0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
26 tayangan15 halaman
Tesis ini mengembangkan soal matematika model PISA pada konten Quantity untuk mengukur kemampuan penalaran siswa SMP. Soal dibuat berdasarkan kerangka PISA dan disesuaikan dengan kurikulum sekolah, lalu diuji cobakan ke validitasnya. Hasil tes menunjukkan kemampuan penalaran siswa masih perlu ditingkatkan meski soal terbukti berpotensi mengukurnya. Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk s
Tesis ini mengembangkan soal matematika model PISA pada konten Quantity untuk mengukur kemampuan penalaran siswa SMP. Soal dibuat berdasarkan kerangka PISA dan disesuaikan dengan kurikulum sekolah, lalu diuji cobakan ke validitasnya. Hasil tes menunjukkan kemampuan penalaran siswa masih perlu ditingkatkan meski soal terbukti berpotensi mengukurnya. Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk s
Tesis ini mengembangkan soal matematika model PISA pada konten Quantity untuk mengukur kemampuan penalaran siswa SMP. Soal dibuat berdasarkan kerangka PISA dan disesuaikan dengan kurikulum sekolah, lalu diuji cobakan ke validitasnya. Hasil tes menunjukkan kemampuan penalaran siswa masih perlu ditingkatkan meski soal terbukti berpotensi mengukurnya. Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk s
KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Anisah, Zulkardi dan Darmawijoyo
Abstrak :Tesis ini berjudul ”Pengembangan Soal Matematika Model PISA
pada Konten Quantity Untuk Mengukur Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Rumusan Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana mengembangkan soal matematika SMP model PISA pada konten Quantity untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa kelas IX yang valid dan praktis? Dan bagaimana efek potensial soal matematika model PISA pada konten Quantity untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa kelas IX SMP Negeri 1 Lubuklinggau? Penelitian dalam tesis ini mengembangkan soal model PISA pada konten Quantity yang berfokus pada kebutuhan untuk kuantifikasi. Aspek penting meliputi pemahaman ukuran relatif, pengakuan pola numerik, dan kemampuan untuk menggunakan angka untuk mewakili atribut kuantitatif objek dunia nyata. Soal didesain berdasarkan framework soal PISA dan diadaptasikan dengan kurikulum KTSP yang digunakan di SMPN 1 Lubuklinggau dengan memperhatikan indikator penalaran matematis. Soal dikembangkan dalam dua tahap dua tahap yaitu preliminary dan tahap formatif evaluation yang meliputi self evaluation, expert reviews dan one-to-one (low resistance to revision) dan small group serta field test (hight resistance in revision). Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah soal model PISA pada konten Quantity dengan teknik pengumpulan data berdasarkan walkthrough, dan analisis dokumen. Setelah melalui tahap one-to-one, small group dan validasi secara deskriptif kuantitatif, soal diujicobakan pada tahp field test di kelas IX 4 SMPN 1 Lubuklinggau. Hasil tes secara keseluruhan dengan nilai rata-rat kemampuan penalaran matematis 30,43, termasuk pada kategori kemampuan penalaran matematis yang cukup, walaupun masih ada beberapa siswa yang masuk pada kategori kurang. Terlihat bahwa kemampuan penalaran matematis siswa dalam menyelesaikan soal model PISA pada konten Quantity masih belum begitu baik. Hanya sebagian siswa saya yang bisa menggunakan kemampuan penalaran matematisnya untuk menyelesaikan smasalah yang diberikan pada soal tersebut. Namun dari hasil ini juga dapat dikatakan bahwa soal model PISA pada konten Quantity telah memiliki efek potensial terhadap kemampuan penalaran matematis siswa.
Kata kunci: Soal matematika, PISA, Quantity, Kemampuan penalaran.
Dalam menghadapi era mengerjakan matematika. Kemampuan globalisasi itu diperlukan sumber daya untuk bernalar menjadikan siswa dapat manusia (SDM) yang handal yang memecahkan masalah dalam memiliki pemikiran kritis, sistematis, kehidupannya, di dalam dan di luar logis, kreatif dan kemauan untuk sekolah. Kapanpun kita menggunakan bekerja sama secara efektif. SDM yang penalaran untuk memvalidasi pemikiran memiliki kemampuan-kemampuan kita, maka kita meningkatkan rasa seperti itulah yang mampu percaya diri dengan matematika dan memanfaatkan informasi, sehingga berpikir secara matematik. Adapun informasi yang melimpah ruah dan aktivitas yang tercakup di dalam cepat yang datang dari berbagai sumber kegiatan penalaran matematis meliputi: dan tempat di dunia, dapat diolah dan menarik kesimpulan logis; dipilih, karena informasi yang diterima menggunakan penjelasan dengan secara melimpah ruah tersebut tidak menggunakan model, fakta, sifat-sifat, semuanya diperlukan dan dibutuhkan. dan hubungan; memperkirakan jawaban Sumber daya manusia yang dan proses solusi; menggunakan pola memiliki pemikiran seperti yang telah dan hubungan; untuk menganalisis disebutkan, lebih mungkin dihasilkan situasi matematik, menarik analogi dan dari lembaga pendidikan sekolah. Salah generalisasi; menyusun dan menguji satu mata pelajaran di sekolah yang konjektur; memberikan contoh dapat digunakan untuk mencapai tujuan penyangkal (counter example); tersebut adalah mata pelajaran mengikuti aturan inferensi; memeriksa matematika. Hal ini tercermin pada validitas argumen; menyusun argumen fungsi mata pelajaran matematika yang valid; menyusun pembuktian dalam kurikulum mata pelajaran langsung, tak langsung dan matematika tahun 2006 yaitu, menggunakan induksi matematik matematika berfungsi mengembangkan (Sumarmo, 2003). kemampuan menghitung, mengukur, Pada tahun 2003 studi yang menurunkan dan menggunakan rumus dilakukan oleh Programme for matematika yang diperlukan dalam International Student Assessment kehidupan sehari-hari melalui materi (PISA) menunjukkan prestasi Indonesia pengukuran, geometri, aljabar, pada urutan 36 dari 41 negara. Pada peluang, statistika, kalkulus dan tahun 2006, skor perolehan siswa SMP trigonometri. Selain itu matematika pada matematika bertengger hanya pada juga berfungsi mengembangkan angka 391 (skala 0-800), padahal rata- kemampuan mengkomunikasikan rata skor sebesar 500. Dan hasil PISA gagasan melalui model matematika, terbaru tahun 2009 yang diumumkan diagram, grafik atau tabel. awal Desember 2010 semakin Kemampuan penalaran memprihatinkan dimana Indonesia (reasoning) merupakan salah satu kembali terpuruk ke peringkat 61 dari komponen proses standar dalam 65 negara peserta dengan nilai rata-rata Principles and Standards for School hanya 371. Mathematics selain kemampuan Soal PISA dikembangkan pemecahan masalah, representasi, berdasarkan 4 konten, keempat konten komunikasi dan koneksi. Penalaran tersebut meliputi:Shape and Space, matematis (mathematical reasoning) Change and Relationship,Quantity, dan merupakan suatu proses berpikir yang Uncertainty. Salah satu dari empat dilakukan dengan cara untuk menarik konten soal PISA adalah konten kesimpulan. Penalaran matematis Quantity. Soal pada konten Quantity penting untuk mengetahui dan berkaitan dengan hubungan dan pola bilangan, antara lain kemampuan untuk kemampuan penalaran matematis memahami ukuran , pola bilangan dan siswa kelas IX SMP Negeri 1 segala sesuatu yang berhubungan Lubuklinggau? dengan bilangan dalam kehidupan Dari Permasalahan yang telah sehari-hari, seperti menghitung dan dirumuskan, penelitian ini bertujuan mengukur benda tertentu. Termasuk untuk: kedalam konten bilangan ini adalah 1. menghasilkan soal matematika kemampuan bernalar secara kuantitatif, model PISA pada konten Quantity merepresentasikan sesuatu dengan yang valid dan praktis untuk angka, memahami langkah-langkah mengukur kemampuan penalaran matematika, berhitung di luar kepala matematis siswa kelas IX sekolah dan melakukan penaksiran. Soal-soal menengah pertama; pada konten Quantity paling banyak 2. melihat efek potensial untuk diimplementasikan dalam kehidupan mengukur kemampuan penalaran sehari-hari, seperti dalam menukar kurs matematis siswa dalam mata uang, menentukan bunga bank, menyelesaikan soal matematika berbelanja, menghitung pajak, model PISA pada konten Quantity di mengukur waktu, mengukur jarak dan kelas IX SMP Negeri 1 lain-lain. Sehingga jelas bahwa soal- Lubuklinggau. soal pada konten Quantity penting Penelitian ini diharapkan dapat untuk dikembangkan karena berkaitan memberikan manfaat bagi siswa, guru, langsung dengan aktivitas manusia. dan peneliti lain. Masalah yang dihadapi oleh 1. Manfaat bagi siswa dapat: guru adalah kurang tersedianya soal- membantu meningkatkan soal yang didesain khusus yang sesuai kemampuan penalaran matematis dengan potensi siswa dan karakter dalam menjawab soal-soal siswa sehingga diasumsikan bahwa matematika. potensi siswa menggunakan penalaran 2. Manfaat bagi guru dapat (reasoning) dalam setiap menjawab a. menambah bahan ajar yang soal belum berkembang secara berbentuk soal model PISA pada maksimal. Guru perlu diberikan konten Quantity;. sosialisasi tentang apa dan bagaimana b. mengapresiasi dalam perbaikan karakteristik dan framework tentang evaluasi pembelajaran dan soal-soal PISA dengan cara sebagai alternatif dalam mengembangkan dan mengadaptasikan memperkaya variasi pembelajaran soal-soal model PISA untuk sehingga dapat digunakan untuk diimplementasikan dalam proses melatih kemampuan penalaran pembelajaran di kelas. matematis siswa. Berdasarkan uraian di atas, 3. Manfaat bagi peneliti lain rumusan masalah pada penelitian ini Sebagai bahan untuk mengkaji lebih adalah: mendalam mengenai soal-soal model 1. Bagaimana mengembangkan soal PISA pada konten Quantity dalam matematika SMP model PISA pada pembelajaran matematika di SMP . konten Quantity untuk mengukur kemampuan penalaran matematis DASAR TEORI siswa kelas IX yang valid dan PISA(Programme for International praktis? Student Assesment merupakan suatu 2. Bagaimana efek potensial soal studi bertaraf internasional yang matematika model PISA pada konten diselenggarakan oleh Quantity untuk mengukur OECD(Organization for Economic Co- operation and Development) yang dilatihkan, potensi matematika untuk mengkaji kemampuan literasi siswa membantu kehidupan keseharian siswa pada rentang usia 15-16 tahun yang tidak akan terungkap secara optimal. diikuti oleh beberapa negara peserta, Dalam hal ini, PISA dirancang untuk termasuk Indonesia. mengetahui apakah siswa dapat Menurut OECD (2000)Konten menggunakan potensi matematikanya PISA matematika adalah berkaitan itu dalam kehidupan nyata di dengan kemampuan siswa untuk masyarakat melalui suatu konsep menganalisis, mengemukakan alasan belajar matematika yang kontekstual. dan mengkomunikasikan ide-ide efektif Stacey(2010:9) mengkaji tingkat karena mereka menggambarkan, literasi yang telah dicapai oleh siswa merumuskan, memecahkan dan Indonesia dari tahun 2000 sampai menafsirkan soal matematika dalam tahun 2009 tingkat pencapaian berbagai situasi. Penilaian PISA kemampuan literasi siswa Indonesia matematika berfokus pada masalah di jika ditinjau dari skor yang dicapai dunia nyata, bergerak di luar macam hanya bisa mencapai nilai di bawah 400 situasi dan masalah yang biasanya dengan kemampuan kognitif paling dihadapi di dalam kelas sekolah. Dalam tinggi rata-rata hanya bisa mencapai dunia nyata, seseorang secara rutin level 3 dan 4.Kondisi ini dapat dilihat menghadapi situasi di mana pada grafik di bawah ini: penggunaan penalaran kuantitatif, ruang atau lainnya dengan menggunakan kompetensi matematika kognitif akan membantu untuk menjelaskan, merumuskan atau memecahkan masalah. Situasi seperti ini termasuk berbelanja, bepergian, memasak, berurusan dengan keuangan pribadi, menilai isu-isu politik, dll, sehingga siswa dapat menggunakan kemampuan matematika yang didasarkan pada kemampuan belajar yang dilakukan melalui jenis masalah yang biasanya muncul dalam buku Gambar 1. Pencapaian siswa Indonesia pelajaran sekolah dan di kelas. Namun, dalam PISA mereka juga dituntut memiliki kemampuan untuk menerapkan keterampilan-keterampilan dalam konteks yang kurang terstruktur, dan tidak begitu jelas arahnya, dan di mana siswa harus membuat keputusan tentang apa pengetahuan yang mungkin relevan dan akan berguna untuk diterapkan. Seperti yang dikatakan oleh Hayat dan Yusuf (2010) siswa harus selalu mengaitkan pengetahuan matematikanya dengan situasi atau permasalahan praktis yang ditemui Gambar 2.Pencapaian kemampuan dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini kognitif siswa Indonesia dalam memerlukan latihan. Jika tidak literasi matematika Konteks yang ada dalam suatu item adalah bahwa item tersebut diatur Dari kedua grafik di atas terlihat bahwa dalam suatu situasi yang spesifik. prestasi literasi matematika siswa Termasuk didalamnya elemen-elemen Indonesia masih sangat rendah jika detil yang di pakai unt PISA telah dibandingkan dengan nilai rata-rata menyediakan 4 pilihan untuk di pilih. Negara peserta termasuk negara-negara Ide-ide umum yang digunakan untuk tetangga. Siswa Indonesia masih rendah keperluan penilaian PISA, dalam kemampuan membaca (literasi), mencerminkan pemahaman yang sehingga untuk menginterpretasi makna berfokus pada pola matematika. Ada soal dan mengidentifikasi permasalahan beberapa pola yang dapat kita temukan yang tercantum dalam naskah soal seperti: pola dalam quantity shape and masih mengalami kesulitan. space, change and relationship dan Kemampuan kognitif siswa dalam PISA uncertainty. hanya mampu sampai kepada Sedangkan dimensi proses menyelesaikan permasalahan yang rutin terbagi dalam tiga kelompok, yaitu: yang tidak begitu membutuhkan a. The Reproduction Cluster kemampuan penalaran yang baik. Kemampuan matematis dalam Dimensi yang diukur dalam soal kelompok ini meliputi pengetahuan PISA dapat dilihat pada gambar di praktek yang mencakup semua proses berikut: matematis, pengetahuan dan keterampilan yang biasanya ditargetkan dalam penilaian standar dalam ujian di kelas. Ini adalah pengetahuan tentang fakta yang mewakili masalah sehari- hari, seperti pengenalan persamaan, mengerjakan dari prosedur rutin, penggunaan algoritma standar dan keterampilan teknis, mengungkapkan simbol dan rumus dalam bentuk Gambar 3. Dimensi yang diukur dalam standar, dan mengerjakan hitungan. soal PISA b. The Connection Cluster The connection cluster dibangun Situasi merupakan bagian dari di atas kelompok reproduksi dengan dunia siswa di mana soal-soal menerapkan pemecahan masalah dalam ditempatkan pada jarak tertentu. Bagi situasi yang tidak rutin tetapi masih PISA, situasi yang paling mendekati melibatkan latar belakang yang sudah adalah kehidupan pribadi siswa itu biasa dikenali oleh siswa. sendiri. Situasi berikutnya adalah c. The Reflection Cluster kehidupan sekolah, kehidupan kerja dan Proses matematis, pengetahuan saat luang, yang diikuti oleh dan keterampilan pada kelompok ini masyarakat setempat dan dalam meliputi elemen pencerminan murid masyarakat di mana hal ini menjadi mengenai proses yang dibutuhkan atau bagian hidup sehari-hari. Situasi yang digunakan untuk memecahkan masalah. terjauh adalah situasi ilmiah. Ada empat Soal pada kelompok ini berhubungan jenis situasi yang didefinisikan dan dengan kemampuan murid untuk digunakan sebagai masalah yang harus merencanakan strategi solusi dan diselesaikan yaitu: masalah pribadi, menggunakannya dalam pengaturan masalah pendidikan / pekerjaan, masalah yang berisi lebih banyak masalah umum dan masalah ilmiah. elemen dan mungkin lebih ‘asli’ (atau tidak dikenal) daripada yang ada pada Menurut Shiel, et. al (2007) kelompok connection cluster. Sebagai format soal model PISA dibedakan tambahan pada bagian pemrosesan, dalam lima bentuk soal yang berbeda, pengetahuan dan keterampilan yaitu: digambarkan pada kelompok Traditional Multiple-Choice item, connection cluster, dan the yaitu bentuk soal pilihan ganda reproduction cluster dimana siswa memilih alternatif jawaban sederhana. Soal PISA Pada Konten Quantity Complex Multiple-Choice item, Soal-soal PISA pada konten ini yaitu bentuk soal dimana siswa menyeluruh berfokus pada kebutuhan memilih alternatif jawaban yang untuk kuantifikasi. Aspek penting agak kompleks. meliputi pemahaman ukuran relatif, Closed constructed respon item, pengakuan pola numerik, dan yaitu bentuk soal yang menuntut kemampuan untuk menggunakan angka siswa untuk menjawab dalam untuk mewakili atribut kuantitatif objek bentuk angka atau bentuk lain yang dunia nyata. sifatnya tertutup. Beberapa penggunaan angka Short-respons item, yang paling penting dan sering dalam yaitu soal yang membutuhkan kehidupan sehari-hari terlihat ketika jawaban singkat. besaran yang diukur: panjang, luas, Open-constructed volume, ketinggian, kecepatan, massa, tekanan udara, nilai uang semua diukur respons items, yaitu soal yang menggunakan ukuran. harus dijawab dengan uraian Memahami arti operasi mencakup terbuka. kemampuan untuk melakukan operasi Kemampuan Penalaran Matematis yang melibatkan perbandingan, rasio Siswa dan persentase. quantity juga termasuk Kemampuan merupakan kata memiliki peranan untuk jumlah dan benda dari kata mampu yang berarti estimasi. Untuk dapat menguji hasil kuasa (bisa, sanggup) melakukan numerik, orang perlu pengetahuan sesuatu, sehingga kemampuan dapat Apakah kecepatan rata-rata 0,50 atau diartikan kesanggupan/kecakapan. 500 km / jam? Apakah populasi Shurter dan Pierce (dalam Sumarmo, penduduk dunia 6 juta, 600 juta, 6 2003: 31) memberikan pengertian miliar, atau 60 miliar? Berapa tinggi penalaran adalah sebagai secara garis sebuah menara? Berapa lebar sungai? besar terdapat 2 jenis penalaran yaitu Kemampuan untuk membuat penalaran deduktif yang disebut pula penghitungan cepat, terutama bila deduksi dan penalaran induktif yang dilihat dari meningkatnya penggunaan disebut pula induksi. Menurut Keraf alat penghitung elektronik. Seseorang (dalam Shodiq, 2006) penalaran harus mampu menghitung jika 33 x 613 merupakan proses berpikir yang hasilnya sekitar 20.000. Untuk berusaha menghubung-hubungkan mencapai kemampuan ini, seseorang fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang tidak memerlukan pelatihan ekstensif diketahui menuju kepada suatu dalam hal perlakuan mental terhadap kesimpulan. Penalaran memerlukan algoritma tradisional yang tertulis, landasan logika. Penalaran dalam melainkan penerapan yang sesuai dalam logika bukan suatu proses mengingat- memahami nilai tempat (ruang) dan ingat, menghafal ataupun mengkhayal aritmatika. tetapi merupakan rangkaian proses mencari keterangan lain sebelumnya. Brodie dkk,(2009) menyatakan matematis siswa, karena proses penalaran matematika adalah matematisasi pada soal PISA menghubungkan pengetahuan yang merupakan penerapan dari kemampuan baru dengan pengetahuan yang dimiliki, penalaran matematis siswa. dan sesungguhnya mengatur kembali pengetahuan yang didapatkan. METODOLOGI PENELITIAN Sumarmo (2003) Penelitian ini dilaksanakan pada mengemukakan bahwa penalaran semester genap tahun pelajaran matematika adalah suatu kemampuan 2010/2011. Subjek penelitian ini adalah yang muncul dalam bentuk: menarik siswa kelas IX SMP Negeri 1 kesimpulan logis; menggunakan Lubuklinggau. penjelasan dengan menggunakan Metode dalam penelitian ini model, fakta, sifat-sifat, dan hubungan; adalah metode riset pengembangan atau memperkirakan jawaban dan proses development research tipe formative solusi; menggunakan pola dan evaluation (Tessmer, 1993). Penelitian hubungan; untuk menganalisis situasi ini mengembangkan soal-soal matematik, menarik analogi dan matematika SMP model PISA pada generalisasi; menyusun dan menguji konten Quantity dalam pembelajaran konjektur; memberikan contoh matematika yang valid dan praktis. penyangkal (counter example) ; Penelitian ini terdiri dari dua mengikuti aturan inferensi; memeriksa tahap yaitu preliminary dan tahap validitas argumen; menyusun argumen formatif evaluation yang meliputi self yang valid; menyusun pembuktian evaluation, expert reviews dan one-to- langsung, tak langsung dan one (low resistance to revision) dan menggunakan induksi matematika. small group serta field test (hight Dari pengertian di atas dapat resistance in revision) (Tessmer:1993). disimpulkan bahwa penalaran Ilustrasi tahapan formative evaluation matematika adalah proses berpikir untuk menentukan apakah sebuah Prosedur Penelitian argumen matematika benar atau salah Tahap Preliminary dan juga dipakai untuk membangun 1. Persiapan suatu argumen matematika baru. Pada tahap ini dilakukan analisis Dari beberapa pendapat di atas, terhadap kurikulum dan buku peneliti mengambil indikator penalaran paket/pegangan siswa di kelas IX matematis pada penelitian ini adalah SMPN 1 Lubuklinggau, kemudian sebagai berikut: menentukan tempat dan subjek a) mengidentifikasi pernyataan dan penelitian dengan cara menentukan cara matematis menghubungi Kepala Sekolah dan yang relevan dengan masalah; guru mata pelajaran matematika di b) memberikan penjelasan dengan sekolah yang akan dijadikan lokasi menggunakan model; penelitian serta mengadakan c) membuat pola hubungan antar persiapan-persiapan lainnya, seperti pernyataan; mengatur jadwal penelitian dan d) Membuat pernyataan yang prosedur kerjasama dengan guru mendukung atau menyangkal kelas yang akan dijadikan tempat argumen (contoh penyangkal). penelitian. 2 Pendesainan Proses matematisasi dalam Pada tahap ini dilakukan mengerjakan soal PISA diharapkan pendesainan kisi-kisi dan soal-soal dapat mengukur kemampuan penalaran model PISA dan pengambilan pokok bahasan yang berhubungan dan kepraktisan soal-soal tersebut dan dengan konten Quantity. hasilnya sebagai masukan untuk 2. Tahap Formatif Evaluation merevisi desain soal ke tahap 3. Self Evaluation berikutnya. Hasil dari tahap ini Pada tahap ini dilakukan penilaian diharapkan akan mengahasilkan soal- oleh diri sendiri terhadap hasil soal model PISA yang valid dan desain soal-soal model PISA pada praktis. konten Quantity yang dibuat oleh 7. Field Test (Uji Lapangan) peneliti. Pada tahap ini uji coba dilakukan pada 4. Expert Reviews (Uji Pakar) subjek penelitian yang sesungguhnya Pada tahap ini desain soal yang sebagai field test. Produk yang telah dibuat oleh peneliti divalidasi oleh diujicobakan pada field test haruslah pakar, teman sejawat dan guru yang telah memenuhi kriteria kualitas. matematika. Produk yang didesain Akker (1999:126) mengemukakan dilihat, dinilai, dan dievaluasi. Uji bahwa tiga kriteria kualitas adalah: validitas yang dilakukan adalah uji validitas (dari pakar, teman sejawat dan validitas konten, uji validitas guru matematika), konstruk, dan uji validitas bahasa. kepraktisan(penggunaannya mudah dan Saran-saran dari validator dapat digunakan dalam proses digunakan untuk merevisi desain pembelajaran), dan soal memiliki efek soal yang dibuat peneliti. potensial dilihat dari hasil tes Tanggapan dan saran dari validator kemampuan penalaran matematis siswa. tentang desain yang telah dibuat Adapun langkah-langkah ditulis pada lembar validasi sebagai pengembangan soal-soal model PISA bahan untuk merevisi dan dalam konten quantity dapat disajikan menyatakan bahwa perangkat dalam bentuk diagram alur berikut: pembelajaran tersebut telah valid. 5. One-to-one Pada tahap ini, peneliti meminta tiga orang siswa dengan berbagai tingkatan kemampuan sebagai tester. Komentar yang didapat digunakan untuk merevisi desain soal-soal model PISA yang telah dibuat peneliti. Small Group (Kelompok Kecil) .Gambar 4. Alur Desain formative Hasil revisi dan komentar dari expert evaluation Tessmer (1993) review dan one-to-one dijadikan dasar untuk mendesain soal pada tahap Teknik Pengumpulan data selanjutnya. Desain soal ini 1. Walkthrouh diujicobakan pada small group non Walkthrough dilakukan terhadap subjek penelitian untuk melihat pakar (ahli) dan digunakan untuk kepraktisannya. Siswa-siswa tersebut melihat soal yang meliputi isi diminta untuk memberikan tanggapan (content) dan validasi muka (face), terhadap soal-soal model PISA yang berdasarkan bahasa yang digunakan diujikan. Berdasarkan hasil tes dan dan harus sesuai dengan Ejaan Yang tanggapan siswa inilah soal direvisi dan Disempurnakan (EYD), penggunaan diperbaiki lagi. Pada tahap ini juga kata dan kalimat harus jelas dan dievaluasi tampilan dan penggunaan tidak berbelit-belit sehingga mudah soal guna melihat tanggapan, penilaian dipahami siswa. 2. Dokumen sesuai dengan ketentuan yang telah Untuk memperoleh data dan melihat ditetapkan. kepraktisan soal-soal model PISA Setelah dilakukan penskoran pada konten quantity yang dibuat berdasarkan indikator kemampuan oleh peneliti yang meliputi kejelasan penalaran matematis siswa, Data yang dan keterbacaan soal. didapata dari penskoran dikategorikan 3. Tes soal-soal model PISA pada berdasarkan table berikut: konten quantity Untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal model PISA pada konten Quantity. Tes ini dilakukan untuk melihat kemampuan Tabel 1 Kategori Kemampuan penalaran matematis siswa terhadap Penalaran Matematis soal-soal model PISA pada konten quantity yang diberikan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dibuat.
Teknik Analisis Data
1 Analisis Data Validasi Ahli Untuk menganalisis data validasi ahli digunakan analisis deskriptif dengan cara merevisi berdasarkan catatan validator. Hasil dari analisis digunakan untuk merevisi soal-soal HASIL DAN PEMBAHASAN yang dibuat oleh peneliti. Hasil Pengembangan Soal 2. Analisis Data Kepraktisan Soal Berdasarkan kerangka pikiran Untuk menganalisis data kepraktisan yang diuraikan pada bab sebelumnya, soal-soal tipe PISA pada konten ada tiga tahapan besar pada penelitian quantity digunakan analisis ini yaitu Desain, Self Evaluation, dan deskriptif. Data analisis berdasarkan Prototyping (Validasi, Evaluasi, danj dokumen hasil tes yang diperoleh Revisi), namun lebih rinci lagi di siswa dalam mengerjakan soal-soal sajikan dalm lima langkah berikut: tipe PISA pada konten Quantity. 1. Desain Soal Hasil dari analisis digunakan untuk Dalam mendesain soal peneliti merevisi soal-soal yang dibuat oleh mengembangkan soal model PISA peneliti. pada konten Quantity dengan 3. Analisis Data Tes Soal-soal Tipe mengacu kepada teori dan kerangka PISA pada Konten Quantity soal PISA yang banyak Untuk melihat kemampuan mengimplementasikan pemecahan penalaran matematis siswa dapat masalah kehidupan sehari-hari diketahui berdasarkan hasil tes soal- sesuai dengan situasi dan konteks soal model PISA pada konten yang diterapkan pada soal PISA. Quantity yang diberikan kepada Soal juga didesain dengan bahasa siswa. Selanjutnya dilakukan yang tepat dan sesuai dengan Ejaan penyekoran terhadap jawaban siswa Yang Disempurnakan (EYD) dan skor yang diperoleh siswa sehingga setiap yang membaca dianalisis secara deskriptif kualitatif harus mempunyai persepsi yang dan dikelompokkan dalam kategori sama dalam memahami makna soal. Selain dari itu soal model PISA pada konten quantity didesain dengan mengacu kepada indikator matematika SMP, pada satuan kemampuan penalaran matematis pendidikan SMP Negeri1 siswa, yaitu: Lubuklinggau, meliputi aspek-aspek C. mengidentifikasi pernyataan dan sebagai berikut: menentukan cara matematis a. Ajabar yang relevan dengan masalah; b. Geometri D. memberikan penjelasan dengan c. Aritmatika menggunakan model; d. Statistika dan Peluang E. membuat pola hubungan antar pernyataan; Kompetensi dasar dan indikator yang F. membuat pernyataan yang sesuai dengan KTSP pada satuan mendukung atau menyangkal pendidikan SMPN 1 Lubuklinggau argumen (contoh penyangkal). hanyalah sebagai pembanding bagi Selain dari itu soal model PISA materi soal model PISA pada konten pada konten Quantity pada penelitian Quantity mengingat bahwa desain soal ini dibuat dalam tiga kelompok yaitu tersebut tidak dibuat berdasarkan kelompok reproduksi (Reproduction kurikulum yang ada pada satuan Cluster), kelompok koneksi pendidikan tetapi hanya berdasarkan (Connection Cluster) dan kelompok situasi dan konteks yang telah diuraikan refleksi (Reflection Cluster). Pada pada BAB II. kelompok reproduksi soal disusun Prototyping (validasi, evaluasi, revisi) sedemikian rupa dengan konteks yang Perangkat soal yang dihasilkan pada sangat dikenal siswa dan dengan setiap prototipe, divalidasi dengan operasi matematika yang juga menggunakan teknik triangulasi. sederhana. Pada kelompok koneksi soal Penilaian panelis memerlukan interpretasi karena situasi Kevaliditasan soal-soal pada tiap yang diberikan belum begitu dikenal prototipe yang dilihat adalah konten, oleh siswa. Sedangkan soal pada konstruks dan bahasa, dikonsultasikan kelompok refleksi penyelesaian soal dan diperiksa oleh pembimbing tesis memerlukan penafsiran tingkat tinggi yaitu Prof. Dr. Zulkardi, M.I. Komp, dengan konteks yang sama sekali tidak M.Sc. dan Dr. Darmawijoyo secara terduga. terus menerus. Selain itu, peneliti Desain soal prototipe I secara lengkap meminta pendapat dari beberapa panelis dapat dilihat dalam lampiran beserta dan teman sejawat yang sudah alternatifsolusi. berpengalaman dalam pendidikan Self Evaluation matematika dan soal model PISA, Tahap ini meliputi: validator tersebut adalah: Analisis 1. Prof. Dr. M. Salman. A.N, dosen Analisis Siswa Fakultas MIPA Institut Teknologi Pada tahap analisis siswa bertujuan Bandung. untuk mengetahui jumlah siswa, 2. Dr. Somakim Somad, dosen kemampuan penalaran matematis siswa Pendidikan Matematika Pasca kelas IX 4 SMP Negeri 1 Sarjana UNSRI. Lubuklinggau, dan kelas IX 4 3. Dr. Nila Kesumawaty, dosen merupakan kelas ujicoba untuk Pendidikan Matematika Pasca mengukur kemampuan penalaran Sarjana UNSRI. matematis. 4. Sukasno, M.Pd, dosen Pendidikan Analisis Kurikulum Matematika STKIP PGRI Pada tahap ini yang dilakukan adalah Lubuklinggau. mengidentifikasi materi pembelajaran 5. Yulianti, M.Pd, dosen Pendidikan berkemampuan sedang memperoleh Matematika STKIP PGRI nilai kemampuan penalaran matematis Lubuklinggau. yang baik, sedangkan siswa yang 6. Devi Mardhianty, S.Pd, guru berkemampuan rendah mencapai nilai SMPN 3 Lubay Muara Enim. kemampuan penalaran matematis yang cukup. Pada tahap expert reviews kebanyakan Kemampuan siswa dalam dibenahi masalah EYD, kalimat dalam membaca soal dan menginterpretasikan soal, tata letak (lay-out), beberapa makna soal kedalam permasalahan angka dan skema, sehingga peneliti matematika rata-rata sudah cukup baik, merevisi sesuai dengan yang disarankan namun perlu waktu lama bagi siswa oleh validator. berkemampuan rendah untuk memahaminya. Kesulitan yang dialami One-to-one rata-rata pada soal unit 1, unit 3, dan Desain soal model PISA pada unit 6 (pada soal ke 2). Pada soal unit 1 konten quantity untuk mengukur belum ada siswa yang mampu kemampuan penalaran matematis mengidentifikasi permasalahan yang diujicobakan kepada tiga orang anak diberikan dan mengkoneksikan (one-to-one), dimana tiga orang anak pemecahannya dengan materi Pola ini mewakili 3 level kemampuan yaitu Barisan Bilangan dan Deret. Seluruh anak yang pandai, sedang dan kurang. siswa mencoba menyelesaikan soal ini Untuk level kemampuan pandai dengan cara menduga dan mencoba diujikan kepada Khalisah Rifda menemukan pola saja tanpa bisa Sumayyah, siswa kelas IX.2 SMPN 1 memahami bahwa permasalahan pada Lubuklinggau, siswa berkemampuan soal unit 1 ini dapat diselesaikan sedang diujikan kepada Izzati Zahidah dengan rumus-rumus pada Barisan dan siswa kelas X.2 MAN 1 Lubuklinggau, Deret Aritmetika. Sehingga menjadi sedangkan siswa berkemampuan rendah masukan bagi peneliti untuk lebih diujikan kepada Ahmad Traju PWN memperjelas naskah soal sehingga siswa kelas IX.2 SMPN 1 siswa lebih mudah memahami makna Lubuklinggau. soal dan menghubungkannya dengan Dari komentar siswa hampir definisi Barisan Aritmetika. seluruh soal bisa dipahami dengan baik, Pada soal unit 3, siswa masih namun ada beberapa redaksi soal yang sulit memahami prosedur penyelesaian harus dibenahi, terutama soal Unit 1 soal walaupun sudah memahami dan Unit 3 serta memperjelas permasalahan yang ada pada soal. keterangan pada soal Unit 2. Sedangkan pada soal unit 6 di soal no.2 Dari kedua tahapan di atas yang siswa belum memahami apa pengaruh diberikan secara paralel maka peneliti waktu reaksi terhadap pencapaian merevisi redaksi beberapa soal, waktu total. Belum ada siswa yang mengganti angka-angka yang belum mampu bahwa peraih juara ke 3 sesuai, member keterangan sumber memiliki waktu pacu yang lebih cepat gambar yang dikutip, membenahi tata dari waktu pacu peraih juara ke dua. letak dan tampilan soal, dan Hal ini menunjukkan bahwa memberikan keterangan pada tabel. siswa pada tahap one-to-one secara Pada tahap one-to-one hasil umum sudah memiliki kemampuan yang dicapai siswa yang penalaran yang baik walaupun pada berkemampuan tinggi sangat baik beberapa soal tertentu belum bisa walaupun masih ada beberapa menyelesaikan soal-soal yang kesalahan yang dibuat. Siswa yang mempunyai level kognitif yang tinggi. siswa lebih terbiasa untuk membuat Small Group dukungan ataupun penyangkalan, jadi di sini siswa tidak hanya dituntut untuk Soal model PISA pada konten menyelesaikan suatu permasalahan Quantity untuk mengukur kemampuan dengan cara menentukan sesuatu tetapi penalaran matematis pada protipe kedua juga menggunakan hasil jawaban diujicobakan pada small group yang tersebut untuk proses pengambilan terdiri dari 5 orang siswa SMPN 1 keputusan atau menarik kesimpulan Lubuklinggau, diminta untuk (justifikasi). mengamati serta mengerjakan soal-soal Pada siswa yang kemampuan yang diberikan. penalarannya cukup, masih kesulitan Pada tahap ini, hasil yang dalam memahami soal-soal yang butuh dicapai oleh siswa tidak berbeda jauh kemampuan kognitif yang tinggi, dengan hasil yang dicapai siswa pada seperti pada soal no 1, 3, dan 6. tahap one-to-one. Dua orang siswa Hasil dari small group dan berkemampuan tinggi termasuk pada expert review pada prototype dua kategori kemampuan penalaran yang direvisi untuk mendapatkan prototype sangat baik, satu orang siswa termasuk ketiga. Keputusan revisi sebagai pada kategori kemampuan penalaran berikut: lebih memperjelas skema soal yang baik sedang dua orang termasuk unit 3 dan memberi keterangan yang pada kategori kemampuan penalaran lebih detil untuk soal unit 2. Setelah matematis yang cukup. direvisi menghasilkan prototype tiga. Jika ditinjau dari analisis hasil jawaban siswa, secara umum sudah bisa Uji coba Field Test memahami dengan baik setiap isi dan Penelitian ini diujicobakan pertanyaan yang termuat di dalam sebanyak dua kali pertemuan pada setiap soal. Ini di lihat dari hasil dan bulan April 2011 di Kelas IX. 4 SMPN sistematika uraian jawaban siswa. 1 Lubuklinggau dengan jumlah siswa Siswa sudah mampu mengidentifikasi sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15 permasalahan dalam situasi konteks dan laki-laki dan 15 perempuan bertujuan kemudian mengubahnya dalam situasi untuk melihat efek potensial soal-soal matematika. Siswa sudah mampu model PISA pada konten Quantity mengkoneksikan situasi dengan terhadap kemampuan penalaran membuat pola dan hubungannya matematis siswa. dengan model matematika, dan Pengumpulan data dengan cara kemudian membuat pernyataan yang memberikan soal-soal prototipe ketiga mendukung ataupun menyangkal suatu yang telah valid secara bertahap. argumen. Siswa rata-rata sudah mampu Pertemuan pertama berlangsung selama menyelesaikan soal-soal pada 90 menit dengan jumlah soal yang kelompok Reproduction Cluster dan diberikan sebanyak 6 unit soal dan Connection Cluster, sedangkan untuk pertemuan kedua berlangsung selama soal pada kelompok Reflection Cluster 90 menit dengan jumlah 6 unit soal. hanya bisa dicapai oleh siswa Setiap siswa menjawab pertanyaan pada berkemampuan sangat baik, itupun lembar jawaban yang tersedia dan alasan yang dikemukakan belum begitu dikumpulkan setelah waktu yang maksimal karena belum bisa ditentukan selesai. memberikan alasan (argumen) yang Data hasil tes kemampuan sangat tepat seperti yang diinginkan. penalaran matematis siswa dianalisis Soal-soal model PISA pada untuk menentukan rata-rata nilai akhir konten Quantity ini didesain sehingga pada setiap pertemuan dan kemudian dikonversikan ke dalam data kualitatif praktis tergambar dari hasil uji coba, untuk menentukan kategori tingkat dimana semua siswa dapat kemampuan penalaran matematis siswa. menggunakan perangkat soal dengan Adapun persentase tingkat kemampuan baik. penalaran matematis siswa tersebut Dari hasil analisis data tes soal selama dilakukan tes 2 kali, dapat untuk mengukur kemampuan penalaran dilihat sebagai berikut: matematis siswa pada soal model PISA Tabel 2. Distribusi Skor Rata Rata pada konten Quantity dapat diketahui Kemampuan Penalaran Matematis bahwa 5 Siswa (16.7%) yang termasuk Siswa dalam kategori memiliki kemampuan penalaran matematis yang sangat baik, ada 9 siswa (30%) termasuk dalam kategori memiliki kemampuan penalaran matematis yang baik, ada 12 siswa (40%) termasuk dalam kategori memiliki kemampuan penalaran matematis yang cukup, dan ada 4 siswa (13,3%) termasuk dalam kategori memiliki kemampuan penalaran Pembahasan Hasil Penelitian matematis yang kurang. Secara keseluruhan ada 14 siswa (46,7%) Setelah melalui proses memiliki kemampuan penalaran pengembangan yang terdiri dari 3 tahap matematis dengan kategori baik. besar, tiga siklus prototype dan proses Secara umum, dari hasil tes revisi berdasarkan saran validator dan dalam dua kali pertemuan diketahui ujicoba pada siswa, diperoleh perangkat bahwa kemampuan penalaran soal yang dikembangkan dapat matematis siswa sebagian sudah cukup dikategorikan valid dan praktis. Valid baik, siswa yang termasuk pada tergambar dari hasil penilaian validator, kategori memiliki kemampuan dimana hampir semua validator penalaran matematis yang baik sudah menyatakan baik berdasarkan konten mampu mengidentifikasi pernyataan (sesuai dengan Kompetensi Dasar, dan menentukan cara matematis yang Indikator dan Framework dari soal relevan dengan masalah; memberikan model PISA pada konten Quantity ), penjelasan dengan menggunakan konstruk (mengembangkan kemampuan model; membuat pola hubungan antar penalaran matematis, meliputi: pernyataan; membuat pernyataan yang mengidentifikasi pernyataan dan mendukung atau menyangkal argumen menentukan cara matematis yang (contoh penyangkal) pada sebagian relevan dengan masalah; memberikan besar soal. Namun di beberapa soal penjelasan dengan menggunakan siswa terlihat masih belum mampu model; membuat pola hubungan antar mencapai kemampuan kognitif yang pernyataan; membuat pernyataan yang ada pada level tinggi seperti yang mendukung atau menyangkal argumen terjadi pada soal Unit 6 (WAKTU (contoh penyangkal)), dan bahasa REAKSI) untuk soal no. 2. Pada soal (sesuai dengan EYD, tidak berbelit- ini tidak seorang pun siswa yang belit, tidak mengandung penafsiran mampu memberikan pernyataan yang ganda, batasan pertanyaan dan jawaban mendukung argumen dengan sempurna. jelas, dan menggunakan bahasa yang Siswa yang termasuk pada bisa dipahami oleh seluruh orang yang kategori memiliki kemampuan membacanya). Soal dikategorikan penalaran matematis yang kurang masih sangat kesulitan memahami makna siswa yang masuk pada kategori soal, sehingga bisa terlihat di sini kurang. kemampuan membaca (literasi) Namun perbedaan dalam matematika siswa masih sangat rendah. konten, konteks dan komponen soal- Mereka yang termasuk pada kategori soal yang biasa dikerjakan siswa di ini memerlukan waktu yang lama dalam kelas dengan soal yang diberikan pada memahami makna soal sehingga juga studi berskala internasional menjadi mengalami kesulitan untuk kendala besar bagi siswa. Kompetensi mengidentifikasi permasalahan dan yang diberikan kepada siswa kita masih otomatis kesulitan juga dalam sebatas untuk mengolah informasi menentukan cara matematis yang tetapi belum sampai pada kompetensi relevan untuk menyelesaikan masalah. kritis untuk mengevaluasi teks, Terlihat bahwa siswa kebanyakan mengajukan hipotesis terhadap suatu mengalami kesulitan dalam mengubah gagasan, atau untuk mensintesis dari situasi nyata ke dalam situasi gagasan. Hal ini dapat menjadi bahan matematis, sehingga berakibat pada bagi para pelaku pendidikan untuk gagalnya siswa menyelesaikan melakukan pengembangan kurikulum permasalahan karena tidak mempunyai pada jenjang pendidikan dasar untuk kemampuan penalaran yang baik. Hal mengarahkan kompetensi kepada ini bisa jadi disebabkan karena mereka pembekalan kemampuan literasi yang tidak terbiasa diberikan soal-soal menjadi saran bagi pengembangan latihan yang mengimplementasikan kemampuan berpikir siswa sesuai materi pembelajaran di sekolah pada dengan perkembangannya. Penekanan situasi nyata, sehingga kemampuan harus diberikan kepada keterampilan penalaran matematis merekapun jarang yang lebih mendorong melatih terlatih secara optimal. kemampuan berpikir siswa dengan Dari analisis dokumen yang menjamin adanya konsistensi di antara didapat pada tes soal model PISA untuk unsur-unsur tujuan, isi, proses, dan mengukur kemampuan penalaran evaluasi pendidikan. Pengembangan ini matematis dari tahap one-to-one sampai adalah bentuk upaya untuk membekali pada tahap field test, soal-soal model siswa kita dengan kemampuan atau PISA pada konten Quantity juga kompetensi yang dibutuhkan dalam berhasil menimbulkan kemampuan konteks globalisasi sekarang ini. menalar, dari mulai mengidentifikasi permasalahan dalam soal, PENUTUP menghubungkannya dengan situasi matematis yang sesuai, sampai dengan KESIMPULAN menyelesaikan permasalahan, membuat 1. Prototype perangkat soal yang generalisasi bahkan sampai kepada dikembangkan dikategorikan valid proses justifikasi suatu pernyataan. Dari dan praktis. pembahasan beberapa soal di atas, pada 2. Dengan nilai rata-rata 30,43 soal akhirnya hasil tes kemampuan dapat dikatakan memiliki efek penalaran matematis pada soal model potensial terhadap kemampuan PISA pada konten Quantity, secara penalaran matematis siswa. keseluruhan dengan nilai rata-rata Sebagian dari siswa masih memiliki kemampuan penalaran matematis kemampuan penalaran matematis 30,43, termasuk pada kategori yang kurang karena kesulitan dalam kemampuan penalaran matematis yang mengidentifikasi permasalahan yang cukup, walaupun masih ada beberapa diberikan pada soal. Soal model PISA yang didesain dengan konten yang dapat melatih kemampuan Mathematics: A Teacher’s Guide. siswa sehingga dapat digunakan Stationery Office. Dublin untuk proses optimasi penalaran Stacey, Kaye.(2010). The PISA view of matematis siswa. Mathematical Literacy in Indonesia. Journal on Mathematic SARAN Education(IndoMS-JME). July, 1. Bagi siswa dalam belajar 2011, Volume 2. (online) matematika harus dapat Sumarmo, U. (2003). Daya dan meningkatkan kemampuan literasi Disposisi Matematik: Apa, matematis dan memiliki motivasi Mengapa dan Bagaimana yang tinggi untuk bisa Dikembangkan pada Siswa Sekolah menyelesaikan setiap permasalahan Dasar dan Menengah. Makalah yang diberikan dalam berbagai soal disajikan pada Seminar Sehari di 2. Bagi guru matematika, agar dapat Jurusan Matematika ITB, Oktober menggunakan soal-soal yang 2003. mengimplementasikan matematika Tessmer, Martin.(1993). Planning and dalam kehidupan sehari-hari agar Conducting Formative dapat melatih kemampuan membaca Evaluations. London. Kogan page. yang merupakan kemampuan dasar Van den Akker, J. (1999). Principles yang sangat berpengaruh bagi and Methods of Development kemampuan penalaran. Research. In J. vanden Akker, N. 3. Bagi peneliti lain, agar dapat Nieveen, R. M. Branch, K. L. mengembangkan dan mengkaji lebih Gustafson, & T. Plomp, (Eds.), dalam penelitian ini pada konten Design methodology and yang berbeda developmental research in education and training (pp. 1-14). DAFTAR RUJUKAN The Netherlands: Kluwer Brodie, Karin dkk.(2009). Teaching Academic Publishers. Mathematical Reasoning Secondary School Classroom. The Open University. Hayat, Bahrul dan Yusuf, Suhendra. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara. OECD (2003). The PISA 2003 Assessment framework: Mathematics, reading scienceand problem solving knowledge and skills,Paris,https://www.pisa.oecd.or g/dataoecd/38/51/33707192.pdf Shadiq, Fajar.(2004). Penalaran, Pemecahan masalah dan Komunikasi Dalam Pembelajaran matematika. Makalah disajikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMP Jenjang Dasar tanggal 10 s.d. 23 Oktober 2004. Shiel, Gerry, R. Perkins, S. Close, and E. Oldham.(2007). PISA
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional