Anda di halaman 1dari 192

ANALISIS PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA SEKOLAH

DASAR DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FPB DAN


KPK

SKRIPSI
HALAMAN JUDUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
HALAMAN JUDUL Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh
Maylani Safitri
34201800021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

ANALISIS PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA SEKOLAH DASAR


DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FPB DAN KPK

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh
Maylani Safitri
34201800021

Menyetujui untuk diajukan pada ujian siding skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Mohamad Aminudin, M.Pd Dr. Imam Kusmaryono, M.Pd

NIK. 211 312 010 NIK. 211311006

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Matematika

Dr. Hevy Risqi Maharani, M.Pd

ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

ِ‫ص ٰلوة‬
َّ ‫ص ۡب ِر َوال‬
َّ ‫است َ ِع ۡينُ ۡوا بِال‬
ۡ ‫َو‬
“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu …”

(Q.S. Al-Baqarah: 45)

………………….

"Barangsiapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat, ia

akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya." – Imam Syafi’i

………………….

“Apa yang kamu dapatkan, menunjukkan seberapa ikhlasmu memperjuangkan”

(Gus Idris hann)

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Sultan Agung.

v
SARI

Safitri, Maylani. 2022. Analisis Pemahaman Relasional Siswa Sekolah Dasar


Dalam Menyelesaikan Masalah FPB dan KPK. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Matematika. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Islam Sultan Agung. Pembimbing I: Dr. Mohamad Aminudin,
M.Pd, Pembimbing II: Dr. Imam Kusmaryono, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemahaman
relasional siswa sekolah dasar dalam menyelesaikan masalah FPB dan KPK.
Penelitian ini di latar belakangi oleh siswa Sekolah Dasar yang belum memiliki
pemahaman mendalam ketika melakukan penyelesaian masalah matematis FPB
dan KPK. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 18 siswa.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif
kualitatif. Teknik pengumpulan data antara lain dengan lembar tes tertulis
pemahaman relasional, wawancara pada subjek terpilih, lembar observasi, dan
dokumentasi selama kegiatan penelitian. Instrumen yang digunakan pada penelitian
ini adalah instrumen tes kemampuan pemahaman relasional dan tes wawancara
pemahaman relasional. Subjek diambil dari hasil tes kemampuan pemahaman
relasional sebanyak 3 siswa yang sudah jenuh sebagai subjek kategori tinggi,
sedang dan rendah. Instrumen pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh
data mengenai kemampuan pemahaman relasional agar diperoleh data lebih jelas.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
kemampuan pemahaman relasional pada subjek kategori kemampuan tinggi,
kemampuan sedang dan kemampuan rendah. Pada subjek kemampuan tinggi
memiliki pemahaman relasional sangat baik dalam menyelesaikan masalah FPB
dan memiliki pemahman relasional cukup baik dalam menyelesaikan KPK.
Sedangkan pada subjek kemampuan sedang memiliki pemahaman relasional cukup
baik dalam menyelesaikan masalah FPB maupun KPK. Pada subjek kemampuan
rendah memiliki pemahaman relasional kurang baik dalam menyelesaikan masalah
FPB maupun KPK.

Kata Kunci: Pemahaman Relasional, Menyelesaikan Masalah, Faktor


Persekutuan Terbesar, Kelipatan Persekutuan Terkecil.

vi
ABSTRACT

Safitri, Maylani. 2022. Analysis of Elementary Students' Relational Understanding


in Solving GCD and LCM Problems. Thesis. Mathematics Education Study
Program. Faculty of Teacher Training and Education. Sultan Agung
Islamic University Semarang. Advisor I. Dr. Mohamad Aminudin, M.Pd,
Advisor II. Dr. Imam Kusmaryono, M.Pd

This study aims to describe the relational understanding ability of


elementary school students in solving GCD and LCM problems. This research is
motivated by elementary school students who do not have a deep understanding
when solving the GCD and LCM math problems. The number of respondents in this
study were 18 students.
The method used in this research is a qualitative descriptive approach. Data
collection techniques include a written relational understanding test sheet,
interviews with selected students, observation sheets, and documentation during
research activities. The instruments used in this research are relational
comprehension ability test instruments and relational understanding interview
tests. Subjects were taken from the results of the relational understanding ability
test as many as 3 students who were already saturated as subjects in the high,
medium and low categories. The interview guide instrument was used to obtain data
on relational understanding abilities so that clearer data were obtained.
Based on the results of the study, it was concluded that there were
differences in the ability of relational understanding in subjects in the categories of
high ability, medium ability and low ability. Highly skilled subjects have a very
good relational understanding in solving GCD problems and have a fairly good
relational understanding in solving LCM. Meanwhile, moderately capable subjects
have a fairly good relational understanding in solving GCD and LCM problems.
Low-ability subjects have poor relational understanding in solving GCD and LCM
problems.

Keyword: Relational Understanding, Solve the Problem, Great Common


Divisor, Least Common Multiple.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyusun skripsi dengan lancar.

Sholawat serta salam peneliti haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

dinantikan syafaatnya di akhirat kelak.

Proses penulisan skripsi digunakan digunakan sebagai bentuk karya tulis

akhir peneliti dalam memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Pendidikan Matematika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Islam Sultan Agung. Peneliti menyelesaikan skripsi dengan

judul “Analisis Pemahaman Relasional Siswa Sekolah Dasar dalam Menyelesaikan

Masalah FPB dan KPK”. Sangat disadari bagi peneliti bahwa selesainya skripsi ini

merupakan bentuk bantuan dari dosen pembimbing I Dr. Mohammad Aminudin,

M.Pd dan dosen pembimbing II Dr. Imam Kusmaryono, M.Pd yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing peneliti hingga penelitian selesai.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, yang peneliti

percaya bantuan tersebut merupakan perantara dari Allah SWT. Oleh karena itu,

peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

dukungan, baik secara moril maupun materil, terutama kepada:

1. Prof. Dr. Gunarto, SH., M.Hum sebagai Rektor Universitas Islam Sultan

Agung.

2. Dr. Turahmat, M.Pd sebagai Dekan FKIP Unissula.

viii
3. Dr. Hevy Risqi Maharani, M.Pd sebagai Kaprodi Pendidikan Matematika

FKIP Unissula

4. Dr. Mohammad Aminudin, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing I.

5. Dr. Imam Kusmaryono, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing II.

6. Tumarno, S.Pd. SD sebagai Kepala Sekolah SD Negeri Wonolopo 02.

7. Umar Kisworo, S.Pd. SD sebagai Guru Kelas IV SD Negeri Wonolopo 02.

8. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Pendidikan Matematika FKIP Unissula yang

telah memberikan ilmu pengetahuan bagi peneliti.

9. Kedua orang tua tersayang yang tak pernah lelah memberikan dukungan

baik moril maupun materil, yang selalu mendoakan saya, memberikan kasih

sayangnya kepada saya dan untuk segala pengorbanannya untuk

kebahagiaan saya.

10. Pimpinan, Kabid dan para staff di Badan Amil Zakat Kota Semarang yang

telah membantu dan memberikan dukungan baik moril maupun materil

selama perkuliahan.

11. Sahabat-sahabat saya yang selalu menjadi teman keluh kesah dan

memberikan motivasi.

12. Teman-teman Prodi Pendidikan Matematika Angkatan 2018 atas segala

dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada peneliti dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

13. Semua pihak yang tidak bisa saya sebut satu persatu yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

ix
Ucapan terimakasih yang terakhir kepada peneliti sendiri karena telah

bekerja keras untuk menyelesaikan skripsi ini, bertanggung jawab atas tugas

akhir perkuliahan. Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini masih

terdapat kekurangan sehingga memerlukan perbaikan dan penyempurnaan.

Oleh karena itu, kritik dan saran diharapkan oleh peneliti.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak

yang terkait.

Semarang, 5 Juli 2022

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN KEASLIAN................................ Error! Bookmark not defined.

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

ABSTRACT ............................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

1.3. Batasan Masalah .......................................................................................... 6

1.4. Tujuan Penelitian......................................................................................... 6

1.5. Manfaat Penelitian....................................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 8

2.1. Hakikat Pembelajaran Matematika ............................................................. 8

2.2. Masalah Open Ended .................................................................................. 9

2.3. Pemahaman Matematis ............................................................................. 12

2.4. Pemahaman Relasional ............................................................................. 15

2.5. Materi FPB dan KPK ................................................................................ 19

2.6. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 24

xi
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 27

3.1. Jenis Penelitian .......................................................................................... 27

3.2. Fokus Penelitian ........................................................................................ 27

3.3. Subjek Penelitian ....................................................................................... 28

3.4. Instrumen Penelitian .................................................................................. 31

3.5. Metode Pengambilan Data ........................................................................ 36

3.6. Keabsahan Data ......................................................................................... 40

3.7. Prosedur Penelitian .................................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 47

4.1. Hasil Penelitian dan Deskripsi Penelitian ................................................. 47

4.1.1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian .................................................... 47

4.1.2. Deskripsi Subjek ZNA dengan Kemampuan Tinggi ...................... 48

4.1.2. Deskripsi Subjek ATN dengan Kemampuan Sedang ..................... 79

4.1.3. Deskripsi Subjek FSA dengan Kemampuan Rendah .................... 112

4.2. Triangulasi Data Subjek dalam Mengerjakan Soal FPB dan Soal KPK . 143

4.2.1. Triangulasi Data Subjek Kategori Tinggi ............................................... 143

4.2.2. Triangulasi Data Subjek Kategori Sedang .............................................. 146

4.2.3. Triangulasi Data Subjek Kategori Rendah .............................................. 150

4.3. Perbedaan Kemampuan Pemahaman Relasional pada 3 Kategori


Kemampuan Subjek ............................................................................................ 154

4.4. Pembahasan .............................................................................................. 162

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 165

5.1. Kesimpulan.............................................................................................. 165

5.2. Saran ........................................................................................................ 165

LAMPIRAN ........................................................................................................ 175

xii
Lampiran 1: Kisi-Kisi Soal Tes Pemahaman Relasional .................................... 175

Lampiran 2: Instrumen Soal Tes Relasional ....................................................... 176

Lampiran 3: Alternatif Kemungkinan Jawaban Tes Tertulis Pemahaman Relasional


FPB dan KPK ...................................................................................................... 177

Lampiran 4: Rubrik Penilaian Analitik Pada Tes Tertulis Pada Siswa Kelas IV SD
dalam Menyelesaikan Masalah FPB dan KPK ................................................... 177

Lampiran 5: Hasil Tes Tertulis Pemahaman Relasional pada Masalah FPB dan KPK
184

Lampiran 6: Instrumen Pedoman Wawancara Pemahaman Relasional .............. 185

Lampiran 7: Rubrik Penilaian Analitik Pada Tes Tertulis dan Tes Wawancara
Pemahaman Relasional Pada Subjek Terpilih..................................................... 187

Lampiran 8: Lembar Validasi Instrumen Soal Tes Pemahaman Relasional oleh


Penguji Utama ..................................................................................................... 195

Lampiran 9: Lembar Validasi Instrumen Soal Tes Pemahaman Relasional oleh


Pembimbing II..................................................................................................... 197

Lampiran 10: Lembar Validasi Instrumen Wawancara Pemahaman Relasional oleh


Penguji Utama ....................................................................................................... 199

Lampiran 11: Lembar Validasi Instrumen Wawancara Pemahaman Relasional oleh


Pembimbing II ....................................................................................................... 200

Lampiran 12: Tabel Persentase Hasil Tes Tertulis Menggunakan Pedoman Rubrik
Analitik................................................................................................................ 198

Lampiran 13: Tabel Persentase Pemenuhan Indikator dari Hasil Tes Tertulis dan
Wawancara dalam Menyelesaikan Masalah FPB dan KPK Pada Subjek Penelitian
Menggunakan Pedoman Rubrik Analitik ............................................................ 200

Lampiran 14: Hasil Transkrip Wawancara Subjek Kemampuan Tinggi,


Kemampuan Sedang dan Kemampuan Rendah. ................................................. 206

Lampiran 15: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............................ 217

xiii
Lampiran 16: Lembar Kegiatan Bimbingan Skripsi ........................................... 218

Dokumentasi ....................................................................................................... 223

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1. Jawaban subjek berinisial S............................................................... 5


Gambar 3. 1. Pemilihan Subjek Penelitian............................................................ 30
Gambar 3. 2. Tahap Persiapan dan Tahap Pelaksanaan ........................................ 41
Gambar 3. 3. Teknik Analisis Data ....................................................................... 43
Gambar 4. 1. Subjek ZNA dalam menuliskan serangkaian prosedur pada soal nomor
1 ............................................................................................................................. 48
Gambar 4. 2. Kelancaran subjek ZNA dalam menulis serangkaian prosedur pada
soal nomor 1 .......................................................................................................... 50
Gambar 4. 3. Jawaban ZNA untuk menguji indikator memperoleh jawaban tepat
pada soal nomor 1 ................................................................................................. 52
Gambar 4. 4. Hasil subjek ZNA untuk dilihat pengetahuan prasyarat saat melakukan
prosedur penyelesaian pada nomor 1 .................................................................... 55
Gambar 4. 5. Soal permasalahan FPB................................................................... 59
Gambar 4. 6. Soal permasalahan KPK .................................................................. 60
Gambar 4. 7. Menunjukkan ZNA menulis serangkaian prosedur pada soal nomor 2
............................................................................................................................... 61
Gambar 4. 8. Menunjukkan ZNA menulis serangkaian prosedur pada soal nomor 2
belum terlalu lancar ............................................................................................... 64
Gambar 4. 9. Jawaban ZNA pada soal nomor 2 ................................................... 67
Gambar 4. 10. Subjek ZNA dalam pengetahuan prasyarat saat melakukan prosedur
penyelesaian KPK pada nomor 2 .......................................................................... 71
Gambar 4. 11. Kesalahan Subjek ZNA dalam melakukan Prosedur Penyelesaian
KPK dengan Metode Daftar Kelipatan ................................................................. 73
Gambar 4. 12. Soal permasalahan FPB................................................................. 78
Gambar 4. 13. Soal permasalahan KPK ................................................................ 78
Gambar 4. 14. Subjek ATN dalam menuliskan serangkaian prosedur pada soal
nomor 1 ................................................................................................................. 80
Gambar 4. 15. Kelancaran subjek ATN dalam menulis serangkaian prosedur pada
soal nomor 1 .......................................................................................................... 81

xv
Gambar 4. 16. Jawaban ATN untuk menguji indikator memperoleh jawaban tepat
pada soal nomor 1 ................................................................................................. 83
Gambar 4. 17. Hasil subjek ATN untuk dilihat pengetahuan prasyarat saat
melakukan prosedur penyelesaian pada nomor 1.................................................. 87
Gambar 4. 18. Kesalahan Subjek ATN dalam Melakukan Prosedur Penyelesaian
FPB dengan Metode Pohon Faktor ....................................................................... 89
Gambar 4. 19. Soal permasalahan FPB................................................................. 92
Gambar 4. 20. Soal permasalahan KPK ................................................................ 92
Gambar 4. 21. Menunjukkan ATN menulis serangkaian prosedur pada soal nomor
2 ............................................................................................................................. 94
Gambar 4. 22. Menunjukkan kelancaran ATN menulis serangkaian prosedur pada
soal nomor 2 .......................................................................................................... 95
Gambar 4. 23. Jawaban ATN pada soal nomor 2 ................................................. 98
Gambar 4. 24. Subjek ATN dalam pengetahuan prasyarat saat melakukan prosedur
penyelesaian KPK pada nomor 2 ........................................................................ 103
Gambar 4. 25. Kesalahan Subjek ATN dalam Melakukan Prosedur Penyelesaian
KPK dengan Metode Daftar Kelipatan ............................................................... 105
Gambar 4. 26. Soal permasalahan FPB............................................................... 110
Gambar 4. 27. Soal permasalahan KPK .............................................................. 110
Gambar 4. 28. Subjek FSA dalam menuliskan serangkaian prosedur pada soal
nomor 1 ............................................................................................................... 112
Gambar 4. 29. Kelancaran subjek FSA dalam menulis serangkaian prosedur pada
soal nomor 1 ........................................................................................................ 114
Gambar 4. 30. Jawaban FSA untuk menguji indikator memperoleh jawaban tepat
pada soal nomor 1 ............................................................................................... 117
Gambar 4. 31. Hasil subjek FSA untuk dilihat pengetahuan prasyarat saat
melakukan prosedur penyelesaian pada nomor 1................................................ 122
Gambar 4. 32. Kesalahan Subjek FSA dalam Melakukan Prosedur Penyelesaian
FPB dengan Metode Pohon Faktor ..................................................................... 123
Gambar 4. 33. Soal permasalahan FPB............................................................... 127
Gambar 4. 34. Soal permasalahan KPK ............................................................. 127

xvi
Gambar 4. 35. Subjek FSA dalam menuliskan serangkaian prosedur pada soal
nomor 2 ............................................................................................................... 129
Gambar 4. 36. Kelancaran subjek FSA dalam menulis serangkaian prosedur pada
soal nomor 2 ........................................................................................................ 130
Gambar 4. 37. Jawaban FSA untuk menguji indikator memperoleh jawaban tepat
pada soal nomor 2 ............................................................................................... 133
Gambar 4. 38. Hasil subjek FSA untuk dilihat pengetahuan prasyarat saat
melakukan prosedur penyelesaian pada nomor 1................................................ 138
Gambar 4. 39. Soal permasalahan FPB............................................................... 144
Gambar 4. 40. Soal permasalahan KPK .............................................................. 144

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Indikator pemahaman relasional ......................................................... 18


Tabel 2. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar FPB dan KPK ............... 19
Tabel 3. 1. Soal Tertulis Pemahaman Relasional FPB dan KPK .......................... 31
Tabel 3. 2. Pedoman Wawancara Semi terstruktur Pemahaman Relasional......... 32
Tabel 4. 1. Tabel Triangulasi Data Subjek Kategori Tinggi ............................... 143
Tabel 4. 2. Tabel Triangulasi Data Subjek Kategori Sedang .............................. 146
Tabel 4. 3. Tabel Triangulasi Data Subjek Kategori Rendah ............................. 150
Tabel 4. 4. Perbedaan Kemampuan Pemahaman Relasional dalam Menyelesaikan
Masalah FPB Pada Subjek dengan Kemampuan Tinggi, Sedang dan Rendah ... 154
Tabel 4. 5. Perbedaan Kemampuan Pemahaman Relasional dalam Menyelesaikan
Masalah KPK Pada Subjek dengan Kemampuan Tinggi, Sedang dan Rendah .. 156

xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Mata pelajaran yang sangat penting dalam berperan di kehidupan manusia

salah satunya yaitu matematika. Seperti yang di kutip oleh Wahyuningsih, Rezeki,

Zetriuslita (2013) memaparkan perlunya diberikan mata pembelajaran matematika

kepada berbagai lapisan warga masyarakat yang khusunya peserta didik dari

jenjang siswa SD hingga jenjang mahasiswa di bangku kuliah guna memberi bekal

siswa agar berkemampuan berfikir menggunakan akal secara kritis, analitis dan

mengasah pemikiran kreatif siswa serta melatih kemampuan dalam bekerja sama.

Mata pelajaran matematika memberikan kontribusi yang sangat besar, mulai dari

yang sederhana sampai yang kompleks, dari yang abstrak sampai yang konkrit

untuk memecahkan masalah di segala bidang. (Amir, 2014)

Penguasaan pada mata pelajaran matematika dapat dicapai melalui berbagai

cara, salah satunya melalui penyelesaian pada soal open ended. Dengan diberikan

permasalahan dalam bentuk open ended tersebut yang salah satunya adalah masalah

kontekstual yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan memberikan

permasalahan kontekstual dalam pembelajaran, akan memberikan pengaruh kepada

siswa untuk belajar lebih baik karena yang dipelajari oleh siswa berkaitan dengan

peristiwa yang terjadi di sekelilingnya (Hidayat & Widjajanti, 2018). Ada banyak

keuntungan yang diperoleh ketika menyelesaikan soal open ended, salah satunya

yaitu dapat memberikan pengalaman nyata bagi siswa dalam proses bernalar serta

pemahamannya akan semakin baik.

1
2

Saat ini banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh siswa SD, salah

satunya kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan soal cerita matematika.

Seperti yang disampaikan oleh Komalasari & Wihaskoro (2017) meskipun soal

cerita open ended sudah sering dijumpai oleh siswa, tetapi pada kenyataannya

masih banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaiakan masalah soal cerita

matematika. Banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal

cerita, hal itu disebabkan siswa mengalami beberapa masalah, salah satu masalah

yang dialami yaitu ketika siswa mencoba memahami arti kalimat dalam soal cerita

dan kurangnya keterampilan siswa dalam menerjemahkan kalimat soal cerita

kehidupan sehari-hari ke dalam kalimat matematika (Evijayanti, 2016). Padahal

keberhasilan siswa dalam menyelesaikan masalah sangat bergantung pada

kemampuan merepresentasikan masalah (Kusmaryono, Suyitno, Dwijanto, 2016).

Dalam menyelesaikan masalah soal cerita open ended memerlukan

pemahaman mendalam. Kemampuan pemahaman matematis penting untuk dimiliki

siswa karena kemampuan tersebut merupakan prasyarat seseorang untuk memiliki

kemampuan pemecahan masalah matematis. Siswa membutuhkan pemahaman

matematis ketika siswa sedang memecahkan masalah matematika. Pada penelitian

Gufron, Basir, Aminudin (2021) ketika siswa mengerjakan tes literasi numerasi

mengalami banyak kesalahan pada tahap memahami masalah (comprehension)

yaitu siswa belum bisa mengutarakan informasi yang terdapat pada soal serta belum

bisa menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan. Siswa yang pemahaman

matematisnya baik memiliki pemikiran mendalam, mampu menggunakan notasi

atau lambang dan dapat menyimpulkan ketika menyelesaikan permasalahan.


3

Pemahaman matematis merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang

untuk memahami konsep matematika dan kemampuan untuk melakukan strategi

penyelesaian dalam menyelesaikan masalah yang disajikan. Pernyataan ini

didukung oleh Subroto & Sholihah (2018) bahwa pemahaman matematis

merupakan kemampuan memahami dalam arti mengidentifikasi atau mengenal

suatu konsep matematis, menjelaskan kembali apa yang telah dipahami serta dapat

menggunakannya ketika menyelesaikan soal meskipun situasinya berbeda.

Salah satu pemahaman matematis yang penting adalah pemahaman

relasional. Menurut Skemp dalam Utomo & Huda (2020) pemahaman relasional

adalah ketika siswa dapat melakukan perhitungan secara bermakna pada

permasalahan-permasalahan yang lebih luas. Pemahaman relasional terjadi ketika

siswa dapat mengaitkan sesuatu dengan hal yang lain secara benar dan menyadari

proses yang dilakukan (Tianingrum & Sopiany, 2017). Sedangkan Marhami (2016)

mengatakan bahwa siswa yang memiliki pemahaman relasional itu kemampuan

pemahamannya berfondasi lebih kokoh dibandingkan siswa yang hanya memiliki

pemahaman instrumental karena siswa yang memiliki pemahaman relasional dapat

menyelesaikan masalah dengan menghubungkan konsep atau prosedur yang

relevan tanpa harus menghafalkan rumus. Pemahaman relasional merupakan suatu

pemahaman yang penting bagi siswa karena saat siswa memiliki pemahaman ini

dapat memahami permasalahan yang disajikan dan dapat melakukan perhitungan

dengan baik, selain itu siswa juga menyadari proses yang sedang dilakukan

sehingga fondasi pemikirannya untuk menyelesaikan masalah lebih kuat.


4

Penelitian tentang pemahaman relasional juga telah dilakukan oleh

beberapa peneliti, misalkan penelitian dari Wicaksono & Linuhung (2016) yang

menghasilkan pemahaman relasional siswa tergolong rendah karena siswa belum

terbiasa mengerjakan soal yang kreatif, ketika pembelajaran pasif, tidak konsentrasi

dan menghandalkan hafalan rumus aja yang mengakibatkan siswa kesulitan

melakukan proses pengerjaan yang tepat. Adapun hasil penelitian dari Sholihah &

Aminatus (2020) yaitu pemahaman relasional siswa dalam memecahkan masalah

ada yang belum terpenuhi dan ada yang sudah terpenuhi sub-indikator pemahaman

relasionalnya, terpenuhi atau tidaknya pemahaman relasional tersebut di sebabkan

oleh kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Sedangkan penelitian dari Sidik

(2016) siswa yang diteliti mengalami dua jenis proses berpikir, yaitu proses berpikir

instrumental dan proses berpikir relasional instrumental, siswa yang digolongkan

baik dalam pemahaman relasional apabila mencapai tahap memahami masalah dan

mengubah masalah tersebut menjadi model matematika.

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari beberapa peneliti sebelumnya

diperoleh kesimpulan bahwa pemahaman relasional siswa pada beberapa materi

matematika pada jenjang SD masih banyak ditemukan adanya masalah. Seperti

pemahaman relasional rendah yang disebabkan oleh siswa belum terbiasa

mengerjakan soal yang kreatif sehingga mengakibatkan siswa kesulitan melakukan

proses pengerjaan yang tepat. Selain itu, belum terpenuhi indikator pemahaman

relasional yang sebabkan oleh kurangnya kemampuan awal yang dimiliki oleh

siswa. Adapun siswa belum mencapai pemahaman relasional karena belum

mencapai tahapan memahami soal dan mengubah soal ke dalam model matematika.
5

Padahal pemahaman relasional merupakan salah satu pemahaman yang penting

untuk dapat memecahkan masalah matematika dengan baik. Maka dari itu, masih

perlu di teliti lebih dalam lagi mengenai pemahaman relasional siswa pada materi-

materi yang lain.

Peneliti telah melakukan uji coba tes tertulis pada 15 siswa di SD Negeri

Wonolopo 02 dengan memberikan tes tertulis tentang pemahaman relasional yang

berupa soal cerita FPB dan KPK yang berlangsung selama 60 menit, lalu peneliti

mengoreksi jawaban dan melakukan wawancara kepada beberapa siswa di sekolah

dasar tersebut. Tes tertulis dan tes wawancara ini dilaksanakan untuk menganalisis

pemahaman relasional siswa dalam menyelesaikan masalah soal cerita FPB dan

KPK. Berikut salah satu jawaban dari siswa ketika mengerjakan soal cerita yang

diberikan telah disajikan pada gambar 1.1. dibawah ini:

Gambar 1. 1. Jawaban subjek berinisial S

Berdasarkan hasil uji coba tes tertulis soal cerita FPB dan KPK di SD Negeri

Wonolopo 02 pada 15 siswa juga masih di luar ekspetasi yang diinginkan. Ketika

hasil tes dianalisis menggunakan beberapa indikator pemahaman relasional

menunjukkan belum terpenuhinya indikator tersebut. Ada indikator yang belum

dipenuhi secara menonjol yaitu siswa belum melakukan prosedur atau langkah

penyelesaian dengan tepat serta siswa juga belum dapat melakukan perhitungan

dengan tepat. Karena itu, peneliti akan meneliti secara mendalam pada pemahaman
6

relasional siswa SD di materi FPB dan KPK dengan menganalisis kemampuan

pemahaman relasional siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada

materi FPB dan KPK.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

Bagaimana kemampuan pemahaman relasional siswa sekolah dasar dalam

menyelesaikan masalah FPB dan KPK?

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a) Permasalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita mengenai FPB dan KPK.

b) Pemahaman relasional dalam menyelesaikan soal cerita.

c) Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar

Negeri Wonolopo 02 yang telah menerima materi FPB dan KPK.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan pemahaman

relasional siswa sekolah dasar dalam menyelesaikan masalah FPB dan KPK.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

a) Manfaat Teoritis
7

1. Berkontribusi terhadap bidang pembelajaran khususnya tentang faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap pemahaman relasional siswa.

2. Sebagai informasi bagi penelitian sejenis pada masa yang akan datang.

b) Manfaat Praktis

1. Untuk guru, sebagai sarana pengetahuan tentang pemahaman relasional

siswa dan pengolahan informasi yang efektif.

2. Untuk siswa, untuk mengetahui kemampuan pemahaman relasional yang

dimilikinya dalam menyelesaikan masalah FPB dan KPK sehingga dapat

memanfaatkan pengetahuan dan informasi sebaik mungkin.

3. Untuk peneliti, dapat menambah wawasan terhadap analisis pemahaman

relasional siswa sekolah dasar dalam menyelesaikan masalah FPB dan KPK.

4. Untuk peneliti lain, dapat menambah pengetahuan dalam mengembangkan

pemahaman relasional siswa sekolah dasar dalam menyelesaikan masalah

FPB dan KPK untuk mencapai tujuan pembelajaran.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hakikat Pembelajaran Matematika

Mata pembelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik

mulai dari sekolah dasar (SD) hingga berbagai lapisan masyarakat tak terkecuali

pada perguruan tinggi untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir

logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama

(Wahyuningsih, Rezeki, Zetriuslita 2013). Menurut Russeffendi dalam Rahmah

(2018) kata matematika berasal dari bahasa latin mathematika yang bermula

diambil dari kata Yunani mathematike yang bermakna mempelajari. Perkataan yang

asalnya yaitu mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science).

Kata mathematike berhubungan juga dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu

mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan awal dari

kata matematika memiliki arti pengetahuan yang diperoleh dengan cara bernalar.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang

mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan-penerapan bidang ilmu lain

maupun dalam pengembangan matematika itu sendiri. Penguasaan materi

matematika oleh peserta didik menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditawar lagi

di dalam penataan nalar dan pengambilan keputusan dalam era persaingan yang

semakin kompetitif pada saat ini (Siagian, 2016). Matematika yang diajarkan di

berbagai jenjang sekolah seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan

Sekolah Menengah Umum disebut matematika sekolah.

8
9

Rahmah (2018) menyampaikan pengertian dari matematika sekolah adalah unsur-

unsur atau bagian-bagian dari matematika yang dipilih berdasarkan atau

berorientasi pada kepentingan kependidikan dan pengembangan IPTEK.

Matematika sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,

mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan

dalam kehidupan sehari-hari diantaranya melalui materi pengukuran dan geometri,

aljabar dan trigonometri.

2.2. Masalah Open Ended

Masalah open ended disebut juga dengan masalah terbuka, karena masalah

ini diformulasikan memiliki multi strategi penyelesaian yang benar atau multi

jawaban. Menurut Takahashi dalam Jasmaniah, Fachrurazi, Yeni (2015) soal

terbuka (open-ended problem) adalah soal yang mempunyai banyak solusi atau

strategi penyelesaian. Diberikannya soal open-ended ini membuat siswa

mempunyai kebebasan menyelesaikan tugas dengan strategi penyelesaian yang

berbeda tetapi bernilai benar karena dengan menggunakan soal terbuka ini dalam

pembelajaran matematika akan membuat peserta didik berkesempatan memiliki

kemampuan yang kreatif (Kurniasih, 2016). Seperti yang dikutip oleh

Puspaningtyas (2019) dengan diberikan pertanyaan terbuka kepada siswa, dapat

memberikan siswa kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan banyak cara

dan mencari banyak alternatif solusi.

Menurut Mariam (2019) masalah terbuka digolongkan menjadi tiga jenis

yaitu proses terbuka, jawaban terbuka, dengan cara pengembangan masalah

terbuka. Aspek keterbukaan dalam soal open ended dapat diklasifikasikan ke dalam
10

3 tipe, yaitu: (1) terbuka proses penyelesaiannya, yaitu soal memiliki beragam cara

penyelesaian, (2) terbuka hasil akhirnya, yaitu soal memiliki banyak jawab yang

benar, dan (3) terbuka pengembangan lanjutannya, yaitu ketika siswa telah

menyelesaikan sesuatu, selanjutnya mereka dapat mengembangkan soal baru

dengan mengubah syarat atau kondisi pada soal yang telah diselesaikan. Jadi, disini

siswa disadarkan bahwa tidak setiap masalah harus memiliki satu jawaban, namun,

siswa diberi kebebasan untuk ia menyelesaikan masalah yang diberikan oleh

guru dan tanpa ada campur tangan guru. Masalah open-ended dibagi menjadi 3,

yaitu:

1) Masalah open-ended pendek (short open-ended problems)

Masalah dalam short open-ended problems bukanlah masalah yang

kompleks dan rumit tetapi masalah yang memiliki struktur yang

sederhana.

2) Aplikasi masalah kehidupan sehari-hari (applied real-life problems)

Pemecahan masalah yang dihadapi setiap individu dalam situasi setiap

saat dimulai dengan situasi masalah dalam kehidupan sehari-hari

(applied real-life problems) kemudian mengaitkan yang ada

hubungannya dalam memahami masalah matematika.

3) Investigasi matematika (mathematical investigations)

Siswa diberi kesempatan dalam mengembangkan perumpamaan hasil

berdasarkan penyelidikan, pentabulasian data untuk melihat contoh,

membuat perkiraan dan melakukan uji coba, serta membenarkan

perumusan yang mereka temukan.


11

Menurut Sawada dalam Hidayah (2019), apabila open-ended problems

diberikan kepada siswa di sekolah ada lima keuntungan yang diperoleh:

1) Siswa terlibat lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat

mengungkapkan ide-ide yang dimiliki. Siswa tidak hanya pasif

mengikuti cara yang dicontohkan gurunya.

2) Siswa mempunyai kesempatan yang lebih dalam menggunakan

pengetahuan dan keterampilan matematika yang dimiliki secara

menyeluruh. Siswa terlibat lebih aktif dalam menggunakan potensi

pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki sebelumnya.

3) Setiap siswa dapat menjawab permasalahan dengan caranya sendiri.

Artinya, tiap kreativitas siswa dapat terungkapkan.

4) Pembelajaran dengan menggunakan open-ended problems semacam ini

memberikan pengalaman nyata bagi siswa dalam proses bernalar.

5) Ada banyak pengalaman-pengalaman (berharga) yang akan didapatkan

siswa dalam bentuk kepuasan dalam proses penemuan jawaban dan

juga mendapat pengakuan dari siswa-siswa lainnya.

Adapun kelemahan pendekatan open-ended yaitu:

1) Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi

siswa bukanlah pekerjaan mudah.

2) Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat

sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana

merespon permasalahan yang diberikan.


12

3) Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan

jawaban yang diperoleh.

4) Ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak

menyenangkan karena kesulitan yang siswa hadapi.

Berdasarkan pengertian dan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

masalah open-ended merupakan soal permasalahan terbuka yang memiliki banyak

penyelesaian, dapat terbuka pada proses penyelesaiannya/terbuka pada hasil

akhirnya serta dapat terbuka pada pengembangan lanjutannya. Masalah open-

ended juga dapat membuat siswa memiliki banyak pengalaman untuk menemukan

sesuatu dalam menjawab permasalahan.

2.3. Pemahaman Matematis

Pemahaman matematis merupakan bagian yang sangat penting ketika

melakukan pemecahan masalah matematika, dengan memberikan pengertian

bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan,

namun lebih dari itu sehingga siswa memiliki pemahaman lebih akan konsep materi

pelajaran yang disampaikan. (Tanu, 2018). Menurut Kusumawati (2010) agar siswa

memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik, maka diperlukan kemampuan

pemahaman matematis yang bermakna bagi setiap siswa. Jika seseorang telah

memiliki kemampuan pemahaman konsep dan prinsip, maka ia mampu

menggunakannya untuk memecahkan masalah. Sebaliknya, jika siswa tersebut

telah dapat menyelesaikan suatu masalah maka ia telah memiliki kemampuan

pemahaman terhadap masalah itu. Jadi, kemampuan pemahaman dan pemecahan

masalah matematis saling terkait.


13

Indikator kemampuan pemahaman matematis dalam penelitian Kristianti,

Isnarto, Mulyono (2019) sebagai berikut:

1) Menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.

2) Mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan konsep matematika.

3) Menerapkan konsep secara algoritma.

4) Memberikan contoh dari konsep yang dipelajari.

5) Menyajikan konsep dalam berbagai representasi.

6) Mengaitkan berbagai konsep matematika secara internal atau

eksternal.

Ada beberapa jenis kemampuan pemahaman matematis. Mengacu pada

paparan Herdian (2010) pemahaman matematis didefinisikan menjadi beberapa

jenis oleh beberapa ahli diantaranya yaitu: (1) Polya, membedakan empat jenis

pemahaman : a) Pemahaman mekanikal, b) Pemahaman induktif, c) Pemahaman

rasional, dan d) Pemahaman intuitif. (2) Polattsek, membedakan dua jenis

pemahaman: a) Pemahaman Komputasional, dan b) Pemahaman fungsional. (3)

Copeland, membedakan dua jenis pemahaman: a) Knowing how to b) Knowing.

Sedangkan (4) Skemp, membedakan dua jenis pemahaman: a) Pemahaman

instrumental, dan b) Pemahaman relasional.

Dari beberapa jenis kemampuan pemahaman matematis salah satunya

adalah pemahaman matematis menurut Skemp (1976) yang dibedakan menjadi dua

jenis yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Skemp (1976)

dalam Hamdani, Subanji, Irawati (2013) mendefinisikan pemahaman menjadi dua

macam, yaitu pemahaman relasional dan pemahaman instrumental. Pemahaman


14

instrumental didefinisikan sebagai “rules without reasons” dan Pemahaman

relasional didefinisikan sebagai “knowing what to do and why”. Pemahaman

instrumental adalah kemampuan untuk menerapkan aturan yang diingat dengan

tepat dalam menyelesaikan masalah tanpa mengetahui mengapa solusi tersebut

digunakan. Sedangkan, pemahaman relasional adalah kemampuan untuk

menyimpulkan penggunaan prosedur yang digunakan dalam menyelesaikan

masalah sehingga siswa memiliki pengetahuan yang lebih luas. Indikator dari

pemahaman instrumental yaitu mengukur kemampuan siswa ketika melakukan

perhitungan sederhana menggunakan rumus. Sedangkan indikator dari pemahaman

relasional yaitu mengukur sejauh mana kemampuan siswa dapat mengaitkan suatu

konsep dengan konsep yang lain. (Subroto & Sholihah, 2018)

Teori yang dikemukakan oleh para ahli pasti memiliki kelebihan serta

kekurangan, termasuk teori yang disampaikan oleh Skemp yang di tulis Utomo &

Huda (2020) dalam bukunya. Berikut ini adalah kekurangan dan kelebihan dari

teori yang dikemukakan oleh Skemp:

1. Kelebihan teori Skemp adalah:

a) Pemahaman Instrumental berguna ketika siswa harus melakukan

penyelesaian masalah atau tugas tertentu dengan cepat, dan tidak

khawatir apakah prosedur yang digunakan dapat diterapkan dalam

menyelesaikan permasalahan lain yang sejenis atau tidak.

b) Pemahaman relasional berguna ketika siswa ingin mengeksplorasi ide-

ide lebih lanjut. Pemahaman relasional ini tidak terlalu peduli terhadap

hasil yang diperoleh, namun lebih peduli dengan proses yang dilakukan
15

dalam menyelesaikan masalah. Pemahaman ini dalam jangka waktu yang

panjang bukan hanya mengerti, tetapi juga paham apa yang terjadi dan

kenapa hal tersebut terjadi.

c) Teori Skemp ini cocok digunakan untuk proses belajar dan mengajar

matematika

2. Kekurangan teori Skemp adalah:

a) Pemahaman instrumental masuk ke dalam pemahaman jangka pendek.

b) Dibutuhkan waktu sedikit lebih lama dalam proses pemahaman dalam

melakukan pemahaman rasional.

c) Tidak banyak ide-ide baru pada teori Skemp.

d) Analisis kemampuan pemahaman matematika pada mata kuliah

pembelajaran matematika.

2.4. Pemahaman Relasional

Pemahaman relasional merupakan salah satu jenis pemahaman matematis

yang dipaparkan oleh Skemp. Pemahaman relasional adalah suatu kemampuan

menggunakan prosedur matematis dengan penuh kesadaran atas alasan dan

penggunaannya, pada pemahaman tersebut individu telah mampu menghubungkan

antar konsep atau prinsip dengan benar guna menyelesaikan suatu masalah

(Syarifah, 2017). Skemp dalam Utomo & Huda (2020) juga mendefinisikan

pemahaman relasional adalah pemahaman siswa untuk mengetahui prosedur yang

digunakan dalam menyelesaikan masalah dan mengetahui alasan mengapa prosedur

tersebut dilakukan, siswa akan menghubungkan prosedur yang digunakan dengan

masalah yang sedang dihadapi, sehingga ketika siswa menemukan permasalahan


16

baru akan lebih mudah untuk menyelesaikannya. Pernyatan itu didukung oleh

Tianingrum & Sopiany (2017) bahwa pemahaman relasional adalah kemampuan

menghubungkan pengetahuan siswa terhadap konsep, prinsip, prosedur secara

benar dan siswa juga menyadari proses yang dilakukan.

Pengetahuan konseptual mengandung hubungan antara suatu konsep

matematika dengan konsep lainnya, sedangkan kemampuan prosedural adalah

pengetahuan yang berkaitan dengan simbol-simbol untuk mempresentasikan ide-

ide dan aturan dalam menyelesaikan masalah matematika. Siswa akan mencapai

pemahaman relasional ketika memiliki kemampuan untuk menghubungkan suatu

konsep dengan konsep lainnya dan memahami setiap langkah yang digunakan

untuk memecahkan suatu masalah. Jadi, siswa yang memiliki pemahaman

relasional mampu menghubungkan anatara pengetahuan konseptual dan

kemampuan prosedural Safitri, Juniati, Masriyah (2018). Seseorang yang memiliki

pemahaman relasional juga dapat menyelesaikan masalah yang lebih luas dalam

kehidupan sehari-hari. Pemahaman relasional sangat penting karena sifat

pemakaiannya lebih bermakna, pemahaman ini memuat suatu skema atau struktur

yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang lebih luas.

Menurut Van de Walle (2014) Pemahaman relasional akan menghasilkan

pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Karena pengembangan pemahaman

relasional tidak terbatas dan lebih kompleks ketika seseorang membuat hubungan

antara ide, pemahaman jenis ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan harus

memiliki tujuan dalam setiap pengajaran pada penelitian. Tujuan utama mengajar
17

adalah untuk mencapai pemahaman yang memberi bantuan siswa mengembangkan

hubungan untuk memahami ide matematika. (Rahmad, 2016)

Dalam Utomo & Huda (2020) Richard Skemp membagi pembelajaran

matematika menjadi dua tahap, yaitu sebagai berikut:

1) Perlu menggunakan benda-benda konkret untuk memberikan basis bagi

peserta didik dalam menghayati ide-ide matematika yang abstrak.

2) Tingkat abstrak, yaitu mulai meninggalkan benda konkret untuk

menuju ke pemahaman matematika yang memang memuat objek-objek

abstrak.

Inti belajar matematika adalah agar siswa memiliki pemahaman relasional

dimana para siswa harus dapat melakukan prosedur. Namun siswa juga harus dapat

menjelaskan mengapa siswa harus melakukan prosedur seperti itu.

Ada empat keuntungan bagi siswa yang memiliki pemahaman relasional

yaitu sebagai berikut:

1) Lebih mudah diadaptasi pada tugas atau persoalan baru

Jika seseorang memiliki pemahaman relasional terhadap suatu topik, maka

pemahamannya tersebut bisa lebih mudah diterapkan atau direlasikan pada

topik-topik pengetahuan lain.

2) Lebih mudah untuk diingat

Pembelajaran membutuhkan waktu yang relatif lama. Jika pemahaman

tersebut telah dicapai maka pengetahuan yang ada pada siswa akan lebih

mudah untuk selalu diingat.


18

3) Pemahaman relasional dapat lebih efektif sebagai tujuan itu sendiri.

4) Skema relasional merupakan hal yang pokok dalam kualitas ilmu

pengetahuan.

Pada jurnal penelitian Utomo (2020) telah dipaparkan indikator pemahaman

relasional yang diadaptasi dari David. Untuk penjelasan lebih detail mengenai

indikator tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2. 1. Indikator pemahaman relasional

Kategori Indikator Pemahaman Relasional


Prosedural 1. Kemampuan menerapkan serangkaian prosedur
2. Melakukan prosedur dengan lancar
3. Menghasilkan jawaban tepat
Konseptual 4. Menunjukkan kemampuan untuk menerapkan prosedur
5. Mengetahui kapan harus menerapkan prosedur tertentu
6. Memiliki pengetahuan prasyarat untuk menerapkan prosedur
7. Mendeteksi kesalahan saat melakukan prosedur
8. Menyediakan argumen yang logis saat menerapkan prosedur
9. Mengenali jenis masalah baru lalu dapat menerapkan
Prosedur

Indikator ini digunakan sebagai pedoman untuk mengukur pemahaman

relasional siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan. Dengan adanya

indikator pemahaman relasional ini, kemampuan pemahaman siswa dapat di ukur

secara jelas bukan hanya berdasarkan hipotesis saja. Untuk dapat mencapai

pemecahan masalah yang maksimal diperlukan penguasaan terhadap indikator-

indikator pemahaman relasional, karena siswa yang memiliki pemahaman

relasional yang baik dapat melakukan prosedur penyelesaian masalah yang terdiri

dari 4 tahapan yaitu memahami masalah, merencanakan strategi, melakukan

strategi penyelesaian dan memeriksa kembali penyelesaian dengan tepat serta


19

memahami konsepnya. Sehingga, permasalahan dapat terselesaikan dengan hasil

akhir tepat dan benar.

2.5. Materi FPB dan KPK

FPB dan KPK merupakan singkatan dari faktor persekutuan terbesar dan

kelipatan persekutuan terkecil. FPB dan KPK dapat ditentukan dengan

menggunakan tiga cara, yaitu dengan menuliskan faktor dan kelipatan, dengan

membuat pohon faktor, dan dengan tabel. Cara yang paling umum digunakan

adalah dengan pohon faktor. Dengan pohon faktor siswa dapat menghitung

persekutuan untuk bilangan besar dan kecil, menentukan faktor prima, sekaligus

menentukan faktorisasi prima.

Didalam materi FPB dan KPK terdapat Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai oleh siswa, untuk lebih detailnya dapat

dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar FPB dan KPK

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


1. Memahami dan menggunakan 3.1. Menjelaskan dan menentukan faktor
faktor dan kelipatan dalam persekutuan, faktor persekutuan terbesar (FPB),
pemecahan masalah kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua
bilangan atau lebih yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
4.2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
faktor persekutuan terbesar (FPB), kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan atau
lebih yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Pada penelitian ini akan digunakan kompetensi dasar 4.2. yaitu

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan faktor persekutuan terbesar (FPB),


20

kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan atau lebih yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari. Sebelum membahas definisi FPB dan KPK secara

lebih lanjut, siswa harus mengetahui terlebih dahulu definisi dari bilangan prima,

faktor dan kelipatan.

1. Bilangan Prima

Bilangan prima adalah bilangan asli lebih besar dari 1 yang hanya dapat

dibagi oleh 2 bilangan berbeda yaitu bilangan itu sendiri dan bilangan 1. Dengan

kata lain, bilangan prima tidak dapat difaktorisasi menjadi bilangan lain.

Contohnya: 2 hanya dapat difaktorkan menjadi 2 dan 1 (2 = 2 x 1). Jadi, bilangan

prima terkecil adalah 2. Selain itu, bilangan 2 juga merupakan satu-satunya

bilangan prima yang genap.

2. Faktor

Faktor adalah bilangan-bilangan yang dapat membagi sampai habis suatu

bilangan.

Contohnya:

Angka 6 dapat dibagi habis oleh angka 1, 2, 3 dan 6. Jadi 1, 2, 3 dan 6 merupakan

faktor dari 6.

3. Kelipatan

Kelipatan adalah mengalikan bilangan dengan setiap bilangan asli secara

berurutan.

Contohnya:
21

Pilih satu bilangan yaitu 3, lalu angka 3 tersebut dikalikan dengan bilangan asli

secara berurutan seperti:

3x1=3

3x2=6

3x3=9

Dan seterusnya. Jadi, angka 3, 6, 9 dan seterusnya merupakan kelipatan dari 3.

4. FPB

FPB merupakan singkatan dari Faktor persekutuan terbesar, dalam bahasa

inggris dikenal sebagai great common divisor (GCD). Secara sederhananya FPB

merupakan bilangan bulat positif terbesar yang membagi habis kedua bilangan

(atau lebih) dengan angka pembagi yang sama.

5. KPK

KPK merupakan singkatan dari kelipatan persekutuan terkecil, dalam

bahasa inggris dikenal sebagai least common multiple (LCM). KPK merupakan

kelipatan persekutuan terkecil dari 2 bilangan atau lebih bilangan tersebut. Dengan

kata lain, KPK dari 2 bilangan atau lebih bilangan adalah bilangan bulat terkecil

yang dapat dibagi dengan 2 bilangan atau lebih bilangan tersebut.

6. Strategi untuk menentukan FPB dan KPK

a) Mencari faktor yang membagi habis untuk menentukan FPB


22

Contoh: menentukan FPB dari 2 bilangan, yaitu 12 dan 18. Langkah pertama

yang dilakukan adalah mencari faktor atau bilangan yang dapat membagi

habis dari masing-masing bilangan tersebut.

12 = 1, 2, 3, 4, 6, 12

18 = 1, 2, 3, 6, 9, 18

Maka dapat diperoleh faktor bilangan terbesar yang sama dari 12 dan 18

yaitu 6. Jadi, FPB dari 12 dan 18 adalah 6.

b) Menggunakan kelipatan untuk menentukan KPK

Contoh: Menentukan KPK dari 2 bilangan, yaitu 5 dan 6.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari kelipatan dari

masing-masing bilangan tersebut.

5 = 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, …

6 = 6, 12, 18, 24, 30, 36, …

Setelah itu diperoleh kelipatan bilangan terkecil yang sama dari 5 dan 6

adalah 30. Jadi, KPK dari 5 dan 6 adalah 30.

c) Mengunakan pohon faktor untuk FPB dan KPK

Pohon faktor merupakan deretan pembagian yang turun kebawah dengan

menggunakan pembagian menggunakan bilangan prima. Cara mencari FPB

dan KPK menggunakan pohon faktor tidak jauh berbeda dengan

menggunakan cara sederhana yang dijelaskan pada poin 1 dan 2 diatas, tetapi

cara menggunakan pohon faktor biasanya digunakan jika bilangan yang akan

dicari faktorisasinya besar, seperti diatas 50 atau diatas 100.


23

Cara untuk membuat pohon faktor sederhana. Pertama ditulis bilangannya,

lalu buat 2 cabang yang mencakup bilangan prima di cabang sebelah kiri, dan

hasil pembagiannya di cabang sebelah kanan, lalu hasil pembagian (pada

cabang sebelah kanan) dibuat 2 cabang lagi dan dibagi lagi dengan bilangan

prima, terus begitu sampai habis.

Misalnya, ingin mencari faktorisasi prima dari 100, dapat dibuat pohonnya

seperti ini:

Gambar 2. 1. faktorisasi prima menggunakan pohon faktor

Jadi, hasil faktorisasi prima dari 100 seperti pada pohon faktor diatas yaitu 2 x 2 x

5 x 5, atau bisa ditulis 22 x 52 .

Untuk mencari FPB dan KPK dari 2 bilangan atau lebih yaitu:

Contoh: Berapa FPB dan KPK dari 48 dan 60?

Pertama buat pohon faktor dari masing-masing bilangan 48 dan 60

Setelah membuat pohon faktor, diperoleh faktor prima dari masing-masing

bilangan yaitu:

Faktor prima dari 48 adalah 2 x 2 x 2 x 2 x 3 atau 24 x 3

Faktor prima dari 66 adalah 2 x 3 x 11


24

Untuk menentukan FPB, langsung dapat ditentukan dengan cara melihat angka

yang sama dengan pangkat terkecil dari kedua bilangan, yaitu 2 dan 3.

2 x 3 = 6.

Jadi, FPB dari 48 dan 66 adalah 6.

Sedangkan untuk menentukan KPK, dapat mengambil semua faktor bilangan dan

mengambil angka dengan pangkat terbesar jika ada angka yang sama dari 2

bilangan. Dalam soal diatas pada 48, angka 2 memiliki pangkat terbesar 4. Maka

cara menentukannya yaitu:

24 x 3 x 11 = 2 x 2 x 2 x 2 x 3 x 11 = 528.

Jadi, KPK dari 48 dan 66 adalah 528.

2.6. Kerangka Berpikir

Siswa butuh diberikan latihan pemecahan masalah matematis berupa soal

cerita yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, agar siswa merasa

matematika tidak hanya sebatas penghafalan rumus tetapi juga dapat diterapkan

untuk menyelesaikan masalah di kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan yang

dikatakan oleh Miherda, dkk. (2014) soal cerita dalam pembelajaran matematika

merupakan soal terapan dari pokok bahasan yang dihubungkan dengan masalah

kehidupan sehari-hari, soal cerita yang menggunakan bahasa umum dan kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa matematika.

Salah satu hal yang diperlukan agar pemecahan masalah matematis dapat

berhasil yaitu siswa memiliki pemahaman matematis yang baik. Pemahaman


25

matematis yang dipaparkan oleh Skemp (1976) mencakup 2 indikator pemahaman

yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Peneliti akan

menganalisis pemahaman siswa menggunakan indikator pemahaman relasional

siswa.

Adapun hal yang mendasari pemakaian materi FPB dan KPK adalah

materinya saling berhubungan dan digunakan sebagai syarat utama untuk

menguasai materi lainnya, salah satunya sebagai bekal menguasai materi pecahan.

Pemberian soal FPB dan KPK juga banyak ditemui soal yang kontekstual (soal

cerita yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari). Diketahui bahwa masalah

yang sering dialami siswa dalam memecahkan masalah matematis dikarenakan

kurangnya pemahaman relasional siswa pada FPB dan KPK, sehingga siswa tidak

mengetahui tahapan yang benar untuk memecahkan masalah dalam soal tersebut

serta ketika mengerjakan soal, siswa tidak menyadari proses yang sedang

dilakukan. Selain itu, siswa masih merasa bingung ketika diberikan soal cerita yang

bentuknya hampir sama. Rendahnya pemahaman relasional perlu dipertimbangkan

lagi untuk kedepannya, karena pemahaman relasional yang baik dapat memberikan

dampak positif untuk menyelesaikan permasalahan pemecahan masalah dengan

baik pada soal cerita di kemudian hari.

Penelitian ini akan menghasilkan deskripsi kemampuan pemahaman

relasional siswa SD dalam menyelesaikan soal cerita FPB dan KPK dengan

indikator mampu menerapkan serangkaian prosedur, melakukan prosedur dengan

lancar, menghasilkan jawaban tepat, menunjukkan kemampuan untuk menerapkan

prosedur, mengetahui kapan harus menerapkan prosedur tertentu, memiliki


26

pengetahuan prasyarat untuk menerapkan prosedur, mendeteksi kesalahan saat

melakukan prosedur, menyediakan argumen yang logis saat menerapkan prosedur

dan mengenali jenis masalah baru lalu dapat menerapkan prosedur. Apabila siswa

dapat memenuhi 9 indikator tersebut dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa

siswa memiliki pemahaman relasional yang baik sehingga soal cerita dapat

diselesaikan dengan baik dan benar.

Adapun kerangka pemikiran yang dipaparkan pada gambar 2.2. sebagai

berikut:

Soal pemecahan masalah berbentuk


soal cerita

Pentingnya pemahaman Pemahaman


menurut Skemp (1976) Instrumental

Pemahaman
Relasional

FPB dan KPK

Tes pemahaman relasional siswa dalam


menyelesaikan soal cerita FPB dan KPK

Analisis dengan 9 indikator pemahaman relasional siswa

Gambar 2. 2. Kerangka Berpikir Analisis Pemahaman Relasional


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian kualitatif. Tujuan

penelitian kualitatif untuk menemukan makna secara komprehensif, yaitu berfokus

pada pengungkapan makna sedalam-dalamnya yang didapat dari pemikiran kritis

peneliti. Agar dapat mencapai tujuan penelitian maka peneliti harus menajamkan

pikiran. Pola pikir yang kritis sangat diperlukan ketika melakukan penelitian

kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip pada buku yang di tulis oleh

Moleong (2018), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari subjek-

subjek dan perilaku yang diamati.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan

untuk menjelaskan suatu fenomena sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan

data yang menunjukkan detail suatu data yang diteliti agar memperoleh gambaran

secara alami tentang hal-hal yang berkaitan atau berpengaruh terhadap kemampuan

pemahaman relasional siswa SD dalam menyelesaikan masalah soal cerita FPB dan

KPK.

3.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini yaitu “Menganalisis Kemampuan Pemahaman

Relasional Siswa sekolah dasar dalam Menyelesaikan Masalah FPB dan KPK.

27
28

3.3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ditentukan dengan cara memberikan tes pemahaman

relasional soal cerita FPB dan KPK terlebih dahulu kepada responden penelitian

yaitu 18 siswa kelas IV di SD Negeri Wonolopo 02 yang telah menerima materi

FPB dan KPK. Tujuan pemberian soal tes pemahaman relasional untuk mengetahui

dan menentukan subjek siswa. Setelah siswa mengerjakan tes permasalahan FPB

dan KPK, peneliti mengamati dan mengambil jawaban siswa yang hampir sama

dengan alternatif jawaban tes tertulis yang telah dibuat oleh peneliti yang tersedia

pada lampiran 3.

Peneliti mengambil jawaban tersebut sebagai responden penelitian yang

akan dikategorikan pada level pemahaman tinggi, sedang dan rendah. Lalu, dipilih

1 subjek pada masing-masing kategori level pemahaman tinggi, sedang dan rendah

yang akan dianalisis menggunakan pedoman rubrik tes tertulis pemahaman

relasional. Kemudian, ketiga subjek akan diwawancara lebih lanjut dan mendalam

untuk memperoleh data lebih detail. Setelah itu, hasil wawancara subjek juga akan

di analisis menggunakan rubrik wawancara pemahaman relasional. Apabila data

dari subjek sudah jenuh, maka akan terpilih sebagai subjek yang memenuhi

indikator pemahaman relasional yang dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu siswa

yang mampu memenuhi semua indikator pemahaman relasional memiliki

pemahaman relasional yang sangat baik, siswa yang cukup mampu memenuhi

indikator pemahaman relasional memiliki pemahaman relasional cukup baik dan

siswa yang kurang mampu memenuhi indikator pemahaman relasional memiliki


29

pemahaman relasional kurang baik. Sedangkan subjek yang belum jenuh akan di

tes kembali dari awal menggunakan tes tertulis.

Selain data dideskripsikan secara teks naratif hasil jawaban siswa terhadap

tes dan hasil wawancara untuk 3 subjek utama penelitian, data juga dipaparkan

dalam bentuk persentase pencapaian untuk setiap indikator pemahaman relasional

untuk siswa dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Jika data sudah jenuh maka

terpilih 3 subjek yang memenuhi indikator pemahaman relasioanal, baik yang

pemahaman relasionalnya tinggi, sedang, dan rendah. Untuk lebih detailnya dapat

dilihat pada bagan yang disajikan pada gambar 3.1.


30

Berikut bagan penentuan subjek penelitian disajikan pada gambar 3.1.

RESPONDEN
18 Siswa SD Negeri
Wonolopo 02 yang
Siswa mengerjakan tes permasalahan telah menerima
FPB dan KPK materi FPB dan KPK

Tidak Tidak dipilih


Mengamati dan mengambil jawaban yang hampir sesuai sebagai
sama dengan alternatif jawaban tes tertulis i responden
Sesuai

Mengambil jawaban siswa


sebagai responden penelitian

Level pemahaman siswa dikategorikan menjadi 3

Tinggi Sedang Rendah

Dipilih 1 subjek Dipilih 1 subjek Dipilih 1 subjek

Tes tertulis dianalisis menggunakan indikator pemahaman relasional


dan Wawancara dengan indikator pemahaman relasional

Tidak
Apakah data sudah jenuh?
Ya
Terpilih 3 subjek dalam memenuhi indikator pemahaman relasional

Mampu memenuhi = Cukup mampu memenuhi = Kurang mampu memenuhi =


Pemahaman relasional Pemahaman relasional Pemahaman relasional
sangat baik cukup baik kurang baik

Gambar 3. 1. Pemilihan Subjek Penelitian


31

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengukur

data yang hendak dikumpulkan (Alhamid & Anufia, 2019). Instrumen penelitian

ini terdiri dari 2 jenis, yaitu instrumen utama dan instrument bantu. Sugiyono

(2018) menyampaikan instrumen utama pada penelitian kualitatif adalah peneliti

sendiri yang berperan dalam proses pengumpulan data, analisis data dan menarik

kesimpulan. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti

merupakan hal yang mutlak, karena peneliti harus berinteraksi dengan lingkungan

baik manusia dan non manusia yang ada dalam lingkup penelitian

Adapun instrumen lainnya yaitu:

3.4.1. Instrumen Soal

Instrumen soal yang digunakan pada penelitian ini berupa soal tertulis

uraian untuk mengetahui pemahaman relasional yang dimiliki siswa sekolah dasar

dalam mengerjakan soal cerita FPB dan KPK. Tes tertulis uraian (essay) berupa

pertanyaan dengan bentuk open-ended. Tes uraian open-ended ini berupa soal cerita

FPB dan KPK sebanyak 2 butir soal. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui

pemahaman relasional yang dimiliki siswa dalam mengerjakan soal cerita FPB dan

KPK berdasarkan indikator pemahaman relasional yang telah ditentukan.

Tabel 3. 1. Soal Tertulis Pemahaman Relasional FPB dan KPK


NO SOAL
1. Siswa kelas 4 dan kelas 5 SD Permata Bangsa terdiri dari 60 siswa perempuan dan 72
laki-laki. Pak Bagas ingin membagi kelompok belajar menjadi beberapa kelompok
dengan jumlah perempuan sama banyak dan jumlah laki-laki sama banyak. Berapa
kelompok belajar yang dapat dibentuk?
32

2. Dina, Mela dan Icha mengikuti les privat di bimbel Cendekia. Dina datang setiap 3 hari,
Mela setiap 5 hari dan Icha setiap 6 hari. Pada hari minggu tanggal 20 Maret 2022
mereka bertiga datang di bimbel Cendekia untuk pertama kalinya. Pada hari apa dan
tanggal berapa mereka berencana bertemu kembali di bimbel Cendekia?

3.4.2. Instrumen Pedoman Wawancara

Wawancara adalah bentuk percakapan yang dilakukan oleh peneliti untuk

memperoleh informasi dari responden. Instrumen dari wawancara ini dinamakan

interview guide atau pedoman wawancara. Peneliti akan menggunakan wawancara

semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah teknik wawancara yang

dilakukan berdasarkan arahan yang dibuat oleh peneliti, selanjutnya peneliti dapat

mengembangkan pertanyaan untuk mengorek infromasi lebih lanjut secara

mendalam tentang topik penelitian yang ingin dikajinya. Wawancara ini dilakukan

pada subjek yang terpilih untuk mendalami mengenai pemahamaan relasional siswa

berdasarkan indikator yang telah ditentukan dan menggunakan pedoman

wawancara. Peneliti dapat memberikan pertanyaan yang tidak tertulis pada

pedoman wawancara yang sudah disusun untuk mengantisipasi informasi yang

tidak sesuai saat dilaksanakan penelitian tersebut.

Tabel 3. 2. Pedoman Wawancara Semi terstruktur Pemahaman Relasional


Kategori Indikator Pertanyaan
Pemahaman
Relasional
Prosedural Mampu • Menurutmu soal cerita ini mudah untuk kamu pahami
menerapakan tidak?
serangkaian
prosedur Kalau bingung, bingungnya dibagian kata yang mana?
• Coba sebutkan apa saja yang sudah diketahui dari
permasalahan ini!
• Dari permasalahan ini, apa sih yang mau di cari?
33

• Untuk menyelesaikan permasalahan ini, kamu mau


menggunakan cara apa? Pohon faktor atau tabel?
Memiliki • Untuk memfaktorkan bilangan-bilangan ini, kamu
pengetahuan menggunakan operasi bilangan apa?
prasyarat untuk
menerapkan Operasi bilangan itu kan ada 4, yaitu penjumlahan,
prosedur pengurangan, perkalian dan pembagian. Nah kamu
menggunakan yang mana untuk memfaktorkan bilangan?
• La kalau untuk mengghitung FPB/KPK nya menggunakan
operasi apa?
Yang ini (menunjuk perkalian)
Melakukan • Mengapa kamu menggunakan langkah penyelesaian yang
prosedur dengan ini?
lancar
Apa lebih mudah kamu pahami caranya di banding
(tabel/pohon faktor) ?
Tergantung siswa nanti menyelesaikan dengan
tabel/pohon faktor
Menghasilkan • Apakah kamu merasa kesulitan selama menjawab soal
jawaban yang ini?
tepat • Kesulitannya dibagian mana? Coba kamu tunjukkan
• Menurutmu jawaban yang kamu kerjakan sudah benar
atau belum?
• Mengapa jawaban ini kamu anggap sudah tepat?
Ini kamu yakin menggunakan FPB?
Kenapa kok pakai FPB?
Atau ada ciri khusus yang mengharuskan memakai FPB?

Menunjukkan • Apakah kamu sudah pernah menyelesaikan soal seperti ini


kemampuan untuk sebelumnya?
menerapkan Waktu dijelaskan oleh guru apakah bisa kamu mengerti?
prosedur • Apakah kamu pernah menyelesaikan permasalahan yang
hampir sama dengan ini, tetapi dalam bentuk yang
berbeda?
Itu berupa soal cerita atau sepeerti apa?
Atau lagsung di minta untuk mencari FPB/KPK dari suatu
bilangan?
• Apakah ada cara lain untuk menyelesaikan permasalahan
ini?
Kalau ada, biasanya pakai cara yang seperti apa?

(menyinggung tabel/pohon faktor)


• Ketika kamu membaca soal ini, kamu ingat tentang apa
saja?
Maksudnya langsung kepikiran untuk mencari apa saja?
Menggunakan cara apa?
Ingat operasi bilangan apa saja?
34

• Mengapa kamu menggunakan strategi penyelesaian ini?

Apakah stratetgi penyelesaian yang lain lebih sulit?


Coba kalau kamu menggunakan strategi penyelesaian
yang lain bisa tidak? Atau Cuma bisa dengan penyelesaian
yang ini saja?
Silahkan di coba mengerjakan menggunakan cara lain
Mengetahui kapan • Apakah kamu sudah melakukan rencana yang sudah
harus menerapkan dipilih?
Prosedur tertentu • Setelah kamu memfaktorkan bilangan, apa prosedur yang
akan kamu lakukan?
• Coba jelaskan secara runtut langkah-langkah yang kamu
gunakan ini
Konseptual Mendeteksi • Apakah semua hasil yang diperoleh sudah kamu periksa
kesalahan saat kembali?
melakukan • Apakah kamu yakin langkah-langkah dan perhitungan
prosedur yang kamu lakukan sudah tepat?
• Apakah hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan
pertanyaan yang dicari?
• Jika ada kesalahan, coba perlihatkan dimana kesalahan
yang menurutmu terjadi?
Menyediakan • Mengapa kamu menggunakan prosedur tersebut?
argumen yang • Apakah kesimpulan yang kamu gunakan sudah benar?
logis ketika • Adakah cara lain untuk menyelesaikannya?
melakukan • Mengapa kamu tidak menggunakan cara yang lain? Coba
prosedur jelaskan alasanmu mengapa menggunakan cara ini?
Atau lebih mudah?
Atau kamu hanya mengetahui 1 cara ini?
Jika saya minta menggunakan cara yang lain apakah bisa?
Silahkan di coba
• Apakah cara ini mudah kamu terapkan?
Mengenali jenis • Dapatkah hasil atau cara yang dilakukan ini untuk
masalah baru lalu menyelesaikan masalah yang lain?
dapat menerapkan • Contohnya untuk menyelesaikan apa?
Prosedur • Coba kamu lihat permasalahan ini, ini lebih tepatnya
dapat menggunakan FPB atau KPK ya?

3.4.3. Lembar Validasi

Pada penelitian ini akan menggunakan 2 jenis lembar validasi, yaitu lembar

validasi instrument soal tertulis dan lembar validasi instrument wawancara. Fungsi

dari lembar validasi ini adalah untuk memberikan penilaian terhadap instrument
35

soal pemahaman relasional pada pemecahan masalah FPB dan KPK dan instrument

wawanacara semi terstruktur berdasarkan indikator pemahaman relasional.

Penilaian ini diberikan oleh para ahli yaitu oleh dosen pendidikan matematika FKIP

Unissula dan guru yang sedang mengajar di SD Negeri Wonolopo 02. Penilaian

pada instrument ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas soal pemahaman

relasional pada pemecahan masalah FPB dan KPK serta meningkatkan kualitas

pedoman wawancara semi terstruktur berdasarkan indikator pemahaman relasional.

Lembar validasi ini akan disajikan pada lampiran 7 dan 8.

3.4.4. Alat Rekam

Alat rekam berupa tape recorder yang berfungsi untuk merekam semua

percakapan antara peneliti dan responden.

3.4.5. Buku Catatan Pribadi Peneliti

Buku catatan pribadi dari peneliti berfungsi mencatat semua hal-hal penting

dari sumber data.

3.4.6. Kamera

Kamera berfungsi untuk mengambil gambar saat peneliti melakukan

penelitian yaitu saat membagikan instrumen soal uraian open ended dan ketika

mewawancarai responden. Keabsahan data penelitian menjadi lebih terjamin

dengan adanya dokumentasi foto karena terlihat bahwa data benar-benar

dikumpulkan.
36

3.5. Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

3.5.1. Metode Tes

Metode tes yang digunakan oleh peneliti adalah tes tertulis uraian (essay).

Tes tertulis uraian (essay) ini berupa pertanyaan yang berbentuk open-ended, soal

dengan bentuk ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap masalah

yang diajukan. Ciri penting dari pertanyaan terbuka adalah kemungkinan bahwa

pertanyaan dapat diselesaikan secara luas, yang berarti bahwa siswa memiliki

kesempatan untuk menggunakan metode apa pun yang di rasa paling tepat untuk

memecahkan masalah (Syaban, 2004). Pendekatan open-ended diharapkan dapat

menghasilkan pertanyaan yang memberikan kebebasan kepada siswa dalam

menyampaikan pemikirannya, sehingga siswa dapat meningkatkan kritis

pemikirannya, dapat berpikir dengan sistematis, logis, dan juga kreatif. Hal ini

sesuai dengan pendapat Mahmudi (2008) bahwa dengan pendekatan open-ended

dapat memberikan kesempatan kepada siswa agar bisa mendapat pengetahuan

menemukan, mengenali dan menyelesaikan masalah menggunakan berbagai

strategi.

Tes open-ended ini diberikan kepada siswa kelas IV SD Negeri Wonolopo

02 dengan waktu pengerjaan 60 menit. Tes uraian open-ended ini berupa soal cerita

FPB dan KPK sebnayak 2 butir soal. Dengan menggunakan tes ini, peneliti dapat

menentukan responden dengan cara mengoreksi hasil tes tertulis soal cerita FPB
37

dan KPK menggunakan alternatif jawaban tes tertulis yang telah dibuat peneliti.

Setelah menentukan responden, peneliti mengoreksi hasil tes menggunakan rubrik

penilaian analitik pada tes tertulis berdasarkan indikator pemahaman relasional

untuk mengetahui pemahaman relasional yang dimiliki siswa dalam mengerjakan

soal cerita FPB dan KPK. Kemampuan pemahaman relasional siswa dapat dilihat

setelah dianalisis menggunakan rubrik yang ada pada lampiran 4, lalu akan

dikelompokkan berdasarkan 3 kategori yang telah ditentukan yaitu siswa yang

mampu memenuhi semua indikator pemahaman relasional memiliki pemahaman

relasional yang sangat baik, siswa yang cukup mampu memenuhi indikator

pemahaman relasional memiliki pemahaman relasional cukup baik dan siswa yang

kurang mampu memenuhi indikator pemahaman relasional memiliki pemahaman

relasional kurang baik. Setelah itu, pemahaman relasional siswa akan dianalisis

lebih mendalam melalui tahap wawancara pada subjek tinggi, sedang dan rendah

yang telah ditentukan.

3.5.2. Metode Wawancara

Metode wawancara menurut Iryana & Kawasati (2019) merupakan proses

bertukar informasi agar memperoleh keterangan, dengan cara tanya jawab antara

pewawancara dengan responden yang di wawancarai untuk mencapai tujuan

penelitian. Wawancara digunakan untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan

peneliti. Wawancara dapat dilakukan dengan pedoman (guide) wawancara atau pun

tidak. Wawancara bertujuan mencatat opini, perasaan, emosi, dan hal lain berkaitan

dengan individu yang dijadikan sebagai subjek. Wawancara bermanfaat bagi

peneliti untuk memperoleh data lebih detail, sehingga hal yang belum diketahui
38

dapat dipahami melalui lisan dan ekspresi responden serta dapat mengklarifikasi

agar menjadi jelas.

Tahap wawancara dalam penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga jenis,

yaitu wawancara tidak terstruktur, wawancara semi terstruktur dan wawancara

terstruktur. Pada penelitian ini akan menggunakan jenis wawancara semi

terstruktur. Menurut Arikunto (2010) wawancara semi terstruktur merupakan

teknik wawancara yang dilakukan dengan tanya jawab berdasarkan pedoman yang

telah dibuat oleh peneliti, selanjutnya peneliti dapat mengembangkan pertanyaan

untuk mengorek infromasi lebih lanjut secara mendalam tentang topik penelitian

yang ingin dikajinya. Hasil wawancara dapat direvisi karena dalam wawancara

semi terstruktur, ada beberapa ide yang muncul setelah dilaksanakan kegiatan

wawancara. Walaupun pewawancara bertujuan mendapatkan sudut pandang dari

partisipan, peneliti harus ingat bahwa perlu untuk mengendalikan diri sehingga

tujuan penelitian dapat dicapai dan topik penelitian tergali. (Rachmawati, 2007)

Subjek wawancara pada penelitian ini adalah guru dan siswa yang dijadikan

subjek penelitian setelah mengerjajakan soal cerita FPB dan KPK. Jenis wawancara

yang dipakai adalah wawancara semi terstruktur, yang artinya pada proses

wawancara dilakukan pada subjek yang terpilih untuk mendalami mengenai

pemahamaan relasional siswa berdasarkan indikator yang telah ditentukan dan

menggunakan pedoman wawancara. Peneliti dapat memberikan pertanyaan yang

tidak tertulis pada pedoman wawancara yang sudah disusun untuk mengantisipasi

informasi yang tidak sesuai saat dilaksanakan penelitian tersebut. Wawancara ini

digunakan sebagai data pendukung dan penjelasan lebih detail dari hasil tes tertulis
39

uraian. Hasil wawancara pada subjek tinggi, sedang dan rendah yang telah dipilih

akan dianalisis menggunakan rubrik penilaian analitik tes wawancara yang ada

pada lampiran 7 untuk kemampuan pemahaman relasionalnya. Lalu akan

dikelompokkan berdasarkan 3 kategori yang telah ditentukan yaitu siswa yang

mampu memenuhi semua indikator pemahaman relasional memiliki pemahaman

relasional yang sangat baik, siswa yang cukup mampu memenuhi indikator

pemahaman relasional memiliki pemahaman relasional cukup baik dan siswa yang

kurang mampu memenuhi indikator pemahaman relasional memiliki pemahaman

relasional kurang baik.

3.5.3. Metode Observasi

Metode observasi menjadi salah satu metode pengumpulan data dengan cara

mengamati secara langsung di tempat penelitian untuk mengetahui keadaan yang

terjadi atau membuktikan kebenaran desain penelitian yang sedang dilakukan.

(Nadifaturrizkiyah, Sundari, Hendriawan, 2020)

Dengan melakukan observasi, peneliti dapat menceritakan peristiwa yang

sedang terjadi secara runtut dan baik. Observasi dilakukan peneliti dengan cara

mengamati dan mencatat pelaksanaan proses pembelajaran di kelas selama mata

pelajaran matematika. Dalam melakukan observasi, peneliti menyeleksi hal-hal

yang diamati dan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan penelitian.

Tahapan observasi menurut Spradley yang dijelaskan dalam buku Sugiyono

(2011) yaitu tahap deskripsi (memasuki situasi tempat penelitian yang didalamnya

ada subjek, objek dan aktivitas saat penelitian), tahap reduksi (memilih dari yang
40

telah dideskripsikan menjadi sebuah fokus) dan yang terakhir adalah tahap seleksi

(mengurai fokus menjadi elemen yang lebih detail). Hal ini dilakukan untuk

mengetahui pemahaman relasional siswa pada materi pelajaran matematika,

khususnya FPB dan KPK.

3.6. Keabsahan Data

Pada penelitian kualitatif, keabsahan data sangatlah penting untuk menguji

validitas data pada penelitian. Uji kredibilitas data ini sangat penting untuk

memperoleh data yang absah/valid. Data dapat dinyatakan kredibel apabila

adanya persamaan antara apa yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. (Mekarisce, 2020)

Pada penelitian ini, menggunakan uji kredibilitas data dengan

menggunakani triangulasi metode yaitu membandingkan dan mengecek baik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh pada subjek dengan teknik

yang berbeda. Selain menggunakan metode wawancara, peneliti juga menggunakan

narasumber yang bervariasi agar kebenaran data lebih meyakinkan sehinggga

penelitian yang dilakukan tidak hanya sekedar penelitian saja tapi benar-benar valid

kontkes, isi dan tujuannya. Triangulasi pada penelitian ini yaitu dengan

menganalisis data hasil pekerjaan siswa dengan data hasil wawancara (triangulasi

metode), dan menganalisis serta memeriksa data wawancara dari subjek yang

berbeda dalam pemahaman relasionalnya (triangulasi data sumber).

3.7. Prosedur Penelitian

Proses penelitian dibagi menjadi 4, yaitu:


41

1. Tahap persiapan

2. Tahap pelaksanaan

3. Tahap teknik analisis data

4. Pembuatan laporan

Berikut merupakan gambar bagan Tahap Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

yang disajikan pada gambar 3.2:

Pengamatan dan Identifikasi Pemberian Soal Tertulis


Permasalahan Awal Pemahaman Relasional dan Tes
Wawancara

Menyusun Proposal Penelitian Membuat Instrumen Tes


Tertulis dan Wawancara

Seminar Proposal

Meminta Izin Sekolah untuk Melakukan Penelitian, Lalu Membuat Kesepakatan


Waktu Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan Penelitian Tes Tertulis Wawancara Subjek


Pemahaman Relasional Terpilih

Gambar 3. 2. Tahap Persiapan dan Tahap Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan

a) Melakukan pengamatan, identifikasi percobaan memberikan tes

kemampuan pemahaman relasional menggunakan 2 butir soal

matematika.

b) Menyusun proposal penelitian.


42

c) Menyusun instrumen penelitian, yang terdiri dari tes kemampuan

pemahaman relasional yang berupa soal uraian sebanyak 2 butir dan

pedoman wawancara semi terstruktur.

d) Mengidentifikasi sekolah yang akan digunakan sebagai penelitian.

e) Meminta izin kepada kepala sekolah Sekolah Dasar Negeri Wonolopo

02.

f) Membuat kesepakatan dengan guru kelas yang bersangkutan menegenai

waktu yang akan digunakan untuk penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a) Pemberian tes tertulis kemampuan pemahaman relasional pada materi

FPB dan KPK untuk mengetahui kemampuan pemahaman relasional

siswa.

b) Wawancara kepada subjek untuk memverifikasi data kemampuan

pemahaman relasional.
43

Berikut merupakan gambar bagan Tahap Teknik Analisis Data yang disajikan
pada gambar 3.3:

Merangkum Hasil Tes


Pemahaman Relasional

Reduksi Data Memutar dan mendengarkan hasil


(data reduction) rekaman wawancara
;’;;
Mentranskrip data hasil wawancara

Menyederhanakan hasil wawancara


menjadi susunan bahasa yang baik

Penyajian Data Menyajikan data dengan teks


(data display) naratif mengacu pada indikator
pemahaman relasional

Mendeskripsikan pemahaman
Penarikan relasional siswa dalam
Kesimpulan menyelesaikan masalah FPB dan
KPK

Gambar 3. 3. Teknik Analisis Data

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik

analisis deskriptif-kualitatif yang menggambarkan dan menginterpresentasikan

maksud dari data-data yang sudah terkumpul dengan memberikan perhatian dan

merekam sebanyak-banyaknya aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga

diperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh berdasarkan keadaan

sebenarnya.
44

Berdasarkan dari gambar 3.3 akan dijelaskan mengenai model analisis data

kualitatif dari Miles dan Hubermen dalam Sahid (2011) yang terdiri dari 3 (tiga)

tahap, yaitu:

a) Reduksi Data

Data yang diperoleh dari tempat penelitian jumlahnya yang tidak sedikit,

oleh karenanya perlu ditulis secara rinci dan teliti. Mereduksi data artinya

merangkum atau meringkas, memilah hal- hal yang pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting, mencari tema dan polanya serta membuang data yang tidak

dibutuhkan. Dengan demikian, data yang sudah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila kembali diperlukan. Yang

dilakukan oleh peneliti yaitu:

1) Memfokuskan pemahaman relasional siswa menggunakan tes dengan

materi FPB dan KPK yang sudah di validasi oleh ahli untuk disesuaikan

dengan indikator pemahaman relasional.

2) Memutar dengan mendengarkan hasil wawancara pada siswa secara

berulang yang khusunya pada jawaban subjek yang sedang diwawancara.

3) Mentranskrip jawaban wawancara dari subjek tes pemahaman relasional

siswa yang telah di wawancarai untuk diberi kode berbeda pada masing-

masing subjek tes.

Pengkodean hasil wawancaranya yaitu:

P: Peneliti
45

S: Subjek Penelitian

Px.y dan Sx.y

• x,y : Kode digit peneliti(P) dan subjek(S).

• Kode x : Menyatakan subjek ke-x. kode x dinyatakan dalam bentuk

angka.

• Kode y : Menyatakan pertanyaan dan jawaban ke-y.

4) Menyederhanakan hasil wawancara menjadi susunan bahasa yang baik

dan rapi, kemudian dipindahkan ke dalam catatan.

b) Penyajian Data

Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisirkan, tersusun

dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami dan merencanakan

kerja penelitian selanjutnya. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data

yang yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan

memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan

data, membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang

sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan

penelitian. Caranya dengan memilih dan menyederhanakan data dengan

berbentuk teks naratif berlandaskan indikator pemahaman relasional yang telah

dijelaskan di bab II.

c) Penarikan Kesimpulan

Langkah selanjutnya adalah tahap penarikan kesimpulan berdasarkan

temuan dan melakukan verifikasi data. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa
46

kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah

bila ditemukan bukti-bukti buat yang mendukung tahap pengumpulan data

berikutnya. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai

verifikasi data. Hasil yang dapat disimpulkan adalah sejalan dengan tujuan

penelitian yaitu mendeskripsikan pemahaman relasional siswa dalam

menyelesaikan masalah FPB dan KPK.

4. Pembuatan Laporan Analisis Pemahaman Relasional Siswa

Setelah hasil jawaban siswa dan hasil tes wawancara mengenai pemahaman

relasional siswa di analisis, selanjutnya peneliti akan Menyusun laporan penelitian

berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil analisis.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian dan Deskripsi Penelitian

4.1.1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Tahap pertama yaitu mengurus surat izin penelitian, lalu meminta izin

kepada kepala sekolah SD Negeri Wonolopo 02. Penelitian ini dilaksanakan pada

30 Maret 2022 hingga 30 April 2022 di SD Negeri Wonolopo 02 pada kelas 4

semester genap tahun ajaran 2021/2022. Penelitian dilakukan secara tatap muka

muka dengan protokol kesehatan yang ketat. Selanjutnya yang dilakukan peneliti

yaitu mengamati proses pembelajaran materi FPB dan KPK yang dilakukan oleh

guru kelas terhadap siswa kelas IV.

Tahap kedua yaitu pemberian tes pemahaman relasional pada materi FPB

dan KPK untuk memilih 18 sampel jawaban siswa yang di beri skor menggunakan

pedoman penskoran tes pemahaman relasional. Tes pemahaman relasional

digunakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman relasional siswa

berdasarkan indikator pemahaman relasional yang ditulis dalam buku Utomo pada

tahun 2020 yang diadaptasi dari Davis. Soal tes pemahaman relasional siswa pada

materi FPB dan KPK yang disusun pada masing-masing soal memiliki level

pencapaian yang sama. Hasil penskoran tes tertulis pemahaman relasional pada

beberapa siswa kelas IV disajikan pada lampiran.

Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah wawancara kepada masing-

masing subjek yang terpilih agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai

47
48

kemampuan pemahaman relasional. Lalu dipilih 3 subjek, yaitu 1 subjek dengan

kategori tinggi, 1 subjek dengan kategori sedang dan 1 subjek dengan kategori

rendah. Wawancara kepada siswa yang bersangkutan untuk mendapat alasan yang

jelas. Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah data hasil siswa

memecahkan masalah FPB dan KPK serta transkrip wawancara. Berikut ini

paparan data penelitian untuk ketiga subjek penelitian.

4.1.2. Deskripsi Subjek ZNA dengan Kemampuan Tinggi

1) Soal Nomor 1

A. Kemampuan Pemahaman Prosedural

a. Indikator 1 (Menerapkan serangkaian prosedur)

Penyelesaian FPB menggunakan metode pohon faktor yang terdiri dari 4

langkah, dapat diselesaikan dari langkah 1 hingga langkah 4. Untuk lebih jelasnya

dapat di lihat pada gambar 4.1. dibawah ini:

Gambar 4. 1. Subjek ZNA dalam menuliskan serangkaian prosedur pada


soal nomor 1

Subjek ZNA dapat menerapkan serangkaian prosedur penyelesaian FPB

menggunakan metode pohon faktor yang terdiri dari langkah 1 hingga langkah 4.
49

Langkah yang pertama yaitu memfaktorkan bilangan 60 yang merupakan

jumlah siswa perempuan dan bilangan 72 yang merupakan jumlah siswa laki-laki

dengan cara membagi bilangan 60 dan 72 menggunakan bilangan prima sehingga

diperoleh hasil akhir berupa bilangan prima. Selanjutnya subjek ZNA menuliskan

faktorisasi prima dari hasil pemfaktoran bilangan 60 dan 72 yang berupa bilangan

prima. Lalu, langkah yang ketiga subjek ZNA menentukan penyelesaian

permasalahan menggunakan FPB, permasalahan nomor 1 diselesaikan

menggunakan FPB karena penyelesaian masalah berkaitan dengan pembagian

kelompok belajar dengan jumlah sama banyak pada masing-masing gender siswa

kelas IV. Setelah itu, subjek ZNA menuliskan hasil jawaban dengan tepat yaitu dari

60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi menjadi 12 kelompok

belajar dengan jumlah perempuan sama banyak dan jumlah laki-laki sama banyak.

Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek ZNA, dapat dilihat

bahwa subjek ZNA menuliskan serangkaian prosedur pernyelesaian menggunakan

metode pohon faktor dengan lengkap dari tahap memfaktorkan bilangan 60 dan 72,

lalu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72, menentukan FPB serta

menuliskan hasil jawaban akhir yaitu 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki

dapat dibagi menjadi 12 kelompok belajar dengan perempuan sama banyak dan

laki-laki sama banyak. Maka, dapat disimpulkan bahwa ZNA memenuhi indikator

pertama dengan sangat baik yaitu mampu menerapkan serangkaian prosedur

permasalahan FPB dengan metode pohon faktor.


50

b. Indikator 2 (Melakukan Prosedur dengan Lancar)

Subjek ZNA dapat menerapkan serangkaian prosedur penyelesaian FPB

menggunakan metode pohon faktor yang terdiri dari langkah 1 hingga langkah 4

tanpa ada kendala. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.2. dibawah

ini:

Gambar 4. 2. Kelancaran subjek ZNA dalam menulis serangkaian prosedur

pada soal nomor 1

Langkah yang pertama yaitu memfaktorkan 60 siswa perempuan dan 72

siswa laki-laki dengan cara membagi bilangan 60 dan 72 menggunakan bilangan

prima sehingga diperoleh hasil akhir berupa bilangan prima. Selanjutnya ZNA

menuliskan faktorisasi prima dari hasil pemfaktoran bilangan 60 dan 72 yang

berupa bilangan prima. Lalu, langkah yang ketiga subjek ZNA menentukan

penyelesaian permasalahan menggunakan FPB, permasalahan nomor 1

diselesaikan menggunakan FPB karena penyelesaian masalah berkaitan dengan

pembagian kelompok belajar dengan jumlah sama banyak pada masing-masing

gender siswa kelas IV. Setelah itu, subjek ZNA menuliskan hasil kesimpulan
51

dengan tepat yaitu dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi

menjadi 12 kelompok belajar dengan jumlah perempuan sama banyak dan jumlah

laki-laki sama banyak. Selain itu, subjek ZNA dapat menyelesaikan soal relatif

tepat, tidak ada hambatan dalam mengerjakan soal.

Pernyataan tersebut juga didukung dengan hasil wawancara yang telah

dilakukan peneliti terhadap subjek ZNA. Berikut transkrip wawancaranya:

[1] P : Apa kamu merasa bingung ketika menyelesaikan permasalahan nomor 1 ini?
[2] ZNA1 : Tidak, saya bisa mengerti masalah dari soal yang diberikan dan bisa menentukan
strategi penyelesaian yang digunakan.
[3] P : Emangnya kamu menggunakan strategi penyelesaian apa?
[4] ZNA1 : Saya menyelesaikan permasalahan nomor 1 menggunakan metode pohon faktor.
[13] P : Ketika memfaktorkan bilangan 60 dan 72 ini menggunakan operasi bilangan apa?
terus kamu membaginya menggunakan bilangan apa?
[14] ZNA1 : Operasi pembagian menggunakan bilangan prima.
[25] P : Kenapa kamu menentukan FPB?
[26] ZNA1 : Karena ingin membagi kelompok belajar dengan jumlah sama banyak, maka dari
itu yang digunakan adalah FPB untuk menyelesaiakannya.

Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ZNA dapat mengerti

permasalahan nomor 1 yaitu menyelesaikan FPB dengan menggunakan metode

pohon faktor. Dalam melakukan tahapan, subjek ZNA tidak merasakan kesulitan

dari langkah 1 sampai dengan langkah 4. Subjek ZNA pun dapat menyampaikan

alasan pemilihan penyelesaian dengan FPB yaitu permasalahan nomor 1 tentang

membagi kelompok dengan jumlah sama banyak, maka permasalahan tersebut

berkaitan dengan FPB. Oleh karena itu, langkah yang harus dilakukan yaitu

menentukan FPB nya. Sehingga, diperoleh hasil akhir bahwa kelompok yang dapat

dibentuk adalah 12 kelompok. Berdasarkan hasil tes tertulis dan tes wawancara,

subjek ZNA dapat menuliskan serangkaian prosedur penyelesaian dengan runtut,

lengkap dan tanpa ada kendala. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA
52

memenuhi indikator kedua dengan sangat baik yaitu mampu melakukan

prosedur menggunakan metode pohon faktor dalam menyelesaikan

permasalahan FPB dengan lancar.

c. Indikator 3 (Menghasilkan Jawaban yang Tepat)

Penyelesaian permasalahan nomor 1, subjek ZNA dapat mengerjakan

sampai akhir dengan memperoleh jawaban tepat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar 4.3. dibawah ini:

Gambar 4. 3. Jawaban ZNA untuk menguji indikator memperoleh jawaban


tepat pada soal nomor 1
Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek ZNA, dapat dilihat

bahwa ZNA menuliskan serangkaian prosedur pernyelesaian dengan runtut,

menghasilkan jawaban akhir tepat dengan memperoleh hasil perhitungan FPB nya

yaitu 12. Subjek ZNA menyimpulkan bahwa kelompok belajar yang dapat dibentuk

berjumlah 12 kelompok dengan jumlah laki-laki sama banyak dan perempuan sama

banyak. Maka, dapat disimpulkan bahwa Subjek ZNA memenuhi indikator

ketiga dengan sangat baik yaitu menghasilkan jawaban yang tepat.

B. Kemampuan Pemahaman Konseptual

d. Indikator 4 (Menunjukkan Mampu Melakukan Serangkaian Prosedur)


53

Pada soal nomor 1 subjek ZNA dapat melakukan langkah-langkah

penyelesaian dari awal sampai akhir dengan tepat. Kemampuan subjek ZNA dalam

melakukan serangkaian prosedur dapat dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah

dilakukan oleh peneliti pada subjek ZNA. Berikut transkrip wawancara yang

mendukung terpenuhinya indikator 4:

[35] P : Coba jelaskan secara singkat langkah yang kamu lakukan dari awal hingga akhir
untuk menyelasaikan permasalahan ini?
[36] ZNA1 : Pertama saya memfaktorkan 60 dan 72, setelah itu menentukan faktorisasi prima
dari 60 dan 72. Setelah itu mencari FPB dari 2 bilangan tersebut. Sehingga
diperoleh jumlah kelompok belajar yang dapat dibentuk yaitu 12 kelompok.

Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ZNA

dapat dilihat bahwa ZNA menerapkan serangkaian prosedur dari langkah 1 sampai

langkah 4 dengan lancar tanpa ada kesalahan. ZNA menunjukkan dapat menuliskan

serangkaian prosedur penyelesaian menggunakan metode pohon faktor dengan

lengkap dari tahap memfaktorkan bilangan 60 dan 72, lalu menuliskan faktorisasi

prima dari 60 dan 72, menentukan FPB serta menuliskan hasil jawaban dan

kesimpulan yaitu 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi menjadi

12 kelompok belajar dengan perempuan sama banyak dan laki-laki sama banyak.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi indikator

keempat dengan sangat baik yaitu menunjukkan mampu melakukan

serangkaian prosedur permasalahan FPB dengan metode pohon faktor.

e. Indikator 5 (Mengetahui Kapan Harus Melakukan Prosedur Tertentu)

Subjek ZNA dapat mengerjakan penyelesaian permasalahan nomor 1 dan

tahu kapan harus melakukan prosedur-prosedur yang harus dilakukan pada langkah

1 sampai langkah keempat dengan metode pohon faktor. Kemampuan subjek ZNA
54

dalam mengetahui kapan harus melakukan prosedur tertentu dapat dilihat dari

trasnkrip wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek ZNA. Berikut

transkrip wawancara yang mendukung terpenuhinya indikator 5:

[7] P : Coba dibaca sekali lagi dengan cermat, kira-kira yang diketahui dari soal itu apa?
[8] ZNA1 : Siswa kelas IV yang terdiri dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki.
[9] P : Terus 60 sama 72 ini di apain?
[10] ZNA1 : Difaktorkan dengan cara membagi menggunakan pohon faktor dengan bilangan
prima sampai hasil bagi terakhir bilangan prima. (Prosedur 1)
[15] P : Kapan kamu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72?
[16] ZNA1 : Saat pemfaktoran 60 dan 72 sudah didapatkan hasil prima. Terus di tuliskan
faktorisasi prima dari 60 yaitu 22 x 3 x 5. Sedangkan faktorisasi dari 72 adalah 23 x
32. (Prosedur 2)
[23] P : Setelah ini kamu melakukan prosedur apa? dan kenapa?
[24] ZNA1 : Setelah ini saya menentukan FPB dari 60 dan 72. Saya memilih FPB karena
permasalahan yang diselesaikan berkaitan dengan pembagian kelompok maka yang
digunakan adalah FPB. (Prosedur 3)
[27] P : Dalam menentukan FPB itu yang dipilih untuk dihitung itu bilangan yang apa?
[28] ZNA1 : Bilangan dari faktorisasi prima 60 dan 72 yang sama dan dipilih yang pangkatnya
kecil.
[29] P : Setelah memperoleh hasil FPB, selanjutnya apa yang kamu lakukan?
[30] ZNA1 : Setelah diperoleh hasil FPB, saya menuliskan jawaban kelompok yang dapat
dibagi dari hasil FPB 72 dan 60 yaitu 12 kelompok. (Prosedur 4)

Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ZNA

dapat dilihat bahwa ZNA mengetahui urutan pada setiap langkah yang digunakan

untuk menyelesaiakan prosedur penyelesaian menggunakan metode pohon faktor

dari langkah 1 sampai langkah 4 tanpa ada kesalahan. Subjek ZNA mengetahui

langkah 1 memfaktorkan bilangan 60 dan 72 yang merupakan jumlah siswa

perempuan dan laki-laki menggunakan pohon faktor. Lalu, langkah kedua

menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72. Setelah itu, langkah ketiga adalah

menentukan penyelesaian FPB dengan tepat. Terakhir dapat menghasilkan jawaban

dan kesimpulan akhir yang tepat yaitu dari 60 dan 72 dapat dibagi menjadi 12

kelompok belajar dengan jumlah perempuan sama banyak dan laki-laki sama
55

banyak. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi indikator

kelima dengan sangat baik yaitu mengetahui prosedur pertama

memfaktorkan bilangan, kedua menuliskan faktorisasi prima, ketiga

menentukan FPB dan keempat menuliskan jawaban akhir dengan tepat

dalam menyelesaikan permasalahan FPB.

f. Indikator 6 (Memiliki pengetahuan prasyarat yang dibutuhkan dalam melakukan

prosedur)

Subjek ZNA mengetahui pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai ketika

menyelesaikan permasalahan FPB dan KPK. Pengetahuan prasyarat yang harus

dikuasai oleh subjek ZNA ketika mengerjakan permaslahan FPB yaitu meliputi

operasi bilangan yang terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian. Selain itu, mengenai bilangan prima dan bilangan berpangkat. Hal

tersebut dapat terlihat dari gambar 4.4 dibawah ini:

Gambar 4. 4. Hasil subjek ZNA untuk dilihat pengetahuan prasyarat saat


melakukan prosedur penyelesaian pada nomor 1
Subjek ZNA dapat menggunakan operasi bilangan seperti pemjumlahan,

perkalian dan pembagian. Subjek ZNA dapat memfaktorkan bilangan 60 dan 72


56

dengan menggunakan pohon faktor dengan operasi pembagian oleh bilangan prima.

Dalam menghitung FPB menggunakan operasi perkalian pun dapat dilihat bahwa

subjek ZNA dapat menyelesaikannya dengan tepat. Selain itu, subjek ZNA juga

mengerti perpangkatan dalam bilangan.

Selain dari tes tertulis, kemampuan subjek ZNA dalam memiliki

pengetahuan prasyarat saat melakukan prosedur dapat dilihat dari trasnkrip

wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek ZNA. Berikut transkrip

wawancara yang mendukung terpenuhinya indikator 6:

[17] P : Ini dapat darimana (P menunjuk 72 = 2 x 2 x 2 x 3 x 3)


[18] ZNA1 : Bilangan prima yang dibuletin dari pohon faktor
[19] P : Bilangan prima itu yang seperti apa?
[20] ZNA1 : Bilangan yang cuma bisa dibagi bilangan 1 dan bilangan yang lagi dibagi itu
sendiri. (Prasyarat bilangan prima)
[21] P : Terus kenapa jadi 23 dan 32?
[22] ZNA1 : Karena 2 nya ada sebanyak 3 kali sedangkan 3 nya ada sebanyak 2 kali. (Prasyarat
bilangan berpangkat)

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan

peneliti pada subjek ZNA dapat dilihat bahwa ZNA mengetahui pengetahuan-

pengetahuan sebelumnya yang digunakan sebagai prasyarat yang harus dikuasai

oleh subjek ZNA ketika mengerjakan permaslahan FPB, seperti operasi bilangan

yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Selain itu,

ketika subjek ZNA ditanya mengenai bilangan prima dan bilangan berpangkat dapat

menjawab dengan jawaban yang logis dan tepat. Subjek ZNA dapat menggunakan

operasi bilangan (Penjumlahan, perkalian dan pembagian), mengerti bilangan

berpangkat. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi

indikator keenam dengan sangat baik yaitu memiliki pengetahuan prasyarat


57

operasi bilangan, nilangan prima dan bilangan berpangkat yang dibutuhkan

dalam melakukan prosedur penyelesaian FPB dengan metode pohon faktor.

g. Indikator 7 (Mengetahui kesalahan dalam melakukan prosedur)

Subjek ZNA tidak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal nomor

1. Subjek ZNA dapat menyelesaikan masalah dari langkah 1 sampai langkah 4

dengan tepat. Langkah yang pertama yaitu yang memfaktorkan bilangan 60 dan 72

dengan menggunakan bilangan prima, selanjutnya subjek ZNA menuliskan

faktorisasi prima dari 60 dan 72 tanpa ada kesalahan. Lalu langkah yang ketiga,

subjek ZNA menentukan penyelesaian permasalahan menggunakan FPB. Setelah

itu, subjek ZNA menuliskan hasil dan kesimpulan dengan tepat. Berdasarkan hasil

wawancara juga dapat dilihat bahwa subjek ZNA tidak melakukan kesalahan dalam

melakukan prosedur, berikut transkrip wawancaranya:

[31] P : Apakah kamu merasa ada kesalahan dalam melakukan prosedur?


[32] ZNA1 : Tidak, menurut saya prosedur yang saya lakukan sudah benar dari Langkah
pertama higga terakhir.
[33] P : Kamu yakin kalau nomor 1 permasalahannya diminta menentukan FPB?
[34] ZNA1 : Yakin, karena permasalahan nomor 1 ingin membagi kelompok belajar dengan
jumlah sama banyak, maka dari itu yang digunakan untuk menyelesaikannya
adalah FPB.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan

peneliti pada subjek ZNA dapat dilihat bahwa ZNA menyadari terjadi kesahalahan

atau tidaknya pada setiap langkah yang digunakan dalam menyelesaiakan prosedur

penyelesaian dari langkah 1 sampai langkah 4 tanpa ada kesalahan. Subjek ZNA

yakin dengan langkah penyelesaian yang diambil pada nomor 1 yaitu menggunakan

FPB. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi indikator
58

ketujuh dengan sangat baik yaitu tidak melakukan kesalahan sama sekali

dalam melakukan prosedur penyelesaian FPB dengan metode pohon faktor.

h. Indikator 8 (Memberikan argumen yang logis dalam melakukan prosedur)

Subjek ZNA dapat mengerjakan penyelesaian permasalahan nomor 1 dari

langkah 1 sampai langkah 4 dengan memberikan argumen yang logis pada saat

melakukan prosedur. Langkah yang pertama yaitu yang memfaktorkan bilangan 60

dan 72 dengan menggunakan bilangan prima, selanjutnya subjek ZNA menuliskan

faktorisasi prima dari 60 dan 72. Lalu langkah yang ketiga, subjek ZNA

menentukan penyelesaian permasalahan menggunakan FPB. Setelah itu, subjek

ZNA menuliskan hasil dan kesimpulan dengan tepat. Subjek ZNA memberikan

argumen yang logis ketika ditanyakan perihal prosedur yang dilakukan yang dapat

dilihat pada transkrip wawancara dibawah ini:

[5] P : Pada permasalahan nomor 1 kamu menggunakan metode penyelesaian apa? lalu
coba jelaskan alasanmu menggunakan metode penyelesaian tersebut?
[6] ZNA1 : Saya menggunakan metode pohon faktor karena menurut saya ketika
menggunakan pohon faktor lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat
menentukan faktorisasi primanya.
[11] P : Kenapa yang difaktorkan 60 dan 72?
[12] ZNA1 : Karena yang mau dibagi kan siswa perempuan 60 dan siswa laki-laki 72.
[33] P : Kamu yakin kalau nomor 1 permasalahannya diminta menentukan FPB?
[34] ZNA1 : Yakin, karena permasalahan nomor 1 ingin membagi kelompok belajar dengan
jumlah sama banyak, maka dari itu yang digunakan untuk menyelesaikannya
adalah FPB.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan

peneliti pada subjek ZNA dapat dilihat bahwa subjek ZNA memberikan argumen

dengan logis ketika melakukan prosedur dari langkah 1 sampai langkah 4 dengan

jawaban akhir benar. Subjek ZNA dapat menyampaikan alasan penggunaan metode
59

pohon faktor untuk menyelesaiakan permasalahan. Subjek ZNA memilih

menggunakan metode pohon faktor karena menurut ZNA ketika menggunakan

pohon faktor lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat menentukan faktorisasi

primanya. Subjek ZNA juga menyampaikan alasan memfaktorkan bilangan 60 dan

72, S1 mengatakan bahwa bilangan yang difaktorkan 60 dan 72 karena bilangan 60

merupakan jumlah siswa perempuan dan 72 merupakan jumlah siswa laki-laki yang

akan dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah sama banyak pada masing-

masing gendernya. Selain itu, subjek ZNA mengatakan bahwa yang dipilih adalah

penyelesaian FPB karena pada permasalahan nomor 1 ingin membagi kelompok

belajar dengan jumlah sama banyak. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek

ZNA memenuhi indikator kedelapan dengan sangat baik yaitu memberikan

argumen yang logis dalam melakukan prosedur penyelesaian FPB dari

langkah pertama sampai langkah keempat menggunakan metode pohon

faktor.

i. Indikator 9 (Mengenali jenis masalah baru yang dapat diselesaikan

menggunakan prosedur)

Subjek ZNA diberikan soal yang hampir mirip dengan soal yang diberikan

ketika tes tertulis oleh peneliti. Berikut soal yang diberikan oleh peneliti untuk

menguji indikator 9 yang dapat dilihat pada gambar 4.5. dan 4.6. dibawah ini:

Ibu membeli 50 kue serabi, 75 kue pastel dan 100 kue putu. Ketiga kue tersebut akan disajikan
dibeberapa piring untuk acara arisan nanti sore. Isi kue pada setiap piring sama banyak. Berapa
piring yang dibutuhkan ibu?

Gambar 4. 5. Soal permasalahan FPB


60

Lampu A berkedip setiap 8 detik. Lampu B berkedip setiap 12 detik. Lampu C berkedip setiap
15 detik. Jika saat ini ketiga lampu berkedip Bersama untuk pertama kalinya. Berapa detik lagi
kamu bisa melihat ketiga lampu berkedip Bersama untuk kedua kalinya?

Gambar 4. 6. Soal permasalahan KPK

Ketika subjek ZNA ditunjukan soal permasalahan FPB dan KPK subjek

ZNA dapat membedakan mana soal yang harus diselesaikan menggunakan KPK

dan mana soal yang diselesaikan menggunakan FPB. Hasil wawancara

menunjukkan bahwa subjek ZNA dapat mengenali bentuk soal baru yang dapat

diselesaikan menggunakan prosedur penyelesaian FPB dan KPK dengan tepat

sebagai berikut:

[37] P : Kalau yang gambar 4.5. ini menurut kamu penyelesaiannya menggunakan FPB
atau KPK?
[38] ZNA1 : FPB
[39] P : Kenapa menggunakan FPB?
[40] ZNA1 : Karena, ingin membagi kue kedalam piring dengan jumlah sama banyak
[41] P : Terus kalau yang gambar 4.6. menggunakan penyelesaian FPB atau KPK? terus
kenapa jelasakan alasanmu?
[42] ZNA1 : Kalau yang 4.6. ini menggunakan KPK, karena yang di tanyakan waktu lampu
dapat berkedip bersama lagi untuk yang kedua kalinya berarti kan mencari
kelipatannya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa subjek

ZNA dapat mengetahui bentuk soal baru yang dapat diselesaikan menggunakan

FPB maupun KPK, selain itu subjek ZNA juga dapat memberikan alasan mengapa

permasalahan yang disajikan dapat diselesaiakan menggunakan FPB maupun KPK.

Subjek ZNA mengatakan bahwa bentuk soal 4.5. dapat diselesaikan menggunakan

FPB karena akan membagi kue kedalam beberapa piring dengan jumlah sama

banyak pada setiap jenis kuenya. Sedangkan pada bentuk soal 4.6. dapat

diselesaikan menggunakan KPK karena pada soal menanyakan waktu dapat


61

berkedip bersama lagi pada 3 lampu yang ada, maka yang dicari adalah

kelipatannya dengan menggunakan KPK. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa

subjek ZNA memenuhi indikator kesembilan dengan sangat baik yaitu

mengenali jenis masalah baru tentang permasalahan FPB dan KPK yang

dapat diselesaikan menggunakan prosedur pohon faktor.

2) Soal nomor 2

A. Kemampuan Pemahaman Prosedural

a. Indikator 1 (Menerapkan serangkaian prosedur)

Subjek ZNA dapat menerapkan serangkaian prosedur penyelesaian KPK

menggunakan metode daftar kelipatan bilangan sampai langkah keempat. Untuk

lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.7. dibawah ini:

Gambar 4. 7. Menunjukkan ZNA menulis serangkaian prosedur pada soal


nomor 2
Subjek ZNA dapat menerapkan serangkaian prosedur penyelesaian KPK

menggunakan metode daftar kelipatan bilangan yang terdiri dari langkah 1 hingga

langkah 4. Permasalahan nomor 2 diselesaikan menggunakan KPK karena

permasalahan berkaitan dengan waktu untuk bertemu kembali secara bersama.

Langkah 1 dan 2 yaitu dengan cara menuliskan kelipatan masing-masing hari

datang di bimbel yaitu 3, 5 dan 6, kelipatan dituliskan dengan cara menjumlahkan


62

bilangan terakhir dengan bilangan asli yang sedang dicari kelipatannya seperti

bilangan 3 maka kelipatannya adalah 3, 6, 9, 12, 15 dan seterusnya hingga diperoleh

kelipatan persekutuan dengan bilangan yang sudah ditentukan yaitu dari kelipatan

5 dan 6. Kelipatan persekutuan adalah bilangan yang sama-sama dimiliki ketiga

bilangan.

Selanjutnya, langkah yang ketiga yaitu subjek ZNA menentukan KPK dari

ketiga bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Maka KPK dari 3 hari, 5 hari dan 6 hari adalah

30 hari. Setelah itu langkah yang keempat adalah menjumlahkan hari pertama

bertemu yaitu hari minggu ditambah 30 hari maka bertemu kembali kedua kalinya

pada hari Selasa. Namun, subjek ZNA masih belum mengerti cara menjumlahkan

hari pertama bertemu dengan 30 hari hasil KPK yang diperoleh. Subjek ZNA juga

belum mengerti cara menjumlahkan tanggal pertama bertemu dengan 30 hari.

Seharusnya subjek ZNA menjumlahkan tanggal pertama bertemu 30 Maret 2022

dengan 30 hari sehingga diperoleh hasil tanggal kedua bertemu adalah 30 April

2022. Akibatnya subjek ZNA tidak dapat menyelesaikan langkah keempat dengan

baik yaitu tidak menuliskan hasil jawaban akhir dengan tepat. Seharusnya dari Dina

yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali dan Icha 6 hari sekali yang pernah

bertemu pertama kali pada Minggu tanggal 30 Maret 2022 dapat bertemu kembali

untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 30 April 2022.

Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek ZNA, dapat dilihat

bahwa ZNA menuliskan serangkaian prosedur pernyelesaian menggunakan metode

daftar kelipatan dengan lengkap meskipun pada tahapan prosedur ke 4 masih belum

tepat. dari tahap menuliskan kelipatan bilangan 3, 5 dan 6 sehingga diperoleh


63

kelipatan persekutuan terkecil dari 3 bilangan adalah 30. Namun, belum menuliskan

jawaban akhir dengan tepat, yang seharusnya dari Dina yang datang 3 hari sekali,

Amel 5 hari sekali dan Icha 6 hari sekali yang pernah bertemu pertama kali pada

Minggu tanggal 30 Maret 2022 dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya

pada hari Selasa tanggal 30 April 2022. Maka, dapat disimpulkan bahwa ZNA

memenuhi indikator pertama dengan sangat baik yaitu mampu menerapkan

serangkaian prosedur penyelesaian KPK dengan metode daftar kelipatan

bilangan sampai prosedur keempat.

b. Indikator 2 (Melakukan Prosedur dengan Lancar)

Subjek ZNA dapat menerapkan serangkaian prosedur penyelesaian KPK

menggunakan metode daftar kelipatan yang terdiri dari langkah 1 hingga langkah 4

dengan sedikit kendala pada langkah ke 4. Permasalahan nomor 2 diselesaikan

menggunakan KPK karena permasalahan berkaitan dengan waktu untuk bertemu

kembali secara bersama. Langkah 1 dan 2 yaitu dengan cara menuliskan kelipatan

masing-masing hari datang di bimbel yaitu 3, 5 dan 6, kelipatan dituliskan dengan

cara menjumlahkan bilangan terakhir dengan bilangan asli yang sedang dicari

kelipatannya seperti bilangan 3 maka kelipatannya adalah 3, 6, 9, 12, 15 dan

seterusnya hingga diperoleh kelipatan persekutuan dengan bilangan yang sudah

ditentukan yaitu dari kelipatan 5 dan 6. Kelipatan persekutuan adalah bilangan yang

sama-sama dimiliki ketiga bilangan.

Selanjutnya, langkah yang ketiga ZNA menentukan KPK dari ketiga

bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Maka KPK dari 3 hari, 5 hari dan 6 hari adalah 30
64

hari. Setelah itu langkah yang keempat adalah menjumlahkan hari pertama bertemu

yaitu hari minggu ditambah 30 hari maka bertemu kembali kedua kalinya pada hari

Selasa. Namun, subjek ZNA mengalami kendala ketika melakukan prosedur

keempat yaitu ZNA masih belum mengerti cara menjumlahkan hari pertama

bertemu dengan 30 hari yang merupakan hasil KPK yang diperoleh. Subjek ZNA

juga belum mengerti cara menjumlahkan tanggal pertama bertemu dengan 30 hari.

Seharusnya subjek ZNA menjumlahkan tanggal pertama bertemu 30 Maret 2022

dengan 30 hari sehingga diperoleh hasil tanggal kedua bertemu adalah 30 April

2022. Akibatnya subjek ZNA tidak dapat menyelesaikan langkah keempat dengan

baik yaitu tidak menuliskan hasil jawaban dengan tepat. Seharusnya dari Dina yang

datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali dan Icha 6 hari sekali, lalu mereka bertemu

pertama kali pada Minggu tanggal 30 Maret 2022 dapat bertemu kembali untuk

yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 30 April 2022. Untuk lebih jelasnya

dapat di lihat pada gambar 4.8. dibawah ini:

Gambar 4. 8. Menunjukkan ZNA menulis serangkaian prosedur pada soal


nomor 2 belum terlalu lancar
Pernyataan tersebut juga didukung dengan hasil wawancara yang telah

dilakukan peneliti terhadap subjek ZNA. Berikut transkrip wawancaranya:

[1] P : Apa kamu merasa bingung ketika menyelesaikan permasalahan nomor 2 ini?
65

[2] ZNA2 : Sedikit bingung di langkah keempat, saya bisa mengerti masalah dari soal yang
diberikan dan bisa menentukan strategi penyelesaian yang digunakan. Cuma
dilangkah keempat bingung cara menjumlahkan hari dan tanggalnya.
[3] P : Kamu menggunakan strategi penyelesaian apa?
[4] ZNA2 : Saya menggunakan metode daftar kelipatan pada soal nomor 2.
[7] P : Kenapa kamu langsung menggunakan metode daftar kelipatan? Emangnya kamu
yakin jika permasalahan nomor 2 berhubungan dengan KPK?. Jika kamu yakin,
apakah yang membuatmu yakin?
[8] ZNA2 : Saya tahu permasalahan nomor 2 berhubungan dengan KPK karena pada nomor
2 ini ingin dicari waktu untuk bertemu kembali yang kedua kalinya, maka
permasalahan diselesaikan dengan mencari KPK nya. Lalu, saya menggunakan
cara daftar kelipatan karena pada bilangan kecil menurut saya lebih mudah
menggunakan cara mencari kelipatan dari bilangan 3, 5 dan 7 sampai diperoleh
kelipatan persekutuannya
[17] P : Gimana caranya kamu menentukan kelipatan pada bilangan 3, 5 dan 6?
[18] ZNA2 : Saya menentukan kelipatan dengan cara menambahkan bilangan terakhir dengan
bilangan yang dicari kelipatannya, contohnya kelipatan pada bilangan 3 berarti 3,
6, 9, 12, 15 dan seterusnya.
[23] P : Dari kelipatan 3, 5 dan 6 yang diperoleh, kenapa bilangan 30 dilingkari?
[24] ZNA2 : Karena 30 adalah KPK dari 3, 5 dan 6

Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ZNA dapat mengerti

permasalahan nomor 2 yaitu menyelesaikan KPK dengan menggunakan metode

daftar kelipatan. Dalam melakukan tahapan subjek S1 dilihat bahwa ZNA

menuliskan serangkaian prosedur pernyelesaian menggunakan metode daftar

kelipatan dengan lengkap meskipun pada tahapan prosedur ke 4 masih belum tepat.

Subjek ZNA tidak merasa kesulitan dari langkah 1 sampai dengan langkah 3.

Namun, pada langkah ke 4 subjek ZNA merasa kesulitan dalam menjumlahkan hari

dan tanggal pertama bertemu dengan KPK yang dihasilkan. Dari tahap menuliskan

kelipatan bilangan 3, 5 dan 6 hingga diperoleh kelipatan persekutuan terkecil dari

3 bilangan adalah 30. Namun, belum menuliskan kesimpulan jawaban dengan tepat,

yang seharusnya dari Dina yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali dan Icha 6

hari sekali, lalu mereka bertemu pertama kali pada Minggu tanggal 30 Maret 2022
66

dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 30 April

2022.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan tes wawancara, subjek ZNA dapat

melakukan serangkaian prosedur namun belum lancar karena terkendala pada

langkah keempat. Subjek ZNA hanya dapat menerapkan serangkaian prosedur

sampai langkah ke-3 dengan lancar. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA

memenuhi indikator kedua dengan baik yaitu belum mampu melakukan

prosedur penyelesaian KPK menggunakan metode daftar kelipatan bilangan

dengan lancar karena terkendala pada langkah ke-4 yaitu saat menentukan

hari dan tanggal bertemu bersama kembali untuk yang kedua kali.

c. Indikator 3 (Menghasilkan Jawaban yang Tepat)

Pengerjaan permasalahan nomor 2, subjek ZNA tidak dapat mengerjakan

penyelesaian sampai akhir sehingga mengakibatkan belum diperoleh jawaban yang

tepat. Subjek ZNA hanya dapat menyelesaikan hingga prosedur ketiga yaitu dengan

memperoleh KPK sama dengan 30. Pada langkah keempat diperoleh hasil 30 April,

padahal seharusnya ketika hari Minggu yang merupakan hari pertama bertemu

dijumlahkan dengan KPK 30 hari akan diperoleh hasil hari Selasa dan tanggal 20

Maret 2022 dijumlahkan dengan 30 hari akan diperoleh hasil 30 April 2022. Maka

dapat dilihat bahwa subjek ZNA tidak dapat menyelesaikan permasalahan KPK

dengan baik pada soal nomor 2.


67

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.9. dibawah ini:

Gambar 4. 9. Jawaban ZNA pada soal nomor 2


Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek ZNA, dapat dilihat

bahwa ZNA hanya menuliskan serangkaian prosedur pernyelesaian dengan tepat

sampai langkah ketiga saja, sehingga belum menghasilkan jawaban akhir dengan

tepat. Maka, dapat disimpulkan bahwa ZNA memenuhi indikator ketiga dengan

baik yaitu mencoba menjawab dengan hasil perhitungan KPK benar. Namun,

ketika menjumlahkan hari dan tanggal untuk mengetahui bertemu kedua

kalinya masih belum tepat.

B. Kemampuan Pemahaman Konseptual

d. Indikator 4 (Menunjukkan Mampu Melakukan Serangkaian Prosedur)

Pada soal nomor 1 subjek ZNA menerapkan serangkaian prosedur

penyelesaian KPK menggunakan metode daftar kelipatan yang terdiri dari langkah

1 hingga langkah 4 dengan sedikit kendala pada langkah ke 4. Kemampuan subjek

ZNA dalam melakukan serangkaian prosedur dapat dilihat dari trasnkrip

wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek ZNA. Berikut transkrip

wawancara yang mendukung terpenuhi atau tidaknya indikator 4:


68

[51] P : Coba jelaskan secara singkat langkah yang kamu lakukan dari awal hingga akhir
untuk menyelasaikan permasalahan ini?
[51] ZNA2 : Pertama saya menuliskan kelipatan masing-masing hari datang di bimbel yaitu 3,
5 dan 6 dengan cara menjumlahkan bilangan terakhir dengan bilangan asli yang
sedang dicari kelipatannya. Setelah itu menentukan KPK yang merupakan
bilangan yang sama yang dimiliki oleh bilangan 3, 5 dan 6 yaitu 30. Lalu, Langkah
yang keempat itu menjumlahkan bilangan 30 hari dengan hari dan tanggal pertama
kali bertemu. Tapi saya bingung dalam melakukan perhitungannya, sehingga
jawaban saya belum tepat.

Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ZNA dapat mengerti

permasalahan nomor 2 yaitu menyelesaikan KPK dengan menggunakan metode

daftar kelipatan, dalam melakukan tahapan subjek ZNA dilihat bahwa ZNA

menuliskan serangkaian prosedur pernyelesaian menggunakan metode daftar

kelipatan dengan lengkap meskipun pada tahapan prosedur ke 4 masih belum tepat.

Subjek ZNA tidak merasa kesulitan dari langkah 1 sampai dengan langkah 3.

Namun, pada langkah ke 4 subjek ZNA merasa kesulitan dalam menjumlahkan hari

dan tanggal pertama bertemu dengan KPK yang dihasilkan. Dari tahap menuliskan

kelipatan bilangan 3, 5 dan 6 hingga diperoleh kelipatan persekutuan terkecil dari

3 bilangan adalah 30. Namun, belum menuliskan kesimpulan jawaban dengan tepat,

yang seharusnya dari Dina yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali dan Icha 6

hari sekali, lalu mereka bertemu pertama kali pada Minggu tanggal 30 Maret 2022

dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 30 April

2022.

Berdasarkan hasil tes wawancara, subjek ZNA dapat menerapkan

serangkaian prosedur sampai langkah 3 dengan lancar. Tetapi, subjek ZNA

terkendala pada langkah keempat. Maka, dapat disimpulkan bahwa ZNA

memenuhi indikator keempat dengan baik yaitu sudah menunjukkan


69

kemampuan melakukan prosedur dengan tepat sampai prosedur ke-3 dengan

menggunakan metode daftar kelipatan dalam menyelesaikan permasalahan

KPK.

e. Indikator 5 (Mengetahui Kapan Harus Melakukan Prosedur Tertentu)

Subjek ZNA tahu kapan harus melakukan prosedur-prosedur yang harus

dilakukan ketika memilih metode penyelesaian daftar kelipatan dari langkah 1

hingga langkah 4. Kemampuan subjek ZNA dalam mengetahui kapan harus

melakukan prosedur tertentu dapat dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah

dilakukan oleh peneliti pada subjek ZNA. Berikut transkrip wawancara yang

mendukung terpenuhinya indikator 5:

[9] P : Coba dibaca sekali lagi dengan cermat, kira-kira yang diketahui dari soal itu apa?
[10] ZNA2 : Dina berangkat 3 hari sekali, Mela 5 hari dan Icha 6 hari terus mereka bertemu
bersama untuk pertama kalinya pada hari Minggu tanggal 20 Maret 2022.
[11] P : Terus bilangan 3, 5 dan 6 ini di apain?
[12] ZNA2 : Saya cari kelipatannya satu persatu dari bilangan 3, 5 dan 6 sampai ketemu
kelipatan persekutuan terkecilnya yaitu 30. (Prosedur 1 dan 2)
[13] P : Kelipatan persekutuan terkecil itu yang bagaimana?
[14] ZNA2 : Kelipatan persekutuan terkecil adalah bilangan yang sama-sama dimiliki ketiga
bilangan yang paling kecil.
[25] P : Berarti sudah ketemu ini KPK nya?
[26] ZNA2 : Sudah ketemu KPK dari 3, 5 dan 6 adalah 30. (Prosedur 3)
[31] P : Darimana kamu tahu kalau soal nomor 2 mencari kelipatan dari bilangan?
[32] ZNA2 : Pada soal nomor 2 permasalahannya tentang bertemu kembali yang berarti
berhubungan dengan KPK, maka saya menyelesaikannya menggunakan KPK.
[27] P : Setelah kamu memperoleh hasil KPK 30 ini, apa prosedur yang kamu lakukan?
dan kenapa?
[28] ZNA2 : Setelah saya memperoleh hasil KPK nya yaitu 30 hari, saya menjumlahkannya
dengan hari dan tanggal pertama bertemu. Tetapi pada tahap ini saya kesulitan
karena masih bingung menjumlahkan hari dan tanggal, sehingga belum
memperoleh hasil yang tepat. (Prosedur 4)
70

Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ZNA dapat mengerti

permasalahan nomor 2 yaitu menyelesaikan KPK dengan menggunakan metode

daftar kelipatan, dalam melakukan tahapan subjek ZNA dilihat bahwa ZNA

menuliskan serangkaian prosedur pernyelesaian menggunakan metode daftar

kelipatan dengan lengkap meskipun pada tahapan prosedur ke 4 masih belum tepat.

Subjek ZNA tidak merasa kesulitan dari langkah 1 sampai dengan langkah 3.

Namun, pada langkah ke 4 subjek ZNA merasa kesulitan dalam menjumlahkan hari

dan tanggal pertama bertemu dengan KPK yang dihasilkan.

Subjek mengerti ketika ditanya pada tahapan pada setiap prosedurnya. Pada

langkah 1 dan 2 subjek melakukan prosedur menentukan kelipatan pada bilangan

3, 5 dan 6. Setelah itu dicari kelipatan persekutuan terkecilnya yaitu 30 hari. Subjek

ZNA juga tahu tahap yang terakhir adalah mencari hari dan tanggal bertemu

kembali untuk kedua kalinya dengan menjumlahkan hari dan tanggal pertama

bertemu dengan KPK yang diperoleh. Berdasarkan hasil tes wawancara, subjek

ZNA mengetahui langkah 1 dan 2 yaitu menuliskan kelipatan dari 3, 5 dan 6. Lalu,

langkah ketiga menentukan KPK dari 3, 5 dan 6. Setelah itu, langkah keempat

menjumlahkan hari dan tanggal pertama bertemu dengan KPK yang diperoleh.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi indikator kelima

dengan sangat baik yaitu mengetahui kapan harus melakukan prosedur

penyelesaian KPK dari langkah pertama sampai langkah keempat, meskipun

pada langkah keempat terdapat sedikit kendala.

f. Indikator 6 (Memiliki pengetahuan prasyarat yang dibutuhkan dalam melakukan

prosedur)
71

Subjek ZNA mengetahui pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai ketika

menyelesaikan permasalahan KPK ini. Pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai

oleh subjek ZNA ketika mengerjakan permasalahan KPK pada nomor 2 yaitu

meliputi operasi bilangan yang terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian

dan pembagian. Selain itu, mengenai kelipatan bilangan dan materi mengukur

satuan waktu. Hal tersebut dapat terlihat dari gambar 4. 10 dibawah ini:

Gambar 4. 10. Subjek ZNA dalam pengetahuan prasyarat saat melakukan


prosedur penyelesaian KPK pada nomor 2
Subjek ZNA dapat menuliskan kelipatan dari bilangan 3, 5 dan 6. Subjek

ZNA menuliskan kelipatan dengan cara menjumlahkan bilangan yang dicari

kelipatannya, pada prosedur ini subjek dapat menuliskan kelipatan dengan tepat.

Tetapi pada prosedur keempat dalam mencari hari dan tanggal untuk bertemu untuk

yang kedua kalinya, subjek ZNA masih kesulitan untuk menyelesaikannya.

Seharusnya dalam menjumlahkan hari dan tanggal, subjek ZNA harus menguasai

materi mengukur satuan waktu.

Selain dari tes tertulis, kemampuan subjek ZNA dalam memiliki

pengetahuan prasyarat saat melakukan prosedur dapat dilihat dari trasnkrip

wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek ZNA. Berikut transkrip

wawancara yang mendukung terpenuhinya indikator 6:


72

[19] P : Ini dapat darimana? (P menunjuk kelipatan 3 yang terdiri dari 3, 6, 9, 12, 15 dan
seterusnya).
[20] ZNA2 : Dari bilangan 3 yang di tambah dengan 3 dan selalu ditambah dengan 3.
[21] P : Berarti kalau mencari kelipatan 6 bagaimana?
[22] ZNA2 : Bilangannya selalu ditambah dengan bilangan 6.
[33] P : Terus pada langkah keempat ini apakah kamu sudah yakin dengan jawabanmu?
[34] ZNA2 : Belum yakin, karena saya masih bingung dalam menjumlahkan hari dan tanggal
pertama bertemu dengan hasil KPK 30 hari.
[41] P : Coba 20 Maret, biar sampai 30 Maret itu di tambah berapa hari?
[42] ZNA2 : Ditambah 10
[43] P : Berarti 10 kan sudah diambil, tapi seharusnya kan harus di tambah 30 hari. Berarti
masih berapa hari lagi yang belum ditambahain?
[44] ZNA2 : Ditambah 20 hari.
[45] P : Nanti ketemunya tanggal berapa berarti?
[46] ZNA2 : 20 April.
[47] P : Terus kalau harinya gimana jumlahinnya?
[48] ZNA2 : Kalau harinya saya susah bu, terlalu banyak ditambahnya.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan

peneliti pada subjek ZNA dapat dilihat bahwa ZNA lumayan mengetahui

pengetahuan sebelumnya yang digunakan sebagai prasyarat yang harus dikuasai

oleh subjek ZNA ketika mengerjakan permaslahan KPK, seperti operasi bilangan

yang meliputi pemjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Namun,

ketika subjek ZNA harus menyelesaikan langkah keempat dalam mencari hari dan

tanggal bertemu untuk yang kedua kalinya masih merasa bingung dan belum

menguasainya. Tetapi ketika diwawancara dengan dipancing beberapa pertanyaan,

ternyata subjek ZNA dapat menyelesaikan langkah keempat dengan memperoleh

hasil hampir tepat. Subjek ZNA dapat menjawab tanggal bertemu untuk yang kedua

kalinya dengan tepat yaitu tanggal 20 Maret 2022, sedangkan untuk hari bertemu

untuk yang kedua kalinya subjek belum bisa menjawab dengan tepat. Maka dari itu

dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi indikator keenam dengan

baik yaitu memiliki pengetahuan prasyarat operasi bilangan, kelipatan


73

bilangan dan materi mengukur satuan waktu yang dibutuhkan dalam

melakukan prosedur penyelesaian KPK dengan metode daftar kelipatan.

g. Indikator 7 (Mengetahui kesalahan dalam melakukan prosedur)

Subjek ZNA melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal nomor 2.

Subjek ZNA dapat menyelesaikan masalah dari langkah 1 sampai langkah 3 dengan

tepat. Tetapi subjek ZNA terkendala pada langkah keempat yaitu dalam mencari

hari dan waktu untuk bertemu bersama kembali untuk yang kedua kalinya. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.11. dibawah ini:

Gambar 4. 11. Kesalahan Subjek ZNA dalam melakukan Prosedur


Penyelesaian KPK dengan Metode Daftar Kelipatan
Langkah 1 dan 2 yaitu dengan cara menuliskan kelipatan masing-masing

hari datang di bimbel yaitu 3, 5 dan 6, kelipatan dituliskan dengan cara

menjumlahkan bilangan terakhir dengan bilangan asli yang sedang dicari

kelipatannya seperti bilangan 3 maka kelipatannya adalah 3, 6, 9, 12, 15 dan

seterusnya hingga diperoleh kelipatan persekutuan dengan bilangan yang sudah

ditentukan yaitu dari kelipatan 5 dan 6. Kelipatan persekutuan adalah bilangan yang

sama-sama dimiliki ketiga bilangan.


74

Selanjutnya, langkah yang ketiga ZNA menentukan KPK dari ketiga

bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Maka KPK dari 3 hari, 5 hari dan 6 hari adalah 30

hari. Selanjutnya subjek ZNA mengalami kendala ketika melakukan prosedur

keempat yaitu ZNA masih belum mengerti cara menjumlahkan hari pertama

bertemu dengan 30 hari hasil KPK yang diperoleh. Subjek ZNA juga belum

mengerti cara menjumlahkan tanggal pertama bertemu dengan 30 hari. Seharusnya

subjek ZNA menjumlahkan hari pertama bertemu yaitu hari Minggu ditambah 30

hari maka bertemu kembali kedua kalinya pada hari Selasa dan tanggal pertama

bertemu 30 Maret 2022 dijumlahkan dengan 30 hari hingga diperoleh hasil tanggal

kedua bertemu adalah 30 April 2022. Akibatnya subjek ZNA tidak dapat

menyelesaikan langkah keempat dengan baik yaitu tidak menuliskan hasil jawaban

akhir dengan tepat. Seharusnya dari Dina yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari

sekali dan Icha 6 hari sekali, lalu mereka bertemu pertama kali pada Minggu tanggal

30 Maret 2022 dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa

tanggal 30 April 2022. Berdasarkan hasil wawancara juga dapat dilihat bahwa ZNA

melakukan kesalahan dalam melakukan prosedur pada langkah keempat, berikut

transkrip wawancaranya:

[35] P : Apakah kamu merasa ada kesalahan dalam melakukan prosedur?


[36] ZNA2 : Iya, saya merasa ada kesalahan pada langkah keempat. (Mengetahui letak
kesalahan)
[37] P : Memangnya kesalahan apa yang kamu lakukan?
[38] ZNA2 : Dalam mencari hari dan waktu bertemu kembali untuk yang kedua kalinya.
[39] P : Harusnya hari apa dan tanggal berapa Dina, Mela dan Icha bertemu kembali untuk
yang kedua kalinya?
[40] ZNA2 : Tidak tahu, saya masih kesulitan dalam menghitungnya. Tapi kalau untuk yang
tanggal lumayan bisa.
[41] P : Coba 20 Maret, biar sampai 30 Maret itu di tambah berapa hari?
[42] ZNA2 : 10 hari.
75

[43] P : Berarti yang belum ditambahkan berapa? Lalu coba kamu lihat di tanggal berapa
dan bulan apa.
[44] ZNA2 : Berarti yang belum ditambahkan itu 20. Berarti bertemu kembalinya pada 20 April
2022.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan tes wawancara yang dilakukan peneliti

pada subjek ZNA dapat dilihat menyadari terjadi kesalahan pada langkah ke-4

karena salah menjumlahkan hari dan tanggal pertama bertemu secara bersama

dengan KPK yang diperoleh. Tetapi subjek ZNA dapat memperbaiki kesalahan

bahwa tanggal bertemu kembali adalah 20 Maret 2022. Namun, belum dapat

melakukan pemjumlahan hari pertama bertemu dengan KPK yang diperoleh. Maka

dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi indikator ketujuh

dengan baik yaitu mengetahui kesalahan dalam melakukan prosedur

penyelesaian KPK dengan metode daftar kelipatan dan dapat memperbaiki

kesalahan meskipun belum sempurna.

h. Indikator 8 (Memberikan argumen yang logis dalam melakukan prosedur)

Subjek ZNA dapat mengerjakan penyelesaian permasalahan nomor 2 dari

langkah 1 sampai langkah 4, namun pada langkah keempat terkendala dalam

melakukan prosedur dengan memberikan argumen yang logis pada saat melakukan

prosedur. Langkah 1 dan 2 yaitu dengan cara menuliskan kelipatan masing-masing

hari datang di bimbel yaitu 3, 5 dan 6, kelipatan dituliskan dengan cara

menjumlahkan bilangan terakhir dengan bilangan asli yang sedang dicari

kelipatannya seperti bilangan 3 maka kelipatannya adalah 3, 6, 9, 12, 15 dan

seterusnya hingga diperoleh kelipatan persekutuan dengan bilangan yang sudah


76

ditentukan yaitu dari kelipatan 5 dan 6. Kelipatan persekutuan adalah bilangan yang

sama-sama dimiliki ketiga bilangan.

Selanjutnya, langkah yang ketiga ZNA menentukan KPK dari ketiga

bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Maka KPK dari 3 hari, 5 hari dan 6 hari adalah 30

hari. Setelah itu langkah yang keempat adalah menjumlahkan hari pertama bertemu

yaitu hari minggu ditambah 30 hari maka bertemu kembali kedua kalinya pada hari

Selasa. Namun, subjek ZNA mengalami kendala ketika melakukan prosedur

keempat yaitu ZNA masih belum mengerti cara menjumlahkan hari pertama

bertemu dengan 30 hari hasil KPK yang diperoleh. Subjek ZNA juga belum

mengerti cara menjumlahkan tanggal pertama bertemu dengan 30 hari. Seharusnya

subjek ZNA menjumlahkan tanggal pertama bertemu 30 Maret 2022 dengan 30 hari

sehingga diperoleh hasil tanggal kedua bertemu adalah 30 April 2022. Subjek ZNA

memberikan argumen yang logis ketika ditanyakan perihal prosedur yang dilakukan

yang dapat dilihat pada transkrip wawancara dibawah ini:

[5] P : Pada permasalahan nomor 2 kamu menggunakan metode penyelesaian apa? lalu
coba jelaskan alasanmu menggunakan metode penyelesaian tersebut?
[6] ZNA2 : Saya menggunakan metode daftar kelipatan karena menurut saya ketika
menyelesaikan KPK menggunakan metode daftar kelipatan lebih mudah apabila
bilangan yang dicari KPK nya merupakan bilangan kecil.
[15] P : Kenapa yang dicari kelipatannya 3, 5 dan 6?
[16] ZNA2 : Karena yang mau dicari KPK waktu yang sama untuk bertemu bersama-sama
yang kedua kali dari waktu Dina 3 hari sekali, Mela 5 hari sekali dan Icha 6 hari
sekali.
[23] P : Dari kelipatan 3, 5 dan 6 yang diperoleh, kenapa bilangan 30 di lingkari?
[24] ZNA2 : Karena 30 adalah KPK dari 3, 5 dan 6
[49] p : Kamu yakin kalau nomor 2 permasalahannya diminta menentukan KPK?
[50] ZNA2 : Yakin, karena permasalahan nomor 2 ingin mencari hari dan tanggal bertemu
kembali untuk yang kedua kalinya, maka dari itu yang digunakan untuk
menyelesaikannya adalah KPK.
[29] P : Gimana cara menentukan hari dan tanggal bertemu kembali untuk yang kedua
kali?
77

[30] ZNA2 : Dengan menjumlahkan hari dan tanggal pertama bertemu Bersama dengan KPK
yang diperoleh.

Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ZNA

dapat dilihat bahwa ZNA memberikan argumen dengan logis ketika melakukan

prosedur dari langkah 1 sampai langkah 4 yang terkendala pada langkah keempat.

Subjek ZNA dapat menyampaikan alasan penggunaan metode daftar untuk

menyelesaiakan permasalahan. Subjek ZNA memilih menggunakan metode daftar

kelipatan karena menurut ZNA ketika menyelesaikan KPK dengan bilangan kecil

menggunakan metode daftar kelipatan lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat

menentukan KPK nya dengan mencari kelipatan persekutuan yang sama dari

kelipatan bilangan 3, 5 dan 6 yaitu 30. Subjek ZNA juga menyampaikan alasan

mencari kelipatan bilangan 3, 5 dan 6, S1 mengatakan bahwa bilangan yang yang

dicari kelipatannya 3, 5 dan 6 karena bilangan 3 merupakan jarak Dina datang di

Bimbel, 5 merupakan jarak Mela datang di Bimbel dan 6 merupakan jarak Icha

datang di Bimbel yang akan dicari hari dan tanggal yang sama untuk dapat bertemu

kembali untuk yang kedua kalinya. Selain itu, subjek ZNA mengatakan bahwa yang

dipilih adalah penyelesaian KPK karena pada permasalahan nomor 2 ingin mencari

hari dan tanggal bertemu kembali untuk yang kedua kalinya dan menyampaikan

cara menentukan tanggal bertemu bersama kembali untuk yang kedua kalinya.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ZNA memenuhi indikator

kedelapan dengan sangat baik yaitu dapat memberikan argumen yang logis

dalam melakukan prosedur penyelesaian KPK dengan metode daftar

kelipatan.
78

i. Indikator 9 (Mengenali jenis masalah baru yang dapat diselesaikan

menggunakan prosedur)

Subjek ZNA diberikan soal yang hampir mirip dengan soal yang diberikan

ketika tes tertulis oleh peneliti. Berikut soal yang diberikan oleh peneliti untuk

menguji indikator 9 yang dapat dilihat pada gambar 4.12. dan 4.13. dibawah ini:

Ibu membeli 50 kue serabi, 75 kue pastel dan 100 kue putu. Ketiga kue tersebut akan disajikan
dibeberapa piring untuk acara arisan nanti sore. Isi kue pada setiap piring sama banyak. Berapa
piring yang dibutuhkan ibu?

Gambar 4. 12. Soal permasalahan FPB


Lampu A berkedip setiap 8 detik. Lampu B berkedip setiap 12 detik. Lampu C berkedip setiap
15 detik. Jika saat ini ketiga lampu berkedip Bersama untuk pertama kalinya. Berapa detik lagi
j. bisa melihat ketiga lampu berkedip Bersama untuk kedua kalinya?
kamu

Gambar 4. 13. Soal permasalahan KPK

Ketika ZNA ditunjukan soal permasalahan FPB dan KPK subjek ZNA dapat

membedakan mana soal yang harus diselesaikan menggunakan KPK dan mana soal

yang diselesaikan menggunakan FPB. Hasil wawancara menunjukkan bahwa

subjek ZNA dapat mengenali bentuk soal baru yang dapat diselesaikan

menggunakan prosedur penyelesaian FPB dan KPK dengan tepat sebagai berikut:

[53]P : Kalau yang gambar 4.12. ini menurut kamu penyelesaiannya menggunakan FPB
atau KPK?
[54] ZNA2 : FPB
[55] P : Kenapa menggunakan FPB?
[56] ZNA2 : Karena, ingin membagi kue kedalam piring dengan jumlah sama banyak.
[57] P : Terus kalau yang gambar 4.13. menggunakan penyelesaian FPB atau KPK? terus
kenapa jelasakan alasanmu?
[58] ZNA2 : Kalau yang 4.13. ini menggunakan KPK, karena yang di tanyakan waktu lampu
dapat berkedip bersama lagi untuk yang kedua kalinya berarti kan mencari
kelipatannya.
79

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa subjek

ZNA dapat mengetahui bentuk soal baru yang dapat diselesaikan menggunakan

FPB maupun KPK, selain itu subjek ZNA juga dapat memberikan alasan mengapa

permasalahan yang disajikan dapat diselesaiakan menggunakan FPB maupun KPK.

Subjek ZNA mengatakan bahwa bentuk soal 4.12. dapat diselesaikan menggunakan

FPB karena akan membagi kue kedalam beberapa piring dengan jumlah sama

banyak pada setiap jenis kuenya. Sedangkan pada bentuk soal 4.13. dapat

diselesaikan menggunakan KPK karena pada soal menanyakan waktu dapat

berkedip bersama lagi pada 3 lampu yang ada, maka yang dicari adalah

kelipatannya dengan menggunakan KPK. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa

subjek ZNA memenuhi indikator kesembilan dengan sangat baik yaitu

mengenali jenis masalah baru yang dapat diselesaikan menggunakan

prosedur pohon faktor maupun KPK dengan menggunakan metode daftar

kelipatan atau pohon faktor.

4.1.2. Deskripsi Subjek ATN dengan Kemampuan Sedang

1) Soal nomor 1

A. Kemampuan Pemahaman Prosedural

a. Indikator 1 (Menerapkan serangkaian prosedur)

Penyelesaian FPB menggunakan metode pohon faktor yang terdiri dari 4

langkah, hanya dituliskan oleh subjek ATN sampai langkah ketiga saja.
80

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.14. dibawah ini:

Gambar 4. 14. Subjek ATN dalam menuliskan serangkaian prosedur pada


soal nomor 1
Langkah yang pertama yaitu memfaktorkan bilangan 60 yang merupakan

jumlah siswa perempuan dan bilangan 72 yang merupakan jumlah siswa laki-laki

dengan cara membagi bilangan 60 dan 72 menggunakan bilangan prima sehingga

diperoleh hasil akhir berupa bilangan prima. Selanjutnya ATN menuliskan

faktorisasi prima dari hasil pemfaktoran bilangan 60 dan 72 yang berupa bilangan

prima. Lalu, langkah yang ketiga ATN menentukan penyelesaian permasalahan

menggunakan KPK, padahal pada permasalahan nomor 1 seharusnya diselesaikan

menggunakan FPB karena penyelesaian masalah berkaitan dengan pembagian

kelompok belajar dengan jumlah sama banyak pada masing-masing gender siswa

kelas IV. Selain itu, ATN tidak menuliskan hasil jawaban akhir dengan tepat yang

seharusnya dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi menjadi

12 kelompok belajar dengan jumlah perempuan sama banyak dan jumlah laki-laki

sama banyak.

Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek ATN, dapat dilihat

bahwa hanya menuliskan serangkaian prosedur penyelesaian menggunakan metode

pohon faktor dengan lancar sampai langkah kedua, dari tahap memfaktorkan
81

bilangan 60 dan 72, lalu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72. Pada langkah

ketiga dalam menentukan FPB, dilakukan kesalahan karena menentukan KPK serta

subjek ATN belum menuliskan hasil jawaban akhir yang benar yaitu dari 60 siswa

perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi menjadi 12 kelompok belajar dengan

perempuan sama banyak dan laki-laki sama banyak. Maka, dapat disimpulkan

bahwa Subjek ATN memenuhi indikator pertama dengan cukup baik yaitu

mampu menerapkan serangkaian prosedur penyelesaian FPB menggunakan

metode pohon faktor dengan lancar hanya sampai langkah kedua.

b. Indikator 2 (Melakukan Prosedur dengan Lancar)

Subjek ATN belum dapat menerapkan serangkaian prosedur penyelesaian

FPB menggunakan metode pohon faktor yang terdiri dari 4 langkah dengan lancar,

karena subjek ATN masih terkendala pada langkah ketiga dan langkah keempat.

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.15. dibawah ini:

Gambar 4. 15. Kelancaran subjek ATN dalam menulis serangkaian prosedur


pada soal nomor 1
Langkah yang pertama yaitu memfaktorkan bilangan 60 yang merupakan

jumlah siswa perempuan dan bilangan 72 yang merupakan jumlah siswa laki-laki

dengan cara membagi bilangan 60 dan 72 menggunakan bilangan prima hingga

diperoleh hasil akhir berupa bilangan prima. Selanjutnya ATN menuliskan


82

faktorisasi prima dari hasil pemfaktoran bilangan 60 dan 72 yang berupa bilangan

prima. Kemudian langkah yang ketiga ATN melakukan kendala karena

permasalahan yang seharusnya diselesaikan dengan FPB, tetapi diselesaikan

menggunakan KPK karena subjek masih bingung dalam memahami dan memilih

penyelesaian masalah. Permasalahan nomor 1 diselesaikan menggunakan FPB

karena penyelesaian masalah berkaitan dengan pembagian kelompok belajar

dengan jumlah sama banyak pada masing-masing gender siswa kelas IV. Selain itu,

ATN belum menuliskan hasil jawaban dengan tepat bahwa dari 60 siswa

perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi menjadi 12 kelompok belajar dengan

perempuan sama banyak dan laki-laki sama banyak.

Pada permasalahan FPB ini subjek ATN dapat menyelesaikan soal dengan

sedikit hambatan pada langkah ketiga dan keempat karena bingung menentukan

penyelesaian FPB yang seharusnya digunakan dalam menyelesaikan soal.

Pernyataan tersebut juga didukung dengan hasil wawancara yang telah dilakukan

peneliti terhadap subjek ATN. Berikut transkrip wawancaranya:

[1] P : Apa kamu merasa bingung ketika menyelesaikan permasalahan nomor 1 ini?
[2] ATN1 : Iya, saya bingung dalam menentukan penyelesaian permasalahan yang dapat
diselesaikan dengan menentukan FPB atau KPK.
[3] P : Emangnya kamu menggunakan strategi penyelesaian apa?
[4] ATN1 : Saya menggunakan metode pohon faktor untuk menyelesaikan soal nomor 1.
[13] P : Ketika memfaktorkan bilangan 60 dan 72 ini menggunakan operasi bilangan apa?
terus kamu membaginya menggunakan bilangan apa?
[14] ATN1 : Operasi pembagian menggunakan bilangan prima.
[25] P : Kenapa kamu menentukan KPK?
[26] ATN1 : Karena saya masih bingung, jadi dalam penyelesaian ini saya mencari KPK nya.

Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ATN tidak mengerti

bahwa permasalahan nomor 1 seharusnya diselesaikan dengan menentukan FPB


83

dari bilangan 60 dan 72 dengan menggunakan metode pohon faktor. Dalam

melakukan tahapan, subjek ATN tidak merasakan kesulitan pada langkah 1 sampai

dengan langkah 2. Subjek ATN juga tidak dapat menyampaikan alasan pemilihan

penyelesaian dengan menentukan KPK dari bilangan 60 dan 72. Akibatnya, subjek

ATN tidak menghasilkan jawaban akhir yang tepat bahwa kelompok yang dapat

dibentuk adalah 12 kelompok dengan jumlah perempuan sama banyak dan laki-laki

sama banyak. Berdasarkan hasil tes tertulis dan tes wawancara, ATN belum dapat

menuliskan serangkaian prosedur penyelesaian dengan runtut, lengkap dan masih

ada kendala pada langkah ketiga dan keempat. Maka, dapat disimpulkan bahwa

ATN belum memenuhi indikator kedua dengan cukup baik yaitu melakukan

prosedur penyelesaian FPB menggunakan metode pohon faktor dengan lancar

hanya sampai pada prosedur kedua.

c. Indikator 3 (Menghasilkan Jawaban yang Tepat)

Penyelesaian permasalahan FPB pada nomor 1, subjek ATN tidak dapat

mengerjakan sampai prosedur dengan diperoleh jawaban velum tepat. Untuk lebih

jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.16. dibawah ini:

Gambar 4. 16. Jawaban ATN untuk menguji indikator memperoleh jawaban


tepat pada soal nomor 1
Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek ATN, dapat dilihat

bahwa tidak dapat menuliskan serangkaian prosedur penyelesaian dengan tepat

karena hanya melakukan prosedur dengan tepat sampai pada langkah kedua,
84

sehingga belum diperoleh jawaban akhir tepat. Maka, dapat disimpulkan bahwa

Subjek ATN memenuhi indikator ketiga dengan cukup baik yaitu belum

menghasilkan jawaban yang tepat dalam penyelesaian FPB menggunakan

metode pohon faktor karena masih melakukan prosedur dengan tepat sampai

langkah kedua.

B. Kemampuan Pemahaman Konseptual

d. Indikator 4 (Menunjukkan Mampu Melakukan Serangkaian Prosedur)

Pada permasalahan FPB nomor 1 subjek ATN belum dapat melakukan

langkah-langkah penyelesaian dari awal sampai akhir dengan tepat. Subjek ATN

hanya dapat menunjukkan melakukan prosedur dengan tepat sampai langkah kedua

saja. Kemampuan subjek ATN dalam melakukan serangkaian prosedur dapat

dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek

ATN. Berikut transkrip wawancara yang mendukung terpenuhinya indikator 4:

[37] P : Coba jelaskan secara singkat langkah yang kamu lakukan dari awal hingga akhir
untuk menyelasaikan permasalahan ini?
[38] ATN1 : Pertama saya memfaktorkan 60 dan 72, setelah itu menentukan faktorisasi prima
dari 60 dan 72. Setelah itu mencari KPK dari 2 bilangan tersebut. Namun belum
selesai menghitung, waktu pengerjaan sudah selesai sehingga belum diperoleh
hasilnya.

Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ATN

dapat dilihat bahwa ATN menerapkan serangkaian prosedur dari langkah 1 sampai

langkah 3 saja dengan mengalami kendala pada langkah ketiga yaitu ketika

menentukan FPB dari 60 dan 72. Subjek ATN menunjukkan belum dapat

menuliskan serangkaian prosedur pernyelesaian FPB menggunakan metode pohon

faktor dengan lengkap. ATN dapat melakukan prosedur dari tahap memfaktorkan
85

bilangan 60 dan 72, lalu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72 karena pada

tahap menentukan FPB, subjek ATN mengalami kesalahan dengan memilih

penyelesaian dengan menentukan KPK serta subjek ATN belum menuliskan hasil

jawaban akhir yaitu dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi

menjadi 12 kelompok belajar dengan perempuan sama banyak dan laki-laki sama

banyak. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator

keempat dengan cukup baik karena melakukan serangkaian prosedur

penyelesaian FPB dengan metode pohon faktor dengan tepat hanya sampai

langkah kedua yaitu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72.

e. Indikator 5 (Mengetahui Kapan Harus Melakukan Prosedur Tertentu)

Subjek ATN dapat mengerjakan penyelesaian permasalahan FPB pada

nomor 1 dan tahu kapan harus melakukan prosedur-prosedur yang harus dilakukan

pada langkah 1 sampai langkah kedua dengan tepat menggunakan metode pohon

faktor, karena ketika sampai langkah ketiga subjek ATN mengalami kendala.

Kemampuan subjek ATN dalam mengetahui kapan harus melakukan

prosedur tertentu dapat dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah dilakukan oleh

peneliti pada subjek ATN. Berikut transkrip wawancara yang mendukung

terpenuhinya indikator 5:

[7] P : Coba dibaca sekali lagi dengan cermat, kira-kira yang diketahui dari soal itu apa?
[8] ATN1 : Siswa kelas IV yang terdiri dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki.
[9] P : Terus 60 sama 72 ini di apain?
[10] ATN1 : Difaktorkan dengan cara membagi menggunakan pohon faktor dengan bilangan
prima sampai hasil bagi terakhir bilangan prima. (Prosedur 1)
[15] P : Kapan kamu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72?
86

[16] ATN1 : Saat pemfaktoran 60 dan 72 sudah didapatkan hasil prima. Terus di tuliskan
faktorisasi prima dari 60 yaitu 22 x 3 x 5. Sedangkan faktorisasi dari 72 adalah 23 x
32. (Prosedur 2)
[23] P : Setelah ini kamu melakukan prosedur apa? dan kenapa?
[24] ATN1 : Setelah ini saya menentukan KPK dari 60 dan 72. Saya memilih KPK karena
permasalahan seperti ini biasanya saya selesaikan menggunakan KPK.
(Mengetahui prosedur 3, tetapi prosedur yang dipilih belum tepat)
[31] P : Dalam menentukan KPK itu yang dipilih untuk dihitung itu bilangan yang apa?
[32] ATN1 : Bilangan dari faktorisasi prima 60 dan 72 semua dan jika ada yang sama dipilih
yang pangkatnya besar.

Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ATN

dapat dilihat bahwa ATN mengetahui urutan pada setiap langkah yang digunakan

untuk menyelesaikan prosedur penyelesaian menggunakan metode pohon faktor

dari langkah 1 sampai langkah 3 dengan mengalami kendala pada langkah ke 3.

Subjek ATN mengetahui langkah 1 memfaktorkan bilangan 60 dan 72 yang

merupakan jumlah siswa perempuan dan laki-laki menggunakan pohon faktor.

Lalu, langkah kedua menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72. Tetapi pada

langkah ketiga subjek ATN mengalami kendala ketika menentukan FPB dari 60

dan 72 subjek ATN menentukan KPK dari 60 dan 72. Sedangkan pada langkah

terakhir subjek ATN belum dapat menghasilkan jawaban akhir dengan tepat yang

seharusnya yaitu dari 60 dan 72 dapat dibagi menjadi 12 kelompok belajar dengan

jumlah perempuan sama banyak dan laki-laki sama banyak. Maka dari itu dapat

disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator kelima dengan cukup

baik yaitu mengetahui kapan harus melakukan prosedur penyelesaian FPB

dengan tepat pada langkah 1 (memfaktorkan bilangan) dan langkah 2

(menuliskan faktorisasi prima) menggunakan metode pohon faktor.


87

f. Indikator 6 (Memiliki pengetahuan prasyarat yang dibutuhkan dalam melakukan

prosedur)

Subjek ATN mengetahui pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai ketika

menyelesaikan permasalahan FPB. Pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh

subjek ATN ketika mengerjakan permaslahan FPB yaitu meliputi operasi bilangan

yang terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Selain itu,

mengenai bilangan prima dan bilangan berpangkat. Hal tersebut dapat terlihat dari

gambar 4.17. dibawah ini:

Gambar 4. 17. Hasil subjek ATN untuk dilihat pengetahuan prasyarat saat
melakukan prosedur penyelesaian pada nomor 1
Subjek ATN dapat menggunakan operasi bilangan seperti penjumlahan/

pengurangan/perkalian/pembagian. Subjek ATN dapat memfaktorkan bilangan 60

dan 72 dengan menggunakan pohon faktor dengan operasi pembagian oleh bilangan

prima. Dalam menghitung FPB menggunakan operasi perkalian pun dapat dilihat

dapat menyelesaikannya dengan tepat. Selain itu, subjek ATN juga mengerti

perpangkatan dalam bilangan.


88

Selain dari tes tertulis, kemampuan subjek ATN dalam memiliki

pengetahuan prasyarat saat melakukan prosedur dapat dilihat dari trasnkrip

wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek ATN. Berikut transkrip

wawancara yang mendukung terpenuhinya indikator 6:

[17] P : Ini dapat darimana (P menunjuk 60 = 2 x 2 x 3 x 5)


[18] ATN1 : Bilangan prima yang dibuletin dari pohon faktor
[19] P : Bilangan prima itu apa?
[20] ATN1 : Bilangan prima itu bilangan yang hanya bisa dibagi sama bilangan itu sendiri dan
bilangan 1. (Prasyarat bilangan prima)
[21] P : Terus kenapa yang bilangan 2 jadi 22?
[22] ATN1 : Karena 2 nya ada sebanyak 2 kali, maka dari itu 2 nya dipangkatkan 2.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan

peneliti pada subjek ATN dapat dilihat bahwa ATN mengetahui pengetahuan

operasi bilangan, bilangan berpangkat dan bilangan prima yang digunakan sebagai

prasyarat yang harus dikuasai oleh subjek ATN ketika mengerjakan permasalahan

FPB. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator

keenam dengan baik yaitu memiliki pengetahuan prasyarat yang dibutuhkan

seperti operasi bilangan, bilangan prima dan bilangan berpangkat dalam

melakukan prosedur penyelesaian FPB dengan metode pohon faktor.

g. Indikator 7 (Mengetahui kesalahan dalam melakukan prosedur)

Subjek ATN melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal nomor 1.

Subjek ATN melakukan kesalahan pada langkah kedua dan ketiga sehingga pada

langkah keempat tidak dapat dilanjutkan penyelesaiannya.


89

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.18. dibawah ini:

Gambar 4. 18. Kesalahan Subjek ATN dalam Melakukan Prosedur


Penyelesaian FPB dengan Metode Pohon Faktor
Pada langkah 1 sampai langkah 2 dapat menyelesaikan dengan tepat.

Langkah yang pertama yaitu yang memfaktorkan bilangan 60 dan 72 dengan

menggunakan bilangan prima, selanjutnya ATN menuliskan faktorisasi prima dari

60 dan 72 dengan sedikit kesalahan yaitu salah menuliskan pada perpangkatan

bilangan 3. Lalu, langkah yang ketiga ATN melakukan kesalahan dalam

menentukan penyelesaian permasalahan FPB karena subjek menyelesaikan

permasalahan nomor dengan menentukan KPK dari 60 dan 72. Kesalahan subjek

ATN pada langkah ketiga mengakibatkan ATN tidak menuliskan hasil akhir dengan

tepat. Berdasarkan hasil wawancara juga dapat dilihat bahwa ATN melakukan

kesalahan dalam melakukan prosedur, berikut transkrip wawancaranya:

[33] P : Apakah kamu merasa ada kesalahan dalam melakukan prosedur?


[34] ATN1 : Sepertinya tidak ada.
[35] P : Kamu yakin kalau nomor 1 permasalahannya diminta menentukan KPK?
[36] ATN1 : Iya, karena permasalahan nomor 1 ingin membagi kelompok belajar dengan
jumlah sama banyak, seingat saya yang digunakan untuk menyelesaikannya adalah
KPK.
Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan

peneliti pada subjek ATN dapat dilihat bahwa S2 menyadari terjadi kesalahan pada
90

langkah 2 yaitu pada bagian penulisan perpangkatan bilangan pada tahap penulisan

faktorisasi prima dalam menyelesaikan FPB. Subjek ATN juga yakin bahwa

permasalahan nomor 1 diselesaikan dengan menentukan KPK, padahal dalam

membagi kelompok belajar seharusnya dengan menetukan FPB dari jumlah siswa

perempuan dan jumlah siswa laki-laki. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa

subjek ATN memenuhi indikator ketujuh dengan cukup baik yaitu tidak

mengetahui kesalahan dalam melakukan prosedur penyelesaian FPB dengan

metode pohon faktor, tetapi dalam memperbaiki kesalahan masih belum

tepat.

h. Indikator 8 (Memberikan argumen yang logis dalam melakukan prosedur)

Subjek ATN dapat mengerjakan penyelesaian permasalahan nomor 1 dari

langkah 1 sampai langkah 3 dengan memberikan argumen yang logis pada saat

melakukan prosedur 1 dan 2, sedangkan pada langkah ketiga subjek ATN mencoba

memberikan argumen yang logis dengan sedikit dipancing oleh peneliti. Subjek

ATN ketika memberikan argumen yang logis saat ditanyakan perihal prosedur yang

dilakukan yang dapat dilihat pada transkrip wawancara dibawah ini:

[5] P : Pada permasalahan nomor 1 kamu menggunakan metode penyelesaian apa? lalu
coba jelaskan alasanmu menggunakan metode penyelesaian tersebut?
[6] ATN1 : Saya menggunakan metode pohon faktor karena menurut saya ketika
menggunakan pohon faktor lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat
menentukan faktorisasi primanya.
[11] P : Kenapa yang difaktorkan 60 dan 72?
[12] ATN1 : Karena yang mau dibagi kan siswa perempuan 60 dan siswa laki-laki 72.
[27] P : Kamu yakin kalau nomor 1 permasalahannya diminta menentukan KPK?
[28] ATN1 : Kayaknya yakin.
[29] P : Coba kalau ingin membagi kelompok dengan jumlah sama banyak berarti pakai
FPB atau KPK?
91

[30] ATN1 : Seingat saya dulu pakainya KPK kalau ingin membagi kelompok belajar dengan
jumlah sama banyak, maka dari itu yang digunakan untuk menyelesaikannya
adalah KPK.

Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ATN

dapat dilihat bahwa ATN memberikan argumen dengan logis ketika melakukan

prosedur dari langkah 1 sampai langkah 3, tetapi belum memperoleh jawaban akhir

benar karena prosedur ketiga masih salah. Subjek ATN dapat menyampaikan alasan

penggunaan metode pohon faktor untuk menyelesaikan permasalahan. Pemilihan

metode pohon faktor karena lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat

menentukan faktorisasi primanya. Subjek ATN juga menyampaikan alasan

memfaktorkan bilangan 60 dan 72, ATN mengatakan bahwa bilangan yang

difaktorkan 60 dan 72 karena bilangan 60 merupakan jumlah siswa perempuan dan

72 merupakan jumlah siswa laki-laki yang akan dibagi menjadi beberapa kelompok

dengan jumlah sama banyak pada masing-masing gendernya. Tetapi, subjek ATN

mengatakan bahwa yang dipilih adalah penyelesaian KPK karena pada

permasalahan nomor 1 ingin membagi kelompok belajar dengan jumlah sama

banyak. Alasan subjek ATN memilih KPK pun karena seingat subjek ATN pernah

menjumpai soal seperti permasalahan nomor 1 dengan di selesaikan dengan KPK.

Padahal seharusnya dalam penyelesaian permasalahan nomor 1 yang ditentukan

adalah menentukan FPB dari 60 dan 72. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa

subjek ATN memenuhi indikator kedelapan dengan cukup baik yaitu

mencoba memberikan argumen yang logis dalam melakukan prosedur

penyelesaian FPB dengan metode pohon faktor, meskipun belum diperoleh

jawaban akhir yang tepat.


92

i. Indikator 9 (Mengenali jenis masalah baru yang dapat diselesaikan

menggunakan prosedur)

Subjek ATN diberikan soal yang hampir mirip dengan soal yang diberikan

ketika tes tertulis oleh peneliti. Berikut soal yang diberikan oleh peneliti untuk

menguji indikator 9 yang dapat dilihat pada gambar 4.19. dan 4.20. dibawah ini:

Ibu membeli 50 kue serabi, 75 kue pastel dan 100 kue putu. Ketiga kue tersebut akan disajikan
dibeberapa piring untuk acara arisan nanti sore. Isi kue pada setiap piring sama banyak. Berapa
piring yang dibutuhkan ibu?

Gambar 4. 19. Soal permasalahan FPB

Lampu A berkedip setiap 8 detik. Lampu B berkedip setiap 12 detik. Lampu C berkedip setiap
15 detik. Jika saat ini ketiga lampu berkedip Bersama untuk pertama kalinya. Berapa detik lagi
kamu bisa melihat ketiga lampu berkedip Bersama untuk kedua kalinya?

Gambar 4. 20. Soal permasalahan KPK

Ketika ATN ditunjukan soal permasalahan FPB dan KPK subjek ATN dapat

mengetahui permasalahan yang harus diselesaikan menggunakan KPK tetapi tidak

mengetahui permasalahan FPB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil

wawancara berikut:

[39] P : Kalau yang gambar 4.19. ini menurut kamu penyelesaiannya menggunakan FPB
atau KPK?
[40] ATN1 : KPK
[41] P : Kamu yakin? kenapa menggunakan KPK?
[42] ATN1 : Seingat saya begitu karena, ingin membagi kue sama banyak.
[43] P : Terus kalau yang gambar 4.20. menggunakan penyelesaian FPB atau KPK? terus
kenapa jelasakan alasanmu?
[44] ATN1 : Kalau yang 4.20. ini menggunakan KPK juga, karena yang di tanyakan waktu
lampu dapat berkedip bersama lagi.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa subjek

ATN tidak terlalu mengetahui bentuk soal baru yang dapat diselesaikan
93

menggunakan FPB. Namun, subjek dapat mengenali permasalahan dengan

menyelesaikan dengan menggunakan KPK. Subjek ATN mengatakan bahwa

bentuk soal 4.19. dapat diselesaikan menggunakan KPK karena akan membagi kue

kedalam beberapa piring dengan jumlah sama banyak pada setiap jenis kue nya.

Sedangkan pada bentuk soal 4.20. dapat diselesaikan menggunakan KPK karena

pada soal menanyakan waktu dapat berkedip bersama lagi pada 3 lampu yang ada,

maka yang dicari adalah kelipatannya dengan menggunakan KPK. Padahal yang

seharusnya adalah pad gambar 4.23. itu penyelesaian FPB, sedangkan gambar 4.24.

adalah penyelesaian KPK. Subjek ATN menganggap bahwa permasalahan yang

diberikan itu penyelesaiannya menggunakan KPK semua. Maka dari itu, dapat

disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator kesembilan dengan baik

yaitu dapat mengenali jenis masalah baru yang dapat diselesaikan

menggunakan KPK, tetapi tidak mengenali masalah yang penyelesaiannya

dengan menentukan FPB menggunakan metode pohon faktor.

2) Soal nomor 2

A. Kemampuan Pemahaman Prosedural

a. Indikator 1 (Menerapkan serangkaian prosedur)

Subjek ATN dapat menerapkan serangkaian prosedur penyelesaian KPK

menggunakan metode daftar kelipatan bilangan sampai langkah kedua yang terdiri

dari 4 langkah. Subjek ATN menuliskan serangkaian prosedur penyelesaian

menggunakan metode daftar kelipatan dengan lengkap sampai prosedur kedua

karena tahapan prosedur ketiga dan keempat masih belum dilakukan.


94

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.21. dibawah ini:

Gambar 4. 21. Menunjukkan ATN menulis serangkaian prosedur pada soal


nomor 2
Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek ATN, dapat dilihat

bahwa ATN menuliskan serangkaian prosedur penyelesaian menggunakan metode

daftar kelipatan dengan tepat sampai prosedur kedua karena pada tahapan prosedur

ketiga dan keempat masih belum dilakukan. Permasalahan nomor 2 diselesaikan

menggunakan KPK karena permasalahan berkaitan dengan waktu untuk bertemu

kembali secara bersama. Langkah 1 dan 2 yaitu dengan cara menuliskan kelipatan

masing-masing bilangan 3, 5 dan 6yang merupakan hari datang di bimbel yaitu 3

hari sekali, 5 hari sekali dan 6 hari sekali. Kelipatan dituliskan dengan cara

menjumlahkan bilangan terakhir dengan bilangan asli yang sedang dicari

kelipatannya seperti bilangan 3 maka kelipatannya adalah 3, 6, 9, 12, 15 dan

seterusnya hingga diperoleh kelipatan persekutuan dengan bilangan yang sudah

ditentukan yaitu dari kelipatan 5 dan 6. Kelipatan persekutuan adalah bilangan yang

sama-sama dimiliki ketiga bilangan.

Selanjutnya, pada langkah yang ketiga ATN tidak menuliskan hasil KPK

dari ketiga bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Langkah keempat yang seharusnya adalah

menjumlahkan hari pertama bertemu yaitu hari minggu ditambah 30 hari maka

bertemu kembali kedua kalinya pada hari Selasa. Namun, subjek ATN masih belum

mengerti cara menjumlahkan hari pertama bertemu dengan 30 hari hasil KPK yang
95

diperoleh. Subjek ATN juga belum mengerti cara menjumlahkan tanggal pertama

bertemu dengan KPK 30 hari. Seharusnya subjek ATN menjumlahkan tanggal

pertama bertemu 30 Maret 2022 dengan 30 hari sehingga diperoleh hasil tanggal

kedua bertemu adalah 30 April 2022. Akibatnya subjek ATN tidak dapat

menyelesaikan langkah keempat dengan baik yaitu tidak menuliskan hasil jawaban

akhir dengan tepat. Seharusnya Dina yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali

dan Icha 6 hari sekali yang pernah bertemu pertama kali pada hari Minggu tanggal

30 Maret 2022 dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa

tanggal 30 April 2022. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi

indikator pertama dengan cukup baik yaitu dapat menerapkan serangkaian

prosedur penyelesaian KPK sampai pada prosedur kedua dengan metode

daftar kelipatan bilangan.

b. Indikator 2 (Melakukan Prosedur dengan Lancar)

Subjek ATN dapat menerapkan serangkaian prosedur penyelesaian KPK

dengan menggunakan metode daftar kelipatan yang terdiri dari 4 langkah hanya

lancar sampai pada langkah kedua saja, karena subjek ATN masih terkendala pada

langkah ketiga dan langkah keempat. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada

gambar 4.22. dibawah ini:

Gambar 4. 22. Menunjukkan kelancaran ATN menulis serangkaian prosedur


pada soal nomor 2
96

Langkah 1 dan 2 yaitu dengan cara menuliskan kelipatan masing-masing

hari datang di bimbel yaitu 3, 5 dan 6, kelipatan dituliskan dengan cara

menjumlahkan bilangan terakhir dengan bilangan asli yang sedang dicari

kelipatannya seperti bilangan 3 maka kelipatannya adalah 3, 6, 9, 12, 15 dan

seterusnya hingga diperoleh kelipatan persekutuan dengan bilangan yang sudah

ditentukan yaitu dari kelipatan 5 dan 6. Kelipatan persekutuan adalah bilangan yang

sama-sama dimiliki ketiga bilangan.

Selanjutnya, pada langkah yang ketiga ATN tidak menuliskan hasil KPK

dari ketiga bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Namun, ketika dikonfirmasi ketika

wawancara subjek dapat menyebutkan KPK yang dihasilkan dari bilangan 3, 5 dan

6. Permasalahan nomor 2 diselesaikan menggunakan KPK karena permasalahan

berkaitan dengan waktu untuk bertemu kembali secara bersama. Langkah keempat

yang seharusnya menentukan hari dan tanggal bertemu bersama kembali untuk

yang kedua kalinya yaitu dengan cara menjumlahkan hari dan tanggal bertemu

bersama untuk yang pertama kali. Namun, subjek ATN masih belum mengerti cara

menjumlahkan tanggal pertama bertemu dengan KPK 30 hari.

Akibatnya subjek ATN tidak dapat menyelesaikan langkah keempat dengan

baik yaitu tidak menuliskan hasil jawaban akhir dengan tepat. Seharusnya dari Dina

yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali dan Icha 6 hari sekali yang pernah

bertemu bersama pertama kali pada hari Minggu tanggal 20 Maret 2022 dapat

bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022.

Pernyataan tersebut juga didukung dengan hasil wawancara yang telah dilakukan

peneliti terhadap subjek ATN. Berikut transkrip wawancaranya:


97

[1] P : Apa kamu merasa bingung ketika menyelesaikan permasalahan nomor 2 ini?
[2] ATN2 : Sedikit bingung di langkah keempat, saya bisa mengerti masalah dari soal yang
diberikan dan bisa menentukan strategi penyelesaian yang digunakan. Cuma
dilangkah keempat bingung cara menjumlahkan hari dan tanggalnya.
[3] P : Kamu menggunakan strategi penyelesaian apa?
[4] ATN2 : Saya menggunakan metode daftar kelipatan pada soal nomor 2.
[7] P : Kenapa kamu langsung menggunakan metode daftar kelipatan? Emangnya kamu
yakin jika permasalahan nomor 2 berhubungan dengan KPK?. Dan jika kamu
yakin, apakah yang membuatmu yakin?
[8] ATN2 : Saya tahu permasalahan nomor 2 berhubungan dengan KPK karena pada nomor
2 ini ingin dicari waktu untuk bertemu kembali yang kedua kalinya, maka
permasalahan diselesaikan dengan mencari KPK nya. Lalu, saya menggunakan
cara daftar kelipatan karena pada bilangan kecil menurut saya lebih mudah
menggunakan cara mencari kelipatan dari bilangan 3, 5 dan 7 sampai diperoleh
kelipatan persekutuannya
[17] P : Gimana caranya kamu mentukan kelipatan pada bilangan 3, 5 dan 6?
[18] ATN2 : Saya menentukan kelipatan dengan cara menambahkan bilangan terakhir dengan
bilangan yang dicari kelipatannya, contohnya kelipatan pada bilangan 3 berarti 3,
6, 9, 12, 15 dan seterusnya.
[25] P : Dari kelipatan 3, 5 dan 6 yang diperoleh, kenapa bilangan 30 dilingkari?
[26] ATN2 : Karena 30 adalah KPK dari 3, 5 dan 6
[27] P : Kenapa kamu kok tidak menuliskan hasil KPK nya?
[28] ATN2 : Tidak sempat karena terburu-buru.
[29] P : Tetapi kamu tahu tidak kalau KPK nya itu 30?
[30] ATN2 : Iya saya tahu kalau KPK yang dihasilkan adalah 30.

Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ATN dapat mengerti

permasalahan nomor 2 yaitu menyelesaikan KPK dengan menggunakan metode

daftar kelipatan. Dalam melakukan tahapan subjek ATN dilihat bahwa menuliskan

serangkaian prosedur pernyelesaian menggunakan metode daftar kelipatan dengan

lengkap sampai prosedur kedua, namun pada tahapan prosedur ketiga dan keempat

masih belum dilakukan. Pada langkah yang ketiga ATN tidak menuliskan hasil

KPK, tetapi ketika ditanya saat wawancara subjek ATN dapat menjawab dengan

tepat bahwa permasalahan nomor 2 diperoleh KPK yaitu 30. Sedangkan pada

langkah ke 4 subjek ATN merasa kesulitan dalam menjumlahkan hari dan tanggal

pertama bertemu dengan KPK yang dihasilkan.


98

Berdasarkan hasil tes tertulis dan tes wawancara, subjek ATN dapat

melakukan serangkaian prosedur sampai pada tahap langkah ketiga dengan lancar

karena masih terkendala pada langkah keempat dalam menentukan hari dan tanggal

bertemu bersama kembali untuk yang kedua kali, karena subjek ATN dapat

menerapkan serangkaian prosedur sampai langkah 3 dengan lancar. Maka, dapat

disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator kedua dengan baik yaitu

dapat melakukan prosedur penyelesaian KPK dengan lancar sampai pada

tahap prosedur ketiga menggunakan metode daftar kelipatan bilangan.

c. Indikator 3 (Menghasilkan Jawaban yang Tepat)

Pengerjaan penyelesaian permasalahan KPK pada nomor 2, subjek ATN

tidak dapat mengerjakan penyelesaian sampai akhir karena terkendala pada

prosedur keempat, sehingga belum memperoleh jawaban yang tepat. Subjek ATN

hanya dapat menyelesaikan hingga prosedur ketiga yaitu dengan memperoleh KPK

yang merupakan kelipatan bilangan yang sama dari bilangan 3, 5 dan 6 yaitu 30.

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.23. dibawah ini:

Gambar 4. 23. Jawaban ATN pada soal nomor 2


Subjek ATN tidak melakukan prosedur keempat, padahal seharusnya pada

prosedur keempat menentukan hari dan tanggal bertemu lagi untuk yang kedua kali,

yaitu hari Minggu ditambah 30 hari adalah hari Selasa dan tanggal 20 Maret
99

ditambah 30 hari adalah 20 April. Maka dapat dilihat bahwa subjek ATN tidak

dapat menyelesaikan permasalahan KPK dengan baik pada soal nomor 2.

Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek ATN, dapat dilihat

bahwa ATN hanya melakukan serangkaian prosedur pernyelesaian dengan tepat

sampai langkah ketiga saja, sehingga belum menghasilkan jawaban akhir dengan

tepat. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator ketiga

dengan sangat tidak baik yaitu menuliskan akhir jawaban dengan tepat dalam

menyelesaikan permasalahan KPK dengan metode daftar kelipatan.

B. Kemampuan Pemahaman Konseptual

d. Indikator 4 (Menunjukkan Mampu Melakukan Serangkaian Prosedur)

Pada permasalahan KPK nomor 2, subjek ATN menerapkan serangkaian

prosedur penyelesaian KPK menggunakan metode daftar kelipatan sampai langkah

ketiga saja karena subjek ATN tidak dapat melakukan prosedur keempat.

Kemampuan subjek ATN dalam melakukan serangkaian prosedur dapat

dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek

ATN. Berikut transkrip wawancara yang mendukung terpenuhi atau tidaknya

indikator 4:
100

[55] P : Coba jelaskan secara singkat langkah yang kamu lakukan dari awal hingga akhir
untuk menyelasaikan permasalahan ini?
[56] ATN2 : Pertama saya menuliskan kelipatan masing-masing hari datang di bimbel yaitu 3,
5 dan 6 dengan cara menjumlahkan bilangan terakhir dengan bilangan asli yang
sedang dicari kelipatannya. Setelah itu menentukan KPK yang merupakan
bilangan yang sama yang dimiliki oleh bilangan 3, 5 dan 6 yaitu 30.
[31] P : Berarti sudah ketemu ini KPK nya?
[32] ATN2 : Iya saya cuma mengerti sampai tahap KPK saja.
[35] P : Untuk mencari tanggal bertemu yang kedua kalinya gimana sih?
[36] ATN2 : Mungkin ditambahkan, tapi saya bingung dalam menjumlahkan tanggal dan hari.
Jadinya tidak saya selesaikan.

Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ATN dapat mengerti

permasalahan nomor 2 yaitu menyelesaikan KPK dengan menggunakan metode

daftar kelipatan. Ketika melakukan dapat dilihat bahwa ATN melakukan

serangkaian prosedur pernyelesaian menggunakan metode daftar kelipatan dengan

lengkap sampai prosedur ketiga, namun pada tahapan prosedur keempat masih

belum dilakukan. Pada langkah ketiga yang semula tidak menuliskan hasil KPK,

tetapi ketika ditanya saat wawancara subjek ATN dapat menjawab dengan tepat

bahwa permasalahan nomor 2 diperoleh KPK yaitu 30. Subjek ATN dapat

melakukan prosedur dari tahap menuliskan kelipatan bilangan 3, 5 dan 6 hingga

diperoleh kelipatan persekutuan terkecil dari 3 bilangan adalah 30 yang merupakan

KPK yang diperoleh. Namun, belum menuliskan kesimpulan jawaban akhir dengan

tepat karena tidak melakukan prosedur keempat yaitu menjumlahkan hari dan

tanggal bertemu bersama untuk yang pertama kali dengan KPK yang diperoleh.

Seharusnya dari Dina yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali dan Icha 6 hari

sekali, lalu mereka bertemu pertama kali pada hari Minggu tanggal 20 Maret 2022

dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April

2022.
101

Berdasarkan hasil tes wawancara, subjek ATN dapat menerapkan

serangkaian prosedur sampai langkah ketiga dengan lancar. Tetapi, subjek ATN

sempat terkendala pada langkah ketiga tetapi berhasil memperoleh jawaban yang

tepat dengan dikonfirmasi dari hasil wawancara serta subjek tidak dapat melakukan

prosedur keempat untuk menentukan hari dan tanggal bertemu kembali bersama

untuk kedua kalinya. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi

indikator keempat dengan baik yaitu dapat menunjukkan kemampuan

melakukan prosedur penyelesaian KPK dengan lancar sampai pada tahap

prosedur ketiga menggunakan metode daftar kelipatan.

e. Indikator 5 (Mengetahui Kapan Harus Melakukan Prosedur Tertentu)

Subjek ATN tahu kapan harus melakukan prosedur-prosedur yang harus

dilakukan ketika memilih metode penyelesaian daftar kelipatan yang terdiri dari 4

langkah, meskipun pengetahuan ATN hanya sampai tahap prosedur ketiga saja

yaitu pada tahap menentukan KPK. Kemampuan subjek ATN dalam mengetahui

kapan harus melakukan prosedur tertentu dapat dilihat dari trasnkrip wawancara

yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek ATN. Berikut transkrip wawancara

yang mendukung terpenuhinya indikator 5:

[9] P : Coba dibaca sekali lagi dengan cermat, kira-kira yang diketahui dari soal itu apa?
[10] ATN2 : Dina berangkat 3 hari sekali, Mela 5 hari dan Icha 6 hari terus mereka bertemu
bersama untuk pertama kalinya pada hari Minggu tanggal 20 Maret 2022.
[11] P : Terus bilangan 3, 5 dan 6 ini di apain?
[12] ATN2 : Saya cari kelipatannya satu persatu dari bilangan 3, 5 dan 6 sampai ketemu
kelipatan persekutuan terkecilnya yaitu 30. (Prosedur 1 dan 2)
[13] P : Kelipatan persekutuan terkecil itu yang bagaimana?
[14] ATN2 : Kelipatan persekutuan terkecil adalah bilangan yang sama-sama dimiliki ketiga
bilangan yang paling kecil.
[23] P : Terus pada langkah ketiga kamu kok tidak menuliskan langkahnya? Kamu
memperoleh FPB atau KPK?
102

[24] ATN2 : Langkah ketiga menentukan KPK, KPK dari 3, 5 dan 6 diperoleh 30 hari.
(Prosedur 3)
[37] P : Darimana kamu tahu kalau soal nomor 2 mencari kelipatan dari bilangan?
[38] ATN2 : Pada soal nomor 2 permasalahannya tentang bertemu kembali yang berarti
berhubungan dengan KPK, maka saya menyelesaikannya menggunakan KPK.
[33] P : Setelah kamu memperoleh hasil KPK 30 ini, apa prosedur yang kamu lakukan?
dan kenapa?
[34] ATN2 : Tidak tahu, saya bingung dalam menghitung hari dan tanggal bertemu kembali.
Mungkin tanggal 30 April karena KPK yang dihasilkan 30.

Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa ATN dapat mengerti

permasalahan nomor 2 yaitu menyelesaikan KPK dengan menggunakan metode

daftar kelipatan. Dalam melakukan tahapan subjek ATN dilihat bahwa menuliskan

serangkaian prosedur pernyelesaian menggunakan metode daftar kelipatan dengan

lengkap sampai prosedur ketiga karena tahapan prosedur ke 4 masih belum tepat.

Subjek ATN tidak merasa kesulitan dari langkah 1 sampai dengan langkah 3.

Namun, pada langkah ke 4 subjek ATN merasa kesulitan karena tidak tahu metode

apa yang harus dilakukan dalam menentukan hari dan tanggal bertemu bersama

yang kedua kali, padahal seharusnya langkah keempat adalah menjumlahkan hari

dan tanggal pertama bertemu dengan KPK yang dihasilkan.

Subjek ATN mengerti ketika ditanya pada tahapan pada setiap prosedurnya.

Pada langkah 1 dan 2 subjek ATN melakukan prosedur menentukan kelipatan pada

bilangan 3, 5 dan 6. Setelah itu dicari kelipatan persekutuan terkecilnya yaitu 30

hari. Subjek juga tahu tahap yang terakhir adalah mencari hari dan tanggal bertemu

kembali untuk kedua kalinya dengan menjumlahkan hari dan tanggal pertama

bertemu dengan KPK yang diperoleh. Berdasarkan hasil tes tertulis dan tes

wawancara, subjek ATN mengetahui langkah 1 dan 2 yaitu menuliskan kelipatan

dari 3, 5 dan 6. Lalu, langkah ketiga menentukan KPK dari 3, 5 dan 6. Setelah itu,
103

langkah keempat belum dapat dimengerti oleh subjek ATN. Maka dari itu dapat

disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator kelima dengan baik yaitu

mengetahui kapan harus melakukan beberapa prosedur dari tahap prosedur

pertama sampai keempat, namun tidak dapat melakukan prosedur keempat

dalam menyelesaikan permasalahan KPK dengan metode daftar kelipatan.

f. Indikator 6 (Memiliki pengetahuan prasyarat yang dibutuhkan dalam melakukan

prosedur)

Subjek ATN mengetahui pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai ketika

menyelesaikan permasalahan KPK. Pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai

oleh subjek ATN ketika mengerjakan permasalahan KPK dengan metode daftar

kelipatan yaitu meliputi operasi bilangan yang terdiri dari penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian. Selain itu, mengenai kelipatan bilangan,

bilangan persekutuan dan materi mengukur satuan waktu. Hal tersebut dapat

terlihat dari gambar 4.24 dibawah ini:

Gambar 4. 24. Subjek ATN dalam pengetahuan prasyarat saat melakukan


prosedur penyelesaian KPK pada nomor 2

Subjek ATN dapat menggunakan operasi bilangan seperti penjumlahan/

pengurangan/perkalian/pembagian. Subjek ATN dapat menuliskan kelipatan dari

bilangan 3, 5 dan 6. Subjek ATN menuliskan kelipatan dengan cara menjumlahkan


104

bilangan yang dicari kelipatannya, pada prosedur ini subjek ATN dapat menuliskan

kelipatan dengan tepat. Tetapi pada prosedur keempat dalam mencari hari dan

tanggal untuk bertemu untuk yang kedua kalinya, subjek ATN masih tidak tahu

langkah yang harus digunakan untuk menyelesaikannya. Seharusnya dalam

menjumlahkan hari dan tanggal, subjek ATN harus menguasai materi mengukur

satuan waktu pada hari dan tanggal.

Selain dari tes tertulis, kemampuan subjek ATN dalam memiliki

pengetahuan prasyarat saat melakukan prosedur dapat dilihat dari trasnkrip

wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek ATN. Berikut transkrip

wawancara yang mendukung terpenuhinya indikator 6:

[19] P : Ini dapat darimana? (P menunjuk kelipatan 5 yang terdiri dari 5, 10, 15, 20, 25
dan seterusnya).
[20] ATN2 : Dari bilangan 5 yang di tambah dengan 5 dan selalu ditambah dengan 5.
[21] P : Berarti kalau mencari kelipatan 3 bagaimana?
[22] ATN2 : Bilangannya selalu ditambah dengan bilangan 3.
[23] P : Terus pada langkah ketiga kamu kok tidak menuliskan langkahnya? Kamu
memperoleh FPB atau KPK?
[24] ATN2 : Langkah ketiga menentukan KPK, KPK dari 3, 5 dan 6 diperoleh 30 hari.
[33] P : Setelah kamu memperoleh hasil KPK 30 ini, apa prosedur yang kamu lakukan?
dan kenapa?
[34] ATN2 : Tidak tahu, saya bingung dalam menghitung hari dan tanggal bertemu kembali.
Mungkin tanggal 30 April karena KPK yang dihasilkan 30.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan

peneliti pada subjek ATN dapat dilihat bahwa ATN lumayan mengetahui

pengetahuan sebelumnya yang digunakan sebagai prasyarat yang harus dikuasai

oleh subjek ATN ketika mengerjakan permaslahan KPK, seperti operasi bilangan

yang meliputi pemjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Lalu, ada

kelipatan bilangan, bilangan persekutuan. Tetapi masih kurang mengerti prasyarat


105

materi mengukur satuan waktu yang digunakan untuk mengerjakan prosedur

keempat dalam mencari hari dan tanggal bertemu bersama untuk yang kedua

kalinya karena subjek ATN masih merasa bingung, belum menguasainya dan tidak

dapat menyelesaikan prosedur keempat. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa

subjek ATN memenuhi indikator keenam dengan baik yaitu memiliki

pengetahuan beberapa prasyarat yang dibutuhkan seperti operasi bilangan,

kelipatan bilangan dan kelipatan persekutuan dalam melakukan prosedur

penyelesaian KPK dengan metode daftar kelipatan.

g. Indikator 7 (Mengetahui kesalahan dalam melakukan prosedur)

Subjek ATN melakukan kesalahan dalam menyelesaikan permasalahan

KPK pada soal nomor 2. Subjek ATN dapat menyelesaikan masalah dari langkah 1

sampai langkah 3 dengan tepat, meskipun sempat mengalami kesalahan pada

prosedur ketiga karena subjek ATN tidak menuliskan KPK yang diperoleh. Subjek

ATN melakukan kesalahan juga karena tidak melakukan prosedur keempat yaitu

dalam menentukan hari dan tanggal bertemu bersama kembali untuk yang kedua

kalinya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.25. dibawah ini:

Gambar 4. 25. Kesalahan Subjek ATN dalam Melakukan Prosedur


Penyelesaian KPK dengan Metode Daftar Kelipatan
106

Langkah 1 dan 2 yaitu dengan cara menuliskan kelipatan masing-masing

hari datang di bimbel yaitu 3, 5 dan 6, kelipatan dituliskan dengan cara

menjumlahkan bilangan terakhir dengan bilangan asli yang sedang dicari

kelipatannya seperti bilangan 5 maka kelipatannya adalah 5, 10, 15, 20, 25 dan

seterusnya hingga diperoleh kelipatan persekutuan dengan bilangan yang sudah

ditentukan yaitu dari kelipatan 3 dan 6. Kelipatan persekutuan adalah bilangan yang

sama-sama dimiliki ketiga bilangan.

Selanjutnya, langkah yang ketiga ATN belum menentukan KPK dari ketiga

bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Tetapi ketika di wawancara baru menyadari

kesalahan dan mengkonfirmasi bahwa lupa menuliskan KPK karena terburu-buru.

Di konfirmasi bahwa KPK dari 3 hari, 5 hari dan 6 hari adalah 30 hari. Setelah itu

langkah yang keempat, subjek ATN tidak dapat menyelesaikan prosedur tersebut.

Seharusnya menjumlahkan hari pertama bertemu yaitu hari minggu ditambah 30

hari maka bertemu kembali kedua kalinya pada hari Selasa. Namun, subjek ATN

tidak tahu cara melakukan prosedur keempat yaitu ATN masih belum mengerti cara

menjumlahkan hari pertama bertemu dengan 30 hari hasil KPK yang diperoleh.

Subjek ATN juga belum mengerti cara menjumlahkan tanggal pertama

bertemu dengan 30 hari. Seharusnya subjek S2 menjumlahkan tanggal pertama

bertemu 30 Maret 2022 dengan 30 hari sehingga diperoleh hasil tanggal kedua

bertemu adalah 30 April 2022. Akibat dari subjek ATN tidak dapat menyelesaikan

langkah keempat dengan baik yaitu tidak menuliskan hasil kesimpulan dengan

tepat. Seharusnya dari Dina yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari sekali dan Icha

6 hari sekali, lalu mereka bertemu pertama kali pada Minggu tanggal 20 Maret 2022
107

dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April

2022. Berdasarkan hasil wawancara juga dapat dilihat bahwa ATN melakukan

kesalahan dalam melakukan prosedur pada langkah keempat, berikut transkrip

wawancaranya:

[41] P : Apakah kamu merasa ada kesalahan dalam melakukan prosedur?


[42] ATN2 : Iya, saya merasa ada kesalahan pada langkah keempat.
[43] P : Memangnya kesalahan apa yang kamu lakukan?
[44] ATN2 : Dalam mencari hari dan waktu bertemu kembali untuk yang kedua kalinya.
[45] P : Harusnya hari apa dan tanggal berapa Dina, Mela dan Icha bertemu kembali untuk
yang kedua kalinya?
[46] ATN2 : Tidak tahu, karena saya masih bingung bagaimana untuk menentukan hari dan
tanggal bertemu bersama untuk yang kedua kalinya.
[47] P : Kamu yakin kesalahannya itu saja?
[48] ATN2 : Iya yakin.
[49] P : KPK yang dihasilkan berapa?
[50] ATN2 : 30.
[51] P : Kenapa kamu tidak menuliskan hasil KPK yang diperoleh.
[52] ATN2 : Iya karena saya lupa. Tetapi saya mengetahui bahwa KPK dari bilangan 3, 5 dan
6 adalah 30.

Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ATN

dapat dilihat bahwa ATN menyadari terjadi kesalahan atau tidaknya pada setiap

langkah yang digunakan dalam menyelesaikan prosedur penyelesaian dari langkah

1 sampai langkah 4 tetapi masih terkendala pada prosedur keempat dan tidak dapat

menemukan solusi dari kesalahan prosedur keempat yang dilakukan. Subjek ATN

hanya dapat menerapkan serangkaian prosedur dengan tepat sampai prosedur ketiga

saja. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator

ketujuh dengan kurang baik yaitu mengetahui kesalahan dalam melakukan

prosedur penyelesaian KPK dengan metode daftar kelipatan tetapi tidak tahu

cara mengatasi kesalahan yang dilakukan.


108

h. Indikator 8 (Memberikan argumen yang logis dalam melakukan prosedur)

Subjek ATN dapat mengerjakan penyelesaian permasalahan KPK pada

nomor 2 dari langkah 1 sampai langkah 3, sehinggga pada langkah keempat

terkendala karena tidak melakukan prosedur serta dapat memberikan argumen yang

logis pada saat melakukan beberapa prosedur. Langkah 1 dan 2 yaitu dengan cara

menuliskan kelipatan masing-masing hari datang di bimbel yaitu 3, 5 dan 6,

kelipatan dituliskan dengan cara menjumlahkan bilangan terakhir dengan bilangan

asli yang sedang dicari kelipatannya seperti bilangan 5 maka kelipatannya adalah

5, 10, 15, 20, 25 dan seterusnya hingga diperoleh kelipatan persekutuan dengan

bilangan yang sudah ditentukan yaitu dari kelipatan 3 dan 6. Kelipatan persekutuan

adalah bilangan yang sama-sama dimiliki ketiga bilangan.

Selanjutnya, langkah yang ketiga ATN menentukan KPK dari ketiga

bilangan 3, 5 dan 6 adalah 30. Maka KPK dari 3 hari, 5 hari dan 6 hari adalah 30

hari. Setelah itu langkah yang keempat, subjek ATN tidak dapat menyelesaikan

prosedur tersebut. Seharusnya menjumlahkan hari pertama bertemu yaitu hari

minggu ditambah 30 hari maka bertemu kembali kedua kalinya pada hari Selasa.

Namun, subjek ATN tidak tahu cara melakukan prosedur keempat yaitu ATN masih

belum mengerti cara menjumlahkan hari pertama bertemu dengan 30 hari hasil

KPK yang diperoleh. Subjek ATN juga belum mengerti cara menjumlahkan tanggal

pertama bertemu dengan 30 hari. Seharusnya subjek ATN menjumlahkan tanggal

pertama bertemu 30 Maret 2022 dengan 30 hari sehingga diperoleh hasil tanggal

kedua bertemu adalah 30 April 2022. Akibat subjek ATN tidak dapat

menyelesaikan langkah keempat dengan baik yaitu tidak menuliskan hasil jawaban
109

akhir dengan tepat. Seharusnya dari Dina yang datang 3 hari sekali, Amel 5 hari

sekali dan Icha 6 hari sekali, lalu mereka bertemu pertama kali pada Minggu tanggal

20 Maret 2022 dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa

tanggal 20 April 2022. Subjek ATN memberikan argumen yang logis ketika

ditanyakan perihal pada beberapa prosedur yang dilakukan yang dapat dilihat pada

transkrip wawancara dibawah ini:

[5] P : Pada permasalahan nomor 2 kamu menggunakan metode penyelesaian apa? lalu
coba jelaskan alasanmu menggunakan metode penyelesaian tersebut?
[6] ATN2 : Saya menggunakan metode daftar kelipatan karena menurut saya ketika
menyelesaikan KPK menggunakan metode daftar kelipatan lebih mudah apabila
bilangan yang dicari KPK nya merupakan bilangan kecil.
[15] P : Kenapa yang dicari kelipatannya 3, 5 dan 6?
[16] ATN2 : Karena yang mau dicari KPK waktu yang sama dapat bertemu bersama-sama
adalah dari waktu Dina 3 hari sekali, Mela 5 hari seklai dan Icha 6 hari sekali.
[25] P : Dari kelipatan 3, 5 dan 6 yang diperoleh, kenapa bilangan 30 di lingkari?
[26] ATN2 : Karena 30 adalah KPK dari 3, 5 dan 6.
[53] P : Kamu yakin kalau nomor 2 permasalahannya diminta menentukan KPK?
[54] ATN2 : Yakin, karena permasalahan nomor 2 ingin mencari hari dan tanggal bertemu
kembali untuk yang kedua kalinya, maka dari itu yang digunakan untuk
menyelesaikannya adalah KPK.

Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek ATN

dapat dilihat bahwa ATN memberikan argumen dengan logis ketika melakukan

prosedur langkah 1 sampai langkah 3 dengan terkendala pada langkah keempat.

Subjek ATN dapat menyampaikan alasan penggunaan metode daftar kelipatan

untuk menyelesaikan permasalahan KPK. Subjek ATN memilih menggunakan

metode daftar kelipatan karena menurut ATN ketika menyelesaikan KPK dengan

bilangan kecil menggunakan metode daftar kelipatan lebih mudah dipahami dan

lebih mudah saat menentukan KPK nya dengan mencari kelipatan persekutuan yang

sama dari kelipatan bilangan 3, 5 dan 6 yaitu 30. Subjek ATN juga menyampaikan

alasan menentukan kelipatan bilangan 3, 5 dan 6, subjek ATN mengatakan bahwa


110

bilangan yang yang dicari kelipatannya 3, 5 dan 6 karena bilangan 3 merupakan

jarak Dina datang di Bimbel, 5 merupakan jarak Mela datang di Bimbel dan 6

merupakan jarak Icha datang di Bimbel yang akan dicari hari dan tanggal yang sama

untuk dapat bertemu kembali untuk yang kedua kalinya. Selain itu, subjek ATN

mengatakan bahwa yang dipilih adalah penyelesaian KPK karena pada

permasalahan nomor 2 ingin mencari hari dan tanggal bertemu kembali untuk yang

kedua kalinya. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi

indikator kedelapan dengan baik yaitu memberikan argumen yang logis pada

prosedur pertama sampai ketiga, tetapi tidak dapat memberikan argumen

yang logis pada prosedur keempat karena belum sampai pada tahap prosedur

keempat.

i. Indikator 9 (Mengenali jenis masalah baru yang dapat diselesaikan

menggunakan prosedur)

Subjek ATN diberikan soal yang hampir mirip dengan soal yang diberikan

ketika tes tertulis oleh peneliti. Berikut soal yang diberikan oleh peneliti untuk

menguji indikator 9 yang dapat dilihat pada gambar 4.26. dan 4.27. dibawah ini:

Ibu membeli 50 kue serabi, 75 kue pastel dan 100 kue putu. Ketiga kue tersebut akan disajikan
dibeberapa piring untuk acara arisan nanti sore. Isi kue pada setiap piring sama banyak. Berapa
piring yang dibutuhkan ibu?

Gambar 4. 26. Soal permasalahan FPB


Lampu A berkedip setiap 8 detik. Lampu B berkedip setiap 12 detik. Lampu C berkedip setiap
15 detik. Jika saat ini ketiga lampu berkedip Bersama untuk pertama kalinya. Berapa detik lagi
kamu bisa melihat ketiga lampu berkedip Bersama untuk kedua kalinya?

Gambar 4. 27. Soal permasalahan KPK


111

Ketika ATN ditunjukan soal permasalahan FPB dan KPK subjek ATN dapat

mengetahui permasalahan yang harus diselesaikan menggunakan KPK tetapi tidak

mengetahui permasalahan FPB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari hasil

wawancara berikut:

[57] P : Kalau yang gambar 4.26. ini menurut kamu penyelesaiannya menggunakan FPB
atau KPK?
[58] ATN2 : KPK
[59] P : Kamu yakin? kenapa menggunakan KPK?
[60] ATN2 : Seingat saya begitu karena, ingin membagi kue sama banyak.
[61] P : Terus kalau yang gambar 4.27. menggunakan penyelesaian FPB atau KPK? terus
kenapa jelasakan alasanmu?
[62] ATN2 : Kalau yang 4.27. ini menggunakan KPK juga, karena yang di tanyakan waktu
lampu dapat berkedip bersama lagi.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa subjek

ATN tidak terlalu mengetahui bentuk soal baru yang dapat diselesaikan

menggunakan FPB. Namun, subjek dapat mengenali permasalahan dengan

menyelesaikan dengan menggunakan KPK. Subjek ATN mengatakan bahwa

bentuk soal 4.26. dapat diselesaikan menggunakan KPK karena akan membagi kue

kedalam beberapa piring dengan jumlah sama banyak pada setiap jenis kuenya.

Sedangkan pada bentuk soal 4.27. dapat diselesaikan menggunakan KPK karena

pada soal menanyakan waktu dapat berkedip bersama lagi pada 3 lampu yang ada,

maka yang dicari adalah kelipatannya dengan menggunakan KPK. Padahal yang

seharusnya adalah pad gambar 4.26. itu penyelesaian FPB, sedangkan gambar 4.27.

adalah penyelesaian KPK. Subjek ATN menganggap bahwa permasalahan yang

diberikan itu penyelesaiannya menggunakan KPK semua. Maka dari itu, dapat

disimpulkan bahwa subjek ATN memenuhi indikator kesembilan dengan baik

yaitu dapat mengenali jenis masalah baru yang dapat diselesaikan


112

menggunakan KPK, tetapi tidak mengenali masalah yang penyelesaiannya

dengan menentukan FPB menggunakan metode pohon faktor maupun metode

daftar kelipatan.

4.1.3. Deskripsi Subjek FSA dengan Kemampuan Rendah

1) Soal nomor 1

A. Kemampuan Pemahaman Prosedural

a. Indikator 1 (Menerapkan serangkaian prosedur)

Penyelesaian FPB pada permasalahan nomor 1 menggunakan metode pohon

faktor yang terdiri dari 4 langkah, hanya dapat diselesaikan oleh subjek FSA sampai

langkah kedua saja. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.28. dibawah

ini:

Gambar 4. 28. Subjek FSA dalam menuliskan serangkaian prosedur pada


soal nomor 1
Langkah yang pertama yaitu memfaktorkan bilangan 60 yang merupakan

jumlah siswa perempuan dan bilangan 72 yang merupakan jumlah siswa laki-laki

dengan cara membagi bilangan 60 dan 72 menggunakan bilangan prima sehingga

diperoleh hasil akhir berupa bilangan prima. Selanjutnya FSA menuliskan

faktorisasi prima dari hasil pemfaktoran bilangan 60 dan 72 yang berupa bilangan

prima. Namun, subjek FSA mengalami kendala pada saat menuliskan faktorisasi
113

prima karena mengoperasikan hasil faktorisasi prima dari 60 dan 72 menggunakan

operasi perkalian. Lalu, langkah yang ketiga FSA belum menentukan penyelesaian

permasalahan menggunakan FPB maupun KPK, padahal pada permasalahan nomor

1 seharusnya diselesaikan menggunakan FPB karena penyelesaian masalah

berkaitan dengan pembagian kelompok belajar dengan jumlah sama banyak pada

masing-masing gender siswa kelas IV. Selain itu, FSA menuliskan hasil jawaban

akhir secara langsung tanpa melakukan perhitungan, sehingga diperoleh hasil pada

siswa perempuan dapat dibagi menjadi 5 kelompok dan siswa laki-laki dapat dibagi

menjadi 3 kelompok. Padahal seharusnya dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa

laki-laki dapat dibagi menjadi 12 kelompok belajar dengan jumlah perempuan sama

banyak dan jumlah laki-laki sama banyak.

Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek FSA, dapat dilihat

bahwa FSA hanya menuliskan serangkaian prosedur pernyelesaian menggunakan

metode pohon faktor sampai langkah kedua, dari tahap memfaktorkan bilangan 60

dan 72, lalu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72 karena pada prosedur

ketiga subjek FSA tidak dapat menentukan penyelesaian masalah dengan

menentukan FPB maupun KPK, padahal seharusnya permasalahan diselesaikan

dengan menentukan FPB dari 60 dan 72 serta subjek FSA langsung menuliskan

jawaban dengan menuliskan hasil jawaban tanpa menghitung FPB nya terlebih

dahulu sehingga jawaban yang diperoleh kurang tepat. Permasalahan nomor 1

seharusnya dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi menjadi

12 kelompok belajar dengan perempuan sama banyak dan laki-laki sama banyak.

Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi indikator pertama


114

dengan cukup baik yaitu menerapkan serangkaian prosedur penyelesaian

FPB dengan metode pohon faktor sampai langkah kedua.

b. Indikator 2 (Melakukan Prosedur dengan Lancar)

Subjek FSA belum dapat menerapkan serangkaian prosedur penyelesaian

FPB menggunakan metode pohon faktor yang terdiri dari 4 langkah dengan lancar,

karena subjek FSA hanya dapat melakukan prosedur dengan lancar pada prosedur

pertama karena masih terkendala pada prosedur kedua, ketiga dan keempat. Untuk

lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.29. dibawah ini:

Gambar 4. 29. Kelancaran subjek FSA dalam menulis serangkaian prosedur


pada soal nomor 1
Langkah yang pertama yaitu memfaktorkan bilangan 60 yang merupakan

jumlah siswa perempuan dan bilangan 72 yang merupakan jumlah siswa laki-laki

dengan cara membagi bilangan 60 dan 72 menggunakan bilangan prima sehingga

diperoleh hasil akhir berupa bilangan prima. Selanjutnya FSA menuliskan

faktorisasi prima dari hasil pemfaktoran bilangan 60 dan 72 yang berupa bilangan

prima. Namun, subjek FSA mengalami kendala pada saat menuliskan faktorisasi

prima karena mengoperasikan hasil faktorisasi prima dari 60 dan 72 menggunakan

operasi perkalian. Lalu, langkah yang ketiga FSA belum menentukan penyelesaian

permasalahan menggunakan FPB maupun KPK, padahal pada permasalahan nomor


115

1 seharusnya diselesaikan menggunakan FPB karena penyelesaian masalah

berkaitan dengan pembagian kelompok belajar dengan jumlah sama banyak pada

masing-masing gender siswa kelas IV. Selain itu, FSA menuliskan hasil jawaban

akhir secara langsung tanpa melakukan perhitungan, sehingga diperoleh hasil pada

siswa perempuan dapat dibagi menjadi 5 kelompok dan siswa laki-laki dapat dibagi

menjadi 3 kelompok. Padahal seharusnya dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa

laki-laki dapat dibagi menjadi 12 kelompok belajar dengan jumlah perempuan sama

banyak dan jumlah laki-laki sama banyak. Pada permasalahan nomor 1 ini subjek

FSA dapat menyelesaikan soal dengan hambatan karena bingung menentukan

penyelesaian FPB yang seharusnya digunakan dalam mengerjakan soal. Pernyataan

tersebut juga didukung dengan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti

terhadap subjek FSA. Berikut transkrip wawancaranya:

[1] p : Apa kamu merasa bingung ketika menyelesaikan permasalahan nomor 1 ini?
[2] FSA1 : Iya, saya bingung ketika mengerjakan soal cerita yang diminta untuk menentukan
FPB atau KPK.
[3] P : Kalau langsung mengerjakan soal untuk menentukan FPB atau KPK bisa? Soal
yang tidak berbentuk soal cerita.
[4] FSA1 : Kalau itu saya bisa, tapi kalau diminta untuk mengalisis soal untuk diselesaikan
menggunakan FPB atau KPK saya masih bingung.
[5] P : Emangnya kamu menggunakan strategi penyelesaian apa?
[6] FSA1 : Saya menyelesaikan masalah dengan metode pohon faktor pada soal nomor 1.
[15] P : Ketika memfaktorkan bilangan 60 dan 72 ini menggunakan operasi bilangan apa?
terus kamu membaginya menggunakan bilangan apa?
[16] FSA1 : Operasi pembagian menggunakan bilangan prima.
[27]P : Kenapa kamu tidak melakukan langkah ketiga tapi dapat memperoleh jawaban?
[28] FSA1 : Saya asal menjawab karena masih bingung, jadi menurut saya jawabanya adalah
hasil prima yang terakhir dilingkari pada masing-masing pohon faktor.

Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa FSA tidak mengerti

bahwa permasalahan nomor 1 seharusnya diselesaikan dengan menenentukan FPB

dengan menggunakan metode pohon faktor. Dalam melakukan tahapan, subjek


116

FSA tidak merasakan kesulitan dari langkah 1 sampai dengan langkah 2, namun

pada langkah kedua subjek FSA mengalami kesalahan saat menuliskan faktorisasi

prima karena faktorisasi prima tidak perlu dioperasikan menggunakan operasi

perkalian. Tetapi subjek FSA melakukan operasi perkalian pada hasil faktorisasi

dari 60 dan 72, hal tersebut yang menyebabkan prosedur kedua menjadi kurang

tepat. Subjek FSA juga tidak dapat menentukan pilihan menyelesaikan

menggunakan FPB maupun KPK. Padahal yang seharusnya permasalahan

diselesaikan dengan menentukan FPB karena permasalahan nomor 1 tentang

membagi kelompok dengan jumlah sama banyak, maka permasalahan tersebut

berkaitan dengan FPB. Maka, langkah yang harus dilakukan yaitu menentukan FPB

nya. Sehingga, subjek FSA tidak menghasilkan jawaban akhir yang tepat bahwa

kelompok yang dapat dibentuk adalah 12 kelompok. Berdasarkan hasil tes tertulis

dan tes wawancara, FSA belum dapat menuliskan serangkaian prosedur

penyelesaian dengan runtut, lengkap dan masih ada kendala pada langkah kedua,

ketiga dan keempat. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi

indikator kedua dengan kurang baik yaitu melakukan prosedur penyelesaian

FPB menggunakan metode pohon faktor dengan lancar sampai pada prosedur

pertama saja.

c. Indikator 3 (Menghasilkan Jawaban yang Tepat)

Penyelesaian permasalahan nomor 1, subjek FSA tidak dapat mengerjakan

prosedur sampai akhir sehingga belum diperoleh jawaban tepat.


117

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.30. dibawah ini:

Gambar 4. 30. Jawaban FSA untuk menguji indikator memperoleh jawaban


tepat pada soal nomor 1
Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek FSA, dapat dilihat

bahwa pengerjaan permasalahan FPB pada soal nomor 1 tidak dapat selesaikan

sampai akhir. Jawaban dari subjek FSA salah dan juga tidak menggunakan prosedur

penyelesaian FPB dengan tepat. FSA menyimpulkan bahwa kelompok belajar yang

dapat dibentuk adalah perempuan 5 kelompok dan laki-laki 3 kelompok padahal

seharusnya kelompok yang dapat dibentuk berjumlah 12 kelompok dengan jumlah

laki-laki sama banyak dan perempuan sama banyak.

Subjek FSA tidak dapat menuliskan serangkaian prosedur penyelesaian

dengan tepat karena hanya lancar sampai pada langkah pertama, sehingga belum

menghasilkan jawaban akhir tepat karena mulai dari prosedur kedua sudah

mengalami kendala. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi

indikator ketiga dengan kurang baik yaitu belum menghasilkan jawaban yang

tepat dalam menyelesaikan permasalahan FPB dengan metode pohon faktor

karena terkendala pada prosedur kedua, ketiga dan keempat.


118

B. Kemampuan Pemahaman Konseptual

d. Indikator 4 (Menunjukkan Mampu Melakukan Serangkaian Prosedur)

Pada permasalahan FPB nomor 1 subjek FSA hanya dapat menunjukkan

melakukan prosedur sampai langkah kedua dengan masih ada kendala pada

prosedur kedua. Kemampuan subjek FSA dalam melakukan serangkaian prosedur

dapat dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada

subjek FSA. Berikut transkrip wawancara yang mendukung untuk memenuhi

indikator 4:

[41] P : Coba jelaskan secara singkat langkah yang kamu lakukan dari awal hingga akhir
untuk menyelasaikan permasalahan ini?
[42] FSA1 : Pertama saya memfaktorkan 60 dan 72, setelah itu menentukan faktorisasi prima
dari 60 dan 72. Setelah itu sudah ketemu jawabannya adalah dapat dibagi kelompok
perempuan berisi 5 kelompok dan laki-laki 3 kelompok.
[43] P : Apakah kamu yakin seperti itu jawabannya?
[44] FSA1 : Sedikit yakin.
[45] P : Kok sedikit? Kamu dapat jawaban kelompok perempuan berisi 5 kelompok dan
laki-laki berisi 3 kelompok dapat darimana? Ini kan kamu tidak ada cara
penyelesaiannya dalam menentukan kelompok.
[46] FSA1 : Dapat dari faktorisasi prima yang merupakan hasil pembagian bilangan prima
terakhir, untuk yang perempuan kan itu 60 siswa dihasilkan bilangan prima 5,
jadinya 5 kelompok. Sedangkan yang laki-laki itu 72 siswa dihasilkan bilangan
prima 3, jadinya 3 kelompok yang perempuan.
[47] P : Kamu yakin seperti itu? apa tidak di selesaikan dengan FPB atau KPK? coba kamu
ingat-ingat dulu.
[48] FSA1 : Sepertinya juga bisa memakai FPB atau KPK, tapi saya terkadang masih bingung
dalam mengerjakan FPB dan KPK.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan

peneliti pada subjek FSA dapat dilihat bahwa FSA menerapkan serangkaian

prosedur dari langkah 1 sampai langkah 2 saja dengan sedikit kesalahan di langkah

kedua serta mengalami kendala pada langkah ketiga yaitu ketika menentukan FPB

dari 60 dan 72 karena subjek FSA langsung menentukan jumlah kelompok dengan
119

cara melihat hasil pembagian terakhir dari 60 dan 72 yang merupakan bilangan

prima hasil pembagian terakhi yang berupa siswa perempuan menjadi 5 kelompok

dan siswa laki-laki menjadi 3 kelompok. Padahal seharusnya subjek FSA mencari

FPB dari bilangan 60 yang merupakan jumlah siswa perempuan dan bilangan 72

yang merupakan jumlah siswa laki-laki. Subjek FSA menunjukkan belum dapat

menuliskan serangkaian prosedur penyelesaian FPB menggunakan metode pohon

faktor dengan lengkap karena subjek melakukan prosedur pertama yaitu

memfaktorkan bilangan 60 dan 72 dengan menggunakan bilangan prima,

selanjutnya FSA menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72. Namun saat subjek

FSA menuliskan langkah kedua terdapat kesalahan yaitu ketika menuliskan

faktorisasi prima dari masing-masing bilangan 60 dan 72 menggunakan operasi

perkalian.

Pada langkah yang ketiga FSA tidak dapat menentukan penyelesaian

dengan tepat karena pada nomor 1 subjek FSA tidak memilih penyelesaian

permasalahan dengan menentukan FPB maupun KPK, padahal pada permasalahan

nomor 1 seharusnya diselesaikan dengan menentukan FPB karena permasalahan

berkaitan dengan pembagian kelompok dengan jumlah sama banyak. Akibat dari

tidak mampunya subjek FSA melakukan prosedur kedua, ketiga dan keempat

dengan tepat yaitu subjek FSA tidak menuliskan hasil dan kesimpulan yang tepat

karena seharusnya hasil kelompok yang dapat dibagi dari 60 siswa perempuan dan

72 siswa laki-laki adalah 12 kelompok dengan jumlah sama banyak pada setiap

gender nya. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi

indikator keempat dengan kurang baik yaitu menunjukkan dapat melakukan


120

serangkaian prosedur penyelesaian FPB menggunakan metode pohon faktor

dengan lancar sampai pada tahap memfaktorkan bilangan.

e. Indikator 5 (Mengetahui Kapan Harus Melakukan Prosedur Tertentu)

Subjek FSA dapat mengerjakan penyelesaian permasalahan FPB pada

nomor 1 dan tahu kapan harus melakukan prosedur-prosedur yang harus dilakukan

pada langkah pertama dan langkah kedua dengan metode pohon faktor. Tetapi

ketika sampai langkah kedua subjek FSA mengalami kesalahan. Kemampuan

subjek FSA dalam mengetahui kapan harus melakukan prosedur tertentu dapat

dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek

FSA. Berikut transkrip wawancara yang mendukung terpenuhinya indikator 5:

[9] P : Coba dibaca sekali lagi dengan cermat, kira-kira yang diketahui dari soal itu apa?
[10] FSA1 : Siswa kelas IV yang terdiri dari 60 siswa perempuan dan 72 siswa laki-laki.
[11] P : Terus 60 sama 72 ini di apain?
[12] FSA1 : Difaktorkan dengan cara membagi menggunakan pohon faktor dengan bilangan
prima sampai hasil bagi terakhir bilangan prima. (Prosedur 1)
[17] P : Kapan kamu menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72?
[18] FSA1 : Saat pemfaktoran 60 dan 72 sudah didapatkan hasil prima. Terus di tuliskan
faktorisasi prima dari 60 yaitu 22 x 3 x 5. Sedangkan faktorisasi dari 72 adalah 23 x
32. (Prosedur 2)
[25] P : Setelah ini kamu melakukan prosedur apa? dan kenapa?
[26] FSA1 : Saya masih ragu, tapi sepertinya sudah diperoleh hasilnya yaitu perempuan berisi
5 kelompok dan laki-laki berisi 3 kelompok.
[29] P : Kamu dapat jawaban kelompok perempuan berisi 5 kelompok dan laki-laki berisi
3 kelompok dapat darimana? Ini kan kamu tidak ada cara penyelesaiannya dalam
menentukan kelompok.
[30] FSA1 : Dapat dari faktorisasi prima yang merupakan hasil pembagian bilangan prima
terakhir, untuk yang perempuan kan itu 60 siswa dihasilkan bilangan prima 5,
jadinya 5 kelompok. Sedangkan yang laki-laki itu 72 siswa dihasilkan bilangan
prima 3, jadinya 3 kelompok yang perempuan.

Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek FSA

dapat dilihat bahwa FSA menerapkan serangkaian prosedur dari langkah 1 sampai
121

langkah 2 saja dengan sedikit kesalahan di langkah kedua serta mengalami kendala

pada langkah ketiga dengan tidak menentukan FPB dari 60 dan 72 karena subjek

FSA langsung menentukan jumlah kelompok dengan cara melihat hasil pembagian

terakhir dari bilangan 60 dan bilangan 72 yang merupakan bilangan prima hasil

pembagian terakhir yaitu siswa perempuan menjadi 5 kelompok dan siswa laki-laki

menjadi 3 kelompok. Padahal seharusnya subjek FSA menentukan FPB dari

bilangan 60 dan 72 yang merupakan jumlah siswa perempuan dan jumlah siswa

laki-laki. Subjek FSA menuliskan hasil jawaban akhir yang tidak tepat yaitu jumlah

kelompok yang dapat dibagi adalah perempuan menjadi 5 kelompok dan laki-laki

menjadi 3 kelompok. Padahal jawaban yang seharusnya yaitu dari 60 siswa

perempuan dan 72 siswa laki-laki dapat dibagi menjadi 12 kelompok belajar dengan

perempuan sama banyak dan laki-laki sama banyak. Maka dari itu dapat

disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi indikator kelima dengan cukup baik

yaitu mengetahui prosedur pertama memfaktorkan bilangan menggunakan

pohon faktor dan prosedur kedua menuliskan faktorisasi prima.

f. Indikator 6 (Memiliki pengetahuan prasyarat yang dibutuhkan dalam melakukan

prosedur)

Subjek FSA mengetahui pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai ketika

menyelesaikan permasalahan FPB. Pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh

subjek FSA ketika mengerjakan permasalahan FPB yaitu meliputi operasi bilangan

yang terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Selain itu,

ada bilangan prima dan bilangan berpangkat.


122

Hal tersebut dapat terlihat dari gambar 4.31. dibawah ini:

Gambar 4. 31. Hasil subjek FSA untuk dilihat pengetahuan prasyarat saat
melakukan prosedur penyelesaian pada nomor 1
Subjek FSA dapat menggunakan operasi bilangan seperti penjumlahan/

pengurangan/perkalian/pembagian. Subjek FSA dapat memfaktorkan bilangan 60

dan 72 dengan menggunakan pohon faktor dengan operasi pembagian oleh bilangan

prima. Selain itu, subjek FSA juga mengerti perpangkatan dalam bilangan.

Selain dari tes tertulis, kemampuan subjek FSA dalam memiliki

pengetahuan prasyarat saat melakukan prosedur dapat dilihat dari trasnkrip

wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek FSA. Berikut transkrip

wawancara yang mendukung terpenuhinya indikator 6:

[19] P : Ini dapat darimana (P menunjuk 60 = 2 x 2 x 3 x 5)


[20] FSA1 : Bilangan prima yang dibuletin dari pohon faktor
[21] P : Bilangan prima itu yang seperti apa?
[22] FSA1 : Bilangan yang cuma bisa dibagi bilangan 1 dan bilangan yang lagi dibagi itu
sendiri.
[23] P : Terus kenapa yang bilangan 2 jadi 22?
[24] FSA1 : Karena 2 nya ada sebanyak 2 kali, maka dari itu 2 nya dipangkatkan 2.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan

peneliti pada subjek FSA dapat dilihat bahwa mengetahui pengetahuan operasi

bilangan, balagan prima dan bilangan berpangkat yang digunakan sebagai prasyarat
123

yang harus dikuasai oleh subjek FSA ketika mengerjakan permasalahan FPB. Maka

dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi indikator keenam

dengan sangat baik yaitu memiliki pengetahuan prasyarat yang dibutuhkan

seperti operasi bilangan, bilangan prima dan bilangan berpangkat dalam

melakukan prosedur penyelesaian FPB menggunakan metode pohon faktor.

g. Indikator 7 (Mengetahui kesalahan dalam melakukan prosedur)

Subjek FSA melakukan kesalahan dalam menyelesaikan permasalahan FPB

pada soal nomor 1. Subjek FSA melakukan kesalahan pada langkah kedua sehingga

pada langkah ketiga dan keempat tidak dapat dilanjutkan penyelesaiannya. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.32. dibawah ini:

Gambar 4. 32. Kesalahan Subjek FSA dalam Melakukan Prosedur


Penyelesaian FPB dengan Metode Pohon Faktor
Pada langkah 1 dapat menyelesaikan dengan tepat yaitu yang memfaktorkan

bilangan 60 dan 72 dengan menggunakan bilangan prima. selanjutnya FSA

menuliskan faktorisasi prima dari 60 dan 72 dengan ada kesalahan yaitu melakukan

operasi perkalian pada faktorisasi prima dari 60 maupun 72. Lalu, langkah yang

ketiga FSA juga melakukan kesalahan dengan tidak menentukan penyelesaian

permasalahan menggunakan FPB maupun KPK, pada permasalahan nomor 1 ini


124

subjek FSA malah langsung menuliskan jawaban akhir yaitu kelompok perempuan

dapat dibagi menjadi 5 kelompok dan laki-laki dapat dibagi menjadi 3 kelompok

laki-laki tanpa prosedur perhitungan. Kesalahan pada prosedur ketiga

mengakibatkan subjek FSA tidak dapat menuliskan jawaban akhir dengan tepat.

Berdasarkan hasil wawancara juga dapat dilihat bahwa subjek FSA melakukan

kesalahan dalam melakukan prosedur 2, 3 dan 4, berikut transkrip wawancaranya:

[31] P : Apakah kamu merasa ada kesalahan dalam melakukan prosedur?


[32] ATN1 : Sepertinya tidak ada.
[33] P : Kamu yakin kalau nomor 1 kelompoknya dapat dibagi menjadi perempuan 5
kelompok dan laki-laki 3 kelompok?
[34] ATN1 : Iya sepertinya, saya juga sedikit bingung.
[35] P : Kamu dapat jawaban kelompok perempuan berisi 5 kelompok dan laki-laki berisi
3 kelompok dapat darimana? Ini kan kamu tidak ada cara penyelesaiannya dalam
menentukan kelompok.
[36] ATN1 : Dapat dari faktorisasi prima yang merupakan hasil pembagian bilangan prima
terakhir, untuk yang perempuan kan itu 60 siswa dihasilkan bilangan prima 5,
jadinya 5 kelompok. Sedangkan yang laki-laki itu 72 siswa dihasilkan bilangan
prima 3, jadinya 3 kelompok yang perempuan.
[37] P : Ini memang faktorisasi primanya di operasikan dengan perkalian ya?
[38] ATN1 : Iya
[39] P : Kamu yakin?
[40] ATN1 : Agak tidak yakin, tapi saya ingatnya begitu.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan

peneliti pada subjek FSA dapat dilihat bahwa FSA tidak menyadari terjadi

kesahalahan pada setiap langkah yang digunakan dalam menyelesaikan prosedur

penyelesaian dari langkah 1 sampai langkah 4. Subjek FSA yakin dengan langkah

penyelesaian yang diambil pada nomor 1 yaitu menentukan kelompok yang dapat

dibagi dari hasil pembagian bilangan terakhir yang sudah prima dari 60 maupun 72,

padahal seharusnya permasalahan diselesaikan menggunakan FPB dengan mencari

FPB dari 60 dan 72 terlebih dahulu. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek
125

FSA memenuhi indikator ketujuh yaitu tidak mengetahui kesalahan ketika

melakukan prosedur penyelesaian FPB dengan metode pohon faktor.

h. Indikator 8 (Memberikan argumen yang logis dalam melakukan prosedur)

Subjek FSA dapat mengerjakan penyelesaian permasalahan nomor 1 dari

langkah 1 sampai langkah 2 dengan memberikan argumen yang logis pada saat

melakukan prosedur langkah 1, tetapi pada langkah kedua dan langkah ketiga

subjek FSA tidak dapat memberikan argumen yang logis. Subjek FSA dapat dilihat

ketika memberikan argumen yang logis dapat dilihat pada transkrip wawancara

dibawah ini:

[7] P : Pada permasalahan nomor 1 kamu menggunakan metode penyelesaian apa? lalu
coba jelaskan alasanmu menggunakan metode penyelesaian tersebut?
[8] ATN1 : Saya menggunakan metode pohon faktor karena menurut saya ketika
menggunakan pohon faktor lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat
menentukan faktorisasi primanya. (Prosedur 1)
[13] P : Kenapa yang difaktorkan 60 dan 72?
[14] ATN1 : Karena yang mau dibagi kan siswa perempuan 60 dan siswa laki-laki 72.
[33] P : Kamu yakin kalau nomor 1 kelompoknya dapat dibagi menjadi perempuan 5
kelompok dan laki-laki 3 kelompok?
[34] ATN1 : Iya sepertinya, saya juga sedikit bingung.
[35] P : Kamu dapat jawaban kelompok perempuan berisi 5 kelompok dan laki-laki berisi
3 kelompok dapat darimana? Ini kan kamu tidak ada cara penyelesaiannya dalam
menentukan kelompok.
[36] ATN1 : Dapat dari faktorisasi prima yang merupakan hasil pembagian bilangan prima
terakhir, untuk yang perempuan kan itu 60 siswa dihasilkan bilangan prima 5,
jadinya 5 kelompok. Sedangkan yang laki-laki itu 72 siswa dihasilkan bilangan
prima 3, jadinya 3 kelompok yang perempuan.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan

peneliti pada subjek FSA dapat dilihat bahwa FSA memberikan argumen dengan

logis ketika melakukan prosedur dari langkah 1, tetapi pada langkah 2 sampai

langkah 4 subjek FSA masih merasa bingung serta belum memperoleh jawaban
126

akhir benar. Subjek FSA dapat menyampaikan alasan penggunaan metode pohon

faktor untuk menyelesaiakan permasalahan. Subjek FSA memilih menggunakan

metode pohon faktor karena menurut FSA ketika menggunakan pohon faktor lebih

mudah dipahami dan lebih mudah saat menentukan faktorisasi primanya. Subjek

FSA juga menyampaikan alasan memfaktorkan bilangan 60 dan 72, FSA

mengatakan bahwa bilangan yang difaktorkan 60 dan 72 karena bilangan 60

merupakan jumlah siswa perempuan dan 72 merupakan jumlah siswa laki-laki yang

akan dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah sama banyak pada masing-

masing gendernya. Tetapi, subjek FSA yakin dengan langkah penyelesaian yang

diambil pada nomor 1 yaitu menentukan kelompok yang dapat dibagi dari hasil

pembagian bilangan terakhir yang sudah prima dari 60 maupun 72, padahal

seharusnya permasalahan diselesaikan menggunakan FPB dengan mencari FPB

dari 60 dan 72 terlebih dahulu. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek FSA

belum memenuhi indikator kedelapan dengan cukup baik yaitu memberikan

argumen yang logis dalam melakukan prosedur pertama dalam

menyelesaikan FPB dengan metode pohon faktor.

i. Indikator 9 (Mengenali jenis masalah baru yang dapat diselesaikan

menggunakan prosedur)

Subjek FSA diberikan soal yang hampir mirip dengan soal yang diberikan

ketika tes tertulis oleh peneliti.


127

Berikut soal yang diberikan oleh peneliti untuk menguji indikator 9 yang

dapat dilihat pada gambar 4.33. dan 4.34. dibawah ini:


Ibu membeli 50 kue serabi, 75 kue pastel dan 100 kue putu. Ketiga kue tersebut akan disajikan dibeberapa
piring untuk acara arisan nanti sore. Isi kue pada setiap piring sama banyak. Berapa piring yang dibutuhkan
ibu?

Gambar 4. 33. Soal permasalahan FPB


Lampu A berkedip setiap 8 detik. Lampu B berkedip setiap 12 detik. Lampu C berkedip setiap 15 detik.
Jika saat ini ketiga lampu berkedip Bersama untuk pertama kalinya. Berapa detik lagi kamu bisa melihat
ketiga lampu berkedip Bersama untuk kedua kalinya?

Gambar 4. 34. Soal permasalahan KPK


Ketika subjek FSA ditunjukan soal permasalahan FPB dan KPK subjek FSA

tidak dapat membedakan mana soal yang harus diselesaikan menggunakan KPK

dan mana soal yang diselesaikan menggunakan FPB. Hasil wawancara

menunjukkan bahwa subjek FSA tidak dapat mengenali bentuk soal baru yang dapat

diselesaikan menggunakan prosedur penyelesaian FPB dan KPK dengan tepat

sebagai berikut:

[49] P : Kalau yang gambar 4.33. ini menurut kamu penyelesaiannya menggunakan FPB
atau KPK?
[50] ATN1 : KPK
[51] P : Kamu yakin? kenapa menggunakan KPK?
[52] ATN1 : Seingat saya begitu karena, ingin membagi kue sama banyak.
[53] P : Terus kalau yang gambar 4.34. menggunakan penyelesaian FPB atau KPK? terus
kenapa jelasakan alasanmu?
[54] ATN1 : Kalau yang 4.40. ini menggunakan FPB mungkin, karena yang di tanyakan waktu
lampu dapat berkedip bersama lagi.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa subjek

FSA tidak dapat mengetahui bentuk soal baru yang dapat diselesaikan

menggunakan FPB maupun KPK, selain itu subjek FSA juga hanya asal menjawab

dan tidak dapat memberikan alasan dengan tepat mengapa permasalahan yang

disajikan dapat diselesaiakan menggunakan FPB maupun KPK. Subjek FSA


128

mengatakan bahwa bentuk soal 4.33. dapat diselesaikan menggunakan KPK karena

akan membagi kue kedalam beberapa piring dengan jumlah sama banyak pada

setiap jenis kue nya. Sedangkan pada bentuk soal 4.34. dapat diselesaikan

menggunakan FPB karena pada soal menanyakan waktu dapat berkedip bersama

lagi pada 3 lampu yang ada, maka yang dicari adalah kelipatannya dengan

menggunakan KPK. Padahal yang seharusnya adalah pad gambar 4.33. itu

penyelesaian FPB, sedangkan gambar 4.34. adalah penyelesaian KPK. Maka dari

itu, dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi indikator kesembilan

dengan sangat tidak baik yaitu tidak tepat dalam mengenali jenis masalah

baru yang dapat diselesaikan menggunakan FPB maupun KPK dengan

menggunakan metode pohon faktor.

2) Soal nomor 2

A. Kemampuan Pemahaman Prosedural

a. Indikator 1 (Menerapkan serangkaian prosedur)

Penyelesaian masalah pada permasalahan KPK soal nomor 2 menggunakan

metode pohon faktor yang terdiri dari 4 langkah. Dapat diselesaikan oleh subjek

FSA sampai langkah keempat, tetapi pada langkah ketiga subjek FSA tidak

melakukan prosedur dengan menentukan FPB atau KPK. Namun, pada langkah

keempat ternyata subjek FSA lumayan mengerti prosedur penyelesaian

pemjumlahan hari dan tanggal.


129

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.35. dibawah ini:

Gambar 4. 35. Subjek FSA dalam menuliskan serangkaian prosedur pada


soal nomor 2
Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek FSA, dapat dilihat

bahwa FSA menuliskan serangkaian prosedur penyelesaian KPK menggunakan

metode pohon faktor dari langkah 1 sampai langkah 4, dari tahap memfaktorkan

bilangan 3, 5 dan 6, lalu menuliskan faktorisasi prima dari 3, 5 dan 6. Tetapi, pada

prosedur ketiga subjek FSA tidak dapat menentukan penyelesaian masalah dengan

menentukan FPB maupun KPK, padahal seharusnya permasalahan diselesaikan

dengan menentukan KPK dari 3, 5 dan 6 serta subjek FSA langsung menuliskan

jawaban akhir dengan menuliskan hasil jawaban tanpa menghitung KPK nya

terlebih dahulu sehingga jawaban yang diperoleh kurang tepat. Namun, pada

langkah keempat subjek FSA dapat melakukan dengan baik dalam menentukan

tanggal bertemu kembali untuk yang kedua kalinya, tetapi hasilnya menjadi kurang

tepat karena KPK yang harusnya dijumlahkan dengan tanggal pertama bertemu

bukan merupakan hasil KPK yang tepat pada penjumlahan hari subjek FSA belum

dapat melakukannya. Seharusnya pada permasalahan nomor 2 diperoleh

kesimpulan yaitu Dina, Mela dan Icha dapat bertemu bersama untuk yang kedua
130

kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022. Maka, dapat disimpulkan bahwa

subjek FSA memenuhi indikator pertama dengan baik yaitu menerapkan

serangkaian prosedur penyelesaian KPK dengan metode pohon faktor sampai

prosedur keempat, meskipun tidak tepat pada prosedur ketiga.

b. Indikator 2 (Melakukan Prosedur dengan Lancar)

Subjek FSA belum dapat menerapkan serangkaian prosedur penyelesaian

KPK menggunakan metode pohon faktor yang terdiri dari langkah 1 hingga langkah

4 dengan lancar, karena subjek FSA masih terkendala pada langkah 3 dan langkah

4. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.36. dibawah ini:

Gambar 4. 36. Kelancaran subjek FSA dalam menulis serangkaian prosedur


pada soal nomor 2
Langkah yang pertama yaitu memfaktorkan bilangan 3, 5 dan 6 yang

merupakan jumlah kedatangan Dina, Mela dan Icha dengan cara membagi bilangan

3, 5 dan 6 menggunakan bilangan prima sehingga diperoleh hasil akhir berupa

bilangan prima. Selanjutnya subjek FSA menuliskan faktorisasi prima dari hasil

pemfaktoran bilangan 3, 5 dan 6 yang berupa bilangan prima. Lalu, langkah yang

ketiga subjek FSA belum menentukan penyelesaian permasalahan menggunakan

FPB maupun KPK, padahal pada permasalahan nomor 2 seharusnya diselesaikan


131

menggunakan KPK karena penyelesaian masalah berkaitan dengan hari dan tanggal

bertemu kembali untuk yang kedua kalinya secara bersama di Bimbel Cendekia.

Meskipun, subjek FSA dapat melakukan prosedur keempat saat

menjumlahkan tanggal pertama bertemu yaitu tanggal 20 Maret dengan hasil yang

diperoleh, tetapi pada langkah ketiga subjek FSA sudah mengalami kesalahan

dengan tidak menentukan KPK dari 3, 5 dan 6 yang seharusnya diperoleh hasil KPK

nya adalah 30 hari. Setelah KPK diperoleh, maka langkah selanjutnya

menjumlahkan Hari dan tanggal pertama bertemu dengan KPK yang diperoleh,

sehingga akan diperoleh hari Selasa tanggal 20 April 2022 Dina, Mela dan Icha

dapat bertemu untuk yang kedua kalinya. Lalu yang terakhir menuliskan hasil

jawaban akhir dengan tepat yaitu Dina, Mela dan Icha dapat bertemu lagi untuk

yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022. Pernyataan tersebut

juga didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap subjek

FSA. Berikut transkrip wawancaranya:

[1] P : Apa kamu merasa bingung ketika menyelesaikan permasalahan nomor 2 ini?
[2] FSA2 : Iya, saya bingung ketika mengerjakan soal cerita yang diminta untuk menentukan
FPB atau KPK.
[3] P : Kalau langsung mengerjakan soal untuk menentukan FPB atau KPK bisa? Soal
yang tidak berbentuk soal cerita.
[4] FSA2 : Kalau itu saya bisa, tapi kalau diminta untuk mengalisis soal untuk diselesaikan
menggunakan FPB atau KPK saya masih bingung.
[5] P : Emangnya kamu menggunakan strategi penyelesaian apa?
[6] FSA2 : Saya menggunakan metode penyelesaian pohon faktor pada soal nomor 2.
[15] P : Ketika memfaktorkan bilangan 3, 5 dan 6 ini menggunakan operasi bilangan apa?
terus kamu membaginya menggunakan bilangan apa?
[16] FSA2 : Operasi pembagian menggunakan bilangan prima.
[25] P : Kenapa kamu tidak melakukan langkah ketiga tapi dapat memperoleh jawaban?
[26] FSA2 : Saya asal menjawab karena masih bingung, jadi menurut saya jawabanya dari
faktorisasi prima 3 dan 5 itu kan Cuma ada 1, jadi dikalikan sehingga diperoleh
hasil 15. Menurut saya itu hasilnya, lalu baru dijumlahkan dengan tanggal pertama
bertemu untuk memperoleh tanggal bertemu yang kedua kalinya.
132

Dapat dilihat dari transkrip wawancara diatas bahwa subjek FSA tidak

mengerti bahwa permasalahan nomor 2 seharusnya diselesaikan dengan

menentukan KPK menggunakan metode pohon faktor. Dalam melakukan tahapan,

subjek FSA tidak merasakan kesulitan dari langkah 1 sampai dengan langkah 2,

namun pada langkah ketiga subjek FSA mengalami kesalahan dengan tidak mencari

KPK dari 3, 5 dan 6 dahulu. Subjek FSA langsung mengalikan faktorisasi prima

dari 3 dan 6, lalu menjumlahkannya dengan tanggal pertama bertemu yaitu 20

Maret 2022. Padahal yang seharusnya menentukan KPK karena permasalahan

nomor 2 berkaitan dengan hari dan tanggal bertemu kembali untuk yang kedua

kalinya secara bersama di Bimbel Cendekia dan permasalahan tersebut berkaitan

dengan KPK. Maka, langkah yang harus dilakukan yaitu menentukan KPK nya.

Akibat dari subjek FSA langsung menuliskan jawaban menuliskan hasil jawaban

tanpa menghitung KPK nya terlebih dahulu menyebabkan jawaban akhir yang

diperoleh kurang tepat. Namun, pada langkah keempat subjek FSA dapat

melakukan dengan baik dalam menentukan tanggal bertemu kembali untuk yang

kedua kalinya, tetapi hasilnya menjadi kurang tepat karena KPK yang harusnya

dijumlahkan dengan tanggal pertama bertemu bukan hasil yang tepat. Selain itu,

pada penjumlahan hari subjek FSA belum dapat melakukannya. Seharusnya pada

permasalahan nomor 2 diperoleh hasil akhir yaitu Dina, Mela dan Icha dapat

bertemu lagi untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022.

Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi indikator kedua dengan

cukup baik yaitu dapat melakukan prosedur penyelesaian KPK menggunakan

metode pohon faktor dengan lancar sampai pada tahap kedua.


133

c. Indikator 3 (Menghasilkan Jawaban yang Tepat)

Pengerjaan permasalahan KPK pada soal nomor 2, subjek FSA tidak dapat

mengerjakan sampai prosedur akhir. Jawaban dari subjek FSA salah dan juga tidak

menggunakan prosedur penyelesaian KPK dengan tepat. Subjek FSA tidak

menuliskan jawaban akhir yang seharusnya bahwa Dina, Mela dan Icha dapat

bertemu lagi untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022.

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 4.37. dibawah ini:

Gambar 4. 37. Jawaban FSA untuk menguji indikator memperoleh jawaban tepat
pada soal nomor 2

Berdasarkan hasil tes tertulis yang dilakukan oleh subjek FSA, dapat dilihat

bahwa FSA tidak dapat menuliskan serangkaian prosedur penyelesaian dengan

tepat karena hanya sampai pada langkah kedua. Subjek FSA tidak melakukan

prosedur penyelesaian KPK, tetapi langsung menjumlahkan hasil perkalian

faktorisasi prima dari 3 dan 5 dengan tanggal bertemu yang pertama kali. Sehingga

belum menghasilkan jawaban akhir tepat serta subjek FSA menuliskan hasil

jawaban akhir dengan tidak tepat. Maka, dapat disimpulkan bahwa subjek FSA

memenuhi indikator ketiga dengan kurang baik yaitu belum menghasilkan

jawaban yang tepat dalam melakukan prosedur penyelesaian KPK dengan

metode pohon faktor karena tidak dapat menentukan KPK dari bilangan 3, 5

dan 6.
134

B. Kemampuan Pemahaman Konseptual

d. Indikator 4 (Menunjukkan Mampu Melakukan Serangkaian Prosedur)

Pada soal nomor 2 subjek FSA belum dapat melakukan langkah-langkah

penyelesaian dari awal sampai akhir dengan tepat. Subjek FSA hanya mampu

menunjukkan melakukan prosedur sampai langkah kedua saja karena subjek FSA

masih terkendala pada langkah 3 dan langkah 4. Kemampuan subjek FSA dalam

melakukan serangkaian prosedur dapat dilihat dari trasnkrip wawancara yang telah

dilakukan oleh peneliti pada subjek FSA. Berikut transkrip wawancara yang

mendukung terpenuhinya indikator 4:

[37] P : Coba jelaskan secara singkat langkah yang kamu lakukan dari awal hingga akhir
untuk menyelasaikan permasalahan ini?
[38] FSA2 : Pertama saya memfaktorkan 3, 5 dan 6, setelah itu menentukan faktorisasi prima
dari 3, 5 dan 6. Setelah itu sama mengoperasikan hasil faktorisasi prima dari 3 dan
5 menggunakan operasi perkalian sehingga diperoleh hasil 15. Lalu, menjumlahkan
hasilnya dengan tanggal pertama bertemu bersama-sama yaitu 20 Maret 2022
ditambah dengan 15 sehingga diperoleh tanggal bertemu kembali untuk yang kedua
kalinya adalah 5 April 2022.
[39] P : Apakah kamu yakin seperti itu jawabannya?
[40] FSA2 : Sedikit yakin.
[41] P : Kamu yakin seperti itu? apa tidak di selesaikan dengan FPB atau KPK? coba kamu
ingat-ingat dulu.
[42] FSA2 : Sepertinya juga bisa memakai FPB atau KPK, tapi saya terkadang masih bingung
dalam mengerjakan FPB dan KPK.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan

peneliti pada subjek FSA dapat dilihat bahwa menerapkan serangkaian prosedur

dari langkah 1 sampai langkah 4, tetapi hanya lancar sampai langkah kedua saja.

Pada langkah ketiga subjek FSA mengalami kesalahan dengan tidak menentukan

KPK dari 3, 5 dan 6 dahulu. Subjek FSA langsung mengalikan faktorisasi prima

dari 3 dan 6, lalu menjumlahkannya dengan tanggal pertama bertemu yaitu 20


135

Maret 2022. Padahal yang seharusnya menentukan KPK karena permasalahan

nomor 2 berkaitan dengan hari dan tanggal bertemu bersama untuk yang kedua

kalinya di Bimbel Cendekia. Oleh karena itu, permasalahan tersebut berkaitan

dengan KPK. Maka, langkah yang harus dilakukan yaitu menentukan KPK nya.

Sehingga, subjek FSA langsung menuliskan jawaban menuliskan hasil jawaban

akhir tanpa menghitung KPK nya terlebih dahulu sehingga jawaban yang diperoleh

kurang tepat. Namun, pada langkah keempat subjek FSA dapat melakukan dengan

baik dalam menentukan tanggal bertemu kembali untuk yang kedua kalinya, tetapi

hasilnya menjadi kurang tepat karena KPK yang harusnya dijumlahkan dengan

tanggal pertama bertemu bukan hasil KPK yang tepat. Selain itu, pada

pemjumlahan hari subjek FSA belum dapat melakukannya. Seharusnya pada

permasalahan nomor 2 diperoleh jawaban akhir yaitu Dina, Mela dan Icha dapat

bertemu bersama lagi untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April

2022. Maka dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi indikator keempat

dengan cukup baik yaitu menunjukkan mampu melakukan serangkaian

prosedur penyelesaian KPK dengan metode pohon faktor dengan lancar

sampai pada langkah kedua.

e. Indikator 5 (Mengetahui Kapan Harus Melakukan Prosedur Tertentu)

Subjek FSA dapat mengerjakan penyelesaian permasalahan nomor 2 dan

tahu kapan harus melakukan prosedur-prosedur yang harus dilakukan ketika

memilih metode penyelesaian pohon faktor. Subjek hanya FSA mampu

menunjukkan melakukan prosedur sampai langkah kedua saja karena subjek FSA

masih terkendala pada langkah 3 dan langkah 4. Kemampuan subjek FSA dalam
136

mengetahui kapan harus melakukan prosedur tertentu dapat dilihat dari trasnkrip

wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek FSA. Berikut transkrip

wawancara yang mendukung terpenuhinya indikator 5:

[9] P : Coba dibaca sekali lagi dengan cermat, kira-kira yang diketahui dari soal itu apa?
[10] FSA2 : Dina yang datang ke Bimbel setiap 3 hari sekali, Mela 5 hari seklai dan Icha 6
hari sekali, pernah datang ke Bimbel bersama-sama pada hari Minggu tanggal 20
Maret 2022.
[11] P : Terus 3, 5 dan 6 ini di apain?
[12] FSA2 : Difaktorkan dengan cara membagi menggunakan pohon faktor dengan bilangan
prima sampai hasil bagi terakhir bilangan prima. (Prosedur 1)
[17] P : Kapan kamu menuliskan faktorisasi prima dari 3, 5 dan 6?
[18] FSA2 : Saat pemfaktoran 3, 5 dan 6 sudah didapatkan hasil prima. Terus di tuliskan
faktorisasi prima dari 3 yaitu 3, sedangkan faktorisasi dari 5 yaitu 5 dan faktorisasi
dari 6 adalah 2 x 3. (Prosedur 2)
[23] P : Setelah ini kamu melakukan prosedur apa? dan kenapa?
[24] FSA2 : Saya melakukan operasi perkalian pada faktorisasi 3 dan 5, karena faktorisasi
primanya hanya 1 setiap bilangannya. Maka dari itu saya kalikan 3 dan 5 sehingga
menghasilkan 15. Lalu, 15 saya jumlahkan dengan tanggal pertama bertemu
sehingga memperoleh tanggal bertemu Kembali untuk yang kedua kalinya pad
atanggal 5 April 2022. (Prosedur 4)

Berdasarkan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti pada subjek FSA

dapat dilihat bahwa menerapkan serangkaian prosedur dari langkah 1 sampai

langkah 4, tetapi hanya lancar sampai langkah kedua saja. Pada langkah ketiga

subjek FSA mengalami kesalahan dengan tidak menentukan KPK dari 3, 5 dan 6

dahulu. Subjek FSA langsung melakukan operasi perkalian pada faktorisasi prima

dari 3 dan 6, lalu menjumlahkannya dengan tanggal pertama bertemu yaitu 20

Maret 2022. Padahal yang seharusnya mencari KPK karena permasalahan nomor 2

berkaitan dengan hari dan tanggal bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada

Dina, Mela dan Icha secara bersama di Bimbel Cendekia. Maka permasalahan

tersebut berkaitan dengan KPK. Maka, langkah yang harus dilakukan yaitu

menentukan KPK nya. Sehingga, subjek FSA langsung menuliskan jawaban


137

menuliskan hasil jawaban tanpa menghitung KPK nya terlebih dahulu sehingga

jawaban yang diperoleh kurang tepat. Namun, pada langkah keempat subjek FSA

dapat melakukan dengan baik dalam menentukan tanggal bertemu kembali untuk

yang kedua kalinya, tetapi hasilnya menjadi kurang tepat karena KPK yang

harusnya dijumlahkan dengan tanggal pertama bertemu bukan hasil yang tepat.

Selain itu, pada pemjumlahan hari subjek FSA belum dapat melakukannya.

Seharusnya pada permasalahan nomor 2 diperoleh kesimpulan yaitu Dina, Mela

dan Icha dapat bertemu lagi untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20

April 2022. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi

indikator kelima dengan baik yaitu mengetahui prosedur pertama, kedua dan

keempat. Tetapi untuk prosedur keempat masih tidak dapat dilakukan oleh

subjek FSA.

f. Indikator 6 (Memiliki pengetahuan prasyarat yang dibutuhkan dalam melakukan

prosedur)

Subjek FSA dapat menggunakan operasi bilangan seperti penjumlahan/

pengurangan/perkalian/pembagian. Subjek FSA dapat memfaktorkan bilangan 3, 5

dan 6 dengan menggunakan pohon faktor dengan operasi pembagian oleh bilangan

prima. Selain itu, subjek FSA juga mengerti cara mencari tanggal untuk bertemu

untuk yang kedua kalinya. Namun, dalam mencari hari bertemu kembali untuk yang

kedua kalinya subjek FSA masih kesulitan untuk menyelesaikannya. Seharusnya

dalam menjumlahkan hari dan tanggal, subjek FSA harus menguasai materi

mengukur satuan waktu.


138

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar 4.40. dibawah ini:

Gambar 4. 38. Hasil subjek FSA untuk dilihat pengetahuan prasyarat saat
melakukan prosedur penyelesaian pada nomor 1
Selain dari tes tertulis, kemampuan subjek FSA dalam memiliki

pengetahuan prasyarat saat melakukan prosedur dapat dilihat dari trasnkrip

wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek FSA. Berikut transkrip

wawancara yang mendukung terpenuhinya indikator 6:

[19] P : Ini dapat darimana (P menunjuk 6 = 2 x 3)


[20] FSA2 : Bilangan prima yang dibuletin dari pohon faktor
[27] P : Terus gimana caranya untuk menentukan hari dan tanggal bertemu kembali
bersama untuk yang kedua kalinya?
[28] FSA2 : Dengan cara menjumlahkan hasil yang telah saya dapatkan yaitu 15 ditambah
dengan tanggal bertemu yang pertama kalinya sehingga diperoleh tanggal 5 April
2022 bertemu lagi bersama.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan

peneliti pada subjek FSA dapat dilihat bahwa mengetahui pengetahuan-

pengetahuan sebelumnya yang digunakan sebagai prasyarat yang harus dikuasai

oleh subjek FSA ketika mengerjakan permaslahan KPK, seperti operasi bilangan

yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Selain itu,

ketika subjek FSA ditanya mengenai bilangan prima dapat menjawab dengan
139

jawaban yang logis dan tepat. Subjek FSA dapat menjawab tanggal bertemu untuk

yang kedua kalinya meskipun salah yaitu tanggal 5 April 2022, sedangkan untuk

hari bertemu untuk yang kedua kalinya subjek belum bisa menjawab. Subjek FSA

dapat menggunakan operasi bilangan (Penjumlahan/ pengurangan/ perkalian /

pembagian), mengerti bilangan berpangkat dan sedikit mengetahui materi

mengukur satuan waktu. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek FSA

memenuhi indikator keenam dengan sangat baik yaitu memiliki pengetahuan

prasyarat operasi bilangan dan materi mengukur satuan waktu yang

dibutuhkan dalam melakukan prosedur penyelesaian KPK dengan metode

pohon faktor.

g. Indikator 7 (Mengetahui kesalahan dalam melakukan prosedur)

Subjek FSA melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal nomor 2.

Subjek FSA melakukan kesalahan pada langkah ketiga sehingga pada langkah

keempat penyelesaiannya menjadi kurang tepat. Pada langkah 1 sampai langkah 2

dapat menyelesaikan dengan tepat. Langkah yang pertama yaitu memfaktorkan 3

hari sekali, 5 hari seklai dan 6 hari sekali dengan cara membagi bilangan 3, 5 dan 6

menggunakan bilangan prima sehingga diperoleh hasil akhir berupa bilangan

prima. Selanjutnya FSA menuliskan faktorisasi prima dari hasil pemfaktoran

bilangan 3, 5 dan 6 yang berupa bilangan prima. Lalu, langkah yang ketiga FSA

belum menentukan penyelesaian permasalahan menggunakan FPB maupun KPK,

padahal pada permasalahan nomor 2 seharusnya diselesaikan menggunakan KPK

karena penyelesaian masalah berkaitan dengan hari dan tanggal bertemu kembali

untuk yang kedua kalinya pada Dina, Mela dan Icha secara bersama di Bimbel
140

Cendekia. Meskipun, subjek FSA dapat melakukan prosedur keempat saat

menjumlahkan tanggal pertama bertemu yaitu tanggal 20 Maret 2022 dengan hasil

yang diperoleh, tetapi pada langkah ketiga subjek FSA sudah mengalami kesalahan

dengan tidak menentukan KPK dari 3, 5 dan 6 yang seharusnya diperoleh hasil KPK

nya adalah 30 hari. Setelah KPK diperoleh, maka langkah selanjutnya

menjumlahkan hari dan tanggal pertama bertemu dengan KPK yang diperoleh,

sehingga akan diperoleh hari Selasa tanggal 20 April 2022 Dina, Mela dan Icha

dapat bertemu untuk yang kedua kalinya. Lalu yang terakhir menuliskan hasil

kesimpulan dengan tepat yaitu Dina, Mela dan Icha dapat bertemu lagi untuk yang

kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022. Berdasarkan hasil

wawancara juga dapat dilihat bahwa FSA melakukan kesalahan dalam melakukan

prosedur 3 dan 4, berikut transkrip wawancaranya:

[29] P : Apakah kamu merasa ada kesalahan dalam melakukan prosedur?


[30] FSA2 : Sepertinya tidak ada.
[31] P : Kamu yakin kalau permasalahan nomor 2, Dina, Mela dan Icha bertemu kembali
untuk yang kedua kalinya pada tanggal 5 April?
[32] FSA2 : Iya sepertinya, saya juga sedikit bingung.
[33] P : Setelah menuliskan faktorisasi prima dari 3, 5 dan 6, kamu melakukan prosedur
apa? dan kenapa?
[34] FSA2 : Saya melakukan operasi perkalian pada faktorisasi 3 dan 5, karena faktorisasi
primanya hanya 1 setiap bilangannya. Maka dari itu saya kalikan 3 dan 5 sehingga
menghasilkan 15. Lalu, 15 saya jumlahkan dengan tanggal pertama bertemu
sehingga memperoleh tanggal bertemu Kembali untuk yang kedua kalinya pad
atanggal 5 April 2022

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan peneliti

pada subjek FSA dapat dilihat bahwa tidak menyadari terjadi kesalahan pada setiap

langkah yang digunakan dalam menyelesaikan prosedur penyelesaian dari langkah

1 sampai langkah 4. Subjek FSA yakin dengan langkah penyelesaian yang diambil
141

pada nomor 2 yaitu subjek FSA langsung menuliskan jawaban menuliskan hasil

jawaban tanpa menghitung KPK nya terlebih dahulu sehingga jawaban yang

diperoleh kurang tepat. Namun, pada langkah keempat subjek FSA dapat

melakukan dengan baik dalam menentukan tanggal bertemu kembali untuk yang

kedua kalinya, tetapi hasilnya menjadi kurang tepat karena KPK yang harusnya

dijumlahkan dengan tanggal pertama bertemu bukan hasil yang tepat. Selain itu,

pada pemjumlahan hari subjek FSA belum dapat melakukannya. Seharusnya pada

permasalahan nomor 2 diperoleh kesimpulan yaitu Dina, Mela dan Icha dapat

bertemu lagi untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi indikator ketujuh

kurang baik yaitu tidak mengetahui kesalahan dalam melakukan prosedur

penyelesaian KPK dengan metode pohon faktor.

h. Indikator 8 (Memberikan argumen yang logis dalam melakukan prosedur)

Subjek FSA dapat mengerjakan penyelesaian permasalahan nomor 2 dari

langkah 1 sampai langkah 4 dengan memberikan argumen yang logis pada saat

melakukan prosedur langkah 1 dan langkah 2, tetapi pada langkah ketiga dan

langkah keempat subjek FSA tidak dapat memberikan argumen yang logis. Pada

langkah 1 sampai langkah 2 dapat menyelesaikan dengan tepat. Langkah yang

pertama yaitu memfaktorkan 3 hari sekali, 5 hari seklai dan 6 hari sekali dengan

cara membagi bilangan 3, 5 dan 6 menggunakan bilangan prima sehingga diperoleh

hasil akhir berupa bilangan prima. Selanjutnya FSA menuliskan faktorisasi prima

dari hasil pemfaktoran bilangan 3, 5 dan 6 yang berupa bilangan prima. Lalu,

langkah yang ketiga subjek FSA belum menentukan penyelesaian permasalahan


142

menggunakan FPB maupun KPK, padahal pada permasalahan nomor 2 seharusnya

diselesaikan menggunakan KPK karena penyelesaian masalah berkaitan dengan

hari dan tanggal bertemu kembali untuk yang kedua kalinya pada Dina, Mela dan

Icha secara bersama di Bimbel Cendekia.

Meskipun, subjek FSA dapat melakukan prosedur keempat saat

menjumlahkan tanggal pertama bertemu yaitu tanggal 20 Maret 2022 dengan hasil

yang diperoleh, tetapi pada langkah ketiga subjek FSA sudah mengalami kesalahan

dengan tidak menentukan KPK dari 3, 5 dan 6 yang seharusnya diperoleh hasil KPK

nya adalah 30 hari. Setelah KPK diperoleh, maka langkah selanjutnya

menjumlahkan Hari dan tanggal pertama bertemu dengan KPK yang diperoleh,

sehingga akan diperoleh hari Selasa tanggal 20 April 2022 Dina, Mela dan Icha

dapat bertemu untuk yang kedua kalinya. Lalu yang terakhir menuliskan hasil

kesimpulan dengan tepat yaitu Dina, Mela dan Icha dapat bertemu lagi untuk yang

kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20 April 2022. Subjek FSA ketika

memberikan argumen yang logis saat ditanyakan perihal prosedur yang dilakukan

yang dapat dilihat pada transkrip wawancara dibawah ini:

[7] P : Pada permasalahan nomor 2 kamu menggunakan metode penyelesaian apa? lalu
coba jelaskan alasanmu menggunakan metode penyelesaian tersebut?
[8] FSA2 : Saya menggunakan metode pohon faktor karena menurut saya ketika
menggunakan pohon faktor lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat
menentukan faktorisasi primanya.
[13] P : Kenapa yang difaktorkan 3, 5 dan 6?
[14] FSA2 : Karena yang mau mencari hari yang bisa bertemu bersama dari Dina yang 3 hari
sekali, Mela yang 5 hari seklai dan Icha yang 6 hari sekali.
[31] P : Kamu yakin kalau nomor 2 dapat bertemu kembalinya pada tanggal 5 April 2022?
[32] FSA2 : Iya sepertinya, saya juga sedikit bingung.
[33] P : Setelah menuliskan faktorisasi prima dari 3, 5 dan 6, kamu melakukan prosedur
apa? dan kenapa?
[34] FSA2 : Saya melakukan operasi perkalian pada faktorisasi 3 dan 5, karena faktorisasi
primanya hanya 1 setiap bilangannya. Maka dari itu saya kalikan 3 dan 5 sehingga
143

menghasilkan 15. Lalu, 15 saya jumlahkan dengan tanggal pertama bertemu


sehingga memperoleh tanggal bertemu Kembali untuk yang kedua kalinya pad
atanggal 5 April 2022.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil tes wawancara yang dilakukan

peneliti pada subjek FSA dapat dilihat bahwa memberikan argumen dengan logis

ketika melakukan prosedur dari langkah 1, tetapi pada langkah 2 sampai langkah 4

subjek FSA masih merasa bingung serta belum memperoleh jawaban akhir benar.

Subjek FSA dapat menyampaikan alasan penggunaan metode pohon faktor untuk

menyelesaiakan permasalahan. Subjek FSA memilih menggunakan metode pohon

faktor karena menurut subjek FSA ketika menggunakan pohon faktor lebih mudah

dipahami dan lebih mudah saat menentukan faktorisasi primanya. Subjek FSA juga

menyampaikan alasan memfaktorkan bilangan 3, 5 dan 6, subjek FSA mengatakan

bahwa bilangan yang difaktorkan 3, 5 dan 6 karena bilangan 3 hari sekali

merupakan kehadiran dari Dina, 5 hari sekali merupakan kehadiran Mela dan 6 hari

sekali merupakan kehadiran Icha. Namun, pada langkah keempat subjek FSA tidak

dapat memberikan argumen dengan baik dalam menentukan tanggal bertemu

kembali untuk yang kedua kalinya dan hasilnya menjadi kurang tepat karena KPK

yang harusnya dijumlahkan dengan tanggal pertama bertemu bukan hasil yang

tepat. Selain itu, pada penjumlahan hari subjek FSA belum dapat melakukannya.

Seharusnya pada permasalahan nomor 2 diperoleh kesimpulan yaitu Dina, Mela

dan Icha dapat bertemu lagi untuk yang kedua kalinya pada hari Selasa tanggal 20

April 2022. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa subjek FSA belum memenuhi

indikator kedelapan dengan sempurna yaitu belum memberikan argumen


144

yang logis dalam melakukan prosedur penyelesaian KPK dengan metode

pohon faktor.

i. Indikator 9 (Mengenali jenis masalah baru yang dapat diselesaikan

menggunakan prosedur)

Subjek FSA diberikan soal yang hampir mirip dengan soal yang diberikan

ketika tes tertulis oleh peneliti. Berikut soal yang diberikan oleh peneliti untuk

menguji indikator 9 yang dapat dilihat pada gambar 4.41. dan 4.42 dibawah ini:

Ibu membeli 50 kue serabi, 75 kue pastel dan 100 kue putu. Ketiga kue tersebut akan disajikan
dibeberapa piring untuk acara arisan nanti sore. Isi kue pada setiap piring sama banyak. Berapa
piring yang dibutuhkan ibu?

Gambar 4. 39. Soal permasalahan FPB

Lampu A berkedip setiap 8 detik. Lampu B berkedip setiap 12 detik. Lampu C berkedip setiap
15 detik. Jika saat ini ketiga lampu berkedip Bersama untuk pertama kalinya. Berapa detik lagi
kamu bisa melihat ketiga lampu berkedip Bersama untuk kedua kalinya?

Gambar 4. 40. Soal permasalahan KPK


Ketika subjek FSA ditunjukan soal permasalahan FPB dan KPK tidak dapat

membedakan mana soal yang harus diselesaikan menggunakan KPK dan mana soal

yang diselesaikan menggunakan FPB. Hasil wawancara menunjukkan bahwa

subjek FSA tidak dapat mengenali bentuk soal baru yang dapat diselesaikan

menggunakan prosedur penyelesaian FPB dan KPK dengan tepat sebagai berikut:

[43] P : Kalau yang gambar 4.41. ini menurut kamu penyelesaiannya menggunakan FPB
atau KPK?
[44] FSA2 : KPK
[45] P : Kamu yakin? kenapa menggunakan KPK?
[46] FSA2 : Seingat saya begitu karena, ingin membagi kue sama banyak.
[47] P : Terus kalau yang gambar 4.42. menggunakan penyelesaian FPB atau KPK? terus
kenapa jelasakan alasanmu?
145

[48] FSA2 : Kalau yang 4.42. ini menggunakan FPB mungkin, karena yang di tanyakan waktu
lampu dapat berkedip bersama lagi.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa subjek

FSA tidak dapat mengetahui bentuk soal baru yang dapat diselesaikan

menggunakan FPB maupun KPK, selain itu subjek FSA juga hanya asal menjawab

dan tidak dapat memberikan alasan dengan tepat mengapa permasalahan yang

disajikan dapat diselesaiakan menggunakan FPB maupun KPK. Subjek FSA

mengatakan bahwa bentuk soal 4.41. dapat diselesaikan menggunakan KPK karena

akan membagi kue kedalam beberapa piring dengan jumlah sama banyak pada

setiap jenis kue nya. Sedangkan pada bentuk soal 4.42. dapat diselesaikan

menggunakan FPB karena pada soal menanyakan waktu dapat berkedip bersama

lagi pada 3 lampu yang ada, maka yang dicari adalah kelipatannya dengan

menggunakan KPK. Padahal yang seharusnya adalah pad gambar 4.41. itu

penyelesaian FPB, sedangkan gambar 4.42. adalah penyelesaian KPK. Maka dari

itu, dapat disimpulkan bahwa subjek FSA memenuhi indikator kesembilan

dengan sangat tidak baik yaitu tidak tepat dalam mengenali jenis masalah

baru yang dapat diselesaikan menggunakan FPB maupun KPK dengan

menggunakan metode pohon faktor.


4.2. Triangulasi Data Subjek dalam Mengerjakan Soal FPB dan Soal KPK

4.2.1. Triangulasi Data Subjek Kategori Tinggi

Berdasarkan kesimpulan dari hasil deskripsi dan analisis data subjek ZNA pada soal nomor 1 yang merupakan permasalahan

FPB dan nomor 2 yang merupakan permasalahn KPK, selanjutnya akan dibandingkan dan dilihat konsistensi data subjek kategori tinggi

yang disajikan pada Tabel 4.1. berikut:

Tabel 4. 1. Tabel Triangulasi Data Subjek Kategori Tinggi

Kategori Soal FPB Soal KPK Kesimpulan


Prosedural 1. Subjek ZNA mampu menerapkan 1. Subjek ZNA mampu menerapkan serangkaian Pada kategori prosedural yang terdiri dari
serangkaian prosedur penyelesaian FPB prosedur penyelesaian KPK yang terdiri dari 4 3 indikator, subjek ZNA dapat melakukan
dengan lengkap yang terdiri dari 4 langkah menggunakan metode daftar kelipatan. prosedur penyelesaian FPB dan KPK dari
langkah menggunakan metode pohon Subjek ZNA melakukan penyelesaian lengkap langkah 1 sampai langkah 4. Dalam
faktor. Subjek ZNA melakukan dari prosedur 1 sampai 4 meskipun pada melakukan prosedur ini subjek dapat
penyelesaian lengkap dari prosedur 1 langkah 4 kurang lengkap. melakukan penyelesaian masalah sampai
sampai 4. pada tahap menentukan FPB maupun KPK
2. Dalam melakukan prosedur penyelesaian KPK yang diminta. Subjek ZNA melakukan
2. Dalam melakukan prosedur menggunakan metode daftar kelipatan, subjek prosedur penyelesaian FPB lancar dari
penyelesaian FPB dari langkah 1 ZNA lancar dalam melakukannya sampai tahap langkah 1 sampai langkah 4 sehingga hasil
sampai langkah 4 menggunakan ketiga dalam menentukan KPK. Namun, sedikit jawaban akhir yang diperoleh pun tepat.
metode pohon faktor dengan lancar mengalami kendala di langkah 4 karena subjek Sedangkan saat melakukan penyelesaian
tanpa ada hambatan. kurang menguasai prasyarat materi mengukur KPK hanya lancar sampai pada langkah
satuan waktu yang digunakan untuk ketiga saja karena terkendala pada

146
3. Selain itu subjek ZNA juga menjumlahkan hari dan tanggal bertemu prosedur keempat yaitu belum
memperoleh hasil yang tepat dengan kembali yang kedua kali. menjumlahkan hari dan tanggal untuk

143
menentukan FPB untuk menentukan bertemu kembali yang kedua kalinya
jumlah kelompok yang dapat dibentuk 3. Selain itu subjek ZNA juga belum memperoleh sehingga belum diperoleh hasil jawaban
menggunakan metode pohon faktor. hasil yang tepat karena terkendala dalam akhir dengan tepat.
menjumlahkan KPK dengan hari dan tanggal
pertama bertemu. Subjek ZNA masih bingung
dalam melakukan perhitungan hari dan tanggal
bertemu kembali yang kedua kali, sehingga
hasil yang diperoleh belum tepat.

Konseptual 1. Subjek ZNA menunjukkan mampu 1. Subjek ZNA menuliskan serangkaian prosedur Pada kategori konseptual yang terdiri dari
melakukan serangkaian prosedur penyelesaian menggunakan metode daftar 6 indikator, subjek dapat menunjukkan
dengan metode pohon faktor yang kelipatan dengan lengkap meskipun pada tahapan kemampuannya dalam menerapkan
terdiri dari prosedur 1 sampai 4. prosedur ke 4 masih belum tepat. Subjek ZNA serangkaian prosedur baik dengan pohon
tidak merasa kesulitan dari langkah 1 sampai faktor maupun metode daftar kelipatan.
2. Subjek ZNA mengetahui langkah 1 dengan langkah 3. Namun, pada langkah ke 4 Subjek ZNA mengetahui penggunaan
memfaktorkan bilangan lalu langkah subjek ZNA merasa kesulitan dalam prosedur pada setiap langkahnya. Selain
kedua menuliskan faktorisasi prima menjumlahkan hari dan tanggal pertama bertemu itu, subjek juga mengetahui pengetahuan
Setelah itu, langkah ketiga menentukan dengan KPK yang dihasilkan. prasyarat yang harus digunakan untuk
penyelesaian FPB. Lalu yang terakhir menyelesaikan permasalahan FPB maupun
dapat menghasilkan jawaban dan 2. Pada langkah 1 dan 2 subjek ZNA melakukan KPK. Ketika subjek ditanyakan letak
kesimpulan akhir yang tepat yaitu dari prosedur menentukan kelipatan pada bilangan 3, kesalahan dalam melakukan prosedur juga
60 dan 72 dapat dibagi menjadi 12 5 dan 6. Setelah itu dicari kelipatan persekutuan dapat menunjukkannya dan dapat
kelompok belajar. terkecilnya yaitu 30 hari. Subjek juga tahu tahap memperbaiki kesalahannya meskipun
yang terakhir adalah mencari hari dan tanggal belum sempurna. Subjek juga dapat
3. Subjek ZNA mengetahui pengetahuan bertemu kembali untuk kedua kalinya dengan memberikan argumen dengan logis pada
sebelumnya yang digunakan sebagai menjumlahkan hari dan tanggal pertama bertemu setiap tahapan yang dilakukan dalam
prasyarat dalam mengerjakan dengan KPK yang diperoleh. menyelesaikan permasalahan FPB maupun
permasalahan FPB. Subjek ZNA dapat KPK. Ketika disajikan permasalahan baru,
menggunakan operasi bilangan 3. Subjek ZNA lumayan mengetahui pengetahuan subjek dapat mengenali dan membedakan
(Penjumlahan/ pengurangan/ perkalian prasyarat untuk mengerjakan permasalahan KPK, masalah mana yang dapat diselesaikan
/ pembagian) dan mengerti bilangan seperti operasi bilangan penjumlahan, menggunakan FPB dan permasalahan yang
berpangkat. pengurangan, perkalian dan pembagian. Namun, dapat diselesaikan menggunakan KPK.

147
ketika menyelesaikan langkah keempat dalam
mencari hari dan tanggal bertemu untuk yang

144
4. Subjek ZNA menyadari tidak terjadi kedua kalinya masih merasa bingung dan belum
kesalahan pada setiap langkah yang menguasainya. Tetapi ketika diwawancara
digunakan dalam menyelesaiakan dengan dipancing beberapa pertanyaan, ternyata
prosedur penyelesaian dari langkah 1 subjek ZNA dapat menyelesaikan langkah
sampai langkah 4 tanpa ada kesalahan. keempat dengan memperoleh hasil hampir tepat
pada tanggal, tetapi untuk mencari harinya subjek
5. Subjek ZNA memberikan argumen ZNA tetap merasa bingung.
dengan logis ketika melakukan
prosedur dari langkah 1 sampai langkah 4. Subjek ZNA menyadari terjadi kesalahan pada
4. Subjek ZNA memilih menggunakan langkah keempat dalam menyelesaiakan prosedur
metode pohon faktor karena bahwa dalam menjumlahkan hari dan tanggal
menggunakan pohon faktor lebih pertama bertemu dengan KPK yang dihasilkan
mudah dipahami dan lebih mudah saat masih belum tepat. Subjek ZNA juga bisa
menentukan faktorisasi primanya. Lalu, memperbaiki kesalahan pada saat mencari
alasan memfaktorkan bilangan 60 dan tanggal bertemu untuk yang kedua kalinya.
72 karena bilangan 60 merupakan
jumlah siswa perempuan dan 72 5. Subjek ZNA memberikan argumen dengan logis
merupakan jumlah siswa laki-laki yang ketika melakukan prosedur dari langkah 1 sampai
akan dibagi menjadi beberapa langkah 4. Subjek ZNA dapat menyampaikan
kelompok. Subjek ZNA mengatakan alasan penggunaan metode daftar kelipatan
bahwa yang dipilih adalah penyelesaian karena menurut ZNA ketika menyelesaikan KPK
FPB karena permasalahan nomor 1 dengan bilangan kecil menggunakan metode
ingin membagi kelompok belajar daftar kelipatan lebih mudah dipahami dan lebih
dengan jumlah sama banyak. mudah saat menentukan KPKnya. Subjek ZNA
juga mengatakan bahwa bilangan yang yang
6. Subjek ZNA dapat mengetahui bentuk dicari kelipatannya 3, 5 dan 6 karena bilangan 3
soal baru yang dapat diselesaikan merupakan jarak Dina datang di Bimbel, 5
menggunakan FPB maupun KPK dan merupakan jarak Mela datang di Bimbel dan 6
dapat memberikan alasan mengapa merupakan jarak Icha datang di Bimbel. Selain
permasalahan dapat diselesaiakan itu, subjek ZNA mengatakan bahwa yang dipilih
menggunakan FPB maupun KPK. adalah penyelesaian KPK karena pada
permasalahan nomor 2 ingin mencari hari dan
tanggal bertemu kembali untuk yang kedua

148
kalinya

145
6. Subjek ZNA dapat mengetahui bentuk soal baru
yang dapat diselesaikan menggunakan FPB
maupun KPK dan dapat memberikan alasan
mengapa permasalahan dapat diselesaiakan
menggunakan FPB maupun KPK.

4.2.2. Triangulasi Data Subjek Kategori Sedang

Tabel 4. 2. Tabel Triangulasi Data Subjek Kategori Sedang


Kategori Soal FPB Soal KPK Kesimpulan
Prosedural 1. Subjek ATN menerapkan serangkaian 1. Subjek ATN menerapkan serangkaian Pada kategori prosedural yang terdiri dari 3
prosedur menggunakan metode pohon prosedur KPK menggunakan metode daftar indikator, subjek ATN dapat melakukan
faktor yang terdiri dari 4 langkah kelipatan yang terdiri dari 4 langkah hanya penyelesaian FPB menggunakan metode
kurang lengkap karena subjek ATN menerapkan serangkaian prosedur sampai pohon faktor sampai prosedur ketiga tetapi
hanya menerapkan serangkaian langkah kedua saja. subjek melakukan dengan lancar hanya
prosedur sampai langkah ketiga saja. sampai pada prosedur kedua karena salah
2. Dalam melakukan prosedur penyelesaian menentukan penyelesaian dengan
2. Dalam melakukan prosedur KPK menggunakan metode daftar kelipatan, menentukan KPK. Sedangkan pada saat
penyelesaian FPB menggunakan subjek lumayan lancar dalam melakukannya menyelesaikan permasalahan KPK hanya
metode pohon faktor, subjek ATN tidak sampai tahap melingkari kelipatan yang lancar sampai prosedur kedua saja
lancar karena mengalami kendala pada kembar dari 3 bilangan. Namun, subjek menggunakan metode daftar kelipatan. Pada
langkah ketiga yaitu subjek ATN mengalami sedikit hambatan di langkah 3. tahap menentukan FPB dan KPK pada
menyelesaikan masalah dengan Subjek ATN belum menuliskan bahwa hasil masing-masing permasalahan masih sama-
menentukan KPK, padahal 3 kelipatan yang dilingkari adalah hasil KPK sama belum tepat, pada permasalahan nomor
permasalahan nomor 1 diselesaikan dari ktiga bilangan. Selain itu, subjek kurang 1 subjek tidak dapat memilih menentukan
dengan menentukan FPB karena menguasai materi dalam mengukur satuan FPB dan pada permasalahan nomor 2 subjek
permasalahannya berkaitan dengan waktu. Sehingga tidak lancar dalam juga tidak dapat menentukan KPK.
pembagian kelompok dengan jumlah melakukan prosedur ke 4. Akibatnya subjek tidak dapat memperoleh

149
sama banyak. Subjek juga mengalami

146
kendala pada langkah ke-4 yaitu tidak 3. Selain itu subjek ATN juga belum hasil yang tepat pada permasalahan FPB
menuliskan jawaban akhir dengan memperoleh hasil yang tepat karena subjek maupun KPK.
tepat. ATN belum menjumlahkan KPK dengan hari
dan tanggal pertama bertemu untuk
3. Selain itu subjek ATN juga menentukan hari dan tanggal bertemu
memperoleh hasil yang kurang tepat bersama untuk yang kedua kali.
karena masalah diselesaikan dengan
menentukan KPK menggunakan pohon
faktor. Padahal dalam membagi
kelompok dengan jumlah sama banyak
seharusnya menentukan FPB. Hal itu
mengakibatkan hasil yang diperoleh
tidak tepat.

Konseptual 1. Subjek ATN menunjukkan melakukan 1. Subjek ATN menuliskan serangkaian Pada kategori konseptual yang terdiri dari 6
serangkaian prosedur dengan lancar prosedur pernyelesaian menggunakan metode indikator, subjek dapat menunjukkan
menggunakan metode pohon faktor daftar kelipatan dengan lengkap meskipun kemampuan melakukan prosedur
hanya sampai langkah kedua yaitu tahap pada tahapan prosedur ke 3 dan ke 4 masih penyelesaian FPB menggunakan metode
menentukan faktorisasi prima. Hal ini belum tepat. Subjek ATN tidak merasa pohon faktor dengan tepat sampai pada
terjadi karena saat melakukan prosedur kesulitan pada langkah 1 sampai dengan langkah kedua yaitu menuliskan bilangan
ketiga subjek salah menentukan langkah 2. Namun, pada langkah ke 3 subjek prima dari bilangan yang difaktorkan karena
penyelesaian dengan menentukan KPK ATN lupa menuliskan KPK yang dihasilkan pada prosedur ketiga subjek melakukan
untuk menentukan jumlah kelompok yang mengakibatkan rasa kesulitan pada kesalahan dengan menentukan penyelesaian
yang dapat dibagi dengan jumlah sama prosedur ke 4 yaitu dalam menjumlahkan hari permasalahan nomor 1 menggunakan KPK.
banyak. dan tanggal pertama bertemu dengan KPK Padahal prosedur yang benar adalah
yang dihasilkan. menetukan FPB. Dalam menyelesaikan
2. Subjek ATN mengetahui langkah 1 permasalahan FPB, subjek mengetahui
memfaktorkan bilangan lalu langkah 2. Pada langkah 1 dan 2 subjek ATN melakukan prasyarat yang digunakan seperti operasi
kedua menuliskan faktorisasi prima prosedur menentukan kelipatan pada bilangan bilangan, bilangan prima dan bilangan
Setelah itu, pada langkah ketiga subjek 3, 5 dan 6. Setelah itu dicari kelipatan berpangkat. Sedangkan pada penyelesaian
mengalami kendala karena tidak persekutuan terkecilnya yaitu 30 hari. Namun, KPK menggunakan metode daftar kelipatan
mengetahui bahwa prosedur ketiga subjek ATN lupa menuliskannya sebagai menunjukkan kemampuan prosedur sampai

150
menentukan FPB dari 60 dan 72 untuk KPK yang diminta. Subjek ATN juga tidak langkah ketiga yaitu menentukan KPK,
tahu tahap yang terakhir adalah meskipun di awal subjek lupa menuliskan

147
membagi kelompok menjadi jumlah menenentukan hari dan tanggal bertemu KPK yang diperoleh tetapi dapat disadari
sama banyak. kembali untuk kedua kalinya dengan ketika diwawancara oleh peneliti. Namun,
menjumlahkan hari dan tanggal pertama dalam melakukan prosedur keempat untuk
3. Subjek ATN mengetahui pengetahuan bertemu dengan KPK yang diperoleh. menyelesaikan permasalahan KPK, subjek
sebelumnya yang digunakan sebagai masih belum bisa melakukannya karena
prasyarat dalam mengerjakan 3. Subjek ATN lumayan mengetahui kurang menguasai materi prasyarat yang
permasalahan FPB. Subjek ATN dapat pengetahuan prasyarat untuk mengerjakan dibutuhkan yaitu materi mengukur satuan
menggunakan operasi bilangan permasalahan KPK, seperti operasi bilangan, waktu tetapi untuk prasyarat yang lain
(Penjumlahan/ pengurangan/ perkalian / kelipatan bilangan dan bilangan berpangkat. seperti operasi bilangan, kelipatan bilangan
pembagian), mengerti bilangan prima Namun, kurang menguasai materi mengukur dan kelipatan persekutuan dapat kuasai
dan bilangan berpangkat. satuan waktu dalam menentukan hari dan dengan baik.
tanggal bertemu untuk yang kedua kalinya
4. Subjek ATN menyadari jika terjadi yang mengakibatkan subjek merasa bingung Subjek ATN sama-sama melakukan
kesalahan pada langkah ketiga dalam untuk menyelesaikan prosedur. kesalahan pada prosedur ketiga yaitu dalam
memilih penyelesaian menggunakan menentukan FPB maupun KPK. Tetapi
KPK dengan dipancing oleh peneliti. 4. Subjek ATN menyadari terjadi kesalahan setelah dikonfirmasi dengan wawancara
Tetapi subjek tidak dapat memperbaiki pada langkah ketiga, lalu subjek dapat subjek dapat memperbaiki kesalahan dalam
kesalahannya karena menurut subjek memperbaiki kesalahan bahwa subjek lupa menentukan KPK, belum dituliskan
dalam membagi kelompok itu menuliskan hasil KPK karena terburu-buru dikarenakan lupa. Selain itu, subjek dapat
menggunakan penyelesaian KPK. dalam mengerjakan. Tetapi mengetahui memberikan argumen yang logis pada
bahwa KPK adalah kelipatan bilangan yang prosedur yang sedang dilakukan, meskipun
5. Subjek ATN memberikan argumen sama dari 3 bilangan yang sedang dicari. hasil akhir yang diperoleh belum tepat.
dengan logis ketika melakukan prosedur Sedangkan kesalahan pada langkah keempat Ketika disajikan bentuk soal baru yang
pada langkah 1 sampai langkah 2 saja. dalam menjumlahkan hari dan tanggal hampir mirip dengan soal yang sedang
Subjek ATN memilih menggunakan bertemu bersama pertama kali dengan KPK dikerjakan, ternyata subjek dapat mengenali
metode pohon faktor karena yang diperoleh, subjek belum dapat permasalahan dengan penyelesaian KPK dan
menggunakan pohon faktor lebih mudah melakukannya untuk memperbaiki kesalahan dapat menjawab alasan permasalahan
dipahami dan lebih mudah saat yang dilakukan. dan keempat dalam diselesaikan dengan KPK. Tetapi tidak dapat
menentukan faktorisasi primanya. Lalu, menyelesaiakan prosedur bahwa dalam mengenali jenis permasalahan FPB karena
alasan memfaktorkan bilangan 60 dan 72 menjumlahkan hari dan tanggal pertama menurut subjek penyelesaiannya tetap
karena bilangan 60 merupakan jumlah bertemu dengan KPK yang dihasilkan masih menggunakan KPK.
siswa perempuan dan 72 merupakan belum tepat. Namun, subjek ATN tidak bisa
jumlah siswa laki-laki yang akan dibagi memperbaiki kesalahan pada saat mencari

151
menjadi beberapa kelompok. Namun

148
pada langkah 3 Subjek ATN tidak hari dan tanggal bertemu untuk yang kedua
memberikan argumen yang logis pada kalinya.
posedur yang dilakukan. Alasan subjek
ATN memilih KPK pun karena seingat 5. Subjek ATN memberikan argumen dengan
subjek ATN pernah menjumpai soal logis ketika melakukan prosedur dari langkah
seperti permasalahan nomor 1 dengan di 1 sampai langkah 3. Subjek ATN dapat
selesaikan dengan KPK. Padahal menyampaikan alasan penggunaan metode
seharusnya dalam penyelesaian daftar kelipatan karena menurut ATN ketika
permasalahan nomor 1 yang ditentukan menyelesaikan KPK dengan bilangan kecil
adalah menentukan FPB dari 60 dan 72. menggunakan metode daftar kelipatan lebih
mudah dipahami dan lebih mudah saat
6. Subjek ATN dapat mengenali bentuk menentukan KPKnya. Subjek ATN juga
soal baru yang dapat diselesaikan mengatakan bahwa bilangan yang yang dicari
menggunakan KPK. Subjek hanya kelipatannya 3, 5 dan 6 karena bilangan 3
mengenali jenis bentuk soal KPK dan merupakan jarak Dina datang di Bimbel, 5
dapat memberikan alasan mengapa merupakan jarak Mela datang di Bimbel dan 6
permasalahan dapat diselesaikan merupakan jarak Icha datang di Bimbel.
menggunakan KPK. Namun untuk soal Selain itu, subjek S2 mengatakan bahwa yang
yang dapat diselesaikan menggunakan dipilih adalah penyelesaian KPK karena pada
FPB subjek ATN tidak dapat permasalahan nomor 2 ingin mencari hari dan
mengenalinya. tanggal bertemu kembali untuk yang kedua
kalinya

6. Subjek ATN dapat mengenali bentuk soal


baru yang dapat diselesaikan menggunakan
KPK. Subjek hanya mengenali jenis bentuk
soal KPK dan dapat memberikan alasan
mengapa permasalahan dapat diselesaikan
menggunakan KPK. Namun untuk soal yang
dapat diselesaikan menggunakan FPB subjek
ATN tidak dapat mengenalinya.

152
149
4.2.3. Triangulasi Data Subjek Kategori Rendah

Tabel 4. 3. Tabel Triangulasi Data Subjek Kategori Rendah


Kategori Soal FPB Soal KPK Kesimpulan
Prosedural 1. Subjek FSA menerapkan serangkaian 1. Subjek FSA menerapkan serangkaian prosedur Pada kategori prosedural yang terdiri dari
prosedur dengan metode pohon faktor dengan metode pohon faktor yang terdiri dari 4 3 indikator, subjek FSA melakukan
yang terdiri dari 4 langkah kurang langkah kurang lengkap karena subjek FSA prosedur penyelesaian FPB dengan
lengkap karena subjek FSA menerapkan menerapkan serangkaian prosedur sampai langkah lancar sampai pada prosedur pertama
serangkaian prosedur sampai langkah keempat. Tetapi tidak melakukan Langkah ketiga karena pada prosedur kedua terkendala
keempat. Tetapi tidak melakukan dalam menentukan KPK yang sedang dicari. dengan melakukan operasi perkalian
langkah ketiga dalam menentukan FPB pada faktorisasi prima serta tidak
yang sedang dicari. 2. Dalam melakukan prosedur penyelesaian KPK melakukan penyelesaian dengan
menggunakan metode pohon faktor, subjek FSA meentukan FPB. Disini subjek langsung
2. Dalam melakukan prosedur penyelesaian tidak lancar, karena mengalami kendala pada memperoleh jawaban dari hasil
FPB menggunakan metode pohon faktor, langkah ketiga yaitu subjek FSA tidak menentukan pembagian akhir yang sudah prima dari
subjek FSA tidak lancar, karena penyelesaian dengan menggunkan FPB maupun hasil pemfaktoran menggunakan pohon
mengalami kendala pada langkah kedua KPK. Subjek langsung memperoleh hasil akhirnya faktor sehingga hasil jawaban akhirnya
yaitu subjek FSA mengoperasikan dengan mengalikan hasil faktorisasi dari 3 dan 5. tidak tepat. Sedangkan penyelesaian
faktorisasi prima menggunakan operasi Padahal permasalahan nomor 2 seharusnya permasalahan KPK menggunakan
perkalian. Selain itu, pada langkah diselesaikan dengan menentukan KPK untuk metode pohon faktor dapat dilakukan
ketiga juga subjek tidak memilih menentukan keliapatan bertemu kembali yang dengan lancar sampai prosedur 2 karena
penyelesaian menggunkan FPB maupun kedua kalinya. Pada langkah keempat sebenarnya masih terkendala pada porsedur ketiga
KPK. Subjek langsung memperoleh subjek dapat melakukannya dengan baik dalam dengan tidak melakukan penyelesaian
hasil akhirnya tanpa melakukan menjumlahkan tanggal bertemu kembali, Namun KPK. Disini subjek langsung melakukan
perhitungan. Padahal permasalahan menjadi kurang tepat karena tidak menjumlahkan operasi perkalian dari hasil faktorisasi
nomor 1 seharusnya diselesaikan dengan hari dan tanggal bertemu bersama pertama kali prima dari 3 dan 5. Setelah itu hasil
menentukan FPB untuk menentukan dengan KPK yang dihasilkan sehingga jawaban perkaliannya dijumlahkan dengan hari
pembagian kelompok dengan jumlah akhir tidak tepat. dan tanggal bertemu bersama yang
sama banyak. pertama kali sehingga belum diperoleh
3. Selain itu subjek FSA juga belum memperoleh hasil yang tepat.
3. Selain itu subjek FSA juga memperoleh hasil yang tepat. Karena subjek FSA Subjek FSA memiliki persamaan yaitu

153
hasil yang tidak tepat karena subjek tidak dapat melakukan prosedur ketiga

150
FSA tidak menyelesaikan masalah menjumlahkan tanggal pertama bertemu bukan dalam menentukan FPB maupun KPK
dengan menentukan FPB menggunakan dengan KPK yang dihasilkan. pada permasalahan nomor 1 yang
metode pohon faktor. Hal itu merupakan masalah FPB dan
mengakibatkan hasil yang diperoleh permasalahan nomor 2 yang merupakan
tidak tepat. masalah KPK.

Konseptual 1. Subjek FSA menunjukkan melakukan 1. Subjek FSA menunjukkan melakukan serangkaian Pada kategori konseptual yang terdiri
serangkaian prosedur dengan metode prosedur dengan lancar sampai prosedur kedua dari 6 indikator, subjek FSA dapat
pohon faktor yang terdiri dari prosedur 1 menggunakan metode pohon faktor yang terdiri menunjukkan kemampuan melakukan
sampai 4 hanya lancar pada prosedur dari prosedur 1 sampai 4. Subjek lancar sampai prosedur penyelesaian FPB hanya lancar
pertama yaitu saat memfaktorkan prosedur kedua yaitu ketika menuliskan faktorisasi sampai pada tahap kedua, meskipun
bilangan, karena pada tahap kedua yaitu prima karena pada tahap menentukan KPK tidak ditahap prosedur kedua juga sempat
saat menuliskan faktorisasi prima dapat dilakukan oleh subjek karena yang dilakukan melakukan kesalahan dengan melakukan
terdapat sedikit kesalahan yaitu karena subjek menghitung faktorisasi prima dari 3 dan 5 operasi perkalian pada faktorisasi prima
melakukan operasi perkalian pada hasil menggunakan operasi perkalian. Lalu yang diperoleh. Pada prosedur ketiga
faktorisasi prima. Lalu pada prosedur menjumlahkan hasilnya dengan hari dan tanggal juga dialami kendala karena tidak dapat
ketiga tidak dapat menentukan FPB dan bertemu bersama pertama kali sehingga hasil melakukan prosedur menentukan FPB
memperoleh hasilnya dari hasil jawaban akhir yang diperoleh tidak tepat karena dan langsung menuliskan jawaban akhir
pembagian terakhir yang merupakan seharusnya yang dijumlahkan adalah hari dan yang diperoleh dari hasil pembagian
bilangan prima saat tahap pemfaktoran tanggal dengan KPK yang dihasilkan. akhir yang usdah prima pada tahap
menggunakan pohon faktor. Sehingga pemfaktoran menggunakan pohon faktor
tidak dapat menghasilkan jawaban akhir 2. Subjek FSA mengetahui langkah 1 memfaktorkan sehingga hasil jawaban akhir yang
yang tepat. bilangan lalu langkah kedua menuliskan faktorisasi diperoleh tidak tepat. Selain itu, subjek
prima Setelah itu, pada langkah ketiga ketika juga mengetahui prasyarat yang
2. Subjek FSA mengetahui langkah 1 menentukan penyelesaian KPK, subjek melakukan digunakan yaitu bilangan prima, bilangan
memfaktorkan bilangan lalu langkah kesalahan dengan tidak menentukan KPK untuk berpangkat serta operasi bilangan
kedua menuliskan faktorisasi prima, menyelesaikan permasalahan. Sehingga hasil akhir pembagian dan perkalian.
meskipun sedikit kesalahan karena yang diperoleh tidak tepat.
setelah menulis faktorisasi prima malah Sedangkan ketika penyelesaian
melakukan operasi perkalian pada 3. Subjek FSA lumayan mengetahui pengetahuan permasalahan KPK hanya lancar pada
faktorisasi prima yang diperoleh. Setelah prasyarat untuk mengerjakan permaslahan KPK, prosedur kedua yaitu saat menuliskan
itu, pada langkah ketiga ketika seperti operasi bilangan. Selain itu subjek juga faktorisasi prima. Namun, pada prosedur
menentukan penyelesaian FPB, subjek lumayan meguasai prasyarat mengukur satuan ketiga terdapat kendala karena subjek

154
melakukan kesalahan dengan tidak waktu yang digunakan pada langkah keempat tidak dapat menentukan KPK yang

151
menentukan FPB untuk menyelesaikan dalam menentukan hari dan tanggal bertemu sedang dicari. Disini yang dilakukan
permasalahan. Sehingga hasil akhir yang bersama untuk yang kedua kalinya. subjek melakukan operasi perkalian dari
diperoleh tidak tepat. faktorisasi prima 3 dan 5 lalu
4. Subjek FSA menyadari terjadi kesalahan pada menjumlahkannya dengan hari dan
3. Subjek FSA mengetahui pengetahuan langkah ketiga dalam menyelesaiakan prosedur tanggal bertemu bersama yang pertama
prasyarat dalam mengerjakan bahwa subjek tidak menggunakan penyelesaian kali. Pengetahua prasyarat mengukur
permasalahan FPB yaitu menggunakan dengan menentukan KPK dari bilangan 3, 5 dan 6. satuan waktu dalam menjumlahkan hari
operasi bilangan, mengetahui bilangan Namun subjek tidak dapat memperbaikinya karena dan tanggal dapat dikuasai dengan baik
prima dan mengerti bilangan berpangkat. subjek bingung dalam menentukan FPB atau KPK. oleh subjek, tetapi menjadi jawaban yang
tidak tepat karena seharusnya yang
4. Subjek FSA tidak menyadari jika terjadi 5. Subjek FSA dapat menyampaikan alasan dijumlahkan dengan hari dan tanggal
kesalahan pada langkah ketiga dalam penggunaan metode pohon faktor untuk adalah KPK yang dihasilkan dari 3, 5
memilih penyelesaian dengan FPB/KPK. menyelesaiakan permasalahan. Subjek FSA dan 6. Selain itu subjek juga menguasai
Subjek FSA tidak memilih penyelesaian memilih menggunakan metode pohon faktor prasyarat operasi bilangan seperti
dengan menentukan FPB maupun KPK. karena menurut FSA ketika menggunakan pohon pembagian, perkalian dan penjumlahan.
Subjek menyimpulkan bahwa kelompok faktor lebih mudah dipahami dan lebih mudah saat
yang dapat dibagi yaitu pada perempuan menentukan faktorisasi primanya. Namun, pada Saat melakukan prosedur juga dapat
adalah 5 kelompok dan laki-laki adalah langkah keempat subjek FSA tidak dapat memberikan argumen yang logis
3 kelompok. Hasil tersebut diperoleh memberikan argumen dengan baik dalam meskipun hasil akhir yang diperoleh
dari hasil pembagian akhir jumlah siswa menentukan tanggal bertemu kembali untuk yang tidak tepat. Disini subjek sama-sama
perempuan dan laki-laki yang sudah kedua kalinya dan hasilnya menjadi kurang tepat tidak dapat melakukan perhitungan FPB
prima. Hal ini yang mengakibatkan hasil karena KPK yang harusnya dijumlahkan dengan maupun KPK. Selain itu ketika diberi
akhir yang diperoleh tidak tepat karena tanggal pertama bertemu bukan hasil yang tepat. permasalahan baru yang hampir mirip
dalam membagi kelompok seharusnya Selain itu, pada pemjumlahan hari subjek FSA dengan soal yang sedang dikerjakan oleh
menggunakan FPB untuk belum dapat melakukannya. subjek juga tidak dapat mengenali dan
menyelesaikannya. menganalisis soal yang dapat
6. Subjek FSA tidak dapat mengetahui setiap bentuk diselesaikan dengan FPB/KPK.
5. Subjek FSA memberikan argumen soal baru yang dapat diselesaikan menggunakan
dengan logis ketika melakukan prosedur FPB maupun KPK.
pada langkah 1 sampai langkah 2 saja.
dari langkah 1 sampai langkah 4. Subjek
FSA memilih menggunakan metode
pohon faktor karena menggunakan

155
pohon faktor lebih mudah dipahami dan

152
lebih mudah saat menentukan faktorisasi
primanya. Lalu, alasan memfaktorkan
bilangan 60 dan 72 karena bilangan 60
merupakan jumlah siswa perempuan dan
72 merupakan jumlah siswa laki-laki
yang akan dibagi menjadi beberapa
kelompok. Namun pada langkah 3
Subjek FSA tidak memberikan argumen
yang logis pada posedur yang dilakukan.
Alasan subjek FSA memilih hasil
pembagian kelompok yang dapat yaitu
pada perempuan adalah 5 kelompok dan
laki-laki adalah 3 kelompok. Hasil
tersebut diperoleh dari hasil pembagian
akhir jumlah siswa perempuan dan laki-
laki yang sudah prima. Padahal
seharusnya dalam penyelesaian
permasalahan nomor 1 yang ditentukan
adalah mencari FPB dari 60 dan 72.

6. Subjek FSA tidak dapat mengetahui


setiap bentuk soal baru yang dapat
diselesaikan menggunakan FPB
maupun KPK.

156
153
4.3. Perbedaan Kemampuan Pemahaman Relasional pada 3 Kategori Kemampuan Subjek

Pemahaman relasional terdiri dari dua kategori, yaitu pemahaman Prosedural dan Konseptual. Berdasarkan hasil analisis serta

wawancara kepada semua subjek yang berkategori tinggi, subjek berkategori sedang dan subjek berkategori rendah akan dipaparkan

mengenai perbedaan kemampuan pemahaman relasional kategori prosedural dan kategori konseptual dalam menyelesaikan masalah

FPB pada tabel 4.4. dan pemahaman relasional dalam menyelesaikan masalah KPK pada tabel 4.5.

Pada bagian ini peneliti mencermati berbagai indikator pemahaman relasional kategori prosedural dan kategori konseptual pada

permasalahan FPB dari subjek kategori tinggis, subjek kategori sedang dan subjek kategori rendah yang akan disajikan pada tabel 4.4.

dibawah ini:

Tabel 4. 4. Perbedaan Kemampuan Pemahaman Relasional dalam Menyelesaikan Masalah FPB Pada Subjek dengan
Kemampuan Tinggi, Sedang dan Rendah
Pemahaman Indikator Perbedaan Pemahaman Relasional Setiap Kategori Kemampuan Subjek
Relasional Pemahaman Tinggi Sedang Rendah
Prosedural Menerapkan Mampu menerapkan prosedur Cukup mampu menerapkan prosedur Cukup mampu menerapkan prosedur
serangkaian penyelesaian FPB menggunakan FPB dengan metode pohon faktor dari FPB dengan metode pohon faktor dari
prosedur metode pohon faktor lengkap dari langkah pertama sampai langkah ketiga langkah pertama sampai langkah
langkah pertama sampai langkah saja. kedua saja.
keempat.
Melakukan Mampu melakukan prosedur FPB Kurang mampu melakukan prosedur Kurang mampu melakukan prosedur
prosedur sampai langkah keempat dengan FPB dengan lancar karena terkendala FPB dengan lancar karena terkendala

157
dengan lancar lancar tanpa ada kendala. pada prosedur kedua dan tidak

154
pada prosedur ketiga dan tidak melakukan prosedur ketiga dan
melakukan prosedur keempat. keempat.
Memperoleh Mampu memperoleh jawaban akhir Kurang mampu dalam memperoleh Kurang mampu dalam memperoleh
jawaban tepat dengan tepat. jawaban tepat karena menentukan jawaban tepat karena tidak
penyelesaian FPB menggunakan KPK. menentukan penyelesaian FPB.
Konseptual Menunjukkan Mampu menunjukkan kemampuan Kurang mampu dalam menunjukkan Kurang mampu dalam menunjukkan
kemampuan menerapkan serangkaian prosedur kemampuan menerapkan serangkaian kemampuan menerapkan serangkaian
menerapkan FPB sampai prosedur keempat prosedur FPB sampai prosedur keempat, prosedur FPB sampai prosedur
prosedur dengan lengkap dan lancar. karena terkendala pada prosedur ketiga keempat, karena terkendala pada
dan tidak melakukan prosedur keempat. prosedur kedua dan tidak melakukan
prosedur ketiga dan prosedur keempat.
Mengetahui Mampu mengetahui waktu yang tepat Kurang mampu dalam mengetahui waktu Kurang mampu dalam mengetahui
kapan melakukan prosedur FPB dari yang tepat melakukan prosedur FPB dari waktu yang tepat melakukan prosedur
melakukan prosedur pertama sampai prosedur prosedur pertama sampai prosedur FPB dari prosedur pertama sampai
prosedur keempat. keempat karena hanya mampu prosedur keempat karena hanya
tertentu mengetahui sampai prosedur ketiga. mampu mengetahui sampai prosedur
kedua.
Memiliki Mampu memenuhi dengan memiliki Mampu memenuhi dengan memiliki 4 Mampu dengan memiliki 4 prasyarat
pengetahuan 4 prasyarat yang harus dikuasai untuk prasyarat yang harus dikuasai untuk yang harus dikuasai untuk digunakan
prasyarat digunakan menyelesaikan FPB digunakan menyelesaikan FPB menyelesaikan FPB menggunakan
menggunakan metode pohon faktor. menggunakan metode pohon faktor. metode pohon faktor.
Mengetahui Mampu mengetahui melakukan Kurang mampu memenuhi karena tidak Tidak mampu menyadari bahwa telah
kesalahan kesalahan atau tidaknya dengan tidak menyadari jika melakukan kesalahan melakukan kesalahan pada prosedur
prosedur melakukan kesalahan dalam pada prosedur ketiga dalam menentukan kedua karena melakukan operasi
melakukan prosedur FPB. FPB menggunakan KPK. perkalian pada faktorisasi prima dan
tidak menentukan FPB.
Memberikan Mampu meberikan argumen dengan Kurang mampu memberikan argumen Kurang mampu memberikan argumen
argumen logis logis pada prosedur FPB yang telah dengan logis pada prosedur FPB dari dengan logis pada prosedur FPB dari
ketika dilakukan dari prosedur pertama prosedur pertama sampai keempat karena prosedur pertama sampai keempat
melakukan sampai keempat. hanya mampu memberikan argumen karena hanya mampu memberikan
prosedur dengan logis pada prosedur pertama dan argumen dengan logis pada prosedur
kedua yang telah dilakukan. pertama yang telah dilakukan.
Mengenali Mampu mengenali dan membedakan Cukup mampu memenuhi dengan dapat Tidak mampu mengenali dan

158
jenis masalah masalah yang dapat diselesaikan mengenali permasalahan dengan menganalisis soal yang harus

155
baru yang menggunakan FPB dan permasalahan penyelesaian KPK dan dapat menjawab diselesaikan dengan menggunakan
dapat yang dapat diselesaikan alasan permasalahan diselesaikan dengan FPB maupum KPK.
diselesaikan menggunakan KPK disertai alasan KPK. Tetapi tidak dapat mengenali jenis
dengan mengapa memilih prosedur permasalahan FPB karena menurut
prosedur penyelesaian tersebut. subjek penyelesaiannya tetap
menggunakan KPK.

Setelah memaparkan kemampuan subjek pada pemahaman relasional dalam menyelesaikan masalah FPB. Selanjutnya mencermati

pemahaman relasional siswa dalam menyelesaikan masalah KPK. Berikut ini adalah tabel 4.5. yang memaparkan perbedaan

pemahaman relasional siswa dalam menyelesaikan masalah KPK pada setiap kategori subjek:

Tabel 4. 5. Perbedaan Kemampuan Pemahaman Relasional dalam Menyelesaikan Masalah KPK Pada Subjek
dengan Kemampuan Tinggi, Sedang dan Rendah

Pemahaman Indikator Perbedaan Pemahaman Relasional Setiap Kategori Kemampuan Subjek


Relasional Pemahaman Tinggi Sedang Rendah
Prosedural Menerapkan Mampu menerapkan prosedur Kurang mampu menerapkan prosedur KPK Cukup menerapkan prosedur KPK
serangkaian penyelesaian KPK menggunakan karena menerapkan prosedur dengan dengan metode pohon faktor pada
prosedur metode daftar kelipatan lengkap dari metode daftar kelipatan dari langkah langkah pertama, langkah kedua dan
langkah pertama sampai langkah pertama sampai langkah kedua saja. langkah keempat.
keempat.
Melakukan Cukup mampu dalam melakukan Kurang mampu melakukan prosedur KPK Kurang mampu melakukan prosedur
prosedur prosedur KPK dengan lancar karena dengan lancar karena tidak melakukan KPK dengan lancar karena tidak
dengan terkendala pada prosedur keempat. prosedur ketiga dan prosedur keempat. melakukan prosedur ketiga dan

159
lancar terkendala pada prosedur keempat.

156
Memperoleh Cukup mampu dalam memperoleh Kurang mampu dalam memperoleh Kurang mampu memperoleh
jawaban tepat jawaban tepat karena salah jawaban tepat karena tidak menentukan jawaban tepat karena menjumlahkan
menjumlahkan hari dan tanggal pada hasil KPK dan tidak menjumlahkan hari hari dan tanggal tidak dengan KPK
prosedur keempat. dan tanggal. yang diperoleh.
Konseptual Menunjukkan Cukup mampu dalam menunjukkan Cukup mampu dalam menunjukkan Kurang mampu menunjukkan
kemampuan kemampuan menerapkan serangkaian kemampuan menerapkan serangkaian kemampuan menerapkan
menerapkan prosedur KPK sampai prosedur prosedur KPK sampai prosedur keempat, serangkaian prosedur KPK sampai
prosedur keempat, karena terkendala pada karena tidak melakukan prosedur ketiga prosedur keempat, karena tidak
prosedur keempat. dan keempat. Tetapi dapat dikonfirmasi melakukan prosedur ketiga dalam
saat wawancara dapat melakukan prosedur menentukan KPK dan terkendala
ketiga. pada prosedur keempat.
Mengetahui Cukup mampu dalam mengetahui Kurang mampu dalam mengetahui waktu Cukup mampu dalam mengetahui
kapan waktu yang tepat melakukan prosedur yang tepat melakukan prosedur KPK dari waktu yang tepat melakukan
melakukan KPK dari prosedur pertama sampai prosedur pertama sampai prosedur keempat prosedur KPK dari prosedur pertama
prosedur prosedur keempat. karena hanya mampu mengetahui sampai sampai prosedur keempat karena
tertentu prosedur ketiga. hanya mampu mengetahui pada
prosedur pertama, kedua dan
keempat. Pada prosedur ketiga
menentukan KPK tidak diketahui
Memiliki Cukup mampu memenuhi dengan Kurang mampu memenuhi dengan Cukup mampu memenuhi dengan
pengetahuan memiliki 4 prasyarat dari 5 prasyarat memiliki 3 prasyarat dari 5 prasyarat yang memiliki 5 prasyarat dari 6 prasyarat
prasyarat yang harus dikuasai untuk digunakan harus dikuasai untuk digunakan yang harus dikuasai untuk digunakan
menyelesaikan KPK menggunakan menyelesaikan KPK menggunakan metode menyelesaikan KPK menggunakan
metode daftar kelipatan. daftar kelipatan. metode pohon faktor.
Mengetahui Cukup mampu dalam menyadari Kurang mampu dalam menyadari bahwa Kurang mampu menyadari jika
kesalahan bahwa melakukan kesalahan dalam melakukan kesalahan pada prosedur ketiga melakukan kesalahan pada prosedur
prosedur melakukan prosedur KPK dalam dalam menentukan KPK karena lupa ketiga karena tidak melakukan
menjumlahkan KPK dengan hari dan menuliskan hasil KPK serta dapat prosedur menentukan KPK serta
tanggal dan mencoba memperbaiki memperbaiki kesalahan. Selain itu, tidak dapat memperbaiki
kesalahan. melakukan perhitungan hari dan tanggal kesalahannya.
pada prosedur 4 serta tidak dapat
memperbaiki kesalahan.

160
Memberikan Kurang mampu memberikan argumen Cukup mampu memberikan argumen Cukup mampu memberikan argumen
argumen dengan logis pada prosedur KPK yang dengan logis pada prosedur KPK dari dengan logis pada prosedur KPK

157
logis ketika telah dilakukan dari prosedur pertama prosedur pertama sampai keempat karena dari prosedur pertama sampai
melakukan sampai keempat. hanya mampu memberikan argumen keempat karena hanya mampu
prosedur dengan logis pada prosedur pertama, kedua memberikan argumen dengan logis
dan ketiga yang telah dilakukan. pada prosedur pertama, keuda dan
keempat yang telah dilakukan. Pada
prosedur 3 tidak dapat memberikan
argumen yang logis.
Mengenali Mampu mengenali dan membedakan Cukup mampu dalam mengenali Tidak mampu mengenali dan
jenis masalah masalah yang dapat diselesaikan permasalahan dengan penyelesaian KPK menganalisis soal yang harus
baru yang menggunakan FPB dan permasalahan dan dapat menjawab alasan permasalahan diselesaikan dengan menggunakan
dapat yang dapat diselesaikan menggunakan diselesaikan dengan KPK. Tetapi tidak FPB maupum KPK.
diselesaikan KPK disertai alasan mengapa memilih dapat mengenali jenis permasalahan FPB
dengan prosedur penyelesaian tersebut. karena menurut subjek penyelesaiannya
prosedur tetap menggunakan KPK.

161
158
162

4.4. Pembahasan

Berdasarkan deskripsi dan analisis data serta didukung dengan wawancara

yang telah dilakukan. Pada subbab 4.4. ini akan dibahas mengenai kemampuan

pemahaman relasional yang terdiri dari pemahaman prosedural dan pemahaman

konseptual siswa Sekolah Dasar dalam menyelesaikan masalah FPB dan KPK di SD

Negeri Wonolopo 02 Semarang pada masing-masing kategori kemampuan subjek.

Pemahaman relasional siswa pada saat menyelesaikan masalah FPB dan KPK

antara siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah berbeda-beda. Hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kemampuan awal, gaya belajar dan

pengetahuan prosedur yang dimiliki siswa berbeda. Astuti (2015) menyatakan

kemampuan awal menjadi faktor utama dalam mempengaruhi pengalaman belajar

dalam proses pemahaman yang berupa prasyarat sebelum memasuki pembelajaran

materi berikutnya sehingga siswa dapat menyaring informasi baru yang akan

dipelajarinya. Gaya belajar juga mempengaruhi pemahaman yang dimiliki siswa

seperti pada kelas yang menggunakan media pembelajaran sponges dakon dan kelas

kontrol tanpa menggunakan media pembelajaran memiliki pemahaman yang berbeda

yaitu hasil belajar menggunakan media sponges dakon dapat berpengaruh baik

terhadap hasil belajar matematika FPB dan KPK. (Fitri, 2020)

Selain itu, siswa juga harus memiliki pengetahuan prosedural untuk

menyelesaikan dari awal sampai akhir. Seperti yang disampaikan Armanza & Asyhar

(2020) bahwa pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang berfokus pada

keterampilan melakukan urutan langkah demi langkah yang harus diikuti untuk
163

menyelesaikan masalah matematika. Maka dari itu pengetahuan prosedural sangat

penting dimiliki siswa karena nantinya pemahaman prosedural dan konseptual sangat

berhubungan karena kedua pemahaman ini berguna dalam memecahkan masalah

untuk mendapatkan solusi yang logis serta menentukan kedalaman pemahaman siswa.

Pemahaman relasional siswa pada subjek dengan kemampuan tinggi sangat

baik dalam menyelesaikan masalah FPB karena dapat memenuhi semua indikator

prosedural dan konseptual. Namun, hanya memiliki kemampuan yang cukup dalam

memenuhi indikator ketika menyelesaikan masalah KPK. Hal ini disebabkan oleh

belum dilakukan seluruh prosedur untuk menyelesaikan masalah. Seharusnya dalam

menyelesaikan soal cerita, siswa diharapkan mampu menuliskan serta menjelaskan

dengan runtut proses penyelesaian masalah yang diberikan (Fauziyah & Pujiastuti,

2020). Polya dalam Sumartini (2016) memaparkan menyelesaikan masalah sesuai

rencana dapat dilakukan dengan menjalankan prosedur yang telah dipilih untuk

mendapatkan penyelesaian. Sari dkk (2018) tanpa kelancaran prosedural yang cukup

dapat menyebabkan siswa mengalami kesulitan mendalami pemahaman mereka

tentang ide-ide matematika dan memecahkan masalah matematika.

Prosedur yang belum dilakukan berhubungan dengan pengetahuan prasyarat

materi mengukur satuan hari dan tanggal yang mengakibatkan tidak lancar dalam

melakukan prosedur dan belum diperoleh hasil yang tepat. Maka dari itu penting untuk

menguatkan pemahaman materi-materi sebelumnya sebelum menuju ke bab

selanjutnya, hal ini sejalan dengan pendapat Novriani dkk (2013) yaitu pengetahuan

materi prasyarat harus dimiliki siswa karena dapat meningkatkan pengetahuan awal

siswa yang berperan penting untuk membangun jembatan antara pengetahuan yang
164

telah dipelajari dengan pengetahuan baru sehingga baik untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa.

Subjek dengan kemampuan sedang memiliki pemahaman relasional cukup

baik karena hanya cukup mampu memenuhi indikator pemahaman relasional dalam

menyelesaikan masalah FPB maupun KPK. Hal tersebut terjadi karena siswa hanya

dapat mengenali permasasalahan yang diberikan adalah permasalahan KPK sehingga

dalam menyelesaikan masalah nomor 1 dan 2 dengan menentukan KPK yang

mengakibatkan jawaban yang diperoleh tidak tepat pada soal nomor 1. Sejalan dengan

yang dipaparkan Meilani & Maspupah (2019) bahwa siswa masih bingung dan tidak

dapat menentukan apakah untuk menyelesaikan soal tersebut harus memakai KPK atau

FPB sehingga siswa menuliskan keduanya dalam lembar jawaban. Akibat dari siswa

yang salah menentukan penyelesaian mengakibatkan tidak lancar dalam melakukan

prosedur sehingga jawaban yang diperoleh tidak tepat.

Sedangkan pada nomor 2 sudah dipilih penyelesaian yang tepat, namun subjek

sedang juga belum mengetahui materi prasyarat mengukur satuan hari dan tanggal

sehingga nomor 2 juga belum diperoleh jawaban yang tepat. Maka dari itu, sebaiknya

pembelajaran FPB dan KPK lebih ditekankan lagi melalui pembelajaran kontekstual

karena pembelajaran kontekstual memiliki prinsip yaitu agar siswa dapat

mengembangkan cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang telah

diketahui dengan apa yang ada dimasyarakat (Chityadewi, 2019). Peningkatan

pemahaman siswa dapat dibantu juga menggunakan alat peraga agar pembelajaran

dapat lebih bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru sebagai pendidik, salah

satunya menggunakan multimedia komik pembelajaran dengan pendekatan


165

kontekstual pada materi FPB dan KPK karena mendapat respon dari siswa sangat baik

dalam pembelajaran. (Nuruoeni, 2013)

Subjek dengan kemampuan rendah memiliki pemahaman relasional kurang

baik karena kurang mampu memenuhi indikator pemahaman relasional dalam

menyelesaikan masalah FPB maupun KPK. Hal ini disebabkan karena siswa tidak

dapat mengenali dan memahami permasalahan yang dapat diselesaikan menggunakan

FPB atau KPK. Sejalan dengan penelitian Meilani & Maspupah (2019) ada beberapa

siswa yang masih bingung dalam merencanakan penyelesaian soal menggunakan FPB

ataukah KPK dan masih ada yang belum bisa serta lupa cara menentukan FPB dan

KPK. Siswa hanya terpaku dengan jawaban akhir karena pada prosedur ketiga dalam

menentukan FPB atau KPK tidak dilakukan, setelah menuliskan faktorisasi prima dari

hasil pemfaktoran langsung menuliskan jawaban akhir. Tentu saja akan diperoleh

jawaban akhir tidak tepat yang disebabkan oleh tidak direncanakan pemecahan

masalah, tidak menyelesaiakan masalah secara tepat dan menafsirkan solusi yang

salah. (Purba dkk, 2017)

Menurut Zebua dkk (2020) kemampuan pemahaman konseptual siswa masih

tergolong rendah dengan dibuktikan dari ketidakmampuan siswa menerapkan suatu

rumus dalam perhitungan sederhana, mengerjakan perhitungan secara algorimik, dan

mengaitkan suatu konsep dengan konsep lainnya. Subjek dengan kemampuan rendah

pun tidak dapat memberikan argumen yang logis terhadap penyelesaian yang dipilih

ketika seharusnya memilih penyelesaian dengan menentukan FPB atau KPK. Menurut

Rosita (2014) belajar memahami matematika umumnya melibatkan pengetahuan


166

konsep dan prinsip serta membangun hubungan bermakna antara prior knowledge dan

konsep yang sedang dipelajari.

Pemahaman konseptual yang mendukung prosedural dapat dilakukan dengan

baik yang salah satunya kemampuan dalam memberikan argumen logis dalam

melakukan setiap prosedur yang dilakukannya. Sejalan dengan Puspa (2015)

argumentasi dalam matematika sangat diperlukan karena dapat menjelaskan dengan

logis dan dapat memutuskan prosedur atau langkah penyelesaian yang tepat untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Maka dari itu, sebaiknya siswa lebih banyak

diberi latihan soal dengan berbasis masalah karena pembelajaran berbasis masalah

banyak menyediakan kesempatan kegiatan matematis kepada mahasiswa dalam

melakukan argumentasi (Soekisno, 2015). Seperti yang disampaikan Sulastri (2016)

bahwa melalui pendekatan kontekstual diharapkan siswa mampu mengaitkan makna

pada mata pelajaran akademik siswa dengan cara yang tepat karena ketika siswa

menemukan makna didalam pelajaran mereka, mereka akan belajar dan ingat apa yang

mereka pelajari.

Subjek dengan kemampuan matematika yang tinggi memiliki pemahaman

relasional yang sangat baik, subjek yang memiliki kemampuan matematika yang

sedang memiliki pemahaman relasional yang cukup baik sedangkan subjek dengan

kemampuan matematika rendah memiliki pemahaman relasional yang kurang baik.

Hal ini sejalan dengan penelitian Utomo & Huda (2020) mengatakan bahwa

mahasiswa dengan indeks prestasi yang tinggi memiliki pemahaman relasional yang

baik dalam menyelesaikan soal induksi matematika, mahasiswa yang dengan indeks
167

prestasi sedang memiliki pemahaman relasional baik. Sedangkan mahasiwa yang

memiliki indeks prestasi rendah memiliki pemahaman relasional kurang baik.

Selain itu juga sejalan dengan penelitian Sholihah & Aminatus (2020) bahwa

subjek dengan kategori kemampuan awal matematika tinggi dapat memenuhi semua

sub-indikator pemahaman relasional, subjek dengan kategori kemampuan awal

matematika sedang juga telah memenuhi semua sub-indikator pemahaman relasional,

namun masih belum sempurna karena subjek hanya mampu mengaitkan antara definisi

relasi dan fungsi dengan representasi matematika. Subjek belum mampu mengaitkan

antara definisi relasi maupun fungsi dengan operasi dasar matematika. Sedangkan

pada subjek kategori rendah belum memenuhi semua sub-indikator pemahaman

relasional. Subjek hanya memenuhi 6 dari 10 sub-indikator pemahaman relasional.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil analisis data dan pembahasan yang telah dideskripsikan tentang

kemampuan pemahaman relasional siswa Sekolah Dasar dalam menyelesaikan masalah

FPB dan KPK, dapat diambil simpulan bahwa:

Terdapat perbedaan kemampuan pemahaman relasional pada subjek kategori

kemampuan tinggi, kemampuan sedang dan kemampuan rendah. Pada subjek

kemampuan tinggi memiliki pemahaman relasional sangat baik dalam menyelesaikan

masalah FPB dan memiliki pemahman relasional cukup baik dalam menyelesaikan

KPK. Sedangkan pada subjek kemampuan sedang memiliki pemahaman relasional

cukup baik dalam menyelesaikan masalah FPB maupun KPK. Pada subjek kemampuan

rendah memiliki pemahaman relasional kurang baik dalam menyelesaikan masalah FPB

maupun KPK.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Guru harus membekali materi prasyarat seperti bilangan prima, bilangan berpangkat,

faktor bilangan dan kelipatan bilangan. Selain itu, guru juga perlu memberikan lebih

banyak latihan soal dengan berbasis masalah dan memberikan pembelajaran

kontekstual dengan bantuan alat peraga, salah satunya menggunakan media

168
169

pembelajaran sponges dakon yang dapat memberikan pengaruh baik terhadap hasil

belajar matematika FPB dan KPK.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya

dan menambah wawasan bagi peneliti lain dalam hal penulisan. Penulis memberikan

saran untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan pokok bahasan lain baik

secara materi maupun tinjauan.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan untuk dapat dilakukan penelitian

selanjutnya mengenai model pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman

relasional siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Alhamid, T., & Anufia, B. (2019). Instrumen pengumpulan data kualitatif. In Ina-
rxiv papers. https://doi.org/https://doi.org/10.31227/osf.io/e56xs
Amir, A. (2014). Pembelajaran matematika sd dengan menggunakan media
manipulatif. Forum Paedagogik, 6(1), 72–89.
https://doi.org/https://doi.org/10.24952/paedagogik.v6i01.166
Anwar, R. B., Yuwono, I., As’ari, A. R., Sisworo, & Rahmawati, D. (2016).
Mathematical representation by students in building relational understanding
on concepts of area and perimeter of rectangle. Educational Research and
Reviews, 11(21), 2016. https://doi.org/10.5897/err2016.2813
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktik / (Ed. Rev.20).
Rineka Cipta.
Armanza, R., & Asyhar, B. (2020). Pemahaman konseptual dan prosedural siswa
sma/ma dalam menyelesaikan soal program linier berdasarkan tipe
kepribadian. Jurnal Tadris Matematika, 3(2), 163–176.
https://doi.org/10.21274/jtm.2020.3.2.163-176
Asmana, A. T. (2018). Pengembangan rubrik analitik untuk asesmen komunikasi
matematika tertulis dalam pemecahan masalah matematika. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika, 5(1), 64–77.
Astuti, S. P. (2015). Pengaruh kemampuan awal dan minat belajar terhadap prestasi
belajar fisika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 5(1), 68–75.
https://doi.org/10.30998/formatif.v5i1.167
Chityadewi, K. (2019). Meningkatkan hasil belajar matematika pada materi operasi
hitung penjumlahan pecahan dengan pendekatan ctl (contextual teaching and
learning). Journal of Education Technology, 3(3), 196–202.
https://doi.org/10.23887/jet.v3i3.21746
Evijayanti, W. (2016). Analisis Kesulitan Siswa Kelas Vii Smp Negeri 3 Kartasuara
Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Aritmatika Sosial. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Fauziyah, R. S., & Pujiastuti, H. (2020). Analisis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika berdasarkan prosedur newman. Union :
Jurnal Pendidikan Matematika, 8(2), 253–264.
https://doi.org/10.36706/jls.v1i2.9707
Fitri, A. (2020). Pengaruh penggunaan media sponges dakon pada materi fpb dan
kpk terhadap hasil belajar siswa kelas iv sd. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 10(2), 171–178. https://doi.org/10.24246/j.js.2020.v10.i2.p171-
178

170
171

Gufron, A. M., Basir, M. A., & Aminudin, M. (2021). Analisis kesalahan siswa
dalam menyelesaikan tes kemampuan literasi numerasi berdasarkan newman’s
analysis eror. Prociding Seminar Nasional Pendidikan Sultan Agung 2,
2(Prosiding seminar nasional pendidikan sultan agung 2 (Sendiksa 2)), 99–
107.
Hamdani, D., Subanji, & Irawati, S. (2013). Proses koneksi matematika siswa smk
pgri 7 malang dalam menyelesaikan masalah berdasarkan pemahaman skemp.
Media Pendidikan Mtematika “Mpm,” 1(2), 176–189.
Herdian. (2010). Kemampuan pemahaman matematika.
https://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-
matematis/
Hidayah. (2019). Pengertian open-ended. Academia.
https://www.academia.edu/23349005/Pengertian_Open_Ended
Hidayat, P. W., & Widjajanti, D. B. (2018). Analisis kemampuan berpikir kreatif
dan minat belajar siswa dalam mengerjakan soal open ended dengan
pendekatan ctl. Phytagoras Jurnal Pendidikan Matematika, 13(1), 63–75.
Iryana, & Kawasati, R. (2019). Teknik Pengumpulan Data Metode Kualitatif (Vol.
4, Issue 1). Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (stain) Sorong.
Jasmaniah, Fachrurazi, & Yeni, E. M. (2015). Bahan ajar problem solving berbasis
open-ended pada pembelajaran matematika untuk mengembangkan
kemampuan penalaran mahasiswa pgsd. Jurnal Penelitian Pendidikan, 15, 1–
10. https://doi.org/https://doi.org/10.17509/jpp.v15i3.1439
Komalasari, M. D., & Wihaskoro, A. M. (2017). Mengatasi Kesulitan Memahami
Soal Cerita Matematika Melalui Gerakan Literasi Sekolah Dasar. Prosiding
SEMNAS PGSD, 1–12.
Kristianti, F., Isnarto, & Mulyono. (2019). Kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa dalam pembelajaran flipped classroom berbantuan android.
Seminar Nasional Pascasarjana, 2(1), 618–625.
Kurniasih, A. W. (2016). Budaya mengembangkan soal cerita kontekstual open-
ended mahasiswa calon guru matematika untuk meningkatkan berpikir kritis.
PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 1, 9–17.
Kusmaryono, I., Suyitno, H., & Dwijanto, D. (2016). The role of mathematical
representation and disposition in improving students’ mathematical power.
AdMathEdu : Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Ilmu Matematika Dan
Matematika Terapan, 6(1), 11–24.
https://doi.org/10.12928/admathedu.v6i1.4758
Kusumawati, N. (2010). Peningkatan kemampuan pemahaman, pemecahan
masalah dan disposisi matematis siswa smp melalui pendekatan pendidikan
matematika realistik. In Universitas Pendidikan Indonesia. Universitas
pendidikan indonesia.
172

Mahmudi, A. (2008). Mengembangkan Soal Terbuka (Open-Ended Problem)


dalam Pembelajaran Matematika. Universitas Negeri Yogyakarta.
Marhami. (2016). Pengaruh Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif Terhadap
Kemampuan Pemahaman Relasional Dan Komunikasi Matematis Serta Self-
Regulation SISWA SMP. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 12–34.
Mariam, S., Nurmala, N., Nurdianti, D., Rustyani, N., Desi, A., & Hidayat, W.
(2019). Analisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa mtsn
dengan menggunakan metode open ended di bandung barat. Jurnal Cendekia :
Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 178–186.
https://doi.org/10.31004/cendekia.v3i1.94
Meilani, M., & Maspupah, A. (2019). Analisis kemampuan pemecahan masalah sd
pada materi kpk dan fpb. Journal on Education, 02(01), 25–35.
Mekarisce, A. A. (2020). Teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian
kualitatif di bidang kesehatan kasyarakat. JURNAL ILMIAH KESEHATAN
MASYARAKAT : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat,
12(3), 145–151. https://doi.org/10.52022/jikm.v12i3.102
Miherda, P., Sutriyono, & Ratu, N. (2014). Analisis kesalahan dalam
menyelesaikan soalcerita pokok bahasan sistem persamaan linear
duavariabel berdasarkan tahapannewman pada siswa kelas x di smk
diponegoro salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana.
Moleong, L. J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif (revisi 38). PT Remaja
Rosdakarya.
Nadifaturrizkiyah, Sundari, N., & Hendriawan, D. (2020). Mengembangan
kreativitas anak usia 5-6 tahun melalui kegiatan bermain papercraft.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Novriani, A. U., Miharti, & Abdullah. (2013). Pemberian Materi Prasyarat untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Reaksi Redoks Di
Kelas X SMA Negeri 4 Pekanbaru. Program Studi Pendidikan Kimia FKIP
Universitas Riau, 2008.
Nuruoeni, R. (2013). Pengembangan multimedia komik pembelajaran matematika
berbasis kontekstual untuk bahan ajar kpk dan fpb pada siswa kelas iv sekolah
dasar. Repository Univeristas Muhammadiyah Purworejo, 1(1).
Purba, E. N., Surya, E., & Syahputra, E. (2017). Analisis kemampuan berpikir
kreatif siswa melalui pemecahan masalah pada materi FPB dan KPK. Pps
Universitas Medan.
Puspa, E. F. (2015). Pengembangan soal matematika model pisa untuk mengetahui
argumentasi siswa di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pendidikan
Matematika, 9(2), 124–147.
173

Puspaningtyas, N. D. (2019). Proses berpikir lateral siswa sd dalam menyelesaikan


masalah matematika open-ended ditinjau dari perbedaan gaya belajar.
Majamath: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 2(2), 80–86.
https://doi.org/10.36815/majamath.v2i2.373
Rachmawati, I. N. (2007). Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif:
wawancara. Jurnal Keperawatan Indonesia, 11(1), 35–40.
https://doi.org/10.7454/jki.v11i1.184
Rahmah, N. (2018). Hakikat pendidikan matematika. Al-Khwarizmi: Jurnal
Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1(2), 1–10.
https://doi.org/10.24256/jpmipa.v1i2.88
Rosita, C. D. (2014). Kemampuan penalaran dan komunikasi matematis : apa,
mengapa, dan bagaimana ditingkatkan pada mahasiswa. Euclid, 1(1), 33–46.
https://doi.org/10.33603/e.v1i1.342
Safitri, A. N., Juniati, D., & Masriyah. (2018). Students’ relational understanding
in quadrilateral problem solving based on adversity quotient. Journal of
Physics: Conference Series PAPER, 0–6. https://doi.org/doi :10.1088/1742-
6596/947/1/012039
Sahid, R. (2011). Analisis data penelitian kualitatifmodel miles dan huberman.
Pasca UMS. https://www.scribd.com/embeds/211341201/content
Sari, N., Yusmin, E., & Nursangaji, A. (2018). Kelancaran prosedural siswa dalam
menyelesaikan soal persamaan kuadrat di kelas x smkn 2 pontianak. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 7(2), 1–9.
Sholihah, & Aminatus. (2020). Analisis Pemahaman Relasional Siswa dalam
Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan Teori APOS Ditinjau dari
Kemampuan Awal Matematika. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Siagian, M. D. (2016). Kemampuan koneksi matematik dalam pembelajaran
matematika. MES (Journal of Mathematics Education and Science), 2(1), 58–
67.
Sidik, G. S. (2016). Analisis proses berpikir dalam pemahaman matematis siswa
sekolah dasar dengan pemberian scaffolding. Jpsd Jurnal Pendidikan Sekolah
Dasar, 2(2), 192–204.
Skemp, R. R. (1976). Relational Understanding and Instrumental Understanding.
The Arithmetic Teacher, 1–16. https://doi.org/10.5951/at.26.3.0009
Soekisno, B. A. (2015). Pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
kemampuan argumentasi matematis mahasiswa. Infinity Journal, 4(2), 120–
139. https://doi.org/10.22460/infinity.v4i2.77
Subroto, T., & Sholihah, W. (2018). Analisis hambatan belajar pada materi
trigonometri dalam kemampuan pemahaman matematis siswa. IndoMath:
Indonesia Mathematics Education, 1(2), 109–120.
174

https://doi.org/10.30738/indomath.v1i2.2624
Sugiyono. (2018). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan r&d (28th ed.).
Alfabeta Bandung.
Sulastri, A. (2016). Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa sekolah
dasar. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1(1), 156–170.
Sumartini, T. S. (2016). Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa melalui pembelajaran berbasis masalah. Musharafa Jurnal Pendidikan
Matematika, 5(2), 148–158.
https://doi.org/https://doi.org/10.31980/mosharafa.v5i2.270
Syaban, M. (2004). Menggunakan open-ended untuk memotivasi berpikir
matematika. Educare Jurnal Pendidikan Dan Budaya, 2(2), 1–12.
Syarifah, L. L. (2017). Analisis kemampuan pemahaman matematis pada mata
kuliah pembelajaran matematika sma ii. Jppm (Jurnal Penelitian Dan
Pembelajaran Matematika), 10(2), 57–71.
https://doi.org/10.20961/ijsascs.v2i1.16736
Tianingrum, R., & Sopiany, H. N. (2017). Analisis kemampuan pemahaman
matematis siswa smp pada materi bangun ruang sisi datar. Prosiding Seminar
Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika (Sesiomadika), 440–446.
Utomo, D. P. (2020). The pattern of a relational understanding of fifth-grade
students on integer operations. Journal of Research and Advances in
Mathematics Education (Jramathedu), 5(2), 119–129.
https://doi.org/10.23917/jramathedu.v5i2.9545
Utomo, D. P., & Huda, M. (2020). Pemahaman relasional analisis proses
pembuktian menggunakan induksi matematika (A. In’am (ed.); 1st ed.).
Bildung.
Wahyuningsih, T., Rezeki, S., & Zetriuslita. (2013). Perbandingan hasil belajar
matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran langsung dengan
pembelajaran kooperatif. Jurnal Matematika, 3(2), 52–63.
Wicaksono, S., & Linuhung, N. (2019). Analisis berpikir relasional siswa sd dalam
menyelesaikan masalah aritmetika. Prosiding Seminar Nasional Sains
Matematika Informatika Dan Aplikasinya IV, 4(4), 77–85.
Wijaya, T. T., Dewi, N. S. S., Fauziah, I. R., & Afrilianto, M. (2018). Analisis
kemampuan pemahaman matematis siswa kelas ix pada materi bangun ruang.
Union Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), 19–28.
Zebua, V., Rahmi, & Yusri, R. (2020). Analisis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal barisan dan deret ditinjau dari kemampuan pemahaman
konsep matematis. Jurnal LEMMA, 6(2), 122–133.
https://doi.org/10.22202/jl.2020.v6i2.4088

Anda mungkin juga menyukai