BAB I
PENDAHULUAN
1
Das Salirawati, “Pendidikan Sains Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum
2004)” Makalah disampaikan pada pertemuan guru MA se-DIY sebagai pendamping acara lomba
Cerdas Cermat MIPA Tingkat MA Se-DIY di Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 3
April 2004, hlm.5.
2
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
hlm.27
3
3
Winarno, “Strategi Pembelajaran”. Makalah disampaikan pada diklat Matematika SD dan
SLTP di Daerah. tanggal 25 Agustus s.d. 13 September 2003 (Jogjakarta: PPPG Matematika), hlm.5.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian
tindakan kelas adalah sebagai berikut :
1. “Apakah pendekatan problem possing dengan media daun kertas dapat
meningkatkan kreatifitas belajar Matematika siswa kelas VII.A SMP Negeri 2
Karangkobar pada materi garis dan sudut tahun pelajaran 2009/2010 ?”.
2. “Apakah pendekatan problem possing dengan media daun kertas dapat
meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas VII.A SMP Negeri 2
Karangkobar pada materi garis dan sudut tahun pelajaran 2009/2010 ?”.
5
Setiawan. 2004. Pembelajaran Trigonometri Berorientasi PAKEM di SMA.
http : //www.p3gmatyo.go.id/download/PPP/PPP04_ Trigonometri SMA. Pdf. (5 Februari 2010)
6
Surtini, Sri. 2004. Problem Posing dan Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Cacah
Siswa SD. Jurnal pendidikan (on line volume 5 no. 1).hlm. 49. http://pk.ut.ac. Id/Scan
Penelitian/Sri % 2004. pdf. (5 Februari 2010).
5
C. Tujuan penelitian
1. Sesuai dengan pokok masalah yang diteliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar Matematika siswa kelas
VII.A SMP Negeri 2 Karangkobar pada materi garis dan sudut melalui
pendekatan problem possing dengan media daun kertas tahun pelajaran
2009/2010.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya bagi:
a. Guru
1. Meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran
problem possing dengan media daun kertas.
2. Sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran
problem possing dengan media daun kertas pada materi yang lain.
4. Sedikit demi sedikit memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran
Matematika di kelas
b. Siswa
1. Menumbuhkan motivasi belajar siswa.
2. Mengatasi kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3. Melatih siswa untuk lebih kreatif membuat soal.
4. Meningkatkan prestasi belajar dan membantu memahami dan menyelesaikan
soal Matematika
c. Sekolah
1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perbaikan kualitas
pembelajaran di kelas.
2. Dapat memberikan sumbangan yang baik dalam meningkatkan mutu
pendidikan sekolah khususnya dalam belajar Matematika
6
d. Peneliti
1. Agar memiliki pengetahuan yang luas tentang model pembelajaran dan
memiliki keterampilan untuk menerapkannya, khususnya dalam pengajaran
Matematika.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman atau referensi untuk
penelitian berikutnya yang sejenis.
F. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi kekeliruan menafsirkan istilah dalam penelitian, maka perlu
diberikan defenisi operasional sebagai berikut:
1. Model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran yang
mana siswa menulis kembali soal dengan kata-katanya sendiri, menulis soal
dalam bentuk lain atau dalam bentuk operasional.
2. Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang mewadahi pikiran, gagasan dan
kreatifitas siswa. Meningkatnya kreatifitas belajar siswa dapat dilihat dari
indikatornya: siswa berkreasi, mengkomunikasikan pendapat/pikirannya baik
secara tertulis maupun lisan, siswa mencari latihan soal yang ada dibuku lain dan
mencoba mengerjakannya, siswa berlatih membuat soal sendiri dan
pemecahannya.
3. Prestasi belajar matematika adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar Matematika sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan. Prestasi yang dicapai oleh siswa merupakan gambaran hasil belajar
siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan merupakan interaksi antara
beberapa faktor.
4. Media pembelajaran daun kertas adalah alat bantu pembelajaran yang terbuat
dari kertas yang dibentuk berbagai bentuk daun yang digunakan guru dalam
pembelajaran untuk membantu memperjelas materi pelajaran dan mencegah
terjadinya verbalisme dalam diri siswa serta untuk proses komunikasi dengan
siswa agar siswa belajar.
7
BAB. II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya7.
Belajar sebagai suatu proses, ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Winkel menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis,
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap8.
7
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm.5
8
WS. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grasindo,1986), hlm.36.
9
Simanjuntak, Lisnawaty, dkk.. Metode Mengajar Matematika (Jakarta: Rineka Cipta,
1993), hlm. 222.
10
Nana Sujana, Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran (Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 1991), hlm.5
8
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya11.
Tidak semua perubahan sikap dan tingkah laku yang terjadi pada diri
seseorang terjadi karena proses belajar. Perubahan yang terjadi karena proses
belajar memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar
tersebut menurut Slameto adalah: (1) perubahan itu terjadi secara sadar, (2)
perubahan itu bersifat kontinu dan fungsional, (3) perubahan itu bersifat positif
dan aktif, (4) perubahan itu bukan bersifat sementara, (5) perubahan itu memiliki
tujuan dan terarah dan (6) perubahan itu mencakup seluruh aspek tingkah laku.
11
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta.
2003, hlm.2.
12
Depdiknas, Standar Kompetensi 2004 untuk SMP. (Jakarta: Depag RI, 2005), hlm 215.
9
Matematika dapat dilakukan sebagai “mempelajari barang jadi”, tetapi dapat pula
dengan “melakukan kegiatan”, kalau mempelajari Matematika dilaksanakan
sebagai mempelajari barang jadi maka tekanan kegiatan pembelajaran adalah
menghafal dan berlatih mengerjakan soal rutin. Jika mempelajari Matematika
dengan melakukan kegiatan maka tekanan kegiatan pembelajarannya adalah
menemukan kembali konsep, prinsip, struktur dari dan oleh siswa sendiri13.
13
Suryanto, “Pendidikan Matematika Realistik”, makalah disajikan dalam lokakarya
Penyusunan Perangkat Penataran Matematika bagi widyaiswara BPG di PPPG Matematika
Jogyakarta tanggal 27 Maret s.d. 09 April 2001, hlm.4.
14
Sri Wardani, “Strategi Pembelajaran Matematika yang Kontekstual/Realistik dan
Penerapannya dalam Pembelajaran di Sekolah”, makalah diterbitkan oleh PPPG Matematika
Yogyakarta, 2002, hlm.6.
15
Gerardus Polla, “Upaya Menciptakan Pengajaran Matematika Yang Menyenangkan”,
Buletin Pelang Pendidikan , Volume 40 No.2 Tahun 2001, hlm. 47.
16
Sri Wardani, “Strategi-Pendekatan-Metode Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”,
makalah disajikan pada diklat supervisi pembelajaran Matematika Sekolah Dasar tingkat
Nasioanal tanggal 25 Oktober s.d.06 November 2004 di PPPG Matematika Yogyakarta, hlm.1.
10
Al. Krismanto, “Beberapa Teknik dan Model Pembelajaran Dengan Pendekatan PAKEM”,
17
makalah disajikan dalam Diklat guru-guru pemandu mata pelajaran Matematika SD di PPPG
Matematika Yogyakarta, hlm. 2.
18
Simanjuntak, Lisnawaty, dkk.. Metode Mengajar Matematika ....................., hlm. 229
11
ini:
1 Pembelajaran 6
Guru
Pengorganisasian Pengolahan Evaluasi Dampak
siswa
pesan Belajar
3 4 5 Pengajara
Kemampuan Pra- Kegiatan Hasil
Belajar
Belajar Belajar
n
7
2 Motivasi belajar dan emansipasi sepanjang Dampak
Siswa hayat
Pengiring
Bagan 2.1.
Perkembangan Kemampuan Siswa dalam Ranah Kognitif, Afektif, Psikomotorik Berkat
Pembelajaran.
Dari bagan di atas dapat diketahui hal berikut: (1) guru melakukan tugas
pembelajaran; tugas pembelajaran tersebut dilambangkan dengan
mengorganisasian siswa, pengolahan pesan, dan evaluasi belajar, (2) siswa
memiliki motivasi belajar dan beremansipasi sepanjang hayat, (3) siswa
bersangkutan memiliki kemampuan pra-belajar: kemampuan tersebut berupa
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, (4) berkat tindak pembelajaran
ataupun motivasi instrinsiknya, siswa melakukan atau mengingkatkan
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya lebih baik, (5) berkat evaluasi
belajar dari guru, maka siswa digolongkan telah mencapai suatu hasil belajar;
wujud hasil belajar tersebut ialah semakin bermutunya kemampuan tersebut; hasil
belajar tersebut dapat digolongkan sebagai, (6) dampak pengajaran, dan (7)
dampak pengiring19.
19
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta dan Depdikbud, 1999), hlm.
174
12
20
WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1974),
hlm.769.
21
WS. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grasindo,1986), hlm.102.
22
Agoes Soejanto, Bimbingan Ke arah Belajar yang Sukses. (Surabaya : Rineka Cipta,
1979), hlm. 12.
23
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm.12.
13
24
Jhon Echols. Dkk, Kamus Inggris Indonesia.( Jakarta: PT Gramedia, 1995), hlm. 439 dan
448.
25
Alfrida Yansen, “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat
Melalui Model Pembelajaran Problem Posing Di kelas 1 SMP Negeri 12 Kendari”. Kendari.
Skripsi FKIP Unhalu, 2005, hlm. 9.
27
Alfrida Yansen, “Meningkatkan Hasil Belajar..................hlm. 9.
14
28
Setiawan. 2004. Pembelajaran Trigonometri Berorientasi PAKEM di SMA.
hlm. 17. http : //www.p3gmatyo.go.id/download/PPP/PPP04_ Trigonometri SMA. Pdf. (5 Februari
2010)
29
Tim Penelitian Tindakan Matematika (PTM), “Meningkatkan Kemampuan Siswa
Menerapkan Konsep Matematika Melalui Pemberian Tugas Problem Posing Secara
Berkelompok”. Buletin Pelangi PendidikanVolume 2. (Jakarta: Direktorat Pendidikan, 2002),
hlm. 2.
15
memecahkan masalah.
2. Soal membuktikan (problem to prove), yaitu prosedur untuk menentukan
apakah suatu pernyataan benar atau tidak benar. Soal membuktikan terdiri atas
bagian hipotesis dan kesimpulan. Pembuktian dilakukan dengan membuat atau
memproses pernyataan yang logis dari hipotesis menuju kesimpulan30.
Silver dkk dalam Surtini mengemukakan bahwa sebenarnya sudah sejak
lama para tokoh pendidikan Matematika menunjukkan pembentukan soal
merupakan bagian penting dalam pengalaman matematis siswa dan menyarankan
agar dalam pembelajaran Matematika ditekankan kegiatan pembentukan soal31.
Begitupun yang ditekankan English bahwa pembentukan soal merupakan inti
kegiatan matematis dan merupakan komponen penting dalam kurikulum
Matematika.
Hasil penelitian Silver dan Cai dalam Surtini menunjukkan bahwa
kemampuan pembentukan soal berkorelasi positif dengan kemampuan
memecahkan masalah32. Dengan demikian kemampuan pembentukan soal sesuai
dengan tujuan pembelajaran Matematika di sekolah sebagai usaha meningkatkan
hasil pembelajaran Matematika dan dapat meningkatkan kemampuan siswa. Dari
sini kita peroleh bahwa pembentukan soal penting dalam pelajaran Matematika
guna meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa dengan membuat siswa aktif
dan kreatif.
adalah33:
1. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
2. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan
berdiskusi .
3. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu
serta kebutuhan belajar .
4. Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif
berpartisipasi dalam diskusi.
5. Dalam memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang
lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usaha mencapai
tujuan bersama.
Adapun langkah-langkah belajar kelompok adalah:
Fase Tingkah laku guru
G G
35
Winarno, “Merancang Pembelajaran Matematika Berorientasi Pada PAKEM dan
Pembekalan Kecakapan Hidup”, makalah diterbitkan oleh PPPG Matematika Jogjakarta, 2002, hlm.
3.
S36 Winarno,
S S “Strategi Pembelajaran”. Makalah disampaikan pada diklat Matematika SD dan
SLTP di Daerah. tanggal 25 Agustus s.d. 13 September 2003 Jogjakarta PPPG Matematika, hlm. 5.
37
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional..........hlm. 20
19
S S S
G
G
S S
S K S K
milik guru-guru dalam pekerjaannya sehari-hari, bukan hal yang tidak mungkin
guru-guru ini akan menjadi agen pembaharuan baik untuk sekolah tempat bekerja
atau lebih luas bagi dunia persekolahan bahkan dunia pendidikan38.
5. Media Dalam Proses Pembelajaran Matematika
Media menurut Andreas dalam Masrukan diartikan sebagai segala sesuatu
yang dimanfaatkan untuk proses komunikasi dengan siswa agar siswa belajar.
Komunikasi dan siswa yang belajar (learners) merupakan dua aspek yang pokok.
Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong proses-proses belajar
dapat dikategorikan sebagai media39.
Tujuan pemanfaatan media adalah untuk menciptakan komunikasi yang
baik diantara guru dan siswa. Prinsip pemanfatan media adalah “ The right aid at
the right time in the right place in the right manner”, merupakan kunci
pemanfaatan media yang dapat meningkatkan kualitas komunikasi guru-siswa
yang pada ahirnya meningkatkan efektifitas pembelajaran. Sebaliknya pemanfatan
media yang kurang tepat sering mengganggu komunikasi dan mengurangi
efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu pemanfaatan media dikelas difokuskan
untuk meningkatkan mutu komunikasi guru-siswa sehingga proses pembelajaran
berjalan sesuai dengan yang diharapkan (efektif).
Media pembelajaran daun kertas adalah alat bantu pembelajaran yang
terbuat dari kertas yang dibentuk berbagai bentuk daun yang digunakan guru
dalam pembelajaran untuk membantu memperjelas materi pelajaran dan
mencegah terjadinya verbalisme dalam diri siswa serta untuk proses komunikasi
dengan siswa agar siswa belajar.
Alat peraga pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru dalam
pembelajaran untuk membantu memperjelas materi pelajaran dan mencegah
terjadinya verbalisme dalam diri siswa. Pembelajaran yang banyak menggunakan
verbalisme akan membosankan siswa, sebaliknya pembelajaran akan lebih
menarik bila siswa gembira belajar atau senang karena mereka merasa tertarik dan
38
Simanjuntak, Lisnawaty, dkk.. Metode Mengajar Matematika ................., hlm. 80.
39
Masrukan, “Matematika Dan Alat Peraga”, majalah Fasilitator edisi IV/Tahun 2004, hlm.
31
21
B . Kerangka Berfikir
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran
Matematika, guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan
40
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional.....................hlm. 31.
41
Masrukan, “Matematika Dan Alat Peraga”, majalah Fasilitator edisi IV/Tahun 2004, hlm.
31
42
Madrikan Sam “Media dalam Proses Pembelajaran”. Majalah Median edisi 6 tahun 11
Desember 2004. hlm.31.
22
Guru : Siswa:
KONDISI Belum menerapkan Kreatifitas dan hasil
AWAL pendekatan problem belajar Matematika
possing dalam siswa rendah
pembelajaran
Matematika
SIKLUS I
Menerapkan
Menerapkan pendekatan poblem
TINDAKA pendekatan problem possing dan media
N possing dan media daun kertas pada
daun kertas dalam kelompok 4-5
pembelajaran orang
Matematika
SIKLUS II
Menerapkan
Diduga melalui penerapan pendekatan
pendekatan problem problem possing
KONDISI possing dan media daun dan media daun
AKHIR kertas dapat meningkatkan kertas pada
kreatifitas belajar individu
Matematika siswa kelas
VII. A Tahun pelajaran
2009/2010
Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran
Problem Possing di Kelas I SMP Negeri 2 Kendari. Penelitian yang dilakukan oleh
Sollu dengan judul Meningkatkan Pemahaman Siswa Terhadap Materi Matriks
Melalui Problem Posing di Kelas I MAS Bahrul Mubarak Toronipa. Penelitian yang
dilakukan oleh Surtini dkk dengan judul Implementasi Problem Posing pada
Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Cacah Siswa Kelas IV SD di Salatiga
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran dan penelitian
yang relevan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN
24
B. Subyek Penelitian
25
Dalam penelitian ini subyek penelitiannya adalah siswa kelas VII.A SMP
Negeri 2 Karangkobar tahun pelajaran 2009/2010. Siswa kelas VII.A berjumlah 22
siswa yang terdiri dari 36% siswa putra atau 8 orang dan 64% siswa putri atau 14
orang. Berdasarkan hasil ulangan sebelumnya kemampuan siswa terbagi 8 orang atau
36% berkemampuan kurang, 8 orang atau 36% berkemampuan sedang, 5 orang atau
22% berkemampuan cukup dan 1 orang atau 5% berkemampuan baik.
kualitatif43. Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model catatan
pengamatan.
Menurut Moleong catatan pengamatan adalah pernyataan tentang
semua peristiwa yang dialami yaitu yang didengar dan dilihat serta tidak boleh
berisi penafsiran, hanya catatan sebagaimana adanya44. Catatan pengamatan
merupakan catatan tentang siapa, apa, dan bagaimana suatu kegiatan manusia.
b. Dokumentasi
c. Wawancara
43
Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarta, 2001),
hlm. 163.
44
Ibid, hlm. 155.
45
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
(Bandung: Alfa Beta, 2005), hlm. 77.
46
Lexy Moleong. Metodologi Penelitian ......................, hlm. 135
27
belajar siswa. Validasi empirik dengan membandingkan data hasil ulangan harian
dengan data sebelumnya.
Untuk data kualitatif yaitu hasil observasi dan angket divalidasi melalui
metode triangulasi. Triangulasi sumber adalah pemeriksaan data yang memanfaatkan
sesuatu di luar data, atau data yang diperoleh dari beberapa metode sehingga dapat
diperoleh data yang absah.
E. Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas ini data dianalisis sejak tindakan pembelajaran
dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan
laporan. Untuk kesinambungan dan kedalaman dalam pengajaran, data dalam
penelitian ini digunakan analisis interaktif47. Data yang dianalisis secara deskriptif
kualitatif dengan analisis interaksi yang terdiri dari: reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan, yang dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses
pengumpulan data selesai pada setiap unitnya dengan menggunakan waktu yang
masih tersisa dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif
dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
Gambar 3.1.
Skema Proses Analisis Interaktif
47
Yudi Hartono, Persepsi dan Partisipasi Siswa dalam Pengajaran Sejarah. Tesis.
Surakarta: UNS, 2002, hlm. 21.
28
F. Indikator Kinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu:
1. Indikator kreatifitas belajar siswa dikatakan meningkat jika telah memperoleh
kriteria amat baik dan baik minimal 65% dari jumlah siswa.
2. Indikator prestasi belajar siswa dikatakan meningkat jika minimal 75% siswa
telah mencapai nilai 60 (KKM).
G. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang supaya memperoleh
hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang dinilai efektif. Penelitian ini
diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa. Adapun siklus tindakan
pembelajaran Matematika dapat diilustrasikan sebagai berikut:
30
Observasi awal
Refleksi
Pengertian dan
kemampuan
Perencanaan
revisi Tindakan
Observasi atau
Putaran II Evaluasi monitoring
Refleksi
Pengertian
dan
kemampuan
1. Observasi Awal
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Januari
2010. Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi masalah dan penyebabnya yang
berkaitan dengan kreatifitas belajar siswa dalam mengikuti pelajaran Matematika,
permasalahan itu antara lain: 1). Rendahnya minat belajar siswa. 2). Siswa kurang
aktif selama prosese pembelajaran berlangsung. 3). Siswa kurang kreatif dalam
membuat soal maupun dalam memecahkan soal. 4). Suasana pembelajaran kurang
menyenangkan. 5). Hasil belajar siswa kurang menyenangkan sehingga proses
pembelajaran belum efektif. 6). Media pembelajaran jarang digunakan sehingga
pembelajaran kurang bervariasi.
2. Tahapan Siklus I
a. Perencanaan
Tahap ini dibuat sesuai dengan observasi awal untuk menempuh acuan
dalam perencanaan kegiatan peneliti bersama guru kolaborator akan
merancang dan menyusun pembelajaran tindakan tentang materi Garis dan
Sudut yang diberikan pada siswa kelas VII.A SMP Negeri 2 Karangkobar
melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
2. Membuat soal-soal untuk masing-masing pertemuan.
3. Menyusun lembar observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Problem possing responden guru.
4. Menyusun lembar observasi kegiatan pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Problem possing responden siswa.
5. Menyusun panduan wawancara responden teman sejawat.
6. Menyusun panduan wawancara responden siswa.
b. Pelaksanaan
Tindak pembelajaran yang dimaksud disini adalah suatu tindakan yang
dilaksanakan guru matematika kelas VII.A didalam pembelajaran. Pelaksanaan
tindakan, kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah dibuat. Untuk mengantisipasi permasalahan
siswa dalam belajar Matematika maka tindak pembelajaran yang dilakukan
32
3. Tahapan Siklus II
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
a. Diskripsi Kondisi Awal
Pembelajaran Matematika pada umumnya selama ini yang penulis lakukan
masih konvensional, hal ini disebabkan karena materi pelajaran yang banyak, jika
menggunakan metode yang bermacam-macam, tidak selesai, padahal Matematika
termasuk mata pelajaran yang diujiannasionalkan. Pembelajaran yang penulis
lakukan begitu masuk menanyakan PR, menyampaikan materi, memberi contoh,
latihan soal, sampai waktu habis, terus berulang-ulang. Pada akhir materi
diberikan ulangan, hasilnya sangat mengecewakan.
Sebelum penelitian dimulai, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang
terjadi pada kelas VII.A dengan cara merefleksi diri terhadap proses
pembelajaran yang selama ini peneliti lakukan. Kemudian peneliti memberikan
angket siswa sebagai refleksi awal yang akan digunakan sebagai dasar untuk
menentukan fokus masalah pada penelitian ini.
Sebelum memaparkan hasil penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu akan
disajikan data hasil refleksi awal yang diperoleh dari angket siswa. Hasil refleksi
awal tedapat pada Tabel 4.1.
Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas VII.A
SMP Negeri 2 Karangkobar menyatakan Matematika merupakan pelajaran yang
sulit (54,5%) dan 68,2% siswa merasa tidak puas terhadap hasil ulangan yang
diperoleh. Siswa merasa jenuh dengan metode mengajar yang selama ini
diterapkan. Hampir semua siswa (91,0%) menginginkan adanya variasi model
pembelajaran, dan siswa merasa kurang termotivasi untuk belajar dengan metode
yang selama ini diterapkan.
Selain itu, peneliti menyiapkan data yang berupa nilai ulangan harian dari
materi sebelumnya. Dari nilai ulangan harian, menunjukkan bahwa banyak siswa
yang belum tuntas atau yang mendapatkan nilai kurang dari 59 ada 8 orang atau
36% berkemampuan kurang, 8 orang atau 36% berkemampuan sedang, 5 orang
atau 22% berkemampuan cukup dan 1 orang atau 5% berkemampuan baik, data
kompetensi siswa kelas VII.A dapat dilihat pada tabel 4.2:
kelompok siswa putra dan putri dicampur dan siswa yang memiliki kemampuan
tinggi dan rendah juga dicampur. Kemudian guru memberikan arahan kepada
masing-masing kelompok agar setiap kelompok supaya membuat 3 soal beserta
cara penyelesaiannya soal ditulis diselembar kertas yang dibentuk berbagai
macam daun. Lembar soal yang berbentuk daun ini bertujuan agar siswa tidak
bosan dan lebih menarik, yang mana selama ini lembar soal selalu berupa kertas
segi empat.
Gambar 4.1: Kegiatan kerja kelompok siswa pada pertemuan I siklus I dimana
Ada satu atau dua siswa pada masing-masing kelompok yang kurang peduli
terhadap kegiatan yang dikerjakan oleh teman yang lain.
Gambar 4.2: Siswa bertanya dalam forum diskusi pada pertemuan I siklus I
Gambar 4.3: Guru memberi bimbingan pada kelompok belajar pada pertemuan
II siklus I
41
Gambar 4.4: Perwakilan salah satu kelompok sedang memberi penjelasan pada
kelompok lain yang bertanya pada pertemuan II siklus I.
d. Observasi
1. Pengamatan terhadap guru
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung diadakan pengamatan dan
penilaian terhadap guru. Pengamatan dan penilaian terhadap guru dilakukan
42
e. Evaluasi
Setelah pelaksanaan tindakan siklus I selama 2 kali pertemuan,
diadakan evaluasi dengan tes yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 8 April
2010. Hasil tes siklus I menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jika
dibandingkan dengan hasil tes awal yaitu dari 12 siswa atau 63,6% yang
memperoleh nilai diatas KKM (60) pada tes awal meningkat menjadi 17 siswa
atau 77,3% yang memperoleh nilai diatas KKM. Walaupun hasil tes siklus I
menunjukkan peningkatan, tetapi karena belum mencapai indikator keberhasilan
maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Hasil tes tindakan siklus I
selengkapnya dapat dlihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6: Kompetensi siswa Kelas VII.A Siklus I
Rentang Nilai Frekuensi Persentase Kriteria
90 – 100 2 9,0% Amat Baik
80 – 89 3 13,6% Baik
70 – 79 6 31,8% Cukup
60 – 69 6 31,8% Sedang
50 – 59 2 9,0% Kurang
40 – 49 2 9,0% Sangat Kurang
< 39 1 4,5% Sangat Kurang Sekali
Rata - Rata 69,1
Ketuntasan 77,2%
Belajar
46
f.Refleksi
Berdasarkan hasil observasi terhadap guru dan siswa, angket tanggapan
siswa dan evaluasi selama pelaksanaan siklus 1, ada beberapa hal penting yang
perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya.
Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru telah berusaha
tampil dengan baik sesuai dengan pendekatan problem possing. Dari hasil
observasi ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan
pembelajaran antara lain: guru kurang memotivasi siswa dalam belajar dan
kurang membimbing seluruh kelompok dalam kegiatan kelompok sehingga tidak
semua siswa terlibat dalam kegiatan kelompok. Untuk mengatasi hal tersebut
peneliti dan observer saling memberi masukan agar pada siklus berikutnya guru
tampil dengan lebih baik. Guru harus berusaha memberi bimbingan yang merata
pada semua kelompok sehingga tidak ada kelompok yang merasa tidak
diperhatikan dan semua siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran ada hal yang perlu
diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya yaitu dalam kelompok
belajar, tidak semua siswa aktif mengerjakan membuat soal, terutama pada
pertemuan pertama. Ada satu atau dua siswa pada masing-masing kelompok
yang kurang peduli terhadap kegiatan yang dikerjakan oleh teman yang lain.
Untuk mengantisipasi agar hal ini tidak terulang pada siklus berikutnya maka
setiap siswa harus membuat soal walaupun dalam bentuk kelompok tetapi
pengerjaannya tetap individu.
3. Guru harus bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerja sama dengan
teman kelompoknya.
4. Guru harus selalu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
5. Guru harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan
kegiatan dalam skenario pembelajaran dapat terlaksana.
6. Siswa diwajibkan untuk meminjam buku paket Matematika dari perpustakaan
agar siswa kreatif mencari soal dari sumber bacaan lain.
Rencana pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam siklus ini adalah
melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat, adapun rencana tindakan
pada siklus I adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
2. Guru menyajikan informasi baik secara ceramah atau tanya jawab selanjutnya
memberi contoh cara pembuatan soal dari informasi yang diberikan.
3. Guru membentuk kelompok belajar antara 4-5 siswa tiap kelompok yang
bersifat heterogen baik kemampuan, ras dan jenis kelamin.
4. Setiap siswa harus membuat soal dan cara penyelasaiannya pengerjaannya
48
a. Pelaksanaan Pembelajaran.
Gambar 4.6: Guru berkeliling kelas sambil memberi bimbingan pada siswa atau
kelompok yang merasa kesulitan pada pertemuan II siklus II
52
e. Observasi
1. Pengamatan terhadap guru
Pada siklus II pengamatan dan penilaian terhadap guru dilakukan oleh
observer dengan mengisi lembar observasi kegiatan pembelajaran Matematika
dengan pendekatan problem possing responden guru. Dari hasil pengamatan
indikator yang diamati hampir semua amat baik. Rata-rata 3,67 atau amat baik
sehingga peneliti yakin bahwa pembelajaran melalui pendekatan problem
possing dengan media daun kertas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
terutama aspek kreatifitas belajar pada materi garis dan sudut siswa kelas
VII.A SMP Negeri 2 Karangkobar. Hasil pengamatan secara lengkap dapat
dilihat pada tabel. 4.7
e. Evaluasi
Setelah pelaksanaan tindakan siklus II selama 2 kali pertemuan,
diadakan evaluasi dengan tes yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 13
April 2010. Hasil tes siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jika
dibandingkan dengan hasil tes siklus I yaitu dari 17 siswa atau 77,3% yang
memperoleh nilai diatas KKM (60) pada tes awal meningkat menjadi 19 siswa
atau 86,4% yang memperoleh nilai diatas KKM. Hasil tes tindakan siklus I
selengkapnya dapat dlihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10: Kompetensi siswa Kelas VII.A Siklus II
Rentang Nilai Frekuensi Persentase Kriteria
90 – 100 4 18,1% Amat Baik
80 – 89 3 13,6% Baik
70 – 79 9 31,8% Cukup
60 – 69 3 13,6% Sedang
50 – 59 2 9,0% Kurang
40 – 49 1 4,5% Sangat Kurang
< 39 0 0,0% Sangat Kurang Sekali
Rata - Rata 75,5
Ketuntasan 86,4%
Belajar
57
g. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan dan penilaian terhadap
guru yang dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi kegiatan
pembelajaran Matematika dengan pendekatan Problem Possing responden guru
pada siklus II diperoleh kesimpulan bahwa proses pembelajaran telah
berlangsung sesuai dengan tujuan dan memperoleh nilai rata-rata 3,67 atau amat
baik. Sedangkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap kreatifitas belajar
siswa dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi kegiatan
pembelajaran Matematika dengan pendekatan problem possing responden siswa
pada siklus II diperoleh kesimpulan kreatifitas belajar siswa dengan kriteria amat
baik meningkat sebesar 14,8% yaitu dari 19,3% menjadi 34,1% sedangkan
kriteria baik meningkat 11,3% yaitu dari 36,4% menjadi 47,7%. Hasil tes siklus
II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes
siklus I yaitu dari 17 siswa atau 77,3% yang memperoleh nilai diatas KKM (60)
pada tes awal meningkat menjadi 19 siswa atau 86,4% yang memperoleh nilai
diatas KKM.
Dengan demikian peneliti dan guru kolaborator mengambil kesimpulan:
melalui pendekatan problem possing dengan media daun kertas dapat
meningkatkan kreatifitas belajar Matematika siswa kelas VII.A SMP Negeri 2
Karangkobar pada materi garis dan sudut tahun pelajaran 2009/2010. Dengan
meningkatnya kreatifitas belajar siswa meningkat pula prestasi belajar
Matematika siswa kelas VII.A SMP Negeri 2 Karangkobar pada materi garis dan
sudut tahun pelajaran 2009/2010 .
bahwa problem posing merupakan suatu pembentukan soal atau pengajuan soal
yang dilakukan oleh siswa dengan cara membuat soal tidak jauh beda dengan soal
yang diberikan oleh guru ataupun dari situasi dan pengalaman siswa itu sendiri.
Data pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan problem possing
diperoleh lembar pengamatan kegiatan pembelajaran dengan responden guru.
pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan problem possing pada siklus 1 belum
sepenuhnya berjalan dengan baik. Terlihat guru kurang mampu mengelola
pembelajaran dan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran model problem
possing. Siswa belum memahami tugas mereka dalam pembelajaran problem
possing ini. Hal ini disebabkan kurangnya motivasi dan bimbingan guru sehingga
sebagian siswa bersifat pasif. Mereka kurang peduli dengan tugas yang diberikan,
mereka hanya menggantungkan pada teman yang mereka anggap pintar. Seingga
mereka kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik pada saat kerja kelompok
maupun pada saat diskusi kelas. Hal ini dikarenakan pemberian tugas secara
kelompok, dimana satu kelompok hanya mengumpulkan satu paket soal.
49
Suparlan,” Sepuluh Kaidah Untuk Meningkatkan Citra Matematika Sebagai Mata
Pelajaran Yang Menyenangkan” majalah Fasilitator edisi IV tahun 2004, hlm. 13.
50
Winarno, “Strategi Pembelajaran Matematika ................, hlm.17.
59
52
Surtini, Sri. 2004. Problem Posing dan Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan Cacah
Siswa SD. Jurnal pendidikan (on line volume 5 no. 1).hlm. 49. http://pk.ut.ac. Id/Scan
Penelitian/Sri % 2004. pdf. (5 Februari 2010).
53
Al. Krismanto, “Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan PAKEM” , makalah
disajikan dalam Diklat guru-guru pemandu mata pelajaran Matematika SD di PPPG Matematika
Yogyakarta tanggal 05 s.d 20 Agustus 2002, hlm.4
61
soal menjadi salah satu aspek pengamatan. Inti dari pendekatan problem possing
ini adalah pada pembentukan soal atau pembentukan masalah mencakup dua
kegiatan yaitu pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi atau dari
pengalaman siswa dan pembentukan soal dari soal yang sudah ada.
Pada siklus I jumlah siswa yang aktif dan dapat menbuat seta mengerjakan
soal dengan kroteria amat baika ada 4 siswa atau 18,2% sedangkan pada siklus II
meningkat menjadi 9 siswa atau 40,9%. Adapun kriteria baik pada siklus I ada 10
siswa atau 45,5% sedangkan pada siklus II masih tetap 10 siswa atau 45,5%,
untuk kriteria kurang pada siklus I ada 3 siswa atau 13,6% pada siklus II
menurun menjadi 1 siswa atau 4,5%. Selain itu berdasarkan angket tanggapan
siswa pada siklus I yang menyatakan “Apakah saya menjadi lebih paham dan
menguasai pelajaran setelah menggunaka metode dan media yang dipakai?” ada
14 siswa atau 43,6% pada siklus II meningkat menjadi 19 siswa atau 86,4%.
Pada siklus II mengalami peningkatan yang positif hal ini dikarenakan
pada siklus II dirubah setiap siswa harus membuat dan mengerjakan satu paket
soal walau pengerjaanya dalam kelompok. Dengan demikian Problem posing atau
pembentukan soal adalah salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan
keterampilan siswa guna meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan
konsep Matematika. Hal ini sesuai dengan Tim Penelitian Tindakan Matematika
mengatakan bahwa 55
: Adanya korelasi positif antara kemampuan membentuk
soal dan kemampuan membentuk masalah, dan Latihan membentuk soal
merupakan cara efektif untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam memecahkan
suatu masalah.
55
Tim Penelitian Tindakan Matematika (PTM), “Meningkatkan Kemampuan Siswa
Menerapkan Konsep Matematika Melalui Pemberian Tugas Problem Posing Secara
Berkelompok”. Buletin Pelangi PendidikanVolume 2. (Jakarta: Direktorat Pendidikan, 2002),
hlm. 2.
63
Pada siklus I jumlah siswa yang aktif dalam diskusi kelompok atau
diskusi kelas membahas soal yang telah dibuat dan dikerjakan dengan kriteria
amat baik ada 5 siswa atau 22,7% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 7
siswa atau 31,8%. Adapun kriteria baik pada siklus I ada 8 siswa atau 36,4%
sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 13 siswa atau 59,1%, untuk kriteria
kurang pada siklus I ada 4 siswa atau 18,2% pada siklus II menurun menjadi 1
siswa atau 4,5%. Selain itu berdasarkan angket tanggapan siswa pada siklus I
yang menyatakan “Apakah saya memberikan tanggapan atas pendapat teman
64
dalam diskusi?” ada 4 siswa atau 18,2% pada siklus II meningkat menjadi 9
siswa atau 40,9%.
Grafik 4.3: Indikator keaktifan siswa dalam diskusi pada setiap siklus
56
Herry Sukarman, 2002, “Inovasi Strategi Pembelajaran Matematika SLTP”.
Makalah diterbitkan PPPG Matematika Yogyakarta, hlm. 13
65
Pada siklus I media daun kertas yang dibuat satu media tiap kelompok,
setiap kelompok akan membagi anggotanya untuk bekerjasama ada yang
membuat media dan kertas, ada yang membuat soal dan ada yang membuat
penyelesaiannya. Pada siklus II setiap siswa harus membuat media daun kertas
dan satu paket soal, sehingga pada siklus II untuk menghemat waktu pembuatan
media daun kertas dikerjakan dirumah. Bentuk daun yang dibuat siswa beraneka
ragam ada yang membuat media daun waru, tales, kopi dan lain sebagainya.
Kreatifitas membentuk daun inilah yang menjadi aspek pengamatan. Selain
kemampuan membuat media daun kertas kreatifitas siswa juga dapat dilihat dari
para siswa yang meminjam buku perpustakaan, dimana mereka akan mencari
contoh-contoh soal yang akan mereka jadikan model soal yang akan dibuat.
pembelajaran mampu menggugah sikap positif siswa menjadi lebih aktif, kritis,
kreatif dan inovatif, sehingga ketercapaian kompetensi dapat dilakukan dengan
baik”57. Dengan demikian pembuatan dan penggunaan media daun kertas ini
dapat meningkatkan kreatifitas belajar Matematika siswa.
Grafik 4.4: Indikator Kemampuan siswa berkreasi membuat media Daun kertas pada
setiap siklus.
Berdasarkan peningkatan setiap indikator kreatifitas pada siklus II
dibanding siklus I, secara umum kreatifitas siswa pada siklus II meningkat 26,2%
dibanding siklus I yaitu dari 55,7% menjadi 81,8% sehingga telah memenuhi
indikator kinerja kreatifitas belajar siswa. Dengan demikian pembelajaran dengan
menggunakan model pendekatan pembelajaran problem possing dapat membuat
siswa semakin kreatif dalam belajarnya dan pada akhirnya siswa akan mampu
menguasai materi yang telah diajarkan, sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar Matematika.
Madrikan Sam, “Media dalam Proses Pembelajaran”. Majalah Median edisi 6 tahun
57
Pada data hasil ulangan harian meningkat dari siklus 1 ke siklus 2, baik dari
persentase ketuntasan belajar maupun rata-rata kelas. Adanya peningkatan tersebut
disebabkan pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan problem possing telah
berlangsung secara efektif. Pembelajaran dengan pendekatan problem possing yang
dilaksanakan guru telah mampu menumbuhkan dan meningkatkan kreatifitas belajar
siswa belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa kelas VII.A SMP Negeri 2
Karangkobar meningkat. Terutama pada penggunaan media daun kertas membuat
siswa lebih tertarik dan tidak bosan karena ada variasi dalam pembelajaran sehingga
siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pandapat
Gordon Dryden dan Jeannette Vos yang menyatakan bahwa belajar akan efektif jika
dilaksanakan dalam suasana menyenangkan, sehingga informasi/pengetahuan yang
komplekpun akan dapat diserap dan diingat dengan mudah58.
58
Gordon Dryden dan Jeanette Vos. (2003). The Learning Revolution. (Bandung:
Kaifa,2003), hlm.9
69
Karena telah terjadi peningkatan baik kreatifitas dan prestasi belajar siswa,
maka peneliti dan guru kolaborator mengambil kesimpulan bahwa dengan
melaksanakan pembelajaran Matematika melalui pendekatan Problem Possing
dengan media daun kertas, maka akan terjadi peningkatan kreatifitas belajar siswa
kelas VII.A SMP Negeri 2 Karangkobar pada materi garis dan sudut tahun pelajaran
2009/2010. Penelitian ini berakhir setelah pelaksanaan siklus II karena telah
mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan antara guru matematika dan
guru kolaborator dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pendekatan problem possing dengan media daun kertas dapat meningkatkan
kreatifitas belajar Matematika siswa kelas VII.A SMP Negeri 2 Karangkobar
pada materi garis dan sudut tahun pelajaran 2009/2010.
2. Pendekatan problem possing dengan media daun kertas dapat meningkatkan
prestasi belajar Matematika siswa kelas VII.A SMP Negeri 2 Karangkobar
pada materi garis dan sudut tahun pelajaran 2009/2010.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang bersifat kolaboratif yang
telah dilaksanakan, maka diajukan sejumlah saran sebagai berikut:
1. Terhadap kepala sekolah
a. Kepala sekolah harus menjadi pemimpin dan penggerak perbaikan
pembelajaran dengan melibatkan peran guru. Hubungan guru dan kepala
sekolah dapat dikembangkan melalui kerja kolaborasi.
b. Kepala sekolah dapat melaksanakan pemantauan proses pembelajaran di
kelas. Hal ini dapat digunakan untuk mengetahui situasi pembelajaran di kelas
dan masalah-masalah yang muncul dari masing-masing kelas.
2. Terhadap guru matematika
a. Guru matematika hendaknya menggunakan metode maupun teknik mengajar
yang tepat dan bervariasi agar proses pembelajaran tidak monoton dan
membosankan.
b. Guru hendaknya dapat menciptakan strategi pembelajaran yang berdasarkan
pada kemampuan / potensi awal siswa agar pembelajaran lebih bermakna.
71
DAFTAR PUSTAKA
Alfrida Yansen, (2005), “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan
Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran Problem Posing Di kelas 1 SMP Negeri 12
Kendari”. Kendari. Skripsi FKIP Unhalu.
Depdiknas, (2005), Standar Kompetensi 2004 untuk SMP. Jakarta: Depag RI.
Gordon Dryden dan Jeanette Vos. (2003). The Learning Revolution. (Bandung:
Kaifa,2003), hlm.9
Masrukan, (2004), “Matematika Dan Alat Peraga”, majalah Fasilitator edisi IV.
Tahun 2004
73
Surtini, Sri. (2004). Problem Posing dan Pembelajaran Operasi Hitung Bilangan
Cacah Siswa SD. Jurnal pendidikan (on line volume 5 no. 1).hlm. 49. http://pk.ut.ac.
Id/Scan Penelitian/Sri % 2004. pdf. (5 Februari 2010).
Yudi Hartono, (2002), Persepsi dan Partisipasi Siswa dalam Pengajaran Sejarah.
Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
75
BIODATA PENELITI
Penulis
Wahyudi, S.Pd.I
76
Silabus
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
AMRIYATUN √ √ √ √
1 NUR HAYATUN
TITI WATIMAH
RIYADI
DIDIK. S
DWI ASTUTI
2
NUR HASANAH
WARTINI
EHWAN
EGAWATI
3 PENI SUHARTI
YULITA. S
YULIYANTO
WAHNOTO
LAELI. F
4
SURATMI
YULIYANTI
SALIM
MENA SRI. S
5
SUWARNI
MADIN
Keterangan: SB = Sangat baik: Skor 4 C = Cukup: Skor 2
B = Baik: Skor 3 K = Kurang: Skor 1 Observer
89
Observer
93
Observer
94
Observer
95
Observer
96
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
97
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
Ragu-
No Pertanyaan Ya Tidak
ragu
Nilai
No. Nama
Sebelum tindakan Siklus I Siklus II
1 ARDIYANTO 54 66 72
2 AMRIYATUN 74 77 79
3 NUR HAYATUN 63 75 84
4 TITI WATIMAH 66 81 94
5 RIYADI 62 69 74
6 DIDIK SUPRIYANTO 84 92 100
7 DWI ASTUTI 38 39 48
8 NUR HASANAH 76 82 92
9 WARTINI 48 54 66
10 EHWAN 75 92 92
11 EGAWATI 36 44 56
12 PENI SUHARTI 74 76 85
13 YULITA. S 65 67 76
14 YULIYANTO 66 72 75
15 WAHNOTO 72 84 88
16 LAELI FATIMAH 64 68 68
17 SURATMI 66 74 72
18 YULIYANTI 63 77 76
19 SALIM 45 54 64
20 MENA SRI. S 46 48 52
21 SUWARNI 55 66 76
22 MADIN 58 63 72
RATA-RATA 61,36 69,10 75,50
99