SKRIPSI
Oleh :
KURBIYATUL HASANAH
201810060311153
LEMBAR PERSETUJUAN
instrumen yang dipakai di sekolah lebih banyak mencakup ranah kognitif C2, C2, dan
C3 atau masuk dalam kategori LOTS yang termuat dalam Taksonomi Bloom, ini menerangkan
bahwa masih kurangnya pemakaian soal tes untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa dan dibutuhkannya pengembangan soal tes yang bisa digunakan guru untuk mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa melalui penilaian dan evaluasi yang lebih terperinci
(Laksono, 2019). Instrumen penilaian yang dibuat dengan baik dan sesuai dengan tingkatan
kemampuan berpikir dapat meningkatkan daya pikir siswa, khususnya dalam berpikir tingkat
tinggi (Amalia & Susilaningsih). Tes yang mengarah pada kemampuan berpikir kritis dan
berguna untuk mendorong siswa memiliki keterampilan ini adalah tes TTMC.
David Treagust (Frp et al., n.d.) pertama kali mengembangkan instrument test two tier
multiple choice yang merupakan bentuk pertanyaan yang lebih rumit dibandingkan bentuk tes
pilihan ganda pada umumnya. Two tier multiple choice merupakan tes obyektif yang tediri dari
dua tingkat, tingkat yang pertama berupa pilihan ganda pada umumnya, tingkat kedua berupa
alasan dari pemilihan jawaban yang pertama. Salah satu tes yang bisa mengasah keterampilah
siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu Instrumen TTMC.
Instrumen TTMC mempunyai keunggulan dari tes Instrumen yang lain dikarenakan Instrumen
merupakan instrumen tes yang lebih efektif dalam mengujikan tingkat berpikir siswa untuk bisa
menjadi lebih tinggi dari pada uji pilihan ganda biasa dan penilaian dari Instrumen Two-tier
Untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa dalam menyelesaikan
persoalan matematika, dibutuhkan soal yang mampu mendorong siswa untuk meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi salah satunya yaitu dengan mengerjakan tes soal yang
berbasis masalah kontekstual. penggunaan tes soal berbasis kontekstual membuat soal lebih
menarik dan membuat siswa semakin termotivasi dalam mengerjakan soal maupun mempelajari
materi matematika (Saputra, Widodo, & Nurfahrudianto, 2018). Pembelajaran matematika tidak
hanya berfokus pada kemampuan siswa daam menyelesaikan soal yang berupa angka, tetapi juga
berfokus kepada peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah secara kontekstual
(Angriani & Fuadah, 2018). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Saraswati dkk (2020)
terhadap adanya kendala siswa dalam menyelesaikan soal Hots dikarenakan siswa kebanyakan
mengalami kesulitan dalam membuat kalimat matematika. Hal yang lain yang menjadi kendala
siswa dalam mengerjakan soal kontekstual dalam bentuk soal cerita, akibatnya siswa belum bisa
menemukan langkah-langkah yang tepat dalam menyelesaikan soal. Pokok dari soal berbentuk
uraian adalah tujuan soal dibuat untuk mendorong siswa menyusun jawabannya sendiri dan
mendorong siswa untuk berpikir kritis. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa dengan
mengerjakan soal berbasis masalah kontekstual kemampuan berpikir kritis siwa dapat diukur.
Masalah kontekstual adalah suatu masalah dimana keadaan masalah tersebut meruapakan
pengalaman nyata bagi siswa yang berkaitan dengan kehidupan sehari hari (Loli et al., n.d.). Hal
lain juga di sampaikan oleh Wardhani , dalam suatu jurnal yang mengatakan bahwa
permasalahan kontekstual merupakan masalah yang berisi materi tentang kehidupan sehari-
hari,baik actual maupun yang tidak actual, namun dapat dibayangkan oleh siswa karena pernah
dialami olehnya (Ilmiah et al., 2017). Matematikaberperan penting bagi kehidupan manusia
dalam mengantisipasi, merencanakan, memutuskan, dan menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Menteri pendidikan Menteri Pendidikan Muhajir Effendy telah mendesain
ujian nasional berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengharuskan siswa memahami
permasalahan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari (Hairun dan Tonra, 2020).
Menurut Pinkan (2017), materi aljabar merupakan ilmu matematika yang sangat luas oleh karena
itu materi aljabar dapat disajikan dalam bentuk permasalahan kontekstual (Ilmiah et al., 2017).
Menteri pendidikan Menteri Pendidikan Muhajir Effendy telah mendesain ujian nasional
berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengharuskan siswa memahami permasalahan
matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari (Hairun dan Tonra, 2020)
Pentingnya penguasaan keterampilan berpikir tingkat tinggi terdapat dalam beberapa poin
Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah. Poin yang diharapkan yaitu siswa dapat
membangun dan menerapkan informasi atau pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan
inovatif; dalam pengambilan keputusan; serta menunjukkan kemampuan menganalisis dan
memecahkan masalah kompleks (Zubaidah & Malang, 2017). Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan oleh penelitian tedahulu bahwasanya beberapa sekolah belum menggunakan test
Two-tier multiple choice untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa dan
beberapa pendidik juga belum mengenal jenis test tersebut (Di & Sma, 2019). Keterampilan
berpikir tingkat tinggi akan membuat siswa akan terbiasa dalam menghadapi masalah yang sulit.
Siswa yang memiliki kemampuan tingkat tinggi akan mampu bersaing di dunia global saat ini.
Penelitian yang mengangkat topik mengenai pengembangan Instrumen TTMC telah
banyak dilakukan sebelumnya, seperti penelitian yang berjudul Pengembangan Instrumen Two-
Tier Multiple Choice (TTMC) Untuk Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (Ttmc,
Order, Skills, Order, & Skills, n.d.). Pengembangan Instrumen tes TTMC untuk mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik SMP dengan hasil yang valid dan realiabel
(Nafi et al., 2019). Instrumen tes TTMC untuk mengukur kemampuan kognitif siswa (Rachman,
2018). Penelitian yang relevan yang membahas tentang Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
dalam menyelesaikan soal HOTS mata pelajaran Matematika (Saraswati & Agustika, 2020).
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Matematika Model
PISA (Megawati et al., 2019). Analisis Kemampuan berpikir Tingkat Tinggi mahasiswa dalam
pemecahan masalah Kombinatorika Dasar (Katolik & Mandira, 2019).penelitian yang
mengangkat topic tentang masalah kontekstual seperti Pengembangan Instrumen Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi Berbasis Kontekstual (Saputra et al., 2018). Bahan ajar matematika
berbasis kontekstual pada materi fungsi untuk meningkatkan kemampaun pemecahan masalah
matematis (Program & Pendidikan, 2020).
Berdasarkan uraian diatas hal yang menjadi pembeda dari peneltian sebelumnya adalah
pada peneltian ini peneliti berfokus pada Pengembangan Instrumen TTMC untuk mengukur
kemampuan berikir tingkat tinggi siswa menggunakan soal berbasis masalah kontekstual.
Sehingga penelitian yang akan dilakukan peneliti belum pernah dilakukan sebelumnya.