Anda di halaman 1dari 162

PROSES BERPIKIR SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN

MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN MEKANISME MENTAL


DITINJAU DARI LEVEL VAN HIELE

TESIS

OLEH
PRISMADIAN AMALIA PUTRI
NIM 200311867324

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA
2023
PROSES BERPIKIR SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH
GEOMETRI BERDASARKAN MEKANISME MENTAL DITINJAU
DARI LEVEL VAN HIELE

TESIS
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Magister
Pendidikan Matematika

OLEH
PRISMADIAN AMALIA PUTRI
NIM 200311867324

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN MATEMATIKA
2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

Tesis oleh Prismadian Amalia Putri ini telah diperiksa dan disetujui untuk
diujikan.

Malang, 3 Oktober 2023


Pembimbing I

Prof. Dr. Subanji, S.Pd., M.Si


NIP. 197106051998021001

Malang, 16 November 2023

Dra. Santi Irawati, M.Si, Ph.D


NIP. 196507291991032002

ii
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis oleh Prismadian Amalia Putri ini telah dipertahankan di depan dewan
penguji pada tanggal 10 Januari 2024.

Dewan Penguji

Dr. Sudirman, M.Si Ketua


NIP 196503221990011001

Dewan Penguji

Dr. Indriati Nurul Hidayah, M. Si Anggota


NIP 197104231998032002

Dewan Penguji

Prof. Dr. Subanji, S.Pd., M.Si Anggota


NIP. 197106051998021001

Dewan Penguji

Dra. Santi Irawati, M.Si., Ph.D Anggota


NIP 196507291991032002

Mengesahkan, Mengetahui
Dekan Fakultas Matematika Ketua Program Studi S2/ S3
dan Ilmu Pengetahuan Alam Pendidikan Matematika

Prof. Dr. Hadi Suwono, M.Si Dr. Sudirman, M.Si


NIP 196705151991031007 NIP 19650322199001101

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Prismadian Amalia Putri


NIM : 200311867324
Program : Magister
Program Studi : S2 Pendidikan Matematika

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar
tulisan saya dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau seluruhnya.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa Tesis ini hasil
plagiasi, baik atau sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia menerima sanksi
atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 31 Desember 2023


Yang membuat pernyataan

Prismadian Amalia Putri

iv
RINGKASAN

Putri, Prismadian Amalia. 2023. Proses Berpikir Siswa SMP dalam


Menyelesaikan Masalah Geometri Berdasarkan Mekanisme Mental
Ditinjau dari Level Van Hiele. Tesis. Program S2 Pendidikan Matematika,
Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Prof. Dr. Subanji,
S.Pd., M.Si. (II) Dra. Santi Irawati, M.Si., Ph.D.
Kata kunci: proses berpikir, mekanisme mental, level Van Hiele.

Berpikir merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang dalam


mengingat kembali pengetahuan yang sudah tersimpan di dalam memorinya
untuk suatu saat dipergunakan dalam menerima informasi, mengolah dan
menyimpulkan sesuatu. Kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan melalui
aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang dilakukan siswa tidak hanya
mendengarkan materi dan menuliskan tugas saja. Namun dalam proses
mendengarkan materi dan mengerjakan tugas terdapat proses mental yang terjadi
di dalam otak. Dalam kegiatan pembelajaran tentu siswa tidak akan terlepas dari
masalah matematika yang difokuskan pada upaya melatih pola pikir siswa dalam
menggunakan potensi berpikir yang dimiliki.
Pada penelitian ini proses berpikir siswa dideskripsikan berdasarkan
mekanisme mental. Mekanisme mental terdiri dari empat indikator menurut
Dubinsky, yaitu interiorisasi, koordinasi, enkapsulasi dan tematisasi.
interiorisasi merupakan langkah awal siswa dalam memahami masalah, yaitu
siswa menuliskan komponen-komponen yang terdapat pada masalah.
Koordinasi yaitu siswa dalam mengaitkan antar komponen pada masalah.
Enkapsulasi yaitu siswa menyimpulkan masalah ke dalam bentuk penyelesaian
dan tematisasi merupakan proses berpikir siswa dalam mengaitkan hasil
penyelesaian dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses berpikir siswa
SMP Negeri 2 Ambarawa dalam menyelesaikan masalah geometri berdasarkan
mekanisme mental ditinjau dari level Van Hiele. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu tes dan wawancara. Prosedur pemilihan subjek yaitu 28 siswa
diberikan tes VHGT (Van Hiele Geometry Test) kemudian hasil dari tes tersebut
dikelompokkan berdasarkan level. Selanjutnya dipilih satu siswa pada masing-
masing level untuk diberikan tes geometri bangun datar. Hasil pengerjaan tes
tersebut kemudian dianalisis berdasarkan mekanisme mental, yaitu interiorisasi,
koordinasi, enkapsulasi dan tematisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa level berpikir siswa kelas VIIIA
SMP Negeri 2 Ambarawa secara umum dominan berada pada level 1 (visualisasi)
yaitu sebanyak 14 orang (48,14%) dari 28 siswa yang mengikuti tes level
geometri Van Hiele. Dalam penyelesaian masalah geometri berdasarkan

v
mekanisme mental, pada tahap interiorisasi keempat subjek level 1, 2, 3 dan 4
melakukan interiorisasi. Pada koordinasi hanya siswa dengan level 2, 3, dan 4
yang melakukan koordinasi. Pada indikator enkapsulasi dan tematisasi hanya
subjek dengan level 3 dan 4 melakukan enkapsulasi dan tematisasi.

vi
SUMMARY

Putri, Prismadian Amalia. 2023. Junior High School Students’ Thinking Process
in Solving Geometry Problem Based on Mental Mechanism of Van Hiele
Levels. Thesis. Master’s Program in Mathematics Education , Departement of
Mathematics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences , Universitas Negeri
Malang. Advisors (I) Prof. Dr. Subanji, S.Pd., M.Si. (II) Dra. Santi Irawati,
M.Si., Ph.D.
Keywords: thinking process, mental mechanism, Van Hiele levels.

Thinking refers to one’s activity of recalling memorized knowledge to


receive, process, and conclude information. Students' thinking ability can develop
through learning activities comprising listening to materials, writing down the
task, and engaging a mental process in their brains. Focusing on math problems
helps them exercise their mindset and maximize their potential.
This research describes students’ thinking processes based on mental
mechanisms. According to Dubinsky (1983), mental mechanism comprises four
indicators: interiorization, coordination, encapsulation and thematization.
Interiorization is the students' first step to understand the components of the
problem. Coordination is the students' thinking process of connecting the
components of a problem. While encapsulation refers to the student's thinking
process in concluding a problem into a form of solving, thematization is the
student's thinking process in connecting the solving result with prior
knowledge.
This research describes students' ability to solve geometry problems
based on Van Hiele’s thinking levels in class VIII A of State Junior High
School 2 Ambarawa. The methods used were tests and interviews. The
researcher assigned 28 students to the Van Hiele Geometry Test and classified
the results based on the levels. Afterward, the researcher selected one student
from each level and assigned them to a geomtry test of plane figures. The test
results were analyzed based on mental mechanisms comprising interiorization,
coordination, encapsulation and thematization.
The results showed that of 28 students who participated in the geometry
test, 14 (48,14%) Were on level one (visualization). The subjects performed a
good interiorization in solving geometry problems based on mental
mechanisms. Moreover, in the coordination level, only subjects in levels two,
three, and four performed coordination indicators of encapsulation and
thematization, and only subjects in levels three and four performed a good
encapsulation.

vii
UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan
kelancaran sehingga dapat menyelesaikan tesis dengan baik yang berjudul
“Proses Berpikir Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Geometri
Berdasarkan Mekanisme Mental Ditinjau dari Level Van Hiele”. Tesis ini dapat
diselesaikan berkat bimbingan, dukungan, bantuan, serta doa dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu, dengan hormat penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Hariyono, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Malang atas
kebijakan, layanan dan fasilitas yang telah diberikan.
2. Prof. Dr. Hadi Suwasono, M.Pd selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri
Malang yang telah memberikan fasilitas kemudahan selama perkuliahan.
3. Bapak Lathiful Anwar, M.Sc., Ph.D selaku Kepala Departemen
Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang yang telah memberikan
layanan, fasilitas dan ilmu selama perkuliahan
4. Bapak Dr. Sudirman, M.Si selaku Ketua Program Studi S2/S3 Pendidikan
Matematika Universitas Negeri Malang yang telah memberikan layanan,
arahan, ilmu dan perhatian sehingga tesis terselesaikan.
5. Bapak Prof. Dr. Subanji, S.Pd., M.Si selaku pembimbing I yang selalu
dengan penuh kesabaran membimbing, memotivasi, memberi semangat,
mengarahkan serta memberikan perhatian sehingga tesis dapat
terselesaikan dengan baik.
6. Ibu Dra. Santi Irawati, M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing II yang
selalu sabar membimbing, mengarahkan, memberi semangat, dan
memberikan perhatian serta memberi banyak pengetahuan dalam
penyusunan tesis dari awal hingga selesai.
7. Bapak Dr. Erry Hidayanto, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang
selalu sabar mengarahkan, memotivasi, memberi semangat dan perhatian
sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
8. Dr. Indriati Nurul Hidayah, M.Si selaku dosen penguji dan validator
instrumen yang telah memberikan saran dan masukan berharga sehingga
tesis terselesaikan dengan baik.
9. Seluruh Dosen Departemen Matematika yang telah membimbing dan
memberikan pengetahuan selama perkuliahan di S2 Pendidikan
Matematika Universitas Negeri Malang.
10. Bapak Himawan Pirdaus, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2
Ambarawa yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
melaksanakan penelitian.

viii
11. Kedua orang tua saya tercinta, Ibu Naning Sutriningsih dan Bapak
Supomo yang selalu mendoakan, memberi semangat, dan membimbing
saya sejak lahir serta selalu memberikan kasih sayang yang penuh
sehingga saya dapat menyelesaikan tesis. Serta ayah angkat saya, Alm.
Abi Umartam yang senantiasa mendoakan dan memotivasi agar saya
dapat menyelelesaikan pendidikan dengan baik.
12. Adik saya tercinta dr. Megistrianjani Setia Putri yang telah memberikan
semangat dan motivasi untuk melanjutkan ke jenjang Magister Pendidikan
Matematika dan telah menjadi motivasi untuk menyelesaikan tesis.
13. Sahabat seperjuangan saya, Kharisma Wahyuningtyas, M.Pd., Bayu
Eksanty M.Pd., Nopikasari, M.Pd., Aulia Rahmi, M.Pd., serta seluruh
rekan mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Angkatan 2020 Universitas
Negeri Malang yang selalu membantu, mendukung, dan memotivasi
sehingga dapat tesis dapat terselesaikan dengan baik.

Semoga Allah SWT memberikan keberkahan, rahmat dan karunia yang berlimpah
kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan. Semoga
tesis ini menjadi manfaat bagi perkembangan penelitian di bidang Pendidikan.

Malang, 31 Desember 2023

Prismadian Amalia Putri

DAFTAR ISI

ix
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS...............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS...............................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................................................iii
RINGKASAN....................................................................................................................v
SUMMARY.....................................................................................................................vii
UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................................x
DAFTAR TABEL...........................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Pertanyaan Penelitian.................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................6
1.5 Definisi Operasional..................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI.................................................................................................8
2.1 Proses Berpikir...........................................................................................8
2.2 Struktur dan Mekanisme Mental..............................................................9
2.2.1 Struktur Mental...............................................................................10
2.2.2 Mekanisme Mental.........................................................................12
2.3 Geometri van Hiele..................................................................................15
2.3.1 Tahap Pemahaman Geometri Van Hiele......................................15
2.3.2 Tahapan Pembelajaran Geometri Van Hiele...............................17
2.3.3.Karakteristik Teori Van Hiele.......................................................19
2.4. Kerangka Berpikir...................................................................................20
BAB III METODE PENELITAN.................................................................................21
3.1. Jenis Penelitian........................................................................................21
3.2. Lokasi dan Subjek Penelitian.................................................................21
3.3 Desain Rancangan Penelitian..................................................................24
3.4 Data dan Sumber Data.............................................................................25

x
3.5 Instrumen Penelitian................................................................................25
3.6 Teknik Analisis Data................................................................................27
3.7 Prosedur Penelitian...................................................................................28
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...................................30
4.1 Paparan Data Hasil Instrumen Penelitian..............................................30
4.2. Pemilihan Subjek Penelitian dan Hasil Tes Pengklasifikasian..........32
4.3 Paparan Data Proses Berpikir Siswa......................................................34
1. Siswa Level 1 Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri ..............34
2. Siswa Level 2 Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri...............41
3. Siswa Level 3 Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri...............50
4. Siswa Level 4 Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri...............58
4.4. Temuan Penelitian...................................................................................69
BAB V PEMBAHASAN................................................................................................72
5.1 Tahap Interiorisasi....................................................................................72
5.2 Koordinasi..........................................................................................91
5.3. Tahap Enkapsulasi...................................................................................79
5.4. Tahap Tematisasi.....................................................................................81
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN......................................................................84
6.1 Simpulan.............................................................................................84
6.2 Saran...................................................................................................85
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................87
LAMPIRAN.....................................................................................................................88

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

xi
2.1 Indikator Mekanisme Mental5
2.2 Indikator Level Berpikir Geometri Van Hiele
2.3 Fase Pembelajaran Van Hiele8
3.1 Penomoran Butir Soal
4.1 Proses Validasi Instrumen
4.2 Instrumen Pedoman Wawancara
4.3 Hasil Tes Level Van Hiele33
4.4 Daftar Subjek Penelitian Terpilih
4.5 Hasil Kemampuan S1 dalam Menyelesaikan Masalah Kolam37
4.6 Hasil Kemampuan S2 dalam Menyelesaikan Masalah Kebun40
4.7 Hasil Kemampuan S2 dalam Menyelesaikan Masalah Kolam
4.8 Hasil Kemampuan S3 dalam Menyelsaikan Masalah Kebun9
4.9 Hasil Kemampuan S3 dalam Menyelesaikan Masalah Kolam
4.10 Hasil Kemampuan S4 dalam Menyelesaikan Masalah Kebun 7
4.11 Hasil Kemampuan S4 dalam Menyelesaikan Masalah Kolam
4.12 Hasil Kemampuan S4 dalam Menyelesaikan Masalah Kebun

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

xii
1.1 Tugas Pemecahan Masalah Bangun Datar3
1.2 Hasil pekerjaan Ab
1.3 Hasil pekerjaan Ak
2.1 Struktur dan Mekanisme Konstruksi Pengetahuan
2.2 Diagram Kerangka Berpikir
3.1 Alur Penentuan Subjek
3.2 Diagram Desain Rancangan Penelitian
4.1 Instrumen Tes Yang Telah Direvisi31
4.2 Instrumen Pedoman Wawancara
4.3 Hasil Identifikasi Masalah Kolam S135
4.4 Hasil Identifikasi Masalah Kebun S1
4.5 Hasil Identifikasi Masalah kolam S241
4.6 Hasil Pengerjaan Koordinasi Kolam Oleh S2
4.7 Hasil Pengerjaan Enkapsulasi Kolam Oleh S2 4
4.8 Hasil Identifikasi Masalah Kebun Oleh S246
4.9 Hasil Pengerjaan Koordinasi Kolam Oleh S2
4.10 Hasil Identifikasi Masalah Kolam Oleh S3
4.11 Hasil Pengerjaan Masalah Kolam Oleh S3
4.12 Hasil Pengerjaan Koordinasi Masalah Kolam Oleh S3
4.13 Hasil Identifikasi Masalah Kebun Oleh S3
4.14 Hasil Identifikasi Masalah Kolam Oleh S4
4.15 Hasil Pengerjaan Koordinasi Masalah Kolam Oleh S4
4.16 Hasil Enkapsulasi Masalah Kolam S4
4.17 Hasil Identifikasi Masalah Kebun Oleh S4
4.18 Hasil Pengerjaan Koordinasi Masalah Kebun S4
4.19 Hasil Pengerjaan Koordinasi Masalah Kebun S4
4.20 Hasil Pengerjaan Enkapsulasi Masalah Kebun S4

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

xiii
1a Instrumen Tes Geometri Van Hiele92
1b Kunci Jawaban Tes Geometri Van Hiele7
1c Lembar Validasi Instumen Tes Geometri Van Hiele8
2a Instrumen Tes Penyelesaian Masalah
2b Rubrik Penilaian Instrumen Tes Penyelesaian Masalah
2c Lembar Validasi Instrumen Penyelesaian Masalah
3a Lembar Pedoman Wawancara107
3b Lembar Validasi Instrumen Wawancara
4a Lembar Hasil Validasi Instrumen Tes Penyelesaian Masalah110
4b Lembar Hasil Validasi Instrumen Pedoman Wawancara111
5a Hasil Tes Penyelesaian Masalah Geometri Siswa Level 1
5b Hasil Tes Penyelesaian Masalah Geometri Siswa Level 2
5c Hasil Tes Penyelesaian Masalah Geometri Siswa Level 3
5d Hasil Tes Penyelesaian Masalah Geometri Siswa Level 4
6a Transkrip Wawancara Subjek Level 1
6b Transkrip Wawancara Subjek Level 2
6c Transkrip Wawancara Subjek Level 3
6d Transkrip Wawancara Subjek Level 4
8 Sertifikat Plagiasi
9 Proofreading Ringkasan
10 Surat KeteranganTelah Menyelesaikan Penelitian
11 Daftar Riwayat Hidup

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berpikir merupakan sebuah aktivitas yang penting dalam kehidupan dan
setiap individu pasti pernah melakukannya. Basri (2022) mendefinisikan berpikir
sebagai sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Berpikir juga sebagai
aktivitas psikis yang terjadi apabila seseorang menghadapi sebuah masalah yang
harus dipecahkan (Thahir, 2014). Ketika seseorang menghadapi sebuah
permasalahan, maka ia melakukan aktivitas berpikir. Hal ini sejalan dengan
pendapat Barsalou (2014) yang menyatakan bahwa aktivitas berpikir diarahkan
untuk menghasilkan pemecahan masalah. Berpikir melibatkan informasi yang
diperoleh, membuat hubungan antar konsep, melakukan analisis dan menarik
kesimpulan.
Berpikir sangat diperlukan dalam belajar matematika. Matematika
memiliki ciri khas pengembangan berpikir dengan objek mental sebagai kajiannya
(Prayitno, 2022). Pembelajaran matematika di sekolah melatih siswa untuk
melakukan aktivitas berpikir dengan jelas, sistematis, dan logis. Setiap siswa akan
mengkonstruksi konsep atau penyelesaian masalah dalam pikirannya dan cara
siswa dalam mengkonstruksi berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Ketika siswa dihadapkan pada permasalahan matematika, kemungkinan siswa
tersebut akan melakukan aktivitas berpikir dalam memberikan ide atau solusi
penyelesaian.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan teori APOS untuk
mengetahui konstruksi pengetahuan proses berpikir siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika. Mekanisme mental APOS terdiri dari interiorisasi,
koordinasi, enkapsulasi dan tematisasi. Arnon, dkk (2014) mengatakan bahwa
Teori APOS mengacu pada yang terjadi di dalam pikiran seorang siswa ketika
belajar konsep matematika. Teori APOS merupakan alat analisis yang dapat
digunakan menyelidiki pemahaman pengetahuan dan konsep matematika
seseorang serta mendeskripsikan perkembangannya pemahaman dalam pikirannya
(Nisa, dkk., 2020). Pemahaman konsep matematika yang akan dikaji pada
penelitian ini adalah geometri bangun datar. Peneliti akan mengkaji dan

1
2

mendeskripsikan proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah geometri


bangun datar.
Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang berhubungan
atau berkaitan dengan suatu bentuk bangun dan pengukuran. Geometri adalah
presentasi abstrak dari pengalaman visual dan spasial, pola, pengukuran dan
pemetaan. Siswa dapat mengidentifikasi bentuk dan ruang di sekitarnya setelah
mereka mempelajari geometri, karena benda-benda dasar geometri biasanya
menyerupai benda-benda nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Rohendi,
dkk., 2018; Zainal, 2020 ; Surya, dkk., 2021). Belajar geometri digunakan untuk
menunjang perkembangan kemampuan berpikir logis, intuisi keruangan, dan
menanamkan pengetahuan yang dapat berguna dan berkaitan dengan materi yang
lain (Kurnia & Hidayati, 2022). Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa geometri adalah ilmu matematika yang mempelajari garis,
ruang, dan volume, yang bersifat abstrak dan saling berkaitan satu sama lain.
Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
geometri siswa masih tergolong rendah. Penelitian yg dilakukan (Naufal, dkk.,
2020) memperoleh hasil bahwa 46,6% siswa SMP masih kesulitan dalam
memahami geometri. Rendahnya kemampuan geometri siswa dikarenakan materi
geometri sulit dipahami siswa dan banyak siswa yang tidak menguasai konsep
geometri. siswa yang mempelajari konsep geometri dengan pendekatan hafalan
seringkali gagal dalam menggali bentuk-bentuk geometri dan hubungan
diantaranya. (Fona & Husna, 2018; Fauzi & Arisetyawan, 2020; Ali & Nikmah,
2023). Berdasarkan keempat uraian peneliti tersebut menunjukkan bahwa proses
berpikir geometri pada siswa SMP masih tergolong rendah. Untuk memahami
permasalahan di lapangan, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu sebelum
melakukan penelitian.
Studi pendahuluan dilaksanakan pada 10 siswa kelas VIII A di SMP
Negeri 2 Ambarawa dengan melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran
matematika dan peneliti meminta siswa untuk menyelesaikan soal cerita geoemtri
bangun datar. Penelitian tersebut dilakukan pada subjek yang sudah mendapatkan
materi geometri dengan tujuan melihat aktivitas-aktivitas penyelesaian masalah
yang dilakukan siswa. Soal cerita bangun datra tersebut seperti pada Gambar 1.1.
3

Masalah:

Satu kg cat dapat digunakan untuk


mengecat ͳͲ݉ ଶ dinding tembok. Tembok
yang akan di cat berbentuk persegi
panjang yang panjangnya adalah 4 kali
lebarnya. Jika keliling dinding tersebut
adalah 30m. tentukan banyak cat yang
dibutuhkan!

Gambar 1. 1 Tugas Pemecahan Masalah Bangun Datar

Berdasarkan hasil jawaban siswa yang telah menyelesaikan soal geometri


bangun datar menunjukkan bahwa siswa memulai proses yang sama yaitu dengan
menuliskan komponen-komponen pada masalah, yaitu informasi yang diketahui
dan ditanyakan. Namun siswa belum melakukan perhitungan dan menjawab
penyelesaian dengan tepat. Siswa salah dalam menuliskan rumus keliling pada
persegi panjang. Dari 10 siswa yang diberikan soal cerita bangun datar, 2 siswa
mampu menyelesaikannya dengan benar, sedangkan 8 siswa belum menjawab
dengan benar. Hasil pengerjaan siswa dalam menyelesaikan soal cerita bangun
datar ditampilkan pada Gambar 1.2 berikut.

Gambar 1. 2 Hasil Pekerjaan Ab

Berdasarkan Gambar 1.2. menunjukkan bahwa siswa Ab menuliskan


komponen pada masalah, yaitu informasi yang diketahui dan ditanyakan pada
masalah. Namun siswa belum melakukan perhitungan dan menjawab penyelesaian
dengan tepat. Siswa Ab dan Ak salah dalam menerapkan rumus keliling pada
persegi panjang yaitu 2( p+l) sehingga siswa membagi keliling pada tembok
dengan 2. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pemahaman siswa. Sehingga
dapat dikatakan bahwa siswa belum memenuhi tahap berpikir yang tepat. Siswa
4

hanya menuliskan yang diketahui dan ditanyakan pada masalah, namun siswa
belum mampu memahami masalah. Selanjutnya pada Gambar 1.3 berikut adalah
jawaban dari siswa lain.

Gambar 1. 3 Hasil Pekerjaan Ak

Pada kenyataannya pembelajaran di sekolah masih berlangsung secara


konvensional dan berpusat pada guru. Sehingga, siswa menjadi belum terbiasa
dalam menerapkan berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah bangun datar.
Kesulitan belajar siswa dalam geoemetri telah dijelaskan oleh temuan studi Van
Hiele bahwa kesulitan belajar geoemetri memiliki kaitan yang erat dengan
pengembangan tingkat berpikir seorang siswa dalam pengetahuan dan
pemahaman konsep geoemtri (Usiskin, 1982). Oleh sebab itu, Pembelajaran
geometri di sekolah perlu memperhatikan tingkat perkembangan berpikir siswa
(Afifah, 2019). Haviger & Vojku̇vkó va (2014) menyampaikan bahwa sangat tepat
untuk membagi siswa menurut tingkatan yang berbeda.
Diperlukan teori terkait tingkat perkembangan berpikir siswa untuk
membagi level geometri siswa. Teori yang dapat digunakan untuk mengkaji level
berpikir siswa adalah teori Van Hiele (Anwar, 2020). Diperlukan suatu tes
tertentu untuk mengetahui perbedaan level berpikir siswa (Kurniawati, dkk.,
2015). Tes Geometri Van Hiele (VHGT) merupakan tes dapat digunakan untuk
mengetahui level atau tingkat berpikir geometri siswa. Seperti yang diketahui
bahwa keterampilan berpikir setiap siswa tidak sama, sehingga melalui tes
geometri Van Hiele akan diketahui level geometri setiap siswa. Van Hiele
mengidentifikasi 5 level berpikir siswa, yaitu level 1 (visualisasi), level 2
(analisis), level 3 (abstraksi), level 4 (deduksi), dan level 5 (ketepatan)
(Lestariyani, dkk., 2014).
5

Penelitian terkait proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah


geometri sampai saat ini masih relevan dan banyak yang mengeksplorasi dengan
berbagai tinjauan tertentu, misalnya seperti penelitian dari Mulyadi & Muhatdi
(2019) melakukan penelitian tentang proses berpikir siswa dalam menyelesaikan
masalah geometri berdasarkan teori Van Hiele ditinjau dari gender, mengungkap
bahwa siswa laki-laki berkemampuan tinggi berada pada level 2 (deduksi
informal), siswa lakiplaki berkemampuans edang berada pada level 1 (analisis),
dan siswa laki-laki berkmeampuan rendah ebrada pada level 0 (visualisasi).
Sementara siswa erempuan berkemampuan tinggi dan sedang berada pada level 1
(analisis), dan siswa perempuan berkemampuan rendah berada pada level 0
(visualisasi). Kemudian penelitian dari Hidayat, dkk (2018) tentang proses
berpikir siswa field dependent dalam menyelesaikan masalah geometri
berdasarkan tahapan Polya, mengungkap bahwa dalam memproses informasi,
subjek field dependent tidak emmahami masalah secara utuh sehingga dalam
merencanakan penyelesaian subjek field dependent lupa tentang konsep kubus.
Berdasarkan beberapa penelitian yang penulis temukan, maka keterbaruan
penelitian ini mengkaji seluruh kecenderungan siswa dari yang memiliki
kemampuan level berbeda yaitu, level 1, level 2, level 3 dan level 4 Van Hiele
dalam menyelesaikan masalah geometri berdasarkan mekanisme mental. Sehingga
penelitian ini sangatlah penting untuk dilakukan dan untuk mengetahui serta
mendeskripsikan proses berpikir siswa SMP N 2 Ambarawa. Alasan penelitian ini
dilakukan di SMP adalah berdasarkan teori perkembangan yang dikemukakan
oleh piaget menjelaskan bahwa anak pada usia di atas 12 tahun telah memasuki
tahap operasi formal. Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan
kognitif, dimana anak pada usia ini sudah mampu bernalar dan berpikir
menggunakan hal-hal abstrak.
Berdasarkan masalah yang didapatkan peneliti pada SMP N 2 Ambarawa
melalui hasil wawancara dan data awal hasil pengerjaan siswa pada materi bangun
datar. Maka, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Proses Berpikir
Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Berdasarkan Mekanisme
Mental Ditinjau dari Level Van Hiele.
6

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan pertanyaan penelitian:


Bagaimana proses berpikir siswa SMP Negeri 2 Ambarawa dalam menyelesaikan
masalah geometri berdasarkan mekanisme mental ditinjau dari level van Hiele.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan pertanyaan penelitian, maka penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan proses berpikir siswa SMP Negeri 2 Ambarawa dalam
menyelesaikan masalah geometri berdasarkan mekanisme mental ditinjau dari
level Van Hiele.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Menambah pengetahuan mengenai penyelesaian masalah geometri
berdasarkan mekanisme mental dan dapat menambah pengetahuan guru
mengenai level Van Hiele.
b. Memilih dan merancang pembelajaran yang tepat untuk membantu siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika terutama geometri.

1.5 Definisi Operasional


Untuk menghindari perbedaan penafsiran mengenai istilah yang digunakan
dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan terkait definisi istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan terkait definisi
istilah-istilah sebagai berikut. Perlu ditambahkan penjelasan terhadap definisi
istilah-istilah di bawah ini.
a. Masalah matematika adalah soal yang penyelesaiannya berupa ide atau
konsep matematika. Secara umum, masalah matematika dapat dibagi
menjadi dua bagian: soal rutin dan soal non-rutin. Permasalahan rutin
merupakan permasalahan yang dapat diselesaikan dengan menggunakan
langkah-langkah yang biasa digunakan, sedangkan permasalahan non-rutin
merupakan permasalahan yang membutuhkan pemikiran lebih dalam untuk
menyelesaikannya.
7

b. Penyelesaian masalah adalah proses menemukan solusi langkah demi


langkah. Melalui penyelesaian masalah, siswa harus mampu menghasilkan
ide-ide yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Setelah siswa
mampu menyelesaikan suatu masalah, mereka pun melakukan aktivitas
seperti menganalisis, menafsirkan, berpikir, memprediksi, mengevaluasi,
dan merefleksikan.
c. Berpikir adalah kemampuan individu untuk mengingat, mempertimbangkan,
dan mengambil keputusan. Ada dua jenis berpikir: berpikir vertikal dan
berpikir horizontal. Berpikir vertikal adalah cara berpikir yang sederhana
dan logis. Sedangkan, berpikir lateral adalah cara berpikir yang tidak biasa
atau tidak biasa ketika menyelesaikan masalah.
d. Proses berpikir adalah sebuah proses yang berlangsung di dalam diri atau
pikiran seseorang dengan cara mengambil pengetahuan yang tersimpan di
dalam pikiran, mengolahnya dan menarik kesimpulan darinya.Proses
berpikir terdiri dari tiga langkah: membentuk pemahaman, membentuk
pendapat, dan menarik kesimpulan.
e. Mekanisme Mental adalah cara siswa mengkonstruksi pengetahuan yang
dimiliki untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Proses mekanisme
mental terdiri dari interiorisasi, koordinasi, enkapsulasi, dan tematisasi.
f. Segitiga adalah bangun datar yang terdiri atas tiga titik berbeda yang tidak
segaris dan tiga ruas garis yang masing-masing menghubungkan sebarang
dari titik tersebut.
g. Persegi adalah bangun datar yang terdiri atas empat titik berbeda yang tidak
segaris dan empat ruas garis yang masing-masing menghubungkan sebarang
dari titik tersebut. Persegi memiliki empat sisi yang sama panjang dan
keempat sudutnya tersebut merupakan sudut siku-siku.
h. Persegi panjang adalah bangun datar yang terdiri atas empat titik berbeda
yang tidak segaris dan empat ruas garis yang masing-masing
menghubungkan sebarang dari titik tersebut. Persegi panjang memiliki
empat sisi dan empat sudut siku-siku. Sisi yang berhadapan memiliki
panjang yang sama.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Proses Berpikir


Aktivitas mental yang dimiliki setiap manusia adalah berpikir. Berpikir
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berpikirlah yang
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya (Subanji, 2015). Karena
proses berpikir merupakan sebuah proses yang berlangsung di dalam diri atau
pikiran seseorang dengan cara mengambil pengetahuan yang tersimpan di dalam
pikiran, mengolahnya dan menarik kesimpulan darinya. Berpikir menciptakan
representasi mental melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi
mental yang kompleks seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan
pemecahan masalah (Nuroso, dkk.2018). logika berpikir seorang individu yang
diungkapkan dalam bentuk pemikiran mempunyai peranan yang sangat penting
dalam menentukan mana yang benar dan mana yang salah berdasarkan kenyataan
yang diterima akal. Benar dan salahnya suatu pemikiran bergantung pada proses
berpikir.
Zuhri berpendapat bahwa proses berpikir ketika menyelesaikan suatu
masalah terdiri dari tiga bagian: proses berpikir konseptual, proses berpikir semi
konseptual, dan proses berpikir komputasi (Retna, dkk., 2013). Proses berpikir
konseptual adalah proses di mana siswa menggunakan keterampilan dan
pemahaman yang dimilikinya untuk memecahkan masalah, sedangkan proses
berpikir semi konseptual adalah proses di mana siswa tidak benar-benar
memahami konsepnya, tetapi proses berpikir yang memungkinkan bekerja sesuai
dengan intuisi (Mawardi., dkk, 2020). Berpikir komputasional merupakan proses
pemecahan masalah yang menggunakan logika langkah demi langkah dan
sistematis (Supiarmo, dkk., 2021). Subanji (2017) menyatakan bahwa salah satu
aspek dalam berpikir adalah berpikir matematis.
Berpikir matematis merupakan aktivitas mental dalam menyelesaikan
masalah matematika. Pemahaman konsep matematika sangat penting dalam
mengembangkan konsep berpikir siswa (Leatham, dkk., 2015). Cahyono &
Effendy (2020) sepakat bahwa berpikir, menalar, dan bekerja di bidang
matematika mendorong siswa untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah,

8
9

serta memilih dan menerapkan strategi yang tepat untuk menemukan solusi.
Matematika merupakan mata pelajaran yang melatih pola berpikir siswa secara
sistematis dan logis (Herlina & Ihsan, 2020). Oleh karena itu, kemampuan
penalaran matematis sangat penting dalam menyelesaikan permasalahan geometri
karena penyelesaiannya memerlukan pemikiran logis.

2.2 Struktur dan Mekanisme Mental


Salah satu ciri matematika adalah mempunyai objek kajian yang abstrak,
sehingga abstraksi merupakan komponen penting yang tidak dapat dipisahkan
dari matematika. Perkembangan teori-teori abstrak secara langsung maupun
tidak langsung berkaitan erat dengan pembelajaran matematika, misalnya
pemecahan masalah matematika.Untuk mengabstraksi, seseorang memerlukan
logika. Menurut Piaget dalam (Arnon, dkk., 2014) seluruh pengetahuan
merupakan hasil konstruksi dari tindakan atau pengalaman seseorang. Piaget juga
mengatakan bahwa pengetahuan logis matematis adalah pengetahuan mengenai
hubungan-hubungan yang dikonstruksikan ke dalam pikian siswa. Subanji (2017)
mengemukakan bahwa pembentukan pengetahuan dapat dipelajari menggunakan
struktur mental (APOS) dan mekanisme konstruksi pengetahuan yang disebut
abstraksi reflektif. Struktur mental dan mekanisme konstruksi pengetahuan
menjelaskan terbentuknya pengetahuan dalam proses belajar.
Struktur dan mekanisme mental terjadi pada saat proses belajar
berlangsung. Arnon, dkk (2014) menjelaskan struktur mental dan mekanisme
konstruksi pengetahuan matematika sebagai berikut.

Gambar 2. 1 Struktur dan Mekanisme konstruksi Pengetahuan Matematis


10

Subanji (2015) menjelaskan bahwa siswa akan bereaksi ketika dihadapkan


pada masalah matematika. Struktur mental yang terjadi pada saat siswa
memberikan tanggapan disebut Aksi, sedangkan mekanisme mental yang terjadi
disebut interiorisasi, yaitu siswa menginteriorisasikan informasi atau komponen
permasalahan ke dalam struktur mentalnya sendiri. Informasi mengenai masalah
yang terinteriorisasi diproses dalam struktur mental yang disebut proses.
Mekanisme mental yang terlibat dalam proses ini adalah koordinasi dan
pembalikan. Komponen-komponen tersebut diproses dengan cara mengatur
komponen-komponen tersebut sesuai dengan urutannya. Penyesuaian terhadap
komponen-komponen tersebut terjadi secara terus-menerus hingga terciptanya
pengetahuan yang bermakna. Dengan kata lain terjadi mekanisme konstruksi
pengetahuan matematis yang disebut enkapsulasi atau de-enkapsulasi. Komponen-
komponen yang sudah diproses dan dikemas menjadi objek di struktur mental.
Setelah menjadi objek, pengetahuan tersebut dikaitkan dengan struktur
pengetahuan yang sudah dimiliki, maka terbentuklah struktur mental yang disebut
skema. Selanjutnya masalah yang penting adalah bagaimana konstruksi konsep
terjadi jika dilihat dari proses berpikir.

2.2.1 Struktur Mental.


Teori APOS merupakan teori konstruktivitis, dimana teori ini
mempelajari bagaimana belajar konsep matematika yang dikembangkan
oleh Ed. Dubinsky (Rahmawati, 2020) Teori APOS adalah suatu teori
belajar yang lahir dari hipotesis bahwasanya pengetahuan matematika
berada dalam situasi masalah matematika yang melibatkan tahapan aksi,

proses, objek, dan skema (Syafri, 2016) . Teori APOS dan aplikasinya
berdasarkan pendapat Piaget dalam mengajar didasarkan pada asumsi
berikut.

a. Asumsi pada pengetahuan matematik


Pengetahuan matematik yang dimiliki oleh seseorang merupakan
kecenderungannya untuk merespon situasi yang dirasakan dan
solusinya dengan merefleksikannya pada konteks sosial, dan
11

mengkonstruksi atau merekonstruksi struktur mental untuk


menggunakannya dalam situasi yang terkait.
b. Hipotesis dalam pembelajaran
Seseorang tidak mempelajari konsep matematika secara langsung.
Seseorang tersebut mengaplikasikan struktur mental untuk mengerti
konsep. Belajar terfasilitasi jika individu memiliki struktur mental
yang memadai untuk konsep matematik tertentu. Jika tidak ada
struktur mental yang memdai, maka belajar konsep hampir tidak
mungkin.
Asumsi tersebut menjelaskan bahwa tujuan dalam mengajar siswa harus
terdiri atas strategi untuk membantu siswa membangun struktur mental yang
memadai dan membimbing siswa untuk mengkonstruk pemahaman konsep
matematika siswa. Berdasarkan teori APOS yang disampaikan oleh Dubisky
terdapat keempat struktur mental, yaitu aksi, proses, objek, dan skema
(Kurniati, dkk., 2018). Struktur mental tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Aksi
aksi merupakan transformasi dari objek-objek yang dirasakan siswa.
Siswa mampu mentransformasikan soal, baik yang diketahui maupun
yang ditanyakan dalam bentuk simbol atau gambar serta mampu
melakukan intruksi pengoperasian. Pada proses kontruksi Aksi siswa
mampu menulis apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari
soal. Siswa juga mampu memilih strategi untuk menjawab dan
menyelesaikan soal yang disajikan.
2. Proses
Proses merupakan suatu konstruksi mental yang terjadi secara internal
yang diperoleh ketika seseorang sudah bisa melakukan tingkat aksi
secara berulangkali. Siswa mampu melakukan pengoperasian dan
mampu menjelaskan secara lisan bagaimana melakukan aksi untuk
sampai kepada penyelesaian yang benar. Siswa mampu memilih cara
yang bisa mentransformasikan dari suatu keadaan ke keadaan tertentu.
Siswa mampu mengatakan dan memberikan alasan bahwa cara yang
12

digunakan itu benar. Siswa mampu memberikan alasan dari setiap


cara yang digunakan untuk menghantarkan ke tahap selanjutnya.
3. Objek
Objek dikonstruksi dari proses ketika individu telah mengetahui
bahwa proses sebagai suatu totalitas dan menyadari bahwa
transformasi dapat dilakukan pada proses. Siswa mampu menjelaskan
secara lisan bagaimana melakukan aksi dan proses untuk sampai
kepada kepada kesimpulan yang benar sehingga siswa mampu
menguraikan dan menjelaskan apa yang dilakukan sejak awal melihat
permasalahan yang diberikan. Siswa mampu mencoba menyususn
setiap langkah dengan cara yang telah disusun agar sampai pada
kesimpulan yang ditanyakan. Siswa mmapu menyusun setiap langkah
dengan menggunakan cara yang telah dipih agar menjadi sebuah
kesimpulan.
4. Skema
Skema untuk suatu konsep matematika tertentu adalah kumpulan aksi,
proses, objek atau skema yang dihubungkan oleh beberapa prinsip
secara umum. Siswa mampu menjawab dan menyelesaikan soal baru
dengan benar. Siswa mampu menguraikan kembali deskripsi-
deskripsi yang ada pada aksi, proses dan objek dengan baik dan benar.
Siswa mampu mengorganisasikan cara-cara tersebut untuk
menyelesaikan soal baru dan mampu memberikan alasan dengan
menjelaskan yang dilakukan pada soal tersebut.

2.2.2 Mekanisme Mental


Pembelajaran terjadi ketika seseorang individu membangun struktur
mental melalui mekanisme mental (Octac, 2019). Berdasarkan terori APOS,
terdapat lima jenis abstraksi reflektif atau mekanisme mental (Kurniati, dkk.,
2018). Abstraksi reflektif dijelaskan oleh Piaget mengandung dua ciri yang
tidak dapat dipisahkan, pertama “reflechissement”, yaitu memiliki
pengertian sebagai suatu aktivitas proyeksi dari suatu tingkatan yang lebih
rendah ke tingkatan yang lebih tinggi, dan yang kedua adalah “reflexion”
yaitu pemantulan, dalam pengertian sadar atau tidak sadar pada rekonstruksi
13

atau reorganisasi kognitif dari apa yang sudah diperoleh subjek. Dalam
pemecahan masalah, subjek mampu memecahkan masalah baru dengan
menggunakan koordinasi tertentu dari struktur-struktur yang telah dibangun.
Abstraksi reflektif terjadi melalui aksi mental pada konsep mental dalam
operasi mental siswa sendiri menjadi objek baru pada pikirannya. Hasil dari
abstraksi reflektif ialah skema pengetahuan pada setiap tahap perkembangan
dan abstraksi reflektif menyajikan skema dari pola aksi yang berkaitan.
Penelitian ini menggunakan kegiatan abstraksi reflektif sebagai
dasar untuk mendeskripsikan profil abstraksi siswa dalam memecahkan
masalah matematika dalam merekonstruksi atau mengungkapkan kembali
dan mengorganisasikan struktur-struktur yang diciptakan oleh aktivitas
siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika. Mekanisme
mental pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Interiorisasi.
Interiorisaasi memungkinkan seseorang menyadari suatu aksi,
memikirkannya, dan memadukannya dengan aksi lain. Tahap
interiorisasi adalah mengidentifikasi komponen-komponen yang
diketahui dan ditanyakan pada masalah. Pada tahap ini siswa
mengidentifikasi informasi yang diketahui dalam permasalahan dan
mengidentifikasi apa yang diketahui dan ditanyakan terkait dnegan
permasalahan tersebut.
2. Koordinasi
Koordinasi adalah menghubungkan komponen-komponen untuk
memecahkan suatu masalah. Pada tahap ini, siswa mengkoordinasikan
informasi yang ada di dalam pikirannya dan informasi yang telah
dipelajari pada saat pembelajaran. Pada tahap koordinasi siswa
memikirkan ide awal yang akan digunakan untuk menyelesaikan
masalah. Ide awal tersebut berupa mengaitkan antara informasi yang
diketahui dengan informasi yang ditanyakan pada masalah. siswa dapat
menuliskan rumus atau gambar sebagai langkah awal dalam ide
penyelesaian. .
3. Enkapsulasi
14

Enkapsulasi terjadi ketika siswa menerapkan sebuah aksi ke sebuah


proses, yaitu melihat sebuah struktur dinamis (Proses) sebagai sebuah
struktur dimana aksi-aksi dapat diterapkan. Dubinsky (2004)
menjelaskan bahwa seseorang dikatakan mengalami transformasi
apabila ia menyadari proses tersebut secara keseluruhan, menyadari
bahwa transformasi tersebut dapat bertindak atas keseluruhan tersebut,
dan benar-benar dapat membingkai transformasi tersebut dengan jelas
atau dalam diri seseorang. imajinasi Enkapsulasi proses tersebut
menjadi objek kognitif. Berbagai penelitian berbasis APOS
menemukan bahwa mekanisme enkapsulasi adalah yang paling sulit.
Kesulitan yang muncul ketika mengubah proses menjadi objek serupa
dengan kesulitan yang dihadapi ketika berpindah dari satu paradigma
ilmiah ke paradigma ilmiah lainnya. Enkapsulasi merupakan rangkaian
hasil konstruksi menjadi kesimpulan.
4. Tematisasi
Tematisasi terjadi ketika siswa dapat mengaitkan kembali konstruksi
dengan skema yang sudah dimiliki. Pada tahap ini siswa melihat kembali
proses penyelesaian dari awal yaitu memahami masalah sampai dengan
menyelesaikan sebuah masalah, kemudian siswa dapat mengaitkan
temuannya dengan skema yang telah dimiliki dan membuat rumusan
umum.

Berikut pada tabel 2.1 akan dijabarkan mengenai Indikator mekanisme mental,
yaitu interiorisasi, koordinasi, Enkapsulasi dan Tematisasi yang digunakan pada
penelitian ini.
15

Tabel 2. 1 Indikator Mekanisme Mental

No Mekanisme Definisi Indikator


Mental
Mengidentifikasi komponen- Siswa mengidentifikasi informasi
1 Interiorisasi komponen yang diketahui dan yang ada pada masalah Seperti yang
ditanyakan pada masalah diketahui dan ditanyakan pada soal.
Menghubungkan antar Siswa menghubungkan informasi pada
2 Koordinasi komponen untuk masalah dengan langkah penyelesaian
menyelesaikan masalah yang akan digunakan.
Menghubungkan hasil Siswa menyelesaikan masalah
3 Enkapsulasi konstruksi menjadi berdasarkan Komponen-komponen
penyelesaian yang telah diproses dan
dikoordinasikan..
Mengaitkan kembali Siswa mengaitkan hasil konstruksi
4 Tematisasi konstruksi dengan skema yang dengan struktur pengetahuan yang
sudah dimiliki. sudah dimiliki sebelumnya.

2.3 Geometri Van Hiele


Geometri adalah cabang matematika yang diajarkan di sekolah dengan
tujuan agar siswa dapat memahami sifat-sifat dan hubungan antar unsur geometri
serta dapat mendorong siswa untuk dapat berpikir secara kritis dan memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. (Fauzi & Arisetyawan, 2020). Kemampuan
geoemetri pada setiap siswa tidak sama. Pembelajaran di sekolah perlu
memperhatian level atau tingkatan pemahaman pada setiap siswa. Diperlukan
teori terkait level berpikir geometri siswa untuk mengelompokan siswa
berdasarkan level. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Level
Berpikir Geometri Van Hiele.
Teori Van Hiele merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Pierre
Van Hiele yang merupakan seorang guru matematika Belanda yang melakukan
penelitian melalui observasi dan pertanyaan dan menulis hasilnya bersama
istrinya. Van Hiele menunjukkan kesulitan yang dihadapi siswa saat belajar
geometri. Temuan Van Hiele merangkum tahapan perkembangan kognitif anak
dalam membantu memahami geometri. Menurut Van Hiele, ada tiga unsur yang
ada dalam pembelajaran matematika yaitu waktu, materi pengajaran dan metode
pengajaran yang jika ketiganya ditata secara terpadu maka akan meningkatkan
kemampuan berpikir anak kepada tingkatan berpikir yang lebih tinggi.

2.3.1 Tahap Pemahaman Geometri Van Hiele


Tahap kemampuan pemahaman geometri siswa disusun secara
berurutan. Menurut Van Hiele siswa harusnya mengembangkan
16

pemahamannya sebelum ketahapan selanjutnya. Agar siswa memahami


geometri berdasarkan konsep, kegiatan belajar siswa harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak atau disesuaikan dengan tahap
berpikirnya. Dengan demikian siswa dapat memperkaya pengalaman dan
berpikirnya, selain itu sebagai persiapan untuk meningkatkan tahap
berpikirnya kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap sebelumnya. Pada
Tabel 2.2 berikut adalah level berpikir siswa dalam bidang geometri
menurut Van Hiele
Tabel 2.2 Indiktor Level Berpikir Geometri Van Hiele

Level Jenis Keterangan


1 Visualisasi Siswa mengenal bentuk-bentuk geometri hanya sekedar
karakteristik visual dari suatu objek.
Analisis Siswa dapat menentukan sifat-sifat suatu bangun dengan
2 melakukan pengamatan, pengukuran, menggambar dan
membuat model.
3 Abstraksi siswa pada tahap berpikir ini sudah dapat melihat hubungan
sifat-sifat pada suatu bangun.
Siswa tidak hanya menerima bukti tapi juga sudah dapat
4 Deduksi menyusun bukti. Sisaw dapat membuktikan teorema dengan
pemikiran logis

(1) Level 1 (Visualisasi)


Level pengenalan merupakan tahap awal. Pada level ini siswa
baru mengenal bangun-bangun geometri dan dapat mengidentifikasinya
secara umum. Siswa sudah mampu menggambar, membangun bentuk
geometri dan menyebutkan nama bentuk geometri. Seperti, persegi,
persegi panjang, kubus, balok, belah ketupat dan lain sebagainya. Pada
tahap ini siswa mampu mengenali bentuk-bentuk geometri dan
mengetahui namanya. Ketika siswa diberikan gambar bangun geometri,
maka siswa tersebut mampu menyebutkan nama bangun tersebut,
namun masih belum bisa menyebutkan sifat-sifatnya.
(2) Level 2 (Analisis)
Tahap analisis atau biasa disebut Level 2 merupakan tahap
selanjutnya dari tahap pengenalan. Pada tahap ini siswa sudah mampu
memahami sifat-sifat bangun geometri. Jika diberikan gambar persegi
maka siswa dapat menyebutkan bahwa persegi memiliki empat sisi
yang sama panjang, memiliki empat sudut siku-siku yang sama besar
17

dan diagonalnya sama panjang. Namun, pada tahap ini, siswa masih
belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu bangun
geometri dengan bangun geometri lainnya. Seperti mengurutkan
bangun-bangun geometri.
(3) Level 3 (Abstraksi)
Pada level ini siswa sudah mampu mengetahui hubungan yang
terkait dengan antara suatu bangun geometri yang satu dengan yang
lainnya. Siswa pada tahap ini sudah memahami pengurutan bangun-
bangun geometri dan dapat mengikuti langkah pembuktian tetapi belum
dapat melakukannya sendiri. Misalnya siswa sudah mengetahui
jajargenjang itu trapesium, belah ketupat adalah layang-layang, kubus
itu adalah balok. Pada level ini anak sudah mampu untuk melakukan
penarikan kesimpulan secara deduktif, tetapi masih pada tahap awal
artinya belum berkembang baik. Pada tahap ini siswa belum mampu
memberikan alasan yang rinci ketika ditanya mengapa kedua diagonal
persegi panjang itu sama, mengapa kedua diagonal pada persegi saling
tegak lurus.
(4).Level 4 (Deduksi)
Level ini juga dikenal dengan tahap deduksi formal. Pada level
ini siswa dapat menyusun bukti, tidak hanya sekedar menerima bukti.
Siswa dapat menyusun teorema dalam sistem aksiomatik. Pada level ini
siswa berpeluang untuk mengembangkan bukti lebih dari satu cara.
Perbedaan antara pernyataan dan konversinya dapat dibuat dan siswa
menyadari perlunya pembuktian melalui serangkaian penalaran
deduktif. Level deduksi merupakan level dimana siswa sudah mampu
menarik kesimpulan secara deduktif,yakni berpikir berdasar-kan
aturan-aturan yang berlaku dalam matematika siswa telah memahami
bahwa sistem lengkap dengan, definisi, teorema, dan postulat dapat
dihargai sebagai alat dalam pembentukan kebenaran geometri.

2.3.2 Tahapan Pembelajaran Geometri Van Hiele


Menurut Van Hiele, kenaikan dari level satu ke level berikutnya
bergantung kepada kedewasaan biologis atau perkembangan dari siswa
18

tersebut, dan juga lebih bergantung kepada akibat pembelajarannya. Guru


memegang peranan yang penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk
meningkatkan level pemahaman geometri siswa. Namun hal ini tidak berarti
hanya bergantung kepada guru saja. Menurut Zubaidah & Risnawati (2016)
teori Van Hiele menjelaskan bahwa untuk meningkatkan level berpikir siswa
ke yang lebih tingg terdapat 5 (lima) fase pembelajaran yang dapat
mendorong kemajuan tingkat berpikir geometrik siswa. Fase pembelajaran
geometrik Van Hiele tersebut sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2.3
berikut.
Tabel 2. 3 Fase Pembelajaran Van Hiele

No Tahap Deskripsi
Siswa mengembangkan kosakata dan konsep untuk
1 Informasi suatau tugas tertentu. Guru menilai penalaran siswa untuk
menentukan tugas belajar selanjutnya
2 OrientasiLangsung Siswa secara aktif terlibat dalam tugas-tugas yang
diarahkan guru.
Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan
3 Penjelasan pemahaman siswa sementara guru akan memimpin
diskusi
Siswa diberikan tugas yang kompleks dan menemukan
4 Orientasi bebas cara mereka dalam menyelesaikannya
Siswa merangkum dan mengulas kembali serta membuat
5 Integrasi kesimpulan dari setiap yang dipelajari

a. Tahap informasi
Pada fase ini guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai objek-
objek geometri. Objek yang dipelajari dalam hal ini adalah sifat dan
komponen ibjek, misalnya sifat dan hubungan antar komponen bangun
segi empat. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa dalam kegiatan
diskusi ini sambil melakukan observasi. Tujuan dari fase awal ini adalah
untuk mempelajari pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Kemudian
guru mempelajari petunjuk yang muncul untuk dapat menentukan
pembelajaran selanjutnya.
b. Tahap orientasi langsung
Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat pembelajaran
yang telah guru siapkan, seperti media pembelajaran di kelas. Aktivitas
ini akan menampakkan kepada siswa struktur-struktur yang memberi
19

komponen dan hubungan antar komponen suatu bangun segi empat. Alat
yang dirancang dapat mendatangkan respon khusus siswa.
c. Tahap penjelasan
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangannya.
Untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat,
guru akan memberi bantuan seminimal mungkin dan membantu
mengoreksi kalimat yang kurang tepat ketika siswa menjelaskan
pandangannya.
d. Tahap Orientasi bebas
Siswa dihadapkan dengan tugas-tugas yang kompleks dan open ended,
dimana membutuhkan banyak langkah dalam penyelesaiannya. Siswa
memperoleh pengalaman dalam menyelesaikan tugas tersebut dengan
cara yang mereka temukan sendiri.
e. Tahap integrasi
Siswa meninjau kembali dan meringkas yang telah dipelajari. Pada akhir
fase kelima ini siswa mencapai tahap berpikir yang baru. Siswa siap
untuk mengulangi fase-fase belajar pada tahap sebelumnya.

2.3.2. Karakteristik Teori Van Hiele


Tingkat pemikiran geometri Van Hiele berkembang dari tingkat rendah ke
arah tingat yang lebih tinggi. Teori Van Hiele mempuyai karakteritsik
sebagai berikut:
a. Belajar adalah suatu proses yang diskontinu, yaitu terdapat loncatan-
loncatan dalam belajar yang menyatakan adanya tingkatan pemikiran
yang berbeda secara kualitatif.
b. Tingkat-tingkat geometri Van Hiele berurutan. Untuk mencapai tingkat
yang lebih lanjut, siswa harus menguasai sebagian besar dari tingkat
yang lebih rendah. Kenaikan tingkat ini bergantung kepada pembelajaran
dan kedewasaan biologis siswa.
c. Konsep-konsep yang secara implisit dipahami pada suatu tingkat
menjadi dipahami secara eksplisit pada tingkat berikutnya. Pada setiap
tingkat muncul secara ekstrinsik dari sesuatu yang intrinsik pada tingkat
sebelmnya. Pada tingkat dasar, gambar-gambar sebenarnya juga tertentu
20

oleh sifat-sifatnya, tetapi siswa yang berpikiran pada tingkat ini tidak
sadar akan sfat-sifat itu
d. Setiap tingkat mempunyai bahasanya sediri dan sistem relasinya sendiri
yang mengubungkan simbol-simbol. Suatu relasi yang benar pada suatu
tingkat, ternyata akan tidak benar akan tingkat yang lain. Misalnya
pemikiran tentang persegi atau persegi panjang. Dua orang yang berpikir
pada tingkat yang berlainan tidak dapat saling mengerti, dan yang satu
tidak dapat mengikuti yang lain.

2.4 Kerangka Berpikir


Peneliti memilih kelas berdasarkan pendapat guru matematika yang lebih
memahami kondisi siswa. Setelah mendapatkan kelas siswa akan diberikan tes
geometri Van Hiele untuk mengelompokkan level pemahaman geometri siswa,
seperti level 1 (visualisasi), level 2 (analisis), level 3(Abstraksi), dan level 4
(Deduksi). Kemudian akan ditentukan siswa yang akan diteliti. Setelah
menentukan siswa yang akan diteliti, siswa diberikan tes penyelesaian masalah
geometri berbentuk uraian. Identifikasi penyelesaian geometri siswa akan
menganalisis proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah berdasarkan
mekanisme mental ditinjau dari level Van Hiele. Berikut adalah kerangka berpikir
peneliti yang tersaji pada Gambar 2.2

Identifikasi pelevelan Van Hiele

Level 0 Level 4
Level 1 Level 3

Menyelesaikan Masalah Geometri Bangun Datar

Identifikasi Proses Berpikir Siswa Berdasarkan Mekanisme Mental

Menganalisis proses berpikir siswa dalam menyelesaikan


masalah geometri berdasarkan mekanisme mental

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Berpikir


BAB III
METODE PENELITAN

3.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini mendeskripsikan tentang proses berpikir siswa dalam
menyelesaikan soal geometri ditinjau dari leven Van Hiele. Dengan rincian
deskripsi sebagai berikut: (1) mendeskripsikan proses berpikir siswa dengan level
1 Van Hiele, (2) mendeskripsikan proses berpikir siswa dengan level 2 Van Hiele,
(3) mendeskripsikan proses berpikir siswa dengan level 3 Van Hiele, (4)
mendeskripsikan proses berpikir siswa dengan level 4 Van Hiele. Pada penelitian
ini, peneliti menghasilkan data deskriptif dengan membuat gambaran dan
melaporkan secara rinci terkait pandangan, perilaku, atau tindakan subjek
penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dengan
Pendekatan kualitataif merupakan suatu prosedur atau pendekatan penelitian yang
menghasilkan data deskriptif yang meliputi data tertulis, data verbal, dan data
perilaku yang diperoleh dari mengamati subjek penelitian (Taylor, dkk., 2016).
Fiantika, dkk (2022) menjelaskan bahwa fenomena yang dimaksudkan dapat
berupa sesuatu hal yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, tindakan
dan sebagainya yang terjadi di lapangan dan dideskripsikan dalam bentuk kata-
kata.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan proses berpikir siswa
dalam menyelesaikan masalah geometri berdasarkan mekanisme mental yang
dilihat dari masing-masing level Van Hiele. Data yang diperoleh dalam penelitian
ini berupa hasil wawancara yang dilakuan antara peneliti dengan siswa.
Wawancara ini terjadi pada saat siswa menyelesaikan masalah geometri
berdasarkan mekanisme mental. Hal yang menjadi fokus penelitian adalah proses
abstraksi reflektif yang meliputi interiorisasi (Interiorization), koordinasi
(Coordination), enkapsulasi (Encapsulation), dan tematisasi (Thematization).

3.2. Lokasi dan Subjek Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Ambarawa
yang beralamat di Jl. Soekarno Hatta, Desa Kresnomulyo, Kec.Ambarawa.

21
22

Terdapat beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi penelitian yakni pada


lokasi penelitian terdapat karakteristik khusus siswa terkait rendahnya
pemahaman siswa pada materi geometri. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
3-14 Maret 2023. Calon subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Ambarawa. Terdapat beberapa pertimbangan
dalam pemilihan calon subjek penelitian yakni siswa di kelas VIII A memiliki
kemampuan penyelesaian masalah yang beragam.
Pada penelitian ini, siswa yang menjadi calon subjek penelitian terlebih
dahulu diberikan tes geometri Van Hiele dan dikelompokkan berdasarkan level
Van Hiele. Melalui tes tersebut akan diketahui siswa yang termasuk ke dalam
level 1 (visualisasi), level 2 (analisis), level 3 (abstraksi), level 4 (deduksi).
Setelah siswa dikelompokan berdasarkan level, maka peneliti memilih 7 siswa
yang akan dipilih menjadi subjek penelitian. Dua orang siswa level 1, dua orang
siswa level 2, dua orang siswa level 3, dan satu orang siswa level 4. Ketujuh
pemilihan subjek penelitian ini didasarkan atas pertimbangan dari guru
matematika yang mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas, sudah
cukup mewakili tingkatan setiap level, bersedia terlibat didalam penelitian, serta
calon subjek dapat berkomunikasi dengan baik. Siswa dengan kemampuan
komunikasi yang baik biasanya dapat dengan mudah mengemukakan pendapatnya
dan jalan pikirannya, baik secara lisan maupun tulisan sehingga dapat membantu
kelancaran penelitian.
Selanjutnya peneliti akan memberikan lembar soal penyelesaian masalah
bangun datar kepada 7 siswa yang mana merupakan calon subjek penelitian.
Calon subjek penelitian tersebut diminta untuk mengerjakan masalah geometri
bangun datar sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Calon subjek tidak
diperkenankan untuk bekerja sama. Calon subjek diharuskan untuk menyelesaikan
masalah secara mandiri dan menuliskannya pada lembar jawaban yang telah
disediakan. Lembar tes penyelesaian masalah ini digunakan untuk mengetahui
proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah. Dari hasil jawaban yang
telah dikerjakan oleh 7 calon subjek, maka diambil 4 siswa sebagai subjek,
diantaranya satu siswa level 1, satu siswa level 2, satu siswa level 3, dan satu
siswa dengan level 4. Alasan dipiihnya keempat siswa tersebut menjadi subjek
23

penelitian dikarenakan keempat siswa sudah dapat merepresentasikan masing-


masing level.
Pada hari berikutnya peneliti akan memberikan melakukan wawancara
kepada subjek mengenai jawaban yang telah dikumpulkan. Wawancara ini
dilakukan untuk mengetahui proses berpikir siswa dari masing-masing tingkat
level dalam menyelesaikan masalah geometri berdasarkan mekanisme mental.
Alur penentuan subjek penelitian pada penelitian ini disajikan pada Gambar 3.1
berikut.

Mulai

Penetapan kelas penelitian

Siswa diberikan tes geometri Van Hiele

Menganalisis hasil tes geometri Van Hiele

Apakah siswa
memenuhi level 1,
level 2 , level 3
dan level 4 Van Tidak
Hiele?

Ya

Siswa diberikan tes masalah bangun datar

Subjek

Gambar 3. 1 Alur Penentuan Subjek


24

3.3 Desain Rancangan Penelitian

Diagram desain rancangan penelitian yang akan dilaksanakan Gambar 3.2


berikut.

Masalah Menyusun rumusan masalah

Menentukan langkah pengumpulan data

Menyusun instrumen penelitian


Revisi

Validasi instrumen penelitian

Melaksanakan tes klasifikasi Van Hiele

Mengelompokkan siswa berdasarkan Level Van Hiele

Memilih subjek dari masing-masing kategori

Melaksanakan tes masalah bangun datar

Menganalisis jawaban siswa dan pengolahan data

Pelaksanaan wawancara

Analisis hasil wawancara

Penarikan Kesimpulan

Gambar 3. 2 Diagram Desain Rancangan Penelitian


25

3.4 Data dan Sumber Data


Data dalam penelitian ini bersumber dari siswa kelas VIII A SMP Negeri 2
Ambarawa, Kabupaten Pringsewu. Data yang diperoleh pada penelitian ini terdiri
atas tiga jenis data, yaitu sebagai berikut.
a. Data berupa hasil pelevelan Van Hiele Geometry Test (VHGT)
b. Data berupa tes tulis siswa dalam menyelesaikan masalah geometri
c. Data berupa hasil wawancara dengan masing-masing subjek penelitian
mengenai proses penyelesaian masalah geometri.

3.5 Instrumen Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga peneliti berperan
sebagai instrumen utama untuk mengumpulkan data dan informasi yang
dibutuhkan pada penelitian. Peneliti sebagai instrumen utama juga dibantu dengan
instrumen lainnya sebagai instrumen pendukung, yaitu instrumen pelevelan Van
Hiele, instrumen pedoman wawancara dan instrumen lembar tugas penyelesaian
masalah geometri. berikut akan dijelaskan deskripsi teknik pengumpulan data.
1) Instrumen Geometri Van Hiele
Instrumen ini merupakan instrumen pendukung yang akan digunakan
pada penelitian ini. Instrumen penggolongan (pelevelan) van Hiele ini
dugunakan untuk mengetahui manakah siswa yang mecapai Level 1, 2 ,3 dan
4 dalam tes geometri atau bisa disebut Van Hiele Geometry Test (VHGT).
Instrumen diciptakan oleh Zalman Usiskin dari Universitas Chicago dan
kemudian dikembangkan oleh The Cognitive Development and Achievement
in Secondary School Geometri Project (CDASSG). Tes berpikir geometri Van
Hiele digunakan untuk menggambarkan dan mengklasifikasikan kemampuan
berpikir geoemtri siswa sekolah. Tes berpikir geometri Van Hiele disusun
berdasarkan karakteristik teori Van Hiele, dimana setiap tingkatannya
menggambarkan proses pemikiran yang diterapkan dalam konteks geometri.
Pada penelitian kali ini peneliti hanya mengadaptasi 15 butir
pertanyaan, yang mana pada setiap tiga butir soal mewakili setiap level. Van
Hiele Geometry Test telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian. Tes
berpikir geoemtri disusun berdasarkan karakteristik teori Van Hiele dimana
setiap tingkatannya menggambarkan proses pemikiran geometri yang
26

diterapkan. Dalam tes berpikir geomeri yang terpenting adalah kemampuan


siswa dalam berpikir secara geometri. penomoran pertanyaan terkait tes
geometri Van Hiele di jelaskan pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Penomoran Butir Soal
Pertanyaan Level Berpikir
Nomor 1-3 Visualisasi
Nomor 4-6 Analisis
Nomor 7-9 Abstraksi
Nomor 10-12 Deduksi
Nomor 13-15 Rigor

Level 1 (visualisasi) pertanyaan nomor 1-3. Level 2 (analisis)


pertanyaan nomor 4-6, level 3 (abstraksi) pertanyaan nomor 7-9, level 4
(deduksi) pertanyaan nomor 10-12, dan level 5 (rigor) pertanyaan nomor 13-
15. Dalam instrumen tes yang mengukur tingkat berpikir geomtri, setiap level
terdapat tiga pertanyaan. Berdasarkan jawaban yang benar, maka diberikan
kriteria dalam menentukan tingkat berpikir geoemetri sebagai berikut:
a) Jika siswa dapat menjawab semua pertanyaan dengan benar pada nomor
soal 1-3 maka siswa tersebut mencapai tingkat berpikir geometri level 1
b) Jika siswa dapat menjawab semua pertanyaan dengan benar pada nomor
soal 4-6 maka siswa tersebut mencapai tingkat berpikir geometri level 2
c) Jika siswa dapat menjawab semua pertanyaan dengan benar pada nomor
soal 7-9 maka siswa tersebut mencapai tingkat berpikir geometri level 3
d) Jika siswa dapat menjawab semua pertanyaan dengan benar pada nomor
soal 10-12 maka siswa tersebut mencapai tingkat berpikir geoemtri
level 4
e) Jika siswa dapat menjawab semua pertanyaan dengan benar pada nomor
soal 13-15 maka siswa tersebut mencapai tingkat berpikir geometri
level 5
Begitu siswa tidak lulus pada tahap awal, maka tahap lainnya tidak dihitung.
Teks asli dari instrumen VHGT merupakan dalam bahwa inggris. Pada
penelitian ini, instrumen telah dialih bahasakan ke dalam bahasa indonesia.
Instrumen geometri Van Hiele disajikan pada lampiran 1a.
27

2) Instrumen pedoman wawancara


Penyusunan instrumen pedoman wawancara dibuat sebagai acuan
bagi peneliti untuk melakukan wawancara kepada siswa pada saat siswa
mengerjakan penyelesaian geometri. Wawancara ini dilakukan agar siswa
dapat mengungkapkan pendapatnya dalam menyelesaikan masalah geometri
berdasarkan mekanisme mental. Instrumen pedoman wawancara dibuat
berdasarkan pada indikator mekanisme mental. Setelah instrumen ini dibuat,
maka instrumen ini akan dianalisis dan divalidasi dengan kejelasan butir
pertanyaan wawancara terhadap penelitian. Setelah instrumen selesai
divalidasi maka instrumen siap untuk digunakan pada subjek penelitian.
Instrumen pedoman wawancara dilakukan sesudah menuliskan jawabannya
terkait dengan proses penyelesaian masalah geometri yang telah dilakukan.
Data yang diperoleh dari instrumen pedoman wawancara ini akan dianalisis
dengan tahapan-tahapan yang telah dilakukan oleh peneliti. Analisis dilakukan
untuk mengetahui proses berpikir siswa dari masing-masing level Van Hiele
dalam menyelesaikan masalah geometri.
3) Instrumen Lembar Tugas Penyelesaian Masalah
Instrumen lembar tugas penyelesaian geometri ini digunakan untuk
mengetahui proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah geometri.
Instrumen dibuat berdasarkan kompetensi dasar yang ada di sekolah sehingga
isi soal tidak menyimpang dari apa yang telah dipelajari siswa selama ini.
Setelah instrumen ini dibuat, maka instrumen akan dikonsultasikan dan
divalidasi oleh validator. Setelah instrumen dinyatakan valid oleh validator
maka instrumen siap diujikan kepada siswa. Jika instrumen telah dinyatakan
layak digunakan, maka instrumen tugas penyelesaian masalah geometri siap
diberikan kepada subjek yang terpilih dalam penelitian. Proses analisis data
terhadap instrumen ini dilakukan setelah siswa selesai mengerjakan tugas
penyelesaian masalah geometri.

3.6 Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data hasil pengerjaan siswa,
hasil tes tulis siswa dan hasil wawancara siswa. Data tersebut kemudian dianalisis
sesuai dengan masalah yang diangkat dalam penelitian. Analisis data dilakukan
28

dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-


unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
(Widyastuti, 2018). Adapun teknik analisis data yang digunakan pada penelitian
ini adalah teknik analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh (Miles &
Huberman, 2017). Aktivitas dengan analisis data dilakukan dengan langkah-
langkah berikut:
1) Reduksi Data
Pada tahap reduksi data ini, yang diperoleh dari kegiatan di tempat penelitian
seperti hasil tes secara tulis terhadap subjek penelitian kemudian dibuat dalam
bentuk rangkuman. Dari rangkuman tersebut kemudian dipilih hal-hal pokok
yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Reduksi data dilakukan untuk
memudahkan peneliti dalam mencapai deskripsi umum dan melakukan
penarikan kesimpulan berdasarkan fokus utama dalma penelitian.
2) Penyajian Data
Data yang telah direduksi sebelumnya kemudian dikelompokkan secara
runtut. Pengelompokkan tersebut akan memberikan adanya kemungkinan
untuk dilakukan pengambilan kesimpulan pada tahap selanjutnya. Selanjutnya
data yang telah tersaji akan dievaluasi untuk digunakan dalam proses
selanjutnya. Hal yang dilakukan pada penelitian ini menyajikan data-data hasil
tes pengklasifikasian, tes tulis, dan wawancara.
3) Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan akhir dalam analisis data.
Penarikan kesimpulan adalah sebuah kegiatan untuk menafsirkan data dan
menyesuaikan data. Setelah penyajian data yang telah didukung dengan
menafsirkan makna dari datayang telah diperoleh.

3.7 Prosedur Penelitian


Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Mengkaji teori pelevelan van Hiele dan Mekanisme mental
b. Menentukan tempat penelitian
c. Meminta izin kepada guru mata pelajaran matematika untuk
29

melakukan studi pendahuluan.


d. Meminta izin kepada kepala sekolah SMP Negeri 2
Ambarawa untuk melakukan penelitian.
e. Menyusun instrumen penelitian yang meliputi tes
pengklasifikasian level Van Hiele, soal tes geometri
penyelesaian masalah dan pedoman wawancara.
f. Merevisi dan memvalidasi instrumen pendukung penelitian
g. Membuat kesepakatan dengan guru mata pelajaran
mengenai waktu yan tepat untuk penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan tes pengklasifikasian level Van Hiele kepada
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ambarawa
b. Menganalisis hasil tes pengklasifikasian level Van Hiele
c. Memilih subjek penelitian, yaitu siswa dengan tingkat
berpikir level 1,2, 3 dan 4 pada pelevelan Van Hiele.
d. Memberikan soal tes penyelesaian masalah geometri pada
subjek penelitian
e. Menentukan subjek penelitian yang terdiri atas satu siswa
dengan level 1, satu siswa dengan level 2, satu siswa dengan
level 3, dan satu siswa dengan level 4.
f. Melakakukan wawancara dengan subjek penelitian
g. Menganalisis data hasil tes penyelesaian masalah geometri
dan hasil wawancara siswa.

3. Tahap penyelesaian
a. Membuat kesimpulan penelitian
b. Menyusun laporan hasil penelitian
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini akan membahas data dan hasil penelitian yang dilkaukan pada
tanggal 3-14 Maret 2023 mengenai mekanisme mental siswa dalam menyelesaikan
masalah geometri ditinjau dari level Van Hiele. Paparan data akan dimulai dengan
paparan data yang diperoleh dari tahap persiapan hingga tahap pelaksanaan di
lapangan. Paparan data yang diperoleh pada tahap persiapan yaitu paparan data hasil
validasi instrumen penelitian yang meliputi hasil validasi instrumen soal tes
penyelesaian masalah geometri dan pedoman wawancara. Paparan data yang
diperoleh dari tahap pelaksanaan yaitu paparan data hasil tes pengklasifikasian level
Van Hiele siswa dan pemilihan subjek penelitian. Serta paparan data mekanisme
mental siswa dalam meyelesaikan masalah geometri untuk setiap siswa yang
menjadi subjek penelitian.

4.1 Paparan Data Hasil Instrumen Penelitian


Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti menyiapkan instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian. Instrumen tersebut yaitu instrumen tes level geometri
Van Hiele, tes geometri dan pedoman wawancara. Tes pengklasifikasian level Van
Hiele menggunakan soal tes geometri berbentuk pilihan ganda yang telah dibuat dan
dikembangkan oleh Usiskin (1982) dan instrumen tersebut telah banyak digunakan
pada penelitian-penelitian sejenis. Oleh karena itu, instrumen yang perlu divalidasi
oleh dosen jurusan Matematika, yaitu instrumen tes penyelesaian masalah dan
pedoman wawancara. Proses validasi bertujuan agar instrumen yang disusun untuk
penelitian valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Validator dalam penelitian ini
yaitu dosen jurusan Matematika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang.
Dalam proses validasi instrumen penelitian, beberapa masukan dan revisi telah
dilakukan untuk memeprbaiki instrumen sebelum digunakan pada tahap lapangan.
Pengajuan pertama terdapat masukan dari validator untuk menyesuaikan butir soal
dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Pengajuan kedua, validator memberi
masukan dan saran agar lebih teliti dalam membuat soal, masih ada beberapa kata
yang perlu diperbaiki dengan bahasa yang lebih logis. Pengajuan berikutnya terdapat
masukan dari validator untuk menyesuaikan pertanyaan pada pedoman wawancara

30
31

dengan indikator. Akhir dari proses validasi instrumen telah mencapaikesimpuan


bahwa instrumen layak digunakan dengan perbaikan kata dan kalimat. Lembar
validasi serta perbaikan instrumen dapat dilihat pada lampiran 4.1 di akhir laporan
penelitian ini. Berikut hasil validasi untuk setiap butir tes geometri berdasarkan
penilaian validator. Berikut merupakan hasil perbaikan dari petunjuk pengerjaan soal
tes penyelesaian masalah geometri yang telah dilakukan oleh peneliti.

Gambar 4. 1 Soal Tes Penyelesaian Masalah Yang Telah Direvisi

Selanjutnya, untuk instrumen penelitian pedoman wawancara diperoleh skor rata-rata


validasi sebesar 3,20 dengan kategori “sesuai” dan layak digunakan dalam penelitian
dengan sedikit revisi. Instrumen pedoman wawancara secara lengkap disajikan pada
lampiran. Gambar 4.2 berikut merupakan pernyataan validator terkait instrumen
pedoman wawancara.

Gambar 4. 2 Instrumen Pedoman Wawancara

Kemudian peneliti melakukan perbaikan pada instrumen pedoman wawancara


sesuai saran dan arahan dari validator. Perbaikan instrumen pedoman wawancara
setelah divalidasi secara lengkap disajikan Tabel 4.2. Berikut merupakan hasil
perbaikan dari petunjuk pengerjaan soal tes penyelesaian masalah geometri.
32

Tabel 4. 2 Tabel Instrumen Pedoman Wawancara

Tahap Mekanisme Indikator Mekanisme


Pertanyaan
Mental Mental
Siswa dapat  Apakah kamu dapat menjelaskan masalah
mengidentifikasi tersebut dengan bahasamu sendiri? Coba
Interiorisasi informasi yang ada jelaskan!
pada masalah seperti  Dari masalah tersebut, informasi apa sajakah
yang diketahui dan yang kamu temukan dan dapat digunakan untuk
ditanyakan pada menyelesaikan masalah?
masalah  Apa yang ditanyakan pada masalah?
 Apakah ada kesulitan dalam memahami
masalah tersebut? Coba jelaskan!
Siswa dapat  Bangun apa yang disajikan pada masalah
menghubungkan tersebut?
informasi pada masalah  Ada berapa bangun datar pada masalah
Koordinasi dengan langkah tersebut?
penyelesaian yang akan  Apakah bangun-bangun tersebut memiliki
digunakan ukuran yang sama?
 Bagaimana dengan ide penyelesaiannya?
 Bagaimana caranya mencari komponen yang
belumdiketahui?
Siswa dapat  Jadi bagaimana kesimpulannya?
Enkapsulasi menyimpulkan hasil  Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
konstruksi
Siswa dapat mengaitkan
hasil konstruksi dengan  Bagaimana proses dalam menyelesaikan
Tematisasi struktur pengetahuan masalah tersebut?
yang sudah dimiliki  Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
sebelumnya

4.2. Pemilihan Subjek Penelitian dan Hasil Tes Pengklasifikasian Level Geometri
Van Hiele
Pemilihan subjek dilakukan berdasarkan tes level Van Hiele siswa. Tes
klasifikasi level van Hiele dilakukan pada 7 Maret 2023 dan diikuti 28 siswa kelas
VIIIA di ruang kelas. Siswa yang diberikan soal tes van Hiele diberikan waktu 60
menit. Kemudian peneliti melakukan analisis hasil tes klasifikasi level van Hiele.
Adapun hasil tes level Van Hiele yaitu berupa jawaban benar yang dijawab oleh
siswa. Hasil tes pelevelan geometri Van Hiele kelas VIII A menunjukan level yang
dimiliki siswa cukup beragam, sebagaimana pada Tabel 4.3. berikut.
Tabel 4. 3 Hasil Tes Level Van Hiele
No Inisial Siswa Level Van Hiele No Inisial Siswa Level Van Hiele
1 IL L0 15 Lu L0
2 AI L2 16 Dl L2
3 L3 L3 17 Aa L1
4 LS L0 18 Ik L1
5 BN L0 19 Ir L1
6 Mif L0 20 Iu L0
7 MA L0 21 Fr L0
8 R L0 22 An L1
33

9 RA L3 23 Tr L4
10 Rz L1 24 LT L1
11 Gl L0 25 Fg L2
12 Zd L1 26 Mg L0
13 Mel L0 27 Mar L2
14 Ros L1 28 AB L0

Berdasarkan Tabel 4.3 terdapat tiga belas siswa yang berada pada level 0
(level pra-1), delapan siswa yang berada pada level 1, empat siswa berada pada level
2, dua siswa berada pada level 3, dan 1 siswa berada pada level 4 dan tidak ada
siswa yang berada pada level 5. Oleh karena itu terdapat 15 siswa kelas VIII A
sebagai calon subjek penelitian. Selanjutnya, dari 15 siswa sebagai calon subjek
penelitian dipilih empat siswa yang merepresentasikan geometri Van Hiele. Satu
siswa dengan level 1, satu siswa dengan level 2 dan satu siswa dengan level 3 serta
satu siswa dengan level 4 Van Hiele. Empat subjek penelitian tersebut dirincikan
dalam Tabel 4.4 berikut
Tabel 4. 4 Daftar Subjek Penelitian Terpilih
No Inisial Siswa Level Van Hiele Kode
1 Tr Level 1 S1
2 Fg Level 2 S2
3 Rz Level 3 S3
4 An Level 4 S4

Tiga subjek penelitian tersebut diberikan masalah matematika berbentuk tes uraian
dan akan diwawancarai oleh peneliti terkait jawaban mereka pada saat mengerjakan
tes uraian tersebut. Wawancara dilakukan pada hari lain setelah proses pengerjaan
tes penyelesaian masalah geometri selesai. Data yang diperoleh dari wawancara
dengan subjek penelitian ditranskrip ke dalam bentuk tulisan. Hasil wawancara
berupa identifikasi proses berpikir siswa berdasarkan mekanisme mental dalam
penyelesaian masalah geometri secara lebih jelas, klarifikasi jawaban yang
melibatkan mekanisme mental yang di tulis pada lembar jawaban tes materi
geometri, dan infromasi-informasi terkait hal-hal yang ingin diketahui peneliti lebih
lanjut.

4.3 Paparan Data Proses Berpikir Siswa Berdasarkan Mekanisme Mental


Pada bagian ini dipaparkan data subjek penelitian yang telah diperoleh dari
lembar jawaban tes proses berpikir siswa berdasarkan mekanisme mental materi
geometri dan transkrip wawancara dengan subjek penelitian beserta analisisnya.
Lembar jawaban tes terdiri dari dua masalah berbentuk uraian. Paparan data tes
34

proses berpikir siswa berdasarkan mekanisme mental dan transkrip wawancara


digunakann untuk mendeksipsikan mekanisme mental dari masing-masing subjek
penelitian. Paparan deskipsi proses berpikir siswa berdasarkan mekanisme mental
terbagi menjadi empat kelompok subjek, yaitu subjek dengan kemampuan level 1
(S1), subjek dengan kemampuan level 2 (S2), subjek dengan kemampuan level 3
(S3) dan subjek dengan kemampuan level 4 (S4).

1. Proses Berpikir Siswa Level 1 Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri


(S1)
Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir geometri Van Hiele, S1
termasuk dalam kategori subjek dengan level 1. Berikut lembar hasil tes proses
berpikir geometri berdasarkan mekanisme mental S1 dalam menyelesaikan
masalah geometri. Peneliti akan memaparkan hasil tes proses berpikir siswa dalam
menyelesaikan masalah geometri berdasarkan mekanisme mental pada masalah
kolam dan kebun. Pasangan soal pertama (masalah kolam) terdiri atas dua
pertanyaan, yaitu; a) masalah mencari luas lahan kebun pisang dan b) menghitung
biaya pembuatan pagar kolam ikan.
a. Masalah Kolam
Pada pengerjaan lembar tugas, S1 melakukan tahap interiorisasi dengan baik
pada masalah kolam. S1 menuliskan komponen yang diketahui dan ditanyakan
pada masalah. S1 juga menggambar bangun yang terdapat pada masalah sesuai
dengan pemahamannya. Lembar jawaban S1 ditunjukkan pada Gambar 4.4
berikut ini

Gambar 4. 3 Hasil Identifikasi Masalah Kolam Oleh S1

Berdasarkan hasil tes tersebut, diketahui pada lembar jawaban bahwa S1


menuliskan komponen pada masalah yaitu diketahui dan ditanyakan. Untuk
informasi lebih detail diperjelas oleh S1 pada saat wawancara dengan peneliti.

P : Coba jelaskan masalah kolam tersebut dengan bahasamu sendiri.


35

S1 : Pak Badrun Memiliki lahan kosong berbentuk persegi panjang dengan


lebar 20m, dan keliling lahan 90m. jika 30% luas lahan Pak Badrun mau
dibikin kolam ikan yang berbentuknya persegi panjang dengan lebarnya
12,5m dan sisa dari lahan mau ditanami pohon pisang. Maka Tentukan
luas tanah yang ditanami pohon pisang dan b. tentukan biaya yang
dikeluarkan Pak Badrun untuk membuat sebuah pagar kolam ikan, jika
biaya pembuatan pagar adalah Rp. 60.000 per meter.
P : Menurutmu informasi apa sajakah yang diketahui pada masalah tersebut
S1 : (berpikir) lebar kebun 20m, dan lebar 12,5m kak….. ehh ada lagi Keliling
kebun 90m
P : Oke baik. Lalu apakah ada informasi lagi?
S1 : (berpikir) biaya pembuatan pagar Rp.60.000 per meter kak
P : Pada lembar jawaban kamu menuliskan 12,5m itu apa? Apakah sama
dengan 20m?
S1 : Beda kak. 12,5m itu lebar kolam. Kalau 20m juga lebar,tapi bukan lebar
kolam
P : kemudian, bisa disebutkan yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S1 : a). Tentukan luas tanah yang ditanami pohon pisang dan b). tentukan
biaya yang dikeluarkan Pak Badrun untuk membuat sebuah pagar kolam
ikan, jika biaya pembuatan pagar adalah Rp. 60.000 per meter

Berdasarkan wawancara diketahui bahwa S1 dapat memahami masalah


kolam dengan baik. Meskipun pada lembar jawaban S1 tidak menulisknnya
secara detail, namun pada saat wawancara S1 menyebutkannya secara lebih
detail. S1 dapat menyebutkan komponen-komponen pada masalah secara
lengkap. Pada saat wawancara S1 dapat menyebutkan yang diketahui dan
ditanyakan pada masalah meskipun dalam menyebutkannya S1 membutuhkan
waktu yang sedikit lebih lama. Sehingga S1 memenuhi tahapan Interiorisasi,
yaitu 1) Subjek dapat menyebutkan informasi yang diketahui pada masalah, dan
2) Subjek dapat menyebutkan informasi yang ditanyakan pada masalah.

Setelah S1 melakukan tahap interiorisasi, S1 melanjutkan ke tahap


selanjutnya yaitu tahap koordinasi. Pada tahap ini S1 menuliskan ide
penyelesaian untuk menyelesaikan masalah kolam. Ide yang terpikirkan oleh S1
adalah dengan menggambarkan dua buah bangun persegi panjang. Kemudian S1
menuliskan 12 ,5 m pada salah satu lebar bangun dan S1 menuliskan rumus luas
persegi panjang. Untuk mengetahui maksud S1 dalam mengerjakannya, peneliti
melakukan wawancara dengan S1.
P : Apakah ada kesulitan dalam memahami masalah yang disajikan?
S1 : Iya kak. Soalnya susah kak
P : Bagian mana yang susah?
S1 : nomor 1 kak. Saya bingung ga tau gimana ngerjakannya”
P : Tapi ini kamu bisa menyebutkan yang diketahui dan ditanyakan
S1 : Iya kak, kalau itu saya tau dan paham
36

P : Setelah kamu menuliskan diketahui dan ditanyakan, lalu kamu


menggambar dua bangun (melihat lembar jawaban. Coba jelaskan
gambar ini!
S1 : Jadi kan pada soal disebutkan itu persegi panjang dan disuruh cari luas
lahan untuk kebun pisang. Di soal juga disebutkan bahwa berbentuk
persegi panjang, kan rumus persegi panjang L=pxl . lalu bingung kak
hehe
P : Disini juga sebelum kamu menuliskan rumus, kamu menggambar persegi
sebuah bangun, bangun apa ini?
S1 : Persegi panjang kak
P : Lalu ini bangun apa yang kecil ini yang berada di dalam persegi panjang
S1 : Oh, itu persegi panjang juga kak. Itu kolam ikan kak. Jadi saya buat
gamabr persegi panjang yang besar itu lahan Pak Badrun kak, setelah itu
saya gambar persegi panajng lebih kecil itu kolam ikan, pada soal kan
disebutin kalau kolam ikan berbentuk persegi panjang dan lahan akan
dibuat kolam ikan
P : Setelah kamu menggambar ini , bagaimana?
S1 : Saya mau hitung luas lahan kak, tapi panjangnya tidak ada. Cuma ada
lebar saja. Jadi saya bingung

Berdasarkan wawancara di atas, S1 kesulitan dalam menemukan ide


penyelesaian. Namun S1 mencoba memvisualisasikan masalah kolam ke dalam
bentuk bangun. S1 menggambarkan sebuah bangun persegi panjang yang
dimisalkan sebagai lahan dan sebuah persegi berukuran lebih kecil yang
dimisalkan sebagai kolam ikan. Kemudian S1 menuliskan yang diketahui pada
masalah. Namun S1 kesulitan dalam mengaitkan antara komponen pada masalah
yaitu informasi yang diketahui dengan yang ditanyakan. Dengan demikian S1
belum memenuhi indikator koordinasi yaitu siswa dapat menghubungkan
informasi pada masalah dengan langkah penyelesaian yang akan digunakan.
Pada lembar jawaban S1 tidak menuliskan penyelesaian dan pada
wawancara S1 juga mengakui bahwa kesulitan dalam menyelesaikan masalah
kolam sehingga tidak menyelesaikannya. Hal ini berarti S1 belum memenuhi
indikator enkapsulasi yaitu siswa dapat menyimpulkan hasil penyelesaian.
Sehingga pada masalah kolam S1 belum memenuhi tahap enkapsulasi.
Kemudian S1 juga belum memenuhi indikator tematisasi yaitu siswa dapat
mengaitkan kembali dengan skema pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Pada
Tabel 4.5 berikut merupakan hasil kemampuan S1 dalam menyelesaikan masalah
kolam.

Tabel 4. 5 Hasil Kemampuan S1 dalam Menyelesaikan Masalah Kolam

Level
Geometri Mekanisme Karakteristik dan Aktivitasnya
37

Van Hiele Mental


S1 memahami pertanyaan yang diberikan pada masalah
kolam dan dapat menjelaskan informasi-informasi apa saja
Interiorisasi pada masalah kolam meskipun membutuhkan waktu yang
sedikit lebih lama dalam memahaminya.
Koordinasi S1 belum mampu mengaitkan antar komponen yaitu
Level 1 informasi yang diketahui dengan yang ditanyakan.
S1 belum dapat melakukan enkapsulasi dan belum
Enkapsulasi memenuhi indikator enkapsulasi. S1 tidak menyelesaikan
masalah kolam
Tematisasi S1 belum memahami konsep dan prosedur dalam
menyeelsaikan masalah yaitu mengaitkan dengan rumus dan
skema yang telah dimiliki sebelumnya

b. Masalah Kebun
Pada proses penyelesaian masalah kebun bunga, S1 dapat menentukan
komponen-komponen pada masalah. S1 melakukan tahap interiorisasi karena
S1 memahami masalah dan menuliskan yang diketahui dan ditanyakan pada
masalah kebun. S1 menuliskan informasi yang diketahui yaitu keliling kebun
Pak Alif 20 m, S1 menyimbolkan keliling dengan “ K=20 m” setelah menuliskan
informasi yang diketahui, S1 juga menuliskan komponen yang ditanyakan pada
masalah yaitu Luas kebun Bu Sofi. Hasil pengerjaan S1 pada masalah kebun
akan dijelaskan pada lembar jawaban S1 pada Gambar 4.5 berikut.

Gambar 4. 4 Hasil Identifikasi Masalah Kebun Oleh S1

Tahap interirorisasi yang dilakukan S1 juga diperjelas pada saat wawancara


dengan peneliti. Dalam wawancara, S1 dapat menjelaskan lebih detail mengenai
jawabannya. Berikut transkrip wawancara antara peneliti dengan S1.

P : Bisakah kamu dapat menceritakan masalah apa yang diberikan dengan


bahasamu sendiri?Coba ceritakan! :
S1 : Bisa kak. Pak Alif memiliki kebun anggrek dan Bu Sofi memiliki kebun
mawar. Kebun pak Alif memiliki keliling 20m. Panjang kebun Bu sofi 3x
lebih panjang daripada sisi kebun pak Alif, lebar kebun bu sofi 5m lebih
panjang dari sisi kebun Pak Alif
P : Kemudian apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S1 : Luas kebun bu sofi, Kak
38

Dalam tahapan ini, karena S1 sudah menunjukan aksi menjadi proses


dengan baik, maka mekanisme interiorisasi dikatakan baik. S1 memenuhi
indikator interiorisasi, yaitu (1) siswa dapat mengidentifikasi informasi yang
diketahui pada masalah, dan (2) siswa dapat mengidentifikasi informasi yang
ditanyakan pada masalah. Selanjutnya Setelah S1 mengidentifikasi informasi-
informasi pada masalah, S1 mulai menjawab dengan menggambar dua buah
bangun segi empat. Kedua bangun tersebut adalah persegi dan persegi panjang.
Pada bangun persegi S1 menuliskan K=20 m. Kemudian S1 juga menuliskan
rumus luas persegi panjang yaitu L= panjang x lebar . Untuk keterangan lebih
detailnya peneliti melakkan wawancara dengan S1. Berikut adalah kutipan
wawancara dengan S1.

P : Setelah kamu mengetahui yang diketahui dan ditanyakan pada masalah,


lalu ide apa yang terpikirkan olehmu ketika membaca masalah ini?
S1 : Saya bikin gambar dulu kak
P : Apa yang kamu gambar?
S1 : Buat Persegi dan persegi panjang
P : Mengapa kamu menggambar persegi dan persegi panjang?
S1 : Kan itu diketahui kebunnya Pak Alif persegi bentuknya dan Kebun Bu Sofi
persegi panjang. Jadi saya gambar dulu kak
P : Apakah kebun Pak Alif dan Bu Sofi memiliki bentuk dan ukuran yang
sama?
S1 : Tidak kak, keduanya berbeda
P : Mengapa berbeda? Kan pada masalah tidak ditunjukkan ukurannya?
S1 : (berpikir sejenak) soalnya… … ya pokoknya beda kak. Kan bentuknya
beda. Yang satu persegi daN yang satu persegi panjang. Jadi beda kak

S1 memahami pertanyaan pada masalah, seperti yang ditunjukkan oleh


uraian wawancara di atas.. Selanjutnya Setelah S1 menuliskan komponen pada
masalah kebun, S1 mencari ide penyelesaian dengan cara menggambarkan kedua
bangun datar, yaitu persegi dan persegi panjang. S1 menjelaskan bahwa persegi
merupakan kebun milik Pak Alif yang memiliki keliling 20 m dan persegi
panjang merupakan kebun milik Bu Sofi. Selain itu, S2 juga dapat menyatakan
bahwa terdapat dua bangun yang berbeda, yaitu persegi dan persegi panjang.
Namun, S1 tidak memberikan alasan lebih jelas mengapa kedua bangun tersebut
berbeda, S1 berpendapat kalau kedua bangun tersebut berbeda karena memiliki
bentuk dan namanya yang tidak sama.

P : Apakah kamu mengalami kesulitan dam menyelesaiakan masalah kebun?


S1 : Iya Kak bingung. Soalnya susah
P : Lalu, bagaiman cara kamu menghitung Luas kebun bunga mawar?
39

S1 : Pakai rumus kak . L= panjang x lebar


P : Mengapa menggunakan rumus tersebut?
S1 : Karena kan kebun mawarnya Bu Sofi bentuknya persegi panjang kak.
Jadi pakai rumus Luas persegi panjang
P : Oke baik, lalu bagaimana?
S1 : Nggak tau kak, soalnya luas dan lebar kebun mawar Bu Sofi nngak tau
panjang dan lebarnya. Cuma diketahui Keliling kebun anggrek Pak alif
P : Dengan Keliling anggrek Pak Alif apakah kamu dapat menemukan
petunjuk?
S1 : Kayaknya tidak bisa. Kan itu kebun Pak Alif bukan Bu Sofi

S1 belum mampu mengaitkan informasi yang terdapat pada masalah


dengan pertanyaannya, kemudian S1 juga belum dapat menemukan ide awal
penyelesaian berdasarkan petunjuk keliling persegi yang terdapat pada masalah.
S1 hanya menggambarkan dua buah bangun segi empat. S1 mengetahui bahwa
dua bangun tersebut memiliki ukuran yang berbeda. Namun, Setelah itu S1
kesulitan dalam melakukan penyelesaian. Dengan demikian, S1 tidak dapat
melakukan proses koordinasi sesuai dengan indikator koordinasi yaitu Siswa
dapat menghubungkan komponen pada masalah dengan langkah penyelesaian
yang akan digunakan.
Selanjutnya, berdasarkan transkrip wawancara dan lembar jawaban tes,
maka dapat diketahui bahwa dalam pemahaman konsep bangun datar, S1 tidak
dapat melakukan enkapsulasi dengan baik dan belum memenuhi indikator
enkapsulasi, yaitu siswa dapat menyimpulkan hasil konstruksi. Pada tahap
tematisasi, S1 juga belum mampu menjelaskan konsep serta proses dalam
menyelesaikan masalah kebun dan belum menyelesaikan masalah dengan
perhitungan yang benar serta belum memenuhi indikator tematisasi, yaitu siswa
dapat mengaitkan hasil konstruksi dengan struktur pengetahuan yang sudah
dimiliki sebelumnya. Sehingga S1 dapat dikatakan tidak memenuhi indikator
enkapsulasi dan tematisasi pada masalah kebun.

Tabel 4. 6 Hasil Kemampuan S1 dalam Menyelesaikan Masalah Kebun

Level Mekanisme
Geometri Mental Karakteristik dan Aktivitasnya
van Hiele
Interiorisasi S1 mampu membaca dan memahami masalah kebun yang
diberikan, S1 dapat menuliskan informasi pada masalah kebun.
S1 belum mampu mengaitkan antar komponen yaitu mencari
Koordinasi sisi persegi dengan rumus keliling persegi sebagai petunjuk
Level 1 untuk meyelesaikan masalah kebun.
S1 belum mampu menentukan penyelesaian masalah kebun
Enkapsulasi dan menyimpulkannya. S1 tidak melakukan penyelesaian pada
40

lemabr jawaban.
S1 belum memahami konsep dan prosedur dalam
Tematisasi menyelesaikan masalah yaitu mengaitkan dengan rumus dan
skema yang telah dimiliki sebelumnya

Menurut Hoffer (Usisikin, 1982) Pada level 1 yaitu visualisasi, Siswa


baru mengenal bentuk dan nama bangunan. Pada tahap ini siswa hanya
mengidentifikasi bentuk geometri berdasarkan bentuk dan karakter visual
(Zainal, 2020) sebagai tahap pengenalan konsep-konsep geometri yang
didasarkan pada karakteristik visual atau penampakan bentuknya. Bentuk dan
bentuk adalah objek pikiran pada tahap ini, menurut Van de Walle (2008). Siswa
di kelas awal ini mengenal dan menamakan bentuk berdasarkan luasnya dan
tampilannya. Penalaran siswa masih didominasi oleh persepsinya dalam hal ini.
Kesamaan bentuk masih menjadi dasar pemahaman siswa tentang bangun
geometri.
Berdasarkan van Hiele padalevel ini Siswa dapat membedakan suatu
bentuk dengan bentuk lainnya tanpa menyebutkan sifat-sifat masing-masing
bentuk.Hal ini sejalan dengan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
S1, dalam wawancara S1 menyebutkan bahwa persegi dan persegi panjang itu
berbeda. S1 menyebutkan kedua bangun tersebut berbeda karena memiliki
bentuk yang tidak sama. Kemampuan berpikir siswa masih bertumpu pada
kemiripan bentuk secara visual. Pada tahap ini siswa belum dapat menentukan
sifat atau ciri-ciri bangun geometri pada digambar.Pada wawancara S1 tidak
dapat menyimpulkan bahwa persegi memiliki empat sisi yang sama panjang dan
memiliki sudut yang sama besar, sehingga keliling persegi merupakan
penjumlahan dari keempat sisinya atau untuk mencari sisi yaitu keliling persegi
dibagi dengan empat. Namun S1 belum memahami hal ini.

2.Proses Berpikir Siswa Level 2 Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri (S2)

Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir geometri van Hiele, S2 termasuk dalam
kategori subjek dengan level 2. Berikut akan dijabarkanlembar jawaban dan proses
berpikir geometri berdasarkan mekanisme mental yang dilakukan oleh S2.
Masalah Kolam
Pasangan soal pertama (masalah kolam) yang terdiri atas dua pertanyaan, yaitu; a)
mencari luas lahan kebun pisang dan b) menghitung biaya pembuatan pagar kolam
41

ikan. Pada lembar jawaban menuliskan “ K=90 m, L=20 m , p=25 m , L=20 m”. S1
menyimbolkan keliling sebagai “ K ” , panjang sebagai “ p” dan lebar sebagai “ L”.
kemudian S2 juga membuat gambar persegi panjang dan diberikan keterangan
angka. Seperti pada Gambar 4.5 berikut.

Gambar 4. 5 Hasil Identifikasi Masalah Kolam Oleh S2

Informasi yang diketahui dan hal yang ditanyakan dari masalah luas kolam
diperjelas oleh S2 secara lebih detail pada saat wawancara dengan peneliti.

P : Coba jelaskan masalah tersebut dengan bahasamu sendiri!


S2 : Ada lahan kosong milik Pak Badrun yang akan ditanami kebun pisang dan
akan dibuat kolam ikan berbentuk pesrsegi panjang. Keliling kebunnya 90m,
lebar kebunnya 20m
P : Menurutmu informasi apa sajakah yang diketahui pada masalah tersebut
S2 : Keliling kebun 90m, lebar kebun 20m, dan lebar 12,5m kak
P : 12,5m itu lebar apa? Apakah sama dengan 20m?
S2 : Beda kak. 12,5 itu lebar kolam dan 20m itu lebar lahan
P : Oke baik. Lalu apakah ada informasi lagi?
S2 : (berpikir sejenak) Oh iya, 30% dari luas lahan untuk menanam pohon pisang
P : Apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S2 : Luas tanah yang akan ditanami pohon pisang dan mengitung biaya
pembuatan pagar

Berdasarkan wawancara S2 dapat menyebutkan komponen-komponen pada


masalah, yaitu informasi yang diketahui dan ditanyakan pada masalah melalui
wawancara secara lebih rinci. S2 tidak menuliskan pertanyaan dari masalah pada
lembar jawaban, namun menjelaskannya pada saat wawancara dengan peneliti. S2
dapat memahami dan menjelaskan masalah dengan baik, S2 juga memahami
komponen yang diketahui dari masalah dan memahami yang ditanyakan pada
masalah. Hal ini dibuktikan pada Gambar 4.6 berikut.
42

Gambar 4. 6 Hasil Pengerjaan Koordinasi Oleh S2

Berdasarkan hasil pengerjaan yang ditunjukkan pada gambar di atas, terlihat


bahwa S2 menghubungkan antar komponen pada masalah, dapat dilihat pada lembar
jawaban S2 membuat garis panah yang diasumsikan oleh peneliti bahwa maksud dari
garis panah tersebut adalah “karena keliling=90 m maka panjang=25 m”Oleh karena
itu, untuk mengetahui lebih jauh, peneliti melakukan wawancara dengan S2, yang
akan disajikan sebagai berikut.

P : Apakah ada kesulitan dalam memahami masalah ini? coba jelaskan!


S2 : Iya kak. Bingung tadinya
P : Terus apa yang kamu lakukan?
S2 : Saya baca lagi soalnya berulang-ulang, setelah saya baca beberapa kali baru
akhirnya paham sambil saya tulis yang diketahui K=90m dan l=20m
P : bangun dari lahan pak Badrun dan kolam ikan berbentuk apa?
S2 : Persegi panjang semua kak
P : Oke baik. Bagaimana dengan ide penyelesaiannya?
S2 : Saya hubungin dulu kak lalu saya gambar kak, lalu saya cari pakai rumus
P : Dihubungkan bagaimana?
S2 : Itu kan diketahui Kelilingnya 90, kalo kelilingnya 90 berarti panjangnya 25m
kak
P : Apa maksud dari tanda panah pada lembar jawabnmu ini (menunjuk
lembarjawaban)?
S2 : Oh jadi gini kak, itu kan yang diketahui K=90, nah karena K=90 dan lebarnya
20 maka panjangnya 25m kak, itu saya cari pake rumus keliling. Kan Keliling
itu rumusnya 2xpanjang+2xlebar kak
P : Oke baik. Lalu ini gambarnya kok ada dua persegi panjang?kenapa dibuat
garis begini (menunjuk gambar)
S2 : Jadi gini kak, kan diketahui lahannya ersegi panjang , jadi saya gambar besar
terus di dalam lahan ada kolam ikan bentuknya persegi panjang juga, jadi saya
gambar lebih kecil, nah ada luas kebun pisang tapi tidak disebutkan bentuk
bangunnya jadi saya biarkan seperti itu.

Berdasarkan uraian transkrip wawancara di atas juga, dapat diketahui bahwa


S2 memahami pertanyaan yang diberikan pada masalah kolam yang diberikan dan
dapat menjelaskan informasi-informasi apa saja pada masalah kolam meskipun pada
awalnya S2 sempat ragu dengan jawabannya namun pada akhirnya dia
mengkonfirmasinya pada saat wawancara. Pada lembar jawaban S2 menuliskan yang
diketahui pada masalah dengan membuat simbol matematika, lalu S2 juga
memvisualisasikan sebuah gambar persegi panjang dengan menuliskan komponen
yang diketahui. S2 membuat garis untuk memotong persegi panjang tersebut.
Dengan demikian, S2 Pada tahapan ini, sudah menunjukan prosesnya dengan baik,
maka mekanisme interiorisasi juga dapat dikatakan baik. S2 memenuhi indikator
interiorisasi yaitu: (1) Siswa dapat mengidentifikasi komponen-komponen pada
43

masalah yaitu berupa informasi-informasi yang diketahui pada masalah kolam, (2)
Siswa dapat menentukan komponen-komponen pada masalah yaitu berupa
informasi-informasi yang ditanyakan pada masalah kolam. Setelah memahami
masalah dan menuliskannya di lembar jawaban, S2 melanjutkan dengan ide yang
telah terpikirkan dengan menghitung luas. Berikut adalah gambar 4.17 yang dibuat
oleh S2.
Berdasarkan wawancara di atas, S2 mampu menggabungkan komponen
ynag diketahui dan ditanyakan pada masalah. S2 menggunakan informasi yang
diketahui pada masalah untuk dikoordinasikan dengan pertanyaan pada masalah
sehingga menjadi ide penyelesaian. S2 juga dapat menyatakan bahwa terdapat dua
bangun persegi panjang, yaitu dengan ukuran satu lebih besar dan ukuran lainnya
lebih kecil. Dengan demikian, S2 dapat melakukan tahapan proses mekanisme
mental koordinasi Dengan baik dan benar berdasarkan teori APOS (Arnon, dkk.,
2014). S2 memenuhi indikator kordinasi yaitu siswa dapat menghubungkan
informasi pada masalah dengan langkah penyelesaian yang akan digunakan.
Setelah melalui tahap proses koordinasi yaitu menemukan nilai panjang
lahan, S2 menghitung luas kolam ikan. Pada Gambar 4.17 S2 menuliskan L= pxl =
25 x 20 =500. Setelah ini S2 melanjutkan dengan mengalikan 500 dengan 30 % . 500
merupakan luas lahan Pak Badrun secara keseluruhan dan 30% merupakan luas
lahan yang dibuat kolam ikan. Setelah S2 menghitung luas kolam ikan, S1
melanjutkan dengan pertanyaan pada masalah yaitu menghitung luas lahan yang
akan ditanami pohon pisang. Berikut adalah lembar jawaban S2 pada Gambar 4.7

Gambar 4. 7 Hasil Enkapsulasi Masalah Kolam S2


44

Pada lembar jawaban S2 yang ditunjukkan pada gambar 4.18, S2


menyimpulkan bahwa jika luas seluruh lahan Pak Badrun adalah 500 m2 dan 30%
nya akan dibuat kolam ikan, maka penyelesaiannya adalah 500 x 30 % = 150m2.
Dimana 150m2 merupakan luas kolam ikan. Selanjutnya setelah S2 menghitung
luas kolam ikan, S2 menghitung luas lahan yang akan dianami pohon pisang, yaitu
S2 melakukan pengurangan 500m2 dengan 150m2 sehingga diperoleh hasil 350m2.
Dimana 350m2 merupakan luas lahan yang akan ditanami pohon pisang. Peneliti
kemudian melakukan wawancara kepada S2 untuk memperjelas kesesuaian antara
hasil penelitian dengan persepsi peneliti. Di bawah ini transkrip wawancara antara
peneliti dan S2.

P : Bagaimana proses menghitung luas lahan dan biaya pembuatan pagar untuk
kebun seperti yang ditanyakan pada masalah?
S2 : Saya hitung dulu kak seluruh lahan Pak Badrun
P : Mengapa kamu menghitung keseluruhan lahan terlebih dahulu?
S2 : Untuk mencari luas lahan kebun pisang, saya harus mencari dulu luas
seluruh lahan lalu dikurangi dengan luas kolam ikan
P : Lalu bisakah kamu ceritakan proses penyelesaian masalah kolam tersebut?
S2 : Jadi pertama saya cari luas lahan Pak Badrun, setelah ketemu saya cari luas
kolam ikan. Setelah luas kolam ikan ketemu, saya cari luas kebun pisang kak,
setelah luas lahan kebun pisang ketemu, saya cari biaya pembuatan pagar
P : Bagaimana cara kamu mencari luas keseluruhan luas kebun Pak badrun?
S2 : Kan itu diketahui keliling lahannya 90meter dan lebarnya 20m. saya coba
masukin rumus keliling kak. Kan ruumusnya K=p+l+p+l. jadi
90=p+20+p+20. Lalu p nya jetemu 25m kak
P : Rumus keliling persegi panjang itu pxlxpxl atau p+l+p+l?
S2 : (mulai ragu) ….. p+l+p+l kak
P : Lalu ini dikali atau ditambah? (menunjuk lembar jawaban S1)
S2 : Eh …(bingung) oh iya kak, itu salah tulis.maksudnya tanda jumlah
P : Jadi , dijumlah atau dikali?
S2 : Dijumlah kak
P : Oke baik. Lalu, setelah panjangnya ketemu 25m, bagaimana?
S2 : Panjangnya kan sudah ketemu ya kak 25m, terus saya cari luas kebun
keseluruhan. Pake rumus Luas= panjang x lebar =25m x 20m =500 m2.
Setelah itu kan katanya 30% luas lahan dibuat kolam ikan. Berarti 30% x 500
= 150m 2. Lalu kan yang ditanya luas lahan untuk kebun pisang, berarti
2 2 2
500 m -150m =350 m
P : Oke, lalu setelah kamu mendapatkan luas lahan untuk kebun pisang,
selanjutnya apa yang kamu lakukan?
S2 : Cari biaya pembuatan pagar kak
P : Bagaimana caranya?
S2 : Saya cari kelilingnya kak
P : Mengapa mencari keliling?
S2 : (bingung) kan mau cari biaya pembuatan pagar kolam ikan kak, jadi cari
keliling kolam ikan
P : baik. Lalu bagamana cara mencari kelilingnya?
45

S2 : Kan bentuknya persegi panjang , jadi K=p+l+p+l= 20+12,5+20+12,5=65m


x 60.000= 3.900.000
P : Jadi, untuk mencari keliling persegi panjang itu panjang dan lebarnya
dijumlahkan atau dikalikan?
S2 : (berpikir sebentar) …mm dijumlah kak
P : Lalu ini tanda jumlah atau kali (menunjukkan lembar jawaban S1)
S2 : eeh oh iya salah tulis kak. Dijumlahkan yang betul
P : Oke baik. Lalu 20 dan 12,5 itu apa?
S2 : 20 itu lebar kolam
P : kak iketahui di soal dan 12,5 itu panjang kolam diketahui juga di soal
Kamu yakin dengan jawabanmu?
S2 : Iya yakin kak

Setelah wawancara dilakukan, untuk mengumpulkan informasi tambahan,


seperti yang ditunjukkan dalam transkrip wawancara., maka dapat diketahui bahwa
dalam pemahaman konsep bangun datar, S2 belum dapat melakukan enkapsulasi
dan de-enkapsulasi dengan baik dan belum memenuhi indikator enkapsulasi, yaitu
siswa dapat menyimpulkan hasil konstruksi. Pada tahap tematisasi, S2 juga belum
mampu menjelaskan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan masalah kolam dan
menyelesaikan masalah dengan benar dan memenuhi indikator tematisasi, yaitu
siswa dapat mengaitkan hasil konstruksi dengan struktur pengetahuan yang sudah
dimiliki sebelumnya. Hasil Kemampuan S2 dalam Menyelesaikan Masalah Kolam
akan disajikan pada Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4. 7 Hasil Kemampuan S2 dalam Menyelesaikan Masalah Kolam

Level Mekanisme Karakteristik dan Aktivitasnya


Geometri Van Mental
Hiele
S2 memahami pertanyaan yang diberikan pada masalah kolam
dan dapat menjelaskan informasi-informasi apa saja pada
Interiorisasi masalah kolam meskipun pada awalnya S2 sempat ragu
dengan jawabannya namun pada akhirnya dia
mengkonfirmasinya pada saat wawancara
S2 mampu mengaitkan antar komponen yaitu dua persegi
Level 2 Koordinasi panjang yang memiliki ukuran berbeda
S2 belum dapat melakukan enkapsulasi dengan baik dan belum
memenuhi indikator enkapsulasi. S2 belum tepat dalam
Enkapsulasi menyimpulkan penyelesaian, yaitu S2 salah dalam melakukan
perhitungan pembuatan pagar kolam ikan.
S2 belum memahami konsep dan prosedur dalam menyelsaikan
Tematisasi masalah yaitu mengaitkan dengan rumus dan skema yang telah
dimiliki sebelumnya

Masalah Kebun
46

Pada proses penyelesaian masalah kebun bunga, S2 dapat menentukan komponen-


komponen pada masalah, yaitu memahami masalah dan dapat menuliskan yang
diketahui dan ditanyakan pada masalah. seperti pada Gambar 4.8 berikut.

Gambar 4. 8 Hasil Identifikasi Masalah Kebun S2

Pada lembar jawaban yang ditunjukkan pada gambar 4.16 S2 menuliskan informasi
yang diketahui yaitu keliling kebun Pak Alif 20m, S2 menjelaskan bahwa jika
K=20 maka sisinya adalah 5 m. setelah menuliskan informasi yang diketahui, S2
juga menuliskan komponen yang ditanyakan pada masalah yaitu Luas kebun Bu
Sofi. Dalam wawancara, S2 dapat menjelaskan lebih detail mengenai jawabannya.
Berikut transkrip wawancara antara peneliti dengan S2.

P : Dapatkah kamu dapat menceritakan masalah apa yang diberikan dengan


bahasamu sendiri?Coba ceritakan!
S2 : Iya kak, ada dua kebun bunga. Pak Alif memiliki kebun anggrek dan Bu Sofi
memiliki kebun mawar. Kebun pak Alif memiliki panjang 20m. Panjang kebun
bu sofi 3x lebih panjang daripada sisi kebun pak Alif, lebarnya kebun bu sofi
itu 5m lebih panjang dari sisi kebun Pak Alif
P : Apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S2 : Luas kebun Bu Sofi, Kak

Dalam tahapan ini, karena S2 sudah menunjukan aksi menjadi proses dengan baik,
maka mekanisme interiorisasi dikatakan baik. S2 memenuhi indikator interiorisasi,
yaitu (1) siswa dapat mengidentifikasi inforomasi yang diketahui pada masalah, dan
(2) siswa dapat mengidentifikasi informasi yang ditanyakan pada masalah.
Selanjutnya Setelah S2 mengidentifikasi informasi-informasi pada masalah, S2 mulai
menjawab mengan menuliskan K=20m sesuai lalu membaginya dengan 4, dan
menuliskan sisi = 5cm seperti pada gambar 4.9 berikut.
47

Gambar 4. 9 Hasil Koordinasi Masalah Kolam S2

Setelah menuliskan yang ditanyakan dan diketahui dari soal, S2 menggunakan


petunjuk yang terdapat pada masalah kebun yaitu keliling kebu n Pak Alif. Kebun
tersebut memiliki keliling 20 m. kemudian S2 membagi 20 dengan 4 karena kebun
Pak Alif berbentuk persegi, maka sisi kebun pak Alif adalah 20 m: 4=5 m, dan karena
sisi kebun Pak alif adalah 5 m, maka :

Panjang kebun Bu Sofi=3 x sisi Kebun Pak Alif


Jadi, panjang k ebun Bu Sofi=3 x 5 m=15 m
Danlebar kebun Bu Sofi=5 m+5 m=10 m
Kebun Bu Sofi berbentuk persegi panjang . Maka ,
2
Luas= p x l=10 x 15=150 m
Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan S2 untuk mengklarifikasi terkait
kesesuaian antara hasil pengerjaan dengan persepsi peneliti. Berikut transkrip
wawancara antara peneliti dengan S2.

P :
Setelah kamu mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan pada masalah,
lalu ide apa yang terpikirkan olehmu ketika membaca masalah ini?
S2 :
Saya cari sisinya kak
P :
Mengapa kamu mencari sisi persegi terlebih dahulu?
S2 : Soalnya kan di soal kelilingnya diketahui. Jadi saya tulis dulu rumus keliling
P :
Keliling apa itu? Bagaiman cara mencari sisi
S2 : Kan itu keliling kebun Pak Alif bentuknya persegi. Rumus keliling= jumlah
keempat sisinya, jadi 20:4=5m
P :
Oke. Apakah kebun Pak Alif dan Bu Sofi memiliki bentuk dan ukuran yang
sama?
S2 :
tidak kak, keduanya berbeda
P : Mengapa berbeda? Kan pada masalah tidak ditunjukkan ukurannya?
S2 : (berpikir sejenak) soalnya… … ya pokoknya beda kak. Kan bentuknya beda.
48

Di soal ditulis kebun Pak Alif persegi dan kebun Bu Sofi persegi panjang.
Jadi beda

Berdasarkan uraian transkrip wawancara di atas, dapat diketahui bahwa S2


memahami pertanyaan yang diberikan pada maslah. Selanjutnya S2 dapat
menghitung luas dari masing-masing bangun pada masalah kebun. Selain itu, S2
juga dapat menyatakan bahwa terdapat dua bangun yang berbeda, yaitu persegi dan
persegi panjang. S2 mampu mengaitkan informasi yang terdapat pada masalah
dengan pertanyaannya, kemudian S2 menemukan ide awal penyelesaian dengan cara
mencari sisi kebun Pak Alif berdasarkan petunjuk keliling persegi untuk
memudahkan penyelesaian. Dengan demikian, S2 dapat melakukan proses
koordinasi (Arnon, dkk., 2014) dengan baik dan benar sesuai dengan indikator
koordinasi yaitu Siswa dapat menghubungkan informasi pada masalah dengan
langkah penyesuaian yang akan digunakan.
Selanjutnya setelah S2 menghitung sisi persegi dengan rumus keliling
persegi, S2 melanjutkan dengan menghitung panjang dan lebar kebun Bu Sofi. S2
menuliskan p=5 x 3=15 mdan l=5+5=10 m. Selanjutnya S2 menghitung Luas
kebun Bu Sofi dengan rumus Luas persegi panjang, yaitu L = panjang x lebar = 15m
x 10,=150m2 . Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan S2 untuk
mengklarifikasi terkait kesesuaian antara hasil pengerjaan dengan persepsi peneliti.
Berikut transkrip wawancara antara peneliti dengan S2.

P : Bagaiman cara kamu menghitung Luas kebun bunga mawar?


S2 : Pakai rumus luas kak . L= panjang x lebar
P : Mengapa menggunakan rumus tersebut?
S2 : Karena kan kebun maarnya bentuknya perseg panajgn akk. Jadi pakai rumus
Luas persegi panjang
P : Oke baik, lalu bagaimana cara kamu mencari luas? Kan panjang dan
lebarnya tidak diketahui?bisakah kamu ceritakan proses pengerjanmu dari
awal?
S2 : Bisa kak. Pertama saya cari sisinya dulu, lalu setlah sisinya udah ketemu,
saya cari panjang dan lebarnya. Di soal kan disebutkan kalau panjangnya itu
3 kali sisi. Sisinya tadi kan ketemu 4m berarti panjang = 5 x 3 = 15m. terus
lebarnya kebun mawar itu 5meter lebih panjang dari sisinya berati kan lebar=
5 + 5 = 10m. terus L = p x l =15m x 10m=150m 2
P : Kamu yakin dengan jawaban kamu?
S2 : Iya saya yakin kak.

Setelah dapat melakukan tahap koordinasi, berdasarkan transkrip wawancara


dan lembar jawaban tes, maka dapat diketahui juga bahwa dalam pemahaman
konsep bangun datar, S2 dapat melakukan enkapsulasi dan de-enkapsulasi dengan
49

baik dan memenuhi indikator enkapsulasi, yaitu siswa dapat menyimpulkan hasil
konstruksi. Pada tahap tematisasi, S2 mampu menjelaskan konsep serta proses dalam
menyelesaikan masalah kebun dan menyelesaikan masalah dengan perhitungan yang
benar dan memenuhi indikator tematisasi, yaitu siswa dapat mengaitkan hasil
konstruksi dengan struktur pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Meskipun
pada beberapa pertanyaan pada saat wawancara, S2 tidak dapat menyebutkan
alasannya dalam menjawab. Tapi, S2 melakukan penyelesaian dengan benar,
sehingga S2 dapat dikatakan memenuhi indikator enkapsulasi dan tematisasi pada
masalah kebun. Pada Tabel 4. 8 disajikan hasil kemampuan S2 dalam menyelesaikan
masalah kebun

Tabel 4. 8 Hasil Kemampuan S2 dalam Menyelesaikan Masalah Kebun

Level Mekanisme
Geometri van Mental Karakteristik dan Aktivitasnya
Hiele
Interiorisasi S2 mampu membaca dan memahami masalah kebun
yang diberikan
Koordinasi S2 mampu mengaitkan antar komponen yaitu mencari
sisi persegi dengan rumus keliling persegi
Level 2 Enkapsulasi S2 mampu menentukan penyelesaian masalah kebun
dan menyimpulkannya
S2 memahami konsep dan prosedur dalam
Tematisasi menyeelsaikan masalah yaitu mengaitkan dengan
rumus dan skema yang telah dimiliki sebelumnya

S2 berada pada level 2 berdasarkan tes geometri van Hiele. Selain itu, tahap
ini disebut sebagai tahap deskriptif. Pada tahap ini, siswa sudah terbiasa
menganalisis bagian-bagian yang ada pada suatu bangun dan melihat
karakteristiknya. Sebagai contoh, pada tahap ini, siswa sudah biasa mengatakan
bahwa suatu bangun adalah persegi panjang karena "mempunyai empat sisi, sisi-sisi
yang berhadapan sejajar, dan semua sudutnya siku-siku." Mereka juga mulai mampu
menyebutkan keteraturan yang ada pada benda geometri. Misalnya, ketika ia melihat
persegi panjang, ia menemukan bahwa ada dua sisi yang berhadapan satu sama lain
dan sejajar satu sama lain (Huzaifah, 2011).
Pada tahap ini, siswa akan dapat menyebutkan ciri-ciri dari bentuk geometri,
tetapi mereka belum memahami hubungan antara bentuk geometri tersebut. Menurut
van de Walle (2008), perbedaan yang signifikan antara tingkat dua dan tingkat satu
terletak pada bagaimana siswa menggunakan model dan gambaran bentuk. Ketika
mereka terus menggunakan model-model ini, mereka mulai menganggapnya sebagai
50

perwakilan kelompok bentuk. Siswa akan terus memahami sifat-sifat bentuk


geometri.

3. Proses Berpikir Siswa Level 3 Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri (S3)

Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan dalam bab IV, akan dibahas
lebih lanjut terkait proses berpikir subjek dengan kemampuan level 3 van Hiele
dalam menyelesaikan masalah geometri pada setiap tahapan mental yaitu
interiorisasi, koordinasi, enkapsulasi dan tematisasi. Proses berpikir tersebut akan
dikaitkan dengan indikator mekanisme mental yang telah disusun oleh peneliti,
pendapat para ahli, dan karakteristik siswa dengan level 3 dalam menyelesaikan
masalah matematika materi geometri.

Masalah Kolam
Pasangan soal pertama (masalah kolam) terdiri atas dua pertanyaan, yaitu; a)
masalah mencari luas lahan kebun pisang dan b) menghitung biaya pembuatan pagar
kolam ikan. Pada pengerjaan lembar tugas, S3 melakukan tahap interiorisasi pada
masalah kolam. Pada tahap interiorisasi S3 menentukan unsur-unsur pada masalah
dengan menuliskan yang ditanyakan pada masalah, namun S3 tidak menuliskan
informasi yang diketahui pada lembar jawaban seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4.10 berikut.

Gambar 4. 10 Hasil Identifikasi Masalah Kolam S3

Tahap interiorisasi diperjelas oleh S3 pada saat wawancara seperti di berikut ini.

P : Apakah kamu bisa menjelaskan masalah kolam tersebut dengan bahasamu


sendiri? Coba jelaskan dengan bahasamu sendiri!
S3 : Bisa kak. ada lahan kosong Pak Badrun akan ditanami pohon pisang dan
dibuat kolam ikan. Kelilingnya 90m, lebarnya 20m. 30% dari lahan akan
51

dibuat kolam ikan yang memiliki lebar 12,5. Saya diminta untuk mencari
berapa tanah yang akan ditanami pohon pisang dan menghitung biaya
pembuatan pagar kolam ikan
P : Dari masalah tersebut, informasi apa sajakah yang kamu temukan dan dapat
kamu gunakan untuk mencari luas kebun pisang dan biaya pembuatan pagar?
S3 : Lahannya berbentuk persegi panjang ,kelilingnya 90m, lebarnya 20m. 30%
dari lahan untuk kolam ikan dengan lebarnya 12,5 meter
P : Lalu, menurut kamu apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S3 : (a) mencari Luas tanah yang akan ditanami pohon pisang dan yang (b)
menghitung biaya pembuatan pagar

Berdasarkan transkrip wawancara di atas, jelas bahwa S3 memahami


pertanyaan yang diberikan pada masalah kolam. Selain itu, S3 memahami masalah
dengan baik, seperti yang ditunjukkan oleh kemampuan mereka untuk menjelaskan
dengan bahasa mereka sendiri dan menyebutkan informasi yang mereka ketahui
tentang masalah selama wawancara.. S3 mengatakan “Lahannya berbentuk persegi
panjang ,kelilingnya 90m, lebarnya 20m. 30% dari lahan untuk kolam ikan dengan lebarnya
12,5 meter”. Karena S3 sudah menunjukkan proses aksi menuju proses dengan baik,
maka mekanisme interiorisasi dapat dikatakan baik. Dalam hal ini S3 telah
memenuhi tahapan mekanisme mental interiorisasi karena memenuhi indikator
interiorisasi, yaitu: 1) Siswa dapat menyebutkan komponen-komponen yang
diketahui pada masalah, dan 2) siswa dapat menyebutkan komponen yang
ditanyakna pada masalah.

Setelah melalui tahap interiorisasi, Selanjutnya S3 dapat menjelaskan


bangun yang terbentuk dari masalah dan melakukan tahap koordinasi. Seperti yang
ditunjukan pada transkrip wawancara berikut.
P : Apakah ada kesulitan dalam memahami masalah yang disajikan? coba
jelaskan!
S3 : Pada awalnya saya sempat bingung, tapi setelah saya baca lagi dua kali saya
paham kak
P : Lalu ide apa yang terlintas olehmu saat melihat masalah ini?”
S3 : Saya pertama tulis rumus kak
P : Rumus apa yang kamu tuis?
S3 : Luas persegi panjang, kak Lb x p.
P : Apa itu Lb dan p?
S3 : Lb itu lebar dan p itu panjang kak. Kan rumus luas persegi panjang itu
panjang dikali lebar. Lah tapi ternyata panjangnya belum diketahui kak. Jadi
saya cari dulu panjangnya
P : Bagaimana cara kamu mencari panjangnya?
S3 : Karena ada petunjuk yang dikehaui kelilignnya, jadi saya pake rumus keliling
kak. Kan rumusnya K=2p+2l, terus diperoleh panjangnya 25m
52

Berdasarkan transkrip wawancara di atas, S3 menyatakan bahwa masalah


tersebut berkaitan dengan rumus bangun persegi panjang. Setelah memahami
masalah dan menuliskannya di lembar jawaban, S3 menuliskan ide yang terpikirkan
ke dalam lembar jawaban. Proses tahap koordinasi yang dilakukan oleh S3
diantaranya adalah menuliskan rumus unutk mencari komponen yang belum
diketahui. S3 menggunakan rumus keliling persegi panjang untuk mencari nilai
panjang. Setelah S3 menemukan nilai panjang, S3 kembali kepada rumus awal yang
dituliskan yaitu mencari luas persegi panjang. Seperti pada gambar 4.11 berikut.

Gambar 4. 11 Hasil Koordinasi Masalah Kolam S3


S3 dapat menyelesaikan masalah dengan mencari komponen yang belum
diketahui yaitu panjang. Selanjutnya setelah S3 menemukan panjang lahan, S3 mulai
menyelesaikan masalah yaitu mencari luas tanah yang akan ditanami pohon pisang.
S3 memahami bahwa untuk mencari Luas kebun yang ditanyakan pada masalah,
dapat menggunakan rumus persegi panjang yaitu L= p xl . kemudian jika ada
komponen dalam rumus tersebut yang belum diketahui, maka S3 mencarinya terlebih
dahulu dengan menggunakan rumus lain yang berkaitan. S3 memahami bahwa
langkah pertama yang dia lakukan dalam mencari penyelesaian adalah dengan
menuliskan yang ditanyakan terlebih dahulu, kemudian menuliskan rumusnya lalu
mengaplikasinya. Berikut merupakan langkah S3 dalam menyelesaikan masalah
kolam:

L= p x l
¿ 25 m x 20 m
2
¿ 500 m
Karena luas keseluruhan lahan adalah 500 m2, maka luas lahan kebun pisang adalah
L lahan kebun = 500 m2−30 %= 350 m2
53

Selanjutnya, peneliti mewawancarai S3 untuk menentukan apakah hasil pekerjaan S3


sesuai dengan pandangan peneliti. Wawancara ini ditranskripkan di bawah ini.

P : Bagaimana proses menghitung luas lahan untuk kebun seperti yang


ditanyakan pada masalah?
S3 : Saya tulis rumus luas kebun =p x LB, tadi saya sudah cari panjangnya ketemu
25 dan di soal diketahui lebarnya 20 kak. Jadi saya kalikan aja. L=px
LB=25x20=500m 2
P : Mengapa menggunakan rumus L = p x LB?
S3 : Karena kan saya hitung luas keseluruhan lahan Pak Badrun kak, berbentuk
persegi panjang. Jadi saya pakai rumus Lua,yaitu p ×l
P : Lalu , etelah luas lahan sudah ketemu, apa yang kamu lakukan?
S3 : Setelah luas keseluruhan lahan ketemum selanjutnya saya cari yang
ditanyakan yang (a) yaitu luas tanah untuk pohon pisang, kan luas lahannya
500 meter persegi berarti dikurang 30% sama dnegan 350m 2
P : Mengapa 500-30%=350m 2?”
S3 : berarti luas tanah yang untuk pohon pisang kan luas keseluruhan kebun
dikurang dengan luas kolam. Luas kseluruhan lahan itu 500 dan luas
kolamnya kan 30%, berarti 500-30%=350m 2
P : Bagaimana cara kamu mengurangkan 500-30%=350. Berapa nilai 30%?”
S3 : Oh iya kak 30% itu 150m 2. Itu saya cari dicoretan
P : Bagaimana cara kamu mencarinya?
S3 : 30% itu kan berarti 30 dibagi 100 .lalu dikali dengan luas lahan. Jadi begini
30
kak x 500 =150m2
100
P : Oke. Lalu selanjutnya bagaimana? Bisa kamu ceritakan?
S3 : Jadi kak, luas lahan untuk pohon pisang kan sudah ketemu yaitu 350m 2,
kemudian lahan kolam ikan juga ketemu 150m 2. Lalu saya menghitung biaya
pembuatan pagar kak. Saya cari dulu panjang kolamya pake rumus luas
L
kolam. Luas kolam kan sudah ketemu tadi 150m 2. Rumusnya itu p= =
l
150
=12. Setelah panjangnya kete,u, saya lanjut nayri keliling yaitu K=
12, 5
p+lb+p+lb=12,5 + 12+12,5+12=49m. setelah kelilingnya ketemu 49m baru
saya kalikan dengan harga pagar permeter yaitu 60.000. berarti biaya= 49m x
60.000= Rp. 2.940.000
P : Oke baik. Apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?”
S3 : Yakin kak

S3 dapat melakukan tahapan proses mekanisme mental koordinasi dengan baik dan
benar berdasarkan teori APOS (Arnon, dkk., 2014). S3 memenuhi indikator kordinasi
yaitu siswa dapat menghubungkan komponen pada masalah dengan langkah
penyelesaian yang akan digunakan. Setelah melalui tahap proses koordinasi, S3
melanjutkan ke tahap enkapsulasi. Pada tahap ini S3 menyimpulkan hasil
penyelesaian yaitu biaya pembuatan pagar yang dapat lihat pada Gambar 4.12.
54

Gambar 4. 12 Hasil Pengerjaan Masalah Kolam S3


Berdasarkan wawancara dan gambar 4.13, maka dapat diketahui bahwa
dalam pemahaman konsep bangun datar S3 dapat melakukan enkapsulasi dan de-
enkapsulasi dengan baik dan memenuhi indikator enkapsulasi, yaitu siswa dapat
menyimpulkan hasil konstruksi. Pada tahap tematisasi, S3 mampu menjelaskan
konsep serta prosedur dalam menyelesaikan masalah kolam dan menyelesaikan
masalah dengan benar dan memenuhi indiaktor tematisasi, yaitu siswa dapat
mengaitkan hasil konstruksi dengan struktur pengetahuan yang sudah dimiliki
sebelumnya. Hasil kemampuan S4 dalam menyelesaikan masalah kolam akan
disajikan pada Tabel 4.9. berikut.

Tabel 4. 9 Hasil Kemampuan S4 dalam Memecahkan Masalah Kolam

Level Mekanisme Mental


Geometri Karakteristik dan Aktivitasnya
Van Hiele
S3 mampu membaca dan memahami masalah kolam yang
Interiorisasi diberikan serta S3 dapat menjelaskan komponen-komponen
pada masalah yaitu informasi yang diketahui dan
ditanyakan
S3 mampu mengaitkan antar komponen yaitu dua persegi
Level 3 Koordinasi panjang yang memiliki ukuran berbeda serta
mengaplikasikan rumus penyelesaian.
Enkapsulasi S3 mampu menentukan penyelesaian masalah kolam dan
menyimpulkannya
S3 memahami konsep dan prosedur dalam menyelesaikan
Tematisasi masalah yaitu mengaitkan dengan rumus dan skema yang
55

telah dimiliki sebelumnya

Masalah Kebun
Pada proses penyelesaian masalah kebun bunga, S3 tidak menuliskan komponen yang
diketahui pada lembar jawaban, S3 hanya menuliskan komponen yang ditanyakan
pada masalah. Seperti pada gambar 4.13 dibawah ini.

Gambar 4. 13 Hasil Identifikasi Masalah Kebun Oleh S3

Kemudian peneliti melakukan wawancara lebih lanjut dengan S3 untuk


mengklarifikasi tahap interiorisasi yang telah dilakukan oleh S3. Berikut transkrip
wawancara antara peneliti dengan S3

S3 : Apakah kamu dapat menceritakan masalah apa yang diberikan dengan


bahasamu sendiri?
P : Bisa kak, Pak Alif memiliki kebun anggrek dan Bu Sofi memiliki kebun
mawar. kebun pak alif bentuknya persegi dan kebun bu sofi bentuknya
persegi panjang. kebun pak Alif memiliki panjang 20m, lalu panjang kebun
bu sofi 3x lebih panjang daripada sisi kebun pak alif, lebarnya kebun bu sofi
itu 5m lebih panjang dar sisi kebun pak alif
S3 : Lalu apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
P : Dicari luas kebun bu sofi, kak.

Berdasarkan wawancara, S3 memahami pertanyaan yang diberikan pada masalah.


Oleh sebab itu. Dalam tahapan ini, karena S3 sudah menunjukan aksi menjadi proses
dengan baik, maka mekanisme interiorisasi dikatakan baik. S3 memenuhi indikator
interiorisasi, yaitu (1) siswa dapat mengidentifikasi informasi yang diketahui pada
masalah, dan (2) siswa dapat mengidentifikasi informasi yang ditanyakan pada
masalah. Selanjutnya setelah S3 mengidentifikasi informasi-informasi pada masalah,
S3 mulai menuliskan pada lembar p=3 x 5=15 dan l=5+5=10. S3 melanjutnya ke
tahap koordinasi yaitu menghubungkan petunjuk pada masalah dengan ide
penyelesaian yang terlintas. S3 memahami bahwa rumus mencari Luas persegi
56

panjang adalah L= p x l .Karena kebun Pak Alif berbentuk persegi, maka sisi kebun
pak Alif adalah 20 m: 4=5 m, dan karena sisi kebun Pak Alif adalah 5m , maka:
Panjang kebun Bu Sofi=3 × sisi Kebun Pak Alif
Jadi, panjang kebun Bu Sofi=3 ×5 m=15 m
Danlebar kebun bu sofi=5 m+5 m=10 m
Kebun Bu Sofi berbentuk persegi panjang . Maka,
2
Luas= p x l=10 ×15=150 m
Gambar 4.13 di atas menunjukkan bahwa hasil akhir yang diberikan oleh S3 memang
benar dan menggunakan rumus luas persegi panjang untuk menghitung luas kebun
bunga, akan tetapi S3 tidak menunjukkan langkah-langkah yang runtut, sehingga
membutuhkan data tambahan melalui wawancara. Berikut ditunjukkan transkrip
wawancara peneliti dengan S3.

P : Setelah kamu mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan pada


masalah, lalu ide apa yang terpikirkan olehmu?
S : Saya tulis rumus L persegi panjang = p xl
3
P : Mengapa kamu menuliskan rumus tersebut?
S : Karena yang dicari kebun Bu Sofi kak. Kebun Bu sofi kan bentuknya
3 persegi panjang
P : Bangun apa yang ditunjukan pada masalah?
S : Yang kebun pak Alif persegi dan kebun Bu sofi persegi panjang kak
3
P : Apakah dua bangun tersebut memiliki ukuran yang sama?
S : tidak sama kak
3
P : Mengapa tidak sama? Kan pada masalah tidak ditunjukkan ukurannya?
S : Karena dituliskan di soal bahwa panjang kebun Bu Sofi adalah 5m lebih
3 panjang dari sisi kebunya Pak Alif dan lebar kebun Bu Sofi 3 kali lebih
panjang dari sisi kebun Pak Alif. Jadi kebun Bu Sofi lebih besar
P : Pada lembar jawaban kamu menuliskan bahwa p = 3x5 = 15dan l = 5 +5=
10. Bisa kamu jelaskan?
S : Bisa kak. kebun Anggrek berbentuk persegi, jadi sisi kebun adalah 20m :
3 4 = 5m. karena sisi kebun Pak alif adalah 5m. , jadi: Panjang kebun Bu
Sofi = 3 x sisi Kebun Pak Alif = 3 x 5 = 15. Dan lebarnya lebih 5 meter .
berarti l=5 +5=10m
P : Oke baik. Lalu setelah itu mengapa kamu tuliskan L=15x 10. Bisa kamu
jelaskan?
S : Kan yang ditanya luas kebun bu sofi, karena bentuknya persegi panjang .
3 jadi L= p x l = 15 x 10= 150m .jadi luas kebun bu sofi adalah 150m
P : Apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?
S : Yakin kak
3
57

Setelah wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tambahan,


seperti yang ditunjukkan dalam transkrip wawancara di atas, diketahui bahwa S3
dapat melakukan mekanisme enkapsulasi dan de-enkapsulasi pada tahapan proses
dan objek dengan baik. Berdasarkan uraian hasil tahapan dalam teori APOS yang
ditunjukkan, dapat disimpulkan bahwa S3 memiliki pemahaman yang baik tentang
konsep bangun datar (Arnon, dkk., 2014). S3 juga dapat menjelaskan pemahaman
konsep yang dimilikinya pada materi bangun datar. Setelah dapat melakukan tahap
koordinasi, berdasarkan transkrip wawancara dan lembar jawaban tes, maka dapat
diketahui juga bahwa dalam pemahaman konsep bangun datar, S3 dapat melakukan
enkapsulasi dan de-enkapsulasi dengan baik dan memenuhi indikator enkapsulasi,
yaitu siswa dapat menyimpulkan hasil konstruksi. Pada tahap tematisasi, S3 mampu
menjelaskan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan masalah kebun dan
menyelesaikan masalah dengan benar dan memenuhi indikator tematisasi, yaitu siswa
dapat mengaitkan hasil konstruksi dengan struktur pengetahuan yang sudah dimiliki
sebelumnya. Hasil kemampuan S3 dalam menyelesaikan masalah kebun akan
disajikan pada Tabel 4.10 berikut.
Tabel 4. 10 Hasil Kemampuan S3 dalam Menyelesaiakan Masalah Kebun

Level Karakteristik dan Aktivitasnya


Mekanisme
Geometri
Van Hiele Mental
Interiorisasi S3 mampu membaca dan memahami masalah kebun yang
diberikan
Koordinasi S3 mampu mengaitkan antar komponen yaitu dua bangun
datar yang memiliki ukuran berbeda
Level 3 Enkapsulasi S3 mampu menentukan penyelesaian masalah kolam dan
menyimpulkannya
Tematisasi S3 memahami konsep dan prosedur dalam menyelesaikan
masalah yaitu mengaitkan dengan rumus dan skema yang
telah dimiliki sebelumnya

Berdasarkan teori van Hiele S3 berada pada level 3 pada tes geometri van Hiele.
Tingkat atau level ini juga disebut level pengurutan. “Student can logically order
figures and relationships, but does not operate within a mathematical system,” kata
Hoffer (Usiskin, 1982). Pada tingkat ini, siswa tidak hanya mengenal bentuk geometri
dan memahami sifat-sifatnya, tetapi mereka juga mampu mengurutkan bentuk
geometri yang berhubungan satu sama lain. Siswa dapat menggunakan contoh ini
untuk menunjukkan bahwa jika sisi berhadapan segiempat sejajar, maka sisi
berhadapan segiempat itu sama panjang. Selain itu, pada tingkat ini siswa sudah dapat
58

memahami hubungan antara bangun dan memahami perlunya definisi untuk tiap
bangun. Namun, kemampuan siswa untuk berpikir secara deduktif masih belum
berkembang pada tahap ini. Sebagian besar siswa SMP kelas menengah ke atas telah
mencapai tahap ini.

4. Proses Berpikir Siswa Level 4 van Hiele Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri
(S4)
Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan dalam bab IV, akan dibahas lebih lanjut
terkait proses berpikir subjek dengan kemampuan level 4 dalam menyelesaikan
masalah geometri pada setiap tahapan mental yaitu interiorisasi, koordinasi,
enkapsulasi dan tematisasi.
Masalah Kolam
Dari masalah kolam, Subjek Penelitian level 4 (S4) melakukan interiorisasi dengan
mengidentifikasi informasi pada masalah dengan menuliskan yang diketahui dan
ditanyakan pada masalah. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.14. berikut.

Gambar 4. 14 Hasil Identifikasi Masalah Kolam oleh S4

Identifikasi masalah berupa Informasi yang diketahui dan hal yang ditanyakan dari
masalah kolam diperjelas oleh S4 secara lebih detail pada saat wawancara dengan
peneliti (P) sebagai berikut.

P : Apakah kamu bisa menjelaskan masalah kolam tersebut dengan bahasamu


sendiri? Coba jelaskan dengan bahasamu sendiri!
S : Baik kak. Jadi disini ada lahan kosong yang akan ditanami pohon pisang dan
4 dibuat kolam ikan. Kelilingnya 90m, lebarnya 20m. kemudian 30% dari lahan
akan dibuat kolam ikan yang memiliki lebar 12,5. kita diminta untuk mencari
berapa luas tanah yang akan ditanami pohon pisang dan menghitung biaya
pembuatan pagar untuk kolam ikan
P : Dari masalah tersebut, informasi apa sajakah yang kamu temukan dan dapat
kamu gunakan untuk mencari luas kebun pisang dan biaya pembuatan pagar?
S : Informasi yang diketahui adalah lahannya berbentuk persegi panjang dengan
4 kelilingnya 90m, lebarnya 20m. 30% dari lahan untuk kolam ikan dengan
lebarnya 12,5 meter. kolam ikan berbentuk persegi panjang
P : Lalu, apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S : yang (a) Luas tanah yang akan ditanami pohon pisang dan yang (b) menghitung
59

4 biaya pembuatan pagar, kak

Berdasarkan ringkasan wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa S4


memahami pertanyaan yang diberikan pada masalah kolam. S4 juga dapat
menjelaskan bangun yang terbentuk dari masalah. Hal ini ditunjukkan pada
ringkasan wawancara berikut.

P : Apakah ada kesulitan dalam memahami masalah yang disajikan?


S4 : Tidak kak, ketika membaca soal saya sambil buat gambar
P : Gambar apa yang kamu buat?
S4 : Saya buat gambar segi empat, persegi panjang kak. Saya tulis apa saja yang
diketahui lalu saya buat gambar lahan dan saya hubungkan antara yang
diketahui dan yang ditanyakan.
P : Bangun apa yang ditunjukkan dalam masalah kolam tersebut?
S4 : Persegi panjang, kak.
P : Ada berapa persegi panjang yang dapat kamu ketahui?
S4 : Di soal disebutkan dua kak, yaitu luas lahan Pak Badrun berbentuk persegi
panjang dan kolamnya juga persegi panjang
P : Apakah kedua persegi panjang tersebut memiliki ukuran yang sama?
S4 : Tidak kak. Kan yang satu lebih besar yaitu lahan dengan lebarnya 20m dan
satu lagi kolam ikan di dalam lahan dnegan lebar 12,5m
P : Bagaimana dengan ide penyelesaiannya?
S4 : Saya akan menuliskan rumus Keliling untuk mencari panjang dan kemudian
menghitung Luas lahan dengan rumus kak

Setelah memahami masalah dan menuliskannya di lembar jawaban, S4 melanjutkan


dengan membuat sketsa dua gambar persegi panjang dengan ukuran satu persegi
panjang yang memiliki ukuran lebih besar yang diasumsikan sebagai lahan kosong
dan bangun persegi panjang yang lebih kecil yang diasumsikan sebagai kolam ikan.
Hal ini dilakukan S4 untuk memudahkan mencari ide penyelesaian. Berdasarkan
uraian transkrip wawancara di atas juga, dapat diketahui bahwa S4 memahami
pertanyaan yang diberikan pada masalah kolam yang diberikan. Berikut adalah
gambar 4.15. yang dibuat oleh S4.

Gambar 4. 15 Hasil Koordinasi Masalah Kolam S4


60

S4 memenuhi indikator interiorisasi yaitu (1) Siswa mampu mengidentifikasi


informasi yang diketahui pada masalah, dan (2) Siswa dapat mengidentifikasi
informasi-informasi yang diketahui pada masalah. dan melakukan interiorisasi
dengan baik dan benar berdasarkan teori APOS (Arnon, dkk., 2014). Setelah
melakukan tahap interiorisasi, S4 melakukan tahap koordinasi dengan cara
menuliskan rumus keliling. S4 mengaitkan komponen yang diketahui dan ditanyakan
pada masalah dengan rumus yang berkaitan dengan keduanya, yaitu K= p+ p+ l+l .
Pada tahap kordinasi S4 mencari nilai panjang menggunakan rumus keliling
lahan yang berbentuk persegi panjang. Pada Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa
penyelesaian masalah yang dilakukan oleh S4 dengan bantuan garis tanda untuk
menunjukkan ukuran keliling bangun yang diketahui yaitu luas keseluruhan lahan.
Selanjutnya S4 memberikan penjelasan dengan menunjukkan bahwa keliling persegi
panjang dengan K=90 m . S4 juga menuliskan sisi garis sebagai lebar lahan dengan
l=20 m , dan juga lebar kolam l=12 , 5. Setelah membuat sketsa gambar kedua bangun
persegi panjang, Selanjutnya S4 menjelaskan dan menunjukkan bahwa jika keliling
persegi panjang =90 m . S4 melanjutkan dengan mencari jawaban dari masalah, yaitu
luas lahan untuk ditanami pohon pisang. Berikut adalah gambar 4.16 mengenai tahap
kordinasi yang dilakukan S4.

Gambar 4. 16 Hasil Enkapsulasi Pada Masalah Kolam S4

Berdasarkan gambar 4.16 dijelaskan bahwa S4 menuliskan pertanyaan dari


masalah kemudian menghubungkan komponen yang diketahui pada masalah dengan
rumus keliling persegi panjang, hal ini bertujuan untuk mencari nilai panjang luas
lahan yang belum diketahui. S4 menjelaskan bahwa Ia perlu untuk mencari nilai
panjang terlebih dahulu karena mencari nilai panjang termasuk langkah-langkah
penyelesaian. S4 menjelaskan bahwa yang ditanyakan pada masalah adalah luas lahan
61

yang akan ditanami pohon pisang dan biaya pembuatan pagar, untuk menyelesaikan
masalah tersebut S4 harus mencari beberapa komponen yang belum diketahui pada
msalah dengan mencarinya berdasarkan petunjuk yang tersedia pada masalah. Pada
gambar 4.3 S4 menjelaskan bahwa panjang lahan adalah
p+ p+20+20=90 m , p=25 m. karena p=25 m, maka untuk menghitung luas lahan
keseluruhan adalah:

L= p x l
¿ 25 m x 20 m
2
¿ 500 m
Karena luas keseluruhan lahan adalah 500 m2, maka luas lahan kebun pisang adalah

L lahan kebun = 500 m2−150 m2= 350 m2

Peneliti kemudian melakukan wawancara kepada S4 untuk memperjelas


kesesuaian antara hasil penelitian dengan persepsi peneliti. Di bawah ini adalah
transkrip wawancara antara peneliti dengan S4.
P : Bagaimana proses menghitung luas lahan untuk kebun seperti yang ditanyakan
pada masalah?
S4 : Jadi, ada beberapa ukuran yang sudah diketahui pada soal. Saya mencari
ukuran lainnya yang belum diketahui, kak.
P : Jika ukurannya sudah diketahui, selanjutnya bagaimana cara kamu mencari
yang belum diketahui?
S4 : cari panjangnya, kak. Saya masukin pakai rumus Keliling = p+p+l+l. lalu
ketemu panjangnya yaitu 25. Setelah panjangnya ketemu, baru bisa saya hitung
luas lahan Pak Badrun, karena bentuknya persegi panjang maka rumusnya kan
= L= pxl=20 x 25=500 . Setelah saya peroleh Luas lahannya. Saya cari luas
lahan yang untuk pohon pisang, jadi Luas lahan Pak Badrun-Luas kolam ikan
= 500−150=350 m 2, kak.
P : Mengapa bisa muncul 150?
S4 : Itu kak, kan 30% luas lahan Pak Badrun untuk kolam ikan, berarti kan sisanya
buat pohon pisang kak. Jadi Luas lahan pak Badrun dikurangi dengan 30%.
Nah, 30% nya saya cari dulu di coret-coretan kak, saya dapatkan 30% itu 150
Oke baik. Setelah kamu memperoleh luas lahan untuk pohon pisang, lalu
apalagi yang kamu lakukan?
Saya cari biaya pembuatan pagar untuk kolam kak
P : Bagaimana cara kamu mencarinya?
Kan diketahui kalau lebarnya 12,5 dan tadi di atas udah ketemu luasnya 150
2
m.
S4 : cari panjangnya kak , berarti = L= pxl= p x 12 , 5=150 . Lalu, saya cari
kelilingnya pake rumus = K= p+ p+ l+l=49 m . Karena di soal biayanya
Rp60.000 per meter. Jadi 49 m x Rp60.000= Rp. 2.940.000
P : Apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?
S4 : Yakin kak
62

Setelah dilakukan wawancara untuk mendapatkan data tambahan dan


ditunjukkan pada transkrip wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa dalam
pemahaman konsep bangun datar, S4 dapat melakukan enkapsulasi dengan baik dan
memenuhi indikator enkapsulasi, yaitu siswa dapat menyimpulkan hasil konstruksi.
Pada tahap tematisasi, S4 mampu menjelaskan konsep serta prosedur dalam
menyelesaikan masalah kolam dan menyelesaikan masalah dengan benar dan
memenuhi indikator tematisasi, yaitu siswa dapat mengaitkan hasil konstruksi dengan
struktur pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Pada Tabel 4.11 akan
dijelaskan rangkuman hasil kemampuan S4 dalam menyelesaikan masalah kolam.

Tabel 4. 11 Hasil Kemampuan S4 dalam Memecahkan Masalah Kolam

Level Mekanisme
Geometr Karakteristik dan Aktivitasnya
Mental
i van
Hiele
S4 mampu membaca dan memahami masalah kolam yang diberikan
yaitu S4 dapat menjelaskan komponen-komponen pada masalah dan
Interiorisasi dapat menjelaskan masalah dengan bahasanya sendiri
S4 mampu mengaitkan antar komponen yaitu dua persegi panjang
Level 4 Koordinasi yang memiliki ukuran berbeda
Enkapsulasi S4 mampu menentukan pernyelesaian masalah kolam dan
menyimpulkannya
Tematisasi S4 memahami konsep dan prosedur dalam menyelesaikan masalah
yaitu mengaitkan dengan rumus dan skema yang telah dimiliki
sebelumnya

Masalah Kebun
Berikut adalah hasil pengerjaan S4 pada lembar jawaban. Langkah pertama yang S4
lakukan pada masalah kebun adalah mengidentifikasi masalah, seperti pada Gambar
4.17 berikut.

Gambar 4. 17 Hasil Identifikasi Masalah Kebun oleh S4


63

Pada proses penyelesaian masalah kebun bunga, S4 melakukan tahap


interiorisasi yaitu dengan menentukan komponen-komponen pada masalah. S4
menuliskan yang diketahui dan ditanyakan pada masalah seperti pada gambar 4.7.
Selain mengidentifikasi komponen-komponen pada masalah, S4 juga menyebutkan
dengan lebih detail pada saat wawancara dengan peneliti. Berikut transkrip
wawancara antara peneliti dengan S4.

P : Apakah kamu dapat menceritakan masalah apa yang diberikan dengan


bahasamu sendiri?
S4 :
Bisa kak, jadi itu kan ada tetangga yang memiliki dua kebun. Pak Alif memiliki
kebun anggrek dan Bu Sofi memiliki kebun mawar. Kebun pak Alif memiliki
keliling 20m terus panjang kebun bu sofi 3x lebih panjang daripada sisi kebun
pak alif, lebarnya kebun bu sofi itu 5m lebih panjang dar sisi kebun Pak Alif
P :
Lalu apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S4 : Yang ditanyakan menentukan luas kebun Bu Sofi, Kak

Berdasarkan transkrip wawancara tersebut S4 memahami masalah yang


diberikan dengan baik. Pada tahap ini maka mekanisme interiorisasi dikatakan baik.
S4 memenuhi indikator interiorisasi, yaitu (1) siswa dapat mengidentifikasi infromasi
yang diketahui pada masalah, dan (2) siswa dapat mengidentifikasi informasi yang
ditanyakan pada masalah. Selanjutnya setelah S4 mengidentifikasi informasi-
informasi pada masalah, S4 melakukan tahap koordinasi, yaitu mencari panjang sisi
dengan menggunakan rumus keliling.S4 menuliskan K=20 m kemudian membaginya
dengan 4, sehingga diperoleh sisi=5 cm seperti pada gambar 4.18 berikut.

Gambar 4. 18 Hasil Koordinasi Masalah Kebun Oleh S4

Tahap kordinasi dengan S4 juga dijelaskan lebih rinci pada saat wawancara. Berikut
merupakan wawancara dengan S4 mengenai jawaban penyelesaian yang telah
dikerjakan.

P : Setelah kamu mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan pada masalah,
lalu ide apa yang terpikirkan olehmu ketika membaca masalah ini?
S4 : Cari sisinya kak
P : Kenapa mencari sisi?
S4 : Kan ada petunjuknya Keliling = 20m
64

P : Oke, lalu kenapa kamu membagi 20 dengan 4?


S4 : Soalnya kan itu keliingnya diketahui 20 kak, terus bentuknya persegi. Seluruh
sisinya kan kalo persegi itu sama dan jumlah sisinya ada 4. Berarti sisi= 20:4
P : Ada berapa bangun yang kamu tau pada masalah kebun? Coba jelaskan!
S4 : Ada dua kak. Persegi dan persegi panjang. Persegi itu kebun Pak Alif dan
persegi panjang kebun Bu Sofi
P : Apakah kedua bangun tersebut memiliki ukuran yang sama?
S4 : Tidak kak
P : Mengapa tidak? Kan tidak disebutkan ukuran kedua bangun tersebut
S4 : Meskipun nggak disebutkan, tapi pada soal diketahui bahwa kebun Bu Pak Alif
itu persegi dan kebun Bu Sofi persegi panajng. Persegi panjang dan persegi
tidak sama kak
P : Ada lagi?
S4 : Kebun Bu Sofi lebih besar kak ukurannya, karena panjangnya 3 kali lebih
besar dari sisi kebun Pak Alif, lebar kebun Bu Sofi juga 5 meter lebih panjang
dari sisi Pak Alif. Jadi kebun Bu Sofi lebih besar kak

Pada wawancara tersebut S4 menjelaskan bahwa ide yang terpikirkan oleh S4


setelah memabca soal adalah mencari nilai sisi, alasan S4 menggunakan rumus keliling
persegi adalah S4 mengatakan “mencari sisi karena ada petunjuknya Keliling = 20m“.
Berdasarkan hal ini S4 mampu mengaitkan antar komponen pada masalah sehingga
memenuhi tahap koordinasi. Selanjutnya, setelah itu S4 melanjutkan tahap kordinasi
dengan melakukan perhitungan hingga pada tahap enkapsulasi yaitu menyimpulkan
hasil penyelesaian. S4 melanjutkan kordinasi dengan mengalikan dan menjumlahkan
panjang dan lebar kebun Bu Sofi, yaitu panjang kebun Bu Sofi adalah 3 kali dari sisi
kebun milik Pak Alif dan lebar kebun Bu Sofi adalah 5 meter lebih panjang dari sisi
kebun Pak Alif. S4 memahami bahwa maksud dari kalimat “Panjang kebun Bu Sofi
adalah 3 kali dari sisi kebun Pak Alif” memiliki makna bahwa panjang kebun Bu Sofi
adalah 3 kali sisi kebun Pak Alif, yaitu 3 x 5 m=15 m dan lebar kebun milik Bu Sofi
adalah 5m lebih panjang dari sisi kebun milik Pak Alif, sehingga lebar kebun Bu Sofi
adalah 5 m+5 m=10 m Sehingga S4 menuliskan pada lembar jawaban seperti Gambar
4.19 berikut.

Gambar 4. 19 Hasil Koordinasi Masalah Kebun S4


65

Berdasarkan gambar 4.20 dan wawancara, S4 memahami bangun yang ada


pada masalah dan juga dapat menyebutkan sifat dari kedua bangun tersebut. Yaitu
bangun persegi memiliki empat sisi yang sama panjang dan sama besar dan keliling
persegi adalah jumlah dari keempat sisinya. S4 juga memahami bahwa kedua kebun
memiliki bangun dan ukuran yang berbeda. kebun milik Bu Sofi memiliki ukuran yang
lebih besar. S4 memberikan penjelasan bahwa bangun persegi adalah kebun Anggrek
Pak Alif dan bangun persegi panjang adalah kebun mawar Bu Sofi.
66

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa S4 memahami


pertanyaan yang diberikan pada masalah. Selanjutnya S4 dapat menghitung luas dari
masing-masing bangun pada masalah kebun. Selain itu, S4 juga dapat menyatakan
bahwa terdapat dua bangun yang berbeda, yaitu persegi dan persegi panjang. S4
mampu mengaitkan informasi yang terdapat pada masalah dengan pertanyaannya,
kemudian S4 menemukan ide awal penyelesaian dengan cara menggambarkan ide
yang ada pada memorinya untuk memudahkan penyelesaian dan menuliskan rumus
keliling persegi. Dengan demikian, S4 dapat melakukan proses koordinasi (Arnon,
dkk., 2014) dengan baik dan benar sesuai dengan indikator koordinasi yaitu siswa
dapat menghubungkan informasi pada masalah dengan langkah penyesuaian yang
akan digunakan.
Selanjutnya S4 menjelaskan bahwa kebun Pak Alif berbentuk persegi, maka
sisi kebun pak Alif adalah 20 m: 4=5 m, dan karena sisi kebun Pak alif adalah 5 m. ,
maka:
Panjang kebun Bu Sofi = 3 x sisi Kebun Pak Alif
Jadi, panjang kebun Bu Sofi ¿ 3 x 5 m=15 m
Dan lebar kebun bu sofi = 5 m+5 m=10 m
Kebun Bu Sofi berbentuk persegi panjang . Maka,
2
Lu as= p x l=10 x 15=150 m
Seperti yang terlihat pada gambar 4.20 berikut

Gambar 4. 20 Hasil Enkapsulasi Masalah Kebun S4


67

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan S4 untuk mengklarifikasi terkait


kesesuaian antara hasil pengerjaan dengan persepsi peneliti. Berikut transkrip
wawancara antara peneliti dengan S4.

P : Mengapa kamu menggambar dua buah segi empat pada lembar jawaban
S4 : Supaya mudah kak, yang ada dalam pikiran saya, saya tuliskan
P : Bangun apa yang ditunjukan pada masalah?
S4 : Yang kebun pak Alif persegi dan kebun Bu sofi persegi panjang kak
P : Apakah dua bangun tersebut memiliki ukuran yang sama?
S4 : keduanya berbeda
P : Mengapa berbeda? Kan pada masalah tidak ditunjukkan ukurannya?
S4 : Karena kak meskipun tidak disebutkan ukurannya. Tetapi, dapat kita tau karena
dituliskan panjang kebun Bu sofi adalah 5m lebih panjang dari sisi Kebuny apak
alif dan lebar kebun Bu sofi 3 kali lebih panjang dari sisi kebun Pak Alif. Jadi
kebun Bu Sofi lebih besar :
P : Pada masalah diseutkan bahwa Keliling kebun anggrek Pak Alif adalah 20m.
bisa dijelaskan bagaiman aperhitungan kamu dalam menjawb masalah terbut?”
S4 : Jadi begini Kak, Karena kebun Anggrek berbentuk persegi, maka sisi kebun
adalah 20m : 4 = 5m. karena sisi kebun Pak alif adalah 5m. , maka :Panjang
kebun Bu Sofi = 3 x sisi Kebun Pak Alif .Jadi, panjang kebun Bu Sofi = 3 x 5m =
15m .Dan lebar kebun bu sofi = 5m +5m =10m Karen akebun Bu sofi berbentuk
persegi panjang maka Luas= p x l= 10 x 15= 150m2Da, Lebar kebun Bu Sofi=
5m lebih panjang dari sisi kebun Pak Alif. Maka lebar kebun Bu Sofi = 5m + 5m
P : Apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?
S4 : Yakin kak

Setelah dapat melakukan tahap koordinasi, berdasarkan transkrip wawancara


dan lembar jawaban tes, maka dapat diketahui juga bahwa dalam pemahaman konsep
bangun datar, S4 dapat melakukan enkapsulasi dengan baik dan memenuhi indikator
enkapsulasi, yaitu siswa dapat menyimpulkan hasil konstruksi. Pada tahap
tematisasi, S4 mampu menjelaskan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan
masalah kebun dan menyelesaikan masalah dengan benar dan memenuhi indikator
tematisasi, yaitu siswa dapat mengaitkan hasil konstruksi dengan struktur
pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Hasil kemampuan S4 dalam
menyelesaikan masalah kebun sebagaimana ditampilkan pada Tabel 4.12 berikut.
68

Tabel 4. 12 Hasil Kemampuan S4 dalam Menyelesaikan Masalah Kebun

Level Geometri Mekanisme


Van Hiele Karakteristik dan Aktivitasnya
Mental
S4 mampu membaca dan memahami masalah kebun yang
diberikan yaitu S4 dapat menjelaskan kembali masalah
Interiorisasi kebun dengan bahasanya sendiri dan S4 memahami
komponen-komponen pada masalah
S4 mampu mengaitkan antar komponen. S4 dapat
Level 4 Koordinasi menyebutkan terdapat dua bangun datar yaitu persegi dan
persegi panjang memiliki ukuran yang tidak sama
Enkapsulasi S4 mampu menentukan pernyelesaian masalah kebun dan
menyimpulkannya
Tematisasi S4 memahami konsep dan prosedur dalam menyelesaikan
masalah yaitu mengaitkan dengan rumus dan skema yang
telah dimiliki sebelumnya

Clements & Batista (Chairani, 2013) menjelaskan bahwa pada level ini
dikenal juga dengan tahap deduksi formal. Pada level ini siswa sudah mampu
mengetahui peranan pengertian-pengertian, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan
teorema-teorema pada geometri. kemudian Pada level ini juga siswa sudah mulai
dapat menyusun bukti-bukti secara formal. Artinya siswa pada tingkat ini sudah
memahami dan dapat menggunakan proses berpikir deduktif-aksiomatik. Seperti
yang diketahui bahwa matematika merupakan ilmu deduktif, penarikan kesimpulan
dan pembuktian teorema dilakukan secara deduktif. Misalnya untuk membuktikan
jumlah sudut suatu segitiga adalah 180 derajat, dapat dibuktikan secara deduktif
dengan menggunakan prinsip kesejajaran, sedangkan pembuktian induktif dilakukan
dengan cara memotong sudut-sudut suatu segitiga. Kemudian ditunjukkan bahwa
semua sudut membentuk sudut siku-siku, namun tidak harus presisi. Seperti yang kita
ketahui bersama, saat melakukan pengukuran, biasanya mencari nilai yang paling
mendekati dengan ukuran sebenarnya. Oleh karena itu, kesalahan dapat terjadi saat
mengukur sudut jajar genjang. Oleh karena itu, pembuktian deduktif merupakan
metode pembuktian yang benar dalam matematika (Prabowo, 2011). Umumnya, level
ini dicapai oleh siswa sekolah menengah tingkat atas (SMA).
69

4.4. Temuan Penelitian


Berikut adalah temuan-temuan yang diperoleh dari hasil tes tulis dan
wawancara pada penelitian ini.
1. S1 mampu memenuhi tahapan mekanisme mental interiorisasi pada masalah
kolam dan kebun. Meskipun pada lembar jawaban S1 kesulitan dalam
menuliskannya, namun pada saat wawancara S1 dapat menjelaskannya. S1
memahami masalah kolam dan kebun serta dapat menjelaskan komponen-
komponen pada masalah dengan baik meskipun pada awalnya merasa kesulitan.
Selanjutnya meskipun jawaban S1 benar pada masalah kolam, namun S1 tidak
dapat menjelaskan prosesnya dan tidak dapat menuliskan prosesnya secara
sistematis. Hal ini berarti S1 belum dapat memenuhi tahapan koordinasi,
enkapsulasi dan` tematisasi dengan baik. Pada masalah kebun S1 belum mampu
menyelesaikan masalah dan belum melakukan perhitungan dengan benar serta
menyimpulkannya. Ketika menyelesaikan masalah S1 belum bisa
mengaitkannya dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya seperti rumus
bangun datar.
2. S2 mampu memenuhi tahapan mekanisme mental interiorisasi pada masalah
kolam dan kebun. S2 dapat menceritakan kembali masalah kolam dan kebun
dengan bahasanya sendiri dan dapat menjelaskan komponen-komponen pada
masalah dengan baik. Meskipun pada awalnya S2 mengalami kesulitan dalam
memahami masalah kolam dan kebun, namun S2 membutuhkan sedikit waktu
yang lebih lama untuk mampu memahaminya. Selanjutnya S2 dapat memenuhi
tahapan koordinasi, enkapsulasi dan` tematisasi dengan baik pada masalah
kebun. Namun, pada masalah kolam S2 hanya memenuhi tahap interiorisasi dan
koordinasi saja. S2 belum memenuhi tahap enkapsulasi dan tematisasi karena
salah dalam melakukan perhitungan pada masalah kolam.
3. S3 mampu memenuhi tahapan mekanisme mental interiorisasi pada masalah
kolam dan kebun. S3 dapat menceritakan kembali masalah kolam dan kebun
dengan bahasanya sendiri dan dapat menjelaskan komponen-komponen pada
masalah dengan baik. Meskipun pada awalnya S3 mengalami kesulitan dalam
70

memahami masalah kolam dan kebun, namun pada akhirnya setelah


membacanya lagi S3 mampu memahaminya. Selanjutnya S3 juga dapat
memenuhi tahapan koordinasi, enkapsulasi dan tematisasi dengan baik. S3
mampu menyelesaikan maslaah dan melakukan perhitungan dengan benar serta
menyimpulkannya. Ketika menyelesaikan masalah S3 mengaitkannya dengan
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya seperti rumus bangun datar dan
satuannya.
4. S4 telah menyelesaikan kedua masalah geometri dengan baik sesuai dengan
indikator-indikator setiap tahapan mekanisme mental yaitu interiorisasi,
koordinasi, enkapsulasi dan tematisasi. S4 dapat menyelesaikan masalah kolam
dan masalah kebun dengan benar serta melalui prosedur penyelesaian yang
sistematis. Dalam proses penyelesaian masalah kolam dan kebun, S4 tidak
mengalami kesulitan dalam perhitungan dan menunjukan sikap untuk selalu
berusaha ketika menghadapi kesulitan.
5. Siswa dengan level 1 van Hiele dapat memahami masalah dan menjelaskan
masalah kolam dan kebun dengan bahasa sendiri meskipun belum secara detail.
Selain itu, siswa dengan level 1 van Hiele memahami bangun yang terbentuk
pada masalah. S1 mampu mengenali bentuk-bentuk bangun yang terbentuk pada
masalah kolaam dan kebun dan mengetahui namanya. Namun, S1 belum
mengenali sifat-sifat bangun tersebut. S1 kesulitan dalam memahami apakah
pada bangun segiempat sisi yang berhadapan sama. Selain itu, S1 belum
memahami proses penyelesaian dengan baik. Pada masalah kolam siswa dengan
level 1 van Hiele salah dalam melakukan perhitungan.
6. Siswa dengan level 2 van Hiele dapat memahami masalah dan menjelaskan
masalah kolam dan kebun dengan bahasa sendiri meskipun belum secara detail.
Selain itu, siswa dengan level 2 van Hiele memahami bangun yang terbentuk
pada masalah. S2 memahami bahwa untuk mencari luas lahan pisang maka cara
penyelesaiannya adalah dengan mengurangkan luas bangun persegi yang besar
yaitu lahan Pak Badrun dengan luas bangun persegi yang berada di dalamnya
yaitu luas kolam ikan. Namun S2 kesulitan dalam memberikan alasannya. Siswa
71

dengan level 2 van Hiele juga dapat menganlisis lebih lanjut terkait rumus
bangun datar yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Namun, pada
masalah kolam siswa dengan level 2 van Hiele salah dalam melakukan
perhitungan.
7. Siswa dengan level 3 Van Hiele dapat memahami masalah dan menjelaskan
masalah kolam dan kebun dengan bahasa sendiri secara detail meskipun harus
membaca masalah secara berulang. Selain itu, siswa dengan level 3 van Hiele
mudah dalam memahami hubungan yang terkait antar bangun. S3 memahami
bahwa untuk mencari luas lahan pisang maka cara penyelesaiannya adalah
dengan mengurangkan luas bangun persegi yang ukurannya lebih besar yaitu
lahan Pak Badrun dengan luas bangun persegi yang berada di dalamnya yaitu
luas kolam ikan. Selain itu, siswa dengan level 3 van Hiele juga dapat
menganlisis lebih lanjut terkait rumus bangun datar yang akan digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
8. Siswa dengan level 4 Van Hiele dapat memahami masalah dan menjelaskan
masalah kolam dan kebun dengan bahasa sendiri secara detail. Siswa dengan
level 4 van Hiele mudah dalam memahami gambar yang disajikan atau mudah
dalam memvisualisasikan ke dalam bentuk gambar. Selain itu, siswa dengan
level 4 van Hiele juga dapat menganlisis lebih lanjut terkait rumus bangun datar
yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah.
72

BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil penelitian dan diperoleh mengenai: (1) proses berpikir siswa
dengan keterampilan level 1 berdasarkan geometri Van Hiele ketika menyelesaikan
masalah geometri; (2) Proses berpikir siswa dengan keterampilan level 2 berdasarkan
geometri Van Hiele Geometri Hiele untuk memecahkan masalah geometri.(3) proses
berpikir siswa dengan ketermpilan level 3 geometri van Hiele dalam memecahkan
masalah , (4) Proses berpikir siswa dengan keterampilan level 4 geometri van Hiele
dalam menyelesaikan masalah geometri. Pembahasan ini didasarkan pada pemaparan
data serta temuan penelitian yang diuraikan pada bab IV.

5.1 Tahap Interiorisasi


Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada bab IV, selanjutnya
dibahas proses berpikir subjek pada setiap level ketika menyelesaikan masalah
geometri pada tahap interiorisasi. Proses berpikir tersebut akan dikaitkan dengan
indikator mekanisme mental tahap interiorisasi yang disusun oleh peneliti, Pendapat
ahli dan karakteristik siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada materi
bangun datar. Abstraksi sebuah proses dalam menggambarkan situasi tertentu
dengan konsep yang dapat dipikirkan melalui struktur (Gray & Tall 2007). Siswa
dikatakan dapat melakukan tahap interiorisasi jika dapat memenuhi indikator
interiorisasi, yaitu mampu menyebutkan komponen pada masalah. seperti yang
disebutkan oleh Sudirman, dkk (2015) bahwa interiorisasi berarti siswa mampu
mengonstruksi proses-proses internal dalam rangka memahami fenomena yang
dirasakan. Interiorisasi juga dapat didefinisikan sebagai kegiatan berpikir dalam
menggali informasi-informasi yang diperlukan.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti membuktikan
bahwa subjek level 1, level 2, level 3 dan level 4 melakukan tahap interiorisasi pada
masalah kolam dan kebun. Pada masalah yang pertama yaitu masalah kolam,
masalah ini terbagi menjadi dua pertanyaan, yaitu ; a) mencari luas lahan kebun
pisang, dan b) menghitung biaya pembuatan pagar kolam ikan. Sedangkan masalah
73

kedua adalah masalah kebun. Subjek dengan level 1 menuliskan komponen-


komponen pada masalah (a) dan (b) tidak secara lengkap. Namun Subjek dengan 1
mampu memahami dan menuliskan komponen-komponen yang diketahui dan
ditanyakan pada masalah. Pada masalah kolam, baik yang (a) maupun (b) Siswa
dengan level 1 dapat memahami masalah dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan
hasil lembar jawaban dan diperkuat oleh pernyataannya pada saat wawancara.
Sedangkan pada masalah nomor 2 yaitu masalah perbandingan luas kebun, siswa
juga menuliskan informasi-informasi yang diketahui dan ditanyakan pada masalah
dan menggambarkan dua segi empat, yaitu persegi panjang dan persegi sesuai
dengan masalah yang diberikan. Meskipun siswa tidak menuliskan informasi yang
diketahui pada masalah kebun dengan lengkap, namun siswa dapat memahami
masalah dengan baik dan memahami komponen pada masalah. Hal ini dibuktikan
dengan wawancara.
Pada saat wawancara siswa dengan level 1 menyatakan bahwa
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam memahami masalah kolam dan kebun.
Setelah membaca beberapa kali siswa dapat memahami masalah dan
menuliskannya pada lembar jawaban. Pada lembar jawaban siswa tidak menuliskan
informasi yang diketahui secara lengkap, namun pada saat wawancara siswa dengan
level 1 menjelaskan komponen masalah dengan detail, sehingga dapat disimpulkan
bahwa siswa mampu memahami masalah dengan baik dan melakukan tahap
interiorisasi. Menurut Lusiana (2019) siswa melakukan tahap interiorisasi dengan
cara memahami masalah dan mengidentifikasi semua informasi yang terdapat
dalam masalah. Sejalan dengan Fatatik (2019) pada penelitiannya yang menyatakan
bahwa subjek dapat melalui tahapan interiorisasi dengan baik jika subjek mampu
membaca dan memahami masalah yang diberikan.
Siswa level 2 memiliki kemampuan abstraksi yang tidak lebih baik dari
pada subjek dengan level 3 dan level 4, namun memiliki kemampuan abstraksi
lebih baik dari pada subjek dengan level 1. Pada masalah yang pertama yaitu
masalah kolam siswa mampu menuliskan komponen-komponen pada pertanyaan
(a) dan (b) meskipun tidak secara lengkap, namun dikonfirmasi pada saat
74

wawancara, siswa mampu menjelaskan dengan detail komponen-komponen yang


diketahui dan ditanyakan pada masalah. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa
dengan level 2 memenuhi indikator interiorisasi dan melakukan tahap interiorisasi.
Selanjutnya pada masalah perbandingan luas kebun, Siswa menuliskan secara
lengkap komponen pada masalah, yaitu informasi yang diketahui pada masalah
kebun dan informasi yang ditanyakan pada masalah kebun dengan lengkap. Pada
saat wawancara siswa juga menceritakan masalah kolam dan kebun dengan
bahasanya sendiri dan mampu menjelaskan komponen-komponen pada masalah
kebun dengan baik. Siswa dengan level 2 juga mampu menyebutkan bangun-
bangun yang terbentuk pada masalah kebun dan tidak mengalami kesulitan dalam
memahmi masalah. Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa S2 memahami masalah
kolam dan kebun dengan baik dan melakukan tahap interiorisasi dengan baik. Hal
ini sejalan dengan Lusiana (2019) yang menyatakan bahwa siswa melakukan tahap
interiorisasi dengan cara memahami masalah dan mengidentifikasi semua informasi
yang terdapat dalam masalah. Sejalan dengan hal tersebut, Fatatik (2019) dalam
penelitiannya juga menerangkan bahwa subjek dapat melalui tahapan interiorisasi
dengan baik jika subjek mampu membaca dan memahami masalah yang diberikan.
Subjek dengan kemampuan level 3 memiliki kemampuan abstraksi yang
lebih baik dari pada dengan kemampuan level 2 dan 1. Tahap interiorisasi dapat
dilakukan dengan baik oleh subjek dengan kemampuan level 3 pada setiap masalah.
Aktivitas yang mengindikasikan bahwa subjek mampu melalui tahapan interiorisasi
dengan baik yaitu siswa dengan level 3 mengidentifikasi komponen-komponen
pada masalah yaitu berupa informasi-informasi yang diketahui pada masalah
pertama yaitu masalah kolam dan menyatakannya dalam simbol atau kalimat
matematika, dan siswa dapat menentukan informasi yang ditanyakan pada masalah
kolam dengan cara menyatakan dalam simbol atau kalimat matematika. Kemudian
pada masalah kebun siswa dapat mengidentifikasi komponen-komponen yaitu
berupa informasi-informasi yang diketahui dan menyatakannya dalam simbol atau
kalimat matematika secara lengkap.
75

Siswa level 3 van Hiele dapat menjelaskan masalah kolam dan kebun
dengan bahasanya sendiri dan dapat menyebutkan komponen-komponen pada
masalah kolam dan kebun dengan jelas dan rinci. Meskipun siswak level 3 sempat
merasa bingung dalam memahami masalah, namun setelah membaca masalah
dengan lebih teliti lagi siswa tersebut dapat memahaminya dengan baik.` Siswa
level 3 juga tidak merasa kesulitan dengan masalah kolam dan kebun yang
diberikan dan dapat menjelaskan bangun-bangun yang terbentuk dari masalah.
Selain itu siswa level 3 juga dapat membedakan antar bangun yang ada pada
masalah, yaitu mengetahi nama bangun dan sifat-sifat dari bangun tersebut. Hal ini
sesuai dengan teori van Hiele yaitu siswa dengan level 3 van Hiele berada pada
tahap deduksi informal. Pada tingkat ini siswa sudah dapat melihat hubungan sifat-
sifat pada suatu bangun (Unaenah,dkk., 2020).Siswa juga mengidentifikasi
komponen- yang ditanyakan pada masalah kebun dengan mudah dan tidak
mengalami kesulitan dalam memehami masalah. Lusiana (2019) dalam
penelitiannya kuga menerangkan bahwa siswa melakukan tahap interiorisasi dengan
cara memahami masalah dan mengidentifikasi semua informasi yang terdapat
dalam masalah. Sejalan dengan hal tersebut, Fatatik (2019) pada peneitiannya yang
menyatakan bahwa subjek dapat melalui tahapan interiorisasi dengan baik jika
subjek mampu membaca dan memahami masalah yang diberikan.
Subjek dengan kemampuan level 4 memiliki kemampuan abstraksi yang
lebih baik dari pada subjek dengan kemampuan level 1, level 2, level 3 dan level 4.
Tahap interiorisasi dapat dilakukan dengan baik oleh S4 pada setiap masalah.
Aktivitas yang mengindikasikan bahwa siswa mampu melalui tahapan interiorisasi
dengan baik yaitu siswa dengan level 4 mengidentifikasi komponen-komponen
pada masalah yaitu berupa informasi-informasi yang diketahui pada masalah kolam
dan menyatakannya dalam simbol atau kalimat matematika, siswa menentukan
informasi yang ditanyakan pada masalah kolam dengan cara menyatakan dalam
simbol atau kalimat matematika, siswa mengidentifikasi komponen-komponen
yaitu berupa informasi-informasi yang diketahui pada masalah kebun dan
menyatakannya dalam simbol atau kalimat matematika, siswa mengidentifikasi
76

komponen-komponen yaitu berupa informasi-informasi yang diketahui pada


masalah kebun dan menyatakannya dalam simbol atau kalimat matematika.
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa aktivitas-aktivitas tersebut
memenuhi indikator tahapan mekanisme mental interiorsasi.
Siswa dengan level 4 menuliskan komponen-komponen pada masalah
kolam dan kebun dengan lengkap dan tidak mengalami kesulitan dalam memahami
masalah kolam dan kebun. Berdasarkan pernyataan Lusiana (2019) yang
menyatakan bahwa siswa melakukan tahap interiorisasi dengan cara memahami
masalah dan mengidentifikasi semua informasi yang terdapat dalam masalah.
Sejalan dengan hal tersebut, Fatatik (2019) juga menyimpulkan bahwa siswa dapat
melalui tahapan interiorisasi dengan baik jika siswa mampu membaca dan
memahami masalah yang diberikan. Subjek level 4 van Hiele dapat menjelaskan
masalah kolam dan kebun dengan bahasanya sendiri dan dapat menyebutkan
komponen-komponen pada masalah kolam dan kebun dengan jelas dan rinci. Siswa
level 4 juga tidak merasa kesulitan dengan masalah kolam dan kebun yang
diberikan dan dapat menjelaskan bangun-bangun yang terbentuk dari masalah.
Selain itu siswa level 4 juga dapat membedakan antar bangun tersebut, yaitu
mengetahi nama bangun dan sifat-sifat dari bangun tersebut. Prabowo (2011)
menyimpulkan bahwa siswa dengan level 4 van Hiele berada pada tahap deduksi
yang secara umum mampu dicapai oleh siswa menengah. Pada tingkat ini siswa
sudah memahami pengertian-pengertian, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan
teorema ada geometri (Unaenah, dkk., 2020).

5.2 Koordinasi
Pada masalah kolam, Siswa dengan level 1 belum mampu melakukan
koordinasi yaitu mengaitkan komponen yang diketahui dan ditanyakan pada
masalah sehingga memberikan ide penyelesaian. Pada masalah pertama yaitu
masalah kolam, baik yang (a) maupun (b) Subjek level 1 tidak menuliskan
penyelesaian. Sedangkan Pada masalah nomor 2 yaitu masalah perbandingan luas
kebun, subjek juga hanya menuliskan informasi-informasi yang diketahui dan
77

ditanyakan pada masalah dan menggambarkan dua segi empat, yaitu persegi
panjang dan persegi sesuai dengan masalah yang diberikan. Namun, siswa dengan
kemapuan level 1 juga tidak menuliskan penyelesaian.
Pada saat wawancara siswa level 1 van Hiele juga menjelaskan bahwa
mengalami kesulitan dalam menentukan ide penyelesaian. Meskipun siswa level 1
van Hiele mampu melakukan tahap interiorisasi dan mampu menjelaskan
komponen pada masalah, namun siswa level 1 mengalami kesulitan dalam
menerapkan rumus. Hal ini sesuai denga teori Van Hiele yang mengatakan bahwa
Siswa dengan kemampuan level 1 berada pada tahap pengenalan, tahap pengenalan
merupakan tahap awal. Pada tahap ini siswa sudah mampu mengenal bangun-
bangun geometri dan mengetahui namanya.Namun masih belum bisa mengenali
sifat-sifat bangun geometri. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti ketika
tes berlangsung, terlihat subjek tersebut mengalami kesulitan ketika menyelesaikan
masalah yang diberikan, subjek beberapa kali menghapus jawaban yang tulisnya.
Ketika waktunya hampir habis, masalah kolam dan taman masih belum
terselesaikan.Oleh karena itu, tanggapan yang dikumpulkan belum lengkap dan
lengkap.
Siswa dengan level 2 juga mampu melakukan koordinasi yaitu mengaitkan
komponen yang diketahui dan ditanyakan pada masalah sehingga memberikan ide
penyelesaian. Pada masalah yang (a) yaitu mencari luas lahan untuk ditanami kebun
pisang, Siswa level 2 mampu mengkoordinasikan informasi pada masalah dengan
baik, namun pada saat mengerjakan (b) Subjek belum mampu menyelesaikan
masalah biaya pembuatan pagar kolam dengan benar, yaitu subjek dengan level 2
salah dalam melakukan perhitungan dan belum mampu memeriksa ulang kebenaran
dari jawabannya. Sedangkan Pada masalah nomor 2 yaitu masalah luas kebun,
subjek mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Hal ini sesuai dnegan teori
Van Hiele bahwa siswa level 2 berada pada tahap analisis, yang mana tahap analisis
merupakan tahap selanjutnya dari tahap pengenalan.
Pada tahap analisis berdasarkan teori Van Hiele, siswa sudah mampu
memahami sifat-sifat bangun geometri. Hal ini dibuktikan dengan siswa dengan
78

level 2 yang sudah mampu dalam mengkoordinasikan infromasi pada masalah dan
menuliskan rumus ke dalam bentuk penyelesaian, namun siswa dengan level 2 salah
dalam hitungan, siswa mengira bahwa panjang keseluruhan lahan sama dengan
panjang kolam sehingga mengakibatkan hasil perhitungan dan kesimpulan yang
salah.Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti ketika tes berlangsung,
terlihat siswa dengan level 2 tersebut sedikit mengalami kesulitan ketika
menyelesaikan masalah yang diberikan pada awal waktu, siswa beberapa kali
membaca masalah dengan teliti. Setelah membaca masalah beberapa kali, kemudian
melanjutkan dengan menuliskan rumus dan melakukan perhitngan hingga waktu
hampir habis. Namun pada akhirnya siswa dengan level 2 tersebut berhasil
menyelesaikan tepat waktu sesuai dengan waktu yang diberikan.
Pada tahap koordinasi, siswa dengan level 3 mampu menjawab masalah
kolam dan masalah kebun dengan benar dan sistematis. Siswa level 3 tidak
kesulitan dalam menentukan ide untuk menyelesaikan masalah. Siswa level 3 juga
tidak kesulitan dalam menentukan rumus yang akan digunakan dalam penyelesaian.
Siswa dengan kemampuan level 3 juga mampu melakukan perhitungan,
menyimpulkan dan menuliskan satuan dengan benar.Aktivitas yang
mengindikasikan bahwa siswa dengan level 3 mampu melalui tahapan koordinasi
dengan baik yaitu (1) Menghubungkan informasi pada masalah kolam dengan
langkah penyelesaian yang akan digunakan (2) Menghubungkan informasi pada
masalah kebun degan langkah penyelesaian yang akan digunakan. Dalam hal ini
siswa dengan level 3 mencari komponen yang belum diketahui pada masalah yang
akan digunakan dalam penyelesaian dan menggunakan rumus serta infomasi yang
diketahui untuk mencari komponen yang belum diketahui sehingga akan diperoleh
informasi yang lengkap untuk memudahkan dalam penyelesaian masalah kolam.
Sedangkan pada masalah kebun, Siswa dengan level 3 melakukan perhitungan
sebagai ide penyelesaian. Siswa dengan level 3 menggunakan rumus dan
perhitungan yang tepat dengan baik sehingga penyelesaian masalah dapat dilakukan
dengan baik. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti ketika tes
berlangsung, terlihat subjek tersebut tidakk mengalami kesulitan ketika
79

menyelesaikan masalah yang diberikan, subjek beberapa kali menghapus jawaban


yang tulisnya. Siswa tersebut juga cukup fokus dalam menyelesaiakan masalah
kolam dan kebun. Siswa dalam menyelesaikan masalah dengan tepat waktu.
Pada tahap koordinasi, siswa dengan level 4 mampu menjawab masalah
kolam dan masalah kebun dengan benar. Siswadengan level 4 juga mampu
melakukan perhitungan, menyimpulkan dan menuliskan satuan dengan benar.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti ketika tes berlangsung, terlihat
subjek tersebut tidak mengalami kesulitan ketika menyelesaikan masalah yang
diberikan, siswa beberapa kali meminta kertas kosong untuk coretan kepada
peneliti. Siswa sangat fokus ketika menyelesaikan masalah dan terlihat menutupi
lembar jawabannya agar tidak dilihat oleh siswa lain. Siswa dengan level 4 juga
dapat menyelesaikan masalah tepat waktu dan menyelesaikan semua masalah yang
disajikan. Hal ini sesuai dengan teori van Hiele yang mengatakan bahwa siswa
dengan kemampuan level 4 berada pada tahap deduksi. Kurnia & Hidayati (2022)
mengatakan bahwa berdasarkan penelitian terdahulu tahap deduksi merupakan
tahap yang tidak bisa dilewati oleh siswa SMP karena pada umumnya siswa SMP
hanya mampu melewati tahap 3 (Pengurutan).

5.3. Tahap Enkapsulasi


Siswa dengan level 1 van Hiele tidak melalukan tahap enkapsulasi. Hal ini
dikarenakan siswa dengan level 1 van Hiele hanya mampu melakukan tahap
interiorisasi pada penelitian ini. Sehingga siswa tidak melakukan penyelesaian dan
tidak melakukan kesimpulan dari hasil penyelesaian masalah kolam dan masalah
kebun. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti ketika tes berlangsung,
terlihat siswa tersebut mengalami kesulitan ketika menyelesaikan masalah yang
diberikan, subjek beberapa kali menghapus jawaban yang tulisnya. Sampai waktu
hampir habis siswa dengan level 1 masih belum menyelesaikan masalah kolam dan
kebun. Sehingga jawaban yang dikumpulkan belum selesai dan lengkap.
Selanjutnya siswa dengan level 2 melakukan tahap enkapsulasi namun
tidak tepat dikarenakan pada saat melakukan koordinasi siswa tersebut melakukan
80

kesalahan dalam perhitungan masalah kolam. Siswa dengan level 2 tidak memenuhi
indikator enkapsulasi yaitu dapat menyimpulkan hasil konstruksi dengan benar.
Aktivitas-aktvitas yang mengindikasi bahwa siswa level 2 tidak mampu melalui
tahap enkapsulasi adalah siswa level 2 tidak melakukan perhitungan dengan baik
pada masalah kolam sehingga mengakibatkan salah dalam membuat kesimpulan
dari hasil penyelesaian. Namun pada masalah kebun, siswa dengan level 2 van
Hiele melakukan koordinasi dengan baik dan benar. Siswa tersebut menggunakan
rumus yang tepat dan mampu menerapkan rumus dengan baik sehingga melakukan
tahap enkapsulasi pada masalah kebun.
Siswa dengan level 3 melakukan enkapsulasi dengan baik dan memenuhi
indikator enkapsulasi yaitu siswa dapat menyimpulkan hasil konstruksi. Aktivitas-
aktvitas yang mengindikasi bahwa subjek mampu melalui tahap enkapsulasi dengan
baik adalah siswa level 3 menggunakan rumus yang tepat dan melakukan
perhitungan dengan baik sehingga masalah dapat diselesakan dengan benar pada
masalah kolam dan kebun. Siswa dengan level 3 melakukan enkapsulasi dengan
baik dan memenuhi indikator enkapsulasi yaitu siswa dapat menyimpulkan hasil
konstruksi. Aktivitas-aktvitas yang mengindikasi bahwa siswa mampu melalui
tahap enkapsulasi dengan baik adalah siswa level 3 menggunakan rumus yang tepat
melakukan perhitungan dengan baik sehingga masalah dapat diselesakan dengan
benar. Meskipun pada saat menyelesaikan masalah siswa dengan level 3 beberapa
kali mengalami kesulitan, namun dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu dan
melakukan tahap enkapsulasi dengan tepat. Pada saat wawancara siswa dengan
level 4 menjelaskna bahwa sempat merasa sedikit kesulitan dan ragu dalam
menyelesaikan masalah kebun dan kolam. Namun, pada akhirnya siswadengan
level 3 mampu menyelesaikannya dengan baik dan menyimpulkan penyelesaian
dengan baik.
Siswa dengan level 4 melakukan enkapsulasi dengan baik dan memenuhi
indikator enkapsulasi yaitu siswa dapat menyimpulkan hasil konstruksi. Aktivitas-
aktvitas yang mengindikasi bahwa siswa mampu melalui tahap enkapsulasi dengan
baik adalah siswa level 4 menggunakan rumus yang tepat melakukan perhitungan
81

dengan baik sehingga masalah dapat diselesakan dengan benar. Siswa dengan level
4 melakukan enkapsulasi dengan baik dan memenuhi indikator enkapsulasi yaitu
siswa dapat menyimpulkan hasil konstruksi. Aktivitas-aktvitas yang mengindikasi
bahwa siswa mampu melalui tahap enkapsulasi dengan baik adalah siswa level 3
menggunakan rumus yang tepat melakukan perhitungan dengan baik sehingga
masalah dapat diselesakan dengan benar tanpa mengalami kesulitan. Pada saat
wawancara siswa dengan level 4 mampu menjelaskan tahap enkapsulasi yang telah
dilakukan dengan sangat detail dan tidak mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan masalah kolam dan kebun serta yakin dengan jawabannya.

5.4. Tahap Tematisasi


Pada tahap tematisasi, siswa level 1 tidak mampu menjelaskan konsep
serta prosedur dalam menyelesaikan masalah kolam dan kebun. Siswa dengan level
1 van Hiele tidak memenuhi indikator tematisasi yaitu siswa dapat mengaitkan hasil
konstruksi dengan struktur pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Siswa
dengan level 1 van Hiele kesulitan dalam menngaitkan komponen-komponen pada
masalah kolam dan kebun. Sehingga mengalami kesulitan dalam menerapkan
rumus yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah. Karena mengalami
kesulitan dalam menentukan ide penyelesaian sehingga siswa dengan level 1 tidak
menyelesaikan masalah kolam dan kebun. Siswa dengan level 1 van Hiele tidak
dapat mengaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Siswa dengan kemampuan level 1 van Hiele berada pada tahap visualisasi.
Pada tahap ini siswa telah mampu mengetahui bentuk dan nama suatu bangun
(Kurnia & Hidayati, 2022). Siswa tersebut mampu memahami masalah kolam dan
kebun serta dapat menyebutkan bangun yang terbentuk pada kedua masalah. seperti
yang telah disimpulkan oleh (Sugara, dkk., 2022) bahwa siswa yang berada pada
level visualisasi memiliki kemampuan yang baik dalam memahami masalah dan
sudah mampu menuliskan yang diketahui dan ditanyakan pada masalah dengan
benar. Namun, siswa dengan level 1 kesulitan dalam menerapkan rumus mana yang
82

akan digunakan dalam menyelesaikan masalah dan kesulitan dalam mengaitkan


hubungan antar bangun datar yang terbentuk.
Siswa level 2 van Hiele pada masalah kolam salah dalam melakukan
perhitungan sehingga salah dalam menyimpulkan hasil konstruksi yang
mengakibatkan siswa level 2 tidak melakukan tahap tematisasi dnegan baik dan
benar karena salah dalam mengaitkan konsep yang dimili sebelumnya dengan hasil
konstruksi pada masalah kolam. Berdasarkan indikator mekanisme mental siswa
dengan level 2 van Hiele tidak memenuhi indikator tematisasi yaitu siswa dapat
mengaitkan hasil konstruksi dengan struktur pengetahuan yang sudah dimiliki
sebelumnya. Siswa dengan level 2 van Hiele mampu menentukan rumus yang
digunakan pada masalah kolam. Namun mengalami kesulitan dalam menerapkan
rumus tersebut pada saat menentukan biaya pembuatan pagar kolam ikan. Siswa
dengan level 2 memahami bahwa bangun persegi panjang memiliki rumus luas
yaitu Luas= panjang ×lebar dan rumus luas persegi adalah sisi × sisi.
Siswa dengan level 2 juga mengetahui bangun yang terbentuk pada
masalah kolam. Namun Subjek dengan level 2 salah dalam melakukan perhitungan.
Karena salah dalam melakukan perhitunganjadi siswa dengan level 1 tidak
menyelesaikan masalah kolam dan kebun. Siswa dengan level 1 van Hiele tidak
dapat mengaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Selanjutnya pada
masalah kebun siswa dengan level 2 van Hiele melakukan tematisasi dengan baik
dan benar dan mampu memenuhi indikator tematisasi. Siswa tersebut memahami
konsep masalah kebun dengan baik dan dapat mengaitkan hasil konstruksi dengan
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Hal ini sejalan dengan (Sugara., dkk, 2022)
bahwa siswa dengan level 2 van Hiele berada pada tahap Analisis dimana rata-rata
memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanankan rencan apenyelesaian.
Namun untuk siswa pada level 2 van Hiele yang kemampuan pemecahan
masalahnya kurang baik mampu menjelaskan dan melaksanakan rencana yang telah
ditentukan dengan baik dan lengkap namun pada beberapa soal siswa menuliskan
prosedur yang kurang lengkap sehingga salah dalam melakukan perhitungan.
83

Siswa dengan kemampuan level 3 van Hiele berada pada tahap Abstraksi.
Pada tahap ini siswa telah mampu mengetahui bentuk dan nama suatu bangun
(Kurnia & Hidayati, 2022). Siswa tersebut mampu memahami masalah kolam dan
kebun serta dapat menyebutkan bangun yang terbentuk pada kedua masalah. seperti
yang disimpulkan oleh (Sugara, dkk., 2022) bahwa siswa yang berada pada level
Abstraksi memiliki kemampuan yang baik dalam memahami masalah. Pada tahap
tematisasi, siswa level 3 mampu mejelaskan konsep serta prosedur dalam
menyelesaikan masalah kolam dan kebun secara lengkap dan sistematis. Siswa
dengan level 3 Van Hiele memenuhi indikator tematisasi yaitu siswa dapat
mengaitkan hasil konstruksi dengan struktur pengetahuan yang sudah dimiliki
sebelumnya. Siswa dengan level 3 van Hiele terlihat tidak kesulitan dalam
memahami masalah kolam dan kebun, siswa tersebut juga tidak kesulitan dalam
menngaitkan komponen-komponen pada masalah kolam dan kebun, dan Siswa
dengan level 3 juga menyelesaikan masalah kolam dan kebun dengan baik dan
benar. Pada saat wawancara siswa level 3 dapat menjelaskan konsep serta prosedur
dalam menyelesaikan masalah kolam dan kebun dengan baik dan memenuhi
indikator tematisasi yaitu siswa dapat mengaitkan hasil konstruksi dengan struktur
pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Siswa dengan level 3 van Hiele
merasa sedikit keuslitan dalam melakukan perhitungan. Namun pada akhirnya
menyelesaiakan masalah kolam dan jebun dengan baik dan tepat waktu.
Berdasarkan indikator level van Hiele, siswa dengan level 3 berada pada
tahap abstraksi dimana pada tahap ini siswa mampu melakukan perencanaan
dengan baik, siswa memahami bangun yang terbentuk, sifat-sifat bangunt yang
terbentuk dan sudah mengetahui rumus-rumus dari bangun yang terbentuk. Sejalan
dengan (Sugara., dkk, 2022) bahwa siswa mampu menjelaskan dan melaksanakan
rencana yang telah ditentukan dengan prosedur yang tepat dan melakukan
perhitungan dengan benar pada setiap lagkah pengerjaan.
Siswa dengan kemampuan level 4 van Hiele berada pada tahap deduksi.
Berdasarkan teori van Hiele (Sugara., dkk, 2022) menyimpulkan bahwa siswa
sangat baik dalam membuat rencana dan melaksanakan rencana penyelesaian,
84

prosedur dan perhitungan dengan baik. Pada penelitian ini siswa dengan level 4 van
Hiele mampu mejelaskan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan masalah
kolam dan kebun secara lengkap dan sistematis. Siswa dengan level 4 Van Hiele
memenuhi indikator tematisasi yaitu siswa dapat mengaitkan hasil konstruksi
dengan struktur pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Siswa dengan level
4 Van Hiele terlihat tidak kesulitan dalam memahami masalah kolam dan kebun,
siswa tersebut juga tidak kesulitan dalam menngaitkan komponen-komponen pada
masalah kolam dan kebun, dan Siswa dengan level 4 juga menyelesaikan masalah
kolam dan kebun dengan baik dan benar. Pada saat wawancara siswa level 4 dapat
menjelaskan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan masalah kolam dan kebun
dengan baik dan memenuhi indikator tematisasi yaitu siswa dapat mengaitkan hasil
konstruksi dengan struktur pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Sebelum
mengumpulkan hasil pengerjaannya, siswa level 4 sudah memeriksa jawabannya
dan merasa yakin.
85

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan dapat disimpulkan


sebagai berikut.
Pertama, pada tahap interiorisasi keempat siswa dengan level Van Hiele yang
berbeda yaitu level 1, level 2, level 3, dan level 4 melakukan tahap interiorisasi.
Interiorisasi yang dilakukan yaitu siswa membaca dan mengidentifikasi komponen
pada masalah dengan cara mengamati dan memahami setiap informasi yang
dituliskan. Siswa memahami dan menuliskan informasi yang diketahui dan
ditanyakan dengan tepat.
Kedua, pada tahap koordinasi hanya siswa dengan level 2, level 3 dan level
4 Van Hiele yang melakukan koordinasi. Siswa mengkoordinasikan dan
mengaitkan antar informasi yang ditanyakan dengan informasi yang diketahui.
Siswa menghubungkan petunjuk pada masalah dengan ide penyelesaian yang
terlintas. Siswa mampu mengaitkan antar bangun satu dengan bangun lainnya pada
kategori tertentu. Berdasarkan ciri-ciri bangun yang diketahui, siswa dapat
menentukan apakah bangun tersebut termasuk ke dalam kategori bangun tertentu,
seperti persegi dan persegi panjang dan dapat menentukan rumus yang digunakan
berdasarkan informasi yang disebutkan.
Ketiga, Siswa dengan level 3 dan 4 Van Hiele dapat melakukan
enkapsulasi dengan baik dan benar. Siswa dengan level 3 dan 4 melakukan
enkapsulasi dengan menyelesaikan dan menyimpulkan hasil penyelesaian. Siswa
dapat menyimpulkan hasil dari penyelesaian yang dilakukan dengan baik. Siswa
juga dapat menyimpulkan bangun yang terbentuk.
Keempat, siswa dengan level 3 dan 4 Van Hiele yang melakukan tematisasi
dengan baik. Siswa memahami konsep dan prosedur dalam menyelesaikan masalah
dan dapat mengaitkan dengan rumus dan skema yang dimiliki sebelumnya. Siswa
86

juga mampu menjelaskan secara lisan ataupun jawaban tertulis dari setiap proses
sehingga sampai pada sebuah kesimpulan yang benar.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan


sebelumnya, diperoleh hasil bahwa proses berpikir siswa dengan kemampuan Van
Hiele level 1, 2, 3, dan 4 berbeda-beda. Setiap siswa dengan tingkatan level
berpikir memiliki cara yang berbeda dalam menyelesaiakan masalah khususnya
pada penerapan rumus dan konsep bangun datar. Guru lebih memahami
kemampuan masing-masing siswa dalam menanamkan pemahaman konsep siswa
dengan mempertimbangkan level berpikir siswa.
Selain itu, masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyusun ide penyelesaian masalah dan kesulitan dalam perhitungan untuk
menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat merancang
pembelajaran yang lebih melibatkan siswa dalam pemecahan masalah dengan
berfokus pada mengembangkan kelebihan dan memperbaiki kekurangan pada
setiap siswa berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Pada siswa dengan level 1
Van Hiele diharapkan guru dapat melakukan tanya jawab mengenai bangun
geometri dan sifat-sifatnya kepada siswa untuk melatih siswa agar lebih
memahami bangun-bangun geometri dan sifat-sifatnya sehingga level berpikir
siswa dapat meningkat. Selanjutnya guru diharapkan dapat memberikan masalah
geometri bangun datar kepada siswa yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
sehingga dapat menstimulus proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika bangun datar.
Pada siswa dengan level 2 Van Hiele diharapkan untuk guru dapat
memberikan pengajaran melalui alat-alat peraga seperti media pembelajaran di
kelas. Sehingga siswa dapat memahami struktur-struktur yang memberi
komponen dan hubungan antar komponen suatu bangun geometri sehingga dapat
menstimulus respon siswa. Selanjutnya guru diharapkan dapat memberikan
masalah matematika kepada siswa berupa soal cerita yang membutuhkan
87

pemahaman dalam memahami sebuah permasalahan dan perhitungan agar dapat


melatih siswa lebih teliti dalam melakukan perhitungan.
Pada siswa dengan level 3 Van Hiele diharapkan untuk guru dapat
membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat dan guru membantu
mengoreksi kalimat yang kurang tepat ketika siswa menjelaskan pandangannya.
Selanjutnya guru diharapkan dapat memberikan masalah matematika kepada
siswa berupa soal cerita yang membutuhkan pemahaman dan perhitungan agar
dapat melatih siswa lebih teliti dalam melakukan perhitungan soal cerita. Pada
siswa dengan level 4 van Hiele diharapkan guru dapat memberikan latihan soal
berupa tugas-tugas open-ended, dimana membutuhkan banyak langkah dalam
penyelesaiannya. Sehingga siswa memperoleh pengalaman dalam menyelesaikan
tugas tersebut dengan cara yang siswa temukan sendiri.
Selanjutnya, peneliti lain yang ingin mengembangkan lebih lanjut temuan
penelitian ini disarankan untuk menggunakan instrumen soal penyelesaian
masalah yang lebih variatif. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai
informasi awal untuk melakukan penelitian pengembangan penelitian mengenai
strategi dan metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk dapat
mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah geometri dengan
mempertimbangkan level berpikir Van Hiele.
88

DAFAR RUJUKAN

Afifah, A. H., Susanto., Sugiarti, T., Sunardi., & Monalisa L. A. (2019). Analisis
Keterampilan Geometri Siswa Kelas X Dalam Menyelesaikan Soal
SegiempatBerdasarkan Level Van Hile. Kadikma, 10(3), 35-47

Ali, N. N., & Ni'mah, K. (2023). Analisis Kemampuan Peserta Didik Dalam
Menyelesaikan Soal Geometri Pada Asesmen Kompetensi Minimum-
Numerasi. Jurnal Ilmiah Matematika Realistik, 4(2), 267-274.
Alifah, N., & Aripin, U. (2018). Proses berpikir siswa SMP Dalam Memecahkan
Masalah Matematik Titinjau dari Gaya Kognitif Field Dependent dan Field
Independent. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif),1(4), 505-
512.
Andi T. E. (2014). Psikologi Belajar (Pengantar dalam Memahami Psikologi
Belajar). Bandar Lampung
Anwar, A. (2020). Indentifikasi Tingkat Berpikir Geometri Siswa Berdasarkan Teori
Van Hiele. Jurnal Pendidikan Matematika : Judika Education, 3(2), 85-92.
Arnon, I., Cottrill, J., Dubinsky E., Octac, A., Fuentes, R.S., Solange R., Trigueros,.
& Weller, K. (2014). APOS Theory A Framework for Research and
Curriculum Development in Mathematics Education. Springer New York
Heidelberg Dordrecht London.
Basri, H. (2022). Berpikir dan Bernalar Matematis. Purbalingga: Eureka Media
Aksara.
Barsalou, L. W. (2014). Cognitive Psychology: An Overview for Cognitive Scientists.
Psychology Press.
Cahyono, H., & Effendy, M. M. (2020). Membiasakan Siswa Berpikir Matematis.
Membangun Optimisme Meretas Kehidupan Baru dalam Dunia Pendidikan,
1(98).
Cifarelli, V. (1988). The Role of Abstraction as a Learning Process in Mathematical
Problem Solving. Doctoral Dissertation, Purdue University, Indiana.
Evidiasari, S., Subanji., & Irawati, S. (2019). Penalaran Induktif Siswa SMA Dalam
Menyelesaikan Masalah Transformasi Geometri. JKPM: Jurnal Kajian
Pembelajaran Matematika. Vol 3(2)
Fauzi, I., & Arisetyawan, A. (2019). Analisis Kesulitan Belajar Siswa pada Materi
Geometri di Sekolah Dasar. Kreano: Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif.
11(1).
Fiantika, F.R., Wasil M., & Jumiyati, S. (2022). Metodologi Penelitian Kualitatif.
Padang : PT Global Eksekutif Teknologi
89

Fona, F,B., & Husna. (2018). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah


Geometri melalui Pembelajaran Kooperatif Berbasis Teori Van Hiele. Jurnal
Peluang, 6(2). doi: https://doi.org/10.24815/jp.v6i2.12730
Haviger, J., & Vojkůvková, I. (2015). The van Hiele Levels at Czech Secondary
School. Procedia-social and Behavioral Sciences, 171, 912-918.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.209
Hayuningrat, S., & Listiawan, T. (2018). Proses Berpikir Siswa dengan Gaya
Kognitif Reflektif dalam Memecahkan Masalah Matematika Generalisasi
Pola. Jurnal Elemen, 4(2), 183-196.
Herlina, Maya., & Ihsan, Iden Rainal. (2020). Penelitian Pendahuluan Mengenai
LKPD Model PBL terkait Kemampuan Berpikir Matematis. Mathema: Jurnal
Pendidikan Matematika, 2(2), 46-54.
Hidayat, A., Sa’dijah, C., & Sulandra, I.M. (2019). Proses Berpikir Siswa Field
Dependent dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Berdasarkan Tahapan
Polya. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan 4(7), 923-
937
Kurnia, A. N., & Hidayati, N. (2022). Analisis Kemampuan Berpikir Geometri
Berdasarkan Tahap Berpikir Van Hiele pada Pembelajaran Matematika Siswa
SMP. EduMatSains: Jurnal Pendidikan, Matematika dan Sains, 6(2), 419-
430.
Kurniati, D., Purwanto., & Asari, A. R. (2018). Exploring The Mental Structure And
Mechanism: How The Style Of Truth-Seekers In Mathematical Problem-
Solving?. Journal on Mathematics Education, 9(2). 311-326
Leatham, K. R., Peterson, B. E., Stockero, S. L., & Van Zoest, L. R. (2015).
Conceptualizing mathematically significant pedagogical opportunities to build
on student thinking. Journal for Research in Mathematics Education, 46(1),
88–124. https://doi.org/10.5951/jresematheduc.46.1.0088.
Mulyadi, I., & Muhtadi, D. (2019). Proses Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan
Masalah Geometri Berdasarkan Teori Van Hiele Ditinjau dari Gender. JP3M
(Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika), 5(1). 1-8
Moleong, L. J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdyakarya
Bandung
Naufal, M.A., Abdullah, A.H., Osman,S., Abu, M.S.,& Ihsan, H. (2020). van Hiele
Level of Geometric Thinking among Secondary School Students.
International Journal of Recent Technology and Engineering (IJRTE) ISSN:
2277-3878 (Online), 8(6)
Nisa. L. C., Waluya. S. B., Kartono, Mariani. S. (2020) Implementation of APOS
theory to encourage reflective abstraction on Riemann Sum. Journal of
Physics: Conference Series. doi:10.1088/1742-6596/1567/3/032014
90

Nuroso, Harto., Siswanto, Joko., & Huda, Choirul. (2018). Developing a Learning
Model to Promote the Skills of Analytical Thinking. Journal of Education and
Learning (EduLearn), 12(4), 775-780, doi:10.11591/edulearn.v12i4.5814
Octac, A., Trigueros, M., & Romo, A. (2019). For the Learning of Mathematics. FLM
Publishing Association, 39 (1). 33-37
Purwanto., Subanji., Irawati, S. (2017). Using APOS Theory Framework: Why Did
Students Unable To Construct a Formal Proof?. International Journal on
Emerging Mathematics Education (IJEME), 1 (2), 135-146
Rahmawati, M., Uswatun, D. A., & Maulana, L. H. (2020). Analisis Pemahaman
Konsep Matematis Siswa Berdasarkan Teori APOS Melalui Soal Open Ended
Berbasis Daring Di Kelas Tinggi Sekolah Dasar. Didaktik : Jurnal Ilmiah
PGSD STKIP Subang, 6(1)
Retna, Milda., Lailatul Mubarokah, & Suhartatik. (2013). Proses Berpikir Siswa
dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Berdasarkan Kemampuan
Matematika (The Student Thinking Process in Solving Math Story Problem).
Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo 1(2): 71-82.
Rohendi, D., Septian, S., & Sutarno, H. (2018). The Use of Geometry Learning
Media Based on Augmented Reality for Junior High School Students. IOP
Conference Series: Materials Science and Engineering, 306 (1)
Subanji. (2015). Teori kesalahan konstruksi konsep dan pemecahan masalah
matematika. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Supiarmo, M. G., Mardhiyatirrahmah, L., & Turmudi, T. (2021). Pemberian
scaffolding untuk memperbaiki proses berpikir komputasional siswa dalam
memecahkan masalah matematika. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan
Matematika, 5(1), 368-382.
Surya, C. M., Iskandar,Y. Z., & Marlina, L. (2021). Meningkatkan Kemampuan
Mengenal Bentuk Geometri Dsar Pada Anak Kelompok A Melalui Metode
Tebak Gambar. Jurnal Tahsinia, 2(1). 78-89
Syafri, F. S. (2016). Pemahaman Matematika Dalam Kajian Teori APOS (Action,
Process, Object, and Schema). Jurnal At-Ta’lim. 15(2), 458-477
Van de Walle, J. A. (2001). Elementary and middle school mathematics: teaching
developmentally (4th ed.). Allyn and Bacon.
Vojkuvkova, I., & Haviger, J. (2015). The van Hiele at Czech secondary school.
Procedia-Social and Behavioral Sciences, 171, 912–918.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.209
Wardhani, W. A., Subanji, S., & Dwiyana, D. (2016). Proses berpikir siswa
berdasarkan kerangka kerja Mason. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian,
Dan Pengembangan, 1(3), 297-313.
91

Yuliana, D & Ratu, N. (2019). Analisis Keterampilan Dasar Visual Geometri Siswa
SMP Ditinjau Berdasarkan Level Berpikir Analisis Van Hiel. Jurnal
Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2).
oi: https://doi.org/10.31004/cendekia.v3i2.135

Zainal, Z. (2020). Peringkat Berpikir Geometri Siswa Berdasarkan Teori Van Hiele
Makasar: Global RC.
92

Lampiran 1a: Instrumen Tes Geometri Van Hiele

TES BERPIKIR VAN HIELE


(VAN HIELE GEOMETRY TEST)
Diambil dari Tesis Penelitian oleh Arifandi (2022)

Petunjuk pengerjaan:
1. Berdoalah sebelum mengerjakan soal !
2. Tulislah identitas Anda pada lembar jawaban yang telah disediakan !
3. Bacalah dengan teliti !
4. Berilah tanda silang pada jawaban yang dianggap benar pada lembar jawaban!
5. Dilarang berdiskusi dengan teman atau mencontek !
6. Kerjakan dalam waktu 60 menit !

1. Manakah diantara bangun berikut yang merupakan persegi?


a. K saja
b. L saja
c. M saja
d. L dan M saja
e. Semua adalah persegi K L M

2. Manakah diantara bangun berikut yang merupakan segitiga?


a. Semua bukan segitiga
b. V saja
c. W saja
d. W dan Y saja
e. V dan W saja

3. Manakah diantara bangun berikut yang merupakan persegi panjang?

a. S saja
b. T saja
c. S dan T saja
d. S dan U saja
e. Semua merupakan persegi panjang

4. PQRS adalah persegi. Pernyataan berikut yang benar pada persegi PQRS
adalah…
a. ܴܲത
തതത݀ܽ݊ ܴܵത
തത
തadalah sama panjang
P Q
Q
b. ܳܵത
തത
തdan ܴܲത തത
തadalah tegak lurus
c. ܲܵത
തത
തdan ܴܳതതതതadalah tegak lurus
d. ܲܵത
തത
തdan ܳܵത തത
തsama panjang
S R
e. Sudut Q lebih besar dari pada sudut R
93

5. Pada segiempat HIJK, HJ dan IK merupakan diagona


Pernyataan berikut yang tidak benar pada setiap persegi panjang adalahanjang adalah
panjang adalah…

a. Terdapat empat sudut siku-siku


b. Terdapat empat sisi
c. Diagonal-diagonal memiliki panjang yang sama
d. Sisi yang berlawanan memiliki panjang yang sama
e. Semua pernyataan (a) sampai (d) adalah benar pada setiap persegi panjang

6.Belah ketupat adalah bangun segi empat yang semua sisinya sama panjang.
Berikut tiga contohnya.
Diantara pernyataan berikut yang tidak benar pada setiap belah ketupat adalah…

a. 2 diagonalnya sama panjang


b. Setiap diagonal membagi dua sudut belah ketupat menjadi 2 bagian yang sama
c. 2 diagonalnya tegak lurus
d. Sudut yang berhadapan sama besar
e. Semua (a) – (d) benar pada setiap belah ketupat

7. Manakah diantara bangun berikut yang dinyatakan sebagai persegi panjang.


a. Semua bisa
b. Hanya Q
c. Hanya R
d. Hanya P dan Q
e. Hanya Q dan R
P Q R

8. Manakah diantara pernyataan berikut yang benar?


a. Semua sifat persegi panjang adalah sifatdari persegi
b. Semua sifat persegi adalah sifat dari persegi panjang
c. Semua sifat persegi panjang adalah sifat dari jajar genjang
d. Semua sifat persegi adalah sifat dari jajar genjang
e. Dari (a) – (d) tidak ada yang benar
94

9. Sifat apakah yang dimiliki semua persegipanjang tetapi tidak dimilikioleh


jajargenjang?
a. Sisi berhadapan sama
b. Diagonalnya sama
c. Sisi berhadapan sejajar
d. Sudut yang berhadapan sama
e. Dari (a) – (d) tidak ada yang benar

10. Diketahui tiga sifat suatu bangun.


Sisi D : Bangun tersebut memiliki diagonal sama panjang
Sisi S : Bangun tersebut adalah persegi
Sisi R : Bangun tersebut adalah persegi panjang
Manakah pernyataan berikut yang benar?
a. Jika D maka S, maka mengakibatkan R
b. Jika D maka R, maka mengakibatkan S
c. Jika S maka R, maka mengakibatkan D
d. Jika R maka D, maka mengakibatkan S
e. Jika R maka S, maka mengakibatkan D

11. Diketahui dua pernyataan.


I :Jika suatu bangun adalah persegi panjang, maka diagonalnya
berpotongan di tengah-tengah
II : Jika diagonal suatu bangun berpotongan di tengah-tengah, maka
bangun tersebut persegi panjang
Manakah diantara pernyataan berikut yang benar?
a. Untuk membuktikan I adalah benar, maka cukup membuktikan bahwa II
adalah benar
b. Untuk membuktikan II adalah benar, maka cukup dibuktikan bahwa I
adalah benar
c. Untuk membuktikan II adalah benar, maka cukup menentukan satu
persegi panjang yang diagonalnya berpotongan di tengah-tengah.
d. Untuk membuktikan bahwa II adalah salah, maka cukup menentukan satu
bukan persegi panjang yang diagonalnya berpotongan di tengah-tengah
e. Tidak satupun dari (a)-(d) adalah benar
95

12. Telitilah tiga pernyataan berikut :


(1) Dua garis yang tegak lurus terhadap garisyang sama adalah sejajar
(2) Sebuah garis yang tegak lurus terhadap satu dari dua garis yang sejajar
adalah tegak lurus terhadap garis yang lain
(3) Jika dua garis berjarak sama, maka garis tersebut adalah sejajar
Pada gambar berikut diberikan garis m dan p adalah tegak lurus, dan garis
n dan garis p adalah tegak lurus, manakah kalimat di atas yang logis
bahwa garis m adalah sejajar garis n?

a. Hanya (1) p
b. Hanya (2) m
c.Hanya (3)
d. (1) atau (2) n
e.(2) atau (3)

13. Pada geometri F, sesuatu dibedakan dari yang biasa digunakan. Pada geometri
F terdapat empat titik dan enam garis. Setiap garis memuat tepat dua titik. Jika
titiknya adalah P, Q, R, dan S, maka garis-garisnyanya adalah {P,Q}, {P,R},
{P, S},{Q,R}, {Q,S}, dan {R,S}

P
Q

R S

Disini bagaimana kata “berpotongan” dan ” sejajar” digunakan pada geometri


F. Garis {P,Q} dan {P,R} berpotongan pada P karena {P,Q} dan {P,R}
mempunyai titik sekutu P. Garis {P,Q} dan {R,S} adalah sejajar karena garis
tersebut tidak memiliki titik sekutu.
Dari informasi tersebut, manakah yang benar?
a. {P,R} dan {Q,S} berpotongan
b. {P,R} dan {Q,S} sejajar
c. {Q,R} dan {R,S} sejajar
d. {P,S} dan {Q,R} berpotongan
e. Tidak ada dari poin (a)-(d) yang benar
96

14. Dua buku geoemetri mendefinisikan konsep persegi panjang dalam cara yang
berbeda. Manakah pernyataan berikut yang benar?
a. Satu dari buku-buku tersebut memiliki kesalahan
b. Satu dari definisi tersebut adalah salah. Tidak dapat adafinisi berbeda
untuk persegi panjang
c. Persegipanjang pada satu dari buku-buku tersebut harus memiliki
sifat-sifat yang berbeda pada buku yang lain
d. Persegipanjang pada satu dari buku-buku tersebut harus memiliki
sifat-sifat yang sama pada buku yang lain
e. Sifat-sifat persegipanjang pada dua buku tersebut mungkin berbeda

15. Misalkan Anda telah membuktikan pernyataan I dan II.


I : jika p,maka q
II : jika s,maka bukan q
Manakah pernyataan berikut yang memenuhi pernyataan I dan II
a. Jika p, maka s
b. Jika bukan p, maka bukan q
c. Jika p atau q, maka s
d. Jika s, maka bukan p
e. Jika bukan s, maka p
97

Lampiran 1b : Kunci Jawaban Tes Geometri Van Hiele

KUNCI JAWABAN VAN HIELE GEOMETRY TEST (VHGT)

Level Nomor Soal Kunci Jawaban


1 B
Level 1 2 D
3 C
4 B
Level 2 5 E
6 A
7 A
Level 3 8 A
9 B
10 C
Level 4 11 D
12 A
13 B
Level 5 14 E
15 D
98

Lampiran 1c : Lembar Validasi Instrumen Tes Geometri Van Hiele

LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN


TES GEOMETRI VAN HIELE

A. Identitas Validator
Nama : Dr. Indriati Nurul Hidayah, M.Si
NIP/NIDN : 19710423 199803 2 002
B. Tujuan
Lembar validasi ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu
mengenai kevalidan lembar tes yang akan digunakan.

C. Petunjuk Penilaian
1. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan penilaian terhadap draf
soal tes dengan aspek-aspek yang diberikan.
2. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menilai permasalahan tes dengan
memberikan tanda check list ( )pada skala penilaian yang dianggap sesuai.
Keterangan skala penilaian:
1= tidak sesuai 2= kurang sesuai 3= sesuai 4= sangat sesuai

No Pernyataan Penilaian
Format Isi 1 2 3 4
1 Terdapat petunjuk pengerjaan soal
2 Kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda
Isi
3 Kesesuaian soal dengan indikator ketercapaian level
berpikir Van Hiele
4 Isi materi yang ditanyakan pada soal sesuai dengan
jenjang dan tingkat kelas yaitu SMP
Bahasa
5 Pertanyaan yang diajukan menggunakan bahasa yang
sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar
6 Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami
7 Menggunakan kata atau istilah sesuai dengan level
siswa
99

Komentar dan Saran :


………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………..
Malang, … Februari 2023
Validator

Dr.Indriati Nurul Hidayah, M.Si


100

Lampira 2a : Instrumen Tes Penyelesaian Masalah

TES PENYELESAIAN MASALAH

Mata Pelajaran : Matematika Hari/ Tanggal :


Kelas : VIII Waktu : 60 Menit

Petunjuk Pengerjaan:
1. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan!
2. Tulis identitas diri pada lembar kerja yang telah disediakan!
3. Bacalah soal dengan cermat dan teliti!
4. Kerjakan secara mandiri dengan cermat dan lengkap!
5. Bila ada kesalahan, coretlah pada kata yang salah!

Masalah Kolam
Pak Badrun memiliki lahan kosong berbentuk persegi panjang dengan lebar
20 m, dan keliling lahan 90 m . Jika 30% luas lahan Pak Badrun akan dibuat
kolam ikan berbentuk persegi panjang dengan lebarnya 12, 5 m dan akan
dipasang pagar mengelilingi kolam dengan tinggi 1m. Sisa dari lahan tersebut
akan ditanami pohon pisang. Maka;
a. Tentukan luas tanah yang ditanami pohon pisang!
b. Tentukan biaya yang dikeluarkan Pak Badrun untuk membuat sebuah
pagar kolam ikan jika biaya pembuatan pagar adalah Rp. 60.000 per
meter!

Masalah Kebun
101

Pak Alif dan Bu Sofi adalah tetangga. Pak Alif memiliki kebun bunga
anggrek berbentuk persegi dengan kelilingnya 20 m dan Bu Sofi memiliki
kebun bunga mawar berbentuk persegi panjang.Ukuran kebun mawar Bu Sofi
3 kali lebih panjang dari sisi kebun Pak Alif, sedangkan lebar kebun Bu Sofi
5 m lebih panjang dari sisi kebun pak Alif.

Tentukan luas kebun Bu Sofi!


102

Lampiran 2b : Rubrik Penilaian Instrumen Tes Penyelesaian Masalah

RUBRIK PENILAIAN

Instrumen tes Dugaan Jawaban Mekanisme Mental Indikator


Masalah Kolam Diketahui:
Pak Badrun memiliki lahan kosong berbentuk Lahan kosong berbentuk persegi panjang
persegi panjang dengan lebar 20 m, dan Lebar lahan = 20 m
keliling lahan 90 m . Jika 30% luas lahan Pak Keliling lahan = 90 m Siswa dapat mengidentifikasi
Badrun akan dibuat kolam ikan berbentuk Lebar kolam ikan = 12m komponen yang terdapat pada
persegi panjang dengan lebarnya 12, 5 m dan Luas kolam ikan =30 % dari luas lahan Interiorisasi masalah, seperti informasi yang
sisa dari lahan tersebut akan ditanami pohon diketahui dan ditanyakan.
pisang. Maka; Ditanya:
a. Tentukan luas tanah yang ditanami pohon Luas pohon pisang
pisang!
b. Tentukan biaya yang dikeluarkan Pak K=2×( panjang+ lebar)
Badrun untuk membuat sebuah pagar 90 = 2 × ( panjang+ 20¿
kolam ikan dengan tinggi 1 meter di atas 90 = 2 panjang+ ¿ 40
permukaan tanah, jika biaya pembuatan 90-40 = 2 panjang Siswa dapat menghubungkan
pagar adalah Rp. 60.000 per meter! 50 = 2 panjang antar komponen, yaitu
Panjang=25 m Koordinasi mengaitkan informasi pada
masalah dengan langkah
Mencari luas lahan penyelesaian yang akan
Luas = panjang x lebar digunakan
Luas = 25m x 20m
Luas = 500 m 2

Mencari luas kolam ikan


Luas kolam ikan =30 % dari luas lahan
30
Luas kolam ikan = x 500 m 2
100
103

L = 150 m 2

Mencari luas pohon pisang


L = Luas lahan – luas kolam ikan
L = 500 m 2- 150 m 2
= 350 m 2

Menghitung biaya pembuatan pagar


L = p ×l
150 m 2= p ×12 , 5
2
150 m
= 12 m
12 , 5

K=2×( p+l)
K=2×(12 , 5+12)
K=2×(24 ,5)
K=49 m

Karena keliling kolam ikan adalah 49 m Siswa dapat menyelesaikan


Maka, masalah berdsarkan komponen-
49 m × Rp .60 .000=Rp .2.940 .000 enkapsulasi komponen yang telah diproses
dan dikoordinasikan
Masalah Kebun Diketahui: Siswa dapat mengidentifikasi
Pak Alif dan Bu Sofi adalah tetangga. Pak Kebun Pak Alif = persegi komponen yang terdapat pada
Alif memiliki kebun bunga anggrek Keliling lahan = 20 m masalah, seperti informasi yang
berbentuk persegi dengan kelilingnya 20 m Interiorisasi diketahui dan ditanyakan.
104

dan Bu Sofi memiliki kebun bunga mawar Kebun Bu Sofi = persegi panjang
berbentuk persegi panjang. Panjang kebun Panjang = 3× sisi persegi
mawar Bu Sofi 3 kali lebih panjang dari sisi Lebar = 5 + sisi persegi
kebun Pak Alif, sedangkan lebar kebun Bu
Sofi 5 m lebih panjang dari sisi kebun pak Ditanya:
Alif. Luas kebun Bu Sofi

Tentukan luas kebun Bu Sofi! Mencari sisi persegi


Keliling=4 × sisi Siswa dapat menghubungkan
20 m=4 × sisi antar komponen, yaitu
sisi=5 m mengaitkan informasi pada
Koordinasi masalah dengan langkah
penyelesaian yang akan
digunakan

Menghitung luas persegi panjang


Luas= panjang × lebar
Luas=(3 × sisi)× (5 + sisi) Siswa dapat menyelesaikan
Luas=(3 × 5)× (5 + 5) Enkapsulasi masalah berdasarkan komponen-
komponen yang telah diproses
Luas = 150 m 2
dan dikoordinasikan .
Jadi, luas kebun Bu Sofi adalah 150 m 2
105

Lampiran 2c : Lembar Validasi Instrumen Penyelesaian Masalah

LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN


PENYELESAIAN MASALAH GEOMETRI

A. Identitas Validator
Nama : Dr. Indriati Nurul Hidayah, M.Si
NIP/NIDN : 19710423 199803 2 002
B. Tujuan
Lembar validasi ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu mengenai
kevalidan lembar tes yang akan digunakan.

C. Petunjuk Penilaian
1. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan penilaian terhadap draf soal
tes dengan aspek-aspek yang diberikan.
2. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menilai permasalahan tes dengan
memberikan tanda check list ( )pada skala penilaian yang dianggap sesuai.
Keterangan skala penilaian:
1= tidak sesuai 2= kurang sesuai 3= sesuai 4= sangat sesuai

No Pernyataan Penilaian
Penilaian terhadap bahasa 1 2 3 4
1 Kalimat dalam soal menggunakan bahasa yang sederhana
dan mudah dipahami oleh siswa
2 Kalimat dalam soal tidak menimbulkan penafsiran ganda
3 Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia yang baik dan benar
Penilaian terhadap kesesuaian dengan tujuan penelitian
4 Soal yang diberikan memungkinkan peneliti dapat
mendeskripsikan proses berpikir siswa berdasarkan
mekanisme mental
5 Soal yang diberikan sesuai dengan kompetensi dasar
yang diberikan pada tingkat SMP
106

Komentar dan Saran :


……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………
Malang, … Februari 2023
Validator

Dr.Indriati Nurul Hidayah, M.Si


107

Lampiran 3a : Lembar Pedoman Wawancara

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA

No Mekanisme Indikator
Mental
1 Interiorisasi Siswa dapat mengidentifikasi komponen-komponen yang
diketahui dan ditanyakan pada masalah
2 Koordinasi Menghubungkan antar komponen untuk menyelesaikan masalah
3 Enkapsulasi Menghubungkan hasil konstruksi menjadi penyelesaian
4 Tematisasi Mengaitkan kembali konstruksi dengan skema yang sudah dimiliki

LEMBAR PERTANYAAN WAWANCARA


No Pertanyaan Wawancara Jawaban Siswa
1 Setelah kamu membaca masalah kolam dan
kebun, informasi apa yang kamu ketahui pada
masalah tersebut? (mengarahkan untuk
menganalisis interiorisasi)
2 Setelah kamu mengidentifikasi informasi tersebut,
apa yang kamu pikirkan? (mengarahkan untuk
menganalisis koordinasi)
3 Bagaimana kamu memperoleh jawaban dari soal
ini dan apa saja hal penting pada masalah
tersebut?
(mengarahkan untuk menganalisis koordinasi)
4 Mengapa kamu menggunakan cara ini?, selain
cara yang kamu gunakan, apakah ada cara lain
yang bisa digunakan untuk menyelesaikan
masalah ? (mengarahkan untuk menganalisis
koordinasi).
5 Apakah kamu yakin dengan jawabanmu?
(mengarahkan untuk menganalisis tematisasi)
6 Setelah kamu selesai mengerjakan soal, coba
kamu ceritakan proses dalam menyelesaikan
masalah tersebut! (mengarahkan untuk
menganalisis tematisasi)
108

Lampiran 3b : Lembar Validasi Pedoman Wawancara

LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN


PEDOMAN WAWANCARA

A. Identitas Validator
Nama : Dr. Indriati Nurul Hidayah, M.Si
NIP/NIDN : 19710423 199803 2 002
B. Tujuan
Lembar validasi ini bertujuan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu mengenai
kevalidan lembar tes yang akan digunakan.

C. Petunjuk Penilaian
1. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan penilaian terhadap draf soal
tes dengan aspek-aspek yang diberikan.
2. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menilai permasalahan tes dengan
memberikan tanda check list ( ) pada skala penilaian yang dianggap sesuai.
Keterangan skala penilaian:
1= tidak sesuai 2= kurang sesuai 3= sesuai 4= sangat sesuai

No Pernyataan Penilaian
Format Isi 1 2 3 4
1 Kelengkapan lembar wawancara siswa
2 Kalimat dalam pertanyaan tidak menimbulkan penafsiran
ganda
Isi
3 Pertanyaan yang diberikan mampu menggali informasi
mengenai pemahaman siswa terhadap penyelesaian masalah
4 Pertanyaan pada lembar wawancara memuat indikator
mekanisme mental
Bahasa
5 Pertanyaan yang diajukan menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar
6 Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
7 Menggunakan kata atau istilah sesuai dengan level siswa
109

Komentar dan saran :


……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………
Malang, … Februari 2023
Validator

Dr.Indriati Nurul Hidayah, M.Si


110

Lampiran 4a: Lembar Hasil Validasi Instrumen Tes Penyelesaian Masalah


111

Lampiran 4b: Lembar Hasil Validasi Instrumen Pedoman Wawancara


112

Lampiran 5a : Lembar Jawaban Subjek Level 1 Pada Tes Penyelesaian Masalah


113

Lampiran 5b : Lembar Jawaban Subjek Level 2 Pada Tes Penyelesaian Masalah


114
115

Lampiran 5c : Lembar Jawaban Subjek Level 3 Pada Tes Penyelesaian Masalah


116
117

Lampiran 5d : Lembar Jawaban Subjek Level 4 Pada Tes Penyelesaian Masalah


118
119

Lampiran 6a : Transkrip Wawancara dengan Subjek Level 1

P : Selamat pagi dek, boleh saya minta waktunya sebentar untuk wawancara?
Selamat pagi kak. Boleh kak silakan.
P : Coba jelaskan masalah kolam tersebut dengan bahasamu sendiri.
S1 : Pak Badrun Memiliki lahan kosong berbentuk persegi panjang dengan lebar 20m,
dan keliling lahan 90m. jika 30% luas lahan Pak Badrun mau dibikin kolam ikan
yang berbentuknya persegi panjang dengan lebarnya 12,5m dan sisa dari lahan
mau ditanami pohon pisang. Maka Tentukan luas tanah yang ditanami pohon pisang
dan b. tentukan biaya yang dikeluarkan Pak Badrun untuk membuat sebuah pagar
kolam ikan, jika biaya pembuatan pagar adalah Rp. 60.000 per meter.
P : Menurutmu informasi apa sajakah yang diketahui pada masalah tersebut
S1 : (berpikir) lebar kebun 20m, dan lebar 12,5m kak….. ehh ada lagi Keliling kebun
90m
P : Oke baik. Lalu apakah ada informasi lagi?
S1 : (berpikir) biaya pembuatan pagar Rp.60.000 per meter kak
P : Pada lembar jawaban kamu menuliskan 12,5m itu apa? Apakah sama dengan 20m?
S1 : Beda kak. 12,5m itu lebar kolam. Kalau 20m juga lebar,tapi bukan lebar kolam
P : kemudian, bisa disebutkan yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S1 : a). Tentukan luas tanah yang ditanami pohon pisang dan b). tentukan biaya yang
dikeluarkan Pak Badrun untuk membuat sebuah pagar kolam ikan, jika biaya
pembuatan pagar adalah Rp. 60.000 per meter
P : Apakah ada kesulitan dalam memahami masalah yang disajikan?
S1 : Iya kak. Soalnya susah kak
P : Bagian mana yang susah?
S1 : nomor 1 kak. Saya bingung ga tau gimana ngerjakannya”
P : Tapi ini kamu bisa menyebutkan yang diketahui dan ditanyakan
S1 : Iya kak, kalau itu saya tau dan paham
P : Setelah kamu menuliskan diketahui dan ditanyakan, lalu kamu menggambar dua
bangun (melihat lembar jawaban. Coba jelaskan gambar ini!
S1 : Jadi kan pada soal disebutkan itu persegi panjang dan disuruh cari luas lahan untuk
kebun pisang. Di soal juga disebutkan bahwa berbentuk persegi panjang, kan rumus
persegi panjang L=pxl . lalu bingung kak hehe
P : Disini juga sebelum kamu menuliskan rumus, kamu menggambar persegi sebuah
bangun, bangun apa ini?
S1 : Persegi panjang kak
P : Lalu ini bangun apa yang kecil ini yang berada di dalam persegi panjang
S1 : Oh, itu persegi panjang juga kak. Itu kolam ikan kak. Jadi saya buat gamabr persegi
panjang yang besar itu lahan Pak Badrun kak, setelah itu saya gambar persegi
panajng lebih kecil itu kolam ikan, pada soal kan disebutin kalau kolam ikan
berbentuk persegi panjang dan lahan akan dibuat kolam ikan
P : Setelah kamu menggambar ini , bagaimana?
S1 : Saya mau hitung luas lahan kak, tapi panjangnya tidak ada. Cuma ada lebar saja.
Jadi saya bingung
P : Bisakah kamu dapat menceritakan masalah apa yang diberikan dengan bahasamu
sendiri?Coba ceritakan! :
S1 : Bisa kak. Pak Alif memiliki kebun anggrek dan Bu Sofi memiliki kebun mawar. Kebun
120

pak Alif memiliki keliling 20m. Panjang kebun Bu sofi 3x lebih panjang daripada sisi
kebun pak Alif, lebar kebun bu sofi 5m lebih panjang dari sisi kebun Pak Alif
P : Kemudian apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S1 : Luas kebun bu sofi, Kak
121

Lampiran 6b : Transkrip Wawancara dengan Subjek Level 2

P : Coba jelaskan masalah tersebut dengan bahasamu sendiri!


S2 : Ada lahan kosong milik Pak Badrun yang akan ditanami kebun pisang dan akan
dibuat kolam ikan berbentuk pesrsegi panjang. Keliling kebunnya 90m, lebar
kebunnya 20m
P : Menurutmu informasi apa sajakah yang diketahui pada masalah tersebut
S2 : Keliling kebun 90m, lebar kebun 20m, dan lebar 12,5m kak
P : 12,5m itu lebar apa? Apakah sama dengan 20m?
S2 : Beda kak. 12,5 itu lebar kolam dan 20m itu lebar lahan
P : Oke baik. Lalu apakah ada informasi lagi?
S2 : (berpikir sejenak) Oh iya, 30% dari luas lahan untuk menanam pohon pisang
P : Apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S2 : Luas tanah yang akan ditanami pohon pisang dan mengitung biaya pembuatan pagar
P : Apakah ada kesulitan dalam memahami masalah ini? coba jelaskan!
S2 : Iya kak. Bingung tadinya
P : Terus apa yang kamu lakukan?
S2 : Saya baca lagi soalnya berulang-ulang, setelah saya baca beberapa kali baru
akhirnya paham sambil saya tulis yang diketahui K=90m dan l=20m
P : bangun dari lahan pak Badrun dan kolam ikan berbentuk apa?
S2 : Persegi panjang semua kak
P : Oke baik. Bagaimana dengan ide penyelesaiannya?
S2 : Saya hubungin dulu kak lalu saya gambar kak, lalu saya cari pakai rumus
P : Dihubungkan bagaimana?
S2 : Itu kan diketahui Kelilingnya 90, kalo kelilingnya 90 berarti panjangnya 25m kak
P : Apa maksud dari tanda panah pada lembar jawabnmu ini (menunjuk
lembarjawaban)?
S2 : Oh jadi gini kak, itu kan yang diketahui K=90, nah karena K=90 dan lebarnya 20
maka panjangnya 25m kak, itu saya cari pake rumus keliling. Kan Keliling itu
rumusnya 2xpanjang+2xlebar kak
P : Oke baik. Lalu ini gambarnya kok ada dua persegi panjang?kenapa dibuat garis
begini (menunjuk gambar)
S2 : Jadi gini kak, kan diketahui lahannya ersegi panjang , jadi saya gambar besar terus
di dalam lahan ada kolam ikan bentuknya persegi panjang juga, jadi saya gambar
lebih kecil, nah ada luas kebun pisang tapi tidak disebutkan bentuk bangunnya jadi
saya biarkan seperti itu.
P : Bagaimana proses menghitung luas lahan dan biaya pembuatan pagar untuk kebun
seperti yang ditanyakan pada masalah?
S2 : Saya hitung dulu kak seluruh lahan Pak Badrun
P : Mengapa kamu menghitung keseluruhan lahan terlebih dahulu?
S2 : Untuk mencari luas lahan kebun pisang, saya harus mencari dulu luas seluruh lahan
lalu dikurangi dengan luas kolam ikan
P : Lalu bisakah kamu ceritakan proses penyelesaian masalah kolam tersebut?
S2 : Jadi pertama saya cari luas lahan Pak Badrun, setelah ketemu saya cari luas kolam
ikan. Setelah luas kolam ikan ketemu, saya cari luas kebun pisang kak, setelah luas
lahan kebun pisang ketemu, saya cari biaya pembuatan pagar
P : Bagaimana cara kamu mencari luas keseluruhan luas kebun Pak badrun?
122

S2 : Kan itu diketahui keliling lahannya 90meter dan lebarnya 20m. saya coba masukin
rumus keliling kak. Kan ruumusnya K=p+l+p+l. jadi 90=p+20+p+20. Lalu p nya
jetemu 25m kak
P : Rumus keliling persegi panjang itu pxlxpxl atau p+l+p+l?
S2 : (mulai ragu) ….. p+l+p+l kak
P : Lalu ini dikali atau ditambah? (menunjuk lembar jawaban S1)
S2 : Eh …(bingung) oh iya kak, itu salah tulis.maksudnya tanda jumlah
P : Jadi , dijumlah atau dikali?
S2 : Dijumlah kak
P : Oke baik. Lalu, setelah panjangnya ketemu 25m, bagaimana?
S2 : Panjangnya kan sudah ketemu ya kak 25m, terus saya cari luas kebun keseluruhan.
Pake rumus Luas= panjang x lebar =25m x 20m =500 m2. Setelah itu kan katanya
30% luas lahan dibuat kolam ikan. Berarti 30% x 500 = 150 m 2. Lalu kan yang
ditanya luas lahan untuk kebun pisang, berarti 500 m2-150m 2=350 m2
P : Oke, lalu setelah kamu mendapatkan luas lahan untuk kebun pisang, selanjutnya apa
yang kamu lakukan?
S2 : Cari biaya pembuatan pagar kak
P : Bagaimana caranya?
S2 : Saya cari kelilingnya kak
P : Mengapa mencari keliling?
S2 (bingung) kan mau cari biaya pembuatan pagar kolam ikan kak, jadi cari keliling
kolam ikan
P baik. Lalu bagamana cara mencari kelilingnya?
S2 Kan bentuknya persegi panjang , jadi K=p+l+p+l= 20+12,5+20+12,5=65m x
60.000= 3.900.000
P Jadi, untuk mencari keliling persegi panjang itu panjang dan lebarnya dijumlahkan
atau dikalikan?
S2 (berpikir sebentar) …mm dijumlah kak
P Lalu ini tanda jumlah atau kali (menunjukkan lembar jawaban S1)
S2 eeh oh iya salah tulis kak. Dijumlahkan yang betul
P Oke baik. Lalu 20 dan 12,5 itu apa?
S2 20 itu lebar kolam
P kak iketahui di soal dan 12,5 itu panjang kolam diketahui juga di soal
Kamu yakin dengan jawabanmu?
S2 : Iya yakin kak
P : Dapatkah kamu dapat menceritakan masalah apa yang diberikan dengan bahasamu
sendiri?Coba ceritakan!
S2 : Iya kak, ada dua kebun bunga. Pak Alif memiliki kebun anggrek dan Bu Sofi
memiliki kebun mawar. Kebun pak Alif memiliki panjang 20m. Panjang kebun bu
sofi 3x lebih panjang daripada sisi kebun pak Alif, lebarnya kebun bu sofi itu 5m
lebih panjang dari sisi kebun Pak Alif
P : Apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S2 : Luas kebun Bu Sofi, Kak
P :
Setelah kamu mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan pada masalah, lalu
ide apa yang terpikirkan olehmu ketika membaca masalah ini?
123

S2 :
Saya cari sisinya kak
P :
Mengapa kamu mencari sisi persegi terlebih dahulu?
S2 : Soalnya kan di soal kelilingnya diketahui. Jadi saya tulis dulu rumus keliling
P :
Keliling apa itu? Bagaiman cara mencari sisi
S2 : Kan itu keliling kebun Pak Alif bentuknya persegi. Rumus keliling= jumlah
keempat sisinya, jadi 20:4=5m
P :
Oke. Apakah kebun Pak Alif dan Bu Sofi memiliki bentuk dan ukuran yang sama?
S2 :
tidak kak, keduanya berbeda
P : Mengapa berbeda? Kan pada masalah tidak ditunjukkan ukurannya?
S2 : (berpikir sejenak) soalnya… … ya pokoknya beda kak. Kan bentuknya beda. Di
soal ditulis kebun Pak Alif persegi dan kebun Bu Sofi persegi panjang. Jadi beda
P : Bagaiman cara kamu menghitung Luas kebun bunga mawar?
S2 : Pakai rumus luas kak . L= panjang x lebar
P : Mengapa menggunakan rumus tersebut?
S2 : Karena kan kebun maarnya bentuknya perseg panajgn akk. Jadi pakai rumus
Luas persegi panjang
P : Oke baik, lalu bagaimana cara kamu mencari luas? Kan panjang dan lebarnya
tidak diketahui?bisakah kamu ceritakan proses pengerjanmu dari awal?
S2 : Bisa kak. Pertama saya cari sisinya dulu, lalu setlah sisinya udah ketemu, saya
cari panjang dan lebarnya. Di soal kan disebutkan kalau panjangnya itu 3 kali
sisi. Sisinya tadi kan ketemu 4m berarti panjang = 5 x 3 = 15m. terus lebarnya
kebun mawar itu 5meter lebih panjang dari sisinya berati kan lebar= 5 + 5 =
10m. terus L = p x l =15m x 10m=150m 2
P : Kamu yakin dengan jawaban kamu?
S2 : Iya saya yakin kak.
124

Lampiran 6c : Transkrip Wawancara Subjek Level 3

P : Apakah kamu bisa menjelaskan masalah kolam tersebut dengan bahasamu sendiri?
Coba jelaskan dengan bahasamu sendiri!
S3 : Bisa kak. ada lahan kosong Pak Badrun akan ditanami pohon pisang dan dibuat kolam
ikan. Kelilingnya 90m, lebarnya 20m. 30% dari lahan akan dibuat kolam ikan yang
memiliki lebar 12,5. Saya diminta untuk mencari berapa tanah yang akan ditanami
pohon pisang dan menghitung biaya pembuatan pagar kolam ikan
P : Dari masalah tersebut, informasi apa sajakah yang kamu temukan dan dapat kamu
gunakan untuk mencari luas kebun pisang dan biaya pembuatan pagar?
S3 : Lahannya berbentuk persegi panjang ,kelilingnya 90m, lebarnya 20m. 30% dari lahan
untuk kolam ikan dengan lebarnya 12,5 meter
P : Lalu, menurut kamu apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S3 : (a) mencari Luas tanah yang akan ditanami pohon pisang dan yang (b) menghitung
biaya pembuatan pagar
P : Apakah ada kesulitan dalam memahami masalah yang disajikan? coba jelaskan!
S3 : Pada awalnya saya sempat bingung, tapi setelah saya baca lagi dua kali saya paham
kak
P : Lalu ide apa yang terlintas olehmu saat melihat masalah ini?”
S3 : Saya pertama tulis rumus kak
P : Rumus apa yang kamu tuis?
S3 : Luas persegi panjang, kak Lb x p.
P : Apa itu Lb dan p?
S3 : Lb itu lebar dan p itu panjang kak. Kan rumus luas persegi panjang itu panjang dikali
lebar. Lah tapi ternyata panjangnya belum diketahui kak. Jadi saya cari dulu
panjangnya
P : Bagaimana cara kamu mencari panjangnya?
S3 : Karena ada petunjuk yang dikehaui kelilignnya, jadi saya pake rumus keliling kak. Kan
rumusnya K=2p+2l, terus diperoleh panjangnya 25m
P : Bagaimana proses menghitung luas lahan untuk kebun seperti yang ditanyakan pada
masalah?
S3 : Saya tulis rumus luas kebun =p x LB, tadi saya sudah cari panjangnya ketemu 25 dan di
soal diketahui lebarnya 20 kak. Jadi saya kalikan aja. L=px LB=25x20=500m 2
P : Mengapa menggunakan rumus L = p x LB?
S3 : Karena kan saya hitung luas keseluruhan lahan Pak Badrun kak, berbentuk persegi
panjang. Jadi saya pakai rumus Lua,yaitu p ×l
P : Lalu , etelah luas lahan sudah ketemu, apa yang kamu lakukan?
S3 : Setelah luas keseluruhan lahan ketemum selanjutnya saya cari yang ditanyakan yang
(a) yaitu luas tanah untuk pohon pisang, kan luas lahannya 500 meter persegi berarti
dikurang 30% sama dnegan 350m 2
P : Mengapa 500-30%=350m 2?”
125

S3 : berarti luas tanah yang untuk pohon pisang kan luas keseluruhan kebun dikurang
dengan luas kolam. Luas kseluruhan lahan itu 500 dan luas kolamnya kan 30%, berarti
500-30%=350m 2
P : Bagaimana cara kamu mengurangkan 500-30%=350. Berapa nilai 30%?”
S3 : Oh iya kak 30% itu 150m 2. Itu saya cari dicoretan
P : Bagaimana cara kamu mencarinya?
S3 : 30% itu kan berarti 30 dibagi 100 .lalu dikali dengan luas lahan. Jadi begini kak
30
x 500 =150m2
100
P : Oke. Lalu selanjutnya bagaimana? Bisa kamu ceritakan?
S3 : Jadi kak, luas lahan untuk pohon pisang kan sudah ketemu yaitu 350m 2, kemudian
lahan kolam ikan juga ketemu 150m 2. Lalu saya menghitung biaya pembuatan pagar
kak. Saya cari dulu panjang kolamya pake rumus luas kolam. Luas kolam kan sudah
L 150
ketemu tadi 150m 2. Rumusnya itu p= = =12. Setelah panjangnya kete,u, saya
l 12, 5
lanjut nayri keliling yaitu K= p+lb+p+lb=12,5 + 12+12,5+12=49m. setelah
kelilingnya ketemu 49m baru saya kalikan dengan harga pagar permeter yaitu 60.000.
berarti biaya= 49m x 60.000= Rp. 2.940.000
P : Oke baik. Apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?”
S3 : Yakin kak
S3 : Apakah kamu dapat menceritakan masalah apa yang diberikan dengan bahasamu
sendiri?
P : Bisa kak, Pak Alif memiliki kebun anggrek dan Bu Sofi memiliki kebun mawar. kebun
pak alif bentuknya persegi dan kebun bu sofi bentuknya persegi panjang. kebun pak Alif
memiliki panjang 20m, lalu panjang kebun bu sofi 3x lebih panjang daripada sisi kebun
pak alif, lebarnya kebun bu sofi itu 5m lebih panjang dar sisi kebun pak alif
S3 : Lalu apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
P : Dicari luas kebun bu sofi, kak.
P : Setelah kamu mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan pada masalah, lalu ide
apa yang terpikirkan olehmu?
S3 : Saya tulis rumus L persegi panjang = p xl
P : Mengapa kamu menuliskan rumus tersebut?
S3 : Karena yang dicari kebun Bu Sofi kak. Kebun Bu sofi kan bentuknya persegi panjang
P : Bangun apa yang ditunjukan pada masalah?
S3 : Yang kebun pak Alif persegi dan kebun Bu sofi persegi panjang kak
P : Apakah dua bangun tersebut memiliki ukuran yang sama?
S3 : tidak sama kak
P : Mengapa tidak sama? Kan pada masalah tidak ditunjukkan ukurannya?
S3 : Karena dituliskan di soal bahwa panjang kebun Bu Sofi adalah 5m lebih panjang dari
sisi kebunya Pak Alif dan lebar kebun Bu Sofi 3 kali lebih panjang dari sisi kebun Pak
Alif. Jadi kebun Bu Sofi lebih besar
P : Pada lembar jawaban kamu menuliskan bahwa p = 3x5 = 15dan l = 5 +5= 10. Bisa
kamu jelaskan?
S3 : Bisa kak. kebun Anggrek berbentuk persegi, jadi sisi kebun adalah 20m : 4 = 5m.
karena sisi kebun Pak alif adalah 5m. , jadi: Panjang kebun Bu Sofi = 3 x sisi Kebun
Pak Alif = 3 x 5 = 15. Dan lebarnya lebih 5 meter . berarti l=5 +5=10m
126

P : Oke baik. Lalu setelah itu mengapa kamu tuliskan L=15x 10. Bisa kamu jelaskan?
S3 : Kan yang ditanya luas kebun bu sofi, karena bentuknya persegi panjang . jadi L= p x l
= 15 x 10= 150m .jadi luas kebun bu sofi adalah 150m
P : Apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?
S3 : Yakin kak

Lampiran 6d : Transkrip Wawancara Subjek Level 4

P : Apakah kamu bisa menjelaskan masalah kolam tersebut dengan bahasamu sendiri?
Coba jelaskan dengan bahasamu sendiri!
S4 : Baik kak. Jadi disini ada lahan kosong yang akan ditanami pohon pisang dan dibuat
kolam ikan. Kelilingnya 90m, lebarnya 20m. kemudian 30% dari lahan akan dibuat
kolam ikan yang memiliki lebar 12,5. kita diminta untuk mencari berapa luas tanah
yang akan ditanami pohon pisang dan menghitung biaya pembuatan pagar untuk
kolam ikan
P : Dari masalah tersebut, informasi apa sajakah yang kamu temukan dan dapat kamu
gunakan untuk mencari luas kebun pisang dan biaya pembuatan pagar?
S4 : Informasi yang diketahui adalah lahannya berbentuk persegi panjang dengan
kelilingnya 90m, lebarnya 20m. 30% dari lahan untuk kolam ikan dengan lebarnya
12,5 meter. kolam ikan berbentuk persegi panjang
P : Lalu, apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S4 : yang (a) Luas tanah yang akan ditanami pohon pisang dan yang (b) menghitung biaya
pembuatan pagar, kak
P : Apakah ada kesulitan dalam memahami masalah yang disajikan?
S4 : Tidak kak, ketika membaca soal saya sambil buat gambar
P : Gambar apa yang kamu buat?
S4 : Saya buat gambar segi empat, persegi panjang kak. Saya tulis apa saja yang diketahui
lalu saya buat gambar lahan dan saya hubungkan antara yang diketahui dan yang
ditanyakan.
P : Bangun apa yang ditunjukkan dalam masalah kolam tersebut?
S4 : Persegi panjang, kak.
P : Ada berapa persegi panjang yang dapat kamu ketahui?
S4 : Di soal disebutkan dua kak, yaitu luas lahan Pak Badrun berbentuk persegi panjang
dan kolamnya juga persegi panjang
P : Apakah kedua persegi panjang tersebut memiliki ukuran yang sama?
S4 : Tidak kak. Kan yang satu lebih besar yaitu lahan dengan lebarnya 20m dan satu lagi
kolam ikan di dalam lahan dnegan lebar 12,5m
P : Bagaimana dengan ide penyelesaiannya?
S4 : Saya akan menuliskan rumus Keliling untuk mencari panjang dan kemudian
menghitung Luas lahan dengan rumus kak
P : Bagaimana proses menghitung luas lahan untuk kebun seperti yang ditanyakan pada
masalah?
S4 : Jadi, ada beberapa ukuran yang sudah diketahui pada soal. Saya mencari ukuran
lainnya yang belum diketahui, kak.
P : Jika ukurannya sudah diketahui, selanjutnya bagaimana cara kamu mencari yang
belum diketahui?
127

S4 : cari panjangnya, kak. Saya masukin pakai rumus Keliling = p+p+l+l. lalu ketemu
panjangnya yaitu 25. Setelah panjangnya ketemu, baru bisa saya hitung luas lahan Pak
Badrun, karena bentuknya persegi panjang maka rumusnya kan =
L= pxl=20 x 25=500 . Setelah saya peroleh Luas lahannya. Saya cari luas lahan
yang untuk pohon pisang, jadi Luas lahan Pak Badrun-Luas kolam ikan =
2
500−150=350 m , kak.
P : Mengapa bisa muncul 150?
S4 : Itu kak, kan 30% luas lahan Pak Badrun untuk kolam ikan, berarti kan sisanya buat
pohon pisang kak. Jadi Luas lahan pak Badrun dikurangi dengan 30%. Nah, 30% nya
saya cari dulu di coret-coretan kak, saya dapatkan 30% itu 150
Oke baik. Setelah kamu memperoleh luas lahan untuk pohon pisang, lalu apalagi yang
kamu lakukan?
Saya cari biaya pembuatan pagar untuk kolam kak
P : Bagaimana cara kamu mencarinya?
Kan diketahui kalau lebarnya 12,5 dan tadi di atas udah ketemu luasnya 150m 2.
S4 : cari panjangnya kak , berarti = L= pxl= p x 12 , 5=150 . Lalu, saya cari kelilingnya
pake rumus = K= p+ p+ l+l=49 m . Karena di soal biayanya Rp60.000 per meter.
Jadi 49 m x Rp60.000= Rp. 2.940.000
P : Apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?
S4 : Yakin kak
P : Apakah kamu dapat menceritakan masalah apa yang diberikan dengan bahasamu sendiri?
S :
4 Bisa kak, jadi itu kan ada tetangga yang memiliki dua kebun. Pak Alif memiliki kebun anggrek
dan Bu Sofi memiliki kebun mawar. Kebun pak Alif memiliki keliling 20m terus panjang kebun
bu sofi 3x lebih panjang daripada sisi kebun pak alif, lebarnya kebun bu sofi itu 5m lebih
panjang dar sisi kebun Pak Alif
P :
Lalu apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S : Yang ditanyakan menentukan luas kebun Bu Sofi, Kak
4
P : Setelah kamu mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan pada masalah, lalu ide
apa yang terpikirkan olehmu ketika membaca masalah ini?
S4 : Cari sisinya kak
P : Kenapa mencari sisi?
S4 : Kan ada petunjuknya Keliling = 20m
P : Oke, lalu kenapa kamu membagi 20 dengan 4?
S4 : Soalnya kan itu keliingnya diketahui 20 kak, terus bentuknya persegi. Seluruh sisinya
kan kalo persegi itu sama dan jumlah sisinya ada 4. Berarti sisi= 20:4
P : Ada berapa bangun yang kamu tau pada masalah kebun? Coba jelaskan!
S4 : Ada dua kak. Persegi dan persegi panjang. Persegi itu kebun Pak Alif dan persegi
panjang kebun Bu Sofi
P : Apakah kedua bangun tersebut memiliki ukuran yang sama?
S4 : Tidak kak
P : Mengapa tidak? Kan tidak disebutkan ukuran kedua bangun tersebut
S4 : Meskipun nggak disebutkan, tapi pada soal diketahui bahwa kebun Bu Pak Alif itu
persegi dan kebun Bu Sofi persegi panajng. Persegi panjang dan persegi tidak sama
128

kak
P : Ada lagi?
S4 : Kebun Bu Sofi lebih besar kak ukurannya, karena panjangnya 3 kali lebih besar dari
sisi kebun Pak Alif, lebar kebun Bu Sofi juga 5 meter lebih panjang dari sisi Pak Alif.
Jadi kebun Bu Sofi lebih besar kak
P : Mengapa kamu menggambar dua buah segi empat pada lembar jawaban
S : Supaya mudah kak, yang ada dalam pikiran saya, saya tuliskan
4
P : Bangun apa yang ditunjukan pada masalah?
S : Yang kebun pak Alif persegi dan kebun Bu sofi persegi panjang kak
4
P : Apakah dua bangun tersebut memiliki ukuran yang sama?
S : keduanya berbeda
4
P : Mengapa berbeda? Kan pada masalah tidak ditunjukkan ukurannya?
S : Karena kak meskipun tidak disebutkan ukurannya. Tetapi, dapat kita tau karena
4 dituliskan panjang kebun Bu sofi adalah 5m lebih panjang dari sisi Kebuny apak alif
dan lebar kebun Bu sofi 3 kali lebih panjang dari sisi kebun Pak Alif. Jadi kebun Bu
Sofi lebih besar :
P : Pada masalah diseutkan bahwa Keliling kebun anggrek Pak Alif adalah 20m. bisa
dijelaskan bagaiman aperhitungan kamu dalam menjawb masalah terbut?”
S : Jadi begini Kak, Karena kebun Anggrek berbentuk persegi, maka sisi kebun adalah
4 20m : 4 = 5m. karena sisi kebun Pak alif adalah 5m. , maka :Panjang kebun Bu Sofi =
3 x sisi Kebun Pak Alif .Jadi, panjang kebun Bu Sofi = 3 x 5m = 15m .Dan lebar kebun
bu sofi = 5m +5m =10m Karen akebun Bu sofi berbentuk persegi panjang maka Luas=
p x l= 10 x 15= 150m2Da, Lebar kebun Bu Sofi= 5m lebih panjang dari sisi kebun Pak
Alif. Maka lebar kebun Bu Sofi = 5m + 5m
P : Apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?
S : Yakin kak
4
129

Lampiran 8 : Sertifikat Plagiasi


130

Lampiran 9 : Proofreading Ringkasan


131

Lampiran 10 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


132

Lampiran 11 : Daftar Riwayat Hidup


133

Prismadian Amalia Putri lahir di Ambarawa 14 Oktober 1995, anak pertama dari dua
bersaudara dari pasangan Bapak Supomo dan Ibu Naning Sutriningsih. Sekolah Dasar
ditempuh di SDN 1 Ambarawa Kabupaten Pringsewu lulus pada tahun 2007.
Pendidikan Menengah Pertama ditempuh di MTsN Pringsewu Propinsi Lampung
lulus pada tahun 2010. Pendidikan Menengah Atas ditempuh di SMAN 1 Pringsewu
Propinsi Lampung lulus pada tahum 2013. Pada tahun 2013 melanjutkan pendidikan
S1 pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah
Malang dan lulus pada tahun 2017. Pada tahun 2020 menempuh studi S2 Pendidikan
Matematika FMIPA di Universitas Negeri Malang..

Lampiran 6c : Transkrip Wawancara dengan Subjek 3

P : Assalamu’alaikum dek, apakah Saya boleh meminta waktunya sebentar?


S3 : Waalaikumussalam kak. Iya boleh kak.
134

S3 : Terimakasih. Bagaimana kabarnya?


S3 : Sehat kak. Sama-sama kak.
P : Apakah kamu bisa menjelaskan masalah kolam tersebut dengan bahasamu sendiri?
Coba jelaskan dengan bahasamu sendiri!
S3 : Bisa kak. ada lahan kosong Pak Badrun akan ditanami pohon pisang dan dibuat kolam
ikan. Kelilingnya 90m, lebarnya 20m. 30% dari lahan akan dibuat kolam ikan yang
memiliki lebar 12,5. Saya diminta untuk mencari berapa tanah yang akan ditanami
pohon pisang dan menghitung biaya pembuatan pagar kolam ikan
P : Dari masalah tersebut, informasi apa sajakah yang kamu temukan dan dapat kamu
gunakan untuk mencari luas kebun pisang dan biaya pembuatan pagar?
S3 : Lahannya berbentuk persegi panjang ,kelilingnya 90m, lebarnya 20m. 30% dari lahan
untuk kolam ikan dengan lebarnya 12,5 meter
P : Lalu, menurut kamu apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S3 : (a) mencari Luas tanah yang akan ditanami pohon pisang dan yang (b) menghitung
biaya pembuatan pagar
P : Apakah ada kesulitan dalam memahami masalah yang disajikan? coba jelaskan!
S3 : Pada awalnya saya sempat bingung, tapi setelah saya baca lagi dua kali saya paham
kak
P : Lalu ide apa yang terlintas olehmu saat melihat masalah ini?”
S3 : Saya pertama tulis rumus kak
P : Rumus apa yang kamu tuis?
S3 : Luas persegi panjang, kak Lb x p.
P : Apa itu Lb dan p?
S3 : Lb itu lebar dan p itu panjang kak. Kan rumus luas persegi panjang itu panjang
dikali lebar. Lah tapi ternyata panjangnya belum diketahui kak. Jadi saya cari dulu
panjangnya
P : Bagaimana cara kamu mencari panjangnya?
S3 : Karena ada petunjuk yang dikehaui kelilignnya, jadi saya pake rumus keliling kak.
Kan rumusnya K=2p+2l, terus diperoleh panjangnya 25m
P : Bagaimana proses menghitung luas lahan untuk kebun seperti yang ditanyakan
pada masalah?
S3 : Saya tulis rumus luas kebun =p x LB, tadi saya sudah cari panjangnya ketemu 25
dan di soal diketahui lebarnya 20 kak. Jadi saya kalikan aja. L=px LB=25x20=500
2
m
P : Mengapa menggunakan rumus L = p x LB?
S3 : Karena kan saya hitung luas keseluruhan lahan Pak Badrun kak, berbentuk persegi
panjang. Jadi saya pakai rumus Lua,yaitu p ×l
P : Lalu , etelah luas lahan sudah ketemu, apa yang kamu lakukan?
S3 : Setelah luas keseluruhan lahan ketemum selanjutnya saya cari yang ditanyakan
yang (a) yaitu luas tanah untuk pohon pisang, kan luas lahannya 500 meter persegi
berarti dikurang 30% sama dnegan 350m 2
P : Mengapa 500-30%=350m 2?”
S3 : berarti luas tanah yang untuk pohon pisang kan luas keseluruhan kebun dikurang
dengan luas kolam. Luas kseluruhan lahan itu 500 dan luas kolamnya kan 30%,
berarti 500-30%=350m 2
P : Bagaimana cara kamu mengurangkan 500-30%=350. Berapa nilai 30%?”
S3 : Oh iya kak 30% itu 150m 2. Itu saya cari dicoretan
135

P : Bagaimana cara kamu mencarinya?


S3 : 30% itu kan berarti 30 dibagi 100 .lalu dikali dengan luas lahan. Jadi begini kak
30
x 500 =150m2
100
P : Oke. Lalu selanjutnya bagaimana? Bisa kamu ceritakan?
S3 : Jadi kak, luas lahan untuk pohon pisang kan sudah ketemu yaitu 350m 2, kemudian
lahan kolam ikan juga ketemu 150m 2. Lalu saya menghitung biaya pembuatan pagar
kak. Saya cari dulu panjang kolamya pake rumus luas kolam. Luas kolam kan sudah
L 150
ketemu tadi 150m 2. Rumusnya itu p= = =12. Setelah panjangnya kete,u,
l 12, 5
saya lanjut nayri keliling yaitu K= p+lb+p+lb=12,5 + 12+12,5+12=49m. setelah
kelilingnya ketemu 49m baru saya kalikan dengan harga pagar permeter yaitu
60.000. berarti biaya= 49m x 60.000= Rp. 2.940.000
P : Oke baik. Apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?”
S3 : Yakin kak
S3 : Apakah kamu dapat menceritakan masalah apa yang diberikan dengan bahasamu
sendiri?
P : Bisa kak, Pak Alif memiliki kebun anggrek dan Bu Sofi memiliki kebun mawar.
kebun pak alif bentuknya persegi dan kebun bu sofi bentuknya persegi panjang.
kebun pak Alif memiliki panjang 20m, lalu panjang kebun bu sofi 3x lebih panjang
daripada sisi kebun pak alif, lebarnya kebun bu sofi itu 5m lebih panjang dar sisi
kebun pak alif
S3 : Lalu apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
P : Dicari luas kebun bu sofi, kak.
P : Setelah kamu mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan pada masalah, lalu ide
apa yang terpikirkan olehmu?
S3 : Saya tulis rumus L persegi panjang = p xl
P : Mengapa kamu menuliskan rumus tersebut?
S3 : Karena yang dicari kebun Bu Sofi kak. Kebun Bu sofi kan bentuknya persegi
panjang
P : Bangun apa yang ditunjukan pada masalah?
S3 : Yang kebun pak Alif persegi dan kebun Bu sofi persegi panjang kak
P : Apakah dua bangun tersebut memiliki ukuran yang sama?
S3 : tidak sama kak
P : Mengapa tidak sama? Kan pada masalah tidak ditunjukkan ukurannya?
S3 : Karena dituliskan di soal bahwa panjang kebun Bu Sofi adalah 5m lebih panjang
dari sisi kebunya Pak Alif dan lebar kebun Bu Sofi 3 kali lebih panjang dari sisi
kebun Pak Alif. Jadi kebun Bu Sofi lebih besar
P : Pada lembar jawaban kamu menuliskan bahwa p = 3x5 = 15dan l = 5 +5= 10. Bisa
kamu jelaskan?
S3 : Bisa kak. kebun Anggrek berbentuk persegi, jadi sisi kebun adalah 20m : 4 = 5m.
karena sisi kebun Pak alif adalah 5m. , jadi: Panjang kebun Bu Sofi = 3 x sisi Kebun
Pak Alif = 3 x 5 = 15. Dan lebarnya lebih 5 meter . berarti l=5 +5=10m
P : Oke baik. Lalu setelah itu mengapa kamu tuliskan L=15x 10. Bisa kamu jelaskan?
S3 : Kan yang ditanya luas kebun bu sofi, karena bentuknya persegi panjang . jadi L= p x
l = 15 x 10= 150m .jadi luas kebun bu sofi adalah 150m
136

P : Apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?


S3 : Yakin kak

Lampiran 6d : Transkrip Wawancara dengan Subjek 4


137

P : Assalamu’alaikum dek, bolehkah Saya boleh meminta waktunya sebentar?


138

S3 : Waalaikumussalam kak. Iya kak.


S3 : Terimakasih. Bagaimana kabarnya?
S3 : Baik kak kak.
S4 : Informasi yang diketahui adalah lahannya berbentuk persegi panjang dengan
kelilingnya 90m, lebarnya 20m. 30% dari lahan untuk kolam ikan dengan lebarnya
12,5 meter. kolam ikan berbentuk persegi panjang
P : Lalu, apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S4 : yang (a) Luas tanah yang akan ditanami pohon pisang dan yang (b) menghitung biaya
pembuatan pagar, kak
P : Apakah ada kesulitan dalam memahami masalah yang disajikan?
S4 : Tidak kak, ketika membaca soal saya sambil buat gambar
P : Gambar apa yang kamu buat?
S4 : Saya buat gambar segi empat, persegi panjang kak. Saya tulis apa saja yang
diketahui lalu saya buat gambar lahan dan saya hubungkan antara yang diketahui
dan yang ditanyakan.
P : Bangun apa yang ditunjukkan dalam masalah kolam tersebut?
S4 : Persegi panjang, kak.
P : Ada berapa persegi panjang yang dapat kamu ketahui?
S4 : Di soal disebutkan dua kak, yaitu luas lahan Pak Badrun berbentuk persegi panjang
dan kolamnya juga persegi panjang
P : Apakah kedua persegi panjang tersebut memiliki ukuran yang sama?
S4 : Tidak kak. Kan yang satu lebih besar yaitu lahan dengan lebarnya 20m dan satu lagi
kolam ikan di dalam lahan dnegan lebar 12,5m
P : Bagaimana dengan ide penyelesaiannya?
S4 : Saya akan menuliskan rumus Keliling untuk mencari panjang dan kemudian
menghitung Luas lahan dengan rumus kak
P : Bagaimana proses menghitung luas lahan untuk kebun seperti yang ditanyakan pada
masalah?
S4 : Jadi, ada beberapa ukuran yang sudah diketahui pada soal. Saya mencari ukuran
lainnya yang belum diketahui, kak.
P : Jika ukurannya sudah diketahui, selanjutnya bagaimana cara kamu mencari yang
belum diketahui?
S4 : cari panjangnya, kak. Saya masukin pakai rumus Keliling = p+p+l+l. lalu ketemu
panjangnya yaitu 25. Setelah panjangnya ketemu, baru bisa saya hitung luas lahan
Pak Badrun, karena bentuknya persegi panjang maka rumusnya kan =
L= pxl=20 x 25=500 . Setelah saya peroleh Luas lahannya. Saya cari luas lahan
yang untuk pohon pisang, jadi Luas lahan Pak Badrun-Luas kolam ikan =
2
500−150=350 m , kak.
P : Mengapa bisa muncul 150?
S4 : Itu kak, kan 30% luas lahan Pak Badrun untuk kolam ikan, berarti kan sisanya buat
pohon pisang kak. Jadi Luas lahan pak Badrun dikurangi dengan 30%. Nah, 30% nya
saya cari dulu di coret-coretan kak, saya dapatkan 30% itu 150
Oke baik. Setelah kamu memperoleh luas lahan untuk pohon pisang, lalu apalagi yang
kamu lakukan?
Saya cari biaya pembuatan pagar untuk kolam kak
P : Bagaimana cara kamu mencarinya?
Kan diketahui kalau lebarnya 12,5 dan tadi di atas udah ketemu luasnya 150m 2.
139

S4 : cari panjangnya kak , berarti = L= pxl= p x 12 , 5=150 . Lalu, saya cari kelilingnya
pake rumus = K= p+ p+ l+l=49 m . Karena di soal biayanya Rp60.000 per meter.
Jadi 49 m x Rp60.000= Rp. 2.940.000
P : Apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?
S4 : Yakin kak
P : Apakah kamu dapat menceritakan masalah apa yang diberikan dengan bahasamu
sendiri?
S4 :
Bisa kak, jadi itu kan ada tetangga yang memiliki dua kebun. Pak Alif memiliki kebun
anggrek dan Bu Sofi memiliki kebun mawar. Kebun pak Alif memiliki keliling 20m
terus panjang kebun bu sofi 3x lebih panjang daripada sisi kebun pak alif, lebarnya
kebun bu sofi itu 5m lebih panjang dar sisi kebun Pak Alif
P :
Lalu apa yang ditanyakan pada masalah tersebut?
S4 : Yang ditanyakan menentukan luas kebun Bu Sofi, Kak
P : Setelah kamu mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan pada masalah, lalu ide
apa yang terpikirkan olehmu ketika membaca masalah ini?
S4 : Cari sisinya kak
P : Kenapa mencari sisi?
S4 : Kan ada petunjuknya Keliling = 20m
P : Oke, lalu kenapa kamu membagi 20 dengan 4?
S4 : Soalnya kan itu keliingnya diketahui 20 kak, terus bentuknya persegi. Seluruh sisinya
kan kalo persegi itu sama dan jumlah sisinya ada 4. Berarti sisi= 20:4
P : Ada berapa bangun yang kamu tau pada masalah kebun? Coba jelaskan!
S4 : Ada dua kak. Persegi dan persegi panjang. Persegi itu kebun Pak Alif dan persegi
panjang kebun Bu Sofi
P : Apakah kedua bangun tersebut memiliki ukuran yang sama?
S4 : Tidak kak
P : Mengapa tidak? Kan tidak disebutkan ukuran kedua bangun tersebut
S4 : Meskipun nggak disebutkan, tapi pada soal diketahui bahwa kebun Bu Pak Alif itu
persegi dan kebun Bu Sofi persegi panajng. Persegi panjang dan persegi tidak sama
kak
P : Ada lagi?
S4 : Kebun Bu Sofi lebih besar kak ukurannya, karena panjangnya 3 kali lebih besar dari
sisi kebun Pak Alif, lebar kebun Bu Sofi juga 5 meter lebih panjang dari sisi Pak Alif.
Jadi kebun Bu Sofi lebih besar kak
P : Mengapa kamu menggambar dua buah segi empat pada lembar jawaban
S4 : Supaya mudah kak, yang ada dalam pikiran saya, saya tuliskan
P : Bangun apa yang ditunjukan pada masalah?
S4 : Yang kebun pak Alif persegi dan kebun Bu sofi persegi panjang kak
P : Apakah dua bangun tersebut memiliki ukuran yang sama?
S4 : keduanya berbeda
P : Mengapa berbeda? Kan pada masalah tidak ditunjukkan ukurannya?
S4 : Karena kak meskipun tidak disebutkan ukurannya. Tetapi, dapat kita tau karena
dituliskan panjang kebun Bu sofi adalah 5m lebih panjang dari sisi Kebuny apak alif
dan lebar kebun Bu sofi 3 kali lebih panjang dari sisi kebun Pak Alif. Jadi kebun Bu
Sofi lebih besar :
140

P : Pada masalah diseutkan bahwa Keliling kebun anggrek Pak Alif adalah 20m. bisa
dijelaskan bagaiman aperhitungan kamu dalam menjawb masalah terbut?”
S4 : Jadi begini Kak, Karena kebun Anggrek berbentuk persegi, maka sisi kebun adalah
20m : 4 = 5m. karena sisi kebun Pak alif adalah 5m. , maka :Panjang kebun Bu Sofi =
3 x sisi Kebun Pak Alif .Jadi, panjang kebun Bu Sofi = 3 x 5m = 15m .Dan lebar kebun
bu sofi = 5m +5m =10m Karen akebun Bu sofi berbentuk persegi panjang maka
Luas= p x l= 10 x 15= 150m2Da, Lebar kebun Bu Sofi= 5m lebih panjang dari sisi
kebun Pak Alif. Maka lebar kebun Bu Sofi = 5m + 5m
P : Apakah kamu yakin dengan jawaban kamu?
S4 : Yakin kak

Lampiran 5a : Lembar Jawaban Subjek 1 Pada Tes Penyelesaian Masalah


141

Lampiran 5c : Lembar Jawaban Subjek 3 Pada Tes Penyelesaian Masalah


142
143
144
145
146

Anda mungkin juga menyukai