Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENELITIAN

PERBANDINGAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME


TOKEN DAN CPS ( CREATIVE PROBLEM SOLVING ) TERHADAP
PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA PADA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X DI KABUPATEN
SLEMAN DAN BANTUL
Dosen Pengampu: Koryna Aviory, M. Pd.

Oleh :

Bagas Anggi Saputra

NPM. 17144100023

PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
TAHUN 2019
5

ABSTRAK

BAGAS ANGGI SAPUTRA. Perbandingan Pengaruh Model Pembelajaran Time


Token dan CPS ( Creative Problem Solving ) Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau
Dari Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas X Di
Kabupaten Sleman Dan Bantul. Pendidikan Matematika. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta. Yogyakarta. Januari 2020.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran Time Token dan CPS ( Creative Problem Solving )
terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang ditinjau dari
keaktifan siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Keaktifan dan prestasi belajar
siswa sebelum penerapan model pembelajaran Time Token dan CPS terhadap
mata pelajaran matematika; (2) Keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Time Token dan CPS;
(3) Keaktifan dan prestasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran
Time Token dan CPS pada mata pelajaran matematika, pada siswa kelas XI di
Kabupaten Bantul dan Sleman dan; (4) Mengetahui perbandingan keefektivan
model pembelajaran Time Token dan CPS dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Jenis perlakuan dalam
penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Time Token dan CPS dalam
pembelajaran matematika. Pengumpulan data melalui observasi dan angket untuk
mendapatkan data proses pembelajaran, dan tes untuk mendapatkan data prestasi
belajar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi
proses pembelajaran, lembar angket proses pembelajaran, dan tes prestasi belajar
siswa..
Kata Kunci: Keaktifan, Prestasi, Time Token, CPS

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa: “Pendidikan merupakan usaha sadar
yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya,
masyarakat, bangsa maupun Negara. Pendiikan merupakan usaha sadar dalam
proses pembelajaran yang terencana agara nantinya peserta diik menjadi
manusia yang lebih baik. Pendidikan dasar sebagai pendidikan awal juga
sangat berpengaruh terhadap pendidikan yang selanjutnya”.
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan peserta didik,
meliputi potensi, kecakapan serta karakteristik pribadinya kearah yang positif,
baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan hanya
memberikan pengetahuan, nilai-nilai, atau melatih keterampilan. Pendidikan
berfungsi mengembangkan apa yang secara potensial dan aktual yang telah
dimiliki oleh peserta didik, karena pesera didik bukan wadah kosong yang
harus diisi dari luar.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai peran
penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring
dengan peran pentingnya, matemtika juga mempunyai keterkaitan dengan
ilmu pengetahuan lainnya. Matematika diberikan kepada siswa dimulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sehingga matematika mempunyai
banyak kemampuan untuk membekali siswa. Melalui pembelajaran
matematika siswa mulai diajarkan untuk memiliki kemapuan berfikir logis, 4
kritis, analitis, sistematis serta kemampuan bekerja sama dalam satu
kelompok (Rena, 2015).

1
2

Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)


disebutkan bahwa terdapat lima kemampuan dasar matematika yang
merupakan standar proses yakni pemecahan masalah (problem solving),
penalaran dan bukti (reasoning and proof), komunikasi (communication),
koneksi (connections) dan representasi (representation). Sehingga dalam
matematika kemampuan untuk memecahkan suatu masalah menjadi sangat
penting.
Prestasi belajar adalah kemampuan aktual yang dapat diukur secara
langsung dengan tes. Presatasi belajar juga di pengaruhi dari segi kreativitas
siswa. Prestasi belajar juga merupakan hasil perubahan tingkah laku yang
meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang merupakan
keberhasilan siswa (Maria, 2015).
Kegiatan pembelajaran harus dapat memberikan dan mendorong
keaktifan. Ketidaktepatan pemilihan pendekatan atau strategi pembelajaran
sangat 2 memungkinkan keaktifan siswa menjadi tidak tumbuh subur, justru
bahkan kehilangan keaktifannya (Aunurrahman, 2009: 120).
Keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Salah satu cara mengaktifkan
belajar siswa adalah dengan memberikan rangsangan tugas, tantangan,
memecahkan masalah, atau mengembangkan pembiasaan agar dalam dirinya
tumbuh kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya dan oleh
karena itu perlu dilakukan sepanjang hayat (Marno dan Idris, 2008 :170).
Guru memang memegang peran yang sangat penting dalam dunia
pendidikan terutama pendidikan formal di sekolah. Guru dapat dikatakan
sebagai penentu keberhasilan seorang siswa dalam proses pembelajaran.
Maka dari itu, guru harus menciptkan suasana proses pebelajaran menjadi
menyenangkan. Dengan pemilihan model pembelajaran yang dapat
menumbuhkan keaktifan belajar pada siswa.
3

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung secara konvensional
(umum).
2. Rendahnya Tingkat keaktifan dalam belajar.
3. Overnya tingkat kenakalan siswa.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini membahas mengenai
masalah perbandingan model pemebelajaran Time Token dan model
pembelajaran CPS (Creative Problem Solving) terhadap prestasi belajar
ditinjau dari keaktifan siswa SMA kelas X di kabupaten Sleman dan Bantul.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti bermaksud melaksanakan
penelitian dengan judul, Perbandingan Model Pembelajaran Time Token dan
CPS ( Creative Problem Solving ) terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari
Keaktifan Siswa Kelas X SMA se-Kabupaten Sleman dan Bantul.

Jadi rumusan masalah dari judul tersebut adalah:

1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar matematika antar model


pembelajaran dan antar keaktifan siswa SMA kelas X se-kabupaten
Sleman dan Bantul?
2. Apakah ada perbedaan prestasi yang menggunakan model
pembelajaran Time Token dibandingkan dengan model pembelajaran
CPS ( Creative Problem Solving)?
3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang
memiliki Keaktifan belajar tinggi yang pelajaranya menggunakan
model Time Token lebih tinggi dibandikan dengan yang
menggunakan CPS ?
5

4. Apakah ada interaksi antar model pembelajaran dengan Keaktifan


Belajar terhadap prestasi belajar matematika?

E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
peneliti yaitu:
1. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika antar model
pembelajaran dan antar keaktifan siswa SMA kelas X se-kabupaten
Sleman dan Bantul.
2. Untuk mengetahui perbedaan prestasi yang menggunakan model
pembelajaran Time Token dibandingkan dengan model pembelajaran
Creative Problem Solving ( CPS ).
3. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang
memiliki keaktifan belajar tinggi yang pelajaranya menggunakan
model Time Token ebih tinggi dibandikan dengan yang
menggunakan Creative Problem Solving ( CPS ).
4. Untuk mengetahui interaksi antar model pembelajaran dengan
keaktifan terhadap prestasi belajar matematika.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat diantaranya adalah:
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan secara teoritis mampu
memberikan konstribusi terhadap pembelajaran matematika terutama
tentang kreativitas dan prestasi belajar matematika siswa.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa Meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar.
b. Bagi Guru Sebagai alternatif pembelajaran didalam kelas
menggunakan pembelajaran Time Token dan Creative Problem
Solving (CPS).
c. Bagi Sekolah Sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui kinerja
guru dalam menyampaikan materi dialam kelas.
5
5

d. Bagi Peneliti
1) Dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan keaktifan belajar dalam
memahami matematika.
2) Dapat digunakan sebagi acuan untuk melakukan penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Keaktifan
Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 19) berarti giat
(bekerja atau berusaha), sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau
keadaan dimana siswa dapat aktif. Aktif artinya bahwa dalam
pembelajaran peserta didik aktif secara fisik dan mental dalam hal
mengemukakan penalaran, menemukan kaitan satu dengan yang lain,
mengkomunikasikan ide atau gagasan, mengemukakan bentuk
representasi yang tepat, dan menggunakan semua itu untuk memecahkan
masalah (Iif Khoiru Ahmadi dan Sofan Amri, 2011: 30).
Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting dan
mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap
guru di dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar siswa ditandai oleh
adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fisik
jika dibutuhkan (Anurrahman, 2012: 119).
Menurut Nana Sudjana (2005: 61) keaktifan siswa dpat dilihat
dalam:
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
b. Terlibat dalam pemecahan masalah
c. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh
g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya.

6
7

Dari ciri-ciri keaktifan menurut Nana Sudjana (2005: 61) di atas,


maka dapat diambil delapan indikator:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya


Maksud dari indikator ini adalah siswa ikut serta dalam proses
pembelajaran misalnya siswa mendengarkan, memperhatikan,
mencatat dan mengerjakan soal dan sebagainya.
b. Terlibat dalam pemecahan masalah
Maksud dari indikator tersebut adalah ikut aktif dalam
menyelesaikan masalah yang sedang dibahas dalam kelas,
misalnya ketika guru member masalah/soal siswa ikut membahas.
c. Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya
Maksud dari inidikator tersebut adalah jika tidak memahami
materi penejelasan dari guru hendaknya siswa menyampaikan
pertanyaan, baik pada guru/siswa lain.
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk
menyelesaikan masalah
Maksud indikator tersebut adalah berusaha mencari
informasi/cara yang bisa digunakan dalam menyelesaikan suatu
masalah/soal. Yaitu siswa mencari informasi dari buku.
e. Melaksanakan diskusi kelompok
Maksud dari indikator tersebut adalah melakukan kerja sama
dengan teman diskusi untuk menyelesaikan masalah/soal.
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperolehnya
Maksud dari indikator tersebut adalah menilai kemampuan
dirinya yaitu dengan mencoba mengerjakan soal setelah guru
menerangkan materi.
g. Melatih diri dalam memecahkan soal/masalah, yaitu siswa dapat
mengerjakan soal/masalah dengan mengerjakan LKS
Maksud dari indikator tersebut adalah dapat menyelesaikan
soal/masalah.
8

h. Kesempatan menggunakan/menerapkan apa yang diperolehnya


dalam menyelesaikan tugas/persoalan yang dihadapinya
Maksud dari indikator tersebut adalah menggunakan/menerapkan
rumus/ langkah-langkah yang telah diberikan dalam soal yang
dihadapi dalam kelas.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keaktifan belajar dapat
dilihat dari berbagai hal seperti turut serta dalam melaksanakan tugas
belajarnya, terlibat dalam penyelesaian masalah, bertanya kepada siswa
lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah, melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan
petunjuk guru menilai, kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang
diperoleh, melatih diri dalam menyelesaikan soal atau masalah yang
sejenis serta kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya.

2. Prestasi
Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada semua orang
yang berlangsung seumur hidup. Belajar adalah kegiatan individu
memperoleh pengetahuan, prilaku dan keterampilan dengan cara
mengolah bahan belajar. Menurut Robert M. Gagne, belajar merupakan
kegiatan yang kompleks dengan hasil belajar berupa kemampuan yang
dihasilkan dari stimulasi yang berasal dari lingkungan, serta proses
kognitif yang dilakukan oleh pelajar (Roida, 2012).
Jadi belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup. Dengan perkataan lain juga
dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang berlansung
secara terus menerus, artinya sepanjang hayatnya manusia akan
mengalami proses belajar, sedangkan salah satu definisi modern tentang
9

belajar dinyatakan bahwa belajar adalah pengalaman terencana yang


membawa perubahan tingkah laku.
Menurut Hamalik, “Belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or
strengthening of behavior through experiencing)”. Dengan kata lain
belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri individu sebagai
hasil dari pengalaman itu sebenarnya usaha dari individu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Interaksi yang dimaksud tidak lain
adalah interaksi edukatif yang memungkinkan terjadinya interaksi proses
belajar mengajar (Maria, 2015).
Menurut Woodworth dan Marquis menyatakan bahwa prestasi
belajar adalah kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung
dengan tes. Sunaryo juga menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan
hasil perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik yang merupakan keberhasilan siswa.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan prestasi belajar
matematika adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh yang
menyebabkan perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif,
afektif dan psikomotor pada pembelajaran matematika. Ranah kognitif
menyangkut pemahaman, kemampuan, dan analisis siwa yang dapat di
ukur melalui tes matematika.

3. Model Pembelajaran Koorperatif Tipe Time Token


a. Pengertian Kooperatif Tipe TIME TOKEN
Menurut Julie model pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan guru untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara-gaya
belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan
optimal pada berbagai model pembelajaran. Berdasarkan defenisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah salah
satu cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan dari proses
10

menyajikan bahan pelajaran untuk memperoleh perubahan perilaku


secara keseluruhan.
Nurfaih, Siti; mengemukakan bahwa model pembelajaran Time
Token merupakan tipe dari pendekatan struktural dari beberapa model
pembelajaran kooperatif, untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tecakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sejalan dengan
itu.
Syarif Fauzan mengemukakan bahwa model pembelajaran Time
Token merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran
yang demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang demokratis
adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek.
Mereka harus mengalami sebuah perubahan ke arah yang lebih positif.
Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham,
dan dari tidak tahu menjadi tahu. Di sepanjang proses belajar itu,
aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain
mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk
mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permaslahan yang
ditemui.

b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token


Tanirebja, Tukiran dkk (2011: 43) mengurai Langkah-langkah
pelaksanaan model pembelajaran Time Token sebagai berikut : 
1) Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative
learning) 
2) Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik.
Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
3) Bila telah selesai bicara kupon yang dipegang siswa diserahkan
kepada guru. Setiap bebicara satu kupon 
4) Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang
masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis, dan
seterusnya.
11

Berdasarkan di atas, maka secara garis besar langkah


pembelajaran model Time Token , yaitu guru memberi sejumlah
kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa.
Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada
guru. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi
setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis
kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon
harus bicara sampai semua kuponnya habis.
c. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TIME TOKEN
Syarif Fauzan merumuskan kelebihan model pembelajaran Time
Token sebagai berikut :
1) Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan
partisipasinya
2) Siswa tidak mendominasi pembicaraan  atau diam saja 
3) Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran 
4) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek
bebicara) 
5) Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya 
6) Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling
mendengarkan, berbagi, memberikan masukan dan
keterbukaan terhadap kritik. 
7) Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain 
8) Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi
bersama terhadap permasalahan yang ditemui. 
9) Tidak memerlukan banyak media pembelajaran. 
d. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TIME TOKEN
Model pembelajaran Time Token juga memiliki kekurangan atau
kelemahan, sebagaimana yang diformulasikan oleh Syarif
Fauzan sebagai berikut : 
1) Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja 
2) Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak
12

3) Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan dalam proses


pembelajran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu
sesuai jumlah kupon yang dimiliknya.
4) Siswa yang aktif bicara bisa mendominasi dalam kegiatan
pembelajaran.

4. Model Pembelajaran CPS ( Creative Problem Solving )


a. Pengertian Model Creative Problem Solving
Model Creative Problem Solving (CPS) adalah model
pembelajaran yang menekankan kepada keterampilan berpikir siswa
untuk menyelesaikan masalah serta mengembangkan ide- ide yang
diperoleh untuk diungkapkan serta tidak menghafal.
Menurut Karen Pepkin (2009: 3), “Model pembelajaran Creative
Problem Solving (CPS) adalah suatu metode pembelajaran yang
melakukan pemusatan pada pengajaran dan ketrampilan memecahkan
masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan”. Sedangkan
Menurut Pepkin (Muslich, 2007: 221),“creative problem
solving adalah ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan atau
permasalahan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan
masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya’’. Tidak
hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan
memecahkan masalah memperluas proses berpikir.
Larson (dalam Suma 2006), menyatakan secara umum tujuan
pengajaran pemecahan masalah adalah untuk meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Selain sebagai tujuan, pemecahan
masalah merupakan sarana memperdalam pemahaman konsep-konsep
dan prinsip-prinsip utama, serta membantu pebelajar untuk
menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu pada berbagai
persoalan (Tao dalam Suma, 2006). Pemecahan masalah juga
dianggap sebagai metode pembelajaran, di mana siswa berlatih
13

memecahkan persoalan. Persoalan dapat datang dari guru, suatu


fenomena tertentu atau persoalan sehari-hari yang dijumpai siswa.
Menurut Taylor (dalam Suyanto dkk., 2001) problem
solving mengembangkan kemampuan anak mengambil keputusan.
Ada empat jenis pengetahuan yang dikembangkan dalam diri siswa
melalui problem solving (Copley dalam Suyanto et al., 2001).
Keempat pengetahuan tersebut ialah (1) deklaratif knowledge, (2)
procedural knowledge, (3) schematic knowledge, dan (4)
metacognitive knowledge. Declaratif knowledge adalah pengetahuan
tentang fakta, terminologi, atau prinsip. Siswa mengetahui berbagai
hal yang tidak ia ketahui setelah memecahkan masalah. Procedural
knowledge adalah pengetahuan tentang prosedur atau cara. Schematic
knowledge adalah skema tentang cara yang telah ditempuh dan
dimiliki siswa setelah memecahkan persoalan. Metacognitive
knowledge yakni memikirkan kembali hal-hal yang sudah dipikirkan
sehingga seseorang bertanggung jawab terhadap apa yang
dipikirkannya.
Model pembelajaran pemecahan masalah dalam hal ini model
pembelajaran pemecahan masalah kreatif (creative problem solving)
adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada
pengajaran pemecahan masalah dan keterampilan memecahkan
masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan memecahkan
masalah tersebut (Pepkin, 2004). Ketika dihadapkan dengan suatu
permasalahan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan
masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak
hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan
memecahkan masalah memperluas proses berpikir. Tyler (dalam
Redhana, 2002) berpendapat bahwa pengalaman atau pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
keterampilan-keterampilan dalam pemecahan masalah dapat
merangsang keterampilan berpikir kritis siswa. Berpikir kritis
14

diperlukan dalam rangka memecahkan suatu permasalahan sehingga


diperoleh keputusan yang cepat dan tepat.
Menurut Mitchell dan Kowalik (dalam Irma, 2008) crative
problem solving adalah suatu cara berpikir dan bertindak dalam
memecahkan suatu permasalahan. Kreatif (creative) adalah suatu ide
dasar yang bersifat asli (orisinil), inovatif, efektif, dan komplek untuk
menghasilkan suatu solusi yang memiliki nilai dan relevansi. Masalah
(problem) adalah kesenjangan antara situasi nyata dengan kondisi
yang diinginkan, situasi yang memiliki tantangan, dan
mengkonfrontasikan individu atau kelompok untuk menemukan
jawaban. Pemecahan (solving) dalam hal ini pemecahan masalah
adalah penemuan jawaban dari masalah yang dihadapi. Jadi creative
problem solving adalah suatu proses, metode atau sistem untuk
mendekati suatu masalah dengan cara yang efektif dan efisien.
Menurut Lavonen et al. (dalam Irma, 2008) keistimewaan dari
model pembelajaran creative problem solving adalah menempatkan
siswa pada situasi yang nyata, karena masalah yang dikemukaan
merupakan tipe masalah yang ill defined, komplek dan bermakna,
dengan pemecahan yang kreatif dari siswa. Hal ini sejalan dengan
riset di bidang pendidikan yang menunjukkan bahwa sebuah teknik
yang efektif untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
(problem solving) adalah dengan membiarkan siswa untuk
menghadapi masalah-masalah yang terkait dengan isu-isu kompleks
(ill-defined problem) sesering dan sedini mungkin yang terkait dengan
bidangnya King dan Kitchener (dalam Irma, 2008) . Siswa dapat
bekerja dalam tim (kelompok), berkolaborasi dan menunjukkan sikap
yang profesional dalam mengkonfrontasikan masalah dengan situasi
nyata yang seluas-luasnya
Suatu soal yang dianggap sebagai “masalah” adalah soal yang
memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian
sebelumnya. Masalah berbeda dengan soal latihan. Pada soal latihan,
15

siswa telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah jelas


hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan
biasanya telah ada contoh soal. Pada masalah siswa tidak tahu
bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi siswa tertarik dan tertantang
untuk menyelesaikannya. Siswa menggunakan segenap pemikiran,
memilih strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan
penyelesaian dari suatu masalah (Suyitno dalam Nuriana, TT. 2012).
Masalah diberikan di awal pembelajaran, sehingga terkadang
siswa belum memiliki informasi yang lengkap untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Namun demikian siswa harus menyelesaikan
masalah dengan menggunakan solusi yang terbaik dari data yang
tersedia. Siswa akan berusaha mengaitkan prinsip atau konsep fisika
yang terkait untuk memecahkan permasalahan. Apabila ada konsep
yang belum mereka peroleh sebelumnya yang berkaitan dengan
pemecahan masalah, maka konsep itu akan dipelajari sendiri oleh
siswa secara mandiri, sehingga siswa akan menjadi lebih ingat
terhadap konsep yang mereka pelajari sendiri tersebut. Tipe dari
proses yang melalui banyak tahapan ini (multistaged process)
merupakan karateristik dari model pembelajaran creative problem
solving. Menurut Deluca, 1993; Fisher, 1990; Welch dan Lim, 2000
(dalam Lavonen dkk., 2002) tahapan tersebut adalah (1) merumuskan
masalah, (2) mengaitkan masalah dengan dunia nyata, (3) meletakkan
tujuan, (4) mengumpulkan banyak ide-ide, (5) mengevaluasi ide, (6)
memilih dan menentukan solusi, dan (7) mengecek serta mengevaluasi
hasil pemecahan masalah atau solusi.
b. Langkah-langkah ( Sintaks ) Creative Problem Solving
Adapun proses dari model pembelajaran pemecahan masalah
kreatif (creative problem solving), terdiri dari langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Klarifikasi Masalah
16

Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada


siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat
memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
Klarifikasi masalah diperlukan karena penyelesaian terhadap
suatu masalah sangat tergantung pada pemahaman terhadap
masalah itu sendiri. Sekali masalah berhasil dirumuskan maka
langkah berikutnya dapat dilalui dengan mudah.
2) Pengungkapan Pendapat
Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan
pendapat tentang berbagai macam solusi/penyelesaian
masalah. Siswa berusaha untuk menemukan berbagai alternatif
penyelesaian masalah. Untuk itu setiap siswa harus kreatif,
berpikir secara divergen, dan memiliki daya temu yang tinggi.
3) Evaluasi dan Pemilihan
Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok
mendiskusikan pendapat-pendapat atau solusi mana yang
cocok untuk menyelesaikan masalah. Siswa meninjau kembali
pendapatnya dengan memberikan penjelasan dari setiap
pendapat yang diungkapkan, dengan demikian dapat dicoret
strategi/cara/penyelesaian yang kurang relevan. Pada tahap ini
siswa menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang kritis,
selektif, dengan berpikir secara konvergen. Siswa memilih
alternatif terbaik yang digunakan sebagai solusi.
4) Implementasi
Pada tahap ini siswa menentukan solusi mana yang dapat
diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian
menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah
tersebut.

Secara umum sintaks model pembelajaran CPS adalah sebagai berikut

FASE PRINSIP REAKSI


17

Klarifikasi Masalah Memberikan penjelasan kepada siswa


apabila mengalami kesulitan tentang
masalah yang diajukan.
 Siswa mengklarifikasi masalah dan
merumuskan masalah dalam kalimat
sederhana.
 Guru membantu memberikan
penjelasan kepada siswa apabila
mengalami kesulitan tentang
masalah yang diajukan agar siswa
dapat memahami tentang
penyelesaian seperti apa yang
diharapkan.
Pengungkapan Mengungkapkan pendapat tentang
Pendapat berbagai macam strategi penyelesaian
masalah.
 Guru mengarahkan agar siswa
berdiskusi di dalam kelompoknya
dan setiap anggota kelompok bebas
mengungkapkan pendapatnya
tentang berbagai macam strategi
penyelesaian masalah.
Evaluasi dan Pemilihan Setiap kelompok mendiskusikan
pendapat-pendapat yang cocok untuk
menyelesaikan masalah.
 Siswa meninjau kembali
pendapatnya dengan memberikan
penjelasan dari setiap pendapat yang
diungkapkan dengan demikian dapat
dicoret strategi/cara/penyelesaian
yang kurang relevan
18

Memilih alternatif terbaik yang


digunakan sebagai solusi.
 Siswa menggunakan pertimbangan-
pertimbangan yang kritis, selektif,
dengan berpikir secara konvergen.
 Siswa memilih alternatif terbaik
yang digunakan sebagai solusi.
Implementasi Menentukan strategi mana yang dapat
diambil untuk menyelesaikan masalah,
kemudian menerapkannya sampai
menemukan penyelesaian dari masalah
tersebut.
 Siswa mengimplementasikan
pendapat yang dipilih untuk
diterapkan sampai ditemukan
pemecahan msalah yang diharapkan.

Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran CPS

c. Kelebihan Model Creative Problem Solving


1) Siswa memiliki keterampilan memecahkan masalah.
2) Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara
kreatif, rasional, logis, dan menyeluruh.
3) Pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja.
4) Menimbulkan keberanian pada diri siswa untuk mengemukakan
pendapat dan ide-idenya.
d. Kelemahan Model Creative Problem Solving
1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai
dengan tingkat berpikir siswa itu tidak mudah.
19

2) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan


menerima informasi dari guru menjadi belajar yang banyak
berpikir untuk memecahkan permasalahan secara individu
maupun kelompok yang kadang-kadang memerlukan berbagai
sumber belajar merupakan tantangan atau bahkan kesulitan bagi
siswa.
3) Proses pembelajaran memerlukan waktu yang lama.
4) Kurang sistematis apabila metode ini diterapkan untuk
menyampaikan bahan baru.

B. Kerangka Berfikir
Pembelajaran matematika hendaknya di desain untuk dapat memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat menumbuhkembangkan kemampuan
mereka secara maksimal. Dengan demikian pembelajaran matematika
menuntut keaktifan siswa sedangkan guru hanya sebagai fasilitator untuk
membantu siswa dalam pembelajaran.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel independen (bebas) dan variabel
dependen (terikat). Variabel independen ini ada dua, Model Pembelajaran
sebagai (X1) yang terdiri dari dua yaitu Model Pembelajaran Time Token dan
Model Pembelajaran Creative Problem Solving. Kreativitas sebagai (X2)
terdiri dari keaktifan belajar tinggi dan Keaktifan belajar rendah. Variabel
dependen adalah prestasi belajar matematika (y).

Penelitian ini menggunakan empat subjek yaitu:

- Subjek 1: Keaktifan Belajar siswa tinggi yang diajar menggunakan


model Time Token
- Subjek 2: Keaktifan Belajar rendah yang diajar menggunakan model
Time Token
- Subjek 3: Keaktifan Belajar siswa tinggi yang diajar menggunakan
model CPS.
20

- Subjek 4: Keaktifan Belajar rendah model yang diajar menggunakan


model CPS.

Dengan demikian akan diperoleh pula 4 prestasi belajar dari keempat


subjek tadi untuk diperbandingkan. Instrumen pengukuran (X1)
menggunakan soal tes, sedangkan instrumen pengukuran (X2) menggunakan
angket.

C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir diatas, hipotesis penelitian ini dapat di
rumuskan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan prestasi belajar matematika antar model pembelajaran
dan antar Keaktifan siswa SMA kelas X se-kabupaten Sleman dan
Bantul.
2. Ada perbedaan prestasi yang menggunakan model pembelajaran Time
Token dibandingkan dengan model pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS).
3. Ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang memiliki
kreativitas berprestasi tinggi yang pelajaranya menggunakan model
Tiem Token lebih tinggi dibandikan dengan yang menggunakan
Creative Problem Solving ( CPS )
4. Ada interaksi antar model pembelajaran dengan keaktifan terhadap
prestasi belajar matematika
21
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Waktu yang akan digunakan untuk penelitian ini yaitu pada saat proses
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Time Token dan CPS
(Creative Problem Solving). Waktu disesuaikan dengan jadwal pembelajaran
matematika di SMA yang terpilih.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di beberapa SMA di kabupaten
Sleman dan Bantul yang dipilih secara acak.

B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen. Metode
eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari, yang bertujuan untuk mengetahui apakah sesuatu metode,
prosedur, sistem, proses, alat, dan bahan serta model efektif dan efisien
jika diterapkan di suatu tempat.
Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada
tidaknya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat
tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada
beberapa kelompok kontrol untuk perbandingan.
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode kuasi
eksperimen yang betul-betul (True Experimental Design) berbentuk
Pretest – Posttes Control Group Design (Sugiyono, 2016).

21
22

Kelas Pretest Perlakuan Posttest


Eksperimen 1 O1 X1 O2
Eksperimen 2 O3 X2 O4
Tabel 2. Desain Penelitian
Keterangan:
X1 = Proses pembelajaran dengan model Time Token.
X2 = Proses pembelajaran dengan model CPS.
O1 = Tes kemampuan awal kelas eksperimen 1.
O2 = Tes kemampuan akhir kelas eksperimen 1.
O3 = Tes kemampuan awal kelas eksperimen 2.O4 = Tes
kemampuan akhir kelas eksperimen 2.
Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan berbagai
persiapan dari memilih dan menentukan subjek penelitian, memilih materi
yang akan diberikan, hingga membuat rancangan strategi pembelajaran.
Langkah kedua yaitu memberikan tes awal (pretest) untuk melihat
kemampuan awal siswa. Langkah selanjutnya adalah memberi perlakuan
strategi pembelajaran berbasis masalah kepada kelas yang berbeda dengan
aktivitas tinggi dan aktivitas rendah.
Untuk melihat perkembangan hasil belajar setelah penerapan strategi
pembelajaran dilakukan test akhir (post test). Untuk melihat tingkat
keberhasilan strategi pembelajaran kedua langkah tersebut dilakukan baik
pada kelompok eksperimen 1 maupun eksperimen 2.
Tahapan-tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Observasi awal, meliputi kegiatan-kegiatan; (1) pengamatan langsung
terhadap proses pembelajaran, (2) menentukan subjek penelitian dan
bahan/materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam strategi
pembelajaran, (3) mengkaji literatur yang berkaitan dengan
pendekatan dan metode yang digunakan serta menganalisis konsep-
konsep yang terdapat dalam pokok bahasan yang akan disampaikan,
23

dan (4) menentukan indikator yang akan diterapkan untuk menilai


hasil dari strategi pembelajaran.
2. Penyusunan rancangan strategi pembelajaran, yaitu mengintegrasikan
hasil dan analisis konsep dan indikator-indikator yang akan digunakan
dalam evaluasi. Rancangan strategi pembelajaran disusun dalam
bentuk langkah-langkah kegiatan pembelajaran, pendekatan metode,
media, alat evaluasi yang digunakan, serta pemberian tes awal.
3. Tahap Pelaksanaan
Tahap pertama, guru memberikan pretest. Pemberian pretest untuk
melihat kemampuan awal siswa. Pemberian pretest dilakukan pada
pertemuan pertama. Selanjutnya, tahap kedua pada pertemuan kedua,
guru menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran berbasis masalah. Pada tahap ketiga atau
pertemuan ketiga siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas. Pada tahap ke empat guru memberikan evaluasi.
4. Tahap Pengolahan Data
a. Mengumpulkan data dari kelas eksprimen 1 dan kelas eksperimen
2.
b. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh dari
kelas eksprimen 1 dan kelas eksperimen 2.
c. Membuat kesimpulan
d. Menyusun laporan penelitian.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesempulannnya (Sugiyono, 2016).
24

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI


SMA Negeri di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman yang terdapat
95 sekolah yaitu:

RERATA
NO NAMA SATUAN PENDIDIKAN
NILAI

1 SMA KOLESE DE BRITTO 78,62


2 SMA NEGERI 1 BANTUL 77,98
3 SMA NEGERI 1 GODEAN 77,77
4 SMA BUDI UTAMA 77,37
5 SMA NEGERI 1 KALASAN 76,84
6 SMA NEGERI 1 DEPOK 76,72
7 SMA NEGERI 2 BANTUL 76,55
8 SMA NEGERI 1 PAKEM 75,26
9 SMA NEGERI 1 SLEMAN 74,78
10 MA TARUNA ALQURAN 71,04
11 SMA KESATUAN BANGSA 70,88
12 SMA NEGERI 1 BANGUNTAPAN 70,55
13 SMA NEGERI 1 KASIHAN 70,06
14 SMA NEGERI 2 NGAGLIK 69,15
15 SMA NEGERI 1 MLATI 68,77
16 SMA NEGERI 1 JETIS 68,55
17 SMA ALI MAKSUM 68,39
18 SMA NEGERI 1 SEWON 67,72
19 SMA NEGERI 2 SLEMAN 66,48
20 MAN 3 SLEMAN 65,98
21 SMA NEGERI 1 GAMPING 65,03
22 SMA IT BINA UMAT 64,7
23 SMA NEGERI 1 SEYEGAN 64,08
24 SMA NEGERI 1 PRAMBANAN 63,96
25 MA HIDAYATULLAH 63,87
26 SMA NEGERI 3 BANTUL 63,71
27 SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN 63,34
28 SMA STELLA DUCE BANTUL 62,9
29 SMA BUDI MULIA DUA 62,26
30 SMA MUHAMMADIYAH BOARDING SCHOOL 62,15
31 SMA NEGERI 1 NGAGLIK 62,11
32 SMA NEGERI 1 PUNDONG 61,94
33 SMA NEGERI 1 SANDEN 61,57
34 MA SUNAN PANDANARAN 61,49
35 MA ISLAMIC CENTRE BIN BAZ 61,08
25

36 SMA NEGERI 1 PAJANGAN 60,93


37 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK 60,84
38 SMA NEGERI 1 CANGKRINGAN 60,44
39 MAN 4 BANTUL 60,14
40 SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU 60,12
41 MA ALI MAKSUM 60,12
42 SMA NEGERI 1 PLERET 59,94
43 SMA NEGERI 1 SEDAYU 59,65
44 SMA ISLAM AL AZHAR 9 YOGYAKARTA 59,49
45 SMA NEGERI 1 IMOGIRI 59,48
46 SMA IT BAITUSSALAM 59,41
47 SMA NEGERI 1 TURI 59,11
48 MA UNGGULAN AL-IMDAD 57,97
49 SMA NEGERI 1 TEMPEL 57,95
50 SMA NEGERI 1 MINGGIR 57,75
51 SMA SAINS WAHID HASYIM 57,61
52 SMA NEGERI 1 BAMBANGLIPURO 56,25
53 MA IBNUL QOYYIM 56,22
54 SMA MUHAMMADIYAH PIYUNGAN 55,84
55 MA PONPES IBNUL QOYYIM PUTRA 55,72
56 SMA BOPKRI BANGUNTAPAN 55,71
57 MAN 3 BANTUL 55,26
58 MAN 1 SLEMAN 55,23
59 SMA NEGERI 1 PIYUNGAN 54,82
60 SMA MUHAMMADIYAH PAKEM 54,49
61 SMA GAMA YOGYAKARTA 53,91
62 SMA IMMANUEL KALASAN 53,61
63 MA WAHID HASYIM 53,51
64 SMA MUHAMMADIYAH KASIHAN 52,9
65 SMA ISLAM 3 SLEMAN 52,86
66 MA AL-MAHAD AN-NUR 52,67
67 MAN 4 SLEMAN 52,63
68 MAN 2 SLEMAN 52,41
69 SMA MUHAMMADIYAH 1 SLEMAN 52,31
70 MAN 5 SLEMAN 52,12
71 SMA NEGERI 1 KRETEK 51,96
72 MADRASAH ALIYAH ASSALAFIYYAH 51,11
73 SMA YOGYAKARTA INDEPENDENT SCHOOL 51,07
74 SMA MUHAMMADIYAH 1 PRAMBANAN 50,86
75 SMA ANGKASA 50,65
76 SMA UII BANGUNTAPAN 50,1
77 MAN 1 BANTUL 49,42
26

78 SMA NEGERI 1 DLINGO 49,26


79 SMA KOLOMBO SLEMAN 49,25
80 SMA SANTO MIKAEL SLEMAN 49,12
81 SMA MUHAMMADIYAH BANTUL 48,9
82 SMA MUHAMMADIYAH MLATI 48,69
83 MAN 2 BANTUL 48,63
84 SMA INSTITUT INDONESIA SLEMAN 48,54
85 SMA ISLAM 1 PRAMBANAN 48,14
86 SMA ISLAM 1 GAMPING 47,9
87 SMA NEGERI 1 SRANDAKAN 47,64
88 SMA MUHAMMADIYAH PLERET 47,1
89 SMA MUHAMMADIYAH KALASAN 46,93
90 SMA MUHAMMADIYAH SEWON 46,32
91 SMA MUHAMMADIYAH IMOGIRI 45,69
92 SMA PGRI I KASIHAN 44,73
93 SMA MANDALA BHAKTI 43,13
94 MA IBNU SINA 42,66
95 SMA DHARMA AMILUHUR 40,78
(Sumber: Data Statistik Nilai Ujian Nasional SMA 2019,
Puspendikbud)
Tabel 3. Peringkat Hasil Ujian Nasional Kabupaten Sleman dan
Kulon Progo
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Teknik yang dilakukan dalam pengambilan sampel yaitu
menggunakan teknik Cluster Random Sampling, yang digunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data luas
(Sugiyono, 2016). Sampel dalam penelitian ini dipilih sesuai dengan
rangking Ujian Nasional SMA di Kabupaten Bantul dan Sleman yang
telah dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok tinggi (peringkat 1-32),
sedang (peringkat 33-64), dan rendah (peringkat 65-95). Dari setiap
kelompok masing-masing akan diambil 1 sekolah, yaitu SMA Negeri 1
Kasihan, MAN 1 Sleman dan SMA Negeri 1 Srandakan. Kemudian setiap
SMA dipilih kelas secara acak (Random) didapatkan kelas XI IPA 3 dan
kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Kasihan, kelas XI IPS 1 dan kelas XI IPS
27

3 di S MAN 1 Sleman, serta kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPS 1 di SMA


Negeri 1 Srandakan.

D. Variabel Penelitian
Menurut Hatch dan Farhady variabel didefinisikan sebagi atibut
seseorang atau obyek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan
yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lainnya. (Sugiyono, 2016).
Adapun Kidder mengatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas dimana
peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. (Sugiyono, 2016).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa variabel penelitian adalah suatu sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang dipelajari peneliti untuk menarik
kesimpulan.
Pembelajaran matematika hendaknya di desain untuk dapat memberikan
kesempatan kepada siswa agar dapat menumbuhkembangkan kemampuan
mereka secara maksimal. Dengan demikian pembelajaran matematika
menuntut keaktifan siswa sedangkan guru hanya sebagai fasilitator untuk
membantu siswa dalam pembelajaran.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel independen (bebas) dan variabel
dependen (terikat). Variabel independen ini ada dua, Model Pembelajaran
sebagai (X1) yang terdiri dari dua yaitu Model Pembelajaran Time Token dan
Model Pembelajaran Creative Problem Solving. Keaktifan sebagai (X2)
terdiri dari keaktifan belajar tinggi dan Keaktifan belajar rendah. Variabel
dependen adalah prestasi belajar matematika (y). Penelitian ini menggunakan
empat subjek yaitu:
- Subjek 1: Keaktifan Belajar siswa tinggi yang diajar menggunakan
model Time Token
- Subjek 2: Keaktifan Belajar rendah yang diajar menggunakan model
Time Token
- Subjek 3: Keaktifan Belajar siswa tinggi yang diajar menggunakan
model CPS.
28

- Subjek 4: Keaktifan Belajar rendah model yang diajar menggunakan


model CPS.
Dengan demikian akan diperoleh pula 4 prestasi belajar dari keempat
subjek tadi untuk diperbandingkan. Instrumen pengukuran (X1)
menggunakan soal tes, sedangkan instrumen pengukuran (X2) menggunakan
angket.

B. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
a. Observasi atau Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung
menggunakan lembar observasi yaitu melakukan pengamatan dan
pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
selama proses belajar mengajar berlangsung tanpa menganggu
kegiatan pembelajaran.
b. Angket
Angket adalah suatu alat untuk mengumpulkan data yang dilakukan
dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan atau informasi
kepada responden dengan cara tertulis. Angket digunakan untuk
memperkuat data yang telah diperoleh dari observasi dan
wawancara.
c. Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana tertentu, dengan cara dan
aturan-aturan yang sudah ditentukan.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2010).
29

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati proses
pembelajaran dan sebagai pedoman apakah pembelajaran yang
dilaksanakan sudah sesuai dengan ketentuan yang direncanakan.
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung
dan dilakukan oleh observer.

LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN GURU PADA


PROSES PEMBELAJARAN

Berilah tanda checklist (√) pada kolom sesuai dengan


aktivitas yang dilakukan

MATA PELAJARAN : MATEMATIKA

HARI/ TANGGAL : ……………………………..

KELAS/ SEMESTER : …………………………….


No Aktivitas Guru Ya Tidak Ket.

Pendahuluan
1 Guru menyiapkan siswa secara psikis dan
fisik untuk mengikuti proses pembelajaran
2 Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari
3 Guru menyampaikan manfaat
mempelajari materi yang akan dibahas
4 Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran
yang akan dicapai
5 Guru menjelaskan kriteria tes yang akan
dilakukan dalam proses pembelajaran
6 Guru menyampaikan cakupan materi dan
penjelasan uraian kegiatan
30

Kegiatan inti
7 Guru menggunakan pendekatan
pembelajaran saintifik
8 Guru menghubungkan materi/ tugas pada
mata pelajaran Matematika dengan mata
pelajaran kompetensi kejuruan
9 Guru menggunakan media pembelajaran dan
sumber belajar lainnya

10 Guru melibatkan siswa secara aktif dalam


setiap kegiatan pembelajaran
11 Guru memfasilitasi siswa melalui pemberian
tugas, diskusi baik secara lisan maupun
tertulis
12 Guru memfasilitasi siswa dalam
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
13 Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil
eksplorasi dan elaborasi siswa
14 Guru memfasilitasi siswa melakukan refleksi
untuk memperoleh pengalaman belajar yang
telah dilakukan
Penutup
15 Guru bersama-sama dengan siswa membuat
rangkuman/kesimpulan dari pelajaran yang
telah dilakukan
16 Guru melakukan penilaian terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan
17 Guru memberikan umpan balik terhadap
proses dan hasil pembelajaran
18 Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya

Yogyakarta, ………………….

Observer,
31

Tabel 4. Lembar Observasi


b. Angket
Angket dibagikan kepada semua siswa yang digunakan untuk
mengumpulkan data tentang kreativitas siswa dengan model
pembelajaran Time Token dan CPS.
c. Tes Prestasi
Untuk mendapatkan data tentang prestasi belajar matematika
siswa adalah dengan mengadakan tes (pre-test dan post-test) pada
pelajaran matematika untuk siswa kelas eksperimen. Tes (pre-test
dan post-test) dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
prestasi belajar matematika siswa setelah proses pembelajaran
dengan model pembelajaran Time Token dan CPS. Ranah yang
dinilai adalah kognitif yang menyangkut pemahaman,
kemampuan, dan analisis siwa. Selanjutnya, peneliti
menggunakan bantuan atau jasa komputer untuk menguji validitas
dan reliabilitas hasil angket prestasi siswa.

C. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah
atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. Karena
datanya kuatitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode statistik
parametrik (Sugiyono, 2016). Penggunaan statistik parametik memerlukan
terpenuhinya asumsi data harus normal dan homogen, sehingga perlu uji
persyaratan yang berupa uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah suatu data berdistribusi normal atau tidak,
maka dilakukan uji normalitas dengan menggunakan chi kuadrat.
Langkah-langkah uji normalitas data dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
32

a. Rumus banyak kelas interval (aturan sturgess)


K=1+ 3 ,3 log n, n adalah banyaknya subjek
Rentang(R) = skor terbesar - skor terkecil
rentang R
Panjang kelas interval = =
banyaknya kelas K

b. Menghitung X 2hitung dengan rumus :

2
k
f oi −f ei 2
X hitung =∑ ( )
i=1 f ei
Keterangan :
X2 : Nilai chi kuadrat (chi square)
foi : Nilai frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
fai : Nilai frekuensi ekspektasi
k : Banyaknya kelas

c. Mencari X 2tabel
Cari X 2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = k – 3 dan taraf
kepercayaan 95% atau taraf signifikan α =5 %.
- Jika X 2hitung ≤ X 2 ≤ X 2tabel , maka distribusi data dinyatakan
normal.
- Jika X 2hitung> X 2tabel, maka distribusi data dinyatakan tidak
normal.
(Sugiyono, 2016)

2. Uji Homogenitas
Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
variansi atau keragaman sampel homogen atau tidak. Rumus yang
digunakan pada uji homogenitas adalah uji Barlett menggunakan
bantuan Microsoft Office Excel 2013, dengan rumus yaitu:
a. Varians gabungan dari semua sampel
33

∑ (ni−1) S 2i
S2= i=1k
∑ (ni−1)
i=1

b. Harga satuan B
B=¿

c. Statistik chi-kuadrat
k

{
x ={ ln 10 } B−∑ ( ni−1) log S2i
2

i=1
}
Keterangan:
ni : Banyaknya sampel ke-i
Si : Varians sampel ke-i
B : Jumlah dari derajat kebebasan sampel dengan
logaritma dari variansi gabungan
log S2 : Logaritma dari varians gabungan hitung
(ni – 1) : Jumlah dari derajat kebebasan
k : Banyaknya kelompok sampel
Taraf signifikan yang digunakan adalah 5% dan derajat
kebebasan (dk) = k-1, kriteria pengujian :
Jika X 2hitung ≤ X 2tabel, maka varians sampel homogen.
Jika X 2hitung> X 2tabel, maka varians sampel tidak homogen.
DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke


Cipta.

Hamalik, Oemar. (2006). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembeleajaran


Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Maria Cleopatra. (2015). Pengaruh Gaya Hidup Dan Motivasi Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Matematika, Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, Vol 5, No 2,
174.

Slameto. (2010). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta:


Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Pendek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Yulianto. (2010). Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar


Matematika
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Pada Siswa
Kelas VIII G SMP 2 Sewon Bantul. (Proposal). Universitas PGRI
Yogyakarta.
.

34

Anda mungkin juga menyukai