,4015 0,0985 0,142857 0,044357143
5 E-11 53 2809 -1,06781 0,3554 0,1446 0,178571 0,033971429
6 E-25 55 3025 -0,91565 0,3186 0,1814 0,214286 0,032885714
7 E-14 56 3136 -0,83957 0,2967 0,2033 0,25 0,0467
8 E-9 59 3481 -0,61134 0,2291 0,2709 0,285714 0,014814286
9 E-1 60 3600 -0,53526 0,2019 0,2981 0,321429 0,023328571
10 E-10 61 3721 -0,45918 0,1736 0,3264 0,357143 0,030742857
11 E-27 63 3969 -0,30703 0,1443 0,3557 0,392857 0,037157143
12 E-16 65 4225 -0,15487 0,0596 0,4404 0,428571 0,011828571
13 E-24 67 4489 -0,00272 0 0,5 0,464286 0,035714286
14 E-6 68 4624 0,073361 0,0279 0,5279 0,5 0,0279
15 E-18 69 4761 0,149438 0,0557 0,5557 0,535714 0,019985714
16 E-21 69 4761 0,149438 0,0557 0,5557 0,571429 0,015728571
17 E-3 70 4900 0,225516 0,0871 0,5871 0,607143 0,020042857
18 E-19 70 4900 0,225516 0,0871 0,5871 0,642857 0,055757143
19 E-13 71 5041 0,301594 0,1179 0,6179 0,678571 0,060671429
20 E-28 71 5041 0,301594 0,1179 0,6179 0,714286 0,096385714
21 E-8 74 5476 0,529827 0,1985 0,6985 0,75 0,0515
22 E-15 75 5625 0,605905 0,2258 0,7258 0,785714 0,059914286
23 E-4 81 6561 1,062372 0,3554 0,8554 0,821429 0,033971429
252

24 E-12 83 6889 1,214527 0,3869 0,8869 0,857143 0,029757143


25 E-22 84 7056 1,290605 0,4015 0,9015 0,892857 0,008642857
26 E-7 86 7396 1,44276 0,4251 0,9251 0,928571 0,003471429
27 E-5 90 8100 1,747071 0,4591 0,9591 0,964286 0,005185714
28 E-23 90 8100 1,747071 0,4591 0,9591 1 0,0409
JUMLAH 1877 130491
RATA-
RATA 67,03571
s 13,14445
Lo 0,096386
L tabel 0,1658

Kesimpulan
Karena Lo < L tabel yaitu 0.0963 < 0.1658 maka Ho diterima,
jadi sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Uji rata-rata mengacu pada KKM

ANALISIS AKHIR KRITERIA KETUNTASAN MINIMUM


(Hasil belajar siswa kelas eksperimen tidak mencapai rata-rata ketuntasan belajar)
(Hasil belajar siswa kelas eksperimen mencapai rata-rata ketuntasan belajar)

NO KODE NILAI
1 E-1 70 KETUNTASAN BELAJARA KLASIKAL
2 E-2 60 KELAS EKSPERIMEN
3 E-3 90 X N PERSENTASE KATEGORI
4 E-4 71 24 28 86% TUNTAS
5 E-5 87 X : Jumlah siswa yang Tuntas
6 E-6 72 N : Jumlah siswa kelas Eksperimen
7 E-7 83
8 E-8 91
9 E-9 66 z 2,2980437
10 E-10 69 ztabel 0,1736
11 E-11 73
12 E-12 70
13 E-13 80
14 E-14 92
15 E-15 85
16 E-16 72

253
17 E-17 64
18 E-18 70
19 E-19 75
20 E-20 69
21 E-21 61
22 E-22 89
23 E-23 80
24 E-24 78
25 E-25 63
26 E-26 90
27 E-27 84
28 E-28 86
Jumlah 2140
n 28
𝑥̅
76,42857
𝑥̅ ì s 9,91605
11,42857
s/(n)^0,5 1,873957
thitung 6,09863

254
Kesimpulan :
tolak Ho apabila 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑡( )(𝑛 ) dk= 28-1 = 27
Karena t hitung ≥ dari t tabel yaitu 6,09863 ≥ 1,700
maka :
Hasil belajar siswa siswa kelas eksperimen mencapai rata-rata ketuntasan belajar
Ho ditolak

255
256

Uji ketuntasan klasikal

ANALISIS HASIL TES EVALUASI EKSPRIMEN

NO KODE NILAI 65 KETUNTASAN


1 E-1 70 70 Tuntas
2 E-2 60 60 Belum
3 E-3 90 90 Tuntas
4 E-4 71 71 Tuntas
5 E-5 87 87 Tuntas
6 E-6 72 72 Tuntas
7 E-7 83 83 Tuntas
8 E-8 91 91 Tuntas
9 E-9 66 66 Tuntas
10 E-10 69 69 Tuntas
11 E-11 73 73 Tuntas
12 E-12 70 70 Tuntas
13 E-13 80 80 Tuntas
14 E-14 92 92 Tuntas
15 E-15 85 85 Tuntas
16 E-16 72 72 Tuntas
17 E-17 64 64 Belum
18 E-18 70 70 Tuntas
19 E-19 75 75 Tuntas
20 E-20 69 69 Tuntas
21 E-21 61 61 Belum
22 E-22 89 89 Tuntas
23 E-23 80 80 Tuntas
24 E-24 78 78 Tuntas
25 E-25 63 63 Belum
26 E-26 90 90 Tuntas
27 E-27 84 84 Tuntas
28 E-28 86 86 Tuntas
KETUNTASAN BELAJAR INDIVIDU
KELAS EKSPERIMEN
JUMLAH BELUM
SISWA TUNTAS TUNTAS
28 24 4
z 2,29804367
ztabel 0,1736
Lampiran D

8. Lembar Validasi Silabus

9. Lembar Validasi RPP

10. Lembar Validasi bahan ajar

11. Lembar Validasi soal

12. Lembar Validasi angket

257
258

Lembar validasi silabus

Validator 1

LEMBAR VALIDASI SILABUS

A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukur kevalidan silabus
dalam pelaksanaan pembelajaran matematika melalui model konstekstual
bernuansa etnomatematika
B. Petunjuk
1) Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/Ibu
2) Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik)
C. Penilaian Ditinjau dari Beberapa Aspek

Skala Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
1 Isi yang disajikan
1. Kesesuaian silabus dengan kurikulum: Satuan V
pendidikan, kelas, mata pelajaran, semester telah
sesuai dengan Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
2. Pencapaian Indikator sesuai dengan SK dan KD: V
Rumusan indikator pencapaian kompetensi
menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diamati, diukur dan merujuk pada Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
3. Perencanaan rumusan tujuan pembelajaran: V
Rumusan tujuan pembelajaran menggunakan kata
kerja operasional yang dapat diamati, diukur dan
259

merujuk pada Standar Kompetensi, Kompetensi


Dasar dan indikator.
4. Ketepatan materi ajar dan tujuan pembelajaran: V
Materi ajar dikembangkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran
5. Ketepatan Materi Ajar: V
Materi Ajar sesuai dengan Standar Isi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
6. Ketepatan metode pembelajaran dengan tujuan V
pembelajaran:
Metode pembelajaran yang digunakan sesuai
dengan tujuan pembelajaran
7. Kejelasan perencanaan kegiatan pembelajaran: V
Kegiatan pembelajaran dirancang dan dikembangakan
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tahapan model
kontekstual bernuansa etnomatematika kebudayaan
masyarakat Suku Samin
8. Penilaian: V
Penentuan jenis penilaian disesuaikan dengan
indikator dan tujuan pembelajaran
II Bahasa
1. Tata bahasa dan ejaan V
Penulisan tata bahasa dan ejaan sesuai dengan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD)
2. Stuktur kalimat: V
Kesederhanaan struktur kalimat yang digunakan
III Waktu
1. Alokasi waktu V
Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan
260

D. SKALA PENILAIAN

Skor Nilai Hasil (√)


1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik

Kesimpulan terhadap hasil validasi silabus


Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi

E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................

Semarang, 2019
261

Validator 2

LEMBAR VALIDASI SILABUS

A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukur kevalidan silabus
dalam pelaksanaan pembelajaran matematika melalui model konstekstual
bernuansa etnomatematika
B. Petunjuk
1) Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/Ibu
2) Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik)
C. Penilaian Ditinjau dari Beberapa Aspek

Skala Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
1 Isi yang disajikan
1. Kesesuaian silabus dengan kurikulum: Satuan V
pendidikan, kelas, mata pelajaran, semester telah
sesuai dengan Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
2. Pencapaian Indikator sesuai dengan SK dan KD: V
Rumusan indikator pencapaian kompetensi
menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diamati, diukur dan merujuk pada Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
3. Perencanaan rumusan tujuan pembelajaran: V
Rumusan tujuan pembelajaran menggunakan kata
kerja operasional yang dapat diamati, diukur dan
merujuk pada Standar Kompetensi, Kompetensi
262

Dasar dan indikator.


4. Ketepatan materi ajar dan tujuan pembelajaran: V
Materi ajar dikembangkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran
5. Ketepatan Materi Ajar: V
Materi Ajar sesuai dengan Standar Isi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
6. Ketepatan metode pembelajaran dengan tujuan V
pembelajaran:
Metode pembelajaran yang digunakan sesuai
dengan tujuan pembelajaran
7. Kejelasan perencanaan kegiatan pembelajaran: V
Kegiatan pembelajaran dirancang dan dikembangakan
sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tahapan model
kontekstual bernuansa etnomatematika kebudayaan
masyarakat Suku Samin
8. Penilaian: V
Penentuan jenis penilaian disesuaikan dengan
indikator dan tujuan pembelajaran
II Bahasa
1. Tata bahasa dan ejaan V
Penulisan tata bahasa dan ejaan sesuai dengan Ejaan
yang Disempurnakan (EYD)
2. Stuktur kalimat: V
Kesederhanaan struktur kalimat yang digunakan
III Waktu
1. Alokasi waktu V
Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan
263

D. SKALA PENILAIAN

Skor Nilai Hasil (√)


1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik

Kesimpulan terhadap hasil validasi silabus


Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
V sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi

E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN


264

Lembar validasi RPP

Validatotr 1

LEMBAR VALIDASI
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukur kevalidan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika melalui model kontektual bernuansa etnomatematika
B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut
pendapat Bapak/ Ibu
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik)
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah)
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih

C. Penilaian

Skala Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
Perumusan Tujuan Pembelajaran
Kejelasan Standar Kompetensi dan kompetensi V
1
Dasar
Ketepatan penjabaran Kompetensi Dasar ke V
2
dalam indikator
Kesesuaian indikator dengan Standar V
3
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
4 Kesesuaian tujuan pembelajaran dengan standar V
265

kompetensi, kompetensi dasar dan indikator


Isi Yang Disajikan
1 Kesesuaian RPP dengan kurikulum V
2 Penyusunan RPP sistematis (terurut) V
Kejelasan skenario atau langkah-langkah V
3 pembelajaran meliputi: kegiatan awal, Inti, dan
penutup
Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan model V
4
kontekstual bernuansa etnomatematika
Kesesuaian perencanaan penilaian hasil belajar V
5
dengan tujuan pembelajaran
Kelengkapan instrument evaluasi (soal, kunci, V
6
pedoman penskoran)
Kejelasan penggunaan alat dan sumber-sumber V
7
belajar
Bahasa
1 Penulisan dan ejaan sesuai EYD V
Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien V
dengan memenuhi empat syarat: a). kalimat tidak
bertele-tele (singkat); b). kalimat yang digunakan
2
komunikatif; c). pesan yang disampaikan jelas
(mudah dimengerti); d). kalimat yang digunakan
tidak menimbulkan salah tafsir
Waktu
1 Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan V
2 Rincian waktu untuk setiap tahap pembelajaran V

D. SKALA PENILAIAN

Skor Nilai Hasil (√)


1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
266

1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik


2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik

Kesimpulan terhadap hasil validasi RPP


Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi

E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN


267

Validatotr 2

LEMBAR VALIDASI
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan
Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukur kevalidan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran
matematika melalui model kontektual bernuansa etnomatematika
B. Petunjuk
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut
pendapat Bapak/ Ibu
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik)
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah)
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih

C. Penilaian

Skala Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
Perumusan Tujuan Pembelajaran
Kejelasan Standar Kompetensi dan kompetensi V
1
Dasar
Ketepatan penjabaran Kompetensi Dasar ke V
2
dalam indikator
Kesesuaian indikator dengan Standar V
3
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kesesuaian tujuan pembelajaran dengan standar V
4
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
Isi Yang Disajikan
268

1 Kesesuaian RPP dengan kurikulum V


2 Penyusunan RPP sistematis (terurut) V
Kejelasan skenario atau langkah-langkah V
3 pembelajaran meliputi: kegiatan awal, Inti, dan
penutup
Kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan model V
4
kontekstual bernuansa etnomatematika
Kesesuaian perencanaan penilaian hasil belajar V
5
dengan tujuan pembelajaran
Kelengkapan instrument evaluasi (soal, kunci, V
6
pedoman penskoran)
Kejelasan penggunaan alat dan sumber-sumber V
7
belajar
Bahasa
1 Penulisan dan ejaan sesuai EYD V
Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien V
dengan memenuhi empat syarat: a). kalimat tidak
bertele-tele (singkat); b). kalimat yang digunakan
2
komunikatif; c). pesan yang disampaikan jelas
(mudah dimengerti); d). kalimat yang digunakan
tidak menimbulkan salah tafsir
Waktu
1 Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan V
2 Rincian waktu untuk setiap tahap pembelajaran V

D. SKALA PENILAIAN

Skor Nilai Hasil (√)


1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
269

3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik


4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik

Kesimpulan terhadap hasil validasi RPP


Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
V
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi

E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN


270

Lembar validasi bahan ajar

Validasi 1

LEMBAR VALIDASI BAHAN AJAR

A. TUJUAN

Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukur kevalidan suplemen


bahan ajar dalam pelaksanaan pembelajaran matematika melalui model kontektual
bernuansa etnomatematika

B. PETUNJUK

1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/ Ibu.
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik).
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah).
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih

C. PENILAIAN

No Aspek yang dinilai Skala penilaian


1 2 3 4 5
I. Struktur Bahan Ajar
1 Penyusunan bahan ajar yang sistematis V
Kelengkapan bahan ajar meliputi: a). memuat halaman V
cover yang mencantumkan judul materi pokok;
2
b). memuat tujuan pembelajaran; c). memuat materi inti;
d). memuat kesimpulan
3 Tampilan umum menarik V
271

II. Organisasi Penulisan Materi


Materi memuat: a). defenisi; b). konsep; c). bernuansa V
1
etnomatematika; d). soal-soal yang kontekstual
2 Kesesuaian bahan ajar dengan indikator hasil belajar V
Materi memunculkan aspek keterlibatan dengan materi V
lain dengan memenuhi empat syarat: a). keterkaitan
antar bab atau bagian lain dari matematika; b). memuat
3 hubungan antar konsep matematika dengan ilmu lainya;
c). memuat hubungan antar konsep yang dibicarakan
dengan pengalaman sehari-hari; d). memuat hubungan
antar konsep yang dibicarakan dengan budaya setempat
4 Kebenaran konsep V
Penyajian konsep-konsep diperjelas dengan a). notasi V
5 dan simbol yang tepat; b). gambar: c). ilustrasi; d).
Bahasa yang sederhana
Keterkaitan antara bentuk etnomatematika dan konsep V
6
matematika
Bahan ajar menyadarkan siswa untuk menggunakannya V
7
dalam kehidupan sehari-hari
Kelengkapan contoh soal yang berkaitan dengan V
8
kehidupan sehari-hari
Pengembangan teks bacaan memenuhi indikator: a). V
9 Dapat dibaca dengan cepat; b). mudah dimengerti; c).
Mudah dipahami; dan d). mudah diingat
III. Bahasa
1 Penulisan dan ejaan sesuai EYD V
2 Keterbacaan bahasa V
Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien dengan V
3 memenuhi empat syarat : a). kalimat tidak bertele-tele
(singkat); b). kalimat yang digunakan komunikatif; c).
272

pesan yang disampaikan jelas (mudah dimengerti); d).


kalimat yang digunakan tidak menimbulkan salah tafsir

D. SKALA PENILAIAN

Skor Nilai Hasil (√)


1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik

Kesimpulan terhadap hasil validasi bahan ajar


Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi

E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN


273

Validasi 2

LEMBAR VALIDASI BAHAN AJAR

A. TUJUAN

Tujuan penggunaan instrument ini adalah untuk mengukur kevalidan


suplemen bahan ajar dalam pelaksanaan pembelajaran matematika melalui
model kontektual bernuansa etnomatematika.

B. PETUNJUK

1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/ Ibu.
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik).
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah).
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih

C. PENILAIAN

No Aspek yang dinilai Skala penilaian


1 2 3 4 5
I. Struktur Bahan Ajar
1 Penyusunan bahan ajar yang sistematis V
Kelengkapan bahan ajar meliputi: a). memuat halaman V
cover yang mencantumkan judul materi pokok;
2
b). memuat tujuan pembelajaran; c). memuat materi inti;
d). memuat kesimpulan
3 Tampilan umum menarik V
II. Organisasi Penulisan Materi
1 Materi memuat: a). defenisi; b). konsep; c). bernuansa V
274

etnomatematika; d). soal-soal yang kontekstual


2 Kesesuaian bahan ajar dengan indikator hasil belajar V
Materi memunculkan aspek keterlibatan dengan materi V
lain dengan memenuhi empat syarat: a). keterkaitan
antar bab atau bagian lain dari matematika; b). memuat
3 hubungan antar konsep matematika dengan ilmu lainya;
c). memuat hubungan antar konsep yang dibicarakan
dengan pengalaman sehari-hari; d). memuat hubungan
antar konsep yang dibicarakan dengan budaya setempat
4 Kebenaran konsep V
Penyajian konsep-konsep diperjelas dengan a). notasi V
5 dan simbol yang tepat; b). gambar: c). ilustrasi; d).
Bahasa yang sederhana
Keterkaitan antara bentuk etnomatematika dan konsep V
6
matematika
Bahan ajar menyadarkan siswa untuk menggunakannya V
7
dalam kehidupan sehari-hari
Kelengkapan contoh soal yang berkaitan dengan V
8
kehidupan sehari-hari
Pengembangan teks bacaan memenuhi indikator: a). V
9 Dapat dibaca dengan cepat; b). mudah dimengerti; c).
Mudah dipahami; dan d). mudah diingat
III. Bahasa
1 Penulisan dan ejaan sesuai EYD V
2 Keterbacaan bahasa V
Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien dengan V
memenuhi empat syarat : a). kalimat tidak bertele-tele
3 (singkat); b). kalimat yang digunakan komunikatif; c).
pesan yang disampaikan jelas (mudah dimengerti); d).
kalimat yang digunakan tidak menimbulkan salah tafsir
275

D. SKALA PENILAIAN

Skor Nilai Hasil (√)


1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik

Kesimpulan terhadap hasil validasi bahan ajar


Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
V
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi

E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN


276

Lembar validasi soal

Validator 1

LEMBAR VALIDASI SOAL

A. TUJUAN
Tujuan penggunaan instrument ini adalah mengukur kevalidan soal dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika.
B. PETUNJUK
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/ Ibu.
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik).
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah).
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih

C. PENILAIAN

Skala Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
I. ISI YANG DISAJIKAN
1 Soal disajikan secara sistematis V
Kesesuaian soal dengan indikator belajar V
2
siswa
Keterkaitan dengan model kontekstual V
3
bernuansa etnomatematika
Penyajian soal dilengkapi dengan ilustrasi dan V
4
gambar
II. BAHASA
277

1 Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD V


2 Keterbacaan bahasa V

D. SKALA PENILAIAN

Skor Nilai Hasil (√)


1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik

Kesimpulan terhadap hasil validasi LKS


Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi

E. KOMENTAR dan SARAN PERBAIKAN


278

Validator 2

LEMBAR VALIDASI SOAL

A. TUJUAN
Tujuan penggunaan instrument ini adalah mengukur kevalidan soal dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika.
B. PETUNJUK
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/ Ibu.
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik).
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah).
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih.

C. PENILAIAN

Skala Penilaian
No Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
I. ISI YANG DISAJIKAN
1 Soal disajikan secara sistematis V
V
2 Kesesuaian soal dengan indikator belajar siswa

Keterkaitan dengan model kontekstual bernuansa V


3
etnomatematika
Penyajian soal dilengkapi dengan ilustrasi dan V
4
gambar
II. BAHASA
279

1 Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD V


2 Keterbacaan bahasa V

D. SKALA PENILAIAN

Skor Nilai Hasil (√)


1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik

Kesimpulan terhadap hasil validasi LKS


Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
V
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi
280

E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN


281

Lembar validasi angket

Validator 1

LEMBAR VALIDASI ANGKET

A. TUJUAN
Tujuan penggunaan instrument ini adalah mengukur kevalidan angket dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika.
B. PETUNJUK
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/ Ibu.
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik).
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah).
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih
C. PENILAIAN

Skala
Penilaian
No Aspek yang dinilai

1 2 3 4 5
I. ISI YANG DISAJIKAN
1 Angket disajikan secara sistematis V
2 Rumusan pertanyaan komunikatif V
Pertanyaan terkait dengan model kontekstual V
3
bernuansa etnomatematika
Rumusan pertanyaan tidak menimbulkan V
4
penafsiran ganda
II. BAHASA
1 Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD V
282

2 Keterbacaan bahasa V

D. SKALA PENILAIAN

Skor Nilai Hasil (√)


1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik

Kesimpulan terhadap hasil validasi Angket


Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi

E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN


283

Validator 2

LEMBAR VALIDASI ANGKET

A. TUJUAN
Tujuan penggunaan instrument ini adalah mengukur kevalidan angket dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika.
B. PETUNJUK
1. Berilah tanda cek (√) pada kolom penilaian yang sesuai menurut pendapat
Bapak/ Ibu.
2. Makna point validitas adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup
baik); 4 (baik); 5 (sangat baik).
3. Saran-saran untuk perbaikan mohon dituliskan pada naskah yang perlu
direvisi atau dituliskan pada lembar saran (pada bagian bawah).
4. Atas kesediaan Bapak/ Ibu saya Ucapkan terima kasih
C. PENILAIAN

Skala
Penilaian
No Aspek yang dinilai

1 2 3 4 5
I. ISI YANG DISAJIKAN
1 Angket disajikan secara sistematis V
2 Rumusan pertanyaan komunikatif V
Pertanyaan terkait dengan model kontekstual V
3
bernuansa etnomatematika
Rumusan pertanyaan tidak menimbulkan V
4
penafsiran ganda
II. BAHASA
1 Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD V
2 Keterbacaan bahasa V
284

D. SKALA PENILAIAN

Skor Nilai Hasil (√)


1,0 ≤ rata-rata < 1,8 Tidak baik
1,8 ≤ rata-rata < 2,6 Kurang baik
2,6 ≤ rata-rata < 3,4 Cukup baik
3,4 ≤ rata-rata < 4,2 Baik
4,2 ≤ rata-rata ≤ 5,0 Sangat baik

Kesimpulan terhadap hasil validasi Angket


Dapat digunakan tanpa revisi
Dapat digunakan dengan revisi
V sedikit
Dapat digunakan dengan revisi
cukup banyak
Tidak dapat digunakan dan masih
memerlukan konsultasi

E. KOMENTAR DAN SARAN PERBAIKAN


Lampiran E

1. Surat Penelitian dari Kampus

2. Dokumentasi penelitian

284
285

Surat penelitian dari kampus


286

Dokumentasi penelitian

Anda mungkin juga menyukai