Disusun oleh:
ROSITA
NIM. 11190183000014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil monitoring dan evaluasi Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPTK) Matematika dan
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Guru (PPG) Matematika, lebih dari
50% guru menyatakan bahwa mayoritas siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya
kemampuan siswa menerjemahkan kalimat sehari-hari menjadi kalimat
matematika.1 Apakah yang menyebabkan itu terjadi?
Hal tersebut diduga karena siswa tidak mempunyai gambaran jelas
terutama bagaimana menghubungkan antara situasi nyata yang mereka temui
setiap hari dengan kalimat matematis yang tepat. 2 Biasanya, masalah
matematika diuraikan dalam kaitannya dengan kehidupan nyata melalui
pertanyaan dalam bentuk cerita. Untuk dapat menyelesaikan soal cerita, hal
yang paling utama dilakukan siswa adalah membaca soal, menuliskan kalimat
matematika, dan mengaitkannya dengan konsep matematika yang telah
dipelajari. Hal-hal tersebut berkaitan dengan kemampuan literasi matematika
yang dimiliki siswa.
Literasi matematika dapat diartikan sebagai kemampuan membaca,
menulis, berbicara dan menyimak. Kemampuan literasi matematika
merupakan kemampuan seorang yang mampu merumuskan, menguraikan dan
menggunakan matematika ke dalam berbagai konteks. Termasuk bernalar
secara matematis dan mampu menggunakan konsep, prosedur, fakta dan alat
matematika dalam menjelaskan serta memprediksi suatu kejadian. 3 Dalam
1
Marsudi Raharjo, Estina Ekawati, and Yudom Rudianto, “Modul Matematika Sd
Program BERMUTU: Pembelajaran Soal Cerita Di SD” (2009): h. 1.
2
Ibid.
3
Iin Kusniati, ‘Analisis Kemampuan Literasi Matematis Peserta Didik Melalui
Penyelesaian Soal-Soal Ekspresi Aljabar Di SMP Negeri 1 Lambu Kibang’ (UIN Raden Intan
Lampung, 2018), h.4.
2
dunia pendidikan di tingkat Sekolah Dasar, matematika adalah salah satu mata
pelajaran yang dianggap sangat penting. Hal itu dikarenakan matematika
adalah suatu ilmu yang dapat melatih dan meningkatkan kemampuan siswa
untuk berpikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Pembelajaran matematika
yang diajarkan di Sekolah Dasar bukan saja dilakukan pada peningkatan
kemampuan siswa dalam menghitung seperti menggunakan rumus untuk
menyelesaikan soal, tetapi juga mengaitkan materi yang dipelajari ke dalam
kehidupan nyata siswa.
Tuntutan kemampuan matematika siswa tidak hanya kemampuan
berhitung, tetapi juga kemampuan bernalar secara logis dan kritis saat
memecahkan masalah. Pemecahan masalah tersebut bukan hanya masalah
berupa soal rutin, tetapi masalah matematika. Kemampuan matematika seperti
itu disebut literasi matematis. Literasi matematika adalah kemampuan
menggunakan penalaran matematis untuk memecahkan masalah sehari-hari
sehingga lebih siap menjalani tantangan hidup.4 Maksud dari pemikiran itu
meliputi pola pikir pemecahan masalah, penalaran, komunikasi dan
penjelasan. Cara berpikir ini dikembangkan berdasarkan konsep, prosedur, dan
fakta matematika yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi. 5 Kemampuan
ini banyak dibutuhkan pada saat siswa dihadapkan pada soal-soal matematika
yang berbentuk verbal sehingga membutuhkan kemampuan untuk
menganalisis. Banyak siswa yang sering kali kesulitan ketika dihadapkan
dengan soal matematika berbentuk cerita disebabkan kurangnya kemampuan
dalam membaca soal sehingga kemampuan literasi matematika yang dimiliki
siswa mempunyai pengaruh yang penting.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa salah satu kesulitan
matematika bagi siswa adalah menyelesaikan soal cerita. Menurut Nurjanatin,
soal cerita adalah bentuk pertanyaan yang menyajikan permasalahan
4
Kaye Stacey and Ross Turner, Assessing Mathematical Literacy (Springer, 2014), h.
117.
5
Nur Utami, Y L Sukestiyarno, and Isti Hidayah, ‘Kemampuan Literasi Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Siswa Kelas IX A’, in Prisma, Prosiding Seminar Nasional
Matematika, 2020, III, h. 627.
3
6
Ina Nurjanatin, Gatot Sugondo, and Mayor M H Manurung, ‘Analisis Kesalahan
Peserta Didik Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Luas Permukaan Balok Di Kelas
VIII–F Semester II SMP Negeri 2 Jayapura’, Jurnal Ilmiah Matematika Dan
Pembelajarannya, 2.1 (2017), h.23.
7
Isni Ramadhantri, ‘Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Materi Pengukuran Panjang Dan Berat Pada Kelas IV SD Negeri 1 Bumirejo Tahun Ajaran
2018/2019’, 2019, h.3.
8
ALFIYATUL MUFIDAH, ‘HUBUNGAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG
BILANGAN BULAT DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIAKAN SOAL CERITA
PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS 3 SD NEGERI DI KECAMATAN
KEBOMAS’ (Universitas Muhammadiyah Gresik, 2017), h.22.
9
Sudirman Sudirman, “Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP Pesisir
Ditinjau Dari Perbedaan Gender Pada SMP Negeri 2 Tiworo Selatan,” in Seminar on Applied
Quantitative Research, 2017.
4
penyelesaian soal cerita, siswa harus mengetahui “kata kunci” soal cerita,
yang sesuai dengan proses penanaman konsep matematika.10
Berdasarkan pada hasil pengamatan selama kegiatan Pengenalan
Lapangan Persekolahan (PLP) yang telah terlaksana kurang lebih selama 3
bulan, ditemukan banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita. Lebih dari sebagian siswa di setiap kelas
mengalami kesulitan ketika dihadapkan dengan soal cerita terutama pada
materi pembulatan satuan panjang. Banyak dari mereka yang tidak paham dari
apa yang dimaksud atau diminta pada soal sehingga mereka kesulitan dalam
menentukan pilihan operasi hitung yang tepat. Berdasarkan pengamatan, hal
tersebut terjadi diduga karena rendahnya tingkat kemampuan literasi
matematika yang siswa miliki sehingga kesulitan dalam menemukan kata
kunci dalam soal untuk menyelesaikan soal tersebut.
Saat ini, kemampuan literasi matematika peserta didik sebenarnya
masih sangat rendah. Berdasarkan hasil tes Indonesian National Assessment
Programme (INAP), tes yang mengambil sampel siswa kelas 4 dari 34
provinsi menunjukkan bahwa kemampuan literasi matematika siswa masih
sangat rendah. Kemampuan penalaran matematika siswa rendah terutama pada
pemahaman konsep matematika, dan penerapan.11 Dengan demikian, hasil
pengamatan dan data fakta memiliki kesamaan yang menunjukkan masih
rendahnya kemampuan literasi matematika siswa.
Faktanya kemampuan siswa Indonesia masih di bawah standar
internasional. Hal ini berdasarkan hasil TIMSS 2011 (Trend in International
Mathematics and Science Study), Indonesia menempati urutan 38 dari 42
negara peserta dengan skor rata-rata 386, sedangkan skor rata-rata
internasional 500. Hasil PISA (Programme for Intenational Student
Assessment) hampir tidak mengungkapkan kondisi berbeda. Hasil studi PISA
10
Idah Faridah Laily, “Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan
Kemampuan Memahami Soal Cerita Matematika Sekolah Dasar,” Eduma: Mathematics
Education Learning and Teaching 3, no. 1 (2014), h. 57.
11
Trinil Wigati, ‘Analisis Kemampuan Literasi Matematika Siswa SD Pada
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pendekatan PMRI’ (Universitas
Negeri Semarang, 2020), h.3.
5
15
Andes Safarandes Asmara, Stevanus Budi Waluya, and R Rochmad, ‘Analisis
Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas X Berdasarkan Kemampuan Matematika’,
Scholaria, 7.2 (2017), h.137.
16
Ritno Ritno and Andi Sukri Syamsuri, “Pengaruh Kemampuan Membaca Dan
Menulis Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika,” Jurnal Riset Dan
Inovasi Pembelajaran 1, no. 3 (2021): h. 116.
7
Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul Pengaruh Literasi Matematika terhadap Kemampuan Menyelesaikan
Soal Cerita Pembulatan Satuan Panjang Siswa Kelas IV di SD Al-Fath
Cirendeu.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka peneliti dapat
menemukan masalah sebagai berikut:
1. Mengapa kemampuan literasi matematika penting untuk dimiliki oleh
siswa?
2. Apa penyebab rendahnya tingkat kemampuan literasi matematika yang
dimiliki oleh siswa?
3. Kenapa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal cerita?
4. Apa pengaruhnya literasi matematika terhadap kemampuan
menyelesaikan soal cerita?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah. Masalah akan dibatasi pada:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas IV semester genap di SD
Al-Fath Cirendeu.
2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh literasi
matematika siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita.
3. Kemampuan yang diukur adalah kemampuan menyelesaikan soal cerita
Materi pembelajaran matematika di sekolah yang diteliti adalah materi
pembulatan satuan panjang.
D. Rumusan Masalah
8
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui terdapat pengaruh literasi matematika
terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita pembulatan satuan panjang di
SD Al-Fath Cirendeu.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang dapat dilihat
dari segi teoritis dan praktis.
1. Manfaat secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
pengetahuan dan bahan tambahan referensi bagi pengembangan ilmu,
khususnya penelitian kuantitatif tentang pengaruh literasi matematika
siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa di
sekolah dasar dan sebagai bahan referensi untuk mengkaji permasalahan
yang sama dengan lingkup yang lebih luas.
c. Manfaat bagi sekolah yaitu sebagai salah satu referensi dalam melihat
atau mengetahui adanya pengaruh literasi matematika terhadap
kemampuan menyelesaikan soal cerita.
d. Manfaat bagi peneliti yaitu untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman jika suatu saat peneliti menjadi seorang pengajar agar
dapat mengetahui bahwa terdapat pengaruh literasi matematika
terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita khusunya pada materi
pembulatan satuan panjang.
10
BAB II
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Kemampuan menyelesaikan soal cerita adalah kemampuan
individu dalam memecahkan masalah atau soal dalam bentuk cerita. Soal
cerita biasanya menggunakan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-
hari siswa. Kemampuan menyelesaikan soal cerita merupakan kemampuan
siswa dalam menerapkan konsep ke dalam masalah sehari-hari.
Kemampuan menyelesaikan soal cerita menjadi hal yang penting
bagi siswa untuk mengukur tingkat pemahaman mereka terhadap konsep
yang telah diajarkan. Namun, soal matematika berbentuk cerita menjadi
hal yang sampai saat ini banyak menjadi faktor penyebab siswa kesulitan
dalam menyelesaikan soal matematika. Terdapat banyak siswa yang sering
kali mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Abidin
memaknai bahwa “beberapa siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan
soal teks, khususnya soal memecahkan masalah, karena siswa kurang
memahami permasalahan yang ada pada soal, siswa hanya membaca tanpa
memahami”.17
Tujuan dari soal cerita matematika adalah agar siswa berlatih dan
berpikir secara deduktif, melihat konteks dan penggunaan matematika
dalam kehidupan sehari-hari, menguasai keterampilan matematika dan
memperkuat penguasaan konsep matematika.18 Soal cerita matematika
memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan siswa sehari-
17
Yunus Abidin, Tita Mulyati, Hana Yunansah, Pembelajaran Literasi: Strategi
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, Dan Menulis, Cet.2.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2018), h. 111.
18
Sari Kusuma Dewi, I Made Suarjana, and Made Sumantri, “Penerapan Model
Polya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Memecahkan Soal Cerita Matematika Siswa
Kelas V,” Mimbar PGSD Undiksha 2, no. 1 (2014), h. 2.
11
22
A Eka, T Srihandayani, and T Bmedia, Mandiri Belajar Tematik SD/MI Kelas 4
Matematika (Bmedia, 2021), https://books.google.co.id/books?id=ke1GEAAAQBAJ, h. 40.
23
Isaiah Lankham, Bruno Nachtergaele, Anne Schilling, Linear Algebra as an
Introduction to Abstract Mathematics (Singapur: World Scientific, 2016), h. 186.
24
Abah Salma Alif Sampayya, Keseimbangan Matematika Dalam AL Qur’an
(Republika, 2007), h. 22-25.
13
lebar lantai, tinggi rumah dan meja.25 Sekarang dengan adanya satuan
panjang yang telah ditentukan, orang dapat mudah mengukur apapun yang
berhubungan dengan panjang, seperti lebar, tinggi, dengan alat ukur
panjang yang dirancang pada skala Standar Internasional. Satuan baku
untuk mengukur panjang adalah km, hm, dam, m, dm, cm dan mm. 26
Satuan panjang merupakan satuan yang digunakan untuk menyatakan
tinggi, panjang, atau jarak suatu benda yang akan diukur. Tangga satuan
biasanya digunakan untuk mengonversi satuan panjang.27
25
Marthen Kanginan, Fisika SMP IA Tengah Tahun Pertama (Jakarta: Erlangga,
2003), h. 129.
26
Ana Masyithoh, “Pengembangan Media Papan Pengukuran Satuan Panjang Dan
Satuan Massa Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika” (Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, 2014), h. 43.
27
Novita Sasmita and Nuriana Rachmani Dewi, “Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Berbantuan Dakon Satuan Panjang Pada Materi Satuan Panjang,” Pi:
Mathematics Education Journal 5, no. 1 (2022): h. 10.
14
28
Yunus Abidin, Tita Mulyati, Hana Yunansah, Pembelajaran Literasi: Strategi
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, Dan Menulis, Cet.2.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2018), h. 1.
29
Ibid., h. 6
30
Nur Indah, Sitti Mania, and Nursalam Nursalam, “Peningkatan Kemampuan
Literasi Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Di Kelas VII SMP Negeri 5 Pallangga Kabupaten Gowa,” MaPan: Jurnal Matematika dan
Pembelajaran 4, no. 2 (2016): h. 201.
15
31
OECD PISA, “Assessment and Analytic Framework” (OECD: Paris, France,
2013).
32
Bobby Ojose, “Mathematics Literacy: Are We Able to Put the Mathematics We
Learn into Everyday Use,” Journal of mathematics education 4, no. 1 (2011): h. 90-91.
33
Ibid., h. 93
16
34
Ibid., h. 96
35
Ibid., h. 97
36
Direktorat Sekolah Dasar, “Yuk Mengenal 6 Literasi Dasar Yang Harus Kita
Ketahui Dan Miliki,” Direktorat Sekolah Dasar, Kemdikbud, 2021,
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detial/yuk-mengenal-6-literasi-dasar-yang-harus-kita-
ketahui-dan-miliki.
17
37
Ibid., h. 98-99
18
38
Jan De Lange, “Mathematics For Literacy. Quantitative Literacy: Why Numeracy
Matters for Schools and Collage” (The National Council on Education and the Disciplines.
Princeton, 2003), h. 77.
19
a. Operasi Penjumlahan
1) Sombol = +
2) Kata kunci = ditambah, diberi, dikumpulkan, digabung, jumlah
seluruhnya.
b. Operasi Pengurangan
1) Simbol = -
2) Kata kunci = dikurangi, sisa, diambil, hilang, diberikan, rusak,
dimakan.
c. Operasi Perkalian
1) Simbol = x
2) Kata kunci = kelipatan, banyaknya sesuatu dari setiap tempat,
diperbesar, diperbanyak, digandakan.
40
Ibid.
41
Yudi Yunika putra & Rajab Vebrian, op.cit., h. 5.
21
d. Operasi Pembagian
1) Simbol = :
2) Kata kunci = dibagikan, dipisahkan, dikelompokkan, banyaknya
sesuatu pada setiap tempat.42
42
Laily, op.cit., h. 58.
43
Laily, op.cit., h. 58
22
2. Penelitian yang dilakukan oleh Heriyati dan Noor Komari Pratiwi dengan
judul “Pengaruh Keterampilan Membaca terhadap Kemampuan
Pemecahan Soal Cerita Matematika Siswa Sekolah Dasar” pada tahun
2021. Kelompok sasaran penelitian ini yakni semua siswa kelas 5 SD
Negeri Bojong 2, 3 dan 4 di Kota Tangerang. Sampel dalam penelitian ini
terdiri dari 78 siswa dari tiga sekolah tersebut. Menggunakan desain
penelitian studi korelasional. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh
nilai Sig sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
dikatakan bahwa pengaruh literasi (membaca) terhadap penyelesaian soal
cerita matematika siswa sekolah dasar di kota Tangerang. Semakin tinggi
kemampuan membaca siswa, maka semakin baik kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika. Persamaan dalam penelitian ini
yaitu meneliti variabel kemampuan menyelesaikan atau memecahkan soal
cerita matematika dan merupakan penelitian kuantitatif. Perbedaannya
yaitu dalam penelitian tersebut tidak secara tertulis meneliti pengaruh
literasi matematika, hanya meneliti pengaruh kemampuan membaca
terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan soal cerita matematika.
Perbedaan lainnya yaitu pada teknik pengambilan sampel, pada penelitian
tersebut teknik yang digunakan adalah probability sampling sedangkan
pada penelitian ini menggunakan simple random sampling.45
44
Ritno and Syamsuri, “Pengaruh Kemampuan Membaca Dan Menulis Terhadap
Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika.”
45
Heriyati Heriyati and Noor Komari Pratiwi, “Pengaruh Keterampilan Membaca
Terhadap Kemampuan Pemecahan Soal Cerita Matematika Siswa Sekolah Dasar Di Kota
Tangerang,” Jurnal Theorems 6, no. 1 (n.d.): h. 67.
24
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah kesimpulan untuk mengetahui hubungan
antar variabel penelitian. Kerangka berpikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori hubungan berbagai faktor diidentifikasi sebagai
masalah utama. Kerangka berpikir dikembangkan berdasarkan tinjauan
literatur dan temuan penelitian yang relevan. Kerangka pemikiran adalah dasar
untuk penelitian, disintesis dari fakta, pengamatan, dan tinjauan literatur.47
Berdasarkan hasil tes PISA, kemampuan literasi matematika siswa di
Indonesia masih pada tingkat rendah. Siswa kesulitan mengerjakan soal-soal
PISA berupa soal non rutin, artinya soal-soal yang membutuhkan tingkat
pemahaman tinggi bukan hanya sekadar soal biasa yang telah jelas kalimat
matematika secara tertulis. Dengan demikian, kemampuan literasi matematika
rendah berdampak pada rendahnya tingkat kemampuan menyelesaikan soal
cerita (soal non rutin). Literasi yang erat kaitannya dengan matematika yaitu
literasi membaca dan menulis, serta literasi numerasi. Literasi tersebut
menjadi dasar dalam menentukan kemampuan siswa dalam memahami soal
cerita matematika untuk memecahkan permasalahan yang terdapat dalam soal.
Dalam soal cerita matematika, tahap pertama yang dilakukan siswa
adalah membaca soal dan berusaha memahaminya dengan menemukan kata
kunci dalam soal. Kemudian siswa menuliskan pemahamannya dalam bentuk
model atau kalimat matematika. Kemampuan-kemampuan tersebut telah dapat
menjadi bekal bagi siswa untuk dapat menyelesaikan soal cerita yang
kemudian mereka terapkan ke dalam konsep materi yang telah dipelajari
menggunakan rumus-rumus atau operasi hitung matematika yang sesuai.
46
Frida Noor Afifah, Joharman Joharman, and Rokhmaniyah Rokhmaniyah, “The
Effect of Reading Comprehension Ability to Mathematical Problem Solving Ability for Fifth
Grade Students of Public Elementary Schools in Kebumen Sub-Distric in Academic Year of
2019/2020,” Kalam Cendekia: Jurnal Ilmiah Kependidikan 8, no. 2 (n.d.).
47
Ismail Nurdin & Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Media
Sahabat Cendekia, 2019), h. 125.
26
48
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 96.
27
hanya berdasarkan teori yang relevan, belum pada fakta empiris yang didapat
melalui pengumpulan data.49 Kesimpulannya, hipotesis adalah jawaban
sementara dari rumusan masalah dalam penelitian yang harus ditemukan bukti
kebenarannya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditentukan bahwa
hipotesis dalam penelitian ini yakni:
1. H0 : Literasi matematika berpengaruh signifikan terhadap kemampuan
menyelesaikan soal cerita pembulatan satuan panjang di SD Al-Fath
Cirendeu.
2. H1 : Literasi matematika tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan menyelesaikan soal cerita pembulatan satuan panjang di SD
Al-Fath Cirendeu.
49
Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2017), h. 63.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
50
Ibid., h. 7-8.
29
terhadap variabel terikat. Variabel bebas (X) yaitu literasi matematika dan
variabel terikat (Y) yaitu kemampuan menyelesaikan soal cerita. penelitian
dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: 1) tes variabel bebas (X), yakni tes
kemampuan literasi matematika siswa; 2) tes variabel terikat (Y), yakni tes
kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita matematika.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan atribut atau karakteristik atau nilai
subjek, objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang diteliti dan
ditarik kesimpulan darinya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya, ada dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.51 Variabel bebar dan variabel terikat pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Variabel bebas atau variabel independen (X) adalah variabel yang
mempengaruhi atau menyebabkan muncul atau berubahnya variabel
terikat. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah literasi matematika
siswa.
2. Variabel terikat atau variabel dependen (Y) adalah variabel yang
dipengaruhi atau mengakibatkan adanya variabel independen. Dalam
penelitian ini variabel terikat (Y) adalah kemampuan menyelesaikan soal
cerita.
X Y
Keterangan:
Variabel X : Literasi Matematika
51
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Op.cit., h. 61.
30
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi.55 Sampel merupakan suatu
kelompok yang dapat mewakili semua karakteristik populasi.56 Sampel
pada penelitian ini menggunakan teknik acak sederhana (simple random
sampling) yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak
52
Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Op.cit., h. 80 .
53
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakik (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), h. 173.
54
Kadir, Statistika Terapan, Cet. III. (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2016), Cet.
III, h. 118.
55
Julius H. Lolombulan, Statistika Bagi Peneliti Pendidikan (Yogyakarta: ANDI,
2017), h. 16.
56
Ibid., h. 119.
31
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai guna mengukur
variabel penelitian yang akan diamati.59 Lembar tes berupa 5 butir soal uraian
yang mengandung konten, konteks, dan kompetensi literasi matematika yang
berisi masalah matematika terkait materi pembulatan satuan panjang. Soal
yang digunakan adalah soal berbentuk cerita yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari siswa dan disertai kata kunci di dalamnya untuk siswa dapat
menentukan operasi hitung yang tepat. Pada setiap soal, siswa diminta untuk
menentukan operasi hitung yang digunakan dan menuliskan model
matematika sebelum menyelesaikan soal tersebut. Adapun kisi-kisi instrumen
soal tes yang digunakan untuk mengetahui literasi matematika siswa dan
kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa adalah sebagai
berikut:
57
Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Op.cit., h. 82.
58
Mamik, Metodologi Kualitatif, Cet. I. (Sidoarjo: Zifatama Jawara, 2015), h. 79.
59
Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Op.cit., h. 146.
32
Disertai C1 dan C2
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen tes
untuk mengukur kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita
matematika tersebut valid atau tidak. Valid artinya perangkat dapat
33
mengukur apa yang akan diukur.60 Jadi uji validitas dilaksanakan guna
menguji valid atau tidaknya instrumen penelitian.61
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi atau kestabilan hasil instrumen
penelitian untuk orang yang sama dan pada waktu yang berbeda. 62
Reliabilitas instrumen penelitian merupakan alat yang memberikan
skor yang sama (konsisten). Hasil pengukuran harus tetap sama (relatif
sama) apabila pengukuran dilakukan pada objek yang sama, walaupun
dilakukan oleh orang yang berbeda, pada waktu dan tempat yang
berbeda. Faktor, situasi dan keadaan tidak mempengaruhinya.63 Uji
reliabilitas menentukan tingkat konsistensi, apakah tes tersebut akurat
dan reliabel sesuai dengan kriteria yang ditentukan.64
Uji kesulitan dan realibiltas dihapus karena termasuk valid dan reliabel
c. Uji Tingkat Kesulitan
Tingkat kesulitan soal merupakan proses mengukur tingkat
kesulitan soal. Soal yang baik mempunyai tingkat kesulitan (relatif)
yang seimbang, ada baiknya soal tidak terlalu sukar atau bahkan terlalu
mudah. Untuk menghitung tingkat kesulitan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus proporsi jawaban benar sebagai berikut:65
p=
∑B
N
Keterangan:
60
Ibid., h. 121.
61
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 234.
62
Yusuf, Op.cit., h. 242.
63
Rostiana Sundayana, Statistika Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2020),
h. 69.
64
Arifin, Op.cit., h. 258.
65
Arifin, Op.cit., h. 266.
34
p = Tingkat kesulitan
= Jumlah siswa yang menjawab benar
B
N = Jumlah siswa
0,70
p < 0,30 = Sulit
d. Daya Pembeda
Mengukur daya pembeda merupakan mengukur sejauh mana
butir soal dapat membedakan siswa yang menguasai kompetensi
dengan siswa yang tidak/kurang menguasai kompetensi berdasar pada
kriteria tertentu.66 Rumus berikut dapat digunakan untuk menghitung
daya pembeda:67
DP =
∑ A−∑ B
Sm N
Keterangan:
DP = Daya pembeda
= Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
A
B = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
Sm = Skor maksimum
N = Jumlah siswa
66
Ibid., h. 273.
67
Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas Dan Interprestasi Hasil Tes
Implementasi Kurikulum 2004 (Jakarta: Rosdakarya, 2004), h. 50.
35
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji kesamaan varians dari dua atau
lebih distribusi. Homogenitas varian terjadi bila p-value Sig > 0,05, p-
value Sig adalah nilai hitung dari hasil uji homogenitas. Uji
homogenitas juga harus dilakukan untuk mengetahui apakah data
68
Karunia Eka dan M. Ridwan, Op.cit., h. 217
69
Ibid., h. 243.
70
Kadir, Statistika Terapan, Op.cit., h. 156.
36
3. Uji Hipotesis
a. Regresi Linear Sederhana
Uji ini digunakan untuk uji signifikansi satu variabel saja
melalui koefisien regresinya.72 Dalam penelitian ini, analisis regresi
sederhana memiliki peran sebagai teknik yang digunakan untuk
menguji ada tidaknya pengaruh literasi matematika terhadap
kemampuan menyelesaikan soal cerita pembulatan satuan panjang.
Adapun rumus regresi linear sederhana yakni:
Y = a + bX
Keterangan:
X = Variabel Independent (Literasi Matematika)
Y = Variabel dependent (kemampuan menyelesaikan soal cerita)
a = Konstanta
b = Koefisien regresi literasi matematika.73
b. Uji T
Uji T merupakan metode statistik untuk mengetahui
signifikansi perbedaan rata-rata.74 Uji T pada penelitian ini dilakukan
untuk membuktikan bahwa variabel literasi matematika mempengaruhi
secara nyata terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita
pembulatan satuan panjang. jika Sig < α (0,05) maka variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika Sig > α
71
Endang Purwaningsih & Ahmad Suryadi, Buku Ajar Penelitian Kuantitatif
Pendidikan Fisika Jilid 1: Topik, Instrumen, Dan Statistik Dasar (Madiun: CV. Bayfa
Cendekia Indonesia, 2022), h. 56.
72
Sugiyono, Metodologi Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 204.
73
Masri Mansoer, Penerapan Statistika Dalam Penelitian Sosial Keagamaan
(Tangerang Selatan: Ushul Press, 2021), h. 175.
74
Mohammad Ali dan Muhammad Asrori, Metodologi & Aplikasi Riset Pendidikan
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 310.
37
c. Uji F
Penggunaan Uji F berguna untuk melihat bagaimana pengaruh
gabungan seluruh variabel independen terhadap variabel dependen,
atau apakah model regresi yang dibuat baik/signifikan atau tidak
baik/tidak signifikan.75 Derajat yang digunakan yaitu 0,05. Jika Fhitung
lebih besar dari nilai Ftabel, maka hipotesis alternatifnya adalah variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
75
Sabri dan Melly Susanti, Kewirausahaan Pemanfaatan Limbag Pelepah Kelapa
Sawit Dalam Menunjang Perekonomian Masyarakat Desa (Bandung: CV. Media Sains
Indonesia, 2021), h. 321.
76
Ibid., h. 324.