Abstrak
Belajar harus dimulai dengan pengenalan masalah atau dengan meningkatkan masalah yang
lebih nyata dengan menghubungkan pembelajaran ke kehidupan sehari-hari. Inilah yang
mendorong peneliti untuk mengidentifikasi persepsi siswa sekolah dasar dalam mempelajari
pecahan di sekolah dasar. Sehingga dosen dapat membekali keterampilan mengajar materi
pecahan yang harus dimiliki oleh seorang guru di sekolah dasar. Tujuan jangka panjang dari
penelitian ini adalah merancang buku teks dimana ada bahan pecahan untuk siswa sekolah
dasar. Tujuan khususnya penelitian ini akan digunakan sebagai bahan dalam bahan ajar
Pendidikan Matematika I. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Periset menggunakan metode wawancara, tes, observasi dan dokumentasi untuk
mengumpulkan data untuk mengidentifikasi persepsi siswa sekolah dasar tentang pembelajaran
pecahan. Setelah mendapatkan hasilnya, data dianalisis dengan cara mengurangi data,
menyajikan data, dan meringkas data.
Kata Kunci: Persepsi, Pecahan, Sekolah Dasar.
Abstract
Learning should begin with the introduction of problems or by raising more real problems by
linking learning to everyday life. This is what encourages researchers to identify the perceptions
of elementary school students in studying fractions in primary schools. So the lecturer can equip
the skills of teaching the fractional material that should be owned by a teacher in primary school.
The long-term goal of this research is to design textbooks in which there is fractional material for
elementary school students. Target in particular of this research will be used as an ingredient in
teaching materials of Mathematics Education I. The method that will be used in this research is
qualitative research. Researchers used interview, test, observation and documentation methods
to collect data to identify primary school students' perceptions of fractional learning. After
getting the results, the data is analyzed by reducing the data, presenting the data, and
summarizing the data.
Keyword: Perception, Fractional, Elementary School.
ekonomi, tidak tahu atau bahkan tidak kepemimpinan, kerja sama, komunikasi
mau tahu. MEA telah di-launching pada 31 dan pengembangan pribadi.
Desember 2015, yang memungkinkan Proses pembelajaran yang tertuang
mudahnya mobilitas barang, jasa, dan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
orang antarnegara di wilayah ASEAN. Kebudayaan RI No. 65 Tahun 2013
Tentu saja ini hal ini merupakan mengarahkan pada pembelajaran yang
kesempatan besar bagi Negara yang siap interaktif, inspiratif, menyenangkan,
bersaing, namun menjadi sesuatu yang menantang, memotivasi peserta didik
menakutkan bagi Negara yang tidak siap. untuk berpartisipasi aktif serta memberi
Berdasarkan data BPS 2014 menunjukkan ruang yang cukup bagi prakarsa,
bahwa penduduk Negara Indonesia di atas kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat
15 tahun yang bekerja, berdasarkan dan minat. Peraturan tersebut seirama
pendidikan secara berurutan adalah: SD dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
46,8%, SLTP 17,82%, SLTA 25,23% dan Kebudayaan RI No. 22 Tahun 2006yang
pendidikan tinggi 10,14%.Komposisi menyatakan bahwa mata pelajaran
mayoritas pekerja terletak pada lulusan matematika diberikan kepada seluruh
pendidikan dasar.Kurikulum di Negara peserta didik untuk membekali mereka
Indonesia seharusnya memiliki paradigma dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
yaitu menjadikan mata pelajaran dan sistematis, kritis, dan kreatif, serta
matakuliah sebagaialat kecakapan kemampuan bekerjasama. Pada peraturan
hidup. Keberhasilan siswa dan mahasiswa ini ditegaskan pula bahwa pembelajaran
sebaiknya diukurpada kecakapan untuk matematika di sekolah bertujuan agar
memperoleh kesuksesan hidup. Hal itu peserta didik memiliki kemampuan
menyebabkan lulusan pendidikan kita akan memecahkan masalah yang meliputi
dianggap mampu bersaing dalam kemampuan memahami masalah,
menghadapi dunia kerja. merancang model matematika,
Pemerintah dalam waktu yang singkat menyelesaikan model dan menafsirkan
dan cepat harus menyiapkan sekolah yang solusi yang diperoleh. Peningkatan
membekali kompetensi untuk berinovasi keterampilan berpikir tingkat tinggi telah
dan untuk membangun menjadi salah satu prioritas dalam
jaringan/networking. Kompetensi pembelajaran matematika sekolah.
berinovasi dapat dilakukan dengan Hal tersebut sangat perlu dipahami bagi
peningkatan berbagai keterampilan calon guru di sekolah dasar, termasuk
seperti, desain produk, dan penggunaan lulusan S1 PGSD Universitas PGRI
teknologi. Adapun kompetensi Semarang. Berdasarkan hasil wawancara
membangun jaringan dilakukan dengan dengan salah satu mahasiswa PGSD
pengembangan sikap dan mengelola semester I, mereka menganggap pelajaran
sumber daya manusia seperti, di SD sangat mudah termasuk salah
penyajian data, tahap verifikasi/ penarikan domain terbaik yang diraih siswa adalah
kesimpulan. uncertainty anddata dengan skor 32.8,
sedangkan nilai changeand relationship,
III. HASIL DAN PEMBAHASAN space and shape, serta quantity rerata
A. Hasil skornya relatif sama. Uncertaintyand data
Pada studi ini persepsi siswa tentang merupakan konten yang paling mudah
pecahan ditunjukkan olehjawaban siswa dibandingkan dengan konten matematika
atas14 butir soal yang dikerjakan. Tingkat lainnya bagi sampel. Konten matematika
kesukaran ataupun proporsi menjawab ini mengukur kemampuan siswa dalam
benar pada setiap butir soal menunjukkan mengidentifikasi dan meringkas makna
tingkat pencapaian siswa pada setiap yang melekat dalam seperangkat data
butir. Dari hasil pengolahan data, ternyata yang ditampilkan dengan cara yang
cukup banyak siswa yang memberi berbeda; dan bagaimana memahami
jawaban tanpa penjelasan dan langkah dampak variabilitas yang melekat dalam
kerja dalam mengerjakan soal-soal sejumlah proses yang nyata (OECD, 2013).
tersebut. Hal ini menunjukkan siswa Lemahnya siswa pada konten change and
kurang mampu memberikan relationship, space and shape, serta
penjelasan/uraian/argument terhadap quantity menimbulkan pertanyaan tentang
persoalan matematika yang diujikan dalam kualitas pembelajaran yang dialami siswa
tes matematika tersebut. Berikut di kelas. Siswa ternyata kurang mampu
disampaikan capaian matematika siswa memahami materi ajar terkait konsep
yang dikaji berdasarkan konten, konteks, bilangan. Kondisi ini terjadi pada sampel
dan level kognitif. penelitian. Oleh karena itu, perlu dianalisis
lebih dalam tentang “error” jawaban
B. Pembahasan siswa, agar diketahui apakah terdapat
1) Capaian berdasarkan konten kesalahan sistematis dalam pemahaman
Sesuai desain tes internasional PISA, siswa. Hal ini dapat menjadi
butir soalliterasi matematika dibagi feedbackuntuk perbaikan kualitas
menjadi empat domain berdasarkan pembelajaran, perbaikan bahan ajar guru,
konten, yaitu change and relationship, dan bahkan penyempurnaan kurikulum
shape and space, quantity, dan uncertainty yang berlaku. Berkenaan dengan hal
and data. Fungsi aritmatika dan aljabar tersebut Walberg (1992), serta Wilkin,
terangkum dalam change and relationship, Zembilas, & Travers (2002) menyatakan
geometri dan pengukuran terangkum kualitas pembelajaran merupakan salah
dalam shape and space, konsep bilangan faktor yang turut menjadi determinan atas
terdapat pada quantity, sedangkan prestasi belajar akademik siswa (dalam
statistika dan data pada uncertainty and Umar & Miftahuddin, 2012).
data. Berdasarkan konten yang diujikan, 2) Capaian berdasarkan konteks
Berdasarkan konteks, butir soal lebih nyata dialami atau diketahui siswa
matematika terdiri atas empat domain, dibandingkan dengan konteks scientific
yaitu personal, occupational, societal, dan yang relatif abstrak, yaitu butir-butirsoal
scientific. Secara total, data menunjukkan yang diujikan berhubungan dengan
rerata skor tertinggi terdapat pada konteks penggunaan matematika dalam ilmu
occupational, yaitu mencapai skor 33,2. pengetahuan dan teknologi. Peningkatan
Rerata skor yang sedikit lebih rendah literasi matematika siswa dalam konteks
adalah pada soal dengan konteks societal scientific ini tentunya memerlukan guru
(32,7) dan personal (31,8), sedangkan yang memiliki kompetensi pedagogik yang
konteks scientific adalah yang paling baik, sehingga mampu menyampaikan
rendah rerata skor yang dicapai siswa proses pembelajaran berkualitas sebagai
(26,4). Dalam penjelasankerangka kerja salah satu faktor yang memengaruhi
PISA 2012 disebutkan bahwa scientific prestasi belajar.
berhubungan dengan penggunaan 3) Capaian Literasi Berdasarkan Level
matematika dalam ilmu pengetahuan dan Kognitif
teknologi (OECD, 2013). Capaian Soal-soal disusun berdasarkan
matematika siswa dalam konteks scientific levelkognitif yang beragam. Level terendah
ini adalah rendah di seluruh sampel yang hanya sekedar mengetahui hingga
penelitian. Rendahnya capaian literasi soal dengan level tertinggi untuk
siswa pada aspek konteks scientific dapat mengukur kemampuan siswa merefleksi.
dipahami karena tingkatabstraksi butir- Hasil tes siswa menunjukkan bahwa rerata
butir soal matematika scientific kiranya skor yang rendah terdapat pada soal-soal
lebih tinggi dibandingkan dengan level kognitif 6 dan level kognitif 5, yaitu
tigadomain lainnya (personal, societal, soal-soal dengan level kognitif yang
occupational). Sesuai dengan kerangka kompleks. Soal-soal dengan yang
PISA 2012 (OECD, 2013),butir-butir soal mengukur kemampuan berpikir tingkat
pada konteks personal mengukurliterasi tinggi (higher order thinking skills — HOTS)
siswa terkait masalah dan tantangan yang belum mampu dikuasai siswa dengan baik.
dihadapi individu dalam dunia nyata yang Merujuk taksonomi Bloom, dalam ranah
berhubungan dengan kehidupan sehari- kognitif,misalnya, berpikir tingkat tinggi
hari individu dan keluarga. Pada konteks meliputi analisis,evaluasi, dan mencipta.
societal, butir-butirsoal berhubungan Dalam pada itu, nilai pada level kognitif 4
dengan komunitas baik lokal, nasional atau mencapai rerata skor tertinggi, yaitu
global dimana individu menjalani 38,57(Gambar 4). Secara empirik, siswa-
kehidupannya; sedangkan pada konteks siswa lebih rendah proporsi yang
occupational, butir-butir soal berhubungan menjawab benar pada level kognitif 3 dan
dengan dunia kerja. Butir-butir soal pada level kognitif 2 dibandingkan level kognitif
ketiga domain konteks tersebut relatif 4. Hal ini diduga sebagian siswa peserta
tes sudah lupa atas materi ajar yang pelajaran penting bagi saya, karena
pernah diajarkan sebelumnya meskipun saya perlukan untuk belajar pada
soal-soal tersebut sesungguhnya lebih tingkat yang lebih tinggi. Tanggapan
sederhana tingkat kesulitannya. siswa atas pernyataan-pernyataan
4) Faktor-faktor yang memengaruhi mengenai persepsi terhadap
capaian persepsi pecahan matematika kemudian diolah
Selain mengumpulkan data siswa datanya dan dikelompokkan menjadi
melaluibuku tes matematika, studi ini juga tiga kategori, yaitu baik, sedang, dan
mengumpulkan data melalui wawancara. kurang. Untuk menjaring informasi
Berikut adalah hasil analisis variabel- tentang kepercayaan diri siswa
variabel determinan yang bersumber dari terhadap kemampuan matematika
tanggapan siswa, guru, dan kepala sekolah diajukan sejumlah butir pertanyaan,
pada sekolah sampel dengan rerata skor diantaranya: (1) saya merasa
matematika siswa. Analisis hubungan khawatir akan mengalami kesulitan
variabel dikelompokkan sesuai dengan untuk belajar matematika; (2) saya
kajian teoretik yang telah dikemukakan gugup bila menghadapi soal-soal
sebelumnya (Umar & Miftahuddin, 2012). matematika; dan (3) saya merasa
a) Faktor personal; Dalam kajian ini mudah mempelajari matematika.
variabel personal dilihat dari Tanggapan siswa pada pertanyaan-
tanggapan siswa tentang dua hal, pertanyaan tersebut kemudian
yaitu persepsi terhadap matematika dibuat indeks dengan tiga kriteria
dan kepercayaan diri siswa terhadap yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
kemampuan matematika. Butir-butir Data menunjukkan bahwa siswa
pertanyaan terkait persepsi dengan kepercayaan diri yang tinggi,
terhadap matematika berisi tentang rerata skor matematikanya juga
pandangan siswa tentang tinggi. Uraian di atas
kebermanfaatan matematika, mengungkapkan bahwa persepsi
sehingga siswa termotivasi untuk siswa yang positif atas mata
mempelajari matematika. Contoh pelajaran matematika berhubungan
pertanyaan tersebut di antaranya: secara linear positif dengan capaian
(1) mempelajari matematika dengan matematika yang dicapai siswa
usaha keras adalah bermanfaat, tersebut. Sikap positif atas mata
karena itu mendukung dalam pelajaran yang dipelajari mendorong
pekerjaan saya dikemudian hari; (2) motivasi belajar siswa yang tinggi.
belajar matematika adalah Demikian pula, terdapat
bermanfaat, karena akan kecenderungan siswa yang memiliki
meningkatkan karir saya; dan kepercayaan diri tinggi atas
(3) matematika adalah mata kemampuannya, maka capaian
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam. (2014). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Mulyadi. (2010). Diagnosis Kesulitan
Belajar. Jakarta: Nuha Litera.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 22 Tahun 2006.
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI No. 65 Tahun 2013.
Tohirin, (2011). Metode Penelitian
Kualitatif Dalam Pendidikan dan
Bimbingan Konseling. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Soegeng. (2006). Dasar-dasar Penelitian.
Semarang: IKIP PGRI Semarang Press.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
Cetakan ke-17. Bandung : Alfabeta.
Supinah, Titik Sutanti. (2010).
Pembelajaran Berbasis Masalah
Matematika di SD. Jakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Matematika.
Susanto, Ahmad. (2014). Teori Belajar dan
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana.