Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN HASIL WAWANCARA

PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH IPS SD PADA MATA


PELAJARAN IPAS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian dan Strategi Pemecahan Masalah
IPS SD yang diampu oleh Bapak Suhartono, S.Pd,. M.Pd.

Disusun Oleh:
Anggun Andhini Rahmad
210151601818
D21

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MARET 2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan salah satu mata pelajaran yang terdiri dari dua subyek, yaitu Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Namun, dalam
pelaksanaannya, IPS seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang penting
dibandingkan dengan IPA. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pembelajaran IPS di
SD, karena memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa dan
mempersiapkan mereka untuk menghadapi kehidupan di masyarakat. Selain itu, IPS
juga menjadi aspek penting dalam pengembangan teori-teori yang membantu siswa
mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi dan menemukan solusi untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Menteri Pendidikan membuat suatu gebrakan dengan pengembangan
kurikulum merdeka belajar. Karakteristik kurikulum merdeka adalah (a) terjadinya
perubahan pembelajaran tematik menjadi mata pelajaran permata; (b) terbentuknya
mata pelajaran IPAS; dan (c) fokus pada digitalisasi dan pengembangan sikap mandiri
siswa. IPAS merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial. IPAS
adalah suatu pembelajaran yang menggabungkan mata pelajaran IPA dengan IPS
menjadi terpadu. Menurut Surat Keputusan Nomor 033/H/KR/2022 tentang
Perubahan Kurikulum dan Asesmen Pendidikan, pembelajaran IPAS merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang makluk hidup yang ada di bumi dan
mendalami berbagai peranan manusia sebagai makhluk sosial maupun individual
yang bertujuan untuk memudahkan peserta didik memecahkan permasalahan yang
ditemukannya pada kehidupan sehari-hari.
Dalam suatu pembelajaran, tentu tidak dapat terlepas dari masalah belajar
(Herawati & Muhtadi, 2018). Terdapat juga faktor eksternal seperti banyak istilah
asing, materi terlalu padat, banyak hafalan, terbatasnya media pembelajaran, peserta
didik terkesan susah memahami materi tanpa tersedianya media, guru yang cenderung
mendominasi pembelajaran, penguasaan guru akan materi lemah, dan terlalu monoton
(Awang, 2015).
Perubahan yang terjadi dengan cepat tentunya menyebabkan seluruh
pemangku kepentingan pada pendidikan kurang memiliki persiapan yang matang.
Upaya untuk menanggulangi ketertinggalan hasil belajar pada kurikulum merdeka,
pada kenyataannya menimbulkan permasalahan yang baru yaitu kurangnya sumber
belajar terutama yang bermuatan IPAS.

B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
IPAS di SD dan memperbaiki permasalahan yang ada dalam pembelajaran IPAS.
Dengan meningkatkan kualitas pembelajaran IPAS, diharapkan siswa dapat
memahami konsep-konsep sosial yang penting dan dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-harI. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk meningkatkan
minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPAS.

C. Rumusan Masalah
Dalam pembelajaran IPAS di SD, terdapat beberapa permasalahan yang perlu
dipecahkan. Pertama, kurangnya perhatian terhadap pembelajaran IPS dibandingkan
dengan IPA. Kedua, kurangnya keterampilan guru dalam mengajar IPAS sehingga
siswa kurang tertarik dan sulit memahami konsep-konsep yang diajarkan. Ketiga,
kurangnya sumber belajar yang menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari
sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar IPAS.

PEMBAHASAN
Hasil wawancara yang saya lakukan di SD Negeri Madyopuro 2 dengan wali kelas 5,
yaitu, menurut pendapat Bu Lina, ada beberapa faktor di tingkat sekolah dan dalam sistem
pendidikan yang dapat menjadi penyebab ketidakintegritasan antara Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Salah satu faktor utama adalah struktur
kurikulum yang terkadang memisahkan mata pelajaran secara terlalu tegaskemudian susah
dalam megelompokkan agar dapat diintegrasikan. Menurutnya, kurikulum yang terpisah
dapat menyebabkan guru-guru lebih fokus pada pembelajaran yang terpisah pula, sehingga
mengurangi kesempatan untuk mengintegrasikan topik-topik yang relevan di antara
keduanya.
Pengintegrasian kedua mata pelajaran IPA dan IPS, menurut persepsinya sebagai
guru, sejauh ini integrasi antara Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) sangat penting dalam konteks pembelajaran. Integrasi ini memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan pemahaman yang lebih menyeluruh
tentang dunia di sekitar mereka. Dengan mengintegrasikan IPA dan IPS, siswa dapat
melihat keterkaitan antara konsep-konsep ilmiah dan konteks sosial, menciptakan
pemahaman yang lebih mendalam dan relevan. Pentingnya integrasi terletak pada fakta
bahwa dunia nyata tidak terbagi menjadi kategori-kategori terpisah seperti yang diajarkan
dalam mata pelajaran. Sebagai contoh, ketika membahas isu lingkungan, integrasi IPA dan
IPS dapat memungkinkan siswa untuk memahami dampak ilmiah perubahan iklim dan
sekaligus memahami aspek-aspek sosial, ekonomi, dan politik yang terlibat dalam solusi-
solusi berkelanjutan. Dalam konteks persiapan siswa untuk masa depan, integrasi antara
IPA dan IPS juga mendukung pengembangan keterampilan lintas mata pelajaran seperti
pemecahan masalah, analisis kritis, dan pemahaman kontekstual.
Ada beberapa tantangan yang dapat mencegah terciptanya integrasi yang mulus antara
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di dalam
pembelajaran. Salah satu tantangan utama adalah adanya pemisahan struktural dalam
kurikulum dan pedoman pengajaran, untuk saat ini hal tersebut para guru di SDN
Madyopuro 2 masih melakukan kolaborasi dengan gugus karena masih merasa kesusahan.
Terkadang, kurikulum yang terpisah membatasi waktu dan kesempatan untuk
mengintegrasikan konsep-konsep antara IPA dan IPS. Ketidakintegritasan juga dapat
dipengaruhi oleh keterbatasan waktu yang tersedia dalam jam pelajaran. Keterbatasan
waktu sering kali membuat guru lebih fokus pada penyelesaian materi dan mempersingkat
waktu untuk menjelaskan keterkaitan antara konsep-konsep IPA dan IPS.
Kesesuaian atau relevansi antara metode pembelajaran yang digunakan dengan
kurikulum terkait pembelajaran IPAS menurutnya, selalu berusaha untuk menilai dan
memastikan kesesuaian serta relevansi antara metode pembelajaran yang saya gunakan
dengan kurikulum terkait pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS).
Penilaian ini sangat penting agar proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang
diinginkan dan memberikan dampak positif pada pemahaman siswa terhadap mata
pelajaran tersebut. Pertama-tama, saya mengevaluasi metode pembelajaran yang saya
terapkan dengan merinci komponen kurikulum IPAS yang sedang saya ajarkan. Saya
memastikan bahwa metode tersebut mencakup aspek-aspek kunci dari materi
pembelajaran, baik dari Ilmu Pengetahuan Alam maupun Sosial, sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Selanjutnya, saya
mempertimbangkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Saya mencari
metode yang dapat merangsang minat dan motivasi siswa, sehingga mereka lebih aktif
dalam menggali informasi, berdiskusi, dan mengaitkan konsep-konsep antara Ilmu
Pengetahuan Alam dan Sosial. Hal ini sejalan dengan upaya untuk menciptakan
pembelajaran yang holistik dan menyeluruh. saya secara terus-menerus mengevaluasi
efektivitas metode pembelajaran dengan mengamati respons siswa, menerima umpan
balik, dan menilai pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi ini secara
teratur, saya dapat mengidentifikasi apakah metode pembelajaran yang saya terapkan tetap
relevan dengan perkembangan kurikulum IPAS dan dapat meningkatkan pemahaman
siswa.

SIMPULAN
Integrasi antara IPA dan IPS di SD Negeri Madyopuro 2 dihadapkan pada
tantangan struktural kurikulum dan keterbatasan waktu, meskipun upaya kolaboratif
dilakukan untuk mengatasinya. Evaluasi yang berkelanjutan terhadap metode
pembelajaran merupakan strategi yang ditekankan untuk memastikan kesesuaian dengan
kurikulum IPAS dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap kedua mata pelajaran
tersebut.
DAFTAR RUJUKAN

Awang, Imanuel Sairo. (2015). Kesulitan Belajar IPA Peserta Didik Sekolah Dasar.
Vox Edukasi,6(2), 108-122).
Departemen Pendidikan Nasional. (2022). Surat Keputusan Nomor 033/H/KR/2022
tentang Perubahan Kurikulum dan Asesmen Pendidikan. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Herawati, N. S., & Muhtadi, A. (2018). Pengembangan modul elektronik (e-modul)
interaktif pada mata pelajaran Kimia kelas XI SMA. Jurnal Inovasi Teknologi
Pendidikan, 5(2), 180–191. https://doi.org/10.21831/jitp.v5i2.15424

Anda mungkin juga menyukai