Anda di halaman 1dari 154

ANALISIS TINGKAT KESESUAIAN BUKU TEKS

MATEMATIKA KELAS VII SEMESTER 1 PADA MATERI


ALJABAR BERDASARKAN KURIKULUM 2013

Oleh:

FREDDY PRASETYO
NIM. 1705045015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Tingkat Kesesuaian Buku Teks Matematika Kelas


VII Semeseter 1 Pada Materi Aljabar Berdasarkan
Kurikulum 2013
Nama : Freddy Prasetyo
NIM : 1705045015
Jurusan : Pendidikan MIPA
Program Studi : Pendidikan Matematika
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji pada Juni 2021 dan dinyatakan telah
memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika.

Susunan Tim Penguji,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Zainuddin Untu, M.Pd Dr. Sugeng, M. Pd


NIP. 19651231 199203 1 041 NIP. 19581005 198503 1 003

Penguji I, Penguji II, Penguji III,

Dr. Rusdiana, M.Pd Dra. Ariantje Dimpudus, M.Pd Kurniawan, S.Pd.,M.Pd


NIP. 19770719 200312 2 002 NIP. 19660404 199203 2 003 NIDN. 0005039004

Samarinda, Agustus 2021


Universitas Mulawarman
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan,

Prof. Dr. H. Muh. Amir M, M. Kes.


NIP. 19601027 198503 1 003

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi

Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Mulawarman merupakan hasil karya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip

dari hasil karya orang lain ditulis sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah,

dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini

bukan hasil kerja saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu,

saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan

sanksi-sanksi lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Samarinda, Agustus 2021


Penulis

Freddy Prasetyo
NIM.1705045015

iii
ABSTRAK

Prasetyo, Freddy, 2021. Analisis Tingkat Kesesuaian Buku Teks Matematika


Kelas VII Semester 1 pada Materi Aljabar Berdasarkan Kurikulum 2013.
Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan
MIPA, FKIP, Universitas Mulawarman. Pembimbing: (I) Dr. H.
Zainuddin Untu, M.Pd dan (II) Dr. Sugeng, M.Pd
Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat kesesuaian buku teks matematika kelas VII semester 1
pada materi aljabar berdasarkan kurikulum 2013.
Subjek dari penelitian ini adalah buku teks matematika kelas VII Semester
1 penerbit Erlangga, Kemendikbud, dan Tiga Serangkai. Objek penelitian ini
adalah kesesuaian buku teks matematika kelas VII Semester 1 yang diterbitkan
oleh Erlangga, Kemendikbud, dan Tiga Serangkai dengan kurikulum 2013.
Pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dengan cara memeriksa
kesesuaian buku teks dengan komponen kelayakan isi, kebahasaan, dan penyajian
menggunakan kriteria kelayakan BNSP. Teknik analisis data menggunakan
langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku teks matematika kelas VII
Semester 1 pada bab Aljabar yang diterbitkan oleh Erlangga memperoleh tingkat
kesesuaian berdasarkan kurikulum 2013 sebesar 89,42% dengan kriteria sangat
sesuai, kemudian yang diterbitkan oleh Kemendikbud sebesar 94,23% dengan
kriteria sangat sesuai, serta yang diterbitkan oleh Tiga Serangkai sebesar 92,30%
dengan kriteria sangat sesuai.

Kata Kunci : Buku Teks, Kesesuaian, Aljabar, Kurikulum 2013

iv
RIWAYAT HIDUP

Freddy Prasetyo, lahir pada tanggal 17 Februari 1999 di Tenggarong,

Kalimantan Timur. Merupakan anak keempat dari empat bersaudara, putra dari

Bapak Margono dan Ibu Syamsinur.

Pendidikan formal dimulai pada tahun 2005 di Sekolah Dasar Negeri 002

Tenggarong dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tenggarong dan lulus pada

tahun 2014. Kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri

1 Tenggarong dan lulus pada tahun 2017. Jenjang pendidikan tinggi dimulai pada

tahun 2017 sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman melalui jalur Seleksi

Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Selama studi, peneliti aktif dalam beberapa organisasi di kampus.

Organisasi pertama yaitu Himpunan Mahasiswa Pendidikan Matematika

Universitas Mulawarman (HIMAPTIKA UNMUL) dengan berbagai kegiatan

internal, yaitu pada kepanitiaan tahun 2018 sebagai Koordinator Lapangan dalam

kegiatan HIMOTION, sebagai Koordinator Lapangan pada kegiatan PRISMA

XV, serta sebagai anggota Divisi Hubungan Masyarakat dan Dana pada kegiatan

ASTRAMATIKA XXV. Tahun 2019 diamanahkan sebagai Koordinator Divisi

Hubungan Masyarakat dan Dana dalam kegiatan ASTRAMATIKA XXVI dan

staf Hubungan Eskternal Badan Eksekutif Mahasiswa FKIP UNMUL. Tahun

2020 pencapaian luar biasa, dengan diberikan amanah sekaligus mandat sebagai

v
Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas

Mulawarman (HIMAPTIKA UNMUL) dan pada tahun yang sama melaksanakan

PPL Terintegrasi di SMP Negeri 6 Samarinda. Peneliti mengakhiri riwayat

organisasi kampus pada tahun 2021 sebagai anggota Dewan Pertimbangan

Organisasi (DPO) HIMAPTIKA UNMUL.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Tingkat Kesesuaian Buku Teks Matematika kelas VII Pada Materi

Aljabar Berdasarkan Kurikulum 2013”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

hormat dan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Mulawarman yang telah memberikan kesempatan penulis

untuk melanjutkan pendidikan.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mulawarman

yang telah memberikan kesempatan dan kelancaran selama proses

perkuliahan hingga kini pada penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah melancarkan administrasi

perkuliahan.

4. Koordinator Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan selama perkuliahan.

5. Dosen pembimbing I Bapak Dr. H. Zainuddin Untu, M.Pd, dan dosen

pembimbing II Bapak Dr. Sugeng, M.Pd yang telah banyak membantu

penulis dalam memberikan bimbingan, masukan, saran, nasehat, dan dorogan

serta ilmunya kepada penulis.

vii
6. Dosen penguji I Ibu Dr. Rusdiana, M.Pd., dosen penguji II Ibu Dra. Ariantje

Dimpudus, M.Pd., dan dosen penguji III Bapak Kurniawan, S.Pd., M.Pd yang

telah berkenan menjadi dosen penguji dan memberi banyak saran serta

masukan yang berguna untuk perbaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Mulawarman khususnya dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang

telah memberikan bantuan, pengetahuan, dan bimbingan selama perkuliahan.

8. Ayahanda Margono dan Ibunda Syamsinur yang selalu memberikan

semangat, dukungan, dan do’a kepada penulis untuk menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

9. Ketiga saudari saya yang dengan luar biasa tiada henti-hentinya memberikan

do’a dan dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

10. Rekan–rekan mahasiswa program studi pendidikan matematika angkatan

2017, rekan-rekan pengurus HIMAPTIKA UNMUL Periode 2020, Hadi,

Nope, Rahman, Una, Aqsal, dan Adiya. Terakhir, Ardianti Rukmana Ugu

yang dengan penuh semangat memberi dukungan dan bantuan yang sangat

besar sehingga penulis dapat segera menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini

tetapi tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis, baik dari ilmu, kritik,

saran, masukan dan bentuk lainnya mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis

menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari

viii
segi bahasa maupun penulisannya. Namun demikian penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Samarinda, Agustus 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7

A. Pengertian Analisis ....................................................................... 7

B. Belajar dan Pembelajaran .............................................................. 8

1. Pengertian Belajar .................................................................. 8

2. Pengertian Pembelajaran ........................................................ 9

C. Buku Teks ...................................................................................... 10

1. Pengertian Buku Teks ............................................................. 10

2. Jenis Buku Teks ...................................................................... 12

3. Tujuan dan Fungsi Buku Teks ................................................. 13

x
4. Standar Buku Teks ................................................................... 14

D. Kurikulum .................................................................................... 24

1. Pengertian Kurikulum ............................................................... 24

2. Kurikulum 2013 ........................................................................ 25

E. Penelitian yang Relevan ............................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 30

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 30

B. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................... 31

C. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................ 31

D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 31

E. Deskripsi Instrumen Penelitian ...................................................... 33

F. Teknik Analisis Data .................................................................... 36

G. Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 40

A. Hasil Penelitian .............................................................................. 40

B. Pembahasan ................................................................................... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 104

A. Kesimpulan .................................................................................... 104

B. Saran –Saran .................................................................................. 105

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 106

LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 108

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Deskripsi Kelayakan Isi ................................................................. 32

Tabel 3.2 Deskripsi Kelayakan Penyajian ..................................................... 34

Tabel 3.3 Deskripsi Kelayakan Kebahasaan .................................................. 35

Tabel 3.4 Kategori Penilaian .......................................................................... 38

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Buku Teks Matematika Kelas


VII Penerbit Erlangga 43 .............................................................. 42

Tabel 4.2 Hasil Penilaian Buku Teks Matematika Kelas


VII Penerbit Kemendikbud............................................................ 43

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Buku Teks Matematika Kelas


VII Penerbit Tiga Serangkai .......................................................... 44

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Contoh Permasalahan Akibat Isi Buku Tidak Lengkap ......... 3

Gambar 4.1 Tampilan Buku A Hal. 133 .......................................................47

Gambar 4.2 Tampilan Buku A Bagian Daftar Isi .........................................48

Gambar 4.3 Tampilan Buku A Hal. 119 .......................................................49

Gambar 4.4 Tampilan Buku A Hal. 140 .......................................................50

Gambar 4.5 Tampilan Buku A Hal. 118 .......................................................51

Gambar 4.6 Tampilan Buku A Hal. 126 .......................................................51

Gambar 4.7 Tampilan Buku A Hal. 127 .......................................................52

Gambar 4.8 Tampilan Buku A Hal. 148 .......................................................53

Gambar 4.9 Tampilan Buku A Hal. 147 .......................................................54

Gambar 4.10 Tampilan Buku A Hal. 117 .....................................................55

Gambar 4.11 Tampilan Buku A Hal. 125 .....................................................56

Gambar 4.12 Tampilan Buku A Hal. 114&147 ...........................................57

Gambar 4.13 Tampilan Buku A Hal. 127 .....................................................57

Gambar 4.14 Tampilan Buku A Hal. 129 .....................................................58

Gambar 4.15 Tampilan Buku A Hal. 117,125, &147 ..................................59

Gambar 4.16 Tampilan Buku B Hal. 231 .....................................................65

Gambar 4.17 Tampilan Buku B Bagian Daftar Isi .......................................67

Gambar 4.18 Tampilan Buku B Hal. 198 .....................................................68

Gambar 4.19 Tampilan Buku B Hal. 218 .....................................................68

xiii
Gambar 4.20 Tampilan Buku B Hal. 197 .....................................................69

Gambar 4.21 Tampilan Buku B Hal. 220 .....................................................70

Gambar 4.22 Tampilan Buku B Hal. 210 .....................................................70

Gambar 4.23 Tampilan Buku B Hal. 228 .....................................................71

Gambar 4.24 Tampilan Buku B Hal. 244 .....................................................72

Gambar 4.25 Tampilan Buku B Hal. 193 .....................................................73

Gambar 4.26 Tampilan Buku B Hal. 218 .....................................................74

Gambar 4.27 Tampilan Buku B Hal. 197 & 232 ..........................................75

Gambar 4.28 Tampilan Buku B Hal. 233 .....................................................76

Gambar 4.29 Tampilan Buku B Hal. 228 .....................................................77

Gambar 4.30 Tampilan Buku B Hal. 239 .....................................................81

Gambar 4.31 Tampilan Buku C Hal. ...........................................................84

Gambar 4.32 Tampilan Buku C Bagian Daftar Isi .......................................86

Gambar 4.33 Tampilan Buku C Hal. 133 .....................................................87

Gambar 4.34 Tampilan Buku C Hal. 144 .....................................................87

Gambar 4.35 Tampilan Buku C Hal. 133 .....................................................88

Gambar 4.36 Tampilan Buku C Hal. 135 .....................................................89

Gambar 4.37 Tampilan Buku C Hal. 153 .....................................................90

Gambar 4.38 Tampilan Buku C Hal. 137 .....................................................91

Gambar 4.39 Tampilan Buku C Hal. 161 .....................................................92

Gambar 4.40 Tampilan Buku C Hal. 129 .....................................................93

Gambar 4.41 Tampilan Buku C Hal. ............................................................94

Gambar 4.42 Tampilan Buku C Hal. ............................................................95

xiv
Gambar 4.43 Tampilan Buku C Hal. ............................................................95

Gambar 4.44 Tampilan Buku C Hal. ............................................................96

Gambar 4.45 Tampilan Buku C Hal. 139 .....................................................99

Gambar 4.46 Tampilan Buku C Hal. 157 ...................................................100

Gambar 4.47 Tampilan Buku C Hal. 152 ...................................................101

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran................................................................. 108

Lampiran 2. Deskripsi Butir Instrumen Penilaian.......................................... 109

Lampiran 3. Instrumen Penilaian ................................................................... 114

Lampiran 4. Cover Buku ................................................................................ 117

Lampiran 5. Pedoman Penskoran ................................................................... 120

Lampiran 6. Hasil Triangulasi Sumber .......................................................... 127

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dan pembelajaran matematika wajib didukung oleh

berbagai sarana pembelajaran, terutama buku teks matematika sebagai salah

satu sumber utama pembelajaran. Menurut Sanjaya (2010: 228) sumber

belajar adalah segala sesuatu yang ada disekitar lingkungan kegiatan belajar

yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil

belajar. Menurut PP No. 32 Tahun 2013 buku teks matematika merupakan

salah satu sumber utama pembelajaran matematika, dikarenakan buku teks

memiliki peran penting dalam meningkatkan pemahaman dan optimalisasi

hasil belajar peserta didik. Matematika merupakan salah satu ilmu eksak yang

diwajibkan untuk dimuat sebagai mata pelajaran wajib di seluruh satuan

pendidikan mulai dari jenjang Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas

dan yang sederajat. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan

dalam UU No. 20 Tahun 2003 yaitu untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab, untuk itu

pelaksanaan pendidikan disekolah harus diselenggarakan berdasarkan

pedoman penyelenggaran pendidikan nasional yang telah ditetapkan agar


2

dapat berlangsung proses pembelajaran matematika yang adil dan merata,

serta memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Pedoman pelaksanaan pendidikan tersebut yaitu kurikulum, dimana

berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Kurikulum yang berlaku di Sekolah Dasar hingga

Sekolah Menengah Atas dan yang sederajat saat ini adalah Kurikulum 2013

atau K13.

Kurikulum 2013 atau K13 telah mengatur segala bentuk proses dan

perangkat pembelajaran, termasuk didalamnya bahan pembelajaran

matematika. Bahan pembelajaran matematika yang digunakan harus sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan oleh K13.

Salah satu bentuk bahan pembelajaran adalah buku teks matematika.

Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 2017 buku teks matematika

merupakan buku yang wajib ataupun buku penunjang yang dapat digunakan

sebagai pedoman atau acuan dalam pembelajaran matematika berdasarkan

kurikulum yang berlaku.

Peningkatan kualitas pendidikan harus didukung dengan kesesuaian

seluruh pedoman pembelajaran yang digunakan. Pedoman pembelajaran yang

dimaksud berupa buku teks matematika.


3

Proses pembelajaran yang berkualitas perlu diikuti dengan pedoman

yang berkualitas, baik itu berupa isi, materi, hingga penyajiannya. Buku teks

matematika yang baik adalah buku teks matematika yang memiliki

kesesuaian terhadap segala aspek kelayakan yang telah termuat di dalam K13,

baik itu isi/materi, kebahasaan, hingga penyajian.

Sebagai salah satu pedoman utama dalam pembelajaran, penggunaan

buku teks perlu diperhatikan. Pemerintah melalui Permendikbud No. 8 Tahun

2016 telah menetapkan buku teks yang dapat digunakan oleh satuan-satuan

pendidikan. Buku teks yang layak digunakan dalam pembelajaran di sekolah

adalah buku teks yang telah memenuhi standar kelayakan berdasarkan

kurikulum yang berlaku, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenaran

dan kevalidannya. Buku teks matematika yang tidak sesuai dengan standar

dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang akan berpengaruh terhadap

kualitas pendidikan kedepannya. Pemahaman konsep yang menjadi kunci

utama dalam kesuksesan pembelajaran matematika akan menjadi sulit jika

pedoman yang digunakan disusun dengan tidak memperhatikan kelayakan isi,

kelayakan penyajian, hingga kelayakan kebahasaan, sehingga akan

mengakibatkan ketidaksesuian konsep, isi yang tidak terjamin kevalidannya,

hingga bahasa dan penyajian yang sulit dipahami.


4

Gambar 1.1 Contoh Permasalahan Akibat Isi Buku Tidak Lengkap

Permasalahan seperti ini sesuai dengan yang peneliti alami ketika

melaksanakan kegiatan PLP II di SMP Negeri 6 Samarinda, yaitu ketika

peneliti sedang mengajar kelas VII secara daring terdapat siswa yang

mengalami kesulitan dalam menyesuaikan pembelajaran dikarenakan pada

buku yang siswa tersebut gunakan tidak termuat beberapa materi. Hal ini

menunjukkan bahwa buku siswa tersebut tidak sesuai dengan standar

kelengkapan materi sehingga berdampak terhadap proses pembelajaran.

Uraian di atas juga menunjukkan bahwa buku teks sangat berperan

penting dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Buku teks yang tidak

sesuai standar kelayakan sebagaimana yang telah ditetapkan, akan

menghambat pemahaman siswa terkait suatu materi. Menurut Permendikbud

nomor 35 Tahun 2018 bahwa satuan pendidikan di tingkat SMP/MTs di

Indonesia menggunakan kurikulum 2013, maka dari itu agar tujuan

pembelajaran sesuai amanat dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar


5

dapat tercapai, sudah selayaknya buku teks yang digunakan sebagai pedoman

utama pembelajaran perlu dianalisis kesesuaiannya berdasarkan kurikulum

2013.

Melihat begitu pentingnya peran dan dampak buku teks matematika

sebagai pedoman pembelajaran, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Analisis Tingkat Kesesuaian Buku Teks

Matematika Kelas VII Semester Satu pada Materi Aljabar Berdasarkan

Kurikulum 2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Tingkat Kesesuaian Buku Teks

Matematika Kelas VII SMP/MTs Semester Satu pada Materi Aljabar

Berdasarkan Kurikulum 2013?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian kali ini

yaitu untuk mengetahui Bagaimana Tingkat Kesesuaian Buku Teks

Matematika Kelas VII Semester Satu pada Materi Aljabar Berdasarkan

Kurikulum 2013.
6

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peserta didik, hasil penelitian ini diharapkan dapat diperolehnya

pembelajaran yang optimal dengan menggunakan buku teks matematika

yang tepat

2. Bagi Guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan

guru dalam memilih pedoman pembelajaran yang tepat

3. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam memilih buku teks yang akan digunakan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Analisis

Analisa atau analisis menurut Komaruddin (2001:53) adalah kegiatan

berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga

mengenali tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain, dan fungsi

masing-masing dalam suatu keseluruhan yang terpadu.

Menurut Wiradi (dalam Hadiyanto & Makinuddin, 2006:15) analisa atau

analisis adalah aktifitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai,

membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali

mennurut kriteria tertentu kemudian dicari maknanya dan ditafsir maknanya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:58) analisis diartikan

sebagai penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan

sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab, musahab, duduk

perkaranya, dan sebagainya).

Satori dan Komariah (2014:200) mengemukakan bahwa analisis adalah

suatu usaha untuk mengurai suatu masalah atau fokus kajian menjadi bagian-

bagian (dekomposisi) sehingga susunan atau tatanan bentuk sesuatu yang diurai

itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap

maknanya, atau lebih jernih dimengerti duduk perkaranya.

Spradley (dalam Sugiyono, 2015:335) mengemukakan bahwa analisis

adalah sebuah kegiatan untuk mencari suatu pola, selain itu analisis merupakan

cara berpikir yang berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu
8

untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan

keseluruhan.

Berdasarkan definisi-defisini diatas, dapat disimpulkan bahwa analisis

adalah suatu kegiatan untuk menyelidiki hubungan antar bagian dan keseluruhan

sehingga dapat dengan jelas diketahui duduk perkaranya.

B. Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini

memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai

kepandaian atau ilmu.

Trianto (2012:9) berpendapat bahwa belajar pada hakikatnya adalah suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam

berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah

laku, kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek

yang lain yang ada pada individu yang belajar.

Menurut Hamalik (dalam Ahmad Susanto, 2013:3) mendefinisikan bahwa

belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman

(learning is erfined as the modificator or strengthening of behaviour

experiencing). Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu hasil atau

tujuan. Dengan demikian, belajar itu bukan sekedar mengingat atau

menghafal saja, namun lebih luas dari itu yaitu mengalami. Hamalik juga

menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku


9

individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan

tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap (afektif)

dan ketrampilan (psikomotorik). Perubahan tingkah laku dalam kegiatan

belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan

Budiningsih (dalam Suprihatiningrum, 2014:15) menyatakan bahwa

belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan, yang mana siswa

aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi

makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

Menurut Aunurrahman (2016: 35) bahwa belajar adalah suatu proses

yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri

di dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah sebuah proses perubahan perilaku seseorang dikarenakan pengetahuan

yang diperolehnya dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya

2. Pengertian Pembelajaran
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pembelajaran merupakan proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar.

Menurut Arifin (2010:10) Pembelajaran merupakan suatu proses atau

kegiatan yang sistematis dan sistemik yang bersifat interaktif dan

komunikatif antara pendidik “guru” dengan siswa, sumber belajar, dan

lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya

tindakan belajar siswa.


10

Sanjaya (2011:13) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu

sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek

yaitu aspek produk dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari

sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan

mengabaikan proses pembelajaran.

Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat

dan ditentukan kriteriannya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna

proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan.

Menurut Komalasari (2013:3) pembelajaran merupakan suatu sistem atau

proses membelajarkan pembelajar yang direncanakan, dilaksanakan dan

dievaluasi secara sistematis agar pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran secara efektif dan efesien.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi yang sistematis dan

kompleks antara peserta didik dengan berbagai sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar.

C. Buku Teks

1. Pengertian Buku Teks

Menurut Permendiknas No. 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa buku teks

adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi

pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi

pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan


11

teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, serta potensi fisik dan

kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.

Menurut PERMENDIKBUD No. 2 Tahun 2008 Buku teks pelajaran

(textbook) adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang

memuat materi pembelajaran dalam rangka meningkatkan keimanan,

ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan

kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar

nasional pendidikan.

Menurut Widodo (1993:29) buku ajar adalah buku yang ditulis untuk

proses belajar mengajar di sekolah. Isi, urutan dan cara penulisan buku

tersebut disusun menurut aturan-aturan tertentu yang sesuai dengan proses

pembelajaran

Mudzakir (2010:3) menyatakan bahwa buku teks adalah buku standar

yang berisi teks pelajaran atau bahan ajar dari suatu cabang ilmu atau bidang

studi, dan digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan untuk

mendapatkan sertifikat atau gelar.

Menurut Prastowo dalam Awwaluddin (2017:27) buku teks pelajaran

pada umumnya merupakan bahan ajar hasil seorang pengarang atau tim

pengarang yang disusun berdasarkan kurikulum atau tafsiran kurikulum

yang berlaku. Buku teks pelajaran berperan 8 penting dan strategis dalam

upaya meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya untuk pendidikan dasar

dan menengah.
12

Sehingga dapat disimpulkan buku teks pelajaran adalah buku standar

yang dijadikan pedoman dalam pembelajaran yang ditulis untuk proses

belajar mengajar yang berisi teks pelajaran atau bahan ajar yang disusun

menurut standar tertentu yang sesuai dengan proses pembelajaran.

2. Jenis Buku Teks

Secara umum, buku teks matematika yang digunakan dalam

pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu buku teks matematika siswa dan

buku teks matematika guru.

a. Buku Siswa

Menurut PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Standar Nasional

Pendidikan buku siswa adalah buku sumber belajar bagi siswa. Pada

setiap bab dilengkapi dengan peta konsep pengantar, bagian kegiatan

siswa baik eksperimen maupun non eksperimen atau diskusi, latihan soal,

rangkuman, evaluasi, dan tugas bagi siswa.

Nahel (2012:1) mendefinisikan buku siswa sebagai buku yang berisi

materi pelajaran berupa konsep dan pengertian-pengertian yang akan di

konstruksi siswa melalui masalah-masalah yang ada didalamnya yang

disusun berdasarkan pendekatan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa buku siswa

adalah buku yang digunakan siswa sebagai acuan belajar yang berisi

materi, latihan soal, evaluasi, dan tugas yang disusun berdasarkan

pendekatan tertentu.

b. Buku Guru
13

Menurut Permendikbud No. 71 Tahun 2013 Tentang Buku Teks

Pelajaran, buku guru adalah panduan bagi guru dalam melaksanakan

pembelajaran yang berisi langkah-langkah pembelajaran yang didesain

menggunakan pendekatan saintifik sesuai dengan tuntutan kurikulum

2013.

Menurut PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Standar Pendidikan

Nasional, buku guru merupakan pedoman bagi guru dalam melaksanakan

pembelajaran yang meliputi persiapan, pelaksanaan, dan penilaian, serta

pedoman penggunaan buku siswa. Yang terdiri dari dua bagian, yaitu

petunjuk umum pembelajaran dan petunjuk khusus pelaksanaan pelajaran

pada setiap bab sesuai dengan buku siswa.

3. Tujuan dan Fungsi Buku Teks

Menurut Sitepu (2012:21) buku teks pelajaran memiliki kegunaan

sebagai pedoman manual bagi peserta didik dalam belajar dan bagi guru

dalam membelajarkan peserta didik untuk bidang studi tertentu.

Prastowo (2015:170) mengungkapkan buku teks pelajaran digunakan

oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Buku teks pelajaran

memiliki peranan yang penting dalam pembelajaran dan tentu

keberadaannya memiliki kegunaan tertentu. Buku teks pelajaran memiliki

kegunaan, antara lain :

a. Membantu guru dalam melaksanakan kurikulum, karena disusun

berdasarkan kurikulum yang berlaku

b. Menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pembelajaran yang

tepat
14

c. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengulangi pelajaran

atau mempelajari pelajaran baru

d. Memberikan pengetahuan kepada peserta didik dan guru

Menurut Masnur dalam Faridah (2018:17) buku teks memiliki fungsi dan

tujuan sebagai berikut:

a. Sarana pengembang bahan dan program dalam kurikulum pendidikan

b. Sarana pemerlancar tugas akademik guru

c. Sarana pemerlancar ketercapaian tujuan pembelajaran

d. Sarana pemerlancar efisiensi dan efektivitas kegiatan pembelajaran

Buku teks pelajaran memiliki kegunaan, baik dalam tahap perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, maupun kegiatan tindak lanjut dari

proses pembelajaran. Buku teks pelajaran membantu guru dan peserta didik

untuk mempersiapkan diri sebelum melakukan kegiatan pembelajaran.

Buku teks pelajaran membantu guru dalam menyajikan materi

pembelajaran dan membantu peserta didik dalam mempelajari materi

pelajaran. Selain itu, keberadaan buku teks pelajaran juga membantu peserta

didik mengingat kembali materi yang telah dipelajari serta membantu guru

mempersiapkan kegiatan evaluasi pembelajaran.

4. Standar Buku Teks

Buku ajar yang digunakan dalam suatu pembelajaran haruslah

memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan dalam Permendiknas

Nomor 2 Tahun 2008 tentang buku. Standar kelayakan sebuah buku minimal

meliputi tiga aspek yaitu kelayakan isi / materi, kelayakan bahasa, dan

kelayakan penyajian. Dalam aspek – aspek kelayakan tersebut, terdapat


15

indikator-indikator sebagai tolok ukur apakah buku ajar yang kita pakai

memenuhi standar atau tidak.

a. Kelayakan isi/materi

Indikator-indikator yang memenuhi aspek materi untuk sebuah buku

ajar matematika adalah sebagai berikut.

1) Kesesuaian Cakupan Materi

Buku teks matematika yang baik harus memiliki cakupan materi

yang dapat mendukung pencapaian Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD). Indikator-indikator untuk menilai kesesuaian

cakupan materi pada buku teks, yaitu sebagai berikut :

a) Cakupan materi

Materi yang disajikan mencakup semua materi yang sesuai

dengan setiap Kompetensi Dasar (KD) dalam Kompetensi Inti 3 (KI

3). Setiap bab harus ada pendekatan saintifik dalam menyajikan

materi yang bersifat pengetahuan, artinya uraian (soal, kasus),

latihan, atau contoh-contoh yang disajikan harus memotivasi peserta

didik untuk melakukan kegiatan mengamati fakta matematika,

menanya berdasarkan hasil pengamatan, mencoba mengaitkan

teorema satu dengan teorema lain, mangasosiasi dengan memperluas

konsep hinga ke pembuktian, dan mengkomunikasikan dengan

menyimpulkan dan mengaitkan dengan konsep lain kepada teman

atau guru baik secara tertulis maupun secara lisan. Materi yang

disajikan tidak boleh bersifat memberitahu siswa, tetapi siswa sendiri

yang mencari tahu melalui aktivitas yang dilakukannya. Setiap bab


16

dapat disajikan materi berupa simbolik tidak harus dengan

menggunakan angka.

b) Keluasan materi

Materi matematika SMP/MTs yang disajikan minimal memuat

semua materi pokok bahasan dalam aspek ruang lingkup yang

mendukung tercapainya Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi

Inti 3 (KI 3). Pada kelas VII semester ganjil, materi minimal

menyajikan konsep bilangan, konsep himpunan, bentuk aljabar, serta

persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Keluasan materi

harus dalam batas yang wajar untuk peserta didik. Sebagai contoh

adanya penambahan soal-soal non rutin atau penemuan kembali

sebuah teorema yang dilakukan oleh individu masing-masing siswa

itu sendiri.

c) Kedalaman materi

Setiap bab pada buku teks matematika yang baik, harus

memuat dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognisi, serta pemecahan masalah yang mendukung pencapaian

KD pada KI-3. Materi yang dimaksud mencakup objek langsung

matematika (fakta, konsep, prinsip, skill) dan objek tidak langsung

(pemecahan masalah)

2) Keakuratan Materi

Buku teks matematika yang baik harus menyajikan materi –

materi dengan akurat. Baik dari segi konsep, definisi, prinsip,

prosedur, algoritma, contoh, dan soal seperti diuraikan dibawah ini:


17

a) Keakuratan fakta/lambang/simbol

Semua simbol yang dituliskan dalam buku teks harus akurat,

lambang-lambang tertentu harus sesuai dengan kesepakatan

internasional, misalnya π, lambang himpunan bilangan tertentu

(asli, bulat, real, dan rasional), limit dan sebagainya.

b) Keakuratan konsep

Konsep merupakan dasar dari pemahaman matematis, jika

terjadi kesalahan dalam memahami sebuah konsep pada peserta

didik, akan mempengaruhi kemampuan matematisnya hingga

jenjang-jenjang berikutnya yang lebih tinggi, oleh karena itu

konsep yang disajikan harus didefinisikan dengan baik, dan

penamaman konsep pada buku juga harus disajikan dengan benar.

c) Keakuratan prinsip

Prinsip merupakan salah satu aspek dalam matematika yang

digunakan untuk menyusun suatu teori. Bentuk-bentuk dari prinsip

dalam matematika antara lain aksioma, postulat, teorema, lemma,

aturan, dan sifat. Prinsip tersebut perlu dirumuskan secara akurat

agar tidak menimbulkan multitafsir bagi peserta didik.

d) Keakuratan prosedur dan algoritma

Prosedur dan algoritma merupakan tahapan dalam proses

pemahamanan tentang kematematikaan, penyelesaian masalah,

atau penghitungan. Dalam prosedur, urutan tidak diperhatikan,

tetapi dalam algoritma, urutan diperhatikan. Prosedur dan


18

algoritma perlu dirumuskan secara akurat sehingga peserta didik

tidak melakukan kekeliruan secara sistematis.

e) Akurasi contoh

Konsep, prinsip, prosedur, atau algoritma harus diperjelas

oleh contoh (dapat juga berupa contoh yang salah (counter

example)) yang disajikan secara akurat.

f) Akurasi soal

Penguasaan peserta didik atas konsep, prinsip, prosedur,

atau algoritma harus dibangun oleh soal-soal yang disajikan secara

akurat. Soal yang akurat yaitu soal yang dapat dipertanggung

jawabkan hasilnya, apakah sudah sesuai dengan materi yang telah

didapat siswa, tidak terdapat kesalahan dalam penulisan soal

sehingga soal dapat dikerjakan oleh siswa.

b. Kelayakan Kebahasaan

Indikator-indikator yang memenuhi aspek materi untuk sebuah buku

ajar matematika adalah sebagai berikut.

1) Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik

Setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda dalam

mengolah sebuah informasi yang mereka terima. Kesesuain bahasa yang

digunakan pada buku teks akan berpengaruh terhadap pemahaman

mereka terkait materi yang disajikan. Kesesuaian bahasa yang

digunakan pada buku teks harus memperhatikan hal-hal berikut..

a) Kesesuaian dengan tingkat berpikir peserta didik


19

Bahasa yang digunakan pada buku teks, baik menjelaskan

konsep maupun ilustrasi aplikasi konsep, harus menggambarkan

contoh konkret yang dapat dijumpai peserta didik dalam kehidupan

sehari-hari sampai dengan contoh abstrak yaitu yang secara imajinatif

dapat dibayangkan oleh peserta didik.9

b) Kesesuaian dengan tingkat perkembangan sosial peserta didik

Bahasa yang digunakan pada buku teks harus sesuai dengan

kematangan emosional peserta didik dengan ilustrasi yang

menggambarkan konsep-konsep mulai dari lingkungan terdekat

(lokal) sampai dengan lingkungan yang lebih luas (global)

2) Keterbacaan

Pesan pada materi ajar, harus disampaikan dengan bahasa yang

menarik, mudah dipahami, dan tidak menimbulan multitafsir, sehingga

harus lugas dan tidak berbelit-belit.

3) Kemampuan Memotivasi

Buku teks matematika yang baik harus mengunakan bahasa yang

dapat memotivasi siswa, bahasa yang digunakan dapat membangkitkan

rasa senang ketika peserta didik membacanya dan mendorong mereka

untuk mempelajari buku tersebut secara tuntas, adapun hal-hal yang

harus diperhatikan berkenaan dengan hal ini adalah sebagai berikut

a) Kemampuan memotivasi peserta didik

Bahasa yang digunakan harus mampu menumbuhkan rasa

senang ketika peserta didik membacanya dan mendorong mereka

untuk mempelajari buku tersebut secara tuntas dan menyeluruh


20

b) Kemampuan mendorong peserta didik untuk berpikir kritis

Bahasa penyajian harus bersifat mendorong peserta didik untuk

senantiasa berpikir kritis mengenai uraian, latihan, dan contoh-contoh

soal yang disajikan

4) Kelugasan

a) Ketepatan struktur kalimat

Kalimat yang digunakan harus mampu mewakili isi pesan yang

ingin disampaikan pada buku dan mengikuti tata kalimat yang benar

sesuai dengan ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.

b) Kebakuan Istilah

Istilah yang digunakan pada buku teks matematika harus sesuai

dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan/atau istilah

matematika yang telah disepakati secara internasional.

5) Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia

Dalam penulisan Buku teks terutama buku teks matematika

haruslah memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar,

sesuai dengan pedoman ejaan yang disempurnakan, dan KBBI.

6) Penggunaan istilah,dan simbol/lambang

a) Konsistensi penggunaan istilah

Penggunaan istilah yang menggambarkan suatu konsep,

prinsip, asas, atau sejenisnya harus konsisten antar bagian dalam

sebuah buku teks matematika

b) Konsistensi penggunaan simbol/lambang


21

Penggunaan simbol/lambang yang menggambarkan suatu

konsep, prinsip, asas, atau sejenisnya harus konsisten antar bagian

dalam sebuah buku teks matematika.

c. Kelayakan Penyajian

Buku pelajaran yang baik menyajikan bahan ajar secara lengkap dan

sistematis, sehingga mudah dalam membacanya karena disajikan secara

runtut.

Standar kelayakan penyajian suatu buku ajar adalah sebagai berikut.

1) Teknik penyajian

a) Sistematika penyajian

Sistematika penyajian dalam setiap bab harus taat terhadap

asas karya tulis, yaitu harus minimal memiliki pendahuluan, isi, dan

penutup.

b) Kelogisan penyajian

Penyajian materi dituntut agar lebih banyak menggunakan

alur berpikir induktif, yaitu penggambaran permasalahan dari

khusus ke umum daripada alur berpikir deduktif atau penggambaran

permasalahan dari umum ke khusus.

c) Keruntutan penyajian

Penyajian materi harus disajikan dari mudah ke sukar, dari

yang konkret ke abstrak, dan dari yang sederkana ke hal yang

kompleks, serta dari hal-hal sederhana yang sudah dikenali peserta

didik hingga ke hal-hal yang belum dikenal.

2) Penyajian pembelajaran
22

a) Keterlibatan aktif peserta didik

Penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif artinya

dapat memancing interaksi dan partisipasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran dan mampu memotivasi peserta didik agar terlibat

secara mental dan emosial, sehingga menimbulkan sikap kritis dan

kreatif. Penyajian materi juga harus menempatkan peserta didik

sebagai subjek pembeljaran, bukan sebagai objek pembelajaran.

b) Komunikasi interaktif

Penyajian materi harus bersifat dialogis sehingga terjalin

seolah-olah komunikasi dua arah antara peserta didik dengan

penulis buku.

c) Pendekatan ilmiah/ saintifik

Penyajian materi pada buku pembelajaran harus merangsang

peserta didik untuk melakukan kegiatan yang bersifat

ilmiah/saintifik, meliputi mengamati (mengamati fakta

matematika), menanya (membuat pertanyaan hasil pengamatan dan

berfikir divergen), mengumpulkan informasi (mencoba, mengaitkan

teorema satu dengan teorema lain), mengasosiasi (memperluas

konsep, membuktikan), dan mengkomunikasikan (menyimpulkan

dan mengaitkan konsep lain, serta menyampaikan kepada

teman/guru baik secara lisan maupun tulisan). Seluruh hal tersebut

agar terpenuhi maka dalam buku harus terdapat contoh kegiatan

merencakan dan menyelesaikan suatu proyek atau pemecahan

masalah atau menemukan kembali teorema, dan sebagainya.


23

d) Variasi dalam penyajian

Penyajian harus dipenuhi dengan suasana yang membangun

kreatifas peserta didik, sehingga tidak akan membosankan.

Penyajian dalam buku teks juga harus memuat materi/masalah yang

jika asumsinya dirubah maka penyelesaiannyapun akan berubah

(penyelesaian masalah diserahkan kepada siswa)

3) Kelengkapan penyajian

a) Bagian pendahuluan

Bagian pendahuluan pada buku teks harus memiliki minimal

tiga komponen, yaitu kata pengantar yang berisi peruntukan untuk

siapa buku tersebut dibuat, kemudian uraian isi buku dan cara

penggunaannya di awal buku, dan yang terakhir ada gambaran

mengenai ruang lingkup masing-masing bab yang disajikan dalam

buku dan bagaimana mempelajarinya.

b) Daftar Isi

Daftar isi memuat judul bab dan sub bab, daftar tabel, dan

daftar gambar yang ada pada keseluruhan sebuah buku teks.

c) Glosarium

Glosarium berupa istilah-istilah penting dalam teks dengan

penjelasan arti istilah tersebut, yang disusuc berdasarkan abjad atau

alfabetis dari a sampai z.

d) Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi daftar buku, jurnal, atau karya ilmiah

lain yang digunakan sebagai bahan rujukan dalam penulisan buku


24

tersebut yang diawali dengan nama penulis yang disusun secara

alfabetis, tahun terbitan, judul buku/jurnal/karya tulis lain, tempat,

dan yang terakhir nama penerbit.

e) Indeks

Indeks merupakan kata kunci atau subjek yang merupakan

daftar kata penting pada buku yang diikuti dengan nomor halaman

dimana saja kata tersebut muncul.

D. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana

dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Perjalanan kurikulum pendidikan nasional yang dimulai sejak tahun

1945 telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan kurikulum ini

terjadi pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999, 2004,

2006, dan 2013. Perubahan ini sebagai konsekuensi logis dari terjadinya

perubahan paradigma politik, sosial budaya, ekonomi, dan IPTEK di

Indonesia. Sebab kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu

dikembangkan secara dinamis mengikuti perkembangan zaman dan

peradaban. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang

sama yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perbedaannya pada

penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam


25

merealisasikannya. Perubahan kurikulum tersebut disertai dengan tujuan yang

berbeda-beda guna untuk memajukan pendidikan di Indonesia dan mencapai

tujuan pendidikan nasional.

Menurut Ma’as Shobirin (2016:14) kurikulum didefinisikan sebagai

sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau

diselesaikan siswa untuk mencapai satu tujuan pendidikan atau kompetensi

yang ditetapkan. Sebagai tanda atau bukti bahwa seseorang peserta didik telah

mencapai standar kompetensi tersebut adalah dengan sebuah ijazah yang

diberikan kepada peserta didik.

Mohamad Ansyar (2017:56) menyatakan bahwa kurikulum dapat dilihat

secara sempit, yaitu sebagai mata pelajaran atau materi ajar (contents), atau

dari segi yang luas yaitu sebagai pengalaman belajar (learning experiences)

peserta didik yang direncanakan, baik yang mereka peroleh di sekolah

ataupun di luar sekolah

2. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dikembangkan dari kurikulum

berbasis kompetensi yang telah dirintis dari tahun 2004, kemudian

dikembangkan lagi pada tahun 2006 yang dikenal dengan kurikulum KTSP

dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara

terpadu.

Tresnaningsih (2013:5) menyebutkan perubahan pada kurikulum 2013

dari kurikulum KTSP 2006 antara lain :


26

1. Penyempurnaan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) yang lebih

memperhatikan pengembangan kognitif, keterampilan dan sikap serta

penghayatan juga pengamalan agama.

2. Perubahan Standar Isi , dengan kompetensi yang dikembangkan menjadi

mata pelajaran dengan pendekatan tematik-integratif

3. Perubahan Standar Proses, yaitu perlunya perubahan strategi

pembelajaran.Pentingnya para guru untuk merancang pembelajaran yang

aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan, dengan strategi pembelajaran yang

tepat peserta didik difasilitasi untuk mengamati, menanya, mengolah,

menyajikan, mencipta dan menyimpulkan

4. Perubahan Standar Evaluasi. Dalam hal ini penilaian tidak hanya mengukur

hasil kompetensi, tetapi penilaian yang otentik yaitu penilaian yang

mengukur kompetensi sikap, keterampilan serta pengetahuan berdasarkan

hasil dan proses. Penilaian otentik ini diharapkan mampu untuk mengukur

kemampuan siswa sesuai dengan performa yang diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari

Dalam permendikbud (2014) disebutkan kurikulum 2013 dikembangkan

berbasis pada kompetensi sangat diperlukan, sebagai instrumen untuk

mengarahkan peserta didik menjadi :

1. Manusia berkualitas yang mampu dan pro aktif menjawab tantangan

zaman yang selalu berubah

2. Manusia terdidik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri

3. Warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.


27

E. Penelitian Relevan

1. Jurnal Yoga Muhammad Muklis dan Nining Setyaningsih (2015)

menyimpulkan bahwa, (1) buku siswa pelajaran matematika kurikulum 2013

SMP kelas VII semester 1 memiliki persentase kesesuaian ditinjau dari

implementasi pendekatan scientific sebesar 91,875% dengan kategori sangat

baik dan ditinjau dari penilaian autentik memiliki persentase kesesuaian

sebesar 93,75% dengan kategori sangat baik, (2) buku siswa pelajaran

matematika kurikulum 2013 SMP kelas VII semester 2 memiliki persentase

kesesuaian ditinjau dari implementasi pendekatan scientific sebesar 97,5%

dengan kategori sangat baik dan ditinjau dari penilaian autentik memiliki

persentase kesesuaian sebesar 96,094% dengan kategori sangat baik.

2. Penelitian Apolonia Hendrice Ramda (2017), mengungkapkan berdasarkan

hasil penelitian tersebut, bahwa kesesuaian materi dalam Buku Teks

Matematika Kelas VII dengan Standar Proses pada Kurikulum 2013 dilihat

dari segi format adalah sebesar 90,9%.

3. Penelitian Lutviana (2017), mengungkapkan berdasarkan hasil penelitian,

maka dapat disimpulkan bahwa kesesuaian antara materi pada Buku Teks

Matematika Kelas VII Semester 2 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016 dengan

materi berdasarkan Kriteria Bell untuk materi Segiempat dan Segitiga

kesalahan pada materi ini yaitu pada materi ini ditemukan jawaban salah dan

penulisan salah sehingga dapat mempengaruhi pada proses pemahaman

pembaca. Hasil penelitian yang sesuai berdasarkan kriteria Bell yang telah

dilakukan didapatkan hasil penelitian dengan persentase 90% yang berarti

sangat baik. Adapun persamaan penelitian yang dilakukan oleh Lutviana


28

dengan peneliti yaitu samasama menganalisis buku teks siswa matematika

kelas VII. Sedangkan perbedaan penelitian yaitu pada penelitian yang

dilakukan oleh Lutviana melihat kesesuaian buku teks berdasarkan Kriteria

Bell, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti melihat

kesesuaian buku teks berdasarkan kurikulum 2013.

4. Jurnal Rini Lestari (2017), menyimpulkan bahwa pada aspek kompetensi

memperoleh persentase skor rata-rata 93,75% dengan kriteria sangat baik.

Pada aspek materi memperoleh persentase skor rata-rata 88,65% dengan

kriteria sangat baik. Pada aspek pendekatan scientific memperoleh persentase

skor rata-rata 90,82% dengan kriteria sangat baik. Pada aspek penilaian

autentik memperoleh skor rata-rata 89,72% dengan kriteria sangat baik.

Berdasarkan hasil dari 4 poin penelitian buku matematika siswa SMP kelas

VIII semester ganjil dengan aspek kompetensi, aspek materi, aspek

pendekatan scientific dan aspek penilaian autentik diperoleh persentase skor

rata-rata 90,62% dengan kriteria sangat baik.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Menurut Nugrahani (2014:96) penelitian kualitatif

yaitu penelitian yang memusatkan pada kegiatan ontologis, data yang

dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki

makna dan mampu memacu timbulnya pemahaman yang lebih nyata daripada

sekedar angka atau frekuensi. Afrizal (2017) mengemukakan bahwa

penelitian kualitatif didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial

yang mengumpulkan data dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan

maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta peneliti tidak

berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah

diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka.

Dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk kata-kata yang

mendeskripsikan buku teks matematika kelas VII semester 1 kurikulum 2013

terbitan Erlangga, Kemendikbud, dan Platinum yang dianalisis kesesuaiannya

berdasarkan kurikulum 2013.

Penelitian ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan

yang terakhir adalah tahap penyelesaian. Adapun ketiga tahapan-tahapan

tersebut dijabarkan dalam kerangka berpikir yang disajikan secara berurutan,

sebagai berikut:
31

Menyiapkan instrumen penelitian

Gambar 3.1 Kerangka berpikir

B. Waktu Pelaksanaan

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2021 sampai

dengan selesai.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah buku teks matematika kelas VII

semester 1 kurikulum 2013 terbitan Erlangga, Kemendikbud, dan Tiga

Serangkai.

Objek penelitian ini adalah kesesuaian buku teks matematika kelas VII

semester 1 kurikulum 2013 terbitan Erlangga, Kemendikbud, dan Tiga

Serangkai.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah

pengkajian isi dokumen (content analysis). Menurut Yin (dalam Nugrahani ,

2014:142) kegiatan dalam menganalisis isi dokumen disebut dengan content


32

analysis, sebab dalam kegiatan itu peneliti bukan sekedar mencatat isi penting

yang tersurat dalam dokumen, tetapi juga memahami makna yang tersirat

dalam dokumen dengan hati-hati, teliti, dan kritis. Pengkajian isi dokumen

merupakan satu teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan catatan,

arsip, gambar, film, foto, dan dokumen-dokumen lainnya. Termasuk dalam

dokumen itu adalah catatan penting yang berhubungan dengan masalah, yang

memungkinkan pemerolehan data secara lengkap, sah, dan bukan berdasarkan

perkiraan saja.

Prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan data guna

menjawab permasalahan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Mencari informasi dan referensi mengenai standar buku teks matematika

berdasarkan kurikulum 2013 di buku, jurnal maupun internet untuk

memudahkan penelitian.

2) Memilih buku teks matematika yang akan dianalisis yaitu buku teks

matematika kelas VII semester 1 kurikulum 2013 terbitan Erlangga,

Kemendikbud, dan Tiga Serangkai

3) Menyiapkan instrumen penelitian berupa tabel deskripsi indikator dan

tabel analisis kesesuaian buku teks dengan kurikulum

4) Menyusun tabel pedoman penskoran

5) Mengumpulkan data dilakukan dengan cara memeriksa kesesuaian buku

teks matematika kelas VII semester 1 kurikulum 2013 terbitan Erlangga,

Kemendikbud, dan Tiga Serangkai dengan menggunakan instrumen yang

telah dibuat peneliti


33

6) Menganalisis data yang telah diperoleh dengan cara membahas secara

rinci data yang telah diperoleh dari hasil memeriksa kesesuaian buku

dengan instrumen yang telah dibuat peneliti.

7) Mengkaji hasil dari semua data yang diperoleh untuk menarik

kesimpulan.

E. Deskripsi Instrumen Penilaian

Indikator Deskripsi

Sub Komponen : Cakupan Materi


a. Materi yang disajikan pada bab aljabar mencakup
semua materi yang sesuai dengan setiap
Kompetensi Dasar (KD) dalam Kompetensi Inti 3
(KI-3).
b. Pada bab aljabar harus terdapat pendekatan
saintifik dalam menyajikan materi yang bersifat
pengetahuan, artinya uraian (soal, kasus), latihan
atau contoh-contoh yang disajikan memotivasi
peserta didik untuk melakukan kegiatan
mengamati (mengamati fakta matematika),
menanya (membuat pertanyaan berdasarkan hasil
1. Kelengkapan Materi pengamatan, berfikir divergen), mengumpulkan
informasi (mencoba, mengaitkan teorema),
mengasosiasi (memperluas konsep, membuktikan)
dan mengomunikasikan (menyimpulkan dan
mengaitkan dengan konsep lain serta
menyampaikan kepada teman/guru baik secara
tertulis maupun lisan).
c. Materi yang disajikan tidak boleh bersifat memberi
tahu siswa, tetapi siswa sendiri mencari tahu
melalui aktivitas.
d. terdapat materi yang disajikan hanya dalam bentuk
simbolik, tidak harus menggunakan angka-angka.
a. Materi kelas VII semester 1 minimal
menjelaskan koefisien,variable,konstanta dan suku
pada bentuk aljabar, operasi hitung dan
1. Keluasan Materi
penyederhanaan bentuk aljabar
b. Keluasan materi dalam batas yang wajar untuk
peserta didik. Sebagai contoh adanya penambahan
soal-soal non rutin atau penemuan kembali
34

teorema oleh siswa sendiri.

a. Pada bab aljabar memuat dimensi pengetahuan


faktual, konseptual, prosedural dan metakognisi
dan pemecahan masalah yang mendukung
2. Kedalaman Materi pencapaian KD pada KI-3.
b. Materi mencakup, objek langsung matematika
(fakta, konsep, prinsip, skill) dan objek tidak
langsung (pemecahan masalah).
Sub Komponen : Keakuratan Materi
Semua simbol yang dituliskan pada bab aljabar harus
1. Keakuratan
akurat, lambang-lambang tertentu harus sesuai dengan
fakta/lambang/simbol
kesepakatan secara internasional.
2. Keakuratan Konsep dan definisi yang disajikan pada bab aljabar harus
konsep/definisi akurat.
Setiap prinsip (Teorema, Aksioma, Dalil, Sifat, Aturan,
3. Keakuratan prinsip Hukum) yang disajikan dalam buku harus akurat.
Setiap Prosedur dan algoritma yang disajikan pada bab
4. Keakuratan prosedur aljabar harus akurat.
Contoh yang dituliskan pada bab aljabar harus akurat baik
5. Keakuratan Contoh dari sisi prosedur, kesesuaian dengan materi maupun
konsep-konsep yang digunakan dalam contoh tersebut.
Soal yang disajikan pada bab aljabar harus sesuai dengan
materi, tingkat kesulitannya bervariasi dan harus ada soal
6. Keakuratan Soal
yang bersifat menantang (problem). Semua soal yang
disajikan harus realistik dan akurat.
Tabel 3.1 Deskripsi Kelayakan Isi

Indikator Deskripsi

Sub Komponen : Teknik Penyajian


1. Konsistensi Sistematika penyajian pada bab aljabar taat asas, memiliki
sistematika sajian pendahuluan, isi dan penutup
dalam bab
2. Kelogisan Penyajian Penyajian lebih banyak menggunakan alur berpikir induktif
(dari khusus ke umum) daripada deduktif (dari umum ke
khusus).
3. Keruntutan penyajian Penyajian materi dari yang mudah ke sukar, dari yang
konkret ke abstrak, dan dari yang sederhana ke yang
kompleks, dari hal-hal yang sudah dikenal ke hal-hal yang
belum dikenal.
35

Sub Komponen : Penyajian Pembelajaran


1. Keterlibatan aktif a. Penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif
peserta didik yang memotivasi peserta didik terlibat secara
mental dan emosional, sehingga menimbulkan
sikap kritis dan kreatif siswa.
b. Penyajian materi menempatkan peserta didik
sebagai subjek pembelajaran.
2. Komunikasi Interaktif Penyajian materi bersifat dialogis yang memungkinkan
peserta didik seolah-olah berkomunikasi dengan penulis
buku
3. Pendekatan Penyajian materi merangsang peserta didik untuk
Ilmiah/saintifik melakukan kegiatan yang bersifat ilmiah/saintifik meliputi
mengamati (mengamati fakta matematika), menanya
(membuat pertanyaan berdasarkan hasil pengamatan,
berfikir divergen), mengumpulkan informasi (mencoba,
mengaitkan teorema), mengasosiasi (memperluas konsep,
membuktikan) dan mengomunikasikan (menyimpulkan dan
mengaitkan dengan konsep lain serta menyampaikan
kepada teman/guru baik secara tertulis maupun lisan).
Untuk memenuhi hal tersebut maka, dalam buku terdapat
contoh kegiatan merencanakan dan menyelesaikan suatu
proyek atau memecahkan masalah atau menemukan
kembali teorema, dan sebagainya.

4. Variasi dalam Penyajian sarat dengan nuansa kreativitas sehingga tidak


penyajian membosankan siswa. Terdapat materi/masalah yang jika
asumsinya dirubah maka penyelesaiannyapun berubah
(penyelesaian masalah diserahkan kepada siswa).

Tabel 3.2 Deskripsi Kelayakan Penyajian

Indikator Deskripsi
Sub Komponen : Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik
1. Kesesuaian dengan Bahasa yang digunakan, baik untuk menjelaskan konsep
tingkat perkembangan maupun ilustrasi aplikasi konsep, menggambarkan contoh
berpikir peserta didik konkret (yang dapat dijumpai oleh peserta didik) sampai
dengan contoh abstrak (yang secara imajinatif dapat
dibayangkan peserta didik)
2. Kesesuaian dengan Bahasa yang digunakan sesuai dengan kematangan sosial
tingkat perkembangan emosional peserta didik dengan ilustrasi yang
sosial-emosional menggambarkan konsep-konsep mulai dari lingkungan
peserta didik terdekat (lokal) sampai dengan lingkungan global.
Sub Komponen : Keterbacaan
36

Pesan (materi ajar) disajikan dengan bahasa yang menarik,


1. Keterpahaman peserta mudah dipahami, dan tidak menimbulkan multi tafsirPesan
didik terhadap pesan (materi ajar) disajikan dengan bahasa yang menarik, mudah
dipahami, dan tidak menimbulkan multi tafsir
Sub Komponen : Kemampuan Motivasi
1. Kemampuan Bahasa yang digunakan menumbuhkan rasa senang ketika
memotivasi peserta didik membacanya dan mendorong mereka untuk
mempelajari buku tersebut secara tuntas
2. Kemampuan Penyajian materi bersifat mendorong peserta didik untuk
mendorong berpikir senantiasa berpikir kritis mengenai uraian, latihan, dan
kritis contoh yang diberikan

Sub Komponen : Kelugasan

1. Ketepatan struktur Kalimat yang dipakai mewakili isi pesan yang disampaikan
kalimat dan mengikuti tata kalimat yang benar dalam Bahasa
Indonesia
2. Kebakuan istilah Istilah yang digunakan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan/atau istilah matematika yang telah disepakati

Sub Komponen : Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia


Tata kalimat yang digunakan untuk menyampaikan pesan
1. Ketepatan tata bahasa dan ejaan mengacu pada kaidah tatabahasa Indonesia

Sub Komponen : Ketepatan Penggunaan istilah/simbol/lambang


1. Konsistensi Penggunaan istilah yang menggambarkan suatu konsep,
penggunaan istilah prinsip, asas, atau sejenisnya harus konsisten antarbagian
2. Konsistensi dalam buku
penggunaan Penggunaan simbol/lambang yang menggambarkan suatu
simbol/lambang konsep, prinsip, asas, atau sejenisnya harus konsisten.
Tabel 3.3 Deskripsi Kelayakan Kebahasaan

F. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan teknik analisa

Miles & Huberman yang meliputi tiga komponen, yaitu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Menurut Nugrahani

(2014:173) Ketiga komponen utama tersebut harus ada dalam analisis data

kualitatif, sebab hubungan dan keterkaitan antara ketiga komponen itu perlu
37

terus dikomparasikan untuk menentukan arahan isi simpulan sebagai hasil

akhir penelitian. Langkah – langkah dalam analisanya sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Nugrahani (2014:174) berpendapat bahwa reduksi data adalah peneliti

melakukan proses pemilihan atau seleksi, pemusatan perhatian atau

pemfokusan, penyederhanaan, dan pengabstraksian dari semua jenis

informasi yang mendukung data penelitian yang diperoleh dan dicatat

selama proses penggalian data di lapangan. Pada tahap reduksi data,

langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan buku yang akan dianalisis

b. Menentukan bab yang akan dianalisis pada masing-masing buku

c. Menganalisa bab yang telah ditentukan pada masing-masing buku

menggunakan instrumen yang telah dibuat.

2. Penyajian Data

Nugrahani (2014:175) menyatakan penyajian data adalah sekumpulan

informasi yang memberi kemungkinan kepada peneliti untuk menarik

simpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data ini merupakan suatu

rakitan organisasi informasi, dalam bentuk deskripsi dan narasi yang

lengkap, yang disusun berdasarkan pokok-pokok temuan yang terdapat

dalam reduksi data, dan disajikan menggunakan bahasa peneliti yang logis,

dan sistematis, sehingga mudah dipahami.

Pada tahap penyajian data, langkah-langkah yang dilakukan adalah

sebagai berikut :
38

a. Menyajikan hasil analisis pada setiap buku berdasarkan kurikulum 2013

b. Menghitung persentase kemunculan indikator kesesuian antara setiap

buku dengan kurikulum 2013. Perhitungan persentase menggunakan

rumus sebagai berikut :

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝐾𝑒𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖𝑎𝑛 = × 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

M. Ngalim Purwanto (dalam Faridah, 2018:12) memaparkan

bahwa penilaian persentase skor dikategorikan ke dalam pedoman

penilaian sebagai berikut:

Persentase Bobot Kategori

86% - 100% 4 Sangat Sesuai

76% - 85% 3 Sesuai

60% - 75% 2 Cukup

55% - 59% 1 Kurang

≤ 54% 0 Sangat Kurang

Tabel 3.4 Kategori Penilaian

3. Verifikasi Data

Nugrahani (2014:177) menyebutkan verifikasi atau penarikan

simpulan merupakan kegiatan penafsiran terhadap hasil analisis dan

interpretasi data. Penarikan simpulan ini hanyalah salah satu kegiatan

dalam konfigurasi yang utuh. Penelitian kali ini, verifikasi data dilakukan

dengan menarik sebuah kesimpulan sehingga dapat diketahui kesesuaian

antara buku teks matematika siswa kelas VII semester 1 kurikulum 2013

terbitan Erlangga, Kemendikbud, dan Platinum dengan kurikulum 2013.


39

G. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Nugrahani (2014:115) keabsahan data dapat diperoleh oleh

peneliti dengan menggunakan teknik triangulasi. Trianggulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data tersebut untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data

yang bersangkutan.

Pengecekan keabsahan data pada penelitian kali ini menggunakan

teknik trianggulasi sumber yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil

penilaian kelayakan buku teks matematika oleh peneliti, adalah benar.

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan data yang

diperoleh dari data primer yaitu hasil penilaian buku teks matematika kelas

VII semester 1 kurikulum 2013 terbitan Erlangga, Kemendikbud, dan

Platinum oleh peneliti, dengan data sekunder yaitu hasil penilaian buku teks

matematika kelas VII semester 1 kurikulum 2013 terbitan Erlangga,

Kemendikbud, dan Platinum oleh guru matematika.


1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Reduksi Data

Analisis buku teks dilakukan dengan cara memeriksa kesesuaian

instrumen penelitian dengan kondisi buku teks. Komponen buku teks yang

dianalisis meliputi kelayakan isi, kelayakan penyajian, dan kelayakan

kebahasaan. Pemeriksaan dilakukan pada masing-masing buku teks, yang

kemudian diberikan penilaian dengan rentang nilai satu sampai empat

berdasarkan tingkat kesesuaian antara instrumen dengan buku teks. Nilai yang

diperoleh kemudian diakumulasikan untuk kemudian dikonversi menjadi

persentase dan ditafsirkan menggunakan kalimat kualitatif dengan kriteria

kesesuaian yang telah ditetapkan.

Subjek pada penelitian ini diperoleh dari hasil observasi peneliti yang

dilakukan terhadap buku teks matematika kelas VII Semester 1 yang digunakan

pada 27 Sekolah Menangah Pertama baik swasta maupun negeri, yang berada

di kota Tenggarong dan Samarinda. Dari observasi tersebut, memperoleh hasil

yaitu, dari ke 27 sekolah tersebut menggunakan 5 jenis buku teks matematika

pada kelas VII. Kemudian peneliti mereduksi buku tersebut menjadi 3 jenis

berdasarkan jumlah penggunaan terbanyak, dengan tujuan memfokuskan dan

memberikan batasan dalam penelitian.


2

Adapun identitas ketiga buku teks matematika kelas VII Semester 1

Kurikulum 2013 tersebut adalah sebagai berikut :

a. Buku A

1) Judul : Matematika untuk SMP/MTs Kelas VII Semester 1

Kurikulum 2013 Revisi

2) Penyusun : M. Cholik Adinawan

3) Penerbit : Erlangga

4) Tahun Terbit : 2016

b. Buku B

1) Judul : Matematika SMP/MTs Kelas VII Semester 1 Edisi

Revisi 2017

2) Penyusun : Abdur Rahman As’ari, Mohammad Tohir, Erik Valentino,

Zainul Imron, dan Ibnu Taufiq.

3) Penerbit : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,

Kemendikbud.

4) Tahun Terbit : 2017

c. Buku C

1) Judul : Berlogika dengan Matematika untuk Kelas VII SMP

dan MTs

2) Penyusun : Umi Salamah

3) Penerbit : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

4) Tahun Terbit : 2019


3

2. Penyajian Data

Berikut adalah tabel hasil analisis buku teks matematika kelas VII

semester 1 pada bab aljabar terbitan Erlangga, Kemendikbud, dan Tiga

Serangkai, yang terdiri dari komponen yang dinilai, sub komponen,

indikator, nilai atau skor, serta kriteria kesesuaiannya.

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Buku Teks Matematika Kelas VII Penerbit Erlangga
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Isi
Sub Komponen Indikator Nilai Kriteria
1. Kelengkapan Materi 3 Sesuai
Cakupan Materi 2. Keluasan Materi 4 Sangat Sesuai
3. Kedalaman Materi 4 Sangat Sesuai
1. Keakuratan fakta/lambang/simbol 4 Sangat Sesuai
2. Keakuratan konsep/definisi 4 Sangat Sesuai
3. Keakuratan prinsip 4 Sangat Sesuai
Keakuratan Materi
4. Keakuratan prosedur 4 Sangat Sesuai
5. Keakuratan Contoh 4 Sangat Sesuai
6. Keakuratan Soal 4 Sangat Sesuai
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Penyajian
1. Konsistensi sistematika sajian
4 Sangat Sesuai
dalam bab
Teknik Penyajian
2. Kelogisan Penyajian 4 Sangat Sesuai
3. Keruntutan penyajian 4 Sangat Sesuai
1. Keterlibatan aktif peserta didik 2 Cukup Sesuai
Penyajian 2. Komunikasi Interaktif 2 Cukup Sesuai
Pembelajaran 3. Pendekatan Ilmiah/saintifik 3 Sesuai
4. Variasi dalam penyajian 2 Cukup Sesuai
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Kebahasaan
1. Kesesuaian tingkat perkembangan
Kesesuaian Dengan 4 Sangat Sesuai
berpikir peserta didik
Perkembangan Peserta
2. Kesesuaian tingkat perkembangan
Didik 4 Sangat Sesuai
sosial-emosional peserta didik
1. Keterpahaman peserta didik
Keterbacaan 4 Sangat Sesuai
terhadap pesan
Kemampuan Motivasi 1. Kemampuan memotivasi 2 Cukup Sesuai
4

2. Kemampuan mendorong berpikir


3 Sesuai
kritis
1. Ketepatan struktur kalimat 4 Sangat Sesuai
Kelugasan
2. Kebakuan istilah 4 Sangat Sesuai
Kesesuaian dengan
Kaidah Bahasa 1. Ketepatan tata bahasa 4 Sangat Sesuai
Indonesia
Ketepatan 1. Konsistensi penggunaan istilah 4 Sangat Sesuai
Penggunaan
Istilah/Simbol/ 2. Konsistensi penggunaan
4 Sangat Sesuai
Lambang simbol/lambang
Total Skor 93
𝟗𝟑
Kesesuaian = 𝟏𝟎𝟒 × 100% = 89, 42% Sangat Sesuai

Tabel 4.2 Hasil Penilaian Buku Teks Matematika Kelas VII Penerbit Kemendikbud
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Isi
Sub Komponen Indikator Nilai Kriteria
1. Kelengkapan Materi 4 Sangat Sesuai
2. Keluasan Materi Sangat
Cakupan Materi 4
Sesuai
3. Kedalaman Materi 4 Sangat Sesuai
1. Keakuratan fakta/lambang/simbol 4 Sangat Sesuai
2. Keakuratan konsep/definisi 4 Sangat Sesuai
3. Keakuratan prinsip 4 Sangat Sesuai
Keakuratan Materi
4. Keakuratan prosedur 4 Sangat Sesuai
5. Keakuratan Contoh 4 Sangat Sesuai
6. Keakuratan Soal
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Penyajian
1. Konsistensi sistematika sajian
4 Sangat Sesuai
dalam bab
Teknik Penyajian
2. Kelogisan Penyajian 4 Sangat Sesuai
3. Keruntutan penyajian 4 Sangat Sesuai
1. Keterlibatan aktif peserta didik 2 Cukup Sesuai
Penyajian 2. Komunikasi Interaktif 4 Sangat Sesuai
Pembelajaran 3. Pendekatan Ilmiah/saintifik 4 Sangat Sesuai
4. Variasi dalam penyajian 4 Sangat Sesuai
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Kebahasaan
5

1. Kesesuaian tingkat perkembangan


Kesesuaian Dengan 4 Sangat Sesuai
berpikir peserta didik
Perkembangan Peserta
2. Kesesuaian tingkat perkembangan
Didik 4 Sangat Sesuai
sosial-emosional peserta didik
1. Keterpahaman peserta didik
Keterbacaan 4 Sangat Sesuai
terhadap pesan
1. Kemampuan memotivasi 4 SangatSesuai
Kemampuan Motivasi 2. Kemampuan mendorong berpikir
2 Cukup Sesuai
kritis
1. Ketepatan struktur kalimat 4 Sangat Sesuai
Kelugasan
2. Kebakuan istilah 4 Sangat Sesuai
Kesesuaian dengan
Kaidah Bahasa 1. Ketepatan tata bahasa 4 Sangat Sesuai
Indonesia
Ketepatan 1. Konsistensi penggunaan istilah 4 Sangat Sesuai
Penggunaan
Istilah/Simbol/ 2. Konsistensi penggunaan
4 Sangat Sesuai
Lambang simbol/lambang
Total Skor
𝟏𝟎𝟎
Kesesuaian = 𝟏𝟎𝟒 × 100% = 96, 15% Sangat Sesuai

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Buku Teks Matematika Kelas VII Penerbit Tiga Serangkai
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Isi
Sub Komponen Indikator Nilai Kriteria
1. Kelengkapan Materi 4 Sangat Sesuai
2. Keluasan Materi Sangat
Cakupan Materi 4
Sesuai
3. Kedalaman Materi 2 Cukup Sesuai
1. Keakuratan fakta/lambang/simbol 4 Sangat Sesuai
2. Keakuratan konsep/definisi 4 Sangat Sesuai
3. Keakuratan prinsip 4 Sangat Sesuai
Keakuratan Materi
4. Keakuratan prosedur 4 Sangat Sesuai
5. Keakuratan Contoh 4 Sangat Sesuai
6. Keakuratan Soal 4 Sangat Sesuai
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Penyajian
1. Konsistensi sistematika sajian
Teknik Penyajian 4 Sangat Sesuai
dalam bab
6

2. Kelogisan Penyajian 4 Sangat Sesuai


3. Keruntutan penyajian 3 Sesuai
1. Keterlibatan aktif peserta didik 3 Sesuai
Penyajian 2. Komunikasi Interaktif 4 Sangat Sesuai
Pembelajaran 3. Pendekatan Ilmiah/saintifik 4 Sangat Sesuai
4. Variasi dalam penyajian 4 Sesuai
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Kebahasaan
1. Kesesuaian tingkat perkembangan
Kesesuaian Dengan 2 Kurang Sesuai
berpikir peserta didik
Perkembangan Peserta
2. Kesesuaian tingkat perkembangan
Didik 3 Sesuai
sosial-emosional peserta didik
1. Keterpahaman peserta didik
Keterbacaan 3 Sesuai
terhadap pesan
1. Kemampuan memotivasi 4 Sangat Sesuai
Kemampuan Motivasi 2. Kemampuan mendorong berpikir
4 Sangat Sesuai
kritis
1. Ketepatan struktur kalimat 4 Sangat Sesuai
Kelugasan
2. Kebakuan istilah 4 Sangat Sesuai
Kesesuaian dengan
Kaidah Bahasa 1. Ketepatan tata bahasa 4 Sangat Sesuai
Indonesia
Ketepatan 1. Konsistensi penggunaan istilah 4 Sangat Sesuai
Penggunaan
Istilah/Simbol/ 2. Konsistensi penggunaan
4 Sangat Sesuai
Lambang simbol/lambang
Total Skor 95
𝟗𝟔
Kesesuaian = × 100% = 92,30% Sangat Sesuai
𝟏𝟎𝟒

a. Buku A

1) Komponen Kelayakan Isi

Penilaian komponen kelayakan isi terbagi atas dua sub komponen,

yaitu sub komponen cakupan materi dan keakuratan materi yang

masing-masing memiliki indikator tersendiri sebagai tolok ukur

kelayakan. Indikator untuk menilai sub komponen cakupan materi


7

terdiri atas tiga indikator, yaitu kelengkapan materi, keluasan materi,

dan kedalaman materi, sedangkan indikator untuk memilai sub

komponen keakuratan materi terdiri atas enam indikator, yaitu

keakuratan fakta/lambang/simbol, keakuratan konsep/definisi,

keakuratan prinsip, keakuratan prosedur, keakuratan contoh, dan

keakuratan soal.

Gambar 4.1 Tampilan buku A hal. 133

Hasil analisis sub komponen cakupan materi, indikator

kelengkapan materi memperoleh skor tiga (3) dikarenakan, sesuai

dengan gambar 4.1 materi yang disajikan pada bab aljabar telah

mencakup semua materi yang sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD)

dan Kompetensi Inti 3 (KI-3) kurikulum 2013, yaitu penjelasan

mengenai koefesien, variabel, konstanta, dan suku, kemudian operasi


8

hitung bentuk aljabar, dan yang terakhir materi mengenai

penyederhanaan bentuk aljabar.

Buku ini juga telah menyajikan materi aljabar dengan pendekatan

saintifik yang bersifat pengetahuan, uraian dan latihan telah disajikan

dalam bentuk soal kasus yang dapat memotivasi peserta didik untuk

melakukan kegiatan pengamatan (mengamati fakta matematika),

mengumpulkan informasi (mencoba dan mengaitkan antar teorema),

mengasosiasi (memperluas dan pembuktian konsep).

Akan tetapi, pada tahap menanya (membuat pertanyaan

berdasarkan hasil pengamatan) dan mengkomunikasikan

(menyimpulkan dan mengaitkan konsep yang disampaikan secara

lisan maupun tulisan kepada guru ataupun teman sebaya) pada bab

aljabar ini belum terdapat soal maupun latihan yang menuntut agar

siswa mengajukan pertanyaan dari hasil pengamatannya, serta tidak

terdapat perintah untuk mengkomunikasikan jawabannya baik secara

lisan maupun tulisan kepada guru atau teman sebaya.

Terkait dengan penyajian materi, sudah terdapat materi maupun

soal yang penyajiannya hanya dalam bentuk simbolik, dimana materi

Gambar 4.2 Tampilan buku A bagian daftar isi


9

dalam setiap buku teks matematika tidak harus selalu disajikam dalam

bentuk angka-angka ataupun kalimat, tetapi juga harus terdapat

penyajian dalam bentuk simbolik saja.

Untuk indikator keluasan materi memperoleh skor empat (4)

dengan alasan bahwa dalam buku terbitan erlangga ini, pada bab

aljabar sudah memuat penjelasan/uraian tentang koefesien, variabel,

konstanta, dan suku pada bentuk aljabar, operasi hitung, dan

penyederhanaan bentuk aljabar, hal ini dapat dilihat dari gambar 4.2.

Keluasan materipun dalam batas yang wajar untuk peserta didik,

artinya penyajian konsep,definisi, prinsip, prosedur, dan contoh-

contoh yang terdapat dalam buku teks telah sesuai dengan kebutuhan

materi pokok yang mendukung tercapainya SK dan KD, serta dengan

adanya penambahan soal-soal non rutin atau penemuan kembali

Gambar 4.3 Tampilan buku A hal. 119


10

teorema oleh siswa sendiri yang memungkinkan peserta didik tetap

dapat berkembang namun tetap dalam jangkauannya.

Demikian pula dengan indikator ketiga, yaitu kedalaman materi.

Kedalaman materi juga memperoleh skor empat (4) sebab, terlihat

pada gambar 4.3, bahwa dalam buku ini pada bab aljabar sudah

memuat dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognisi, serta pemecahan masalah yang mendukung pencapaian

Kompetensi Dasar (KD) dan materi yang disajikan sudah mencakup

objek langsung (fakta, konsep, prinsip, skill) dan objek tidak langsung

(pemecahan masalah).

Gambar 4.4 Tampilan buku A hal. 140

Hasil analisis pada sub komponen keakuratan materi, terkait

indikator keakuratan fakta/lambang/simbol memperoleh skor empat

(4). Perolehan skor ini berdasarkan fakta sesuai gambar 4.4, pada bab

aljabar dalam buku ini, sudah menggunakan dan menuliskan simbol

(lambang dan tanda operasi) dengan akurat seperti operasi

penjumlahan ditulis dengan simbol (+), pengurangan ditulis dengan


11

simbol (-), perkalian ditulis dengan simbol (×), dan lain sebagainya

sesuai dengan standar dan kesepakatan secara interknasional (SI).

Gambar 4.5 Tampilan buku A hal. 118

Demikian pula dengan indikator keakuratan konsep/definisi

memperoleh skor empat (4). Hal ini terlihat pada gambar 4.5, bahwa

dalam buku ini, penjabaran konsep atau definisi pada bab aljabar,

sudah sesuai dengan standar kebutuhan pencapaian Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Gambar 4.6 Tampilan buku A hal. 126


12

Selanjutnya adalah indikator keakuratan prinsip. Skor hasil

analisis untuk indikator keakuratan prinsip adalah empat (4).

Perolehan skor tesebut, berdasarkan gambar 4.6 terlihat bahwa, pada

bab aljabar dalam buku A ini, prinsip (teorema, aksioma, dalil, sifat,

aturan, maupun hukum) telah disajikan secara akurat sehingga tidak

menimbulkan multi tafsir bagi siswa.

Gambar 4.7 Tampilan buku A hal. 127

Untuk indikator keakuratan prosedur diberi skor empat (4).

Sebagaimana gambar 4.7 sebagai salah satu contoh penyajian

prosedur, pada buku A prosedur sudah disajikan secara berurutan dan

sistematis, sehingga penyajiaannya sudah terstruktur dengan jelas

mulai dari proses pematematikaan yang paling mendasar, penyelesaian

masalah, hingga perhitungan aljabar.


13

Gambar 4.8 Tampilan buku A hal. 148

Demikian pula dengan indikator keakuratan contoh. Skor untuk

indikator keakuratan contoh adalah empat (4). Skor ini diberikan

karena pada setiap contoh telah dituliskan secara akurat sesuai dengan

materi aljabar yang sedang dibahas, serta contoh pengerjaan soal yang

disajikan juga menggunakan konsep-konsep yang sesuai dengan

materi tersebut.

Sebagai contoh, pada gambar 4.8 pada materi menyederhanakan

pecahan aljabar, maka terdapat contoh soal untuk bagaimana

menyederhanakan pecahan aljabar. Selain itu sebagai gambaran lain,

pada buku A ini mencontohkan untuk menyelesaikan operasi yang

terdapat dalam kurung terlebih dahulu, kemudian perkalian dan

pembagian, lalu baru penjumlahan dan pengurangan dimana ini telah

sesuai dengan konsep pengerjaan operasi hitung pada bentuk aljabar.


14

Gambar 4.9 Tampilan buku A hal. 147

Kemudian untuk indikator terakhir, yaitu keakuratan soal.

Indikator ini diberikan skor empat (4) yang diperoleh dari fakta

sebagaimana tercontoh pada gambar 4.9, bahwa pada setiap latihan

soal pada bab aljabar dalam buku terbitan erlangga ini sudah sesuai

dengan materi yang bersangkutan, misalnya ketika materi faktorisasi

aljabar maka soal yang diberikan adalah tentang bagaimana cara

memfaktorkan bentuk aljabar, dan begitu pula seterusnya tetap

konsisten dari awal hingga latihan terakhir pada akhir bab aljabar.

Selain itu, dalam penyajiannya sudah terdapat soal yang tingkat

kesulitannya bervariasi mulai dari soal sederhana hingga soal yang

bersifat menantang dan membutuhkan analisa (problem solving).

2) Komponen Kelayakan Penyajian

Penilaian komponen kelayakan penyajian terbagi atas dua sub

komponen, yaitu sub komponen teknik penyajian dan sub komponen


15

penyajian pembelajaran yang masing-masing memiliki indikator

tersendiri sebagai tolok ukur kelayakan. Indikator untuk menilai sub

komponen teknik penyajian terdiri atas tiga indikator, yaitu konsistensi

sistematika sajian dalam bab, kelogisan penyajian, dan keruntutan

penyajian.

Indikator untuk menilai sub komponen penyajian pembelajaran

terdiri atas empat indikator, yaitu keterlibatan aktif peserta didik,

komunikasi interaktif, pendekatan saintifik/ilmiah, dan variasi dalam

penyajian.

Gambar 4.10 Tampilan buku A hal. 117

Hasil analisis sub komponen teknik penyajian, indikator pertama

yaitu konsistensi sistematika sajian dalam bab memperoleh skor empat

(4) dengan alasan penyajian pada bab aljabar telah taat asas yang

dimulai dengan pendahuluan berupa kata pengantar dan pengenalan


16

konsep, kemudian berisi materi dan contoh soal, dan ditutup pada akhir

bab berupa soal refleksi keseluruhan materi pada bab aljabar tersebut.

Hal ini terlihat sebagaimana gambar 4.10, yang memperlihatkan

penyajian awal bab pada buku A diawali dengan pendahuluan berupa

sampul yang memberikan penggambaran mengenai isi pada bab

aljabar tersebut.

Gambar 4.11 Tampilan buku A hal. 125

Dalam hal kelogisan penyajian, indikator kelogisan penyajian

juga memperoleh skor empat (4) dikarenakan pada setiap materi pada

bab aljabar lebih banyak disajikan menggunakan alur berpikir induktif

(dari khusus ke umum) daripada alur berpikir deduktif (dari umum ke

khusus) pada bab aljabar ini diawali dari hal-hal khusus yang

kemudian menuntun untuk menemukan teorema maupun hukum yang

dapat berlaku secara umum terhadap bentuk-bentuk aljabar serupa.


17

Hal ini dicontohkan pada gambar 4.11, dimana pada gambar

tersebut terlihat penyajian materi dijabarkan secara runtut, mulai dari

menggunakan angka yang berlaku khusus, hingga menggunakan

simbol atau variabel yang berlaku umum.

Gambar 4.12 Tampilan buku A hal.118 dan 147

Keruntutan penyajian, yang merupakan indikator berikutnya

memperoleh skor empat (4) karena penyajian materi telah runtut dari

materi sederhana ke materi yang sukar, dari hal konkret ke hal abstrak,

dan dari hal-hal yang sudah dikenal ke hal-hal yang belum dikenal. Hal

ini terlihat pada gambar 4.12, dimana bab aljabar diawali dengan

materi pengenalan (sederhana) dan diakhiri dengan materi mengenai

operasi pada bentuk aljabar (sukar).

Gambar 4.13 Tampilan buku A hal. 127


18

Hasil analisis pada sub komponen penyajian pembelajaran, terkait

indikator pertama yaitu keterlibatan aktif peserta didik memperoleh

skor dua (2). Perolehan skor ini berdasarkan fakta bahwa penyajian

materi dalam buku A, pada bab aljabar tidak ada yang menunjukan

perlunya interaksi aktif siswa dalam memahami materi tersebut.

Akan tetapi, pada gambar 4.13, terlihat penyajian materi telah

bersifat partisipatif, ditunjukkan oleh penggunaan kata-kata seperti

“perhatikan” yang bertujuan mengharapkan partisipasi siswa untuk

memperhatikan materi tersebut, selain itu penyajian materi sudah

menggunakan kalimat-kalimat yang menempatkan peserta didik

sebagai subjek pembelajaran.

Gambar 4.14 Tampilan buku A hal. 129

Demikian pula dengan indikator komunikasi interaktif

memperoleh skor dua (2) dikarenakan dalam buku A ini penyajian

materi pada bab aljabar kurang bersifat dialogis. Sebagaimana pada

gambar 4.14, pada penyajian materinya terdapat kata “kita” yang

menggambarkan seolah-olah penulis dan pembaca bersama-sama


19

mempelajari materi tersebut, namun walau demikian tujuan agar

peserta didik seolah-olah berkomunikasi dengan penulis masih belum

dapat tercapai sepenuhnya.

Selanjutnya adalah indikator pendekatan saintifik. Skor hasil

analisis indikator pendekatan saintifik adalah tiga (3). Perolehan skor

3 ini berdasarkan alasan, bahwa pada bab aljabar dalam buku terbitan

erlangga ini penyajian materi memang telah menggunakan pendekatan

saintifik, akan tetapi belum sempurna.

Hal ini disebabkan pada salah satu tahap saintifik yaitu tahapan

terakhir mengkomunikasikan, pada buku A ini belum memuat kalimat

ataupun perintah yang menuntut peserta didik untuk

mengkomunikasikan pemahamannya terkait materi, baik itu secara

lisan maupun tulisan.

Gambar 4.15 Tampilan buku A hal. 117, 125, dan 147


20

Untuk indikator terakhir yaitu variasi penyajian memperoleh skor

dua (2). Hal ini terlihat pada gambar 4.15, penyajian materi pada bab

aljabar kurang bernuansa kreativitas, penyajiannya cenderung

monoton sehingga berpotensi menimbulkan kebosanan bagi peserta

didik.

3) Komponen Kelayakan Kebahasaan

Penilaian komponen kelayakan kebahasaan terbagi atas enam sub

komponen, yaitu sub komponen kesesuaian dengan perkembangan

peserta didik, keterbacaan, kemampuan motivasi, kelugasan,

kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesa, dan ketepatan

penggunaan simbol/lambang/istilah. Sub komponen tersebut memiliki

indikator tersendiri sebagai tolok ukur kelayakan.

Indikator untuk menilai sub komponen kesesuaian dengan

perkembangan peserta didik terdiri kesesuaian dengan tingkat

perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan tingkat

perkembangan sosial-emosional peserta didik. Indikator untuk menilai

kelayakan sub komponen keterbacaan yaitu keterpahaman peserta

didik terhadap pesan yang disampaikan. Indikator untuk menilai sub

komponen kemampuan motivasi terdiri atas kemampuan memotivasi

dan kemampuan mendorong berpikir kritis.

Indikator untuk menilai kelayakan sub komponen kelugasan

terdiri atas ketepatan struktur kalimat dan kebakuan istilah. Indikator


21

untuk menilai kelayakan sub komponen kesesuaian dengan kaidah

Bahasa Indonesia yaitu ketapatan tata bahasa. Indikator untuk menilai

kelayakan sub komponen ketepatan penggunaan

istilah/lambang/simbol terdiri atas konsistensi penggunaan istilah dan

konsistensi penggunaan simbol/lambang.

Hasil analisis sub komponen kesesuaian dengan perkembangan

peserta didik, indikator pertama yaitu kesesuaian dengan tingkat

perkembangan berpikir peserta didik diberikan skor empat (4), karena

seperti terlihat pada gambar 4.5, bahasa yang digunakan baik untuk

menjelaskan konsep maupun ilustrasi aplikasi konsep telah

menggambarkan sesuatu yang konkret, dekat dan mudah dijumpai

peserta didik, hingga dengan contoh yang abstrak namun secara

imajinatif tetap dapat dibayangkan oleh peserta didik.

Kemudian untuk indikator yang kedua, yaitu kesesuaian dengan

tingkat perkembangan sosial-emosional peserta didik juga diberikan

skor empat (4) dikarenakan bahasa yang digunakan telah sesuai

dengan kematangan sosial-emosional peserta didik tingkat Sekolah

Menengah Pertama.

Hal ini tergambar pada gambar 4.5, dimana pada bab ini disajikan

bahasa yang tidak sederhana namun tidak terlalu kompleks pula, serta

mampu menggambarkan konsep-konsep mulai dari lingkungan

terdekat (lokal) hingga lingkungan yang lebih luas (global).


22

Terkait dengan keterbacaan, hasil analisis sub komponen

keterbacaan dengan indikator keterpahaman peserta didik terhadap

pesan memperoleh skor empat (4) dengan alasan pesan atau materi ajar

telah disampaikan secara lugas, dengan bahasa yang menarik dan tidak

rumit, sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh peserta didik, hal

ini juga dapat tergambar oleh gambar 4.5.

Hasil analisis pada sub komponen kemampuan motivasi,

indikator kemampuan memotivasi diberikan skor dua (2). Perolehan

skor ini berdasarkan fakta bahwa pada buku A ini, bahasa yang

digunakan pada bab aljabar belum mampu menumbuhkan rasa senang

ketika peserta didik membaca dan belum dapat mendorong mereka

agar mempelajari buku tersebut secara tuntas.

Selanjutnya untuk indikator kedua, yaitu kemampuan mendorong

siswa berpikir kritis memperoleh skor tiga (3) dengan alasan penyajian

materi sudah mampu mendorong peserta didik untuk berpikir kritis

mengenai uraian, latihan, maupun contoh yang diberikan pada bab

aljabar.

Hasil analisis sub komponen kelugasan, indikator ketepatan

struktur kalimat memperoleh skor empat (4) karena kalimat yang

digunakan sudah mewakili isi pesan yang ingin disampaikan dan

mengikuti tata kalimat yang benar sesuai kaidah Bahasa Indonesia,

yaitu pada setiap kalimat telah terdapat subjek dan predikat.


23

Selanjutnya adalah indikator kebakuan istilah. Skor hasil analisis

untuk indikator kebakuan instilah juga memperoleh skor empat (4).

Perolehan skor 4 ini dikarenakan pada setiap istilah yang digunakan

dalam bab aljabar sudah sesuai dengan ejaan yang disempurnakan

sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia, serta setiap

penggunaan istilah matematika juga telah sesuai dengan kesepakatan

internasional.

Hasil analisis sub komponen kesesuaian dengan Kaidah Bahasa

Indonesia, dengan indikator ketepatan tata bahasa memperoleh skor

empat (4) dengan alasan bahwa tata kalimat yang digunakan untuk

menyampaikan materi dan ejaan sudah sesuai dengan kaidah tata

Bahasa Indonesia, kalimat yang disampaikan juga lugas langsung

kepada inti atau pokok pembahasan.

Hasil analisis sub komponen terakhir, yaitu ketepatan

penggunaan istilah/simbol/lambang dengan indikator pertama adalah

konsistensi penggunaan istilah yang memperoleh skor empat (4)

karena penggunaan istilah yang mengambarkan suatu konsep, prinsip,

asas, dan sejenisnya pada bab aljabar telah konsisten dari awal hingga

akhir bab. Berikutnya yaitu konsistensi penggunaan simbol/lambang,

indikator ini diberikan skor empat (4) atas dasar bahwa pada bab

aljabar seluruh simbol atau lambang telah sama dan konsisten mulai
24

dari awal hingga akhir bab, sehingga konsep, prinsip, asas, dan lain

sebagainya dapat tergambar dengan jelas.

b. Buku B

1) Komponen Kelayakan Isi

Penilaian komponen kelayakan isi terbagi atas dua sub komponen,

yaitu sub komponen cakupan materi dan keakuratan materi yang

masing-masing memiliki indikator tersendiri sebagai tolok ukur

kelayakan.

Indikator untuk menilai sub komponen cakupan materi terdiri atas

tiga indikator, yaitu kelengkapan materi, keluasan materi, dan

kedalaman materi, sedangkan indikator untuk memilai sub komponen

keakuratan materi terdiri atas enam indikator, yaitu keakuratan

fakta/lambang/simbol, keakuratan konsep/definisi, keakuratan prinsip,

keakuratan prosedur, keakuratan contoh, dan keakuratan soal.

Gambar 4.16 Tampilan buku B hal. 231

Hasil analisis sub komponen cakupan materi, indikator

kelengkapan materi memperoleh skor empat (4) dikarenakan materi


25

yang disajikan pada bab aljabar telah mencakup semua materi yang

sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) dan Kompetensi Inti 3 (KI-3)

kurikulum 2013, yaitu penjelasan mengenai koefesien, variabel,

konstanta, dan suku, kemudian operasi hitung bentuk aljabar, dan yang

terakhir materi mengenai penyederhanaan bentuk aljabar.

Berdasarkan gambar 4.16, buku ini juga telah menyajikan materi

aljabar dengan pendekatan saintifik yang bersifat pengetahuan, uraian

dan latihan telah disajikan dalam bentuk soal kasus yang dapat

memotivasi peserta didik untuk melakukan kegiatan pengamatan

(mengamati fakta matematika), menanya (membuat pertanyaan

berdasarkan hasil pengamatan), mengumpulkan informasi (mencoba

dan mengaitkan antar teorema), mengasosiasi (memperluas dan

pembuktian konsep), dan tahap mengkomunikasikan (menyimpulkan

dan mengaitkan konsep yang disampaikan secara lisan maupun tulisan

kepada guru ataupun teman sebaya) dan telah terdapat kalimat yang

meminta agar siswa mengkomunikasikan jawabannya baik secara

lisan maupun tulisan kepada guru atau teman sebaya.

Terkait dengan penyajian materi, sudah terdapat materi maupun

soal yang penyajiannya hanya dalam bentuk simbolik, dimana materi

dalam setiap buku teks matematika tidak harus selalu disajikam dalam

bentuk angka-angka ataupun kalimat, tetapi juga harus terdapat

penyajian dalam bentuk simbolik saja.


26

Gambar 4.17 Tampilan buku B bagian daftar isi

Untuk indikator keluasan materi memperoleh skor empat (4)

dengan alasan bahwa dalam buku B ini, pada bab aljabar sebagaimana

gambar 4.17, sudah memuat penjelasan/uraian tentang koefesien,

variabel, konstanta, dan suku pada bentuk aljabar, operasi hitung, dan

penyederhanaan bentuk aljabar.

Keluasan materipun dalam batas yang wajar untuk peserta didik,

artinya penyajian konsep,definisi, prinsip, prosedur, dan contoh-

contoh yang terdapat dalam buku teks telah sesuai dengan kebutuhan

materi pokok yang mendukung tercapainya SK dan KD, serta dengan

adanya penambahan soal-soal non rutin atau penemuan kembali

teorema oleh siswa sendiri yang memungkinkan peserta didik tetap

dapat berkembang namun tetap dalam jangkauannya.

Demikian pula dengan indikator ketiga, yaitu kedalaman materi.

Kedalaman materi juga memperoleh skor empat (4) sebab dalam buku

B ini, pada bab aljabar sudah memuat dimensi pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognisi, serta pemecahan masalah

yang mendukung pencapaian Kompetensi Dasar (KD) dan materi yang


27

disajikan sudah mencakup objek langsung (fakta, konsep, prinsip,

skill) dan objek tidak langsung (pemecahan masalah), hal ini

sebagaimana tergambar pada gambar 4.18.

Gambar 4.18 Tampilan buku B hal. 198

Gambar 4.19 Tampilan buku B hal. 218


28

Hasil analisis pada sub komponen keakuratan materi, terkait

indikator keakuratan fakta/lambang/simbol memperoleh skor empat

(4). Perolehan skor ini berdasarkan fakta bahwa dalam buku terbitan

kemendikbud, pada bab aljabar sudah menggunakan dan menuliskan

simbol (lambang dan tanda operasi) dengan akurat seperti operasi

penjumlahan ditulis dengan simbol (+), pengurangan ditulis dengan

simbol (-), perkalian ditulis dengan simbol (×), dan lain sebagainya

sesuai dengan standar dan kesepakatan secara internasional (SI).

Gambar 4.20 Tampilan buku B hal. 197

Demikian pula dengan indikator keakuratan konsep/definisi

memperoleh skor empat (4) dengan sebagaimana tergambar pada

gambar 4.20, bahwa dalam buku B ini, penjabaran konsep atau definisi

pada bab aljabar, sudah sesuai dengan standar kebutuhan pencapaian

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.


29

Gambar 4.21 Tampilan buku B hal. 220

Selanjutnya adalah indikator keakuratan prinsip. Skor hasil

analisis untuk indikator keakuratan prinsip adalah empat (4). Gambar

4.21 mendasari perolehan skor 4 itu berdasarkan alasan bahwa pada

bab aljabar dalam buku terbitan kemendikbud ini, semua prinsip

(teorema, aksioma, dalil, sifat, aturan, maupun hukum) telah disajikan

secara akurat sehingga tidak menimbulkan multi tafsir bagi siswa.

Gambar 4.22 Tampilan buku B hal. 210


30

Untuk indikator keakuratan prosedur diberi skor empat (4). Hal ini

dikarenakan, prosedur sudah disajikan secara berurutan dan sistematis,

sebagaimana tergambar pada gambar 4.22, penyajian prosedur sudah

terstruktur dengan jelas mulai dari proses pematematikaan yang paling

mendasar, penyelesaian masalah, hingga perhitungan aljabar.

Gambar 4.23 Tampilan buku B hal. 228

Demikian pula dengan indikator keakuratan contoh. Skor untuk

indikator keakuratan contoh adalah empat (4). Skor ini diberikan

karena pada setiap contoh telah dituliskan secara akurat sesuai dengan

materi aljabar yang sedang dibahas, serta contoh pengerjaan soal yang

disajikan juga menggunakan konsep-konsep yang sesuai dengan

materi tersebut.

Sebagai contoh pada gambar 4.23, ketika materi tentang

memahami pembagian bentuk aljabar maka contoh soal yang tersaji

adalah tentang bagaimana menyelesaikan operasi pembagian pada


31

aljabar, dan buku ini mencontohkan untuk menyelesaikan operasi

pembagian telah sesuai dengan konsep pengerjaan pembagian pada

bentuk aljabar.

Kemudian untuk indikator terakhir, yaitu keakuratan soal,

indikator keakuratan soal diberikan skor empat (4) yang diperoleh dari

fakta bahwa pada setiap latihan soal pada bab aljabar dalam buku

terbitan ini sudah sesuai dengan materi yang sedang dibahas.

Gambar 4.24 Tampilan buku B hal. 244

Misalnya ketika materi faktorisasi aljabar maka soal yang

diberikan adalah tentang bagaimana cara memfaktorkan bentuk

aljabar, dan begitu pula seterusnya tetap konsisten hingga latihan

terakhir pada akhir bab aljabar. Selain itu pada gambar 4.24, terlihat

bahwa dalam penyajiannya sudah terdapat soal yang tingkat


32

kesulitannya bervariasi mulai dari soal sederhana hingga soal yang

bersifat menantang dan membutuhkan analisa (problem solving).

2) Komponen Kelayakan Penyajian

Penilaian komponen kelayakan penyajian terbagi atas dua sub

komponen, yaitu sub komponen teknik penyajian dan sub komponen

penyajian pembelajaran yang masing-masing memiliki indikator

tersendiri sebagai tolok ukur kelayakan. Indikator untuk menilai sub

komponen teknik penyajian terdiri atas tiga indikator, yaitu konsistensi

sistematika sajian dalam bab, kelogisan penyajian, dan keruntutan

penyajian.

Indikator untuk memilai sub komponen penyajian pembelajaran

terdiri atas empat indikator, yaitu keterlibatan aktif peserta didik,

komunikasi interaktif, pendekatan saintifik/ilmiah, dan variasi dalam

penyajian.

Gambar 4.25 Tampilan buku B hal. 193


33

Hasil analisis sub komponen teknik penyajian, indikator pertama

yaitu konsistensi sistematika sajian dalam bab memperoleh skor empat

(4) dengan alasan penyajian pada bab aljabar telah taat asas.

Sebagaimana terlihat pada gambar 4.25 penyajian dimulai dengan

pendahuluan berupa kata pengantar dan pengenalan konsep, kemudian

berisi materi dan contoh soal, dan ditutup pada akhir bab berupa soal

refleksi keseluruhan materi pada bab aljabar tersebut.

Gambar 4.26 Tampilan buku B hal. 218

Dalam hal kelogisan penyajian, indikator kelogisan penyajian

juga memperoleh skor empat (4) dikarenakan pada setiap materi pada

bab aljabar lebih banyak disajikan menggunakan alur berpikir induktif

(dari khusus ke umum) daripada alur berpikir deduktif (dari umum ke

khusus).
34

Terlihat pada gambar 4.26, pada bab aljabar ini diawali dari hal-

hal khusus yang kemudian menuntun untuk menemukan teorema

maupun hukum yang dapat berlaku secara umum terhadap bentuk-

bentuk aljabar serupa.

Keruntutan penyajian, yang merupakan indikator berikutnya

memperoleh skor empat (4) karena penyajian materi telah runtut dari

materi sederhana ke materi yang sukar, dari hal konkret ke hal abstrak,

dan dari hal-hal yang sudah dikenal ke hal-hal yang belum dikenal.

Gambar 4.27 Tampilan buku B hal. 197 dan 232


35

Sebagaimana terlihat pada gambar 4.27, penyajian materi pada

bab aljabar diawali dengan hal sederhana, yaitu berupa kegiatan 3.1

dengan materi mengenai mengenal bentuk aljabar, dan diakhiri oleh

hal yang lebih sukar, berupa kegiatan 3.5 tentang menyederhanakan

pecahan bentuk aljabar.

Gambar 4.28 Tampilan buku B hal. 233

Hasil analisis pada sub komponen penyajian pembelajaran, terkait

indikator pertama yaitu keterlibatan aktif peserta didik memperoleh

skor dua (2). Perolehan skor ini berdasarkan fakta bahwa penyajian

materi dalam buku terbitan kemendikbud pada bab aljabar belum ada

yang menunjukan perlunya interaksi aktif siswa dalam memahami

materi tersebut.
36

Akan tetapi berdasarkan gambar 4.28, terlihat bahwa pada

penyajian materinya telah menunjukan perlunya partisipasi siswa baik

itu untuk menyelesaikan sebuah permasalahan maupun untuk

memperhatikan materi yang tersaji, serta sudah menggunakan kalimat-

kalimat yang menempatkan peserta didik sebagai subjek

pembelajaran.

Gambar 4.29 Tampilan buku B hal. 228

Indikator berikutnya yaitu komunikasi interaktif memperoleh

skor empat (4) dikarenakan pada bab aljabar, penyajian materi sangat

bersifat dialogis, hal ini terlihat pada pemaparan materi yang

tergambar pada gambar 4.29, dimana didalamnya termuat kalimat

tanya seakan penulis berharap respons komunikasi dua arah dapat

terjalin, sehingga tujuan agar peserta didik seolah-olah berkomunikasi

dengan penulis dapat tercapai.

Selain itu, dari gambar 4.29, dapat terlihat kalimat “cobalah” yang

merujuk kepada keinginan penulis untuk berkomunikasikan seolah-

olah mengajak peserta didik untuk secara aktif dalam mencoba sesuai

dengan instruksi pada buku.


37

Selanjutnya adalah indikator pendekatan saintifik. Skor hasil

analisis indikator pendekatan saintifik adalah empat (4). Perolehan

skor 4 ini berdasarkan alasan, sebagaimana tergambar pada gambar

4.16. Bahwa pada bab aljabar dalam buku terbitan ini penyajian materi

telah menggunakan pendekatan saintifik dengan sangat baik, pada

buku ini langkah-langkah ilmiah pada pemaparan materi dituliskan

secara jelas mana kegiatan mengamati, menanya, mencoba,

mengeksplorasi, hingga mana bagian mengkomunikasikan.

Untuk indikator terakhir yaitu variasi penyajian memperoleh skor

empat (4). Hal ini dikarenakan penyajian materi pada bab aljabar

sangat bernuansa kreativitas, sebagaimana terlihat pada gambar-

gambar yang telah disajikan diatas, penyajian buku ini telah

menyajikan materi lengkap dengan gambar dan warna yang sangat

dibutuhkan, serta sesuai dengan perkembangan usia peserta didik kelas

VII yang masih berada pada tahap transisi pasca sekolah dasar.

3) Komponen Kelayakan Kebahasaan

Penilaian komponen kelayakan kebahasaan terbagi atas enam sub

komponen, yaitu sub komponen kesesuaian dengan perkembangan

peserta didik, keterbacaan, kemampuan motivasi, kelugasan,

kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesa, dan ketepatan

penggunaan simbol/lambang/istilah.
38

Sub komponen tersebut memiliki indikator tersendiri sebagai

tolok ukur kelayakan. Indikator untuk menilai sub komponen

kesesuaian dengan perkembangan peserta didik terdiri kesesuaian

dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan

tingkat perkembangan sosial-emosional peserta didik.

Indikator untuk menilai kelayakan sub komponen keterbacaan

yaitu keterpahaman peserta didik terhadap pesan yang disampaikan.

Indikator untuk menilai sub komponen kemampuan motivasi terdiri

atas kemampuan memotivasi dan kemampuan mendorong berpikir

kritis.

Indikator untuk menilai kelayakan sub komponen kelugasan

terdiri atas ketepatan struktur kalimat dan kebakuan istilah. Indikator

untuk menilai kelayakan sub komponen kesesuaian dengan kaidah

Bahasa Indonesia yaitu ketapatan tata bahasa. Indikator untuk menilai

kelayakan sub komponen ketepatan penggunaan

istilah/lambang/simbol terdiri atas konsistensi penggunaan istilah dan

konsistensi penggunaan simbol/lambang.

Hasil analisis sub komponen kesesuaian dengan perkembangan

peserta didik, indikator pertama yaitu kesesuaian dengan tingkat

perkembangan berpikir peserta didik diberikan skor empat (4), karena

seperti tergambar pada gambar 4.20 bahwa bahasa yang digunakan

baik untuk menjelaskan konsep maupun ilustrasi aplikasi konsep telah


39

menggambarkan sesuatu yang konkret, dekat dan mudah dijumpai

peserta didik, hingga dengan contoh yang abstrak namun tetap secara

imajinatif dapat dibayangkan oleh peserta didik.

Kemudian untuk indikator yang kedua, yaitu kesesuaian dengan

tingkat perkembangan sosial-emosional peserta didik juga diberikan

skor empat (4) dikarenakan bahasa yang digunakan sebagaimana

tergambar pada gambar 4.18, telah sesuai dengan kematangan sosial-

emosional peserta didik tingkat Sekolah Menengah Pertama, dimana

pada bab ini disajikan bahasa yang tidak sederhana namun tidak terlalu

kompleks pula, serta mampu menggambarkan konsep-konsep mulai

dari lingkungan terdekat (lokal) hingga lingkungan yang lebih luas

(global).

Terkait dengan keterbacaan, hasil analisis sub komponen

keterbacaan dengan indikator keterpahaman peserta didik terhadap

pesan memperoleh skor empat (4) dengan alasan pesan atau materi ajar

telah disampaikan secara lugas, dengan bahasa yang menarik dan tidak

rumit, sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh peserta didik.


40

Hal ini tergambar dari gambar 4.18 dimana penanaman konsep

aljabar, disajikan dengan bahasa yang menarik berupa percakapan

antara dua orang sehingga siswa seolah-olah juga merasakan terlibat

dari kejadian tersebut. Selain itu, penggambaran konsepnya pun

disajikan dengan menarik berupa gambar berwarna yang

menggambarkan bentuk aljabar dari hal yang sangat dekat dengan

lingkungan peserta didik.

Gambar 4.30 Tampilan buku B hal. 239

Hasil analisis pada sub komponen kemampuan motivasi,

indikator kemampuan memotivasi diberikan skor empat (4). Hal ini

terlihat pada gambar 4.30, dimana bahasa yang digunakan telah

mampu menumbuhkan rasa senang ketika peserta didik membaca.

Selain itu pada penyajiannya, telah disediakan bagian untuk

merangkum dan mengingat kembali pelajaran apa yang telah peserta

didik peroleh, namun dengan bahasa yang persuasif “ayo kita


41

merangkum” sehingga dapat mendorong mereka agar mempelajari bab

tersebut secara tuntas.

Selanjutnya untuk indikator kedua, yaitu kemampuan mendorong

siswa berpikir kritis memperoleh skor dua (2) dengan alasan dengan

alasan pada penyajian materi terutama bagian contoh pengerjaan soal

tidak dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis, hal ini tergambar

pada beberapa contoh tampilan buku B yang telah disajikan diatas.

Penyajian langkah-langkah pada buku ini terlalu rinci, sehingga

untuk memahami materi tersebut siswa hanya perlu melihat langkah

tersebut satu demi satu dan tidak perlu berpikir bagaimana proses yang

digunakan dalam pengerjaannya.

Hasil analisis sub komponen kelugasan, indikator ketepatan

struktur kalimat memperoleh skor empat (4) karena kalimat yang

digunakan sudah mewakili isi pesan yang disampaikan dan mengikuti

tata kalimat yang benar sesuai kaidah Bahasa Indonesia, yaitu pada

setiap kalimat telah terdapat subjek dan predikat. Selanjutnya adalah

indikator kebakuan istilah. Skor hasil analisis untuk indikator

kebakuan instilah juga memperoleh skor empat (4). Perolehan skor 4

ini dikarenakan pada setiap istilah yang digunakan dalam bab aljabar

sudah sesuai dengan ejaan yang disempurnakan sesuai dengan Kamus

Besar Bahasa Indonesia, serta setiap penggunaan istilah matematika

juga telah sesuai dengan kesepakatan internasional.


42

Hasil analisis sub komponen kesesuaian dengan Kaidah Bahasa

Indonesia, dengan indikator ketepatan tata bahasa memperoleh skor

empat (4) dengan alasan bahwa tata kalimat yang digunakan untuk

menyampaikan materi dan ejaan sudah sesuai dengan kaidah tata

Bahasa Indonesia, kalimat yang disampaikan juga lugas langsung

kepada inti atau pokok pembahasan.

Hasil analisis sub komponen terakhir, yaitu ketepatan

penggunaan istilah/simbol/lambang dengan indikator pertama adalah

konsistensi penggunaan istilah yang memperoleh skor empat (4)

karena penggunaan istilah yang mengambarkan suatu konsep, prinsip,

asas, dan sejenisnya pada bab aljabar telah konsisten dari awal hingga

akhir bab. Berikutnya yaitu konsistensi penggunaan simbol/lambang,

indikator ini diberikan skor empat (4) atas dasar bahwa pada bab

aljabar seluruh simbol atau lambang telah sama dan konsisten mulai

dari awal hingga akhir bab, sehingga konsep, prinsip, asas, dan lain

sebagainya dapat tergambar dengan jelas.

Uraian diatas sesuai dengan Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008

tentang standar kelayakan kebahasaan yang berisi informasi, pesan dan

pengetahuan yang dituangkan dalam bentuk tertulis yang dapat

dikomunikasikan kepada pembaca, mudah diterima sesuai dengan

tahapan kognitif pembaca.


43

c. Buku C

1) Komponen Kelayakan Isi

Penilaian komponen kelayakan isi terbagi atas dua sub komponen,

yaitu sub komponen cakupan materi dan keakuratan materi yang

masing-masing memiliki indikator tersendiri sebagai tolok ukur

kelayakan. Indikator untuk menilai sub komponen cakupan materi

terdiri atas tiga indikator, yaitu kelengkapan materi, keluasan materi,

dan kedalaman materi, sedangkan indikator untuk memilai sub

komponen keakuratan materi terdiri atas enam indikator, yaitu

keakuratan fakta/lambang/simbol, keakuratan konsep/definisi,

keakuratan prinsip, keakuratan prosedur, keakuratan contoh, dan

keakuratan soal.

Gambar 4.31 Tampilan buku C hal.

Hasil analisis sub komponen cakupan materi, indikator

kelengkapan materi memperoleh skor tiga (4) dikarenakan materi yang

disajikan pada bab aljabar telah mencakup semua materi yang sesuai
44

dengan Kompetensi Dasar (KD) dan Kompetensi Inti 3 (KI-3)

kurikulum 2013.

Buku ini juga telah menyajikan materi aljabar dengan pendekatan

saintifik yang bersifat pengetahuan, uraian dan latihan telah disajikan

dalam bentuk soal kasus yang dapat memotivasi peserta didik untuk

melakukan kegiatan pengamatan (mengamati fakta matematika),

menanya (membuat pertanyaan berdasarkan hasil pengamatan),

mengumpulkan informasi (mencoba dan mengaitkan antar teorema),

mengasosiasi (memperluas dan pembuktian konsep), dan tahap

mengkomunikasikan (menyimpulkan dan mengaitkan konsep yang

disampaikan secara lisan maupun tulisan kepada guru ataupun teman

sebaya).

Hal ini tergambar dari gambar 4.31, terdapat kalimat “ajukan

pertanyaan terkait dengan apa yang kalian amati” yang merupakan

salah satu dari bagian penyajian saintifik yaitu “menanya”, serta pada

buku ini telah disajikan berupa soal maupun latihan yang menuntut

agar siswa mengkomunikasikan jawabannya baik secara lisan maupun

tulisan kepada guru atau teman sebaya.

Terkait dengan penyajian materi, sudah terdapat materi maupun

soal yang penyajiannya hanya dalam bentuk simbolik, dimana materi

dalam setiap buku teks matematika tidak harus selalu disajikam dalam
45

bentuk angka-angka ataupun kalimat, tetapi juga harus terdapat

penyajian dalam bentuk simbolik saja.

Untuk indikator keluasan materi memperoleh skor empat (4)

dengan alasan bahwa dalam buku C ini, pada bab aljabar sudah

memuat penjelasan/uraian tentang koefesien, variabel, konstanta, dan

suku pada bentuk aljabar, operasi hitung, dan penyederhanaan bentuk

aljabar, hal ini terlihat dari gambar 4.32.

Gambar 4.32 Tampilan buku C bagian daftar isi

Keluasan materipun dalam batas yang wajar untuk peserta didik,

artinya penyajian konsep,definisi, prinsip, prosedur, dan contoh-

contoh yang terdapat dalam buku teks telah sesuai dengan kebutuhan

materi pokok yang mendukung tercapainya SK dan KD, serta dengan

adanya penambahan soal-soal non rutin atau penemuan kembali

teorema oleh siswa sendiri yang memungkinkan peserta didik tetap

dapat berkembang namun tetap dalam jangkauannya.

Untuk indikator ketiga, yaitu kedalaman materi. Kedalaman

materi memperoleh skor dua (2) sebab dalam buku C ini, pada bab

aljabar telah memuat dimensi pengetahuan konseptual, prosedural, dan

metakognisi, serta pemecahan masalah yang mendukung pencapaian


46

Kompetensi Dasar (KD) dan materi yang disajikan telah mencakup

beberapa objek langsung (konsep, prinsip, skill) dan objek tidak

langsung (pemecahan masalah)

Akan tetapi, pada buku ini tidak menyajikan pengetahuan faktual

dan salah satu objek langsung yang dekat dengan peserta didik itu yaitu

fakta, tidak terdapat pada buku ini.

Gambar 4.33 Tampilan buku C hal. 133

Hal ini, sebagaimana tergambar pada gambar 4.33 bahwa

pengertian, definisi, dan konsep mengenai aljabar hanya di jabarkan

secara teoritis saja, tidak tampak contoh konkret bagaimana konsep

aljabar itu sebenarnya.

Gambar 4.34 Tampilan buku C hal. 144


47

Hasil analisis pada sub komponen keakuratan materi, terkait

indikator keakuratan fakta/lambang/simbol memperoleh skor empat

(4). Perolehan skor ini berdasarkan fakta bahwa dalam buku ini

sebagaimana terlihat pada gambar 4.34.

Pada penyajiannya, bab aljabar sudah menggunakan dan

menuliskan simbol (lambang dan tanda operasi) dengan akurat seperti

operasi penjumlahan ditulis dengan simbol (+), pengurangan ditulis

dengan simbol (-), perkalian ditulis dengan simbol (×), dan lain

sebagainya sesuai dengan standar dan kesepakatan secara

internasional (SI).

Gambar 4.35 Tampilan buku C hal. 133

Demikian pula dengan indikator keakuratan konsep/definisi

memperoleh skor empat (4) dengan alasan bahwa dalam buku terbitan

tiga serangkai ini, penjabaran konsep atau definisi pada bab aljabar,

sudah sesuai dengan standar kebutuhan pencapaian Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Seperti tampak pada gambar 4.35,

definisi mengenai suku pada aljabar telah tepat dan sesuai.


48

Selain itu pada bab aljabar dalam ini, juga tidak ditemukan

kesalahan baik pada penulisan konsep atau definisi maupun penyajian

yang dapat menyebabkan kesalahpahaman pembaca (siswa).

Gambar 4.36 Tampilan buku C hal. 135

Selanjutnya adalah indikator keakuratan prinsip. Skor hasil

analisis untuk indikator keakuratan prinsip adalah empat (4).

Perolehan skor 4 itu berdasarkan alasan bahwa, pada bab aljabar dalam

buku C ini, semua prinsip (teorema, aksioma, dalil, sifat, aturan,

maupun hukum) telah disajikan secara akurat sehingga tidak

menimbulkan multi tafsir bagi siswa.


49

Hal ini terlihat dari gambar 4.36, bahwa penyajian sifat-sifat

dalam operasi aljabar telah sesuai dan sangat jelas, serta telah disajikan

secara lengkap terkait dengan syarat berlakunya sifat tersebut.

Gambar 4.37 Tampilan buku C hal. 153

Untuk indikator keakuratan prosedur diberi skor empat (4). Hal ini

dikarenakan semua prosedur sudah disajikan secara berurutan dan

sistematis, sehingga penyajiaannya sudah terstruktur dengan jelas

mulai dari proses pematematikaan yang paling mendasar, penyelesaian

masalah, hingga perhitungan aljabar.

Pada gambar 4.37, terdapat contoh proses pematematikaan dalam

menurunkan rumus kuadrat suku dua, dengan menerapkan langkah-


50

langkah yang tepat dengan melibatkan sifat-sifat sehingga

memperoleh sebuah rumus.

Gambar 4.38 Tampilan buku C hal. 137

Demikian pula dengan indikator keakuratan contoh. Skor untuk

indikator keakuratan contoh adalah empat (4), skor ini diberikan

karena pada setiap contoh telah dituliskan secara akurat sesuai dengan

materi aljabar yang sedang dibahas, serta contoh pengerjaan soal yang

disajikan juga menggunakan konsep-konsep yang sesuai dengan

materi tersebut.

Sebagai contoh pada gambar 4.38 terlihat materi perpangkatan

bentuk aljabar serta terdapat contoh soal yang juga tentang bagaimana

untuk menyelesaikan bentuk perpangkatan aljabar.


51

Kemudian untuk indikator terakhir, yaitu keakuratan soal,

indikator keakuratan soal diberikan skor empat (4) yang diperoleh dari

fakta bahwa pada setiap latihan soal pada bab aljabar dalam buku ini

sudah sesuai dengan materi yang bersangkutan, misalnya ketika materi

faktorisasi aljabar maka soal yang diberikan adalah tentang bagaimana

cara memfaktorkan bentuk aljabar, dan begitu pula seterusnya tetap

konsisten hingga latihan terakhir pada akhir bab aljabar.

Gambar 4.39 Tampilan buku C hal. 161

Selain itu, pada gambar 4.39 telah menunjukkan bahwa buku ini

dalam penyajiannya sudah terdapat soal yang tingkat kesulitannya

bervariasi mulai dari soal sederhana hingga soal yang bersifat

menantang dan membutuhkan analisa (problem solving).

2) Komponen Kelayakan Penyajian


52

Penilaian komponen kelayakan penyajian terbagi atas dua sub

komponen, yaitu sub komponen teknik penyajian dan sub komponen

penyajian pembelajaran yang masing-masing memiliki indikator

tersendiri sebagai tolok ukur kelayakan. Indikator untuk menilai sub

komponen teknik penyajian terdiri atas tiga indikator, yaitu konsistensi

sistematika sajian dalam bab, kelogisan penyajian, dan keruntutan

penyajian. Indikator untuk memilai sub komponen penyajian

pembelajaran terdiri atas empat indikator, yaitu keterlibatan aktif

peserta didik, komunikasi interaktif, pendekatan saintifik/ilmiah, dan

variasi dalam penyajian.

Gambar 4.40 Tampilan buku C hal. 129

Hasil analisis sub komponen teknik penyajian, indikator pertama

yaitu konsistensi sistematika sajian dalam bab memperoleh skor empat

(4) dengan alasan penyajian pada bab aljabar telah taat asas yang
53

dimulai dengan pendahuluan berupa kata pengantar dan pengenalan

konsep, kemudian berisi materi dan contoh soal, dan ditutup pada akhir

bab berupa soal refleksi keseluruhan materi pada bab aljabar tersebut.

Dalam hal kelogisan penyajian, indikator kelogisan penyajian

juga memperoleh skor empat (4) dikarenakan pada setiap materi pada

bab aljabar lebih banyak disajikan menggunakan alur berpikir induktif

(dari khusus ke umum) daripada alur berpikir deduktif (dari umum ke

khusus).

Gambar 4.41 Tampilan buku C hal.

Merujuk pada gambar 4.41, penyajian materi pada bab aljabar

dalam buku ini diawali dari hal-hal khusus yang kemudian menuntun
54

untuk menemukan teorema maupun hukum yang dapat berlaku secara

umum terhadap bentuk-bentuk aljabar serupa.

Gambar 4.42 Tampilan buku C hal.

Keruntutan penyajian, yang merupakan indikator berikutnya

memperoleh skor tiga (3) karena penyajian materi telah runtut dari

materi sederhana ke materi yang sukar, dan dari hal-hal yang sudah

dikenal ke hal-hal yang belum dikenal.

Tetapi, tergambar pada gambar 4.42 bahwa dalam penyajiannya,

materi yang disajikan tidak menggambarkan bagaimana konsep

aljabar secara konkret, melainkan langsung disajikan dalam bentuk

konsep secara teoritis saja.

Hasil analisis pada sub komponen penyajian pembelajaran, terkait

indikator pertama yaitu keterlibatan aktif peserta didik memperoleh

skor tiga (3).

Gambar 4.43 Tampilan buku C hal.


55

Perolehan skor ini berdasarkan fakta sebagaimana tergambar

pada gambar 4.43, bahwa penyajian materi dalam buku C ini, pada bab

aljabar sudah menunjukan perlunya interaksi dan partisipasi aktif

siswa dalam memahami materi tersebut hal ini ditunjukan dengan

kalimat-kalimat yang bersifat mengajak untuk mengingat kembali,

maupun kalimat-kalimat yang mengajak untuk mecoba, selain itu juga

penyajian materi telah menggunakan kalimat-kalimat yang

menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran.

Gambar 4.44 Tampilan buku C hal.

Indikator berikutnya yaitu komunikasi interaktif memperoleh

skor empat (4) dikarenakan pada bab aljabar, penyajian materi sangat

bersifat dialogis, hal ini terlihat pada pemaparan materi yang

didalamnya termuat kalimat tanya seakan penulis berharap respons

komunikasi dua arah dapat terjalin. Sebagaimana terlihat pada gambar

4.44 terdapat kalimat tanya “masih ingatkan kalian dengan sifat-sifat

penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat?”. Kalimat tanya

ini bertujuan agar peserta didik seolah-olah berkomunikasi langsung

dengan penulis.
56

Selanjutnya adalah indikator pendekatan saintifik. Skor hasil

analisis indikator pendekatan saintifik adalah empat (4). Perolehan

skor 4 ini berdasarkan alasan, bahwa pada bab aljabar dalam buku

terbitan tiga serangkai ini penyajian materi telah menggunakan

pendekatan saintifik dengan sangat baik.

Hal ini terlihat dari gambar 4.31, dimana pada buku ini langkah-

langkah ilmiah/saintifik telah sangat baik, walaupun tidak dituliskan

secara jelas mana kegiatan mengamati, menanya, mencoba,

mengeksplorasi, hingga mengkomunikasikan, akan tetapi dengan cara

disisipkan pada setiap materinya.

Untuk indikator terakhir yaitu variasi penyajian memperoleh skor

empat (4) dengan alasan penyajian materi pada bab aljabar telah

bernuansa kreativitas, hal ini dapat dilihat dari beberapa gambar

tampilan buku C yang telah disajikan sebelumnya.

Penyajiannya menarik dengan beragam warna pada bagian-

bagian yang dianggap penting, serta warna yang diberikan tidak

berlebihan sehingga tidak membosankan dan dapat menarik minat

serta motivasi peserta didik dalam mempelajari materi tersebut.

3) Komponen Kelayakan Kebahasaan

Penilaian komponen kelayakan kebahasaan terbagi atas enam sub

komponen, yaitu sub komponen kesesuaian dengan perkembangan

peserta didik, keterbacaan, kemampuan motivasi, kelugasan,


57

kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesa, dan ketepatan

penggunaan simbol/lambang/istilah.

Sub komponen tersebut memiliki indikator tersendiri sebagai

tolok ukur kelayakan. Indikator untuk menilai sub komponen

kesesuaian dengan perkembangan peserta didik terdiri kesesuaian

dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan

tingkat perkembangan sosial-emosional peserta didik. Indikator untuk

menilai kelayakan sub komponen keterbacaan yaitu keterpahaman

peserta didik terhadap pesan yang disampaikan.

Indikator untuk menilai sub komponen kemampuan motivasi

terdiri atas kemampuan memotivasi dan kemampuan mendorong

berpikir kritis. Indikator untuk menilai kelayakan sub komponen

kelugasan terdiri atas ketepatan struktur kalimat dan kebakuan istilah.

Indikator untuk menilai kelayakan sub komponen kesesuaian dengan

kaidah Bahasa Indonesia yaitu ketapatan tata bahasa.

Indikator untuk menilai kelayakan sub komponen ketepatan

penggunaan istilah/lambang/simbol terdiri atas konsistensi

penggunaan istilah dan konsistensi penggunaan simbol/lambang.

Hasil analisis sub komponen kesesuaian dengan perkembangan

peserta didik, indikator pertama yaitu kesesuaian dengan tingkat

perkembangan berpikir peserta didik diberikan skor dua (2) karena

bahasa yang digunakan baik untuk menjelaskan konsep maupun


58

ilustrasi aplikasi konsep belum menggambarkan sesuatu yang konkret,

dekat dan mudah dijumpai peserta didik, hal ini tergambar pada

gambar 4.33. Akan tetapi, pada penyajian materinya sudah tedapat

contoh yang abstrak namun tetap secara imajinatif dapat dibayangkan

oleh peserta didik.

Kemudian untuk indikator yang kedua, yaitu kesesuaian dengan

tingkat perkembangan sosial-emosional peserta didik diberikan skor

tiga (3), dikarenakan bahasa yang digunakan telah sesuai dengan

kematangan sosial-emosional peserta didik tingkat Sekolah Menengah

Pertama, dimana pada bab ini disajikan bahasa yang tidak sederhana

namun tidak terlalu kompleks pula.

Tetapi sebagaimana terlihat pula pada gambar 4.33, buku ini

belum dapat menggambarkan konsep-konsep mulai dari lingkungan

terdekat (lokal) hingga lingkungan yang lebih luas (global).

Gambar 4.45 Tampilan buku C hal. 139


59

Terkait dengan keterbacaan, hasil analisis sub komponen

keterbacaan dengan indikator keterpahaman peserta didik terhadap

pesan memperoleh skor tiga (3) dengan alasan masih terdapat beberapa

kalimat yang tidak efektif dan cenderung berputar-putar terhadap hal

yang sama sebagaimana terlihat pada gambar 4.45, yang berakhibat

materi tersebut terkesan rumit. Namun materi telah disajikan

menggunakan bahasa yang menarik, sehingga tetap dapat dipahami

oleh peserta didik.

Gambar 4.46 Tampilan buku C hal. 157

Hasil analisis pada sub komponen kemampuan motivasi,

indikator kemampuan memotivasi diberikan skor empat (4) dengan

alasan bahasa yang digunakan telah mampu menumbuhkan rasa

senang ketika peserta didik membaca bab aljabar.


60

Sebagaimana terlihat pada gambar 4.46, terdapat alasan mengapa

peserta didik harus mempelajari dan memahami keseluruhan materi,

pada gambar 4.46 disebutkan bahwa beberapa materi harus terlebih

dahulu dikuasai, agar dapat mempelajari materi berikutnya, atau biasa

dikenal sebagai materi prasyarat. Sehingga dengan penyajian bahasa

yang sedemikian, dapat mendorong mereka agar mempelajari bab

tersebut secara tuntas.

Gambar 4.47 Tampilan buku C hal. 152

Selanjutnya untuk indikator kedua, yaitu kemampuan mendorong

siswa berpikir kritis memperoleh skor empat (4) dengan alasan pada

penyajian materi, sebagaimana tampak pada gambar 4.47, terdapat

sebuah kolom khusus yang bernama ruang diskusi, dimana

didalamnya memuat tema yang diangkat yaitu mengenai “rasa ingin

tahu” yang mendorong siswa untuk berpikir kritis.

Hasil analisis sub komponen kelugasan, indikator ketepatan

struktur kalimat memperoleh skor empat (4) karena kalimat yang

digunakan sudah mewakili isi pesan yang disampaikan dan mengikuti


61

tata kalimat yang benar sesuai kaidah Bahasa Indonesia, yaitu pada

setiap kalimat telah terdapat subjek dan predikat. Selanjutnya adalah

indikator kebakuan istilah. Skor hasil analisis untuk indikator

kebakuan istilah juga memperoleh skor empat (4).

Perolehan skor 4 ini dikarenakan pada setiap istilah yang

digunakan dalam bab aljabar sudah sesuai dengan ejaan yang

disempurnakan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia, serta

setiap penggunaan istilah matematika juga telah sesuai dengan

kesepakatan internasional.

Hasil analisis sub komponen kesesuaian dengan Kaidah Bahasa

Indonesia, dengan indikator ketepatan tata bahasa memperoleh skor

empat (4) dengan alasan bahwa tata kalimat yang digunakan untuk

menyampaikan materi dan ejaan sudah sesuai dengan kaidah tata

Bahasa Indonesia, kalimat yang disampaikan juga lugas langsung

kepada inti atau pokok pembahasan.

Hasil analisis sub komponen terakhir, yaitu ketepatan

penggunaan istilah/simbol/lambang dengan indikator pertama adalah

konsistensi penggunaan istilah yang memperoleh skor empat (4)

karena penggunaan istilah yang mengambarkan suatu konsep, prinsip,

asas, dan sejenisnya pada bab aljabar telah konsisten dari awal hingga

akhir bab. Berikutnya yaitu konsistensi penggunaan simbol/lambang,

indikator ini diberikan skor empat (4) atas dasar bahwa pada bab
62

aljabar seluruh simbol atau lambang telah sama dan konsisten mulai

dari awal hingga akhir bab, sehingga konsep, prinsip, asas, dan lain

sebagainya dapat tergambar dengan jelas.

3. Keabsahan Data

Triangulasi dilakukan untuk membuktikan data yang ditemukan

sesuai dengan keadaan sebenarnya. Triangulasi sumber dilakukan dengan

meminta kesediaan tiga orang guru kelas VII, yang mengajar pada tiga

sekolah berbeda untuk turut menilai kelayakan sebuah buku teks.

Masing-masing guru menilai kelayakan untuk satu jenis buku teks

matematika. Untuk buku A, dinilai oleh bapak Rs yang merupakan guru

matematika kelas VII di SMP N 3 Tenggarong, Kesesuaian hasil analisis

oleh bapak Rs yaitu sebesar 88,46% dengan kriteria “Sangat Sesuai”.

Kemudian untuk buku B, dinilai oleh ibu Nw yang merupakan guru

matematika kelas VII di SMP N 6 Samarinda, kesesuaian hasil analisis

oleh ibu Nw sebesar 90,38% dengan kriteria “Sangat Sesuai” dan untuk

buku C dinilai oleh bapak Sk yang merupakan guru matematika kelas VII

di SMP N 1 Tenggarong. Hasil kesesuaian analisis oleh bapak Sky aitu

sebesar 87,5% dengan kriteria “Sangat Sesuai”. Dimana dari ketiga

analisis guru tersebut memperoleh hasil sesuai dengan analisa yang

dilakukan oleh peneliti (hasil penilaian oleh sumber, terlampir pada

lampiran 6).
63

B. Pembahasan

Pada penelitian kali ini, pembahasan pada buku A, B, dan C akan

berfokus terhadap indikator-indikator yang terdapat pada berbagai sub

komponen yang memperoleh skor tidak maksimal. Hal ini bertujuan untuk

membahas secara rinci mengapa pada indikator tersebut tidak memperoleh skor

yang maksimal, serta bagaimana seharusnya agar indikator tersebut dapat

memperoleh skor maksimal yang dikaji secara teoritis.

Pembahasan akan dimulai secara terurut, mulai dari indikator pada buku

A, kemudian dilanjutkan dengan indikator pada buku B, dan diakhiri dengan

pembahasan indikator pada buku C yang belum memperoleh skor sempurna

atau maksimal.

1. Buku A

Untuk buku A, pada sub komponen cakupan materi terdapat indikator

kelengkapan materi yang memperoleh skor tidak maksimal. Indikator

kelengkapan materi ini memperoleh skor tiga (3) dikarenakan penerapan

metode saintifik yang belum sempurna.

Hal ini sejalan dengan pendapat menurut Andi Prastowo (2014) yang

menyatakan kelengkapan materi harus mampu untuk meningkatkan kompetensi

siswa, pengorganisasian materi mengikuti sistematika keilmuan, materi

mengembangkan keterampilan dan kemampuan berpikir, materi merangsang

siswa untuk melakukan inquiry dan penggunaan notasi, simbol, dan satuan.
64

Sebagaimana menurut Andi Prastowo (2014) diatas, komponen

kelengkapan materi salah satunya harus mampu mendorong siswa untuk

melakukan inquiry atau secara bahasa dapat diartikan sebagai pengecekan,

penyelidikan, ataupun pertanyaan.

Kemudian, menurut Hosnan (2014) pembelajaran dengan pendekatan

saintifik dirancang agar peserta didik salah satunya aktif dalam mengajukan

pertanyaan dan mengkomunikasikan gagasan. Sedangkan pada buku A ini

pelaksanaan saintifik, terutama dalam tahapan menanya dan

mengkomunikasikan belum tersaji secara sempurna, hal ini ditunjukkan dengan

belum adanya pada buku teks matematika, yang berisi perintah ataupun

petunjuk bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan

hasil pemikirannya baik secara lisan maupun tertulis.

Selanjutnya untuk sub komponen penyajian pembelajaran, terdapat

empat indikator yang keseluruhannya tidak memperoleh skor maksimal, yaitu

keterlibatan aktif peserta didik, komunikasi interaktif, pendekatan

ilmiah/saintifik, dan variasi dalam penyajian.

Untuk indikator pertama yaitu keterlibatan aktif peserta didik, buku A

ini memperoleh skor dua (2). Hal ini sebagaimana pendapat Sudjana (2010)

bahwa keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran

mengindentifikasikan kebutuhan belajar, permasalahan dan prioritas masalah,

sumber-sumber atau potensi yang tersedia, dan kemungkinan hambatan dalam

pembelajaran.
65

Menurut pendapat tersebut, sebuah buku teks haruslah mampu

melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, baik itu berupa

partisipasi untuk mengindentifikasi kebutuhan pembelajaran, permasalahan

pembelajaran, potensi pada dirinya, hingga kemungkinan hambatan yang akan

timbul dalam pembelajaran. Sedangkan pada buku A ini, penyajian pada bab

aljabar belum melihatkan ataupun menunjukkan perlunya interaksi aktif peserta

didik dalam pembelajaran.

Untuk indikator berikutnya, komunikasi interaktif, pada buku A

memperoleh skor dua (2). Hal ini dikarenakan dalam sajian materi, pada bab

aljabar dalam buku ini kurang bersifat dialogis.

Menurut Mahmud (2011) buku teks merupakan suatu sumber ajar yang

memiliki fungsi sebagai alat komunikasi antara guru dan siswa agar materi

pelajaran yang disampaikan dapat tersampaikan dengan baik.

Sebagaimana menurut pendapat diatas, buku teks yang merupakan salah

satu sumber belajar harus mampu membuat komunikasi dua arah antara guru

dan siswa dapat terjalin dengan baik. Dalam buku ini, khususnya pada bab

aljabar penyajian materi kurang disajikan secara komunikatif, hanya beberapa

bagian yang menggunakan kalimat-kalimat bersifat dialogis ataupun bersifat

ajakan. Misalnya seperti penggunaan kata “kita” yang menggambarkan seolah-

olah untuk mempelajari materi tersebut dilakukan secara bersama-sama tidak

satu pihak saja.


66

Kemudian untuk indikator ketiga, yaitu pendekatan saintifik

memperoleh skor tiga (3). Hal ini serupa sebagaimana pemaparan pada

indikator kelengkapan materi, yang juga dimana didalamnya terdapat

pendekatan saintifik.

Selanjutnya indikator keempat yaitu variasi dalam penyajian, buku A

ini memperoleh skor yang belum maksimal yaitu dua (2), dikarenakan

penyajian yang cenderung monoton.

Menurut Muslich (2010: 129), materi yang terdapat didalam buku

seharunya disajikan dengan berbagai metode agar tidak membosankan,

misalnya deduktif (umum ke khusus), induktif (khusus ke umum). Hal ini juga

didukung dengan pendapat Sitepu (2015: 151) yang menyatakan bahwa

ilustrasi dalam buku teks juga memiliki peranan untuk menimbulkan minat dan

motivasi siswa yang membaca, menarik dan mengarahkan perhatian siswa,

ilustrasi membantu siswa dalam memahami konsep yang sulit dijelaskan

dengan kata-kata, dengan adanya ilustrasi siswa yang lamban dalam membaca

dapat terbantu dan membantu mengingat lebih lama.

Sedangkan dalam buku A ini, penyajian materi pada bab aljabar kurang

bernuansa kreativitas, penyajiannya cenderung monoton sehingga berpotensi

menimbulkan kebosanan bagi peserta didik.

Selanjutnya untuk subkomponen yang memiliki perolehan skor pada

indikatornya tidak maksimal, yaitu sub komponen kemampuan motivasi. Sub

komponen ini terdiri dari indikator kemampuan memotivasi dan kemampuan


67

mendorong berpikir kritis. Indikator pertama yaitu kemampuan memotivasi

memperoleh skor dua (2), dan untuk indikator kemampuan mendorong berpikir

kritis memperoleh skor (3).

Sebagaimana menurut Greene dan Petty (dalam Tarigan, 2015: 32)

terdapat sepuluh cara penilaian buku teks. Apabila buku teks dapat memenuhi

10 persyaratan yang diajukan, dapat dikatakan sebagai buku teks yang

berkualitas. Dari sepuluh poin yang disusun, poin ke dua menyebutkan bahwa

sebuah buku teks harus mampu memberi motivasi kepada para siswa yang

memakainya, dan poin ke enam menyebutkan bahwa buku teks haruslah dapat

menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi para siswa yang

mempergunakannya.

Berdasarkan pendapat diatas, fakta bahwa dalam buku ini pemaparan

materi belum mampu menumbuhkan rasa senang yang mampu mendorong dan

memotivasi siswa agar mempelajari buku teks secara tuntas. Kemudian, buku

ini juga hanya mampu merangsang aktivitas pribadi siswa dalam ranah kognitif

pada beberapa bagian saja, belum secara keseluruhan. Untuk itu dalam aspek

sub komponen ini, skor yang diperoleh oleh buku teks ini belum maksimal.

2. Buku B

Pada buku B, sub komponen pertama yang memiliki indikator dengan

skor yang tidak sempurna adalah penyajian pembelajaran. Dalam sub

komponen ini terdapat indikator yang memperoleh skor tidak maksimal yaitu

indikator keterlibatan aktif peserta didik.


68

Untuk indikator keterlibatan aktif peserta didik memperoleh skor dua

(2) hal ini dikarenakan pada penyajian materi belum ada yang menunjukan

perlunya interaksi aktif peserta didik. Menurut Sudjana (2010) keterlibatan

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran mengindentifikasikan kebutuhan

belajar, permasalahan dan prioritas masalah, sumber-sumber atau potensi

yang tersedia, dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran.

Sebagaimana pendapat diatas, sebuah buku teks haruslah mampu

melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, dengan cara sebuah

buku teks harus mampu mengindentifikasi kebutuhan, permasalahan, potensi,

dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran. Sedangkan pada buku B ini,

penyajian pada bab aljabar belum melihatkan ataupun menunjukkan perlunya

interaksi aktif peserta didik dalam pembelajaran.

Sub komponen selanjutnya, yaitu kemampuan motivasi memiliki

indikator yang tidak memperoleh skor maksimal, yaitu indikator kemampuan

mendorong berpikir kritis yang memperoleh skor dua (2).

Sebagaimana menurut Greene dan Petty (dalam Tarigan, 2015: 32)

terdapat sepuluh cara penilaian buku teks. Apabila buku teks dapat memenuhi

10 persyaratan yang diajukan, dapat dikatakan sebagai buku teks yang

berkualitas, yaitu dari sempuluh poin yang disusun, poin ke enam menyebutkan

bahwa sebuah buku teks haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-

aktivitas pribadi para siswa yang mempergunakannya.


69

Sedangkan dalam buku B ini, belum mampu mendorong dan

merangsang aktivitas kognitif siswa untuk berpikir kritis. Hal ini ditunjukkan

dalam penyajian materi terutama pada bagian contoh pengerjaan soal.

Penyajian langkah-langkah pada buku ini terlalu rinci, sehingga untuk

memahami materi tersebut siswa hanya perlu melihat langkah tersebut satu

demi satu dan tidak perlu berpikir bagaimana proses yang digunakan dalam

pengerjaannya.

3. Buku C

Pada buku C, sub komponen cakupan materi memiliki satu indikator

yang memperoleh skor tidak sempurna, yaitu indikator kedalam materi yang

memperoleh skor dua (2).

Hal ini sebagaimana deskripsi kedalaman materi menurut BNSP

(Purwono, 2013), dimana dalam suatu buku teks, materi yang disajikan harus

terdiri dari pengenalan konsep, definisi, prosedur, tampilan output, contoh,

kasus, latihan, sampai dengan interaksi antar konsep.

Faktanya, dalam buku C ini walaupun penyajian materi telah

mencakup beberapa objek langsung yaitu konsep, prinsip, dan skill, serta

objek tidak langsung berupa pemecahan masalah, akan tetapi pada buku ini

tidak menyajikan pengetahuan faktual, sehingga ada salah satu objek langsung

yaitu berupa fakta, tidak terdapat pada buku ini. Dalam buku ini, pengertian,

konsep, dan definisi mengenai aljabar hanya dijabarkan secara teoritis, dan
70

tidak tampak adanya contoh konkret yang menggambarkan bagaimana konsep

aljabar itu.

Sub komponen berikutnya yaitu teknik penyajian, terdapat indikator

keruntutan penyajian yang memperoleh skor tidak maksimal, yaitu dua (2).

Menurut Desi Susanti (2011: 17) dalam buku teks, penyajian konsep,

materi, dan alur berpikir harus tertata,. mulai dari yang mudah ke sukar, dari

yang konkret ke abstrak dan dari yang sederhana ke kompleks, dari yang

dikenal sampai yang belum dikenal. Materi bagian sebelumnya (prasyarat)

bisa membantu pemahaman materi pada bagian selanjutnya.

Sedangkan dalam buku C ini, walaupun penyajian materi telah runtut

dari materi sederhana ke materi yang sukar, dan dari hal-hal yang sudah

dikenal ke hal-hal yang belum dikenal. Tetapi bahwa dalam penyajiannya,

beberapa materi yang disajikan tidak menggambarkan bagaimana konsep

aljabar secara konkret, melainkan langsung disajikan dalam bentuk konsep

secara teoritis saja, hal ini yang menyebabkan peroleh skor pada indikator

keruntutan penyajian ini belum sempurna.

Indikator berikutnya yang memperoleh skor tiga (3) adalah

keterlibatan aktif peserta didik, yang termasuk dalam sub komponen

penyajian pembelajaran. Menurut Sudjana (2010) keterlibatan peserta didik

dalam kegiatan pembelajaran mengindentifikasikan kebutuhan belajar,

permasalahan dan prioritas masalah, sumber-sumber atau potensi yang

tersedia, dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran.


71

Sebagaimana pendapat diatas, sebuah buku teks haruslah mampu

melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, dengan cara sebuah

buku teks harus mampu mengindentifikasi kebutuhan, permasalahan, potensi,

dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran. Sedangkan pada buku B ini,

penyajian pada bab aljabar belum melihatkan ataupun menunjukkan perlunya

interaksi aktif peserta didik dalam pembelajaran.

Sub komponen selanjutnya adalah kesesuaian dengan perkembangan

peserta didik. Dalam sub komponen ini, terdapat dua indikator yang tidak

memperoleh skor maksimum, yaitu kesesuaian dengan tingkat perkembangan

berpikir peserta didik yang memperoleh skor dua (2) dan indikator kesesuaian

dengan tingkat perkembangan sosial-emosional peserta didik yang

memperoleh skor tiga (3).

Untuk indikator pertama, yaitu kesesuaian dengan tingkat

perkembangan berpikir peserta didik. Menurut Purwanto (2013: 47) cara

berpikir peserta didik pada tiap tingkatan akan berbeda-beda, ada beberapa

cara berpikirnya antara lain berpikir induktif, deduktif, dan analogis.

Pada buku teks yang baik, penyajian materinya harus menyesuaikan

dengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik, pada kasus kali ini buku

teks pada tingkatan peserta didik sekolah menengah pertama pada materi

aljabar. Menurut deskripsi oleh BNSP, penyajian materinya harus lebih

banyak menggunakan alur berpikir induktif yaitu dari khusus ke umum,

dibanding deduktif yaitu dari umum ke khusus.


72

Kemudian terkait analogis, menurut Purwanto (2013: 47) penyajian

materi pada buku teks haruslah dimulai dengan menyamakan atau

memperbandingkan fenomena yang biasa atau pernah dialamai. Hal ini, dalam

artian bahwa dalam penyajian materi, haruslah berangkat dari hal-hal yang

bersifat faktual, yang dekat dengan peserta didik.

Sedangkan pada buku C ini, penyajian materi belum menampilkan

ilustrasi nyata dari konsep yang disajikan, dan juga pada buku ini belum

menggambarkan sesuatu yang konkret, dekat, dan mudah dijumpai peserta

didik. Pada buku ini, konsep dari aljabar disajikan secara langsung berupa

teori, tanpa memberikan ilustrasi secara faktual terlebih dahulu kepada peserta

didik.

Kemudian, untuk indikator kesesuaian dengan tingkat perkembangan

sosial-emosional peserta didik yang memperoleh skor tiga (3) dikarenakan

penyajiannya belum dapat menggambarkan konsep-konsep mulai dari

lingkungan terdekat (lokal) hingga lingkungan yang lebih luas (global).

Usia pada siswa sekolah menengah pertama masuk kedalam kategori

remaja, sebagaimana menurut Affandi, dkk. (2013: 22) perkembangan sosial-

emosional remaja adalah awal dari pubertas, dimana pada fase ini mereka

mulai berpikir tentang sekitar atau sekelilingnya (sosial) dan mengekspresikan

emosinya baik dalam tingkat laku atau tidak.

Sebagaimana pendapat tersebut, penyajian pada buku C ini, haruslah

sesuai dengan perkembangan sosial-emosional peserta didik pada tahapan


73

remaja, hal ini dapat ditunjukkan dengan penggunaan bahasa yang tidak

terlalu sederhana tetapi juga tidak terlalu kompleks. Akan tetapi, walaupun

telah menggunakan bahasa yang sesuai dalam penyajiannya, buku ini masih

belum mampu menggambarkan konsep aljabar mulai dari lingkungan terdekat

(lokal) yang mudah dijumpai peserta didik, dan juga lingkungan yang lebih

luas (global).

Untuk sub komponen selanjutnya, yaitu keterbacaan, pada indikator

keterpahaman peserta didik terhadap pesan memperoleh skor tiga (2),

perolehan skor ini akibat penggunaan kalimat yang belum efektif.

Keterbacaan yang dimaksud dalam penulisan buku teks menurut

Sitepu (2015: 120) adalah sejauh mana peserta didik dapat mudah membaca

dan memahami isi teks dalam bahan pembelajaran yang disampaikan dengan

bahasa tulisan. Sebagaimana menurut pendapat tersebut, sebuah buku teks

terutama yang digunakan dalam pembelajaran, harus dapat dengan mudah

untuk dibaca dan dipahami terkait materi yang disajikan.

Sedangkan dalam buku C ini, penyajian materi pada bab aljabar masih

terdapat beberapa kalimat yang tidak efektif dan cenderung berputar-putar,

yang berakibat materi yang disajikan terkesan menjadi rumit.

C. Verifikasi Data

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang telah peneliti paparkan

di atas, diketahui bahwa dari ketiga buku teks matematika yang dianalisa pada
74

bab aljabar, semuanya memperoleh kriteria kesesuaian “Sangat Sesuai”

terhadap kurikulum 2013. Adapun buku teks matematika kelas VII semester 1

terbitan Kemendikbud memperoleh persentase kesesuaian 96,15% dengan

kriteria sangat sesuai, kemudian buku teks matematika kelas VII semester 1

terbitan Tiga Serangkai memperoleh persentase kesesuaian 92,30% dengan

kriteria sangat sesuai, dan yang terakhir buku teks matematika kelas VII

semester 1 terbitan Erlangga memperoleh persentase kesesuian 89,42% dengan

kriteria sangat sesuai.


BAB V

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh

kesimpulan yaitu tingkat kesesuaian buku teks matematika kelas VII semester 1

terbitan Erlangga pada materi aljabar berdasarkan kurikulum 2013 mencapai

persentase 89,42% dengan kriteria kesesuaian “Sangat Sesuai”. Tingkat

kesesuaian buku teks matematika kelas VII semester 1 terbitan Kemendikbud

pada bab aljabar berdasarkan kurikulum 2013 mencapai persentase 94,23%

dengan kriteria kesesuaian “Sangat Sesuai”. Tingkat kesesuaian buku teks

matematika kelas VII semester 1 terbitan Tiga Serangkai pada materi aljabar

berdasarkan kurikulum 2013 mencapai persentase 92,30% dengan kriteria

kesesuaian “Sangat Sesuai”.

B. Saran

Saran yang dapat peneliti berikan terkait kesimpulan yang diperoleh,

yaitu :

Bagi siswa, agar dapat menggunakan buku teks matematika terbitan

Kemendikbud sebagai pedoman utama pembelajaran, dan buku teks matematika

terbitan Erlangga , Tiga Serangkai, serta terbitan lainnya dapat digunakan

sebagai pendamping pembelajaran.


105

Bagi guru, agar dapat mengombinasikan penggunaan buku teks

matematika terbitan Kemendikbud, Erlangga, Tiga Serangkai, serta terbitan

lainnya berdasarkan kelebihan dan kekurangan pada masing-masing buku, agar

memperoleh hasil pengajaran yang maksimal

Bagi sekolah, agar dapat merekomendasikan penggunaan buku teks

matematika terbitan Kemendikbud sebagai buku teks utama di sekolah, dan buku

terbitan Erlangga, Tiga Serangkai, serta terbitan lainnya sebagai buku penunjang

pembelajaran maupun pengajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M. (2013). Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.

Ansyari, M. (2017). Kurikulum : Hakikat, Pondasi, Desain, dan Pengembangan.


Yogyakarta: Prenada Media Group.

Awwaludin, P. &. (2017). Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa Indonesia.


Yogyakarta: Budi Utama.

Faridah. (2018). Analisis Isi Buku Teks Siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Kelas VII SMP/MTs Terbitan Kemendikbud Edisi Revisi 2016.
Skripsi. Salatiga: IAIN Salatiga

Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran


Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Komariah, S. &. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfa Beta.

Kuadrat, H. H. (2010). Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta:


Bumi Aksara.

Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Muclish, M. (2010). Text Book Writing. Jakarta: Ar-Ruzz Media.

Mudzakir, A. (2010). Penulisan Buku Teks Yang Berkualitas. Bandung: UPI.

Muhlisrarini, H. &. (2014). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nahel. (2012). Pengertian Model Pembelajaran Treffingger. Jurnal, 1.

Nugrahani, F. (2014). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan. Surakarta:


Univet Bantara.
88

Prastowo, A. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: Diva


Press.

Purwanto, N. (2013). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwono, U. (2013). Standar Penilaian Bahan Ajar. Jakarta: BNSP.

Sanjaya. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Prenada Media Group.

Shobirin, M. (2016). Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah


Dasar. Yogyakarta: Deepublish.

Sitepu, B. P. (2015). Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia : Konstatasi


Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.

Sudjana. (2010). Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfa Beta.

Susanti, D. (2011). Telaah Buku Bahasa Indonesia. Skripsi. Lampung: Universitas


Lampung.

Tarigan. (2015). Menulis Sebagai Keterampilan dalam Berbahasa. Bandung:


Angkasa.

Tresnangsih, S. (2013). Pembelajaran Matematika Dalam Implementasi


Kurikulum 2013. Tangerang: Universitas Terbuka.

Widodo. (1993). Tingkat Keterbacaan Teks : Suatu Evaluasi Terhadap Buku Teks
Ilmu Kimia Kelas 1 SMA. Disertasi. Jakarta: IKIP Jakarta
108

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Indikator Pembelajaran


3.5 Menjelaskan 1. Menjelaskan 3.5.1 Mengenal bentuk
bentuk aljabar koefisien,variabel,konst aljabar
dan melakukan anta, dan suku pada 3.5.2 Mengidentifikasi
operasi pada bentuk aljabar bentuk-bentuk
bentuk aljabar 2. Operasi hitung pada aljabar
(penjumlahan, bentuk aljabar 3.5.3 Menyelesaikan
pengurangan, 3. Penyederhanaan bentuk operasi
perkalian dan aljabar penjumlahan dan
pembagian pengurangan
bentuk aljabar
3.5.4 Menyelesaikan
operasi perkalian
dan pembagian
bentuk aljabar
3.5.5 Menyajikan
permasalahan
nyata dalam
bentuk aljabar
4.5 Menyelesaikan 4.5.1 Menyelesaikan
masalah yang bentuk aljabar
berkaitan dalam masalah
dengan bentuk nyata
aljabar dan 4.5.2 Menyelesaikan
operasi pada masalah
bentuk aljabar konstektual pada
operasi bentuk
aljabar
4.5.3 Menyelesaikan
masalah nyata
pada operasi
bentuk aljabar
109

Lampiran 2. Deskripsi Butir Instrumen Penilaian

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN PENILAIAN


BUKU TEKS MATEMATIKA SMP/ MTs KELAS VII SEMESTER I

1. Kelayakan Isi
Indikator Deskripsi

Sub Komponen : Cakupan Materi


a. Materi yang disajikan pada bab aljabar mencakup
semua materi yang sesuai dengan setiap
Kompetensi Dasar (KD) dalam Kompetensi Inti 3
(KI-3).
b. Pada bab aljabar harus terdapat pendekatan
saintifik dalam menyajikan materi yang bersifat
pengetahuan, artinya uraian (soal, kasus), latihan
atau contoh-contoh yang disajikan memotivasi
peserta didik untuk melakukan kegiatan
mengamati (mengamati fakta matematika),
menanya (membuat pertanyaan berdasarkan hasil
1. Kelengkapan Materi pengamatan, berfikir divergen), mengumpulkan
informasi (mencoba, mengaitkan teorema),
mengasosiasi (memperluas konsep, membuktikan)
dan mengomunikasikan (menyimpulkan dan
mengaitkan dengan konsep lain serta
menyampaikan kepada teman/guru baik secara
tertulis maupun lisan).
c. Materi yang disajikan tidak boleh bersifat memberi
tahu siswa, tetapi siswa sendiri mencari tahu
melalui aktivitas.
d. terdapat materi yang disajikan hanya dalam bentuk
simbolik, tidak harus menggunakan angka-angka.
a. Materi kelas VII semester 1 minimal
menjelaskan koefisien,variable,konstanta dan suku
pada bentuk aljabar, operasi hitung dan
2. Keluasan Materi penyederhanaan bentuk aljabar
b. Keluasan materi dalam batas yang wajar untuk
peserta didik. Sebagai contoh adanya penambahan
soal-soal non rutin atau penemuan kembali
teorema oleh siswa sendiri.
110

c. Pada bab aljabar memuat dimensi pengetahuan


faktual, konseptual, prosedural dan metakognisi
dan pemecahan masalah yang mendukung
3. Kedalaman Materi pencapaian KD pada KI-3.
d. Materi mencakup, objek langsung matematika
(fakta, konsep, prinsip, skill) dan objek tidak
langsung (pemecahan masalah).
Sub Komponen : Keakuratan Materi
Semua simbol yang dituliskan pada bab aljabar harus
1. Keakuratan
akurat, lambang-lambang tertentu harus sesuai dengan
fakta/lambang/simbol
kesepakatan secara internasional.
2. Keakuratan Konsep dan definisi yang disajikan pada bab aljabar harus
konsep/definisi akurat.
Setiap prinsip (Teorema, Aksioma, Dalil, Sifat, Aturan,
3. Keakuratan prinsip Hukum) yang disajikan dalam buku harus akurat.
Setiap Prosedur dan algoritma yang disajikan pada bab
4. Keakuratan prosedur aljabar harus akurat.
Contoh yang dituliskan pada bab aljabar harus akurat baik
5. Keakuratan Contoh dari sisi prosedur, kesesuaian dengan materi maupun
konsep-konsep yang digunakan dalam contoh tersebut.
Soal yang disajikan pada bab aljabar harus sesuai dengan
materi, tingkat kesulitannya bervariasi dan harus ada soal
6. Keakuratan Soal
yang bersifat menantang (problem). Semua soal yang
disajikan harus realistik dan akurat.
111

2. Kelayakan Penyajian
Indikator Deskripsi

Sub Komponen : Teknik Penyajian


1. Konsistensi Sistematika penyajian pada bab aljabar taat asas, memiliki
sistematika sajian pendahuluan, isi dan penutup
dalam bab
2. Kelogisan Penyajian Penyajian lebih banyak menggunakan alur berpikir induktif
(dari khusus ke umum) daripada deduktif (dari umum ke
khusus).
3. Keruntutan penyajian Penyajian materi dari yang mudah ke sukar, dari yang
konkret ke abstrak, dan dari yang sederhana ke yang
kompleks, dari hal-hal yang sudah dikenal ke hal-hal yang
belum dikenal.
Sub Komponen : Penyajian Pembelajaran
1. Keterlibatan aktif a. Penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif
peserta didik yang memotivasi peserta didik terlibat secara
mental dan emosional, sehingga menimbulkan
sikap kritis dan kreatif siswa.
b. Penyajian materi menempatkan peserta didik
sebagai subjek pembelajaran.
2. Komunikasi Interaktif Penyajian materi bersifat dialogis yang memungkinkan
peserta didik seolah-olah berkomunikasi dengan penulis
buku
3. Pendekatan Penyajian materi merangsang peserta didik untuk
Ilmiah/saintifik melakukan kegiatan yang bersifat ilmiah/saintifik meliputi
mengamati (mengamati fakta matematika), menanya
(membuat pertanyaan berdasarkan hasil pengamatan,
berfikir divergen), mengumpulkan informasi (mencoba,
mengaitkan teorema), mengasosiasi (memperluas konsep,
membuktikan) dan mengomunikasikan (menyimpulkan dan
mengaitkan dengan konsep lain serta menyampaikan
kepada teman/guru baik secara tertulis maupun lisan).
Untuk memenuhi hal tersebut maka, dalam buku terdapat
contoh kegiatan merencanakan dan menyelesaikan suatu
proyek atau memecahkan masalah atau menemukan
kembali teorema, dan sebagainya.
112

4. Variasi dalam Penyajian sarat dengan nuansa kreativitas sehingga tidak


penyajian membosankan siswa. Terdapat materi/masalah yang jika
asumsinya dirubah maka penyelesaiannyapun berubah
(penyelesaian masalah diserahkan kepada siswa).

3. Kelayakan Kebahasaan

Indikator Deskripsi
Sub Komponen : Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik
1. Kesesuaian dengan Bahasa yang digunakan, baik untuk menjelaskan konsep
tingkat maupun ilustrasi aplikasi konsep, menggambarkan contoh
perkembangan konkret (yang dapat dijumpai oleh peserta didik) sampai
berpikir peserta dengan contoh abstrak (yang secara imajinatif dapat
didik dibayangkan peserta didik)
2. Kesesuaian dengan Bahasa yang digunakan sesuai dengan kematangan sosial
tingkat emosional peserta didik dengan ilustrasi yang
perkembangan menggambarkan konsep-konsep mulai dari lingkungan
sosial-emosional terdekat (lokal) sampai dengan lingkungan global.
peserta didik
Sub Komponen : Keterbacaan
Pesan (materi ajar) disajikan dengan bahasa yang menarik,
1. Keterpahaman
mudah dipahami, dan tidak menimbulkan multi tafsirPesan
peserta didik
(materi ajar) disajikan dengan bahasa yang menarik, mudah
terhadap pesan
dipahami, dan tidak menimbulkan multi tafsir
Sub Komponen : Kemampuan Motivasi
1. Kemampuan Bahasa yang digunakan menumbuhkan rasa senang ketika
memotivasi peserta didik membacanya dan mendorong mereka untuk
mempelajari buku tersebut secara tuntas
2. Kemampuan Penyajian materi bersifat mendorong peserta didik untuk
mendorong berpikir senantiasa berpikir kritis mengenai uraian, latihan, dan
kritis contoh yang diberikan

Sub Komponen : Kelugasan

1. Ketepatan struktur Kalimat yang dipakai mewakili isi pesan yang disampaikan
kalimat dan mengikuti tata kalimat yang benar dalam Bahasa
Indonesia
2. Kebakuan istilah Istilah yang digunakan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan/atau istilah matematika yang telah disepakati

Sub Komponen : Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia


113

1. Ketepatan tata Tata kalimat yang digunakan untuk menyampaikan pesan


bahasa dan ejaan mengacu pada kaidah tatabahasa Indonesia

Sub Komponen : Ketepatan Penggunaan istilah/simbol/lambang


1. Konsistensi Penggunaan istilah yang menggambarkan suatu konsep,
penggunaan istilah prinsip, asas, atau sejenisnya harus konsisten antarbagian
2. Konsistensi dalam buku
penggunaan Penggunaan simbol/lambang yang menggambarkan suatu
simbol/lambang konsep, prinsip, asas, atau sejenisnya harus konsisten.
114

Lampiran 3. Instrumen Penilaian

INSTRUMEN PENILAIAN
BUKU TEKS MATEMATIKA SMP/ MTs KELAS VII SEMESTER I

Penerbit Buku :……………………………………….


Panduan Nilai :
Kurang Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Sangat Sesuai
1 2 3 4

1. Kelayakan Isi
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Isi
Sub Komponen Indikator Nilai Alasan Penilaian

1. Kelengkapan Materi

2. Keluasan Materi
Cakupan Materi

3. Kedalaman Materi

1. Keakuratan
fakta/lambang/simbol
2. Keakuratan
konsep/definisi
3. Keakuratan prinsip

Keakuratan Materi
4. Keakuratan prosedur

5. Keakuratan Contoh

6. Keakuratan Soal
115

2. Kelayakan Penyajian
Komponen buku teks yang dinilai : Penyajian
Sub Komponen Indikator Nilai Alasan Penilaian
1. Konsistensi
sistematika sajian
dalam bab
2. Kelogisan Penyajian
Teknik Penyajian

3. Keruntutan penyajian

1. Keterlibatan aktif
peserta didik
2. Komunikasi Interaktif

Penyajian Pembelajaran
3. Pendekatan
Ilmiah/saintifik
4. Variasi dalam
penyajian

3. Kelayakan Kebahasaan

Komponen buku teks yang dinilai : Kebahasaan

Sub Komponen Indikator Nilai Alasan Penilaian


1. Kesesuaian dengan
tingkat perkembangan
Kesesuaian Dengan berpikir peserta didik
Perkembangan Peserta 2. Kesesuaian dengan
Didik tingkat perkembangan
sosial-emosional
peserta didik
1. Keterpahaman peserta
Keterbacaan didik terhadap pesan
1. Kemampuan
memotivasi
Kemampuan Motivasi 2. Kemampuan
mendorong berpikir
kritis
116

1. Ketepatan struktur
kalimat
Kelugasan
2. Kebakuan istilah

Kesesuaian dengan 1. Ketepatan tata bahasa


Kaidah Bahasa
Indonesia
1. Konsistensi
penggunaan istilah
Ketepatan Penggunaan
Istilah/Simbol/Lambang 2. Konsistensi
penggunaan
simbol/lambang
117

Lampiran 4. Cover Buku Teks


1. Buku teks matematika kelas VII semester 1 terbitan Erlangga
118

2. Buku teks matematika kelas VII semester 1 terbitan Kemendikbud


119

3. Buku teks matematika kelas VII semester 1 terbitan Tiga Serangkai


120

Lampiran 5. Pedoman Penskoran

PEDOMAN PENSKORAN
PENILAIAN KELAYAKAN BUKU TEKS MATEMATIKA
KELAS VII SEMESTER 1 BAB ALJABAR

1. Kelayakan Isi
Indikator Pemberian Skor

Sub Komponen : Cakupan Materi


a. Pemberian skor 1, apabila materi yang disajikan
tidak sesuai dengan K.D, terlalu bersifat
memberitahu, dan tidak disajikan secara saintifik
b. Pemberian skor 2, apabila materi yang disajikan
sesuai dengan K.D, tidak terlalu bersifat
memberitahu siswa, dan tidak disajikan secara
saintifik
1. Kelengkapan Materi c. Pemberian skor 3, apabila materi yang disajikan
cukup sesuai dengan K.D, tidak terlalu bersifat
memberitahu siswa, dan sudah disajikan secara
saintifik namun belum sempurna
d. Pemberian skor 4, apabila materi yang disajikan
sesuai dengan K.D, tidak terlalu bersifat
memberitahu siswa, dan sudah disajikan secara
saintifik secara sempurna
a. Pemberian skor 1, apabila materi yang disajikan
memuat kurang dari tiga pokok bahasan
b. Pemberian skor 2, apabila materi yang disajikan
2. Keluasan Materi memuat tiga pokok bahasan
c. Pemberian skor 3, apabila materi yang disajikan
memuat empat pokok bahasan
d. Pemberian skor 4, apabila materi yang disajikan
memuat seluruh pokok bahasan
a. Pemberian skor 1, apabila materi yang disajikan
tidak memuat dimensi atau objek matematika
b. Pemberian skor 2, apabila materi yang disajikan
memuat beberapa dimensi dan beberapa objek
3. Kedalaman Materi
matematika
c. Pemberian skor 3, apabila materi yang disajikan
memuat seluruh objek dan beberapa fakta atau
seluruh fakta dan beberapa objek matematika
121

d. Pemberian skor 4, apabila materi yang disajikan


memuat seluruh objek dan fakta matematika
Sub Komponen : Keakuratan Materi
a. Pemberian skor 1, apabila fakta/lambang/simbol
tidak ada yang sesuai dengan standar internasional
b. Pemberian skor 2, apabila apabila
fakta/lambang/simbol yang sesuai dengan standar
internasional kurang dari lima puluh persen
1. Keakuratan
c. Pemberian skor 3, apabila fakta/lambang/simbol
fakta/lambang/simbol
yang sesuai dengan standar internasional lebih dari
atau sama dengan lima puluh persen
d. Pemberian skor 4, apabila fakta/lambang/simbol
telah seluruhnya sesuai dengan standar
internasional
a. Pemberian skor 1, apabila konsep/definisi tidak
ada yang akurat
b. Pemberian skor 2, apabila apabila konsep/definisi
yang akurat kurang dari lima puluh persen
2. Keakuratan
c. Pemberian skor 3, apabila konsep/definisi yang
konsep/definisi
akurat lebih dari atau sama dengan lima puluh
persen
d. Pemberian skor 4, apabila konsep/definisi telah
seluruhnya akurat
a. Pemberian skor 1, apabila prinsip tidak ada yang
akurat
b. Pemberian skor 2, apabila apabila prinsip yang
akurat kurang dari lima puluh persen
3. Keakuratan prinsip
c. Pemberian skor 3, apabila prinsip yang akurat lebih
dari atau sama dengan lima puluh persen
d. Pemberian skor 4, apabila prinsip telah seluruhnya
akurat
a. Pemberian skor 1, apabila prosedur tidak ada yang
akurat
b. Pemberian skor 2, apabila apabila prosedur yang
akurat kurang dari lima puluh persen
4. Keakuratan prosedur
c. Pemberian skor 3, apabila prosedur yang akurat
lebih dari atau sama dengan lima puluh persen
d. Pemberian skor 4, apabila prosedur telah
seluruhnya akurat
a. Pemberian skor 1, apabila contoh tidak ada yang
akurat
b. Pemberian skor 2, apabila apabila contoh yang
5. Keakuratan Contoh
akurat kurang dari lima puluh persen
c. Pemberian skor 3, apabila contoh yang akurat lebih
dari atau sama dengan lima puluh persen
122

d. Pemberian skor 4, apabila contoh telah seluruhnya


akurat
a. Pemberian skor 1, apabila soal tidak ada yang
akurat
b. Pemberian skor 2, apabila apabila soal yang akurat
kurang dari lima puluh persen
6. Keakuratan Soal c. Pemberian skor 3, apabila soal yang akurat lebih
dari atau sama dengan lima puluh persen, namun
belum mencapai keseluruhan
d. Pemberian skor 4, apabila soal telah seluruhnya
akurat

2. Kelayakan Penyajian
Indikator Pemberian Skor

Sub Komponen : Teknik Penyajian


1. Konsistensi a. Pemberian skor 1, apabila dalam penyajian materi
sistematika sajian tidak taat asas
dalam bab b. Pemberian skor 2, apabila dalam penyajian materi
memiliki satu asas
c. Pemberian skor 3, apabila dalam penyajian materi
memiliki dua asas
d. Pemberian skor 4, apabila dalam penyajian materi
taat asas
2. Kelogisan Penyajian a. Pemberian skor 1, apabila dalam penyajian materi
tidak menggunakan alur berpikir yang jelas
b. Pemberian skor 2, apabila dalam penyajian materi
menggunakan alur deduktif lebih banyak daripada
induktif
c. Pemberian skor 3, apabila dalam penyajian materi
pada beberapa bagian menggunakan alur induktif
lebih banyak daripada deduktif
d. Pemberian skor 4, apabila dalam penyajian materi
menggunakan alur berpikir induktif
3. Keruntutan penyajian a. Pemberian skor 1, apabila dalam penyajian materi
terdapat kurang dari dua komponen keruntutan
b. Pemberian skor 2, apabila dalam penyajian materi
terdapat duakomponen keruntutan
c. Pemberian skor 3, apabila dalam penyajian materi
terdapat tiga komponen keruntutan
d. Pemberian skor 4, apabila dalam penyajian materi
terdapat empat komponen keruntutan
123

Sub Komponen : Penyajian Pembelajaran


1. Keterlibatan aktif a. Pemberian skor 1, apabila dalam penyajian materi
peserta didik terdapat kurang dari dua komponen partisipasi
b. Pemberian skor 2, apabila dalam penyajian materi
terdapat dua komponen partisipasi
c. Pemberian skor 3, apabila dalam penyajian materi
terdapat tiga komponen partisipasi
d. Pemberian skor 4, apabila dalam penyajian materi
terdapat empat komponen partisipasi
2. Komunikasi Interaktif a. Pemberian skor 1, apabila dalam penyajian materi
tidak bersifat dialogis
b. Pemberian skor 2, apabila dalam penyajian materi
yang bersifat dialogis kurang dari lima puluh persen
c. Pemberian skor 3, apabila dalam penyajian materi
yang bersifat dialogis lebih dari atau sama dengan
lima puluh persen, namun belum mencapai
keseluruhan
d. Pemberian skor 4, apabila dalam penyajian materi
telah seluruhnya bersifat dialogis
3. Pendekatan a. Pemberian skor 1, apabila dalam penyajian materi
Ilmiah/saintifik memuat kurang dari tiga komponen saintifik
b. Pemberian skor 2, apabila dalam penyajian materi
memuat tiga komponen saintifik
c. Pemberian skor 3, apabila dalam penyajian materi
memuat empat komponen saintifik
d. Pemberian skor 4, apabila dalam penyajian materi
memuat keseluruhan komponen saintifik
4. Variasi dalam a. Pemberian skor 1, apabila dalam penyajian materi
penyajian tidak bernuansa kreativitas
b. Pemberian skor 2, apabila dalam penyajian materi,
hanya beberapa bagian yang bernuansa kreativitas
c. Pemberian skor 3, apabila dalam penyajian materi
seluruhnya telah bernuansa kreativitas, namun
belum terdapat materi yang apabila asumsinya
berubah maka penyelesaiannyapun berubah
d. Pemberian skor 4, apabila dalam penyajian materi
seluruhnya telah bernuansa kreativitas dan sudah
terdapat materi yang apabila asumsinya berubah
maka penyelesaiannyapun berubah

3. Kelayakan Kebahasaan

Indikator Pemberian Skor


124

Sub Komponen : Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik


1. Kesesuaian dengan a. Pemberian skor 1, apabila bahasa yang digunakan
tingkat belum mampu menggambarkan sesuatu yang
perkembangan konkret dan yang abstrak
berpikir peserta b. Pemberian skor 2, apabila bahasa yang digunakan
didik hanya mampu menggambarkan sesuatu yang
konkret atau abstrak saja
c. Pemberian skor 3, apabila bahasa yang digunakan
sudah menggambarkan sesuatu yang konkret dan
yang abstrak, namun belum secara keseluruhan
d. Pemberian skor 4, apabila bahasa yang digunakan
sudah menggambarkan sesuatu yang konkret dan
yang abstrak secara keseluruhan
2. Kesesuaian dengan a. Pemberian skor 1, apabila bahasa yang digunakan
tingkat tidak sesuai dengan kondisi sosial-emosional
perkembangan peserta didik dan tidak mengilustrasikan konsep
sosial-emosional dari lokal hingga global
peserta didik b. Pemberian skor 2, apabila bahasa yang digunakan
sesuai dengan kondisi sosial-emosional peserta
didik atau ilustrasi yang menggambarkan konsep
dari lokal hingga global
c. Pemberian skor 3, apabila bahasa yang digunakan
sesuai dengan kondisi sosial-emosional peserta
didik dan ilustrasi yang menggambarkan konsep
dari lokal hingga global, namun belum secara
keseluruhan
d. Pemberian skor 4, apabila bahasa yang digunakan
sesuai dengan kondisi sosial-emosional peserta
didik dan ilustrasi yang menggambarkan konsep
dari lokal hingga global secara keseluruhan
Sub Komponen : Keterbacaan
a. Pemberian skor 1, apabila pesan tidak memiliki
komponen keterpahaman
b. Pemberian skor 2, apabila pesan memiliki satu
1. Keterpahaman
komponen keterpahaman
peserta didik
c. Pemberian skor 3, apabila pesan memiliki dua
terhadap pesan
komponen keterpahaman
d. Pemberian skor 4, apabila pesan memiliki tiga
komponen keterpahaman
Sub Komponen : Kemampuan Motivasi
1. Kemampuan a. Pemberian skor 1, apabila bahasa yang digunakan
memotivasi tidak menumbuhkan rasa senang dan tidak mampu
mendorong siswa untuk mempelajari buku secara
tuntas
125

b. Pemberian skor 2, apabila bahasa yang digunakan


hanya mampu menumbuhkan rasa senang atau
hanya mampu mendorong siswa untuk mempelajari
buku secara tuntas
c. Pemberian skor 3, apabila bahasa yang digunakan
telah mampu menumbuhkan rasa senang dan
mampu mendorong siswa untuk mempelajari buku
secara tuntas, namun belum secara keseluruhan
d. Pemberian skor 4, apabila bahasa yang digunakan
telah mampu menumbuhkan rasa senang dan
mampu mendorong siswa untuk mempelajari buku
secara tuntas secara keseluruhan
2. Kemampuan a. Pemberian skor 1, apabila bahasa yang digunakan
mendorong berpikir belum mampu mendorong siswa berpikir kritis
kritis terhadap komponen materi
b. Pemberian skor 2, apabila bahasa yang digunakan
hanya mampu mendorong siswa berpikir kritis
terhadap satu komponen materi
c. Pemberian skor 3, apabila bahasa yang digunakan
hanya mampu mendorong siswa berpikir kritis
terhadap dua komponen materi
d. Pemberian skor 4, apabila bahasa yang digunakan
telah mampu mendorong siswa berpikir kritis
terhadap seluruh komponen materi

Sub Komponen : Kelugasan

1. Ketepatan struktur a. Pemberian skor 1, apabila bahasa yang digunakan


kalimat tidak mewakili isi pesan dan tidak mengikuti tata
kalimat yang benar
b. Pemberian skor 2, apabila bahasa yang digunakan
hanya mewakili isi pesan atau hanya mengikuti tata
kalimat yang benar
c. Pemberian skor 3, apabila bahasa yang digunakan
telah mewakili isi pesan dan tata kalimat sudah
tepat, namun belum secara keseluruhan
d. Pemberian skor 4, apabila bahasa yang digunakan
telah mewakili isi pesan dan tata kalimat sudah
tepat secara keseluruhan
2. Kebakuan istilah a. Pemberian skor 1, apabila istilah tidak ada yang
sesuai dengan KBBI
b. Pemberian skor 2, apabila istilah yang sesuai
dengan KBBI kurang dari lima puluh persen
c. Pemberian skor 3, apabila istilah yang sesuai
dengan KBBI lebih dari lima puluh persen, namun
belum secara keseluruhan
126

d. Pemberian skor 4, apabila telah seluruhnya istilah


sesuai dengan KBBI

Sub Komponen : Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia


a. Pemberian skor 1, apabila tata kalimat tidak ada
yang sesuai dengan KBBI
b. Pemberian skor 2, apabila tata kalimat yang sesuai
dengan KBBI kurang dari lima puluh persen
1. Ketepatan tata
c. Pemberian skor 3, apabila tata kalimat yang sesuai
bahasa
dengan KBBI lebih dari lima puluh persen, namun
belum secara keseluruhan
d. Pemberian skor 4, apabila telah seluruhnya tata
kalimat sesuai dengan KBBI
Sub Komponen : Ketepatan Penggunaan istilah/simbol/lambang
a. Pemberian skor 1, apabila penggunaan istilah tidak
ada yang konsisten
b. Pemberian skor 2, apabila konsistensi penggunaan
istilah kurang dari lima puluh persen
c. Pemberian skor 3, apabila konsistensi penggunaan
istilah lebih dari lima puluh persen, namun belum
secara keseluruhan
1. Konsistensi
d. Pemberian skor 4, apabila penggunaan istilah telah
penggunaan istilah
konsisten secara keseluruhan
2. Konsistensi
a. Pemberian skor 1, apabila penggunaan
penggunaan
simbol/lambang tidak ada yang konsisten
simbol/lambang
b. Pemberian skor 2, apabila konsistensi penggunaan
simbol/lambang kurang dari lima puluh persen
c. Pemberian skor 3, apabila konsistensi penggunaan
simbol/lambang lebih dari lima puluh persen,
namun belum secara keseluruhan
d. Pemberian skor 4, apabila penggunaan
simbol/lambang telah konsisten secara keseluruhan
Hasil Penilaian Buku Teks Matematika Kelas VII Penerbit Erlangga
Oleh Bapak Rs

Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Isi


Sub Komponen Indikator Nilai Kriteria
1. Kelengkapan Materi 3 Sesuai
Cakupan Materi 2. Keluasan Materi 4 Sangat Sesuai
3. Kedalaman Materi 3 Sangat Sesuai
1. Keakuratan fakta/lambang/simbol 4 Sangat Sesuai
2. Keakuratan konsep/definisi 4 Sangat Sesuai
3. Keakuratan prinsip 4 Sangat Sesuai
Keakuratan Materi
4. Keakuratan prosedur 3 Sesuai
5. Keakuratan Contoh 4 Sangat Sesuai
6. Keakuratan Soal 4 Sangat Sesuai
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Penyajian
1. Konsistensi sistematika sajian
4 Sangat Sesuai
dalam bab
Teknik Penyajian
2. Kelogisan Penyajian 4 Sangat Sesuai
3. Keruntutan penyajian 4 Sangat Sesuai
1. Keterlibatan aktif peserta didik 2 Cukup Sesuai
Penyajian 2. Komunikasi Interaktif 2 Cukup Sesuai
Pembelajaran 3. Pendekatan Ilmiah/saintifik 3 Sesuai
4. Variasi dalam penyajian 3 Sesuai
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Kebahasaan
1. Kesesuaian tingkat perkembangan
Kesesuaian Dengan 3 Sesuai
berpikir peserta didik
Perkembangan Peserta
2. Kesesuaian tingkat perkembangan
Didik 4 Sangat Sesuai
sosial-emosional peserta didik
1. Keterpahaman peserta didik
Keterbacaan 4 Sangat Sesuai
terhadap pesan
1. Kemampuan memotivasi 3 Sesuai
Kemampuan Motivasi 2. Kemampuan mendorong berpikir
3 Sesuai
kritis
1. Ketepatan struktur kalimat 3 Sesuai
Kelugasan
2. Kebakuan istilah 4 Sangat Sesuai
Kesesuaian dengan
Kaidah Bahasa 1. Ketepatan tata bahasa 4 Sangat Sesuai
Indonesia
Ketepatan 1. Konsistensi penggunaan istilah 4 Sangat Sesuai
Penggunaan
Istilah/Simbol/ 2. Konsistensi penggunaan
4 Sangat Sesuai
Lambang simbol/lambing
Total Skor 92
𝟗𝟐
Kesesuaian = 𝟏𝟎𝟒 × 100% = 88, 46% Sangat Sesuai
Hasil Penilaian Buku Teks Matematika Kelas VII Penerbit Kemendikbud
Oleh Ibu Nw

Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Isi


Sub Komponen Indikator Nilai Kriteria
1. Kelengkapan Materi 4 Sangat Sesuai
Cakupan Materi 2. Keluasan Materi 4 Sangat Sesuai
3. Kedalaman Materi 4 Sangat Sesuai
1. Keakuratan fakta/lambang/simbol 4 Sangat Sesuai
2. Keakuratan konsep/definisi 4 Sangat Sesuai
3. Keakuratan prinsip 4 Sangat Sesuai
Keakuratan Materi
4. Keakuratan prosedur 4 Sangat Sesuai
5. Keakuratan Contoh 4 Sangat Sesuai
6. Keakuratan Soal 3 Sesuai
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Penyajian
1. Konsistensi sistematika sajian
3 Sesuai
dalam bab
Teknik Penyajian
2. Kelogisan Penyajian 4 Sangat Sesuai
3. Keruntutan penyajian 4 Sangat Sesuai
1. Keterlibatan aktif peserta didik 2 Cukup Sesuai
Penyajian 2. Komunikasi Interaktif 4 Sangat Sesuai
Pembelajaran 3. Pendekatan Ilmiah/saintifik 4 Sangat Sesuai
4. Variasi dalam penyajian 2 Cukup Sesuai
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Kebahasaan
1. Kesesuaian tingkat perkembangan
Kesesuaian Dengan 4 Sangat Sesuai
berpikir peserta didik
Perkembangan Peserta
2. Kesesuaian tingkat perkembangan
Didik 3 Sesuai
sosial-emosional peserta didik
1. Keterpahaman peserta didik
Keterbacaan 3 Sesuai
terhadap pesan
1. Kemampuan memotivasi 4 SangatSesuai
Kemampuan Motivasi 2. Kemampuan mendorong berpikir
2 Cukup Sesuai
kritis
1. Ketepatan struktur kalimat 4 Sangat Sesuai
Kelugasan
2. Kebakuan istilah 4 Sangat Sesuai
Kesesuaian dengan
Kaidah Bahasa 1. Ketepatan tata bahasa 4 Sangat Sesuai
Indonesia
Ketepatan 1. Konsistensi penggunaan istilah 4 Sangat Sesuai
Penggunaan
Istilah/Simbol/ 2. Konsistensi penggunaan
4 Sangat Sesuai
Lambang simbol/lambing
Total Skor 94
𝟗𝟒
Kesesuaian = 𝟏𝟎𝟒 × 100% = 90, 38% Sangat Sesuai
Hasil Penilaian Buku Teks Matematika Kelas VII Penerbit Tiga Serangkai
Oleh Bapak Sk

Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Isi


Sub Komponen Indikator Nilai Kriteria
1. Kelengkapan Materi 4 Sangat Sesuai
Cakupan Materi 2. Keluasan Materi 4 Sangat Sesuai
3. Kedalaman Materi 3 Sesuai
1. Keakuratan fakta/lambang/simbol 4 Sangat Sesuai
2. Keakuratan konsep/definisi 4 Sangat Sesuai
3. Keakuratan prinsip 4 Sangat Sesuai
Keakuratan Materi
4. Keakuratan prosedur 3 Sangat Sesuai
5. Keakuratan Contoh 3 Sesuai
6. Keakuratan Soal 4 Sangat Sesuai
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Penyajian
1. Konsistensi sistematika sajian
4 Sangat Sesuai
dalam bab
Teknik Penyajian
2. Kelogisan Penyajian 4 Sangat Sesuai
3. Keruntutan penyajian 3 Sesuai
1. Keterlibatan aktif peserta didik 3 Sesuai
Penyajian 2. Komunikasi Interaktif 4 Sangat Sesuai
Pembelajaran 3. Pendekatan Ilmiah/saintifik 4 Sangat Sesuai
4. Variasi dalam penyajian 2 Cukup Sesuai
Komponen buku teks yang dinilai : Kelayakan Kebahasaan
1. Kesesuaian tingkat perkembangan
Kesesuaian Dengan 2 Cukup Sesuai
berpikir peserta didik
Perkembangan Peserta
2. Kesesuaian tingkat perkembangan
Didik 3 Sesuai
sosial-emosional peserta didik
1. Keterpahaman peserta didik
Keterbacaan 3 Sesuai
terhadap pesan
1. Kemampuan memotivasi 4 Sangat Sesuai
Kemampuan Motivasi 2. Kemampuan mendorong berpikir
3 Sesuai
kritis
1. Ketepatan struktur kalimat 4 Sangat Sesuai
Kelugasan
2. Kebakuan istilah 3 Sesuai
Kesesuaian dengan
Kaidah Bahasa 1. Ketepatan tata bahasa 4 Sangat Sesuai
Indonesia
Ketepatan 1. Konsistensi penggunaan istilah 4 Sangat Sesuai
Penggunaan
Istilah/Simbol/ 2. Konsistensi penggunaan
4 Sangat Sesuai
Lambang simbol/lambang
Total Skor 91
𝟗𝟏
Kesesuaian = 𝟏𝟎𝟒 × 100% = 87,5% Sangat Sesuai

Anda mungkin juga menyukai