Anda di halaman 1dari 15

PENGEMBANGAN SOAL MATEMATIKA MODEL

PISA PADA KONTEN QUANTITY UNTUK MENGUKUR


KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Anisah,
Zulkardi dan Darmawijoyo

Abstrak :Tesis ini berjudul ”Pengembangan Soal Matematika Model PISA


pada Konten Quantity Untuk Mengukur Kemampuan Penalaran Matematis
Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Rumusan Masalah yang diteliti dalam
penelitian ini adalah Bagaimana mengembangkan soal matematika SMP
model PISA pada konten Quantity untuk mengukur kemampuan penalaran
matematis siswa kelas IX yang valid dan praktis? Dan bagaimana efek
potensial soal matematika model PISA pada konten Quantity untuk
mengukur kemampuan penalaran matematis siswa kelas IX SMP Negeri 1
Lubuklinggau? Penelitian dalam tesis ini mengembangkan soal model
PISA pada konten Quantity yang berfokus pada kebutuhan untuk
kuantifikasi. Aspek penting meliputi pemahaman ukuran relatif, pengakuan
pola numerik, dan kemampuan untuk menggunakan angka untuk mewakili
atribut kuantitatif objek dunia nyata. Soal didesain berdasarkan framework
soal PISA dan diadaptasikan dengan kurikulum KTSP yang digunakan di
SMPN 1 Lubuklinggau dengan memperhatikan indikator penalaran
matematis. Soal dikembangkan dalam dua tahap dua tahap yaitu
preliminary dan tahap formatif evaluation yang meliputi self evaluation,
expert reviews dan one-to-one (low resistance to revision) dan small group
serta field test (hight resistance in revision). Adapun instrumen dalam
penelitian ini adalah soal model PISA pada konten Quantity dengan teknik
pengumpulan data berdasarkan walkthrough, dan analisis dokumen.
Setelah melalui tahap one-to-one, small group dan validasi secara
deskriptif kuantitatif, soal diujicobakan pada tahp field test di kelas IX 4
SMPN 1 Lubuklinggau. Hasil tes secara keseluruhan dengan nilai rata-rat
kemampuan penalaran matematis 30,43, termasuk pada kategori
kemampuan penalaran matematis yang cukup, walaupun masih ada
beberapa siswa yang masuk pada kategori kurang. Terlihat bahwa
kemampuan penalaran matematis siswa dalam menyelesaikan soal model
PISA pada konten Quantity masih belum begitu baik. Hanya sebagian
siswa saya yang bisa menggunakan kemampuan penalaran matematisnya
untuk menyelesaikan smasalah yang diberikan pada soal tersebut. Namun
dari hasil ini juga dapat dikatakan bahwa soal model PISA pada konten
Quantity telah memiliki efek potensial terhadap kemampuan penalaran
matematis siswa.

Kata kunci: Soal matematika, PISA, Quantity, Kemampuan penalaran.


Dalam menghadapi era mengerjakan matematika. Kemampuan
globalisasi itu diperlukan sumber daya untuk bernalar menjadikan siswa dapat
manusia (SDM) yang handal yang memecahkan masalah dalam
memiliki pemikiran kritis, sistematis, kehidupannya, di dalam dan di luar
logis, kreatif dan kemauan untuk sekolah. Kapanpun kita menggunakan
bekerja sama secara efektif. SDM yang penalaran untuk memvalidasi pemikiran
memiliki kemampuan-kemampuan kita, maka kita meningkatkan rasa
seperti itulah yang mampu percaya diri dengan matematika dan
memanfaatkan informasi, sehingga berpikir secara matematik. Adapun
informasi yang melimpah ruah dan aktivitas yang tercakup di dalam
cepat yang datang dari berbagai sumber kegiatan penalaran matematis meliputi:
dan tempat di dunia, dapat diolah dan menarik kesimpulan logis;
dipilih, karena informasi yang diterima menggunakan penjelasan dengan
secara melimpah ruah tersebut tidak menggunakan model, fakta, sifat-sifat,
semuanya diperlukan dan dibutuhkan. dan hubungan; memperkirakan jawaban
Sumber daya manusia yang dan proses solusi; menggunakan pola
memiliki pemikiran seperti yang telah dan hubungan; untuk menganalisis
disebutkan, lebih mungkin dihasilkan situasi matematik, menarik analogi dan
dari lembaga pendidikan sekolah. Salah generalisasi; menyusun dan menguji
satu mata pelajaran di sekolah yang konjektur; memberikan contoh
dapat digunakan untuk mencapai tujuan penyangkal (counter example);
tersebut adalah mata pelajaran mengikuti aturan inferensi; memeriksa
matematika. Hal ini tercermin pada validitas argumen; menyusun argumen
fungsi mata pelajaran matematika yang valid; menyusun pembuktian
dalam kurikulum mata pelajaran langsung, tak langsung dan
matematika tahun 2006 yaitu, menggunakan induksi matematik
matematika berfungsi mengembangkan (Sumarmo, 2003).
kemampuan menghitung, mengukur, Pada tahun 2003 studi yang
menurunkan dan menggunakan rumus dilakukan oleh Programme for
matematika yang diperlukan dalam International Student Assessment
kehidupan sehari-hari melalui materi (PISA) menunjukkan prestasi Indonesia
pengukuran, geometri, aljabar, pada urutan 36 dari 41 negara. Pada
peluang, statistika, kalkulus dan tahun 2006, skor perolehan siswa SMP
trigonometri. Selain itu matematika pada matematika bertengger hanya pada
juga berfungsi mengembangkan angka 391 (skala 0-800), padahal rata-
kemampuan mengkomunikasikan rata skor sebesar 500. Dan hasil PISA
gagasan melalui model matematika, terbaru tahun 2009 yang diumumkan
diagram, grafik atau tabel. awal Desember 2010 semakin
Kemampuan penalaran memprihatinkan dimana Indonesia
(reasoning) merupakan salah satu kembali terpuruk ke peringkat 61 dari
komponen proses standar dalam 65 negara peserta dengan nilai rata-rata
Principles and Standards for School hanya 371.
Mathematics selain kemampuan Soal PISA dikembangkan
pemecahan masalah, representasi, berdasarkan 4 konten, keempat konten
komunikasi dan koneksi. Penalaran tersebut meliputi:Shape and Space,
matematis (mathematical reasoning) Change and Relationship,Quantity, dan
merupakan suatu proses berpikir yang Uncertainty. Salah satu dari empat
dilakukan dengan cara untuk menarik konten soal PISA adalah konten
kesimpulan. Penalaran matematis Quantity. Soal pada konten Quantity
penting untuk mengetahui dan berkaitan dengan hubungan dan pola
bilangan, antara lain kemampuan untuk kemampuan penalaran matematis
memahami ukuran , pola bilangan dan siswa kelas IX SMP Negeri 1
segala sesuatu yang berhubungan Lubuklinggau?
dengan bilangan dalam kehidupan Dari Permasalahan yang telah
sehari-hari, seperti menghitung dan dirumuskan, penelitian ini bertujuan
mengukur benda tertentu. Termasuk untuk:
kedalam konten bilangan ini adalah 1. menghasilkan soal matematika
kemampuan bernalar secara kuantitatif, model PISA pada konten Quantity
merepresentasikan sesuatu dengan yang valid dan praktis untuk
angka, memahami langkah-langkah mengukur kemampuan penalaran
matematika, berhitung di luar kepala matematis siswa kelas IX sekolah
dan melakukan penaksiran. Soal-soal menengah pertama;
pada konten Quantity paling banyak 2. melihat efek potensial untuk
diimplementasikan dalam kehidupan mengukur kemampuan penalaran
sehari-hari, seperti dalam menukar kurs matematis siswa dalam
mata uang, menentukan bunga bank, menyelesaikan soal matematika
berbelanja, menghitung pajak, model PISA pada konten Quantity di
mengukur waktu, mengukur jarak dan kelas IX SMP Negeri 1
lain-lain. Sehingga jelas bahwa soal- Lubuklinggau.
soal pada konten Quantity penting Penelitian ini diharapkan dapat
untuk dikembangkan karena berkaitan memberikan manfaat bagi siswa, guru,
langsung dengan aktivitas manusia. dan peneliti lain.
Masalah yang dihadapi oleh 1. Manfaat bagi siswa dapat:
guru adalah kurang tersedianya soal- membantu meningkatkan
soal yang didesain khusus yang sesuai kemampuan penalaran matematis
dengan potensi siswa dan karakter dalam menjawab soal-soal
siswa sehingga diasumsikan bahwa matematika.
potensi siswa menggunakan penalaran 2. Manfaat bagi guru dapat
(reasoning) dalam setiap menjawab a. menambah bahan ajar yang
soal belum berkembang secara berbentuk soal model PISA pada
maksimal. Guru perlu diberikan konten Quantity;.
sosialisasi tentang apa dan bagaimana b. mengapresiasi dalam perbaikan
karakteristik dan framework tentang evaluasi pembelajaran dan
soal-soal PISA dengan cara sebagai alternatif dalam
mengembangkan dan mengadaptasikan memperkaya variasi pembelajaran
soal-soal model PISA untuk sehingga dapat digunakan untuk
diimplementasikan dalam proses melatih kemampuan penalaran
pembelajaran di kelas. matematis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, 3. Manfaat bagi peneliti lain
rumusan masalah pada penelitian ini Sebagai bahan untuk mengkaji lebih
adalah: mendalam mengenai soal-soal model
1. Bagaimana mengembangkan soal PISA pada konten Quantity dalam
matematika SMP model PISA pada pembelajaran matematika di SMP .
konten Quantity untuk mengukur
kemampuan penalaran matematis DASAR TEORI
siswa kelas IX yang valid dan PISA(Programme for International
praktis? Student Assesment merupakan suatu
2. Bagaimana efek potensial soal studi bertaraf internasional yang
matematika model PISA pada konten diselenggarakan oleh
Quantity untuk mengukur OECD(Organization for Economic Co-
operation and Development) yang dilatihkan, potensi matematika untuk
mengkaji kemampuan literasi siswa membantu kehidupan keseharian siswa
pada rentang usia 15-16 tahun yang tidak akan terungkap secara optimal.
diikuti oleh beberapa negara peserta, Dalam hal ini, PISA dirancang untuk
termasuk Indonesia. mengetahui apakah siswa dapat
Menurut OECD (2000)Konten menggunakan potensi matematikanya
PISA matematika adalah berkaitan itu dalam kehidupan nyata di
dengan kemampuan siswa untuk masyarakat melalui suatu konsep
menganalisis, mengemukakan alasan belajar matematika yang kontekstual.
dan mengkomunikasikan ide-ide efektif Stacey(2010:9) mengkaji tingkat
karena mereka menggambarkan, literasi yang telah dicapai oleh siswa
merumuskan, memecahkan dan Indonesia dari tahun 2000 sampai
menafsirkan soal matematika dalam tahun 2009 tingkat pencapaian
berbagai situasi. Penilaian PISA kemampuan literasi siswa Indonesia
matematika berfokus pada masalah di jika ditinjau dari skor yang dicapai
dunia nyata, bergerak di luar macam hanya bisa mencapai nilai di bawah 400
situasi dan masalah yang biasanya dengan kemampuan kognitif paling
dihadapi di dalam kelas sekolah. Dalam tinggi rata-rata hanya bisa mencapai
dunia nyata, seseorang secara rutin level 3 dan 4.Kondisi ini dapat dilihat
menghadapi situasi di mana pada grafik di bawah ini:
penggunaan penalaran kuantitatif,
ruang atau lainnya dengan
menggunakan kompetensi matematika
kognitif akan membantu untuk
menjelaskan, merumuskan atau
memecahkan masalah. Situasi seperti
ini termasuk berbelanja, bepergian,
memasak, berurusan dengan keuangan
pribadi, menilai isu-isu politik, dll,
sehingga siswa dapat menggunakan
kemampuan matematika yang
didasarkan pada kemampuan belajar
yang dilakukan melalui jenis masalah
yang biasanya muncul dalam buku
Gambar 1. Pencapaian siswa Indonesia
pelajaran sekolah dan di kelas. Namun,
dalam PISA
mereka juga dituntut memiliki
kemampuan untuk menerapkan
keterampilan-keterampilan dalam
konteks yang kurang terstruktur, dan
tidak begitu jelas arahnya, dan di mana
siswa harus membuat keputusan tentang
apa pengetahuan yang mungkin relevan
dan akan berguna untuk diterapkan.
Seperti yang dikatakan oleh
Hayat dan Yusuf (2010) siswa harus
selalu mengaitkan pengetahuan
matematikanya dengan situasi atau
permasalahan praktis yang ditemui Gambar 2.Pencapaian kemampuan
dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini kognitif siswa Indonesia dalam
memerlukan latihan. Jika tidak literasi matematika
Konteks yang ada dalam suatu
item adalah bahwa item tersebut diatur
Dari kedua grafik di atas terlihat bahwa dalam suatu situasi yang spesifik.
prestasi literasi matematika siswa Termasuk didalamnya elemen-elemen
Indonesia masih sangat rendah jika detil yang di pakai unt PISA telah
dibandingkan dengan nilai rata-rata menyediakan 4 pilihan untuk di pilih.
Negara peserta termasuk negara-negara Ide-ide umum yang digunakan untuk
tetangga. Siswa Indonesia masih rendah keperluan penilaian PISA,
dalam kemampuan membaca (literasi), mencerminkan pemahaman yang
sehingga untuk menginterpretasi makna berfokus pada pola matematika. Ada
soal dan mengidentifikasi permasalahan beberapa pola yang dapat kita temukan
yang tercantum dalam naskah soal seperti: pola dalam quantity shape and
masih mengalami kesulitan. space, change and relationship dan
Kemampuan kognitif siswa dalam PISA uncertainty.
hanya mampu sampai kepada Sedangkan dimensi proses
menyelesaikan permasalahan yang rutin terbagi dalam tiga kelompok, yaitu:
yang tidak begitu membutuhkan a. The Reproduction Cluster
kemampuan penalaran yang baik. Kemampuan matematis dalam
Dimensi yang diukur dalam soal kelompok ini meliputi pengetahuan
PISA dapat dilihat pada gambar di praktek yang mencakup semua proses
berikut: matematis, pengetahuan dan
keterampilan yang biasanya ditargetkan
dalam penilaian standar dalam ujian di
kelas. Ini adalah pengetahuan tentang
fakta yang mewakili masalah sehari-
hari, seperti pengenalan persamaan,
mengerjakan dari prosedur rutin,
penggunaan algoritma standar dan
keterampilan teknis, mengungkapkan
simbol dan rumus dalam bentuk
Gambar 3. Dimensi yang diukur dalam standar, dan mengerjakan hitungan.
soal PISA b. The Connection Cluster
The connection cluster dibangun
Situasi merupakan bagian dari di atas kelompok reproduksi dengan
dunia siswa di mana soal-soal menerapkan pemecahan masalah dalam
ditempatkan pada jarak tertentu. Bagi situasi yang tidak rutin tetapi masih
PISA, situasi yang paling mendekati melibatkan latar belakang yang sudah
adalah kehidupan pribadi siswa itu biasa dikenali oleh siswa.
sendiri. Situasi berikutnya adalah c. The Reflection Cluster
kehidupan sekolah, kehidupan kerja dan Proses matematis, pengetahuan
saat luang, yang diikuti oleh dan keterampilan pada kelompok ini
masyarakat setempat dan dalam meliputi elemen pencerminan murid
masyarakat di mana hal ini menjadi mengenai proses yang dibutuhkan atau
bagian hidup sehari-hari. Situasi yang digunakan untuk memecahkan masalah.
terjauh adalah situasi ilmiah. Ada empat Soal pada kelompok ini berhubungan
jenis situasi yang didefinisikan dan dengan kemampuan murid untuk
digunakan sebagai masalah yang harus merencanakan strategi solusi dan
diselesaikan yaitu: masalah pribadi, menggunakannya dalam pengaturan
masalah pendidikan / pekerjaan, masalah yang berisi lebih banyak
masalah umum dan masalah ilmiah. elemen dan mungkin lebih ‘asli’ (atau
tidak dikenal) daripada yang ada pada Menurut Shiel, et. al (2007)
kelompok connection cluster. Sebagai format soal model PISA dibedakan
tambahan pada bagian pemrosesan, dalam lima bentuk soal yang berbeda,
pengetahuan dan keterampilan yaitu:
digambarkan pada kelompok  Traditional Multiple-Choice item,
connection cluster, dan the yaitu bentuk soal pilihan ganda
reproduction cluster dimana siswa memilih alternatif
jawaban sederhana.
Soal PISA Pada Konten Quantity  Complex Multiple-Choice item,
Soal-soal PISA pada konten ini yaitu bentuk soal dimana siswa
menyeluruh berfokus pada kebutuhan memilih alternatif jawaban yang
untuk kuantifikasi. Aspek penting agak kompleks.
meliputi pemahaman ukuran relatif,
 Closed constructed respon item,
pengakuan pola numerik, dan
yaitu bentuk soal yang menuntut
kemampuan untuk menggunakan angka
siswa untuk menjawab dalam
untuk mewakili atribut kuantitatif objek
bentuk angka atau bentuk lain yang
dunia nyata.
sifatnya tertutup.
Beberapa penggunaan angka
 Short-respons item,
yang paling penting dan sering dalam
yaitu soal yang membutuhkan
kehidupan sehari-hari terlihat ketika
jawaban singkat.
besaran yang diukur: panjang, luas,
 Open-constructed
volume, ketinggian, kecepatan, massa,
tekanan udara, nilai uang semua diukur respons items, yaitu soal yang
menggunakan ukuran. harus dijawab dengan uraian
Memahami arti operasi mencakup terbuka.
kemampuan untuk melakukan operasi Kemampuan Penalaran Matematis
yang melibatkan perbandingan, rasio Siswa
dan persentase. quantity juga termasuk Kemampuan merupakan kata
memiliki peranan untuk jumlah dan benda dari kata mampu yang berarti
estimasi. Untuk dapat menguji hasil kuasa (bisa, sanggup) melakukan
numerik, orang perlu pengetahuan sesuatu, sehingga kemampuan dapat
Apakah kecepatan rata-rata 0,50 atau diartikan kesanggupan/kecakapan.
500 km / jam? Apakah populasi Shurter dan Pierce (dalam Sumarmo,
penduduk dunia 6 juta, 600 juta, 6 2003: 31) memberikan pengertian
miliar, atau 60 miliar? Berapa tinggi penalaran adalah sebagai secara garis
sebuah menara? Berapa lebar sungai? besar terdapat 2 jenis penalaran yaitu
Kemampuan untuk membuat penalaran deduktif yang disebut pula
penghitungan cepat, terutama bila deduksi dan penalaran induktif yang
dilihat dari meningkatnya penggunaan disebut pula induksi. Menurut Keraf
alat penghitung elektronik. Seseorang (dalam Shodiq, 2006) penalaran
harus mampu menghitung jika 33 x 613 merupakan proses berpikir yang
hasilnya sekitar 20.000. Untuk berusaha menghubung-hubungkan
mencapai kemampuan ini, seseorang fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang
tidak memerlukan pelatihan ekstensif diketahui menuju kepada suatu
dalam hal perlakuan mental terhadap kesimpulan. Penalaran memerlukan
algoritma tradisional yang tertulis, landasan logika. Penalaran dalam
melainkan penerapan yang sesuai dalam logika bukan suatu proses mengingat-
memahami nilai tempat (ruang) dan ingat, menghafal ataupun mengkhayal
aritmatika. tetapi merupakan rangkaian proses
mencari keterangan lain sebelumnya.
Brodie dkk,(2009) menyatakan matematis siswa, karena proses
penalaran matematika adalah matematisasi pada soal PISA
menghubungkan pengetahuan yang merupakan penerapan dari kemampuan
baru dengan pengetahuan yang dimiliki, penalaran matematis siswa.
dan sesungguhnya mengatur kembali
pengetahuan yang didapatkan. METODOLOGI PENELITIAN
Sumarmo (2003) Penelitian ini dilaksanakan pada
mengemukakan bahwa penalaran semester genap tahun pelajaran
matematika adalah suatu kemampuan 2010/2011. Subjek penelitian ini adalah
yang muncul dalam bentuk: menarik siswa kelas IX SMP Negeri 1
kesimpulan logis; menggunakan Lubuklinggau.
penjelasan dengan menggunakan Metode dalam penelitian ini
model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan; adalah metode riset pengembangan atau
memperkirakan jawaban dan proses development research tipe formative
solusi; menggunakan pola dan evaluation (Tessmer, 1993). Penelitian
hubungan; untuk menganalisis situasi ini mengembangkan soal-soal
matematik, menarik analogi dan matematika SMP model PISA pada
generalisasi; menyusun dan menguji konten Quantity dalam pembelajaran
konjektur; memberikan contoh matematika yang valid dan praktis.
penyangkal (counter example) ; Penelitian ini terdiri dari dua
mengikuti aturan inferensi; memeriksa tahap yaitu preliminary dan tahap
validitas argumen; menyusun argumen formatif evaluation yang meliputi self
yang valid; menyusun pembuktian evaluation, expert reviews dan one-to-
langsung, tak langsung dan one (low resistance to revision) dan
menggunakan induksi matematika. small group serta field test (hight
Dari pengertian di atas dapat resistance in revision) (Tessmer:1993).
disimpulkan bahwa penalaran Ilustrasi tahapan formative evaluation
matematika adalah proses berpikir
untuk menentukan apakah sebuah Prosedur Penelitian
argumen matematika benar atau salah Tahap Preliminary
dan juga dipakai untuk membangun 1. Persiapan
suatu argumen matematika baru. Pada tahap ini dilakukan analisis
Dari beberapa pendapat di atas, terhadap kurikulum dan buku
peneliti mengambil indikator penalaran paket/pegangan siswa di kelas IX
matematis pada penelitian ini adalah SMPN 1 Lubuklinggau, kemudian
sebagai berikut: menentukan tempat dan subjek
a) mengidentifikasi pernyataan dan penelitian dengan cara
menentukan cara matematis menghubungi Kepala Sekolah dan
yang relevan dengan masalah; guru mata pelajaran matematika di
b) memberikan penjelasan dengan sekolah yang akan dijadikan lokasi
menggunakan model; penelitian serta mengadakan
c) membuat pola hubungan antar persiapan-persiapan lainnya, seperti
pernyataan; mengatur jadwal penelitian dan
d) Membuat pernyataan yang prosedur kerjasama dengan guru
mendukung atau menyangkal kelas yang akan dijadikan tempat
argumen (contoh penyangkal). penelitian.
2 Pendesainan
Proses matematisasi dalam
Pada tahap ini dilakukan
mengerjakan soal PISA diharapkan
pendesainan kisi-kisi dan soal-soal
dapat mengukur kemampuan penalaran
model PISA dan pengambilan
pokok bahasan yang berhubungan dan kepraktisan soal-soal tersebut dan
dengan konten Quantity. hasilnya sebagai masukan untuk
2. Tahap Formatif Evaluation merevisi desain soal ke tahap
3. Self Evaluation berikutnya. Hasil dari tahap ini
Pada tahap ini dilakukan penilaian diharapkan akan mengahasilkan soal-
oleh diri sendiri terhadap hasil soal model PISA yang valid dan
desain soal-soal model PISA pada praktis.
konten Quantity yang dibuat oleh 7. Field Test (Uji Lapangan)
peneliti. Pada tahap ini uji coba dilakukan pada
4. Expert Reviews (Uji Pakar) subjek penelitian yang sesungguhnya
Pada tahap ini desain soal yang sebagai field test. Produk yang telah
dibuat oleh peneliti divalidasi oleh diujicobakan pada field test haruslah
pakar, teman sejawat dan guru yang telah memenuhi kriteria kualitas.
matematika. Produk yang didesain Akker (1999:126) mengemukakan
dilihat, dinilai, dan dievaluasi. Uji bahwa tiga kriteria kualitas adalah:
validitas yang dilakukan adalah uji validitas (dari pakar, teman sejawat dan
validitas konten, uji validitas guru matematika),
konstruk, dan uji validitas bahasa. kepraktisan(penggunaannya mudah dan
Saran-saran dari validator dapat digunakan dalam proses
digunakan untuk merevisi desain pembelajaran), dan soal memiliki efek
soal yang dibuat peneliti. potensial dilihat dari hasil tes
Tanggapan dan saran dari validator kemampuan penalaran matematis siswa.
tentang desain yang telah dibuat Adapun langkah-langkah
ditulis pada lembar validasi sebagai pengembangan soal-soal model PISA
bahan untuk merevisi dan dalam konten quantity dapat disajikan
menyatakan bahwa perangkat dalam bentuk diagram alur berikut:
pembelajaran tersebut telah valid.
5. One-to-one
Pada tahap ini, peneliti meminta
tiga orang siswa dengan berbagai
tingkatan kemampuan sebagai
tester. Komentar yang didapat
digunakan untuk merevisi desain
soal-soal model PISA yang telah
dibuat peneliti.
Small Group (Kelompok Kecil) .Gambar 4. Alur Desain formative
Hasil revisi dan komentar dari expert evaluation Tessmer (1993)
review dan one-to-one dijadikan dasar
untuk mendesain soal pada tahap Teknik Pengumpulan data
selanjutnya. Desain soal ini 1. Walkthrouh
diujicobakan pada small group non Walkthrough dilakukan terhadap
subjek penelitian untuk melihat pakar (ahli) dan digunakan untuk
kepraktisannya. Siswa-siswa tersebut melihat soal yang meliputi isi
diminta untuk memberikan tanggapan (content) dan validasi muka (face),
terhadap soal-soal model PISA yang berdasarkan bahasa yang digunakan
diujikan. Berdasarkan hasil tes dan dan harus sesuai dengan Ejaan Yang
tanggapan siswa inilah soal direvisi dan Disempurnakan (EYD), penggunaan
diperbaiki lagi. Pada tahap ini juga kata dan kalimat harus jelas dan
dievaluasi tampilan dan penggunaan tidak berbelit-belit sehingga mudah
soal guna melihat tanggapan, penilaian dipahami siswa.
2. Dokumen sesuai dengan ketentuan yang telah
Untuk memperoleh data dan melihat ditetapkan.
kepraktisan soal-soal model PISA Setelah dilakukan penskoran
pada konten quantity yang dibuat berdasarkan indikator kemampuan
oleh peneliti yang meliputi kejelasan penalaran matematis siswa, Data yang
dan keterbacaan soal. didapata dari penskoran dikategorikan
3. Tes soal-soal model PISA pada berdasarkan table berikut:
konten quantity
Untuk memperoleh data tentang
kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal model PISA
pada konten Quantity. Tes ini
dilakukan untuk melihat kemampuan Tabel 1 Kategori Kemampuan
penalaran matematis siswa terhadap Penalaran Matematis
soal-soal model PISA pada konten
quantity yang diberikan berdasarkan
kriteria-kriteria yang telah dibuat.

Teknik Analisis Data


1 Analisis Data Validasi Ahli
Untuk menganalisis data validasi
ahli digunakan analisis deskriptif
dengan cara merevisi berdasarkan
catatan validator. Hasil dari analisis
digunakan untuk merevisi soal-soal HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dibuat oleh peneliti. Hasil Pengembangan Soal
2. Analisis Data Kepraktisan Soal Berdasarkan kerangka pikiran
Untuk menganalisis data kepraktisan yang diuraikan pada bab sebelumnya,
soal-soal tipe PISA pada konten ada tiga tahapan besar pada penelitian
quantity digunakan analisis ini yaitu Desain, Self Evaluation, dan
deskriptif. Data analisis berdasarkan Prototyping (Validasi, Evaluasi, danj
dokumen hasil tes yang diperoleh Revisi), namun lebih rinci lagi di
siswa dalam mengerjakan soal-soal sajikan dalm lima langkah berikut:
tipe PISA pada konten Quantity. 1. Desain Soal
Hasil dari analisis digunakan untuk Dalam mendesain soal peneliti
merevisi soal-soal yang dibuat oleh mengembangkan soal model PISA
peneliti. pada konten Quantity dengan
3. Analisis Data Tes Soal-soal Tipe mengacu kepada teori dan kerangka
PISA pada Konten Quantity soal PISA yang banyak
Untuk melihat kemampuan mengimplementasikan pemecahan
penalaran matematis siswa dapat masalah kehidupan sehari-hari
diketahui berdasarkan hasil tes soal- sesuai dengan situasi dan konteks
soal model PISA pada konten yang diterapkan pada soal PISA.
Quantity yang diberikan kepada Soal juga didesain dengan bahasa
siswa. Selanjutnya dilakukan yang tepat dan sesuai dengan Ejaan
penyekoran terhadap jawaban siswa Yang Disempurnakan (EYD)
dan skor yang diperoleh siswa sehingga setiap yang membaca
dianalisis secara deskriptif kualitatif harus mempunyai persepsi yang
dan dikelompokkan dalam kategori sama dalam memahami makna soal.
Selain dari itu soal model PISA
pada konten quantity didesain
dengan mengacu kepada indikator matematika SMP, pada satuan
kemampuan penalaran matematis pendidikan SMP Negeri1
siswa, yaitu: Lubuklinggau, meliputi aspek-aspek
C. mengidentifikasi pernyataan dan sebagai berikut:
menentukan cara matematis a. Ajabar
yang relevan dengan masalah; b. Geometri
D. memberikan penjelasan dengan c. Aritmatika
menggunakan model; d. Statistika dan Peluang
E. membuat pola hubungan antar
pernyataan; Kompetensi dasar dan indikator yang
F. membuat pernyataan yang sesuai dengan KTSP pada satuan
mendukung atau menyangkal pendidikan SMPN 1 Lubuklinggau
argumen (contoh penyangkal). hanyalah sebagai pembanding bagi
Selain dari itu soal model PISA materi soal model PISA pada konten
pada konten Quantity pada penelitian Quantity mengingat bahwa desain soal
ini dibuat dalam tiga kelompok yaitu tersebut tidak dibuat berdasarkan
kelompok reproduksi (Reproduction kurikulum yang ada pada satuan
Cluster), kelompok koneksi pendidikan tetapi hanya berdasarkan
(Connection Cluster) dan kelompok situasi dan konteks yang telah diuraikan
refleksi (Reflection Cluster). Pada pada BAB II.
kelompok reproduksi soal disusun Prototyping (validasi, evaluasi, revisi)
sedemikian rupa dengan konteks yang Perangkat soal yang dihasilkan pada
sangat dikenal siswa dan dengan setiap prototipe, divalidasi dengan
operasi matematika yang juga menggunakan teknik triangulasi.
sederhana. Pada kelompok koneksi soal Penilaian panelis
memerlukan interpretasi karena situasi Kevaliditasan soal-soal pada tiap
yang diberikan belum begitu dikenal prototipe yang dilihat adalah konten,
oleh siswa. Sedangkan soal pada konstruks dan bahasa, dikonsultasikan
kelompok refleksi penyelesaian soal dan diperiksa oleh pembimbing tesis
memerlukan penafsiran tingkat tinggi yaitu Prof. Dr. Zulkardi, M.I. Komp,
dengan konteks yang sama sekali tidak M.Sc. dan Dr. Darmawijoyo secara
terduga. terus menerus. Selain itu, peneliti
Desain soal prototipe I secara lengkap meminta pendapat dari beberapa panelis
dapat dilihat dalam lampiran beserta dan teman sejawat yang sudah
alternatifsolusi. berpengalaman dalam pendidikan
Self Evaluation matematika dan soal model PISA,
Tahap ini meliputi: validator tersebut adalah:
Analisis 1. Prof. Dr. M. Salman. A.N, dosen
Analisis Siswa Fakultas MIPA Institut Teknologi
Pada tahap analisis siswa bertujuan Bandung.
untuk mengetahui jumlah siswa, 2. Dr. Somakim Somad, dosen
kemampuan penalaran matematis siswa Pendidikan Matematika Pasca
kelas IX 4 SMP Negeri 1 Sarjana UNSRI.
Lubuklinggau, dan kelas IX 4 3. Dr. Nila Kesumawaty, dosen
merupakan kelas ujicoba untuk Pendidikan Matematika Pasca
mengukur kemampuan penalaran Sarjana UNSRI.
matematis. 4. Sukasno, M.Pd, dosen Pendidikan
Analisis Kurikulum Matematika STKIP PGRI
Pada tahap ini yang dilakukan adalah Lubuklinggau.
mengidentifikasi materi pembelajaran
5. Yulianti, M.Pd, dosen Pendidikan berkemampuan sedang memperoleh
Matematika STKIP PGRI nilai kemampuan penalaran matematis
Lubuklinggau. yang baik, sedangkan siswa yang
6. Devi Mardhianty, S.Pd, guru berkemampuan rendah mencapai nilai
SMPN 3 Lubay Muara Enim. kemampuan penalaran matematis yang
cukup.
Pada tahap expert reviews kebanyakan Kemampuan siswa dalam
dibenahi masalah EYD, kalimat dalam membaca soal dan menginterpretasikan
soal, tata letak (lay-out), beberapa makna soal kedalam permasalahan
angka dan skema, sehingga peneliti matematika rata-rata sudah cukup baik,
merevisi sesuai dengan yang disarankan namun perlu waktu lama bagi siswa
oleh validator. berkemampuan rendah untuk
memahaminya. Kesulitan yang dialami
One-to-one rata-rata pada soal unit 1, unit 3, dan
Desain soal model PISA pada unit 6 (pada soal ke 2). Pada soal unit 1
konten quantity untuk mengukur belum ada siswa yang mampu
kemampuan penalaran matematis mengidentifikasi permasalahan yang
diujicobakan kepada tiga orang anak diberikan dan mengkoneksikan
(one-to-one), dimana tiga orang anak pemecahannya dengan materi Pola
ini mewakili 3 level kemampuan yaitu Barisan Bilangan dan Deret. Seluruh
anak yang pandai, sedang dan kurang. siswa mencoba menyelesaikan soal ini
Untuk level kemampuan pandai dengan cara menduga dan mencoba
diujikan kepada Khalisah Rifda menemukan pola saja tanpa bisa
Sumayyah, siswa kelas IX.2 SMPN 1 memahami bahwa permasalahan pada
Lubuklinggau, siswa berkemampuan soal unit 1 ini dapat diselesaikan
sedang diujikan kepada Izzati Zahidah dengan rumus-rumus pada Barisan dan
siswa kelas X.2 MAN 1 Lubuklinggau, Deret Aritmetika. Sehingga menjadi
sedangkan siswa berkemampuan rendah masukan bagi peneliti untuk lebih
diujikan kepada Ahmad Traju PWN memperjelas naskah soal sehingga
siswa kelas IX.2 SMPN 1 siswa lebih mudah memahami makna
Lubuklinggau. soal dan menghubungkannya dengan
Dari komentar siswa hampir definisi Barisan Aritmetika.
seluruh soal bisa dipahami dengan baik, Pada soal unit 3, siswa masih
namun ada beberapa redaksi soal yang sulit memahami prosedur penyelesaian
harus dibenahi, terutama soal Unit 1 soal walaupun sudah memahami
dan Unit 3 serta memperjelas permasalahan yang ada pada soal.
keterangan pada soal Unit 2. Sedangkan pada soal unit 6 di soal no.2
Dari kedua tahapan di atas yang siswa belum memahami apa pengaruh
diberikan secara paralel maka peneliti waktu reaksi terhadap pencapaian
merevisi redaksi beberapa soal, waktu total. Belum ada siswa yang
mengganti angka-angka yang belum mampu bahwa peraih juara ke 3
sesuai, member keterangan sumber memiliki waktu pacu yang lebih cepat
gambar yang dikutip, membenahi tata dari waktu pacu peraih juara ke dua.
letak dan tampilan soal, dan Hal ini menunjukkan bahwa
memberikan keterangan pada tabel. siswa pada tahap one-to-one secara
Pada tahap one-to-one hasil umum sudah memiliki kemampuan
yang dicapai siswa yang penalaran yang baik walaupun pada
berkemampuan tinggi sangat baik beberapa soal tertentu belum bisa
walaupun masih ada beberapa menyelesaikan soal-soal yang
kesalahan yang dibuat. Siswa yang mempunyai level kognitif yang tinggi.
siswa lebih terbiasa untuk membuat
Small Group dukungan ataupun penyangkalan, jadi
di sini siswa tidak hanya dituntut untuk
Soal model PISA pada konten menyelesaikan suatu permasalahan
Quantity untuk mengukur kemampuan dengan cara menentukan sesuatu tetapi
penalaran matematis pada protipe kedua juga menggunakan hasil jawaban
diujicobakan pada small group yang tersebut untuk proses pengambilan
terdiri dari 5 orang siswa SMPN 1 keputusan atau menarik kesimpulan
Lubuklinggau, diminta untuk (justifikasi).
mengamati serta mengerjakan soal-soal Pada siswa yang kemampuan
yang diberikan. penalarannya cukup, masih kesulitan
Pada tahap ini, hasil yang dalam memahami soal-soal yang butuh
dicapai oleh siswa tidak berbeda jauh kemampuan kognitif yang tinggi,
dengan hasil yang dicapai siswa pada seperti pada soal no 1, 3, dan 6.
tahap one-to-one. Dua orang siswa Hasil dari small group dan
berkemampuan tinggi termasuk pada expert review pada prototype dua
kategori kemampuan penalaran yang direvisi untuk mendapatkan prototype
sangat baik, satu orang siswa termasuk ketiga. Keputusan revisi sebagai
pada kategori kemampuan penalaran berikut: lebih memperjelas skema soal
yang baik sedang dua orang termasuk unit 3 dan memberi keterangan yang
pada kategori kemampuan penalaran lebih detil untuk soal unit 2. Setelah
matematis yang cukup. direvisi menghasilkan prototype tiga.
Jika ditinjau dari analisis hasil
jawaban siswa, secara umum sudah bisa Uji coba Field Test
memahami dengan baik setiap isi dan Penelitian ini diujicobakan
pertanyaan yang termuat di dalam sebanyak dua kali pertemuan pada
setiap soal. Ini di lihat dari hasil dan bulan April 2011 di Kelas IX. 4 SMPN
sistematika uraian jawaban siswa. 1 Lubuklinggau dengan jumlah siswa
Siswa sudah mampu mengidentifikasi sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15
permasalahan dalam situasi konteks dan laki-laki dan 15 perempuan bertujuan
kemudian mengubahnya dalam situasi untuk melihat efek potensial soal-soal
matematika. Siswa sudah mampu model PISA pada konten Quantity
mengkoneksikan situasi dengan terhadap kemampuan penalaran
membuat pola dan hubungannya matematis siswa.
dengan model matematika, dan Pengumpulan data dengan cara
kemudian membuat pernyataan yang memberikan soal-soal prototipe ketiga
mendukung ataupun menyangkal suatu yang telah valid secara bertahap.
argumen. Siswa rata-rata sudah mampu Pertemuan pertama berlangsung selama
menyelesaikan soal-soal pada 90 menit dengan jumlah soal yang
kelompok Reproduction Cluster dan diberikan sebanyak 6 unit soal dan
Connection Cluster, sedangkan untuk pertemuan kedua berlangsung selama
soal pada kelompok Reflection Cluster 90 menit dengan jumlah 6 unit soal.
hanya bisa dicapai oleh siswa Setiap siswa menjawab pertanyaan pada
berkemampuan sangat baik, itupun lembar jawaban yang tersedia dan
alasan yang dikemukakan belum begitu dikumpulkan setelah waktu yang
maksimal karena belum bisa ditentukan selesai.
memberikan alasan (argumen) yang Data hasil tes kemampuan
sangat tepat seperti yang diinginkan. penalaran matematis siswa dianalisis
Soal-soal model PISA pada untuk menentukan rata-rata nilai akhir
konten Quantity ini didesain sehingga pada setiap pertemuan dan kemudian
dikonversikan ke dalam data kualitatif praktis tergambar dari hasil uji coba,
untuk menentukan kategori tingkat dimana semua siswa dapat
kemampuan penalaran matematis siswa. menggunakan perangkat soal dengan
Adapun persentase tingkat kemampuan baik.
penalaran matematis siswa tersebut Dari hasil analisis data tes soal
selama dilakukan tes 2 kali, dapat untuk mengukur kemampuan penalaran
dilihat sebagai berikut: matematis siswa pada soal model PISA
Tabel 2. Distribusi Skor Rata Rata pada konten Quantity dapat diketahui
Kemampuan Penalaran Matematis bahwa 5 Siswa (16.7%) yang termasuk
Siswa dalam kategori memiliki kemampuan
penalaran matematis yang sangat baik,
ada 9 siswa (30%) termasuk dalam
kategori memiliki kemampuan
penalaran matematis yang baik, ada 12
siswa (40%) termasuk dalam kategori
memiliki kemampuan penalaran
matematis yang cukup, dan ada 4 siswa
(13,3%) termasuk dalam kategori
memiliki kemampuan penalaran
Pembahasan Hasil Penelitian matematis yang kurang. Secara
keseluruhan ada 14 siswa (46,7%)
Setelah melalui proses
memiliki kemampuan penalaran
pengembangan yang terdiri dari 3 tahap
matematis dengan kategori baik.
besar, tiga siklus prototype dan proses
Secara umum, dari hasil tes
revisi berdasarkan saran validator dan
dalam dua kali pertemuan diketahui
ujicoba pada siswa, diperoleh perangkat
bahwa kemampuan penalaran
soal yang dikembangkan dapat
matematis siswa sebagian sudah cukup
dikategorikan valid dan praktis. Valid
baik, siswa yang termasuk pada
tergambar dari hasil penilaian validator,
kategori memiliki kemampuan
dimana hampir semua validator
penalaran matematis yang baik sudah
menyatakan baik berdasarkan konten
mampu mengidentifikasi pernyataan
(sesuai dengan Kompetensi Dasar,
dan menentukan cara matematis yang
Indikator dan Framework dari soal
relevan dengan masalah; memberikan
model PISA pada konten Quantity ),
penjelasan dengan menggunakan
konstruk (mengembangkan kemampuan
model; membuat pola hubungan antar
penalaran matematis, meliputi:
pernyataan; membuat pernyataan yang
mengidentifikasi pernyataan dan
mendukung atau menyangkal argumen
menentukan cara matematis yang
(contoh penyangkal) pada sebagian
relevan dengan masalah; memberikan
besar soal. Namun di beberapa soal
penjelasan dengan menggunakan
siswa terlihat masih belum mampu
model; membuat pola hubungan antar
mencapai kemampuan kognitif yang
pernyataan; membuat pernyataan yang
ada pada level tinggi seperti yang
mendukung atau menyangkal argumen
terjadi pada soal Unit 6 (WAKTU
(contoh penyangkal)), dan bahasa
REAKSI) untuk soal no. 2. Pada soal
(sesuai dengan EYD, tidak berbelit-
ini tidak seorang pun siswa yang
belit, tidak mengandung penafsiran
mampu memberikan pernyataan yang
ganda, batasan pertanyaan dan jawaban
mendukung argumen dengan sempurna.
jelas, dan menggunakan bahasa yang
Siswa yang termasuk pada
bisa dipahami oleh seluruh orang yang
kategori memiliki kemampuan
membacanya). Soal dikategorikan
penalaran matematis yang kurang masih
sangat kesulitan memahami makna siswa yang masuk pada kategori
soal, sehingga bisa terlihat di sini kurang.
kemampuan membaca (literasi) Namun perbedaan dalam
matematika siswa masih sangat rendah. konten, konteks dan komponen soal-
Mereka yang termasuk pada kategori soal yang biasa dikerjakan siswa di
ini memerlukan waktu yang lama dalam kelas dengan soal yang diberikan pada
memahami makna soal sehingga juga studi berskala internasional menjadi
mengalami kesulitan untuk kendala besar bagi siswa. Kompetensi
mengidentifikasi permasalahan dan yang diberikan kepada siswa kita masih
otomatis kesulitan juga dalam sebatas untuk mengolah informasi
menentukan cara matematis yang tetapi belum sampai pada kompetensi
relevan untuk menyelesaikan masalah. kritis untuk mengevaluasi teks,
Terlihat bahwa siswa kebanyakan mengajukan hipotesis terhadap suatu
mengalami kesulitan dalam mengubah gagasan, atau untuk mensintesis
dari situasi nyata ke dalam situasi gagasan. Hal ini dapat menjadi bahan
matematis, sehingga berakibat pada bagi para pelaku pendidikan untuk
gagalnya siswa menyelesaikan melakukan pengembangan kurikulum
permasalahan karena tidak mempunyai pada jenjang pendidikan dasar untuk
kemampuan penalaran yang baik. Hal mengarahkan kompetensi kepada
ini bisa jadi disebabkan karena mereka pembekalan kemampuan literasi yang
tidak terbiasa diberikan soal-soal menjadi saran bagi pengembangan
latihan yang mengimplementasikan kemampuan berpikir siswa sesuai
materi pembelajaran di sekolah pada dengan perkembangannya. Penekanan
situasi nyata, sehingga kemampuan harus diberikan kepada keterampilan
penalaran matematis merekapun jarang yang lebih mendorong melatih
terlatih secara optimal. kemampuan berpikir siswa dengan
Dari analisis dokumen yang menjamin adanya konsistensi di antara
didapat pada tes soal model PISA untuk unsur-unsur tujuan, isi, proses, dan
mengukur kemampuan penalaran evaluasi pendidikan. Pengembangan ini
matematis dari tahap one-to-one sampai adalah bentuk upaya untuk membekali
pada tahap field test, soal-soal model siswa kita dengan kemampuan atau
PISA pada konten Quantity juga kompetensi yang dibutuhkan dalam
berhasil menimbulkan kemampuan konteks globalisasi sekarang ini.
menalar, dari mulai mengidentifikasi
permasalahan dalam soal, PENUTUP
menghubungkannya dengan situasi
matematis yang sesuai, sampai dengan KESIMPULAN
menyelesaikan permasalahan, membuat 1. Prototype perangkat soal yang
generalisasi bahkan sampai kepada dikembangkan dikategorikan valid
proses justifikasi suatu pernyataan. Dari dan praktis.
pembahasan beberapa soal di atas, pada 2. Dengan nilai rata-rata 30,43 soal
akhirnya hasil tes kemampuan dapat dikatakan memiliki efek
penalaran matematis pada soal model potensial terhadap kemampuan
PISA pada konten Quantity, secara penalaran matematis siswa.
keseluruhan dengan nilai rata-rata Sebagian dari siswa masih memiliki
kemampuan penalaran matematis kemampuan penalaran matematis
30,43, termasuk pada kategori yang kurang karena kesulitan dalam
kemampuan penalaran matematis yang mengidentifikasi permasalahan yang
cukup, walaupun masih ada beberapa diberikan pada soal. Soal model
PISA yang didesain dengan konten
yang dapat melatih kemampuan Mathematics: A Teacher’s Guide.
siswa sehingga dapat digunakan Stationery Office. Dublin
untuk proses optimasi penalaran Stacey, Kaye.(2010). The PISA view of
matematis siswa. Mathematical Literacy in
Indonesia. Journal on Mathematic
SARAN Education(IndoMS-JME). July,
1. Bagi siswa dalam belajar 2011, Volume 2. (online)
matematika harus dapat Sumarmo, U. (2003). Daya dan
meningkatkan kemampuan literasi Disposisi Matematik: Apa,
matematis dan memiliki motivasi Mengapa dan Bagaimana
yang tinggi untuk bisa Dikembangkan pada Siswa Sekolah
menyelesaikan setiap permasalahan Dasar dan Menengah. Makalah
yang diberikan dalam berbagai soal disajikan pada Seminar Sehari di
2. Bagi guru matematika, agar dapat Jurusan Matematika ITB, Oktober
menggunakan soal-soal yang 2003.
mengimplementasikan matematika Tessmer, Martin.(1993). Planning and
dalam kehidupan sehari-hari agar Conducting Formative
dapat melatih kemampuan membaca Evaluations. London. Kogan page.
yang merupakan kemampuan dasar Van den Akker, J. (1999). Principles
yang sangat berpengaruh bagi and Methods of Development
kemampuan penalaran. Research. In J. vanden Akker, N.
3. Bagi peneliti lain, agar dapat Nieveen, R. M. Branch, K. L.
mengembangkan dan mengkaji lebih Gustafson, & T. Plomp, (Eds.),
dalam penelitian ini pada konten Design methodology and
yang berbeda developmental research in
education and training (pp. 1-14).
DAFTAR RUJUKAN The Netherlands: Kluwer
Brodie, Karin dkk.(2009). Teaching Academic Publishers.
Mathematical Reasoning Secondary
School Classroom. The Open
University.
Hayat, Bahrul dan Yusuf, Suhendra.
(2010). Mutu Pendidikan. Jakarta.
Bumi Aksara.
OECD (2003). The PISA 2003
Assessment framework:
Mathematics, reading scienceand
problem solving knowledge and
skills,Paris,https://www.pisa.oecd.or
g/dataoecd/38/51/33707192.pdf
Shadiq, Fajar.(2004). Penalaran,
Pemecahan masalah dan
Komunikasi Dalam Pembelajaran
matematika. Makalah disajikan
pada Diklat Instruktur/Pengembang
Matematika SMP Jenjang Dasar
tanggal 10 s.d. 23 Oktober 2004.
Shiel, Gerry, R. Perkins, S. Close, and
E. Oldham.(2007). PISA

Anda mungkin juga menyukai