Anda di halaman 1dari 171

Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No.

1, Jan – Juni 2016 ISSN: 2088-0294

SUSUNAN REDAKSI

Pelindung dan Penasehat


Muslim, S.Sos. Ketua Yayasan STKIP Taman Siswa Bima
Dr. Ibnu Khaldun Sudirman, M.Si. Ketua STKIP Taman Siswa Bima

Penganggung Jawab
Mariamah, M.Pd. Ketua LPPM STKIP Taman Siswa Bima

Ketua Penyunting
Asriyadin, M.Pd.Si.

Sekretaris Penyunting
Nanang Diana, M.Pd.

Penyunting Pelaksana
Syarifuddin, S.Si., M.Pd.
Yus’iran, S.Si., M.Pd.
Muliana, M.Pd.
Agustinasari, M.Pd.Si.
Muliansani, M.Kom.

Penyunting Ahli (Mitra Bestari)


Prof. Dr. Mansyur
Dr. M. Firmansyah, M.Si
Dr. Karyadin

Desain Cover
Asriyadin, M.Pd.Si.

Alamat Redaksi
Redaksi Jurnal Pendidikan MIPA
LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jln. Lintas Bima – Tente Palibelo. Tlp (0374) 42891
Email: lppm_tsb@yahoo.com

Jurnal Pendidikan MIPA STKIP Taman Siswa Bima, terbit 2 kali setahun dengan edisi Januari–
Juni dan Juli-Desember. Sebagai media informasi, pemikiran dan hasil penelitian yang berkaitan
dengan pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan alam.

Volume 6 no 1, Januari - Juni 2016


ISSN: 2088-0294

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima i


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Jan – Juni 2016 ISSN: 2088-0294

JURNAL PENDIDIKAN MIPA

DAFTAR ISI

Analisis Kelemahan Siswa Terhadap Penguasaan Konsep 1356 -1364


Statistika dan Peluang Pada Siswa SMA N 5 Pekanbaru
Suripah & maya rhamadani

Kemampuan Sistem Penyaringan Air Sederhana Dalam 1365 – 1382


Menurunkan Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) Pada
Air Sumur Gali Di Lingkungan
Kekalik Indah Kecamatan Sekarbela
Irwan Aprayadi

Biologi Kelas yang Menerapkan Model Pembelajaran 1383 – 1388


Student Teams Achievemen T Division(Stad) dengan Team
Games Tournament (Tgt) Dengan Menggunakan Handout
Pada Siswa Kelas Vii SMPN 10 Pekanbaru
Nurzilawati anggraini, sri amnah & desti

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi 1389 – 1399


Matakuliah Persamaan Diferensial Di Prodi Pendidikan
Matematika Jurusan Pmipa Fkip Universitas Riau
Armis, Suhermi & Rahmi Fauziah

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mahasiswa Stkip 1400 -1420


Taman Siswa Bima Menggunakan Jasa Konsultan Dalam
Penyusunan Skrispsi Tahun Akademik 2015
Mariamah.M.Pd

Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis 1421 – 1429


Melalui Penalaran Matematis dalam Menyelesaikan
Masalah Matematika
Rohmah Indahwati

Implementasi Model Pembelajarankooperatif Tipe Think 1430 -1448


Pair And Share (Tps) Dapat Meningkatkan Sikap
Matematika Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas Xi IPS SMA
N 1 Palibelo Pada Materi Statistika Tahun Pelajaran
2015/2016
Raodatul Jannah

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima ii


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Jan – Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A 1449 – 1469


Match Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Pada Pokok Bahasan Himpunan Kelas Vii.B Mts Darul
Hikmah Tente Tahun Pelajaran 2012/2013
Syarifuddin

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Sains, Teknologi, 1470 -1491


Masyarakat Dan Lingkungan (Stml) Terhadap Sikap Ilmiah
Siswa Kelas viii² Pada Smp Negeri 4 Bolo Tahun Pelajaran
2014/2015
Syarifuddin

Keefektifan Pembelajaran Dengan Program Geometer’s 1492 - 1500


Sketchpad Untuk Materi Sudut Pusat Dan Sudut Keliling
Pada Lingkaran Di Kelas VIII SMPN 1 Wawo
Fatmah

Penggunaan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Pemahaman 1501 - 1518


Matematika Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Sederhana
Nurrahmah

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima iii


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

ANALISIS KELEMAHAN SISWA TERHADAP PENGUASAAN KONSEP


STATISTIKA DAN PELUANG PADA SISWA SMA N 5 PEKANBARU

Suripaha, Maya Rhamadanib


a,
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UIR
rifahamin@gmail.com
b
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UIR
mayarhamadaniputri@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pada kompetensi


dasar mana dalam pembahasan statistika dan peluang dikelas XI SMA N 5
Pekanbaru siswa banyak mengalami kelemahan konsep. Adapun
kelemahan siswa yang dimaksud ditunjukkan pada tingkat penguasaan
yang rendah sehingga mengakibatkan ketidakmampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika.
Populasinya adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 5 Pekanbaru
dan sampel diambil secara purposive (pertimbangan) dan proporsional
sebanyak 33 siswa. Berdasarkan teori yang mendasari kajian ini
diharapkan dapat diketahui kelemahan-kelemahan konsep pada
kompetensi dasar bahasan statistika dan peluang, sehingga dapat dijadikan
perbaikan penerapan konsep pengajaran yang benar pada materi statistika
dan peluang secara khusus dan kompetensi dasar yang lain secara umum.
Metode penelitiannya adalah deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan
data yang digunakan berupa data tes dan wawancara. Sedangkan teknik
analisis datanya adalah analisis statistik deskriptif kualitatif, yaitu dengan
cara menghitung persentase kelemahan konsep pada setiap kompetensi
dasar statistika dan peluang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kelemahan siswa
dalam penguasaan konsep tertinggi adalah 37,58% yaitu pada KD
Menentukan peluang suatu kejadian dan penafsirannya. Dan terendah pada
KD Menyajikan data dalam bentuk tabel dan diagram batang, garis,
lingkaran, dan ogive serta penafsirannya. Sebesar 9,01%. Hasil penelitian
juga menunjukkan persentase kelemahan siswa dalam penguasaan konsep
secara umum sebesar 30,10%.

Kata Kunci: Kelemahan siswa, Konsep

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1356


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Pendahuluan siswa untuk berperan aktif dalam


pembelajaran.
Pendidikan nasional Peranan matematika adalah
berfungsi mengembangkan bagian yang esensial dalam
kemampuan dan membentuk watak pendidikan. Salah satu usaha
serta peradaban bangsa yang perbaikan dibidang pendidikan yang
bermartabat dalam rangka dapat dilakukan adalah perbaikan
mencerdaskan kehidupan bangsa, pada pembelajaran matematika.
bertujuan untuk berkembangnya Matematika sebagai salah satu mata
potensi peserta didik agar menjadi pelajaran di sekolah tidak hanya
manusia yang beriman dan bertakwa digunakan untuk mencerdaskan satu
kepada Tuhan Yang Maha Esa, tujuan saja. Siswa dapat memiliki
berahlak mulia, sehat, berilmu, sikap dan kebiasaan berpikir logis,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi kritis, sistematik, kerja cepat, tekun
warga Negara yang demokratis serta dan bertanggung jawab. Hal ini
bertanggung jawab (UU No. 20 sejalan dengan (Permendiknas No.
tahun 2003). Pencapaian dari fungsi 23 tahun 2006) bahwa siswa dapat
dan tujuan tersebut, merupakan mengaplikasikan konsep atau
harapan bagi semua pihak terutama algoritma, secara luwes, akurat,
dalam dunia pendidikan. Untuk efisien, dan tepat, dalam pemecahan
mewujudkan tujuan pendidikan masalah. Menghargai dan meresapi
tersebut salah satunya diupayakan keindahan konsep-konsep, struktur-
pendidikan yang berorentasi pada struktur dan pola-pola matematika,
proses pembelajaran yang sesuai (Ruseffendi, 1991: 35).
dengan standar proses. Seorang pendidik yang
Peraturan Menteri menguasai konsep materi pelajaran
Pendidikan Nasional No. 41 tahun dengan baik, jika dalam
2007 tentang standar proses, menyampaikan kepada siswanya
menyatakan bahwa proses kurang jelas, terkadang penerimaan
pembelajaran pada satuan pendidikan siswa menjadi salah. Hal ini yang
diselenggarakan secara interaktif, akan menyebabkan siswa
inspiratif, menyenangkan, misunderstanding dalam memahami
menantang, memotivasi peserta didik konsep materi selanjutnya. Oleh
untuk berpartisipatif aktif serta karenanya seorang guru dituntut
memberikan ruang yang cukup bagi untuk profesional dalam
prakarsa, kreativitas, dan menjalankan tugas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, kewajibannya. Guru adalah pendidik
minat, dan perkembangan fisik serta profesional dengan tugas utama
psikologi peserta didik. Salah satu mendidik, mengajar, membimbing,
yang diamanatkan dalam standar mengarahkan, melatih, menilai, dan
proses tersebut bahwa pembelajaran mengevaluasi peserta didik pada
diselenggarakan dengan memotivasi pendidikan anak usia dini jalur

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1357


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

pendidikan formal, pendidikan yang berkaitan dengan permutasi


dasar, dan pendidikan menengah, sederhana. Persentase ini masih jauh
(UU No 14 tahun 2005: 2). di bawah kemampuan indikator
Pada kurikulum 2013, penguasaan soal yang lain.
Statistik dan Peluang termasuk salah Berdasarkan hasil ulangan harian
satu kompetensi dasar dalam jenjang pada standar kompetensi Statistika
SMA. Peluang merupakan konsep dan Peluang dbeberapa SMA di
awal dari materi selanjutnya yaitu Pekanbaru juga masih rendah. Data
statistika yang tidak terlepas dari ini juga diperjelas dari rendahnya
data-data dan perhitungan. Harapan daya tangkap mahasiswa pada
besar tenaga pendidik di perguruan statistik dasar diperguruan tinggi
tinggi seperti dosen program studi selama proses pembelajaran
matematika atau bidang lain yang berlangsung. Hal tersebut
berkaitan dengan matematika, siswa mengundang ketertarikan peneliti
dapat melanjutkan konsep statistik sebagai dosen statistik untuk
yang ada di perguruan tinggi dengan berkolaborasi dengan beberapa guru
baik. Pada selang waktu pertama di sekolah menengah atas, perihal
konsep diajarkan secara sederhana, penguasaan konsep siswa dalam
misalnya dengan cara intuitif melalui pembelajaran. Menurut keterangan
benda-benda konkret atau gambar- beberapa guru SMA di Pekanbaru,
gambar sesuai dengan kemampuan ketika proses pembelajaran
peserta didik. Pada tahap berikutnya berlangsung siswa cenderung
konsep yang diajarkan secara menunggu apa yang disampaikan
sederhana dapat diperluas lagi, guru. Siswa banyak diam dan kurang
sehingga peserta didik dalam belajar mau bertanya tentang konsep
matematika dapat dilakukannya pelajaran yang belum jelas. Siswa
secara sistematik, (Soemarsono, mudah lupa terhadap materi yang
2007). Bekal konsep materi yang disampaikan sebelumnya. Siswa
matang dari tingkat SMA akan yang pandai semakin pandai dan
mendukung kelancaran yang kurang semakin tertinggal, hal
terselenggaranya pembelajaran itu disebabkan daya tangkap
dibangku kuliah. terhadap materi pelajaran menjadi
Kenyataan yang ada di lemah karena lemahnya konsep awal
lapangan penguasaan konsep dalam pembelajaran.
kompetensi dasar statistika masih SMAN 5 Pekanbaru,
rendah. Berdasarkan data dari BSNP berdasarkan level tingkat akademik
Propinsi Riau untuk sekolah SMA termasuk sebagai salah satu kategori
Negeri dan Swasta di kota Pekanbaru sekolah level akademik tinggi. Oleh
secara nasional persentase karena itu peneliti secara bertahap
penguasaan konsep diperoleh rata- tertarik untuk melihat sejauh mana
rata nilai 67,36. Khususnya untuk tingkat pencapaian pembelajaran
kemampuan menyelesaikan masalah khususnya penguasaan konsep pada

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1358


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

materi statistika dan peluang. Pada berupa seperangkat tes berupa


tahap atau kesempatan berikutnya pilihan ganda. Tes ini bertujuan
peneliti juga akan melihat sejauh untuk mengetahui penguasaan
mana penguasaan konsep pada level konsep. Instrumen tes ini disusun
sekolah kategori akademik berdasarkan kisi-kisi soal dengan
menengah dan bawah. Berdasarkan mengacu pada standar isi dalam
hasil analisis yang diperoleh, peneliti Kurikulum 2013. Kemudian
berharap bisa melihat perbandingan dilakukan validasi dan
sejauh mana penguasaan konsep reliabilitasnya.
pada sekolah SMA berdasarkan
tingkatan akademiknya. Hasil yang 1. Tes penguasaan konsep
bisa diperoleh diharapkan dapat Instrumen tes prestasi
dijadikan kajian khusus untuk belajar matematika pada penelitian
mendesain bahan ajar yang sesuai ini berupa seperangkat tes berupa
dengan kebutuhan siswa. pilihan ganda. Tes ini bertujuan
Berdasarkan permasalahan untuk mengetahui penguasaan
yang diuraikan di atas, peneliti konsep. Instrumen tes ini disusun
tertarik untuk melakukan penelitian berdasarkan kisi-kisi soal dengan
guna menjawab permasalahan yang mengacu pada standar isi dalam
ada yakni dengan judul “Analisis Kurikulum 2013.
Kelemahan Siswa Terhadap 2. Validitas dan Reliabilitas
Penguasaan Konsep Statistika dan Penyusunan tes, terlebih
Peluang Pada siswa SMA N 5 dilakukan validasi dan dihitung
Pekanbaru”. reliabilitasnya. Dalam penelitian ini
peneliti cukup memvalidasi isi dan
Metode Penelitian validasi ahli sesuai dengan bidang
Bentuk penelitian ini statistika dan peluang, tentunya
merupakan penelitian deskriptif dengan memperhatikan masukan dan
kualitatis. Populasi dalam penelitian saran yang diberikan. Dalam hal ini
ini adalah semua siswa kelas XI peneliti berkonsultasi dengan teman
SMA N 5 Pekanbaru. Sedangkan sejawat yakni bapak Dr. Zulkarnain,
sampel merupakan sebagian yang M.Pd.
diambil dari populasi. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini Teknik Analisis Data
adalah purposive random sampling Analisis data yang digunakan
yaitu dari jumlah populasi ditentukan yaitu dengan menghitung persentase
jumlah sampel sebagai obyek kelemahan konsep pada Kompetensi
penelitian yaitu sebanyak 33 siswa. Dasar Statistika dan Peluang. Untuk
menghitung persentase kelemahan
TTeknik Pengumpulan Data konsep pada tiap-tiap Kompetensi
Instrumen tes prestasi belajar Dasar digunakan rumus sebagai
matematika pada penelitian ini berikut:

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1359


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

𝑗𝑘 Peluang. Sebagai data pendukung


∑𝑖=1 𝑛𝑖𝑗
𝑃𝑗 = 𝑥100% peneliti juga mengambil data dari
𝐾𝑗 𝑥 𝑁 hasil wawancara tidak terstruktur
Keterangan: kepada beberapa guru-guru
𝑃𝑗 = Persentase kelemahan konsep matematika yang ada di sekolah
ke-j penelitian.
𝐾𝑗 = Banyak butir untuk konsep ke-j 1. Persentase kelemahan konsep
𝑛𝑖𝑗 = Jumlah siswa yang menjawab tiap-tiap Kompetensi Dasar pada
salah butir ke-I pada konsep ke-j materi statistika dan peluang dari
𝑁 = Jumlah responden 33 siswa dianalisis menggunakan
rumus sebagai berikut:
𝑘𝑗
Hasil Penelitian dan Pembahasan ∑𝑖=1 𝑛𝑖𝑗
Hasil Penelitian 𝑃𝑗 = 𝑥100%
𝐾𝑗 𝑥 𝑁
Data hasil penelitian
Keterangan:
yang diperoleh pada penelitian ini
𝑃𝑗 = Persentase kelemahan konsep
berupa deskripsi data tentang tes
ke-j
hasil belajar siswa pada Standar
Kompetensi Menggunakan aturan 𝐾𝑗 = Banyak butir untuk konsep ke-j
Statistika, Kaidah Pencacahan, dan 𝑛𝑖𝑗 = Jumlah siswa yang menjawab
Sifat-sifat peluang dalam salah butir ke-I pada konsep ke-j
pemecahan masalah. Adapun data 𝑁 = Jumlah responden
yang dimaksud adalah untukJ = 1,…6
mendeskripsikan tentangSecara rinci kelemahan konsep setiap
bagaimana kelemahan siswa dalam Kompetensi Dasar data dianalisis
penguasaan konsep materi sebagai berikut:
pelajaran khususnya Statistika dan
Tabel 1. Persentase Kelemahan Siswa dalam Penguasaan Konsep.
Kelemahan Penguasaan
Standar Kompetensi
Konsep ke-j (%) Konsep ke-j (%)
1.1 Membaca data dalam bentuk
tabel dan diagram batang, 13,13 86,87
garis, lingkaran, dan ogive.

1.2 Menyajikan data dalam bentuk


tabel dan diagram batang, garis, 9,01 90,99
lingkaran, dan ogive serta
penafsirannya.
1.3 Menghitung ukuran pemusatan,
ukuran letak, dan ukuran 31,99 68,01
penyebaran data, serta
penafsirannya.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1360


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

1.4 Menggunakan aturan perkalian,


permutasi, dan kombinasi 28,28 71,72
dalam pemecahan masalah.
1.5 Menentukan ruang sampel 27,27 72,73
suatu percobaan.
1.6 Menentukan peluang suatu 37,58 62,42
kejadian dan penafsirannya.

2. Persentase Kelemahan Konsep sekolah, permasalahan yang


pada Standar Kompetensi dihadapi hampir sama. Yakni
Menggunakan aturan Statistika, permasalahan hasil akhir dari
Kaidah Pencacahan, dan Sifat- pembelajaran yang ditargetkan.
sifat peluang dalam pemecahan Ada yang terlupa oleh teman
masalah. Persentase Kelemahan guru di sekolah bahwa
Konsep materi statistika dan sesungguhnya proses
Peluang secara umum dari 33 pembelajaran adalah titik tolak
siswa diperoleh dengan analisis yang harus diperhatikan.
data sebagai berikut. Permasalahan hasil akhir atau
∑30
𝑖=1 𝑛𝑖 nilai adalah dampak dari sebuah
𝑃= 𝑥100% proses.
𝐾𝑥 𝑁
Keterangan: Salah satu hal yang
P = Persentase kelemahan Konsep menarik dari apa yang
K = Banyak Butir disampaikan guru adalah
𝑛𝑖 = Jumlah siswa yang menjawab bagaimana sikap siswa selama
salah butir ke-i belajar. Seperti yang
N = Jumlah Responden diungkapkan salah seoarang
Persentase kelemahan Guru, bahwa selama proses
konsep dari 33 siswa adalah pembelajaran siswa terlihat
sebagai berikut. tanpa ada masalah, beberapa
298 siswa saja yang memang sudah
𝑃= 𝑥100% rutin membuat masalah di kelas.
30𝑥33
Ketika di ajar cenderung tenang
298 dan diam, akan tetapi diamnya
𝑃= 𝑥100% siswa perlu dipertanyakan
990
= 30,10 % apakah diam karena paham atau
sebaliknya. Siswa yang mau
3. Deskripsi data Hasil Wawancara bertanya justru siswa yang
dengan Guru Matematika Kelas memang kategori lebih, padahal
XI Semester II harapan guru siswa yang tidak
Dari hasil perbincangan paham yang harusnya bertanya
dengan guru-guru yang ada di agar menjadi tahu. Sebagai

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1361


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

akibat adalaha adanya jurang Pada deskripsi data


atau batas sehingga ada konsep dperoleh adanya kelemahan konsep
tertentu yang disampaikan guru dalam tiap-tiap Kompetensi Dasar
tidak dapat tersampaikan dengan (KD) pada Standar Kompetensi (SK)
baik kepada siswanya. Efek menggunakan aturan statistika,
jangka menengah berimbas kaidah pencacahan, dan sifat-sifat
pada penguasaan indikator yang peluang dalam pemecahan masalah.
lebih tinggi, dan efek jangka Persentase tertinggi pada KD ke 6
panjangnya adalah tidak dapat yakni menentukan peluang suatu
mengkaitkan antara konsep yang kejadian dan penafsirannya sebesar
saling membangun untuk 37,58 %. Dan persentase terendah
berpikir lebih tinggi. pada KD ke-2 yakni menyajikan
Dengan adanya data dalam bentuk tabel dan diagram
penelitian ini, guru mendukung batang, garis, lingkaran, dan ogive
peneliti untuk mendapatkan serta penafsirannya. yaitu sebesar
gambaran sejauh mana tingkat 9,01 %.
penguasaan materi yang telah Dari hasil analisis data
berlalu, untuk membantu guru diperoleh persentase kelemahan
dalam memperbaiki proses konsep pada tiap-tiap KD. KD
pembelajaran khususnya pada membaca data dalam bentuk tabel
konsep-konsep yang persentase dan diagram batang, garis dan
kelemahanya masih tinggi. Satu lingkaran serta ogive sebesar
hal yang peneliti tegaskan 13,13%, KD Menyajikan data dalam
sebagai bentuk kolaborasi dan bentuk tabel dan diagram batang,
pedulinya terhadap masa depan garis, lingkaran, dan ogive serta
pendidikan adalah terinspirasi penafsirannya sebesar 9,01 %, KD
bukan hanya sekedar ingin Menghitung ukuran pemusatan,
mengetahui konsep mana yang ukuran letak, dan ukuran penyebaran
belum dikuasai. Pada tahap data, serta penafsirannya sebesar
berikutnya adalah mendesain 31,99 %, KD Menggunakan aturan
bahan ajar untuk SMA yang perkalian, permutasi, dan kombinasi
dapat memfasilitasi belajar dalam pemecahan masalah sebesar
siswa. 28,28 %, KD Menentukan ruang
sampel suatu percobaan sebesar
Pembahasan 27,27 %, dan KD Menentukan
Tujuan penelitian ini peluang suatu kejadian dan
adalah untuk mendeskripsikan pada penafsirannya sebesar 37,58 %.
kompetensi dasar mana dalam Dari hasil analisis data
pembahasan statistika dan peluang yang telah diuraikan di atas
siswa SMA kelas XI di Pekanbaru menunjukkan gambaran bahwa
banyak mengalami kelemahan kelemahan siswa dalam penguasaan
konsep. konsep masih cukup tinggi jika

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1362


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dikaitkan dengan pencapaian target dapat mengingat kembali bahwa ada


ketuntasan kriteria minimum (KKM) keterkaitan antara indikator yang
nilai yang ada di sekolah. Jika satu dengan yang lainnya.
dicermati lebih jauh, tamapk Berdasarkan hasil
gambaran secara kajian teoritis pembahasan tersebut menunjukkan
bahwa penguasaan konsep awal masih terdapat kelemahan siswa
sangat menetukan konsep dalam penguasaan konsep pada KD-
berikutnya. Pada penanaman konsep KD materi statistika dan peluang.
awal, harapan yang diperoleh adalah Oleh karena itu, peneliti berharap
siswa tidak ada kendala disaat sederhananya hasil penelitian ini,
konsep materi yang diberikan masih dapat dijadikan perhatian untuk
relatif sederhana dan mudah proses perbaikan dimasa yang akan
dipahami. Telihat dari hasil datang. Khususnya pada KD
persentase kelemahan konsep cukup menggunakan aturan permutasi dan
rendah. Artinya disana siswa belum kombinasi lebih dikuatkan. Dan yang
ada kendala yang berarti jika dilihat tidak kalah pentingnya adalah kd
dari indikator pencapaian belajarnya terakhir yang berkaitan dengan
masih tahap pengetahuan. menyelesaikan masalah peluang
Selanjutnya jika dilihat dari besarnya suatu kejadian.
angka persentase kelemahan
penguasaan konsep semakin tinggiSSimpulan
levelan pencapaian indikator Berdasarkan hasil analisis data dan
belajarnya semakin tinggi pula pembahasan dapat disimpulkan
persentase kelemahan konsepnya. bahwa:
Artinya disana ada makna tersirat 1. Siswa masih banyak mengalami
yang dapat peneliti maknai. yakni kelemahan konsep khususnya
adanya penumpukan pada KD Menghitung ukuran
ketidakpahaman atau pemusatan, ukuran letak, dan
misunderstanding materi sehingga ukuran penyebaran data, serta
semakin besar pula permasalahan penafsirannya 31,99 %, KD
yang menyebabkan kendala Menggunakan aturan perkalian,
ketidakpahaman pada proses permutasi, dan kombinasi dalam
abstraksi pada levelan pencapaian pemecahan masalah sebesar 28,28
indikator berikutnya yang lebih %, dan KD Menentukan peluang
tinggi. suatu kejadian dan penafsirannya
Pada tahapan definisi, sebesar 37,58 %.
kemudian memahami konsep masih 2. Persentase kelemahan konsep
bisa terkafer. Namun pada tahapan tiap-tiap KD materi Statistika dan
aplikasi analisis dan sintesis, siswa Peluang, persentase tertinggi
mulai kurang bekal dikarenakan ada sebesar 37,58 % yaitu pada KD
sinyal-sinyal konsep yang terputus. menentukan peluang suatu
Sebagai akibat jangka panjang tidak kejadian dan penafsirannya, dan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1363


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

persentase terendah sebesar 9,01 Ebel, R.I., & Frisbie, D.A. (1986).
% yakni pada KD Menyajikan Essential of educational
data dalam bentuk tabel dan measurement (4th ed). New
diagram batang, garis, lingkaran, Jersey: Prentice-Hell, Inc.
dan ogive serta penafsirannya.
Persentase kelemahan konsep Ferguson, George A dan Takane,
secara keseluruhan diperoleh Yoshio. 1989. Statistical
30,10%. Analysis in Psychology and
Education. Sixth edition. New
Daftar Pustaka York: McGraw Hill Book
Company.
Arends, R.I., & Kilcher, A. (2010).
Teaching for student Johnson, D.W., & Johnson, R.T.
learning: becoming an (2002). Meaningful
accomplished teacher. New assessment: A manageable
York: Routledge. and cooperative process.
Boston: Allyn and Bacon
Arikunto, Suharsimi. (2002). Dasar-
dasar Evaluasi Pendidikan. Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E.
Jakarta: Bumi Aksara. (2004). Models of teaching
(7th ed). Boston, MA: Pearson
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Education.
RI Nomor 20, tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nitko, A.J., & Brookhart, S.M.
Nasional. (2007). Educational
assessment of student (5th ed).
______. (2005). Undang-Undang RI New Jersey: Pearson
Nomor 14, tahun 2005 Education..
tentang Guru dan Dosen.
Russefendi. (1991). Dasar-dasar
______. (2006.) Peraturan menteri Matematika Modern untuk
pendidikan nasional repoblik Orang Tua Murid dan Guru.
Indonesia no 23, tahun 2006 Bandung: Tarsito.
tentang standar isi.
Sudjana. (2002). Metode Statistika:
______. (2007). Peraturan menteri Bandung: Tarsito.
pendidikan nasional republik
indonesia nomor 41, tahun
2007 tentang standar proses
untuk satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1364


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

KEMAMPUAN SISTEM PENYARINGAN AIR SEDERHANA


DALAM MENURUNKAN NILAI CHEMICAL OXYGEN DEMAND
(COD) PADA AIR SUMUR GALI DI LINGKUNGAN
KEKALIK INDAH KECAMATAN SEKARBELA
1Irwan
Aprayadi
(Guru Kimia SMA Negeri 1 SEMBALUN)
Email : irwan.syakirapm@yahoo.com

ABSTRAK

Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh warga Lingkungan Kekalik


Indah saat ini adalah tingginya kadar Chemical Oksigen Demand (COD) pada
air sumur yang melebihi ambang batas mutu air bersih, mengakibatkan air
sumur menjadi keruh, berbau, dan memiliki rasa tidak enak untuk diminum.
Penyaringan Air Sederhana merupakan suatu teknologi pengolahan air bersih
yang terdiri dari media pasir, arang tempurung kelapa dan kerikil. Penelitian
ini bertujuan untuk Untuk mengetahui apakah sistem Penyaringan Air
Sederhana dapat menurunkan konsentrasi COD pada air sumur gali di
Lingkungan Kekalik Indah dan Untuk mencari variasi komposisi media yang
paling efektif sehingga mendapatkan penurunan konsentrasi COD yang paling
optimal. Dari hasil penelitian didapat konsentrasi rata-rata awal COD sebesar
16,48 mg/l. Setelah dilakukan pengolahan dengan Penyaringan Air sederhana
diperoleh variasi komposisi media pasir, arang dan kerikil yang optimal dalam
menurunkan konsentrasi COD yaitu variasi 1:3:1 yang menunjukkan efisiensi
penurunan konsentrasi COD paling efektif sebesar 55,60% jika dibandingkan
dengan variasi media yang lainnya. Kapasitas penyaringan pada variasi
komposisi media 1:3:1 mampu menurunkan kadar COD sesuai ambang batas
yang diperbolehkan sebanyak 6 L air.

Kata Kunci: Air Sumur, Penyaringan Air Sederhana, Chemical Oxygen


Demand (COD).

Pendahuluan
Air merupakan sumber Manfaat air bagi kehidupan kita
kehidupan yang sangat vital bagi antara lain untuk kebutuhan
manusia. Dan dapat dikatakan air rumah tangga yaitu sebagai air
merupakan sumber daya yang minum dan MCK (mandi cuci
terbatas dan kita tidak dapat kakus), kebutuhan industri, air
dipisahkan dari senyawa kimia irigasi untuk pertanian sampai
ini dalam kehidupan sehari-hari. pembangkit listrik tenaga air
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1365
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

(Surososipil, 2008). menganalisis Chemical Oxygen


Menurut Kusnaedi (2006), Demand (COD). Chemical
air yang dapat diminum dapat Oxygen Demand (COD) atau
diartikan sebagai air yang bebas Kebutuhan Oksigen Kimia
dari bakteri yang berbahaya dan (KOK) adalah jumlah oksigen
tidak murni secara kimiawi. Air (mg O2) yang dibutuhkan untuk
minum harus bersih dan jernih, mengoksidasi zat-zat organis
tidak berwarna dan tidak berbau, yang ada dalam 1 L sampel air.
dan tidak mengandung bahan Angka COD merupakan ukuran
tersuspensi atau kekeruhan. bagi pencemaran air oleh zat-zat
Standar untuk air minum telah organis yang secara alamiah
ditentukan oleh WHO baik untuk dapat dioksidasikan melalui
Eropa (WHO 1970) maupun proses mokrobiologis, dan
internasional (WHO 1971). Air mengakibatkan berkurangnya
bersih adalah air yang digunakan oksigen terlarut di dalam air.
untuk keperluan sehari-hari yang Oksigen terlarut adalah
kualitasnya memenuhi syarat banyaknya oksigen yang
kesehatan dan dapat diminum terkandung di dalam air dan
apabila telah dimasak, diukur dalam satuan ppm.
pernyataan ini pada peraturan Oksigen yang terlarut ini
menteri kesahatan nomor dipergunakan sebagai tanda
416/MEN.KES/PER/IX/1990 derajat pengotor air baku.
tentang syarat-syarat dan Semakin besar oksigen yang
pengawasan kualitas air. terlarut, maka menunjukkan
Pernyataan ini juga sesuai derajat pengotoran yang relatif
dengan keputusan menteri kecil (Admin, 2008).
kesehatan Masyarakat di Lingkungan
No.907/Menkes/SK/VII/2002 Kekalik Indah Kecamatan
yang menyatakan bahwa syarat Sekarbela masih menggunakan
air minum harus bebas dari air sumur gali untuk memenuhi
bahan-bahan organik dan kebutuhan akan air minum
anorganik. maupun keperluan rumah tangga
Untuk menyatakan lainnya. Umumnya warga
kandungan bahan organik di Kekalik Indah mengalirkan
dalam perairan dilakukan dengan limbah rumah tangganya ke
mengukur jumlah oksigen yang sungai dan got yang mengalir
dibutuhkan untuk menguraikan melewati daerah tersebut.
bahan tersebut sehingga menjadi Limbah ini terdiri dari zat-zat
senyawa yang stabil. Salah satu organik dan anorganik seperti
cara yang digunakan untuk tinja, sisa-sisa sabun, sampah dan
menganalisa kandungan oksigen sebagainya. Masyarakat Kekalik
tersebut yaitu dengan Indah yang umumnya bermata

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1366


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

pencaharian sebagai pembuat air media arang digunakan


tahu banyak memanfaatkan got sebagai adsorben yang berfungsi
dan aliran sungai sebagai tempat untuk mengurangi atau
pembuangan limbah tahu menghilangkan bau dan
tersebut. Hal ini mengakibatkan mengurangi rasa yang kurang
air sumur gali di daerah sekitar sedap pada air dimana media
pembuangan air limbah menjadi arang menyerap kandungan
berwarna keruh, berbau, dan bahan organik dan nonorganik
memiliki rasa tidak enak untuk dalam air dapat meningkatkan
diminum. konsentrasi COD.
Hal ini dapat dibuktikan Berdasarkan latar belakang
dengan tingginya konsentrasi tersebut maka perlu dilakukan
COD yang terkandung pada air penelitian menggunakan
sumur masyarakat Kekalik Indah penyaringan air sederhana
yang melebihi ambang batas dengan media pasir, arang dan
baku mutu air yaitu 13,6 mg/L. kerikil sehingga efektif dalam
Dimana menurut Peraturan menurunkan konsentrasi COD
Pemerintah Nomor 82 tahun yang ada di dalamnya.
2001 konsentrasi COD untuk air
yang dapat diminum konsentrasi Pemanfaatan Sumber Daya Air
COD tidak melebihi 10 mg/L.
Sehingga air sumur gali ini perlu Dalam kehidupan di bumi
penanganan untuk kita ini, air merupakan suatu
meminimalkan konsentrasi COD kebutuhan yang tak dapat
yang dikandungnya. ditinggalkan untuk kehidupan
Guna mendapatkan air yang manusia. Kita tidak dapat
bersih banyak cara yang dipisahkan dari senyawa kimia
dilakukan antara lain dengan ini dalam kehidupan sehari-hari.
menggunakan metode Manfaat air bagi kehidupan kita
penyaringan sederhana, dimana antara lain untuk kebutuhan
metode ini menggunakan media rumah tangga yaitu sebagai air
pasir, arang dan kerikil sebagai minum dan MCK (mandi cuci
media penyaring yang kakus), kebutuhan industri, air
persediaannya cukup banyak dan irigasi untuk pertanian sampai
mudah mendapatkannya. Cara pembangkit listrik tenaga air. Air
membersihkan air dengan di bumi terdapat kira-kira
metode penyaringan sederhana sejumlah 1,3-1,4 milyar km3
yaitu dengan mengalirkan air dengan 97,5% berupa air laut dan
pada bak penyaringan yang telah 1,75% berbentuk es serta 0,73%
diisi dengan media penyaringan berada di daratan sebagai air
berupa pasir, arang dan kerikil. sungai, air danau, air tanah dan
Dimana pada proses penjernihan sebagainya. Kenyataannya hanya

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1367


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

air di daratan seperti air sungai, nomor


air danau, air tanah yang telah 416/MEN.KES/PER/IX/1990
dimanfaatkan secara besar- tentang syarat-syarat dan
besarnya untuk kepentingan pengawasan kualitas air.
manusia. Di Indonesia, dari Pernyataan ini juga sesuai
potensi air yang ada (100%) yang dengan keputusan menteri
menjadi aliran mantap dan yang kesehatan
termanfaatkan baru sebesar 28% No.907/MENKES/SK/VII/2002
sedangkan sisanya 72% terbuang yang menyatakan bahwa syarat
percuma (langsung ke laut) air minum harus bebas dari
(Surososipil, 2008). bahan-bahan organik dan
Air bersih adalah air yang anorganik.
digunakan untuk keperluan Menurut Peraturan
sehari-hari yang kualitasnya Pemerintah Nomor 82 tahun
memenuhi syarat kesehatan dan 2001 tentang kreteria mutu air
dapat diminum apabila telah dapat dilihat pada tabel sebagai
dimasak, peryataan ini pada berikut:
peraturan menteri kesahatan

Tabel 2.1 Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 kriteria mutu air
berdasarkan kelas.
KELAS KETERAN
PARAMETER SATUAN
I II III IV GAN
FISIKA
Devisi
o Devisi Devisi Devisi Devisi temperatur
Temperatur C
3 3 3 5 dari keadaan
alamiahnya
Residu terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
Bagi
pengolahan
air minum
Residu secara
mg/L 50 50 400 400
tersuspensi konvensiona
l, residu
tersuspensi
≤ 5000 mg/L
KIMIA ANORGANIK
Apabila secara
alamiah diluar
Ph mg/L 6-9 6-9 6-9 5-9
rentang
tersebut, maka
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1368
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

ditentukan
berdasarkan
kondisi alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12
COD mg/L 10 25 50 100
Angka batas
DO mg/L 6 4 3 0
minimum
Total fosfat sbg
mg/L 0,2 0,2 1 5
P
NO3 Sebagai N mg/L 10 10 20 20
Bagi perikanan,
kandungan
amonia bebas
NH3 – N mg/L 0,5 - - - untuk ikan yang
peka ≤ 0,02
mg/L sebagai
NH3
Arsen mg/L 0,05 1 1 1
Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Berium mg/L 1
Boron mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
Selenium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
Kadnium mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Bagi
pengolahan air
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 minum secara
konvensional,
Cu ≤ 1 mg/L
Bagi
pengolahan air
Besi mg/L 0,3 - - - minum secara
konversional,
Fe ≤5 mg/L
Bagi
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1
pengolahan1
Mangan mg/L 0,2 - - -
Air raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Bagi
pengolahan air
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2
minum secara
konvensional,

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1369


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Zn ≤ 5 mg/L
Kholorida mg/L 600 - - -
Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 -
Fluorida 0,5 1,5 1,5 -
Bagi
pengolahan air
Nitrat sebagai secara
0,06 0,06 0,06 -
N konvensional,
NO2-N ≤ 1
mg/L
Sulfat 400 - - -
Bagi ABAM
Khlorin bebas 0,03 0,03 0,03 - tidak
dipersharatkan
Bagi
pengolahan air
Belerang secara
0,002 0,002 0,002 -
sebagai H2S konvensional, S
sebagai H2S <
0,1 mg/L
MIKROBIOLOGI
Jml/100 Bagi
Fecal coliform 100 1000 2000 2000
ml pengolahan air
minum secara
konvensional,
fecal coliform ≤
Jml/100 2000 jml/100
Total coliform
ml mL dan total
coliform ≤
10000
jml/100ml
RADIOAKTIF
Gross-A Bq/L 0,1 0,1 0,1 0,1
Gross-B 1 1 1 1
KIMIA ORGANIK
Minyak dan
µg/L 1000 1000 1000 -
lemak
Deterjen sbg
µg/L 200 200 200 -
MBAS
Senyawa fenol
µg/L 1 1 1 -
sbg. Fenol

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1370


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

BHC µg/L 210 210 210 -


Aldrin/Dieldrin µg/L 17 - - -
Chlordane µg/L 3 - - -
DDT µg/L 2 2 2 2
Heptaklor dan
Heptaklor µg/L 18 - - -
epoxide
Lindane µg/L 56 - - -
Methoxyclor µg/L 35 - - -
Endrin µg/L 1 4 4 -
Toxaphan µg/L 5 - - -

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1371


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Tinjauan Tentang Air Sumur Gali Pada saat infiltrasi ke dalam


/Air Tanah tanah, air permukaan mengalami
kontak dengan air mineral-
Dalam situs wikipidia.com mineral yang terdapat di dalam
mengatakan Air tanah adalah air tanah dan melarutkannya,
yang terdapat dalam lapisan tanah sehingga kulitas air mengalami
atau bebatuan di bawah perubahan karena terjadi reaksi
permukaan tanah. Air tanah kimia. Konsentrasi oksigen
merupakan salah satu sumber daya dalam air yang masuk ke dalam
air yang keberadaannya terbatas tanah menurun, digantikan oleh
dan kerusakannya dapat karbondioksida yang berasal dari
mengakibatkan dampak yang aktivitas biologis.
luas serta pemulihannya sulit Dalam pembuatan sumur,
dilakukan. Sedangkan Sumur Air sebaiknya harus diberi tembok
Tanah Dalam (SATD) adalah sedalam tiga meter dengan
sarana penyediaan air bersih pinggir disemen dan dibuatkan
berupa sumur dalam yang dibuat selokan air atau parit supaya
dengan membor tanah pada kotoran tidak meresap ke tanah
kedalaman muka air minimal 7 dan merembes ke dalam sumur.
meter dari permukaan tanah.
Kedalaman dasar pada umumnya Kondisi Air Sumur di Daerah
lebih dari 30 meter sehingga Kekalik Indah
diperoleh air sesuai dengan yang
diinginkan. Sarana air bersih yang ada
Pergerakan air tanah sangat di Lingkungan Kekalik Indah
lambat, kecepatan arus berkisar Kecamatan Sekarbela pada
antara 10-10-10-3 m/detik dan umumnya adalah sumur dengan
dipengaruhi oleh porositas, kedalaman 7-15 meter, dimana
permeabilitas dari lapisan tanah, masyarakatnya menggunakan air
dan pengisian kembali. tersebut untuk keperluan mandi,
Karakteristik utama yang mencuci, minum dan memasak.
membedakan air tanah dan air Sebagian masyarakat
permukaan adalah pergerakannya menggunakan air gallon dan air
yang sangat lambat dan waktu dari PDAM untuk kebutuhan air
tinggal yang sangat lama, dapat minum.
mencapai puluhan bahkan Masyarakat Kekalik Indah
ratusan tahun. Karena umumnya mengalirkan limbah
pergerakannya yang sangat rumah tangganya ke sungai dan
lambat dan waktu tinggal yang got yang mengalir melewati
lama tersebut, air tanah akan sulit daerah tersebut. Limbah ini
untuk pulih kembali jika terdiri dari air zat-zat organik dan
mengalami pencemaran. anorganik seperti tinja, sisa-sisa

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1372


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

sabun, sampah dan sebagainya. dalam tanah apalagi kondisi air


Masyarakat Kekalik yang tanahnya sangat dangkal. Kondisi
sebagian bermata pencarian demikian membuat air di daerah
sebagai pembuat tahu banyak tersebut menjadi berbau dan
memanfaatkan got dan aliran tidak layak konsumsi.
sungai sebagai tempat Pencemaran yang berasal
pembuangan limbah tahu dari zat organik maupun
tersebut. Hal ini mengakibatkan nonorganik tersebut
air sumur gali di daerah sekitar menyebabkan tingginya
pembuangan air limbah menjadi konsentrasi COD yang
berwarna keruh, berbau, dan terkandung dalam air sumur.
memiliki rasa tidak enak untuk Menurut penelitian Imam
diminum. Zarkasi (2008), konsentrasi COD
Kondisi penduduk yang yang terkandung dalam air sumur
padat dan banyak sekali tempat di wilayah Kekalik Jaya melebihi
pembuangan limbah serta sungai- ambang batas yang telah
sungai yang kotor di sekitar ditentukan oleh pemerintah
Lingkungn Kekalik Indah melalui PP No. 82 Tahun 2001
memungkinkan terjadinya yang terlihat pada Tabel 2.2 di
peresapan limbah tersebut ke bawah ini.

Tabel 2.2 Konsentrasi COD pada air sumur Kelurahan Kekalik Jaya (Zarkasi,
2008)
Lingkungan Volume FAS Konsentrasi COD Rata-
(ml) (mg/L) rata
U1 U2 U1 U2
Kekalik Sumur 1 4,53 4,50 6,6 7,5
8,2
Timur Sumur 2 4,44 4,43 9,3 9,6
Kekalik Sumur 1 4,48 4,47 8,1 8,4
8,4
Barat Sumur 2 4,47 4,45 8,4 9,0
Kekalik Sumur 1 4,39 4,39 10,8 10,8
11,7
Kijang Sumur 2 4,32 4,34 12,9 12,3
Kekalik Sumur 1 4,33 4,34 12,6 12,3
12,6
Gerisak Sumur 2 4,32 4,33 12,9 12,6
Kekalik Sumur 1 4,29 4,27 13,8 14,4
13,2
Indah Sumur 2 4,34 4,23 12,3 12,6
Keterangan:
mg = miligram
µg = mikrogram
ml = mililiter
L = liter

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1373


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Bq = Bequerel
MBAS = Methylene Blue Active Substance
ABAM = Air Baku untuk Air Minum

Logam berat merupakan bahan organik yang terdapat


logam terlarut didalam air. Dimana
Nilai di atas merupakan batas Chemical Oxygen Demand
maksimum, kecuali untuk (COD) atau Kebutuhan
pH dan DO. Bagi pH Oksigen Kimia (KOK) adalah
merupakan nilai rentang jumlah oksigen (mg O2) yang
yang tidak boleh kurang dibutuhkan untuk
atau lebih dari nilai yang mengoksidasi zat–zat organis
tercantum. yang ada dalam 1 L sampel
Nilai DO merupakan batas air. Dimana pengoksidasi
minimum. K2Cr2O7 digunakan sebagai
Arti (-) di atas menyatakan sumber oksidasi. Angka COD
bahwa untuk kelas merupakan ukuran bagi
termasuk, parameter pencemaran air oleh zat-zat
tersebut tidak organis yang secara alamiah
dipersyaratkan dapat dioksidasikan melalui
Tanda ≤ adalah lebih kecil proses mokrobiologis, dan
atau sama dengan mengakibatkan berkurangnya
Tanda < adalah lebih kecil oksigen terlarut di dalam air.
Oksigen terlarut adalah
Analisis COD Dalam Air banyaknya oksigen yang
terkandung di dalam air dan
Pengertian COD diukur dalam satuan ppm.
Untuk mengetahui Oksigen yang terlarut ini
jumlah bahan organik di dipergunakan sebagai tanda
dalam air dapat dilakukan derajat pengotor air baku.
suatu uji yang lebih cepat Semakin besar oksigen yang
dibandingkan dengan uji terlarut, maka menunjukkan
Biological Oxygen Demand derajat pengotoran yang
(BOD), yaitu berdasarkan relatif kecil. Rendahnya nilai
reaksi kimia dari suatu bahan oksigen terlarut berarti beban
oksidan yang disebut uji pencemaran meningkat
COD. Uji COD yaitu suatu sehingga koagulan yang
uji yang menetukan jumlah bekerja untuk mengendapkan
oksigen yang dibutuhkan oleh koloida harus bereaksi dahulu
bahan oksidan seperti kalium dengan polutan-polutan
dikromat yang digunakan dalam air menyebabkan
untuk mengoksidasi bahan– konsumsi oksigen bertambah

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1374


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

(Admin, 2008). COD menjadi CO2 dan H2O,


menggambarkan jumlah total sedangkan BOD hanya
oksigen yang dibutuhkan menggambarkan bahan
untuk mengoksidasi bahan organik yang dapat
organik secara kimiawi, baik didekomposisi secara
yang dapat didegradasi secara biologis.
biologis maupun yang sukar
didegradasi secara biologis

Gambar 2.2 Alat Penyaringan Air Sederhana

 Bak penampungan

 Alat Penyaringan

 Hasil
Sumber: Suriawira (2005)

Metodologi Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian mengenai dalam menurunkan


teknologi penyaringan air konsentrasi Chemical
sederhana dalam mengolah Oxygen Demand (COD) air
air telah banyak dilakukan, sumur gali di Lingkungan
biasanya teknologi ini Kekalik Indah Kecamatan
digunakan untuk pengolahan Sekarbela.
air bersih. Oleh sebab itu, Sesuai dengan judul
pada penelitian ini peneliti dari penelitian ini yaitu
mencoba untuk membahas Kemampuan Sistem
sejauh mana efektifitas Penyaringan Air Sederhana
penyaringan air sederhana Dalam Menurunkan Nilai

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1375


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

COD Pada Air Sumur Gali di untuk titrasi


lingkungan Kekalik Indah blanko
Kecamatan Sekarbela b = mL FAS
Penelitian ini termasuk yang digunakan
dalam penelitian eksperimen untuk titrasi
yang dilaksanakan dalam sampel
skala laboratorium dan dalam N = Normalitas
batasan waktu tertentu. FAS

Analisis Data Hasil Penelitian dan


Pembahasan
Untuk menentukan
konsentrasi COD dalam Konsentrasi awal Chemical
sampel dapat dihitung Oxygen Demand (COD) pada air
dengan rumus Sebagai sumur
berikut:
COD (mg Data rata-rata
O2/L) = konsentrasi COD pada
(a  b) x N x 8000 air sumur sebelum
proses penyaringan
ml sampel
tertera pada tabel 4.1.
Perhitungan secara
terperinci pada lampiran
Dimana : 3.
a = mL FAS
yang digunakan
Tabel 4.1 Hasil pengujian awal konsentrasi COD sebelum proses
penyaringan

Kadar COD Rerata (mg/L)


Ulangan FAS (mL) (b)
(mg/L) (C0)
1 4,20 13,49
16,48
2 4,15 19,48

Dari Tabel 4.1 berdasarkan PP No 82 Tahun


diperoleh rata-rata 2001 tentang Pengelolaan
konsentrasi COD dalam dua Kualitas air dan
kali pengulangan sebesar Pengendalian pencemaran
16,48 mg/L. Kadar rata-rata Air sebesar 10 mg/L, maka
COD tersebut telah melebihi air sumur tersebut perlu
ambang baku mutu air bersih diperlakukan dengan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1376


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

menggunakan penyaringan dilewatkan melalui


air sederhana untuk Penyaringan Air Sederhana
mendapatkan air yang sesuai air berwarna bening.
mutu air bersih.
Konsentrasi Chemical
Proses Penyaringan Air Oxygen Demand (COD)
setelah penyaringan
Pada proses
penyaringan, sampel Pada penilitian ini
dimasukkan pada bak menggunakan enam variasi
penampungan sebanyak 2 L yang berbeda tiap variasi
selanjutnya dialirkan menuju dilakukan dengan dua kali
pipa penyaringan dan hasil pengulangan dan diperoleh
penyaringan ditampung. data rata-rata COD setelah
Dapat dilihat secara visual penyaringan pada Tabel 4.2.
(fisik), dimana pada hasil perhitungan secara lengkap
penyaringan air yang semula pada lampiran 3.
berwarna keruh setelah

Tabel 4.2 Konsentrasi COD sesudah melalui Penyaringan Air


Sederhana.
Variasi Komposisi
Media penyaringan Kadar COD Rerata COD Efektifitas
FAS (mL)
(mg/L) (mg/L) (%)
kerikil : Arang : pasir
U1 4,20 13,49
3:1:1 11,99 11,12
U2 4,30 10,49
U1 4,25 11,99
2:1:2 11,24 16,68
U2 4,30 10,49
U1 4,30 10,49
1:1:3 10,49 22,24
U2 4,30 10,49
U1 4,45 5,99
2:2:1 9,74 27,80
U2 4,25 11,99
U1 4,40 7,50
1:2:2 7,50 44,40
U2 4,40 7,50
U1 4,40 7,50
1:3:1 5,99 55,60
U2 4,50 4,49

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1377


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Keterangan : paling banyak dibandingkan


U1 = Ulangan ke-1 komposisi media yang lainnya.
U2 = Ulangan ke-2
Uji Statistik
Dari Tabel 4.2 dilihat
bahwa variasi komposisi media Hasil uji statistik
penyaringan berpengaruh dilakukan untuk mengetahui
terhadap penurunan kadar COD apakah terjadi perbedaan yang
dan variasi yang paling efektif signifikan dalam penurunan
dalam menurunkan kadar COD konsentrasi COD untuk setiap
yaitu pada komposisi pasir, variasi unit pengolahan yang
arang dan kerikil dengan memiliki ketebalan media yang
perbandingan 1:3:1 dimana berbeda. Uji statistik yang
efektifitas penurunan kadar digunakan adalah dengan
COD sebesar 55,60%. Pada menggunakan Anava dengan
variasi ini komposisi arang metode satu jalur.

Tabel 4.3 Penentuan Analisis Of Varian (ANAVA) Penyaringan Air


Sederhana Berbagai Variasi

Kadar
Variasi
COD Xij2 T T2
kerikil : Arang : pasir
(mg/L)
Sebelum U1 22,48 505,35
41,96 1760,64
penyaringan U2 19,48 379,47
U1 13,49 181,98
3:1:1 23,98 575.04
U2 10,49 110,04
U1 11,99 143,76
2:1:2 22,48 505.35
U2 10,49 110,04
U1 10,49 110,04
1:1:3 20,98 404.16
U2 10,49 110,04
U1 5,99 35,88
2:2:1 17,98 323.28
U2 11,99 143,76
U1 7,50 56,25
1:2:2 15,0 225
U2 7,50 56,25
U1 7,50 56,25
1:3:1 11,99 143.76
U2 4,49 20,16
Jumlah ( ∑ ) 2019,27 154,37 3937,23
Penyusunan hipotesis komposisi media Penyaringan
Ha = Terdapat perbedaan yang Air Sederhana dalam
signifikan antara variasi menurunkan konsentrasi COD

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1378


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

pada air sumur gali. Ha = A1 ≠ A2 ≠ A3 ≠ A4 ≠ A5 ≠ A6


Ho = Tidak terdapat perbedaan Ho = A1 = A2 = A3 = A4 = A5 = A6
yang signifikan antara variasi Dimana A = Variasi ketebalan
komposisi media Penyaringan media Penyaringan Air
Air Sederhana dalam Sederhana
menurunkan konsentrasi COD Jika : F hitung ≥ F tabel maka
pada air sumur gali. tolak Ho
Tabel 4.4 Sidik Ragam analisis ANAVA

Sumber F
Dk SS MS
variasi Fhitung 0,05 0,01
Antar
6 122,13 20,35
kelompok (b)
Dalam 2,22 3,87 7,19
7 64,11 9,16
kelompok (w)
Total 13 186,24

Nilai statistik F tabel adalah Penentuan Kapasitas


F(1-0,05);(6,7) = 3,87 (dari Penyaringan
tabel distribusi F)
Nilai statistik F tabel adalah Pada pengujian ini,
F(1-0,01);(6,7) = 7,19 (dari variasi 1:3:1 diuji dengan
tabel distribusi F) pengulangan penambahan
Terlihat dari tabel volume tiap 2 L sampel
ANAVA bahwa nilai F hitung hingga memperoleh kapasitas
= 2,22 F hitung ≤ F tabel 3,87, penyaringan sampai
sehingga dapat disimpulkan konsentrasi COD kembali
bahwa Ho diterima, yang pada konsentrasi awal. Hasil
artinya perbedaan variasi penentuan volume optimum
media pada Penyaringan Air pada variasi 1:3:1 dapat
sederhana tidak berpengaruh dilihat pada Tabel 4.3
signifikan terhadap penurunan dibawah ini. Perhitungan
konsentrasi Chemical Oxygen secara terperinci dapat dilihat
Demand (COD). pada Lampiran 5.

Tabel 4.5 Penentuan kapasitas penyaringan pada variasi 1:3:1

Penambahan FAS (mL) COD Rerata Efektifitas


sampel 2 L ke- (b) (mg/L) (mg/L) (%)

0 U1 3,90 22,48 20,98 0

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1379


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

(Sebelum
U2 4,0 19,48
Penyaringan)
U1 4,50 4,49
1 5,24 75,02
U2 4,45 5,99
U1 4,50 4,49
2 5,99 71,44
U2 4,40 7,50
U1 4,40 7,50
3 7,50 64,25
U2 4,40 7,50
U1 4,20 13,49
4 14,24 32,12
U2 4,15 14,99
U1 4,20 13,49
5 15,47 26,26
U2 4,05 17,99
U1 4,0 19,48
6 19,48 7,15
U2 4,0 19,48
U1 3,9 22,48
7 20,98 0
U2 4,0 19,48
Keterangan :
U1 = Ulangan ke-1
U2 = Ulangan ke-2

Dari tabel tersebut 1. Berdasarkan hasil


dapat dilihat bahwa penelitian bahwa
penggunaan Penyaringan penyaringan air sederhana
Air Sederhana dapat dapat menurunkan
digunakan sebanyak 6 kali konsentrasi COD pada air
penambahan 2 L sampel sumur gali di Lingkungan
atau sebanyak 12 L. kekalik Indah Kelurahan
Kekalik Jaya.
Simpulan 2. Variasi komposisi media
pasir, arang dan kerikil
Berdasarkan hasil yang optimal dalam
penelitian dan pembahasan, menurunkan konsentrasi
maka dapat ditarik COD yaitu variasi 1:3:1
beberapa kesimpulan yang yang menunjukkan
didasarkan pada tujuan effisiensi penurunan
penelitian adalah sebagai konsentrasi COD paling
berikut: efektif sebesar 55,60% jika

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1380


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dibandingkan dengan t/PerMenKes%20416_90.p


variasi media yang lainnya. df. (diakses tanggal 10
3. Kapasitas penyaringan Februari 2009)
pada variasi komposisi Anonim . Pencemaran Air.
media pasir, arang dan [online].
kerikil dengan digilib.itb.ac.id/gdl.php?mo
perbandingan 1:3:1 mampu d=browse&op=read&id=ji
menurunkan kadar COD ptumm-gdl-heritage-2003-
sesuai ambang batas yang drsludwalu-675&q=Jalan -
diperbolehkan sebanyak 6 14k. (diakses tanggal 16
L air. Februari 2009).
Anonim . Peraturan
Pemerintah Nomor 82
Daftar Pustaka
Tahun 2001 tentang
Admin. 2008. BOD Dan COD. pengelolaan kualitas air
[online]. dan pengendalian
http://smk3ae.wordpress.co pencemaran air. [pdf].
m/2008/07/15/bod-dan- http//www.menlh.go.id/i/art
cod/ - 39k. (diakses tanggal /pdf_1076022471.pdf
10 Februari 2009). (diakses tanggal 04 April
Alaerts A. 1984. Metode Penelitian 2009).
Air. Surabaya: Usaha Anonim. 2008. Fungsi dan kegunaan
Nasional. arang batok kelapa. [online].
Anonim . Arang. [online]. www.lintasberita.com/Sain
http:// s/Fungsi_dan_kegunaan_ar
.id.wikipedia.org/wiki/Ara ang_batok_kelapa (diakses
ng. [pdf] (diakses tanggal tanggal 11 April 2009)
04 April 2009). Arikunto. S. 1993. Metodelogi
Anonim . Arang Batok Kelapa. Penelitian. Jakarta: Rineka
[online]. http:// Cipta.
indonetwork.co.id/all/Agra Efendi Hanif. 2003. Telaah kualitas
ris/Arang_Batok_Kelapa/0. Air. Yogyakarta: Kanisius.
html (diakses tanggal 04 Furchan. A. 2004. Pengantar
April 2009). Penelitian dalam
Pendidikan. Yogyakarta:
Anonim . Peraturan Menteri Pustaka Pelajar.
Kesehatan Nomor : Kusnaedi. 2006. Mengolah Air
416/MEN.KES/PER/IX/199 Gambut dan AirKotor
0 Tentang Syarat-syarat untuk Air Minum. Jakarta:
Dan Pengawasan Kualitas Swadaya.
Air, [pdf], Margono. S. 2000. Metode
web.ipb.ac.id/~tml_atsp/tes Penelitian Pendidikan.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1381


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Jakarta: Rineka Cipta. Saringan Pasir- Tanaman


Riduwan. 2003. Dasar-Dasar Menurunkan Nilai BOD
Statistik. Bandung: PT Dan COD Air Tercemar
Alfabeta Bandung. Limbah Pencelupan.
Sugiharto. 1992. Dasar-Dasar Jurusan Kimia FMIPA
Pengolahan Air limbah. Universitas Udayana [pdf].
Jakarta: Universitas journal.unud.ac.id/?module
Indonesia Press. ...idf=10&idj (diakses
Sugiyono. 2007. Statistik Untuk tanggal 16 Februari 2009).
Penelitian. Bandung: PT Trisnawulan. Dkk. 2007. Analisis
Alfabeta Bandung. Kualitas Air Sumur Gali.
Sukawati Tri Anna. 2008. [pdf].
Penurunan Konsentrasi http://semarang.go.id/kelau
Chemical Oxygen Demand tan/index2.php?option=co
(COD) Pada Air Limbah m_content&do_pdf=1&id=
Laundry Dengan 46. (diakses tanggal 10
Menggunakan Reaktor Februari 2009)
Biosand Filter Diikuti Zarkasi Imam. 2009. Analisis Kadar
Dengan Reaktor Activated Chemical Oxygen Demand
Carbon, Tugas (COD) Pada Air Sumur di
Akhir,Jurusan Teknik Kelurahan Kekalik Jaya
Lingkungan,UII,Yogyakart Kecamatan Sekarbela Kota
a [pdf]. Mataram. Skripsi.
rac.uii.ac.id/server/docume Mataram: IKIP Mataram.
nt/Public/20080801111753
Anna.pdf (diakses tanggal
10 Februari 2009).
Suriawiria Unus. 2005. Air dalam
Kehidupan dan
Lingkungan yang Sehat.
Bandung: PT. Alumni.
Surososipil. 2008. Air Sumber
Kehidupan. [pdf],
http://surososipil.files.word
press.com/2008/08/bab1-
agung.pdf, (diakses tanggal
10 Februari 2009).
Sutrisno. 1987. Teknologi
Penyediaan Air bersih.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suyasa I W. Budiarsa. 2007.
Kemampuan Sistem

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1382


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

BIOLOGI KELAS YANG MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN


STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN TEAM GAMES
TOURNAMENT (TGT) DENGAN MENGGUNAKAN HANDOUT
PADA SISWA KELAS VII SMPN 10 PEKANBARU

Nurzilawati Anggraini, Sri Amnah, Desti

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Islam Riau


Email: destiatid@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine the comparison between biology student learning outcomes
classes that applying the learning model Student Achievement Division Teams (STAD)
compared with Team Games Tournament (TGT) using Handout on Student in class VII
SMP 10 Pekanbaru. The samples of this research were two classes of research,
experimental class X1 and X2. The population of this research are students of class VII
SMP 10 Pekanbaru consist of 4 classes with the total number of students are 135 students.
Class collection of samples is done by selecting the average value of the class that does not
differ greatly on the value of the pre-test, and test the homogeneity of these two classes.
Then classes were randomly selected to determine the experimental class X1 and X2
experiments were selected as experimental class VII5 class X1 and X2 VII9 as a class
experiment. Based on the t-analysis, its known that t= 22,38> table = 2.00 with dk (66) at
the level of α = 0.05, then Ho is rejected and H1 was accepted. Based on the descriptive
analysis of the results obtained by the average post-test
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR study student experiment class X1
Student Teams Achievement Division (VII5) = 82,41 and the experimental class X2 Team
Games Tournament (VII9) = 88,7. Based on the results of the research showed that the
difference between the Biology of Learning Outcomes Applying Classroom Learning
Student Teams Achievement Division (STAD) Compared by Team Games Tournament
(TGT) Using Handout in Class VII SMP 10 Pekanbaru Riau.

Keywords: Student Teams Achievement Division, Team Games Tournament, Handout,


Biology Learning Outcomes.

PENDAHULUAN Belajar adalah salah satu proses usaha


Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang dilakukan seseorang untuk
yang tersusun meliputi unsur-unsur memperoleh suatu perubahan tingkah laku
manusiawi, material, fasilitas, yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
perlengkapan, dan prosedur yang saling pengalamannya sendiri dalam interaksi
mempengaruhi mancapai tujuan dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2).
pembelajaran (Hamalik, 2011:57). Menurut Salah satu penerapan pembelajaran
Sardiman (2011: 21) belajar merupakan yang diharapkan dapat mendukung
usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan suksesnya proses kegiatan belajar mengajar
yang merupakan sebagian kegiatan menuju dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
terbentuknya kepribadian seutuhnya. adalah pembelajaran kooperatif. Menurut

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1383


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Sanjaya (2006:242), pembelajaran Penelitian mengenai perbandingan


kooperatif merupakan model pembelajaran penerapan model pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan model Student Teams Achievement Division
pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara (STAD) dan Model Pembelajaran Team
empat sampai enam orang yang Games Tournament (TGT) belum pernah
mempunyai latar belakang kemampuan dilakukan di SMPN 10 Pekanbaru.
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku Diharapkan dengan penerapan model
yang berbeda (heterogen). pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil
Di antara model-model pembelajaran belajar biologi siswa. Oleh karena itu,
kooperatif yang sangat bervariasi, model penulis tertarik untuk melakukan penelitian
pembelajaran kooperatif Student Teams tentang perbandingan hasil belajar biologi
Achievement Division (STAD) dan antara kelas yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif Team Games pembelajaran kooperatif Student Teams
Tournament (TGT) adalah salah satu Achievement Division (STAD) dengan
altenatif yang dapat diterapkan untuk Team Games Tournament (TGT) berbantu
mengatasi masalah di atas. Model hand out pada Siswa Kelas VII SMPN 10
pembelajaran Student Teams Achievement Pekanbaru.
Division (STAD) merupakan metode
pembelajaran kooperatif yang paling METODE PENELITIAN
sederhana yang terdiri dari 4-5 orang dalam Populasi pada penelitian ini adalah
satu kelompok/tim (Slavin, 2005:143). seluruh siswa kelas VII SMPN 10
Team Games Tournament (TGT) Pekanbaru. Subjek penelitian yang terdiri
merupakan metode pembelajaran dari 4 kelas dengan jumlah siswa 135
kooperatif yang terdiri dari 4-5 orang dalam orang.
saru kelompok menggunakan turnamen
akademik, menggunakan kuis-kuis dan Pengambilan sampel pada penelitian
sistem skor kemajuan individu, dimana ini terdiri dua kelas, yaitu kelas eksperimen
para siswa berlomba sebagai wakil tim satu dan kelas eksperimen dua.
mereka dengan anggota tim lain yang Pengambilan sampel dilakukan secara acak,
kinerja akademik sebelumnya setara sebab seluruh kelas bersifat homogen dan
dengan mereka (Slavin, 2005: 163-165). akademiknya setara. Berdasarkan
Berdasarkan observasi dan hasil pengambilan sampel secara acak, maka
wawancara yang telah dilaksanakan, kelas eksperimen satu adalah kelas VII5
diperoleh informasi bahwa terdapat yang menerapkan metode pembelajaran
beberapa permasalahan dalam Kooperatif Student Team Achivement
pembelajaran biologi yang menyebabkan Division (STAD) dengan jumlah siswa 33
tidak optimalnya pencapaian hasil belajar orang yang terdiri dari 12 laki-laki dan 21
siswa, diantaranya yaitu: kurangnya sarana perempuan. Kelas eksperimen dua adalah
dan prasarana yang dapat mendukung kelas VII8 yang menerapkan metode
proses belajar mengajar di sekolah; pembelajaran Teams Games Tournament
sebagian besar siswa tidak memperhatikan (TGT) dengan jumlah siswa 33 yang terdiri
guru pada saat proses belajar mengajar; dari 14 laki-laki dan 19 perempuan.
kurangnya kemampuan peserta didik dalam Metode yang digunakan dalam
menguasai materi pembelajaran, sehingga penelitian ini adalah metode eksperimen
persentase siswa yang belum mencapai yang membandingkan dua kelas sasaran
KKM masih besar. penelitian. Siswa dibagi menjadi dua
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1384
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

kelompok. Kelompok pertama sebagai Hasil analisis data nilai Post-Test kelas
kelompok eksperimen 1 yaitu, kelompok eksperimen X1 dan kelas eksperimen X2
yang diajarkan dengan model Pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 2.
STAD, sedangkan kelompok kedua Tabel 2. Hasil Analisis Data Post-test
eksperimen 2 yaitu, kelompok yang 2 2
Kelas N 1 1 ( 1)
diajarkan dengan model Pembelajaran
X1 33 82,4 226403, 7396768,0
TGT. 2719,7
1 59 9
Instrumen pengumpulan data dalam X2 35
3104,5 88,7
276614,
67
9023415,2
1
penelitian ini dilakukan dengan dua cara,
yaitu: penilaian pengetahuan pemahaman Berdasarkan hasil analisis
konsep (PPK) dan penilaian kinerja ilmiah menggunakan uji kesamaan dua varians,
(KI). maka diperoleh nilai Fhitung =1,98 dengan
nilai Ftabel =1,82 untuk tarif sigifikan 5% (df
HASIL DAN PEMBAHASAN =0,05), maka diperoleh Fhitung > Ftabel yang
berarti kedua varians dalam keadaan
1. Analisis Nilai Pre-Test heterogen, kemudian dilanjutkan uji t maka
Data pre-test siswa kelas VII5 dan VII9 diperoleh nila thitung = 22,38 dengan nilai
SMPN 10 Pekanbaru Tahun Pelajaran ttabel = 2,00 untuk tarif signifikan 5%.
2014/2015 dapat dilihat pada Tabel 1. Kedua sampel dikatakan heterogen maka
Tabel 1. Hasil Analisis Data Pre-test hipotesis diterima. Hal ini berarti terdapat
Kelas N 1
2
( 1)
2 perbedaan hasil belajar biologi antara kelas
1
X1 33 2649 80.27 211676 7017201 yang menerapkan model pembelajaran
X2 35 2814 80,4 228960 7918596 kooperatif Student Teams Achievement
Berdasarkan hasil pengujian dengan Division (STAD) dengan Team Games
menggunakan uji kesamaan dua varians, Tournament (TGT) dengan menggunakan
maka diperoleh nilai Fhitung =-0,10 dengan hand out pada siswa kelas VII SMPN 10
nilai Ftabel =2,00 untuk tarif sigifikan 5% (df Pekanbaru Tahun Pelajaran 2014/2015.
=0,05). Berdasarkan uji kesamaan dua
varians tersebut maka diperoleh Fhitung <
Ftabel. Maka kedua kelas dikatakan 3. Perbandingan Hasil Analisis Nilai
mempunyai varians yang sama/homogen. Pre-Test, dan Post-Test
Berdasarkan hasil analisis dengan uji Hasil analisis nilai pre-test kelas
dua pihak dengan jumlah kelas VII5 dan eksperimen X1 (STAD) dan kelas
kelas VII9, maka diperoleh nilai thitung= - eksperimen X2 (TGT) berada dalam
0,10 dengan nilai ttabel = 2,00 untuk tarif keadaan homogen yang berarti kemampuan
signifikan 5%. Oleh karena itu terlihat belajar kedua kelas sama dengan nilai rata-
bahwa thitung < ttabel. Dengan demikian kedua rata kelas eksperimen X1 (STAD) yaitu
kelas tersebut yaitu kelas VII5 dan kelas 80.27, sedangkan kelas eksperimen X2
VII9 berada dalam keadaan homogen. (TGT) yaitu 80,4. Hasil analisis post-test
Berdasarkan hasil analisis statistik tersebut siswa kelas eksperimen X1 (STAD) dan
dapat disimpulkan bahwa kedua kelas kelas eksperimen X2 (TGT) menunjukkan
tersebut mempunyai kemampuan yang adanya perbedaan hasil belajar yang
sama (homogen). signifikan dari nilai rata-rata kelas
eksperimen X1 (STAD) yaitu 82,41 dan
2. Analisis Inferensial Nilai Post-Test kelas eksperimen X2 (TGT) yaitu 88,7
dengan selisih 6,26%.
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1385
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Perbandingan rata-rata hasil belajar kooperatif Team Games Tournament


siswa kelas eksperimen X1 (STAD) dan (TGT) lebih tinggi dari pada kelas yang
kelas eksperimen X2 (TGT) berdasarkan menerapkan pembelajaran kooperatif
nilai pre-test dan post-test dapat dilihat Student Teams Achievement Division
pada Gambar 1. (STAD).

100 SARAN
88.7
90 80.27 80.4 82.41 Berdasarkan hasil penelitian yang
80
telah dilakukan, maka penulis
70
menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
60
50
kepada guru-guru terutama guru IPA agar
40 dapat menggunakan model pembelajaran
30 tipe Team Games Tournament (TGT)
20 dengan menggunakan handout sebagai
10 salah satu alternatif untuk meningkatkan
0 hasil belajar siswa. Selain itu, diharapkan
pre-test post-test untuk penelitian selanjutnya, dapat
Eksperimen 1 (STAD) Eksperimen 2 (TGT) dikembangkan lagi dengan menguji model
pembelajaran yang belum dilaksanakan.
Gambar 1. Perbandingan rata-rata hasil belajar
biologi siswa antara kelas eksperimen X1
(STAD) dan kelas eksperimen X2 (TGT) DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Ar Syad. 2011. Media
KESIMPULAN Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Berdasarkan hasil penelitian yang Binartiningsih. 2011. Standar Isi SMA/MA
telah dilaksanakan, terdapat perbedaan dan SMP/MTs Telaah Kurikulum.
hasil belajar biologi IPA antara kelas yang Universitas Islam Riau: Pekanbaru
menerapkan eksperimen X1 (VII5) yang Chairil. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu
menerapkan pembelajaran kooperatif Pendekatan Praktek). Jakarta:
Student Teams Achievement Division Rineka Cipta
(STAD) dengan kelas eksperimen X2
(VII9) yang menerapkan pembelajaran Depdiknas. 2006. Panduan Penyusun
kooperatif Team Games Tournament Kurikulum Tingkat Satuan
(TGT) dengan menggunakan hand out pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
materi ekosistem pada siswa kelas VII Jakarta: BSNP
SMPN 10 Pekanbaru. Danim, Sudarwan & khairil. 2010. Profesi
Hasil belajar siswa setelah dilakukan Kependidikan. Alfabeta: Bandung
penerapan model Team Games Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan
Tournament (TGT) mengalami peningkatan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta:
sebesar 5,42%, sedangkan pada kelas yang Jakarta.
menerapkan pembelajaran model Student Hamalik. 2006. Proses Belajar
Teams Achievement Division (STAD), Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta
peningkatan hasil belajar biologi siswa
sebesar 1,29%. Hasil belajar biologi pada
kelas yang menerapkan pembelajaran

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1386


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Hamalik, O. 2011. Kurikulum dan Rusman. 2010. Model-Model


Pembelajaran. PT Bumi Aksara: Pembelajaran. Rajawali pers.
Jakarta Jakarta
Haerullah, Ade. 2013. Penerapan Model Sanjaya, W. 2010. Strategi
Pembelajaran Kooperatif STAD Pembelajaran Berorientasi
Untuk Meningkatkan Aktivitas Standar Proses Pendidikan.
dan Hasil Belajar Biologi Siswa Jakarta: Kencana.
Kelas VII Mts Negeri Kota Sanjaya, W. 2013. Penelitian
Ternate. Jurnal Bionature, Pendidikan: Jenis, Metode dan
Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP,
Prosedur. Kencana: Jakarta.
Universitas Khairun Ternate.
Volume 14, (Nomor 2, Oktober Sanjaya, W. 2006. Kurikulum dan
2013). Hlm.105-111 Pembelajaran. Kencana Prenada
Media Group: Jakarta
Ibrahim, M. Dkk., 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Surabaya: Universitas Saputra, A. 2010. Penerapan Model
Negeri Surabaya Pembelajaran Kooperatif Tipe
Team Games Tournament (TGT)
Kunandar. 2011. Guru Profesional. Terhadap Hasil Belajar Biologi
Rajawali Pers. Jakarta Siswa Kelas XI IPA SMA YLPI
Lisnawati. 2014. Perbedaan Hasil Pekanbaru Tahun Ajaran
Belajar Biologi Antara Siswa 2009/2010. Skripsi Program
Kelas yang Menggunakan Model Biologi Fkip-UIR. Pekanbaru
Pembelajaran Kooperatif Tipe Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi
Student Teams Achievement Belajar Mengajar. PT
Division (STAD) Dan Team RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Games Tournament (TGT) Pada
Siswa Kelas XI MAN Bekasi Sartika, Y. 2011. Penerapan
Tahun Pelajaran 2013/2014. Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jurnal Fakultas Ilmu Tarbiyah dan TGT (Team Games Tournament)
Keguruan, Universitas Islam Dengan Menggunakan Handout
Negeri Syarif Hidayatullah Terhadap Hasil Belajar Biologi
Jakarta. Siswa Kelas XI IPA2 SMAN
Tempuling Kabupaten Indra Giri
Majid, A. 2011. Perencanaan Hilir Tahun Pelajaran 2010/2011.
Pembelajaran. Remaja Skripsi Program Studi Pendidikan
Rosadakarya: Bandung Biologi-FKIP-UIR. Pekanbaru
Riyanto. 2010. Pengelolaan dan Setyabudi, Immanuel D. 2011.
Analisis Data Kesehatan. Eksperimentasi Model
Yogyakarta: Nuha Medika Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement
Division (STAD) dan Team

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1387


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Games Tournament (TGT) pada (KTSP). Kencana Prenada Group.


Pokok Bahasan Persamaan dan Jakarta.
Pertidaksamaan Kuadrat Ditinjau Widyasari, Andina W. 2012. Komparasi
Dari Kemampuan Awal Siswa Penggunaan Model Pembelajaran
SMA di Surakarta Tahun Kooperatif Tipe Team Games
Pelajaran 2010/2011. Tesis. Tournament (TGT) dan Student
Universitas sebelas maret. Teams Achievement Division (STAD)
Surakarta Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi
Siswa SMP Negeri 2 Lendah Tahun
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- Ajaran 2011/2012. Tesis. Universitas
faktor yang Mempengaruhinya. Islam Negeri Sunan Kalijaga.
PT. Renika Surapranata Cipta: Yogyakarta
Jakarta.
Slavin, Robert E. 2011, Cooperative
Learning. Bandung: Nusa Media
Sudjana, A. 2005. Metode Statistika.
Bandung: Tarsito
Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi
Pembelajaran: Teori & Aplikasi.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan
Baru. Remaja Rosdakarya:
Bandung
Trianto. 2007. Model-model
Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivitik.
Jakarta. Prestasi pustakakarya
Trianto. 2010. Filsafat Konstruktivisme
dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Filsafat
Trianto. 2011. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif, Progresif,
Konsep Landasan dan
Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1388


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS KOMPETENSI


MATAKULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL DI PRODI PENDIDIKAN
MATEMATIKA JURUSAN PMIPA FKIP UNIVERSITAS RIAU

Armis, Suhermi, Rahmi Fauziah


armis_t@yahoo.com
UNIVERSITAS RIAU

Abstract
The product of this study was teaching materials based competency on
differential equations subject. The problem of this study was “how to develop the
teaching materials based competency on differential equations subject which in
accordance with the applied syllabus at Mathematics Education PMIPA
Department FKIP Riau University. The several steps on developing the teaching
materials were (a) Analyzing the general and specific competency which must be
achieved on differential equations subject, (b) Developing the learning tools on
differential equations subject, (c) Analyzing the topic of teaching materials on
differential equations subject, (d) Analyzing the mathematical reasoning ability and
mathematical connection ability which will be implemented on developing the
teaching materials, (e) Developing the teaching materials based competency which
in accordance with the subject syllabus, (f) Requesting two experts as the validators
of the developed teaching materials, (g) Revising the teaching materials based on
the advice of validators. The result of this study was the teaching materials on
differential equations subject 3 SKS which consisting of five chapters for 16
meetings.
Keywords : Teaching materials based competency, Differential Equation

Abstrak
Produk penelitian ini adalah bahan ajar berbasis kompetensi matakuliah
Persamaan Diferensial. Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana mengembangkan bahan ajar berbasis kompetensi pada
matakuliah Persamaan Diferensial yang benar-benar sesuai dengan silabus yang
berlaku di Prodi Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau.
Pengembangan bahan ajar tersebut melalui beberapa langkah yaitu (a)
Menganalisis kompetensi umum dan kompetensi khusus yang harus dicapai pada
matakuliah Persamaan Diferensial, (b) Mengembangkan perangkat pembelajaran
matakuliah Persamaan Diferensial, (c) Menganalisis topik-topik materi ajar
matakuliah Persamaan Diferensial, (d) Menganalisis kemampuan penalaran
matematis dan kemampuan koneksi matematis yang akan diterapkan dalam
pengembangan bahan ajar, (e) Mengembangkan bahan ajar berbasis kompetensi
sesuai silabus matakuliah, (f) Meminta dua orang pakar sebagai validator bahan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1389


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

ajar yang telah dikembangkan, (g) Merevisi bahan ajar sesuai saran dari validator.
Hasil dari penelitian ini berupa bahan ajar Persamaan Diferensial (3 SKS) yang
terdiri atas lima bab untuk 16 pertemuan.

Kata kunci: bahan ajar berbasis kompetensi, Persamaan Diferensial

disebut MKK (80 SKS) meliputi


Pendahuluan matakuliah yang berkaitan dengan
Matematika adalah cabang ilmu bidang ilmu matematika dibagi lagi
pengetahuan yang keberadaannya menjadi 5 kelompok bidang ilmu yaitu
sangat dibutuhkan dalam kehidupan analisis, aljabar, geometri, statistika,
sehari-hari. Matematika memiliki dan matematika terapan. Salah satu
beberapa bagian yang saling berkaitan matakuliah wajib dalam kelompok
yaitu aljabar, statistika, geometri, bidang ilmu matematika terapan
aritmatika dan analisis, sehingga pada adalah “Persamaan Diferensial” yang
pelaksanaan pendidikan formal mata merupakan matakuliah lanjutan.
pelajaran matematika disajikan dalam Mahasiswa dapat mengikuti matakuliah
kurikulum dan diberikan mulai dari Persamaan Diferensial jika telah
tingkat pendidikan dasar sampai ke mengikuti matakuliah prasyaratnya
Perguruan Tinggi.. yaitu Kalkulus Diferensial, Kalkulus
Fakultas Keguruan dan Ilmu Integral, dan Kalkulus Multi Variabel.
Pedidikan (FKIP) adalah satu-satunya Budi Utomo (2009)
Fakultas di Universitas Riau (UR) yang mengemukakan bahwa matakuliah
memiliki program studi Pendidikan Persamaan Diferensial bertujuan untuk
Matematika, yang menghasilkan mengembangkan kemampuan
lulusan calon guru matematika di mahasiswa memahami berbagai konsep
sekolah menengah. Di program studi persamaan diferensial dan selesaiannya
Pendidikan Matematika disajikan mata serta menggunakannya untuk
kuliah dalam satuan kredit semester menyelesaikan masalah nyata yang
(SKS) yang berjumlah 144 sks. Jumlah muncul dalam disiplin ilmu lain. Dalam
tersebut dibagi dalam 5 kelompok kurikulum MIPA LPTK 1991
bidang kajian yaitu Matakuliah dinyatakan bahwa matakuliah
Pengembangan Kepribadian (8 SKS), Persamaan Diferensial merupakan
Matakuliah Prilaku Berkarya (15 SKS), cabang dari kelompok matakuliah
Matakuliah Keahlian Berkarya (27 matematika terapan yang diberikan
SKS), Matakuliah Keilmuan dan dengan tujuan agar mahasiswa mampu
Keterampilan (80 SKS), dan memecahkan masalah-masalah nyata
Matakuliah Berkehidupan seperti masalah benda jatuh, laju-laju
Bermasyarakat (14 SKS). pertumbuhan gerak bebas dan lain-lain
Sebaran matakuliah dalam dengan mengubah lebih dulu menjadi
kelompok bidang kajian Matakuliah model matematikanya (dalam bentuk
Keilmuan dan Keterampilan selanjutnya persamaan diferensial) kemudian

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1390


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

menyelesaikannya (Dirjen Dikti, 1991).


Sejalan dengan hal tersebut dalam 3. Persamaan Diferensial Linier Ordo
kurikulum program studi Pendidikan Dua, meliputi Persamaan
Matematika FKIP UR (2013) dijelaskan Diferensial Linier Homogen Ordo
bahwa matakuliah Persamaan Dua dengan Koefisien Fungsi,
Diferensial memberikan dasar yang Persamaan Diferensial Linier
kuat untuk memecahkan model-model Homogen Ordo Dua dengan
matematika yang muncul pada disiplin Koefisien Konstanta, Penyelesaian
ilmu-ilmu lainnya. Dalam matakuliah Persamaan Diferensial Linier
ini dibahas lima topik besar yaitu Nonhomogen Ordo Dua dengan
aspek-aspek mendasar persamaan Metode Koefisien Taktentu,
diferensial, persamaan diferensial ordo Penyelesaian Persamaan Diferensial
satu, persamaan diferensial linier ordo Linier Nonhomogen Ordo Dua
dua, persamaan diferensial linier ordo dengan Metode Variasi Parameter,
tinggi, dan sistem persamaan diferensial dan Penggunaan Persamaan
linier (Prodi P.Mat FKIP UR, 2013) Diferensial Ordo Dua pada Vibrasi
Sebagai dosen pengampu mekanik dan listrik.
matakuliah Persamaan Diferensial,
peneliti menjabarkan ke lima topik di 4. Persamaan Diferensial Linier Ordo
atas sebagai berikut : Tinggi (ordo n, n>2), meliputi
1. Aspek-aspek Mendasar Persamaan Persamaan Diferensial Linier
Diferensial, meliputi Pengertian Homogen Ordo n dengan Koefisien
Persamaan Diferensial, Klasifikasi Konstanta, Persamaan Diferensial
Persamaan Diferensial, Pangkat dan Linier Homogen Ordo n dengan
Ordo Persamaan Diferensial, Koefisien Fungsi Istimewa,
Selesaian Persamaan Diferensial, Persamaan Diferensial Linier
Masalah Nilai Awal, dan Keujudan Nonhomogen Ordo n dengan
Selesaian. Koefisien Konstanta, dan
Persamaan Diferensial Linier
2. Persamaan Diferensial Ordo Satu, Nonhomogen Ordo n dengan
meliputi Persamaan Diferensial Koefisien Fungsi Istimewa.
Peubah Terpisah, Persamaan
Diferensial Homogen Ordo Satu, 5. Sistem Persamaan Diferensial
Persamaan Diferensial Linier, meliputi Sistem Persamaan
Nonhomogen Ordo Satu, Persamaan Aljabar (bebas linier, nilai eigen,
Diferensial Eksak, Persamaan vektor eigen), Teori Dasar Sistem
Diferensial Noneksak, Persamaan Persamaan Diferensial Linier Ordo
Diferensial Linier Ordo Satu, Satu, dan Sistem Persamaan
Persamaan Diferensial Bernoulli, Diferensial Linier Ordo Satu dengan
dan Reduksi Persamaan Diferensial Koefisien Konstanta.
Menjadi Persamaan Diferensial
Linier Ordo satu. Untuk menguasai ke lima topik

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1391


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

di atas, diperlukan kompetensi utama literatur yang berbahasa Indoesia dan


berupa kemampuan penalaran belum adanya bahan ajar berbasis
matematis, dan kemampuan koneksi kompetensi yang benar-benar sesuai
matematis. Sumarmo (2010) dengan silabus matakuliah Persamaan
menyatakan secara garis besar Diferensial yang berlaku di Program
penalaran dapat digolongkan dalam dua Studi Pendidikan Matematika FKIP
jenis yaitu penalaran induktif dan UR. Dampak dari permasalahan
penalaran deduktif. Penalaran induktif tersebut adalah hasil belajar mahasiswa
diartikan sebagai penarikan kesimpulan kurang memuaskan. Dari 69 orang
yang bersifat umum atau khusus mahasiswa (dua kelas) yang mengikuti
berdasarkan data yang teramati. Nilai matakuliah Persamaan Diferensial pada
kebenaran dalam penalaran induktif semester genap 2014/2015 memperoleh
dapat bersifat benar atau salah. hasil belajar A dan A- (31,9 %), B+, B,
Penalaran deduktif adalah penarikan B- ( 21,7 %), C+, C (34,8 %), D dan E
kesimpulan berdasarkan aturan yang (11,6 %). Berdasarkan fakta tersebut
disepakati. Nilai kebenaran dalam maka melalui penelitian ini peneliti
penalaran deduktif bersifat mutlak mengembangkan bahan ajar berbasis
benar atau salah dan tidak bisa kompetensi matakuliah Persamaan
sekaligus keduanya. Dalam NCTM Diferensial guna membantu mahasiswa
Standards (2000) dijelaskan bahwa untuk menguasai materi perkuliahan
pembelajaran matematika harus Persamaan Diferensial. Berdasarkan
diarahkan pada pengembangan uraian tersebut maka rumusan masalah
kemampuan berpikir (1) dalam penelitian ini adalah
memperhatikan serta menggunakan “Bagaimana mengembangkan bahan
koneksi matematis antar berbagai ide ajar berbasis kompetensi matakuliah
matematis, (2) memahami bagaimana Persamaan Diferensial yang benar-
ide-ide matematis saling terkait satu benar sesuai dengan silabus yang
dengan yang lainnya sehingga berlaku di Prodi Pendidikan
terbangun pemahaman yang Matematika Jurusan PMIPA FKIP
menyeluruh, dan (3) memperhatikan Universitas Riau. Hasil penelitian ini
serta menggunakan matematika dalam berupa seperangkat bahan ajar berbasis
konteks di luar matematika. kompetensi matakuliah Persamaan
Mengacu pada isi matakuliah di Diferensial yang bermanfaat untuk
atas, dan pengalaman peneliti selama membantu mahasiswa dalam
mengampu matakuliah Persamaan perkuliahan Persamaan Diferensial.
Diferensial, pada umumnya mahasiswa
mengalami kesulitan dalam menentukan Tinjauan Pustaka
selesaian persamaan diferensial
terutama memilih metode yang tepat 1. Bahan Ajar Berbasis Kompetensi
untuk menyelesaikan persamaan Kompetensi yang dibicarakan dalam
diferensial sesuai jenis dan bentuknya. pengembangan bahan ajar matakuliah
Hal ini disebabkan masih kurangnya Persamaan Diferensial dalam penelitian

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1392


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

ini meliputi kemampuan penalaran solusi, kecenderungan, interpolasi dan


matematis, dan kemampuan koneksi ekstrapolasi, dan (6) Memberi
matematis. penjelasan terhadap model, fakta, sifat,
hubungan, atau pola yang ada.
a. Kemampuan Penalaran Penalaran deduktif adalah penarikan
Matematis kesimpulan berdasarkan aturan yang
Menurut Keraf (Sukirwan, disepakati. Nilai kebenaran dalam
2008: 32) istilah penalaran merupakan penalaran deduktif bersifat mutlak
proses berpikir yang berusaha benar atau salah dan tidak bisa
menghubung-hubungkan fakta-fakta sekaligus keduanya. Beberapa kegiatan
atau evidensi-evidensi yang diketahui yang tergolong pada penalaran deduktif
menuju suatu kesimpulan. Tim PPPG diantaranya adalah (1) Melaksanakan
matematika (2005) menyatakan bahwa perhitungan berdasarkan aturan atau
penalaran adalah suatu proses atau rumus tertentu, (2) Menarik
aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan
kesimpulan atau membuat pernyataan inferensi, memeriksa validitas argumen,
baru yang benar berdasarkan pada membuktikan, dan menyusun argumen
pernyataan yang telah dibuktikan yang valid, dan (3) Menyusun
(diasumsikan) kebenarannya. pembuktian langsung, pembuktian tak
Sumarmo (2010) menyatakan langsung dan pembuktian dengan
bahwa secara garis besar penalaran induksi matematika.
dapat digolongkan dalam dua jenis
yaitu penalaran induktif dan penalaran Berdasarkan uraian di atas,
deduktif. Penalaran induktif diartikan maka kemampuan penalaran yang
sebagai penarikan kesimpulan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
bersifat umum atau khusus berdasarkan penalaran induktif (transduktif dan
data yang teramati. Nilai kebenaran menggunakan pola hubungan untuk
dalam penalaran induktif dapat bersifat menganalisis situasi, dan menyusun
benar atau salah.Beberapa kegiatan konjektur) dan penalaran deduktif
yang tergolong pada penlaran induktif (menarik kesimpulan logis berdasarkan
di antaranya adalah (1)Transduktif: aturan inferensi).
menarik kesimpulan dari satu kasus
atau sifat khusus yang satu diterapkan b. Kemampuan Koneksi Matematis
pada kasus khusus yang lainnya. (1) Koneksi dapat diartikan sebagai
Analogi: penarikan kesimpulan keterkaitan. Koneksi dalam hal ini
berdasarkan keserupaan data atau diartikan sebagai keterkaitan antara
proses, (3) Generalisasi: penarikan konsep matematika secara internal yang
kesimpulan umum berdasarkan berhubungan dengan matematika itu
sejumlah data yang teramati, (4) sendiri atau keterkaitan secara eksternal
Menggunakan pola hubungan untuk matematika dengan bidang studi lain
menganalisis situasi, dan menyusun maupun dengan kehidupan sehari-hari.
konjektur, (5) Memperkirakan jawaban, Menurut Croxford (1995: 3-4)

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1393


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

kemampuan siswa dalam koneksi mahasiswa sangat dibutuhkan.


matematis meliputi (1) mengkoneksikan Misalnya dengan cara menyajikan soal-
pengetahuan konseptual dan prosedural; soal yang bersifat kontekstual yang
(2) menggunakan matematika pada mengundang dan menantang
topik lain (other curriculum areas); (3) kemampuan berpikir, merefleksi
menggunakan matematika dalam mahasiswa dengan mengajukan
aktivitas kehidupan; (4) melihat scaffolding, melatih mahasiswa
matematika sebagai satu kesatuan yang mengajukan pertanyaan sendiri dan
terintegrasi; (5) menerapkan menyelesaikannya, serta menuntut
kemampuan berpikir matematis dan kemampuan mahasiswa untuk
membuat model untuk menyelesaikan menerjemahkan atau mengemukakan
masalah dalam pelajaran lain, seperti kembali ide dan gagasan matematis
musik, seni, psikologi, sains, dan bisnis; yang termuat dalam bahasa biasa ke
(6) menggunakan dan menghargai dalam bahasa matematis atau model-
koneksi di antara topik-topik dalam model matematika dan sebaliknya
matematika; dan (7) mengenal berbagai sehingga dapat memberi kesempatan
representasi untuk konsep yang sama. seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk
Croxford (1995: 7) juga mengatakan membuat representasi.
bahwa aspek proses matematika dari
koneksi matematika meliputi: (1) 2. Materi Pendukung
representasi, (2) aplikasi, (3) Pengembangan Bahan Ajar
pemecahan masalah (problem solving), Persamaan Diferensial
dan (4) penalaran. Selain itu, Croxford Berikut disajikan materi
(1995: 8) juga menyatakan bahwa pendukung untuk mengembangkan
pemecahan masalah dan penalaran bahan ajar persamaan diferensial,
dalam koneksi merupakan pokok utama terutama yang menyangkut fungsi,
arahan matematika dalam jangka waktu kalkulus diferensial, dan kalkulus
panjang, dan aplikasi yang baru-baru ini integral.
disadari. Aplikasi dapat membantu
untuk menghubungkan matematika dan a. Fungsi
siswa. Secara umum penulisan fungsi
dibedakan dalam bentuk fungsi eksplisit
Berdasarkan beberapa pendapat dan fungsi implisit. Fungsi eksplisit
di atas diketahui bahwa koneksi adalah fungsi yang antara peubah bebas
matematis tidak hanya mencakup dan peubah tak bebas dapat dibedakan
masalah yang berhubungan dengan dengan jelas. Fungsi eksplisit
matematika saja, namun juga dengan dinyatakan dalam bentuk 𝑦=
pelajaran lain serta dalam kehidupan 𝑓(𝑥), 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑥 = 𝑓(𝑦). Fungsi implisit
sehari-hari. Untuk itu, kualitas adalah fungsi yang antara peubah bebas
kemampuan dosen dalam mengaitkan dengan peubah tak bebas tidak dapat
konsep-konsep matematika untuk dibedakan secara jelas. Fungsi implisit
mengembangkan kemampuan kognitif dinyatakan dalam bentuk 𝑓(𝑥, 𝑦) = 0.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1394


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Jika suatu fungsi dinyatakan dalam implisit dapat dinyatakan ke dalam


bentuk eksplisit maka dengan mudah bentuk implisit.
dapat diubah ke bentuk implisit, tetapi
tidak semua fungsi dalam bentuk
b. Turunan Fungsi
Definisi
Turunan fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) adalah fungsi lain yang dinotasikan dengan 𝑓 ′ (𝑥)dan
f ( x  x)  f ( x)
didefinisikan oleh 𝑓 ′ (𝑥) = lim , asalkan limitnya ada.
x 0 x
c. Integral
Antiturunan (Integral) merupakan balikan dari turunan, untuk
mempelajarinya diperlukan pemahaman kembali tentang turunan fungsi. Misalnya,
dy 1
jika y = x maka  .
dx 2 x
Teorema 1
x n 1
Jika n sebarang bilangan rasional kecuali -1, maka:  x dx 
n
c.
n 1

Teorema 2
Misal f(x) dan g(x) fungsi-fungsi yang integrable dan c sebarang konstanta maka:
1.  cf ( x)dx  c  f ( x)dx
2.  [ f ( x)  g ( x)]dx   f ( x)dx   g ( x)dx ,
3.  [ f ( x)  g ( x)]dx   f ( x)dx   g ( x)dx ,
Teorema 3
 sin x dx   cos x  c dan  cos x dx  sin x  c
Teorema 4
Andaikan f(x) fungsi yang differensiable dan n bilangan rasional yang bukan -1,

maka   f ( x) f ' ( x)dx 


n  f ( x )
n 1
 c, c  Real.
n 1
kompetensi matakuliah Persamaan
Metode Penelitian Diferensial yang akan digunakan oleh
Penelitian ini termasuk penelitian dosen dan mahasiswa dalam
dasar yang mengkaji berbagai literatur perkuliahan Persamaan Diferensial.
dari buku sumber dan jurnal. Produk Langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian ini berupa bahan ajar berbasis penelitian ini adalah sebagai berikut :

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1395


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

1. Menganalisis kompetensi umum dikumpulkan dianalisis secara kualitatif


dan kompetensi khusus yang harus oleh peneliti untuk mencermati
dicapai pada matakuliah Persamaan kelayakan bahan ajar yang
Diferensial. dikembangkan. Data hasil validasi dari
2. Mengembangkan perangkat pakar digunakan sebagai masukan
pembelajaran matakuliah perbaikan bahan ajar yang telah
Persamaan Diferensial. dikembangkan sehingga menghasilkan
3. Menganalisis topik-topik materi ajar bahan ajar yang layak pakai.
matakuliah Persamaan Diferensial.
4. Menganalisis kemampuan penalaran Hasil Penelitian
matematis dan kemampuan koneksi
matematis yang akan diterapkan 1. Outline Bahan Ajar
dalam pengembangan bahan ajar. Keseluruhan bahan ajar
5. Mengembangkan bahan ajar Persamaan Diferensial (3 SKS) disusun
berbasis kompetensi sesuai silabus untuk 16 pertemuan yang dikemas
matakuliah dalam 5 bab. Berikut disajikan outline
6. Meminta dua orang pakar sebagai bahan ajar setelah divalidasi.
validator bahan ajar yang telah
Bab 1 : Aspek Mendasar Persamaan
dikembangkan
Diferensial (2 pertemuan)
7. Merevisi bahan ajar sesuai saran
1.1 Pengertian, Klasifikasi, Pangkat,
dari validator.
dan Ordo Persamaan Diferensial
8. Menyusun laporan hasil penelitian
1.2 Selesaian Persamaan Diferensial,
secara keseluruhan.
Masalah Nilai Awal, dan Keujudan
9. Menyeminarkan hasil penelitian
Selesaian.
untuk meminta saran dari
responden. Bab 2 : Persamaan Diferensial Ordo
10. Melakuan revisi laporan penelitian Satu (6 pertemuan)
sesuai saran responden. 2.1 Persamaan Diferensial Peubah
11. Menyusun laporan final dan Terpisah
menjilid hasil penelitian. 2.2 Persamaan Diferensial Homogen
Ordo Satu
Karena penelitian ini bersifat 2.3 Persamaan Diferensial
kajian literatur berupa buku dan jurnal, Nonhomogen Ordo Satu
maka instrumen dalam penelitian ini 2.4 Persamaan Diferensial Eksak
adalah (1) buku-buku sumber, (2) 2.5 Persamaan Diferensial Noneksak
jurnal, dan (3) lembar validasi isi. Data 2.6 Persamaan Diferensial Linier Ordo
yang dikumpulkan dalam penelitian ini Satu
terutama berupa (1) kajian pustaka 2.7 Persamaan Diferensial Bernoulli
untuk mengembangkan bahan ajar 2.8 Reduksi Persamaan Diferensial
berbasis kompetensi, dan (2) data hasil Menjadi Persamaan Diferensial
validasi dari dua orang pakar. Data Linier Ordo Satu
berupa bahan ajar yang telah

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1396


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Bab 3: Persamaan Diferensial Linier Homogen Ordo n dengan Koefisien


Ordo Dua (4 pertemuan) Fungsi Istimewa
3.1 Persamaan Diferensial Linier 4.3 Penyelesaian Persamaan
Homogen Ordo Dua dengan Diferensial Linier Nonhomogen
Koefisien Fungsi Ordo n
3.2 Persamaan Diferensial Linier dengan Metode Koefisien
Homogen Ordo Dua dengan Taktentu
Koefisien Konstanta 4.4 Penyelesaian Persamaan
3.3 Persamaan Diferensial Linier Diferensial Linier Nonhomogen
Homogen Ordo Dua dengan Ordo n
Koefisien Fungsi Istimewa dengan Metode Variasi Parameter
3.4 Penyelesaian Persamaan Bab 5 : Sistem Persamaan
Diferensial Linier Nonhomogen Diferensial Linier (2 pertemuan)
Ordo Dua dengan Metode 5.1 Sistem Persamaan Aljabar Linier
Koefisien Taktentu (bebas linier, nilai eigen, vektor
3.5 Penyelesaian Persamaan eigen)
Diferensial Linier Nonhomogen 5.2 Teori Dasar Sistem Persamaan
Ordo Dua dengan Metode Diferensial Linier Ordo Satu
Variasi Parameter 5.3 Sistem Persamaan Diferensial
3.6 Penggunaan Persamaan Linier Homogen Ordo Satu dengan
Diferensial Linier Ordo Dua Koefisien Konstanta.
pada Vibrasi Mekanik dan
Listrik. 4. Hasil Validasi Bahan Ajar
Persamaan Diferensial
Bab 4 : Persamaan Diferensial
Linier Ordo Tinggi (ordo n, n>2) (2 Hasil validasi Isi bahan ajar
pertemuan) Persamaan Diferensial disajikan dalam
4.1 Persamaan Diferensial Linier tabel 4.1 berikut
Homogen Ordo n dengan Koefisien Tabel 4.1. Hasil Validasi Isi Bahan Ajar
Konstanta Persamaan Diferensial
4.2 Persamaan Diferensial Linier
No Sebelum Divalidasi Sesudah Divalidasi
1 1.2 dan 1.3 dipisah 1.2 dan 1.3 digabung
2 2.6 dan 2.7 digabung 2.6 dan 2.7 dipisah
3 4.2 koefisien fungsi 4.2 koefisien fungsi istimewa
4 5.1 Persamaan Aljabar 5.1 Sistem Persamaan Aljabar
5 5.3 Sistem Persamaan Diferensial 5.3 Sistem Persamaan Diferensial
Linier Ordo Satu Linier Homogen Ordo Satu

Catatan : Perubahan subbab di atas diikuti langsung oleh perubahan isi dari
bahan ajar yang dikembangkan.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1397


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Kesimpulan Connections” dalam


Conneccting Mathematics
Bahan ajar berbasis kompetensi Across The Curriculum. Reston,
matakuliah Persamaan Diferensial (3 VA: NCTM.
SKS) yang telah dikembangkan
melalui penelitian ini dikemas dalam Erwin Kreyzig, (alih bahasa Bambang
lima bab yaitu (1) Aspek Mendasar Sumantri), 1993, Matematika
Persamaan Diferensial (2) Persamaan Teknik Lanjutan, Jakarta,
Diferensial Ordo Satu (3) Persamaan Gramedia.
Diferensial Linier Ordo Dua (4) Gallegos, Ruth Rodriguez, Differential
Persamaan Diferensial Linier Ordo Equations as a Tool for
Tinggi dan (5) Sistem Persamaan Mathematical Modeling in
Diferensial Linier. Physics and Mathematics
Rekomendasi Courses : A Study of High
Berdasarkan hasil penelitian ini School Texbooks and The
diperlukan penelitian lanjut untuk Modelling Processes of Senior
mengembangkan buku ajar berbasis High Students. IMFUFA Tekst.
kompetensi matakuliah Persamaan Mexico, July 6-13, 2008.
Diferensial Hapizah, 2014, Pengembangan
Instrumen Kemampuan
Penalaran Matematis
Daftar Pustaka mahasiswa pada mata Kuliah
Aidayatey Azman, 2013, Learning Persamaan Diferensial, Jurnal
Differential Equations : A Meta Kreano, ISSN : 2086-2334
Synthesis of Qualitative Koko Martono, 1999, Kalkulus,
Research, 2th International Jakarta, Erlangga.
Seminar on Quality and Kwon Oh Nam, Conceptualizing The
Affordable Education (ISQAE Realistic Mathematics
2013). Education Approach in The
Armawi K. Mundit, 1984, Soal Teaching and Learning of
Penyelesaian Persamaan Ordinary defferential Equations.
Diferensial, Bandung, Armico. Jurnal
Ayres Frank, (alih bahasa Lily Ratna), M. Amin Paris, 2014, Pengaruh
1992, Persamaan Diferensial Penguasaan Mahasiswa pada
dalam Satuan S1 Metric,Jakarta, Mata Kuliah Prasyarat
Erlangga. Terhadap Mata Kuliah
Boyce, William E, 2009, Elementry Persamaan Diferensial di
Differential Equations and Jurusan Pendidikan Matematika
Boundary Value Problems, Inc. Tahun Akademik 2013/2014.
New York, Jhon Wiley & Sons. Jurnal.
Croxford, AF. 1995. “The Case for Raisinghania & Aggarwal, 1981,

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1398


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Ordinary and Partial Matematik: Apa, Mengapa, dan


Differential Equations, New Bagaimana dikembangkan Pada
Delhi, S. Chand & Company Peserta Didik. Bandung: FPMIPA
Ltd. Ram Nagar. UPI. [Online]. Tersedia:
Rustanto, 2003, Persamaan http://math.sps.upi.edu/wp-
Diferensial Biasa, Malang, content/uploads/2010/02/ BERFIKIR-
Universitas Negeri Malang. DAN-DISPOSISI-MATEMATIK-
Shepley L. Ross, 1984, Differential SPS-2010.pdf.[10 Mei 2011].
Equations, Inc. New York, John
Wiley & Sons. Tim PPPG Matematika. 2005. Materi
Sukirwan. 2008. Kegiatan Pembelajaran Pembinaan Matematika SMP di
Eksploratif untuk Meningkatkan Daerah Tahun 2005.
Kemampuan Penalaran dan Yogyakarta: Depdiknas Dirjen
Koneksi Matematis Siswa Sekolah Manajemen Pendidikan
Dasar. Tesis SPS UPI Bandung. Dasardan Menengah Pusat
Tidak Diterbitkan. Pengembangan Penataran Guru
(PPPG) Matematika.
Sumarmo, U. 2010. Berfikir dan Disposisi

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1399


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mahasiswa STKIP Taman Siswa Bima


Menggunakan Jasa Konsultan Dalam Penyusunan Skrispsi
Tahun Akademik 2015

Mariamah.M.Pd
Dosen tetap STKIP Taman Siswa Bima
mariamahmariamah85@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa
saja yang menyebabkan mahasiswa STKIP Taman Siswa Bima menggunakan jasa
konsultan skripsi dan mengetahui apa saja profil jasa konsultan skripsi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Instrumen utama dalam
penelitian ini adalah peneliti namun sebagai pendukung pengumpulan data dalam
penelitian ini mengunakan: (1) Angket, (2) observasi, (3) wawancara, dan (4)
Dokumentasi. Teknik analisis data dalam peneltian ini yaitu data reduction, data display
dan conclusion drawing/ferification. Penarikan kesimpulan data hasil didasarkan pada
pedoman kategorisasi Syaifuddin Azwar.

Kata Kunci: Jasa Konsultan, Penyususnan Skripsi

PENDAHULUAN manusia yang berkualitas tentunya


Era persaingan dan tidak terlepas dari sistim
kemajuan jaman tidak dapat pendidikan yang dilaksanakan.
terhindarkan lagi, berkembangnya Pendidikan juga merupakan salah
sistem informasi dan teknologi satu upaya utama untuk
yang sangat cepat (highly membentuk manusia Indonesia
sophisticated and advance), tentu yang cerdas dan mampu bersaing
memaksa bangsa Indonesia untuk dengan bangsa-bangsa lain di
menyiapkan Sumber Daya dunia.
Manusia (SDM) berkualitas yang Mahasiswa merupakan
mampu bersaing ditengah-tengah agent of change yang diharapkan
arus globalisasi dengan mampu menghadapi tantangan
memanfaatkan teknologi- jaman. Berdasarkan peraturan
teknologi yang super canggih. pemerintah No. 17 tahun 2010,
SDM yang berkualiatas dan mahasiswa adalah peserta didik
mampu mengahadapi tantangan yang terdaftar dan belajar di
jaman merupakan salah satu perguruan tinggi tertentu. Pada
indikator keberhasilan suatu saat ini tingkat pengangguran
proses pendidikan. Untuk sarjana dari tahun ke tahun terus
menciptakan sumber daya menunjukkan peningkatan.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1400


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Penyebab pengangguran tersebut dapat membuat suatu karya tulis


salah satunya karena tidak siapnya dari hasil penelitian yang telah
mahasiswa untuk terjun dalam dilakukan dan diharapkan dapat
masyarakat. Ketika berada di bermanfaat bagi masyarakat
dalam masyarakat, mahasiswa secara umum. Peran dosen dalam
diharapkan dapat menjadi pribadi pembimbingan skripsi hanya
yang mandiri dan tidak tergantung bersifat membantu mahasiswa
pada orang lain. Untuk mengatasi kesulitan yang ditemui
mempersiapkan mahasiswa oleh mahasiswa dalam menyusun
menjadi pribadi yang mandiri ini skripsi (Redl & Watten, 1959:
sebenarnya universitas atau 299).
perguruan tinggi sudah Pada pembuatan skripsi ini
memberikan berbagai model terkadang mahasiswa megalami
pembelajaran yang menuntut kesulitan dan hambatan. Kesulitan
mahasiswa dapat bekerja secara mahasiswa dalam mengerjakan
mandiri, dan tidak tergantung pada tugas akhir skripsi membawa
dosen/orang lain. Salah satu tugas dampak pada panjang masa studi
mandiri mahasiswa adalah pada mahasiswa. Berdasarkan informasi
saat pembuatan tugas awal yang diperoleh peneliti
akhir/skripsi. melalui wawancara yang
Skripsi adalah karya ilmiah dilakukan pada tanggal 12
yang diwajibkan sebagai bagian September 2014 pukul 11.20
dari persyaratan pendidikan WIB, dari informan berinisial A
akademis di Perguruan Tinggi (salah satu mahasiswa STKIP
(Poerwadarminta, 1983 : 957). Taman Siswa Bima) bahwa
Semua mahasiswa wajib mahasiswa A dalam
mengambil mata kuliah tersebut, menyelesaikan tugas ahir/skripsi
karena skripsi digunakan sebagai menggunakan jasa
salah satu prasyarat bagi konsultan/dibuat oleh orang lain
mahasiswa untuk memperoleh dengan alasan mahasiswa tersebut
gelar akademisnya sebagai pernah menyusun sendiri
sarjana. Mahasiswa yang skripsinya, akan tetapi karena
menyusun skripsi dituntut untuk mengalami kesulitan dalam
dapat menyesuaikan diri dengan mebuat sendiri dan tidak mampu
proses belajar yang ada dalam untuk mandiri, maka mahasiswa
penyusunan skripsi. Proses tersebut mengambil jalan pintas
belajar yang ada dalam dengan membayar jasa konsultan.
penyusunan skripsi berlangsung Mandiri merupakan karakter
secara individual, sehingga yang sangat perlu dikembangkan,
tuntutan akan belajar mandiri tetapi akibat rendahnya mental
sangat besar. Mahasiswa yang mandiri ini menyebabkan
menyusun skripsi dituntut untuk mahasiswa melakukan jalan pintas

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1401


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

untuk mencapai tujuan a. Rumusan Masalah


pendidikan. Diantara mahasiswa Adapun rumusan masalah
ada yang menggunakan jasa dalam penelitian ini:
konsultan skripsi sebagai solusi 1. Faktor-faktor apa sajakah
dalam menyelesaikan tugas akhir. yang menyebabkan
Khusus mahasiswa yang ada di mahasiswa di STKIP Taman
kota dan kabupaten Bima, dalam Siswa Bima menggunakan
menyelesaikan tugas mandiri jasa konsultan dalam
(skripsi) masih banyak ditemukan penyusunan skripsi?
mahasiswa yang menyelesaikan 2. Apa saja profil jasa konsultan
tugas ahir mereka dengan skripsi?
menggunakan jasa konsultan,
dengan alasan mereka mengalami b. Tujuan Penelitian
kesulitan dalam menyusun dan Tujuan penelitian ini adalah
menyelesaikan skripsi mereka. untuk:
Pada dasarnya mahasiswa 1. Mengetahui faktor-faktor apa
diberikan waktu untuk saja yang menyebabkan
menyelesaikan skripsi dalam mahasiswa STKIP Taman
waktu satu semester atau enam Siswa Bima menggunakan
bulan masa kuliah. Hanya saja jasa konsultan skripsi
kenyataannya banyak mahasiswa 2. Mengetahui apa saja profil
yang membutuhkan waktu lebih jasa konsultan skripsi.
dari enam bulan untuk
penyelesaian skripsi, sehingga KAJIAN TEORI
yang tejadi kemudian adalah
keterlambatan dalam penyelesaian Faktor Yang Mempengaruhi
studi (congestion) dan tidak jarang Prestasi Belajar Mahasiswa
berujung pada pengeluaran Diperguruan Tinggi
mahasiswa (drop out). Ironisnya Pada hakekatnya
hal tersebut kini menjadi hal yang mengerjakan skripsi merupakan
lumrah terjadi hampir di setiap rangkaian tugas kegiatan belajar di
perguruan tinggi di Bima. perguruan tinggi untuk mendidik
Dari uraian tersebut, maka mahasiswa agar memiliki
peneliti tertarik untuk melakukan kompetensi akademik, profesional
penelitian tentang faktor-faktor dan intelektual (Idoochi Anwar,
apa saja yang menyebabkan 2004: 34). Dalam mengerjakan
mahasiswa STKIP Taman Siswa skripsi banyak faktor yang
Bima menggunakan jasa konsultan mempengaruhinya. Mulyadi
dalam menyelesaikan tugas (1999: 178), adapun sejumlah
ahir/skripsi. kesulitan yang dihadapi
mahasiswa adalah:

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1402


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

1. Rendahnya kemampuan 10. Kekurangmampuan mengatasi


memahami buku kepustakaan hambatan dalam pribadi dan
berbahasa Inggris, cinta.
2. Keterbatasan kemampuan dan Faktor-faktor tersebut turut
waktu untuk menulis makalah pula mempengaruhi mahasiswa
dan laporan PPL/KKN, dalam mengerjakan tugas akhir
3. Kesulitan melaksanakan (skripsi). Sebagai contoh
diskusi kelompok secara keterbatasan kemampuan dan
efektif, waktu untuk menulis makalah dan
4. Kekurangmampuan membeli laporan PPL/KKN pada
buku kepustakaan di toko, mahasiswa S1 secara
5. Kekurangan biaya untuk langsung/tidak langsung dapat
membeli peralatan kuliah, mempengaruhi mahasiswa
foto kopi, ongkos ketik, atau tersebut kesulitan untuk
sewa komputer dan mengerjakan skripsi.
pembiayaan penulisan skripsi, Kegiatan konsultasi diakui
menyesuaikan diri dengan sangat penting (Penny &Robert,
kondisi tempat tinggal atau 2004: 2). Menurut kamus besar
tempat kos, gangguan bahasa Indonesia (2002: 590),
kesehatan, mengikuti irama konsultan adalah ahli yang
diskusi terbimbing dikelas, tugasnya memberi petunjuk,
memilih dan mengikuti mata pertimbangan, atau nasehat dalam
kuliah paket khusus, suatu penelitian, dagang dan
6. Kekuarangmampuan sebagainya.
memahami isi dari kuliah Banyak faktor yang
dosen-dosen tertentu, menghambat mahasiswa dalam
7. Menentukan jadwal waktu merampungkan skripsi, beberapa
diskusi kelompok diluar kelas, di antaranya yang dilansir sebuah
menepati jadwal mata kuliah, forum konseling online www.e-
8. Kekurangintensifan konsultasi psikologi.com (Mutadin, 2002)
dengan dosen Pembimbing adalah keraguan dalam
Akademik, menentukan topik, kebingungan
9. Kekurangcermatan membuat untuk memulai dari mana,
rencana studi (KRS) kurang kesulitan dalam mencari literatur
memahami kepustakaan pendukung, dan kerap dilanda rasa
berbahasa Indonesia, malas untuk mengerjakannya.
membayar SPP/KKN, hadir Adanya keraguan dan
dalam tiap kuliah secara kebingungan tersebut membuat
penuh, mencatat dan merekam mahasiswa menunda atau
hasil kuliah dari dosen, menghindari pengerjaan skripsi.
pengambilan KRS/KHS ke Tindakan penundaan dan
Puskom, penghindaran tersebut kemudian

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1403


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

disebut sebagai prokrastinasi Understanding the format, Staying


(Schouwenburg, 1995). Solomon motivated and productive, Losing
& Rothblum (1984) concentration.
mendefinisikan prokrastinasi Adapun maksud dari
sebagai suatu tindak penundaan pendapat di atas bahwa menulis
yang tidak berguna untuk skripsi adalah tugas yang sangat
menghindari perasaan penting bagi mahasiswa. Hal ini
ketidaknyamanan subjektif. merupakan sarat dalam
Menurut Darmono dan Hasa menyelesaikan studi bagi
(Aliya dan Iranita Hervi, 2011: 65) mahasiswa. Namun itu bukanlah
bahwa Begitu panjang dan tugas yang sangat mudah dan
rumitnya proses pengerjaan skripsi mungkin memerlukan upaya
ini sehingga membutuhkan biaya, ekstra. Sebagai mahasiswa yang
tenaga, waktu, dan perhatian yang melakukan untuk pertama kalinya,
tidak sedikit. Umumnya, mungkin ada banyak masalah
mahasiswa diberikan waktu untuk yang tak terlihat dan tak terduga
menyelesaikan skripsi dalam yang dapat menciptakan hambatan
jangka waktu satu semester atau dalam menyelesaikan skripsi.
kurang lebih sekitar enam bulan. Masalah utama mahasiswa dalam
Tetapi pada kenyataanya, banyak menulis skripasi adalah masalah
mahasiswa yang memerlukan menjaga keseimbangan antara
waktu lebih dari enam bulan untuk kehidupan akademik dan
mengerjakan skripsi. Menurut kehidupan pribadi , manajemen
Leal & Mary (1931: 3) waktu , pekerjaan penelitian
Thesis blocking means the inability panjang dan ketidakmampuan
of the student to cope up with the untuk memilih topik yang cocok,
thesis writing process. The membuang-buang waktu pada ha
blocking is basically a yang tidak relevan, kurang
psychological effect and the memahami format, kurang
student after completing his termotivasi dan produktif dan
graduation is so overwhelmed by kehilangan konsentrasi.
the idea of writing a thesis that he Menurut Leal & Mary
cannot sort out where to start from (1931: 1) bahwa mahasiswa di
and how to organize things. The Amerika mengalami antara lain
time limit may be short and the faktor psikologis dan faktor teknis
students start panicking. According seperti ketidak mampuan dalam
to the students they find issues in mencari masalah, mengumpulkan
Selecting a suitable and unique kendala dalam menyelesaikan
topic, Wasting time on irrelevant skripsi informasi untuk penelitian,
searches, Spending more time than dan penyajian hasil penelitian.
expected, Getting more negative Menurut Luki Arimesti
returns than positive, (2013: 1), mengidentifikasikan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1404


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

tiga faktor utama yang fasilitas pendukung (tidak


memengaruhi kesulitan memiliki referensi,
mahasiswa dalam menulis skripsi. leptop/komputer, dll)
Pertama, faktor psikologis yang
meliputi kekurang percayaan diri Tugas Ahir Skripsi
dalam memutuskan judul skripsi, a. Definisi Skripsi
memiliki pengetahuan dasar A thesis is a document
mengenai topik skripsi, dan submitted in support of
menulis skripsi yang baik. Kedua, candidature for an academic
faktor sosial budaya yang meliputi degree or professional
kemampuan untuk qualification presenting the
menghubungkan dan membentuk author's research and findings.
kalimat menjadi penulisan skripsi Maksudnya bahwa tesis adalah
yang baik, untuk memiliki sebuah dokumen yang diserahkan
pengetahuan yang baik dalam untuk mendukung pencalonan
penulisan skripsi, dan untuk gelar akademis atau kualifikasi
memahami budaya akademik di profesional mempresentasikan
jurusan atau universitas mengenai penelitian penulis dan temuan.
penulisan skripsi. Akhirnya, faktor Menurut Phillips & Pugh
ketiga adalah faktor linguistik (1994), A thesis consists of an
yang terdiri dari kesulitan dalam argument or a series of arguments
mengurangi kesalahan combined with the description and
penggunaan tata bahasa dalam discussion of research you have
penulisan skripsi, dan dalam undertaken. Adapun maksudnya
mengetahui dan/atau memutuskan bahwa skripsi terdiri dari argumen
bagian tata bahasa mana yang atau serangkaian argumen yang
seharusnya dihapus, digantikan, dikombinasikan dengan deskripsi
ditambahkan dan diatur kembali dan pembahasan penelitian yang
dalam penulisan skripsi. Penelitian telah dilakukan.
ini memiliki implikasi pada http://www.education.monash.edu.au/
pengajaran menulis akademis, students/current/study-
terutamanya dalam penulisan resources/thesiswriting.html
skripsi. Skripsi merupakan karya
Dari uraian beberapa teori ilmiah yang ditulis oleh
diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa program sarjana pada
ada beberapa faktor yang dapat akhir masa studinya berdasarkan
mempengaruhi mahasiswa hasil penelitian, atau kajian
kesulitan dalam meyelesaikan kepustakaan, atau pengembangan
skripsi atara lain faktor yang terhadap suatu masalah yang
berasal dari dalam diri mahasiswa dilakukan secara seksama
seperti kemampuan dan kemauan (Darmono dan Hasan, 2002).
serta faktor dari luar seperti Menurut Poerwodarminto

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1405


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

(1986), skripsi adalah karya ilmiah 3. Mempunyai nilai


yang diwajibkan sebagai bagian manfaat untuk
dari persyaratan akademis di pengembangan teori dan
perguruan tinggi. Semua praktik dalam bidang
mahasiswa wajib mengambil mata pendidikan maupun
kuliah skripsi karena skripsi nonpendidikan.
digunakan sebagai salah satu 4. Sebagai syarat untuk
prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar
memperoleh gelar sarjana. Begitu sarjana Strata Satu (S1)
panjang dan rumitnya proses Menurut Sudiyono (2014:
pengerjaan skripsi ini sehingga 42) bahwa skripsi merupakan
membutuhkan biaya, tenaga, karya tulis mahasiswa yang
waktu, dan perhatian yang tidak menekankan pada proses dan pola
sedikit. Umumnya, mahasiswa berpikir ilmiah yang didasrkan
diberikan waktu untuk pada penelitian. Adapun tujuan
menyelesaikan skripsi dalam penyusunan tugas ahir skripsi
jangka waktu satu semester atau antara lain:
kurang lebih sekitar enam bulan. a. Hasil karya tulis mahasiswa
Tetapi pada kenyataanya, banyak yang menunjukan
mahasiswa yang memerlukan kulminasi proses berfikir,
waktu lebih dari enam bulan untuk kreativitas, integrasi, dan
mengerjakan skripsi (Darmono intelektualitas, yang
dan Hasan, 2002). disusun untuk memenuhi
Skripsi merupakan sebagai persyaratan untuk
salah satu syarat untuk memenuhi kebulatan studi
memperoleh derajat sarjana, dalam program dan jenjang
skripsi harus memenuhi kriteria pendidikan.
sebagai berikut: b. Tugas ahir disusun dengan
1. Merupakan karya ilmiah tujuan member peluang
asli hasil peneltian kepada mahasiswa berlatih
dengan metode yang memformulasikan idenya
benar dan dapat dalam formula yang lazim
dipertanggung dujimpai di kalangan
jawabkan.
masyarakat ilmiah.
2. Merupakan karya ilmiah
yang menujukan Dari kedua tujuan dari tugas
kemampuan mahasiswa ahir skripsi di atas, jelaslah bahwa
yang bersangkutan mahasiswa diberikan kesempatan
dalam pengembangan untuk mengembangkan potensi
dan penerapan teori dirinya sesuai dengan bidang
dalam bidangnya. studinya, kemampuan teknis dan
akademik, serta kemampuan sosio
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1406
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

ekonominya, namun demikian pada bagian ini menurut penulis


keterbatasan tersebut harus tetap adlah adanya pemikiran yang
dalam bingkai pergaulan terbalik, bahkan ada yang telah
masyarakat ilmiah, sehingga kode menjadi paradigma para
etik termasuk di dalamnya dalam mahasiswa, yaitu berupa “
menyampaikan karya ilmiah harus penentuan judul dahulu baru
didasarkan pada kaidah ilmiah, kemudian mencari permasalahan
sehinggan ketika mahasiswa sudah “. Faktor kritis lainnya adalah
terjun ke masyarakat tetap tidak jarang sesuatu yang
konsisten dengan nilai-nilai dipermasalahkan, yang
keilmiahan. sebenarnya sesuatu tersebut bukan
Skripsi merupakan karya masalah. Para mahasiswa terjebak
tulis mahasiswa yang menekankan pada paradigma teknis. Artinya
pada proses dan pola berpikir ketika mahasiswa harus
ilmiah yang didasarkan pada mengajukan proposal, dan
penelitian (UNY) ternyata dalam format proposal
tersebut “ judul penelitian “
b. Bagian Dari Skripsi berada pada urutan pertama,
Di dalam penyusunan sehingga mereka berpikir bahwa
skripsi, ada beberapa bagian yang yang harus didahulukan adalah
terdiri dari: judul, bukan masalahnya. Akibat
1. Bagian awal dari kesalahan paradigm ini
Pada bagian ini mencakup mengakibatkan pembimbing
sampul skripsi, halaman putih menjadi tersendat. Dalam kaitan
kosong, halaman judul, ini pembimbingan skripsi
halaman pengesahan,halaman memiliki peranan penting dalam
persembahan, abstrak skripsi, proses penentuan judul, yaitu
kata pengantar, daftar isi, daftar dengan cara melakukan dialog
tabel,dan antara pembimbing dengan
daftargambar.Menurut penulis mahasiswa yang dibimbingnya.
perlu dibedakan daftar gambar Melalui proses dialogis yang
dengan daftar grafik dan bagan, intensif dapat diketahui arah
karena ketiganya memiliki pemikiran mahasiswa dan akan
karakteristik yang berbeda. ditemukan permasalahan yang
2. Bagian isi diharapkan. Selama pembimbing
Pada bagian ini mencakup : belum mengetahui jalan pikiran
a) Pendahuluan, meliputi : latar mahasiswa, maka selama itu pula
belakang permasalahan, judul belum bisa dirumuskan.
identifikasi permasalahan, Pembimbing hanya berhak
pembahasan masalah, perumusan memberikan bimbingan, bukan
masalah, tujuan penelitian, dan mengarahkan apa yang dimaui
kegunaan penelitian. Faktor teknis atau diinginkan pembimbing.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1407


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Pembimbing hanya berhak penulis hal ini sangat cocok,


memberikan wawasan atau karena didalam pengantar
rambu-rambu keilmuan yang memiliki makna mengutarakan
berkaitan dengan rumpun bidang pembaca kepada isi tugas akhir.
studi tertentu. Sehingga Dengan semikian pada bagian ini
pembimbing harus pandai dalam pembaca sudah dapat melihat
mencermati pola piker mahasiswa, secara global tentang isi tugas
termasuk masalah yang akhir secara keseluruhan. Jadi di
dirumuskan oleh mahasiswa. dalam bab I yang diberi judul
Persoalan yang timbul adalah pengantar merupakan pintu
tidak jarang permasalahan yang masuknya para pembaca untuk
diajukan mahasiswa bukan dapat memahami secara
sebagai masalah dalam arti keseluruhan, sedangkan untuk
masalah yang sesungguhnya, mengetahui secara rinci, maka
tetapi sesuatu yang “ pembaca akan membacanya pada
dipermasalahkan “. Hal ini bagian berikutnya. Dengan
dimungkinkan karena mahasiswa demikian dalam “pengantar”
belum menguasai teori atau memang memiliki mandate untuk
bahkan belum mengetahui kondisi “mengantarkan” para pembaca
riil dilapangan atau belum secara garis besar mengetahui isi
melakukan observasi. Jadi tugas suatu akhir.
permasalahan yang dimunculkan b) Kerangka teori atau kajian
mahasiswa seolah-olah hanya teori. Dalam bab ini berisi
berupa angan-angan, yang kurang tentang berbagai kajian teori
didukung oleh kajian teoritik dan dan hasil penelitian relevan
atau hasil penelitian. Menurut dengan masalah yang akan
penulis, penelitian yang diteliti. Yang dimaksud
menggunakan pendekatan relevan dalam hal ini tidak
positivitas, maka pada bagian ini harus teori yang mendukung,
harus betul-betul memperoleh tetapi juga sebaliknya.
perhatian para pembimbing. Demikian pula hasil penelitian
Asumsinya jika bagian ini telah yang tidak mendukung. Yang
dilakukan dengan baik, ditinjau jelas adalah teori atau hasil
dari aspek fisibilitas akademik penelitian memang harus
maupun aspek teknis, maka sesuai dengan atau relevan
penelitian sudah dapat dikatakan dengan topik yang sedang
50% berhasil dari pekerjaan diteliti.
penyusunan skripsi atau tugas Dalam pedoman IKIP
akhir. Menurut Sutrisno Hadi Yogyakarta (1996)
(1975) istilah yang cocok untuk menyebutkan bahwa dalam
menyebut bab pendahuluan adalah kajian ini penelitian melakukan
“pengantar”. Menurut hemat sintesis terhadap teori yang

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1408


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

relevan agar diperoleh tidak benar, tetapi nilai teoritisnya


legitimasi konseptual terhadap relatif tereduksi. Sementara
variable yang akan diteliti. mahasiswa sering hanya berpikir
Disarankan bahwa unsur-unsur tentang konsep, bukan teori, baik
suatu teori hendaknya tampak teori substansial, teori madya apalagi
secara jelas seperti definisi, teori induk atau besar. Paradigma
asumsi, hubungan antara positivistik juga memiliki
variable, dan daya kelemahan, yaitu terlalu mengarah
penjelasannya terhadap pada berpikir linier, tidak holistik.
masalah yang diteliti. Pada Begitu pula paradigma ini cenderung
bagian ini juga berisi tentang igin membuktikan teori. Dengan
kerangka berpikir, yaitu demikian melalui paradigma ini sulit
gambaran pola hubungan untuk menemukan teori-teori baru.
antara variable atau kerangka Berkaitan dengan masalah sosial,
konsepyang digunakan untuk maka penelitian yang bersifat parsial
menjawab masalah yang akan justru bertentangan dengan hakikat
diteliti, disusun berdasarkan masalah sosial itu sendiri, yaitu
kajian teoritik yang telah sangat spesifik, dan holistik,
dilakukan. sehingga setting penelitiannya sangat
Disamping itu juga berpengaruh terhadap hasil
dicantumkan hipotesis, baik nihil penelitian. Implikasinya bagi para
maupun alternative. Jika pembimbing harus cermat dalam
penelitiannya bukan penelitian mengimplemen-tasikan pedoman ini.
hipotesis, maka kerangka teori atau Begitu bagi mahasiswa harus
kajian pustaka sebagaimana menyadari, bahwa yang tercantum
diuraikan diatas hanya cocok untuk dalam pedoman penulisan tugas
pendekatan positivistik. Disamping akhir merupakan aspek administratif,
itu, tidak semua penelitian terkait yang lebih menekankan pada urutan
dengan kajian teoritik, atau kerangka teknis administratif, bukan semata-
berpikir. Sebab tidak jarang mata aspek teknis akademik. Dengan
penelitian terutama dengan paradigm demikian mahasiswa harus dapat
naturalistik mengesampingkan logika membedakan kapan harus berpikir
berpikirtersebut. Di dalam penelitian teknis administratif dan kapan harus
dengan paradigma positivistikpun, berpikir akdemik.
tidak jarang dijumpai “variable” c) Metode atau cara penelitian.
yang sebenarnya bukan variable Yang termasuk dalam hal ini
dalam makna sebagai penelitian. adalah disain penelitian, definisi
Begitu pula kajian teori, yang sering operasional, populasi dan sampel
kali dijumpai adalah kajian penelitian, instrument dan teknik
konseptual. Sebab teori sebenarnya pengumpulan data serta teknik
merupakan hubungan antara konsep, analisis data. Dalam pedoman
walaupun hal ini tidak dapat disebut IKIP Yogyakarta (1996) lebih

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1409


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

menekankan pada penelitian Implikasi dari simpulan


yang menggunakan paradigma tersebut adalah bahwa saran
positivitik. Untuk penelitian yang harus bersifat konkrit,
menggunakan pendekatan operasional, baik dalam
naturalistik di samping kaitannya dengan
sebagaimana telah diuraikan di perkembangan teori maupun
atas juga perlu dicermati tentang praktis
setting penelitian, proses 3. Bagian akhir
triangulasi data dan yang tidak Bagian ini memuat tentang
kalah penting adalah informan daftar pustaka dan lampiran. Daftar
kunci dan informannya. pustaka mencakup semua referensi
Kelebihan paradigmanya yang menjadi rujukan atau acuan
naturalistic adalah melihat dalam penulisan skripsi, termasuk di
kondisi secara senyatanya, dalamnya adalah buku, jurnal,
sehingga hasilnya juga sangat laporan penelitian, dan sumber
kontekstual. Oleh karenanya nilai lainnya. Sedangkan lampiran
transferabilitasnya sangat mencakup semua dokumen atau
tergantung pada setting bahan penunjang yang berkaitan
penelitiannya. dengan pelaksanaan penulisan
d) Hasil penelitian dan skripsi, yang jika dimasukkan dalam
pembahasan. Dalam hal ini isi teks skripsi justru akan
penelitian harus melakukan menggangu pembaca. Yang
penafsiran dan pemaknaan termasuk dalam lampiran misalnya :
terhadap semua data hasil Ijin penelitian, instrumen, uji
penelitian. Pada penelitian instrumen dan sebagainya.
naturalistik pembahasan Daftar pustaka bukan hanya
dan penafsiran dilakukan sebagai referensi atau acuan, tetapi
sejak peneliti masih dalam juga memiliki nilai kejujuran yang
proses penelitian, tinggi bagi penulis skripsi. Artinya
sedangkan pada penelitian penulis dituntut untuk memiliki
dengan paradigma komitmen moral tentang apa yang
positivistik pembahasan ditulis, sebagai etika moral para
baru dapat dilakukan ketika intelektual dan akademisi.
data telah dianalisis. Dalam konteks inilah peran
e) Simpulan dan saran. Pada para pembimbing skripsi dituntut
bagian yang harus diperhatikan untuk mengkondisikan nilai
oleh peneliti adalah simpulan kejujuran para mahasiswa. Dalam
harus sesuai dengan atau kaitan dengan penulisan daftar
relevan atau menjawab pustaka maka hemat penulis, para
permasalahaan yang diajukan pembimbing sebaiknya (karena
peneliti, terlepas diterima atau menyangkut kode etik/moral) atau
ditolaknya suatu teori tertentu. bahkan mungkin mengharuskan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1410


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

mahasiswa untuk dapat menunjukan lampiran yang disusun oleh


buku referensinya secara riil sejak mahasiswa. Jadi dalam hal ini,
terjadinya transaksi atau proses bukannya ketebalan karya ilmiah
pembimbingan sejak awal. Dengan yang diutamakan, tetapi kejujuran
demikian kejujuran para mahasiswa mahasiswa yang berkaitan dengan
dapat selalu diciptakan melalui jalur apa yang dilakukan dalam penulisan
akademik, yang diharapkan juga skripsi. Sebab melalui lampiran
dapat dilakukan dalam kehidupan dapat diuji dan dicermati tentang
bermasyarakat. proses analisis dan pembahasan.
Pada sisi lain, para pembimbing Secara akademik mahasiswa
juga dapat memantau tentang yang dapat menyusun skripsi adalah
kutipan yang dilakukan oleh para mereka yang telah menempuh
mahasiswa. Sebab melalui sumber minimal 110 SKS, dengan indeks
asli pembimbing dapat mengetahui prestasi kumulatif minimal 2,0
apakah kutipan yang dilakukan oleh tanpa nilai E dengan memperoleh
mahasiswa merupakan kutipan rekomendasi dari penasehat
langsung atau kutipan tidak akademik.
langsung, demikian pula dapat
untuk mengecek penulisan daftar Kajian Penelitian Yang Relevan
pustaka. Adapun penelitian yang
Sehubungan dengan relevan dengan penelitian ini dapat
pertimbangan tersebut, baik dijabarkan sebagai berikut:
pertimbangan akademik (yang 1. Ibnu Siswanto dan Yoga Guntur
berupa penulisan kutipan) dan Sampurno. Dengan judul
pertimbangan moral (yang berupa penelitian faktor-faktor
kejujuran yang berkaitan dengan penghambat penyelesaian tugas
referensi yang dibaca sebagai akhir skripsi mahasiswa
acuan), maka penulis menyarankan pendidikan teknik otomotif FT
kepada pimpinan perguruan tinggi, UNY. Adapun hasil
agar dapat mencantumkan ide ini penelitinnya bahwa Faktor-
dalam suatu pedoman bagi para faktor yang menjadi
mahasiswa dan pembimbing penghambat dalam penyelesaian
skripsiatau bukan skripsi, termasuk tugas akhir skripsi yaitu
dalam pembuatan karya ilmiah, kesulitan dalam menemukan
sebagai awal untuk melatih permasalahan yang akan
kejujuran dan sekaligus diangkat menjadi judul
keterbukaan. penelitian, mahasiswa fokus
Bagi penulis, lampiran sangat mengerjakan proyek akhir
penting karena melalui lampiran (mahasiswa angkatan 2008 ke
dapat dilihat dan dicermati sikap bawah), fokus laporan KKN
keterbukaan mahasiswa, sehingga PPL, mengulang banyak mata
dialog dapat dilakukan atas dasar kuliah, tidak rutin bimbingan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1411


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dengan dosen, kesulitan dalam mengiventarisasi data dari


menulis karya tulis ilmiah. konsultan, dan mahasiswa sebagai
2. Penelitian yang dilakukan oleh konsumen.
Aliya Noor Aini dan Iranita
H.M. (2011) dengan judul b. Waktu Penelitian
penelitian hubungan antara Waktu penelitian
kontrol diri dengan prokrastinasi direncanakan selama satu tahun
dalam menyelesaiakn skripsi yang dimulai pada bulan
mahasiswa universitas Maria November 2014 sampai dengan
Kudus. Hasil penelitianya September 2015. Nantinya peneliti
bahwa ada hubungan yang akan berpura-pura menjadi
negatif antara prokrastinasi mahasiswa yang ingin dibuatkan
(penundaan) dengan kontrol diri skripsi sehingga peneliti bertindak
mahasiwa dalam menyelesaikan langsung selama menggunakan
skripsi. jasa konsultan.

METODOLOGI PENELITIAN c. Informan


Adapun informan dalam
a. Pendekatan Penelitian penelitian ini adalah mahasiswa
Peneltian ini menggunakan yang menggunakan jasa konsultan
pendekatan kualitatif deskriptif wisuda angkatan ke VIII tahun
dimana peneliti menekankan pada akademik 2014/2015. Serta
manusia serta melihat secara penjual jasa penyusunan skripsi.
langsung keadaan yang ada tanpa
mengubah peristiwa yang terjadi d. Teknik Pengumpulan Data
dilapangan. deskriptif kualitatif Dalam pengambilan data
yaitu “Suatu data yang yang digunakan beberapa teknik antara
menggambarkan atau lain:
melukiskankan keadaan subyek
atau obyek yang diamati pada saat 1. Angket
sekarang berdasarkan fakta-fakta Pengertian metode angket
yang tampak atau sebagaimana menurut Arikunto (2006:151)
adanya yang dinyatakan dalam “Angket adalah pernyataan
kata-kata atau simbol” (Creswell, tertulis yang digunakan untuk
2009: 293). Sedangkan menurut memperoleh informasi dari
Lincoln dan Guba (1985: 40) responden dalam arti laporan
mengatakan bahwa penelitian tentang pribadi atau hal-hal
kualitatif digunakan untuk dapat yang ia ketahui”. Sedangkan
menjelaskan atau mengungkapkan menurut Sugiyono (2008:199)
secara langsung atau alamiah apa “Angket atau kuesioner
yang tejadi dilapangan. Sehingga merupakan tehnik
peneliti dapat secara langsung pengumpulan data yang

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1412


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dilakukan dengan cara memberi bertujuan untuk memperoleh


seperangkat pertanyaan atau informasi yang berhubungan
pernyataan tertulis kepada dengan pokok bahasan yang
responden untuk dijawab”. ingin diteliti oleh penulis.
Kuesioner atau angket Adapun teknis
yang digunakan dalam wawancara dalam penelitian
penelitian ini adalah jenis yaitu wawancara mendalam
kuesioner atau angket tertutup bersifat terbuka, dimana proses
karena responden hanya tinggal wawancara berlangsung antara
memberikan tanda pada salah peneliti dengan satu persatu
satu pernyataan yang dianggap responden penelitian. Peneliti
sesuai dengan diri masing- dilengkapi dengan pedoman
masing respoden. wawancara yang sudah
Angket terdiri dari 20 disediakan sebelumnya.
pernyataan dengan
menggunakan skala likter, 3. Dokumentasi
terdiri dari empat pilihan yaitu Dokumentasi adalah
sangat sesuai (SS), sesuai (S), “Mencari data mengenai hal-
(kurang sesuai) KS, dan tidak hal atau variabel yang berupa
sesuai (TS). Instrumen angket catatan, transkrip, buku, surat
divalidasi oleh satu orang ahli kabar, majalah, prasati, notulen
yaitu Dr. Nuril Furkan dan rapat, lengger, agenda dan
dibuat oleh Sri Lastuti M.Pd sebagainya.” (Anas Sujiono,
sebagai magister evaluasi 1995:90).
pendidikan. Dokumentasi digunakan
dalam penelitian ini untuk
2. Wawancara merekam proses wawancara
Metode wawancara juga antara peneliti dengan
biasa disebut dengan metode mahasiswa yang menggunakan
interview adalah “Proses jasa konsultan.
memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara e. Teknik Analisa Data
tanya jawab sambil bertatap 1. Data hasil wawancara
muka antara pewawancara Dalam pelaksanaan
dengan responden atau orang penelitian, analisis data dapat
yang diwawancarai dengan atau dilakukan bersamaan dengan
tanpa menggunakan pedoman proses pengamatan. Jadi selama
wawancara” (Anas Sujiono, proses penelitian berlangsung
1995:82). Tanya jawab yang data yang diperoleh dapat
berlangsung dengan mahasiswa langsung di análisis secara
pengguna jasa konsultan dan deskriptif kualitatif.
pemilik jasa konsultan Sesuai dengan metode
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1413
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

penelitian dan teknik dan mencarinyan bila


pengumpulan data yang diperlukan.
digunakan dalam penelitian ini, b. Data display (penyajian
maka untuk menganalisis data data)
yang telah dikumpulkan dari Setelah data reduksi,
lapangan, teknik analisis yang maka langkah selanjutnya
digunakan adalah analisis adalah menyjikan data. Kalau
sesuai dengan langkah-langkah dalam penelitian kuantitatif
yang diungkapkan oleh Miles penyajian data ini dapat
& Huberman (2984) bahwa dilakuakan dalam bentuk table,
aktivitas dalam analisis data grafik, pictogram dan
kualitatif dilakukan secara sejenisnya. Melalui penyajian
interaktif dan berlangsung data tersebut, maka data
secara terus menerus sampai terorganisasikan, tersususn
jenuh. Aktifitas dalam analisis dalam pola hubungan, sehingga
data, yaitu data reduction, data akan semakin mudah dipahami.
display dan conclusion Dalam penelitian
drawing/ferification. kualitatif, penyajian data bisa
a. Data reduction (reduksi dilakukan dalam bentuk uraian
data) singkat, bagan, hubungan antar
Data yang diperoleh di kategori dan sejenisnya. Dalam
lapangan jumlahnya cukup hal ini Miles &
banyak, untuk itu perlu dicatat Huberman(1984) menyatakan
secara teliti dan rinci. Seperti yang paling sering digunakan
telah dikemukakan makin lama untuk menyajikan data dalam
peneliti di lapangan, maka penelitian kualitatif adalah
jumlah data akan makin dengan teks yang bersifat
banyak, kompleks dan rumit. naratif.
Untukn itu perlu segera Dengan mendisplaykan
dilakuakan analissi data melalui data maka akan memedahkan
reduksi data. Mereduksi data untuk memahami apa yang
berarti merangkum, memilih terjadi, merencanakan kerja
hal-hal yang pokok, selanjutnya berdasarkan apa
memfokuskan pada hal- hal yang telah dipahami tersebut.
yang penting, dicari tema dan Miles & Huberman(1984).
polanya dan memebuang yang Selanjutkan disarangkan, dalam
tidak perlu. Dengan demikian melakukan dispalay data, selain
data yang telah direduksi akan dengan teks yang naratif, juga
memberikan gambaran yang dapat berupa grafik, matrik,
lebih jelas, dan memepermudah network dan chart. Untuk
peneliti untuk melakuakan mengecek apakah peneliti telah
pengumpulan data selanjutnya, memahami apa yang

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1414


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

didisplaykan, maka perlu diharapkan adalah merupakan


dijawab pertayaan berikut, temuan baru yang sebelumnya
apakah anda tahu apa isi yang belum pernah ada. Temuan
didisplaykan. dapat berupa diskripsi atau
c. Conclusion gambaran suatu obyek yang
Drawing/verification sebelumnya masih remang-
Langkah ketiga dalam remang atau gelap sehingga
analisis data kulitatif menurut setelah diteliti menjadi jelas,
Miles and Huberman adalah dapat berupa hubungan kasual
penarikan kesimpulan dan atau interaktif, hipotesis atau
verifikasi. Kesimpulan awal teori.
yang dikemukakan masih 2. Data hasil angket
bersifat sementara, dan berubah Analisis data hasil angket
bila tidak ditemukan bukti- didasarkan pada pedoman
bukti yang kuat yang kategorisasi Syaifuddin Azwar
mendukung pada tahap (2002 : 163) tertera pada tabel
pengumpulan data berikutnya. 01. Pensekoran dibedakan
Tetapi apabila data kesimpulan masing-masing aspek (aspek
data yang dikemukakan pada instrinsik yang terdiri tiga
tahap awal, didukung oleh indikator yaitu psikologis,
kembali bukti-bukti yang valid kemampuan, dan waktu
dan konsisten saat peneliti sedangkan aspek ekstrinsik
kembali kelapangan hanya satu indikator yaitu
mengumpulkan data, maka fasilitas)
kesimpulan yang dikemukakan Tabel 01.
merupakan kesimpulan yang Kategorisasi faktor yang
kredibel. mempengaruhi mahasiswa
Dengan demikian menggunakan jasa
kesimpulan dalam penelitian konsultan
kualitatif mungkin dapat
Interval Kriteria
menjawab rumusan masalah
Mi+1,5Si X Sedang
yang dirumuskan sejak awal,
Mi+3Si
tetapi mungkin juga tidak,
Mi+0,5Si X Tingggi
karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah Mi+1,5Si
dan rumusan masalah dalam Mi-0,5Si X Sedang
penelitian kualitatif masih Mi+0,5Si
bersifat sementara dan akan Mi-1,5Si X Mi- Rendah
berkembang setelah penelitian 0,5Si
berada dilapangan. Mi-3Si X Mi- Sangat
Kesimpulan dalam 1,5Si Rendah
penelitian kualitatif yang

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1415


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

berstatus lajang, pekerjaan


hanya sebagai mahasiswa dan
Keterangan: rata-rata umur 30 tahun ke
Rata-rata ideal (Mi) bawah. Adapun profil jasa
Standar Deviasi ideal (Si). konsultan terdiri dari guru,
Dimana: dosen dan staf PTS.
Mi = (skor terendah + skor Setelah menghitung nilai
tertinggi)/2 rata dan standar defiasi, maka nilai
Mi = (4 +1)/2 = 5/2 =2,5 tersebut akan di operasikan sesuai
Si = (skor tertinggi – skor dengan interval yang telah
terendah)/6 ditentukan. Adapun nilai-nilai
Si = (4-1)/6 = 3/6 = 0,5 tersebut dapat dilihat pada tabel 02
berikut ini:
HASIL PENELITIAN
Tabel.02. Substitusi nilai MI dan Si
A. Hasil Penelitian Interval Konversi Kriteria
2,5+1,5(0,5) X 3,25<X≤4 Sangat
1. Analisi Hasil Angket tinggi
2,5+3(0,5)
Sebelum 2,74<X≤3,25 Tingggi
2,5+0,5(0,5) X
menguraikan analisis hasil 2,5+1,5(0,5)
angket mengenai faktor 2,5-0,5(0,5) X 2,25<X≤2,74 Sedang
penyebab mahasiswa 2,5+0,5(0,5)
1,75<X≤2,25 Rendah
menggunakan jasa 2,5-1,5(0,5) X
2,5-0,5(0,5)
konsultan. Terlebih dahulu 1<X≤1,75 Sangat
2,5-3(0,5) X
dipaparkan mengenai profil Rendah
2,5-1,5(0,5)
jasa konsultan dan profil
mahasiswa sebagai berikut: Setelah memperoleh
INISI JURUS STS UMR PROFIL
nilai hasil operasi nilai Mi dan
AL AN PEMBU Si pada interval, maka
AT
SKRIPSI dikonsultasikan nilai masing-
D/L B INGGRIS Menikah 26 STAF masing indikator dan diketahui
PTS
kategori-kategori masing-
E/P P.SEJARAH Lajang 22 GURU
masing indikator sebagai
S/P P.SEJARAH Lajang 22 GURU berikut:
B/L PENJAS Lajang 22 GURU
Tabel.03. Kategori Indikator

K/L PENJAS Lajang 30 DOSEN Indikator X Kategori


N/L P.SEJ Lajang 23 GURU Kemampuan 2,76 TINGGI
Waktu 1,8 RENDAH
Psikologis 2,4 SEDANG
Dari responden yang Kemampuan 2,55 SEDANG
dijadikan sumber informasi
dalam penelitian ini 83 %
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1416
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Indikator “kemampuan” hasil dengan kategori sedang.


dengan nilai yang diperoleh sebesar Mahasiswa ada yang sangat terbatas
2,76. Jika dikonsultasikan dengan dengan fasilitas pendukung untuk
kategori Syaifuddin Azwar diperoleh menyususn skripsi seperti tidak
kategori tinggi. Untuk indikator yang memiliki komputer/leptop, buku
pertama (rendahnya kemampuan referensi dan printer. Sehingga
mahasiswa dalam penyusunan fasilitas ini menjadi faktor penyebab
skripsi ), diperoleh hasil dengan mahasiswa menggunakan jasa
kategori tinggi. Dapat disimpulkan konsultan dalam penyusunan skripsi
bahwa faktor yang menyebabkan dan ada juga yang memiliki fasilitas
mahasiswa menggunakan jasa (leptop), sehingga dapat disimpulkan
konsultan diakibatkan mereka tidak bahwa faktor fasilitas tidak terlalu
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi.
menyusun sendiri karya ilmiah
mereka, terutama kemampuan 2. ANALISIS HASIL
mereka dalam menganalisis data dan WAWANCARA
memahami metodologi. Berdasarkan hasil wawancara
Untuk indikator yang ke dua dengan responden berinisial D
yakni terkait kendala waktu dengan dengan jenis kelamin laki-laki, sudah
nilai 1,8. Berdasarkan hasil analisi menikah dan berusia 26 tahun.
diperoleh kategori rendah. Dari hasil Faktor yang menyebabkan bahwa
tersebut bahwa waktu tidak menjadi yang bersangkutan menggunakan
masalah bagi mahasiswa atau tidak jasa konsultan adalah:
menjadi kendala bagi mereka Tidak memiliki kemampuan
sehingga indikator waktu tidak dapat yang cukup terkait metodologi dan
dijadikan alasana untuk cara penyusunan skripsi, didukung
menggunakan jasa konsultan dalam tidak memiliki leptop dan buku
penyusunan skripsi. referensi. Akibat belum ada
Faktor psikologi berdasarkan pekerjaan lain selain hanya sebagai
hasil analisis diperoleh kategori mahasiswa, sebenarnya waktu untuk
sedang. Selain faktor kemampuan, menususn skripsi sangat banyak.
ternyata faktor yang ketiga ini tidak Pertanyaan peneliti
terlalu mempengaruhi mahasiswa selanjutnya mengenai profil pembuat
untuk menggunakan jasa konsultan skripsi dan prosesnya bagaimana?
dalam penyususnan skripsi, faktor Pembuat skripsi saya adalah
yang ketiga ini merupakan faktor staf kampus ini, dengan biaya 1,5
yang meyangkut kepercayaan diri juta sampai dengan refisi setelah
mahasiswa terhadap kemampuan ujian. Proses pembuatannya dibuat
mereka. proposal terlebih dahulu dan
Untuk faktor yang terahir diberikan penjelasan. Saya datang
yaitu faktor mengenai fasilitas. konsultasi kepembimbing dan hasil
Berdasarkan hasil analisis diperoleh refisi saya serahkan kembali kepada

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1417


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

pembuat, begitu proses seterusnya. ini pernah ditolak judul oleh prodi,
akibat saya kebingungan untuk
Selanjutnya dilakukan mengajukan judul yang lain, saya
wawancara pada responden mencoba ke guru yang satu asal
berikutnya yang berinisial E, S dan dengan saya, saya meminta
N dengan jenis kelamin perempuan dibuatkan tiga judul untuk saya
dari jurusan sejarah. Jawaban yang ajukan. Judul yang saya ajukan ini
sama mereka jawab tentang faktor ternyata diterima oleh prodi.
yang menyebabkan mereka Penyelesaian skripsi saya ini
menggunakan jasa konsultan dengan biaya 1 juta.
adalah:
Awalnya saya sudah K inisial mahasiswa jurusan
mengajukan judul penelitian, penjas. Jawaban K tentang faktor
setelah diseleksi ternyata judul yang menyebabkannya
saya tidak lolos, kemudian saya menggunakan jasa konsultan
diberi kesempatan untuk adalah:
mengajukan judul. Akibat waktu Awalnya ada tawaran dari
yang mepet untuk batas teman sesama jurusan penjas, saya
pengumpulan judul, saya pikir-pikir karena kemampuan saya
berinisiatif untuk meminta judul untuk menghitung sangat terbatas.
pada pembuat skripsi yang Ahirnya saya ikut ajakan teman
berstatus sebagai guru. Ahirnya dan melakukan pertemuan dengan
judul saya diterima. Akibat saya staf dosen. Terjadi pembicaraan
tidak punya gambaran dan mengenai proses penyususnan dan
kemampua mengenai judul yang biaya yang harus saya bayarkan.
saya ajukan, maka saya kembali Biaya yang harus saya bayarkan
pada guru tersebut untuk yaitu sebesar 1 juta rupiah sampai
membuatkan skripsi saya dengan skripsi selesai.
biaya 1 juta sampai selesai. Proses
pembuatan disertai dengan
penjelasan. DAFTAR PUSTAKA

B inisial mahasiswa jurusan Aliya Noor Aini dan Iranita H.M.


penjas. Jawaban B tentang faktor (2011). Hubungan antara
yang menyebabkannya kontrol diri dengan prokrastinasi
menggunakan jasa konsultan dalam menyelesaiakn skripsi
adalah: mahasiswa universitas Maria
Kudus. Jurnal psikologis vol
Selain memiliki 4.tidak diterbitkan
kemampuan yang rendah terhadap Anas Sudjiono. (1995). Pengantar
metodologi dan pemahaman terkait evaluasi pendidika. Jakarta: PT
dengan penyususnan skripsi, saya Raja Grasindo Persada

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1418


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Darmono , A & Hasan, A . ( 2002 ) . analysis of the factors affecting


Menyelesaikan skripsi dalam undergraduate students’
satu semester. Jakarta: Grasindo. difficulties in writing thesis in
http://en.wikipedia.org/wiki/Thesis. the english department of
Diunggah Pada Tanggal 25 mahasaraswati university.
Januari 2014.
Matthew, B. Miles, A. Michael
Phillips & Pug. (1994). Thesis. Di Huberman. (2009). Analisis
unggah pada tanggal 23 Januari data kualitatif. Jakarta: UI Press.
2014.
http://www.education.monash.edu.a Mulyadi G,W. Kesulitan-kesulitan
u/students/current/study- yang dihadapi oleh mahasiswa
resources/thesiswriting.html dalam studi di program sarjana.
http://www.sephardiccouncil.org/completi
Ilmu pendidikan: jurnal Filsafat,
ng-a-dissertation-fighting-
psychological-obstacles.html
teori dan praktik pendidikan.
Idoochi Anwar. (2004). Administrasi Tahun 26, nomor 2, juli 1999
pendidikan dan manajemen hal. 187. Malang:FIP UM
biaya pendidikan. Bandung: Penny, A.R & Coe, R. (2004).
Alfabeta. Effectiveness of contultation on
Ibnu Siswanto dan Yoga Guntur student ratings feedback: a meta-
Sampurno. Faktor-faktor analysis. Journal of review of
penghambat penyelesaian tugas education research, 74, 215.
akhir skripsi mahasiswa Poerwodarminto. (1986). Kamus
pendidikan teknik otomotif FT umum bahasa indonesia. Jakarta:
UNY.http://staff.uny.ac.id/sites/d Balai Pustaka.
efault/files/penelitian/Ibnu%20Si Solomon, L.J.& Rothblum, E.D.
swanto,%20M.Pd./Faktorfaktor (1984). Academic
%20penghambat%20penyelesaia procrastination: frequency and
n%20tugas%20akhir%20skripsi cognitive-behavioral correlates.
%20mahasiswa%20PT.pdf. Journal of Counseling
Diunggah pada tanggal 04 Psychology. Vol. 31.
Pebruari 2014
Jhon W.Creswell. (2009). Research Syaifuddin Azwar. (2002). Tes
design pendekatan kualitatif, Prestasi fungsi dan
kuantitatif, dan mixed. pengembangan pengukuran
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. prestasi belajar. Yogyakarata:
Leal, Mary A. (1931). Difficulties Pustaka Pelajar.
encountered in writing a thesis.
http://connection.ebscohost.com/c/a Sugoyono. (2008). Metode penelitian
rticles/20995017/difficulties- kuantitatif kualitatif dan R&D.
encountered-writing-thesis Jakarta: PT Raja Grasindo
Luki Arimesti Dwihandini, dkk. The Persada

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1419


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Suharsimi Arukunto. (2010).


Pengantar evaluasi pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grasindo
Persada.

Sukardi. (2007). Metodologi penelitian


pendidikan. Yogyakarta: Bumi
Aksara.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1420


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS


MELALUI PENALARAN MATEMATIS
DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

Rohmah Indahwati
Dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Madura
Jln. Raya Panglegur Km 3,5 Pamekasan
e-mail: indbeckzbecky@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan diberikannya mata pelajaran matematika, yaitu agar semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi memiliki kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
dalam memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup
pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Berpikir kritis adalah
proses berpikir menggunakan nalar, beralasan, sistematis, logis untuk
menghasilkan suatu keputusan yang rasional sehingga berani
mempertanggungjawabkan keputusannya tersebut. Jadi di dalam berpikir kritis
membutuhkan penalaran logis. Penalaran yang dimaksud disini adalah suatu proses
berpikir dalam pencapaian suatu kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber
yang relevan. Penalaran menjadi pusat dalam mempelajari matematika, sehingga
dalam memecahkan masalah matematika dibutuhkan penalaran matematis dan
penalaran matematis dapat dilatih dan dikembangkan melalui pemecahan masalah
matematika. Maka untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis para
peserta didik harus dilatih dengan pemecahan masalah matematika yang dapat
memancing daya nalarnya. Masalah matematika yang dimaksud dapat berupa
masalah pembuktian yang dalam pemecahannya siswa dituntut untuk memberikan
alasan-alasan logis yang mendukung argumennya dan saat itulah siswa akan
berpikir, beranalisis, dan bernalar matematis sehingga dapat memunculkan
karakter-karakter berpikir kritis.
Kata Kunci : Berpikir Kritis, Penalaran matematis, Pemecahan
Masalah Matematika

semacam “phobia” ketika mendengar


PENDAHULUAN kata “matematika”. Padahal pada
Matematika masih kerap kali kenyataannya, matematika menjadi
menjadi mata pelajaran yang ratu dari berbagai ilmu terapan lain.
menakutkan bagi sebagian siswa. Matematika sangat penting untuk
Bahkan ada kalanya siswa mengalami dipelajari, kaitannya dalam

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1421


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

penggunaan matematika dalam b. Pengetahuan tentang metode-


kehidupan sehari-hari yang sangat metode pemeriksaan dan
banyak sekali. Tidak hanya dari segi penalaran yang logis;
konsepnya saja, namun berkaitan c. Keterampilan untuk menerapkan
dengan strategi pemecahan masalah metode-metode tersebut. Berpikir
matematika yang dapat dilatihkan kritis menuntut upaya keras
dalam pembelajaran matematika untuk memeriksa setiap
sangat berguna untuk mencetak keyakinan atau pengetahuan
generasi yang berdaya saing dengan asumtif berdasarkan bukti
mengembangkan penalaran dan pendukungnya dan kesimpulan-
kemampuan berpikir kritis. kesimpulan lanjutan yang
Seperti yang kita ketahui diakibatkannya.
bahwa tujuan diberikannya mata Berdasarkan pendapat tersebut, maka
pelajaran matematika, yaitu agar dapat disimpulkan bahwa berpikir
semua peserta didik mulai dari kritis adalah proses berpikir
sekolah dasar sampai perguruan menggunakan nalar, beralasan,
tinggi memiliki kemampuan berpikir sistematis, logis untuk menghasilkan
logis, analistis, sistematis, kritis, dan suatu keputusan yang rasional
kreatif, serta kemampuan sehingga berani
bekerjasama. Kompetensi tersebut mempertanggungjawabkan
diperlukan agar peserta didik dapat keputusannya tersebut. Jadi di dalam
memiliki kemampuan memperoleh, berpikir kritis membutuhkan
mengelola, dan memanfaatkan penalaran logis. Penalaran yang
informasi untuk bertahan hidup pada dimaksud disini adalah suatu proses
keadaan yang selalu berubah, tidak berpikir dalam pencapaian suatu
pasti dan kompetitif (Depdiknas, kesimpulan logis berdasarkan fakta
2006). Jelaslah bahwa kemampuan dan sumber yang relevan.
berpikir kritis menjadi aspek yang Menurut Stancey (2010),
sangat penting untuk dilatih dan reasoning in mathematics is a
ditingkatkan dalam pembelajaran cognitive process of looking for
matematika yang dalam hal ini reasons and looking for conclusion.
berkaitan dengan pemecahan Berdasarkan definisi tersebut jelas
masalah-masalah matematika. bahwa penalaran dalam matematika
Tentang berpikir kritis, adalah suatu proses kognitif dalam
Glaser (dalam Fisher, 2009:3) mencari alasan dan mencari
mendefinisikan berpikir kritis sebagai kesimpulan. Dengan demikian daya
: nalar seseorang mempengaruhi
a. Suatu sikap mau berpikir secara pengambilan keputusan dalam
mendalam tentang masalah- hidupnya, sehingga penalaran sangat
masalah dan hal-hal yang berada penting dalam menumbuh
dalam jangkauan pengalaman kembangkan kemampuan berpikir
seseorang kritis. Dalam matematika, penalaran

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1422


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

berfungsi untuk mengkaji objek- Berpikir kritis dan kreatif merupakan


objek matematika yang bersifat perwujudan dari berpikir tingkat
abstrak. Abstrak disini, karena tinggi (higher order thinking)
berkaitan dengan pola, bentuk, (Siswono, 2007:23). Hal tersebut
ukuran, serta cara berpikir yang tidak menunjukkan bahwa berpikir kritis
bisa dilihat secara langsung, sebenarnya lebih kompleks daripada
dipegang, diraba, ataupun ditangkap berpikir biasa. Berpikir biasa dapat
oleh panca indera yang diartikan sebagai berpikir dasar yang
lainnya.Sehingga dapat dikatakan hanya memahami konsep dan hanya
bahwa matematika dipahami melalui mengenali konsep berada pada satu
penalaran dan penalaran dapat dilatih setting. Sedangkan berpikir kreatif
melalui matematika. dan berpikir kritis lebih tinggi dari
Bentuk latihan yang dapat hanya sekedar memahami dan
diberikan untuk memancing daya mengenali konsep tersebut, karena
nalar siswa adalah berupa pemecahan membutuhkan kemampuan mental
masalah matematika. masalah dan intelektual yang tinggi. Jika
matematika adalah suatu kondisi diurutkan, berpikir kreatif merupakan
yang dihadapi oleh seseorang dan kelanjutan dari berpikir kritis, dengan
harus diselesaikan yang melibatkan menciptakan sesuatu sebagai
konsep matematika dalam analisisnya.
penyelesaiannya tersebut. Untuk Ennis (dalam Fisher, 2009:4)
memancing daya nalar matematis mendefinisikan bahwa “berpikir kritis
siswa, masalah berupa pembuktian adalah pemikiran yang masuk akal
adalah cara ampuh yang dapat dan reflektif yang berfokus untuk
digunakan untuk mengembangkan memutuskan apa yang seharusnya
wawasan matematika dan dipercaya atau dilakukan”. Pendapat
menumbuhkembangkan kemampuan ini menyatakan bahwa berpikir kritis
berpikir kritis. Dalam membuktikan berarti mengambil keputusan secara
suatu permasalahan matematika, hati-hati dengan menggunakan
seorang siswa dituntut untuk penalaran yang masuk akal
memberikan alasan-alasan logis yang berdasarkan ilmu pengetahuan.
mendukung argumennya dan saat Berdasarkan pendapat para
itulah siswa akan berpikir, ahli di atas maka dapat disimpulkan
beranalisis, dan bernalar bahwa berpikir kritis adalah proses
menggunakan pengalaman serta berpikir menggunakan nalar,
pengetahuannya yang terkait dengan beralasan, sistematis, logis untuk
permasalahan yang diberikan menghasilkan suatu keputusan yang
tersebut. rasional sehinnga berani
mempertanggungjawabkan
A. Kemampuan Berpikir Kritis keputusannya tersebut.
Banyak para ahli yang telah
mendifinisikan tentang berpikir kritis.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1423


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

B. Karakter Berpikir Kritis diperlukan untuk membuat suatu


Pada dasarnya kemampuan kesimpulan yang masuk akal, 5)
berpikir kritis erat kaitannya dengan Eksplanasi, yaitu kemampuan untuk
berpikir kritis dan indikator- menjelaskan atau menyatakan hasil
indikatornya. Indikator berpikir kritis pemikiran berdasarkan bukti,
dapat dilihat dari karakteristiknya metodologi, dan konteks, 6) Regulasi
sehingga dari karakter tersebut diri, yaitu kemampuan seseorang
praktis seseorang telah memiliki untuk mengatur berpikirnya. Dengan
kemampuan berpikir kritis. Wade regulasi diri, seseorang akan
(dalam Filsaime, 2008:81) memeriksa ulang dan memperbaiki
menjelaskan karaketristik berpikir hasil berpikirnya sehingga
krits yang melibatkan kemampuan- menghasilkan kesimpulan/ keputusan
kemampuan: yang baik.
a. mengajukan berbagai pertanyaan Glaser (dalam Fisher, 2001:7)
b. mengidentifikasi masalah mendaftar kemampuan berpikir kritis
c. Menguji fakta-fakta yaitu kemampuan untuk:
d. Menganalisis asumsi dan bias a. Mengenal masalah
e. Menghindari penalaran emosional b. Menemukan cara-cara yang
f. menghindari oversimplikasi dipakai untuk mengetahui masalah
g. mempertimbangkan inetrpretasi c. Mengumpulkan dan menyusun
lain informasi yang diperlukan
h. Mentoleransi ambiguitas d. Mengenal asumsi-asumsi dan
Sejalan dengan Wade, Facion nilai-nilai yang tidak dinyatakan
(dalam Filsaime, 2008:66-68) e. Memahami dan menggunakan
mengungkapkan enam kemampuan bahasa yang tepat, jelas, dan khas
berpikir kritis utama yang terlibat di f. Menganalisis data
dalam proses berpikir kirtis, yaitu : 1) g. Menilai fakta dan mengevaluasi
Interpretasi, yaitu kemampuan untuk pernyataan-pernyataan
memahami, menjelaskan dan h. Mengenal adanya hubungan yang
memberi makna suatu data atau logis antara masalah-masalah
informasi, 2) Analisis, yaitu i. Menarik kesimpulan-kesimpulan
kemampuan untuk mengidentifikasi dan kesamaan-kesamaan yang
hubungan dari beberapa informasi diperlukan
yang dipergunakan untuk j. Menguji kesimpulan-kesimpulan
mengekspresikan pemikiran atau dan kesamaan-kesamaan yang
pendapat, 3) Evaluasi, yaitu yang seseorang ambil
kemampuan untuk menguji k. Menyusun kembali pola-pola
kebenaran dari informasi yang keyakinan seseorang berdasarkan
digunakan dalam mengekspresikan pengalaman yang lebih luas, dan
pemikiran, 4) Inferensi, yaitu l. Membuat penilaian yang tepat
kemampuan untuk mengidentifikasi tentang hal-hal dan kualitas-
dan memperoleh unsur-unsur yang

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1424


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

kualitas tertentu dalam kehidupan dengan seseorang yang menggunakan


sehari-hari. kemampuan berpikir kritis dalam
Wijaya (2007:72) menyatakan kasus lain seperti, periklanan,
karakteristik berpikir kritis pendidikan, dan lain sebagainya.
diantaranya adalah sebagai berikut: Tidak berpaling dari hal tersebut,
a. Mampu membedakan ide yang seorag siswa yang menggunakan
relevan kemampuan berpikir kritis dalam
b. Mampu mendaftar segala akibat meghadapi masalah matematika
yang mungkin terjadi atau belum tentu akan sama dengan
alternatif pemecahan masalah seorang siswa yang sedang
c. Mampu menarik kesimpulan dari menghadai masalah dalam mata
data yang telah ada dan terseleksi pelajaran lain. Maka dari itu tidak
d. Mampu menganalisis isi, semua karakter yang disebutkan
hubungan prinsip, dan bias merupakan karakter yang relevan
e. Mamapu membuat interpretasi dengan masalah matematika.
pengertian, definisi, reasoning, dan Pendapat yang dikemukakan para ahli
isu yang kontroversial diatas pada hakikatnya saling
f. Sanggup mendeteksi bias atau mendukung tentang tahapan seorang
penyimpangan-penyimpangan siswa berpikir kritis.
g. Mampu membuat hubungan yang Penulis merangkum 5
berurutan antara satu masalah karakteristik berpikir kritis yang
Dari karakteristik-karakteristik yang dianggap paling mewakili dari
disampaikan oleh para ahli di atas kemampuan berpikir kritis siswa
tampak masih bersifat umum dan dalam memecahkan masalah
belum bersifat operasional sehingga matematika, Karakteristik
sulit untuk dianalisis. Karakteristik- kemampuan berpikir kritis tersebut
karakteristik tersebut bisa terjadi dan yaitu :
muncul ada bermacam-macam kasus. a. Kemampuan untuk membedakan
Tidak semua karakter akan tampak informasi yang relevan dan yang
seketika, maupun tampak secara tidak relevan
berurutan ketika seseorang hanya b. kemampuan untuk menganalisis
sedang menghadapi satu masalah masalah
saja. Karakter-karakter lain akan c. Kemampuan untuk mendeteksi
muncul ketika seseorang yang kekeliruan dan memperbaiki
berpikir kritis menghadapi pesoalan kekeliruan konsep
atau masalah yang lain. Itu artinya d. Kemampuan memahami
kasus berbeda karakter berpikir kritis karakteristik suatu hal tertentu
yang digunakan pun berbeda. Sebagai meskipun diubah bentuknya
ilustrasi yang dapat menggambarkan e. Kemampuan untuk mengambil
hal ini misalnya seseorang dalam keputusan/kesimpulan setelah
menggunakan berpikir kritisnya seluruh fakta dikumpulkan dan
dalam kasus politik akan berbeda dipertimbangkan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1425


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

C. Penalaran Matematis tetapi juga mencakup beberapa


Istilah penalaran atau proses, antara lain, mengumpulkan
reasoning dijelaskan oleh Copi bukti, analisis data, membuat dugaan,
(1998) sebagai berikut, “Reasoning is membangun argumen, menarik
a special kind of thinking in which simpulan, mensahihkan simpulan
inference takes place, in which yang logis, serta membuktikan
conclusions are drawn from kebenaran pernyataan dengan tegas.
premises” Berdasarkan pendapat Lebih lanjut, Russel (dalam English)
tersebut penalaran merupakan menambahkan bahwa penalaran
kegiatan, proses atau aktivitas metematika memuat perkembangan,
berpikir untuk menarik suatu pembenaran, dan penggunaan
kesimpulan atau membuat suatu generalisasi metematika yang
pernyataan baru berdasar pada mengarah pada keterkaitan
beberapa pernyataan yang diketahui pengetahuan matematika dalam
benar ataupun yang dianggap benar bidang matematika. Hal ini berarti
yang disebut premis. Tidak semua penalaran matematika selalu
berpikir dapat dikatakan bernalar. Hal menggunakan pengetahuan-
ini sesuai dengan pendapat Copi pengetahuan dan aturan-aturan yang
(1998), “All reasoning is thinking ada dalam matematika.
but not all thinking is reasoning”, Menurut Stancey (2010)
Misalnya mengingat atau Reasoning in mathematics is a
membayangkan sesuatu. Penalaran cognitive process of looking for
merupakan kegiatan berpikir yang reasons and looking for conclusions.
mempunyai karakteristik tertentu Penalaran dalam matematika adalah
untuk menemukan kebenaran. proses kognintif dalam mencari
Karakteristik yang dimaksud adalah alasan dan mencari kesimpulan.
pola berpikir yang logis dan proses Dalam mempelajari matematika,
berpikirnya analitis. siswa perlu untuk mempelajari
English (2004) menyatakan, tentang alasan yang telah ditemukan
“The tradition view of sebelumnya untuk mendukung suatu
mathematical reasoning as superior kesimpuan. Sebagai contoh, mengapa
computational and analytical skill jumlah sudut pada sebarang segitiga
has been revised to accommodate adalah 180 derajat dan mereka juga
processes that are important in perlu untuk mengikatnya dalam
today’s era. These include gathering penalarannya yang dibutuhkan pada
evidence, analyzing data, making saat menghadapi suatu permasalahan.
conjuctures, constructing argument, Belajar tentang penalaran para ahli
drawing and validating logical seharusnya membantu dalam
conclusion, and proving assertions” perkembangangan kemampuan
Berdasarkan pendapat di atas penalaran kita, hal itu seharusnya
penalaran matematika tidak hanya membuktikan sebuah keyakinan
kemampuan berhitung dan analisis, bahwa matematika memberikan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1426


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

manfaat, tidak hanya sekumpulan kedua ahli tersebut dapat disimpulkan


sebarang aturan dan secara umum bahwa masalah adalah suatu kondisi
mampu mendemonstrasikan karakter yang dihadapi seseorang atau
deduktif matematika secara unik. kelompok dan tidak dapat
Berdasarkan uraian di atas diselesaikan secara langsung. Jadi
maka dapat disimpulkan bahwa yang tidak semua masalah yang dihadapi
dimaksud dengan penalaran seseorang merupakan masalah bagi
matematis adalah Penerapan logika orang lain.
atau pola pikir abstrak dalam Polya (1973:23) menyatakan
pemecahan masalah matematika bahwa terdapat dua jenis masalah
menggunakan pengalaman dan dalam matematika, yaitu :
pengetahuan yang dimiliki 1. Masalah matematika, dapat
sebelumnya . teoritis atau prakits, abstrak atau
konkrit, kita harus mancari
D. Masalah Matematika semua variabel masalah tersebut,
Masalah adalah kesenjangan menghasilkan atau
antara teori dengan praktek atau mengkronstruksi semua jenis
antara harapan dengan kenyataan. objek yang dapat dipergunakan
Siswono (2008 : 34), mengungkapkan untuk menyelesaikan masalah
bahwa masalah bagi seseorang itu. Bagian utama dari jenis
bersifat pribadi/individual. Masalah masalah ini adalah, Apakah yang
dapat diartikan suatu situasi atau dicari, Bagaimana data yang
pertanyaan yang dihadapi seorang diketahui, serta bagaiman
individu atau kelompok ketika syaratnya. Ketiga bagian utama
mereka tidak mempunyai aturan, tersebut sebagai landasan untuk
algoritma/prosedur tertentu atau dapat menyelesaikan masalah
hukum yang segera dapat digunakan jenis ini.
untuk menentukan jawabannya. 2. Masalah membuktikan, adalah
Senada dengan pernyataan tersebut untuk menunjukkan bahwa suatu
Hudojo (1988:119) menyatakan pernyataan itu adalah benar atau
bahwa suatu pernyataan akan salah, atau tidak kedua-duanya.
merupakan masalah hanya jika Bagian utama dari masalah jenis
seseorang tidak mempunyai ini adalah hipotesa dan konklusi
aturan/hukum tertentu yang segera dari suatu teorema yang harus
dapat dipergunakan untuk dibuktikan kebenarannya. Kedua
menentukan jawaban pertanyaan bagian utama tersebut sebagai
tersebut. Masalah bersifat subjektif landasan untuk dapat
bagi setiap orang, artinya suatu menyelesaikan masalah ini.
masalah dapat merupakan masalah Berdasarkan uraian di atas
bagi seseorang, namun bukan maka dapat disimpulkan bahwa
merupakan masalah bagi orang lain. masalah matematika adalah suatu
Berdasarkan pendapat dari kondisi yang dihadapi oleh seseorang

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1427


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dan harus diselesaikan yang sehingga penalaran matematis


melibatkan konsep matematika dalam disini muncul ketika siswa dapat
penyelesaiannya tersebut. Untuk menyusun informasi-informasi
memancing daya nalar matematis mana yang diperlukan untuk
siswa, masalah berupa pembuktian menyelesaikan masalah yang
adalah cara ampuh yang dapat dihadapi. Siswa yang berpikir
digunakan untuk mengembangkan kritis menggunakan penalaran
wawasan matematika dan matematis akan dapat memahami
menumbuhkembangkan kemampuan dan menangkap isi/inti informasi
berpikir kritis. Dalam membuktikan dari soal tersebut dengan
suatu permasalahan matematika, mengabaikan informasi-informasi
seorang siswa dituntut untuk yang tidak relevan dengan masalah
memberikan alasan-alasan logis yang yang diberikan.
mendukung argumennya dan saat
itulah siswa akan berpikir, b. kemampuan untuk menganalisis
beranalisis, dan bernalar masalah
menggunakan pengalaman serta Penalaran matematis pada
pengetahuannya yang terkait dengan kemampuan ini berguna untuk
permasalahan yang diberikan memperjelas kemungkinan, fakta,
tersebut. opini, yang mendukung dalam
penyelesaiaan masalah serta
D. Menumbuh Kembangkan menganalisis kemungkinan solusi
Kemampuan Berpikir Kritis yang nantinya akan digunakan
Melalui Penalaran Matematis dalam menyelesaikan masalah
dalam Menyelesaikan Masalah matematika yang akhirnya
Matematika menentukan langkah dalam
menyimpulkan solusi dari masalah
Mengacu pada karakter yang dihadapi. Kemampuan ini
berpikir kritis dalam memecahkan muncul pada saat siswa
masalah matematika, maka dapat dihadapkan pada suatu
dijelaskan tentang penalaran permasalahan yang kompleks,
matematis yang terkait dengan siswa akan mampu menangkap
karakter-karakter tersebut, seperti maksud dari permasalahn tersebut.
berikut : Siswa yang berpikir kritis dapat
mengetahui apa yang ditanyakan
a. Kemampuan untuk dalam soal dan mampu
membedakan informasi yang memodelkan permasalahn tersebut
relevan dan yang tidak relevan ke dalam bentuk matematika serta
Karakter ini berkaitan dengan menghubungkan dengan
kemampuan siswa menilai fakta konsep/rumus yang telah dipelajari
dan mengevaluasi pernyataan- sebelumnya untuk menemukan
pernyataan yang diperoleh, solusi dari permasalahan yang

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1428


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dihadapi tersebut. e. Kemampuan untuk mengambil


keputusan/kesimpulan setelah
c. Kemampuan untuk mendeteksi seluruh fakta dikumpulkan dan
kekeliruan dan memperbaiki dipertimbangkan
kekeliruan konsep Karakter ini akan muncul ketika
Siswa yang mampu bernalar siswa dihadapakan pada fakta-
matematis akan mampu fakta yang terangkum, siswa
mendeteksi serta memperbaiki menganalisis fakta-fakta yang
kekeliruan konsep dari soal atau terkumpul yang tentunya
masalah matematika yang menggunakan penalaran. Siswa
diberikan. Ada kalanya memang yang kritis mampu mengambil
disengaja atau tidak, soal diberikan keputusan/kesimpulan dari hasil
dengan menyelipkan kekeliruan analisisnya.
konsep yang memang bertujuan Berdasarkan Uraian di atas
untuk memancing daya nalar maka langkah yang dapat ditempuh
siswa. Namun jika siswa berpikir oleh para pendidik untuk
kritis menggunakan penalaran menumbuhkembangkan kemampuan
matematis maka siswa tersebut berpikir kritis peserta didik adalah
akan mampu memanggil dengan mengembangkan strategi-
pengetahuan yang dimiliki untuk strategi pembelajaran dan perangkat
mendeteksi kesalahan tadi. pembelajaran yang tepat yang mampu
menumbuhkan karakter-karakter di
d. Kemampuan memahami atas yang tentunya dapat memancing
karakteristik suatu hal tertentu daya nalar para peserta didik.
meskipun diubah bentuknya
Ada kalanya suatu masalah
matematika ditampilkan dalam SIMPULAN
bentuk non rutin yang baru Berpikir kritis adalah proses
pertama kali dihadapkan kepada berpikir menggunakan nalar,
siswa, siswa yang berpikir kritis beralasan, sistematis, logis untuk
menggunakan daya nalarnya, akan menghasilkan suatu keputusan yang
tetap mampu memanggil rasional sehingga berani
pengetahuannya untuk mengaitkan mempertanggungjawabkan
bentuk yang baru tersebut dengan keputusannya tersebut. Jadi penalaran
masalah rutin yang biasa mereka matematika muncul pada saat
temukan untuk menemukan seseorang berpikir kritis. Penalaran
keterkaitannya sehingga pada menjadi pusat dalam mempelajari
akhirnya mampu menganalisis matematika, sehingga dalam
masalah dan menemukan solusi memecahkan masalah matematika
yang diharapkan. dibutuhkan penalaran matematis dan
penalaran matematis dapat dilatih dan
dikembangkan melalui pemecahan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1429


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

masalah matematika. Maka untuk Rahasia Berpikir Kritis dan


menumbuhkemabangkan Kreatif . Jakarta : Prestasi
kemampuan berpikir kritis para Pustaka.
peserta didik harus dilatih dengan Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis.
pemecahan masalah matematika yang Jakarta : Erlangga.
dapat memancing daya nalarnya Hudojo, Herman. 2003.
sehingga memunculkan karakter- Pengembangan Kurikulum
karakter berpikir kritis. dan pembelajaran
matematika. Malang :
SARAN Universitas Negeri Malang.
Melihat betapa pentingnya Polya, G. 1973. How to solve it.
penalaran matematis guna Second edition. New Jersey:
menumbuhkembangkan kemampaun Princeton University Press.
berpikir kritis, penulis menyarankan Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan
agar para guru ataupun dosen mulai masalah, Penalaran, dan
mengembangkan pembelajaran yang komunikasi. Departemen
dapat memancing daya nalar para Pendidikan Nasional
peserta didik, baik melalui model- Direktorat Jendral
model pembelajaran seperti PBL Pendidikan Dasar dan
(Problem Based Learning), Problem Menengah pusat
Possing serta memberikan peserta Pengembangan Penataran
didik latihan pemecahan masalah Guru (PPPG) Matematika :
berupa pembuktian-pembuktian Yogyakarta. Diakses pada 12
dalam matematika. November, 2015
Siswono, Tatag Yuli Eko. 2007.
DAFTAR PUSTAKA Model Pembelajaran
Copi, Irving M. 1978. Introduction to Matematika Berbasis
Logic. Mcmillan Publishing Pengajuan dan Pemecahan
Co, Inc. New York Masalah Untuk
Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Meningkatkan Kemampuan
Satuan Pendidikan (KTSP). Berpikir Kreatif. Surabaya:
Jakarta: Depdiknas. Unesa University Press.
English, Lyn D. 2004. Mathematical Stancey, Kaye. 2010. Mathematics
And Logical Reasoning of Teaching and Learning to
Young Learners. London: reach beyond the Basics.
Lawrence Erlbaum Research of Conference.
Assosiates, Publisher. University of Melbourne
Filasaime, Dennis.K. 2008. Menguak

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1430


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE THINK


PAIR AND SHARE (TPS) DAPATMENINGKATKANSIKAP
MATEMATIKADANPRESTASIBELAJARSISWAKELAS XI 𝐈𝐏𝐒 𝟏 SMA N 1
PALIBELOPADAMATERISTATISTIKATAHUNPELAJARAN 2015/2016.

RAODATUL JANNAH
Ratunurraodatulannah@yaoo.co.id
Wisudawan terbaik ke-2 jurusan pendidikan matematika
Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Class Room Action


Research) yang direncanakan dalam beberapa siklus dan dilaksanakan dalam dua
siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS1 SMA N 1 Palibelo dengan
jumlah siswa 28 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 14 siswa
perempuan.Tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
evaluasi dan refleksi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan sikap
matematika dan prestasi belajar pada materi statistika siswa kelas XI IPS1 SMA N
1 Palibelotahunpelajaran 2015/2016.Teknik pengumpulan data yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah :(1) data tentang sikap matematika siswamenggunakan
lembar angket.(2) Data tentang kemampuan prestasi balajar Siswa dikumpulkan
dengan memberikan tes/evaluasi pada setiap akhir siklus. Ketentuan belajar ≥ 85%
dan sikap matematik asiswa minimal berkategori baik merupakan indikator yang
digunakan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi.
Hasil penelitian yang didapat adalah sebagai berikut: Siklus I; Rata-rata
pengisian angket 79,48 dengan kategori kurang baik, dan nilai rata-rata hasil
prestasi belajar siswa64,43terdapat 20 siswa yang telah tuntas dari 28 siswa yang
mengikuti tes dengan prosentase ketuntasan belajarnya sebesar 71,42%, dan 8
siswa belum tuntas atau 28.58%. Terjadi peningkatan pada Siklus II; Rata-rata
pengisian angket meningkat menjadi 111,25 dengan kriteria baik, dan nilai rata-rata
hasil prestasi belaja rnaik 15,11 poin menjadi 79,54 dengan presentase ketuntasan
belajarnya 96,43%. Kemudian tingkat ketuntasan siswa dapat digambarkan bahwa
dari 28 siswa kelas XI IPS1 SMA N 1 Palibelo yang dinyatakan telah tuntas
sebanyak 27 siswa atau 96,43% dan siswa yang belum tuntas sebanyak 1 siswa
atau 3,57%. Hasil tersebut menunjukkan sudah tercapainya indikator penelitian
yang ditetapkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran koperatif tipe Think Pair and Share (TPS) pada materi statistika
dapat meningkatkan sikap matematika dan prestasi belajarsiswa kelas XI IPS1
SMA N 1 Palibelotahun pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair and Share (TPS),
Kematangan Sikap, Prestasi belajar, Statistika

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1431


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

PENDAHULUAN dapat mengembangkan pemikiran


Pendidikan dan pengajaran kritis, kreatif, sistematis, dan logis,
adalah salah satu usaha yang matematika juga telah memberikan
bersifat sadar tujuan yang dengan kontribusi dalam kehidupan
sistematis terarah pada perubahan sehari-hari mulai dari hal yang
tingkah laku menuju kedewasaan sederhana seperti perhitungan
anak didik (Sardiman A.M. dasar (basic calculation) sampai
2012:12). Kedewasaan anak didik hal yang kompleks dan abstrak.
sangatlah diperlukan untuk Namun pada kondisi objektifnya
kemajuan suatu bangsa tidak hasil yang diraih oleh siswa-siswi
dilihat dari kekayaan sumber daya masih jauh dari apa yang
alamnya saja tetapi pada saat ini diharapkan.
juga dilihat dari kemampuan Proses pembelajaran yang
sumber daya manusianya sendiri berlangsung di SMA Negeri 1
bagaimana memanfaatkan suatu Palibelo berdasarkan hasil
sumber daya alam yang ada di observasi yaitumasih berpusat
Negaranya, namun pada guru, suasana kelas
permasalahannya saat ini ialah cenderung teacher-centered
banyak siswa-siswi yang kurang sehingga siswa menjadi pasif.
mencintai pendidikan terutama Siswa lebih sering hanya diberikan
yang paling disorot ialah pelajaran rumus-rumus yang siap pakai
matematika. tanpa memahami makna dari
Pembelajaran matematika rumus-rumus tersebut. Kerja yang
bersifat abstrak, maka belajar dilakukan itu bukanlah jenis
matematika memerlukan daya aktifitas berfikir melainkan suatu
nalar yang tinggi. Demikian pula latihan yang merupakan hafalan
dalam mengajar matematika guru belaka. Berbanding terbalik
harus mampu mengabstraksikan dengan yang kita ketahui
obyek-obyek matematika dengan bersamabahwa belajar matematika
baik sehingga siswa dapat sebenarnya untuk mendapatkan
memahami obyek matematika pengertian hubungan dan simbol
yang diajarkan. Hudoyo (2009:8) yang kemudian mengaplikasikan
menyatakan bahwa belajar konsep-konsep yang di temukan
matematika merupakan suatu kesituasi yang nyata. Disamping
struktur hierarki dari konsep- itutanggung jawab dan kesiapan
konsep lebih tinggi yang dibentuk siswa yang masih jauh dari yang di
apa yang telah terbentuk harapkan, sehingga dengan sadar
sebelumnya. Disamping siswa acuh tak acuh bahkan
ituMatematika sebagai salah satu terkadang mengangap matematika
mata pelajaran yang memegang materi yang membosankan. Hal ini
peranan yang sangat penting semakin terlihat pada presentasi
dalam pendidikan. Karena selain prestasi belajar siswa yang masih

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1432


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dibawah standar. untuk itu perlu


Berdasarkan hasil wawancara diciptakan/direncanakan sebuah
peneliti pada tanggal 29 april 2015 kondisi belajar yang menyenangkan
dengan guru bidang studi bagi peserta didik. Dengan kondisi
matematika yang mengajar pada yang menyenangkan peserta didik
kelas XI IPS SMA Negeri 1 lebih termotivasi dalam belajar,
Palibelo, bahwa rata-rata hasil minat yang tinggi dalam belajar,dan
belajar siswa dikategorikan masih memiliki sikap matematika yang
rendah. Hal ini dapat dilihat dari baik, dan pada akhirnya dapat
data nilai akhir semester siswa meningkatkan prestasi belajar
kelas XIIPS semester ganjil dalam peserta didik
tiga tahun terakhir sebagai berikut Melihat kondisi tersebut
: peneliti sangat tertarik untuk
Tabel 1.1Nilai Rata-Rata ulangan melakukan Penelitian Tindakan
semester siswa kelas XI Kelas (PTK). Dengan penelitian
IPSpada mata pelajaran tindakan kelas (PTK), peneliti
matematika akan mencoba merancang proses
Nilai rata – rata pembelajaran yang lebih menarik
TAHUN KKM SEMESTER
IPS1 IPS2 IPS3 dari sebelumnya yaitu dengan
mencoba menerapkan metode
2012/2013 64 65,3 63,8 65 GANJIL pembelajaran yang bervariasi serta
model pembelajaran yang bisa
2013/2014 64 64,7 65,2 65 GANJIL
memberikan kebebasan bagi siswa
2014/1015 65,6 65,9 64,3 65 GANJIL
untuk mengekspresikan
kemampuannya dan ide-ide yang
Sumber : Data Kurikulum SMAN1 mereka miliki. Tentu saja dalam
Palibelo hal ini prosedur yang ada dalam
model pembelajaran itu diterapkan
Kenyataan tersebut tidak semaksimal mungkin agar siswa
dapat dipungkiri bahwa salah satu bisa secara sadar mengamati,
faktor penyebab minimnya hasil mengumpulkan, mengelola, dan
belajar dipengaruhi oleh metode manyampaikan informasi yang
atau model pembelajaran yang sesuai dengan kehidupan yang
digunakan.Oleh karena itu nyata.
dibutuhkan sebuah model dan Terdapat banyak model
gaya pengajaran yang mampu pembelajaran salah satunya adalah
mengubah kenyataan dengan model pembelajaran kooperatif
menjadikan siswa berprestasi. tipe Think-Pair-Share
Belum maksimalnya hasil (TPS).Think-Pair-Share memiliki
belajar matematika tidak terlepas prosedur yang ditetapkan secara
dari proses pembelajaran eksplisit untuk memberi siswa
matematika yang dilaksanakan, waktu lebih banyak untuk berpikir,

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1433


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

menjawab, dan saling membantu pola interaksi siswa. Mengajukan


(Nurhadi dkk, 2003:66).Setelah pertanyaan selama pembelajaran
guru menyajikan suatu topik atau dikelas adalah cara yang tepat
setelah siswa membaca suatu untuk melibatkan peserta didik
tugas, selanjutnya guru meminta secara aktif, mengukur
siswa untuk memikirkan pemahaman pesrta didik, atau
permasalahan yang ada dalam mengarahkan peserta didik dalam
topik/bacaan tersebut. Dalam menerapkan pengetahuan baru.
model ini siswa di tuntut untuk Salah satu starategaiyang
memikirkan suatu topik, memadukan pola berpilir individu
berpasangan dengan siswa lain dan dan kelompok adalah think pair
mendiskusikannya, kemudian and share (TPS) strategi ini
berbagi ide dengan seluruh dikembangkan oleh Frang Lyman
kelas.Dengan beranggota dua di universitas Maryland.
orang dalam satu kelompok Think Pembelajaran thin pair
Pair and Share akan meberi and share memiliki prosedur yang
keseriusan dan keharusan untuk diterapkan secara eksplisit untuk
bertanggungjawab bagi siswa memberikan peserta didik waktu
dalam menyelesaikan tugas lebih banyak untuk berpkir,
sehingga secara tidak sadar sikap menjawab dan saling membantu
siswa akan memenuhi satu sama lain. Think pair share
kematangan, ketika hal demikian sangat membantu karena
terjadi prestasi siswa akan diskusinya terstruktur. Peserta
meningkat. didik mengikutu sebuah proses
Berdasarkan uraian di atas yang ditentukan dengan
peneliti ingin melakukan membatasi pemikiran off-task dan
penelitian tentang “implementasi off-task behavior, dan
model pembelajaran kooperatif akuntabilitas yang dibangun
tipe Think Pair and Share karena masing-masing harus
(TPS)untuk meningkatkan melaporkan kepada seorang
kematangan sikap dan pasangan, dan kemudian pasangan
prestasibelajar siswa kelas XI IPS1 harus melaporkan kepada kelas.
SMA Negeri 1 Palibelo pada Tahapan penerapan thik
materi statistikaTahun pelajaran paire share terdiri dari tiga tahap:
2015/2016. 1. Thingking: guru mengajukan
a. Pengertian Think Pair and sebuah pertanyaan atau isu dan
Shere (TPS) meminta setiap peserta didk
Strategi think pair share mempergunakan waktu beberapa
(TPS) atau berpikir berpasangan menit untuk memikirkan jawaban
berbagai adalah merupakan jenis mereka secara mandiri untuk
pembelajaran kooperatif yang beberapa saat
dirancang untuk mempengaruhi

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1434


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

2. Pairing: selanjutnya, peserta 5. Memungkinkan siswa untuk


didik diminta untuk merumuskan dan mengajukan
berpasangan dengan pertanyaan-pertanyaan
pesertadidik lain dan meminta mengenai materi ynag di
mendiskusikan apa yang telah ajarkan karena secara tidak
dipikirkan pada tahapan langsung memperoleh contoh
pertama. 4–5 menit adalah pertanyaan yang di ajukan
waktu normal yang diberikan oleh guru, serta memperoleh
untuk tahapan ini. Interaksi kesempatanuntuk memikirkan
yang diberikan adalah peserta materi yang diajarkan.
didik dapat berbagi jawaban Berdasarkan pendapat
dari pertanyaan atau ide bila diatas dapat disimpulkan
persoalan telah diidentifikasi bahwa keungulan TPS adalah
3. Sharing: sepasang peserta memberi siswa waktu lebih
didik kemudian diminta untuk banyak untuk berfikir,
berbagi dan mereka menjawab, dan saling
mendiskusikannya dengan membantu satu sama lain,
seluruh peserta didik dalam lebih mudah dan cepat
kelas. Mereka diminta tidak membentuk kelompoknya,
hanya mendiskusikan isinya siswa lebih aktif dalam
tetapi juga tentang cara pembelajaran karena dapat
mereka memikirkannya menyelesaikan sendiri
b. Keunggulan Thing Pair and tugasnya dalam kelompok,
Share(TPS) dimana tiap kelompok hanya
1. Memberikan siswa waktu terdiri dari dua orang, siswa
lebih banyak untuk berpikir, memperoleh kesempatan
menjawab, dan saling untuk mempersentasikan hasil
membantu satu sama lain diskusinya dengan seluruh
2. Lebih mudah dan cepat siswa sehingga ide yang ada
membentuk kelompoknya. menyebar, memungkinkan
3. Siswa lebih aktif dalam siswa untuk merumuskan dan
pepmbelajaran karena mengajukan pertanyaan
menyelesaikan tugasnya pertanyaan mengenai materi
dalam kelompok, dimana tiap yang diajarkan karena secara
kelompok hanya terdiri dari tidaklangsung memperoleh
dua orang. contoh pertayaan yang
4. Siswa memperoleh diajurkan oleh guru, serta
kesempatan untuk memperoeh kesempatan untuk
mempersentasikan hasil memikirkan materi yang
diskusinya dengan seluruh diajarkan. Fadholi (2009:1)
siswa sehingga ide yang ada dalam Lukman (2014:17)
menyebar.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1435


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

c. Kelemahan Tink Pair and dewasa. (KBBI, 2002:722).


ShareTPS Arcavi (2007:2) sikap
1. Jumlah siswa yang ganjil matematika adalah
berdampak pada saat kecenderungan intelektual
pembentukan kelompok, terhadap matematika dan
karena ada satu siswa tidak pemecahan masalah, termasuk
mempunyai pasangan perspektif tentang apa
2. Jika ada perselisihan, tidak matematika dan aktivitas
ada penengah matematika.
3. Jumlah kelompok yang Katagiri (2007)
berbentuk banyak dalamSutarto dan Syarifuddin
4. Menggantungkan pada (2013:222) menyatakan bahwa
pasangan “mathematical thinking is like
5. Sangat sulit diterapkan an attitude, as in it can be
disekolaah yang rata-rata expressed as a state of
kemampuan siswanya tendah “attempting to do” or
Berdasarkan pendapat “working to do”someting. It is
diatas dapat disimpulkan not limitid to results
bahwa kelemahan TPS adalah represented by actions, as in
jumlah siswa yang ganjil “the ability to do,” or
berdampak pada saat “couldn’t do” something”
pembentukan kelompok, katagiri menegaskan bahwa
karena ada satu siswa yang berpikir matematika seperti
tidak mempunyai pasangan, sebuah sikap, didalamnya dapat
jika ada perselisihan, tidak ada dinyatakan sebagai keadaan
penengah, jumlah kelompok “mencoba untuk
yang berbentuk banyak, melakukannya” atau “bisa
menggantungkan pada melakukan” atau “tidak bisa
pasangan, sangat sulit melakukan” sesuatu.
diterapkan disekolah yang Dari pengertian diatas
rata-rata kemampuan siswanya dapat di simpulkan bahwa
rendah. Fadholi (2009:1) sikap matematika adalah sikap
dalam Lukman (2014:17). yang meliputi berusaha
memahami persoalan atau
2. Kematangan Sikap substansi persoalan matematika
Matematika secara mandiri, berusaha
Kematangan adalah mengambil tindakan logis,
keadaan individu dalam berusaha mengekspresikan hal-
perkembangan sepenuhnya hal yang jelas dan ringkas, dan
yang di tandai oleh berusaha mencari hal-hal yang
kemampuan aktual dalam lebih baik.
membuat pertimbangan secara Katagiri (2007) dalam

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1436


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Sutarto dan Syarifuddin (2010:48) berpendapat, bahwa


(2013:222) memberikan prestasi adalah hasil yang telah
beaberapa kriteria mengenai dicapai (dilakukan, dikerjakan,
sikap matematika dan lain sebagainya).
a. Attemping to grasp Sedangkan menurut Gagne
one;sown prolems or dikutip dari Yusniyah
objectives or substance (2010:22) prestasi adalah
clearly, by oneself (Berusaha penguasaan siswa terhadap
memahami persoalan atau materi pelajaran tertentu yang
substansi persoalan telah diperoleh dari hasil tes
matematika secara mandiri) belajar yang dinyatakan dalam
b. Attepting to take logical bentuk skor.
actions (Berusaha Melalui proses belajar seorang
mengembel tindakan logis) siswa akan mengalami
c. Attepting to express matters perubahan tingkah laku sebagai
clearly and succinctly akibat dari pengalaman-
(Beusaha menyatakan pengalaman yang diperolehnya
bebagai hal dengan jelas dan untuk mencapai prestasi
ringkas) maksimal. Slameto (2010:2)
d. Attepting to seek better mengemukakan bahwa belajar
things (Mencoba untuk adalah suatu proses usaha yang
mencari bebagai hal yang dilakukan seseorang untuk
lebih baik). memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara
3. PrestasiBelajar Matematika keseluruhan, sebagai hasil
Prestasi belajar merupakan pengalamannya sendiri dalam
tujuan pengajaran yang interaksi dengan
diharapkan semua peserta lingkungannya.
didik. Untuk menunjang Belajar adalah suatu bentuk
tercapainya tujuan pengajaran pertumbuhan atau perubahan
tersebut perlu adanya kegiatan dalam diri seseorang yang
belajar mengajar yang dinyatakan dalam cara-cara
melibatkan siswa, guru, materi bertingkah laku yang baru
pelajaran, metode pengajaran, berkat pengalaman dan latihan
kurikulum dan media (Oemar Hamalik, 2005:21).
pembelajaran yang sesuai Belajar adalah suatu perilaku
dengan kebutuhan siswa serta pada saat sedang belajar maka
didukung oleh lingkungan responsnya menjadi lebih baik.
belajar-mengajar yang Sebaliknya bila ia tidak belajar
kondusif. maka responsnya menurun.
Menurut WJS Poerdarminta Dalam belajar ditemukan hal
dikutip dari Nelly Maghfiroh sebagai berikut:

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1437


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

a. Kesempatan terjadinya Emzir, 2008:234). Penelitian


peristiwa yang menimbulkan tindakan pada umumnya sangat
responspebelajar, cocok untuk meningkatkan
b. ResponS sipebelajar, dan kualitas subyek yang hendak
konsekuensi yang bersifat diteliti. Oleh karena subyek di
menguatkan konsekuensi dalam penelitian ini adalah berupa
tersebut. (Dimyati, 2006: 9). kelas, dengan tujuan untuk
Menurut Sri Subarinah memperbaiki dan meningkatkan
(2006:1) menjelaskan proses pembelajaran secara
matematika adalah ilmu berkesinambungan, maka jenis
pengetahuan yang mempelajari penelitian ini lebih dikenal dengan
struktur yang abstrak dan pola penelitian tindakan kelas
hubungan yang ada (classroom action research).
didalamnya. Hakikatnya belajar Secara garis besar pelaksanaan
matematika adalah belajar tindakan ini dilakukan minimal
konsep, struktur konsep, dan dua siklus yang setiap siklus
mancari hubungan antar konsep meliputi empat tahapan yaitu
danstrukturnya. perencanaan, pelaksanaan
Berdasarkan tindakan, observasi, dan refleksi.
pengertian yang dikemukakan Adapun yang menjadi
para ahli, maka dapat dikatakan subyek dalam penelitian ini adalah
bahwa prestasi belajar 28 orang siswa kelas XI IPS1
matematika adalah tingkat Tahun Pelajaran 2015/2016,dengan
penguasaan siswa terhadap jumlahsiswa yang laki-lakinya
materi pelajaran matematika adalah 14 siswa dan untuk siswa
yang telah diperoleh darihasil perempuannya adalah 14 siswa.
tes belajar yang dinyatakan
dalam bentuk skor. Rencana Tindakan
Pada umumnya, tiap-tiap
METODE PENELITIAN siklus penelitian tindakan berisi
Jenis penelitian ini kegiatan:
merupakan Penelitian Tindakan perencanaan,tindakan,observasi,ev
Kelas (Classroom Action aluasi/refleksi. Berikut ini
Research). Penelitian tindakan dipaparkan model penelitian
kelas didefinisikan sebagai studi tindakan yang telah dikembangkan
sistematis dari upaya ahli.
meningkatkan praktik pendidikan Prosedur yang digunakan
oleh kelompok partisipan dengan dalam penelitian ini adalah
cara tindakan praktis mereka prosedur tindakan kelas dengan
sendiri dan dengan cara refleksi tahapan sebagai berikut :
mereka sendiri terhadap pengaruh a. Tahap perencanaan
tindakan tersebut (Hopkin dalam Dalam tahap perencanaan ini

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1438


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dilakukan kegiatan-kegiatan siswa untuk mengetahui sikap


sebagai berikut: siswa dalam proses
a. Membuat rencana pembelajaran, serta lembar
pelaksanaan pembelajaran observasi untuk mengetahui
(RPP) sesuai materi Statistik sikap guru dalam proses
b. Menyusun masalah-masalah pembelajaran.
dalam bentuk Lembar Kerja 3. Evaluasi
Siswa (LKS) Pada tahap ini kegiatan
c. Menjelaskan langkah- yang di lakukan adalah
langkah belajar dengan mengadakan evaluasi terhadap
model kooperatf tipe Think tindakan yang telah dilakukan
Pair and Share (TPS) berdasarkan rencana pelasanaan
d. Membuat lembar observasi pembelajaran.
yang akan digunakan untuk 4. Refleksi
mengetahui situasi dan Kegiatan yang dilakukan pada
kondisi sikap belajar tahap ini adalah :
matematika siswa 1. Melihat hasil test
e. Membuat alat evaluasi 2. Menganalisis hasil angket
berupa tes tertulis untuk untuk mengetahui
mengukur prestasi siswa kekurangan kekurangan
b. Tahap pelaksanaan tindakan dalam proses belajar
Kegiatan yang mengajar.
dilakukan pada tahap ini 3. Hasil analisis data yang
adalah melaksanakan kegiatan dilaksanakan pada tahap
pembelajaran sesuai dengan ini akan dipergunakan
rencana pembelajaran yang sebagai acuan untuk
disusun, dengan penekanan merencanakan siklus
pada peningkatan sikap untuk berikutnya. Jika siklus
prestasi belajar matematika pertama belum berhasil
sesuai dengan tahap-tahap sesuai dengan ketuntasan
pelaksanaan keterampilan prestasi belajar yang ingin
proses yang telah disusun dicapai yakni ketuntasan
dalam langkah-langkah individu≥ 65 dan
pembelajaran. ketuntasan klasikal P ≥
2. Tahap observasi 85% siswa mendapatkan≥
Pada tahap ini 65 dan sikap belajar siswa
dilakukan observasi terhadap berdasarkan pedoman
pelaksanaan tindakan dengan angket minimal tergolong
mengunakan lembar observasi baik, maka diadakan
yang telah di siapkan yang perbaikan-perbaikan
berisi deskriptor-deskriptor setelah kekurangan-
dalam setiap indikator prilaku kekurangan pada siklus

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1439


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

pertama untuk a. Mendiskripsikan hasil


mengadakan siklus observasi pembelajaran
berikutnya. untuk setiap siklus pada
Dari uraian di atas maka pembelajaran kooperatif tipe
penulis menyimpulan bahwa Think Pair and Share
tindakan yang dilakukan itu adalah b. Mendeskripsikan langkah–
perencanaan, tindakan, pengisisan langkahguru dalam
angket dan evaluasi/refleksi. penerapanpembelajaran
kooperatif tipe Thin pair and
Prosedur pengumpulan data Shareuntuk meningkatkan
Prosedur yang digunakan untuk sikap dan prestasi belajar
mengumpulakan data dalam matematika.
penelitian ini adalah sebagai b. Data hasil observasi
berikut : 1) Sikap matematika siswa
1. Pemberian tes evaluasi atau Untuk mengetahui
ulangan dalam bentuk esay kematangan sikap siswa
pada siswa setiap akhir siklus dalam pembelajaran
untuk memperoleh data dan matematika maka data hasil
hasil belajar siswa. angket yang berupa skor
2. Pengisian angket oleh diolah dengan rumus
digunakan untuk (Nurkencana dan Sunartana
mengetahuidata sikap dalam Sri M. 2014:35):
matematika siswa.
Sn =
x
n
Teknik analisa data
Keterangan :
Setelah memperoleh data,
Sn = Skor rata-rata sikap belajar
maka data tersebut di analisa
siswa
dengan mencari ketuntasan belajar
siswa, kemudian dianalisa secara  x = jumlah skor sikap belajar
kuantitaif. seluruh siswa
a. Data proses pembelajaran n = banyaknya siswa
Proses pembelajaran Skor maksimal
adalah segala kegiatan yang di ideal (SMi) merupakan
lakukan siswa selama jam skor tertinggi sikap siswa
pelajaran. Dalam proses yang diperoleh apabila
pembelajaran peneliti akan semua deskriptor medapat
meneliti segala sikap siswa checklist selalu yaitu skor
selama proses pembelajaran 5. Untuk menilai kriteria
dan di masukkan dalam lembar sikap matematika siswa
observasi. Analisis di lakukan ditentukan terlebih dahulu
dengan langkah – langkah Mi dan Si. Cara
sebagai berikut: menentukan Mi adalah

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1440


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

sebagai berikut : tuntas belajar apabila siswa


Mi tersebut telah mencapai nilai ≥ 65
(skor maksimal + skor minimal) (KKM)
= b. Ketuntasan klasikal
2
(150 + 30) Ketuntasan klasikal dihitung dengan
Mi = x
2 persamaan KK  x100%
Mi = 90 z
1 Keterangan :
Si = × Mi
3 KK = Ketuntasan kelas
1 X = Jumlah siswa yang
Si = × 90
3 memperoleh nilai  65
Si = 30 Z = Jumlah siswa yang
Keterangan : ikut tes
Mi = Mean ideal Suatu kelas dianggap telah
Si = Standar Deviasi ideal tuntas belajar secara klasikal bila
Berdasarkan skor kelas tersebut telah mencapai
standar maka kriteria untuk standar ketuntasan yaitu ≥ 85 %
menentukan sikap belajar siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
siswa dapat dilihat pada (KKM).
tabel berikut:
Tabel 3.1 : Kriteria Sikap HASIL PENELITIAN
Matematika Siswa Penelitian Tindakan kelas
Interval Skor (X) Kriteria
ini telah di laksanakan pada tanggal
Mi+1,5Si<X Mi+3Si 120< 𝑋 ≤ 150 Sangat Baik 30 Juli sampai dengan tanggal 15
Mi+0,5Si<X Mi+1,5Si 100< 𝑋 ≤ 120 Baik Agustus 2015 pada kelas XI IPS1
Mi-0,5Si<X Mi+0,5Si 80< 𝑋 ≤ 100 Cukup Baik SMA N 1 Palibelo tahun pelajaran
Mi-1,5Si<X Mi-0,5Si
60< 𝑋 ≤ 80 Kurang Baik 2015/2016 yang terdiri dari 28
Mi-3Si X Mi-1,5Si
30< 𝑋 ≤ 60 Sangat Kurang orang siswa dan terlaksana dalam 2
Baik siklus. Penelitian ini dilaksanakan
Sumber: Sutarto dan Syarifuddin dalam dua siklus. Masing-masing
(2013:228) siklus dilaksanakan tiga kali
Keterangan pertemuan, yaitu dua kali untuk
X : jumlah skor yang diperoleh materi dengan alokasi waktu untuk
2. Data prestasi belajar satu kali pertemuan selama 2 x 45
Untuk mengetahu prestasi menit dan satu kali untuk tes
belajar siswa, data prestasi belajar dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.
dianalisis dengan mencari Data yang diperoleh dari
ketuntasan belajar, kemudian hasil penelitian ini ada dua yaitu:
dianalisis secara kuantitatif. pertama data hasil pengisian angket
a. Ketuntasan siswa individu sikap matematka siswa selama
Jika dilihat dari ketuntasan, proses pembelajaran berlangsung.
seseorang siswa telah dikatakan Data yang kedua yaitu data yang
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1441
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

diperoleh dari hasil evaluasi tes beserta pedoman


belajar siswa tentang penguasaan penskorannya, dapat dilihat
materi Statistika. Pelaksanaan pada (lampiran 12 dan 14).
penelitian ini di isi langsung oleh b. Pelaksanaan Tindakan
masing–masing siswa. Hasil Pelaksanaantindakanpad
penelitian diolah sesuai dengan asiklus I adatiga kali
rumus yang sudah ditetapkan pertemuan yaitu pada tanggal
sebelumnya. 30 Juli, 1Agustus dan 6
Hasil penelitian untuk setiap Agustus 2015 yang terdri dari
siklus yang telah dilaksanakan dua kali pertemuan untuk
dapat di uraikan sebagai berikut: penyampaian materi
1. Pelaksanaan Pembelajaran pembelajaran dan satu kali
Siklus I pertemuan untuk evaluasi.
a. Perencanaan Pertemuan pertama
Kegiatan yang dilaksanakan dilaksanakan pada tangga l30
pada tahapan perencanaan Juli 2015, materi yang di
sebagai berikut : sampaikan yaitu pengertian
1) Mensosialisasikan dasar statistika Pertemuan
pembelajaran dengan kedua dilaksanakan tanggal 1
menggunakan model Agustus 2015,materi yang di
pembelajaran kooperatif sampaikan yaitu penyajian
tipe Thin Pair and Share data statistika. Dalam siklus
(TPS)kepada guru ini diikuti oleh28 orang siswa.
matematika yang mengajar Pada pertemuan
di kelas XI 𝐼𝑃𝑆 1 SMA N 1 pertama, kesiapan siswa
Palibelo tahun pelajaran dalam pembelajaran masih
2015/2016 . kurang serta sebagiansiswa
2) Menyiapkan Rencana belum terbiasa dengan
Pelaksanaan Pembelajaran pelaksanaan pembelajaran
(RPP). dapat dilihat pada kooperatif tipe Think Pair
(lampiran 2, 3 dan 4). and Share (TPS), siswa masih
3) Menyiapkan Lembar Kerja fakum dalam berpendapat,
Siswa (LKS), dapat dilihat masih belum memiliki
pada (lampiran 8 dan 9). keberanian dalam bertanya
4) Menyusun lembar angket serta menjawab pertanyaan
untuk mencatat sikap guru, hal ini menjukan sikap
matematika siswa selama siswa pada proses
pembelajaran berlangsung pembelajaran masih perlu di
dengan hasil angket, dapat perhatikan untuk kematangan
dilihat pada (lampiran 16). sikap demi peningkatan
5) Menyiapkan tes evaluasi prestasi belajar
dalam bentuk uraian/essay Proses pembelajaran

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1442


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

berawal dari penjelasan menyimpulkan hasil


singkat mengenai materi yang penyelidikan dengan
berlanjut pada penyerahan menggunakan bahasa sendiri.
permasalahan dalam bentuk c. ObservasidanEvaluasi
LKS,dengan LKS tersebut 1) Observasi
siswa diminta memikirkan Hasil observasi
penyelsaiannya dalam diperoleh dari pengisian
bebrapa menit yang kemudian angket oleh siswa yang
siswa diberikan pasangan telah di sediakan, bertujuan
untuk mendiskusikan hasil untuk menekan jalannya
dari pemikiran masing– proses pembelajaran.
masing dan menemukan Semua sikap setiap siswa
jawabannya.Proses ini sedikit dicatat dalam lembar
mengundang keributan karna angket sesuai dengan
tidak sedikit siswa yang deskriptor yang nampak.
memiliki sikap susah Berikut data sikap
menerima apalagi pasangan matematika siswa tersebut
dianggap tidak bisa diajak sesuai dengan skor pada
diskusi, setelah diberi arahan lampiran 16.
beberapa menit kemudian Tabel 4.1. Data analisis hasil
siswa mulai serius dalam angket sikap matematika
penyelesaian tugas dan siswa siklus I
selanjutnya guru meminta Jumlah Banyak Jumlah Rata-rata Kriteria
beberapa pasangan untuk siswa item skor
mempertanggung jawabkan 28 30 2224 79,48 Kurang
hasil kesimpulan diskusi baik
didepan kelas.
Sedangkan pada Dari data tabel di
pertemuan kedua sebagian atas menunjukan bahwa
siswa sudah mulai aktif sikap matematika masih
bertanya tentang materi dikriteriakan kurang baik
pelajaran yang kurang jadi masih harus lebih di
dipahami begitu pula perhatikan lagi bebrapa
interaksi antara siswa dengan deskriptor sikap siswa
siswa semakin meningkat yang masih belum nampak
akan tetapi belum maksimal pada siklus selanjutnya
karena masih terdapat 2. Evaluasi
kelompok siswa yang belum Tabel 4.2. Hasil
aktif dalam menanggapi Evaluasi Siswa Siklus I,
jawaban dari kelompok lain, sesuai lampiran 18.
dan juga siswa masih kurang
percaya diri dalam

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1443


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Siklus I Nilai Adapun perbaikan yang


Jumlahnilai 1804 harus dilakukan antara lain :
Nilai tertingi 80 1. Memberikan arahan dan
Nilai terendah 50 melakukan pendekatan untuk lebih
Nilai Rata-rata 64,43 serius dan siap lagi dalam belajar
Jumlah siswa 2. Memberikan semangat mereka
yang mengikuti 28 untuk berani mencoba.
tes 3. Meyakinkan mereka bahwa
Banyaknya siswa kerjasama dan saling melengkapi
20 bersama pasangan adalah hal
yang tuntas
Banyaknya siswa terbaik dalam proses pembelajaran.
8 Adapun perbaikan
yang tidak tuntas
Persentase selanjutnya disamping perbaikan
71,42% terhadap kekurangan–kekurangan
ketuntasan
diatas, guru harus lebih intensif
Evaluasi belajar memberikan bimbingan kepada
siklus I dilaksanakan pada siswa yang nilainya <65 dan siswa
tanggal 6Agustus 2015 yang belum mencapai minimal
dengan soal dalam bentuk kriteria baik juga tetap
essay sebanyak 2butirsoal, memberikan semangat bagi siswa
yang diikuti oleh 28siswa. yang nilainya ≥65dan siswa yang
Dari hasi tes evaluasi telah mencapai minimal kriteria
dapat dilihat bahwa baik.
ketuntasan belajar baru
mencapai 71,42%dengan 2. Pelaksanaan Pembelajaran
perolehan nilai rata-rata Siklus II
siswa yaitu 64,43.
a. Perencanaan
d. Refleksi Kegiatan yang dilaksanakan
Setelahdianalisisdipe pada tahapan perencanaan
rolehhasilprestasi belajar sebagai berikut :
dan sikap matematika siswa 1) Menyiapkan Rencana
pada siklus I Pelaksanaan Pembelajaran
menunjukkansikap (RPP). dapat dilihat pada
matematikasiswadalam (lampiran 5, 6 dan 7).
proses pembelajaranbelum 2) Menyiapkan Lembar Kerja
tercapai secara menyeluruh, Siswa (LKS), dapat dilihat
atau belum memenuhi pada (lampiran 10 dan 11).
kriteria yang ingin dicapai 3) Menyusun lembar angket
padapenelitianinimaka untuk mencatat sikap
penelitian dilanjutkan ke matematika siswa selama
siklus II. pembelajaran berlangsung,

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1444


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dapat dilihat pada ( lampiran 17:


lampiran 17). Tabel 4.3. data analisis
4) Menyiapkan tes evaluasi hasil angket sikap
dalam bentuk uraian/essay matematika siswa siklus II
beserta pedoman Jumlah Banyai Jumlah Rata- Kriteria
siswa item skor rata
penskoran dan kunci 28 30 3115 111,25 Baik
jawabanya, dapat dilihat
pada (lampiran 13 dan 15).
Berdasarkan hasil
5)
pengisian angket siklus II
b. Pelaksanaan Tindakan
menunjukan bahwa
Pelaksanaan tindakan
kegiatan pebelajaran sudah
yang dilaksanakanpada siklus
berjalan seperti yang
ini bertujuanuntuk
diharapkan yang meski
memperbaiki kekurangan-
terdapat kejanggalan–
kekurangan pada siklus I.
kejanggalan kecil yang
Pada siklus II ini siswa sudah
dianggap biasa karna itu
terbiasa dengan model
manusia yang hidup
pembelajaran kooperatif tipe
berkelompok, sementara
TPS. Hal ini dapat dilihat dari
disamping itu siswa sudah
kematangan sikap matematika
berani bertanya,
siswa selama proses
mengemukakan pendapat
pembelajaran berlangsung,
dan siap tampil apabila
siswa sudah aktif danselalu
diminta mempresentasekan
merespon pertanyaan guru,
lembar pertanggung
peningkatan dapat dilihat
jawaban bersama
pada kesiapan siswa
pasangannya.
menerima pelajaran, pada saat
2. Evaluasi
diskusi pasanagn berlangsung,
Tabel 4.4. Hasil Evaluasi
antusias siswa
Siswa Siklus II, sesuai
mempertahankan pendapat
dengan (lampiran 18)
dan beradu argumen jika
Siklus II Nilai
terdapat perbedaan jawaban
Jumlahnilai 2227
dari pasangan lain juga Nilai tertingi 95
terjadi. Nilai terendah 64
c. ObservasidanEvaluasi Nilai Rata-rata 79,54
1. Observasi Jumlah siswa
Adapun data hasil yang mengikuti 28
pengisian angket tes
sikapmatematika siswa Banyaknya siswa
27
pada siklus II dapat dilihat yang tuntas
pada tabel dibawah ini, Banyaknya siswa
1
sesuai dengan skorpada yang tidak tuntas

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1445


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Persentase
96,43%
PEMBAHASAN
ketuntasan Peningkatan hasil belajar akan
tercapai apabila terjadi
Evaluasi belajar pembelajaran yang melibatkan
siklus II dilaksanakan pada siswa secara aktif. Hal ini
tanggal 13Agustus 2015 tergantung kemampuan guru
dengan mengajar. Guru akan memiliki
melakukanevaluasidalam kompetensi kemampuan mengajar,
bentuk essay sebanyak jika guru paling tidak memiliki
2butirsoalyang pemahaman dan penerapan secara
diujikanpada28orang taktis berbagai metode maupun
siswa. Dari hasil evaluasi model pembelajaran serta hubungan
yang dengan belajar disamping
diberikanmenunjukkanbah kemampuan-kemampuan lain yang
wa ketuntasan belajar menunjang. Salah satu model
mencapai 96,43% dengan pembelajaran yang dapat
nilai rata-ratanya yaitu meningkatkan sikapmatematika dan
79,54. prestasi belajar adalah model
d. Refleksi pembelajaran koperatif tipe Think
Dilihat dari hasil yang Pair and Share (TPS).Mengajukan
dicapai pada siklus II telah pertayaan selama pembelajaran di
terjadi peningkatan dan hasil kelas adalah cara yang tepat untuk
yang diinginkan sudah melibatkan peserta didik secara
tercapai, walaupun masih ada aktif, mengukur pemahaman peserta
beberapa siswa yang belum didik, atau mengarahkan peserta
mengalami ketuntasan secara didik dalam menerapkan
individu. Akan tetapi sesuai pengetahuan baru. Salah satu
dengan tujuan penelitian starategi yang memadukan pola
yaitu meningkatkan berpikir indifidu dan kelompok
kematanagn sikap dan prestasi adalah Think Pair and Share (TPS).
belajar siswa sudah tercapai, Pembelajaran TPS memiliki
hal ini dapat dilihat dari hasil prosedur yang diterapkapkan secara
pengisian angket mencapai eksplisip untuk memeberikan
kriteria baik dan ketuntasan peserta didik waktulebih banyak
belajar yang dicapai sebesar untuk berfikir, menjawan dan saling
96,43%. Dengan demikian membantu satu sama lain. (Sutarto
siklus II telah mencapai dan syarifuddin, 3013:133)
indikator keberhasilan yang Pembelajaran dengan
telah ditetapkan pada bab III menggunakan model koperatif
sehingga penelitian berakhir tipeThink Pair and Share(TPS)
sampai pada siklus II. sudah diterapkan pada siswa kelas
XI 𝐼𝑃𝑆 1 SMA N 1 Palibelo dan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1446


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

mampu meningkatkan pelaksanaan evaluasi pada siklus II


sikapmatematika dan prestasisiswa jumlah siswa yang memperoleh
kelas XI 𝐼𝑃𝑆 1 SMA N 1 Palibelo. nilai ≥ 65 adalah 27 siswa atau
Hal ini sesuai dengan hasil 96,43%. Jika dibandingkan dengan
penelitian yang dilakukan yaitu siklus I yang nilai rata–ratanya
peningkatan sikapmatematika dan 64,43 atau 8 siswa dari siswa yang
prestasi belajar pada siswa kelas tidak tuntas sehingga menjadi 20
kelas XI 𝐼𝑃𝑆 1 SMA N 1 Palibelo. siswa yang tuntas.
Pada siklus I indikator Berdasarkan hasil
keberhasilan penelitian masih penelitian di atas, maka dapat
belum tercapai, hal ini dapat dilihat ditarik kesimpulan bahwa
dengan nilai rata-rata kelas dari Implementasi model pembelajaran
hasil pengian angget sikap kooperatif tipeThink Pair and Share
matematika dan hasil evaluasi pada (TPS) dapat meningkatkan
pelaksanaan evaluasi siklus I dalam sikapmatematikadan prestasi belajar
penerapan model pembelajaraan siswa kelas XI 𝐼𝑃𝑆 1 SMAN 1
koperatif tipe Think Pair and Palibelo pada materi statistika tahun
Share(TPS) adalah 79,48 dengan pelajaran 2015/2016dimana jumlah
kriteria kurang baik untuk hasil peningkatan dari siklus I sampai
pengisian angket sedangkat untuk dengan siklus II untuk angket sikap
hasil evaluasi sebesar64,43 dengan matematika 31,77 mencapai
ketuntasan klasikalnya adalah minimal kriteria baik, dan untuk
71,42%. Dari hasil perhitungan prestasi belajar adalah sebesar
dapat diketahui bahwa pada 28,57% dengan tingkat ketuntasan
pelaksanaan evaluasi pada siklus I belajar yang dicapai >85% jumlah
jumlah siswa yang memperoleh siswa yang mengikuti evaluasi.
nilai ≥ 65 adalah 20 siswa atau
71,42% dari 28 siswa yang PENUTUP
mengikuti evaluasi. Berdasarkan hasil penelitian
Pada siklus II indikator di atas, maka dapat ditarik
keberhasilan sudah tercapai, hal ini kesimpulan sebagai berikut :
dapat di lihat bahwa nilai rata-rata 1. penerapan model pembelajaran
yang diperoleh siswa dalam koperatif tipe Think Pair and
pengisian angket telah mencapai Share (TPS)dapat menigkatkan
kriteria baik dengan rata-rata 111,25 sikap matematika.Hal ini dapat
sedangkan prestasi belajar dilihat pada siklus I pengisian
berdasarkan hasil evaluasi akhir angket mencapai kriteria kurang
siklus adalah sebesar 79,54 dan baik kemudian meningkat pada
porsentase ketuntasan klasikalnya siklus II yang mencapai kriteria
adalah 96,43% sehingga porsentase baik.
kenaikan dari siklus I ke siklus II 2. penerapan model pembelajaran
adalah sebesar 25,01%. Dari hasil koperatif tipe Think Pair and

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1447


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Share (TPS) dapat menigkatkan Rineka cipta


prestasi belajarsiswa. Hal ini Djamarah. (2002).rahasia sukses
dapat dilihat pada siklus I rata- belajar Jakarta: Rineka cipta
rata prestasi belajar adalah Hudoyo.(2003). MengajarMatematika.
64,43 dan ketuntasaan kaliskal Jakarta: Depdikbud.
sebesar71,42% sedangkan pada Irzani. (2007). Strategi belajar
siklus IIdengan ketuntasan mengajar matematika. Bantul:
klasikalnya sebesar 96,43%. Media grapindo pres
Tingkat kenaikan prestasi Kemmis.(1988).
belajarsiswa adalah 15,11 atau PenelitianTindakanKelas.
diporsentasikan sebesar 25,01%. Jakarta: BumiAksara.
DAFTAR PUSTAKA NCTM.(1989). Curriculum and
Evaluation Standards for
Arcavi. A (2007). Matematical School Mathematics.Reston,
thinking in japanese VA : NCTM
classroom. In progres report Nitko, A. J.&Broohart, S. M. (2007).
of the APEC projec: Educatonal assessment
“Collaborative studies on ofstudents. Ohio: Pearson
innovations for teaching and (Merill Prentice Hall).
learnig mathematics in Sanjaya,Wina.(2008).
different cultures (II) lesson StrategiPembelajaranBerorie
study focussing on ntasiStandar Proses
mathematical thingking” Pendidikan. Jakarta:
Tokyo: Criced, University of KencanaPrenada Media
Tsukuba. Group.
Arikunto, Suharsimi. (2008). Suherman, dkk.(2003).
PenelitianTindakanKelas. StrategiPembelajaranMatema
Jakarta: PT. BumiAksara. tikaKotemporer. Bandung:
Curran, L. (1994). Mathematics & UPI.
cooperative learning: lesson Slavin, R.E. (2005).Cooperative
for little ones. San Juan learning, theory, research,
Capistrano: kagan cooperative and practice. Meassachusetts:
learning. A simon dan schester
Depdikbud.(1995). company
PetunjukPelaksanaanKegiata Sumarmo, U. et al.
nBelajarMengajar. Jakarta: (2006).Metacognitive
Depdikbud. Approch to Improve
Depdiknas.(2003). Kurikulum 2004, Mathematics Skills of High
StandarKompetensi. Jakarta: School Students. International
Depdiknas Journal of Education. 1 (1),
Dimyati, dan Mudjiono. (2009).belajar 68–85.
dan pembelajaran. Jakarta: Sutarto,& Syarifuddin. (2013). Desain

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1448


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Pembelajaran Matematika. Meneliti. Yogyakarta: Genta


yogyakarta: Samudra biru Press
Sutrima,& Budi usodo (2009) UsmanUzer. (2003). Menjadi Guru
Matematika 2 untuk SMA/MA Profesional. Bandung: PT
Kelas XI Program IPS,Jalarta: RemajaRosdakarya.
Pusat perbukuan Depdiknas. Van de Walle, J. A (1994). Elementary
Sri Maryati, (2014). Penerapan Model school matematics: teaching
PembelajaranKooperatifTipe developmentally (2𝑛𝑑 ed.).
GroupInvestigation New York: Longman
untukMeningkatkanKemampua Publishing.
nKomunikasiMatematisSiswap Wirodikromo, Sartono.
adaMateriFungsiKelasVIIIc (2006).Matematika. Jakarta:
SMPN 4 MontaTahunPelajaran Erlangga
2014/2015.STKIP Taman Yee, FoongPui. (2000). Open ended
SiswaBima.Bima problems for higher-order
thingking in mathematics.
Trianto. 2007. Model-model Teaching and learning.20(2).
PembelajaranInovatifBerorie Hal 49-57. Institute Of
ntasiKonstruktivistik. Jakarta: Education (Singapore).
PrestasiPustaka.
Usman, Ahmad (2008)Mari Belajar

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1449


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A


MATCH DAPAT MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN KELAS
VII.B MTs DARUL HIKMAH TENTE TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Syarifuddin
Dosen tetap Muhammadiyah Bima

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar


Matematika dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together pada siswa Kelas VII.A semester I dengan materi Bilangan Bulat
di MTs Darul Hikmah Tente Tahun Pelajaran 2013/2014. Instrumen penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan tes evaluasi
berbentuk essai tiap akhir siklus. Ketuntasan belajar 85% merupakan indikator
yang digunakan untuk mengetahui peningkatan terjadi.

Hasil penelitian yang didapat adalah sebagai berikut: Siklus I; nilai rata-rata
hasil belajar siswa 69,2 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 72,7%.
Sedangkan pada siklus II; nilai rata-rata hasil belajar siswa menjadi 74 dengan
persentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 18,2% menjadi
90,9%. Hasil tersebut menunjukkan sudah tercapainya penelitian yang ditetapkan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa
Kelas VII.A MTs Darul Hikmah Tente pada materi Bilangan Bulat Tahun Pelajaran
2013/2014.

Kata Kunci: Kooperatif Tipe Make A Match dan Prestasi Belajar.

A. Pendahuluan menjadi warga negara yang


Berdasarkan Undang- demokratis serta bertanggung jawab
Undang No. 20 pasal 3 tahun 2003 (Suparlan, 2002:155).
tentang Sistem Pendidikan Nasional Salah satu permasalahan
disebutkan bahwa tujuan pendidikan yang dihadapi oleh
Pendidikan Nasional yaitu bangsa Indonesia adalah rendahnya
berkembangnya potensi siswa agar mutu pendidikan pada setiap
menjadi manusia yang beriman dan jenjang dan satuan pendidikan,
bertakwa kepada Tuhan yang Maha khususnya pendidikan dasar dan
Esa dan berahlak mulia, sehat menengah. Berbagai usaha telah
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan dilakukan untuk meningkatkan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1450


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

mutu pendidikan nasional, antara sedangkan fungsi teoritisnya adalah


lain melalui berbagai pelatihan dan untuk memudahkan berpikir. Kline
peningkatan kualifikasi guru, juga mengemukakan bahwa
penyempurnaan kurikulum, matematika merupakan bahasa
pengadaan buku dan alat pelajaran, simbolis dan ciri utamanya adalah
pebaikan sarana dan prasarana penggunaan cara bernalar deduktif.
pendidikan dan lainnya, dan Ide manusia tentang matematika
peningkatan mutu menajamen berbeda-beda tergantung pada
sekolah. Namun demikian berbagai pengelaman dan pengetahuan
indikator pendidikan seperti ulangan masing-masing.
harian, nilai rapor, NEM (Nilai Sudah bukan jamannya lagi
Ebtanas Murni) belum menunjukan matematika menjadi pelajaran yang
peningkatan hasil belajar yang menakutkan bagi siswa di sekolah.
merata (Anonim, 2004:1). Jika selama ini matematika
Meskipun demikian, usaha dianggap sebagai ilmu yang kering,
untuk terus meningkatkan mutu teoritis, hanya berisi rumus-rumus
pendidikan tidak berhenti. Berbagai dan tidak bersinggungan dengan
terobosan baru diperkenalkan dan realiti kehidupan siswa, kini saatnya
dilakukan pemerintah melalui bagi siswa untuk akrab dengan
DEPDIKNAS antara lain dalam matematika, walapun sebenarnya
bidang pengelolaan sekolah, diantara mata pelajaran yang lain,
peningkatan sumber daya tenaga prestasi belajar matematika saat ini
pendidikan, pengembangan materi relatif rendah, salah satu faktor
ajar, serta pengembangan dan penyebabnya adalah penyampain
perbaikan sistem evaluasi. Salah materi pelajaran kurang menarik
satu terobosan dalam pengelolaan dan bervariasi sehingga siswa
sekolah adalah melalui pelaksanaan cenderung merasa bosan, karena
rintisan manajemen untuk dalam penyampaian materi
memperluas dan memperdalam pelajaran, guru lebih banyak
Kurikulum Tingkat Satuan menerapkan metode ceramah yang
Pendidikan (KTSP). Sekolah lebih bersifat monoton dan kurang
dituntut dapat menguasai bidang variatif, peranan guru lebih dominan
tertentu seperti matematika karena dalam proses belajar mengajar
jatuh bangunnya suatu negara mengakibatkan partisipasi, aktivitas
dewasa ini tergantung dari dan motifasi siswa masih kurang.
kemajuan di bidang matematika Sistem pembelajaran seperti ini
(Kline, 1973:4). cenderung untuk menghabiskan
Menurut Johson dan Rising materi sesuai dengan target
(1972:2) matematika adalah bahasa kurikulum. Akibatnya siswa kurang
simbolis yang fungsi praktisnya aktif dan hanya menerima apa yang
untuk mengekspresikan hubungan diberikan oleh guru. Hal ini akan
kuantitatif dan keruangan berdampak pada perilaku siswa

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1451


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

yang kurang merasa percaya diri, bangkit dan terjadilah proses belajar
baik dalam bertanya maupun yang tenang dan menyenangkan.
penyampaian ide ataupun pendapat Untuk kepentingan tersebut perlu
maupun dalam proses pemecahan dikondisikan lingkungan yang
masalah yang dihadapi, yang kondusif dan menantang rasa ingin
akhirnya bermuara pada rendahnya tahu peserta didik, sehingga peroses
prestasi belajar siswa. pembelajaran akan berlangsung
Kegagalan para siswa dalam secara efektif (Mulyasa, 2007:24).
hasil belajar yang dicapainya Untuk menciptakan proses
hendak tidak dipandang sbagai pembelajaran yang efektif dan
kekurangan diri pada siswa semata- menyenangkan, ini salah satu
mata, tetapi juga bisa disebabkan langkah yang dapat dilakukan
oleh program pengajaran yang adalah dengan menerapkan model
diberiakan padanya atau kesalahan cooperative learning (CL). Model
strategi dalam memilih dan ini merupakan model kelompok
menggunakan metode belajar dan yang memiliki 5 unsur dasar yang
alat bantu pengajaran (Sudjana, ada dalam pelaksanaanya, antara
2005:3). Adapun dalam pengunaan lain, saling ketergantungan positif,
suatu metode hendaknya guru dapat tanggung jawab perseorangan, tatap
membawa suasana interaksi muka, komunikasi antara anggota,
pengajaran yang efekektif, dan evaluasi proses belajar (Lie,
menumbuhkan dan 2007: 30).
mengembangkan minat belajar dan Salah satunya adalah model
menghidupkan proses pengajaran pembelajaran kooperatif tipe Make
yang sedang berlangsung (Rohani, A Match. Metode "Make A Match"
2004:13). atau mencari pasangan merupakan
Disinyalir dan didukung salah satu alternatif yang dapat
oleh beberapa hasil penelitian diterapkan kepada siswa. Penerapan
bahwa kebanyakan guru hanya metode ini dimulai dari teknik yaitu
menyampaikan bahan sesuai dengan siswa disuruh mencari pasangan
urutan-urutan dan ruang lingkup kartu yang merupakan jawaban/soal
yang ada dalam buku teks. Ini yang sebelum batas waktunya, siswa
harus diubah, masalahnya sekarang yang dapat mencocokkan kartunya
bagaimana merubah presepsi dan diberi poin. Kelebihan dari model
pola pikiran guru terhadap tugas pembelajaran kooperatif tipe Make
pokoknya mengajar, bahwa A Match adalah : 1) mampu
mengajar bukan semata-mata menciptakan suasana belajar aktif
menyampaikan bahan sesuai dengan dan menyenangkan; 2) materi
urutan buku teks, tetapi yang paling pembelajaran yang disampaikan
penting bagaimana memberi kepada siswa lebih menarik
kemudahan belajar kepada peserta perhatian; 3) mampu meningkatkan
didik. Sehingga semangat belajar hasil belajar siswa mencapai taraf

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1452


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

ketuntasan belajar secara klasikal. B. Kajian Teori


Kekurangan Make A Match adalah 1. Pembelajaran
1) diperlukan bimbingan dari guru Pembelajaran adalah
untuk melakukan kegiatan; 2) waktu suatu kombinasi yang tersusun,
yang tersedia perlu dibatasi jangan meliputi unsur manusia,
sampai siswa bermain-main dalam material, fasilitas, perlengkapan
pembelajaran; 3) guru perlu dan perencanaan yang saling
persiapan alat dan bahan yang mempengaruhi untuk mencapai
memadai. tujuan pembelajaran (Aqib,
Proses pembelajaran yang 2003: 41). Berdasarkan teori
diterapkan selama ini masih belum tersebut aqib menyimpulkan
bisa membuat siswa memahami apa bahwa pembelajaran adalah
yang mereka dapat dari sekolah dan proses interaksi peserta didik
menalarkan materi ke kehidupan dengan pendidik dan sumber
nyata. Hasil pengamatan awal belajar pada suatu lingkungan
menunjukkan bahwa prestasi siswa belajar, pembelajaran
terhadap matematika masih rendah. merupakan bantuan yang
Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata- diberikan pendidik agar dapat
rata ulangan matematika tahun menjadi proses memperoleh
pelajaran 2012/2013 untuk materi ilmu pengetahuan, penguasaan
himpunan yaitu 60 dengan kriteria kemahiran dan tabiat, serta
ketuntasan minimum yaitu 65 pembentukan sikap dan
(Sumber Data: MTs Darul Hikmah kepercayaan kepada peserta
Tente). didik.
Berdasarkan latar belakang Menurut Isjoni (2009:
di atas, Peneliti ingin mengetahui 14), pembelajaran adalah
bagaimana pengaruh apabila sesuatu yang dilakukan oleh
diterapkan strategi pembelajaran siswa, bukan dibuat untuk siswa.
kooperatif dengan model Make A Pembelajaran pada dasarnya
Match (Mencari pasangan) di MTs. merupakan upaya pendidik
Darul Hikmah Tente khususnya untuk membantu peserta didik
untuk mata pelajaran Matematika melakukan kegiatan belajar.
dengan judul "Penerapan Model Tujuan pembelajaran adalah
Pembelajaran Kooperatif Tipe terwujudnya efisiensi dan
Make A Match dapat Meningkatkan efektifitas kegiatan belajar yang
Prestasi Belajar Matematika Siswa dilakukan peserta didik.
pada Pokok Bahasan Himpunan Ada tiga ciri khas yang terkandung
Kelas VII.B MTs. Darul Hikmah dalam sistem pembelajaran yaitu
Tente". :
a. Rencana adalah penataan,
ketenagaan, material, dan
rancangan merupakan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1453


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

unsur-unsur pembelajaran proses usaha yang dilakukan


dalam suatu rencana seseorang untuk memperoleh
khusus. perubahan tingkah laku yang baru
b. Saling ketergantungan secara keseluruhan sabagai hasil
(interppemendence), antara pengalaman sendiri dalam interaksi
unsur-unsur pembelajaran dengan lingkungannya” (Slamento,
yang serasi dalam suatu 2003: 2)
keseluruhan. Tiap unsur Dari uraian diatas belajar
bersifat esensial dan adalah suatu proses atau
masing-masing memberikan serangkaian kegiatan jiwa raga
sumbangannya kepada untuk memperoleh suatu perubahan
sistem pembelajaran. tingkah laku sebagai hasil dari
c. Tujuan, sistem pengalaman individu dalam
pembelajaran mempunyai interaksi dengan le\ingkungannya
tujuan tertentu yang hendak yang menyangkut unsur, cipta, rasa
dicapai.Ciri ini yang dan karsa, ranah kognitif, efektif
menjadi dasar perbedaan dan psikomotorik.
antara sistem yang alami Matematika sebagai ilmu
(natural). mengenal struktur dan hubungan-
hubungannya, simbol-simbol
2. Pembelajaran Matematika diperlukan. Simbol-simbol itu
Belajar adalah perubahan penting untuk membantu
dalam diri manusia. Apabila tidak memanipulasi aturan dengan
terjadi perubahan dalam diri operasi yang ditetapkan.
manusia, maka tidaklah dapat Simbolisasi menjamin adanya
dikatakan bahwa padanya telah komunikasi dan mampu
berlangsung proses belajar (Aqib, memberikan keterangan untuk
2003: 43). Pendapat lain membentuk suatu konsep baru.
mengatakan bahwa belajar adalah Konsep baru terbentuk karena
perubahan disposisi atau adanya pemahaman terhadap
kemampuan yang dicapai seseorang konsep sebelumnya, sehingga
melalui aktivitas. Perubahan matematika itu konsep-konsepnya
disposisi tersebut bukan diperoleh tersusun secara hirarki. Simbolisasi
langsung dari proses pertumbuhan itu baru berarti bila suatu simbol itu
seseorang secara alamiah. dilandasi suatu ide. Jadi kita harus
Belajar merupakan suatu memahami yang terkandung dalam
perubahan tingkah laku antara simbol tersebut. Dengan kata lain,
yang lebih baik (positif), dalam ide harus dipahami terlebih dahulu
artian belajar merupakan suatu sebelum ide tersebut disimbolkan.
proses, suatu kegiatan bukan suatu Secara singkat dikatakan bahwa
hasil atau tujuan. Pendapat lain juga matematika berkenaan dengan ide-
mengatakan “ belajar adalah suatu ide/konsep-konsep abstrak yang

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1454


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

tersusun secara hirarki dan Apabila terjadinya proses


penalarannya deduktif (Hudoyono, belajar matematika itu baik, dapat
2000: 3). diharapkan hasil belajar peserta
Analisis hubungan- didik akan baik pula dengan proses
hubungan teori dalam matematika belajar matematika yang baik,
merupakan pembuktian berbentuk subyek yang belajar akan dapat
rumus (teorema, dalil) matematika. memahami matematika dengan
Karena itu, bentuk suatu rumus baik pula dan siswa dengan mudah
matematika lebih penting dari mempelajari matematika
simbol-simbol yang dipergunakan. selanjutnya, serta dengan mudah
Penelaahan bentuk dalam pula mengaplikasinya kesituasi
matematika membawa matematika baru, yaitu dapat menyelesaikan
itu ke struktur-struktur. Jadi masalah baik dalam matematika itu
matematika itu dapat pula sendiri maupun ilmu lainnya atau
didefinisikan sebagai penelaah dalam kehidupan sehari-hari. Dari
tentang struktur-struktur itu. uraian tersebut, terlihat pula bahwa
Penelaah terhadap struktur ini yang mengajar itu suatu kegiatan yang
merupakan ciri matematika yang melibatkan guru dan siswa. Siswa
berkembang saat ini. diharapkan belajar karena adanya
Pada dasarnya pengajaran intervensi guru. Dengan intervensi
adalah operasionalisasi dari ini, diharapkan peserta didik
kurikulum. Pengajaran di sekolah menjadi terbiasa belajar, sehingga
terjadi apabila terdapat interaksi mempunyai kebiasaan belajar
antara siswa dengan lingkungan (Hudoyono, 2000: 5).
belajar yang diatur guru untuk Dalam hal ini, guru mampu
mencapai tujuan pengajaran. memberikan intervensi yang cocok,
Sedangkan bahan pengajaran bila guru itu menguasai dengan
adalah uraian atau deskripsi dari baik matematika yang diajarkan.
pokok bahasan, yakni penjelasan Karena itu, merupakan syarat yang
lebih lanjut makna dari setiap esensial bahwa guru matematika
konsep yang ada didalam pokok harus manguasai bahan matematika
bahasan. Tujuan mengajar adalah yang diajarkan. Namun penguasaan
agar pengetahuan yang terhadap bahan saja belumlah
disampaikan itu dapat dipahami cukup agar siswa berpatisipasi
peserta didik. Karena itu mengajar intelektual dalam belajar. Guru
yang baik terjadi jika hasil peserta juga harus memahami teori belajar,
didik baik. Pernyataan ini dapat sehingga belajar matematika
dipenuhi bila guru mampu menjadi bermakna bagi siswa.
memberikan fasilitas belajar yang Peristiwa belajar akan dapat terlihat
baik sehingga dapat terjadi proses bila dalam mengajar terjadi
balajar yang baik (Sudjana, 2008: interaksi dua arah antara guru dan
10). siswa. Dapat dikatakan belajar dan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1455


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

mengajar itu dua kegiatan yang b. Keterampilan intelektual yaitu


saling mempengaruhi dan dapat kemampuan mempresetasikan
menentukan hasil belajar. Dengan konsep dan lambang.
kata lain, belajar mengajar dapat c. Strategi kognitif yaitu
dipandang yakni suatu proses yang kecakapan menyalurkan dan
harus diarahkan untuk kepentingan mengarahkan aktivitas
siswa, yaitu belajar. kognitifnya sendiri.
Dari teori diatas dapat d. Keterampilan motorik adalah
disimpulkan bahwa pembelajaran kemampuan melakukan
matematika adalah serangkaian gerak jasmani
mengembangkan hasil belajar siswa dalam urusan dan koordinasi,
dalam mengenali dan memahami sehingga terwujud otomatisme
gejala alam dan kehidupan dalam gerak jasmani.
kaitannya dengan keruangan serta e. Sikap adalah kemampuan
mengembangkan sikap positif dan menerima atau menolak objek
rasional dalam menghadapi berdasarkan penilaian terhadap
permasalahan yang timbul sebagai ubjek tersebut (Agus suprijono,
akibat adanya pembelajaran 2009: 6).
matematika, sedangkan tujuan Jadi dari uraian di atas,
pengajaran matematika sekolah dapat disimpulkan bahwa
adalah agar siswa mampu perubahan perilaku secara
memahami gejala lingkungan alam keseluruhan bukan hanya salah satu
dan kehidupan di muka bumi, ciri aspek potensi kemanusiaan saja.
khas satuan wilayah serta Artinya, hasil pembelajaran yang
permasalahan yang dihadapi dikategorisasikan oleh para pakar
sebagai akibat adanya saling pendidikan sebagaimana tersebut di
pengaruh antara manusia dan atas tidak dilihat secara
lingkungannya. fragmentaris atau terpisah,
melainkan komprehesif.
3. Hasil Belajar Faktor yang
Hasil belajar adalah pola- mempengaruhi prestasi belajar
pola perbuatan, nilai-nilai, dibagi menjadi dua bagian, yaitu
pengertian-pengertian, sikap-sikap, faktor internal dan eksternal.
apresiasi dan keterampilan. a. Faktor Internal
Merujuk pemikiran Gagne, hasil b. Faktor ini terdapat dalam diri
belajar berupa: siswa, antara lain:
a. Informasi verbal yaitu c. Kesehatan, anak yang sering
kapabilitas mengungkapkan sakit mempengaruhi gairah
pengetahuan dalam bentukan belajarnya sehingga berpengaruh
bahasa, baik lisan maupun pula terhadap prestasi
tertulis. belajarnya.
d. Intelegensi

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1456


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

e. Minat serta motivasi metode pembeljaran yang akan


f. Cara belajar diterapakan. Dalam
g. Faktor Eksternal menciptakan pembelajaran yang
h. Faktor eksternal ini berasal dari lebih bervariasi dan dapat
luar individu dan faktor ini meningkatkan peran serta siswa
mempengaruhi ketuntasan antara dalam pembelajaran. Dari sini
lain: maka harus dirancang dan
i. Keluarga, kondisi fisik dan dibangun suasana kelas
hubungan keluerga sedemikian rupa, sehingga siswa
mempengaruhi keberhasilan mendapat kesempatan untuk
belajar siswa. Seperti hubungan berinteraksi satu dengan yang
baik antara anak dan orang tua, lainnya.
anak dengan saudara. Selain itu Model pembelajaran
juga seperti pendidikan orang kooperatif membuka peluang
tua, kondisi rumah , serta status bagi upaya mencapai tujuan
sosial dan ekonomi keluarga. meningkatkan keterampilan
j. Sekolah, kondisi fisik dan sosial peserta didik. Dalam
hubungan sosial tempat anak kelompok ini mereka bekerja
belajar seperti jarak sekolah, tidak hanya sebagai kumpulan
lokasi sekolah, kualitas guru, individual tetapi merupakan
kondisi fisik kelas dan bangunan suatu tim kerja yang tangguh.
sekolah, relasi sesama teman Seorang anggota kelompok
sekolah, dam lain-lain. bergantung pada anggota
k. Masyarakat, bila masyarakat kelompok lainnya. Seorang yang
sekitar anak cukup bermoral dan memiliki keunggulan tertentu
mempunyai latar belakang akan membagi keunggulannya
pendidikan yang cukup baik, dengan lainnya. Di samping itu,
maka bagi anak akan menyerap pembelajaran koperatif
hal-hal positif sebagai dukungan sekaligus dapat melatih siswa
bagi anak untuk berprestasi di dan keterampilan sosial sebagai
sekolah. bekal dalam kehidupannya di
masyarakat.
4. Model Pembelajaran Teknik mencari
Kooperatif Tipe Make A pasangan (Make A Match), yaitu
Match teknik yang dikembangkan
Sejalan dengan Loma Curra (1994). Salah satu
penerapan Kurikulum Berbasis keunggulan teknik ini adalah
Kopentensi (KBK), yang siswa mencari pasangan sambil
disempurnakan hdengan belajar mengenai suatu konsep
Kurikuulm Tingkat Satuan atau topik dalam suasana
Pendidikan (KTSP), guru menyenangkan. Model
mempunyai kebebasan dalam Pembelajaran Make A Match

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1457


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

artinya model pembelajaran 5. Tinjuan Tentang Materi


Mencari Pasangan. Setiap siswa Bilangan Bulat
mendapat sebuah kartu (bisa
soal atau jawaban), lalu  Bilangan Bulat
secepatnya mencari pasangan a. Notasi Bilangan Bulat dan
yang sesuai dengan kartu yang Posisinya pada Garis
ia pegang. Suasana Bilangan
pembelajaran dalam model Salah satu contoh
pembelajaran Make A Match alat yang menggunakan
akan riuh, tetapi sangat asik dan bilangan bulat pada skala
menyenangkan. ukurannya adalah
Langkah-langkah model termometer. Jika indikator
pembelajaran Make A Match adalah air raksa menujukan ke
sebagai berikut : angka 30 berarti besar suhu
1. Guru menyiapkan beberapa 30 C di atas nol. Jika 6 C
kartu yang berisi beberapa berarti 6 di atas nol.
konsep atau topik yang cocok Bilangan-bilangan di atas
untuk sesi review, sebaliknya nol disebut bilangan bulat
satu bagian kartu soal dan positif atau bilangan asli.
bagian lainnya kartu jawaban. Dalam skala
2. Setiap siswa mendapat satu termometer Celcius, titik
buah kartu. didih air adalah 100 C dan
3. Tiap siswa memikirkan
titik beku air adalah 0 C.
jawaban/soal dari kartu yang
Titik nol merupakan dasar
dipegang.
atau acuan untuk
4. Setiap siswa mencari
menentukan titik didih air
pasangan yang mempunyai
kartu yang cocok dengan dan titik beku air. Suhu 5 C
kartunya. Artinya siswa yang di bawah nol ditulis −5°C,
kebetulan mendapat kartu dan suhu −10°C dibaca
‘soal’ maka harus mencari “suhu 10°C di bawah nol”.
pasangan yang memegang Bilangan-bilangan di bawah
kartu ‘ jawaban soal’ secepat nol disebut bilangan negatif
mungkin. Demikian juga atau bilangan bulat negatif.
sebaliknya. b. Hubungan Antara Dua
5. Setiap siswa yang dapat Bilangan Bulat
mencocokkan kartunya Antara dua bilangan
sebelum batas waktu diberi bulat dapat kita bandingkan
poin. mana yang lebih besar ,
6. Kesimpulan/penutup. sama, atau lebih kecil.
Simbol-simbol untuk
menyatakan semua itu dapat

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1458


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dilihat di bawah ini. sedangkan (𝑥, 𝑦) disebut koordinat


(i) “𝑎 lebih dari 𝑏” ditulis titik A.
𝑎 > 𝑏. Dalam kehidupan sehari-hari kita
(ii) “𝑎 kurang dari 𝑏” ditulis sering menggunakan bilangan
𝑎 < 𝑏. bulat beserta operasinya untuk
(iii)“𝑎 kurang dari atau sama menjawab suatu persoalan yang
dengan 𝑏” ditulis 𝑎 ≤ 𝑏. ada.
(iv) “𝑎 lebih dari atau sama b. Perkalian dan sifat-sifatnya
dengan 𝑏” ditulis 𝑎 ≥ 𝑏. 1. Arti perkalian
Bagaimana cara
menggunakan garis bilangan 2 6 = 6 + 6 = 12 (artinya angka 6
untuk membandingkan dua ada 2 buah)
bilangan bulat? 3 7 = 7 + 7 + 7 = 21 (artinya angka
7 ada 3 buah)
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 Dengan pola ini kita dapat
semakin kecil semakin besar menerapkan pada perkalian
Gambar 2.1 Garis Bilangan bilangan bulat. Misalkan untuk
Pada garis bilangan di atas terliahat menjelaskan: 4 (-3) = . . . ? kita
pula bahwa: dapat menerapkan pola di atas.
(i) -1 terletak di sebelah kanan -2 4 (-3) = (-3) + (-3) + (-3) + (-3) = (-12).
dan terletak di sebelah kiri 0, Bagaimana dengan perkalian (-4) (-
maka -1 terletak di antara -2 dan 3) = . . . ? kita dapat mengingat
0, ditulis -2 < -1 < 0. bahwa perkalian antar dua
(ii) 2 terletak di sebelah kiri 5 dan bilangan negatif menghasilkan
sebelah kanan 1, maka 2 terletak bilangan positif sehingga hasil (-
antara 1 dan 5, ditulis: 1 < 2 < 5. 4) (-3) = 12.
c. Bidang Koordinat Cartesius Berdasarkan contoh di atas kita dapat
Bidang koordinat cartesius terbentuk menuliskan tanda hasil perkalian
dari dua buah garis bilangan yang antar bilangan bulat sebagai
berpotongan tegak lurus di titik berikut:
(0,0). Garis bilangan pertama c. Perkalian dua bilangan bulat
merupakan garis bilangan dengan tanda sama adalah
horisontal (mendatar) dan bilangan bulat positif.
dinamakan sumbu Y. Titik (0,0) d. Perkalian dua bilangan bulat
yang merupakan titik potong dengan tanda berbeda adalah
kedua garis itu disebut titik bilangan bulat negatif.
pangkal (origin)dan merupakan e. Perkalian sembarang bilangan
acuan untuk menentukan bulat dengan nol adalah nol.
pasangan titik yang lain, 1. Sifat-sifat perkalian
misalanya A(𝑥, 𝑦). f. Sifat tertutup
𝑥 pada A disebut absis titik A dan Perkalian bilangan bulatvdikatakan
𝑦 pada A disebut ordinat titik A, sifat tertutup jika 𝑎 dan 𝑏 adalah
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1459
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

𝑎 𝑎
bilangan-bilangan bulat, maka 1. 𝑎 ∶ 𝑏 = + , sebab ×𝑏 =𝑎
𝑏 𝑏
𝑎 × 𝑏 adalah bilangan bulat. 2. –𝑎 ∶ 𝑏 = −
𝑎
, sebab (-
𝑎
)×𝑏 =
Dengan kata lain hasil kali dari 𝑏 𝑏
−𝑎
dua bilangan bulat selalu bilangan 𝑎 𝑎
3. 𝑎 ∶ (−𝑏) = − 𝑏 , sebab (- 𝑏 ) ×
bulat pula.
g. Sifat komutatif −𝑏 = 𝑎
𝑎 𝑎
Perkalian bilangan bulat dikatakan 4. –𝑎 ∶ (−𝑏) = + 𝑏, sebab 𝑏 × −𝑏 =
bersifat komutatif jika untuk −𝑎
setiap bilangan bulat 𝑎 dan 𝑏  Pangkat dan Akar Bilangan Bulat
maka berlaku 𝑎 × 𝑏 = 𝑏 × 𝑎. a. Makna pangkat bilangan bulat
h. Sifat asosiatif Pangkat adalah operasi bilangan yang
Perkalian bilangan bulat dikatakan diperoleh dengan cara perkalian
bersifat asosiatif jika untuk berulang untuk bilangan yang
sebarang bilanga bulat 𝑎, 𝑏, dan 𝑐 sama seperti 55 = 5× 5 × 5 × 5 ×
maka berlaku: 5 dan (-2)3 = (−2) × (−2) × (−2).
(𝑎 × 𝑏) × 𝑐 = 𝑎 × (𝑏 × 𝑐). Jika 𝑎 adalah bilangan bulat dan 𝑛
i. Sifat distributif adalah bilangan bulat maka:
n
Perkalian bilangan bulat dikatakan 𝑎 =𝑎 ×𝑎 ×𝑎 ×… ×𝑎
bersifat distributif jika untk setiap Sebanyak 𝑛 faktor 𝑎
bilangan bulat 𝑎, 𝑏, dan 𝑐 maka Dengan 𝑛 disebut pangkat atau
berlaku: 𝑎 × ( 𝑏 + 𝑐) = (𝑎 × 𝑏) + eksponen, 𝑎 disebut bilangan
(𝑎 × 𝑐) = 𝑎𝑏 + 𝑎𝑐. dasar atau bilangan pokok, dan 𝑎n
j. Unsur identitas disebut bilangan berpangkat.
Perkalian bilangan bulat memiliki b. Sifat-sifat bilangan berpangkat
unsur identitas jika untuk setiap 2. Sifat perkalian bilangan
bilangan bulat 𝑎 sembarang maka berpangkat
berlaku: 𝑎 × 1 = 1 × 𝑎 = 𝑎. Carilah hasil perkalian dari 23 25.
bilangan 1 dinamakan unsur Kita dapat menyelesaikan
identitas. persoalan itu dengan definisi
k. Sifat bilangan nol pangkat bilangan bulat positif,
Setiap perkalian bilangan nol dengan sebagai berikut:
bilangan bulat dan sebaliknya 23 25 = 2 × 2 × 2 × 2 × 2 × 2 × 2 ×
hasilnya adalah nol. Sehingga 2 = 23+5 = 28
untuk setiap 𝑎 sembarang akan Berdasarkan perkalian bilangan
berlaku: 𝑎 × 0 = 0 × 𝑎 = 0. berpangkat di atas dapat
l. Pembagian bilangan bulat dan disimpulkan bahwa jika 𝑚 dan 𝑛
sifat-sifatnya adalah bilangan-bilangan bulat
Pembagian bilangan bulat diartikan positif dan 𝑎 adalah bilangan real,
sebagai operasi kebalikan dari maka;
perkalian. sehingga untuk setiap 𝑎m × 𝑎n = 𝑎m+n.
bilangan bulat positif 𝑎 dan 𝑏, 3. Sifat pembagian bilangan
dengan 𝑏 ≠ 0, berlaku: berpangkat
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1460
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

59 bilangan bulat positif (bilangan


Carilah hasil pembagian dari 53.
asli), 𝑎 dan 𝑏 adalah bilangan real,
Persoalan ini dapat diselesaikan
dan 𝑏 ≠ 0, maka:
menggunakan definisi pangkat 𝑎𝑚 𝑝 𝑎 𝑚𝑝
bulat positif, sebagai berikut: ( 𝑏𝑛 ) = 𝑏𝑛𝑝
59 5×5×5×5×5×5×5×5×5 5×5×5
53
= 5×5×5
= 5×5×5 × 5 ×
C. Jenis Penelitian
5×5×5×5×5=
Adapun jenis penelitian
5× 5 × 5 × 5 × 5 × 5 = 59-3 = 56
adalah Penelitian Tindakan Kelas
Berdasarkan pembagian bilangan
(PTK). Penelitian tindakan
berpangkat di atas disimpulkan
merupakan suatu pencarian
bahwa: jika 𝑚 dan 𝑛 adalah
sistematik yang dilaksanakan oleh
bilangan-bilangan bulat, 𝑎 adalah
para pelaksana program dalam
bilangan bulat, dan 𝑎 ≠ 0, maka:
kegiatannya sendiri (guru), dalam
𝑎m: 𝑎n = 𝑎m-n.
mengumpulkan data tentang
4. Sifat perpangkatan dari bilangan
pelaksanaan kegiatan, keberhasilan
berpangkat
dan hambatan yang dihadapi, untuk
Tentukanlah nilai dari (32)4.
kemudian menyusun rencana dan
Persoalan ini dapat diselesaikan
melakukan kegiatan –kegiatan
dengan menggunakan definisi
penyempurnaan (Nana Syaodih
pangkat bulat dan perkalian
Sukmadinata, 2005:140).
bilangan berpangkat bulat sebagai
Penelitian ini menekankan
berikut:
pada kegiatan (Tindakan) dengan
(3 ) = 32 × 32 32 32 = 32+2+2+2 = 38
2 4
menguji coba suatu ide ke dalam
Berdasarkan perpangkatan dari praktek atau situasi nyata dalam
bilangan berpangkat di atas dapat skala yang mikro, yang diharapkan
disimpulkan bahwa: jika 𝑚 dan 𝑛 kegiatan tersebut mampu
adalah bilangan-bilangan bulat memperbaiki dan meningkatkan
positif dan 𝑎 bilangan real, maka kualitas proses belajar mengajar
(𝑎m)n. (Yatim Riyanto, 2001:50).
5. Sifat perpangkatan dari perkalian
bilangan berpangkat D. Rencana Tindakan
Perpangkatan dari perkalian bilangan Rencana kegiatan adalah
berpangakat adalah jika 𝑚, 𝑛 dan suatu pendekatan yang digunakan
𝑝 adalah bilangan-bilangan bulat dalam suatu peneliti. Dalam buku
positif, sedangkan 𝑎 dan 𝑏 adalah metodologi penelitian dijelaskan
bilangan real, maka: (𝑎m𝑏n)p = bahwa rencana kegiatan pada
𝑎mp𝑏np. dasarnya seluruh proses pemikiran
5. Sifat perpangkatan dari dan penentuan matang hal-hal yang
pembagian bilangan berpangkat dilakukan serta dapat pula dijadikan
Definisi perpangkatan dari pembagian dasar penilaian baik oleh peneliti itu
bilangan berpangkat adalah jika sendiri maupun orang lain terhadap
𝑚, 𝑛 dan 𝑝 adalah bilangan- semua langkah yang diambil
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1461
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

(Margono S:2005). Rancangan 2) Guru berusaha


kegiatan yang dilakukan pada tahap memotivasi siswa.
ini adalah dilaksanakan dalam b. Pengembangan Konsep
beberapa siklus untuk memperoleh Pada tahap ini, hal yang
data dengan menggunakan dilakukan adalah:
instrumen yang telah dibuat. 1) Guru memberikan
Setiap siklus dilakasanakan pengembangan konsep
dengan skenario pembelajaran yang dari materi Himpunan
telah dibuat dan terdiri dari 5 (lima) yaitu membimbing siswa
tahap kegiatan yaitu : dengan cara
1. Perencanaan mendiskusikan cara
a. Menyusun perangkat menaksir hasil
pembelajaran berupa perhitungan dari operasi
Rencana Pembelajaran perkalian dan pembagian
(RPP), dan membentuk bilangan bulat.
kelompok. 2) Guru memberi contoh
b. Menyusun instrumen soal tentang operasi
penelitian berupa soal tes, hitung bilangan bulat
lembar observasi, dan diselesaikan.
pedoman wawancara siswa c. Kerja Kooperatif dan
2. Pelaksanaan Tindakan Mandiri
Berdasarkan 1. Guru menyiapkan
perencanaan yang disusun, beberapa kartu yang
peneliti melaksanakan tindakan berisi beberapa konsep
dengan strategi pembelajaran atau topik yang cocok
Make A Match dapat untuk sesi review,
meningkatkan prestasi belajar sebaliknya satu bagian
matematika. Saat pelaksanaan kartu soal soal dari kartu
tindakan, peneliti bertindak yang dipegang dan
sebagai pengajar yang dibantu bagian lainnya kartu
oleh dua observer. jawaban.
Adapun tahapan 2. Setiap siswa mendapat
pelaksanaan tindakan dalam satu buah kartu.
kegiatan pembelajaran melalui 3. Tiap siswa memikirkan
Make A Match, yaitu: jawaban/guru soal dari
a. Mereview kartu yang dipegang.
Pada tahap ini, hal yang 4. Setiap siswa mencari
dilakukan adalah: pasangan yang
1) Guru mengingatkan mempunyai kartu yang
tentang Himpunan cocok dengan kartunya
Bilangan. (soal jawaban).

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1462


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

5. Setiap siswa yang dapat E. Teknik Analisa Data


mencocokan kartunya
sebelum batas waktu Menganalisis data
diberi poin. merupakan suatu langkah yang
6. Kesimpulan/penutup sangat kritis dalam penelitian.
d. Penugasan Peneliti harus memastikan pada
1) Guru membantu siswa analisis mana yang digunakan,
menyimpulkan materi apakah analisis statistik atau non
yang baru dipelajari. statistik. Pemilihan ini tergantung
2) Guru menugaskan siswa pada jenis data yang akan
membaca materi dikumpulkan untuk dianalisis
selanjutnya di rumah. (Aqib, 2006: 135). Di samping itu,
3) Guru memberi pekerjaan statistik membandingkan hasil yang
rumah. diperoleh dengan hasil yang terjadi
3. Pengamatan (Observasi) secara kebetulan, sehingga
Selama pelaksanakan memungkinkan peneliti untuk
tindakan diadakan observasi. menguji apakah hubungan
Dalam observasi ini akan sistematis secara variabel-variabel
diamati aktivitas-aktivitas siswa penelitian, atau hanya terjadi secara
dan guru yang nampak selama kebetulan.
proses pembelajaran. Semua Analisis data yang
aktivitas siswa dan guru dicacat digunakan untuk menganalisis data
dalam lembar observasi yang penerapan langkah-langkah strategi
telah disiapkan. pembelajaran Make A Match yaitu
4. Refleksi dengan analisis deskriptif. Analisis
Pada tahap ini peneliti yang dilakukan oleh peneliti baik
bertindak sebagai guru kelas dan dari aspek guru maupun siswa, yang
guru kelasnya bertindak sebagai kemudian dibandingkan tingkat
observer mengkaji kekurangan keberhasilan tindakan dari setiap
dari tindakan yang telah siklus.
diberikan. Hal ini dilakukan 1. Analisis Data Obsevasi
dengan cara melihat data hasil Data observasi
evaluasi yang telah dicapai oleh merupakan data yang didapat
siswa dan data observasi pada dari hasil observasi tentang
siklus sebelumnya. Dari hasil keterlaksanaan pembelajaran
refleksi akan didapat data-data matematika melalui model
untuk kegiatan perbaikan, yang pembelajaran kooperatif tipe
akan dilaksanakan pada siklus Make A Match berdasarkan
sebelumnya. lembar observasi. Pada setiap
pertemuan, peneliti melakukan
observasi tentang
keterlaksanaan pembelajaran

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1463


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

matematika melalui model prestasi belajar siswa, hasil tes


pembelajaran kooperatif tipe belajar dianalisis secara
Make A Match. deskriptif, yaitu menentukan
Data hasil observasi guru skor rata-rata hasil tes belajar
maupun siswa akan dianalisis siswa dengan menggunakan
sebagai berikut. Untuk jawaban rumus sebagai berikut:
”ya” diberi skor 1 dan jawaban Rumus rata-rata hasil belajar
”tidak” diberi skor 0. Cara siswa:
menghitung presentase skor
=
 xi
yaitu:
𝑎 n
𝑥̅ = × 100% Keterangan :
𝑏 ̅
Keterangan: X = Rata-rata
𝑥̅ = persentase skor observasi xi = Skor yang diperoleh
tiap petermuan masing-masing siswa
𝑎 = jumlah skor yang diperoleh n = Banyaknya siswa
tiap pertemuan (Sudjana, 2005:67).
𝑏 = jumlah skor maksimal tiapa
pertemuan (Kusumaningtyas, F. Indikator Keberhasilan
2011:36).
Selanjutnya dihitung Prestasi belajar siswa
rata-rata persentase skor dikatakan meningkat apabila terjadi
obervasi guru dan siswa tiap peningkatan rata-rata skor dari rata-
siklus lalu dikategorikan sesuai rata skor sebelumnya. Indikator
dengan kualifikasi hasil keberhasilan penelitian ini adalah
persentase observasi guru dan tercapainya ketuntasan belajar,
siswa yaitu sebagai berikut: dengan rumus sebagai berikut :
P
KB = . 100 %
Tabel 3.1 Kualifikasi Hasil N
Persentase Skor Observasi Guru Keterangan :
dan Siswa 𝐾𝐵 = Ketuntasan belajar
Rentang Skor Kriteria 𝑃 = Banyaknya siswa yang
66,68 ≤ 𝑥̅ ≤ 100 Tinggi memperoleh nilai minimal 65.
33.34 ≤ 𝑥̅ ≤ 66,67 Sedang 𝑁 = Banyaknya siswa
0 ≤ 𝑥̅ ≤ 33,33 Rendah (Sudjana, 2005:69).
𝑥̅ = Rata-rata persentase skor
observasi tiap siklus Ketuntasan belajar
(Arikunto dan Cepi, 2004:18- tercapai jika  85% siswa
19). memperoleh skor minimal 65
yang akan terlihat pada hasil
2. Data Prestasi Belajar Siswa evaluasi tiap-tiap siklus.
Untuk mengetahui

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1464


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

a. Hasil observasi dan evaluasi


G. Hasil Penelitian 1) Hasil observasi
Penelitian Tindakan Kelas Observer mengamati
ini dilaksanakan pada tanggal 27 proses pembelajaran
Agustus sampai 15 Agustus 2013. matematika di kelas
Penelitian ini dilakukan untuk menggunakan lembar
mengetahui peningkatan prestasi observasi yang telah
belajar matematika pokok bahasan disusun. Aspek-aspek
Himpunan pada siswa kelas VII.B persentase yang diamati
MTs Darul Hikmah Tente dengan pada siklus I ini
diterapkannya model pembelajaran menunjukkan bahwa
kooperatif tipe Make A Match keterlaksanaan pembelajaran
(Mencari Pasangan). Penelitian ini dengan model pembelajaran
dilaksanakan dalam dua siklus. Dari kooperatif tipe Make A
hasil penelitian diperoleh data Match masih rendah.
kuantitatif yang memberikan Adapun hasil observasi
gambaran tentang ketuntasan dan kegiatan belajar mengajar
hasil belajar siswa baik secara dapat dilihat sebagai berikut:
individu maupun klasik.
Penelitian tindakan kelas Table. 4.1 Hasil Observasi
dimulai dengan siklus I yang terdiri Kegiatan Guru Dan Siswa
dari 2 kali pertemuan dengan satu Siklus I
kali pertemuan untuk pembelajaran No Observasi Siklus
dan satu kali pertemuan untuk Kegiatan I (%)
evaluasi setiap siklus. Adapun 1 Guru 55,5
kegiatan siklus I terdiri dari empat 2 Siswa 50
kegiatan, yakni perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. 2) Evaluasi
Berdasarkan siklus I, guru akan Pada pertemuan
mengetahui letak keberhasilan dan kedua dilaksanakan tes
kegagalan atau hambatan yang evaluasi siklus I yang
dijumpai pada siklus I. Oleh karena dilaksanakan pada hari
itu, guru merumuskan kembali Selasa tanggal 29 Agustus
rancangan tindakan untuk siklus II. 2012 pukul 10.15-11.35
Kegiatan pada siklus ke II ini dapat WITA.
berupa kegiatan sebagaimana yang Secara ringkas
dilakukan pada siklus I, tetapi sudah hasilnya dapat diuraikan
dilakukan perbaikan-perbaikan atau sebagai berikut:
hambatan-hambatan berdasarkan a. Jumlah siswa seluruhnya : 40
hambatan atau kegagalan yang siswa
dijumpai pada siklus I (Asrori b. Jumlah siswa yang ikut tes : 40
Muhammad, 2009: 103). siswa

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1465


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

c. Nilai rata-rata kelas : 63,75 1) Pemberian motivasi dan


d. Jumlah siswa yang tuntas : 23 apersepsi yang sangat
siswa kurang membuat siswa
e. Jumlah siswa yang tidak tuntas sedikit bingung dalam
: 17 siswa menerima materi dengan
f. Persentase ketuntasan menerapkan model
: 57,7% pembelajaran Make A Match
g. Untuk lebih jelasnya dapat karena mengaitkan meteri
dilihat pada lampiran 7. tersebut dengan kehidupan
Hasil rata-rata sehari-hari.
prestasi belajar siswa siklus 2) Kerjasama antar siswa
I adalah 63,75, sehingga dalam mengerjakan tugas
berdampak terhadap masih sangat kurang.
ketuntasan belajar secara Terlihat hanya beberapa
klasikal dengar persentase siswa saja yang aktif
siklus I adalah 57,7%. Dari mencari pasangan kartu
persentase ketuntasan sedangkan siswa yang lain
belajar tersebut, belum hanya diam dan menunggu
memenuhi standar hasil pekerjaan temannya.
ketuntasan klasikal yang 3) Sebagian besar siswa
telah ditetapkan, yaitu mengeluh kesulitan dalam
85% siswa memperoleh nilai mengerjakan soal tes akhir
65, sehingga peneliti perlu siklus, hal ini bukan
memberikan tindakan pada dikarenakan soalnya yang
siklus II. terlalu sulit. Tetapi,
d. Refleksi memahami maksud soal saja
Berdasarkan data yang mereka masih kesulitan,
diperoleh pada saat pelaksanaan tentu saja mereka akan
tindakan I, dapat diketahui kesulitan untuk
bahwa penggunaan metode menyelesaikan atau mencari
kooperatif tipe Make A Match solusi yang tepat.
sangat mempengaruhi semangat 4) Ketika siswa diberikan soal-
dan keseriusan siswa dalam soal matematika, mereka
upaya memahami materi tidak terbiasa berpikir
Himpunan yang dijelaskan. tentang apa yang diketahui,
Mulai dari tahap presentasi apa yang dicari, bagaimana
kelas hingga kuis Make A Match cara mencari solusi, hingga
berakhir. Hanya saja pada untuk menemukan jawaban
pelaksanaan tindakan I ini, yang tepat. Hal ini berakibat
masih terdapat banyak bahwa soal-soal matematika
kekurangan-kekurangan antara terkesan sangat sulit.
lain:

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1466


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

5) Kurang tepatnya peneliti


dalam memperkirakan 2) Evaluasi
waktu yang direncanakan, Pada pertemuan
sehingga pada pertemuan ketiga dilaksanakan tes
pertama waktu pembelajaran evaluasi siklus II yang
melebihi jam yang dilaksanakan pada hari Rabu
direncanakan yaitu sekitar tanggal 11 September 2012
15 menit pada saat kegiatan pukul 07.15-08.35 WITA.
diskusi kelompok. Secara ringkas
Dari hasil refleksi hasilnya dapat diuraikan
pada siklus I ini, dapat sebagai berikut:
diketahui bahwa masih a. Jumlah siswa seluruhnya
banyak kekurangan- b. Jumlah siswa yang ikut
kekurangan pada tes
pelaksanaan siklus I, hal ini c. Nilai rata-rata kelas
menunjukkan bahwa hasil d. Jumlah siswa yang
pelaksanaan siklus I ini tuntas
masih belum sesuai dengan e. Jumlah siswa yang tidak
yang diharapkan. Untuk itu, tuntas
kekurangan-kekurangan f. Persentase ketuntasan
tersebut perlu diperbaiki Untuk lebih jelasnya
pada siklus II. dapat dilihat pada
b. Hasil observasi dan evaluasi lampiran 18.
1) Hasil observasi Dilihat dari hasil
Aspek-aspek yang evaluasi siklus II ini
diamati pada siklus II ini meningkat dari siklus I,
menunjukkan bahwa dimana pada siklus II hasil
keterlaksanaan pembelajaran rata-rata prestasi belajar
dengan model pembelajaran siswa adalah 74,125 artinya
kooperatif tipe Make A pada siklus II meningkat
Match sudah tinggi. 10,375. Sehingga
Adapun hasil berdampak pada ketuntasan
observasinya dapat dilihat belajar secara klasikal
sebagai berikut: dengar persentase 87,5%.
Refleksi
Table. 4.2 Hasil Observasi Berdasarkan hasil
Kegiatan Guru Dan Siswa observasi yang diamati pada
Siklus II siklus II ini menunjukkan bahwa
No Observasi Siklus aspek-aspek persentase
Kegiatan II (%) keterlaksanaan pembelajaran
1 Guru 88,9 dengan model pembelajaran
2 Siswa 93,75 kooperatif tipe Make A Match

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1467


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

sudah tinggi dengan persentase yaitu sebesar 10,375 dari siklus


kegiatan guru 88,9% dan I ke siklus II.
kegiatan belajar siswa 93,75%. b. Penerapan model pembelajaran
Hasil tes pada siklus II kooperatif tipe Make A Match
mencapai nilai rata-rata 74,125 pada materi Himpunan dapat
dengan persentase ketuntasan menuntaskan belajar siswa
belajar 87,5% siswa secara klasikal pada Kelas VII.B
memperoleh nilai  65 . MTs Darul Hikmah Tente
Persentase ini sudah memenuhi Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal
kriteria keberhasilan yang ingin ini dapat dilihat dari persentase
dicapai yaitu 85%. Hasil tes ketuntasan belajar siswa
evaluasi siklus II dapat dilihat mengalami peningkatan sebesar
pada lampiran 18. 30% dari siklus I ke siklus II
Setelah melihat uraian yaitu dari 57,5% menjadi
data di atas, maka dapat 87,5%.
disimpulkan bahwa proses
pembelajaran pada siklus II I. Saran
telah mencapai keberhasilan. Berdasarkan hasil penelitian
Jadi penelitian telah selesai, ini, maka peneliti mengemukakan
tanpa harus diadakan tindakan beberapa saran yang perlu
selanjutnya. disampaikan, antara lain:
a. Bagi Kepala Sekolah
H. Kesimpulan Hasil penelitian ini, untuk
Berdasarkan hasil analisa data dan dijadikan acuan dalam membuat
pembahasan, maka dapat kebijakan tentang peningkatan
disimpulkan bahwa: kualitas sekolah.
a. Penerapan model pembelajaran b. Bagi guru matematika
kooperatif tipe Make A Match Disarankan untuk menjadikan
pada materi Himpunan dapat pembelajaran kooperatif tipe
meningkatkan prestasi belajar Make A Match sebagai suatu
matematika siswa Kelas VII.B alternatif pembelajaran yang
MTs Darul Hikmah Tente dapat dilaksanakan dalam upaya
Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal membantu siswa memahami
ini dapat dilihat dari perolehan materi pelajaran.
nilai rata-rata siswa 63,75 pada c. Pengajar/guru yang akan
siklus I dan meningkat menjadi menerapkan pembelajaran
74,125 pada siklus II. Hal ini kooperatif tipe Make A Match
dapat dilihat bahwa hasil perlu mengalokasikan dan
prestasi belajar siswa kelas memantau waktu sebaik
VII.B MTs Darul Hikmah mungkin, sehingga proses
Tente mengalami peningkatan pembelajaran akan berlangsung
secara efektif dan efisien.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1468


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

d. Bagi peneliti selanjutnya diselengarakan di STKIP


Peneliti lain disarankan untuk Taman Siswa Bima: 25-26
melakukan penelitian penerapan Agustus 2009.
pembelajaran kooperatif tipe Lie, Anita. 2007. Cooperatif Learning.
Make A Match pada materi lain Jakarta: Grasindo.
yang mungkin dirasakan sulit Nana Syaodih Sukmadinata. 2005.
bagi siswa, serta pada kelas Metode Penelitian
yang mengalami masalah dalam Pendidikan. Bandung:
hal siswa kurang memiliki Remaja Rosdakarya.
motivasi belajar. Nurhadi. Pembelajaran Kontekstual
dan Penerapannya dalam
DAFTAR PUSTAKA KBK. Malang: Penerbit
Ahmad, Rohani. 2004. Pengolahan Universitas Negeri Malang
Pengajaran. Jakarta: Rineka (UMPRES).
Cipta. Riduwan dan Akdo. 2005. Rumus dan
Anonim, 2004. Model Pembelajaran Data dalam Aplikasi
Sains. Jakarta: Depdikbud. Statistika. Bandung:
Aqib, Zainal. 2002. Profesialisme Guru Alfabeta.
dalam Pembelajaran. Riyanto, Yatim. 2001. Metode Logi
Surabaya: Insan Cendekia. Penelitian Pendidikan.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Surabaya: Anggota IKIP
Tindakan Kelas untuk Guru. No. 035/551
Bandung: Yrama Widya. Slavin, E Robert. 2005. Cooperatif
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Learning, Teori, Riset dan
Penelitian Suatu Praktik. Bandung: Nusa
Pendekatan Praktik. Media.
Jakarta: rineka Cipta. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Matematika di Indonesia.
Meningkatkan Kecerdasan Jakarta: Departemen
Komunikasi Antar Peserta Pendidikan Nasional.
Didik. Yokyakarta: Pustaka Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses
Belajar. Belajar Mengajar.
Johson dan Rising. 1972. Hakikat Bandung: Renama
MIPA. Makalah disajikan Rosdakarya.
Dalam Strategi Sukino dan Simangunsong, Wilson.
Pembelajaran Mipa yang 2007. Matematika untuk
diselengarakan di STKIP SMP Kelas VII. Jakarta:
Taman Siswa Bima: 25-26 Erlangga.
Agustus 2009. Suparlan. 2002. Mencerdaskaan
Kline. 1973. Hakikat MIPA. Makalah Kehidupan Bangsa.
disajikan Dalam Strategi Bandung:
Pembelajaran Mipa yang Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1469


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Learning Teori dan Aplikasi Meneliti.Yogyakarta: Gento


PAIKEM. Yogyakarta: Pres
Pustaka Belajar. Wiriatmadja, Rochiati. 2005. Metode
Tampoman, Husein. 2005. Matematika Penelitian Tindakan.
untuk SMP/MTs Kelas VII. Bandung: Remaja
Jakarta.: Yudhistira. Rosdakarya.
Visman, Ahmad. 2008. Mari Belajar

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1470


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS,


TEKNOLOGI, MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN (STML) TERHADAP
SIKAP ILMIAH SISWA KELAS VIII²
PADA SMP NEGERI 4 BOLO TAHUN
PELAJARAN 2014/2015

SYARIFUDDIN
Mahasiswa lulusan terbaik pertama jurusan fisika STKIP TS Bima

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan karena peneliti melihat kondisi real yang terjadi di
tempat yang peneliti teliti yaitu di SMP Negeri 4 Bolo, dimana di SMP Negeri 4
Bolo hampir rata-rata siswanya memiliki nilai sikap ilmiah yang sangat rendah, hal
ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa yang mempengaruhi sikap
ilmiah siswa tersebut, sehingga peneliti berkesimpulan bahwa yang
mempengaruhinya adalah ketidak sesuaian model yang diterapkan oleh guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran
Sains, Teknologi, Masyarakat dan Lingkungan ( STML ) terhadap sikap ilmiah
siswa kelas VIII² pada SMP Negeri 4 Bolo tahun 2014/2015.
Jenis penelitian ini yaitu penelitian eksperimen, populasi dalam penelitian
ini adalah siswa SMP Negeri 4 Bolo angkatan 2014/2015 sebanyak 139 dengan
jumlah sampel 35 orang, yang diambil secara Random Sampling. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket sikap ilmiah, hasil uji coba validitas
instrumen angket sikap ilmiah siswa kelas VIII² di SMP Negeri 4 Bolo dengan
validitas konstruksi (pendapat para ahli), dari 16 peryataan dinyatak valid semua
tampa ada perubahan sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian ini. Data
penelitian variabel terikat (sikap ilmiah) diperoleh dari pengamatan langsung
kegiatan siswa oleh obsever dengan mengunakan angket sikap ilmiah siswa.
Dari hasil pengumpulan data penelitian dan dilakukan analisis dengan
mengunakan uji t (separated varian) dan didapat thitung adalah 9,1 sedangkan nilai
ttabel adalah 1,671 dengan dk = (n1 - 1) = (35 - 1) = 34 dan taraf signifikan 5 %.
Mengacu dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima berarti ada perbedaan sikap ilmiah siswa antara kelompok yang mendapat
pembelajaran dengan model Sains, Teknologi, Masyarakat dan Lingkungan
(STML) dengan kelompok yang mendapat pembelajaran dengan model
konvensional, maka dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Sains,
Teknologi, Masyarakat dan Lingkungan ( STML ) berpengaruh terhadap sikap
ilmiah siswa Kelas VIII² pada SMP Negeri 4 Bolo tahun 2014/2015, dengan
pengaruh perlakuan (𝑂2 − 𝑂1 ) - (𝑂4 − 𝑂3 ) = (78-59,4) - (59,7-59,1) = 10 %.

Kata Kunci: Model Sains, Teknologi, Masyarakat dan Lingkungan (STML)

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1471


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dengan Sikap Ilmiah Siswa.

PENDAHULUAN sekolah. Marzano et. al (199:33) juga


Pendidikan sains merupakan menyatakan bahwa kebiasaan
salah satu aspek pendidikan yang berpikir dan bertindak merupakan
digunakan sebagai alat untuk dimensi puncak dari proses dan
mencapai tujuan-tujuan pendidikan. produk belajar siswa.
Menurut Yager (1996:6) juga literasi Upaya menghasilkan produk-
sains dan teknologi mencakup enam produk kreatif ini mesti didukung
domain, yaitu domain konsep, dengan sikap seperti yang dimiliki
domain proses, domain kreativitas, oleh para ilmuwan yang disebut
domain sikap, domain aplikasi dan dengan sikap ilmiah (Harlen, 1991:4).
keterkaitan, serta domain cara Sikap dan personal yang penting
pandang terhadap dunia, tetapi pada dikembangkan untuk mendukung
hakekatnya sains memiliki tiga kreativitas seseorang adalah rasa
komponen yaitu komponen produk, ingin tahu, respek terhadap fakta atau
proses dan sikap Sains sebagai bukti, keinginan untuk mentoleransi
sebuah produk karena terdiri dari ketidakpastian, kritis, tekun, daya
sekumpulan pengetahuan yang cipta, terbuka, peka atau sensitif
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, terhadap lingkungan hidup dan tidak
prinsip dan hukum tentang gejala hidup, serta bekerja sama dengan
alam. Sains sebagai proses, karena orang lain. Dalam perkembangan
merupakan suatu rangkaian kegiatan IPTEK saat ini, siswa dituntut agar
terstruktur dan sistematis yang mampu menggali informasi dengan
dilakukan untuk menemukan konsep, penuh penalaran, melakukan evaluasi,
prinsip dan hukum tentang gejala bersikap terbuka, mampu
alam, dan sains sebagai suatu sikap, memecahkan masalah, dan
karena diharapkan mampu mengambil keputusan.
menimbulkan karakter bagi siswa. Model pembelajaran di sekolah
Kurikulum 2013 yang secara umum masih menekankan
diberlakukan sekarang ini pada model konversional (Metode
memberikan tekanan pada ceramah) saja yang penyajian
pengembangan kompetensi siswa pembelajaranya hanya berfokus pada
dalam aspek kognitif, afektif, dan penerimaan informasi secara penuh
psikomotor yang direfleksikan dalam dari informasi yang disampaikan oleh
kebiasaan berpikir dan bertindak. guru dimana siswa hanya
Menurut Tim Broad- Based mendengarkan, melihat, dan mencatat
Education (Santyasa, 2009:3) apa yang disampaikan oleh guru
kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga siswa tidak memahami dan
merupakan salah satu tujuan yang tidak mendapatkan konsep dengan
harus dicapai dalam pembelajaran di jelas dari apa yang disampaikan oleh

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1472


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

guru, seperti yang diungkapkan VII 1 61,14 35


Suastra (2006:5) mengungkapkan
bahwa pendidikan sains di sekolah VII 2 63,35 35
cenderung hanya mentransfer
VII 3 69,02 34
pengetahuan kepada peserta didik,
yaitu pengetahuan yang terlalu VII 4 61,64 35
berpusat pada buku sehingga
memecahkan soal sederhana dapat (Sumber : Guru Fisika SMP
dilakukan, tetapi agak lepas dari Negeri 4 Bolo)
situasi nyata. Padahal tujuan utama Berdasarkan tabel di atas, ada
pembelajaran IPA adalah agar beberapa rata-rata nilai siswa kelas
peserta didik memahami konsep- VII yang pada tahun ajaran
konsep IPA dan keterkaitanya dengan 2014/2015 sekarang menjadi kelas
kehidupan sehari-hari, memiliki VIII masih di bawah nilai Kriteria
ketrampila dalam bersikap dan Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu
berpikir ilmiah untuk 65,00. Salah satu penyebab
mengembangkan pengetahuan rendahnya kemampuan IPA adalah
tentang alam sekitar serta mampu karena guru tidak mengunakan model
untuk memecahkan masalah-masalah yang sesuai dengan yang diharapkan,
yang dihadapinya dengan lebih ketidak tahuan peserta didik
menyadari kebesaran dan kekuasaan mengenai kegunaan fisika dalam
pencipta alam semesta. Tetapi realita prakteknya sehari-hari menjadi
dan kenyataan sekarang penyebab mereka cepat bosan dan
membuktikan bahwa masih banyak tidak tertarik pada pelajaran fisika,
siswa SMP Negeri khususnya SMP siswa lebih banyak belajar secara
Negeri 4 Bolo yang belum individual dengan menerima,
memahami konsep-konsep IPA dan mencatat, dan menghafal materi
keterkaitanya dengan kehidupan pembelajaran, kegiatan praktikum
sehari-hari, ini terbukti dengan daftar masih jarang dilakukan, dan
nilai UAS yang peneliti peroleh dari kurangnya sikap ilmiah siswa yang
salah satu guru di SMP Negeri 4 Bolo dapat dilihat dari rasa ingin tahu
yang rata-rata nilainya dibawah siswa cenderung rendah dimana
ketuntasan minimal yaitu 65,00. Nilai siswa jarang mengajukan pertanyaan
siswa dapat dilihat dalam tabel 1.1 walaupun konsepnya belum mereka
Tabel 1.1. Daftar Nilai UAS pahami, tidak memperhatikan objek
Mata Pelajaran Fisika Kelas VII yang di amati, dan tidak kreaktif
SMP`Negeri untuk melakukan hal yang baru,
4 Bolo Tahun2014/2015 kurang bisa memberikan tanggapan
terhadap hasil percobaan dan data
Nama Rata- Jumlah empirik, kurang berani
Kelas Rata Siswa mengungkapkan gagasan, banyak
siswa tidak membawa buku sumber

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1473


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

pada saat belajar, tidak berdiskusi proses sains pada diri siswa yang
dengan teman, teman kelompok, mencakup sikap ilmiah siswa. Model
beberapa siswa tidak mengikuti pembelajaran Sains, Teknologi,
aturan yang berlaku, siswa mudah Masyarakat dan Lingkungan (STML)
terpengaruh oleh sikap temannya adalah model pembelajaran yang
yang lain yang tidak memperhatikan mengaitkan antara sains dan
pelajaran, menurunnya kemauan, teknologi serta manfaatnya bagi
ketekunan dan kerja keras siswa lingkungan dan masyarakat,
dalam berkompetis. Sesuai dengan memanfaatkan lingkungan sebagai
hasil yang peneliti dapat bahwa sikap sasaran belajar, sumber belajar, dan
ilmiah siswa pada SMP Negeri 4 sarana belajar.
Bolo masih berada pada kriteria
kurang. Selengkapnya data sikap 1. Pengertian Model Sains,
ilmiah siswa dapat dilihat dalam tabel Teknologi, Masyarakat dan
1.2 dibawah ini. Lingkunggan (STML)
Tabel 1.2 Data sikap ilmiah
siswa tahun 2014/2015 Model pembelajaran
Sikap Ilmiah Sains, Teknologi, Masyarakat
Siswa dan Lingkungan (STML) adalah
Kelompok model pembelajaran yang
Rata- Kriteria mengaitkan antara sains dan
rata teknologi serta manfatnya bagi
Eksperimen 59,1 Sedang lingkungan dan masyarakat.
Model pembelajaran ini
Kontrol 59,4 Sedang memanfaatkan lingkungan
(Selengkapnya dapat dilihat sebagai sasaran belajar, sumber
pada lampiran 14 hal 95) belajar, dan sarana belajar.
Berdasarkan paparan di atas, Model pembelajaran Sains,
maka perlu diterapkan model yang Teknologi, Masyarakat dan
dapat mengaitkan fisika dengan Lingkungan (STML) merupakan
aktifitas sehari-hari dan model yang model pembelajaran alternatif
tepat adalah model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
Sains Teknologi Masyarakat dan menarik perhatian siswa dalam
Lingkungan (STML) karena model pembelajaran sains, sehingga
ini merupakan model pembelajaran literasi sains dan teknologi siswa
yang mengacu pada filosofis dapat meningkat. Model
konstruktivisme, siswa pembelajaran ini berusaha untuk
mengkonstruksi pengetahuannya meningkatkan keterlibatan
sendiri dan bermakna melalui pembelajar melalui
pengalaman yang nyata. Kegiatan- pendayagunaan lingkungan
kegiatan yang dilakukan siswa akan sebagai sumber belajar.
mengarah kepada pembentukan Pembelajaran dengan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1474


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

menggunakan lingkungan dapat dimanfaatkan untuk


sebagai sumber belajar mampu memenuhi kehidupan.
menyediakan berbagai hal-hal Jadi sains dan
yang menarik untuk siswa. teknologi memiliki hubungan
Widayanto (2012:59-70) salah simbiosis. Artinya, teknologi
satu cara untuk mendekatkan menerapkan sains untuk
siswa kepada realitas obyektif menghasilkan produk
kehidupannya adalah dengan teknologi baru, instrumen
menyediakan sumber belajar baru, teknik baru yang dapat
yang dapat membawa siswa bermanfaat dan menjadi
belajar mengenai banyak hal kekuatan baru bagi para
yang berkaitan secara langsung saintis dalam melakukan
dengan fenomena sehari-hari penyelidikan ilmiah yang
dengan memanfaatkan lebih maju demi
lingkungan sebagai sumber perkembangan sains.
belajar. Belajar melalui Kemudian temuan baru dalam
lingkungan akan semakin bidang sains dapat menjadi
memperkaya wawasan dan input baru untuk kemajuan
pengetahuan siswa karena siswa teknologi, demikian
dapat mengalami secara langsung seterusnya. Teknologi dan
dan dapat mengoptimalkan ilmu pengetahuan tidak
potensi panca inderanya untuk pernah terpisah. Siswa yang
berkomunikasi dengan telah mempelajari
lingkungan, sehingga konsep/prinsip sains perlu
pembelajaran menjadi bermakna selalu didorong untuk
(meaningfull learning). menggunakan/
2. Hubungan Antara Sains, menerapkannya dalam
Teknologi, Masyarakat dan kehidupan mereka sehari-hari,
Lingkungan misalnya menjelaskan
a. Hubungan Sains dan peristiwa atau fenomena alam,
Teknologi dan menghasilkan teknologi
Gagne (2009:12) untuk memecahkan masalah
mengatakan teknologi dapat yang dijumpai dalam
dipandang sebagai suatu masyarakat.
proses keterampilan atau b. Hubungan Teknologi dan
knowing-how, artinya Lingkungan
memerlukan pemikiran Teknologi merupakan
kreatif, keterampilan khusus, studi tentang man-made-
dan memiliki nilai-nilai dan world, artinya berhubungan
manfaat bagi kehidupan dengan kreasi atau
manusia. Jadi, teknologi perekayasaan alam serta solusi
adalah berbagai alat yang dari dan untuk manusia dalam

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1475


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

mengahadapi masalah dan d. Hubungan Teknologi dan


tantangan dari Masyarakat
lingkungan/alam. Teknologi Teknologi dan
sebagai suatu keahlian, artinya masyarakat juga memiliki
melibatkan keterampilan fisik hubungan yang sangat erat.
dan memerlukan dasar-dasar Daya cipta individu
pengetahuan, keterampilan merupakan sesuatu yang
perancangan, pengembangan, esensial dalam inovasi
dan membuahkan hasil yang teknologi. Kekuatan sosial
bermanfaat untuk pemecahan dan ekonomi masyarakat
masalah yang sedang sangat mempengaruhi jenis
dihadapi. teknologi yang dipilih.
Lingkungan adalah Teknologi juga dipengaruhi
segala sesuatu yang ada di oleh sejarah dan budaya
luar diri individu. Faktor masyarakat. Di sisi lain,
lingkungan sangat secara historis beberapa teori
mempengaruhi perkembangan sosial berkeyakinan bahwa
otak manusia. Pendidikan perkembangan teknologi akan
melalui lingkungan diprediksi mengakibatkan perubahan
mampu menyebabkan sosial. Teknologi akan
perubahan tingkah laku yang menimbulkan perubahan pola
berimbas pada kehidupan hidup, politik, religius dan
masyarakat. Secara teori, kesejahteraan hidup umat
pengalaman belajar dengan manusia.
mengaplikasikan masalah- e. Hubungan Sains dan
masalah lingkungan ke dalam Masyarakat
Teknologi dapat menimbulkan Hubungan antara sains
dampak yang positif. dengan masyarakat adalah
c. Hubungan Masyarakat dan produk-produk sains memberi
Lingkungan kontribusi bagi kesejahteraan
Aikenhead (1992:23) umat manusia. Sains sebagai
memberikan batasan bahwa proses dapat memberikan
society is the social milieu. kesempatan kepada siswa
Jadi, masyarakat mengandung untuk mengasah kemampuan
pengertian lingkungan berpikirnya dalam
pergaulan sehari-hari, memecahkan masalah terkait
teknologi, pranata sosial, dengan kehidupan sehari-hari.
aspek-aspek sosial budaya, Sebaliknya, kebutuhan
dan nilai-nilai yang dianut manusia sebagai individu
oleh suatu kelompok maupun masyarakat
masyarakat. memberikan dorongan yang
kuat bagi perkembangan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1476


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

sains. dan dengan bijaksana


f. Hubungan Sains dan menggunakan sumber alam,
Lingkungan untuk meningkatkan kualitas
Menurut teori belajar hidup tanpa harus merusak
dari Gagne (2009:12) keseimbangan ekosistem.
lingkungan mempunyai Sains dapat memberikan
peranan yang penting dalam pemahaman mengenai
proses pembelajaran. pemanfaatan lingkungan
Pembentukan konsep, sikap sebagai sumber belajar,
dan pengembangan sehingga masyarakat mampu
keterampilan siswa dapat memilah dan memilih
terbentuk karena interaksinya teknologi sesuai kebutuhan.
dengan lingkungan. Model Sains, Teknologi,
Lingkungan akan membawa Masyarakat dan Lingkungan
siswa pada situasi yang lebih (STML) berupaya
konkrit dan akan memberikan memberikan pemahaman
dampak peningkatan apresiasi tentang peranan lingkungan
siswa terhadap konsep-konsep terhadap sains, teknologi,
sains dan lingkungannya. masyarakat. Sebaliknya
Lingkungan tempat tinggal peranan masyarakat terhadap
maupun lingkungan sekolah arah perkembangan sains,
adalah tempat yang paling teknologi dan keadaan
dekat dengan kehidupan lingkungan, termasuk juga
siswa, dengan demikian bila peranan teknologi dalam
pembelajaran dimulai dari penyesuaiannya dengan sains,
lingkungan maka akan manfaatnya terhadap
menjadi lebih bermakna. masyarakat dan dampak-
Hubungan antara sains, dampak yang ditimbulkan
teknologi, masyarakat dan terhadap lingkungan.
lingkungan memiliki 3. Sintaks Model Teknologi,
hubungan timbal balik dua Sains, Masyarakat dan
arah yang tidak dapat Lingkungan
dipisahkan dan dapat dikaji a. Invitasi
manfaat maupun kerugian Invitasi adalah tahap
yang dihasilkan. Sains dan pendahuluan dimana guru
teknologi dapat digunakan harus mengemukakan isu-isu
untuk memantau kualitas atau masalah yang berkaitan
lingkungan. Masyarakat atau yang ada dimasyarakat
mempunyai kemampuan yang dapat digali dari siswa.
untuk memberikan tanggapan b. Pembentukan konsep
terhadap pendidikan dan Dimana dalam pembentukan
mengatur kualitas lingkungan konsep ini dapat melalui

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1477


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

LKS yang diberikan kepada diterapkan guru dalam


siswa. Tujuan tahap ini agar melaksanakan proses
siswa dapat memahami pembelajaran (Riduwan, 2008:4).
apakah analisis terhadap isu- Model pembelajaran konvensial
isu atau masalah yang masih mengalami krisis
dikemukakan diawal paradigma. Krisis yang dimaksud
pembelajaran apakah sudah adalah seharusnya telah
mengunakan konsep-konsep berlangsung model
yang tepat di ikuti. kontruktivisme di mana
c. Aplikasi pemerintah telah berusaha
Dimana pada langkah ini menciptakan suatu model
berbekal konsep yang benar pembelajaran yang inovatif yang
dalam melakukan analisis dituangkan dalam peraturan
isu-isu atau penyelesaian menteri nomor 41 tahun 2007,
masalah selanjutnya siswa namun hal ini belum dijalankan
dapat mengaplikasikan sepenuhnya oleh guru.
konsep yang telah di pelajari Jadi model konvensional
dalam kehidupan sehari-hari. sering juga disebut metode
d. Pemantapan konsep ceramah, yaitu merupakan cara
Selama tahap pembentukan penyajian pelajaran yang
konsep, penyelesaian dilakukan guru dengan
masalah atau analisis isu penjelasan lisan secara langsung
guru perlu meluruskan kalau terhadap siswa dan pembelajaran
tejadi miskonsepsi selama dimulai dari penyajian informasi,
kegiatan berlangsung, pemberian ilustrasi dan contoh
kegiatan inilah yang soal, latihan soal-soal sampai
dilakukan dalam tahap pada akhirnya guru merasakan
pemantapan konsep. apa yang diajarkan telah
e. Penilaian dimengerti oleh siswa.
Pada tahap ini guru melakukan Penyelenggaraan
penilaian untuk mengetahui pembelajaran konvensional lebih
seberapa jauh tujuan sering menggunakan modus
pembelajaran yang telah telling (pemberian informasi),
dicapai oleh siswa. Penilaian daripada modus demonstrating
dapat dilakukan dengan cara (memperagakan) dan doing
tes tertulis maupun tes lisan direct performance (memberikan
atau dengan tanya jawab kesempatan untuk menampilkan
langsung. unjuk kerja secara langsung)
Model Konvensional (Warpala, 2009:13). Dalam
Model pembelajaran perkataan lain, guru lebih sering
konvensional merupakan model menggunakan strategi
pembelajaran yang biasa penyampaian informasi secara

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1478


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

langsung kepada siswa dengan berlaku umum.


mengikuti urutan materi dalam a. Objektif
kurikulum secara ketat, guru Objektif artinya pengetahuan itu
berasumsi bahwa keberhasilan sesuai dengan objeknya yaitu
program pembelajaran dilihat kesesuaian atau dibuktikan
dari ketuntasannya dengan hasil penginderaan
menyampaikan seluruh materi atau empiris.
yang ada dalam kurikulum. b. Metodik
Penekanan aktivitas belajar lebih Metodik artinya pengetahuan itu
banyak pada buku tes dan diperoleh dengan
kemampuan mengungkapkan menggunakan cara-cara
kembali isi buku tes tersebut. tertentu dan terkontrol.
Jadi, pembelajaran konvensional c. Sistematik
kurang menekankan pada Sistematik artinya pengetahuan
pemberian keterampilan proses. ilmiah itu tersusun dalam
Pengertian Sikap Ilmiah suatu system, tidak berdiri
1. Pengertian Sikap sendiri, satu dengan yang lain
Slameto (2003:188) juga saling berkaitan, saling
mengatakan bahwa sikap menjelaskan sehingga
merupakan sesuatu yang seluruhnya merupakan satu
dipelajari, dan sikap menentukan kesatuan yang utuh.
bagaimana individu bereaksi d. Berlaku umum
terhadap situasi serta menentukan Berlaku umum artinya
apa yang dicari individu dalam pengetahuan itu tidak hanya
kehidupan. Kemudian Bahrul berlaku atau dapat diamati
(2007:47) menyimpulkan sikap oleh beberapa orang saja,
adalah penjelmaan dari paradigma tetapi semua orang dengan
yang pada gilirannya akan cara eksperimentasi yang
melahirkan nilai-nilai yang dianut sama akan memperoleh hasil
seseorang. Jadi, dari sikaplah yang sama atau konsisten.
orang bisa menentukan kualitas 3. Pengertian Sikap Ilmiah
nilai prilaku seseorang. Dengan Menurut Purnama
demikian, pada prinsipnya sikap (2008:115), sikap ilmiah
itu dapat kita anggap suatu merupakan sikap yang dibentuk
kecenderungan siswa untuk oleh orang yang berkecimpung
bertindak dengan cara tertentu. dalam ilmu alamiah dan bersifat
2. Pengertian Ilmiah ilmiah. Salah satu aspek tujuan
Menurut Purnama dalam mempelajari ilmu alamiah
(2008:112), pengetahuan dapat adalah pembentukan sikap ilmiah.
dikatakan ilmiah bila pengetahuan Sikap ilmiah siswa dalam proses
itu memenuhi empat syarat yaitu: pembelajaran fisika sangat di
objektif, metodik, sistematik, dan perlukan. Terutama dalam

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1479


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

penyelesaian masalah-masalah 4) Sikap Berfikir Terbuka


fisika yang memerlukan 5) Sikap berkerja Sama Denga
pembuktian dan langkah-langkah Orang Lain
terstrukur. 6) Sikap Pekat Terhadap
Sikap ilmiah yang muncul Lingkungan
dari individu disebabkan adanya c. Menurut AAAS (1993:7)
rangsangan berupa suatu objek. 1) Sikap Jujur
Rangsangan itu menimbulkan 2) Sikap Ingin Tahu
respon yang konsisten baik 3) Sikap Toleran
positif/negatif, baik setuju/tidak, 4) Sikap Skeptis
baik langsung/tidak, bagi individu Pengukuran sikap ilmiah
yang bersangkutan sehinggga siswa dapat didasarkan pada
apabila seseorang atau siswa pengelom-pokkan sikap sebagai
merasa tertarik, memperoleh dimensi sikap selanjutnya
kesempatan dan memiliki sikap dikembangkan indicator-indikator
menyukai suatu mata pelajaran sikap untuk setiap dimensi
maka akan belajar dengan baik. sehingga memudahkan menyusun
Sikap keilmuan tidak hanya butir instrumen sikap ilmiah.
mengekang kecenderungan suatu Untuk lebih memudahkan dapat
pribadi tertentu, melainkan digunakan
menunjukkan kesediaan positif pengelompokkan/dimensi sikap
pada perilaku perseorangan dalam yang dikembangkan oleh Harlen
kehidupan sehari-hari. (1996:12) sebagai berikut:
4. Pengelompokan Sikap Ilmiah 1) Sikap Ingin Tahu
Indikator: Antusias mencari
Mahar Marjono, (1996:9) membuat jawaban, Perhatian pada
pengelompokkan yang lebih lengkap obyek yang diamati, Antusias
dan hampir mencakup kedua pada proses Sains.
pengelompokkan yang telah 2) Sikap Respek Terhadap Data
dikemukakan. Secara singkat Indikator: Obyektif/jujur,
pengelompokkan tersebut dapat tidak memanipulasi data, tidak
dilihat dbawah ini : purbasangka, mengambil
a. Menurut Marjono (1996:10) keputusan sesuai fakta, tidak
1) Sikap Ingin Tahu mencampur fakta dengan
2) Sikap Penemuan pendapat
3) Sikap Berpikir Kritis 3) Sikap Ketekunan
4) Sikap Teguh Pendirian Indikator: Mengulangi percobaan
b. Menurut Harlen (1996:12) meskipun berakibat
1) Sikap Ingin Tahu kegagalan, melengkapi satu
2) Sikap Respek Terhadap kegiatan meskipun teman,
Data memanfaatkan waktu dengan
3) Sikap Ketekunan sebaik-baiknya

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1480


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

4) Sikap Kedisiplinan dilakukan secara random agar


Indikator: Mengikuti aturan semua kelas sampel memperoleh
yang berlaku, menjaga peluang yang sama untuk
hubungan dengan teman, diberikan perlakuan yang
menerima saran dari teman, berbeda. Hasil undian secara
tidak merasa selalu benar. random diperoleh kelas VIII²
METODE PENELITIAN sebagai kelompok eksperimen,
Penelitian ini merupakan penelitian sedangkan kelas VIII4 sebagai
eksperimen, penelitian eksperimen kelompok kontrol. Adapun
adalah penelitian yang digunakan teknik yang digunakan dalam
untuk mencari pengaruh perlakuan pengambilan sampel penelitian
tertentu terhadap yang lain dalam ini adalah Random Sampling
kondisi yang terkendali Sugiyono yaitu pengambilan sampel yang
(2009:72). Penelitian ini akan dilakukan secara random (acak),
menggunakan rancangan eksperimen kemudian diberi pre-test untuk
Pretest-posttest control group design, mengetahui keadaan awal adakah
karena peneliti hanya ingin perbedaan antara kelompok
mengetahui perbedaan sikap ilmiah eksperimen dan kelompok
siswa, antara kelompok eksperimen kontrol
dengan kelompok kontrol dan bukan Penelitian ini terdiri dari dua
untuk mengetahui peningkatan sikap sampel yaitu kelas eksperimen dan
ilmiah siswa kedua kelompok. kelas kontrol. Dimana dari dua
Penelitian dilaksanakan di sampel ini diberikan perlakuan yang
SMP`Negeri 4 Bolo kelas VIII mulai berbeda. Untuk kelas eksperimen
dari tanggal 04 Mei sampai 03 Juni pembelajaran menggunakan model
2015. Sains, Teknologi, Masyarakat dan
1. Populasi Lingkungan (STML) dan untuk kelas
Populasi pada penelitian kontrol pembelajaran dengan model
ini adalah siswa kelas VIII SMP Konversional. Pada awal
Negeri 4 Bolo tahun pelajaran pembelajaran kedua kelas tersebut
2014/2015 yang terdiri dari 4 diberikan pre-test dan post-test pada
kelas dengan total siswanya 139 akhir pembelajaran. Desain penelitian
orang. ini dapat dilihat pada tabel 3.1
2. Sampel Tabel 3.1. Desai Penelitian
Penentuan sampel
Kelas Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen 𝑂1 𝑋1 𝑂2
Kontrol 𝑂3 − 𝑂4
(Sugiyono, 2009:76) kelas eksperimen
𝑂2 = Pemberian post-test pada
Keterangan: kelas eksperimen
𝑂1 = Pemberian pre-test pada 𝑂3 = Pemberian pre-test pada
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1481
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

kelas kontrol Adapun instrumen


𝑂1 = Pemberian pos-test pada penelitian dalam penelitian ini
kelas kontrol adalah sebagai berikut:
𝑋1 = Pemberian Model STML 1. Lembar Observasi Sikap
= Pemberian Model Ilmiah Siswa
Konversional Untuk mengetahui sikap
Instrumen Penelitian ilmiah siswa, akan digunakan
Instrument penelitian lembar observasi sikap ilmiah
adalah suatu alat yang di yang disusun dan dikembangkan
gunakan untuk mengukur oleh peneliti berdasarkan
fenomena alam maupun sosial indikator dari empat aspek sikap
yang diamati secara spesifik, ilmiah siswa dan kisi-kisi lembar
fenomena yang dimaksud adalah observasi sikap ilmiah dapat
variabel penelitian Sugiyono dilihat di tabel 3.2 dibawah ini.
(2009:102).
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Sikap Ilmiah
Sikap Ilmiah
Indikator No Jml
siswa
1. Siswa mencari sendiri jawaban dari 1
percobaan yng dilakukanya 2
2. Selalu memperhatikan obyek yang 3
Rasa Ingin
diamati 4 4
Tahu
3. Bertanya sa’at mendapatkan masalah sa’at
percobaan
4. Selalu melakukan hal yang baru
1. Siswa menyampaikan data percobaan 5
Respek sesuai dengan percobaan 6
2. Tidak memanipulasi data dengan 7
Terhadap menambahkan data yang tidak sesuai 8 4
Data 3. Dalam bertukar pendapat tidak boleh
berprasangka dengan pendapat teman
4. Mengambil keputusan sesuai fakta
1. Selalu mengulangi percobaan jika 9
mengalami kegagalan 10
2. Melengkapi satu kegiatan dengan 11
Sikap berdiskusi dengan teman 12
3. Memanfaatkan waktu dengan sebaik-
4
Ketekunan
baiknya
4. Selalu berusaha dengan semaksimal
mungkin dalam menyelesaikan tugas
1. Mengikuti aturan yang berlaku 13
Sikap 2. Menjaga hubungan dengan teman 14
3. Menerima saran dari teman 4
Kedisiplinan 15
4. Selalu menghargai pendapat teman 16
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1482
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Total 16 16
(Harlen, 1996:12) (Arikunto, 2010:245)
Pedoman penskoran sikap ilmiah 2. Soal Tes
diberikan berdasarkan kriteria: Soal tes yang digunakan
Skor 5 bila kemampuan sangat baik dalam penelitian ini adalah soal
(bila 4 indikator dilaksanakan) tes berbentuk pilihan ganda dan
Skor 3 bila keterampilan baik (3 setiap Instrumen yang digunakan
indikator dilaksanakan) untuk mengambil data dalam
Skor 2 bila keterampilan cukup baik setiap penelitian harus diuji
(2 indikator dilaksanakan) validitas alat ukurnya. Sehingga
Skor 1 bila keterampilan kurang baik instrumen yang digunakan
(indikator tidak dilaksanakan) memperoleh kelayakan untuk
(Sugiyono, 2010:141) diambil data penelitiannya. Uji
coba ini bertujuan untuk
Teknik persentase skor dapat dihitung mengetahui tes yang digunakan
menggunakan rumus: baik atau tidak sehingga perlu
𝑅 dilakukan uji validitas instrumen:
𝑆 = 𝑁 𝑥 100%
Keterangan :
Teknik Analisis Data
S = nilai yang diharapkan (dicari)
1. Validitas Instrumen
R = jumlah skor dari item atau soal
Validitas berkenaan
yang dijawab benar
dengan ketepatan alat penilaian
N = jumlah skor maksimum dari tes
terhadap konsep yang dinilai
tersebut.
sehingga betul-betul menilai apa
yang seharusnya dinilai. Analisis
Kemudian hasil perhitungan akan
validitas uji coba instrumen
dikategorikan berdasarkan persentase
dilakukan dengan menggunakan
skor yang dicapai. Adapun kategori
persamaan korelasi r product
sikap ilmiah siswa dapat dilihat pada
moment dengan angka kasar
tabel 3.3 berikut:
(Arikunto, 2002):
Tabel 3.3 Kategori Sikap
Ilmiah Siswa 𝒓𝒙𝒚 =
𝑵.∑ 𝑿𝒀−(∑𝑿).(∑𝒀)
No Persentase Kategori
Sikap Tanggapan √{(𝑵.∑𝑿 )−(∑𝑿)𝟐} {(𝑵.∑𝒀𝟐 )−(∑𝒀)𝟐}
𝟐

Ilmiah .
1 80%-100% Sangat Keterangan:
Tinggi
2 60%-80% Tinggi Nilai rxy akan di
3 40%-60% Sedang konsultasikan dengan tabel r
4 20%-40% Rendah product moment dengan taraf
5 0 %-20% Sangat kepercayaan 95% dengan taraf
Rendah signifikan sebesar 5% dalam

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1483


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

taraf keberartiran. Jadi atau tidak, rumus yang


kemungkinan yang tejadi yaitu: digunakan (Riduwan, 2010).
a. Jika rxy > rtabel maka soal k
 f o  f e 2
tersebut dikatakan valid  
2

b. Jika rxy < rtabel maka sola i 1 fe


tersebut dikatakan tidak
(3.6)
valid
Dimana:
𝑥2 = Chi kuadrat
Hasil uji validitas dari 30
fo = Frekuensi hasil
soal uji coba instrumen
pengamatan
dinyatakan 8 yang tidak valid
fh = Frekuensi hasil
dan 22 yang valid yang bisa
harapan
dilanjutkan untuk pemberian pre
tes dan post test, sedangkan hasil
Kriteria hipotesis terdistribusi
uji validitas dari lembar
normal jika x2hitung < x2tabel
observasi sikap ilmiah siswa
dinyatakan dari 16 pernyataan
4. Uji Hipotesis
dinyatakan valid sesuai dengan
Hipotesi dalam penelitian
kriteria di atas sehingga dapat
ini yang di ajukan adalah
digunakan untuk uji selanjutnya.
pengaruh model Sains,
2. Uji Homogenitas
Teknologi, Masyarakat dan
Uji homogenitas
lingkungan (STML) terhadap
dilakukan untuk membuktikan
sikap ilmiah siswa dan
apakah kedua sampel yang
perbedaan sikap ilmiah siswa
menjadi objek penelitian
dengan mengunakan model
homogen atau tidak, rumus yang
Sains, Teknologi, Masyarakat
digunakan (Subana, 2005).
F
Varians Terbesar  dan Lingkungan (STML) dan
model konvensional. Untuk
Varians Terkecil  mengetahui pengaruh model
(3.5) Sains, Teknologi, Masyarakat
Kriteria pengujian: dan Lingkungan (STML)
Jika : Fhitung > Ftabel , tidak terhadap sikap ilmiah siswa
homogen dalam penelitia ini dengan
Jika : Fhitung < Ftabel , homogen menguji perbedaan sikap ilmiah
Taraf signifikan (ɑ) = 5 % kelas eksperimen dan kelas
kontrol, jika terdapat perbedaan
3. Uji Normalitas dimana kelas eksperimen
Uji normalitas digunakan mendapatkan nilai sikap ilmiah
untuk mengetahui apakah data yang lebih tinggi dari pada sikap
yang diperoleh dari gejala yang ilmiah siswa kelas kontrol maka
diselidiki terdistribusi normal dapat dikatakan ada pengaruh

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1484


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Model, Sains, Teknologi, Teknologi, Masyarakat dan


Masyarakat dan Lingkung Lingkungan (STML) terhadap
terhadap sikap ilmiah siswa sikap ilmiah siswa kelas VIII²
Sugiyono (2009:159). SMP Negeri 4 Bolo tahun
pelajaran 2014/2015)
Menguji hipotesis 2. Jika t-hitung < t-tabel, Ha ditolak
perbedaan sikap ilmiah siswa dan Ho diterima (tidak ada
antara kelompok yang mendapat pengaruh penggunaan model
pembelajaran Sains, Teknologi, pembelajaran Sains,
Masyarakat dan Lingkungan Teknologi, Masyarakat dan
(STML) dengan kelompok yang Lingkungan (STML) terhadap
mendapat pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa kelas VIII²
model konvensional maka dapat SMP Negeri 4 Bolo tahun
digunakan uji t (separated pelajaran 2014/2015).
varians) perbandingan. Adapun
rumus yang digunakan adalah. HASIL PENELITIAN
𝑋̅1 − 𝑋̅2
𝑡= 1. Uji Validitas Instrumen
𝑆2 𝑆2 Hasil uji validitas dari 30
√ 1+ 2
𝑛1 𝑛2 soal uji coba instrumen dinyatakan
Keterangan : 8 yang tidak valid dan 22 yang
Nilai rata-rata valid yang bisa dilanjutkan untuk
𝑋̅1 = kelas pemberian pre tes dan post test,
eksperimen sedangkan hasil uji validitas dari
Nilai rata-rata lembar observasi sikap ilmiah
𝑋̅2 = siswa dinyatakan dari 16
kelas kontrol
Varians kelas pernyataan dinyatakan valid sesuai
𝑆12 = sehingga dapat digunakan untuk
eksperimen
Varians kelas uji selanjutnya selengkapnya dapat
𝑆22 = dilihat pada lampiran 8 hal 79-80.
kontrol
Jumlah sampel 2. Uji Homogenitas
𝑛1 = kelas Uji homogenitas data
eksperimen pre test yang digunakan dalam
Jumlah sampel penelitian ini adalah uji
𝑛1 = Fisher, kriteria pengujian ini
kelas kontrol
digunakan yaitu kedua
Adapun kriteria hipotesis kelompok sampel dinyatakan
yaitu sebagai berikut: homogen apabila Fhit < Ftab,
1. Jika t-hitung > t-tabel, Ha diterima karena Fhit = 1,06 < Ftab 1,78
dan Ho ditolak (ada pengaruh maka dikatakan bahwa kedua
penggunaan model data tersebut homogen.
pembelajaran Sains, Untuk lebih jelasnya

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1485


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

peneliti sajikan tabel Tabel 4.1 Pengujian


perhitungan uji homogenitas Homogenitas
dibawah ini.
Nilai Varians Sampel Jenis Variabel
Kelas Ekperimen Kelas Kontrol
S 15,10 14,26
N 35 35
eksperimen didapat harga
Varians terbesar
Chi-Kuadrat hitung (X2hit)=
Fhit = 5,61 harga tersebut
Varians terkecil
15,10 selanjutnya dibandingkan
= = 1,06 dengan harga Chi Kuadrat
14,26
3. Uji Normalitas (X2tab), Dk = k – 1 = 6 – 1
a. Uji Normalitas Nilai Pre = 5. Bila dk 5 dan taraf
Test Kelompok kesalahan 5% α = 0,05
Eksperimen maka didapat X2tab =
Uji normalitas 11.070, karena X2-hit =
dilakukan dengan 5,61 ≤ X2-tab = 11,070,
mengunakan uji Chi- maka data Distribusi
Kuadrat. Dari hasil Normal.
pengujian pada kelompok
Tabel 4.2 Pengujian Normalitas Kelompok Eksperimen

Data Eksperimen
N 35
X2hit 5,61
X2tab 11.070
Kesimpulan Distribusi Normal
(Analisis (X2tab), Dk = k – 1 = 6 – 1
selengkapnya dapat = 5. Bila dk 5 dan taraf
dilihat di lampiran 11 kesalahan 5% α = 0,05
hal 86) maka didapat X2tab =
b. Uji Normalitas Pre Test 11.070, karena X2-hit =
Kelas Kontrol 3,57 ≤ X2-tab = 11,070,
Data hasil maka data Distribusi
pengujian pre test pada Normal.
kelompok kontrol didapat Untuk lebih
harga Chi-Kuadrat hitung jelasnya peneliti
(X2hit)= 3,57 harga tersebut menyajikan dalam bentuk
selanjutnya dibandingkan tabel uji normalitas
dengan harga Chi Kuadrat dibawah ini.
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1486
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

T Normalitas Sikap Ilmiah


Data
a Eksperimen Siswa Kelompok Eksperimen
bN 35
Xe2hit 6,2
Xl2tab 11.070
Distribusi d. Uji Normalitas Sikap
Kesimpulan
4 Normal Ilmiah Siswa Kelompok
.3 Pengujian Normalitas Kontrol
Pre Test Kelompok Uji normalitas
kontrol dilakukan dengan
mengunakan uji Chi-
Data Eksperimen Kuadrat. Dari hasil
N 35 pengujian sikap ilmiah
X2hit 3,57 siswa didapat harga Chi-
X2tab 11.070 Kuadrat hitung (X2hit)= 4,3
Distribusi harga tersebut selanjutnya
Kesimpulan dibandingkan dengan harga
Normal
Chi Kuadrat (X2tab), Dk =
k – 1 = 6 – 1 = 5. Bila dk 5
c. Uji Normalitas Sikap dan taraf kesalahan 5% α =
Ilmiah Siswa Kelompok 0,05 maka didapat X2tab =
Eksperimen 11.070, karena X2-hit = 4,3
Uji normalitas ≤ X2-tab = 11,070, maka
dilakukan dengan data Distribusi Normal.
mengunakan uji Chi- Untuk lebih
Kuadrat. Dari hasil jelasnya peneliti
pengujian sikap ilmiah menyajikan dalam bentuk
siswa didapat harga Chi- tabel uji normalitas
Kuadrat hitung (X2hit)= 6,2 dibawah ini.
bila Dk = k – 1 = 6 – 1 = Tabel 4.5 Pengujian
5. Bila dk 5 dan taraf Normalitas Sikap Ilmiah
kesalahan 5% α = 0,05 Siswa Kelompok Kontrol
maka didapat X2tab =
2
11.070, karena X -hit = 6,2 Data Eksperimen
≤ X2-tab = 11,070, maka N 35
data Distribusi Normal. X2hit 4,3
Untuk lebih X2tab 11.070
jelasnya peneliti Distribusi
Kesimpulan
menyajikan dalam bentuk Normal
tabel uji normalitas
dibawah ini. 4. Uji Hipotesis
Tabel 4.4 Pengujian Pengujian hipotesis
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1487
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dalam penelitian ini thitung dengan mengunakan uji t


mengunakan uji t (separated (separated varian), dimana
varian), data yang digunakan diperoleh nilai thitung adalah
adalah data sikap ilmiah siswa 9,1 sedangkan nilai ttabel
kelas eksperimen setelah adalah 1,671 dengan dk =
diberikan perlakuan dengan (𝑛1 +𝑛2 -2) = (35+35-2) = 68
mengunakan model Sains, dan taraf signifikan 5 %.
Teknologi, Masyarakat dan Karena nilai thitung > nilai ttabel
Lingkungan (STML) dan data maka dapat disimpulkan
sikap ilmiah siswa kelompok bahwa Ho ditolak dan Ha
kontrol tampa diberikan diterima berarti ada perbedaan
perlakuan dengan sikap ilmiah siswa sebelum
mengunakan model Sains, mengunakan model Sains,
Teknologi, Masyarakat dan Teknologi, Masyarakat dan
Lingkungan (STML). Lingkungan (STML) dan
Sebelum dilakukan uji t sesudah mengunakan model
terlebih dahulu menghitung Sains, Teknologi, Masyarakat
nilai standar deviasi dari sikap dan Lingkungan (STML).
ilmiah siswa kelompok
eksperimen dan kelompok PEMBAHASAN
kontrol. Dari perhitungan Pada awal pembelajaran
yang dilakukan diperoleh nilai guru memberikan pre test untuk
standar deviasi untuk sikap mengetahui kemampuan awal
ilmiah siswa kelompok siswa sebelum diberikan
eksperimen 9,02 dan sikap pembelajaran dengan
ilmiah siswa kelompok mengunakan model Sains,
kontrol 7,93. Teknologi, Masyarakat dan
Untuk lebih jelas Lingkungan (STML). Kemudian
peneliti sajikan data data yang di dapat di uji
selengkapnya dilihat pada normalitas dan homogenitasnya
tabel dibawah ini. untuk mengetahui apakah data
Tabel 4.6 Pengujian Hipotesis normal atau homogen. Setelah
Sikap Ilmiah Siswa pre test selesai, guru memberikan
apersepsi serta tujuan dari
Sikap Ilmiah Standar pembelajaran yang berhubungan
Taraf
Kelompok thitung ttabe
Siswa Deviasidengan materi agarSignifikan
siswa siap
Eksperimen 78 7,93 mengikuti mata pelajaran yang
9,1 1,671 0,05
Kontrol 59,7 9,02 akan dipelajari dan memiliki rasa
ingin tahu yang kuat terhadap
Setelah mendapatkan materi yang akan dibahas.
nilai standar deviasi, Kegiatan inti dalam
kemudian menghitung nilai proses pembelajaran yang

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1488


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dilakukan adalah guru nilai rata-rata pre test kelompok


membagikan siswa kedalam 5 eksperimen dan kelompok
kelompok kecil terdiri dari 7 kontrol diketahui bahwa
orang siswa kemudian guru kemampuan siswa pada kedua
membagikan peralatan beserta kelompok penelitian menunjukan
lembar kerja siswa. Setelah itu tidak adanya perbedaan yang
secara berkelompok siswa signifikan hal ini menunjukan
melakukan percobaan sesuai bahwa siswa kedua kelompok
dengan lembar kerja siswa yang memiliki pengetahuam dan
diberikan, kemudian masing- kemampuan awal yang sama.
masing kelompok mendiskusikan Sedangkan data sikap
hasil pengamatanya dan mengisi ilmiah siswa di dapat setelah
lembar kerja siswa dengan diberikan proses pembelajaran
bimbingan guru, setiap kelompok dengan menggunakan model
diberikan kesempatan untuk Sains, Teknologi, Masyarakat
mempersentasikan hasil dan Lingkungan (STML) pada
pengamatanya. kelas eksperimen diperoleh nilai
Kegiatan penutup dalam rata-rata siswa 78 dengan nilai
pembelajaran ini berupa siswa tertinggi 95 dan nilai terendah 50
menarik kesimpulan dari materi sedangkan pada kelas kontrol
yang telah dipelajari dan siswa yang tidak diterapkan Model
diberi kesempatan menayakan Sains, Teknologi, Masyarakat
materi yang kurang jelas atau dan Lingkungan (STML) nilai
kurang dipahami dan guru rata-rata yang diperoleh siswa
menjelaskan pertanyaan yang hanya 59,7 dengan nilai tertinggi
diberikan oleh siswa. 75 dan nilai terendah 45
Berdasarkan pengamatan selengkapnya dapat di lihat pada
diawal pembelajaran yang lampiran 15 hal 97-98. Hal ini
berlangsung dilakukan uji menyatakan bahwa ada pengaruh
kesamaan rata-rata nilai pre test penerapan model Sains,
kelompok eksperimen dan Teknologi, Masyarakat dan
kelompok kontrol dimana nilai Lingkungan (STML) terhadap
rata-rata siswa pada kelas kontrol sikap ilmiah siswa kelas VIII²
sebesar 59,57 dengan skor pada SMP Negeri 4 Bolo dengan
tertinggi 75 dan skor terendah 20 pengaruh perlakuan (𝑜2 − 𝑜1 ) −
sedangkan pada kelas (𝑜4 − 𝑜3 ) = (78-59,4) - (59,7-
eksperimen nilai rata-rata siswa 59,1) = 10 % (Sugiyono, 2009,
sebesar 58,86 dengan skor 76).
tertinggi 90 dan skor terendah 10 Sesuai dengan data
(lampiran 10 hal 83), hal ini pendukung yang diperoleh dari
disebabkan karena pengetahuan hasil post test, dimana nilai rata-
awal siswa masih rendah. Dari rata siswa pada kelompok

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1489


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

eksperimen 73,68 % lebih tinggi mengaktifkan siswa dalam


dari pada nilai rata-rata kelas kegiatan belajar mengajar. Siswa
kontrol yaitu sebesar 65,3 % terlihat bersemangat dan antusias
sehinga terbukti terjadi dalam belajar fisika. Selain itu
perubahan sikap ilmiah siswa suasana proses pembelajaran
melalui pembelajaran dengan mengunakan model
mengunakan model Sains, Sains, Teknologi, Masyarakat
Teknologi, Masyarakat dan dan Lingkungan (STML) ini
Lingkungan (STML), hal lain menjadi lebih menarik dan
yang menunjang munculnya menyenangkan, sehingga dapat
sikap ilmiah siswa dengan disimpulkan bahwa penerapan
penerapan model Sains, model Sains, Teknologi,
Teknologi, Masyarakat dan Masyarakat dan Lingkungan
Lingkungan (STML) karena (STML) pada pembelajaran
dalam penerapan model Sains, Fisika kelas VIII² di SMP Negeri
Teknologi, Masyarakat dan 4 Bolo tahun 2014/2015
Lingkungan (STML), siswa berpengaruh terhadap sikap
melakukan berbagai kegiatan ilmiah Siswa hal ini terbukti dari
diantaranya siswa dapat mengali hasil sikap ilmiah yang diperoleh
sendiri masalah yang ada dalam dari uji t (separated varian)
masyarakat berkenaan dengan dimana didapat nilai thitung adalah
materi lensa cembung, siswa 9,1 > nilai ttabel adalah 1,671.
mengemukakan sendiri masalah Sesuai dengan kriteria uji
mengenai lensa cembung yang hipotesis jika thitung > ttabel maka
berkaitan dengan kehidupan dikatakan ada pengaruh.
sehari-hari, berdiskusi untuk
mengidentifikasi sumber KESIMPULAN
permasalah, memberikan respon Berdasarkan hasil
terhadap masalah, aktif penelitian yang telah dilakukan
melakukan pengamatan terhadap mengunakan uji t (separated
objek secara kelompok, varian) maka dapat disimpulkan
menyusun kesimpulan dan bahwa ada pengaruh Penerapan
mengkomunikasikanya. Model Pembelajaran Sains,
Teknologi, Masyarakat dan
Berdasarkan hasil Lingkungan (STML) Terhadap
penelitian yang diperoleh selama Sikap Ilmiah Siswa Kelas VIII²
1 bulan dari awal pembelajaran pada SMP Negeri 4 Bolo Tahun
sampai akhir dapat diketahui 2014/2015.
bahwa, kegiatan siswa dalam
proses pembelajaran dan
menyelesaikan jawabannya
adalah kegiatan yang banyak

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1490


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

DAFTAR PUSTAKA masyarakat dan lingkungan terhadap


hasil belajar dan sikap ilmiah siswa di
Aikenhead. 1992. Society Is The unggah tanggal 10 januari 2014 dari :
Social Milien. Jakarta: PT http://www.google.com/url?sa=t
Remaja Rosdakarya. &rct=j&q=&esrc=s&source=we
b&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=
0CEUQFjAE&url=http%3A%2F
Arikunto. 2010. Prosedur penelitian %2Fpasca.undiksha.ac.id%2Fejo
: Suatu Pendekatan Praktik. urnal%2Findex.php%2Fjurnal_ip
(Edisi Revisi). Jakarta: Rineka a%2Farticle%2FviewFile%2F48
Cipta 0%2F272&ei=VYdZVKaPIsrju
QSCu4HYAQ&usg=AFQjCNG
Bambang, Riyanto. 2001. Buku. EvGoEdHM51IJCwwZ71BF0T
Petunjuk Teknis Penulisan GbATg&bvm=bv.78677474,d.c2
Proposal Penelitian dan E
Penulisan Skripsi.
Yogyakarta: Alfabeta. Marjono. 1996. Dimensi Sikap
Ilmiah. Jakarta: Erlangga
Bahrul. 2007. Sikap Ilmiah. Jakarta:
Bahrul Wordpress.Com. Marzano. 1993. How Classroom
Teachers Approach The
Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Teaching Of Thinking. Dalam
Satuan Pendidikan. Jakarta: Donmoyer, R. Dan
Departemen Pendidikan Merryfield, M.M Edisi :
Nasional. Theory Intopractice.

Depdiknas, RI. 2003. Undang- Purnama. 2008. Tata Cara Penulisan


Undang No 20 Tahun 2003 Karya Ilmiah. Bandung:
Tentang Sistem Pendidikan Alfabeta.
Nasional. Jakarta:
Departeman Pendidikan Riduwan. 2009. Metode dan Teknik
Nasional. Menyusun Tesis. Bandung:
Alfabeta.
Gagne. 2009. Science Technology
and Envirament. London: Santyasa. 2009. Pengembangan
David Fulton Publishers. Prangkat Pembelajaran Peta
Konsep. Laporan Penelitian
Harlen. 1991. The Teaching Of Hibah Penelitian : Universitas
Science. London: David Pendidikan Ganesha.
Fulton Publishers.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-
Jumantoro ( 2012 ) pengaruh model faktor Yang
pembelajaran sains teknologi

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1491


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Mempengaruhinya. Jakarta:
Rhineka Cipta. Suhartono, Irawan. 1995. Metode
Penelitian Sosial Suatu Teknik
Suastra. 2006. Strategis Penelitian Bidang
Pembelajaran Berorientasi Kesejahteraan Sosial dan
Standar Proses Pendidikan. Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta: Kencana Prenada Bandung: PT Remaja
Media Group. Rosdakarya.

Subana, M. Dan Sudrajat. 2005. Trianto. 2007. Model-model


Dasar-Dasar Penelitian Pembelajaran Inovatif
Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Berorientasi Konstrutivisme.
Pelajar. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Yager. 1996. Science-Techonology-


Kuantitatif Kualitatif dan Society as Reform. Jakarta : School
R&D. Bandung: Alfabeta. Science

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1492


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN DENGAN PROGRAM GEOMETER’S


SKETCHPAD UNTUK MATERI SUDUT PUSAT DAN SUDUT KELILING
PADA LINGKARAN DI KELAS VIII SMPN 1 WAWO

Fatmah
Dosen Tetap Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Taman Siswa Bima
Email: vatma2012@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran dengan


program Geometer’s Sketchpad yang baik untuk materi sudut pusat dan sudut
keliling pada lingkaran di kelas VIII dan untuk mengetahui keefektifan
pembelajaran dengan program Geometer’s Sketchpad untuk materi sudut pusat dan
sudut keliling pada lingkaran di kelas VIII. Pengembangan perangkat
pembelajaran yang dilakukan menggunakan model 4-D (model Thiagarajan dkk)
yang telah dimodifikasi. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan berupa: (1)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Lembar kerja Siswa (LKS), dan (3)
Tes Hasil Belajar (THB). Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII
SMPN 1 Wawo tahun pelajaran 2014/2015 dengan kelas VIIIA sebagai kelas
ujicoba dan kelas VIIIB sebagai kelas implementasi perangkat. Berdasarkan hasil
ujicoba perangkat, diperoleh perangkat pembelajaran dengan program Geometer’s
Sketchpad yang baik karena dinyatakan valid oleh pakar/ahli dan memenuhi
syarat: (1) kemampuan guru mengelola pembelajaran memenuhi kriteria baik, (2)
aktivitas siswa dalam pembelajaran berada pada rentang waktu ideal, (3) respons
siswa terhadap pembelajaran positif, (4) tes hasil belajar memenuhi kriteria valid,
reliabel, dan sensitif. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa
pembelajaran dengan program Geometer’s Sketchpad efektif untuk mengajarkan
materi sudut pusat dan sudut keliling pada lingkaran karena memenuhi syarat
keefektifan: (1) kemampuan guru mengelola pembelajaran memenuhi kriteria baik,
(2) aktivitas siswa dalam pembelajaran berada pada rentang waktu ideal, (3)
respons siswa terhadap pembelajaran positif, (4) ketuntasan belajar secara klasikal
tercapai, yaitu sebanyak 83,33% dari seluruh siswa memperoleh nilai ≥ 70.
Kata Kunci: Pengembangan Perangkat, Keefektifan Pembelajaran
dengan program Geometer’s Sketchpad, sudut pusat dan sudut keliling
pada lingkaran.

PENDAHULUAN fokus pada penyelesaian materi


Pembelajaran matematika tanpa memperhatikan kondisi
yang dilaksanakan selama ini belajar yang baik bagi siswa. Guru
cenderung berpusat pada guru, masuk kelas dan menyajikan
selain itu guru mengajar hanya materi kemudian memberikan
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1493
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

contoh soal kemudian siswa itu mempengaruhi matematika


diminta mengerjakan soal-soal yang diajarkan dan meningkatkan
latihan. Pembelajaran seperti ini hasil belajar
sering dilaksanakan tanpa banyak siswa(http://en.wikipidia.org/wiki/
variasi dalam pembelajaran.Hal ini The_Geometer%27s_Sketchpad.
menyebabkan siswa kurang diberi Dengan program Geometer’s
kesempatan untuk mengalami dan Sketchpad dapat dibuat berbagai
mengembangkan aktivitas macam objek geometri seperti
belajarnya sendiri sehingga siswa lingkaran, segitiga, segiempat,
kurang terlibat secara aktif dalam segi-n, kubus, balok, dan lain
pembelajaran. Padahal, Asmani sebagainya.Program ini juga dapat
(2011: 60) mengemukakan bahwa digunakan untuk mengukur
belajar pada hakikatnya panjang ruas garis, menghitung
merupakan suatu proses aktif dari besar sudut, luas, keliling dan
si pembelajar dalam membangun perhitungan objek geometri
pengetahuannya. Jika lainnya.Van De Walle (2006: 117)
pembelajaran tidak memberikan menyatakan bahwa dalam
kesempatan kepada siswa untuk program Geometer’s Sketchpad;
berperan aktif, maka pembelajaran titik, garis, dan bentuk-bentuk
tersebut bertentangan dengan geometri mudah dibentuk pada
hakikat belajar. komputer dengan menggunakan
Salah satu alternatif yang mouse.Setelah digambar benda-
dapat membuat siswa lebih aktif benda geometri dapat dipindahkan
dalam kegiatan pembelajaran dan diubah-ubah dalam banyak
serta memperhatikan suasana yang variasi.Jarak, panjang, luas, sudut,
nyaman dan menyenangkan kemiringan, dan keliling dapat
adalah pembelajaran dengan diukur. Ketika bentuk-bentuk
menggunakan media ICT berupa diubah, ukurannya juga akan
program Geometer”s Sketchpad berubah seketika. Oleh karena itu,
dalam laboratorium komputer. maka program Geometer”s
Pembelajaran dengan Sketchpad dapat digunakan dalam
menggunakan program ini pembelajaran geometri, dalam hal
melibatkan seluruh siswa secara ini materi sudut pusat dan sudut
aktif untuk mengikuti keliling pada lingkaran.
pembelajaran.Pembelajaran Berdasarkan uraian di atas,
dirancang agar proses maka peneliti tertarik untuk
pembelajaran bermakna untuk mengembangkan perangkat
siswa. Sehingga dapat pembelajaran dengan
meningkatkan minat belajar dan menggunakan program
hasil belajar siswa. Karena Geometer”s Sketchpadsebagai
teknologi penting dalam proses media pembelajaran untuk materi
belajar mengajar matematika, hal sudut pusat dan sudut keliling

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1494


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

pada lingkaran di kelas VIII SMP. di kelas VIII SMP. Selanjutnya


Selanjutnya, perangkat tersebut dilakukan penelitian untuk
akan diterapkan dalam mendeskripsikan keefektifan
pembelajaran untuk mengetahui pembelajaran dengan
keefektifan pembelajaran dengan menggunakan program
menggunakan program Geometer”s Sketchpad untuk
Geometer”s Sketchpad pada materi sudut pusat dan sudut
materi sudut pusat dan sudut keliling pada lingkaran di kelas
keliling pada lingkaran di kelas VIII SMP. Prosedur
VIII SMP. Adapun tujuan pengembangan perangkat yang
penelitian ini adalah (1) digunakan dalam penelitian ini
Mendiskripsikan proses dan mengacu pada model -4D
menghasilkan perangkat (Thiagarajan, 1974) yang
pembelajaran dengan dimodifikasi. Modifikasi yang
menggunakan program dimaksud yaitu:
Geometer”s Sketchpad sebagai 1. Penyederhanaan tahap
media pembelajaran yang pengembangan menjadi tiga
berkualitas baik untuk materi tahap yaitu: tahap
sudut pusat dan sudut keliling pendefinisian (define), tahap
pada lingkaran di kelas VIII SMP, perancangan (design), dan
dan (2) Mendeskripsikan tahap pengembangan
keefektifan pembelajaran dengan (develop). Hal ini dikarenakan
program Geometer’s Sketchpad pada tahap pengembangan
untuk materi sudut pusat dan sudut (develop) sudah dihasilkan
keliling pada lingkaran di kelas perangkat pembelajaran yang
VIII SMP. berkualitas baik.
2. Analisis konsep diganti
METODE PENELITIAN dengan analisis isi materi
Penelitian ini dapat (content)karena materi
digolongkan sebagaipenelitian memiliki cakupan yang lebih
pengembangan yang dilanjutkan luas daripada konsep. Dalam
dengan penelitian satucontent suatu materi terdiri
deskriptif,karena penelitian ini dari beberapa pengetahuan,
dilakukan untuk mengembangkan yakni; fakta, konsep, prinsip
perangkat pembelajaran dengan dan prosedur.
menggunakan media 3. Analisis materi dan analisis
pembelajaran, yakni program tugas tidak dilakukan secara
Geometer”s Sketchpad.Sehingga paralel, tetapi dilakukan secara
dihasilkan perangkat pembelajaran berurutan. Hal ini karena
yang berkualitas baik untuk urutan tugas bergantung pada
mengajarkan materi sudut pusat urutan isi materi (content).
dan sudut keliling pada lingkaran

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1495


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

4. Dalam tahap pengembangan sebagai berikut:


ditambahkan kegiatan uji 1) Memberikan Pretest (T1),
keterbacaan, yang bertujuan untuk mengetahui penguasaan
untuk mengetahui apakah siswa terhadap materi sudut
bahasa yang digunakan dalam pusat dan sudut keliling pada
perangkat pembelajaran lingkaran sebelum
mudah dipahami atau tidak. dilaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan
Populasi dalam penelitian ini program Geometer”s
adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Sketchpad.
Wawo tahun pelajaran 2) Memberikan perlakuan (X)
2014/2015.Subjek penelitian pada subjek, yaitu
dipilih dua kelas dari 5 kelas VIII melaksanakanpembelajaran
secara acak. Satu kelas diambil dengan menggunakan
sebagai kelas ujicoba perangkat, di program Geometer”s
mana dalam satu kelas yang Sketchpad.
dimaksud dipilih siswa yang 3) Memberikan Postest (T2),
memiliki kemampuan untuk mengetahui penguasaan
mengoperasikan komputer dan siswa terhadap materi sudut
dapat menggunakan program pusat dan sudut keliling pada
Geometer”s Sketchpad, kemudian lingkaran setelah
dipilih lagi satu kelas sebagai dilaksanakan pembelajaran
kelas implementasi perangkat denganmenggunakan program
dengan cara yang sama seperti Geometer”s Sketchpad.
kelas sebelumnya untuk 4) Membandingkan T1 dan T2
mengetahui keefektifan untuk mengetahui sensitifitas
pembelajaran dengan program butir soal tes hasil belajar. T1
Geometer”s Sketchpad. Desain dan T2merupakan instrumen
ujicoba menggunakan rancangan yang sama.
One Group Pretest-Postest Instrumen penelitian yang
Design. Desain ujicoba ini dapat dikembangkan adalah lembar
digambarkan sebagai berikut: validasi perangkat pembelajaran,
lembar observasi kemampuan
Tabel 1. Rancangan Ujicoba guru mengelola pembelajaran,
Perangkat Pembelajaran lembar observasi aktivitas siswa,
Kelas Prete Perlaku Poste angket respon siswa, dan tes hasil
st an st belajar. Untuk lembar observasi
Ujico T1 X T2 dan angket respon siswa
ba diadaptasi dari penelitian
sebelumnya. Sedangkan tes hasil
Adapun langkah-langkah belajar dibuat sendiri oleh peneliti.
pelaksanaan ujicoba adalah Perangkat pembelajaran yang

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1496


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dikembangkan dikatakan mengelola pembelajaran


berkualitas baik jika dinyatakan dikatakan baik jika rata-rata
valid oleh validator dan setelah skor dari setiap aspek yang
diujicobakan memenuhi kriteria dinilai berada pada kriteria
sebagai berikut: (1) Kemampuan baik atau sangat baik.
guru mengelola pembelajaran 3) Analisis data respon siswa
memenuhi kriteria minimal Respons siswa dikatakan positif
“baik”; (2) Aktivitas siswa berada apabila jawaban siswa yang
dalam persentase waktu ideal; (3) memilih kategori positif untuk
Respons siswa terhadap setiap aspek yang direspon
pembelajaran positif; dan (4) Tes memperoleh persentase ≥ 80
hasil belajar memenuhi krietria %
valid, reliabel, dan sensitif. 4) Analisis data hasil belajar
Instrument dan teknik Analisis data hasil belajaar siswa
pengumpulan data untuk tahap secara deskriptif bertujuan
implementasi perangkat dan tahap untuk mendeskripsikan
ujicoba perangkat pembelajaran ketuntasan hasil belajar siswa
adalah sama. Teknik analisis data berdasarkan tes yang
yang digunakan adalah analisis dilaksanakan.Seorang siswa
data statistic deskriptif yang dikatakan tuntas belajarnya
digunakan untuk menganalisis secara individu jika skor yang
keefektifan pembelajaran dengan diperoleh siswa tersebut
program Geometer’s sketchpad minimal 70 dari skor
pada materi sudut pusat dan sudut maksimal 100. Sedangkan
keliling pada lingkaran di kelas ketuntasan belajar secara
VIII SMP. Data yang dianalisis klasikal tercapai bila pada
yaitu data kemampuan guru kelas tersebut lebih dari atau
mengelola pembelajaran, data sama dengan 75% siswa
aktivitas siswa, data respon siswa, tuntas belajarnya.
dan data hasil belajar siswa. Selanjutnya, penggunaan
Masing-masing diuraikan berikut program Geometer’s Sketchpad
ini. dikatakan efektif jika aspek-aspek
1) Analisis data aktivitas siswa berikut terpenuhi, yaitu: hasil
Aktivitas siswa dikatakan efektif belajar siswa secara klasikal
jika persentase setiap aspek tuntas, kemampuan guru
yang diamati pada setiap mengelola pembelajaran minimal
pertemuan berada pada baik, aktivitas siswa efektif, serta
rentang waktu ideal aktivitas respon siswa terhadap
siswa. pembelajaran positif.
2) Analisis data kemampuan
guru mengelola pembelajaran
Kemampuan guru dalam

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1497


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

HASIL PENELITIAN DAN Belajar


PEMBAHASAN
1. Deskripsi Hasil Berdasarkan pengembangan
Pengembangan Perangkat perangkat pembelajaran dengan
Pembelajaran model 4-D yang dimodifikasi,
Berdasarkan tujuan penelitian dihasilkan perangkat pembelajaran
yang pertama maka disusun suatu dengan program Geometer’s
perangkat pembelajaran dengan Sketchpad yang berkualitas baik
program Geometer”s untuk materi geometri di kelas
Sketchpadsebagai media VIII SMPN 1 Wawo, sehingga
pembelajaran untuk materi sudut dapat digunakan untuk
pusat dan sudut keliling pada implementasi perangkat.
lingkaran. Adapun peragkat yang
dihasilkan terdiri dari: Rencana 2. Deskripsi Hasil Implementasi
Pelaksanan Pembelajaran (RPP), Perangkat
Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Berdasarkan tujuan penelitian
Tes Hasil Belajar (THB). Untuk yang kedua dilakukan
mengetahui kualitas perangkat implementasi perangkat untuk
pembelajaran maka dilakukan mengetahui keefektifan
ujicoba perangkat pembelajaran dengan program
pembelajaran.Pencapaian kriteria Geometer’s Sketchpad pada materi
perangkat pembelajaran yang baik sudut pusat dan sudut keliling
ditentukan berdasarkan hasil pada lingkaran di kelas VIII. Data
analisis data aktivitas siswa, yang dikumpulkan pada tahap ini
kemampuan guru mengelola adalah data kemampuan guru
pembelajaran, respon siswa, serta mengelola pembelajaran, data
hasil pretest dan posttest. Hasil aktivitas siswa, data respon siswa,
dari ujicoba perangkat dapat dan data hasil belajar. Data
dilihat pada tabel berikut: tersebut dianalisis secara dskriptif
Tabel 2 Pencapaian Kriteria untuk mengetahui keefektifan
Perangkat Pembelajaran yang pembelajaran dengan
Berkualitas Baik menggunakan program
Geometer”s Sketchpad.
No Aspek Keterangan Pelaksanaan implementasi
1 Aktivitas Efektif perangkat dilakukan pada kelas
2 Siswa Baik yang dipilih sebanyak tiga kali
Kemampuan pertemuan dan diakhiri dengan
Guru tes.Selama pembelajaran
3 Mengelola Positif dilakukan pengamatan terhadap
4 Pembelajaran Valid, aktivitas siswa dan kemampuan
Respon Siswa Reliabel, guru mengelola
Tes Hasil dan Sensitif pembelajaran.Angket respon siswa

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1498


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

dibagikan setelah pelaksanaan tes tersebut dan mengacu pada


selesai dilaksanakan. kriteria yang telah ditetapkan
Analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
pada pelaksanaan implementasi respons siswa positif.
perangkat yaitu sebagai berikut. Berdasarkan uraian di atas,
1) Hasil pelaksaan maka pencapaian keefektifan
tesmenunjukkan bahwa pembelajaran dengan program
ketuntasan belajar siswa secara Geometer”s Sketchpad untuk
klasikal tercapai, dimana dari materi sudut pusat dan sudut
24 orang siswa, sebanyak 20 keliling pada lingkaran ditentukan
siswa yang tuntas belajarnya berdasarkan ketuntasan belajar
(mendapat skor ≥ KKM, secara klasikal, kemampuan guru
dengan KKM= 70). Sehingga dalam mengelola pembelajaran,
persentase ketuntasan belajar aktivitas siswa, dan respon siswa
siswa adalah 83,33%. terhadap pembelajaran dapat
2) Hasil pengamatan kemampuan dilihat pada tabel berikut:
guru mengelola pembelajaran Tabel 3. Pencapaian Keefektifan
menunjukkan bahwa setiap Pembelajaran dengan program
aspek pada setiap pertemuan Geometer’s Sketchpad
yang diamati memperoleh skor
baik dan sangat baik. Rata-rata No. Aspek Keterangan Kesimpulan
skor dari setiap aspek yang 1. Aktivitas Efektif
diamati lebih dari 4 sehingga Siswa
sesuai kriteria yang ditetapkan Kemampuan Baik
maka dapat dikatakan bahwa Guru
kemampuan guru dalam Mengelola
mengelola pembelajaran Pembelajaran
memenuhi kriteria baik. Respon Positif
3) Hasil pengamatan aktivitas siswa
siswa selama tiga pertemuan Hasil belajar Tuntas
menunjukkan bahwa setiap secara
aspek aktivitas siswa untuk klasikal
setiap pertemuan berada pada
interval toleransi waktu ideal, Dari tabel di atas terlihat
sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan
aktivitas siswa masuk dalam program Geometer’s Sketchpad
kategori efektif. efektif untuk materi sudut pusat
4) Hasil angket respon siswa dan sudut keliling pada lingkaran
menunjukkan bahwa jumlah di kelas VIII.
siswa yang memilih kategori
positif melebihi 80%.
Sehingga berdasarkan hal

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1499


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

SIMPULAN 2. Pembelajaran dengan program


Berdasarkan hasil penelitian Geometer”s Sketchpad efektif
diperoleh beberapa simpulan untuk mengajarkan materi
sebagai berikut. sudut pusat dan sudut keliling
1. Berdasarkan hasil pada lingkaran. Hal ini
pengembangan perangkat ditunjukkan dengan
pembelajaran dengan terpenuhinya syarat keefektifan
menggunakan model 4-D, pembelajaran, yaitu:
dihasilkan perangkat a. Ketuntasan belajar siswa
pembelajaran dengan secara klasikal terpenuhi,
menggunakan program yaitu sebanyak 83,33%
Geometer”s Sketchpad untuk siswa tuntas belajarnya.
materi sudut pusat dan sudut b. Aktivitas siswa efektif,
keliling pada lingkaran yang yang ditunjukkan dengan
berkualitas baik. Perangkat setiap aktivitas siswa
pembelajaran tersebut terdiri berada pada kriteria batas
dari RPP, LKS, dan THB. Hal toleransi waktu ideal.
ini dikarenakan syarat-syarat c. Kemampuan guru
perangkat pembelajaran yang mengelola pembelajaran
baik telah terpenuhi yaitu memenuhi kriteria baik.
perangkat pembelajaran telah d. Respon siswa terhadap
dinyatakan valid oleh validator pembelajaran positif yang
dan setelah diujicobakan ditunjukkan dengan
memenuhi kriteria-kriteria persentase siswa yang
berikut ini. memilih kategori positif
a. Kemampuan guru untuk setiap aspek yang
mengelola pembelajaran direspon lebih dari 80%.
memenuhi kriteria baik. Berdasarkan hasil penelitian
b. Aktivitas siswa efektif, ini, maka peneliti memberikan
yang ditunjukkan dengan saran sebagai berikut.
setiap kategori aktivitas 1. Penelitian ini menghasilkan
siswa berada pada batas perangkat pembelajaran yang
toleransi waktu ideal. baik, oleh karena itu,
c. Respons siswa terhadap disarankan kepada guru
pembelajaran positif, yang matematika yang mempunyai
ditunjukkan dengan anak didik dengan
persentase siswa yang karakteristik sama/ hampir
memilih kategori positif sama dengan siswa SMPN 1
untuk setiap aspek respon Wawo untuk dapat
lebih dari 80%. menggunakan perangkat ini
d. Tes hasil belajar valid, pada materi sudut pusat dan
reliabel, dan sensitif. sudut keliling pada lingkaran

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1500


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

sebagai alternatif dalam tidak dipublikasikan).


pembelajaran matematika. Unversitas Negeri
2. Bagi peneliti lain yang Surabaya.
berminat melakukan Hobri.(2007). Pengembangan
penelitian pengembangan Model Pembelajaran
perangkat pembelajaran Matematika Berorientasi
dengan program Geometer”s Pada Vocational Skill di
Sketchpaddisarankan untuk Sekolah Menengah
menyempurnakan atau paling Kejuruan.Disertasi
tidak mengurangi kelemahan- Doktor pendidikan
kelemahan dalam penelitian matematika tidak
ini agar hasil yang diperoleh dipublikasikan).Unversit
lebih akurat. as Negeri Surabaya.
http://en.wikipidia.org/wiki/The_
DAFTAR PUSTAKA Geometer%27s_Sketchp
ad.
Asmani, Jamal M. (2011).7 Tips Husanah & Setyaningrum, Y.
Aplikasi Pakem. (2013). Desain
Jogjakarta: Diva Press Pembelajaran Berbasis
Badan Penelitian dan Pencapaian Kompetensi.
Pengembangan Pusat Jakarta: Prestasi Pustaka.
Kurikulum.(2007). Ibrahim, R. & Syaodih, S.N.
Kajian Kebijakan (2003). Perencanaan
Kurikulum Mata Pengajaran. Jakarta:
Pelajaran Matematika. Rineka Cipta.
Jakarta: Depdiknas. Ibrahim, Muslimin, dkk. (2010).
Budiningsih, Asri. (2012). Belajar Dasar-Dasar Proses
dan Pembelajaran. Yogyakarta: Belajar Mengajar.
Rineka Cipta Surabaya: Unesa
DePorter, Bobbi,dkk.(2010). University Press.
Quantum Teaching. Kemp, Jerrold E. (1994). Proses
Bandung: Kaifa Perancangan
Hastuti, Rini. (2011). Pengajaran.Terjemahan
Pengembangan dari Asril Marjonah.
Perangkat Pembelajaran Penerbit ITB, Bandung.
Tabung Dan kerucut Khabibah, Siti. (2006).
Berdasarkan Masalah Pengembangan Model
(Problem Based Pembelajaran
Instruction) di Kelas IX Matematika dengan Soal
SMP Negeri 2 Terbuka Untuk
Madiun.(Tesis magister Meningkatkan
pendidikan matematika Kreativitas Siswa

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1501


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Sekolah Dasar.(Disertasi (Problem Posing) dalam


doktor pendidikan Pembelajaran
matematika tidak Matematika Pokok
dipublikasikan).Unversit bahasan Perbandingan
as Negeri Surabaya. di MTs Negeri Rungkut
Khanifatul.(2013). Pembelajaran Surabaya. (Tesis
Inovatif. Jogjakarta: AR- magister pendidikan
RUZZ MEDIA matematika tidak
Kosasih, N. & Sumarna, D. dipublikasikan).Unversit
(2013).Pembelajaran as Negeri Surabaya.
Kuantum dan Slavin, Robert, E.
Optimalisasi (2000).Educational
Kecerdasan. Bandung: Psycology: Theory and
Alfabeta Practice. Needham:
Nieveen N, et al. (1999). Design Allyn and Bacon
Approaches and Tools in Soedjadi, R. (2000). Kiat
Educational and Pendidikan Matematika
Training. Kluwer di Indonesia. Jakarta:
Academy Publisher. DEPDIKNAS.
Netherlands. Suherman, Erman. (1994).
Nur, M. (2004).Pengajaran Evaluasi Proses dan
Berpusat kepada Siswa Hasil Belajar
dan Pendekatan Matematika. Jakarta:
Konstruktivis dalam Depdiknas.
Pengajaran. Universitas Thiagarajan, S., Sammel, D.S.,
Negeri Surabaya: Pusat dan Semmel, M.I.
sains dan Matematika (1974).Instructional
Sekolah (PSMS). Development for
Ratumanan, T.G & Laurens, T. Training Teachers of
(2011).Penilaian Hasil Exceptional Children.
Belajar pada Tingkat Minnesota: University of
Satuan Pendidikan. Minnesota
Surabaya: Unesa Uno, H.B & Kuadrat M.
University Press. (2009).Mengelola
Ratumanan, T. Gerson. (2004). Kecerdasan dalam
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Pembelajaran. Surabaya: Bumi Aksara.
UNESA University Warsita, Bambang. (2008).
Press. Teknologi Pembelajaran
Siswono, Tatag Y.E. (1999). (Landasan dan
Metode Pemberian Aplikasinya). Jakarta:
Tugas Pengajuan Soal Rineka Cipta

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1502


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Widjajanti, E. (2008). Pelatihan disampaikan dalam


penyusunan LKS mata Kegiatan Pengabdian
pelajaran kimia pada Masyarakat di
berdasarkan kurikulum Ruang Sidang Kimia
tingkat satuan FMIPA UNY pada
pendidikan bagi guru tanggal 22 Agustus 2008.
SMK/MAK.Makalah ini

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1503


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN


PEMAHAMAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN
BANGUN DATAR SEDERHANA

Nurrahmah
Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Taman Siswa Bima
Email: nurrahmah_mechyuny@yahoo.co.id

ABSTRAK: Kedudukan dan peran matematika dalam pengembangan ilmu dan


pengetahuan sebagai induk, berkembang cukup pesat. Penggunaan dan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari tidak diragukan lagi, oleh karena
itu, konsep dasar matematika harus dikuasai benar oleh siswa sejak dini, agar
siswa menjadi terampil dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Salah satu unsur yang paling banyak menentukan keberhasilan belajar
dan mengembangkan pemahaman siswa adalah guru. Salah satu kemampuan
professional guru adalah menguasai materi dan strategi pembelajaran. Hal
ini, erat kaitannya dengan penggunaan metode dan alat peraga yang sesuai
dengan bahan ajar dan perkembangan intelektual siswa. Untuk itu penelitian
ini mengangkat judul penggunaan alat peraga untuk meningkatkan
pemahaman siswa dalam matematika pada pokok bahasan bangun datar
sederhana. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang
Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Pemahaman Matematika
Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Sederhana. Instrumen yang
digunakan adalah tes evaluasi dan lembar observasi. Berdasarkan hasil
penelitian, diperoleh data bahwa nilai rata-rata evaluasi pada setiap siklus
mengalami peningkatan yang sangat baik. Pada siklus I nilai rata-rata siswa
adalah 69 dan pada siklus II meningkat menjadi 73,4. Berdasarkan hasil
observasi dari setiap pertemuan dapat disimpulkan bahwa seluruh siswa
sangat antusias dan aktif dalam belajar. Seiring dengan peningkatan
pemahaman siswa dengan menggunakan alat peraga, maka aktivitas
siswapun dalam belajar mengalami peningkatan. Artinya, penggunaan alat
peraga dalam matematika dapat meningkatkan pemahaman siswa. Dengan
demikian penggunaan alat peraga ini dapat dijadikan salah satu alternatif
dalam proses pembelajaran matematika maupun pada pembelajaran yang
lain.
Kata Kunci: Penggunaan Alat Peraga, Pemahaman Matematika Siswa.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1504


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

PENDAHULUAN sebabnya, guru tidak memfungsikan


Matematika merupakan salah satu alat peraga secara optimal.
mata pelajaran yang diberikan pada Penggunaan alat peraga dalam
semua jenjang pendidikan. Hal ini pembelajaran matematika khususnya
karena matematika merupakan di kelas III SDN belum optimal. Hal
pengetahuan yang sangat penting bagi ini nampak pada saat kegiatan
siswa dan merupakan bekal pembelajaran, siswa menunjukkan
pengetahuan dasar untuk sikap yang kurang antusias dan
pembentukan sikap serta pola pikir rendahnya respon serta umpan balik
mereka selanjutnya. Selain itu, dari siswa terhadap pertanyaan guru
matematika berfungsi sebagai alat serta pemusatan perhatian yang
bantu dan pelayanan ilmu yang tidak kurang baik. Gejala ini ditunjukkan
hanya untuk matematika saja tetapi dengan beberapa sikap siswa yang
juga untuk ilmu-ilmu yang lain. Baik sering ngobrol, keluar masuk kelas,
untuk kepentingan teoritis maupun mengantuk, mencoret-coret bangku
praktis. dan sebagainya.
Akan tetapi, banyak kalangan Kondisi yang dikemukakan di atas
siswa yang menganggap belajar memberikan sebuah gambaran adanya
matematika adalah kegiatan yang sesuatu masalah yang cukup
tidak menyenangkan karena signifikan, yaitu permasalahan yang
matematika mereka anggap sebagai bermuara pada ketidakmampuan guru
mata pelajaran yang sulit dan mendesain dan menyajikan
membosankan. Anggapan tersebut pembelajaran secara baik sehingga
muncul pada diri mereka karena mengakibatkan munculnya kejenuhan
mereka tidak dibiasakan untuk belajar dalam diri siswa dalam mengikuti
aktif, guru jarang melibatkan siswa pembelajaran matematika. Menurut
untuk beraktivitas dan bertanggung Ruseffendi (Carjani, 2006:2), terdapat
jawab dalam kegiatan pembelajaran. sepuluh faktor yang dapat
Salah satu alasannya adalah guru tidak mempengaruhi keberhasilan siswa
memfungsikan alat peraga secara dalam belajar, antara lain: (1)
optimal. Hal tersebut mengakibatkan kecerdasan siswa, (2) kesiapan belajar
suasana kelas terasa gersang, siswa, (3) bakat yang dimiliki siswa,
membosankan dan mengikat. (4) kemauan belajar siswa, (5), minat
Menurut Hamalik, Anderson, dan siswa, (6) cara penyajian materi, (7)
Sadiman (Sudrajat, 2003:1)alat peraga pribadi dan sikap guru, (8) suasana
merupakan salah satu faktor eksternal pengajaran, (9) kompetensi guru, dan
yang mempengaruhi keberhasilan (10) kondisi masyarakat luas.
suatu pembelajaran. Melihat Dari sepuluh faktor di atas, cara
kenyataan di lapangan khususnya di penyajian materi merupakan faktor
SDN dalam proses pembelajarannya yang harus diperhatikan oleh guru
masih bersifat konvensional, guru agar siswa tertarik dan senang belajar
hanya menggunakan metode ceramah, matematika. Hal ini sejalan dengan
siswa tidak diberikan kesempatan pendapat yang disampaikan oleh syah
untuk aktif dan kreatif. Salah satu (Carjani, 2006:3) yaitu:

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1502


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Cara penyajian materi merupakan menghubungkan ilmu dengan alam


salah satu upaya untuk meningkatkan (Sudrajat, 2003:1). Alat peraga adalah
kualitas pembelajaran sekaligus salah satu media bantu untuk
menjadi penentu keberhasilan siswa. memahami konsep yang disajikan.
Apakah materi yang disajikan Banyak konsep dalam matematika
membuat siswa tertarik, termotivasi, yang bersifat abstrak, namun konsep-
kemudian timbul perasaan pada diri konsep tersebut harus difahami secara
siswa untuk menyenangi matematika utuh.
dan adanya kebutuhan terhadap Dalam proses pembelajaran
matematika tersebut. Ataukah justru matematika, khususnya pada pokok
cara penyajian matematika hanya akan bahasan bangun datar sederhana,
membuat siswa jenuh terhadap penggunaan alat peraga sangat penting
matematika. Bagaimanapun karena konsep bangun datar sederhana
kekurangan atau ketiadaan motivasi sangat abstrak dan siswa sering
menyebabkan kurang bersemangatnya mengalami kesulitan untuk
siswa dalam melakukan proses memahaminya. Selain itu mereka juga
pembelajaran baik di sekolah maupun harus mampu menerapkan konsep
di rumah. bangun datar sederhana tersebut
Dalam kegiatan pembelajaran, dalam bidang lain atau dalam
guru memiliki peran yang sangat kehidupan sehari-harinya.
penting di dalam menentukan kualitas Agar alat peraga yang digunakan
sebuah pembelajaran. Guru harus itu efektif dan efisien, perlu
berpikir membuat perencanaan secara memperhatikan beberapa hal antara
seksama untuk meningkatkan lain: kesesuaian dengan tujuan,
kesempatan belajar aktif bagi siswa kemudahan memperoleh,
dan sekaligus memperbaiki kualitas keterampilan guru dalam
mengajarnya. Dalam hal ini guru menggunakan dan kemampuan
berperan sebagai pengelola berpikir siswa (Latuheru: 1988,
pembelajaran yang baik. Di samping Sudjana: 1991 dalam Sudrajat,
itu, guru juga harus berperan sebagai 2003:1).
fasilitator yang dapat menciptakan Menurut Piaget (Subarinah,
kondisi belajar yang efektif, sehingga 2006:2) perkembangan berpikir siswa
proses belajar mengajar memberikan sekolah dasar berada pada tahap
rangsangan pada minat siswa untuk operasional konkret. Oleh karena itu,
mau belajar. sebaiknya pembelajaran matematika
Salah satu cara yang dapat di Sekolah Dasar dibuat konkret
digunakan oleh guru untuk dengan menggunakan alat peraga.
merangsang siswa belajar secara aktif Untuk itu, proses dan hasil
adalah dengan penggunaan alat pembelajaran matematika diharapkan
peraga. Ruseffendi mengemukakan bermakna bagi siswa.
bahwa dalam pembelajaran Berdasarkan uraian latar belakang
matematika, alat peraga berfungsi di atas, maka rumusan masalah dalam
untuk menarik minat siswa, membantu penelitian ini adalah: Bagaimana
siswa yang kurang daya tiliknya, dan penggunaan alat peraga dalam

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1503


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

meningkatkan pemahaman siswa kelas c. Menggunakan alat peraga


III SDN pada pokok bahasan bangun menyampaikan materi.
datar sederhana. d. Melibatkan siswa dalam
KAJIAN PUSTAKA menyampaikan materi.
1. Penggunaan Alat Peraga e. Memberikan kesempatan kepada
Alat peraga merupakan salah satu siswa untuk bertanya.
dari media pendidikan berupa alat f. Berikan respon dan kesimpulan
untuk membantu proses belajar dari materi yang dikaji.
mengajar agar proses komunikasi Pada dasarnya secara individual
dapat berhasil dengan baik dan efektif. manusia itu berbeda-beda, demikian
Media atau alat bantu mengajar adalah pula dalam memahami konsep-konsep
merupakan segala sesuatu yang dapat abstrak akan dicapai melalui tingkat-
digunakan untuk meyalurkan pesan tingkat belajar yang berbeda. Namun
dan dapat merangsang pikiran, ada suatu keyakinan bahwa anak
perasaan, perhatian, dan kemauan belajar melalui dunia nyata dengan
siswa sehingga dapat mendorong menggunakan benda-benda nyata
terjadinya proses belajar pada diri sebagai perantaranya. Bahkan tidak
siswa. sedikit pula orang dewasa yang
Peranan alat peraga disebutkan umumnya sudah memahami konsep
sebagai berikut: abstrak tetapi pada situasi-situasi
a. Alat peraga dapat membantu tertentu masih memerlukan benda-
pendidikan lebih efektif dengan benda perantara.
jalan meningkatkan semangat Sudjana (1987:99) menjelaskan
belajar siswa. bahwa Alat peraga dalam mengajar
b. Alat peraga memungkinkan lebih memegang peranan penting sebagai
sesuai dengan perorangan, alat bantu untuk menciptakan proses
dimana para siswa belajar dengan belajar-mengajar yang efektif. Setiap
banyak kemungkinan sehingga proses belajar dan mengajar ditandai
belajar berlangsung sangat dengan adanya beberapa unsur antara
menyenangkan bagi masing- lain tujuan, bahan, metode, dan alat,
masing individu. serta evaluasi. Unsur metode dan alat
c. Alat peraga memungkinkan merupakan unsur yang tidak bisa
belajar lebih cepat segera dilepaskan dari unsur lainnya yang
bersesuaian antara kelas dan berfungsi sebagai cara atau teknik
diluar kelas. untuk mengantarkan bahan pelajaran
d. Alat peraga memungkinkan agar sampai kepada tujuan. Dalam
mengajar lebih sistematis dan pencapaian tujuan tersebut, peranan
teratur. alat bantu atau alat peraga memegang
Langkah–langkah penggunaan alat peranan yang penting sebab dengan
peraga adanya alat peraga ini bahan dapat
a. Menyediakan alat peraga. dengan mudah dipahami oleh siswa.
b. Mengangkat alat peraga supaya Brownell dalam teorinya yang
terlihat oleh seluruh siswa. didasarkan pada keyakinan bahwa
anak-anak pasti memahami apa yang

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1504


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

sedang mereka pelajari jika belajar atau mewujudkan konsep matematika


secara permanen atau secara terus- di dalam kegiatan mendidik atau
menerus untuk waktu yang lama. mengajar supaya yang diajarkan
Salah satu cara bagi anak-anak untuk mudah dimengerti anak didik.
mengembangkan pemahaman tentang Manfaat Alat Peraga
matematika adalah dengan Ruseffendi (Winggowati,
menggunakan benda-benda tertentu 2006:12) mengungkapakan
ketika mereka mempelajari konsep bahwafungsi alat paraga yaitu untuk
matematika (Suwangsih dan Tiurlina, menerangkan atau mewujudkan
2006:25). Selanjutnya, Bruner konsep matematika yang dapat berupa
(Yuningsih, 2004:16) dalam teorinya benda nyata dan dapat pula berupa
menyatakan bahwa dalam proses gambar atau diagram.Ada beberapa
belajar, siswa sebaiknya diberi fungsi alat peraga dalam proses
kesempatan untuk memanipulasi pembelajaran seperti yang
benda-benda (alat peraga). dikemukakan Sudjana (1987: 99) di
Gunawan (Carjani, 2006:12) antaranya sebagai berikut:
mengungkapkan bahwa alat peraga a. Penggunaan alat peraga dalam
pengajaran adalah alat-alat yang proses pembelajaran bukan
digunakan oleh guru pada saat merupakan fungsi tambahan
mengajar untuk memperjelas materi melainkan mempunyai fungsi
pelajaran dan mencegah terjadinya tersendiri sebagai alat bantu untuk
verbalisme pada siswa. Pembelajaran mewujudkan situasi pembelajaran
yang verbal tentu akan menimbulkan yang efektif.
kebosanan pada diri siswa, sebaliknya b. Penggunaan alat peraga
pembelajaran dengan menggunakan merupakan bagian yang integral
alat peraga yang tepat akan dari keseluruhan situasi mengajar,
menimbulkan minat, membangkitkan ini berarti bahwa alat peraga
motivasi, serta memperbesar perhatian merupakan salah satu unsur yang
siswa terhadap pembelajaran yang harus dikembangkan guru.
dilangsungkan karena mereka terlibat c. Alat peraga dalam pengajaran
dengan aktif dalam pembelajaran yang penggunaannya dengan tujuan
dilaksanakan. Ruseffendi (2005:383) dan isi pelajaran.
mengatakan bahwa dengan d. Penggunaan alat peraga dalam
dipergunakan alat peraga maka anak- pengajaran bukan semata-mata
anak akan lebih tertarik dalam alat hiburan, dalam arti digunakan
matematika. hanya sekedar melengkapi proses
Natiwijaya (Winggowati, pembelajaran supaya menarik
2006:12) mendefinisikan bahwa alat perhatian siswa.
peraga adalah alat bantu atau e. Penggunaan alat peraga dalam
pelengkap yang digunakan guru dalam pengajaran lebih diutamakan
berkomunikasi dengan para siswa. untuk mempercepat proses
Selanjutnya Ruseffendi (Carjani, pembelajaran dan membantu
2006:12) mengungkapkan bahwa alat siswa dalam menangkap
peraga adalah alat untuk menerangkan pengertian yang diberikan guru.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1505


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

f. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran, (b) mendorong siswa


pengajaran diutamakan untuk untuk belajar bertanya dan berdiskusi,
mempertinggi mutu pembelajaran (c) menghemat waktu belajar.
dengan perkataan lain Dari beberapa pendapat-penadapat
menggunakan alat peraga, hasil di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar yang dicapai akan tahan manfaat alat peraga dapat
lama diingat oleh siswa, sehingga meningkatkan pemahaman siswa serta
pelajaran mempunyai nilai tinggi. aktivitas belajar yang aktif dan kreatif
yang akan membawa hasil belajar
Adapun menurut Ruseffendi yang baik pada suatu pembelajaran.
(Winggowati, 2006:13) manfaat dari 2. Pemahaman Siswa
pemakaian alat peraga dalam Pengertian pemahaman menurut
pembelajaran matematika di Bloom (Meranti, 2007:12) adalah
antaranya adalah: kemampuan untuk menangkap makna
a. Dapat membantu meningkatkan dan arti dari bahan yang dipelajari.
minat siswa. Pemahaman tidak hanya terbatas pada
b. Membantu daya tilik ruang. mengingat atau memproduksi kembali
c. Supaya dapat melihat hubungan informasi yang telah didapatkan tetapi
antara ilmu yang dipelajari juga melibatkan berbagai kemampuan
dengan lingkungan alam sekitar. dari individu.
d. Mengundang berdiskusi, berfikir, Pemahaman bukan hanya berarti
berpartisipasi aktif, memecahkan mengetahui yang sifatnya ingatan saja
masalah dan sebagainya. tetapi mampu mengungkap kembali
e. Anak belajar melalui dunia nyata dalam bentuk lain atau kata-kata
dan memanipulasi benda nyata sendiri sehingga mudah dimengerti
pula. maknanya tetapi tidak mengubah arti
f. Anak akan lebih berhasil belajar yang dikandungnya.
bila banyak melibatkan Paham merupakan kata dasar dari
inderanya. pemahaman. Dalam Kamus Besar
g. Memanipulasikan alat peraga Indonesia paham memiliki arti
yang cocok dapat menimbulkan mengerti benar, tahu benar sedangkan
sikap kreatif. pemahaman adalah proses, cara,
h. Dengan alat peraga yang tepat perbuatan memahami atau
anak akan lebih berhasil belajar. memahamkan. Seseorang dikatakan
i. Alat peraga dapat memanfaatkan paham apabila seseorang itu mengerti
lingkungan alam sekitar dan benar akan suatu konsep sehingga
buatan. dapat menjelaskan kembali dan
j. Pemakaian alat peraga dapat menarik suatu kesimpulan. Dalam
dijadikan salah satu objek dalam pembelajaran, pemahaman merupakan
penelitian. hasil dari belajar. Jadi pemahaman
Sedangkan Gunawan, dkk siswa pada suatu konsep dapat dilihat
(Carjani, 2006:13) menjelaskan bahwa pada hasil belajarnya. Sudjana
manfaat alat peraga, diantaranya: (a) (Meranti, 2007:13) mengemukakan
menarik minat siswa dalam pengertian pemahaman yang bersifat

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1506


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

operasional yaitu: (1) pemahaman diberikan sekumpulan data dan


diartikan melihat suatu hubungan, (2) generalisasi. Jadi, dalam proses
pemahaman diartikan sebagai suatu memperoleh pemahaman seseorang
alat menggunakan fakta dan (3) meneliti fakta, prinsip atau
pemahaman diartikan sebagai melihat generalisasi untuk mencari konsep
penggunaan sesuatu secara produktif. yang baru, sehingga seseorang itu
Selanjutnya, Meranti (2007:56) dituntut keaktifan, kreatifan, dan
menjelaskan maksud dari pengertian kekritisannya dalam memecahkan
pemahaman yang pertama bahwa suatu masalah.
seseorang disebut paham apabila ia Berdasarkan uaraian di atas,
dapat memberikan suatu ide tentang pemahaman yang dimaksud adalah
suatu persoalan. Maksud dari perubahan yang membuat siswa
pengertian yang kedua yaitu jika benar-benar mengerti akan konsep
seseorang dapat menggunakannya bangun datar sederhana, dalam hal ini
dalam berbagai tujuan. Pengertian menghitung keliling persegi dan
yang ketiga adalah penggabungan dari persegi panjang dan dapat
pengertian pertama dan kedua, jika mengembangkannya dalam kehidupan
terjadi pemahaman maka seseorang sehari-hari. Pemahaman siswa ini
itu akan membuat suatu generalisasi dapat dicapai dengan menggunakan
dari fakta-fakta dan melihat tujuan alat peraga dan hasilnya dilihat pada
penggunaannya dalam berbagai hasil belajar siswa berupa skor yang
situasi. didapatkan dari jawaban siswa melalui
Sudjana (Meranti, 2007:14) soal evaluasi.
mengemukakan bahwa pemahaman 3. Bangun Datar Sederhana
tumbuh dari pengalaman, karena
disamping berbuat seseorang juga Subarinah (2006:127) menjelaskan
menyimpan hal-hal yang baik dari bahwa bangun datar atau bidang datar
perbuatannya itu. Sudjana (Meranti, merupakan bangun geometri
2007:14) terdapat dua jenis berdimensi dua dengan permukaan
pemahaman yang terbentuk pada datar/rata. Beberapa istilah bangun
siswa sebagai hasil belajar yaitu datar yang sering kita jumpai adalah
expalamatory understanding dan bangun segi tiga, segi empat, segi-n
exploratory understanding. Meranti dan lingkaran. Pada pembelajaran
(2007:14) menjelaskan maksud dari geometri di Sekolah Dasar dititik
expalamatory understanding adalah beratkan pada pemahaman konsep
pemahaman yang didapat dari hasil tentang keliling dan luas. Dalam
penjelasan suatu hukum, suatu relasi, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
atau suatu generalisasi sehingga (KTSP) konsep keliling bangun datar
didapat pengetahuan, sejumlah fakta sederhana khususnya keliling persegi
beserta prinsip-prinsip yang dan persegi panjang diajarkan pada
berhubungan dengan fakta. kelas III semester genap.
Exploratory understanding lebih Konsep keliling bangun datar
menekankan pada kemampuan dalam dapat ditanamkan kepada siswa
memecahkan persoalan setelah sekolah dasar melalui kegiatan siswa.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1507


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Misalkan siswa dapat memakai alat pendekatan empirik dan pendekatan


peraga dengan sebuah tali yang diikat eksperimen. Jika gejala yang diamati
kemudian diletakkan di atas karton sudah ada, maka digunakan
lalu diarsir. Barulah guru memulai pendekatan empirik.Sebaliknya jika
memperkenalkan istilah keliling suatu gejala yang diamati sengaja dibuat
bidang sebagai panjang lintasan maka digunakan pendekatan
pinggir atau batas dari bidang yang eksperimen (Arikunto, 2006).
dimaksud. Pemahaman konsep Pendekatan yang digunakan
keliling berdasarkan kegiatan siswa dalam penelitian ini adalah
tersebut perlu diperkuat dengan pendekatan eksperimen, karena gejala
diberikan soal-soal latihan. yang diamati sengaja dibuat yaitu
Untuk menjelaskan tentang rumus berupa pemberian tindakan terhadap
keliling persegi dan persegi panjang, perilaku siswa dalam rangka
hendaknya penemuan dilakukan oleh optimalisasi
siswa sendiri dengan menggunakan pembelajaran.Optimalisasi
alat peraga berupa stik yang sudah pembelajaran yang dimaksud adalah
dibentuk menjadi persegi dan persegi meningkatkan pemahaman
panjang. Stik ini diibaratkan sebagai matematika siswa yang kurang pada
sisi-sisi daerah persegi dan persegi siswa menjadi baik, serta yang baik
panjang. Jika keempat stik dari menjadi lebih baik, sehingga tujuan
masing-masing bangun itu disambung pembelajaran dapat dicapai secara
(stik I + stik II + stik III + stik IV) optimal.
maka siswa dapat menyimpulkan 3. Instrumen Penelitian
bahwa rumus persegi dan persegi Sebagai upaya untuk
panjang masing-masing adalah sisi + mendapatkan data dan informasi yang
sisi + sisi + sisi atau 4 x s dan panjang lengkap mengenai hal-hal yang ingin
+ lebar + panjang + lebar atau 2 x (p dikaji melalui penelitian ini, maka
+l). dibuatlah seperangkat instrumen.
METODE Adapun instrumen yang akan
1. Jenis Penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah
Jenis penelitian ini adalah instrument yang berbentuk tes dan
penelitian tindakan kelas (classroom instrument non tes dengan uraian
action research). Penelitian tindakan sebagai berikut:
kelas menekankan pada proses 1. Instrument tes
kegiatan atau tindakan yang Dalam penelitian ini
mengujicobakan suatu ide kedalam dilakukan tes pemahaman siswa
praktek atau situasi nyata dalam skala dalam matematika pada pokok
yang mikro, yang diharapkan kegiatan bahasan bangun datar sederhana.
tersebut mampu memperbaiki dan Tes diberikan setelah
meningkatkan kualitas proses belajar pembelajaran selesai. Instrumen
mengajar (Riyanto, 2001:49). tes yang digunakan dalam
2. Pendekatan Penelitian penelitian ini tes formatif yang
Pendekatan penelitian pada digunakan pada setiap akhir
umumnya terdiri dari dua jenis yaitu: siklus.

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1508


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

2. Instrumen non tes analisis kaitan logisnya, kemudin


Instrumen non tes berupa ditafsirkan dan disajikan secara aktual
lembar observasi. Observasi atau dan sistematis dalam keseluruhan
pengamatan adalah cara permasalahan dan kegiatan penelitian.
pengumpulan data yang dilakukan Selanjutnya, untuk menganalisis data
terhadap suatu objek untuk hasil tindakan, disajikan secara
mengetahui tentang kejadian atau bertahap sesuai dengan siklus yang
tingkah laku yang terjadi pada telah dilakukan beserta efek yang
proses pembelajaran yang terjadi ditimbulkannya.
pada siswa. 5. Teknik Analisis Data
4. Prosedur Pengumpulan Data
Pengolahan data dilakukan setelah Setelah memperoleh data
semua data dari hasil penelitian maka dianalisis dengan mencari
terkumpul. Teknik pengumpulan data persentase kualitas proses
yang digunakan yaitu bersifat pembelajaran dan ketuntasan rata-
kualitatif dan kuantitatif. rata nilai siswa baik secara individu
1. Kuantitatif maupun secara klasikal. Untuk
Data yang bersifat kuantitatif mengetahui keberhasilan belajar,
diperoleh dari hasil tes evaluasi pada digunakan kriteria sebagai berikut:
setiap akhir siklus. Hal ini dilakukan 1. Data Kualitas Proses
untuk mengetahui peningkatan Pembelajaran
pemahaman siswa dalam matematika. Data kualitas proses
2. Kualitatif pembelajaran dibutuhkan untuk
Data yang bersifat kualitatif mengetahui baik tidaknya proses
diperoleh melalui lembar pembelajaran. Data ini diambil
observasi.Lembar observasi bertujuan selama proses belajar mengajar
untuk mengetahui aktivitas siswa berlangsung. Kualitas proses
selama pembelajaran yang telah pembelajaran ditentukan berdasarkan
dilakukan dalam penelitian. tabel berikut ini.
Data yang diperoleh dikategorikan
dan diklasifikasikan berdasarkan

Tabel Interval Skor dan Kualitas Proses Pembelajaran


Skor Kualitas Proses Pembelajaran
86-100 Sangat efektif atau sangat baik
71-85 Efektif atau baik
56-70 Cukup efektif atau sedang
41-55 Tidak efektif atau berkualitas rendah
20-40 Sangat tidak efektif atau tidak memenuhi persyaratan
minimal

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1509


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

2. Data Hasil Belajar


Data hasil evaluasi dianalisis pelaksanaan pembelajaran
secara individu dan secara (RPP).Pembelajaran yang
klasikal.Penjelasan dari masing- digunakan dalam penelitian
masing analisis tersebut dapat tindakan ini adalah pembelajaran
dilihat berikut ini. tematik dengan menggunakan alat
a. Ketuntasan Individu peraga, dimana peneliti bertindak
Setiap siswa dalam sebagai guru dalam kelas.
pembelajaran dikatakan meningkat Walaupun pembelajaran tematik,
secara individu apabila siswa mampu akan tetapi peneliti tetap
memperoleh nilai ≥ 65. memfokuskan penelitian pada
penggunaan alat peraga dalam
b. Ketuntasan Klasikal matematika. Selain itu dilakukan
Data tes hasil belajar siswa rencana pengelompokan siswa dan
dianalisis dengan menggunakan pemilihan alat peraga yang tepat
analisis ketuntasan klasikal minimal untuk materi yang dipelajari.
85% dari jumlah siswa yang Pokok bahasan dan indikator
memperoleh nilai ≥ 65, dengan yang ingin dicapai yaitu mengenal
rumus ketuntasan klasikal (Sudjana, konsep keliling (matematika)
2005:69) sebagai berikut: peneliti menyiapkan alat peraga
X berupa kertas karton, tali dan
KK  x 100%
Z pensil warna. Alat peraga untuk
Keterangan: indikator untuk mengukur keliling
KK : Ketuntasan klasikal persegi dan persegi panjang
X : Jumlah siswa yang dengan alat ukur baku
memperoleh nilai ≥ 65 (matematika) peneliti
Z : Jumlah siswa yang ikut tes. menggunakan stryofom dengan
permukaan berbentuk persegi dan
Sesuai dengan petunjuk teknis persegi panjang serta penggaris.
penilaian kelas dapat dikatakan Siswa dibagi dalam beberapa
meningkat secara klasikal terhadap kelompok secara acak, setiap
hasil belajar siswa yang disajikan kelompok terdiri dari 5-6 orang.
bila ketuntasan klasikal mencapai b. Pelaksanaan
85%. 1) Pertemuan/ Tindakan 1
Berdasarkan hasil pengamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN pada pelaksanaan tindakan I,
A. Hasil Penelitian sebagian besar mengerjakan LKS
1. Hasil Siklus I dengan sungguh-sungguh, namun
a. Perencanaan ada beberapa kelompok belum
Sebelum dilaksanakan mampu membagi tugas secara
penelitian tindakan kelas siklus I, merata, beberapa siswa cenderung
terlebih dahulu disusun rencana mengandalkan anggota kelompok
pembelajaran berupa rencana yang lainnya sedangkan yang lain

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1510


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

diam, bermain dan ngobrol. membimbing siswa yang belum


Setelah membahas LKS, guru paham dengan LKS tersebut. Ada
bersama siswa menyimpulkan beberapa kelompok yang belum
materi pembelajaran yang telah bisa mengukur dengan penggaris.
dibahas. Kemudian dilanjutkan Mereka mengukur tidak dari
dengan lima soal evaluasi yang angka nol, kadang dari angka satu
diberikan kepada masing-masing atau dua sehingga jawabannya
siswa. Dalam mengerjakan lembar tidak tepat.
evaluasi siswa sangat tergesa-gesa, c. Pemahaman siswa
mereka tidak memeriksa Dari hasil tes (evaluasi siklus
jawabannya terlebih dahulu. 1), ada beberapa siswa yang sudah
2) Pertemuan/Tindakan 2 dapat memahami soal dan mampu
Berdasarkan hasil pengamatan menyelesaikan dengan baik dan
pada pelaksanaan pembelajaran benar, akan tetapi banyak pula yang
pada tindakan 2, Suasana kelas belum memahami soal dan belum
nampak hening, sebagian besar mampu menyelesaikan dengan baik
siswa sangat antusias sekali, dan benar.
masing-masing kelompok Selain berdasarkan hasil
mengerjakan LKS dengan pengamatan seperti yang
sungguh-sungguh dan berdiskusi disebutkan di atas, berdasarkan
dengan teman kelompoknya. hasil tes diperoleh nilai rata-rata
Selama kegiatan kelompok kelas dan ketuntasan klasikal
berlangsung, guru berkeliling seperti terlihat pada tabel berikut.
untuk mengamati dan

Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I


Siklus I
Jumlah Siswa yang Mengikuti Evaluasi 25 Orang
Jumlah Soal 5 Soal
Nilai tertinggi 80
Nilai terendah 55
Jumlah siswa yang tuntas 20 Orang
Jumlah siswa yang tidak tuntas 5 Orang
Rata-rata Nilai Siswa 69
Persentase Ketuntasan Klasikal 80 %

d. Aktivitas Siswa Dalam dilihat pada lembar observasi


Menggunakan Alat Peraga guru, yang hasilnya dapat dilihat
Aktivitas siswa kelas III SDN pada tabel 4.2 dan tabel 4.3 di
57 Kota Bima dalam bawah ini.
menggunakan alat peraga, dapat

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1511


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Data Hasil Pengisian Lembar Observasi Siklus I pertemuan 1


No. Aktivitas Nilai
no- 0 1 2 3 4
1. 1 1 0 0 0 0
2. 2 0 0 0 1 0
3. 3 0 0 1 0 0
4. 4 0 0 0 1 0
5. 5 0 0 1 0 0
6. 6 0 0 0 0 1
7. 7 0 0 1 0 0
8. 8 0 0 0 1 0
9. 9 0 0 0 0 1
10. 10 0 0 1 0 0
Jumlah 1 0 4 3 2
Prosentase 10% 0 40 30 20
% % % %

Data Hasil Pengisian Lembar Observasi Siklus I pertemuan 2


No. Aktivitas no- Nilai
0 1 2 3 4
1. 1 0 0 1 0 0
2. 2 1 0 0 0 0
3. 3 0 0 0 1 0
4. 4 0 0 1 0 0
5. 5 0 0 0 1 0
6. 6 0 0 0 1 0
7. 7 0 0 0 1 0
8. 8 0 0 1 0 0
9. 9 0 0 0 0 1
10. 10 0 0 1 0 0
Jumlah 1 0 4 4 1
Prosentase 10% 0% 40% 40 % 10 %
e. Refleksi masing-masing kelompok
untuk mengerjakan LKS,
refleksi tindakan siklus I sebagai berbagi tugas dalam
berikut: kelompok, mengemukakan
a. Guru kurang bisa pendapat, dan untuk
mengendalikan dan menghargai penjelasan teman.
memancing perhatian seluruh c. Kuarang aktif dalam kerja
siswa/kelompok. kelompok.
b. Guru kurang memberikan d. Pada saat kegiatan kelompok
semangat atau motivasi kepada sebagian siswa tidak
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1512
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

bersungguh-sungguh, mereka karena siswa terlihat begitu


hanya mengandalkan anggota sungguh-sungguh dalam
kelompok yang lain. menyelesaikan LKS.
e. Penjelasan guru kurang jelas. Dalam kerja kelompok,
f. Kesesuaian alat peraga yang kerjasama antar siswa sudah
digunakan dengan materi yang tampak. Hal ini dapat dilihat pada
disampaikan masih kurang. anggota masing-masing kelompok
g. Siswa belum terbiasa dengan yang mampu bekerjasama dan
penggunaan alat peraga. berdiskusi dengan baik, walaupun
h. Alokasi waktu yang digunakan masih ada beberapa anggota
lebih. kelompok yang tampak masih
Berdasarkan beberapa hasil refleksi, ngobrol. Pada saat pembahasan
sehingga dilakukan perbaikan untuk LKS, beberapa kelompok masih
siklus berikutnya. kurang mampu dalam
mengemukakan pendapat, mereka
2. Siklus II belum berani dan tampak ragu-
ragu untuk menyampaikan
a. Perencanaan pendapatnya. Untuk itu, guru
berdasarkan hasil perbaikan dari memberikan semangat dan
siklus I, diformulasikan kembali motivasi.
seperti: Tanya jawab dalam apersepsi 2) Pertemuan/Tindakan 2
dan evaluasi akhir ditiadakan untuk Berdasarkan hasil pengamatan
disesuaikan dengan alokasi waktu pada pelaksnaan siklus II pertemuan/
yang ada. Tanya jawab hanya cukup tindakan 2, keadaan kelas menjadi
dilakukan pada saat mengaitkan ribut, karena masing-masing siswa
kehidupan sehari-hari dengan materi ingin mengerjakan LKS, sehingga
matematika. anggota kelompok berebut lembaran
Pembentukan kelompok soal. Untuk menenangkan keadaan,
didasarkan pada kemampuan guru memberikan pengertian, bahwa
akademik. Kelompok yang dibentuk mereka sedang bekerja kelompok.
adalah kelompok kecil. Setiap Pada saat diskusi kelas dalam
kelompok terdiri dari tiga orang menyampaikan alasan atau jawaban
anggota. Pembagian kelompok ini yang ditemukannya, siswa
didasarkan pada hasil belajar siswa menggunakan bahasa yang sederhana
pada evaluasi siklus I. Peneliti yang sesuai dengan yang dianjurkan
membaginya berdasarkan nilai siswa oleh guru, tetapi masih menemukan
paling tinggi, sedang dan rendah. kesulitan.

b. Pelaksanaan c. Pemahaman siswa


1) Pertemuan/ Tindakan 1 Dari hasil tes, sebagian besar
Pada situasi ini siswa terlihat dapat memahami soal dan mampu
begitu tertarik dengan alat peraga menyelesaikan dengan baik dan benar,
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari akan tetapi masih ada beberapa yang
situasi kelas yang begitu tenang, belum memahami soal dan belum

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1513


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

mampu menyelesaikan dengan baik Setelah data hasil evaluasi pada


dan benar. siklus II di analisis, nilai rata-rata
dan ketuntasan klasikal secara
d. Nilai rata-rata dan ketuntasan umum dapat dilihat pada tabel
klasikal berikut di bawah ini:
Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II
Siklus I
Jumlah Siswa yang Mengikuti Evaluasi 25 Orang
Jumlah Soal 5 Soal
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 60
Jumlah siswa yang tuntas 24 Orang
Jumlah siswa yang tidak tuntas 1 Orang
Rata-rata Nilai Siswa 73,4
Persentase Ketuntasan Klasikal 96%

Aktivitas Siswa Dalam Menggunakan alat peraga, dapat dilihat pada


Alat Peraga lembar observasi guru, yang
Aktivitas siswa kelas III SDN 57 hasilnya dapat dilihat pada tabel
Kota Bima dalam menggunakan berikut.

Data Hasil Pengisian Lembar Observasi Siklus II pertemuan 1


No. Aktivitas no- Nilai
0 1 2 3 4
1. 1 0 0 1 0 0
2. 2 0 0 0 1 0
3. 3 0 0 0 1 0
4. 4 0 0 0 0 1
5. 5 0 0 0 0 1
6. 6 0 0 0 1 0
7. 7 0 0 0 1 0
8. 8 0 0 0 0 1
9. 9 0 0 0 0 1
10. 10 0 0 0 1 0
Jumlah 0 0 1 5 4
Porsentase 0% 0% 10 % 50 % 40 %

Data Hasil Pengisian Lembar Observasi Siklus II pertemuan 2


No. Aktivitas no- Nilai
0 1 2 3 4
1. 1 0 0 0 1 0
2. 2 0 0 0 0 1

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1514


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

No. Aktivitas no- Nilai


0 1 2 3 4
3. 3 0 0 0 0 1
4. 4 0 0 0 0 1
5. 5 0 0 0 0 1
6. 6 0 0 0 0 1
7. 7 0 0 0 1 0
8. 8 0 0 0 0 1
9. 9 0 0 0 1 0
10. 10 0 0 0 1 0
Jumlah 0 0 0 4 6
Porsentase 0% 0% 0% 40 % 60 %

e. Refleksi 3) Guru harus tetap memberikan


Setelah memperhatikan hasil semangat atau motivasi kepada
observasi pelaksanaan tindakan pada masing-masing kelompok untuk
siklus II dan Evaluasi Siklus II yang mengerjakan LKS, berbagi tugas
telah diuraikan sebelumnya, dalam kelompok, mengemukakan
makadapat dikemukakan refleksi pendapat, dan untuk menghargai
tindakan siklus II sebagai berikut: penjelasan teman.
1) Kerjasama antar kelompok masih 4) Guru mencari alternatif lain untuk
kurang. membuat alat peraga yang berbeda
2) Kondisi lingkungan yang tidak yang bisa membuat siswa merasa
mendukung karena pada saat ini bermain dan tentunya yang sesuai
musim hujan dan siswa tergesa- dengan materi.
gesa dalam menyelesaikan tugas. 5) Akan menekankan pada cara
3) Guru belum mampu menguasai penggunaan dengan memberikan
kelas, hal ini terlihat pada suasana contoh yang lebih.
kelas yang masih ribut.
4) Siswa merasa bosan dengan alat B. PEMBAHASAN
peraga yang sama. 1. Pemahaman Siswa
Siswa sudah menemukan cara atau Mengamati hasil perolehan nilai
rumusnya tetapi kurang mengerti rata-rata setiap siklus dari penggunaan
dalam menggunakannya. alat peraga dalam matematika pada
Berdasarkan uraian di atas, maka pokok bahasan bangun datar
hal-hal yang perlu diperbaiki dalam sederhana dapat dikatakan bahwa
penggunaan alat peraga dalam penggunaan alat peraga ini cukup
matematika pada pokok bahasan efektif untuk meningkatkan
bangun datar sederhana adalah pamahaman siswa pada materi yang
sebagai berikut: dipelajari.
1) Guru membagi kelompok secara Nilai rata-rata siswa beranjak
berpasangan. menjadi baik, dibandingkan hasil
2) Guru harus lebih tegas dalam sebelumnya selama ini. Pemahaman
proses pembelajaran. siswa terhadap materi pembelajaran
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1515
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

berhubungan dengan hasil belajar hasil yang akan diperoleh juga baik.
siswa. Apabila siswa mampu Berikut disajikan nilai rata-rata
memahami materi dengan benar maka hasil evaluasi setiap siklus.

Rata-rata Hasil tes evaluasi Setiap Siklus


No. Siklus Nilai Rata-rata Kelas Keterangan
1. I 69
2. II 73,4

Berdasarkan tabel di atas, menggunakan alat peraga ini sudah


diketahui adanya peningkatan nilai terlihat dinamis dan hidup sejak awal
rata-rata hasil evaluasi pada setiap pembelajaran.
siklus. Nilai rata-rata pada siklus I 69, Siswa aktif berkomunikasi dengan
kemudian nilai rata-rata pada siklus guru dan siswa lain karena strategi
II meningkat menjadi 73,4. Jadi pembelajaran yang digunakan
pemahaman siswa terhadap materi membutuhkan interaksi ketika siswa
pelajaran secara umum sangat baik, mengerjakan lembar kerja dan
dimulai dari siswa mengenal konsep mengisi secara bersama soal-soal yang
keliling sampai siswa dapat diberikan.
menemukan dan menggunakan rumus Dengan menggunakan alat peraga
persegi dan persegi panjang. ini, aktivitas siswa bertambah karena
untuk mendapatkan informasi yang
2. Aktivitas Siswa Dalam diinginkan siswa harus bertanya
Menggunakan Alat Peraga kepada guru ataupun kepada siswa
Penggunaan alat peraga dalam lainnya. Atau jika siswa ditunjuk
matematika pada pokok bahasan untuk mengemukakan pendapatnya
bangun datar sederhana, memberi maka siswa harus mampu.
pengaruh yang baik terhadap aktivitas Berikut disajikan tabel
dan situasi belajar siswa. Aktivitas perbandingan nilai aktivitas siswa dari
siswa di dalam pembelajaran hasil lembar observasi guru:

Hasil Observasi Kegiatan Siswa


No Siklus Pertemuan Nilai
. 0 1 2 3 4
1. Siklus I 1 10 % 0% 40% 30 % 20 %
2 10 % 0% 40% 40 % 10 %
2 Siklus II 1 0% 0% 10 % 50 % 40 %
2 0% 0% 0% 40 % 60 %
Jumlah 20 % 0% 90 % 160 % 130 %
Rata-rata 5% 0% 22,5 % 40 % 32,5 %
Aktivitas siswa dalam setiap
Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1516
Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

tindakan secara umum dinilai baik, evaluasi pada siklus II meningkat


siswa menjadi pusat pembelajaran dibandingkan dengan hasil
karena siswa menentukan warna dari evaluasi siklus I.
proses pembelajaran. Siswa tidak lagi 2. Penggunaan alat peraga dalam
duduk manis dengan kaku mengikuti matematika sangat bermanfaat
pembelajaran kemudian bagi siswa dan aktivitas belajar
mendengarkan penjelasan dan siswa setiap pembelajaran semakin
mencatat hasil penjelasan. Akan tetapi meningkat. Secara keseluruhan
siswa dapat ikut aktif dalam belajar. siswa belajar dengan aktif yang
Dengan demikian penggunaan alat dapat dilihat pada hasil observasi
peraga dapat membantu menciptakan kegiatan siswa.
pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan. B. Saran
Dari hasil keseluruhan penelitian Disadari bahwa proses dan hasil
di kelas III SDN 57 Kota Bima dalam yang telah dicapai memiliki
matematika dengan menggunakan alat kekurangan karena menggunakan alat
peraga, dapat meningkatkan peraga yang kurang, subyek serta
pemahaman siswa, meningkatkan pokok bahasan yang masih sempit.
kreativitas siswa dalam menggunakan Maka untuk perbaikan pembelajaran
alat peraga. Pembelajaran matematika yang aktif dan meningkatkan
bukan lagi pembelajaran yang pemahaman siswa pada masa
membosankan tetapi menyenangkan mendatang, disarankan pada proses
bagi siswa. pemahaman konsep dalam
pembelajaran matematika supaya
A. Kesimpulan menggunakan alat peraga yang tepat,
Berdasarkan data yang telah serta dapat meningkatkan aktivitas
diolah serta pembahasan hasil belajar siswa. Untuk penulis atau
penelitian yang telah dilakukan pada peneliti berikutnya diharapkan lebih
bab sebelumnya, maka dapat banyak menggali alat peraga yang
disimpulkan bahwa: dipakai untuk subyek dan pokok
1. Penggunaan alat peraga dapat bahasan yang lebih luas, Serta
meningkatkan pemahaman siswa menggunakan metodelogi yang lebih
SDN 57 Kota Bima dalam teliti.
matematika pada pokok bahasan
bangun datar sederhana. Hasil
DAFTAR PUSTAKA Dalam Pembelajaran
Arikunto, S. (2006). Penelitian Matematika Pada
Tindakan Kelas. Jakarta: Perkalian Dan Pembagian
Bumi Aksara. Bilangan Cacah. Skripsi
Carjani. (2006). Penggunaan Alat UPI Bandung: Tidak
Peraga Manipulatif Diterbitkan.
(Manipulatif Material) Meranti, D. (2007). Penggunaan
Untuk Meningkatkan Media Animasi Komputer
Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1517


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

Elektrolisis Sebagai Bilah Warna Dalam


Penunjang Praktikum Meningkatkan Pemahaman
Untuk Meningkatkan Siswa Terhadap Masalah
Pemahaman Konsep Dan Pecahan Di Kelas III SDN
Keterampilan Proses Tanjung 3 kecamatan
Sains. Tesis UPI Bandung. Bojongloa Kaler Kota
Tidak diterbitkan. Bandung Skripsi UPI
Ruseffendi. (2005). Dasar-Dasar bandung. Tidak
Matematika Modern Dan diterbitkan.
komputer. Bandung: Sudrajat, U. (2003). Penggunaan Alat
Tarsito. Peraga Untuk
Subarinah, S. (2006). Inovasi Meningkatkan Prestasi
Pembelajaran Matematika Belajar Siswa Kelas 1
SD. Jakarta: Depdiknas. Dalam Pembelajaran
Sudjana, N. (1987). Dasar-dasar Matematika Pada Pokok
Proses Belajar Mengajar. Bahasan Bilangan Cacah
Bandung: Sinar Baru 0-50. Skripsi UPI
Algensindo. Bandung. Tidak
Sudrajat, U. (2003). Penggunaan Alat diterbitkan.
Peraga Untuk
Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Kelas 1
Dalam Pembelajaran
Matematika Pada Pokok
Bahasan Bilangan Cacah
0-50. Skripsi UPI
Bandung. Tidak
diterbitkan.
Suwangsih dan Tiurlina. (2006).
Model pembelajaran
matematika. Bandung: UPI
Press.
Winggowati, S. (2006). Penggunaan
Alat Peraga Keping Untuk
Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Dalam
Operasi Penjumlahan Dan
Pengurangan Bilangan
Bulat Di Kelas V SD
Negeri Durman I Kota
Bandung. Skripsi UPI
Bandung. Tidak
diterbitkan.
Yuningsih, E. (2004). Penggunaan

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1518


Jurnal Pendidikan MIPA, Vol. 6. No. 1, Januari - Juni 2016 ISSN: 2088-0294

PEDOMAN PENULISAN

Jurnal Pendidikan MIPA menerima tulisan dalam bentuk hasil penelitian dan artikel
yang titik kajiannya pada studi pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
dengan ketentuan penulis sebagai berikut:
1. Hak Cipta; Hasil penelitian dan artikel merupakan produk ilmiah orisinal dan
belum pernah dipulikasikan di media manapun.
2. Format Naskah:Jumlah halaman tulisan antara 12 sampai dengan 20 halaman
dengan ukuran kertas kuarto A4 dan spasi satu, naskah ditulis dengan ms word
times new roman, ukuran 12 dengan margin kiri 4 cm, kanan 3 cm, atas 4 cm,
dan di bawah 3 cm.
3. Sistematika Artikel: Judul, Abstrak, Isi Artikel dan Daftra Pustaka.
4. Judul dalam bahasa Indonesia dirumuskan secara singkat dan jelas, tidak lebih
dari 15 kata, ditulis dengan huruf times new roman 12, huruf kapital dan di
tengah.
Identitas diri: nama penulis tanpa gelar ditulis pada baris pertama, nama institusi
pada baris kedua dan alamat email pada baris ke tiga. Ditulis dengan huruf times
new roman 12 spasi 1 di tengah.
5. Abstrak; kata abstrak ditulis dengan huruf times new romandengan ukuran 12,
bold, dan di tengah, naskah abstrak dalam 2 (dua) bahasa yaitu bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris. Jumlah kata 100-200 dengan huruf times new roman dan
ditulis miring. Jumlah keywors minimal 3-5 kata atau gabungan kata.
6. Isi Artikel: Isi artikel terdiri atas :a). Pendahuluan yang berisi latar belakang
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, b). Metode penelitian yang berisi
rancangan penelitian, instrumen, sumber data, teknik pengumpulan data dan
teknik analisis data. c). Hasil Penelitian, d). Pembahasan, dan e). Simpulan.
7. Kutipan Artikel; ditulis dalam bahasa Indonesia dengan notasi Ilmiah
menggunakan sistem APA (amaerican pshycological Association).
Contoh : (Syakira, 2016, 12); Ilham(2012:23)
8. Daftar Pustaka; nama, tahun, Judul Buku, penerbit dan tempat penerbit.
Penulisan daftar pustaka: disusun berdasarkan alfabetis.
Contoh : Ahmad, Zaki, 2012, Pembelajaran Matematika, PT Intan Pariwara,
Jakarta.
Penulis harus mengirimkan naskah cetak beserta softcopy dalam bentuk CD
kepada redaksi Jurnal MIPA; lppm_tsb@yahoo.com dan
mariamahmariamah85@yahoo.co.id

Jurnal Pendidikan MIPA, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1519

Anda mungkin juga menyukai