Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu ilmu yang tidak bisa dipisahkan dari

manusia. Matematika membantu manusia dalam berbagai aspek kehidupan

untuk memenuhi segala kebutuhan. Selain itu, matematika mempunyai

pengaruh yang sangat besar dalam penentuan hidup manusia di masa depan.

Di samping itu, matematika juga merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang

menjadi sarana untuk berfikir kritis, sistematis, logis, kreatif, terstruktur dan

memiliki keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya. Pentingnya peranan

matematika menjadikan matematika diajarkan pada setiap jenjang pendidikan.

Kegiatan pembelajaran merupakan bagian penting dari proses

pendidikan. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa.

Pembelajaran tradisional beranggapan bahwa guru adalah pusat informasi,

guru merupakan unsur terpenting dalam pembelajaran, karena guruhlah pusat

perhatian aktifitas pembelajaran. Akibatnya siswa menjadi pasif, kegiatan

siswa hanya duduk, diam dan mendengarkan apa yang disampaikan guru.

Peran guru sangat penting untuk menentukan keberhasilan

pembelajaran matematika bagi siswa. Salah satu cara supaya guru berhasil

dalam mengajar matematika adalah dengan cara meningkatkan kualitas dalam

pembelajaran matematika. Dengan terciptanya pembelajaran yang berkualitas

diharapkan pemahaman konsep siswa juga akan meningkat.

Menurut permendiknas dalam Shadiq (2009:2) No. 22 tahun 2006

tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika juga menyatakan bahwa


pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan


mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan kutipan diatas, tujuan pembelajaran matematika itu salah

satunya yaitu siswa mampu mamahami konsep matematika. Apabila siswa

telah memahami konsep, maka akan melatih cara berfikir siswa dan menalar

kemudian mengumpulkan, mengaitkan dan menganalisa suatu bukti dengan

bukti lainya dalam menyelesaikan suatu persoalan yang diberikan. Disamping

itu, pemahaman konsep merupakan salah satu indikator dalam melihat tingkat

pencapaian standar kompetensi yang telah di tetapkan begitupun dengan

pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi. Kemampuan pemecah

masalah, penalaran dan komunikasi tidak dapat dikuasai siswa dengan baik

jika kemampuan pemahaman konsep yang mereka miliki masih rendah, maka

kemampuan konsep berperan penting dalam matematika.

Proses pembelajaran yang baik tidak terlepas dari peran guru dalam

mengolah kelas agar tercipta pembelajaran yang efektif dan efesien. Akan

tetapi kenyataan dilapangan, sebagian siswa belum mampu mengembangkan


segala potensi yang dimilikinya secara optimal dalam belajar matematika.

Berdasarkan data yang diperoleh dari guru bidang studi matematika SMA

PGRI 1 Padang menunjukkan bahwa nilai rata-rata ujian matematika siswa

kelas XI IPS pada UAS kelas X IPS semester genap Tahun Pelajaran

2018/2019 masih rendah, seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Ujian Akhir Semester (UAS) Siswa Kelas X IPS SMA
PGRI 1 Padang Semester Genap TahunPelajaran 2018/2019
Jumlah Tidak Tuntas Tuntas
Kelas
Siswa Jumlah % Jumlah %
IPS XI.1 28 21 75% 7 25%
IPS XI.2 28 22 78.57% 6 21.43%
IPS XI.3 27 19 70.37% 8 29.63%
Jumlah 83 62 21
Sumber: Guru Matematika Kelas X IPS SMA PGRI 1 Padang

Tabel 1 memperlihatkan bahwa nilai ujian akhir semester II siswa

kelas XI IPS SMA PGRI 1 Padang masih banyak yang belum tuntas. Hasil

belajar matematika yang dicapai siswa banyak dibawah Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah, yaitu 75.

Bedasarkan hasil observasi pada tanggal 15 sampai 27 februari 2019 di

kelas X IIS SMA PGRI 1 Padang, diketahui bahwa kurikulum yang digunakan

adalah kurikulum 2013. Dalam proses pembelajaran disaat guru membahas

soal atau permasalahan dipapan tulis terlihat sebagian siswa kurang

memperhatikan guru di depan. Hanya sebagian siswa yang memperhatikan dan

yang lainya sibuk dengan pekerjan sendiri seperti berbicara dengan teman

sebangku, meribut didalam kelas dan tidak mau bertanya kepada guru tentang

materi yang belum dipahami. Pada saat diberikan latihan banyak siswa yang

berpindah-pindah tempat duduk mendekati siswa yang berkemampuan tinggi,


siswa hanya menyalin tugas teman tanpa tahu konsep yang digunakan. Hal ini

mengakibatkan siswa tidak memahami konsep dan tidak dapat

mengaplikasikan konsep kedalam soal yang diberikan guru. Ketika guru

melakukan pembelajaran secara berkelompok proses pembelajaran cenderung

pasif, dikarenakan kurangnya aktivitas diskusi antar siswa, hanya siswa yang

berkemampuan tinggi yang aktif berdiskusi sementara siswa lain hanya

menunggu hasil yang telah ditemukan oleh siswa lain. Bahkan pada saat

menyelesaikan soal, siswa hanya berdiam diri dan tidak mengerjakan soal

tersebut. Selain itu, sebagian siswa berpindah-pindah tempat duduk sehingga

mengganggu siswa lain dalam belajar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Matematika di SMA PGRI 1

Padang, didapatkan bahwa pemahaman konsep terhadap materi yang dipelajari

masih rendah. Hal ini disebabkan karena siswa kurang aktif dalam proses

pembelajaran. Sementara berbagai uapaya telah dilakukan guru untuk

meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa, salah satunya dengan

pembentukan kelompok, akan tetapi hal ini kurang efektif, karena dalam kerja

kelompok hanya sebagian kecil anggota kelompok yang serius dalam

berdiskusi, sedangkan yang lainnya tidak ikut berpartisipasi serta tidak

bertanggung jawab dengan kerja kelompoknya, sehingga tidak semua anggota

kelompok memahami dan menguasai tugas yang telah dikerjakan kelompok.

Ketika guru menjelaskan materi sebagian besar berjalan-jalan didalam kelas,

berpindah dari tempat duduknya ke tempat duduk lain dan banyak juga yang
mengobrol dikelas. Siswa tidak betah di kelas dan sering meminta izin keluar

dengan berbagai alasan.

Hasil wawancara dengan siswa kelas X IPS SMA PGRI 1 Padang

didapat informasi bahwa siswa kurang suka dengan pelajaran matematika, dan

siswa beranggapan matematika pelajaran yang membosankan. Siswa takut

bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami dengan berbagai

alasan seperti merasa malu ataupun takut pertanyaan yang diajukan salah.

Mengatasi permasalahan diatas maka diterapkan model pembelajaran

Kooperatif dengan Two Stay Two Stray. Lie (2002:60) mengatakan bahwa Two

Stay Two Stray memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan

hasil dan informasi kepada kelompok lain. Teknik ini juga menuntut siswa

untuk berperan aktif dalam menemukan konsep-konsep pelajaran dengan cara

bekerja sama dalam kelompok, baik dalam kelompok sendiri, maupun diwaktu

bertamu ke kelompok lain serta aktifitas siswa dalam kelompok. Pelaksanaan

Two Stay Two Stray akan menciptakan suasana belajar yang kondusif. Siswa

akan lebih aktif karena dituntut berfikir baik secara individu maupun secara

kelompok untuk memecahkan permasalahan. Keunggulan dari teknik ini yaitu

mengoptimalkan partisipasi aktif siswa dan memupuk rasa sosial antar siswa.

Medel pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray memberi

kesempatan siswa untuk berdiskusi baik dalam kelompok masing-masing

maupun diskusi. Pada masing-masing kelompok akan dipilih dua orang yang

tinggal bertugas sebagai pemberi informasi bagi tamu yang akan datang, dua

orang lagi bertugas sebagai tamu ke kelompok lain. Setelah itu tamu kembali
ke kelompok masing-masing dan memberitahukan informasi yang

didapatkannya kepada teman kelompoknya. Jadi cara belajar siswa yang suka

berkunjung atau berkeliling ke meja temannya juga bisa digunakan tapi dengan

pembelajaran yang lebih terarah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray

Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas XI IPS SMA PGRI

1 Padang 2019/2020”

B. Identifikasi Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan di atas maka

identifikasi masalah dalam penelitian yang dilakukan ini adalah:

1. Pemahaman konsep siswa masih rendah.

2. Pembelajaran scientific belum terlaksana dengan baik.

3. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran masih kurang.

4. Minat siswa terhadap pembelajaran matematika kurang.

5. Siswa kurang bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan

oleh guru.

6. Siswa tidak berani bertanya terhadap materi pelajaran yang tidak dipahami.

C. Pembatasan Masalah

Bedasarkan identifikasi masalah di atas pembatasan masalah dalam

penelitian ini adalah pemahaman konsep matematika siswa masih rendah.


D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh penerapan model

pembelajaran kooperatif Teknik Two Stay Two Stray dapat meningkatkan

pemahaman konsep matematika siswa kelas XI IPS SMA PGRI 1 Padang

Tahun Pelajaran 2019/ 2020?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diteliti, maka tujuan penelitian ini

adalah “untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif Teknik Two Stay Two Stray berpengaruh terhadap pemahaman

konsep matematis siswa kelas XI IPS SMA PGRI 1 Padang.”

F. Manfaat Penelitian

Bedasarkan tujuan penelitian, maka hasil penelitian yang dilakukan ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Peneliti sebagai pengalaman dan bekal dalam mengajar matematika

nantinya.

2. Guru matematika SMA PGRI 1 Padang sebagai bahan masukan dalam

memilih alternatif strategi pembelajaran yang efektif dalam rangka

perbaikan hasil belajar matematika siswa.

3. Siswa SMA PGRI 1 Padang sebagai pengalaman baru dalam pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar terutama pembelajaran

matematika.

Anda mungkin juga menyukai