Anda di halaman 1dari 98

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA

KELAS XI PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


MATERI PROGRAM LINEAR

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh
Umulluha Hikmatut Karomah
34201900004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2023
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Analisis Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas XI

Pada Pembelajaran Berbasis Masalah Materi Program Linear” yang disusun oleh

Nama : Umulluha Hikmatut Karomah

NIM : 34201900004

Program Studi : Pendidikan Matematika

Telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Seminar Skripsi.

Semarang, 2023

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Dr. Mohamad Aminudin, M.Pd. Dr. Imam Kusmaryono, M.Pd.


NIK.211312010 NIK.211311006

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Dr. Hevy Risqi Maharani, M.Pd


NIK. 211313016

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA KELAS XI


PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MATERI PROGRAM
LINEAR

Disusun dan Dipersiapkan Oleh:

Umulluha Hikmatut Karomah

34201900004

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 9 Agustus 2023, dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima sebagai persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua Penguji : Nila Ubaidah, S.Pd., M.Pd ( )


NIK 211313017
Penguji 1 : Dyana Wijayanti, M.Pd., Ph.D ( )
NIK 211312003
Penguji 2 : Dr. Imam Kusmaryono, S.Pd., M.Pd ( )
NIK 21131006
Penguji 3 : Dr. Mohamad Aminudin, S.Pd., M.Pd ( )
NIK 211312010

Semarang, 2023
Universitas Islam sultan Agung
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan,

Dr. Turahmat, M.Pd.


NIK 211312011

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Umulluha Hikmatut Karomah


NIM : 34201900004
Program Studi : Pendidikan Matematika
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyusun skripsi dengan judul:

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SISWA KELAS XI


PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MATERI PROGRAM
LINEAR

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya tulis saya
sendiri dan bukan dibuatkan orang lain atau jiplakan atau modifikasi karya orang
lain.

Bila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi termasuk
pencabutan gelar kesarjanaan yang sudah saya peroleh.

Semarang, 30 Juli 2023


Yang membuat pernyataan,

Umulluha Hikmatut Karomah


34201900004

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan

kemudahan baginya dalam urusannya”

(QS. At-alaq : 4)

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.”

(QS. Al-Baqarah : 286)

PERSEMBAHAN

Alhamudillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmatNya, telah

terselesaikan tugas akhir (Skripsi) ini. Dengan kerendahan hati, penulis

persembahkan skripsi ini kepada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

v
SARI

Karomah, Umulluha Hikmatut. 2023. Analisis Kemampuan Literasi Matematika


Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Berbasis Masalah Materi Program
Linear. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung.
Pembimbing I: Dr. Mohamad Aminudin, M.Pd., Pembimbing II: Dr.
Imam Kusmaryono, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan literasi
matematika siswa pada pembelajaran berbasis masalah materi program linear.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI. Rendahnya kemampuan literasi
matematika di Indonesia dapat dikarenakan kurangnya penerapan pembelajaran
yang inovatif, kreatif, dan realistic. Siswa tidak terbiasa menghadapi soal yang
berkaitan dengan permasalahan sehari-hari. Penanaman kemampuan literasi
matematika dapat dilakukan melalui proses pembelajaran yang mendukung.
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan literasi matematika siswa.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI. Pengambilan subjek
menggunakan cara Purposive Sampling. Data penelitian yang diperoleh berupa data
tes tertulis dan wawancara. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui tahap
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan literasi matematika siswa
kategori tinggi dapat memenuhi ketiga indikator literasi matematika yaitu
merumuskan situasi matematis, menerapkan matematika, dan menafsirkan
matematika serta siswa mampu menjadikan masalah nyata kedalam model
matematika. Sedangkan kemampuan literasi matematika siswa pada kategori
sedang dapat memenuhi indikator merumuskan situasi matematis, menerapkan
matematika, dan menafsirkan matematika namun dalam menarik kesimpulan ada
kesalahan karena terdapat kekeliruan pada tahap sebelumnya. Kemudian
kemampuan literasi matematika siswa kategori rendah hanya memenuhi indikator
merumuskan situasi matematis, siswa tidak merencanakan penyelesaian masalah
dan menerapkan Langkah-langkah penyelesaian yang tepat serta tidak mengambil
kesimpulan.
Kata kunci: literasi matematika, pembelajaran berbasis masalah.

vi
ABSTRACT

Karomah, Umulluha Hikmatut. 2023. Analysis of the Mathematical Literacy Ability


of Grade XI Students on Problem-Based Learning of Linear Program
Material. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of
Teacher Training and Education, Sultan Agung Islamic University.
Supervisor I: Dr. Mohamad Aminudin, M.Pd., Supervisor II: Dr. Imam
Kusmaryono, M.Pd.
This study aims to describe students' mathematical literacy skills in
problem-based learning of linear program material. The subjects of this study were
student’s of class XI. The low ability of mathematical literacy in Indonesia can be
due to the lack of application of innovative, creative, and realistic learning.
Students are not used to facing problems related to everyday problems. Instilling
mathematical literacy skills can be done through a supportive learning process.
The application of problem-based learning models is expected to improve
students mathematical literacy skills. This research method uses a qualitative
descriptive approach. The subjects selected in this study were students of class XI.
Subject capture using Purposive Sampling. The research data obtained was in the
form of written test data and interviews. The data collection techniques used are
observation, tests, interviews, and documentation. Data analysis is carried out
through the stages of data reduction, data presentation, and conclusions.
The results showed that the mathematical literacy ability of high category
students can meet the three indicators of mathematical literacy, namely formulating
mathematical situations, applying mathematics, and interpreting mathematics and
students are able to make real problems into mathematical models. While the
mathematical literacy ability of students in the medium category can meet the
indicators of formulating mathematical situations, applying mathematics, and
interpreting mathematics, but in drawing conclusions there are errors because there
are errors in the previous stage. Then the mathematical literacy ability of low-
category students only meets the indicators of formulating mathematical situations,
students do not plan problem solving and apply appropriate solving steps and do
not draw conclusions.
Keywords: mathematical literacy, problem-based learning.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat taufik

serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Analisis Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran

Berbasis Masalah Materi Program Linear”. Sholawat serta salam senantiasa

tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga kita termasuk

dalam golongannya yang mendapat syafa’atnya di yaumul qiyamah, Aamiin.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, serta bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada

pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi

ini, terutama kepada

1. Prof. Dr. H. Gunarto, SH., MH selaku Rektor Universitas Islam Sultan Agung

Semarang

2. Dr. Turahmat, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Islam Sultan Agung

Semarang.

3. Dr. Hevy Risqi Maharani, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika FKIP Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

4. Dr. Mohamad Aminudin, M.Pd dan Dr. Imam Kusmaryono, M.Pd selaku dosen

pembimbing I dan dosen pembimbing II yang telah bersedia membimbing dan

memberikan pengarahan selama proses penulisan skripsi.

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah

memberikan ilmu serta motivasi kepada penulis selama penulis menempuh

pendidikan di FKIP Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

viii
6. Seluruh guru dan staf SMA Al-Fattah Terboyo Semarang, khususnya Ibu Nuri

Hidayati, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Bapak Nur Muhammad Rohim, S.Pd

selaku guru mata pelajaran matematika yang telah membantu kelancaran dalam

pelaksanaan penelitian.

7. Siswa SMA Al-Fattah Terboyo Semarang khususnya kelas XI yang telah

membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

8. Orang tua dan kakak-kakak saya tercinta yang telah memberikan dukungan,

do’a, dan semangat dalam penyusunan skripsi.

9. Sahabat-sahabat saya Nabila Jkt, Saroh dan teman-teman UNO yang telah

memberikan dukungannya selama penyusunan skripsi.

10. Laderman yang telah membantu memberikan dukungan dan kesabaran

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman Pendidikan Matematika Angkatan 2019 yang telah berbagi suka

dan duka selama mengikuti perkuliahan.

12. Terkhusus diri sendiri yang tidak menyerah dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan yang diberikan semua pihak mendapatkan balasan

dari Allah SWT. Penulis menyadari penulisan skripsi masih banyak kekurangan

dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, 2023

Penulis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

SARI ……………………………………………………………………..vi

ABSTRACT ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah ................................................................. 4

1.3. Pembatasan Masalah ................................................................ 5

1.4. Rumusan Masalah .................................................................... 5

1.5. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 8

2.1 Teori Belajar Jerome S.Bruner ................................................. 8

2.2 Literasi Matematika .................................................................. 9

2.3 Pembelajaran Berbasis Masalah ............................................... 13

2.4 Materi Program Linear ............................................................. 16

x
2.5 Penelitian yang Relevan ........................................................... 19

2.6 Kerangka Berpikir .................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 24

3.1 Desain Penelitian ...................................................................... 24

3.2 Tempat Penelitian ..................................................................... 24

3.3 Sumber Data Penelitian ............................................................ 24

3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 25

3.5 Instrumen Penelitian ................................................................. 26

3.6 Teknik Analisis Data................................................................. 27

3.7 Pengujian Keabsahan Data ....................................................... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 30

4.1. Hasil Penelitian......................................................................... 30

4.2. Pembahasan .............................................................................. 67

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 78

5.1 Simpulan ................................................................................... 78

5.2 Saran ......................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 80

LAMPIRAN .................................................................................................... 84

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Indikator Kemampuan Literasi Matematika .........................................11

Tabel 2. 2 Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah ............................................ 15

Tabel 2. 3 Kerangka Berpikir ................................................................................ 23

Tabel 3. 1 Kategorisasi Tingkat Kemampuan Literasi Matematis ........................ 26

Tabel 4. 1 kode kemampuan matematika siswa .................................................... 36

Tabel 4. 2 kode indikator literasi matematika ....................................................... 36

Tabel 4. 3 Literasi Matematika Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi ......... 49

Tabel 4. 4 Literasi matematika Siswa Berkemampuan Matematika Sedang ........ 62

Tabel 4. 5 Literasi Matematika Siswa Berkemampuan Matematika Rendah ....... 66

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................................. 85

Lampiran 2 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Literasi Matematika ............................... 95

Lampiran 3 Soal Tes Kemampuan Literasi Matematika ....................................... 96

Lampiran 4 Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Literasi Matematika ............... 97

Lampiran 5 Pedoman Penskoran Tes Literasi Matematika ................................. 101

Lampiran 6 Pedoman Wawancara ....................................................................... 102

Lampiran 7 Lembar Validasi Soal Tes Kemampuan Literasi Matematika .......... 103

Lampiran 8 Lembar Validasi Pedoman Wawancara............................................ 104

Lampiran 9 Hasil Validasi Soal Tes Kemampuan Literasi Matematika .............. 105

Lampiran 10 Hasil Validasi Pedoman Wawancara.............................................. 107

Lampiran 11 Kategori Kemampuan Literasi Matematika SIswa ........................ 109

Lampiran 12 Hasil Kategori Kemampuan Literasi Matematika Siswa ...............110

Lampiran 13 Hasil Jawaban Kelompok ...............................................................112

Lampiran 14 Hasil Jawaban Siswa Kategori Tinggi ............................................114

Lampiran 15 Hasil Jawaban Siswa Kategori Sedang ...........................................117

Lampiran 16 Hasil Jawaban Siswa Kategori Rendah ..........................................119

Lampiran 17 Hasil Wawancara Kelompok ......................................................... 120

Lampiran 18 Hasil Wawancara Siswa Kategori Tinggi ...................................... 121

Lampiran 19 Hasil Wawancara Siswa Kategori Sedang ..................................... 123

Lampiran 20 Hasil Wawancara Siswa Kategori Rendah .................................... 125

Lampiran 21 Lembar Permohonan Izin Penelitian ............................................. 126

xiii
Lampiran 22 Lembar Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ................ 127

Lampiran 23 Dokumentasi Penelitian ................................................................. 128

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Jawaban Kelompok A .......................................................................... 31

Gambar 2 Jawaban Kelompok A .......................................................................... 33

Gambar 3 Jawaban Kelompok A.......................................................................... 35

Gambar 4 Jawaban Siswa ST Soal Nomor 1 ........................................................ 37

Gambar 5 Jawaban siswa ST Soal Nomor 1 ......................................................... 39

Gambar 6 Jawaban siswa ST Soal Nomor 1 ......................................................... 41

Gambar 7 Jawaban siswa ST Soal Nomor 2 ........................................................ 43

Gambar 8 Jawaban Siswa ST Soal Nomor 2 ....................................................... 45

Gambar 9 Jawaban Siswa ST Soal Nomor 2 ........................................................ 47

Gambar 10 Jawaban Siswa SS Soal Nomor 1 ....................................................... 50

Gambar 11 Jawaban Siswa SS Soal Nomor 1 ....................................................... 52

Gambar 12 Jawaban Siswa SS Soal Nomor 1 ....................................................... 54

Gambar 13 Jawaban Siswa SS Soal Nomor 2 ....................................................... 56

Gambar 14 Jawaban Siswa SS Soal Nomor 2 ....................................................... 58

Gambar 15 Jawaban Siswa SS Soal Nomor 2 ....................................................... 60

Gambar 16 Jawaban Siswa SR Soal Nomor 1 ...................................................... 63

Gambar 17 Proses Pembelajaran Berbasis Masalah ........................................... 128

Gambar 18 Kegiatan Diskusi Kelompok ............................................................ 128

Gambar 19 Pengerjaan Tes Kemampuan Literasi Matematika ........................... 129

Gambar 20 Proses Wawancara ............................................................................ 129

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan perkembangan zaman pendidikan mengambil bagian

penting dalam menunjang peningkatan sumber daya manusia, khususnya di

negara berkembang untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

(Budiman, 2017). Pendidikan pada dasarnya adalah upaya sadar untuk

mengembangkan potensi siswa dengan memfasilitasi dan mendorong proses

belajar yang mendalam (Indah, Mania, & Nursalam, 2016).

Pratiwi & Ramdhani (2017) menyatakan bahwa matematika bukanlah

produk jadi, matematika adalah aktivitas atau proses penyusunan konsep-

konsep matematika. Pada proses penemuan konsep matematika, penting untuk

siswa menggunakan masalah realistik untuk titik awal dalam pembelajaran

matematika. Selain menggunakan masalah dunia nyata, proses penemuan

konsep matematika akan membantu peserta didik memahami konsep dasar

matematika dan mengaitkan konsep matematika dasar tersebut dengan

pemecahan masalah yang berhubungan pada aktivitas sehari-hari.

Masalah realistik yang dibahas disini merupakan masalah di kehidupan

sehari hari yang dapat dipikirkan siswa. Menggunakan masalah realistik pada

awal pembelajaran matematika memiliki tujuan memberi peluang untuk siswa

menemukan ide dan konsep matematika dan melihat kemampuannya dalam

menggunakan matematika yang dipelajarinya guna memecahkan masalah

dengan cara mereka sendiri (She, Stacey, & Schmidt, 2018)

1
2

Selain menggunakan masalah realistik, pada proses penemuan konsep

matematika, siswa akan memahami konsep dasar matematika kemudian

mengaitkan konsep dasar matematika itu dengan penyelesaian masalah yang

berhubungan pada kehidupan sehari-hari. Kemampuan ini biasa disebut

kemampuan literasi matematika (Madyaratri, Wardono, & Prasetyo, 2019).

Kemampuan literasi matematika siswa bisa mewujudkan tujuan

pembelajaran matematika yang sesuai dengan salah satu standar kompetensi

lulusan jenjang SMA pada Pasal 9 Permendikbud Nomor 5 Tahun 2022 adalah

menunjukkan ketertarikan berliterasi berupa bentuk penilaian kalimat dan

penalaran untuk menghasilkan kesimpulan yang kompleks,

mengkomunikasikan tanggapan terhadap informasi, serta menulis presentasi

dan narasi dari berbagai perspektif serta kemampuan numerasi dalam menalar

menggunakan konsep, prosedur, fakta serta alat matematika guna memecahkan

permasalahan yang berhubungan pada diri sendiri, lingkungan, masyarakat

sekitar, dan masyarakat luas.

Namun dalam prateknya, siswa di Indonesia mempunyai kemampuan

literasi matematika kurang memuaskan. Hal tersebut merujuk pada perolehan

tes literasi matematika PISA, yaitu suatu kegiatan resmi internasional yang

dinaungi Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD)

untuk menilai kemampuan literasi matematika siswa di usia 15 tahun dan

menyatakan hasil prestasi Indonesia tidak memuaskan. Sejak Indonesia

bergabung pada tahun 2015, tes PISA tahun 2015 menunjukkan bahwa
3

Indonesia mendapat skor matematika 386 serta menduduki peringkat ke-63

dari 70 negara (OECD, 2017).

Hasil observasi kemampuan literasi matematika pada siswa SMA Al-

Fattah Terboyo juga mempunyai kemampuan literasi matematika yang masih

rendah. Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara guru matematika serta

pengamatan kelas pada tanggal 10 Oktober 2022 menunjukkan kemampuan

literasi matematika siswa cukup rendah, terutama pada materi program linear.

Berdasarkan hasil observasi, guru menemukan bahwa literasi matematika

siswa belum berkembang dengan baik, ketepatan analisis masalah masih

kurang, siswa juga tidak dapat menuliskan masalah dalam bentuk kata-kata,

gambar, diagram, dan bentuk lainnya. Selain itu, prosedur yang dilakukan

siswa kurang tepat. Akibatnya siswa tidak dapat menemukan solusi atau

memecahkan masalah matematika sendiri.

Hal tersebut dilihat dari siswa kesulitan dalam memecahkan masalah,

mulai dari merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan matematika di berbagai

situasi nyata. Selain itu, siswa juga dituntut untuk mampu bernalar, berpikir

logis serta kritis dalam menyelesaikan masalah. Hal ini dikarenakan kurang

beragamnya penggunaan model pembelajaran di dalam kelas.

Berdasarkan pemaparan di atas, perlunya perbaikan pembelajaran yang

tepat. Pembelajaran matematika tidak membutuhkan kemampuan

menggunakan rumus dan perhitungan saja untuk menyelesaikan masalah

sehari-hari, tetapi juga kemampuan berpikir kritis saat memecahkan masalah.

Model pembelajaran yang dianggap baik dikenal dengan problem based


4

learning atau pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah

ialah metode pembelajaran yang proses pembelajarannya berpusat pada siswa

kemudian siswa menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah

(Madyaratri, Wardono, & Prasetyo, 2019).

Kaitan pembelajaran berbasis masalah dengan literasi matematika adalah

pembelajaran berbasis masalah memberikan permasalahan yang biasa ditemui

di kehidupan sehari-hari, hal ini dapat menjadikan siswa merasa tertantang dan

mendorong mereka untuk terus mempelajari apa yang mereka ketahui

(Madyaratri,Wardono, & Prasetyo, 2019).

Pada saat yang sama, literasi matematika sangat penting agar siswa dapat

merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan matematika di berbagai konteks,

serta melibatkan dalam menggunakan konsep, fakta, prosedur, serta alat

matematika guna mendeskripsikan, dan menjelaskan kejadian yang ada. Oleh

karena itu, model pembelajaran berbasis masalah dan keterampilan literasi

matematika saling berkaitan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi bahwa masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Kemampuan literasi matematika siswa di SMA Al-Fattah Terboyo masih

rendah.

b. Proses pembelajaran program linear di kelas masih terbatas menjelaskan rumus

dan latihan soal yang diberikan belum mampu meningkatkan kemampuan

literasi matematika yang dimiliki siswa


5

c. Model pembelajaran yang diterapkan belum mampu meningkatkan

kemampuan literasi matematika yang dimiliki siswa

d. Belum diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah.

1.3. Pembatasan Masalah

Agar mendapatkan gambaran yang jelas dan permasalahan yang dibahas

tidak menyimpang dari pembahasan, maka permasalahan penelitian hanya

dibatasi pada:

a. Menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.

b. Penelitian ini hanya pada materi program linear.

c. Kemampuan literasi matematika siswa yang diteliti pada penelitian ini

dibatasi pada indikator mampu merumuskan situasi matematis,

menerapkan matematika, menafsirkan matematika.

d. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Fattah Terboyo Semarang.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, rumusan masalah

penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimana kemampuan literasi matematika siswa kelas XI pada materi

program linear dalam pembelajaran berbasis masalah.

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan

untuk :

Mendeskripsikan kemampuan literasi matematika siswa kelas XI pada

materi program linear dalam pembelajaran berbasis masalah.


6

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang diharapkan pada penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1) Manfaat Teoritis

a. Adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperoleh

pengetahuan Pendidikan tentang kemampuan Literasi Matematis

siswa pada pembelajaran berbasis masalah.

b. Adanya penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi apabila akan

dikembangkan untuk penelitian yang akan datang.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Penelitian ini memberikan informasi model pembelajaran berbasis

masalah untuk literasi matematika siswa yang diharapkan sebagai

pengembangan diri untuk mengungkapkan ide dan gagasan dalam

memecahkan masalah yang muncul selama proses pembelajaran.

b. Bagi guru

Adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan

memotivasi agar guru dapat meningkatkan kemampuan literasi

matematika siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaran berbasis masalah sehingga dapat memberikan

pembelajaran yang lebih baik.


7

c. Bagi siswa

Melalui penelitian ini diharapkan bisa meningkatkan kemampuan

literasi matematika siswa dalam pembelajaran matematika serta dapat

merubah pandangan siswa mengenai matematika yang dianggap sulit

dan menakutkan menjadi pelajaran yang dianggap mudah dan

menarik untuk dipelajari.

d. Bagi sekolah

Adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan

untuk perbaikan serta meningkatkan kemampuan literasi matematika

siswa.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar Jerome S.Bruner

Bruner mengatakan belajar bukan berarti mengubah perilaku seseorang,

melainkan mengubah kurikulum sekolah agar lebih mudah bagi siswa untuk

belajar. Pada proses belajar Bruner menekankan keterlibatan aktif setiap siswa

dalam proses pembelajaran dan sangat menyadari perbedaan kemampuan.

Untuk peningkatan proses pembelajaran, diperlukan suatu lingkungan yang

disebut “Discovery Learning Environment”. Dalam lingkungan ini, siswa

mampu mengeksplorasi, menemukan penemuan baru yang belum diketahui,

dan memperoleh wawasan serupa dengan apa yang sudah mereka ketahui.

Selalu ada banyak masalah, hubungan, hambatan dalam situasi apapun, dan

siswa mengalaminya dengan cara dan usia yang berbeda.

Dalam belajar guru perlu memperhatikan empat hal berikut:

1. Melibatkan partisipasi aktif setiap siswa, mengembangkan minat siswa,

dan kemudian memberikan siswa bimbingan guna mencapai tujuan

tertentu

2. Struktur topik harus dianalisis dan disajikan secara ringkas sehingga siswa

dapat dengan mudah memahaminya

3. Menganalisis sequence. Seorang guru mengajar, artinya membimbing

siswa melalui serangkaian pengarahan tentang suatu masalah agar mereka

8
9

dapat memperdalam pemahamannya dan menerapkan apa yang telah

dipelajarinya

4. Memberi reinforcement atau feedback. Pengetahuan optimal terjadi ketika

siswa tahu akan jawabannya.

Oleh karena itu, relevansi penelitian ini pada pendekatan teori Jerome

S.Brunner merupakan peningkatan kemampuan literasi matematika siswa pada

model pembelajaran berbasis masalah berada pada sumber belajar siswa tidak

berasal dari guru saja melainkan bisa melalui aktivitas sehari-hari juga.

2.2 Literasi Matematika

Literasi yaitu kemampuan dasar sebagai bekal siswa dalam, menganalisis

informasi secara kritis, dan digunakan dalam mengambil suatu

keputusan (Kemendikbud, 2020). Masjaya & Wardono (2018) mengartikan

literasi matematika yaitu kemampuan siswa dalam menganalisis, menalar,

merumuskan, memecahkan, dan menjelaskan masalah matematika di berbagai

konteks. Dimana melibatkan berpikir secara matematis juga penggunaan

konsep, prosedur, dan fakta guna mendeskripsikan, menjelaskan, atau

memprediksi suatu kejadian.

Madyaratri,Wardono, & Prasetyo (2019) literasi matematika adalah

pengetahuan dasar dan penerapan matematika pada kehidupan sehari-hari.

Literasi tidak menyiratkan pengetahuan terperinci, tetapi pemahaman dan

kesadaran tentang apa yang dapat dicapai. Literasi matematika merupakan

kemampuan berpikir logis untuk memecahkan masalah matematika. Akan

tetapi, makna matematika juga berkembang seiring waktu dan sering dikaitkan
10

dengan individu untuk mengenali dan memahami masalah dimana matematika

memiliki pengaruh pada semua bidang kehidupan (Ubaidah dkk., 2022)

Berdasarkan pendapat pada uraian di atas, diambil kesimpulan bahwa

literasi matematika yaitu kemampuan siswa dalam menganalisis, menalar,

merumuskan, memecahkan, dan menjelaskan masalah matematika di berbagai

konteks. Dimana melibatkan berpikir secara matematis juga penggunaan

konsep, prosedur, dan fakta guna mendeskripsikan, menjelaskan, serta

memprediksi suatu kejadian.

Beberapa pengertian tersebut memaparkan bahwa literasi matematika

bukan hanya pemahaman materi, melainkan penerapan penalaran matematika,

konsep, fakta, serta alat matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari,

yang memungkinkan setiap orang memahami logika matematis yang berperan

pada kehidupannya.

Literasi matematika secara khusus dikategorikan menjadi tiga indikator

antara lain merumuskan situasi matematis, menerapkan matematika, dan

menafsirkan matematika dimana hal ini merupakan suatu proses untuk siswa

secara aktif berpartisipasi dalam memecahkan masalah (OECD, 2017).

a. Merumuskan Situasi Matematis

Mengidentifikasi peluang untuk penerapan matematika dan menunjukkan

bahwa matematika dapat digunakan untuk memahami atau memecahkan

masalah tertentu. Di dalamnya termasuk kemampuan untuk menerjemahkan

situasi tertentu ke dalam solusi matematika, mengidentifikasi variabel,

menyajikan struktur dan representasi matematika serta membuat asumsi


11

sederhana guna membantu memecahkan masalah.

b. Menerapkan Matematika

Melibatkan penggunaan penalaran matematika serta penggunaan konsep,

fakta, serta alat matematika untuk sampai pada solusi. Termasuk di dalamnya

penggunaan manipulasi ekspresi aljabar, persamaan, atau model matematika

yang lain, menganalisis informasi melalui diagram dan grafik matematika,

membuat deskripsi dan interpretasi matematika, serta penggunaan alat

matematika guna memecahkan permasalahan.

c. Menafsirkan Matematika

Memikirkan solusi atau hasil matematika dan menafsirkan solusi tersebut

dalam konteks masalah inilah yang disebut sebagai menafsirkan matematika.

Ini termasuk mengevaluasi solusi atau penalaran matematis yang relevan

dengan situasi masalah serta menentukan apakah solusi yang dihasilkan sesuai

dan masuk akal.

Tabel 2. 1 Indikator Kemampuan Literasi Matematika

Indikator Sub Indikator


Mengidentifikasi fakta-fakta dan
Merumuskan situasi matematis merumuskan masalah secara
matematis
Menyusun strategi yang digunakan
pada tahapan penyelesaian masalah
Menerapkan matematika Melaksanakan perhitungan
berdasarkan aturan atau rumus
tertentu
Menarik kesimpulan dari satu kasus
Menafsirkan matematika
berdasarkan sejumlah data yang ada
12

Ada 7 kemampuan dasar matematika yang dijadikan proses literasi

matematika (OECD, 2019), sebagai berikut:

a. Komunikasi

Literasi matematika mencakup proses komunikasi selama proses pemecahan

masalah. Siswa tidak hanya menuangkan ide-ide mereka ketika

mempertimbangkan pertanyaan dan langkah-langkah penyelesaiannya tetapi

juga harus menjelaskan pemikiran atau ide mereka agar orang lain bisa

memahami hasil gagasannya.

b. Matematisasi

Kemampuan literasi matematika melibatkan kemampuan matematisasi, yaitu

kemampuan menafsirkan masalah nyata ke dalam bentuk matematika, konsep,

struktur, serta membuat pemodelan.

c. Representasi

Kemampuan representasi ialah kemampuan untuk mempresentasikan suatu

objek matematika secara grafik, tabel, diagram, gambar, rumus, persamaan

serta bentuk nyata lainnya.

d. Penalaran dan Argumen

Kemampuan penalaran dan argumen ialah akar dari suatu proses berpikir logis

dikembangkan guna mengidentifikasi hasil yang memberikan pembenaran

untuk pemecahan masalah.

e. Merancang strategi untuk memecahkan masalah

Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan individu dalam

menggunakan matematika sebagai pemecahan masalah.


13

f. Penggunaan simbol, teknis, bahasa formal dan penggunaan operasi.

Kemampuan ini mencakup pemahaman, interpretasi, manipulasi konteks

matematika yang digunakan dalam memecahkan masalah yang berhubungan

dengan matematika.

g. Penggunaan alat matematika

Kemampuan untuk menggunakan berbagai alat matematika dalam proses

matematisasi serta pengetahuan tentang keterbatasan alat matematika yang

digunakan.

2.3 Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran yang berpengaruh pada peningkatan kemampuan

literasi matematika siswa adalah pembelajaran berbasis masalah (Abidin,

2020). Model pembelajaran Berbasis Masalah telah ada sejak tahun 1950-an

dan baru diperkenalkan secara resmi di Universitas Mcmaster di Kanada pada

tahun 1970-an (Hotimah, 2020).

Menurut Yuhani, Zanthy, & Hendriana (2018) pembelajaran berbasis

masalah yaitu metode yang dimulai dengan pemberian masalah kemudian

meminta siswa memecahkan masalah tersebut, tetapi siswa butuh pengetahuan

baru untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut. Sehingga nantinya siswa

diharapkan dapat menemukan konsep matematika secara mandiri. Dengan

bimbingan guru, siswa diharapkan juga bisa menemukan temuan baru dari apa

yang sudah mereka pelajari.


14

Nasution & Mujib (2022) mengatakan pembelajaran berbasis masalah

yakni pembelajaran yang prosesnya dengan menyajikan masalah, memberikan

pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, serta memulai diskusi. Masalah yang

dikaji sebaiknya permasalahan kontekstual yang dapat ditemui siswa pada

kehidupan sehari-hari.

Maryati (2018) Pembelajaran Berbasis Masalah ini bertujuan untuk

mendorong siswa meningkatkan keterampilannya dalam berpikir,

memecahkan masalah serta keterampilan intelektual. Berdasarkan perspektif

tersebut, ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan

model pembelajaran yang memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar

dengan memberikan masalah yang nyata dan relevan untuk digunakan sebagai

dasar penyelidikan mereka.

b. Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah diawali dengan memberikan

permasalahan. Sebagian besar masalah yang diberikan ada hubungannya

dengan situasi nyata di lingkungan siswa, dengan beberapa diantaranya bersifat

hipotetik atau nyata, dan telah dipilih dan dirancang untuk memenuhi tujuan

dan standar pendidikan.

Pembelajaran berbasis masalah mempunyai lima fase dalam proses

pembelajarannya. Menurut Sugiyanto (2010), fase pembelajaran berbasis

masalah sebagai berikut:


15

Tabel 2. 2 Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Aktivitas Guru


Fase 1: Memberikan orientasi Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada
tentang permasalahannya siswa, dan mendorong siswa untuk mengambil
kepada siswa bagian dalam proses pemecahan masalah.
Fase 2: Mengorganisasikan Guru memberikan bantuan pada siswa dalam
siswa untuk meneliti menemukan dan mengatur tugas belajar yang
ada kaitannya dengan masalah yang diberikan.
Fase 3: Membentuk investigasi Guru membantu siswa menemukan informasi
mandiri dan kelompok yang akurat, melakukan percobaan, serta
menemukan solusi.
Fase 4: Mengembangkan dan Guru membantu siswa menyajikan hasil
mempresentasikan hasil dalam bentuk laporan, video, dan model yang
lain untuk membantu siswa berkomunikasi
dengan orang lain.
Fase 5: Menganalisis dan Guru membantu siswa dalam melakukan
mengevaluasi proses mengatasi refleksi pada penyelidikan dan proses yang
masalah siswa gunakan dalam memecahkan masalah.

c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Semua model dan strategi pembelajaran selalu terdapat kelebihan dan

kekurangan. Namun, hal penting yang harus diperhatikan adalah penerapan

model harus sesuai dengan konsep atau isi yang ingin disampaikan serta sesuai

dengan tujuan pembelajaran. Menurut Shoimin (2014) kelebihan dan

kekurangan model pembelajaran berbasis masalah, sebagai berikut:

1) Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Siswa didukung untuk mempunyai kemampuan pemecahan masalah

realistik

b. Siswa dapat memperluas pengetahuannya melalui kegiatan belajar.

c. Siswa tidak perlu mempelajari materi yang tidak berhubungan karena

pembelajaran berfokus pada masalah sehingga mengurangi beban

memori dan pemahaman siswa.


16

d. Adanya kegiatan ilmiah yang dilakukan siswa saat kerja kelompok.

e. Siswa akan terlatih dalam menggunakan sumber informasi seperti

internet, wawancara, observasi, atau dari perpustakaan.

f. Siswa mampu mengevaluasi perkembangan belajarnya secara mandiri.

g. Siswa mampu mengkomunikasikan idenya pada aktivitas diskusi atau

ketika mempresentasikan hasil pemecahan masalah.

h. Dapat mengatasi kesulitan belajar siswa melalui kelompok Peer

Teaching.

2) Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Diperlukan banyak waktu dalam proses pembelajarannya.

b. Pembelajaran berbasis masalah tidak berlaku untuk semua mata

pelajaran, ada beberapa yang menjadikan guru yang berperan aktif

dalam penyampaian materi. Pembelajaran berbasis masalah baik

digunakan untuk pembelajaran yang butuh pemecahan masalah

tertentu.

c. Pada kelas dengan keragaman kemampuan siswa akan mengalami

kesulitan dalam pembagian tugas.

2.4 Materi Program Linear

Program linear merupakan pemecahan masalah yang berhubungan dengan

maksimum dan minum atau biasa disebut dengan optimasi linear. Sistem

pertidaksamaan dua linear merupakan bagian sistem pertidaksamaan yang

dipelajari di tingkat sekolah menengah tidak akan lepas dari program linear

(Djadir, 2017).
17

Menyelesaikan masalah program linear memerlukan pembuatan gambar

suatu daerah himpunan penyelesaian. Berikut cara menentukan daerah

himpunan penyelesaian:

a. Buat sumbu koordinat kartesius

b. Tentukan titik potong pada sumbu x dan y dari semua

persamaan linearnya

c. Gambar grafiknya kemudian hubungkan antara titik-titik potongnya.

d. Pilihlah satu titik uji yang berada di luar garis

e. Substitusikan pada persamaan

f. Menentukan daerah penyelesaian

Contohnya seorang siswa diminta menentukan daerah himpunan

penyelesaian dari persamaan 3𝑥 + 2𝑦 ≥ 12 dan 3𝑥 + 2𝑦 ≥ 12

𝑥 𝑦 (𝑥, 𝑦)
0 6 (0,6)
4 0 (4,0)
Titik uji 0 (0,0)
3𝑥 + 2𝑦 ≥ 12
18

3(0) + 2(0) ≥ 12
0 ≥ 12 (𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ)
Pada hasil uji titik (0,0) daerah yang berada dibawah garis bukan

penyelesaian dari pertidaksamaan. Daerah himpunan penyelesaian

pertidaksamaan 3𝑥 + 2𝑦 ≥ 12 berada diatas garis.

Kemudian setelah membuat gambar daerah himpunan penyelesaian,

program linear menggunakan fungsi objektif untuk menghitung nilai

maksimum dan nilai minimum secara subtitusi di beberapa titik potong

pada daerah penyelesaian.

Contoh, luas daerah sebuah mall yang digunakan sebagai lahan parkir

adalah 3.750 m2 mampu menampung 300 kendaraan berupa mobil dan bus.

Luas daerah mobil 5 m2 dan luas daerah bus 15 m2, maka berapa jumlah

maksimum mobil dan bus yang bisa parkir?

Penyelesaian masalah:

Misalkan,

𝑥 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑏𝑖𝑙
𝑦 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑠
Mobil Bus
Total Pertidaksamaan
(𝑥) (𝑦)
Jumlah kendaraan 1 1 300 𝑥 + 𝑦 ≤ 300
Luas daerah kendaraan 5 15 3750 𝑥 + 𝑦 ≤ 3750
19

Diperoleh model matematika sebagai berikut:

Jumlah kendaraan jumlah kendaraan : 𝑥 + 𝑦 ≤ 300

Luas daerah kendaraan : 5𝑥 + 15𝑦 ≤ 3750

𝑥 + 3𝑦 ≤ 750

Banyak mobil (𝑥) tidak akan negatif 𝑥 ≥ 0

Banyak bus (𝑦) tidak akan negatif 𝑦 ≥ 0

Menentukan jumlah maksimum mobil dan bus yang dapat parkir maka

dilakukan eliminasi dan substitusi dari kedua persamaan 𝑥 + 3𝑦 ≤ 300

yang berfungsi sebagai fungsi objektif.

2.5 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Pamungkas

& Franita (2019) memiliki tujuan untuk menguji keefektifan pembelajaran

matematika berbasis masalah dan pembelajaran konvensional di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) untuk meningkatkan keterampilan literasi

matematika. Hasil penelitian menyimpulkan tidak ada perbedaan yang


20

signifikan dalam meningkatnya kemampuan literasi matematika siswa baik

menggunakan pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional.

Perbedaan penelitian ini pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

yaitu pada soal tes yang diberikan berbasis masalah nyata.

Penelitian yang dilakukan Hidayat, Roza, & Murni (2018) bertujuan untuk

menjelaskan peran pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan

kemampuan literasi matematis dan kemandirian belajar. Hasil penelitian

menunjukkan penerapan pembelajaran berbasis masalah secara sistematis

meningkatkan kemampuan literasi matematis dan kemandirian belajar siswa.

Perbedaan penelitian ini pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

ialah pada soal tes yang diberikan berbasis masalah nyata.

Pernandes & Asmara (2020) meneliti tentang perbedaan model Discovery

Learning dan Konvensional pada kemampuan literasi matematis siswa. Hasil

penelitian terdapat adanya perbedaan kemampuan literasi matematis siswa

pada model Discovery Learning dan konvensional. Siswa yang diberikan

pembelajaran model Discovery Learning memiliki tingkat kemampuan literasi

baik dibandingkan siswa yang diberikan pembelajaran konvensional.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

ialah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah serta soal yang

diberikan berbasis masalah nyata.

Penelitian yang dilakukan Fatwa, Septian, & Inayah (2019) bertujuan

untuk menjelaskan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

sebagai salah satu solusi permasalahan mampu meningkatkan kemampuan


21

literasi matematis siswa. Hasilnya kemampuan literasi matematis siswa pada

model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) meningkat. Peningkatan

itu lebih baik daripada peningkatan kemampuan literasi matematika siswa

dengan pembelajaran biasa. Perbedaan penelitian ini pada penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti ialah menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah serta soal yang diberikan berbasis masalah nyata.

Penelitian yang dilakukan Aritonang & Safitri (2021) bertujuan untuk

mengetahui pengaruh Blended Learning pada peningkatan literasi matematika

siswa. Berdasarkan hasil penelitian bisa disimpulkan menerapkan model

pembelajaran Blended learning terdapat pengaruh pada mutu belajar siswa

ditinjau dari literasi matematika. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh peneliti ialah menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah serta soal yang diberikan berbasis masalah nyata.

Dari uraian di atas bisa ditarik kesamaan dengan peneliti adalah

mengetahui Kemampuan Literasi Matematis Siswa. Namun penelitian ini

berbeda dengan penelitian sebelumnya dikarenakan peneliti memfokuskan

pada analisis kemampuan literasi matematika siswa kelas XI pada

pembelajaran berbasis masalah materi program linear.

2.6 Kerangka Berpikir

Matematika sangat penting dalam proses pembelajaran karena membantu

kita memecahkan berbagai masalah. Pembelajaran matematika memiliki objek

yang begitu abstrak. Sifat abstrak ini yang membuat banyak siswa kesulitan
22

menerapkan matematika ke dunia nyata. Faktor lain yang menjadikan sulit bagi

siswa yaitu kurangnya pembelajaran matematika yang bermakna.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru matematika SMA Al-Fattah

Terboyo, terdapat beberapa permasalahan pada kemampuan literasi

matematika siswa kelas XI yaitu siswa belum teliti dalam menganalisis

masalah, siswa kesulitan mengungkapkan masalah dalam bentuk tulisan,

gambar, diagram dan prosedur dalam menyelesaikan permasalahan juga belum

tepat. Permasalahan tersebut menunjukkan kemampuan literasi matematika

siswa masih rendah. Kemampuan literasi matematika seharusnya penting

untuk siswa guna mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang peran

serta kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan siswa

membuat keputusan berdasarkan pola pemikiran yang konstruktif.

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman

matematika siswa adalah dengan mengadopsi model pembelajaran berbasis

masalah. Pembelajaran Berbasis Masalah dimulai dengan mengajukan

masalah, mengajukan pertanyaan memfasilitasi pertanyaan dan memulai

diskusi. Hal ini memberikan kesempatan terbaik bagi siswa untuk

mengungkapkan ide-ide matematisnya, mengembangkan keterampilan

bernalar dan mengembankan masalah yang diberikan.


23

Tabel 2. 3 Kerangka Berpikir

INPUT (SISWA) :
Kemampuan Literasi Matematika Siswa Masih Rendah

FASE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


1. Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa
2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti
3. Membentuk investigasi mandiri dan kelompok
4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

OUTPUT :
Kemampuan Literasi Matematika Siswa Meningkat
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Tujuan penelitian yaitu menjelaskan kemampuan literasi matematis siswa

kelas XI pada pembelajaran berbasis masalah materi program linear maka

metode menggunakan penelitian kualitatif. Pendekatan dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan deskriptif. Menurut Sugiyono (2017) pendekatan

deskriptif adalah suatu pendekatan yang memiliki tujuan menggambarkan (to

describe), menjelaskan, dan menjawab permasalahan tentang kejadian yang

dialami oleh subjek penelitian.

Penelitian kualitatif dan pendekatan deskriptif terkait karena keduanya

melibatkan penyajian kegiatan penelitian secara jelas dan sistematis tentang

topik tertentu melalui pencarian dan temuan yang bertujuan untuk menjelaskan

dan memprediksi fenomena yang akan terjadi berdasarkan data lapangan

(Supriadi & Damayanti, 2016).

3.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Fattah Terboyo Semarang. Alasan

akan dilakukan penelitian di tempat tersebut adalah rendahnya kemampuan

literasi matematis siswa kelas XI

3.3 Sumber Data Penelitian

Penelitian ini mengambil subjek siswa kelas XI yang berjumlah 25 siswa,

terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 14 siswa Perempuan, dan berusia 15 tahun.

Dalam pengambilan subjek, penelitian ini menggunakan cara Purposive

24
25

Sampling. Oleh karena itu, dalam penelitian ini siswa akan menjadi informan

kuncinya. Selain itu peneliti menggali informasi yang diperlukan dari guru

matematika untuk mendukung pengumpulan data pada penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi pada penelitian ini, yaitu untuk mengamati dan mencatat

kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran di kelas dari awal

hingga kegiatan akhir pembelajaran. bertujuan mengetahui sejauh mana

berlangsungnya proses pembelajaran matematika berbasis masalah.

2. Tes tertulis

Tes tertulis dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan

literasi matematis siswa. Siswa diberikan soal tes berupa masalah nyata

agar siswa dapat merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan soal tes

yang diberikan.

3. Wawancara

Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur dengan

pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, namun pertanyaannya bisa

disesuaikan dengan situasi data yang dikumpulkan.

Wawancara siswa bertujuan dalam mengkonfirmasi jawaban hasil tes

siswa yang tidak dipahami oleh peneliti, sedangkan wawancara guru untuk
26

mengetahui sejauh mana penerapan pembelajaran berbasis masalah pada

kemampuan literasi matematis siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

4. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan dalam penerapan model pembelajaran

berbasis masalah berupa rekaman suara, foto dan video agar memperjelas

proses pembelajaran di kelas.

3.5 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen primer dan instrumen sekunder.

Instrumen primer merupakan peneliti itu sendiri sedangkan instrument

sekunder adalah lembar soal dan pedoman wawancara sebagai berikut:

1. Lembar Tes Kemampuan Literasi Matematika

Lembar tes berupa soal tes yang sesuai dengan materi yang telah diajarkan

yaitu program linear. Tes terdiri dari beberapa soal yang menggunakan

masalah nyata.

Tabel 3. 1 Kategorisasi Tingkat Kemampuan Literasi Matematis

Kategori Batas Nilai


Tinggi 𝑋 ≥ 19
Sedang 10 > 𝑋 < 19
Rendah 𝑋 ≤ 10
(Arikunto, 2010)
2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara menggunakan semi terstruktur karena siswa dapat

menuangkan ide dan pendapatnya serta menjadikan penelitian lebih

terbuka dan terarah.


27

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan analisis data Miles dan Huberman,

analisis data kualitatif dilaksanakan secara interaktif dengan tahapan-tahapan

reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan

(verification)

1. Reduksi Data (data reductions)

Reduksi data merupakan bentuk analisis menyaring,

mengklasifikasikan, mengarahkan, serta mengatur data sehingga

kesimpulan akhir bisa ditarik kesimpulan dan diverifikasi.

2. Penyajian Data (data display)

Penyajian data yaitu kumpulan informasi yang terstruktur, yang

memungkinkan adanya penarikan kesimpulan serta pengambilan tindakan.

3. Penarikan Kesimpulan (conclusion)

Menarik kesimpulan yaitu analisis mendalam dari reduksi data, dan

penyajian data. Kesimpulan proses mengambil inti dan sajian data yang

telah tersusun berupa pernyataan kalimat secara singkat dan padat tetapi

memiliki makna yang luas.

3.7 Pengujian Keabsahan Data

Menurut Moleong (2005) dalam penerapan keabsahan data perlu teknik

pemeriksaan, yang berdasarkan atas empat kriteria yaitu: derajat kepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), dan

kepastian (confirmability), sebagai berikut:

1. Kredibilitas/Kepercayaan (credibility)
28

Kredibilitas digunakan pada penelitian ini guna sebagai bukti kesesuaian

antara hasil pengamatan dan kejadian di lapangan, serta data atau

informasi yang didapatkan sesuai dengan yang ada di lapangan. Peneliti

menggunakan langkah sebagai berikut:

a. Memperpanjang pengamatan dan wawancara secara beberapa kali.

Wawancara dilakukan dengan siswa dan juga dilakukan dengan

informan seperti guru matematika.

b. Pengamatan berulang pada subjek yang diteliti untuk memahami

fakta lebih mendalam, mengetahui aspek yang penting, serta relevan

dengan topik penelitian.

c. Triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

berbagai sumber lain dari data tersebut untuk dijadikan perbandingan.

d. Penggunaan bahan referensi untuk mendukung dan membuktikan data

yang sudah ditemukan peneliti maka diberikan data dokumentasi

dalam bentuk foto hasil observasi.

2. Keteralihan (transferability)

Keteralihan bergantung pada kesamaan konsep antar konteks pengirim dan

penerima. Tujuan dari keteralihan ini agar orang lain dapat memahami

hasil penelitian, maka peneliti dalam membuat laporannya harus

memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.

3. ketergantungan (dependability)
29

Dalam menghindari kesalahan menyusun hasil penelitian, maka kumpulan

dan interpretasi data yang ditulis dikonsultasikan dengan berbagai pihak

untuk ikut memeriksa proses penelitian yang akan dilakukan peneliti, agar

temuan peneliti dapat dipertahankan (dependable) dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pihak yang ikut memeriksa adalah

dosen pembimbing pada penelitian ini.

4. Konfirmabilitas/kepastian (confirmability)

Konfirmabilitas pada penelitian dilakukan bersamaan dengan

dependabilitas, penguatannya terletak pada orientasi penilaiannya.

Konfirmabilitas bertujuan menilai hasil penelitian, sedangkan

dependabilitas bertujuan menilai proses penelitian, mulai dari

mengumpulkan data hingga menjadi bentuk laporan yang tersusun secara

baik. Adanya dependabilitas dan konfirmabilitas hasil penelitian

diharapkan memenuhi standar penelitian kualitatif yang truth value,

confirmability dan neutrality.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

A. Deskripsi Proses Pembelajaran Berbasis Masalah

Seperti yang peneliti jelaskan pada kerangka berpikir, peneliti

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah guna mendorong siswa

meningkatkan kemampuan literasi matematikanya. Semua kegiatan yang

penulis lakukan dalam rancangan proses pembelajaran (RPP) tentunya

berdasarkan fase model pembelajaran berbasis masalah. Proses setiap fase

pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.

1. Memberikan Orientasi Tentang Permasalahannya Kepada Siswa

Pada tahap pertama, siswa diberikan suatu permasalahan untuk

diselesaikan atau dipecahkan. Masalah yang diberikan yaitu sebagai berikut:

Bu Anya berjualan dua jenis kue, yaitu sus kering dan nastar. Kue sus kering

dijual seharga Rp20.000,00 per stoples serta dijual dengan laba 40%. Kue

nastar dijual seharga Rp30.000,00 per stoples serta laba 30%. Jika Bu Anya

mempunyai modal Rp10.000.000,00 dan penjualan maksimumnya 400 stoples

per hari, maka tentukan keuntungan maksimum yang diperoleh Bu Anya.

Kemudian peneliti membagikan LKS dibantu salah satu siswa

membagikan kepada teman-temannya. Siswa diminta untuk membaca dan

memahami permasalahan yang ada pada LKS. Peneliti membantu siswa

memahami masalah tersebut dengan memberikan pertanyaan dan ditanggapi

oleh salah satu siswa.

30
31

P : Apa yang kalian ketahui dari permasalahan tersebut?


Siswa : Bu Anya menjual kue. Sus kering seharga Rp20.000,00/toples
dengan laba 40% dan kue nastar dijual seharga
Rp30.000,00/toples dengan laba 30%. Bu Anya memiliki modal
Rp10.000.000,00.
P : Dari yang kalian ketahui pada soal apa yang ditanyakan dari
permasalahan tersebut?
Siswa : yang ditanyakan keuntungan maksimum yang diperoleh Bu
Anya.
P : Disini apa yang dimaksud dari keuntungan maksimum?
Siswa : Nilai tertinggi kak, tapi kalo yang ditanya minimum berarti
nilai terendahnya, bener gitu kak?
P : Iya betul sekali. Kalo dilihat dari permasalahan tersebut
bagaimana kalian menyelesaikannya?
Siswa : Saya memisalkan terlebih dahulu apa yang diketahui dari soal
kak.
P : Kenapa kamu memisalkan terlebih dahulu?
Siswa : Untuk mempermudah mengerjakan saja sih kak. Jadi saya
misalkan simbol x untuk kue sus kering dan simbol y untuk kue
nastar sehingga memudahkan saya untuk membuat model
matematika dan membuat bentuk pertidaksamaan linear
P : Baik, silahkan dilanjutkan terlebih dahulu.

Gambar 1 Jawaban Kelompok A


Dialog dan gambar 1 menunjukkan siswa telah memahami masalah pada

soal. Dari permasalahan tersebut siswa akan menerapkan suatu strategi, yaitu
32

memisalkan terlebih dahulu informasi yang terdapat pada soal seperti simbol 𝑥

untuk kue sus kering dan simbol 𝑦 untuk kue nastar. Hal ini untuk

mempermudah mengerjakan sehingga memudahkan siswa membuat model

matematika dan membuat bentuk pertidaksamaan linear dari model

matematika yang dibuat.

2. Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar.

Peneliti mengatur siswa untuk berdiskusi dengan kelompok yang terdiri

dari 4-5 siswa. Didalam kelompok masing-masing siswa harus menyelesaikan

kegiatan permasalahan dan mencari informasi melalui buku pegangan siswa

kemudian didiskusikan bersama teman sekelompoknya.

3. Membimbing Investigasi Mandiri dan Kelompok

Peneliti mengkondisikan setiap kelompok untuk bekerja secara aktif dan

baik selama proses pembelajaran. Dengan kata lain, setiap anggota kelompok

berpartisipasi aktif dalam pemecahan masalah. Setiap kelompok dibimbing

oleh peneliti untuk mencari jawaban yang tepat dari soal, namun peneliti tidak

memberi kunci jawaban.

Pada proses menyelesaikan permasalahan siswa memulai dengan

memisalkan untuk membuat model matematika. Peneliti berkeliling di kelas

untuk mengamati proses kerja siswa kemudian sesekali berbincang dengan

siswa terkait proses pengerjaan yang sedang siswa selesaikan. Berikut dialog

dengan salah satu kelompok:

P : Bagaimana langkah selanjutnya setelah kamu memisalkan?


Siswa : Membuat sistem pertidaksamaan linear biar bisa menggambar
daerah penyelesaiannya kak.
33

P : Kenapa kamu menggambar daerah penyelesaiannya?


Siswa : Dari daerah penyelesaiannya itu untuk mengetahui titik-titik
pojoknya nah dari situ saya bisa menentukan keuntungan
maksimum dengan mensubstitusikannya kak.

Gambar 2 Jawaban Kelompok A


Dialog dan gambar 2 menunjukkan siswa mengetahui untuk menentukan

keuntungan maksimum yang diperoleh mereka menggunakan konsep

pertidaksamaan linear, kemudian menggambar daerah hasil penyelesaian dari

persamaan yang ada, untuk mengetahui titik-titik pojoknya sehingga siswa

dapat mensubstitusikan titik pojok yang sudah diketahui.


34

4. Mengembangkan dan Mempresentasikan Hasil.

Masalah yang harus diselesaikan oleh siswa yaitu menentukan keuntungan

maksimum yang diperoleh Bu Anya. Berdasarkan pertanyaan dari peneliti

tentang apa yang diketahui dari soal siswa melakukan langkah pengerjaan

yang pertama yaitu memisalkan kue sus kering dengan simbol 𝑥 dan simbol 𝑦

untuk kue nastar. Siswa melakukan pemisalan untuk mempermudah

pengerjaan selanjutnya yaitu memodelkan kedalam bentuk matematika. Siswa

menggunakan konsep pertidaksamaan untuk menggambar daerah hasil

penyelesain dimana dari daerah hasil penyelesaian ini diketahui titik-titik pojok

yang digunakan untuk menentukan nilai tertinggi atau keuntungan maksimum

yang didapatkan Bu Anya.

Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan tugasnya, peneliti

bertanya kepada perwakilan kelompok untuk bersedia mempresentasikan hasil

pengerjaanya. Hal tersebut bertujuan untuk membantu siswa memahami proses

menyelesaikan masalah yang diberikan dan membantu siswa mengetahui

banyak tahapan untuk meningkatkan kemampuan literasi matematikanya serta

membantu siswa memahami proses menentukan nilai maksimum atau nilai

minimum.

5. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Mengatasi Masalah

Peneliti dan siswa bersama-sama mengevaluasi pemecahan masalah yang

telah diselesaikan dengan memberikan beberapa pertanyaan sebagai berikut:


35

P : Bagian mana dari soal yang kalian anggap sulit dari proses pemecahan
masalah yang telah kalian kerjakan?
S0 : Belum ada kak
P : Setelah mengerjakan permasalahan tadi, apa yang dapat kalian simpulkan?
Bagaimana kalian menentukan keuntungan maksimum yang diperoleh Bu
Anya?
S0 : Saya memisalkan terlebih dahulu apa yang diketahui dari soal kak. Saya
misalkan dengan simbol x untuk kue sus kering dan simbol y untuk kue
nastar. Setelah itu membuat model matematika dan membuat sistem
pertidaksamaan linear biar bisa menggambar daerah penyelesaiannya.
Dari daerah penyelesaiannya itu kemudian saya mengetahui titik-titik
pojoknya nah dari situ saya bisa menyimpulkan keuntungan maksimum
yang diperoleh Bu Anya melalui nilai tertinggi yang dihasilkan.

Gambar 3 Jawaban Kelompok A


Dari dialog dan gambar 3, siswa mampu menyimpulkan terkait

masalah yang siswa pelajari dengan baik. Sehingga dari jawaban mereka

dapat disimpulkan untuk mencari keuntungan maksimum yang diperoleh

dilihat dari hasil nilai tertinggi, sebaliknya jika yang ditanyakan nilai

minimumnya maka dilihat dari hasil nilai terendah.


36

B. Deskripsi Kemampuan Literasi Matematika

Berdasarkan hasil tes kemampuan literasi matematika siswa pada

penelitian ini dari 25 subjek terdapat 5 subjek berkemampuan tinggi, 16 subjek

berkemampuan sedang, dan 4 subjek berkemampuan rendah. Pada penelitian

ini diambil 3 subjek untuk dilakukan wawancara. Subjek yang diambil

mewakili setiap kategori kemampuan matematika yaitu tinggi, sedang, dan

rendah. Adapun siswa yang diambil sebagai subjek penelitian disajikan pada

tabel sebagai berikut:

Tabel 4. 1 kode kemampuan matematika siswa

Kemampuan Matematika Kode


Tinggi ST
Sedang SS
Rendah SR

Kemudian masing-masing subjek diberi lembar soal untuk menyelesaikan

soal tes yang terdiri dari 2 butir soal uraian dengan tujuan untuk mengetahui

kemampuan literasi matematika siswa sesuai dengan indikator literasi

matematika. Adapun indikator literasi matematika yang digunakan dalam

penelitian ini disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4. 2 kode indikator literasi matematika

Indikator Literasi Matematika Kode


Merumuskan Situasi Matematis MR
Menerapkan Matematika MN
Menafsirkan Matematika TF
37

Bagian ini disajikan data yang berhubungan dengan kegiatan penelitian.

Kegiatan penelitian ini terdapat dua bentuk data yaitu jawaban tes tertulis dan

hasil wawancara. Dua data ini dijadikan dasar dalam menyimpulkan

kemampuan literasi matematika siswa.

1. Analisis Subjek Berkemampuan Tinggi

a. Jawaban Soal Nomor 1

Gambar 4 Jawaban Siswa ST Soal Nomor 1


38

Berdasarkan gambar 4 Subjek ST dalam menyelesaikan permasalahan

memisalkan terlebih dahulu informasi yang diketahui dalam bentuk tabel

seperti memisalkan Bus A yang memiliki kapasitas 30 orang seharga

Rp.3.000.000,00 dengan simbol 𝑥 dan Bus B yang memiliki kapasitas 40 orang

seharga Rp4.500.000,00 dimisalkan dengan simbol 𝑦. Subjek ST membuat

tabel pemisalan serta dituliskan batas orang yang akan mengikuti sebanyak 240

orang dan bus yang digunakan sebanyak 7 unit, setelah menjadikan satu tabel

ST mengubahnya kedalam model matematika. Adapun transkrip wawancara

terkait jawaban ST dipaparkan dibawah ini:

P : Apa informasi yang kamu tau dari soal nomor satu?


ST : Ada Bus jenis A dan Bus Jenis B kak. Bus jenis A menampung 30
orang dan harganya Rp3.000000,00 untuk Bus jenis B menampung
40 orang dan harganya Rp4.500.000,00. (MR)
P : Dari yang kamu ketahui pada soal nomor satu apa yang ditanyakan
dari soal tersebut?
ST : Pada soal yang ditanyakan pengeluaran minimumnya atau nilai
terendah kak (MR)
P : Setelah itu bagaimana kamu menyelesaikan soal tersebut?
ST : Saya memisalkan terlebih dahulu apa yang diketahui dari soal kak.
Saya misalkan dengan simbol x untuk Bus jenis A menampung 30
orang dan harganya Rp3.000.000,00 dan saya memisalkan dengan
simbol y untuk Bus jenis B menampung 40 orang dan harganya
Rp4.500.000,00. (MR)
P : Kenapa kamu memisalkan terlebih dahulu?
ST : Untuk mempermudah mengerjakan saja sih kak

Dalam memahami suatu masalah maka perlu memahami bahasa atau

istilah yang digunakan dalam permasalahan tersebut, merumuskan apa yang

diketahui, ditanyakan, serta informasi yang diperlukan cukup. Pada tahap ini

ST memahami permasalahan dengan menuliskan kembali informasi yang

terdapat dalam soal, memisalkan informasi yang didapat dan membuat model
39

matematika, kemudian berdasarkan hasil wawancara ST bisa menjelaskan

pemahamannya tentang masalah dengan lengkap. Jadi ST pada tahap ini sudah

sesuai dengan indikator literasi matematika yang pertama yaitu merumuskan

situasi matematis (MR).

Gambar 5 Jawaban siswa ST Soal Nomor 1


Dari gambar 5 setelah memisalkan dan membuat model matematika ST

membuat sistem pertidaksamaan linear terlebih dahulu yaitu 30𝑥 + 40𝑦 ≥

240 dan 𝑥 + 𝑦 ≤ 7, dari pertidaksamaan tersebut kemudian diubah menjadi

sebuah persamaan dimana dua persamaan tersebut digunakan untuk

menggambarkan daerah penyelesaian dan menentukan titik-titik pojoknya.


40

Setelah menggambar daerah penyelesaian ST menggunakan metode SPLDV

untuk menentukan titik potong dari dua garis yang sudah ditentukan

sebelumnya sehingga diketahui 3 titik pojok yaitu (0,6), (0,7), (4,3). Adapun

transkrip wawancara terkait jawaban ST dipaparkan dibawah ini:

P : Bagaimana konsep yang kamu temukan dalam penyelesaian soal


tersebut?
ST : Saya menggunakan Sistem Pertidaksamaan Linear kak (MN)
P : Baik, bagaimana langkah selanjutnya setelah kamu memisalkan?
ST : Membuat sistem pertidaksamaan linear biar bisa menggambar
daerah penyelesaiannya kak. Dari daerah penyelesaiannya itu
kemudian saya mengetahui titik-titik pojoknya nah dari situ saya bisa
menentukan pengeluaran minimumnya dengan mensubstitusikannya
kak. (MN)
P : Mengapa kamu menggunakan langkah-langkah tersebut?
ST : Karena mencari nilai minimum harus menentukan koordinat titik
pojok daerah hasil penyelesaian kak. (MN)

Untuk menerapkan penyelesaian dapat mengingat kembali sifat atau pola

masalah yang pernah dipecahkan dan membandingkannya dengan masalah

yang akan diselesaikan. Di tahap ini ST merencanakan untuk memecahkan

masalah tersebut dengan menggunakan sistem pertidaksamaan linear untuk

menggambarkan daerah penyelesaian guna mencari titik-titik pojok dalam

menentukan nilai minimumnya. ST menggunakan konsep tersebut karena ST

mampu memahami informasi yang ia temukan dari soal serta ST sudah

memahami apa yang ditanyakan dalam soal tersebut. Jadi ST pada tahap ini

sudah sesuai dengan indikator literasi matematika yang kedua yaitu

menerapkan matematika (MN).


41

Gambar 6 Jawaban siswa ST Soal Nomor 1


Dari gambar 6 Pada langkah terakhir ST mensubstitusikan setiap titik-titik

pojoknya dengan fungsi objektif untuk mendapatkan nilai terkecil atau

minimum. Nilai minimum berada di titik (4,3) senilai Rp25.500.000, jadi untuk

pengeluaran sewa 7 unit bus paling rendah adalah Bus A 4 unit dan Bus B 3

unit seharga Rp25.500.000. Adapun transkrip wawancara terkait jawaban siswa

dipaparkan dibawah ini:

P : Baik setelah menentukan pengeluaran minimumnya bagaimana kamu


mengambil kesimpulan dari hasil jawaban kamu?
ST : Dari titik pojok yang sudah disubstitusikan tadi saya mendapatkan
nilai minimumnya kak. Jadi dari salah satu titik pojok dengan hasil
terkecil saya ambil sebagai nilai minimumnya yaitu Rp25.500.000,00
untuk harga sewa bus jenis A 4 dan Bus jenis B 3. (TF)

Pada tahap rencana penyelesaian yang harus dilakukan yaitu menjalankan

strategi yang sudah ditentukan dengan tekun dan teliti agar mendapatkan

penyelesaian yang tepat. Pada tahap ini ST dapat melakukan penyelesaian soal

berdasarkan rencana penyelesaian yang telah ia tentukan. Pada tahap melihat

kembali penyelesaian, ST yakin bahwa hasil yang ia peroleh sudah benar dan
42

tepat dengan menggunakan konsep pertidaksamaan linear yang telah ia

tentukan pada tahap menerapkan penyelesaian. ST yakin dengan jawaban yang

diperoleh adalah benar ditunjukkan dengan menjelaskan ulang hasil yang ia

peroleh seperti yang ditulis saat pengerjaan. Jadi ST pada tahap ini sudah sesuai

dengan indikator literasi matematika yang ketiga yaitu menafsirkan

matematika (TF).

Pada proses pengerjaan ST menuliskan terlebih dahulu informasi disoal,

kemudian ST memisalkan informasi disoal dan membuat model

matematikanya. Setelah itu ST merencanakan penyelesaian masalah

menggunakan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Ketika mengerjakan

soal ia menggunakan konsep yang telah ditentukan dan menerapkannya ke

dalam soal tersebut. Setelah memecahkan masalah, ST melihat kembali

penyelesaiannya untuk membuktikan bahwa hasil yang ia peroleh sudah benar

dan tepat. Berdasarkan hal itu bisa disimpulkan bahwa ST menyelesaikan soal

telah sesuai dengan indikator literasi matematika dan mampu memenuhi

indikator literasi matematika yaitu merumuskan situasi matematis, menerapkan

matematika, dan menafsirkan matematika.


43

b. Jawaban Soal Nomor 2

Gambar 7 Jawaban siswa ST Soal Nomor 2


Berdasarkan gambar 7 Subjek ST dalam menyelesaikan permasalahan

memisalkan terlebih dahulu informasi yang diketahui dalam bentuk tabel

seperti memisalkan kopi campuran pertama seharga Rp80.000.000,00/kg

dengan simbol 𝑥 dan kopi campuran kedua seharga Rp.100.000,00/kg

dimisalkan dengan simbol 𝑦. Subjek ST membuat tabel permisalan dari

informasi yang diketahui seperti campuran kopi pertama terdiri dari 4kg kopi

toraja dan 6kg kopi flores, untuk campuran kopi kedua terdiri dari 8kg kopi

toraja dan 2kg kopi flores, serta dituliskan ketersedian masing-masing kopi

yaitu 48ton untuk kopi toraja dan 54ton kopi flores. Setelah menjadikan satu
44

tabel ST mengubahnya kedalam model matematika. Adapun transkrip

wawancara terkait jawaban ST dipaparkan dibawah ini:

P : Apa informasi yang kamu ketahui dari soal nomor dua?


S : Pedagang kopi akan membuat dua campuran dengan cara mencampur
T kopi toraja dan kopi flores kak. Campuran pertama 4kg kopi toraja dan
6k kopi flores di beri harga Rp80.000,00. Campuran kedua
menggunakan 8kg kopi toraja dan 2kg kopi flores di beri harga
Rp100.000,00. Pedagang kopi hanya memiliki 48ton kopi toraja kak
dan kopi flores hanya 54 ton. (MR)
P : Dari yang kamu ketahui pada soal nomor dua apa yang ditanyakan dari
soal tersebut?
S : Mencari penjualan maksimum yang diperoleh si pedagang kak (MR)
T
P : Setelah itu bagaimana kamu menyelesaikan soal tersebut?
S : Memisalkan terlebih dahulu kak. Misal x kopi campuran pertama dan y
T campuran kedua. (MR)

Dalam memahami suatu masalah maka perlu memahami bahasa atau

istilah yang digunakan dalam permasalahan tersebut, merumuskan apa yang

diketahui, ditanyakan, serta informasi yang diperlukan cukup. Pada tahap ini

ST memahami permasalahan dengan menuliskan kembali informasi yang

terdapat dalam soal, memisalkan informasi yang didapat dan membuat model

matematika, kemudian berdasarkan hasil wawancara ST bisa menjelaskan

pemahamannya tentang masalah dengan lengkap. Jadi ST pada tahap ini sudah

sesuai dengan indikator literasi matematika yang pertama yaitu merumuskan

situasi matematis (MR).


45

Gambar 8 Jawaban Siswa ST Soal Nomor 2


Dari gambar 8 setelah memisalkan dan membuat model matematika ST

membuat sistem pertidaksamaan linear terlebih dahulu yaitu 4𝑥 + 8𝑦 ≥

48.000 dan 6𝑥 + 2𝑦 ≤ 54.000, dari pertidaksamaan tersebut kemudian

diubah menjadi sebuah persamaan dimana dua persamaan tersebut digunakan

untuk menggambarkan daerah penyelesaian dan menentukan titik-titik

pojoknya. Setelah menggambar daerah penyelesaian ST menggunakan metode

SPLDV untuk menentukan titik potong dari dua garis yang sudah ditentukan

sebelumnya sehingga diketahui 3 titik pojok yaitu (9.000,0), (8.400,1.800),


46

(0,6000). Adapun transkrip wawancara terkait jawaban ST dipaparkan

dibawah ini:

P : Setelah itu bagaimana kamu menyelesaikan soal tersebut?


S : Memisalkan terlebih dahulu kak. Misal x kopi campuran pertama dan
T y campuran kedua. Setelah memisalkan maka menentukan fungsi
objektifnya kak. Dari permisalan yang saya buat saya menjadikan
sistem pertidaksamaan linearnya kak baru setelah itu saya
menggambar titik pojoknya. Setelah didapatkan titik-titik pojoknya
saya mensubstitusikan ke fungsi objektif yang sudah saya tentukan
diawal untuk mendapatkan hasil maksimumnya kak. (MN)
P : Mengapa kamu menggunakan langkah-langkah tersebut?
S : Kan mencari nilai minimum atau maksimum harus menentukan
T terlebih dahulu titik pojoknya agar bisa disubstitusikan dengan fungsi
objektifnya kak (MN)

Untuk menerapkan penyelesaian dapat mengingat kembali sifat atau pola

masalah yang pernah dipecahkan dan membandingkannya dengan masalah

yang akan diselesaikan. Di tahap ini ST merencanakan untuk memecahkan

masalah tersebut dengan menggunakan sistem pertidaksamaan linear untuk

menggambarkan daerah penyelesaian guna mencari titik-titik pojok dalam

menentukan nilai minimumnya. ST menggunakan konsep tersebut karena ST

mampu memahami informasi yang ia temukan dari soal serta ST sudah

memahami apa yang ditanyakan dalam soal tersebut. Jadi ST pada tahap ini

sudah sesuai dengan indikator literasi matematika yang kedua yaitu

menerapkan matematika (MN).


47

Gambar 9 Jawaban Siswa ST Soal Nomor 2


Dari gambar 9 Pada langkah terakhir ST mensubstitusikan setiap

titik-titik pojoknya dengan fungsi objektif untuk mendapatkan nilai tertinggi

atau maksimum. Nilai maksimum berada di titik (8.400,1.800) senilai

Rp825.000.000, jadi untuk penjualan maksimumnya adalah Rp825.000.000.

Adapun transkrip wawancara terkait jawaban siswa dipaparkan dibawah ini:

P : Baik setelah menentukan penjualan maksimum bagaimana kamu


mengambil kesimpulan dari hasil jawaban kamu?
ST : Karena yang ditanyakan kan maksimum kak jadi saya mengambil
nilai terbesar dari hasil substitusi titik pojok dan fungsi objektif kak.
Yaitu penjualan maksimum si pedang dalam menjual kopi campuran
pertama dan kopi campuran kedua senilai Rp825.000.000 (TF)
48

Pada tahap rencana penyelesaian yang harus dilakukan yaitu menjalankan

strategi yang telah dibuat dengan tekun dan teliti agar mendapatkan

penyelesaian yang tepat. Pada tahap ini ST dapat melakukan penyelesaian soal

berdasarkan rencana penyelesaian yang telah ia tentukan. Pada tahap melihat

kembali penyelesaian, ST yakin bahwa hasil yang ia peroleh sudah benar dan

tepat dengan menggunakan konsep pertidaksamaan linear yang telah ia

tentukan pada tahap menerapkan penyelesaian. ST yakin dengan jawaban yang

diperoleh adalah benar ditunjukkan dengan menjelaskan ulang hasil yang ia

peroleh seperti yang ditulis saat pengerjaan. Jadi ST pada tahap ini sudah sesuai

dengan indikator literasi matematika yang ketiga yaitu menafsirkan

matematika (TF).

Pada proses pengerjaan ST menuliskan terlebih dahulu informasi disoal,

kemudian ST memisalkan informasi disoal dan membuat model

matematikanya. Setelah itu ST merencanakan penyelesaian masalah

menggunakan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Ketika mengerjakan

soal ia menggunakan konsep yang telah ditentukan dan menerapkannya ke

dalam soal tersebut. Setelah memecahkan masalah, ST melihat kembali

penyelesaiannya untuk membuktikan bahwa hasil yang ia peroleh sudah benar

dan tepat. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ST

menyelesaikan soal telah sesuai dengan indikator literasi matematika dan

mampu memenuhi indikator literasi matematika yaitu merumuskan situasi

matematis, menerapkan matematika, dan menafsirkan matematika.


49

Tabel 4. 3 Literasi Matematika Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi

Indikator Literasi
Soal 1 Soal 2
Matematika
Merumuskan situasi Siswa mampu Siswa mampu
matematis mengidentifikasi fakta- mengidentifikasi fakta-
fakta dan merumuskan fakta dan merumuskan
masalah secara matematis masalah secara matematis
Menerapkan matematika Siswa mampu menyusun Siswa mampu menyusun
strategi yang digunakan strategi yang digunakan
pada tahapan penyelesaian pada tahapan penyelesaian
masalah. masalah.
Siswa mampu Siswa mampu
menggunakan perhitungan menggunakan perhitungan
pada rumus yang pada rumus yang
digunakan digunakan
Menafsirkan matematika Siswa mampu menarik Siswa mampu menarik
kesimpulan dari soal kesimpulan dari soal
berdasarkan hasil yang di berdasarkan hasil yang di
peroleh peroleh
50

2. Analisis Subjek Berkemampuan Sedang

a. Jawaban Soal Nomor 1

Gambar 10 Jawaban Siswa SS Soal Nomor 1


Berdasarkan gambar 10 Subjek SS dalam menyelesaikan permasalahan

memisalkan terlebih dahulu informasi yang diketahui dalam bentuk tabel

seperti memisalkan Bus A yang memiliki kapasitas 30 orang seharga

Rp.3.000.000,00 dengan simbol 𝑥 dan Bus B yang memiliki kapasitas 40 orang

seharga Rp4.500.000,00 dimisalkan dengan simbol 𝑦. Subjek SS membuat

tabel permisalan serta dituliskan batas orang yang akan mengikuti sebanyak

240 orang dan bus yang digunakan sebanyak 7 unit, setelah menjadikan satu
51

tabel SS mengubahnya kedalam model matematika. Adapun transkrip

wawancara terkait jawaban SS dipaparkan dibawah ini:

P : Apa informasi yang kamu tahu dari soal nomor satu?


SS : Bus jenis A menampung 30 orang dengan harga Rp3.000.000,00. Bus
jenis B menampung 40 orang dengan harga Rp4.500.000,00.
Karyawisata diikuti 240 orang dan membutuhkan 7 unit bus. (MR)
P : Dari informasi yang kamu ketahui pada soal nomor satu apa yang
ditanyakan dari soal tersebut?
SS : Yang ditanyakan dari soal nomor satu pengeluaran seminimum
mungkin kak (MR)
P : Setelah itu bagaimana kamu menyelesaikan soal tersebut?
SS : Memodelkan dalam bentuk matematika kak (MR)
P : Memodelkan seperti apa yang kamu maksud?
SS : Seperti x adalah banyaknya bus jenis A dan y banyaknya bus jenis B.
kemudian dijadikan sistem pertidaksamaan linear 30𝑥 + 40𝑦 ≥
240, 𝑥 + 𝑦 ≤ 7 seperti itu kak. (MR)

Dalam memahami suatu masalah maka diperlukan pemahaman terkait

bahasa atau istilah yang digunakan pada masalah tersebut, merumuskan apa

yang diketahui serta yang ditanyakan pada soal, kemudian informasi yang

diperoleh cukup. Pada tahap ini SS memahami permasalahan dengan

menuliskan kembali informasi yang terdapat dalam soal, memisalkan

informasi yang didapat dan membuat model matematika, kemudian

berdasarkan hasil wawancara SS bisa menjelaskan pemahamannya tentang

masalah dengan lengkap. Jadi SS pada tahap ini sudah sesuai dengan indikator

literasi matematika yang pertama yaitu merumuskan situasi matematis (MR).


52

Gambar 11 Jawaban Siswa SS Soal Nomor 1


Dari gambar 11 setelah memisalkan dan membuat model matematika SS

membuat sistem pertidaksamaan linear terlebih dahulu yaitu 30𝑥 + 40𝑦 ≥

240 dan 𝑥 + 𝑦 ≤ 7, dari pertidaksamaan tersebut kemudian diubah menjadi

sebuah persamaan dimana dua persamaan tersebut digunakan untuk

menggambarkan daerah penyelesaian dan menentukan titik-titik pojoknya.

Setelah menggambar daerah penyelesaian SS menggunakan metode SPLDV

untuk menentukan titik potong dari dua garis yang sudah ditentukan

sebelumnya sehingga diketahui 3 titik pojok yaitu (0,6), (7,0), (4,3). Adapun

transkrip wawancara terkait jawaban SS dipaparkan dibawah ini:


53

P : Baik, bagaimana langkah selanjutnya setelah kamu memodelkan


dalam bentuk matematika?
SS : Menggambar daerah penyelesaiannya untuk mencari titik pojoknya.
Setelah itu mencari titik potong antara persamaan 30𝑥 + 40𝑦 ≥
240 𝑑𝑎𝑛 𝑥 + 𝑦 ≤ 7 menggunakan metode penyelesaian SPLDV.
Setelah diketahui semua titik-titik pojoknya saya mensubtitusikannya
kak. (MN)
P : Mengapa kamu menggunakan langkah-langkah tersebut?
SS : Karena itu kak setau saya kalau langkah-langkah menentukan nilai
objektif yaitu minimum atau maksimum yang pertama menentukan
daerah penyelesaian lalu menentukan titik-titik pojoknya dan
mensubtitusikannya. (MN)

SS pada tahap ini mampu untuk merencanakan strategi dengan mengingat

kembali sifat atau pola masalah yang pernah dipecahkan dan

membandingkannya dengan masalah yang akan diselesaikan. Pada tahap ini SS

menyelesaikan permasalahan tersebut menggunakan dua persamaan linear

untuk menggambarkan daerah penyelesaian guna mencari titik-titik pojok

dalam menentukan nilai minimumnya. SS menggunakan konsep tersebut

karena telah memahami informasi dan permasalahan yang didapatkan dari soal.

Hanya saja dalam menemukan titik-titik pojoknya SS belum tepat, titik pojok

yang seharusnya adalah (0,7) namun SS menuliskan (7,0). Jadi SS pada tahap

ini sudah sesuai dengan indikator literasi matematika yang kedua yaitu

menerapkan matematika (MN).


54

Gambar 12 Jawaban Siswa SS Soal Nomor 1


Dari gambar 12 Pada langkah terakhir SS mensubstitusikan setiap

titik-titik pojoknya dengan fungsi objektif untuk mendapatkan nilai terkecil

atau minimum. Nilai minimum berada di titik (7,0) senilai Rp21.000.000, jadi

untuk pengeluaran sewa 7 unit bus paling rendah adalah seharga Rp21.000.000.

Adapun transkrip wawancara terkait jawaban siswa dipaparkan dibawah ini:

P : Baik setelah menentukan pengeluaran minimumnya bagaimana kamu


mengambil kesimpulan dari hasil jawaban kamu?
SS : Karena yang ditanyakan nilai minimum maka saya mencari nilai
paling kecil kak. (TF)
55

Pada tahap rencana penyelesaian yang harus dilakukan yaitu menjalankan

strategi yang sudah dibuat dengan tekun dan teliti agar mendapatkan

penyelesaian yang tepat. Pada tahap ini SS dapat melakukan penyelesaian soal

berdasarkan rencana penyelesaian yang telah ia tentukan. Pada tahap melihat

kembali penyelesaian, SS tidak menunjukkan bahwa hasil yang ia peroleh itu

benar. Jawaban yang SS peroleh tidak ditunjukkan dengan menjelaskan ulang

hasil yang ia peroleh, SS hanya menuliskan minimum pada nilai terkecil dan

tidak memahami hasil nilai yang ia peroleh. Jadi SS pada tahap ini tidak

memenuhi indikator literasi matematika yang ketiga yaitu menafsirkan

matematika (TF).

Pada proses menyelesaikan permasalahan SS menuliskan informasi disoal,

setelah itu SS memisalkan informasi disoal dan membuat model matematiknya.

Kemudian SS merencanakan penyelesaian masalah dengan informasi yang

telah didapatkan sebelumnya. Pada saat menyelesaikan soal ia menggunakan

konsep yang telah ditentukan, dan mengaplikasikan ke dalam masalah tersebut.

Namun setelah menyelesaikan masalah, SS tidak menunjukkan kembali

penyelesaiannya untuk membuktikan jika hasil yang ia peroleh adalah benar.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa SS mengerjakan soal hanya

sesuai dengan dua indikator literasi matematika yaitu merumuskan situasi

matematis, menerapkan matematika dan belum memenuhi indikator

menafsirkan matematika.
56

b. Jawaban Soal Nomor 2

Gambar 13 Jawaban Siswa SS Soal Nomor 2


Berdasarkan gambar 13 Subjek SS dalam menyelesaikan permasalahan

memisalkan terlebih dahulu informasi yang diketahui dalam bentuk tabel

seperti memisalkan kopi campuran pertama yang terdiri dari 4kg kopi toraja

dan 6kg kopi flores seharga Rp80.000.000,00/kg dengan simbol 𝑥 dan kopi

campuran kedua yang terdiri dari 8kg kopi toraja dan 2kg kopi flores seharga

Rp.100.000,00/kg dimisalkan dengan simbol 𝑦, serta dituliskan ketersedian

masing-masing kopi yaitu 48ton untuk kopi toraja dan 54ton kopi flores.

Setelah menjadikan satu tabel SS mengubahnya kedalam model matematika.

Adapun transkrip wawancara terkait jawaban SS dipaparkan dibawah ini:


57

P : Apa informasi yang kamu ketahui dari soal nomor dua?


S1 : Kopi campuran pertama 4kg kopi toraja dan 6k kopi flores seharga
Rp80.000,00. Kopi campuran kedua 8kg kopi toraja dan 2kg kopi
flores seharga Rp100.000,00. Tersedia 48 ton kopi toraja dan 54 ton
kopi flores. (MR)
P : Dari yang kamu ketahui pada soal nomor dua apa yang ditanyakan
dari soal tersebut?
S1 : Mencari nilai maksimum kak (MR)
P : Setelah itu bagaimana kamu menyelesaikan soal tersebut?
S1 : Memisalkan terlebih dahulu dengan x dan y. (MR)

Dalam memahami suatu masalah maka diperlukan pemahaman terkait

bahasa atau istilah yang digunakan pada masalah tersebut, merumuskan

informasi yang diketahui, ditanyakan pada soal, serta informasi yang diperoleh

cukup. Pada tahap ini SS memahami permasalahan dengan menuliskan

kembali informasi yang ada dalam soal, memisalkan informasi yang didapat

dan membuat model matematika, kemudian berdasarkan hasil wawancara SS

bisa menjelaskan pemahamannya tentang masalah dengan lengkap. Jadi SS

pada tahap ini sudah sesuai dengan indikator literasi matematika yang pertama

yaitu merumuskan situasi matematis (MR).


58

Gambar 14 Jawaban Siswa SS Soal Nomor 2


Dari gambar 14 setelah memisalkan dan membuat model matematika SS

membuat sistem pertidaksamaan linear terlebih dahulu yaitu 4𝑥 + 8𝑦 ≥

48.000 dan 6𝑥 + 2𝑦 ≤ 54.000, dari pertidaksamaan tersebut kemudian

diubah menjadi sebuah persamaan dimana dua persamaan tersebut digunakan

untuk menggambarkan daerah penyelesaian dan menentukan titik-titik

pojoknya. Setelah menggambar daerah penyelesaian SS menggunakan metode

SPLDV untuk menentukan titik potong dari dua garis yang sudah ditentukan

sebelumnya sehingga diketahui 3 titik pojok yaitu (9.000,0), (8.400,1.800),

(0,6000). Adapun transkrip wawancara terkait jawaban SS dipaparkan

dibawah ini:
59

P : Setelah itu bagaimana kamu menyelesaikan soal tersebut?


SS : Memisalkan terlebih dahulu dengan x dan y, kemudian menjadikan
sistem pertidaksamaan linear dari pemisalan x dan y. Setelah itu
mencari daerah penyelesaian dari dan titik potong dengan
menggambarnya kak. Setelah itu mensubstitusikan titik-titik pojok
yang tadi dicari baru mendapatkan hasil maksimumnya. (MN)
P : Mengapa kamu menggunakan langkah-langkah tersebut?
SS : Karena sudah ditentukan langkah-langkahnya kak.
P : Langkah-langkah seperti apa yang kamu maksud?
SS : Ya seperti yang sudah saya kerjakan kak, memisalkan lalu menentukan
daerah penyelesaian untuk mencari titik-titik pojoknya, terus titik-titik
pojok itu untuk menghitung hasil penjualan sampai menemukan hasil
maksimum (MN)

Untuk menerapkan penyelesaian dengan mampu untuk merencanakan

strategi dengan mengingat kembali sifat atau pola masalah yang pernah

dipecahkan dan membandingkannya dengan masalah yang akan diselesaikan.

Pada tahap ini SS merencanakan penyelesaian soal dengan menggunakan

sistem pertidaksamaan linear untuk menggambarkan daerah penyelesaian guna

mencari titik-titik pojok dalam menentukan nilai maksimumnya. Konsep

tersebut digunakan karena SS telah memahami informasi dan masalah yang ada

pada soal. Jadi SS pada tahap ini sudah sesuai dengan indikator literasi

matematika yang kedua yaitu menerapkan matematika (MN).


60

Gambar 15 Jawaban Siswa SS Soal Nomor 2


Dari gambar 15 Pada langkah terakhir SS mensubstitusikan setiap titik-

titik pojoknya dengan fungsi objektif untuk mendapatkan nilai tertinggi atau

maksimum. Nilai maksimum berada di titik (8.400,1.800) senilai

Rp825.000.000, jadi untuk penjualan maksimumnya adalah Rp825.000.000.

Adapun transkrip wawancara terkait jawaban siswa dipaparkan dibawah ini:

P : Baik setelah menentukan penjualan maksimum bagaimana kamu


mengambil kesimpulan dari hasil jawaban kamu?
SS : Mencari nilai terbesar kak. Hasil penjualannya paling tinggi
Rp825.000.000, itu berada di titik potong kak (8.400,1.800) (TF)
61

Pada tahap rencana penyelesaian adalah menjalankan strategi yang sudah

ditentukan secara tekun dan teliti untuk mendapatkan penyelesaian. Pada tahap

ini SS dapat melakukan penyelesaian soal berdasarkan rencana penyelesaian

yang telah ia tentukan. Selanjutnya melihat kembali penyelesaian, SS yakin

bahwa hasil yang didapatkan benar dan tepat dengan menggunakan konsep

pertidaksamaan linear yang telah ditentukan pada tahap menerapkan

penyelesaian. Hal itu SS tunjukkan dengan menjelaskan ulang hasil yang

didapatkan sesuai dengan yang ditulis dalam pengerjaannya. Jadi SS pada

tahap ini sudah sesuai dengan indikator literasi matematika yang ketiga yaitu

menafsirkan matematika (TF).

Pada proses menyelesaikan masalah SS menuliskan informasi yang

terdapat dalam soal, setelah itu SS memisalkan informasi pada soal dan

membuat model matematiknya. Kemudian SS merencanakan penyelesaian

sesuai dengan informasi yang didapatkan sebelumnya. Ketika mengerjakan

soal ia menggunakan konsep yang telah ditentukan, dan mengaplikasikan ke

dalam soal tersebut. Setelah selesai mengerjakan, SS melihat kembali

penyelesaiannya apakah untuk membuktikan jika hasil yang ia peroleh adalah

benar. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa SS mengerjakan soal

telah sesuai dengan indikator literasi matematika dan mampu memenuhi

indikator literasi matematika yaitu merumuskan situasi matematis, menerapkan

matematika, dan menafsirkan matematika.


62

Tabel 4. 4 Literasi matematika Siswa Berkemampuan Matematika Sedang

Indikator Literasi
Soal 1 Soal 2
Matematika
Merumuskan situasi Siswa mampu Siswa mampu
matematis mengidentifikasi fakta- mengidentifikasi fakta-
fakta dan merumuskan fakta dan merumuskan
masalah secara matematis masalah secara matematis
Menerapkan matematika Siswa mampu menyusun Siswa mampu menyusun
strategi yang digunakan strategi yang digunakan
pada tahapan penyelesaian pada tahapan penyelesaian
masalah. masalah.
Siswa mampu Siswa mampu
menggunakan perhitungan menggunakan perhitungan
pada rumus yang pada rumus yang
digunakan digunakan
Menafsirkan matematika Siswa mampu memberikan Siswa mampu menarik
jawaban namun dalam kesimpulan dari soal
menarik kesimpulan siswa berdasarkan hasil yang di
masih belum benar peroleh
63

3. Analisis Subjek Berkemampuan Rendah

a. Jawaban Soal Nomor 1

Gambar 16 Jawaban Siswa SR Soal Nomor 1


Berdasarkan gambar 16 subjek SR dapat menyebutkan informasi yang

terdapat pada soal. Subjek SR dalam menyelesaikan permasalahan memisalkan

terlebih dahulu informasi yang diketahui dalam bentuk tabel seperti

memisalkan Bus A yang memiliki kapasitas 30 orang seharga Rp.3.000.000,00

dengan simbol 𝑥 dan Bus B yang memiliki kapasitas 40 orang seharga

Rp4.500.000,00 dimisalkan dengan simbol 𝑦. Subjek SR membuat tabel

permisalan serta dituliskan batas orang yang akan mengikuti sebanyak 240

orang dan bus yang digunakan sebanyak 7 unit, setelah menjadikan satu tabel

SR mengubahnya kedalam model matematika. Adapun transkrip wawancara

terkait jawaban SR dipaparkan dibawah ini:


64

P : Apa informasi yang kamu ketahui dari soal nomor satu?


S1 : Bus jenis A menampung 30 orang dengan harga Rp3.000.000,00. Bus
jenis B menampung 40 orang dengan harga Rp4.500.000,00.
Penumpan keseluruhan 240 dan membutuhkan 7 unit bus. (MR)
P : Dari yang kamu ketahui pada soal nomor satu apakah kamu paham
apa yang ditanyakan dari soal tersebut?
S1 : Pengeluaran minimum untuk menyewa bus (MR)
P : Setelah itu bagaimana kamu menyelesaikan soal tersebut?
S1 : Kurang tau kak
P : Kira-kira bagian mana yang kamu kurang pahami?
S1 : Gatau kak bingung semua
P : Setelah memisalkan dan dijadikan model matematika, maka langkah
selanjutnya mencari daerah hasil penyelesaian. Nah dari sini sudah
paham langkah selanjutnya?
S1 : Gapaham kak, saya gatau cara ngerjainnya.

Dalam memahami suatu masalah maka diperlukan pemahaman terkait

bahasa atau istilah yang digunakan dalam permasalahan tersebut, merumuskan

informasi yang diketahui, ditanyakan, serta informasi yang diperoleh cukup.

Dalam tahap ini SR bisa menuliskan informasi yang ada dalam soal,

memisalkan informasi yang didapat dan membuat model matematika,

ditambah lagi berdasarkan hasil wawancara SR bisa menjelaskan informasi

yang terdapat dalam soal, namun untuk langkah selanjutnya SR mengalami

kesulitan sehingga tidak dilanjut dalam pengerjaannya.

Selama proses menyelesaikan masalah SR menuliskan terlebih dahulu

informasi yang terdapat dalam soal, kemudian SR memisalkan informasi pada

soal dan membuat model matematiknya. Namun SR tidak melanjutkan

mengerjakan dikarenakan mengalami kesulitan dalam menentukan konsep atau

strategi menyelesaikan masalah. Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa

SR hanya memenuhi indikator merumuskan situasi matematis namun belum


65

memenuhi indikator literasi matematika yang lainnya seperti menerapkan

matematika, dan menafsirkan matematika.

b. Soal Nomor 2

SR tidak mengerjakan Soal Nomor 2

Adapun transkrip wawancara terkait jawaban SR pada soal nomor 2

dipaparkan dibawah ini:

P : Ini soal nomor 2 kalo boleh tau kenapa tidak dikerjakan sama sekali?
SR :
Gatau kok kak, gabisa ngerjain.
P :
Yang gabisa di bagian mana kira-kira?
SR :
Semua kak,
P :
Tapi nomor 1 bisa, kan soalnya hampir sama?
SR :
Ngga kak. nomor 2 makin bingung misalinnya kayak gimana.
P :
Saya bantu mengerjakan ya bagian mana saja yang kamu kurang
pahami
SR : Tetep aja kak ngga paham saya
P : Kalo boleh tau kenapa ngga paham?
SR : Ngga dengerin pas kakak ngejelasin

Dari wawancara diatas, menunjukkan bahwa SR belum memahami soal

yang diberikan. SR merasa kebingungan dalam menyajikan permasalahan

kedalam bentuk model matematika serta SR mengalami kesulitan dalam

menerapkan penyelesaian menggunakan konsep atau strategi untuk

menyelesaikan soal tersebut. Berdasarkan hal tersebut SR belum memenuhi

indikator literasi matematika yaitu merumuskan situasi matematis, menerapkan

matematika, dan menafsirkan matematika.


66

Tabel 4. 5 Literasi Matematika Siswa Berkemampuan Matematika Rendah

Indikator Literasi
Soal 1 Soal 2
Matematika
Merumuskan situasi Siswa mampu Siswa belum mampu
matematis mengidentifikasi fakta- mengidentifikasi fakta-
fakta dan merumuskan fakta dan merumuskan
masalah secara matematis masalah secara matematis
Menerapkan matematika Siswa belum mampu Siswa belum mampu
menyusun strategi yang menyusun strategi yang
digunakan pada tahapan digunakan pada tahapan
penyelesaian masalah. penyelesaian masalah.
Siswa belum mampu Siswa belum mampu
menggunakan perhitungan menggunakan perhitungan
pada rumus yang pada rumus yang
digunakan digunakan
Menafsirkan matematika Siswa belum mampu Siswa belum mampu
menarik kesimpulan dari menarik kesimpulan dari
soal berdasarkan hasil yang soal berdasarkan hasil yang
diperoleh diperoleh
67

4.2. Pembahasan

A. Peran Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan

Literasi Matematika Siswa

Pembelajaran berbasis masalah adalah kegiatan siswa yang dihadapkan

pada masalah serta siswa dituntut berpikir kritis dalam menemukan solusi

masalahnya agar siswa mampu mengembangkan kompetensinya (Suartini,

2020). Hasil analisis terlihat bahwa penggunaan pembelajaran berbasis

masalah berpengaruh positif pada peningkatan kemampuan literasi matematika

siswa. Sejalan dengan Masania, Senduk, & Goni (2021) yang menyatakan

bahwa pembelajaran berbasis masalah disarankan dalam pembelajaran

dikarenakan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat

dari proses penyelesaian masalah yang diberikan siswa dapat

menyelesaikannya dengan baik sesuai prosedur pembelajaran berbasis

masalah.

Proses pembelajaran berbasis masalah siswa akan duduk dalam kelompok

secara heterogen. Siswa diberi lembar kerja siswa (LKS) yang telah disiapkan

dengan soal atau masalah, kemudian siswa berusaha menyelesaikan masalah

bersama dengan teman kelompoknya. Pada model pembelajaran berbasis

masalah guru berupaya untuk menjadikan siswa terlibat aktif selama proses

pembelajaran sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang bermakna.

Kemudian setiap kelompok menyelesaikan permasalahan pada akhir

pembelajaran siswa mempresentasikan hasil penyelesaian masalah. Diakhir


68

pembelajaran guru dengan siswa merefleksi dan mengevaluasi pembelajaran

yang sudah dilakukan.

Pada pembelajaran berbasis masalah siswa belajar lewat permasalahan

nyata pada kehidupan sehari-hari. Selaras unsur literasi matematika yang

menuntut siswa untuk dapat mengetahui tantangan yang dihadapinya serta

memahami situasi masalah sehingga siswa dapat memecahkan masalah dan

menjadikan masalah tersebut sebagai proses pembelajaran (Prabawati,

Herman, & Turmudi, 2019).

Melihat fokus pembelajaran berbasis masalah pada pemecahan masalah,

akan membuat siswa terbiasa untuk memecahkan masalah dunia nyata yang

mereka temukan. Melalui proses ini siswa akan berpikir, bernalar serta

menggunakan pengetahuan matematikanya untuk mengubah masalah yang ada

dalam bentuk matematika, dan berkolaborasi untuk mempresentasikan ide-ide

kreatif serta inovatif. Sesuai dengan pernyatan Nabilah & Wardono (2021)

kemampuan literasi matematis siswa baik jika mampu melakukan analisis,

bernalar, memecahkan dan mengkomunikasikan penyelesaian masalah. Lewat

model pembelajaran berbasis masalah, siswa difasilitasi dalam memecahkan

masalah melalui proses matematis sehingga ada peningkatan pada kemampuan

literasi matematis siswa.

Tambunan & Mukhar (2023) komponen literasi matematika memiliki

hubungan dan saling terkait dengan sintaks model pembelajaran berbasis

masalah. Tahapan pertama dan kedua pada model pembelajaran berbasis

masalah yaitu ketika siswa diorientasikan pada permasalahan dan


69

diorganisasikan untuk belajar akan memberikan fasilitas bagi siswa dalam

memahami, merumuskan masalah serta menetapkan model. Pengalaman

tersebut akan mendorong kemampuan mengidentifikasi aspek-aspek

matematis, merepresentasikan situasi secara matematis, dan merancang

strategi. Saat siswa dibimbing menyelidiki secara individu maupun kelompok,

hal tersebut bisa membentuk pengalaman siswa dan melatih siswa untuk

merancang, menerapkan dan menggunakan model maupun kemampuan

matematika. Terdorong dan terlatihnya kemampuan menggunakan konsep

matematika, menjelaskan solusi serta mengevaluasi kewajaran solusi

matematika adalah ketika siswa melalui tahap keempat dan kelima pada model

pembelajaran berbasis masalah.

Berbeda dengan pembelajaran konvensional, guru merupakan pusat

pembelajaran sehingga siswa merasa pembelajaran monoton dan

membosankan. Beberapa siswa tidak mendengarkan penjelasan guru, dan

siswa tidak tertarik untuk belajar matematika (Dewi & Septa, 2019). Sejalan

dengan Hendriana, Johanto, & Sumarmo (2018) mengatakan siswa yang diberi

pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah jauh lebih baik

dibandingkan yang menggunakan model pembelajaran biasa, dan

pembelajaran berbasis masalah meningkatkan rasa percaya diri siswa dan

meningkatkan kualitas pemecahan masalah. Sesuai analisis data yang sudah

dilakukan dan didukung oleh penelitian serupa, model pembelajaran berbasis

masalah terbukti dapat membantu siswa selama kegiatan pembelajaran karena

menuntut siswa terlibat aktif baik secara mandiri ataupun kelompok.


70

Meskipun siswa diberikan pembelajaran berbasis masalah yang dirancang

dengan baik, tidak semua siswa memiliki motivasi dalam mengikuti

pembelajaran. Menurut Miftah, Kurniawati, & Solicha (2020) matematika

memiliki ciri khas objek yang abstrak, memiliki konsep dan prinsip yang

bertingkat serta pemecahan masalah yan bertahap inilah yang menjadikan

hambatan belajar siswa. Sejalan dengan Tyas (2017) mengatakan memilih

masalah yang mengarah pada masalah nyata harusnya mampu mendorong

siswa memperluas pengetahuannya melalui lingkungan sehari-hari, namun

beberapa siswa tidak terbiasa dengan pembelajaran menggunakan masalah

nyata. Hal inilah yang menjadikan hambatan dalam proses pembelajaran

berbasis masalah. Selain itu menurut Tyas (2017) guru mengalami hambatan

terutama pada fase ketiga proses pembelajaran berbasis masalah. Berperan

sebagai fasilitator, membimbing, mendorong pemahaman siswa agar lebih

mendalam, serta mendukung motivasi siswa dalam belajar bukan suatu hal

yang mudah. Menurut Nisa (2021) mengatakan bahwa motivasi belajar siswa

yang rendah mempengaruhi kemandirian belajar siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Sejalan dengan Murtiyasa & Al Karomah (2020)

motivasi belajar sangat berpengaruh pada hasil belajar matematika. Siswa yang

memiliki motivasi belajar tinggi hasil belajarnya lebih baik daripada siswa

yang memiliki motivasi belajar rendah.


71

B. Kemampuan Literasi Matematika Siswa

Berdasarkan hasil analisis kemampuan literasi matematika, Adapun

pembahasan dipaparkan sebagai berikut.

1) Kemampuan literasi matematika siswa berkemampuan tinggi

Pada indikator merumuskan situasi matematis yaitu menguraikan

matematika ke dalam berbagai konteks, siswa dengan kategori tinggi dalam

menjawab permasalahan yang diberikan mampu mengidentifikasi masalah,

mengidentifikasi informasi atau pengetahuan yang terdapat pada soal dengan

tepat, mampu mengkomunikasikan masalah secara langsung, serta memahami

dengan benar maksud dari soal. Subjek dengan kategori tinggi juga mampu

menyajikan permasalahan kedalam bentuk matematika. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Lestari & Annizar (2020) siswa yang dapat

menunjukkan apa yang mereka ketahui serta data yang diperlukan tentang

masalah yang dihadapi menunjukkan bahwa mereka memahami masalah

tersebut. Hal ini juga sejalan dengan keterkaitan antara pembelajaran berbasis

masalah dengan teori Bruner yang mengatakan siswa perlu dilatih dalam

melakukan penyusunan representasinya agar mampu meningkatkan

kemampuannya dalam menggunakan konsep, teorema, definisi dan yang

lainnya (Isroila dkk., 2018).

Tahapan selanjutnya menerapkan penyelesaian masalah yang diberikan,

subjek berkemampuan tinggi mampu menentukan rencana penyelesaian yang

ada kaitannya dalam memecahkan masalah secara tepat. Sejalan dengan teori

Bruner yang mengatakan berpikir ialah aktivitas manusia yang mengarah pada
72

penemuan yang berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini, kita berpikir untuk

menemukan pemahaman yang kita inginkan (Sakti, Retnaningrum, &

Irmawan, 2017).

Siswa berkemampuan matematika tinggi mahir menerapkan skema

pemecahan masalah langkah demi langkah dengan benar, dan terampil

menggunakan operasi hitung untuk menemukan penyelesaian yang tepat dari

masalah yang diberikan. Dalam memecahkan masalah siswa diharapkan

menggunakan kemampuannya dalam memahami, merancang, merencanakan

untuk menyelesaikan masalah (Yuwono, Supanggih, & Ferdiani, 2018).

Pada tahap menafsirkan matematika yaitu melihat kembali penyelesaian

pada masalah yang diberikan siswa berkemampuan tinggi mampu melihat

kembali prosedur pemecahan masalah yang telah dilakukan, mampu melihat

kembali hasil penyelesaian, dan mampu menafsirkan solusi pemecahan

masalah yang didapatkan dengan kemampuan nya sendiri. Kemampuan sendiri

ini yang menjadikan alasan bahwa kemampuan setiap siswa untuk

memecahkan masalah sesuai dengan pendapatnya sendiri, dikarenakan setiap

individu mempunyai kemampuannya sendiri yang tidak dapat dibandingkan

dengan yang lainnya (Khoirudin, Setyawati, & Nursyahida, 2017). Hal ini

dikuatkan dengan teori bruner yang mengatakan untuk menanamkan gagasan

atau interpretasi tertentu dalam pikiran, siswa harus menguasai konsep dengan

cara mencoba dan melakukannya sendiri (Isroila dkk., 2018).


73

2) Kemampuan literasi matematika siswa berkemampuan sedang

Pada tahap merumuskan situasi matematis memahami masalah pada

permasalahan yang diberikan, subjek berkemampuan matematika sedang dapat

mengidentifikasi informasi atau pengetahuan yang ada dalam soal dengan

tepat, mampu mengkomunikasikan masalah secara langsung, serta memahami

dengan benar maksud dari soal. Siswa mampu menyajikan permasalahan

kedalam bentuk matematika hal ini sejalan dengan OECD (2017) pada proses

merumuskan situasi secara matematis setiap orang diharapkan mampu

memahami dalam menganalisis, mengatur, menerjemahkan, dan memecahkan

masalah di kehidupan sehari-hari kedalam bentuk matematika.

Tahap menerapkan penyelesaian pada masalah yang diberikan, subjek

berkemampuan sedang mampu menentukan rencana penyelesaian yang ada

kaitannya untuk memecahkan masalah secara benar. Siswa berkemampuan

matematika sedang terampil dalam menerapkan skema pemecahan masalah

langkah demi langkah dengan benar, dan terampil menggunakan operasi hitung

untuk menemukan penyelesaian yang tepat dari masalah yang diberikan.

Dalam memecahkan masalah siswa diharapkan menggunakan kemampuannya

dalam memahami, merancang, merencanakan untuk menyelesaikan masalah

(Yuwono, Supangsih, & Ferdiani, 2018). Bruner mengatakan bahwa

pembelajar matematika berhasil jika fokus pembelajaran pada konsep dan

struktur dalam materi yang diajarkan (Kusumadewi, Ulia, & Ristanti, 2019).

Pada tahap menafsirkan matematika saat melihat kembali penyelesaian

pada soal nomor 2, siswa berkemampuan sedang mampu menunjukkan hasil


74

yang didapatkan seperti yang sudah ditulis dalam pengerjaanya. Akan tetapi,

pada soal nomor 1 dikarenakan adanya kesalahan pada tahap pengerjaan

sebelumnya mengakibatkan tidak tepat dalam penarikan kesimpulan oleh siswa

berkemampuan sedang. Menurut Yanti (2017) siswa melakukan kesalahan

disebabkan siswa kurang teliti, ceroboh, lupa, dan kurang memahami konsep.

Selaras dengan penelitian Fatahillah, Wati, & Susanto (2017) menyatakan

bahwa siswa tidak menuliskan kesimpulan karena siswa tidak terbiasa

menuliskan kesimpulan dalam menyelesaikan soal.

3) Kemampuan literasi matematika siswa berkemampuan rendah

Pada proses pengerjaan soal 1 siswa menuliskan informasi yang ada dalam

soal, setelah itu memisalkan informasi pada soal dan membuat model

matematiknya. Namun siswa tidak melanjutkan mengerjakan dikarenakan

mengalami kesulitan dalam menentukan konsep atau strategi menyelesaikan

soal. Hal ini sejalan dengan Fatahillah, Wati, & Susanto (2017) menyatakan

bahwa penyebab kesalahan siswa dalam menuliskan informasi yang terdapat

dalam soal adalah siswa belum memahami makna setiap informasi yang ada

dalam soal sehingga keliru dalam menuangkannya ke dalam bentuk

matematika. Islamiyah, Prayitno, & Amrullah (2018) mengatakan bahwa yang

menyebabkan siswa tidak menuliskan kesimpulan ialah siswa tidak dapat

melanjutkan pengerjaannya sampai menemukan hasil penyelesaian sehingga

siswa tidak menemukan kesimpulan. Pada soal nomor 2 siswa berkemampuan

matematika rendah tidak menuliskan pemecahan masalah apapun (tidak

dikerjakan). Hal ini disebabkan siswa tidak dapat mengubah informasi yang
75

terdapat dalam soal menjadi kalimat matematika karena siswa belum

memahami persoalan yang diberikan (Fatahillah, Wati, & Susanto, 2017).

Berdasarkan hasil wawancara dan jawaban siswa diambil kesimpulan

kemampuan literasi matematika pada siswa kemampuan tinggi memiliki

kemampuan literasi matematika sangat baik, ditunjukkan dari siswa mampu

menjadikan permasalahan nyata ke dalam bentuk matematika, mampu

menyajikan kembali permasalahan sehingga lebih jelas, mampu menuliskan

prosedur penyelesaian dengan benar, menentukan konsep, dan mengevaluasi

hasil jawaban.

Faktor yang menjadikan siswa berkemampuan tinggi yaitu model

pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis masalah dimana dalam

model ini, siswa diberikan masalah-masalah nyata yang memerlukan konsep

matematika dalam pemecahan masalah (Inayah, Buchori, & Pramasdyahsari,

2021). Pemberian soal uraian dalam bentuk cerita pada model pembelajaran

berbasis masalah juga salah satu faktor yang menjadikan siswa berkemampuan

tinggi. Menurut Sari, Sugiyanti, & Pramasdyahsari (2021) menyatakan bahwa

format tes uraian memberikan kesempatan untuk siswa menganalisis,

mengorganisasikan ide mereka, dan siswa diminta untuk mengembangkan

temuan mereka sendiri dan menuliskan dalam format yang terstruktur.

Kemudian soal cerita matematika merupakan modifikasi soal matematika yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan teori Bruner

pembelajaran yang baik apabila guru memberi kesempatan untuk siswa


76

mengeksplorasi dan menemukan sendiri konsep-konsep melalui contoh yang

terdapat dalam kehidupan sehari-hari (Kusumadewi et al., 2019).

Siswa dalam kategori berkemampuan sedang mempunyai kemampuan

literasi matematika sangat baik dapat menjadikan permasalahan dari dunia

nyata ke bentuk matematika ditunjukkan dengan mampu untuk merencanakan

strategi dengan mengingat kembali sifat atau pola masalah yang pernah

dipecahkan dan membandingkannya dengan masalah yang akan dipecahkan.

Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan menuliskan langkah-langkah

penyelesaian secara tepat dan menuliskannya secara berurutan. Meskipun

rumusnya benar, perhitungannya masih memiliki kesalahan yang

menyebabkan hasil akhirnya terdapat kesalahan. Hal ini sejalan dengan teori

Bruner yang mengatakan pembelajaran matematika ditandai dengan hubungan

belajar yang spiral antara pengetahuan siswa sebelumnya dengan konsep yang

diajarkan (Nurkamilah, Nugraha, & Sunendar, 2018).

Siswa dalam kategori rendah mempunyai kemampuan literasi cukup

rendah. Pada soal nomor 1 dan soal nomor 2 meskipun memiliki kemiripan

dalam pengerjaannya namun siswa berkemampuan rendah berbeda dalam

memperlakukan dua soal ini. Pada soal nomor 1 siswa berkemampuan rendah

bisa menuliskan informasi yang ada pada soal, memisalkan informasi yang

diperoleh dan membuat model matematika, namun untuk langkah selanjutnya

siswa tidak melanjutkan pengerjaannya. Pada nomor 2 siswa memilih tidak

mengerjakannya.
77

Penyebab siswa berkemampuan rendah salah satunya adalah kurangnya

motivasi belajar siswa terhadap matematika. Kurangnya motivasi dan minat

siswa terhadap matematika juga dapat mempengaruhi literasi matematika

siswa. Jika siswa tidak memahami pentingnya dan manfaat belajar matematika

siswa tidak akan cukup termotivasi untuk mengembangkan kemampuan literasi

matematikanya (Kitsantas et al., 2021). Kemudian keterbatasan siswa dalam

pemahaman konsep matematika dasar, seperti penjumlahan, pengurangan,

perkalian, dan pembagian. Jika siswa tidak memiliki dasar yang kuat, dalam

memahami konsep matematika yang lebih kompleks siswa akan mengalami

kesulitan (Badraeni dkk., 2020). Selanjutnya literasi matematika

membutuhkan latihan yang mendalam tentang konsep-konsep matematika.

Jika siswa tidak diberikan kesempatan yang cukup untuk berlatih dan

memperdalam pemahaman mereka melalui berbagai macam masalah

matematika, maka kemampuan literasi matematika mereka tidak berkembang

secara memadai (Radiusman, 2020).


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dengan memperhatikan tiga

indikator yaitu membentuk situasi matematis, menerapkan matematika, dan

menafsirkan matematika dapat disimpulkan bahwa

1. Kemampuan literasi matematika siswa kategori tinggi yaitu siswa dapat

memahami masalah dengan baik dilihat dari siswa mampu menuliskan

informasi yang disajikan, siswa mampu menjadikan masalah nyata ke

bentuk matematika, siswa mampu menggunakan konsep, fakta, dan

prosedur dalam merumuskan menyajikan dan menyelesaikan masalah

matematika, siswa dapat menarik kesimpulan dari hasil jawaban yang

diperoleh, siswa dapat menuliskan dan menjelaskan kembali hasil

jawabannya

2. Kemampuan literasi matematika siswa kategori sedang yaitu siswa mampu

memahami masalah dengan baik dilihat dari caranya memisalkan

informasi yang ada ke bentuk model matematika, siswa mampu

menggunakan konsep, fakta dalam menyelesaikan masalah matematika.

siswa mampu mengaitkan permasalahan yang pernah diselesaikan dengan

permasalahan yang baru disajikan, siswa belum mampu menarik

kesimpulan dari hasil jawaban yang diperoleh.

3. Kemampuan literasi matematika siswa kategori rendah yaitu siswa dapat

menuliskan informasi yang ada pada soal dan mengubah masalah nyata

78
79

kedalam model matematika, siswa tidak memahami permasalahan yang

diberikan, siswa tidak menyelesaikan satupun permasalahan yang

diberikan dengan benar sesuai indikator literasi matematika.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

mengemukakan beberapa saran sebagai berikut.

1. Untuk guru, siswa mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda.

Memberikan perhatian pada siswa yang tingkat kemampuan literasi

matematikanya rendah, siswa dengan tingkat literasi matematika rendah

lebih sering diberi Latihan soal yang bertujuan untuk mengasah

kemampuan literasinya.

2. Penelitian ini terbatas pada kemampuan literasi matematika menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah. Untuk penelitian selanjutnya

dengan topik yang serupa dengan penelitian ini alangkah baiknya

mengkaji lebih luas lagi dengan variabel yang berbeda misalnya gaya

belajar, gender, atau motivasi belajar siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2020). Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Berbasis


Proyek Literasi, Dan Pembelajaran Inkuiri Dalam Meningkatkan Kemampuan
Koneksi Matematis. Profesi Pendidikan Dasar, 7(1), 37–52.
https://doi.org/10.23917/ppd.v7i1.10736
Aritonang, I., & Safitri, I. (2021). Pengaruh Blended Learning Terhadap Peningkatan
Literasi Matematika Siswa. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika,
05(01), 735–743.
Badraeni, N., Pamungkas, R. A., Hidayat, W., Rohaeti, E. E., & Wijaya, T. T. (2020).
Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan Kemampuan Pemahaman Matematik Dalam
Mengerjakan Soal Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Cendekia : Jurnal
Pendidikan Matematika, 4(1), 247–253.
https://doi.org/10.31004/cendekia.v4i1.195
Budiman, H. (2017). Peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan. Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8, 75–83. Retrieved from
https://media.neliti.com/media/publications/177430-ID-peran-teknologi-
informasi-dan-komunikasi.pdf
Dewi, P. S., & Septa, H. W. (2019). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan
Disposisi Matematis Siswa Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Mathema
Journal, 1(1), 31–39. Retrieved from
https://ejurnal.teknokrat.ac.id/index.php/jurnalmathema/article/view/352
Fatahillah, A., Wati, Y. F., & Susanto. (2017). Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berdasarkan Tahapan Newman Beserta
Bentuk Scaffolding yang Diberikan. Kadikma, 8(1), 40–51.
Fatwa, V. C., Septian, A., & Inayah, S. (2019). Kemampuan Literasi Matematis Siswa
melalui Model Pembelajaran Problem Based Instruction. Mosharafa: Jurnal
Pendidikan Matematika, 8(September).
Hendriana, H., Johanto, T., & Sumarmo, U. (2018). The role of problem-based learning
to improve students’ mathematical problem-solving ability and self confidence.
Journal on Mathematics Education, 9(2), 291–299.
https://doi.org/10.22342/jme.9.2.5394.291-300
Hidayat, R., Roza, Y., & Murni, D. A. (2018). Peran Penerapan Model Problem Based
Learning (PBL) terhadap Kemampuan Literasi Matematis dan Kemandirian
Belajar. Journal for Research in Mathematics Learning), 1(3), 213–218.
Hotimah, H. (2020). Penerapan Metode Pembelajaran Problem Based Learning Dalam
Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Edukasi,
7(3), 5. https://doi.org/10.19184/jukasi.v7i3.21599
Inayah, Z., Buchori, A., & Pramasdyahsari, A. S. (2021). The Evectiveness of Problem
Based Learning (PBL) and Project Based Learning (PjBL) Assisted Kahoot
Learning Models On Student Learning Outcomes. International Journal of
Research in Education, 1(2), 129–137. https://doi.org/10.26877/ijre.v1i2.8630
Indah, N., Mania, S., & Nursalam, N. (2016). Peningkatan Kemampuan Literasi
Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Di Kelas Vii Smp Negeri 5 Pallangga Kabupaten Gowa. MaPan, 4(2),
200–210. https://doi.org/10.24252/mapan.2016v4n2a4

80
81

Islamiyah, A. C., Prayitno, S., & Amrullah, A. (2018). Analisis Kesalahan Siswa SMP
pada Penyelesaian Masalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal
Didaktik Matematika, 5(1), 66–76. https://doi.org/10.24815/jdm.v5i1.10035
Isroila, A., Munawaroh, F., Rosidi, I., & Muharrami, L. K. (2018). Pengaruh Self
Confidence Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Melalui Penerapan Model
Problem Based Learning. Natural Science Education Research, 1(1), 1–8.
https://doi.org/10.21107/nser.v1i1.4151
Khoirudin, A., Setyawati, R. D., & Nursyahida, F. (2017). Profil Kemampuan Literasi
Matematika Siswa Berkemampuan Matematis Rendah dalam Menyelesaikan Soal
Berbentuk PISA, 8(2), 33–42.
Kitsantas, A., Cleary, T. J., Whitehead, A., & Cheema, J. (2021). Relations among
classroom context, student motivation, and mathematics literacy: a social cognitive
perspective. Metacognition and Learning, 16(2), 255–273.
https://doi.org/10.1007/s11409-020-09249-1
Kurniasih Eka Sakti, Elly Retnaningrum, I. (2017). Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Ekonomi Akuntansi, Vol. 3(1), 23–24.
Kusumadewi, R. F., Ulia, N., & Ristanti, N. (2019). Efektivitas Model Pembelajaran
Discovery Learning Terhadap Kemampuan Literasi Matematika di Sekolah Dasar.
Sekolah Dasar: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan, 28(1), 11–16.
https://doi.org/10.17977/um009v28i12019p011
Lestari, A. C., & Annizar, A. M. (2020). Proses Berpikir Kritis Siswa dalam
Menyelesaikan Masalah PISA Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Komputasi.
Jurnal Kiprah, 8(1), 46–55. https://doi.org/10.31629/kiprah.v8i1.2063
Madyaratri, D. Y., Wardono, & Prasetyo, A. P. B. (2019). Kemampuan Literasi
Matematika Siswa pada Pembelajaran Problem Based Learning dengan Tinjauan
Gaya Belajar. Prisma, Prosicing Seminar Nasional Matematika, 2, 648–658.
Retrieved from https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/29213
Maryati, I. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Pola
Bilangan Di Kelas Vii Sekolah Menengah Pertama. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
Matematika, 7(1), 63–74. https://doi.org/10.31980/mosharafa.v7i1.342
Masania, M., Senduk, J., & Goni, A. M. (2021). Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V
SD GMIM 8 TOMOHON. Edu Primary Journal : Jurnal Pendidikan Dasar, 2(2).
Masjaya, & Wardono. (2018). Pentingnya Kemampuan Literasi Matematika untuk
Menumbuhkan Kemampuan Koneksi Matematika dalam Meningkatkan SDM.
PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 1, 568–574.
Miftah, R., Kurniawati, L., & Solicha, T. P. (2020). Mengatasi Learning Obstacle
Konsep Transformasi Geometri Dengan Didactical Design Research.
ALGORITMA: Journal of Mathematics Education, 1(2), 156–166.
https://doi.org/10.15408/ajme.v1i2.14076
Murtiyasa, B., & Al Karomah, I. I. (2020). The impact of learning strategy of problem
solving and discovery towards learning outcomes reviewed from students learning
motivation. Universal Journal of Educational Research, 8(9), 4105–4112.
https://doi.org/10.13189/ujer.2020.080936
Nabilah, F., & Wardono. (2021). Kemampuan Literasi Matematis dengan Higher Order
82

Thinking pada Pembelajaran CIRC Bernuansa SPUR Berbantuan Google


Classroom. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 4, 200–207.
Retrieved from https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/44963
Nasution, S. R., & Mujib, A. (2022). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis
Masalah. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 40–48.
https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.1850
Nisa, L. K. N. (2021). Mewujudkan Motivasi Kemandirian Belajar Selama Penerapan
Sistem Pembelajaran Online Era Covid-19. Jurnal Elementaria Edukasia, 4(1), 65–
72. https://doi.org/10.31949/jee.v4i1.2885
Nurkamilah, M., Nugraha, M. F., & Sunendar, A. (2018). Mengembangkan Literasi
Matematika Siswa Sekolah Dasar melalui Pembelajaran Matematika Realistik
Indonesia. Jurnal Theorems (The Original Research of Mathematics), 2(2), 70–79.
Retrieved from http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th/article/view
OECD. (2017). PISA 2015 Assessment and Analytical Framework: Science, Reading,
Mathematic, Financial Literacy and Collaborative Problem Solving (Revised
Edition). OECD Publishing.
Pamungkas, M. D., & Franita, Y. (2019). Keefektifan problem based learning untuk
meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan
Dan Pengajaran Matematika, 5(2), 75–80.
Pernandes, O., & Asmara, A. (2020). Kemampuan Literasi Matematis Melalui Model
Discovery Learning di SMP, 05(01), 140–147.
Prabawati, M. N., Herman, T., & Turmudi, T. (2019). Pengembangan Lembar Kerja
Siswa Berbasis Masalah dengan Strategi Heuristic untuk Meningkatkan
Kemampuan Literasi Matematis. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(1),
37–48. https://doi.org/10.31980/mosharafa.v8i1.383
Pratiwi, D., & Ramdhani, S. (2017). Penerapan Model Problem Based Learning ( Pbl )
Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematis Siswa Smk. Jurnal
Gammath, 2(2), 1–13.
Radiusman, R. (2020). Studi Literasi: Pemahaman Konsep Anak Pada Pembelajaran
Matematika. FIBONACCI: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika, 6(1),
1. https://doi.org/10.24853/fbc.6.1.1-8
Sari, E. K., Sugiyanti, S., & Pramasdyahsari, A. S. (2021). Profil Kemampuan Literasi
Matematis Siswa Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Menyelesaikan Soal
Cerita Berbasis PISA. Jurnal Gantang, 6(1), 83–92.
https://doi.org/10.31629/jg.v6i1.3286
She, H. C., Stacey, K., & Schmidt, W. H. (2018). Science and Mathematics Literacy:
PISA for Better School Education. International Journal of Science and
Mathematics Education, 16, 1–5. https://doi.org/10.1007/s10763-018-9911-1
Suartini, N. K. (2020). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Benda
Konkret Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV. Jurnal
Pendidikan Dasar, 5(1), 56–60.
Supriadi, N., & Damayanti, R. (2016). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Lamban Belajar dalam Menyelesaikan Soal Bangun Datar. Al-Jabar : Jurnal
Pendidikan Matematika, 7(1), 1–9. https://doi.org/10.24042/ajpm.v7i1.21
Tambunan, T. D. A., & Mukhar. (2023). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
83

Learning Berbantuan Geogebra Untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi


Matematis Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Medan. Journal of Student
Research(JSR), 1(3), 75–98.
Tyas, R. (2017). Kesulitan Penerapan Problem Based Learning dalam Pembelajaran
Matematika. Tecnoscienza, 2, 43–52.
Ubaidah, N., Zaenuri, Z., Junaedi, I., & Sugiman, S. (2022). Mathematical Literacy :
Ethnomathematics in PISA Leveling Representations. ISET: International
Conference on Science, Education and Technology, 1249–1258.
Yanti, A. F. (2017). Analisis Kesalahan Siswa Kelas X Dalam Menyelesaikan Soal
Logika Matematika, 1(1).
Yuhani, A., Zanthy, L. S., & Hendriana, H. (2018). Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Smp. JPMI
(Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 1(3), 445.
https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i3.p445-452
Yuwono, T., Supanggih, M., & Ferdiani, R. D. (2018). Analisis Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Prosedur
Polya. Jurnal Tadris Matematika, 1(November), 137–144.
https://doi.org/10.21274/jtm.2018.1.2.137-144

Anda mungkin juga menyukai