Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH LITERASI MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN

MENYELESAIKAN SOAL CERITA PEMBULATAN SATUAN PANJANG


DI SD AL-FATH CIRENDEU
Proposal Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:
ROSITA
NIM. 11190183000014

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2022
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hasil monitoring dan evaluasi Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPTK) Matematika dan
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Guru (PPG) Matematika, lebih dari
50% guru menyatakan bahwa mayoritas siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya
kemampuan siswa menerjemahkan kalimat sehari-hari menjadi kalimat
matematika.1 Apakah yang menyebabkan itu terjadi?
Hal tersebut diduga karena siswa tidak mempunyai gambaran jelas
terutama bagaimana menghubungkan antara situasi nyata yang mereka temui
setiap hari dengan kalimat matematis yang tepat. 2 Biasanya, masalah
matematika diuraikan dalam kaitannya dengan kehidupan nyata melalui
pertanyaan dalam bentuk cerita. Untuk dapat menyelesaikan soal cerita, hal
yang paling utama dilakukan siswa adalah membaca soal, menuliskan kalimat
matematika, dan mengaitkannya dengan konsep matematika yang telah
dipelajari. Hal-hal tersebut berkaitan dengan kemampuan literasi matematika
yang dimiliki siswa.
Literasi matematika dapat diartikan sebagai kemampuan membaca,
menulis, berbicara dan menyimak. Kemampuan literasi matematika
merupakan kemampuan seorang yang mampu merumuskan, menguraikan dan
menggunakan matematika ke dalam berbagai konteks. Termasuk bernalar
secara matematis dan mampu menggunakan konsep, prosedur, fakta dan alat
matematika dalam menjelaskan serta memprediksi suatu kejadian. 3 Dalam
1
Marsudi Raharjo, Estina Ekawati, and Yudom Rudianto, “Modul Matematika Sd
Program BERMUTU: Pembelajaran Soal Cerita Di SD” (2009): h. 1.
2
Ibid.
3
Iin Kusniati, ‘Analisis Kemampuan Literasi Matematis Peserta Didik Melalui
Penyelesaian Soal-Soal Ekspresi Aljabar Di SMP Negeri 1 Lambu Kibang’ (UIN Raden Intan
Lampung, 2018), h.4.
2

dunia pendidikan di tingkat Sekolah Dasar, matematika adalah salah satu mata
pelajaran yang dianggap sangat penting. Hal itu dikarenakan matematika
adalah suatu ilmu yang dapat melatih dan meningkatkan kemampuan siswa
untuk berpikir kritis, sistematis, logis, dan kreatif. Pembelajaran matematika
yang diajarkan di Sekolah Dasar bukan saja dilakukan pada peningkatan
kemampuan siswa dalam menghitung seperti menggunakan rumus untuk
menyelesaikan soal, tetapi juga mengaitkan materi yang dipelajari ke dalam
kehidupan nyata siswa.
Tuntutan kemampuan matematika siswa tidak hanya kemampuan
berhitung, tetapi juga kemampuan bernalar secara logis dan kritis saat
memecahkan masalah. Pemecahan masalah tersebut bukan hanya masalah
berupa soal rutin, tetapi masalah matematika. Kemampuan matematika seperti
itu disebut literasi matematis. Literasi matematika adalah kemampuan
menggunakan penalaran matematis untuk memecahkan masalah sehari-hari
sehingga lebih siap menjalani tantangan hidup.4 Maksud dari pemikiran itu
meliputi pola pikir pemecahan masalah, penalaran, komunikasi dan
penjelasan. Cara berpikir ini dikembangkan berdasarkan konsep, prosedur, dan
fakta matematika yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi. 5 Kemampuan
ini banyak dibutuhkan pada saat siswa dihadapkan pada soal-soal matematika
yang berbentuk verbal sehingga membutuhkan kemampuan untuk
menganalisis. Banyak siswa yang sering kali kesulitan ketika dihadapkan
dengan soal matematika berbentuk cerita disebabkan kurangnya kemampuan
dalam membaca soal sehingga kemampuan literasi matematika yang dimiliki
siswa mempunyai pengaruh yang penting.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa salah satu kesulitan
matematika bagi siswa adalah menyelesaikan soal cerita. Menurut Nurjanatin,
soal cerita adalah bentuk pertanyaan yang menyajikan permasalahan

4
Kaye Stacey and Ross Turner, Assessing Mathematical Literacy (Springer, 2014), h.
117.
5
Nur Utami, Y L Sukestiyarno, and Isti Hidayah, ‘Kemampuan Literasi Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Siswa Kelas IX A’, in Prisma, Prosiding Seminar Nasional
Matematika, 2020, III, h. 627.
3

kehidupan sehari-hari dalam bentuk cerita.6 Dalam penelitian yang telah


dilakukan oleh Ramadhantri, menyatakan bahwa materi yang dirasa sulit oleh
siswa sekolah dasar adalah materi pengukuran panjang berupa soal cerita. 7
Sejalan dengan penelitian tersebut, dalam penelitian yang dilakukan oleh
Mufidah juga dinyatakan bahwa soal-soal berbentuk cerita matematika
biasanya sulit untuk dipecahkan.8
Tidak jarang siswa mengalami kesulitan saat menyelesaikan soal
cerita. Siswa kesulitan mengerjakan soal cerita karena siswa kurang
memperhatikan, membaca kalimat demi kalimat dan memahami apa yang
diketahui dan ditanyakan dalam soal serta cara penyelesaian soal dengan
benar.9 Biasanya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita berkaitan
dengan kesalahan dalam memahami soal, sehingga tidak dapat
menerjemahkannya ke dalam model matematika. Hal tersebut disebabkan
karena kurangnya kemampuan literasi matematika siswa sehingga kesulitan
dalam memahami maksud dari soal yang ada.
Soal cerita berupa kalimat verbal sehari-hari, makna konsep dan
ungkapan dapat diungkapkan dalam menggunakan simbol dan hubungan
matematika. Memahami arti dari konsep serta ungkapan dalam soal cerita dan
mengubahnya menjadi simbol dan hubungan matematis hingga menjadi model
matematika tidak mudah bagi sebagian siswa. Agar siswa tidak mendapati
kesulitan dalam memahami simbol, operasi, dan hubungan yang sesuai untuk

6
Ina Nurjanatin, Gatot Sugondo, and Mayor M H Manurung, ‘Analisis Kesalahan
Peserta Didik Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Luas Permukaan Balok Di Kelas
VIII–F Semester II SMP Negeri 2 Jayapura’, Jurnal Ilmiah Matematika Dan
Pembelajarannya, 2.1 (2017), h.23.
7
Isni Ramadhantri, ‘Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Materi Pengukuran Panjang Dan Berat Pada Kelas IV SD Negeri 1 Bumirejo Tahun Ajaran
2018/2019’, 2019, h.3.
8
ALFIYATUL MUFIDAH, ‘HUBUNGAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG
BILANGAN BULAT DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIAKAN SOAL CERITA
PADA BIDANG STUDI MATEMATIKA KELAS 3 SD NEGERI DI KECAMATAN
KEBOMAS’ (Universitas Muhammadiyah Gresik, 2017), h.22.
9
Sudirman Sudirman, “Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP Pesisir
Ditinjau Dari Perbedaan Gender Pada SMP Negeri 2 Tiworo Selatan,” in Seminar on Applied
Quantitative Research, 2017.
4

penyelesaian soal cerita, siswa harus mengetahui “kata kunci” soal cerita,
yang sesuai dengan proses penanaman konsep matematika.10
Berdasarkan pada hasil pengamatan selama kegiatan Pengenalan
Lapangan Persekolahan (PLP) yang telah terlaksana kurang lebih selama 3
bulan, ditemukan banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita. Lebih dari sebagian siswa di setiap kelas
mengalami kesulitan ketika dihadapkan dengan soal cerita terutama pada
materi pembulatan satuan panjang. Banyak dari mereka yang tidak paham dari
apa yang dimaksud atau diminta pada soal sehingga mereka kesulitan dalam
menentukan pilihan operasi hitung yang tepat. Berdasarkan pengamatan, hal
tersebut terjadi diduga karena rendahnya tingkat kemampuan literasi
matematika yang siswa miliki sehingga kesulitan dalam menemukan kata
kunci dalam soal untuk menyelesaikan soal tersebut.
Saat ini, kemampuan literasi matematika peserta didik sebenarnya
masih sangat rendah. Berdasarkan hasil tes Indonesian National Assessment
Programme (INAP), tes yang mengambil sampel siswa kelas 4 dari 34
provinsi menunjukkan bahwa kemampuan literasi matematika siswa masih
sangat rendah. Kemampuan penalaran matematika siswa rendah terutama pada
pemahaman konsep matematika, dan penerapan.11 Dengan demikian, hasil
pengamatan dan data fakta memiliki kesamaan yang menunjukkan masih
rendahnya kemampuan literasi matematika siswa.
Faktanya kemampuan siswa Indonesia masih di bawah standar
internasional. Hal ini berdasarkan hasil TIMSS 2011 (Trend in International
Mathematics and Science Study), Indonesia menempati urutan 38 dari 42
negara peserta dengan skor rata-rata 386, sedangkan skor rata-rata
internasional 500. Hasil PISA (Programme for Intenational Student
Assessment) hampir tidak mengungkapkan kondisi berbeda. Hasil studi PISA

10
Idah Faridah Laily, “Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan
Kemampuan Memahami Soal Cerita Matematika Sekolah Dasar,” Eduma: Mathematics
Education Learning and Teaching 3, no. 1 (2014), h. 57.
11
Trinil Wigati, ‘Analisis Kemampuan Literasi Matematika Siswa SD Pada
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pendekatan PMRI’ (Universitas
Negeri Semarang, 2020), h.3.
5

2012, menempatkan Indonesia pada peringkat 64 dari 65 negara peserta


dengan skor rata-rata 375 dibandingkan rata-rata internasional 500. Studi
TIMSS dan PISA menunjukkan skor Indonesia masih di bawah skor rata-rata
internasional. Soal-soal yang digunakan dalam TIMSS dan PISA merupakan
soal-soal non rutin untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. 12
Berdasarkan hasil PISA 2012, siswa Indonesia hanya mencapai level 2 dari
enam level pada item PISA.
Literasi matematika merupakan kemampuan seseorang untuk
merumuskan, menerapkan, dan menginterpretasikan matematika dalam
berbagai konteks.13 Lebih lanjut dijelaskan bahwa hal ini termasuk penalaran
matematis, penggunaan konsep matematika, prosedur, fakta dan alat untuk
menjelaskan dan memprediksi fenomena. Konsep literasi matematika sangat
erat kaitannya dengan beberapa konsep pembelajaran matematika, diantaranya
pemodelan dan proses matematika. Proses ini melibatkan perumusan masalah
dunia nyata dalam bahasa matematika. Agar suatu masalah dapat diselesaikan
sebagai masalah matematika, maka solusi matematika tersebut dapat
diinterpretasikan untuk memberikan jawaban terhadap masalah nyata. Setiap
orang membutuhkan literasi matematika untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan, karena literasi matematika sangat erat hubungannya dengan
pekerjaan dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.14
Kemampuan guru menghubungkan pengetahuan dengan dunia nyata
berasal dari melatih siswa dengan soal-soal matematika yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari. Pentingnya menginterpretasikan setiap bahan
ajar untuk diterapkan dalam kehidupan guna menumbuhkan motivasi belajar
siswa dan meningkatkan berpikir kritis matematis siswa. Perpaduan materi
dengan praktek sehari-hari dan penggunaannya dapat meningkatkan
pengembangan potensi siswa. Individu yang mempunyai kemampuan literasi
12
Siti Riyadhotul Janah, Hardi Suyitno, and Isnaini Rosyida, ‘Pentingnya Literasi
Matematika Dan Berpikir Kritis Matematis Dalam Menghadapi Abad Ke-21’, in PRISMA,
Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2019, II, h. 906-907.
13
Ismael Peña-López, “Pisa 2012 Assessment and Analytical Framework.
Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy” (2012).
14
Kaye Stacey, ‘The PISA View of Mathematical Literacy in Indonesia’, Journal on
Mathematics Education, 2.2 (2011), h.103.
6

matematis yang baik pasti peka terhadap konsep-konsep matematika yang


berkaitan dengan masalah yang dihadapi.15 Dengan demikian siswa dapat
dengan mudah menyelesaikan soal cerita matematika.
Sebelumnya terdapat beberapa penelitian terkait pengaruh kemampuan
literasi terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita, seperti penelitian dari
Ritno, Rahman dan Andi Sukri berjudul Pengaruh Kemampuan Membaca dan
Menulis terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika, yang
menghasilkan temuan bahwa terdapat pengaruh kemampuan membaca dan
menulis terhadap menyelesaikan soal cerita. Siswa sekolah dasar akan dapat
mengerjakan soal cerita matematika jika mereka telah memiliki kemampuan
dasar yaitu membaca, menulis dan berhitung.16
Segala upaya telah dilakukan oleh para pendidik dengan melakukan
penelitian dalam memecahkan masalah agar dapat meningkatkan kemampuan
siswa, baik kemampuan menyelesaikan soal cerita maupun kemampuan
literasi matematisnya serta penelitian untuk melihat faktor yang
mempengaruhi siswa dalam memecahkan soal cerita. Berbagai jenis
penggunaan metode pembelajaran diteliti untuk melihat adanya pengaruh
terhadap kemampuan-kemampuan tersebut. Namun dari penelitian-penelitian
yang telah dilakukan, sedikit sekali bahkan sulit ditemukan penelitian yang
menjelaskan adanya pengaruh literasi matematika terhadap kemampuan
menyelesaikan soal cerita khususnya pada materi pembulatan satuan panjang.
Oleh karena itu, penelitian ini bagi peniliti sangat penting karena akan
memberikan atau membuktikan bahwa terdapat pengaruh literasi matematika
siswa terhadap kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita khususnya pada
materi pembulatan satuan panjang sehingga guru mempunyai perhatian lebih
terhadap kemampuan literasi matematika siswa sebagai suatu solusi untuk
mengurangi kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika berbentuk cerita.

15
Andes Safarandes Asmara, Stevanus Budi Waluya, and R Rochmad, ‘Analisis
Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas X Berdasarkan Kemampuan Matematika’,
Scholaria, 7.2 (2017), h.137.
16
Ritno Ritno and Andi Sukri Syamsuri, “Pengaruh Kemampuan Membaca Dan
Menulis Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika,” Jurnal Riset Dan
Inovasi Pembelajaran 1, no. 3 (2021): h. 116.
7

Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul Pengaruh Literasi Matematika terhadap Kemampuan Menyelesaikan
Soal Cerita Pembulatan Satuan Panjang Siswa Kelas IV di SD Al-Fath
Cirendeu.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka peneliti dapat
menemukan masalah sebagai berikut:
1. Mengapa kemampuan literasi matematika penting untuk dimiliki oleh
siswa?
2. Apa penyebab rendahnya tingkat kemampuan literasi matematika yang
dimiliki oleh siswa?
3. Kenapa banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal cerita?
4. Apa pengaruhnya literasi matematika terhadap kemampuan
menyelesaikan soal cerita?

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka perlu
dilakukan pembatasan masalah. Masalah akan dibatasi pada:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas IV semester genap di SD
Al-Fath Cirendeu.
2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh literasi
matematika siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita.
3. Kemampuan yang diukur adalah kemampuan menyelesaikan soal cerita
Materi pembelajaran matematika di sekolah yang diteliti adalah materi
pembulatan satuan panjang.

D. Rumusan Masalah
8

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka peneliti


merumuskan masalah yaitu: Apakah terdapat pengaruh literasi matematika
terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita pembulatan satuan panjang di
SD Al-Fath Cirendeu?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui terdapat pengaruh literasi matematika
terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita pembulatan satuan panjang di
SD Al-Fath Cirendeu.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang dapat dilihat
dari segi teoritis dan praktis.
1. Manfaat secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
pengetahuan dan bahan tambahan referensi bagi pengembangan ilmu,
khususnya penelitian kuantitatif tentang pengaruh literasi matematika
siswa terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siswa di
sekolah dasar dan sebagai bahan referensi untuk mengkaji permasalahan
yang sama dengan lingkup yang lebih luas.

2. Manfaat secara praktis


a. Manfaat bagi guru yaitu sebagai bahan pertimbangan serta tolak ukur
bagi guru yang mengampu di sekolah dasar untuk lebih meningkatkan
kompetensinya khususnya dalam mengajarkan dan melihat pengaruh
literasi matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita.
b. Manfaat bagi peserta didik yaitu untuk meningkatkan pemahaman
tentang manfaat dan pengaruh literasi matematika terhadap
kemampuan menyelesaikan soal cerita, untuk membantu memecahkan
permasalahan atau kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita.
9

c. Manfaat bagi sekolah yaitu sebagai salah satu referensi dalam melihat
atau mengetahui adanya pengaruh literasi matematika terhadap
kemampuan menyelesaikan soal cerita.
d. Manfaat bagi peneliti yaitu untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman jika suatu saat peneliti menjadi seorang pengajar agar
dapat mengetahui bahwa terdapat pengaruh literasi matematika
terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita khusunya pada materi
pembulatan satuan panjang.
10

BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR,


HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori
1. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita
Kemampuan menyelesaikan soal cerita adalah kemampuan
individu dalam memecahkan masalah atau soal dalam bentuk cerita. Soal
cerita biasanya menggunakan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-
hari siswa. Kemampuan menyelesaikan soal cerita merupakan kemampuan
siswa dalam menerapkan konsep ke dalam masalah sehari-hari.
Kemampuan menyelesaikan soal cerita menjadi hal yang penting
bagi siswa untuk mengukur tingkat pemahaman mereka terhadap konsep
yang telah diajarkan. Namun, soal matematika berbentuk cerita menjadi
hal yang sampai saat ini banyak menjadi faktor penyebab siswa kesulitan
dalam menyelesaikan soal matematika. Terdapat banyak siswa yang sering
kali mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Abidin
memaknai bahwa “beberapa siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan
soal teks, khususnya soal memecahkan masalah, karena siswa kurang
memahami permasalahan yang ada pada soal, siswa hanya membaca tanpa
memahami”.17
Tujuan dari soal cerita matematika adalah agar siswa berlatih dan
berpikir secara deduktif, melihat konteks dan penggunaan matematika
dalam kehidupan sehari-hari, menguasai keterampilan matematika dan
memperkuat penguasaan konsep matematika.18 Soal cerita matematika
memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan siswa sehari-
17
Yunus Abidin, Tita Mulyati, Hana Yunansah, Pembelajaran Literasi: Strategi
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, Dan Menulis, Cet.2.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2018), h. 111.
18
Sari Kusuma Dewi, I Made Suarjana, and Made Sumantri, “Penerapan Model
Polya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Memecahkan Soal Cerita Matematika Siswa
Kelas V,” Mimbar PGSD Undiksha 2, no. 1 (2014), h. 2.
11

hari, karena soal-soal tersebut mengutamakan soal-soal yang dapat


digunakan dalam kehidupan sehari-hari, serta soal cerita yang menilai
kemampuan siswa mengenai konsep-konsep dasar matematika yang
dipelajari.19 Soal cerita merupakan salah satu cara untuk menilai
kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika dasar yang
dipelajari dalam bentuk soal aplikasi rumus. Individu dapat dikatakan
mempunyai kemampuan matematika jika dapat menyelesaikan masalah
matematika dengan benar.20
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa soal cerita adalah soal yang berbentuk teks atau cerita yang
dikaitkan dengan materi yang dipelajari. Dengan demikian, kemampuan
menyelesaikan soal cerita matematika adalah kemampuan individu dalam
memecahkan soal yang berbentuk cerita yang dikaitkan dengan konsep
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan menyelesaikan soal
cerita dapat menjadi penentu tingkat pemahaman siswa dalam memahami
konsep matematika sebab dalam pemecahannya bukan hanya terkait rumus
namun siswa juga diharuskan untuk memahami konsep yang dimaksud
dalam soal berkaitan masalah dalam kehidupan nyata.

2. Pembulatan Satuan Panjang


Pada dasarnya, pembulatan erat kaitannya dengan penaksiran.
Pembulatan mampu mempermudah taksiran. Pembulatan berarti mencari
bilangan lain yang nilainya paling dekat dengan bilangan lain yang
nilainya paling dekat dengan bilangan yang diinginkan, sehingga
penulisan bilangan tidak terlalu panjang. Tingkat pembulatan lebih tinggi
daripada taksiran, jadi aturan pembulatan harus diterapkan pada taksiran.21
19
Yesika Simarmata, Nelly Wedyawati, and Anita Sri Rejeki Hutagaol, “Analisis
Literasi Matematika Pada Penyelesaian Soal Cerita Siswa Kelas V Sekolah Dasar,” J.
Pendidik. Mat 2, no. 1 (2020): h. 102.
20
Milda Retna, Lailatul Mubarokah, and S Suhartatik, “Proses Berpikir Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Berdasarkan Kemampuan Matematika,” Jurnal
Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo 1, no. 2 (2013): h. 75.
21
Nadya Rosadi, “ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS IV A SDN
URANGAGUNG SIDOARJO DALAM MENYELESAIKAN SOAL PEMBULATAN DAN
PENAKSIRAN,” Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (2017), h. 5.
12

Pembulatan berarti menyederhanakan bilangan menjadi bilangan


yang lebih kecil. Pembulatan ke atas pada satuan terdekat dikerjakan
dengan menghilangkan angka setelah koma kemudian menambahkan 1
pada bilangan satuan. Pembulatan ke bawah dikerjakan dengan
menghilangkan bilangan di belakang koma. Pembulatan terbaik,
memperhatikan angka setelah koma. Jika angkanya lebih besar dari atau
sama dengan 5, bulatkan ke atas. Jika angka setelah koma kurang dari 5,
maka dibulatkan ke bawah.22 Dalam melakukan pembulatan, biasanya
digunakan tanda (≈). Tanda sama dengan bergelombang (≈: kira-kira
sama) digunakan untuk menunjukkan pembulatan. Tanda tersebut
dikenalkan pada tahun 1892 oleh Alfred George Greenhill.23
Satuan ukuran ditetapkan dalam semua dimensi kehidupan dan
kesinambungan manusia dan alam, termasuk pengukuran jarak, waktu,
gaya, energi, massa, dan lainnya. Orang menggunakan banyak sekali jenis
pengukuran untuk membuat perhitungan di semua aspek kehidupan.
Semua jenis ukuran ditentukan dengan perhitungan. Semua perhitungan
menghasilkan kuantitas yang digambarkan sebagai angka. Panjang, berat,
volume, kecepatan, tinggi dan satuan lainnya. Abad ke-18, ada 55 macam
standar satuan kaki di Belanda dan 30 di Jerman. Untuk memecahkan
masalah perbedaan ukuran tersebut, ahli matematika Prancis Mouton
mengusulkan pembuatan satuan panjang yang seragam di seluruh dunia.
Atas bantuan pemerintah Prancis, satuan panjang standar yang ditetapkan
adalah meter (dari kata Yunani metron, yang artinya ukuran).24
Mengukur panjang suatu benda membutuhkan alat ukur. seseorang
dapat menggunakan penggaris untuk mengukur panjang buku, pulpen, atau
jari. Sementara itu, seseorang bisa menggunakan meteran untuk mengukur

22
A Eka, T Srihandayani, and T Bmedia, Mandiri Belajar Tematik SD/MI Kelas 4
Matematika (Bmedia, 2021), https://books.google.co.id/books?id=ke1GEAAAQBAJ, h. 40.
23
Isaiah Lankham, Bruno Nachtergaele, Anne Schilling, Linear Algebra as an
Introduction to Abstract Mathematics (Singapur: World Scientific, 2016), h. 186.
24
Abah Salma Alif Sampayya, Keseimbangan Matematika Dalam AL Qur’an
(Republika, 2007), h. 22-25.
13

lebar lantai, tinggi rumah dan meja.25 Sekarang dengan adanya satuan
panjang yang telah ditentukan, orang dapat mudah mengukur apapun yang
berhubungan dengan panjang, seperti lebar, tinggi, dengan alat ukur
panjang yang dirancang pada skala Standar Internasional. Satuan baku
untuk mengukur panjang adalah km, hm, dam, m, dm, cm dan mm. 26
Satuan panjang merupakan satuan yang digunakan untuk menyatakan
tinggi, panjang, atau jarak suatu benda yang akan diukur. Tangga satuan
biasanya digunakan untuk mengonversi satuan panjang.27

Gambar 2.1 Tangga Satuan

Mengonversi berarti mengubah. Mengonversi satuan panjang


artinya mengubah suatu satuan panjang menjadi satuan panjang lainnya,
seperti mengubah km menjadi hm. Setiap turun satu anak tangga maka
dikali 10. Sedangkan setiap naik satu anak tangga maka dibagi 10.

25
Marthen Kanginan, Fisika SMP IA Tengah Tahun Pertama (Jakarta: Erlangga,
2003), h. 129.
26
Ana Masyithoh, “Pengembangan Media Papan Pengukuran Satuan Panjang Dan
Satuan Massa Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika” (Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, 2014), h. 43.
27
Novita Sasmita and Nuriana Rachmani Dewi, “Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Berbantuan Dakon Satuan Panjang Pada Materi Satuan Panjang,” Pi:
Mathematics Education Journal 5, no. 1 (2022): h. 10.
14

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan


bahwa pembulatan adalah kegiatan atau proses menyederhanakan bilangan
menjadi lebih kecil sehingga mempermudah siswa dalam melakukan
perhitungan. Dengan demikian, pembulatan satuan panjang adalah
kegiatan atau proses menyederhanan bilangan atau angka yang
menunjukkan satuan panjang suatu objek atau subjek agar siswa lebih
mudah dalam melakukan perhitungan (operasi hitung).

3. Kemampuan Literasi Matematika Siswa


Secara tradisional, literasi dianggap sebagai kemampuan membaca
dan menulis. Berdasarkan anggapan tersebut bahwa individu yang dapat
membaca dan menulis atau melek huruf.28 Literasi matematika adalah
kemampuan seseorang untuk menalar dan merumuskan, menerapkan dan
menginterpretasikan matematika dalam memecahkan masalah ke berbagai
konteks dunia nyata. Hal itu mencakup konsep, prosedur, fakta, dan alat
untuk menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena. Literasi
matematika dapat membantu memahami kegunaan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.29 Literasi matematika adalah pengetahuan dan
penerapan dasar-dasar matematika dalam kehidupan sehari-hari. Literasi
matematika diharapkan dapat mempermudah pemahaman berbagai
masalah matematika. Literasi matematika adalah kemampuan mendekati
masalah matematika dalam konteks, artinya masalah matematika memiliki
pengaruh langsung dalam kehidupan sehari-hari.30
Dalam PISA, literasi matematika adalah kesanggupan untuk
merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai
situasi. Ini termasuk penalaran matematis, penggunaan konsep, prosedur,

28
Yunus Abidin, Tita Mulyati, Hana Yunansah, Pembelajaran Literasi: Strategi
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, Dan Menulis, Cet.2.
(Jakarta: Bumi Aksara, 2018), h. 1.
29
Ibid., h. 6
30
Nur Indah, Sitti Mania, and Nursalam Nursalam, “Peningkatan Kemampuan
Literasi Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Di Kelas VII SMP Negeri 5 Pallangga Kabupaten Gowa,” MaPan: Jurnal Matematika dan
Pembelajaran 4, no. 2 (2016): h. 201.
15

fakta, dan alat matematika untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan


memprediksi fenomena. Hal ini memungkinakan individu melihat peran
matematika dalam kehidupan, untuk melatih penilaian yang baik serta
pengambilan keputusan yang diperlukan dari individu yang kontstruktif,
aktif, dan merefleksi.31
Secara sederhana, literasi matematika merupakan pengetahuan
untuk mengetahui matematika dasar dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Literasi matematika melibatkan lebih banyak langkah
implementasi. Itu berarti basis pengetahuan, kemampuan dan kepercayaan
diri untuk mengimplementasikan pengetahuan itu ke dunia nyata. Mereka
yang mahir dalam matematika dapat memahami dan menginterpretasikan
data, menyelesaikan masalah sehari-hari, bernalar dalam situasi numerik,
dalam grafis dan geometris, serta menggunakan matematika untuk
berkomunikasi. Literasi matematika sama pentingnya dengan keterampilan
membaca dan menulis.32
Bagian penting dari literasi matematika adalah menerapkan,
melakukan, dan mengenali matematika dalam situasi yang berbeda. Untuk
masalah yang memerlukan perlakuan matematis, pemilihan metode dan
representasi matematis sering bergantung pada situasi di mana masalah
tersebut direpresentasikan. Guru matematika seringkali mengeluh bahwa
siswa sulit menerapkan matematika yang telah dipelajari dalam konteks
yang berbeda.33
Bagi sebagian individu, hanya memiliki pengetahuan dasar tentang
arti angka dan aljabar sudah cukup untuk mahir dalam matematika. Bagi
individu lainnya, pengetahuan minimal tentang aritmatika, pengukuran,
aljabar, geometri, probabilitas, statistik, dan logika sudah cukup untuk
menganggap seseorang melek matematis. Bagi yang lain pula, itu

31
OECD PISA, “Assessment and Analytic Framework” (OECD: Paris, France,
2013).
32
Bobby Ojose, “Mathematics Literacy: Are We Able to Put the Mathematics We
Learn into Everyday Use,” Journal of mathematics education 4, no. 1 (2011): h. 90-91.
33
Ibid., h. 93
16

membutuhkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan matematika


dasar untuk memecahkan masalah dunia nyata.34
Berikut merupakan daftar keterampilan matematika yang
disarankan agar seseorang dianggap bisa membaca dan menulis. Ini
bukanlah daftar yang lengkap karena informasi bersifat dinamis dan
perkembangan teknologi terus berubah. Dalam hal aritmatika, setiap
individu harus dapat melakukan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian dengan bilangan bulat, pecahan, dan desimal. seseorang juga
harus terbiasa dengan konsep-konsep seperti akar, akar kuadrat, rasio,
persentase, nilai absolut, timbal balik, dan eksponen. Saat mengukur,
individu wajib mengetahui ukuran tradisional dan metrik panjang, luas,
volume, berat atau massa, waktu dan suhu. Individu juga perlu mengetahui
cara mengonversi di antara tahapan-tahapan ini.35
Berdasarkan Direktorat Sekolah Dasar, 2 dari 6 jenis literasi dasar
yang dapat membantu siswa pada kehidupan sehari-hari dan tentu dapat
menjadi bekal siswa menjadi generasi yang unggul pada masa depan
antara lain:
1. Literasi baca tulis, yaitu kecakapan untuk memahami isi teks tertulis,
baik yang tersirat maupun tersurat, untuk mengembangkan
pengetahuan dan potensi diri.
2. Literasi numerasi, yaitu kecakapan untuk menggunakan berbagai
macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk
memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks
kehidupan sehari-hari.36
Kedua jenis literasi tersebut berkaitan dengan literasi matematika
yang dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita. selain itu, terdapat pula kompetensi yang diperlukan untuk literasi

34
Ibid., h. 96
35
Ibid., h. 97
36
Direktorat Sekolah Dasar, “Yuk Mengenal 6 Literasi Dasar Yang Harus Kita
Ketahui Dan Miliki,” Direktorat Sekolah Dasar, Kemdikbud, 2021,
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detial/yuk-mengenal-6-literasi-dasar-yang-harus-kita-
ketahui-dan-miliki.
17

matematika dijelaskan dalam pekerjaan program PISA (Program for


International Students Assessment) di bawah OECD dan menurut deskripsi
Steen:
a. Pemikiran dan penalaran matematis: Pertanyaan tentang sifat
matematika; untuk mengetahui jenis jawaban yang disediakan
matematika; membedakan antara beragam jenis pernyataan;
memahami dan mengatasi ruang lingkup dan batasan konsep
matematika.
b. Argumentasi matematis: Mengetahui tentang pembuktian; tahu
bagaimana bukti yang berbeda dari bentuk penalaran matematis lain;
mengikuti dan mengevaluasi rantai argumen; heuristik sensorik;
membuat dan menyajikan argumen matematis.
c. Komunikasi Matematis: Ekspresikan diri dengan berbagai cara, baik
secara lisan, tertulis, atau dalam bentuk visual lain; memahami
pekerjaan orang lain.
d. Permodelan: Penataan bidang yang hendak dimodelkan; menafsirkan
realita ke dalam struktur matematika; interpretasi model matematika
dalam konteks atau dalam kenyataan; bekerja dengan model; verifikasi
model; merefleksi, menganalisis dan mengkritisi model atau solusi;
mencerminkan proses pemodelan.
e. Pengajuan dan pemecahan masalah: Mengusulkan, merumuskan,
mendefinisikan dan memecahkan masalah dengan beragam cara.
f. Representasi: Mendekode, menyandikan, menerjemahkan,
memisahkan, dan menginterpretasikan representasi yang berbeda dari
objek dan situasi matematika dan memahami hubungan antara
representasi yang berbeda.
g. Simbol: Gunakan bahasa simbolik, formal dan teknis.
h. Alat dan Teknologi: Penggunaan alat bantu dan alat termasuk
teknologi.37

37
Ibid., h. 98-99
18

Literasi matematika ditandai dengan beberapa kompetensi yang


utama, yakni:
a. Berpikir dan bernalar matematis, termasuk kemampuan menyampaikan
pertanyaan menggunakan fungsi matematika. Tahu berapa banyak
jawaban yang dapat diberikan matematika. Akan dapat memahami dan
menghindari keluasan dan batasan konsep matematika.
b. Berargumen matematis, yakni tahu apa yang dimaksud dengan
pembuktian. Tahu perbedaan antara bukti dan argumen (nalar)
matematika yang lain; dapat mengikuti alur pemikiran dan membuat
penilaian. Dapat membuat dan mengetahui ide-ide matematika.
c. Komunikasi matematis, yakni kemampuan mengungkapkan gagasan
dalam berbagai bentuk: lisan, tulisan, dan bentuk visual lain.
Memahami pekerjaan orang lain.
d. Pemodelan, yakni kemampuan mengubah realitas ke bentuk
matematis. Menafsirkan model matematika dalam konteks atau
realitasnya jika memungkinkan. Memanipulasi model, Uji (validasi)
model, dan memberi saran model atau solusi matematika.
e. Menyampaikan dan menyelesaikan masalah, termasuk kemampuan
untuk mengusulkan, merumuskan, mendefinisikan dan memecahkan
masalah dengan berbagai cara.
f. Kemampuan untuk mengubah, yakni membedakan, menafsirkan dan
representasi, yaitu representasi matematis dan situasi atau objek, dan
memahami hubungan antara representasi yang berbeda.
g. Kemampuan menggunakan simbol, yaitu manipulasi simbolik, bahasa
formal dan teknis.
h. Alat dan teknologi, yakni kemampuan untuk menggunakan alat,
termasuk teknologi, bila perlu.38

38
Jan De Lange, “Mathematics For Literacy. Quantitative Literacy: Why Numeracy
Matters for Schools and Collage” (The National Council on Education and the Disciplines.
Princeton, 2003), h. 77.
19

Berdasarkan penjelasn-penjelasan tersebut, dapat disimpulkan


bahwa literasi matematika adalah kemampuan siswa dalam memahami,
merumuskan, menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan literasi matematika dapat membantu siswa dalam memahami
soal cerita matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa
yang memiliki kemampuan literasi matematika yang tinggi akan mudah
memahami dan memecahkan permasalahan matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan literasi matematika siswa akan mudah berpikir
matematis, mengenali kata kunci, simbol, gambar dalam permasalahan
matematika.

4. Hubungan antara Literasi Matematika dan Kemampuan


Menyelesaikan soal
Proses literasi matematika membutuhkan keterampilan berpikir
matematis yang dimulai dengan kemampuan mengidentifikasi dan
memahami masalah. Artinya seseorang yang mempunyai kemampuan
literasi matematika dapat membaca, menulis dan mempunyai pengetahuan
matematika yang dapat digunakan untuk memahami dan menyelesaikan
masalah matematika.39 Hal tersebut menunjukkan bahwa seseornag yang
memiliki kemampuan literasi matematika dapat memiliki kemampuan
menyelesaikan soal matematika.
Soal-soal matematika yang berbentuk cerita pada umumnya
membutuhkan kemampuan berpikir kritis (berpikir matematis). Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Arifin yang mengatakan bahwa
menerapkan literasi matematis kepada siswa jika dikembangkan tentunya
akan meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa. Latihan yang
sering siswa lakukan dengan menggunakan keterampilan penalaran tingkat
tinggi dalam soal cerita memungkinkan mereka menggunakan dan
mengembangkan kemampuan literasi matematisnya. Berdasarkan
39
Putri Nurhidayati, Nur Alim Noor, and Neng Nurwiatin, “Hubungan Penguasaan
Literasi Matematika Dengan Kemampuan Berpikir Matematis,” in Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara III, 2021, h. 173.
20

penjelasan tersebut, dapat diasumsikan bahwa tingkat literasi matematika


yang rendah akan mengganggu kemampuan berpikir matematis dan
tentunya kemampuan memecahkan masalah, terutama soal-soal berbentuk
cerita.40 Keterampilan literasi matematika amat penting karena dapat
membantu memecahkan masalah matematika sehari-hari. Jadi, ketika
belajar matematika, siswa harus membiasakan diri untuk memecahkan
masalah kontekstual.41
Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya yang mengatakan
bahwa siswa perlu mengetahui kata-kata kunci dalam soal cerita yang
sesuai dengan proses penanaman konsep-konsep matematika, maka dapat
dikatakan bahwa untuk dapat menyelesaikan soal cerita siswa memerlukan
kemampuan literasinya untuk dapat memahami makna dari soal. Berikut
beberapa contoh kata-kata kunci yang perlu siswa ketahui:

a. Operasi Penjumlahan
1) Sombol = +
2) Kata kunci = ditambah, diberi, dikumpulkan, digabung, jumlah
seluruhnya.

b. Operasi Pengurangan
1) Simbol = -
2) Kata kunci = dikurangi, sisa, diambil, hilang, diberikan, rusak,
dimakan.

c. Operasi Perkalian
1) Simbol = x
2) Kata kunci = kelipatan, banyaknya sesuatu dari setiap tempat,
diperbesar, diperbanyak, digandakan.

40
Ibid.
41
Yudi Yunika putra & Rajab Vebrian, op.cit., h. 5.
21

d. Operasi Pembagian
1) Simbol = :
2) Kata kunci = dibagikan, dipisahkan, dikelompokkan, banyaknya
sesuatu pada setiap tempat.42

Sejalan dengan makna literasi matematika, Polya mengatakan


terdapat beberapa langkah-langkah penyelesaian soal cerita adalah:
a. Memahami masalah: Dalam tahap ini, siswa harus mampu
mengidentifikasi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.
b. Menyusun rencana solusi: Langkah ini merupakan langkah penting
dalam menyelesaikan soal cerita sebab berisi rumus, sifat, dan operasi
matematika yang dipilih untuk menyelesaikan rencana.
c. Terapkan rencana: Penting dalam pelaksanaan rencana ini adalah
penguasaan operasi dan teknik perhitungan serta prosedur matematika
yang sesuai dengan model matematikanya dari masalah untuk sampai
pada solusi.
d. Periksa hasilnya: Setelah mendapatkan solusi dari model matematika,
pengecekan hasil adalah langkah terakhir yang sangat penting untuk
memastikan kebenaran solusi.43

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa


literasi matematika berkaitan dengan kemampuan siswa menyelesaikan soal
cerita. Literasi matematika adalah kemampuan memahami masalah dalam
kehidupan nyata. Soal matematika berbentuk cerita biasanya menggunakan
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan nyata. Dengan demikian,
literasi matematika membantu siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Siswa
yang memiliki tingkat literasi matematika yang tinggi akan mudah dalam
memahami permasalahan matematika sehingga memudahkannya dalam
memecahkan permasalahan tersebut.

42
Laily, op.cit., h. 58.
43
Laily, op.cit., h. 58
22

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Diberitahu judul dari skripsi atau jurnal
Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian yang relevan
sehingga dapat digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan di
penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ritno, Abd Rahman Rahim, dan Andi Sukri
dengan judul “Pengaruh Kemampuan Membaca dan Menulis terhadap
Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika” pada tahun 2021.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signfikan
kemampuan membaca dan menulis terhadap kemampuan menyelesaikan
soal cerita. Keterampilan membaca menyumbang 38,87% dari kemampuan
untuk memecahkan soal cerita. Demikian pula proporsi keterampilan
menulis dalam kemampuan memecahkan soal cerita sebesar 20,186%.
Membaca dan menulis bersama juga memberikan kontribusi sebesar
18.964% terhadap kemampuan memecahkan soal cerita. Metode penelitian
ini yaitu metode kuantitatif yang dirancang sebagai penelitian korelasi
inferensial yang mencoba melihat pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV
SDN 171 Inpres Kaluku Kecamatan Cenrana Kabupaten Maros tahun
pelajaran 2020/2021 dengan menggunakan teknik total sampling (sampel
total), berjumlah 19 orang dikarenakan populasi kecil. Teknik analisis data
yang digunakan yakni teknik statistik inferensial untuk merencanakan
analisis regresi linier berganda sederhana. Persamaan dalam penelitian ini
yaitu meneliti pengaruh kemampuan membaca dan menulis yang
merupakan bagian dari literasi terhadap kemampuan menyelesaikan soal
cerita matematika pada siswa kelas IV sekolah dasar. Persamaan lainnya
yaitu sama-sama merupakan metode penelitian kuantitatif dengan desain
inferensial korelasional Perbedaannya, pada penelitian tersebut materi
yang dijadikan penelitian terkait soal cerita yaitu seluruh materi yang
dipelajari siswa kelas IV. Sedangkan pada penelitian ini hanya berfokus
23

pada materi pembulatan satuan panjang. Perbedaan lainnya, pada


penelitian tersebut yang menjadi variabel x adalah kemampuan membaca
dan menulis. Sedangkan pada penelitian ini yang menjadi variabel x
adalah kemampuan literasi matematika siswa berupa pemahaman siswa
dalam mengartikan soal yang ada dan mengenali kata kunci dalam soal
untuk dapat menyelesaikan soal cerita.44

2. Penelitian yang dilakukan oleh Heriyati dan Noor Komari Pratiwi dengan
judul “Pengaruh Keterampilan Membaca terhadap Kemampuan
Pemecahan Soal Cerita Matematika Siswa Sekolah Dasar” pada tahun
2021. Kelompok sasaran penelitian ini yakni semua siswa kelas 5 SD
Negeri Bojong 2, 3 dan 4 di Kota Tangerang. Sampel dalam penelitian ini
terdiri dari 78 siswa dari tiga sekolah tersebut. Menggunakan desain
penelitian studi korelasional. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh
nilai Sig sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
dikatakan bahwa pengaruh literasi (membaca) terhadap penyelesaian soal
cerita matematika siswa sekolah dasar di kota Tangerang. Semakin tinggi
kemampuan membaca siswa, maka semakin baik kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika. Persamaan dalam penelitian ini
yaitu meneliti variabel kemampuan menyelesaikan atau memecahkan soal
cerita matematika dan merupakan penelitian kuantitatif. Perbedaannya
yaitu dalam penelitian tersebut tidak secara tertulis meneliti pengaruh
literasi matematika, hanya meneliti pengaruh kemampuan membaca
terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan soal cerita matematika.
Perbedaan lainnya yaitu pada teknik pengambilan sampel, pada penelitian
tersebut teknik yang digunakan adalah probability sampling sedangkan
pada penelitian ini menggunakan simple random sampling.45

44
Ritno and Syamsuri, “Pengaruh Kemampuan Membaca Dan Menulis Terhadap
Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika.”
45
Heriyati Heriyati and Noor Komari Pratiwi, “Pengaruh Keterampilan Membaca
Terhadap Kemampuan Pemecahan Soal Cerita Matematika Siswa Sekolah Dasar Di Kota
Tangerang,” Jurnal Theorems 6, no. 1 (n.d.): h. 67.
24

3. Penelitian yang dilakukan Frida Noor, Joharman, dan Rokhmaniyah


dengan judul “The Effect of Reading Comprehension Ability to
Mathematical Problem Solving Ability for Fifth Grade Students of Public
Elementary Schools in Kebumen Sub-District in Academic Year Of
2019/2020” pada tahun 2020. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan menggunakan metode korelasi. Uji prasyarat menggunakan uji
normalitas dan linieritas. Analisis data penelitian ini adalah uji korelasi
sederhana dan sumbangan efektif (SE). Pada penelitian ini ditemukan
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kemampuan
membaca dengan keterampilan pemecahan masalah matematis, dengan
tingkat korelasi yang sedang sebesar 0,587, dan pengaruh variabel
pemahaman membaca terhadap keterampilan pemecahan masalah
matematis sebesar 25,8%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara pemahaman
membaca siswa kelas V SD Negeri Kabupaten Kebumen dengan
kemampuan pemecahan masalah matematika tahun pelajaran 2019/2020.
Persamaan dalam penelitian ini yaitu meneliti suatu variabel mempunyai
keterkaitan terhadap variabel lain yang artinya pengaruh antara satu
varibel dengan variabel lainnya. Penelitian tersebut sama dengan
penelitian ini yaitu meneliti mengenai kemampuan membaca pemahaman
yang merupakan kemampuan literasi terhadap kemampuan pemecahan
(menyelesaikan) masalah matematika. Persamaan lainnya adalah teknik
pengumpulan data yakni menggunakan teknik tes. Perbedaannya, pada
penelitian tersebut tingkatan kelas yang diteliti adalah kelas V, sedangkan
pada penelitian ini yaitu kelas IV. Perbedaan lainnya, pada penelitian
tersebut hanya melihat hubungan dari kemampuan membaca pemahaman
yang merupakan salah satu dari bagian literasi matematika. Sedangkan
pada penilitian ini literasi matematikanya lebih menyeluruh dan lebih
kepada kemampuan siswa dalam menemukan kata kunci dalam soal.
Selain itu, teknik pengambilan sampel pada penelitian tersebut teknik yang
25

digunakan adalah cluster random sampling sedangkan pada penelitian ini


menggunakan simple random sampling.46

C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah kesimpulan untuk mengetahui hubungan
antar variabel penelitian. Kerangka berpikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori hubungan berbagai faktor diidentifikasi sebagai
masalah utama. Kerangka berpikir dikembangkan berdasarkan tinjauan
literatur dan temuan penelitian yang relevan. Kerangka pemikiran adalah dasar
untuk penelitian, disintesis dari fakta, pengamatan, dan tinjauan literatur.47
Berdasarkan hasil tes PISA, kemampuan literasi matematika siswa di
Indonesia masih pada tingkat rendah. Siswa kesulitan mengerjakan soal-soal
PISA berupa soal non rutin, artinya soal-soal yang membutuhkan tingkat
pemahaman tinggi bukan hanya sekadar soal biasa yang telah jelas kalimat
matematika secara tertulis. Dengan demikian, kemampuan literasi matematika
rendah berdampak pada rendahnya tingkat kemampuan menyelesaikan soal
cerita (soal non rutin). Literasi yang erat kaitannya dengan matematika yaitu
literasi membaca dan menulis, serta literasi numerasi. Literasi tersebut
menjadi dasar dalam menentukan kemampuan siswa dalam memahami soal
cerita matematika untuk memecahkan permasalahan yang terdapat dalam soal.
Dalam soal cerita matematika, tahap pertama yang dilakukan siswa
adalah membaca soal dan berusaha memahaminya dengan menemukan kata
kunci dalam soal. Kemudian siswa menuliskan pemahamannya dalam bentuk
model atau kalimat matematika. Kemampuan-kemampuan tersebut telah dapat
menjadi bekal bagi siswa untuk dapat menyelesaikan soal cerita yang
kemudian mereka terapkan ke dalam konsep materi yang telah dipelajari
menggunakan rumus-rumus atau operasi hitung matematika yang sesuai.

46
Frida Noor Afifah, Joharman Joharman, and Rokhmaniyah Rokhmaniyah, “The
Effect of Reading Comprehension Ability to Mathematical Problem Solving Ability for Fifth
Grade Students of Public Elementary Schools in Kebumen Sub-Distric in Academic Year of
2019/2020,” Kalam Cendekia: Jurnal Ilmiah Kependidikan 8, no. 2 (n.d.).
47
Ismail Nurdin & Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Media
Sahabat Cendekia, 2019), h. 125.
26

Berdasarkan hal tersebut, dapat terlihat bahwa literasi matematika


berpengaruh terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita. Siswa yang
mempunyai kemampuan literasi matematika yang baik, maka kemampuan
menyelesaikan soal ceritanya pun juga baik. Semakin tinggi tingkat
kemampuan literasi matematika siswa maka semakin tinggi pula kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Dengan demikian, kaitan antara
kemampuan literasi matematika siswa dengan proses penyelesaian soal cerita
sangat erat.
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

 Berdasarkan hasil tes PISA, kemampuan literasi matematika siswa di


Indonesia masih rendah.
 Siswa kesulitan mengerjakan soal PISA berbentuk non rutin

Kemampuan literasi Literasi membaca, Tahap awal


matematika rendah menulis, dan menghadapi soal
numerasi cerita
Kemampuan Dasar
menyelesaikan menentukan Membaca soal
soal cerita rendah kemampuan Memahami soal
memahami soal Menemukan kata
cerita kunci
Menulis kalimat
matematika
Menentukan rumus
dan operasi hitung

Literasi matematika berpengaruh terhadap kemampuan


menyelesaikan soal cerita

Semakin tinggi tingkat literasi matematika siswa, maka semakin


tinggi pula kemampuannya menyelesaikan soal cerita matematika.
D. Hipotesis Penelitian
Sugiyono berpendapat, hipotesis adalah jawaban semesntara dari
rumusan masalah penelitian.48 Semesntara karena jawaban yang diperoleh

48
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 96.
27

hanya berdasarkan teori yang relevan, belum pada fakta empiris yang didapat
melalui pengumpulan data.49 Kesimpulannya, hipotesis adalah jawaban
sementara dari rumusan masalah dalam penelitian yang harus ditemukan bukti
kebenarannya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditentukan bahwa
hipotesis dalam penelitian ini yakni:
1. H0 : Literasi matematika berpengaruh signifikan terhadap kemampuan
menyelesaikan soal cerita pembulatan satuan panjang di SD Al-Fath
Cirendeu.
2. H1 : Literasi matematika tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan menyelesaikan soal cerita pembulatan satuan panjang di SD
Al-Fath Cirendeu.

49
Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2017), h. 63.
28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Dilengkapi sampai sidang skripsi
Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Fath Cirendeu yang beralamat di
jalan Raya Cirendeu No.24, Pisangan, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini
dilaksanakan di kelas IV pada tahun ajaran semester genap 2023/2024. Jadwal
persiapan dan pelaksanaan penelitian disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Jenis Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr


1 Persiapan dan
 
perencanaan
2 Observasi sekolah 
3 Pelaksanaan di lapangan 
4 Analisis data 
5 Laporan penelitian  

B. Metode dan Desain Penelitian


Metode pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Data pada penelitian kuantitatif berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik. Metode penelitian kuantitatif dimaknai sebagai metode
penelitian berdasarkan filosofi positivisme, digunakan untuk mempelajari
populasi dan sampel tertentu, pengumpulan data melalui alat penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif atau statistik yang tujuannya untuk menguji
hipotesis yang ditentukan.50 Penelitian ini didesain sebagai penelitian
inferensial-korelasional yang berupaya melihat pengaruh variabel bebas

50
Ibid., h. 7-8.
29

terhadap variabel terikat. Variabel bebas (X) yaitu literasi matematika dan
variabel terikat (Y) yaitu kemampuan menyelesaikan soal cerita. penelitian
dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: 1) tes variabel bebas (X), yakni tes
kemampuan literasi matematika siswa; 2) tes variabel terikat (Y), yakni tes
kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita matematika.

C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan atribut atau karakteristik atau nilai
subjek, objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang diteliti dan
ditarik kesimpulan darinya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya, ada dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.51 Variabel bebar dan variabel terikat pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Variabel bebas atau variabel independen (X) adalah variabel yang
mempengaruhi atau menyebabkan muncul atau berubahnya variabel
terikat. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah literasi matematika
siswa.
2. Variabel terikat atau variabel dependen (Y) adalah variabel yang
dipengaruhi atau mengakibatkan adanya variabel independen. Dalam
penelitian ini variabel terikat (Y) adalah kemampuan menyelesaikan soal
cerita.

Berikut adalah grafik hubungan antara variabel X dan variabel Y.

Gambar 3.1 Skema Hubungan Variabel

X Y

Keterangan:
Variabel X : Literasi Matematika

51
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Op.cit., h. 61.
30

Variabel Y : Kemampuan menyelesaikan soal cerita


X → Y = Arah hubungan

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan area generalisasi yang terdiri dari subyek atau
obyek yang memiliki kualitas dan ciri tertentu yang diidentifikasi oleh
peneliti untuk diteliti dan ditarik kesimpulan.52 Kesimpulannya bahwa
populasi adalah seluruh obyek penelitian.53 Populasi merupakan kelompok
yang memiliki kesamaan karakteristik. Populasi adalah kelompok yang
mampu menghasilkan informasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. 54
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas IV SD Al-Fath Cirendeu
yang terdiri dari 5 kelas.

Tabel 3.2 Populasi Siswa Kelas IV SD Al-Fath Cirendeu


No Kelas Jumlah Siswa
1 4M 24
2 4N 25
3 4L 25
4 4D 25
5 4F 24

2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi.55 Sampel merupakan suatu
kelompok yang dapat mewakili semua karakteristik populasi.56 Sampel
pada penelitian ini menggunakan teknik acak sederhana (simple random
sampling) yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak
52
Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Op.cit., h. 80 .
53
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakik (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), h. 173.
54
Kadir, Statistika Terapan, Cet. III. (Depok: PT Raja Grafindo Persada, 2016), Cet.
III, h. 118.
55
Julius H. Lolombulan, Statistika Bagi Peneliti Pendidikan (Yogyakarta: ANDI,
2017), h. 16.
56
Ibid., h. 119.
31

tanpa melihat strata yang ada.57 Pengambilan sampel sebanyak 50 orang


dari seluruh siswa kelas IV. Terdapat 5 kelas populasi dan sampel yang
diambil yaitu 10 orang siswa dari setiap kelasnya.
Dihitung ulang pakai alpha cronbach untuk mengetahui jumlah
sampel

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini untuk mendapatkan data
tentang kemampuan literasi matematika dan kemampuan menyelesaikan soal
cerita metamatika pada siswa yakni menggunakan metode instrumen tes.
Teknik tes merupakan teknik pengumpulan data dengan memberi seperangkat
soal atau tugas dan alat bantu lainnya kepada subjek yang datanya
diperlukan.58 Tes yang akan mengukur kemampuan-kemampuan tersebut
adalah tes tulis berupa soal-soal cerita matematika yang sesuai dengan materi
pembahasan pembulatan satuan panjang di kelas IV.

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang dipakai guna mengukur
variabel penelitian yang akan diamati.59 Lembar tes berupa 5 butir soal uraian
yang mengandung konten, konteks, dan kompetensi literasi matematika yang
berisi masalah matematika terkait materi pembulatan satuan panjang. Soal
yang digunakan adalah soal berbentuk cerita yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari siswa dan disertai kata kunci di dalamnya untuk siswa dapat
menentukan operasi hitung yang tepat. Pada setiap soal, siswa diminta untuk
menentukan operasi hitung yang digunakan dan menuliskan model
matematika sebelum menyelesaikan soal tersebut. Adapun kisi-kisi instrumen
soal tes yang digunakan untuk mengetahui literasi matematika siswa dan
kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa adalah sebagai
berikut:
57
Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Op.cit., h. 82.
58
Mamik, Metodologi Kualitatif, Cet. I. (Sidoarjo: Zifatama Jawara, 2015), h. 79.
59
Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Op.cit., h. 146.
32

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Soal Tes


Variabel Indikator Nomor Soal
Literasi Matematika Merumuskan situasi dalam 1, 2, 3,4, 5
siswa (X) bentuk dan model matematika
dengan menggunakan
representasi yang sesuai
Menggunakan konsep, fakta, dan 1, 2, 3, 4, 5
prosedur matematika untuk
menyelesaikan masalah sehari-
hari
Menginterpretasikan masalah dan 1, 2, 3, 4, 5
menyelesaikannya dengan rumus
Kemampuan Menetukan hasil operasi hitung 1, 2, 3
Menyelesaikan Soal pembulatan satuan panjang ke
Cerita Pembulatan satuan terdekat
Satuan Panjang (Y) Menentukan pembulatan hasil 4 dan 5
konversi satuan panjang ke
satuan terdekat

Disertai C1 dan C2

Misalkan soal normo1 termasuk C1 dan sebagainya

G. Teknik Analisis Data


1. Uji Instrumen
Instrumen tes yang telah dibuat perlu diuji kualitasnya yakni
dengan melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan dan daya
pembeda. Jika hasil uji tersebut valid, baik, tingkat kesulitannya, dan daya
pembeda juga baik maka instrumen tersebut siap untuk digunakan. Adapun
penjelasan terkait uji kelayakan instrumen adalah sebagai berikut.

a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen tes
untuk mengukur kemampuan siswa menyelesaikan soal cerita
matematika tersebut valid atau tidak. Valid artinya perangkat dapat
33

mengukur apa yang akan diukur.60 Jadi uji validitas dilaksanakan guna
menguji valid atau tidaknya instrumen penelitian.61

b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi atau kestabilan hasil instrumen
penelitian untuk orang yang sama dan pada waktu yang berbeda. 62
Reliabilitas instrumen penelitian merupakan alat yang memberikan
skor yang sama (konsisten). Hasil pengukuran harus tetap sama (relatif
sama) apabila pengukuran dilakukan pada objek yang sama, walaupun
dilakukan oleh orang yang berbeda, pada waktu dan tempat yang
berbeda. Faktor, situasi dan keadaan tidak mempengaruhinya.63 Uji
reliabilitas menentukan tingkat konsistensi, apakah tes tersebut akurat
dan reliabel sesuai dengan kriteria yang ditentukan.64

Uji kesulitan dan realibiltas dihapus karena termasuk valid dan reliabel
c. Uji Tingkat Kesulitan
Tingkat kesulitan soal merupakan proses mengukur tingkat
kesulitan soal. Soal yang baik mempunyai tingkat kesulitan (relatif)
yang seimbang, ada baiknya soal tidak terlalu sukar atau bahkan terlalu
mudah. Untuk menghitung tingkat kesulitan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus proporsi jawaban benar sebagai berikut:65

p=
∑B
N
Keterangan:

60
Ibid., h. 121.
61
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 234.
62
Yusuf, Op.cit., h. 242.
63
Rostiana Sundayana, Statistika Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2020),
h. 69.
64
Arifin, Op.cit., h. 258.
65
Arifin, Op.cit., h. 266.
34

p = Tingkat kesulitan
 = Jumlah siswa yang menjawab benar
B
N = Jumlah siswa

Untuk menafsirkan tingkat kesulitan tersebut, menggunakan


kriteria sebagai berikut:

p > 0,70 = Mudah


0,03 ≤ p ≤ = Sedang

0,70
p < 0,30 = Sulit

d. Daya Pembeda
Mengukur daya pembeda merupakan mengukur sejauh mana
butir soal dapat membedakan siswa yang menguasai kompetensi
dengan siswa yang tidak/kurang menguasai kompetensi berdasar pada
kriteria tertentu.66 Rumus berikut dapat digunakan untuk menghitung
daya pembeda:67

DP =
∑ A−∑ B
Sm N
Keterangan:

DP = Daya pembeda
 = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
A
B = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
Sm = Skor maksimum
N = Jumlah siswa

66
Ibid., h. 273.
67
Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas Dan Interprestasi Hasil Tes
Implementasi Kurikulum 2004 (Jakarta: Rosdakarya, 2004), h. 50.
35

Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan indeks


daya pembeda adalah sebagai berikut:68

Tabel 3.4 Kriteria Indeks Daya Pembeda Instrumen


Nilai Interpretasi Daya Pembeda
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk

DP ≤ 0,00 Sangat buruk


2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
sampel diperoleh dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Jika
berdistribusi normal dapat dihitung dengan menggunakan uji
parametrik, namun jika tidak berdistribusi normal dapat dihitung
dengan menggunakan uji non parametrik.69 Dalam penelitian ini
peneliti akan menggunakan uji normalitas menggunakan SPSS. Uji
normalitas akan dilakukan dengan uji Saphiro Wilk karena sampel
data sebanyak 50. Pengambilan keputusan untuk uji normalitas yaitu,
jika Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika Sig < 0,05
maka tidak berdistribusi normal.70

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji kesamaan varians dari dua atau
lebih distribusi. Homogenitas varian terjadi bila p-value Sig > 0,05, p-
value Sig adalah nilai hitung dari hasil uji homogenitas. Uji
homogenitas juga harus dilakukan untuk mengetahui apakah data
68
Karunia Eka dan M. Ridwan, Op.cit., h. 217
69
Ibid., h. 243.
70
Kadir, Statistika Terapan, Op.cit., h. 156.
36

variabel v homogen atau tidak dalam populasi dengan varian yang


sama.71

3. Uji Hipotesis
a. Regresi Linear Sederhana
Uji ini digunakan untuk uji signifikansi satu variabel saja
melalui koefisien regresinya.72 Dalam penelitian ini, analisis regresi
sederhana memiliki peran sebagai teknik yang digunakan untuk
menguji ada tidaknya pengaruh literasi matematika terhadap
kemampuan menyelesaikan soal cerita pembulatan satuan panjang.
Adapun rumus regresi linear sederhana yakni:
Y = a + bX
Keterangan:
X = Variabel Independent (Literasi Matematika)
Y = Variabel dependent (kemampuan menyelesaikan soal cerita)
a = Konstanta
b = Koefisien regresi literasi matematika.73

b. Uji T
Uji T merupakan metode statistik untuk mengetahui
signifikansi perbedaan rata-rata.74 Uji T pada penelitian ini dilakukan
untuk membuktikan bahwa variabel literasi matematika mempengaruhi
secara nyata terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita
pembulatan satuan panjang. jika Sig < α (0,05) maka variabel
independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika Sig > α

71
Endang Purwaningsih & Ahmad Suryadi, Buku Ajar Penelitian Kuantitatif
Pendidikan Fisika Jilid 1: Topik, Instrumen, Dan Statistik Dasar (Madiun: CV. Bayfa
Cendekia Indonesia, 2022), h. 56.
72
Sugiyono, Metodologi Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 204.
73
Masri Mansoer, Penerapan Statistika Dalam Penelitian Sosial Keagamaan
(Tangerang Selatan: Ushul Press, 2021), h. 175.
74
Mohammad Ali dan Muhammad Asrori, Metodologi & Aplikasi Riset Pendidikan
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 310.
37

(0,05) maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel


dependen.

c. Uji F
Penggunaan Uji F berguna untuk melihat bagaimana pengaruh
gabungan seluruh variabel independen terhadap variabel dependen,
atau apakah model regresi yang dibuat baik/signifikan atau tidak
baik/tidak signifikan.75 Derajat yang digunakan yaitu 0,05. Jika Fhitung
lebih besar dari nilai Ftabel, maka hipotesis alternatifnya adalah variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.

d. Uji Koefisien Determinan (r2)


Uji r2 atau uji determinasi adalah ukuran seberapa besar
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai
adjusted R square yang disesuaikan berkisar dari nol hingga satu.76

75
Sabri dan Melly Susanti, Kewirausahaan Pemanfaatan Limbag Pelepah Kelapa
Sawit Dalam Menunjang Perekonomian Masyarakat Desa (Bandung: CV. Media Sains
Indonesia, 2021), h. 321.
76
Ibid., h. 324.

Anda mungkin juga menyukai