Anda di halaman 1dari 9

UJME 6 (2) (2017)

Unnes Journal of Mathematics Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme

The Effectiveness of the PBL model with an Open-ended Approach to the Achievement of
Ability Creative Thinking Mathematical and Mathematical Disposition of Students

Keefektifan Model PBL dengan Pendekatan Open-ended pada Pencapaian Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis dan Disposisi Matematis Siswa

F.M. Ulfa , Dwijanto, Kartono

Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia


Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung D7 Lt.1, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keefektifan pembelajaran model PBL
Diterima Mei 2017 dengan pendekatan open-ended pada pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis dan
Disetujui Juni 2017 disposisi matematis siswa kelas VII pada materi segiempat. Populasi dalam penelitian ini
Dipublikasikan Agustus 2017 adalah siswa kelas VII MTs Negeri Mranggen tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 339
siswa. Dengan menggunakan teknik simple random sampling, terpilih dua kelompok sampel
Kata kunci:
Kreatif; yaitu kelas VII C sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A sebagai kelas kontrol. Metode
Think Talk Write; pengumpulan data yang digunakan adalah tes, angket dan observasi. Analisis tes
Cabri 3D; kemampuan berpikir kreatif matematis menggunakan uji t dan uji proporsi. simpulan dari
Whatsapp. penelitian ini adalah pembelajaran model PBL dengan pendekatan open-ended efektif pada
pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis dan disposisi matematis siswa kelas VII
materi segiempat.

Abstract
The purpose of this research were to analyze the effectiveness of PBL model with open-ended approach
on the achievement of ability creative thinking mathematical and mathematical disposition of students
on class VII in rectangular material. The population this research is the students of class VII MTs
Negeri Mranggen years 2016/2017. The student are 339 students. With using simple random
sampling. Selected two groups of sample class VII C as experimental class and class VII A as control
class. Data collecting methods used are tests, questionnaires and observations. Analysis of the test of
ability creative thimking mathematical using t test and proportion test. This conclusion is the learning
of PBL model with an open-ended approach effective on the achievement of ability creative thinking
mathematical and mathematical disposition of class VII students of rectangular material.

To cite this article:


Ulfa, F.M., Dwijanto, & Kartono. (2017). Keefektifan Model PBL dengan Pendekatan Open-ended pada Pencapaian Kemampuan Berpikir
Kreatif Matemais dan Disposisi Matematis Siswa. Unnes Journal of Mathematics Education, 6(2), Page X-Y . doi:10.15294/ujme.xxxxxx

Alamat korespondensi: 2017 Universitas Negeri Semarang


E-mail: faridamu2012@students.unnes.ac.id
p-ISSN 2252-6927
e-ISSN 2460-5840
F. M. Ulfa et al., Keefektifan Model PBL ...

PENDAHULUAN guru belum optimal khususnya dalam materi


Dalam GBHN 1993 sebagaimana dikutip segiempat. Hal ini ditunjukkan dengan persentase
oleh Munandar (2009: 17) dinyatakan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa di MTs Negeri
pengembangan kreativitas atau daya cipta perlu Mranggen pada materi segiempat tahun pelajaran
dipupuk dikembangkan dan ditingkatkan dari 2015/2016 yang hanya sebesar 64,9%. Dimana
pendidikan pra-sekolah sampai di perguruan tinggi, ketika diberi soal cerita dan soal terbuka siswa
disamping mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri hanya mampu menyelesaikan soal dengan satu
lain yang menunjang pembangunan. Kemampuan jawaban, padahal masih ada kemungkinan jawaban
berpikir kreatif ini penting untuk dimiliki setiap yang lain dari soal tersebut. Hal ini menunjukkan
orang karena dengan berpikir kreatif seseorang bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis
dapat mengungkapkan gagasan-gagasannya dengan siswa masih belum maksimal. Sementara dalam
lancar (fluency), memikirkan berbagai macam cara pembelajaran matematika guru matematika di MTs
untuk menyelesaikan masalah (flexibility), Negeri Mranggen umumnya menggunakan model
menciptakan suatu inovasi yang tidak terpikirkan pembelajaran ekspositori dengan pertimbangan
orang lain (originality), dan dapat mengembangkan karena model tersebut sangat mudah dilaksanakan
gagasan-gagasan orang lain (elaboration). dan efisien untuk menyampaikan materi pelajaran
Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan dengan kondisi jumlah siswa yang cukup banyak.
nasional. Dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Dalam hal ini, perlu diimbangi dengan
Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 pembelajaran yang inovatif agar pemahaman
tercantum sebagai berikut: Pendidikan Nasional konsep materi segiempat melekat erat pada diri
bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa siswa. Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa berpikir kreatif matematis guru harus memberikan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, inovasi baru dalam setiap pembelajaran dan
sehat, berilmu, cakap, kreatif, madiri dan menjadi memberi ruang bagi siswa untuk meningkatkan
warga negara yang demokratis serta bertanggung kemampuannya sehingga kemampuan berpikir
jawab. kreatif matematis siswa akan meningkat.
Melalui pendidikan, kreativitas dapat Kenyataan ini menunjukkan bahwa sampai
ditumbuh kembangkan. Meskipun bukan satu- saat ini masih ditemukan kesulitan-kesulitan yang
satunya penentu lahirnya orang-orang kreatif, dialami siswa dalam mempelajari matematika.
pendidikan merupakan faktor yang besar sekali Kesulitan belajar siswa selain dilihat dari prestasi
peranannya. Peranan itu dimungkinkan oleh akedemik (kognitif) dapat juga dilihat dengan
adanya guru yang kreatif, yakni guru yang secara munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa
kreatif mampu menggunakan berbagai pendekatan seperti kesukaan berteriak-teriak didalam kelas,
dalam proses belajar mengajar dan membimbing mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk
siswa. Simonton (dalam Supriadi, 1995: 166) sekolah, dan sering bolos dari sekolah (Syah, 2003:
menyatakan bahwa Great thinkers tends to have great 182). Memasukkan aspek afektif dalam
teacher. Pernyataan ini mengandung arti bahwa pembelajaran sangatlah dianjurkan sebagaimana
betapa besarnya peran guru dalam perkembangan tercantum dalam tujuan pendidikan nasional
kreativitas anak didiknya (Noer, 2009: 1). Hal dimana nilai-nilai budaya dan karakter perlu
tersebut juga dipertegas oleh Dwijanto (2007: 2-3) dipupuk di sekolah.
dalam pembelajaran matematika, perlu Salah satu karakter yang perlu dipupuk
dikembangkan kemampuan berpikir kreatif adalah mengenai disposisi matematik yaitu
matematis, yaitu kemampuan untuk menyelesaikan keinginan, kesadaran, dedikasi dan kecenderungan
masalah matematika secara kreatif. yang kuat pada diri siswa untuk berpikir dan
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru berbuat secara matematik dengan cara yang positif
matematika kelas VII di MTs Negeri Mranggen dan didasari dengan iman, takwa, dan akhlak mulia
Kabupaten Demak pada tanggal 10 Januari 2017 (Sumarmo, 2012: 6). Disposisi matematik disebut
dikatakan bahwa terdapat beberapa kendala yang juga productive disposition (sikap produktif), yakni
dialami siswa dalam pembelajaran matematika. Di tumbuhnya sikap positif serta kebiasaan untuk
antaranya yaitu siswa bersikap pasif dalam melihat matematika sebagai sesuatu yang logis,
pembelajaran, pembelajaran belum bermakna dan berguna dan berfaedah (Klipatrick, Swafford, &
daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan Findell, 2001). Sehingga disposisi matematis

2
Unnes Journal of Mathematics Education Vol 6 No 2 2017

mampu menumbuhkan nilai-nilai budaya dan METODE


karakter siswa serta mampu meningkatkan Jenis penelitian yang digunakan oleh
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. peneliti adalah penelitian kuantitatif. metode
Salah satu usaha untuk memperbaiki penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
proses pembelajaran yaitu melalui upaya pemilihan adalah penelitian eksperimen. Desain atau
model pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam rancangan penelitian yang digunakan dalam
pembelajaran matematika di sekolah, merupakan penelitian ini adalah True Eksperimental Design
suatu kebutuhan yang sangat penting untuk dengan bentuk Posttest Only Control Design. menurut
dilakukan. Model pembelajaran yang dapat Sugiyono (2015: 112) ciri utama dari True
digunakan dalam meningkatkan kemampuan Ekspeimental Design adalah sampel yang digunakan
berpikir kreatif siswa yaitu Problem-Based Learning untuk eksperimen maupun kontrol diambil secara
(PBL). Menurut Hmelo-Silver sebagaimana dikutip random dari populasi tertentu.
oleh Savery (2009) dijelaskan bahwa PBL sebagai Menurut Russeffendi (1994: 46) dijelaskan
metode pembelajaran dimana siswa belajar melalui bahwa desain kelompok kontrol hanya-postest
pemecahan masalah yang mengacu pada masalah memiliki kelemahan bila studi dengan desain ini
kompleks yang memiliki lebih dari satu jawaban lama, maka akan kehilangan data mengenai subjek
benar dimana siswa bekerjasama dalam kelompok bisa terjadi dibandingkan dengan desain yang
untuk mengidentifikasi informasi yang menggunakan pretest. Tetapi bila penelitiannya
dibutuhkankan dalam menyelesaikan masalah, ikut singkat, desain ini tentu lebih menguntungkan. Jadi
berperan serta aktif dalam pembelajaran langsung, dengan menggunakan True Eksperimental Design
menggunakan pengetahuan baru mereka untuk dengan bentuk Posttest Only Control Design akan
menyelesaikan masalah, dan merefleksikan pada lebih menguntungkan dalam penelitian ini karena
apa yang telah mereka pelajari serta keefektifan penelitian ini hanya dilakukan empat kali
strategi yang digunakan. pertemuan dalam kegiatan pengambilan data
Kreativitas guru merupakan faktor penting penelitian.
yang besar pengaruhnya dan sangat menentukan Populasi dalam penelitian ini adalah
berhasil tidaknya siswa dalam belajar. Salah satu semua siswa kelas VII MTs Negeri Mranggen
pendekatan yang mendukung kreativitas guru dan tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 339 siswa.
dapat digunakan dalam mata pelajaran matematika populasi tersebut kemudian terambil dua kelas
adalah pendekatan open-ended. Salah satu sampel yaitu kelas eksperimen (VII C) yaitu siswa
pendekatan yang dapat digunakan untuk yang diberi perlakuan pembelajaran dengan model
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif PBL dengan pendekatan open-ended dan kelas
matematis siswa adalah pendekatan open-ended. kontrol (VII A) diberi perlakuan pembelajaran
Pendekatan open-ended adalah pendekatan berbasis model ekspositori.
masalah, dimana jenis masalah yang digunakan Nilai awal dalam penelitian ini digunakan
adalah masalah terbuka. Masalah terbuka adalah sebagai pengelompokkan kemampuan awal kelas
masalah yang memiliki lebih dari satu metode eksperimen dan kelas kontrol untuk selanjutnya
penyelesaian yang benar atau memiliki lebih dari dilihat nilai akhir kemampuan berpikir kreatif
satu jawaban benar. Dalam pembelajaran matematis pada kedua kelas.
menggunakan pendekatan open-ended siswa tidak Metode dalam mengumpulkan data pada
hanya dituntut menemukan solusi dari masalah penelitian ini adalah dengan metode tes, observasi,
yang diberikan tetapi juga memberikan argumentasi dan angket. Metode tes digunakan untuk
tentang jawabannya serta menjelaskan bagaimana memperoleh data kemampuan berpikir kreatif
siswa bisa sampai pada jawaban tersebut (Shimada, matematis siswa pada materi segiempat. Metode
1997: 1). observasi merupakan teknik pengumpulan data
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut yang menggunakan pengamatan terhadap objek
peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian penelitian, metode observasi ini dilakukan untuk
tentang Keefektifan Model PBL dengan mengamati disposisi matematis siswa dan aktivitas
Pendekatan Open-Ended pada Pencapaian siswa. Metode angket digunakan untuk
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan memperoleh data tentang disposisi matematis pada
Disposisi Matematis Siswa. kedua kelas baik eksperimen maupun kelas kontrol
dengan menggunakan skala Likert.

3
F. M. Ulfa et al., Keefektifan Model PBL ...

Sebelum dilakukan kegiatan pengambilan ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa


data penelitian, instrumen dilakukan ujicoba kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada
terlebih dahulu di kelas uji coba yakni kelas VII B. materi segiempat yang menggunakan model PBL
Analisis butir soal tes kemampuan berpikir kreatif dengan pendekatan open-ended dapat mencapai
matematis yakni validitas isi, validitas butir, ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu
realibilitas, dan taraf kesukaran. Dari hasil analisis minimal 75% siswa dalam satu kelas dapat
validitas isi dari 5 butir soal dinyatakan valid dan mencapai nilai minimal 65
layak digunakan dengan revisi seperlunya oleh para Rata-rata kemampuan berpikir kreatif
ahli yakni dua dosen matematika dan satu guru matematis siswa yang diberi pembelajaran model
matematika. sedangkan angket skala disposisi PBL dengan pendekatan open-ended lebih baik dari
matematis dianalisis dengan menggunakan validitas pada rata-rata kemampuan berpikir kreatif
isi oleh para ahli yakni guru BK di MTs Negeri matematis siswa yang diberi pembelajaran model
Mranggen. dari hasil analisis dari 20 butir ekspositori. Berdasarkan hasil perhitungan uji
pernyataan dinyatakan valid dengan beberapa perbedaan dua rata-rata diperoleh =3,86.
revisi. Untuk taraf signifikan ()=5% dan dk=41+42-2=81
Data tes kemampuan berpikir kreatif sehingga diperoleh t tabel = 1,67. Karena t hitung
matematis siswa dianalisis dengan uji proporsi dan t tabel maka H0 ditolak, artinya kemampuan berpikir
uji perbedaan dua rata-rata sementara data angket kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen lebih
disposisi matematis dianalisis dengan baik daripada kemampuan berpikir kreatif
menggunakan analisis uji perbedaan dua rata-rata. matematis siswa pada kelas kontrol.
Sedangkan data observasi disposisi matematis siswa Sementara hasil nilai postest kemampuan
dan aktivitas siswa dianalisis dengan berpikir kreatif matematis siswa berdasarkan
mendiskripsikan disposisi matematis siswa dan pengelompokan kemampuan awal siswa yakni
aktivitas siswa selama kegiatan berlangsung. kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok
bawah yang sebelumnya telah dikelompokkan
HASIL DAN PEMBAHASAN berdasarkan nilai awal siswa yang diambil dari nilai
Setelah melakukan pengambilan data UAS semester gasal tahun pelajaran 2016/2017
penelitian di MTs Negeri Mranggen diperoleh data mata pelajaran matematika di MTs Negeri
akhir kemampuan berpikir kreatif matematis pada Mranggen Kabupaten Demak tertera pada Tabel
kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah 4.2.
dilaksanakan posstest pada kedua kelas dengan Tabel 4.2 Deskriptif Hasil Tes Kemampuan
materi segiempat. Berikut hasil analisis deskriptif Berpikir Kreatif Matematis Tiap Kelompok
nilai kemampuan berpikir kreatif matematis siswa Rata-rata
kelas eksperimen dan kelas kontrol pada Tabel 1. Ukuran
Kelompok Kelas Kelas
Data
Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata Eksperimen Kontrol
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas Atas 88,83 69,85 25
eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut adalah Tengah 77,29 59,5 33
76,44 dan 62,67. Hasil uji ketuntasan minimal Bawah 63,83 58 25
Total 83
prestasi belajar menggunakan uji rata-rata dengan
KKM dalam penelitian ini sebesar 65.
Dilihat dari pembagian kelompok siswa,
Berdasarkan hasil ketuntasan klasikal
berdasarkan Tabel 4.2. rata-rata hasil tes
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
eksperimen diperoleh bahwa banyaknya siswa yang
kelompok atas kelas eksperimen adalah 88,83,
memperoleh nilai 65 sebanyak 36 siswa dari
kelompok tengah sebesar 77,29 dan kelompok
jumlah keseluruhan adalah 41 siswa atau persentase
bawah sebesar 63,83. Begitu juga dengan perolehan
ketuntasannya sebesar 87,8%. Berdasarkan uji
kemampuan berpikir kreatif matematis kelas
proporsi pihak kanan pada kelas eksperimen
kontrol untuk siswa kelompok atas memiliki rata-
diperoleh Zhitung = 1,95 hal ini dikonsultasikan
rata sebesar 69,85, kelompok tengah sebesar 59,5
dengan Ztabel dimana Ztabel =Z(0,5) diperoleh
dan kelompok bawah sebesar 58. Hal ini
dari daftar normal baku dengan peluang (0,5-) dan menunjukkan bahwa kelompok atas lebih baik
taraf signikan untuk =5% diperoleh Z0,45 = 1,64. daripada kelompok tengah, dan kelompok tengah
Karena Zhitung = 1,95 Z(0,5) = 1,64 maka H0 lebih baik daripada kelompok bawah. Ini berarti

4
Unnes Journal of Mathematics Education Vol 6 No 2 2017

bahwa hasil kemampuan berpikir kreatif matematis mengerjakan tugas-tugas matematika; (4) memiliki
siswa sesuai dengan pembagian kelompok rasa ingin tahu dalam bermatematika; (5)
berdasarkan kemampuan awal. melakukan refleksi atas cara berpikir; (6)
menghargai aplikasi matematika; dan (7)
mengapresiasi peranan matematika
Berdasarkan hasil angket skala disposisi
matematis diperoleh bahwa rata-rata skor disposisi
matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
berturut-turut adalah 73,27 dan 68,40. Berdasarkan
hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata
diperoleh t hitung = 2,35. Untuk taraf signifikan
()=5% dan dk=41+42- 2=81 sehingga diperoleh
t tabel = 1,67. Karena t hitung t tabel maka H0
ditolak, artinya tingkat disposisi matematis siswa
pada kelas eksperimen lebih baik daripada tingkat
Gambar 4.1 Kemampuan Berpikir Kreatif disposisi matematis siswa pada kelas kontrol.
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hal ini karena siswa pada kelas eksperimen
Berdasarkan Kemampuan Awal yang diberi perlakuan model PBL dengan
pendekatan open-ended sangat antusias dalam
Gambar 4.1 menggambarkan kemampuan mengikuti pembelajaran misalnya dalam kegiatan
siswa pada tes kemampuan berpikir kreatif diskusi. Karena Problem-Based Learning (PBL)
matematis antara kelas eksperimen dan kelas adalah model pembelajaran dimana siswa
kontrol berdasarkan kelompok siswa, yaitu dihadapkan pada masalah yang kontekstual dan
kelompok atas, kelompok tengah, dan kelompok masalahnya bersifat ill-structure yaitu masalah yang
bawah. Dilihat dari grafik diatas bahwa tidak menyediakan informasi yang lengkap untuk
pembelajaran model PBL dengan pendekatan open- mengembangkan solusi (Major, 1998: 5).
ended lebih baik diterapkan pada kelompok atas dan Sementara menurut Barrows (2000) sebagaimana
kelompok tengah, karena pada kelompok atas dan dikutip oleh Hmelo-Silver & Barrows (2015: 71),
kelompok tengah mengalami peningkatan yang menjelaskan Problem-Based Learning is an active
cukup banyak sedangkan untuk kelompok bawah learning method based on the use of ill-structured
dilihat dari grafik hanya mengalami peningkatan problems as a stimulus for learning, yang artinya
yang sedikit. Karena manfaat dari diterapkannya pembelajaran berbasis masalah adalah suatu
PBL dalam pembelajaran menurut Flemmig (2004: metode pembelajaran aktif berdasarkan pada
3) adalah salah satunya PBL mampu meningkatkan penggunaan masalah ill-stuctured sebagai stimulus
kemampuan untuk menganalisis masalah dan dalam pembelajaran.
mengidentifikasi masalah serta memperoleh Dalam hal ini model PBL dikombinasikan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dengan pendekatan open-ended dimana kelemahan
untuk menghadapi situasi kehidupan nyata. pendekatan open-ended bisa diatasi dengan model
Pada penelitian ini, disposisi matematis siswa PBL, dalam pembelajaran suatu masalah disajikan
diukur dengan menggunakan angket dan lembar dalam bentuk masalah yang incomplete atau
observasi disposisi matematis siswa. Angket open-ended yang diberikan kepada siswa sebagai
disposisi matematis diberikan kepada siswa pada tahap awal, selanjutnya kegiatan pembelajaran
pertemuan keenam, sedangkan lembar observasi harus mengarah dan membawa siswa dalam
disposisi matematis siswa digunakan oleh guru menjawab masalah dengan banyak cara dan
selama pembelajaran berlangsung. Butir pernyataan mungkin banyak jawaban benar yang disajikan
angket disusun berdasarkan indikator komponen dalam lembar masalah.
disposisi matematis berdasarkan NCTM (1989) Dalam kegiatan diskusi siswa aktif
disposisi matematis memuat tujuh komponen. menyelesaikan soal-soal dengan alternatif banyak
Komponen-komponen tersebut sebagai berikut; (1) jawaban benar dan strategi penyelesaian yang
percaya diri dalam menggunakan matematika; (2) banyak pula. Hal ini membuat siswa terlatih dalam
fleksibel dalam melakukan kerja matematika menjawab soal-soal yang mengarah kepada
(bermatematika); (3) gigih dan ulet dalam kemampuan berpikir kreatif. Menurut Munandar

5
F. M. Ulfa et al., Keefektifan Model PBL ...

(1977: 45) berpikir kreatif yaitu kemampuan untuk mengerjakan LKS menghabiskan banyak waktu
melihat bermacam-macam kemungkinan dan sulit memberikan bimbingan kepada siswa
penyelesaian terhadap suatu masalah. Sehingga secara menyeluruh yang mengalami kesulitan
memahami bagian-bagian tertentu karena belum
dengan pendekatan open-ended inilah kemampuan
terbiasa menggunakan LKS.
berpikir kreatif siswa akan meningkat. Sebagaimana tujuan dari model PBL yang
Menurut Becker & Shimada (1997) dan dijelaskan oleh Barrows dan Tamblyn (1980)
Nohda (1993) sebagaimana dikutip oleh Munroe bahwa PBL dapat meningkatkan prestasi belajar
(1997: 97) dijelaskan bahwa pendekatan open-ended siswa diantaranya yaitu meningkatkan sikap kerja
bersifat fleksibel, dimana metode pembelajaran sama dalam kelompok, melatih siswa menghargai
berpusat pada siswa yang baru-baru ini populer berbagai pendapat dan melatih siswa berpikir kritis
dalam bidang pendidikan matematika. Dalam dan kreatif. Adanya kegiatan diskusi dengan
pendekatan ini, siswa bekerja secara individu atau permasalahan yang terbuka akan memberikan hasil
dalam kelompok, yang diharapkan dapat yang baik pada pencapaian kemampuan berpikir
diterapkan metodologi yang cocok untuk kreatif matematis. Hal ini sesuai dengan teori
menyelesaikan masalah yang disajikan. Dalam belajar Vygotsky yang lebih menekankan aspek
masalah open-ended didesain agar masalah memiliki sosial dalam pembelajaran (Trianto, 2007:29).
lebih dari satu jawaban yang benar atau mungkin Ini sejalan dengan penelitian yang telah
lebih dari satu cara dalam menjawab. Jadi bisa dilakukan oleh Desiyanti dkk (2016) dalam
menantang siswa pada berbagai tingkatan dalam jurnalnya yang berjudul Pendekatan Open-ended
mengembangkan kemampuan kognitif. untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Sedangkan pada kelas kontrol yang diberikan Matematis dan Disposisi Matematis Siswa. Dari
perlakuan berupa model ekspositori tidak diberikan hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
masalah open-ended, sehingga kesempatan siswa pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis
untuk mengerjakan tipe soal open-ended yang siswa yang menggunakan pembelajaran dengan
mengarah kepada kemampuan berpikir kreatif juga pendekatan open-ended dapat meningkatkan
semakin sedikit. Hal ini membuat siswa pada kelas kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dan
kontrol merasa kesulitan dalam mengerjakan soal- peningkatannya lebih baik dibandingkan dengan
soal yang mengarah pada kemampuan berpikir siswa yang mendapatkan pendekatan konvensional,
kreatif matematis. Hal ini sejalan dengan pendapat serta dapat meningkatkan disposisi matematis
Inprasitha (2006: 171) bahwa kegiatan berpikir siswa.
kreatif matematis dihasilkan oleh masalah open- Berbeda dengan pembelajaran pada kelas
ended yang cukup kaya akan konsep matematika eksperimen, pembelajaran pada kelas kontrol
jadi guru dapat mengevaluasi kemampuan berpikir dengan model ekspositori siswa cenderung banyak
tingkat tinggi. Sehingga mengakibatkan nilai tes belajar secara individu, kegiatan pembelajaran jika
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas terlalu lama akan membosakan, dan menyebabkan
kontrol kurang dari nilai tes kemampuan berpikir siswa pasif (Hamdayama, 2014: 183). Hal ini
kreatif matematis siswa yang diberi perlakuan menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam
model PBL dengan pendekatan open-ended. belajar sehingga tidak ada perubahan yang signikan
Pada model PBL dengan pendekatan open- dalam prestasi belajarnya sebagaimana yang telah
ended siswa tidak hanya dituntut untuk belajar
dirumuskan Walker (1973: 2) yaitu belajar sebagai
secara individu melainkan juga belajar secara
perubahan perbuatan sebagai akibat dari
kelompok dalam menemukan konsep yang ada
pada LKS sehingga pemahaman konsep akan lebih pengalaman.
terarah karena menurut Lismawati (2010: 40) Rata-rata disposisi matematis siswa kelas VII
penggunaan LKS memiliki keunggulan dari aspek MTs Negeri Mranggen yang mengikuti
pengajaran yakni dibandingkan media pembelajaran model PBL dengan pendekatan open-
pembelajaran jenis lain bisa dikatakan lebih unggul. ended lebih baik daripada disposisi matematis siswa
Karena merupakan media yang canggih dalam
kelas VII MTs Negeri Mranggen kelas kontrol yang
mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar
tentang fakta dan mampu menggali prinsip-prinsip mendapat model pembelajaran eksposistori. Hasil
umum dan abstrak dengan menggunakan tersebut juga didukung dengan analisis ketercapaian
argumentasi yang realistis. Namun dalam tiap-tiap indikator disposisi matematis dilihat dari
pelaksanaannya menggunakan media LKS peneliti persentase skor angket yang diperoleh. Jadi dapat
mengalami berbagai kendala yakni ketika proses disimpulkan bahwa disposisi matematis kelas yang

6
Unnes Journal of Mathematics Education Vol 6 No 2 2017

diberi perlakuan pembelajaran PBL dengan


pendekatan open-ended lebih baik daripada disposisi SIMPULAN
matematis kelas yang diberi pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh
ekspositori. kesimpulan bahwa pembelajaran model PBL
Hal ini sejalan dengan penjelasan Carr yang dengan pendekatan open-ended efektif pada
dikutip oleh Maxwell (2001: 32) dikatakan bahwa pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis
disposisi dapat menunjang kemampuan matematis dan disposisi matematis siswa pada submateri
siswa. Siswa dengan kemampuan matematis sama, persegi dan persegi panjang kelas VII. Hal tersebut
tetapi memiliki disposisi matematis yang berbeda, ditunjukkan oleh beberapa kesimpulan sebagai
diyakini akan menunjukkan hasil belajar yang berikut: (1) Kemampuan berpikir kreatif matematis
berbeda. Karena siswa yang memiliki disposisi pada materi segiempat yang menggunakan model
lebih tinggi, akan lebih percaya diri, gigih, ulet PBL dengan pendekatan open-ended dapat mencapai
dalam menyelesaikan masalah dan mengeksplorasi ketuntasan minimal yang telah ditetapkan, yaitu
pengetahuannya. Sehingga dalam tes kemampuan 75% siswa dapat mencapai nilai minimal 65; (2)
berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
lebih unggul daripada kelas kontrol, itu karena belajar menggunakan model PBL dengan
disposisi kelas eksperimen yang diberi perlakuan pendekatan open-ended lebih dari kemampuan
model PBL dengan pendekatan open-ended memiliki berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan
disposisi yang lebih tinggi daripada kelas konrol pembelajaran ekspositori; (3) Disposisi matematis
yang diberi perlakuan model pembelajaran siswa yang belajar menggunakan model PBL
ekspositori. dengan pendekatan open-ended lebih baik dari
Selain pemberian angket, dilakukan analisis disposisi matematis siswa yang menggunakan
hasil pengamatan yang menggunakan lembar pembelajaran ekspositori.
observasi disposisi matematis. Berdasarkan hasil
analisis observasi disposisi matematis siswa DAFTAR PUSTAKA
menunujukkan bahwa disposisi matematis kelas
eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Desiyanti, Tintin. Dkk. 2016. Pendekatan Open-
Tingginya antusias siswa pada kelas eksperimen ended untuk meningkatkan kemampuan
akan meningkatkan motivasi siswa dalam berpikir kreatif matematis dan disposisi
mengikuti pembelajaran. Siswa antusias dalam matematis siswa. Jurnal pena ilmiah,
mengikuti setiap tahap pembelajaran sehingga akan 1(1):1.
meningkatkan disposisi matematis siswa. Sehingga
siswa akan membentuk pengetahuannya sendiri hal Dwijanto. 2007. Pengaruh Pembelajaran Berbasis
ini sesuai dengan teori konstruktivisme yang Masalah Berbantuan Komputer Terhadap
dijelaskan oleh Piaget yang dikutip oleh Suparno Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah
(2001: 122) menyatakan secara ekstrem bahwa dan Berpikir Kreatif Matematik Mahasiswa.
pengetahuan tidak dapat ditransfer dari otak guru Disertasi. Bandung: Universitas
yang dianggap tahu bila murid tidak mengolah dan Pendidikan Indonesia.
membentuknya sendiri.
Hasil ini sesuai dengan keunggulan PBL Flemmig, Thomas. 2014. Problem-Based Learning
menurut Sanjaya (2014: 220) menjelaskan bah wa in dentistry: An Introduction to undergraduate
PBL mampu meningkatkan minat, motivasi dan Problem-Based Learning (PBL) at the HKU
aktivitas pembelajaran siswa. dan diperkuat lagi Faculty of Dentistry. Hongkong: University
dengan keunggulan pendekatan open-ended menurut of Hong Kong. Tersedia di
Takahashi sebagaimana dikutip oleh Ruslan & http://facdent.hku.hk/docs/PBL_FacDent
Santoso (2013: 143-144) yaitu siswa mengambil HKU_2008.pdf [diakses 20 Desember
bagian lebih aktif dalam pembelajaran, dan sering 2016]
menyetakan ide-ide mereka
Dari uraian diatas, dikatakan bahwa model Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode
PBL dengan pendekatan open-ended efektif pada Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter.
pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis Bogor: Ghalia Indonesia.
dan disposisi matematis siswa

7
F. M. Ulfa et al., Keefektifan Model PBL ...

Inprasitha, Maitree. 2006. Open-ended Approach Yogyakarta: UNY. tersedia di.


and Teacher Education. Tsukuba Journal of http://eprints.uny.ac.id/12307/1/M_Pe
Educational Study in Mathematics. 25: 170- nd_30_Sri%20Hastuti.pdf [diakses 19
171. Tersedia di Desember 2016]
http://www.human.tsukuba.ac.jp/~mathe
du/2514.pdf Russeffendi, E. T. 1994. Dasar-dasar Penelitian
Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta
Lismawati. 2010. Pengoptimalan Penggunaan Lembar lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.
Kerja Siswa. Rineka Cipta: Jakarta.
Ruslan, A.S. & Santoso, B. 2013. Pengaruh
Pemberian Soal Open-Ended Terhadap
Major, Claire. 1998. PBL Insight: A newsletter for Kemampuan Penalaran Matematis
Undergraduate Problem-Based Learning from Siswa. Jurnal Kreano, 4(2): 141-144.
Samford University. 1(1): 2. Tersedia di
http://www.wou.edu/~girodm/670/pblin Sanjaya, W. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi
s1.pdf [diakses 19 Desember 2016] Standar Proses Pendidikan. Bandung:
Kencana Prenada Media.
Maxwell, K. 2001. Positive Learning Disposition in
Mathematics. Tersedia di Savery, Jhon R. 2006. Overview of Problem-Based
http://www.education.auckland.ac.nz/ Learning: Definitions and Distinctions.
webdav/site/education/shared/about/r Interdisciplinary journal of Problem-Based
esearch/docs/foed%20papers/issue%201 Learning, 1(1): 5. Tersedia di
1/ace_paper_3_issue_11.doc [diakses 29 https://docs.lib.purdue.edu/cgi/viewco
Januari 2017] ntent.cgi?article=1002&context=ijpb
[diakses 19 Desember 2016]
Munandar, Utami. 1977. Creativity and Education: A
Study Of The Relationships Between Shimada, S. Dan Becker, J.P. (1997). The Open-
Measures of Creativity Thinking and A ended Approach: A new proposal for teaching
Number of Educational Variables In mathematics. Virginia: National Council
Indonesian Primary and Junior Secondary of Teachers of Mathematics
School. Jakarta: Proyek
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan:
Pengadaan/Penterjemah Buku
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Direktorat Pembinaan Penelitian Dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Pengabdian Pada Masyarakat Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Sumarmo, Utari. 2012. Pendidikan Karakter Serta
Pendidikan Dan Kebudayaan.
Pengembangan Berfikir dan Disposisi
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Matematik dalam Pembelajaran
Matematika. Makalah disajikan dalam
Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
seminar pendidikan NTT.
Munroe, Lloyd. 1997. The Open-ended Approach
Framework. European Journal of Educational Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif
Research. 4(3): 97-104. Tersedia di Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
http://www.eurojedu.com/
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards Raja Grafindo Persada.
for school Mathematics. Reston, Virginia:
NCTM Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:
Noer, Sri Hastuti. . 2009. Kemampuan Berpikir Prestasi Pustaka Publisher.
Kreatif Matematis. Prosiding Seminar
Nasional Penelitian, Pendidikan dan Walker, Andrew. Dkk. 2015. Essential Readings in
Penerapan MIPA Fakultas MIPA. Problem-Based Learning. Indiana: Purdue
University Press. [tersedia

8
Unnes Journal of Mathematics Education Vol 6 No 2 2017

di :
https://books.google.co.id/books [diakses
22 Desember 2016]

Walker, Edward L. 1973. Conditionong and


Instrumental Learning. California:
Wadsworth Publishing Coy

Anda mungkin juga menyukai