Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL

PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS VII


SMP MUHAMMADIYAH 2 TUGUMULYO
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh
Nurjanah Hidayati , Anna Fauziah, M.Pd.2, Rani Refianti, M.Pd.3
1

Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan MIPA


STKIP-PGRI Lubuklinggau

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal pada Materi
Bilangan Bulat di Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran
2016/2017”. Permasalahan dalam penelitian adalah apa jenis kesulitan yang dialami siswa
kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo tahun pelajaran 2016/2017 dalam
menyelesaikan soal-soal bilangan bulat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif. Subjek penelitan ini adalah adalah siswa kelas VIII.B SMP
Muhammadiyah 2 Tugumulyo yang berjumlah 28 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan
teknik tes dan wawancara. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan rumus persentase.
Berdasarkan analisis data, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kesulitan dalam
memahami prinsip dan prosedural atau operasi pada soal nomor 4, 5 dan 6. Kesulitan yang
dialami siswa terletak pada langkah merencanakan penyelesaian soal sebesar 45,24%. Faktor
penyebab siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal bilangan bulat adalah 1) tidak tahu
sama sekali cara mengoperasi dan penurunan soal, 2) belum mengerti materi bilangan bulat,
3) tidak memahami konsep penyelesaian soal, 4) belum memahami cara menentukan hasil
akhir pada soal, dan 5) kurang memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan latihan
penyelesaian soal.

Kata kunci: Analisis, Kesulitan, Menyelesaikan Soal-soal, Bilangan Bulat

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia, karena pendidikan suatu upaya
untuk mendapatkan pengetahuan guna memperoleh perubahan dalam hidup seseorang.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sanjaya, 2009:2).
Pelajaran matematika dipandang sebagai bagian ilmu-ilmu dasar yang berkembang
pesat baik isi-isi maupun aplikasinya serta dapat menumbuhkan kemampuan siswa untuk
berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemampuan bekerja sama yang efektif (Roestiyah,
2008:96). Walaupun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa hingga saat ini hasil belajar

1
Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing 1
matematika belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Para pakar menyatakan bahwa
kenyataan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor.
Pembelajaran matematika di sekolah tidak dapat dilepaskan dari pendekatan yang
digunakan guru. Dan pendekatan tersebut biasanya dipengaruhi pemahaman guru tentang sifat
matematika, serta penguasaan terhadap proses pembelajaran matematika di kelas (Yunsirno,
2010:94). Siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar,
berpikir dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan proses
belajar-mengajar di kelas, oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar yang dapat
membantu siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun demikian perlu juga disadari bahwa matematika merupakan pelajaran yang
sukar dan kurang disenangi oleh siswa. Hal tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara
lain: tidak mengetahui tujuan, manfaat, hakekat, dan fungsi matematika itu sendiri. Oleh
karena itu guru harus membantu kesulitan yang dihadapi siswa tersebut. Di Sekolah
Menengah Pertama (SMP), bahwa kajian materi yaitu bilangan bulat.
Sardiman (2001:37) menyatakan bahwa faktor penyebab timbulnya kesulitan bagi
siswa dalam mempelajari matematika karena karakteristik matematika itu sendiri yakni
konsep-konsep umumnya bersifat abstrak. Faktor lain yang menyebabkan timbulnya
kelemahan dalam pembelajaran matematika adalah kebiasaan hanya menerapkan metode
ceramah dalam pelaksanaan belajar serta kurangnya kemampuan guru untuk menghadirkan
pendekatan belajar yang tepat untuk memotivasi siswa serta melibatkannya dalam proses
pembelajaran (Dimyati, 2006:44). Oleh karena itu, diperlukan perhatian dan perbaikan dalam
proses pembelajaran matematika di sekolah melalui pemilihan metode atau yang tepat dan
dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam belajar sehingga bermuara pada peningkatan
hasil belajar siswa.
Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar dapat diukur dari kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan belajar
siswa dalam pelajaran matematika. Salah satu rendahnya pemahaman dan penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran yang disampaikan gurunya, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh
faktor pengajaran itu sendiri. Faktor yang bisa mempengaruhi kelancaran belajar siswa
diantaranya adalah guru yang mengajar, metode, siswa, dan alat. Faktor yang mempengaruhi
belajar siswa ada dua, yaitu faktor internal (dari dalam siswa) dan faktor eksternal (dari luar
siswa) (Abdurrahman, 2000:13).

1
Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/2017 2
Selain itu, Jamal (2014:20) menegaskan bahwa Kesulitan atau kendala belajar yang
dialami siswa dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya kesehatan, bakat minat, motivas,
intelegensi dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari
luar diri siswa misalnya dari lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat. Kesulitan siswa dalam belajar matematika adalah kesulitan konsep, ada 3 hal
yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika diantaranya adalah
persepsi (perhitungan metamatika), intervensi dan ekstrafolasi pelaksanaan proses belajar
mengajar akan sangat menentukan sejauh mana keberhasilan yang harus dicapai oleh suatu
mata pelajaran matematika.
Kesulitan belajar siswa akan berdampak terhadap prestasi belajar siswa karena untuk
memperoleh prestasi yang baik dapat diperoleh dari perlakuan belajar di sekolah maupun
diluar sekolah dan atas ketentuan serta usaha siswa dalam belajar. Hal ini juga terjadi dalam
belajar matematika oleh karena itu memahami kesulitan belajar siswa dalam pelajaran
matematika penting bagi guru dijadikan masukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
di kelas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII SMP
Muhammadiyah 2 Tugumulyo diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan belajar dalam
bidang studi matematika. Hal ini ditandai dengan ketidakmampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru terutama pada materi pokok bilangan bulat.
Dilihat dari ulangan harian matematika siswa pada materi bilangan bulat dari 28 siswa, hanya
ada 13 siswa (46,43%) mencapai KKM dan 15 siswa (53,57%) belum mencapai KKM sebesar
72.
Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa tersebut harus diketahui guru untuk
kelancaran proses belajar dan mengajar selanjutnya. Namun guru tidak dapat mengambil
keputusan dalam membantu siswanya yang mengalami kesulitan belajar jika guru tidak tahu
di mana letak kesulitannya. Oleh karena seorang guru perlu mengetahui kesulitan siswa dalam
belajar matematika dan juga mengetahui penyebabnya. Selain itu, apabila diketahui jenis
kesulitan yang dialami siswa maka dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh guru untuk
melakukan perbaikan mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian
tentang “Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal pada Materi Bilangan
Bulat di Kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo Tahun Pelajaran 2016/2017”.

1
Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/2017 3
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan pada alasan pemilihan judul di atas maka permasalahan
yang akan diteliti adalah apa jenis kesulitan yang dialami siswa kelas VII SMP
Muhammadiyah 2 Tugumulyo tahun pelajaran 2016/2017 dalam menyelesaikan soal-soal
bilangan bulat? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis kesulitan yang
dialami siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo tahun pelajaran 2016/2017 dalam
menyelesaikan soal-soal bilangan bulat.

LANDASAN TEORI
Kesulitan merupakan suatu yang memerlukan penyelesaian atau pemecahan, untuk itu
perlu adanya informasi yang berupa ilmu-ilmu pengetahuan yang harus dimiliki siswa untuk
mengetahui kesulitannya. Menurut Ahmadi (2004:93) “Kesulitan adalah suatu kondisi proses
belajar yang ditandai oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar sehingga
siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya”.
Abdurrahman (2000:2) mengatakan bahwa beberapa gejala sebagai pertanda adanya
kesulitan belajar misalnya: 1) menunjukkan prestasi yang rendah atau dibawah rata-rata yang
dicapai oleh kelompok kelas; 2) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang
dilakukan, sudah berusaha keras tapi nilainya terlalu rendah; 3) lambat dalam menyelesaikan
tugas-tugas belajar, selalu tertinggal dengan teman yang lainnya dalam semua hal, misalnya
dalam mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas; 4) menunjukkan sikap kurang ajar, seperti acuh
tak acuh, berpura-pura dusta dan lain-lain; dan 5) menunjukkan tingkah laku yang berlainan,
misalnya mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gebira, dan selalu
sedih.
Mulyadi (dalam Ninym, 2015:3) menyatakan bahwa kesulitan belajar merupakan
suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan
mencapai tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasinya.
Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin saja tidak disadari oleh orang yang
mengalaminya.
Kesulitan-kesulitan belajar matematika dapat ditinjau dari penguasaan tiga elemen
dalam pelajaran matematika menurut Lerner (dalam Abdurrahman, 2000:5) yaitu: (1) konsep
dengan indikator kesulitan dalam menentukan rumus untuk menyelesaikan suatu masalah atau
peserta didik dalam menggunakan teorema atau rumus tidak sesuai dengan kondisi prasyarat
berlakunya rumus tersebut atau tidak menuliskan teorem (2) keterampilan dengan indikator
Indikator peserta didik kesulitan menggunakan operasi dasar dalam penjumlahan,

1
Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/2017 4
pengurangan, perkalian, pembagian, perhitungan akar dan kuadrat (3) pemecahan masalah
dengan indikator siswa tidak dapat melanjutkan pekerjaannya dalam menyelesaikan soal.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan
suatu kondisi proses belajar yang mengalami hambatan-hambatan tertentu, seperti kesulitan
dalam memahami konsep, kesulitan dalam memahami prinsip dan kesulitan dalam
mengaplikasikan prinsip, sehingga siswa tersebut memperoleh prestasi belajar yang rendah
atau dibawah rata-rata.
Kesulitan berarti sesuatu yang dianggap sukar dan tidak dapat dikerjakan. Suatu
kondisi dalam proses belajar-mengajar yang ditandai oleh hambatan-hambatan tertentu
mencapai hasil belajar. Gejala-gejala kesulitan belajar beraneka ragam, hal ini dapat dilihat
dari adanya sikap acuh tak acuh, berbuat onar, murung, bolos, dan lain-lain yang biasanya
disertai dengan hasil belajar rendah atau tidak sesuai dengan potensi.
Menurut Hudoyo (1990:63) mengemukakan penyebab kesulitan siswa dalam
menguasai matematika yaitu:
a. Kesulitan dalam mengingat fakta
Konsep adalah suatu idea tau gagasan yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat
yang sama dari sekumpulan eksemplar yang cocok. Dengan mengambil adanya sekumpulan
eksemplar sebagai kriteria, dapat didefinisikan apa konsep atau fakta. Dari pengertian diatas
dikatakan bahwa fakta lebih sederhana dibandingkan dengan konsep. Kesulitan dalam
mengingat fakta matematika akan menghambat siswa dalam belajar.
b. Kesulitan dalam memahami konsep
Menurut pemahaman konsep-konsep akan melahirkan teorema atau rumus-rumus. Agar
konsep dan teorema itu dapat diaplikasikan ke situasi yang lain perlu adanya keterampilan
menggunakan konsep-konsep dan teorema-teorema tersebut. Untuk memahami konsep dan
teorema maka diperlukan pengalaman belajar yang lalu. Apabila pengalaman yang lalu
berkurang, maka mengakibatkan kesulitan dalam memahami pelajaran selanjutnya.
c. Kesulitan dalam memahami prinsip
Apabila suatu ide atau gagasan menghubungkan dua atau lebih konsep, maka ide atau
gagasan dinamakan prinsip. Karena prinsip terdiri dari dua atau lebih konsep maka jika sudah
mengalami kesulitan dalam memahami konsep mengakibatkan sulit pula untuk memahami
prinsip-prinsip dalam matematika.

1
Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/2017 5
d. Kesulitan dalam mengaplikasi prinsip (konsep-konsep)
Untuk dapat mengaplikasikan prinsip dalam matematika, terlebih dahulu harus
dipahami prinsip matematika itu sendiri. Jika mengalami kesulitan memahami prinsip
matematika, maka akan sulit mengaplikasikanya.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Deskriftif berarti penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen, yaitu penelitian yang
tidak memberikan perlakuan terlebih dahulu dan kuantitatif berarti bahwa penelitian ini
banyak menggunakan angka, mulai dari; a) pengumpulan data; b) penafsian terhadap data
tersebut; dan c) penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2002:10). Menurut Suryabrata (1983:18)
tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu. Dari analisis data tersebut
peneliti membuat interprestasi dalam bentuk narasi yang menunjukkan kualitas dari gejala
atau fenomena yang menjadi objek penelitian (Arikunto, 2007:12). Adapun yang deskriftif
kuantitatif dalam arti peneliti terlibat langsung ke lapangan untuk memberikan tes kemudian
menganalisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada materi bilangan bulat kelas
VII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo.
Subjek dalam penelitan ini adalah siswa kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 2
Tugumulyo tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 28 siswa. Alasan mengambil kelas ini
karena dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian dalam materi bilangan bulat masih di bawah
KKM. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari tiga kelas
berjumlah 87 siswa. Dari populasi tersebut diambil sampel penelitian yaitu kelas VIII.B yang
berjumlah 28 siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Teknik pengumpulan data yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini berupa tes dan
wawancara.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
data deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam
menyelesaikan soal-soal bilangan bulat di kelas VIII SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo.

HASIL PENELITIAN
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data yang berasal dari hasil tes
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan linier satu variabel. Tes tertulis
yang berbentuk esay berjumlah enam butir soal. Tes ini diberikan kepada siswa yang sudah

1
Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/2017 6
mempelajari materi bilangan bulat. Data yang diperoleh melalui tes tersebut dihitung dengan
menggunakan rumus persentase:
SD
N x 100%
ST
Keterangan :
N = Nilai akhir
SD = Skor yang diperoleh siswa
ST = Skor tertinggi
100% = Rentang nilai tertinggi
Hasil tes yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 2
Tugumulyo tahun pelajaran 2016/2017. Setelah diadakan analisis data tentang kesulitan siswa
dalam menyelesaikan soal bilangan bulat dapat dilihat pada lampiran C.
Berdasarkan hasil tes diperoleh data bahwa rata-rata hasil tes kemampuan siswa
dengan persentase ketuntasan masing-masing soal yaitu:
1. Soal nomor 1 yang tuntas sebesar 46,43% dengan rata-rata nilai 71,40%.
2. Soal nomor 2 yang tuntas sebesar 35,71% dengan rata-rata nilai 69,20%.
3. Soal nomor 3 yang tuntas sebesar 46,43% dengan rata-rata nilai 83,60%.
4. Soal nomor 4 yang tuntas sebesar 17,86% dengan rata-rata nilai 54,88%.
5. Soal nomor 5 yang tuntas sebesar 28,57% dengan rata-rata nilai 76,40%.
6. Soal nomor 6 yang tuntas sebesar 28,57% dengan rata-rata nilai 71,50%.
Berdasarkan data hasil tes siswa dengan nilai KKM 75 maka siswa yang mencapai
ketuntasan hasil belajar ada 16 siswa sedangkan 12 siswa lainnya memperoleh nilai dibawah
KKM dengan rata-rata nilai hasil tes sebesar 69,64. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan
belajar dari keseluruhan soal sebanyak 16 siswa atau 57,14% dari subjek keseluruhan
berjumlah 28 siswa. Sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar
sebanyak 12 siswa atau 42,86%. Nilai tes diperoleh dari siswa kelas VIII.B SMP
Muhammadiyah 2 Tugumulyo tertinggi adalah 88, sedangkan nilai terendah adalah 44.

Pembahasan
1. Hasil Tes Siswa
Setelah diketahui hasil tes siswa pada materi bilangan bulat siswa kelas VIII.B SMP
Muhammadiyah 2 Tugumulyo tahun pelajaran 2016/2017, kemudian peneliti menganalisis
data tersebut guna mengetahui kesulitan-kesulitan siswa setiap butir soal dalam
menyelesaikan materi bilangan bulat.

1
Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/2017 7
Dari hasil analisis kesulitan siswa diketahui hasil tes pada soal bilangan bulat secara
umum siswa mengalami kesulitan dari persentase jumlah siswa yang salah sangat tinggi yaitu
pada soal nomor 4, 5 dan soal 6. Siswa yang mengaku sangat kesulitan dalam prosedural atau
operasi pada materi bilangan bulat. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan
bahwa siswa kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 2 Tugumulyo belum menguasai betul atau
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal.
Jumlah siswa yang mengalami kesulitan pada setiap soal dapat dirinci sebagai berikut:
a. Soal nomor 1 berjumlah 15 orang dengan persentase siswa yang mengalami kesulitan
sebesar 53,57%.
b. Soal nomor 2 berjumlah 18 orang dengan persentase siswa yang mengalami kesulitan
sebesar 64,29%.
c. Soal nomor 3 berjumlah 15 orang dengan persentase siswa yang mengalami kesulitan
sebesar 53,57%.
d. Soal nomor 4 berjumlah 23 orang dengan persentase siswa yang mengalami kesulitan
sebesar 82,14%.
e. Soal nomor 5 berjumlah 20 orang dengan persentase siswa yang mengalami kesulitan
sebesar 71,43%.
f. Soal nomor 6 berjumlah 20 orang dengan persentase siswa yang mengalami kesulitan
sebesar 71,43%.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jawaban yang paling banyak
salah adalah soal nomor 4, nomor 5 dan soal nomor 6, hal ini disebabkan karena siswa
kesulitan dalam memahami prinsip dan prosedural atau operasi penyelesaian soal secara
benar. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kesulitan
mengerjakan soal nomor 4, 5 dan 6.
Hasil analisis siswa yang mengalami kesulitan pada setiap langkah penyelesaian soal
dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut:
Tabel 4.1
Persentase Analisis Setiap Langkah Penyelesaian Soal
Langkah-langkah Nomor Soal
No Jumlah %
Penyelesaian Soal 1 2 3 4 5 6
1 Mengerti masalah atau
8 5 2 10 1 9 35 20,83
soal
2 Merencanakan
7 13 13 13 19 11 76 45,24
Penyelesaian Soal
3 Melaksanakan
13 10 13 5 8 8 57 33,93
Penyelesaian Soal
Jumlah 168 100

1
Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/2017 8
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa hasil persentase jawaban siswa pada setiap
langkah. Persentase siswa yang mengalami kesulitan pada langkah mengerti masalah atau soal
sebesar 20,83%. Pada langkah merencanakan penyelesaian soal sebesar 45,24%. Langkah
melaksanakan penyelesaian soal sebesar 33,93%.
Berdasarkan persentase di atas maka persentase terbesar pada langkah melaksanakan
penyelesaian soal sebesar 45,24% dan dapat dikatakan bahwa penguasaan siswa pada
bilangan bulat tergolong sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa masih
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal bilangan bulat.
2. Hasil Wawancara
Pelaksanaan wawancara bertujuan untuk mengetahui penyebab kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal bilangan bulat. Pemahaman dan persepsi yang diberikan guru dalam
menyelesaikan soal bilangan bulat tidak dapat dimengerti oleh siswa, hal tersebut akan
mempengaruhi minat belajar siswa pada pembelajaran matematika.
Adapun hasil wawancara siswa dalam menyelesaikan soal-soal bilangan bulat sebagai
berikut:
Subjek : S-25
Peneliti : Mengapa jawaban kamu banyak yang salah?
Siswa : (Diam).
Peneliti : Mengapa kamu tidak bisa mengerjakan soal nomor 4, 5, 6?
Siswa : Sulit sekali soalnya bu.
Peneliti : Pada bagian mana yang sulit?
Siswa : Semuanya bu. Cara menyelesaikannya tidak mengerti.
Peneliti : Sewaktu guru menjelaskan kamu memperhatikan tidak?
Siswa : tidak bu, karena tidak senang pelajaran matematika.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
memahami konsep.
Subjek : S-28
Peneliti : Mengapa jawaban kamu banyak yang salah?
Siswa : Tidak tahu bu.
Peneliti : Mengapa kamu tidak bisa mengerjakan soal nomor 2, 4, 5 dan 6?
Siswa : Bingung bu.
Peneliti : Kenapa bingung?
Siswa : Tidak paham cara dan menentukan hasil akhirnya.

1
Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/2017 9
Peneliti : Kamu mengerti tidak dengan materi ini?
Siswa : Tidak tahu bu, tidak ingat lagi.
Peneliti : Mengapa kamu tidak tahu?
Siswa : (Diam)
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
prosedural atau operasi penyelesaian soal.
Subjek : S-15
Peneliti : Mengapa kamu tidak bisa mengerjakan soal no 5 dan 6?
Siswa : (Diam).
Peneliti : Untuk soal nomor 5 dan 6 kenapa mengerjakanya tidak selesai ?
Siswa : tidak tahu lagi bu.
Peneliti : Pada bagian mana yang kamu anggap sulit?
Siswa : Tidak tahu cara menentukan hasil akhir pada soal.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
prosedural atau operasi penyelesaian soal.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar siswa tidak bisa menyelesaikan soal-soal bilangan bulat dengan baik.
Faktor penyebab siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal bilangan bulat adalah:
a. Tidak tahu sama sekali cara mengoperasi dan penurunan soal.
b. Belum mengerti materi bilangan bulat.
c. Tidak memahami konsep penyelesaian soal.
d. Belum memahami cara menentukan hasil akhir pada soal.
e. Kurang memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan latihan penyelesaian soal
bilangan bulat.
Berkaitan dengan kesulitan yang dihadapi siswa tersebut maka peneliti memberikan
beberapa alternatif pemecahan masalah antara lain:
a. Memfokuskan pembelajaran pada kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sampai mereka
betul-betul memahami. Di dalam proses pembelajaran masing-masing siswa mempunyai
kemampuan yang berbeda, ada yang cepat mengerti dan ada juga yang sulit mengerti.
Namun jika terus diulang-ulang siswa yang kesulitan tersebut akan mudah mengerti.
Untuk itu pembelajaran seperti ini sangat membantu bagi siswa yang mengalami
kesulitan.

1
Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/2017 10
b. Memberikan motivasi kepada siswa berupa semangat, hadiah dan manfaat belajar
bilangan bulat. Hal ini dilakukan agar lebih giat belajar dan dapat meningkatkan
prestasinya pada pembelajaran matematika.
c. Menciptakan pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan keaktifan dan minat belajar
siswa karena dengan pembelajaran ini siswa akan lebih aktif dan mudah memahami
materi dalam suasana yang menyenangkan.
d. Mengadakan bimbingan khusus berupa kegiatan les matematika bagi siswa yang belum
mengerti bilangan bulat. Dengan adanya bimbingan ini siswa dapat lebih memahami
cara-cara penyelesaian soal karena di dalam pembelajarannya siswa lebih difokuskan
pada satu bahasan sampai mereka benar-benar bisa.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa sebagian besar siswa
kesulitan dalam memahami prinsip dan prosedural atau operasi pada soal nomor 4, 5 dan 6.
Kesulitan yang dialami siswa terletak pada langkah merencanakan penyelesaian soal sebesar
45,24%. Faktor penyebab siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal bilangan bulat
adalah:
1. Tidak tahu sama sekali cara mengoperasi dan penurunan soal.
2. Belum mengerti materi bilangan bulat
3. Tidak memahami konsep penyelesaian soal.
4. Belum memahami cara menentukan hasil akhir pada soal.
5. Kurang memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi dan latihan penyelesaian soal.

1
Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/2017 11
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2000. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.

Arikunto, Suharsimi . 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

. 2010. Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar-Mengajar. Bandung: IKIP Malang.

Jamal, Fakhrul. 2014. Analisis Kesulitan Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Matematika pada
Materi Peluang Kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Meulaboh Johan Pahlawan. Jurnal
Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa, Meulaboh. Vol. 1 No. 1.

Ni Nym. 2015. Analisis Kesulitan-Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas V dalam


Implementasi Kurikulum 2013 di SD Piloting Se-Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran
2014/2015. Jurnal PGSD, Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 3 No. 1.

Riduwan. 2002. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryabrata. 1983. Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sustani, H. 2007. Analisis Kesulitan Siswa Kelas VIII SMPN B. Srikaton dalam
Menyeselesaikan Soal-soal Lingkaran. Tidak Dipublikasikan.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

1
Mahasiswa 2 dan 3 Dosen Pembimbing/2017 12

Anda mungkin juga menyukai