Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KEMAMPUAN NUMERASI SISWA KELAS VIII

DALAM MENYELESAIKAN SOAL SETARA AKM (ASESMEN


KOMPETENSI MINIMUM) DI MTsN 2 BANDA ACEH

Proposal skripsi

diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan


memenuhi syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Trisna Isnanda Putri


NPM.1906103020051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan sebagai suatu entitas yang berperan penting dalam budaya dan

peradaban manusia terus mengalami perubahan yang sangat pesat mengikuti

perkembangan zaman dan membuat kehidupan semakin kompetitif dan

perkembangan ini mendorong perubahan yang cukup besar dalam pelaksaan

pendidikan.Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003

menyebutkan bahwa Pendidikan adalah salah satu usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan susasan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Seiring berkembangnya teknologi dan pendidikan turut menciptakan tantangan

bagi setiap individu untuk saling bersaing. Wagner dan Change Leadership Group

(dalam Zubaidah,2016) mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan siswa dalam

menghadapi kehidupan, dunia kerja pada abad ke-21 diklasifikasikan dalam tujuh

keterampilan berikut: (1) kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, (2)

kolaborasi dan kepemimpinan, (3) ketangkasan dan kemampuan beradaptasi, (4)

inisiatif dan berjiwa entrepeneur, (5) mampu berkomunikasi efektif baik secara oral
maupun tertulis, (6) mampu mengakses dan menganalisis informasi, dan (7)

memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.

Oleh karena itu, Menteri Pendidikan Indonesia Nadiem Anwar Makarin

mencetuskan program Merdeka Belajar pada tahun 2019.Kebijakan pada program ini

terdiri atas empat poin,yaitu: Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) ditiadakan,

program ini dikembalikan kepada kebijakan sekolah; Ujian Nasional (UN) diganti

dengan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan survei karakter; tiga belas

komponen yang terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) diganti

menjadi 3 komponen; dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang

berorientasi pada proporsional (Harususilo, 2019).

Kebijakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dikeluarkan sebagai hasil

kebijakan perolehan nilai PISA 2018 yang menunjukkan bahwa kemampuan literasi

dan numerasi siswa Indonesia tergolong sangat rendah dibandingkan dengan negara

lain. Dari hasil survey PISA mengindikasi bahwa kompetensi literasi membaca siswa

Indonesia berada pada level rendah yakni berkisar sekitar 70% (OECD, 2018). Hal

yang sama juga berlaku pada kemampuan matematika dan sains yang berturut-turut

berkisar 71% dan 60% (OECD, 2018). Maka itu, kebijakan Asesmen Kompetensi

Minimum (AKM) ini diharapkan mampu menjadi solusi atas sistem pendidikan

Indonesia dan melahirkan generasi yang berkualitas sehingga mampu menghadapi

persaingan ketat di era revolusi 4.0 ini.

Kompetensi dasar yang difokuskan dalam Asesmen Kompetensi Minimum ini

meliputi kemampuan literasi dan numerasi.AKM menyediakan persoalan yang


memuat berbagai konteks yang dapat diselesaikan oleh siswa dengan kompetensi

literasi dan numerasinya. Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk

menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang berkaitan dengan matematika

dasar untuk memecahkan masalah nyata dalam situasi kehidupan sehari-hari guna

memberikan informasi dalam format yang berbeda, baik itu grafik, tabel, maupun

bagan, kemudian menggunakan interpretasi hasil analisis untuk pengambilan

keputusan (Rosalina dan Suhardi, 2020).

Salah satu kemampuan yang diukur dalam Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM) adalah kemampuan numerasi yakni kemampuan dasar yang menjadi bekal

siswa dalam mengimplementasikan konsep bilangan,keterampilan operasi hitung dan

kemampuan yang digunakan untuk menerjemahkan informasi kuantitatf yang ada di

kehidupan siswa (Teresia, 2021).Kemampuan numerasi tidak hanya sekadar

kemampuan menghitung,melainkan kemampuan mengaplikasikan konsep hitungan

dalam suatu konteks,baik abstrak maupun nyata.Konsep soal yang dikembangkan

untuk Asesmen Kompetensi Minimum adalah yang bersifat kontekstual,mengukur

kompetensi pemecahan masalah, dan merangsang siswa untuk berpikir kritis.

Kemendikbudristek melalui Pusat Asesmen dan Pembelajaran membuat AKM

kelas untuk membantu guru dalam mendiagnosa capaian setiap siswa dalam

kompetensi literasi dan numerasi sehingga guru dapat merancang sebuah

pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kompetensi siswa (Pusat Asesmen

Pendidikan, 2023). AKM Kelas dilaksanakan secara mandiri oleh satuan pendidikan

yang dibagi ke dalam enam level pembelajaran, yaitu level 1 (kelas 1-2), level 2
(kelas 3-4), level 3 (kelas 5-6), level 4 (7-8), level 5 (kelas 9-10), dan level 6 (kelas

11-12). Konten yang dibahas pada numerasi AKM sebagai berikut: (1) bilangan; (2)

pengukuran dan geometri; (3) data dan ketidakpastian; serta (4) aljabar. Konten

bilangan meliputi sifat urutan, operasi, dan representasi berbagai jenis bilangan.

Konten pengukuran dan geometri meliputi penggunaan volume, luas permukaan

berbagai jenis bangun serta pengukuran nilai. Data dan ketidakpastian merupakan

konten yang meliputi interpretasi siswa dalam memahami peluang dan penyajian

data sedangkan konten aljabar meliputi rasio dan proporsi, persamaan dan

pertidaksamaan serta relasi dan fungsi yang termasuk pola bilangan (Kemendikbud,

2020).

Berdasarkan observasi awal peneliti dan wawancara dengan salah satu guru di

MTsN 2 Banda Aceh,diketahui bahwa pembelajaran di MTsN 2 Banda Aceh belum

sepenuhnya terintegrasi dengan soal-soal berbasis AKM Numerasi,namun saat

inibanyak ditemukan siswa siswi kelas VIII MTsN 2 Banda Aceh yang mengalami

kesulitan dalam menjawab soal setara Asesmen Kompetensi Minimumc(AKM),hal

ini menunjukkan bahwa kemampuan numerasi siswa masih sangat kurang,siswa

siswi MTsN 2 Banda Aceh mengeluh kesulitan dalam mengerjakan soal berbasis

AKM,mereka kesulitan mengimplementasikan konsep pada soal dalam bentuk

aljabar maupun bilangan,ada siswa yang langsung menemukan hasil namun tidak

mengerti tahap penyelesaiannya,ada pula siswa yang kesulitan memahami maksud

dari soal yang diberikan.


Beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini diantaranya seperti ,

penelitian oleh Penelitian Anggraini dan Setianingsih (2022) mengungkap bahwa

siswa dengan kemampuan numerasi yang rendah belum mampu memberikan solusi

penyelesaian dari soal AKM pada tingkat penerapan, sedangkan siswa dengan

kemampuan numerasi sedang sudah dapat menyelesaikan soal AKM pada tingkat

penerapan, tetapi waktu yang tersedia masih kurang untuk mengerjakan soal-soal

tersebut, sementara itu siswa dengan kemampuan numerasi yang kuat sudah terbiasa

dengan pertanyaan AKM sehingga mereka dapat menyelesaikan setiap soal dengan

tepat, baik pada tingkat pemahaman, penerapan, maupun tingkat

penalaran. .Selanjutnya penelitian Wahyu Linda Setianingsih (2022)

mengungkapkan bahwa tingkat kompetensi numerasi siswa termasuk dalam tingkat

dasar,dimana siswa belum mampu menggunakan berbagai macam angka atau simbol

yang terkait dengan matematika dasar pada soal tipe AKM numerasi,siswa belum

mampu menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik,

tabel, bagan, diagram dan lain sebagainya) .

Berdasarkan uraian di atas membuktikan bahwa pentingnya kemampuan

numerasi dimiliki siswa dalam memecahkan soal.Dalam hal ini,peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian kualitatif deskriptif dengan judul “Analisis Kemampuan

Numerasi Siswa Kelas VIII Dalam Menyelesaikan Soal Setara Asesmen Kompetensi

Minimum (AKM) di MTsN 2 Banda Aceh “


1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana kemampuan numerasi siswa MTsN 2 Banda Aceh dalam

menyelesaikan soal setara Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) ?

2. Apa saja aspek dalam proses pembelajaran matematika yang berpengaruh

terhadap kemampuan numerasi siswa kelas VIII MTsN 2 Banda Aceh dalam

menyelesaikan soal Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) ?

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini

yaitu:

1. Untuk menganalisis kemampuan numerasi siswa MTsN 2 Banda Aceh

dalam menyelesaikan soal setara Asesmen Kompetensi Minimum(AKM).

2. Untuk mengetahui aspek apa saja dalam proses pembelajaran matematika

yang berpengaruh terhadap kemampuan numerasi siswa kelas VIII MTsN 2

Banda Aceh dalam menyelesaikan soal Asesmen Kompetensi Minimum

(AKM).

1.3. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran terkait upaya

peningkatan kemampuan pemecahan masalah masalah sesuai dengan gaya

belajar yang siswa miliki.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, hasir dari penelitian ini dapat digunakkan untuk menentukan

gaya belajar yang sesuai agar lebih mudah dalam menyelesaikan masalah

matematika.

b. Bagi guru, dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan

mengajar matematika agar sesuai dengan gaya belajar yang siswa miliki.

c. Bagi sekolah, dari hasil penelitian ini dapat digunakan dalam upaya

peningkatan kualitas pengetahuan siswa terutama dalam pemecahan

masalah matematika.

d. Bagi peneliti, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan, wawasan, dan pengalaman mengenai kemampuan

pemecahan masalah sesuai gaya belajar.

1.4. Definisi Operasional

Berdasarkan judul penelitian yang telah diuraikan,supaya tidak terjadi

kesalahpahaman mengenai maksud dari penelitian ini, maka berikut ini definisi

istilah yang terkandung dalam penyusunan penelitian sebagai berikut:

1. Kemampuan Numerasi
Kemampuan numerasi ialah kemampuan dalam memahami serta menggunakan

matematika pada beragam jenis situasi untuk memecahkan masalah, dan mampu dalam

menjelaskan bagaimana menggunakan matematika kepada orang lain.

2. Pemecahan Masalah

Pemecahan soal adalah usaha yang dilakukan oleh siswa dengan menggunakan berbagai

jenis pengetahuan, keahlian serta persepsi yang dikuasainya dalam menciptakan

penyelesaian atas persoalan yang dijumpainya. Persoalan yang dimaksud ialah persolan

dalam bentuk pertanyaan atau soal matematika yang diberikan dari guru kepada siswa.

3. Asesmen Kompetensi Minimum

Asesmen kompetensi minimum adalah bentuk penilaian atau evaluasi terhadap

kemampuan mendasar yang dibutuhkan oleh para pelajar agar dapat

menumbuhkembangkan kemampuan dan kecakapan diri serta dapat berkontribusi secara

positif ke masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai