Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN


KECERDASAN EMOSIONAL SISWA PADA MATERI STATISTIKA
KELAS VIII SMP/MTS

(Penelitian Eksperimen di Kelas VIII SMP Penida Katapang)

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai Syarat untuk Mengikuti Seminar Usulan Penelitian pada


Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati

Oleh :

Irma Nurhalimah

1202050061

BANDUNG

2023 M/1444 H
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING
(PJBL) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN
KECERDASAN EMOSIONAL SISWA PADA MATERI STATISTIKA
KELAS VIII SMP/MTS

Diajukan sebagai Syarat untuk Mengikuti Seminar Usulan Penelitian pada


Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati

Oleh :

Irma Nurhalimah

1202050061

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Akademik

Dra. Juariah, M.Pd


NIP. 196612301999032002

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Dra. Juariah, M.Pd


NIP. 196612301999032002
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini tepat
pada waktunya. Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya hingga kepada kita selaku
umatnya.

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak


yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini, terutama kepada pihak
sekolah yang telah bersedia menjadi tempat penelitian, juga para dosen yang turut
membimbing saya dalam penyusunan proposal ini.

Proposal ini bertujuan untuk menjadi acuan peneliti dalam melakukan


penelitian mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning
Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kecerdasan Emosional Siswa
pada Materi Statistika Kelas Viii Smp/Mts”. Untuk itu, saya berharap semoga
proposal ini dapat bermanfaat khususnya bagi proses penelitian saya kedepannya
serta umumnya bagi peneliti lainnya.

Bandung, 15 Juni 2023

Irma Nurhalimah
1202050061
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN
KECERDASAN EMOSIONAL SISWA PADA MATERI STATISTIKA
KELAS VIII SMP/MTS

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mencetak
sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan berkaitan dengan
usaha sadar yang direncanakan untuk mewujudkan suasana belajar dalam
proses belajar mengajar dan perkembangan yang dialami oleh siswa.
Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh
karena itu, salah satu cara dalam mengembangkan potensi tersebut yaitu
perlu adanya pendidikan formal baik dari jenjang pendidikan terendah
sampai dengan tinggi. Terdapat berbagai mata pelajaran yang diajarkan
dibangku pendidikan, salah satu diantaranya yaitu mata pelajaran
matematika.
Matematika merupakan ratunya ilmu. Matematika merupakan mata
pelajaran yang menuntut siswanya untuk berfikir secara logis, kritis, tekun,
kreatif, inisiatif, sehingga diharapkan karakteristik terdapat pada siswa
yang mempelajari matematika. Matematika merupakan ilmu dasar yang
harus dikuasai untuk bisa memahami ilmu lainnya. Matematika dapat
menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari. Matematika adalah ilmu pemahaman dan strategi, dimana konsentrasi
belajar sangat diperlukan. Belajar matematika sangat penting untuk
membantu anak belajar berpikir secara sistematis dan terstruktur.
Berdasarkan data TIMSS menunjukkan bahwa penekanan
pembelajaran matematika di Indonesia lebih banyak pada penguasaan
keterampilan dasar, hanya sedikit sekali penekanan penerapan matematika
dalam konteks kehidupan sehari-hari, berkomunikasi secara matematis,
dan bernalar secara matematis, selain itu hasil penelitian Tim Pusat
Pengembangan Penataran Guru Matematika juga mengungkapkan bahwa
di beberapa wilayah Indonesia yang berbeda, sebagian besar siswa
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dan
menerjemahkan soal kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika.
Kondisi siswa di sekolah kurang menunjukkan suatu aktivitas dalam
mengkomunikasikan hasil pekerjaannya. Hal ini diperkuat dari hasil
penelitian yang menyatakan bahwa hanya 37,5% dari 32 siswa yang
mampu berkomunikasi matematis dengan baik, sedangkan 62,5% kurang
mampu. Siswa sudah terbiasa mengerjakan permasalahan seorang diri
tanpa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan hasil pengerjaannya,
baik secara individu maupun di kelompok besar. Satu di antara
kemungkinan yang menyebabkan hal ini terjadi adalah guru kurang
mampu menciptakan suasana belajar yang memungkinkan terjadinya
komunikasi timbal balik dalam pembelajaran matematika.
Komunikasi matematis merupakan proses penyampaian informasi
matematika dari seseorang kepada orang lain melalui lisan atau tulis yang
bertujuan memperjelas masalah yang diberikan. Menurut Kennedy et al
(1994), kemampuan komunikasi matematika meliputi (1) penggunaan
bahasa matematika yang disajikan Jurnal Elektronik Pembelajaran
Matematika dalam bentuk lisan, tulisan, ataupun visual, (2) penggunaan
representasi matematika yang disajikan dalam bentuk tulisan atau visual,
dan (3) penginterpretasian ide-ide matematika, menggunakan istilah atau
notasi matematika dalam merepresentasikan ide-ide matematika, serta
menggambarkan hubungan-hubungan atau model matematika.
Hal itu juga berdampak pada kecerdasan emosional siswa pada saat
pembelajaran. Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan
memahami setiap keadaan kemudian menyikapinya secara manusiawi.
Kecerdasan emosional dalam belajar berkaitan dengan kestabilan emosi
untuk bisa tekun konsentrasi, tenang, teliti, dan sabar dalam memahami
materi yang dipelajari. Kecerdasan emosional merupakan sisi lain
kecenderungan kognitif yang berperan dalam aktivitas manusia.
Kecerdasan emosional juga merupakan kemampuan seseorang untuk
mengerti, mengenal, mengelola, dan mengendalikan perasaan dan emosi
diri sendiri serta orang lain, sehingga terbentuklah sebuah tingkah laku
cerdas yang dipadukan antara pikiran dan tindakan. Fenomena tersebut
juga diperlukan layanan konseling, melalui layanan konseling akan
memberikan pengarahan atau bimbingan secara langsung pada siswa
tentang pentingnya dalam mengendalikan kecerdasan emosional, salah
satunya mampu mengenal dirinya sendiri, dan memahami tehadap orang
lainnya.
Guru hendaknya merancang pembelajaran yang efektif dengan
memperhatikan karakteristik materi pembelajaran yang diajarkan. Hal-hal
yang perlu dipertimbangan guru dalam merancang pembelajaran dengan
memilih pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Kesatuan
yang utuh antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran
akan terbentuk sebuahmodel pembelajaran. Model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.
Proses pembelajaran melalui Project Based Learning (PJBL)
memungkinkan pendidik untuk “belajar dari peserta didik” dan “belajar
bersama peserta didik”. Pembelajaran melalui PjBL dapat digunakan
sebagai sebuah metode belajar untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik dalam membuat perencanaan, berkomunikasi, menyelesaikan
masalah, dan membuat keputusan. Project Based Learning (PJBL) adalah
cara pembelajaran yang bermuara pada proses pelatihan berdasarkan
masalah‐masalah nyata yang dilakukan sendiri melalui kegiatan tertentu
(proyek). Titik berat masalah nyata yang dilakukan dalam suatu proyek
kegiatan sebagai proses pembelajaran ini merupakan hal yang paling
penting. Model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) adalah
model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam proses
pembelajarannya dan sebagai sarana bagi peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan kolaborasi siswa serta menginvestigasi
secara bersama-sama dengan membaca dan menulis simbol-simbol yang
terdapat dalam matematika.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian dan masalah yang ditemui
dalam kehidupan sehari-hari peneliti gambarkan secara umum masalah
yang akan diteliti. Oleh karena itu, peneliti akan memberi judul penelitian
ini dengan “Pengaruh Model Pembelajaran Project Based Learning
Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kecerdasan
Emosional Siswa pada Materi Statistika Kelas VIII SMP/Mts.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diperoleh di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis dan
kecerdasan emosional siswa pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning dengan kelas yang tidak
diberikan model pembelajaran Project Based Learning?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran
Project Based Learning pada materi statistika?
3. Bagaimana respon belajar siswa dan guru matematika di sekolah
selama pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project
Based Learning?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan maslaah di atas, secara umum tujuan
penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penggunaan model
pembelajaran Project Based Learning terhadap kemampuan komunikasi
matematis dan kecerdasan emosional siswa pada materi statistika kelas
VIII SMP/Mts. Adapun secara khusus, penelitian ini bertujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematis dan
kecerdasan emosional siswa pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning dengan kelas yang tidak
diberikan model pembelajaran Project Based Learning
2. Untuk melihat tingkat atau presentase aktivitas belajar siswa dengan
model pembelajaran Project Based Learning pada materi statistika
3. Untuk melihat respon belajar siswa dan guru matematika di sekolah
selama pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project
Based Learning
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak yang ada dalam lingkungan pendidikan dan pengajaran serta
umumnya bagi pendidikan secara keseluruhan.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih
informasi mengenai sejauh mana model pembelajaran Project Based
Learning (PJBL) dapat berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi
matematis dan kecerdasan emosional siswa. Selanjutnya menjadi
masukan dan bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya serta menjadi
pengetahuan bagi para ahli untuk mengembangkannya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana
pengembangan untuk penelitian tindak lanjut dengan ruang lingkup
yang lebih luas. Selain itu menjadi pengalaman baru bagi siswa karena
strategi model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) menuntut
peserta didik mampu meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis dan kecerdasan emosional siswa sehingga termotivasi
dalam mengikuti pembelajaran matematika.
E. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini diperlukan Batasan masalah agar penelitian
dapat spesifik sehingga hasilnya pun lebih baik. Adapun batasan
masalahnya yaitu :
1. Diambil rumusan yang sesuai dengan model pembelajaran Project
Based Learning (PJBL) yaitu satu kemampuan yang akan diteliti
yakni kemampuan komunikasi matematis dan kecerdasan emosional
siswa melalui penerapan model pembelajaran Project Based Learning
(PJBL).
2. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Penida
Katapang.
3. Materi pembelajaran matematika yang akan menjadi materi pokok
yakni materi statistika yang dipelajari di sekolah menengah pertama
(SMP) kelas VIII semester genap pada kurikulum 2013 revisi.
F. Definisi Operasional
Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan yang berkaitan dengan penelitian
agar tidak terdapat kesalahan persepsi. Oleh karena itu, diberikan beberapa
definisi operasional sebagai berikut :
1. Project Based Learning (PJBL) merupakan pendekatan pembelajaran
yang menekankan pada pemberian proyek atau tugas kompleks
kepada siswa sebagai pusat pembelajaran. Dalam Project Based
Learning (PJBL) siswa terlibat dalam penyelesaian masalah nyata atau
proyek yang relevan dengan konteks kehidupan nyata.
2. Kemampuan komunikasi matematis merujuk pada kemampuan siswa
untuk mengungkapkan, memahami, dan menjelaskan konsep
matematika secara jelas, koheren, dan tepat. Kemampuan ini
melibatkan kemampuan untuk menggunakan Bahasa matematika
dengan benar, menggambarkan pemikiran matematika secara verbal
dan tulisan, serta berkomunikasi secara efektif dalam konteks
matematika.
3. Kecerdasan emosional dikenal juga sebagai Emotional Quotient (EQ),
mengacu pada kemampuan siswa untuk mengenali, memahami,
mengelola, dan menggunakan emosi dengan efektif dalam berbagai
situasi. Terdapat beberapa aspek dalam kecerdasan emosional salah
satunya ialah kesadaran emosional, pengaturan emosi, motivasi diri,
dan kemampuan berinteraksi secara sosial.
4. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang kerap
dilakukan di dalam kelas. Meliputi pembelajaran langsung yang
menggunakan metode ceramah selama pembelajaran.
G. Kerangka Pemikiran
Salah satu kemampuan yang penting untuk dikembangkan dalam
pembelajaran matematika adalah kemampuan komunikasi matematis siswa
atau peserta didik. Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat
dikembangkan melalui proses pembelajaran di sekolah, salah satunya
adalah proses pembelajaran matematika. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut dengan menggunakan
Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning). Dengan
menggunakan Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) siswa
diberi kesempatan untuk mengemukakan seluruh kemampuannya.
Adapun indicator yang digunakan sebagai penunjang ketercapaian
komunikasi matematis siswa menurut IIS Sri Elia (2014) yaitu :
1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan
dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.
2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan dan mengevaluasi ide-
ide matematis baik secara lisan, tulisan maupun dalam bentuk visual
lainnya
3. Kemampuan dalam menggunakan istilah, notaso matematika dan
struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan
Tes Kemampuan Awal (pre-test)
hubungan-hubungan dengan model situasi.

Kondisi Awal
Kemapuan Komunikasi Siswa dan Kecerdasan Emosional Siswa

Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Model Pembelajaran
Model Pembelajaran Project Based Learning
Konvensional
(PJBL)
Persiapan
Identifikasi dan Pilih Topik Project
Pengajaran
Tahapan project
Penilaian
Panduan dan Sumber
Pertanyaan dan Jawaban
Eksplorasi Penelitian
Penugasan dan Penilaian
Monitoring dan Bimbingan

Post-test dan skala kecerdasan emosional untuk keuda kelas

Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kecerdasan Emosional Kelas


Eksperimen Lebih Baik disbanding Siswa Kelas Kontrol
H. Hipotesis
Berdasarkan rumusan maslaah, landasan teori, dan kerangka
penelitian yang telah dijelaskan, maka hipotesis untuk penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematis dan kecerdasan emosional siswa yang memperoleh
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning (PJBL) dengan siswa yang tanpa memperoleh pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL).
2. Hipotesis Statistik
H 0 : μA ≤ μB
H 1 : μ A > μB
Keterangan :
H 0 : Peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan kecerdasan
emosional siswa yang memperoleh model pembelajaran Project
Based Learning (PJBL) tidak lebih baik dibanding siswa yang tidak
memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project
Based Learning (PJBL).
H 1 : Peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan kecerdasan
emosional siswa yang memperoleh model pembelajaran Project
Based Learning (PJBL) lebih baik dibanding siswa yang tidak
memperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project
Based Learning (PJBL).
μ A : Skor rata-rata peningkatan kamampuan komunikasi matematis
dan kecerdasan emosional siswa yang memperoleh model
pembelajaran Project Based Learning (PJBL)
μ B : Skor rata-rata peningkatan kamampuan komunikasi matematis
dan kecerdasan emosional siswa yang tidak memperoleh model
pembelajaran Project Based Learning (PJBL).
I. Langkah-langkah Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu di SMP Penida Katapang yang
beralamatkan di Jl. Terusan Kopo No. 247, Pangauban, Kecamatan
Katapang, Kabupaten bandung, Jawa Barat 40921.
2. Sumber Data
Sumber data yang diambil dari populasi kelas VIII SMP Penida
Katapang tahun ajaran 2023/2024. Dari populasi tersebut yang akan
dijadikan sampel hanya dua kelas. Pengambilan sampel menggunakan
teknik Probability Sampling yaitu teknik simple random sampling
(sampel acak sederhana), dimana pengambilan sampel secara acak
dengan benar-benar memberikan peluang yang sama.
3. Jenis Data
Berdasarkan sifatnya, penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana hasil
penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PJBL)
terhadap kemampuan komunikasi matematis dan kecerdasan
emosional siswa. Data diperoleh dari hasil pengukuran terhadap siswa
dalam kemampuan komunikasi matematis siswa, dan kecerdasan
emosional matematis siswa. Pengukuran untuk mengukur kemampuan
komunikasi matematis siswa terdapat dua tes yang meliputi pretes dan
posttest, pretes digunakan untuk mengetahui kemampuan komunikasi
matematis sebelum pembelajaran, dan posttes digunakan untuk
mengetahui kemampuan komunikasi matematis setelah pembelajaran
dan pengukuran untuk kecerdasan emosional siswa yang dihasilkan
dari penggunaan instrumen Skala Likert yang diubah ke dalam angka.
4. Metode dan Desain Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka jenis
penelitian yang dilakukan adalah kuasi eksperimen. Penelitian kuasi
eksperimen digunakan untuk melihat pengaruh metode pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning (PJBL) terhadap kemampuan komunikasi matematis dan
kecerdasan emosional siswa dibandingkan dengan menggunakan
metode konvensional pada kelas VIII semester genap di SMP Penida
Katapang tahun pelajaran 2023/2024.
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.
Adapun yang menjadi variabel bebasnya adalah pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning (PJBL), sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan
komunikasi matematis dan kecerdasan emosional siswa.
Dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua kelompok kelas yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diambil berdasarkan
kemampuan awal matematis yang sama. Kelas eksperimen merupakan
siswa yang memperoleh model pembelajaran Project Based Learning
(PJBL), sedangkan kelas kontrol merupakan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional yang menggunakan pembelajaran
ekspositori.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental
design yaitu non-equivalent control group design, dapat dilihat pada
table di bawah
Kelas Eksperimen O X O
Kelas Kontrol O O

Keterangan :
X : Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning (PJBL). Sedangkan untuk kelompok control menggunakan
pembelajaran konvensional.
O : Pretest dan posttest kemampuan komunikasi matematis siswa
pada kelas eksperimen dan kelas control.
5. Instrumen Penelitian
a. Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan
posttest. Pretest dan posttest kepada kelast eksperimen dan kelas
kontrol. Pretest diberikan kepada siswa sebelum pembelajaran
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal komunikasi
matematis siswa yang diberikan sebelum adanya perlakuan.
Sedangkan Posttest diberikan setelah pembelajaran dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa
setelah adanya perlakuan.
b. Non Tes
Instrumen non tes yang digunakan pada penelitian ini berupa
skala sikap yang digunakan untuk melihat sikap siswa setelah
pembelajaran. Skala sikap ini disusun menurut skala likert. Dalam
skala likert, responden diminta untuk membaca secara seksama
setiap pernyataan kemudian memberikan penilaian atas pernyataan-
pernyataan yang terdiri dari 20 pernyataan, 10 pernyataan positif
dan 10 pernyataan negatif. Setiap pernyataan terbagi dalam empat
kategori yang disusun secara bertingkat, mulai dari sangat tidak
setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S) dan sangat setuju (SS).
Skala sikap tersebut diberikan kepada siswa kelas eksperimen
sebelum dan setelah perlakuan (treatment).
6. Analisis Instrumen Penelitian
a. Analisis Tes
Instrumen yang akan dipakai, agar menjadi instrumen yang
baik dan benar maka harus dianalisis tingkat kevalidannya,
reliabilitasnya, tingkat kesukarannya dan daya beda, berikut ini
adalah proses analisisnya.
1) Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (199:65) validitas tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
diukur. Suatu tes tersebut dapat mengukur hasil-hasil yang
konsisten dengan tujuannya. Kekonsistenan ini yang disebut
dengan validitas dari butir soal tersebut. Persamaan istilah lain
yang digunakan untuk kata valid adalah shahih/sangkil.
Suatu test dapat dinyatakan valid jika data yang
dihasilkan adalah tepat. Untuk mengukur koefisien validitas
jika

Korelasi product moment memakai angka kasar


N Σ XY −( Σ X )(Σ Y )
r xy =
√¿¿¿

Keterangan:
r xy = koefisien korelasi antara variabel 𝑋 dan
variabel 𝑌
Σ XY = jumlah perkalian 𝑋 dengan 𝑌
2
X = kuadrat dari 𝑋
Y2 = kuadrat dari 𝑌
N = jumlah data
¿ = kuadrat dari jumlah variabel 𝑋
¿ = kuadrat dari jumlah variabel Y
Interpretasi nilai r xy tersebut diartikan pada
kategori-kategori interval pada tabel di bawah ini:

Interval Kategori
0,80 ≤ r xy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)
0,60 ≤ r xy ≤ 0,80 Validitas tinggi (baik)
0,40 ≤ r xy ≤ 0,60 Validitas sedang (cukup)
0,20 ≤ r xy ≤ 0,40 Validitas rendah (kurang)
0,00 ≤ r xy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah (sangat kurang)
r xy ≤ 0,00 Tidak valid

2) Reliabilitas
Sebuah tes akan dikatakan realibitas apabila hasil-hasil
penggunaan tes tersebut menunjukkan ketepatan. Dengan kata
lain, apabila kepada para siswa diberikan tes yang sama pada
waktu yang berbeda-beda, maka setiap siswa akan tetap berada
dalam peringkat (rangking) yang sama dalam kelompoknya.
Koefisien realibitas butir soal uraian bisa dihitung dengan
menggunakan koefisien Alpha, dengan rumus:
( )
2
k ΣS
r 11= 1− 2i
k −1 St
Keterangan :
r 11 = koefisien reliabilitas
k = cacah butir
Si2 = varians skor butir
2
St = varians skor total responden.

Interval Kategori
0,80 ≤ r xy ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi (sangat baik)
0,60 ≤ r xy ≤ 0,80 Reliabilitas tinggi (baik)
0,40 ≤ r xy ≤ 0,60 Reliabilitas sedang (cukup)
0,20 ≤ r xy ≤ 0,40 Reliabilitas rendah (kurang)
0,00 ≤ r xy ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah (sangat kurang)
r xy ≤ 0,00 Tidak valid

3) Daya Beda
Daya beda adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa
yang berkemampuan rendah.

Dalam melakukan perhitungan daya beda soal ini,


dibedakan menjadi dua. Ada rumus perhitungan untuk
mencari daya beda soal berbentuk pilihan banyak dan
ada rumus perhitungan untuk mencari daya beda soal
berbentuk uraian.

1. Perhitungan Soal Pilihan Banyak


J BA −J BB
DP=
NAJ NB
Keterangan :
J BA = Jawaban benar kelompok atas
J BB = Jawaban benar kelompok bawah
N A J NB = Jumlah siswa kelompok atas atau
jumlah siswa kelompok bawah
2. Perhitungan Soal Uraian
J BA −J BB
DP=
N A / B . Skor maks
Keterangan :
J BA = Jawaban benar kelompok atas
J BB = Jawaban benar kelompok bawah
N A/B = Jumlah siswa kelompok atas atau
jumlah siswa kelompok bawah
Skor maks = Skor maksimal dalam setia butir
soal

Interval Daya Pembeda Kategori Daya Pembeda


¿ 0,00 Sangat Buruk
0,00−0,20 Buruk
0,20−0,40 Cukup
0,40−0,70 Baik
0,70−1,00 Baik Sekali

4) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukkan sulit


atau mudah suatu butir soal tersebut. Suatu soal dapat kita
analisis tingkat kesukarannya. Tingkat kesukaran ini
dimaksudkan untuk mengetahyu apakah soal tersebut tergolong
mudah atau sedang atau sukar.
Untuk menghitung tingkat kesukaran dalam setiap butir
soal terbagi menjadi 2 rumus perhitungan, yaitu :
1. Soal Berbentuk Pilihan ganda
JB
TK =
N
Keterangan:
J B = Jumlah banyaknya siswa yang menjawab soal
dengan benar
N = Jumlah seluruh siswa
2. Soal Berbentuk Uraian
JB
TK =
N . Σ Skor maks
Keterangan:
JB = Jumlah banyaknya siswa yang menjawab
soal dengan benar
N = Jumlah seluruh siswa
Skor maks = Skor maksimal dalam setia butir soal

Interval Tingkat Kesukaran Kategori Tingkat Kesukaran


0,00−0,30 Sukar
0,30−0,70 Sedang
0,70−1,00 Mudah

b. Analisis Instrumen non tes(Skala Sikap)


Instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap siswa terhadap
pembelajaran matematika yaitu berupa lembar skala liket. Adapun
kegunaan dari skala likert adalah untuk mengumpulkan informasi
tertulis serta data mengenai sikap siswa mengenai pembelajaran PBL
(Project Based Learning) dan konvensional. Untuk meanganalisis
instrument tersebut agar layak digunakan maka harus dianalisis terlebih
dahulu Validitas instrumennya, Validitas Butir Instrumennya dan
Reliabilitas Instrumennya. Adapun langkah-langkahnya hampir sama
dengan analisis instrumen tes, hanya saja data diambil dari data
kualitatif sehingga perlu adanya penskoran terlebih dahulu terhadap
data agar menjadi data kuantitatif. Adapun untuk perhitungan dan
rumusanya sama halnya dengan rumusan pada analisis instrumen tes.

7. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data-data
hasil pretes dan postes, serta lembar skala sikap. Sehingga, lebih rinci
dijelaskan dalam bentuk tabel pada Tabel 2 berikut.
Teknik
Sumber Instrumen yang
No Data Pengumpula
Data Digunakan
n Data
1 Kemampuan Siswa Pretest dan Soal Uraian
Komunikasi Posttesr
Matematis Siswa
2 Kecerdasan Siswa Angket Lembar Skala
Emosional Siswa Sikap

8. Analisis Data
a) Untuk menjawab rumusan masalah nomor 1
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan
kemampuan komunikais matematis siswa yang menggunakan
model
pembelajaran PJBL (Project Based Learning) dan model
pembelajaran konvensional, maka dilakukan dengan pengolahan
data hasil pretest dan posttest yaitu dengan Malukan uji gain
ternormalisasi kemudian dilanjutkan analisis dengan menggunakan
software SPSS. Adapun langkah-langkah uji gain ternormalisasi
adalah sebagai berikut :
1. Membuat daftar nilai pretest dan posttest
2. Menghitung selisih perolehan (gain) dari masing-masing, yaitu
nilai posttest dikurangi nilai pretest, kemudian menghitung nilai
gain ternormalisasinya dengan rumus :
Skor Preteser −Skor posttest
N−Gain=
Skor maksimal −Skor postest
Dari rumus diatas, maka nilai n-gain akan berkisar antara 0
sampai 1, untuk siswa yang mendapatkan nilai pretest dan postest
sama maka mendapatkan nilai n-gain 0, sedangkan ketika siswa
yang mendapatkan nilai pretest 0 dan mencapai nilai maksimum
ketika postest maka mendapatkan nilai n-gain 1. Adapun kategori
gain ternormalisasi diinterpretasikan dalam tabel 7 berikut:

Gain Ternominalisasi Keterangan


N−Gain ≥ 0,7 Tinggi
0,3< N −Gain<0,7 Sedang
N−Gain< 0,3 Rendah
Apabila data hasil posttest berdistribusi normal dan
homogen maka dilanjutkan dengan uji t-bebas (independent), jika
salah satu asumsi tidak terpenuhi maka data dianalisis dengan uji
statistik non parametrik, yaitu uji Mann-Whitney.
1. Uji Prasyarat Analisis
a) Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov
Smirnov. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1) Menentukan hipotesis
2) Menentukan nilai α =5 %=0,05
3) Uji statistic
4) Mennetukan kriteria pengujian hipotesis
5) Memberikan kesimpulan
b) Uji Homogenitas varians
Pengujian homogenitas varians dilakukan untuk memastikan
bahwa kelompok-kelompok yang dibandingkan merupakan
kelompokkelompok yang mempunyai varians yang homogen.
Pengujian homogenitas varians untuk dua kelompok data, dapat
dilakukan menggunakan uji F (uji Fisher). Adapun
langkahlangkahnya adalah sebagai berikut:
Varians Terbesar
F hitung =
Varians Terkecil
Σ ( X− x )2
Dengan varians ( S2 ) =
n−1
Adapun kriterianya adalah sebagai berikut: Jika 𝐹
ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <𝐹 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka kedua varians yang diuji homogen. Jika
𝐹 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥𝐹 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka kedua varians yang diuji tidak
homogen. (Kariadinata,2012: 208-209).
2. Uji T
Apabila data hasil penelitian berdistribusi normal dan varians
homogen, maka dilanjutkan uji t-bebas terhadap data gain. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Mennetukan hipotesis
b) Menentukan nilai statistik uji
c) Menentukan taraf signifikansi
3. Uji Mann – Whitney
Jika data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji
statistik non parametric yaitu uji Mann-Whitney. Adapun
langkahlangkahnya adalah sebagai berikut:
a) Menentukan hipotesis
b) Menentukan nilai kritis
c) Menentukan kriteria pengujian hipotesis
d) Memberikan kesimpulan
b) Untuk menjawab rumusan masalah nomor 2
Untuk menjawab rumusan masalah nomor dua, yaitu tentang
perbedaan pencapain kemampuan komunikasi matematis siswa yang
menggunakan model pembelajaran PJBL (Project Based Learning)
dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional dilakukan
analisis statistik menggunakan uji-t terhadap hasil posttest kedua kelas.
Asumsi-asumsi yang harus terpenuhi adalah data posttest harus
berdistribusi normal dan varians homogen. pengujian ini dilakukan
secara manual dan diperikasa menggunakan software SPSS dengan
langkah-langkah yang sama seperti menjawab rumusan masalah nomor
satu.
c) Untuk menjawab rumusan masalah nomor 3
Untuk menjawab rumusan masalah nomor tiga, mengenai
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan
model pembelajaran PJBL (Project Based Learning) adalah dengan
penentuan skor sikap secara aposteriori, yaitu angket skala dihitung untuk
setiap itemnya berdasarkan jawaban responden, sehingga skor tiap item
akan berbeda.
Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa, maka dilakukan analisis kemampuan
komunikasi matematis siswa di awal treatment (pretest) dan angket di 2
4akhir treatment (posttest) siswa. kemudian dilakukan uji t paired (uji t
berpasangan) terdapat asumsi yang harus dipenuhi yaitu data harus
berdistribusi normal dan sampel mempunyai varians yang homogeny
perhitungannya sama seperti analisis data rumusan masalah nomor satu,
sedangkan apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka dilakukan untuk
uji wilcoxon.
J. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
2023 2024
No Kegiatan Penelitian November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Seminar Proposal
2 SK Pembimbing
3 Penyusunan &
Bimbingan BAB I
4 Bimbingan
Instrumen
Penelitian
5 Penyusunan &
Bimbingan BAB II
6 Penyusunan &
Bimbingan BAB III
7 Penelitian serta
Pengolahan Data
8 Penyusunan &
Bimbingan BAB IV
9 Penyusunan &
Bimbingan BAB V
10 Bimbingan &
Revisi Akhir
11 Sidang Munaqosah

DAFTAR PUSTAKA
Sunarmi (2015). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VIII SMP
Pada Model Pembelajaran TSTS Dengan Pendekatan Scientific. Skripsi Program Studi
Matematika. Universitas Negeri Semarang. Diakses 17 April 2016.
Puspendik (2012). Kemampuan Matematika Siswa SMP Indonesia Menurut Benchmark
Internasioanal Trend of International on Mathematics and Science Study 2011. Makalah
Pusat Penelitian Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai