Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA SEKOLAH

DASAR SISWA KELAS V SD NEGERI 6 PEKANBARU

Reyka Renjani1, Citra Charisma2

1, 2
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Riau
E-mail : reyka.renjani1324@student.unri.ac.id, citra.charisma4923@student.unri.ac.id
E-mail korespondasi : reyka.renjani1324@student.unri.ac.id

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang beragam dan pengelolaannya
secara alami memerlukan landasan pendidikan untuk menjaga keseimbangannya. Sumber daya
manusia memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan karakter bangsa
Indonesia. Untuk itu sangat membutuhkan pelatihan keterampilan dasar dalam berbagai hal.
Literasi matematika adalah kemampuan seseorang yang memiliki pengetahuan matematika
untuk merumuskan, menerapkan, dan menginterpretasikan matematika secara efektif dalam
berbagai konteks permasalahan sehari-hari. Keterampilan literasi matematika dasar siswa tidak
hanya mencakup keterampilan matematika, tetapi juga kemampuan berpikir logis dan kritis
saat memecahkan masalah. Menurut penelitian oleh PISA tahun 2015, kemampuan literasi
matematika siswa Indonesia masih dibandingkan dengan negara lain. Peneliti termotivasi
untuk melakukan penelitian terhadap kemampuan berhitung siswa sekolah dasar.

Kata kunci: Kemampuan literasi, literasi matematika,

ABSTRACT

Indonesia is a country with diverse natural resources and their management naturally requires
an educational foundation to maintain balance. Human resources have a great influence in
shaping the character and character of the Indonesian nation. For this reason, basic skills
training is needed in various ways. Mathematical literacy is the ability of someone who has
knowledge of mathematics to formulate, apply, and interpret mathematics effectively in various
contexts of everyday problems. Students' basic math literacy skills include not only math skills,
but also the ability to think logically and critically when solving problems. According to
research by PISA in 2015, the mathematical literacy skills of Indonesian students are still
compared to other countries. Researchers are motivated to conduct research on the numeracy
skills of elementary school students.
Keywords: Literacy Skills, Mathematic Literacy
PENDAHULUAN

Pembelajaran literasi terbentuk dalam kaitannya dengan konsep multi literasi yang memiliki
kesamaan. Literasi dan multiliterasi berbagi konsep bahwa mengembangkan keterampilan
membaca dan menulis adalah hal yang paling mendasar dan paling sederhana untuk dipahami.
Keterkaitan keduanya juga menyangkut kemampuan berpikir kritis dalam mengembangkan
gagasan sesuai dengan tuntutan zaman. Literasi merupakan keterampilan esensial yang harus
dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya literasi matematika yang sangat
membantu dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia.

Perjalanan mendefinisikan konsep matematika sangat penting bagi siswa, sehingga masalah
realistik digunakan sebagai titik tolak pembelajaran matematika. Masalah realistik yang
dimaksud berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang dapat dibayangkan oleh siswa. Dengan
menerapkan masalah dunia nyata yang dimulai dari pembelajaran matematika, bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi ide atau konsep matematika baru
dan melihat kemampuan menggunakan matematika yang mereka pelajari untuk memecahkan
masalah dengan cara mereka sendiri untuk menyelesaikannya. Matematika termasuk dalam
klasifikasi penalaran, sekelompok ilmu yang mementingkan pemahaman konsep daripada
mengingatnya. Hal ini sangat penting agar siswa dapat menerapkan konsep-konsep tersebut
untuk memecahkan masalah dalam berbagai aspek kehidupan. Matematika yang diterapkan
dalam berbagai aspek kehidupan kemudian dianggap sebagai literasi matematika.

Matematika tidak sekedar berhitung dan mencari solusi dengan penggunaan variabel angka,
namun juga terinterpretasi dalam kehidupan melalui narasi. Membicarakan sebuah masalah
yang berdasarkan narasi tentu berkaitan erat dengan ilmu literasi, maka disini dapat disebut
literasi matematika. Literasi matematika bertujuan untuk memahami unsur-unsur yang terdapat
dalam soal sehingga ditemukan solusi dalam bentuk matematika dan sebuah keterangan atau
kesimpulan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Unsur penting dalam sebuah persoalan
literasi matematika adalah bagaimana jalan sebuah pertanyaan dikemas dalam bentuk cerita
yang dikaitkan dengan pertanyaan yang bertujuan untuk menafsirkan dan menyelesaikan
masalah dalam berbagai konteks dan secara sistematis.

Sejalan dengan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2006 yang mencantum standar isi mata
pelajaran matematika telah mengakomodir dan selaras dengan Pengembangan literasi
matematika yang difokuskan pada pembelajaran matematika yang berkompetensi untuk siswa
mampu: mendiskusikan pola dan sifat-sifat, melakukan manipulasi matematika untuk membuat
generalisasi, mengumpulkan bukti atau menjelaskan ide dan pernyataan matematika,
menyajikan dan berkolaborasi dengan ide menggunakan simbol, diagram, grafik atau media
lainnya. Selain itu siswa juga mampu mengklarifikasi situasi atau masalah dan memiliki sikap
apresiatif terhadap kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian dan
minat belajar matematika, serta ketekunan dan percaya diri dalam memecahkan masalah.
Menurut Wahyudin (2008) dimana dalam literasi matematika, siswa mengharapkan tujuan
yang menetapkan standar keterampilan literasi matematika seperti pemecahan masalah,
penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi, dan representasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Kohar (2014) berpendapat bahwa sebagai salah satu upaya
ampuh yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia dimana guna meningkatkan
kemampuan literasi ini melalui dengan berlakunya kurikulum 2013, dimana penelitian ini
selaras dengan menggunakan hasil studi akurat yang dikeluarkan oleh PISA sebagai salah satu
dasar upaya perbaikan bagai Indonesia untuk mengatasi kelancaran kurikulum pembelajaran.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menyarankan serta menyebut perlu adanya
perubahan orientasi kurikulum dengan mengutamakan aspek kemampuan esensial yang
diperlukan oleh generasi penerus bangsa dimasa mendatang. Konsep selaras dengan konsep
studi pada PISA yang mengutamakan kemampuan literasi matematika sebagai kemampuan
esensial yang dibutuhkan saat ini. Sebuah studi yang bertujuan untuk mengetahui hasil sistem
pendidikan yang berkaitan dengan kemampuan literasi siswa usia 15 tahun yang bertajuk
Programme for International Student Assessment (PISA). Studi ini dilaksanakan pada
beberapa negara majudan berkembang mulai tahun 2000 dengan kurun waktu pelaksaan tiap
tiga tahun sekali.. Hasil studi standarisasi oleh PISA yang ditinjau dari tahun 2000 hingga tahun
2012 menunjukkan peringkat dalam literasi matematika Indonesia yang kian terus menurun.
Adapun pengaruh lain yang menyebabkan masih rendahnya tingkat literasi matematika siswa
Indonesia berdasarkan studi dan asesmen yang dilakukan oleh PISA adalah siswa Indonesia
belum terlatih dalam menyelesaikan soal-soal dengan memiliki evaluasi yang sama seperti soal
yang standar dengan PISA. Kendati demikian, sebagai upaya untuk peningkatkan literasi
matematika, pengajar atau guru juga harus seperangkat evaluasi yang memiliki standar literasi
matematika. Hal ini seiring dengan pengabaian alat evaluasi berbasis literasi matematika
karena belum memahami cara membuat perangkat evaluasi literasi matematika (Fraenkel, et
al. 2012).
Pemerintah Indonesia bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah berupaya
bersar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan berbagai input cara. Salah satunya
adalah mengimplementasikan literasi sebagai budaya bangsa dan menjadi unsur dalam
pembelajaran siswa sebagai citra kurikulum pendidikan yang mumpuni. Salah satunya seperti
pengimplementasian literasi dan numerik dalam asesmen nasional oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sebagai bentuk pengujian terhadap siswa dengan menguji
kemampuan esensial yaitu literasi dan numerik. Pada tingkat sekolah dasar, literasi merupakan
program wajib oleh tiap sekolah dasar yang ada di Indonesia.

Tingkat pendidikan Sekolah Dasar sendiri merupakan sebuah tatanan yang membentuk siswa
agar memiliki kepribadian dan kemampuan yang baik, karena jenjang pendidikan Sekolah
Dasar menjadi sebuah pondasi untuk jenjang pendidikan menengah (Wiratman et al., 2019).
Banyak kegiatan yang dilakukan pada tingkatan sekolah dasar yang bertujuan untuk
menanamkan karakter dan budi perkerti siswa, diantaranya kebiasaan yang wajib diterapkan
adalah kebiasaan melek huruf dengan cara membiasakan diri untuk melakukan literasi.
Sejumlah penelitian mengenai literasi pada tingkat sekolah dasar menunjukkan Indonesia
sangat rendah dengan tingkat kemampuan literasi terutama literasi matematika. Pada salah satu
penelitian oleh Ichsan (2018), Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan gerakan
literasi telah dilaksanakan dan mendapatkan beberapa kendala yang dipengaruhi oleh beberapa
pengaruh baik dari dalam (internal) dan luar (eksternal).

Literasi matematika dapat didefiniskan sebagai kemampuan dasar seseorang dalam


menganalisis, menerapkan serta mampu menerjemahkan matematika yang mencakup berbagai
konteks. Termasuk kemampuan melakukan analisa secara matematis dan mengunakan
rancangana, prosedur, dan fakta untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan
fenomena/kejadian. Pernyataan tersebut mewakili literasi matematika tidak hanya pada
penugasan materi saja akan tetapi membantu seseorang untuk memahami peran dan kegunaan
matematika didalam kehidupan sehari-hari sekaligus menggunakannya untuk membuat
keputusan-keputusan yang tepat sebagai warga negara yang membangun, peduli dan berpikir
sependapat dengan penelitian oleh Kuswidi (2015).

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitif. Dimana setelah
dilakukan pengumpulan dan pengolahan data, selanjutnya dibahas dengan mendeskripsikan
keabsahan dan hasil data yang diuji. Notoadmodjo (2010;35) menjelaskan metode penelitian
deskriptif yaitu merupakan suatu metode yang diteliti yang bertujuan untuk melihat citraan
fenomena yang terjadi dalam suatu populasi tertentu yang secara umum digunakan untuk
membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program masa sekarang
kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut.
Pendekatan kuantitatif adalah teknik pengolahan dan analisis hasil survei untuk menarik
kesimpulan, yang memproses survei dengan penekanan pada analisis data numerik (angka-
angka) dan menentukan signifikansi antara variabel-variabel tersebut dengan subjek survei
mengungkapkan suatu hubungan. .

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 6 Pekanbaru pada tingkat kelas V yang
terlaksana pada 30 November 2022.

Objek dan Subjek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah 10 orang siswa kelas V SD Negeri 6 Pekanbaru yang bersedia
untuk mengikuti penelitian ini. Subjek dari penelitian ini adalah mengukur dan menganalisis
tingkat kemampuan esensial siswa dalam literasi matematika.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini menerapkan dua terapan teknik pengumpulan data yaitu dengan melakukan
uji tertulis dan uji non-tertulis. Uji tertulis yang dimaksud dengan memberikan sebanyak 3 butir
soal kepada siswa untuk mengerjakannya dengan penerapan soal literasi matematika. Adapun
uji non-tertulis ialah melakukan wawancara dan konseling terhadap hasil tes dan kemampuan
literasi yang dicapai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Setelah dilaksanakan uji tertulis yang dilakukan pada 10 orang siswa kelas 5 untuk
menganalisis kemampuan literasi, didapatkan hasil yang cukup mendapatkan perkembangan
baik pada literasi tingkat tinggi (kelas 5-6 SD). Uji tertulis dilakukan dengan menguji sebanyak
3 butir soal kepads siswa dengan soal penalaran matematika. Beberapa orang terluhat ekspresi
yang sangat mudah dan ada yang mengalami kesusahan. Berikut adalah sistematis soal
matematika yang diuji.

No. Soal Kompetensi Dasar Konteks


1 Jennie berlatih renang setiap Disajikan soal, siswa dapat Siswa dapat menalar
3 hari. Lisa setiap 5 hari, dan menghitung menggunakan dan mencari jawaban
Budi setiap 6 hari sekali. Jika KPK dan FPB dengan sistematis dan
ketiganya berlatih pada hari menyimpulkannya
Senin 5 Maret, maka mereka dalam kalimat.
akan berlatih bersama-sama
lagi pada hari?
2. Felix memiliki sebuah mesin Disajikan soal, siswa dapat Siswa dapat menalar
cuci berbentuk kubus dengan menghitung volume dengan dan mencari jawaban
panjang salah satu sisi 2,5m. salah satu sisi menggunakan dengan sistematis dan
Untuk menempatkannya di rumus volume kubus. menyimpulkannya
tempat yang sesuai, maka dalam kalimat
berapa total ruang mesin cuci
tersebut?
3. Febi diketahui sedang Disajikan soal, siswa dapat Siswa dapat menalar
berlomba mengikuti ajang lari menalar dan menghitung dan mencari jawaban
nasional di daerahnya. Jarak konteks soal menggunakan dengan sistematis dan
yang ditempuh adalah sejauh rumus satuan jarak. menyimpulkannya
3000 meter, maka berapa dalam kalimat
kilometer jarak yang harus
ditempuh Febi agar tepat
sampai kepada garis akhir?
Tabel 3.1 Pengelompokkan Soal

Pada pengumpulan data tersebut, didapat hasil yang cukup memuaskan jika dipandang dalam
keberhasilan literasi matematika pada tingkat sekolah dasar. Sebanyak 5 dari 10 siswa tuntas
dalam mengerjakan soal dan 5 siswa dari 10 siswa tidak tuntas dalam pengerjaan soal
matematika terintegrasi tersebut. Sejalan dengan penelitian oleh Ichsan yang berpendapat
terdapat beberapa pengaruh yang dapat membuat tingkat literasi masih rendah diantarnya
faktor dalam diri (internal) dan faktor luar diri (eksternal). Kriteria tuntas dalam pengerjaan
soal tersebut dilihat apabila responden menjawab semua soal dengan benar, lanjut dengan
kriteria tidak tuntas dimana jawaban responden dibawah skor minimum yang ditentukan yaitu
tidak menjawab semua soal dengan benar. Untuk melihat ketuntasan skor uji tertulis, peneliti
mengelompokkan kedalam penialaian berikut
Tuntas : 100% (semua jawaban benar)

Tidak Tuntas : <100% (tidak semua jawaban benar)

Soal Nomor Konteks Benar Salah


1 Sosial 8 (80,0%) 2 (20,0%)
2 Kehidupan sehari-hari 7 (70,0%) 3 (30,0%)
3 Personal 8 (80,0%) 2 (20,0%)
Tabel 3.2 Persentase Jawaban Soal

Berikut merupakan rekapan hasil uji tertulis siswa

Nomor Soal Persentase


Responden
1 2 3 (Benar)
AF ✓ ✓ ✓ 100,0%
BA ✓ ✓ ✓ 100,0%
BGH ✓ ✓ x 66,66%
DAM ✓ x ✓ 66,66%
ETP ✓ ✓ ✓ 100,0%
FS ✓ ✓ ✓ 100,0%
GK ✓ x x 33,33%
HFNH ✓ ✓ ✓ 100,0%
IAA x ✓ ✓ 66,66%
J x x ✓ 33,33%
Tabel 3.3 Persentase Jawaban Siswa

Peneliti akhirnya mengambil keputusan dengan melakukan wawancara terhadap 3 orang siswa
yang memiliki data hasil tes yang berbeda, dimana 1 orang siswa dengan persentase 100%, 1
orang siswa dengan persentase 66,6%, dan 1 orang siswa dengan persentase 33,3%. Uji non-
tertulis berbentuk wawancara yang diselingi dengan konseling kepada siswa terutama kepada
siswa yang belum mencapai target kemampuan literasi matematika yang baik. Terdapat juga
salah seorang siswa dengan perhitungan yang benar namun sulit dalam menentukan kalimat
kesimpulan dalam bentuk bacaan, sehingga peneliti tetap mengevalusi hasil tes dengan predikat
salah. Pada uji non-tertulis dimulai pada siswa yang mendapatkan skor terendah yaitu 33,3%
dimana sangat dibawah rata-rata, setelah dilakukan wawancara pada J disimpulkan bahwa J
lebih menyukai soal yang berbentuk matematika langsung tanpa ada disisipkan cerita
didalamnya. Ia mengatakan jika soal tersebut menyulitkan baginya terutama J merupakan
tipikal siswa yang tidak ingin dipersulit dengan hal yang tidak disukainya. Peneliti memberikan
konseling agar J dapat berlatih latihan soal terintegrasi atau berbentuk cerita karena
pemahaman soal tersebut lebih nyata dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya
pada BGH yang mendapatkan skor 66,6% dimana skor tersebut dinilai lumayan cukup baik.
Peneliti melakukan wawancara kepada siswa dan bertanya apa kendala yang dihadapi pada saat
menjawab soal yang salah tersebut, BGH menegaskan jika soal nomor 2 menurutnya sangat
menjebak apabila tidak ada ketelitian dan penalaran yang luas. BGH menjawab jika ia terlanjur
dengan rumus luas sisi yang seharusnya adalah volume benda tersebut, ini juga berakibat
karena siswa tersebut terlalu berburu-buru dalam mengerjakan soal. BGH lanjut berpendapat
jika soal yang dibuat susunan katanya membingungkan, tentu hal tersebut masuk kepada bagian
faktor eksternal siswa. Lanjut kepada siswa yang mendapat skor sempurna yaitu 100%, setelah
dilakukan wawancara, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menilai tingkat
kemampuan literasi matematika siswa tersebut. Pertama, apakah siswa tersebut memahami
dengan baik konteks soal yang disajikan atau siswa lebih unggul pada sub-bidang matematika.
AF setelah dianalisis memiliki keterkaitan dengan dua hal tersebut. Menurutnya soal yang
terintegrasi dalam bentuk kehidupan sehari-hari lebih mudah dipahami dan dapat
diimplementasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Serta, penggunaan soal berbasis literasi
pada pelajaran matematika membuat pelajaran matematika tidak terlalu sulit dan seperti
melaksanakan sebuah penyelesaian tantangan yang harus diselesaikan siswa.

Pembahasan

Untuk meningkatkan giat literasi terutama pada literasi matematika, salah satu upaya dalam
mengatasi permasalahan dalam pengimplementasian gerakan literasi sekolah yang dapat
diterapkan oleh guru dengan menerapkan strategi membaca sebelum, saat dan sesudah
pembelajaran untuk kelas rendah, menerapkan strategi membaca individu dan bersama sama
untuk kelas rendah dan tinggi, pemberian reward pada siswa yang telah melaksanakan kegiatan
literasi, pemberian motivasi untuk siswa, penyediaan fasilitas, dan membebaskan siswa dalam
memilih buku bacaan, pembelajaran daring dengan video. Pada kelas rendah guru lebih sering
menerapkan strategi membaca bersama-sama sedangkan di kelas tinggi guru lebih sering
menerapkan strategi membaca individu, kemudian dikelas rendah pelaksanaan literasi
dilaksanakan sebelum, saat dan sesudan pembelajaran, serta terdapat jam tambahan untuk
siswa belajar membaca setelah pembelajaran.

Untuk meningkatkan kemampuan literasi aktif, khususnya literasi matematika, salah satu
upaya untuk memajukan gerakan literasi sekolah yang dapat dilakukan guru adalah dengan
menggunakan strategi membaca pra, saat, dan pasca pembelajaran di kelas bawah selain
strategi membaca individu dan kelompok untuk diterapkan. Beberapa cara untuk meningkatkan
kegiatan literasi diantaranya seperti pemberian penghargaan kepada siswa yang menuntaskan
kemampuan literasi, motivasi siswa, pemberian fasilitas dan pembebasan siswa dari pilihan
buku, pembelajaran online melalui video. Pada tingkat rendah guru lebih cenderung
menggunakan strategi membaca kooperatif, lalu pada tingkat atas guru lebih cenderung
menggunakan strategi membaca individual.

Sejalan dengan penelitian oleh Hidayat & Basuki (2018) menyisipkan upaya yang dilakukan
untuk mengatasai kendalanya adalah memaksimalkan waktu membaca di luar kegiatan
sebelum pembelajaran serta dengan pemberian tugas yang dimana mengharuskan siswa untuk
lebih banyak dalam literasi, aktif dalam berdiskusi, bermusyawarah untuk memeroleh
sejumlah informasi tambahan diluar pelajaran. Berbanding terbaik oleh penelitian yang
dilakukan oleh Widodo dkk., 2019) upaya yang dianjurkan dalam meningkatkan gerakan
literasi adalah melaksanakan program Bacaan Buku Berjenjang (B3) dan menambah durasi
bimbingan membaca khusus untuk siswa kelas tinggi yang lemah membaca.

Dengan rutin melakukan kegiatan literasi, siswa dalam mengerjakan soal yang terintegrasi
dengan literasi tentu lebih mudah dan memahami unsur-unsur dalam soal yang disajikan.
Penelitian oleh Pramana (2018) menjelaskan literasi matematika harus dapat mencakup
beberapa hal seperti fokus kepada kemampuan siswa dalam menganalisa, memberikan alasan
dan menyampaikan ide secara efektif, merumuskan, memecahkan, dan mengintrepretasikan
masalah-masalah dalam berbagai bentuk dan situasi. Dan segi penilaiannya yang digunakan
fokus kepada masalah-masalah dalam kehidupan nyata, diluar dari situasi atau masalah yang
sering di bahas di kelas. Kuswari (2013) mengemukakan bahwa penalaran merupakan bentuk
berpikir siswa yang paling tinggi. Literasi matematika adalah konsep pengambilan keputusan
berdasarkan pemikiran sendiri berdasarkan pengetahuan dan konsep yang dimiliki. Secara
sederhana, berpikir dapat dibingkai ulang sebagai proses menarik kesimpulan berdasarkan
pengetahuan yang diperoleh di sekolah. Menurut penelitian Indrawati (2007), kemampuan
penalaran untuk memahami konsep terdiri dari perbandingan konsep (identifikasi, konsep,
klasifikasi, berikan contoh), penerapan konsep, dan kesimpulan konsep.

Guru bersama instansi terkait dapat merumuskan beberapa strategi untuk menggalakkan soal
literasi matematika untuk siswa dengan bertujuan untuk dapat memahami, menalari, dan
merumuskan soal yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dicapainya sumber
daya manusia yang unggul serta berbudaya literasi. Hal ini sejalan dengan studi PISA yang
menyarankan bahwa pendidikan di suatu negara dapat maju apabila sumber daya manusia
memiliki minat literasi yang tinggi. Rendahnya literasi matematika siswa Indonesia didasarkan
pada kajian dan evaluasi yang dilakukan oleh PISA yang menunjukkan bahwa siswa Indonesia
tidak terbiasa dan tidak terlatih untuk menyelesaikan soal-soal yang memiliki standar soal-soal
dalam PISA. Untuk meningkatkan pengetahuan matematika guru, mereka juga membutuhkan
alat penilaian berbasis literasi matematika. Alat penilaian matematika sering diabaikan oleh
guru karena mereka tidak mengerti bagaimana penggunaan alat penilaian tersebut.

Kemendikbud juga mengeluarkan beberapa inovasi perubahan baru terhadap kurikulum


pendidikan Indonesia saat ini, diantaranya mengeluarkan asesmen nasional yang soalnya
berstandar PISA dengan dua bidang utama yaitu literasi dan numerik. Tentu dengan adanya hal
tersebut dapat mendorong kemampuan esensial literasi siswa. Literasi matematika tidak
terlepas dari dua unsur penting yaitu literasi dan penyelesaian numerik disertai kesimpulan.
Seperti pada analisis data kepada siswa yang mendapatkan skor tertinggi, dimana hal tersebut
sejalan dengan penelitian oleh Andes, dkk (2017) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki
kemampuan literasi matematika dengan baik juga peka terhadap konsep-konsep matematika
yang berkaitan dengan masalah sehari-hari. Ini kemudian berkembang menjadi pertanyaan
yang merumuskan masalah dalam bentuk matematika yang kemudian diselesaikan juga secara
matematis. Hal tersebut termasuk kepada mengeksplorasi, membuat koneksi, merumuskan,
membuat keputusan, penalaran, dan kegiatan berpikir matematis lainnya. Proses kemampuan
berpikir secara literasi matematika mencakup keterampilan berpikir tingkat tinggi. Proses
berpikir literasi dapat dikelompokkan menjadi tiga proses utama, yaitu merencakanakan,
penggunaan, dan interpretasi.

KESIMPULAN

Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi matematika siswa kelas
V SD Negeri 6 Pekanbaru cukup baik walau setelah pengolahan data masih ditemukan
beberapa siswa yang belum mampu dalam menerapkan dan mengimplementasikan literasi
matermatika. seorang yang memiliki kemampuan literasi matematika yang baik sudah
dipastikan orang tersebut juga memiliki kepekaan terhadap konsep-konsep matematika yang
relevan dengan masalah yang konteksnya dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. terdapat
beberapa pengaruh yang dapat membuat tingkat literasi masih rendah diantarnya faktor dalam
diri (internal) dan faktor luar diri (eksternal). Kemampuan dasar siswa dalam literasi
matematika tidak bertumpu pada kemampuan dalam numerik, tetapi jugakemampuan dalam
berpikir logis dan kritis dalam pemecahan masalah. Sesuai dengan harapan negara Indonesia
menuju negara yang maju maka dilakukuan perbaikan pada kehidupan sumber daya manusia
melalui pendidikan yang berstandar. PISA sebagai institusi asesmen pendidikan dunia
menyarankan untuk dapat menekankan kegiatan berbudaya literasi sebagai kemampuan
esensial yang harus dimiliki bangsa Indonesia. Untuk meningkatkan giat literasi terutama pada
literasi matematika, salah satu upaya dalam mengatasi permasalahan dalam
pengimplementasian gerakan literasi. Literasi matematika sangat berguna untuk kemampuan
seseorang dalam merumuskan, menerapkan dan menafsirkan matematika yang mencakup
berbagai konteks serta digunakan menggunakannya untuk membuat keputusan-keputusan yang
tepat sebagai warga negara yang membangun, peduli dan berpikir.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada SD Negeri 6 Pekanbaru yang telah berpartisipasi
kepada peneliti untuk menjadi objek penelitian yaitu kelas V dalam menganalisis kemampuan
literasi matematika. Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut
ikut membantu baik secara sengaja maupun tidak disengaja.

KEPUSTAKAAN

Andes, S.A., Waluya., & Rochmad (2017) Analisis Kemampuan Literasi Matematika Siswa
Kelas X Berdasarkan Kemampuan matematika. 7(2). Universitas Negeri Semarang

Wiratman, A., Mustaji, M., & Widodo, W. (2019). The effect of activity sheet based on outdoor
learning on student’s science process skills. In Journal of Physics: Conference Series
(Vol. 1157, No. 2, p. 022007). IOP Publishing.

Ichsan, A. S. (2018). Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Islam (Sebuah Analisis


Ilmplementasi GLS di MI Muhammadiyah Gunungkidul). Jurnal Pendidikan Dasar
Islam, 76-79.

Kohar, Wachidul. A. (2014). Pengembangan Soal Berbasis Literasi Matematika dengan


Menggunakan Kerangka PISA 2012. Prosiding Konferensi Nasional MatematikaXVII
ITS Surabaya.
Litbang Kemendikbud. (2013) Kurikulum 2013: Pergeseran Paradigma Belajar Abad 21.
(Online).(http://litbang.kemendikbud.go.id/index.php.index-berita-kurikulum /234
kurikulum-2013-pergeseran-paradigma-belajar-abad-21, diakses 5 Oktober 2017).

Kuswidi, I. (2017). Brain-Based Learning Untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa. Al-
Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(2), 133-144

Anda mungkin juga menyukai