Oleh:
Eka Elia Robiah Adawiah
228060013
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika tidak dilihat sebagai
kumpulan pengetahuan abstrak yang terputus dari dunia, tetapi dilihat sebagai akar dari
fenomena sehari-hari (Buscher, 2018). Menurut (Ratnasari dan Nurhidayah, 2020) agar
dapat menguasai dan membuat teknologi di masa depan diperlukan kuatnya penguasaan
matematika. Oleh karena itu, matematika sangat diperlukan dalam memahami
kehidupan. Hal ini menunjukkan pelajaran matematika penting dalam konteks
pendidikan di sekolah (Panggabean, 2020).
Dalam dunia pendidikan, kemampuan dalam berfikir perlu dikembangkan dalam
proses pembelajaran terutama untuk menyelesaikan persoalan matematika (Hanany dan
Sumaji, 2020). Seperti yang dikemukakan oleh (Setyaningsih dan Ekayanti, 2019) untuk
menyelesaikan persoalan matematika perlu mengembangkan keterampilan berpikir
didalam proses pembelajaran. Untuk menerapkan konsep dari bilangan dan
keterampilan menggunakan operasi hitung dalam kehidupan sehari-hari dibutuhkan
kemampuan numerasi yang dimiliki oleh siswa.
Kemampuan numerasi merupakan kemampuan intelektual seseorang yang
melibatkan proses berpikir sistematis dan logis dalam melakukan operasi hitung (Gunur,
2018). Sedangkan menurut (Teresia, 2021), kemampuan numerasi adalah kemampuan
dasar yang membekali siswa untuk menerapkan konsep dari bilangan, keterampilan
operasi hitung (yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam
kehidupan sehari-hari dan kemampuan yang digunakan untuk menginterpretasi
informasi kuantitatif yang ada disekitar siswa. Oleh karena itu, kemampuan numerasi
merupakan salah satu kemampuan dasar individu yang dibutuhkan dalam bidang
matematika di kehidupan sehari-hari.
Kemampuan numerasi menjadi salah satu kemampuan yang diukur dalam Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM). Asesmen Kompetensi Minimum adalah bagian dari
Asesmen Nasional (AN). Salah satu perubahan yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan
di Indonesia pada abad 21 adalah melakukan perubahan dalam Ujian Nasional (UN)
menjadi AN. Tiga bagian asesmen yang ada dalam Asesmen Nasional yaitu, AKM, Survei
Karakter, dan Survey Lingkungan (Kemendikbud, 2021). Asesmen Kompetensi
Minimum digunakan sebagai asesmen untuk mengukur bagaimana kemampuan literasi
dan numerasi siswa. Aljabar, bilangan, geometri, pengukuran, data, dan ketidakpastian
merupakan konten numerasi dalam AKM (Kemendikbud, 2021). Menurut
(Kemendikbud, 2020), sistem berpikir tingkat tinggi berbasis konteks dalam kehidupan
sehari-hari diterapkan pada soal AKM. Namun, pada mata pelajaran matematika siswa
sering mengalami kesulitan pada proses perumusan masalah dalam kehidupan sehari-
hari menjadi model matematika, sama halnya dengan menafsirkan konteks keadaan
nyata menjadi model matematika serta memahami struktur matematika yang terdiri
dari ketertiban, hubungan, dan pola dalam masalah (Syawahid, 2019).
Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang telah melaksanakan AKM pada tahun
2021 adalah SMKN 1 Binong, Waktu persiapan AKM yang dilakukan cukup singkat,
yaitu selama tiga minggu dengan dua kali pertemuan setiap minggunya. Teknis
persiapan AKM dilakukan dengan siswa mempelajari materi dan soal AKM dari rumah
terlebih dahulu dan pembahasannya dilakukan di sekolah ketika jam tambahan untuk
persiapan AKM. Dapat diketahui juga dalam pelaksanaan AKM secara online terdapat
beberapa kendala. Diantaranya adalah siswa belum menerima setengah materi yang ada
pada soal AKM, siswa kesulitan mengatur waktu dalam mengerjakan soal, siswa
kesulitan menguraikan jawaban di komputer, dan untuk jenis AKM numerasi siswa
kesulitan menemukan cara yang tepat untuk mengerjakan soal setelah memahami
maksud soal.
Berdasarkan paparan diatas, maka penyelidikan terhadap kemampuan numerasi
siswa dalam mengerjakan soal numerasi pada tes AKM merupakan hal penting untuk
dilakukan. Dengan menganalisis kemampuan numerasi siswa dalam mengerjakan soal
AKM, dapat diketahui bagaimana kemampuan numerasi yang dimiliki siswa.
Selanjutnya, hasil analisis tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam memperbaiki
kualitas pembelajaran dan kesiapan siswa dalam pelaksanaan AKM pada tahun ajaran
selanjutnya. Oleh sebab perlu digunakan sebuah model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah tipe numerasi AKM salah satunya
yaitu model Creative Problem Solving (CPS). Model pembelajaran ini merupakan suatu
model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan
masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Dalam model pembelajaran
Creative Problem Solving, siswa dilatih untuk berpikir dan bertindak kreatif dalam
memecahkan permasalahan. Model Creative Problem Solving (CPS) ini merupakan
variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam
mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu masalah. Jadi siswa akan
lebih berpikir dan menggunakan ide-ide untuk meningkatkan hasil belajarnya. Karena
didalam model tersebut siswa akan diajarkan untuk mendiskusikan suatu permasalahan
bersama dengan teman sekelompoknya dan siswa akan diajarkan untuk mengungkapkan
pendapat tentang berbagai strategi yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Lalu siswa akan meninjau kembali setiap pendapat dengan memilih alternatif
yang paling baik digunakan sebagai solusi.
Disini siswa akan diajarkan untuk menentukan strategi mana yang dapat diambil
untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan
penyelesaian dari masalah tersebut. Setelah itu siswa dapat mengimplementasikan
pendapat yang dipilih untuk diterapkan sampai ditemukan pemecahan masalah yang
diharapkan. Dengan menggunakan model Creative Problem Solving siswa diharapkan
mampu meningkatkan ketangguhan belajar siswa dalam menghadapi soal tipe numerasi
AKM dan dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan permasalahan tipe
numerasi AKM dengan cara yang kreatif. Maka dalam upaya meningkatkan
kemampuan penyelesaian soal tipe Numerasi dan meningkatkan ketangguhan belajar
siswa, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “PENINGKATAN
KEMAMPUAN NUMERASI AKM DAN KETANGGUHAN BELAJAR
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana Peningkatan Kemampuan Numerasi Akm Melalui Model Pembelajaran
Creative Problem Solving?
b. Bagaimana Peningkatan Ketangguhan Belajar Melalui Model Pembelajaran Creative
Problem Solving?
c. Apakah model pembelajaran creaetive problem solving dapat meningkatkan
kemampuan numerasi AKM?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dari penelitian ini
sebagai berikut:
a. Untuk Mengetahui proses model pembelajaran creaetive problem solving dalam
meningkatkan kemampuan numerasi AKM
b. Untuk Mengetahui proses model pembelajaran creaetive problem solving dalam
meningkatkan ketangguhan belajar siswa
c. Untuk mengetahui hasil model pembelajaran creaetive problem solving dalam
meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah tipe numerasi AKM
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
a. Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam
merencanakan pembelajaran untuk persiapan AKM berdasarkan kemampuan
numerasi siswa.
b. Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan mutu pendidikan
sekolah dalam pelaksanaan Asesmen Nasional pada tahun ajaran berikutnya.
E. KERANGKA PEMIKIRAN
Adapun ringkasan penelitian-penelitian relevan yang dijadikan sumber referensi terkait
kajian dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut:
No Judul Penyusu/ Perbedaan Hasil Penelitian
Tahun
1 Hasnaini, Perbedaan dari tinjauan Model pembelajaran
Efektivitas
Penerapan Universitas penelitian terdahulu yang Creative Problem
Model
Negeri pertama dengan penelitian ini Solving efektif
Pembelajaran
Creative Makassar adalah pendekatan. diterapkan dalam
Problem
Tahun 2021 Pendekatan penelitian pembelajaran
Solving (Cps)
Dalam terdahulu yaitu menggunakan matematika pada siswa
Pembelajaran kuantitatif- pre-experimental. kelas X SMA Negeri 9
Matematika
Sedangkan peneliti Makassar
Pada Kelas X
Sma Negeri 9 menggunakan pendekatan
Makassar
mixed methods (Kuantitatif-
Kualitatif).
2 Fatimah Perbedaan dari tinjauan Penerapan model CPS
Penerapan
Model Azzahra penelitian terdahulu yang efektif dalam
pembelajaran
IAIN pertama dengan penelitian ini meningkatkan
Creative
Problem Parepare adalah pendekatan. kemampuan berpikir
Solving
Tahun 2018 Pendekatan penelitian kritis pada mata
(CPS) dalam
meningkatka terdahulu yaitu menggunakan pelajaran PAI kelas XII
n
kuantitatif-. Sedangkan SMAN 1 Parepare. Hal
kemampuan
berpikir kritis penelitian ini menggunakan ini berarti bahwa model
pada mata
pendekatan mixed methods pembelajaran CPS
pelajaran
pendidikan (Kuantitatif-Kualitatif). terbukti efektif dalam
agama islam
meningkatkan
peserta didik
kelas XII kemampuan berpikir
SMAN 1
kritis dalam
Parepare
meningkatkan
kemampuan kritis
peserta didik kelas XII
di SMAN 1 Parepare
penggunaan Irawan Perbedaan terletak pada Dapat Meningkatkan
pembelajaran Sutiawan tujuan yang ingin dicapai, kemampuan pemecahan
Creative Universitas penelitian terdahulu bertujuan masalah matematis dan
Problem Pasundan untuk meningkatkan self efficary
Solving tahun 2018 kemampuan pemecahan
(CPS) dalam masalah matematis dan self
upaya efficary sedangkan tujuan
meningkatka penelitian sekarang untuk
n meningkatkan kemampuan
kemampuan penyelesaian masalah tipe
pemecahan numerasi AKM dan
masalah meningkatkan ketangguhan
matematis belajar siswa.
dan Self
efficary siswa
SMP
F. KERANGKA TEORI
Kerangka teori dalam penelitian ini adalah alur pikir yang dijadikan pijakan atau acuan dalam
memahami masalah yang diteliti
SMKN 1 Binong
Fase E (Aljabar)
Model
Pembelajaran CPS
Penerapan
Peningkatan
Ketangguhan
Belajar
G. HIPOTESIS
H. OPERASIONALISASI VARIABEL
a. Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran
yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang
diikuti dengan penguatan keterampilan
b. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah penilaian kompetensi mendasar yang
dibutuhkan seluruh siswa agar dapat mengembangkan kemampuan diri sendiri serta
berperan aktif dalam masyarakat pada kegiatan yang bernilai positif (Mendikbud 2020).
c. Ketangguhan Belajar ketangguhan belajar merupakan kepribadian seseorang yang mampu
menghadapi hambatanhambatan dalam proses pembelajaran khususnya di zaman sekarang
ini. Firmasnyah dan Melinda (2019)
d. Kemampuan penyelesaian masalah adalah kecapakan atau potensi yang
dimiliki siswa dalam menyelesaikan permasalahan dan mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari – hari”. Gunantara (2014)
I. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pendekatan
campuran (mixed Method) Concurrent Triangulation.
J. PENGORGANISASIAN (WAKTU, ORANG, DAN BIAYA)
Waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan dalam waktu 6 bulan terhitung
dari bulan November hingga bulan April 2023. Subjek penelitian ini adalah
meningkatkan kemampuan numerasi AKM. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X TBSM 1 SMKN 1 Binong tahun 2023/2024. Jumlah siswa laki-laki sebanyak 30
orang.
K. DAFTAR PUSTAKA
Aisah, H., Yulianti Zaqiah, Q., & Supiana, A. (2021). Implementasi Kebijakan Asesmen
Kemampuan Minimum (AKM): Analisis Implementasi Kebijakan AKM. Jurnal
Pendidikan Islam Al-Affan, 1(2), 128–135. http://ejournal.stit-
alquraniyah.ac.id/index.php/jpia/
Andiani, D., Hajizah, M. N., & Dahlan, J. A. (2020). Analisis Rancangan Assesmen
Kompetensi Minimum (AKM) Numerasi Program Merdeka Belajar. Majamath: Jurnal
Matematika Dan Pendidikan Matematika, 4(1), 80–90.
http://ejurnal.unim.ac.id/index.php/majamath/article/view/1010/544
Eggen, Paul. Strategi dan Model Pembelajaran Edisi Keenam. Jakarta: Indeks, 2012.
Hassoubah, Z. I. Developing Creative & Critical Thinking : Cara Berpikir Kreatif &
Kritis. Bandung: Nuansa, 2004.
Indrawan, Rully dan Yaniawati, Poppy Metodologi Penelitian (Kuantitatif, kualitatif, dan
campuran untuk manajemen, pembangunan, dan pendidikan). Bandung: Refika Aditama,
2017.
Kadir. Stastitika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata Sempurna, 2008.
Kowiyah. Kemampuan Berpikir Kritis. dalam Jurnal Pendidikan Dasar, Volume. 3,
No. 5/-2012.
Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Video Compact Disk
dalam Pembelajaran Matematika. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Konstektual. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008
http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/mengenal-lebih-dekat-bentuk-soal-asesmen-
kompetensi-minimum-akm-sekolah-dasar. Diakses tanggal 1 Agustus 2023.
Ningsih, Tutuk. Penerapan Model Pembelajaran Kreatif- Kritis dalam Mata Kuliah
Sosiologi Pendidikan. dalam Jurnal Penelitian Volume. 8, No. 2, Purwokerto: STAIN
Purwokerto, 2011.
Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsp dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Cet. XII: Bandung:
RemajaRosdakarya, 2012
Rohim, D. C., Rahmawati, S., & Ganestri, I. D. (2021). Konsep Asesmen Kompetensi
Minimum Meningkatkan Kemampuan Literasi Numerasi Sekolah Dasar untuk Siswa.
Jurnal Varidika, 33(1), 54–62. https://doi.org/10.23917/varidika.v33i1.14993
Rosydiana, A.-. (2017). Analisis Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Berdasarkan Langkah Pemecahan Masalah Polya. Mathematics Education Journal, 1(1),
54. https://doi.org/10.22219/mej.v1i1.4550
Suryobroto. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.
Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Cet. XVI: Bandung:
RemajaRosdakarya,2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Cet. XV; Bandung: Alfabeta, 2012
Triandini, E., Jayanatha, S., Indrawan, A., Werla Putra, G., & Iswara, B. (2019). Metode
Systematic Literature Review untuk Identifikasi Platform dan Metode Pengembangan
Sistem Informasi di Indonesia. Indonesian Journal of Information Systems, 1(2), 63.
https://doi.org/10.24002/ijis.v1i2.1916