Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil tes literasi matematis siswa yang
rendah.Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan subjek penelitian ini berjumlah 84
orang.Teknik pengambilan data yaitu pemberian tes tertulis dan wawancara.Berdasarkan hasil
analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan:(1) Kemampuan literasi matematis siswa
masih rendah dengan rata-rata 26,89; siswa yang memiliki kemampuan literasi matematis dalam
kompetensi tinggi dan sedang tidak ada, kategori rendah sebanyak 84 orang. (2)Kemampuan
literasi matematis siswa laki-laki masih rendah pada kompetensi merumuskan dan merencanakan
strategi dan lebih unggul pada kompetensi komunikasi dan penggunaan simbol, bahasa formal,
teknik dan penggunaan operasi. (3)Kemampuan literasi matematis siswa perempuan juga masih
rendah pada kompetensi merumuskan dan merencanakan strategi tetapi unggul pada kompetensi
komunikasi dan penggunaan simbol, bahasa formal, teknik dan penggunaan operasi.
Kata kunci: literasi matematis,siswa, kemampuan literasi matematis
Abstract: This research was motivated by the results of low student mathematical literacy tests.
This study uses descriptive research with the subjects of this study amounting to 84 people. Data
collection techniques are giving written tests and interviews. Based on the results of data analysis
and discussion, conclusions are obtained: (1) students mathematical literacy ability is still low with
an average of 26.89; students who have mathematical literacy skills in high competence and are
not there, low category as many as 84 people. (2) The mathematical literacy ability of male
students is still low in the competence to formulate and plan strategies and is superior to
communication competencies and symbol use, formal language, techniques and use of operations.
(3) The mathematical literacy ability of female students is also still low in the competence to
formulate and plan strategies but excels in communication competencies and symbol use, formal
language, techniques and use of operations.
Keywords: Mathematical Literacy, Students, Mathematical Literacy Skills
PENDAHULUAN
Kurikulum yang sedang diterapkan matematika itu sendiri. Matematika juga
di Indonesia saat ini adalah Kurikulum merupakan ilmu universal yang mendasari
2013. Menurut UU RI No.20 Tahun 2003 perkembangan teknologi modern,
pada pasal 1 ayat 9 tentang Sisdiknas, mempunyai peran penting dalam berbagai
kurikulum adalah seperangkat rencana dan disiplin ilmu lainnya dan mengembangkan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan daya pikir manusia.
pelajaran serta cara yang digunakan Matematika menjadi bagian dalam
sebagai pedoman penyelenggaraan kehidupan manusia karena berbagai
kegiatan pembelajaran untuk mencapai permasalahan yang dihadapi dalam
tujuan pendidikan tertentu. kehidupan sehari-hari dapat diselesaikan.
Matematika adalah mata pelajaran Matematika juga menjadi subjek pada
yang diajarkan sejak sekolah dasar hingga studi komparatif internasional, seperti
pendidikan tinggi, sehingga untuk Programme for International Student
memahaminya diperlukan kemampuan Assessment (PISA). PISA adalah sebuah
Analisis Kemampuan Literasi Matematis Siswa SMP Di Kabupaten Konawe Dalam Perspektif
Gender
2
berarti belajar atau hal yang dipelajari, matematik dalam kehidupan sehari-hari.
sedang dalam bahasa Belanda disebut Dalam pengertian ini, seseorang yang
wiskunde atau ilmu pasti. De Lange pada memiliki kemampuan literasi matematis
tahun 2004 juga mendefinisikan yang baik memiliki kepekaan konsep-
matematika.Ia mengatakan bahwa konsep matematika mana yang relevan
Matematika bisa dilihat sebagai bahasa dengan fenomena atau masalah yang Ia
yang menggambarkan pola-pola di alam hadapi. Dari kepekaan ini kemudian
dan pola yang ditemukan oleh pikiran dilanjutkan dengan pemecahan masalah
manusia. Pola itu bisa jadi nyata atau menggunakan konsep matematika.
dibayangkan, visual atau mental, statis De Lange (2003: 80-81).
atau dinamis, kualitatif atau kuantitatif, Menyatakan bahwa literasi matematis
sedikit lebih banyak daripada kepentingan mencakup spatial literacy, numeracy dan
rekreasi.Matematika bisa timbul dari dunia quantitative literacy. Spatial literacy
sekitar kita, dari dalam ruang dan waktu, merupakan kemampuan yang mendukung
atau dari dalam pikiran manusia (Shadiq, pemahaman kita terhadap dunia (3D)
2007: 6). dimana kita tinggal dan bergerak. Literasi
Depdiknas (2006) menyatakan spasial merujuk pada kesadaran kita akan
bahwa matematika merupakan salah satu ruang. Selanjutya, numeracy menurut
disiplin ilmu yang mendasari Traffer merupakan kemampuan untuk
perkembangan teknologi modern, karena mengelola bilangan dan data untuk
matematika mempunyai peranan penting mengevaluasi pernyataan berdasarkan
dalam berbagai disiplin ilmu lain dan masalah dan kenyataan yang melibatkan
mempunyai pengaruh besar dalam proses mental dan estimasi pada konteks
memajukan daya pikir manusia nyata. Kemampuan ini mencakup
(Nuridawani, Munzir dan Saiman, 2015: kemampuan untuk mengidentifikasi,
59). memahami, menggunakan pernyataan
Pembelajaran matematika adalah numeris dalam berbagai konteks
suatu aktivitas mental untuk memahami keseharian. Numeracy dapat
arti dan hubungan-hubungan serta simbol- diterjemahkan dengan lebih singkat
simbol kemudian diterapkan pada situasi menjadi kemampuan memecahkan
nyata. Belajar matematika berkaitan masalah nyata yang terkait dengan
dengan apa dan bagaimana bilangan. Quantitative literacy merujuk
menggunakannya dalam membuat pada kemampuan seseorang untuk
keputusan dalam menyelesaikan masalah mengidentifikasi, memahami dan
(Fitri, Helma dan Syarifuddin, 2014: 18). menggunakan pernyataan kuantitatif
Ojose (2011: 90) berpendapat bahwa dalam konteks sehari-hari.
literasi matematis merupakan pengetahuan
untuk mengetahui dan menerapkan dasar
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis masalah aktual sebagaimana adanya pada
penelitian berdasarkan metode deskriptif saat penelitian berlangsung. Melalui
dengan pendekatan kuantitatif dan penelitian deskriptif, peneliti berusaha
dilengkapi dengan penelitian kualitatif. mendeskripsikan peristiwa dan kejadian
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menjadi pusat perhatian tanpa
yang berusaha mendeskripsikan suatu memberikan perlakukan khusus terhadap
gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi peristiwa tersebut (Dharma, 2008: 40).
saat sekarang. Penelitian deskriptif Penelitian ini dilaksanakan di 3
memusatkan perhatian kepada masalah- sekolah yaitu SMP Negeri 1Sampara,
Analisis Kemampuan Literasi Matematis Siswa SMP Di Kabupaten Konawe Dalam Perspektif
Gender
6
SMP Negeri 1 Wawotobi dan SMP Negeri argumen, merumuskan dan merencanakan
1 Unaaha. Penelitian ini dilakasanakan strategi, penggunaan symbol, Bahasa
pada semester ganjil yakni tahun ajaran formal, teknik dan penggunaan operasi,
2018/2019.Populasi dalam penelitian ini dan menggunakan alat-alat
adalah seluruh siswa SMP Negeri yang matematika.Cara pengumpulan data dalam
tersebar di Kabupaten Konawe. Populasi penelitian ini adalah dengan cara
tersebut diklasifikasi ke dalam 3 (tiga) memberikan tes kemampuan literasi
kategori berdasarkan akreditasi sekolah, matematis kepada siswa dan
yaitu siswa pada sekolah terakreditasi A, mewawancarai siswa dengan kemampuan
sekolah terakreditasi B, dan sekolah siswa rendah.
terakreditasi C. Dalam penyajian data hasil tes yang
Jenis data yang diperoleh dari diperoleh dilakukan teknik pemberian skor
penelitian ini yaitu data hasil kemampuan jawaban siswa terhadap setiap butir soal
literasi matematis siswa berupa data yang diteskan. Nilai kemampuan literasi
interval yang diperoleh dari lembar matematis siswa diperoleh dengan
jawaban siswa dalam menyelesaikan soal- menggunakan rumus:
𝑆𝑃𝑆
soal yang diadaptasi dari Programme for X= × 100
International Student Assessment (PISA) 𝑆𝑀𝐼
yang diperkuat dengan wawancara, data Keterangan:
wawancara berupa transkrip wawancara. X = Nilai kemampuan literasi matematis
Wawancara siswa digunakan untuk siswa
mengetahui kemampuan literasi matematis SPS = Skor Perolehan Sisw
siswa berdasarkan kompetesi komunikasi, SMI = Skor Maksimal Ideal (56)
matematisasi, representasi, penalaran dan
Analisis Kemampuan Literasi Matematis Siswa SMP Di Kabupaten Konawe Dalam Perspektif
Gender
8
Analisis Kemampuan Literasi Matematis Siswa SMP Di Kabupaten Konawe Dalam Perspektif
Gender
1
Analisis Kemampuan Literasi Matematis Siswa SMP Di Kabupaten Konawe Dalam Perspektif
Gender
1
1 2 3 4 5 6 7
Keterangan :
1 = Komunikasi, 2 = Matematisasi, 3 = Representasi, 4 = Penalaran dan Argumen, 5 = Merumuskan dan merenca
Analisis Kemampuan Literasi Matematis Siswa SMP Di Kabupaten Konawe Dalam Perspektif
Gender
1
1 2 3 4 5 6 7
Keterangan :
1 = Komunikasi, 2 = Matematisasi, 3 = Representasi, 4 = Penalaran dan Argumen, 5 = Merumuskan dan merenca
Analisis Kemampuan Literasi Matematis Siswa SMP Di Kabupaten Konawe Dalam Perspektif
Gender
1
rendahnya pemahaman konsep siswa guru. Siswa lebih sering hanya diberikan
terhadap soal-soal yang diberikan; 2) rumus-rumus yang siap pakai tanpa
ingatan siswa pada materi soal yang memahami makna dari rumus-rumus
diujikan rendah; 3) jarangnya diberikan tersebut. Siswa jarang dihadapkan dengan
bentuk-bentuk soal seperti yang diujikan soal-soal yang kontekstual, siswa sudah
sehingga siswa tidak tahu langkah yang terbiasa menjawab pertanyaan dengan
harus digunakan; 4) faktor internal siswa. prosedur yang rutin digunakan, sehingga
Rendahnya kemampuan literasi ketika diberikan masalah yang sedikit
matematis tersebut adalah suatu hal yang berbeda maka siswa akan kebingungan.
wajar. Fakta dilapangan menunjukkan Dalam hal ini menjadikan kemampuan
pada setiap tingkatan baik dari SD sampai literasi matematis siswa masih tergolong
SMA bahwa proses pembelajaran yang rendah.
berlangsung dikelas masih berpusat pada .
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Kemampuan Literasi Matematis Siswa SMP Di Kabupaten Konawe Dalam Perspektif
Gender
1
Analisis Kemampuan Literasi Matematis Siswa SMP Di Kabupaten Konawe Dalam Perspektif
Gender