Anda di halaman 1dari 11

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG

PECAHAN MENGGUNAKAN MODEL TWO STAY TWO SRAY DI


KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI SUKAMENAK
SUKANAGARA CIANJUR

oleh
HENDRI PRANATA K.N.
NIM 857349814
Email : henrypranata21@gmail.com

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

ABSTRAK

Latar belakang dilakukan pemugaran pembelajaran yaitu lantaran


adanya konflik rendahnya output belajar anak didik di kelas III Sekolah Dasar
Negeri Sukamenak Sukanagara Cianjur. Hasil belajar anak didik dalam materi
tadi belum mencapai KKM yg dipengaruhi sebanyak 70. Tujuan penelitian yaitu
buat mengetahui peningkatan ketuntasan & output belajar anak didik mengenai
pecahan memakai contoh Two Stay Two Stray pada kelas III SDN Sukamenak.
Metode yg dipakai yaitu Penelitian Tindakan Kelas menggunakan mekanisme yg
mencakup anak didik kelas III Sekolah Dasar Negeri Sukamenak tahun pelajaran
2022/2023 sebesar 17 orang. Teknik penelitian yaitu tes & nontes. Tes dipakai
buat mengumpulkan data output belajar anak didik pada tahu materi pecahan
selesainya dilakukan pembelajaran menggunakan memakai contoh Two Stay Two
Stray. Nontes berupa observasi dipakai buat mengumpulkan data kegiatan
pengajar & anak didik selama pembelajaran. Teknik analisis data dilakukan
secara kuantitatif & kualitatis skala seratus. Hasil pengolahan data diperoleh
simpulan bahwa output tes dalam daur I diketahui ketuntasan belajar anak didik
mencapai homogen-homogen 70,59% dan daur II yaitu 100%. Hasil belajar anak
didik daur I mencapai
homogen-homogen 70,50 & daur II yaitu homogen-homogen 81,07. Dengan
demikian,
penggunaan contoh Two Stay Two Stray bisa menaikkan ketuntasan & output
belajar anak didik kelas III Sekolah Dasar Negeri Sukamenak dalam materi
pecahan sederhana.

Kata kunci : output belajar, pecahan, & contoh Two Stay Two Stray

1
2

A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan keliru satu faktor yang sangat penting bagi
kehidupan insan dalam rangka mencapai keinginan & tujuan yang diharapkan.
Banyak hasil Pendidikan dikembangkan & diaplikasikan dalam banyak sekali
aspek kehidupan insan. Begitu pentingnya pendidikan dalam banyak sekali aspek
kehidupan, maka Pendidikan dilaksanakan sebaik mungkin menggunakan
mengarahkan banyak seklai faktor yang menunjang terhadap peningkatan kualitas
pendidikan. Pengajar merupakan faktor pendorong buat mewujudkan tujuan &
target pendidikan. Oleh karena itu, pengajardituntut memiliki kemampuan dalam
menciptakan pembelajaran yang baik & wajib sanggup mengelola berdari yang
ada, menyusun perencanaan, & sanggup meningkatkan kemampuan dalam
memberikan pelayanan yang baik terhadap murid menjadi akibatnya akan tercipta
pembelajaran yang baik.
Pembelajaran yg dikembangkan pada SD pada antaranya merupakan
pembelajaran matematika yakni bagian yg integral pada pembelajaran yg bisa
menaikkan prestasi belajar anak didik & mencapai tujuan pendidikan. Matematika
nir bisa dipisahkan menurut aktivitas tahu materi pelajaran juga pada aktivitas lain
pada luar sekolah. Tidak sedikit aktivitas yg memakai konsep matematika buat
mencapai suatu keberhasilan sehingga bisa dikatakan bahwa matematika
memegang peranan krusial pada kehidupan sehari-hari. Konsep penjumahan,
pengurangan, perkalian, & pembagian merupakan bagian terpenting & poly
terapkan pada kehidupan sehari-hari.
Begitu banyaknya materi pembelajaran matematika yg wajib dikuasai anak
didik berakibat pembelajaran ini kurang disukasi anak didik. Berdasarkan output
pembelajaran di SDN Sukamenak Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur
pada lepas 28 September 2022, kegiatan belajar anak didik masih rendah yakni
65% kurang aktif pada berdikusi, menemukan, & memecahkan masalah. Hal tadi
ditimbulkan sang kurang efektifnya metode pembelajaran yg dipakai yakni nir
memakai metode yg menunjuk pada aktivitas anak didik buat berlatih menemukan
konsep tentang pecahan. Rendahnya kegiatan belajar anak didik berpengaruh
terhadap output belajar, homogen-homogen yg dicapai anak didik hanya 65 & hal
tadi belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal. Dari 17 anak didik, sebesar 8
orang belum mencapai ketuntasan belajar.
Pertarunga tersebut perlu dicari jalan munculnya menggunakan cara
mengadakan pemugaran pembelajaran yg menekankan kegiatan belajar murid yg
nantinya akan berdampak terhadap ketuntasan & output belajar. Banyak contoh &
metode pembelajaran yg bisa dipakai pada antaranya merupakan contoh Two Stay
Two Stray.
Atas dasar hal tersebut, maka dilakukan penelitian pemugaran
pembelajaran mengenai peningkatan ketuntasan & output belajar pecahan
3

sederhana memakai contoh Two Stray Two Stray pada kelas III Sekolah Dasar
Negeri Sukamenak Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur. Selama penelitian,
dilakukan pengamatan oleh seseorang observer menggunakan tujuan untuk
mengetahui kelebihan & kelemahan pembelajaran menjadi masukan dalam
aplikasi tindakan berikutnya.
Agar lebih jelas mengenai permasalahan perbaikan pembelajaran ini, maka
berikut ini disajikan analisis masalah.
a. Aktivitas belajar anak didik pada pembelajaran pecahan pada kelas III masih
rendah yakni sebesar 65% anak didik kurang aktif pada berdiskusi,
menemukan, & memecahkan masalah. Hal tadi ditimbulkan sang kurang
efektifnya metode pembelajaran yg dipakai yakni nir memakai metode yg
menunjuk pada kegiatan anak didik buat berlatih menemukan konsep
sederhana.
b. Hasil belajar anak didik pada tahu materi pecahan hanya mencapai nilai
homogen-homogen 65, sedangkan KKM yg dipengaruhi sebanyak 70. Hal
tadi ditimbulkan sang kurang hadiah kesempatan pada anak didik buat
mengadakan latihan, menemukan, & memecahkan perseteruan sederhana.
Pengajar lebih poly mengungkapkan teori daripada menaruh kesempatan pada
anak didik buat berdiskusi, mengamati, & mengungkapkan materi pelajaran.
c. Pengajar kurang menaruh kesempatan pada anak didik buat bertanya,
membicarakan pendapat, & kurang menaruh motivasi buat belajar
berpengaruh terhadap rendahnya kegiatan anak didik pada belajar.
d. Pengajar kurang sempurna pada menentukan metodepembelajaran, sebagai
akibatnya output belajar anak didik masih rendah.
e. Pengajar kurang menaruh bimbingan pada anak didik yg menerima kesulitan
pada belajar sebagai akibatnya belum mencapai ketuntasan
f. belajar.Guru lebih banyak mendominasi pelaksanaan pembelajaran sehingga
siswa kurang aktif dalam belajar.
g. Pengajar nir membiasakan murid buat memberi kesempatan buat
mengerjakan soal-soal latihan pada papan tulis sebagai akibatnya murid
tampak memalukan-memalukan pada mengerjakan soal pada papan tulis.
Berdasarkan identifikasi & analisis kasus pada atas, maka pemecahan kasus
dalam penelitian pemugaran pembelajaran ini diprioritaskan dalam penggunaan
contoh Two Stay Two Stray buat menaikkan ketuntasan & output belajar
matematika mengenai pecahan sederhana pada kelas III Sekolah Dasar Negeri
Sukamenak Kecamatan Sukanagara. Pemilihan contoh Two Stray Two Stray
lantaran contoh ini bisa menumbuhkan norma anak didik buat belajar secara aktif.
Siswa aktif buat melakukan aneka macam kegiatan pada belajar & pengajar
bertugas memotivasi dan mengarahkan semua kegiatan anak didik pada belajar.
Aktivitas pengajar mengajar tercermin pada menempuh taktik pembelajaran,
4

sedangkan kegiatan anak didik tercermin pada mengamati & mengemukakan


pendapat tentang objek yg dilihat.
Berdasarkan latar belakang perkara yg telah diuraikan pada atas, maka
perkara pada penelitian pemugaran pembelajaran ini dirumuskan yaitu,
“Bagaimana ketuntasan & output belajar anak didik mengenai pecahan memakai
contoh Two Stay Two Stray pada kelas III Sekolah Dasar Negeri
Sukamenak?”Sesuai menggunakan rumusa perkara, maka tujuan dilaksanakan
penelitian pemugaran pembelajaran ini yaitu buat mengetahui peningkatan
ketuntasan & output belajar anak didik mengenai pecahan memakai contoh Two
Stay Two Stray pada kelas III Sekolah Dasar Negeri Sukamenak.

Perbaikan pembelajaran ini memiliki manfaat, baik secara teoretis


maupun praktis. Secara teoretis pemugaran pembelajaran berguna buat
mengembangkan disiplin ilmu tentang contoh pembelajaran, output belajar, &
matematika. Secara praktis, pemugaran pembelajaran berguna bagi anak didik,
pengajar, bagi sekolah, & institusi pendidikan secara umum. Perbaikan
pembelajaran ini berguna bagi anak didik yakni bisa membiasakan anak didik buat
mengadakan kolaborasi pada menuntaskan menggunakan langkah-langkah yg
tepat. Manfaat bagi pengajar menjadi peneliti yaitu menyajikan pembelajaran yg
lebih menitikberatkan pada kegiatan belajar anak didik dan mengetahui efektivitas
contoh pada pembelajaran pecahan sederhana buat dijadikan menjadi acuan pada
memakai contoh pembelajaran lainnya. Manfaat bagi sekolah menaikkan kualitas
belajar anak didik dan mutu pendidikan yg lebih baik sebagai akibatnya sekolah
lebih maju & berkembang. Manfaat bagi institusi pendidikan secara umum yaitu
menjadi bahan masukan & pertimbangan bagi pemberi kebijakan mengenai
aplikasi pendidikan sebagai akibatnya berguna pada menaikkan mutu pendidikan
guna mencapai tujuan pendidikan nasional.

B. Kajian Pustaka
Pengertian belajar yg dari Ali (201dua:14) yaitu, “Secara generik belajar
adalah proses perubahan konduite dampak hubungan individu menggunakan
lingkungannya”. Pendapat yg sama mengenai belajar dikemukakakn jua sang
Hamalik (2015: 37), “Belajar diartikan menjadi suatu proses perubahan tingkah
laris individu melalui hubungan menggunakan lingkungan”.
Kegiatan belajar tentunya buat memperoleh output belajar. Siswa yg
melaksanakan belajar tentu akan mengakibatkan output belajar, baik pengetahuan,
keterampilan, juga perilaku. Menurut Sudjana (2015:19) “Hasil belajar merupakan
suatu dampak berdasarkan proses belajar menggunakan memakai indera
pengukuran yaitu berupa tes yg disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes
mulut juga tes perbuatan.” Selain itu, Nasution (2008:35) mengemukakan, ”Hasil
belajar merupakan suatu perubahan dalam individu yg belajar, nir hanya tentang
5

pengetahuan, namun membangun kecakapan & penghayatan pada diri eksklusif


individu yg belajar.” Adapun menurut Purwanto (2011: 46) “Hasil belajar
merupakan perubahan konduite siswa dampak belajar. Perubahan konduite
ditimbulkan lantaran beliau mencapai dominasi atas sejumlah bahan yg diberikan
pada proses belajar mengajar.” Hasil belajar menurut pendapat tadi merujuk pada
perubahan konduite menjadi imbas berdasarkan aktivitas belajar. Dimyati (2010:
48) mengemukakan, “Hasil belajar adalah output sesuatu hubungan tindak belajar
& tindak mengajar berdasarkan sisi pengajar.”
Banyak faktor yg menghipnotis belajar murid. Adapun faktor yg
menghipnotis output belajar murid dari Slameto (2013: 54) yaitu “Faktor intern &
faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yg terdapat pada diri individu yg
sedang belajar, sedangkan faktor eksten merupakan faktor yg terdapat pada luar
individu.” Menurut Hamalik (2005: 94) yaitu “Perbedaan output belajar pada
kalangan para murid ditimbulkan sang faktor-faktor kematangan, latar belakang
eksklusif, perilaku & talenta terhadap pelajaran, jenis mata ajaran yg diberikan.”
Secara umum faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi dua bagian
yaitu faktordari dalam & dari luar individu. Dari ke duafaktor tersebut masih
adafaktor-faktor lain yang mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi
keberhasilanbelajar murid. apabila ditinjau dari faktor dalam & luar, maka belajar
muriddipengaruhi oleh poly sekali aspek yang masih ada hubungannya memakai
kegiatan belajaratau aktivitas sehari-hari.
Dalam setiap pembelajaran nir terlepas berdasarkan penggunaan contoh
pembelajaran lantaran adalah bagian berdasarkan komponen pembelajaran. Model
pembelajaran dari Sagala (2015: 175) merupakan menjadi kerangka konseptual yg
dipakai menjadi panduan pada melakukan aktivitas. Model sebagai tumpuan pada
melaksanakan suatu aktivitas sebagai akibatnya langkah-langkah aktivitas sangat
bergantung pada contoh yg dipakai.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar mengajar dalam mana
siswa belajar pada kelompok -kelompok kecil memakai tingkat kemampuan
kognitif yang heterogen. Menurut Suprijono (2012:54) pembelajaran kooperatif
merupakan konsep yg lebih luas mencakup seluruh jenis kerja grup termasuk
bentuk-bentuk yg lebih dipimpin sang pengajar atau diarahkan sang pengajar.
Secara generik pembelajaran kooperatif dipercaya lebih diarahkan sang pengajar,
dimana pengajar memutuskan tugas & pertanyaan-pertanyaan dan menyediakan
bahan-bahan & fakta yg dibuat buat membantu siswa merampungkan masalah
dimaksduk. Pengajar umumnya menempatkan bentuk ujian eksklusif dalam akhir
tugas.
Dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran memakai cara murid belajar & bekerja dalam kelompok-kelompok
6

kecil secara kolaboratif yg anggotanya terdiri menurut empat sampai enam orang
memakai struktur kelompok yg bersifat heterogen.
Salah satu jenis contoh kooperatif merupakan tipe Two Stay Two Stray
(TS-TS). Menurut Huda (2011: 140), Teknik Two Stay Two Stray atau Dua
Tinggal Dua Tamu dikembangkan sang Spencer Kagan & mampu dipakai beserta
menggunakan Teknik Kepala Bernomor. Teknik ini memberi kesempatan pada
grup buat memberikan output & fakta menggunakan grup lain.

C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menggunakan
mekanisme perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, & refleksi. Subjek penelitian
pemugaran pembelajafran ini merupakan anak didik kelas III Sekolah Dasar
Negeri Sukamenak tahun pelajaran 2022/2023 sebanyak 17 orang. Sekolah ini
berlokasi di Jl. K.H. Ahmad Basari Desa dan Kecamatan Sukanagara Kabupaten
Cianjur. Penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2022/2023 semester I yakni
pada bulan September sampai dengan bulan November 2022. Pihak yang
membantu (disebut supervisor II) terhadap pelaksanaan perbaikan pembelajaran
yaitu guru lain yang sudah berpengalaman dalam mengajar di SD Negeri
Sukamenak.
Sesuai dengan tujuan penelitian, teknik penelitian yang digunakan yaitu
tes dan observasi. Tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa
dalam memahami materi pecahan setelah dilakukan pembelajaran dengan
menggunakan model Two Stay Two Stray. Tes yang digunakan adalah tes tertulis
berupa soal-soal uraian. Hasil tes akan menentukan ada tidaknya peningkatan
setelah dilakukan perbaikan pembelajaran. Observasi digunakan untuk
mengumpulkan data aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran.
Teknik análisis data yang digunakan adalah análisis data kualitatif dan
kuantitif skala seratus. Data kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil
pengamatan terhadap guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Aspek
yang diamati dari kegiatan guru yaitu mengenai penggunan model Two Stay Two
Stray yang dikemas dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
Adapun pengamatan terhadap siswa yaitu aktivitas siswa dalam belajar yang
meliputi bertanya, menyampaikan penjelasan, dan membuat kesimpulan. Analisis
data kuantitatif digunakan untuk menganalisis hasil tes dalam memahami
pecahan.

D. Hasil dan Pembahasan


Perbaikan pembelajaran menekankan kepada peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa dengan menggunakan model Two Stay Two Stray. Jumlah
siswa yang mengikuti pembelajaran dan evaluasi akhir adalah 17 orang. Sebanyak
7

12 orang (70,59%) sudah mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan Kriteria


Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sebesar 70. Selebihnya 5 orang
(29,41%) belum mencapai KKM yang ditentukan sehingga dilihat dari ketuntasan
belajar belum mencapai hasil yang diharapkan 100%.
Hasil belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk nilai akhir diketahui
nilai terendah sekakigus sebagai nilai paling sedikit dicapai siswa yaitu 60 hanya
1 orang (5,88%). Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 80 sebanyak 3 orang
(17,65%). Nilai yang paling banyak diperoleh siswa yaitu 70 sebanyak 7 orang
(41,18%). Sementara itu, nilai rata-rata yang dicapai siswa pada siklus I dalam
memahami pecahan mencapai 70,59.
Perolehan nilai tersebut pada dasarnya belum mencapai hasil yang
diharapkan. Hal ini karena kriteria keberhasilan penelitian perbaikan pembelajaran
yaitu semua siswa mencapai nilai sebesar 70, sementara masih ada siswa yang
mencapai nilai 60 dan 65.
Hasil refleksi dan diskusi bersama Supervisor II, ada beberapa kelemahan
pelakasanaan pembelajaran terutama dalam tahapan model. Siswa kurang
mendapat bimbingan dan arahan pada setiap tahapan. Selain itu, penggunaan
media pembelajaran masih kurang sehingga siswa tampak kurang memahami
konsep pecahan yang disajikan. Mesklipun demikian, pelaksanaan pembelajaran
terdapat kelebihan yang dapat dipertahakan dan dikembangkan pada siklus
berikutnya yaitu peran tutor sebaya dalam setiap kelompok sudah berjalan
meskipun belum optimal. Selain itu, ada peningkatan hasil dan ketuntasan belajar
siswa dari kegiatan prasiklus.
Hasil evaluasi siklus II semua siswa yang mengikuti pembelajaran dan
evaluasi akhir yakni 17 orang (100%) mencapai bahkan melampaui nilai yang
ditentukan sebesar 70. Siswa tersebut dapat dinyatakan mencapai ketuntasan
belajar sesuai dengan KKM yang ditentukan.Nilai yang dicapai siswa yaitu 70
merupakan nilai terendah, sedangkan 95 merupakan nilai tertinggi. Jumlah siswa
yang mendapat nilai 70 yaitu 3 orang (10,71%) dan hanya terpaut satu orang dari
nilai tertinggi yang hanya 2 orang (7,14%) sekaligus sebagai nilai yang paling
sedikit diperoleh siswa. Nilai yang paling banyak diperoleh siswa yaitu 80
sebanyak 5 orang (28,57%). Nilai yang lainnya yaitu 75 sebanyak 3 orang (25%),
nilai 85 sebanyak 4 orang (10,71%), dan nilai 90 sebanyak 2 orang (17,86%).
Adapun nilai rata-rata yang dicapai siswa pada siklus II yaitu 81,07.
Meningkatknya hasil belajar siswa pada siklus II merupakan pengaruh dari
pelaksanaan pembelajaran yang lebih tertokus kepada kegiatan siswa untuk aktif
dalam belajar. Selama pembelajaran, siswa mendapat bimbingan dari guru.
Bahkan siswa mendapat penjelasan materi yang disertai dengan alat bantu
konkret. Hasil pekerjaan siswa ditempel pada dinding tembok kemudian siswa
yang lain berkeliling dan berkunjung untuk selanjutnya melakukan pengamatan..
8

Hasil catatan lapangan diketahui bahwa semua siswa aktif dalam belajar
sesuai dengan tahapan model yang digunakan. Siswa aktif dalam menjawab
pertanyaan dan menjelaskan materi kepada temannya. Meskipun masih ada
beberapa siswa yang kurang aktif dalam belajar, tetapi hal tersebut hanya sebagian
kecil.
Hasil penelitian perbaikan pembelajaran pada siklus I secara umum belum
menunjukkan keberhasilan, tetapi siklus II sudah mencapai hasil yang diharapkan.
Dengan menggunakan model penemuan, aktivitas dan hasil belajar siswa
mengalami peningkatan sebagaimana terlihat pada perbandingan sebagai berikut.

120
100
100
81.07
80 70.59 70.59

60
Siklus I
40
Siklus II
20

0
Ketuntasan Belajar Hasil Belajar

Grafik 1. Perbandingan Ketuntasan dan Hasil Belajar Sikus I


dengan Siklus II

Ketuntasan dan hasil belajar siswa menunjukkan ada perbedaan antara


siklus I dengan siklus II. Tinggi grafik pada siklus I lebih rendah jika dibandingan
dengan siklus II, baik pada ketuntasan maupun hasil belajar. Dengan demikian,
terjadi peningkatan ketuntasan dan hasil belajar siswa pada materi pecahan
sederhana setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model
penemuan.
Terjadinya peningkatan ketuntasan dan hasil belajar siswa dari siklus I ke
siklus II tidak terlepas dari berbagai kelebihan penggunaan model Two Stay Two
Stray. Model Two Stay Two Stray disertai dengan alat bantu berupa gambar-
gambar dan benda konkret yang berhubungan dengan pecahan sederhana
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kegiatan siswa dalam belajar.
Meskipun dalam konteks yang sederhana, tahapan pmodel tersebut memberikan
pengaruh dalam kegiatan siswa mulai dari mengamati gambar atau benda konkret,
bertanya, menyampaikan pendapat, mengadakan diskusi bersama teman, dan
melaporkan hasil diskusi kepada guru.
9

Peningkatan ketuntasan belajar siswa dapat dilakukan melalui model Two


Stay Two Stray. Model tersebut dapat memotivasi siswa untuk bekerja sampai
menemukan sendiri jawaban yang diharapkan. Bahkan model Two Stay Two Stray
dapat membiasakan siswa untuk berpikir kritis dan terampil berbicara karena
belajar menyampaikan materi kepada orang lain. Selain itu, siswa dibiasakan
untuk menghargai pendapat orang lain karena pada tahapan model ini, siswa
dituntut untuk menyimak penjelasan. Bahkan ketika pelaksanaan pembelajaran,
siswa diarahkan untuk berdiskusi membahas hasil temuan dari kelompok lain.
Kegiatan diskusi ini dapat membiasakan siswa untuk berlatih bermusyawarah
mencapai kesepakatan bersama.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penerapan Two Stay Two Stray
dapat meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar siswa jika dilaksanakan dengan
tahapan yang benar. Pada setiap tahapan model, guru bertugas memfasilitasi dan
memberikan bimbingan bahkan memberikan contoh agar memudahkan siswa
dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk keperluan pembelajaran, diperlukan
media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disajikan sehingga
mempermudah siswa dalam memahami materi yang disajikan.

E. Simpulan dan Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan hasil pembahasan masalah mengenai peningkatan ketuntasan
dan hasil belajar siswa pada materi pecahan sederhana menggunakan model Two
Stay Two Stray di kelas III SD Negeri Sukamenak, diperoleh simpulan bahwa
hasil tes pada siklus I diketahui ketuntasan belajar siswa mencapai rata-rata
70,59% dan siklus II yaitu 100%. Dengan demikian, penggunaan model Two Stay
Two Stray dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas III SD Negeri
Sukamenak dalam memahami materi pecahan sederhana. Ketuntasan belajar siswa
pada akhir siklus II jauh lebih tinggi daripada Kriteria Ketuntasan Maksimum
(KKM) sebesar 75. Hasil belajar siswa pada materi pecahan sederhana pada
siklus I mencapai rata-rata 70,50 dan siklus II mencapai rata-rata 81,07. Hasil
belajar siswa pada siklus II jauh lebih tinggi daripada siklus I. Dengan demikian,
penggunaan model Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas III SD Negeri Sukamenak pada materi pecahan sederhana.
Sehubungan dengan simpulan tersebut, maka disarankan sekolah
hendaknya memfasilitasi kegiatan guru dalam meningkatkan dan mengembangkan
potensi siswa melalui penelitian tindakan kelas, menyediakan sarana dan
prasarana yang memadai untuk kepentingan pembelajaran menemukan pecahan
sederhana, melalui penyediaan buku-buku bacaan atau media cetak lainnya.
Bahkan guru dapat menggunakan model Two Stay Two Stray dalam pembelajaran
matematika sebab selain dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa juga
meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar. Dengan perbaikan pembelajaran ini,
10

siswa dapat mengaplikasikan tahapan model Two Stray Two Stray dalam
pembelajaran lainnya guna meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar yang lebih
baik serta biasanya untuk menemukan suatu konsep sederhana.
11

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2012. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Sinarbarui Algensindo.

Gulo, W. 2015. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hosnan. 2012. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad


21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Huda, Miftahul. 2012. Model-model Pengajara dan Pembelajaran.Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Kosasih, E. 2012. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurkulum


2013. Bandung: Yrama Media.

Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusyan, Tabrani. 2013. Konsep dan Strategi Pelaksanaan Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Jakarta: Intimedia.

Sani, Ridwan Abdullah. 2012. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi


Kurikulum 2013. Jakarta; Bumi Aksara.

Suprihatiningrum, Jamil. 2012. Stretagi pembelajaran Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wardoyo, Siti Mangun. 2012. Pembelajaran Konstruktivisme. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai