SKRIPSI
HALAMAN JUDUL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
HALAMAN JUDUL Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Maylani Safitri
34201800021
Oleh
Maylani Safitri
34201800021
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
ِص ٰلوة
َّ ص ۡب ِر َوال
َّ است َ ِع ۡينُ ۡوا بِال
ۡ َو
“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu …”
………………….
………………….
PERSEMBAHAN
v
SARI
vi
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat
Sholawat serta salam peneliti haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
akhir peneliti dalam memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S1)
Masalah FPB dan KPK”. Sangat disadari bagi peneliti bahwa selesainya skripsi ini
M.Pd dan dosen pembimbing II Dr. Imam Kusmaryono, M.Pd yang telah
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, yang peneliti
percaya bantuan tersebut merupakan perantara dari Allah SWT. Oleh karena itu,
peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
1. Prof. Dr. Gunarto, SH., M.Hum sebagai Rektor Universitas Islam Sultan
Agung.
viii
3. Dr. Hevy Risqi Maharani, M.Pd sebagai Kaprodi Pendidikan Matematika
FKIP Unissula
8. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Pendidikan Matematika FKIP Unissula yang
9. Kedua orang tua tersayang yang tak pernah lelah memberikan dukungan
baik moril maupun materil, yang selalu mendoakan saya, memberikan kasih
kebahagiaan saya.
10. Pimpinan, Kabid dan para staff di Badan Amil Zakat Kota Semarang yang
selama perkuliahan.
11. Sahabat-sahabat saya yang selalu menjadi teman keluh kesah dan
memberikan motivasi.
dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada peneliti dalam proses
13. Semua pihak yang tidak bisa saya sebut satu persatu yang telah membantu
ix
Ucapan terimakasih yang terakhir kepada peneliti sendiri karena telah
bekerja keras untuk menyelesaikan skripsi ini, bertanggung jawab atas tugas
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak
yang terkait.
Penulis
x
DAFTAR ISI
xi
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 27
4.2. Triangulasi Data Subjek dalam Mengerjakan Soal FPB dan Soal KPK . 143
xii
Lampiran 1: Kisi-Kisi Soal Tes Pemahaman Relasional .................................... 175
Lampiran 4: Rubrik Penilaian Analitik Pada Tes Tertulis Pada Siswa Kelas IV SD
dalam Menyelesaikan Masalah FPB dan KPK ................................................... 177
Lampiran 5: Hasil Tes Tertulis Pemahaman Relasional pada Masalah FPB dan KPK
184
Lampiran 7: Rubrik Penilaian Analitik Pada Tes Tertulis dan Tes Wawancara
Pemahaman Relasional Pada Subjek Terpilih..................................................... 187
Lampiran 12: Tabel Persentase Hasil Tes Tertulis Menggunakan Pedoman Rubrik
Analitik................................................................................................................ 198
Lampiran 13: Tabel Persentase Pemenuhan Indikator dari Hasil Tes Tertulis dan
Wawancara dalam Menyelesaikan Masalah FPB dan KPK Pada Subjek Penelitian
Menggunakan Pedoman Rubrik Analitik ............................................................ 200
xiii
Lampiran 16: Lembar Kegiatan Bimbingan Skripsi ........................................... 218
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
Gambar 4. 16. Jawaban ATN untuk menguji indikator memperoleh jawaban tepat
pada soal nomor 1 ................................................................................................. 83
Gambar 4. 17. Hasil subjek ATN untuk dilihat pengetahuan prasyarat saat
melakukan prosedur penyelesaian pada nomor 1.................................................. 87
Gambar 4. 18. Kesalahan Subjek ATN dalam Melakukan Prosedur Penyelesaian
FPB dengan Metode Pohon Faktor ....................................................................... 89
Gambar 4. 19. Soal permasalahan FPB................................................................. 92
Gambar 4. 20. Soal permasalahan KPK ................................................................ 92
Gambar 4. 21. Menunjukkan ATN menulis serangkaian prosedur pada soal nomor
2 ............................................................................................................................. 94
Gambar 4. 22. Menunjukkan kelancaran ATN menulis serangkaian prosedur pada
soal nomor 2 .......................................................................................................... 95
Gambar 4. 23. Jawaban ATN pada soal nomor 2 ................................................. 98
Gambar 4. 24. Subjek ATN dalam pengetahuan prasyarat saat melakukan prosedur
penyelesaian KPK pada nomor 2 ........................................................................ 103
Gambar 4. 25. Kesalahan Subjek ATN dalam Melakukan Prosedur Penyelesaian
KPK dengan Metode Daftar Kelipatan ............................................................... 105
Gambar 4. 26. Soal permasalahan FPB............................................................... 110
Gambar 4. 27. Soal permasalahan KPK .............................................................. 110
Gambar 4. 28. Subjek FSA dalam menuliskan serangkaian prosedur pada soal
nomor 1 ............................................................................................................... 112
Gambar 4. 29. Kelancaran subjek FSA dalam menulis serangkaian prosedur pada
soal nomor 1 ........................................................................................................ 114
Gambar 4. 30. Jawaban FSA untuk menguji indikator memperoleh jawaban tepat
pada soal nomor 1 ............................................................................................... 117
Gambar 4. 31. Hasil subjek FSA untuk dilihat pengetahuan prasyarat saat
melakukan prosedur penyelesaian pada nomor 1................................................ 122
Gambar 4. 32. Kesalahan Subjek FSA dalam Melakukan Prosedur Penyelesaian
FPB dengan Metode Pohon Faktor ..................................................................... 123
Gambar 4. 33. Soal permasalahan FPB............................................................... 127
Gambar 4. 34. Soal permasalahan KPK ............................................................. 127
xvi
Gambar 4. 35. Subjek FSA dalam menuliskan serangkaian prosedur pada soal
nomor 2 ............................................................................................................... 129
Gambar 4. 36. Kelancaran subjek FSA dalam menulis serangkaian prosedur pada
soal nomor 2 ........................................................................................................ 130
Gambar 4. 37. Jawaban FSA untuk menguji indikator memperoleh jawaban tepat
pada soal nomor 2 ............................................................................................... 133
Gambar 4. 38. Hasil subjek FSA untuk dilihat pengetahuan prasyarat saat
melakukan prosedur penyelesaian pada nomor 1................................................ 138
Gambar 4. 39. Soal permasalahan FPB............................................................... 144
Gambar 4. 40. Soal permasalahan KPK .............................................................. 144
xvii
DAFTAR TABEL
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
salah satunya yaitu matematika. Seperti yang di kutip oleh Wahyuningsih, Rezeki,
kepada berbagai lapisan warga masyarakat yang khusunya peserta didik dari
jenjang siswa SD hingga jenjang mahasiswa di bangku kuliah guna memberi bekal
siswa agar berkemampuan berfikir menggunakan akal secara kritis, analitis dan
mengasah pemikiran kreatif siswa serta melatih kemampuan dalam bekerja sama.
Mata pelajaran matematika memberikan kontribusi yang sangat besar, mulai dari
yang sederhana sampai yang kompleks, dari yang abstrak sampai yang konkrit
cara, salah satunya melalui penyelesaian pada soal open ended. Dengan diberikan
permasalahan dalam bentuk open ended tersebut yang salah satunya adalah masalah
siswa untuk belajar lebih baik karena yang dipelajari oleh siswa berkaitan dengan
peristiwa yang terjadi di sekelilingnya (Hidayat & Widjajanti, 2018). Ada banyak
keuntungan yang diperoleh ketika menyelesaikan soal open ended, salah satunya
yaitu dapat memberikan pengalaman nyata bagi siswa dalam proses bernalar serta
1
2
Saat ini banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh siswa SD, salah
Seperti yang disampaikan oleh Komalasari & Wihaskoro (2017) meskipun soal
cerita open ended sudah sering dijumpai oleh siswa, tetapi pada kenyataannya
masih banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaiakan masalah soal cerita
cerita, hal itu disebabkan siswa mengalami beberapa masalah, salah satu masalah
yang dialami yaitu ketika siswa mencoba memahami arti kalimat dalam soal cerita
Gufron, Basir, Aminudin (2021) ketika siswa mengerjakan tes literasi numerasi
yaitu siswa belum bisa mengutarakan informasi yang terdapat pada soal serta belum
bisa menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan. Siswa yang pemahaman
suatu konsep matematis, menjelaskan kembali apa yang telah dipahami serta dapat
relasional. Menurut Skemp dalam Utomo & Huda (2020) pemahaman relasional
siswa dapat mengaitkan sesuatu dengan hal yang lain secara benar dan menyadari
proses yang dilakukan (Tianingrum & Sopiany, 2017). Sedangkan Marhami (2016)
pemahaman yang penting bagi siswa karena saat siswa memiliki pemahaman ini
dengan baik, selain itu siswa juga menyadari proses yang sedang dilakukan
beberapa peneliti, misalkan penelitian dari Wicaksono & Linuhung (2016) yang
terbiasa mengerjakan soal yang kreatif, ketika pembelajaran pasif, tidak konsentrasi
melakukan proses pengerjaan yang tepat. Adapun hasil penelitian dari Sholihah &
ada yang belum terpenuhi dan ada yang sudah terpenuhi sub-indikator pemahaman
oleh kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Sedangkan penelitian dari Sidik
(2016) siswa yang diteliti mengalami dua jenis proses berpikir, yaitu proses berpikir
baik dalam pemahaman relasional apabila mencapai tahap memahami masalah dan
proses pengerjaan yang tepat. Selain itu, belum terpenuhi indikator pemahaman
relasional yang sebabkan oleh kurangnya kemampuan awal yang dimiliki oleh
mencapai tahapan memahami soal dan mengubah soal ke dalam model matematika.
5
untuk dapat memecahkan masalah matematika dengan baik. Maka dari itu, masih
perlu di teliti lebih dalam lagi mengenai pemahaman relasional siswa pada materi-
Peneliti telah melakukan uji coba tes tertulis pada 15 siswa di SD Negeri
berupa soal cerita FPB dan KPK yang berlangsung selama 60 menit, lalu peneliti
dasar tersebut. Tes tertulis dan tes wawancara ini dilaksanakan untuk menganalisis
pemahaman relasional siswa dalam menyelesaikan masalah soal cerita FPB dan
KPK. Berikut salah satu jawaban dari siswa ketika mengerjakan soal cerita yang
Berdasarkan hasil uji coba tes tertulis soal cerita FPB dan KPK di SD Negeri
Wonolopo 02 pada 15 siswa juga masih di luar ekspetasi yang diinginkan. Ketika
dipenuhi secara menonjol yaitu siswa belum melakukan prosedur atau langkah
penyelesaian dengan tepat serta siswa juga belum dapat melakukan perhitungan
dengan tepat. Karena itu, peneliti akan meneliti secara mendalam pada pemahaman
6
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan
a) Permasalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita mengenai FPB dan KPK.
c) Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar
relasional siswa sekolah dasar dalam menyelesaikan masalah FPB dan KPK.
a) Manfaat Teoritis
7
2. Sebagai informasi bagi penelitian sejenis pada masa yang akan datang.
b) Manfaat Praktis
relasional siswa sekolah dasar dalam menyelesaikan masalah FPB dan KPK.
mulai dari sekolah dasar (SD) hingga berbagai lapisan masyarakat tak terkecuali
pada perguruan tinggi untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir
logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama
(2018) kata matematika berasal dari bahasa latin mathematika yang bermula
diambil dari kata Yunani mathematike yang bermakna mempelajari. Perkataan yang
asalnya yaitu mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science).
Kata mathematike berhubungan juga dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu
mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan awal dari
kata matematika memiliki arti pengetahuan yang diperoleh dengan cara bernalar.
teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan-penerapan bidang ilmu lain
matematika oleh peserta didik menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi
di dalam penataan nalar dan pengambilan keputusan dalam era persaingan yang
semakin kompetitif pada saat ini (Siagian, 2016). Matematika yang diajarkan di
berbagai jenjang sekolah seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan
8
9
Masalah open ended disebut juga dengan masalah terbuka, karena masalah
ini diformulasikan memiliki multi strategi penyelesaian yang benar atau multi
terbuka (open-ended problem) adalah soal yang mempunyai banyak solusi atau
berbeda tetapi bernilai benar karena dengan menggunakan soal terbuka ini dalam
terbuka. Aspek keterbukaan dalam soal open ended dapat diklasifikasikan ke dalam
10
3 tipe, yaitu: (1) terbuka proses penyelesaiannya, yaitu soal memiliki beragam cara
penyelesaian, (2) terbuka hasil akhirnya, yaitu soal memiliki banyak jawab yang
benar, dan (3) terbuka pengembangan lanjutannya, yaitu ketika siswa telah
dengan mengubah syarat atau kondisi pada soal yang telah diselesaikan. Jadi, disini
siswa disadarkan bahwa tidak setiap masalah harus memiliki satu jawaban, namun,
guru dan tanpa ada campur tangan guru. Masalah open-ended dibagi menjadi 3,
yaitu:
sederhana.
4) Ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak
ended juga dapat membuat siswa memiliki banyak pengalaman untuk menemukan
bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan,
namun lebih dari itu sehingga siswa memiliki pemahaman lebih akan konsep materi
pelajaran yang disampaikan. (Tanu, 2018). Menurut Kusumawati (2010) agar siswa
pemahaman matematis yang bermakna bagi setiap siswa. Jika seseorang telah
eksternal.
jenis oleh beberapa ahli diantaranya yaitu: (1) Polya, membedakan empat jenis
adalah pemahaman matematis menurut Skemp (1976) yang dibedakan menjadi dua
masalah sehingga siswa memiliki pengetahuan yang lebih luas. Indikator dari
relasional yaitu mengukur sejauh mana kemampuan siswa dapat mengaitkan suatu
Teori yang dikemukakan oleh para ahli pasti memiliki kelebihan serta
kekurangan, termasuk teori yang disampaikan oleh Skemp yang di tulis Utomo &
Huda (2020) dalam bukunya. Berikut ini adalah kekurangan dan kelebihan dari
ide lebih lanjut. Pemahaman relasional ini tidak terlalu peduli terhadap
hasil yang diperoleh, namun lebih peduli dengan proses yang dilakukan
15
panjang bukan hanya mengerti, tetapi juga paham apa yang terjadi dan
c) Teori Skemp ini cocok digunakan untuk proses belajar dan mengajar
matematika
pembelajaran matematika.
antar konsep atau prinsip dengan benar guna menyelesaikan suatu masalah
(Syarifah, 2017). Skemp dalam Utomo & Huda (2020) juga mendefinisikan
baru akan lebih mudah untuk menyelesaikannya. Pernyatan itu didukung oleh
ide dan aturan dalam menyelesaikan masalah matematika. Siswa akan mencapai
konsep dengan konsep lainnya dan memahami setiap langkah yang digunakan
pemahaman relasional juga dapat menyelesaikan masalah yang lebih luas dalam
pemakaiannya lebih bermakna, pemahaman ini memuat suatu skema atau struktur
relasional tidak terbatas dan lebih kompleks ketika seseorang membuat hubungan
antara ide, pemahaman jenis ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan harus
memiliki tujuan dalam setiap pengajaran pada penelitian. Tujuan utama mengajar
17
abstrak.
dimana para siswa harus dapat melakukan prosedur. Namun siswa juga harus dapat
tersebut telah dicapai maka pengetahuan yang ada pada siswa akan lebih
pengetahuan.
relasional yang diadaptasi dari David. Untuk penjelasan lebih detail mengenai
secara jelas bukan hanya berdasarkan hipotesis saja. Untuk dapat mencapai
relasional yang baik dapat melakukan prosedur penyelesaian masalah yang terdiri
FPB dan KPK merupakan singkatan dari faktor persekutuan terbesar dan
menggunakan tiga cara, yaitu dengan menuliskan faktor dan kelipatan, dengan
membuat pohon faktor, dan dengan tabel. Cara yang paling umum digunakan
adalah dengan pohon faktor. Dengan pohon faktor siswa dapat menghitung
persekutuan untuk bilangan besar dan kecil, menentukan faktor prima, sekaligus
Didalam materi FPB dan KPK terdapat Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai oleh siswa, untuk lebih detailnya dapat
kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan atau lebih yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari. Sebelum membahas definisi FPB dan KPK secara
lebih lanjut, siswa harus mengetahui terlebih dahulu definisi dari bilangan prima,
1. Bilangan Prima
Bilangan prima adalah bilangan asli lebih besar dari 1 yang hanya dapat
dibagi oleh 2 bilangan berbeda yaitu bilangan itu sendiri dan bilangan 1. Dengan
kata lain, bilangan prima tidak dapat difaktorisasi menjadi bilangan lain.
2. Faktor
bilangan.
Contohnya:
Angka 6 dapat dibagi habis oleh angka 1, 2, 3 dan 6. Jadi 1, 2, 3 dan 6 merupakan
faktor dari 6.
3. Kelipatan
berurutan.
Contohnya:
21
Pilih satu bilangan yaitu 3, lalu angka 3 tersebut dikalikan dengan bilangan asli
3x1=3
3x2=6
3x3=9
4. FPB
inggris dikenal sebagai great common divisor (GCD). Secara sederhananya FPB
merupakan bilangan bulat positif terbesar yang membagi habis kedua bilangan
5. KPK
bahasa inggris dikenal sebagai least common multiple (LCM). KPK merupakan
kelipatan persekutuan terkecil dari 2 bilangan atau lebih bilangan tersebut. Dengan
kata lain, KPK dari 2 bilangan atau lebih bilangan adalah bilangan bulat terkecil
Contoh: menentukan FPB dari 2 bilangan, yaitu 12 dan 18. Langkah pertama
yang dilakukan adalah mencari faktor atau bilangan yang dapat membagi
12 = 1, 2, 3, 4, 6, 12
18 = 1, 2, 3, 6, 9, 18
Maka dapat diperoleh faktor bilangan terbesar yang sama dari 12 dan 18
Setelah itu diperoleh kelipatan bilangan terkecil yang sama dari 5 dan 6
menggunakan cara sederhana yang dijelaskan pada poin 1 dan 2 diatas, tetapi
cara menggunakan pohon faktor biasanya digunakan jika bilangan yang akan
lalu buat 2 cabang yang mencakup bilangan prima di cabang sebelah kiri, dan
cabang sebelah kanan) dibuat 2 cabang lagi dan dibagi lagi dengan bilangan
Misalnya, ingin mencari faktorisasi prima dari 100, dapat dibuat pohonnya
seperti ini:
Jadi, hasil faktorisasi prima dari 100 seperti pada pohon faktor diatas yaitu 2 x 2 x
Untuk mencari FPB dan KPK dari 2 bilangan atau lebih yaitu:
bilangan yaitu:
Untuk menentukan FPB, langsung dapat ditentukan dengan cara melihat angka
yang sama dengan pangkat terkecil dari kedua bilangan, yaitu 2 dan 3.
2 x 3 = 6.
Sedangkan untuk menentukan KPK, dapat mengambil semua faktor bilangan dan
mengambil angka dengan pangkat terbesar jika ada angka yang sama dari 2
bilangan. Dalam soal diatas pada 48, angka 2 memiliki pangkat terbesar 4. Maka
24 x 3 x 11 = 2 x 2 x 2 x 2 x 3 x 11 = 528.
matematika tidak hanya sebatas penghafalan rumus tetapi juga dapat diterapkan
dikatakan oleh Miherda, dkk. (2014) soal cerita dalam pembelajaran matematika
merupakan soal terapan dari pokok bahasan yang dihubungkan dengan masalah
kehidupan sehari-hari, soal cerita yang menggunakan bahasa umum dan kemudian
Salah satu hal yang diperlukan agar pemecahan masalah matematis dapat
siswa.
Adapun hal yang mendasari pemakaian materi FPB dan KPK adalah
menguasai materi lainnya, salah satunya sebagai bekal menguasai materi pecahan.
Pemberian soal FPB dan KPK juga banyak ditemui soal yang kontekstual (soal
kurangnya pemahaman relasional siswa pada FPB dan KPK, sehingga siswa tidak
mengetahui tahapan yang benar untuk memecahkan masalah dalam soal tersebut
serta ketika mengerjakan soal, siswa tidak menyadari proses yang sedang
dilakukan. Selain itu, siswa masih merasa bingung ketika diberikan soal cerita yang
lagi untuk kedepannya, karena pemahaman relasional yang baik dapat memberikan
relasional siswa SD dalam menyelesaikan soal cerita FPB dan KPK dengan
dan mengenali jenis masalah baru lalu dapat menerapkan prosedur. Apabila siswa
dapat memenuhi 9 indikator tersebut dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa
siswa memiliki pemahaman relasional yang baik sehingga soal cerita dapat
berikut:
Pemahaman
Relasional
peneliti. Agar dapat mencapai tujuan penelitian maka peneliti harus menajamkan
pikiran. Pola pikir yang kritis sangat diperlukan ketika melakukan penelitian
kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip pada buku yang di tulis oleh
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subjek-
data yang menunjukkan detail suatu data yang diteliti agar memperoleh gambaran
secara alami tentang hal-hal yang berkaitan atau berpengaruh terhadap kemampuan
pemahaman relasional siswa SD dalam menyelesaikan masalah soal cerita FPB dan
KPK.
Relasional Siswa sekolah dasar dalam Menyelesaikan Masalah FPB dan KPK.
27
28
relasional soal cerita FPB dan KPK terlebih dahulu kepada responden penelitian
FPB dan KPK. Tujuan pemberian soal tes pemahaman relasional untuk mengetahui
dan menentukan subjek siswa. Setelah siswa mengerjakan tes permasalahan FPB
dan KPK, peneliti mengamati dan mengambil jawaban siswa yang hampir sama
dengan alternatif jawaban tes tertulis yang telah dibuat oleh peneliti yang tersedia
pada lampiran 3.
akan dikategorikan pada level pemahaman tinggi, sedang dan rendah. Lalu, dipilih
1 subjek pada masing-masing kategori level pemahaman tinggi, sedang dan rendah
relasional. Kemudian, ketiga subjek akan diwawancara lebih lanjut dan mendalam
untuk memperoleh data lebih detail. Setelah itu, hasil wawancara subjek juga akan
dari subjek sudah jenuh, maka akan terpilih sebagai subjek yang memenuhi
pemahaman relasional yang sangat baik, siswa yang cukup mampu memenuhi
pemahaman relasional kurang baik. Sedangkan subjek yang belum jenuh akan di
Selain data dideskripsikan secara teks naratif hasil jawaban siswa terhadap
tes dan hasil wawancara untuk 3 subjek utama penelitian, data juga dipaparkan
untuk siswa dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Jika data sudah jenuh maka
pemahaman relasionalnya tinggi, sedang, dan rendah. Untuk lebih detailnya dapat
RESPONDEN
18 Siswa SD Negeri
Wonolopo 02 yang
Siswa mengerjakan tes permasalahan telah menerima
FPB dan KPK materi FPB dan KPK
Tidak
Apakah data sudah jenuh?
Ya
Terpilih 3 subjek dalam memenuhi indikator pemahaman relasional
data yang hendak dikumpulkan (Alhamid & Anufia, 2019). Instrumen penelitian
ini terdiri dari 2 jenis, yaitu instrumen utama dan instrument bantu. Sugiyono
sendiri yang berperan dalam proses pengumpulan data, analisis data dan menarik
merupakan hal yang mutlak, karena peneliti harus berinteraksi dengan lingkungan
baik manusia dan non manusia yang ada dalam lingkup penelitian
Instrumen soal yang digunakan pada penelitian ini berupa soal tertulis
uraian untuk mengetahui pemahaman relasional yang dimiliki siswa sekolah dasar
dalam mengerjakan soal cerita FPB dan KPK. Tes tertulis uraian (essay) berupa
pertanyaan dengan bentuk open-ended. Tes uraian open-ended ini berupa soal cerita
FPB dan KPK sebanyak 2 butir soal. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui
pemahaman relasional yang dimiliki siswa dalam mengerjakan soal cerita FPB dan
2. Dina, Mela dan Icha mengikuti les privat di bimbel Cendekia. Dina datang setiap 3 hari,
Mela setiap 5 hari dan Icha setiap 6 hari. Pada hari minggu tanggal 20 Maret 2022
mereka bertiga datang di bimbel Cendekia untuk pertama kalinya. Pada hari apa dan
tanggal berapa mereka berencana bertemu kembali di bimbel Cendekia?
dilakukan berdasarkan arahan yang dibuat oleh peneliti, selanjutnya peneliti dapat
mendalam tentang topik penelitian yang ingin dikajinya. Wawancara ini dilakukan
pada subjek yang terpilih untuk mendalami mengenai pemahamaan relasional siswa
Pada penelitian ini akan menggunakan 2 jenis lembar validasi, yaitu lembar
validasi instrument soal tertulis dan lembar validasi instrument wawancara. Fungsi
dari lembar validasi ini adalah untuk memberikan penilaian terhadap instrument
35
soal pemahaman relasional pada pemecahan masalah FPB dan KPK dan instrument
Penilaian ini diberikan oleh para ahli yaitu oleh dosen pendidikan matematika FKIP
Unissula dan guru yang sedang mengajar di SD Negeri Wonolopo 02. Penilaian
relasional pada pemecahan masalah FPB dan KPK serta meningkatkan kualitas
Alat rekam berupa tape recorder yang berfungsi untuk merekam semua
Buku catatan pribadi dari peneliti berfungsi mencatat semua hal-hal penting
3.4.6. Kamera
penelitian yaitu saat membagikan instrumen soal uraian open ended dan ketika
dikumpulkan.
36
Metode tes yang digunakan oleh peneliti adalah tes tertulis uraian (essay).
Tes tertulis uraian (essay) ini berupa pertanyaan yang berbentuk open-ended, soal
yang diajukan. Ciri penting dari pertanyaan terbuka adalah kemungkinan bahwa
pertanyaan dapat diselesaikan secara luas, yang berarti bahwa siswa memiliki
kesempatan untuk menggunakan metode apa pun yang di rasa paling tepat untuk
pemikirannya, dapat berpikir dengan sistematis, logis, dan juga kreatif. Hal ini
strategi.
02 dengan waktu pengerjaan 60 menit. Tes uraian open-ended ini berupa soal cerita
FPB dan KPK sebnayak 2 butir soal. Dengan menggunakan tes ini, peneliti dapat
menentukan responden dengan cara mengoreksi hasil tes tertulis soal cerita FPB
37
dan KPK menggunakan alternatif jawaban tes tertulis yang telah dibuat peneliti.
soal cerita FPB dan KPK. Kemampuan pemahaman relasional siswa dapat dilihat
setelah dianalisis menggunakan rubrik yang ada pada lampiran 4, lalu akan
relasional yang sangat baik, siswa yang cukup mampu memenuhi indikator
pemahaman relasional memiliki pemahaman relasional cukup baik dan siswa yang
relasional kurang baik. Setelah itu, pemahaman relasional siswa akan dianalisis
lebih mendalam melalui tahap wawancara pada subjek tinggi, sedang dan rendah
bertukar informasi agar memperoleh keterangan, dengan cara tanya jawab antara
peneliti. Wawancara dapat dilakukan dengan pedoman (guide) wawancara atau pun
tidak. Wawancara bertujuan mencatat opini, perasaan, emosi, dan hal lain berkaitan
peneliti untuk memperoleh data lebih detail, sehingga hal yang belum diketahui
38
dapat dipahami melalui lisan dan ekspresi responden serta dapat mengklarifikasi
teknik wawancara yang dilakukan dengan tanya jawab berdasarkan pedoman yang
untuk mengorek infromasi lebih lanjut secara mendalam tentang topik penelitian
yang ingin dikajinya. Hasil wawancara dapat direvisi karena dalam wawancara
semi terstruktur, ada beberapa ide yang muncul setelah dilaksanakan kegiatan
partisipan, peneliti harus ingat bahwa perlu untuk mengendalikan diri sehingga
tujuan penelitian dapat dicapai dan topik penelitian tergali. (Rachmawati, 2007)
Subjek wawancara pada penelitian ini adalah guru dan siswa yang dijadikan
subjek penelitian setelah mengerjajakan soal cerita FPB dan KPK. Jenis wawancara
yang dipakai adalah wawancara semi terstruktur, yang artinya pada proses
tidak tertulis pada pedoman wawancara yang sudah disusun untuk mengantisipasi
informasi yang tidak sesuai saat dilaksanakan penelitian tersebut. Wawancara ini
digunakan sebagai data pendukung dan penjelasan lebih detail dari hasil tes tertulis
39
uraian. Hasil wawancara pada subjek tinggi, sedang dan rendah yang telah dipilih
akan dianalisis menggunakan rubrik penilaian analitik tes wawancara yang ada
relasional yang sangat baik, siswa yang cukup mampu memenuhi indikator
pemahaman relasional memiliki pemahaman relasional cukup baik dan siswa yang
Metode observasi menjadi salah satu metode pengumpulan data dengan cara
sedang terjadi secara runtut dan baik. Observasi dilakukan peneliti dengan cara
(2011) yaitu tahap deskripsi (memasuki situasi tempat penelitian yang didalamnya
ada subjek, objek dan aktivitas saat penelitian), tahap reduksi (memilih dari yang
40
telah dideskripsikan menjadi sebuah fokus) dan yang terakhir adalah tahap seleksi
(mengurai fokus menjadi elemen yang lebih detail). Hal ini dilakukan untuk
validitas data pada penelitian. Uji kredibilitas data ini sangat penting untuk
adanya persamaan antara apa yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh pada subjek dengan teknik
penelitian yang dilakukan tidak hanya sekedar penelitian saja tapi benar-benar valid
kontkes, isi dan tujuannya. Triangulasi pada penelitian ini yaitu dengan
menganalisis data hasil pekerjaan siswa dengan data hasil wawancara (triangulasi
metode), dan menganalisis serta memeriksa data wawancara dari subjek yang
1. Tahap persiapan
2. Tahap pelaksanaan
4. Pembuatan laporan
Seminar Proposal
1. Tahap Persiapan
matematika.
02.
2. Tahap Pelaksanaan
siswa.
pemahaman relasional.
43
Berikut merupakan gambar bagan Tahap Teknik Analisis Data yang disajikan
pada gambar 3.3:
Mendeskripsikan pemahaman
Penarikan relasional siswa dalam
Kesimpulan menyelesaikan masalah FPB dan
KPK
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
maksud dari data-data yang sudah terkumpul dengan memberikan perhatian dan
merekam sebanyak-banyaknya aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga
sebenarnya.
44
Berdasarkan dari gambar 3.3 akan dijelaskan mengenai model analisis data
kualitatif dari Miles dan Hubermen dalam Sahid (2011) yang terdiri dari 3 (tiga)
tahap, yaitu:
a) Reduksi Data
Data yang diperoleh dari tempat penelitian jumlahnya yang tidak sedikit,
oleh karenanya perlu ditulis secara rinci dan teliti. Mereduksi data artinya
merangkum atau meringkas, memilah hal- hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, mencari tema dan polanya serta membuang data yang tidak
materi FPB dan KPK yang sudah di validasi oleh ahli untuk disesuaikan
siswa yang telah di wawancarai untuk diberi kode berbeda pada masing-
P: Peneliti
45
S: Subjek Penelitian
angka.
b) Penyajian Data
kerja penelitian selanjutnya. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data
yang yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan
sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan
c) Penarikan Kesimpulan
temuan dan melakukan verifikasi data. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa
46
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah
verifikasi data. Hasil yang dapat disimpulkan adalah sejalan dengan tujuan
Setelah hasil jawaban siswa dan hasil tes wawancara mengenai pemahaman
Tahap pertama yaitu mengurus surat izin penelitian, lalu meminta izin
kepada kepala sekolah SD Negeri Wonolopo 02. Penelitian ini dilaksanakan pada
semester genap tahun ajaran 2021/2022. Penelitian dilakukan secara tatap muka
muka dengan protokol kesehatan yang ketat. Selanjutnya yang dilakukan peneliti
yaitu mengamati proses pembelajaran materi FPB dan KPK yang dilakukan oleh
Tahap kedua yaitu pemberian tes pemahaman relasional pada materi FPB
dan KPK untuk memilih 18 sampel jawaban siswa yang di beri skor menggunakan
berdasarkan indikator pemahaman relasional yang ditulis dalam buku Utomo pada
tahun 2020 yang diadaptasi dari Davis. Soal tes pemahaman relasional siswa pada
materi FPB dan KPK yang disusun pada masing-masing soal memiliki level
pencapaian yang sama. Hasil penskoran tes tertulis pemahaman relasional pada
masing subjek yang terpilih agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai
47
48
kategori tinggi, 1 subjek dengan kategori sedang dan 1 subjek dengan kategori
rendah. Wawancara kepada siswa yang bersangkutan untuk mendapat alasan yang
jelas. Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah data hasil siswa
memecahkan masalah FPB dan KPK serta transkrip wawancara. Berikut ini
1) Soal Nomor 1
langkah, dapat diselesaikan dari langkah 1 hingga langkah 4. Untuk lebih jelasnya
menggunakan metode pohon faktor yang terdiri dari langkah 1 hingga langkah 4.
49
jumlah siswa perempuan dan bilangan 72 yang merupakan jumlah siswa laki-laki
diperoleh hasil akhir berupa bilangan prima. Selanjutnya subjek ZNA menuliskan
faktorisasi prima dari hasil pemfaktoran bilangan 60 dan 72 yang berupa bilangan
kelompok belajar dengan jumlah sama banyak pada masing-masing gender siswa
kelas IV. Setelah itu, subjek ZNA menuliskan hasil jawaban dengan tepat yaitu dari
belajar dengan jumlah perempuan sama banyak dan jumlah laki-laki sama banyak.
Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek ZNA, dapat dilihat
metode pohon faktor dengan lengkap dari tahap memfaktorkan bilangan 60 dan 72,
lalu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72, menentukan FPB serta
menuliskan hasil jawaban akhir yaitu 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki
dapat dibagi menjadi 12 kelompok belajar dengan perempuan sama banyak dan
laki-laki sama banyak. Maka, dapat disimpulkan bahwa ZNA memenuhi indikator
menggunakan metode pohon faktor yang terdiri dari langkah 1 hingga langkah 4
tanpa ada kendala. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.2. dibawah
ini:
prima sehingga diperoleh hasil akhir berupa bilangan prima. Selanjutnya ZNA
berupa bilangan prima. Lalu, langkah yang ketiga subjek ZNA menentukan
gender siswa kelas IV. Setelah itu, subjek ZNA menuliskan hasil kesimpulan
51
dengan tepat yaitu dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi
menjadi 12 kelompok belajar dengan jumlah perempuan sama banyak dan jumlah
laki-laki sama banyak. Selain itu, subjek ZNA dapat menyelesaikan soal relatif
[1] P : Apa kamu merasa bingung ketika menyelesaikan permasalahan nomor 1 ini?
[2] ZNA1 : Tidak, saya bisa mengerti masalah dari soal yang diberikan dan bisa menentukan
strategi penyelesaian yang digunakan.
[3] P : Emangnya kamu menggunakan strategi penyelesaian apa?
[4] ZNA1 : Saya menyelesaikan permasalahan nomor 1 menggunakan metode pohon faktor.
[13] P : Ketika memfaktorkan bilangan 60 dan 72 ini menggunakan operasi bilangan apa?
terus kamu membaginya menggunakan bilangan apa?
[14] ZNA1 : Operasi pembagian menggunakan bilangan prima.
[25] P : Kenapa kamu menentukan FPB?
[26] ZNA1 : Karena ingin membagi kelompok belajar dengan jumlah sama banyak, maka dari
itu yang digunakan adalah FPB untuk menyelesaiakannya.
Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ZNA dapat mengerti
pohon faktor. Dalam melakukan tahapan, subjek ZNA tidak merasakan kesulitan
dari langkah 1 sampai dengan langkah 4. Subjek ZNA pun dapat menyampaikan
berkaitan dengan FPB. Oleh karena itu, langkah yang harus dilakukan yaitu
menentukan FPB nya. Sehingga, diperoleh hasil akhir bahwa kelompok yang dapat
dibentuk adalah 12 kelompok. Berdasarkan hasil tes tertulis dan tes wawancara,
lengkap dan tanpa ada kendala. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA
52
sampai akhir dengan memperoleh jawaban tepat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
menghasilkan jawaban akhir tepat dengan memperoleh hasil perhitungan FPB nya
yaitu 12. Subjek ZNA menyimpulkan bahwa kelompok belajar yang dapat dibentuk
berjumlah 12 kelompok dengan jumlah laki-laki sama banyak dan perempuan sama
penyelesaian dari awal sampai akhir dengan tepat. Kemampuan subjek ZNA dalam
melakukan serangkaian prosedur dapat dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah
dilakukan oleh peneliti pada subjek ZNA. Berikut transkrip wawancara yang
[35] P : Coba jelaskan secara singkat langkah yang kamu lakukan dari awal hingga akhir
untuk menyelasaikan permasalahan ini?
[36] ZNA1 : Pertama saya memfaktorkan 60 dan 72, setelah itu menentukan faktorisasi prima
dari 60 dan 72. Setelah itu mencari FPB dari 2 bilangan tersebut. Sehingga
diperoleh jumlah kelompok belajar yang dapat dibentuk yaitu 12 kelompok.
Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ZNA
dapat dilihat bahwa ZNA menerapkan serangkaian prosedur dari langkah 1 sampai
langkah 4 dengan lancar tanpa ada kesalahan. ZNA menunjukkan dapat menuliskan
lengkap dari tahap memfaktorkan bilangan 60 dan 72, lalu menuliskan faktorisasi
prima dari 60 dan 72, menentukan FPB serta menuliskan hasil jawaban dan
kesimpulan yaitu 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi menjadi
12 kelompok belajar dengan perempuan sama banyak dan laki-laki sama banyak.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi indikator
tahu kapan harus melakukan prosedur-prosedur yang harus dilakukan pada langkah
1 sampai langkah keempat dengan metode pohon faktor. Kemampuan subjek ZNA
54
dalam mengetahui kapan harus melakukan prosedur tertentu dapat dilihat dari
trasnkrip wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek ZNA. Berikut
[7] P : Coba dibaca sekali lagi dengan cermat, kira-kira yang diketahui dari soal itu apa?
[8] ZNA1 : Siswa kelas IV yang terdiri dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki.
[9] P : Terus 60 sama 72 ini di apain?
[10] ZNA1 : Difaktorkan dengan cara membagi menggunakan pohon faktor dengan bilangan
prima sampai hasil bagi terakhir bilangan prima. (Prosedur 1)
[15] P : Kapan kamu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72?
[16] ZNA1 : Saat pemfaktoran 60 dan 72 sudah didapatkan hasil prima. Terus di tuliskan
faktorisasi prima dari 60 yaitu 22 x 3 x 5. Sedangkan faktorisasi dari 72 adalah 23 x
32. (Prosedur 2)
[23] P : Setelah ini kamu melakukan prosedur apa? dan kenapa?
[24] ZNA1 : Setelah ini saya menentukan FPB dari 60 dan 72. Saya memilih FPB karena
permasalahan yang diselesaikan berkaitan dengan pembagian kelompok maka yang
digunakan adalah FPB. (Prosedur 3)
[27] P : Dalam menentukan FPB itu yang dipilih untuk dihitung itu bilangan yang apa?
[28] ZNA1 : Bilangan dari faktorisasi prima 60 dan 72 yang sama dan dipilih yang pangkatnya
kecil.
[29] P : Setelah memperoleh hasil FPB, selanjutnya apa yang kamu lakukan?
[30] ZNA1 : Setelah diperoleh hasil FPB, saya menuliskan jawaban kelompok yang dapat
dibagi dari hasil FPB 72 dan 60 yaitu 12 kelompok. (Prosedur 4)
Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ZNA
dapat dilihat bahwa ZNA mengetahui urutan pada setiap langkah yang digunakan
dari langkah 1 sampai langkah 4 tanpa ada kesalahan. Subjek ZNA mengetahui
menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72. Setelah itu, langkah ketiga adalah
dan kesimpulan akhir yang tepat yaitu dari 60 dan 72 dapat dibagi menjadi 12
kelompok belajar dengan jumlah perempuan sama banyak dan laki-laki sama
55
banyak. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi indikator
prosedur)
dikuasai oleh subjek ZNA ketika mengerjakan permaslahan FPB yaitu meliputi
pembagian. Selain itu, mengenai bilangan prima dan bilangan berpangkat. Hal
dengan menggunakan pohon faktor dengan operasi pembagian oleh bilangan prima.
Dalam menghitung FPB menggunakan operasi perkalian pun dapat dilihat bahwa
subjek ZNA dapat menyelesaikannya dengan tepat. Selain itu, subjek ZNA juga
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek ZNA. Berikut transkrip
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan
peneliti pada subjek ZNA dapat dilihat bahwa ZNA mengetahui pengetahuan-
oleh subjek ZNA ketika mengerjakan permaslahan FPB, seperti operasi bilangan
ketika subjek ZNA ditanya mengenai bilangan prima dan bilangan berpangkat dapat
menjawab dengan jawaban yang logis dan tepat. Subjek ZNA dapat menggunakan
berpangkat. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi
dengan tepat. Langkah yang pertama yaitu yang memfaktorkan bilangan 60 dan 72
faktorisasi prima dari 60 dan 72 tanpa ada kesalahan. Lalu langkah yang ketiga,
itu, subjek ZNA menuliskan hasil dan kesimpulan dengan tepat. Berdasarkan hasil
wawancara juga dapat dilihat bahwa subjek ZNA tidak melakukan kesalahan dalam
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan
peneliti pada subjek ZNA dapat dilihat bahwa ZNA menyadari terjadi kesahalahan
atau tidaknya pada setiap langkah yang digunakan dalam menyelesaiakan prosedur
penyelesaian dari langkah 1 sampai langkah 4 tanpa ada kesalahan. Subjek ZNA
yakin dengan langkah penyelesaian yang diambil pada nomor 1 yaitu menggunakan
FPB. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi indikator
58
ketujuh dengan sangat baik yaitu tidak melakukan kesalahan sama sekali
langkah 1 sampai langkah 4 dengan memberikan argumen yang logis pada saat
faktorisasi prima dari 60 dan 72. Lalu langkah yang ketiga, subjek ZNA
ZNA menuliskan hasil dan kesimpulan dengan tepat. Subjek ZNA memberikan
argumen yang logis ketika ditanyakan perihal prosedur yang dilakukan yang dapat
[5] P : Pada permasalahan nomor 1 kamu menggunakan metode penyelesaian apa? lalu
coba jelaskan alasanmu menggunakan metode penyelesaian tersebut?
[6] ZNA1 : Saya menggunakan metode pohon faktor karena menurut saya ketika
menggunakan pohon faktor lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat
menentukan faktorisasi primanya.
[11] P : Kenapa yang difaktorkan 60 dan 72?
[12] ZNA1 : Karena yang mau dibagi kan siswa perempuan 60 dan siswa laki-laki 72.
[33] P : Kamu yakin kalau nomor 1 permasalahannya diminta menentukan FPB?
[34] ZNA1 : Yakin, karena permasalahan nomor 1 ingin membagi kelompok belajar dengan
jumlah sama banyak, maka dari itu yang digunakan untuk menyelesaikannya
adalah FPB.
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan
peneliti pada subjek ZNA dapat dilihat bahwa subjek ZNA memberikan argumen
dengan logis ketika melakukan prosedur dari langkah 1 sampai langkah 4 dengan
jawaban akhir benar. Subjek ZNA dapat menyampaikan alasan penggunaan metode
59
pohon faktor lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat menentukan faktorisasi
merupakan jumlah siswa perempuan dan 72 merupakan jumlah siswa laki-laki yang
akan dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah sama banyak pada masing-
masing gendernya. Selain itu, subjek ZNA mengatakan bahwa yang dipilih adalah
belajar dengan jumlah sama banyak. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek
faktor.
menggunakan prosedur)
Subjek ZNA diberikan soal yang hampir mirip dengan soal yang diberikan
ketika tes tertulis oleh peneliti. Berikut soal yang diberikan oleh peneliti untuk
menguji indikator 9 yang dapat dilihat pada gambar 4.5. dan 4.6. dibawah ini:
Ibu membeli 50 kue serabi, 75 kue pastel dan 100 kue putu. Ketiga kue tersebut akan disajikan
dibeberapa piring untuk acara arisan nanti sore. Isi kue pada setiap piring sama banyak. Berapa
piring yang dibutuhkan ibu?
Lampu A berkedip setiap 8 detik. Lampu B berkedip setiap 12 detik. Lampu C berkedip setiap
15 detik. Jika saat ini ketiga lampu berkedip Bersama untuk pertama kalinya. Berapa detik lagi
kamu bisa melihat ketiga lampu berkedip Bersama untuk kedua kalinya?
Ketika subjek ZNA ditunjukan soal permasalahan FPB dan KPK subjek
ZNA dapat membedakan mana soal yang harus diselesaikan menggunakan KPK
menunjukkan bahwa subjek ZNA dapat mengenali bentuk soal baru yang dapat
sebagai berikut:
[37] P : Kalau yang gambar 4.5. ini menurut kamu penyelesaiannya menggunakan FPB
atau KPK?
[38] ZNA1 : FPB
[39] P : Kenapa menggunakan FPB?
[40] ZNA1 : Karena, ingin membagi kue kedalam piring dengan jumlah sama banyak
[41] P : Terus kalau yang gambar 4.6. menggunakan penyelesaian FPB atau KPK? terus
kenapa jelasakan alasanmu?
[42] ZNA1 : Kalau yang 4.6. ini menggunakan KPK, karena yang di tanyakan waktu lampu
dapat berkedip bersama lagi untuk yang kedua kalinya berarti kan mencari
kelipatannya.
ZNA dapat mengetahui bentuk soal baru yang dapat diselesaikan menggunakan
FPB maupun KPK, selain itu subjek ZNA juga dapat memberikan alasan mengapa
Subjek ZNA mengatakan bahwa bentuk soal 4.5. dapat diselesaikan menggunakan
FPB karena akan membagi kue kedalam beberapa piring dengan jumlah sama
banyak pada setiap jenis kuenya. Sedangkan pada bentuk soal 4.6. dapat
berkedip bersama lagi pada 3 lampu yang ada, maka yang dicari adalah
kelipatannya dengan menggunakan KPK. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa
mengenali jenis masalah baru tentang permasalahan FPB dan KPK yang
2) Soal nomor 2
menggunakan metode daftar kelipatan bilangan yang terdiri dari langkah 1 hingga
bilangan terakhir dengan bilangan asli yang sedang dicari kelipatannya seperti
kelipatan persekutuan dengan bilangan yang sudah ditentukan yaitu dari kelipatan
bilangan.
Selanjutnya, langkah yang ketiga yaitu subjek ZNA menentukan KPK dari
ketiga bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Maka KPK dari 3 hari, 5 hari dan 6 hari adalah
30 hari. Setelah itu langkah yang keempat adalah menjumlahkan hari pertama
bertemu yaitu hari minggu ditambah 30 hari maka bertemu kembali kedua kalinya
pada hari Selasa. Namun, subjek ZNA masih belum mengerti cara menjumlahkan
hari pertama bertemu dengan 30 hari hasil KPK yang diperoleh. Subjek ZNA juga
dengan 30 hari sehingga diperoleh hasil tanggal kedua bertemu adalah 30 April
2022. Akibatnya subjek ZNA tidak dapat menyelesaikan langkah keempat dengan
baik yaitu tidak menuliskan hasil jawaban akhir dengan tepat. Seharusnya dari Dina
yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali dan Icha 6 hari sekali yang pernah
bertemu pertama kali pada Minggu tanggal 30 Maret 2022 dapat bertemu kembali
untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 30 April 2022.
Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek ZNA, dapat dilihat
daftar kelipatan dengan lengkap meskipun pada tahapan prosedur ke 4 masih belum
kelipatan persekutuan terkecil dari 3 bilangan adalah 30. Namun, belum menuliskan
jawaban akhir dengan tepat, yang seharusnya dari Dina yang datang 3 hari sekali,
Amel 5 hari sekali dan Icha 6 hari sekali yang pernah bertemu pertama kali pada
Minggu tanggal 30 Maret 2022 dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya
pada hari Selasa tanggal 30 April 2022. Maka, dapat disimpulkan bahwa ZNA
menggunakan metode daftar kelipatan yang terdiri dari langkah 1 hingga langkah 4
kembali secara bersama. Langkah 1 dan 2 yaitu dengan cara menuliskan kelipatan
cara menjumlahkan bilangan terakhir dengan bilangan asli yang sedang dicari
ditentukan yaitu dari kelipatan 5 dan 6. Kelipatan persekutuan adalah bilangan yang
bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Maka KPK dari 3 hari, 5 hari dan 6 hari adalah 30
64
hari. Setelah itu langkah yang keempat adalah menjumlahkan hari pertama bertemu
yaitu hari minggu ditambah 30 hari maka bertemu kembali kedua kalinya pada hari
keempat yaitu ZNA masih belum mengerti cara menjumlahkan hari pertama
bertemu dengan 30 hari yang merupakan hasil KPK yang diperoleh. Subjek ZNA
juga belum mengerti cara menjumlahkan tanggal pertama bertemu dengan 30 hari.
dengan 30 hari sehingga diperoleh hasil tanggal kedua bertemu adalah 30 April
2022. Akibatnya subjek ZNA tidak dapat menyelesaikan langkah keempat dengan
baik yaitu tidak menuliskan hasil jawaban dengan tepat. Seharusnya dari Dina yang
datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali dan Icha 6 hari sekali, lalu mereka bertemu
pertama kali pada Minggu tanggal 30 Maret 2022 dapat bertemu kembali untuk
yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 30 April 2022. Untuk lebih jelasnya
[1] P : Apa kamu merasa bingung ketika menyelesaikan permasalahan nomor 2 ini?
65
[2] ZNA2 : Sedikit bingung di langkah keempat, saya bisa mengerti masalah dari soal yang
diberikan dan bisa menentukan strategi penyelesaian yang digunakan. Cuma
dilangkah keempat bingung cara menjumlahkan hari dan tanggalnya.
[3] P : Kamu menggunakan strategi penyelesaian apa?
[4] ZNA2 : Saya menggunakan metode daftar kelipatan pada soal nomor 2.
[7] P : Kenapa kamu langsung menggunakan metode daftar kelipatan? Emangnya kamu
yakin jika permasalahan nomor 2 berhubungan dengan KPK?. Jika kamu yakin,
apakah yang membuatmu yakin?
[8] ZNA2 : Saya tahu permasalahan nomor 2 berhubungan dengan KPK karena pada nomor
2 ini ingin dicari waktu untuk bertemu kembali yang kedua kalinya, maka
permasalahan diselesaikan dengan mencari KPK nya. Lalu, saya menggunakan
cara daftar kelipatan karena pada bilangan kecil menurut saya lebih mudah
menggunakan cara mencari kelipatan dari bilangan 3, 5 dan 7 sampai diperoleh
kelipatan persekutuannya
[17] P : Gimana caranya kamu menentukan kelipatan pada bilangan 3, 5 dan 6?
[18] ZNA2 : Saya menentukan kelipatan dengan cara menambahkan bilangan terakhir dengan
bilangan yang dicari kelipatannya, contohnya kelipatan pada bilangan 3 berarti 3,
6, 9, 12, 15 dan seterusnya.
[23] P : Dari kelipatan 3, 5 dan 6 yang diperoleh, kenapa bilangan 30 dilingkari?
[24] ZNA2 : Karena 30 adalah KPK dari 3, 5 dan 6
Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ZNA dapat mengerti
kelipatan dengan lengkap meskipun pada tahapan prosedur ke 4 masih belum tepat.
Subjek ZNA tidak merasa kesulitan dari langkah 1 sampai dengan langkah 3.
Namun, pada langkah ke 4 subjek ZNA merasa kesulitan dalam menjumlahkan hari
dan tanggal pertama bertemu dengan KPK yang dihasilkan. Dari tahap menuliskan
3 bilangan adalah 30. Namun, belum menuliskan kesimpulan jawaban dengan tepat,
yang seharusnya dari Dina yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali dan Icha 6
hari sekali, lalu mereka bertemu pertama kali pada Minggu tanggal 30 Maret 2022
66
dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 30 April
2022.
Berdasarkan hasil tes tertulis dan tes wawancara, subjek ZNA dapat
sampai langkah ke-3 dengan lancar. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA
dengan lancar karena terkendala pada langkah ke-4 yaitu saat menentukan
hari dan tanggal bertemu bersama kembali untuk yang kedua kali.
tepat. Subjek ZNA hanya dapat menyelesaikan hingga prosedur ketiga yaitu dengan
memperoleh KPK sama dengan 30. Pada langkah keempat diperoleh hasil 30 April,
padahal seharusnya ketika hari Minggu yang merupakan hari pertama bertemu
dijumlahkan dengan KPK 30 hari akan diperoleh hasil hari Selasa dan tanggal 20
Maret 2022 dijumlahkan dengan 30 hari akan diperoleh hasil 30 April 2022. Maka
dapat dilihat bahwa subjek ZNA tidak dapat menyelesaikan permasalahan KPK
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.9. dibawah ini:
sampai langkah ketiga saja, sehingga belum menghasilkan jawaban akhir dengan
tepat. Maka, dapat disimpulkan bahwa ZNA memenuhi indikator ketiga dengan
baik yaitu mencoba menjawab dengan hasil perhitungan KPK benar. Namun,
penyelesaian KPK menggunakan metode daftar kelipatan yang terdiri dari langkah
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek ZNA. Berikut transkrip
[51] P : Coba jelaskan secara singkat langkah yang kamu lakukan dari awal hingga akhir
untuk menyelasaikan permasalahan ini?
[51] ZNA2 : Pertama saya menuliskan kelipatan masing-masing hari datang di bimbel yaitu 3,
5 dan 6 dengan cara menjumlahkan bilangan terakhir dengan bilangan asli yang
sedang dicari kelipatannya. Setelah itu menentukan KPK yang merupakan
bilangan yang sama yang dimiliki oleh bilangan 3, 5 dan 6 yaitu 30. Lalu, Langkah
yang keempat itu menjumlahkan bilangan 30 hari dengan hari dan tanggal pertama
kali bertemu. Tapi saya bingung dalam melakukan perhitungannya, sehingga
jawaban saya belum tepat.
Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ZNA dapat mengerti
daftar kelipatan, dalam melakukan tahapan subjek ZNA dilihat bahwa ZNA
kelipatan dengan lengkap meskipun pada tahapan prosedur ke 4 masih belum tepat.
Subjek ZNA tidak merasa kesulitan dari langkah 1 sampai dengan langkah 3.
Namun, pada langkah ke 4 subjek ZNA merasa kesulitan dalam menjumlahkan hari
dan tanggal pertama bertemu dengan KPK yang dihasilkan. Dari tahap menuliskan
3 bilangan adalah 30. Namun, belum menuliskan kesimpulan jawaban dengan tepat,
yang seharusnya dari Dina yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali dan Icha 6
hari sekali, lalu mereka bertemu pertama kali pada Minggu tanggal 30 Maret 2022
dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 30 April
2022.
KPK.
melakukan prosedur tertentu dapat dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah
dilakukan oleh peneliti pada subjek ZNA. Berikut transkrip wawancara yang
[9] P : Coba dibaca sekali lagi dengan cermat, kira-kira yang diketahui dari soal itu apa?
[10] ZNA2 : Dina berangkat 3 hari sekali, Mela 5 hari dan Icha 6 hari terus mereka bertemu
bersama untuk pertama kalinya pada hari Minggu tanggal 20 Maret 2022.
[11] P : Terus bilangan 3, 5 dan 6 ini di apain?
[12] ZNA2 : Saya cari kelipatannya satu persatu dari bilangan 3, 5 dan 6 sampai ketemu
kelipatan persekutuan terkecilnya yaitu 30. (Prosedur 1 dan 2)
[13] P : Kelipatan persekutuan terkecil itu yang bagaimana?
[14] ZNA2 : Kelipatan persekutuan terkecil adalah bilangan yang sama-sama dimiliki ketiga
bilangan yang paling kecil.
[25] P : Berarti sudah ketemu ini KPK nya?
[26] ZNA2 : Sudah ketemu KPK dari 3, 5 dan 6 adalah 30. (Prosedur 3)
[31] P : Darimana kamu tahu kalau soal nomor 2 mencari kelipatan dari bilangan?
[32] ZNA2 : Pada soal nomor 2 permasalahannya tentang bertemu kembali yang berarti
berhubungan dengan KPK, maka saya menyelesaikannya menggunakan KPK.
[27] P : Setelah kamu memperoleh hasil KPK 30 ini, apa prosedur yang kamu lakukan?
dan kenapa?
[28] ZNA2 : Setelah saya memperoleh hasil KPK nya yaitu 30 hari, saya menjumlahkannya
dengan hari dan tanggal pertama bertemu. Tetapi pada tahap ini saya kesulitan
karena masih bingung menjumlahkan hari dan tanggal, sehingga belum
memperoleh hasil yang tepat. (Prosedur 4)
70
Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ZNA dapat mengerti
daftar kelipatan, dalam melakukan tahapan subjek ZNA dilihat bahwa ZNA
kelipatan dengan lengkap meskipun pada tahapan prosedur ke 4 masih belum tepat.
Subjek ZNA tidak merasa kesulitan dari langkah 1 sampai dengan langkah 3.
Namun, pada langkah ke 4 subjek ZNA merasa kesulitan dalam menjumlahkan hari
Subjek mengerti ketika ditanya pada tahapan pada setiap prosedurnya. Pada
3, 5 dan 6. Setelah itu dicari kelipatan persekutuan terkecilnya yaitu 30 hari. Subjek
ZNA juga tahu tahap yang terakhir adalah mencari hari dan tanggal bertemu
kembali untuk kedua kalinya dengan menjumlahkan hari dan tanggal pertama
bertemu dengan KPK yang diperoleh. Berdasarkan hasil tes wawancara, subjek
ZNA mengetahui langkah 1 dan 2 yaitu menuliskan kelipatan dari 3, 5 dan 6. Lalu,
langkah ketiga menentukan KPK dari 3, 5 dan 6. Setelah itu, langkah keempat
menjumlahkan hari dan tanggal pertama bertemu dengan KPK yang diperoleh.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi indikator kelima
prosedur)
71
oleh subjek ZNA ketika mengerjakan permasalahan KPK pada nomor 2 yaitu
dan pembagian. Selain itu, mengenai kelipatan bilangan dan materi mengukur
satuan waktu. Hal tersebut dapat terlihat dari gambar 4. 10 dibawah ini:
kelipatannya, pada prosedur ini subjek dapat menuliskan kelipatan dengan tepat.
Tetapi pada prosedur keempat dalam mencari hari dan tanggal untuk bertemu untuk
Seharusnya dalam menjumlahkan hari dan tanggal, subjek ZNA harus menguasai
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek ZNA. Berikut transkrip
[19] P : Ini dapat darimana? (P menunjuk kelipatan 3 yang terdiri dari 3, 6, 9, 12, 15 dan
seterusnya).
[20] ZNA2 : Dari bilangan 3 yang di tambah dengan 3 dan selalu ditambah dengan 3.
[21] P : Berarti kalau mencari kelipatan 6 bagaimana?
[22] ZNA2 : Bilangannya selalu ditambah dengan bilangan 6.
[33] P : Terus pada langkah keempat ini apakah kamu sudah yakin dengan jawabanmu?
[34] ZNA2 : Belum yakin, karena saya masih bingung dalam menjumlahkan hari dan tanggal
pertama bertemu dengan hasil KPK 30 hari.
[41] P : Coba 20 Maret, biar sampai 30 Maret itu di tambah berapa hari?
[42] ZNA2 : Ditambah 10
[43] P : Berarti 10 kan sudah diambil, tapi seharusnya kan harus di tambah 30 hari. Berarti
masih berapa hari lagi yang belum ditambahain?
[44] ZNA2 : Ditambah 20 hari.
[45] P : Nanti ketemunya tanggal berapa berarti?
[46] ZNA2 : 20 April.
[47] P : Terus kalau harinya gimana jumlahinnya?
[48] ZNA2 : Kalau harinya saya susah bu, terlalu banyak ditambahnya.
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan
peneliti pada subjek ZNA dapat dilihat bahwa ZNA lumayan mengetahui
oleh subjek ZNA ketika mengerjakan permaslahan KPK, seperti operasi bilangan
ketika subjek ZNA harus menyelesaikan langkah keempat dalam mencari hari dan
tanggal bertemu untuk yang kedua kalinya masih merasa bingung dan belum
hasil hampir tepat. Subjek ZNA dapat menjawab tanggal bertemu untuk yang kedua
kalinya dengan tepat yaitu tanggal 20 Maret 2022, sedangkan untuk hari bertemu
untuk yang kedua kalinya subjek belum bisa menjawab dengan tepat. Maka dari itu
Subjek ZNA dapat menyelesaikan masalah dari langkah 1 sampai langkah 3 dengan
tepat. Tetapi subjek ZNA terkendala pada langkah keempat yaitu dalam mencari
hari dan waktu untuk bertemu bersama kembali untuk yang kedua kalinya. Untuk
ditentukan yaitu dari kelipatan 5 dan 6. Kelipatan persekutuan adalah bilangan yang
bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Maka KPK dari 3 hari, 5 hari dan 6 hari adalah 30
keempat yaitu ZNA masih belum mengerti cara menjumlahkan hari pertama
bertemu dengan 30 hari hasil KPK yang diperoleh. Subjek ZNA juga belum
subjek ZNA menjumlahkan hari pertama bertemu yaitu hari Minggu ditambah 30
hari maka bertemu kembali kedua kalinya pada hari Selasa dan tanggal pertama
bertemu 30 Maret 2022 dijumlahkan dengan 30 hari hingga diperoleh hasil tanggal
kedua bertemu adalah 30 April 2022. Akibatnya subjek ZNA tidak dapat
menyelesaikan langkah keempat dengan baik yaitu tidak menuliskan hasil jawaban
akhir dengan tepat. Seharusnya dari Dina yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari
sekali dan Icha 6 hari sekali, lalu mereka bertemu pertama kali pada Minggu tanggal
30 Maret 2022 dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa
tanggal 30 April 2022. Berdasarkan hasil wawancara juga dapat dilihat bahwa ZNA
transkrip wawancaranya:
[43] P : Berarti yang belum ditambahkan berapa? Lalu coba kamu lihat di tanggal berapa
dan bulan apa.
[44] ZNA2 : Berarti yang belum ditambahkan itu 20. Berarti bertemu kembalinya pada 20 April
2022.
Berdasarkan hasil tes tertulis dan tes wawancara yang dilakukan peneliti
pada subjek ZNA dapat dilihat menyadari terjadi kesalahan pada langkah ke-4
karena salah menjumlahkan hari dan tanggal pertama bertemu secara bersama
dengan KPK yang diperoleh. Tetapi subjek ZNA dapat memperbaiki kesalahan
bahwa tanggal bertemu kembali adalah 20 Maret 2022. Namun, belum dapat
melakukan pemjumlahan hari pertama bertemu dengan KPK yang diperoleh. Maka
dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi indikator ketujuh
melakukan prosedur dengan memberikan argumen yang logis pada saat melakukan
ditentukan yaitu dari kelipatan 5 dan 6. Kelipatan persekutuan adalah bilangan yang
bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Maka KPK dari 3 hari, 5 hari dan 6 hari adalah 30
hari. Setelah itu langkah yang keempat adalah menjumlahkan hari pertama bertemu
yaitu hari minggu ditambah 30 hari maka bertemu kembali kedua kalinya pada hari
keempat yaitu ZNA masih belum mengerti cara menjumlahkan hari pertama
bertemu dengan 30 hari hasil KPK yang diperoleh. Subjek ZNA juga belum
subjek ZNA menjumlahkan tanggal pertama bertemu 30 Maret 2022 dengan 30 hari
sehingga diperoleh hasil tanggal kedua bertemu adalah 30 April 2022. Subjek ZNA
memberikan argumen yang logis ketika ditanyakan perihal prosedur yang dilakukan
[5] P : Pada permasalahan nomor 2 kamu menggunakan metode penyelesaian apa? lalu
coba jelaskan alasanmu menggunakan metode penyelesaian tersebut?
[6] ZNA2 : Saya menggunakan metode daftar kelipatan karena menurut saya ketika
menyelesaikan KPK menggunakan metode daftar kelipatan lebih mudah apabila
bilangan yang dicari KPK nya merupakan bilangan kecil.
[15] P : Kenapa yang dicari kelipatannya 3, 5 dan 6?
[16] ZNA2 : Karena yang mau dicari KPK waktu yang sama untuk bertemu bersama-sama
yang kedua kali dari waktu Dina 3 hari sekali, Mela 5 hari sekali dan Icha 6 hari
sekali.
[23] P : Dari kelipatan 3, 5 dan 6 yang diperoleh, kenapa bilangan 30 di lingkari?
[24] ZNA2 : Karena 30 adalah KPK dari 3, 5 dan 6
[49] p : Kamu yakin kalau nomor 2 permasalahannya diminta menentukan KPK?
[50] ZNA2 : Yakin, karena permasalahan nomor 2 ingin mencari hari dan tanggal bertemu
kembali untuk yang kedua kalinya, maka dari itu yang digunakan untuk
menyelesaikannya adalah KPK.
[29] P : Gimana cara menentukan hari dan tanggal bertemu kembali untuk yang kedua
kali?
77
[30] ZNA2 : Dengan menjumlahkan hari dan tanggal pertama bertemu Bersama dengan KPK
yang diperoleh.
Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ZNA
dapat dilihat bahwa ZNA memberikan argumen dengan logis ketika melakukan
prosedur dari langkah 1 sampai langkah 4 yang terkendala pada langkah keempat.
kelipatan karena menurut ZNA ketika menyelesaikan KPK dengan bilangan kecil
menggunakan metode daftar kelipatan lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat
menentukan KPK nya dengan mencari kelipatan persekutuan yang sama dari
kelipatan bilangan 3, 5 dan 6 yaitu 30. Subjek ZNA juga menyampaikan alasan
Bimbel, 5 merupakan jarak Mela datang di Bimbel dan 6 merupakan jarak Icha
datang di Bimbel yang akan dicari hari dan tanggal yang sama untuk dapat bertemu
kembali untuk yang kedua kalinya. Selain itu, subjek ZNA mengatakan bahwa yang
dipilih adalah penyelesaian KPK karena pada permasalahan nomor 2 ingin mencari
hari dan tanggal bertemu kembali untuk yang kedua kalinya dan menyampaikan
cara menentukan tanggal bertemu bersama kembali untuk yang kedua kalinya.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi indikator
kedelapan dengan sangat baik yaitu dapat memberikan argumen yang logis
kelipatan.
78
menggunakan prosedur)
Subjek ZNA diberikan soal yang hampir mirip dengan soal yang diberikan
ketika tes tertulis oleh peneliti. Berikut soal yang diberikan oleh peneliti untuk
menguji indikator 9 yang dapat dilihat pada gambar 4.12. dan 4.13. dibawah ini:
Ibu membeli 50 kue serabi, 75 kue pastel dan 100 kue putu. Ketiga kue tersebut akan disajikan
dibeberapa piring untuk acara arisan nanti sore. Isi kue pada setiap piring sama banyak. Berapa
piring yang dibutuhkan ibu?
Ketika ZNA ditunjukan soal permasalahan FPB dan KPK subjek ZNA dapat
membedakan mana soal yang harus diselesaikan menggunakan KPK dan mana soal
subjek ZNA dapat mengenali bentuk soal baru yang dapat diselesaikan
menggunakan prosedur penyelesaian FPB dan KPK dengan tepat sebagai berikut:
[53]P : Kalau yang gambar 4.12. ini menurut kamu penyelesaiannya menggunakan FPB
atau KPK?
[54] ZNA2 : FPB
[55] P : Kenapa menggunakan FPB?
[56] ZNA2 : Karena, ingin membagi kue kedalam piring dengan jumlah sama banyak.
[57] P : Terus kalau yang gambar 4.13. menggunakan penyelesaian FPB atau KPK? terus
kenapa jelasakan alasanmu?
[58] ZNA2 : Kalau yang 4.13. ini menggunakan KPK, karena yang di tanyakan waktu lampu
dapat berkedip bersama lagi untuk yang kedua kalinya berarti kan mencari
kelipatannya.
79
ZNA dapat mengetahui bentuk soal baru yang dapat diselesaikan menggunakan
FPB maupun KPK, selain itu subjek ZNA juga dapat memberikan alasan mengapa
Subjek ZNA mengatakan bahwa bentuk soal 4.12. dapat diselesaikan menggunakan
FPB karena akan membagi kue kedalam beberapa piring dengan jumlah sama
banyak pada setiap jenis kuenya. Sedangkan pada bentuk soal 4.13. dapat
berkedip bersama lagi pada 3 lampu yang ada, maka yang dicari adalah
kelipatannya dengan menggunakan KPK. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa
1) Soal nomor 1
langkah, hanya dituliskan oleh subjek ATN sampai langkah ketiga saja.
80
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.14. dibawah ini:
jumlah siswa perempuan dan bilangan 72 yang merupakan jumlah siswa laki-laki
faktorisasi prima dari hasil pemfaktoran bilangan 60 dan 72 yang berupa bilangan
kelompok belajar dengan jumlah sama banyak pada masing-masing gender siswa
kelas IV. Selain itu, ATN tidak menuliskan hasil jawaban akhir dengan tepat yang
seharusnya dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi menjadi
12 kelompok belajar dengan jumlah perempuan sama banyak dan jumlah laki-laki
sama banyak.
Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek ATN, dapat dilihat
pohon faktor dengan lancar sampai langkah kedua, dari tahap memfaktorkan
81
bilangan 60 dan 72, lalu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72. Pada langkah
ketiga dalam menentukan FPB, dilakukan kesalahan karena menentukan KPK serta
subjek ATN belum menuliskan hasil jawaban akhir yang benar yaitu dari 60 siswa
perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi menjadi 12 kelompok belajar dengan
perempuan sama banyak dan laki-laki sama banyak. Maka, dapat disimpulkan
bahwa Subjek ATN memenuhi indikator pertama dengan cukup baik yaitu
FPB menggunakan metode pohon faktor yang terdiri dari 4 langkah dengan lancar,
karena subjek ATN masih terkendala pada langkah ketiga dan langkah keempat.
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.15. dibawah ini:
jumlah siswa perempuan dan bilangan 72 yang merupakan jumlah siswa laki-laki
faktorisasi prima dari hasil pemfaktoran bilangan 60 dan 72 yang berupa bilangan
menggunakan KPK karena subjek masih bingung dalam memahami dan memilih
dengan jumlah sama banyak pada masing-masing gender siswa kelas IV. Selain itu,
ATN belum menuliskan hasil jawaban dengan tepat bahwa dari 60 siswa
perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi menjadi 12 kelompok belajar dengan
Pada permasalahan FPB ini subjek ATN dapat menyelesaikan soal dengan
sedikit hambatan pada langkah ketiga dan keempat karena bingung menentukan
Pernyataan tersebut juga didukung dengan hasil wawancara yang telah dilakukan
[1] P : Apa kamu merasa bingung ketika menyelesaikan permasalahan nomor 1 ini?
[2] ATN1 : Iya, saya bingung dalam menentukan penyelesaian permasalahan yang dapat
diselesaikan dengan menentukan FPB atau KPK.
[3] P : Emangnya kamu menggunakan strategi penyelesaian apa?
[4] ATN1 : Saya menggunakan metode pohon faktor untuk menyelesaikan soal nomor 1.
[13] P : Ketika memfaktorkan bilangan 60 dan 72 ini menggunakan operasi bilangan apa?
terus kamu membaginya menggunakan bilangan apa?
[14] ATN1 : Operasi pembagian menggunakan bilangan prima.
[25] P : Kenapa kamu menentukan KPK?
[26] ATN1 : Karena saya masih bingung, jadi dalam penyelesaian ini saya mencari KPK nya.
Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ATN tidak mengerti
melakukan tahapan, subjek ATN tidak merasakan kesulitan pada langkah 1 sampai
dengan langkah 2. Subjek ATN juga tidak dapat menyampaikan alasan pemilihan
penyelesaian dengan menentukan KPK dari bilangan 60 dan 72. Akibatnya, subjek
ATN tidak menghasilkan jawaban akhir yang tepat bahwa kelompok yang dapat
dibentuk adalah 12 kelompok dengan jumlah perempuan sama banyak dan laki-laki
sama banyak. Berdasarkan hasil tes tertulis dan tes wawancara, ATN belum dapat
ada kendala pada langkah ketiga dan keempat. Maka, dapat disimpulkan bahwa
ATN belum memenuhi indikator kedua dengan cukup baik yaitu melakukan
mengerjakan sampai prosedur dengan diperoleh jawaban velum tepat. Untuk lebih
karena hanya melakukan prosedur dengan tepat sampai pada langkah kedua,
84
sehingga belum diperoleh jawaban akhir tepat. Maka, dapat disimpulkan bahwa
Subjek ATN memenuhi indikator ketiga dengan cukup baik yaitu belum
metode pohon faktor karena masih melakukan prosedur dengan tepat sampai
langkah kedua.
langkah-langkah penyelesaian dari awal sampai akhir dengan tepat. Subjek ATN
hanya dapat menunjukkan melakukan prosedur dengan tepat sampai langkah kedua
dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek
[37] P : Coba jelaskan secara singkat langkah yang kamu lakukan dari awal hingga akhir
untuk menyelasaikan permasalahan ini?
[38] ATN1 : Pertama saya memfaktorkan 60 dan 72, setelah itu menentukan faktorisasi prima
dari 60 dan 72. Setelah itu mencari KPK dari 2 bilangan tersebut. Namun belum
selesai menghitung, waktu pengerjaan sudah selesai sehingga belum diperoleh
hasilnya.
Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ATN
dapat dilihat bahwa ATN menerapkan serangkaian prosedur dari langkah 1 sampai
langkah 3 saja dengan mengalami kendala pada langkah ketiga yaitu ketika
menentukan FPB dari 60 dan 72. Subjek ATN menunjukkan belum dapat
faktor dengan lengkap. ATN dapat melakukan prosedur dari tahap memfaktorkan
85
bilangan 60 dan 72, lalu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72 karena pada
penyelesaian dengan menentukan KPK serta subjek ATN belum menuliskan hasil
jawaban akhir yaitu dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi
menjadi 12 kelompok belajar dengan perempuan sama banyak dan laki-laki sama
banyak. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator
penyelesaian FPB dengan metode pohon faktor dengan tepat hanya sampai
nomor 1 dan tahu kapan harus melakukan prosedur-prosedur yang harus dilakukan
pada langkah 1 sampai langkah kedua dengan tepat menggunakan metode pohon
faktor, karena ketika sampai langkah ketiga subjek ATN mengalami kendala.
prosedur tertentu dapat dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah dilakukan oleh
terpenuhinya indikator 5:
[7] P : Coba dibaca sekali lagi dengan cermat, kira-kira yang diketahui dari soal itu apa?
[8] ATN1 : Siswa kelas IV yang terdiri dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki.
[9] P : Terus 60 sama 72 ini di apain?
[10] ATN1 : Difaktorkan dengan cara membagi menggunakan pohon faktor dengan bilangan
prima sampai hasil bagi terakhir bilangan prima. (Prosedur 1)
[15] P : Kapan kamu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72?
86
[16] ATN1 : Saat pemfaktoran 60 dan 72 sudah didapatkan hasil prima. Terus di tuliskan
faktorisasi prima dari 60 yaitu 22 x 3 x 5. Sedangkan faktorisasi dari 72 adalah 23 x
32. (Prosedur 2)
[23] P : Setelah ini kamu melakukan prosedur apa? dan kenapa?
[24] ATN1 : Setelah ini saya menentukan KPK dari 60 dan 72. Saya memilih KPK karena
permasalahan seperti ini biasanya saya selesaikan menggunakan KPK.
(Mengetahui prosedur 3, tetapi prosedur yang dipilih belum tepat)
[31] P : Dalam menentukan KPK itu yang dipilih untuk dihitung itu bilangan yang apa?
[32] ATN1 : Bilangan dari faktorisasi prima 60 dan 72 semua dan jika ada yang sama dipilih
yang pangkatnya besar.
Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ATN
dapat dilihat bahwa ATN mengetahui urutan pada setiap langkah yang digunakan
Lalu, langkah kedua menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72. Tetapi pada
langkah ketiga subjek ATN mengalami kendala ketika menentukan FPB dari 60
dan 72 subjek ATN menentukan KPK dari 60 dan 72. Sedangkan pada langkah
terakhir subjek ATN belum dapat menghasilkan jawaban akhir dengan tepat yang
seharusnya yaitu dari 60 dan 72 dapat dibagi menjadi 12 kelompok belajar dengan
jumlah perempuan sama banyak dan laki-laki sama banyak. Maka dari itu dapat
prosedur)
subjek ATN ketika mengerjakan permaslahan FPB yaitu meliputi operasi bilangan
yang terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Selain itu,
mengenai bilangan prima dan bilangan berpangkat. Hal tersebut dapat terlihat dari
Gambar 4. 17. Hasil subjek ATN untuk dilihat pengetahuan prasyarat saat
melakukan prosedur penyelesaian pada nomor 1
Subjek ATN dapat menggunakan operasi bilangan seperti penjumlahan/
dan 72 dengan menggunakan pohon faktor dengan operasi pembagian oleh bilangan
prima. Dalam menghitung FPB menggunakan operasi perkalian pun dapat dilihat
dapat menyelesaikannya dengan tepat. Selain itu, subjek ATN juga mengerti
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek ATN. Berikut transkrip
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan
peneliti pada subjek ATN dapat dilihat bahwa ATN mengetahui pengetahuan
operasi bilangan, bilangan berpangkat dan bilangan prima yang digunakan sebagai
prasyarat yang harus dikuasai oleh subjek ATN ketika mengerjakan permasalahan
FPB. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator
Subjek ATN melakukan kesalahan pada langkah kedua dan ketiga sehingga pada
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.18. dibawah ini:
permasalahan nomor dengan menentukan KPK dari 60 dan 72. Kesalahan subjek
ATN pada langkah ketiga mengakibatkan ATN tidak menuliskan hasil akhir dengan
tepat. Berdasarkan hasil wawancara juga dapat dilihat bahwa ATN melakukan
peneliti pada subjek ATN dapat dilihat bahwa S2 menyadari terjadi kesalahan pada
90
langkah 2 yaitu pada bagian penulisan perpangkatan bilangan pada tahap penulisan
faktorisasi prima dalam menyelesaikan FPB. Subjek ATN juga yakin bahwa
membagi kelompok belajar seharusnya dengan menetukan FPB dari jumlah siswa
perempuan dan jumlah siswa laki-laki. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
subjek ATN memenuhi indikator ketujuh dengan cukup baik yaitu tidak
tepat.
langkah 1 sampai langkah 3 dengan memberikan argumen yang logis pada saat
melakukan prosedur 1 dan 2, sedangkan pada langkah ketiga subjek ATN mencoba
memberikan argumen yang logis dengan sedikit dipancing oleh peneliti. Subjek
ATN ketika memberikan argumen yang logis saat ditanyakan perihal prosedur yang
[5] P : Pada permasalahan nomor 1 kamu menggunakan metode penyelesaian apa? lalu
coba jelaskan alasanmu menggunakan metode penyelesaian tersebut?
[6] ATN1 : Saya menggunakan metode pohon faktor karena menurut saya ketika
menggunakan pohon faktor lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat
menentukan faktorisasi primanya.
[11] P : Kenapa yang difaktorkan 60 dan 72?
[12] ATN1 : Karena yang mau dibagi kan siswa perempuan 60 dan siswa laki-laki 72.
[27] P : Kamu yakin kalau nomor 1 permasalahannya diminta menentukan KPK?
[28] ATN1 : Kayaknya yakin.
[29] P : Coba kalau ingin membagi kelompok dengan jumlah sama banyak berarti pakai
FPB atau KPK?
91
[30] ATN1 : Seingat saya dulu pakainya KPK kalau ingin membagi kelompok belajar dengan
jumlah sama banyak, maka dari itu yang digunakan untuk menyelesaikannya
adalah KPK.
Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ATN
dapat dilihat bahwa ATN memberikan argumen dengan logis ketika melakukan
prosedur dari langkah 1 sampai langkah 3, tetapi belum memperoleh jawaban akhir
benar karena prosedur ketiga masih salah. Subjek ATN dapat menyampaikan alasan
metode pohon faktor karena lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat
72 merupakan jumlah siswa laki-laki yang akan dibagi menjadi beberapa kelompok
dengan jumlah sama banyak pada masing-masing gendernya. Tetapi, subjek ATN
banyak. Alasan subjek ATN memilih KPK pun karena seingat subjek ATN pernah
adalah menentukan FPB dari 60 dan 72. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
menggunakan prosedur)
Subjek ATN diberikan soal yang hampir mirip dengan soal yang diberikan
ketika tes tertulis oleh peneliti. Berikut soal yang diberikan oleh peneliti untuk
menguji indikator 9 yang dapat dilihat pada gambar 4.19. dan 4.20. dibawah ini:
Ibu membeli 50 kue serabi, 75 kue pastel dan 100 kue putu. Ketiga kue tersebut akan disajikan
dibeberapa piring untuk acara arisan nanti sore. Isi kue pada setiap piring sama banyak. Berapa
piring yang dibutuhkan ibu?
Lampu A berkedip setiap 8 detik. Lampu B berkedip setiap 12 detik. Lampu C berkedip setiap
15 detik. Jika saat ini ketiga lampu berkedip Bersama untuk pertama kalinya. Berapa detik lagi
kamu bisa melihat ketiga lampu berkedip Bersama untuk kedua kalinya?
Ketika ATN ditunjukan soal permasalahan FPB dan KPK subjek ATN dapat
mengetahui permasalahan FPB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil
wawancara berikut:
[39] P : Kalau yang gambar 4.19. ini menurut kamu penyelesaiannya menggunakan FPB
atau KPK?
[40] ATN1 : KPK
[41] P : Kamu yakin? kenapa menggunakan KPK?
[42] ATN1 : Seingat saya begitu karena, ingin membagi kue sama banyak.
[43] P : Terus kalau yang gambar 4.20. menggunakan penyelesaian FPB atau KPK? terus
kenapa jelasakan alasanmu?
[44] ATN1 : Kalau yang 4.20. ini menggunakan KPK juga, karena yang di tanyakan waktu
lampu dapat berkedip bersama lagi.
ATN tidak terlalu mengetahui bentuk soal baru yang dapat diselesaikan
93
bentuk soal 4.19. dapat diselesaikan menggunakan KPK karena akan membagi kue
kedalam beberapa piring dengan jumlah sama banyak pada setiap jenis kue nya.
Sedangkan pada bentuk soal 4.20. dapat diselesaikan menggunakan KPK karena
pada soal menanyakan waktu dapat berkedip bersama lagi pada 3 lampu yang ada,
maka yang dicari adalah kelipatannya dengan menggunakan KPK. Padahal yang
seharusnya adalah pad gambar 4.23. itu penyelesaian FPB, sedangkan gambar 4.24.
diberikan itu penyelesaiannya menggunakan KPK semua. Maka dari itu, dapat
2) Soal nomor 2
menggunakan metode daftar kelipatan bilangan sampai langkah kedua yang terdiri
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.21. dibawah ini:
daftar kelipatan dengan tepat sampai prosedur kedua karena pada tahapan prosedur
kembali secara bersama. Langkah 1 dan 2 yaitu dengan cara menuliskan kelipatan
hari sekali, 5 hari sekali dan 6 hari sekali. Kelipatan dituliskan dengan cara
ditentukan yaitu dari kelipatan 5 dan 6. Kelipatan persekutuan adalah bilangan yang
Selanjutnya, pada langkah yang ketiga ATN tidak menuliskan hasil KPK
dari ketiga bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Langkah keempat yang seharusnya adalah
menjumlahkan hari pertama bertemu yaitu hari minggu ditambah 30 hari maka
bertemu kembali kedua kalinya pada hari Selasa. Namun, subjek ATN masih belum
mengerti cara menjumlahkan hari pertama bertemu dengan 30 hari hasil KPK yang
95
diperoleh. Subjek ATN juga belum mengerti cara menjumlahkan tanggal pertama
pertama bertemu 30 Maret 2022 dengan 30 hari sehingga diperoleh hasil tanggal
kedua bertemu adalah 30 April 2022. Akibatnya subjek ATN tidak dapat
menyelesaikan langkah keempat dengan baik yaitu tidak menuliskan hasil jawaban
akhir dengan tepat. Seharusnya Dina yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali
dan Icha 6 hari sekali yang pernah bertemu pertama kali pada hari Minggu tanggal
30 Maret 2022 dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa
tanggal 30 April 2022. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi
dengan menggunakan metode daftar kelipatan yang terdiri dari 4 langkah hanya
lancar sampai pada langkah kedua saja, karena subjek ATN masih terkendala pada
langkah ketiga dan langkah keempat. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada
ditentukan yaitu dari kelipatan 5 dan 6. Kelipatan persekutuan adalah bilangan yang
Selanjutnya, pada langkah yang ketiga ATN tidak menuliskan hasil KPK
dari ketiga bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Namun, ketika dikonfirmasi ketika
wawancara subjek dapat menyebutkan KPK yang dihasilkan dari bilangan 3, 5 dan
berkaitan dengan waktu untuk bertemu kembali secara bersama. Langkah keempat
yang seharusnya menentukan hari dan tanggal bertemu bersama kembali untuk
yang kedua kalinya yaitu dengan cara menjumlahkan hari dan tanggal bertemu
bersama untuk yang pertama kali. Namun, subjek ATN masih belum mengerti cara
baik yaitu tidak menuliskan hasil jawaban akhir dengan tepat. Seharusnya dari Dina
yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali dan Icha 6 hari sekali yang pernah
bertemu bersama pertama kali pada hari Minggu tanggal 20 Maret 2022 dapat
bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022.
Pernyataan tersebut juga didukung dengan hasil wawancara yang telah dilakukan
[1] P : Apa kamu merasa bingung ketika menyelesaikan permasalahan nomor 2 ini?
[2] ATN2 : Sedikit bingung di langkah keempat, saya bisa mengerti masalah dari soal yang
diberikan dan bisa menentukan strategi penyelesaian yang digunakan. Cuma
dilangkah keempat bingung cara menjumlahkan hari dan tanggalnya.
[3] P : Kamu menggunakan strategi penyelesaian apa?
[4] ATN2 : Saya menggunakan metode daftar kelipatan pada soal nomor 2.
[7] P : Kenapa kamu langsung menggunakan metode daftar kelipatan? Emangnya kamu
yakin jika permasalahan nomor 2 berhubungan dengan KPK?. Dan jika kamu
yakin, apakah yang membuatmu yakin?
[8] ATN2 : Saya tahu permasalahan nomor 2 berhubungan dengan KPK karena pada nomor
2 ini ingin dicari waktu untuk bertemu kembali yang kedua kalinya, maka
permasalahan diselesaikan dengan mencari KPK nya. Lalu, saya menggunakan
cara daftar kelipatan karena pada bilangan kecil menurut saya lebih mudah
menggunakan cara mencari kelipatan dari bilangan 3, 5 dan 7 sampai diperoleh
kelipatan persekutuannya
[17] P : Gimana caranya kamu mentukan kelipatan pada bilangan 3, 5 dan 6?
[18] ATN2 : Saya menentukan kelipatan dengan cara menambahkan bilangan terakhir dengan
bilangan yang dicari kelipatannya, contohnya kelipatan pada bilangan 3 berarti 3,
6, 9, 12, 15 dan seterusnya.
[25] P : Dari kelipatan 3, 5 dan 6 yang diperoleh, kenapa bilangan 30 dilingkari?
[26] ATN2 : Karena 30 adalah KPK dari 3, 5 dan 6
[27] P : Kenapa kamu kok tidak menuliskan hasil KPK nya?
[28] ATN2 : Tidak sempat karena terburu-buru.
[29] P : Tetapi kamu tahu tidak kalau KPK nya itu 30?
[30] ATN2 : Iya saya tahu kalau KPK yang dihasilkan adalah 30.
Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ATN dapat mengerti
daftar kelipatan. Dalam melakukan tahapan subjek ATN dilihat bahwa menuliskan
lengkap sampai prosedur kedua, namun pada tahapan prosedur ketiga dan keempat
masih belum dilakukan. Pada langkah yang ketiga ATN tidak menuliskan hasil
KPK, tetapi ketika ditanya saat wawancara subjek ATN dapat menjawab dengan
tepat bahwa permasalahan nomor 2 diperoleh KPK yaitu 30. Sedangkan pada
langkah ke 4 subjek ATN merasa kesulitan dalam menjumlahkan hari dan tanggal
Berdasarkan hasil tes tertulis dan tes wawancara, subjek ATN dapat
melakukan serangkaian prosedur sampai pada tahap langkah ketiga dengan lancar
karena masih terkendala pada langkah keempat dalam menentukan hari dan tanggal
bertemu bersama kembali untuk yang kedua kali, karena subjek ATN dapat
disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator kedua dengan baik yaitu
prosedur keempat, sehingga belum memperoleh jawaban yang tepat. Subjek ATN
hanya dapat menyelesaikan hingga prosedur ketiga yaitu dengan memperoleh KPK
yang merupakan kelipatan bilangan yang sama dari bilangan 3, 5 dan 6 yaitu 30.
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.23. dibawah ini:
prosedur keempat menentukan hari dan tanggal bertemu lagi untuk yang kedua kali,
yaitu hari Minggu ditambah 30 hari adalah hari Selasa dan tanggal 20 Maret
99
ditambah 30 hari adalah 20 April. Maka dapat dilihat bahwa subjek ATN tidak
Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek ATN, dapat dilihat
sampai langkah ketiga saja, sehingga belum menghasilkan jawaban akhir dengan
tepat. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator ketiga
dengan sangat tidak baik yaitu menuliskan akhir jawaban dengan tepat dalam
ketiga saja karena subjek ATN tidak dapat melakukan prosedur keempat.
dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek
indikator 4:
100
[55] P : Coba jelaskan secara singkat langkah yang kamu lakukan dari awal hingga akhir
untuk menyelasaikan permasalahan ini?
[56] ATN2 : Pertama saya menuliskan kelipatan masing-masing hari datang di bimbel yaitu 3,
5 dan 6 dengan cara menjumlahkan bilangan terakhir dengan bilangan asli yang
sedang dicari kelipatannya. Setelah itu menentukan KPK yang merupakan
bilangan yang sama yang dimiliki oleh bilangan 3, 5 dan 6 yaitu 30.
[31] P : Berarti sudah ketemu ini KPK nya?
[32] ATN2 : Iya saya cuma mengerti sampai tahap KPK saja.
[35] P : Untuk mencari tanggal bertemu yang kedua kalinya gimana sih?
[36] ATN2 : Mungkin ditambahkan, tapi saya bingung dalam menjumlahkan tanggal dan hari.
Jadinya tidak saya selesaikan.
Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ATN dapat mengerti
lengkap sampai prosedur ketiga, namun pada tahapan prosedur keempat masih
belum dilakukan. Pada langkah ketiga yang semula tidak menuliskan hasil KPK,
tetapi ketika ditanya saat wawancara subjek ATN dapat menjawab dengan tepat
bahwa permasalahan nomor 2 diperoleh KPK yaitu 30. Subjek ATN dapat
KPK yang diperoleh. Namun, belum menuliskan kesimpulan jawaban akhir dengan
tepat karena tidak melakukan prosedur keempat yaitu menjumlahkan hari dan
tanggal bertemu bersama untuk yang pertama kali dengan KPK yang diperoleh.
Seharusnya dari Dina yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali dan Icha 6 hari
sekali, lalu mereka bertemu pertama kali pada hari Minggu tanggal 20 Maret 2022
dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April
2022.
101
serangkaian prosedur sampai langkah ketiga dengan lancar. Tetapi, subjek ATN
sempat terkendala pada langkah ketiga tetapi berhasil memperoleh jawaban yang
tepat dengan dikonfirmasi dari hasil wawancara serta subjek tidak dapat melakukan
prosedur keempat untuk menentukan hari dan tanggal bertemu kembali bersama
untuk kedua kalinya. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi
dilakukan ketika memilih metode penyelesaian daftar kelipatan yang terdiri dari 4
langkah, meskipun pengetahuan ATN hanya sampai tahap prosedur ketiga saja
yaitu pada tahap menentukan KPK. Kemampuan subjek ATN dalam mengetahui
kapan harus melakukan prosedur tertentu dapat dilihat dari trasnkrip wawancara
yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek ATN. Berikut transkrip wawancara
[9] P : Coba dibaca sekali lagi dengan cermat, kira-kira yang diketahui dari soal itu apa?
[10] ATN2 : Dina berangkat 3 hari sekali, Mela 5 hari dan Icha 6 hari terus mereka bertemu
bersama untuk pertama kalinya pada hari Minggu tanggal 20 Maret 2022.
[11] P : Terus bilangan 3, 5 dan 6 ini di apain?
[12] ATN2 : Saya cari kelipatannya satu persatu dari bilangan 3, 5 dan 6 sampai ketemu
kelipatan persekutuan terkecilnya yaitu 30. (Prosedur 1 dan 2)
[13] P : Kelipatan persekutuan terkecil itu yang bagaimana?
[14] ATN2 : Kelipatan persekutuan terkecil adalah bilangan yang sama-sama dimiliki ketiga
bilangan yang paling kecil.
[23] P : Terus pada langkah ketiga kamu kok tidak menuliskan langkahnya? Kamu
memperoleh FPB atau KPK?
102
[24] ATN2 : Langkah ketiga menentukan KPK, KPK dari 3, 5 dan 6 diperoleh 30 hari.
(Prosedur 3)
[37] P : Darimana kamu tahu kalau soal nomor 2 mencari kelipatan dari bilangan?
[38] ATN2 : Pada soal nomor 2 permasalahannya tentang bertemu kembali yang berarti
berhubungan dengan KPK, maka saya menyelesaikannya menggunakan KPK.
[33] P : Setelah kamu memperoleh hasil KPK 30 ini, apa prosedur yang kamu lakukan?
dan kenapa?
[34] ATN2 : Tidak tahu, saya bingung dalam menghitung hari dan tanggal bertemu kembali.
Mungkin tanggal 30 April karena KPK yang dihasilkan 30.
Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ATN dapat mengerti
daftar kelipatan. Dalam melakukan tahapan subjek ATN dilihat bahwa menuliskan
lengkap sampai prosedur ketiga karena tahapan prosedur ke 4 masih belum tepat.
Subjek ATN tidak merasa kesulitan dari langkah 1 sampai dengan langkah 3.
Namun, pada langkah ke 4 subjek ATN merasa kesulitan karena tidak tahu metode
apa yang harus dilakukan dalam menentukan hari dan tanggal bertemu bersama
yang kedua kali, padahal seharusnya langkah keempat adalah menjumlahkan hari
Subjek ATN mengerti ketika ditanya pada tahapan pada setiap prosedurnya.
Pada langkah 1 dan 2 subjek ATN melakukan prosedur menentukan kelipatan pada
hari. Subjek juga tahu tahap yang terakhir adalah mencari hari dan tanggal bertemu
kembali untuk kedua kalinya dengan menjumlahkan hari dan tanggal pertama
bertemu dengan KPK yang diperoleh. Berdasarkan hasil tes tertulis dan tes
dari 3, 5 dan 6. Lalu, langkah ketiga menentukan KPK dari 3, 5 dan 6. Setelah itu,
103
langkah keempat belum dapat dimengerti oleh subjek ATN. Maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator kelima dengan baik yaitu
prosedur)
oleh subjek ATN ketika mengerjakan permasalahan KPK dengan metode daftar
bilangan persekutuan dan materi mengukur satuan waktu. Hal tersebut dapat
bilangan yang dicari kelipatannya, pada prosedur ini subjek ATN dapat menuliskan
kelipatan dengan tepat. Tetapi pada prosedur keempat dalam mencari hari dan
tanggal untuk bertemu untuk yang kedua kalinya, subjek ATN masih tidak tahu
menjumlahkan hari dan tanggal, subjek ATN harus menguasai materi mengukur
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek ATN. Berikut transkrip
[19] P : Ini dapat darimana? (P menunjuk kelipatan 5 yang terdiri dari 5, 10, 15, 20, 25
dan seterusnya).
[20] ATN2 : Dari bilangan 5 yang di tambah dengan 5 dan selalu ditambah dengan 5.
[21] P : Berarti kalau mencari kelipatan 3 bagaimana?
[22] ATN2 : Bilangannya selalu ditambah dengan bilangan 3.
[23] P : Terus pada langkah ketiga kamu kok tidak menuliskan langkahnya? Kamu
memperoleh FPB atau KPK?
[24] ATN2 : Langkah ketiga menentukan KPK, KPK dari 3, 5 dan 6 diperoleh 30 hari.
[33] P : Setelah kamu memperoleh hasil KPK 30 ini, apa prosedur yang kamu lakukan?
dan kenapa?
[34] ATN2 : Tidak tahu, saya bingung dalam menghitung hari dan tanggal bertemu kembali.
Mungkin tanggal 30 April karena KPK yang dihasilkan 30.
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan
peneliti pada subjek ATN dapat dilihat bahwa ATN lumayan mengetahui
oleh subjek ATN ketika mengerjakan permaslahan KPK, seperti operasi bilangan
keempat dalam mencari hari dan tanggal bertemu bersama untuk yang kedua
kalinya karena subjek ATN masih merasa bingung, belum menguasainya dan tidak
dapat menyelesaikan prosedur keempat. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
KPK pada soal nomor 2. Subjek ATN dapat menyelesaikan masalah dari langkah 1
prosedur ketiga karena subjek ATN tidak menuliskan KPK yang diperoleh. Subjek
ATN melakukan kesalahan juga karena tidak melakukan prosedur keempat yaitu
dalam menentukan hari dan tanggal bertemu bersama kembali untuk yang kedua
kalinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.25. dibawah ini:
kelipatannya seperti bilangan 5 maka kelipatannya adalah 5, 10, 15, 20, 25 dan
ditentukan yaitu dari kelipatan 3 dan 6. Kelipatan persekutuan adalah bilangan yang
Selanjutnya, langkah yang ketiga ATN belum menentukan KPK dari ketiga
Di konfirmasi bahwa KPK dari 3 hari, 5 hari dan 6 hari adalah 30 hari. Setelah itu
langkah yang keempat, subjek ATN tidak dapat menyelesaikan prosedur tersebut.
hari maka bertemu kembali kedua kalinya pada hari Selasa. Namun, subjek ATN
tidak tahu cara melakukan prosedur keempat yaitu ATN masih belum mengerti cara
menjumlahkan hari pertama bertemu dengan 30 hari hasil KPK yang diperoleh.
bertemu 30 Maret 2022 dengan 30 hari sehingga diperoleh hasil tanggal kedua
bertemu adalah 30 April 2022. Akibat dari subjek ATN tidak dapat menyelesaikan
langkah keempat dengan baik yaitu tidak menuliskan hasil kesimpulan dengan
tepat. Seharusnya dari Dina yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali dan Icha
6 hari sekali, lalu mereka bertemu pertama kali pada Minggu tanggal 20 Maret 2022
107
dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April
2022. Berdasarkan hasil wawancara juga dapat dilihat bahwa ATN melakukan
wawancaranya:
Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ATN
dapat dilihat bahwa ATN menyadari terjadi kesalahan atau tidaknya pada setiap
1 sampai langkah 4 tetapi masih terkendala pada prosedur keempat dan tidak dapat
menemukan solusi dari kesalahan prosedur keempat yang dilakukan. Subjek ATN
hanya dapat menerapkan serangkaian prosedur dengan tepat sampai prosedur ketiga
saja. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator
prosedur penyelesaian KPK dengan metode daftar kelipatan tetapi tidak tahu
terkendala karena tidak melakukan prosedur serta dapat memberikan argumen yang
logis pada saat melakukan beberapa prosedur. Langkah 1 dan 2 yaitu dengan cara
asli yang sedang dicari kelipatannya seperti bilangan 5 maka kelipatannya adalah
5, 10, 15, 20, 25 dan seterusnya hingga diperoleh kelipatan persekutuan dengan
bilangan yang sudah ditentukan yaitu dari kelipatan 3 dan 6. Kelipatan persekutuan
bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Maka KPK dari 3 hari, 5 hari dan 6 hari adalah 30
hari. Setelah itu langkah yang keempat, subjek ATN tidak dapat menyelesaikan
minggu ditambah 30 hari maka bertemu kembali kedua kalinya pada hari Selasa.
Namun, subjek ATN tidak tahu cara melakukan prosedur keempat yaitu ATN masih
belum mengerti cara menjumlahkan hari pertama bertemu dengan 30 hari hasil
KPK yang diperoleh. Subjek ATN juga belum mengerti cara menjumlahkan tanggal
pertama bertemu 30 Maret 2022 dengan 30 hari sehingga diperoleh hasil tanggal
kedua bertemu adalah 30 April 2022. Akibat subjek ATN tidak dapat
menyelesaikan langkah keempat dengan baik yaitu tidak menuliskan hasil jawaban
109
akhir dengan tepat. Seharusnya dari Dina yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari
sekali dan Icha 6 hari sekali, lalu mereka bertemu pertama kali pada Minggu tanggal
20 Maret 2022 dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa
tanggal 20 April 2022. Subjek ATN memberikan argumen yang logis ketika
ditanyakan perihal pada beberapa prosedur yang dilakukan yang dapat dilihat pada
[5] P : Pada permasalahan nomor 2 kamu menggunakan metode penyelesaian apa? lalu
coba jelaskan alasanmu menggunakan metode penyelesaian tersebut?
[6] ATN2 : Saya menggunakan metode daftar kelipatan karena menurut saya ketika
menyelesaikan KPK menggunakan metode daftar kelipatan lebih mudah apabila
bilangan yang dicari KPK nya merupakan bilangan kecil.
[15] P : Kenapa yang dicari kelipatannya 3, 5 dan 6?
[16] ATN2 : Karena yang mau dicari KPK waktu yang sama dapat bertemu bersama-sama
adalah dari waktu Dina 3 hari sekali, Mela 5 hari seklai dan Icha 6 hari sekali.
[25] P : Dari kelipatan 3, 5 dan 6 yang diperoleh, kenapa bilangan 30 di lingkari?
[26] ATN2 : Karena 30 adalah KPK dari 3, 5 dan 6.
[53] P : Kamu yakin kalau nomor 2 permasalahannya diminta menentukan KPK?
[54] ATN2 : Yakin, karena permasalahan nomor 2 ingin mencari hari dan tanggal bertemu
kembali untuk yang kedua kalinya, maka dari itu yang digunakan untuk
menyelesaikannya adalah KPK.
Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ATN
dapat dilihat bahwa ATN memberikan argumen dengan logis ketika melakukan
metode daftar kelipatan karena menurut ATN ketika menyelesaikan KPK dengan
bilangan kecil menggunakan metode daftar kelipatan lebih mudah dipahami dan
lebih mudah saat menentukan KPK nya dengan mencari kelipatan persekutuan yang
sama dari kelipatan bilangan 3, 5 dan 6 yaitu 30. Subjek ATN juga menyampaikan
jarak Dina datang di Bimbel, 5 merupakan jarak Mela datang di Bimbel dan 6
merupakan jarak Icha datang di Bimbel yang akan dicari hari dan tanggal yang sama
untuk dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya. Selain itu, subjek ATN
permasalahan nomor 2 ingin mencari hari dan tanggal bertemu kembali untuk yang
kedua kalinya. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi
indikator kedelapan dengan baik yaitu memberikan argumen yang logis pada
yang logis pada prosedur keempat karena belum sampai pada tahap prosedur
keempat.
menggunakan prosedur)
Subjek ATN diberikan soal yang hampir mirip dengan soal yang diberikan
ketika tes tertulis oleh peneliti. Berikut soal yang diberikan oleh peneliti untuk
menguji indikator 9 yang dapat dilihat pada gambar 4.26. dan 4.27. dibawah ini:
Ibu membeli 50 kue serabi, 75 kue pastel dan 100 kue putu. Ketiga kue tersebut akan disajikan
dibeberapa piring untuk acara arisan nanti sore. Isi kue pada setiap piring sama banyak. Berapa
piring yang dibutuhkan ibu?
Ketika ATN ditunjukan soal permasalahan FPB dan KPK subjek ATN dapat
mengetahui permasalahan FPB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil
wawancara berikut:
[57] P : Kalau yang gambar 4.26. ini menurut kamu penyelesaiannya menggunakan FPB
atau KPK?
[58] ATN2 : KPK
[59] P : Kamu yakin? kenapa menggunakan KPK?
[60] ATN2 : Seingat saya begitu karena, ingin membagi kue sama banyak.
[61] P : Terus kalau yang gambar 4.27. menggunakan penyelesaian FPB atau KPK? terus
kenapa jelasakan alasanmu?
[62] ATN2 : Kalau yang 4.27. ini menggunakan KPK juga, karena yang di tanyakan waktu
lampu dapat berkedip bersama lagi.
ATN tidak terlalu mengetahui bentuk soal baru yang dapat diselesaikan
bentuk soal 4.26. dapat diselesaikan menggunakan KPK karena akan membagi kue
kedalam beberapa piring dengan jumlah sama banyak pada setiap jenis kuenya.
Sedangkan pada bentuk soal 4.27. dapat diselesaikan menggunakan KPK karena
pada soal menanyakan waktu dapat berkedip bersama lagi pada 3 lampu yang ada,
maka yang dicari adalah kelipatannya dengan menggunakan KPK. Padahal yang
seharusnya adalah pad gambar 4.26. itu penyelesaian FPB, sedangkan gambar 4.27.
diberikan itu penyelesaiannya menggunakan KPK semua. Maka dari itu, dapat
daftar kelipatan.
1) Soal nomor 1
faktor yang terdiri dari 4 langkah, hanya dapat diselesaikan oleh subjek FSA sampai
langkah kedua saja. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.28. dibawah
ini:
jumlah siswa perempuan dan bilangan 72 yang merupakan jumlah siswa laki-laki
faktorisasi prima dari hasil pemfaktoran bilangan 60 dan 72 yang berupa bilangan
prima. Namun, subjek FSA mengalami kendala pada saat menuliskan faktorisasi
113
operasi perkalian. Lalu, langkah yang ketiga FSA belum menentukan penyelesaian
berkaitan dengan pembagian kelompok belajar dengan jumlah sama banyak pada
masing-masing gender siswa kelas IV. Selain itu, FSA menuliskan hasil jawaban
akhir secara langsung tanpa melakukan perhitungan, sehingga diperoleh hasil pada
siswa perempuan dapat dibagi menjadi 5 kelompok dan siswa laki-laki dapat dibagi
laki-laki dapat dibagi menjadi 12 kelompok belajar dengan jumlah perempuan sama
Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek FSA, dapat dilihat
metode pohon faktor sampai langkah kedua, dari tahap memfaktorkan bilangan 60
dan 72, lalu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72 karena pada prosedur
dengan menentukan FPB dari 60 dan 72 serta subjek FSA langsung menuliskan
jawaban dengan menuliskan hasil jawaban tanpa menghitung FPB nya terlebih
seharusnya dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi menjadi
12 kelompok belajar dengan perempuan sama banyak dan laki-laki sama banyak.
FPB menggunakan metode pohon faktor yang terdiri dari 4 langkah dengan lancar,
karena subjek FSA hanya dapat melakukan prosedur dengan lancar pada prosedur
pertama karena masih terkendala pada prosedur kedua, ketiga dan keempat. Untuk
jumlah siswa perempuan dan bilangan 72 yang merupakan jumlah siswa laki-laki
faktorisasi prima dari hasil pemfaktoran bilangan 60 dan 72 yang berupa bilangan
prima. Namun, subjek FSA mengalami kendala pada saat menuliskan faktorisasi
operasi perkalian. Lalu, langkah yang ketiga FSA belum menentukan penyelesaian
berkaitan dengan pembagian kelompok belajar dengan jumlah sama banyak pada
masing-masing gender siswa kelas IV. Selain itu, FSA menuliskan hasil jawaban
akhir secara langsung tanpa melakukan perhitungan, sehingga diperoleh hasil pada
siswa perempuan dapat dibagi menjadi 5 kelompok dan siswa laki-laki dapat dibagi
laki-laki dapat dibagi menjadi 12 kelompok belajar dengan jumlah perempuan sama
banyak dan jumlah laki-laki sama banyak. Pada permasalahan nomor 1 ini subjek
tersebut juga didukung dengan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti
[1] p : Apa kamu merasa bingung ketika menyelesaikan permasalahan nomor 1 ini?
[2] FSA1 : Iya, saya bingung ketika mengerjakan soal cerita yang diminta untuk menentukan
FPB atau KPK.
[3] P : Kalau langsung mengerjakan soal untuk menentukan FPB atau KPK bisa? Soal
yang tidak berbentuk soal cerita.
[4] FSA1 : Kalau itu saya bisa, tapi kalau diminta untuk mengalisis soal untuk diselesaikan
menggunakan FPB atau KPK saya masih bingung.
[5] P : Emangnya kamu menggunakan strategi penyelesaian apa?
[6] FSA1 : Saya menyelesaikan masalah dengan metode pohon faktor pada soal nomor 1.
[15] P : Ketika memfaktorkan bilangan 60 dan 72 ini menggunakan operasi bilangan apa?
terus kamu membaginya menggunakan bilangan apa?
[16] FSA1 : Operasi pembagian menggunakan bilangan prima.
[27]P : Kenapa kamu tidak melakukan langkah ketiga tapi dapat memperoleh jawaban?
[28] FSA1 : Saya asal menjawab karena masih bingung, jadi menurut saya jawabanya adalah
hasil prima yang terakhir dilingkari pada masing-masing pohon faktor.
Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa FSA tidak mengerti
FSA tidak merasakan kesulitan dari langkah 1 sampai dengan langkah 2, namun
pada langkah kedua subjek FSA mengalami kesalahan saat menuliskan faktorisasi
perkalian. Tetapi subjek FSA melakukan operasi perkalian pada hasil faktorisasi
dari 60 dan 72, hal tersebut yang menyebabkan prosedur kedua menjadi kurang
berkaitan dengan FPB. Maka, langkah yang harus dilakukan yaitu menentukan FPB
nya. Sehingga, subjek FSA tidak menghasilkan jawaban akhir yang tepat bahwa
kelompok yang dapat dibentuk adalah 12 kelompok. Berdasarkan hasil tes tertulis
penyelesaian dengan runtut, lengkap dan masih ada kendala pada langkah kedua,
ketiga dan keempat. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi
FPB menggunakan metode pohon faktor dengan lancar sampai pada prosedur
pertama saja.
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.30. dibawah ini:
bahwa pengerjaan permasalahan FPB pada soal nomor 1 tidak dapat selesaikan
sampai akhir. Jawaban dari subjek FSA salah dan juga tidak menggunakan prosedur
penyelesaian FPB dengan tepat. FSA menyimpulkan bahwa kelompok belajar yang
dengan tepat karena hanya lancar sampai pada langkah pertama, sehingga belum
menghasilkan jawaban akhir tepat karena mulai dari prosedur kedua sudah
indikator ketiga dengan kurang baik yaitu belum menghasilkan jawaban yang
melakukan prosedur sampai langkah kedua dengan masih ada kendala pada
dapat dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada
indikator 4:
[41] P : Coba jelaskan secara singkat langkah yang kamu lakukan dari awal hingga akhir
untuk menyelasaikan permasalahan ini?
[42] FSA1 : Pertama saya memfaktorkan 60 dan 72, setelah itu menentukan faktorisasi prima
dari 60 dan 72. Setelah itu sudah ketemu jawabannya adalah dapat dibagi kelompok
perempuan berisi 5 kelompok dan laki-laki 3 kelompok.
[43] P : Apakah kamu yakin seperti itu jawabannya?
[44] FSA1 : Sedikit yakin.
[45] P : Kok sedikit? Kamu dapat jawaban kelompok perempuan berisi 5 kelompok dan
laki-laki berisi 3 kelompok dapat darimana? Ini kan kamu tidak ada cara
penyelesaiannya dalam menentukan kelompok.
[46] FSA1 : Dapat dari faktorisasi prima yang merupakan hasil pembagian bilangan prima
terakhir, untuk yang perempuan kan itu 60 siswa dihasilkan bilangan prima 5,
jadinya 5 kelompok. Sedangkan yang laki-laki itu 72 siswa dihasilkan bilangan
prima 3, jadinya 3 kelompok yang perempuan.
[47] P : Kamu yakin seperti itu? apa tidak di selesaikan dengan FPB atau KPK? coba kamu
ingat-ingat dulu.
[48] FSA1 : Sepertinya juga bisa memakai FPB atau KPK, tapi saya terkadang masih bingung
dalam mengerjakan FPB dan KPK.
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan
peneliti pada subjek FSA dapat dilihat bahwa FSA menerapkan serangkaian
prosedur dari langkah 1 sampai langkah 2 saja dengan sedikit kesalahan di langkah
kedua serta mengalami kendala pada langkah ketiga yaitu ketika menentukan FPB
dari 60 dan 72 karena subjek FSA langsung menentukan jumlah kelompok dengan
119
cara melihat hasil pembagian terakhir dari 60 dan 72 yang merupakan bilangan
prima hasil pembagian terakhi yang berupa siswa perempuan menjadi 5 kelompok
dan siswa laki-laki menjadi 3 kelompok. Padahal seharusnya subjek FSA mencari
FPB dari bilangan 60 yang merupakan jumlah siswa perempuan dan bilangan 72
yang merupakan jumlah siswa laki-laki. Subjek FSA menunjukkan belum dapat
selanjutnya FSA menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72. Namun saat subjek
perkalian.
dengan tepat karena pada nomor 1 subjek FSA tidak memilih penyelesaian
berkaitan dengan pembagian kelompok dengan jumlah sama banyak. Akibat dari
tidak mampunya subjek FSA melakukan prosedur kedua, ketiga dan keempat
dengan tepat yaitu subjek FSA tidak menuliskan hasil dan kesimpulan yang tepat
karena seharusnya hasil kelompok yang dapat dibagi dari 60 siswa perempuan dan
72 siswa laki-laki adalah 12 kelompok dengan jumlah sama banyak pada setiap
gender nya. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi
nomor 1 dan tahu kapan harus melakukan prosedur-prosedur yang harus dilakukan
pada langkah pertama dan langkah kedua dengan metode pohon faktor. Tetapi
subjek FSA dalam mengetahui kapan harus melakukan prosedur tertentu dapat
dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek
[9] P : Coba dibaca sekali lagi dengan cermat, kira-kira yang diketahui dari soal itu apa?
[10] FSA1 : Siswa kelas IV yang terdiri dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki.
[11] P : Terus 60 sama 72 ini di apain?
[12] FSA1 : Difaktorkan dengan cara membagi menggunakan pohon faktor dengan bilangan
prima sampai hasil bagi terakhir bilangan prima. (Prosedur 1)
[17] P : Kapan kamu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72?
[18] FSA1 : Saat pemfaktoran 60 dan 72 sudah didapatkan hasil prima. Terus di tuliskan
faktorisasi prima dari 60 yaitu 22 x 3 x 5. Sedangkan faktorisasi dari 72 adalah 23 x
32. (Prosedur 2)
[25] P : Setelah ini kamu melakukan prosedur apa? dan kenapa?
[26] FSA1 : Saya masih ragu, tapi sepertinya sudah diperoleh hasilnya yaitu perempuan berisi
5 kelompok dan laki-laki berisi 3 kelompok.
[29] P : Kamu dapat jawaban kelompok perempuan berisi 5 kelompok dan laki-laki berisi
3 kelompok dapat darimana? Ini kan kamu tidak ada cara penyelesaiannya dalam
menentukan kelompok.
[30] FSA1 : Dapat dari faktorisasi prima yang merupakan hasil pembagian bilangan prima
terakhir, untuk yang perempuan kan itu 60 siswa dihasilkan bilangan prima 5,
jadinya 5 kelompok. Sedangkan yang laki-laki itu 72 siswa dihasilkan bilangan
prima 3, jadinya 3 kelompok yang perempuan.
Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek FSA
dapat dilihat bahwa FSA menerapkan serangkaian prosedur dari langkah 1 sampai
121
langkah 2 saja dengan sedikit kesalahan di langkah kedua serta mengalami kendala
pada langkah ketiga dengan tidak menentukan FPB dari 60 dan 72 karena subjek
FSA langsung menentukan jumlah kelompok dengan cara melihat hasil pembagian
terakhir dari bilangan 60 dan bilangan 72 yang merupakan bilangan prima hasil
pembagian terakhir yaitu siswa perempuan menjadi 5 kelompok dan siswa laki-laki
bilangan 60 dan 72 yang merupakan jumlah siswa perempuan dan jumlah siswa
laki-laki. Subjek FSA menuliskan hasil jawaban akhir yang tidak tepat yaitu jumlah
kelompok yang dapat dibagi adalah perempuan menjadi 5 kelompok dan laki-laki
perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi menjadi 12 kelompok belajar dengan
perempuan sama banyak dan laki-laki sama banyak. Maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi indikator kelima dengan cukup baik
prosedur)
subjek FSA ketika mengerjakan permasalahan FPB yaitu meliputi operasi bilangan
yang terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Selain itu,
Gambar 4. 31. Hasil subjek FSA untuk dilihat pengetahuan prasyarat saat
melakukan prosedur penyelesaian pada nomor 1
Subjek FSA dapat menggunakan operasi bilangan seperti penjumlahan/
dan 72 dengan menggunakan pohon faktor dengan operasi pembagian oleh bilangan
prima. Selain itu, subjek FSA juga mengerti perpangkatan dalam bilangan.
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek FSA. Berikut transkrip
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan
peneliti pada subjek FSA dapat dilihat bahwa mengetahui pengetahuan operasi
bilangan, balagan prima dan bilangan berpangkat yang digunakan sebagai prasyarat
123
yang harus dikuasai oleh subjek FSA ketika mengerjakan permasalahan FPB. Maka
dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi indikator keenam
pada soal nomor 1. Subjek FSA melakukan kesalahan pada langkah kedua sehingga
pada langkah ketiga dan keempat tidak dapat dilanjutkan penyelesaiannya. Untuk
menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72 dengan ada kesalahan yaitu melakukan
operasi perkalian pada faktorisasi prima dari 60 maupun 72. Lalu, langkah yang
subjek FSA malah langsung menuliskan jawaban akhir yaitu kelompok perempuan
dapat dibagi menjadi 5 kelompok dan laki-laki dapat dibagi menjadi 3 kelompok
mengakibatkan subjek FSA tidak dapat menuliskan jawaban akhir dengan tepat.
Berdasarkan hasil wawancara juga dapat dilihat bahwa subjek FSA melakukan
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan
peneliti pada subjek FSA dapat dilihat bahwa FSA tidak menyadari terjadi
penyelesaian dari langkah 1 sampai langkah 4. Subjek FSA yakin dengan langkah
penyelesaian yang diambil pada nomor 1 yaitu menentukan kelompok yang dapat
dibagi dari hasil pembagian bilangan terakhir yang sudah prima dari 60 maupun 72,
FPB dari 60 dan 72 terlebih dahulu. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek
125
langkah 1 sampai langkah 2 dengan memberikan argumen yang logis pada saat
melakukan prosedur langkah 1, tetapi pada langkah kedua dan langkah ketiga
subjek FSA tidak dapat memberikan argumen yang logis. Subjek FSA dapat dilihat
ketika memberikan argumen yang logis dapat dilihat pada transkrip wawancara
dibawah ini:
[7] P : Pada permasalahan nomor 1 kamu menggunakan metode penyelesaian apa? lalu
coba jelaskan alasanmu menggunakan metode penyelesaian tersebut?
[8] ATN1 : Saya menggunakan metode pohon faktor karena menurut saya ketika
menggunakan pohon faktor lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat
menentukan faktorisasi primanya. (Prosedur 1)
[13] P : Kenapa yang difaktorkan 60 dan 72?
[14] ATN1 : Karena yang mau dibagi kan siswa perempuan 60 dan siswa laki-laki 72.
[33] P : Kamu yakin kalau nomor 1 kelompoknya dapat dibagi menjadi perempuan 5
kelompok dan laki-laki 3 kelompok?
[34] ATN1 : Iya sepertinya, saya juga sedikit bingung.
[35] P : Kamu dapat jawaban kelompok perempuan berisi 5 kelompok dan laki-laki berisi
3 kelompok dapat darimana? Ini kan kamu tidak ada cara penyelesaiannya dalam
menentukan kelompok.
[36] ATN1 : Dapat dari faktorisasi prima yang merupakan hasil pembagian bilangan prima
terakhir, untuk yang perempuan kan itu 60 siswa dihasilkan bilangan prima 5,
jadinya 5 kelompok. Sedangkan yang laki-laki itu 72 siswa dihasilkan bilangan
prima 3, jadinya 3 kelompok yang perempuan.
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan
peneliti pada subjek FSA dapat dilihat bahwa FSA memberikan argumen dengan
logis ketika melakukan prosedur dari langkah 1, tetapi pada langkah 2 sampai
langkah 4 subjek FSA masih merasa bingung serta belum memperoleh jawaban
126
akhir benar. Subjek FSA dapat menyampaikan alasan penggunaan metode pohon
metode pohon faktor karena menurut FSA ketika menggunakan pohon faktor lebih
mudah dipahami dan lebih mudah saat menentukan faktorisasi primanya. Subjek
merupakan jumlah siswa perempuan dan 72 merupakan jumlah siswa laki-laki yang
akan dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah sama banyak pada masing-
masing gendernya. Tetapi, subjek FSA yakin dengan langkah penyelesaian yang
diambil pada nomor 1 yaitu menentukan kelompok yang dapat dibagi dari hasil
pembagian bilangan terakhir yang sudah prima dari 60 maupun 72, padahal
dari 60 dan 72 terlebih dahulu. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek FSA
menggunakan prosedur)
Subjek FSA diberikan soal yang hampir mirip dengan soal yang diberikan
Berikut soal yang diberikan oleh peneliti untuk menguji indikator 9 yang
tidak dapat membedakan mana soal yang harus diselesaikan menggunakan KPK
menunjukkan bahwa subjek FSA tidak dapat mengenali bentuk soal baru yang dapat
sebagai berikut:
[49] P : Kalau yang gambar 4.33. ini menurut kamu penyelesaiannya menggunakan FPB
atau KPK?
[50] ATN1 : KPK
[51] P : Kamu yakin? kenapa menggunakan KPK?
[52] ATN1 : Seingat saya begitu karena, ingin membagi kue sama banyak.
[53] P : Terus kalau yang gambar 4.34. menggunakan penyelesaian FPB atau KPK? terus
kenapa jelasakan alasanmu?
[54] ATN1 : Kalau yang 4.40. ini menggunakan FPB mungkin, karena yang di tanyakan waktu
lampu dapat berkedip bersama lagi.
FSA tidak dapat mengetahui bentuk soal baru yang dapat diselesaikan
menggunakan FPB maupun KPK, selain itu subjek FSA juga hanya asal menjawab
dan tidak dapat memberikan alasan dengan tepat mengapa permasalahan yang
mengatakan bahwa bentuk soal 4.33. dapat diselesaikan menggunakan KPK karena
akan membagi kue kedalam beberapa piring dengan jumlah sama banyak pada
setiap jenis kue nya. Sedangkan pada bentuk soal 4.34. dapat diselesaikan
menggunakan FPB karena pada soal menanyakan waktu dapat berkedip bersama
lagi pada 3 lampu yang ada, maka yang dicari adalah kelipatannya dengan
menggunakan KPK. Padahal yang seharusnya adalah pad gambar 4.33. itu
penyelesaian FPB, sedangkan gambar 4.34. adalah penyelesaian KPK. Maka dari
dengan sangat tidak baik yaitu tidak tepat dalam mengenali jenis masalah
2) Soal nomor 2
metode pohon faktor yang terdiri dari 4 langkah. Dapat diselesaikan oleh subjek
FSA sampai langkah keempat, tetapi pada langkah ketiga subjek FSA tidak
melakukan prosedur dengan menentukan FPB atau KPK. Namun, pada langkah
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.35. dibawah ini:
metode pohon faktor dari langkah 1 sampai langkah 4, dari tahap memfaktorkan
bilangan 3, 5 dan 6, lalu menuliskan faktorisasi prima dari 3, 5 dan 6. Tetapi, pada
prosedur ketiga subjek FSA tidak dapat menentukan penyelesaian masalah dengan
dengan menentukan KPK dari 3, 5 dan 6 serta subjek FSA langsung menuliskan
jawaban akhir dengan menuliskan hasil jawaban tanpa menghitung KPK nya
terlebih dahulu sehingga jawaban yang diperoleh kurang tepat. Namun, pada
langkah keempat subjek FSA dapat melakukan dengan baik dalam menentukan
tanggal bertemu kembali untuk yang kedua kalinya, tetapi hasilnya menjadi kurang
tepat karena KPK yang harusnya dijumlahkan dengan tanggal pertama bertemu
bukan merupakan hasil KPK yang tepat pada penjumlahan hari subjek FSA belum
kesimpulan yaitu Dina, Mela dan Icha dapat bertemu bersama untuk yang kedua
130
kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022. Maka, dapat disimpulkan bahwa
KPK menggunakan metode pohon faktor yang terdiri dari langkah 1 hingga langkah
4 dengan lancar, karena subjek FSA masih terkendala pada langkah 3 dan langkah
4. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.36. dibawah ini:
merupakan jumlah kedatangan Dina, Mela dan Icha dengan cara membagi bilangan
bilangan prima. Selanjutnya subjek FSA menuliskan faktorisasi prima dari hasil
pemfaktoran bilangan 3, 5 dan 6 yang berupa bilangan prima. Lalu, langkah yang
menggunakan KPK karena penyelesaian masalah berkaitan dengan hari dan tanggal
bertemu kembali untuk yang kedua kalinya secara bersama di Bimbel Cendekia.
menjumlahkan tanggal pertama bertemu yaitu tanggal 20 Maret dengan hasil yang
diperoleh, tetapi pada langkah ketiga subjek FSA sudah mengalami kesalahan
dengan tidak menentukan KPK dari 3, 5 dan 6 yang seharusnya diperoleh hasil KPK
menjumlahkan Hari dan tanggal pertama bertemu dengan KPK yang diperoleh,
sehingga akan diperoleh hari Selasa tanggal 20 April 2022 Dina, Mela dan Icha
dapat bertemu untuk yang kedua kalinya. Lalu yang terakhir menuliskan hasil
jawaban akhir dengan tepat yaitu Dina, Mela dan Icha dapat bertemu lagi untuk
yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022. Pernyataan tersebut
juga didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap subjek
[1] P : Apa kamu merasa bingung ketika menyelesaikan permasalahan nomor 2 ini?
[2] FSA2 : Iya, saya bingung ketika mengerjakan soal cerita yang diminta untuk menentukan
FPB atau KPK.
[3] P : Kalau langsung mengerjakan soal untuk menentukan FPB atau KPK bisa? Soal
yang tidak berbentuk soal cerita.
[4] FSA2 : Kalau itu saya bisa, tapi kalau diminta untuk mengalisis soal untuk diselesaikan
menggunakan FPB atau KPK saya masih bingung.
[5] P : Emangnya kamu menggunakan strategi penyelesaian apa?
[6] FSA2 : Saya menggunakan metode penyelesaian pohon faktor pada soal nomor 2.
[15] P : Ketika memfaktorkan bilangan 3, 5 dan 6 ini menggunakan operasi bilangan apa?
terus kamu membaginya menggunakan bilangan apa?
[16] FSA2 : Operasi pembagian menggunakan bilangan prima.
[25] P : Kenapa kamu tidak melakukan langkah ketiga tapi dapat memperoleh jawaban?
[26] FSA2 : Saya asal menjawab karena masih bingung, jadi menurut saya jawabanya dari
faktorisasi prima 3 dan 5 itu kan Cuma ada 1, jadi dikalikan sehingga diperoleh
hasil 15. Menurut saya itu hasilnya, lalu baru dijumlahkan dengan tanggal pertama
bertemu untuk memperoleh tanggal bertemu yang kedua kalinya.
132
Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa subjek FSA tidak
subjek FSA tidak merasakan kesulitan dari langkah 1 sampai dengan langkah 2,
namun pada langkah ketiga subjek FSA mengalami kesalahan dengan tidak mencari
KPK dari 3, 5 dan 6 dahulu. Subjek FSA langsung mengalikan faktorisasi prima
nomor 2 berkaitan dengan hari dan tanggal bertemu kembali untuk yang kedua
dengan KPK. Maka, langkah yang harus dilakukan yaitu menentukan KPK nya.
Akibat dari subjek FSA langsung menuliskan jawaban menuliskan hasil jawaban
tanpa menghitung KPK nya terlebih dahulu menyebabkan jawaban akhir yang
diperoleh kurang tepat. Namun, pada langkah keempat subjek FSA dapat
melakukan dengan baik dalam menentukan tanggal bertemu kembali untuk yang
kedua kalinya, tetapi hasilnya menjadi kurang tepat karena KPK yang harusnya
dijumlahkan dengan tanggal pertama bertemu bukan hasil yang tepat. Selain itu,
pada penjumlahan hari subjek FSA belum dapat melakukannya. Seharusnya pada
permasalahan nomor 2 diperoleh hasil akhir yaitu Dina, Mela dan Icha dapat
bertemu lagi untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022.
Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi indikator kedua dengan
Pengerjaan permasalahan KPK pada soal nomor 2, subjek FSA tidak dapat
mengerjakan sampai prosedur akhir. Jawaban dari subjek FSA salah dan juga tidak
menuliskan jawaban akhir yang seharusnya bahwa Dina, Mela dan Icha dapat
bertemu lagi untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022.
Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.37. dibawah ini:
Gambar 4. 37. Jawaban FSA untuk menguji indikator memperoleh jawaban tepat
pada soal nomor 2
Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek FSA, dapat dilihat
tepat karena hanya sampai pada langkah kedua. Subjek FSA tidak melakukan
faktorisasi prima dari 3 dan 5 dengan tanggal bertemu yang pertama kali. Sehingga
belum menghasilkan jawaban akhir tepat serta subjek FSA menuliskan hasil
jawaban akhir dengan tidak tepat. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek FSA
metode pohon faktor karena tidak dapat menentukan KPK dari bilangan 3, 5
dan 6.
134
penyelesaian dari awal sampai akhir dengan tepat. Subjek FSA hanya mampu
menunjukkan melakukan prosedur sampai langkah kedua saja karena subjek FSA
masih terkendala pada langkah 3 dan langkah 4. Kemampuan subjek FSA dalam
melakukan serangkaian prosedur dapat dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah
dilakukan oleh peneliti pada subjek FSA. Berikut transkrip wawancara yang
[37] P : Coba jelaskan secara singkat langkah yang kamu lakukan dari awal hingga akhir
untuk menyelasaikan permasalahan ini?
[38] FSA2 : Pertama saya memfaktorkan 3, 5 dan 6, setelah itu menentukan faktorisasi prima
dari 3, 5 dan 6. Setelah itu sama mengoperasikan hasil faktorisasi prima dari 3 dan
5 menggunakan operasi perkalian sehingga diperoleh hasil 15. Lalu, menjumlahkan
hasilnya dengan tanggal pertama bertemu bersama-sama yaitu 20 Maret 2022
ditambah dengan 15 sehingga diperoleh tanggal bertemu kembali untuk yang kedua
kalinya adalah 5 April 2022.
[39] P : Apakah kamu yakin seperti itu jawabannya?
[40] FSA2 : Sedikit yakin.
[41] P : Kamu yakin seperti itu? apa tidak di selesaikan dengan FPB atau KPK? coba kamu
ingat-ingat dulu.
[42] FSA2 : Sepertinya juga bisa memakai FPB atau KPK, tapi saya terkadang masih bingung
dalam mengerjakan FPB dan KPK.
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan
peneliti pada subjek FSA dapat dilihat bahwa menerapkan serangkaian prosedur
dari langkah 1 sampai langkah 4, tetapi hanya lancar sampai langkah kedua saja.
Pada langkah ketiga subjek FSA mengalami kesalahan dengan tidak menentukan
KPK dari 3, 5 dan 6 dahulu. Subjek FSA langsung mengalikan faktorisasi prima
nomor 2 berkaitan dengan hari dan tanggal bertemu bersama untuk yang kedua
dengan KPK. Maka, langkah yang harus dilakukan yaitu menentukan KPK nya.
akhir tanpa menghitung KPK nya terlebih dahulu sehingga jawaban yang diperoleh
kurang tepat. Namun, pada langkah keempat subjek FSA dapat melakukan dengan
baik dalam menentukan tanggal bertemu kembali untuk yang kedua kalinya, tetapi
hasilnya menjadi kurang tepat karena KPK yang harusnya dijumlahkan dengan
tanggal pertama bertemu bukan hasil KPK yang tepat. Selain itu, pada
permasalahan nomor 2 diperoleh jawaban akhir yaitu Dina, Mela dan Icha dapat
bertemu bersama lagi untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April
2022. Maka dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi indikator keempat
menunjukkan melakukan prosedur sampai langkah kedua saja karena subjek FSA
masih terkendala pada langkah 3 dan langkah 4. Kemampuan subjek FSA dalam
136
mengetahui kapan harus melakukan prosedur tertentu dapat dilihat dari trasnkrip
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek FSA. Berikut transkrip
[9] P : Coba dibaca sekali lagi dengan cermat, kira-kira yang diketahui dari soal itu apa?
[10] FSA2 : Dina yang datang ke Bimbel setiap 3 hari sekali, Mela 5 hari seklai dan Icha 6
hari sekali, pernah datang ke Bimbel bersama-sama pada hari Minggu tanggal 20
Maret 2022.
[11] P : Terus 3, 5 dan 6 ini di apain?
[12] FSA2 : Difaktorkan dengan cara membagi menggunakan pohon faktor dengan bilangan
prima sampai hasil bagi terakhir bilangan prima. (Prosedur 1)
[17] P : Kapan kamu menuliskan faktorisasi prima dari 3, 5 dan 6?
[18] FSA2 : Saat pemfaktoran 3, 5 dan 6 sudah didapatkan hasil prima. Terus di tuliskan
faktorisasi prima dari 3 yaitu 3, sedangkan faktorisasi dari 5 yaitu 5 dan faktorisasi
dari 6 adalah 2 x 3. (Prosedur 2)
[23] P : Setelah ini kamu melakukan prosedur apa? dan kenapa?
[24] FSA2 : Saya melakukan operasi perkalian pada faktorisasi 3 dan 5, karena faktorisasi
primanya hanya 1 setiap bilangannya. Maka dari itu saya kalikan 3 dan 5 sehingga
menghasilkan 15. Lalu, 15 saya jumlahkan dengan tanggal pertama bertemu
sehingga memperoleh tanggal bertemu Kembali untuk yang kedua kalinya pad
atanggal 5 April 2022. (Prosedur 4)
Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek FSA
langkah 4, tetapi hanya lancar sampai langkah kedua saja. Pada langkah ketiga
subjek FSA mengalami kesalahan dengan tidak menentukan KPK dari 3, 5 dan 6
dahulu. Subjek FSA langsung melakukan operasi perkalian pada faktorisasi prima
Maret 2022. Padahal yang seharusnya mencari KPK karena permasalahan nomor 2
berkaitan dengan hari dan tanggal bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada
Dina, Mela dan Icha secara bersama di Bimbel Cendekia. Maka permasalahan
tersebut berkaitan dengan KPK. Maka, langkah yang harus dilakukan yaitu
menuliskan hasil jawaban tanpa menghitung KPK nya terlebih dahulu sehingga
jawaban yang diperoleh kurang tepat. Namun, pada langkah keempat subjek FSA
dapat melakukan dengan baik dalam menentukan tanggal bertemu kembali untuk
yang kedua kalinya, tetapi hasilnya menjadi kurang tepat karena KPK yang
harusnya dijumlahkan dengan tanggal pertama bertemu bukan hasil yang tepat.
Selain itu, pada pemjumlahan hari subjek FSA belum dapat melakukannya.
dan Icha dapat bertemu lagi untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20
April 2022. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi
indikator kelima dengan baik yaitu mengetahui prosedur pertama, kedua dan
keempat. Tetapi untuk prosedur keempat masih tidak dapat dilakukan oleh
subjek FSA.
prosedur)
dan 6 dengan menggunakan pohon faktor dengan operasi pembagian oleh bilangan
prima. Selain itu, subjek FSA juga mengerti cara mencari tanggal untuk bertemu
untuk yang kedua kalinya. Namun, dalam mencari hari bertemu kembali untuk yang
dalam menjumlahkan hari dan tanggal, subjek FSA harus menguasai materi
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 4.40. dibawah ini:
Gambar 4. 38. Hasil subjek FSA untuk dilihat pengetahuan prasyarat saat
melakukan prosedur penyelesaian pada nomor 1
Selain dari tes tertulis, kemampuan subjek FSA dalam memiliki
wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek FSA. Berikut transkrip
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan
oleh subjek FSA ketika mengerjakan permaslahan KPK, seperti operasi bilangan
ketika subjek FSA ditanya mengenai bilangan prima dapat menjawab dengan
139
jawaban yang logis dan tepat. Subjek FSA dapat menjawab tanggal bertemu untuk
yang kedua kalinya meskipun salah yaitu tanggal 5 April 2022, sedangkan untuk
hari bertemu untuk yang kedua kalinya subjek belum bisa menjawab. Subjek FSA
mengukur satuan waktu. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek FSA
pohon faktor.
Subjek FSA melakukan kesalahan pada langkah ketiga sehingga pada langkah
hari sekali, 5 hari seklai dan 6 hari sekali dengan cara membagi bilangan 3, 5 dan 6
bilangan 3, 5 dan 6 yang berupa bilangan prima. Lalu, langkah yang ketiga FSA
karena penyelesaian masalah berkaitan dengan hari dan tanggal bertemu kembali
untuk yang kedua kalinya pada Dina, Mela dan Icha secara bersama di Bimbel
140
menjumlahkan tanggal pertama bertemu yaitu tanggal 20 Maret 2022 dengan hasil
yang diperoleh, tetapi pada langkah ketiga subjek FSA sudah mengalami kesalahan
dengan tidak menentukan KPK dari 3, 5 dan 6 yang seharusnya diperoleh hasil KPK
menjumlahkan hari dan tanggal pertama bertemu dengan KPK yang diperoleh,
sehingga akan diperoleh hari Selasa tanggal 20 April 2022 Dina, Mela dan Icha
dapat bertemu untuk yang kedua kalinya. Lalu yang terakhir menuliskan hasil
kesimpulan dengan tepat yaitu Dina, Mela dan Icha dapat bertemu lagi untuk yang
kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022. Berdasarkan hasil
wawancara juga dapat dilihat bahwa FSA melakukan kesalahan dalam melakukan
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti
pada subjek FSA dapat dilihat bahwa tidak menyadari terjadi kesalahan pada setiap
1 sampai langkah 4. Subjek FSA yakin dengan langkah penyelesaian yang diambil
141
pada nomor 2 yaitu subjek FSA langsung menuliskan jawaban menuliskan hasil
jawaban tanpa menghitung KPK nya terlebih dahulu sehingga jawaban yang
diperoleh kurang tepat. Namun, pada langkah keempat subjek FSA dapat
melakukan dengan baik dalam menentukan tanggal bertemu kembali untuk yang
kedua kalinya, tetapi hasilnya menjadi kurang tepat karena KPK yang harusnya
dijumlahkan dengan tanggal pertama bertemu bukan hasil yang tepat. Selain itu,
pada pemjumlahan hari subjek FSA belum dapat melakukannya. Seharusnya pada
permasalahan nomor 2 diperoleh kesimpulan yaitu Dina, Mela dan Icha dapat
bertemu lagi untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi indikator ketujuh
langkah 1 sampai langkah 4 dengan memberikan argumen yang logis pada saat
melakukan prosedur langkah 1 dan langkah 2, tetapi pada langkah ketiga dan
langkah keempat subjek FSA tidak dapat memberikan argumen yang logis. Pada
pertama yaitu memfaktorkan 3 hari sekali, 5 hari seklai dan 6 hari sekali dengan
hasil akhir berupa bilangan prima. Selanjutnya FSA menuliskan faktorisasi prima
dari hasil pemfaktoran bilangan 3, 5 dan 6 yang berupa bilangan prima. Lalu,
hari dan tanggal bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada Dina, Mela dan
menjumlahkan tanggal pertama bertemu yaitu tanggal 20 Maret 2022 dengan hasil
yang diperoleh, tetapi pada langkah ketiga subjek FSA sudah mengalami kesalahan
dengan tidak menentukan KPK dari 3, 5 dan 6 yang seharusnya diperoleh hasil KPK
menjumlahkan Hari dan tanggal pertama bertemu dengan KPK yang diperoleh,
sehingga akan diperoleh hari Selasa tanggal 20 April 2022 Dina, Mela dan Icha
dapat bertemu untuk yang kedua kalinya. Lalu yang terakhir menuliskan hasil
kesimpulan dengan tepat yaitu Dina, Mela dan Icha dapat bertemu lagi untuk yang
kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022. Subjek FSA ketika
memberikan argumen yang logis saat ditanyakan perihal prosedur yang dilakukan
[7] P : Pada permasalahan nomor 2 kamu menggunakan metode penyelesaian apa? lalu
coba jelaskan alasanmu menggunakan metode penyelesaian tersebut?
[8] FSA2 : Saya menggunakan metode pohon faktor karena menurut saya ketika
menggunakan pohon faktor lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat
menentukan faktorisasi primanya.
[13] P : Kenapa yang difaktorkan 3, 5 dan 6?
[14] FSA2 : Karena yang mau mencari hari yang bisa bertemu bersama dari Dina yang 3 hari
sekali, Mela yang 5 hari seklai dan Icha yang 6 hari sekali.
[31] P : Kamu yakin kalau nomor 2 dapat bertemu kembalinya pada tanggal 5 April 2022?
[32] FSA2 : Iya sepertinya, saya juga sedikit bingung.
[33] P : Setelah menuliskan faktorisasi prima dari 3, 5 dan 6, kamu melakukan prosedur
apa? dan kenapa?
[34] FSA2 : Saya melakukan operasi perkalian pada faktorisasi 3 dan 5, karena faktorisasi
primanya hanya 1 setiap bilangannya. Maka dari itu saya kalikan 3 dan 5 sehingga
143
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan
peneliti pada subjek FSA dapat dilihat bahwa memberikan argumen dengan logis
ketika melakukan prosedur dari langkah 1, tetapi pada langkah 2 sampai langkah 4
subjek FSA masih merasa bingung serta belum memperoleh jawaban akhir benar.
Subjek FSA dapat menyampaikan alasan penggunaan metode pohon faktor untuk
faktor karena menurut subjek FSA ketika menggunakan pohon faktor lebih mudah
dipahami dan lebih mudah saat menentukan faktorisasi primanya. Subjek FSA juga
merupakan kehadiran dari Dina, 5 hari sekali merupakan kehadiran Mela dan 6 hari
sekali merupakan kehadiran Icha. Namun, pada langkah keempat subjek FSA tidak
kembali untuk yang kedua kalinya dan hasilnya menjadi kurang tepat karena KPK
yang harusnya dijumlahkan dengan tanggal pertama bertemu bukan hasil yang
tepat. Selain itu, pada penjumlahan hari subjek FSA belum dapat melakukannya.
dan Icha dapat bertemu lagi untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20
April 2022. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek FSA belum memenuhi
pohon faktor.
menggunakan prosedur)
Subjek FSA diberikan soal yang hampir mirip dengan soal yang diberikan
ketika tes tertulis oleh peneliti. Berikut soal yang diberikan oleh peneliti untuk
menguji indikator 9 yang dapat dilihat pada gambar 4.41. dan 4.42 dibawah ini:
Ibu membeli 50 kue serabi, 75 kue pastel dan 100 kue putu. Ketiga kue tersebut akan disajikan
dibeberapa piring untuk acara arisan nanti sore. Isi kue pada setiap piring sama banyak. Berapa
piring yang dibutuhkan ibu?
Lampu A berkedip setiap 8 detik. Lampu B berkedip setiap 12 detik. Lampu C berkedip setiap
15 detik. Jika saat ini ketiga lampu berkedip Bersama untuk pertama kalinya. Berapa detik lagi
kamu bisa melihat ketiga lampu berkedip Bersama untuk kedua kalinya?
membedakan mana soal yang harus diselesaikan menggunakan KPK dan mana soal
subjek FSA tidak dapat mengenali bentuk soal baru yang dapat diselesaikan
menggunakan prosedur penyelesaian FPB dan KPK dengan tepat sebagai berikut:
[43] P : Kalau yang gambar 4.41. ini menurut kamu penyelesaiannya menggunakan FPB
atau KPK?
[44] FSA2 : KPK
[45] P : Kamu yakin? kenapa menggunakan KPK?
[46] FSA2 : Seingat saya begitu karena, ingin membagi kue sama banyak.
[47] P : Terus kalau yang gambar 4.42. menggunakan penyelesaian FPB atau KPK? terus
kenapa jelasakan alasanmu?
145
[48] FSA2 : Kalau yang 4.42. ini menggunakan FPB mungkin, karena yang di tanyakan waktu
lampu dapat berkedip bersama lagi.
FSA tidak dapat mengetahui bentuk soal baru yang dapat diselesaikan
menggunakan FPB maupun KPK, selain itu subjek FSA juga hanya asal menjawab
dan tidak dapat memberikan alasan dengan tepat mengapa permasalahan yang
mengatakan bahwa bentuk soal 4.41. dapat diselesaikan menggunakan KPK karena
akan membagi kue kedalam beberapa piring dengan jumlah sama banyak pada
setiap jenis kue nya. Sedangkan pada bentuk soal 4.42. dapat diselesaikan
menggunakan FPB karena pada soal menanyakan waktu dapat berkedip bersama
lagi pada 3 lampu yang ada, maka yang dicari adalah kelipatannya dengan
menggunakan KPK. Padahal yang seharusnya adalah pad gambar 4.41. itu
penyelesaian FPB, sedangkan gambar 4.42. adalah penyelesaian KPK. Maka dari
dengan sangat tidak baik yaitu tidak tepat dalam mengenali jenis masalah
Berdasarkan kesimpulan dari hasil deskripsi dan analisis data subjek ZNA pada soal nomor 1 yang merupakan permasalahan
FPB dan nomor 2 yang merupakan permasalahn KPK, selanjutnya akan dibandingkan dan dilihat konsistensi data subjek kategori tinggi
146
3. Selain itu subjek ZNA juga menjumlahkan hari dan tanggal bertemu prosedur keempat yaitu belum
memperoleh hasil yang tepat dengan kembali yang kedua kali. menjumlahkan hari dan tanggal untuk
143
menentukan FPB untuk menentukan bertemu kembali yang kedua kalinya
jumlah kelompok yang dapat dibentuk 3. Selain itu subjek ZNA juga belum memperoleh sehingga belum diperoleh hasil jawaban
menggunakan metode pohon faktor. hasil yang tepat karena terkendala dalam akhir dengan tepat.
menjumlahkan KPK dengan hari dan tanggal
pertama bertemu. Subjek ZNA masih bingung
dalam melakukan perhitungan hari dan tanggal
bertemu kembali yang kedua kali, sehingga
hasil yang diperoleh belum tepat.
Konseptual 1. Subjek ZNA menunjukkan mampu 1. Subjek ZNA menuliskan serangkaian prosedur Pada kategori konseptual yang terdiri dari
melakukan serangkaian prosedur penyelesaian menggunakan metode daftar 6 indikator, subjek dapat menunjukkan
dengan metode pohon faktor yang kelipatan dengan lengkap meskipun pada tahapan kemampuannya dalam menerapkan
terdiri dari prosedur 1 sampai 4. prosedur ke 4 masih belum tepat. Subjek ZNA serangkaian prosedur baik dengan pohon
tidak merasa kesulitan dari langkah 1 sampai faktor maupun metode daftar kelipatan.
2. Subjek ZNA mengetahui langkah 1 dengan langkah 3. Namun, pada langkah ke 4 Subjek ZNA mengetahui penggunaan
memfaktorkan bilangan lalu langkah subjek ZNA merasa kesulitan dalam prosedur pada setiap langkahnya. Selain
kedua menuliskan faktorisasi prima menjumlahkan hari dan tanggal pertama bertemu itu, subjek juga mengetahui pengetahuan
Setelah itu, langkah ketiga menentukan dengan KPK yang dihasilkan. prasyarat yang harus digunakan untuk
penyelesaian FPB. Lalu yang terakhir menyelesaikan permasalahan FPB maupun
dapat menghasilkan jawaban dan 2. Pada langkah 1 dan 2 subjek ZNA melakukan KPK. Ketika subjek ditanyakan letak
kesimpulan akhir yang tepat yaitu dari prosedur menentukan kelipatan pada bilangan 3, kesalahan dalam melakukan prosedur juga
60 dan 72 dapat dibagi menjadi 12 5 dan 6. Setelah itu dicari kelipatan persekutuan dapat menunjukkannya dan dapat
kelompok belajar. terkecilnya yaitu 30 hari. Subjek juga tahu tahap memperbaiki kesalahannya meskipun
yang terakhir adalah mencari hari dan tanggal belum sempurna. Subjek juga dapat
3. Subjek ZNA mengetahui pengetahuan bertemu kembali untuk kedua kalinya dengan memberikan argumen dengan logis pada
sebelumnya yang digunakan sebagai menjumlahkan hari dan tanggal pertama bertemu setiap tahapan yang dilakukan dalam
prasyarat dalam mengerjakan dengan KPK yang diperoleh. menyelesaikan permasalahan FPB maupun
permasalahan FPB. Subjek ZNA dapat KPK. Ketika disajikan permasalahan baru,
menggunakan operasi bilangan 3. Subjek ZNA lumayan mengetahui pengetahuan subjek dapat mengenali dan membedakan
(Penjumlahan/ pengurangan/ perkalian prasyarat untuk mengerjakan permasalahan KPK, masalah mana yang dapat diselesaikan
/ pembagian) dan mengerti bilangan seperti operasi bilangan penjumlahan, menggunakan FPB dan permasalahan yang
berpangkat. pengurangan, perkalian dan pembagian. Namun, dapat diselesaikan menggunakan KPK.
147
ketika menyelesaikan langkah keempat dalam
mencari hari dan tanggal bertemu untuk yang
144
4. Subjek ZNA menyadari tidak terjadi kedua kalinya masih merasa bingung dan belum
kesalahan pada setiap langkah yang menguasainya. Tetapi ketika diwawancara
digunakan dalam menyelesaiakan dengan dipancing beberapa pertanyaan, ternyata
prosedur penyelesaian dari langkah 1 subjek ZNA dapat menyelesaikan langkah
sampai langkah 4 tanpa ada kesalahan. keempat dengan memperoleh hasil hampir tepat
pada tanggal, tetapi untuk mencari harinya subjek
5. Subjek ZNA memberikan argumen ZNA tetap merasa bingung.
dengan logis ketika melakukan
prosedur dari langkah 1 sampai langkah 4. Subjek ZNA menyadari terjadi kesalahan pada
4. Subjek ZNA memilih menggunakan langkah keempat dalam menyelesaiakan prosedur
metode pohon faktor karena bahwa dalam menjumlahkan hari dan tanggal
menggunakan pohon faktor lebih pertama bertemu dengan KPK yang dihasilkan
mudah dipahami dan lebih mudah saat masih belum tepat. Subjek ZNA juga bisa
menentukan faktorisasi primanya. Lalu, memperbaiki kesalahan pada saat mencari
alasan memfaktorkan bilangan 60 dan tanggal bertemu untuk yang kedua kalinya.
72 karena bilangan 60 merupakan
jumlah siswa perempuan dan 72 5. Subjek ZNA memberikan argumen dengan logis
merupakan jumlah siswa laki-laki yang ketika melakukan prosedur dari langkah 1 sampai
akan dibagi menjadi beberapa langkah 4. Subjek ZNA dapat menyampaikan
kelompok. Subjek ZNA mengatakan alasan penggunaan metode daftar kelipatan
bahwa yang dipilih adalah penyelesaian karena menurut ZNA ketika menyelesaikan KPK
FPB karena permasalahan nomor 1 dengan bilangan kecil menggunakan metode
ingin membagi kelompok belajar daftar kelipatan lebih mudah dipahami dan lebih
dengan jumlah sama banyak. mudah saat menentukan KPKnya. Subjek ZNA
juga mengatakan bahwa bilangan yang yang
6. Subjek ZNA dapat mengetahui bentuk dicari kelipatannya 3, 5 dan 6 karena bilangan 3
soal baru yang dapat diselesaikan merupakan jarak Dina datang di Bimbel, 5
menggunakan FPB maupun KPK dan merupakan jarak Mela datang di Bimbel dan 6
dapat memberikan alasan mengapa merupakan jarak Icha datang di Bimbel. Selain
permasalahan dapat diselesaiakan itu, subjek ZNA mengatakan bahwa yang dipilih
menggunakan FPB maupun KPK. adalah penyelesaian KPK karena pada
permasalahan nomor 2 ingin mencari hari dan
tanggal bertemu kembali untuk yang kedua
148
kalinya
145
6. Subjek ZNA dapat mengetahui bentuk soal baru
yang dapat diselesaikan menggunakan FPB
maupun KPK dan dapat memberikan alasan
mengapa permasalahan dapat diselesaiakan
menggunakan FPB maupun KPK.
149
sama banyak. Subjek juga mengalami
146
kendala pada langkah ke-4 yaitu tidak 3. Selain itu subjek ATN juga belum hasil yang tepat pada permasalahan FPB
menuliskan jawaban akhir dengan memperoleh hasil yang tepat karena subjek maupun KPK.
tepat. ATN belum menjumlahkan KPK dengan hari
dan tanggal pertama bertemu untuk
3. Selain itu subjek ATN juga menentukan hari dan tanggal bertemu
memperoleh hasil yang kurang tepat bersama untuk yang kedua kali.
karena masalah diselesaikan dengan
menentukan KPK menggunakan pohon
faktor. Padahal dalam membagi
kelompok dengan jumlah sama banyak
seharusnya menentukan FPB. Hal itu
mengakibatkan hasil yang diperoleh
tidak tepat.
Konseptual 1. Subjek ATN menunjukkan melakukan 1. Subjek ATN menuliskan serangkaian Pada kategori konseptual yang terdiri dari 6
serangkaian prosedur dengan lancar prosedur pernyelesaian menggunakan metode indikator, subjek dapat menunjukkan
menggunakan metode pohon faktor daftar kelipatan dengan lengkap meskipun kemampuan melakukan prosedur
hanya sampai langkah kedua yaitu tahap pada tahapan prosedur ke 3 dan ke 4 masih penyelesaian FPB menggunakan metode
menentukan faktorisasi prima. Hal ini belum tepat. Subjek ATN tidak merasa pohon faktor dengan tepat sampai pada
terjadi karena saat melakukan prosedur kesulitan pada langkah 1 sampai dengan langkah kedua yaitu menuliskan bilangan
ketiga subjek salah menentukan langkah 2. Namun, pada langkah ke 3 subjek prima dari bilangan yang difaktorkan karena
penyelesaian dengan menentukan KPK ATN lupa menuliskan KPK yang dihasilkan pada prosedur ketiga subjek melakukan
untuk menentukan jumlah kelompok yang mengakibatkan rasa kesulitan pada kesalahan dengan menentukan penyelesaian
yang dapat dibagi dengan jumlah sama prosedur ke 4 yaitu dalam menjumlahkan hari permasalahan nomor 1 menggunakan KPK.
banyak. dan tanggal pertama bertemu dengan KPK Padahal prosedur yang benar adalah
yang dihasilkan. menetukan FPB. Dalam menyelesaikan
2. Subjek ATN mengetahui langkah 1 permasalahan FPB, subjek mengetahui
memfaktorkan bilangan lalu langkah 2. Pada langkah 1 dan 2 subjek ATN melakukan prasyarat yang digunakan seperti operasi
kedua menuliskan faktorisasi prima prosedur menentukan kelipatan pada bilangan bilangan, bilangan prima dan bilangan
Setelah itu, pada langkah ketiga subjek 3, 5 dan 6. Setelah itu dicari kelipatan berpangkat. Sedangkan pada penyelesaian
mengalami kendala karena tidak persekutuan terkecilnya yaitu 30 hari. Namun, KPK menggunakan metode daftar kelipatan
mengetahui bahwa prosedur ketiga subjek ATN lupa menuliskannya sebagai menunjukkan kemampuan prosedur sampai
150
menentukan FPB dari 60 dan 72 untuk KPK yang diminta. Subjek ATN juga tidak langkah ketiga yaitu menentukan KPK,
tahu tahap yang terakhir adalah meskipun di awal subjek lupa menuliskan
147
membagi kelompok menjadi jumlah menenentukan hari dan tanggal bertemu KPK yang diperoleh tetapi dapat disadari
sama banyak. kembali untuk kedua kalinya dengan ketika diwawancara oleh peneliti. Namun,
menjumlahkan hari dan tanggal pertama dalam melakukan prosedur keempat untuk
3. Subjek ATN mengetahui pengetahuan bertemu dengan KPK yang diperoleh. menyelesaikan permasalahan KPK, subjek
sebelumnya yang digunakan sebagai masih belum bisa melakukannya karena
prasyarat dalam mengerjakan 3. Subjek ATN lumayan mengetahui kurang menguasai materi prasyarat yang
permasalahan FPB. Subjek ATN dapat pengetahuan prasyarat untuk mengerjakan dibutuhkan yaitu materi mengukur satuan
menggunakan operasi bilangan permasalahan KPK, seperti operasi bilangan, waktu tetapi untuk prasyarat yang lain
(Penjumlahan/ pengurangan/ perkalian / kelipatan bilangan dan bilangan berpangkat. seperti operasi bilangan, kelipatan bilangan
pembagian), mengerti bilangan prima Namun, kurang menguasai materi mengukur dan kelipatan persekutuan dapat kuasai
dan bilangan berpangkat. satuan waktu dalam menentukan hari dan dengan baik.
tanggal bertemu untuk yang kedua kalinya
4. Subjek ATN menyadari jika terjadi yang mengakibatkan subjek merasa bingung Subjek ATN sama-sama melakukan
kesalahan pada langkah ketiga dalam untuk menyelesaikan prosedur. kesalahan pada prosedur ketiga yaitu dalam
memilih penyelesaian menggunakan menentukan FPB maupun KPK. Tetapi
KPK dengan dipancing oleh peneliti. 4. Subjek ATN menyadari terjadi kesalahan setelah dikonfirmasi dengan wawancara
Tetapi subjek tidak dapat memperbaiki pada langkah ketiga, lalu subjek dapat subjek dapat memperbaiki kesalahan dalam
kesalahannya karena menurut subjek memperbaiki kesalahan bahwa subjek lupa menentukan KPK, belum dituliskan
dalam membagi kelompok itu menuliskan hasil KPK karena terburu-buru dikarenakan lupa. Selain itu, subjek dapat
menggunakan penyelesaian KPK. dalam mengerjakan. Tetapi mengetahui memberikan argumen yang logis pada
bahwa KPK adalah kelipatan bilangan yang prosedur yang sedang dilakukan, meskipun
5. Subjek ATN memberikan argumen sama dari 3 bilangan yang sedang dicari. hasil akhir yang diperoleh belum tepat.
dengan logis ketika melakukan prosedur Sedangkan kesalahan pada langkah keempat Ketika disajikan bentuk soal baru yang
pada langkah 1 sampai langkah 2 saja. dalam menjumlahkan hari dan tanggal hampir mirip dengan soal yang sedang
Subjek ATN memilih menggunakan bertemu bersama pertama kali dengan KPK dikerjakan, ternyata subjek dapat mengenali
metode pohon faktor karena yang diperoleh, subjek belum dapat permasalahan dengan penyelesaian KPK dan
menggunakan pohon faktor lebih mudah melakukannya untuk memperbaiki kesalahan dapat menjawab alasan permasalahan
dipahami dan lebih mudah saat yang dilakukan. dan keempat dalam diselesaikan dengan KPK. Tetapi tidak dapat
menentukan faktorisasi primanya. Lalu, menyelesaiakan prosedur bahwa dalam mengenali jenis permasalahan FPB karena
alasan memfaktorkan bilangan 60 dan 72 menjumlahkan hari dan tanggal pertama menurut subjek penyelesaiannya tetap
karena bilangan 60 merupakan jumlah bertemu dengan KPK yang dihasilkan masih menggunakan KPK.
siswa perempuan dan 72 merupakan belum tepat. Namun, subjek ATN tidak bisa
jumlah siswa laki-laki yang akan dibagi memperbaiki kesalahan pada saat mencari
151
menjadi beberapa kelompok. Namun
148
pada langkah 3 Subjek ATN tidak hari dan tanggal bertemu untuk yang kedua
memberikan argumen yang logis pada kalinya.
posedur yang dilakukan. Alasan subjek
ATN memilih KPK pun karena seingat 5. Subjek ATN memberikan argumen dengan
subjek ATN pernah menjumpai soal logis ketika melakukan prosedur dari langkah
seperti permasalahan nomor 1 dengan di 1 sampai langkah 3. Subjek ATN dapat
selesaikan dengan KPK. Padahal menyampaikan alasan penggunaan metode
seharusnya dalam penyelesaian daftar kelipatan karena menurut ATN ketika
permasalahan nomor 1 yang ditentukan menyelesaikan KPK dengan bilangan kecil
adalah menentukan FPB dari 60 dan 72. menggunakan metode daftar kelipatan lebih
mudah dipahami dan lebih mudah saat
6. Subjek ATN dapat mengenali bentuk menentukan KPKnya. Subjek ATN juga
soal baru yang dapat diselesaikan mengatakan bahwa bilangan yang yang dicari
menggunakan KPK. Subjek hanya kelipatannya 3, 5 dan 6 karena bilangan 3
mengenali jenis bentuk soal KPK dan merupakan jarak Dina datang di Bimbel, 5
dapat memberikan alasan mengapa merupakan jarak Mela datang di Bimbel dan 6
permasalahan dapat diselesaikan merupakan jarak Icha datang di Bimbel.
menggunakan KPK. Namun untuk soal Selain itu, subjek S2 mengatakan bahwa yang
yang dapat diselesaikan menggunakan dipilih adalah penyelesaian KPK karena pada
FPB subjek ATN tidak dapat permasalahan nomor 2 ingin mencari hari dan
mengenalinya. tanggal bertemu kembali untuk yang kedua
kalinya
152
149
4.2.3. Triangulasi Data Subjek Kategori Rendah
153
hasil yang tidak tepat karena subjek tidak dapat melakukan prosedur ketiga
150
FSA tidak menyelesaikan masalah menjumlahkan tanggal pertama bertemu bukan dalam menentukan FPB maupun KPK
dengan menentukan FPB menggunakan dengan KPK yang dihasilkan. pada permasalahan nomor 1 yang
metode pohon faktor. Hal itu merupakan masalah FPB dan
mengakibatkan hasil yang diperoleh permasalahan nomor 2 yang merupakan
tidak tepat. masalah KPK.
Konseptual 1. Subjek FSA menunjukkan melakukan 1. Subjek FSA menunjukkan melakukan serangkaian Pada kategori konseptual yang terdiri
serangkaian prosedur dengan metode prosedur dengan lancar sampai prosedur kedua dari 6 indikator, subjek FSA dapat
pohon faktor yang terdiri dari prosedur 1 menggunakan metode pohon faktor yang terdiri menunjukkan kemampuan melakukan
sampai 4 hanya lancar pada prosedur dari prosedur 1 sampai 4. Subjek lancar sampai prosedur penyelesaian FPB hanya lancar
pertama yaitu saat memfaktorkan prosedur kedua yaitu ketika menuliskan faktorisasi sampai pada tahap kedua, meskipun
bilangan, karena pada tahap kedua yaitu prima karena pada tahap menentukan KPK tidak ditahap prosedur kedua juga sempat
saat menuliskan faktorisasi prima dapat dilakukan oleh subjek karena yang dilakukan melakukan kesalahan dengan melakukan
terdapat sedikit kesalahan yaitu karena subjek menghitung faktorisasi prima dari 3 dan 5 operasi perkalian pada faktorisasi prima
melakukan operasi perkalian pada hasil menggunakan operasi perkalian. Lalu yang diperoleh. Pada prosedur ketiga
faktorisasi prima. Lalu pada prosedur menjumlahkan hasilnya dengan hari dan tanggal juga dialami kendala karena tidak dapat
ketiga tidak dapat menentukan FPB dan bertemu bersama pertama kali sehingga hasil melakukan prosedur menentukan FPB
memperoleh hasilnya dari hasil jawaban akhir yang diperoleh tidak tepat karena dan langsung menuliskan jawaban akhir
pembagian terakhir yang merupakan seharusnya yang dijumlahkan adalah hari dan yang diperoleh dari hasil pembagian
bilangan prima saat tahap pemfaktoran tanggal dengan KPK yang dihasilkan. akhir yang usdah prima pada tahap
menggunakan pohon faktor. Sehingga pemfaktoran menggunakan pohon faktor
tidak dapat menghasilkan jawaban akhir 2. Subjek FSA mengetahui langkah 1 memfaktorkan sehingga hasil jawaban akhir yang
yang tepat. bilangan lalu langkah kedua menuliskan faktorisasi diperoleh tidak tepat. Selain itu, subjek
prima Setelah itu, pada langkah ketiga ketika juga mengetahui prasyarat yang
2. Subjek FSA mengetahui langkah 1 menentukan penyelesaian KPK, subjek melakukan digunakan yaitu bilangan prima, bilangan
memfaktorkan bilangan lalu langkah kesalahan dengan tidak menentukan KPK untuk berpangkat serta operasi bilangan
kedua menuliskan faktorisasi prima, menyelesaikan permasalahan. Sehingga hasil akhir pembagian dan perkalian.
meskipun sedikit kesalahan karena yang diperoleh tidak tepat.
setelah menulis faktorisasi prima malah Sedangkan ketika penyelesaian
melakukan operasi perkalian pada 3. Subjek FSA lumayan mengetahui pengetahuan permasalahan KPK hanya lancar pada
faktorisasi prima yang diperoleh. Setelah prasyarat untuk mengerjakan permaslahan KPK, prosedur kedua yaitu saat menuliskan
itu, pada langkah ketiga ketika seperti operasi bilangan. Selain itu subjek juga faktorisasi prima. Namun, pada prosedur
menentukan penyelesaian FPB, subjek lumayan meguasai prasyarat mengukur satuan ketiga terdapat kendala karena subjek
154
melakukan kesalahan dengan tidak waktu yang digunakan pada langkah keempat tidak dapat menentukan KPK yang
151
menentukan FPB untuk menyelesaikan dalam menentukan hari dan tanggal bertemu sedang dicari. Disini yang dilakukan
permasalahan. Sehingga hasil akhir yang bersama untuk yang kedua kalinya. subjek melakukan operasi perkalian dari
diperoleh tidak tepat. faktorisasi prima 3 dan 5 lalu
4. Subjek FSA menyadari terjadi kesalahan pada menjumlahkannya dengan hari dan
3. Subjek FSA mengetahui pengetahuan langkah ketiga dalam menyelesaiakan prosedur tanggal bertemu bersama yang pertama
prasyarat dalam mengerjakan bahwa subjek tidak menggunakan penyelesaian kali. Pengetahua prasyarat mengukur
permasalahan FPB yaitu menggunakan dengan menentukan KPK dari bilangan 3, 5 dan 6. satuan waktu dalam menjumlahkan hari
operasi bilangan, mengetahui bilangan Namun subjek tidak dapat memperbaikinya karena dan tanggal dapat dikuasai dengan baik
prima dan mengerti bilangan berpangkat. subjek bingung dalam menentukan FPB atau KPK. oleh subjek, tetapi menjadi jawaban yang
tidak tepat karena seharusnya yang
4. Subjek FSA tidak menyadari jika terjadi 5. Subjek FSA dapat menyampaikan alasan dijumlahkan dengan hari dan tanggal
kesalahan pada langkah ketiga dalam penggunaan metode pohon faktor untuk adalah KPK yang dihasilkan dari 3, 5
memilih penyelesaian dengan FPB/KPK. menyelesaiakan permasalahan. Subjek FSA dan 6. Selain itu subjek juga menguasai
Subjek FSA tidak memilih penyelesaian memilih menggunakan metode pohon faktor prasyarat operasi bilangan seperti
dengan menentukan FPB maupun KPK. karena menurut FSA ketika menggunakan pohon pembagian, perkalian dan penjumlahan.
Subjek menyimpulkan bahwa kelompok faktor lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat
yang dapat dibagi yaitu pada perempuan menentukan faktorisasi primanya. Namun, pada Saat melakukan prosedur juga dapat
adalah 5 kelompok dan laki-laki adalah langkah keempat subjek FSA tidak dapat memberikan argumen yang logis
3 kelompok. Hasil tersebut diperoleh memberikan argumen dengan baik dalam meskipun hasil akhir yang diperoleh
dari hasil pembagian akhir jumlah siswa menentukan tanggal bertemu kembali untuk yang tidak tepat. Disini subjek sama-sama
perempuan dan laki-laki yang sudah kedua kalinya dan hasilnya menjadi kurang tepat tidak dapat melakukan perhitungan FPB
prima. Hal ini yang mengakibatkan hasil karena KPK yang harusnya dijumlahkan dengan maupun KPK. Selain itu ketika diberi
akhir yang diperoleh tidak tepat karena tanggal pertama bertemu bukan hasil yang tepat. permasalahan baru yang hampir mirip
dalam membagi kelompok seharusnya Selain itu, pada pemjumlahan hari subjek FSA dengan soal yang sedang dikerjakan oleh
menggunakan FPB untuk belum dapat melakukannya. subjek juga tidak dapat mengenali dan
menyelesaikannya. menganalisis soal yang dapat
6. Subjek FSA tidak dapat mengetahui setiap bentuk diselesaikan dengan FPB/KPK.
5. Subjek FSA memberikan argumen soal baru yang dapat diselesaikan menggunakan
dengan logis ketika melakukan prosedur FPB maupun KPK.
pada langkah 1 sampai langkah 2 saja.
dari langkah 1 sampai langkah 4. Subjek
FSA memilih menggunakan metode
pohon faktor karena menggunakan
155
pohon faktor lebih mudah dipahami dan
152
lebih mudah saat menentukan faktorisasi
primanya. Lalu, alasan memfaktorkan
bilangan 60 dan 72 karena bilangan 60
merupakan jumlah siswa perempuan dan
72 merupakan jumlah siswa laki-laki
yang akan dibagi menjadi beberapa
kelompok. Namun pada langkah 3
Subjek FSA tidak memberikan argumen
yang logis pada posedur yang dilakukan.
Alasan subjek FSA memilih hasil
pembagian kelompok yang dapat yaitu
pada perempuan adalah 5 kelompok dan
laki-laki adalah 3 kelompok. Hasil
tersebut diperoleh dari hasil pembagian
akhir jumlah siswa perempuan dan laki-
laki yang sudah prima. Padahal
seharusnya dalam penyelesaian
permasalahan nomor 1 yang ditentukan
adalah mencari FPB dari 60 dan 72.
156
153
4.3. Perbedaan Kemampuan Pemahaman Relasional pada 3 Kategori Kemampuan Subjek
Pemahaman relasional terdiri dari dua kategori, yaitu pemahaman Prosedural dan Konseptual. Berdasarkan hasil analisis serta
wawancara kepada semua subjek yang berkategori tinggi, subjek berkategori sedang dan subjek berkategori rendah akan dipaparkan
mengenai perbedaan kemampuan pemahaman relasional kategori prosedural dan kategori konseptual dalam menyelesaikan masalah
FPB pada tabel 4.4. dan pemahaman relasional dalam menyelesaikan masalah KPK pada tabel 4.5.
Pada bagian ini peneliti mencermati berbagai indikator pemahaman relasional kategori prosedural dan kategori konseptual pada
permasalahan FPB dari subjek kategori tinggis, subjek kategori sedang dan subjek kategori rendah yang akan disajikan pada tabel 4.4.
dibawah ini:
Tabel 4. 4. Perbedaan Kemampuan Pemahaman Relasional dalam Menyelesaikan Masalah FPB Pada Subjek dengan
Kemampuan Tinggi, Sedang dan Rendah
Pemahaman Indikator Perbedaan Pemahaman Relasional Setiap Kategori Kemampuan Subjek
Relasional Pemahaman Tinggi Sedang Rendah
Prosedural Menerapkan Mampu menerapkan prosedur Cukup mampu menerapkan prosedur Cukup mampu menerapkan prosedur
serangkaian penyelesaian FPB menggunakan FPB dengan metode pohon faktor dari FPB dengan metode pohon faktor dari
prosedur metode pohon faktor lengkap dari langkah pertama sampai langkah ketiga langkah pertama sampai langkah
langkah pertama sampai langkah saja. kedua saja.
keempat.
Melakukan Mampu melakukan prosedur FPB Kurang mampu melakukan prosedur Kurang mampu melakukan prosedur
prosedur sampai langkah keempat dengan FPB dengan lancar karena terkendala FPB dengan lancar karena terkendala
157
dengan lancar lancar tanpa ada kendala. pada prosedur kedua dan tidak
154
pada prosedur ketiga dan tidak melakukan prosedur ketiga dan
melakukan prosedur keempat. keempat.
Memperoleh Mampu memperoleh jawaban akhir Kurang mampu dalam memperoleh Kurang mampu dalam memperoleh
jawaban tepat dengan tepat. jawaban tepat karena menentukan jawaban tepat karena tidak
penyelesaian FPB menggunakan KPK. menentukan penyelesaian FPB.
Konseptual Menunjukkan Mampu menunjukkan kemampuan Kurang mampu dalam menunjukkan Kurang mampu dalam menunjukkan
kemampuan menerapkan serangkaian prosedur kemampuan menerapkan serangkaian kemampuan menerapkan serangkaian
menerapkan FPB sampai prosedur keempat prosedur FPB sampai prosedur keempat, prosedur FPB sampai prosedur
prosedur dengan lengkap dan lancar. karena terkendala pada prosedur ketiga keempat, karena terkendala pada
dan tidak melakukan prosedur keempat. prosedur kedua dan tidak melakukan
prosedur ketiga dan prosedur keempat.
Mengetahui Mampu mengetahui waktu yang tepat Kurang mampu dalam mengetahui waktu Kurang mampu dalam mengetahui
kapan melakukan prosedur FPB dari yang tepat melakukan prosedur FPB dari waktu yang tepat melakukan prosedur
melakukan prosedur pertama sampai prosedur prosedur pertama sampai prosedur FPB dari prosedur pertama sampai
prosedur keempat. keempat karena hanya mampu prosedur keempat karena hanya
tertentu mengetahui sampai prosedur ketiga. mampu mengetahui sampai prosedur
kedua.
Memiliki Mampu memenuhi dengan memiliki Mampu memenuhi dengan memiliki 4 Mampu dengan memiliki 4 prasyarat
pengetahuan 4 prasyarat yang harus dikuasai untuk prasyarat yang harus dikuasai untuk yang harus dikuasai untuk digunakan
prasyarat digunakan menyelesaikan FPB digunakan menyelesaikan FPB menyelesaikan FPB menggunakan
menggunakan metode pohon faktor. menggunakan metode pohon faktor. metode pohon faktor.
Mengetahui Mampu mengetahui melakukan Kurang mampu memenuhi karena tidak Tidak mampu menyadari bahwa telah
kesalahan kesalahan atau tidaknya dengan tidak menyadari jika melakukan kesalahan melakukan kesalahan pada prosedur
prosedur melakukan kesalahan dalam pada prosedur ketiga dalam menentukan kedua karena melakukan operasi
melakukan prosedur FPB. FPB menggunakan KPK. perkalian pada faktorisasi prima dan
tidak menentukan FPB.
Memberikan Mampu meberikan argumen dengan Kurang mampu memberikan argumen Kurang mampu memberikan argumen
argumen logis logis pada prosedur FPB yang telah dengan logis pada prosedur FPB dari dengan logis pada prosedur FPB dari
ketika dilakukan dari prosedur pertama prosedur pertama sampai keempat karena prosedur pertama sampai keempat
melakukan sampai keempat. hanya mampu memberikan argumen karena hanya mampu memberikan
prosedur dengan logis pada prosedur pertama dan argumen dengan logis pada prosedur
kedua yang telah dilakukan. pertama yang telah dilakukan.
Mengenali Mampu mengenali dan membedakan Cukup mampu memenuhi dengan dapat Tidak mampu mengenali dan
158
jenis masalah masalah yang dapat diselesaikan mengenali permasalahan dengan menganalisis soal yang harus
155
baru yang menggunakan FPB dan permasalahan penyelesaian KPK dan dapat menjawab diselesaikan dengan menggunakan
dapat yang dapat diselesaikan alasan permasalahan diselesaikan dengan FPB maupum KPK.
diselesaikan menggunakan KPK disertai alasan KPK. Tetapi tidak dapat mengenali jenis
dengan mengapa memilih prosedur permasalahan FPB karena menurut
prosedur penyelesaian tersebut. subjek penyelesaiannya tetap
menggunakan KPK.
Setelah memaparkan kemampuan subjek pada pemahaman relasional dalam menyelesaikan masalah FPB. Selanjutnya mencermati
pemahaman relasional siswa dalam menyelesaikan masalah KPK. Berikut ini adalah tabel 4.5. yang memaparkan perbedaan
pemahaman relasional siswa dalam menyelesaikan masalah KPK pada setiap kategori subjek:
Tabel 4. 5. Perbedaan Kemampuan Pemahaman Relasional dalam Menyelesaikan Masalah KPK Pada Subjek
dengan Kemampuan Tinggi, Sedang dan Rendah
159
lancar terkendala pada prosedur keempat.
156
Memperoleh Cukup mampu dalam memperoleh Kurang mampu dalam memperoleh Kurang mampu memperoleh
jawaban tepat jawaban tepat karena salah jawaban tepat karena tidak menentukan jawaban tepat karena menjumlahkan
menjumlahkan hari dan tanggal pada hasil KPK dan tidak menjumlahkan hari hari dan tanggal tidak dengan KPK
prosedur keempat. dan tanggal. yang diperoleh.
Konseptual Menunjukkan Cukup mampu dalam menunjukkan Cukup mampu dalam menunjukkan Kurang mampu menunjukkan
kemampuan kemampuan menerapkan serangkaian kemampuan menerapkan serangkaian kemampuan menerapkan
menerapkan prosedur KPK sampai prosedur prosedur KPK sampai prosedur keempat, serangkaian prosedur KPK sampai
prosedur keempat, karena terkendala pada karena tidak melakukan prosedur ketiga prosedur keempat, karena tidak
prosedur keempat. dan keempat. Tetapi dapat dikonfirmasi melakukan prosedur ketiga dalam
saat wawancara dapat melakukan prosedur menentukan KPK dan terkendala
ketiga. pada prosedur keempat.
Mengetahui Cukup mampu dalam mengetahui Kurang mampu dalam mengetahui waktu Cukup mampu dalam mengetahui
kapan waktu yang tepat melakukan prosedur yang tepat melakukan prosedur KPK dari waktu yang tepat melakukan
melakukan KPK dari prosedur pertama sampai prosedur pertama sampai prosedur keempat prosedur KPK dari prosedur pertama
prosedur prosedur keempat. karena hanya mampu mengetahui sampai sampai prosedur keempat karena
tertentu prosedur ketiga. hanya mampu mengetahui pada
prosedur pertama, kedua dan
keempat. Pada prosedur ketiga
menentukan KPK tidak diketahui
Memiliki Cukup mampu memenuhi dengan Kurang mampu memenuhi dengan Cukup mampu memenuhi dengan
pengetahuan memiliki 4 prasyarat dari 5 prasyarat memiliki 3 prasyarat dari 5 prasyarat yang memiliki 5 prasyarat dari 6 prasyarat
prasyarat yang harus dikuasai untuk digunakan harus dikuasai untuk digunakan yang harus dikuasai untuk digunakan
menyelesaikan KPK menggunakan menyelesaikan KPK menggunakan metode menyelesaikan KPK menggunakan
metode daftar kelipatan. daftar kelipatan. metode pohon faktor.
Mengetahui Cukup mampu dalam menyadari Kurang mampu dalam menyadari bahwa Kurang mampu menyadari jika
kesalahan bahwa melakukan kesalahan dalam melakukan kesalahan pada prosedur ketiga melakukan kesalahan pada prosedur
prosedur melakukan prosedur KPK dalam dalam menentukan KPK karena lupa ketiga karena tidak melakukan
menjumlahkan KPK dengan hari dan menuliskan hasil KPK serta dapat prosedur menentukan KPK serta
tanggal dan mencoba memperbaiki memperbaiki kesalahan. Selain itu, tidak dapat memperbaiki
kesalahan. melakukan perhitungan hari dan tanggal kesalahannya.
pada prosedur 4 serta tidak dapat
memperbaiki kesalahan.
160
Memberikan Kurang mampu memberikan argumen Cukup mampu memberikan argumen Cukup mampu memberikan argumen
argumen dengan logis pada prosedur KPK yang dengan logis pada prosedur KPK dari dengan logis pada prosedur KPK
157
logis ketika telah dilakukan dari prosedur pertama prosedur pertama sampai keempat karena dari prosedur pertama sampai
melakukan sampai keempat. hanya mampu memberikan argumen keempat karena hanya mampu
prosedur dengan logis pada prosedur pertama, kedua memberikan argumen dengan logis
dan ketiga yang telah dilakukan. pada prosedur pertama, keuda dan
keempat yang telah dilakukan. Pada
prosedur 3 tidak dapat memberikan
argumen yang logis.
Mengenali Mampu mengenali dan membedakan Cukup mampu dalam mengenali Tidak mampu mengenali dan
jenis masalah masalah yang dapat diselesaikan permasalahan dengan penyelesaian KPK menganalisis soal yang harus
baru yang menggunakan FPB dan permasalahan dan dapat menjawab alasan permasalahan diselesaikan dengan menggunakan
dapat yang dapat diselesaikan menggunakan diselesaikan dengan KPK. Tetapi tidak FPB maupum KPK.
diselesaikan KPK disertai alasan mengapa memilih dapat mengenali jenis permasalahan FPB
dengan prosedur penyelesaian tersebut. karena menurut subjek penyelesaiannya
prosedur tetap menggunakan KPK.
161
158
162
4.4. Pembahasan
yang telah dilakukan. Pada subbab 4.4. ini akan dibahas mengenai kemampuan
konseptual siswa Sekolah Dasar dalam menyelesaikan masalah FPB dan KPK di SD
Pemahaman relasional siswa pada saat menyelesaikan masalah FPB dan KPK
antara siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah berbeda-beda. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kemampuan awal, gaya belajar dan
materi berikutnya sehingga siswa dapat menyaring informasi baru yang akan
seperti pada kelas yang menggunakan media pembelajaran sponges dakon dan kelas
yaitu hasil belajar menggunakan media sponges dakon dapat berpengaruh baik
menyelesaikan dari awal sampai akhir. Seperti yang disampaikan Armanza & Asyhar
keterampilan melakukan urutan langkah demi langkah yang harus diikuti untuk
163
penting dimiliki siswa karena nantinya pemahaman prosedural dan konseptual sangat
untuk mendapatkan solusi yang logis serta menentukan kedalaman pemahaman siswa.
baik dalam menyelesaikan masalah FPB karena dapat memenuhi semua indikator
prosedural dan konseptual. Namun, hanya memiliki kemampuan yang cukup dalam
memenuhi indikator ketika menyelesaikan masalah KPK. Hal ini disebabkan oleh
dengan runtut proses penyelesaian masalah yang diberikan (Fauziyah & Pujiastuti,
rencana dapat dilakukan dengan menjalankan prosedur yang telah dipilih untuk
mendapatkan penyelesaian. Sari dkk (2018) tanpa kelancaran prosedural yang cukup
materi mengukur satuan hari dan tanggal yang mengakibatkan tidak lancar dalam
melakukan prosedur dan belum diperoleh hasil yang tepat. Maka dari itu penting untuk
selanjutnya, hal ini sejalan dengan pendapat Novriani dkk (2013) yaitu pengetahuan
materi prasyarat harus dimiliki siswa karena dapat meningkatkan pengetahuan awal
siswa yang berperan penting untuk membangun jembatan antara pengetahuan yang
164
telah dipelajari dengan pengetahuan baru sehingga baik untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa.
baik karena hanya cukup mampu memenuhi indikator pemahaman relasional dalam
menyelesaikan masalah FPB maupun KPK. Hal tersebut terjadi karena siswa hanya
mengakibatkan jawaban yang diperoleh tidak tepat pada soal nomor 1. Sejalan dengan
yang dipaparkan Meilani & Maspupah (2019) bahwa siswa masih bingung dan tidak
dapat menentukan apakah untuk menyelesaikan soal tersebut harus memakai KPK atau
FPB sehingga siswa menuliskan keduanya dalam lembar jawaban. Akibat dari siswa
Sedangkan pada nomor 2 sudah dipilih penyelesaian yang tepat, namun subjek
sedang juga belum mengetahui materi prasyarat mengukur satuan hari dan tanggal
sehingga nomor 2 juga belum diperoleh jawaban yang tepat. Maka dari itu, sebaiknya
pembelajaran FPB dan KPK lebih ditekankan lagi melalui pembelajaran kontekstual
mengembangkan cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang telah
pemahaman siswa dapat dibantu juga menggunakan alat peraga agar pembelajaran
dapat lebih bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru sebagai pendidik, salah
kontekstual pada materi FPB dan KPK karena mendapat respon dari siswa sangat baik
menyelesaikan masalah FPB maupun KPK. Hal ini disebabkan karena siswa tidak
FPB atau KPK. Sejalan dengan penelitian Meilani & Maspupah (2019) ada beberapa
siswa yang masih bingung dalam merencanakan penyelesaian soal menggunakan FPB
ataukah KPK dan masih ada yang belum bisa serta lupa cara menentukan FPB dan
KPK. Siswa hanya terpaku dengan jawaban akhir karena pada prosedur ketiga dalam
menentukan FPB atau KPK tidak dilakukan, setelah menuliskan faktorisasi prima dari
hasil pemfaktoran langsung menuliskan jawaban akhir. Tentu saja akan diperoleh
jawaban akhir tidak tepat yang disebabkan oleh tidak direncanakan pemecahan
masalah, tidak menyelesaiakan masalah secara tepat dan menafsirkan solusi yang
mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya. Subjek dengan kemampuan rendah
pun tidak dapat memberikan argumen yang logis terhadap penyelesaian yang dipilih
ketika seharusnya memilih penyelesaian dengan menentukan FPB atau KPK. Menurut
konsep dan prinsip serta membangun hubungan bermakna antara prior knowledge dan
baik yang salah satunya kemampuan dalam memberikan argumen logis dalam
logis dan dapat memutuskan prosedur atau langkah penyelesaian yang tepat untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Maka dari itu, sebaiknya siswa lebih banyak
diberi latihan soal dengan berbasis masalah karena pembelajaran berbasis masalah
pada mata pelajaran akademik siswa dengan cara yang tepat karena ketika siswa
menemukan makna didalam pelajaran mereka, mereka akan belajar dan ingat apa yang
mereka pelajari.
relasional yang sangat baik, subjek yang memiliki kemampuan matematika yang
sedang memiliki pemahaman relasional yang cukup baik sedangkan subjek dengan
Hal ini sejalan dengan penelitian Utomo & Huda (2020) mengatakan bahwa
mahasiswa dengan indeks prestasi yang tinggi memiliki pemahaman relasional yang
baik dalam menyelesaikan soal induksi matematika, mahasiswa yang dengan indeks
167
Selain itu juga sejalan dengan penelitian Sholihah & Aminatus (2020) bahwa
subjek dengan kategori kemampuan awal matematika tinggi dapat memenuhi semua
namun masih belum sempurna karena subjek hanya mampu mengaitkan antara definisi
relasi dan fungsi dengan representasi matematika. Subjek belum mampu mengaitkan
antara definisi relasi maupun fungsi dengan operasi dasar matematika. Sedangkan
5.1. Kesimpulan
masalah FPB dan memiliki pemahman relasional cukup baik dalam menyelesaikan
cukup baik dalam menyelesaikan masalah FPB maupun KPK. Pada subjek kemampuan
rendah memiliki pemahaman relasional kurang baik dalam menyelesaikan masalah FPB
maupun KPK.
5.2. Saran
1. Guru harus membekali materi prasyarat seperti bilangan prima, bilangan berpangkat,
faktor bilangan dan kelipatan bilangan. Selain itu, guru juga perlu memberikan lebih
168
169
pembelajaran sponges dakon yang dapat memberikan pengaruh baik terhadap hasil
dan menambah wawasan bagi peneliti lain dalam hal penulisan. Penulis memberikan
saran untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan pokok bahasan lain baik
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan untuk dapat dilakukan penelitian
relasional siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Alhamid, T., & Anufia, B. (2019). Instrumen pengumpulan data kualitatif. In Ina-
rxiv papers. https://doi.org/https://doi.org/10.31227/osf.io/e56xs
Amir, A. (2014). Pembelajaran matematika sd dengan menggunakan media
manipulatif. Forum Paedagogik, 6(1), 72–89.
https://doi.org/https://doi.org/10.24952/paedagogik.v6i01.166
Anwar, R. B., Yuwono, I., As’ari, A. R., Sisworo, & Rahmawati, D. (2016).
Mathematical representation by students in building relational understanding
on concepts of area and perimeter of rectangle. Educational Research and
Reviews, 11(21), 2016. https://doi.org/10.5897/err2016.2813
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik / (Ed. Rev.20).
Rineka Cipta.
Armanza, R., & Asyhar, B. (2020). Pemahaman konseptual dan prosedural siswa
sma/ma dalam menyelesaikan soal program linier berdasarkan tipe
kepribadian. Jurnal Tadris Matematika, 3(2), 163–176.
https://doi.org/10.21274/jtm.2020.3.2.163-176
Asmana, A. T. (2018). Pengembangan rubrik analitik untuk asesmen komunikasi
matematika tertulis dalam pemecahan masalah matematika. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika, 5(1), 64–77.
Astuti, S. P. (2015). Pengaruh kemampuan awal dan minat belajar terhadap prestasi
belajar fisika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 5(1), 68–75.
https://doi.org/10.30998/formatif.v5i1.167
Chityadewi, K. (2019). Meningkatkan hasil belajar matematika pada materi operasi
hitung penjumlahan pecahan dengan pendekatan ctl (contextual teaching and
learning). Journal of Education Technology, 3(3), 196–202.
https://doi.org/10.23887/jet.v3i3.21746
Evijayanti, W. (2016). Analisis Kesulitan Siswa Kelas Vii Smp Negeri 3 Kartasuara
Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Aritmatika Sosial. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Fauziyah, R. S., & Pujiastuti, H. (2020). Analisis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika berdasarkan prosedur newman. Union :
Jurnal Pendidikan Matematika, 8(2), 253–264.
https://doi.org/10.36706/jls.v1i2.9707
Fitri, A. (2020). Pengaruh penggunaan media sponges dakon pada materi fpb dan
kpk terhadap hasil belajar siswa kelas iv sd. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 10(2), 171–178. https://doi.org/10.24246/j.js.2020.v10.i2.p171-
178
170
171
Gufron, A. M., Basir, M. A., & Aminudin, M. (2021). Analisis kesalahan siswa
dalam menyelesaikan tes kemampuan literasi numerasi berdasarkan newman’s
analysis eror. Prociding Seminar Nasional Pendidikan Sultan Agung 2,
2(Prosiding seminar nasional pendidikan sultan agung 2 (Sendiksa 2)), 99–
107.
Hamdani, D., Subanji, & Irawati, S. (2013). Proses koneksi matematika siswa smk
pgri 7 malang dalam menyelesaikan masalah berdasarkan pemahaman skemp.
Media Pendidikan Mtematika “Mpm,” 1(2), 176–189.
Herdian. (2010). Kemampuan pemahaman matematika.
https://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-
matematis/
Hidayah. (2019). Pengertian open-ended. Academia.
https://www.academia.edu/23349005/Pengertian_Open_Ended
Hidayat, P. W., & Widjajanti, D. B. (2018). Analisis kemampuan berpikir kreatif
dan minat belajar siswa dalam mengerjakan soal open ended dengan
pendekatan ctl. Phytagoras Jurnal Pendidikan Matematika, 13(1), 63–75.
Iryana, & Kawasati, R. (2019). Teknik Pengumpulan Data Metode Kualitatif (Vol.
4, Issue 1). Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (stain) Sorong.
Jasmaniah, Fachrurazi, & Yeni, E. M. (2015). Bahan ajar problem solving berbasis
open-ended pada pembelajaran matematika untuk mengembangkan
kemampuan penalaran mahasiswa pgsd. Jurnal Penelitian Pendidikan, 15, 1–
10. https://doi.org/https://doi.org/10.17509/jpp.v15i3.1439
Komalasari, M. D., & Wihaskoro, A. M. (2017). Mengatasi Kesulitan Memahami
Soal Cerita Matematika Melalui Gerakan Literasi Sekolah Dasar. Prosiding
SEMNAS PGSD, 1–12.
Kristianti, F., Isnarto, & Mulyono. (2019). Kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa dalam pembelajaran flipped classroom berbantuan android.
Seminar Nasional Pascasarjana, 2(1), 618–625.
Kurniasih, A. W. (2016). Budaya mengembangkan soal cerita kontekstual open-
ended mahasiswa calon guru matematika untuk meningkatkan berpikir kritis.
PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 1, 9–17.
Kusmaryono, I., Suyitno, H., & Dwijanto, D. (2016). The role of mathematical
representation and disposition in improving students’ mathematical power.
AdMathEdu : Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Ilmu Matematika Dan
Matematika Terapan, 6(1), 11–24.
https://doi.org/10.12928/admathedu.v6i1.4758
Kusumawati, N. (2010). Peningkatan kemampuan pemahaman, pemecahan
masalah dan disposisi matematis siswa smp melalui pendekatan pendidikan
matematika realistik. In Universitas Pendidikan Indonesia. Universitas
pendidikan indonesia.
172
https://doi.org/10.30738/indomath.v1i2.2624
Sugiyono. (2018). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d (28th ed.).
Alfabeta Bandung.
Sulastri, A. (2016). Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa sekolah
dasar. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1), 156–170.
Sumartini, T. S. (2016). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa melalui pembelajaran berbasis masalah. Musharafa Jurnal Pendidikan
Matematika, 5(2), 148–158.
https://doi.org/https://doi.org/10.31980/mosharafa.v5i2.270
Syaban, M. (2004). Menggunakan open-ended untuk memotivasi berpikir
matematika. Educare Jurnal Pendidikan Dan Budaya, 2(2), 1–12.
Syarifah, L. L. (2017). Analisis kemampuan pemahaman matematis pada mata
kuliah pembelajaran matematika sma ii. Jppm (Jurnal Penelitian Dan
Pembelajaran Matematika), 10(2), 57–71.
https://doi.org/10.20961/ijsascs.v2i1.16736
Tianingrum, R., & Sopiany, H. N. (2017). Analisis kemampuan pemahaman
matematis siswa smp pada materi bangun ruang sisi datar. Prosiding Seminar
Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika (Sesiomadika), 440–446.
Utomo, D. P. (2020). The pattern of a relational understanding of fifth-grade
students on integer operations. Journal of Research and Advances in
Mathematics Education (Jramathedu), 5(2), 119–129.
https://doi.org/10.23917/jramathedu.v5i2.9545
Utomo, D. P., & Huda, M. (2020). Pemahaman relasional analisis proses
pembuktian menggunakan induksi matematika (A. In’am (ed.); 1st ed.).
Bildung.
Wahyuningsih, T., Rezeki, S., & Zetriuslita. (2013). Perbandingan hasil belajar
matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran langsung dengan
pembelajaran kooperatif. Jurnal Matematika, 3(2), 52–63.
Wicaksono, S., & Linuhung, N. (2019). Analisis berpikir relasional siswa sd dalam
menyelesaikan masalah aritmetika. Prosiding Seminar Nasional Sains
Matematika Informatika Dan Aplikasinya IV, 4(4), 77–85.
Wijaya, T. T., Dewi, N. S. S., Fauziah, I. R., & Afrilianto, M. (2018). Analisis
kemampuan pemahaman matematis siswa kelas ix pada materi bangun ruang.
Union Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), 19–28.
Zebua, V., Rahmi, & Yusri, R. (2020). Analisis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal barisan dan deret ditinjau dari kemampuan pemahaman
konsep matematis. Jurnal LEMMA, 6(2), 122–133.
https://doi.org/10.22202/jl.2020.v6i2.4088