Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan penting dalam menaikkan derajat manusia.

Melalui pendidikan seseorang dapat menerima dan mentranfer ilmu pengetahuan

yang dimilikinya kepada generasi selanjutnya. Seperti yang termuat dalam

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa melalui pelaksanaan pendidikan yang bermutu. Hal ini

merupakan tujuan dari Negara Indonesia saat ini.

Dalam mewujudkan pendidikan bermutu, usaha yang dilakukan pemerintah

adalah salah satunya pembaharuan kurikulum. Saat ini Kurikulum terdahulu

diperbarui oleh pemerintah menjadi kurikulum 2013 yang telah direvisi.

Kurikulum 2013 menekankan perserta didik untuk lebih aktif, kreatif dan mandiri

dalam memecahkan permasalahan yang mereka temui.

Berdasarkan permendikbud No. 35 tahun 2018 tentang mata pelajaran umum

kurikulum 2013 salah satunya adalah mata pelajaran matematika, di sebutkan

bahwa matematika merupakan program kurikuler yang bertujuan

mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi

keterampilan peserta didik sebagai dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Namun, kondisi yang terjadi adalah

banyak perserta didik belum menerapkan kompetensi-kompetensi yang

ditetapkan. Perserta masih banyak merasa kesulitan menyelesaikan berbagai

persoalan matematika yang di tuangkan dalam materi pembelajaran. Hal ini

1
sejalan yang diungkapkan oleh Fadillah (2016) Matematika sering dianggap salah

satu pelajaran yang sulit untuk dipahami. Hal ini disebabkan kurangnya

memanfaatkan ilmu matematika yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari.

Literasi matematis merupakan kemampuan individu merumuskan,

menerapkan, menginterpretasikan matematika dalam berbagai konteks; menalar;

dan menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari-hari (OECD, 2013).

Dengan memiliki kemampuan literasi sehingga Perserta didik dapat membantu

menyelesaikan persoalan matematika yang dihadapinya terutama masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Literasi matematika sejalan dengan tujuan pembelajaran

matematika di Indonesia. Namun kenyataanya, capaian kemampuan literasi

perserta didik masih rendah. Dapat terlihat dari keikutsertaan capaian literasi

perserta didik Indonesia dalam studi internasional, seperti PISA (Program for

Internasional Student Assessment). Indonesia mengikuti PISA tahun 2000, 2003,

2006, 2009 dan 2012. Dengan hasil tidak menunjukan perubahan. PISA pada

tahun 2012 mengalami peningkatan dengan menduduki peingkat ke-62 dari 70

negara (OECD, 2013). Namun hasil ini, termasuk kategori rendah. Dengan

demikian, perlunya dilatih kemampuan literasi matematika.

Berdasarkan hasil wawancara bersama pendidik mata pelajaran matematika

di SMP 3 Karimun yang menyatakan bahwa penggunaan bahan ajar hanya

menggunakan buku kemendikbud kurikulum 2013 dan LKS yang berisikan

latihan soal. LKS yang dipakai tidak ada langkah-langkah pengerjaan. Soal yang

diberikan kepada Perserta didik masih bersifat rutin yang ada dibuku paket.

Perserta didik hanya terbiasa mengerjakan soal matematika sesuai dengan contoh

2
soal. Apabila soal yang diberikan berbeda dengan contoh perserta didik

mengalami kesulitan mengerjakan soal tersebut. Hal ini salah satu faktor

penyebab rendahnya kemampuan literasi matematis perserta didik yaitu kurang

terlatih dalam menyelesaikan soal-soal literasi seperti soal model PISA dan

minimnya bahan ajar ataupun yang bisa melatih kemampuan literasi perserta

didik. Bahan ajar yang digunakan oleh pendidik masih kurang memfasilitasi

sesuai dengan kebutuhan perserta didik.

Hasil analisis buku kemandikbud kelas VII semester II kurikulum 2013 yang

dilaksanakan oleh penelitian sebelumnya yaitu Surharyono & Rosnawati (2020)

dari hasil analisisnya dari 408 soal yang dianalisis, terdapat 49,26% soal serupa

dengan soal-soal pada PISA. Proporsi konteks didominasi konteks umum dengan

persentase 42,29%. Aspek proses didominasi oleh proses menggunakan konsep,

fakta, prosedur, dan penalaran dengan persentase 66,17%. Selanjutnya, Level

kompetensi matematika PISA didominasi oleh level 2 dengan persentase 52,74%

dan level 1 dengan persentase 39,80%. Kurang dari 10% untuk level 3 sampai 6.

hal tersebut disimpulkan bahwa soal-soal melatih literasi matematika hanya

mampu melatih level 1 dan 2. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh

Astuti., et al (2018) hasil penelitiannya yaitu identifikasi kemampuan literasi

matematika model terpadu madani pada materi aritmatika sosial masih tergolong

rendah, sedang dan tinggi. Masing-masing pencapaian literasi matematika dari

level 1 sampai 3. Dari penelitian tersebut menurut peneliti perlunya bahan ajar

lainya untuk melengkapi kekurangan tersebut yang dapat melatih kemampuan

literasi matematika perserta didik.

3
Salah satu bahan ajar yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran adalah

lembar kerja perserta didik (LKPD). Pengembangan Lembar kerja perserta didik

dapat dijadikan solusi sebagai bahan ajar dan sarana bagi perserta didik untuk

melatih kemampuan literasi matematikanya. Salah satu pendekatan untuk melatih

kemampuan literasi matematika perserta didik yaitu pendekatan metaphorical

thinking yaitu dengan menghubungkan konsep-konsep matematika dengan

konsep-konsep yang telah dikenal perserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan metaphorical thinking mengarahkan siswa untuk berpikir

menggunakan metafora-metafora, dalam mengilustrasikan suatu konsep tertentu

yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari dengan kehidupan sehari-

hari yang mereka temui (Yanti et al., 2019). Langkah-langkah metaphorical

thinking yaitu: 1) Grounding methapors yaitu dasar memahami ide-ide

matematika yang dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari; 2) Lingking

methapors yaitu membangun keterkaitan antara dua hal yaitu memilih,

menegaskan, memberi kebebasan dan mengorganisasikan karakteristik dari topik

utama dengan didukung oleh topik tambahan dalam bentuk pernyataan-pernyataan

metaforik; 3) Redefinitional methapors mendefinisikan kembali metaphor-

metaphor tersebut dan memilih yang paling cocok dengan topik yang akan

diajarkan. Dari pernyataan tersebut perserta didik dapat belajar membuat

kesimpulan berdasarkan metafora yang mereka buat untuk memahami suatu

konsep (Hendriana et al., 2017).

4
Selain pendekatan metaphorical thinking, pengembangan LKPD dapat

dikembangkan dengan konteks kemaritiman, karena konteks kemaritiman

merupakan konteks yang relevan digunakan untuk persoalan matematika yang

berkenaan dalam kehidupan sehari-hari dalam proses pembelajaran. Secara

geografis provinsi kepulauan riau disebut sebagai wilayah maritim, dan sebagain

besar seluruh kegiatan masyarakat kepulauan Riau berhubungan dengan

kemaritiman. Sehingga konteks kemaritiman sangat sesuai digunakan dalam

penerapan matematika untuk mudahkan perserta didik menghubungkan

pengalamannya dalam kehidupan yang dialaminya.

Berdasarkan latar belakang di atas dibutuhkan suatu pengembangan LKPD

yang valid dan praktis untuk melatih kemampuan literasi matematis perserta didik

berbasis pendekatan metaphorical thingking. Oleh karena itu peneliti mengajukan

judul penelitian yaitu: “Pengembangan Lembar Kerja Perserta Didik Berbasis

Pendekatan Metaphorical Thinking dengan Konteks Kemaritiman untuk Melatih

Kemampuan Literasi Perserta Didik Pada Materi Aritmatika Sosial Kelas VII

SMP”

B. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka

permasalahan akan dibatasi sebagai berikut:

1. Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah materiaritmatika sosial. Kompetensi

dasar pada silabus yang memuat materi pokok ini adalah kompetensi dasar 3.9

dan 4.9.

5
2. Pokok bahasan materi dalam LKPD didesain berdasarkan pendekatan

metaphorical thingking dengan konteks kemaritiman Pulau Bintan, Provinsi

Kepulauan Riau.

3. Soal-soal yang diberikan merupakan soal yang dapat mengukur kemampuan

literasi matematis.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah

bagaimana pengembangan lembar kerja perserta didik berbasis pendekatan

metaphorical thinking dengan konteks kemaritiman untuk melatih kemampuan

literasi perserta didik pada materi aritmatika sosial kelas VII SMP yang valid dan

praktis bagi perserta didik?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujan penelitian ini adalah mengembangkan

lembar kerja perserta didik berbasis pendekatan metaphorical thinking dengan

konteks kemaritiman untuk melatih kemapuan literasi matematis perserta didik

pada materi aritmatika sosial kelas VIII SMP yang valid dan praktis bagi perserta

didik.

E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk yang dikembangkan pada penelitian ini adalah LKPD berbasis

pendekatan metaphorical thinking dengan konteks kemaritiman untuk melatih

kemampuan literasi perserta didik pada materi aritmatika sosial kelas VII SMP.

LKPD yang dikembangkan ini menggunakan Cover kertas buffalo dan lembaran

6
halaman ini menggunakan kertas HVS A4. Kemudian LKPD ini dicetak dengan

model spiral bound scrapbook.

Bagian depan merupakan sampul LKPD yang terdiri dari judul LKPD

berbasis pendekatan metaphorical thinking dengan konteks kemaritiman untuk

melatih kemampuan literasi perserta didik pada materi aritmatika sosial kelas VII

SMP dan juga memuat daftar isi, kata pengantar dan deskripsi tokoh matematika.

Bagian isi LKPD terdiri dari Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan kurikulum

2013 yang sudah direvisi, indicator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran

yang berorientasi pada masalah kehidupan sehari-hari, latihan soal dan

rangkuman. Bagian penutup terdiri dari daftar pustaka dan biografi penulis beserta

sampul belakang

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagi Guru

Dapat menggunakan LKPD sebagai bahan ajar untuk membantu kegiatan

pembelajaran yang lebih aktif dan efisien karena LKPD berbasis pendekatan

metaphorical thinking dengan konteks kemaritiman untuk melatih literasi sesuai

dengan kebutuhan perserta didik.

b. Bagi peserta didik

Dengan menggunakan LKPD berbasis pendekatan metaphorical thinking

dengan konteks kemaritiman dapat melatih kemampuan literasi perserta didik.

c. Bagi peneliti

7
Dapat menambah imu pengetahuan serta wawasan tentang penelitian

pengembangan lembar kerja perserta didik dengan pendekatan metaphorical

thingking.

G. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian

1. Asumsi Penelitian

Asumsi dari penelitian ini adalah produk yang dihasilkan yaitu lembar kerja

perserta didik berbasis pendekatan metaphorical thingking dengan konteks

kemaritiman untuk melatih kemampuan literasi perserta didik pada materi

aritmatika sosial. LKPD ini dikembangkan agar bisa dijadikan bahan ajar bagi

perserta didik.

2. Keterbatasan Penelitian

Dalam pengembangan lembar kerja perserta didik terdapat keterbatasan

penelitian yaitu Materi pada LKPD yang dikembangkan yaitu materi aritmatika

sosial kelas VII SMP LKPD yang dikembangkan menggunakaan pendekatan

metaphorical thinking dengan konteks kemaritiman dapat untuk melatih literasi

perserta didik.

H. Definisi Istilah

Definisi istilah yang digunakan dalam peneliti yaitu lembar kerja perserta

didik berbasis pendekatan metaphorical thinking dengan konteks kemaritiman dapat

untuk melatih literasi perserta didik, maka diberikan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Pengembangan adalah salah satu jenis penelitian yang digunakan untuk


menghasilkan dan mengembangkan produk baru LKPD berbasis pendekatan

metaphorical thingking dengan konteks kemaritiman yang dapat digunakan

sebagai salah satu bahan ajar untuk melatih kemampuan literasi perserta didik.

8
2. Lembar Kerja Perserta Didik

Lembar Kerja Perserta Didik merupakan kepanjangan dari LKPD, yaitu bahan

cetak yang memuat Kompetensi Dasar (KD), indicator pencapaian kompetensi,

petunjuk belajar, materi pembelajaran yang memuat kemaritiman, latihan soal,

serta rangkuman. LKPD yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah didesain

dengan Microsoft word dengan karakteristik pendekatan metaphorical thingking

konteks kemaritiman.

3. Metaphorical Thingking

Metaphorical Thingking adalah pendekatan pembelajaran sebagai suatu proses

berpikir untuk memahami dan mengkomunikasikan konsep-konsep abstrak

dalam matematika menjadi hal yang lebih konkrit dan membandingkan dua

hal yang berbeda makna (Wahyuni et al., 2017). Melalui proses metafora

perserta didik dilatih untuk menghubungkan antara pengetahuan, pengalaman

maupun konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan ini, dapat

dihubungkan dalam konsep matematika secara nyata di dalam kehidupan

sehari-hari.

4. Kemaritiman

Matritim adalah seluruh kegiatan dan aktifitas pelayaran dan perdagangan

berhubungan dengan laut. Sedangkan Kemaritiman adalah seluruh kegiatan

masyarakat yang berhubungan dengan laut. Kemaritiman berdasarkan

termonologi adalah wilayah permukaan laut, pelagik dan mesopelagik yang

merupakan daerah subur di mana pada daerah ini terdapat kegiatan seperti

pariwisata, lalu lintas, pelayaran dan jasa-jasa kelautan. Seluruh komponen

9
materi dalam LKPD ini didesain dengan konteks kemaritiman yang mencakup

wilayah Karimun Provinsi Kepulauan Riau.

5. Literasi Matematika

Pada penelitian ini, kemampuan literasi matematika dituangkan dalam soal

latihan yang ada di dalam LKPD. Yang dimaksudkan kemampuan literasi

matematika adalah kemampuan setiap individu untuk memformulasikan,

menggunakan dan menginterpretasi matematika dalam berbagai konteks

terutama dalam memecahkan permasalahan matematika pada kehidupan nyata

6. Aritmatika Sosial

Aritmatika sosial merupakan salah satu materi pelajaran matematika kelas VII

SMP semester genap matematika wajib kurikulum 2013. Di dalam aritmatika

sosial terdapat beberapa materi yang dipelajari yaitu pembelian, penjualan,

keuntung, kerugian, persentase, bunga tunggal, diskon, bruto, neto, dan tara.

7. Valid

Valid yang berarti tepat dari segi materi dan media sesuai dengan kriteria

kualitas produk tersebut. LKPD berbasis pendekatan metaphorical thingking

konteks kemaritiman yang valid setelah dilakukan validasi oleh ahli materi

dan ahli media dan revisi produk.

8. Praktis

Praktis yaitu mudah dalam penggunaan. Kepraktisan produk pengembangan

ditentukan dari pendapat pendidik yang menyatakan bahwa produk yang

dihasilkan dapat digunakan dan produk mudah digunakan oleh pendidik dan

peserta didik dari segi kebutuhan pembelajaran, sesuai dengan harapan, serta

10
mudah digunakan kapanpun dan dimanapun. Data kepraktisan diperoleh dari

angket respon pendidik dan peserta didik.

11

Anda mungkin juga menyukai