Anda di halaman 1dari 59

PENGARUH DISPOSISI MATEMATIS TERHADAP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA


SISWA KELAS X SMA SWASTA KECAMATAN SUKMAJAYA

Skripsi
diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai
gelar sarjana

NAMA : KHAIRUNNISA ALWI MAULANA


NPM : 201813500330

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan pondasi penting dalam kehidupan manusia yang harus

dibangun sedini mungkin. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan minat

bakat seseorang dan menanamkan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan pendidikan tentunya dapat meningkatkan kecerdasan, akhlak

mulia, kepribadian serta keterampilan yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun

lingkungan sekitar. Hal tersebut dijelaskan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 bahwa:

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan tentunya dapat dicapai melalui pembelajaran yang

optimal. Dalam proses pembelajaran, matematika menjadi salah satu yang berperan

penting dalam pendidikan. Matematika merupakan bidang studi yang wajib ada di

setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Hal

tersebut sependapat dengan Mashuri (2019: 1) bahwa mata pelajaran matematika

perlu diberikan kepada semua peserta didik dari jenjang sekolah dasar hingga

sekolah lanjutan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis,

analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta dapat menyelesaikan masalah yang

dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

1
2

Sebagai mata pelajaran yang memiliki peran penting, matematika tentunya

memiliki tujuan dalam pembelajarannya. Menurut National Council of Teachers of

Mathematic (NCTM) (dalam Fahradina, dkk, 2014: 55) tujuan yang perlu dicapai

dalam pembelajaran matematika di sekolah meliputi: (1) kemampuan

berkomunikasi; (2) kemampuan bernalar; (3) kemampuan memecahkan masalah;

(4) kemampuan mengaitkan ide; dan (5) kemampuan bersikap positif terhadap

matematika. Berdasarkan tujuan tersebut, diketahui bahwa pemecahan masalah

menjadi salah satu kemampuan yang perlu dicapai dalam pembelajaran

matematika. Hal tersebut dikarenakan matematika dapat menjadi salah satu sarana

untuk mencari solusi suatu permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-

hari.

Dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran matematika, salah satu

kemampuan yang dikembangkan yaitu pemecahan masalah. Siswa dituntut untuk

berpikir dan tidak mudah menyerah ketika merumuskan solusi dari suatu

permasalahan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rimadhani (2017: 2) yaitu

pentingnya pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematika

dikarenakan kemampuan tersebut merupakan salah satu kemampuan yang terdapat

dalam tujuan mata pelajaran matematika, yaitu memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan

model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Selain itu, Dinni (2018: 170)

berpendapat bahwa peserta didik dikatakan mampu menyelesaikan suatu masalah

apabila peserta didik tersebut mampu menelaah suatu permasalahan dan mampu

menggunakan pengetahuannya ke dalam situasi baru, kemampuan inilah yang


3

biasanya dikenal sebagai High Order Thinking Skill. Namun kenyataannya

disebagian siswa masih kurang maksimal dalam kemampuan pemecahan masalah.

Berdasarkan data TIMSS dan PISA, kemampuan matematika siswa Indonesia

dapat dikatakan masih rendah. Tercatat pada tahun 2015 Indonesia menduduki

peringkat 44 dari 49 negara yang berpartisipasi pada Trends in International

Mathematics and Science Study (TIMSS) dengan rata-rata skor 397 yang masih

berada dibawah skor Internasional yaitu 504 (Puspitasari, 2017: 145). Selain itu,

dari hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun

2018 yang dirilis oleh Organisation for Economic Co-operation and Development

(OECD) menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat 74 dari 79 negara

dengan skor rata-rata kemampuan siswa Indonesia dalam matematika mencapai 379

dengan skor rata-rata OECD yaitu 487 (Faza, dkk, 2022: 260).

Rendahnya kemampuan matematika siswa Indonesia telah mengindikasikan

bahwa terdapat permasalahan pada pembelajaran matematika. Salah satu peristiwa

yang menunjukkan rendahnya kemampuan matematika siswa Indonesia yaitu pada

saat siswa diminta untuk mengerjakan soal non rutin, siswa akan merasa bingung

dan mudah menyerah untuk menyelesaikan permasalahan pada soal tersebut. Hal

ini mungkin terjadi karena pada saat pembelajaran siswa hanya terbiasa

menyelesaikan soal-soal rutin. Siswa tidak dibiasakan mengkonstruksikan sendiri

pengetahuannya dalam memecahkan masalah, bernalar, berkomunikasi, dan

aktivitas lainnya yang mengarah pada berpikir tingkat tinggi. Dari hal tersebut maka

berdampak pada kemampuan matematika siswa yang rendah, khususnya dalam

pemecahan masalah.
4

Permasalahan yang telah disebutkan di atas, terjadi pada siswa kelas X SMA

Swasta di Kota Depok. Berdasarkan studi pendahuluan dan hasil wawancara

dengan guru matematika kelas X di SMA Swasta Kec. Sukmajaya Kota Depok,

diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.

Hal tersebut diperkuat dengan nilai rata-rata Penilaian Tengah Semester (PTS)

siswa yang masih kurang memuaskan. Adapun nilai rata-rata PTS matematika pada

siswa kelas X tahun ajaran 2021/2022 seperti pada tabel berikut:

Tabel 1
Nilai Rata-Rata PTS Kelas X TA 2021/2022
SMA Swasta Kec. Sukmajaya Kota Depok
Nilai Rata-Rata
No. SMA Swasta KKM
IPA IPS
1. Yaspen Tugu Ibu Depok 76 73 78
2. Yapemri Depok 63 51 70
Sumber: TU SMA Yaspen Tugu Ibu Depok dan SMA Yapemri Depok

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa siswa SMA Swasta tersebut memiliki

nilai rata-rata yang lebih rendah jika dibandingkan nilai rata-rata Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah. KKM yang ditetapkan

masing-masing sekolah yaitu sebesar 78 di SMA Yaspen Tugu Ibu Depok dan 70

di SMA Yapemri Depok. Terlihat bahwa nilai rata-rata di SMA Yaspen Tugu Ibu

Depok yaitu kelas X IPA sebesar 76 dan X IPS sebesar 73. Begitu juga nilai rata-

rata di SMA Yapemri Depok yaitu kelas X IPA sebesar 63 dan X IPS sebesar 51.

Berdasarkan rendahnya hasil belajar matematika siswa, maka peneliti juga

menganalisis faktor-faktor penyebabnya. Menurut guru matematika di SMA

Swasta, siswa yang mempunyai pandangan negatif terhadap matematika cenderung

memiliki kesulitan pada kemampuan pemecahan masalah matematika. Hal tersebut


5

terjadi karena sikap apresiasi, antusias, ketertarikan dan keingintahuan siswa

terhadap pembelajaran matematika rendah sehingga mempengaruhi proses

pembelajaran matematika. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa rendahnya hasil

belajar siswa pada proses pembelajaran matematika dikarenakan rendahnya

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang dipengaruhi oleh sikap

apresiasi, antusias, ketertarikan dan keingintahuan siswa dalam pembelajaran

matematika. Pernyataan guru tersebut kemungkinan benar bahwa penyebab

rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dikarenakan

rendahnya sikap apresiasi, antusias, ketertarikan dan keingintahuan siswa dalam

pembelajaran matematika.

Pada pembelajaran matematika, tentunya tidak hanya mengembangkan ranah

kognitif saja, melainkan juga ranah afektif. Hal yang penting dari ranah afektif yaitu

sikap menghargai kegunaan matematika yang meliputi rasa ingin tahu, kepercayaan

diri, sikap ulet, memiliki minat dan motivasi dalam mempelajari matematika.

Sikap-sikap tersebut terangkum dalam disposisi matematis, Disposisi matematis

sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Tidak sedikit siswa

yang bersikap cemas atau takut pada saat pembelajaran matematika karena

memandang matematika itu sulit. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap atau

disposisi matematis yang negatif terhadap matematika dapat menghambat

keberhasilan pembelajaran matematika.

Disposisi matematis merupakan modal awal siswa dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran, karena siswa yang memiliki disposisi matematis tinggi

mampu bermatematika dengan percaya diri, penuh motivasi dan ulet. Kemampuan
6

disposisi matematis merupakan salah satu dari aspek afektif yang memiliki

pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah (Kurniawan dan Kadarisma,

2020). Seorang siswa pada saat memiliki sikap disposisi matematis yang baik dalam

pemecahan masalah, maka siswa tersebut akan cenderung lebih percaya diri, tekun,

dan fleksibel dalam mengeksplorasi pemecahan masalah pada pelajaran

matematika. Pentingnya disposisi matematis juga dicantumkan di dalam

PERMENDIKBUD Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar

dan Menengah (2016: 121), yaitu:

menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, kreatif, cermat dan teliti,


bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam
memecahkan masalah; memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, semangat
belajar yang kontinu, pemikiran reflektif, dan ketertarikan pada matematika;
memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, serta sikap kritis
yang terbentuk melalui pengalaman belajar.

Mardiah, dkk. (2020: 514) menyebutkan bahwa disposisi matematis akan

terlihat dari sikap siswa yang mempunyai rasa percaya diri, ketekunan dan memiliki

motivasi yang tinggi dalam mempelajari matematika. Pada proses pembelajaran,

banyak siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang rumit dan tidak

penting untuk dipelajari. Pandangan negatif tersebut akan menyebabkan kurangnya

minat dan kesungguhan siswa dalam mempelajari matematika. Hal tersebut

tentunya akan mempengaruhi hasil pembelajaran matematika, khususnya dalam

kemampuan pemecahan masalah matematika. Maka dari itu, guru diharapkan dapat

membangun disposisi matematis siswa yang positif pada saat pembelajaran

matematika.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka diperkirakan terdapat

pengaruh disposisi matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah


7

matematika. Akan tetapi hal tersebut perlu dibuktikan secara ilmiah, sehingga

peneliti terdorong untuk mengkaji lebih lanjut masalah tersebut dengan judul

“Pengaruh Disposisi Matematis Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Kelas X SMA Swasta Kecamatan Sukmajaya”. Penelitian

dilakukan pada siswa kelas X SMA Swasta di Kec. Sukmajaya Kota Depok Tahun

Ajaran 2021/2022.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Pendidikan merupakan pondasi penting dalam kehidupan manusia yang harus

dibangun sedini mungkin.

2. Dalam proses pembelajaran, matematika menjadi salah satu yang berperan

penting dalam pendidikan.

3. Diketahui bahwa pemecahan masalah menjadi salah satu kemampuan yang perlu

dicapai dalam pembelajaran matematika.

4. Dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran matematika, salah satu kemampuan

yang dikembangkan yaitu pemecahan masalah.

5. Berdasarkan data TIMSS dan PISA, kemampuan matematika siswa Indonesia

dapat dikatakan masih rendah.

6. Rendahnya kemampuan matematika siswa Indonesia telah mengindikasikan

bahwa terdapat permasalahan pada pembelajaran matematika.

7. Diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa rendah.


8

8. Siswa yang mempunyai pandangan negatif terhadap matematika cenderung

memiliki kesulitan pada kemampuan pemecahan masalah matematika Disposisi

matematis sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa.

9. Disposisi matematis sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa.

10. Disposisi matematis merupakan modal awal siswa dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran.

11. Pada proses pembelajaran, banyak siswa yang menganggap matematika sebagai

pelajaran yang rumit dan tidak penting untuk dipelajari.

12. Diperkirakan terdapat pengaruh disposisi matematis terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dalam penelitian ini peneliti

membatasi masalah pada pengaruh disposisi matematis terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika pada siswa kelas X di SMA Swasta Kec.

Sukmajaya Kota Depok tahun akademik 2021/2022. Materi untuk kemampuan

pemecahan masalah matematika adalah Trigonometri (Perbandingan

Trigonometri).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan, maka peneliti

merumuskan masalah yaitu apakah terdapat pengaruh disposisi matematis terhadap


9

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Swasta Kec.

Sukmajaya Kota Depok?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk membuktikan

pengaruh disposisi matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa kelas X SMA Swasta di Kec. Sukmajaya Kota Depok.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Secara Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan acuan

bagi penelitian sejenis yang akan dilakukan selanjutnya.

2. Manfaat Secara Praktis

a. Bagi guru matematika sebagai telaah kajian empiris yang dapat dijadikan

acuan menjalin komunikasi yang baik dengan siswa khususnya perihal

membangun disposisi matematis siswa dalam belajar matematika.

b. Bagi siswa sebagai masukan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat

meningkatan prestasi belajar Matematika siswa dengan cara menanamkan

disposisi matematis dalam belajar matematika.

c. Bagi peneliti lain sebagai wadah pengembangan pengetahuan teoritis hasil

penelitian berupa survei yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan

masalah dan juga disposisi matematis siswa.


BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR,

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teori

1. Hakikat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Pemecahan masalah matematika merupakan salah satu dari tujuan

pembelajaran matematika. Pemecahan masalah matematika adalah suatu

proses di mana seseorang dihadapkan pada konsep, keterampilan, dan proses

matematika untuk memecahkan masalah matematika (Roebyanto dan

Harmini, 2017: 16). Pemecahan masalah matematika bertujuan agar siswa

terlatih untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan yang telah

dipelajari sebelumnya. Dengan begitu, siswa dapat menggunakan

kemampuan tersebut untuk memecahkan masalah yang baru ditemuinya

seperti masalah non rutin pada soal matematika.

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2018: 84) kemampuan pemecahan

masalah matematika adalah kemampuan menyelesaikan masalah rutin, non

rutin, rutin terapan, rutin non-terapan, dan masalah non-rutin non-terapan

dalam bidang matematika. Hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran

matematika, siswa dihadapkan dengan berbagai jenis situasi yang berbeda.

Masalah rutin adalah masalah yang langkah penyelesaiannya hanya dengan

menggunakan rumus, teorema, atau dalil. Masalah non-rutin adalah masalah

10
11

yang langkah penyelesaiannya tidak sekedar menggunakan rumus atau

teorema melainkan membutuhkan perencanaan penyelesaian. Masalah rutin

terapan adalah masalah yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

Masalah rutin non-terapan adalah masalah yang langkah penyelesaiannya

melibatkan berbagai algoritma matematika. Masalah non-rutin terapan adalah

masalah yang penyelesaiannya mengharuskan perencanaan dengan

mengaitkan kehidupan sehari-hari. Masalah non-rutin non-terapan adalah

masalah yang hanya berkaitan dengan hubungan matematika semata.

Dalam pembelajaran matematika, salah satu bentuk soal yang sering

ditemukan yaitu soal non rutin yang mengandung konsep matematika berupa

soal cerita, penggambaran fenomena atau kejadian, ilustrasi gambar atau

teka-teki. Fitri dan Hasyim (2018: 48) mengungkapkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah matematika adalah kemampuan siswa untuk

menyelesaikan atau menemukan jawaban dari suatu pertanyaan yang terdapat

dalam suatu cerita, teks, dan tugas-tugas dalam pelajaran matematika.

Kemampuan tersebut dapat membantu siswa menganalisis masalah yang

terdapat pada soal cerita yang diberikan. Sehingga siswa dapat mengetahui

langkah apa yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan soal tersebut.

Pada dasarnya, kemampuan pemecahan masalah matematika adalah

suatu kemampuan matematika yang penting dan perlu dikuasai oleh siswa

yang belajar matematika (Hendriana, dkk., 2018: 43). Kemampuan tersebut

menjadi kemampuan dasar bagi siswa dalam memecahkan suatu

permasalahan matematika. Maka dari itu siswa dituntut untuk memiliki


12

kemampuan pemecahan masalah matematika. Adapun kemampuan yang

perrlu dikuasai seperti mengidentifikasi unsur-unsur, merumuskan

perencanaan dan menentukan strategi sehingga mendapatkan solusi

penyelesaian masalah.

Umayah, dkk. (2019: 88) berpendapat bahwa kemampuan pemecahan

masalah matematika adalah kemampuan yang dimiliki individu dalam

memahami, menganalisa, merencanakan dan menyelesaikan masalah sesuai

dengan suatu strategi atau metode yang dimiliki peserta didik, sehingga

mampu menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan aplikasi di

kehidupan sehari-hari. Dengan kemampuan pemecahan masalah matematika

yang dimiliki maka akan memudahkan siswa dalam menyelesaikan masalah

matematika yang dihadapinya. Siswa dapat memahami, menganalisa dan

merencanakan penyelesaian masalah. Setelah itu siswa dapat menentukan

strategi dari pengetahuan yang telah dipelajarinya untuk mendapatkan solusi

dari permasalahan tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah dipaparkan, dapat

disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika adalah

suatu kemampuan yang penting dan perlu dikuasai siswa ketika dihadapkan

pada konsep, keterampilan, dan proses matematika untuk memecahkan

masalah matematika berupa masalah rutin, non rutin, rutin terapan, rutin non-

terapan, dan masalah non-rutin non-terapan yang terdapat dalam suatu cerita,

teks, dan tugas-tugas dalam pelajaran matematika dengan cara memahami,


13

menganalisa, merencanakan dan menyelesaikan masalah sesuai dengan suatu

strategi atau metode yang dimiliki siswa.

b. Dimensi dan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Terdapat indikator-indikator tertentu yang mempengaruhi kemampuan

pemecahan masalah matematika. Menurut Sumarmo (dalam Ulvah dan

Afriansyah, 2016: 146), indikator kemampuan pemecahan masalah

matematika meliputi:

1) Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan


kecukupan unsur yang diperlukan.
2) Merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik.
3) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis
masalah baru) dalam atau diluar matematika.
4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan
awal.
5) Menggunakan matematik secara bermakna.

Dari indikator di atas disebutkan berbagai tahapan pemecahan masalah

matematika, antara lain mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui,

ditanyakan, dan diperlukan, merumuskan masalah dan model matematik,

menerapkan strategi penyelesaian masalah, menginterpretasikan hasil sesuai

permasalahan awal, dan menggunakan matematik secara bermakna.

Selain itu, Lestari dan Yudhanegara (2018: 85) menyebutkan indikator

kemampuan pemecahan masalah matematika sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan


kecukupan unsur yang diperlukan.
2) Merumuskan masalah matematis atau menyusun model matematis.
3) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah.
4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil penyelesaian masalah.

Berdasarkan teori di atas terdapat empat tahapan dari indikator pemecahan

masalah matematika, antara lain mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui,


14

ditanyakan, dan diperlukan, merumuskan masalah dan model matematis,

menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah, dan menjelaskan hasil

penyelesaian masalah.

Adapun beberapa indikator kemampuan pemecahan masalah

matematika menurut NCTM (dalam Mauleto, 2019: 128) adalah sebagai

berikut:

1) Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan


kecukupan unsur yang diperlukan.
2) Merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik
dari suatu atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya.
3) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis
dan masalah baru) dalam atau di luar matematika.
4) Menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai permasalahan asal
serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.
5) Menggunakan matematika secara bermakna.

Telah disebutkan di atas bahwa terdapat beberapa tahapan pemecahan

masalah meliputi mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan,

dan kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah atau menyusun

model matematik dari suatu atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya,

menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah,

menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan serta memeriksa kembali

kebenaran hasil, dan menggunakan matematika secara bermakna.

Menurut Polya (dalam Christina dan Adirakasiwi, 2021) terdapat 4

tahap yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah, yaitu:

1) Memahami masalah yang meliputi: mengidentifikasi unsur yang


diketahui, unsur yang ditanyakan, memeriksa kecukupan unsur
untuk penyelesaian masalah.
2) Menyusun rencana penyelesaian yang meliputi: mengaitkan unsur
yang diketahui dan ditanyakan lalu merumuskannya dalam bentuk
model matematika.
15

3) Melaksanakan rencana penyelesaian yang meliputi: memilih strategi


penyelesaiaan, mengelaborasi, dan melaksanakan perhitungan atau
menyelesaikan model matematika.
4) Memeriksa kembali hasil yang meliputi: memeriksa kembali
kebenaran solusi yang diperoleh.

Berdasarkan indikator yang telah disebutkan di atas, diketahui terdapat empat

tahapan dari indikator pemecahan masalah matematika antara lain memahami

masalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan rencana

penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

indikator kemampuan pemecahan masalah matematika meliputi:

1) Memahami masalah.
2) Menyusun rencana penyelesaian.
3) Melaksanakan rencana penyelesaian.
4) Memeriksa kembali hasil.

2. Hakikat Disposisi Matematis

a. Pengertian Disposisi Matematis

Disposisi matematis merupakan salah satu dari aspek afektif yang

memiliki pengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

Keberhasilan siswa dalam memecahkan masalah ditunjang dari aspek afektif

yang berhubungan dengan sikap siswa dalam proses pembelajaran

matematika. Sikap tersebut diantaranya yaitu minat dan keingintahuan,

kepercayaan diri, berpikiran terbuka, dan lain-lain, yang semua itu termasuk

ke dalam disposisi matematis. Hal tersebut senada dengan pendapat

Hendriana dan Soemarmo (2017: 128) bahwa disposisi matematis adalah

suatu sikap individu terhadap cara pandang atas matematika, yang akan
16

menampilkan perilaku rasa ingin tahu, tekun, percaya diri dan berminat

terhadap matematika.

Adapun pendapat menurut Maemanah dan Winarso (2019: 48) bahwa

disposisi matematis adalah ketertarikan, tindakan, apresiasi, serta cara

pandang positif terhadap matematika. Dalam belajar matematika tidak hanya

mempelajari konsep, prosedur, dan aplikasi, namun juga termasuk

mengembangkan disposisi terhadap matematika. Dengan cara pandang yang

positif terhadap matematika maka siswa dapat lebih mengapresiasi peran

matematika. Dengan demikian, dapat mengurangi anggapan siswa bahwa

matematika itu sulit, tidak penting dan tidak berguna.

Menurut Diningrum, dkk. (2018: 357) disposisi matematis adalah

kecenderungan untuk berpikir dan bertindak dengan cara yang positif dalam

belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika.

Disposisi siswa terhadap matematika terwujud melalui sikap dan tindakan

dalam memilih pendekatan menyelesaikan masalah. Sikap tersebut

ditunjukkan dengan rasa percaya diri, keingintahuan yang tinggi, tekun, dan

merasa tertantang serta kecenderungan siswa merefleksikan cara berpikir

yang dilakukannya. Dengan disposisi matematis yang positif tentunya dapat

membantu siswa dalam proses pembelajaran matematika.

Selain itu, Hakim (2019: 558) berpendapat bahwa disposisi matematis

siswa adalah sikap positif yang melekat pada diri setiap individu berupa

kecenderungan untuk sadar, sukarela, teratur, ulet, gigih, percaya diri, dan

tekun dalam berperilaku yang mengarah pada pencapaian tujuan


17

pembelajaran matematika. Dengan sikap positif yang melekat pada diri siswa,

maka tidak ada rasa terbebani bagi siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran matematika. Kecenderungan sikap seperti ulet, gigih, percaya

diri dan tekun akan mendorong ketertarikan siswa pada saat pembelajaran

matematika. Oleh sebab itu, disposisi matematis sangat diperlukan sebagai

alat bantu memahami situasi khususnya dalam pemecahan masalah

matematika.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa disposisi

matematis adalah sikap, tindakan, dan cara pandang yang positif terhadap

matematika yang terwujud berupa rasa ingin tahu, percaya diri, tekun,

berminat dan apresiasi terhadap matematika.

b. Dimensi dan Indikator Disposisi Matematis

Adapun beberapa indikator disposisi matematis menurut National

Council of Teacher of Mathematics (NCTM) (dalam Harahap, 2017: 7), yaitu

sebagai berikut:

1) Rasa percaya diri, ekspektasi dan metakognisi,


2) Gairah dan perhatian serius dalam belajar matematika,
3) Kegigihan dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah,
4) Rasa ingin tahu yang tinggi,
5) Kemampuan berbagi pendapat dengan orang lain.

Berdasarkan teori di atas terdapat lima indikator disposisi matematis, antara

lain rasa percaya diri, serius dalam belajar matematika, kegigihan dalam

menyelesaikan masalah, rasa ingin tahu yang tinggi, dan kemampuan berbagi

pendapat dengan orang lain.


18

Hampir serupa dengan pendapat National Council of Teacher of

Mathematics (NCTM), menurut Hendriana dan Soemarmo (2017) indikator

disposisi matematis yaitu meliputi:

1) Rasa percaya diri;


2) Fleksibel;
3) Tekun mengerjakan tugas;
4) Minat dan keingintahuan;
5) Merefleksikan penalaran sendiri.

Telah disebutkan di atas bahwa terdapat beberapa indikator disposisi

matematis meliputi rasa percaya diri, fleksibel, tekun mengerjakan tugas,

minat dan keingintahuan, dan merefleksikan penalaran sendiri.

Selanjutnya, Polking (dalam Hendriana, dkk., 2018: 130) merinci

indikator disposisi matematis sebagai berikut:

1) Rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, memecahkan


masalah, memberi alasan dan mengkomunikasikan ide matematis;
2) Bersifat lentur dalam menyelidiki ide matematis dan berusaha
mencari metode alternatif dalam memecahkan masalah matematis;
3) Tekun mengerjakan tugas matematis;
4) Menunjukkan minat, rasa ingin tahu, dan daya temu dalam
melakukan tugas matematis;
5) Cenderung memonitor, merefleksikan penampilan dan penalaran
mereka sendiri;
6) Menilai aplikasi matematika ke dalam situasi lain dalam matematika
dan dalam pengalaman sehari-hari;
7) Memberikan apresiasi peran matematika dalam kultur dan nilai, dan
sebagai alat, dan sebagai bahasa.

Berdasarkan indikator yang telah disebutkan di atas, diketahui indikator

disposisi matematis antara lain rasa percaya diri, bersifat lentur dalam

memecahkan masalah matematis, tekun dalam mengerjakan tugas

matematika, menunjukkan minat dan rasa ingin tahu, merefleksikan


19

penampilan dan penalaran sendiri, menilai aplikasi matematika dalam situasi

lain, dan memberikan apresiasi peran matematika.

Selain itu, Hakim (2019: 559) juga menyebutkan beberapa indikator

pada disposisi matematis, meliputi:

1) Kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah matematika,


mengkomunikasikan ide-ide matematis, dan memberi alasan logis;
2) Fleksibel dalam mengeksplorasi ide-ide matematis dan mencoba
berbagai metode untuk memecahkan masalah;
3) Bertekad kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika yang
ditunjukkan dalam sikap kegigihan, ketekunan serta antusias yang
tinggi;
4) Rasa ingin tahu untuk menemukan sesuatu yang baru dalam
mengerjakan matematika;
5) Kemampuan melakukan refleksi untuk memonitor proses berpikir
dan kinerja;
6) Mengaplikasikan matematika dalam bidang lain dan dalam
kehidupan sehari-hari; dan
7) Penghargaan peran matematika dalam kultur dan nilai, baik
matematika sebagai alat, maupun matematika sebagai bahasa.

Dari yang telah disebutkan di atas, terdapat berbagai indikator disposisi

matematis antara lain kepercayaan diri, fleksibel, bertekad kuat, rasa ingin

tahu, kemampuan melakukan refleksi, mengaplikasikan matematika dalam

kehidupan sehari-hari, dan menghargai peran matematika.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan, dapat

disimpulkan bahwa dimensi dan indikator bagian dari dimensi disposisi

matematis meliputi:

1) Rasa percaya diri, dapat percaya diri dalam menyelesaikan masalah


matematika dan mampu mengkomunikasikan ide-ide matematis.
2) Fleksibel, dapat mengeksplorasi ide-ide matematis dan mencari
berbagai metode untuk memecahkan masalah matematis.
3) Tekun, dapat menyelesaikan tugas matematis dengan kegigihan dan
memiliki antusias yang tinggi.
4) Rasa ingin tahu, menunjukkan minat dan daya temu dalam
mengerjakan tugas matematika.
20

5) Refleksi, dapat memonitor proses berpikir dan hasil kinerja.


6) Mengaplikasikan matematika, dapat menggunakan matematika
dalam bidang lain dan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Penelitian Relevan

Penelitian ini secara keseluruhan ditunjang oleh berbagai sumber yang

menjadi rujukan. Berikut ini beberapa penelitian lain yang relevan dengan

penelitian ini, antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Gisela Elfira Mayratih, Samuel Igo Leton, dan

Irmina Veronika Uskono (2019) yang berjudul “Pengaruh Disposisi Matematis

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa”. Pada penelitian

tersebut menggunakan penelitian kuantitatif terhadap 30 siswa dengan hasil

penelitian menunjukkan besar koefisien korelasi variable bebas atas variable

terikat sebesar 0.753, nilai ini menunjukkan terdapat korelasi yang kuat antara

disposisi matematis dengan kemampuan pemecahan masalah matematika. Besar

koefisien determinasi 50.08% yang artinya 50,08% kemampuan pemecahan

masalah matematika dipengaruhi oleh disposisi matematis, sedangkan sisanya di

pengaruhi oleh faktor lain. Dari analisis korelasi sederhana diperoleh besar

koefisien t hitung = 3.296 > t tabel = 2.048 sehingga terdapat pengaruh yang

signifikan dan positif antara disposisi matematis terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Riva Rezita (2020) yang berjudul “Pengaruh

Disposisi Matematis Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Mata

Pelajaran Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA N 2 Bukittinggi Tahun

Pelajaran 2020/2021”. Jenis penelitian yang digunakan yaitu pendekatan


21

kuantitatif dengan hasil penelitian menunjukkan besar koefisien korelasi

variabel bebas atas variabel terikat sebesar 0,642. Nilai ini menunjukkan terdapat

korelasi yang kuat antara disposisi matematis dengan kemampuan pemecahan

masalah matematika. Besar koefisien determinasi 41,2% yang artinya 41,2%

kemampuan pemecahan masalah matematika dipengaruhi oleh disposisi

matematis, sedangkan sisanya di pengaruhi oleh faktor lain. Dari analisis

korelasi sederhana diperoleh besar koefisien t hitung = 4,924 > t tabel = 1,645

sehingga terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara disposisi

matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Apri Kurniawan dan Gida Kadarisma (2020)

yang berjudul “Pengaruh Disposisi Matematis Terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Siswa SMP”. Penelitian ini menggunakan penelitian

korelasional dengan hasil penelitian menunjukkan besar koefisien korelasi

variabel bebas atas variabel terikat sebesar 0,556. Nilai ini menunjukkan terdapat

korelasi yang kuat antara disposisi matematis dengan kemampuan pemecahan

masalah matematika. Besar koefisien determinasi 30,9% yang artinya 30,9%

kemampuan pemecahan masalah matematika dipengaruhi oleh disposisi

matematis, sedangkan sisanya di pengaruhi oleh faktor lain. Dari analisis

korelasi sederhana diperoleh besar koefisien t hitung = 3.605 > t tabel = 1.155

sehingga terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara disposisi

matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.


22

C. Kerangka Berpikir

Disposisi matematis adalah kecenderungan memandang matematika secara

positif yang terwujud dengan sikap ingin tahu, percaya diri, tekun, antusias dan

mengapresiasi matematika pada saat pembelajaran matematika. Keberhasilan siswa

dalam memecahkan masalah matematika juga ditunjang dari sikap siswa dalam

proses pembelajaran, misalnya minat dan keingintahuan, kepercayaan diri,

berpikiran terbuka, dan lain-lain, yang semua itu termasuk kedalam disposisi

matematis. Hal tersebut dikarenakan dalam belajar matematika tidak hanya

mempelajari konsep, prosedur, dan aplikasi, namun juga termasuk

mengembangkan disposisi terhadap matematika dan mengapresiasi matematika

sebagai alat bantu yang ampuh untuk memahami situasi. Maka dari itu, dalam

kegiatan pembelajaran disposisi matematis sangat dibutuhkan. Sebab akan

mempengaruhi kesiapan siswa dalam menerima pelajaran.

Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan seseorang

dalam memecahkan masalah matematika yang tidak rutin dengan cara

mengidentifikasi data, merencanakan strategi penyelesaian, dan mengaplikasikan

pengetahuan yang dimiliki untuk mendapatkan solusi dalam menyelesaikan

masalah matematika. Dalam pemecahan masalah matematika siswa harus merasa

terpacu untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Sebab, bila siswa memiliki

rasa terpacu atau tertantang maka siswa akan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,

antusias, dan percaya diri untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Oleh karena

itu, dibutuhkannya sikap positif siswa terhadap pemecahan masalah matematika.


23

Disposisi matematis dalam pembelajaran matematika merupakan bagian yang

sangat penting untuk mendorong minat dan ketertarikan siswa dalam

menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Dengan disposisi matematis yang

positif akan membuat siswa merasa percaya diri dalam menyelesaikan

permasalahan matematika yang dihadapinya. Selain itu, siswa juga memiliki

ketahanan yang cukup kuat dalam menemukan solusi dari permasalahan tersebut

karena memiliki antusias yang tinggi. Bila siswa telah memiliki disposisi matematis

yang positif terhadap matematika tentunya akan memudahkan siswa dalam proses

pembelajaran matematika, khususnya pada pemecahan masalah matematika.

Berdasarkan uraian di atas, diduga bahwa disposisi matematis berpengaruh

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Hal ini mungkin terjadi

karena disposisi matematis siswa yang positif akan menimbulkan rasa percaya diri,

minat dan antusias terhadap matematika sehingga dapat mendukung siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika yang sedang dihadapinya.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Oleh sebab itu, rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori maka

hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat pengaruh disposisi matematis terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X di SMA Swasta Kec.

Sukmajaya Kota Depok tahun ajaran 2021/2022.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Yaspen Tugu Ibu Depok dan SMA

Yapemri Depok. Hal tersebut dikarenakan keduanya merupakan SMA Swasta

yang berada di Kec. Sukmajaya Kota Depok dan masing-masing sekolah

memiliki akreditasi A. SMA Yaspen Tugu Ibu Depok beralamat di Jl. Sentosa

Raya No.2, Mekar Jaya, Kec. Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat dan SMA

Yapemri Depok beralamat di Jl. Agung Raya Ujung No.3, Abadi Jaya, Kec.

Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat. Adapun rincian data jumlah siswa

berdasarkan jenjang kelas yang ada di SMA tersebut, sebagai berikut:

Tabel 2
Data Jumlah Siswa SMA Swasta
Kec. Sukmajaya Kota Depok Tahun Ajaran 2021/2022

Kelas Jumlah
No. SMA Swasta Kec. Sukmajaya
X XI XII Siswa

1. Yaspen Tugu Ibu Depok 288 278 284 850


2. Yapemri Depok 250 205 173 628
Sumber: TU SMA Yaspen Tugu Ibu Depok dan SMA Yapemri Depok

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2021/2022

yang diperkirakan membutuhkan waktu lima bulan yaitu pada bulan Maret

hingga bulan Juli 2022. Adapun rincian kegiatan dan jadwal penelitian

ditampilkan sebagai berikut:

24
25

Tabel 3
Jadwal Penelitian
Bulan / Minggu ke-
No. Kegiatan Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul Penelitian √
2. Observasi Pra Penelitian √
3. Perizinan Tempat Penelitian √
4. Penyusunan Proposal √
5. Pembuatan Instrumen √
6. Validasi Instrumen √
7. Pengambilan Data √
8. Pengolahan dan Analisa Data √
9. Penyusunan Laporan √

B. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei korelasional dengan pendekatan

kuantitatif. Penelitian tersebut digunakan untuk meneliti karakteristik atau

hubungan disposisi matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei.

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2018: 114) metode survey merupakan suatu

teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar

pertanyaan yang diajukan kepada responden.

2. Desain Penelitian

Pada penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah analisis

regresi sederhana untuk melihat pengaruh antara variabel bebas (X) dengan variabel

terikat (Y). Adapun desain untuk menggambarkan hubungan antara variabel

tersebut, seperti pada diagram berikut:


26

rxy
X Y

Gambar 1
Desain Penelitian

Keterangan:

X : Disposisi Matematis

Y : Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

rxy : Koefisien Korelasi X terhadap Y

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Menurut Lestari dan Yudhanegara (2018: 101) populasi adalah

keseluruhan objek/subjek dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

menetapkan populasi sebagai berikut:

a. Populasi Target

Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran dalam penelitian.

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA

Yaspen Tugu Ibu Depok dan SMA Yapemri Depok.

b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah populasi yang mungkin atau dapat

seluruhnya diteliti. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa

kelas X jurusan IPA SMA Yaspen Tugu Ibu Depok dan SMA Yapemri Depok

pada tahun ajaran 2021/2022.


27

Tabel 4
Populasi Terjangkau
No. SMA Jumlah Siswa X IPA
1. Yaspen Tugu Ibu Depok 144
2. Yapemri Depok 132
Jumlah Total 276
Sumber: TU SMA Yaspen Tugu Ibu Depok dan SMA Yapemri Depok

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Lestari dan Yudhanegara, 2018: 101). Mengacu pada pendapat

Arikunto (dalam Hevriansyah dan Megawanti, 2016: 40) bahwa apabila

subjeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya lebih besar

dari seratus, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Oleh karena

itu, diketahui jumlah populasi terjangkau sebesar 144 siswa di SMA Yaspen

Tugu Ibu Depok dan 132 siswa di SMA Yapemri Depok (lebih dari seratus),

maka peneliti mengambil sampel sebanyak 25% dari jumlah populasi

terjangkau, yang berarti sebanyak 36 siswa di SMA Yaspen Tugu Ibu Depok dan

33 siswa di SMA Yapemri Depok yang akan dijadikan sampel penelitian.

Tabel 5
Sampel Penelitian
No. SMA Jumlah Sampel
1. Yaspen Tugu Ibu Depok 36
2. Yapemri Depok 33
Jumlah Total 69

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

multistage random sampling. Multistage random sampling adalah penentuan


28

sampel berdasarkan pembagian suatu daerah secara bertingkat, kemudian

diambil secara acak untuk tiap daerah tersebut (Solinar, dkk., 2012: 31). Adapun

beberapa tahap yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:

a. Teknik Purposive Sampling

Menurut Andrian (2019: 38), purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik tersebut digunakan

untuk menentukan sekolah tempat penelitian, yaitu SMA Yaspen Tugu Ibu

Depok dan SMA Yapemri Depok. Sekolah tersebut dipilih sebagai tempat

penelitian dikarenakan berada pada satu kecamatan yang sama yaitu Kec.

Sukmajaya dan memiliki akreditasi yang sama yaitu A.

b. Teknik Proportional Random Sampling

Menurut Riyanto (dalam Elisabeth, dkk., 2021: 2), proportional

random sampling adalah teknik pengambilan sampel secara acak dengan

mempertimbangkan proporsi dan pertimbangan antara jumlah anggota

populasi. Teknik tersebut digunakan untuk menentukan jumlah sampel yang

digunakan pada tiap sekolah tempat penelitian.

c. Teknik Simple Random Sampling

Menurut Hasnunidah (2017: 66) dalam pengambilan sampel

menggunakan teknik simple random sampling, semua individu memiliki

kemungkinan kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai subjek. Teknik

tersebut digunakan untuk menentukan anggota sampel yang digunakan pada

tiap sekolah tempat penelitian.


29

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data berisi tentang teknik untuk mendapatkan data-data

yang diperlukan dalam penelitian. Hal-hal yang diperhatikan dalam pengumpulan

data pada penelitian ini adalah:

1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan apa yang menjadi fokus dalam suatu penelitian.

Adapun variabel yang ingin diteliti dalam penelitian ini, yaitu:

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

penyebab bagi variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

bebas adalah disposisi matematis.

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat dari variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat

adalah kemampuan pemecahan masalah matematika.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa kelas X SMA

Yaspen Tugu Ibu Depok dan SMA Yapemri Depok, seperti pada tabel berikut:

Tabel 6
Sumber Data
Variabel Penelitian Sumber Data
Disposisi Matematis (X) Siswa
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika (Y) Siswa
30

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, seperti

pada tabel berikut:

Tabel 7
Teknik Pengumpulan Data
Variabel Penelitian Teknik Pengumpulan Data
Disposisi Matematis (X) Angket
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika (Y) Tes Essay

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Disposisi Matematis

a. Definisi Konseptual

Disposisi matematis adalah sikap, tindakan, dan cara pandang yang

positif terhadap matematika yang terwujud berupa rasa ingin tahu, percaya

diri, tekun, berminat dan apresiasi terhadap matematika. Dengan disposisi

matematis siswa yang positif, siswa dapat menyelesaikan masalah

matematika dengan percaya diri, fleksibel dan memiliki ketekunan, minat

yang tinggi, serta rasa ingin tahu dalam menyelidiki gagasan.

b. Definisi Operasional

Disposisi matematis adalah skor yang menunjukkan sikap, tindakan,

dan cara pandang yang positif terhadap matematika yang terwujud berupa

rasa ingin tahu, percaya diri, tekun, berminat dan apresiasi terhadap

matematika yang diukur dengan seperangkat pernyataan dalam angket yang

diberikan, yaitu sebanyak 35 butir pernyataan. Adapun dimensi disposisi

matematis yang digunakan adalah (1) rasa percaya diri; (2) fleksibel; (3)
31

tekun; (4) rasa ingin tahu; (5) refleksi; dan (6) mengaplikasikan matematika.

Pemberian skor angket dalam penelitian ini menggunakan perhitungan skala

likert, yaitu sebagai berikut:

Tabel 8
Skala Skor Instrumen Angket Disposisi Matematis
Jawaban
Pernyataan Kadang- Tidak
Selalu Sering Jarang
kadang Pernah
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5

c. Kisi-kisi Instrumen Angket Disposisi Matematis

Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukkan kaitan antara variabel

yang diteliti dengan sumber data dari data yang diambil dan metode yang

digunakan. Adapun kisi-kisi instrumen disposisi matematis adalah sebagai

berikut:

Tabel 9
Kisi-kisi Instrumen Angket Disposisi Matematis
Butir Soal
No. Dimensi Indikator Jumlah
Positif Negatif
Percaya diri dalam
1. Rasa Percaya Diri menyelesaikan masalah
matematika
1,5,6 2,3,4 6
Mampu
mengkomunikasikan ide-ide
matematis
Mampu mengeksplorasi
2. Fleksibel
ide-ide matematis
Mencari berbagai metode 7,9,10,12 8,11 6
untuk memecahkan masalah
matematis
Menyelesaikan tugas
3. Tekun matematika dengan
kegigihan 13,16,17 14,15 5
Memiliki antusias yang
tinggi
4. Rasa Ingin Tahu Menunjukkan minat
Memiliki daya temu dalam 18,19,21 20,22,23 6
mengerjakan tugas
matematika
32

Butir Soal
No. Dimensi Indikator Jumlah
Positif Negatif
Mampu memonitor proses
5. Refleksi
berpikir
25,26,28,29 24,27 6
Mampu memonitor hasil
kerja
Menggunakan matematika
6.
Mengaplikasikan dalam bidang lain
31,32,34,35 30,33 6
matematika Menggunakan matematika
dalam kehidupan sehari-hari
Jumlah 35

d. Uji Coba Instrumen

1) Uji Validitas Butir Angket

Menurut Arikunto (2012:80) sebuah angket dikatakan valid apabila

angket tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Validitas adalah suatu

alat ukur yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan

suatu instrumen. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengujian

terhadap kelayakan atau kesesuaian isi angket menggunakan rumus

korelasi product moment dari Pearson, yaitu:

𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√[𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 ][𝑛 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 ]

Keterangan:

𝑟𝑥𝑦 : koefisien korelasi antara variabel x dan y

𝑛 : banyaknya responden

X : skor item

Y : skor total item

Setelah mendapatkan nilai 𝑟𝑥𝑦 , kemudian membandingkan nilai 𝑟𝑥𝑦

atau 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 product moment dengan terlebih dahulu

menetapkan derajat kebebasan dengan rumus dk = n = 30. Dengan


33

diperoleh dk, maka dapat dicari nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 product moment pada taraf

signifikan 5%. Kriteria pengujiannya adalah:

𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka butir soal valid

𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka butir soal tidak valid

Tabel 10
Uji Validitas Instrumen Disposisi Matematis
No. Butir rhitung rtabel Keterangan No. Butir rhitung rtabel Keterangan
1 0,714 0,361 Valid 19 0,178 0,361 Tidak Valid
2 0,381 0,361 Valid 20 0,252 0,361 Tidak Valid
3 0,519 0,361 Valid 21 0,569 0,361 Valid
4 0,292 0,361 Tidak Valid 22 0,382 0,361 Valid
5 0,554 0,361 Valid 23 0,549 0,361 Valid
6 0,226 0,361 Tidak Valid 24 0,611 0,361 Valid
7 0,478 0,361 Valid 25 0,011 0,361 Tidak Valid
8 0,434 0,361 Valid 26 0,454 0,361 Valid
9 0,432 0,361 Valid 27 0,391 0,361 Valid
10 0,140 0,361 Tidak Valid 28 0,054 0,361 Tidak Valid
11 0,446 0,361 Valid 29 0,666 0,361 Valid
12 0,331 0,361 Tidak Valid 30 0,589 0,361 Valid
13 0,596 0,361 Valid 31 0,397 0,361 Valid
14 0,513 0,361 Valid 32 0,195 0,361 Tidak Valid
15 0,498 0,361 Valid 33 0,469 0,361 Valid
16 0,660 0,361 Valid 34 0,543 0,361 Valid
17 0,372 0,361 Valid 35 0,055 0,361 Tidak Valid
18 0,442 0,361 Valid

Berdasarkan hasil dari pengujian terhadap kelayakan atau

kesesuaian isi angket menggunakan rumus korelasi product moment, dari

35 butir angket disposisi matematis terdapat 25 butir pernyataan valid dan

10 butir pernyataan tidak valid. Dengan begitu, maka yang akan digunakan

untuk penelitian adalah pernyataan valid yang berjumlah 25 butir.

2) Uji Reliabilitas Angket

Untuk menguji reliabilitas angket digunakan rumus alpha croncbach

sebagai berikut:
34

(∑ 𝑋)2
𝑘 ∑ 𝑠𝑖2 ∑ 𝑋 2−
𝑟11 = ( ) (1 − ) dimana rumus 𝑠𝑡2 = 𝑛
𝑘−1 𝑠𝑡2 𝑛

Keterangan:

𝑟11: koefisien reliabilitas

𝑘 : banyaknya butir soal yang valid

𝑠𝑖2 : varians skor butir ke-i

𝑠𝑡2 : varians skor total

𝑛 : banyaknya responden

Tolok ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen

ditentukan berdasarkan kriteria Guildford sebagai berikut:

0,800 < 𝑟11 < 1,000 : reliabilitas sangat tinggi

0,600 < 𝑟11 < 0,799 : reliabilitas tinggi

0,400 < 𝑟11 < 0,599 : reliabilitas sedang

0,200 < 𝑟11 < 0,399 : reliabilitas rendah

0,000 < 𝑟11 < 0,199 : reliabilitas sangat rendah

Dari hasil perhitungan, nilai reliabilitas dari instrumen disposisi

matematis butir yang valid adalah sebesar 0,887. Maka dapat disimpulkan

bahwa penelitian instrument ini reliabilitas sangat tinggi.

2. Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

a. Definisi Konseptual

Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah suatu kemampuan

yang penting dan perlu dikuasai siswa ketika dihadapkan pada konsep,

keterampilan, dan proses matematika untuk memecahkan masalah

matematika berupa masalah rutin, non rutin, rutin terapan, rutin non-terapan,
35

dan masalah non-rutin non-terapan yang terdapat dalam suatu cerita, teks, dan

tugas-tugas dalam pelajaran matematika dengan cara memahami,

menganalisa, merencanakan dan menyelesaikan masalah sesuai dengan suatu

strategi atau metode yang dimiliki siswa. Kemampuan ini bertujuan agar

siswa memiliki kemampuan untuk merumuskan solusi dalam menyelesaikan

permasalahan matematika pada pembelajaran matematika.

b. Definisi Operasional

Kemampuan pemecahan masalah matematika yang dimaksud adalah

skor tentang suatu kemampuan yang penting dan perlu dikuasai siswa ketika

dihadapkan pada konsep, keterampilan, dan proses matematika untuk

memecahkan masalah matematika berupa masalah rutin, non rutin, rutin

terapan, rutin non-terapan, dan masalah non-rutin non-terapan yang terdapat

dalam suatu cerita, teks, dan tugas-tugas dalam pelajaran matematika dengan

cara memahami, menganalisa, merencanakan dan menyelesaikan masalah

sesuai dengan suatu strategi atau metode yang dimiliki siswa yang dihasilkan

dari tes essay sebanyak 5 butir, yang berkaitan dengan kemampuan

pemecahan masalah matematika. Setiap soal mencakup indikator-indikator

kemampuan pemecahan masalah matematika yang terdiri dari (1) memahami

masalah; (2) menyusun rencana penyelesaian; (3) melaksanakan rencana

penyelesaian; dan (4) memeriksa kembali hasil. Kemudian, secara teknis

untuk pemberian skor tes pada kemampuan pemecahan masalah matematika

terdapat kriteria seperti pada tabel berikut:


36

Tabel 11
Kriteria Skor Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Aspek yang Dinilai dan Rubik Penilaian Skor
a. Memahami masalah
1. Benar 2
2. Salah atau tidak ada jawaban 0
b. Rencana strategi pemecahan masalah
1. Benar 6
2. Salah atau tidak ada jawaban 2
3. Tidak membuat 0
c. Proses melakukan strategi pemecahan masalah
1. Benar 10
2. Hampir benar 8
3. Yang benar dan salah seimbang 6
4. Sebagian kecil benar 4
5. Salah 2
6. Tidak menghitung 0
d. Menuliskan jawaban permasalahan
1. Benar 2
2. Salah 0
Skor minimal = 0, skor maksimal = 20

c. Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Adapun kisi-kisi instrumen kemampuan pemecahan masalah

matematika yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 12
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Tahapan Kemampuan
Kompetensi Pemecahan Masalah Butir Ranah Skor
Indikator
Dasar Soal Kognitif Maks
1 2 3 4
Siswa dapat menggunakan
sudut elevasi dan sudut 1 C3 20
depresi untuk menentukan
Menyelesaikan nilai perbandingan √ √ √ √ 3 C3 20
masalah yang trigonometri yang
berkaitan dengan berkaitan dengan segitiga 5 C3 20
Trigonometri siku-siku
dalam pemecahan Siswa dapat menentukan
masalah sehari- besar sudut elevasi dan 2 C3 20
hari sudut depresi dari nilai
√ √ √ √
perbandingan trigonometri
yang berkaitan dengan 4 C3 20
segitiga siku-siku
Total Skor 100
37

Keterangan Tahapan Kemampuan Pemecahan Masalah:


1. Tahap memahami masalah.
2. Tahap menyusun rencana penyelesaian.
3. Tahap melaksanakan rencana penyelesaian.
4. Tahap memeriksa kembali hasil.

d. Uji Coba Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes soal essay

materi trigonometri. Soal tersebut terdiri dari beberapa soal variatif sesuai

dengan indikator kemampuan pemecahan masalah matematika. Hasil uji coba

instrumen akan digunakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, dan

tingkat kesukaran dari tiap butir soal.

1) Uji Validitas Butir Soal

Untuk uji validitas butir soal bentuk tes uraian (essay) digunakan

rumus korelasi product moment dari Pearson, yaitu:

𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√[𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 ][𝑛 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 ]

Keterangan:

𝑟𝑥𝑦 : koefisien korelasi antara variabel x dan y

𝑛 : banyaknya responden

X : skor item

Y : skor total item

Setelah mendapatkan nilai 𝑟𝑥𝑦 , kemudian membandingkan nilai 𝑟𝑥𝑦

atau 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 product moment dengan terlebih dahulu

menetapkan derajat kebebasan dengan rumus dk = n = 30. Dengan


38

diperoleh dk, maka dapat dicari nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 product moment pada taraf

signifikan 5%. Kriteria pengujiannya adalah:

𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka butir soal valid

𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka butir soal tidak valid

Berikut ini rekapitulasi hasil uji validitas instrumen kemampuan

pemecahan masalah matematika:

Tabel 13
Uji Validitas Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
No. Butir Soal rhitung rtabel Keterangan
1 0,643 0,361 Valid
2 0,788 0,361 Valid
3 0,779 0,361 Valid
4 0,794 0,361 Valid
5 0,704 0,361 Valid

Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa dari 5 butir soal essay,

terdapat 5 butir soal dinyatakan valid karena memenuhi ketentuan

pengujian validitas soal. Oleh karena itu, 5 butir soal tersebut digunakan

sebagai instrumen pada penelitian ini.

2) Uji Reliabilitas Soal

Untuk menguji reliabilitas soal digunakan rumus alpha croncbach

sebagai berikut:
(∑ 𝑋)2
𝑘 ∑ 𝑠𝑖2 ∑ 𝑋2−
𝑟11 = ( ) (1 − ) dimana rumus 𝑠𝑡2 = 𝑛
𝑘−1 𝑠𝑡2 𝑛

Keterangan:

𝑟11: koefisien reliabilitas

𝑘 : banyaknya butir soal yang valid

𝑠𝑖2 : varians skor butir ke-i


39

𝑠𝑡2 : varians skor total

𝑛 : banyaknya responden

Tolok ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen

ditentukan berdasarkan kriteria Guildford sebagai berikut:

0,800 < 𝑟11 < 1,000 : reliabilitas sangat tinggi

0,600 < 𝑟11 < 0,799 : reliabilitas tinggi

0,400 < 𝑟11 < 0,599 : reliabilitas sedang

0,200 < 𝑟11 < 0,399 : reliabilitas rendah

0,000 < 𝑟11 < 0,199 : reliabilitas sangat rendah

Dari hasil perhitungan, nilai reliabilitas dari instrumen kemampuan

pemecahan masalah matematika adalah sebesar 0,776. Maka dapat

disimpulkan bahwa penelitian instrumen ini reliabilitas tinggi.

3) Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal

Untuk menguji tingkat kesukaran soal digunakan rumus berikut:


𝑋̅
𝑇𝐾 =
𝑆𝑀𝐼

Keterangan:

TK : Indeks Tingkat Kesukaran

𝑋̅ : Nilai rata-rata tiap butir soal

SMI : Skor Maksimum Ideal

Kriteria indeks tingkat kesukaran soal:

0,00 = Terlalu Sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 = Sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 = Sedang


40

0,70 < IK ≤ 1,00 = Mudah

1,00 = Terlalu Mudah

Tabel 14
Uji Kesukaran Instrumen Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
No. Butir Soal Koef. Tingkat Kesukaran Keterangan
1 0,783 Mudah
2 0,697 Sedang
3 0,770 Mudah
4 0,627 Sedang
5 0,653 Sedang

F. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Deskriptif

a. Penyajian Data
Data yang telah dikumpulkan, kemudian disajikan dalam bentuk tabel

distribusi data berkelompok. Kegunaan data tersebut untuk memudahkan

dalam penyajian data agar lebih sederhana. Pada tabel distribusi frekuensi,

menurut aturan Sturges, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam

menentukan kategori kelas, diantaranya:

1) Urutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar

2) Hitung jarak atau rentangan (R)

R = data tertinggi – data terendah

3) Hitung jumlah kelas (K)

Jumlah kelas (K) = 1 + 3,3 log n

Keterangan:

n = jumlah data
41

4) Menentukan panjang interval (P)

𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑅)
𝑃=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 (𝐾)

5) Tentukan batas data terendah atau ujung data pertama, dilanjutkan

menghitung kelas interval, caranya menjumlahkan ujung bawah kelas

sampai pada data akhir ujung data kelas pertama nilainya sama dengan

lebih rendah dari data terkecil.

6) Buat tabel sementara (tabulasi data) dengan cara diitung menggunakan

aturan Struges, dapat pula dilakukan secara judgement yaitu banyaknya

kelas berkisar antara 5 sampai dengan 15 kelas

7) Membuat tabel distribusi frekuensi dengan cara menentukan ujung bawah

dan ujung atas tiap kelas interval, menghitung banyaknya frekuensi data

untuk masing-masing kelas interval.

8) Menggambar grafik histogram dengan menentukan tepi bawah dan tepi

atas untuk masing-masing kelas interval

9) Menggambar grafik frekuensi dengan menentukan nilai tengah masing-

masing kelas interval

b. Pengolahan Data

Ada beberapa jenis ukuran nilai pusat atau letak, yaitu:

1) Menentukan retara hitung (Mean), dengan rumus:


∑ 𝑓 𝑖 𝑋𝑖
𝑋̅ = ∑ 𝑓𝑖

Keterangan:

∑𝑓𝑖 𝑋𝑖 : jumlah data variabel 𝑋𝑖 . 𝐹𝑖

∑𝑓𝑖 : jumlah data sampel


42

2) Menentukan Median (Me), dengan rumus:

1
𝑛−𝐹
𝑀𝑒 = 𝑇𝑏 + 𝑝 [2 ]
𝑓

Keterangan:

Tb : Tepi batas bawah kelas median

p : Panjang interval/kelas median

n : jumlah seluruh frekuensi

F : Jumlah frekuensi sebelum kelas median

f : Frekuensi kelas median

3) Menentukan Modus (Mo), dengan rumus:

𝑏1
𝑀𝑜 = 𝑇𝑏 + 𝑝 [ ]
𝑏1 + 𝑏2

Keterangan:

Tb : Tepi batas bawah kelas modus

p : Panjang kelas/interval

𝑏1 : Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi satu kelas sebelumnya

𝑏2 : Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi satu kelas berikutnya

4) Menentukan Varians (𝑆 2 )

(∑𝑓𝑖𝑋𝑖)²
∑𝑓𝑖𝑋𝑖 2 −
2
𝑆 = 𝑛
𝑛−1

5) Menentukan Simpangan Baku (S), dengan rumus:

𝑆 = √𝑠 2
43

2. Uji Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi

Kuadrat. Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji Chi Kuadrat, yaitu:

Pertama-tama diawali dengan menentukan taraf signifikansi, misalnya 𝛼 =

0,05 untuk menguji hipotesis:

𝐻0 : Data berdistribusi normal

𝐻1 : Data tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian:

Jika 𝑋 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑋 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , terima H0 dan

Jika 𝑋 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑋 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , tolak H0

Kedua, lakukan langkah-langkah uji normalitas dengan Chi-Kuadrat (𝑋 2 )

sebagai berikut:

1) Membuat daftar distribusi frekuensi dari data yang berserakan ke dalam

distribusi frekuensi data kelompok (jika data belum disajikan dalam tabel

distribusi frekuensi kelompok)

2) Mencari rerata (mean) data kelompok

3) Mencari simpangan baku data kelompok

4) Tentukan batas nyata (tepi kelas) tiap interval kelas dan jadikan sebagai

𝑋𝑖 (𝑋1 , 𝑋2 , 𝑋3 , … , 𝑋𝑛 ) kemudian lakukan konversi, setiap nilai tepi kelas

(𝑋𝑖 ) menjadi nilai baku 𝑍1 , 𝑍2 , 𝑍3 , … , 𝑍𝑛 . Dimana nilai baku 𝑍𝑖 ditentukan

𝑋𝑖 −𝑋̅
dengan rumus 𝑍𝑖 = 𝑆
44

5) Tentukan besar peluang setiap nilai Z berdasarkan tabel Z(luas lengkungan

di bawah kurva normal standar dari 0 ke Z, dan disebut dengan F (𝑍𝑖 ),

dengan ketentuan:

Jika 𝑍𝑖 < 0, maka F(𝑍𝑖 ) = 0,5 - 𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , dan

Jika 𝑍𝑖 > 0, maka F(𝑍𝑖 ) = 0,5 + 𝑍𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

6) Tentukan luas peluang normal ( 𝐿𝑖 ) tiap kelas interval dengan cara

mengurangi nila F (𝑍𝑖 ) yang lebih besar di atas atau di bawahnya, yaitu :

𝐿𝑖 = F(𝑍𝑖 ) – F(𝑍𝑖−1 )

7) Tentukan 𝐹𝑒 (frekuensi ekspektasi) dengan cara mengalikan luas peluang

normal tiap kelas interval ( 𝐿𝑖 ) dengan number of cases (n/banyaknya

sampel), yaitu : 𝐹𝑒 = 𝐿𝑖 x n

8) Masukkan frekuensi observasi (faktual) sebagai fo

9) Cari nilai 𝑋 2 setiap interval dengan rumus :

(𝑓𝑜 − 𝑓𝑒)2
𝑋2 =
𝑓𝑒

2
10) Tentukan nilai 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan rumus:

2 (𝑓0−𝑓𝑒)2
𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = ∑𝑋 2 = ∑ 𝑛

2
11) Tentukan nilai 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikan 𝛼 dan derajat kebebasan

(dk) = k – 1 dengan k = banyaknya kelas/kelompok interval


2 2
12) Bandingkan jumlah total 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 2
13) Apabila 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka data distribusi normal, dan jika

2 2
𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka data distribusi tidak normal
45

b. Uji Linearitas

1) Persamaan Regresi

Menurut Supardi (2013:149) persamaan garis regresi pada penelitian

ini menggunakan regresi linearitas adalah regresi yang variable bebasnya

berpangkat paling tinggi satu.

Y = a + bx

Keterangan:

y = variabel dependen/kriteria

a = konstanta

b = angka arah (koefisien regresi)

x = variable independent

n = banyaknya sampel

Harga a dan b dapat ditentukan dengan rumus :

𝑛 ∑ 𝑋𝑌−∑ 𝑋 ∑ 𝑌
𝑏= 2 dan a = 𝑌̅ – b 𝑋̅
𝑛 ∑ 𝑋 −(∑ 𝑋)2

2) Pengujian Kelinearan Regresi

Pengujian kelinearan regresi untuk menguji pengaruh antara

variable-variabel digunakan rumus sebagai berikut:

𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶
𝐹=
𝑅𝐽𝐾(𝐸)

Untuk mempermudah perhitungan 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 , maka disajikan dalam

tabel anava regresi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Jumlah Kuadrat Total:

𝐽𝐾𝑡𝑜𝑡 = ∑𝑌 2
46

b) Jumlah Kuadrat Regresi a:

(∑ 𝑌)2
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎) =
𝑛

c) Jumlah Kuadrat Regresi b terhadap a:

(∑ 𝑋 . ∑ 𝑌)
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑏|𝑎)= 𝑏. (∑ 𝑋𝑌 − )
𝑛

d) Jumlah Kuadrat residu:

𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 = ∑ 𝑌 2 − 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎|𝑏) − 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎)

e) Jumlah Kuadrat Error:

(∑ 𝑌)2
𝐽𝐾𝐸 = ∑ {∑ 𝑌 2 − }
𝑛
𝑘

Dengan urutan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Urutkan data X dari terkecil ke terbesar disetai dengan pasangannya (Y)

b) Buat tabel penolong untuk mengelompokkan daya Y berdasarkan

urutan data X, sehingga setiap data X yang sama dianggap satu

kelompok dengan data Y

c) Hitung besaran Kuadrat Error tiap kelompok data di atas dengan rumus:
(∑ 𝑌𝑖 )2
𝐾𝐸𝑖 = ∑ 𝑌𝑖2 −
𝑛𝑖

d) Jumlahkan Kuadrat Error dari setiap kelompok tersebut, yaitu:

(∑ 𝑌𝑖 )2
𝐽𝐾𝐸 = ∑ (𝑌𝑖2 − )
𝑛𝑖
𝑘

e) Jumlah Kuadrat Tuna Cocok:

𝐽𝐾𝑇𝐶 = 𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠 − 𝐽𝐾𝐸

f) Menentukan ukuran-ukuran tersebut ke dalam tabel ringkasan ANAVA

g) Lakukan pengujian hipotesis dengan cara membandingkan nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

dan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan kriteria:


47

Terima 𝐻0 , jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 → regresi berpola linear

Tolak 𝐻0 , jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 → regresi berpola tidak linear

3. Pengujian Hipotesis Penelitian

a. Koefisien Korelasi

Menurut Supardi (2013:169) korelasi ini digunakan untuk data

interval/rasio dengan data/rasio, ditentukan dengan menggunakan analisis

korelasi metode product moment, yaitu:

𝑛.∑ 𝑋1 𝑋2 −(∑ 𝑋1 )(∑ 𝑋2 )


𝑟12 =
√𝑛 ∑ 𝑋12 −(∑ 𝑋1 )2 √𝑛 ∑ 𝑋22 −(∑ 𝑋2 )2

b. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

kontribusi pengaruh disposisi matematis terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematika. Rumus koefisien determinasi, yaitu:


2
KD = 𝑟𝑦21 = (𝑟𝑦1 ) × 100%

c. Uji Signifikansi Korelasi

𝑟√𝑛−2
1) Mencari 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = √1−𝑟 2

2) Mencari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan taraf signifikan α = 0,05

3) Membandingkan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 terhadap 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan kriteria :

Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka koefisien korelasi tidak signifikan

Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka korelasi signifikan

d. Persamaan Regresi

Pengujian hipotesis menggunakan regresi sederhana dilakukan untuk

mengetahui apakah terdapat pengaruh disposisi matematis terhadap


48

kemampuan pemecahan masalah matematika dengan membentuk regresi

sebagai berikut: Y = a + bX

e. Uji Signifikan Regresi

Hipotesis akan diuji dengan rumus Fisher dengan taraf α = 0,05, dk

pembilang = 1, dan dk penyebut = n-2

Rumus 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 yang digunakan adalah:

𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑔
𝐹ℎ = 𝑅𝐽𝐾𝑅𝑒𝑠

Kriteria pengujian:

Terima 𝐻0 jika 𝐹ℎ < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , dan

Tolak 𝐻0 jika 𝐹ℎ > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

G. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐻0 : 𝛽 ≤ 0

𝐻1 : 𝛽 > 0

Keterangan:

𝐻0 : Tidak terdapat pengaruh yang positif disposisi matematis terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika.

𝐻1 : Terdapat pengaruh yang positif disposisi matematis terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika.


DAFTAR PUSTAKA

Andrian, A. R. (2019). Pengaruh Promosi, Kualitas Pelayanan, Dan Harga


Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Objek Wisata Bukit Bunda
Kabupaten Blitar. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Ekonomi
Syariah, Institut Agama Islam Negeri, Tulungagung. Diakses dari
http://repo.uinsatu.ac.id/id/eprint/10933

Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Christina, E. N., & Alpha G. A. (2021). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah


Tahapan Polya dalam Menyelesaikan Persamaan dan Pertidaksamaan
Linear Satu Variabel. Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif, 4(2), 405-
424. doi: 10.22460/jpmi.v4i2.405-424

Depdiknas. (2003). Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional.

Diningrum, P. R., dkk. (2018). Hubungan Disposisi Matematis Terhadap


Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII di SMP Negeri 24
Jakarta. Prosiding SENAMKU: Seminar Nasional Pendidikan Matematika
UHAMKA, 1, 352-364. Diakses dari
https://journal.uhamka.ac.id/index.php/senamku/issue/view/120

Dinni, H. N. (2018). HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan
Kemampuan Literasi Matematika. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional
Matematika, 1, 170-176. Diakses dari
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/19597

Elisabeth, U., dkk. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Gizi Kurang Pada Balita Usia 37-59 Bulan Di Puskesmas Kaubele
Kecamatan Biboki Moenleu Kabupaten Timor Tengah Utar. Skripsi.
Fakultas Ilmu Kesehatan, Gizi, Universitas Ngudi Waluyo, Ungaran.
Diakses dari http://repository2.unw.ac.id/id/eprint/1252

Fahradina, N., dkk. (2014). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan


Kemandirian Belajar Siswa SMP dengan Menggunakan Model Investigasi
Kelompok. Jurnal Didaktik Matematika, 1(1), 54-64. Diakses dari
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/dm/article/view/2077

Faza, M. R., dkk. (2022). Analisis Kebutuhuan Metode 3D Pada Pembelajaran


Matematika Guna Meningkatkan Kemampuan Literasi Numerasi Pada
Siswa SMA. ProSandika: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan

74
75

Matematika, 3(1), 260-268. Diakses dari


https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/sandika/article/view/851

Fitri, L., & Maylita H. (2018). Pengaruh Kemampuan Disposisi Matematis,


Koneksi Matematis, Dan Penalaran Matematis Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika. JP2M: Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Matematika, 4(1), 47-60. doi:
https://doi.org/10.29100/jp2m.v4i1.1778

Hakim, A. R. (2019). Menumbuhkembangkan Kemampuan Disposisi Matematis


Siswa dalam Pembelajaran Matematika. Prosiding Diskusi Panel Nasional
Pendidikan Matematika Unindra, 5, 555-564. Diakses dari
http://proceeding.unindra.ac.id/index.php/DPNPMunindra/article/downloa
d/3933/354

Harahap, S. R. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis


Pendekatan Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Dan Disposisi Matematis Siswa Smp Negeri 27 Medan. Thesis.
Program Pascasarjana, Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Medan,
Medan. Diakses dari http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/29397

Hasnunidah, N. (2017). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Media


Akademi.

Hendriana, H., & Soemarmo, U. (2017). Penilaian Pembelajaran Matematika Edisi


Revisi. Bandung: Refika Aditama.

Hendriana, H., dkk. (2018). Hard Skills dan Soft Skills. Bandung: Refika Aditama.

Hevriansyah, P., & Priarti M. (2016). Pengaruh Kemampuan Awal terhadap Hasil
Belajar Matematika. JKPM: Jurnal Kajian Pendidikan Matematika, 2(1),
37-44. doi: http://dx.doi.org/10.30998/jkpm.v2i1.1893

Kemendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 21 Tahun 2016


tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

Kurniawan, A., & Gida K. (2020). Pengaruh Disposisi Matematis Terhadap


Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. JPMI: Jurnal Pembelajaran
Matematika Inovatif, 3(2), 99-108. doi:
http://dx.doi.org/10.22460/jpmi.v3i2.p%25p

Lestari, K. E., & Mokhammad R.Y. (2018). Penelitian Pendidikan Matematika.


Bandung: Refika Aditama.
76

Maemanah, A., & Widodo W. (2019). Pengaruh Kecerdasan Logis Matematis


Terhadap Disposisi Matematis Siswa. JRPM: Jurnal Review Pembelajaran
Matematika, 4(1), 48-57. doi: https://doi.org/10.15642/jrpm.2019.48-57

Mardiah, dkk. (2020). Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematic Education


Terhadap Pemahaman Konsep dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 4(2), 513-521. doi:
https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i2.340

Mashuri, S. (2019). Media Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Deepublish.

Mauleto, K. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau Dari


Indikator NCTM Dan Aspek Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Kelas 7B
SMP Kanisius Kalasan. JIPMat: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika, 4(2), 125-134. doi: https://doi.org/10.26877/jipmat.v4i2.4261

Mayratih, G. E., dkk. (2019). Pengaruh Disposisi Matematis Terhadap Kemampuan


Pemecahan Masalah Matematis Siswa. Asimtot: Jurnal Kependidikan
Matematika, 1(1), 41-49. doi: https://doi.org/10.30822/asimtot.v1i1.97

Puspitasari, E. (2017). Pengaruh Disposisi Matematis Dan Berpikir Kritis Terhadap


Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. JPD: Jurnal Pendidikan
Dasar, 8(1), 144-158. doi: http://doi.org/10.21009/JPD

Rezita, R. (2020). Pengaruh Disposisi Matematis Terhadap Kemampuan


Pemecahan Masalah Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas XI IPA
SMA N 2 Bukittinggi Tahun Pelajaran 2020/2021. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Pendidikan Matematika, Institut Agama Islam
Negeri, Bukittinggi. Diakses dari http://e-
campus.iainbukittinggi.ac.id/ecampus/AmbilLampiran

Rimadhani, H. (2017). Penggunaan Media Puisi Digital Berbasis Visual Audio


Kinestetikuntuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Rumpang
Berdasarkan Gambar. Skripsi. PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia,
Sumedang. Diakses dari http://repository.upi.edu/id/eprint/25628

Roebyanto, G., & Sri H. (2017). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Solinar, S., dkk. (2012). Analisis Pengaruh Mutu Produk, Kesesuaian Harga
Dengan Manfaat, Dan Variasi Produk Terhadap Kepuasan Pelanggan.
Thesis. Program Pascasarjana, Manajemen, Universitas Diponegoro,
Semarang. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/47795

Supardi. (2013). Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Jakarta: Smart.


77

Ulvah, S., & Afriansyah, E. A. (2016). Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis Siswa ditinjau melalui Model Pembelajaran SAVI dan
Konvensional. Jurnal Riset Pendidikan, 2(2), 142-153. Diakses dari
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jrpms/article/download/16461/9287

Umayah, dkk. (2019). Pengaruh Metode Contextual Teaching and Learning


terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. JKPM: Jurnal
Kajian Pendidikan Matematika, 5(1), 85-94. doi:
http://dx.doi.org/10.30998/jkpm.v5i1.5075
LAMPIRAN

Lampiran 1

Angket Disposisi Matematis

Nama :

Kelas :

Petunjuk pengisian:
1. Bacalah pernyataan-pernyataan dibawah ini dengan cermat dan teliti.
2. Tulislah pendapat anda pada kolom yang tersedia dengan memberi tanda cek (√)
pada pilihan:
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
JR : Jarang
TP : Tidak pernah
3. Jawablah sesuai dengan keadaan sebenarnya, karena jawaban yang diberikan
tidak akan mengurangi nilai yang telah dicapai.

No Pernyataan SL SR KD JR TP
1 Saya yakin mampu mengerjakan soal matematika
Saya takut saat diminta guru untuk ke depan
2
mengerjakan soal di papan tulis
Saya ragu dapat mengerjakan setiap soal
3
matematika
Saya percaya diri saat menjawab pertanyaan yang
4
diberikan oleh guru
Saya senang mencari penyelesaian soal matematika
5
dari berbagai sumber
Saya hanya menggunakan cara penyelesaian soal
6
yang dijelaskan guru
Saya yakin terdapat cara lain untuk menyelesaikan
7
soal matematika
Saya malas mencari penyelesaian soal matematika
8 dari berbagai sumber
Saya tetap semangat ketika menghadapi soal
9
matematika yang sulit
Saya tetap tenang meskipun kurang maksimal saat
10
menyelesaikan soal matematika
Saya belajar matematika hanya jika ada pekerjaan
11
rumah

78
79

Saya tetap berusaha menyelesaikan soal


12 matematika yang sulit hingga mendapat jawaban
yang benar
Saya berusaha untuk menyelesaikan soal yang
13
menantang
Saya ingin tahu lebih jelas, kesalahan pekerjaan
14
matematika saya
Saya merasa tertantang saat mengerjakan soal
15
matematika yang sulit
Saya berhenti mengerjakan soal matematika saat
16
sudah merasa kesulitan
Saya kurang tertarik mengikuti pelajaran
17
matematika
Saya merasa cemas saat berhadapan dengan bentuk
18
soal yang baru ditemui
Saat mengerjakan PR, saya mengaitkan dengan apa
19
yang sudah dipelajari
Saat belajar di kelas, saya kurang fokus mengikuti
20
pembelajaran matematika
Saya memeriksa kembali jawaban matematika yang
21
telah dikerjakan
Saya mengabaikan penguasaan matematika untuk
22
kehidupan yang akan datang
23 Matematika bermanfaat bagi mata pelajaran lain
Saya mengabaikan matematika dalam kehidupan
24
sehari-hari
Matematika dapat membantu memecahkan
25
persoalan sehari-hari
80

Lampiran 2

Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Petunjuk pengerjaan:
1. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal-soal di bawah ini.
2. Tulislah nama dan kelas pada lembar jawaban.
3. Bacalah dan kerjakan soal-soal di bawah ini dengan cermat dan teliti.
4. Tes ini tidak berpengaruh pada nilai matematika di sekolah.

Kerjakan soal berikut ini!

1. Seorang teknisi dengan tinggi badan 160 cm (terukur sampai ke mata) sedang
melihat puncak tiang listrik dengan jarak pandang 10 m. Jika sudut elevasi yang
terbentuk 45o, berapa tinggi tiang listrik tersebut?

2. Pak Budi harus memanjat tangga untuk membetulkan atap rumahnya. Rumah
Pak Budi memiliki tinggi 4√3 meter dari permukaan tanah. Pak Budi memiliki
tangga sepanjang 8 meter. Agar tangga yang Pak Budi gunakan tidak bergeser,
maka berapa sudut depresi yang terbentuk?

3. Seorang anak yang memiliki tinggi badan 170 cm (terukur sampai ke mata)
berdiri pada jarak 10 m dari tiang bendera. Ia melihat puncak tiang bendera
dengan sudut elevasi 60o. Berapa tinggi tiang bendera tersebut?

4. Seorang pengemudi mobil yang berjarak 30 meter dari gedung sedang melihat
puncak gedung. Jika gedung tersebut memiliki tinggi 30 meter, berapa sudut
elevasi yang terbentuk?

5. Seekor tupai di puncak pohon melihat seorang anak dengan jarak pandang 8 m.
Jika sudut depresi yang terbentuk 60o dan tinggi badan anak tersebut 150 cm
(terukur sampai ke mata). Berapa tinggi pohon tersebut?
81

Lampiran 3

Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

1. Diketahui : Jarak pandang dari mata ke puncak tiang = 10 m

Tinggi teknisi = 160 cm

Sudut elevasi = 45°

Ditanya : Berapa tinggi tiang listrik?

Penyelesaian :
C
de
Sin ϴ =
mi
BC
Sin 45° =
10 x
o
45
BC A
0,71 = 1,6 m
1
B
10

BC = 7,1 m

x = BC + 1,6 = 7,1 + 1,6 = 8,7 m

Jadi, ketinggian tiang listrik yaitu 8,7 m.

2. Diketahui : Tinggi rumah = 4√3 m

Panjang tangga = 8 m

Ditanya : Berapa sudut depresi yang terbentuk?

Penyelesaian :
sa
Cos ϴ =
mi α
4√3
Cos ϴ = 4√𝟑 m
8

1√3
Cos ϴ =
2

1√3
ϴ = arc cos
2
82

ϴ = 30°

Jadi, sudut depresi yang terbentuk yaitu 30°.

3. Diketahui : Jarak anak dengan tiang bendera = 10 m

Tinggi anak = 170 cm

Sudut elevasi = 60°

Ditanya : Berapa tinggi tiang bendera?

Penyelesaian :

de B
Tan ϴ =
sa

BC
Tan 60° =
10 h
BC 60o
1,73 = C 1
10 m A
10 1,7 m
BC = 17,3 m

h = BC + 1,7 = 17,3 + 1,7 = 19 m

Jadi, ketinggian tiang bendera yaitu 19 m.

4. Diketahui : Jarak pengemudi mobil dengan gedung = 30 m

Tinggi gedung = 30 m

Ditanya : Berapa sudut elevasi yang terbentuk?

Penyelesaian :

de
Tan ϴ =
sa
30 30 m
Tan ϴ =
30
α
Tan ϴ = 1 30 m
ϴ = arc tan 1
83

ϴ = 45°

Jadi, sudut elevasi yang terbentuk yaitu 45°.

5. Diketahui : Jarak pandang tupai ke anak = 8 m

Tinggi anak = 150 cm

Sudut depresi = 60°

Ditanya : Berapa tinggi pohon?

Penyelesaian :
sa
Cos ϴ = B
mi
BC 60o
Cos 60° =
8
h
BC
0,5 = A
8 C 1
1,5 m
BC = 4 m

h = BC + 1,5 = 4 + 1,5 = 5,5 m

Jadi, ketinggian pohon yaitu 5,5 m.

Anda mungkin juga menyukai