Anda di halaman 1dari 11

Available online at http://journal.stkip-andi-matappa.ac.id/index.

php/histogram/index
Histogram : Jurnal Pendidikan Matematika ., Tahun Terbit, Halaman

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMAMPUAN


LITERASI MATEMATIKA SISWA SMP

Adzra Yumna Luthfiyah1*, Evalina Rizky2, Siti Mustika Alfiani3, Yuyu Yuhana4
1,2,3,4Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
* Corresponding Author. Email: yumnaadzra71@gmail.com
Received: Tanggal Kirim; Revised: Tanggal Revisi ; Accepted: Tanggal Pusblish (akan diisi oleh editor jurnal)

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah instrumen tes yang dapat mengukur kemampuan
literasi matematis untuk siswa di jenjang sekolah menengah pertama. Penelitian ini menggunakan model
pengembangan 4D yang terdiri dari empat tahap, yaitu define, design, develop, and disseminate. Akan tetapi
pada penelitian ini yang di gunakan hanya 3 tahap, yaitu tahap pendefenisian (Define), tahap perancangan
(Design), tahap pengembangan (Develop). Hasil penelitian menunjukkan bahwa validitas teoritis
menunjukkan presentase capaian dengan kriteria valid sebesar 0,79 sebab r-hitung > r-tabel. Adapun nilai
reliabilitas instrumen ini valid sebesar 0,87 yang menunjukkan bahwa hasil hasil penelitian reliabel.
Instrumen ini pun dikatakan memiliki tingkat kesukaran baik sebab diperoleh nilai sebesar 0,76, dan
memiliki daya pembeda yang baik. Maka,dapat disimpulkan bahwa instrumen tes kemampuan literas
matematis yang dikembangkan layak digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan literasi matematis
untuk siswa Sekolah Menengah Pertama.
Kata Kunci: Pengembangan Instrumen, 4D, Kemampuan Literasi Matematis

ABSTRACT
This study aims to develop a test instrument that can measure mathematical literacy skills for students at
the junior high school level. This research using the 4D development model which consists of four stages,
namely define, design, develop, and disseminate. However, in this study only 3 stages were used, definition
(Define), design (Design), development (Develop). The results of the research show that the theoretical
validity shows the percentage of achievement with valid criterion of 0.79 because r-count > r-table. The
reliability value of this instrument is valid of 0.87 which indicates that the research results are reliable.
This instrument too is said to have a good level of difficulty because a value of 0.76 is obtained, and it has
power good differentiator. So, it can be concluded that the instrument tests the ability of mathematical
literacy developed is feasible to be used to measure the level of mathematical literacy ability for junior
high school students.
Keywords: Instrument Development, 4D, Mathematical Literacy Ability
How to Cite: (akan diisi oleh editor jurnal)
Permalink/DOI:
(akan diisi oleh editor jurnal)

I. PENDAHULUAN
Tujuan pembelajaran menurut Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 adalah untuk
mendorong siswa memiliki kemampuan matematika yang meliputi empat hal yaitu, pemahaman
konsep matematika, pemecahan masalah matematika, penggunaan pola dan generalisasi dalam
penyelesaian masalah, serta penalaran dan penyusunan bukti matematika. National Council of
Teacher of Mathematics (NCTM) menetapkan kemampuan matematis yang selaras dengan
tujuan pembelaran menurut Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 mengenai literasi matematis.

Copyright© 2020, THE AUTHOR (S). This article distributed under the CC-BY-SA-license.
Histogram: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol (No), Tahun - Halaman
Adzra Yumna Luthfiyah1*, Evalina Rizky2 , Siti Mustika Alfiani3

Menurut The Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD),


literasi matematis didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam merumuskan,
menerapkan, serta menafsirkan matematika sesuai konteks yang variatif dan mencakup
penalaran, penerapan prosedur, fakta, dan konsep matematika untuk menggambarkan dan
membuat prediksi terhadap suatu permasalahan matematika (OECD, 2017:65).
Menurut Ojose (2011), jika seorang siswa memiliki kemampuan literasi matematis, maka
hal ini akan membantu mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan
penginterpretasian data, grafis, serta alasan numerik maupun situasi geometris, serta
berkomunikasi menggunakan matematika. Hasil penelitian oleh Programme for International
Students Asssesment (PISA) yang dilaksanakan pada tahun 2015 menunjukkan bahwa hasil tes
kemampuan literasi matematis siswa Indonesia belum memuaskan. Indonesia berada pada posisi
ke-62 dari 70 negara yang berpartisipasi dalam tes literasi tersebut. Siswa Indonesia
memperoleh skor OECD sebesar 386 yang berada di bawah rata-rata skor OECD sebesar 490
(OECD, 2018:5). Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi matematis siswa Indonesia
belum maksimal.
Permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan literasi matematis telah banyak
diteliti, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Rifai dan Wutsqa (2017) menunjukkan
bahwa kemampuan literasi matematis siswa SMP Negeri di Kabupaten Bantul, Jawa Timur
memiliki kategori sangat rendah. Penelitian ini menunjukkan bahwa hanya 1% siswa yang
termasuk dalam kategori sangat tinggi, 12% dengan kategori tinggi, 37% dengan kategori
sedang, 35% dengan kategori rendah, dan 15% lainnya dengan kategori sangat rendah. Selain
itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Mahdiansyah dan Rahmawati mengindikasikan tentang
permasalahan yang terjadi di lapangan berkaitan dengan rendahnya literasi matematis siswa
jenjang pendidikan menengah di provinsi Jawa Barat, Sumatera Utara, D.I. Yogyakarta,
Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara Timur. Meskipun
tes yang dilakukan menggunakan desain tes internasional yang telah di disesuaikan dengan
konteks Indonesia, namun hasil tes yang diperoleh belum maksimal.
Berdasarkan permasalahan tersebut, terdapat beberapa solusi yang dapat dilakukan, baik
dalam penggunaan strategi, metode pembelajaran, maupun media pembelajaran yang diharapkan
dapat mendorong siswa untuk meningkatkan kemampuan literasi matematisnya. Maka, guru
sudah seharusnta memiliki suatu alat ukur yang siap mengukur kemampuan literasi matematis
siswa agar dapat mengetahui kategori tingkat literasi matematis dari masing-masing siswa.
Namun kenyataanhya di lapangan, alat ukur baku yang dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan literasi matematis siswa di tingkat sekolah menengah masih minim. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi Ira Wiboso, dkk bahwa soal-soal evaluasi
yang digunakan oleh guru terhadap peserta didik belum memuat indikator yang sesuai pada

ISSN: 2549-6700 (print), ISSN 2549-6719 (online)


Histogram: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol (No), Tahun - Halaman
Adzra Yumna Luthfiyah1*, Evalina Rizky2 , Siti Mustika Alfiani3

setiap level literasi matematis. Penelitian lebih lanjut oleh Masduki, dkk (2013)
mengindikasikan bahwa soal-soal yang terdapat dalam buku pelajaran matematika SMP hanya
memuat 12% soal yang termasuk dalam soal berpikir tingkat tinggi, sementara sisanya memuat
soal-soal yang berbentuk penerapan. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang digunakan
dalam pembelajaran matematika siswa sekolah menengah di sekolah belum mampu
memfasilitasi siswa untuk melatih kemampuan lietrasi matematisnya, sehingga soal ini belum
mampu untuk mengukut tingkat kemampuan lietrasi matematis siswa.
Instrumen tes menjadi jenis instrumen yang dapat digunakan untuk mengukut
kemampuan literasi matematis siswa, Tes ini harus menjadi alat penilaian yang terjamin
kualitasnya, sehingga dapat menmberikan informasi yang tepat mengenai siswa (Suwandi, 2011:
59). Secara keseluruhan, analisis tes yang digunakan untuk menjamin kualitas tes meliputi
validitas, reliabilitas, serta kepraktisan. Sementara analisis kualitas butir soal tes meliputi daya
pembeda dan indeks kesukaran. Validitas tes harus diukur dengan tujuan mengetahui ketepatan
tes sebagai alat ukur apakah sesuai dengan yang ingin diukur. Reliabilitas perlu diukur untuk
mengetahui konsistensi suatu instrumen yang digunakan. Adapun indeks kesukaran berupa
tingkat kesukaran tiap butir soal instrumen tersebut. Daya pembeda perlu diukur pula untuk
mengetahui apakah butir soal yang digunakan dalam instrumen sudah mampu membedakan
siswa yang sudah memiliki kemampuan literasi matematis dan belum.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merasa perlu dilakukan penelitian yang fokus
terhadap pengembangan instrumen tes yang dapat digunakan dalam mengukut kemampuan
literasi matematis siswa di Sekolah Menengah Pertama. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan sebuah instrumen tes yang dapat mengukur kemampuan literasi matematis
untuk siswa di jenjang sekolah menengah pertama. Acuan yang digunakan oleh peneliti dalam
menyusun soal-soal berjumlah enam ini adalah enam tingkatan atau lebel dalam kemampuan
literasi matematis yang memuat indikator-indikator pada tiap levelnya.

II. METODE PENELITIAN


Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu produk. Produk yang
dikembangkan yaitu instrumen tes yang mengukur kemampuan literasi matematika siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah pengembangan (Research and Development).
Ruseffendi (2005) mengemukakan bahwa penelitian pengembangan (Development Research)
adalah penelitian untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk pendidikan berupa
materi, alat, media, evaluasi, strategi pembelajaran, dan sebagainya yang ditujukan untuk
mengatasi masalah pendidikan. Pengembangan (Research and Development) adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mengembangkan serta menguji suatu produk yang akan
dikembangkan dalam dunia pendidikan (Maydiantoro, 2021). Penelitian ini menggunakan
model pengembangan 4D yang terdiri dari empat tahap, yaitu define, design, develop, and
ISSN: 2549-6700 (print), ISSN 2549-6719 (online)
Histogram: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol (No), Tahun - Halaman
Adzra Yumna Luthfiyah1*, Evalina Rizky2 , Siti Mustika Alfiani3

disseminate (Thiagarajan, 1974). Akan tetapi pada penelitian ini yang digunakan hanya 3 tahap,
yaitu tahap pendefenisian (Define), tahap perancangan (Design), tahap pengembangan
(Develop). Sampel pada penelitian ini adalah 30 responden kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama di Kota Pandeglang. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengembangkan
instrumen literasi matematis menggunakan model 4D yaitu: 1) pada tahap define, peneliti mulai
menganalisis masalah-masalah yang ada di lapangan. Selanjutnya, peneliti mencari referensi
mengenai objek yang akan di kembangkan. 2) pada tahap design, peneliti mulai membuat kisi-
kisi mengenai objek yang akan di kembangkan. 3) pada tahap development, peneliti mulai
membuat produk berupa instrumen literasi matematis, yang akan divalidasi oleh validator untuk
melihat kevalidan dari sebuah instrumen. Kemudian untuk memastikan instrumen ini sudah
valid dan reliabel maka peneliti mengujicobakan kepada 30 orang siswa dari sekolah yang sama.

Uji data yang dilakukan pada instrument tes literasi matematis ini dilakukan dengan 2 uji
yaitu uji teoritik dan uji empirik. Untuk menentukan nilai validitas teoritik digunakan formula
Aiken’s V (1985).

V=

Penilaian dilakukan dengan cara memberikan angket kepada 3 validator ahli/pakar


dengan skala likert 1 sampai 5, Interval nilai V yaitu 0 1, apabila V lebih dari 0,5 maka soal
tersebut dikatakan valid. Adapum untuk menentukan nilai reliabilitas antar penilai/pakar
digunakan formula Ebel (1951).

Kriteria reliabilitas dikatakan baik apabila instrumen tes memiliki reliabilitas tinggi lebih
dari 0,60 dan kurang dari 1. Dari hasil validasi secara teoretik jika diperoleh hasil yang valid dan
reabel, maka selanjutnya dihitung validitas dan reliabilitas secara empiris. Untuk uji validitas
empiris digunakan korelasi Product Moment secara manual.

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

Hasil perhitungan ℎ𝑖𝑡𝑢 𝑔 dibandingkan dengan 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan n = 30 dan ,


jika hasil ℎ𝑖𝑡𝑢 𝑔 ≥ 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka instrumen dikatakan valid. Jika hasil ℎ𝑖𝑡𝑢 𝑔 < 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka
instrumen dikatakan tidak valid. Adapun untuk menghitung reliabilitas menggunakan formula
Alpha Cronbach.


( )

ISSN: 2549-6700 (print), ISSN 2549-6719 (online)


Histogram: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol (No), Tahun - Halaman
Adzra Yumna Luthfiyah1*, Evalina Rizky2 , Siti Mustika Alfiani3

Reliabilitas instrument penelitian ini diuji dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha secara
keseluruhan dari pernyataan. Nilai Cronbach’s Alpha memuaskan apabila di atas 0,7 (Indrayani,
L., Djuniadi, & Ridlo, 2017). Nilai cronbach alpha berkisar antara 0 dan 1, semakin tinggi nilai
cronbach alpha maka semakin tinggi tingkat reliabilitas indikator tersebut (Straub, D., & Gefen,
2004). Selanjutnya dihitung tingkat kesukaran dan daya pembeda pada setiap butir soal yang
telah di uji kepada siswa. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Rumus mencari kesukaran adalah

Kriteria tingkat kesukaran dikatakan baik apabila instrumen tes Manfaat


daya beda adalah untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat
mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum
memahami materi yang diajarkan guru. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah

̅̅̅ ̅̅̅̅

Perhitungan dilakukan dengan cara membagi rata-rata skor menjadi 2 kelompok yaitu
rata-rata skor kelompok atas dan rata-rata skor kelompok bawah. Kriteria daya beda dikatakan
baik apabila instrument tes memiliki daya beda minimal cukup ( ).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menghasilkan sebuah instrumen tes kemampuan literasi matematika yang
dapat di gunakan untuk siswa Sekolah Mengengah Pertama. Tahapan yang di gunakan ada 3
yaitu Define (Pendefinisian), Design (Perancangan) dan Development (Pengembangan).

Tahap Define (Pendefinisian)


Pada tahap ini peneliti menganalisis permasalahan yang terjadi di lapangan,
permasalahan yang ditemukan adalah soal-soal evaluasi yang digunakan oleh guru terhadap
peserta didik belum memuat indikator yang sesuai pada setiap level literasi matematis, belum
banyak bahan ajar yang menggunakan tipe soal literasi matematika. Untuk itu, peneliti ingin
mengembangkan sebuah instrumen literasi matematika agar dapat mengukur tingkat
kemampuan litesi matematika siswa tersebut. Agar soal tes yang digunakan benar-benar dapat
mengukur kemampuan literasi matematika siswa, peneliti mulai mencari referensi melalui
jurnal-jurnal mengenai kemampuan literasi matematika siswa. Hal ini dilakukan agar
mengetahui apa saja aspek-aspek yang harus dinilai dalam literasi matematika. Berdasarkan
hasil referensi jurnal-jurnal, diperoleh indikator kemampuan literasi matematika yang akan
dikembangkan pada soal tes, yaitu: 1) Mengkomunikasikan masalah (Communication); 2)
ISSN: 2549-6700 (print), ISSN 2549-6719 (online)
Histogram: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol (No), Tahun - Halaman
Adzra Yumna Luthfiyah1*, Evalina Rizky2 , Siti Mustika Alfiani3

Mengubah permasalahan ke bentuk matematika (Mathematizing); 3) Menyajikan kembali


permasalahan matematika (Representation); 4) Memberi argument logis dalam menyelesaikan
permasalahan (Reasoning and Argument); 5) Memilih dan menggunakan strategi untuk
menyelesaikan masalah (Devising Strategies); 6) Menggunakan simbol matematika, Bahasa
formal, dan Bahasa teknis (Using symbolic, Formal and Technical Language and Operation)
(Nolaputra et al., 2018).

Tahap Design (Perancangan)


Pada tahap perancangan, peneliti mulai membuat kisi-kisi instrumen literasi matematika
berdasarkan indikator kemampuan literasi matematika yang telah ditentukan pada tahap define.
Berikut kisi-kisi instrumen literasi matematika yang dikembangkan oleh peneliti:
Kompetensi Materi Tujuan pembelajaran No Bentuk
Dasar Soal Soal
Menyelesaikan Segiempat Siswa dapat menyelesaikan 1 Uraian
masalah yang masalah yang berkaitan
berkaitan dengan dengan bangun datar
bangun datar persegi persegi panjang
panjang
Memecahkan Aritmatika Siswa dapat memecahkan 2 Uraian
masalah aritmetika sosial masalah aritmetika sosial
sosial yang berkaitan yang terkait dengan
dengan rasio/persentase
rasio/persentase
Menyelesaikan Sistem Siswa dapat menyelesaikan 3 Uraian
masalah yang Persamaan masalah yang berkaitan
berkaitan dengan dengan sistem persamaan 4 Uraian
sistem linear dua variabel
Menyelesaikan Teorema Siswa dapat merumuskan 5 Uraian
masalah yang Pythagoras teorema pythagoras dengan
berkaitan dengan mengamati dan
teorema Pythagoras menentukan solusi dari 6 Uraian
dan tripel Pythagoras masalah yang berkaitan
dengan teorema Pythagoras

Tahap Development (Pengembangan)


Setelah kisi-kisi instrument literasi matematika selesai dirancang, tahap selanjutnya
adalah mengembangkan sebuah kisi-kisi instrumen tersebut menjadi soal tes. Setelah menjadi
soal tes, peneliti mengirimkan angket tersebut kepada validator untuk divalidasi. Berikut soal tes
kemampuan literasi matematika yang dikembangkan:
1. Pak Tono adalah seorang pedagang buah – buahan di pasar. Ia mempunyai lahan kosong
berbentuk persegi panjang dengan luas 225 m2 yang akan dibangun tiga buah kios. Rencana
kios yang akan dibangun di atas lahan tersebut terdiri dari kios I, kios II dan kios III yang
ISSN: 2549-6700 (print), ISSN 2549-6719 (online)
Histogram: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol (No), Tahun - Halaman
Adzra Yumna Luthfiyah1*, Evalina Rizky2 , Siti Mustika Alfiani3

disajikan seperti pada gambar berikut.


I II III

Jika kios I dan kios III mempunyai luas yang sama, lebar ketiga kios tersebut adalah 9
meter. Dan jumlah luas kios I dan kios II adalah 144 m2. Karena kebutuhan mendesak, pak
Tono menjual kios II dan kios III dengan harga Rp2.000.000,00 per meter. Berapa hasil
penjulan kedua kios tersebut?
2. Luas ruangan sebuah rumah 60 m2 akan dibuat kamar tidur impian. Seperenam bagian
untuk walk in closet, tiga perempat bagian untuk kamar tidur, sedangkan sisanya untuk
kamar mandi. Biaya pembuatannya adalah sebagai berikut:
No Bagian Biaya per m2
1 Walk iin closet Rp 900.000,00
2 Kamar tidur Rp 1.500.000,00
3 Kamar madi Rp 600.000,00
Hitunglah seluruh biaya yang diperlukan untuk membuat kamar tersebut!
3. Bara pergi ke Toko “Rizki” untuk membeli sepasang sepatu dan sepasang sandal untuknya
serta sepasang sandal dengan model yang sama untuk adiknya. Namun sesampainya di
Toko “Rizki”, Bara tidak mengetahui ukuran kaki adiknya. Penjual memberikan garansi
kepada Bara untuk dapat menukarkan barangnya jika ukurannya tidak tepat. Bara
membayar 2 pasang sandal dan sepasang sepatu dengan harga Rp 285.000,00.
Sesampainya dirumah, ternyata sandal yang dibeli Bara untuk adiknya terlalu kecil. Ibu
Bara menyarankan untuk menukarkan sepasang sandal tersebut dengan sepasang sepatu
yang sama dengan Bara. Karena harga sepasang sepatu lebih mahal, maka ia harus
membayar tambahan harga Rp 45.000,00. Berapakah harga sepasang sepatu Bara?
4. Pembelian tiket kapal penyebrangan Merak sudah bisa dipesan secara online. Hal ini
memberikan kemudahan kepada penumpang kapal agar dapat memesan tiket tanpa hadir ke
loket penjualan. Sebagai bentuk promosi, pihak pengelola tiket memberikan diskon 20%
kepada penumpang untuk pemesanaan tiket secara online. Tiket penyebrangan terdiri atas
dua jenis, yaitu tiket dewasa dan anak – anak (untuk usia dibawah 18 tahun). Pak Bima
beserta istri dan anaknya yang berusia 14 tahun memesan tiket penyebrangan secara online
dengan harga Rp 335.000,00. Sementara itu, Dika (18 tahun) dan kedua adiknya yang
berusia 11 dan 12 tahun berencana akan pergi ke kampung halaman dan menyebrang pulau
melewati pelabuhan Merak. Dika memesan secara online dengan tarif Rp 295.000,00.
Berapakah harga tiket penyebrangan untuk dewasa dan tiket anakanak (usia dibawah 18
tahun) untuk pembelian secara offline?
5. Sebuah tangga disandarkan pada sebuah bangunan pada ketinggian 12 meter dengan alas
tangga yang berjarak 9 meter dari dasar bangunan. Terdapat suatu insiden yang

ISSN: 2549-6700 (print), ISSN 2549-6719 (online)


Histogram: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol (No), Tahun - Halaman
Adzra Yumna Luthfiyah1*, Evalina Rizky2 , Siti Mustika Alfiani3

menyebabkan seseorang tanpa sengaja menabrak bagian bawah tangga sehingga tangga
tersebut bergeser sejauh 2 meter dari dasar bangunan. Apakah bagian atas tangga juga
bergeser 2 meter dari tempat semula? Jelaskan!
6. Sasa ingin memberikan hadiah berupa botol minum kepada Kakaknya yang sedang
berulang tahun. Agar hadiah tersebut terlihat menarik dan bagus, maka Sasa memutuskan
untuk mengemas botol minum tersebut dalam sebuah kotak berukuran 26 cm, 22 cm, dan
12 cm. Jika panjang botol minum yang akan dihadiahkan kepada kakaknya adalah 32 cm,
apakah kotak yang dipilih oleh Sasa cukup?

Analisis Hasil Penelitian


Pada hari Sabtu, 15 November 2022, peneliti melaksanakan uji coba soal literasi
matematika. Penelitian ini dilakukan dengan 3 pakar ahli dan 30 siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Pandeglang. Selanjutnya, hasil uji coba digunakan pada tahap analisis butir soal, untuk
memperoleh data terkait dengan ketepatan tes yakni validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan
daya pembeda soal. Adapun analisa data yang digunakan pada soal tes terbagi menjadi dua yaitu
uji validitas secara teoritik dan uji validitas secara empirik.
Hasil analisa butir soal digunakan untuk memutuskan apakah intrumen tes literasi telah
memenuhi syarat kriteria ketepatan tes atau tidak. Hasil analisa butir soal berdasarkan uji
validitas secara teoritik yaitu berupa penilaian pakar/ahli yang telah dirangkum pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Isi dan Konstruk Kemampuan Literasi Matematika
Nomor
r-hitung Kategori
Soal
1 0.75 Baik
2 0.67 Baik
3 0.67 Baik
4 0.83 Baik
5 0.83 Baik
6 1.00 Baik
Hasil tersebut diperoleh dari tiga validator pakar yaitu Diah RA, S.Pd, Ana Hendrayati,
S.Si dan Agus Suyanto, M.Pd, Berdasarkan Tabel 1, diperoleh informasi mengenai r-tabel yaitu
sebesar 0,361 yang diperoleh dari tabel degree of freedom (df) sebesar 28 dari 30 siswa kelas
VIII sebagai responden uji coba. Dari perhitungan, keseluruhan soal tes dinyatakan valid karena
nilai r-hitung > r-tabel. Sehingga dapat disimpulkan untuk semua soal tes dapat digunakan
dalam mengukur kemampuan literasi matematika siswa.
Untuk menentukan nilai validitas rata-rata digunakan formula Aiken’s V (1985) sehingga

ISSN: 2549-6700 (print), ISSN 2549-6719 (online)


Histogram: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol (No), Tahun - Halaman
Adzra Yumna Luthfiyah1*, Evalina Rizky2 , Siti Mustika Alfiani3

diperoleh validitas rata rata yaitu 0,79 dengan kategori baik. Selanjutnya dilakukan perhitungan
reliabilitas dengan formula Ebel (1951), diperoleh
. Angka 0,6613 diinterpretasikan sebagai koefisien yang tinggi untuk konsistensi
hasil penilaian antar pakar terhadap butir soal kemampuan literasi matematika (Guilford, 1956:
145).
Dari hasil validasi secara teoretik diperoleh bahwa instrumen kemampuan literasi
matematika dapat digunakan untuk uji validitas secara empirik. Hasil analisa soal secara empirik
telah dirangkum pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Hasil Analisis Butir Soal
Nomor Validitas Reliabilitas Indeks kesukaran Daya pembeda
soal r Kategori R Kategori IK Kategori DP Kategori
1 0.712 Tinggi 0.86 Mudah 0.41 Baik
2 0.757 Tinggi 0.83 Mudah 0.38 Cukup
Sangat
3 0.842 tinggi 0,870 Tinggi 0.83 Mudah 0.47 Baik
Sangat
4 0.841 tinggi 0.68 Sedang 0.69 Baik
Sangat
5 0.816 tinggi 0.71 Sedang 0.63 Baik
6 0.769 tinggi 0.66 Sedang 0.69 Baik

Hasil tersebut diperoleh dari 30 siswa kelas VIII sebagai responden uji coba. Pada
validitas, Sebuah butir tes dinyatakan valid jika nilai rxy (hitung) > rxy (tabel) . Koefisien korelasi pada
butir soal no. 1 adalah 0.712 (r hitung) dan r tablel untuk n = 30 dengan diperoleh 0,361.
Dengan demikian dapat disimpulkan butir soal no. 1 valid. Sama halnya untuk butir soal yang
lain, diperoleh dengan cara yang sama. Untuk menghitung reliabilitas digunakan formula Alpha
Cronbach. Berdasarkan tabel 2, diperoleh koefisien reliabilitas 0,870 diinterpretasikan sebagai
koefisien yang tinggi untuk reliabilitas tes kemampuan literasi matematika (Guilford, 1956:
145).
Instrumen tes dikatakan baik apabila memiliki indeks kesukaran 0,30-0,80. Hal ini
menunjukkan bahwa soal yang dibuat tidak terlalu sulit dan juga tidak terlalu mudah. Hasil
perhitungan uji tingkat kesukaran instrumen diperoleh seperti pada tabel 2. Adapun untuk daya
pembeda pada Instrumen tes dikatakan baik apabila butir soal memiliki daya pembeda paling
kecil 0,20. Hal ini menunjukkan bahwa butir soal memiliki daya pembeda minimal cukup. Hasil
perhitungan daya beda instrumen tes diperoleh seperti pada tabel 2.
Dengan demikian berdasrkan hasil analisis butir soal secara teoretik dan empirik
diperoleh bahwa instrumen kemampuan literasi matematika tersebut telah memenuhi kriteria
ISSN: 2549-6700 (print), ISSN 2549-6719 (online)
Histogram: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol (No), Tahun - Halaman
Adzra Yumna Luthfiyah1*, Evalina Rizky2 , Siti Mustika Alfiani3

sehingga dapat digunakan dalam penelitian.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa instrumen tes kemampuan
literasi matematis untuk siswa Sekolah Menegah Pertama yang dikembangkan layak untuk
digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan literasi matematis siswa dengan hasil akhir dari
validator 79% dengan kategori baik. Selain itu, hasil validitas instrumen menunjukkan enam
item valid karena r-hitung > r-tabel. Lebih lanjut lagi hasil analisis reliabilitas karena nilai
cronbach Alpha lebih besar dari pada 0,6 yang mana rata-rata koefisien yaitu 0,870 > 0,60.
Selanjutya, instrumen ini pun dikatakan memiliki tingkat kesukaran baik sebab diperoleh nilai
0,761,yang mana instrumen tes dikatakan baik apabila memiliki indeks kesukaran 0,30-0,80.
Selain itu, instrumen ini memiliki daya pembeda baik sebab instrumen tes dikatakan baik
apabila butir soal memiliki daya pembeda paling kecil 0,20. Untuk itu, instrumen tes
kemampuan literasi matematis siswa ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan literasi
matematis siswa Sekolah Menengah Pertama.

DAFTAR PUSTAKA

Indrayani, L., Djuniadi, D., & Ridlo, S. (2017). Pengembangan instrumen penilaian afektif
peminatan peserta didik SMA Negeri 1 Semarang. Journal of Research and Educational
Research Evaluation, 6(1), 39-45.
Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistic in Psychology and Education. 3rd Ed. New York:
McGraw-Hill Book Company, Inc.
Mahdiansyah dan Rahmawati. (2014). Literasi Matematika Siswa Pendidikan Menengah:
Analisis Menggunakan Desain Tes Internasional dengan Konteks Indonesia. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 20 Nomor 4.
Maydiantoro, A. (2021). Model-Model Penelitian Pengembangan (Research and Development).
Masduki, M. R., Dhiki, Y. I., & Agus, P. (2013, November). Level kognitif soal-soal buku
pelajaran matematika SMP. In Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika dengan tema “Penguatan Perasn Matematika dan Pendidikan Matematika
untuk Indonesia yang Lebih Baik.
Nolaputra, A.P., Wardono dan Supriyono. 2018. Analisis Kemampuan Literasi Matematika pada
Pembelajaran PBL Pendekatan RME Berbantuan Schoology Siswa SMP. PRISMA 1.
Prosiding Seminar Nasional Matematika. 15 halaman (p. 18 – 32).
NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. NCTM: Virginia.
OECD. (2017). PISA 2015 Assessment and Analytical Framework: Science, Reading,
Mathematic, Financial Literacy and Collaborative Problem Solving. OECD Publishing.
Paris.
Ojose, B. (2011). Mathematics Literacy: Are we Able To put The Mathematics we Learn Into
Everyday Use?. Journal of Mathematics Education. Vol. 4, No. 1, pp. 89-100.
Rifai, R., & Wutsqa, D. U. (2017). Kemampuan literasi matematika siswa SMP negeri Se-
Kabupaten Bantul. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 5(2), 152-162.
ISSN: 2549-6700 (print), ISSN 2549-6719 (online)
Histogram: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol (No), Tahun - Halaman
Adzra Yumna Luthfiyah1*, Evalina Rizky2 , Siti Mustika Alfiani3

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar penelitian pendidikan dan bidang non-eksakta


lainnya. Bandung: Tarsito.
Suwandi, S. (2011). Model-model asesmen dalam pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Straub, D. Boudreau. MC, & Gefen. D.(2004). Validation guidelines for IS positivist
research. Communications of the Association for Infoni~ ation Systems, 14-380.
Https://Doi.Org/10.17705/1cais.01324.
Thiagarajan, S. (1974). Instructional development for training teachers of exceptional children:
A sourcebook.

ISSN: 2549-6700 (print), ISSN 2549-6719 (online)

Anda mungkin juga menyukai