Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN

LITERASI MATEMATIS SISWA SMP

Adi Ari Wibowo, Mohamad Rif’at, Ahmad Yani


Program Studi Magister Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak
email: wibowoadiari@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen tes untuk mengukur kemampuan
literasi matematis dan menjelaskan kemampuan literasi matematis siswa SMP Negeri 3
Sepauk. Metode penelitian ini adalah metode pengembangan atau R&D dengan jenis
penelitian yaitu pengembangan instrumen. Tahap-tahap pengembangan instrumen tes
pada penelitian ini adalah fase investigasi awal yang terdiri atas, analisis kurikulum,
analisis siswa, analisis materi; fase desain yang terdiri atas: menyusun spesifikasi tes,
membuat kisi-kisi; fase realisasi/konstruksi yang terdiri atas: menulis butir soal; fase tes,
evaluasi, dan revisi yang terdiri atas: menelaah butir soal, melakukan uji coba tes, analisis
hasil uji coba, revisi, merakit tes; fase implementasi yang terdiri atas: melakukan tes,
menafsirkan hasil tes. Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat ditarik kesimpulan yaitu:
(1) instrumen tes literasi matematis telah memenuhi kriteria ketepatan tes, (2) kemampuan
literasi matematis siswa SMP Negeri 3 Sepauk berada pada kriteria cukup dan (3) siswa
perempuan dan laki-laki mempunyai kemampuan literasi matematis yang sama.

Kata Kunci: Pengembangan Instrumen, Instrumen Tes Literasi Matematis,


Kemampuan literasi Matematis, Gender

PENDAHULUAN Permendikbud No. 58 Tahun 2014


Pembelajaran matematika di sekolah menetapkan bahwa tujuan pelajaran
bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan matematika di SMP adalah agar siswa
kemampuan berhitung peserta didik semata. mempunyai kemampuan matematika
Karena semakin pesatnya perkembangan diantaranya yaitu: (1) siswa dapat memahami
zaman, kemampuan tersebut tidaklah cukup konsep matematika; (2) siswa dapat
bagi peserta didik untuk memecahkan memecahkan permasalahan matematika; (3)
permasalahan kompleks yang akan dihadapi siswa dapat menggunakan pola dalam
setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. menyelesaikan masalah serta mampu membuat
Tuntutan kehidupan mengharuskan setiap orang generalisasi; dan (4) siswa dapat
memiliki kemampuan matematis. Karena itu mengkomunikasikan gagasan, penalaran serta
saat ini pembelajaran matematika lebih menyusun bukti matematika.
ditujukan pada peningkatan kemampuan- Kemampuan matematis pada pembelajaran
kemapuan matematis. Dalam pembelajaran matematika yang ditetapkan NCTM dan tujuan
matematika, National Council of Teacher of pembelajaran matematika di Indonesia
Mathematics (NCTM: 2000) menetapkan mempunyai keselarasan dengan gagasan
bahwa terdapat 5 kemampuan matematis yang mengenai literasi matematis. OECD (The
perlu dimiliki oleh siswa yakni: (1) penalaran; Organisation for Economic Co-Operation and
(2) representasi; (3) pemecahan masalah; (4) Development) telah mendefinisikan literasi
komunikasi; dan (5) koneksi. matematis sebagai kemampuan yang dimiliki
sesorang dalam merumuskan, menerapkan dan
menafsirkan matematika pada konteks yang menyelesaikan dan menginterpretasikan
beragam yang mencakup penalaran matematis, permasalahan matematika dengan situasi dan
menerapkan prosedur, fakta, alat-alat konteks yang beragam.
matematika dan konsep-konsep untuk Penelitian terkait dengan kemampuan
menggambarkan, menperjelas dan memprediksi literasi matematika, diantaranya penelitian Rifai
suatu permasalahan (OECD, 2017: 65). dan Wutsqa (2017) serta penelitian
Kemampuan matematis inilah yang diperlukan Mahdiansyah dan Rahmawati (2014).
seseorang guna memahami peran matematika Penelitian Rifai dan Wutsqa dilakukan
dikehidupan sehari-hari serta untuk membentuk kabupaten Bantul dengan melibatkan 17 SMP
diri kita menjadi individu yang reflektif dan Negeri di setiap kecamatan, dari sekolah-
konstruktif. sekolah tersebut sebanyak 484 siswa kelas IX
Dalam proses pembelajaran matematika, dipilih untuk keperluan penelitian. Hasil
kemampuan literasi matematis merupakan penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
aspek yang perlu diperhatikan dengan serius. literasi matematika siswa SMP Negeri di
Ojose (2011) menyatakan bahwa kemampuan Kabupaten Bantul masih terkategori sangat
literasi matematis yang dimiliki anak didik bisa rendah dengan persentase hanya 6 dari 484
membantu mereka untuk menyelesaikan siswa atau 1% siswa dalam kategori sangat
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan, tinggi, 12% siswa dalam kategori tinggi, 37%
menginterpretasikan data, grafis, alasan siswa dalam kategori sedang, 35% siswa dalam
numerik dan situasi geometris, serta melakukan kategori rendah, dan 15% siswa dalam kategori
komunikasi menggunakan matematika. Lebih sangat rendah. Sedangkan dalam penelitian
lanjut, Ojose (2011) mengemukakan sejalan Mahdiansyah dan Rahmawati, lingkup studi
dengan semakin berkembangnya teknologi difokuskan pada SMA dan MA di tujuh
komunikasi dan ilmu pengetahuan, maka provinsi, yaitu Jawa Barat, Sumatera Utara, D.I.
matematika menjadi dasar untuk memecahkan Yogyakarta, Sumatera Selatan, Kalimantan
permasalahan, mengolah informasi dan Timur, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara
berkomunikasi yang merupakan persyaratan Timur. Kesimpulan penelitian ini adalah literasi
dalam pekerjaan. Oleh karena itu, literasi matematis siswa jenjang pendidikan menengah
matematis dibutuhkan seseorang tidak hanya di masih rendah, meskipun desain tes
kehidupan sehari-hari tetapi juga dalam dunia internasional yang digunakan telah disesuaikan
kerja. dengan konteks Indonesia. Skor literasi di
Berkaitan dengan kemampuan literasi masing-masing kota yaitu Bandung 28,0,
matematis siswa di Indonesia, Programme for kendari 19,4, Kupang 25,8, Medan 26,8,
International Students Asssesment (PISA) yang Palembang 21,0, Samarinda 31,9, dan
digagas oleh (OECD) yang mengukur Yogyakarta 33,0.
kemampuan literasi matematika, membaca, dan Selain itu, hasil penelitian Masduki, dkk
sains. Pada tahun 2015, hasil penelitian dari (2013) mengenai soal-soal buku teks pelajaran
PISA memperlihatkan bahwa kemampuan matematika SMP diketahui bahwa pada soal-
lierasi matematis yang diperoleh siswa di soal uji kompetensi yang ada di buku teks
Indonesia dalam tes masih belum memuaskan matematika, terdapat soal-soal yang termasuk
dimana dari 70 negara yang ikur berpartisipasi, dalam soal berpikir tingkat tinggi yakni sekitar
Indonesia menempati urutan ke 62 dengan 0,39% - 11,63% dari keseluruhan soal dan
perolehan rata-rata skor OECD adalah 386 dan sebagian besar soal yang termasuk dalam soal
skor tersebut berada dibawah rata-rata skor penerapan (applying) yakni 66% – 92% dari
internasional yakni 490 (OECD, 2018: 5).Hasil keseluruhan soal yang ada. Ini menunjukkan
ini mengindikasikan bahwa kemampuan literasi bahwa instrumen tes yang digunakan dalam
matematis yang dimiliki siswa Indonesia masih pembelajaran matematika di sekolah masih
belum maksimal dalam hal menganalisa belum memfasilitasi kemampuan literasi
mengemukakan ide kreatif, dan menyampaikan matematika siswa karena pembelajaran hanya
alasan yang diperlukan untuk merumuskan, berorientasi pada pengetahuan prosedural dan
penggunaan soal-soal rutin dalam mengevaluasi matematika umumnya sekedar menuntut
hasil belajar siswa masih sangat dominan. penyelesaian prosedural rutin semata dan belum
Untuk memperoleh informasi mengenai mampu mengaitkan konteks matematika
kondisi pembelajaran matematika khususnya dengan kehidupan sehari-hari. selain itu soal
soal-soal yang digunakan di sekolah, pada digunakan tanpa dilakukan proses analisa soal
tanggal 15 juli 2018 peneliti melaksanakan yang benar dan akurat mengenai ketepatan
prariset di SMP Negeri 3 Sepauk. Pada instrumen tes. Pada proses pelaksanaan evaluasi
pelaksanaan prariset tersebut diperoleh fakta hasil belajar peserta didik, beberapa soal yang
bahwa soal-soal yang digunakan mengevaluasi digunakan guru adalah sebagai berikut:
belajar peserta didik dalam pelajaran

1. Berapakah volume dan luas permukaan kubus pada gambar dibawah ini!

8cm

2. Suatu balok memiliki volume 300 cm3. Jika lebar dan tinggi balok
tersebut 4 cm dan 15 cm, berapa panjang balok tersebut?

Berkaitan dengan pengukuran kemampuan soal-soal yang digunakan belum mampu


literasi matematis, temuan peneliti mengenai mengukur kemampuan literasi matematis siswa.
soal-soal yang digunakan guru pada proses Penilaian seharusnya dapat memberikan
evaluasi hasil belajar peserta didik belum sesuai informasi penting untuk siswa dan guru serta
dengan indikator pada setiap level literasi mendukung proses pembelajaran matematika
matematis. Soal yang diberikan tersebut hanya NCTM (2000:22). Lebih lanjut, Arifin (2011:
menguji pengetahuan prosedural siswa dalam 246) mengungkapkan bahwa harapan dari
menggunakan rumus matematika dan belum proses penilaian hasil pembelajaran adalah
mampu mengasah kemampuan berpikir instrumen tes dapat memberikan nilai yang
matematika siswa. Fakta-fakta mengenai akurat dan objektif serta bisa menggambarkan
penggunaan soal-soal yang dalam pembelajaran sampel perilaku. Penggunaan instrumen tes
matematika yang belum mampu mendukung ataupun alat ukur lainya harus disesuaikan
peserta didik untuk mengembangkan dengan fungsi dan tujuan yang telah ditetapkan
kemampuan matematis yang mereka miliki bisa sebelumnya, karena itu penilaian tidak bisa
saja menjadi penyebab belum optimalnya dilakukan dengan menggunakan sembarang alat
keampuan literasi matematis anak. ukur. Sudah selayaknya apabila pembuatan tes
Selain itu, melalui wawancara dan diskusi disesuaikan dengan prosedur dan prinsip
yang dilakukan peneliti bersama guru penyusunan tes serta memenuhi kriteria tes
matematika di SMP Negeri 3 Sepauk, diketahui yang baik sehingga hasil yang terkumpul tidak
bahwa guru-guru mengaku mengalami menjadi bias dan pengambilan keputusan
kesulitan untuk menyusun instrumen tes penilaian dapat dilakukan dengan tepat.
berdasarkan indikator-indikator kemampuan Setiap siswa tentu memiliki kemampuan
literasi matematis karena guru kurang literasi matematis yang berbeda, karena banyak
memahami komponen-komponen dan level aspek yang dapat berpengaruh terhadap
kemampuan literasi matematis. Untuk kemampuan literasi matematis siswa. Salah satu
mengevaluasi hasil belajar siswa, guru hanya aspek tersebut adalah gender. Krutetski dalam
mengambil soal yang terdapat dalam buku teks Nafi’an (2011) menjelaskan bahwa dalam
matematika secara utuh atau sekedar merubah belajar matematika, kemampuan matematika
angkanya saja. Hal ini menunjukkan bahwa dan mekanika yang dimiliki laki-laki lebih
unggul dibandingkan perempuan. Lebih lanjut
bahwa laki-laki memiliki penalaran yang lebih (2011: 246) salah satu tahapan yang perlu
baik sedangkan perempuan lebih baik dalam hal dilakukan guna mengetahui kualitas tes pada
keseksamaan berpikir, ketepatan, kecermatan setiap butir soalnya dan secara keseluruhan
dan ketelitian. Berdasarkan pendapat yang adalah tahap analisis kualitas tes. Secara
dikemukakan oleh krutetski maka, dalam keseluruhan, analisis kualitas tes terdiri dari 3
pelaksanaan pembelajaran di sekolah, gender karakteristik yaitu validitas, reliabilitas dan
adalah salah satu faktor yang sangat penting kepraktisan sedangkan analisis kualitas butir
untuk diperhatikan. soal terdapat dua karakteristik yaitu daya
Pada pelaksanaan penelitian mengenai pembeda serta indeks kesukaran.
pengembangan instrumen tes literasi matematis Validitas tes diukur guna mengetahui
ini, peneliti memilih pokok bahasan Kubus dan sebuah tes sebagai alat ukur apakah dapat secara
Balok sebab temuan peneliti berkaitan dengan tepat mengukur sesuatu yang ingin diukur.
soal-soal pada materi ini hanya bersifat soal Reliabilitas merupakan ukuran yang
prosedural rutin, serta penguasaan materi kubus menyatakan tingkat konsistensi suatu
dan balok di SMP dapat membantu siswa untuk instrumen. Kepraktisan yaitu kemudahan
mempelajari materi bangun ruang pada dalam mempersiapkan, menggunakan
tingkatan yang lebih tinggi. mengolah dan menafsirkan suatu tes. Indeks
Berdasarkan permasalahan yang telah kesukaran yaitu besarnya derajat kesukaran
dipaparkan, peneliti merasa perlu dilakukan sebuah soal. Daya pembeda merupakan
sebuah penelitian yang berfokus pada kemampuan sebuah soal untuk membedakan
pengembangan instrumen tes yang dapat siswa yang belum memahami materi dan yang
digunakan pada pengukuran kemampuan sudah memahami materi.
literasi matematis siswa sekolah menengah Berdasarkan penjelasan mengenai kriteria
pertama. tes yang baik, dapat disimpulkan bahwa analisis
Adapun yang menjadi tujuan pada soal baik secara keseluruhan maupun butir soal
penelitian ini adalah mengembangkan sebuah perlu dilakukan untuk mendapatkan butir soal
tes literasi matematis serta menjelaskan yang berkualitas.
kemampuan literasi matematis siswa SMP
Negeri 3 Sepauk tahun pelajaran 2019/2020. METODE
Prosedur pengembangan instrumen yang Penelitian ini merupakan penelitian
digunakan mengacu pada tahap-tahap pengembangan atau R&D dengan jenis
pengembangan tes yang dikemukakan oleh penelitiannya yaitu pengembangan instrumen
Plomp, Sudaryono dkk, dan mardapi sehingga tes. Adapun sekolah yang dijadikan tempat
terdapat 13 tahap pengembangan tes yang akan penelitian yaitu SMP Negeri 3 Sepauk pada
dilakukan. Kemampuan literasi matematis kelas IX. Responden pada penelitian ini yakni
memiliki enam tingkatan atau level, dimana semua siswa kelas IX SMP Negeri 3 Sepauk
indikator yang terdapat pada setiap level tahun pelajaran 2019/2020 yang telah
tersebut menjadi acuan bagi peneliti pada mempelajari materi kubus dan balok. Dalam
proses penyusunan soal-soal yang proses pengambilan sampel yang akan
dikembangkan berjumlah enam soal. digunakan untuk keperluan penelitian ini,
Tes sebagai salah satu alat ukur hendaknya teknik pemilihan yang diterapkan yakni simple
mampu mengungkap informasi mengenai anak random sampling.
didik sesuai dengan kondisi yang sebenarnya Terdapat 3 tahap yang menjadi prosedur
dan informasi tersebut merupakan hasil yang dalam penelitian ini, tahap tersebut meliputi: (1)
valid. Tes harus dapat dipastikan sebagai alat tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3)
penilaian yang berkualitas sehingga bisa tahap akhir.
mengungkap informasi mengenai siswa dengan
tepat (Suwandi, 2011: 59). Oleh karena itu, hasil Tahap Persiapan
pengukuran harus memiliki tingkat kesalahan Pada tahap ini, peneliti melakukan serangkaian
pengukuran sekecil mungkin. Menurut Arifin persiapan sebelum melaksanakan penelitian.
Tahap-tahap yang dilaksanakan meliputi: (1) Selanjutnya, pekerjaan siswa melalui proses
Melakukan observasi ke sekolah tempat pengoreksian yang berpatokan pada kunci
penelitian dengan maksud untuk menganalisis jawaban dan pedoman pemberian skor yang
kurikulum, siswa dan buku matematika yang sudah disusun peniliti sebelumnya.
menjadi referensi di sekolah; (2) Melakukan
diskusi dengan guru matematika dan kepala Tahap Akhir
sekolah di sekolah tempat berlangsungnya Pada tahap akhir ini, peneliti melakukan analisis
penelitian untuk menentukan jadwal data dari hasil penelitian yang telah di
pelaksaanan, memilih subjek penelitian, serta laksanakan dan menarik kesimpulan yang
melakukan persiapan-persiapan lainnya. berkaitan dengan hasil pengembangan
instrumen tes literasi matematis serta
Tahap Pelaksanaan menjelaskan kemampuan literasi matematis
Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan tahap- yang diperoleh siswa SMP Negeri 3 Sepauk
tahap pengembangan tes yang di kemukakan setelah mengikuti tes.
plomp, Sudaryono dkk, dan Mardapi. Tahap
tersebut meliputi: fase investigasi awal yang HASIL DAN PEMBAHASAN
terdiri atas: (1) analisis kurikulum; (2) analisis Hasil Penelitian
siswa; (3) analisis materi, fase desain yang Pada hari Sabtu, 28 September 2019,
terdiri atas: (4) menyusun spesifikasi tes (5) peneliti melaksanakan uji coba soal literasi
membuat kisi-kisi, fase realisasi/konstruksi matematis yang terdapat pada prototype II.
yang terdiri atas: (6) menulis butir soal, fase tes, Pelaksaan tes tersebut diikuti oleh 23 siswa
evaluasi, dan revisi yang terdiri atas: (7) kelas IX SMP Negeri 2 Sepauk. Selanjutnya,
menelaah butir soal; (8) melakukan uji coba ; hasil uji coba digunakan pada tahap analisis
(9) menganalisis hasil uji coba; (10) melakukan butir soal, untuk memperoleh data terkait
revisi; (11) merakit tes, fase implementasi yang dengan ketepatan tes yakni validitas,
terdiri atas: (12) melakukan tes; (13) reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
menafsirkan hasil tes. Setelah langkah-langkah pembeda soal.
pengembangan instrumen tes selesai Hasil analisa butir soal digunakan untuk
dilaksanakan, tes yang telah tersusun diberikan memutuskan apakah intrumen tes literasi telah
kepada siswa untuk diselesaikan dengan tujuan memenuhi syarat kriteria ketepatan tes atau
untuk menjelaskan kemampuan literasi tidak. Hasil analisa soal yang telah dirangkum
matematis yang dimiliki anak didik. pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Hasil Analisis Butir Soal


No. Validitas Reliabilitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran
Keputusan
Soal r Kategori R Kategori DP Kategori IK Kategori
1 0,61 Tinggi 0,21 Cukup 0,84 Mudah Tidak direvisi
2 0,81 Tinggi 0,45 Sangat Baik 0,65 Sedang Tidak direvisi
3 0,90 Tinggi 0,25 Cukup 0,59 Sedang Tidak direvisi
Sangat 0,90 Tinggi
4 0,88 0,33 Baik 0,46 Sedang Tidak direvisi
Tinggi
5 0,92 Tinggi 0,41 Sangat Baik 0,38 Sedang Tidak direvisi
6 0,80 Tinggi 0,31 Baik 0,22 Sukar Tidak direvisi

Hasil analisis butir soal tersebut digunakan pada pengukuran kemampuan


menunjukkan bahwa instrumen tes kemampuan literasi matematis siswa. Pemberian soal tes
literasi matematis sudah memenuhi kriteria dilaksanakan pada hari Senin, 14 Oktober 2019.
ketepatan sehingga revisi atau perbaikan soal Sebanyak enam soal diberikan kepada siswa
tidak dilakukan. Selanjutnya, instrumen tes ini
untuk mengetahui tingkat kemampuan literasi diimplementasikan ke dalam soal 4, indikator
matematis mereka miliki. level 5 diimplementasikan ke dalam soal nomor
Setiap level kemampuan literasi matematis 5, dan indikator level 6 diimplementasikan ke
diimplementasikan ke satu butir soal. Indikator dalam soal nomor 6. Setelah dilakukan
level 1 diimplementasikan ke dalam soal nomor pengoreksian dan perhitungan terhadap hasil
1, indikator level 2 diimplementasikan ke dalam pekerjaan peserta didik, didapatkan hasil tes
soal 2, indikator level 3 diimplementasikan ke terkait dengan kemampuan literasi matematis
dalam soal 3, indikator level 4 siswa yang tersaji pada tabel berikut:

Tabel 2. Analisis Jawaban Siswa


Literasi Matematis Siswa

Level

1 2 3 4 5 6

Rata-rata Skor 8,39 6,67 64,5 5,48 3,52 1,54

Rata-Rata Nilai 83,9 66,7 64,5 54,8 35,2 15,4

Sangat Sangat
Kategori Tinggi Tinggi Cukup Rendah
Tinggi Rendah

Nilai Rata-rata 53,59

Kriteria Cukup

Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan matematis siswa diuji dengan analisis uji beda
bahwa kemampuan literasi matematis kelas IX dua sampel independen, data tersebut terlebih
berada pada kriteia cukup. Rincian kemampuan dahulu diuji prasyarat yaitu uji homogenitas dan
literasi matematis siswa, jika dilihat uji normalitas.
berdasarkan setiap levelnya, kemampuan Berdasarkan hasil uji prasyarat yang telah
literasi matematis siswa dalam menyelesaikan dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel
masalah literasi level 1 dalam kriteria sangat mempunyai variansi yang homogen dan sebaran
tinggi, level 2 dalam kriteria tinggi, level 3 data berdistribusi normal. Karena uji prasyarat
dalam kriteria tinggi, level 4 dalam kriteria telah dipenuhi, maka selanjutnya dapat
cukup, level 5 dalam kriteria rendah, dan level dilakukan uji t dua sampel bebas. Dari hasil uji
6 dalam kriteria sangat rendah. t pada kemampuan literasi matematis siswa
Selanjutnya, untuk mengetahui ada diperoleh kesimpulan bahwa siswa laki-laki dan
tidaknya perbedaan kemampuan literasi siswa perempuan memiliki memiliki
matematis antara siswa laki-laki dan perempuan kemampuan literasi matematis yang relatif
maka dilakukan analisis uji beda dua sampel sama. Hasil pengujian terlihat pada tabel
independen. Sebelum data kemampuan literasi berikut:
Tabel 3. Uji t Sampel Independen

levene’s test
for equality of
variances t-test for equality of means
95% confidence
interval of the
difference
sig (2- mean Std error
F sig. t df tailed) difference difference lower upper
nilai equal
variences 1.284 .266 -1.107 31 .277 -7.19727 6.50164 -20.45745 6.06291
assumed
Equal
variences
-.951 14.044 .358 -7.19727 7.57108 -23.43087 9.03633
not
assumed

Berdasarkan pengolahan data hasil uji t Kemudian, prototype I ini digunakan


sampel independen dengan bantuan software dalam langkah uji coba terbatas dan menelaah
Statistical Package Social Sience (SPSS) versi butir soal sehingga tersusunlah prototype II.
16 diperoleh yaitu sig (P value) = 0,277, Berdasarkan hasil uji coba terbatas diperoleh
didapatkan kesimpulan yaitu H0 diterima bahwa instrumen tes yang dikembangkan
karena sig (P value) > 0,05 atau (0,277 > 0,05). memiliki keterbacaan redaksinya yang telah
Dengan demikian, kesimpulan dari uji t ini dimengerti dengan baik oleh siswa. Dalam
adalah siswa perempuan dan siswa laki-laki di tahap uji coba terbatas, hal-hal yang
SMP Negeri 3 Sepauk mempunyai kemampuan diperhatikan meliputi keterbacaan redaksi
literasi matematis yang relatif sama. kalimat dan waktu yang dibutuhkan siswa untuk
mengerjakan soal serta tidak dilakukan analisis
Pembahasan terkait dengan kualitas butir soal.
Ketepatan Instrumen Tes Pada langkah menelaah butir soal,
Indikator digunakan untuk menentukan berdasarkan hasil validasi isi dari tiga validator
ketepatan tes adalah validitas, reliabilitas, didapatkan hasil yakni instrumen tes yang
indeks kesukaran dan daya pembeda soal. disusun masih belum memuaskan sebab pada
Empat indikator tes ini merupakan dasar untuk beberapa aspek memerlukan revisi di antaranya,
memutuskan instrumen tes untuk pengukuran redaksi kalimat butir soal yang dapat
literasi matematis sudak layak atau belum. menimbulkan penafsiran ganda; alternatif
Terdapat tiga instrumen tes literasi matematis jawaban soal nomor; serta rubrik penskoran.
yang tersusun pada penelitian pengembangan Perbaikan pada prototype II adalah sebagai
ini yakni prototype I, II, III. Prototype I berikut: (1) pada butir soal nomor 1 sampai 6
merupakan instrumen tes yang tersusun pada pada sub b dan c, memperbaiki redaksi
tahap menulis butir soal, prototype II “Tuliskan” menjadi “jelaskan”, (2) pada butir
merupakan instrumen tes yang tersusun pada soal nomor 1, memperbaiki redaksi “Ria
tahap menelaah butir soal, dan prototype III memiliki sebuah kotak makan berbentuk balok
merupakan instrumen tes yang tersusun pada yang biasa digunakan untuk membawa bekal
tahap pada tahap analisis hasil uji coba. makanan” menjadi “Ria memiliki sebuah kotak
Prototype I merupakan rancangan awal makan dengan tutup yang telah terpasang
yang dibuat peneliti dalam proses berbentuk balok yang biasa digunakan untuk
pengembangan instrumen tes literasi matematis membawa bekal makanan”, (3) pada butir soal
dan belum dilakukan analisis apapun. nomor 2, memperbaiki redaksi “Ibu memiliki
kertas dengan ukuran 50cm x 50cm guna adanya penafsiran ganda yang terjadi ketika
melapisi kado” dirubah menjadi “Ibu memiliki siswa mengerjakan tes tersebut.
kertas kado berbentuk persegi dengan panjang Dari hasil analisa soal tes diperoleh
sisi 60 cm untuk melapisi kotak kado”, (4) pada kesimpulan yakni instrumen tes yang tersusun
butir soal nomor 3, memperbaiki redaksi berjumlah enam soal sudah memenuhi kriteria
“Untuk mengantarkan semua kotak kue, ketepatan tes sehingga pada soal-soal tersebut
pemilik toko mengemasnya ke dalam kardus tidak perlu lagi dilakukan perbaikan. Tetapi,
besar yang panjang rusuknya 45 cm ” menjadi revisi tetap dilakukan peneliti yaitu pada
“Untuk mengantarkan semua kotak kue, redaksi kalimat agar lebih mudah dimengerti
pemilik toko mengemasnya ke dalam kardus dan dipahami siswa. Perbaikan pada prototype
besar berbentuk kubus yang panjang rusuknya II menghasilkan prototype III. Prototype III ini
45 cm”, (5) pada butir soal 6, memperbaiki dinamakan prototype final dimana pada
redaksi “Toni akan mengisi dua buah tong prototype ini terdapat kisi-kisi tes, enam soal
penampungan air karena telah habis” menjadi literasi matematis, rubrik penskoran dan juga
“Toni akan mengisi dua buah bak penampungan alternatif jawaban. Revisi yang dilakukan pada
air karena telah habis”, (6) alternatif jawaban prototype III ini adalah pada redaksi kalimat
soal 2, perlu ditambah alasan pada penarikan dan penyederhanaan pertanyaan yang pada
kesimpulan yakni “setelah digunakan mulanya terlalu berbelit – belit untuk siswa.
membungkus kado, luas kertas kado bersisa Karena kriteria ketepatan tes yang disyaratkan
karena luas kertas kado milik ibu lebih besar pada prototype III telah terpenuhi, maka
daripada luas permukaan kotak kado”, (7) instrumen tes pada prototype III ini bisa
alternatif jawaban soal 3, ditambahkan kalimat digunakan dalam pengukuran kemampuan
“guna mengemas kotak kue menggunakan per literasi matematis yang dimiliki siswa.
kardus, pemilik toko akan kesulitan jika harus
menyiapkan 3,70 kardus. Jadi minimal banyak Kemampuan literasi matematis
kardus yang harus disiapkan pemilik toko Berdasarkan hasil tes yang didapatkan
adalah 4 kardus agar semua kotak kue dapat siswa setelah mengerjakan intrumen tes yang
terkemas”. Sebagai alasan untuk melakukan dikembangkan, diperoleh bahwa rata-rata nilai
pembulatan pada hasil yang diperoleh, (8) pada yang didapatkan siswa yakni 53,59 dan skor
rubrik penskoran mengubah kata rata-ratanya 5,39. Berdasarkan pada nilai
“mengidentifikasi” menjadi “mengidentifikasi tersebut maka ini menunjukkan kemampuan
fakta-fakta”. literasi matematis siswa SMP Negeri 3 Sepauk
Selanjutnya, prototype II diujicobakan berada pada kriteria cukup. Adapun beberapa
kepada siswa kelas IX SMP Negeri 2 Sepauk hal yang menjadi penyebab kemampuan literasi
untuk memperoleh informasi terkait dengan matematis siswa tergolong pada kategori cukup
validitas, indeks kesukaran, daya pembeda, dan akan dibahas pada setiap levelnya.
reliabilitas soal. Dari hasil analisis tes Pada level 1, indikator kemampuan literasi
disimpulkan bahwa instrumen tes yang tersusun matematis adalah peserta didik bisa
sudah baik dan indikator ketepatan tes yang menyelesaikan masalah dengan konteks yang
disyaratkan telah terpenuhi. Terpenuhinya umum dan dikenal anak serta tersedia informasi
kriteria ketepatan tes ini karena instrumen tes yang relevan dengan pertanyaan yang jelas.
prototype II sudah melalui beberapa tahap Indikator level 1 diimplementasikan dalam butir
perbaikan yang ketat berdasar pada hasil soal 1.
pemikiran dan masukan dari para ahli, Pada soal nomor 1, diperoleh hasil analisis
pemikiran peneliti sendiri, dan juga hasil bahwa kemampuan siswa menyelesaikan
wawancara dengan siswa mengenai soal tes. masalah literasi matematis level 1 berada pada
Hal ini membuat instrumen tes yang kriteria sangat tinggi dan rata-rata skornya
dikembangkan sangat memperhatikan banyak adalah 8,39. Pada pengerjaan soal ini, secara
aspek seperti bahasa dan pemilihan kata, yang umum siswa mampu menyelesaikan masalah
bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan yaitu menentukan luas permukaan dan volume
balok yang disajikan peneliti dengan benar.
Namun, beberapa siswa melakukan kesalahan yang diperlukan untuk membawa 100 kotak kue
dalam menuliskan satuan luas permukaan dan yang diketahui panjang rusuk kotak kue dan
volume kubus dan balok. Pada soal nomor 1, kardus, serta mengemukakan alasan dalam
terdapat 16 siswa yang mampu menyelesaikan menarik kesimpulan dari masalah yang
masalah menggunakan langkah-langkah disajikan peneliti dengan benar. Sebagian besar
penyelesaian yang lengkap dan benar. siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang
Indikator level 2 kemampuan literasi dimiliki mengenai volume kubus untuk
matematis adalah peserta didik bisa menyelesaikan masalah. Namun, kesalahan
menafsirkan masalah pada konteks yang dalam melakukan operasi bilangan masih
memerlukan kesimpulan langsung. Indikator terjadi pada beberapa siswa. Berdasarkan hasil
level 2 diimplementasikan dalam butir soal wawancara terhadap 6 orang siswa yang meraih
nomor 2. skor 8, 9, dan 10 pada butir soal nomor 3
Pada soal nomor 2, diperoleh hasil analisis diketahui bahwa keenam siswa dapat
bahwa kemampuan siswa menyelesaikan mengemukakan alasan mereka dalam menarik
masalah literasi matematis level 2 berada pada kesimpulan untuk soal nomor 3. Hal ini
kriteria tinggi dan rata-rata skornya adalah 6,67. menunjukan bahwa siswa mampu
Pada pengerjaan soal ini, sebagian besar siswa menginterprestasikan masalah, menentukan
mampu menganalisa dan menginterpretasikan penyelesaiannya dan mengemukakan alasannya
permasalahan pada konteks yang menuntut dalam menarik kesimpulan. Pada soal nomor 3,
siswa untuk memberikan kesimpulan langsung terdapat 8 siswa dapat menginterpretasikan
dengan menganalisa permasalahan yang permasalahan, menarik kesimpulan dan
diberikan peneliti dengan benar. Siswa mampu mengemukakan alasannya dengan langkah-
membuat kesimpulan mengenai sisa ketas kado langkah penyelesaian yang benar.
setelah digunakan, dengan cara menghitung Indikator level 4 kemampuan literasi
luas permukaan kotak kado dan luas kertas matematis adalah peserta didik bisa
kado. Kemudian mengetahui sisa kertas kado menggunakan keterampilan yang dimilikinya
dengan cara luas kertas kado dikurang luas serta mengkomunikasikan alasan dan
permukaan kotak kado. Tetapi diketahui bahwa pandangannya secara fleksibel berdasarkan
beberapa siswa mengalami kebingungan dan konteks permasalahan. Indikator level 4
kekeliruan dalam menafsirkan soal pada diimplementasikan dalam butir soal 4.
penerapan rumus luas persegi untuk Pada soal nomor 4, diperoleh hasil analisis
menentukan luas kertas kado. Pada soal nomor bahwa kemampuan siswa menyelesaikan
2, terdapat 8 siswa mampu untuk membuat masalah literasi matematis level 4 berada pada
kesimpulan dari masalah soal nomor 2 dengan kategori cukup dan rata-rata skornya adalah
langkah-langkah penyelesaian yang benar. 5,48. Kebanyakan siswa belum mampu
Indikator level 3 kemampuan literasi mengembangkan keterampilan berpikir dan
matematis adalah peserta didik bisa pengetahuan yang mereka miliki mengenai luas
menginterpretasikan dan menggunakan permukaan balok dan luas persegi, karena pada
representasinya berdasarkan sumber-sumber soal nomor 4 terdapat syarat yang perlu
informasi yang berbeda-beda serta diperhatikan dalam menyelesaikan masalah.
mengkomunikasikan alasannya. Indikator level Untuk menentukan luas dinding kamar Ari
3 diimplementasikan dalam butir soal nomor 3. yang akan dicat maka siswa menerapkan rumus
Pada soal nomor 3, diperoleh hasil analisis untuk mencari luas permukaan pada balok tidak
bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan termasuk tutup dan alasnya kemudian dikurangi
masalah literasi matematis level 3 berada pada luas pintu dan jendela kamar. Selanjutnya untuk
kriteria tinggi dan rata-rata skornya adalah 6,45. menentukan berapa kaleng cat yang diperlukan,
Pada pengerjaan soal ini, banyak siswa yang siswa harus menentukan berapa liter cat yang
telah mampu untuk menginterpretasikan dan digunakan unuk mengecat dinding kamar
menggunakan kemampuan representasi yang dengan ketentuan 1 liter cat dapat digunakan
mereka miliki untuk menentukan jumlah kardus untuk mengecat dinding seluas 10 m2. Pada soal
nomor 4, terdapat 6 siswa mendapatkan skor 10 Indikator level 6 diimplementasikan dalam butir
yang berarti siswa tersebut dapat memberikan soal nomor 6.
alasan yang fleksibel berdasarkan permasalahan Pada soal nomor 6, diperoleh hasil analisis
dan menggunakan keterampilan matematikanya bahwa kemampuan siswa menyelesaikan
untuk menemukan solusi dengan baik. masalah literasi matematis level 6 masuk dalam
Indikator level 5 kemampuan literasi kategori sangat rendah dengan rata-rata skor
matematis adalah peserta didik bisa 1,64. Untuk menyelesaikan masalah pada soal
menyelesaikan masalah menggunakan nomor 6 juga memerlukan ketelitian pada
penalaran dan pemikiran yang luas, serta operasi matematika dan sejumlah strategi
mampu menghubungkan keterampilan penyelesaian yang tidak hanya fokus pada
matematika dan pengetahuannya dengan bahan kajian kubus dan balok tetapi juga
permasalahan. Selanjutnya, indikator level 5 dihubungkan dengan bahan kajian matematika
diimplementasikan dalam butir soal nomor 5. lainnya yaitu mengenai debit air dan rata-rata
Pada soal nomor 5, diperoleh hasil analisis data.
bahwa kemampuan kemampuan siswa Hampir sama pada soal nomor 5,
menyelesaikan masalah literasi matematis level kebanyakan siswa kurang mampu memecahkan
5 berada pada kategori rendah dan rata-rata masalah pada soal yang menuntut mereka untuk
skornya adalah 3,52. Kebanyakan anak belum menggunakan penalarannya dan berpikir secara
mampu berpikir dan bernalar secara luas dan matematika dengan pemahaman mendalam,
tepat dalam menghubungkan pengetahuan menentukan volume balok dalam satuan m3
matematika yang dimilikinya dengan yang perlu dikonversikan ke satuan liter. Siswa
permasalahan yang ditemukan pada soal. Pada juga belum mampu menghubungkan dan
soal nomor 5 siswa belum mampu memecahkan menerapkan pengetahuan dan pemahamannya
masalah pada soal yang menuntut mereka untuk untuk mengembangkan strategi penyelesaian
bernalar secara luas dalam menentukan volume baru yaitu menentukan debit air dengan data
balok dengan satuan cm3 yang dikonversikan ke yang diketahui yaitu volume dan waktu
satuan liter, menghubungkan pengetahuan pengisian pada kedua bak kemudian
mengenai volume balok dengan debit air dan menentukan rata-rata debit air pada pengisian
kemudian menentukan waktu pengisian bak kedua bak air. Sebagian besar siswa mampu
dengan menerapkan pengetahuan mengenai mengidentifikasi fakta-fakta dan merumuskan
debit air. Untuk soal nomor 5, terdapat 1 siswa masalah, tetapi bingung dalam menentukan
yang mampu memecahkan permasalahan secara strategi penyelesaian karena belum mampu
benar dan lengkap, dapat menjelaskan dan menghubungkan kajian volume balok, debit air,
menerapkan strategi penyelesaian dengan dan rata-rata data, kemudian beberapa siswa
lengkap, menghubungkan pengetahuannya juga melakukan kesalahan pada operasi
mengenai volume bak mandi dengan debit air bilangan yang dilakukan sehingga banyak
untuk menentukan waktu pengisian bak mandi, menghabiskan waktu bahkan sampai jam
serta menarik kesimpulan pada pukul berapa pelajaran habis, banyak siswa yang tidak
perkiraan bak mandi tersebut akan penuh. menyelesaikan soal. Pada soal nomor 6,
Indikator level 6 kemampuan literasi terdapat 1 siswa yang bisa memecahkan
matematis adalah peserta didik dapat permasalahan secara tepat dan lengkap. Siswa
menggunakan pemikiran dan penalaran secara tersebut dapat mengidentifikasi fakta-fakta
matematika, selanjutnya mengimplementasikan penting dalam soal dan merumuskan masalah,
pemahaman dan pengetahuannya secara tepat menghubungkan pengetahuannya untuk
serta menguasai teknik operasi matematika, mengembangkan strategi baru dan melakukan
mengembangkan pendekatan dan strategi yang teknis operasi matematika serta menarik
baru dalam menghadapi masalah, merumuskan kesimpulan dengan tepat.
dan mengemukakan temuannya, serta Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui
menafsirkan dan menyampaikan argumentasi. bahwa kemampuan literasi matematis siswa
berada kriteria cukup, hal ini karena
kebanyakan siswa kesulitan memahami dan pernyataan yang telah dipaparkan para ahli
menginterpretasikan masalah, belum tepat mengenai perbedaan kemampuan dilihat dari
dalam melakukan operasi bilangan, dan belum gender tidak tampak pada penelitian ini.
mampu berpikir dan bernalar secara matematika Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
dalam menghubungkan dan mengembangkan siswa laki-laki dan siswa perempuan di SMP
pengetahuan yang mereka miliki untuk Negeri 3 Sepauk memiliki tingkat kemampuan
menemukan strategi baru untuk menyelesaikan literasi matematis yang sama. Hasil ini juga
permasalahan dalam soal literasi matematis didukung dengan kesimpulan yang diperoleh
yang diberikan peneliti. dalam penelitian Martinah, dkk (2019) yang
Kajian literasi erat kaitannya dengan mengukapkan bahwa perbedaan gender yakni
kemampuan berbahasa dan keterampilan laki-laki dan perempuan tidak berpengaruh
berbahasa siswa memiliki peranan penting signifikan pada kemampuan literasi matematis
dalam proses memecahkan masalah siswa. Pada pelaksanaan penelitian ini, banyak
matematika. Hasil penelitian Yilmaz dan Topal aspek misalnya sarana dan prasarana belajar,
(dalam Abidin dkk, 2017: 94) menyebutkan gaya belajar, aktivitas belajar, motivasi,
bahwa keterampilan berbahasa memiliki kemandirian belajar dan lain-lain yang bisa saja
potensi dalam membantu pemahaman siswa mempengaruhi perolehan hasil pada
dalam pembelajaran matematika. Keterampilan kemampuan literasi matematis siswa.
berbahasa ini menjadi alat yang membantu Berdasarkan hasil penelitian ini, anggapan
siswa dalam memahami, menganalisis, bahwa siswa laki-laki memiliki kemampuan
merepresentasi masalah matematis dan yang lebih baik daripada perempuan ataupun
mengkomunikasikan ide-ide matematis. sebaliknya merupakan anggapan yang kurang
Soal literasi matematis dalam penelitian ini tepat. Anggapan tersebut timbul karena antara
berbentuk soal cerita, membaca dan memahami perempuan dan laki-laki memiliki prilaku yang
masalah secara cermat dan utuh merupakan berbeda dan ini terbentuk karena tradisi dan
langkah awal untuk mengaitkan antarinformasi budaya di kehidupan masyarakat serta bukan
yang diketahui dan mencari penyelesaian. semata-mata karena perbedaan gender, karena
Siswa harus membuat model matematika atau itu dalam proses pembelajaran guru tidak perlu
kalimat matematika dengan menerjemahkan membeda-bedakan siswa perempuan dan laki-
kalimat-kalimat yang ada dalam soal agar bisa laki.
mencari solusi permasalahan. Siswa belum
memahami permasalahan dalam soal dan hanya SIMPULAN DAN SARAN
sekedar membaca merupakan kemungkinan Simpulan
yang menyebabkan siswa kesulitan Berdasarkan pada hasil pengolahan data
memecahkan masalah dalam bentuk soal cerita penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh
(Abidin dkk, 2017: 95). dalam penelitian ini adalah:
1. Instrumen tes yang digunakan untuk
Kemampuan Literasi Matematis Siswa mengukur kemampuan literasi matematis
Berdasarkan Gender siswa SMP Negeri 3 Sepauk tahun pelajaran
Berdasarkan pada kajian teori dan 2019/2020 pada pokok bahasan Kubus dan
beberapa hal yang dikemukakan para ahli Balok memenuhi kriteria ketepatan tes.
sebelumnya, menyatakan bahwa ada perbedaan 2. Kemampuan literasi matematis siswa SMP
kemampuan matematika dilihat dari gender Negeri 3 Sepauk tahun ajaran 2019/2020
yakni laki-laki dan perempuan dalam berada pada kriteria cukup. Rincian
pembelajaran matematika di sekolah. Salah kemampuan literasi matematis siswa, jika
satunya pernyataan dari Maccoby dan Jacklin dilihat berdasarkan setiap levelnya, maka
mengungkapkan bahwa kemampuan verbal kemampuan siswa dalam menyelesaikan
perempuan lebih baik, sedangkan laki-laki masalah literasi level 1 dalam kriteria sangat
unggul pada kemampuan visuospasial dan tinggi, level 2 dalam kriteria tinggi, level 3
matematika (Santrock, 2007: 230). Namun, dalam kriteria tinggi, level 4 dalam kriteria
cukup, level 5 dalam kriteria rendah, dan Mahdiansyah dan Rahmawati. (2014). Literasi
level 6 dalam kriteria sangat rendah. Matematika Siswa Pendidikan
3. Tingkat kemampuan literasi matematis Menengah: Analisis Menggunakan
antara siswa laki-laki dan siswa perempuan Desain Tes Internasional dengan
di kelas IX SMP Negeri 3 sepauk adalah Konteks Indonesia. Jurnal Pendidikan
sama. dan Kebudayaan Vol. 20 Nomor 4.
Martinah dkk. (2019). Pengaruh Model
Saran Pembelajaran MASTER Terhadap
Berdasar pada hasil temuan, maka dalam Literasi Matematis Ditinjau Dari
penelitian ini terdapat beberapa saran yang Perbedaan Gender. Journal of
peneliti sampaikan yaitu: Mathematics Education and Science
1. Diharapkan guru matematika agar Vol. 2 No. 2 : 75-81
menjadikan penelitian ini sebagai pedoman Masduki dkk. (2013). Level Kognitif Soal-Soal
dalam proses pembelajaran khususnya Buku Pelajaran Matematika SMP.
dalam penyusunan instrumen soal untuk Seminar Nasional Matematika dan
mengukur kemampuan literasi matematis Pendidikan Matematika FMIPA UNY
siswa. Yogjakarta.
2. Diharapkan bagi sekolah agar menjadikan Nafi’an, M. I. (2011). Kemampuan Siswa
hasil penelitian ini sebagai salah satu Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
pedoman untuk menyusun instrumen soal, Ditinjau Dari Gender Di Sekolah
baik pada pelajaran matematika ataupun Dasar . Seminar Nasional Matematika
pelajaran yang lain. dan Pendidikan Matematika FMIPA
3. Diharapkan kepada peneliti yang ingin UNY Yogjakarta.
melaksanakan penelitian sejenis atau NCTM. (2000). Principles and Standards for
lanjutan, agar melaksanakan penelitian School Mathematics. NCTM: Virginia.
mengenai pembelajaran yang bisa melatih OECD. (2017). PISA 2015 Assessment and
dan memaksimalkan kemampuan literasi Analytical Framework: Science,
matematis. Reading, Mathematic, Financial
4. Diharapkan kepada peneliti yang ingin Literacy and Collaborative Problem
melaksanakan penelitian sejenis atau Solving. OECD Publishing. Paris.
lanjutan perlu memperhatikan alokasi waktu Ojose, B. (2011). Mathematics Literacy: Are we
pada pelaksanaan tes, agar siswa mampu Able To put The Mathematics we Learn
menyelesaikan semua soal yang diberikan Into Everyday Use?. Journal of
dengan baik dan dapat membantu siswa Mathematics Education. Vol. 4, No. 1,
melatih kemampuan literasi matematis yang pp. 89-100.
dimilikinya. Rifai dan Wutsqa d. U. (2017). Kemampuan
5. Diharapkan kepada peneliti yang ingin Literasi Matematika Siswa SMP Negeri
melaksanakan penelitian sejenis atau Se-Kabupaten Bantul. Jurnal
lanjutan, agar melakukan pengembangan Pendidikan Matematika dan Sains, IV
dari aspek tinjauan selain gender seperti (2), 2017, 152-162.
gaya belajar, kemandirian belajar, Santrock, J. W. (2007). Remaja. Jilid 1 Edisi
kepercayaan diri dan lainnya. Kesebelas. Jakarta: PT. Erlangga.
Suwandi, S. (2011). Model-model Asesmen
DAFTAR RUJUKAN Dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma
Abidin, Y dkk. (2018). Pembelajaran Literasi Pustaka.
Strategi Meningkatkan Kemampuan
Literasi Matematika, Sains, Membaca
dan Menulis. Jakata: Bumi Aksara.
Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai